1 7
3
4 5
FILOSOFI LOGO
1. Gambar Gunung
Filosofis Gambar Gunung dimana letak PMII Komisariat KH. Abdul Chalim yang berada
diantara gunung welirang, arjuno, dan penangungan.
4. Warna Biru
Filosofi warna biru yakni kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga
pwegerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia
dan merupakan kesatuan wawasan nusantara.
5. Warna Kuning
Warna kuning menggambarkan identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar pergerakan, dan
menunjukan semangat yang siap menyongsong kehidupan kedepan.
6. Logo PMII
Menguatkan bahwa Komisariat KH. Abdul Chalim merupakan bagian dari Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia.
8. Bentuk Perisai
Perisai mengartikan bahwa PK PMII KH. Abdul Chalim harus menjaga hubungan dengan Tuhan,
Manusia, Lingkungan, dan juga tujuan PMII sendiri.
Nama : .................................................................................
TTL : .................................................................................
Alamat : .................................................................................
Prodi/Fakultas : .................................................................................
Motto : .................................................................................
KE-PMII-AN ....................................................................................................... 5
KOPRI................................................................................................................ 22
Ke-Indonesia-an ................................................................................................ 32
KE-PMII-AN
Senantiasa memohon kepada allah SWT sebagai sumber segala kebenaran dan tujuan
hidup, pergerakan mahasiswa islam Indonesia berusaha menggali nilai-nilai moral dari nash
agama dan pengalaman sejarah insane pergerakan ke dalam bentuk rumusan yang di beri nama
Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Rumusan ini di butuhkan untuk member kerangka, arti serta
motivasi gerakan sekaligus memberikan legitimasi dan memperjelas apa yang harus dilakukan
dalam rangka mencapai cita-cita perjuangan sesuai dengan maksud didirikannya organisasi ini.
NDP adalah tali pengikat (kalimatun sawa’) yang mempertemukan warga pergerakan
dalam satu cita-cita perjuangan sesuai tujuan organisasi. Nilai dasar pergerakan menjadi
sandaran organisasi dalam menegakkan tauhid di kehidupan sehari-hari, sebagai panduan nilai
dalam berhubungan dengan Allah, dalam berhubungan dengan sesama manusia dan dalam
hubungan dengan alam. Oleh sebab itu seluruh warga PMII harus memahami dan
menginternalisasikan nilai dasar pergerakan, baik secara personal maupun secara bersama-
sama
A. ARTI, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
1. ARTI
NDP adalah nilai yang di turunkan secara langsung dari ajaran islam serta
kenyataan masyarakat dan negeri Indonesia , dengan kerangka pendekatan ahlussunnah
wal jama’ah. NDP senantiasa menjiwai seluruh aturan organisasi, member arah dan
mendorong gerak organisasi, serta menjadi penggerak setiap kegiatan organisasi dan
kegiatan masing-masing anggota. Sebagai ajaran yang sempurna, islam harus di hayati
dan di amalkan secara kaffah atau menyeluruh oleh seluruh anggota dengan mencapai
dan mengamalkan iman (aspek aqidah), islam (aspek syariah), dan ihsan (aspek etika,
akhlak dan tasawuf) untuk memohon ridho-Nya serta memohon keselamatan hidup di
dunia dan akhirat (sa’adah ad-darain).
Sebagai tempat hidup mati, negeri maritim Indonesia merupakan rumah dan
medan gerak organisasi. Di Indonesia organisasi hidup, demi bangsa Indonesia
organisasi berjuang. Sebagai tempat semai dan tumbuh negeri Indonesia telah member
banyak kepada organisasi, oleh sebab itu organisasi dan anggotanya wajib memegang
teguh komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. NDP adalah
penegasan nilai atas watak keindonesiaan organisasi.
2. FUNGSI
Nilai dasar pergerakan (NDP) berfungsi sebagai:
Kerangka ideologis
Menjadi peneguh tekad dan keyakinan anggota untuk bergerak dan berjuang
mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi. Menjadi landasan berfikir dan etos gerak
anggota untuk mencapai tujuan organisasi melalui cara dan jalan yang sesuai dengan
minat dan keahlian.
Ada kesinambungan antara alur GeoSosPol Aswaja dengan sejarah Islam di nusantara.
Memang banyak perdebatan tentang awal kedatangan Islam di Indonesia, ada yang
berpendapat abad ke-8, ke- 11, dan ke-13 M. Namun yang pasti tonggak kehadiran Islam di
Indonesia sangat tergantung kepada dua hal: pertama, Kesultanan Pasai di Aceh yang berdiri
sekitar abad ke-13, dan kedua, Wali Sanga di Jawa yang mulai hadir pada akhir abad ke-15
bersamaan dengan runtuhnya Majapahit. Namun, dalam perkembangan Islam selanjutnya yang
lebih berpengaruh adalah Wali Sanga yang dakwah Islamnya tidak hanya terbatas di wilayah
Jawa saja tetapi menggurita ke seluruh pelosok nusantara. Yang penting untuk dicatat pula,
semua sejarahwan sepakat bahwa Wali Songo-lah yang dengan cukup brilian mengkontekskan
Aswaja dengan kebudayaan masyarakat Indonesia sehingga lahirlah Aswaja yang khas
Indonesia, yang sampai saat ini menjadi basis bagi golongan tradisionalis, termasuk PMII.
A. Normatifitas Aswaja dalam Pemahaman PMII
1. Pergeseran makna Aswaja
Dalam konteks keIndonesiaan jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ (NU) dan
Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) ibarat dua sisi mata uang. Ketika menyebut NU
dalam konsep kita akan terbayang imam-imam besar sebagaimana dirumuskan oleh
faunding father Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari dalam Qanun Asasi. Yaitu :
“Dalam ilmu aqidah/teologi mengikuti salah satu dari Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu
Mansur al-Maturidi. Dalam syari’ah/fiqh mengikuti salah satu Imam empat: Abu
Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris Al-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal.
Dalam tashawuf/akhlaq mengikuti salah satu dua Imam: Junaid al- Baghdadi dan Abu
Hamid al-Ghazali.”
Ada dua pola pemahaman kaum Muslimin terhadap Ahlussunnah wal Jama’ah
(Aswaja). Pertama, yang memahami Aswaja identik dengan Islam dengan doktrin
pemurnian (purifikasi) ajaran Islam. Kedua, yang mamahami Aswaja sebagai
“mazhab” saja. Baik pola pertama maupun kedua masing-masing mampunyai
kelemahan. Yang pertama seringkali mengklain bahwa kebenaran hanya milik
kelompoknya, sehingga kesan sektarianisme sulit dihindarkan. Pada level praksisnya,
pengkafiran (takfir) menjadi bagian tidak terpisahkan dalam relasinya dengan non-
muslim maupun dengan umat Islam tapi yang tidak satu aliran sehingga bentuk
kekerasan menjadi mudah dilakukan atas dasar teks agama.
Pola mazhab juga mempunyai kecenderungan untuk menjadi institusi, dan
karenanya ia menjadi kaku (jumud), karena mazhab mengandaikan kebakuan suatu
pola ajaran, dan akhirnya itu semua menjadi ajaran atau doktrin yang terbakukan. Di
pola nomer dua inilah mayoritas masyarakat NU memahaminya, bahkan rumusan
definitif Aswaja tersebut dalam perkembangannya hanya dipahami dalam konteks
“berfikih” dan mengikuti apa saja yang telah dihasilkan para ulama terdahulu (taklid).
Lebih jauh, pada dataran praksisnya Aswaja mengkrucut lagi menjadi mazhab fiqih
syafi’i saja dan menempatkan fiqih sebagai “kebenaran ortodoksi” yakni menundukkan
realitas dengan fikih. Menyadari realitas yang demikian itu, maka Aswaja haruslah
ANTROPOLOGI MAHASISWA
Pengantar Diskusi untuk Mencari Kembali Peran dan Fungsi Mahasiswa Universitas
adalah tempat untuk memahirkan diri kita, bukan saja di lapangan technical and managerial
know how, tetapi juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita, di lapangan ideologi, di
lapangan pikiran. Jangan sekali-kali universitas menjadi tempat perpecahan. (Soekarno,
Kuliah umum di Universitas Pajajaran, Bandung, 1958).
Kampus boleh dikatakan miniatur negara.Di dalamnya ada politik dan budaya yang
bermacam-macam.Kampus tidak dapat difahami hanya sebagai gelanggang akademis dan ilmu
pengetahuan, karena nyatanya memang tidak demikian.Kampus terlibat dalam proyek dan
pembangunan melalui pemberian legitimasi „ilmiah‟. Sementara mahasiswa memiliki tipologi
yang beragam, dari mahasiswa religius, hedonis, aktivis, study-oriented dan lain
sebagainya.Sebagai sebuah gelanggang semi terbuka, kampus merupakan tempat potensial
bagi kader PMII untuk mengasah mental dan pengalaman kepemimpinan melalui pengenalan
mendalam terhadap kehidupan nyata kampus.
A. Antropologi Kampus
1. Pengertian Antropologi
Ditinjau dari segi bahasa antropologi terdiri dari dua kata, yaiti antropos dan
logos. Antropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, jadi
antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kehidupannya atau
penyelidikan tehadap manusia dan kehidupanya. Antropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.Secara garis besar antropologi bisa
dibagi menjadi dua macam.Yang pertama ialah antropologi fisik, yang obyek kajiannya
berupa manusia sebagai organisme biologis. Sedangkan kedua ialah antropologi
budaya, yang obyek kajiannya terkait manusia sebagai makhluk sosial (ber)budaya.
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
2. Pengertian Kampus
Kampus, berasal dari bahasa Latin; campus yang berarti “lapangan luas”,
“tegal”.Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah
tertutup yang merupakan kumpulan gedung-gedung Universitas atau Perguruan Tinggi.
Kampus merupakan tempat belajar-mengajar berlangsungnya misi dan fungsi
perguruan tinggi.Dalam rangka menjaga kelancaran fungsi-fungsi tersebut, IAI Al-
Qolam Malang sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan tugas Tri
Dharma Perguruan Tinggi, memerlukan penyatuan waktu kegiatan beserta ketentuan-
ketentuan di dalam kampus. Dalam hubungannya dengan mahasiswa, rektorat
membentuk sistem yang mengatur posisinya dengan mahasiswa, dari mulai stuktural,
birokrasi sampai kepada norma-norma yang diciptakan sesuai dengan kondisi sosial
yang ada, misalnya pada kampus berlatar Islam tentunya ada adat-adat yang harus
bernafaskan Islam, dsb. Dan, begitu pula halnya pada hubungan antara mahasiswa
dengan mahasiswa.
ANALISIS DIRI
Analisa diri merupakan upaya untuk merefleksikan apa yang ada didalam diri manusia
dalam skala umum maupun khusus, harapan dari adanya analisa diri secara umum mampu
memberi kesadaran akan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa lepas dari lingkungan,
sedangkan secara khusus ingin membuka kesadaran bahwa peserta menjadi bagian dari PMII.
Dengan menggunakan pendekatan secara historis, biologis, serta pendekatan sosiologi analisa
diri akan mengungkap apa, mengapa dan bagaimana diri manusia itu. Sangat disadari bahwa
manusia adalah makhluk ciptaan Allah S.W.T yang paling sempurna dan mulia diantara
makhluk ciptaan lainnya, sejarah penciptaan manusia telah membuktikan kesempurnaan dan
kemuliaan manusia ketika Allah S.W.T memerintahkan malaikat dan iblis memberikan sujud
penghormatan kepada makhluk ciptaannya yaitu manusia (Adam), secara penciptaan malaikat
dan iblis jelas lebih dulu diciptakan daripada manusia, tapi mengapa malaikat dan iblis
diperintahkan untuk memberikan sujud penghormatan kepada manusia?
Manusia diciptakan oleh Allah S.W.T tidak hanya sekedar diciptakan tanpa adanya
sebuah maksud dan tujuan dari penciptaan tersebut, dengan menyandang amanah sebagai
‘abdullah serta khalifah fil ard adalah salah satu maksud dan tujuan Allah S.W.T menciptakan
manusia. Didalam diri manusia terdapat banyak komponen dan unsur-unsur yang menjadi
dasar potensi baik buruknya manusia seperti halnya adanya nafs lawamah, nafs sufliyah, nafs
amarah, nafs mutmainah dimana keempat unsur itu berkedudukan sebagai pengendali manusia
dalam menentukan baik buruknya manusia dihadapan Allah S.W.T dan dihadapan sesama
manusia. Dengan adanya beberapa komponen dan unsur-unsur yang ada didalam diri manusia
pertanyaan yang muncul adalah bagaimana sebenarnya manusia itu? Melihat realitas
kehidupan yang ada, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sebagian manusia tidak mampu menjadi
manusia yang mengemban amanah sebagai ‘abdullah dan khalifah fil ard dengan kata lain
mereka terlarut dan terlena dalam keindahan dunia yang disuguhkan, dalam istilah psikologi
mereka dikendalikan oleh alam bawah sadar yang dikuasai oleh nafs lawamah sebagai
konsekuensinya sering terjadi perselisihan antara manusia satu dengan yang lain dalam
berbagai persoalan, bahkan sering memberi dampak negative diskriminasi dan pembunuhan,
bukankah sudah jelas secara jasad manusia itu sama dihadapan Allah S.W.T yang membedakan
adalah kualitas ketaqwaan manusia itu sendiri, dalam hal ini persoalan kesadaran manusia
sebagai manusialah yang menjadi berkaitan penting dengan amanah yang diembannya
(abdullah dan khalifah fil ard).
Disisilain di dalam diri manusia terdapat potensi yang sangat besar dalam realitas yaitu
sebagai penentu siklus kehidupan dengan perubahan-perubahan yang ada baik itu berkonotasi
negatif maupun berkonotsi positif untuk seluruh makhluk, tetapi hal itu sangat di perlukan
sekali adanya kesdaran penuh tentang pemahaman ‘abdullah dan khalifah fil ard dalam
mengambil peran aktif kehidupan, karena tanpa adanya kesadaran penuh tersebut maka apalagi
hal yang membedakan antara manusia dan hewan. Keyword: manusia, penciptaan, unsur-
unsur, kesadaran.
PEMBAHASAN
A. PENCIPTAAN MANUSIA
KE-INDONESIA-AN
Siapa yang tidak tahu bahwa Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi
garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik
dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara), dengan
populasi sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783
perempuan. Pulau Jawa menempati urutan teratas dalam distribusi penduduk Indonesia
dengan angka 58 %, diikuti Sumatera (21 %), Sulawesi (7 %), Kalimantan (6 %), Nusa tenggara
(6 %), Papua dan Maluku (3 %).
A. Riuh Rendah Politik Indonesia
Menyorot Indonesia hari ini, ada sebuah kompleksitas permasalahan yang cukup
tinggi yang perlu kita perhatikan.Hal ini merupakan sebuah keniscayaan bagi kita yang
kerap mengaku generasi muda Indonesia (jika memang masih mau mengakui).Menyoal
permasalahan pada sebuah Negara, setidaknya ada 3 hal yang tak boleh luput dari
perhatian.Ketiga hal ini dapat mempengaruhi kehidupan social, budaya, pertahanan,
keamanan Negara yang bersangkutan. 3 hal tersebut adalah : Politik, hukum dan
perekonomian. Politik, hukum dan perekonomian suatu Negara akan menetukan langkah
Negara tersebut baik dalam kaitannya dengan stabilitas dalam negeri ataupun dalam
hubungannya dengan Negara lain.
Bagi sebagian orang politik adalah sesuatu yang cantik, menggelitik walau tak
pernah lepas dari trik dan intrik. Indonesia menjalankan pemerintahan Republik
Presidensial Multipartai yang demokratis.Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya,
sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif,
eksekutif dan yudikatif.Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet.Kabinet di
Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada
presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen.
Walaupun di Indonesia menganut system multipartai dengan model demokrasi
langsung, banyak orang yang menganggap bahwa pemerintahan saat ini merupakan rezim
orde baru jilid II.Hal ini karena adanya dominasi golongan partai tertentu dalam komposisi
legislativ dan eksekutif. Dominasi tersebut sebenarnya merupakan hal yang wajar, akan
tetapi tak jarang dominasi itu justru menjadi sumber ketimpangan jika dalam proses
pengambilan keputusan, kepentingan pribadi dan golonganlah yang didahulukan. Dan itu
yang terjadi pada decade terakhir ini dalam dunia politik di negeri ini.
DPR dan MPR yang harusnya menjadi aliran suara rakyat, kini seakan hilang
taringnya menghadapi seorang sosok super. Akhirnya, konflik internal antara sesama
anggota dewan dan persaingan partai politiklah yang mendominasi keramaian politik.
Kepentingan rakyat hanya dijadikan sebagai pembenaran tingkah laku.Dengan “ideologi”
pragmatis-oportunistis, para politikus partai tidak lagi memiliki niat menjalankan tugas
kepolitikan mereka, yaitu, memperjuangkan kebaikan umum, mewujudkan kesejahteraan
ISLAM NUSANTARA
Proses penyebaran Islam merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam
sejarah Indonesia, tapi juga yang paling tidak jelas. Dapat dipastikan Islam sudah di negara
bahari Asia Tenggara sejak awal zaman Islam.Semangat penyebaran Islam sendiri dipicu oleh
hadits Nabi Muhammad Saw.yang berbunyi ,”ballighu ‘anni walau ayatan” (sampaikanlah apa
yang dari aku sekalipun satu ayat) yang kiranya telah memberi dorongan kuat bagi saudagar-
saudagar Arab pada zaman awal Islam untuk menyebarkan Islam ke Nusantara.
A. Geografi Nusantara
Menurut teori, dulu Nusantara terletak di persimpangan tiga lempeng dunia yaitu
lempeng Filipino, lempeng Euroasia dan lempeng Australia yang berpotensi menimbulkan
tekanan yang sangat besar pada lapisan kulit bumi sehingga proses inilah yang
menimbulkan naiknya tanah secara perlahan-lahan sehingga menjadi daratan Nusantara, di
kelilingi oleh barisan gunung berapi dan pegunungan yang sangat panjang, sebelum
menjadi nusantara daratan tersebut bernama Swetadwipaatau lemuria.
Sekitar 500.000 tahun silam es di kutub utara dan kutub selatan mencair yang
menyebabkan air laut neik sampai satu mill jauhnya, dan menimbulkan paparan benua
sunda yang tadinya satu kesatuan ahirnya terpisah menjadi pulau-pulau yang bersambung
sampai ke Australia, yang dinamakan Nusantara yang terdiri dari Sunda besar dan Sunda
kecil dan masih merupakan satu kesatuan dengan benua Asia.
Dalam peta geografi moderen, Nusantara terletak di persimpangan jalan menuju
samudra Hindia dan samudra Pasifik, yang tepat pada jalur perdagangan yang
menghubungkan teluk Benggala dengan laut Eina. Membentangnya Nusantara dari barat
ke timur itu sejauh 5000 km, dan dari utara ke selata sejauh 2000 km. karena luasnya
wilayah tersebut sampai terbagi menjadi tiga bagian waktu yatu, WIT, WITA, WIB. Dan
tidak lepas dari berbagai suku bangsa yang tidak kurang dari 300 suku bangsa.
B. Etnik Penghuni
Dalam kajian antropologi ragawi, bangsa nusantara memiliki sejarah yang sangat
panjang Eugene Dubois yang menemukan fosil manusia purba dan dinamakan dengan
pithecanthropus erectus yang di susul dengan homo mojokertensis, meganthropus
paleojavanicu, homo soloensis dan homo wajakensis menunjuk retangan wkyu antara
1.000.00 – 12.000 tahun yang silam nusantara sudah dihuni manusia.
Menurut kajian Harry Wdianhto dalam mata rantai itu masih putus, keberadaan
homo sapiens sebagai manusia moderen yang serentak muncul di bumi sekitar 40.000 tahun
lalu, sangat berbeda susunan morfologi dengan homo erectus. Berdasarkan perbedaan
morfologi homo sapiens yang hidup 40.000tahun lalu dengan homo erectus yang hidup
antara 300.000 – 200.000 tahun lalu, disimpulkan bahwa homo sapiens bukanlah
perkembangan evolutif dari homo erectus. Menurut data Lembaga Eijkma, homo erectus
yang hidup di pulau jawa antara 1.000.000 – 100.00 tahun lalu telah punah. Dan yang
ahirnya menghuni nusantara adalah homo erectus asal Africa yang datang sekitar 70.000 –
60.000 tahun lalu dan homo sapiens asal Asia yang datang sekitar 50.000 – 40.000 tahun