Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR DAN HADITS TARBAWI

METODE MENGAJAR

Dosen Pengampu : Dra.Hj Nurhayati, M.Ag.

M. Sa’ari Amri :12110412926


Nur Vadilla :12110422170
Amanda Luviana :12110421959

KELAS 2C JURUSAN PBI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM (UINSUSKA)
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah
terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu
walaupun banyak halangan dan rintangan yang dilalui. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan
makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan
penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dan
bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.

Pekanbaru, 26 Mei 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
1. An-Nahl: 75-76......................................................................................................................2
 TAFSIR AYAT.....................................................................................................................2
 MUNASABAH AYAT DENGAN AYAT SEBELUMNYA.........................................................4
 ASBABUN NUZUL..............................................................................................................4
 HUBUNGAN AYAT DENGAN PENDIDIKAN.......................................................................4
2. An-Nahl: 125-126..................................................................................................................5
 Tafsiran dari QS An Nahl ayat 125...................................................................................5
3. Al-a’raf: 176-177...................................................................................................................6
 Tafsiran Al-A'raf ayat 176.................................................................................................6
 Tafsiran Al-A'raf ayat 177.................................................................................................6
4. Al-maidah: 67........................................................................................................................6
 Tafsir Surat Al Maidah Ayat 67-68...................................................................................7
5. Ibrahim Ayat 24-25...............................................................................................................7
 Tafsir Ibrahim Ayat 25......................................................................................................7
6. Hadits tentang metode mengajar.........................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Metode Pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara


optimal untuk kualitas pembelajaran (Riyanto, 2002: 32:1). Agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal, guru harus memiliki kemampuan dalam memilih metode, model
pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Pendekatan merupakan relasi individu atau
kelompok dalam suasana tertentu (Suyanto, 2013 : 129).

Biasanya relasi dibentuk dengan menggunakan metode-metode tertentu yang bersifat


efektif. Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan dengan
mengintegrasikan urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa,
peralatan dan bahasa serta waktu yang digunakan.

Dalam strategi pembelajaran terkandung banyak pertanyaan, misalnya bagaimanakah


cara menyampaikan isi pelajaran? Strategi ini akan berguna dalam mengajarkan suatu materi.
Media apa yang cocok untuk menyampaikan materi tersebut? Dan Berapa lama waktu yang
dibutuhkan agar materi dapat dikuasai dengan baik? Berdasarkan hal di atas, maka masalahnya
adalah metode, model dan pendekatan apa yang bisa digunakan agar proses pembelajaran
aktif, kreatif dan inovatif dapat berlangsung dengan baik? Tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah untuk mengetahui metode, model dan pendekatan yang dapat digunakan
dalam pembelajaran dalam tafsie Al-qur’an.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan
untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1) Ayat al-qur’an yang mana saja yang membahas tentang metode pembelajaran?
2) Apa tafsir ayat tersebut
3) Apa sebab ayat tersebut diturunkan?
4) Apa hadits yang berhubungan dengan pendidikan tentang metode pembelajaran?

3. Tujuan penulisan makalah

Makalah ini disusun untuk menambah wawasan pembaca tentang ayat Al-qur’an yang
membahas tentang metode pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. An-Nahl: 75-76
!‫ق! ِ!م ْن!هُ! ِس! ًّرا‬ ُ !ِ‫ب هّٰللا ُ ! َ!مث!َاًل َع! ْب! ًد!ا! َّ!م ْم! لُ!وْ ًكا اَّل يَ! ْق! ِد!رُ َع! ٰل! ى! َش! ْي! ٍ!ء َّو َ!م ْ!ن! رَّزَ ْقٰ!نهُ! ِ!منَّ!ا! ِر ْزقًا َح! َس! نً!ا! فَ!ه َُو يُ! ْن!ف‬ !َ ‫ض َر‬َ
‫هّٰللا‬ ‫هّٰلِل‬ ۗ ‫َّو َجه‬
‫ب ُ ! َ!مث!َاًل رَّ ُ!جلَ! ْي! ِن! اَ! َح! ُد!هُ! َم!ٓا! اَ! ْب! َك! ُم! اَل‬ َ ‫ْرًا هَ! !ْ!ل يَ! ْس!ت!ٗ!َو َ!ن! ۚ اَ ْ!ل! َح! ْم! ُد! ِ ! ۗبَ! !ْ!ل اَ ْ!كث!َ ُرهُ! ْم! اَل يَ! ْع!لَ! ُم!وْ نَ! ⃝ن َو‬
!َ ‫ض َر‬
ُ‫ي هُ ۙ َو َو َ!م ْ!ن! يَّْأ ُمر‬ !ْ ‫ت! بِ! َخ! ي! ٍْر ۖهَ! ْل! يَ! ْس!ت! َِو‬ ِ ‫يَ! ْق! ِد!رُ َع! ٰل! ى! َش! ْي! ٍ!ء َّوهُ َو َ!ك ٌّل! َع! ٰل! ى! َموْ ٰ!لى!هُ! ۗ اَ ْي!نَ! َم!ا! ي َُو ِّج ْ!ه ُّه! اَل يَْأ‬
!‫اط ُّ!م ْس!تَ!قِ! ْي! ٍم‬ ِ !‫بِا ْ!ل! َع! ْد! ِل! َوهُ َو َع! ٰل! ى‬
ٍ ‫ص َر‬
‫ب‬!َ ‫ض َر‬ َ membuat : 
dibawah kekuasaan/dikuasai : ‫م ْم! لُ!وْ ًكا‬ !َّ 
sembunyi-sembunyi : !‫را‬ ًّ !‫ِس‬ 
terang-terangan : ‫ج!ه!ْرًا‬ !َ 
bisu : !‫اَ! ْب! َك! ُم‬ 
sama : ‫ي‬!ْ ‫يَ! ْس!ت! َِو‬ 

75. Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang
tidak berdaya berbuat sesuatu, dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik, lalu dia
menginfakkan sebagian rezeki itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.
Samakah mereka itu? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui. 76. Dan Allah (juga) membuat perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang
bisu, tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban penanggungnya, ke mana saja dia
disuruh (oleh penanggungnya itu), dia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan.
Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada di jalan yang
lurus?

 TAFSIR AYAT

Dalam ayat ini, Allah swt membuat suatu perumpamaan tentang orang-orang musyrik
sehubungan dengan kepercayaan mereka yang menyamakan kedudukan sembahan mereka
yang berupa patung dan berhala dengan Allah Yang Maha Sempurna.

Kekeliruan dan kebatilan kepercayaan mereka itu sama halnya dengan kekeliruan orang-
orang yang menyamakan seorang budak sahaya yang tidak memiliki hak dan kuasa apa pun
dengan orang merdeka, yang punya hak untuk memiliki, mengembangkan, dan menafkahkan
harta kekayaan menurut keinginannya, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-
terangan.

2
Setiap orang dengan mudah mengetahui bahwa keduanya jauh berbeda, baik dalam
kemuliaan, kekuasaan, ataupun keluhurannya. Demikian pula halnya orang-orang musyrik.
Mereka jadikan benda-benda mati sebagai tumpuan dan tujuan ketika memanjatkan doa dan
menggantungkan harapan. Alangkah jauhnya kesesatan mereka yang menyamakan Tuhan
pencipta alam semesta dengan makhluk yang punya keterbatasan.

Segala puji hanya milik Allah swt. Dialah yang paling berhak untuk menerima segala
macam pujian karena Dialah yang agung dan sempurna. Segala sifat-sifat terpuji terkumpul
pada-Nya. Segala pujian hanya ditujukan kepada-Nya, tidak kepada patung-patung, berhala-
berhala, ataupun sesuatu lainnya.

Sembahan-sembahan selain Allah, tidak ada yang patut menerima pujian. Akan tetapi,
manusia banyak yang tidak mengetahui atau sadar bahwa segala sifat kesempurnaan hanya
milik Allah swt. Karena kejahilan, mereka memandang sifat kesempurnaan juga ada pada selain
Allah. Mereka menjadikan makhluk itu sebagai tujuan dari pujaan atau sembahan.

 Ayat 76

Seperti halnya ayat yang lalu, pada ayat ini Allah swt menjelaskan kembali
perumpamaan bagi orang-orang musyrik dengan bentuk yang lebih jelas seputar kepercayaan
mereka kepada patung sembahan mereka. Allah swt mengambil perumpamaan antara dua
orang: yang seorang bisu, bodoh, dan tidak mengerti apa-apa dan seorang lagi mampu
berbicara lagi cakap. Orang yang pertama adalah perumpamaan untuk patung sembahan
orang-orang musyrik, sedangkan yang kedua perumpamaan untuk Allah.

Patutkah dipersamakan antara keduanya? Jika hal demikian tidak patut, maka lebih tidak patut
lagi menyamakan antara patung dengan Allah.

Allah swt dalam ayat ini menerangkan persamaan sifat-sifat antara patung dengan
orang yang bisu yang bukan saja tidak memiliki kemampuan berbicara, tetapi juga tidak
memiliki kemampuan berpikir. Dia tidak mengerti maksud orang lain, dan orang lain juga tidak
dapat memahami maksudnya. Karena itu, dia tidak dapat menyelesaikan urusannya sendiri
apalagi urusan orang lain. Dia hanya jadi beban orang lain, di manapun dia ditempatkan, dan
tugas apa punyang diberikan kepadanya tentulah tidak mendatangkan hasil yang baik.

Sifat Allah “menyeru kepada keadilan atau kebenaran”, mengandung pengertian bahwa
Dia mengetahui, mengajarkan, dan menyukai keadilan dan kebenaran serta memerintahkan
kepada hamba-Nya agar bersifat adil. Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil dan
bersifat adil serta tidak memerintahkan hamba-Nya kecuali menjunjung keadilan.

3
Bahkan Allah swt Mahasuci dari sifat-sifat yang berlawanan dengan keadilan seperti sifat
zalim, aniaya, jahil, dan bakhil. Perintah dan syariat-Nya bersifat adil seluruhnya. Mereka yang
bersifat dan berbuat adil adalah kekasih dan wali-wali Allah. Mereka hidup di sisi Allah dan di
bawah cahaya-Nya.

Sifat Allah swt “di jalan yang lurus” mengandung pengertian bahwa Allah tidak
memerintahkan sesuatu selain kebenaran dan keadilan. Allah tidak mengadakan atau
menciptakan sesuatu kecuali untuk kemaslahatan, rahmat, hikmah, dan keadilan. Allah selalu di
atas kebenaran pada perkataan dan perbuatan-Nya.

Allah tidak menjatuhkan hukuman dengan zalim kepada hamba-Nya, tidak menyiksa
tanpa dosa yang dilakukan hamba itu, tidak pula mengurangi sedikit pun kebajikan yang
diperbuatnya, dan tidak membebani seseorang dengan dosa orang lain. Tindakan dan
perbuatan Allah selalu penuh hikmah dan berakhir dengan kebaikan. Semua itu disebabkan
karena Allah selalu menginginkan hamba-hamba-Nya berada dalam keadaan yang lurus.

 MUNASABAH AYAT DENGAN AYAT SEBELUMNYA

An-nahl: 74

”!‫َضْربُوْ ا هّٰلِل ِ ! ااْل َ! ْم!ثَ!ا! َل! ۗاِ! َّن! هّٰللا َ ! يَ! ْع! لَ! ُم! َواَْ!نتُ! ْم! اَل تَ! ْع! لَ! ُم! ْ!و َ!ن‬
ِ ‫“ف!َاَل ت‬
“Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sungguh, Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.”

Didalam ayat ini dijelaskan janganlah kamu, wahai manusia, mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah dengan menyembah dan mempertuhankan apa pun selain Dia serta menisbatkan sifat-
sifat buruk kepada-Nya. Sungguh, Allah mengetahui segala sesuatu, sedang kamu tidak
mengetahui kecuali yang telah Allah ajarkan kepada kamu. Karena itu, berbuatlah sesuai arahan
Allah sebab hal itu tentu baik bagi kehidupanmu. Dalam arti lain kita tidak boleh menyekutukan
Alah SWT dengan apapun. Karna kita tak mengetahui apa yang Allah ketahui. Dilanjutkan oleh
ayat setelahnya untuk mempertegas ayat ini dengan mengambil permisalan-permisalan.

 ASBABUN NUZUL

ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu abbas . Ayat ini turun tentang seorang laki-laki dari
Quarisy dan budaknya tentang firmannya. “...dan dua orang laki-laki yang seorang bisu..”(16:76)
ia berkata, ayat ini turun tentang usman bin affan dengan seorang bekas budaknya yang
membenci Islam serta melarangnya bersedekah dan berbuat kebaikan.

 HUBUNGAN AYAT DENGAN PENDIDIKAN

4
Penulis mengambil kesimpulan bahwa ayat-ayat tersebut mengandung satu metode
pendidikan, yaitu :

Metode permisalan: Metode permisalan seperti ini juga dapat diterapkan pada pendidikan,
seorangpendidik dapat memberikan contoh kepada peserta didik dengan memberikan
permisalan untuk memudahkan mereka dalam memahami materi yang diajarkan oleh pendidik,
metode tersebut terdapat pada ayatketujuh puluh empat sampai dengan ayat ketujuh puluh
enam, dimana Allah swt. melarang orang musyrikuntuk menyamakan Allah swt. dengan
makhlukNya, lalu Allah swt. memberikan perumpamaan dalambentuk pertanyaan; apakah
sama seorang hamba fakir yang tidak memiliki apapun dengan orang kayayang berinfak,
kemudian orang buta dengan orang yang melihat yang menyeru kepada kebaikan sedangdia
berada pada jalan yang lurus.

2. An-Nahl: 125-126
!َ َّ‫ظ ِ!ة ٱ! ْل! َح! َس! نَ! ِة! ۖ َو ٰ! َج ِد! ْل!هُ!م! بِٱ!ل َّتِ!!ى! ِ!ه َى! َأ ْ!ح! َس! ُن! ۚ ِإ !َّن َرب‬
‫ك هُ َو‬ َ !‫ك! بِٱ! ْل! ِح! ْك! َم! ِة! َو ْ!ٱل َم!وْ ِع‬
َ ‫ع! ِإلَ! ٰ!ى! َس! بِ!ي! ِل! َر ِّب‬
ُ ‫ٱ ْ!د‬
!َ! !‫ض َّل َع!!ن! َس! بِ!ي!لِ! ِه!ۦ!! ۖ َوهُ َو َأ ْع!لَ! ُم! بِٱ ْ!ل! ُم! ْه!تَ! ِد!ي‬
‫ن‬ َ !‫َأ ْع! لَ! ُم! بِ! َم!!ن‬
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125)

ٰ ‫ص َبرْ تُ! ْ!م لَه َُو َخ! ْي! ٌر ل‬


!‫ِّلصَّ بِ ِري!ن‬ !۟ !‫َوِإ ْ!ن َع!ا!قَ! ْب! تُ! ْم! فَ! َع!ا!قِ!ب‬
َ !‫ُوا بِ! ِم! ْث! ِل! َما! ُع!و!قِ! ْب!ت!ُ!م! بِ! ِه!ۦ!! ۖ َولَ!ِئ ن‬
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan
yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang sabar” (QS. An-Nahl: 126).

 Tafsiran dari QS An Nahl ayat 125

Dalam ayat ini, Allah swt memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara
mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah. Jalan Allah di sini maksudnya ialah agama Allah
yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Tafsir Surah An-Nahl Ayat 126 berbicara mengenai dakwah. Dakwah yang dimaksud
adalah dengan memegangi dua prinsip. Pertama berdakwah dengan suasana damai, yakni
dengan lisan serta saling menyampaikan hujjah. Kedua berdakwah dengan tegas apabila
kehormatan terganggu

5
3. Al-a’raf: 176-177
ِ !ۚ !‫رْض َواتَّ!بَ! َع! ه َٰوى ۚ!هُ فَ! َم! ثَ!لُ! ٗه! َ!ك َم!ثَ! ِل! ا! ْل! َك! ْل‬
!‫ب! اِ! ْ!ن! تَ! ْ!ح! ِم! ل!ْ! َع!لَ! ْي! ِه‬ ٰ
ِ َ ‫َولَوْ ِش! ْئ نَ!ا! ل!َ َرفَ! ْع! ٰن!هُ! بِهَا! َو!ل ِك!نَّ! ٗ! ٓه! اَ! ْ!خ! لَ! َد! اِ!لَ!ى! ااْل‬
!‫ن َس!ۤ!ا! َء‬ ⃝ َ ‫ثۗ ٰذلِ َك َمثَ ُل ال ْ َق ْو ِم ال َّ ِذيْ َن ك َ ّ َذبُ ْوا ِباٰيٰ ِتنَاۚ فَاق ُْص ِص ال ْ َق َص َص ل ََعل َّ ُه ْم يَتَ َفك َّ ُر ْو‬ ْ ‫ث ا َ ْو تَتْ ُرك ُْه يَل َْه‬ ْ ‫يَل َْه‬
!ْ َ‫َ!مث!َاًل ۨا! ْل!قَ! ْ!و ُم! ا!لَّ! ِذ! ْي! َن! َك َّذ!ب!ُوْ ا بِٰ!اٰ!يتِ!نَ!ا! َواَْ!نفُ! َس!هُ! ْم! َكانُوْ ا ي‬
!‫ظلِ! ُم! ْ!و َ!ن‬
176. Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat)
itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka
perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. 177.
Sangat buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami; mereka menzalimi
diri sendiri.

 Tafsiran Al-A'raf ayat 176

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan dia) kepada derajat para
ulama (dengan ayat-ayat itu) seumpamanya Kami memberikan taufik/kekuatan kepadanya
untuk mengamalkan ayat-ayat itu (tetapi dia cenderung) yaitu lebih menyukai (kepada tanah)
yakni harta benda dan duniawi (dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah) dalam doa yang
dilakukannya, akhirnya Kami balik merendahkan derajatnya. (Maka perumpamaannya) ciri
khasnya (seperti anjing jika kamu menghalaunya) mengusir dan menghardiknya(diulurkannya
lidahnya) lidahnya menjulur (atau) jika (kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
juga)sedangkan sifat seperti itu tidak terdapat pada hewan-hewan selain anjing. Kedua jumlah
syarat menjadi hal, ia menjulurkan lidahnya dalam keadaan terhina dalam segala kondisi.
Maksudnya penyerupaan/tasybih ini ialah mengumpamakan dalam hal kerendahan dan
kehinaan dengan qarinah adanya fa yang memberikan pengertian tertib dengan kalimat
sebelumnya, yakni kecenderungan terhadap duniawi dan mengikuti hawa nafsu rendahnya,
juga karena adanya qarinah/bukti firman-Nya, (Demikian itulah) perumpamaan itulah
(perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah
itu) kepada orang-orang Yahudi (agar mereka berpikir) agar mereka mau memikirkannya hingga
mereka mau beriman.

 Tafsiran Al-A'raf ayat 177

(Amat buruklah) amat jeleklah (perumpamaan suatu kaum) yaitu perumpamaan kaum
itu (yaitu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah
mereka berbuat lalim) dengan mendustakan ayat-ayat itu.

4. Al-maidah: 67
‫هّٰللا‬ َ !‫۞ ٰيٓاَيُّهَا! ا!لرَّ س! ْ!ُو ُل! بَ!لِّ! ْغ! َمٓا! اُ! ْن ِ!ز َل! اِ!لَ! ْي‬
!‫ك‬ ِ !‫ك! َۗواِ ْ!ن لَّ! ْم! تَ! ْف! َع! ل!ْ! فَ! َم!ا! بَ!لَّ! ْغ! ت!َ! ِر ٰ!سلَ!تَ! ٗه! َۗو ُ ! يَ!ع‬
َ ‫ْص ُ!م‬ َ ‫ك! ِ!م ْ!ن! رَّ ِّب‬
!‫س! اِ! َّن! هّٰللا َ ! اَل يَ ْه! ِد!ى! ا! ْل!قَ! ْ!و َم! ا! ْل! ٰ!ك! فِ! ِر ْي! َن‬
ِ !ۗ !‫ِ!م َن! ا!ل!نَّ!ا‬
Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau
lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan

6
Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang kafir.

 Tafsir Surat Al Maidah Ayat 67-68

Menekankan tentang larangan agar tidak menunda amanat yang sudah diemban oleh
Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah swt. Penundaan walauh hanyat sebenantar
dianggap sesuatu yang tercela dan tidak pantas di lakukan oleh seorang utusan.

5. Ibrahim Ayat 24-25


ٌ !ِ‫طيِّبَ! ٍة! َأصْ لُهَا ثَ!ا!ب‬
‫ت! َوفَرْ ُعهَا! فِ!!ي! ا!ل! َّس! َم!!ا ِء‬ َ !ً‫ب هَّللا ُ ! َ!مث!َاًل َ!كلِ! َم! ة‬
َ !‫طيِّ!بَ!ةً! َ!ك َش! َج! َ!ر ٍة‬ !َ ‫ض َر‬ !َ !‫َألَ! ْم! ت ََر َ!ك ْي‬
َ !‫ف‬
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.”

‫ُأ‬
ِ !‫ضْربُ هَّللا ُ ! اَأْل ْم!ثَ!ا! َل! لِ!ل!نَّ!ا‬
َ‫س! لَ! َع! لَّ!هُ! ْم! يَ!تَ! َذ! َّكرُون‬ ِ ‫تُْؤ تِ!ي! ُ!كل!َهَا! ُ!ك َّل! ِح!ي! ٍن! بِِإ ْ!ذ ِن! َر ِّبهَا ۗ َو َي‬
“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.

 Tafsir Ibrahim Ayat 25

Tafsir Jalalain: ‫( َألَ ْم تَ َر‬Tidakkah kamu perhatikan) memperhatikan ‫ب هَّللا ُ َمثَاًل‬ َ َ‫َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬
(bagaimana Allah telah membuat perumpamaan) lafal matsalan ini dijelaskan oleh badalnya,
yaitu ً‫( َكلِ َمةً طَيِّبَة‬kalimat yang baik) yakni kalimat laa ilaaha illallaah/tiada Tuhan selain Allah,
ٌ ِ‫( َأصْ لُهَا ثَاب‬akarnya teguh) menancap
‫( َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة‬seperti pohon yang baik) yaitu pohon kurma ‫ت‬
dalam di bumi ‫( َوفَرْ ُعهَا‬dan cabangnya) ranting-rantingnya ‫( فِي ال َّس َما ِء‬menjulang ke langit).

Tafsir Ibnu Katsir: Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman
Allah: ‫( َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَة‬Perumpamaan kalimat yang baik) ia mengatakan: “Yaitu kalimat laa ilaaHa
ً
ٌ ِ‫( َأصْ لُهَا ثَاب‬akarnya teguh).
illallaaH”. ‫( َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة‬seperti pohon yang baik) yaitu orang mukmin; ‫ت‬

Ia mengatakan: “Tidak ada ilah yang haq selain Allah” dalam hati orang mukmin: ‫َوفَرْ ُعهَا‬
‫( فِي ال َّس َما ِء‬Dan cabangnya [menjulang] ke langit) ia mengatakan: “Dengan kalimat thayyibah itu,
amal perbuatan orang mukmin diangkat ke langit”.

Adh-Dhahhak, Sa’id bin Jubair, Ikrimah, Mujahid dan mufassir lainnya juga mengatakan,
bahwa hal itu adalah perumpamaan amal perbuatan, perkataan yang baik dan amal shalih
orang mukmin dan bahwa orang mukmin itu bagaikan pohon kurma; Amal baik orang mukmin
itu senantiasa diangkat baginya pada setiap saat, pada setiap kesempatan, pada waktu pagi
maupun petang.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: “Kami sedang berada di samping
Rasulullah saw, lalu beliau bersabda: “Sebutkanlah sebuah pohon yang serupa atau seperti
orang muslim yang daunnya tidak berjatuhan pada musim panas dan musim dingin dan
menghasilkan buah setiap saat dengan izin Rabbnya”.

7
Tafsir Quraish Shihab: Tidak tahukah engkau, wahai manusia, bagaimana Allah membuat
permisalan kalimat yang baik dan kalimat yang buruk. Dia memisalkan kalimat yang baik
bagaikan pohon yang banyak manfaatnya.

Pangkalnya tertanam kokoh dengan akar-akarnya di dalam tanah, sedang pucuk-


pucuknya menjulang tinggi ke angkasa. Kalimat yang baik ini termasuk di dalamnya kalimat
tauhid: pengesaan Allah dengan kalimat Lâ Ilâh Illâ Allâh.

Tafsir Jalalain: ‫( تُْؤ تِي‬Pohon itu memberikan) membuahkan ‫( ُأ ُكلَهَا‬buahnya) buah-


buahannya ‫ين بِِإ ْذ ِن َربِّهَا‬
ٍ ‫( ُك َّل ِح‬pada setiap musim dengan seizin Rabbnya) dengan kehendak-Nya
demikian pula kalimat iman tertanam di dalam kalbu orang mukmin sedangkan amalnya naik ke
langit kemudian memperoleh berkah dan pahala amalannya itu setiap saat.

ِ َّ‫( هَّللا ُ اَأْل ْمثَا َل لِلن‬oleh Allah perumpamaan-


ُ‫( َويَضْ ِرب‬dan dibuatkan) dijelaskan َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُون‬
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat) mau mengambil pelajaran
daripadanya kemudian mereka mau beriman karenanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: ‫( تُْؤ تِي ُأ ُكلَهَا ُك َّل ِحي ٍن‬Pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim) Tampak dari susunan kalimat tersebut bahwa orang mukmin itu seperti sebuah pohon
yang selalu berbuah pada setiap waktu, pada musim panas dan musim dingin, baik pada malam
hari maupun pada siang hari.

Demikian pula seorang mukmin yang senantiasa diangkat baginya amal perbuatan yang
baik sepanjang malam dan di penghujung siang pada setiap waktu, setiap saat. ‫( بِِإ ْذ ِن َربِّهَا‬Dengan
seizin Rabbnya) yakni secara sempurna, banyak, bagus dan penuh berkah.

ِ َّ‫( َويَضْ ِربُ هَّللا ُ اَأْل ْمثَا َل لِلن‬Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُون‬
manusia supaya mereka selalu ingat)

Tafsir Quraish Shihab: Dengan kehendak penciptanya, pohon itu selalu berbuah pada
waktu-waktu tertentu. Demikian juga kalimat tauhid: tertanam kokoh dalam hati orang
Mukmin, dan amalannya naik menuju Allah. Dia selalu mendapatkan berkah dan balasannya
pada setiap waktu.

Demikianlah, Allah telah menerangkan permisalan kepada manusia dengan


mendekatkan makna-makna abstrak melalui benda-benda inderawi, agar mereka dapat
mengambil pelajaran lalu beriman.

6. Hadits tentang metode mengajar


!‫ث! َأ َح! ًد!ا! ِ!م ْ!ن! َأصْ َحابِ! ِه! فِ!!ي‬ !َ ‫صلَّى! هَّللا ُ ! َع! لَ! ْي! ِه! َ!و‬
َ !‫س ل!َّ َم! ِإ َذا! بَ! َع‬ !َ ‫َع! ْ!ن! َأبِ! ْي! ُم ْ!و َس!!ى! قَ!ا! َل! َكا‬
َ ! ِ ‫!ن َرس ْ!ُو ُل! هَّللا‬
)!‫!ْض اَ! ْم ِ!ر ِه! قَ!ا! َل! بَ! ِّش!رُوا َو َال تُ!نَ!فِّ!رُوا َو َي!سِّرُوا َو َال تُ! َع! س!ِّرُا (رواه م!س!ل!م‬ ِ ‫بَ!ع‬
Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus salah seorang
sahabat di dalam sebagian perintahnya Rasulullah SAW bersabda berilah mereka kabar gembira
dan janganlah mereka dibuat lari dan permudahkanlah manusia dalam soal-soal agama dan
janganlah mempersukar mereka (HR. Imam Muslim)

8
Perintah Nabi di atas memberikan pelajaran kepada para pendidik bahwa di dalam
melaksanakan tugas pendidikan, para guru/pendidik dituntut untuk menciptakan proses
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, berupaya membuat peserta didik untuk
merasa betah dan senang tinggal di sekolah bersamanya,dan bukan sebaliknya justru
memberikan kesan seram agar para siswa takut dan segan kepadanya, karena sikap demikian
justru akan membuat siswa tidak betah tinggal di sekolah dan sekaligus akan sulit untuk bisa
mencintai para guru beserta semua ilmu ataupun pendidikan yang di berikan kepada mereka

Metode tanya jawab

َ ‫!لصُّحبَ! ِة! ؟! قَ!ا! َل! ُأ ُّم‬


َّ!‫ك! ثُ!م‬ !ْ ‫س! بِ! ُح! ْس! ِن! ا‬ ُّ !‫ارس ْ!ُو ُل! هَّللا ِ ! َ!م ْ!ن! َأ َح‬
ِ !‫ق! ا!ل!ن!َّا‬ !َ َ‫َع! ْ!ن! َأبِ!ي! هُ َري َ!ْرةَ! قَ!ا! َل! قَ!ا! َل! َر ُ!ج ٌل! ي‬
(!‫ك! ثُ!م!َّ َأبُوْكَ ثُ!م!َّ َأ ْ!دنَاكَ َأ ْ!دنَاكَ (رواه م!س!ل!م‬ َ ‫ك! ثُ!مَّ! ُأ ُّم‬
َ ‫ُأ ُّم‬
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah,
siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu,
kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan
kamu (HR. Muslim)

Seorang ibu di mata anak-anaknya merupakan satu-satunya figure yang paling berjasa
dibanding lainnya, bagaimana tidak , karena dia telah susah payah mengandungnya selama
Sembilan bulan, dalam suka dan duka, sehat maupun sakit, bayi yang masih berada dalam
kandungan senantiasa dibawa kemana dia pergi dan berada, bahkan tidak jarang seorang ibu
yang sedang mengandung muda sampai berbulan-bulan tidak mau makan nasi karena jika hal
itu dia lakukan akan kembali keluar/muntah.

Imam An-Nawawi mengatakan bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk


berbuat baik kepada kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak mendapatkan itu, baru
kemudian ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat. Para ulama mengatakan bahwa sebab
didahulukannya ibu adalah karena kelelahan, beban berat dan pengorbanannya di saat
mengandung, melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan dan dan lain sebagainya.

Dari penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai
starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya ataupun
sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran yang memungkinkan
adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga komunikasi ini terlihat
adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini
adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan
mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.

Metode diskusi

َ َ‫س ل!َّ َم! ا! ْن!صُرْ َأ َ!خ!اك‬


!‫ظالِ! ًم!ا‬ !َ ‫صلَّى! هَّللا ُ ! َع! لَ! ْي! ِه! َ!و‬ َ ! ِ ‫ض َي هَّللا ُ ! َع! ْن!هُ! قَ!ا! َل! قَ!ا! َل! َرس ْ!ُو ُ!ل هَّللا‬ ِ ‫س! َر‬ ٍ !َ‫َع! ْ!ن! َأن‬
ُ‫ف! َأ ْنصُرُ ه‬ َ !‫ت ِإ َذا! َكا! َ!ن‬
!َ !‫ظالِ! ًم!ا! َك ْي‬ !َ! !‫ظل!ُوْ ًما َأف!َ َرَأ ْي‬!ْ ‫!ن َم‬
!َ ‫ظلُوْ ًما فَ!قَ!ا! َل! َر ُ!ج ٌل! يَا! َرس ْ!ُو ُل! هَّللا ِ ! َأ ْنصُرُ هُ ِإ َذا! َكا‬ !ْ ‫َأوْ َم‬
(‫ك! نَصْرُ هُ)رواه ا!ل!ب!خ!ارى‬ َ !ِ‫!لظ ْل! ِم! فَ!ِإ !َّن َ!ذل‬
ُّ ‫قَ!ا! َل! تَ! ْ!ح! !ُج ُ!زهُ! َأوْ تَ! ْم!نَ! ُع! هٌ! ِ!م َن! ا‬

9
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu yang
dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong
orang dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman,
karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari)

Pembahasan :

Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada umatnya agar
menolong saudaranya baik dalam keadaan dhalim atau madhlum (didzalimi).

Ibnu Bathal mengatakan : (‫ )النصر‬menurut orang arab berarti (‫ )اعانة‬pertolongan,


sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang dzalim itu caranya dengan
mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak mencegahnya, maka dia akan
melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas. Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara
mengqishasnya itu juga bisa dikatakan menolong orang yang beruat dzalim.

Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti
tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.

Jika ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah adalah orang yang paling banyak
melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh Rasulullah bersama para
sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi sering melakukan dan
membolehkan mendidik dengan metode diskusi akan tetapi dalam pelaksanaanya harus
dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak agar segala permasalahan dapat diselesaikan
dengan baik dan tanpa ada permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan debat. Jika
debat adalah perang argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi dalam
memenangkan pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi diharapkan semuanya
memberi sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti secara bersama.

10

Anda mungkin juga menyukai