Anda di halaman 1dari 44

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOMISARIAT KH. ABDUL CHALIM


8

1 7

3
4 5

FILOSOFI LOGO

1. Gambar Gunung
Filosofis Gambar Gunung dimana letak PMII Komisariat KH. Abdul Chalim yang berada
diantara gunung welirang, arjuno, dan penangungan.

2. Gambar Tugu Kerajaan


Filosofis tugu kerajaan menggambarkan pintu gerbang yang artinya PMII komisariat KH. Abdul
Chalim selalu terbuka bagi semua elemen dan mudah beradaptasi.

3. Tulisan Komisariat KH. Abdul Chalim


Tulisan ini menjelaskan kedudukan dari PMII secara structural berada di level kampus, dan di
beri nama KH. Abdul Chalim sesuai nama kampus yang juga salah satu pendiri NU sekaligus
ayahanda dari pendiri kampus.

4. Warna Biru
Filosofi warna biru yakni kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga
pwegerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia
dan merupakan kesatuan wawasan nusantara.

5. Warna Kuning
Warna kuning menggambarkan identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar pergerakan, dan
menunjukan semangat yang siap menyongsong kehidupan kedepan.

6. Logo PMII
Menguatkan bahwa Komisariat KH. Abdul Chalim merupakan bagian dari Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia.

7. Latar Belakang Putih


Warna ini melambangkan bahwa PK PMII KH. Abdul Chalim adalah wadah yang bersih, suci,
dan harus di jaga kemurniannya Bersama.

8. Bentuk Perisai
Perisai mengartikan bahwa PK PMII KH. Abdul Chalim harus menjaga hubungan dengan Tuhan,
Manusia, Lingkungan, dan juga tujuan PMII sendiri.

MODUL MAPABA IV 2 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Biodata Anggota
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
KH. Abdul Chalim

Nama : .................................................................................

TTL : .................................................................................

No. Telepon : .................................................................................

Alamat : .................................................................................

Prodi/Fakultas : .................................................................................

Motto : .................................................................................

MODUL MAPABA IV 3 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Daftar Isi

KE-PMII-AN ....................................................................................................... 5

Nilai Dasar Pergerakan (NDP) ........................................................................ 10

ASWAJA Sebagai Manhaj Al Fikr ................................................................. 15

KOPRI................................................................................................................ 22

Antropologi Mahasiswa .................................................................................... 25

Analisis Diri ....................................................................................................... 27

Ke-Indonesia-an ................................................................................................ 32

Islam Nusantara ................................................................................................ 35

Lagu-Lagu Pergerakan .................................................................................... 40

MODUL MAPABA IV 4 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


MATERI I

KE-PMII-AN

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi kemahasiswaan yang


didirikan pada 21 Syawal 1379 Hijriah, bertepatan 17 April 1960 Masehi di Surabaya. Para
pendiri PMII adalah aktivis-aktivis mahasiswa Nahdlatul Ulama dari berbagai daerah. Para
pendiri PMII adalah Cholid Mawardi, Sa’id Budairy, M. Shobic Ubaid perwakilan mahasiswa
dari Jakarta; M. Makmun Syukri BA dan Hilman dari Bandung; H. Ismail Makky dan Munsif
Nahrawi dari Yogyakarta; Nuril Huda Suady serta Laili Mansur dari, Surakarta; Abd. Wahab
Jailani dari Semarang; Hisbullah Huda perwakilan Surabaya; M. Cholid Narbuko perwakilan
mahasiswa Malang; Ahmad Husain dari Makassar. Mereka berinisiatif membuat organisasi
pengkaderan untuk memajukan komunitas Nahdliyin yang nantinya akan berkontribusi
memajukan bangsa Indonesia secara khusus, dan umat Islam dunia secara umum.
Tujuan Umum PMII
“Terbentuknya Pribadi Muslim Indonesia yang Kertaqwa Kepada Allah SWT, Berbudi
Luhur, Berilmu, Cakap dan Bertanggungjawab dalam Mengamalkan Ilmunya serta Komitmen
Memperjuangkan Cita-Cita Kemerdekaan Indonesia”.
Atas dasar itulah PMII membakukan dan menetapkan format khidmatnya berupa, Slogan PMII
Tri Motto : Dzikir, Fikir dan Amal
Tri Khidmat PMII : Taqwa, Intelektual dan Profesional
Tri Komitmen PMII : Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan
Eka Citra Diri PMII : Ulul Albab
Visi PMII
Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi ke-Islaman dan visi kebangsaan.
Visi ke-Islaman yang dibangun PMII adalah visi ke- Islaman yang inklusif, toleran dan
moderat. Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan satu kehidupan kebangsaan yang
demokratis, toleran, dan dibangun di atas semangat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi
segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali.
Misi PMII
Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke- Indonesiaan, dan sebagai
perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII
sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban
dan bertanggung jawab mengemban komitmen ke-Islaman dan ke- Indonesiaan demi
meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun material dalam segala
bentuk.
Jelas bahwa PMII didirikan untuk menjadi wadah pengkaderan mahasiswa muslim,
agar mahasiswa tidak hanya memahami disipilin ilmu yang digeluti saja tetapi juga memahami
dan mengamalkan Islam yang Ahlussunah wal Jamaah, serta mempunyai kemampuan

MODUL MAPABA IV 5 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


organisasi dan manajerial untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa muslim. PMII pada
realitasnya juga dijadikan wadah perjuangan untuk menegakan keadilan di Indonesia.
1. Latar Belakang Berdirinya PMII
Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dilatar
belakangi oleh kemauan keras para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk wadah
organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusunnah Wal-jamaah. Hal ini tidak terlepas dari
eksistensi IPNU-IPPNU, karena secara historis PMII merupakan mata rantai dari
departemen perguruan tinggi IPNU yang dibentuk pada muktamar III IPNU di Cirebon
pada tanggal 27- 31 Desember 1958.
Wacana pendirian wadah yang dapat mengakomodir kebutuhan mahasiswa
Nahdliyin sudah ada ketika muktamar II IPNU di Pekalongan tetapi karena keberadaan
IPNU dirasa masih sangat muda yang berdiri pada tahun 1954, wacana itu tak terlalu
ditanggapi dengan serius. Namun seiring dengan perkembangan dan kebutuhan mahasiswa
untuk mengaktualisasikan diri, mereka terus berjuang untuk mewujudkannya. Puncak
perjuangan untuk mendirikan organisasi mahasiswa Nahdliyin ini adalah ketika IPNU
mengadakan konferensi besar di Kaliurang, Yogyakarta, pada tanggal 14-17 Maret 1960.
Sehingga, akhirnya dibentuk tim khusus yang terdiri dari 13 orang untuk mengadakan
musyawarah mahasiswa NU di Surabaya pada tanggal 14-16 April 1960, satu bulan
kemudian setelah keputusan di Kaliurang.
Adapun ke-13 orang personal tersebut (pendiri organisasi PMII) adalah :
1) Cholid Mawardi (Jakarta)
2) Sa’id Budairy (Jakarta)
3) M. Shobic Ubaid (Jakarta)
4) M. Makmun Syukri BA (Bandung)
5) Hilman (Bandung)
6) Ismail Makky (Yogyakarta)
7) Munsif Nahrawi (Yogyakarta)
8) Nuril Huda Suady (Surakarta)
9) Laili Mansur (Surakarta)
10) Abd. Wahab Jailani (Semarang)
11) Hisbullah Huda (Surabaya)
12) M. Cholid Narbuko (Malang)
13) Ahmad Husain (Makasar)
Dalam musyawarah di kota pahlawan ini banyak tawaran nama yang dilontarkan
untuk nama organisasi ini, yakni IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) usulan
delegasi dari Jakarta, Persatuan Mahasiswa Sunni dari Yogyakarta, dan Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari Bandung dan Surabaya. Dari ketiga usulan
tersebut, PMII-lah yang disetujui oleh forum sebagai nama organisasi, tepat pada tanggal,
17 April 1960 (21 Syawal 1379 H) yang kemudian ditetapkan sebagai hari kelahiran PMII.
Semenjak kelahirannya, PMII secara struktural masih merupakan dibawah naungan NU.
Karena kondisi sosial politik pada waktu itu, patronase gerakan mahasiswa masih menjadi
bagian dari gerakan politik, sehingga kehadiran PMII nampaknya lebih dimaksudkan
sebagai alat untuk memperkuat partai NU pada waktu itu.

MODUL MAPABA IV 6 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


2. Makna Nama PMII
Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”,
“Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah
dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya
memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya.
“Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya
sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak
dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh
citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari
identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial
kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun
sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami
dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap
ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, Islam, dan ikhsan yang di dalam pola
pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan
integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam
yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah
sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu
dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab.
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45. Secara
totalitas PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan yang bertujuan melahirkan
kader-kader bangsa yang mempunyai intergritas diri sebagai hamba yang bertaqwa kepada
Allah Swt, dan atasan dasar ketaqwaan berkirah mewujudkan peran ketuhanannya
membangun masyarakat, bangsa dan negara Indonesia menuju suatu tatanan masyarakat
yang adil dan makmur dalam ampunan Ridho Allah SWT.
3. PMII dan NU
PMII yang sering kali disebut dengan IndonesIAn IsLAMIc Student Movement
(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) adalah anak cucu NU yang terlahir dari
“kandungan” departemen perguruan tinggi “IPNU” (Ikatan Pelajar NU) juga anak NU.
Status anak cucu ini pun diabadikan dalam dokumen kenal lahir yang dibuat di
Surabaya tepatnya di “Taman Pendidikan Khodijah” 21 syawal 1379 Hijriah atu pada
tanggal 17 April 1960 Masehi.
Meskipun begitu, bukan berarti lahirnya PMII berjalan mulus, banyak hambatan
dan rintangan, hasrat mahasiswa NU untuk mendirikan memang sudah lama bergolak,
namun pihak NU belum memberikan lampu hijau. Belum menganggap pentingnya
didirikan organisasi sendiri untuk mewadahi anak-anak NU yang belajar di perguruan
tinggi. Namun keinginan anak-anak muda itu tak pernah lemah bahkan terus berkobar dari
kampus ke kampus, realita politik pada dasawarsa 50-an memang sangat memungkinkan

MODUL MAPABA IV 7 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


lahirnya organisasi baru. Banyak organisasi mahasiswa bermunculan dibawah naungan
induknya. Seperti, SEMMI (dengan PSII), KMI (dengan PERTI), HMI lebih dekat dengan
masyumi, IMM (dengan Muhammadiyah). Wajar jika anak-anak NU ingin mendirikan
organisasi tersendiri dan bernaung dibawah panji dunia, dan benar keinginan itu
diwujudkan dalam bentuk IMANU (Ikatan Mahasiswa NU) pada akhir 1955, yang
diprakarsai oleh beberapa pemimpin pusat IPNU.
Pada awal gerakannya, PMII merupakan gerakan dibawah naungan NU baik secara
struktural maupun fungsionarisnya, karena pada waktu itu situasi politik masih panas.
Organisasi-organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan kekuatan partai politik untuk
sepenuhnya menyokong dan mendukung kemenangan sebuah partai. Reformulasi gerakan
PMII kemudian dilakukan pada kongres X PMII pada tanggal, 27 oktober 1991, di Asrama
Haji Pondok Gede Jakarta. Pada kongres tersebut, keinginan untuk mempertegas kembali
hubungan PMII dengan NU melahirkan pernyataan “Deklarasi Interdependensi PMII NU”.
Penegasan hubungan tersebut didasarkan pada pemikiran: adanya ikatan historisitas
yang sangat erat mempertautkan PMII dan NU. Keorganisasian PMII yang independen
hendaknya tidak dipahami secara sempit sebagai upaya untuk mengurangi atau menghapus
arti ikatan historisitas tersebut. Adanya kesamaan paham keagamaan dan kebangsaan. Bagi
PMII dan NU, keutuhan komitmen ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an merupakan
perwujudan beragama dan berbangsa bagi setiap muslim Indonesia.
4. Menata Gerakan PMII
Perubahan-perubahan dalam sistem politik nasional pada akhirnya membawa
dampak pada bentuk dinamika ormas-ormas, dan organ mahasiswa termasuk PMII. Sikap
kritis dibutuhkan untuk mendorong para aktivis PMII secara dinamis adalah sikap yang
mampu merumuskan visi, pandangan dan cita-cita mahasiswa sebagai agen perubahan
sosial. Pada era 1980-an PMII melakukan advokasi terhadap masyarakat serta
menemukan kesadaran baru dalam menentukan pilihan dan corak gerakan.
Ada dua momentum yang ikut mewarnai pergulatan PMII di sektor kebangsaan,
antara lain: penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal dan kembalinya NU ke Khittah
1926. Pada tahun 1984, PMII mampu memposisikan perananya yang cukup strategis,
karena beberapa alasan, antara lain:
PMII memberikan prioritas terhadap pengembangan intelektualitas.
PMII menghindari politik praksis dan bergerak di wilayah pemberdayaan civil society.
PMII mengembangkan sikap dan paradigma kritis terhadap negara Pada periode tahun
1985-an.
PMII juga melakukan reorientasi dan reposissi gerakan yang akhirnya menghasilkan
rumusan Nilai Dasar Pergerakan (NDP).
Sepanjang tahun 1990-an PMII telah melakukan kegiatan-kegiatan diskusi terkait
dengan isu- isu penting, seperti Islam transformatif, demokrasi dan pluralisme, civil
society, masyarakat komunikatif, teori kritik dan post modernisme. Seiring naiknya Gus
Dur menjadi presiden keempat di Indonesia, secara serta merta aktivis PMII mengalami
kebingungan, apakah gerakan civil society harus berakhir ketika Gus Dur sebagai presiden,

MODUL MAPABA IV 8 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


yang selama ini menjadi tokoh dan simpul perjuangan civil society naik ke tampuk
kekuasaan. Dan ketika Gus Dur di jatuhkan dari kursi presiden, paradigma yang selama ini
menjadi arah gerak PMII telah patah. Paradigma ini kemudian digantikan dengan
Paradigma Kritis Transformatif. Bagaimana Kita sebagai Kader PMII harus Bersikap?
Landasan paradigmatiknya adalah paradigma kritis transformatif yang dijadikan
perangkat analisa perubahan yang mencita-citakan perubahan pada semua bidang.
Landasan itulah yang dijadikan acuan yang harus dimiliki oleh setiap kader PMII. Visi dan
misi besar PMII harus tetap kita kawal yang nantinya menuju pada terbebasnya massa
rakyat pekerja dan terciptanya tatanan masyarakat yang adil, makmur sepenuhnya.

MODUL MAPABA IV 9 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


MATERI II

NILAI DASAR PERGERAKAN (NDP)

Senantiasa memohon kepada allah SWT sebagai sumber segala kebenaran dan tujuan
hidup, pergerakan mahasiswa islam Indonesia berusaha menggali nilai-nilai moral dari nash
agama dan pengalaman sejarah insane pergerakan ke dalam bentuk rumusan yang di beri nama
Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Rumusan ini di butuhkan untuk member kerangka, arti serta
motivasi gerakan sekaligus memberikan legitimasi dan memperjelas apa yang harus dilakukan
dalam rangka mencapai cita-cita perjuangan sesuai dengan maksud didirikannya organisasi ini.
NDP adalah tali pengikat (kalimatun sawa’) yang mempertemukan warga pergerakan
dalam satu cita-cita perjuangan sesuai tujuan organisasi. Nilai dasar pergerakan menjadi
sandaran organisasi dalam menegakkan tauhid di kehidupan sehari-hari, sebagai panduan nilai
dalam berhubungan dengan Allah, dalam berhubungan dengan sesama manusia dan dalam
hubungan dengan alam. Oleh sebab itu seluruh warga PMII harus memahami dan
menginternalisasikan nilai dasar pergerakan, baik secara personal maupun secara bersama-
sama
A. ARTI, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
1. ARTI
NDP adalah nilai yang di turunkan secara langsung dari ajaran islam serta
kenyataan masyarakat dan negeri Indonesia , dengan kerangka pendekatan ahlussunnah
wal jama’ah. NDP senantiasa menjiwai seluruh aturan organisasi, member arah dan
mendorong gerak organisasi, serta menjadi penggerak setiap kegiatan organisasi dan
kegiatan masing-masing anggota. Sebagai ajaran yang sempurna, islam harus di hayati
dan di amalkan secara kaffah atau menyeluruh oleh seluruh anggota dengan mencapai
dan mengamalkan iman (aspek aqidah), islam (aspek syariah), dan ihsan (aspek etika,
akhlak dan tasawuf) untuk memohon ridho-Nya serta memohon keselamatan hidup di
dunia dan akhirat (sa’adah ad-darain).
Sebagai tempat hidup mati, negeri maritim Indonesia merupakan rumah dan
medan gerak organisasi. Di Indonesia organisasi hidup, demi bangsa Indonesia
organisasi berjuang. Sebagai tempat semai dan tumbuh negeri Indonesia telah member
banyak kepada organisasi, oleh sebab itu organisasi dan anggotanya wajib memegang
teguh komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. NDP adalah
penegasan nilai atas watak keindonesiaan organisasi.
2. FUNGSI
Nilai dasar pergerakan (NDP) berfungsi sebagai:
Kerangka ideologis
Menjadi peneguh tekad dan keyakinan anggota untuk bergerak dan berjuang
mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi. Menjadi landasan berfikir dan etos gerak
anggota untuk mencapai tujuan organisasi melalui cara dan jalan yang sesuai dengan
minat dan keahlian.

MODUL MAPABA IV 10 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Kerangka refleksi
Sebagai kerangka refleksi, NDP merupakan ruang untuk melihat dan
merenungkan kembali setiap gerakan dan tindakan organisasi. Di dalam refleksi,
gerakan dan tindakan organisasi di hadapkan untuk berdialog dengan rumusan-rumusan
nilai dasar pergerakan. Dialog ini sejatinya harus berlangsung terus-menerus, sehingga
butiran-butiran nilai dasar pergerakan menjadi hidup dan menjiwai setiap gerak dan
kegiatan organisasi. Merupakan kewajiban setiap anggota untuk senantiasa melakukan
perenungan dan refleksi apakah tindakan dan kegiatannya telah mendekati nilai dasar
pergerakan.
Kerangka aksi
Sebagai kerangka aksi, NDP merupakan landasan etos gerak organisasi dan
setiap anggota. Sebagai kerangka aksi, etos akan muncul dari proses aksi-refleksi yang
dilakukan secara terus-menerus. Tahap memahami nilai dasar harus segara diikuti
dengan ikhtiar untuk mewujudkan nilai itu dalam gerak dan tindakan, kemudian setelah
bergerak dan bertindak harus pula segara ditinjau apakah tindakan dan gerakan itu telah
memenuhi atau mendekati nilai dasar.
3. KEDUDUKAN
NDP menjadi rujukan utama setiap produk hukum dan kegiatan organisasi
NDP menjadi sumber kekuatan ideal setiap kegiatan organisasi.
NDP menjadi pijakan argumentasi dan pengikat kebebasan berfikir, berbicara dan
bertindak setiap anggota.
B. RUMUSAN NILAI-NILAI DASAR PERGERAKAN
1. Tauhid
Mengesakan Allah SWT merupakan nilai yang paling asasi dalam sejarah
agama samawi. Didalamnya telah terkandung sejak awal tentang keberadaan manusia,
(Q.S. Al-Ikhlas, Al-Mukmin: 25, Al-Baqarah: 130-131)
PERTAMA, Allah adalah Esa dalam segala totalitas, zat, sifat dan Perbuatan-
perbuatan-Nya. Allah adalah Zat yang fungsional. Allah menciptakan, memberi
petunjuk,memerintah dan memelihara alam semesta. Allah juga menanamkan
pengetahuan, membimbing dan meno;long manusia. Allah maha mengetahui, maha
menolong, maha bijaksana, hakim maja adil, maha tunggal, maha mendahului, dan
maha menerima segala bentuk pujaan dan penghambaan,(Q.S. Al-Hasyr:22-24)
KEDUA, Keyakinan seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang
lebih tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi kesadaran dan keyakinan
kepada hal yang ghoib, (Q.S. Al-Baqarah:3, Muhammad:14-15, Al-Alaq:4, Al-Isro’:7)

MODUL MAPABA IV 11 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


KETIGA, oleh karena itu Tauhid merupakan titik puncak, melandasi, memandu
dan menjadi sasaran keimanan yang mencakup keyakinan dalam hati, penegasan lewat
lisan dan perwujudan lewat perbuatan. Maka, konsekuensinya Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia harus mampu melarutkan dan menetaskan nilai-nilai tauhid dalam
berbagai kehidupan serta tersosialisasikan hingga merambah sekelilingnya (Q.S. Al-
Baqarah:30, Al-A’raf:129, An-Nahl:62, Fathir:39)Hal ini dibuktikan dengan
pemisahan yang tegas antara yang hal-hal yang sipat-sipat profane dan sakral. Selain
atas Allah sebagai dzat yang maha kuasa, boleh dilakukan dekontruksi dan desakralisasi
atas segala hal, sehingga tidak terjadi penghambaan pada hal-hal yang sifatna profan
seperti jabatan, institusi, teks, orang dan seterusnya.
2. Hubungan Manusia Dengan Allah
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia sebaik-baik
kejadian dan menganugerahkan kdudukan terhormat kepada manusia di hadapan
ciptaan-Nya yang lain,(Q.S. Al-Dzariat:56, Al-A’raf: 179, Al-Qashash:27).
Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya fikir, kemampuan
berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia
memerankan fungsinya sebagai khalifah dan memenuhi posisinya sebagai Hamba
Allah. Dalam kehidupan sebagai kholifah, manusia mengemban amanat berat yang oleh
Allah ditawarkan kepada makhluknya. Sebagai hamba Allah(Q.S. Shad:82-83, Al-
Hujarat:4) manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentuan-Nya. Untuk itu manusia
di lengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat jika manusia tidak ingin
terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah,(Q.S. Al-Imron: 153, Hud:88) .
Dengan demikian, dalam kedudukan manusia sebagai ciptaan Allah, terdapat
dua pola hubungan manusia dengan Allah, yaitu pola yang berdasarkan kedudukan
manusia sebagai kholifah Allah dan sebagai hamba Allah (Q.S. Al-Anam:165, Ynus:14)
kedua pola ini dijalani secara seimbang.lurus dan teguh dengan yang lain,(Q.S.
Shad:72, Al-Hajr:29, Al-Ankabut:29).
Jadi manusia bebas berbuat dan berusaha usaha untuk mennasibya sendiri,
apakah dia menjadi mukmin atau kafir, pandai atau bodoh. Manusia harus berlomba-
lomba mencari kebaikan, tidak teralu cepat puas dengan hasil jerih payah dan karyanya.
3. Hubungan Manusia dengan Manusia
Kenyataan bahwa Allah telah meniupkan ruh-Nya kepada materi dasar manusia,
menunjukan manusia berkedudukan mulia diantara ciptaan Allah yang lain. Kesadaran
moral dan keberaniaanya untuk memikul tanggung jawab dan amanat dari Allah yang
disertai dengan mawas diri menunjukan posisi dan kedudukanya,(Q.S. Al-Mu’minun:
115).
Memahami ketinggian eksistensi dan potensi yang dimiliki manusia, manusia
mempunyai kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lain.sebagai penduduk
bumi manusia harus berjuang dan menunjukan peran yang dicita-citakan. Tidak ada
yang lebih antara yang satu dengan yang lainnya kecuali ketaqwaan,(Q.S. Al-
Hujarat:13).
Setiap manusia mempunyai kekurangan (Q.S. At-Takatsur; Al-Humazah, Al-
Maun, Az-Zumar: 49, Al-Hajj: 66) dan kelebihan, ada yang menonjol pada diri

MODUL MAPABA IV 12 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


seseorang tentang potensi kebaikannya (Q.S. Al-Mu’minun:57-61) tetapi ada pula yang
terlalu menonjokan potensi kelemahannya. Karena kesadaran ini, manusia harus saling
menolong, saling menghormati, bekerjasama, menasehati dan saling mengajak kepada
kebenaran demi kebaikan bersama,(Q.S. Ali-Imron:103, An-Nisa’:36-39).
Manusia telah dan harus selalu mengembangkan tanggapanya terhadap
kehidupan. Tanggapan tersebut pada umumnya untuk mengembangkan kehidupan
berupa hasil cipta, rasa dan karsa manusia. dengan demikian maka hasil itu merupakan
hasil budaya manusia yang sebagian dilestarikan sebagai tradisi dan sebagian dapat
dirubah. Pelestarian dan perubahan selalu mewarnai kehidupan manusia, inipun
dilakukan dengan selalu memuat nilai-nilai sehingga budaya yang bersesuaian bahkan
yang merupakan perwujudan dan nilai-nilai tersebut dilestarikan, sedangkan budaya
yang tidak bersesuaian dapat diperbaharui.
Kerangka bersikap tersebut mengisaratkan adanya upaya bergerak secara
dinamis, kreatif dan kritis dalam kehidupan manusia. Manusia di tuntut memanfatkan
potensinya yang telah dianugerahkan oleh Allah mmelalui pemanfaatan potensi diri
tersebut sehingga manusia menyadari asal mulanya kejadian dan makna kehadirannya
di dunia.
Melalui pandangan seperti ini kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di kembangkan. Kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
merupakan kerelaan dan kesepakatan untuk bekerja sama serta berdampingan dan
saling pengertian. Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimaksudkan untuk
mewujudkan cita-cita bersama yakni, hidup dalam kemajuan, bangsa yang berkeadilan
kesejahteraan dan kemanusian. Tolak ukur bernegara adalah persamaan hukum,
keadilan yang merata, serta adanya permusyawaratan.
Sedangkan hubungan antar muslim dan non muslim dilakukan guna membina
kehidupan manusia dengan tanpa mengorbankan keyakinan terhadap universalitas dan
kebenaran islam sebagai ajaran kehidupan yang paripurna. Dengan tetap berpegang
pada keyakinan ini. Dibina hubungan dan kerjasama secara damai dalam mencapai cita-
cita bersama umat manusia,(Q.S. Al-Kafirun).
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup dalam
persaudaraan antar insan pergerakan, persaudaraan sesama umat islam (Al-Hujarat:9-
10), persaudaraan antar sesama warga Negara dan persaudaraan sesama umat manusia.
Perilaku persaudaraan ini harus menempatkan insane pergerakan pada posisi yang
dapat memberikan manfaat maksimal untuk diri dan lingkungannya.
4. Hubungan Manusia dengan Alam
Alam semesta adalah ciptaaan Allah,(Q.S. Hud:61, Al-Qoshosh:77). Dia
menentukan ukuran dan hukum-hukumnya (Q.S. An-Nahl: 122, Al-Baqarah:130, Al-
Ankabut:38).
Alam juga menunjukan tanda-tanda keberadaan sifat dan perbuatan Allah,(Q.S.
Al-Ankabut:64, Al-Jatsiyah:3-5).Nilai tauhid melingkupi nilai hubungan manusia
dengan alam. sebagai ciptaan Allah, alam berkedudukan sederajat dengan manusia.
Namun Allah menundukkan alam bagi manusia dan bukan sebaliknya. jika sebaliknya
yang terjadi, maka manusia akan terjebak dalam penghambaan terhadap alam, bukan

MODUL MAPABA IV 13 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


penghambaan kepada Allah. Allah mendudukan manusia sebagai khalifah,(Q.S. Al-
Baqarah:30).
Sudah sepantasnya manusia menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana
dan obyek dalam bertauhid dan menegaskan keberadaan dirinya,(Q.S. Al-Jaatsiyah:12-
13, Al-Ghaasyiyah:17-26), bukan menjadikannya sebagai obyek ekspoitasi,(Q.S. Ar-
Rum:41).
Perlakuan baik manusia terhadap alam dimaksudkan untuk memakmurkan
kehidupan di dunia dan diarahkan untuk kebaikan akhirat. Disini berlaku upaya
berkelanjutan untuk mentrandensikan segala aspek kehidupan manusia benar-benar
fungsional dan beramal sholeh, (Q.S. Al-Baqarah: 62, Al-A’ashr).
Kearah semua itulah hubungan manusia dengan alam ditujukan. Dengan
sendirinya cara-cara memanfaatkan alam, memakmurkan bumi dan menyelenggarakan
kehidupan pada umumnya juga harus bersesuaian dengan tujuan yang terdapat dalam
hubungan antar manusiadengan alam tersebut. Cara-cara itu dilakukan untuk
mencukupi kebutuhan dasar dalam kehidupan bersama. Melalui pandangan ini haruslah
di jamin kebutuhan manusia terhadap pekerjaan, nafkah dan masa depan, maka jelaslah
pemanfaatan alam untuk kemakmuran bersama.(Q.S. Al-Mu’minun:17-22, Al-Hajj:65).
Hidup bersama antar manusia berarti hidup antar kerjasama. Tolong menolong
dan tenggang rasa,(Q.S. Abasa:17-32, An-Naziaat:27-33). Salah satudari hasil penting
dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu pengetahuan dan tekhnologi. Manusia
menciptakan teknologi untuk memudahkan, dalam rangka memanfaatkan alam dan
kemakmuran bumi atau memudahkan hubungan antar manusia. Dalam memanfaatkan
alam di perlukan iptek, karena alam memiliki ukuran, aturan, dan hukum tersendiri.
Alam perlu di dayagunakan dengan tidak mengesampingkan sumber pengetahuan
adalah Allah. Penguasaan dan pengembangannya disandarkan pada pemahaman
terhadap ayat-ayat Nya. Ayat-ayat berupa wahyu dan seluruh ciptaan Nya. Untuk
mengetahui dan menggembangkan pemahaman terhadap ayat-ayat Allah itulah
manusia menggerahkan kesadaran moral, potensi kreatifberupa akal dan aktifitas
intelektualnya.
Disini lalu diperlukan penalaran yang tinggi dan ijtihad yang utuh dan sistematis
terhadap ayat-ayat Allah. Pengembangan pemahaman tersebut secara tersisitematis
dalam ilmu pengetahuan yang menghasilkan iptek juga menunjuk pada kebaharuan
manusia yang terus berubah pencitaan pengembangan dan pengusahaan terhadap iptek
merupakan keniscayaan yang sulit dihindari, jika manusia menginginkan kemudahan
hidup untk kesejahteraan dan kemakmuran bersama, usaha untuk memanfaatkan iptek
tersebut menuntut keadilan, kebenaran, kemanusiaan dan kedamaian. Semua hal
tersebut dilaksanakan sepanjang hayat, seiring perjalanan usia dan keluasan iptek,
sehingga berbarengan dengan iman dan tauhid manusia dapat mengembangkan diri
pada derajat yang tinggi.

MODUL MAPABA IV 14 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


MATERI III

ASWAJA Sebagai Manhaj Al Fikr

Ada kesinambungan antara alur GeoSosPol Aswaja dengan sejarah Islam di nusantara.
Memang banyak perdebatan tentang awal kedatangan Islam di Indonesia, ada yang
berpendapat abad ke-8, ke- 11, dan ke-13 M. Namun yang pasti tonggak kehadiran Islam di
Indonesia sangat tergantung kepada dua hal: pertama, Kesultanan Pasai di Aceh yang berdiri
sekitar abad ke-13, dan kedua, Wali Sanga di Jawa yang mulai hadir pada akhir abad ke-15
bersamaan dengan runtuhnya Majapahit. Namun, dalam perkembangan Islam selanjutnya yang
lebih berpengaruh adalah Wali Sanga yang dakwah Islamnya tidak hanya terbatas di wilayah
Jawa saja tetapi menggurita ke seluruh pelosok nusantara. Yang penting untuk dicatat pula,
semua sejarahwan sepakat bahwa Wali Songo-lah yang dengan cukup brilian mengkontekskan
Aswaja dengan kebudayaan masyarakat Indonesia sehingga lahirlah Aswaja yang khas
Indonesia, yang sampai saat ini menjadi basis bagi golongan tradisionalis, termasuk PMII.
A. Normatifitas Aswaja dalam Pemahaman PMII
1. Pergeseran makna Aswaja
Dalam konteks keIndonesiaan jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ (NU) dan
Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) ibarat dua sisi mata uang. Ketika menyebut NU
dalam konsep kita akan terbayang imam-imam besar sebagaimana dirumuskan oleh
faunding father Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari dalam Qanun Asasi. Yaitu :
“Dalam ilmu aqidah/teologi mengikuti salah satu dari Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu
Mansur al-Maturidi. Dalam syari’ah/fiqh mengikuti salah satu Imam empat: Abu
Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris Al-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal.
Dalam tashawuf/akhlaq mengikuti salah satu dua Imam: Junaid al- Baghdadi dan Abu
Hamid al-Ghazali.”
Ada dua pola pemahaman kaum Muslimin terhadap Ahlussunnah wal Jama’ah
(Aswaja). Pertama, yang memahami Aswaja identik dengan Islam dengan doktrin
pemurnian (purifikasi) ajaran Islam. Kedua, yang mamahami Aswaja sebagai
“mazhab” saja. Baik pola pertama maupun kedua masing-masing mampunyai
kelemahan. Yang pertama seringkali mengklain bahwa kebenaran hanya milik
kelompoknya, sehingga kesan sektarianisme sulit dihindarkan. Pada level praksisnya,
pengkafiran (takfir) menjadi bagian tidak terpisahkan dalam relasinya dengan non-
muslim maupun dengan umat Islam tapi yang tidak satu aliran sehingga bentuk
kekerasan menjadi mudah dilakukan atas dasar teks agama.
Pola mazhab juga mempunyai kecenderungan untuk menjadi institusi, dan
karenanya ia menjadi kaku (jumud), karena mazhab mengandaikan kebakuan suatu
pola ajaran, dan akhirnya itu semua menjadi ajaran atau doktrin yang terbakukan. Di
pola nomer dua inilah mayoritas masyarakat NU memahaminya, bahkan rumusan
definitif Aswaja tersebut dalam perkembangannya hanya dipahami dalam konteks
“berfikih” dan mengikuti apa saja yang telah dihasilkan para ulama terdahulu (taklid).
Lebih jauh, pada dataran praksisnya Aswaja mengkrucut lagi menjadi mazhab fiqih
syafi’i saja dan menempatkan fiqih sebagai “kebenaran ortodoksi” yakni menundukkan
realitas dengan fikih. Menyadari realitas yang demikian itu, maka Aswaja haruslah

MODUL MAPABA IV 15 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


dipahami dan direfleksikan kembali ke dalam konteks aslinya, yang sesungguhnya
sangat kritis, eklektik dan analitis.
Memang tiga pola panutan Qanun Asasi ini dalam prakteknya tidaklah
sederhana dan cenderung problematis. Apalagi ketika dirunut sejarah masing-masing
ajaran disertai dengan varian-varian pemikiran para pengikutnya, semakin jelas terjadi
kompeksitas gagasan bahkan terjadi pemilahan pada dua kutub yang saling
berseberangan. Realitas sejarah pemikiran beserta varian-varian mazhab yang tersebut
di atas, membawa kita untuk berkesimpulan bahwa Aswaja bukanlah sebuah doktrin
yang kaku, baku dan linear. Banyak sekali persoalan di dalamnya. Sehingga dalam
memahami Aswaja tidaklah cukup hanya pada produk pemikiran (mazhab) atau
perkataan (qauli yang terdokumentasi dalam karya-karya) dari para mazhab-mazhab di
atas, akan tetapi juga metode (manhaj) berpikir mereka dalam menyusun pemikirannya
yang disesuaikan dengan konteks yang mereka hadapi. Maka qoul-qoul mazhab
terutama dalam kajian fiqih yang sudah terbukukan jika dalam konteks sekarang tidak
relevan - bukan berarti salah- maka harus diinterpretasi ulang dan mengembalikannya
ke Al-qur’an dan sunnah. Kemudian dari teks agama ini digali hukum-hukum baru
dengan menggunakan metodologi imam mazhab tersebut (mazhab minhaj). Agar sesuai
dengan keadaan sosial sekarang.
Ada empat ciri yang menonjol dalam memaknai aswaja sebagai mazhab minhaj
ini. Pertama, fiqih dihadirkan sebagai etika dan interpretasi sosial bukan sebagai hukum
positif mazhab. Kedua, dalam hal metodologi mazhab tersebut di dalamnya sudah mulai
diperkenalkan metodologi pemikiran filosofis terutama dalam masalah sosial budaya.
Ketiga, verifikasi terhadap mana ajaran pokok (usul) dan mana Cabang (furu’).
Keempat, selalu diupayakan interpretasi ulang dalam kajian teks-teks fiqih untuk
mencari konteksnya yang baru. Dengan model bermazhab seperti ini diharapkan dapat
memberikan spirit baru untuk keluar dari “tempurung sakral” masa lampau dan berani
memunculkan pikiran-pikiran eksprementatif sosial yang kreatif dan orisinil. Dalam
konteks ini kreasi-kreasi ulama masa lalu tetap tidak dinafikan dan diletakkan dalam
kerangka kooperatif, namun karya tersebut jangan sampai menjadi belenggu pemikiran
yang mematikan. Sehingga jalan masuk untuk melakukan terobosan baru dalam setting
tranformasi sosial, ekonomi politik maupun budaya menjadi lebar.
Peletakan fiqih seperti ini memunculkan problem metodologis yang sangat
besar karena mazhab yang dianut masyarakat NU adalah mazhab Syafi’i. Kendati
dalam Qonun Asasi mengakui adanya empat mazhab, namun dalam wilayah praksisnya
itu tidak secara otomatis dilakukan secara eklektik karena ada rambu-rambu talfiq
metodologi yang tidak mudah ditembus. Meski demikian dikalangan para kiai sepuh
yang notabennya menguasai ilmu-ilmu agama metode ini sudah diterapkan. Hal ini bisa
dlihat dari adanya bahsul masa’il yang mencoba merumuskan pemikiran- pemikaran
segar agar selalu menyesuaikan zaman. Dan seiring berkembangnya zaman mazhab
minhaj inipun dirasakan kurang menyentuh realitas. Lagi-lagi, realitas harus
dijustifikasi dengan metodologi agama yang sebatas pada ketiga pola qanun asasi yaitu
fiqih, teologi dan tasawuf, terutama dalam aspek fiqihnya. Pemahaman seperti ini tidak
memadai untuk dijadikan pijakan gerak PMII. Sebab, pemahaman demikian cenderung
menjadikan Aswaja sebagai sesuatu yang dalam konsep metodologi menjadi beku dan
tidak bisa diotak-atik lagi. Pemaknaannya hanya dibatasi pada metodologi ulama klasik

MODUL MAPABA IV 16 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


saja. karena secanggih apapun metodologi, selalu tergantung pada waktu dan tempat
(konteks) yang dihadapinya. Padahal untuk menjadi dasar sebuah pergerakan, Aswaja
harus senantiasa fleksibel dan terbuka untuk ditafsir ulang dan disesuaikan dengan
konteks saat ini dan yang akan datang. Inilah yang dinamakan sebagai metodologi yang
terbuka. Oleh karena itu, lagi-lagi interpretasi ulang terhadap konsep mazhab manhaj
harus dilakukan.
Lebih jauh, implikasi yang dihasilkan dalam tatanan pola fikir dan pranata sosial
yang dihadirkan dalam kehidupan orang- orang NU dianggap terlalu kaku sehingga
kurang responsive terhadap tantangan dan tuntuan perkembangan zaman. Khususnya
dalam hal-hal yang terkait dengan persoalan hudud, hak asasi manusia, hukum public,
jender dan pandangan dengan non-muslim. Meski manhaj madhab telah dilakukan
tetapi tetap saja rumusan Qonun Asasi khususnya fiqih tidak berani mendekati kecuali
ulama-ulama yang dianggap mumpuni. Tegasnya, manhaz mazhab yang bertumpu pada
keilmuan fikih yang berimplikasi pada cara pandang dan tatanan paranata sosial dalam
masyarakat NU belum berani dan selalu menahan diri untuk bersentuhan dan berdialog
langsung dengan ilmu-ilmu baru yang muncul pada abad ke-18 dan 19 di dataran Eropa
yang notabennya non-muslim, seperti antropologi, sosiologi, budaya, psikologi, filsafat
dan lain sebagainya. Bahkan dari yang sesama muslim yang dianggap tidak satu
mazhab seperti, mu’tazilah wahabi, syiah, khawarij, dll. maupun para pemikir Islam
kiri seperti Hasan Hanafi, Muhammad Abduh, Muhammad Arkun, Fazlurrahman, dll.
masyarakat NU masih sangat eksklusif. Maka ketebukaan terhadap kemungkinan
kontak dan pertemuan langsung antara tradisi pemikiran keilmuan Manhaj madhab
dengan keilmuan kontemporer yang telah memanfaatkan kerangka teori dan
pendekatan yang digunakan oleh ilmu-ilmu sosial dan humanistik harus lakukan.
Sehingga terciptanya tatanan masyarakat yang berdimensi kemanusian yang tidak
melulu berporos pada fiqih yang cendrung transdental an sich. Ketika pola ijtihad
tersebut bertemu dan berdialog maka teori, metode, dan pendekatan yang digunakan
pun perlu dirubah. Jadi dalam rumusan fiqih dan kaidah usul fiqh dilakukan infilterisasi
yang ketat sejauh mana ia sesuai dengan konteks zaman dan tidak bertentangan dengan
paradigma gerakan dan pembaharuan yang progresif.
2. Aswaja sebagai Manhajul Fikr dan Manhaj at-Taghayyur al- Ijtima’i
Dari sinilah maka kemudian PMII juga memaknai Aswaja sebagai manhaj
taghayyur al ijtima’i yaitu pola perubahan yang berdimensi sosial-kemasyarakatan-
kemanusiaan yang sesuai dengan nafas perjuangan Rasulullah yang dilanjutkan para
sahabat penerusnya sampai pada era kontemporer. Yang mana metode ini tidak hanya
tertumpu pada aspek fiqih dan usul fiqih saja, namun memodifikasikannya dengan
keilmuan yang lain baik itu datangnya dari para pemikir muslim ataupun non-muslim
dengan tetap mempertahankan dimensi historisitas dari keilmuan fiqih dan juga barang
tentu teologi dan tasawuf yang disusun beberapa abad tahun yang lalu untuk diajarkan
terus menerus pada era sekarang setelah permasalahan zaman terus berevolusi.
Kemudian, rangkaian histories-empiris-fleksibilitas epistemologi dan
metodologi yang sesuai situasi politik dan sosial yang meliputi masyarakat muslim
waktu itu., mulai dari Rasulullah sampai manhaj at-taghayyur al-ijtima’i yang
terbingkai dalam landasan (al-tawassuth) netral/proporsional (al-Tawazun), keadilan

MODUL MAPABA IV 17 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


(al-Ta’adul) dan toleran (al-Tasamuh). itulah yang oleh PMII dimaknai Aswaja sebagai
manhajul fikr yaitu metode berpikir yang digariskan oleh para sahabat Nabi dan tabi’in
yang sangat erat kaitannya dengan situasi politik dan sosial yang meliputi masyarakat
muslim waktu itu.
Dari manhajul fikr inilah lahir pemikiran-pemikiran keIslaman baik di bidang
aqidah, syari’ah, maupun akhlaq/tasawuf, dan barang tentu juga ilmu-ilmu sosial
humaniora walaupun beraneka ragam tetap berada dalam satu ruh. Inti yang menjadi
ruh dari Aswaja baik sebagai manhajul fikr maupun manhaj taghayyur al- ijtima’i
adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah : ma ana ‘alaihi wa ashabi (segala
sesuatu yang datang dari rasul dan para sahabatnya.
Jadi, Benang merah yang bisa ditarik dari manhaj al-fikr para Imam dan pemikir
tersebut adalah sebuah metode berfikir yang “eklektik” (mencoba mencari titik temu
dari sekian perbedaan dengan pembacaan jeli, sampai melahirkan tawaran alternatif).
Dan posisi pemikiran mereka dalam dialektika pemikiran dan kuasa maknanya baik
kebebasan berpikir, berucap, bertindak/bersikap, berhubungan, barmasyarakat,
berberbangsa dan bernegara selalu terbingkai dalam landasan; (al-Tawassuth)
netral/proporsional (al- Tawazun), keadilan (al-Ta’adul) amarma’ruf nahi munkar,
istiqamah dan toleran (al-Tasamuh). Argumen ini kemudian menjadi dasar pijak untuk
tidak terlalu mempersoalkan apakah yang diadopsi itu barasal dari epistemologi yang
berlatang belakang sebagaimana Qonun Asasi atau dari luar Qanun Asai tersebut,
seperti mu’tazilah, khawarij, syiah dan lain-lainnya. Bahkan barang tentu metode ilmu-
ilmu sosial humanistic yang datang dari barat. Yang dalam hal ini focus utamanya
adalah sejauh mana metodologi-metodologi itu dapat diimplementasikan secara nyata
dan memberi manfaat kapada umat manusia secara universal.
B. Landasan dan prinsip dasar Aswaja Sebagai Manhaj Al Fikr
a) Tawassuth
Tawassuth bisa dimaknai sebagai berdiri di tengah, moderat, tidak ekstrim (baik
ke kanan maupun ke kiri), tetapi memiliki sikap dan pendirian. Khairul umur awsathuha
(moderat adalah sebaik- baik perbuatan). Tawassuth merupakan landasan dan bingkai
yang mengatur bagaimana seharusnya kita mengarahkan pemikiran kita agar tidak
terjebak pada pemikiran agama yang sempit. Dengan cara menggali dan mengelaborasi
dari berbagai metodologi dari berbagai disiplin ilmu baik dari Islam maupun barat.
Serta mendialogkan agama, filsafat dan sains.
b) Tasamuh
Tasamuh adalah toleran, tePA SelirA. Sebuah landasan dan bingkai yang
menghargai perbedaan, tidak memaksakan kehendak dan merasa benar sendiri. Nilai
yang mengatur bagaimana kita harus bersikap dalam hidup sehari-hari, khususnya
dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Tujuan akhirnya adalah kesadaran
akan pluralisme atau keragaman, yang saling melengkapi bukan membawa kepada
perpecahan. Dalam kehidupan beragama, tasamuh direalisasikan dalam bentuk
menghormati keyakinan dan kepercayaan umat beragama lain dan tidak memaksa
mereka untuk mengikuti keyakinan dan kepercayaan kita.

MODUL MAPABA IV 18 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Dalam kehidupan bermasyarakat, tasamuh mewujud dalam perbuatan-
perbuatan demokratis yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi di atas
kepentingan bersama. Dan setiap usaha bersama itu ditujukan untuk menciptakan
stabilitas masyarakat yang dipenuhi oleh kerukunan, sikap saling menghargai, dan
hormat- menghormati. Di berbagai wilayah, tasamuh juga hadir sebagai usaha
menjadikan perbedaan agama, negara, ras, suku, adat istiadat, dan bahasa sebagai jalan
dinamis bagi perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Perbedaan itu berhasil
direkatkan oleh sebuah cita- cita bersama untuk membentuk masyarakat yang
berkeadilan, keanekaragaman saling melengkapi. Unity in diversity.
c) Tawazun
Tawazun berarti keseimbangan dalam bergaul dan berhubungan, baik yang
bersifat antar individu, antar struktur sosial, antara Negara dan rakyatnya, maupun
antara manusia dan alam. Keseimbangan di sini adalah bentuk hubungan yang tidak
berat sebelah (menguntungkan pihak tertentu dan merugikan pihak yang lain). Tetapi,
masing-masing pihak mampu menempatkan dirinya sesuai dengan fungsinya tanpa
mengganggu fungsi dari pihak yang lain. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya
kedinamisan hidup.
d) Ta’adul
Yang dimaksud dengan ta’adul adalah keadilan, yang merupakan ajaran
universal Aswaja. Setiap pemikiran, sikap dan relasi, harus selalu diselaraskan dengan
landasan ini. Pemaknaan keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan sosial. Yaitu
landasan kebenaran yang mengatur totalitas kehidupan politik, ekonomi, budaya,
pendidikan, dan sebagainya. Sejarah membuktikan bagaimana Nabi Muhammad
mampu mewujudkannya dalam masyarakat Madinah. Bagitu juga Umar bin Khattab
yang telah meletakkan fundamen bagi peradaban Islam yang agung.
Keempat landasan tersebut dalam prosesnya harus berjalan bersamaan dan tidak
boleh ada dari satupun bingkai ini tertinggal. Karena jika yang satu tidak ada maka
Aswaja sebagai Manhajul fikr akan pincang.
C. Implementasi Landasan Aswaja dalam konteks Gerakan
Aswaja sebagai manhaj fikr dan manhaj taghayyur al-ijtima’i bias kita tarik dari nilai-
nilai perubahan yang diusung oleh Nabi Muhammad dan para sahabat ketika merevolusi
masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang tercerahkan oleh nilai-nilai keadilan
dan kemanusiaan universal. Ada dua hal pokok yang menjadi landasan perubahan itu: yang
pertama adalah basis epistemologi, yaitu cara berfikir yang sesuai dengan kebenaran
qur’ani dan sunnah nabi yang diimplementasikan secara konsekwen dan penuh komitmen
oleh para pemikir dalam historisitas asawaja yang terbingkai dalam enam poin tersebut.
Yang kedua adalah basis realitas, yaitu dialektika antara konsep dan realita yang selalu
terbuka untuk dikontekstualkan sesuai dinamika perubahan dan lokalitas serta
keberpihakan kepada kaum tertindas dan masyarakat lapisan bawah.
Dua basis ini terus menjadi nafas perubahan yang diusung oleh umat Islam yang
konsisten dengan aswaja, termasuk di dalamnya PMII. Konsistensi di sini hadir dalam
bentuk élan dinamis gerakan yang selalu terbuka untuk dikritik dan dikonstruk ulang, sesuai

MODUL MAPABA IV 19 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


dengan dinamika zaman dan lokalitas. Dia hadir tidak dengan klaim kebenaran tunggal,
tetapi selalu berdialektika dengan realitas, jauh dari sikap eksklusif dan fanatik. Maka
empat landasan yang dikandung oleh aswaja, untuk konteks sekarang harus kita tafsirkan
ulang sesuai dengan perkembangan teori-teori sosial dan ideologi-ideologi dunia.
Tawassuth harus kita maknai sebagai tidak mengikuti nalar kapitalisme-liberal di satu sisi
dan nalar sosialisme di sisi lain. Kita harus memiliki cara pandang yang otentik tentang
realitas yang selalu berinteraksi dalam tradisi. Pemaknaannya ada dalam paradigma yang
dipakai oleh PMII yaitu paradigma kritis transformatif.
Walaupun dalam kerangka konseptual Aswaja menekan pandangan yang sangat
moderat, itu tidak bisa diartikan secara serampangan sebagai sikap sok bijak dan mencari
selamat serta cenderung oportunis. Tetap ada prinsip-prinsip dasar yang harus dipegang
dalam Aswaja. Jadi misalnya, dalam Aswaja tidak ditekankan bentuk negara macam apa
yang dibentuk: republik, Federal, Islam atau apa pun. Akan tetapi bagi Aswaja apa pun
bentuk negaranya yang terpenting prinsip-prinsip di atas teraplikasikan oleh pemerintah
dan segenap jajarannya. Sekaligus, juga Aswaja tidak melihat apakah pemimpin itu muslim
atau bukan, asalkan bisa memenuhi prinsip di atas.
Tasamuh harus kita maknai sebagai bersikap toleran dan terbuka terhadap semua
golongan selama mereka bisa menjadi saudara bagi sesama. Sudah bukan waktunya lagi
untuk terkotak- kotak dalam kebekuan golongan, apalagi agama. Seluruh gerakan dalam
satu nafas pro-demokrasi harus bahu membahu membentuk aliansi bagi terbentuknya
masyarakat yang lebih baik, bebas dari segala bentuk penindasan dan penjajahan. PMII
harus bersikap inklusif terhadap sesama pencari kebenaran dan membuang semua bentuk
primordialisme dan fanatisme keagamaan.
Tawazun harus dimaknai sebagai usaha mewujudkan egalitarianisme dalam ranah
sosial, tidak ada lagi kesenjangan berlebihan antar sesama manusia, antara laki-laki dan
perempuan, antara kelas atas dan bawah. Di wilayah ekonomi PMII harus melahirkan
model gerakan yang mampu menyeimbangkan posisi negara, pasar dan masyarakat.
Berbeda dengan kapitalisme yang memusatkan orientasi ekonomi di tangan pasar sehingga
fungsi negara hanya sebagai obligator belaka dan masyarakat ibarat robot yang harus selalu
menuruti kehendak pasar; atau sosialisme yang menjadikan negara sebagai kekuatan
tertinggi yang mengontrol semua kegiatan ekonomi, sehingga tidak ada kebebasan bagi
pasar dan masyarakat untuk mengembangkan potensi ekonominya. Di wilayah politik, isu
yang diusung adalah mengembalikan posisi seimbang antara rakyat dan negara. PMII tidak
menolak kehadiraan negara, karena negara melalui pemerintahannya merupakan
implementasi dari kehendak rakyat. Maka yang perlu dikembalikan adalah fungsi negara
sebagai pelayan dan pelaksana setiap kehendak dan kepentingan rakyat. Di bidang ekologi,
PMII harus menolak setiap bentuk eksploitasi alam hanya semata-mata demi memenuhi
kebutuhan manusia yang berlebihan. Maka, kita harus menolak nalar positivistik yang
diusung oleh neo-liberalisme yang menghalalkan eksploitasi berlebihan terhadap alam
demi memenuhi kebutuhan bahan mentah, juga setiap bentuk pencemaran lingkungan yang
justru dianggap sebagai indikasi kemajuan teknologi dan percepatan produksi.
Ta’adul sebagai keadilan sosial mengandaikan usaha PMII bersama seluruh
komponen masyarakat, baik nasional maupun global, untuk mencapai keadilan bagi seluruh
umat manusia. Keadilan dalam ranah ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan

MODUL MAPABA IV 20 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


seluruh ranah kehidupan. Dan perjuangan menuju keadilan universal itu harus dilaksanakan
melalui usaha sungguh-sungguh, bukan sekadar menunggu anugerah dan pemberian turun
dari langit.
Kemudian dari keempat landasan (bingkai) dan prinsip dalam hal perubahan inilah
yang menurunkan nilai-nilai pergerakan.

MODUL MAPABA IV 21 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


MATERI IV

KORPS PMII PUTRI (KOPRI)

1. Cikal Bakal Lahirnya Kopri


Keputusan bersejarah pada pelaksanaan Kongres II PMII yang diselenggarakan di
Murnajati Malang menyatakan organisasi berbasis mahasiswa ini keluar dari partai NU dan
berbentuk independen. Deklarasi PMII dalam dokumen historisnya di kenal dengan “Deklarasi
Murnajati”.
Independensi ini sifatnya pada ruang gerakan PMII secara keorganisasian karena sisi
ideologi ke-Islam-an masih mengekor dengan organisasi induknya (NU). Independensi ini
dipicu oleh kondisi sosial politik nasional yang secara otomatis melibatkan partai NU sebagai
bagian di dalam pemerintahan dan legislatif membuat PMII baik secara langsung maupun tidak
langsung terseret didalamnya. PMII seakan siap dijadikan apa saja sesuai dengan keputusan
partai NU; sebagai anak, sebagai mitra maupun sebagai kepanjangan tangan penanaman
ideologi parati NU di kalangan mahasiswa.
Tak hanya sifatnya yang strategis, sifat dependen PMII dengan partai NU juga
membawa implikasi organisasi yang birokratis. Untuk bisa melakukan kegiatan internal
maupun ekternal, PMII harus meminta persetujuan dan tanda tangan dari pimpinan partai NU.
Realisasi demikian dirasakan oleh kader PMII sebagai suatu hambatan dan keterbatasan dalam
bergerak. Meski harus diakui, selama PMII dependen dengan partai NU lah yang membuck up
seluruh kegiatan organisasi.
Ketua umum PB PMII Zamroni pada saat berlangsungnya Kongres Murnajati tersebut
di tengah-tengah isu keluarnya PMII dari partai NU mendengar adanya desas-desus aspirasi
yang berkembang di kalangan kader puteri. Berbeda dengan kongres sebelumnya, di Murnajati
ini kader puteri hadir lebih banyak tiga kali lipat dari sebelumnya. Latar belakang kader yang
sebelumnya sudah mengenal PMII dari pengasuh pesantren.
Yang terekam dari kegelisahan kader puteri adalah peran dan posisi mereka di PMII.
Bertambahnya jumlah kader perempuan di PMII tak bisa dilepaskan dari PMII.
Dalam usianya yang masih sangat muda, tiga tahun sejak PMII didirikan pada tahun
1960, perkembangan kader perempuan secara kuantitas di propinsi Jawa Timur melesat drastis.
Saat berlangsung kongres mereka berkumpul dan mengadakan musyawarah kecil membahas
persoalan yang dihadapi. Yang menjadi ganjalan kader perempuan PMII saat itu adalah sebagai
berikut:
Keberadaan departemen keputerian yang mengakomodir kader perempuan tidak
berjalan efektif karena lingkupnya yang sangat sempit. Departemen tak bisa membuat
keputusan yang memudahkan kader perempuan menjalin hubungan dengan pihak luar PMII.
Seperti misalnya ketua departemen tak bisa mengeluarkan surat dengan kop dan tanda tangan
sendiri. Akibatnya kader permpuan PMII tertinggal dari gerbong gerakan perempuan saat itu
karena tak bisa menjalin kerjasama. Kurang leluasanya ruang bergerak bagi kader perempuan
semakin dalam dilema ketika PMII secara organisasi membatasi aktifis perempuan.
Keterlibataban kader perempuan dalam aktifitas publik saat itu selalu berputar dalam lingkaran
sebagai peserta dari kegitaan yang dilaksanakan oleh organisasi lain. Dilingkungan partai NU

MODUL MAPABA IV 22 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


dan Muslimat, kader perempuan sering dipakai untuk penerima tamu, paduan suara, dan peserta
karnaval acara hari-hari besar nasional dan keagamaan.
Peksistensi organisasi di luar PMII yang memilki sayap gerakan perempuan turut andil
dalam proses pendidikan kader bangsa. Organisasi sayap dengan leluasa melakukan kegiatan
sosial-kemasyarakatan tanpa melanggar aturan bersama yang disepekati dalam organisasi
induk. Organisasi sayap ini seperti misalnya Bayangkara (ikatan istri polisi), Persit, Kohati,
Gerwani dll.Organisasi sayap berbasis perempuan di era tahun 60-an telah memainkan
ideologisasi kepada masyarakat basis yang menjadi konstituennya. Seperti misalnya, Gerwani
hadir dengan bangunan ideologi komunis yang disampaikan dalam siu-isu emansipasi
perempuan.
Alasan dibentuknya Korps PMII Putri (KOPRI) yang mengemuka saat itu berasal dari
kebutuhan kader perempuan PMII untuk memisahkan diri dari induknya, yakni PMII. Mereka
tak hanya merasa kurang leluasa dalam melakukan aktivitas gerak perempuan di dalam tubuh
PMII, melainkan setting sosial politik yang kian tidak mendukung bagi eksistensi kader
perempuan jika masih tetap mengurung diri dalam departemen.
2.Membangun Citra Diri Kader
Untuk membangun citra kader KOPRI, dalam buku Potret Gerakan Perempuan PMII
disebutkan, yaitu antara lain:
A. Intelektual-Akademik
B. Gerakan Perempuan dan Advokasi Sosial.
C. Politisi dan Aktivitas Politik
D. Professional
E. Kelompok Sosial Keagamaan
3. KOPRI Sebagai Asset Pemberdayaan Perempuan
KOPRI harus memandang potensi kekuatan konstituens yang berlakang pendidikan
memadai, merupakan potensi yang dapat dioptimalkan perannya dalam gerakan tranformatif.
Watak pergerakan yang mengedepankan idealisme merupakan kekuatan potensi bagi KOPRI
untuk menjalankan fungsi social control sebagai salah satu preassure group. Dengan kekuatan
nilai Islam insklusif dalam bingkai paradigma Ahlu Sunnah wa al-Jamaah menjadi landasan
moril dalam beraktivitas. Maka KOPRI sangat potensial untuk melakukan trasfomasi menjadi
gerakan yang mendukung perjuangan menuju masyarakat yang berkesetaraan.
Gerakan-gerakan yang muncul kemudian memang memiliki kekuatan human resources
yang kemudian menjadi kiblat bagi gerakan perempuan di Indonesia. Kondisi ini membuat
KOPRI menjadi silau dan minder sehingga lebih memilih untuk mengembangkan gerakan
perempuan melalui wadah-wadah baru tersebut. Akan tetapi KOPRI memiliki peluang yang
bisa dimenej menjadi sebuah kekuatan yang sejajar bahkan di atas gerakan-gerakan perempuan
yang baru ada pada saat wacana gender muncul.
4. Mengukir Sejarah Baru

MODUL MAPABA IV 23 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


“Perempuan selalu menjadi sahabat agama, tapi umumnya agama bukan sahabat bagi
perempuan,” ucapan indologis Jerman, Morin Winterniz, sering dikutip ketika orang bicara
tentang perempuan dalam lingkup agama, termasuk Islam. Pendapat yang sama terjadi ketika
orang mengamati pelaksanaan syari’at Islam di Aceh. Berita-berita di media massa
mengungkapkan bagaimana perempuan di Aceh digunduli dan dituduh sebagai ‘perempuan
tidak baik’ bila tidak menggunakan jilbab.
Meski ide normatif Islam membawa nilai-nilai keadilan dan kesetaraan bagi laki-laki
dan perempuan, realitas sering menunjukan hal sebaliknya. Agama sering tampil dalam
pandangan dunia laki-laki yang meletakkan perempuan sebagai objek. Pemaksaan syari’at
Islam terhadap perempuan sering ditemukan pada masyarakat Islam yang ‘militan’. Mereka
tidak diberi kesempatan untuk menyuarakan hak-haknya, bahkan yang menyangkut persoalan
mereka sendiri.
Berbagai prestasi diatas, sayangnya telah diabaikan dalam catatan sejarah. Sejarah
androsentris juga melupakan arti penting gerakan perempuan dalam pembebasan masyarakat
Islam dari pemerintahan kolonial seperti yang terjadi di Turki, India dan Indonesia. Selain
melakukan perlawanan terhadap intervensi asing di tanah airnya, perempuan juga memberi
kontribusi besar dalam menjaga keberlangsungan pelaksanaan syari’at Islam dalam
masyarakatnya. Taufik Abdullah menceritakan masa kecilnya di Sumatera Barat, ketika ia
menyaksikan perempuan-perempuan berjilbab berpatroli di kedai-kedai kopi dan pasar untuk
mencari laki-laki muslim yang tidak melakukan shalat jum’at. Perempuan yang bergabung di
bawah kelompok ‘lasykar jihad’ tersebut juga membuat gentar orang-orang yang melakukan
praktek judi, minuman keras dan perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at Islam lainnya.
Sekarang, hal yang sama terjadi di Aceh. Perempuan tidak hanya menjadi objek dan sasaran
kontrol pelaksanaan syari’at Islam. Dengan gagah berani mereka melakukan hal yang sama
terhadap laki-laki yang tidak konsisten melaksanakan konvensi-konvensi sosial yang
disepakati bersama.
Berbagai fenomena di atas mendorong keharusan untuk melakukan analisis baru
tentang peranan gerakan perempuan dalam dunia Islam. Untuk kasus Indonesia, munculnya
berbagai bentuk dan model gerakan mereka tidak bisa dilepaskan dari pola pergerakan
sebelumnya. Berbagai kelompok atau jaringan baru yang dibangun tak lepas dari kritik
terhadap ketidak adilan sejarah maupun realitas baru di dunia internasional, seperti munculnya
gerakan feminis di berbagai belahan dunia.

MODUL MAPABA IV 24 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


MATERI V

ANTROPOLOGI MAHASISWA

Pengantar Diskusi untuk Mencari Kembali Peran dan Fungsi Mahasiswa Universitas
adalah tempat untuk memahirkan diri kita, bukan saja di lapangan technical and managerial
know how, tetapi juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita, di lapangan ideologi, di
lapangan pikiran. Jangan sekali-kali universitas menjadi tempat perpecahan. (Soekarno,
Kuliah umum di Universitas Pajajaran, Bandung, 1958).
Kampus boleh dikatakan miniatur negara.Di dalamnya ada politik dan budaya yang
bermacam-macam.Kampus tidak dapat difahami hanya sebagai gelanggang akademis dan ilmu
pengetahuan, karena nyatanya memang tidak demikian.Kampus terlibat dalam proyek dan
pembangunan melalui pemberian legitimasi „ilmiah‟. Sementara mahasiswa memiliki tipologi
yang beragam, dari mahasiswa religius, hedonis, aktivis, study-oriented dan lain
sebagainya.Sebagai sebuah gelanggang semi terbuka, kampus merupakan tempat potensial
bagi kader PMII untuk mengasah mental dan pengalaman kepemimpinan melalui pengenalan
mendalam terhadap kehidupan nyata kampus.
A. Antropologi Kampus
1. Pengertian Antropologi
Ditinjau dari segi bahasa antropologi terdiri dari dua kata, yaiti antropos dan
logos. Antropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, jadi
antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kehidupannya atau
penyelidikan tehadap manusia dan kehidupanya. Antropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.Secara garis besar antropologi bisa
dibagi menjadi dua macam.Yang pertama ialah antropologi fisik, yang obyek kajiannya
berupa manusia sebagai organisme biologis. Sedangkan kedua ialah antropologi
budaya, yang obyek kajiannya terkait manusia sebagai makhluk sosial (ber)budaya.
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
2. Pengertian Kampus
Kampus, berasal dari bahasa Latin; campus yang berarti “lapangan luas”,
“tegal”.Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah
tertutup yang merupakan kumpulan gedung-gedung Universitas atau Perguruan Tinggi.
Kampus merupakan tempat belajar-mengajar berlangsungnya misi dan fungsi
perguruan tinggi.Dalam rangka menjaga kelancaran fungsi-fungsi tersebut, IAI Al-
Qolam Malang sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan tugas Tri
Dharma Perguruan Tinggi, memerlukan penyatuan waktu kegiatan beserta ketentuan-
ketentuan di dalam kampus. Dalam hubungannya dengan mahasiswa, rektorat
membentuk sistem yang mengatur posisinya dengan mahasiswa, dari mulai stuktural,
birokrasi sampai kepada norma-norma yang diciptakan sesuai dengan kondisi sosial
yang ada, misalnya pada kampus berlatar Islam tentunya ada adat-adat yang harus
bernafaskan Islam, dsb. Dan, begitu pula halnya pada hubungan antara mahasiswa
dengan mahasiswa.

MODUL MAPABA IV 25 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


B. Tipologi Mahasiswa
Dalam dunia kampus pasti tidak akan pernah lepas dari kata mahasiswa. Mahasiswa merupakan
komponen utama, karena disitulah para mahasiswa itu berproses mengembangkan
dirinya.Selain itu, mahasiswa merupakan unsur terbanyak diluar civitas akademika yang ada.
Mahasiswa yang banyak itu, pastinya juga membawa karakter dan budaya yang berbeda-beda
karena datang dari berbagai penjuru daerah. Sebagai anggota PMII yang juga merupakan
mahasiswa perlu memahami tipe-tipe dari mahasiswa, sehingga mampu menempatkan dirinya
dalam tipe yang seperti apa. Dalam pengklasifikasian ini sifatnya tidak bisa dibilang paten,
karena setiap diri kita bisa membuat tipologi sesuai dengan yang kita lihat dan rasakan.Yang
paling penting dari pengklasifikasian mahasiswa ini adalah, kita mampu memetakan jenis-jenis
mahasiswa sehingga mampu “bermain” dalam lingkungan tersebut.
1. Akademis
Mahasiswa seperti ini biasanya adalah mahasiswa yang menonjol dalam bidang
nilai akademik.Waktunya kebanyakan digunakan untut menuntut ilmu yang menunjang
dalam setiap mata kuliahnya, dan yang parah dari mahasiswa ini adala, ketika mereka hanya
berorientasi nilai saja.
2. Aktivis
Mahasiswa ini adalah mahasiswa yang bergabung dalam organisasi tertentu, baik
ekstra maupun intra.Sekarang, banyak anggapan negative bagi mahasiswa aktivis
ini.Mulai dari sering bolos, sampai dengan sering membantah dosen.Sayangnya pendapat
ini memang digunakan oleh orang-orang yang kurang suka pada aktivis dan ingin
menjatuhkannya.
3. Hedonis (Mahasiswa Hura-hura)
Mahasiswa yang hidup dengan mengikuti perkembangan zaman, up to date, gaul
dan populer, namun usaha mengikuti perkembangan zaman tidak dibarengi dengan
kesadaran bahwa perkembangan zaman bersifat absurd yakni menawarkan kesenangan
tanpa manfaat. Bersinggungan dengan label hedoni ini, kita mengenal istilah borjuis, yaitu
golongan kaya dengan kehidupan mewah yang membangun tembok besar dengan orang-
orang proletar dan anti borjuasi, golongan ini biasanya bersikap apatis terhadap realitas
sosial-politik.
C. Mahasiswa dan Organisasi
Seakan dua kata tersebut tidak dapat dipisahkan, karena dengan organisasi inilah
mahasiswa dapat mengembangkan diri dalam wawasan, dan potesi yang dimilikinya.Tapi hal
itu tidak disadari oleh setiap mahasiswa, sebagian lain – justru dalam golongan yang lebih
besar- organisasi dijadikan “momok” atau penghambat dalam akademiknya. Kebanyakan
mereka berpendapat bahwa dengan ikut berorganisasi akan menjadikan nilai anjlok, prestasi
buruk, juga menyita banyak waktu, biaya dan tenaga. Tetapui sedikit sekali yang berfikir
tentang dampak positif yang nantinya menjadi bekal kelak kembali ke masyarakat.

MODUL MAPABA IV 26 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


MATERI VI

ANALISIS DIRI

Analisa diri merupakan upaya untuk merefleksikan apa yang ada didalam diri manusia
dalam skala umum maupun khusus, harapan dari adanya analisa diri secara umum mampu
memberi kesadaran akan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa lepas dari lingkungan,
sedangkan secara khusus ingin membuka kesadaran bahwa peserta menjadi bagian dari PMII.
Dengan menggunakan pendekatan secara historis, biologis, serta pendekatan sosiologi analisa
diri akan mengungkap apa, mengapa dan bagaimana diri manusia itu. Sangat disadari bahwa
manusia adalah makhluk ciptaan Allah S.W.T yang paling sempurna dan mulia diantara
makhluk ciptaan lainnya, sejarah penciptaan manusia telah membuktikan kesempurnaan dan
kemuliaan manusia ketika Allah S.W.T memerintahkan malaikat dan iblis memberikan sujud
penghormatan kepada makhluk ciptaannya yaitu manusia (Adam), secara penciptaan malaikat
dan iblis jelas lebih dulu diciptakan daripada manusia, tapi mengapa malaikat dan iblis
diperintahkan untuk memberikan sujud penghormatan kepada manusia?
Manusia diciptakan oleh Allah S.W.T tidak hanya sekedar diciptakan tanpa adanya
sebuah maksud dan tujuan dari penciptaan tersebut, dengan menyandang amanah sebagai
‘abdullah serta khalifah fil ard adalah salah satu maksud dan tujuan Allah S.W.T menciptakan
manusia. Didalam diri manusia terdapat banyak komponen dan unsur-unsur yang menjadi
dasar potensi baik buruknya manusia seperti halnya adanya nafs lawamah, nafs sufliyah, nafs
amarah, nafs mutmainah dimana keempat unsur itu berkedudukan sebagai pengendali manusia
dalam menentukan baik buruknya manusia dihadapan Allah S.W.T dan dihadapan sesama
manusia. Dengan adanya beberapa komponen dan unsur-unsur yang ada didalam diri manusia
pertanyaan yang muncul adalah bagaimana sebenarnya manusia itu? Melihat realitas
kehidupan yang ada, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sebagian manusia tidak mampu menjadi
manusia yang mengemban amanah sebagai ‘abdullah dan khalifah fil ard dengan kata lain
mereka terlarut dan terlena dalam keindahan dunia yang disuguhkan, dalam istilah psikologi
mereka dikendalikan oleh alam bawah sadar yang dikuasai oleh nafs lawamah sebagai
konsekuensinya sering terjadi perselisihan antara manusia satu dengan yang lain dalam
berbagai persoalan, bahkan sering memberi dampak negative diskriminasi dan pembunuhan,
bukankah sudah jelas secara jasad manusia itu sama dihadapan Allah S.W.T yang membedakan
adalah kualitas ketaqwaan manusia itu sendiri, dalam hal ini persoalan kesadaran manusia
sebagai manusialah yang menjadi berkaitan penting dengan amanah yang diembannya
(abdullah dan khalifah fil ard).
Disisilain di dalam diri manusia terdapat potensi yang sangat besar dalam realitas yaitu
sebagai penentu siklus kehidupan dengan perubahan-perubahan yang ada baik itu berkonotasi
negatif maupun berkonotsi positif untuk seluruh makhluk, tetapi hal itu sangat di perlukan
sekali adanya kesdaran penuh tentang pemahaman ‘abdullah dan khalifah fil ard dalam
mengambil peran aktif kehidupan, karena tanpa adanya kesadaran penuh tersebut maka apalagi
hal yang membedakan antara manusia dan hewan. Keyword: manusia, penciptaan, unsur-
unsur, kesadaran.

PEMBAHASAN
A. PENCIPTAAN MANUSIA

MODUL MAPABA IV 27 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Sejarah penciptaan manusia dalam perspektif islam mengalami beberapa dinamika
dalam penciptaannya untuk menjadi khalifah (wakil allah) di Bumi, sejarah mencatat
sebelum adanya manusia, Bumi telah diisi oleh makhluk yang ditugaskan untuk merawat
bumi, makhluk tersebut bernama Banul Jan dan Banul Ban. Banul Jan dan Banul Ban
adalah makhluk penghuni Bumi yang pertama tetapi kedua makhluk itu dalam
kehidupannya di Bumi selalu merusak, bertempur dan saling bunuh membunuh. Atas dasar
hal itu Allah S.W.T memerintahkan makhluk bernama ‘Izazil (diciptakan dari api)
ditugaskan memimpin malaikat (diciptakan dari cahaya) untuk menumpas habis Banul Jan
dan Banul Ban dari muka bumi. Setelah terjadi penaklukan Banul Jan dan Banul Ban Allah
S.W.T hendak menciptakan nabi Adam A.S didalam Al-Qur’an deterangkan:
“DAN (INGATLAH) KETIKA TUHANMU BERFIRMAN KEPADA MALAIKAT:
“SESUNGGUHNYA AKU HENDAK MENJADIKAN KHALIFAH DIBUMI”. MEREKA
BERTANYA (TENTANG HIKMAT TUHAN KETETAPAN TUHAN ITU DENGAN
BERKATA): malaikat menanyakan akan hal itu kepada allah S.W.T “MENGAPA ENGKAU
HENDAK MENJADIKAN (KHALIFAH) DIBUMI ITU ORANG YANG AKAN MEMBUAT
KERUSAKAN PADANYA DAN MENUMPAHKAN DARAH, PADAHAL KAMI
SENANTIASA BERTASBIH DENGAN MEMUJI ENGKAU DAN MENSUCIKAN
ENGKAU?” (Q.S. AL-BAQARAH : 30) TUHAN BERFIRMAN: “SESUNGGUHNYA AKU
MENGETAHUI AKAN APA YANG KAMU TIDAK MENGETAHUINYA” (AL-BAQARAH
: 30).
Proses penciptaan nabi adam sangat jelas seperti diterangkan dalam Al-Qur’an:
“DAN SESUNGGUHNYA KAMI TELAH MENCIPTAKAN MANUSIA (ADAM) DARI
TANAH LIAT KERING (YANG BERAL) DARI LUMPUR HITAM YANG DIBERI BENTUK
“ (Q.S. AL-HIJR : 26.) di dalam Al-Qur’an selain menerangkan tentang asal mula bentukan
nabi adam A.S allah S.W.T memberikan ruh illahiyah seperti dalam alqur’an : “ MAKA
APABILA AKU TELAH MENYEMPURNAKAN KEJADIANNYA, DANTELAH
MENIUPKAN RUH (SIPTAAN)-KU, MAKA TUNDUKLAH KAMU KEPADANYA
DENGAN BERSUJUD” (Q.S. AL-HIJR : 796).
Sebelum Allah S.W.T menurunkan nabi Adam A.S ke Bumi, Allah S.W.T menguji
makhluk yang berakal (manusia/ nabi Adam, Malaikat, Iblis/Jin ‘Izail) dengan memberikan
ilmu untuk memahami segala yang ada, tetapi yang mampu menerima dan mengamalkan
ilmunya (adanya nur illahiyah) hanya nabi aDam A.S sehingga Allah S.W.T
memerintahkan malaikat dan iblis untuk memberikan sujud penghormatan kepada nabi
adam A.S, makhluk yang bernama iblis menolak untuk memberikan sujud penghormatan
kepada nabi Adam dengan alasan bahwa Iblis tercipta dari api yang membara sedangkan
Adam dari tanah yang rendah, iblis menganggap bahwa api lebih mulia dari tanah. Setelah
peristiwa itu iblis mendapat hukuman dari sang pencipta yaitu sebagai makhluk yang sesat
dan kekal didalam neraka, dengan adanya hal itu iblis membuat sebuah traktat dengan
Allah S.W.T, ia (iblis) menyatakan bahwa ia akan terus menggoda dan menyesatkan Adam
dan anak turunnya untuk mengikuti dia kedalam kesesatan menuju neraka.
Secara syariat Adam tidak diciptakan dibumi tetapi diturunkan dimuka bumi
sebagai manusia dan diangkat/ditunjuk Allah S.W.T sebagai khalifah fil ard (wakil Allah
di Bumi) dengan kata lain dijadikan pemimpin/pengganti/penerus dimuka bumi. Sebelum
nabi Adam A.S diturunkan di Bumi ia menjalani kehidupan di surga, didalam menjajalani

MODUL MAPABA IV 28 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


kehidupannya di surga ia ditemani makhluk khusus yang diciptakan allahS.W.T yaitu Siti
Hawa. Nabi Adam A.S dan Siti Hawa mendapatkan satu larangan dari Allah S.W.T dalam
kehidupannya disurga yaitu dilarang untuk mendekati dan memakan buah Quldi, seperti
diterangkan dalam qur’an :
“HAI ADAM, DIAMILAH OLEH KAMU DAN ISTRIMU SURGA INI, DAN
MAKANLAH MAKANAN-MAKANAN YANG BANYAK LAGI BAIKDIMANA SAJA YANG
KAMU SUKAI, DAN JANGANLAH KAMU DEKATI POHON INI YANG MENYEBABKAN
KAMU TERMASUK ORANG-ORANG YANG ZALIM” (Q.S. AL-BAQARAH : 35).
Sesuai dengan perjanjian awal antara iblis dan Allah S.W.T iblis tidak tinggal diam.
Nabi Adam A.S dan Siti Hawa tergoda oleh rayuan iblis dengan menawarkan keabadian
dalam surga dengan memakan buah quldi (pohon yang menjadi larangan) yang
mengakibatkan ia diturunkan ke muka Bumi. Hukuman yang menimpa nabi Adam A.S dan
Siti Hawa di Bumi menjadi pembuka kesejarahan manusia di dunia. Qabil, Habil, Iqlima,
Labuda adalah manusia ke dua yang mengisi kesejarahan manusia didunia sebagai
keturunan dari bani Adam. Untuk melestarikan keturunannya, nabi Adam menjodohkan
antara Qobil dengan Iqlima, Habil dengan Labuda, dalam konteks ini iblis kembali
mengambil peran dalam kesejarahan tersebut dengan mengadu domba Qobil dan Habil
dalam memperebutkan Iklima yang berakhir dengan pertumpahan darah. Dalam catatan
sejarah menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, Salamah nabi Adam pada saat itu mempunyai
40 keturunan selain Qobil, Habil, Iqlima dan Labuda, perkembangan manusia tetap
berlanjut melalui keturunan selain dari Qobil dan Habil yang berakhir pertempuran darah
dengan berujung kematian.
B. UNSUR - UNSUR MANUSIA
Manusia adalah ciptaan Allah S.W.T yang paling sempurna diantara makhluk
lainnya, mengemban amanah sebagai khalifah fil ard (wakil allah di Bumi) disisilain posisi
manusia juga sebagai ‘abdullah disitulah derajat manusia ditinggikan dari pada makhluk
lain oleh Allah S.W.T. Berbicara manusia, hal yang perlu dipahamai dari manusia adalah
bentukan manusia (jasadiyah) dan esensi manusia (ruhaniyah) .
Manusia secara bentukan (jasadiyah), sudah diterangkan diatas “terbuat dari
lempung kering” dengan kata lain seperti adanya badan, mata, kaki dan lain sebagainya
yang bersifat material, manusia secara bentukan (jasadiyah) tidak akan mampu mengemban
amanah sebagai khalifah fil ard dan ‘abdullah tanpa adanya korelasi dengan ar-ruh (esensi
manusia). Manusia secara esensi (ruhaniyah) adalah inti/esensi dari manusia itu sendiri,
sebab tanpa adanya ruh manusia dalam kehidupan tidak ada daya untuk hidup.
Unsur-unsur dari manusia secara umum dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu al-
basyar, ar-ruh dan an-nafs, ketiga unsur tersebut adalah bagian integral dari manusia. Al-
basyar dalam pengertiannya adalah lempung kering (at thin/adamah) dengan kata lain jasad
manusia, ar-ruh adalah tiupan suci illahiyah (nyawa, nur muhammad). An-nafs adalah daya
untuk hidup yang memiliki sifat netral dan sangat bergantung pada lingkungan. Al-basyr –
an-nafs – ar-ruh ketiganya memiliki korelasi yang sangat penting, al-basyr akan menjadi
kosong tanpa adanya an-nafs, sebab an-nafs adalah yang memberi daya hidup kepada al-
basyr sehingga al-basyr menyadari keberadaannya sebagai bagian dari kehidupan materi,
an-nafs al-hayawaniyah adalah nafs paling rendah dalam diri manusia (asfal as-safilin) dan

MODUL MAPABA IV 29 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


yang paling dekat dengan al-basyr (Q.S. AT-THIN : 5) karena cenderung mendorong naluri
al-basyr untuk menuju alam materi. Ar-ruh adalah derajat manusia yang tertinggi, an-nafs
dekat kedudukannya dengan ar-ruh maka al-basyr mampu mengendalikan sikap al-
hayawaniah.
Keberadaan bagian manusia yang terdiri dari al-basyr, an-nafs, ar-ruh adalah suatu
kesatuan yang tidak bisa dinafikan keberadaannya. An-nafs sebagai pengantara al-basry
dan ar-ruh untuk mencapai kedudukan/derajat manusia terendah sampai yang mulia.
Manusia mencapai derajat atau kedudukan mulia tergantung kecenderungan an-nafs dalam
tingkatannya. Dari yang terendah sampai yang tertinggi dalam an-nafs
Nafs al-hayawaniyah
Nafs al-ammarah
Nafs al-lawamamah
Nafs al-muhammah
Nafs al-mutma’inah
Nafs al-mardiyyah
Nafs al-qudsiyah
Tingkaan-tingkatan nafs sebenarnya mencangkup lebih dari yang disebutkan
diatas, secara umum nafs diringkas dalam 4 nafs:
Nafs lawamah : dalam istilahnya adalah jiwa yang penuh penyesalan, jiwa yang
menyadari (pikiran-pikiran, keinginan, dan cela diri), dengan kata lain bersifat ke-aku-an
yang disimbolkan dengan tanah (keras).
Nafs sufliah : nafs yang mendorong naluri jasad kepada hal yang bersifat birahi
berkonotasi menuruti keinginan disimbolkan dengan air.
Nafs amarah : nafs atau jiwa yang masih diselimuti kemurkaan (ghadlab) dan
keinginan (syahwat) yang disimbolkan dengan api.
Nafs al-mutma’inah : jiwa yang tenang (nur ilahiyah, nur muhamad) yang memberi
ketenangan pada jiwa manusia yang disimbolkan dengan cahaya.
Unsur-unsur manusia yang terdiri dari al-basyr, an-nafs (nafs lawamah, nafs
sufliyah, nafs amarah, nafs mutma’inah), ar-ruh adalah bagian penting dalam diri manusia
untuk pengendalian fikiran, laku, kebiasaan dsb. Manusia sebagai khalifah fil ard menjadi
kebutuhan yang sangat penting memahami unsur-unsur manusia tersebut agar mampu
menjadikan diri sebagai manusia dan memahami manusia lain sebagai manusia .
C. FITRAH DIRI MANUSIA
Dalam proses penciptaan manusia unsur tanah itulah yang merangkum nafs
lawwamah. Unsur maa’immahin (air mani) yang hina merangkum makna nafsu sufliyyah
sementara makna nafakha fiihi min ruuhihii (QS. As-Sajadah : 9) merangkum makna nafs
muthma’inah. Titik puncak pertautan nafs lawwamah dan sufliyyah antara suami istri
sebagai puncak pertautan tanah dan air (mani), karena kenyatanya titik puncak pertautan

MODUL MAPABA IV 30 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


nafs tersebut, ke-aku-an telah lebur. Artinya ketika persenggmaan mencapai puncak
orgasme orang tidak akan berfikir dan merasakan, ia adalah individu laki-laki atau
perempuan.
Persatuan antara unsur thin dan unsur air (mani) yang bertaut menjadi satu adalah
pangkal dari proses penciptaan manusia. pertautan antara sperma dan ovum berperoses
selama 40 hari dalam tingkat ahadiya la ta’ayyun. Pada tahap ini semua masih menyatu,
belum ada perbedaan dan tidak ada konsep yang ada hanya pertautan nafs yang hidup. Pada
40 hari yang ke-2 mengalami perkembangan dalam tingkat wahdah (perbedaan pertama)
ditandai adanya lingkaran yang membatasi keabstarakn konsep yang sekalipun sudah ada
perbedaan tetapi masih ada abstrak. Pada 40 hari yang ke-3 menuju perkembangan tahap
wahidiyah (pembedaan ke-2), dimana embrio dalam wujud daging menggumpal makin
nyata. Dalam 40 hari yang ke-4 sudah mulai wujud yang memasuki tahap jabrud yang
merangkup berbagai konsep rupa dan perwujudan, dalam tahap inilah roh ditiupkan (QS.
As-sajadah : 9) yang di dalamnya terkandung hakikat nafs muthma’inah. Dalam 40 hari
yang ke-5 memasuki tahap mitsal, yakni bentuk manusia telah muncul dengan selimut
daging yang berupa kulit dan rambut. Dalam 40 hari ke-6 masuklah wajah ajsam yang
menandai perkembangan sempurna dari seorang bayi meski masih melekat pada ibunya,
dan pada 40 hari ke-7 masuklah tahap insan kamil dimana bayi mengalami berpisah dari
ibunya. Kalau kita amati proses dari penciptaan tersebut membutuhkan waktu 280 hari (9
bulan 10 hari). Oleh sebab itu manusia senantiasa terperangkap dalam dilema antara
panggilan suci (muthma’inah) yang sentiasa menyuaran kebaikan dan dorongan kembali
kesucian yang Ilahi, sementara di lain pihak manusia tersirat oleh hakikat kebendaan dari
unsur thin dan unsur air atau mani yang membuatnya melekat pada nafsunya. Kalau
demikian dimanakah hakikat nafs amarah, pertanyaan ini dapat dijawab pada proses
penciptaan Adam sebagai makhluk sempurna, kemudian ditiupkan ruh pada hakikat thin
dan maa’immahin (air mani) dan ditanya “alastu birobbikum” kemudian menjawab “bala
syahidna”. Hal itu merupakn kesaksikan nafs terhadap Rabb-nya. Kemudian pada tahap
selanjutnya terjadi proses perkisahan iblis yang ingkar atas persaksian di atas, maka unsur
dzat dan sifat iblis terjelma dari unsur api yang terangkai dari hakikat nafs amarah mulai
memperkreras pertautan antara nafs lawamah dan sufliyyah menjadi utuh.
Semakin tebal tirai dari hijab yang menyelubungi nafs muthma’inah dalam diri
manusia maka akan semkin jauh dari kebenaran Ilahi dan banyak dari mereka yang menjadi
kufr dan syirik. Sehingga manusia dituntut untuk bisa menyisihkan nafs lawwamah,
sufliyyah dan ammarah, ibarat menyibak permata yang berlumpur, jika lumpur tersingkap
maka cahaya permata akan berkilau-kilau memancarka keindahan sejati. Hijab itu hanya
bisa dihilangkan oleh rakhmat dan hidayah Ilahi yang bisa diperoleh dengan jalan dzikir
dalam berbagai manifestasi sesuai yang diajarkn Allah lewat Rasulullah SAW.

MODUL MAPABA IV 31 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


MATERI VII

KE-INDONESIA-AN

Siapa yang tidak tahu bahwa Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi
garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik
dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara), dengan
populasi sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783
perempuan. Pulau Jawa menempati urutan teratas dalam distribusi penduduk Indonesia
dengan angka 58 %, diikuti Sumatera (21 %), Sulawesi (7 %), Kalimantan (6 %), Nusa tenggara
(6 %), Papua dan Maluku (3 %).
A. Riuh Rendah Politik Indonesia
Menyorot Indonesia hari ini, ada sebuah kompleksitas permasalahan yang cukup
tinggi yang perlu kita perhatikan.Hal ini merupakan sebuah keniscayaan bagi kita yang
kerap mengaku generasi muda Indonesia (jika memang masih mau mengakui).Menyoal
permasalahan pada sebuah Negara, setidaknya ada 3 hal yang tak boleh luput dari
perhatian.Ketiga hal ini dapat mempengaruhi kehidupan social, budaya, pertahanan,
keamanan Negara yang bersangkutan. 3 hal tersebut adalah : Politik, hukum dan
perekonomian. Politik, hukum dan perekonomian suatu Negara akan menetukan langkah
Negara tersebut baik dalam kaitannya dengan stabilitas dalam negeri ataupun dalam
hubungannya dengan Negara lain.
Bagi sebagian orang politik adalah sesuatu yang cantik, menggelitik walau tak
pernah lepas dari trik dan intrik. Indonesia menjalankan pemerintahan Republik
Presidensial Multipartai yang demokratis.Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya,
sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif,
eksekutif dan yudikatif.Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet.Kabinet di
Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada
presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen.
Walaupun di Indonesia menganut system multipartai dengan model demokrasi
langsung, banyak orang yang menganggap bahwa pemerintahan saat ini merupakan rezim
orde baru jilid II.Hal ini karena adanya dominasi golongan partai tertentu dalam komposisi
legislativ dan eksekutif. Dominasi tersebut sebenarnya merupakan hal yang wajar, akan
tetapi tak jarang dominasi itu justru menjadi sumber ketimpangan jika dalam proses
pengambilan keputusan, kepentingan pribadi dan golonganlah yang didahulukan. Dan itu
yang terjadi pada decade terakhir ini dalam dunia politik di negeri ini.
DPR dan MPR yang harusnya menjadi aliran suara rakyat, kini seakan hilang
taringnya menghadapi seorang sosok super. Akhirnya, konflik internal antara sesama
anggota dewan dan persaingan partai politiklah yang mendominasi keramaian politik.
Kepentingan rakyat hanya dijadikan sebagai pembenaran tingkah laku.Dengan “ideologi”
pragmatis-oportunistis, para politikus partai tidak lagi memiliki niat menjalankan tugas
kepolitikan mereka, yaitu, memperjuangkan kebaikan umum, mewujudkan kesejahteraan

MODUL MAPABA IV 32 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


dan kemakmuran rakyat.Mereka telah abai terhadap rakyat. Mereka juga tidak lagi
memerankan diri sebagai saluran aspirasi rakyat.Parpol sekarang lebih terlihat sebagai
saluran pemilik uang untuk meraih jabatan politik atau untuk mencapai kepentingan-
kepentingan tertentu.Maka tak heran jika produk-produk legislasi yang dikeluarkan DPR,
misalnya, sering kali merupakan “produk pesanan” yang hanya menguntungkan pemesan,
dan merugikan rakyat secara keseluruhan.
Akibat dari semua itu, sifat apatis dan pragmatis masyarakat meluas.Masyarakat
banyak yang pesimis bahkan tidak perduli dengan kinerja pemerintahan.Hal ini dibuktikan
salah satunya dengan tingginya angka golput pada pelaksanaan pemilu, baik di pusat
maupun di daerah.Kepercayaan dan keterlibatan rakyat dalam pemerintahan dengan system
demokrasi merupakan hal yang sangat urgen, mengingat suara rakyat adalah suara
Tuhan.Bisa dibayangkan jika rakyatnya sendiri tidak percaya dengan pemerintahnya,
bagimana dengan masyarakta dunia? Padahal Indonesia tidak hidup sendiri, ada sebuah
kompetisi besar yang harus dihadapi negeri ini.Ketidaksatabilan dunia politik ini oleh para
ahli akan terus terjadi di Indonesia hingga beberapa tahun mendatang.
B. Wajah Hukum di Indonesia
Hukum di Indonesia menganut system eropa kontinental yang diakui atau tidak,
masih terdapat banyak ketimpangan dan permasalahan. Permasalahan hukum tersebut
terjadi karena beberapa hal, baik dari sistem peradilannya, perangkat hukumnya,
inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun perlindungan hukum
.Diantara banyaknya permasalahan tersebut, satu hal yang sering dilihat dan dirasakan oleh
masyarakat awam adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat.Inkonsistensi
penegakan hukum di atas berlangsung terus menerus hingga masyarakat sudah terbiasa
melihat bagaimana law in action berbeda dengan law in the book. Contoh peristiwa klasik
yang menjadi bacaan umum sehari-hari adalah : koruptor kelas kakap dibebaskan dari
dakwaan karena dinggap kurang bukti, sementara pencuri sop buntut dipermasalahkan
hingga menjadi issue nasional. Selain karena adanya inkonsistensi, permasalahan ini juga
timbul karena penegakan hukum lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat subtansialis
dan administrativ, sedangkan kenyataan bahwa hukum bertujuan mewujud keadilan justru
dikesampingkan.
C. Pasang Surut Perekonomian Indonesia
Kemapanan ekonomi adalah Salah satu kekuatan penunjang suatu Negara dalam
menghadapi kompetisi politik dan ekonomi global.Di Indoneisa hingga saat ini, belum ada
kemajuan signifikan dalam bidang perekonomian yang berhasil dicapai. Tahun ini hutang
Indonesia masih mencapai 1618,5 Triliyun, hanya menyusut 18,2 triliyun dari tahun
sebelumnya.
Direktorat Jenderal Pajak mengaku realisasi penerimaan negara yang berhasil
dikumpulkan per 15 November 2010 mencapai 77,7 persen atau sebesar Rp. 514,23 triliun
dari penerimaan dalam APBN perubahan 2010 yang ditarget Rp. 661,49 triliun. Artinya,
pendapatan Negara masih di bawah target.

MODUL MAPABA IV 33 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Berdasarkan survei yang dilakukan IFC, Peringkat kemudahan berusaha di
Indonesia tahun ini tempati peringkat 122 atau naik 7 poin dari tahun lalu.Masih jauh di
bawah Negara-negara maju yang saat ini menjadi raksasa perekonomian dunia.
Pemaparan semua hal di atas tidak bermaksud menyudutkan atau menumbuhkan
rasa pesimis terhadap kemajuan Indonesia.Hal ini dilakukan hanya untuk mengingatkan
bahwa tanggungjawab kita dalam membangun negeri ini masih sangat besar.Meminjam
kata-kata Iwan Fals, Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita bukan suatu alasan
untuk kita tinggalkan. Kader-kader PMII harus siaga di garis depan dalam mengawal
kemajuan Negeri ini.

MODUL MAPABA IV 34 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


MATERI VIII

ISLAM NUSANTARA

Proses penyebaran Islam merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam
sejarah Indonesia, tapi juga yang paling tidak jelas. Dapat dipastikan Islam sudah di negara
bahari Asia Tenggara sejak awal zaman Islam.Semangat penyebaran Islam sendiri dipicu oleh
hadits Nabi Muhammad Saw.yang berbunyi ,”ballighu ‘anni walau ayatan” (sampaikanlah apa
yang dari aku sekalipun satu ayat) yang kiranya telah memberi dorongan kuat bagi saudagar-
saudagar Arab pada zaman awal Islam untuk menyebarkan Islam ke Nusantara.
A. Geografi Nusantara
Menurut teori, dulu Nusantara terletak di persimpangan tiga lempeng dunia yaitu
lempeng Filipino, lempeng Euroasia dan lempeng Australia yang berpotensi menimbulkan
tekanan yang sangat besar pada lapisan kulit bumi sehingga proses inilah yang
menimbulkan naiknya tanah secara perlahan-lahan sehingga menjadi daratan Nusantara, di
kelilingi oleh barisan gunung berapi dan pegunungan yang sangat panjang, sebelum
menjadi nusantara daratan tersebut bernama Swetadwipaatau lemuria.
Sekitar 500.000 tahun silam es di kutub utara dan kutub selatan mencair yang
menyebabkan air laut neik sampai satu mill jauhnya, dan menimbulkan paparan benua
sunda yang tadinya satu kesatuan ahirnya terpisah menjadi pulau-pulau yang bersambung
sampai ke Australia, yang dinamakan Nusantara yang terdiri dari Sunda besar dan Sunda
kecil dan masih merupakan satu kesatuan dengan benua Asia.
Dalam peta geografi moderen, Nusantara terletak di persimpangan jalan menuju
samudra Hindia dan samudra Pasifik, yang tepat pada jalur perdagangan yang
menghubungkan teluk Benggala dengan laut Eina. Membentangnya Nusantara dari barat
ke timur itu sejauh 5000 km, dan dari utara ke selata sejauh 2000 km. karena luasnya
wilayah tersebut sampai terbagi menjadi tiga bagian waktu yatu, WIT, WITA, WIB. Dan
tidak lepas dari berbagai suku bangsa yang tidak kurang dari 300 suku bangsa.
B. Etnik Penghuni
Dalam kajian antropologi ragawi, bangsa nusantara memiliki sejarah yang sangat
panjang Eugene Dubois yang menemukan fosil manusia purba dan dinamakan dengan
pithecanthropus erectus yang di susul dengan homo mojokertensis, meganthropus
paleojavanicu, homo soloensis dan homo wajakensis menunjuk retangan wkyu antara
1.000.00 – 12.000 tahun yang silam nusantara sudah dihuni manusia.
Menurut kajian Harry Wdianhto dalam mata rantai itu masih putus, keberadaan
homo sapiens sebagai manusia moderen yang serentak muncul di bumi sekitar 40.000 tahun
lalu, sangat berbeda susunan morfologi dengan homo erectus. Berdasarkan perbedaan
morfologi homo sapiens yang hidup 40.000tahun lalu dengan homo erectus yang hidup
antara 300.000 – 200.000 tahun lalu, disimpulkan bahwa homo sapiens bukanlah
perkembangan evolutif dari homo erectus. Menurut data Lembaga Eijkma, homo erectus
yang hidup di pulau jawa antara 1.000.000 – 100.00 tahun lalu telah punah. Dan yang
ahirnya menghuni nusantara adalah homo erectus asal Africa yang datang sekitar 70.000 –
60.000 tahun lalu dan homo sapiens asal Asia yang datang sekitar 50.000 – 40.000 tahun

MODUL MAPABA IV 35 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


lalu. Keturunan homo erectus asal Africa ini belakangan di sebut ras Melanesia dan
keturunan homo sapiens asal asia ini di sebut ras Austronesia.
C. Agama Asli Nusantara
Adanya berbagai temuan seperti Menhir, Dolmen, Yupa, Sarkofagus, dan punden
berundak membuktikan bahwa penghuni nusantara sudah mengenal Agamadengan
berbagai ritual pemujaannya.Berlanjut ke zaman perunggu sampai zaman logam banyak di
temukan hasil galian yang berhubungan dengan penguburan mayat dan kegiatan social serta
peninggalan budaya lainnya membuktikan bahwa pada zaman dahulu sudah mengenal
adanya suatu ajaran atau keyakinan sebagai sarana memuja atau beribadah kepada sesuatu
kekuatan yang mereka yakini.
Agama yang tersebar luwas sejak dari nusantara dan pulau-oulau di sekitarnya
seperti india, indocina serta wilayah pasifik, akibat dari terjadi pertukaran budaya yang
menjadi suatu keyakinan sepirituwal yang kuat sehingga mereka percaya kepada sesuatu
yang goib di balik benda-benda yang besar dan luwas yang memberikan keberuntungan
atau kesialan dalam kehidupan. Mereka juga percaya pada orang-orang tertentu yang
memiliki kedaulatan untuk memanggil, mendamaikan atau kekuatan goib tersebut.
Agama yang disebut oleh kaum orientalis seperti P. Mus (1902 – 1969) sebagai
animism dan dinamisme pada hakikatnya adalah agama kuno asli nusantara yang disebut
agama kapitayan. Dalam setiap wilayah memiliki nama yang berbeda-beda seiring dengan
perkembangan ras dan suku di nusantara, istilah sunda wiwitan pada suku sunda, kejawen
pada suku jawa, kaharingan/cilik riwut pada suku dayak, ugamu malim pada suku batak
dan nama yang lain pada setiap suku yang berbeda sebelum datangnya pengaruh indus dan
cina pada awal abat masehi dan membentuk kerajaan baru dengan agama baru.
Secara sederhana, kapitayan dapat di gambarkan sebagai suatu ajaran yang memuja
sesembahan utama yang di sebut sahyang Taya yang bermakna hampa, kosong, suwung,
awang uwung. Toyo yang bermakna absolut, yang tidakbisa dipikirkan dan dibayang-
bayangkan, tidakbisa di dekati dengan panca indra. Orang jawa kuno mendevinisikan
sahyang Taya dalam satu kalimat “tankeno kinoyo ngopo” yang artinya tidakbisa di apa-
apa kan keberadaannya. Kata Toyo bermakna tidak ada tapi ada ada tapi tidak ada. Untuk
itu agar bisa dikenal dan di sembah manusia sahyang taya di gambarkan mempribadi dalam
nama dan sifat yng di sebut Tu dan To, yang bermakna seutasbenang daya goib yang
bersifat adi kodrati. Tu atau To adalah tunggal dalam dzat, satu pribadi. Tulazim disebut
sang tunggal, dia memiliki dua sifat, yaitu kebaikan dan tidak kebaikan. Tu yang bersifat
baik di sebut Tu-han dengan nama sangyang wenang, Tu yang bersifat tidak baik disebut
han-Tu dengan nama sahyang Manikmaya. Demikianlah baik sahyang Wenang dan
sahyang Manikmaya adalah sifat saja dari sahyang tunggal yang goib. Olehkarena sahyang
tunggal yang goib mempunyai dua sifat utamanya, untuk memujanya di butuhka sarana
yang bisa di dekati dengan panca indra dan alam pikiran manusia.Demikianlah ,dalam
ajaran kapitayan dikenal keyakinan yang menyatakan bahwa kekuatan shangyang Taya
yang mempribadi dalam Tu atau To itu ada di balik segala sesuatu yang memiliki nama Tu
atau To seperti: wa-Tu (batu), Tu-rumbuk (pohon beringin) Tu-gu, Tu-lang, Tu-nduk
(bangunan berundak),Tu-tut (hati,limpa), To-san (pusaka), To-peng, To-ya (air).

MODUL MAPABA IV 36 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Dalam melupakan puja skti sesembahan pada shangyang Taya maka disediakan
sesaji Tu-mpeng dalam Tu-mpi (keranjang ayam bambu), Tu-ak (arak), Tu-kung (sejenis
ayam ) untuk dipersembahakan untuk shangyang Tu-nggal yang sifat ghaibnya
tersembunyi dibalik sesuatu yang memiliki daya ghaib seperti wa-Tu, Tu-gu, Tu-rumbuk,
Tu-lang, Tu-ndak, To-san, To-ya. Namun untuk melakukan permohonan yang tidak baik,
persembahan ini akan di tujukan kepada han-Tu yang bernama Shangyang Manikmaya
dengan persembahan yang buruk bernama Tu-mbal. Berbeda dengan sesembahan sesaji
kepada Shangyang Tunggal yang merupakan pujabakti melalui perantara, para rohaniawan
kapitayan melakukan sembah-Hyang langsung kepada Shamgyang Tunggal disuatu
ruangan khusus bernama Shanggar, bangunan persegi empat beratap Tu-mpang, dengan
Tu-tuk (lubang) didinding sebelah timur sebagai lambing kehampaan Shangyang Taya,
dengan mengikuti aturan tertentu: mula-mula sang rohaniyawan melakukan Tu-lajeng
(berdiri tegak) menghadap Tu-tuk (lubang ) dengan kedua tangan diangkat diatas
menghadirkan Shangyang Taya kepada Tu-tud (hati), setelah Shangyang Taya hadir dalam
hati, kedua tangan diturunkan didada tepat pada Tu-tud (hati), posisi ini di sebut Swadikep
(sedakep/ memegang keakuan diri), proses Tu-lajeng ini dilakukan dengan tempo lama.
Setelah Tu-lajeng selesai, Sembahnyang dilakukan Tu-ngkul (membungkuk memandang
kebawah) yang jug adilakukan dalam tempo yang relatif lama.Lalu di lanjutkan dengan
posisi Tu-lumpuk (bersimpu dengan kedua tumit di duduki), di lakukan dengan waktu yang
relatif lama.Yang terahir, dilakukan dengan posisi To-ndem (bersujut seperti bayi dalam
perut ibunya), juga dilakukan dalam tempo waktu yang lama.
Setelah melakukan sembahyang yang butuh waktu lama itu rohaniawan kapitayan
dengan segenap perasaan berusaha menjaga keberlangsungan sanghayang Taya yang sudah
di semayamkan di dalam Tu-tud (hati). Seorang sanghayang Taya yang di anggap soleh
akan dikaruniai Tu-ah (kekuatan goib yang bersifat positif) dan Tu-lah (kekuatan goib
penangkal negatif). Mereka yang memiliki Tu-ah dan Tu-lah itulah yang di anggap berhak
menjadi pemimpin masyarakat dengan gelar ra-Tu dan da-Tu. Dalam ajaran kapitayan, para
ra-Tu/da-Tu yang sudah di karuniai Tu-ah dam Tu-lah setiap gerak geriknya akan di tandai
oleh pi, yaitu kekuatan dari sahayang Taya yang tersembunyi. Itu sebabnya ra-Tu atau da-
Tu menyebut diri dengan kata ganti pinakahulun:
Jika berbicara di sebut pi-da-tu (pidato)
Jika memberi pengajaran di sebut pi-wulang
Jika memberi petunjuk di sebut pi-tuduh
Jika memberi nasehat di sebut pi-tutur
Jika memberi hukuman di sebut pi-dana
Jika memancarkan wibawa di sebut pi-deksa
Seorang ra-Tu atau da-Tu adalah pengejawantahan kekuatan goib sanghayang
Taya, citra pribadi sanghayang Tunggal.
Penyimpangan ajaran tersebut ada yang menyebut dengan ajaran bairawa tantra
dengan upacara pemujaan yang di sebut pancamakara dengan cara memuaskan semua
yang kebutuhan jasmani seperti nabsu birahi, akal dan lapar semua di hilangkan dengan
cara melingkar antara laki-laki dan perempuan. Menjadi satu kemudian nafsu birahinya di

MODUL MAPABA IV 37 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


hilangkan dengan berzina, dan lapar dihilangkan dengan makan sebanyak-banyaknya serta
akal dihilangkan dengan meminum tuwak tidak lupa dengan tumpeng manusia.
Jadi jelas bahwa kapitayan bukan animesme yang sering dikatakan oleh orang
orientalis apalagi seperti orang hindu maupun buda. Dan hingga sekarang masih banyak
peninggalan sejarah yang membuktikan bahwa kepercayaan tersebut begitu kuwat dan
meyatu dalam masyarakat nusantara. Menjadi agama asli nusantara, diantara peninggalan
yang tersisa, seperti tungku, tugu, dan pada masa moderen, ajaran tersebut masih secara
utuh di anut oleh sebagian masyarakat pedalaman dengan istilahnya masing-masing seperti
sunda wiwitan pada suku sunda, kejawen pada suku jawa, kaharingan/cilik riwut padasuku
dayak, ugamumalim pada suku batak.
D. Islamisasi di Nusantara
Proses islamisasi dinusantara terbagi dalam dua tahabap yang pertama pra
walisongo yang itu sudah berlangsung sekak perama islam mucul di jazirah arab nusantara
sudah melakukan kontak dagang dengan para saudagar-saudagar arab pada waktu itu, dan
pasca walisongo yang dilakukan kurang lebih pada abad 14 yang di lakukan oleh keluwarga
muslim asal campa yang mengunakan metode dan setrategi yang tidakbiasa.
1. Pra wali songo
Islam sudah masuk/sampai ke indonesia pada abad ke-7 Masehi. Yang membawa
paling awal seruan islam ke Nusantara addalah adalah para saudagar Arab, yang sudah
membangun jalur pedrhubungan dagang dengan nusantara jauh sebelum islam. Kerhadiran
saudagar Arab (tazhi) di kerajaan kalingga pada abad ke-7, yaitu era kekuasan Rani Sima
yang terkenal keras dalam menjalankan hukum, dikabarkan cukup panjang oleh sumbr-
sumber cina dari dinasti Tang. Pada abat ke-10 masehi, terjadi migrasi keluarga-keluarga
Persia ke nusantara.yang terbesar di antara keluarga-keluarga itu adalah sebagai berikut:
Keluarga Lor yang datang pada zaman raja Nasirudin bin Badr memerintah wilayah
Lor di Persia tahun 300 H/912 M. keluarga ini tinggal di jawa dan mendirikan desa yang
bernama Loran atau Leran, yang bermakna kediaman orang Lor. Keluarga Rumia dari Puak
Shabankarah, yang tinggal di utara dan timur Sumatra. Penulis-penulis arab pada abad ke-
9 dan 10 M, menyebut pulau Sumatra dengan sebutan Rumi, al-Rumi, Lambiri, dan lamuri.
Semenjak catatan Dinasti Tang tentang orang-orang Arab sampai sampai terjadinya
migrasi keluarga-keluarga Persia dalam renta waktu berabad-abad kemudian tidak terdapat
bukti bahwa islam pernah dianut secara luas di kalangan penduduk pribumi Nusantara.
Tengara yang muncul justru terjadi semacam resistensi dari penduduk setempat terhadap
usaha-usaha penyebaran islam. Dalam usaha mengislamkan jawa, Sultan al-Gabah dari
negeri Rum mengirim 20.000 keluarga muslim ke pulau jawa. Namun, banyak di antara
mereka yang tewas terbunuh, dan yang tersisa hanyalah sekitar 200 keluarga saja. Sultan
al-Gabah dikisahkan marah kemudian mengirim ulama, syuhada, dan orang sakti ke jawa
untuk membinasakan para “jin, dan siluman, penghuni pulau jawa. Salah satu ulama sakti
itu adalah Syaih Subakir atau yang bernama asli Syaih Samsudin al-Bakir, dia dikenal
sebagai wali kramat dari Persia yang di percaya telah menanam “tumbal” di sejumlah
tempat di pulau jawa agar kelak pulau tersebut dapat di huni oleh umat islam.

MODUL MAPABA IV 38 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Ternyata semua preses islamisasi yang di lakukan oleh saudagar-saudagar arabdan
orang-orang pra wali songo ini belum dapat mendapatkan hasi sesueai harapan,
dikarenakan para pendakwah pra walisongo atau saudagr-sauda ini belum mengetahuhi
ternyata nusantara berbeda dengan di daerah lain semisal:
Nusantara sudah memiliki peradaban yang cukup maju semisal mampu membuat
kapal yang ukuranya tiga kali lebih besar dari kapal cina, memiliki kalender sendiri dll.
Agama rakyat adalah agama raja, jadi wajar apabila ada ajaran baru masuk itu di anggap
satu ancaman. Adanya kasta atau stratifikasi social seperti brahmana golongan
rohaniawanyang sangat di segani dan ditaati, ksatria yaitu golongan pemerintah atau
penguasa, waisya yaitu golongan petani, sudra yaitu golongan kaya atau juga para
saudagar, candala yaitu golongan anak dari percampuran antara laki-laki sudra dengan
yang lain, mlecchayatu golongan pendatang (pedagang cina arab dan lain-lain) dan yang
paling ahir adalah tucha yaitu golongan yang merugikan masyarakat lain seperti koruptor,
pencuri dan lain-lain. Adanya aliran-aliran tharekat dari ajaran bairawa seperti tharekat
tantrayana yang dalam ritual pancamakara menggunakan sesaji tumbal manusia.
2. Era wali songo
Terbukti saelama 8 abad islam belum biasa aianut oleh masyarakat nusantara, ini
membuktikan bahwa begitu mengakarnya budaya dan kekayaan yang terdapat di nusantara,
Dalam indonesia moderen disebutkan bahwa perkembangan islam di indonesia paska wali
songo sagat mengejutkan dikarenakan dari tahun 670 M dengan adanya saudagar arab
dijawa sampai 1433 M islam belum bisa di trimadi pulau jawa akan tetapi berbeda setelah
Raden Rahmat beserta rombongan dari negeri Champa pada tahun 1440 Msebagai tonggak
awal proses islamisasi di nusantara kemudian sunan Ampel (Raden Rahmat) diangkat
menjadi imam masjid di surabayaoleh Majapahit dan kakanya diangkat menjadi imam
masjid Gresik, dilanjutkan oleh putra sunan Ampel yaitu sunan Bonangdan sunan Drajat
serta para menantu seperti Raden Fatah dan sunan Giri. Didukung para murid dan
keturunannya, kemudian beliau membentuk suatu lembaga dakwah yang dilakukan secara
sistematis yang di sebut wali songo pada tahun 1470 M, setelah terbentuk wali songo
mereka melakukan dakwah secara cultural dan transformatiftidak hanya pada budayanya
akan tetapi juga melalui politik, terbukti dari kerajaan Majapahit dengan mendirikan
kerajaan Demak, sehingga pada tahun 1515 M,sekitar 50 tahun setelah lembaga dakwah di
bentuk, islam sudah berkembang secara menyeluruh di sepanjang pantai pulau jawa
penguasanya adalah adipai-adipati muslim dan Majapahit sudah berada di pedalaman, yang
lebih mengejutkan yaitu islam sudah sampai ke Maluku.

MODUL MAPABA IV 39 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


Lagu-Lagu Pergerakan

Mars PMII Hymne PMII


Inilah kami wahai Indonesia Bersemilah, bersemilah
Satu barisan dan satu cita Tunas PMII
Pembela bangsa penegak agama Tumbuh subur, tumbuh subur
Tangan terkepal dan maju kemuka Kader PMII
Habislah sudah masa yang suram Masa depan, ditanganmu
Selesai sudah derita yang lama Untuk, meneruskan perjuangan
Bangsa yang jaya, Islam yang benar Bersemilah, bersemilah
Bangun tersentak dari bumiku subur Kau harapan bangsa
Reff: Denganmu PMII, Pergerakanku
Ilmu dan bakti, kuberikan
Adil dan makmur kuperjuangkan PEMBEBASAN
Untukmu satu tanah air ku Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
Untukmu satu keyakinanku Bersatu padu rebut demokrasi
Inilah kami wahai Indonesia Gegap gempita dalam satu suara
Satu angkatan dan satu jiwa Demi tugas suci yang mulia
Putera bangsa bebas merdeka Hari-hari esok adalah milik kita
Tangan terkepal dan maju ke muka Terciptanya masyarakat sejahtera
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba
Berjuanglah!!! Mari sahabat mari kita kabarkan
Berjuanglah PMII Berjuang Ditangan kita tergenggam arah bangsa
Marilah kita bina persatuan 2x Mari sahabat mari kita nyanyikan
Hancur leburlah angkara murk Sebuah lagu tentang pembebasan
Perkokohlah barisan kita, siaap!! Reff: Dibawah kuasa tirani
Sinar api Islam kini menyala Kususuri garis jalan ini
Tekad bulat jihad kita membara 2x Berjuta kali turun aksi
Berjuanglah PMII berjuang Bagiku satu langkah pasti 2x
Menegakkan kalimat tuhan Revolusi.... revolusi.... Revolusi sampai
mati Demokrasi.... demokrasi....
Demokrasi sampai mati

MODUL MAPABA IV 40 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


DARAH JUANG TOTALITAS
Disini negri kami Kepada para mahasiswa
Tempat padi terhampar Yang merindukan kejayaan
Samudranya kaya raya Kepada rakyat yang kebingungan
Tanah kami subur Tuhan Dipersimpangan jalan
Di negri permai ini Kepada pewaris peradaban
Berjuta rakyat bersimbah luka Yang telah menggoreskan
Anak kurus tak sekolah Sebuah catatan kebanggaan
Pemuda desa tak kerja Dilembar sejarah manusia
Reff: Mereka dirampas haknya Reff: Wahai kalian yang rindu
Tergusur dan lapar kemenangan
Bunda relakan darah juang kami Wahai kalian yang turun ke jalan
Untuk membebaskan rakyat Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Mereka dirampas haknya Untuk negri tercinta 2x
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji

MODUL MAPABA IV 41 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


CATATAN
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

MODUL MAPABA IV 42 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

MODUL MAPABA IV 43 PK PMII KH. ABDUL CHALIM


......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

MODUL MAPABA IV 44 PK PMII KH. ABDUL CHALIM

Anda mungkin juga menyukai