Anda di halaman 1dari 28

IMPLEMENTASI PROGRAM CHARAKTER BUILDING TRAINING (CBT) PADA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Magister dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
pada Pascasarjana UIN Alaudddin
Makassar

Oleh :

RIAHARNITA
NIM : 80200221024

PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2023

KATA PENGANTAR
ix
‫بسم اهلل لرحمن الرحيم‬

‫َأَّما َبْع ّد‬.‫َاْلَحْم ُد ِلَّلِه َر ّب الَعَلِم ْين َو َّص َالُة َو َّس َالُم َعَلي َنِبِّيَنا محمد َص َّلي اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلْم َو َعَلي َاِلِه َو َصَح اَبِتِه َاْج َم ِعْين‬

Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hamba-
Nya. Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan
padanya penerang dan bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran,
sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan
izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umat Nabi Muhammad saw.
Marilah kita bersyukur kepada Allah subahana wata’ala karena dia telah
memberikan semulia-mulia kitab kepada kita, yakni al-Qur’an. al-karim adalah kitab
yang tidak akan bisa diubah oleh siapa saja sampai hari kiamat.
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah subahana wata’ala,
berkat rahmat dan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, salawat
serta salam semoga tetap terkirim kepada Nabi besar Muhammad saw., panutan seluruh
manusia hingga akhir zaman
Tesis ini diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister (S2). Proses penyusunan tesis
ini, di bimbing dan diberi motivasi oleh berbagai pihak, baik secara moral maupun material. Oleh
karena itu, terima kasih yang sedalam-dalamnya saya ucapkan:

1. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. H. Hamdan Juhannis., M.A, Ph.D., Wakil

Rektor I, Prof. Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., Wakil Rektor II, Dr. H. Andi

Aderus, Lc., M.A., Wakil Rektor III, Prof. Dr. Muhammad Halifah Mustamin, M.Pd.,

Wakil Rektor IV, Prof. Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., yang telah banyak

membina Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar ini dengan penuh loyalitas.

2. Direktur Pascasarjana Prof. Dr. H. Abustani Ilyas., M.Ag., Wakil Direktur

Pascasarjana Prof. Dr. Hasyim Haddade, S. Ag., M.Ag., dan para staf yang telah

banyak memberikan arahan dan petunjuk dalam proses penyelesaian studi.

x
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Pascasarjana, Dr. Saprin, M.Pd.I., dan Dr.

Syamsuddin, S. Ag., M.Pd.I., Sekretaris Jurusan yang telah memfasilitasi penulis

selama menempuh pendidikan sampai penyelesaian tesis di Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.

4. Prof. Dr. H. Syahruddin Usman, M.Pd. dan Dr. Muhammad Rusmin.B, M.Pd.I. Promotor

dan Kopromotor, yang telah tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan sejak

awal penulisan tesis ini sehingga bisa penulis selesaikan dengan baik.

5. Para Guru Besar dan dosen pemandu mata kuliah pada Program Magister pada
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang senantiasa ikhlas

mentransfer ilmu pengetahuannya kepada penulis selama ini.

6. Kepala perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang menyediakan

fasilitas untuk melaksanakan studi kepustakaan.

7. Seluruh informan yang tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah membantu untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

8. Kedua orang tua yakni Daeng Pasore dan Ibunda tercinta Hj. St. Halijah. yang

mendidik dan membimbing penulis sejak kecil. Beliau adalah guru abadi yang takkan

pernah tergantikan.

9. Suami tercinta Dr. Takdir Khair, S.Pd.I., M.Pd. dan Anak-anaku Muh. Idham Chalik

Takdir, Najwa Khaira Takdir dan Naura Ramadhani Takdir yang selelu menjadi

inspirasiku dalam menyeleseaikan studi S2 Magister.

Alhamdulillah, semoga Allah subahana wata’ala memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada kita semua. Amiin ya robb.

Makassar, 9 Februari 2024

Riaharnita

xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1-12
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus..................................................8
C. Rumusan Masalah.................................................................................9
D. Kajian Pustaka......................................................................................9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................11
BAB II TINJAUAN TEORETIS......................................................................13-43
A. Konsep Dasar Pendidikan Karakter......................................................13
B. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi............................................33
C. Kerangka Konseptual............................................................................42
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................44-50
A. Jenis dan Lokasi Penelitian...................................................................44
B. Pendekatan Penelitian...........................................................................45
C. Sumber Data.........................................................................................46
D. Metode Pengumpulan Data...................................................................47
E. Instrumen Penelitian.............................................................................48
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..................................................48
G. Pengujian Keabsahan Data...................................................................49
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN

A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama


‫ا‬ alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
‫ب‬ ba b Be
‫ت‬ ta t Te
‫ث‬ s\a s\ es (dengan titik di atas)
‫ج‬ jim j Je
‫ح‬ h}a h} ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ kha kh ka dan ha
‫د‬ dal d De
‫ذ‬ z\al z\ zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ ra r Er
‫ز‬ zai z Zet
‫س‬ sin s Es
‫ش‬ syin sy es dan ye
‫ص‬ s}ad s} es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ d}ad d} de (dengan titik di bawah)
‫ط‬ t}a t} te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ z}a z} zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬ ‘ain ‘ apostrof terbalik
‫غ‬ gain g Ge
‫ف‬ fa f Ef
‫ق‬ qaf q Qi
‫ك‬ kaf k Ka
‫ل‬ lam l El
‫م‬ mim m Em
‫ن‬ nun n En
‫و‬ wau w We
‫ﻫـ‬ ha h Ha
‫ء‬ hamzah ’ Apostrof
‫ى‬ ya y Ye

xiii
Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda
apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama


‫َا‬ fath}ah a a
‫ا‬
ِ kasrah i i
d}ammah u u
‫ُا‬
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat
dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫َـ‬ fath}ah dan ai a dan i


ya>’
‫ْﻰ‬
fath}ah dan wau au a dan u
‫َْـﻮ‬
Contoh:
‫َﻒ‬ ‫َﻛْـﻴـ‬ : kaifa
‫َل‬ ‫َﻫْـ ﻮ‬ : haula
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Nama Huruf dan Nama


Huruf Tanda
‫ | ا‬...َ ‫َ ى‬... fath}ah dan alif atau a> a dan garis di atas

‫ِـ ـﻰ‬ kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas


d}ammah dan wau u> u dan garis di atas
‫ُـﻮ‬

xiv
Contoh:
‫ ﻣَـﺎ َت‬: ma>ta
‫ ََرﻣـﻰ‬: >rama
‫ ِﻗْـﻴـ َﻞ‬: qi>la
‫ ﻳَـﻤُْـﻮ ُت‬: yamu>tu
4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang
hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah
[t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’
marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
‫رو اﻷَْﻃَ ﻔﺎِ ل‬ : raud}ah al-at}fa>l
‫َاْﻟـﻔـﺎ‬ َْ
‫ﺿـُﺔ‬
‫َ َاﻟْـ ِﺿ ـََﻠﺔ‬
: al-madi>nah al-fa>d}ilah
ِ
‫َﻤـﺪﻳْـﻨَـُﺔ‬
‫َاﻟْـ ِﺤـ ْﻜـ َﻤ ـﺔ‬ : al-h}ikmah

5. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydi>d ( ‫) ـّـ‬, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan
huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
‫ رﺑَّـﻨَﺎ‬: >rabbana
َ
َ‫ ﻧَـ ّﺠَْـﻴ ـﻨﺎ‬: >najjaina
‫ َاﻟْـ َﺤـ ﱡﻖ‬: al-h}aqq
ِ
‫ ﻧُّـ ﻌ ـ َﻢ‬: nu“ima
‫ َﻋـ ُﺪﱞ و‬: aduwwun‘
Jika huruf ‫ ﻯ‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah
(‫)ــــِـﻰ‬, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.
Contoh:
‫َﻋـِﻠـ‬ ‫ﱡﻰ‬
‫ﱞﻰ‬ ِ
‫َﻋَـﺮﺑ ـ‬
xv
: ‘Ali>
(bukan
‘Aliyy atau
‘Aly)
: ‘Arabi>
(bukan
‘Arabiyy atau
‘Araby

xvi
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫ال‬
(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf
qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.
Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan
garis mendatar (-).
Contoh:
‫ ﺲ ْﻤـ ﱠﺸـ اﻟ‬: al-syamsu (bukan asy-syamsu)
َُ
‫َاﱠﻟﺰﻟَْـﺰﻟَـﺔ‬ : al-zalzalah )az-zalzalah(
‫ َاﻟَْـﻔْـ ﻠ َﺴَـ ﻔﺔ‬: al-falsafah
‫ﻼد‬ َُ ‫َاﻟْـﺒِـ‬ : al-bila>du

7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
‫ﺗَـ ُْﺄ ﻣـْﺮو‬ : ta’muru>na
‫َن‬ ُ
: al-nau‘ ‫ﱠ‬
‫َاﻟ ـﻨـ‬
‫ع‬
ُ ‫ْﻮ‬ : syai’un
: umirtu
‫َﺷـﻲٌء‬ ْ ِ
‫أﻣْـ ﺮ‬ ُ
‫ُت‬
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau
sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia
akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata
al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata
tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi
secara utuh. Contoh:
Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
xvii
Al-Sunnah qabl al-tadwi>n

xvii
i
9. Lafz} al-Jala>lah (‫)ﷲ‬
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf
hamzah.
Contoh:
ِ ‫ِدﻳـ ﻦ‬
‫ﷲ‬ billa>h ِdVِ di>nulla>h
ُ ْ
Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-
jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
‫ُﻫـ ْﻢ ِ ْﰲ َرﺣْـ َﻤِ ﺔ ِﷲ‬ rah}matilla>h fi> hum

10. Huruf Kapital


Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat,
bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata
sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka
huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang
sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata
sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP,
CDK, dan DR). Contoh:
Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan
Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu>> Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li>
Al-Munqiz\ min al-D}ala>l
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus
disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

xix
Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-
Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)

Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid
(bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>
saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
a.s. = ‘alaihi al-sala>m
H = Hijrah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)
w. = Wafat tahun
QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4 HR
= Hadis Riwayat

i
ABSTRAK
Nama : Riaharnita
Nim :80200221024
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Implementasi Program Character Building Training (CBT) pada Mahasiswa
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Alauddin Makassar
Penelitian tesis ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi dan dampak
Character Building Training (CBT) dalam pembentukan karakter mahasiswa Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Penelitian ini tergolong
penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan paedagogis dan fenomenologis. Untuk
mendapatkan data di lapangan, peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap
pelatih/narasumber, mentor, pengelola CBT, dan mahasiswa peserta CBT. Selain itu,
pengamatan secara langsung juga di lakukan pada saat kegiatan training berlangsung. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan langsung tersebut, dianalisis melalui tiga
tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif/Kualitatif field research dengan
pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan sosiologis, teologis, pedagogis serta
psikologis. Adapun sumber data penelitian diperoleh langsung direktur BTQ,dosen dan
mahasiswa serta staf administrasi,. Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi serta penelusuran berbagai literatur atau
referensi. Lalu teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu
reduksi data, penyajian, dan pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa implementasi program Character Building
Training (CBT) sudah terlaksna dengan baik dan memberikan hasil yang optimal, hal tersebut
bisa terlihat dari pembentukan sikap kritis dan bertanggung jawab dalam memperlakukan
lingkungan alam sekitarnya, memelihara dan melestarikannya; kritis dalam menyikapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tetap bertindak sebagai pengendali yang
penuh tanggung jawab. faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
Character Building Training (CBT) yaitu faktor pendukung adanya Tim Pelatih, Tim Mentor,
Narasumber yang mumpuni, Sarana dan prasarana, dan kegiatan mentoring. Faktor penghambat
keterbatasan Sarana dan prasarana, keterbatasan anggaran dan Kesesuain antara waktu Mentor
dan Mahasiswa dalam menjalankan mentorng.
Implikasi penelitian ialah diharapkan kepada mentor agar membangun komunikasi yang
lebih erat dan dan intens mementoring alumni Character Building Training (CBT) agar bisa
terlaksana dengan baik dan diharapkan kepada pihak Universitas perlu menambah mentor,
anggaran mentor dan sarana prasarana dalam kegiatan Character Building Training (CBT) dan
yang terakhir diharapkan juga kepada mahasiswa CBT aktif melaksanakan mentoring 40 hari.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka
memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku.
Karena itu, pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan karakter manusia.
Pendidikan bisa juga dikatakan sebagai proses pemanusiaan manusia. Dalam keseluruhan
proses yang dilakukan manusia terjadi proses pendidikan yang akan menghasilkan sikap dan
perilaku yang akhirnya menjadi watak, kepribadian atau karakternya. Untuk meraih derajat
manusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa pendidikan1

Pendidikan telah melekat dan masih dipercaya sebagai fondasi utama untuk
membangun kecerdasan dan kepribadian seseorang menjadi lebih baik lagi. Hingga saat ini,
pendidikan masih terus dikembangkan agar proses pelaksanaannya menghasilkan generasi
yang cerdas, mandiri, berakhlak mulia dan terampil. Dalam rangka menghasilkan peserta didik
yang unggul dan diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki.
Sebagai usaha dalam mempersiapkan generasi yang unggul dan kompetitif maka harus
ditopang dengan guru-guru dan dosen yang unggul dan kompetitif pula, oleh karena itu melalui
Undang-Undang tentang Guru dan Dosen sebagaimana yang tertuang dalam pasal 8 Undang-
Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, memberikan syarat-syarat
(kompetensi) yang harus dipenuhi oleh tenaga pendidik atau guru yaitu: kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.2

Ilmu pengetahuan yang merupakan buah karya manusia telah mengalami pergeseran
sehingga, tingkat pengetahuan hanya terukur dalam tataran kognitif. Lahirlah kegiatan
pembenaran terhadaphal-hal tersebut. Kemajuan pesat di bidang ilmu dan teknologi ternyata
tidak memberikan kebahagiaan hakiki yang menyebabkan manusia berpaling kembali kepada
nilai-nilai agama.3
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. VI; Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 13.
2
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidiikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007), h. 73.
3
Jujun S. Sumantri, Filsafat lmu Sebuah Pengantar Populer (Cet. XII; Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1
Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai
pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia. Membicarakan karakter
merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang
membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah
‚membinatang‛.Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial
ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu
urgennnya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggungjawab untuk
menanamkannya melalui proses pembelajaran.4

Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki berbagai jenjang pendidikan yang


turutan dalam mencetak sumberdaya manusia di masa yabg akan datang, yakni pendidikan
dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Perguruan tinggi sebagai jenjang pendidikan tertinggi
bias berbentuk universitas, institut, sekolahtinggi, politeknik dan lain-lain.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan bagian atau elemen terpenting dalam kehidupan
manusia yang tidak boleh ditinggalkan.5 Pendidikan merupakan kebutuhan utama dan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat bagi kehidupan manusia di muka bumi termasuk bangsa
Indonesia. Tanpa adanya pendidikan, rasanya mustahil untuk manusia hidup dan berkembang
searah dengan cita-cita dan tujuan hidup sebagaimana yang mereka impikan. Peran pendidikan
sangat penting dalam tatanan kehidupan baik secara pribadi maupun pada lingkup masyarakat,
maka semestinya dalam pengembangan watak bangsa terutama dalam pembentukan karakter
religius haruslah berpergang teguh dan bertumpuh pada landasan pendidikan yang kuat.

Pendidikan merupakan hal yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Sejak
dalam kandungan sesosok bayi telah mengalami sentuhan pendidikan melalui asupan dan
sentuhan kasih sayang. Apa yang terjadi pikiran ibu dapat juga mempengaruhi perkembangan

1999), h. 270.
4
Zubaedi,Desain Pendidikan karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 1.

5
Fatchul Mu‟in, Pendidikan Karakter: Kontruksi Teoritik dan Praktik (Cet. II; Jogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), h. 287.

2
mental bayi.6

6
Jalaluddin Rakhmat, Belajar Cerdas Belajar Berbasis Otak (Cet.I; Bandung: Kaifa, 2010), h. 200.

3
4

Pendidikan merupakan hal yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Sejak dalam kandungan sesosok
bayi telah mengalami sentuhan pendidikan melalui asupan dan sentuhan kasih sayang. Apa yang terjadi
pikiran ibu dapat juga mempengaruhi perkembangan mental bayi.7

Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu karakter akan melekat dengan nilai dari perilaku
seseorang. Karena itu, dalam perspektif pendidikan karakter, tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari
nilai. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ada
delapan belas karakter. Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional nilai tersebut yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.8

Karakter merupakan salah satu jawaban untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di dalam
masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam fikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar diri melalui suatu proses yang tidak instan.

Karakter tidak diwariskan, tetapi dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran
dan tindakan. Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas secara individu untuk hidup
dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, maupun bangsa dan negara. Pembangunan karakter adalah
proses membentuk karakter dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pembinaan karakter sangatlah penting
dalam membangun kecerdasan dan perilaku manusia. Lingkup universitas misalnya, pembinaan karakter
sangat penting agar mahasiswa dapat menghargai nilai-nilai dan menanamkan semangat tinggi serta perilaku
yang lebih baik.9 Allah swt.berfirman dalam QS Al-ahzab/33:21

‫َلَقْد اَك َن َلْمُك ْيِف َر ُس ْو ِل اِهّٰلل ُاْس َو ٌة َح َس َنٌة ِّلَم ْن اَك َن َيْر ُج وا اَهّٰلل َو اْلَيْو َم اٰاْلِخ َر َو َذ َكَر اَهّٰلل َكِثًرْي ۗا‬

7
Jalaluddin Rakhmat, Belajar Cerdas Belajar Berbasis Otak (Cet.I; Bandung: Kaifa, 2010), h. 200.
8
Kesuma, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2011)
9
Muhammad Qasim Muhammad, Implemtasi Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi studi pada Character
Building Program (CBT) UIN Alauddin Makassar (Tesis: UIN Alauddin Makassar, 2013).
5

Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah10
Implementasi pembinaan karakter Islam tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah saw.
Pribadi Rasul, tersemai nilai-nilai akhlak yang mulia, maka dari itu Allah swt memerintahkan
kepada hamba-nya untuk meneladani akhlak Rasulullah saw.

Kompleksitas permasalahan seputar karakter atau moralitas telah menjadi pemikiran sekaligus
keperihatinan bersama. Krisis karakter atau moralitas ditandai oleh meningkatnya kejahatan tindak
kekerasan, penyalahgunaan obat terlarang (narkoba), pornografi dan pornoaksi, serta pergaulan bebas yang
sudah menjadi patologi dalam masyarakat. Adapun krisis moral lainya yang sungguhnya telah terjadi ialah
perilaku korupsi yang telah mentradisi di tengah- tengah masyarakat. Selain itu, krisis kepercayaan pun
terjadi pada kelompok elit masyarakat, yakni perilaku korupsi yang semakin mengkhawatirkan. Demoralisas
ini karena proses pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budipekerti sebatas tekstual
semata dan kurang mempersiapkan pembelajaran untuk menyikapi kehidupan yang kontradiktif tersebut.11

Mahasiswa memiliki peran signifikan dalam mengantar sebuah bangsa menuju kehidupan yang lebih
baik. Hal terjadi, jika mahasiswa telah sampai pada level pengaktualan nilai-nilai keilmuan dan
mengimplementasikannya di masyarakat. Bukan hanya sebagai agen perubahan atau kontrol sosial, namun
sampai pada transformasi nilai sebagai tujuan yang membedakannya dengan mahluk lain. Tujuan hidup
binatang untuk beradaptasi dengan alam dan tujuan hidup manusia adalah memanusiakan (humanizing) dunia
melalui proses transformasi.12

Sejauh ini, kekhawatiran terbesar kita ialah kekerasan yang dilakukan anak- anak muda, dan itu sudah
merupakan keadaan gawat yang perlu segera diatasi. Kajian-kajian ilmiah tentang perilaku tidak terpuji
(amoral) yang dilakukan peserta didik dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Namun di negara-

negara maju seperti di Amerika sudah sangat berkembang, survei nasional yang dilakukan oleh The Ethics of

American Youth, dari Josephson Institute of Ethics (2006), diketahui bahwa perilaku peserta didik dalam
jangka waktu 12 bulan, yaitu: (a) 82% mengakui bahwa mereka berbohong kepada orangtua; (b) 62%

10
Kementrian Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Bandung : Jumanatul‟ali, 2004). h. 420
11
Muhammad Ali Ramdhani, Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter, Jurnal Pendidikan
Universitas Garut Vol. 08; No. 01; 2014; 28-37. h. 28-36.
12
Paulo Frajiere, The Politic of Education: Culture, Power and Liberation (Politik Pendidikan: Budaya, Kekuatan dan
Pembebasan) Terj. Agung Prihantoro dan Arif Fudiyantoro (Cet.VI; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 83.
6

mengakui bahwa mereka berbohong terhadap guru mengenai sesuatu yang signifikan; (c) 33% menjiplak
tugas dari internet; (d) 60% menipu selama pelaksanaan ujian di sekolah; (e) 23% mencuri dari orangtua
atau kerabatnya; (f) 19% mencuri sesuatu dari seorang teman; (g) 28% mencuri sesuatu dari toko.13

Implementasi pendidikan karakter menjadi suatu keniscayaan. Pendidikan karakter bukanlah suatu
topik yang baru dalam pendidikan. Pada kenyataannya, pendidikan karakter ternyata sudah seumur dengan
pendidikan itu sendiri. Berdasarkan penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di dunia ini, pada
dasarnya pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para pembelajaran untuk menjadi cerdas dan
memiliki perilaku berbudi.14

Melihat bahwa pendidikan karakter merupakan pengembangan kemampuan pada pembelajaran untuk
berperilaku baik yang ditandai dengan perbaikan berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia
sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan), dan mengemban amanah sebagai
pemimpin di dunia. Kemampuan yang perlu dikembangkan pada pembelajaran adalah kemampuan untuk
menjadi dirinya sendiri, kemampuan untuk hidupsecara harmoni dengan manusia dan makhluk lainnya, dan
kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.15

Pembelajaran adalah kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri, kemampuan untuk hidupsecara
harmoni dengan manusia dan makhluk lainnya, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana
bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.16

Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. mempromosikan nilai-
nilai dasar etika sebagai basis karakter, mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku, menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter, menciptakan komunitas perguruan tinggi yang mempunyai kepedulian, memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan perilaku yang baik, memiliki cakupan terhadap
kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua mahasiswa, membangun karakter mereka,
dan membantu untuk sukses, mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para mahasiswa, memfungsikan

13
Dimyati, ‚Peran Guru sebagai Model dalam Pembelajaran Karakter dan Kebajikan Moral Melalui Pendidikan Jasmani‛
dalam Cakrawala Pendidikan (Yogyakarta, UNY, Mei 2010), h. 87.

14
Lickona, Education for Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter (Jakarta:Bumi Aksara 2013), h. 28.
15
Permana, Kesuma, dan Triatna, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktikdi Sekolah. (Bandung:
RemajaRosdakarya 2013).
16
Permana, Kesuma, dan Triatna, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktikdi Sekolah. (Bandung:
RemajaRosdakarya 2013).
7

seluruh staf perguruan tinggi sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan
karakter dan setia pada nilai dasar yang sama, memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter, mengevaluasi karakter mahasiswa, fungsi staf peruruan tinggi sebagai
guru-guru karakter dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan mahasiswa.17

Alumni yang telah memiliki bekal berupa karakter yang baik, meski hidup berdampingan dengan
masyarakat dengan kultur yang berbeda, tentunya keunggulan tersebut tidak lahir dalam waktu sekejap,
namun setidaknya lahir dari metamorphosis sosial dan intelektual yang dikenal dengan pendidikan.
Pendidikan ditantang untuk dapat mengakses keanekaragaman input mahasiswa menjadi sebuah
keunggulan.18

Krisis karakter pada mahasiswa merupakan potret memilukan sekaligus memalukan. Ketika perguruan
tinggi mengalami kontaminasi krisis karakter, lambat laun stakeholders sebagai pengguna jasa pendidikan
akan kehilangan harapan dan kepercayaan kepada institusi pendidikan. Tentunya akan berbanding lurus
dengan kurang terserapnya output (alumni) di masyarakat serta berdampak pula pada turunnya minat
masyarakat untuk menjadikan anaknya sebagai mahasiswa. Minimnya mahasiswa akan berlanjut pada
berkurangnya derajat akreditasi prodi atau jurusan. Persentase mahasiswa yang tidak imbang dengan
ketersediaan jumlah dosen akan membuat sebuah jurusan berada pada kondisi terancam. Bukan hanya
ancaman berupa penutupan jurusan atau alumni tidak terserap di masyarakat, namun ancaman sesungguhnya
yang bersifat universal adalah tunas dan aset bangsa yakni pendidikan dan mahasiswa berada pada kondisi
yang mengkhawatirkan.

Proses membangun karakter bangsa ini, lembaga pendidikan berperan aktif untuk menerapkan
pendidikan karakter.Karena pendidikan karakter seyogyanya menjadi program bersama diseluruh lembaga
pendidikan19

Pendidikan karakter kini menjadi isu utama pendidikan. Selain menjadi bagian dari proses
pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam
meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang
17
Binti Maunah, ‘Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian Holistik Siswa’, Jurnal
Pendidikan Karakter, V.1 (2015), 90–101.
18
Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri Mendongrak Kualitas Pendidikan (Cet.I; Semarang: Pelangi
Publishing, 2010), h. 5.
19
Moch Subekhan, ‘implementasi Pendidikan karakter Di Madrasah (studi Di MAN 2 Serang)’, Geneologi PAI: Jurnal
ilmiah bidang pendidikan 4, no.1 (2018): 13-30: kambali, ilma ayunina.dan Akhmad Mujani, ‘tujuan Pendidikan islam abuddin
nata)’, Risalah, jurnal Pendidikan agama islam vol 5 no 2 (2019):h, 1-25.
8

diberikan Tuhan yang kemudian membentuk jati diri perilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah
ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memiliki peranan yang cukup besar
dalam membentuk jati diri dan perilaku. sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkunan memiliki
peranan yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki kedisiplinan
karakter yang akan dibentuk.Para pemimpin dan tokoh masyarakat juga harus mampu memberikan suri
tauladan mengenai karakter yang akan dibentuk.20

Tujuannya untuk mengimplementasikan nilai moral, etis dan perbaikan akhlak. Peran perguruan
tinggi di Indonesia mengadapi tantangan yang tidak ringan. Selain faktor internal, terdapat juga faktor
eksternal yakni arus globalisasi. Negara-negara Barat yang menjadi kiblat globalisasi terus melakukan
inovasi dan invasi pendidikan secara universal. Nilai-nilai luhur yang berisi ajaran agama, petuah- petuah dan
kearifan lokal (budaya), telah mengkristal dalam diri masyarakat Indonesia harus berhadapan face to face
dengan globalisasi, modernisasi, digitalisasi dan berbagai istilah kekinian yang lain. Hal ini disebabkan
keterlibatan iklim dunia kampus yang kritis, bebas dan terbuka, memudahkan faham atau pemikiran apa pun
masuk ke dalamnya.21Manusia Indonesia seutuhnya, bisa mejadi sebuah keniscayaan dan ditemukan kembali,
jika masyarakat Indonesia menyimak kesinambungan sejarah, bahwa mereka pernah memiliki nilai-nilai
luhur dan warisan budaya yang tinggi. Dalam hal ini, untuk konteks perguruan tinggi, mahasiswa Indonesia
tetap memilik warisan kultur dan kepercayaan yang sarat dengan nilai-nilai karakter.
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi pembentukan dan pengembangan
potensi. Pendidikan karakter membentuk dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik, berhati
baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah pancasila. Kedua, fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan
karakter memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk
ikut berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan
bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring. Pendidikan karakter
memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat.22

20
Prayitno dan Belferik Manulang, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa
(Jakarta: Grasindo, 2011), h. 36-38.

21
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter di Perguran Tinggi (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 8.
22
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan (Jakarta: Prenada Media
Group, 2011)
9

Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang dosen.23 Untuk
mengajarkan nilai-nilai kepada para mahasiswanya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan
pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengemban ganetik para
mahasiswa. Merupakan suatu usaha proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk
membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian,
kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan ketabahan (S), tanggungjawab, menghargai diri sendiri dan orang
lain. Pendidikan karakter merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang
fundamental dari pendidikan yang baik.
Karakter seseorang yang positif atau mulia akan mengangkat status derajat yang tinggi dan mulia bagi
dirinya. Kemuliaan seseorang terletak pada karakternya. Karakter begitu penting karena dengan karakter yang
baik membuat kita tahan, tabah menghadapi cobaan, dan dapat menjalani hidup dengan sempurna. Karakter
membuat pernikahan berjalan langgeng, sehingga anak-anak dapat dididik menjadi individu yang matang,
bertanggungjawab dan produktif. Membangun karakter diakui jauh lebih sulit dan membutuhkan waktu
yang lama. Munculnya perilaku anarkis mahasiswa saat demo dengan membakar ban, merusak lampu merah
dan rambu-rambu jalan, serta perilaku balapan liar di jalan raya, mengindikasikan bahwa karakter bangsa ini
sedang merosot. Padahal dalam kenyataannya bangsa-bangsa yang maju bukan karena umur dan lamanya
merdeka, bukan juga karena penduduk dan kekayaan sumber alam, tetapi lebih disebabkan oleh karakter yang
dimiliki oleh bangsa tersebut. Karakter kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, tanggungjawab dan toleransi
terhadap perbedaan merupakan karakter yang dimiliki oleh negara-negara yang maju. Oleh karena itu,
munculnya kesadaran penguatan pendidikan karakter menjadi penegasan kembali dari apa yang telah disadari

oleh para pendiri bangsa (founding fathers). Sejak awal para pendiri negara sudah menyadari betapa

23
Adam Azmi Syahroni, ‘Nilai Pendidikan Karakter Dalam Islam Melalui Kisah Adam As Geneologi PAI: Jurnal Ilmiah
Bidang Pendidikan Agama Islam, Vol 6 No.2 (2019), h. 67:79.
10

pentingnya pembangunan karakter bangsa, sebab tanpa karakter yang baik, apa yang
dicita-citakan dalam pendirian negara ini tidak akan berhasil.24
Program Character Building Training (CBT) UIN Alauddin Makassar merupakan
harapan dan spirit dalam menapak jalan menuju penyadaran dan pengembangan potensi diri,
bukan hanya untuk mahasiswa namun dampaknya akan berlanjut saat menjadi orang tua yang
mempunyai anak yang berkarakter, kepala keluarga berkarakter, kepala pemerintahan
berkarakter, bahkan secara system ini juga akan berdampak pada pencitraan yang baik terhadap
wajah perguruan tinggi. Pencapaian dari tujuan pembentukan lembaga tersebut, tentunya
akan berhasil menanamkan nilai-nilai karakter, jika ada perhatian serius yang dilakukan oleh
semua pihak.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini merupakan pemusatan konsentrasi atau pembatasan terhadap


penelitian yang akan dilakukan agar hasil penelitian dapat terarah. Fokus penelitian

ini adalah implementasi program Caracter Building Training (CBT) pada Mahasiswa
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

2. Deskripsi Fokus
Program Caracter Building Training (CBT) merupakan rangkaian kegiatan
yang terencana yang dilakukan secara berkesinambungan, intensif dan komprehensif.

Implementasi Program Caracter Building Training (CBT) dimaknai sebagai


pelaksanaan bimbingan yang di dalamnya menekankan terbentuknya karakter atau
ahlak mulia kepada kepada seluruh mahasiswa pada semester awal.

Objek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar.

Fokus penelitian dan deskripsi fokus dapat diuraikan dalam bentuk tabel

24
Warsono, Model Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Kewarganegaraan
(Bandung: 2010), h. 346.
11

sebagai berikut:

Tabel 1.1 Fokus penelitian dan Deskripsi Fokus


No.
Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

1. Pelaksanaan Program
Implementasi Program Character Building Training
Character Building Training (CBT) pada mahasiswa Fakultas
(CBT) pada mahasiswa Tarbiyah dan Keguruan
Fakultas Trabiyah dan 2. Karakter Mahasiswa Fakultas
Keguruan UIN Alauddin Tarbiyah setelah mengikuti CBT
Makassar 3. Faktor Pendukung dan Pemghambat
Program Character Building
Training (CBT) pada mahasiswa
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah pokok dalam

penelitian ini, yaitu bagaimana Implementasi Pelaksanaan Program Character Building


Training (CBT) pada mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
Untuk mempertajam pokok masalah dalam penelitian ini maka dijabarkan dalam sub
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pelaksanaan program Character Building Training

(CBT) pada mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar?
2. Bagaimana Karakter Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan setelah

mengikuti program Character Building Training (CBT)?

3. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat program Character

Building Training (CBT) pada mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar?

D. Kajian Pustaka
Dalam penyusunan tesis dibutuhkan berbagai dukungan teori dari berbagai
sumber atau rujukan yang mempunyai relevansi dengan rencana penelitian. Sebelum
12

melakukan penelitian penulis telah melakukan kajian terhadap karya-karya ilmiah


yang berkaitan dengan pembahasan ini. Adapun beberapa karya ilmiah yang memiliki
relevansi dengan penelitian ini, yaitu:
1. Halik, dalam disertasinya yang berjudul ‚Peranan Unit Kegiatan Mahasiswa
Lembaga Dakwah Kampus dalam Pembinaan Akhlak Mahasiswa (Studi
menguraikan karakter mahasiswa dapat terbentuk oleh pengaruh lingkungan belajar
yang kondusif dan Islami.25

2. Moh Ahsanulhaq, dalam penelitiannya yang mengupas tentang


Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan‛.
Menguraikan upaya guru PAI dalam membentuk karakter religius peserta didik di SMPN
2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2019/2020 melalui metode pembiasaan yaitu dengan
pembiasaan (3S) senyum, salam dan salim, pembiasaan membaca doa hari-hari dan
asmaul husna, pembiasaan jujur, pembiasaan tanggungjawab, pembiasaan disiplin,
pembiasaan ibadah, pembiasaan liretasi Al-Qur’an dan pembiasaan hidup bersih dan
sehat. Adanya dukungan orangtua, komitmen bersama antar warga sekolah dan adanya
fasilitas yang memadai program ersebut menjadi faktor pendukung dalam membentuk
karakter religius peserta didik. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-
beda, kurangnya kesadaran peserta didik dan lingkungan atau pergaulan peserta didik
menjadi penghambat dalam proses pembentukan karakter religius.26

3. Yahya Komaruddin dalam tesisnya yang berjudul ‚Korelasi antara


Pengetahuan Agama Islam dan Kualitas Perilaku Beragama Peserta Didik di
SMA Negeri Takalar‛ menjelaskan bahwa dengan adanya pengetahuan Agama
Islam yang bagus peserta didik memiliki iman yang kokoh dan mempunyai
budi pekerti dan tutur kata yang baik.27
4. Penelitian M. Nurhadi yang berjudul ‚Pembentukann Karakterr. Religius.
Melalui Tahfidzul Qur’an (Studi kasus di MIY Yusuf Abdussatuar Kediri

25
Halik, ‚Peranan Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus dalam Pembinaan Akhlak
Mahasiswa (Studi Kasus di Universitas Hasanuddin Makassar)‛ (Tesis tidak diterbitkan, Konsentrasi Pendidikan
dan Keguruan UIN Alauddin, Makassar, 2011), h. 115.
26
Moh Ahsanulhaq, ‚Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan‛, Jurnal
Prakarsa Paedagogia, Vol. 2, No. 1 (Juni 2019), h. 2.
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/pendas/index. (Diakses 17 Juli 2020).
27
Yahya Komaruddin, ‚Korelasi antara Pengetahuan Agama Islam dan Kualitas Perilaku Beragama
Peserta Didik di SMA Negeri Takalar‛ (Tesis tidak diterbitkan, Konsentrasi Pendidikan dan Keguruan UIN
Alauddinm, Makassar, 2012), h. 75.
13

Lombok Barat)‛, mengungkapkan bahwa dalam proses pembentukan karakter


religius dilaksanakan melalui rutinitas menghapal al-Qur’an. Siswa akan
mempunyai kebiasaan yang baik termasuk memiliki karakter religius ketika
siswa menghapal. Tolok ukur karakter religius yang terbentuk yaitu dengan
seleksi wisuda Tahfidzul Qur’an, semakin banyak hafalan dari siswa berarti ia
memiliki kebiasaan yang baik yaitu sifat rajin.28 Penelitian tersebut berfokus
pada pembentukan karakter religius melalui tahfidzul qur’an.
5. Amar Ma’ruf dalam penelitiannya yang berjudul ‚Penanaman Karakter
Religius di MA Tahfizul Qur’an Istiqomah Sambas Purbalingga‛, hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan menumbuhkan nilai-nilai karakter
religius dilingkungan sekolah, membentuk jiwa yang islami, melakukan
interaksi dengan warga sekolah lainnya, menciptakan kedamaian dan rasa
nyaman di lingkungan madrasah.29
6. M. Natsir Siola dalam penelitiannya ‚Evaluasi Penyerapan Materi dan
Penerapannya terhadap Alumni Character Building Training (CBT)
Mahasiswa UIN Alaudd in Makassar‛. hasil penelitiannya menunjukkan
Output yang dihasilkan pelatihan CBT sangat menggembirakan. Hal tersebut
dapat dilihat pada sebelum dan sesudah pelatihan. Indikatornya adalah pada
IPK, sikap, dan aktifitas mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan. Pada
penelitian ini tidak dibahas mengenai proses pelaksanaan training.30
7. Penelitian St. Rahmatiah, S.Ag., M.Sos.I Dosen Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang berjudul ‚Strategi Pembinaan
Character Building Training (CBT) Bagi Mahasiswa UIN Alauddin
Makassar‛ Penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada strategi pembinaan
Character Building Training (CBT) Bagi Mahasiswa UIN Alauddin
Makassar, model pembinaan dan faktor pendukung dan penghambat. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa proses pembinaan Character Building
28
M. Nurhadi, Pembentukann Karakterr. Religius. Melalui Tahfidzul Qur’an (Studi kasus di MIY Yusuf
Abdussatuar Kediri Lombok Barat. (Lombok Perss) h. 115.
29
Amar Ma’ruf ‚Penanaman Karakter Religius di MA Tahfizul Qur’an Istiqomah Sambas Purbalingga,
Rajawali Perss. h. 113
30
Nasir Siola, Evaluasi Penyerapan Materi dan Penerapannya terhadap Alumni Character
Building Training (CBT) Mahasiswa UIN Alauddin Makassar, UIN Pers. h. 89.
14

Training (CBT) dalam membina mahasiswa terdiri dari 2 fase yaitu; fase
pertama 2 hari 1 malam dan fase kedua pembinaan lanjutan berupa mentoring,
kajian bulanan dan reuni alumni. Sedangkan pada penelitian ini, menfokuskan
pada implementasi dan dampak perubahan karakter mahasiswa setelah
mengikuti training dan mentoring CBT.31

31
Strategi Pembinaan Character Building Training (CBT) Bagi Mahasiswa UIN Alauddin
Makassar, UIN Pers. h. 65.
15

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan implementasi program Caracter Building Training (CBT) pada


mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat program Caracter Building
Training (CBT) di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
c. Untuk mengetahui solusi penghambat program Caracter Building Training (CBT)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
2. Kegunaan Penelitian

a. Secara akademik, hasil penelitian diharapkan bisa bermanfaat dan memberikan


sumbangsi pengetahuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dibidang Pendidikan Agama Islam yang tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa Program

Caracter Building Training (CBT) yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharap dapat berguna bagi siapa saja yang ingin mengetahui

seluk beluk Program Caracter Building Training (CBT) UIN Alauddin Makassar,
khususnya, guru, tokoh-tokoh pendidik agama dan masyarakat secara umum sebagai refrensi
pengetahuan dalam meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur di Indonesia
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan sosial masyarakat, dimasa sekarang
maupun yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai