Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PRILAKU DAN PRANCANGAN


ORGANISASI
“HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)”

Disusun Oleh:

Misra Hayati (210130006)


Selvi Diana Br Tarigan (210130014)
Muhammad Rizki (210130022)
Evisa Amanda (210130030)
Andrian (210130034)
Mauliya Rahmi (210130040)

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(HMI)" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Prilaku Dan Prancangan
Organisasi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang taqwa hubungan
manusia dengan Allah dan dengan seluruh aspek kehidupan, bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Defi Irwansyah,ST.,M.Eng selaku
Dosen mata kuliah Prilaku Dan Prancangan Organisasi. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Lhokseumawe, 15 april 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ......................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................. iii

I SEJARAH HMI .............................................................................. 1

1.1. SEJARAH HMI DI INDONESIA ............................................ 1

1.2. LEMBAGA PENGEMBANG PROFESI (LPP) ...................... 4

II ORGANISASI HMI ....................................................................... 4

2.1 KEPENGURUSAN HMI.………. .......................................... . 4

LAMPIRAN

iii
BAB 1
SEJARAH HMI

1.1 SEJARAH HMI DI INDONESIA

Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi


kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang
beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi
Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada
waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Oleh karena Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih
menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan
alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang
berdiri dan terpisah dari Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta.

Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibu


kota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh Partai
Sosialis pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang dipelopori
oleh Masyumi pimpinan Soekiman - Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi
Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto, serta Persatuan Pernyangannya Tan Malaka. Polarisasi ini
bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang. Pihak Partai Sosialis (Pemerintah)
menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada perjuangan
berdiplomasi sementara pihak oposisi berpegang pada perjuangan bersenjata
melawan Belanda.
Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah
pengurus Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta berorientasi kepada Partai Sosialis. Melalui
merekalah Partai Sosialis mencoba mendominasi Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta.
Namun mahasiswa yang masih memiliki idealisme tidak dapat membiarkan usaha Partai
Sosialis hendak mendominir Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang
sangat kritis dikarenakan Belanda semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus
mendatangkan bala bantuan dengan persenjataan modern disertai dengan peristiwa Agresi
Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947 Dengan situasi yang demikian para mahasiswa
yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak setidak-tidaknya
mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat melemahkan
potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi
Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat
dalam polarisasi politik.

1
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk mendirikan
organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan
organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, tetapi selalu ditunda dan dianggap belum tepat.
Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu
perlu diwujudkan karena bila membiarkan Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta lebih lama
didominasi oleh Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai
Sosialis terhadap Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari kalangan
mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa katolik, serta berbagai
mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.
HMI diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas
Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-
UII). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk
organisasi mahasiswa bernapaskan Islam dan setelah mendapatkan cukup dukungan, pada
bulan November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik
di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi,
untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini dihadiri kurang
lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa
Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak
menghasilkan kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan
rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan
jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14
Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan
Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang
langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan "Hari
ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang
diperlukan sudah beres".
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, tetapi dia menolak
dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat
tersebut.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah sebagai
berikut:

• Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran
dasarnya telah dipersiapkan.
• Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya
untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
• Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian
apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi
Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang.

2
Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan
dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk
mengambil keputusan:

• Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan
berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan:
o Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
Rakyat Indonesia
o Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
• Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah
Tangga akan dibuat kemudian.
• Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.

Adapun peserta rapat yang berhadir adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan
Husein, Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan), Suwali, Yusdi
Ghozali; tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII), Mansyur, Siti Zainah (istri Dahlan
Husein), MuhammadAnwar, HasanBasri, Zulkarnaen, TayebRazak, TohaMashudi dan Bidrn
Hadi.
Selain itu keputusan rapat tersebut memutuskan kepengurusan Himpunan
Mahasiswa Islam sebagai berikut:

Ketua : Lafran Pane


Wakil Ketua : Asmin Nasution
Penulis I : Anton Timoer Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Penulis II : Karnoto Zarkasyi
Bendahara I : Dahlan Husein
Bendahara II : Maisaroh Hilal
Suwali
Anggota : Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Mansyur

3
1.2 LEMBAGA PENGEMBANG PROFESI (LPP)

Lembaga Pengembangan Profesi adalah lembaga pengkaderan untuk pengembangan profesi di


lingkungan HMI. Lembaga Pengembangan Profesi terdiri dari:

1. Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), pencetus terbentuknya Lembaga


Dakwah Kampus (LDK)
2. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI).
3. salah satu produk yang punan
4. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
5. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
6. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
7. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
8. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
9. Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI)
10. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
11. Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI)

Dalam Perkembangannya Himpunan Mahasiswa Islam kemudian terpecah menjadi dua


karena upaya Orde Baru dalam meletakkan asas tunggal pancasila, yang merapat pada
kekuasaan Orde Baru disebut HMI Dipo dan yang tetap sesuai asas Islam adalah HMI MPO,
tetapi keduanya tetap menyebut sebagai HMI dalam dokumen organisasi.

4
BAB II

ORGANISASI HMI

2.1 KEPENGURUSAN HMI

- KETUA PB HMI

Raihan Ariatama, S.I.P., M.Ec.Dev. (lahir 25 Desember 1992) adalah aktivis yang
menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode
2021–2023. Ia terpilih dalam Kongres ke-XXXI HMI di Surabaya pada 17-25 Maret 2021.

Raihan Ariatama dilahirkan di Bukittinggi, Sumatra Barat, 25 Desember 1992 dan


bersuku Minangkabau. Ia melalui masa kecil di tanah kelahirannya. Ia mengenyam
pendidikan di SD Negeri 27 Gadut, Tilatang Kamang, Agam (1999–2005), SMP Negeri 3
Bukittinggi (2005–2008), dan SMA Negeri 4 Bukittinggi (2008–2011). Setelah lulus SMA
pada 2011, Raihan mengambil studi S1 Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP),
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol
UGM) Yogyakarta. Ia meraih gelar Sarjana Ilmu Politik pada 2016. Ia kemudian
meneruskan studi S2 Magister Ekonomi Pembangunan (MEP) Konsentrasi Perencanaan
Pembangunan Daerah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM sejak 2017 dan lulus
dengan gelar Master of Economics of Development pada 2019.

5
- KETUA HMI LHOKSEUMAWE – ACEH UTARA

Dalam konfercab ke-29 tersebut ada 3 Calon Ketua Umum yang mendaftarkan diri,
yaitu Sadra munawar dari komisariat Fisip Unimal, Fachrul Razi dari komisariat Syari'ah IAIN,
dan Muhammad fadli dari komisariat Hukum Unimal. Nama Muhammad Fadli terus mencuat
kuat sebelum terselenggaranya konferensi cabang (Konfercab) Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) cabang Lhokseumawe - Aceh Utara
Kemudian Ditetapkannya Muhammad Fadli sebagai Formature/Ketua
Umum HMI Cabang Lhokseumawe- Aceh Utara setelah memperoleh suara terbanyak dalam
pemilihan yaitu dengan memperoleh 13 suara, Fachrul Razi 4 suara, Sadra Munawar 2 suara
dari total 19 suara yang diperebutkan.

- STRUKTUR ORGANISASI HMI LHOKSEUMAWE – ACEH UTARA

Di dalam organisasi hmi lhokseumawe – aceh utara terdapat 16 bidang yang di bawahi
langsung oleh ketua umum dan 16 ketua bidang diantaranya ialah:

• Pembinaan anggota
• Pembinaan aparatur organisasi
• Bidang perguruan tinggi kemahasiswaan dan pemudaan
• Bidang partisipasi pembangunan daerah
• Kewirausahaan
• Pengembangan profesi
• Hukum dan ham
• Lingkungan hidup dan SDA
• Pemberdayaan umat
• INFOKOM
• Sosial dan politik
• IPTEK dan Pendidikan
• Industri daerah dan pengembangan desa
• Pemberdayaan perempuan
• Budaya dan parawisata
• Kesejahteraan masyarakat

6
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai