Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

ِ‫ﺎﺕَﺃﻋﻤﺎﻟِﻨَﺎ ﻣﻦ ﻳ ﻬ ِﺪﻩ‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ
ْ َ ْ َ َ ْ ِ َ‫ِﺇَّﻥ ﺍ ْﻟَ ْﻤ َﺪ ﻠِﻟ ََْﻧ َﻤ ُﺪﻩُ َﻭﻧَ ْﺴﺘَﻌْﻴ ﻨُﻪُ َﻭﻧَ ْﺴﺘَﻐْﻔ ُﺮْﻩ َﻭﻧَﻌُ ُﻮﺫ ِِﺑﻪﻠﻟ ﻣ ْﻦ ُﺷ ُﺮ ْﻭِﺭَﺃﻧْ ُﻔﺴﻨَﺎ َﻭﻣ ْﻦ َﺳﻴِِّﺌ‬
ِ ْ ‫ﻀ َّﻞ ﻟَﻪ َﻭﻣﻦ ﻳ‬
ِ ‫ﺍﻪﻠﻟ ﻓَ َﻼ ﻣ‬
ُ‫َﺃ ْﺷ َﻬ ُﺪَﺃَّﻥ َﻻِﺇﻟَﻪَِﺇَّﻻ ﺍﻪﻠﻟ ََﻭﺃ ْﺷ َﻬ ُﺪَﺃَّﻥ ُُﻣَ َّﻤ ًﺪﺍ َﻋْﺒ ُﺪﻩُ َﻭَﺭ ُﺳ ْﻮﻟُﻪ‬.ُ‫ﻀﻠ ْﻞ ﻓَ َﻼ َﻫ ِﺎﺩ َﻱ ﻟَﻪ‬ ُ َْ ُ ُ ُ
Alhamdulillah skripsi dengan judul “Studi Komparatif Penanganan

Gelandangan dan Pengemis Perspektif al-Siyāsah al-Syar’iyyah” dapat

terselesaikan dengan baik sebagai syarat untuk menyelesaikan program Sarjana

Hukum (S1) pada jurusan Syariah Program Studi Perbandingan Mazhab Sekolah

Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan

dan kendala yang dihadapi. Namun, kendala itu dapat dilalui berkat izin Allah

swt. serta doa, bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara

moral maupun spiritual. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada

kedua orang tua penulis, ayahanda Umar Faizal dan ibunda Aisyah, semoga Allah

swt. menjaga dan merahmati keduanya, atas segala kasih sayang dan jerih

payahnya merawat, mendoakan dengan pengorbanan dan dukungan lahir batin

yang tiada hentinya, yang menjadi penyemangat terbesar untuk penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga memberikan penghargaan yang setinggi-

tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak yang dimaksud:

1. Al-Ustadz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. selaku ketua

STIBA Makassar dan seluruh jajarannya yang telah memberi motivasi dan

doa dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Al-Ustadzah Armida Abdurrahman Lc, selaku Kepala Bagian Keputrian

STIBA Makassar yang banyak memberi nasihat dan arahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

iv
v

3. Al-Ustadz Dr. Kasman Bakry, S.H.I., M.H.I. selaku Wakil Ketua 1 Bidang

Akademik STIBA Makassar dan pembimbing pertama bersama al-

Ustadzah Hijrayanti Sari, S.Sos., M.I.Kom. selaku pembimbing kedua

yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya dalam

membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini hingga layak untuk

dibaca.

4. Seluruh Dosen dan pengelola STIBA Makassar yang tidak bisa kami

sebutkan satu persatu, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam

membimbing dan memberi ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis,

juga telah banyak membantu dan memudahkan penulis dalam mengurus

administrasi dan lainnya, hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan

tepat waktu.

5. Murabbiyahku tercinta ustadzah Dewi Indriani, ustadzah Sartini

Lambadjo, ustadzah Munawwarah, terima kasih atas waktunya dalam

membimbing kami untuk istiqamah meniti sunnah Rasulullah saw.

6. Ucapan terima kasih yang tulus kami ucapkan kepada sahabat

seperjuangan Jurusan Syariah Program Studi Perbandingan Mazhab

angkatan 2017 yang sama-sama berjuang selama menjalani perkuliahan di

STIBA Makassar dari awal hingga akhir.


Penulisan skripsi ini telah dilakukan secara maksimal, namun tentunya

masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan bersifat

kontruktif demi kesempurnaan skripsi ini, sehingga bermanfaat bagi pembaca dan

penulis pribadi.

Akhirnya, semoga Allah swt. senantiasa meridhai semua amal dan usaha
yang telah dilakukan dengan baik dan penuh kesungguhan serta keikhlasan.
vi

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan semoga menjadi

pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak.

Makassar, 20 Agustus 2021


Penulis,

Ananda Sarah Saputri


NIM/NIMKO: 171012293/85810417293

EVI SUSANTI

NIM/NIMKO: 171012213/85810417213
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TRANSLITERASI .......................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Pengantar Judul ............................................................................. 6
D. Kajian Pustaka ............................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ................................................................... 10
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 15
BAB II HAKIKAT GELANDANGAN DAN PENGEMIS
A. Definisi Gelandangan dan Pengemis............................................. 16
B. Kedudukan Gelandangan dan Pengemis dalam Hukum Positif
dan al-Siyāsah al-Syar’iyyah ........................................................ 21
BAB III PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI
INDONESIA
A. Faktor-Faktor Lahirnya Gelandangan dan Pengemis .................... 33
B. Pasal-Pasal Terkait Upaya Pemerintah dalam Menangani
Gelandangan dan Pengemis di Indonesia...................................... 39
BAB IV PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS
PERSPEKTIF AL-SIYĀSAH AL-SYAR’IYYAH
A. Konsep, Fungsi, dan Kedudukan al-Siyāsah al-Syar’iyyah dalam
Suatu Negara ................................................................................. 56
B. Konsep Memberi dalam Islam ...................................................... 64
C. Metode Penanganan Problematika Gelandangan dan Pengemis
dalam al-Siyāsah al-Syar’iyyah .................................................... 70

vii
viii

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 82
B. Saran dan Implikasi Penelitian ....................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 85
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 89
ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

Huruf-huruf bahasa Arab yang ditransliterasikan kedalam huruf latin sebagai


berikut :
‫ا‬ : a ‫ د‬: d ‫ ض‬: ḍ ‫ ك‬: k

‫ ب‬: b ‫ ذ‬: ż ‫ ط‬: ṭ ‫ ل‬: l

‫ ت‬:t ‫ ر‬: r ‫ ظ‬: ẓ ‫ م‬: m

‫ ث‬:ṡ ‫ ز‬: z ‫ع‬ : ‘ ‫ ن‬: n

‫ ج‬:j ‫ س‬: s ‫غ‬ : g ‫ و‬: w

‫ ح‬:ḥ ‫ ش‬: sy ‫ ف‬: f ‫ ﻫ‬: h

‫ خ‬: kh ‫ص‬: ṣ ‫ق‬ : q ‫ ي‬: y

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap

Contoh :

‫ُﻣ َق ِِّﺪ َﻣة‬ = muqaddimah


ِ
ُ‫املﺪﻳْﻨَةُ املﻨَ َّﻮَرة‬ = al-madinah al-munawwarah
ُ

C. Vokal

1. Vokal Tunggal

Fathah ‫ﹷ‬ ditulis a contoh َ‫قَ َﺮأ‬

Kasrah ‫ﹻ‬ ditulis i contoh ‫َر ِح َم‬

Dammah ‫ﹹ‬ ditulis u contoh ‫ُكﺘُب‬

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap ‫ﹷﻲ‬


ْ (fathah dan ya) ditulis “ai”
x

Contoh : ‫ = َزﻳْﻨَب‬zainab ‫ف‬


َ ‫ = َكْﻴ‬kaifa

Vokal rangkap ‫ﹷﻮ‬


ْ (fathah dan waw) ditulis “au”

Contoh : ‫ = َح ْﻮ َل‬ḥaula ‫ = قَ ْﻮ َل‬qaula

3. Vokal Panjang

‫( ﹷﺎ‬fatḥah) ditulis ā contoh : ‫قَ َﺎﻣﺎ‬ = qāmā

‫( ﹻﻰ‬kasrah) ditulis ī contoh : ‫ = َر ِحْﻴم‬rahīm

‫( ﹹﻮ‬dammah) ditulis ū contoh : ‫‘ = ﻋُﻠُ ْﻮم‬ulūm

D. Ta’ Marbūṭah

Ta’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun ditulis /h/

Contoh : ‫َﻣ َّكةُ امل َكَّﺮَﻣة‬ = Makkah al-Mukarramah

‫اﻟش ِﺮﻳْ َﻌة ا ِإل ْﺳ َﻼ ِﻣﻴَة‬


َّ = al-Syarī’ah al-Islamiyah

Ta’ Marbūṭah yang hidup, transliterasinya /t/

‫اﻟُ ُك ْﻮَﻣةُ ا ِإل ْﺳﻼَِﻣﻴَّة‬ = al-ḥukūmatul-islāmiyyah

‫اﻟﺴﻨَّةُ املﺘَ َﻮاتَِﺮة‬ = al-sunnatul-mutawātirah


ُ ُ
E. Hamzaḥ

Huruf Hamzah (‫ )ء‬di awal kata ditulis dengan vocal tanpa di dahului oleh

tanda apostrof (‘)


Contoh : ‫إميﺎن‬ = īmān, bukan ‘īmān
ِ
ُ َ‫إِ ِّّت‬
‫ﺎد األ َُّﻣة‬ = ittihād al-ummah, bukan ‘ittihād al-‘ummah

F. Lafẓu al-Jalālah

Lafẓu al-Jalālah (kata ‫ )هللا‬yang berbentuk fase nomina ditransliterasi tanpa

hamzah.
xi

Contoh : ‫ ﻋﺒﺪ هللا‬ditulis: ‘Abdullāh, bukan Abd Allāh

‫ جﺎر هللا‬ditulis: Jārullāh

G. Kata Sandang “al-“

1) Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-” baik pada kata yang dimulai dengan

huruf qamariyah maupun syamsiah.

Contoh : ‫َّﺳة‬ ِ
َ ‫األﻣﺎكﻦ املَُقﺪ‬
َ = al-amākin al-muqaddasah

‫اﻟﺴﻴَﺎﺳة اﻟشَّْﺮﻋِﻴَة‬
ِ
ِّ = al-siyāsah al-syar’iyyah

2) Huruf “a” pada kata sandang ‘al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil,

meskipun merupakan nama diri.

Contoh : ‫املﺎوْرِد ْي‬


َ = al-Māwardī
‫األ َْزَﻫُﺮ‬ = al-Azhar
‫ص ْﻮَرة‬
ُ ْ‫املَﻨ‬ = al-Manṣūrah

3) Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Al-Qur’ān ditulis

dengan huruf kapital.

Contoh: Al-Afgānī adalah seorang tokoh pembaharu

Saya membaca Al-Qur’ān al-Karīm


xii

Singkatan :

swt = Subḥānahū wa ta’ālā

saw. = Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam

ra. = Radiyallāhu ‘anhu

Q.S. …/ …:4 = Qur’an, Surah ….. ayat 4

UU = Undang-Undang

M. = Masehi

H. = Hijriah

SM. = Sebelum Masehi

t.p. = Tanpa penerbit

t.t.p = Tanpa tempat penerbit

t. Cet = Tanpa cetakan

Cet. = Cetakan

t.th. = Tanpa tahun

h. = Halaman
ABSTRAK

Nama : Ananda Sarah Saputri


NIM/NIMKO : 171012293/85810417293
Judul Skripsi : Studi Komparatif Penanganan Gelandangan dan
Pengemis Perspektif al-Siyāsah al-Syar’iyyah

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami


Studi Komparatif Penanganan Gelandangan dan Pengemis Perspektif al-Siyāsah
al-Syar’iyyah. Permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini yaitu;
Pertama, bagaimana kedudukan gelandangan dan pengemis dalam tinjauan
hukum positif dan al-Siyāsah al-Syar’iyyah. Kedua, bagaimana penanganan
gelandangan dan pengemis perspektif hukum positif dan al-Siyāsah al-Syar’iyyah.
Untuk mendapatkan jawaban terhadap permasalahan di atas, penulis
menggunakan jenis penelitian kualitatif (library research) yang berfokuskan pada
kajian naskah dan teks, dengan menggunakan metode pendekatan normatif dan
sosiologis, serta dianalisis menggunakan teknik deduktif, induktif, dan
komparatif.
Hasil penelitian yang ditemukan adalah sebagai berikut; Pertama, dalam
hukum positif Indonesia, kedudukan gelandangan dan pengemis adalah dilarang,
sebagaimana hal tersebut diatur dalam Pasal 504 dan Pasal 505 KUHP, buku ke-3
tentang tindak pidana pelanggaran bahwa gelandangan dan pengemis tidak
ditempatkan semata-mata sebagai subjek pelanggar ketertiban umum namun
sebagai suatu permasalahan sosial bangsa yang kompleks. Adapun dalam al-
Siyāsah al-Syari’iyyah, perbuatan meminta-minta adalah perbuatan yang tidak
disyari’atkan dalam agama. Namun Islam mewajibkan pemeluknya yang mampu
untuk membantu orang yang tidak memiliki harta dalam memenuhi hajat
hidupnya, sekalipun pada hakikatnya, pekerjaan menggelandang dan mengemis
termasuk cara mencari harta yang diharamkan oleh Allah swt. Kedua, pemerintah
Indonesia mengeluarkan peraturan hukum terkait penanggulangan gelandangan
dan pengemis. Tidak hanya diatur dalam Undang-Undang, program kesejahteraan
sosial juga telah direalisasikan oleh pemerintah. Namun jumlah gelandangan dan
pengemis masih terus bertambah setiap tahunnya, RUU KUHP 2019 juga tidak
jadi disahkan setelah menuai kontroversi dari masyarakat dan demo diberbagai
daerah. Al-Siyāsah al-Syar’iyyah memberi sarana yang dapat digunakan untuk
menjamin perwujudan kehidupan dan menanggulangi masalah gelandangan dan
pengemis. Salah satunya adalah dengan diaturnya zakat. Zakat merupakan dana
pemerintah Islam untuk menghapuskan kemiskinan. Pendistribusian zakat diatur
dengan sangat teliti. Banyak kalangan ulama secara ketat menjaga hak-hak kaum
miskin dalam harta zakat.
Oleh karena itu, dalam penanggulangan problematikanya, gelandangan
dan pengemis harus dibina dan diarahkan dengan memperhatikan sisi moral dan
akhlak yang luhur dari setiap pengaturannya dan tidak hanya puas dengan
berbagai kewajiban yang diatur oleh Undang-Undang. Hal ini untuk menciptakan
kemashlahatan serta kesadaran dari dalam individu gelandangan dan pengemis itu
sendiri.

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gelandangan dan pengemis merupakan bagian dalam fenomena

masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan. Hal tersebut

berkaitan erat dengan kemiskinan dan ketidakberdayaan mereka terhadap

lapangan pekerjaan yang sempit. Faktor-faktor inilah yang menjadi alasan mereka

untuk mengemis dan menggelandang demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari.

Berdasarkan data dari dinas sosial, jumlah gelandangan dan pengemis di

Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tercatat pada akhir

tahun 2014 jumlah gelandangan mencapai 2.918 orang dan pengemis 1.999 orang.

Kemudian pada tahun 2018 jumlah mereka meningkat menjadi 4.660 orang, dan

data sementara pada tahun 2021 menyebutkan bahwa jumlah gelandangan dan

pengemis yang tersebar diseluruh Indonesia mencapai 6.370 orang.1 Mereka

terserbar diseluruh wilayah, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai tua

renta. Kehadiran para gelandangan dan pengemis cukup membuat sesak kota

Jakarta dan kota-kota lain yang ada di Indonesia.2

Pemerintah sudah sering melakukan tindakan pengendalian terhadap para


gelandangan dan pengemis, salah satu bentuk pengendalian yang diupayakan oleh

pemerintah adalah model penanganan transit home dalam Panti Sosial Bina Insani

1
Dinas Sosial, “Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial”, Situs Resmi Dinas
Sosial. http://dinassosialindonesia.go.id/dataku/data_dasar/index/106-jumlah-pmks?id_skpd=5 (4
Juni 2020)
2
Dimas, Pengemis Undercover Rahasia Seputar Kehidupan Pengemis (t. Cet; Jakarta:
Titik Media Publisher, 2013), h. 2.
1
2

yang menjadi unit pelaksana teknis Dinas Sosial DKI Jakarta. Panti ini merupakan

penampungan sementara dan bimbingan sosial awal Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) terutama gelandangan dan pengemis hasil

penjangkauan dan penertiban di jalan. Tugas pokok panti adalah

menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS hasil

penjangkauan dan penertiban. Pelayanan kesejahteraan sosial tersebut meliputi:

1. Identifikasi, seleksi, motivasi dan penerimaan

2. Penampungan sementara dan perawatan PMKS

3. Asesmen

4. Pembinaan fisik dan mental

5. Bimbingan sosial, case conference, bimbingan piskologis, bimbingan

hukum dan bimbingan keterampilan

6. Penyaluran atau rujukan

7. Pembinaan lanjut.3

Namun upaya tindakan diatas tidak membuahkan hasil. Hal ini terbukti

melalui jumlah mereka pada setiap tahunnya yang semakin meningkat dengan

puncak peningkatan pada tahun 2019, Menteri Sosial Agus Gumiwang

Kartasasmita mengatakan, pada bulan Agustus tahun 2019 masih ada sekitar

77.500 gelandangan dan pengemis yang tersebar di kota-kota besar di


Indonesia. 4 Olehnya kegiatan mengemis tidak lagi dipandang sebagai fenomena

penyakit masyarakat biasa, akan tetapi termasuk dalam jenis tindak pidana

pelanggaran yang sudah diatur dalam pasal 504 dan pasal 505 Kitab Undang-

Astrini Merlindha, “Upaya Rehabilitasi Sosial Dalam Penanganan Gelandangan dan


3

Pengemis di Provinsi DKI Jakarta”, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial 16, no. 1 (2015): h. 63.
4
Harian Nasional, ”Kemensos Perkirakan Populasi Gelandangan dan Pengemis”, Situs
Resmi Harian Nasional. http://www.harnas.co/2019/08/22/kemensos-perkirakan-populasi-
gelandangan-dan-pengemis (10 Oktober 2020)
3

Undang Hukum Pidana (KUHP), Buku ke-3 tentang Tindak Pidana Pelanggaran,

yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 504 KUHP:

- Ayat (1), “Barang siapa mengemis di muka umum, diancam karena melakukan

pengemisan dengan pidana kurungan paling lama 6 minggu”.

- Ayat (2), “Pengemisan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, yang

berumur diatas enam belas tahun, diancam dengan pidana kurungan paling

lama tiga bulan”.

Pasal 505 KUHP:

- Ayat (1), “Barang siapa bergelandangan tanpa pencarian, diancam karena

melakukan pergelandangan dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan”.

- Ayat (2), “Pergelandangan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, yang

berumur diatas 16 tahun diancam dengan pidana kurungan paling lama enam

bulan”.5

Bahkan, dengan alasan mengurangi jumlah gelandangan dan pengemis

juga memaksimalkan ketertiban umum, tahun 2019 pemerintah mengadakan revisi

KUHP mengenai orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan atau

dikenal istilah gelandangan diancam denda Rp 1 juta berdasarkan rancangan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) yang disepakati Komisi III DPR dan
pemerintah dalam rapat kerja pembahasan tingkat I. Ketentuan tersebut diatur

dalam Bagian kedelapan tentang Penggelandangan. Pasal 432 menyatakan, setiap

orang yang bergelandangan di jalan atau di tempat umum yang mengganggu

ketertiban umum dipidana dengan pidana denda paling banyak kategori I. Adapun

dalam pasal 49, pidana denda kategori I yakni sebesar Rp 1 juta.

5
Jimly, dkk.,KUHP & KUHAP (t. Cet; Jokjakarta: Parama Publishing, 2015), h. 185.

Anda mungkin juga menyukai