Anda di halaman 1dari 6

PENGANTAR STUDI ISLAM

SYARI’AH

Dosen Pengampu : Dr. Slamet Muliono Redjosari, M.Si

DISUSUN OLEH :

1. ARINI IZZA FUADY (07050522095)

PROGRAM STUDI ILMU HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN AJARAN 2022/2023


ABSTRAK
Islam transnasional merupakan agama islam yang bersifat missioner. Para penggerak
islam transnasional bercita-cita untuk mendirikan khilafah islamiyyah, yang mana kepemimpinan
berdasarkan asas-asas islam. Cita-cita inilah adalah salah satu cara mereka untuk mengembalikan
kejayaan islam pada zaman dahulu yang sempat direbut oleh kekuasaan barat. Penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui islam transnasional beserta macam-macam alirannya yang tersebar
di Indonesia dan kontroversi yang ada di dalamnya, karena dianggap mengancam kesatuan
Indonesia.

Kata kunci : aliran, islam transnasional, kontroversi

A. PENGERTIAN ISLAM TRANSNASIONAL

Salah satu fenomena global yang menarik dan menjadi penting untuk dikaji dalam
hasanah studi keislaman yaitu munculnya gerakan-gerakan islam transnasional. Islam
transnasional sendiri adalah sebuah istilah yang ditunjukan kepada organisasi islam yang
bergerak lintas negara, dimana pergerakannya melewati batas-batas teritorial setiap
negara. Islam transnasional sendiri saat ini maknanya sudah mulai bergeser dan dikaitkan
dengan gerakan islam mondial yang hendak memberlakukan syariat islam dan
mendirikan negara islam di berbagai negara, khususnya negara-negara yang penduduknya
mayoritas muslim seperti halnya Indonesia, Indonesia menjadi lahan subur bagi
perkembangan islam transnasional. Hal ini bisa kita jumpai dengan banyaknya gerakan-
gerakan islam baru yang muncul seperti : Hizbut Tahrir Indonesia, Gerakan Ikhwanul
Muslimin, Gerakan Ahmadiyah, Gerakan Jamaah Tabligh Indonesia, Gerakan Salafy
Dakwah dan Sururi, Gerakan Syiah Indonesia dan sebagainya.

B. ALIRAN-ALIRAN ISLAM TRANSNASIONAL YANG PERNAH ADA DI


INDONESIA
Dikarenakan aliran-aliran islam transnasional yang pernah ada di Indonesia sangat
banyak, disini akan membahas tiga aliran terbesar :
1. GERAKAN IKHWANUL MUSLIMIN
Gerakan Ikhwanul Muslimin didirikan di Mesir tahun 1928 oleh Hasan
Al-Banna. Menurut sebagian penulis barat sebagai gerakan yang mengusung
politik fundamentalisme Islam, yang menegaskan kembali kewajiban
mendirikan Negara Islam serta penolakan terhadap pengaruh budaya,
politik, dan ekonomi barat. 1

Di Indonesia pada zaman orde lama, Muhammad Natsir beserta teman-


temannya yang alumni Timur Tengah menyebarkan pemikiran Ikhwanul
Muslimin lewat menerjemahkan buku-buku Hasan Al-Banna, Yusuf Qardhawi,
Sayyid Qutb yang di terbitkan melalui media DDII (Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia).
Hasan Al Banna, pendiri IM, menjadikan tarbiyah sebagai salah satu
sarana dalam mensosialisasikan ideologi politiknya berlandaskan pada sistem
yang berasal dari syariat Islam (Al Quran dan As Sunnah) Tujuan pendidikan
Islam (at-Tarbiyah al-Islamiyah) menurut IM ada lima, pertama, menjalankan
ibadah kepada Allah swt berdasarkan syariat Islam. Kedua, menegakkan khilafah
di muka bumi ini disertai dengan aktivitas pemakmuran bumi dan pemanfaatan
segala sesuatu yang Allah berikan untuk manusia, Ketiga, saling mengenal
sesama manusia untuk hidup dengan landasan kasih sayang dan persaudaraan,
terutama sesama umat Islam. Keempat, mencapai kepemimpinan dunia. Kelima,
menegakkan hukum yang berlandaskan syariat Islam dalam tatanan global.2
Karena runtuhnya rezim orde baru, gerakan tarbiyah ini mulai
menampakkan dirinya dan ingin diakui keberadaannya. Akhirnya diadakan survey
berbentuk jajak pendapat (polling) untuk bentuk apa yang akan ditampilkan ke
tengah publik pada era reformasi, apakah berbentuk organisasi massa, organisasi
politik, atau tetap mempertahankan bentuk penampilan yang selama ini digunakan
, yaitu dalam bebagai bentuk yayasan dan lembaga. Dari 6000 kuesioner yang
disebar, kembali kurang lebih 5800 kuesioner (97%). Hasil 5800 koresponden
menunjukkan 68% lebih diantara mereka menginginkan untuk mendirikan partai
politik. Hanya 27% saja yang menginginkan untuk mendirikan organisasi massa
(ormas). Sementara sisanya menginginkan untuk mempertahankan dan kembali
ke habitat mereka semula, yaitu dalam bentuk yayasan, LSM, kampus, pesantren,
dan berbagai lembaga lainnya. Partai yang mereka dirikan dinamakan partai
keadilan.3
Hasil yang didapat oleh Partai Keadilan pada pemilu 1999 tidak begitu
menggembirakan. Partai Keadilan hanya dapat mengumpulkan suara sebanyak
1,36% atau 1.436.565 suara. Partai ini tidak mampu mencapai electoral threshold
yang telah di tetapkan yakni sekurang-kurangnya dua persen atau sepuluh kursi di
DPR. Pada perkembangan selanjutnya, partai ini menggabungkan diri kedalam
Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS merupakan wajah baru dengan konsep

1
Abdullah Jarir, Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol.10 No. 1 (Januari - Juni) 2019, p. 1-34.1
Sejarah dan Gerakan Politik Ikhwanul Muslimin UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
2
Misbahul Ulum, Relasi Islam dan Negara (Studi Kasus Pengaruh Ikhwanul Muslimin Terhadap Partai Keadilan
Sejahtera) 2004 Depok,Tesis Universitas Indonesia, hlm 73
3
Ibid, hlm 77
yang sama dengan Partai Keadilan. PKS berhasil mendapatkan hasil yang cukup
gemilang di pemilu 2004 meraih total 8,325,020 suara, sekitar 7.34%.
Peningkatan yang cukup drastis menjadikan partai ini diperhitungkan sekaligus
mewarnai dinamika politik nasional dengan partai yang berbasis tarbiyah.4

2. HIZBUT TAHRIR INDONESIA


Hizbut Tahrir Indonesia adalah Partai Politik yang berideologi islam.
Berbeda dengan gerakan Islam lainnya. Hizbut Tahrir resmi didirikan oleh Al-
Quds pada tahun 1952. Kehadiran Hizbut Tahrir di tolak oleh Al-Nabhani, tapi
sebaliknya di terima oleh masyarakat. Di Mesir organisasi ini resmi di larang pada
tahun 1974.
Di Indonesia organisasi Hizbut Tahrir di akui sebagai organisasi yang
legal. Transmisi Hizbut Tahrir sebagai gerakan Indonesia terjadi pertama kali
pada tahun 1982-1983 melalui M. Mustofa dan Abdurrahman Al-Baghdadi. Pada
tahun 1982, Mustofa pulang dari Yordania, pada kesempatan ini Ia
memperkenalkan dan mengajarkan pemikiran Hizbut Tahrir kepada mahasiswa
sekaligus santri dari ayahnya.Yang pertama dikenalkan adalah fathul hidayah.
Beberapa waktu kemudian, Ia dikenalkan dengan Abdurrahman oleh ayahnya ,
yang ternyata aktivis Hizbut Tahrir. Kemudian Abdurrahman dikenalkan pada
Fathul Hidayah. Penyebarannya telah terjadi di 33 Provinsi di Indonesia, bahkan
sudah masuk ke daerah-daerah kecil pedesaan. Akan tetapi jumlah pengikutnya
masih belum dikonfirmasi dengan jelas.
Hizbut Tahrir telah terbukti berkeinginan mengubah Indonesia yang
berasaskan pancasila menjadi khilafah.

3. GERAKAN AHMADIYAH
Ahmadiyah merupakan sebuah gerakan keagamaan yang didirikan oleh
Mirza Gulam Ahmad di sebuah desa bernama Qadian yang terletak di India pada
tahun 1889. Di Indonesia Ahmadiyah pertama kali menginjakkan kakinya sekitar
tahun 1925 atau sekitar 36 tahun sejak dideklarasikannya di India. Sebuah desa
bernama Tapaktuan di Propinsi Aceh diduga kuat merupakan tempat pertama
datangnya Ahmadiyah di Indonesia. Pembawanya adalah Maulana Rahmat Ali
seorang mubalig yang sengaja datang dari Qadian untuk menyebarkan paham
Ahmadiyah di Indonesia. Awalnya hanya beberapa orang yang mengikuti ajakan
Maulana Rahmat Ali, namun perlahan-lahan semakin banyak masyarakat yang
tertarik untuk masuk dalam Jamaah Ahmadiyah.5 Kelompok ini tidak

4
Ibid, hlm 77-78
5
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 2005), hlm 171
menganggap Mirza Gulam Ahmad sebagai seorang Nabi, dalam pandangan
Ahmadiyah Lahore Mirza Gulam Ahmad hanya sebagai seorang Mujaddid.6
Berbeda halnya dengan Hizbut Tahrir yang menyatakan dari awal bahwa
mereka adalah partai politik, Ahmadiyah murni merupakan gerakan spiritual.
Ahmadiyah memang memiliki konsep tentang khilafah, hanya saja khilafah
Ahmadiyah tidak bersifat politik. Khilafah dalam konsepsi Ahmadiyah adalah
khilafah spiritual yang tidak bergantung pada adanya wilayah, teritori, sistem
pemerintahan, maupun angkatan bersenjata. Meskipun mereka merupakan
gerakan transnasional, namun Ahmadiyah sama sekali tidak memiliki proyek
mendirikan negara Islam atau menyatukan agama dengan negara.7
Ahmadiyah mempunyai 6 doktrin yang telah banyak dikenal :
1) Al-Mahdi dan al-Masih menurut Ahmadiyah adalah satu tokoh, satu
pribadi yang kedatangannya telah dijanjikan Tuhan. Ia ditugaskan Tuhan untuk
membunuh Dajjal dan mematahkan tiang salib, yakni mematahkan argumen-
argumen agama Nasrani dengan dalil atau bukti yang meyakinkan serta
menunjukkan kepada pemeluknya tentang kebenaran Islam.8
2) Ahmadiyah percaya bahwa akan datang seorang pembaharu (mujaddid)
yang akan menegakkan agama Islam sebagaimana Allah telah membangkitkan
para Nabi dan Rasul.9
3) Masalah kenabian, Ahmadiyah Qodian mengklasifikasi Nabi menjadi
tiga yaitu: Nabi Shahib asy-syari’ah dan Mustaqil, Nabi Mustaqil Ghair at-
Tasyri’i, dan Nabi Zhilli Ghair at-Tasyri’i.10
4) Mengenai Wahyu Ahmadiyah meyakini bahwa Allah tidak hanya
menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rasul saja, tetapi wahyu juga
dikaruniakan kepada semua ummat manusia, dan bahkan dikaruniakan kepada
semua ciptaan-Nya, termasuk kepada benda-benda yang tidak bernyawa
sekalipun.11
5) Tentang khilafah, ada perbedaan antara Ahmadiyah Qodian dengan
Ahmadiyah Lahore mengenai doktrin khilafah ini. Menurut Ahmadiyah Qodian
setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal, maka pimpinan (khalifah) digantikan
oleh generasi-generasi penerusnya seperti Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad
(putera dari Mirza Ghulam Ahmad). Sedangkan menurut Ahmadiyah Lahore,
khilafah Islam terhenti bersama dengan wafatnya Mirza Ghulam Ahmad.12

6
Ilyas Supena, Hermeneutika Kenabian Ahmadiyah: Studi Kritis Konstruksi dan Reproduksi Makna Kenabian Mirza
Gulam Ahmad, (Semarang: Walisongo Press, 2012), hlm 6
7
Muhammad Syaoki, GERAKAN ISLAM TRANSNASIONAL DAN PERUBAHAN PETA DAKWAH DI INDONESIA, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram
8
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 2005), hlm 83
9
Ibid, 95
10
Ibid,,
11
Ibid,,
12
Ibid,,
6) Doktrin tentang jihad. Ahmadiyah memaknai jihad sebagai upaya
memperjuangkan Islam sekuat tenaga dengan lisan maupun perbuatan serta jihad
menurut Ahmadiyah bisa juga dimaknai sebagai perang untuk menjaga diri dari
serangan.13

DAFTAR PUSTAKA

Jarir Abdullah, Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol.10 No. 1 (Januari - Juni) 2019, p. 1-34.1
Sejarah dan Gerakan Politik Ikhwanul Muslimin UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Supena Ilyas, Hermeneutika Kenabian Ahmadiyah: Studi Kritis Konstruksi dan Reproduksi
Makna Kenabian Mirza Gulam Ahmad, (Semarang: Walisongo Press, 2012)

Muhammad Syaoki, GERAKAN ISLAM TRANSNASIONAL DAN PERUBAHAN PETA


DAKWAH DI INDONESIA, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram

Ulum Misbahul, Relasi Islam dan Negara (Studi Kasus Pengaruh Ikhwanul Muslimin Terhadap
Partai Keadilan Sejahtera) 2004 Depok,Tesis Universitas Indonesia

Zulkarnain Iskandar, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 2005)

13
Ibid,,

Anda mungkin juga menyukai