Anda di halaman 1dari 15

ISLAM SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN

INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


SKI pada MA

Dosen Pengampu
Fatimah Ahmad, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 12
1) Siti Fatimah
2) Ainil Husna
3) Lisfa Septiani

Semester : III – PAI A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Islam
Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan Indonesia” dapat kami selesaikan dengan
baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan
yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media
internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, Ibu Fatimah Ahmad, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Hadits Ahkam dan juga kepada teman-teman seperjuangan
yang membantu kami dalam berbagai hal.
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Tanjung Pura, 4 Januari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Islam di Indonesia Sebelum Kemerdekaan .................................... 3
B. Islam di Indonesia Sesudah Kemerdekaan ..................................... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11


A. Kesimpulan..................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dizaman modern ini masyarakat Indonesia telah banyak yang melupakan
sejarah-sejarah terutama sejarah peradaban Islam di Indonesia. Setelah
kemerdekaan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dengan
diproklamirkannya proklamasi oleh Ir. Soekarno, sesungguhnya perjuangan
bangsa ini masih banyak yang harus disempurnakan. Sejak awal kebangkitan
Nasional, posisi agama sudah mulai di bicarakan dalam kaitannya dengan politik
atau Negara. Ada dua pendapat yang didukung oleh dua golongan yang
bertentangan tentang hal itu. Satu golongan berpendapat, negara Indonesia
merdeka hendaknya merupakan sebuah negara “sekuler”, negara yang dengan
jelas memisahkan persoalan agama dan politik, sebagaimana diterapkan di negara
turki oleh mustafa kamal. Golongan lainnya bependapat, negara Indonesia
merdeka adalah “Negara Islam”.
Indonesia adalah Negara yang memiliki penduduk yang mayoritas
beragama Islam. Walaupun Indonesia tidak memakai Islam sebagai Asas Negara,
akan tetapi mayoritas kebudayaan yang diusung oleh Islam sangat mendominasi
kehidupan bangsa Indonesia, khususnya penduduk yang beragama Islam.
Kebudayaan-kebudayaan yang berlaku itu berangsur-angsur membentuk suatu
peradaban Islam yang mampu membawa penduduk Indonesia kepada kemajuan
dan kecerdasan.
Peradaban Islam di Indonesia Sesudah Kemerdekaan mengalami
perubahan yang sangat pesat, perubahan tersebut terjadi hampir meliputi seluruh
aspek kehidupan. Untuk mengetahui Peradaban Islam di Indonesia Setelah
Kemerdekaan mari kita diskusikan makalah ini bersama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah peradaban Islam sebelum kemeredekaan Indonesia?
2. Bagaimnana sejarah peradaban Islam sesudah kemeredekaan Indonesia?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah peradaban Islam sebelum kemeredekaan Indonesia.
2. Untuk memahami sejarah peradaban Islam sesudah kemeredekaan Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam di Indonesia Sebelum Kemerdekaan


Islam tersebar di Indonesia melalui pedagang yang berdagang ke
Indonesia, di mana masyarakat Indonesia sebelum Islam mayoritas memeluk
agama Hindu. Islam tersebar di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad
ketujuh sampai ke delapan Masehi. Daerah yang pertama di kunjungi oleh
penyebar Islam adalah sebagai berikut:1
1. Pesisir utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian
meluas sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai,
Aceh Utara.
2. Pesisir utara pulau Jawa kemudian meluas sampai ke Maluku yang selama
beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.
Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia kita tak lepas dari para wali-
wali kita yang di sebut dengan wali sembilan (wali songo) yang dengan
ketulusan mereka dan pengorbanan mereka sehinnga Islam dapat tersebar di
Indonesia wali songo tersebut adalah:
3. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan
Islam di Jawa Timur.
4. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah
Ampel Surabaya.
5. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana
Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
6. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin,
menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
7. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri
(Gresik)
8. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di
daerah Kudus.

1
Huda, Nor, Islam Nusantara Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2007) h. 47

3
9. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan
ajaran Islam di daerah Demak.
10. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid
menyebarkan Islamnya di daerah Gunung Muria.
11. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di
Jawa Barat (Cirebon)
Ada tiga tahapan “masa” yang di lalui atau pergerakan Islam sebelum
kemerdekaan, yaitu:
1. Pada Masa Kesultanan
Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha
adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa.
Agama Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, social dan
politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama Islam
itu telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Dikerajaan tersebut
agama Islam tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya
yaiut banyaknya nama-nama Islam dan peninggalan-peninggalan yang bernilai
keIslaman.2
Dikerajaan Banjar dengan masuk Islamnya raja banjar. Perkembangan
Islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas dan
kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada kehidupan masyarakat
Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Secara konkrit kehidupan
keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi
atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli dalam bidang Fiqih dan
Tasawuf.
Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan jawa,
ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut
agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam Islamisasi atau
paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para wali terutama Wali Songo
sangatlah berjasa dalam pengembangan agama Islam di pulau Jawa.
Menurut buku Babad Diponegoro yang dikutip Ruslan Abdulgani
dikabarkan bahwa Prabu Kertawijaya penguasa terakhir kerajaan Mojo Pahit,
2
Huda, Nor, Islam Nusantara Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2007) h. 48

4
setelah mendengar penjelasan Sunan Ampel dan sunan Giri, maksud agam
Islam dan agama Budha itu sama, hanya cara beribadahnya yang berbeda.
Oleh karena itu ia tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama baru itu
(agama Islam), asalkan dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa
paksaan atau pun kekerasan.
2. Pada Masa Penjajahan
Dengan datangnya pedagang-pedagang barat ke Indonesia yang
berbeda watak dengan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang
beragama Islam, kaum pedagang barat yang beragama Kristen melakukan
misinya dengan kekerasan terutama dagang teknologi persenjataan mereka
yang lebih ungggul daripada persenjataan Indonesia. Tujuan mereka adalah
untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang pesisir kepulauan
nusantara. Pada mulanya mereka datang ke Indonesia untuk menjalin
hubungan dagang, karena Indonesia kaya dengan rempah-rempah, kemudian
mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut.
Waktu itu kolonial belum berani mencampuri masalah Islam, karena
mereka belum mengetahui ajaran Islam dan bahasa Arab, juga belum
mengetahui sistem social Islam. Pada tahun 1808 pemerintah Belanda
mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar urusan agama tidak diganggu,
dan pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk memutuskan perkara-perkara
dibidang perkawinan dan kewarisan.3
Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk mempertegaskan instruksi ini.
Dan pada tahun 1867 campur tangan mereka lebih tampak lagi, dengan adanya
instruksi kepada bupati dan wedana, untuk mengawasi ulama-ulama agar tidak
melakukan apapun yang bertentangan dengan peraturan Gubernur Jendral.
Lalu pada tahun 1882, mereka mengatur lembaga peradilan agama yang
dibatasi hanya menangani perkara-perkara perkawinan, kewarisan, perwalian,
dan perwakafan.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi
penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani
membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia, karena Snouck
3
Karim, Abdul, Islam dan Kemerdekaan Indonesia (Membongkar Marjinalisasi Peranan
Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan RI), (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005) h. 77

5
mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di negeri Arab, Jawa, dan
Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan politik
Islamnya. Dengan politik itu, ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori:4
a) Bidang agama murni atau ibadah
Pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat
Islam untuk melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu
kekuasaan pemerintah Belanda.
b) Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan
dengan adapt kebiasaan.
c) Bidang politik
Orang Islam dilarang membahas hukum Islam, baik Al-Qur’an
maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketata
negaraan.

B. Islam di Indonesia Sesudah Kemerdekaan


Masa seteleh diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, bisa kita sebut
sebagai Rezim Orde lama, dimana Soekarno bertindak sebagai kepala negara.
1. Islam masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Pada awal kemerdekannya, Indonesia menghadapi sebuah pertanyaan
besar , apakah pemerintahan akan dijalankan berlandaskan ajaran agama Islam
ataukah secara sekuler? Hal ini dipicu oleh tindakan dimentahkannya kembali
Piagam Jakarta. Kedudukan golongan Islam merosot dan dianggap tidak bisa
mewakili jumlah keseluruhan umat Islam yang merupakan mayoritas.
Misalnya saja, dalam KNIP dari 137 anggotanya, umat Islam hanya diwakili
oleh 20 orang, di BPKNIP yang beranggotakan 15 orang hanya 2 orang tokoh
Islam yang dilibatkan. Belum lagi dalam kabinet, hanya Menteri Pekerjaan
umun dan Menteri Negara yang di percayakan kepada tokohIslam, padahal
Umat Islam mencapai 90% di Indonesia.

4
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT ajaGrafindo
Persada, 2005), h. 146

6
Dalam usaha untuk menyelesaikan masalah perdebata ideologi
diambilah beberapa keputusan , salah stunya adalah dengan mendirikan
Kementrian Agama.
2. Pembentukan Kementrian Agama
Pembentukan Kementrian Agama ini tidak lepas dari keputusan
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dalam sidangnya pada tanggal 25-26
Agustus 1945 yang membahas agar dalam Indonesia yang merdeka ini soal-
soal keagamaan digarap oleh suatu kementrian tersendiri, tidak lagi bagian
tanggung jawab kementrian Pendidikan. Kementrian Agama resmi berdiri 3
Januari 1946 dengan Menteri Agama pertama M. Rasyidi yang diangkat pada
12 Maret 1946.5
Awalnya kementrian ini terdiri dari tiga seksi ,kemudian menjadi
empat seksi masing-masing untuk kaum Muslimin, Potestan, Katolik Roma,
dan Hindu-Budha. Kini strukturnya pun berkembang, terdiri dari lima
Direktorat Jenderal ( Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Bimbingan
Haji, Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bimbingan masyarakat
Katolik, Ditjen Bimbingan Protestan dan Ditjen Bimbingan Hindu-Budha)
juga dibantu oleh Inspektorat Jenderal, Sekertariat Jenderal, Badan Penelitian
dan Pembangunan (Balitbang) Agama serta Pusat pendidikan dan Latihan
(Pusdiklat ) Pegawai.
Tujuan dan Fungsi Kementrian Agama (dirumuskan pada 1967) :
a. Mengurus serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah serta
membimbing perguruan-perguruan agama.
b. Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan Agama dan
keagamaan.
c. Memberi penerangan dan penyuluhan agama.
d. Mengurus dan mengatur peradilan agama serta menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan hukum agama.
e. Mengurus dan mengembangkan IAIN, perguruan tinggi agama swasta dan
pesantren luhur, serta mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada
perguruan-perguruan tinggi.
5
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT ajaGrafindo
Persada, 2005), h.149

7
f. Mengatur, mengurus dan mengawasi penyelenggaraan ibadah haji.
Meskipun Departemen Agama dibentuk, namun tidak meredakan
konflik ideologi pada masa sesudahnya. Setelah Wakil Presiden mengeluarkan
maklumat No.X pada 3 November 1945 tentang diperbolehkannya pendirian
partai-partai politik, tiga kekuatan yang sebelumnya bertikai muncul kembali ,
Masyumi (majlis Syuro Muslimin Indonesia), Partai Sosialis (dengan falsafah
hidup Marxis ) dan PNI (Partai Nasionalis Indonesia) yang Nasionalis
Sekuler. Setelah pemilu tahun 1955, banyak terjadi dialog ideologi secara
terbuka dan memunculkan tiga alternatif dasar negara, yaitu : Islam, Pancasila
dan Sosial Ekonomi.
Pada kurun waktu ini , umat Islam begitu kompak , buktinya dengan
ditandatanganinya Kongres Umat Islam Indonesia pada tanggal 7-8 November
di Yogyakarta. Selain itu , dalam menghadapi pasukan Belanda yang kembali
setelah diboncengi NICA, para Kiyai dan Tokoh Islam mengeluarkan fatwa
bahwa mempertahankan kemerdekaan merupakan fardhu a’in, sehingga
munculah barisan Sabilillah dan Hizbullah. Hasil terpenting dari kongres ini
adalah terbentuknya suatu wadah perjuangan politik Indonesia.
Disisi lain, Syahrir yang merupakan pimpinan KNIP mendesak untuk
dilakukannya rekonstruksi KNIP melalui petisi 50 negara KNIP, tujuannya
agar kkabinet tak didominasi oleh kolaborator (jepang dan Belanda). Desakan
ini kemudian dikabulkan oleh Presiden, dengan demikian KNIP mendapatkan
Hak legislatif untuk mengontrol jalannya pemerintahan. Selain itu, Syahrir
dan kelompoknya juga mendesak untuk dilakukannya perubahan mendasar
dalam sistem pemerintahan Republik, kabinet bukan bertanggung jawab
kepada Presiden, tapi kepada KNIP, dengan begitu sistem pemerintahan bukan
lagi presidentil, tetapi Parlementer. Masyumi kurang sejalan dengan usulan
Syahrir karena pada kenyatannya Syahrir sangat erat berhubungan dengan
Jepang dan ekspensor Belanda. Presiden pada waktu itu setuju dengan usulan
Syahrir, bahkan kemudian Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri pada 14
November 1945. Hasilnya, dari 14 anggota parlemen, hanya satu orang yang
dapat dianggap mewakili tokoh Umat Islam, yaitu H. Rasyidi yang kemudian
bertamabah pada 3 Januari 1946 dengan diangkatnya M. Natsir sebagai

8
Menteri Penerangan. Sejak saat itu, Masyumi menjadi oposisi dan baru pada
Kabinet Amir Syarfudin Masyumi masuk sebagai partai koalisi.
Selanjutnya dalam kabinet Hatta, ada enpat masalah krusial yang harus
dselesaikan , yaitu gerakan Darul Islam, konsekuensi Perjanjian Renville,
penyerahan kedaulatan melalui KMB dan penanganan pemberontakan PKI
pada 1948 di Madiun. Dalam kurun waktu 1950-1955 peranan parpol Islam
mengalami pasang surut .
Setelah pemilu 1955 dimana terpilihnya Kabinet Ali Sostroamidjoyo II
yang merupakan koalisi PNI, Masyumi dan NU. Kabinet ini kemudian jatuh
pada 1957 karena ingin ikut serta dalam kekuasaan pemerintahan, selain itu
Perti dan Masyumi pun keluar dari kabinet karena kurang setuju dengan
kebijakan dalam menangani krisis di beberapa daerah. Pemerintahan pun
diambil alih oleh Presiden. Pada 1959, dikeluarkanlah Dekrit Presiden tentang
pembubaran konstituante dan sekaligus pemberlakuan kembali Undang-
undang Dasar taun 1945 dan usaha-usaha partai Islam untuk menegakan
sIslam sebagai ideologi negara dalam konstituante pun mengalami jalan buntu.
Dekrit ini sebenarnya ingin mengambil jalan tengah untuk menyatakan bahwa
Piagam Jakarta terkandung dalam UUD 1945, namun tampaknya kemudian
menjadi awal bergantinya sistem demokrasi Liberal berganti menjadi
demokrasi terpimpin.
3. Pendidikan
Setelah Indonesia merdeka, terutama setelah berdirinya Departemen
Agama, persoalan pendidikan agama Islam mulai mendapat perhatian lebih
serius. Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dalam bulan Desember 1945
menganjurkan agar pendidikan madrasah diteruskan.Badan ini juga mendesak
pemerintah agar memberikan bantuan kepada madrasah. Departemen Agama
dengan segera membentuk seksi khusus yang bertugas menyusun pelajaran
dan pendidikan agama Islam dan Kristen, mengawasi pengangkatan guru-guru
agama,dan mengawasi pendidikan agama. Pada tahun 1946, Departemen
Agama mengadakan latihan 90 guru agama, 45 orang di antaranya kemudian
diangkat sebagai guru agama. Pada tahun 1948, didirikanlah sekolah guru dan
hakim di Solo.

9
Haji Mahmud Yunus, seorang lulusan Kairo yang di zaman Belanda
memimpin Sekolah Normal Islam di Padang, menyusun rencana pembangunan
pendidikan Islam. Ketika itu mengepalai seksi Islam dari Kantor Agama
Propinsi.Dalam rencananya, ibtidaiyah selama 6 tahun, tsanawiyah pertama 4
tahun dan tsanawiyah atas 4 tahun.Gagasannya ini dilaksakan di Lampung
(waktu itu karesidenan) tahun 1948.Sementara itu, Aceh menyelenggarakan
rencananya sendiri.Banyak sekolah-sekolah swasta di daerah ini dijadikan
negeri, sekurang-kurangnya memperoleh subsidi dari pemerintahan.Mahmud
Yunus juga menyarankan agar pelajaran agama diberikan di sekolah-sekolah
“umum” yang disetujui oleh konperensi pendidikan se-Sumatera di Padang
Panjang, 2-10 Maret 1947.6
4. Hukum Islam
Lembaga Islam yang penting yang ditangani oleh Departemen Agama
adalah hukum atau syariat.Pengadilan Islam di Indonesia membatasi dirinya
pada soal-soal hukum muamalat yang bersifat pribadi.Hukum muamalat pun
terbatas pada masalah nikah, cerai dan rujuk (faraidh), wakaf, hibah, dan
sangat baitul mal.
Keberadaan lembaga peradilan agama di masa Indonesia merdeka
adalah kelanjutan dari masa kolonial Belanda. Kemantapan posisi hukum
Islam dalam sistem hukum nasional semakin meningkat setelah Undang-
Undang Peradialan Agama ditetapkan tahun 1989.Undang-Undang Peradilan
Agama ini merupakan kelengkapan dari UU No. 14/1970 tentang ketentuan-
ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Dalam pasal 10 ayat (1) UU No.
14/1970 disebutkan: “kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam
lingkungan: (a) Peradilan Umum, (b) Peradilan Agama, (c) Peradilan Militer,
(d) Peradilan Tata Usaha Negara. Sebagai suatu undang-undang lain untuk
mengatur empat lingkungan peradilan yang diundangkan dalam UU itu, antara
lain UU tentang Peradilan Agama.7

6
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h. 94
7
Din Muhammad Zakariya. Sejarah Peradaban Islam, (Malang: CV. Intrans Publishing,
2018), h. 134

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam tersebar di Indonesia melalui pedagang yang berdagang ke
Indonesia, di mana masyarakat Indonesia sebelum Islam mayoritas memeluk
agama Hindu. Islam tersebar di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad
ketujuh sampai ke delapan Masehi.
Ada tiga tahapan “masa” yang di lalui atau pergerakan Islam sebelum
kemerdekaan, yaitu: Pada Masa Kesultanan dan Pada Masa Penjajahan
Masa seteleh diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, bisa kita sebut
sebagai Rezim Orde lama, dimana Soekarno bertindak sebagai kepala negara.
Setelah Indonesia merdeka, terutama setelah berdirinya Departemen Agama,
persoalan pendidikan agama Islam mulai mendapat perhatian lebih serius.
Departemen Agama dengan segera membentuk seksi khusus yang bertugas
menyusun pelajaran dan pendidikan agama Islam dan Kristen, mengawasi
pengangkatan guru-guru agama,dan mengawasi pendidikan agama. Keberadaan
lembaga peradilan agama di masa Indonesia merdeka adalah kelanjutan dari masa
kolonial Belanda. Kemantapan posisi hukum Islam dalam sistem hukum nasional
semakin meningkat setelah Undang-Undang Peradialan Agama ditetapkan tahun
1989.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih sangat jauh dari
kata sempurna. Untuk itu kami mengarapkan adanya kritik dan saran agar
kedepannya dalam pembuatan makalah dapat lebih baik lagi. Diharapkan juga
semoga makalah ini dapatbermanfaat untuk kita semua dikemudian hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nor, 2007. Islam Nusantara Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Karim, Abdul, 2005. Islam dan Kemerdekaan Indonesia (Membongkar


Marjinalisasi Peranan Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan RI),
Yogyakarta: Sumbangsih Press.

Musyrifah Sunanto, 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT


ajaGrafindo Persada.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia.

Zakariya, Din Muhammad. 2018. Sejarah Peradaban Islam, Malang: CV. Intrans
Publishing.

12

Anda mungkin juga menyukai