Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TAFSIR INSTITUSI ORMAS DI INDONESIA

Tentang

Sejarah HTI-FPI dan Model Penafsiranya

Disusun Oleh :

Deni Andrian 1815020140


Gerhana Rizki Anugrah Ilahi 2015050074
Irma Syafitri 2115050047
Suryadi Herlis 2115050066

DosenPengampu:
Sefri Auliya,S.Th.I,M.Ud

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI IMAM BONJOL PADANG
TAHUN AJARAN 2023 M /1444
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa taala. berkat rahmat-Nyapemakalah


dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Makalah ini kami buat dengan maksud
untuk menunaikan tugas mata kuliah Studi Tafsir Ormas Indonesia . Pemakalah
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah ikut berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat diselesaikan dengan semestinya.

Pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi


kesempurnaan makalah ini. Pemakalah juga berharap makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan semua pihak yang membaca,terkhusus pelajar dalam
memahami materi ini lebih luas lagi.

Padang,10 April 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

A. Latar Belakang Berdirinya FPI-HTI ............................................................... 2

B. Tujuan didirikannya FPI-HTI ......................................................................... 6

C. Pro Kontra FPI-HTI ....................................................................................... 8

D. Kitab Tafsir Rujukan FPI dan HTI................................................................ 13

E. Tokoh-tokoh Sentral Hizbut Tahrir ............................................................... 15

F. Contoh Penafsiran ........................................................................................ 20

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 23

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 23

B. KRITIK .......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang pendirian FPI merajalelanya kezholiman dan maraknya
kemaksiatan di tengah masyarakat. Yang oleh karenanya telah telah kerusakan di
mana-mana, bahkan telah mengundang berbagai musibah seantero negri. Sehingga
harus ada dari bagian umat ini yang sudi tampil kedepan untuk melawan kezhaliman
dan memerangi segala kemunkaran, dengan segala resiko perjuangannya, agar
terhindar dari segala malapetaka yang bisa menghancurkan negri dengan segala isinya.

Signifikansi perkembangan HTI tidak terlepas dari metode komunikasi yang


digunakan. Dalam persektif komunikasi, model komunikasi mengalir dari mulut ke
mulut yang memanfaatkan kedekatan personal dikenal dengan istilah komunikasi getok
tular. Komunikasi getok tular merupakan komunikasi berantai yang beredar dengan
sendirinya di satu komunitas tertentu

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang terbentuknya FPI-HTI?


2. Apa tujuan didirikannya FPI-HTI?
3. Bagaimana Pro-Kontra antara FPI-HTI?
4. Siapa tokoh atau kitabTafsir yang dijadikan rujukan?
5. Bagaimana penafsiran ayatnya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya FPI-HTI


2. Untuk mengetahui tujuan didirikannya FPI-HTI
3. Untuk mengetahui Pro-Kontra antara FPI-HTI
4. Untuk mengetahui tokoh atau kitab tafsir yang dijadikan rujukan
5. Untuk mengetahui penafsiran ayatnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya FPI-HTI


1. FPI

Front Pembela Islam (FPI) didirikan pada tanggal 25 Robi‟uts Tsani 1419
Hijriyyah bertepatan dengan 17 Agustus 1998 , oleh sejumlah habib dan ulama serta
ribuan Umat Islam di Jakarta. FPI dideklarasikan sebaga wadah kerjasama Umat- umat
dalam mennegakkan amar ma‟ruf nahi munkar di seluruh sektor kehidupan. Karenanya
FPI harus peduli terhadap dakwah dan harokah, aqidah dan syari‟at, akhlak dan moral,
sosial dan kemasyarakatan, pendidikan dan kebudayaan, ekonomi dan industri, politik
dan keamanan, pengetahuan dan teknologi, serta sektor-sektor kehidupan Umat
manusia lainnya.
Disebut FRONT karena orientasi kegiatan yang dikembangkan lebih pada
konkrit yaitu berupa aksi FRONTAL yang nyata dan terang dalam menegakan amar
ma‟ruf nahi munkar. Sehingga diharapkan senantiasa berada di garis terdepan untuk
melawan dan memerangi kebhatilan. Melihat pada kacamata sejarah, bagaimana pada
jaman dahulu para Sahabat ra senantiasa berlomba-lomba untuk berada di front
terdepan pada setiap peperangan melawan musuh Allah taala . Dan Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam. Sebagaimana mereka juga senantiasa berlomba untuk
berada di shoff paling depan pada saat shalat berjama‟ah sesama mereka.
Disebut PEMBELA adalah dengan harapan agar senantiasa bersikap pro aktif
dalam melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaaran dan keadilan. Dan
dengannya diharapkan pula bisa menjadi pendorong untuk tidak berfikir tentang apa
yang bisa didapat, namun sebaliknya agar berfikir tentang apa yang bisa diberi.
Adapun kata ISLAM menunjukan bahwa perjuangan FPI harus berjalan diatas
ajaran Islam yang benar lagi mulia.
Alasan dibalik berdirinya FPI yang dikenal radikal ini. Pertama, dikarenakan
mereka merasa bahwa umat Islam di Indonesia telah dizholimi oleh oknum Militer

2
3
dan penguasa yang kemudian mereka anggap bahwa Pemerintah Republik Indonesia
telah melanggar HAM. Kedua, banyaknya kemaksiatan yang merajalela di seluruh
sektor kehidupan. Ketiga, adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan
harkat dan martabat Islam serta umat Islam.
Aktivis FPI juga berkisar pada penyerbuan dan perusakan tempat-tempat
maksiat, seperti bar, panti pijat, diskotik, serta tempat perjudian dan prostitusi, juga
terhadap berbagai kelompok religious lain yang tidak sejalan dengan pemahaman
Rizieq Syihab tentang Islam.
FPI adalah organisasi amar ma‟ruf nahi munkar yang berdasarkan Islam dan
beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah.
Islam dijadikan landasan organisasi, karena memang Islam adalah agama yang
kamil syamil (sempurna lagi menyeluruh). Islam mengatur secara ijmail atau global,
maupun tafshili atau rinci, berbagai masalah dan tatacara kehidupan manusia. Sehingga
bagi seorang muslim tidak mungkin melepaskan diri sesaat pun juga dari ikatan ajaran
Islam. Kapan saja wajib ia tunduk kepada ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan
tidak boleh separuh-paruh.
Organisasi FPI ini mewajibkan kepada anggotanya untuk menjunjung tinggi
kesatuan dan persaudaraan umat Islam. Dalam organisasi ini, siapapun tidak ada tempat
bagi yang begitu mudah menuduh bahwa seorang itu kafir dan menyesatkan saudara
muslimnya hanya karena kepemimpinan diantara mereka. Aqidah dari organisasi FPI
ini adalah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah yang menjadi benteng kokoh untuk perjuangan
yang berjuang untuk mnghancurkan dari pemikiran keyakinan yang sesat dan
menyesatkan, sehingga umat manusia jauh dari ajaran-ajaran agama Islam. Akan tetapi
dalam sumber lain sejarah berdirinya FPI menunjukan adanya semangat keagamaan
sekelompok umat Islam untuk melakukan aktivitas gerakan dakwah dengan identitas
keislaman yang cukup fanatik. Pada hari ulang tahun kemerdekaan bangsa Indonesia
ke 54, tepatnya 17 agustus 1998, berkumpul sejumlah ustadz se- Jabodetabek di
pesantren Al-Umm Ciputat Tangerang. Dari pertemuan disepakati
4
membentuk suatu wadah atau organisasi untuk bertujuan menampung aspirasi umat
sekaligus mencari solusi atas berbagai persoalan-persoalan umat.

2. HTI

Hizbut Tahrir yang resmi didirikan pada tahun 1953 M / 1372 H oleh Syaikh
Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an Nabhani, seorang hakim
(Qadhi) pada Mahkamah Banding di Al-quds, Palestina. Amir Hizbut Tahrir saat ini,
ialah Syaikh Atha Abu Rusyatah,menjabat sejak 2003 M / 1424 H. Hizbut Tahrir
adalah sebuah gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkanumat Islam
di seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui dakwah untuk
menegakan Khilafah Islamiyah. Pendirian Hizbut Tahrir dimulai sejak 1949 yang pada
awalnya diniatkan untuk membentuk partai politik di kota Al-quds. saat ituAs-Syaikh
Taqiyuddin An-Nabhani sedang menjabat pada Mahkamah Al-Isti‟nafAsy-asyar‟iyah.
As-Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani terus melakukan aktivitas politik dan terus
melakukan diskusi-diskusi untuk meyakinkan sekelompok di antara para ulama
terpandang, para hakim terkemuka, serta para tokoh politik dan pemikiran yang
terkemuka untuk mendirikan sebuah partai politik yang berasaskan Islam. Di antara
mereka adalah As-syaikh Ahmad Ad-Daur, Namr Al-Mishri, Dawud Hamdan, As-
Syaikh Abdul Qadim Zallum, Adil An-Nablusi, Ghanim Abduh, Munir Syaqir, As-
Sayaikh As‟ad Bayudl At-Tamimi dan lainnya.
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis dakwah
di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia terutama kampus-kampus yang berada di
Kota Bogor saat itu. Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut tahrir merambah ke
masyarakat, melalui berbagai kegiatan dakwah di Masjid, perkantoran, perusahaan,
kampus dan perumahan (komplek).Contohnya; aktivitas yang dilakukan di kampus
misalnya dengan mengadakan kajian-kajian antar anggota Hizbut Tahrir di Masjid.
Begitupula aktivitas yang dilakukan ditempat-tempat yang telah disebutkan tersebut,
Hizbut Tahrir dalam berdakwah dilakukan dengan cara terbuka. Untuk contoh lainnya
dakwah dilakukan dan dibantu oleh anggota Hizbut Tahrir
5
yang memang sudah matang penguasaan Tsaqofah Hizbut Tahrirnya. Menjelangtahun
2000 kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia mulai muncul ke ruang publik, tak terkecuali di
Provinsi Banten. Kegiatan utama Hizbut Tahrir di Banten terfokus pada artikulasi,
agregasi dan edukasi, berupa kegiatan Tatsqif Murakkaz (pembinaan intensif) dan
Tatsqif Jama‟i (pembinaan umat).Tatsqif Murakkaz dilakukan melalui halaqah-
halaqah bagi setiap anggota Hizbut Tahrir, terutama dalam membentuk kader dakwah
yang berkepribadian Muslim. Sedangkan Tatsqif Jama‟i sendiri merupakan kegiatan
yang dilakukan melalui pengajian-pengajian umum, baik di Masjid, Majelis Taklim,
lewat media massa (Koran, Televisi dan Radio) ataupun lewat seminar dan penerbitan
buku. Dari segi kelembagaan Hizbut Tahrir sendiri tidak memiliki lembaga pendidikan
formal.Namun, terdapat sejumlah lembaga pendidikan Islam di wilayah Banten yang
memang dikelola oleh para aktivis Hizbut Tahrir. Lembaga Islam tersebut antara lain,
Pesantren Al- Abqari di Jalan Ciwaru Raya Kota Serang dan SMP (Sekolah Menengah
Pertama) Insan Tama di Taktakan. Namun lembaga pendidikan Islam yang dimana di
dalamnya dikelola Hizbut Tahrir, tidak dapat diklaim sebagai milik Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir selain aktif dalam pendidikan Islam, Hizbut Tahrir pun aktif dan
memiliki beberapa organisasi sayap, diantaranya Gerakan Mahasiswa (Gema)
Pembebasan Hizbut Tahrir, yang telah resmi dibentuk pada tanggal 28 Februari 2004
di Auditorium Pusat.
Studi Jepang Universitas Indonesia. Organisasi ini terus menyebar di Indonesia
mulai dari tingkat pusat hingga perguruan tinggi dengan membuat struktur baku
Pengurus Pusat (PP), Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Daerah (PD) danPengurus
Komisariat (PK). Pada tahun 2009 yang menjadi penanggung jawab umum PP Gema
Pembebasan Hizbut Tahrir adalah Erwin Permana setelah sebelumnya menggantikan
Mutohar Jamil. Tokoh Hizbut Tahrir di Banten ialah Yasin Mutohar yang membawa
dan mengI‟la kan Hizbut Tahrir di wilayah Banten, sehingga pada sekitar tahun 2000
Hizbut Tahrir eksis di ranah publik. Di Banten, Gema Pembebasan Hizbut Tahrir
terdapat di sejumlah kampus seperti, Universitas Sultan Ageng
6
Tirtayasa (UNTIRTA) dan Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin
Banten.
Pemikiran yang dijadikan dasar berdirinya Hizbut Tahrir ialah pemikiran atas
dasar Islam. Pemikiran tersebut meliputi akidah Islam, pemikiran yang di bangun atas
nama Islam sertahukum-hukum yang digunakan ialah hukumIslam. Hizbut Tahrir
bukan hanya menjalankan pemikiran Islam yang bersifat global.Namun, Hizbut Tahrir
juga mengadopsi sejumlah pemikiran yang dibutuhkan dalam aktifitas mengembalikan
hidup yang Islami serta mengemban dakwah Islam dengan mendirikan negara
Khilafah.
Dalam mendirikan sebuah organisasi maupun partai politik biasanya terlahir
pro dan kontra mengenai cara ataupun sistem organisasi maupun partai politik tersebut.
Salah satu ulama di Banten yakni, Abuya Muhtadi mengatakan Hizbut Tahrir haram
dalam sebuah berita yang penulis baca.Hal ini lumrah terjadi.Seperti halnya dengan
Hizbut Thrill selain sebagai organisasi Islam, Hizbut Tahrir pun disebut sebagai partai
politik yang berlandaskan pada Islam.Selain mendapat dukungan, Hizbut Tahrir pun
tidak jarang mendapat hujatan, cacian, dipandang sesat dan dipandang sinis oleh
sebagian orang (umat Muslim).

B. Tujuan didirikannya FPI-HTI

1. FPI

Sesuai latar belakang pemdirikannya, maka FPI mempunyai sudut pandang


yang menjadi kerangka berfikir organisasi atau visi, bahwa penegakan amar ma‟ruf
nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauhkan kedzaliman dan
kemunkaran. Tanpa penegakan amar ma‟ruf nahi munkar, mustahil kedzaliman dan
kemunkaran akan sirna dari kehidupan umat manusia di dunia. FPI bermaksud
menegakan amar ma‟ruf nahi munkar secara kaffah di segenap sector kehidupan,
dengan tujuan mencuptakan umat solihat yang hidup dalam baldah thoyyibah dengan
limpahan keberkahan dan keridhoan Allah „Aza Wa Jala Insay Allah.
7
FPI membentuk suatu komite penegakkan syariat Islam yang bertugas
masing-masing:
a). Memperjelas visi dan misi penegakkan syariat Islam di Indonesia.

b). Mensosialisasikan syariat Islam secara merata dan menyeluruh kepada


masyarakat.
c). Merumuskan perundang-undangan Islam secara sistematis.

d). Membuat pemetaan wilayah dari segi kesiapan pelaksanaan syariat Islam.
e). Melakukan upaya-upaya konstitusional untuk penegakkan syariat Islam
Organisasi Front Pembela Islam (FPI) ini juga mempunya prinsip-prinsip
untuk menegakan amar ma‟ruf nahi munkar tersebut, yang mana prinsip ini mereka
adopsi dari prinsip- prinsip perjuangan Islam yang pernah diletakan oleh seorang
mujahid Da‟wah, yaitu Al-Imam Hasan Al-Bana. dan beliau adalah sebagai pedoman
perjuangan FPI. Tidak beriman seseorang itu sebelum ia menjadikan ajaran Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam. Sebagai pedoman hidupnya dalam mengatasi berbagai
persoalan. Dia harus tunduk dan ikut kepada ajaran Nabi Shalallahu alaihi wasallam.
Dalam setiap permasalahannya. Dia harus menerima sepenuhnya tanpa sedikitpun
keraguan atau keberatan, apa saja yang telah menjadi putusan hukum Nabi Shalallahu
alaihi wasallam. Bagi umatnya, sebab beliau memiliki kesempurnaan baik itu sifat,
perilaku maupun tutur kata. Banjiran pujaan terhadap beliau tidak akan lekang dimakan
oleh zaman, bahkan sejak zaman para sahabat sekalipun pujian itu tetap mengalir
sampai pada saat ini dan sampai akhir kiamat kelak nanti.
Kemuliaan dan kekaguman terhadap kepribadian Nabi Muhammad Shalallahu
alaihi wasallam . tidak hanya diapresiasi oleh orang-orang muslim saja, akan tetapi
orang-orang non Muslim pun tidak terlepas dari kekaguman mereka mereka disaat
mereka mempelajari kehidupan Rasulullah. Pengetahuan dan kajian.

2. HTI

Beberapa poin penting yang melatar belakangi berdirinya HTI:


a). Mengembalikan kehidupan yang Islami
8

b). Mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia


c). Membangun masyarakat di atas nama Islam.
Dalam mendirikan sebuah organisasi maupun partai politik biasanya terlahir
pro dan kontra mengenai cara ataupun sistem organisasi maupun partai politik tersebut.
Salah satu ulama di Banten yakni, Abuya Muhtadi mengatakan Hizbut Tahrir haram
dalam sebuah berita .Hal ini lumrah terjadi.Seperti halnya denganHizbut Tahrir selain
sebagai organisasi Islam, Hizbut Tahrir pun disebut sebagai partai politik yang
berlandaskan pada Islam.Selain mendapat dukungan, Hizbut Tahrir pun tidak jarang
mendapat hujatan, cacian, dipandang sesat dan dipandang sinis oleh sebagian orang
(umat Muslim).

C. Pro Kontra FPI-HTI

Menurut FPI dan HTI, perubahan sila pertama dalam Piagam Jakarta
merupakan kecelakaan Politik Islam yang sangat besar. Bentuk Negara Indonesia
sudah mengarah kepada liberalisme dan jauh dari nilai-nilai politik Islam. karenanya,
baik FPI dan HTI ingin mengembalikan piagam Jakarta pada posisi semula. Pendek
kata, FPI dan HTI sebenarnya penyambung lidah keinginan dari DI/TII yang
melakukan pemberontakan seperti di Jawa Barat pada tahun 1949-1962 di JawaTengah
pada 1965 di Sulawesi yang berakhir pada 1965 di Kalimantan berakhir pada 1963 dan
di Aceh pada 1953 yang berakhir dengan kompromi pada 1957 46, bisa dikatakan
melanjutkan perjuangan gerakan politik identitas masa lalu.
Pandangan politik HTI rujukannya antara lain kitab Nidzam al-Islam sebagai
kitab pertama Syaikh Taqiyuddin al-Nabhani mengklasifikasi ideologi yang ada di
dunia. Menurutnya, jika ditelusuri, ideologi yang ada di dunia hanya, yaitu
Kapitalisme, Sosialisme (Komunisme), dan Islam. Kapitalisme tegak atas dasar
pemisahan agama dengan kehidupan (sekularisme). Ideologi ini berpendapat bahwa
manusia berhak membuat peraturan hidupnya, sehingga lahirlah ide demokrasi dan
juga kapitalis. Adapun Sosialisme (komunisme) memandang bahwa alam semesta,
manusia, dan hidup adalah materi. Materi inilah yang menjadi asal dari segal
9
sesuatu. Melalui perkembangan dan evolusi, materi benda-benda lainnya menjadi ada.
Di balik alam materi tidak ada alam lainnya. Kedua ideologi ini berbeda dengan Islam.
Sebagai ideologi, Islam memandang bahwa di balik alam semesta, manusiadan
hidup, terdapat pencipta dari semuanya, yaitu Allah Subhanahu wata‟ala. Dengan
demikian, asas ideologi ini adalah keyakinan terhadap adanya Allah Subhanahu
wata‟ala
Abdul Qadim Zallum salah seorang ulama HTI mengatakan bahwa demokrasi
adalah sistem kufur, tidak berasal dari Islam dan tidak memiliki hubungan apapun
dengan Islam. Kekufuran disebabkan demokrasi memberikan empat kebebasan, yaitu:
kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan kepemilikan, dan kebebasan
bertingkah laku.Pendapat tersebut telah menolak secara tegas bentuk demokrasi, baik
sosialis, kapitalis atau demokrasi Pancasila. Bagi Zallum, demokrasi beserta nilai yang
terkandung didalamnya merupakan produk kafir yang tidak bisa menjadi rujukan
sistem politik Islam. Menurutnya, Islam sebagai agama yang sempurna telah
memberikan perangkat politik sempurna yang sering disebut dengan sistem khilafah
an-Nubuwah.
Itu berarti mengganti sistem politik merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan oleh setiap umat Islam, baik secara moderat maupun radikal dengan
melakukan perebutan pos-pos strategis dalam struktur Negara, maupun “lunak” seperti
penguasaan diskursus keagamaan melalui penghadiran doktri-doktrin kunci yang dapat
menandingi konsep-konsep status-quo seperti paham demokrasi, kapitalisme dan
liberalisme. Dokterin Khilafah Islamiyah diakui oleh aktivis HTI sebagai antitesi
ideologi yang siap menandingi, bahkan mengganti posisi konsep Negara bangsa
(NKRI) yang sudah dianggap final di Indonesia. Tidak ayal, sinyal elemen
“menantang” dari kelompok HTI ini sempat membuat elit sejumlah organisai social-
keagamaan, terutama NU, menjadi gerah dengan menuduhnya sebagai organisasi
makar yang hidup dengan mendompleng demokrasi. Dari sinilah wacana “Islam
tradisional” menggelinding lebih luas, seakan membawa nuansa ideologi yang
mengancam eksistensi organisasi keagamaan yang lahir dari pergumulan lokalitas
10
keindonesiaan yang otentik. HTI perpandangan antara agama dan Negara merupakan satu
kesatuan. Ideologi sebagai pondasi harus berdasarkan ajaran islam dan tidak menerima
selainya. Ormas ini mencontoh kepada masa 30 tuhan antara pemerintahan nubuwwah pada
masa Nabi Muhammad serta khalifah pada masa sahabat Khulafa‟ Rasyidin, inilah masa
pemerintahan Islam authentik. Pemerintah nubuwwah dan Khulafa Rasyidin sanggup
memimpin agama dan Negara dalam kesatuan spirit sehingga keadilan terhadap rakyat
dijamin berdasarkan amar ma‟ruf nahi munkar.
Menurut HTI, perbedaan utama antara akidah Islam dan akidah-akidah lainya
terletak pada dimensi politik dan ruhani. Hal yang keliru jika umat Islam terutama
ulama harus menjauhi politik. Anggapan ini menurutnya merupakan pengaruh dari
paham sekuler, yang masih trauma dengan campur tangan gereja terhadap kekasiaran
Eropa pada abad pertengahan. Oleh karena itu, aspek spiritual dan politik merupakan
bagian integral dari Islam. Bagi Hizbut Tahrir, Islam adalah ideologi (mabda’) dunia
yang menjadi jalan kemaslahatan akan terwujudnya Islam menjadi acuan politik, bukan
dengan ideologi yang lainnya.Umat Islam harus sadar politik. Lebih jauh, gerakan ini
menyakini bahwa akidah Islam merupakan pemikiran yang bersifat politik dan asas
pemikiran politik bagi umat Islam.
Menurut HTI akidah Islam bersifat politik nubuwwah. Konsep ini sebenarnya
memberi pemahaman bahwa politik sebenarnya bagian dari wilayah ijtihad atas tafsir-
tafsir Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Hal ini sebagaimana rujukan politik HTI yang
mengacu pada sistem politik Nabi dan Khulafau Rasyidin. Padahal pada masa nabi
secara administrasi, sistem politik nabi masih belum jelas pembagian kekuasaan.
Semua kekuasaan baik eksekutif, legislatif dan yudikatif berada dalam satu tangan
yaitu Nabi Muhammad. Begitu juga pada masa khulafaurasyidin terjadi sistem khilafah
yang berbeda-beda. Ini menunjukan bahwa sistem khilafah nubuwah sebenarnya
bersifat ijtihadiyah saat itu dan tidak berbeda dengan sistem pemerintah yang datang
berikutnya seperti Republik, Sultan dan lain-lain.Konsepsi Khilafahmuncul sejak awal
Islam dan terjadi perbedaan di antara umat Islam, sesuai dengan sudut pandangnya
masing-masing, terutama dalam diskursus teologis. Terdapat du
11
kelompok besar teologis Islam, yaitu Sunni-Syi‟i. Wacana khilafah terus berlanjut
dinamis dan eksis keberadaanya sampai sekarang, sebagaimana terus berlanjutnya
dua aliran besar sunni syi‟i, Selain Khilafah, istilah lain adalah al-Mulk, kesultanan
atau kerajaan yang secara praktis sebenarnya sudah muncul setelah masa generasi
khulafa‟al-rosyidin, walaupun dalam pemakaian gelar bagi bani Umayah dan bani
Abbasiyah masih menggunakan nama khilafah. Ciri masa kesultanan ini adalah adanya
otoritas kekuasaan pada garis keturunan tertentu. Hal ini terjadi pada bani Abbasiyah
dan Bani Umayah. Untuk sistem ke-khilafahan mengalami kebangkitan kembali pada
masa Khilafah Utsmaniyah dari Turki yang berkuasa di sebagian besar wilayah Islam.
Selain HTI, Visi dan Misi Front Pembela Islam (FPI) yaitu penerapan syariat
Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah Islamiyyah menurut Manhaj
Nubuwwah, melalui pelaksanaan da‟wah penegakan hisbah dan pengamalan jihad,
dengan pendekatan amar ma‟ruf nahi munkar.Menurut Thoha Hamim sebagaimana
dikutip oleh Saeful Anwar, bahwa munculnya gerakan radikal di Indonesia terutama
FPI dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan militant yang terjadi di timur tengah dan
Negara-negara lain. Antara lain: Jabbat Al-Tahrir Al-Falistini di Palestina, Palestina
Libration Fornt (PLF) di Palestina, Moro National Libration Front (MNLF) di
Philipina, Pasukan Ababil dan Laskar Jundulloh di Jakarta, yang mana organisasi
tersebut bergerak secara militant akibat ketidak puasan terhadap pemerintahpenguasa.
Sebagai gerakan dalam rangka mewujudkan amar ma‟ruf nahi mungkar, FPI
melakukan kebajikan dan mencegah segala bentuk kemungkaran. Maka ketika
kebijakan pemerintah dianggap bertentangan dengan syariah, FPI melakukan aksi
melawan nya baik dalam bentuk soft maupun dalam wujud melakukan perusakan
fisik seperti perusakan fasilitas pemerintah.Sebagai ormas yang menganut faham
Ahlusunnah Wal Jamaah, FPI sebenarnya mempunyai kesamaan pemikiran politik
dengan Nahdlatul yang merujuk kitab-kitab klasik seperti Al-Mawardi, Al-Ghozali, Ibn
Taimiyah. Perbedaannya, yaitu FPI lebih memilih pemahaman secara tekstual,
sedangkan NU subtansial. Perbedaan pandangan ini berimplikasi pada pemahaman
12
ideologi. Jika NU memahami ideologi Pancasila sebagai ideologi yang mengandung
nilai-nilai islami, sedangkan FPI menganggap sebagai ideologi Islam yang secara
formalitas harus menjalankan syariah. Lalu muncul istilah “NKRI bersyariah”, suatu
bentuk cita-cita politik FPI dalam mewujudkan Khilafah Islamiyah di Indonesia.FPI
sebagai gerakan amar ma‟ruf nahi munkar yang ingin mewujudkan khilafah masa
sekarang menemukan momentumnya seiring dengan dominasi dimensi politik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini. Seolah-olah semua dimensi
kehidupan selalu diukur dengan perspektif politik, baik kehidupan ekonomi, sosial,
budaya, agama, kepemimpinan, pendidikan.
FPI mencoba masuk menerobos pada wilayah politik dengan menawarkan
sesuatu yang baru dengan label “NKRI Bersyariah”, yang sebenarnya adalah pola lama
atas kenangan kejayaan pemerintah Islam masa lalu. Tawaran ini merupakan wujud
realitas politik dalam sejarah Islam masa lalu yang tidak ada kesepakatan mengenai
bentuk relasi antara Islam dengan politik itu sendiri, sehingga ada beragam teori politik
yang diterapkan dan dikembangkan. Akibatnya, adanya anggapan legitimasi
keagamaan atas faham teori politik yang dipahaminya. Legitimasi ini menjadi kuat bagi
yang berkuasa untuk memperpanjang kekuasaannya atau bahkan menindak lawan
politiknya. Pola hubungan antara agama dan Negara (politik) pada masa awal Islam
melahirkan konsep teori politik yang disebut dengan Khilafah.
Cita-cita khilafah nubuwah FPI sedikit berbeda dengan HTI. FPI bersifat
reaksioner dalam mewujudkan cita-cita politiknya, sedangkan HTI melakukan gerakan
secara evolusioner dan kaderisasi secara sistemik di berbagai lembaga pendidikan dan
Perguruan Tinggi. Selain itu FPI lebih bersifat terbuka dalam memperjuangkan cita-
cita, sedangkan HTI sebagai gerakan politik bawah tanah melakukan taqiyah
(menyembunyikan identitas). Sehingga FPI lebih menonjol pada gerakan amar ma‟ruf
nahi munkar ketimbang gerakan politiknya. Walaupun keduanya punya kesamaan
cita-cita yaitu merubah Ideologi Pancasila menjadi Ideologi Agama.
13

D. Kitab Tafsir Rujukan FPI dan HTI

1. Kitab tafsir rujukan FPI


Tafsir al-Mawardi adalah sebuah kitab yang memuat kumpulan
ta’wil dan tafsir terhadap ayat-ayat yang tersembunyi dan sulit dipahami maknanya, di
dalamnya berisi perkataan-perkataan ulama salaf dan yang terdahulu, yang mana
penafsiran kitab ini disandarkan kepada perkataan-perkataan mereka dari makna yang
paling baik menurut Imam al-Mawardi.
FPI merupakan organisasi lintas organisasi keagamaan dan lintas partai.
Sepanjang masih menganut paham Ahlu Sunnah wal Jama‟ah, seseorang masih bisa
menjadi anggota FPI. Dalam konteks ini, Ahlu Sunnah wal Jama‟ah ditafsirkansebagai
paham keagamaan dengan pengertiannya yang luas meliputi siapa pun dan kelompok
manapun selama yang bersangkutan berpedoman pada Al-Qur‟an, hadist, ijma‟, dan
mazhab keagamaan seperti yang ada dalam khazanah keilmuan Islam, yaitu mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali. Al-Qur‟an adalah rujukan utama, sementara
Sunnah Rasul merupakan sumber kedua yang menjadi dalil/penetapanhukum agama.

2. Contoh penafsiran FPI


FPI memiliki prinsip perjuangan amar ma‟ruf nahi munkar. Rujukan ini
didasarkan pada dalil Al-Qur‟an yang menyatakan adanya perintah tersebut yaitu
dalam Q.S Ali-Imran ayat 104, yang berbunyi, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٰۤ
ِّ ‫َو ْلتَك ُْن ِّم ْنكُ ْم ا ُ َّمةٌ يَّ ْدع ُْونَ اِّلَى ا ْل َخي ِّْر َويَأ ْ ُم ُر ْونَ ِّبا ْل َم ْع ُر ْو‬
‫ف َويَ ْنه َْونَ ع َِّن ا ْل ُم ْنك َِّر ۗ َواُول ِٕىكَ هُ ُم‬
َ‫ا ْل ُم ْف ِّل ُح ْون‬.
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 104)

Ayat ini mengandung perintah yang wajib dilaksanakan, disamping


menjelaskan bahwa keberuntungan hanya dapat dicapai melalui pelaksanaan hal
tersebut sebagaimana yang ditunjukkan oleh penutup ayat, dan merekalah orang- orang
yang beruntung. Dapat pula disimpulkan bahwa perintah tersebut merupakan fardhu
kifayah, dan bukan fardhu „ain, dan karenanya jika telah ada (secara cukup) segolongan
umat yang melaksanakanya, maka kewajiban tersebut dapat dianggap gugur berkaitan
14
dengan orang-orang selain mereka. Sebab disini Allah taala tidak menyatakan “
hendaklah kalian semuanya menjadi orang-orang yang menyeru kepada kebijakan‟
tetapi “ hendaklah ada diantara kalian‟.
Oleh sebab itu, jika telah ada satu orang saja atau sekelompok orang yang
melaksanakannya (secara cukup), maka gugurlah kewajiban tersebut berkaitan dengan
orang-orang selain mereka. Walaupun yang beroleh keberuntungan hanya mereka yang
melaksanakanya saja. Sebaiknya, apabila tak seorang pun dari mereka yang
melaksanakan perintah itu, maka dosanya pasti ditanggung oleh mereka semua yang
memiliki kemampuan. Habib Rizieq memaknai ayat-ayat amar ma‟ruf dan nahi
munkar sebagai kewajiban setiap muslim. Realitas menunjukkan bahwa lokasi
pelacuran, pusat perjudian dan narkoba, pusat hiburan malam, dan lokasi maksiat
lainnya selalu dijaga ketat oleh preman, bahkan diprediksi aparat keamanan. Jika aksi
amar ma‟ruf nahi munkar ingin diterapkan, maka aksi dan gerakan amar ma‟ruf dan
nahi munkar tidak bisa dihindari, atau dengan kata lain harus menggunakan kekarasan.
Habib Rizieq juga menyadari bahwa penegakkan amar ma‟ruf dan nahi munkar tidak
mungkin dilakukan tanpa jalan kekerasan.
Dan beliau menertibkan perkataan-perkataan para ulama itu dengan baik, dan
meringkasnya dalam suatu ayat tertentu, dan memilih satu, dua, atau tiga perkataan
para ulama

3. Tokoh yang berperan dalam pembentukan Front Pembela Islam (FPI)


Organisasi FPI secara resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1998, bertepatan
dengan tanggal 24 Rabiuts Tsani 1419 H, di pondok pesantren Al- Um Kampong Utan,
Ciputat, Jakarta Selatan. FPI ini didirikan oleh sejumlah haba‟ib, ulama‟, muballigh,
serta aktivis muslim dan umat Islam. Tokoh yang mempelopori berdirinya FPI adalah
Habib Muhammad Rizieq Shihab. Tidak hanya di Jakarta, seiring berjalannya waktu,
simpatisan Front Pembela Islam (FPI) bertambah banyak dan mendirikan FPI di
daerah-daerah, Seperti di Surakarta, Bandung dan Yogyakarta hingga hampir di setiap
kota di Indonesia
Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad adalah sekretaris dewan syura yang
awalnya menjadi ketua FPI di Pasuruan. Beliau masuk dan mengenal FPI pada tahun
2000 sebagai simpatisan dibawah ketua habib Abdurrahma Bahlega Assegaf. Namun,
tak berselang lama habib Abdullah ditarik dan diamanahu mandat menjadi ketua FPI
di Pasuruan. Lantaran habib Abdurrahman Bahlega Assegaf yang awalnya sebagai
ketua FPI Pasuruan akhirnya naik ketingkat Provinsi, Posisi habib Abdullah yang
masih remaja dan duduk dibangku sekolah menengah pertama telah menjadi ketua. Tak
15
heran menuai pujian dari habib Rizieq bin Syihab sebagai ketua FPI paling muda.
Pada tahun 2002 habib Abdullah berhenti dan fakum dari posisi sebagai ketua FPI
lantaran usia yang masih muda dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan terlebihi
dahulu. Pada tahun 2014 habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad kembaliaktif dan
mencoba untuk membangun kembali aktifitas FPI yang sempat fakum dari kegiatan -
kegitan.

E. Tokoh-tokoh Sentral Hizbut Tahrir


1. Taqiyuddin an-Nabhani

a. Kehidupan As Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani yang memiliki nama lengkap Abu Ibrahim


Taqiyuddin Muhammad bin Ibrahim bin Mushthofa bin Ismail bin Yusuf bin Hasan
bin Muhammad bin Nasruddin an- Nabhani.1 Dilahirkan di desa Iljzim pada 1909 M
atau 1910 M. Dia terlahir dari kalangan keluarga terhormat dan sangat berpengaruh
dalam kehidupan sehari-hari. Karena memiliki kedudukaan tinggi dalam bidang ilmu
pengetahuan dan agama. Ayah dia bernama as-Syaikh Ibrahim an-Nabhani. Selain
seorang Syaikh yang mutafaqih fiddin, dia juga sebagai pengajar ilmu syariah di
Kementrian Pendidikan Palestina. Begitu juga dengan kakeknya dari jalur ibu yaitu as-
Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani seorang ulama yang sangat menonjol di masa
2
Daulah Utsmaniyah. Dibawah perhatian dan pengawasan sang kakek, Syaikh
Taqiyuddin an-Nabhani mengalami perkembangan dibidang keagamaan. Sehingga
mempengaruhi pembentukan kepribadiannya yang mana sebelum mencapai umur 13
tahun Syaikh Taqiyuddin an- Nabhani sudah hafal Alquran. Dan dia juga banyak
mengerti politik. Semua itu tidak lain dari ajaran kakenya. Karena kakenya merupakan
ahli dalam bidang tersebut. Selain itu pula Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani banyak
belajar dari forum dan diskusi fiqih yang diselenggarakan oleh kakenya juga. Melihat
semangat sang cucu dalam menuntut ilmu Syaikh Yusuf banyak menilai adanya tanda-
tanda kecerdasan dalam diri Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.
b. Pendidikan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani

Adapun pendidikan formal tingkat dasar yang dijalaninya yaitu sekolah Negeri
an-Nidzomiyah di daerah Ilzim. Kemudian melanjutkan ke sekolah tingkat menengah
di Akka belum sempat menyelesaikan sekolah tingkat menengah di Akka Syaikh
Taqiyuddin an-Nabhani pergi ke Kairo dan pindah untuk melanjutkan sekolah tingkat
16
menengah di al- Azhar. Dengan alasan untuk merealisasikan keinginan sang kakek
untuk mengirimkannya ke al-Azhar guna melanjutkan pendidikan agamanya.

Dan pada 1928 Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani lulus dari sekolah tingkat menengahnya
dengan mendapatkan predikat terbaik. Setelah lulus dari sekolah tingkat menengah
Syaikh Taqiyuddin an- Nabhani melanjutkan ke perguruan tinggi di fakultas Darul
Ulum Kairo jurusan bahasa dan sastra Arab. Selain belajar di fakultas Darul Ulum
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani juga belajar di Ma‟had al-Ali li al- Qadha as-syar‟iy
Fi lial Al-azhar jurusan peradilan. Di samping kegiatannya sebagai mahasiswa di dua
perguruan tinggi, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani punselalu aktif menghadiri kajian
kelompok (halqah) ilmiah di al-Azhar seperti yang telah disarankan kakenya kepada
dia. Pembahasan dalam kajian-kajian tesebut yaitu mengenai bahasa dan syariah. Di
antaranya : fiqh, usul fiqh, hadis, tafsir, tauhid, dan yang sejenisnya. Melihat ketekunan
belajar dan semangat dalam memanfaatkan waktunya untuk menimba ilmu, Al-ustadz
(profesor) Zahir Kahalah seorang Direktur Administrasi di fakultas al-Ilmiyah al-
Islamiyah yang selama ini selalu menemani Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dari
semenjak menginjakan kakinya di fakultas tersebut sampai dengan lulusnya.
Menuturkan bahwa Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah seorang yang jujur, mulia,
bersih, ikhlas, semangat, bergelora, dan sensitif terhadap apa yang menimpa umat
Islam sebagai dampak ditanamkannya entitas Israeldi dalam jantung mereka. Maka dari
itu dengan karakter yang dimilikinya menjadikan pusat perhatian para kolegan dan
dosen- dosennya. Dengan waktu yang sama pada1932 M Syaikh Taqiyuddin an-
Nabhani menyelesaikan pendidikannya di Kairo dan al-Azhar.

c. Karya-karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani

Adapun karya-karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani yang menjadi landasan


dalam dakwah Hizbut Tahrir yang telah diterbitkan oleh Hizbut Tahrir itu sendiri terdiri
dari 23 buku diantarnya yaitu :
1). Nizhamul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam)

2). Nizhamul Hukmi fil Islam (Sistem Pemerintahan dalam Islam)


3). NizhamulIqtishadifilIslam(SistemEkonomiIslam)
17
4). At-Takattul al-Hizibi (Pembentukan Partai Politik)

5). Mafahim Hizbut Tahrirr ( Pokok-pokok Pikiran Hizbut Tahrir)


6). Nizhamul Ijtima‟I fil Islam ( Sistem Pergaulan di dalam Islam)
7). Daulah al-Islamiyah (Negara Islam)
8). Syakhshiyah al-Islamiyah ( Kepribadian Islam)

9). Mafahiim Siyasiyah li Hizibit Tahrir (Pokok-pokok Pikiran politik Hizbut Tahrir)
10). Nadlarat Siyasiyah li Hizibit Tahrir (Pandangan Politik Hizbut Tahhrr)
11). Muqadimah ad-Dustur ( Pengantar Undang-undang Dasar Negara Islam)
12). Al-Khilafah (Sistem Khilafah)
13). Kaifa Hudimat al-Khilafahh ( Persekongkolan Meruntuhkan Negara Khilafah)
14). Nizham al-ukubat ( Sistem Sanksi)
15). Ahkam al-Bayyyinat ( Hukum Pembuktian) 16) naqdlu al-Isytirakiyah al-
Markisyah
17). At-Tafkiir ( Membangun Pemikiran)

18). Sur‟atu al-Badihah ( Kecepatan Berpikir) 19) Fikru al-Islami ( Pemikiran Islam)
19). Naqdlu an-Nadlariyatu al-Iltizami fi al-Qawanini al- Gharbiyyah ( Kritik
terhadap Stipulasi Undang-undang Barat)
20) Nida Haar (Seruan Hizbut Tahrir untuk Umat Islam)

21). Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla ( Politik Ekonomi yang Agung)

22). Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah ( Sistem Keuangan di Negara Khilafah)3

3. As-Syaikh Abdul Qadim Zallum

Kedua tokoh Hizbut Tahrir setelah Syaikh Ahmad ad-Da‟ur yaitu Abu Yusuf
Abdul Qadim Yusuf Zallum yang akrab dipanggil dengan nama Abdul Qadim Zallum.
Dia lahir pada 1923 M di kota al- Khalil Palestina. Dia tumbuh dan besar di kota
tersebut dan dalam asuhan keluarga yang sangat taat terhadap ajaran agama. Ayah dia
bernama as-Syaikh Yusuf Zallum ia merupakan seorang penghafal

3
Tahrir dan, Mengenal Hizbut Tahrir halaman 39
18

Alquraan. Di usia anak-anak Syaikah Abdul Qadim Zallum sudah mulai belajar di
tingkat ibtidaiyah dan I‟dadiyah di sekolah al- Ibrahimiyah di al-Khalil
Karya-karya Syaikh Abdul Qadim Zallum. Beberapa karya bermunculan atas
nama Abdul Qadim Zallum di antaranya :
1) Al-AmwalfiDaulatial-Khilafah

2) Hukm as-Syar‟I fi al-Istinsakh wa Masail Thibbiyah ( al- Istinsakh, Naql al-Adlo,


al-Ijhadl, Athfal al-Anabib, Isti‟mal Ajhizah al In‟asy ath-Thibbiyah ash-Shina‟iyah
al- Haditsah, al-Hayah wa al-Maut)
3) Perluasan dan revisi atas kitab Nizham al-Hukm fi al-Islam karya Syaikh
Taqiyuddin an-Nabhani
4) Kaifa khudimat ak-khilafah

5) Ad-Demoqrathiyah Nizham Kufr Yahrumu Ahduha au Tathbiquha au ad-Dakwatu


ilaiha.4

4. As-Syaikh Atho‟Kholil

Selain Ahmad ad-Da‟ur dan Abdul Qadim Zallum masih ada tokoh sentral
Hizbut Tahrir yaitu Abu Yasin Atho bin Kholil Abu ar- Rusytah yang akrab dipanggil
dengan Atho‟Kholil. Dia tokoh ke tiga setelah Abdul Qadim Zallum. Dia tidak seperti
keduanya, dia terlahir dari keluarga yang biasa saja dalam memahami agama seperti
pada masyarakat umumnya. Atho‟Kholil juga lahir di kampung kecil yang bernama
Ra‟na, Provinsi al-Khalil Palestina tepat pada 1362 H atau 1943 M. Dia menyaksikan
sendiri atas kekejaman dan penghianatan penguasa Arab terhadap Palestina yang
didukung oleh Inggris sampai akhirnya dia dan keluarganya pindah ke pengungsian
5
didekat al- Khalil. Hingga dia menempuh pendidikan dasar dan menengah di
kampung pengungsian sampai lulus. Lalu dia menyelesaikan pendidikan Tsanawiyah
dan mendapatkan ijazah at-Tsanawiyah al-ula dari sekolah tsanawiyah al-Husain bin
4
Tahrir dan, Mengenal Hizbut Tahrir halaman 89

5
Rodhi,Tsaqofah dan Metode Hidzbut Tahrir halaman. 90
Ali di al-Khalil pada 1959 M. Satu tahun kemudian dia memperoleh ijazah
Tsanawiyah al-Ammah dari sekolah al-Ibrahimiyah di al-Quds as-Syarif. Pada
1960/ 1961 M dia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi universitas Kairo di
fakultas teknik hingga memperoleh ijazah insinyur bidang teknik sipil dari
universitas Kairo pada 1966 M. Hizbut Tahrir menggantikan as-Syaikh Abdul
Qadim Zallum.
Karya-karya Syaikh Atho‟Kholil:

1) Al-Wasith fi Hisab al-Kimiyat wa Muraqabah wa at- Thuruq

2) At-Taisir fi Ushul at-Tafsir

3) Taisir al-Wushul ila al-Ushul

4) Al-Azmat al-Iqtishadiyah Waqi‟uha wa Mu‟alajatuha min Wijhati Nazhr


al-Islam
5) Al-Ghazwah as-Shalibiyah al-Jadidah fi al-Jazirah wa al-Khalij

6) Siyasah at-Tashni‟wa Bina‟ad-Daulah Shina‟iyan.

F. Contoh Penafsiran
Konsep demokrasi dalam Tafsir Al-wa‟ie 1. Penafsiran ayat tentang
demokrasi
1. Teks QS. Al-syuura (42): 37-38
َ ‫ش َواِّذَا َما‬
ۚ َ‫غ ِّضبُ ْوا هُ ْم يَ ْغ ِّف ُر ْون‬ َ ‫اح‬ ِّ ْ ‫والَّ ِّذ ْينَ يَجْ تَنِّبُ ْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬.
ِّ ‫اْلثْ ِّم َوا ْلفَ َو‬ َ
dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi
maaf,

ۚ َ‫ستَجَابُ ْوا ِّل َر ِّب ِّه ْم َواَقَا ُموا الصَّلو َۖةَ َوا َ ْم ُرهُ ْم ش ُْورى بَ ْينَ ُه َۖ ْم َو ِّم َّما َر َز ْقن ُه ْم يُ ْن ِّفقُ ْون‬
ْ ‫ َوالَّ ِّذ ْينَ ا‬.
dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki
yang Kami berikan kepada mereka,

2. Tafsir ayat

Firman Allah dalam QS. Al-syura (42) : 37-38:


َ ‫ش َواِّذَا َما‬
َ‫غ ِّضبُ ْوا هُ ْم َي ْغ ِّف ُر ْون‬ ِّ ْ ‫ ۚ َوالَّ ِّذ ْينَ يَجْ ت َ ِّنبُ ْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬.
ِّ ‫اْلثْ ِّم َوا ْلفَ َو‬
َ ‫اح‬
dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf,

َ‫ستَجَابُ ْوا ِّل َر ِّب ِّه ْم َواَقَا ُموا الصَّلو َۖةَ َوا َ ْم ُرهُ ْم ش ُْورى بَ ْينَ ُه َۖ ْم َو ِّم َّما َر َز ْقن ُه ْم يُ ْن ِّفقُ ْون‬
ْ ‫َوالَّ ِّذ ْينَ ا‬
ۚ.
dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka,

Dalam Tafsir Al-wa‟ie dijelaskan bahwa ayat ini merupakan kelanjutan dari
ayat sebelumnya yang berbicara mengenai sifat orang-orang yang dijanjikan kelak
akan mendapatkan kenikmatan yang lebih baik dan kekal di sisi-Nya. firman Allah
SWT:
Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan
hidup di dunia dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-
orang yang beriman dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.(QS.
Al-syuura (42) : 36).
َ‫ّٰللا َخي ٌْر َّواَبْقى ِّللَّ ِّذ ْينَ ا َمنُ ْوا َوعَلى َربِّ ِّه ْم يَت َ َو َّكلُ ْو ۚن‬
ِّ ‫فَ َما ٓ ا ُ ْوتِّ ْيت ُ ْم ِّم ْن ش َْيءٍ فَ َمتَاعُ ا ْلحَيو ِّة ال ُّد ْنيَا َۚو َما ِّع ْن َد ه‬.
Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup
di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih
kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,

Menurut Rokhmat, ayat ini berhubungan dengan ayat sesudahnya yang di


dalamnya menjelaskan bahwa selain orang yang beriman dan bertawakal yang akan
mendapatkan kenikmatan lebih baik dan kekal di sisi-Nya adalah orang yang
menjahui kabairal-itsmwaal-fawahisy.Al- yaukani menafsirkan kaba>ir al-itsm
berarti al-kabair min al-dzunub yaitu dosa-dosa yang besar.
Ali Al-sabuni menjelaskan bahwa beberapa contoh perbuatan tersebut
adalah membunuh, durhaka pada orang tua serta syirik. Sementara Al-alusi
mengartikan dosa besar sebagai kategori perbuatan yang dapat menyebabkan
ancaman, sanksi hukum (mewajibkan adanya had), ataupun semua yang termasuk
larangan Allah.
Sementara makna fawahisy merupakan bentuk jamak dari fahisyah. Dalam
pandangan Ibnu Mazhur berarti al-qabih min al-qawl wa al-fi‟il yang berarti sesuatu
yang tercela dan keji baik dari segi perkataan maupun perbuatan.Beberapa contoh
perbuatan tersebut ialah liwath atau sodomi (QS. Al-a‟raf (7):80), QS. Al-naml
(27):54), zina (QS. Al-isra‟ (17):32, menikahi wanita yang dinikahi ayah (QS. Al-
nisa‟ Namun, secara garis besar menurut Rokhmat makna fakhisy tidak bisa hanya
dibatasi pada makna itu saja akan tetapi cakupannya luas.
Berdasarkan penafsiran tersebut hampir seluruh penafsiran potongan
ayatnya, dikutip dari pendapat-pendapat para mufasir lainnya, hanya saja ada
penambahan sedikit terkait pada makna fawakhisy yang cakupannya luas.
Selebihnya, pemaknaan potongan ayat tersebut murni diambil dari berbagai macam
sumber.
Jika ditilik dari pendapat para mufasir pada umumnya, penafsiran pada
potongan ayat ini tidak jauh berbeda, seperti halnya dengan hasil penafsiran
HAMKAyang menjelaskan bahwa pada surah Asy-syuura ayat 37 dan 38 berbicara
mengenai cara untuk menyempurnakan iman dan tawakal, di antaranya ialah dengan
menjahui dosa-dosa besar (mempersekutukan Allah, durhaka kepada orang tua,
percaya sihir,

dan lain-lain) dan perbuatan keji (zina, memakan harta haram, meminum
minumanyang sifatnya memabukkan, makan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Selain HTI, Visi dan Misi Front Pembela Islam (FPI) yaitu penerapan
syariat Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah Islamiyyah menurut Manhaj
Nubuwwah, melalui pelaksanaan da‟wah penegakan hisbah dan pengamalan jihad,
dengan pendekatan amar ma‟ruf nahi munkar.
Menurut HTI akidah Islam bersifat politik nubuwwah. Konsep ini
sebenarnya memberi pemahaman bahwa politik sebenarnya bagian dari wilayah
ijtihad atas tafsir-tafsir Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Hal ini sebagaimana rujukan
politik HTI yang mengacu pada sistem politik Nabi dan Khulafau Rasyidin. Padahal
pada masa nabi secara administrasi, sistem politik nabi masih belum jelas
pembagian kekuasaan. Semua kekuasaan baik eksekutif, legislatif dan yudikatif
berada dalam satu tangan yaitu Nabi Muhammad. Begitu juga pada masa
khulafaurasyidin terjadi sistem khilafah yang berbeda-beda. Ini menunjukan bahwa
sistem khilafah nubuwah sebenarnya bersifat ijtihadiyah saat itu dan tidak berbeda
dengan sistem pemerintah yang datang berikutnya seperti Republik, Sultan dan
lain-lain.
FPI sebagai gerakan amar ma‟ruf nahi munkar yang ingin mewujudkan
khilafah masa sekarang menemukan momentumnya seiring dengan dominasi
dimensi politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini. Seolah-
olah semua dimensi kehidupan selalu diukur dengan perspektif politik, baik
kehidupan ekonomi, sosial, budaya, agama, kepemimpinan, pendidikan

B. KRITIK
Demikian makalah ini kami buat kami menyusun makalah agar dapat dibaca
dan dipahami pemakalah menyadari masih banyak kekurangan dan keteledoran
dalam pembuatan mkalah ini,oleh karena itu pemakalah sangat membutuhkan kritik
dan saran serta masukan dari pembaca agar tercipta pembuatan yang lebih baik
kedepanya .

23
DAFTAR PUSTAKA

Adib Bisri Musthofa, 1992, Tarjamah Shahih Muslim Jilid I, Semarang: CV. Asy
Syifa‟.

Al-Zastrouw Ng, 2006, Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI,


Yogyakarta: LKiS,

Arskal Salim, Adlin Sila, 2010, Serambi Mekkah Yang Berubah, Cet. 1, Jakarta:
Pustaka Alvabet.

Cholid Narbuko, Abu Achmadi, 2009, Metodologi Penelitian: Memberikan Bekal


Teoritis Pada Mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian SertaDiharapkan
Dapat Melaksanakan Penelitian Dengan Langkah-langkah Yang Benar,
Jakarta: Bumi Aksara.

Depertemen Agama Republik Indonesia, 2002, Al-Qur‟an, Tajwid dan Terjemah,

Jakarta: PT Pena Pundi Aksara.


Didin Hafiduddin, 1998, Dakwah Aktual, Cet. 3, Jakarta: Gema Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai