Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

DISUSUN OLEH

Usi Fathlillah

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


KOMISARIAT FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan yang maha esa atas rahmat-
Nya dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah ‘Himpunan Mahasiswa Islam’.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.

Penulis jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan dari penulis, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan semoga makalah ini dapat berguna
bagi penulis pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Medan, Februari 2023

Tertanda,

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ i


Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
Pendahuluan ..................................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................2
Pembahasan ............................................................................................... 3
A. Sejarah Perjuangan HMI ...............................................................................3
B. Mission HMI .....................................................................................................7
C. Konstitusi ...........................................................................................................9
D. NDP 1 ...............................................................................................................11
E. NDP 2 ................................................................................................................11
F. Etika Islam .......................................................................................................13
G. Pengantar Filsafat ...........................................................................................15
H. RKMD ..............................................................................................................19
I. KMO .................................................................................................................21
Penutup .........................................................................................................................23
A. Kesimpulan ....................................................................................................23
B. Saran ..............................................................................................................23
Daftar Pustaka ............................................................................................................24

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi ekstra kampus yang
sangat berkontribusi bagi bangsa ini untuk melahirkan kader-kader penerus citacita
perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai kader penerus bangsa diharapkan kader HMI
memiliki kemampuan dalam mengorganisasi dirinya, keluarganya dan masyarakat
secara luas untuk mengambil bagian menata negara Indonesia sesuai cita-cita
perjuangan bangsa. Amanah itu secara tegas dicantumkan dalam konstitusi negara,
yakni UUD 1945: mencerdaskan kehidupan bangsa. Disamping itu ikatan emosional
para pendiri bangsa mengalir terus pada kader-kader HMI yang sejak dulu telah
berkiprah mengambil peran baik di dunia pemerintahan, swasta, maupun dalam
kehidupan masyarakat secara luas. Ke depan tentu peran kader HMI tetap menjadi
prioritas.

Sejak awal berdirinya HMI 5 Februari 1947 silam, telah banyak hasil karya
untuk negeri tercinta. Tetapi karya itu tidak harus membuat kader HMI dan HMI itu
sendiri sebagai organisasi besar lengah pada persoalan yang melilit bangsa ini.
Walaupun diakui di luar konteks organisasi HMI tidak sedikit kader HMI yang tidak
amanah atau keliru dalam perannya, khususnya di pemerintahan sehingga terlilit
berbagai kasus maupun korban dari mafia kekuasaan. HMI mengamanahkan dalam
pasal 9, bahwa HMI berperan sebagai “Organisasi Perjuangan”, maka semua unsur
HMI bertekat untuk mewujudkannya dengan tetap berlandasakan pada Quran dan
Sunnah Rasul.

Sebagai organisasi yang jelas esksistensinya, maka pada tahun 1969 – 1971
tokoh HMI Nur Cholis Madjid (Cak Nur) melahirkan suatu kertas kerja yang akhirnya
dinamakan sebagai Nilai Dasar Perjuangan. Kertas kerja tersebut merupakan gagasan
brilian sebagai buku saku untuk menjadi kajian ilmiah bagi kalangan kader-kader HMI
dan terterima secara nasional di forum Kongres HMI IX di Malang dan dikukuhkan
dalam Kongres ke X di Palembang. Buku saku tersebut sebagai tandingan (istilah
penulis), karena saat itu organisasi PKI memiliki Buku Saku yang memuat ajaran
tentang Marxisme dan menjadi referensi dalam perjuangan mereka. Cak Nur
mencermati hal tersebut dan berusaha sekuat tenaga, sehingga buku saku tersebut

1
menjadi bahan kajian setiap Basic Training LK 1 dan tindaklanjutnya pada training-
training lanjutan (Intermediate, advance training maupun pusdiklat) serta bentuk
pelatihan lainnya seperti pelatihan instruktur NDP/NIK secara periodic.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat tiga permasalahan yang dapat

dikemukakan.

1. Bagaimana Sejarah Perjuangan HMI ?

2. Bagaimana Mission HMI ?

3. Bagaimana Konstitusi HMI ?

4. Bagaimana NDP 1 ?

5. Bagaimana NDP 2 ?

6. Bagaimana Etika Islam HMI ?

7. Apa yang dimaksud pengantar filsafat ?

8. Bagaimana RKMD HMI ?

9. Bagaimana KMO HMI ?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah di atas, maka tujuan makalah ini tiga tujuan

yang harus dicapai dalam makalah ini :

1. Mengetahui pengertian sejarah perjuangan HMI

2. Mengetahui pengertian mission HMI

3. Mengetahui bagaimana konstitusi HMI

4. Mengetahui NPD 1 dan 2

5. Mengetahui etika islam dalam HMI

6. Mengetahui pengantar filsafat

7. Mengetahui RKMD HMI

8. Mengetahui KMO HMI

2
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perjuangan HMI


Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane,
seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia)
yang masih duduk ditingkat I. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara
garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane anak keenam dari Sultan
Pangurabaan Pane, yang lahir di Padang Sidempuan pada tanggal 5 Februari 1922.
Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim pernah
menganyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah.
Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat
dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu,
yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan
yang demikian adalah akibat dari sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada
waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut.
Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam
pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala
bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam.
Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat.
Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam
dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan.
Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan
secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu
tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu
ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati),
masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat
antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam,
karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang
diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa
mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan".
Sementara tokoh-tokoh pemula/ pendiri (Founding Father) HMI antara lain:
1) Lafran Pane (Yogyakarta)

3
2) Karnoto Zarkasyi (Ambarawa)
3) Dahlan Husein (Palembang)
4) Siti Zainah (Palembang)
5) Maisaroh Hilal (Singapura)
6) Soewali (Jember)
7) Yusdi Ghozali (Semarang)
8) M. Anwar (Malang)
9) Hasan Basri (Surakarta)
10) Marwan (Bengkulu)
11) Tayeb Razak (Jakarta)
12) Toha Mashudi (Malang)
13) Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta)
14) Zulkarnaen (Bengkulu)
15) Mansyur
1. Fase Konsolidasi Spritual (November1946-5Februari1947)
Bermula dari latar belakang sejarah berdirinya HMI serta kondisi objektif yang
mendorong berdirinya HMI. Setelah mengalami berbagai proses akhirnya
dijawab secara konkrit, keputusan dan kesepakatan para mahasiswa yang hadir
dalam rapat untuk mendirikan HMI 5 Februari 1945.
2. FasePengokohan(5Februari1947-30November1947)
Beberapa bulan setelah Kongres tersebut berdirilah cabang cabang HMI di
Klaten, Solo dan Malang. Untuk tambah kokohnya kedudukan HMIyang baru
berumur 9 bulan,dilangsungkannya Kongres I HMI di Yogyakarta tanggal 30
November 1947. Terpilih Sebagai Ketua Umum PB HMI MS Mintaredja.
3. Fase Perjuangan Fisik (30 November 1947-27 Desember 1949)
HMI yang lahir dalam suasana debu dan kabut revolusi yang Masih menghitam
pekat terjun kegelanggang medan pertempuran memangkul senjata membantu
pemerintah mengusir tentara penjajah, membela kehormatan bangsa, negara dan
agamadari jajahan Belanda sampai bangsa Indonesia memperoleh
kedaulatannya 27 Desember 1949.xvi Sewaktu terjadi penghianatan dan
pemberontakan PKI I di Madiun 18 September 1948, HMI ikut serta dalam
penumpasan pemberontakan tersebut.
4. Fase Pembinaan dan Konsolidasi Organisasi(1950-1963)
Tindakan memindahkan kedudukan PB HMI pada bulan Juli 1951 Dari
4
Yogyakarta ke Jakarta,merupakan sikap arif bijaksana,xix Lukman E.Hakim
ditunjuk sebagai Ketua PB HMI dan Mutiar Sebagai Sekjen, menggantikan
Lafran dan Dahlan.
Ternyata Lukman Hakim tidak mampu memulihkan citra HMI, seraya
menyerahkan kepada A. Dahlan Ranuwihardja untuk memimpin dan
membentuk PB HMI,xxi sebagai tindak lanjut, setelah 5 bulan memimpin,
adalah mengadakan Kongres darurat HMI, yang kemudian disahkan sebgai
Kongres II di Yogyakarta 15 Desember 1951. Untuk priode 1951-1953
A.Dahlan Ranuwihardja duduk Sebagai Ketum PB HMI, Sekum I dipegang oleh
M.Rajab Lubis.xxii Pembinaan anggota, dengan membentuk basis-basis, sejak
Dari komisariat, cabang, badko, lembaga-lembaga otonom.
5. Fase Tantangan Dan Penghianatan PKIII(1964-1965)
Dalam rencana kerja 4 tahun PKI 1964-1967, dimana menurut dokumen itu,
HMI termasuk salah satu musuh PKI yang harus dibubarkan.xxiv Tugas untuk
membubarkan HMI diserahkan kepada CGMI, organisasi mahasiswa yang
bernaung dibawah PKI.xxv Puncak aksi tuntutan pembubaran HMI terjadi
dibulan September 1965, jika tanggal 13 September 1965, DN.Aidit sebagai
Ketua CC PKI dianugerahi Bintang Mahaputra, pada saat yang sama pula
Generasi Muda Islam Jakarta Raya, menunjukan solidaritas pembelaan terhadap
HMI, empat hari berikutnya tanggal 17 September 1965, dengan keputusan
komando tertinggi Retoling Aparatur Revolusi atau Kotrar (Bung Karno), HMI
dinyatakan jalan terus tidak dibubarkan.
6. Fase HMI Penggerak Angkatan 66, Pelopor Orde Baru (1966-1968)
Atas inisiatif Wakil Ketua PB HMI Mar’ie Muhammad, Memprakarsai
mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam (KAMI) 25 oktober 1965,
kemudian disyahkan Manteri PTIP Prof. Dr. Syarif Thayeb, dengan tugas (1)
Mengamankan Pancasila, (2) memperkuat bantuan kepada ABRI dalam
penumpasan Gestapu/PKI sampai ke akar-akarnya. Massa aksi KAMI yang
pertama, berupa rapat umum, dilaksanakan tangga 3 november 1965 dihalaman
Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta. Tanggal 10 Januari 1966 KAMI
mengumandangkan suara hati Nurani rakyat dalam bentuk Tritura, yang berisi:
(1) bubarkan PKI, (2) Retooling Kabinet, (3) Turunkan Harga. Mengikuti
kelahiran KAMI, Tanggal 9 Februari 1966 berdirilah Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia (KAPPI) dengan Ketum M. Thamrin dari PII.
5
7. Fase Partisipasi HMI Dalam Pembangunan dan Modernisasi (1969-1970)
Setelah tatanan orde baru mantap, maka sejak 1 April 1969 dimulailah Rencana
Pembangunan Lima Tahun atau Repelita.xxxiii Bentuk-bentuk partisapasi HMI,
anggota dan alumninya dalam era Pembagunan yang dimulai tahun 1969 hingga
sekarang meliputi: (a) partisapasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim
yang memungkinkan dilaksanakan nya pembangunan, (b) partisapasi dalam
pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspekpemikiran, (c) partisapasi dalam
bentuk pelaksanaan langsung dari pembagunan.
8. FasePergolakanPemikiran(1970-1997)
Fase pergolakan pemikiran ini muncul tahun 1970, tetapi gejala-gejalanya sudah
nampak sekian tahun 1968.xxxvi Generasi baru pemikir dan aktivis Islam
sejak1970-an berusaha mengembangkan dimana substansi, bukan bentuk
merupakan titik-tekannya utamanya. Paham Keislaman-Keindonesiaan
memberikan legitimasi kultural Dan struktural terhadap pembentukan “Negara
Kesatuan Nasional” Indonesia disini diintegrasikan secara harmonis. Tema dan
agenda yang menarik perhatian mereka adalah (1) Peninjauan kembali landasan
teologis atau filosofis politik Islam; (2) pendefinisian kembali cita-cita politik
Islam; dan (3) peninjauan kembali tentang cara dan cita-cita politik dapat dicapai
secara efektif. Adapun idealisme dan aktivisme mereka dapat dipetakan dalam
tiga wilayah penting: (1) pembaharuan teologis atau keagamaan; (2) reformasi
politik atau birokrasi; (3) tarnsformasi sosial.
9. Fase Reformasi (Mei 1998- Sekarang)
Terlepas dari faktor dukungan politik ABRI terhadap Soeharto Mulai melemah
pada tahun 1990-an, yang pasti, upaya yang telah dirintis generasi
intelektualisme baru ini membuahkan hasil. Pada era ini mulai tumbuh sikap
akomodatif negara terhadap Islam dengan diterapkannya kebijakan-kebijakan
yang sejalan dengan kepentingan sosial-ekonomi dan politik umat Islam.xxxviii
Setelah itu tidak ada lagi demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran sampai
muncul gerakan reformasi pada tahun 1998. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa
turun kejalan itu buruk. Buktinya ketika rezim orde baru melemah mahasiswa
kembali turun kejalan dan krisis moneter yang membuat Dolar Amerika ketika
waktu normal hanya Rp 2.200 per dolar lalu tiba-tiba naik sampai Rp 17.000
perdolar, Akibatnya harga barang melambung tinggi, sementara pemerintah
Soeharto tidak dapat mengendalikan keadaan, maka diapun jatuh.
6
B. Mission HMI
Mission dapat diartikan sebagai amanah/tanggunjawab. Pembahasan makna
mission secara harafiah coba tidak saya jabarkan, karena pemaknaan merupakan
pembatasan, dan setiap orang dapat melakukan pemaknaan terhadap suatu hal
(tergantung mana yang disepakati), maka untuk menghindari perbedaan makna,
pembahasan makna secara harafiah coba diabaikan.
Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang
dilakukan oleh suatu organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Dan tujuan
tersebut tak lepas dipengaruh oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan
fungsinya dalam totalitas dimana organisasi tersebut berada.
Mission yang berarti di atas tersebut, diartikan dalam tujuanya keberadaan
Mission dalam sekup yang besar maupun kecil (baik perorangan, organisasi, ataupun
Negara) adalah sebagai pemberian akan tersematnya suatu term tugas dan tanggung
jawab pada setiap manusia secara perseorangan, organisasi, ataupun negara dengan
jelas dan terarah. Dan secara fitrah kejadianya, manusia diciptakan tentu ada maksud
dan tujuan adanya manusia di bumi ini, sehingga manusia menyadari akan peran,
tujuan, dan tanggung jawabnya dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Dari situ maka pemahaman terkait tujuan HMI sekirannya perlu dijabarkan
terlebih dahulu dan kemudian mengetahui sebenarnya apa sebenarnya mission HMI.
Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang
dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Tujuan HMI
tertera dalam pasal 4 Anggaran Dasar HMI yaitu : “TERBINANYA INSAN
AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN
BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL
MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.
Dari tujuan tersebut jika coba kita pilah menjadi beberapa bagian, yaitu :
1) Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi.
2) Yang bernafaskan Islam...yang diridhoi Allah SWT.
3) Dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
Dari beberapa pemilahan kalimat tujuan HMI, bisa dijabarkan kembali
membentu 5 KIC, yaitu 5 kualitas insan cita
1) Insan akademis
2) Insan pencipta
3) Insan pengabdi
7
4) Yang bernafaskan islam
5) Dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
Dari pemilahan inti dari tujuan HMI, memiliki 5 point penting yaitu :
1) Kulaitas Insan Cita Akademik : Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas,
mampu berfikir rasioanal, objektif dan kritis. Memiliki kemampuan teoritis,
mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu
berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan penuh kesadaran.
Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai denga jurusan
ilmu yang dipilihnya baik secara teoritis maupun teknis dan sanggup bekerja
secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan
prinsipprinsip perkembangan.
2) Kualitas Insan Cita Pencipta. Sanggup melihat kemungkinan –kemungkinan lain
yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-
bentuk baru yang lebih baik dan bermanfaat dengan bertolak dari apa yang ada.
Sanggup melihat kemungkinan –kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang
ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik
dan bermanfaat dengan bertolak dari apa yang ada. Bersifat independent dan
terbuka dan tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi
kreatifnya dapat dikembangksn dan menemukan bentuk indahnya. Dengan
ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja
kemaananusi yang dissemangati ajaran islam.
3) Kualitas insan cita pengabdi. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan
orang banyak atau untuk sesama manusia. Sadar membawa tugas insan pengabdi
bukan hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya
juga baik. . Insan akademis pencipta dan pengapdi adalah insan yang pasrah cita-
citanya yang ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
4) kualitas Insan Cita Bernafaskan Islam. Islam telah menjiwai dan memberikan
pedoman pada pola pikir dan pola laku. Islam akan menjadi pedoman dalam
berkarya dan mencipta sejalan dengan mission islam. Dengan demikian islam
telah menafasi dan menjiwai karya-karyanya. Ajaran islam telah membentuk
unity of personality dalam dirinya. Nafas islam telah membentuk pribadi yang
utuh tercegah dari split personality, tidak pernah ada dilema antara dirinya
sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Insan ini telah
mengintegrasikan masalah suksenya pembangunan nasional bangsa kedalam
8
suksenya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
5) Kualitas Insan Cita Yang Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat
Adil Makmur Yang Diridhoi Oleh Allah SWT. Berwatak, sanggup memikul
akibat-akibat dari perbuatanya sendiri, sadar bahwa menempuh jalan yang benar
diperlikan adanya keberanian moral. Spontan dalam menghadapi tugas,
responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
Rasa tanggung jawab dan rasa takwa kepada allah SWT, yang menggugah untuk
mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT. . Korektif terhadap setiap langkah yang
berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat adil makmur. Percaya pada
diri sendiri dan sadar akan kedudukanya sebagai kholifah fil ardh yang harus
melaknanakan tugas-tugas kemanusiaan.
C. Konstitusi
Setiap konstitusi biasanya memiliki dua tujuan yaitu untuk memberikan batasan
dan pengawasan terhadap kekuasaan politik dan untuk membebaskan kekuasaan dari
kontrol mutlak para penguasa, serta menetapkan bagi para penguasa tersebut batas-
batas kekuasaan mereka.
Konstitusi HMI memiliki pengertian yang sama dengan makna konstitusi pada
umumnya. Hanya saja konstitusi HMI khusus sebagai dasar organisasi HMI untuk
kadernya serta untuk sistem dan struktur organisasi di HMI.
Sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia, dasar organisasi
disebut sebagai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dibuat
dengan tujuan untuk mengatur segala bentuk aktifitas yang dijalankan di HMI.
a) Sebagai Alat Kontrol AD/ART secara politis menunjukkan organisasi yang sah
b) Anggaran Dasar adalah ketentuan pokok yang tertulis sebagai pedoman berpijak
organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
c) Anggaran Rumah Tangga adalah keseluruhan ketentuan sebagai penjelasan atau
penjabaran dari Anggaran Dasar.
Kongres adalah forum tertinggi di HMI sehingga beberapa keputusan dan
kebijakan HMI dirumuskan berkaitan dengan konstitusi.
1) Kongres pertama: Yogyakarta, 30 November 1947 merumuskan Anggaran
Dasar (belum dilengkapi mukadimmah), memuat 12 pasal.
2) Kongres kedua: Yogyakarta, 15 Desember 1951 merupakan kongres darurat.
Penugasan Cabang Jakarta memperbaiki AD/ART dengan membentuk studi
9
komisi. Penugasan Cabang Bandung membuat rencana atribute/emblem HMI.
3) Kongres ketiga: Jakarta, 30-05 Agustus 1953 merumuskan tentang pengesahan
AD/ART yang baru, formulasi tujuan HMI masih tetap seperti semula didirikan
4) Kongres keempat: Bandung, 9 Oktober 1955 menghasilkan keputusan tentang
mengadakan perubahan AD/ART HMI. Mengesahkan muts HMI dengan warna
kombinasi putih, hijau hitam sebagaimana halnya lambang HMI.
5) Kongres kelima: Medan, 24-31 Desember 1957 menghasilkan keputusan:
Mengesahkan hymne HMI, syair lagunya diciptakanoleh R.M. Akbar.
Merumuskan tafsir asas HMI
6) Kongres keenam: Ujung Pandang, 14-20 Juli 1960 yang menghasilkan
keputusan tentang masa jabatan PB HMI ditetapkan 3 tahun lamanya dijabat
oleh dua orang ketua umum masing-masing satu setengah tahun tanpa melalui
kongres.
7) Kongres ketujuh: Jakarta, 08-14 September 1963 menghasilkan keputusan-
keputusan kongres HMI diantaranya : Pengesahan kepribadian HMI sebagai
hasil MUNAS HMI dipekajangan, Pekalongan tanggal 23-28 Desember 1962.
Merumuskan methode training. Mengadakan revisi terhadap AD/ART HMI.
Membentuk lembaga-lembaga HMI bersifat otonom LKMI, LDMI, LPMI,
LSMI dll.
8) Kongres kedelapan: Solo, 10-17 September 1966 menentukan Garis-garis Besar
keputusan kongres : Merevisi AD/ART. Menyempurnakan kepribadian tafsir
azas HMI. Merumuskan dan menetapkan Garis-garis Pokok Perjuangan (GPP)
HMI.
9) Kongres kesembilan: Malang, 03-10 Mei 1969. Merumuskan keputusan penting
diantaranya : . Merevisi AD/ ART HMI formulasi tujuan HMI. Pedoman dasar
semua lembaga HMI dijadikan menjadi satu dalam pedoman dasar lembaga
(PDL). Menetapkan Pedoman Kerja Nasional (PKN) dll.
10) Kongres kesepuluh: Palembang, 03-10 Oktober 1971, memutuskan hasil
diantaranya yaitu: Merevisi mukaddimah AD dan merevisi beberapa di AD/
ART. Mencantumkan sifat HMI dalam anggaran dasar HMI pasal 7. HMI adalah
organisasi mahasiswa yang bersifat independen. Merumuskan tafsir tujuan HMI.
Merumuskan independensi HMI.

10
D. NDP 1
Tokoh sentral lahirnya NDP adalah Nur Cholis Madjid (Cak Nur), selanjutnya
didampingi oleh Sakib Mahmud dan Endang Saifudin Anshari (1969- 1971). Cak Nur
terinspirasi dari hasil safari ilmiah ke beberapa negara yang mengedepankan ilmu
pengetahuan dan beberapa negara yang menunjunjung tinggi ajaran Islam. Inspirasi
yang terbangun itu kemudian terus berkembang dan menjadi sosok Cak Nur menjadi
terkenal sebagai intelektual/ cendekiawan muslim yang produktif sekaligus
kontroversial. Sebagai tokoh produktif dan kontroversial itu, Cak Nur dianggap
sebagai salah satu tokoh pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia.
Konsep awal tentang pluralisme yang mengakomodasi keberagaman/ke-bhinneka-an
keyakinan di Indonesia pertama kali digagas oleh Cak Nur.
Pandangan Cak Nur, keyakinan adalah hak primordial setiap manusia dan
keyakinan meyakini keberadaan Tuhan adalah keyakinan yang mendasar. Cak Nur
mendukung konsep kebebasan dalam beragama, namun bebas dimaksudkan sebagai
kebebasan dalam menjalankan agama tertentu yang disertai dengan tanggung jawab
penuh atas apa yang dipilih. Cak Nur meyakini bahwa manusia sebagai individu yang
paripurna, ketika menghadap Tuhan di kehidupan yang akan datang akan bertanggung
jawab atas apa yang ia lakukan, dan kebebasan dalam memilih adalah konsep yang
logis.
Menjelang akhir kehidupannya, Cak Nur masih tetap memberi kontribusi
pemikiran untuk kemajuan bangsa ini, salah satunya melalui organisasi Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia. Kontribusi tersebut antara lain prinsip kerja ICMI
yang dikenal dengan 5 K. 5 K tersebut meliputi: Kualitas iman dan taqwa, kualitas
fikir, kualitas kerja, kualitas karya dan kualitas hidup.
E. NDP 2
Setiap kader HMI wajib diberikan materi NDP pada setiap pelaksanaan Latihan
Kader (LK1). Materi tersebut merupakan instrument untuk memahami dan mendalami
Al Quran dan Sunnah Rasul sebagai pedoman perjalanan hidup kader HMI. NDP
memberi arah bagaimana memaknai islam secara filosfis dan melalui pendekatan ilmu
pengetahuan. Materi NDP di tingkat LK 1 atau basic training sebagai pengantar
semata, bukan akhir dalam pembahasan NDP. Kajian NDP terus dilakukan dengan
menghadirkan nara sumber yang berkompeten dari semua unsur yang memiliki
wawasan tentang Ke-Islaman, Ke-Indonesiaa, dan Ke-Ummatan.
Lahirnya NDP dilatar belakangi oleh beberapa factor: 1) Belum adanya literature
11
yang memadai bagi kader HMI untuk rujukan filsafat social dalam usaha melakukan
aksi dan kerja kemanusiaan; 2) Kondisi umat Islam khususnya di Indonesia yang
masih mengalami kejumudan dan kurang dalam penghayatan serta pengamalan nili-
nilai ajaran Islam; dan 3) Kaca perbandingan, karena kader PKI mempunyai buku
panduan yang dijadikan pedoman untuk menjalankan idiologi marxisme, maka dari
mahasiswa Islam juga harus memiliki buku panduan sebagai dasar perjuangan.
Penekanan substansi NDP adalah pengejawantahan misi HMI sebagai organisasi
kader untuk mewujudkan tujuan HMI. Pasal 4 Anggaran Dasar dikemukakan tujuan
HMI: Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diredlai Allah swt.
Intinya adalah para kader HMI harus mumpuni dalam bidang akademik dalam arti
mampu berikir secara logis dan realistis dalam mencermati persoalan-persoalan social
bangsa dan negara. Mampu melahirkan pemikiran-pemikiran konstruktif dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik masalah internal kampus yang terkait
dengan indeks prestasi akademik, hubungan sesame mahasiswa, dosen dan civitas
akademika, serta unggul secara akademik. Mampu mencipta dalam perspektif
pemikiran tentang sesuatu yang inovatif dan menimbulkan empati dan simpati dari apa
yang dipikirnya dan tindakannya. Juga mampu mengabdikan kemampuannya secara
iklhas sesuai dengan tuntutan Islam, dan menjadi kader yang bertanggungjawab baik
pada dirinya sendiri maupun lingkungannya. Manifestasinya dari tujuan HMI tersebut
akan sangat terasa ketika kader HMI telah menyelesaikan studi di kampusnya serta
membawa nama baik almamaternya dan HMI sebagai organisasi yang
menggembelengnya sebagai kader yang militant. Prinsip “Yakin Usaha Sampai”
modal perjuangan menata masa depannya.
Kewajiban pada Ilahi sebagai tujuan utama dalam hidup. “Tidaklah Kuciptakan
jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).
Perintah Allah itu bagi kader HMI dipahami sebagai kebutuhan dan kenikmatan dalam
menegakkan siar Islam. Juga menjalin ukhuwah sesama, membangun silaturrahmi. Q.
Surat 3 : 112 (Al Imron ayat 112) “Mereka diliputi kehinaan dimana saja berada,
kecuali jika mereka berpegang pada tali (agama/Allah) dan tali (perjanjian) dengan
manusia”. Hubungan secara vertical dan horizontal menunjukkan keseimbangan
dalam hidup dan aktivitas keseharian kader HMI, disamping menjaga keseimbangan
dengan alam dimana kita berpijak.
NDP memuat tujuh bab yang menyatu secara integrative dan menggambarkan
12
suatu kesatuan yang universal. Ketujuh bab itu meliputi: 1) Dasardasar Kepercayan;
2) Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan; 3) Kemerdekaan Manusia dan
Keharusan Universal; 4) Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan; 5) Individu
dan Masyarakat; 6) Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi; dan 7) Kemanusiaan dan
Ilmu Pengetahuan. Pada perkembangannya pada tahun 1986 terjadi perubahan nama
NDP berubah menjadi NIK. Perubahan itu terjadi dengan keluarnya UU No. 5 tahun
1985 tentang azas tunggal Pancasila, maka awalnya azas HMI adalah Islam berubah
menjadi HMI berazaskan Pancasila. Perubahan itu dengan dilakukan dengan beberapa
pertimbangan, yaitu: 1) Penguasa menganggap kata perjuangan dapat mengganggu
stabilitas nasional; 2) Untuk membedakan kader HMI dengan yang bukan kader.
Setelah orde baru tumbang dan alam demokrasi kian berkibar, maka pada kongres ke
22 tahun 1999 di Jambi NIK kembali berubah menjadi NDP.
Kemudian pada tahun 2006 saat kongres di Makassar terjadi perubahan
sistematika dan isi NDP. Jumlah bab tetap, tetapi susunannya berubah menjadi: 1)
Landasan dan Kerangka Berfikir; 2) Dasar-dasar Kepercayaan; 3) Hakekat Penciptaan
dan Eskatologi; 4) Manusia Dan Nilai-nilai Kemanusiaan; 5) Kemerdekaan Manusia
(Ikhtiar) dan Keniscayaan Universal (Takdir) Ikhtiar (berusaha); 6) Individu dan
Masyarakat; dan 7) Keadilan Sosial serta Ekonomi dan Sains Islam.
F. Etika Islam
Secara etimologis, menurut Endang Syaifuddin Anshari, etika berarti perbuatan,
dan ada sangkut pautnya dengan kata-kata Khuliq( pencipta) dan Makhluq (yang
diciptakan). Akan tetapi, ditemukan juga pengertian etika berasal dari kata jamak
dalam bahasa Arab “Akhlaq”. Kata Mufradnya adalah khulqu, yang berarti : sajiyyah:
perangai, mur’iiah : budi, thab’in : tabiat, dan adab: adab (kesopanan).
Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (moralitas). Meskipun sama
terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan
pengertian. Secara singkat, jika moral lebih cenderung pada pengertian “nilai baik dan
huruk dari setiap perbuatan manusia, etika mempelajari tentang baik dan buruk”.
Jadi,bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dan perbuatan baik dan buruk( ethics
atau ‘ilm al-akhlaq) dan moral (akklaq) adalah praktiknya. Sering pula yang dimaksud
dengan etika adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan
baik maupun buruk.
Etika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia, perkataan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti adat
13
kebiasaan. Etika adalah sebuah pranata prilaku seseorang atau kelompok orang yang
tersusun dari suatu sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala alamiyah
sekelompok masyarakat tersebut3 . Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan
standar ( standard of conduct ) yang memimpin individu, etika adalah suatu studi
mengenai perbuatan yang sah dan benar dan moral yang lakukan seseorang.
Aristoteles mendefinisikan etika sebagai suatu kumpulan aturan yang harus
dipatuhi oleh manusia. Etika juga memiliki stresing terhadap kajian sistem nilai-nilai
yang ada. Oleh karena itu apabila kita kaitkan etika dengan perdagangan dalam Islam,
maka akan melahirkan suatu kesimpulan bahwa perdagangan harus mengacu nilai-
nilai keislaman yang telah baku dari sumber aslinya yaitu al-Quran dan al- Sunnah.
Jika etika diartikan sebagai kumpulan peraturan sebagaimana yang diungkapkan oleh
Aristoteles, maka etika perdagangan dalam Islam dapat diartikan sebagai suatu
perdagangan yang harus mematuhi kumpulan aturan-aturan yang ada dalam islam.
Pemakaian istilah etika disamakan dengan akhlak, adapun persamaannya
terletak pada objeknya, yaitu keduanya sama-sama membahas baik buruknya tingkah
laku manusia. Segi perbedaannya etika menentukan baik buruknya manusia dengan
tolak ukur akal pikiran. Sedangkan akhlak dengan menetukannya dengan tolak ukur
ajaran agama (al-Quran dan al-Sunnah). Sementara dalam bahasa arab etika dikenal
juga sebagai akhlak yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.
Sedangkan secara istilah ada beberapa pengertian tentang etika itu sendiri seperti :
1. Menurut Hamzah Ya’kub etika adalah ilmu tingkah laku manusia yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip dan tindakan moral yang betul , atau tepatnya etika adalah
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk.
2. . Menurut Amin etika/akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada
lainnya. Menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Ajaran etika berpedoman pada kebaikan dari suatu perbuatan yang dapat dilihat
dari sumbangasihnya dalam menciptakan kebaikan hidup sesama manusia, baik
buruknya perbuatan seseorang dapat dilihat berdasarkan besar kecilnya dia
memberikan manfaat kepada orang lain. Dalam menentukan baik atau buruknya
perbuatan seseorang, maka yang menjadi tolak ukur adalah akal pikiran. Selain etika
ada juga yang dapat menentukan suatu perbuatan baik atau buruk yaitu akhlak. Namun
dalam menentukan baik atau buruknya perbuatan yang menjadi tolak ukur dalam
14
akhlak yaitu al-Quran dan al-Sunnah.
Himpunan Mahasiswa Islam atau disingkat HMI, organisasi ini didirikan oleh
Lafran Pane pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H yang bertepatan dengan tanggal 5
Februari 1947. Seperti yang kita ketahui Islam saat ini sangat merosot sekali dengan
etika apalagi pada dalam diri mahasiswa yang paling utama, banyak sekali yang masih
belum menerapkan etika islam dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan Al
Quran dan hadis. Dari situ lah seseorang dinilai baik dan buruk perbuatannya.
Sumber etika Islam adalah Al-Quran dan hadis. Sebagai sumber etika Islam, Al-
Quran dan hadis menjelaskan bagaimana cara berbuat baik. Kedua sumber etika islam
itu berfungsi sebagai pedoman umat untuk mengetahui bagaimana cara-cara berbuat
baik sesuai dengan apa yang telah disampaikan ataupun dicontohkan langsung dari
Rasulullah melalui tingkah laku beliau yang mengacu langsung dari Al-Quran.
Ajaran etika dalam islam menyangkut seluruh sisi kehidupan manusia, yaitu
beretika dengan sesama manusia, lingkungan, hewan, termasuk Allah Swt. Etika
menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menentukan mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
dilakukan oleh akal pikiran.
Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (moralitas). Meskipun sama
terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan
pengertian. Secara singkat, jika moral lebih cenderung pada pengertian “nilai baik dan
buruk dari setiap perbuatan manusia, etika mempelajari tentang baik dan buruk”. Jadi,
bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dan perbuatan baik dan buruk( ethics atau
‘ilm al-akhlaq) dan moral (akhlak) adalah praktiknya. Sebagai organisasi HMI, kita
para kader harus mencontohkan bagaimana beretika islam itu kepada khalayak
masyarakat, agar terciptanya masyarakat HMI yang beretika islam.
G. Pengantar Filsafat
Filsafat sering dianggap sebagai suatu hal yang sulit baik untuk dipelajari
maupun untuk dilakukan (berfilsafat). Hal apapun sebelum dipelajari pasti akan terasa
sulit untuk dipahami, tetapi filsafat lebih dari itu. Paling tidak itulah anggapan
umumnya. Filsafat atau philosophy dalam bahasa inggris, atau falsafah dalam bahasa
arab merupakan istilah yang diwariskan dari tradisi pemikiran Yunani Kuno. Filsafat
yang secara harfiah, berarti “cinta kebijaksanaan”. Mendefinisikan filsafat tidaklah
mudah, karena pengertian filsafat yang ada adalah sejumlah para filsosof yang
memberikan definisinya masing-masing, sehingga secara subjektif para filosof
15
memiliki pengertiannya masing-masing. Dengat itu definisi yang mereka buat saling
melengkapi bahkan mungkin saja saling mendistorsi.
Socrates sebagai bapak dari filosof mengajukan pertanyaan : “apakah manusia
itu dan apakah yang merupakan kebaikan tertinggi bagi manusia”. Muridnya, Plato
mengatakan : “… filsafat memang tidak lain daripada usaha mencari kejelasan dan
kecermatan secara gigih yang dilakukan secara terus menerus.” Yuyun S. Sumantri
(1982) mengumpamakan orang yang berfilsafat seperti orang yang pijak di bumi
sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahu hakikat dirinya dalam
kesemestaan galaksi. Atau seseorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke
ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan
kesemestaan yang ditatapnya.
Dalam filsafat dipertanyaan tentang segala hal secara mendasar paling tidak
mencakup tentang Tuhan, alam dan manusia. Tetapi tidak semua pertanyaan
merupakan pertanyaan filsafat, ada pertanyaan yang hanya bersifat pragmatis atau
ilmiah. Filsafat mempertanyakan sesutu yang tidak bisa dijangkau ilmu pengetahuan,
karena itu menurut Will Duran, filsafat dapat diibaratkan pasukan marinir yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah
sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan
tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung
dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang
dapat diandalkan. Filsafat merintis berbagai lapangan ilmu pengetahuan, sehingga
berkembang menjadi teknologi bagi manusia, setelah itu filsafat bisa mempertanyakan
kembali bagaimana ilmu pengatahuan yang sudah berkembang itu, mempertanyakan
hal-hal lain yang masih belum terjangkau.
Tradisi filsafat yang diawali dari Yunani Kuno justru diawali dengan
mempertanyakan hakikat materi dari alam. Socrates melakukan perubahan dengan
memfokuskan filsafat pada diri manusia itu sendiri. Berkembanglah filsafat melalui
muridnya Plato dan kemudian Aristoteles yang kita kenal. Terutama Aristoteles telah
merintis berbagai cabang keilmuan baik tentang alam mauapun tentang manusia. Dari
Yunani kemudian filsafat berkembang dalam kebudayaan Islam. Pengaruh filsafat ini,
dirasakan oleh umat Islam mulai pada akhir abad pertama hijriah yang disebut
gelombang Hellenisme. Mulailah para intelektual Islam menterjemahkan,
mengeomentari, menafsirkan bahkan mengembangkan tradisi filsafat yang bercorak
Islam. Filsafat digunakan untuk memberi kedudukan yang lebih kuat pada dasar-dasar
16
keyakinan dalam Islam, sekalipun sering diangap sebagai suatu tradisi asing dalam
tradisi Islam. Kita kenal Al-Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Arabi, dan Ibnu Rusyd di antara
sebagian filosof muslim sekaligus yang meretas perkembangan tradisi perkembangan
ilmu pengetahuan di dunia Islam. Pada saat itu, di dunia barat sedang mengalami masa
abad pertengahan yan gelap, filsafat dan ilmu pengetahuan terpinggirkan dan tidak
bekembang. Setalah itu, itu barulah barat kembali memegang kendali setelah era
renaissance. Barat kemudian berjaya di abad modern dalam bidang filsafat, ilmu
pengatahuan dan teknologi. Ditandai dengan lahirnya filosof-filosof seperti Descartes,
Spinoza, Leibniz, Heigel, Heideger, Laplace dan lainnya. .Walaupun tradisi filsafat di
dunia Islam tidak berhenti begitu saja, namun pengaruhnya secara berangsur
berkurang.
Berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang sistematis, kritis, menyeluruh,
mendasar, koheren dan juga bisa spekulatif. Kegiatan berpikir ini memerlukan niat dan
kehendak yang kuat, karena tidak semua orang bisa berfilsafat. Dalam kadar tertentu
cara-cara berpikir filsafat bisa diterapkan dalam kehidupan sehari, walaupun belum
diangap benar-benar berfilsafat.
Paling tidak ada 2 (dua) metode yang digunakan oleh seorang untuk berfilsafat,
yaitu (1) analisis dan (2) sintesis. Maksud pokok mengadakan analisis ialah melakukan
pemeriksaan konsepsional atas makna yang dikandungi oleh istilahistilah yang
digunakan dan pernyataan yang dibuat. Analisis dapat diarahkan untuk memaknai
sebuah pernyataan walaupun makna tidak identik dengan kebenaran. Metode analisis
ini melahirkan filsafat yang berorientasi pada kritik terhadap suatu pertanyaan dan
pernyataan kefilsafatan. Sementara sintesis yang berarti pengumpulan sebagai lawan
dari analisa yang berarti rincian. Maksud sintesis yang utama adalah mengumpulkan
semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.
Inilah yang sering diangap melahirkan filsafat yang spekulatif. Seperti yang
ditegaskan di awal, spekulatif yang dilakukan adalah spekulatif yang argumentatif.
Untuk mendukung terhadap metode di atas, diperlukan seperangkat metodologi
seperti, logika, induksi, deduksi, analogi dan komparasi. Perangkatperangkat inilah
yang dapat menjadi modal bagi seseorang untuk berfilsafat.
Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus. Logika
menguraikan tentang aturan-aturan serta cara-cara untuk mencapai kesumpulan,
setelah didahului oleh suatu perangkat premis. Logika dibagi dalam dua cabang pokok
yaitu logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif membicarakan caracara
17
untuk mencapai kesimpulan-kesimulan bila lebih dahului telah diajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai semua atau sejumlah ini diantara suatu kelompok barang
sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat
yang bersifat keharusan dari pernyataan-pernyataan yang lebih dahulu diajukan.
Logika induktif membicarakan tenatang penarikan kesimpulan buka dari pernyataan-
pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan-pernyataan khusus.
Penalaran secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan
menggantikan apa yang dicoba dibuktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal
tersebut, namun yang lebih dikenal, dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang
mengawali penalaran tersebut.
Sebuah penalaran perlu diverifikasi keabsahannya, apakah sah tidak untuk
digunakan untuk penalaran. Ada dua cara untuk melakukan verifikasi, yaitu observasi
dan penggunaan hokum kontradiksi. Melalui observasi, suatu pernyataan yang
maknanya dapat diuji dengan pengalaman yang dapat diulangi, baik oleh orang yang
mempergunakan pernyataan tersebut maupun oleh orang lain. Dengan hukum
kontradiksi, orang bisa kesesatan pernyataan yang dipersoalkan karena bertentangan
dengan dirinya, atau mengakibatkan pertentangan dengan pernyataan-pernyataan lain
yang telah ditetapkan dengan baik.
Demi melakukan keabsahaan sebuah pernyataan, paling tidak ada beberapa
kebenaran yang bisa diacu, yaitu : teori koherensi, teori korespondensi, dan teori
pragmatis. Menurut teori koherensi, sebuah pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Teori kebenaran ini selaras dengan penalaran
deduktif. Sementara menurut teori korespondensi, suatu pernyataan dianggap benar
jika materi pengetahuan yang terkandung pernyataan itu berkorenpondensi dengan
objek yang dituju dalam pernyataan tersebut. Teori korespondensi ini selaras dengan
penalaran induktif. Baik teori koherensi maupun teori korespondensi sering dipakai
dalam cara berpikir ilmiah. Sementara teori kebenaran pragmatis, menyatakan bahwa
kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersbut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis.
Pada dasarnya, aktivitas berfilsafat adalah upaya berpikir yang ketat. Mungkin
saja berfilsafat baru hanya sampai pada meragukan dan menguji secara rasional
anggapan-anggapan. Sampai di sini pun, kita perlu pengalaman dan upaya yang serius
untuk menekuninya. Untuk mengkaji tentang “keadilan” diperlukan upaya mengkaji
18
referensi atau pemikiran-pemikiran yang terdahulu sehingga ketika bermaksud
mengajukan kesimpulan baru, maka hal itu didasarkan pada berbagai pandangan yang
terdahulu yang sudah dikritisi.
Cara kerja berpikir filsafat ini, bagi sebagian filosof mungkin bisa bervariasi
bergantung kepada pandangan dan corak filsafat mereka. Termasuk dalam hal ini
bagaimana cara berfilsafat filosof muslim, walaupun melanjutkan tradisi filsafat
Yunani, tetapi memiliki corak yang berbeda. Walaupun para filosof muslim berfilsafat
untuk menemukan pandangan-pandangan tentang ketuhanan, alam dan manusia, tetapi
mereka tetapi bertujuan untuk memperteguh prinsip-prinsip beragama dalam Islam.
Berbagai pertentangan pemikiran antar mereka juga memberikan corak pada
pemikiran Islam, tidak sedikit dipandang “menyimpang” dari ajaran Islam.
H. RKMD
Retorika adalah kecakapan berpidato didepan umum (Study Retorica Di
Sirikkusa Ibu Kota Sisia Yunani abad Ke 5 SM). Retorika berasal dari bahasa Yunani
yakni Rhetorica, Orator dan Teacher. Yakni suatu teknik pembujuk rayuan secara
persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional
atau argument. Secara umum Retorika adalah seni manifulatif atau teknik persuasi
politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambing atau
mengidentifikasikan pembicara dengan pendengar.
Adapun tujuan retorika adalah persuasi, maksudnya adalah adanya keyakinan
antara pendengar tentang kebenaran yang disampaikan oleh si pembicara. Secara
umum tujuan retorika adalah membina saling pengertian yang mengembangkan
kerjasama dalam menumbuhkan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat lewat
kegiatan bertutur.
Dalam melaksanakan retorika, ada beberapa hal yang harus di perhatikan, yakni
pada aspek pembicaraan. Seorang orator harus memperhatikan sikap tubuh, mimik,
intonasi dan cara pakaian. Aspek eksternal, seorang orator harus memperhatikan
pendidikan, usia, jenis kelamin dan keluarga dari sasaran yang hendak di tuju. Dan ada
pula Aspek Lingkungan, dimana seorang Orator harus memperhatikan waktu, tempat
dan media yang akan dipergunakan saat akan beretorika (Hidajat, 2006).
Keprotokoleran merupakan cara mengkonsep suatu acara melalui tata cara, tata
hormat dan tata tempat. Protokol adalah orang yang menyusun acara. MC adalah orang
yang memandu dan membawakan acara. Adapun dalam suatu acara, seorang
Protokoler harus dapat memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
19
1. Susunan Acara, pada bagian ini seorang Protokoler harus memperhatikan
sususan acara. Ada beberapa isi dari bagian acara yang biasanya dipakai dalam
lembaga secara umum, diantaranya adalah pembukaan, pembacaan ayat Suci Al
Qr’an, Upacara Nasional, laporan ketua panitia, kata sambutan (dari yang
terendah sampai yang tertinggi), doa dan penutup.
2. Tata Hormat, pada bagian ini seorang Protokoler harus peka terhadap tamu
kehormatan yang diundang. Menyebutkan satu persatu tamu kehormatan yang
hadir di acara.
3. Tata Tempat, duduk menghadap podium, ada bendera merah putih dan bendera
lembaga organisasi, poto Presiden dan Wakil Presiden, Lambang Pancasila,
Spanduk merupakan bagian tata tempat yang harus diperhatikan Protokoler.
Diskusi merupakan komunikasi dua arah yang memiliki tujuan dan membahas
suatu permasalahan. Jenis diskusi terdiri dari diskusi Formal yakni diskusi yang
dilakukan dengan memiliki sistematika dan perencanaan agenda yang jelas. Diskusi
Informal yakni diskusi yang lepas tanpa perencanaan yang sistematis.
Metode merupakan suatu cara atau teknis yang akan digunakan dengan kata lain
metode diskusi merupakan suatu cara yang akan dilakukan dalam melaksanakan
diskusi. Ada beberapa jenis-jenis diskusi, diantaranya adalah diskusi panel, seminar,
whorlshop, lokakarya, symposium, dan sarasehan. Selain dari jenis ini, dalam diskusi
ada juga komponen dari diskusi diantaraya ada moderator, pembicara, pembanding,
audience, dan notulen.
Dalam metode diskusi ada hal yang harus di perhatikan. Pertama Presidium
siding aturan yang dimiliki lebih dari satu atau harus ganjil. Satu orang ditunjuk sebagai
pimpinan siding. Kedua pada pimpinan siding harus memiliki atribut sebagai tanda
pimpinan sidang. Dalam memimpinan sidang diskusi, ada aturan yang dimiliki dalam
ketukan palu sidang yaitu dalam 1 kali kesepakatan, ketukan palu kurang lebih 15 menit
merupakan tanda skor waktu atau peninjauan kembali keputusan. 2 kali keputusan skor
forum dengan waktu lebih dari 15 menit. 3 kali ketukan palu menandakan membuka
atau menutup acara, dan mengesahkan suatu kesepakatan.
Dalam suatu sidang adapula macam-macam sanggahan (Interupsi) diantaranya
Interupsi Informasi (memberikan informasi), Interupsi Klarifikasi (memberikan
klarifikasi), Interupsi Point Of Order (meluruskan pembicaraan menyimpang (tidak ada
bahasan) dan Interupsi Previlege (berisikan Interupsi yang menyinggung etika atau
perasaan anggota diskusi sidang) (Suhandang, 2005).
20
I. KMO
Secara umum kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu
pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-
pengikutnya). Kepemimpinan juga merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan
kewajiban yang dapat dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses
sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu
badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan
yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari
masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan.
Sedangkan kepemimpinan yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah
kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas
landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi.Sehingga dengan demikian daya
cakupnya agak terbatas.Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa
batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikain didasarkan atas pengakuan dan
kepercayaan masyarakat.Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak
pada tujuan dan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau
merugikan bagi masyarakat.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social,
sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia.Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya
beberapa kesamaan.
Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau
sebagai hasil dinamika interaksi sosial.Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial,
seseorang atau beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peranan yang
lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak
lebih menonjol dari lain-lainnya.Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang
kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang
stabil.Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam keadaan-keadaan
dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok
tadi mengalami ancaman dari luar.Dalam keadaan demikian, agak sulit bagi warga
kelompok menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi.
21
Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses dinamis yang
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila pada saat tersebut muncul
seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan
mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena
seorang individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil
membuka jalan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuannya dengan begitu
kebutuhan warga tidak terpenuhi.
Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis apabila
tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar
dari pemerintah boneka belaka.Kepemimpinan didalam masyarakatmasyarakat hukum
adat yang tradisional dan homogen, perlu disesuaikan dengan sussunan masyarakat
tersebut yang masih tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri paguyuban.Hubungan pribadi
antara pemimpin dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini, disebabkan
pemimpin-pemimpin pada masyarakat tersebut adalah pemimpin-pemimpin tidak
resmi informal leadersyang mendapat dukungan tradisi atau karena sifat-sifat
pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih menaruh kepercayaan
terhadapa para pemimpin-pemimpin tersebut, beserta peraturan-peraturan yang
dikeluarkan.
Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus
merupakan pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan.Pada umumnya para
pemimpin masyarakat tradisional adalah pemimpin-pemimpin dibelakang atau
ditengah.Jarang sekali yang menjadi pemimpin dimuka umum. Sebaliknya, apabila
ditinjau dan ditelaah pada keadaan dikota-kota besar, maka susunan masyarakat kota
tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari kepemimpinan pada masyarakat
tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah yang sangat diperlukan.

22
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI merupakan suatu organisasi
mahasiswa pertama dengan ruang lingkup Nasional. Himpunan Mahasiswa
Islam berdiri pada masa Revolusi Fisik, berselang dua tahun Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, 5 Februari 1947, tepatnya 14 Rabiul Awal 1366 H,
bertempat di Yogyakarta, pendiriannya diprakarsai oleh Lafran Pane.
2. Ada 4 fase perkembangan yang harus dialui yaitu fase pengokohan organisasi,
mempertahankan keutuhan bangsa dan Islam, perjuangan bersenjata, tantangan
melawan PKI (1947-1965), fase kebangkitan pelopor Orba,
Modernisasi/pembaharuan pemikiran keislaman (1966-1984), fase saran dan
kritik terhadap Orde Baru (1985-1997), dan fase membangun Indonesia baru
mengawal proses reformasi 1998.
3. HMI Cabang Banda Aceh berdiri pada tahun 1962 setelah berdirinya Perguruan
Tinggi Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh. Ketua Umum HMI Cabang
Banda Aceh pertama yaitu Sayed Hasan Baabud. HMI Cabang Banda Aceh dari
awal berdiri sampai berakhirnya masa Orde Baru sudah melahirkan kader-kader
terbaik yang kemudian menjadi tokoh penting dalam bidang akademisi, teknisi
dan pemerintahan Aceh.
4. Perkembangan Himpunan Mahsiswa Islam Kota Banda Aceh terus mengalami
perkembangan baik pengkaderan maupun dalam segi berjalannya roda
organisasi. Namun HMI Banda Aceh juga banyak mengalami hambatan baik
segi sarana dan prasarana yang dimiliki maupun tekanan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah.
B. SARAN

Kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan oleh penulis untuk
menciptakan karya ilmiah yang lebih baik lagi kedepannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agussalim Sitompul. 1997. Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media
Foubert, J. D., & Grainger, L. U. (2006). Effect of involvement in clubs and organization
on the psychosocial development of first-year and senior college students. Naspa
Journal, 43(1), 166-182.
Patton. M. Q. 2009. Metode evaluasi kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saleh, Hasanuddin M. 1996. HMI dan Rekayasa Azas Tunggal Pancasila, Yogyakarta :
Kelompok Studi Lingkaran.
Pane, lafran. 1997.HMI Mengayuh Antara Cita dan Kritik. Yogyakarta: Aditya media.
Satria, Hariqo Wibawa. 2010. Lafran Pane Jejak Hayat dan Pemikirannya. Jakarta: Penerbit
Lingkar.
Sitompul, Agussalim. 1995. Historiografi Himpunan mahasiswa Islam tahun 1947- 1993.
Jakarta: Intermasa.
Sidratahta Mukhtar, HMI dan Kekuasaan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006),
Yasinta KC, Anita L, dan Jati A. 2013. “kuliah versus organisasi” Studi kasus mengenai
strategi belajar pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi mahasiswa pecinta
alam universitas diponegoro [elektronik] Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.
Zubaeri & Sahide, A. (2011). HMI (pemikiran dan gerakan intelektual). Yogyakarta: The
Phinisi Press Yogyakarta.

24
25

Anda mungkin juga menyukai