(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Hukum Islam)
oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2023
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................ 25
B. Saran ...................................................................................................... 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menekankan penafsiran agama yang keras dan sering kali ekstrem dalam
konflik etnis atau agama, dan kurangnya pendidikan yang berkualitas telah
Contoh dari organisasi radikal tersebut seperti Hizbut Tahrir Indonesia dan
Majelis Mujahidin Indonesia. Selain itu, ada juga Jamaah Islamiyah, Jemaah
Ansharut Tauhid, dan Negara Islam Indonesia, telah muncul dalam beberapa
1
Farkhan Fuadi, Imanatur Rofiah, dan Selvia, “Toleransi Nasaruddin Umar Sebagai Solusi
Menanggulangi Radikalisme Atas Nama Agama,” Academia: Journal of Multidiscilpinary Studies
5, no. 1 (2021): 2.
2
Ahmad Suganda, “Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik Hukum
Indonesia,” Jurnal At-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan 29, no. 2 (2019): 3.
1
tahun terakhir dan telah terlibat dalam serangkaian aksi kekerasan, termasuk
Indonesia. Mayoritas umat Muslim Indonesia tetap menganut ajaran agama yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
Elis Teti Rusmiati, dkk., “Penguatan Moderasi Beragama di Pesantren untuk Mencegah
Tumbuhnya Radikalisme.” Abdi Moestopo: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat 5, no. 2 (2022):
205.
2
BAB II
PEMBAHASAN
bukan pula lembaga ilmiah, juga bukan lembaga pendidikan dan bukan pula
partai politik yang berideologi Islam. HT telah menjadi partai politik Islam
sehingga dikenal dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan merupakan hasil
organisasi lain. Para tokoh HTI banyak yang berdomisili di Bogor dan upaya
4
Syahril, ed., Literasi Paham Radikalisme di Indonesia, Cetakan Pertama, (Bengkulu: CV. Zigie
Utama, 2020), 43.
3
sambutan dari sivitas academika IPB sehingga salah satu pimpinan pusat HTI,
mendaftarkan diri secara formal sebagai parpol yang ikut dalam pemilu.
Sebab menurut aktivisnya, dalam situasi sekarang ini banyaknya partai Islam
justru membingungkan umat Islam. Oleh karena itu, kelompok ini tidak
mengikuti jejak partai lain yang berdasarkan Islam untuk ikut andil dalam
secara terbuka hal ini ditandai dengan diadakannya diskusi terbuka tentang
Menurut keyakinan HTI, hukum Islam mustahil untuk bisa diterapkan dengan
khalifah yang akan menerapkan Islam kepada Muslim dibaiat untuk didengar
5
Paelani Setia and M. Taufiq Rahman, “Kekhilafahan Islam, Globalisasi dan Gerilya Maya: Studi
Kasus Hizbut Tahrir Indonesia,” Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan 9, no. 2
(2021): 64.
4
dan ditaati perintahnya atas dasar al-Qur’an dan al-Sunnah. Mengembalikan
berdirinya HT.6
khilafah.7
buku dan pamflet serta menjelaskan dalil yang terperinci dari setiap hukum,
dar al-Islam dan masyarakat Islam. Dengan kata lain, seluruh urusan
Negara Islam; sebuah negara yang dipimpin oleh seorang khalifah yang
6
Siti Nur Fitriyana, “Fenomena Dakwah Eks-HTI Pasca Di Bubarkan,” Islamic Comunication
Journal 4, no. 2 (2019): 132.
7
Syahril, Literasi Paham Radikalisme, 53.
8
Nilda Hayati, “Konsep Khilafah Islᾱmiyyah Hizbut Tahrir Indonesia: Kajian Living al-Qur’an
Perspektif Komunikasi,” Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman 12, no. 1 (2017): 172.
5
terdapat gejala “transnasionalisasi” NU dan Muhammadiyah dengan
dikaitkan dengan dimensi tujuan umum kedua organisasi ini yang lebih
Doktrin tersebut diakui oleh para aktivis HTI sebagai antitesis ideologis
gerakan ini, tidak jauh berbeda dengan tujuan masuk dan berdirinya gerakan
ini di Indonesia.9
a. Taqiyuddin An-Nabhani
Ibrahim Taqiyuddin Muhammad bin Ibrahim bin Mushthofa bin Ismail bin
di desa Iljzim pada 1909 M atau 1910 M. Dia terlahir dari kalangan
9
Masdar Hilmy, “Akar-Akar Transnasionalisme Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI),” Islamica:
Jurnal Studi Keislaman 6, no. 1 (September 2011): 5.
6
agama. Ayah dia bernama as-Syaikh Ibrahim an-Nabhani. Selain seorang
Syaikh yang mutafaqih fid din, dia juga sebagai pengajar ilmu syariah di
ibu yaitu as-Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani seorang ulama yang
Alquran. Dan dia juga banyak mengerti politik. Semua itu tidak lain dari
Selain itu pula Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani banyak belajar dari forum
semangat sang cucu dalam menuntut ilmu Syaikh Yusuf banyak menilai
Nabhani.10
10
Zulaekah Zulaekah, “Pemikiran Ekonomi Taqiyuddin An Nabhani,” IQTISHADIA Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah 1, no. 1 (November 28, 2014): 85.
https://doi.org/10.19105/iqtishadia.v1i1.367.
7
Dengan alasan untuk merealisasikan keinginan sang kakek untuk
sastra Arab. Selain belajar di fakultas Darul Ulum Syaikh Taqiyuddin an-
mengenai bahasa dan syariah. Di antaranya: fiqh, usul fiqh, hadis, tafsir,
tauhid, dan yang sejenisnya. Dengan waktu yang sama pada 1932 M
dan al-Azhar.11
Abdul Qadim Zallum. Dia lahir pada 1923 M di kota alKhalil Palestina.
Dia tumbuh dan besar di kota tersebut dan dalam asuhan keluarga yang
sangat taat terhadap ajaran agama. Ayah dia bernama as-Syaikh Yusuf
Muslich Candrakusuma and Arif Santoso, “Tinjauan Komprehensif Konsep Uang Taqiyuddin
11
An-Nabhani,” Musyarakah: Journal of Sharia Economic (MJSE) 1, no. 1 (April 23, 2021): 20–33.
8
Syaikah Abdul Qadim Zallum sudah mulai belajar di tingkat ibtidaiyah
Syariah.
Azhar pada waktu itu. Setelah mendapatkan ijazah dan mempunyai gelar
Doktor dia kembali ke Palestina untuk bekerja sebagai tenaga pengajar dan
api, dan dia adalah seorang yang fasih dalam berbicara. Hingga dia
celaan yang menghampirinya. Dia tidak pernah takut karena apa yang ia
Oleh karena itu dari beberapa tokoh Hizbut Tahrir yang lain, yang
paling terkenal adalah Syaikh Abdul Qadim Zallum. Karena banyak sekali
redaksi koran ar-Rayah yang terbit 1954 M atas nama Hizbut Tahrir.
Hingga umur satu tahun pemerintah menutup koran itu dan semua
12
M. Syamsul Arifin, “Pemikiran Abdul Qadim Zallum Tentang Majelis Umat Dan Dewan
Perwakilan Rakyat Di Indonesia,” Al-Daulah: Jurnal Hukum Dan Perundangan Islam 4, no. 02
(2014): 443–66, https://doi.org/10.15642/ad.2014.4.02.443-466.
9
Terbesit dalam pikiran Syaikh Abdul Qadim Zallum setelah
Kepergian dia dari Palestina dan berkeliling ke kota-kota Islam tidak lain
merasa lelah ataupun bosan karena dia yakin pertolongan Allah selalu ada
setelah kewapatannya.13
13
“Pemikiran Ekonomi Islam Abdul Qadim Zallum,” Tanwir.ID (blog), June 21, 2021,
https://tanwir.id/pemikiran-ekonomi-islam-abdul-qadim-zallum/.
10
sosial kehidupan maupun pemikiran harus berangkat dari teks suci dan
paling benar dan sistem yang di bangun Islam merupakan aturan yang
yang tajam al-Nabhani tidak hanya kepada filosof muslim, tetapi juga
14
Azman Azman, “Gerakan Dan Pemikiran Hizbut Tahrir Indonesia,” Al Daulah : Jurnal Hukum
Pidana Dan Ketatanegaraan 7, no. 1 (2018): 104, https://doi.org/10.24252/ad.v7i1.5329.
11
diarahkan kepada ulama’ yang pro pemikiran Islam liberal. Bagi Hizbut
Pemikiran tentang sastra, politik, hukum dan akidah harus sesuai dengan
Islam. Dari sini tampak jelas militansi pemikiran Hizbut Tahrir terhadap
kepemimpinan Islam pada satu wadah, maka seluruh ajaran dan nilai Barat
15
Ainur Rofiq Al Amin, Membongkar Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
(Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2012), 14.
12
kehidupannya, yaitu mereka harus memperoleh hak yang sama, dan karena
Islam sudah lebih dahulu mengajarkan nilai tersebut. Salah satu nilai
sama serta posisi manusia yang sama, bebas dalam berpendapat, dan hak
musyawarah bisa menemukan cara untuk membuat manusia satu dan juga
pihak Barat pada negara Islam, adalah sistem yang kafir, tidak mempunyai
Allah saja, tidak ada yang lain, tidak juga manusia atau rakyat, yang berhak
16
Ana Sabhana Azmy, “Fundamentalisme Islam: Telaah Terhadap Pemikiran Politik Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI),” JWP (Jurnal Wacana Politik) 5, no. 1 (2020): 92.
https://doi.org/10.24198/jwp.v5i1.27997.
13
tangan ummat. Artinya tidak ada yang dapat tidak seorang pun dapat
kedaulatan rakyat atau lainnnya. Ketiga, Hak Asasi Manusia. Jelas tidak
ada paksaan untuk memasuki Islam. Namun, sekali orang masuk Islam,
dan diangkat ummat. Dia merupakan wakil dari masyarakat muslim dalam
majelis Ummah/Syura. Majelis ini adalah wakil ummah yang dipilih dari
17
Kisno Hadi and May Linda Sari, “Fundamentalisme Radikal Dalam Pemikiran Dan Gerakan
Politik Keagamaan Di Indonesia: Studi Kasus Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI),” Jurnal
Ledalero 20, no. 2 (2021): 90, https://doi.org/10.31385/jl.v20i2.233.159-173.
14
B. Majelis Mujahidin Indonesia
berbagai daerah di Indonesia dan beberapa delegasi dari luar negeri pada
tanggal 5-7 Agustus tahun 2000 silam. Pertemuan itu disebut Kongres
Awwas dan Abu Bakar Ba’asyir, yang pernah dituduh sebagai pimpinan
disepakati. Salah satu hasil kongres yang sangat fenomenal adalah lahirnya
Muslim umumnya.
b. Umat Islam dewasa ini belum memiliki tata kepemimpinan umat yang
18
Ahmad Aminuddin, “Muhammad Thalib, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Tafsir Ayat-ayat
Penegakan Syariat Islam di Indonesia,” Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam 8, no. 1 (2018): 125.
19
Eriyanto, Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2005), 12
15
bermartabat sebagaimana arahan dan pesan-pesan yang disampaikan oleh
syariat Islam. Bahkan, MMI telah menerbitkan draf usulan UUD dan hukum
pidana yang disesuaikan dengan syariat Islam. Draf usulan tersebut, mereka
Indonesia. Bahkan mereka juga kirimkan draf itu kepada sejumlah tokoh
karena ia akan menjamin hak-hak non Muslim yang akan diperlakukan secara
penting keislaman seseorang dan oleh karena itu adalah sebuah kebutuhan
esensial manusia secara umum. Untuk itu, bagi MMI, penegakan syariat
Islam adalah tuntutan mutlak. Bagi mereka hanya ada dua alternatif, yaitu
“penerapan hukum Islam atau mati dalam jihad di jalan Allah demi tegaknya
16
mengundang murka Allah, sehingga Ia akan mengirim manusia ke posisi
Abu Bakar Ba'asyir bin Abu Bakar Abud yang lahir pada 17 Agustus
kepala spiritual Jemaah Islamiyah (JI), sebuah grup separatis militan Islam
Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1959 dan alumni
20
Aminuddin, Muhammad Thalib, 131.
21
Moh Dliya'ul Chaq, “Pemikiran Hukum Gerakan Islam Radikal Studi atas Pemikiran Hukum
dan Potensi Konflik Sosial Keagamaan Majelis Mujâhidin Indonesia (MMI) dan Jamâ’ah Anshârut
Tauhid (JAT),” Tafáqquh: Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman 1, no. 1 (2013): 20. 16-42
17
Perjalanan hidup Ba’asyir cukup berwarna karena pada 1983, Abu
syirik. Tak hanya itu, ia bahkan dianggap merupakan bagian dari gerakan
Hispran (Haji Ismail Pranoto), salah satu tokoh Darul Islam/Tentara Islam
penjara.22
merupakan salah satu dari Organisasi Islam baru yang bergaris keras.
serangan bom 2002, tetapi tidak bersalah atas tuduhan terkait dengan bom
2003. Dia divonis 2,6 tahun penjara dan dibebaskan pada tahun 2006.
22
Chaq, Pemikiran Hukum Gerakan, 21.
23
Chaq, Pemikiran Hukum Gerakan, 21.
18
Baru-baru ini, tanggal 8 Januari 2021, Abu Bakar Ba’asyir bebas murni
b. Muhammad Thalib
menganggap MMI sudah tidak syariah lagi dengan tuduhan MMI telah
yang ada. 25
9-10 Agustus 2008. Kongres ini, meski terancam sepi lantaran anti-
angin segar bagi MMI. Thalib diputuskan untuk memimpin Ahl halli wal
tetap dipegang oleh Irfan S. Awwas, dan dengan demikian era baru bagi
MMI dimulai.
24
Aminuddin, Muhammad Thalib, 117.
25
Aminuddin, Muhammad Thalib, 121.
19
c. Abu Muhammad Jibril
menjadi sorotan ketika putranya, Ridwan Abdul Hayyi alias Abu Umar,
tewas tertembak oleh tank pasukan Suriah di Kota Idlib pada tanggal 26
Maret 2015. Ridwan tewas pada saat perang bersama pasukan Jabhat Al
Nusra.26
Abu Muhammad Jibril juga diketahui pernah ikut aksi long march bersama
Ada lima pokok yang menjadi dasar idelogi MMI antara lain:
26
Zakiyuddin Baidhawy, “Dinamika Radikalisme dan Konflik Bersentimen Keagamaan di
Surakarta,” Ri'ayah: Jurnal Sosial dan Keagamaan 3, no. 02 (2019): 51.
27
Baidhawy, Dinamika Radikalisme, 52.
20
1) Wajib hukumnya melaksanakan syariat bagi umat Islam di Indonesia
lil alamin.28
Kegiatan ini biasa dilakukan para aktivis MMI melalui kegiatan tabligh di
Islam.29
28
Fauzan Al-Ansyari, Saya Teroris? Sebuah Pledoi (Jakarta: Republika, 2002), 88.
29
Al-Ansyari, Saya Teroris, 52.
21
Pokok persoalan utama yang selalu diangkat dalam dakwah adalah
kelompok Islam yang ada. Penyatuan berbagai gerakan Islam ini dinilai
firqah dalam Islam dianggap akan memperlemah barisan Islam itu sendiri
MMI memandang antara Islam dan negara merupakan hal yang tidak
30
Irfan Suryahadi Awwas, Dakwah dan Kihad Abu Bakar Baasyir (Yogyakarta: Wihdah Press,
2002), 23.
31
Al-Ansyari, Saya Teroris, 54.
22
adalah hadist Nabi yang berbunyi, “Barang siapa yang meninggal dunia
syariat Islam dan memberikan kebebasan kepada umat agama lain untuk
1945 adalah produk akal manusia yang tidak sakral, sehingga perlu
bencana.34
32
M. Zaki Mubarak, Geneologi Islam Radikal di Indonesia, Gerakan, Pemikiran dan
Prospek Demokrasi (Jakarta: LP3ES, 2007), 304.
33
Al-Ansyari, Saya Teroris? Sebuah Pledoi, 88.
34
Al-Ansyari, Saya Teroris? Sebuah Pledoi, 72.
23
HAM, menyatakan bahwa HAM tidak berlaku dalam sebuah komunitas
yang memiliki aturan Hak asasi manusia dibatasi oleh agama, konstitusi,
batasan-batasan tersebut.35
mati.36
dalam Islam memilih calon pasangan telah ditentukan oleh syariat. Haram
35
Rio Sulaiman, “Pemikiran dan Kiprah Majelis Mujahidin Indonesia,” (Undergraduate thesis,
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta), 37.
36
Ikhwan, 63.
37
Sulaiman, Pemikiran dan Kiprah, 38.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
teoretis, pendirian ini ditujukan demi tegaknya syariat Islam pada level politik
Kementerian Hukum dan HAM secara resmi mencabut status badan hukum
ini adalah untuk menuntut penegakan syariat Islam di Indonesia. Organisasi ini
dibentuk oleh Abu Bakar Ba’asyir pada tahun 2000 ditandai dengan adanya
MMI sudah tidak sesuai dengan syariat Islam. MMI dinyatakan sebagai
B. Saran
oleh organisasi Hizbut Tahrir Indonesia dan Majelis Mujahudin Indonesia serta
25
DAFTAR RUJUKAN
Al Amin, Ainur Rofiq. Membongkar Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI). Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2012.
Al-Ansyari, Fauzan. Saya Teroris? Sebuah Pledoi. Jakarta: Republika, 2002.
Aminuddin, Ahmad. “Muhammad Thalib, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Tafsir
Ayat-ayat Penegakan Syariat Islam di Indonesia.” Jurnal Tasawuf dan
Pemikiran Islam 8, no. 1 (2018): 113-143.
Arifin, M. Syamsul. “Pemikiran Abdul Qadim Zallum Tentang Majelis Umat Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Di Indonesia.” Al-Daulah: Jurnal Hukum Dan
Perundangan Islam 4, no. 02 (2014): 443–66,
https://doi.org/10.15642/ad.2014.4.02.443-466.
Awwas, Irfan Suryahadi. Dakwah dan Jihad Abu Bakar Baasyir. Yogyakarta:
Wihdah Press, 2002.
Azman. “Gerakan Dan Pemikiran Hizbut Tahrir Indonesia.” Al Daulah : Jurnal
Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan 7, no. 1 (2018): 99–113,
https://doi.org/10.24252/ad.v7i1.5329.
Azmy, Ana Sabhana. “Fundamentalisme Islam: Telaah Terhadap Pemikiran Politik
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).” JWP (Jurnal Wacana Politik) 5, no. 1
(2020): 92. 87–98, https://doi.org/10.24198/jwp.v5i1.27997.
Baidhawy, Zakiyuddin. “Dinamika Radikalisme dan Konflik Bersentimen
Keagamaan di Surakarta.” Ri'ayah: Jurnal Sosial dan Keagamaan 3, no. 02
(2019): 43-68.
Candrakusuma, Muslich dan Arif Santoso. “Tinjauan Komprehensif Konsep Uang
Taqiyuddin An-Nabhani.” Musyarakah: Journal of Sharia Economic (MJSE)
1, no. 1 (April 23, 2021): 20–33.
Chaq, Moh Dliya’ul. “Pemikiran Hukum Gerakan Islam Radikal Studi atas
Pemikiran Hukum dan Potensi Konflik Sosial Keagamaan Majelis Mujâhidin
Indonesia (MMI) dan Jamâ’ah Anshârut Tauhid (JAT).” Tafáqquh: Jurnal
Penelitian dan Kajian Keislaman 1, no. 1 (2013): 16-42.
Eriyanto. Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara,
2005.
Fitriyana, Siti Nur. “Fenomena Dakwah Eks-HTI Pasca Di Bubarkan.” Islamic
Comunication Journal 4, no. 2 (2019): 119–211.
Fuadi, Farkhan, Imanatur Rofiah, dan Selvia. “Toleransi Nasaruddin Umar Sebagai
Solusi Menanggulangi Radikalisme Atas Nama Agama.” Academia: Journal
of Multidiscilpinary Studies 5, no. 1 (2021): 1-27.
Hadi, Kisno dan May Linda Sari. “Fundamentalisme Radikal Dalam Pemikiran Dan
Gerakan Politik Keagamaan Di Indonesia: Studi Kasus Pembubaran Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI),” Jurnal Ledalero 20, no. 2 (2021): 159–73,
https://doi.org/10.31385/jl.v20i2.233.159-173.
26
Hayati, Nilda. “Konsep Khilafah Islᾱmiyyah Hizbut Tahrir Indonesia: Kajian
Living al-Qur’an Perspektif Komunikasi.” Epistemé: Jurnal Pengembangan
Ilmu Keislaman 12, no. 1 (2017): 169–200.
Hilmy, Masdar “Akar-Akar Transnasionalisme Islam Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI).” Islamica: Jurnal Studi Keislaman 6, no. 1 (September 2011): 1–13.
Mubarak, M. Zaki. Geneologi Islam Radikal di Indonesia, Gerakan, Pemikiran dan
Prospek Demokrasi. Jakarta: LP3ES, 2007.
Rusmiati, Elis Teti dkk. “Penguatan Moderasi Beragama di Pesantren untuk
Mencegah Tumbuhnya Radikalisme.” Abdi Moestopo: Jurnal Pengabdian
Pada Masyarakat 5, no. 2 (2022): 203-213.
Setia, Paelani dan M. Taufiq Rahman. “Kekhilafahan Islam, Globalisasi dan
Gerilya Maya: Studi Kasus Hizbut Tahrir Indonesia,” Fikrah: Jurnal Ilmu
Aqidah Dan Studi Keagamaan 9, no. 2 (2021): 64.
Suganda, Ahmad. “Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik
Hukum Indonesia,” Jurnal At-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan 29, no.
2 (2019): 1-20.
Sulaiman, Rio. “Pemikiran dan Kiprah Majelis Mujahidin Indonesia,”
.Undergraduate thesis, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syahril. Literasi Paham Radikalisme di Indonesia. Bengkulu: CV. Zigie Utama,
2020.
Zulaekah. “Pemikiran Ekonomi Taqiyuddin An Nabhani.” IQTISHADIA Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah 1, no. 1 (November 28, 2014): 76–97,
https://doi.org/10.19105/iqtishadia.v1i1.367.
27