Oleh:
Tika Fauziah
NIM. 16210797
Pembimbing:
Dr. M. Azizan Fitriana, L.c., M.A.
Skripsi dengan judul “Kalâm Insyâ’i Thalabî dalam Surah Yâsîn (Studi
Analisis Tafsir Al-kasyâf Karya Az-zamakhsyarî (w. 538 H))” yang disusun
oleh Tika Fauziah Nomor Induk Mahasiswa: 16210797 telah diperiksa dan
disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Kalâm Insyâ’ Thalabi dalam Surah Yâsîn (Studi
Analisis Tafsir al-kasyâf Karya Az-zamakhsyarî (w. 538 H))” oleh Tika
Fauziah dengan NIM 16210797 telah diujikan pada sidang Munaqasyah
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada
tanggal 13 Juli 2020. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Pembimbing,
iii
iv
PERNYATAAN PENULIS
Tika Fauziah
v
vi
MOTTO
_Bobby Unser_
vii
viii
PERSEMBAHAN
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan mimpi yang akan
dikejar, untuk sebuah pengharapan agar hidup jauh lebih bermakna, hidup
tanpa mimpi ibarat arus sungai, mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar,
berusaha dan berdoa„a.
ix
x
KATA PENGANTAR
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, Lc, M.A. Rektor Institut
Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, M.Hum.,
selaku Warek I, Bapak Dr. H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak.,
CPA., selaku Warek II, Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag., selaku
Warek III Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc, M.A., selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, beserta
Staf Tata Usaha Fak. Ushuluddin dan Dakwah atas bantuannya selama ini.
xi
3. Bapak KH. Haris Hakam, S.H., M.A., selaku ketua Prodi Ilmu Al-Qur`an
dan Tafsir, beserta sekretaris Prodi IAT, Ibu Mamluatun Nafisah, M.Ag
atas semua bantuannya.
4. Bapak Dr. H. M. Azizan Fitriana, Lc, M.A, selaku dosen pembimbing
skripsi penulis, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan kritik
demi terselesainya skripsi ini.
5. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc, M.A., Ibu Hj. Muthmainnah, M.A.,
Ibu Hj. Istiqomah, M.A, Kak Rifdah Farnidah, M.A., dan Kak Ameliatul
Khoiriyah, S.Ag., selaku Instruktur dan pembimbing tahfid yang sabar
dalam membimbing dan memotivasi penulis dalam menghafal dan
memurajaahkan hafalan Al-Qur`an selama penulis menduduki bangku
kuliah dari awal hingga akhir.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta, yang selama ini telah mengajarkan berbagai mata
kuliah dari awal semester hingga akhir dengan semangat dan kesabaran
yang menjadi tauladan dan pelajaran penting bagi penulis.
7. Perpustakaan IIQ Jakarta, Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan UIN
Jakarta, Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Pusat Studi Al-Qur`an,
yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk
mengkaji dan menelaah dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.
8. Mamah dan bapak tercinta juga adik tersayang yang selalu mendoakan
tanpa henti, selalu mendukung dan memberi semangat serta rela
melepaskan anaknya untuk pergi menimbah ilmu. Semoga pengorbanan
beliau dibalas Allah swt dengan surga-Nya dan kita dikumpulkan kembali
di surga-Nya kelak. Âmîn.
9. Temanku Siti Sholihatul Hadzikoh yang selalu ada dan memberi
semangat, juga tak lepas untuk membantu dalam pengeditan skripsi ini,
Terimaksih.
xii
10. Kaka Ikrimah Rizqia tempat curhat, yang selalu memotivasi dan
menyemangati, mudah-mudahan kebersamaan kita akan selalu ada dan
hadir dalam setiap waktu, Terimakasih.
11. Teman-teman IIQ angkatan 2016 khususnya Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir yang seperjuangan, teman-
teman yang sekontrakan terimakasih telah membersamai.
Dalam penulisan skripsi ini berbagai upaya telah penulis lakukan
untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah yang baik. Namun
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka skripsi ini tentunya
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis ucapkan permohonan
maaf sebesar-besarnya dan dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi karya yang
lebih baik lagi. Walau begitu adanya, penulis berharap tulisan ini dapat
memberi manfaat dan kontribusi pengetahuan baru terhadap masyarakat.
Tika Fauziah
xiii
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI
أ :a ط : th
ب :b ظ : zh
ت :t ع :„
ث : ts غ : gh
ج :j ؼ :f
ح :h ؽ :q
خ : kh ؾ :k
د :d ؿ :l
ذ : dz ـ :m
ر :r ف :n
ز :z ك :w
س :s ق :h
ش : sy ء :‟
ص : sh م :y
ض : dh
2. KonsonanVokal
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
xv
Kasrah :i م :î ْﹶ ٍم... : au
Dhammah :u ك:û
3. Kata Sandang
c. Syaddah (Tasydîd)
sedangkan untuk alih aksara ini dilambang dengan huruf, yaitu dengan
cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku
secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata
ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyah. Contoh:
xvi
ً ًأىمنٌاىْب
ْاالل : Âmannâ billâhi
ى
اءي
ْ ْالس ىف ىه
ُّ أ ىىم ىن : Âmana as-Sufahâ`u
ْالرَّك ًع
ُّ ىك : wa ar-rukka‟i
d. Ta Marbûthah )(ة
ً ع ًاملىةهْنى
اصبىْةه ى : „Âmilatun Nâshibah
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
xvii
yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî
dan seterusnya. Khususnya untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-
nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-
Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xviii
DAFTAR ISI
xix
A. Riwayat Hidup ....................................................................................... 51
B. Perjalanan Intelektual............................................................................. 52
C. Karya-Karya Ilmiah ............................................................................... 55
D. Latar Belakang Penulisan dan Penamaan .............................................. 56
E. Sumber dan Referensi ............................................................................ 58
F. Metode dan Corak Tafsir ....................................................................... 60
G. Karaktersitik dan Sistematika Penulisan ................................................ 62
H. Pendapat Ulama Tentang az-Zamakhsyarî dan Tafsirnya ..................... 64
BAB IV .............................................................................................................. 67
ANALISIS AYAT YANG MENGANDUNG KALÂM INSYÂ‟I
THALABÎDALAM SURAH YÂSÎN MENURUT TAFSIR AL-KASYÂF ........ 67
A. Sekilas Mengenai Surah Yâsîn .............................................................. 67
B. Penafsiran az-Zamakhsyarî Mengenai Kalâm Insyâ‟i Thâlabi Dalam
Surah Yâsîn ................................................................................................... 69
1. Amr ( )االمر........................................................................................... 69
2. Nahy ( )النّهي......................................................................................... 85
3. Istifhâm ( )االستفهام................................................................................ 85
4. Tamannî ( )التمنّي................................................................................ 107
5. Nidâ‟ ()النّداء....................................................................................... 115
BAB V ............................................................................................................. 131
PENUTUP........................................................................................................ 131
A. Kesimpulan .......................................................................................... 131
B. Saran .................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 133
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 137
xx
ABSTRAK
Kemukjizatan dalam Al-Qur`an meliputi berbagai aspek, salah satunya
aspek kebahasaan. Gaya bahasa Al-Qur`an mencapai tingkat tertinggi dari
segi keindahan bahasanya dan sifat Balâghahnya sehingga membuat kagum
para pembaca. Ilmu Balâghah merupakan suatu disiplin ilmu yang
berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan
kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslûb (ungkapan).
Dalam kaidah-kaidah ilmu balâghah terdapat ilmu ma‟ânî, yang mana di
dalamnya terdapat kalâm insyâ‟i thalabî. Dalam pandangan ilmu Ma„ânî,
uslûb Insyâ‟i terbagi menjadi dua yaitu, Insyâ‟i thalabî dan Insyâ‟i ghoir
thalabî, akan tetapi peneliti memfokuskan penelitian pada Insyâ‟i Thalabî
khususnya dalam Al-Qur`an surah Yâsîn dimana yang sebagian besar terdiri
dari kalâm Insyâ‟i Thalabî. Selain itu di dalam surah Yâsîn juga terdapat
fadhilahnya yang banyak, sering dibaca ketika ada orang yang meninggal,
acara tasyakuran, tahlilan dan lain sebagainya.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif, yaitu mencoba mendeskripsikan unsur-
unsur Balâghah, menganalisis gambaran umum di dalam tafsir Al-Kasyâf
karya az-Zamakhsyarî juga pendapat jumhur ulama mufassir yang senada
dengan pendapat az-Zamakhsyarî. Sehingga metode ini disebut analisis isi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan linguistik ilmu balaghâh yang
mengkhususkan pada pembahasan ilmu ma‟ânî.
Hasil penelitian yang ditemukan adalah: di dalam tafsir Al-Kasyâf karya
az-Zamakhsyarî tepatnya dalam surah Yâsîn, ayat-ayatnya mengandung
kalâm insya thalabî yang terdiri dari amr (perintah) sebanyak 10 kata yang
tersebar dalam 11 ayat, nahy (larangan) penulis tidak menemukan uslûb nahy
dalam surah Yâsîn, istifhâm (pertanyaan) sebanyak 16 kata yang tersebar
dalam 16 ayat, tamannî (harapan) sebanyak 6 kata yang tersebar dalam 6
ayat, dan nida‟ (panggilan) sebanyak 5 kata yang tersebar dalam 5 ayat.
Namun makna di dalamnya tidak hanya makna yang sebenarnya saja, tetapi
ada juga yang mengandung makna Idhafi yaitu makna yang keluar dari
makna asli kalâm insyâ‟i thalabî tersebut sesuai konteks. Dilihat dari
penafsiraan az-Zamakhsyarî mengenai kalâm insyâ‟i thalabî dalam surat
Yasin cenderung senada dengan penafsiran para ulama seperti Ibnu Jarîr Ath-
thabarî (Jami‟ Al-Bayân fî Ta‟wil Al-Qur`an), Thahir ibn „Âsyûr (At-tahrîr
wa At-tanwîr), Syaikh Wahbah Az-zuhaili (Tafsir Al-Munîr) dan Quraish
Shihâb (Tafsir Al-Misbâh).
xxi
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera AntarNusa,
2016), Cet. ke-17, h. 381.
2
Puput Murniati, “Apek-Aspek Ma‟ânî Dalam Al-Qur`an Surah Yâsîn dan
Alternatif Pembelajarannya”, Skripsi Institut Agama Islam Negri Purwokerto, 2017, h. 1.
1
2
Salah satu sarana dari sekian banyak disiplin ilmu yang dapat
dipergunakan untuk mencapai maksud itu adalah Ilmu Balâghah. Ilmu
Balâghah adalah suatu disiplin ilmu untuk menerapkan makna dalam
lafadz-lafadz yang sesuai dimana tujuannya untuk mencapai efektifitas
dalam komunikasi antara Mutakallim dan Mukhathab.3
Secara ilmiyah, Balâghah merupakan suatu disiplin ilmu yang
berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap
keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara macam-macam
uslûb (ungkapan). Sementara itu, upaya pengembangan Balâghah
semakin mencapai puncak pada penghujung fase yang dilakukan oleh
Abdul Qâhir al-Jurjani (W. 471 H) dengan menggunakan pendekatan
struktural, yakni membahas Balâghah teks-teks Al-Qur`an yang
menimbulkan efek psikologis dan rasa keindahan. Beliau lah yang
mengelompokkan pembahasan menjadi dua kelompok yakni al-Ma„ânî
dan al-Bayân. Oleh karena itu, Abdul Qâhir al-Jurjani (W. 471 H)
dipandang menjadi peletak dasar ilmu kedua tersebut. Dan Ibnu al-
Mu„taz (W. 296 H) dipandang sebagai peletak dasar ilmu al-Badî‟.4
Ilmu Balâghah meliputi tiga objek kajian, meliputi Ilmu Ma„ânî,
Ilmu Bayân, Ilmu Badî„.5 Dalam pembahasan ini, peneliti akan
membahas dan merinci salah satu disiplin ilmu Balâghah yakni Ilmu
Ma‟ânî. Ilmu Ma„ânî merupakan salah satu dari tiga bidang kajian
Balâghah yang dipelajari untuk mengetahui hal ihwal lafadz bahasa arab
3
Siti Najiah dan Penny Respati Yurisa, “kajian tentang Bahasa, Sastra, dan Budaya
Arab di Indonesia”, dalam Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa HMJ Jurusan Sastra
Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, 2019, h. 511.
4
Isyroqotun Nashoiha, “Majaz Isti„arah Dalam Surah Yusuf (Studi Komparatif
Tafsir Al-Kasyâf dan Tafsir Bahr al-Muhîth)”, Skripsi Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, 2018,
h. 6.
5
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta: Raudhah
Press, 2007), h. 10.
3
6
Al-Qazweni Al-Khatib, At-Talkhis fi „Ulûm Al-Balâghah, (tt.p.: Dâr al-Fikr Al-
„Araby, 1904), Cet. Ke-1, h. 37.
7
Puput Murniati, “Apek-Aspek Ma‟ânî Dalam Al-Qur`an Surah Yâsîn dan
Alternatif Pembelajarannya”, Skripsi Institut Agams Islam Negri Purwokerto, 2017, h. 1-2.
8
Haniah, Al-Balâghah al-„Arabiyyah (Studi Ilmu Ma‟ânî dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), (Makassar: Alauddin University Press, 2013), Cet. ke-1, h. 81-82.
9
Ali Al-Jarimi dan Mushtofa Amin, Al-Balâghatul Wâdhihah, h. 182.
4
10
Puput Murniati, “Apek-Aspek Ma‟ânî Dalam Al-Qur`an Surah Yâsîn dan
Alternatif Pembelajarannya”, Skripsi Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2017, h.3.
11
Muhammad al-Utsaimin, Tafsir Surah Yâsîn, (Jakarta: Akbar Media, 2009), h.5.
12
Muhammad Reissyaf, “Study Surah Yâsîn (Analisis Stilistika)”, Tesis Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015, h.6.
13
Nama lengkap Az-Zamakhsyarî adalah Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin
Muhammad Az-Zamakhsyarî Al-Kawarizmi Al-Hanafi Al-Mu‟tazali. Ia memiliki nama
laqab, yaitu Jarullah. Ia lahir pada tahun 467 H (1074 M) dan wafat tahun 538 H (1143 M).
Di kutip Dâri Samsurrohman, “Pengantar Ilmu Tafsir”, (Jakarta: Amzah, 2014), Cet. Ke-1,
h. 224.
5
merujuk pada riwayat hadis dari Ibnu „Abbas yang memaknai dengan ْيا
14
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf ‟an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 899.
6
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, peneliti membatasi Batasan masalah yang hendak
dibahas pada penelitian penafsiran az-Zamakhsyarî mengenai Kalâm
Insyâ‟i thalabî pada QS. Yâsîn [36]:1-83 agar peneliti menjadi lebih
fokus dan terarah juga ayat-ayat dalam surah Yâsîn ini sebagian besar
mengandung Kalâm Insyâ‟i thalabî.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasai dan pembatasan masalah, penulis
merumuskan permasalahan yaitu, Bagaimana penafsiran az-
Zamakhsyarî mengenai Kalâm Insyâ‟i Thalabî dalam surah Yâsîn
b. Kegunaan Praktis
Dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan, kekayaan
bahasa bagi penulis, pembaca dalam meningkatkan pemahaman
uslûb insyâ‟i thalabî dalam surah Yâsîn
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, yang dikaji adalah jenis-jenis Kalâm Insyâ‟i
thalabî dalam Al-Qur`an surah Yâsîn. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan refernsi atau kepustakaan yang ada kaitannya dengan
judul yang dibahas peneliti. Adapun yang menjadi tinjauan pustaka pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, Muhammad Iqbal Thanthowi dalam skripsinya yang
berjudul “Muatan Kalâm Insyâ‟i Dalam Al-Qur`an Surah Maryam
(Kajian Ilmu Balaghah)” menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kalâm Insyâ‟i berdasarkan Al-Qur‟an surah Maryam. Di dalam
skripsi ini, fokus permasalahannya adalah apa saja ayat-ayat yang
memuat kalâm Insyâ‟i di dalam Al-Qur`an surah Maryam serta
bagaimana bentuk muatan kalâm Insyâ‟i yang terdapat pada ayat-ayat
Al-Qur`an di dalam surah Maryam tersebut15. Dalam Skripsi ini
memberikan banyak kontribusi terhadap penulis tentang pengertian dan
bentuk-bentuk Kalâm Insyâ‟i Thalabî dan juga aspek kebahasaan lainnya
yang terkait dengan pembahasan ini.
Kedua, Dalam skripsi Abdul Haiy yang berjudul Uslûb Insyâ‟i dan
Dilalahnya dalam Al-Qur`an surah Shâd (Skripsi Uneversitas Islam
Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017)16 menjelaskan bagaimana bentuk
uslûb insya dalam surah Shâd serta dilalahnya dalam Al-Qur`an tetapi
15
M. Iqbal Tanthawi, “Muatan Kalâm Insyâ‟i Dalam Al-Qur`an Surah Maryam”,
Skripsi Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017.
16
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017.
9
pada skripsi ini tidak memfokuskan pada satu tafsir, melainkan dari
beberapa tafsir. Dalam skripsi ini memberikan gambaran bagaimana
bentuk kalâm Insya thalabî dalam suatu surah.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Reissyaf (Tesis
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015) yang berjudul Studi
Surah Yâsîn (Analisis Stilistika).17 Isi dari penelitian tersebut adalah
terdapat beberapa unsur gaya bahasa yang terkandung dalam surah
Yâsîn, seperti unsur leksikal, unsur gramatikal, dan gaya kiasan. Unsur-
unsur gaya bahasa yang terkandung dalam surah Yâsîn baik itu pilihan
kata maupun kalimat berimplikasi terhadap makna dan nuansa yang
ditampilkan.
Kontribusi Tesis yang ditulis Muhammad Reisyaf dengan skripsi
yang akan disusun adalah dapat membatu penulis mengetahui Asbab
Nuzul surah Yâsîn, makna yang terkandung dan unsur-unsur bahasa
yang ada di dalam surah Yâsîn, namun dalam tesis ini lebih ke unsur
bahasa leksikal-gramatikal dan juga tidak memfokuskan pada satu tafsir,
melainkan dari beberapa tafsir.
Keempat, Ahmad Nuruddin dalam skripsinya yang berjudul “Uslûb
Ma„ânî Dalam Surah Al-Haqqah” yang membahas tentang bagaimana
gaya bahasa al-Qur‟an dalam kesesuaian kalimat terhadap
kontekstualnya, sehingga dapat diketahui kecocokan kalimat dengan
tujuan yang dikehendaki, dan hal itu terdapat dalam kajian balaghah ilmu
Ma„ânî yang mempelajari tentang al-Kalâm, al-Qashr, al-Fashl wa al-
Washl, al-Musawah wa al-„Îjâz wa al-Ithnâb18. Kontribusi skripsi ini
dengan skripsi yang akan disusun adalah pembahasan masaih sama
17
Muhammad Reissyaf, “Study Surah Yâsîn (Analisis Stilistika)”, Tesis Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015.
18
Ahmad Nuruddin, “Uslûb Ma‟ânî Dalam Surah Al-Hâqqah”, Skripsi, Fakultas
Bahasa Dan Adab, Jurusan Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,
Surabaya, 2017.
10
E. Kerangka Teori
Pada penelitian ini penulis menganalisa dengan menggunakan teori
ilmu Ma„ânî sebagaimana dipaparkan di atas, maka sangatlah penting
kiranya menguasai ilmu ini karena dapat memahami dan menyingkap
rahasia kandungan isi ayat Al-Qur`an melalui analisis keindahan
bahasanya, dengan ilmu ini dapat ditetapkan maksud atau tafsir dari
suatu ayat. Salah satu bagian dari ilmu ini adalah uslûb Insyâ‟i thalabî,
oleh karena itu peneliti menganalisa secara menyeluruh dengan
mengklasifikasikan contoh-contoh ayat juga menganalisa penafsiran
yang meliputi uslûb insyâ‟i thalabî ini, seperti:
1. Amr (kata perintah), secara leksikal bermakna “perintah”.
Sedangkan menurut istilah “Tuntutan mengerjakan sesuatu yang
lebih rendah.
19
Puput Murniati, “Apek-Aspek Ma‟ânî Dalam Al-Qur`an Surah Yâsîn dan
Alternatif Pembelajarannya”, Skripsi Institut Agama Islam Negri Purwokerto, 2017.
11
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis
Kalâm Insyâ‟i thalabî dalam Al-Qur`an surah Yâsîn. Ditinjau dari
sifatnya penelitian ini bersifat kajian kepustakaan (library research).
Karena sifat penelitian kepustakaan ini bersifat analisis, maka
peneliti menganalisa ayat-ayat surah Yâsîn dengan pokok-pokok
12
bahasan dalam Kalâm Insyâ‟i thalabî yang bersandar pada tafsir dan
buku-buku Balâghah lainnya yang terkait dengan itu.
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada
dua macam, yaitu:
a. Sumber data primer, bersumber dari kitab pokok kajian dari
penelitian ini, yakni kitab Tafsir Al-Kasyâf karya az-
Zamakhsyâri.
b. Sumber data sekunder, Adapun sumber data sekundernya
adalah buku-buku, atau karya lainnya yang menunjang serta
berkaitan dengan penelitian Kalâm Insyâ‟i thalabî seperti,
Balâghah Al-Wâdhihah karya Ali Al-Jarimi dan Mushtofa
Amin, Jauharul Maknûn karya Syaikh Abdurrahman Al-
Akhdhari, Ilmu Ma„ânî karya Abdul „Aziz „Atiq, Jawâhirul
Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-Bayân wa al-Badî‟ karya Sayyid
Ahmad al-Hasyami dan buku lainnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Sebagaimana di awal disebutkan bahwa penelitian ini
menggunakan Library Research dan Internet Research maka teknik
pengumpulan data yang dipakai adalah teknik dokumentasi yaitu
membaca, menelaah buku dan literatur lainnya yang berhubungan
dengan penelitian ini.
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu mencoba
mendeskripsikan unsur-unsur Balâghah serta menganalisis secara
umum di dalam tafsir al-Kasyâf karya az-Zamakhsyarî.
13
20
Isyroqotun Nashoiha, “Majaz Isti„ârah Dalam Surah Yûsuf (Studi Komparatif
Tafsir Al-Kasyâfdan Tafsir Bahrul Muhith)”, h. 21.
14
1
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta; Raudhah
Press, 2007), h. 10.
15
16
arab sehingga kalimat itu sesuai dengan objek yang dibicarakan dan
dapat dipahami oleh pihak penerima pesan (penerima).2
Menilik objek Ilmu Ma„ânî yang mempelajari kalimat dan kaitannya
dengan konteks sehingga pembicara dapat menyampaikan gagasan dan
idenya kepada lawan tuturnya sesuai dengan situasi dan kondisinya,
maka dengan mempelajari ilmu tersebut dapat memberi beberapa
manfaat, yaitu:
1. Untuk mengetahui kemukjizatan Alquran dari aspek keindahan
deskripsinya, kehalusan penyampaiannya, kelembutan makna yang
tersurat dan tersirat, pemilihan diksi yang tepat, dan penyatuan
antara sentuhan akal dan hati.
2. Untuk mengetahui rahasia ketinggian dan kefasihan bahasa Arab
baik pada syair maupun prosa sehingga ilmu ini merupakan modal
bagi seorang kritikus sastra Arab untuk dapat membedakan mana
ungkapan yang benar dan yang tidak, mana yang indah dan yang
kurang serta mana yang teratur dan yang tidak.3
kata tersebut berarti maksud, arti atau makna. Ma„ânî merupakan istilah
atau salah satu kajian dalam balaghah sedangkan ma‟na merupakan
bahasan dalam ilmu semantik (dilalah)4. Secara terminologi, ilmu
Ma„ânî adalah:
.5 ىْالىاؿ
ْ ض ْاْيطابقْ يْم ْقتى ى
ْي ًْ ت
ِْى ْ ًَّبْاْل
ْ ًالعىْر ْؼْْبًًْوْْاى ٍْحىْواؿْاللف ي
ْظْ ى ْىْكيْى ىْوْ ًْعٍْل هْمْيْػيٍْعْىر ي
2
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 14.
3
Khamim dan Ahmad Subakir, Ilmu Balâghah (Dilengkapi dengan contoh-contoh
Ayat, Hadits Nabi dan Sair Arab), (Kediri: IAIN Kediri Press, 2018), h. 13.
4
Haniah, Al-Balâghah al-„Arabiyyah (Studi Ilmu Ma‟ânî dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), (Makassar: Alauddin University Press, 2013), Cet. ke-1, h. 80.
17
Ilmu yang dipelajari untuk mengetahui hal ihwal lafadz bahasa arab
yang diungkapkan berdasarkan kesesuaiannya dengan situasi dan kondisi
yang melingkupinya.
Hal ihwal lafaz bahasa Arab yang dimaksud adalah pemilihan diksi
dan model-model susunan kalimat dalam bahasa Arab, seperti
penggunaan susun balik (taqdîm dan ta‟khîr), penggunaan ma‟rifah atau
nakirah, elliptik (hazf), disebut (zikr), penggunaan kalimat efektif dalam
bentuk yang lugas maupun yang panjang (al-î‟jâz dan al-ithnâb) dan
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi dan kondisi
adalah situasi dan kondisi mukhâthab, seperti keadaan kosong dari
informasi itu, atau ragu-ragu, atau malah mengingkari informasi
tersebut. Dengan kata lain Ilmu Ma„ânî dipahami sebagai ilmu yang
mengandung kaidah-kaidah yang dapat dijadikan dasar untuk
menentukan kualitas kalimat dari sisi kesesuaian kalimat itu dengan
konteksnya5.
Ilmu Ma„ânî berfungsi sebagai alat untuk menafsirkan Al-Qur`an.
Maka sangatlah penting dan utama dalam menyelami dan menyingkap
rahasia kandungan isi ayat-ayat Al-Qur`an lewat analisis keindahan
bahasanya. Dengan ilmu Ma„ânî dapat ditetapkan maksud atau tafsir dari
suatu ayat.6. Para pakar bahasa sepakat bahwa ilmu Ma„ânî pertama kali
dikembangkan oleh Abdul Qahir al-Jurjani (W. 471) dalam bukunya
Dalail al-I‟jâz meskipun istilah ilmu Ma„ânî belum disebutkan dalam
buku tersebut, namun kajian-kajian ilmu Ma„ânî serta teori kontruksinya
merupakan perintis ilmu ma‟ânî.7
5
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma‟ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 19), h. 46.
6
Puput Murniati, “Apek-Aspek Ma‟ânî Dalam Al-Qur`an Surat Yâsîn dan
Alternatif Pembelajarannya”, Skripsi Institut Agama Islam Negri Purwokerto, 2017, h. 1-2.
7
Haniah, Al-Balâghah al-„Arabiyyah (Studi Ilmu Ma‟ânî dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), h. 81-82.
18
ْالكذبْْلً ى
Kalâm khabari adalah ذ ْاتًًْو ْدؽْك ى
ماْحيتملْالصْ ىberarti kalâm
ي
yang mengandung kebenaran dan kedustaan bagi dzatnya.10 Artinya
kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan sebagai orang yang
benar atau dusta. Bila kalimat itu sesuai kenyataan maka
pembicaranya adalah benar, dan bila kalimat itu tidak sesuai dengan
kenyataan, maka pembicaranya adalah dusta.
8
Lafadz-lafadz yang termasuk musnad ilaih adalah fâ„il, nâ‟ibul fâ„il, mubtada‟
yang meiliki khabar, dan isim yang semula merupakan mubtada‟, seperti isim kâna, inna,
zhanna dan sauDâra-sauDâranya. Lihat: Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balaghatu
Al-Wadhihah, (Jakarta; Raudhah Press, 2007), h. 154.
9
Lafadz-lafadz yang menjadi musnad adalah fi„il yang sempurna, mubtada‟ yang
cukup dengan isim yang dirafa‟kannya, khabar mubtada‟, lafadz-lafadz yang semula menjadi
khabar mubtada‟, seperti khabara kâna dan sauDâra-sauDâranya, isim fi‟il dan masDâr yang
mengganti kedudukan fi‟il amr. Lihat: Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-
Wâdhihah, (Jakarta; Raudhah Press, 2007), h. 154.
10
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma‟ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 55.
19
Pada pokoknya kalâm khabar diucapkan untuk salah satu dari dua
maksud yaitu:
a. Memberi tahu kepada orang yang diajak bicara mengenai
hukum yang terkandung di dalamnya, dan hukum tersebut
disebut sebagai fâidatul khabar.
b. Memberi tahu bahwa si pembicara mengetahui hukum yang
terkandung di dalamnya, dan hal ini disebut sebagai lâzimatul
fâidah.11
Akan tetapi, ada kalâm khabar yang diucapkan untuk maksud lain
yang dapat dipahami dari susunan kalimat. Maksud-maksud lain
tersebut antara lain adalah:
kelemahan.
()اظهارالتحسر,
3) Idzhâr at-Tahassur
ٌ untuk menampakkan
kekecewaan.
الىٍْلق
ْ ْاللي
ْ ْاءىْ( ْاً ىAllah SWT memulai penciptaan mereka). Jadi secara
ْ نش
bahasa al-Insyâ‟i adalah al-Ibtida‟ (pemulaian), dan al-Kholqu
13
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 14.
14
D. Hidayat, Al-Balâghah lil-Jami‟ wa asy-Syawâhid min Kalâm al-Badi‟
(Balâghah untuk semua), (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2002), h. 52.
15
Zubair, “Stilistika Arab Studi Ayat-Ayat Pernikahan dalam Al-Qur`an”, (Jakarta:
Amzah, 2017), Cet. Ke-1, h. 25.
16
D. Hidayat, Al-Balâghah lil-Jami‟ wa asy-Syawâhid min Kalâm al-Badi‟
(Balâghah untuk semua), (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2002), h. 52.
21
Contoh ْ ْاً ٍْغ ًْف ٍرberarti “ampunilah” dan ْ ْاًٍْر ىْح ٍْمberarti “kasihanilah”.
Ahmad!”. Dalam contoh ini, ada tiga jenis kalimat, yaitu amr, nahi
17
M. Iqbal Tanthawi, “Muatan Kalâm Insyâ‟i Dalam Al-Qur`n Surah Maryam”,
Skripsi Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 14-15.
18
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 77.
19
Haniah, Al-Balâghah al-Al-arabiyyah (Studi Ilmu Ma„ânî Dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), (Makassar: Alauddin University Press, 2013), Cet. ke-1, h. 104-105.
22
dhamir mustatir (انا, aku) dan musnad-nya adalah fiil “ad‟u” yang
Dalam hal ini Uslûb Insya terbagi menjadi dua jenis, yaitu
Uslûb Insyâ‟i Thalabî dan Insyâ‟i ghair Thalabî. Yang termasuk
kategori Insyâ‟i Thalabî adalah amr (kata perintah), nahy (kata
larangan), istifhâm (kata tanya), nidâ‟ (kata seru), dan tamannî (kata
untuk menyatakan harapan terhadap sesuatu yang sulit terwujud),
sedangkan yang termasuk Insyâ‟i Ghair Thalabî diantaranya
ta‟ajjub (kata untuk menyatakan pujian), dzamm (kata untuk
menyatakan celaan), qasam (ungkapan sumpah), kata-kata yang
diawali dengan af‟alu ar-rajâ‟i (ungkapan penghargaan) dan
demikan pula kata-kata yang mengandung makna akad (transaksi)21.
a. Pembagian Uslûb Insyâ’i
Secara garis besar Uslûb Insyâ‟i terdiri dari dua jenis, yaitu
Insyâ‟i Thalabî dan Insyâ‟i Ghair Thalabî.
ْ ْْبًٍْئ,ْنًٍْع ْم
menyatakan celaan dengan menggunakan kata س
ى ى
dan lafadz yang berlaku seperti keduanya, contoh
22
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma‟ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 75-76.
24
23
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 28.
25
2) Insyâ‟i Thalabî
تْال ْطَّْلىب ْْاعتً ىْقادْاْلٍ يْمْتى ىْكْلٌ ى
ْمْكْقٍ ي ْ ف ْ ًْريْحاصل
ْيْمطْليوبانْ ىْغ ى ًْ سْتى
ْدع ى ٍْ كىوْالذمْْيى
a) Amr ()االمر
24
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 76.
25
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 191.
26
26
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
27
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 15.
27
baik”28.
Dari keempat sighah di atas, ada beberapa makna
yang menyimpang dari makna aslinya dan
menunjukkan makna-makna lain, diantaranya makna
do‟a, iltimas, irsyad, tahdid, ta‟jiz, dan. Ibahah.
a) Doa, seperti dalam firman Allah SWT
28
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
28
29
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
29
اسة ْ ً هدك
ْاْفْالدْر ى ْاجْتى ي
ٍْ افْْفى ْْاال ْمتً ى
ًْ ح ًْ فْ ً ْاح ْْاًذىْاْْاىْىرٍْد يْتْالْنَّ ى
ْج ى
“jika anda ingin sukses dalam ujian maka
rajinlah belajar”.30
Kata هدكا
ْاجْتى ي
ٍْ ْفىdi atas tidak menujukkan makna amr
yang haqiqi tetapi menunjukkan makna irsyad atau
nasehat untuk melakukan sesuatu.
d) Tahdid yaitu menunjukkan perintah yang disertai
dengan ancaman seperti ketidaksetujuan dari
pihak yang memberi perintah tersebut.
Contohnya seperti firman Allah SWT
30
Ahmad Izzan, Uslûb Kaidah-Kaidah Ilmu Balâghah, (Bandung: Tafakur, 2012),
h. 12-14.
30
31
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 72.
31
b) Nahy ()النهي
32
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 72.
33
Haniah, Al-Balâghah al-Al-arabiyyah (Studi Ilmu Ma„ânî Dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), (Makassar: Alauddin University Press, 2013), Cet. ke-1, h. 110.
34
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wadhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 199.
35
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 76.
32
Artinya: “dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan)...” (QS. Al-
„Araf[7]:56)
36
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 19.
37
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 76.
33
Allah SWT39
ص ٍخ ًرْالن ىَّدل ًً ً
اْكىالَْتىٍ يج ىداْ*ْأىىالْتىػٍبكيىافْل ى
ْج ٍوند ى
ِن ي
َّأ ىىعٍيػ ى
38
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 19.
39
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 76.
40
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 200.
34
ْيكْْاًذىْاْفىْػ ىْعٍْل ى
ْتْ ىْع ًْظٍْي وم ْارْ ىْعْلى ى ًْ أت
ْْمثٍْػْلىْويْ ىْع ه ْ ً ىْع ٍْنْ يْخْلي وْقْ ىْكْتى
ْىْالْتىْػٍنْػ ىْه ى
Artinya: “janganlah engkau melarang suatu
perbuatan sedangkan engkau melakukannya.
Sebab hal itu merupakan aib yang besar
bagimu, jika engkau yang melakukannya”.
Sya‟iran tersebut berisi berupa celaan dan
ejekan kepada orang yang suka melarang sesuatu
terhadap orang lain, namun dirinya justru sering
melakukannya.
6. Tahdîd yaitu ungkapan yang disampaikan oleh
pembicara yang sedang dalam keadaan marah.
Seperti ucapan seorang Dosn kepada
mahasiswanya yang tidak memperhatikan ucapan
dan perintahnya41.
41
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 76-77.
35
c) Istifhâm ()استفهاـ
annâ (ان
ٌْ ), kam ( )كمdan ayyu (ام
ٌْ )44.
42
Haniah, Al-Balâghah al-Al-arabiyyah (Studi Ilmu Ma„ânî Dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), (Makassar: Alauddin University Press, 2013), Cet. ke-1, h. 112.
43
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wadhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 205.
44
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma‟ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 78.
36
45
M. Iqbal Tanthawi, “Muatan Kalâm Insyâ‟i Dalam Al-Qur`an Surah Maryam”,
Skripsi Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 21.
46
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wadhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 205.
37
47
M. Iqbal Tanthawi, “Muatan Kalâm Insyâ‟i Dalam Al-Qur`n Surah Maryam”,
Skripsi Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 22.
48
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wadhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 207.
38
Contohnya ٍْ ْاىْيَّا ىْف ْيىْػ ٍْويْـ ْاْلٍ ًْقْيى ىْام ٍةْ ْيى
ْ سْأى يْؿ (Ia bertanya,
f. Annâ (ان
ٌْ ), mempunyai tiga makna, yaitu
49
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 207.
50
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 207-208.
39
disini?)
h. Ayyun (ام
ٌْ ), berfungsi untuk menanyakan
51
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 208.
52
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 22.
53
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
41
54
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
42
55
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
56
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
43
d) Tamannî ()التمِن
Tamannnî (berangan-angan) menurut ilmu balâghah
adalah
57
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 209.
58
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 219.
44
La‟alla (لعل
ْ )61, seperti pada firman Allah SWT
ٌ
ْيتْْأى ًْط يري
ْقدْى ًْو ي ْلْمنْييْعً ْرييْ ىْجْنى ى
ْاح ْويْ*ْْلىىْعلْيْالْ ىمنْ ى ْ ْْأىسًْر ى
ْبْاْلٍ ىْق ْطى ى
اْى
59
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 24.
60
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 219.
61
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 87-88.
45
ْيب
ش يًْ ربهيًْْبىاْفىْػ ىْع ىْلْاْلٍ ىْم
ْ وماْْ*ْْْفىْاى ٍْخ
ْودْْيى ن
ْابْيْػى ْعي ي
ٍْ الشْبى ْْأىىْالْْلىٍْي ى
َّْ ْت
“Aduh, seandainya masa muda itu kembali sehari
saja, aku akan mengabarkan kepada kalian
bagaimana yang terjadi ketika sudah tua”.
Pada sya‟ir di atas dijelaskan penyair
mengharapkan kembalinya masa muda walau hanya
sehari untuk menceritakan bagaimana yang terjadi di
masa tua. Hal ini tidak mungkin, sehingga dinamakan
Tamannî.
Adapun tamannî pada ungkapan yang mungkin
terwujud atau bisa terjadi akan teStapi tidak bisa
terwujud karena tidak berusaha secara maksimal.
Contohnya dalam firman Allah SWT62
62
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 218.
46
e) Nidâ ()النٌداء
63
Haniah, Al-Balâghah al-Al-arabiyyah (Studi Ilmu Ma„ânî Dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), (Makassar: Alauddin University Press, 2013), Cet. ke-1, h. 114.
64
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 224.
65
Abdul Haiy, “Uslûb Insyâ‟i dan Dilalahnya Dalam Al-Qur`an”, Skripsi
Uneversitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, h. 24-25.
66
Haniah, Al-Balâghah al-Al-arabiyyah (Studi Ilmu Ma„ânî Dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), (Makassar: Alauddin University Press, 2013), Cet. ke-1, h. 114.
47
ىتْالتَّْػ ٍْوْبىة؟
ْاْم ى
ْالدنٍْػْيى ى ًْ ْالش ىْهىْو
ُّْ ْات َّْ ف ًْ الر
ْ ً ْاغْبىْةي ْْاىيػٌتيْػ ىْهاْالنَّْػ ٍْف ي
َّْ ْس
67
Haniah, Al-Balâghah al-Al-arabiyyah (Studi Ilmu Ma„ânî Dalam Menyingkap
Rahasia Ilahi), (Makassar: Alauddin University Press, 2013), Cet. ke-1, h. 114-115.
68
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 90.
49
bicaralah!”69.
69
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma‟ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 91.
50
BAB III
BIOGRAFI AZ-ZAMAKHSYARÎ DAN METODOLOGI TAFSIR
Pada bab ini, penulis akan membahas seputar riwayat hidup, perjalanan
intelektual az-Zamakhsyarî serta menyebutkan karya-karya ilmiah yang telah
dihasilkan, juga membahas metodologi tafsir al-kasyâf dan alasan mengapa
tafsir ini diberi nama tafsir al-kasyâf.
A. Riwayat Hidup
Nama lengkap az-Zamakhsyarî adalah Abû al-Qâsim Mahmûd bin
„Umar az-Zamakhsyarî al-Khawârizm Jârullâh1. Laqabnya yang populer
adalah Jârullâh (tetangga Allah), gelar yang didapat setelah bermukim
beberapa waktu di Mekkah.2 Terdapat beberapa perbedaan dalam
penulisan nama az-Zamakhsyarî. Perbedaan tersebut seputar
mencantumkan atau tidak mencantumkan nama kakek dan nama ayah
dari kakeknya, dan perbedaan dalam memberikan nasab al-Khawarizm
dan az-Zamakhsyarî. Menurut Adz-Dzahabî nama lengkap az-
Zamakhsyarî adalah Abû al-Qâsim Mahmûd bin „Umar bin Muhammad
bin „Umar al-Khawarizmi al-Imam Hanafî al-Mu„tazalî.3 Sedangkan di
dalam kitab tafsirnya yaitu Al-kasyâf, nama lengkapnya adalah Abû al-
Qâsim Mahmûd bin „Umar bin Muhammad az-Zamakhsyarî.4
1
Muhammad Sofyan, Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Medan: Perdana Publishing, 2015),
Cet. I, h. 29.
2
Saiful amin ghofur, Mozaik Mufasir Al-Qur`an, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2013), Cet. ke 1, h. 66. Lihat juga: Syamsuddin Muhammad, Thabaqat al-Mufassirîn,
(Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1983), jilid 2, h. 315.
3
Muhammad Husain Adz-Dzahabi, At-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Kairo: Dâr al-
Kutub al-Haditsah, t.t), jilid 1, h. 304.
4
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf ‟an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, (Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, 2009), h. 7.
51
52
B. Perjalanan Intelektual
Pendidikan az-Zamakhsyarî dimulai di bawah bimbingan
orangtuanya. Kemudian ia pergi ke Bukhara untuk memperdalam ilmu.
Di sana ia belajar sastra kepada Abi al-Hasan bin al-Mudzaffar an-
Naisabury dan Abu Mudhar Mahmûd bin Jarir adh-Dhabby al-Asfahany
(w. 507 H). Ia pun pernah berguru kepada seorang faqih, hakim
tertinggi, dan ahli hadis, yaitu Abu Abdillah Muhammad bin Ali ad-
Damighany (w. 496 H). Dasar-dasar nahwu ia pelajari dari Abdullah bin
5
Az-Zamakhsyarî, Tafsir al-Kasyâf ‟an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 7. Lihat juga: Muhammad Husain Adz-Dzahabi, At-Tafsîr wa al-
Mufassirûn, h. 304. Lihat juga: Syamsuddin Muhammad, Thabaqat al-Mufassirin, h. 315.
6
Muhammad Husain Adz-Dzahabi, At-Tafsîr wa al-Mufassirûn, h. 304. Lihat juga:
Syamsuddin Muhammad, Thabaqat al-Mufassirin, h. 315. Lihat juga: Manna‟ Khalil al-
Qattan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera AntarNusa, 2016), Cet. ke-17, h. 539.
7
Said Agil Husain al-Munawwar, Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan
Haqiqi, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), h. 103.
8
Sifullah Rusmin, “Penafsiran-Penafsiran Az-ZamakhsyarîTentang Teologi Dalam
Tafsir Al-kasyâf”, dalam Jurnal Diskursus Islam, Vol. 5, No.2 Agustus 2017, h. 123.
9
Muhammad Husain Adz-Dzahabi, At-Tafsîr wa al-Mufassirûn, h. 305. Lihat juga:
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf ‟an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî al-Wujûhi
at-Ta‟wîl, h. 10.
53
10
Saiful amin ghofur, Mozaik Mufasir Al-Qur`an, h. 66.
11
Muhammad Solahudin, “Metodoligi dan Karakteristik Penafsiran dalam Tafsir
Al-Kasysyâf”, dalam Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol. 1, Januari 2016, h. 117.
54
12
Sifullah Rusmin, “Penafsiran-Penafsiran Az-ZamakhsyarîTentang Teologi Dalam
Tafsir Al-kasyâf”, dalam Jurnal Diskursus Islam, Vol. 5, No. 2 Agustus 2017, h. 124.
13
Muhammad Solahudin, “Metodoligi dan Karakteristik Penafsiran dalam Tafsir
Al-Kasysyâf”, dalam Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol. 1, Januari 2016, h. 117.
14
Bustami Saladin, “Pro dan Kontra Penafsiran Az-ZamakhsyarîTentang Teologi
Mu„tazilah Dalam Tafsir Al-kasyâf”, dalam Jurnal al-Ihkam, Vol. 5, No. 1 Juni 2010, h. 5.
15
Sifullah Rusmin, “Penafsiran-Penafsiran Az-ZamakhsyarîTentang Teologi Dalam
Tafsir Al-kasyâf”, dalam Jurnal Diskursus Islam, Vol. 5, No. 2 Agustus 2017, h. 125.
55
C. Karya-Karya Ilmiah
Az-Zamakhsyarî memiliki banyak karya dalam berbagai disiplin
ilmu, seperti tafsir, hadis, nahwu, bahasa, Ma„ânî dan lain-lain. Dan
diantara karya-karyanya adalah sebagai berikut:
1. Bidang bahasa
a. Asâs al-Balâghah
b. Jawâhir al-Lughoh
c. Samin al-„Arabiyyah
d. Al-Ajnas
e. Muqaddimat al-Adab fî al-Lughah,
f. al-Asma fî al-Lughah,
g. al-Qistas fi al-'arud16
2. Bidang tafsir
a. al-Kasyâf „an Haqâ‟iq at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî al-
Wujûhi at-Ta‟wîl.17
3. Bidang Hadis
a. Al-Fa‟iq fî Gharîb al-Hadîts18
4. Bidang Nahwu
a. Al-Mufashshol
b. an-Namudaj fî 'Ilm al-'Arabiyyah19
c. al-Mufrad wa al-Murakkab
5. Bidang Fiqih dan Ushul
a. Al-Minhaj
b. Ar-Ru‟ûs al-Masâ‟il al-Fiqhiyyah20
16
Muhammad Sofyan, Tafsîr wa al-Mufassirûn, h. 32.
17
Muhammad Sofyan, Tafsîr wa al-Mufassirûn, h. 31.
18
Muhammad Sofyan, Tafsîr wa al-Mufassirûn, h. 31.
19
Muhammad Sofyan, Tafsîr wa al-Mufassirûn, h. 31
20
Muhammad Solahudin, “Metodoligi dan Karakteristik Penafsiran dalam Tafsir
Al-Kasysyâf”, dalam Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol. 1, Januari 2016, h. 118.
56
25
ولقد ِرأيت ِإخواننا ِفي ِالدين ِمن ِأفاضل ِالفئة ِالناجية ِ«ِ »2العدليةِ ،الجامعين ِبين ِعلم ِالعربيةِ
واألصولِالدينيةِ،كلماِرجعواِإلى ِفيِتفسيرِآيةِفأبرزتِلهمِبعضِالحقائقِمنِالحجبِ،أفاضواِفيِالستحسانِ
ّ
افاِمنِذلكِحتىِاجتمعواِإلىِمقترحينِأنِأملىِعليهمِ(الكشفِعنِ
ّ والتعجبِواستطيرواِشوقاِإلىِمصنفِيضمِأطر
حقائقِالتنزيلِ،وعي ِونِاألقاويلِفيِوجوهِالتأويل)ِفاستعفيتِ،فأبواِإلِالمراجعةِوالستشفاعِبعظماءِالدينِوعلماءِ
ِالخوضِفيوِ
ِ العدلِوالتوحيدِوالذيِحدانىِعلىِالستعفاءِعلىِعلمىِأنهمِطلبواِماِاإلجابةِإليوِعلى ِواجبةِأل ّن
ّ
كفرضِالعينِماِأرىِعليوِالزمانِمنِرثاثةِأحوالوِوركاكةِرجالوِوتقاصر ِىممهمِعنِأدنىِعددِىذاِالعلمِفضالِأنِ
تترقىِإلىِالكالمِالمؤسسِعلىِعلمىِالمعانيِوالبيانِ،فأمليتِعليهمِمسألةِفيِالفواتحِ،وطائفةِمنِالكالمِفيِ
حقائقِسورةِالبقرةِوكانِكالماِمبسوطاِكثيرِالسؤالِوالجوابِطويلِالذيولِواألذنابِ،وإنماِحاولتِبوِالتنبيوِعلىِ
غزارةِنكتِىذاِالعلمِوأنِيكونِلهمِمناراًِينتحونوِومثالِيحتذونوِ،فلماِصممِالعزمِعلىِمعاودةِجوارِاللَّوِواإلناخةِ
بحرم ِاللَّو ِفتوجهت ِتلقاء ِمكةِ ،وجدت ِفي ِمجتازى ِبكل ِبلد ِمن ِفيو ِمسكة ِمن ِأىلهاِ -وقليل ِما ِىمِ -عطشىِ
اقتباسوِ،فهزِماِرأيتِمنِعطفيِوحركِ
ّ األكبادِإلىِالعثورِعلىِذلكِالمملىِ،متطلعينِإلىِإيناسوِ،حراصاِعلى ِ
ّ
الساكنِمنِنشاطي.
58
34
Muhammad „Ali Iyazy, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum, (Teheran:
Wazarah al-Tsaqafah al-Irsyad al-Islami, 1798),h. 577.
35
Muhammad Sofyan, Tafsîr wa al-Mufassirûn, h. 33.
61
36
Muhammad Solahudin, “Metodoligi dan Karakteristik Penafsiran dalam Tafsir
Al-Kasysyâf”, dalam Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, h. 122.
62
37
A.H Qowim, “Penafsiran Ayat-Ayat tentang Penciptaan dan Kemampuan Jin
menurut az-Zamakhsyarî”, Skripsi, UIN Walisongo Semarang, 2012, h. 74-75.
38
Avif Alfiyah, “Kajian Kitab Al-KasyâfKarya Az-Zamakhsyarî ” dalam Jurnal al-
Furqon, Vol. 1, No. 1 Juni 2018, h. 59
63
surah al-Nâs. Setiap surah diawali dengan Basmallah, kecuali pada surah
at-Taubah.39
ْ ْْْْْْْْ
bahwa al-jân bapaknya para jin. Dia juga menulis pendapat lain yang
menyatakan al-jân adalah iblis. Sedangkan al-maʿârij, dimaknainya
dengan api yang suci/murni yang tidak berasap. Dia juga menyebutkan
pendapat lain tentang makna al-maʿârij yaitu yang bercampur dengan
hitamnya api, dari campuran sesuatu yang membara dan bercampur.
Seperti Firman Allah:
ْْْْْْ
39
Muhammad Sofyan, Tafsîr wa al-Mufassirûn, h. 32.
64
ِِأحدىماِأن:ِفيوِوجهان:»ِقلت2«ِِماِمعنىِتعلقِاسمِاللَّوِبالقراءة؟:فإنِقلت
ِِعلىِمعنىِأ ّن ِالمؤمنِلما،ِكتبتِبالقلم:يتعلقِبهاِتعلقِالقلمِبالكتبةِفيِقولك
ِاعتقدِأ ّن ِفعلوِلِيجيءِمعتداِبوِفيِالشرعِواقعاِعلىِالسنةِحتىِيصدرِبذكر
ِِ«كلِأمرِذىِبالِلمِيبدأِفيو ِباسمِاللَّو:اسمِاللَّو ِلقولوِعليوِالصالةِوالسالم
ِِجعلِفعلوِمفعولِباسمِاللَّوِكماِيفعلِالكتب،فهوِأبتر»ِإلِكانِفعالِكالِفعل
41
.بالقلم
H. Pendapat Ulama Tentang az-Zamakhsyarî dan Tafsirnya
Di kalangan ulama, az-Zamakhsyarî dikenal dengan orang yang
sangat luas ilmunya dan wawasannya dalam bidang bahasa juga ahli
dalam berdiskusi. Hal ini terlihat dari banyaknya orang-orang yang ingin
menuntut ilmu dan berdiskusi kepadanya. Kehebatan az-Zamakhsyarî
juga diakui di kalangan ulama generasi berikutnya. Az-Zamakhsyarî
termasuk ulama yang produktif dalam mengarang karya tulis, dari sekian
banyak karyanya tafsir al-Kasyâf adalah karyanya yang paling
monumental.42
40
Avif Alfiyah, “Kajian Kitab Al-KasyâfKarya Az-Zamakhsyarî ” dalam Jurnal al-
Furqon, Vol. 1, No. 1 Juni 2018, h. 60-61.
41
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf ‟an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 25.
42
Bustami saladin, “Pro dan Kontra Penafsiran Zamakhsyarî Tentang Teologi
Mu‟tazilah dalam Tafsir Al-Kasysyâf”, dalam Jurnal al-Ihkam, Vol. 5, No. 1 Juni, 2010, h.
6-7.
65
43
Dâra Humaira dan Khairun Nisa, “Unsur I‟tizali dalam Tafsir Al-Kasyâf”, dalam
Jurnal Maghza, Vol. 1, No. 1, Januari, 2018, h. 32.
66
44
Bustami saladin, “Pro dan Kontra Penafsiran Zamakhsyarî Tentang Teologi
Mu‟tazilah dalam Tafsir Al-Kasysyâf”, dalam Jurnal al-Ihkam, Vol. 5, No. 1 Juni, 2010, h.
16-17.
45
Dâra Humaira dan Khairun Nisa, “Unsur I‟tizali dalam Tafsir Al-Kasyâf”, dalam
Jurnal Maghza, Vol. 1, No. 1, Januari, 2018, h. h. 32.
BAB IV
ANALISIS AYAT YANG MENGANDUNG KALÂM INSYÂ’I
THALABÎDALAM SURAH YÂSÎN MENURUT TAFSIR AL-KASYÂF
Pada bab ini berisi tentang analisis ayat yang mengandung kalâm Insyâ‟i
thalabîdalam surah Yâsîn. Dimana menjelaskan sekilas mengenai surah
Yâsîn dan ayat-ayat yang dilihat dari segi mubâlaghahnya disertai penafsiran
az-Zamakhsyarî dan hal senada dengan penafsiran beberapa jumhur ulama
mufassir mengenai kalâm Insyâ‟i thalabî.
karena kedua huruf alpabet Arab ( )مYa dan ( )سSin memulai ayat-
ayatnya. Nama ini dikenal sejak masa Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
Iqra‟û „alâ mautâkum yâsîn “bacakanlah surah Yâsîn bagi mautâkum”
(HR. an-Nasa‟i melalui Ma‟qil ibn Yasar, dan diriwayatkan juga oleh
1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur`an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 503.
2
Muhammad al-Utsaimin, Tafsir Surah Yâsîn, (Jakarta: Akbar Media, 2009), h.5.
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 502.
4
Syaikh Adil M. Khalil, Tadabur Al-Qur`an: Menyelami Makna Al-Qur`an Dâri
Al-Fatihah sampai An-Nas, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018), Cet. Ke 1, h. 198.
67
68
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 501.
6
M. Quraish Shihab, Yâsîn Dan Tahlil, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 75.
69
Seperti yang telah diketahui pada Bab dua bahwa Amr adalah
menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan oleh pihak yang lebih
tingggi kepada pihak yang lebih rendah. Ada dua jenis makna yaitu
makna haqiqi (makna yang benar-benar perintah) dan makna yang
menyimpang dari makna aslinya dan menunjukkan makna-makna
lain.
Dalam surah Yâsîn terdapat bentuk Amr pada ayat 11, 13, 21, 26,
45, 47, 59, 61, 64 dan ayat 82.
a. Makna Haqiqi (makna asli)
1) Ayat 11
َ ْ َ ِ ْ َ َ ْ َ ْ َ ٰ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ ِ ْ ِ َ َّ
الذكر وخ ّشي الرحمن ّةالغح ّبِۚ فب ّشهه ّةمغ ّفر ٍة
ّ ّانما حن ّذر م ّن احتع
َ ْ َ
١١ َّواج ٍر ك ّري ٍم
ْ
7
Syaikh Adil M. Khalil, Tadabur Al-Qur`an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018),
h. 198-199.
70
ِ َ َ
Bentuk amr pada ayat ini terletak pada lafadz ( فب ّش ْههberilah
ِ َ َ
bahwa lafadz فب ّش ْههmerupakan uslûb insyâ‟i thalabî dengan
sebagai uslûb insyâ‟i thalabî, hal ini senada dengan Thahir Ibn
„Asyûr (w. 1393 H) dalam tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr
menjelaskan bahwa yang disampaikan Nabi Muhammad SAW
yaitu berupa ampunan dan kabar gembira artinya membenarkan
dan mengimani apa yang disampaikan Nabi Muhammad
8
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
9
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 891
71
ٍ ْاد يخ ًل ً ً
ْاْلىنَّْةي ٍ يل ْلىوي
أىعلى ىن ْاميىانيو ْقىػتىػليوهي ْفىق ى (ketika laki-laki itu
10
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 22, cet. ke-1, h. 353.
11
Muhammad ibn Jarir Ath-Thabarî (selanjutnya Ath- Thabarî), Tafsir Ath-Thabarî
(Jami‟ Al-Bayan fi Ta‟wil Al-Qur`an), (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h. 268.
12
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
72
13
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 893.
73
3) Ayat 59
َ ْ ْ َ َ ْ ِ َ
٥٩ َوا ْمتازوا ال َي ْي َم ايُّىا ال ِمج ّر ِم ْين
“Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir),
“Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada
hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!” (QS.
Yâsîn[36]:59)
ِ َ ْ َ
Kata وامتازواmenunjukkan bentuk fi‟il amr atau kata
uslûb insyâ‟i thalabî dengan kategori shigah fi‟il amr, dimana az-
Zamakhsyarî menjelaskan pada hari terjadinya kiamat ketika
orang-orang mukmin yang beriman dan mengerjakan amal saleh
digiring ke surga sedangkan orang-orang kafir memiliki rumah
14
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 22, cet. ke-1, h. 370.
15
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî (Jami‟ Al-Bayan fi Ta‟wil Al-Qur`an), (Beirut:
Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h. 272.
16
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
74
ِ ْ
ْ ِ
Kata ون ْي
ّ اغتدmenunjukkan bentuk fi‟il amr atau kata
17
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 897.
18
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
284.
19
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 11, h. 561.
75
20
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
21
Thibâq îjab adalah kedua kata yang berlawanannya itu tidak berbeda positif dan
negatifnya. Sedangkan Thibâq salab yaitu kedua kata yang berlawanannya itu berbeda
positif dan negatifnya. Lihat: Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balaghatu Al-Wadhihah,
(Jakarta; Raudhah Press, 2007), h. 299.
22
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 898.
76
6) Ayat 82
ِ ْ ِ َ َ ْ ِ َ َ ْ ِ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ِ ْ َ َ َّ
٨٢ ّانمآ امرهٓ ّاذآ اراد شي ًٔـا ان يليل له كن فيكين
23
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
284.
24
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 2009), jilid 12, h.
43.
25
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 70.
77
26
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
27
Isti‟ârah tamtsîliyah adalah suatu susunan kalimat yang digunakan bukan pada
makna aslinya karena ada hubungan keserupaan (antara makna asli dan makna majazi)
disertai adanya karinah yang menghalangi pemahaman terhadap kalimat tersebut dengan
maknanya yang asli. Lihat Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balaghatu Al-Wadhihah,
(Jakarta; Raudhah Press, 2007), h. 106.
28
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 901.
78
ْ
Kata اض ّه ْبpada ayat di atas berbentuk fi‟il amr
ْ ْ
Zamakhsyarî menjelaskan bahwa lafadz اض ّهبmerupakan uslûb
29
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, al-Balâghah Al-Wâdhihah, (Jakarta; Raudhah
Press, 2007), h. 191.
79
ْ ْ
Penafsiran az-Zamakhsyarî dalam lafadz اض ّهبsenada
30
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 891.
31
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 22, cet. ke-1, h. 358.
32
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 2009), jilid 11, h.
646.
80
ْ ِ َّ
Kata اح ّتػياyang berarti ikutilah menunjukkan bentuk fi‟il
ْ ِ َّ
Dalam shigah mubâlaghahnya lafadz اح ّتػياpada ayat ini dengan
ْ ِ َّ
ayat sebelumnya اح ّتػياkedua kalimat ini termasuk
ْ ِ َّ
bahwa lafadz اح ّتػياmerupakan uslûb insyâ‟i thalabî dengan
33
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, al-Balâghah Al-Wâdhihah, (Jakarta; Raudhah
Press, 2007), h. 191.
34
Ithnâb adalah bertambahnya lafadz dalam suatu kalimat melebihi makna kalimat
tersebut karena suatu hal yang berfaedah. Lihat: Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, al-
Balâghah Al-Wadhihah, (Jakarta; Raudhah Press, 2007), h. 264.
35
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 892.
81
ْ ِ َّ
Lafadz اح ّتػياpada penafsiran az-Zamakhsyarî senada
ْ ِ َّ
Kata ( احلياtakutlah) pada ayat di atas menunjukkan
36
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 11, h. 525.
37
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 2009), jilid 11, h.
649.
82
ْ ِ َّ
bahwa lafadz احلياmerupakan uslûb insyâ‟i thalabî
ْ ِ َّ
Lafadz احلياini senada dengan Ibnu Jarîr Ath-Thabari
38
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma‟ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 71.
39
Az-Zamakhsyarî, Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 896.
40
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî (Jami‟ Al-Bayan fi Ta‟wil Al-Qur`an), (Beirut:
Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h. 278.
83
10) Ayat 47
َ ْ َّ َ َّ ِ ِ َْ َ َ
ّلل ّذين ْاّٰلل َك َال الذيْ َن ك َف ِروا
ِ َِّّما َر َز َكك ِم ه َ
َواّ ذا ّك ْيل ل ِى ْم ان ّفل ْيا
ّ
ٰ َ َّ ِ ْ َ ْ َ َْ ََِ ِ ه َّ ْ َِ ِ ٰ
ضل ٍل اّٰلل اطػ َمهٓ ّان انخ ْم ّالا ّف ْي يشاۤء ا َمن ْيٓا انط ّػ ِم َم ْن ل ْي
٤٧ ُّم ّت ْي ٍن
“Dan apabila dikatakan kepada mereka,
“Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah
kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata
kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas
kami memberi makan kepada orang-orang yang jika
Allah menghendaki Dia akan memberinya makan?
Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(QS. Yâsîn[36]:47)
ْ ِ َْ
Kata ان ّفلياpada ayat di atas menunjukkan fi‟il amr atau
41
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, al-Balâghah Al-Wâdhihah, (Jakarta; Raudhah
Press, 2007), h. 191.
84
ْ ِ َْ
Dalam lafadz ان ّفلياsenada dengan tafsir At-tahrîr wa At-
42
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 896.
43
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 23, cet. ke-1, h. 31-32.
44
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 2009), jilid 12, h.
26-27.
85
ِ ِ ْ
ْ( َّاحت ِػ ْيا َم ْنَّلا يَ ْس َٔـلكمayat 21), ( ال َجَّن َث ْاد ِخلayat 26), َّاح ِل ْيا َما َة ْي َن
ّ ّ
ِ َ ِ َ ْ
ْ( ا ْيد ْيكمayat 45), ( ا ْنف ِل ْيا َِّّما َر َز َكك ِمayat 47), ازوا ال َي ْي َم
ِ َ ْ َ
( وامتayat
ّ ّ
ْ ِ ِ ْ َ
َ َ ْ َ
ْ َ َْ ْ ِ ْ ِ َ َ ْ ِ
ْ
59), ونيّ ( وا ّن اغتدayat 61), ( ّاصليوا الييمayat 64), كن فيكين
(ayat 82).
2. Nahy ()النّهي
Seperti yang telah diketahui pada Bab dua Nahy adalah tuntutan
tidak dilakukannya suatu perbuatan yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang yang martabatnya lebih rendah. Berdasarkan hasil
telaah penulis, dalam surah Yâsîn tidak ditemukan ungkapan yang
berbentuk nahy.
3. Istifhâm ()الستفهام
dan kedua lafadz ini termasuk Thibâq salab yaitu
45
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
46
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 891.
87
47
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 22, cet. ke-1, h. 352.
48
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî (Jami‟ Al-Bayan fi Ta‟wil Al-Qur`an), (Beirut:
Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h. 267-268.
49
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
88
sebagai insyâ‟i thalabî adat tamannî ini senada dengan Ibnu Jarir
Ath-Thabarî (w. 310 H) dalam tafsirnya menjelaskan redaksi
pertanyaan seperti ini bahwa lelaki mukmin ini memanggil kaumnya
para penyembah berhala untuk meluruskan keimanan mereka. Lelaki
ini kemudian menyatakan keimanannya kepada Allah SWT dan
mewartakan bahwa berhala-berhala yang disembah kaumnya tidak
53
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
54
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 892.
90
namun Kata Tanya hamzah pada ayat di atas tidak berarti bertanya
sesuatu yang tidak diketahui namun berarti mengingkari (Istifhâm
Inkari) perbuatan mereka yang meminta kepada selain Allah swt.57
Dalam menafsirkan ayat ini az-Zamakhsyarî menjelaskan bahwa
Kata pada ayat di atas bentuk istifhâm atau kata Tanya yang
58
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 892.
59
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
60
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 894.
92
Lafadz pada ayat di atas senada dengan tafsir At-tahrîr wa At-
tanwîr karya Thahir Ibn „Asyûr (w. 1393 H) menjelaskan bahwa ayat
di atas menggunakan Hamzah Istifhâm yang menunjukkan makna
Taqriri. Ibnu „Asyûr menjelaskan ayat di atas menegaskan kepada
umat Nabi Muhammad SAW bahwa untuk saat ini di dunia, orang-
orang yang mengingkari ajaran Rasul tidak akan merasa menyesal,
tetapi nanti pada saat di hari pembalasan.61 Dalam tafsir Al-munîr
menjelaskan pertanyaan di atas bermakna penegasan, yaitu Allah
SWT menegaskan pada generasi sekarang dan generas mendatang
untuk mengambil pelajaran dari orang-orang sebelum mereka yang
dibinasakan Allah SWT karena mendustakan para Rasul.62
f. Ayat 35
َ ْ ِ ِ َْ َ ََ ْ ْ َْ ِ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ِِْ َْ
٣٥ ّليأعليا ّمن ثم ّره وما غ ّملخه اي ّدي ّهم افلا يشكرون
61
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 23, cet. ke-1, h. 10.
62
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus: Dâr Al-fikr, 2009), jilid 12, h.
8.
93
63
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 894.
64
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 23, cet. ke-1, h. 15.
65
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus: Dâr Al-fikr, 2009), jilid 12, h.
16.
94
g. Ayat 47
َ ْ َّ ْ ِ َ َ َ ْ َّ َ َ ِ َ َ ْ َ َ ِ ْ َ ْ ِ ْ َّ َ َ َ ِ ِ ه
واّ ذا ّكيل لىم ان ّفليا ِّما رزككم اّٰلل كال ال ّذين كفروا ّلل ّذين
ْ ُّ ٰ َ َّ ْ ِ ْ َ ْ َ ْ َ ِ ٰ َم ِ ْ َ ِ ْ ِ َ ْ َّ ْ َ َ ِ ه
ْ َ
ا نيٓا انط ّػم من لي يشاۤء اّٰلل اطػمهٓ ّان انخم ّالا ّفي ضل ٍل م ّتي ٍن
٤٧
“Dan apabila dikatakan kepada mereka,
“Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah
kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata
kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas
kami memberi makan kepada orang-orang yang jika
Allah menghendaki Dia akan memberinya makan?
Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(QS. Yâsîn[36]:47)
Istifhâm atau kata Tanya, namun makna istifhâm pada ayat ini
mengandung makna lain yaitu istifhâm inkari (menolak).66 Dalam
menafsirkan ayat ini az-Zamakhsyarî menjelaskan bahwa lafadz
66
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
95
67
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 896.
68
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 23, cet. ke-1, h. 31-32.
69
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 206.
96
Kata pada ayat di atas bentuk istifham atau kata Tanya yang
70
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 896.
71
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
97
sebagai insyâ‟i thalabî senada dengan Ibnu Jarir Ath-Thabarî (w. 310
H) dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah telah menegaskan
ketika Allah mewasiatkan dan memerintahkan ketika di dunia untuk
tidak menyembah syaitan karena syaitan adalah musuh yang nyata
sejak awal penciptaan manusia yaitu ketika Adam AS dan Hawa
tertipu oleh bujuk rayu syaitan.73 Sama halnya terdapat dalam tafsir
Al-munîr bahwasanya pada ayat ini Allah SWT mengaskan dalam
bentuk pertanyaan dan mewasiatkan kepada Bani Adam melalui lisan
para Rasul untuk selalu patuh dan jangan mematuhi bisikan syetan
yang sebenar-benarnya syetan adalah musuh yang nyata.74
j. Ayat 66
َ َ ََه ََِ ْ َ ْ ِ َْ َ َ ْ َ َ َ ِ ََ ْ ََ
الطهاط فانى
ّ ولي نشاۤء لطمسنا على اغح ّن ّىم فاستتليا
َ
٦٦ ط ِه ْون ِْ
ّ يت
72
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 897.
73
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
290.
74
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus: Dâr Al-fikr, 2009), jilid 12, h.
43.
98
tiga makna yaitu bagaimana ()كيف, darimana ()اين, dan kapan ()مىت.
75
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, al-Balâghah Al-Wâdhihah, (Jakarta; Raudhah
Press, 2007), h. 206.
76
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 898.
99
77
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma‟ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
78
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 898.
79
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
287.
100
80
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus: Dâr Al-fikr, 2009), jilid 12, h.
46.
81
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma‟ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
82
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 899.
101
m. Ayat 73
َ ْ ِ ِ َْ َ ََ ِ َ َ َ ِ َ َ َ ْ ْ ََِ
٧٣ ولىم ّفيىا من ّافع ومش ّارب افلا يشكرون
“Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan
minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak
bersyukur?” (QS. Yâsîn[36]:73)
83
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus: Dâr Al-fikr, 2009), jilid 12, h.
54.
84
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 82.
102
insyâ‟i thalabî, hal ini senada dengan Ibnu Jarir Ath-Thabarî (w. 310
H) dalam tafsirnya yang mengutip pendapat Qatadah bahwa ayat ini
Allah lebih memerinci fungsi dari hewan ternak seperti mendapatkan
benang wol dari hewan domba dan biri-biri dan bisa minum susu
yang dihasilkan hewan ternak tersebut juga manfaat-manfaat
lainnya.86 Sama halnya di dalam Tafsir Al-munîr ayat ini berupa
istifhâm yang menunjukkan makna inkari yaitu mereka memperoleh
berbagai manfaat berupa bahan pangan, tetapi orang-orang kafir
mengingkari kewajiban ini dan mengufuri berbagai nikmat Allah.
Padahal ini adalah perintah tegas Allah untuk selalu bersyukur dan
mentaatinya.87
n. Ayat 77
ٌ ْ ُّ ٌ ْ َ َ ِ َ َ َ ْ ُّ ْ ِ ٰ ْ َ َ ََّ ِ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ
٧٧ اولم ير ال ّانسان انا خللنه ّمن نطف ٍث ف ّاذا وي خ ّصيم م ّتين
“Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia
menjadi musuh yang nyata!” (QS. Yâsîn[36]:77)
ً َّ
diasumsikan keberadaannya
أى ىَلٍ ْيػىتىػ ىفك ير ْاال ى
ْنسا يف ىْكيىعلى ٍم .88 Dalam
ٌ ْ َ َ َ َ َ ْ ْ ُّ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ً َ َ َ َ َ َ َ َ
٧٨ وضهب لنا مثلا ون ّسي خلله كال من يحي ال ّػظام و ّني ر ّميم
ّ
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan
melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah
88
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
89
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 900.
90
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus: Dâr Al-fikr, 2009), jilid 12, h.
63.
104
91
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
92
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 900.
105
93
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 23, cet. ke-1, h. 75.
94
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus: Dâr Al-fikr, 2009), jilid 12, h.
63.
95
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 83.
106
ِ ِ ََّ َ ََ َ ِ َْ َ ََ
تخذ ّم ْن د ْو ّن ٓهّ ( ءاayat 23), ( ال ْم َي َر ْواayat 31), ( افلا يشك ِر ْونayat 35),
96
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 901.
97
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 23, cet. ke-1, h.78.
107
ْ َِ ْ ْ َ ََ َ ِ ْ َ ََ َ َ
( انط ّػ ِمayat 47), ( ال ْم اغ َىدayat 60), ( افلا َيػ ّلل ْينayat 68), ا َول ْم َي َر ْوا
َ ْ ِ ِ َْ َ ََ ِ َْ ْ ََ ْ ََ َ َ َََْ
(ayat 71), ( افلا يشكرونayat 73), ( اولم ير ال ّانسانayat 77), اولحس
َّ
ْ( الذيayat 81), mâ ( )ماpada lafadz ( َو َما ل َي َل ٓا َا ْغ ِت ِدayat 22), man ()من
ّ ّ
ََ ََ ْ َ ْ ُّ ْ َ َ َ
pada lafadz ( من ةػثناayat 52) dan lafadz ( كال من يحيayat 78), dan
ّ
ْ َ
ِْ ََه
annâ ( )انَّىhanya pada lafadz ط ِهون
ّ ( فانى يتayat 66).
4. Tamannî ()التمنّي
98
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 219.
99
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 893.
100
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
272-273.
109
Lafadz ِلعل
ّ pada penafsiran az-Zamakhsyarî ini senada dengan
101
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 11, h. 530.
102
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 219.
103
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 896.
110
٤٧ ُّم ّت ْي ٍن
104
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
278.
105
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 220.
111
َ
٦٦ ط ِه ْون ِْ
ّ يت
َ ِ
٦٧ ࣖ َي ْر ّجػ ْين
106
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil
fî al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 896.
107
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 22, jilid 23, cet. ke-1, h. 32.
112
Hal ini sesuai dengan pemakaian kata law ( )لوpada kedua ayat
108
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 220.
109
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 898.
110
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 12, h. 4.
113
111
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 23, cet. ke-1, h. 51-52.
112
Ali Al-Jarimi dan Musthofa Amin, Al-Balâghatu Al-Wâdhihah, (Jakarta;
Raudhah Press, 2007), h. 219.
113
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 899.
114
ayat. Jika ditinjau dari adat tamannî yang digunakan, terdiri dari ِليت
ْ َ َ َْٰ َ ْ ِ َ ِ ْ ِ َّ َ َ
َِّ لعpada lafadz ( لػلكم ح ْرحمينayat
pada lafadz ( يلحج كي ّم ْيayat 26), ل
َ ْ ُ ِْ ْ ِ َ َّ َّ ِه ََ ْ ْ َ َّ
45), ( لػلىم ينط ِهونayat 74), dan ِ لوpada lafadz ( من لي يشا ِۤء اّٰللayat
ََ ََْ
47), ( ولي نشا ِۤءayat 66-67).
114
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
288.
115
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al-munîr, (Damaskus: Dâr Al-fikr, 2009), jilid 12, h.
55.
115
5. Nidâ’ (النّداء
ِ)
kata ( يسyâsîn) diambil dari bentuk nida‟ (panggilan) dalamْ يا ْانساف
116
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 899.
116
makna كر
ٌْ ( التذmengingatkan) yakni mengingatkan kaumnya untuk
ْ َٰ
menjelaskan bahwa lafadz يليمmerupakan insyâ‟i thalabî dengan
117
Thahir Ibn „Asyûr, Tafsir At-tahrîr wa At-tanwîr, (Tunis: Dâr At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984), juz 22, jilid 22, cet. ke-1, h. 344.
118
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
264.
119
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 90.
117
ً ْ َٰ
Kata ya pada ayat ini يحس َهةdigunakan kepada lawan bicara
120
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 892.
121
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 91.
118
122
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 894.
123
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 11, h. 534.
124
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
274.
119
َ َ
Kata ايُّىاbentuk Nida‟ ايyang menunjukkan makna Ighra‟
125
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 224.
126
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil fî
al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 897.
127
Lihat: Jarir Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah,
1994), jilid 6, h. 284.
120
Kata يْ َٰ
ٓ يت ّنbentuk nida ياyang menunjukkan bentuk nida‟ makna
ْ َٰ
Zamakhsyarî menjelaskan bahwa lafadz ٓ يت ّنيmerupakan insyâ‟i
128
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 11, h. 561.
129
Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma„ânî wa al-bayân wa al-Badî‟,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 90.
130
Az-Zamakhsyarî , Tafsir al-Kasyâf „an Haqâ‟iqi at-Tanzîl wa „uyûn al-Aqâwil
fî al-Wujûhi at-Ta‟wîl, h. 897.
121
ayat. Jika ditinjau dari adat nidâ‟ yang digunakan, terdiri dari يpada
ٰ ْ َٰ َ َ ْ َ َ ً ْ َٰ
lafadz ص
َ َ
ۤ ( يayat 1), ( كال يلي ّمayat 20), ( يحسهة على ال ّػت ّادayat 30),
َ( ٰي َتن ْي ٰا َدمayat 60) dan huruf ايpada lafadz ( ْال ِم ْجر ِم ْي َن َاي ُّ َىاayat 59),
ٓ ّ ّ
131
Ath-Thabarî, Tafsir Ath-Thabarî, (Beirut: Muassah Ar-risalah, 1994), jilid 6, h.
284.
132
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 11, h. 562.
122
رقمِ
معنى النوع الية
الية
ْ
الذك َر َّ َ َ َّ َ ِ ْ ِ َ
ّانما حن ّذر م ّن احتع ّ
َ َ َْ ْ َ َ َ َّ ْ
معىنْحقيقي االمر الرح ٰم َن ّةالغح ّبِۚ فب ّش ْه ِه وخ ّشي 11
َ َ ْ ْ
ّة َمغ ّف َر ٍة َّواج ٍر ك ّر ْي ٍم ١١
َْ َ ْ ََّ َ َ َ َ ْ ِ
ّك ْيل ادخ ّل الجنث كال ٰيلحج
معىنْحقيقي االمر ْ َ َ َ
22
ك ْي ّم ْي َيػل ِم ْين ٢٦
)معىنْغريْحقيقي( ه ِ َ َ َّ ْ َ َ َ ِ ْ َّ ْ َ
اّٰلل كال ال ّذين كفروا ّلل ّذين
َّ َ ٰ
ا َم ِن ْيٓا ا ِن ْطػ ِم َم ْن ل ْي يَ َشا ِۤء ه ِ
اّٰلل ّ
َ ٰ ْ َ ْ ِ َّ َْ َ
اطػ َمهٓ ّان انخ ْم ّالا ّف ْي ضل ٍل
ُّم ّت ْي ٍن ٤٧
َ َ َ ْ ْ ْ َ ِ
َوا ْمتازوا ال َي ْي َم ايُّىا ال ِمج ّر ِم ْين
معىنْحقيقي االمر 45
٥٩
ٌ ٰ َ ْ ِ َ
َوا ّن اغ ِتد ْ ّون ْي وذا ّص َهاط
معىنْحقيقي االمر َ
26
ُّم ْسخ ّل ْي ٌم ٦١
ِ ْ ْ َ َ
ك ْج ِخمْ َ
ّةما ال َي ْي َمّاصل ْيوا
معىنْحقيقي االمر َ ِْ ِ ْ َ
25
حكفرون ٦٤
رقمِ
معنى النوع الية
الية
َ َ َ
التسويو َو َس َيا ٌۤء َع َل ْيى ْم َءا ْن َذ ْر َت ِه ْم ا ْم لمْ
ّ
االستفهاـ ِْ ِ َ ْ ِ َ
61
)معىنْغريْحقيقي( حن ّذ ْرو ْم لا ِيؤ ّمن ْين ١٠
ِ َ ِ ِ
االنكار َكال ْيا َطاۤى ِِٕرك ْم َّم َػك ْم اى ِْٕن ِذك ْر ِحمْ
ّ
االستفهاـ َ ْ َ ْ ِ ْ َ ْ ٌ ُّ ْ ِ ْ َ
65
)معىنْغريْحقيقي( ةل انخم كيم مس ّهفين ١٩
َ َّ َ َ
تقرير َو َما ّل َي ل ٓا ا ْغ ِت ِد ال ّذ ْي ف َط َرنيْ
ّ
االستفهاـ َ ِ َ ِ َ
22
)معىنْغريْحقيقي( َواّ ل ْي ّه ح ْرجػ ْين ٢٢
َ ََّ ِ ْ ِ ْ ٰ َ ً ْ ُّ ْ
تخذ ّمن دو ّن ٓه ا ّلىث ّان ي ّرد ّنءا ّ
َ ِ َّ ِ ْ َّ ْ
االنكار الرح ٰم ِن ّةظ ٍه لا حغ ّن غ ّن ْي
االستفهاـ 22
)معىنْغريْحقيقي( َ َ َ ِ ِ ْ َ ْ َّ َ ِ ْ ِ ْ
شفاغخىم شي ًٔـا ولا ين ّلذو ّنِۚ
٢٣
َ َ
ك ْم َا ْول ْك َنا َك ْت َل ِى ْم منَ ََ
ال ْم َي َرواْ
ّ
تقرير َْ ْ َ
االستفهاـ ْ ََّ ِ ْ ِ ِْ 26
انهم ّالي ّىم لا اللرو ّن
)معىنْغريْحقيقي(
ِ َ
َي ْر ّجػ ْين ٣١
125
ْ
َ َْ ِ َ ل َيأ ِع ِلياْ
االنكار ّم ْن ث َم ّره َو َما غ ّملخه ّ
االستفهاـ ََ َ َْ ِ َ
24
َ ْ
)معىنْغريْحقيقي( افلا يشك ِر ْون ٣٥ ا ْي ّدي ّه ْم
َ َ َ ْ ِ َّ َ َ ِ َ
َواّ ذا ّك ْيل ل ِى ْم ان ّفل ْيا ِّما َرزكك ِم
ه ِ َ َ َّ ْ َ َ َ ِ ْ َّ ْ َ
اّٰلل كال ال ّذين كفروا ّلل ّذين
االنكار َّ َ ٰ
االستفهاـ ا َم ِن ْيٓا ا ِن ْطػ ِم َم ْن ل ْي يَ َشا ِۤء ه ِ
اّٰلل 54
ّ
)معىنْغريْحقيقي( َ ٰ َ
ْ
ْ ْ ِ ْ َّ
َ َْ َ
اطػمهٓ ّان انخم ّالا ّفي ضل ٍل
ُّم ّت ْي ٍن ٤٧
ْ ْ ِ ََّ َ َ ْ ٰ ِ َ َ
تقرير ا َول ْم َي َر ال ّان َسان انا خللنه ّم ْن
االستفهاـ 44
ٌ ُّ ْ َ َ َ ِ َ
)معىنْغريْحقيقي( نطف ٍث ف ّاذا و َي خ ّص ْي ٌم ُّم ّت ْين ٧٧
٨١
127
رقمِ
معنى النوع الية
الية
َْ َ ْ ََّ َ َ َ َ ْ ِ
ّك ْيل ادخ ّل الجنث كال ٰيلحج
معىنْحقيقي التمىنْ
ٌ ْ َ َ َ
22
ك ْي ّم ْي َيػل ِم ْين ٢٦
ُّم ّت ْي ٍن ٤٧
َْ ِ َ َ َ ََ َ َ
َول ْي نشا ِۤء لط َم ْسنا على اغح ّن ّى ْم
ََه َ َ ْ ََِ
معىنْحقيقي التمىنْ
ٌ فانى الط َهاط
ّ يا ل فاستت 22
َ
ط ِه ْون ٦٦ ِْ
يت ّ
128
ه ٰ ً ِ َّ َ ِ
اّٰلل ا ّل َىث
ّ َواتخذ ْوا ّم ْن د ْو ّن
معىنْحقيقي التمىنْ
ٌ َ َّ َ َّ 45
ْ ُ
لػل ِى ْم ِينط ِه ْون ٧٤
رقمِ
معنى النوع الية
الية
ٰ
معىنْحقيقي النٌداء صِۚ ١
ي ۤ 6
ِ ٌ َ َْ ُ ْ َ
َوجا َۤء ّم ْن اكصا ال َم ّد ْين ّث َرجل
التذكر َ َ َ
َّ ِ َّ
النٌداء ي ْس ٰعى كال ٰيل ْي ّم اح ّتػيا 21
)معىنْغريْحقيقي( ْ
َ
ال ِم ْر َس ّل ْين ٢٠
ْ
يح ْس َه ًة َع َلى ْالػ َتاد َما َيأح ْيى ْم منْ
َٰ
ّ ّ ّ ّ ّ ِۚ
التحسر
ٌ َ َ َ َّ َ ِ
النٌداء َّر ِس ْي ٍل ّالا عغن ْيا ّةه ي ْسخ ْى ّز ِء ْون 21
)معىنْغريْحقيقي(
٣٠
َ َ َ ْ ْ ْ َ ِ
االغراء النٌداء َوا ْمتازوا ال َي ْي َم ايُّىا ال ِمج ّر ِم ْين 45
129
)معىنْغريْحقيقي( ٥
ٰ َ َ ْ َّ ََ َْ ْ َ ِ
ال ْم اغ َىد ّال ْيك ْم ٰي َت ّن ْيٓ اد َم ان لا
التذكر
َّ َ ِ َ ِ َّ ٰ َْ ِ
النٌداء حػ ِتدوا الش ْيط َنِۚ ّانه لك ْم عدو 21
)معىنْغريْحقيقي(
ٌ
ُّم ّت ْين ٦٠
130
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan yang dipaparkan di
atas adalah:
Kalâm Insyâ‟i thalabî pada penafsiran az-Zamakhsyarî hanya ada
4 terdiri dari amr (perintah), istifhâm (pertanyaan), tamannî (harapan),
dan nidâ‟ (panggilan) sedangkan untuk nahy (larangan) penulis tidak
menemukannya dalam surah Yâsîn pada penafsiran az-Zamakhsyarî.
Penafsiran az-Zamakhsyarî di dalam tafsir Al-Kasyâf tepatnya dalam
surah Yâsîn, ayat-ayat yang mengandung kalâm Insyâ‟i thalabî terdiri
dari amr (perintah) sebanyak 10 kata yang tersebar dalam 10 ayat yang
hanya terdiri dari fi‟il amr, istifhâm (pertanyaan) sebanyak 16 kata
yang tersebar dalam 16 ayat mengandung huruf-huruf istifhâm
()أ, tamannî (harapan) sebanyak 6 kata yang tersebar dalam 6 ayat yang
sebanyak 5 kata yang tersebar dalam 5 ayat yang terdiri atas ياdan ايٌها.
131
132
B. Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam surah Yâsîn terdapat
ayat-ayat kalâm insyâ‟i thalabî dengan berbagai bentuk dan penelitian
ini memiliki keterbatasan baik yang berkaitan dengan datanya,
substansinya maupun model analisisnya. Oleh karena itu, disarankan
kepada pihak yang berkompeten dengan ilmu ma„ânî maupun tafsir Al-
Qur`an untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan
data, substansi masalah dan model analisisnya yang berbeda dan
komprehensif juga penelitian lebih lanjut dalam surah-surah yang
terdapat dalam Al-Qur`an yang lebih banyak dan lebih panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Ibn „Asyûr, Tahir, Tafsir At-tahrir wa At-tanwir, Tunis: Dar At-tunisiyah An-
Nasyr, 1984.
133
134
Najiah, Siti dan Penny Respati Yurisa, “kajian tentang Bahasa, Sastra, dan
Budaya Arab di Indonesia”. dalam Seminar Nasional Bahasa Arab
Mahasiswa HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang, 2019.
Tika Fauziah kelahiran Sukabumi, lahir pada 27 Januari 1999 anak pertama
dari dua bersaudara yaitu, M. Fachrillah Syihab dan Aliesha Zahra Syihab.
Penulis lahir dari pasangan Bpk. Aab Sihabudin dan Ibu Ai Nuraisyah S.Pd.I.
137