Anda di halaman 1dari 14

Bagian Pertama

Pembukaan

A. Deskripsi Singkat
Sebagai kader yang ikut mendeklarasikan lahirnya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) yang sudah 55 tahun yang berlalu. Cikal bakal kelahiran PMII di dasari dengan
ide adanya keinginan para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk organisasi yang
berideologikan Ahlusunnah Wal Jama’ah (ASWAJA). Ide yang ada terhadap mahasiswa ini tidak
berjauhan dari adanya organisasi IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) sebagai
pelantara lahirnya PMII secara sejarah dibentuk dalam Muktamar III IPNU di Cirebon Jawa
Barat pada tanggal 27-31 Desember 1959. Melihat mahasiswa belum mempunyai organisasi
(kumpulan) yang formal secara aturan hukum, maka para mahasiswa yang menjadi pengurus di
IPNU mempunyai harapan besar lahirnya organisasi ke-mahasiswa-an sebagai generasi yang
mempertahankan nilai ketuhanan dan kemanusiaan kedepan. Tidak hanya itu yang menjadi
bahan renungan para mahasiswa NU, bahkan banyak pengurus IPNU pusat yang didominasi oleh
para mahasiswa.
Gagasan para mahasiswa ingin membentuk organisasi ini pula sempat muncul ketika
muktamar IPNU ke-II pada tanggal 1-5 Januari 1958 di Pekalongan Jawa Tengah, akan tetapi
gagasan ini sama sekali tidak ditanggapi oleh pimpinan pusat IPNU pada saat itu. Keadaan ini
pula karena melihat organisasi IPNU pada saat itu masih pembenahan dan rehabilitasi struktural
dan pengkaderan. Jika Muktamar ke-II IPNU tersebut menghasilkan organisasi mahasiswa,
dikhawatirkan IPNU keadaannya tidak stabil dan membaik, karena yang berfungsional pengurus
IPNU pada saat itu mahasiswa yang mempunyai peran teresar. Gagasan ingin terbentuknya
organisasi mahasiswa ini semakin kuat ketika Muktamar IPNU ke-II di Cirebon Jawa Barat pada
tanggal 27-31 Desember 1959 para mahasiswa mendesak pimpinan pusat IPNU agar memuat
organisasi mahasiswa yang berbeda aturan dan struktural. Akan tetapi pada Muktamar ke-III
IPNU tersebut secara fungsional dan struktural masih berada dalam naungan IPNU dalam
organisasi departemen perguruan IPNU. Namun keputusan yang diambil oleh IPNU tersebut
tidak berjalan sesuai dengan harapan bahwa organisasi mahasiswa Nahdliyin yang ada pada
departemen perguruan IPNU tersebut masih tetap ingin memisahkan diri dari IPNU
(independen). Dan pemisahan organisasi mahasiswa tersebut terbukti ketika konprensi besar
IPNU pada 14-16 Maret 1960 di Kaliurang Yogyakarta dengan keputusan terbentuknya suatu
organisasi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara structural ataupun fungsional dari IPNU-
IPPNU.
Gagasan lahirnya organisasi mahasiswa nahdliyin ini sebenarnya sudah ada sketsa terlebih
dahulu, ketika melihat kegiatan sekelompok mahasiswa NU di Jakarta; pertama, kelompok
IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) pada bulan Desember 1955 di Jakarta. Namun
kehadiran kelompok IMANU tersebut belum bisa diterima oleh banyak pihak mahasiswa dan
terutama masyarakat NU sendiri belum bisa menerima adanya organisasi mahasiswa dengan
argumentasi bahwa organisasi IPNU masih baru berdiri 24 Februari 1954, dan tidak mungkin
NU langsung mendirikan organisasi mahasiswa yang dapat melumpuhkan organisasi IPNU yang
baru berdiri tersebut. Argument inilah yang membuat pertimbangan para tokoh NU, karena
membuat organisasi bagi NU sangat mudah, akan tetapi makna dari berorganisasi yang takut
disalah gunakan oleh generasi kedepan. Kedua, kelompok KMNU (keluarga mahasiswa
nahdlatul ulama) yang didirikan di Surakarta Jawa Tengah oleh H. Mustahal Ahmad pada tahun
1955. Kelompok KMNU ini yang tetap eksistensi sampai lahir PMII, karena dengan notabene
organisasi yang kaderisasinya berjalan dengan baik di Surakarta pada saat itu. Ketiga, kelompok
PMNU (persatuan mahasiswa nahdlatul ulama) di Bandung Jawa Barat yang selalu instens
mengawal mahasiswa NU sebagai generasi muda yang mampu mempertahankan nilai
keagamaan dan keindonesiaan kedepan.
Melihat semangatnya para mahsiswa NU pada waktu itu, sehingga mempunyai pemikiran
yang sangat baik demi kemajuan mahasiswa kedepan. Meskipun pada saat itu terdapat kelompok
yang bernama PPMI (persatuan perhimpunan mahasiswa Indonesia) merupakan konfederasi
organisasi mahasiswa ekstra universitas tidak mungkin mampu, karena PPMI hanya menampung
ormas-ormas mahasiswa tanpa melakukan kaderisasi. Dan ada juga kelompok MMI (majlis
mahasiswa Indonesia) merupakan kelompok federasi dari dewan senat mahsiswa tidak mungkin
bisa untuk diandalkan, dengan konsdisi yang kurang baik dan sudah sangat dipertimbangkan
oleh para tokoh mahasiswa pun terkait berdirinya PMII harus mampu memberikan kontribusi
terhadap agama dan negara. Kemudian para tokoh yang mempunyai gagasan berdirinya
organisasi mahasiswa dan ketua IPNU merintis pembentukan organisasi mahasiswa yang khusus
untuk kader nahdliyin meskipun perdebatan argument yang komplek di forum karena memang
pada saat itu situasi politik Indonesia sedang bergolak.
Dengan melihat hasil pertimbangan-pertimbangan yang diperdebatkan tersebut dalam rapat
pimpinan IPNU pusat sebagai berikut; Pertama, wadah departemen perguruan IPNU tidak lagi
memadai, tidak cukup kuat untuk mewadahi gerakan mahasiswa. Kedua, perkembangan politik
dan keamanan dalam negri menuntut pengamatan yang harus hati-hati bagi para mahasiswa.
Ketiga, satu-satunya organisasi kemahasiswaan pada saat itu hanyalah HMI (himpunan
mahasiswa islam) yang memang dibentuk oleh para tokoh-tokoh Masyumi dengan tujuan untuk
dilibatkan dalam pemberontakan PRRI.
Melihat saat itu diintern NU masih belum percaya diri ketika terbentuk organisasi
mahasiswa dengan alasan belum mempunyai sarjana yang berkualitas dalam intelektualnya. Tapi
tidak menjadi alasan dan pertimbangan besar bagi NU ketika organisasi ini baik dan maslahat
untuk bangsa dan agama maka perlu dibentuk dan diperjuangkan. Dengan melihat kondisi
Indonesia saat itu pula jabatan menteri dan anggota DPR masih kurang dan banyak yang belum
memahami kenegaraan dengan baik. Melihat dari konteks inilah NU menarik sarjana-sarjana dari
luar lingkungan NU dan di-NU-kan dengan tujuan bahwa membela negara yang sudah merdeka
wajib dengan argumentasi generasi bangsa harus diarahkan terhadap cita-cita kemerdekaan
Indonesia. Meskipun waktu itu NU merupakan organisasi terbesar pemenang nomor tiga dalam
pemilu 1955. Kemenangan tersebut sehingga NU menjadi percaya diri dengan terbentuknya
organisasi mahasiswa yang sudah terbentuk meskipun belum syah secara administrative dengan
tujuan menolong mahasiswa sebagai generasi bangsa.
Inilah semangat mahasiswa nahdliyin meskipun langkah-langkah yang harus diproses demi
terbentuknya organisasi mahasiswa harus dilanjutkan, akan tetapi mahasiswa NU tidak tergesa-
gesa dalam menentukan suatu permasalahan. Dan organisasi mahasiswa ini berkepentingan
bahwa lingkungan NU sudah banyak generasi muda yang harus memahami Ahlusunnah wal
jama’ah di perguruan tinggi. Berkat dorongan-dorongan para tokoh NU dengan melihat
kenyataan obyektif serta adanya mengambil langkah-langkah pertimbangan antara lain; pertama,
didirikannya organisasi NU diberbagai wilayah, kota atau kabupaten, seperti; PTINU di
Surakarta (sekarang universitas NU), fakultas perekonomian dan tata niaga serta fakultas hukum
dan tata praja di Bandung (sekarang universitas islam nusantara – uninus) dan akademika ilmu
pendidikan dan agama islam di Malang (universitas malang – unisma). Kedua, adanya keinginan
dari masing-masing personal mahasiswa NU yang menuntut ilmu di perguruan tinggi NU
ataupun perguruan tinggi negri dan lainnya untuk segera mematerikan wadah khusus bagi
mahasiswa NU. Ketiga, adanya signal dari pucuk dari pimpinan tertinggi LP Ma’arif NU untuk
mematerikan bentuk organisasi kemahasiswaan NU. Keempat, adanya fakta praktis ataupun
psikologis yang sangat bertolak belakang diantara pelajar dan mahasiswa khususnya yang
tergabung dalam IPNU, baik dari segi pembelajaran, dinamika ataupun strategi perjuangannya
semakin terdorong terbentuknya organisasi mahasiswa.
B. Tujuan
Peserta agar peka terhadap kenyataan dan mampu mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah
agar tercipta manusia ulul albab sebagai hakikat dari warga pergerakan dengan batasan AD BAB
IV pasal 4.
C. Pokok Baasan
1. Menjelaskan perjalanan sejarah praPMII
2. Peta politik sejarah pascaPMII
3. Perkembangan PMII setelah terbentuk menjadi organisasi mahasiswa
D. Metode
Sofisme (ceramah) dan dialektik (dialog)
E. Peralatan
1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas dan spidol
2. Alat tulis
F. Waktu
60 Menit
G. Langkah-langkah
1. Mentor memulai sesi dengan menjelaskan tentang perjalanan sejarah PMII.
2. Mentor mulai mengenalkan peristiwa sejarah PMII dan tujuan terbentuknya organisasi
mahasiswa.
3. Mentor mulai menjelaskan ideologi PMII yang harus menjadikan spiritual dalam diri
peserta.
4. Mentor membuka pertanyaan kepada peserta terkait bahasan yang diutarakan dalam forum.
5. Mentor menulis pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari peserta .
6. Mentor menutup sesi forum ini.
Bagian Kedua
Materi Modul ke-PMII-an

Materi I

Pengertian dan Makna Pilosofi PMII

A. Deskripsi Singkat
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia merupakan organisasi kaderisasi yang berlandaskan pada
nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan untuk membentuk citra diri ulul al-bab. Sebagai
organisasi pergerakan, PMII berkomitmen untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dan
memberikan kontribusi terhadap agama dan negara sebagai generasi muda. Berangkat dari tujuan
PMII yang sudah termaktub dalam Anggaran Dasar bahwa setiap anggota dan kader PMII
seharusnya memahami betul terhadap pengertian dan makna pilosofi PMII agar pergerakan yang
dilakukan oleh anggota dan kader berdasarkan ruh kepedulian untuk membangun masyarakat
PMII khususnya dan umumnya masyarakat Indonesia. Organisasi yang dibentuk ini bukan
organisasi structural yang menjadi pajangan di negri ini, melainkan kita sebagai kader dan
anggota harus menjadikan PMII sebagai organisasi yang fungsional structural atau kultural demi
mewujudkan manusia yang ulul albab. Untuk mencapai manusia ulul albab, kita tidak hanya
berdiam di struktur atau kultur, akan tetapi ada rasa ingin mengamalkan ilmu yang sudah dimiliki
oleh kita kemudian di transferkan kepada obyek yang berada pada medan gerak supaya obyek
tersebut memahami betul pengertian dan makna PMII itu penting bagi pribadinya.
PMII sebagai salah satu eksponen perubahan dan pengabdi terhadap misi intelektual
berkewajiban dan bertanggung jawab mengemban komitmen keislaman dan keindonesiaan demi
meningkatkan harkat dan martabat umat dari kemiskinan di Indonesia. Dengan dasar itulah PMII
menjadi keharusan untuk mempertahankan bangsa dan negara dengan segala keyakinan dan
kemampuan baik secara personal maupun antarpersonal. Maka dengan kekuasaan Tuhan yang
Mahaesa dibentuklah organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang berideologi
Ahlusunnah wal jama’ah.
B. Tujuan
Peserta memahami organisasi secara sintaksis, linguistik, dan smantik PMII yang berhaluan
Islam ahlusunnah wal jama’ah sebelum menjadi kader ataupun anggota terlebih dahulu
penguatan doktrinal dan arahan terkait adanya PMII.
C. Pokok Baasan
1. Pengertian Pergerakan, Mahasiswa, Islam dan Indonesia secara linguistic.
2. Pengertian PMII secara terminology.
3. Pengertian keislaman (ahlusunnah wal jama’ah).
4. Pengertian kebangsaan (pancasila, NKRI, UUD dan Bhineka tunggal ika).
5. Pengertian Ulul albab.
D. Metode
Sofisme (ceramah) dan dialektik (dialog)
E. Peralatan
1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas dan spidol
2. Alat tulis
F. Waktu
120 Menit
G. Langkah-langkah
1. Mentor memulai sesi dengan menjelaskan tentang pengertian dan makna PMII.
2. Mentor menjelaskan pengertian PMII secara linguistic dan terminology.
3. Mentor menjelaskan nilai-nilai PMII secara mendalam sampai menyentuh ideologi.
4. Mentor membuka pertanyaan kepada peserta terkait bahasan yang diutarakan dalam forum.
5. Mentor menulis pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari peserta.
6. Mentor menutup sesi forum ini.
7.
Materi II

Sejarah PMII

A. Deskripsi Singkat
Kelahiran PMII dilatar belakangi dengan situasi dan kondisi politik Islam Indonesia dan keadaan
organisasi mahasiswa saat sama sekali belum ada yang mampu menjawab permasalahan yang
ada di Indonesia. Situasi dan kondisi mahasiswa saat itu merupakan suatu wadah aktivitas
mahasiswa di luar kampus (ektra universitas) bahwa pentingnya mahasiswa sebagai generasi
bangsa yang mempunyai wadah dan aktivitas dalam memberikan kontribusi terhadap Indonesia.
Memang ketika situasi dan kondisi mahasiswa ketika dilihat dari sejarah sedang mengalami
pasang surutnya peristiwa sejarah bangsa Indonesia terutama generasi muda. Kontribusi
mahasiswa tersebut digerakan oleh idealism yang berorientasi terhadap situasi terjadinya
perubahan (changes) kearah rehabilitasi bangsa Indonesia yang sesuai dengan cita-cita
kemerdekaan Indonesia, pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Generasi muda mahasiswa merupakan kelompok pelajar yang diperhatikan oleh pemerintah,
karena sebagai generasi muda bangsa yang akan melanjutkan cita-cita kemerdekaan Indonesia
kedepan. Meskipun keadaan dan situasi mahasiswa saat itu politik Indonesia belum stabil, akan
tetapi tidak menjadi permasalahan besar bagi berdirinya organisasi mahasiswa (PMII), karena
kelahiran PMII bukan untuk menyusup terhadap partai polotik, akan tetapi lahir PMII
memberikan kontribusi dan mempertahankan cita-cita kemerdekaan dengan proporsional dan
profesioanlnya. Dalam peristiwa sejarah 1950-an tercatat bahwa mahasiswa banyak yang
berhubungan dengan partai politik, dengan sebab mahasiswa 1950-an tersebut lebih cendrung
terhadap partai politik bahkan dijadikan alat politik. Oleh sebab itu, wajar ketika tahun 1950-an
mahasiswa terlibat terhadap penyusunan kabinet negara, tidak hanya tahun 1950-an peristiwa
yang terjadi terhadap mahasiswa, sama dengan peristiwa tahun 1955-an bahwa mahasiswa islam
diwakili oleh HMI yang menyerukan masyarakat supaya memilih partai-partai Islam yang
disenangi masyarakat secara khusus.
Sedangkan dalam sidang dewan konstitusi 1957 di Bandung diwakili oleh Porpisi (perserikatan
organisasi-organisasi pemuda Islam Indonesia) yang dipimpin oleh EZ. Muttaqin menjadi
peninjau pada pelaksaan sidang tersebut. keterlibatan mahasiswa terhadap partai politik praktis
ini diimbangi dengan aktivitas-aktivitas kepemudaan baik secara skala Nasional maupun
Internasional dengan tujuan persahabatan antarnegara dan kebutuhan mahasiswa dalam
komparasi menata negara. Meskipun Indonesia mempunyai konsep bernegara lebih canggih dari
pada negara lain yang digagas oleh NU itu merupakan konsep negara yang sudah canggih
disbanding dengan konsep negara modern atau neomodern. Dengan Rahmat Tuhan yang
Mahakuasa dibentuklah wadah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang berhaluan
Ahlusunnah Wal Jama’ah serta AD-ART, peraturan organisasi dan lain sebagainya.
B. Tujuan
Peserta mampu memahami keadaan, situasi, sebab-akibat, spirit beraktivitas dalam berorganisasi
kemahasiswaan (PMII) sehingga melakukan pergerakan tidak melupakan peristiwa dan semangat
para tokoh PMII sebelum.
C. Pokok Baasan
1. Kelahiran PMII.
2. Masa kebangkitan PMII.
3. Masa perjuangan PMII.
4. Upaya pengembangan dan membangun citra diri PMII.
D. Metode
Sofisme (ceramah) dan dialektik (dialog).
E. Peralatan
1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas dan spidol.
2. Alat tulis.
F. Waktu
120 Menit
G. Langkah-langkah
1. Mentor memulai sesi dengan menjelaskan tentang sejarah PMII.
2. Mentor membuka pertanyaan kepada peserta terkait bahasan yang diutarakan dalam forum.
3. Mentor menulis pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari peserta.
4. Mentor menutup sesi forum ini.
Materi III

Konstitusi PMII

A. Deskripsi Singkat
Konstitusi secara umum adalah segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan yang
dijadikan pedoman (dalil) untuk keberlangsungan Negara tesebut. Jika suatu negara tanpa ada
aturan yang mengatur atau mengarahkan maka tidak akan berjalan dengan baik. Di organisasi
PMII pun demikian, ada aturan yang dijadikan acuan untuk mengarahkan gerak dan langkah
PMII dimana Konstitusi itu merupakan panduan hidup PMII untuk dijalankan yang sesuai
dengan cita-cita besar PMII kedepan. Sebagai kader dan anggota PMII konstitusi harus dijadikan
sebuah peraturan manusia yang menjadi panutan untuk kemajuan PMII dan bisa merealisasikan
secara personal maupun antarpersonal PMII. Konstitusi PMII ini yang sudah disepakati bersama
oleh PMII se-Indonesia agar terdapat kesamaan dalam melakukan aktivitas PMII di setiap
wilayah. Dengan adanya konstitusi bukan hanya dijadikan sebuah artefak dari hasil pertukaran
ide-ide, melainkan konstitusi harus menjadi bibel bagi warga pergerakan agar terdapat kesamaan
dalam melakukan kegiatan PMII.
PMII merupakan organisasi bagaikan negara yang terdapat aturan dan penataan masyarakat
dengan tujuan yang termaktub pada BAB IV pasal 4 tersebut supaya mengarahkan kader dan
anggota agar menjadi pribadi manusia menjadi ulul albab. Dengan tujuan ini, maka diperlukan
konstitusi sebagai pedoman PMII mulai dari perkara kecil sampai perkara besar sebagai panduan
PMII untuk menata masyarakatnya demi terwujud misi dari PMII tersebut.
B. Tujuan
Peserta harus memahami aturan, tatanegara untuk melakukan aktivitas dengan pedoman yang
sudah ditetntukan bersama demi tercapai kader dan anggota yang patuh terhadap peraturan.
C. Pokok Bahasan
1. Sketsa konstitusi secara umum.
2. Pengertian konstitusi PMII.
3. Tujuan terbentuknya konstitusi PMII.
4. Perkembangan konstitusi PMII.
5. Implementasi dari konstitusi PMII.
D. Metode
Sofisme (ceramah) dan dialektik (dialog).
E. Peralatan
Kertas plano dan clip chart, penjepit kertas/ selotip kertas, spidol.
F. Waktu
120 Menit
G. Langkah-langkah
1. Mentor menjelaskan materi konstitusi yang sesuai dengan term of reference (TOR).
2. Mentor mengarahkan peserta kepada konstitusi yang ada pada PMII sebagai artefak dari
PMII.
3. Mentor memberikan tatakonstitusi kepada peserta suapaya peserta mempunyai gambaran
aturan dan tatanegara yang ada di PMII.
4. Mentor memberikan waktu kepada peserta agar bertanya terkait materi.
5. Mentor mencatat pertanyaan dari peserta.
6. Mentor menutup sesi forum ini.
Materi IV

Peristiwa penting dalam dinamika PMII

A. Deskripsi Singkat
Fenomena yang terjadi dalam setiap fase pergerakan mahasiswa islam indonesia (PMII)
yang mempunyai kontribusi terhadap bangsa dan agama sehingga menjadi peristiwa yang harus
dicatat bagi para kader dan anggota PMII. setiap peristiwa PMII bukan atas dasar kepentingan
kelompok atau personal kader, akan tetapi kepentingan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
hegemoni intelektual, moral serta fisik yang mengakibatkan bangsa kita menjadi bodoh
diakibatkan karena banyak para sistem pemerintah yang sudah dilemahkan oleh para kapitalism
dan feodalism yang ingin merusak bangsa indonesia dengan memakai tangan bangsanya sendiri.
Peristiwa tanggal 14-17 maret 1960 PMII Digagas Melalui Konbes IPNU di Jogjakarta setelah
sahabat Ismail Makky selaku ketua departemen perguruan IPNU dan sahabat Moh. Hartono BA
mantan wakil pimpinan usaha harian pelita Jakarta berbicara di depan peserta konbes IPNU
sehingga melahirkan keputusan “perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa secara khusus
bagi mahasiswa Nahdliyin”. Pembicaraan tersebut bahwa kebutuhan saat itu bagi Nahdliyin dan
bangsa indonesia perlu lahir organisasi yang harus membawa bangsa ini kepada cita-cita
kemerdekaan indonesia, setelah konbes IPNU selesai baru PMII dideklarasikan di Surabaya
setelah pembentukan panitia sebagai pendiri PMII dengan waktu satu bulan dari Konbes IPNU.
Peristiwa pada tanggal 19-26 Desember 1964 di Jakarta PMII mendukung GP. Anshor
supaya melakukan musyawarah generasi muda Indonesia untuk membentuk wadah persatuan
organisasi-organisasi mahasiswa untuk jangka panjang sebagai wadah persatuan persepsi demi
mewujudkan cita-cita kemerdekaan indonesia, dan kemudian hari kumpulan organisasi
mahasiswa tersebut diberi nama GEMUIS (generasi muda islam). Di dalam wadah ini terdapat
36 organisasi mahasiswa yang terkumpul untuk memperkokoh generasi muda bangsa indonesia
dalam persatuan sebagaimana ini terdapat dalam ideologi bangsa indonesia (pancasila) persatuan
Indonesia (sila ketiga). Banyak peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan perjuangan PMII
yang harus kita ketahui dan pahami, sebagai kader dan anggota PMII peristiwa merupakan
sejarah yang harus dijaga dalam setiap fase perjalanan. Karena peristiwa sebagai bahan
komparasi masa sekarang dan masa yang akan datang PMII, dalam peristiwa penting sudah
banyak para kader melupakan akan sejarah identitasnya dikarenakan mengenal PMII hanyalah
perkumpulan umat manusia saja. Dengan ini kita memberikan sketsa peristiwa PMII suaya dikaji
para kader dan anggota dalam menjalankan pergerakan.
B. Tujuan
Peserta agar mengetahui peristiwa pergerakan sebagai perjuangan ideologi yang harus dipahami,
identitas pergerakan diketahui oleh para kader dan anggota menjadi sebagai spirit dalam
menjalankan roda organisasi kedepan.
C. Pokok Bahasan
1. Peristiwa PMII pada tahun 1955-1963.
2. Peristiwa PMII pada tahun 1964-1968.
3. Peristiwa PMII pada tahun 1970-1972.
4. Peristiwa PMII pada tahun 1973-1988.
D. Metode
Sofisme (ceramah) dan dialektik (dialog).
E. Peralatan
Kertas plano dan clip chart, penjepit kertas/ selotip kertas, spidol.
F. Waktu
120 Menit
G. Langkah-langkah
1. Mentor memberikan penjelasan terkait materi kepada peserta.
2. Mentor merefleksikan peristiwa yang terjadi dalam sejarah PMII dengan tujuan untuk
meyakinkan peserta.
3. Mentor memberikan waktu kepada peserta agar bertanya terkait materi.
4. Mentor mencatat pertanyaan dari peserta.
5. Mentor menutup sesi forum ini.
Materi V

Visi, Misi, arti lambang dan mars PMII


A. Deskripsi Singkat
Dalam organisasi yang harus diperhatikan yaitu visi dan misi sebagai target posisi yang
akan kita capai demi mewujudkan harapan organisasi. Visi dan misi ini merupakan tujuan yang
masih general membutuhkan interpretasi dalam gerakan yang akan kita lakukan di dalam medan
ruang dan waktu. Untuk mengaktualkan visi dan misi kita perlu usaha yang berdasarkan
pedoman yang sudah ditentukan bersama pula agar terdapat keselarasan dalam beraktivitas.
Usaha ini sebagai interpretasi dari visi dan misi yang dilakukan oleh para kader dan anggota
PMII dalam antropologis dan sosiologis medan.
Dalam visi dan misi adapula yang menginterpretasi selain usaha yang harus dilakukan,
akan tetapi arti lambang PMII pun itu merupakan interpretasi dari visi dan misi secara simbolik.
Arti lambang PMII bukanlah sebatas simbol gerakan yang selalu dipasang dan dibawa
kemanapun, melainkan lambang sebagai tujuan PMII juga yang harus dipahami dengan memakai
pengetahuan yang berhubungan dengan seni. Karena lambang tidak mungkin dibuat secara
sederhana oleh para tokoh, dibalik simbol itu terdapat makna-makna yang berarti buat para kader
dan anggota PMII.
Visi dan misi ini pula diinterpretasi oleh mars PMII sebagai alunan musik atau suara untuk
mempermudah kader, anggota dan masyarakat dalam memahami tujuan PMII. Mars bukanlah
alunan lirik suara untuk menghibur manusia, akan tetapi sebagai bahan renungan ketika
dinyanyikan oleh para PMII dalam konteks apapun. Dengan mars inilah seharusnya kader dan
anggota PMII menggali secara pengetahuan seni musik agar memberikan penjelasan kepada
peserta tidak sesingkat yang dipahami saja, karena dalam penggalian lambang dan mars ini perlu
mendalami ilmu seni agar tidak salah memaknai kedua itu.
B. Tujuan
Peserta mengetahui visi dan misi sebagai target yang akan dicapai, berikut lambang dan mars
yang ada pada PMII sebagai simbol dan alunan khas seni PMII agar mudah dimengerti oleh
peserta melalui kedua itu.
C. Pokok Bahasan
1. Pengertian visi.
2. Pengertian misi.
3. Pengertian arti dan lambang.
4. Pengertian mars.
5. Hubungan antara visi dan misi.
6. Hubungan visi, misi, arti lambang dan mars dalam PMII.
D. Metode
Sofisme (ceramah) dan dialektik (dialog)
E. Peralatan
Kertas plano dan clip chart, penjepit kertas/ selotip kertas, spidol.
F. Waktu
120 Menit
G. Langkah-langkah
1. Mentor menjelaskan materi yang disampaikan kepada peserta.
2. Mentor mengurai visi, misi, lambang dan mars PMII dengan memakai sudut pandang ilmu
pengetahuan.
3. Mentor memberikan waktu kepada peserta agar bertanya terkait materi.
4. Mentor mencatat pertanyaan dari peserta.
5. Mentor menutup sesi forum ini.
Materi VI

Kaderisasi PMII

A. Deskripsi Singkat
Sistem kaderisasi (al-Tarbiyah) PMII adalah proses pendidikan untuk membentuk pribadi
muslim Indonesia dalam mencapai tujuan AD pasal 4 yang menjadi pedoman bersama. Sistem
kaderisasi PMII ini juga merupakan sistem kaderisasi ASWAJA, karena sistem kaderisasi
ASWAJA ialah suatu paham yang harus berdasarkan dalil (pedoman) al-Kitab, al-Sunnah dan
Al’Aqlu. ketiga pedoman itulah yang harus menjadi batasan Tuhan (al-Kitab wa al-Sunnah fi
dimni al-hududilah) dan batasan manusia (al-‘aqlu fi dimni al-hudud al-nash.) Kaderisasi
merupakan kewajiban yang harus dilakukan bagi setiap kader PMII untuk mencetak manusia
dengan tujuan yang sudah ditentukan dalam AD BAB IV pasal 4 tentang tujuan PMII
“terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”. Keberangkatan PMII AD pasal 4 inilah
sehingga lahir proses mendidik kader (kaderisasi) yang harus dijadikan pedoman bagi para kader
PMII dalam melakukan kaderisasi. Secara idealitas bahwa tujuan yang menjadi pedoman
bersama akan menjadi sebuah dinamiaka dalam interpretasi AD. Untuk menjaga integritas
interpretasi AD tersebut, maka diperlukan adanya penyatuan asumsi-asumsi sehingga menjadi
aturan yang disepakati bersama. Dalam AD BAB IV pasal 4 tentang tujuan tersebut tidak
mungkin bisa dijadikan sebuah aktivitas untuk mewujudkan tujuan tersebut. maka AD BAB IV
pasal 5 tentang usaha PMII “Pertama, menghimpun dan membina mahsiswa islam sesuai
dengan sifat dan tujuan PMII serta peraturan perundang-undangan dan paradigma PMII yang
berlaku. Kedua, melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan asas
dan tujuan PMII serta mewujudkan pribadi Iinsan ulul albab”. Usaha PMII inilah jika
diinterpretasikan proses mendidik seseorang menjadi kader PMII.
Kata kaderisasi tersebut jika dianalisis secara teks ialah proses mencetak kader (usaha)
PMII untuk mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan baik secara dimensi dunia atau dimensi
akhirat. pada dasarnya setiap manusia ingin mendapatkan kebahagiaan, akan tetapi kebahagiaan
inilah yang harus dicapai dengan usaha PMII secara sistemastis mulai dari step mu’takid,
mujahid dan mujtahid supaya melahirkan kesadaran antarsesama. Karena Tuhan telah
menjadikan manusia (laki-laki atau perempuan) sebagai khalifah, yang mana manusia ini secara
fisik mempunyai tugas langsung dari Tuhan agar menjalankan aktivitasnya dengan benar. Dalam
proses penciptaan manusia Tuhan tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan baik
secara fisik atau sosial, karena Tuhan menjadikan pula kepada manusia itu berkomunitas-
komunitas (syu’uba) yang berbeda latar belakang, pemikiran dan budaya. Dari perbedaan
tersebut tidak dijadikan sebuah alasan bagi manusia, karena perbedaan komunitas (syu’uba) itu
suapaya melahirkan kesatuan dalam berbangsa (qabaila) demi mewujudkan kebersamaan
terhadap cita-cita kemerdekaan indonesia. Kesadaran tersebut akan lahir hanya dengan cara
tolong menolong (ta’awun) mengajak kepada kebaikan (yad’u ila al-khair), merintah dengan
kebaikan (ya’muruna bi al-ma’ruf) dan melarang kejelekan dengan kebaikan (yanhauna ‘an al-
munkar bi al-ma’ruf). Kesadaran ini akan mengarahkan kader terhadap tujuan PMII dengan
usahanya yang telah ditetapkan bersama oleh para tokoh PMII secara formal. Karena secara
antropologi bahwa PMII merupakan proses tolong menolong dengan kesabaran dan kebenaran
(wa tawasau bi al-hak wa tawasau bi al-sabr), karena dalam diri manusia terdapat tiga elemen
dasar, pertama, unsur biologis (basariyah), kedua, unsur kongnitif (insaniyah) dan ketiga, unsur
sosial (an-nash). Ketiga elemen tersebut secara batasan Tuhan (fi dimni hududilah) untuk
mencapai kemaslahatan (maslahah) dan kebahagiaan (sa’adah) supaya akhir dari kehdupan
(bariyah) mendapatkan balasan dari Tuhan dengan baik dari usaha yang dilakukan ketika di
dunia.
Dalam konteks sistem pengkaderan PMII bahwa pengkaderan berasal dari kata tarbiyah
yang mengandung manhaj. Manhaj tersebut dalam teks dijelaskan terdiri dari tiga; pertama,
membaca tanda-tanda Tuhan (yatlu ‘alaihim ayat), kedua, mensucikan manusia (yuzakihim),
ketiga, mengajarkan kitab dan hikmah kepada manusia (ta’limu al-kitab wa al-hikmah). Batasan
manusia (hudud al-nash) dalam PMII tertera dalam BAB III pasal 3 tentang keindonesiaan,
kemasyarakatan, independen dan professional. Sedangkan batasan Tuhan (hududillah) dalam
PMII masih tertera dalam BAB III pasal 3 tentang keislaman. Kedua batasan ini ialah untuk
mencapai kader PMII yang ulul albab menurut PMII, yang mana ulul albab akan dicapai oleh
PMII hanya dengan usaha yang dilakukan oleh PMII agar mencapai tujuan AD pasal 4.
B. Tujuan
Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
C. Pokok Bahasan
1. Sistem pengkaderan formal, informal dan non formal
2. Pengkaderan informal
3. Pengkaderan non formal
4. Model pengawalan terhadap anggota dan kader
D. Metode
Sofisme (ceramah) dan dialektik (dialog)
E. Peralatan
Kertas plano dan clip chart, penjepit kertas/ selotip kertas, spidol.
F. Waktu
120 Menit
G. Langkah-langkah
1. Mentor memberikan penjelasan kepada peserta terkait dengan sistem kaderisasi PMII.
2. Mentor menghubungkan pembahasan sistem kaderisasi yang ada pada pokok pembahasan.
3. Mentor menjelaskan model pengawalan kepada peserta (teknis).
4. Mentor memberikan waktu kepada peserta agar bertanya terkait materi.
5. Mentor mencatat pertanyaan dari peserta.
6. Mentor menutup sesi forum ini.

Anda mungkin juga menyukai