Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH BERDIRINYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) DI INDONESIA

Mudzakkar NB
PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG UJUNG PANDANG Periode 1997-1998, 1998-1999
Email: mudzakkar.nb@gmail.com

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa yang didirikan di

Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947,

atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI), sekarang

Universitas Islam Indonesia (UII).

Daftar Isi :

1. Sejarah
2. Awal berdirinya HMI
3. Lembaga Pengembangan Profesi (LPP)
4. Daftar Ketua Umum
5. Alumni
6. Tokoh Nasional
7. Penalaran Luar
8. Referensi

SEJARAH

Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi

kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang

beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi

Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang

sekarang Universitas Gajah Mada (UGM) pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum

dan Fakultas Sastra. Oleh karena Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak

memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama

Islam. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa

Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari Perserikatan

Mahasiswa Yogyakarta.
Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibu kota Yogyakarta mengalami

polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh Partai Sosialis pimpinan Syahrir -

Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi pimpinan Soekiman -

Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto, serta Persatuan

Pernyangannya Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak

belakang. Pihak Partai Sosialis (Pemerintah) menitikberatkan perjuangan memperoleh

pengakuan Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi sementara pihak oposisi berpegang

pada perjuangan bersenjata melawan Belanda.

Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus

Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta berorientasi kepada Partai Sosialis. Melalui merekalah

Partai Sosialis mencoba mendominasi Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta. Namun

mahasiswa yang masih memiliki idealisme tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis

hendak mendominir Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang sangat kritis

dikarenakan Belanda semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala

bantuan dengan persenjataan modern disertai dengan peristiwa Agresi Militer Belanda I pada

tanggal 21 Juli 1947 Dengan situasi yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni

tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari

polarisasi politik yang sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda.

Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa

yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.

Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi

baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru

sudah ada cita-cita akan itu, tetapi selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat

dari berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu

diwujudkan karena bila membiarkan Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta lebih lama


didominasi oleh Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai

Sosialis terhadap Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari kalangan

mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa katolik, serta berbagai

mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.

AWAL BERDIRINYA HMI

HMI diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas Hukum

Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII). Ia

mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi

mahasiswa bernapaskan Islam dan setelah mendapatkan cukup dukungan, pada bulan

November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di

Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Tinggi Teknik, untuk

menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih

30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta

dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan

kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanpa

undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah

Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal

1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30

(sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan

kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan "Hari ini adalah rapat

pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah

beres"
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, tetapi dia menolak

dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat

tersebut.

Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut:

Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran

dasarnya telah dipersiapkan.

Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya

untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.

Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun

bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa

Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang.

Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan

lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil

keputusan:

Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya

organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan:

Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia

Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam

Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah

Tangga akan dibuat kemudian.

Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) :


Adapun peserta rapat yang berhadir adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein,

Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan), Suwali, Yusdi Ghozali;

tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII), Mansyur, Siti Zainah (istri Dahlan

Husein), Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan

Bidron Hadi.

Selain itu keputusan rapat tersebut memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam

sebagai berikut:

Ketua Lafran Pane

Wakil Ketua Asmin Nasution

Penulis I Anton Timoer Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)

Penulis II Karnoto Zarkasyi

Bendahara I Dahlan Husein

Bendahara II Maisaroh Hilal

Anggota Suwali

Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)

Mansyur

LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI (LPP) :

Lembaga Pengembangan Profesi adalah lembaga pengkaderan untuk pengembangan profesi


di lingkungan HMI. Lembaga Pengembangan Profesi terdiri dari:

1. Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), pencetus terbentuknya Lembaga


Dakwah Kampus (LDK)
2. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
3. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
4. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
5. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
6. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
7. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
8. Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI)
9. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
10. Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI)

Dalam Perkembangannya Himpunan Mahasiswa Islam kemudian terpecah menjadi dua


karena upaya Orde Baru dalam meletakkan asas tunggal pancasila, yang merapat pada
kekuasaan Orde Baru disebut HMI Dipo dan yang tetap sesuai asas Islam adalah HMI MPO,
tetapi keduanya tetap menyebut sebagai HMI dalam dokumen organisasi.

DAFTAR KETUA UMUM HMI

1. Lafran Pane Tahun 1948


2. Mohammad Syafa’at Mintareja Tahun 1948
3. Letjen TNI (Purn) A. Ahmad Tirtosudiro Tahun 1948-1949
4. Lukman El Hakim Tahun 1950-1951
5. Dahlan A. Ranuwiharjo Tahun 1951-1953
6. Deliar Noer Tahun 1953-1955
7. Amir Rajab Batubara Tahun 1955-1957
8. Ismail Hasan Matereum Tahun 1957-1960
9. Nursal Tahun 1960-1963
10. Sulastomo Tahun 1963-1966
11. Nurcholis Majid Tahun 1966-1969
12. Nurcholis Majid Tahun 1969-1971
13. Akbar Tanjung Tahun 1971-1974
14. Ridwan Saidi Tahun 1974-1976
15. Chumaidi Syarif Romas Tahun 1976-1978
16. Abdullah Hehamuhua Tahun 1978-1981
17. Ahmad Zacky Siradj Tahun 1981-1983
18. Harry Azhar Azis Tahun 1983-1986
19. M. Shaleh Khalid Tahun 1986-1988
20. Herman Widyananda tahun 1988-1990
21. Ferry Mursidan Baldan Tahun 1990-1992
22. Yahya Zaini Tahun 1992-1995
23. Taufik Hidayat Tahun 1995-1997
24. Anas Urbaningrum Tahun 1997-1999
25. M. Fahruddin Tahun 1999-2002
26. Kholis Malik Tahun 2002-2004
27. Hasanuddin tahun 2004-2006
28. Fajar R. Zulkarnain Tahun 2006-2008
29. Arip Mustofa Tahun 2008-2010
30. Noer Fajriansyah Tahun 2010-2013
31. Arif Rosyid Tahun 2013-2015
32. Mulyadi P. Tamsir Tahun 2015-2018
33. Respiratori Saddam Aljihad 2018-2021
TOKOH NASIONAL
Artikel utama untuk bagian ini: Kategori: Tokoh HMI

1. Nurcholish Madjid / Cak Nur (Tokoh Bangsa)


2. Jusuf Kalla, (Wakil Presiden RI)
3. Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Jakarta)
4. Komaruddin Hidayat (Mantan Rektor UIN Jakarta)
5. Alm. Iqbal Abdu Rauf Saimima (Majalah PanjiMas)
6. Yudi Latif (Intelektual)
7. Amin Abdullah (Mantan Rektor UIN Jogja)
8. Kuntowijoyo (alm) (sejarawan UGM)
9. Muhammad Rizieq Shihab
10. Taufik Ismail (Budayawan)
11. Sulastomo
12. Hamzah Haz (Wapres RI 2001-2004)
13. Akbar Tanjung (Mantan Ketua DPR RI)
14. Amien Rais (Mantan Ketua MPR RI)
15. A. M. Fatwa (DPD RI)
16. Fahmi Idris (Mantan Menteri Perindutrian)
17. Mar'ie Muhammad (Mantan Menteri Keuangan)
18. Mahfud MD, (Mantan Ketua MK)
19. Anies Baswedan
20. Anas Urbaningrum
21. Karni Ilyas
22. Teguh Juwarno
23. Abraham Samad (KPK)
24. Abdullah Hehamahua (KPK)
25. Busyro Muqqodas (KPK)
26. Bambang Widjoyanto (KPK)
27. Adnan Pandu Praja (KPK)
28. Chandra M Hamzah (KPK)
29. Harry Azhar Azis (Ketua BPK)
30. Ade Komarudin (Ketua DPR RI 2016-2019)
31. Zulkifli Hasan (Mantan Menteri Kehutanan dan Ketua MPR 2014-2019)
32. Bagir Manan (Mantan Ketua MA)
33. Anwar Nasution (mantan Gubernur BI)
34. Syafii Maarif (Mantan ketua Muhammadiyah)
35. Ridwan Saidi (budayawan)
36. Yusril Ihza Mahendra
37. Adhiyaksa Daud
38. Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI 2004-2009)
39. Didin Hafinuddin
40. Musni Umar (Pengamat Sosial Politik)
41. Jimly Ashiddiqie (Mantan Ketua MK)
42. Hamdan Zoelva (Mantan Ketua MK)
43. Artijo Alkostar (MA)
44. Irman Gusman (ketua DPD RI 2009-2014, 2014-2019)
45. Rina Valinka, Ferry Rizkia, Sigit Pamungkas, Husni Kamil Manik (KPU RI)
46. Muhammad (Bawaslu RI)
47. Yuddi Chrisnandi (Menpan RB 2014-2019)
48. Ferry Mursyidan Baldan (Menteri Agraria dan Tata Ruang RI 2014-2016)
49. Amran Sulaiman (Menteri Pertanian 2014-2019)
50. M. Nasir (Menteri Ristek dikti 2014-2019)
51. Rudiantara (Menkominfo 2014-2019)
52. Sudirman Said
53. Andrinof Chaniago (Mantan kepala BAPPENAS)
54. Sofyan Djalil (Menko Perekonomian)
55. Siti Nurbaya (Menteri LH 2014-2019)
56. M.S Kaban (Menteri Kehutanan 2004-2009)
57. Saleh Husin (Menteri Perindustrian 2014-2019)
58. Muhammad Nuh (Mendikbud 2009-2014)
59. Bambang Sudibyo (Mendikbud 2004-2009)
60. A Malik Fajar (Mendikbud 2001-2004)
61. Hatta Rajasa (Menko Perekonomian 2009-2014)
62. Bursah Zarnubi (Mantan Ketua Umum PBR)
63. Ryas Rasyid (Menteri Negara Otonomi Daerah 1999-2000)
64. Abu Bakar Ba'asyir
65. Sutrisno Bachir
66. Prof. dr.Taruna Ikrar, Ph.D (Ilmuwan di USA/Pakar Otak)
67. Mukti Ali
68. Burhanuddin Muhtadi
69. Kak Seto (Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak)
70. Dedi Mulyadi ( Bupati Purwakarta )
71. Muhammad Hafiz (Pengusaha Pempek Raihan Palembang)

ANGGOTA DPR RI PERIODE 2014-2019

Alumni HMI dari PDIP:

1. Erwin Muslimin Singajuru (Sumatra Selatan II),


2. Henri Yosodiningrat (Lampung II),
3. Jalaluddin Rakhmat (Jawa Barat II),
4. Mohamad Prakosa (Jawa Tengah IX),
5. Idham Samawi (Daerah Istimewa Yogyakarta),
6. Hamka Haq (Jawa Timur II),
7. Nasyirul Falah Amru (Jawa Timur X),
8. Pramono Anung Wibowo(Jawa Timur VI)
9. Nurmansyah E Tanjung (Jawa Barat V)
Alumni HMI dari Partai Golkar:

1. Rambe Kamaruzzaman (Sumatra Utara II),


2. Kahar Muzakir (Sumatra Selatan I),
3. Azhar Romli (Bangka Belitung),
4. Deding Ishaq (Jawa Barat III),
5. Eka Sastra (Jawa Barat III),6. Ichsan Firdaus (Jawa Barat V),
6. Ade Komarudin (Jawa Barat VII),
7. Agun Gunanjar Sudarsa (Jawa Barat X),
8. Ahmad Zacky Siradj (Jawa Barat XI),
9. Endang Maria Astuti (Jawa Tengah IV),
10.. Iqbal Wibisono (Jawa Tengah VI),
11. Bambang Soesatyo (Jawa Tengah VII),
12. Ridwan Hisjam (Jawa Timur V),
13. Sarmuji (Jawa Timur VI),
14. Zainudin Amali (Jawa Timur XI),
15. Yayat Y. Biaro (Banten II),
16. Aditya Anugerah Moha (Sulawesi Utara),
17. Mohammad Said (Sulawesi Tengah),
18.. Syamsul Bachri (Sulawesi Selatan II),
19. Andi Fauziah Pujiwatie (Sulawesi Selatan III)
20. Saiful Bahri Ruray (Maluku Utara).
21. Fadel Muhammad (Gorontalo)
22. Zulfadhli (Kalimantan Barat)
23. Sukiman (Kalimantan Barat)

Alumni HMI dari Partai HANURA:

1. Fauzih Amro (Sumatra Selatan I),


2. M. Farid Alfauzi (Jawa Timur XI)
3. Syarifuddin Suding (Sulawesi Tengah)
4. Saleh Husin (NTT II)

Alumni HMI dari PAN:

1. Alim Abdullah (Lampung II),


2. Teguh Juwarno (Jawa Tengah IX),
3. Totok Daryanto (Jawa Timur V),
4. Viva Yoga Mauladi (Jawa Timur X)
5. M. Yamin Tawary (Maluku Utara)
6. Zulkifli Hasan (Lampung I)

Alumni HMI dari NASDEM:


1. Zulvan Lindan (Nangroe Aceh Darussalam II)
2.. Taufiqulhadi (Jawa Timur IV)
3. Akbar Faizal (Sulawesi Selatan II)
4. Ahmad M. Ali (Sulawesi Tengah)

Alumni HMI dari Demokrat:

1.Saan Mustopa (Jawa Barat VII)


2. Nurhayati Ali Assegaf (Jawa Timur V)
3. Wahidin Halim (Banten III)
4. Syariefuddin Hasan (Jawa Barat III)

Alumni HMI dari PKB:

1. Handayani (Jambi)

Alumni HMI dari PPP:

1. Irgan Chairul Mahfiz (Banten III)


2. Mohammad Arwani Thomafi (Jawa Tengah III)
3. Reni Marlinawati (Jawa Barat IV)
4. Arsul Sani (Jawa Tengah X)

Alumni HMI dari Gerindra:

1. Desmond Junaidi Mahesa (Banten II)


2. Darori (Jawa Tengah VII)
3. Supratman Andi Agtas (Sulawesi Tengah)

Alumni HMI dari PKS:

1.. Tamsil Linrung (Sulawesi Selatan I)

2. Hermanto (Sumatra Barat I)

3. Hidayat Nur Wahid ( DKI Jakarta II)

4. Soemandjaja (Jawa Barat V)


Referensi

1. Al Mandari, Syafinudin, 2003, Demi Cita-cita HMI, Catatan Ringkas


Perlawanan Kader dan Alumni HMI terhadap Rezim Orde Baru, Karya
Multi Sarana, Jakarta.
2. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI(1974-1975), Bina Ilmu.
3. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers, 1984
4. Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI mengabdi Republik,
LASPI, 1997.
5. Solichin, HMI: Kawah Candradimuka Mahasiswa, Sinergi Persadatama
Foundation, 2013
6. Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988.
7. Sitompul, Agussalim, 1997, Citra HMI, Aditya Media, Yogyakarta.
8. Sitompul, Agussalim, 1995, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam
Tahun 1947 – 1993, Intermasa, Jakarta.
9. Tanja,Victor, 1991, Himpunan Mahasiswa Islam; Sejarah dan
Kedudukannya di Tengah - Tengah Gerakan - Gerakan Muslim
Pembaharu Di Indonesia.
10. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan,
1997.
11. Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997.

Anda mungkin juga menyukai