Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERADABAN ISLAM

“peradaban dan pemikiran islam di Indonesia pada masa modern”

Dosen pengampu: Miski SHI MSos

DISUSUN OLEH

YUNIA SIRRIHAYATI 21103060018


RAHMAWATI SEPTIANA. A 21103060023
MUHAMAD SIROJUDIN SA’ID 21103060028
HANIFFAH RHAMDIANI. 21103060025

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Adapun penulis mengkhususkan ucapan terima kasih
kepada:

1. Bapak Miski SHI MSos selaku Dosen Pengampu mata kuliah Peradaban Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Teman-teman yang telah memberi bantuan dan dukungan selama menyelesaikan
tugas.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari akan kekurangan
makalah ini, diharapkan pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
kebaikan bersama.

Yogyakarta, 5 Desember 2021

penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
HASIL PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Perkembangan Islam Indonesia Pasca Kemerdekaan ............................................. 3
B. Peradaban Islam Sesudah Kemerdekaan ................................................................ 4
1. Pembentukan Kementrian Agama .................................................................... 4
2. Lembaga-lembaga Pendidikan Di Indonesia .................................................... 5
3. Hukum Islam .................................................................................................... 6
C. Kelompok Modernis Dan Pola Pemikirannya ........................................................ 7
BAB III ............................................................................................................................... 9
PENUTUP .......................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Telah tercatat dalam sejarah bahwa Islam telah berjaya dan mengalami kemajuan
dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun sehingga membuat masyarakat Islam merasa
bangga dengan kejayaan yang pernah diraihnya, namun disisi lain kenyataannya umat Islam
pernah mengalami kemunduran dan keterbelakangan (Harun Nasution, 1992: 12). Hal
tersebut dapat dilihat setelah Nabi Muhammad saw menjadikan Islam berjaya dan diakui oleh
seluruh dunia sampai sekarang ini. Oleh karena itu, di dalam diri umat Islam muncul
pandangan yang menyebutkan bahwa politik dan peradaban Islam merupakan bagian yang
integral dari ajaran Islam. Alasannya adalah ajaran Islam memiliki fleksibilitas dan elastisitas
yang tinggi serta memiliki relevansi yang kuat dengan perkembangan umat Islam itu sendiri.
Di samping itu, salah satu bukti bahwa Islam akan tetap berjaya adalah muncul dan
berkembangnya Islam di Indonesia yang telah menjadi bukti sejarah bagi bangsa Indonesia
dimana peranannya sangat besar terhadap perjuangan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Dengan melihat ke belakang. sejarah masuknya Islam di Indonesia yaitu melalui berbagai
macam cara dimana di antaranya adalah melalui perdagangan, perkawinan yang dimotori
oleh para saudagar-saudagar Arab, pendidikan (pesantren), tasawuf, dakwah, kesenian dan
budaya. Dengan kehadiran mereka maka tertarik pula kalangan putra-putri pilihan bangsa
Indonesia untuk mendalami dan mempelajari Islam sampai mereka menjadi ulama besar dan
aktif mendakwahkan ajaran agama Islam kepada rakyat Indonesia sehingga dari perjuangan
itulah Islam sampai sekarang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Perjuangan Islam
tersebut tidak hanya sampai sebatas itu akan tetapi perjuangan melawan penjajah pun nyawa
menjadi taruhannya sehingga pada saat itu peranan Islam terhadap kemerdekaan mendapat
andil yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Pada zaman penjajahan, manifestasi
nasionalisme lebih nyata dalam melawan kolonialisme, namun nasionalisme tidak bergantung
semata-mata pada kolonialisme.Kenyataannya, kesadaran nasional tetap ada meskipun tidak
ada kolonialisme, atau setelah kolonialisme itu lenyap. Bahkan nasionalisme bertambah subur

tanpa adanya kolonialisme. Itulah yang kita sebut nasionalisme bebas, artinya tanpa tekanan
kolonialisme (Slamet Muljana, 2008: 7). Namun, pada saat kemerdekaan tercapai yaitu pada
tanggal 17 Agustus 1945 timbullah pergolakan antara para kalangan yang ingin menentukan
ideologi negara bangsa Indonesia. Pergolakan tersebut terbagi dalam dua kubu yaiu kalangan
Muslim dan Nasionalis, salah satunya ingin menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara
Islam namun hal tersebut mendapat tantangan dari kalangan lain yang ingin menjadikan
Negara Islam menjadi Negara Pancasila. Akibat dari munculnya gejolak tersebut
perkembangan Islam dari segi politik makin membesar disebabkan kekecewaan dari kalangan
Islam yang ingin menjadikan Negara Indonesia menjadi Negara khilafah Islam, dan
kekecewaan itu memuncak ketika dideklarasikan Negara Indonesia sebagai Negara pancasila.

4
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimnana sejarah peradaban islam sesudah kemeredekaan Indonesia?


2. Apa saja hal yang membedakan dari kelompok tradisionalis dan modernis?

TUJUAN MASALAH
Mengetahui peradaban dan pemikiran islam di indonesia setelah kemerdekaan.

5
BAB II

HASIL PEMBAHASAN

A. Perkembangan Islam Indonesia Pasca Kemerdekaan

Sejarah kehidupan Islam di Indonesia telah diakui sebagai kekuatan cultural,


tetapi Islam dicegah untuk merumuskan bangsa Indonesia menurut versi Islam.
Sebagai kekuatan moral dan budaya, Islam diakui keberadaannya, tetapi tidak
pada kekuatan politik secara riil. Perkembangan selanjutnya pada masa Orde
Lama, Islam telah diberi tempat tertentu dalam konfigurasi yang paradoks,
terutama dalam dunia politik. Sedangkan Orde Baru, tampaknya Islam diakui
sebatas sebagai landasan moral bagi pembangunan bangsa dan Negara.

Pendiskriminasian Islam tersebut memang sudah diawali pada saat wajah


(ideologi) Indonesia akan ditentukan sehingga muncullah berbagai gerakan-
gerakan dan pertentangan-pertentang Islam anti pemerintah akibat
kekecewaan terhadap pembentukan Negara Pancasila sebagai dasar Negara
Indonesia.1 Setelah Kemerdekaan Indonesia tercapai, mulailah terjadi konflik
tentang perbedaan dan persaingan untuk memperoleh kemerdekaan. Beberapa
konflik yang terjadi pada waktu itu umumnya merupakan gerakan belum
membahayakan dan bermunculan partai-partai antara lain Pertentangan
diantara partai-partai (1950-1955) Pertarungan pada fase ini lebih tajam lagi
ditandai dengan perpecahan diantara partai karena ketidakpuasan dan
perbedaan pemahaman. Yaitu sejumlah anggota Masyumi yang dipimpin
Wondoami Seno dan Aruzi Kartawinata memisahkan diri dengan mendirikan
partai Serikat Islam Indonesia (PSII) yang lama agar dapat duduk dalam
kabinet, pecahnya Partai Masyumi yang sosialis agama dengan kelompok
konservatif, pada bulan April 1952 Nahdhatul Ulama (NU) keluar dari
Masyumi sebagai partai politik yang dasarnya perebutan jabatan kementrian
agama di kabinet dan bulan April 1955 PKI membuat persetujuan dengan PSII
sebagai pencegahan pandangan masyarakat bahwa PKI anti agama (BJ.
Boland, 1985: 46). Pertentangan Ideologi Pertentangan ideologi ini
menyebabkan terbentuknya dua blok yaitu tentang perumusan dasar Negara
antara Negara yang berdasarkan Pancasila dan Islam. Jika dilihat keadaan
umat Islam pada saat itu masih sangat terpuruk karena persatuan mereka
terpecah sehingga cita-cita untuk mendirikan Negara Islam sebagai tujuan
utama terkendala akibat pergolakan politik yang tidak dapat dibendung lagi
oleh tokoh-tokoh Islam. Namun kenyataannya sekalipun partai-partai Islam
berbeda paham, tetapi pada saat menghadapi partai-partai anti Islam mereka
bersama membentuk front demi tercapainya tujuan utama yaitu Negara Islam. 2

1
Beti Yanuri Posha, PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Jurnal HISTORIA
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2015, ISSN 2337-4713
2
Ibid hal. 78

6
Dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), umat Islam punya peranan penting. Pertama, secara fisik
umat Islam dengan Laskar Hisbullah-Sabilillah, kemudian diteruskan Asykar
Perang Sabil (APS) dan laskar Islam lainnya di daerah, gigih berjuang
membantu TKR (TNI) untuk mempertahankan NKRI dengan perang gerilanya
melawan sekutu-NICA (Netherland Indie Civil Administration, Belanda) yang
akan kembali berkuasa di Indonesia.

Secara fisik pula Laskar Hisbullah-Sabilillah yang kemudian diteruskan oleh


markas ulama APS bersama pasukan TNI dari Siliwangi melawan
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 18 september 1948 (dipimpin
oleh Muso dan Amir Syarifuddin), yang akan menghancurkan NKRI dan akan
membentuk pemerintahan komunis Indonesia, menjadi bagian atau satelit
dari commitern komunis internasional yang berpusat di Moskow, Rusia.

Pemberontakan PKI 1948 ini berjalan secara biadab, membantai para ulama
dan santri, membantai kaum nasionalis, membantai pamong praja. Dapat
digambarkan ada suatu gedung untuk pembantaian yang darahnya
menggenang sampai satu kilan.

Dengan adanya kerjasama antara kelaskaran umat Islam, kelaskaran kaum


nasionalis, dengan TNI berhasil menghancurkan kekejaman dan kebiadaban
pemberontakan PKI 1948.

Setelah kemerdekaan dan adanya maklumat wakil presiden X/1946, bangsa


Indonesia dipersilakan mendirikan partai politik. Dalam hal ini pada awalnya
aspirasi politik umat Islam ditampung dalam satu wadah, meneruskan
namanya yaitu Majelis Syurau Muslimin Indonesia (Masyumi), dalam ikrar
Persatuan Umat Islam ”Panca Cita”.

B. Peradaban islam sesudah kemerdekaan

1. Pembentukan kementrian agama

Setelah kemerdekaan Indonesia, para pemimpin rakyat Indonesia sepakat


menerapkan bentuk Republik dalam pemerintahan Indonesia. Dan berdasarkan
pada asas pancasila dan UUD 1945.
Dalam pancasila ditemukan kesamaan dengan ajaran Syariat Islam dalam Al-
Qur’an sebagai sumber hukum utama umat Islam. Dalam struktur
pemerintahan Republik Indoesia dibentuk departemen Agama yang dulu
bernama kementrian agama. Yang didirikan pertama kali pada masa kabinet
syahrir sampai sekarang mentri agamanya masih dipegang oleh seorang
muslim. Kepala negara dan mentrinya mayoritas dari kaum muslimin.3

3
Siti Thoifah dkk, PERADABAN ISLAM DI INDONESIA SESUDAH KEMERDEKAAN

7
Pembentukan Kementrian Agama ini tidak lepas dari keputusan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dalam sidangnya pada tanggal 25-26
Agustus 1945 yang membahas agar dalam Indonesia yang merdeka ini soal-
soal keagamaan digarap oleh suatu kementrian tersendiri, tidak lagi bagian
tanggung jawab kementrian Pendidikan. Kementrian Agama resmi berdiri 3
Januari 1946 dengan Menteri Agama pertama M. Rasyidi yang diangkat pada
12 Maret 1946.4 Sebelum terbentuknya kementrian ini, ada pembahasan
mengenai apakah kementrian ini akan dinamakan kementrian agama Islam
ataukah kementrian agama saja. Akhirnya diputuskan menjadi kementrian
agama, yang pertama-tama mempunyai tiga seksi dan kemudian empat seksi,
masing-masing kaum muslimin, umat protestan, umat katholik, dan umat
hindu budha (dulu disebut agama Hindu Bali).
Tujuan dan Fungsi Kementrian Agama (dirumuskan pada 1967) :
 Mengurus serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah serta
membimbing perguruan-perguruan agama.
 Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan Agama dan
keagamaan.
 Memberi penerangan dan penyuluhan agama.
 Mengurus dan mengatur peradilan agama serta menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan hukum agama.
 Mengurus dan mengembangkan IAIN, perguruan tinggi agama swasta dan
pesantren luhur, serta mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada
perguruan-perguruan tinggi.
 Mengatur, mengurus dan mengawasi penyelenggaraan ibadah haji.

2. Lembaga-lembaga pendidikan di indonesia


Lahirnya beberapa organisasi atau lembaga Islam di Indonesia lebih banyak
karena didorong oleh mulai tumbuhnya sikap patriotism dan rasa
nasionalisme serta sebagai respons terhadap kepincangan-kepincangan
yang ada dikalangan masyarakat Indonesia pada akhirabad ke-19 yang
mengalami kemunduran total sebagai akibat eksploitasi politik pemerintah
colonial Belanda. Langkah pertama diwujudkan dalam bentuk kesadaran
berorganisasi5.
Walaupun banyak cara yang ditempuh oleh pemerintah kolonial waktu
itu untuk membendung pergolakan rakyat Indonesia melalui media
pendidikan namun tidak banyak membawa hasil, malahan berakibat
sebaliknya makin menumbuhkan kesadaran tokoh-tokoh organisasi
Islam untuk melawan penjajah Belanda, dengan cara menumbuhkan
dan mengembangkan sikap dan rasa nasionalisme di kalangan rakyat
dengan melalui pendidikan. Dengan sendirinya kesadaran
berorganisasi yang dijiwai oleh perasaan nasionalisme yang tinggi,

4
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada,),hal.89
5
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000),157

8
menimbulkan perkembangan dan era baru di lapangan pendidikan dan
pengajaran. Dan dengan demikian lahirlah perguruan tinggi Nasional,
yang ditopang oleh usaha-usaha swasta (partikelir menurut istilah waktu
itu yang berkembang pesat sejak awal akhir tahun 1900-an. Para pemimpin
pergerakan nasional dengan kesadaran penuh ingin mengubah
keterbelakangan rakyat Indonesia. Mereka insaf bahwa penyelenggaraan
pendidikan yang bersifat nasional harus segera dimasukkan ke dalam
agenda perjuangannya. Maka lahirlah sekolah-sekolah partikelir (swasta)
atas usaha para perintis kemerdekaan. Sekolah-sekolah itu semula
memiliki dua corak,yaitu: Pertama, sesuai dengan haluan politik, seperti
Taman Siswa, yang mula-mula didirikan di Yogyakarta, Sekolah Sarikat
Rakyat di Semarang, yang berhaluan komunis, Ksatria Institut, yang didirikan
oleh Dr. Douwes Dekker (Dr. Setiabudi) di Bandung, Perguruan Rakyat,
di Jakarta dan Bandung6. Kedua, sesuai dengan tuntutan/ajaran agama
Islam, yaitu: Sekolah-sekolah Serikat Islam, Sekolah-sekolah
Muhammadiyah, Sumatera Tawalib di Padang Panjang, Sekolah-sekolah
Nahdlatul Ulama (NU), Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI),
Sekolah-sekolah Al-Jami’atul Wasliyah, Sekolah-sekolah Al-Irsyad,
Sekolah-sekolah Normal Islam. Serta masih banyak lagi sekolah-sekolah
lain yang didirikan oleh organisasi Islam maupun oleh perorangan
diberbagai kawasan kepulauan Indonesia baik dalam bentuk pondok
pesantren maupun madrasah. Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan
Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga
dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia7.

3. Hukum Islam
Lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh Departemen
Agama adalah Hukum atau Syari’at. Pengadilan Islam di Indonesia membatasi
dirinya pada soal-soal hukum muamalat yang bersifat pribadi. Hukum
muamalat terbatas pada persoalan nikah, cerai dan rujuk, hukum waris
(faraidh), wakaf, hibah, dan baitul mal.
Keberadaan lembaga peradilan agama di masa Indonesia merdeka adalah
kelanjutan dari masa kolonial belanda. Pada masa pendudukan jepang,
pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia merdeka
jumlah pengadilan agama bertambah, tetapi administrasinya tidak segera
dapat diperbaiki. Para hakim Islam nampak ketat dan kaku karena hanya
berpegang pada madzhab Syafi’i. Sementara itu, belum ada kitab undang-
undang yang seragam yang dapat dijadikan pegangan para hakim dan
pengadilan Agama di dominasi oleh golongan tradisionalis. Karena itulah,

6
Djumhur dan H Danasuprata,Sejarah Pendidikan, (Bandung, Jakarta: pen Cerdas, 1961), 121, dalam
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, 158.
7
Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesiapada tanggal 30 Desember 2016.

9
sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) dan Fakultas Syari’ah di
perguruan-perguruan tinggi didirikan.8

C. Kelompok Modernis dan Pola Pemikirannya

Pada mulanya, gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh kelompok modernis di


Indonesia, timbul akibat pengaruh gerakan pemurnian Muhammad Ibn Abdul
Wahhab9 di Jazirah Arab, Jamaluddin al-Afghani 10 dan Muhammad Abduh di
Mesir11. Semangat dan isi pembaharuan pemikiran Islam itu pertama kali
mendapatkan perhatian dari umat Islam di daerah perkotaan. Secara geografis
dan kultural masyarakat kota lebih cepat berhadapan dengan pengaruh luar dari
pada masyarakat desa. Dengan mengikuti ajaran pembaharuanyang sedang
berkembang di awal abad ke-19 itu mereka menempatkan diri sebagai kelompok
modernis Islam.12
Munculnya berbagai kelompok modernis Islam seperti: Al-Irsyad, Jami’atul Khair,
Muhammadiyyah, dan Serikat Dagang Islam 13 dan berbagai lembaga pendidikan
modern lainnya menunjukkan betapa kuatnya pengaruh pembaharuan atau
modernisasi pemikiran Islam yang dipelopori olehpara pembaharu. Pada
kelompok modernis terdapat ciri kuat yang membedakannya dari kelompok
tradisionalis.
Pertama, adanya kepercayaan dan pendirian bahwa pintu ijtihad tidak pernah
tertutup. Oleh karena itu, praktek taqlid harus dihilangkan, ajaran-ajaran Islam
harus diterjemahkan secara rasional, sehingga mampu membangun dan bersaing
dengan peradaban modern. Berbagai organisasi dan institusi hendaknya dikelola
secara modern sehingga dapat memenuhi kebutuhan pada zamannya 14.
Kedua, sejalan dengan semangat kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah,
kalangan modernis pun melakukan upaya purifikasi keagamaan Islam dari
elemen_elemen tradisi paganisme yang dapat menimbulkan bid’ah dan khurafat.
Secara sosiologis dan psikologis munculnya keinginan untuk memperbarui sikap

8
Siti Thoifah dkk, PERADABAN ISLAM DI INDONESIA SESUDAH KEMERDEKAAN

9
Muhammad Ibn Abdul Wahhab adalah seorang ulama yang gigih memberantas syirik, takhayul, bid’ah,
menentang paham taqlid, dan membuka pintu ijtihad. Ia lahir 1703 dan wafat 1778. Lihat, rusydi Hamka dan
Iqbal M. Syarif Saimima, Kebangkitan Islam dalam Pembahasan, (Jakarta: Nurul Islam, t.t.), hlm. 24
10
Ia lahir di Afghanistan 1839 dan meninggal dunia di Istanbul 1897. Lihat, Albert Hourani, Arabic Thought in
The Liberal Age 1789-1939, (Cambridge: Cambridge University Press, 1983), hlm. 108. 3
11
Ia lahir di Mesir hilir 1849 dan meninggal dunia 1905. Lihat, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, Tarikh al-
Ustadz al-Imam Muhammad Abduh, Juz I, (Mesir: Al-manar, 1931), hlm. 14. Abbas Mahmud al-Aqqad,
Abqary al-Ishlah wa al-Ta’lim al-Ustadz Muhammad Abduh, (Mesir: Maktabah alMisri, t.t), hlm. 83
12
Fachri Ali dan Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa
Orde Baru, hlm. 64
13
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 49
14
Fachri Ali dan Bahtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa
Orde Baru, hlm. 64

10
keagamaan merupakan gejala yang wajar. Karena, demikian tulis Hurgronje
dalam salah satu karyanya, setiap periode baru sejarah peradaban
mengharuskan suatu masyarakat beragama untuk melakukan revisi umum atas
pemahaman terhadap isi ajaran mereka.15
Ketiga, secara umum kelompok ini mengadakan pembaharuan berkisar pada
aspek pendidikan, sosial, dan politik. Hal ini dapat dipahami mengingat lembaga
pendidikan dan sosial yang ada ketika itu masih bersifat tradisional dan
terpusatkan di daerah pedesaan. Karenanya sulit untuk dapat bersaing dengan
lembaga pendidikan kolonial. Sementara itu adanya institusi kepartaian politik
dianggap semakin perlu dalam meraih cita-cita Islam untuk mengusir pemerintah
kolonial. Namun yang menjadi pusat perhatian tetap pada pemikiran
keagamaan.16
keempat, bersedia mencontoh cara berorganisasi dari sistem pendidikan serta
pemikiran Barat termasuk yang berasal dari missionaris Kristen, selama hal ini
tidak bertentangan dengan ajaran pokok Islam 17. Adanya pendidikan sosial dan
politik, gerakan kepanduan, gerakan missi Islam, serta sistem pendidikan modern
memperlihatkan pengakuan mereka terhadap manfaat cara dan teknik Barat.
Kelima, hanya al-Qur’an dan Sunnah saja sebagai sumber dari pemikiran mereka.
Ini tidak berarti bahwa mereka menyalahkan atau menolak para pendiri madzhab
dan imam lain yang mengikutinya, tetapi berpendapat bahwa fatwa dan
pendapat para imam ini sebagaimana pendapat siapa pun juga harus diteliti
terus. Berlakunya suatu fatwa pemikiran atau perbuatan hendaklah dimulai
dengan dasar al_Qur’an dan Sunnah.18

15
Ibid hlm. 65
16
Ibid hlm. 66
17
Ibid hlm. 326
18
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, hlm 325

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas Peradaban Islam sesudah kemerdekaan ditandai dengan dibentuknya
Departemen Agama dalam pemerintahan, lembaga-lembaga pendidikan indonesia, Hukum
Islam dst. Pendidikan Islam sebagai lembaga tumbuh dan berkembang pada masa
kemerdekaan dengan pesat, seperti; pesantren, sekolah, madrasah dan perguruan tinggi.
Setelah kemerdekaanpun corak pemikiran berubah oleh kelompok modernis di Indonesia,
timbul akibat pengaruh gerakan pemurnian Muhammad Ibn Abdul Wahhab 19 di Jazirah Arab,
Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh di Mesir

DAFTAR PUSTAKA

19
Muhammad Ibn Abdul Wahhab adalah seorang ulama yang gigih memberantas syirik, takhayul, bid’ah,
menentang paham taqlid, dan membuka pintu ijtihad. Ia lahir 1703 dan wafat 1778. Lihat, rusydi Hamka dan
Iqbal M. Syarif Saimima, Kebangkitan Islam dalam Pembahasan, (Jakarta: Nurul Islam, t.t.), hlm. 24

12
Anis, P. (n.d.). BENTUK PERADABAN ISLAM DI INDONESIA.
Beti Yanuri Posha, S. M. (2015). PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA PASCA
KEMERDEKAAN. Jurnal HISTORIA, 3.
Dr. H. Anwar Sewang, M. (n.d.). Buku Ajar Sejarah Peradaban Islam- Introduction.
Farah, N. (2016, juni). POLA PEMIKIRAN KELOMPOK TRADISIONALIS DAN
MODERNIS DALAM ISLAM. YAQZHAN, 2.
Thoifah, S. (2011). PERADABAN ISLAM DI INDONESIA SESUDAH KEMERDEKAAN.
Wahyudi, D. (2014). SEJARAH PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM dari masa klasik,
tengah hingga modern.
wijaya, a. w. (2018, april). SEJARAH PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI
INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN DAN SESUDAH KEMERDEKAAN.

13

Anda mungkin juga menyukai