Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat.

Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas kami sebagai kader PMII dengan judul “Latar Belakang
Lahirnya PMII”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah kami , sekian dan terima kasih.

Marisa, 13 Agustus 2020.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam
menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa
yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama’ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat
dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:
1. Carut marutnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
2. Tidak menentunya sisitem pemerintahan dan perundangan-undangan yang ada.
3. Pisahnya NU dari Masyumi.
4. Ketika PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan Masyumi dibubarkan oleh Bung Karno, Bung
Karno meminta kepada NU untuk mendirikan oganisasi mahasiswa Islam yang
‘Indonesia’ maka berdirilah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Hal-hal tersebut di atas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan
intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran
aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu
juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa
yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dengan berazaskan Pancasila. Tujuan PMII
sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4 “Terbentuknya
pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan
bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia

Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU)
yang dipelopori oleh Wa’il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga
Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua
organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan
Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni
tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU
akan memperlemah eksistensi IPNU. Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul
kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali
ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas
pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958)
dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma’il Makki (Yogyakarta).
Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan
dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang
diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping
itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP
IPNU

1.2 Rumusan Masalah

1. Konferensi Besar IPNU


Gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantiasa muncul dan mencapai
puncaknya pada koferensi besar (KONBES) IPNU I di kaliurang pada tanggal 14-17 maret 1960.
Dari forum ini kemudian muncul keputusan perikutnya mendirikan organisasi mahasiswa NU
secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES
Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang
terdiri  dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah: A. Khalid Mawardi (Jakarta)
1. M. Said Budairy (Jakarta)
2. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
3. Makmun Syukri (bandung)
4. Hilman (bandung)
5. Ismail Makki (yogyakarta)
6.  Munshif Nakhrowi (yogyakarta)
7. Nuril Huda Suaidi(Surakarta)
8. Laily Mansyur (surakarta)
9. Abd.Wahhab Jaelani (semarang)
10. Hizbullah Huda (Surabaya)
11.  M. Kholid Narbuko (malang)
12.  Ahmad Hussein (Makassar)

Keputusan lainya adalah menunjuk tiga makasiswa yaitu Hizbullah Huda, M. Said
Budairy dan Makmun Syukri sebagai delegasi untuk sowan ke ketua umum PBNU pada saat itu
adalah K.H. Idham kholid.
2. Deklarasi
Pada tanggal 14-16 Aplil 1960 di adakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di
sekolah Muamalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan
mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Makasar,
serat perwakilan senat perguruan tinggi yang bernaung di bawah NU. Pada saat itu di
perdebatkan nama organisasi yang akan di dirikan. Beberapa nama usulan tersebut di antaranya
dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny dan dari
Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi
kesepakatan. Namun kemudian kembali di persoalkan kepanjangan dari “P” apakah
perhimpunan atau persatuan. Akhirnya di sepakati huruf “P” merupakan singkatan dari
Pergerakan sehingga PMIi menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga
menghasilkan susuna Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan
menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil
ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekertaris umum. Ketiga orang tersebut di beri amanat dan
wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusn PB PMII. Adapaun PMII di deklarasikan
secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tangal 17 Syawwal 1379
hijriah.
3. Independensi PMII
Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat
dengan segala garis kebijaksanaan partai induknya NU. PMII merupakan perpanjangan tangan
NU, baik secara structural maupun fungsional. Selanjutnya sejak Dasawarsa 70-an , ketika rezim
neo-fasis Orde baru mulai mengerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan
partai politik secara kuantitas dan issue back to campus serat organisasi-organisasi profesi
kepemudaan mulai di perkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya
pemikiran realistis. Pada tanggal 14 Juli 1971 melalu Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan
independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati).
Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, di wujudkan Manifest Independensi
PMII.
Betapapun PMII mandiri, idiologi PMII tidak terlepas dari paham Ahlussunnah
Waljama’ah yang merupakan cirri khas NU. Ini berarti secra kultural idiologis, PMII dengan NU
tidak bias di lepaskan. Ahlussunnah waljama’ah merupakan benang merah antara PMII dengan
NU. Dengan aswaja PMII pembedaan diri dengan organisasi lain.
Keterpisahan PMII daei NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara
organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada
hakikatnya keduanya susah untuuk di renggangkan.

Anda mungkin juga menyukai