SYARI’AH
DISUSUN OLEH :
Salah satu fenomena global yang menarik dan menjadi penting untuk dikaji dalam
hasanah studi keislaman yaitu munculnya gerakan-gerakan islam transnasional. Islam
transnasional sendiri adalah sebuah istilah yang ditunjukan kepada organisasi islam yang
bergerak lintas negara, dimana pergerakannya melewati batas-batas teritorial setiap
negara. Islam transnasional sendiri saat ini maknanya sudah mulai bergeser dan dikaitkan
dengan gerakan islam mondial yang hendak memberlakukan syariat islam dan
mendirikan negara islam di berbagai negara, khususnya negara-negara yang penduduknya
mayoritas muslim seperti halnya Indonesia, Indonesia menjadi lahan subur bagi
perkembangan islam transnasional. Hal ini bisa kita jumpai dengan banyaknya gerakan-
gerakan islam baru yang muncul seperti : Hizbut Tahrir Indonesia, Gerakan Ikhwanul
Muslimin, Gerakan Ahmadiyah, Gerakan Jamaah Tabligh Indonesia, Gerakan Salafy
Dakwah dan Sururi, Gerakan Syiah Indonesia dan sebagainya.
1
Abdullah Jarir, Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol.10 No. 1 (Januari - Juni) 2019, p. 1-34.1
Sejarah dan Gerakan Politik Ikhwanul Muslimin UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
2
Misbahul Ulum, Relasi Islam dan Negara (Studi Kasus Pengaruh Ikhwanul Muslimin Terhadap Partai Keadilan
Sejahtera) 2004 Depok,Tesis Universitas Indonesia, hlm 73
3
Ibid, hlm 77
yang sama dengan Partai Keadilan. PKS berhasil mendapatkan hasil yang cukup
gemilang di pemilu 2004 meraih total 8,325,020 suara, sekitar 7.34%.
Peningkatan yang cukup drastis menjadikan partai ini diperhitungkan sekaligus
mewarnai dinamika politik nasional dengan partai yang berbasis tarbiyah.4
3. GERAKAN AHMADIYAH
Ahmadiyah merupakan sebuah gerakan keagamaan yang didirikan oleh
Mirza Gulam Ahmad di sebuah desa bernama Qadian yang terletak di India pada
tahun 1889. Di Indonesia Ahmadiyah pertama kali menginjakkan kakinya sekitar
tahun 1925 atau sekitar 36 tahun sejak dideklarasikannya di India. Sebuah desa
bernama Tapaktuan di Propinsi Aceh diduga kuat merupakan tempat pertama
datangnya Ahmadiyah di Indonesia. Pembawanya adalah Maulana Rahmat Ali
seorang mubalig yang sengaja datang dari Qadian untuk menyebarkan paham
Ahmadiyah di Indonesia. Awalnya hanya beberapa orang yang mengikuti ajakan
Maulana Rahmat Ali, namun perlahan-lahan semakin banyak masyarakat yang
tertarik untuk masuk dalam Jamaah Ahmadiyah.5 Kelompok ini tidak
4
Ibid, hlm 77-78
5
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 2005), hlm 171
menganggap Mirza Gulam Ahmad sebagai seorang Nabi, dalam pandangan
Ahmadiyah Lahore Mirza Gulam Ahmad hanya sebagai seorang Mujaddid.6
Berbeda halnya dengan Hizbut Tahrir yang menyatakan dari awal bahwa
mereka adalah partai politik, Ahmadiyah murni merupakan gerakan spiritual.
Ahmadiyah memang memiliki konsep tentang khilafah, hanya saja khilafah
Ahmadiyah tidak bersifat politik. Khilafah dalam konsepsi Ahmadiyah adalah
khilafah spiritual yang tidak bergantung pada adanya wilayah, teritori, sistem
pemerintahan, maupun angkatan bersenjata. Meskipun mereka merupakan
gerakan transnasional, namun Ahmadiyah sama sekali tidak memiliki proyek
mendirikan negara Islam atau menyatukan agama dengan negara.7
Ahmadiyah mempunyai 6 doktrin yang telah banyak dikenal :
1) Al-Mahdi dan al-Masih menurut Ahmadiyah adalah satu tokoh, satu
pribadi yang kedatangannya telah dijanjikan Tuhan. Ia ditugaskan Tuhan untuk
membunuh Dajjal dan mematahkan tiang salib, yakni mematahkan argumen-
argumen agama Nasrani dengan dalil atau bukti yang meyakinkan serta
menunjukkan kepada pemeluknya tentang kebenaran Islam.8
2) Ahmadiyah percaya bahwa akan datang seorang pembaharu (mujaddid)
yang akan menegakkan agama Islam sebagaimana Allah telah membangkitkan
para Nabi dan Rasul.9
3) Masalah kenabian, Ahmadiyah Qodian mengklasifikasi Nabi menjadi
tiga yaitu: Nabi Shahib asy-syari’ah dan Mustaqil, Nabi Mustaqil Ghair at-
Tasyri’i, dan Nabi Zhilli Ghair at-Tasyri’i.10
4) Mengenai Wahyu Ahmadiyah meyakini bahwa Allah tidak hanya
menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rasul saja, tetapi wahyu juga
dikaruniakan kepada semua ummat manusia, dan bahkan dikaruniakan kepada
semua ciptaan-Nya, termasuk kepada benda-benda yang tidak bernyawa
sekalipun.11
5) Tentang khilafah, ada perbedaan antara Ahmadiyah Qodian dengan
Ahmadiyah Lahore mengenai doktrin khilafah ini. Menurut Ahmadiyah Qodian
setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal, maka pimpinan (khalifah) digantikan
oleh generasi-generasi penerusnya seperti Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad
(putera dari Mirza Ghulam Ahmad). Sedangkan menurut Ahmadiyah Lahore,
khilafah Islam terhenti bersama dengan wafatnya Mirza Ghulam Ahmad.12
6
Ilyas Supena, Hermeneutika Kenabian Ahmadiyah: Studi Kritis Konstruksi dan Reproduksi Makna Kenabian Mirza
Gulam Ahmad, (Semarang: Walisongo Press, 2012), hlm 6
7
Muhammad Syaoki, GERAKAN ISLAM TRANSNASIONAL DAN PERUBAHAN PETA DAKWAH DI INDONESIA, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram
8
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 2005), hlm 83
9
Ibid, 95
10
Ibid,,
11
Ibid,,
12
Ibid,,
6) Doktrin tentang jihad. Ahmadiyah memaknai jihad sebagai upaya
memperjuangkan Islam sekuat tenaga dengan lisan maupun perbuatan serta jihad
menurut Ahmadiyah bisa juga dimaknai sebagai perang untuk menjaga diri dari
serangan.13
DAFTAR PUSTAKA
Jarir Abdullah, Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol.10 No. 1 (Januari - Juni) 2019, p. 1-34.1
Sejarah dan Gerakan Politik Ikhwanul Muslimin UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Supena Ilyas, Hermeneutika Kenabian Ahmadiyah: Studi Kritis Konstruksi dan Reproduksi
Makna Kenabian Mirza Gulam Ahmad, (Semarang: Walisongo Press, 2012)
Ulum Misbahul, Relasi Islam dan Negara (Studi Kasus Pengaruh Ikhwanul Muslimin Terhadap
Partai Keadilan Sejahtera) 2004 Depok,Tesis Universitas Indonesia
13
Ibid,,