Anda di halaman 1dari 16

Makalah

HmI Dan Revolusi 4.0

DUSUSUN OLEH:

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG PEKANBARU

KOMISARIAT TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

NAMA: ISTI QOMAH


NO. HP: 082277147640
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dan tak lupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Intermediate training LK II.

Adapun makalah Intermediate training LK II ini telah kami usahakan


semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku
dan referensi internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Industri 4.0,
khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, 23 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................i

DAFTAR ISI...................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................2
C. Tujuan................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. HmI................................................................3
B. Revolusi 4.0......................................................6
C. Peran Kader HmI Terhadap Revolusi 4.0....................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................10
B. Saran.........................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HmI adalah Himpunan mahasisiwa Islam yaitu organisasi Mahasiswa
yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H Bertepatan
dengan tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang
Mahasiswa sekolah Tinggi Islam yang sekarang sekolah tinggi itu bernama
Universitas Islam Indonesia.
Sebagai organisasi gerakan kemahasiswaan, Himpunan Mahasiswa
Islam memiliki tujuan sebagai arah gerakan organisasi. Teks tujuan
organisasi Himpunan Mahasiswa Islam seperti yang tercantum dalam
anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam, mencerminkan dua bentuk
organisasi HmI atas pembentukna masyarakat. Gerakan perkaderan
organisasi HmI tentu saja di dasarkan pada pemahaman keislaman yang utuh
dalam diri seorang individu, sehingga menciptakan seorang insan yang
menerapkan keislaman secara kaffah. Bagi HmI, insan ulil albab juga
merupakan sebuah konsep dari wujud kader cinta HmI yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Hanya takut kepada Allah.
2. Tekun beribadah tiap waktu.
3. Bersungguh-sungguh mencari ilmu.
4. Mampu mengambil hikmah atas anugrah Allah.
5. Selalu bertafakur atas ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi.
6. Mengambil pelajaran dari sejarah dan kitab-kitab yang di wahyukan
Allah.
7. Kritis dalam mencermati berbagai pendapat, mampu memilih yang benar
dan terbaik.
8. Tegas dalam mengambil sikap dan pemihakan atas pilihannya.
9. Tidak terpesona atas pandangan mayoritas yang menyesatkan.

Dakwah dengan sungguh-sungguh kepada masyarakat dan bersedia


menangung segala resikonya. Terutama sekali dengan kesediaan
menyampaikan peringatan (lunak maupun keras) pada masyarakat serta
mengajarkan ilmu(kebenaran).

Revolusi industri merupakan perubahan cara hidup dan proses kerja


manusia secara fundamental, dimana dengan kemajuan teknologi informasi
dapat mengintregasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang dapat
memberikan dampak bagi seluruh disiplin ilmu. Dengan perkembangan
teknologi informasi yang berkembang secara pesat mengalami terobosan
diantaranya dibidang artificiall intelegent, dimana teknologi komputer suatu
disiplin ilmu yang mengadopsi keahlian seseorang kedalam suatu aplikasi
yang berbasisteknologi dan melahirkan teknologi informasi dab proses
produksi yang dikendalikan secara otomatis. Dengan lahirnya teknologi
digital saat ini yaitu revolusi industri 4.0 berdampak terhadap kehidupan
manusia diseluruh dunia.
Peran kader HmI tehadap revolusi 4.0 yaitu kader HmI harus tetap
menciptakan masyarakat yang amar ma’ruf nahi mungkar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HmI ?
2. Apa itu Revolusi 4.0 ?
3. Apa peran kader HmI terhadap Revolusi 4.0 ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu HmI.
2. Untuk mengetahui apa itu revolusi 4.0.
3. Untuk mengatahui peran kader HmI terhadap Revolusi 4.0.
BAB II

PEMBAHASAN

“HmI Dan Revolusi 4.0”

A. Pengertian HmI
HmI adalah Himpunan mahasisiwa Islam yaitu organisasi Mahasiswa
yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H Bertepatan
dengan tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang
Mahasiswa sekolah Tinggi Islam yang sekarang sekolah tinggi itu bernama
Universitas Islam Indonesia. Organisasi ini berdiri satu setengah tahun
setelah Indonesia merdeka, pada saat itu keadaan politik Indonesia masih
belum stabil. Indonesia masih merancang bagaimana tatanan pemerintah
yang cocok diterapkan dinegara yang majemuk ini, belum lagi gepuran
tentara sekutu yang mencoba menguasa Negara Indonesia kembali. Pada
saat itu mahasiswa islam belum bisa mendapatkan pendidikan-pendidikan
islam secara mendalam dibumi Indonesia. Hal ini yang membuat seorang
lafran pane bergerak hatinya untuk mendirikan sebuah organisasi islam yang
mendirikan pendidikan islam terhadap para anggotanya.
Pada masa pemerintahan orde baru rezim soeharto, terjadi polemik
internal didalam organisasi HmI. Soeharto yang mengutamakan politik
keseragaman dan pemusatan kekuasaan, menekan semua kekuatan sosial
dan politik untuk mengubah azasnya kepada pancasila, jika ada yang
menolak atau tidak mengindahkan bisa berdampak dibubarkan. 16 Agustus
1984 soeharto melakukan pidato kenegaraan mengenai pancasila sebagai
satu-satunya azas organisasi di Indonesia, sehingga puncaknya dikeluarkan
UU Nomor 8 Tahun 1984 tentang organisasi kemasyarakatan yang memuat
didalamnya pemberlakuan azas pancasila.

Dalam sidang pleno PB HmI tahun 1985, Hari Azhar Azis secara
sepihak menerima azas pancasila, dan memberitakan kepada media pada
saat itu bahwa HmI telah menerima azas tunggal pancasila, bahwasannya
HmI harus menjaga kemurnian azas islam. Bahkan Hari Azhar Azis kecaman
dari cabangnya sendiri yaitu cabang Jakarta yang kemudian mengeluarkan
surat pemecatan kader HmI atas nama Hari Azhar Azis. Singkat cerita
kongres ke XVI HmI di Padang pun di gelar, dalam penyelenggaraan kongres
HmI pada saat itu ada beberapa cabang yang tidak diiku sertakan oleh PB
HmI dan MPK (Majelis Pekerja Kongres) HmI dikarenakan cabang-cabang ini
nanti takutnya mempengaruhi cabang-cabang lain yang telah sepakat atas
azas tunggal pancasila.

Cabang-cabang yang menolak azas tunggal pancasila membentuk


forum yang bernamakan Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) HmI, tujuab
awalnya MPO HmI dibentuk untuk berdialog dengan PB HMI dan MPK
mengenai penerimaan azas tunggal pancasila dalam kongres ke XVI HmI di
padang. Tapi hal tersebut tidak mendapat tanggapan yang baik dari PB HmI,
sehingga beberapa tema MPO HmI melakukan aksi unjuk rasa dan ditangkap
oleh aparat atas tuduhan suversif. Setelah cabang-cabang yang menolak
azas tunggal ini tidak diundang untuk mengikuti kongres ke XVI HmI di
padang, kemudian cabang-cabang yang tergabung di MPO HmI ini juga
melakukan kongres ke XVI di Yogyakarta. Dalam upaya melakukan kongres
illegal ini menurut versi pemerintah, aparatpun melakukan tindakan agar
pelaksanaan kongres ini di bubarkan. Pada awalnya kongres ini akan
dilaksanakan di Kaliurang, namun karena daerah tersebut sudah lebih dulu
dikuasai oleh aparat yang akan membubarkan kongres pemurnian azas ini
maka dari itukawan-kawan MPO HmI mengalihkan kongres ke daerah Gunung
Kidul. Dan pengalihan ini berhasil membuat aparat terkecoh.
Perjuangan HmI MPO pada saat itu amat sangat berat karena tekanan
dari rezim yang meminta HmI MPO dimusnahkan karena dianggap akan
mengancam rezim, sehingga bentuk-bentuk perkaderan seperti LK I HmI
MPO pada saat itu harus dengan cara sembunyi-sembunyi, karena tidak
jarang perkaderan HmI MPO dibubarkan oleh aparat.
Pada awal perjalanan HmI MPO dikenal sangat radikal dan sangat
kanan (untuk tidak disebut fundamental). Penekanan pada nilai-nilai ke-
islaman dan kejuangan menajdi materi utama dalam training-trainingnya.
Khittah perjuangan diciptakan sebagain pedoman dalam perkaderan untuk
mengganti NIK (nilai identitas kader) yang sudah dirasa tidak menggigit lagi.
Sementara banyak anggota-anggotanya adalah mahasiswa-mahasiswa yang
aktif di pengajian halaqoh, yang saat itu memang sedang menjamur.
Demi mengurangi konflik dengan Negara HmI MPO harus memilih
jalan-jalan yang tidak banyak mengekspos diri dan jauh dari jangkauan
khalayak. HmI lebih banyak bergerak dibelakang layar sambil sesekali
muncul dengan menggunakan kamuflase. Kajian-kajian epitemologi menjadi
trade mrak-nya, yang mana kemudian menjadi identitas HmI MPO pada awal
tahun 90-an. Kajian-kajian eoistemologi ini ditempuh karena tidak banyak
membutuhkan biaya, aman dari tuduhan-tuduhan subversive, dan
merupakan jalan alternative dalam tradisi intelektual di Indonesia.

Semangat berjuang yang dimiliki oleh kader dan organisasi HmI pada
akhirnya akan membuat organisasi HmI mampu melakukan segala perubahan
realitas yang diinginkan dan menempatkan kader dan organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam menjadi pemimpin-pemimpin atas banyak perubahan
berjalan dalam masyarakat.

Kemampuan akan perbahan tersebut dijadaikan arahan gerak


organisasi tentunya. Hal ini demi terciptanya masyarakat yang telah dicita-
citakan oleh organisasi HmI itu sendiri yaitu masyarakat yang “ Baldatun
Thayibatun Warrobbun Ghafur ”. Himpunan Mahasiswa Islam
menerjemahkan cita tersebut dalam tujuh karakteristik masyarakat
Baldatun Thayibatun Warabbun Ghafur, yang kemudian dijadikan standar
capaian tujuan perjuangan organisasi denga segala bentuk usahanya.
Karakteristik ini juga akan menjadi alat ukur apakah Himpunan Mahasiswa
Islam mampu mewujudkan atau tidak. Karateristik tersebut adalah:

1. Adanya semanagt rabbaniyah dan rabbiyah yang terformulasikan


dalam konsep tauhid.
2. Tegaknya keadilan yang ersendikan keteguhan pada hokum,
3. Adanya sistem amar ma’ruf nahi munkar dalam sistem sosial
masyarakat.
4. Memiliki semangat keterbukaan dengan selalu berperasangka baik.
5. Menjunjung tinggi sikap musyawarah dan sikap egaliter dalam
suasana persamaan hak dan kewajiban.
6. Memiliki semangat persaudaraan (ukhuwah), saling memahami,
toleransi, saling menasehati dan tolong menolong.
7. Tumbuhnya sikap untuk tidak selalu merasa benar atau tidak
adanya klaim kebenaranny.
B. Revolusi 4.0
Industri 4.0 adalah sebuah istilah yang diciptakan pertama kali di
Jerman pada tahun 2011 yang ditandai dengan revolusi digital. Industry ini
merupakan suatu proses industri uang terhubung secara digital yang
mencakup berbagai jenis teknologi, mulai dari 3D Printing hingga robotik
yang di yakini mampu meningkatkan produktivitas, sebelum ini telah terjadi
tiga revolusi industry yang ditandai dengan:
1. Di temukannya mesin uap dan kereta api tahun 1650-1930.
2. Penemuan listrik alat komunikasi, kimia, dan minyak tahun
1870-1900.
3. Pertemuan komputer, internet, dan televon genggam tahun1960-
sekarang.
Ditemukan mesin uap pada abad ke-18 telah berhasil mengakselerasi
perekonommian secara drastis dimana dalam jangka waktu dua abad telah
mampu meningkatkan penghasilan perkapita Negara-negara didunia menjadi
enam kali lipat.
Revolusi industry kedua dikenal sebagai revolusi teknologi. Revolusi
ini ditandai dengan penggunaan dan produksi besi dan baja dalam skala
besar, meluasnya penggunaan tenaga uap, mesin telegraf. Selain itu
digunakan secara luas dan priode awal digunakannya listrik.
Pada revolusi industri ketiga, industri manufaktur telah beralih
menjadi bisnis digital. Teknologi digital telah menguasai industry media dan
ritel. Revolusi industri ketiga mengubah pola relasasi dan komunikasi
masyarakat kontemporer. Revolusi ini telah mempersingkat jarak dan
waktu, revolusi ini mengedepankan sisi real time.
Lompatan besar terjadi dalam sector industry di era revolusi industri
keempat, dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan
sepenuhnya. Pada era ini model bisnis mengalami perubahan besar, tidak
hanya dalam proses produksi, melainkan juga diseluruh rantai nilai industri.
Revolusi Industri 4.0 merupakan kemajuan teknologi baru yang
mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis, dimana terdapat
perubahan cara hidup kerja manusia secara fundamental.
Revolusi industri 4.0 lahir dari ide tentang revolusi industri keempat.
European parliamentary service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa
revolusi industri terjadi di Inggris pada tahun 1784 dimana penemuan mesin
uap dan mekanisasi mulai menggantikan perkerjaan manusia. Revolusi yang
kedua terjadi pada akhir abad ke-19 dimana mesin-mesin produksi yang
ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara masal.
Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970
menjadi tanda revolusi industry ketiga. Saat ini, perkembangan yang pesat
dari teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan
untuk menginteraksikan seluruh teknologi tersebut kedalam berbagai bidang
industry. Gagasan inilah yang diprediksi akan menjadai revolusi industri yang
berikutnya. Angkat empat pada istilah industry 4.0 merujuk pada revolusi
keempat. Industri 4.0 merupakan fenomena yang unik jika dibandingkan
dengan tiga revolusi industri yang mendahuluinya. Industri 4.0 diumumkan
secara apriori karena peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih dalam
bentuk gagasan (Drath Horch, 2014).
Istilah industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di jerman tepatnya saat
diadakan Hannover Fair pada tahun 2011 (kagerman dkk, 2011). Industri 4.0
diprediksi memiliki manfaat yang besar. Sebagian besar pendapat menganai
potensi manfaat yang besar. Sebagian besar pendapat mengenai potensi
manfaat industri 4.0 adalah menganai perbaikan kecepatan fleksibilitas
produksi, peningkatan layanan kepada pelanggan dan peningkatan
pendapatan. Terwujudnya potensi manfaat tersebut akan memberi dampak
positif terhadap perekonomian suatu Negara.
Darth dan Horch (2014) berpendapat bahwa tantangan yang dihadapi
oleh suatu Negara ketika menerapkan Industri 4.0 adalah munculnya
resistansi terhadap perubahan demografi dan aspek sosial, ketikstabilan
kondisi politik, keterbatasan sumber daya, risiko bencana alam dan tuntutan
penerapan teknologi yamg ramah lingkungan. Menurut Jian Qin dkk (2016).
Terdapat kesenjangan yang cukup lebar dari sisi teknologi antara kondisi
dunia industri saat ini dengan kondisi yang diharapkan dari industri 4.0.
penelitian yang dilakukan oleh Balasingham (2016) juga menunjukkan
adanya faktor keengganan perusahaan dalam menerapkan industri 4.0
karena kuatir terhadap ketidakpastian menfaatnya.
Berdasarkan bebrapa penjelasan bebrapa penjelasan tersebut maka
sesuai dengan yang disampaikan oleh Zhou dkk (2015), secara umum ada
lima tantangan besar yang akan dihadapi yaitu aspek pengetahuan,
teknologi, ekonomi, social, dan politik. Guna menjawab tatangan tersebut,
diperlukan usaha yang besar, rencana dan strategis baik dari sisi regulator
(pemerintah), kalangan akademis maupun praktis.
Definisi mengenai industri 4.0 beragam karena masih dalam tahap
penelitian dan pengembangan. Kanselir Jerman. Angela Merkel (2014)
berpendapat bahwa industri 4.0 adalah transpormasi komprehensif dari
keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabuungan
teknologidigital dan internet dengan indstri konvemsional. Dan pendapat-
pendapat lainnya.

C. Peran kader HmI Terhadap Revolusi 4.0


Revolusi 4.0 memberi perkembangan yang begitu pesat bagi
kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus
mengkaji dan tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains
dan teknologi meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling
canggih dan modern, keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad
ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau Negara yang tidak
mengikuti perkembngan sains dan teknologi, maka bangsa atau Negara itu
dapat dikatakan Negara yang tidak maju dan terbelakang.
Apabila ditelaah dengan baik pernyataan dari salah seorang
mahasiswa Unismuh tersebut, dapat difahami bahwa kehadiran ilmu
teknologi dalam dunia akan dipahami secara umum dapat merusak moral
generasi, tetapi apabila difungsikan untuk hal yang bermanfaat maka
kekhawatiran tersebut tentu akan berkurang. Meskipun demikian sangat
disadari bahwa pengaruhnya lebih banyak dari sisi negatifnya. Sebab
dikhawatirkan bahwa kedepannya apalagi manusia tidak memiliki Tuhan
yang akan disembah, maka bisa jadi manusia akan mempertuhankan
teknologi dengan pertimbangan bahwa apalagi yang tidak bisa ditemukan
dalam teknologi, semua yang ingin diketahui sudah ada dalam internet,
itulah kedangkalan dari cara pandang generasi dalam menyikapi kehadiran
teknologi dalam kehidupannya.

Dewasa ini kita berada diambang revolusi yang secara fundamental


akan mengubah pola hidup seperti cara manusia bekerja dan berhubungan
satu sama lain. Perkembangan akan terus terjadi dan sulit untuk diprediksi.
Dampak yang diberikan kareana revolusi industri 4.0 akan signifikan seperti
berkurangnya sumber daya manusia karena digantikan dengan mesin.
Mengakibatkan peran manusia digantikan oleh mesin otomatis. Akibatnya,
jumlah pengangguran semakin meningkat. Perkembangan teknologi
informasi dengan pesat saat ini terjadi otomatis yang terjadi diseluruh
bidang, teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan secara nyata,
digital dan secara fundamental (tjandrawinata,2016). Beberapa tantangan
yang dihadapi para era industri 4.0 yaitu masalah keamana teknologi
informasi, keandalan stabilitas mesin produksi, kurangnya keterampilan
yang memadai, ketidakmampuan untuk menajdi otomatis. Dengan hilangnya
banyak pekerjaan karena berubah menjadi pengangguran menjadi ancaman
yang akan terjadi.
Revolusi industri 4.0 dikenal dengan revolusi digital karena terjadi
proliferensi computer dan otomatis pencatatan disemua bidang, karena
otomatis dan konektivitas disebuah bidang akann membuat perubahan
secara signifikan didunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear.
Salah satu karakteristik dari revolusi industri 4.0 menerapkan pengaplikasian
kecerdasan buatan atau artificial intelligent. (Tjandrawinata,2016).
Revolusi 4.0 sering dikenal dengan revolusi digital, dimana ditandai
poliferensi komputer dan otomatisasi pencatatan disemua bidang. Dengan
perkembangan teknologi informasi yang mengalami trobosan diantaranya
dibidang artificial intellegent, teknologi nano, bioteknologi teknologi
computer kuantum, teknologi berbasis internet. Dengan lahirnya teknologi
digital saat ini pada revolusi industri 4.0 berdampak terhadap kehidupan
manusia diseluruh dunia.
Sebagai kader HmI yang pada hakekatnya bukanlah organisasi massa
dalam fisik atau politik, melainkan wadah atas pendidikan dan alat
perubahan. Maka kader HmI sangat berperan dalam revolusi 4.0, baik dalam
perkembangan teknologi maupun, lingkungan kemasyarakatan dan
keagamaan. Kader HmI harus siap menghadapi tantangan revolusi 4.0,
sebagai wadah pendidikan HmI berusaha dengan kesungguhan dan dengan
totalitasnya membentuk masyarakat disegala medan perjuangan dan
disegala waktu. Maka kader HmI dimasa revolusi 4.0 harus tetap
menciptakan masyarakat yang amar ma’ruf nahi mungkar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HmI ialah Himpunan Mahasiswa Islam yang didirikan oleh Lafran Pane
pada 5 februari 1947 bertepatan pada 14 rabi’ul awal. Organisasi HmI
didirikan di Yogyakarta disekolah tinggi Islam dan sekarang bernama
Universitas Islam Indonesia. Organisasi ini berdiri setelah satu setengah
satun Indonesia merdeka. HmI merupakan organisasi pengkaderan, gerak
pengkaderan HmI tentu saja di dasarkan pada pemahaman keislaman yang
utuh dalam diri individu, sehingga menciptakan seorang insan yang
menerapkan keislamanya secara kaffah.
Revolusi industri 4.0 ialah perkembangan dari revolusi 3.0 yang
dimana revolusi 4.0 sering dikenal dengan revolusi digital. Yaitu dengan
lahirnya revolusi digital saat ini revolusi industri 4.0 berdampak terhadap
kehidupan manusia diseluruh dunia. Beberapa prinsip desain industri 4.0
yaitu, kemampuan mesin, prangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan
berkomunikasi satu sama lain melalui internet prinsip ini membutuhkan
kolaborasi keamanan dan standar.
Di masa revolusi 4.0 ini peran kader HmI sangat penting dalam
masyarakat agar masyarakat tetap berada dalam amar ma’ruf nahi mungkar.
Tetap menjalankan kewajiban sesama umat manusia, tidak terputus
silaturahmi dan tidak menjadi masyarakat yang apatis. Kader HmI harus
benar-benar siap menghadapi revolusi industri 4.0. Siap dalam keimanan,
siap mental, dan siap berperan lebih baik.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka sebaiknya pembaca


tidak hanya berpatokan pada makalah ini. Penulis mengharapkan kepada
para pembaca memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun
sebab penulis bukanlah orang yang sempurna dan tidak terlepas dari
kesalahan dan kekeliruan.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal : Hamdan, industri 4.0 : pengaruh revolusi industri pada


kewirausahaan demi kemandirian ekonomi, Universitas Seranng Raya
Vol. 3 No. 2, 2018
Jurnal : Prasetya Hoedi, industry 4.0 : telaah klasifikasi aspek dan arah
perkembangan riset, Universitas Diponegoro Vol. 13, No.1.
Konstitusi HmI Dan Khittah Perjuangan, kongres ke-29

Ramayunis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta. kalam mulia 2002.


Romadhon Febri, Sejarah HmI, hlm 1-10

Anda mungkin juga menyukai