PERADABAN ISLAM
DISUSUN OLEH
YOGYAKARTA, 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Adapun penulis mengkhususkan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Miski SHI MSos selaku Dosen Pengampu mata kuliah Peradaban Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Teman-teman yang telah memberi bantuan dan dukungan selama menyelesaikan
tugas.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari akan kekurangan
makalah ini, diharapkan pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
kebaikan bersama.
Yogyakarta, 5 Desember 2021
penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Telah tercatat dalam sejarah bahwa Islam telah berjaya dan mengalami kemajuan
dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun sehingga membuat masyarakat Islam merasa
bangga dengan kejayaan yang pernah diraihnya, namun disisi lain kenyataannya umat Islam
pernah mengalami kemunduran dan keterbelakangan (Harun Nasution, 1992: 12). Hal
tersebut dapat dilihat setelah Nabi Muhammad saw menjadikan Islam berjaya dan diakui oleh
seluruh dunia sampai sekarang ini. Oleh karena itu, di dalam diri umat Islam muncul
pandangan yang menyebutkan bahwa politik dan peradaban Islam merupakan bagian yang
integral dari ajaran Islam. Alasannya adalah ajaran Islam memiliki fleksibilitas dan elastisitas
yang tinggi serta memiliki relevansi yang kuat dengan perkembangan umat Islam itu sendiri.
Di samping itu, salah satu bukti bahwa Islam akan tetap berjaya adalah muncul dan
berkembangnya Islam di Indonesia yang telah menjadi bukti sejarah bagi bangsa Indonesia
dimana peranannya sangat besar terhadap perjuangan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Dengan melihat ke belakang. sejarah masuknya Islam di Indonesia yaitu melalui berbagai
macam cara dimana di antaranya adalah melalui perdagangan, perkawinan yang dimotori
oleh para saudagar-saudagar Arab, pendidikan (pesantren), tasawuf, dakwah, kesenian dan
budaya. Dengan kehadiran mereka maka tertarik pula kalangan putra-putri pilihan bangsa
Indonesia untuk mendalami dan mempelajari Islam sampai mereka menjadi ulama besar dan
aktif mendakwahkan ajaran agama Islam kepada rakyat Indonesia sehingga dari perjuangan
itulah Islam sampai sekarang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Perjuangan Islam
tersebut tidak hanya sampai sebatas itu akan tetapi perjuangan melawan penjajah pun nyawa
menjadi taruhannya sehingga pada saat itu peranan Islam terhadap kemerdekaan mendapat
andil yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Pada zaman penjajahan, manifestasi
nasionalisme lebih nyata dalam melawan kolonialisme, namun nasionalisme tidak bergantung
semata-mata pada kolonialisme.Kenyataannya, kesadaran nasional tetap ada meskipun tidak
ada kolonialisme, atau setelah kolonialisme itu lenyap. Bahkan nasionalisme bertambah subur
tanpa adanya kolonialisme. Itulah yang kita sebut nasionalisme bebas, artinya tanpa tekanan
kolonialisme (Slamet Muljana, 2008: 7). Namun, pada saat kemerdekaan tercapai yaitu pada
tanggal 17 Agustus 1945 timbullah pergolakan antara para kalangan yang ingin menentukan
ideologi negara bangsa Indonesia. Pergolakan tersebut terbagi dalam dua kubu yaiu kalangan
Muslim dan Nasionalis, salah satunya ingin menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara
Islam namun hal tersebut mendapat tantangan dari kalangan lain yang ingin menjadikan
Negara Islam menjadi Negara Pancasila. Akibat dari munculnya gejolak tersebut
perkembangan Islam dari segi politik makin membesar disebabkan kekecewaan dari kalangan
Islam yang ingin menjadikan Negara Indonesia menjadi Negara khilafah Islam, dan
kekecewaan itu memuncak ketika dideklarasikan Negara Indonesia sebagai Negara pancasila.
4
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN MASALAH
Mengetahui peradaban dan pemikiran islam di indonesia setelah kemerdekaan.
5
BAB II
HASIL PEMBAHASAN
1
Beti Yanuri Posha, PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Jurnal HISTORIA
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2015, ISSN 2337-4713
2
Ibid hal. 78
6
Dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), umat Islam punya peranan penting. Pertama, secara fisik
umat Islam dengan Laskar Hisbullah-Sabilillah, kemudian diteruskan Asykar
Perang Sabil (APS) dan laskar Islam lainnya di daerah, gigih berjuang
membantu TKR (TNI) untuk mempertahankan NKRI dengan perang gerilanya
melawan sekutu-NICA (Netherland Indie Civil Administration, Belanda) yang
akan kembali berkuasa di Indonesia.
Pemberontakan PKI 1948 ini berjalan secara biadab, membantai para ulama
dan santri, membantai kaum nasionalis, membantai pamong praja. Dapat
digambarkan ada suatu gedung untuk pembantaian yang darahnya
menggenang sampai satu kilan.
3
Siti Thoifah dkk, PERADABAN ISLAM DI INDONESIA SESUDAH KEMERDEKAAN
7
Pembentukan Kementrian Agama ini tidak lepas dari keputusan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dalam sidangnya pada tanggal 25-26
Agustus 1945 yang membahas agar dalam Indonesia yang merdeka ini soal-
soal keagamaan digarap oleh suatu kementrian tersendiri, tidak lagi bagian
tanggung jawab kementrian Pendidikan. Kementrian Agama resmi berdiri 3
Januari 1946 dengan Menteri Agama pertama M. Rasyidi yang diangkat pada
12 Maret 1946.4 Sebelum terbentuknya kementrian ini, ada pembahasan
mengenai apakah kementrian ini akan dinamakan kementrian agama Islam
ataukah kementrian agama saja. Akhirnya diputuskan menjadi kementrian
agama, yang pertama-tama mempunyai tiga seksi dan kemudian empat seksi,
masing-masing kaum muslimin, umat protestan, umat katholik, dan umat
hindu budha (dulu disebut agama Hindu Bali).
Tujuan dan Fungsi Kementrian Agama (dirumuskan pada 1967) :
Mengurus serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah serta
membimbing perguruan-perguruan agama.
Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan Agama dan
keagamaan.
Memberi penerangan dan penyuluhan agama.
Mengurus dan mengatur peradilan agama serta menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan hukum agama.
Mengurus dan mengembangkan IAIN, perguruan tinggi agama swasta dan
pesantren luhur, serta mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada
perguruan-perguruan tinggi.
Mengatur, mengurus dan mengawasi penyelenggaraan ibadah haji.
4
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada,),hal.89
5
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000),157
8
menimbulkan perkembangan dan era baru di lapangan pendidikan dan
pengajaran. Dan dengan demikian lahirlah perguruan tinggi Nasional,
yang ditopang oleh usaha-usaha swasta (partikelir menurut istilah waktu
itu yang berkembang pesat sejak awal akhir tahun 1900-an. Para pemimpin
pergerakan nasional dengan kesadaran penuh ingin mengubah
keterbelakangan rakyat Indonesia. Mereka insaf bahwa penyelenggaraan
pendidikan yang bersifat nasional harus segera dimasukkan ke dalam
agenda perjuangannya. Maka lahirlah sekolah-sekolah partikelir (swasta)
atas usaha para perintis kemerdekaan. Sekolah-sekolah itu semula
memiliki dua corak,yaitu: Pertama, sesuai dengan haluan politik, seperti
Taman Siswa, yang mula-mula didirikan di Yogyakarta, Sekolah Sarikat
Rakyat di Semarang, yang berhaluan komunis, Ksatria Institut, yang didirikan
oleh Dr. Douwes Dekker (Dr. Setiabudi) di Bandung, Perguruan Rakyat,
di Jakarta dan Bandung6. Kedua, sesuai dengan tuntutan/ajaran agama
Islam, yaitu: Sekolah-sekolah Serikat Islam, Sekolah-sekolah
Muhammadiyah, Sumatera Tawalib di Padang Panjang, Sekolah-sekolah
Nahdlatul Ulama (NU), Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI),
Sekolah-sekolah Al-Jami’atul Wasliyah, Sekolah-sekolah Al-Irsyad,
Sekolah-sekolah Normal Islam. Serta masih banyak lagi sekolah-sekolah
lain yang didirikan oleh organisasi Islam maupun oleh perorangan
diberbagai kawasan kepulauan Indonesia baik dalam bentuk pondok
pesantren maupun madrasah. Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan
Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga
dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia7.
3. Hukum Islam
Lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh Departemen
Agama adalah Hukum atau Syari’at. Pengadilan Islam di Indonesia membatasi
dirinya pada soal-soal hukum muamalat yang bersifat pribadi. Hukum
muamalat terbatas pada persoalan nikah, cerai dan rujuk, hukum waris
(faraidh), wakaf, hibah, dan baitul mal.
Keberadaan lembaga peradilan agama di masa Indonesia merdeka adalah
kelanjutan dari masa kolonial belanda. Pada masa pendudukan jepang,
pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia merdeka
jumlah pengadilan agama bertambah, tetapi administrasinya tidak segera
dapat diperbaiki. Para hakim Islam nampak ketat dan kaku karena hanya
berpegang pada madzhab Syafi’i. Sementara itu, belum ada kitab undang-
undang yang seragam yang dapat dijadikan pegangan para hakim dan
pengadilan Agama di dominasi oleh golongan tradisionalis. Karena itulah,
6
Djumhur dan H Danasuprata,Sejarah Pendidikan, (Bandung, Jakarta: pen Cerdas, 1961), 121, dalam
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, 158.
7
Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesiapada tanggal 30 Desember 2016.
9
sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) dan Fakultas Syari’ah di
perguruan-perguruan tinggi didirikan.8
8
Siti Thoifah dkk, PERADABAN ISLAM DI INDONESIA SESUDAH KEMERDEKAAN
9
Muhammad Ibn Abdul Wahhab adalah seorang ulama yang gigih memberantas syirik, takhayul, bid’ah,
menentang paham taqlid, dan membuka pintu ijtihad. Ia lahir 1703 dan wafat 1778. Lihat, rusydi Hamka dan
Iqbal M. Syarif Saimima, Kebangkitan Islam dalam Pembahasan, (Jakarta: Nurul Islam, t.t.), hlm. 24
10
Ia lahir di Afghanistan 1839 dan meninggal dunia di Istanbul 1897. Lihat, Albert Hourani, Arabic Thought in
The Liberal Age 1789-1939, (Cambridge: Cambridge University Press, 1983), hlm. 108. 3
11
Ia lahir di Mesir hilir 1849 dan meninggal dunia 1905. Lihat, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, Tarikh al-
Ustadz al-Imam Muhammad Abduh, Juz I, (Mesir: Al-manar, 1931), hlm. 14. Abbas Mahmud al-Aqqad,
Abqary al-Ishlah wa al-Ta’lim al-Ustadz Muhammad Abduh, (Mesir: Maktabah alMisri, t.t), hlm. 83
12
Fachri Ali dan Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa
Orde Baru, hlm. 64
13
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 49
14
Fachri Ali dan Bahtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa
Orde Baru, hlm. 64
10
keagamaan merupakan gejala yang wajar. Karena, demikian tulis Hurgronje
dalam salah satu karyanya, setiap periode baru sejarah peradaban
mengharuskan suatu masyarakat beragama untuk melakukan revisi umum atas
pemahaman terhadap isi ajaran mereka.15
Ketiga, secara umum kelompok ini mengadakan pembaharuan berkisar pada
aspek pendidikan, sosial, dan politik. Hal ini dapat dipahami mengingat lembaga
pendidikan dan sosial yang ada ketika itu masih bersifat tradisional dan
terpusatkan di daerah pedesaan. Karenanya sulit untuk dapat bersaing dengan
lembaga pendidikan kolonial. Sementara itu adanya institusi kepartaian politik
dianggap semakin perlu dalam meraih cita-cita Islam untuk mengusir pemerintah
kolonial. Namun yang menjadi pusat perhatian tetap pada pemikiran
keagamaan.16
keempat, bersedia mencontoh cara berorganisasi dari sistem pendidikan serta
pemikiran Barat termasuk yang berasal dari missionaris Kristen, selama hal ini
tidak bertentangan dengan ajaran pokok Islam 17. Adanya pendidikan sosial dan
politik, gerakan kepanduan, gerakan missi Islam, serta sistem pendidikan modern
memperlihatkan pengakuan mereka terhadap manfaat cara dan teknik Barat.
Kelima, hanya al-Qur’an dan Sunnah saja sebagai sumber dari pemikiran mereka.
Ini tidak berarti bahwa mereka menyalahkan atau menolak para pendiri madzhab
dan imam lain yang mengikutinya, tetapi berpendapat bahwa fatwa dan
pendapat para imam ini sebagaimana pendapat siapa pun juga harus diteliti
terus. Berlakunya suatu fatwa pemikiran atau perbuatan hendaklah dimulai
dengan dasar al_Qur’an dan Sunnah.18
15
Ibid hlm. 65
16
Ibid hlm. 66
17
Ibid hlm. 326
18
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, hlm 325
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas Peradaban Islam sesudah kemerdekaan ditandai dengan dibentuknya
Departemen Agama dalam pemerintahan, lembaga-lembaga pendidikan indonesia, Hukum
Islam dst. Pendidikan Islam sebagai lembaga tumbuh dan berkembang pada masa
kemerdekaan dengan pesat, seperti; pesantren, sekolah, madrasah dan perguruan tinggi.
Setelah kemerdekaanpun corak pemikiran berubah oleh kelompok modernis di Indonesia,
timbul akibat pengaruh gerakan pemurnian Muhammad Ibn Abdul Wahhab 19 di Jazirah Arab,
Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh di Mesir
DAFTAR PUSTAKA
19
Muhammad Ibn Abdul Wahhab adalah seorang ulama yang gigih memberantas syirik, takhayul, bid’ah,
menentang paham taqlid, dan membuka pintu ijtihad. Ia lahir 1703 dan wafat 1778. Lihat, rusydi Hamka dan
Iqbal M. Syarif Saimima, Kebangkitan Islam dalam Pembahasan, (Jakarta: Nurul Islam, t.t.), hlm. 24
12
Anis, P. (n.d.). BENTUK PERADABAN ISLAM DI INDONESIA.
Beti Yanuri Posha, S. M. (2015). PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA PASCA
KEMERDEKAAN. Jurnal HISTORIA, 3.
Dr. H. Anwar Sewang, M. (n.d.). Buku Ajar Sejarah Peradaban Islam- Introduction.
Farah, N. (2016, juni). POLA PEMIKIRAN KELOMPOK TRADISIONALIS DAN
MODERNIS DALAM ISLAM. YAQZHAN, 2.
Thoifah, S. (2011). PERADABAN ISLAM DI INDONESIA SESUDAH KEMERDEKAAN.
Wahyudi, D. (2014). SEJARAH PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM dari masa klasik,
tengah hingga modern.
wijaya, a. w. (2018, april). SEJARAH PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI
INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN DAN SESUDAH KEMERDEKAAN.
13