Anda di halaman 1dari 16

Sejarah Pemikiran dan Kelembagaan

Organisasi Islam di Indonesia


Dosen Pengampu : Dr. H. Sutarmo, M.Ag

M. Sa’ari Amri :12110412926


Muslihatun Nur Latifah :12110420816
Liya Muryani :1211042218

KELAS 2C JURUSAN PBI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM
(UINSUSKA)
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran
agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam
semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyusun makalah ini dengan


tepat waktu walaupun banyak halangan dan rintangan yang dilalui. Disamping
itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.

Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga
makalah ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa.
Amin yaa robbal ‘alamin.

Pekanbaru, 26 Mei 2022

Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1. Latar Belakang........................................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
1. Sejarah Pemikiran dan Kelembagaan Organisasi Islam di Indonesia......................5
1.1. Jami’atul Khair................................................................................................5
1.2. Al-irsyad..........................................................................................................7
1.3. Muhammadiyah.............................................................................................9
1.4. Sarekat Islam................................................................................................11
1.5. Nahdhatul Ulama’ (NU)................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................15
1. Kesimpulan...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Proses masuknya Islam di Indonesia, banyak memunculkan debatable di


kalangan sejarawan. Sangat wajar kemudian jika para aktor sejarah ketika itu
tidak membuat catatan sejarah yang mengabadikan peran mereka dalam
perjalanan sejarah Islam di Indonesia. Untuk menganalisis masuknya pendidikan
Islam di Indonesia, maka sangat tepat kiranya jika menelusuri proses masuknya
Islam di bumi Nusantara tersebut, sebab pendidikan Islam di Indonesia memiliki
perjalanan sejarah yang sama dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia.
Namun yang menjadi persoalan kemudian adalah kapan tepatnya Islam masuk ke
Indonesia. Persoalan ini muncul akibat tidak adanya catatan sejarah yang
menjelaskan secara otentik prosesi masuknya Islam di Indonesia.

Jejak sejarah yang ditorehkan Islam di Bumi Nusantara sesungguhnya


tidak bisa dipisahkan dari perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.
Tepatnya, perkembangan pendidikan Islam memiliki usia yang hampir sama
dengan sejarah perjalanan Islam di Indonesia, bahkan dalam konteks ini,
Mahmud Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya
dengan masuknya Islam ke Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk agama
Islam yang kala itu masih tergolong baru, maka sudah pasti akan mempelajari
dan memahami tentang ajaran-ajaran Islam. Meski dalam pengertian sederhana,
namun proses pembelajaran waktu itu telah terjadi.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana sejarah keyakinan dan kelembagaan:


 Jamiatul Kheir
 Al-Irsyad
 Muhammadiyah
 Sarekat Islam
 Nahdhatul Ulama’

3. Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini dituliskan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami


sejarah kelembagaan organisasi Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Pemikiran dan Kelembagaan Organisasi Islam di Indonesia

1.1. Jami’atul Khair

Proses percepatan Islamisasi di Indonesia selain penyebarannya melalui


perdagangan, perkawinan dan dakwah, faktor lainnya adalah adanya
perkumpulan atau organisasi berlandasan Islam. Tujuan utama dalam suatu
perkumpulan atau organisasi tersebut guna membimbing, mengayomi dan
meningkatkan masyarakat untuk lebih bertaqwa kepada Allah Swt. Tak banyak
orang yang tahu bahwasanya perkumpulan Islam pertama di Indonesia berasal
dari keturunan Arab yang berdiri pada tahun 1903. Nama perkumpulan tersebut
adalah Jamiatul Khair.

Lembaga ini adalah organisasi Islam pertama yang meyebarkan ide-ide


pembaharuan pemikiran Islam modern. Tujuan dari berdirinya Jamiatul Khair
guna mengembangkan, memperdalam dan meningkatkan kajian Islami baik
ajaran Islam, kebudayaan Islam dan pengajaran Bahasa Arab. Meskipun didirikan
oleh keturunan Arab, organisasi ini terbuka bagi siapa saja yang Muslim di
Indonesia tanpa deskriminasi asal usulnya.

Awal perintisan organisasi ini terjadi tahun 1901 dipelopori oleh beberapa
Sayyid yang menetap di Jakarta yakni Sayyid Muhammad Al-Fakir Bin
Abdurrahman Al-Masnyur, Sayyid Muhammad Bin Abdullah Bin Syihab, Sayyid
Idrus Bin Ahmad Bin Syihab dan Sayyid Syehan Bin Syihab. (Nasional 2002, 302).

Organisasi ini secara diam-diam didirikan di Pekojan. Mulanya organisasi


ini tidak berfokus pada bidang pendidikan melainkan lebih ke bidang sosial. Hal
ini karena pada saat itu pemerintahan Belanda melarang orang Islam mendirikan
lembaga pendidikan kecuali lembaga yang berbasis normatif. (Noor 1980).
Namun dengan upaya keras organisasi ini, akhirnya mereka berhasil
mendapatkan izin untuk mendirikan lembaga pendidikan. Permohonan izin
diajukan pada tahun 1903 dan baru keluar sebagai organisasi resmi pada tahun
1905. (Nasional 2002)

Pemberlakuan izin tersebut tentunya memiliki syarat ketat dari


pemerintahan kolonial. Syarat tersebut yakni Jamiatul Khair hanya berfokus pada
pendidikan saja dan tidak boleh mengarah ke ranah politik dan Jamiatul Khair
tidak boleh membuka cabang di luar Jakarta. Hal ini dikerenakan pemerintah
kolonial saat itu khawatir organisasi Islam akan menjadi wadah penentang dan
pemicu pemberontakan pemerintah. (Haryono 2019, 167)

Dengan mengantongi izin tersebut organisasi ini mengubah anggaran


dasarnya dan bermaksud mendirikan lembaga pendidikan. Sekolah dasar Jami’at
Khair didirikan pada tahun 1905. Disamping mengajari pendidikan Islam, Jamiatul
Khair juga menerapkan pendidikan berhitung, membaca, sejarah Islam, ilmu
bumi dan Bahasa Arab. Bahasa Belanda tidak diajarkan namun sebagai gantinya
diajarkan Bahasa Inggris. (Nasional 2002, 302)

Sekolah yang didirikan oleh Jamiatul Khair merupakan pola pendidikan


baru yang berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional. Sekolah ini memiliki
kurikulum yang tersusun dan muridnya dibagi menjadi berkelas-kelas. (Noor
1980, 69) Jamiatul Khair juga berinisiatif mengirimkan anak-anak muda untuk
belajar ke Turki namun semua itu terhenti karena kekurangan dana dan
kemunduran dinasti Ottonom.

Para pengajar Jamiatul Khair bukanlah dari kalangan biasa. Mereka


datang dari luar Indonesia seperti Al-Hasyimi dari Tunisia datang pada tahun
1907 yang memperkenalkan kepanduan dan olahraga di lingkungan Jamiatul
Khair, Syekh Soorkati (pendiri Al-Irsyad) dari Sudan, Syekh Ahmad Hamid dari
Mekkah, Syekh Muhammad Thaib dari Maroko. Mereka datang pada tahun 1911.

Dari beberapa guru tersebut, Syekh Soorkati adalah guru yang paling
menonjol di organisasi ini. Namun karena adanya konflik internal Syekh Soorkati
keluar dari Jamiatul Khair dan mendirikan Al-Irsyad pada tahun 1913.

Disebutkan bahwa perpecahan Syekh Soorkati dengan Jamiatul Khair


karena perbedaan pendapat mengenai Sayyid dan non Sayyid. Selama ini derajat
Sayyid lebih tinggi dibandingkan yang golongan non Sayyid dan rata-rata
golongan tersebut berasal dari orang Islam Indonesia. Menurutnya golongan
non Sayyid telah mencapai kemajuan hidup dan pendidikan sehingga harus ada
persamaan antar sesama muslim sebagaimana yang telah diajarkan dalam Islam.
(Nasional 2002, 303).

Tahun demi tahun berikutnya banyak guru yang berdatangan baik yang
dari luar maupun yang dari dalam Indonesia. Organisasi ini memiliki kedudukan
penting bagi masyarakat Islam Indonesia. Cara-cara yang dilakukan oleh Jamiatul
Khair tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Usaha lainnya Jamiatul Khair
adalah dengan mendirikan perpustakaan, percetakan, rumah yatim dan
menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia” tahun 1913.

Jamiatul Khair juga memenuhi kebutuhan alumni dengan mendirikan


Akademi Bahasa Arab (ABA) pada tahun 1979. ABA statusnya kemudian
meningkat menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Jami’at Khair di tahun 1980. Di
tahun 1982 lembaga tersebut menjadi Institut Agama Islam (IAI) dengan dua
Fakultas yakni Fakultas Adab dan Tarbiyah. Kemudian pada tahun 1987
menambah Fakultas Syariah.

IAI dilengkapi dengan beberapa lembaga seperti pusat penelitian dan


pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Pusat pengabdian masyarakat, Bahasa
Arab dan Bahasa Inggris, penerbitan karya ilmiyah, pusat konsultan psikologi,
dan konsorsium pendidikan agama Islam, Bahasa dan hukum Islam. (Nasional
2002, 303)

Meski menjadi pelopor pembaharuan Islam modern di bidang


pendidikan, nyatanya sampai pada tahun 1925, Jamiatul Khair hanya organisasi
kecil yang beranggotakan 1000. Jemaat Khair mengalami kemunduran dan kalah
saing dengan Al-Irsyad. Al-Irsyad organisasi yang didirikan Syekh Soorkati jauh
lebih maju dan unggul ketimbang Jamiatul Khair dan organisasi ini masih
bertahan hingga saat ini.

1.2. Al-irsyad

Al-Irsyad Al-Islamiyyah (bahasa Arab: ‫;جمعي ة اإلص الح واإلرش اد اإلس الميه‬
Transliterasi: Jam’iyyah al-Ishlah wal Irsyad al-Islamiyyah) adalah organisasi di
Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan dan kegiatan keagamaan.
Organisasi ini didirikan pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Tanggal
tersebut merujuk pada pendirian sekolah Al-Irsyad pertama di Batavia.
Organisasi ini memiliki pengakuan hukumnya sendiri dari pemerintah kolonial
Belanda pada 11 Agustus 1915.

Nama Irsyad mengacu pada nama (bahasa Arab: ‫;جمعي ة ال دعوة واإلرش اد‬
Transliterasi: Jam’iyyah ad-Da’wah wa al-Irsyad; Perhimpunan Dakwah dan
Bimbingan) yang didirikan oleh Rasyid Ridha di Mesir.

Al-Irsyad Al-Islamiyyah adalah organisasi Islam nasional Indonesia. Dalam


hal keanggotaan, sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasar Al-Irsyad
adalah: “Warga negara Republik Indonesia yang beragama Islam yang telah
dewasa.” Jadi tidak benar anggapan bahwa Al-Irsyad adalah organisasi orang-
orang keturunan Arab. Tokoh sentral dari pendirian Al-Irsyad adalah Syekh
Ahmad As-Surkati Al-Anshari, seorang cendekiawan Islam Sudan yang tinggal di
Mekah lalu datang ke Indonesia atas permintaan organisasi Jamiat Kheir untuk
menjadi guru.

Para pendiri adalah sebagai berikut:

 Syekh Ahmad Surkati


 Umar Manqush
 Sa’id bin Salim Masy’abi
 Shalih ‘Ubaid ‘Abdat
 Salim bin ‘Iwad Balwa’al

Dalam periode pertama perkembangannya, gerakan Irsyadi berada di


bawah kepemimpinan Salim bin ‘Iwad Balwa’al dan administrasinya termasuk
Syekh Muhammad ‘Ubayd ‘Abbud sebagai sekretaris dan Sa’id bin Salim
Mash’abi sebagai bendahara. Semua pendiri kecuali Ahmad Surkati adalah
pedagang kaya dan pengusaha di Jakarta.

Segera setelah berdirinya gerakan Irsyadi, Surkati menyerahkan


sekolahnya ke gerakan ini dan menjadi kepala sekolah al-Irsyad. Dia bergabung
dengan salah satu cendekiawan Islam dari Hadramaut di Indonesia, Syekh
Muhammad ‘Ubayd ‘Abbud dan semua teman-temannya dari luar negeri. Pada
tahun 1913 gerakan Irshadi mendirikan sekolah-sekolah berikut:

 Sekolah dasar tiga tahun (Awwaliyah)


 Sekolah dasar empat tahun (Ibtida’iyah)
 Sekolah menengah dua tahun (tajhiziyah)
 Sekolah guru empat tahun (mu’allimin)

Di antara Muslim pribumi yang mendukung upaya ini adalah Haji Ahmad
Dahlan dan Haji Zamzam. Ahmad Dahlan adalah anggota Jamiat Kheir yang
kemudian mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 dan Haji Zamzam
kemudian membangun PERSIS pada tahun 1923. Organisasi trio ini pada
dasarnya memiliki semangat dan upaya yang sama.

Pada hari-hari awal sekolah, sebagian besar mata pelajaran yang


diajarkan sebagian besar terkait dengan ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab.
Sekolah Irsyadi Jakarta yang pertama memiliki sebelas guru dari luar negeri dan
hanya satu guru Indonesia (yang mengajar bahasa Indonesia).

Pada tahun 1917 dua cabang dibuka di luar Jakarta, satu di Surabaya dan
satu lagi di Tegal. Cabang di Surabaya dijalankan oleh Abu al-Fadhl al-Anshari
(saudara Surkati). Sekolah ini mempekerjakan dua guru Mesir, Muhammad
Mursyidi dan ‘Abdul Qadir al-Muhanna. Pada tahun 1922 ‘Abdul Qadir al-
Muhanna digantikan oleh’ Umar b. Salim Hubays. Sekolah cabang al-Irsyad di
Tegal dibuka dan dikelola oleh seorang siswa Surkati, ‘Abdullah bin Salim al-Attas
bersama dengan Syekh Muhammad Nuh al-Ansari dan lulusan lain dari al-Irsyad
Jakarta, ‘Ali Harharah. Syekh Abu al-Faghl juga salah satu gurunya.

Gerakan Al-Irsyad didasarkan pada lima prinsip berikut:

 Untuk memegang kepercayaan Keesaan Allah dengan memurnikan


ketaatan dan ibadah dari kontaminasi oleh elemen kemusyrikan
 Untuk mewujudkan kesetaraan di antara umat Islam dan untuk mencari
penilaian hukum yang ditemukan dalam Quran dan Sunnah dan untuk
mengikuti cara salaf dalam solusi untuk semua masalah agama yang
diperselisihkan.
 Untuk memerangi apa yang disebut taqlid a’ma (penerimaan buta) yang
bertentangan dengan aqli (akal) dan naqli (Alquran dan Hadis)
 Untuk menyebarkan ajaran Islam dan budaya Arab yang disetujui oleh
Allah
 Berusaha menciptakan saling pengertian antara Muslim Indonesia dan
Arab

1.3. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal


8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan . Beliau adalah pegawai
kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.
Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan
penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk
mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan
Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan
dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,
akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya
sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu
singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar
daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka
didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada
diseluruh pelosok tanah air.

Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki,


beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian
yang disebut "Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-
laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.

Keinginan dari KH. Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang


dapat dijadikan sebagai alat perjuangnan dan da’wah untuk nenegakan amar
ma’ruf nahi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan
surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan
gerakan tauhid.

Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh sebagian umat islam


Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi Islam dan tradisi
lokal nusantara dalam awal bermuatan paham animisme dan dinamisme.
Sehingga dalam prakteknya umat Islam di Indonesia memperlihatkan hal-hal
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran islam, terutama yang
berhubungan dengan prinsip akidah Islam yang menolak segala bentuk
kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi
pilihan mutlak bagi umat Islam Indonesia.

Keterbelakangan umat Islam Indonesia dalam segi kehidupan menjadi


sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi
keterbelakangan. Keterbelakangan umat Islam dalam dunia pendidikan menjadi
sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa
selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda Islam yang
berpikir modern. Kesejahteraan umat Islam akan tetap berada dibawah garis
kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat Islam Indonesia.

Maraknya Kristenisasi di Indonesia sebegai efek domino dari imperialisme


Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama Islam. Proyek Kristenisasi satu
paket dengan proyek imperialisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain
keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk
hasil revolusi industri yang melanda Eropa.

Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para


penginjil untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia
diseluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin
modernisasi yang sedang melanda Eropa. Modernisasi yang terhembus melalui
model pendidikan barat (Belanda) di Indonesia mengusung paham-paham yang
melahirkan modernisasi Eropa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme
dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi
baru Islam yang rasionaltetapi liberal dan sekuler.

1.4. Sarekat Islam

Pada awalnya, Sarekat islam adalah organinasi dagang bemama Sarekat


Dagang islam (SDI) yang didirikan oleh KH Samanhudi pada 16 Oktober 1905
Samanhudi mendinkan Sarekat Dagang islam dengan tujuan untuk menggalang
kerja sama antara pedagang halam demi memajukan kesejahteraan pedagang
alam pribumi. Selain itu, Samanhudi juga ingin meruntuhkan dominasi pedagang
pedogning etnis China di sektor perekonomian Indonesia.

Pada tahun 1912, HOSTjokroaminoto mengubah nama organisasi Sarekat


Dagang Islam menjadi Sarekat Islam.

Perubahan nama tersebut bertajuan agar keanggotaan organisasi tidak


hanya terbatas pada golongan pedagang, namun juga terbuka bagi seluruh umat
Islam di Indonesia.

Dalam jurnal Sarekat dalam Pergerakan Nastana Indonesia (1912-1927)


(2009) karya Yasmis, Sarekat Islam merupakan organisasi yang secara lantang
menentang segala ketidakadilan dalam sistem kolonialisme di Indonesia

Pendirian Sarekat Islam inemiliki beberapa tujuan, yaitu

 Mengembangkan jiwa dagang dan kesejahteraan masyarakat pribumi


 Mengembangkan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat pribumi
 Memperbaiki citra Islam di kalangan masyarakat luas
 Membantu kesulitan yang dialami anggota dalam sektor ekonomi 5.
Mengembangkan eksistensi agama Islam di Indonesia
Pada masa kepemimpinan H.OS Tjokroaminoto, aral organisasi Sarekat
Islam merambah bidang sosial, politik dan pemerintahan. Serekat Islam selalu
menyuarakan semangat perjuangan Islam dalam perlawanan terhadap
kolonialisme dan imperialisme.

Cita-cita Sarekat Islam berhasil mendapat simpati masyarakat pribumi


dan berkembang hingga ke desa-desa pedalaman. Rakyat pedesaan menganggap
Sarekat Islam adalah wadah dalam perjuangan melawan struktur kekuasaan
lokal.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modem 1200-2004 (2005) Karyn M.C


Rickles, Sarekat Islam semakin berkembang pesat pada tahun 1912. Keanggotaan
Sarekat Islam tidak hanya berasal dari Jawa, namun meluas hingga pulau
Sumatera, Sulawesi dan Maluku.

Pada tahun 1917, Pemerintah kolonial Belanda meminta kepada Sarekat


Islom untuk mengirimkan wakil untuk menduduki kursi Volksraad (Dewan
Rakyat). Tjokroaminoto dan Abdol Moeis dipilih sebagai perwakilan Sarekat Islam
di

Pada perkembangannya, Tjokroaminoto don Abdoel Moes tidak dapat


berbuat banyak karena Volksraad hanyalah dewan boneka bentukan pemerintah
Belanda

Pada tahun 1914, beberapa anggota Sarekat Islam mendapatkan


pengaruh idealogi Komunis dari tokoh Indische Social Democratische Vereniging
(SDV) bemama Henk Soetet

Anggota-anggola Sarekat Islam seperti Semecen, Darsono, Alimin, dan


Tan Maleka berusaha mengubah perjuangan Sarekat Islam ke arah yang lebih
radikal sesuai dengan semangat komunisme.

Namun, upaya mereka mendapatkan perlawanan dari golongan islam


Ronservatif seperti Kartosulyo, Agus Salim dan Abdel Moeis.

Pada akhirnya Sarekat Islam pecah menjadi dua yaitu Sarekat Islam
Merah di bawah pimpinan Semoen dan Sarekat Islam Putih di bawah pimpinan
Tjokroaminoto.

1.5. Nahdhatul Ulama’ (NU)


Nahdlatul Ulama memiliki arti kebangkitan para ulama. Istilah
“kebangkitan” itu sendiri pada dasarnya mengandung arti yang lebih aktif jika
dibandingkan dengan kata “perkumpulan” atau “perhimpunan”. Seperti kita
ketahui, para ulama merupakan panutan umat dimana umat akan mengikutinya.
Oleh karena itu, dengan kepemimpinan para ulama, diharapkan arah
kebangkitan dan kejayaan umat islam serta kaum muslimin akan lebih terlihat
jelas dan nyata.

Nahdlatul Ulama, disingkat NU, yang artinya kebangkitan ulama. Sebuah


organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab
1344 H2 di kampung Kertopaten Surabaya. Untuk memahami NU sebagai
organisasi keagamaan secara tepat, belumlah cukup jika hanya melihat dari
sudut formal semenjak ia lahir. Sebab jauh sebelum NU lahir dalam bentuk
jam’iyyah, ia terlebih dulu ada dan berwujud jama’ah (community) yang terikat
kuat oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakteristik sendiri.

Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan


pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924 di Arab
Saudi sedang terjadi arus pembaharuan. Leh Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah)
yang berpaham Sunni ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran
Wahabi. Pada tahun 1924 juga, di Indonesia K.H Wahab Chasbullah mulai
memberikan gagasannya pada K.H. Hasyim Asyari untuk perlunya didirikan NU.
Sampai dua tahun kemudian pada tahun 1926 baru diizinkan untuk
mengumpulkan para ulama untuk mendirikan NU.

Berdirinya Nahdlatul Ulama tak bisa dilepaskan dengan upaya


mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja). Ajaran ini
bersumber dari Al-qur’an, Sunnah, Ijma’(keputusan-keputusan para
ulama’sebelumnya) dan Qiyas (kasus-kasus yang ada dalam cerita alQur’an dan
Hadits) seperti yang dikutip oleh Marijan dari K.H. Mustofa Bisri ada tiga
substansi, yaitu:

 Dalam bidang-bidang hukum-hukum Islam menganut salah satu ajaran


dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hanbali), yang dalam
praktiknya para Kyai NU menganut kuat madzhab Syafi’i.
 Dalam soal tauhid (ketuhanan), menganut ajaran Imam Abu Hasan Al-
Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidzi.
 Dalam bidang tasawuf, menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim
AlJunaidi. Proses konsulidasi faham Sunni berjalan secara evolutif.
Pemikiran Sunni dalam bidang teologi bersikap elektik, yaitu memilih
salah satu pendapat yang benar.

Hasan Al-Bashri (w. 110 H/728) seorang tokoh Sunni yang terkemuka
dalam masalh Qada dan Qadar yang menyangkut soal manusia, memilih
pendapat Qodariyah, sedangkan dalam masalah pelaku dosa besar memilih
pendapat Murji’ah yang menyatakan bahwa sang pelaku menjadi kufur, hanya
imannya yang masih (fasiq). Pemikiran yang dikembangkan oleh Hasan Al-Basri
inilah yang sebenarnya kemudian direduksi sebagai pemikiran Ahlus sunnah
waljama’ah.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Jamiatul Khair adalah organisasi Islam pertama yang meyebarkan ide-ide


pembaharuan pemikiran Islam modern. Tujuan dari berdirinya Jamiatul Khair
guna mengembangkan, memperdalam dan meningkatkan kajian Islami baik
ajaran Islam, kebudayaan Islam dan pengajaran Bahasa Arab.

Al-Irsyad Al-Islamiyyah adalah organisasi Islam nasional Indonesia. Dalam


hal keanggotaan, sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasar Al-Irsyad
adalah: “Warga negara Republik Indonesia yang beragama Islam yang telah
dewasa.”.

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal


8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan. Keinginan dari KH. Akhmad
Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat
perjuangnan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahi munkar yang
bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai
sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.

Pada awalnya, Sarekat islam adalah organinasi dagang bemama Sarekat


Dagang islam (SDI) yang didirikan oleh KH Samanhudi pada 16 Oktober 1905
Samanhudi mendinkan Sarekat Dagang islam dengan tujuan untuk menggalang
kerja sama antara pedagang halam demi memajukan kesejahteraan pedagang
alam pribumi. Pada tahun 1912, HOSTjokroaminoto mengubah nama organisasi
Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam.

Nahdlatul Ulama, disingkat NU, yang artinya kebangkitan ulama. Sebuah


organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab
1344 H2 di kampung Kertopaten Surabaya. Latar belakang berdirinya NU
berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia
Islam kala itu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, A. (2002). lintasan berdirinya jamiet khair.

Fahrudin, F. (2009). Agama dan Pendidikan Demokrasi Pengalaman


Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. jakarta: pustaka alphabet.

Sutarmo. (2005). Gerakan Sosial Keagamaan Modernis. yogyakarta: suaka alva.

http://m.muhammadiyah.or.id/id/content-178-det-sejarah-singkat.html

https://jamietkheir.wordpress.com/sejarah/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/21/171147069/sarekat-islam-
pendirian-perkembangan-dan-perpecahan?
page=all&jxconn=1*1jnjp7z*other_jxampid*T3pnZFFGMHFzd3o1UWo4UE9aeW
dzaDlvcHh5QWRKckNudk4wT2Vrdm5jdk05UU16M3kyTk9BbURXVXJOYTVsVA..#
page2

Anda mungkin juga menyukai