Anda di halaman 1dari 138

UPAYA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH

SISWA DI SDN 260 AMPUNG JULU

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Padilah Rahmi Nasution

NIM. 16311745

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1442 H/2020 M
UPAYA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH
SISWA DI SDN 260 AMPUNG JULU

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Padilah Rahmi Nasution

NIM. 16311745

Pembimbing

Siti Istiqomah, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1442 H/2020 M
i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul “Upaya Sekolah dalam Membentuk


Akhlakul Karimah Siswa SDN 260 Ampung Julu” oleh Padilah Rahmi
Nasution dengan Nomor Induk Mahasiswa 16311745 telah diperiksa dan
disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 25 Agustus 2020

Pembimbing

Siti Istiqomah, M.Pd


ii
iii
Motto

ٍِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫وى كُ ْم ع نْ َد ُك لِ مَ ْْ ج د َو ْاد عُ وه‬
َ ‫يم وا ُو ُج‬ ُ ‫قُ ْل أَمَ َر َر ِّب ل ِْ ْْ ِ ۖ َوأَق‬
‫ين ۖ َك َم ل َِ َد أَ ُك ْم تَ عُ ودُ و َن‬ ِِ
َ ‫ني َْوُ اْ ِد‬
َ ‫ُمُْ ل ص‬

“Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan


(katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan
sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.
Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian
pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)". (Q.S Al-A‟raf [7] : 29)

iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah peneulis ucapkan kehadirat Allah Swt.
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi guna memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dengan judul skripsi “Upaya
Sekolah dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa SDN 260 Ampung
Julu”.
Sanjungan shalawat dan salam senantiasa penulis anugrahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. yang telah memberikan jalan petunjuk, sehingga kita
terlepas dari jurang kesesatan. Penulis menyadari bahwa keterbatasan
kemampuan dan kurangnya pemahaman, banyaknya hambatan dan kesulitan
senantiasa penulis temui dalam penyusunan skripsi ini. Adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak telah memberi sumbangan yang sangat berarti
dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis ,menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak berikut :
1. Prof. Dr Hj. Huzaemah T.Yanggo, MA Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta beserta stafnya yang telah memberikan fasilitas selama
proses belajar mengajar.
2. Dr. Nadjmatul Faizah, S.H, M.Hum Wakil Rektor 1 dan Plh. Dekan
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta beserta stafnya
yang telah memberikan fasilitas selama proses belajar mengajar.
3. Dr.Esi Hairani.M. Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta beserta stafnya yang telah membantu penulis selama ini.
4. Ibu Reksiana, MA. Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

v
5. Siti Istiqomah.M.Pd selaku dosen pembimbing yang tulus melungkan
waktu dan selalu memberi motivasi peneliti dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
6. Seluruh instruktur tahfidz Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta terutama
kepada Dr.KH.Ahmad Fathoni, Lc, MA, Hurul „Ien S. Ag, Khoirunnisa,
MA, Fafika Hikmatul Maula, MA. yang selalu sabar mengarahkan,
menuntun, memotivasi, dan membimbing peneliti dalam menghafal Al-
Qur‟an, semoga kebaikan-kebaikan beliau dibalas oleh Allah SWT.
7. Staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta yang telah memberikan
sarana dan prasarana dalam penelitian skripsi ini.
8. Segenap dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah memberi
banyak pengetahuan.
9. Kasuma Dewi, S. Pd selaku Kepala sekolah SDN 260 Ampung Julu
beserta stafnya yang tulus melungkan waktu dan memberikan informasi
yang saya butuhkan dalam penelitian saya.
10. Kepada kedua orangtua saya Bapak Tasmin Nasution dan Ibu Arjuna
Siregar yang telah mengajarkan arti hidup dan kehidupan, yang sudah
menjadi tangan kanan Allah dalam mendidik, yang kasih sayangnya
senantiasa selalu hadir, yang memberikan dukungan baik moril maupun
materil, pengorbanan, dan do‟a kepada penulis selama menuntut ilmu di
Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta (IIQ) Jakarta hingga selesai.
11. Kepada kakak-kakak saya dan adik-adik saya yang saat ini Allah titipkan
untuk saya, Tasdiah Nasution, Aslini Asmara Nasution, Habibulloh
Nasution, Ganda Fatma Sari Nasution, Saddad Badawi Nasution, dan
adek bontot saya Fatwa Yasilah Nasution, kesabaran semua saudara-
saudara saya mendengarkan keluh kesah, saksi naik turun semangat, dan
tak henti-hentinya mensupport dan mendo‟akan penulis.

vi
12. Kepada saudara-saudara yang selalu memotivasi untuk lulus tepat waktu
dan berkah do‟a-do‟a para sepupu.
13. Seluruh teman-temanku fakultas Tarbiyah, Ushuluddin, Syariah
khususnya Tarbiyah yang telah bekerja sama berjuang bersama dalam
menuntut ilmu di IIQ Jakarta baik suka maupun duka.
14. Sahabat tercinta Sari Ulfah Rangkuti, Sri Hidayat Syamsiyatu D, Ulya
Barokati Tamami, Riska Marfita, Muthmainnah, Rima Aprilia, Yayun,
Wadiyati dan khususnya Fakultas Tarbiyah PAI kelas C.
15. Sahabat seperjuangan skripsi Aminatuz Zuhriyah, Ayu Arita, Hanifah,
dan sahabat-sahabatku tersayang dan semua teman-teman peneliti yang
tidak mampu disebutkan satu persatu.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini baik moril mampun materil yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu
persatu.
Semoga budi baik yang telah diberikan kepada peneliti tercatat
sebagai amal salih yang diterima oleh Allah Swt. dan setiap iringan
tapakan kaki kita selalu dipenuhi ridha-Nya. Peneliti menyadari bahwa
skrispsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun senantiasa peneliti harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberi manfaat bagi peneliti dan
bagi siapapun yang membacanya, sebagai khazanah ilmu dan telaah diri
dalam dunia pendidikan. Amin.
Jakarta, 25 Agustus 2020
Penulis

Padilah Rahmi Nasution

vii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf abjad yang


satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi IIQ, transliterasi Arab-Latin
mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
‫أ‬ :a ‫ط‬ : th

‫ة‬ :b ‫ظ‬ : zh

‫ث‬ :t ‫ع‬ :„

‫ث‬ : ts ‫غ‬ : gh

‫ج‬ :j ‫ف‬ :f

‫ح‬ :h ‫ق‬ :q

‫خ‬ : kh ‫ك‬ :k

‫د‬ :d ‫ل‬ :l

‫ذ‬ : dz ‫م‬ :m

‫ز‬ :r ‫ن‬ :n

‫ش‬ :z ‫و‬ :w

‫س‬ :s ‫ي‬ :h

‫ش‬ : sy ‫ء‬ :‟

‫ص‬ : sh ‫ي‬ :y

‫ض‬ : dh

viii
2. Vokal
Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap
Fathah :a ‫ أ‬:â ‫ …ي‬: ai
Kasrah :i ‫ي‬:î ‫ …و‬: au
Dhammah :u ‫ و‬:û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (‫ )ال‬qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (‫ )ال‬qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
‫ البقسي‬: al-Baqarah ‫ المديىت‬: al-Madînah
b. Kata sandang yang diikuti alif lam (‫ )ال‬syamsiyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (‫ )ال‬syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
‫ السجل‬: ar-rajul ‫ الشمس‬: asy-syams
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan
lambing (ۖ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang
bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd
yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Contoh:
ِ‫ أَ َمىَّب بِبلل‬: Âmannâ billâhi َ‫ إِ َّن اَّل ِريه‬: Inna al-ladzîna
d. Ta Marbûthah (‫)ة‬
Ta Marbûthah (‫ )ة‬apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti
oleh kata sifat (na‟at). Maka huruf tersebut dialih aksarakan
menjadi huruf “h”. Contoh:

ix
‫ األَفئِدَة‬: al-Af‟idah
Sedangkan ta marbûthah (‫ )ة‬yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan
menjadi huruf “t”. Contoh:
ِ ‫ عَب ِملَتٌ وَب‬: Âmilatun Nâshibah
‫صيَت‬
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital,
akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku
pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak
tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri
diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis capital
adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Ali
Hasan al-„Âridh, al- Asqallânî. Khusus untuk penulisan kata Al-
Qur`an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.
Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

PERNYATAAN PENULIS .................................................................. iii

MOTTO ................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... viii

DAFTAR ISI.......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv

ABSTRAK ............................................................................................. xiv

ABSTRACT ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1


B. Identifikasi Masalah........................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .......................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 7
G. Tinjauan Pustaka ............................................................... 8
H. Sistematika Penulisan ........................................................ 13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Akhlakul Karimah .................................... 14
1. Pengertian Akhlakul Karimah ............................................ 14

xi
2. Sumber dan Dasar Akhlak .................................................. 20
3. Pembagian Akhlak ............................................................. 30
4. Ruang Lingkup Akhlak ...................................................... 36
5. Pembentukan Akhlak ......................................................... 38
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak 40
B. Kajian Tentang Sekolah ..................................................... 47
1. Pengertian Sekolah ....................................... …………. 47
2. Tanggung Jawab Sekolah .............................................. 48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................. 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 52
C. Prosedur pengumpulan dan Pengolahan Data ................... 53
D. Data dan Sumber Data ....................................................... 53
E. Teknik dan Instrumen Penelitian ....................................... 54
F. Analisis Data ...................................................................... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SDn 260 Ampung Julu......................... 61


B. Upaya Sekolah Dalam Membentuk Akhlakul Karimah
Siswa SDn 260 Ampang Julu ............................................ 67
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 87
B. Saran-Saran ........................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 92

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Siklus Penelitian ..................................................................... 51

Tabel 2.2 Struktur Organisasi ................................................................. 61

Tabel 2.3 Data Guru dan Staf ................................................................. 62

Tabel 2.4 Jumlah Siswa .......................................................................... 64

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara .......................................................... 96

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Wawancara dan Penelitian ............ 109

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................... 110

Lampiran 2 Dokumentasi ........................................................................ 111

Lampiran 6 Biografi Penulis ................................................................... 120

xiv
ABSTRAK
Padilah Rahmi Nasution, NIM : 16311745, Skirpsi dengan judul “
Upaya Sekolah Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa SDN 260
Ampung Julu” Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 2020.
Dalam UU no. 20 TAHUN 2003 menjelaskan tentang Sistem
Pendidikan Nasional sebagai landasan yuridis dalam pelaksanaan pendidikan
di Indonesia, yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya apa saja
yang dilakukan oleh sekolah dalam membentuk akhlakul karimah siswa di
SDN 260 Ampung Julu Tahun Pelajaran 2019/2020. Metodologi dalam
penelitian ini yaitu metode kualitatif. Subjek Penelitian adalah Kepala
Sekolah, Guru-Guru SDN 260 Ampung Juludan Siswa. Data penelitian
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa upaya sekolah dalam membentuk
akhlak siswa di sekolah SDN 260 menggunakan beberapa metode yang
releven, yaitu dengan Metode pembiasaan dan keteladanan. Metode
pembiasaan yang dilakukan setiap hari seperti : setiap hari senin diadakan
uapacara bendera, hari selasa menyanyikan lagu wajib, rabu menghafal
nama-nama pahlawan, kamis mengadakan kuis, hari jum‟at biasanya
menghafal surat-surat pendek, dan hari sabtu pidato dan kebersihan sebelum
pulang sekolah.
Faktor pendukung pembentukan akhlak SDN 260 Ampung Julu
adalah didasari oleh visi: beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah,
berprestasi bidang akademik dan non akademik, Selain itu, guru PAI, Nabi
Muhammad saw sebagai pedoman teladan yang paling utama dalam
pembentukan akhlak dan kerjasama antara guru satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya faktor penghambat pembentukan akhlak adalah faktor
lingkungan, faktor keluarga, setiap guru tidak mempunyai tipe yang sama
dalam kedisiplinan dan tingkat kepedulian setiap guru berbeda-beda. Upaya
sekolah dalam membentuk akhlakul karimah siswa di SDN 260 Ampung
Julu di dasari dengan kebiasaan-kebiasaan dan keteladanan.
Kata Kunci: Upaya Sekolah, Akhlakul Karimah

xv
ABSTRACT

Padilah Rahmi Nasution, NIM: 16311745, Thesis with the title


"School Efforts in Forming Akhlakul Karimah Students of SDN 260
Ampung Julu" Islamic Religious Education Study Program, Faculty of
Tarbiyah, Institute of Al-Qur'an Science (IIQ) Jakarta, 2020.
In Law no. 20 of 2003 describes the National Education System as a
juridical foundation in the implementation of education in Indonesia, namely
education is a conscious and planned effort to create an atmosphere of
learning and learning process for active learners in order to develop their
potential to choose religious spiritual strength, self-control, personality,
noble morals, as well as skills needed by himself, society, nation and the
State.
The purpose of this study was to determine what efforts were made by
the school in shaping the morals of students at SDN 260 Ampung Julu for the
2019/2020 academic year. The methodology in this study is a qualitative
method. The research subjects were the Principal, Teachers of SDN 260
Ampung Juludan Siswa. The research data were obtained through
observation, interviews, and documentation. The results of this study can be
concluded that the school‟s efforts in shaping the morals of student at SDN
260 used several relevant methods, namely the habituation and modeling
methods. The habituations method is carried out every day such as:every
Monday there is a flag ceremony, Tuesday singing compulsory songs,
Wednesday memorizing the names of heroes, Thursday holding quezzes,
Friday usually memorizing short letters, and Saturday speeches and
cleanliness befpre after school.
The supporting factors for moral formation of SDN 260 Ampung Julu
are based on the vision:. Having faith, piety, having good morals, academic
and non-academic achievements. In addition, the PAI teacher, prophet
Muhammad as the most important role model in moral formation and
cooperation between one teacher with others. Furthermore, the inhibithing
factors for moral formation are environmental factors, family factors, each
teacher does not have the same type of discipline and the level of concern for
each teacher is different. The school‟s efforts in shaping the morals of
students at SDN 260 Ampung Julu are based on habits and exemplary.
Keywords: School Effort, Akhlakul Karimah

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual
muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dibutuhkan.
Secara historis dan teologis akhlak tampil mengawal dan
memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan
akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung
keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan
akhlaknya yang terpuji. Rasulullah Saw melalui sunnahnya
menganjurkan pembentukan akhlak dilakukan melalui
keteladanan untuk mencapai kepada akhlakul karimah, maka
hendaklah kita senantiasa meneladani akhlak dari Nabi
Muhammad saw yang merupakan contoh teladan bagi umat
manusia. sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

‫ْ نَةٌ ِْ َم ْن َك ل َن‬
َ ‫أُس َوةٌ َح‬ْ
ِ‫ول اْ لَّو‬
ِ ‫ََِْ ْد َك ل َن َْكُ م ِِف رس‬
َُ ْ
‫اْ لَّوَ َك ثِريًا‬ ‫يَ ْر ُج و اْ لَّوَ َوا ْ يَ ْومَ ْاْل ِخ َر َوذَ َك َر‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab [33]: 21)1

1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h.
596

1
2

Hal ini didasarkan pada realita bahwa bahasa tubuh lebih


efektif dan berdampak lebih besar dibandingkan dengan bahsa
lisan.
Pada era perkembangan zaman dan teknologi yang
berkembang pesat terjadi hal-hal yang tidak didinginkan yang
dapat merusak keimanan. Ini terjadi disebabkan akhlak manusia
yang rendah. Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu
bidang kehidupan yang diyakini mampu mencetak generasi
bangsa yang berbudi luhur. Dalam UU no. 20 TAHUN 2003
menjelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai
landasan yuridis dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia,
yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memilih kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal
merupakan satu langkah dari usaha pencapaian tujuan
pendidikan. Maka dari itu berbagai upaya akan diusahakan pihak
sekolah untuk membentuk tumbuhnya kepribadian suatu
generasi. Berbagai ilmu diperkenalkan kepada peserta didik yang
mana mereka belum memiliki perhitungan dalam bertindak,
sehingga dengan adanya pendidikan mereka akan banyak
mengetahui bagaimana cara bertingkah laku yang benar dengan
sesamanya serta dengan penciptanya (Tuhan).
Pendidikan di sekolah menjadi kunci kedua dalam
penanaman akhlak. Dapat kita ketahui bahwa faktor yang yang
3

paling utama perubahan pola perilaku seseorang adalah karena


faktor lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah
lingkungan yang paling utama dan pertama dalam pembentukan
akhlak yang diajarkan dari orang tua. Dengan pemberian kasih
sayang, perhatian yang diiringi pembiasaaan-pembiasaan yang
baik dan diajarkan sejak dini dalam menanamkan perilaku
sehingga semua itu tertanam dalam diri seorang anak.
Namun tidak semua orang tua dapat melakukan hal
tersebut. Dimana ada sebagian orang tua yang justru lebih
banyak mengutamakan kesibukannya dalam bekerja sehingga
kurangnya perhatian mereka kepada anak. Selain itu juga tidak
cukupnya pendidikan akhlak yang diberikan orang tua karena
tidak semua orang tua mampu memberikan contoh yang baik.
Dalam hal ini, sekolah sebagai wahana atau tempat penyampaian
pengajaran dan pendidikan juga turut mempengaruhi pola
perkembangan akhlak seorang anak.
Penanaman akhlak sangat mutlak bagi manusia
khususnya bagi peserta didik sebagai generasi penerus, agar
mampu berperan lebih baik bagi dirinya, keluarganya dan
masyarakat yang ada disekelilingnya, serta bangsa dan
agamanya. Akhlak memang memegang peranan bagi kekuatan,
kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia.
Melihat begitu pentingnya manusia memiliki kepribadian
muslim dan akhlak mulia, maka disekolah tidak hanya
mendapatkan ilmu pengetahuan tetapi juga membentuk dan
mendidik peserta didiknya agar memiliki akhlak mulia serta
peserta ddidik diharapkan dapat mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Semua ini menjadi salah satu tanggung jawab
4

sekolah dalam membentuk dan mendidik akhlak mulia terhadap


peserta didik. Dengan demikian sekolah perlu menggunakan
upaya dalam kegiatan pembelajaran atau diluar pembelajaran
untuk membentuk akhlakul karimah siswa.
SDN 260 Ampung Julu Batang Natal, yang berada di
kecamatan Batang Natal. Kabupaten Mandailing Natal. Provinsi
Sumatera Utara Medan Merupakan salah satu lembaga
pendidikan untuk mendidik peserta didik dengan tujuan agar
peserta didik tidak hanya menyerap ilmu pengetahuan tetapi juga
menjadi penerus bangsa yang berakhlakul karimah. Disinalah
sebagai peranan penting pembentukan akhlakul karimah terhadap
peserta didik dimulai dari pendidikan sekolah dasar yang menjadi
suatu jalan seorang siswa menjadi anak yang berakhlakul
karimah baik di sekolah maupun dilingkungan masyarakat.
Karena penanaman akhlak sejak kecil sangat berpengaruh
terhadap anak. Penulis melihat dari hasil observasi di sekolah
SDN 260 Ampung Julu siswanya sopan, santun, ramah, dan
disiplin. Namun belum sepenuhnya dapat diamalkan sikap atau
akhlak yang baik dari peserta didik. Karena masih ada anak yang
melawan pada guru dan bahkan terhadap orang tua, bercanda
ketika guru menyampaikan materi, masih sering terjadi
pertengkaran sesama teman dan tidak mematuhi aturan-aturan
sekolah serta dalam pengamalan nilai-nilai keagamaan. Padahal
perbuatan-perbuatan tersebut jika dilihat dari segi akhlak siswa
terhadap guru sangatlah bertentangan.
Peneliti ini hanya terfokus kepada pembentukan akhlakul
karimah siswa, karena akhlak sangat penting ditanamkan dalam
diri seseorang mulai sejak kecil di sekolah dasar.
5

Dari berbagai permasalahn tersebut, peneliti tertarik


untuk meneliti lebih jauh tentang pembentukan akhlakul karimah
yang diterapkan disekolah SDN 260 Ampung Julu, yang
bertujuan untuk mengetahui apa saja upaya yang diterapkan di
sekolah tersebut dengan memilih judul “Upaya Sekolah Dalam
Membentuk Akhlakul Karimah Siswa di SDN 260 Ampung
Julu”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu
dikemukakan dengan jelas apa saja yang menjadi pokok
permasalahan dalam hal ini, yaitu:
1. Upaya sekolah dalam membentuk akhlakul karimah belum
sepenuhnya berjalan dengan baik.
2. Kurangnya pelaksanaan yang dilakukan sekolah dalam
membentuk akhlakul kakrimah siswa.
3. Pada tingkat sekolah dasar pendidikan agama Islam
mendapatkan porsi yang sedikit sehingga pengajaran yang
diberikan belum mencapai sasaran.
4. Akhlakul karimah siswa disekolah maupun diluar sekolah
masih kurang baik.
5. Adanya faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan
akhlak siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan dan salah tafsir
dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan sebagai
berikut:
1. Upaya sekolah yang dimaksud disini adalah pendidikan dan
pengajaran yang diberikan baik dikelas maupun diluar kelas.
6

2. Metode yang dilakukan pihak sekolah dalam membentuk


akhlakul karimah siswa yang dimaksud adalah metode
keteladanan dan pembiasaan.
3. Faktor yang mempengaruhi dalam membentuk akhlakul
karimah siswa disini adalah faktor pendukung dan faktor
penghambat.
4. Akhlakul karimah yang dimaksud disini adalah akhlak
terhadap Allah Swt, akhlak terhadap manusia dan akhlak
terhadap lingkungan.
D. Rumusan Masalah
1. apa saja Upaya yang dilakukan sekolah dalam membentuk
akhlakul karimah siswa SDN 260 Ampung Julu?
2. Bagaiama Hasil pelaksanaan upaya yang dilakukan sekolah
dalam membentuk akhlakul karimah terhadap siswa SDN
260 Ampung Julu?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat upaya yang dilakukan
sekolah dalam membentuk akhlakul karimah siswa SDN 260
Ampung Julu?
4. Bagaimana akhlakul karimah siswa SDN 260 Ampung Julu?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah tercantum di
atas, maka tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui upaya sekolah dalam membentuk akhlakul
karimah siswa SDN 260 Ampung Julu.
2. Mengetahui Hasil pelaksanaan upaya yang dilakukan sekolah
dalam membentuk akhlakul karimah terhadap siswa SDN 260
Ampung Julu.
7

3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat upaya yang


dilakukan sekolah dalam membentuk akhlakul karimah siswa
SDN 260 Ampung Julu.
4. Mengetahui akhlaluk karimah siswa di SDN 260 Ampung
Julu.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Karya ilmiah ini diharapkan mampu menambah
wawasan dan dapat dijadikan referensi dalam memperkaya
khasanah keilmuan serta dapat digunakan sebagai tolak ukur
bagi pelaksanaan upaya sekolah dalam membentuk akhlakul
karimah siswa terhadapa guru dan dapat diamalkan dalam
kehidupan di dunia ini dan sebagai bekal nanti diakhirat
seperti yang diajarkan rasulullah.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan atau dapat
dijadikan sebagai bahan pemikiran dalam upaya
pembentukan akhlakul karimah siswa.
b. Bagi peneliti, sebagai bahan pengetahuan dan
pengalaman dalam menyusun karya ilmiah sehingga
dapat menambah wawasan keilmuan.
c. Bagi pembaca pada umumnya, hasil penelitian ini
diharapkan memberikan hal positif serta dapat dijadikan
sebagai bahan referensi atau pedoman serta dapat
menambah wawasan keilmuan mengenai pembentukan
akhlakul karimah siswa.
8

G. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penyusunan skripsi ini, peneliti
berusaha melakukan penelusuran dan penelitian terhadap pustaka
yang ada, yang berupa karya-karya terdahulu yang relevan
terhadap topik yang akan diteliti antara lain:
1. Skripsi dengan judul “Strategi Guru PAI Terhadap
Pembentukan Akhlak Peserta didik SDN 216 Dualimpoe
Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo” karya
Muhammad Junaedi mahasiswa jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Negeri Alauddin Makassar Tahun 2018. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil
dari penelitian membahas tentang strategi yang digunakan
guru pendidikan agama Islam meliputi perencanaan konsep
yang akan direalisasikan, yaitu pendekatan pembelajaran
yang mana diterapkan pendekatan yang berpusat pada
pendidik dan peserta didik, media pembelajaran. Faktor
penghambat dalam pembelajaran meliputi media
pembelajaran yang terbatas, kesadaran peserta didik untuk
disiplin, tidak tersedianya mushalla disekolah, kurangnya
perhatian pemerintah. Sedangkan faktor pendukung
meliputi, jiwa social peserta didik telah terbangun untuk
saling menghargai satu sama lain, beberapa peserta didik
memiliki kemampuan yang baik dalam menghayati
pelajaran, hubungan dengan sesame pendidik yang saling
bersinergi, kerja sama dengan orang tua/wali santri yang
ditanggapi dengan baik, dan sumbangan buku/media dan
9

anggaran dari pemerintah yang cukup membantu proses


pembelajaran.2
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang peneliti
lakukan, dalam penelitian ini terfokus kepada guru PAI
dalam pembentukan akhlak siswa dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan. Sedangkan persamaannya dalam
penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang
pembentukan akhlak siswa.
2. Skripsi Ika Putri Arifani, mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Tahun 2015, yang berjudul “Strategi Pembinaan Akhlakul
Karimah Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Buduran
Sidoarjo”. Hasil dari penelitian yang diperoleh penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut: (1). Strategi pembinaan
akhlakul karimah siswa di MAN Buduran Sidoarjo, adapun
dalam pembinaan akhlakul karimah siswa dilakukan dengan
menggunakan strategi diantaranya: a. Keteladanan melalui
cara berpakaina dan menerapkan 5S(senyum , salim, sapa,
sopan, dan santun). b. Pembiasaan melalui shalat dzhuhur
berjamaah, shalat jum‟at, shalat sunnah dhuha, kebersihan
dan infaq. c. Nasihat melalui proses pembelajaran didalam
kelas. d. Latihan melalui kultum/khutbah jum‟at, hafalan juz
„amma dan membaca juz „amma iap pagi. adapaun kendala-
kendala dalam penerapan strategi pembinaan akhlakul
karimah siswa di MAN Buduran Sidoarjo adalah sebagai

2
Muhammad Junaedi, Skripsi: “Strategi Guru PAI Terhadap Pembentukan Akhlak
Peserta didik SDN 216 Dualimpoe Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo” (Makassar:
Universitas Negeri Alauddin, 2018).
10

berikut: a). faktor iternal: 1. Faktor dari siswa yaitu


kurangnya kesadaran. b). Faktor Eksternal yaitu: 1. faktor
pendidikan yaitu kurangnya menerapkan 5S (senyum , salim,
sapa, sopan, dan santun), 2. Faktor lingkungan pergaulan dan
3. Faktor orang tua yang kurangnya dukungan dan perhatian.
Maka usaha yang dilakukan dalam menanggulangi kendala
tersebut, yaitu kerja sama antar guru, seringnya kepala
sekolah memberikan arahan kepada semua guru, dan
menjaga komunikasi baik dari orang tua maupun pihak
sekolah.3
Skripsi ini berbeda dengan skripsi yang peneliti
lakukan. Perbedaannya bisa dilihat dari sasaran atau yang
menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu siswa MAN yang
sudah lebih dewasa sedangkan peneliti disini meneliti siswa
yang masih SD dan metode yang dilakukan juga berbeda.
Namun terdapat juga persamaan dalam penelitian disini
yaitu sama-sama membahas tentang akhlak peserta didik
disekolah.
3. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2016 Karya Norsa
Muhammad Fajri yang berjudul “Kebijakan Kepala Sekolah
dalam meningkatkan Akhlak Siswa Kelas X terhadap
Guru PAI di SMA Negeri I Kalasan” 4. penelitian ini
membahas tentang kebijakan kepala sekolah dalam
3
Ika Putri Arifani, Skripsi, “Strategi Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di
Madrasah Aliyah Negeri Buduran Sidoarjo” (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2015)
4
Norsa Muhammad Fajri, Skripsi, Kebijakan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
Akhlak Siswa Kelas X terhadap Guru PAI di SMA Negeri I Kalasan”, (Yogyakarta : UIN
Sunan Kalijaga, 2016).
11

meningkatkan akhlak siswa kelas X terhadap guru PAI


tertuang dalam beberapa hal, yaitu melaksanakan program
sasaran mutu dan menerapkan kegiatan yang bersifat
keagamaan. Program sasaran mutu tersebut memiliki tujuan
agar siswa berbudaya dalam olah rasa, karsa dan cipta.
Unggul dalam bidang akademis dan non akademis. Disiplin
tertib kerja, tertib waktu dan tertib administrasi. Inovatif
dalam pengembangan kreativitas. Siswa memiliki perilaku
taqwa atau mampu menjalankan ajaran agamanya, amanah,
jujur, antusias. Kebijakan kepala sekolah masih cukup efektif
dengan adanya fasilitas yang memadai, partisispasi siswa
dalam penerapan kebijakan kepala sekolah, adanya kerja sama
yang baik antar personil sekolah, teladan guru dan ketegasan
para personil sekolah dalam melaksanakan kegiatan.
Disamping itu ada faktor penghambat dalam meningkatkan
akhlak siswa adanya respon siswa dalam memahami
kebijakan kepala sekolah, terbentuknya jadwal kegiatan,
faktor keluarga, dan adanya perbedaan agama.
Penelitian ini membahas tentang kebijakan kepala
sekolah terhadap guru PAI, jadi sangat berbeda dengan
penelitain yang peneliti lakukan yang tidak hanya terfokus
kepada guru PAI saja akan tetapi kesemua pihak sekolah yang
terlibat. Selanjutnya program yang dilaksanakan juga sangat
berbeda. Disamping ada perbedaan pasti ada persamaan
dalam penelitian ini yaitu membahas tentang akhlak siswa.
4. Skripsi karya Patemooh Baka yang berjudul “Upaya
Pembentukan Akhlakul Karimah Peserta Didik di SD Al-
Irsyad Al-Islamiyah 02 Purwakerto” mahasiswa jurusan
12

Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu


Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto tahun 2017 yang membahas tentang usaha yang
dilakukan oleh guru dalam membentuk akhlak yang baik
dilingkungan sekolah dan masyarakat yang sesuai dengan
Islam dan berdasar Al-Qur‟an dan Hadis, dalam upaya untuk
menanamkan akhlak bagi peserta didik dengan mengadakan
berbagai program yaitu: pagi ceria, melaksanakan toharoh dan
shalat, tadarus al-Qur‟an, memuliakan guru, menghargai
teman, kepedulian lingkungan, kemandirian, keterampilan
komunikasi, bersikap diri yang baik. Dalam pembentukan
akhlak peserta didik agar menjadi lebih baik banyak fakor
yang mendukung dan menghambat baik dari pihak eksternal
maupun internal, diantara faktor yang mendukung dari pihak
internal yaitu adanya kerja sama antara guru dan kepala
sekolah dalam pembentukan akhlak, adanya alokasi waktu
dalam kegiatan keagamaan di sekolah, sedangkan dari pihak
eksternal adalah adanya kerja sama antara guru dengan
lingkungan masyarakat dalam membentuk akhlak peserta
didiknya.5
Berdasarkan temuan penelitian terdahulu terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang akhlak
peserta didik dan perbedaannya dapat dilihat dari metode,
factor, pelaksanaan, tujuan, sasaran dan program yang
digunakan setiap sekolah dan juga dengan hasil telaah pustaka

5
Patemooh Baka, Skripsi “Upaya Pembentukan Akhlakul Karimah Peserta Didik di
SD Al-Irsyad Al-Islamiyah 02 Purwakerto”, ( Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri,
2017)
13

yang sedikit berbeda. Dalam penelitian ini menggambarkan


upaya sekolah dalam pembentukan akhlakul karimah siswa di
SDN 260 Ampung Julu yang tidak hanya terfokus pada siswa
atau guru saja tetapi kedua-duanya.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan peneliti dalam membuat skripsi
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang berisi tentang ; latar belakang
masalah yang menjelaskan mengapa peneliti memilih tema ini,
selanjutnya ada identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah yang bertujuan agar pembahasan dalam skripsi ini tidak
meluas dari garis yang telah ditetapkan. Bab ini juga memuat
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
tinjauan pustaka, sistematika penulisan.
Bab II Kajian teori berisi tentang; pengertian akhlakul
karimah, sumber dan dasar, pembagian akhlak, faktor yang
mempengaruhi akhlak, pengertian sekolah, tanggung jawab
sekolah. Kajian teori ini diambil dari kutipan buku dan sumber
lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
Bab III Metodologi penelitian berisi tentang; jenis
penelitian, waktu dan tempat penelitian, prosedur pengumpulan
dan pengolahan data, analisis data.
Bab IV Hasil dan pembahasan berisi tentang gambaran
umum SDN 260 Ampung Julu, upaya sekolah dalam membentuk
akhlakul karimah siswa SDN 260 Ampung Julu.
Bab V Penutup berisi tentang; kesimpulan dan saran.
Selanjutnya ada daftar pustaka dan lampiran.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Akhlakul Karimah


1. Pengertian Akhlakul Karimah
a. Menurut Bahasa
Akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti mencipta,
membuat, atau menjadikan. Akhlak adalah kata yang
berbentuk mufrad, jamaknya adalah khuluqun, yang berarti
perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian,
buatan, ciptaan.1 Secara Linguistik (kebahasaan) kata akhlak
merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq yang tidak
mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu
adanya.2
Akhlak adalah isim masdar (bentuk infinitif) dari kata
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan tsulasi
mazid af‟ala, yuf‟ilu, if „alan yang berarti al-sajiyah
(perangai), ath-thabi‟iah (kelakuan,tabi‟at, watak dasar), al-
„adat (kebiasaan, kelaziman), al- marua‟ah (peradaban yang
baik), dan ad-din (agama).3

1
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 29
2
Moh. Ardhani, Akhlak Tasawuf; Nilainilai Akhlak/ Budipekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf 2005, h.5
8
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf., (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.

14
15

Jadi pengertian akkhlak secara bahasa dapat diartikan


sebagai budi pekerti, watak dan perangai.4
b. Menurut Istilah
Dilihat dari sudut istilah, akhlak adalah sistem nilai
yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di muka
bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam,
dengan Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul sebagai sumber
nilainya serta ijtihad sebagai metode berfikir Islami. Pola
sikap dan tindakan yang dimaksud mencakup pola-pola
hubungan dengan Allah, sesama manusia (termasuk
dirinya sendiri), dan dengan alam.5 Berikut ada beberapa
pendapat para ahli tentang pengertian akhlak menurut
istilah:
1. Imam Al-Ghazali mengatakan akhlak ialah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
bermacam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.6 Dari
definisi tersebut dapat diketahui bahwa perbuatan
itu harus tumbuh dengan mudah tanpa
pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena
adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau
bahkan pengaruh-pengaruh dan bujukan yang
indah dan sebagainya. Menurutnya juga, bahwa
akhlak bukanlah pengetahuan (ma‟rifah) tentang
baik dan jahat, maupun kodrat (qudrah) untuk baik
9
M Barry, Dahlan Yacub Kamus Besar bahasa Indonesia Kontemporer, (Surabaya:
PT. Arkola, 2001) h. 19
5
Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV Alfabeta, 1995), ed.
2. h. 209
6
Imam al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, (Kairo: Dar al-Hadits, t.th), h. 70
16

dan buruk, bukan pula pengamalan (fi‟il) yang


baik dan jelek, melainkan suatu keadaan jiwa yang
mantap (hay‟ arashikha fi-nafs.7
2. Menurut Ibn Maskawaih akhlak adalah keadaan
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui
pertimbangan pikiran terlebih dahulu atau tidak
dibuat-buat.8
3. Menurut Ahmad Amin merupakan ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat.9
4. Menurut Yanuhar Ilyas akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan
muncul secara spontan bila diperlukan, tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih

7
Hestu Nugroho Warasto, “Pembentukan Akhlak Siswa” J. Mandiri., Vol. 2, No. 1,
Juni 2018, h. 68
8
Ibnu Miskawih, Tahdzib al-Akhlak Ibn Miskawih, (Mesir: Maktabah al-
Khusainiyah, tth), h. 25
9
Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bual Bintang, 1975), h.75

.
17

dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari


luar.10
5. Menurut Ibrahim Anis akhlak ialah ilmu yang
obyeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan
dengan perbuatan manusia dapat disifatkan dengan
baik dan buruknya.11
Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan
artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam
bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral,
ethic dalam bahasa inggris. Manusia akan menjadi sempurna jika
mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan segala akhlak
tercela.12
Di Indonesia, kata akhlak selalu berkonotasi positif.
Orang yang baik sering disebut orang yang berakhlak, sementara
orang yang tidak berlaku baik disebut orang yang tidak berakhlak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan
kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran terlebih dahulu, yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia sehari-hari yang berkaitan dengan perbuatan manusia
yang dapat disifatkan dengan baik dan buruknya tindakan yang
sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam kehidupannya
sehingga sulit untuk dipisahkan. Karena kehendak dan tindakan
itu sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan, maka seseorang

10
Yanuhar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 2011), h. 2
11
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur;an (Jakarta: Hamzah,
2007), h. 3
12
Mansur, MA, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009) cet. 3, h. 221
18

dapat mewujudkan kehendak dan tindakannya itu dengan mudah,


tidak banyak memerlukan banyak pertimbangan dan pemikiran.
Oleh sebab itu tidak salah apabila akhlak sering diterjemahkan
dengan kepribadian lantaran kehendak dan tindakannya itu sudah
menjadi bagian dari pribadinya.
Akhlak mengandung empat unsur yaitu (1) adanya
tindakan baik dan buruk, (2) adanya kemampuan melaksanakan,
(3) adanya pengetahuan tentang perbuatan yang baik dan yang
buruk, dan (4) adanya kecenderungan jiwa terhadap salah satu
perbuatan yang baik atau yang buruk.13
Selanjutnya kata karimah berasal dari (karama-yukrimu-
kariimatun): Mulia. menurut bahasa karimah adalah mulia,
terpuji dan baik. Sedangkan menurut istilah karimah adalah budi
pekerti yang mulia yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Jadi, akhlakul karimah ialah akhlak yang baik dan benar
menurut syariat Islam. Sesuatu yang dapat dikatakan baik apabila
ia memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai yang
diharapkan, dapat dinilai positif oleh orang yang
menginginkannya14
Al-Ghazali menerangkan adanya empat pokok keutamaan
akhlakul karimah yaitu sebagai berikut:
a. Mencari hikmah.
Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik. Ia memandang
bentuk hikmah yang harus dimiliki seseorang, yaitu jika

13
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, h. 32 - 33
14
Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang : Wicaksana, 1986), h. 146
19

berusaha untuk mencapai kebenaran dan terlepas dari semua


kesalahan.
b. Bersikap Berani.
Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan
amarahnya dengan akal untuk maju. Orang yang memiliki
akhlak yang baik biasanya pemberani, dapat menimbulkan
sifat-sifat yang mulia, suka menolong, cerdas, dapat
mengendalikan jiwanya, suka menerima saran, dan kritik
orang lain, penyantun, memiliki perasaan kasih dan cinta.
c. Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang
dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama.
Orang yang memliki sifat fitrah dapat menimbulkan sifat-sifat
pemurah, pemalu, sabar, toleransi, sederhana, suka menolong,
cerdik, dan tidak rakus.
d. Bersifat Adil. Adil merupakan suatu tindakan memberi hak
kepada yang mempunyai hak. Adil juga berarti tindakan
keputusan yang dilakukan dengan cara tidak berat sebelah
atau merugikan satu pihak tetapi saling menguntungkan.15
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa akhlakul
karimah adalah budi pekerti atau sebuah perangai yang mulia
yang memiliki tujuan agar setiap orang bertingkah laku atau
bertabiat sesuai dengan adat istiadatnya yang baik dan sesuai
dengan ajaran Islam.

15
Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang : Wicaksana, 1986), h. 146
20

2. Sumber dan Dasar Akhlak


Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-buruk
atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam.
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji-
tercela, semata-mata karena syara‟ (Al-Qur'an dan Sunnah)
menilainya demikian. Bagaimana dengan peran hati nurani, akal
dan pandangan masyarakat dalam menentukan baik dan buruk
karena manusia diciptakan oleh Allah Swt memiliki fitrah
bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya sebagaimana dalam firman
Allah :

‫ت اْ لَّوِ ا َّْ ِِت فَطَ َر‬ ِ ِ ِ ‫فَأَقِم وج ه‬


‫َّلس‬
َ ‫اْ ن‬ َ ‫ك ْ ل ِد ي ِن َح ن ي ًف ل ۖ ف طْ َر‬ َ ََْ ْ
‫َوََْٰ كِ َّن‬ ِ ِ ِ
ُ‫ين ا َِْ يِم‬
ُ ‫ك اْ ِد‬ َ ْ ََٰ‫عَ لَيْ َه ل ۖ ََل تَ بْ د يلَ ِلَلْ ِق اْ لَّوِ ۖ ذ‬
ِ ‫أَ ْك ثَ َر اْ ن‬
‫َّلس ََل يَ عْ لَ ُم و َن‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Rum[30] : 30)16

Sumber akhlak adalah Al-Qur'an dan al-Hadits, bukan


akal pikiran atau pandangan masyarakat, sebagaimana pada
konsep etika dan moral.17Al-Quran adalah kalam Allah Swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan
mukjizat melalui perantara malaikat Jibril untuk disampaikan

16
Depag RI., Al-Qur‟an dan Terjemah, ( Bandung: Diponegoro, 2012), hal. 407
17
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam/LPPI, 2004), hal. 4
21

kepada umat manusia sebagai pedoman hidup sehingga umat


manusia mendapat petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.18
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia telah Allah Swt
terangkan dalam firman-Nya:

‫لت ِم َن ا ْْلَُد َٰى‬ٍ َ‫َّلس وِ يِن‬ ِ ِِ ِ


َ َ ِ ‫ضل َن اَّْذي أُنْ ِزَل فيو اْ ُِ ْرآ ُن ُى ًدى ْلن‬ َ ‫َش ْه ُر َرَم‬
ِ ِ
ً ‫ص ْموُ ۖ َوَم ْن َكل َن َم ِر‬
‫يضل أ َْو‬ ْ ‫َواْ ُف ْرقَلن ۖ فَ َم ْن َش ِه َد مْن ُك ُم اْش‬
ُ َ‫َّهَر فَ ْلي‬
ِ ِ
‫يد ِ ُك ُم‬ ُ ‫يد اْلَّوُ ِ ُك ُم اْيُ َْْر َوََل يُِر‬ ُ ‫ُخَر ۖ يُِر‬ َ ‫َعلَ َٰى َس َف ٍر فَع َّدةٌ م ْن أَيَّ ٍلم أ‬
‫ْملُوا اْعِ َّدةَ َوِْتُ َكبِ ُروا اْلَّوَ َعلَ َٰى َمل َى َدا ُك ْم َوَْ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن‬
ِ ‫اْعْر وِْتُك‬
َ َْ ُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan


Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil).” (QS. al-Baqarah [2]: 185)19

Sedangkan sumber akhlakul karimah berikutnya


adalah hadits/ Sunah. Sunah biasa diartikan sebagai jalan
yang terpuji, jalan atau cara yang dibiasakan. Sunah juga
diartikan sebagai sabda, perbuatan dan persetujuan (takrir)
yang berasal dari Rasulullah saw.20 Oleh karena itu, untuk
mencapai kepada akhlakul karimah, maka hendaklah kita
senantiasa meneladani akhlak dari Nabi Muhammad saw yang

18
Rois Mahfud, Al-Islam; Pendidikan Agama Islam, h. 107
19
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya,
(Surabaya: Duta Ilmu, 2006), h. 36
20
Rois Mahfud, Al-Islam; Pendidikan Agama Islam, h. 112-113
22

merupakan contoh teladan bagi umat manusia. sebagaimana


ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

‫ْ نَةٌ ِْ َم ْن َك ل َن‬
َ ‫أُس َوةٌ َح‬ْ
ِ‫ول اْ لَّو‬
ِ ‫ََِْ ْد َك ل َن َْ ُك م ِِف رس‬
َُ ْ
‫اْ لَّوَ َك ثِريًا‬ ‫يَ ْر ُج و اْ لَّوَ َوا ْ يَ ْومَ ْاْل ِخ َر َوذَ َك َر‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu


suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)21

Jika telah jelas bahwa Al-Quran dan hadits Rasul


adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap
muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber
akhlakul karimah dalam ajaran Islam. Al-Quran dan Sunnah
Rasul adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran
manapun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga
telah menjadi keyakinan (akidah) Islam bahwa akal dan
naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan
pengarahan Al-Quran dan As-Sunah. Dari pedoman itulah
diketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan mana yang
buruk.22
Pandangan masyarakat juga dapat dijadikan sebagai
salah satu ukuran baik-buruk. Tetapi sangat relatif,
tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan
kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang
hati nuraninya telah tertutup oleh dan akal pikiran mereka
sudah dikotori oleh sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji

21
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 596
22
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, hal. 4-5
23

tentu tidak bisa dijadikan sebagai ukuran. Hanya kebiasaan


masyarakat yang baiklah yang dapat dijadikan sebagai
ukuran.23
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber
akhlak adalah Al- Qur'an dan Sunnah. Untuk menentukan
ukuran baik-buruknya atau mulia tercela haruslah
dikembalikan kepada penilaian syara‟. Semua keputusan
syara‟ tidak dapat dipengaruhi oleh apapun dan tidak akan
bertentangan dengan hati nurani manusia karena keduanya
berasal dari sumber yang sama yaitu Allah swt.
3. Pembagian Akhlak
Akhlak manusia terdiri atas akhlak terpuji (al-akhlaq al-
mahmudah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-mazmumah),
sehingga harus diperhatikan baik sejak mau tidur hingga bangun
dari tidurnya, sejak bangun tidur sampai akan tidur kembali. Jadi
akhlak seseorang dapat digolongkan menjadi dua kategori,yaitu:24

1) Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)


Akhlak mahmudah yaitu perbuatan-perbuatan baik
yang datang dari sifat-sifat batin yang ada dalam hati menurut
syara‟. Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul,
anbiya, aulia dan orang-orang yang salih. Adapun syarat-
syarat diterima tiap amal salih itu dilandasi dengan sifat-sifat
terpuji juga antara lain sebagai berikut:25

23
Yanuhar Ilyas, Kuliah Akhla Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 2011), h. 4
24
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 238-240
25
Thaib Ismail. Risalah Akhlak. (Yogyakarta: CV Bina Usaha, 1992), h. 57-75.
24

a) Al-Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya)

Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik


harta, ilmu, rahasia, atau lainnya yang wajib dipelihara
dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya.

b) Al-Alifah (sifat yang disenangi)

Hidup dalam masyarakat yang heterogen memang


tidak mudah menerapkan sifat al-alifah, sebab anggota
masyarakat terdiri dari bermacam-macam sifat, watak,
kebiasaan, dan kegemaran satu sama lain berbeda.

c) Al-Afwu (sifat pemaaf)

Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka


apabila orang berbuat sesuatu terhadap diri seseorang
karena khilaf atau salah, maka patutlah dipakai sifat
lemah lembut sebagai rahmat Allah terhadapnya.,
maafkanlah kekhilafan atau kesalahannya, janganlah
mendendam serta memohonkanlah ampun kepada Allah
untuknya. 26

d) Anisatun (sifat manis muka)

Menghadapi sifat orang yang menjemukan,


mendengar berita fitnah yang memburukkan nama baik,
harus disambut semuanya itu dengan manis muka dan
senyum.

e) Al-Khairu (kebaikan atau berbuat baik)

26
Thaib Ismail, Risalah Akhlak, (Yogyakarta: CV Bina Usaha, 1992), h. 59-75
25

Betapa banyaknya ayat Al-Quran yang menyebutkan


apa yang dinamakan baik, cukuplah itu sebagai pedoman,
ditambah lagi dengan penjelasan dari Rasulullah. Sudah
tentu tidak patut hanya pandai menyuruh orang lain
berbuat baik, sedangkan diri sendiri enggan
mengerjakannya. Dari itu mulailah dengan diri sendiri
(ibda‟ binafsi) untuk berbuat baik. Sebagaimana firman
Allah dalam Al-Qur‟an :

ِ ‫َّلس تَأْمرو َن ِٱْمعر‬ ِ ‫ُكنتم خي ر أ َُّم ٍة أُخ ِرج‬


‫وف َوتَ ْن َه ْو َن‬ ُْ َ ُ ُ ِ ‫ت ْلن‬ ْ َ ْ ََْ ْ ُ
‫ب َْ َكل َن‬ ِ َ‫َع ِن ٱْمن َك ِر وتُ ْؤِمنُو َن ِٱْلَّ ِو ۖ وَْ ْو ء َامن أ َْىل ٱْ ِك َٰت‬
ُ َ َ َ َ ُ
‫َخْي ًرا َّْلُم ۖ ِمْن ُه ُم ٱْ ُم ْؤِمنُو َن َوأَ ْكثَ ُرُى ُم ٱْ ََٰف ِْ ُِو َن‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (Q.S Ali Imran [3] 110)
Rasulullah Muhammad shallallahu „alaihi wassalam
mengingatkan dalam suatu hadits.

َّ ‫ب ِْ ِن ُجنَ َلدةَ َوأَِّب َعْب ِد‬


‫اْر ْْحَ ِن ُم َعلذ ِْن‬ ْ ‫َع ْن أَِّب ذَ ّر ُجْن ُد‬
: ‫َجبَ ٍل َر ِض َي اهللُ َعْن ُه َمل َع ْن َر ُس ْوِل اهللِ صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َلل‬
ِِ ِ
‫َّلس‬
َ ‫ َو َخلْق اْن‬،‫اْلَ َْنَةَ َتَْ ُح َهل‬ َّ ‫ َوأَتْبِ ِع‬،‫ت‬
ْ َ‫اْْيِئَة‬ َ ‫ات َِّق اهللَ َحْيثُ َمل ُكْن‬
‫ِِبُلُ ٍق َح َْ ٍن [رواه اْرتمذي وقلل حديث حْن وِف ِعض اْنْخ‬
]‫حْن صحيح‬
26

“Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu


Abdurrahman, dan Mu‟az bin Jabal radhiallahuanhuma dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:
Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada,
iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat
menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang
baik” (Riwayat Turmuzi, dia berkata, "haditsnya hasan, pada
sebagian cetakan dikatakan hasan shahih). (Kitab hadis
arba‟inannawawiyah no.18)27

f) Al-Khusyu‟ (tekun bekerja sambil menundukkan diri


(berdzikir kepada-Nya)

Khusyu‟ dalam perkataan, maksudnya ibadah yang


berpola perkataan, dibaca khusus kepada Allah rabbul
„ậlamἷn dengan tekun sambil bekerja dan menundukkan
diri takut kepada Allah. Ibadah dengan merendahkan diri,
menundukkan hati, tekun dan tetap, senantiasa bertasbih,
bertakbir, bertahmid, bertahlil, memuja asma Allah.28

Selain yang telah dipaparkan di atas masih banyak lagi sifat


atau perbuatan terpuji diantaranya: Ash-Shidiq (jujur/benar),
Berani, At-Tawadlu (rendah hati atau tahu diri), Tawakkal
(berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi
sesuatu pekerjaan atau keadaan), Santun, At- taubat (kembali
kepada kesucian setelah melakukan dosa), At-Taqwa
(melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-
larangan-Nya baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan), Mendahulukan kebutuhan/kepentingan orang lain,
sekalipun dirinya membutuhkannya, Berlaku sama tengah dalam
semua urusan dan melaksanakannya sesuai dengan ketentuan

27
Imam Nawawi, Arba‟inan Nawawiyah, 18.
28
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, h. 12-16
27

syari‟at,29 nahi munkar (meninggalkan kemaksiatan dan


kemungkaran, Syukur (berterima kasih terhadap nikmat yang telah
dianugrahkan Allah kepda manusia dan seluruh makhluknya),
Qana‟ah (merasa cukup dan rela dengan pemberian yang
dianugrahkan oleh Allah.
2) Akhlak Madzmumah (akhlak tercela)

Akhlak madzmumah yaitu sifat-sifat tercela atau keji


menurut syara‟ dibenci Allah dan Rasulnya yaitu sifat-sifat
ahli maksiat kepada Allah. Sifat-sifat itu sebagai sebab tidak
diterimanya amalan-amalan manusia.30

Adapun jenis-jenis akhlakul madzmumah (akhlak


tercela) itu adalah sebagai berikut:31

a) Ananiyah (sifat egoistis)

Manusia hidup tidaklah menyendiri, tetapi berada di


tengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ia harus yakin
jika hasil perbuatan baik, masyarakat turut mengecap
hasilnya, tetapi jika akibat perbuatannya buruk
masyarakatpun turut pula menderita.

b) Al-Baghyu (suka obral diri pada lawan jenis yang tidak


hak (melacur)

Melacur dikutuk masyarakat baik laki-laki ataupun


wanita. Wanita yang beralasan karena desakan ekonomi,
atau karena patah hati dengan suaminya, mencari

29
Thaib Ismail. Risalah Akhlak. (Yogyakarta: CV Bina Usaha, 1992), h. 57-75
30
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 199
31
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, h. 12-16
28

kesenangan hidup pada jalan yang salah, jelas dilaknat


Allah.

c) Al-Kadzab (sifat pendusta atau pembohong)

Maksudnya sifat mengada-ada sesuatu yang


sebenarnya tidak ada, dengan maksud untuk merendahkan
seseorang. Kadang-kadang ia sendiri yang sengaja
berdusta. Dikatakannya orang lain yang menjadi pelaku,
juga ada kalanya secara brutal ia bertindak, yaitu
mengadakan kejelekan orang yang sebenarnya tidak
bersalah.

d) Al-Bukhlu (sifat bakhil, kikir, kedekut (terlalu cinta harta)

Bakhil, kedekut, kikir adalah sifat yang sangat tercela


dan paling dibenci Allah. Hidup di dunia ini hanya
sementara, apa yang Allah amanahkan hanya pinjaman
sementara saja.

e) Al-Khamru (gemar minum-minuman yang mengandung


alkohol)

Minuman beralkohol walaupun rendah kadarnya


diharamkan, sebab mengakibatkan mabuk. Bilamana orang
sedang mabuk maka hilanglah pertimbangan akal sehatnya.
Akal merupakan kemudi yang dapat membedakan baik dari
yang buruk, benar dari yang salah.32

f) Al-Khiyanah (sifat pengkhianat)

32
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, h. 12-16
29

Karena tindakannya yang licik, sifat khiyanat untuk


sementara waktu tidak diketahui manusia, tetapi Allah
maha mengetahui. Ia tidak segan bersumpah palsu untuk
memperkuat dan membenarkan keterangannya bila ia
tertuduh, karena ia tidak mempunyai rasa tanggung jawab.

g) Azh-Zhulmun (sifat aniaya)

Aniaya ialah meletakkan sesuatu tidak pada


tempatnya, mengurangi hak yang seharusnya diberikan.
Penganiayaan dapat memutuskan ikatan persaudaraan
antara sesama manusia. Itulah sebabnya agama melarang
zalim karena manusia selalu mempunyai kekurangan-
kekurangan. Manusia harus tolong-menolong dalam
kehidupan masingmasing tidak boleh menganiaya.

h) Al-Jubnu (sifat pengecut)

Sifat pengecut adalah perbuatan hina, sebab tidak


berani mencoba, belum mulai berusaha sudah menganggap
dirinya gagal. Ia selalu ragu-ragu dalam bertindak.
Keraguraguan memulai sesuatu itu berarti suatu kekalahan.
Orang muslim harus tegas, cepat mengambil keputusan dan
tidak menunggu.33

Selain yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi


perbuatan yang termasuk akhlak tercela yaitu diantaranya: Takabur
(membesarkan diri atas yang lain dengan pangkat, harta, ilmu dan
amal), Riya‟ (beramal dengan tujuan ingin mendapatkan pangkat,
harta, nama, pujian, sebagai lawan dari ikhlas), Suka harta dunia

33
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur‟an, h. 12-16
30

baik halal maupun haram, Dosa besar, Pemarah, Curang, Menipu,


memperdaya, Adu domba, Dengki, Sombong, Homosex, Ingin
mendengar kelebihannya, Al-Riba (makan riba), Berolok-olok,
Mencuri, Al-Syahwat (mengikuti hawa nafsu), Boros, Membunuh,
Berlebih-lebihan, Berbuat kerusakan, Dendam, Merasa tidak perlu
pada yang lain. 34

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa perbuatan


manusia, perangai atau akhlak dapat diklasifikasikan menjadi
akhlak terpuji yakni yang menguntungkan dan akhlak tercela yang
merugikan.

4. Ruang Lingkup Akhlak

Konsep akhlaq al-karimah merupakan konsep hidup yang


mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, manusia
dengan alam sekitarnya dan manusia dengan manusia itu sendiri.
Keseluruhan konsep-konsep akhlak tersebut diatur dalam sebuah
ruang lingkup akhlak.35

Ruang lingkup akhlak dalam Islam, yaitu akhlak manusia


terhadap Allah Swt, akhlak manusia terhadap sesama manusia,
dan akhlak manusia terhadap lingkungan.36

a. Akhlak Manusia Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap


atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia

34
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 199
35
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 79
36
Rois Mahfud, Al-Islam; Pendidikan Agama Islam, hal. 99
31

sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.37 Hal


demikian tertuang di dalam Al-Quran sebagaimana dalam
firman-Nya:

ِ ِ َّ
ُ‫ين آمَ نُوا أَط يعُ وا اْ لَّوَ َو َر ُس وَْوُ َوََل تَ َوَّْ ْوا عَ نْ و‬َ ‫يَل أَيُّ َه ل ا ْ ذ‬
‫َوأَنْ تُ ْم تَ ْْ َم عُ و َن‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah


dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-
Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)”
(QS. al-Anfal [8}: 20)38

Beberapa contoh lingkup akhlak terhadap Allah Swt


antara lain ialah:

1. Beribadah kepada Allah Swt.

Hubungan manusia dengan Allah Swt diwujudkan


dalam bentuk ritualitas peribadatan seperti shalat, puasa,
zakat, dan haji. Beribadah kepada Allah Swt harus
dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah Swt,
tidak menduakanNya baik dalam hati, melalui perkataan,
dan perbuatan.39Beribadah kepada Allah, sebagaimana
yang tercantum dalam al-Qur‟an Surat al-Dzariyat,
51:56, sebagai berikut:

ِ ‫وم ل خ لَ ِْ ت ا ْْلِ َّن و ْاْلِ نْس إِ ََّل ِْي ع ب ُد‬


‫ون‬ ُْ َ َ َ ُ َ ََ

37
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam; Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, h. 152
38
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 242
39
Rois Mahfud, al-Islam; Pendidikan Agama Islam, h. 99
32

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (al-
Dzariyat[51]:56)40

2. Bersyukur kepada Allah


Manusia diperintahkan untuk memuji dan bersyukur
kepada Allah karena orang yang bersyukur akan
mendapat tambahan nikmat sedangkan orang yang
ingkar akan mendapat siksa.
3. Meyakini kesempurnaan Allah
Meyakini bahwa Allah mempunyai sifat
kesempurnaan. Setiap yang dilakukan adalah suatu yang
baik dan terpuji.
4. Taat terhadap perintah-Nya
Tugas manusia ditugaskan di dunia ini adalah untuk
beribadah karena itu taat terhadap aturanNya merupakan
bagian dari perbuatan baik.41
5. Mencintai Allah Swt di atas segalanya.

Mencintai Allah Swt melebihi cintanya kepada apa


dan siapapun dengan jalan melaksanakan segala perintah
dan menjauhi semua larangan-Nya, mengharapkan
ridhaNya. Mencintai Allah, sebagaimana telah tercantum
dalam Al-Qur‟an Surat al-Baqarah, 2:165

40
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, h.758
41
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, (Bandung : Mizan, 2000), h. 261-270.
33

‫ون اْ لَّوِ أَنْ َد ادً ا ُُيِ بُّونَ ُه ْم‬


ِ ‫َّخ ُذ ِم ن د‬
ُ ْ
ِ ‫َّلس م ن ي ت‬
َ ْ َ ِ ‫َوم َن اْ ن‬
ِ
‫َش ُّد ُح بِّل ِْلَّوِ ۖ َوَْ ْو‬ َ ‫ين آمَ نُوا أ‬
ِ َّ ِ ِ ‫َك ح‬
َ ‫ب اْ لَّو ۖ َوا ْ ذ‬ ُ
ِ‫َن ا ْ ُِ َّوةَ ِْلَّو‬ ِ َّ
َ ‫ين ظَلَ ُم وا إِذْ يَ َر ْو َن ا ْ عَ َذ‬
َّ ‫اب أ‬ َ ‫يَ َرى ا ْ ذ‬
ِ ‫يد ا ْع َذ‬ ِ َّ ‫ََجِ يعً ل َوأ‬
‫اب‬ َ ُ ‫َن اْ لَّوَ َش د‬
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat
cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. (al-
Baqoroh [2]:165) 42

6. Berdzikir kepada Allah Swt

Mengingat Allah Swt dalam berbagai situasi (lapang,


sempit, senang, susah) merupakan salah satu wujud
akhlak manusia kepadaNya.

7. Berdoa dengan Tawaddu‟, dan tawakal.

Berdoa atau memohon kepada Allah Swt sesuai


dengan hajat harus dilakukan dengan cara bersikap
tawaddu‟ yaitu sikap rendah hati di hadapan-Nya,
bersimpuh mengakui kelemahan dan keterbatasan diri
serta memohon pertolongan dan perlindungan-Nya
dengan penuh harap, penuh keikhlasan, penuh

42
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 32
34

keyakinan, bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah


Swt.43

b. Akhlak Manusia terhadap Sesama Manusia

1. Akhlak terhadap Rasulullah saw. seperti mencintai


Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua
sunahnya. menjadikannya sebagai panutan, suri teladan
dalam hidup dan kehidupan. Menjalankan apa yang
disuruhnya dan meninggalkan segala yang dilarangnya.

2. Akhlak terhadap kedua orang tua. Seperti mencintai


mereka melebihi cintanya kepada kerabat lainnya,
menyayangi mereka dengan kasih sayang yang tulus,
berbicara secara ramah dengan kata-kata yang lemah
lembut, mendoakan mereka untuk keselamatan dan
ampunan kendati pun mereka telah meninggal dunia.44

3. Akhlak terhadap diri sendiri seperti menunaikan amanah,


amanah adalah suatu sikap dan sifat pribadi yang setia,
tulus hati, dan jujur dalam melaksanakn sesuatu yang
dipercayakan kepadanya. Dasar dari amanah adalah Q.S.
Al-Ahzab ayat 72 :

ِْ ‫ض و‬ ِ َّ ‫ضنَل ْاْلَملنَةَ علَى‬


َ ْ ََِ‫اْلبَ ِلل فَأ‬
‫ني أَ ْن‬ َ ِ ‫اْْ َم َلوات َو ْاْل َْر‬ َ َ ْ ‫إِنَّل َعَر‬
‫ومل َج ُه ًوَل‬ ِ
ً ُ‫اْلنْ َْل ُن ۖ إنَّوُ َكل َن ظَل‬ ِْ ‫َُْي ِم ْلنَ َهل َوأَ ْش َف ِْ َن ِمْن َهل َو َْحَلَ َهل‬

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat


kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya

43
Rois Mahfud, al-Islam; Pendidikan Agama Islam, h. 99
44
Rois Mahfud, Al-Islam; Pendidikan Agama Islam, h. 100-101
35

enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir


akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh”.45 (Q.S. Al-Ahzab [33]:72)

Akhlak terhadap diri sendiri termasuk juga menepati


janji, memelihara kesucian diri, menutup aurat, adil, jujur
dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, pemaaf,
rendah hati, dan menjauhi sifat dengki serta dendam.
Dalam Islam, janji adalah utang. Utang harus dibayar.
Ketika seseorang mengadakan perjanjian pada hari
tertentu, wajib bagi orang itu untuk menepatinya.46 Dasar
dari menepati janji adalah Q.S. An-Nahl ayat 91 :

ِ ِ
‫َوََل تَ نْ ُِ ضُ وا ْاْلَ ْْيَل َن‬ َ َ‫أَوفُوا ِعَ ْه د اْ لَّو إِذَ ا ع‬
ْ‫لى ْد ُُت‬ ْ ‫َو‬
‫يًل ۖ إِ َّن‬ ً ِ‫عَ لَيْ ُك ْم َك ف‬ ِ ِ
َ‫َِ عْ َد تَ ْوك يد َى ل َوقَ ْد َج عَ لْ تُمُ اْ لَّو‬
‫اْ لَّوَ يَ عْ لَمُ مَ ل تَ ْف عَ لُو َن‬

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu


berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-
sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu
telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap
sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang kamu perbuat”.( Q.S. An-Nahl [16]:91) 47

4. Akhlak Terhadap Masyarakat seperti suka menolong


orang lain. Sebagai orang mukmin apabila melihat orang
lain tertimpa musibah akan tergerak hatinya untuk

45
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an, h. 426
46
Rosihon Anwar , Akhlak Tasawuf, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), h. 96
47
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an, h. 277
36

menolong mereka sesuia dengan kemampuannya.48


Memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang
berlaku, menaati putusan/ peraturan yang telah diambil,
bermusyawarah dalam segala urusan untuk kepentingan
bersama Dasar dari suka menolong orang lain adalah Q.S.
At-Taubah ayat 71

ِ ‫ض ۖ يأْمرو َن ِلْمعر‬ ِ ِ ِ
‫وف‬ ُْ َ ُ ُ َ ٍ ‫ض ُه ْم أ َْوْيَلءُ َِ ْع‬ ُ ‫لت َِ ْع‬ ُ َ‫َواْ ُم ْؤمنُو َن َواْ ُم ْؤمن‬
ِ ِ
َ‫اْزَكل َة َويُطيعُو َن اْلَّو‬
َّ ‫اْص ًَل َة َويُ ْؤتُو َن‬ ُ ُِ‫َويَْن َه ْو َن َع ِن اْ ُمْن َك ِر َوي‬
َّ ‫يمو َن‬
ِ ِ َ ِ‫َوَر ُسوَْوُ ۖ أُوََْٰئ‬
ٌ ‫ك َسيَ ْر َْحُ ُه ُم اْلَّوُ ۖ إ َّن اْلَّوَ َع ِز ٌيز َحك‬
‫يم‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan


perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong
bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah
dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.( Q.S. At-Taubah [9]:71)49

c. Akhlak Manusia terhadap lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah


segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.50
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur‟an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Ini berarti manusia dituntut untuk menghormati proses-

48
Rosihon Anwar , Akhlak Tasawuf, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), h. 96
49
Departemen Agama RI, AlQur‟an, h. 199.
50
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam; Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, h. 157
37

proses yang sedang terjadi. Hal ini mengantarkan manusia


untuk bertanggung jawab sehingga ia tidak melakukan
perusakan.51

Dasar dari akhlak terhadap lingkungan adalah Q.S Al-


Hasyr ayat 5 :

‫وى ل قَلئِ َم ةً عَ لَ َٰى‬ ٍ ِ ‫مَ ل قَطَعْ تُ ْم ِم ْن‬


َ ‫ْ ينَة أ َْو تَ َرْك تُ ُم‬
ِِ ِ ِ ِ ‫أُص‬
‫وْلَل فَبِإِ ذْ ِن‬
‫ني‬
َ ِ ‫ي ا ْ َف لس‬ َ ِ‫اْ لَّو َوْ يُ ْخ ز‬ ُ

“Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik


orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan berdiri (tumbuh)
di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah;
dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-
orang fasik “.(Q.S Al-Hasyr [59]:5)52
Jelaslah bagi manusia untuk senantiasa menjaga apa
yang telah dititipkan Allah SWT kepada kita. Manusia tidak
berhak melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap
lingkungan melebihi kebutuhan dasar yang justru akan
merusak ekosistem lingkungan. Karena pada dasarnya
semua makhluk yang di muka bumi adalah hamba-
hambaNya. Allah menjelaskannya dalam al-Quran:

ِ ِ َ‫ي طِ ري ِِبَن‬ ٍ‫ض َوََل طَلئِر‬ِ ‫َومَ ل ِم ْن دَ ا َِّةٍ ِِف ْاْل َْر‬
ٌ‫لح يْ و إ ََّل أُمَ م‬
َ ُ َ
َٰ‫ِم ْن َش ْي ءٍ ۖ ُثَُّ إِ ََل‬ ِ َ‫أ َْم ثَلُْ ُك م ۖ م ل فَ َّرطْنَل ِِف ا ْكِ ت‬
‫لب‬ َ ْ
‫ش ُرو َن‬َ ْ‫َر ِِّبِ ْم ُُي‬

51
Rosihan Anwar, Akhlak, h. 114
52
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an, h. 546
38

“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi


dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami
alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.”(QS. al-An‟am [6]: 38)53

Singkatnya, bahwa makhluk Allah SWT yang diberi


amanah sebagai khalifatullah (wakil Allah), maka manusia
mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang ada di bumi.
Kelestarian lingkungan merupakan hal mutlak yang harus
diwujudkan dan dipelihara oleh umat manusia.

5. Pembentukan akhlak

a. Pengertian Pembentukan Akhlak

Berbicara mengenai masalah pembentukan akhlak


sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, Istilah
“tujuan” atau “sasaran” atau “maksud” dalam bahasa Arab
dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf atau maqasid.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, Istilah “tujuan” dinyatakan
dengan “goal atau purpose atau objective. Secara umum
istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama yaitu
perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau
arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau
aktifitas.54 Tujuan Pendidikan Islam menurut M. Arifin adalah
perwujudan nilai-nilai Islami pada pribadi manusia didik yang
diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses yang

53
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahannya, h. 177
54
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004, cet, 4), h. 65
39

terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang


beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang sanggup
mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.55

Menurut Ibnu Miskawih ahli fiqih dan hadist menitik


beratkan rumusannya pada usaha mencapai tujuan pendidikan
yang berkualitas baik, benar dan indah (atau merealisasikan
kebaikan, kebenaran dan keindahan).

Sedangkan menurut Al-Ghazali, menjelaskan tujuan


pendidikan dengan menitik beratkan pada melatih anak agar
dapat mencapai ma‟rifat kepada Allah melalui jalan tasawuf
yaitu dengan mujahadah ( membiasakan) dan melatih nafsu-
nafsu.

b. Tujuan Pembentukan Akhlak

Telah dikatakan di atas bahwa pembentukan akhlak adalah


sama dengan pendidikan akhlak, jadi tujuannya pun sama.
Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia
berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang
lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah swt.56 Inilah yang
akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.

Proses pendidikan atau pembentukan akhlak bertujuan


untuk melahirkan manusia yang berakhlak mulia. Akhlak
yang mulia akan terwujud secara kukuh dalam diri seseorang

55
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), h. 224.
56
Aboebakar Aceh, Pendidikan Sufi Sebuah Karya Mendidik Akhlak Manusia Karya
Filosof Islam di Indonesia, (Solo: CV. Ramadhani, 1991), h. 12
40

apabila setiap empat unsur utama kebatinan diri yaitu daya


akal, daya marah, daya syahwat dan daya keadilan, Berjaya
dibawa ke tahap yang seimbang dan adil sehingga tiap
satunya boleh dengan mudah mentaati kehendak syarak dan
akal. Akhlak mulia merupakan tujuan pokok pembentukan
akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika
perbuatannya mencerminkan nilai – nilai yang terkandung
dalam al-Qur‟an. Menurut Ali Abdul Halim Mahmud 57 tujuan
pembentukan akhlak yaitu:

1. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang


selalu beramal sholeh.

2. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang


menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam.

3. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bias


berinteraksi secara baik dengan sesamanya.

4. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu


dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah.

5. Mempersiapkan insan beriman dan saleh, yang mau


merasa bangga dengan persaudaraannya sesama
muslim.

6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

57
Aboebakar Aceh, Pendidikan Sufi Sebuah Karya Mendidik Akhlak Manusia Karya
Filosof Islam di Indonesia, (Solo: CV. Ramadhani, 1991), h. 160
41

Menurut Hamzah Ya‟kub Faktor-faktor yang mempengaruhi


terbentuknya akhlak pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan
oleh dua faktor utama yaitu factor internal dan faktor eksternal.58

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang datang dari diri


sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat
bawaan sejak manusia lahir dan mengandung pengertian
tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh
luarnya. Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki
naluri keagamaan yang nantinya akan mempengaruhi
dirinya seperti unsur-unsur yang ada dalam dirinya yang
turut membentuk akhlak atau moral, diantaranya adalah ;

1. Instink ( naluri )

Naluri merupakan seperangkat tabiat yang di


bawa manusia sejak lahir tanpa dipelajari terlebih
dahulu. Para psikologf menjelaskan naluri adalah
berfungsi sebagai motivator penggerak yang
mendorong lahirnya tingkah laku.59

Ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai


naluri yang ada pada manusia yang menjadi
pendorong tingkah lakunya, diantaranya naluri

58
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993)
59
Zalinuddin, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 90
42

makan, naluri berjodoh, naluri keibu-bapakan,


naluri berjuang, naluri bertuhan dan sebagainya.60

2. Hati nurani

Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan


yang sewaktuwaktu memberikan peringatan
(isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di
ambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut
adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam
bahasa arab disebut dengan “dhamir”.61 Dalam
bahasa Inggris disebut “conscience”.62 Sedangkan
“conscience” adalah sistem nilai moral seseorang,
kesadaran akan benar dan salah dalam tingkah
laku.63Fungsi hati nurani adalah memperingati
bahayanya perbuatan buruk dan berusaha
mencegahnya. Jika seseorang terjerumus
melakukan keburukan, maka batin merasa tidak
senang (menyesal), dan selain memberikan isyarat
untuk mencegah dari keburukan, juga memberikan
kekuatan yang mendorong manusia untuk
melakukan perbuatan yang baik. Oleh karena itu,
hati nurani termasuk salah satu faktor yang ikut
membentuk akhlak manusia.

3. Keturunan

60
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), h. 30
61
Basuni Imamuddin, Kamus Kontekstual Arab-Indonesia, ( Depok : Ulinuha Press,
2001), h. 314
62
John. M. Echol, et.al., Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1987), h. 139
63
C.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali Press, 1989) , hal. 106
43

Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan


sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada
keturunannya, maka disebut al- Waratsah atau
warisan sifat-sifat.64 Warisan sifat orang tua
terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung
dan tidak langsung. Artinya, langsung terhadap
anaknya dan tidak langsung terhadap anaknya,
misalnya terhadap cucunya. Sebagai contoh,
ayahnya adalah seorang pahlawan, belum tentu
anaknya seorang pemberani bagaikan pahlawan,
bisa saja sifat itu turun kepada cucunya.

4. Kebiasaan

Salah satu faktor penting dalam pembentukan


akhlak adalah kebiasaan atau adat istiadat. Yang
dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu
diulang-ulang sehingga menjadi mudah
dikerjakan.65 Kebiasaan dipandang sebagai fitrah
yang kedua setelah nurani. Karena 99% perbuatan
manusia terjadi karena kebiasaan. Misalnya
makan, minum, mandi, cara berpakaian itu
merupakan kebiasaan yang sering diulang-ulang.

5. Keinginan atau kemauan keras

Salah satu kekuatan yang berlindung di balik


tingkah laku manusia adalah kemauan keras atau

64
Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak) terj. Farid Ma ‟ruf, ( Jakarta :
Bulan Bintang, 1975), h. 35
65
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), h. 31
44

kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa


untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini
merupakan kekuatan dari dalam.66 Itulah yang
menggerakkan manusia berbuat dengan
sungguhsungguh. Seseorang dapat bekerja sampai
larut malam dan pergi menuntut ilmu di negeri
yang jauh berkat kekuatan azam (kemauan keras).
Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu
yang berat dan hebat memuat pandangan orang
lain karena digerakkan oleh kehendak. Dari
kehendak itulah menjelma niat yang baik dan yang
buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku
menjadi baik dan buruk karenanya.

b. Faktor eksternal
Adapun faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari
luar yang mempengaruhi kelakuan atau perbuatan
manusia, yaitu meliputi ;
1. Lingkungan
Lingkungan adalah masyarakat yang mengitari
kehidupan seseorang dari rumah, lembaga
pendidikan, hingga tempat bekerja,. Demikian pula
hal-hal yang berupa kebudayaan dan nasehat-
nasehat sekitarnya.67

Masyarakat dalam pengertian yang sederhana


adalah kumpulan individu dalam kelompok yang
66
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta, : Aksara Baru, 1985)
67
Imam Abdul Mukmin, Sa‟aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun
Keperibadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 40.
45

diikat oleh ketentuan negara, kebudayaan, dan


agama. Ahmad D. Marimba mengatakan; “Corak
dan ragam pendidikan yang dialami seseorang
dalam masyarakat banyak sekali. Hal ini meliputi
segala bidang baik pembentukan kebiasaan.
Kebiasaan pengertian (pengetahuan), sikap dan
minat maupun pembentukan kesusilaan dan
keagamaan”.68

2. Pengaruh keluarga

Setelah manusia lahir maka akan terlihat


dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan
yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik
melalui penglihatan atau pembinaan menuju
terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh
orang tua. Orang tua merupakan contoh bagi anak-
anaknya. Oleh karena itu baik dan buruknya
seorang anak tergantung kepada pendidikan kedua
orang tua, anak diibaratkan seperti kertas yang
masih bersih, kalau dihitamkan ia akan menjadi
hitam, kalau diputihkan ia akan menjadi putih.69

Maka dalam hal ini keluarga yang


melaksanakan pendidikan akan memberikan
pengaruh yang besar dalam pembentukan akhlak.

3. Pengaruh sekolah

68
Marimba, Pengantar Filsafat Islam. (Bandung : PT. Al-Ma‟arif, t.Th, Cet, 1), h. 63
69
Djadmika Rahmat, Sistem Etika Islam Akhlak Mulia, (Surabaya: Pustaka Islami,
1987), h. 73
46

Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua


setelah pendidikan keluarga dimana dapat
mempengaruhi akhlak anak, karena sekolah
merupakan tempat untuk mendidik dan
membentuk akhlak para siswanya. Sebagaimana
dikatakan oleh Mahmud Yunus sebagai berikut ;

“Kewajiban sekolah adalahmelaksanakan


pendidikan yang tidak dapat dilaksanakan di
rumah tangga, pengalaman anakanak dijadikan
dasar pelajaran sekolah, kelakuan anak-anak yang
kurang baik diperbaiki, tabiat-tabiatnya yang
salah dibetulkan, perangai yang kasar diperhalus,
tingkah laku yang tidak senonoh diperbaiki dan
begitulah seterunya.70
Di dalam sekolah berlangsung beberapa bentuk
dasar dari kelangsungan pendidikan. Pada
umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan
kebiasaan, dari kecakapankecakapan pada
umumnya, belajar bekerja sama dengan kawan
sekelompok melaksanakan tuntunan-tuntunan dan
contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari
kepentingan orang lain.71

Dari paparan di atas penulis dapat


menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya akhlak intinya ada
dua macam yaitu faktor intern (dalam diri siswa

70
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta : Agung,
1978), h. 31
71
Abu Ahmadi, et.al., Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 269.
47

sendiri) dan ekstern (pengaruh dari lingkungan


masyarakat, keluarga dan sekolah).

Semua faktor-faktor tersebut menjadi satu


sehingga dapat berperan dalam pembentukan
akhlak yang mulia. Segala tingkah yang dilakukan
baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar
berarti itulah yang lebih kuat dan lebih banyak
memberi warna pada mental anak. Jika lebih kuat
berada pada ciri-ciri yang terdapat pada akhlak
yang mulia maka anak mempunyai akhlak yang
mulia dan sebaliknya. Dan pribadi (akhlak) siswa
itu tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan yang
dibawa dari dalam yang sudah ada sejak lahir dan
faktor lingkungan. Namun yang jelas faktor-faktor
diatas itu ikut serta dalam membentuk pribadi
seorang yang berada di lingkungan itu. Dengan
demikian antara pribadi dan lingkungan saling
berpengaruh.

B. Kajian Tentang Sekolah


1. Pengertian Sekolah
Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar
seperti membaca, menulis dan belajar untuk berperilaku yang
baik. Sekolah juga merupakan bagian integral dari suatu
masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat
dalam masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan
lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan
48

kepribadiannya.72 Sedangkan berdasarkan undang-undang no 2


tahun 1989 sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar.73
Menurut Daryanto (1997:544), sekolah adalah bangunan atau
lembaga untuk belajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah tempat
memperoleh ilmu pengetahuan, pendidikan dan sebagai tempat
kedua dalam pembentukan akhlakul karimah siswa.
2. Tanggung Jawab Sekolah
Guru sebagai pendidik, bukan hanya bertugas memindahkan
ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) yang dikuasainya
kepada peserta didiknya, melainkan juga berusaha membentuk
akhlak dan kpribadian peserta didiknya, sehingga menjadi lebih
dewasa dan memiliki kecerdasan (intelektual, emosional dan
spritual) yang lebih matang serta bisa bertanggung jawab. Dalam
kaitan ini, sebagai pendidik guru harus menempatkan dirinya
sebagai pengarah dan pembina dalam mengembangkan bakat dan
kemampuan anak didik kearah titik maksimal.74
Pengiriman anak di sekolah dikarenakan kehidupan sekolah
sebagai jembatan bagi anak-anak yang menghubungkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dimasyarakat kelak.
Di sekolah anak-anak di bawah asuhan dan bimbinganguru-
guru, anak anak memperoleh pengajaran dan pendidikan. Anak

72
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 171
73
Undang-undang Republik Indonesia, No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Dan Penjelasannya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
74
M.H. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi
Aksara,1995)
49

belajar berbagai macam pengetahuan dan keterampilan yang akan


dijadikan bekal untuk kehidupan di masyarakat.75 Pemberian ilmu
pengetahuan dan keterampilan merupakan tugas utama dari
sekolah.

Tanggung jawab sekolah sebagai lembaga pendidikan


didasarkan atas tiga faktor yaitu :
a. Tanggung Jawab formal, yakni secara kelembagaan
pendidikan sesuai dengan fungsi, tugas sekolah dan
mencapai tujuan pendidikan menurut ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Tanggung jawab keilmuan, yakni berdasarkan bentuk, isi,
dan tujuan serta tingkat pendidikan yang dipercayakan
kepada sekolah oleh masyarakat sebagaimana yang tertuang
dalam pasal 13, 15 dan 16 Undang-undang sistem
pendidikan nasional.
c. Tanggung jawab fungsional, yakni tanggung jawab yang
diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan
pendidikan oleh para pendidik yang diserahi kepercayaan
dan tanggung jawab berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku sebagai limpahan wewenang dan
kepercayaan, serta tanggung jawab yang diberikan oleh
orang tua peserta didik.
Dalam upaya mewujudkan tanggung jawab sekolah
terhadap pendidikan, maka paling tidak sekolah harus
mempunyai perencanaan yang matang dengan melakukan

75
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Prospektif Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
50

berbagai terobosan-terobosan terutama peningkatan kualitas


guru.76
Faktor terpenting bagi seorang guru adalah
keperibadiannya, dan keperibadian itulah yang menentukan
apakah ia menjadi pendidik atau pembina yang baik bagi
anak didiknya, atau menjadi perusak dan penghancur bagi
hari depan anak didik terutama bagi anak yang masih kecil
(tingkat sekolah dasar) dan mereka mengalami kegoncangan
jiwa (tingkat menengah).77

76
Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan (Usaha Nasional, t.th)
77
Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,1996)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata,
gambar, bukan angka-angka.1 Penelitian kualitatif menurut
Sukmadinata yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individu maupun kelompok.2
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi
instrument utama dalam mengumpulkan data yang dapat
berhubungan langsung dengan instrument atau objek
penelitian.3
Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang menggambarkan semua data atau
keadaan subjek atau objek penelitian kemudian dianalisis dan
dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang
berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk
memberikan pemecahan masalahnya dan dapat memberikan
informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat
diterapkan pada berbagai masalah. penelitian deskripsi secara
garis besar merupakan kegiatan penelitian yang hendak
1
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi,
dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial,
Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. I, h. 51.
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 60
3
Sugiyono, Memahami Penelitian, (Bandung: CV Alfabeta, 2005), h. 2

51
52

membuat gambaran atau mencoba mencandra suatu peristiwa


atau gejala secara sistematis, faktual dengan penyusunan yang
akurat.4
Jadi, Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi yang mendalam mengenai bagaimana
upaya sekolah dalam pembentukan akhlakul karimah siswa di
SDN 260 Ampung Julu. Adapun tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat pencandraan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat
populasi atau daerah tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang upaya sekolah dalam membentuk


akhlakul karimah siswa dilaksanakan di SDN 260 Ampung
Julu, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatera Utara.
Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya
proposal penelitian serta surat ijin penelitian, yaitu bulan
Januari s.d. Agustus 2020.

4
Supardi, Metodologi Penelian Ekonomi Dan Bisnis, (Yogyakarta: UII Press, 2005),
h. 28
53

Table siklus penelitian dari awal sampai akhir penelitian.

No Jenis Jan Feb Apr Mei Jun Jul Agsts


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Observas
i Awal

2 Membua
t Judul

3 Membua
t
Proposal
4 Perbaika
n
Proposal
5 Wawanc
ara dan
Dokume
ntasi
6 Penyusu
nan
Skripsi

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Data dan Sumber Data
Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu
hal, dapat berupa sesuatu hal yang diketahui atau yang
54

dianggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang


digambarkan lewat angka, simbol, kode, dan lain-lain.5
Sumber data menurut Suharsimi Arikunto adalah
subjek dari mana data itu diperoleh.6 Sumber data meliputi
dua jenis :
1. Sumber data primer,
Data primer adalah data yang diperoleh dari
sumber pertama melalui prosedur dan teknik
pengambilan data yang dapat berupa interview,
observasi, maupun penggunaan instrumen
pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan
tujuannya, yaitu data yang diambil dari sumber
pertama yang ada di lapangan.7
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber tidak langsung yang biasanya berupa data
dokumentasi dan arsip-arsip resmi, buku-buku
dan situs-situs internet yang berisi tentang
pembentukan akhlakul karimah siswa di sekolah.8
Dalam penelitian ini data primer diperoleh peneliti
dari sekolah SDN 260 Ampung Julu, Kecamatan Batang
Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera
Utara. Dan data yang kedua data sekunder, yaitu data yang

5
Iqbal hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta:Ghalia Indonesia,
2002, h.82
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006) hal 129
7
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format 2 Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2005), h. 128
8
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005, h.36
55

diperoleh dari buku-buku dan situs-situs internet yang berisi


tentang akhlakul karimah siswa.
Menurut Lofland, sebagaimana yang dikutip oleh
Moleong menyatakan bahwa “sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Jadi,
kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama dan dokumen
atau sumber tertulis lainnya merupakan data tambahan.126
Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-
kata dan tindakan yang diperoleh dari informan yang terkait
dalam penelitian, selanjutnya dokumen atau sumber tertulis
lainnya merupakan data tambahan.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian
ini adalah:
1. Kepala sekolah SDN 260 Ampung Julu.
2. Guru Pendidikan Agama Islam SDN 260 Ampung
Julu.
3. Tenaga pengajar/wali kelas (Bapak/Ibu guru)
SDN 260 Ampung Julu.
4. Siswa SDN 260 Ampung Julu

2. Teknik dan Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini, yang menjadi instrument
penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung pada
objek penelitian. Untuk mendapatkan data yang valid, maka
peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Observasi
56

Observasi atau pengamatan dapat diartikan


sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Observasi ini menggunakan observasi partisipasi, di
mana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-
hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian.9
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan
langsung berkaitan akhlakul karimah siswa di sekolah
maupun di luar sekolah, observasi tersebut di lakukan di
Ampung Julu Kecamatan Batang Natal Kabupaten
Mandailing Natal Sumatera Utara pada sekolah SDN
260. Dari hal tersebut, peneliti mengkaji tentang upaya
sekolah dalam membentuk akhlakul karimah siswa.
Peneliti memperhatikan secara langsung kegiatan-
kegiatan yang dilakukan disekolah ini dan melakukan
observasi langsung dengan kepala sekolah, guru PAI
dan siswa SDN 260 Ampung julu dimana peneliti
menemukan permasalahan tentang akhlak peserta didik
yang belum sepenuhnya dikategorikan baik karena
masih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar disebabkan
lokasi sekolah berada ditengah-tengah lingkungan
masyarakat.

9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 310.
57

b. Metode Wawancara

Metode wawancara atau interview adalah suatu


metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan jalan
komunikasi dengan sumber data melalui dialog (Tanya-
jawab) secara lisan baik langsung maupun tidak
langsung. Lexy J Moleong mendefinisikan wawancara
sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.10

Wawancara secara garis besar dibagi menjadi


dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara
terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga
disebut wawancara mendalam, wawancara intensif,
wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (open
ended interview), wawancara etnografis. Sedangkan
wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara
baku (standardized interview) yang susunan
pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya
tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah
disediakan.11

Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara


secara mendalam dan terstruktur kepada kepala sekolah,
guru PAI, wali kelas dan siswa dengan pedoman yang
10
Moleong Metode... Lexi J, Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2002),., h. 135
11
Dedi, Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda. 2006) h. 120.
58

telah di buat untuk mendapatkan data yang lebih akurat.


Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan
data tentang upaya sekolah dalam membentuk akhlakul
karimah siswa.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa


catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.12 Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia
dalam catatan dokumen. Fungsinya sebagai pendukung
dan pelengkap bagi data-data yang diperoleh melui
observasi dan wawancara.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak terlepas dengan


melakukan dokumentasi yang diperoleh dari arsip
kegiatan siswa dan guru/wali kelas mengenai
pembelajaran dan kegiatan dalam membentuk akhlakul
karimah siswa SDN 260 Ampung Julu sepeti kegiatan
ketika proses beajar-mengajar, shalat berjama‟ah,
kebersihan, upacara bendera serta kegiatan-kegiatan
keagamaan lainnya.

D. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.130

12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), h.206
59

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak


sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah
selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution menyatakan:
“Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi
pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin,
teori yang grounded. Namun dalam penelitian kualitatif,
analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan
bersama dengan pengumpulan data. In fact, data analysis in
qualitative research is an \ongoning activity tha occurs
throughout the investigative process rather than after process.
Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung
selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai
pengumpulan data.”13
Menurut Miles dan ada tiga kegiatan yang dilakukan
dalam melakukan analisis data diantaranya dengan:14
1. Reduksi Data
Tahap ini merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian, pengabstraksian dan pentransformasikan data
kasar yang diambil dari lapangan. Inti dari reduksi data
adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala
bentuk data menjadi bentuk tulisan yang akan dianalisis.

2. Penyajian Data

13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 6, h. 335-336.
14
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 85-89
60

Setelah data-data tersebut terkumpul kemudian


peneliti mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadi
kategori atau kelompok-kelompok agar peneliti lebih
mudah untuk melakukan pengambilan kesimpulan.

3. Menarik Kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti membandingkan data-data


yang sudah didapat dengan data-data hasil wawancara
dengan subjek dan informan yang bertujuan untuk
menarik kesimpulan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah SDN 260 Ampung Julu

1. Berdirinya SDN 260 Ampung Julu

SDN 260 berdiri pada tahun 1947 tanggal 01 bulan Januari.

2. Letak Geografis SDN 260 Ampung Julu

SDN 260 Ampung Julu terletak di tengah-tengah


perkampungan masyarakat desa Ampung Julu RT 04
Kecamatan Batang Natal Kabupaten Mandailing Natal
Provinsi Sumatera Utara.

61
62

3. Identitas SDN 260 Ampung Julu

NPSN :10208319

Bentuk Pendidikan : SD

Status : Negeri

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

Kecamatan : Kec. Batang Natal

Kabupaten : Kab. Mandailing Natal

Provinsi : Sumatera Utara

Kode Pos : 22983

Kepala Sekolah : Kasuma Dewi

4. Visi dan Misi dan Tujuan SDN 260 Ampung Julu


63

Visi

“Beriman, Bertaqwa, Berakhlakul Karimah, Berprestasi


bidang akademik dan non akademik”

Misi

a. Melaksanakan kegiatan kerohanian

b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara


efektif sehingga peserta didik berkembang secara
optimal.

c. Mendorong dan membantu peserta didik untuk


mengenali potensi dirinya.

Tujuan

a. Menjadikan sekolah yang religius dan agamis.

b. Menghasilakn lulusan yang kompetitif dan berbudaya.

c. Meraih prestasi akademik dan non akademik yang


baik dan unggul.

d. Menjadikan sekolah pelopor daerah dan nasional.


64

5. Struktur Organisasi SDN 260 Ampung Julu

Kepala Sekolah

Kasuma Dewi S. Pd

Guru PAI Guru Kls I Guru Kls II Guru Kls III Guru Kls IV

Herman Apti Lisda Masidah Sahrani

Guru Mulok Guru Kls V Guru Kls VI Guru PJOK

Sari Ulfah Sulhadi Hamdan Damri

Siswa
65

6. Sarana Prasarana SDN 260 Ampung Julu

Luas Tanah : 6000 m2 UKS :1

Akses Internet : Tidak Ada Laboratorium :0

Sumber Listrik : PLN Sanitasi Siswa :1

Daya Listrik : 45o Perpustakaan :1

7. Data Guru SDN 260 Ampung Julu

No Nama L/P Jabatan TTL Ag IJ Trtinggi G. kls JJK ket

1 Kasuma P Kepala Pasar Lama, Is SI 2002 - 24 jm PNS


Dewi Sekolah 02-11-1975
S.Pd

2 Riana P ADM Amp. Julu Is MAN - -

3 Sulhadi S. L Guru Kelas Tarlola, 17- Is SI 2013 V 24 jm


Pd 03-1976

4 Hamdan L Guru Kelas Amp. Julu, Is SI 2011 VI 24 jm


29-03-1987

5 Herman L Guru Ag Amp. Julu, Is SI 2007 I-VI 24 jm


66

15-10-1980

6 Lisda S. P Guru Kelas Amp. Julu, Is SI 2011 II 24 jm TKS


Pd 29-09-1987

7 Masidah P Guru Kelas Amp. Julu, Is SI 2013 III 24 jm TKS


S. Pd 01-02-1987

8 Siti P Guru Kelas Amp. Julu, Is SI 2013 IV 24 jm TKS


Sahrani 06-09-1989

9 Damri L Guru PJOK Amp. Julu Is SI 2011 I-VI 24 jm TKS


S.Pd

10 Apti S.Pd P Guru Kelas Amp. Julu Is SI 2015 I 24 jm TKS

11 Sari Ulfah P Guru Mulok Amp. Julu Is SI 2019 I-VI 24 jm

8. Kurikulum SDN 260 Ampung Julu

Kurikulum : K-13

9. Progam SDN 260 Ampung Julu

Senin : Upacara Bendera

Selasa : Kuis

Rabu : Menyanyikan Lagu Wajib

Kamis : Kebersihan

Jum‟at : menghafal Surat-Surat Pendek


67

Sabtu : Pidato

Adapun kegiatan selanjutnya yaitu pelaksanaan pramuka,


peringatan hari-hari besar Islam dan sebagainya.

10. Jumlah Siswa SDN 260 Ampung Julu

Siswa Laki-laki : 83 Orang

Siswa Perempuan : 83 Orang

Rombongan Belajar : 6 Orang

Jumlah Siswa : 166 Orang

Rekapitulasi Jumlah Siswa/I SDN 260 Ampung Julu

Kls I Kls II Kls III Kls IV Kls V Kls VI Ket

LK : 12 LK : 14 LK :18 LK : 13 LK : 10 LK : 16 83

PR : 19 PR : 17 PR : 13 PR : 07 PR : 13 PR : 14 83

31 31 31 20 23 30 166

B. Upaya Sekolah Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa


SDN 260 Ampung Julu

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk


memperoleh ilmu pengetahuan. Lingkungan sekolah sangat
68

berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari siswa seperti halnya


memberi contoh kepada siswa untuk tidak makan dan minum
dengan berdiri dan juga menasehati siswa agar makan dan minum
dengan tangan kanan dan tidak lupa mengucap lafaz basmalah
atau doa ketika sebelum makan ini contoh dari perilaku-perilaku
yang akan menjadi kebaikan bagi siswa di masa sekarang dan
masa akan datang, ketika seorang guru tidak memberikan
perhatian yang lebih terhadap siswa maka siswa akan memiliki
akhlak yang buruk. Karena seorang guru adalah pendidik atau
penanggung jawab kepada peserta didik berakhlak karimah di
mana pun tempat, terlebih ketika di depan peserta didik. Karena
peserta didik akan mencotoh apapun yang dilakukan oleh seorang
guru. Dapat disimpulkan bahwa guru sangat berperan dan
menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.1

Pada bab terdahulu peneliti telah mengemukakan bahwa


metode pengumpulan data yang digunakan di dalam pelaksanaan
penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi yang dilakukan dengan kepala sekolah, guru PAI,
wali kelas dan siswa SDN 260 Ampung Julu.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa


upaya sekolah dalam membentuk akhlakul karimah siswa dapat
dilihat dari paparan berikut meliputi: Dasar dan tujuan
pembentukan akhlak siswa, Metode pembentukan Akhlak siswa,
Pelaksanaan pembentukan Akhlak siswa, Faktor pendukung dan
penghambat pembentukan akhlak siswa, Hasil upaya yang
dilakukan sekolah dalam membentuk akhlak siswa.
1
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Kasuma Dewi, S.Pd sebagai kepala sekolah
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020, Pukul 08:30 WIB.
69

WAWANCARA

(Kepala Sekolah : Ibu Kasuma Dewi S. Pd)

UPAYA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH


SISWA DI SDN 260 AMPUNG JULU

1. Apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam membentuk akhlakul


karimah/akhlak yang baik bagi siswa?
Yang dilakukan pihak sekolah SDN 260 Ampung Julu dalam
membentuk akhlakul karimah siswa yaitu dengan pembiasaan seperti
: upacara bendera untuk melatih kedisiplinan siswa, hafalan surat-
surat pendek, menyanyikan lagu wajib, peringatan hari-hari Islam.
2. Sebenarnya apa saja kriteria berakhlakul karimah di sekolah?
Kriteria beradab di SDN 260 Ampung Julu itu beradab, sopan,
santun, cara berpakaian yang rapi, perkataan/tutur sapa yang sopan
diluar sekolah maupun di lingkungan sekolah.
3. Bagaimana proses penerapan dalam pembentukan akhlakul karimah
di sekolah?
Kebiasaan sebagaimana yang dituntut K 13, Kedisiplinan, peraturan
yang mengikat, jadwal.
4. Dalam penerapan pembentukan akhlakul karimah siswa,
membutuhkan guru yang mampu menjadi teladan, strategi apa yang
telah dilakukan?
Strategi yang dilakukan yaitu dengan memotivasi guru supaya jadi
contoh yang baik bagi siwa, memberikan pembiasaa-pembiasaan
yang baik terhadap guru, cara mengajar yang mengaitkan simulasi
dengan akhlak.
70

5. Bagaimana cara guru menjelaskan kepada siswa perbuatan yang baik


dan perbuatan yang tidak baik?
Guru memberikan contoh yang ada sebab akibat agar siswa lebih
paham dan mengerti, berpedoman terhadap suri teladan nabi
Muhammad saw dan yang paling utama berpedoman pada al-Qur‟an
dan al-Hadits.
6. Bagaimana cara mengaflikasiskan akhlak yang baik disekolah
maupun diluar sekolah?
Cara mengaflikasikan akhlak yang baik diterapkan dengan
pembiasaan yang dijadwalkan seperti: setiap hari senin diadakan
uapacara bendera, hari selasa menyanyikan lagu wajib, rabu
menghafal nama-nama pahlawan, kamis mengadakan kuis, hari
jum‟at biasanya menghafal surat-surat pendek, dan hari sabtu pidato
dan kebersihan sebelum pulang sekolah.
7. Sebagai kepala sekolah, upaya apa saja yang dilakukan terhadap guru
dalam membentuk akhlak siswa?
Yang saya lakukan adalah dengan memberikan pembiasaan,
kedisiplinan, memberikan reward atau pujian dan memberikan
hukuman yang mendidik.
8. Jika terdapat anak di sekolah tidak mengaplikasikan nilai-nilai
agama, apakah siswa tersebut dihukum? Jika iya, apa hukuman yang
pantas diberikan kepada anak tersebut?
Dalam mengaflikasikan nilai-nilai agama apabila siswa tidak
mengaflikasikan nilai-nilai agama mereka tidak diberi hukuman
tetapi siswa diberi nasehat atau arahan.
9. Apa kendala kepala sekolah terkait dengan pembentukan akhlakul
karimah siswa?
71

Kendala dalam pembentukan akhlak siswa yaiti setiap guru tidak


punya tipe yang sama dalam kedisiplinan, tingkat kepedulian
berbeda, tingkat pengetahuan dan bakat berbeda-beda, dan keran
pengaruh lingkungan yang mana sekolah berada ditengah-tengah
masyarakat.
10. Apa harapan sekolah terhadap siswa setelah mereka lulus?
Sekolah sangat mengharapkan peserta didknya menjadi anak yang
membnaggakan, bisa mencapai cita-citanya, dapat mengembangkan
ilmu pengetahuannya, menjaga nama baik sekolah dan terakhir
peserta didik bisa melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih
tinggi.

1. Dasar dan tujuan pembentukan akhlak siswa

Dasar dan tujuan penelitian pembentukan ahklak siswa di


SDN 260 Ampung Julu dapat dilihat berdasarkan wawancara
dengan ibu Kasuma Dewi, S. Pd sebagai Kepala Sekolah,
dasar dan tujuan pembentukan akhlak siswa sesuai dengan
firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an:

‫َّك َْ َعلَ َٰى ُخلُ ٍق َع ِظي ٍم‬


َ ‫َوإِن‬

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar


berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al Qalam [68]:4).
Hal tersebut pula yang disampaikan kembali pada hadist
yang mana dijelaskan:

‫صلِْ َح ْاْلَ ْخ ًَل ِق‬ ِ ْ‫إََِّّنَل ِعِث‬


َ ‫ت ْلََُتِ َم‬
ُ ُ
72

“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk


menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR. Ahmad dan Al-
Bukhari).
Kedua alasan itulah yang menjadi dasar atas
dilaksanakannya pembentukan akhlak siswa di SDN 260
Ampung Julu. Selain Al-Qur‟an dan hadist,2 yang menjadi
dasar dilaksananya pembentukan akhlak di SDN 260 Ampung
Julu adalah Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 3. Dalam pasal tersebut telah dijelaskan bahwa salah
satu tujuan Pendidikan adalah “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. 3

Menurut Penelitian dasar dan tujuan pembentukan ahklak


siswa tersebut sangat sesuai dan baik agar siswa bisa hidup di
masyarakat sesuai dengan tujuan Nasional membentuk
manusia seutuhnya dengan demikian menjadi penerus bangsa
ini dengan memiliki kualitas yang baik.4

2. Metode pembentukan Akhlak siswa

2
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Kasuma Dewi, S. Pd sebagai kepala sekolah
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020, Pukul 08:30 WIB.
3
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Herman Hasibuan, S.Pd sebagai guru PAI
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Jum‟at tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 07:30 WIB.
4
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Kasuma Dewi, S. Pd sebagai kepala sekolah
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020, Pukul 08:30 WIB.
73

Metode dalam sebuah pembentukan merupakan suatu cara


atau upaya yang dilakukan oleh pendidik agar proses
pembentukan siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Upaya sekolah dalam membentuk akhlakul karimah siswa di
SDN 260 Ampung Julu dilakukan dengan menggunakan
metode pembiasaan dan keteladanan.5

Menurut Ibu kepala Sekolah Metode pembiasaan


dilaksanakan melalui program yang telah ditetapkan oleh
SDN 260 Ampung Julu, yakni terdapat pada program rutinitas
harian contoh seperti sholat dhuhur berjamaah,
kebersihan/piket, hafalan surat-surat pendek. Sedangkan
metode keteladanan dilakukan melalui guru yang juga
melaksanakan program pembentukan akhlak siswa sehingga
siswa termotivasi untuk melaksanakannya dengan tanpa
paksaan. Disamping itu pembentukan ahklak juga melalui
metode pembelajaran yaitu:6

a. Melalui ceramah tentang akhlak karimah

Penerapan metode ceramah merupakan cara


mengajaran yang paling tradisional dan tidak asing lagi
dan telah lama dijalankan, maka dalam pelaksanaannya
memerlukan keterampilan tertentu, agar penyajiannya
tidak membosankan dan dapat menarik perhatian siswa.
Namun kita masih mengakui bahwa metode ceramah ini

5
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Herman Hasibuan, S.Pd sebagai guru PAI
di SDN 260 Ampung Julu, pada hari Jum‟at tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 07:30 WIB
6
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Kasuma Dewi, S.Pd sebagai kepala sekolah
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020, Pukul 08:30 WIB.
74

tetap penting dengan tujuan agar siswa mendapatkan


informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu.

Guru menggunakan metode ceramah disampaikan


kepada siswa sebagai metode yang terbaik bagi guru
untuk melakukan interaksi belajar mengajar merupakan
proses pembelajaran informasi atau materi kepada siswa.
Oleh karena itu guru SDN 260 Ampung Julu sering
ceramah di hadapan siswa tentang kisah para Nabi, hadist
tentang Akhlak, dan contoh-contoh dalam kehidupn
sehari-hari. 7

b. Melalui cerita pendek

Guru menggunakan metode bercerita karena


merupakan satu metode yang banyak dipergunakan di
taman kanak-kanak yang lain dengan metode ini juga
siswa agar tidak bosan ketika menerima materi maka bagi
guru mecari cerita pendek lewati tanyangan untuk
menarik perhatian siswa dan sepaya cerita tersebut dapat
menjadi pengajaran bagi siswa. Contohnya seperti ketika
mata pelajaran PAI dengan materi taat kepada kedua
orang tua maka guru menceritakan cerita pendek tentang
anak yang soleh.8

Disamping melalui metode pembelajaran ada juga cara


pembentukan akhlak yang dilakukan di SDN 260

7
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Hamdan Batubara, S.Pd sebagai wali
kelas SDN 260 Ampung Julu, pada hari kamis tanggal 06 Agustus 2020, Pukul 09:00 WIB.
8
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Sulhadi, S.Pd sebagai wali kelas SDN
260 Ampung Julu, pada hari Jum‟at tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 08:50 WIB
75

Ampung Julu yaitu melalui pelaksanaan ibadah sebagai


berikut:

1. Mewajibkan sholat berjamaah

Sholat pada hakikatnya merupakan sarana terbaik


untuk mendidik jiwa dan memperbaharui semangat
dan sekaligus sebagai penyucian akhlak. Berhubung
guru SDN 260 Ampung Julu menjadikan contoh
kepada siswa untuk turut serta melakukan sholat
Bersama-sama. Sebab dengan kebiasaan ini
diharapkan siswa akan mengerti bahwa sholat itu
merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam.

Dalam rangka pembiasaan dan melaksanakan


kewajiban sebagai seorang muslim. Keteladanan bagi
guru sangat penting, terutama sholat berjam‟ah akan
menjadi contoh yang baik kepada siswa, agar mereka
dapat diritu tingkah laku seorang guru.9 Di SDN 260
Ampung Julu mewajibkan sholat berjamaah pada
setiap hari waktu sholat dhuhur setelah istirahat yang
kedua.10

2. Guru memberikan motivasi

Memberi motivasi agar anak melakukan


perbuatan yang baik kemudian seandainya siswa bisa
berakhlak yang baik mungkin bisa berikan semacam

9
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Kasuma Dewi, S.Pd sebagai kepala sekolah
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020, Pukul 08:30 WIB.
10
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Hamdan Batubara, S.Pd sebagai wali
kelas SDN 260 Ampung Julu, pada hari kamis tanggal 06 Agustus 2020, Pukul 09:00 WIB.
76

reward/ hadiah, rewerd/hadiah yang diberikan tidak


hanya berupa barang akan tetapi bisa dari pujian atau
nilai. Contohnya seperti Ketika siswa dapat nilai
ujian yang bagus, bersikap disiplin dengan peraturan
dan sebagainya maka guru memberikan pujian bahwa
dia yang terbaik diantara teman-temannya.11

3. Bersalaman dengan guru

Bentuk berjabat tangan atau salaman sering


dilakukan antara satu orang dengan orang yang
lain. Yang penting dalam kehidupan masyarakat
berjabat tangan tanda atau simbol dar tanda
kemesraan dan penghormatan diantara sesama
manusia sehingga dari berjabat ini akan berdampak
positif pada hubungan antara individu dan dapat
tercipta rasa kasih sayang. Bentuk keteladanan ini
sangat penting bagi pendidik. Seperti dalam
contohnya siswa berjabat tangan setiap hari
sebelum masuk pintu gerbang sekolah, masuk
kelas, ketiak bertemu guru dan sebagai agar
dibiasakan melakukan hal yang baik dan
menghormati orang yang lebih tua, oleh karena itu
manusia harus membiasakannya sejak dari kecil
sehingga akan dipermudahkan di masa dewasa.12

11
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Kasuma Dewi, S.Pd sebagai kepala sekolah
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020, Pukul 08:30 WIB.
12
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Hamdan Batubara, S.Pd sebagai wali
kelas SDN 260 Ampung Julu, pada hari kamis tanggal 06 Agustus 2020, Pukul 09:00 WIB.
77

3. Pelaksanaan pembentukan Akhlak siswa

Pelaksanaan merupakan implementasi dari


perencanaan yang telah dibuat dan ditentukan oleh
Lembaga Pendidikan. Dalam pembentuknya, SDN 260
Ampung Julu memiliki program rutinitas dan yang harus
dilaksanakan oleh peserta didik, pendidik maupun staf
yang berada di SDN 260 Ampung Julu. Program-program
rutinitas tersebut diantaranya:

a. Upacara bendera

Upacara bendera dilakukan setiap hari senin untuk


menumbuhkan rasa cinta tanah air dan juga sebagai
salah satu cara untuk membentuk sikap disiplin siswa.

b. Baris

Baris dilakukan dengan rapi dan sikap sempurna


sebelum memulai upacara bendera dan sebelum meulai
pelajaran. Hal ini dilakukan untuk melatih kedisiplinan
siswa dan sebagai awalan untuk melaksanakan
rutinitas berikutnya.

c. Menyanyikan lagu wajib di depan kelas seperti lagu


Indonesia raya

Prosesi memyanyikan Lagu Indonesia Raya,


merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh
semua siswa SDN 260 Ampung Julu setiap hari selasa.
Hal ini dilakukan untuk menanamkan rasa cinta tanah
air atau nasionalisme dalam diri peserta didik yang
78

mana merupakan implementasi dari salah satu tujuan


besar didirikan SDN 260 Ampung Julu.

d. Arahan atau nasehat dari kepala sekola SDN 260


Ampung Julu

Arahan atau nasehat disampaikan oleh kepala sekolah


setiap hari senin setelah kegiatan upacara bendera
dengan tujuan untuk selalu mengingatkan peserta
didik agar memperhatikan tata tertib sekolah,
kebersihan, kedisiplinan serta informasi-informasi lain
mengenai perkembangan sekolah.13

e. Menghafalkan nama-nama pahlawan

Setiap hari rabu siswa SDN 260 Ampung Julu


menghafalkan nama-nama pahlawan di depan kelas
sebelum masuk kelas yang bertujuan agar peserta didik
mengenal para pahlawan yang telah berjuang untuk
Indonesia.14

f. Kuis

Kuis dilaksanakan setiap hari kamis di depan kelas


masing-masing sebelum memulai pelajaran yang
dipimpin oleh wali kelas dengan tujuan pengulangan
pelajaran-pelajaran yang telah diajarkan oleh guru
agar peserta didik tidak mudah lupa.

13
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Herman Hasibuan, S.Pd sebagai guru
PAI di SDN 260 Ampung Julu, pada hari Jum‟at tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 07:30
WIB.
14
Sumber: Hasil wawancara dengan Nabilatunnajihah, sebagai siswa SDN 260
Ampung Julu, pada hari kamis tanggal 06 Agustus 2020, Pukul 09:00 WIB.
79

g. Membiasakan siswa untuk 5S ( Senyum, sapa, salam,


sopan, dan santun)

Kebiasaan ini selalu diingatkan dan diperhatikan oleh


pihak sekolah terhadap peserta didik yang diamalkan
setiap harinya.15

h. Pengecekan kelengkapan seragam.

Hal ini dilakukan oleh guru yang piket/ guru lainnya


setiap hari sebelum memasuki ruang kelas dengan
tujuan agar siswa disiplin dan mematuhi peraturan
sekolah yang telah dibuat.

i. Menghafal surat pendek

Menghafal surat pendek dilaksanakan setiap hari


jum‟at dilapangan sekolah sebelum memulai mata
pelajaran dipagi hari yang bertujuan untuk selalu
mengingat Allah dengan membaca ayat-ayat pendek,
untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT,
mengharap keberkahan atas ilmu pengetahuan yang
telah dipelajari dan mengharap ilmu yang berkah dan
manfaat dunia dan akhirat.16

j. Shalat dzuhur berjama‟ah

Rutinitas siang yang dilakukan di SDN 260 Ampung


Julu yaitu melaksanakan sholat dzuhur berjama‟ah
setiap hari kecuali hari Jum‟at yang menjadi kewajiban

15
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Sulhadi, S.Pd sebagai wali kelas SDN
260 Ampung Julu, pada hari Jum‟at tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 08:50 WIB.
16
Sumber: Hasil wawancara dengan Ahmad Humaidi Siregar, sebagai siswa SDN
260 Ampung Julu, pada hari kamis tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 08:50 WIB.
80

bagi seluruh siswa dan guru SDN 260 Ampung Julu.


kemudian di tutup dengan membaca wirid setelah
sholat dzuhur serta dilanjutkan dengan do‟a setelah
sholat wajib.17

k. Kebersihan

Setiap hari sabtu di SDN 260 Ampung Julu


mengadakan kebersihan dengan tujuan agar
peserta didik selalu menjaga kebersihan baik di
sekolah maupun di luar sekolah karena kebersihan
adalah salah satu ciri manusia yang beriman dan
berakhlak baik.18

Menurut hasil Penelitian pelaksanaan


pembentukan akhlak siswa di SDN 260 Ampung
Julu sangat baik dengan melalui berbagai metode
dan cara dan pelaksanaan tersebut akan menjadi
suatu hal yang baik bagi siswa agar akhlak, ibadah,
dan sebagainya menjadi lebih baik.

4. Faktor pendukung dan penghambat pembentukan akhlak


siswa

Membentuk dan mendidik siswa di sekolah tidak


selamanya berjalan mulus tanpa halangan dan rintangan.
Bahkan, tak jarang banyak ditemukan berbagai maslah
yang mempengaruhi pembentukan akhlak siswa terdapat

17
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Herman Hasibuan, S.Pd sebagai guru
PAI di SDN 260 Ampung Julu, pada hari Jum‟at tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 07:30
WIB
18
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Hamdan Batubara, S.Pd sebagai wali
kelas SDN 260 Ampung Julu, pada hari kamis tanggal 06 Agustus 2020, Pukul 09:00 WIB
81

faktor pendukung dan penghambat yang sangat


berpengaruh bagi pelangsungan pembentukannya, faktor-
faktor tersebut adalah:

a. Faktor Pendukung dari pembentukan akhlak siswa di SDN


260 Ampung Julu

Pembentukan akhlakul karimah di SDN 260 Ampung


Julu salah satunya didasari oleh visi SDN 260 Ampung
Julu yaitu beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah,
berprestasi bidang akademik dan non akademik. Dengan
adanya visi tersebut menjadi faktor pendukung dalam
pembentukan akhlak siswa. selain itu, guru PAI juga
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terhadap
akhlak siswa karena guru PAI sebagai salah satu contoh
teladan yang baik bagi peserta didik. Disamping itu di SDN
260 Ampung Julu menjadikan nabi Muhammad saw
sebaigai pedoman teladan yang paling utama dalam
pembentukan akhlak karena beliau adalah suri teladan bagi
sekalian umat manusia. Selain yang telah disebutkan diatas
kerjasama antara guru satu dengan yang lainnya semakin
mempermudah dalam hal pembentukan akhlak. Dimana
jika ada salah seorang siswa yang menlanggar tata tertib,
setiap guru bertanggung jawab untuk mengingatkan tanpa
harus wali kelas atau bidang kesiswaan yang
mengingatkan.19

b. Faktor penghambat dari pembentukan akhlak siswa di di


SDN 260 Ampung Julu

19
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Herman Hasibuan, S.Pd sebagai guru
PAI di SDN 260 Ampung Julu, pada hari Jum‟at tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 07:30
WIB
82

Faktor penghambat pembentukan akhlak siswa yaitu


faktor lingkungan dimana lokasi SDN 260 Ampung Julu
terletak di tengah-tengah masyarakat sehingga siswa
mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negative.
Selanjutnya faktor keluarga, dimana sikap atau watak
setiap anak pasti berbeda-beda dikarenakan didikan
keluarga yang berbeda pula karena keluarga adalah faktor
yang sangat mempengaruhi pembentukan akhlak siswa.
Sehebat apapun program sekolah kalau tidak di dukung
dengan keluarga dan lingkungan itu tidak bisa berhasil.
selain itu guru juga faktor penghambat pemebentukan
akhlak karena setiap guru tidak mempunyai tipe yang sama
salam kedisiplinan dan tingkat kepedulian setiap guru
berbeda-beda.20

5. Hasil upaya sekolah dalam membentuk akhlakul karimah


siswa di SDN 260 Ampung Julu

Hasil pembentukan akhlak siswa bisa lihat dari


perubahan sikap dan tingkah laku yang dialami siswa selama
masa Pendidikan di SDN 260 Ampung Julu. Memang susah
untuk mengidentifikasikan perubahan sikap dan tingkah laku
tersebut sehingga dapat dikatakan sebagai akhlakul karimah.
Akan tetapi, sedikit bisa digambarkan perubahan sikap dan
perilaku siswa di SDN 260 Ampung Julu sebagai berikut:

a. Sholat menjadi tekun dan pakai jilbab

Sebagian besar siswa di SDN 260 Ampung Julu jarang


melaksanakan sholat wajib dan ada yang tidak pakai

20
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Kasuma Dewi, S.Pd sebagai kepala sekolah
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020, Pukul 08:30 WIB.
83

jilbab. Akan tetapi setelah berpendidikan di sini siswa


menjadi rajin sholat dan pakai jilbab akan tetapi ini masih
sebagian dikarenakan faktor lingkungan dan masyarakat.

b. Bertutur kata jujur dan sopan kepada guru dan teman

Berutur kata jujur dan sopan kepada guru dan teman


menjadi kewajiban bagi siswa di SDN 260 Ampung Julu.
Hal ini dapat dilihat dari komunikasi keseharian mereka
selama berada di lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.

c. Bertanggung jawab

Bentuk pertanggungjawaban siswa SDN 260


Ampung Julu adalah menaati segala peraturan serta
konsekuensi ketika melanggarnya seperti setiap hari se,ua
siswa harus memakai seragam lengkap apabila ada siswa
yang tidak mematuhi hal tersebut maka siswa diberikan
sanksi berupa mendidik atau hal yang bermanfaat seperti
menghafal surat-surat pendek, membersihkan lapangan
sekolah dan lain sebagainya. Setiap siswa juga selalu
mengerjakan segala tugas yang diberikan oleh pihak guru
atau pihak sekolah lainnya baik yang dikerjakan di
sekolah atau di rumah

d. Kebiasaan 5S

Pelaksanaan pembentukan akhlakul karimah di SDN


260 Ampung Julu dengan membiasakan siswa untuk 5S (
Senyum, sapa, salam, sopan, dan santun). Apabila siswa
84

bertemu dengan guru atau staf di sekolah mereka awali


dengan 5S tersebut.21

Namanya hasil tentu beragam, ada yang dikatakan


bisa sukses ada mungkin sekian persen yang tidak sukses
permasalahan tetap ada karena memang latar belakang
anak itu beda-beda mungkin di sekolah di biasakan
seperti ini, diajar ini, tapi kalau lingkungan di rumah tidak
mendukung kadang hasilnya kurang maksimal mungkin,
memang kegagalan tetap ada satu atau dua orang anak
yang tetap tidak bisa berakhlak baik karena
pembentukkan akhlak tidak hanya dari sekolah.22

Dari beberapa narasumber yang peneliti wawancara, peneliti


memperoleh data tentang upaya sekolah dalam membentuk akhlakul
karimah siswa SDN 260 Ampung Julu, menurut kepala sekolah SDN
260 Ampung Julu pembentukan akhlak menggunakan beberapa
metode yang releven, untuk digunakan metode tersebut yaitu
pembiasaan dan keteladanan. Metode pembiasaan dilaksanakan
melalui program rutinitas harian yang menjadikan siswa terbiasa
untuk melakukan hal-hal positif dari pembentukan akhlak yang
dilakukan. Dari rutinitas tersebut, siswa hanya memiliki sedikit ruang
untuk bertindak hal yang negative, karena dalam sehari siswa
disungguhi dengan program rutinitas (pagi sampai siang) dan
pembelajaran.

21
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Sulhadi, S.Pd sebagai wali kelas SDN
260 Ampung Julu, pada hari Jum‟at tanggal 07 Agustus 2020, Pukul 08:50 WIB.
22
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Kasuma Dewi, S.Pd sebagai kepala sekolah
SDN 260 Ampung Julu, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020, Pukul 08:30 WIB.
85

Program pembentukan akhlak tidak hanya mempengaruhi


siswa, akan tetapi juga bagi guru. Guru juga harus mampu menjadi
contoh teladan yang baik bagi siswa agar pembentukan akhlak dapat
terimplementasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Umumnya pembentukan akhlak disebuah Lembaga


Pendidikan yang bertanggun jawab adalah guru PAI dan guru BK.
Ketika ada siswa yang melakukan hal-hal atau tindakan yang tidak
baik maka yang bertanggung jawab adalah guru PAI dan guru BK.

Namun lain halnya dengan SDN 260 Ampung Julu


merupakan pembelajaran terpadu tidak memiliki guru BK jadi,
Semua pendidik bekerja sama untuk membentuk akhlak siswa.
Pembentukan akhlak siswa tidak hanya mencakup sebagian mata
pelajaran PAI. Akan tetapi terintegrasikan pada semua pelajaran
umum dan kegiatan ekstra kurikuler selain dari program
23
pembentukan yang dilaksanakan.

Hasil yang diharapkan dari pembentukan akhlak siswa di


SDN 260 Ampung Julu adalah terbentuknya siswa yang berakhlak
karimah dan berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa dan
khususnya orang tua juga bisa menjadi penerus bangsa dengan
memiliki kualitas yang baik dan mengangkat derajat sekolah.
Meskipun susah untuk mengidentifikasi perubahan sikap sehingga
bisa dikatakan akhlak mulia, akan tetapi perubahan sikap dari siswa
di SDN 260 Ampung Julu bisa dilihat dari keseharian mereka selama
berpendidikan di sekolah ini.

23
Sumber: Hasil wawancara dengan Ibu Chanifah, pada hari Jumat tanggal 11
Januari 2019, Pukul 11:30 WIB.
86

Dalam hal pembentukan akhlak tidak hanya pendidik yang


bertanggung jawab atas keberhasilan dari pembentukan akhlak siswa,
akan tetapi juga menjadi tanggung jawab orang tua dengan guru
dalam hal membentuk akhlak siswa agar hasil yang dicapai bisa
maksimal.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Upaya sekolah dalam membentuk akhlakul karimah siswa SDN 260


Ampung Julu menggunakan beberapa metode yang releven, yaitu
dengan Metode pembiasaan dan keteladanan. Metode pembiasaan
dilaksanakan melalui program rutinitas harian yang menjadikan
siswa terbiasa untuk melakukan hal-hal positif dari pembentukan
akhlak yang dilakukan. Dari rutinitas tersebut, siswa hanya
memiliki sedikit ruang untuk bertindak hal yang negative, karena
dalam sehari siswa disungguhi dengan program rutinitas (pagi
sampai siang). Program pembentukan akhlak tidak hanya
berpengaruh bagi siswa, akan tetapi juga bagi guru dan orang tua
serta masyarakat desa Ampung Julu. Pembentukan akhlak di SDN
260 Ampung Julu dilakukan oleh semua pihak guru atau staf
lainnya bukan hanya tanggung jawab guru PAI karena di sekolah ini
belum ada guru BK. Upaya pembentukan akhlak juga mencakup
semua pelajaran bukan hanya terfokus pada pelajaran PAI saja.

2. Pelaksanaan dalam membentuk akhlakul karimah terhadap siswa


SDN 260 Ampung Julu dilakukan dengan menerapkan 5s, shalat
dhuhur berjama‟ah setiapa hari kecuali hari jum‟at sebelum pulang
sekolah, baris sebelum masuk kelas, merapikan pakaian atau
mengecek pakaian sebelum masuk kelas, mengucapkan salam
ketika keluar masuk kelas, bersalaman dengan guru ketika masuk
sekolah dan ketika bertemu dijalan, mengadakan kebersihan.
Selanjutnya metode keteladanan dilakukan melalui guru atau staf
yang juga melaksanakan program pembentukan akhlak siswa
87
88

khusunya guru PAI sehingga siswa termotivasi untuk


melaksanakannya dengan tanpa paksaan karena siswa itu sangat
memperhatikan bagaimana sikap atau tingkah laku seorang guru.
Guru bukan hanya sebagai tenaga pendidik tapi guru juga sebagai
contoh teladan yang baik bagi peserta didiknya agar pembentukan
akhlak dapat terimplementasikan dengan baik dalam kehidupan
sehari-hari siswa.

3. Pembentukan akhlak siswa dapat dipengaruhi oleh faktor pendukung


yaitu adanya visi SDN 260 Ampung Julu yang dituntut untuk
berakhlakul karimah, selanjutnya adanya guru PAI dan kerjasama
antar guru lainnya. Sedangkan factor penghambat dalam
pembentukan akhlak siswa di sekolah SDN 260 Ampung Julu
meliputi factor keluarga, lingkungan, masyarakat, tempat / gedung
sekolah yang berada ditengah-tengah masyarakat, sarana prasarana
yang kurang memadai, watak/sifat siswa yang berbeda-beda dan
guru yang mengajar memiliki tipe yang tidak sama.

4. Akhlak Siswa SDN 260 Ampung Julu bisa dilihat dari kebiasaan dan
rutinitas yang mereka lakukan sehari-hari baik disekolah maupun
diluar sekolah. Siswa disini mempunyai akhlak yang baik sesuai
dengan ajaran yang telah diajarkan oleh guru akan tetapi masih
belum semuanya mempunyai akhlak yang baik karena anak itu
mempunyai sifat atau watak yang berbeda-beda seperti tidak sopan
terhadap guru, tidak mematuhi tata tertib sekolah, tidak
melksanakan tugas dirumah, tidak menjaga kebersihan, menggagu
temannya yang sedang shalat. Akhalk diluar sekolah (lingkungan)
dapat dilihat dari cara siswa berbicara kepada orang tua, orang yang
89

lebih tua darinya, dan ketika bertemu guru, bagaimana ia bersikap


terhadap temannya.

Maka dalam hal ini, hasil yang diharapkan dari pembentukan


akhlak siswa di SDN 260 Ampung Julu adalah terbentuknya siswa
yang berakhlak karimah sebagaimana visi SDN 260 Ampung Julu
dan bisa menjadi penerus bangsa, Negara dan tanah air dengan
memiliki kualitas yang baik. Meskipun susah untuk
mengidentifikasi perubahan sikap sehingga bisa dikatakan akhlak
mulia, akan tetapi perubahan sikap dari siswa SDN 260 Ampung
Julu bisa dilihat dari keseharian mereka selama berpendidikan di
lembaga pendidikan ini. Tidak hanya pendidik yang bertanggung
jawab atas keberhasilan dari pembentukan akhlak siswa, akan tetapi
juga menjadi tanggung jawab orang tua dengan guru dalam hal
membentuk akhlak siswa agar hasil yang dicapai bisa maksimal.

B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini peneliti mencoba
memberikan saran-saran berdasarkan pengalaman penulis setelah
melaksanakan penelitian tentang upaya sekolah dalam membentuk
akhlakul karimah siswa SDN 260 Ampung Julu. ada beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian khusus.

1. Bagi lembaga

Puncak dari pendidikan adalah meningkatnya kualitas


iman dan takwa. Dengan kualitas iman dan takwa yang baik,
siswa akan memiliki akhlak yang baik pula. Untuk itu,
sekolah harus bias mempertahankan segala bentuk proses
pendidikan akhlaqul karimah. Di samping mempertahankan,
sekolah harus mampu meningkatkan level pembinaan
90

akhlaknya mengingat gencarnya arus globalisasi yang


berdampak kepada merosotnya moral bangsa, khususnya
peserta didik.

2. Bagi pendidik

Kepada para pendidik di SDN 260 Ampung Julu


hendaknya bisa memberikan contoh/teladan yang baik kepada
murid-muridnya. Hal ini dikarenakan murid sudah mampu
menilai terhadap apa yang murid lihat. Sebagai contoh apabila
sebagai pendidik melakukan tindakan yang kurang terpuji
seperti datang ke sekolah tidak tepat waktu sedangkan murid
melihatnya, maka secara otomatis murid akan memberikan
penilaian terhadap apa yang dilihatnya dan pendidik tersebut
mungkin akan dianggap remeh oleh murid-muridnya.

3. Bagi peserta didik

Hendaknya peserta didik selalu mentaati tata tertib dan


peraturan sekolah yang telah ditetapkan dan selalu berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas serta kegiatan-
kegiatan yang diadakan oleh pihak sekolah dalam rangka
pembentukan akhlak, seperti sholat dhuha, sholat berjamaah,
hidup bersih, mengikuti lomba-lomba keagamaan, mengikuti
peringatan hari-hari besar agama Islam, dan kegiatan
keagamaan lainnya.

Selain itu juga peserta didik hendaknya selalu memiliki


etika sikap yang baik berprilaku sopan santun dimanapun dia
berada terutama dalam berinteraksi baik dengan orang tua,
guru, teman sebaya dan seluruh masyarakat.
91

Hendaknya peserta didik bersungguh-sungguh dalam


belajar, dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh guru-
guru di sekolah. Dan terus mengamalkannya agar menjadi
generasi yang berguna bagi agama, bangsa, dan Negara.

4. Bagi wali murid/orang tua

Wali murid sangat berperan dalam mendukung proses


pembelajaran peserta didik di sekolah dan mengawasi
kegiatan peserta didik di rumah mengarahkan dan
membimbing peserta didik dalam belajar. Wali murid juga
harus Lebih memperhatikan aktivitas dan kondisi peserta
didik ketika berada di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Aboebakar. 1991. Pendidikan Sufi Sebuah Karya Mendidik Akhlak


Manusia Karya Filosof Islam di Indonesia. Solo. CV. Ramadhani.

Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur;an.


Jakarta. Hamzah.

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta. Rineka Cipta. Pidarta, Made.
1997. Landasan Kependidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Al-Ghazali. 1986. Akhlak Seorang Muslim. Semarang. Wicaksana.

Al-Ghazali. T.th. Ihya‟ Ulumuddin. Kairo. Dar al-Hadits.

Ali, Zainuddin. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Bumi Aksara.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Upaya Pembentukan


Pemikiran dan Kepribadian Muslim.

Amin, Ahmad. 1975. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta. Bulan Bintang.

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung. Pustaka Setia.

Ardhani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf; Nilainilai Akhlak/ Budipekerti dalam


Ibadat dan Tasawuf.

Arifin. 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. Bumi Aksara.

Arifin, M.H. 1995. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta.
Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin, 2005, Metode Penelitian, Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Barry, M, Dahlan Yacub. 2001. Kamus Besar bahasa Indonesia


Kontemporer. Surabaya. PT. Arkola.

92
93

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Sosial: Format 2 Kuantitatif


dan Kualitatif. Surabaya. Airlangga University Press.
Chaplin, C.P. 1989, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali Press.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi,


Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan
Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora.
Bandung. Remaja Rosdakarya.

Depag RI. 2006. Terjemahannya. Surabaya. Duta Ilmu.

Depag RI. 2012. Al-Qur‟an dan Terjemah. Bandung. Diponegoro.

Dradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Bumi Aksara.

Hasan, Iqbal, 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta. Ghalia


Indonesia.

Hasanuddin, Zalinuddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Yogyakarta. PT.


Raja Grafindo Persada.

Imamuddin, Basuni. 2001. Kamus Kontekstual Arab-Indonesia. Depok.


Ulinuha Press.

Indrakusuma. Amir Daien. T.th. Pengantar Ilmu Pendidikan. Usaha


Nasional.

Ilyas, Yanuhar. 2011. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta. Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam. Ismail, Thaib. 1992. Risalah Akhlak. Yogyakarta.
CV Bina Usaha.

Marimba. T.th. Pengantar Filsafat Islam. Bandung. PT. Al-Ma‟arif.

M. Echol, John. 1987. Kamus Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta. Gramedia.

Mukmin, Imam Abdul, Sa‟aduddin. 2006. Meneladani Akhlak Nabi


Membangun Keperibadian Muslim. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta.


Pustaka Pelajar.
94

Miskawih, Ibnu. T.th Tahdzib al-Akhlak Ibn Miskawih. Mesir. Maktabah al-
Khusainiyah.
Moleong. 2002. Metode. Lexi J, Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.

Mustafa, A. 1999 Akhlak Tasawuf. Bandung. CV Pustaka Setia.


Warasto Hestu Nugroho. 2018. Pembentukan Akhlak Siswa. J. Mandiri. Vol.
2. No. 1.

Mulyana, Dedi. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosda.

Nata, Abuddin, 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Nurdin, Muslim dkk. 1995. Moral dan Kognisi Islam. Bandung. CV


Alfabeta.

Rahma, Djadmika. 1987. Sistem Etika Islam Akhlak Mulia. Surabaya.


Pustaka Islami.

Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kalam Mulia.

Rois Mahfud. Al-Islam; Pendidikan Agama Islam.

Shihab, Quraish. 2000. Wawasan al-Qur'an. Bandung. Mizan. Sujanto,


Agus. 1985. Psikologi Umum. Jakarta. aksara Baru. Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian. Bandung. CV Alfabeta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan


Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi Dan Bisnis. Yogyakarta. UII


Press.

Syafri, Ulil Amri. 2002. Pendidikan Karakter Berbasis al-Quran. Jakarta.


PT Raja Grafindo Persada.

Tafsir, Ahmad. 1979. Ilmu Pendidikan Prospektif Islam. Jakarta. Bulan


Bintang.
95

Undang-undang Republik Indonesia. No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional Dan Penjelasannya, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Usman, Husaini, Purnomo Setiadi Akbar. 2009. Metodologi Penelitian


Sosial. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Ya‟qub, Hamzah. 1993. Etika Islam. Bandung. Diponegoro.

Yunus, Mahmud. 1978. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta.


Agung.
LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

(Kepala Sekolah : Ibu Kasuma Dewi S. Pd)

UPAYA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH


SISWA DI SDN 260 AMPUNG JULU

11. Apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam membentuk akhlakul
karimah/akhlak yang baik bagi siswa?
Yang dilakukan pihak sekolah SDN 260 Ampung Julu dalam
membentuk akhlakul karimah siswa yaitu dengan pembiasaan seperti
: upacara bendera untuk melatih kedisiplinan siswa, hafalan surat-
surat pendek, menyanyikan lagu wajib, peringatan hari-hari Islam.
12. Sebenarnya apa saja kriteria berakhlakul karimah di sekolah?
Kriteria beradab di SDN 260 Ampung Julu itu beradab, sopan,
santun, cara berpakaian yang rapi, perkataan/tutur sapa yang sopan
diluar sekolah maupun di lingkungan sekolah.
13. Bagaimana proses penerapan dalam pembentukan akhlakul karimah
di sekolah?
Kebiasaan sebagaimana yang dituntut K 13, Kedisiplinan, peraturan
yang mengikat, jadwal.
14. Dalam penerapan pembentukan akhlakul karimah siswa,
membutuhkan guru yang mampu menjadi teladan, strategi apa yang
telah dilakukan?
Strategi yang dilakukan yaitu dengan memotivasi guru supaya jadi
contoh yang baik bagi siwa, memberikan pembiasaa-pembiasaan
yang baik terhadap guru, cara mengajar yang mengaitkan simulasi
dengan akhlak.

96
97

15. Bagaimana cara guru menjelaskan kepada siswa perbuatan yang baik
dan perbuatan yang tidak baik?
Guru memberikan contoh yang ada sebab akibat agar siswa lebih
paham dan mengerti, berpedoman terhadap suri teladan nabi
Muhammad saw dan yang paling utama berpedoman pada al-Qur‟an
dan al-Hadits.
16. Bagaimana cara mengaflikasiskan akhlak yang baik disekolah
maupun diluar sekolah?
Cara mengaflikasikan akhlak yang baik diterapkan dengan
pembiasaan yang dijadwalkan seperti: setiap hari senin diadakan
uapacara bendera, hari selasa menyanyikan lagu wajib, rabu
menghafal nama-nama pahlawan, kamis mengadakan kuis, hari
jum‟at biasanya menghafal surat-surat pendek, dan hari sabtu pidato
dan kebersihan sebelum pulang sekolah.
17. Sebagai kepala sekolah, upaya apa saja yang dilakukan terhadap guru
dalam membentuk akhlak siswa?
Yang saya lakukan adalah dengan memberikan pembiasaan,
kedisiplinan, memberikan reward atau pujian dan memberikan
hukuman yang mendidik.
18. Jika terdapat anak di sekolah tidak mengaplikasikan nilai-nilai
agama, apakah siswa tersebut dihukum? Jika iya, apa hukuman yang
pantas diberikan kepada anak tersebut?
Dalam mengaflikasikan nilai-nilai agama apabila siswa tidak
mengaflikasikan nilai-nilai agama mereka tidak diberi hukuman
tetapi siswa diberi nasehat atau arahan.
19. Apa kendala kepala sekolah terkait dengan pembentukan akhlakul
karimah siswa?
98

Kendala dalam pembentukan akhlak siswa yaiti setiap guru tidak


punya tipe yang sama dalam kedisiplinan, tingkat kepedulian
berbeda, tingkat pengetahuan dan bakat berbeda-beda, dan keran
pengaruh lingkungan yang mana sekolah berada ditengah-tengah
masyarakat.
20. Apa harapan sekolah terhadap siswa setelah mereka lulus?
Sekolah sangat mengharapkan peserta didknya menjadi anak yang
membnaggakan, bisa mencapai cita-citanya, dapat mengembangkan
ilmu pengetahuannya, menjaga nama baik sekolah dan terakhir
peserta didik bisa melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih
tinggi.
99

PEDOMAN WAWANCARA

(Guru PAI : Bapak Herman Hasibuan S. Pd )

1. Apa saja dilakukan pihak sekolah dalam membentuk akhlakul


karimah/akhlak yang baik bagi siswa?

Dalam membentuk akhlakul karimah siswa SDN 260


mengadakan pembiasaan-pembiasaan yang telah dijadwalkan
yaitu: setiap hari senin diadakan uapacara bendera, hari selasa
menyanyikan lagu wajib, rabu menghafal nama-nama pahlawan,
kamis mengadakan kuis, hari jum‟at biasanya menghafal surat-
surat pendek, dan hari sabtu pidato dan kebersihan sebelum
pulang sekolah.

2. Sebenarnya apa saja kriteria berakhlakul karimah di sekolah?

Berturur sopan yang baik, hormat pada guru dan sesame teman,
ramah dan sopan, memberi salam dan berjabat tangna ketika
berjumpa.

3. Bagaimana proses penerapan dalam pembentukan akhlakul


karimah di sekolah?

Selain dari pembiasaan yaitu ada shalat berjama‟ah dzuhur


setelah pulang sekolah dan memberikan contoh teladan yang baik
pada peserta didik.

4. Apa saja hambatan-hambatan yang dirasakan oleh guru ketika


proses pembentukan akhlak kepada siswa?
100

Tingkat kecerdasan tidak sama, guru yang mengajar memiliki skil


yang berbeda-beda. Kurang perhatian guru dan orang tua.

5. Metode atau cara yang sering dilakukan guru dalam membentuk


akhlak siswa?

Metode yang sering dilakukan yaitu metode pembiasaan seperti


memberi salam ketika berjumpa dan apabila siswa permisi
dengan kata yang sopan dan santun.

6. Bagaimana cara guru menjelaskan kepada siswa perbuatan yang


baik dan perbuatan yang tidak baik?

Menanamkan pelajaran dengan mencerminkan sifat-sifat terpuji


seperti sifat-sifat nabi Muhammad saw. meyakinkan siswa bahwa
sifat yang baik itu seperti sifatnya nabi-nabi.

7. Bagaimana cara mengaflikasiskan akhlak yang baik disekolah


maupun diluar sekolah?

Memberikan tugas yang dibebankan kepada siswa, dan melihat


perkembangan siswa disekolah maupun diluar sekolah.

8. Kebiasaan apa yang sudah dilakukan sekolah dalam membentuk


akhlakul karimah siswa?

Memberi salam ketika masuk atau keluar kelas, sopan santun


kepada guru dan teman, diakhir pelajaran selalu diingatkan untuk
selalu tekun belajar.

9. Bagaimana cara guru menguasai anak yang nakal untuk


membentuk akhlak yang baik?
101

Yaitu dengan melakukan pendekatan, sentuhan dengan lemah


lembut.

10. Jika terdapat siswa yang tidak mendengarkan dan melaksanakan


nasehat guru, bagaimana cara guru mengatasi hal tersebut?

Guru memberikan pengertian, berusaha tidak berkata kasar


kepada anak, memberikan bimbingan dan arahan agar dihari-hari
berikutnya tidak mengulangi lagi.

11. Membicarakan kejelekan/aib antara siswa, bagaimana cara guru


untuk menjelaskan dan mengingatkan bahwa akhlak tersebut
akhlak tercela dan tidak patut untuk untuk dilakukan kembali?

Memanggil siswa keruang guru, memberi arahan atau contoh


agar siswa bisa membedakan hal yang baik dan tidak baik
menurut agama.

12. Jika terdapat anak di sekolah tidak mengaplikasikan nilai-nilai


agama, apakah siswa tersebut dihukum? Jika iya, apa hukuman
yang pantas diberikan kepada anak tersebut?

Dihukum dengan hukuman yang sifatnya mendidik contohnya,


mengerjakan soal atau menghafal ayat yang bermanfaat baginya
nantinya.

13. Menurut bapak guru, dari beberapa problematika yang tertulis di


atas, bagaimana solusi yang tepat yang diberikan kepada siswa
agar siswa tersebut jera dan membiasakan untuk berakhlakul
karimah seperti yang diharapkan oleh seorang guru?
102

Bimbingan guru dan orang tua, fasilitas yang kurang memadai,


keluarga dan lingkungan sekitar.

14. Apa harapan sekolah terhadap siswa setelah mereka lulus?

Berhasil dan bisa menuntut ilmu kejenjang selanjutnya, berhasil


dibidang masing-masing, berguna bagi masyarakat, agama, nusa
dan bangsa serta tanah air, mengharumkan nama sekolah,
masyarakat dan orang tua, mengangkat derajat sekolah dan tidak
melupakan gurunya.

PEDOMAN WAWANCARA

(Wali Kelas : Bapak Hamdan Batubara S. Pd)

1. Apa saja dilakukan pihak sekolah dalam membentuk akhlakul


karimah/akhlak yang baik bagi siswa?
Membentuk pembiasaan seperti membariskan siswa, membaca ayat-
ayat pendek, asmaul husna, memberikan teladan sebelum masuk
kelas 2-3 menit.
2. Sebenarnya apa saja kriteria berakhlakul karimah di sekolah?
Sifat yang baik seperti jujur dan sopan, ramah dan tidak melawan.
3. Bagaimana proses penerapan dalam pembentukan akhlakul karimah
di sekolah?
Dengan proses bimbingan dan praktek langsung sesame teman, guru
dan lingkungan.
4. Apa saja hambatan-hambatan yang dirasakan oleh guru ketika proses
pembentukan akhlak kepada siswa?
Pengaruh lingkungan.
103

5. Metode atau cara yang sering dilakukan guru dalam membentuk


akhlak siswa?
Mulai dari masuk sekolah dilihat dari cara berpakaian yang rapi,
bertutur kata yang baik, mengingatkan siswa tepat waktu,
memberikan amanat terhadap siswa setiap hari senin tentang akhlak
siswa.
6. Bagaimana cara guru menjelaskan kepada siswa perbuatan yang baik
dan perbuatan yang tidak baik?
Dengan memberikan contoh yang baik seperti shalat dzuhur, berkata
sopan, memberi salam, dan berdo‟a. sedangkan contoh yang tidak
baik seperti tidak peduli, mencela sesame teman.
7. Bagaimana cara mengaflikasiskan akhlak yang baik disekolah
maupun diluar sekolah?
Dengan melaksanakan Shalat dhuhur agar siswa terbiasa diluar
sekolah.
8. Kebiasaan apa yang sudah dilakukan sekolah dalam membentuk
akhlakul karimah siswa?
Shalat, berbaris didepan kelas, menghafal ayat, berjabat tangan,
memberi salam ketika keluar dan masuk kelas.
9. Bagaimana cara guru menguasai anak yang nakal untuk membentuk
akhlak yang baik?
Yang dilihat karekter si anak ada yang keras dan ada yang lembut.
Bimbingan kepada guru,
10. Jika terdapat siswa yang tidak mendengarkan dan melaksanakan
nasehat guru, bagaimana cara guru mengatasi hal tersebut?
Memberikan peringatan dan pelajaran dengan memanggil siswa
kedepan.
104

11. Membicarakan kejelekan/aib antara siswa, bagaimana cara guru


untuk menjelaskan dan mengingatkan bahwa akhlak tersebut akhlak
tercela dan tidak patut untuk untuk dilakukan kembali?
Memberi peringatan bahwa hal tersebut salah
12. Jika terdapat anak di sekolah tidak mengaplikasikan nilai-nilai
agama, apakah siswa tersebut dihukum? Jika iya, apa hukuman yang
pantas diberikan kepada anak tersebut?
Memberi peringatan
13. Menurut bapak guru, dari beberapa problematika yang tertulis di atas,
bagaimana solusi yang tepat yang diberikan kepada siswa agar siswa
tersebut jera dan membiasakan untuk berakhlakul karimah seperti
yang diharapkan oleh seorang guru?
Memberi nasehat atau bimbingan yang menjelaskan tentang akhlak.
14. Apa harapan sekolah terhadap siswa setelah mereka lulus?
Menjaga akhlak baik kepada guru, orang tua maupun sesame teman.
Menjadi contoh bagi siswa lain dan tempat lain. Tidak melupakan
para guru-gurunya.

PEDOMAN WAWANCARA

(Wali Kelas: Bapak Sulhadi S. Pd)

1. Apa saja dilakukan pihak sekolah dalam membentuk akhlakul


karimah/akhlak yang baik bagi siswa?
Memberikan bimbingan atau nasehat sebelum pelajaran dimulai.
2. Sebenarnya apa saja kriteria berakhlakul karimah di sekolah?
Bertutur sapa yang baik, menghormati bapak atau ibu guru dan
menghargai sesame teman.
105

3. Bagaimana proses penerapan dalam pembentukan akhlakul karimah


di sekolah?
Menerapka 5 s(senyum, sapa, salam sopan dan santun)
4. Apa saja hambatan-hambatan yang dirasakan oleh guru ketika proses
pembentukan akhlak kepada siswa?
Watak anak tidak sama, sarana prasarana, serta lingkungan.
5. Metode atau cara yang sering dilakukan guru dalam membentuk
akhlak siswa?
Memberi salam, membaca doa, melatih disiplin.
6. Bagaimana cara guru menjelaskan kepada siswa perbuatan yang baik
dan perbuatan yang tidak baik?
Dengan menyikapi contoh teladan nabi.
7. Bagaimana cara mengaflikasiskan akhlak yang baik disekolah
maupun diluar sekolah?
Melakukan pembiasaan setiap hari seperti memberi salam.
8. Kebiasaan apa yang sudah dilakukan sekolah dalam membentuk
akhlakul karimah siswa?
Membaca ayat sebelum masuk kelas, kuis pelajaran, upacara, pakaian
rapi.
9. Bagaimana cara guru menguasai anak yang nakal untuk membentuk
akhlak yang baik?
Menasehati agar tidak mengulanginya lagi.
10. Jika terdapat siswa yang tidak mendengarkan dan melaksanakan
nasehat guru, bagaimana cara guru mengatasi hal tersebut?
Tidak memberikan tugas yang sifatnya tidak mendidik.
11. Membicarakan kejelekan/aib antara siswa, bagaimana cara guru
untuk menjelaskan dan mengingatkan bahwa akhlak tersebut akhlak
tercela dan tidak patut untuk untuk dilakukan kembali?
106

Memberikan nasehat bahwa perbuatan tersebut bisa mneghilangkan


amal ibadah.
12. Jika terdapat anak di sekolah tidak mengaplikasikan nilai-nilai
agama, apakah siswa tersebut dihukum? Jika iya, apa hukuman yang
pantas diberikan kepada anak tersebut?
Menghukum denga berupa pelajaran seperti menghafal ayat.
13. Menurut bapak guru, dari beberapa problematika yang tertulis di atas,
bagaimana solusi yang tepat yang diberikan kepada siswa agar siswa
tersebut jera dan membiasakan untuk berakhlakul karimah seperti
yang diharapkan oleh seorang guru?
Memberi nasehat dan bimbingan serta memberi hadiah.
14. Apa harapan sekolah terhadap siswa setelah mereka lulus?
Mampu mengembangkan ilmu yang dimilikinya dan tidak melupakan
gurunya.

PEDOMAN WAWANCARA

(Siswa Saudari Nabilatunnajihah )

1. Menurut saudara, Apa saja kegiatan-kegiatan yang diterapkan


sekolah dalam membentuk akhlakul karimah (akhlak yang baik)
siswa?

Membaca doa sebelum masuk kelas, menghafal ayat-ayat al-Qur‟an,


kebersihan, pidato dan baris-berbaris sebelum masuk kelas.

2. Apa kesan yang saudara rasakan ketika guru mengarahkan untuk


bersikap baik ?

Saya sangat senang


107

3. Apabila ada teman berakhlak tidak baik di sekolah seperti


membantah terhadap guru, berisik di dalam kelas, melanggar aturan
sekolah, apakah yang saudara lakukan? Apakah diam saja atau
memberikan nasehat?

Memberikan nasehat

4. Menurut saudara, bagaimana sistem kegiatan pembiasaan berakhlak


di sekolah ini. apakah sudah sesuai atau masih butuh perbaikan lagi?

Menjaga kebersihan

5. Menurut saudara, apakah saudara dan teman-teman sudah


menerapkan akhlak yang baik di sekolah atau di luar sekolah
(lingkungan masyarakat)? Dan berikan contohnya!

Sudah, membuang sampah, piket, gotong royong dan menghormati


orang tua.

PEDOMAN WAWANCARA

(Siswa Saudara Ahmad Humaidi)

1. Menurut saudara, Apa saja kegiatan-kegiatan yang diterapkan


sekolah dalam membentuk akhlakul karimah (akhlak yang baik)
siswa?

Membiasakan disiplin seperti: memberi salam, berdoa sebelum


belajar, dan bertutur kata yang sopan.

2. Apa kesan yang saudara rasakan ketika guru mengarahkan untuk


bersikap baik ?
108

Senang, karena pengetahuan saya bertambah dan bisa membedakan


yang benar atau yang salah.

3. Apabila ada teman berakhlak tidak baik di sekolah seperti


membantah terhadap guru, berisik di dalam kelas, melanggar aturan
sekolah, apakah yang saudara lakukan? Apakah diam saja atau
memberikan nasehat?

Memberikan nasehat, tidak memarahi, memberitahu bahwa perbuatan


itu tidak baik.

4. Menurut saudara, bagaimana sistem kegiatan pembiasaan berakhlak


di sekolah ini. apakah sudah sesuai atau masih butuh perbaikan lagi?

Sudah sesuai, karena bapak atau ibu guru mengarahkan berperilaku


baik.

5. Menurut saudara, apakah saudara dan teman-teman sudah


menerapkan akhlak yang baik di sekolah atau di luar sekolah
(lingkungan masyarakat)? Dan berikan contohnya!

Sebagian siswa sudah menerapkan akhlak karena siswa yang lain


berpengaruh terhadap lingkungan, orang tua dan kecerdasan.
109

Nomor : 123.3/A/DFT/VI/2020 Kepada Yth.


Lamp. :- Kepala SDN 260 Ampung Julu
Hal : Permohonan Izin Penelitian Di
Tugas Akhir (Skripsi) Tempat

Asalamu‟alaikum Wr.Wb.

Salam silaturrahim kami sampaikan semoga Bapak/Ibu dalam mengemban tugas


sehari-hari selalu mendapat bimbingan, lindungan dan ridho Allah SWT. Amin

Selanjutnya kami beritahukan kepada Bapak/Ibu bahwa mahasiswi kami:

Nama : Padilah Rahmi Nasution


NIM : 16311745
Fakultas : Fakultas Tarbiyah
Prodi : Prodi PAI
Pembimbing : Istiqomah, M.Pd
Sedang Menyelesaikan tugas-tugas kesarjanaan di IIQ Jakarta dengan tujuan
penelitian:
" Upaya Sekolah Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa di
SDN 260 Ampung Julu” Mengingat penelitian tersebut memiliki kaitan
dengan instansi yang Bapak/Ibu pimpin, maka kami mohon kiranya
Bapak/Ibu berkenan menerima dan memberikan informasi atau data
yang diperlukan mahasiswi kami.

Demikianlah, atas kesempatan yang Bapak/Ibu berikan kami ucapkan


terima kasih Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 02 Agustus 2020


110

Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian


111

Wawancara dengan wali kelas

Wawancara dengan siswa


112

Wawancara dengan siswa

wa

Wawancara dengan wali kelas dan kepala sekolah


113

Wawancara dengan guru PAI


114

Gedung SDN 260 Ampung Julu


115

guru-guru SDN 260 Ampung Julu

menghafal ayat-ayat pendek di depan kelas


116

Kegiatan pengajian dilingkungan masyarakat

Kegiatan memperingati hari besar islam


117

Kegiatan senam

Kegiatan pidato
118

kegiatan shalat berjama‟ah


119

kegiatan belajar mengajar dirumah


120

RIWAYAT HIDUP

Padilah Rahmi Nasution, dilahirkan di desa


Ampung Julu, rt 05 Kecamatan Batang Natal
Kabupaten Mandailing Natal Provinsi
Sumatera Utara pada hari kamis 13 februari
1997, anak ketiga dari tujuh bersaudara
pasangan dari bapak Tasmin Nsution dan ibu
Arjuna Siregar. Peneliti menyelesaikan
pendidikan di sekolah dasar di SDN 145677
Ampung Julu pada tahun 2009.

Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan yaitu pondok


pesantren musthafawiyah, MTs.Swasta Musthafawiyah Purba Baru dan
menyelesaikannya pada tahun 2013. Kemudian peneliti melanjutkan
pendidikandi tempat yang sama di MA Musthafawiyah Purba Baru dan
menyelesaikannya pada tahun 2016. Pada tahun 2016 peneliti melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi tepatnya di Institut Ilmu Al-Qur‟an(IIQ)
Jakarta Fakultas Tarbiyah pada program Studi Pendidikan Agama Islam.
Peneliti menyelesaikan kuliah strata satu (SI) pada tahun 2020.

Peneliti mengucapkan rasa syukur dan terimaksih yang sebesar-


besarnya kepada seluruh pihak yang mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya sekolah dalam membentuk
akhlakul karimah siswa SDN 260 Ampung Julu”.

Anda mungkin juga menyukai