Anda di halaman 1dari 10

KEORGANIASIAN PMII

A. Apa itu PMII

PMII adalah organisasi kemahasiswaan yang berhaluan ahlusuna waljamaah

B. Sejarah PMII

Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari adanya hasrat kuat para
mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berediologi
Ahlussunnah Waljama’ah (aswaja). Ide ini tak dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU-IPPNU (ikatan
pelajar nahadlatul ulama - ikatan pelajar nahdlatul ulama), secara historis, PMII mrupakan mata rantai
dar departemen perguruan tinggi IPNU yang dibentuk dalam muktamar IIII PNU di Cirebon Jawa Barat
pada tanggal 27 - 31 Desember 1958. Di dalam wadah IPNU-IPPNU ini banyak terdapat mahasiswa yang
menjadi anggotanya, bahkan mayoritas fungsionaris pengurus pusat IPNU-IPPNU berpredikat sebagai
mahasiswa. Itulah sebabnya, keinginan dikalangan mereka untuk membentuk suatu wadah khusus yang
menghimpun para mahasiswa nahdliyin. Pemikiran ini sempat terlontar pada muktamar II IPNU tanggal
1-5 Januari di Pekalongan Jawa Tengah) tetapi para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menanggapi
secara serius. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu pembenahan, yakni
banyaknya fungsionaris IPNU yang telah berstatus mahasiswa, sehingga dikhawatirkan bila wadah
khusus untuk mahasiswa ini berdiri akan mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk,
Tetapi aspirasi kalangan mahasiswa yang tergabung dalam IPNU ini makin kuat, hal ini terbukti pada
muktamar III IPNU di Cirebon Jawa Barat, pucuk pimpinan IPNU didesak oleh para peserta muktamar
membentuk suatu wadah khusus yang akan menampung para mahasiswa nahdliyin, namun secara
fungsional dan struktur organisatoris masih tetap dalam naungan IPNU, yakni dalam wadah departemen
perguruan tinggi IPNU).

Namun langkah yang diambil oleh IPNU untuk menampung aspirasi para mahasiswa nahdliyin dengan
membentuk departemen perguruan tinggi IPNU pada kenyataannya tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Terbukti pada Konfrensi Besar IPNU di Kaliurang Yogjakarta pada tanggal 14 - 16 Maret
1960, Forum konprensi besar memutuskan terbentuknya suatu wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin
yang terpisah secara struktural maupun fungsional dari IPNU-IPPNU.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab
tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya
hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah
wal Jama’ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:

Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.

Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.

Pisahnya NU dari Masyumi.

Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-
intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan
pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang
kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah
Wal Jama’ah.

Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari adanya hasrat kuat para
mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi
Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Sebelum berdirinya PMII, sudah ada organisasi mahasiswa
Nahdliyin, namun masih bersifat lokal. Organisasi itu diantaranya Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama
(IMANU) berdiri pada Desember 1955 di Jakarta. Di Surakarta dirikan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul
Ulama (KMNU) pada tahun yang sama. Kemudian berdiri juga Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama
(PMNU) di Bandung. Selain organisasi tersebut, ada pula mahasiswa Nahdliyin yang tergabung pada
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang terwadahi pada departemen perguruan tinggi.

Adanya berbegai macam organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi kepada Nahdlatul Ulama ternyata
tidak mampu membendung hasrat untuk berdirinya organisasi mahasiswa nahdliyin secara nasional. Hal
itu terbukti pada Konferensi Besar IPNU pada tanggal 14-17 Maret 1960 di Kaliurang Yogyakarta
disepakati untuk berdirinya organisasi kemahasiswaan Nahdliyin.

Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya
pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini
kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di
perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan
keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU.
Mereka adalah:

A. Khalid Mawardi (Jakarta)


M. Said Budairy (Jakarta)

M. Sobich Ubaid (Jakarta)

Makmun Syukri (Bandung)

Hilman (Bandung)

Ismail Makki (Yogyakarta)

Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)

Nuril Huda Suaidi (Surakarta)

Laily Mansyur (Surakarta)

Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)

Hizbulloh Huda (Surabaya)

M. Kholid Narbuko (Malang)

Ahmad Hussein (Makassar)

Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri
untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid.

Deklarasi

Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah
Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari
Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan
senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang
akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny.
Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi
kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau
persatuan. Akhirnya disepakati huruf “P” merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi
“Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi
sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris
umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan
kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi
atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.SEMUA itu berkat IPNU
C. Tujuan PMII

Pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Pribadi muslim yang dimaksud adalah generasi muda yang sedang menempuh pendidikan di perguruan
tinggi (mahasiswa) yang mempunyai keyakinan hubungan transenden dalam bentuk ketaqwaan
terhadap Allah SWT. Bentuk ketaqwaan tersebut dapat tercermin dari tingkah laku dan perbuatan
sehari-hari yang masih mengikuti ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.

2. Berbudi luhur

Budi berarti kemampuan seseorang untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Luhur sendiri mempunyai arti kemampuan menghasilkan cipta, rasa, karsa dan karya yang berkualitas
tinggi. Maka dari itu berbudi luhur mengandung pengertian kemampuan mencipta, rasa, karsa dan
karyanya yang selalu ditujukan untuk kebermanfaatan orang lain dan lingkungan tanpa merugikannya.

3. Berilmu

Arti dari berilmu adalah mempunyai ilmu ; berpengetahuan ; pandai. Kebalikan dari berilmu adalah
kebodohan, untuk itu kepada setiap manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu agar terhindar dari
kebodohan, karena kebodohan salah satu penyebab utama manusia terjerumus kedalam kemaksiatan,
kemusyrikan, kemiskinan bahkan kekafiran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “ Menuntut
Ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah, no.224, dishahihkan oleh Syeikh Al-
Albani didalam Shahih Ibn Majah)

4. Cakap

Cakap adalah kemampuan dan kepandaian untuk mengerjakan sesuatu. Di era yang semakin cepat
perkembangannya maka manusia saat ini dituntut untuk mampu mengerjakan segala sesuatunya, syarat
yang harus dipenuhi agar kemampuan itu dimiliki adalah kepandaian dari manusia tersebut.
5. Bertanggung jawab mengamalkan ilmunya

Tujuan pokok dari menuntut ilmu adalah mengamalkannya, untuk itu bagi setiap pribadi muslim yang
menuntut ilmu berkewajiban dan bertanggung jawab mengamalkannya. Mengamalkan ilmu juga
menjadi pertanda atas nikmat Allah SWT berupa ilmu yang dengannya Allah SWT akan menambahkan
ilmu sebagai tambahan nikmat atasnya.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu" (QS. Ibrahim:7).

6. Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia

Indonesia hadir dan ada berkat perjuangan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan, kemerdakaan
itu tidak direbut dengan mudah tapi dengan tetesan darah para pejuang bangsa. Dalam rangka
menghormati para pendahulu kita hal yang bisa dilakukan oleh generasi muda saat ini adalah
berkomitmen untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yaitu dengan mempertahankan kedaulatan
NKRI dan membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Setelah memaknai kembali tujuan dari PMIl di atas, sebaiknya kita sebagai anggota/kader PMIl mulai
merefleksikan diri, apakah tujuan itu sudah tercapai pada anggota/ kader kita selama ini? Setidaknya
tujuan tersebut yang tercitrakan dalam kader ulul albab mampu menginternalisasi pola berfikir dan
bertindak kita sebagai seorang warga pergerakan PMII. lronis ketika melihat realitas yang terjadi
ditingkatan anggota/ kader yang paling bawah dan masih dibawah naungan setingkat lembaga rayon
saat ini, ternyata kenyataan yang ada sangat jauh dari harapan tujuan dari PMII itu sendiri.

Setidaknya terdapat sembilan alasan sebagai berikut: 1. PMII adalah sayap organisasi NU di bidang
kemahasiswaan Dengan aktif di PMII, sanad ke-NU-an mahasiswa tidak terputus. Membesarkan PMII
sama juga dengan membesarkan NU sebagaimana kita berhidmat di IPNU-IPPNU, GP. Ansor, dan Banom
NU lainnya. 2. Mengasah kemampuan akademik PMII menyediakan ruang-ruang mediasi intelektual
sesuai dengan kualifikasi akademik mahasiswa di masing-masing program studi. Berbeda dengan proses
perkuliahan di kelas, belajar di PMII tidak dibatasi sks tertentu. Bahkan, disamping mendalami disiplin
ilmu pengetahuan berbasis jurusan, PMII juga membekali kadernya untuk mempelajari materi-materi
lintas keilmuan (inter-multidisipliner). Semuanya bertujuan untuk membangun nalar kritis (critical
thinking). 3. Mempertajam skill non-akademik Selain faktor kecerdasan akademik, kesuksesan
mahasiswa ditopang oleh kecakapan non-akademik yang bisa diperoleh dari luar kampus. Di PMII,
semuanya ada. Misalnya, skill kepemimpinan (leadership), bicara di depan publik (public speaking),
teknik lobi (lobbying), orasi, metode fasilitasi forum, jurnalistik, manajemen organisasi, dan masih
banyak lagi. Kita mustahil menemukan materi-materi mahal tersebut di dalam kelas.

4. Belajar berjejaring

Sampai sekarang, usia PMII memasuki 60 tahun (lahir 17 April 1960). Bagi organisasi kemahasiswaan,
tentu capaian ini mengandung prestasi. Di antaranya, PMII banyak melahirkan alumni yang memegang
lini-lini strategis dalam struktur sosial. Mulai dari Kiai, akademisi, politisi, enterpreneur, teknokrat,
pegawai negeri, menteri, hingga guru ngaji. Mereka saling berjejaring dalam Ikatan Keluarga Alumni
(IKA) PMII. Kapanpun dan di manapun, mahasiswa bisa memanfaatkan luasnya jaringan PMII yang
bersifat nasional. 5. Belajar adaptasi dengan kultur perguruan tinggi PMII menyiapkan mahasiswa
untuk cepat beradaptasi dengan budaya akademik kampus. Kultur persekolahan berbeda dengan iklim
perguruan tinggi. Mahasiswa tak lagi menjadi obyek pasif yang pasrah begitu mendengar ceramah dari
para dosennya. Mahasiswa dianggap sebagai orang dewasa yang punya peran penting dalam mewarnai
kualitas perkuliahan. Dengan banyak diskusi, membaca, dan menulis, mahasiswa bisa bebas bertukar
gagasan tanpa harus diselimuti perasaan canggung. PMII mengajarkan itu semua. 6. Belajar tanggung
jawab sosial Dengan jargon zikir, pikir, dan amal saleh, PMII mendidik kadernya untuk responsif
terhadap isu-isu krusial yang sedang "in" di tengah masyarakat. Berbaju mahasiswa, bagi banyak orang,
adalah status yang prestisius. Akan tetapi, kita tak boleh hidup di menara gading yang jauh dari realitas
sosial. Mahasiswa memiliki tanggung jawab sosial memerangi kemiskinan, kesenjangan pendidikan,
korupsi, narkoba, dan aneka jenis penyakit masyarakat lainnya. 7. Belajar menjadi agen perubahan
Mahasiswa adalah agen perubahan sosial (agent social of change). Melalui sistem kaderisasi yang
matang, PMII mencetak kadernya untuk menjadi orang yang solutif di lingkungannya. Sebagai kaum
cerdik-cendekia, tidak elok ketika mahasiswa hanya melontarkan kritik tanpa aksi konkret. 8. Belajar
menjadi muslim moderat PMII seperti juga NU berpaham moderat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
toleransi, keseimbangan, dan keadilan. Kader PMII dilatih secara terus menerus agar mengusung
ideologi Islam yang santun dan ramah. Bukan sebaliknya, Islam yang keras dan marah. Tak pernah ada
ceritanya, alumni PMII terlibat dalam tindak kejahatan terorisme. 9. Belajar menjadi insan ulul albab
Visi PMII sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4 ialah "Terbentuknya
pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan
bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia". Tujuan ini bisa disederhanakan dengan istilah insan ulul albab, yakni profil
manusia yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah. Jadi, segera temukan PMII di UNISNU JEPARA dan
selamat bergabung dalam organisasi pergerakan berpaham Aswaja An-Nahdliyyah.

D. Kelembagaan PMII
PMII layak di sebut organisasi karena sudah memiliki struktur dan permusyawaratan organisasi. Di
antara struktur organisasinya yaitu dari tingkat Pengurus Besar (PB), Pengurus Koordinator Cabang
(PKC), Pengurus Cabang (PC), Pengurus Komisariat (PK), Pengurus Rayon (PR). Dalam organisasi PMII
untuk perekrutan anggota dilakukan dengan cara MAPABA yaitu Masa Penerima Anggota Baru.

Adapun Permusyawaratan dalam Organisasi PMII ini terdiri dari :

1. Kongres

2. Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas)

3. Rapat Kerja Nasional (Rakernas)

4. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)

5. Konferensi Koordinator Cabang (Konkoorcab)

6. Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspimda)

7. Rapat Kerja Daerah (Rakerda)

8. Konferensi Cabang (Konfercab)

9. Musyawarah Pimpinan Cabang (Muspimcab)

10. Rapat Kerja Cabang (Rakercab)

11. Rapat Tahunan Komisariat (RTK)

12. Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR)

13. Kongres Luar Biasa (KLB)

14. Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa (Konkorcab-LB)

15. Konferensi Cabang Luar Biasa (Konfercab-LB)

16. Rapat Tahunan Komisariat Luar Biasa (RTK-LB)

17. Rapat Tahunan Anggota Rayon Luar Biasa ( RTAR-LB)

18. Rapat Tahunan Anggota Rayon Luar Biasa (RTARLB)

PMII juga memiliki pengembangan pmii putri yakni diwujudkan dengan pembentukan wadah
kader putri pmii yaitu Koprs PMII putri yang selanjut disingkat KOPRI. KOPRI adalah wadah
perempuan yang didirikan oleh kader putri PMII melalui kelompok kerja sebagai keputusan Kongres
PMII XIV. KOPRI didirikan pada tanggal 29 september 2003 dan merupakan kelanjutan sejarah dari
KOPRI yang didirikan pada 25 September 1967 KOPRI berstatus Badan Semi Otonom pada setiap level
kepengurusan PMII. KOPRI dengan berideologikan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) mengurai
secara sistematis tentang Aswaja dan kebutuhan mendasar bagi permasalahan kaum perempuan.
Dimana manifestasi ketidak adilan gender terhadap perempuan semakin merajalela dan beban
ganda sangat erat dengan perempuan. Namun persoalan sekarang bukan hanya terfokus pada
ketidakadilan gender dan bagaimana agar gerakan perempuan berusaha melakukan pemberdayaan
perempuan. Dengan kata lain, KOPRI sebagai organisasi perempuan hadir untuk melakukan
pembenahan organisasi dan kekuatan strategi sebagai wadah perempuan PMII untuk terwujudnya
kemandirian perempuan dalam pemikiran dan sikap dalam menjawab persoalan-persoalan publik.

E. Makna Simbol-Simbol PMII

Lambang PMII diciptakan oleh H Said Budairi. Bentuk Perisai berarti ketahanan dan keampuhan
mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar. Bintang yang bertabur di
dalamnya melambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar. Lima bintang sebelah
atas menggambarkan Rasulullah SAW dengan empat sahabat terkemuka (al-Khulafaur Rasyidun).
Sedangkan empat bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang berhaluan Ahlusunnah
wal Jama’ah. Jumlah sembilan bintang dalam lambang itu dapat berati ganda. Pertama, Rasulullah dan
empat orang sahabat serta empat orang imam mazhab itu laksana bintang yang selalu bersinar
cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi, dan penerang umat manusia. Kedua, angka itu juga
menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar Agama Islam di Indonesia yang disebut Walisongo.

Adapun warna biru pada tulisan PMII menunjukkan kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki
dan digali oleh warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi
kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan Nusantara. Biru muda yang menjadi warna
dasar perisai sebelah bawah berati ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti, dan takwa. Sementara
kuning sebagai warna dasar perisai bagian atas berarti identitas kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar
pergerakan lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong
masa depan.

Makna “pergerakan” yang terkandung dalam PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) adalah
dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya, yaitu memberikan
rahmat bagi alam sekitarnya. Dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa, “pergerakan”
menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi
kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas tinggi yang
mempunyai identitas diri.
Pengertian “mahasiswa” yang terkandung dalam PMII adalah golongan generasi muda yang menuntut
ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra
diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa
tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab
individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara. Sementara “Islam”
yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma
Ahlussunah wal Jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional
antara iman, Islam, dan Ihsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-
sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif adalah platform
PMII. PMII juga menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Baginya, keberbedaan adalah
sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang
lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized). Pengertian “Indonesia” yang
terkandung dalam PMII adalah masyarakat bangsa dan negera Indonesia yang mempunyai falsafah
ideologi bangsa (Pancasila dan UUD 1945 dengan kesadaran kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang diikat dengan kesadaran wawasan Nusantara.

F. Trilogi PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan nilai-nilai yang diperjuangkannya yang berbeda
dengan organisasi mahasiswa lainnya pasti memiliki pola gerak yang berbeda juga. PMII dalam
menjalankan perannya sebagai organisasi pergerakan mempunyai pola gerak yang termaktub dalam
Trilogi PMII. Trilogi PMII merujuk pada nilai-nilai yang diperjuangkan PMII, yakni nilai-nilai bernegara dan
nilai beragama. Trilogi PMII adalah Tri Motto, Tri Komitmen, dan Tri Khidmat.

Tri Motto mencakup tiga aspek, yakni Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh. Ketiga hal tersebut wajib tertanam
pada diri setiap kader PMII guna sebagai arah melangkah dalam menjani kehidupan didunia sebagai
khalifah fil ard. Selalu mengingat akan keberadaan sang Kholiq pemberi petunjuk. Kemudian
menafsirkan setiap petunjuk tersirat dari-Nya. Dan mengimplementasikan dalam wujud amal sholeh.
Inilah bentuk penerapan dari Tri Motto yang penting untuk difahami.

Tri Komitmen yakni berupa Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan. Kader PMII yang juga merupakan
seorang Organisator berkewajiban mengimplementasikan Tri Komitmen. Jujur sebagai bentuk
tanggungjawab kepada Allah SWT. Kebenaran dalam berucap dan bertidak. Serta adil dalam memihak,
agar kedamaian dapat terjaga. Ketiga hal tersebut merupakan sutau bentuk pertanggungjawaban
terhadap dimensi yang berbeda-beda. Habblum minnallah, Habblum minnan nass, dan Habblum minal
alam.
Tri Khidmat tersusun dari tiga kata, Taqwa, Intelektual, dan Profesional. Yang merupakan kapasitas diri
yang wajib dimiliki oleh setiap kader PMII. Dengan kapasitas diri seperti itu, para kader PMII diharapkan
faham siapa, apa, dan bagaimana diri mereka dengan melihat kondisi yang ada. Dalam menjalankan
tugas dan menjaga fungsi, sublimasi Tri Khidmat pada tataran batin menjadi penting. Taqwa akan
membawa pada pemahaman melaksanakan perintah Allah SWT, yang kemudian didukung oleh kadar
intelektual yang cukup sehingga tumbuh kesadaran dalam menjalankan perintah Allah SWT. Sehingga
nampaklah sifat profesionalisme. Hal seperti inilah yang harus terjadi pada diri setiap kader PMII ketika
telah menjalankan amanat disetiap struktur keorganisasian, baik dalam struktur keorganisasian PMII
maupun organisasi-organisasi lain.

Trilogi PMII harus tertanam didalam diri setiap kader PMII. Keberhasilan dalam pengimplementasian
Trilogi PMII dapat dilihat dari pola fikir kader, ucapan, serta perbutan/tindakan dari setiap kader PMII.
Ketika tiga indikator tersebut tidak menunjukkan pertentangan terhadap nilai-nilai beragama dan
bernegara, maka pastilah Trilogi PMII sudah tertanam didalam diri setiap kader.

Anda mungkin juga menyukai