Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga
makalah ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa.
Amin yaa robbal ‘alamin.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1. Latar Belakang........................................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
1. Sejarah Pemikiran dan Kelembagaan Organisasi Islam di Indonesia......................5
1.1. Jami’atul Khair................................................................................................5
1.2. Al-irsyad..........................................................................................................7
1.3. Muhammadiyah.............................................................................................9
1.4. Sarekat Islam................................................................................................11
1.5. Nahdhatul Ulama’ (NU)................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................15
1. Kesimpulan...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
Awal perintisan organisasi ini terjadi tahun 1901 dipelopori oleh beberapa
Sayyid yang menetap di Jakarta yakni Sayyid Muhammad Al-Fakir Bin
Abdurrahman Al-Masnyur, Sayyid Muhammad Bin Abdullah Bin Syihab, Sayyid
Idrus Bin Ahmad Bin Syihab dan Sayyid Syehan Bin Syihab. (Nasional 2002, 302).
Dari beberapa guru tersebut, Syekh Soorkati adalah guru yang paling
menonjol di organisasi ini. Namun karena adanya konflik internal Syekh Soorkati
keluar dari Jamiatul Khair dan mendirikan Al-Irsyad pada tahun 1913.
Tahun demi tahun berikutnya banyak guru yang berdatangan baik yang
dari luar maupun yang dari dalam Indonesia. Organisasi ini memiliki kedudukan
penting bagi masyarakat Islam Indonesia. Cara-cara yang dilakukan oleh Jamiatul
Khair tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Usaha lainnya Jamiatul Khair
adalah dengan mendirikan perpustakaan, percetakan, rumah yatim dan
menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia” tahun 1913.
1.2. Al-irsyad
Al-Irsyad Al-Islamiyyah (bahasa Arab: ;جمعي ة اإلص الح واإلرش اد اإلس الميه
Transliterasi: Jam’iyyah al-Ishlah wal Irsyad al-Islamiyyah) adalah organisasi di
Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan dan kegiatan keagamaan.
Organisasi ini didirikan pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Tanggal
tersebut merujuk pada pendirian sekolah Al-Irsyad pertama di Batavia.
Organisasi ini memiliki pengakuan hukumnya sendiri dari pemerintah kolonial
Belanda pada 11 Agustus 1915.
Nama Irsyad mengacu pada nama (bahasa Arab: ;جمعي ة ال دعوة واإلرش اد
Transliterasi: Jam’iyyah ad-Da’wah wa al-Irsyad; Perhimpunan Dakwah dan
Bimbingan) yang didirikan oleh Rasyid Ridha di Mesir.
Di antara Muslim pribumi yang mendukung upaya ini adalah Haji Ahmad
Dahlan dan Haji Zamzam. Ahmad Dahlan adalah anggota Jamiat Kheir yang
kemudian mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 dan Haji Zamzam
kemudian membangun PERSIS pada tahun 1923. Organisasi trio ini pada
dasarnya memiliki semangat dan upaya yang sama.
Pada tahun 1917 dua cabang dibuka di luar Jakarta, satu di Surabaya dan
satu lagi di Tegal. Cabang di Surabaya dijalankan oleh Abu al-Fadhl al-Anshari
(saudara Surkati). Sekolah ini mempekerjakan dua guru Mesir, Muhammad
Mursyidi dan ‘Abdul Qadir al-Muhanna. Pada tahun 1922 ‘Abdul Qadir al-
Muhanna digantikan oleh’ Umar b. Salim Hubays. Sekolah cabang al-Irsyad di
Tegal dibuka dan dikelola oleh seorang siswa Surkati, ‘Abdullah bin Salim al-Attas
bersama dengan Syekh Muhammad Nuh al-Ansari dan lulusan lain dari al-Irsyad
Jakarta, ‘Ali Harharah. Syekh Abu al-Faghl juga salah satu gurunya.
1.3. Muhammadiyah
Pada akhirnya Sarekat Islam pecah menjadi dua yaitu Sarekat Islam
Merah di bawah pimpinan Semoen dan Sarekat Islam Putih di bawah pimpinan
Tjokroaminoto.
Hasan Al-Bashri (w. 110 H/728) seorang tokoh Sunni yang terkemuka
dalam masalh Qada dan Qadar yang menyangkut soal manusia, memilih
pendapat Qodariyah, sedangkan dalam masalah pelaku dosa besar memilih
pendapat Murji’ah yang menyatakan bahwa sang pelaku menjadi kufur, hanya
imannya yang masih (fasiq). Pemikiran yang dikembangkan oleh Hasan Al-Basri
inilah yang sebenarnya kemudian direduksi sebagai pemikiran Ahlus sunnah
waljama’ah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
http://m.muhammadiyah.or.id/id/content-178-det-sejarah-singkat.html
https://jamietkheir.wordpress.com/sejarah/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/21/171147069/sarekat-islam-
pendirian-perkembangan-dan-perpecahan?
page=all&jxconn=1*1jnjp7z*other_jxampid*T3pnZFFGMHFzd3o1UWo4UE9aeW
dzaDlvcHh5QWRKckNudk4wT2Vrdm5jdk05UU16M3kyTk9BbURXVXJOYTVsVA..#
page2