ALAMAT : …………………………………….
TETALA : …………………………………….
SEMESTER : …………………………………….
Dengan Menyebut Asma’ Allah azza wa jalla,dan atas karunia-Nya telah memberikan
cahaya hidayah ilmu kepada setiap makhluk yang dikehendaki, semoga kita menjadi umat
Islam yang ber-tafaqquh fi al-din sebagai aprresiasi dari manifest rasa syukur atas nikmat
ilmu yang diberikan Allah SWT kepada kita semuanya, sehingga dengan nikmat itu, kita
bisa mengaksestuasikan diri dan berusaha memberikan sumbangsih pemikiran yang
bermanfaat kepada orang lain. Amiin …
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada kehariban Nabi Muhammad SAW.
beserta keluarga dan para sahabatNya. Rasul yang telah membawa angin segar, dan
mendorong kepada umatnya agar selalu menjadi corong ilmu (Sampaikan dariku
walaupun satu ayat) semoga kegiatan ini menjadi kemanfaatan yang dinanti-nantikan.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada seluruh tim sukses MAPABA-I PMII
Rayon Al-Ghozali Komisariat Uluwiyah Mojokerto, dengan pelaksanaan MAPABA ini
semoga apa yang menjadika suatu hajat kita terwujud serta mejadikan suatu amal jariyah
bagi kita semua.
Besar harapan dari peyusunan modul ini dapat memberikan sumbagsih bagi para
pembaca, akhirya dengan menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dengan segala rendah hati mohon kritik dan saran bagi para pembaca yang tentuya
bersifat membangun demi perbaikan dalam peyusuan modul ini.
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
MATERI VI (KOPRI).........................................................................................................
LAGU-LAGU......................................................................................................................
MATERI 1
C. Deklarasi PMII
Sebelum melakukan musyawarah mahasiswa nahdliyin tiga dari 13 orang tersebut
(yaitu Hisbullah Huda, Said Budairy, dan M Makmun Syukri BA) pada tanggal 19 Maret
1960 berangkat ke Jakarta untuk menghadap Ketua Tanfidziah PBNU KH Dr Idham
Khalid untuk meminta nasehat sebagai pedoman pokok permusyawaratan yang akan
dilakukan. Pada pertemuan dengan PBNU pada tanggal 24 Maret 1960 ketua PBNU
menekankan hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat diandalkan
sebagai kader partai NU dan menjadi mahasiswa yang berprinsip ilmu untuk diamalkan
bagi kepentingan rakyat, bukan ilmu untuk ilmu.
Selanjutnya diadakan musyawarah mahasiswa nahdliyin di Taman Pendidikan Putri
Khadijah (Sekarang UNSURI/ Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo) Surabaya pada
tanggal 14 – 16 April 1960 yang menghasilkan keputusan :
1. Berdirinya organisasi nahdliyin, dan organisasi tersebut diberi nama Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia.
2. Penyusunan peraturan dasar PMII yang dalam mukodimahnya jelas dinyatakan bahwa
PMII merupakan kelanjutan dari departemen perguruan tinggi IPNU – IPPNU.
3. Persidangkan dalam musyawarah mahasiswa nadhiyin itu dimulai tanggal 14 – 16 April
1960, sedangkan peraturan dasar PMII dinyatakan berlaku mulai 21 Syawal 1379 H
atau bertepatan pada tanggal 17 April 1960, sehingga PMII dinyatakan berdiri pada
tanggal 17 April 1960.
4. Memutuskan membentuk tiga orang formatur yaitu H. Mahbub Junaidi sebagai ketua
umum, A.Cholid Mawardi sebagai ketua I, dan M.Said Budairy sebagai sekretaris
umum PB PMII. Susuan pengurus pusat PMII periode pertama ini baru tersusun secara
lengkap pada bulan Mei 1960. Berikut adalah ketua umum PB PMII dari masa ke masa:
1) 1960-1961 Mahbub Junaidi
2) 1961-1963 Mahbub Junaidi
3) 1963-1967 Mahbub Junaidi
4) 1967-1970 M Zamroni
5) 1970 -1973 M Zamroni
6) 1973-1976 Abduh Paddare
7) 1977-1981 Ahmad Bagdja
8) 1981-1984 Muhyiddin Arubusman
9) 1985-1988 Suryadharma Ali
10) 1988-1991 M Iqbal Assegaf
11) 1991-1994 Ali Masykur Musa
12) 1994-1997 Muhaimin Iskandar
13) 1997-2000 Syaiful Hari Anshori
14) 2000-2002 Nusron Wahid
15) 2003-2005 Malik Haramain
16) 2005-2007 Hery Herianto Azumi
17) 2008-2011 Rodli Kaelani
18) 2011-2013 Adin Jauharuddin
19) 2014-2016 Aminuddin Ma'ruf
20) 2017-2020 Agus Herlambang
21) 2021-2024 M. Abdullah Syukri
Seperti organisasi yang dependen terhadap NU, maka PB PMII dengan surat tanggal 8
Juni 1960 mengirim surat permohonan kepada PBNU untuk mengesahkan kepengurusan
PB PMII. Pada tanggal 14 Juni 1960 PBNU menyatakan bahwa organisasi PMII dapat
diterima dengan sah sebagai keluarga besar partai NU dan diberi mandat untuk
membentuk cabang-cabang diseluruh Indonesia.
Musyawarah mahasiswa nahdliyin di Surabaya hanya menghasilkan peraturan dasar
organisasi PMII, maka untuk melengkapinya dibentuk suatu panitia kecil yang diketuai
oleh M. Said Budairy dan Fahrurrozi AH untuk membuat anggaran rumah tangga
PMII.Dalam sidang pleno II PB PMII yang diselenggarakn pada tanggal 8 – 9 September
1960 peraturan rumah tangga PMII dinyatakan sah berlaku.Pada sidang itu pula disahkan
lambang PMII dan pokok-pokok aturan mengenai anggota baru.
D. Independensi PMII - NU
Salah satu momentum sejarah perjalanan PMII yang membawa perubahan besar pada
perjalanan PMII adalah dicetuskannya “Independensi PMII” pada tanggal 14 Juni 1972 di
Murnajati Lawang Malang, Jawa Timur, yang kemudian kita kenal dengan Deklarasi
Murnajati. Lahirnya deklarasi ini berkenaan dengan situasi politik Nasional, ketika peran
partai politik dikebiri dan mulai dihapuskan, termasuk terhadap partai NU.Ditambah lagi
dengan digiringnya peran mahasiswa dengan komando back to campus.Keterlibatan PMII
dalam dunia politik praktis yang terlalu jauh pada pemilu 1971 sangat merugikan
PMII.Kondisi ini akhirnya disikapi dengan deklarasi berpisahnya PMII secara structural
dari partai NU. Deklarasi tersebut adalah Deklarasi Murnajati yang isinya sebagai
berikut :
Bismillahirrahmanirrahiem
“Kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dititahkan kepada manusia untuk
memerintahkan kebaikan dan mencegah perbuatan yang mungkar” (Al-Qur’an)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) insyaf dan yakin serta tanggung jawab
terhadap masa depan kehidupan bangsa yang sejahtera selaku penerus perjuangan dalam
mengisi kemerdekaan Indonesia dengan pembangunan material dan spiritual. Bertekat
untuk mempersiapkan dan mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya:
Bahwa pembangunan dan pembaharuan mutlak memerlukan insan-insan Indonesia
yang memiliki pribadi luhur, taqwa kepada Allah, berilmu dan cakap serta
bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya
Bahwa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) selaku generasi muda Indonesia
sadar akan peranannya untuk ikut serta bertanggungjawab bagi berhasilnya pembangunan
yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat/
Bahwa perjuangan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang menjunjung
tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai dengan deklarasi Tawangmangu menuntut
berkembangnya sifat-sifat kreatif, keterbukaan dalam sikap dan pembinaan rasa tanggung
jawab .
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) serta dengan memohon rahmat Allah SWT, dengan ini menyatakan diri
sebagai organisasi independent yang tidak terikat dalam sikap dan tindakan kepada siapa
pun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan nasional
yang berlandaskan pancasila. Tim Perumus:
1) Umar Basalim (Yogyakarta)
2) Madjidi Syah (Bandung)
3) Slamet Efendi Yusuf (Yogyakarta)
4) Man Muhammad Iskandar (Bandung)
5) Choirunnisa Yafizham (Medan)
6) Tatik Farikhah (Surabaya)
7) Rahaman Idrus (Sulawesi)
8) Muis Kabri (Malang)
Keputusan Musyawarah besar II tentang independensi itu kemudian diperkuat dengan
manifesto independensi yang dihasilkan Kongres V PMII di Ciloto Bandung Jawa Barat
pada tanggal 28 Desember 1973.Selanjutnya kembali diperkokoh dengan Penegasan
Cibogo yang dihasilkan pada rapat pleno PB PMII di Cibogo, 8 Oktober 1989. Deklarasi
ini lahir sebagai penyikapan atas banyaknya keinginan menjelang Muktamar NU ke-28
yang mengharapkan PMII mempertimbangkan kembali independensinya
E. Interdependensi PMII – NU
Sejarah mencatat, PMII dilahirkan dari pergumulan panjang mahasiswa nahdliyin, dan
kemudian menyatakan independensinya pada tahun 1972. Di sisi lain ada kenyataan
bahwa kerangka berpikir, perwatakan dan sikap sosial antara PMII dan NU mempunyai
persamaan. PMII insaf dan sadar bahwa dalam melaksanakan perjuangan diperlukan
saling tolong. Karena PMII dengan NU mempunyai persamaan–persamaan dalam persepsi
keagamaan dan perjuangan, visi sosial dan kemasyarakatan, serta ikatan historis, maka
untuk menghilangkan keragu-raguan serta saling curiga dan sebaliknya untuk menjalin
kerjasama program secara kualitatif dan fungsional, baik melalui program nyata maupun
persiapan sumber daya manusia, PMII siap meningkatkan kualitas hubungan dengan NU
atas prinsip kedaulatan organisai penuh, interdependensi, dan tidak ada interfensi secara
strutural dan kelembagaan. Deklarasi ini dicetuskan dalam kongres X PMII pada tanggal
27 Oktober 1991 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
Untuk mempertegas deklarasi interdependensi PMII-NU melalui musyawarah nasional
PB PMII tanggal 24 Desember 1991 di Cimacan Jawa Barat, PB PMII mengeluarkan
keputusan tentang implementasi interdependensi PMII – NU. Penegasan hubungan itu
didasarkan pemikiran – pemikiran antara lain :
a) Dalam pandangan PMII, ulama adalah pewaris para nabi.Ulama merupakan panutan
karena kedalamannya dalam pemahaman keagamaan. Oleh karena itu, interdependensi
PMII–NU ditempatkan dalam konteks keteladanan ulama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b) Adanya ikatan kesejarahan yang bertautan antara PMII–NU. Realitas sejarah
menunjukkan bahwa PMII lahir dari NU dan dibesarkan oleh NU, demikian juga latar
belakang mayoritas kader PMII berasal dari NU, sehingga secara lagsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi perwatakan PMII. Adapun pernyataan independensi
PMII hendaknya tidak dipahami sebagai upaya mengurangi, apalagi menghapus arti
kesejarahan tersebut.
c) Adanya persamaan paham keagamaan antara PMII dan NU. Keduanya sama-sama
mengembangkan wawasan keislaman dengan paradigma pemahaman Ahlussunah Wal
Jama’ah. implikasi dari wawasan keagamaan itu tampak pula pada persamaan sikap
sosial yang bercirikan tawasuth, tasamuh, tawazun, I’tidal dan amar ma’ruf nahi
munkar. Demikian juga didalam pola pikir, pola sikap, serta pola tindak PMII dan NU
menganut pola selektif, akomodatif dan integrative sesuai prinsip dasar Al-
muhafadhotu ‘ala qodimi `i-sholih wa `l-ahdzu bi `l-jadidi `l-aslah.
d) Adanya persamaan kebangsaan. Bagi PMII dan NU keutuhan komitmen keislaman dan
keindonesiaan merupakan perwujudan kesadaran beragama dan berbangsa bagi setiap
insan muslim Indonesia, dan atas dasar tersebut maka menjadi keharusan untuk
mempertahankan bangsa dan negara Indonesia.
e) Adanya persamaan kelompok sasaran. PMII dan NU memiliki mayoritas anggota dari
kalangan masyarakat kelas menengah kebawah,. Persamaan lahan perjuangan ini,
semestinya melahirkan format perjuangan yang relatif sama pula.
Sekurang - kurangnya terdapat lima prinsip pokok yang semestinya dipegang bersama
untuk merealisasikan interdependensi PMII – NU :
1) Ukhuwah islamiyah
2) Amar ma’ruf nahi munkar
3) mabadi khoiri umah
4) l-musawah
5) Hidup berdampingan dan berdaulat secara benar
Implementasi interdependensi PMII – NU diwujudkan dalam berbagai bentuk
kerjasama:
1) Pemikiran kerja sama dibidang ini untuk mengembangkan pemikiran keIslaman.
2) Sumber daya manusia. Kerja sama dibidang ini ditekankan pada pemanfaatan secara
maksimal manusia – manusia PMII maupun NU.
3) Pelatihan kerja sama dibidang pelatihan ini dirancang untuk pengembangan sumber
daya manusia baik PMII maupun NU.
4) Rintisan program kerja sama ini berbentuk pengelolaan suatu program secara bersama.
Selain menghasilkan deklarasi interdependensi, pada waktu itu juga ditetapkan:
1) Motto PMII : Dzikir, Fikir dan Amal Shaleh
2) Tri Khidmat PMII : Taqwa, Intelektual, dan Profesional
3) Tri Komitmen PMII : Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan
4) Eka citra Diri PMII : Ulul Albab
Ø Dari Bentuk :
Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai
tantangan dan pengaruh luar
Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita- cita yang selalu memancar
Lima bintang sebelah atas menggambarkan Rasulullah dengan empat Sahabat
terkemuka (Khulafau al Rasyidien)
Empat bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang berhaluan
Ahlussunnah Wal Jama’ah
Sembilan bintang sebagai jumlah bintang dalam lambang dapat diartikan ganda yakni:
1) Rasulullah dan empat orang sahabatnya serta empat orang Imam mazhab itu laksana
bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang
umat manusia.
2) Sembilan orang pemuka penyebar agama Islam di Indonesia yang disebut
WALISONGO.
Ø Dari Warna :
1) Biru, sebagaimana warna lukisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang
harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan
Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan
Nusantara.
2) Biru muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah bawah, berarti ketinggian ilmu
pengertahuan, budi pekerti dan taqwa.
3) Kuning, sebagaimana warna dasar perisai- perisai sebelah atas, berarti identitas
kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar pergerakan lambang kebesaran dan semangat
yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.
Ø Kegunaan Lambang :
Lambang digunakan pada : papan nama, bendera, kop surat, stempel, badge,
jaket/pakaian, kartu anggota PMII dan benda atau tempat lain yang tujuannya untuk
menunjukkan identitas organisasi. Ukuran lambang disesuaikan dengan besar wadah
penggunaan.
H. Tujuan PMII
Termaktub dalam Bab IV Pasal 4 “ Terbentuknya pribadi Muslim Indonesia Yang
Bertaqwa Kepada Allah SWT., Berbudi Luhur, Berilmu, Cakap dan Bertanggung Jawab
dalam Mengamalkan Ilmunya serta Komitmen Memperjuangkan Cita-Cita kemerdekaan
Indonesia.”
I. Visi-Misi PMII
Visi dasar PMII :
Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi ke-Islaman dan visi
kebangsaan.Visi ke-Islaman yang dibangun PMII adalah visi ke-Islaman yang inklusif,
toleran dan moderat.Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan satu kehidupan
kebangsaan yang demokratis, toleran, dan dibangun di atas semangat bersama untuk
mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali.
Misi dasar PMII :
Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai
perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII
sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual
berkewajiban dan bertanggung jawab mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-
Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan
bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun
material dalam segala bentuk.
MATERI II
NILAI DASAR PERGERAKAN (NDP)
1. Epistimologi NDP
NDP ini merupakan tali pengikat (kalimatun sawa’) yang mempertemukan semua
warga pergerakan dalam ranah dan semangat perjuangan yang sama. Seluruh anggota dan
kader PMII harus memahami dan menginternalisasikan nilai dasar PMII baik secara
personal maupun kolektif dalam medan perjuangan sosial yang lebih luas, dengan
melakukan keberpihakan yang nyata melawan ketidakadilan, kesewenangan, kekerasan,
dan tindakan-tindakan negatif lainnya.
Secara esensial NDP adalah suatu sublimasi Nilai Keislaman dan Keindonesiaan
dengan kerangka pemahaman keagamaan Ahlussunnah Wal Jamaah yang menjiwai
berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII.
Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak Islam mendasari dan menginspirasi nilai
Dasar Pergerakan yang meliputi cakupan Akidah, syariah dan akhlak dalam upaya kita
memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akherat. Dalam upaya memahami,
menghayati dan mengamalkan islam tersebut PMII menjadikan ahlusunah wal jamaah
sebagai manhaj al fikr untuk mendekonstruksikan pemahaman agama.
Islam secara utuh dihayati dan diamalkan dengan mencapai setiap aspek, baik aspek
aqidah (Iman), syari’ah (Islam) maupun etika, akhlak, dan tasawuf (Ihsan). NDP sebagai
penegasan atas watak keindonesiaan organisasi. Di Indonesia organisasi hidup, demi
bangsa Indonesia organisasi berjuang dengan ahlussunnah wal jama’ah mengenal
kemerdekaan, persamaan, keadilan, toleransi, dan nilai perdamaian, maka kemajemukan
etnis, budaya, dan agama menjadi potensi bangsa yang harus dijaga dan dikembangkan.
2. Fungsi NDP
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) berfungsi sebagai:
a. Kerangka refleksi (landasan berfikir)
b. NDP merupakan ruang untuk melihat dan merenungkan kembali secara jernih setiap
gerakan dan tindakan organisasi. Bergerak dalam pertarungan ide-ide, paradigma, dan
nilai-nilai yang akan memperkuat tingkat kebenaran-kebenaran ideal.
c. Kerangka aksi (landasan berpijak)
d. NDP merupakan landasan etos gerak organisasi dan setiap anggota. Bergerak dalam
pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri, dan pembelajaran sosial.
e. Kerangka ideologis (sumber motivasi)
f. NDP menjadi peneguh tekad dan keyakinan anggota untuk bergerak dan berjuang
mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi. Begitu juga menjadi landasan berfikir dan
etos gerak anggota untuk mencapai tujuan organisasi melalui cara dan jalan yang sesuai
dengan minat dan keahlian masing-masing.
3. KEDUDUKAN
a. NDP menjadi rujukan utama setiap produk hukum dan kegiatan organisasi
b. NDP menjadi sumber kekuatan ideal setiap kegiatan organisasi
c. NDP menjadi pijakan argumentasi dan pengikat kebebasan berfikir, berbicara, dan
bertindak setiap anggota
MATERI III
ANSOS (Analisa Sosial)
A. Pengertian Ansos
Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau masalah
sosial secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap
mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan histories, structural dan
konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami
fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama.
Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial
yang menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat
masalah sosial.
D. Langkah-Langkah Ansos
Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain
a. Memilih dan menentukan objek analisis
b. Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti
realitas yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai
dengan visi atau misi organisasi.
c. Data atau informasi penunjang
Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan
informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa,
kegiatan observasi maupun investigasi langsung dilapangan. Re-cek data atau informasi
mutlak dilakukan untuk menguji validitas data.
F. Rekayasa Sosial
Mulanya biasa saja. Sebuah masyarakat di daerah terpencil pinggiran hutan di
Kalimantan adalah komunitas adat yang setia terhadap warisan tradisi leluhur.
Pemahaman mereka atas hutan, pohon dan tanah masih bersifat sakral dan berdimensikan
transendental. Tapi sejak upaya modernisasi dari negara melalui proyek pembangunan
dengan program transmigrasi, pengembangan kawasan desa hutan, pariwisata, dan apapun
namanya, daerah tersebut mulai terbuka bagi masuknya arus masyarakat dari luar
komunitas adat, tak terkecuali masuknya Media Televisi melalui antena parabola.
Keterbukaan masyarakat adat tersebut mulai terlihat dengan persentuhan dengan
masyarakat luar yang juga membawa serta bentuk-bentuk kebudayaan; dari cara berpikir
hingga perilaku. Tidak itu saja, masuknya televisi telah mampu merubah berbagai sistem
nilai dan sistem makna yang terdapat dalam masyarakat terbut. Sebelum ada modernisasi
(dan televisi) masyarakat tersebut memiliki kearifan lokal untuk selalu bersosialisasi,
berinteraksi sosial, dan sebagainya. Ketika televisi baru memasuki desa dan jumlahnya
belum seberapa, alat tersebut justru menjadi sarana yang memperkuat kebersamaan,
karena tetangga yang belum mempunyai televisi boleh menumpang menonton. Namun
ketika televisi semakin banyak dan hampir tiap keluarga memilikinya, maka kebersamaan
itu segera berkahir, karena masing-masing keluarga melewatkan acara malam mereka di
depan pesawatnya.
Tanpa disadari media televisi telah merubah segalanya dalam struktur maupun kultur
masyarakat tersebut. Peristiwa itu meminjam istilah Ignas Kleden menunjukkan bahwa
nilai-nilai (kebersamaan atau individualisme) dan tingkah laku (berkumpul atau
bersendiri), secara langsung dipengaruhi oleh hadirnya sebuah benda materiil. Parahnya,
pola kehidupan yang menghargai kebersamaan beralih menjadi individualis, sifat gotong
royong tergantikan sifat pragmatisme dalam memaknai segala bentuk kebersamaan dan
kerja. Taruhlah misalnya ketika memaknai tanah warisan. Jika dulu bermakna teologis,
sekarang lebih dimaknai bersifat ekonomis belaka. Tidak jarang jika dulu masyarakat
mati-matian membela tanah warisnya, sekarang tergantikan kepentingan ekonomis untuk
dijual kepada pengusaha dari kota. Tak pelak lagi, hotel-hotel, villa-villa, cafe-cafe dan
apapun namanya mulai bermunculan di masyarakat terpencil tersebut. Lambat laun,
masyarakat tersebut sudah berubah citranya secara fundamental sebagai masyarakat adat
dengan kearifan lokalnya menjadi masyarakat ’pinggiran’ berwajah metropolitan dengan
segenap perubahan yang ada. Sayangnya, yang diuntungkan dalam kondisi masyarakat
yang demikian ternyata tidak merata. Bahkan hampir sebagian besar masyarakat tetap
menjadi ’penonton’ dalam perubahan struktur maupun kultur yang terjadi.
Dalam kondisi yang demikian, apa yang seharusnya dilakukan? Membiarkan berada
dalam situasi ketidak menentuan, sehingga masyarakat adat kian tersisihkan atau tergerus
oleh kepentingan ekonomis-pragmatis atau ikut serta terlibat merancang sebuah strategi
perubahan sosial agar perubahan masyarakat tersebut dapat direncanakan?
Perubahan Sosial: awal dari rekayasa sosial
Prolog ini merupakan catatan awal untuk memberikan suatu preskripsi bahwa
perubahan sosial merupakan keniscayaan yang menimpa suatu masyarakat, seberapapun
dia tersisolasi. Persoalannya bagaimana perubahan sosial tersebut dirancang dengan
perencanaan, sehingga yang muncul dalam masyarakat yang berada dalam order
(tatanannya); meskipun didalamnya berkelindan berbagai perubahan. Artinya; tiada
masyarakat yang dapat steril dari perubahan sosial. Justru perubahan sosial memberikan
suatu bukti terjadinya dinamika di dalam masyarakat tersebut. Tanpa perubahan sosial,
masyarakat tersebut adalah masyarakat yang ’mati’, stagnan, tanpa dinamika.Terdapat dua
(2) bentuk perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial yang tidak terencana (unplanned
social change). Perubahan social yang terjadi terus menerus yang terjadi secara perlahan
yang tanpa direncanakan yang biasanya diakibatkan oleh teknologi dan globalisasi.
Perubahan dalam contoh di atas adalah salah satu bentuk adanya perubahan yang tidak
disadari dengan hadirnya kebudayaan materiil, yakni televisi. Kedua, perubahan social
yang terencana (planned social change); yakni sebuah perubahan social yang didesain
serta ditetapkan strategi dan tujuannya. Nah, dalam kasus perubahan social di desa dapat
tersebut di atas juga terjadi akibat sebuah desain matang (rekayasa social) dari Negara,
misalnya melalui proyek modernisasi yang berbalut ideologi pembangunanisme
(developmentalisme).Lalu apa sesungguhnya perubahan social tersebut. Perubahan social
adalah proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi suatu sistem sosial.
Sementara Suparlan, menegaskan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam
struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, yang antara lain mencakup; sistem status,
hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan, serta persebaran
penduduk. Selain itu terdapat tiga (3) unsur penting perubahan sosial, yakni (1) sumber
yang menjadi tenaga pendorong perubahan, (2) proses perubahan, dan (3) akibat atau
konsekuensi perubahan itu.
Menurut Jalaluddin Rahmat, ada beberapa penyebab terjadinya perubahan sosial. (1)
bahwa masyarakat berubah karena ideas; pandangan hidup, pandangan dunia dan nilai-
nilai.Max Weber adalah salah satu tokoh yang percaya bahwa ideas merupakan penyebab
utama terjadinya perubahan sosial.Hal ini dia perlihatkan dalam menganalisis perubahan
sosial dalam masyarakat Eropa dengan semangat etik protestanismenya sehingga
memunculkan spirit kapitalisme. Diakui oleh Weber bahwa ideologi ternyata berpengaruh
bagi perkembangan dalam masyarakat. (2) yang mempengaruhi terjadinya perubahan
dalam masyarakat juga terjadi dengan adanya tokoh-tokoh besar (the great individuals)
yang seringkali disebut sebagai heroes (pahlawan), dan (3) perubahan sosial bisa terjadi
karena munculnya social movement (gerakan sosial). Yakni sebuah gerakan yang digalang
sebagai aksi sosial, utamanya oleh LSM/NGO, yayasan, organisasi sosial, dsb serta lebih
lanjut Kang Jalal menyebut bahwa dalam perubahan sosial dibutuhkan berbagai strategi
yang selayaknya dilakukan melalui berbagai cara, tergantung analisis situasi atas problem
sosial yang ada. (1) strategi normative-reeducative (normatif-reedukatif). Normative
adalah kata sifat dari norm (norma) yang berarti aturan-aturan yang berlaku dalam
masyarakat. Norma tersebut termasyarakatkan lewat education, sehingga strategi normatif
digandengkan dengan upaya reeducation (pendidikan ulan) untuk menanamkan dan
mengganti paradigma berpikir masyarakat lama dengan yang baru. Cara atau taktik yang
dilakukan adalah dengan mendidik, bukan sekedar mengubah perilaku yang tampak
melainkan juga mengubah keyakinan dan nilai sasaran perubahan, (2) persuasive strategy
(strategi persuasif). Strategi perubahan yang dilakukan melalui penggalangan opini dan
pandangan masyarakat yang utamanya dilakukan melalui media massa dan propaganda.
Cara yang dilakukan adalah dengan membujuk atau mempengaruhi lewat suatu bentuk
propaganda ide atau hegemoni ide.(3) perubahan sosial terjadi karena revolusi atau
people’s power. Revolusi dianggap sebagai puncak (jalan terakhir) dari semua bentuk
perubahan sosial, karena ia menyentuh segenap sudut dan dimensi sosial, dan mengudang
gejolak dan emosional dari semua orang yang terlibat di dalamnya.
Berangkat dari realitas bahwa perubahan sosial tidak dapat dicegah sebagai sebuah
keniscayaan sejarah, baik direncanakan maupun tidak direncanakan, tulisan ini berupaya
lebih dilokalisir untuk mewacanakan perubahan sosial dengan perencanaan atau desain
perubahan sosial. Istilah populernya adalah rekayasa sosial.
MATERI IV
ASWAJA MANHAJUL FIKR
D. Hakikat ASWAJA
Dengan tidak memonopoli predikat sebagai satu-satunya golongan Ahlussunnah wal
Jamaah, jam'iah Nahdlatul Ulama semenjak pertama berdirinya menegaskan diri sebagai
penganut, pengemban dan pengembang Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah. Dengan
sekuat tenaga, Nahdlatul Ulama berusaha menempatkan diri sebagai pengamal setia dan
mengajak seluruh kaum muslimin, terutama para warganya untuk menggolongkan diri
pada Ahlussunnah wa Jamaah.
Pada hakekatnya, Ahlussunnah wal Jamaah, adalah ajaran Islam yang murni
sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw. bersama para sahabatnya.
Dengan tidak memonopoli predikat sebagai satu-satunya golongan Ahlussunnah wal
Jamaah, jam'iah Nahdlatul Ulama semenjak pertama berdirinya menegaskan diri sebagai
penganut, pengemban dan pengembang Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah. Dengan
sekuat tenaga, Nahdlatul Ulama berusaha menempatkan diri sebagai pengamal setia dan
mengajak seluruh kaum muslimin, terutama para warganya untuk menggolongkan diri
pada Ahlussunnah wa Jamaah.
Ketika Rasulullah saw. menerangkan bahwa umatnya akan tergolong menjadi banyak
sekali (73) golongan, beliau menegaskan bahwa yang benar dan selamat dari sekian
banyak golongan itu hanyalah Ahlussunnah wa Jamaah. Atas pertanyaan para sahabat
mengenai definisi as-Sunah wal Jamaah, beliau merumuskan dengan sabdanya: "Apa yang
aku berada di atasnya, hari ini, bersama para sahabatku".
Ahlussunnah wal Jamaah adalah golongan pengikut setia pada al-Sunnah wal al-
Jamaah, yaitu ajaran Islam yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw. Bersama
para sahabatnya pada zaman itu.Ahlussunnah wal Jama’ah bukanlah suatu yang baru
timbul sebagai reaksi dari timbulnya beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran yang
murni seperti Syi’ah, Khawarij, Mu'tazilah dan sebagainya.As-Sunnah wal Jama’ah sudah
ada sebelum semuanya itu timbul.Aliran-aliran itulah yang merupakan gangguan terhadap
kemurnian as-Sunnah wal Jama’ah. Setelah gangguan itu membadai dan berkecamuk,
dirasakan perlunya predikat Ahlussunnah wal Jamaah, dipopulerkan oleh kaum muslimin
yang tetap setia menegakkan as-Sunnah wal Jamaah, mempertahankannya dari segala
macam ganguan yang ditimbulkan oleh aliran-aliran yang mengganggu itu. Mengajak
seluruh pemeluk islam untuk kembali kepada as-Sunnah wal Jamaah.
Para sahabat, generasi yang hidup sezaman dengan Rasulullah saw. adalah generasi
yang paling menghayati as-Sunnah wal Jamaah. Mereka dapat menerima langsung ajaran
agama dari tangan pertama. Kalau ada yang belum jelas, dapat menanyakan langsung pula
kepada Rasulullah saw. terutama al-Khulafa ar-Rosyidun:
a. Sahabat Abu Bakar as-Shiddiq ra,
b. Sahabat Umar bin Khatab ra,
c. Sahabat Utsman bin Affan ra,
d. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra.
MATERI V
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
Sejarah Indonesia meliputi suatu ren tang waktu yang sangat panjang yang dimulai
sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta
tahun yang lalu. Periode sejarahIndonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial,
munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang
terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa
(terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh
Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20;
Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai
jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–
1998); serta Orde Reformasi yang berlangsung sampai sekarang. Secara geologi, wilayah
Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan
pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia,
dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang
ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar
10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah
pemukim pertama.Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil
Homo erectusmanusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-
sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan
masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu
melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun
yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berfenotipe kulit
gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk
Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang
pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang
sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung
persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan
Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat,
mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat
dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa
serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat
sejak abad ke-8 SM), beternakkerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat,
praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda
keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman
serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan
dari India akibat hubungan perniagaan.
Sejarah pergerakan indonesia.
MASA AWAL
Masa awal ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi modern antara lain adalah :
Budi Utomo (BU, 20 Mei 1908)
Gagasan pertama pembentukan Budi Utomo berasal dari dr. Wahidin Sudirohusodo,
seorang dokter Jawa dari Surakarta. Ia menginginkan adanya tenaga-tenaga muda yang
terdidik secara Barat, namun pada umumnya pemuda-pemuda tersebut tidak sanggup
membiayai dirinya sendiri. Sehubungan dengan itu perlu dikumpulkan beasiswa (study
fond) untuk membiayai mereka.
Pada tahun 1908 dr. Wahidin bertemu dengan Sutomo, pelajar Stovia. Dokter Wahidin
mengemukakan gagasannya pada pelajar-pelajar Stovia dan para pelajar tersebut
menyambutnya dengan baik.Secara kebetulan para pelajar Stovia juga memerlukan adanya
suatu wadah yang dapat menampung kegiatan dan kehidupan budaya mereka pada
umumnya.Sehubungan dengan itu pada tanggal 20 Mei 1908 diadakan rapat di satu kelas
di Stovia.Rapat tersebut berhasil membentuk sebuah organisasi bernama Budi Utomo
dengan Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya.
Pada awalnya tujuan Budi Utomo adalah menjamin kemajuan kehidupan sebagai bangsa
yang terhormat.Kemajuan ini dapat dicapai dengan mengusahakan perbaikan pendidikan,
pengajaran, kebudayaan, pertanian, peternakan, dan perdagangan.Namun sejalan dengan
berkembangnya waktu tujuan dan kegiatan Budi Utomo pun mengalami perkembangan.
Pada tahun 1914 Budi Utomo mengusulkan dibentuknya Komite Pertahanan Hindia
(Comite Indie Weerbaar).Budi Utomo menganggap perlunya milisi bumiputra untuk
mempertahankan Indonesia dari serangan luar akibat Perang Dunia Pertama (PD I, 1914 –
1918).Namun, usulan itu tidak dikabulkan dan justru pemerintah Belanda lebih
mengutamakan pembentukan Dewan Rakyat Hindia (Volksraad).Selanjutnya ketika
Volksraad (Dewan Rakyat) didirikan, Budi Utomo aktif dalam lembaga tersebut. Pada
tahun 1932 pemahaman kebangsaan Budi Utomo makin berkembang maka pada tahun itu
pula mereka mencantumkan cita-cita Indonesia merdeka dalam tujuan organisasi.
Serikat Islam (SI, Agustus 1911)
Berbeda dengan Budi Utomo yang mula-mula hanya mengangkat derajat para priyayi
khususnya di Jawa, maka organisasi Serikat Islam mempunyai sasaran anggotanya yang
mencakup seluruh rakyat jelata yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.Pada tahun 1909
R.M. Tirtoadisuryo mendirikan perseroan dalam bentuk koperasi bernama Sarekat Dagang
Islam (SDI).Perseroan dagang ini bertujuan untuk menghilangkan monopoli pedagang
Cina yang menjual bahan dan obat untuk membatik.Persaingan pedagang batik Bumiputra
melalui SDI dengan pedagang Cina juga nampak di Surakarta.Oleh karena itu
Tirtoadisuryo mendorong seorang pedagang batik yang berhasil di Surakarta, Haji
Samanhudi untuk mendirikan Serikat Dagang Islam.Setahun setelah berdiri, Serikat
Dagang Islam tumbuh dengan cepat menjadi organisasi raksasa. Sekitar akhir bulan
Agustus 1911, nama Serikat Dagang Islam diganti menjadi Serikat Islam (SI). Hal ini
dilakukan karena adanya perubahan dasar perkumpulan, yaitu mencapai kemajuan rakyat
yang nyata dengan jalan persaudaraan, persatuan dan tolong-menolong di antara kaum
muslimin.Anggota SI segera meluas ke seluruh Jawa, Sumatra, Kalimantan dan
Sulawesi.Sebagian besar anggotanya adalah rakyat jelata.Serikat Islam ini dapat membaca
keinginan rakyat, dengan membantu perbaikan upah kerja, sewa tanah dan perbaikan
sosial kaum tani.Perkembangan yang cepat ini terlihat pada tahun 1917 dengan jumlah
anggota mencapai 450.000 orang yang tersebar pada 84 cabang.
Meningkatnya anggota Serikat Islam secepat ini, membuat pemerintah Hindia Belanda
menaruh curiga.Gubernur Jenderal Idenburg berusaha menghambat pertumbuhannya.
Kebijakan yang diambil antara lain dengan cuma memberikan izin sebagai badan hukum
pada tingkat lokal. Sebaliknya pada tingkat pusat tidak diberikan izin sebab dianggap
membahayakan, jumlah anggota yang terlalu besar diperkirakan akan dapat melawan
pemerintah.
Dalam kongres tahunannya pada tahun 1916, H.O.S Cokroaminoto mengusulkan
kepada pemerintah untuk membentuk Komite Pertahanan Hindia.Hal itu menunjukkan
bahwa kesadaran politik bangsa Indonesia mulai meningkat.Dalam kongres itu diputuskan
pula adanya satu bangsa yang menyatukan seluruh bangsa Indonesia.
Sementara itu orang-orang sosialis yang tergabung dalam de Indische Sociaal
Democratische Vereeniging (ISDV) seperti Semaun, Darsono, dan lain-lain mencoba
mempengaruhi SI.Sejak itu SI mulai bergeser ke kiri (sosialis). Melihat perkembangan SI
itu, pimpinan SI yang lain kemudian menjalankan disiplin partai melalui kongres SI bulan
Oktober 1921 di Surabaya. Selanjutnya SI pecah menjadi SI “putih” di bawah
Cokroaminoto dan SI “merah” di bawah Semaun dan Darsono.Dalam Perkembangan SI
“merah” ini bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang telah berdiri sejak 23
Mei 1920.
Dalam kongres Serikat Islam di Madiun pada tahun 1923 nama Serikat Islam diganti
menjadi Partai Serikat Islam (PSI). Partai ini bersifat nonkooperasi yaitu tidak mau
bekerjasama dengan pemerintah tetapi menginginkan adanya wakil dalam Dewan Rakyat
(Volksraad).
Nasionalisme yang berasal dari kata “nasional” dan “isme” yaitu faham kebangsaan
yang mengandung makna kkesadaran dan semangat cinta tanah air, yang dapat diartikan
memiliki kebanggaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan suatu bangsa,
memiliki rasa solidaritas terhadap musibah dan kekurang beruntungan sesame saudara
setanah air, sebangsa dan senegara, demi persatuan dan kesatuan.
Nasionalisme dapat juga diartikan sebagai faham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan Negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia. Bertolak dari pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi
individu yang harus diberikan kepada Negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa
individu sebagai warga Negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan
segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan egaknya Negara dan
bangsa.
A. Karakter Nasionalisme
Menurut Sartono Kartodirdjo mengemukakan unsur-unsur nasionalisme di Indonesia
dibagi dalam tiga kategori:
a. Unsur kognitif menunjukkan adanya pengetahuan atau pengertian akan suatu
situasi/fenomena tertentu dalam hal ini mengenai pengetahuan akan situasi kolonial
pada segala parposinya.
b. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukkan keadaan yang dianggap berharga oleh pelaku-
pelakunya, dalam hal ini dianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah
memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme
c. Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang
menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-pelakunya.Berbagai macam diskriminasi
pada masyarakat colonial melahirkan aspek afektif.
Melihat pendapat di atas, maka ketiga aspek tersebut di atas tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lainya, karena saling berhubungan antara aspek satu dengan aspek lainnya
yang akan saling menunjang dalam satu kesatuan. Substansi nasionalisme Indonesia
mempunyai dua unsur: Pertama, kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia yang terdiri atas banyak suku, etnik dan agama. Kedua, kesadaran bersama
bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan di
Indonesia.
Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam proklamasi
kemerdekaan dengan jelas dinyatakan “atas nama bangsa Indonesia”, sedangkan dalam
pembukaan UUD 1945 dikatakan secara tegas, “segala bentuk penjajahan dan penindasan
didunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Dilihat dari sejarahnya, menurut Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bahwa karakteristik nasionalisme Indonesia
antara lain:
a. Persamaan asal keturunan bangsa (etnik), yaitu bangsa Indonesia berasal dari rumpun
bangsa melayu yang merupakan bagian dari ras mongoloid dan kemudian diperkaya
oleh variasi percampuran darah antar ras.
b. Persamaan pola kebudayaan, terutama cara hidup sebagian suku-suku petani dan pelaut
dengan segala adat istiadat dan lembaga sosialnya, manifestasi (perwujudan)
persamaaan bahasa nasional, yaitu bahasa indonesia.
c. Persamaan tempat tinggal yang disebut dengan nama khas tanah air, yakni tanah
tumpah darah seluruh bangsa berwilayah dari sabang sampai merauke.
d. Persaaan senasib kesejahteraanya, baik kejayaan bersama dimasa kejayankerajaan-
kerajaaan besar jaman bahari sriwijaya dan majapahit, maupun penderitaan bersama
dibawah dominasi penjajah asing.
e. Persamaan cita-cita yakni persamaan cita-cita hidup bersama sebagai bangsa yang
merdeka dan berdaulat serta mmembangun negara dalam ikatan persatuan indonesia
yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. (Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, 1995)
MATERI VI
KOPRI
A. Pendahuluan
Annisa Syaqa-iq ar-Rijal (perempuan adalah belahan laki-laki) begitulah hadist Nabi
tentang perempuan. Ini menandakan bahwa Islam menempatkan perempuan secara
berdampingan dengan laki-laki,dalam eksistensi, dalam menunaikan peran kehidupannya
dan dalam hak serta kewajiban. Perjuangan meningkatkan kualitas hidup perempuan
adalah perjuangan memperbaiki kualitas hidup separuh masyarakat. Dengan kata lain,
perbaikan hidup perempuan tidak otomatis terwujud melalui perjuangan hidup laki-laki. Ia
memilki dunianya sendiri, yang juga harus diperjuangkan olehnya sendiri.
Gagasan apapun yang tidak didukung oleh sekelompok manusia yang siap untuk
melaksanakan, memperjuangkan, dan menyebarkannya, pasti akan mati sejak usia dini,
atau minimal akan sakit dalam waktu lama, tergeletak di atas dipannya hingga datang
seseorang yang mengobatinya, menghindarkannya dari debu-debu masa, dan
membebaskannya dari berbagai beban penyakit, lalu menyerahkan kepada sekelompok
orang yang akan membentuk tunas gerakan yang akarnya adalah gagasan baru tersebut.
Gagasan yang tidak diwujudkan dalam sebuah pergerakan, tidak dibela, dan tidak
diperjuangkan oleh pendukungnya pasti akan segera lenyap dan dilupakan betapapun
hebat dan mengagumkan. Sejauh aktivitas, ketangguhan, dan kemampuan para
pendukungnya dalam merekrut masa, akan menentukan keberhasilan gagasan tersebut.
Selanjutnya akan terbentuklah suatu pergerakan yang terdiri dari sekelompok manusia
yang dikendalikan oleh suatu kepemimpinan berikut struktur organisasinya. Setiap
pergerakan apapun memilki gagasan tertentu yang hendak direalisasikan ditengah-tengah
manusia, betapapun sederhananya, bahkan terkadang remeh, atau sulit untuk diwujudkan
di alam nyata, namun ia tetap berupaya untuk membangun pendukung bagi dirinya.
Dari itu jelaslah urgensi struktur organisasi pergerakan. Istilah gerakan (movement)
menurut kamus Webster berarti“organized action by people working towards a goal”.
Kemudian Steaven Buchler menyatakan bahwa gerakan sosial itu sering digambarkan
sebagi reaksi kolektif dari suatu kelompok masyarakat yang tersubordinasi (kolektive
respons to groups experience of subordinat).
B. Landasan Normatif
Dalam Bab VII Anggaran Rumah Tangga (ART) PMII tentang Kuota Kepengurusan,
Pasal 20 dinyatakan, ayat (1) Kepengurusan di setiap tingkat harus menempatkan anggota
perempuan minimal 1/3 keseluruhan anggota pengurus; dan ayat (2) Setiap kegiatan PMII
harus menempatkan anggota perempuan minimal 1/3 dari keseluruhan anggota. Penjelasan
soal pemberdayaan anggota perempuan PMII ada dalam bab VIII Pasal 21 ayat (1)
Pemberdayaan Perempuan PMII diwujudkan dengan pembentukan wadah perempuan
yaitu KOPRI (Korp PMII Putri), dan ayat (2) Wadah Perempuan tersebut diatas
selanjutnya diataur dalam Peraturan Organisasi (PO). Adapun wadah pemberdayaan
anggota putri PMII ditegaskan dengan pembentukan lembaga khusus bernama Korp PMII
Putri (KOPRI) sebagaimana dalam Bab IX tentang Wadah Perempuan. Dalam Pasal 22,
ayat (1): Wadah perempuan bernama KOPRI; ayat (2) KOPRI adalah wadah perempuan
yang didirikan oleh kader-kader Putri PMII melalui Kelompok Kerja sebagai keputusan
Kongres PMII XIV; ayat (3) KOPRI didirikan pada 29 September 2003 di Asrama Haji
Pondok Gede Jakarta dan merupakan kelanjutan sejarah dari KOPRI yang didirikan pada
26 November 1967; dan ayat (4) KOPRI bersifat semi otonom dalam hubungannya
Dengan PMII. Struktur KOPRI sebagaimana struktur PMII, terdiri dari : PB KOPRI, PKC
KOPRI dan PC KOPRI.
MATERI VII
GENEOLOGI GERAKAN FAHAM ISLAM INDONESIA
Dalam alur pemikiran ini, maka wacana reinventing Islam lokal menjadi relevan,
sehingga keberagamaan kita memiliki autensitas dan identitas yang berpijak pada
keagungan wahyu ilahi tanpa pembiasan budaya arabnya. Sebab gerakan pemurnian kaum
fundamental melalui formalisasi Islam hanya melahirkan arabisme. Misalkan, spirit ajaran
Islam justru terabaikan seperti kearifan Islam pada nilai pluralitas dan multikulturalnya
diberangus. Untuk itu, penting sekali, bagi mereka yang belum paham, untuk mempelajari
kembali identitas lokalitas Islam. Pemaknaan identitas tidak hanya dibatasi pada
simbolisasi keislaman, tetapi pada nilai-nilai yang tercermin dari pemahaman dan
pengamalan keislaman secara arif dalam merespons tradisi lokal yang beramalgamasi
dengan anasir-anasir Islam. Atas dasar inilah, pemikiran akulturasi Islam dengan budaya
lokal dan relasi ajaran agama (Islam) dengan nilai-nilai lokal muncul, termasuk di
Indonesia. PMII merupakan salah satu representasi dari komunitas kultural ummat Islam
terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki kecenderungan untuk
senantiasa mensinergikan ajarana agama (Islam) dengan budaya lokal dengan mengusung
terma al-muhâfazat ‘alâ qadîm al-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlâh (menjaga
tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik). PMII sebagai bagian
dari entitas Islam Indonesia sebagaimana NU selalu menjadi inspirasi bagi gerakan dan
pemikiran ke-Islam-an yang berwawasan kebangsaan, respons terhadap perubahan dan
akomodatif terhadap kebudayaan lokal Nusantara. PMII senantiasa memposisikan diri
sebagai ‘jangkar’ Nusantara. Memperbincangkan sikap akomodatif PMII terhadap tradisi
atau budaya lokal sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru. Tema hubungan PMII
dengan budaya atau tradisi lokal tetap aktual, mengingat dua hal berikut:pertama, sikap
akomodatif PMII terhadap budaya atau tradisi lokal bersifat dinamis; kedua, saat ini
banyak kalangan umat Islam di luar PMII, khususnya yang berideologi puritanisme ala
Wahabi yang sangat gencar “menyerang” ritual keagaman yang dianut kaum Nahdliyyin
A. Islam Dan Tradisi: Akar Kultur Islam Indonesia
Sebagaimana dimaklumi, sudah lama terjadi gesekan antara kelompok Islam lokal
dengan Islam Arab. Sejak era Perang Paderi yang awalnya dipicu ketegangan antara orang
Islam yang pro-Arabis (Tuanku Imam Bonjol) dengan kelompok Islam Adat. Pada era
berikutnya, kita melihat ada kalangan anggota jamaah tabligh yang menggunakan pakaian
seperti pakaian orang Arab dan mereka menganggap itu adalah sunnah Nabi, dan
menganggap orang yang tidak berpakaian seperti mereka dianggap tidak mengikuti sunnah
Nabi. Kelompok ini membedakan diri dengan komunitas Islam
tradisi yang berkembang di Indonesia, bahkan menilai tradisi keagamaan yang bersifat
lokal sebagai yang tidak Islam. Dalam masyarakat kita, memang terdapat banyak tradisi
keagamaan yang bersemai dalam tradisi lokal seperti sekaten, tahlilan, mauludan,
ruwahan, nyadran, peringatan tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari hingga haul, dan lain-
lain.
a. Pengertian tradisi
Secara terminologis, ”tradisi” mengandung suatu pengertian tersembunyi tentang
adanya kaitan antara masa lalu dengan masa kini. Ia menunjuk kepada sesuatu yang
diwariskan oleh masa lalu, tetapi masih berwujud dan berfungsi pada masa sekarang.
Sewaktu orang berbicara tentang tradisi Islam secara tidak sadar ia sedang menyebut
serangkaian ajaran atau doktrin yang dikembangkan ratusan atau ribuan tahun yang lalu
tetapi masih hadir dan tetap berfungsi sebagai pedoman dari kehidupan sosial pada masa
kini. sebagai alat analisa. Tidak terungkap dari pengertian tersebut apa yang diwariskan,
sudah berapa lama diwarisi, dengan cara bagaimana lisan Tradisi dalam pengertian yang
paling elementer adalah sesuatu yang ditransmisikan atau diwariskan dari masa lalu ke
masa kini. Pengertian tersebut cukup menolong, namun masih terlalu umum untuk dipakai
ataukah tulisan. Tentunya kita dapat menerima bahwa Taj Mahal di India, Spinx di Mesir,
atau Borobudur di Jawa Tengah adalah monumen-monumen tradisional. Namun tentunya
sulit diterima kalau bangunan-bangunan tersebut dikatakan sebagai tradisi. Itu semua
adalah produk dari suatu tradisi, tetapi bukan tradisi itu sendiri.
Dalam hal ini definisi dalam Ensiklopedi Britanica memberikan pengertian yang lebih
jelas, yakni “kumpulan dari kebiasaan, kepercayaan dan berbagai praktek yang
menyebabkan lestarinya suatu bentuk pandangan hidupnya.” Berangkat dari uraian
tersebut kiranya cukup jelas bahwa tradisi adalah sesuatu yang diwariskan dari masa lalu
ke masa kini berupa non-materi, baik kebiasaan, kepercayaan atau tindakan-tindakan.
Semua hal tersebut selalu diberlakukan kembali, tetapi pemberlakuan itu sendiri bukan
tradisi karena justru mencakup pola yang membimbing proses pemberlakuan kembali
tersebut.
a. Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui
perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad
ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia
dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta menggambil
bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat
menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan
pedagang.
pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami
kekacauan dan perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang
melalui perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka
berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang
bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat
tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan. Perkampungan golongan pedangan
Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.
b. Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling
memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari
kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga
yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim.
Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan
wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan
baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para
pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi,
para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan
pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri- putri bangsawan, tertarik untuk
menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu.
Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya
timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim.
c. Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf
termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang
meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal
itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli
tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan
masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf
biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf,
yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai
budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan
tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah
dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah
Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti
ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.
d. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka
menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di
pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama.
Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari
suatu pesantren itu maka akan kembali ke masingmasing kampung atau desanya untuk
menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin
terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan
mencapai radius yang lebih jauh lagi.
e. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari,
musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak,
Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di
Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan
wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan
ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat
pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.
f. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang
raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat
memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan
bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk
Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
LAGU-LAGU
MARS PMII
Inilah kami wahai indonesia
Satu barisan dan satu cita
Pembela bangsa penegak agama
Tangan terkepal dan maju kemuka
habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya islam yang benar
Bangun terssentak dari bumiku subur
Denganmu PMII
Pergerakanku
Ilmu dan bakti kuberikan
Adil dan makmur kuperjuangkan
untukmu satu tanah airku
Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai indonesia
Satu angkatan dan satu jiwa
Putera bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju kemuka.
HYMNE PMII
Bersemilah bersemilah tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh subur kader PMII
Bersemilah bersemilah tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh subur kader PMII
Masa depan ditanganmu
Untuk meneruskan perjuangan
. bersemilah bersmilah
kau harapan bangsa
TOTALITAS PERJUANGAN
kepada para mahasiswa
yang merindukan kejayaan
kepada rakyat yang kebingungan
dipersimpangan jalan
kepada pewaris peradaban
yang telah menggoreskan
sebuah catatan kebanggaan
di lembar sejarah manusia
wahai kalian yang rindu kemenangan
wahai kalian yang turun ke jalan
demi mempersembahkan jiwa dan raga
untuk negeri tercinta
wahai kalian yang rindu kemenangan
wahai kalian yang turun ke jalan
demi mempersembahkan jiwa dan raga
untuk negeri tercinta
untuk negeri tercinta
PMII PERJUANGAN
berjuanglah PMII berjuang
marilah kita bina persatuan
berjuanglah pmii berjuang
marilah kita bina persatuan
hancur leburkanlah angkara murka
perkokohlah barisan kita,siap....
sinar api islam kini menyala
tekad bulat jihad kita membara
berjuanglah PMII berjuang
menegakkan kalimat tuhan
HUBBUL WATHAN
Ya lal wathon ya lal wathon ya lal wathon
Hubbul wathon minal iman
Wala takun minal hirman
Inhadhu ahlal wathon
Indonesia biladi
Anta ‘unwanul fakhoma
Kullu may ya’ tika yauma
Thomihay yalqo himama
Pusaka hati wahai tanah airku
Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah hai bangsaku
Indonesia negeriku
Engkau panji martabatku
Siapa datang mengancammu
Kan binasa dibawah durimu
BURUH TANI
buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu rebut demokrasi
gegap gempita dalam satu suara
demi tugas suci yang mulia
hari hari esok adalah milik kita
terciptanya masyarakat sejahtra
terbentuknya tatanan masyarakat
indonesia baru tanpa orba
marilah kawan mari kita kabarkan
di tangan kita tergenggam arah bangsa
marilah kawan mari kita nyanyikan
sebuah lagu tentang pembebasan
di bawah kuasa tirani
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku saatu langkah pasti