Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH LAHIRNYA PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM

INDONESIA (PMII)

Situasi dan Kondisi Politik


Ada beberapa situasi dan kondisi yang melatar belakangi proses kelahiran PMII
saat itu, antara lain situasi politik negara Republik Indonesia, Posisi Umat Islam
Indonesia, dan Keadaan Organisasi Mahasiswa saat itu. Namun disini penulis tidak akan
mengulas semua situasi dan kondisi politik disekitar proses kelahiran PMII tersebut,
tetapi hanya akan sedikit mengulas keadaan organisasi mahasiswa saat itu.
Yang dimaksud dengan keadaan organisasi mahasiswa disini adalah suatu wadah
aktivitas para mahasiswa di luar kampus (ekstra universiter dan ekstra kurikuler).
Dengan wadah seperti itu aktivitas mahasiswa banyak memberikan andil besar terhadap
pasang surutnya sejarah bangsa Indonesia, khususunya generasi muda. Andil tersebut
biasanya digerakkan oleh idealisme yang berorientasi pada situasi yang selalu
menghendaki adanya perubahan kearah perbaikan bangsanya, sesuai dengan cita-cita
proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pancasila dan UUD 1945.
Generasi muda khususnya para mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang
mendapat perhatian dari pemerintah, lantaran menyangkut masa depan kehidupan
bangsa. Situasi dunia kemahasiswaan saat itu banyak terkait dengan kondisi politik
nasional. Sebab sejarah kemahasiswaan di Indonesia pun paralel dengan apa yang
terjadi pada dasa warsa 1950-an, kegiatan mahasiswa pada dasa warsa 1950-an banyak
berkaitan dengan persoalan-persoalan politik, sebab mahasiswa pada saat itu lebih
cendrung merupakan alat partai politik).
Oleh karena itu wajar kalau organisasi mahasiswa harus terlibat dalam masalah
penyusunan kabinet. ) Demikian juga misalnya ketika pelaksanaan Pemilu tahun 1955,
organisasi mahasiswa Islam yang diwakili oleh HMI pada saat itu menyerukan kepada
masyarakat supaya memilih partai-partai Islam, dan khusus kepada warganya supaya
memilih salah satu partai Islam yang disenangi.  Sedangkan dalam pelaksanaan sidang
Dewan Konstituante 1957 di Bandung diwakili oleh Porpisi (perserikatan organisasi-
organisasi pemuda Islam Indonesia)  yang dipimpin oleh EZ. Muttaqin menjadi
peninjau pada pelaksanaan sidang tersebut.
Keterlibatan mahasiswa dalam politik praktis di imbangi pula oleh aktivitas-
aktivitas di bidang kepemudaan, baik dalam skala nasional maupun International.
Porpisi dan FPII (front pemuda Islam Indonesia) adalah dua organisasi yang telah
mengantarkan peran serta para pemuda islam Indonesia. Demikian juga kahadiran GPII
(Gerakan pemuda Islam Indonesia) sebelumnya telah memainkan peranan penting
dalam hubungannya dengan BKPRI (Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia) yang
dipimpin oleh Khairul Saleh.  Dalam pertemuan Kongres Pemuda Islam sedunia
(International Assembly of Muslem Youth) pada tahun 1955 di Karachi Pakistan,
pemuda Islam Indonesia diwakili oleh PORPISI.
Sementara PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) dan MMI
(Majlis Mahasiswa Indonesia) yaitu wadah federatif organisasi ekstra dan intra-
universiter telah memberi warna tersendiri dalam dunia kemahasiswaan. PPMI berdiri
tahun 1947 yang didukung oleh organisasi-organisasi ekstra-universiter baik yang
beraliran nasionalis, agama, sosialis maupun organisasi lokal. Organisasi sangat aktif
dalam kegiatan-kegiatan politik dalam dan luar negeri. Sebagai atas PPMI, maka
mahasiswa-mahasiswa yang masih menginginkan kemurnian aktivitasnya dari politik
mereka mendirikan organisasi Intra-universiter di tiap-tiap perguruan tinggi beruapa
Sema (Senat Mahasiswa) dan Dema (Dewan Mahasiswa) yang akhirnya berkembang
menjadi MMI.
Akan tetapi dalam perjalanan sejarahnya PPMI dan MMI juga sama saja, yaitu kedua
organisasi ini tidak bisa melepaskan diri dari soal politik. Oleh karena itu jika
mengungkapkan dunia kemahasiswaan secara organisasi pada tahun 1950-an tidak
terlepas dari adanya persaingan politik dalam dua tubuh organisasi federatif itu, bahkan
persaingan tersebut berlangsung hingga tahun 1965 disaat meletusnya G.30.S/PKI.
PPMI dan MMI yang sudah didominasi oleh CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa
Indonesia) yang berhaluan Komunis kemudian tamat riwayatnya bersamaan dengan
penganyangan terhadap G.30.S/PKI.
Dinamika kehidupan mahasiswa yang seperti itu telah mendorong sekelompok
mahasiswa nahdliyin untuk ikut berperan didalamnya, sebab dalam suasana seperti itu
para mahasiswa nahdliyin merasa tidak cukup tersalurkan aspirasinya hanya melalui
HMI. Wajar bila akhirnya para mahasiswa nahdliyin segera membentuk wadah
tersendiri, disamping alasan intern yakni IPNU sudah tidak lagi mampu mewadahi
gerakan para mahasiswa nahdliyin tersebut.

Ide Dasar Berdirinya PMII


Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari
adanya hasrat kuat para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah
(organisasi) mahasiswa yang berediologi Ahlussunnah Waljama’ah (aswaja). Ide ini tak
dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar Nahadlatul Ulama –
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama).
Secara historis, PMII merupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi
IPNU yang dibentuk dalam muktamar IIII PNU di Cirebon Jawa Barat pada tanggal 27
– 31 Desember 1958. Di dalam wadah IPNU-IPPNU ini banyak terdapat mahasiswa
yang menjadi anggotanya, bahkan mayoritas fungsionaris pengurus pusat IPNU-IPPNU
berpredikat sebagai mahasiswa.  Itulah sebabnya, keinginan dikalangan mereka untuk
membentuk suatu wadah khusus yang menghimpun para mahasiswa nahdliyin.
Pemikiran ini sempat terlontar pada muktamar II IPNU tanggal 1 – 5 Januari di
Pekalongan Jawa Tengah,  ) tetapi para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menanggapi
secara serius. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu
pembenahan, yakni banyaknya fungsionaris IPNU yang telah berstatus mahasiswa,
sehingga dikhawatirkan bila wadah khusus untuk mahasiswa ini berdiri akan
mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk, Tetapi aspirasi kalangan
mahasiswa yang tergabung dalam IPNU ini makin kuat, hal ini terbukti pada muktamar
III IPNU di Cirebon Jawa Barat, pucuk pimpinan IPNU didesak oleh para peserta
muktamar membentuk suatu wadah khusus yang akan menampung para mahasiswa
nahdliyin, namun secara fungsional dan struktur organisatoris masih tetap dalam
naungan IPNU, yakni dalam wadah departemen perguruan tinggi IPNU ).
Namun langkah yang diambil oleh IPNU untuk menampung aspirasi para
mahasiswa nahdliyin dengan membentuk departemen perguruan tinggi IPNU pada
kenyataannya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Terbukti apda Konprensi
Besar IPNU di Kaliurang Yogjakarta pada tanggal 14 – 16 Maret 1960, Forum
konprensi besar memutuskan terbentuknya suatu wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin
yang terpisah secara struktural maupun fungsional dari IPNU-IPPNU.

Proses Berdirinya dan Para Pendiri PMII


Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa pada puncak konferensi
besar IPNU pada tanggal 14 – 17 Maret 1960  di Kaliurang Yogyakarta dicetuskan
suatu keputusan perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa yang terlepas dari IPNU
baik secara struktur organisatoris maupun administratif. Kemudian dibentuklah panitia
sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang terdiri dari 13 orang dengan tugas
melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdliyin se-Indonesia, bertempat di Surabaya
dengan limit waktu satu bulan setelah keputusan itu.
Adapun ke 13 sponsor pendiri organisasi mahasiswa itu adalah sebagai berikut:
1. Sahabat Cholid Maward
2. Sahabat Said Budairy (Jakarta)
3. Sahabat M. Makmun Syukri BA (Bandung)
4. Sahabat Hilman (Bandung
5. Sahabat H. Isma’il Makky (Yogyakarta)
6. Sahabat Munsif Nahrawi (Yogyakarta)
7. Sahabat Nuril Huda Suaidy HA (Surakarta)
8. Sahabat Laily Mansur (Surakarta)
9. Sahabat Abd. Wahab Jailani (Semarang)
10. Sahabat Hisbullah Huda (Surabaya)
11. Sahabat M. Cholid Narbuko (Malang)
12. Sahabat Ahsan Husain (Makasar)

Seperti diuraikan oleh sahabat Chotbul Umam (mantan Rektor PTIQ Jakarta),
sebelum malaksanakan musyawarah mahasiswa nahdliyin, terlebih dahulu 3 dari 13
orang sponsor pendiri itu – terdiri dari :
1. Sahabat  Hisbullah Huda (Surabaya)
2. Sahabat  M. Said Budaury (Jakarta)
3. Sahabat  Makmun Syukri BA (Bandung)
Pada tanggal 19 Maret 1960 mereka berangkat ke Jakarta menghadap ketua Umum
partai NU yaitu KH. DR. Idham Khalid untu meminta nasehat sebagai pegangan pokok
dalam musyawarah  yang akan dilaksanakan. Dan pada tanggal 24 Maret 1960 mereka
diterima oleh ketua partai NU, dalam pertemuan tersebut selain memberikan nasehat
sebagai landasan pokok untuk musyawarah, beliau juga menekankan hendaknya
oraganisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat diandalkan sebagai kader partai
NU, dan menjadi mahasiswa yang berprinsip ilmu untuk diamalkan bagi kepentingan
rakyat, bukan ilmu untuk ilmu. Yang lebih penting lagi yaitu menjadi manusia yang
cakap serta bertaqwa kepada Allah SWT. Setelah beliau menyatakan “merestui
musyawarah mahasiswa nahdliyin yang akan diadakan di Surabayaitu”  ).
Pesan yang disampaikan oleh ketua partai NU tersebut, terasa sekali suasana
kepercayaan NU pada organisasi mahasiswa yang akan dibentuk ini. Bagaimana dengan
organisasi yang lain ?, keadaan yang demikian ini nampaknya dapat kita maklumi.
Keadaan waktu itu (1960-an) memang sangat kondusif bagi organisasi mahasiswa untuk
bersikap politis bahkan partai minded. Meningkatnya jumlah ormas-ormas mahasiswa
disertai oleh meningkatnya peran mereka secara kualitas dan terbukanya kesempatan
untuk mobilitas sosial  dibidang politik  ). Hal ini senada yang disampaikan oleh
Rocamora (dikutip oleh Burhan D. Magenda dalam Prisma nomor 12 Desember 1977)
tentang keterkaitan/hubungan antara organisasi mahasiswa dan partai politik. Rocamora
menunjukkan bagaimana pimpinan organisasi mahasiswa berafiliasi dengan partai
politik waktu itu. Proses regenerasi ini berjalan secara damai dan sesuai dengan prinsip-
prinsip organisasi. Gejala seperti itu juga terlihat hampir pada semua organisasi
mahasiswa, termasuk di dalamnya PMII yang baru dibentuk  ).
Kalau PMII juga aktif dibidang politik, seperti yang disampaikan oleh Abd, Rohim
Hasan di depan forum Kongres PMII ke IV di Makasar pada tahun 1970 “mengapa
PMII mesti berpolitik ? bukankah itu akan mengganggu tugas utamanya, belajar dan
belajar ?, bukankah persoalan poltik itu nanti setelah lulus dan terjun ditengah
masyarakat ?, Ruang kuliah adalah preparasi untuk pekerjaan politik. Gerakan-gerakan
kita adalah sekaligus gerakan belajar dan gerakan politik).
Lebih lanjut ia mengatakan “Mengapa PMII mesti berpolitik baik secara praktis maupun
konsepsional, belajar dan berpolitik bukanlah suatu hal yang tabu, tetapi justru prinsip
berpolitik itu adalah bersamaan dengan keberadaan PMII itu sendiri. Hal ini ditegaskan
dalam dokumen historis PMII – Gelora Megamendung – Pokok-pokok pikiran training
course II PMII pada tanggal 17 – 27 April 1965 di Megamendung Bogor Jawa Barat –
yang menolak dengan tegas prisnsip ilmu untuk ilmu. PMII dengan tegas menetapkan
bahwa ilmu harus diamalkan, dalam arti untuk kepentingan agama, bangsa dan negara.
Bagi PMII organisasi tak lebih sebagai alat perjuangan, sedang berpolitik tak lain untuk
mengamalkan ilmu pengetahuan dalam perjuangan mengabdikan diri pada agama,
bangsa dan negara. Tugas setiap warga PMIIadalah memadukan ketinggian ilmu dan
kesadaran berpolitik. Berpolitik bagi PMII (waktu itu) dan terjun dalam kegiatan partai
dalam bentuk apapun).
Awal mula berdirinya PMII nampaknya lebih dimaksudkan sebagai alat untuk
memperkuat partai NU. Hal ini terlihat jelas dalam aktivitas PMII antara tahun 1960 –
1972 (sebelum PMII menyatakan diri independen) sebagian besar program-programnya
berorientasi politis. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi :
Pertama, adanya anggapan bahwa PMII dilahirkan untuk pertama kali sebagai
kader muda partai NU, sehingga gerakan dan aktivitasnya selalu diorientasikan untuk
menunjang gerak dan langkah partai NU.
Kedua, suasana kehidupan berbangsa dan bernegara pada waktu itu sangat kondusif
untuk gerakan-gerakan politk, sehingga politik sebagai panglima betul-betul menjadi
policy pemerintah orde lama. Dan PMII sebagai bagian dari komponen bangsa mau
tidak mau harus berperan aktif dalam konstalasi politik seperti itu  ).
Lebih jauh Sahabat H. Mahbub Junaidi mengatakan (sambutan pada acara pancawarsa
hari lahir PMII) “Mereka bilang mahasiswa yang baik adalah mahasiswa non partai,
bahkan non politis, yang berdiri diatas semua golongan, tidak kesana, tidak kesini,
seperti seorang mandor yang tidak berpihak. Sebaliknya kita beranggapan, justru
mahasiswa itulah yang harus berpartisipasi secara konkrit dengan kegiatan-kegiatan
partai politik).
PMII merupakan Organisasi Kepemudaan yang berbasis Mahasiswa dan Memiliki 237
Cabang dan Memiliki 33 Pengurus Koordinator Cabang (PKC) tersebar diseluruh
penjuru Tanah Air. Dan salah satunya adalah PMII Cabang Kotabumi Lampung Utara
Yang Memiliki 5 (Lima) Komisariat dan 1 (Satu) Komisariat Persiapan disetiap
Perguruan Tinggi yang ada di Lampung Utara antara lain :
1. Komisariat Kota (STMIK Surya Intan)
2. Komisariat  Cendikia (DCC)
3. Komisariat Sindang Sari (STKIP-M)
4. Komisariat Hasan Kepala Ratu (STIH-M)
5. Komisariat Bintang Sembilan (STAINU)
6. Komisariat Persiapan STIR Ibnu Rusyd

Tetapi sebelum menjadi cabang terlebih dahulu PMII Cabang Kotabumi menjadi
Komisariat Lampung Utara bagian dari PMII Cabang Lampung mulai tahun 1983,
Sebagai Ketua Umum Sahabat Teddy Djunaidi dan Ketua Komisariat Lampung Utara
Pada Saat Itu Sahabat Sahrul Efendi, SH,

Pada Tahun 1999-2000 Setelah PMII Cabang Lampung Melalui Konfercab


(Konferensi Cabang) VVIII, PMII Cabang Lampung Menurunkan Statusnya Menjadi
Cabang Bandar Lampung, maka hasil dari Konfercab tersebut direkomendasikan
berdirinya sebuah Cabang PMII Kotabumi Lampung Utara. Adapun yang telah
menjabat sebagai Ketua Umum PMII Cabang Kotabumi Adalah :
       Drs. Syahrul Effendi : 1989 – 1990
       Anom Sauni,SH.,MM : 1993 – 1994
       Herman Ali,SH : 1995 – 1996
       Akhmaludin,SH : 1998 –  1999
       Armin,SH : 2000 – 2001
       Ruminawati : 2002 – 2003
       Mansyur,S.Kom : 2005 – 2006
       Wawansyah AS,S.Kom.,MM : 2006 – 2007
       Riduan RC,S.Kom : 2007 – 2008
10.     Hendri Hasyim : 2009 – 2010
11.     Ifthoro I. Kesuma : 2010 – 2012
12.     Yokie Agung Malian : 2012 - 2013
13.     Fitriyani,S.Kom                        : 2013 - 2014
: 2014-sekarang

Sehingga PMII Cabang Kotabumi Lampung Utara tetap Eksis baik didunia
Kepemudaan maupun di dunia Kemahasiswaan.

“ Selamat Bergabung Dengan ”


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
(PMII)
” Habislah Sudah Masa Yang Suram “
“ Selesai Sudah Derita Yang Lama “
“ Tangan Terkepal dan maju Kemuka ”

Anda mungkin juga menyukai