Anda di halaman 1dari 69

OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF HADIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh
Arfan Akbar
NIM: 107034001786

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H. / 2014 M

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan gelar strata 1 (S1), di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah penulis

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

penulis atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 Mei 2014

Penulis,

(Arfan Akbar)

ii
OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF HADIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

Arfan Akbar
NIM: 107034001786

Pembimbing

Dr. Bustamin, M. Si
NIP: 196307011998031003

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H. / 2014 M

iii
iv
Abstrak
Olahraga merupakan sebuah budaya dan juga merupakan sebuah
keharusan yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia, maka dari itu, skripsi ini
mencoba mengkaji tentang olahraga lebih dalam lagi dilihat dari segi perspektif
hadis dengan secara umum, seperti definisi olahraga, karakteristik olahraga,
manfaat olahraga dan jenis-jenis olaharaga.

Pembahasan skripsi ini lebih ditekankan tentang olahraga yang dianjurkan


Rasulullah Saw, yang mengandung hikmah dan manfaat yang bisa dipetik di
dalamnya seperti berenang, memanah dan berkuda. Ketiganya, mengandung
aspek kesehatan/kekuatan, keterampilan, kecermatan, sportifitas, dan
berkompetisi dan hadis-hadis tentang olahraga yang dibahas dalam skripsi ini,
memakai kajian tematik.

Selanjutnya, penelitian ini difokuskan pada analisis matan hadis yang


diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Abu Daud dan Imam Baihaqi. Hadis tersebut
diriwayatkan secara al-Riwayah bi al-Ma’na dan menjelaskan hadis-hadis yang
berkaitan tentang olahraga tersebut.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allâh SWT, yang menyinari hamba-Nya

dengan cahaya yang terang, dan menjadikan al-Qur’ân dan Hadis sebagai obat

bagi penyakit hati, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang, sehingga dengan

taufîq-Nya penelitian berjudul ”Olahraga dalam Perspektif Hadis” ini, dapat

diselesaikan. Demikian juga, salawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk

Nabi Muhammad Rasulullah saw.

Sebagai karya tulis hamba yang dha’îf, tentunya di dalam penelitian ini

masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, yang kelak ditemukan oleh

mereka yang mau menelaahnya dengan teliti. Segala kesalahan tersebut tak lain

adalah keterbatasan penulis di dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis

terhadap beberapa masalah yang kelihatannya sepele namun penting untuk dikaji

kembali sebagai bentuk pemahaman yang lebih mendalam lagi terkait Olahraga.

Penulis juga menyadari bahwa, penelitian ini tak luput dari jasa lembaga dan

orang-orang tertentu yang telah membantu penulis, baik secara moril maupun

materil. Atas segala bantuan tersebut penulis sampaikan banyak terima kasih;

khususnya kepada:

1. Dr. Bustamin, M.Si, selaku pembimbing yang telah banyak membantu,

membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini. (Jazâhu Allâh

wanafa’anâ bi ’ulûmihû fi al-dârayn)

vi
2. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, (Dekan

Fakultas Ushuluddin), Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA (Ketua Jurusan

Tafsir-Hadis), Jauhar Azizy, MA (Sekjur Tafsir-Hadis). (Jazâhumullâh

wanafa’anâ bi ’ulûmihim fi al-dârayn)

3. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, khususnya dosen-

dosen di jurusan Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada

penulis, sehingga berkat merekalah penulis mendapatkan setetes air dari

samudera ilmu pengetahuan. (Jazâhumullâh wanafa’anâ bi ’ulûmihim)

4. Kedua orang tua, Ayahanda tercinta Husin, S.Pd dan Ibunda tercinta

Dufiyati, S.Pd yang selalu memberi motivasi, bimbingan, pendidikan

dan pengajaran, serta senantiasa mendoakan penulis untuk mencapai

kesuksesan di masa depan. Semoga penulis selalu mendapatkan ridha

mereka, dan dapat berbakti kepada keduanya. (Allâhumma irhamhumâ

wa ihfazhhumâ kamâ rabbayânî saghîran, waballigh maqâsidahumâ

wa thawwil ’umûrahumâ fî thâ’âtik)

5. Drs. H. Harun Rasyid, MA selaku orangtua penulis yang telah mendidik

penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. (Jazâhumullâh

wanafa’anâ bi ’ulûmihim)

6. Segenap sivitas lembaga FORMAL, BEDEBU Fc dan THE JAK Mania

Ciledug Plus. Allahumma waffiqnâ fî kulli khayr.

7. Teman-teman penulis di manapun berada, khususnya sahabat-sahabat,

seluruh mahasiswa Tafsir-Hadis angkatan 2007/2008, khusunya kelas

TH-B, teman-teman seperjuangan, yaitu : Iwong at-Tijani.S.Th.i, Ibad

vii
al-Syarawey.S.Th.i, Rusli al-Gondola.S.Th.i, Maiel al-Famart.S.Th.i,

M.Berbudi, Fikri Ilhami, Budi pers, Ibad Ciputat, yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan peneltian ini yang tidak dapat disebutkan

satu persatu dalam ungkapan yang singkat ini. Jazâkumullâh ahsan al-

jazâ` wa adâma suhbatanâ.

Jakarta, 08 Mei 2014

Ttd,

ARFAN AKBAR

Penulis

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

‫ا‬ (-) ‫ط‬ Th

‫ب‬ B ‫ظ‬ Zh

‫ت‬ T ‫ع‬ ‘

‫ث‬ Ts ‫غ‬ Gh

‫ج‬ J ‫ف‬ F

‫ح‬ H ‫ق‬ Q

‫خ‬ Kh ‫ك‬ K

‫د‬ D ‫ل‬ L

‫ذ‬ Dz ‫م‬ M

‫ر‬ R ‫ن‬ N

‫ز‬ Z ‫و‬ W

‫س‬ S ‫هـ‬ H

‫ش‬ Sy ‫ء‬ `

‫ص‬ S ‫ي‬ Y

‫ض‬ Dh

ix
B. Vokal

Vokal Tunggal : ‫ = ـــــ‬a ‫ـــــ‬ = i ‫ـــــُـ‬ = u

Vokal Panjang : ‫ = ــــا‬â ‫ــــي‬ = î ‫ــــُو‬ = û

Vokal Rangkap : ‫ = ــــي‬ay ‫ــــو‬ = aw

C. Alif Lam (al)

Alif lam ta’rîf (‫ )ال‬dalam lafaz atau kalimat, baik yang bersambung dengan
huruf qamariyyah maupun syamsiyyah ditulis dengan huruf kecil (al), dan diikuti
dengan kata penghubung ” – “. Namun, jika terletak diawal kalimat, maka ia
ditulis dengan huruf besar (Al). Contoh:
1. “al” ditulis dengan huruf kecil

- al-Quran = seperti, “sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’ân”

- al-Baihaqî = seperti, “menurut al-Baihaqî, bahwasannya…”

2. “Al” ditulis dengan huruf besar

- Al-Baihaqî = seperti, “Al-Baihaqî menyatakan bahwa….”

- Al-Bukhârî = seperti, “Al-Bukhârî, didalam kitabnya menandaskan…”

D. Singkatan

swt = Subhânahu wa ta’âlâ H = Hijriyah

as = ‘Alaih al-salâm ra = Radhiya Allâh ‘anhu

M = Masehi W = Wafat

Qs. = al-Qur’ân: surat hal. = Halaman

saw = Salla Allâh ‘alaih wa sallam

x
E. Lain-lain

- Transliterasi syaddah (‫ )ـــّــ‬dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama.

- Transliterasi ta’ marbûtah adalah ” h ”.

- Untuk terjemahan ayat al-Qur’ân, penulis mengutip Mushaf al-Qur’ân


Terjemah Departemen Agama RI.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

PERNYATAAN ............................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ............................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Perumusan Masalah ......................................................... 7

C. Kajian Pustaka ................................................................. 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................ 8

E. Metodologi Penelitian ..................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ...................................................... 10

BAB II TINJAUAN OLAHRAGA SECARA UMUM

A. Definisi Olahraga ............................................................. 11

B. Karakteristik Olahraga ..................................................... 12

C. Jenis-Jenis Olahraga ......................................................... 14

D. Manfaat Olahraga ............................................................. 17

E. Tujuan Olahraga ............................................................... 20

BAB III HADIS TENTANG OLAHRAGA

A. Hadis Tematik Tentang Olahraga..................................... 21


xii
B. Asbabul Al-Wurud Hadis ................................................. 42
C. Analisis Matan Hadis ....................................................... 45

D. Pendapat Ulama tentang Olahraga .................................... 49

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................... 52

B. Saran-saran ....................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 54

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis Nabi SAW dalam pandangan umat Islam merupakan salah satu

sumber ajaran Islam. Secara structural hadis menduduki posisi setelah al-Qurân.

Sedangkan secara fungsional hadis merupaikan bayân (penjelas) terhadap al-

Qurân. Ini artinya hadis mempunyai posisi yang sangat signifikan dan strategis

dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qurân yang masih global. Oleh karena itu,

sebagai umat Islam sangat berkepentingan untuk menggali butir-butir ajaran Islam

yang terdapat dalam hadis-hadis tersebut.1

Hadis adalah ucapan, perbuatan, taqrîr dan hal ihwal Nabi Muhammad

SAW, menduduki tempat yang tinggi dalam jiwa umat Islam. Dalam kaitannya

dengan fungsi dan kedudukan hadis Nabi terhadap al-Qurân, Allah SWT telah

menerangkannya dalam al-Qurân seperti peran Nabi Muhammad SAW sebagai

muffasir al-Qurân. Allah SWT telah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 44 :

Artinya : “Dan kami turunkan kepadamu Al Qurân, agar kamu


menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada
mereka dan supaya mereka memikirkan” (Q.S An-Nahl : 44).2

Dari ayat di atas, jelaslah bahwa tugas Rasulullah SAW ialah menjelaskan

baik dengan lisan atau perbuatan, hal-hal yang masih global dan sebagainya yang

terdapat dalam al-Qurân. Tugas ini berdasarkan perintah Allah SWT, tentu saja

1
Sayid Agil Husein al-Munawar, Studi Hadis Nabi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
Cet. Ke-1, h. 8.
2
Al-Qur’an dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. (QS. An-Nahl : 44)

1
2

penjelasan terhadap al-Qurân bukanlah hanya sekedar membaca al-Qurân, banyak

ayat-ayatnya yang masih memerlukan penjelasan praktis dan itu sudah dilakukan

oleh Rasulullah SAW, karenanya Rasulullah SAW tidak bisa dilepaskan begitu

saja dari tugas ini, menolak penjelasan Rasulullah SAW sama artinya menolak al-

Qurân.3

Hadis merupakan sumber ajaran Islam setelah al-Qurân. Al-Qurân dan

hadis sebagai pedoman umat Islam, bukan saja berisi masalah-masalah hukum,

tetapi juga mencakup pada kehidupan sosial, baik berupa masalah politik,

ekonomi, kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, olahraga dan sebagainya.

Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi

Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim

untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, berkuda,

dan jenis olahraga yang bermanfaat untuk kesehatan individu.

Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang

meragukan manfaat olahraga bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul

“Pemeliharaan Kesehatan Dalam Islam” oleh dr. Mahmud Ahmad Najib (Guru

Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan bahwa

olahraga sangat berguna bagi kesehatan manusia jika dia mau sehat. Karena

dengan berolahraga mampu menyembuhkan penyakit dan membantu manusia

menuju kesehatan fisik dan batin. Selain itu juga bisa merilekskan jiwa dan raga

kita serta mengeluarkan zat-zat jahat ditubuh dengan jalur keringat-keringat yang

keluar dari dalam tubuh.4

3
M.M Azami, Hadis Nabawi, Sejarah dan Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1994), h. 27.
4
Manfaat olahraga bagi tubuh manusia lih. Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan
Dalam Syari`at Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. I h. 83.
3

Olahraga banyak macamnya mulai dari jalan kaki, lari, sepak bola,

memanah, berkuda, berenang dan lain sebagainya. Dari olahraga yang mahal

sampai termurah bahkan gratis tidak memerlukan biaya. Akan tetapi olahraga

yang ditekankan “Rasulullah SAW” di antaranya adalah : berkuda, memanah, dan

berenang. Sebagimana sabdanya:

.
Artinya : “Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Husain
al-Qadli telah mengabarkan kepada kami Abu Ja`far Muhammad bin
Ali’Athar, mengabarkan kepada kami Ayahku, meriwayatkan kepada kami
Qais dari Lais dari Mujahid dari Ibn Umar berkata: bersabda Rasulullah:
“Ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, dan menenun bagi anak
perempuan.” (HR Imam al-Baihaqi). 5

.
Artinya : “Telah meriwayatkan kepada kami Abu Hasan Ahmad bin
Muhammad bin Abdus al-Tharaifi, telah meriwayatkan kepada kami
Utsman bin Sa’id, telah meriwayatkan kepada kami Zaid bin Abdu
Rabbah, telah meriwayatkan kepada kami Baqiyah dari Isa bin Ibrahim,
dari al-Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi’ dari Abu Rafi’ berkata:
bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah apakah seorang anak
mempunyai hak atas kami, sebagaimana kami mempunyai hak atas
mereka? Rasulullah menjawab: ia. Hak anak-anak atas orang tuanya,

5
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal
Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I, hadis
8664, h. 401.
4

diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi sesuatu yang baik-


baik.” (HR Imam al-Baihaqi). 6

Adapun dalam hadis lain yang berbunyi sebagai berikut:

.
Artinya : “Telah meriwayatkan kepada kami Musa bin Harun,
meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Rahawiyah, di dalam sanad yang
lain telah menceritakan kepada Ja’far bin Muhammad al-Faryabi, dan
telah menceritakan kepada kami Abu al-Asbaghi Abdul Aziz bin Yahya al-
Harani, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Salamah bin Abdul Rahim, dan dari Abdul Wahab bin Bakhat, dari
Atha’ bin Abu Rabah berkata: saya melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir
bin Umair al-Anshari latihan memanah, lalu salah seorang diantara
mereka merasa jenuh lalu temannya berkata engkau itu malas: Aku
pernah mendengar Rasulullah bersabda: setiap sesuatu yang bukan
merupakan dzikir kepada Allah adalah permainan dan kelalaian,kecuali
empat perkara yaitu: “seorang laki-laki berjalan diantara dua sasaran
(untuk memanah), seseorang yang melatih kudanya, belaian seorang
suami terhadap istrinya, mengajar/belajar berenang.”(HR. Imam at-
Thabrani). 7

Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, apabila seseorang

melakukan dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap

perkembangan jasmaninya. Selain olahraga berguna bagi pertumbuhan dan

perkembangan jasmani manusia, juga memberikan pengaruh kepada

perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efensiensi kerja

6
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal
Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, Juz VI, hadis 8665, h. 401.
7
Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir fi Bab
Jim, (al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983), Juz II, h. 193.
5

terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan

menjadi teratur.8 Allah SWT berfirman:

tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu
Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja
nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup
yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Q.S. al-
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
Anfaal:60).
musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu

Kemudian Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “Orang mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah Swt dari
pada orang mukmin yang lemah. Namun begitu, kedua-duanya sama-sama
mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu dalam keadaan (situasi) yang
bermanfaat bagi dirimu dan mohonlah selalu pertolongan kepada Allah
Ta’ala, dan jangan bosan. Jika engkau mendapat cobaan, jangan berkata
: “seandainya (tadi) aku perbuat begini dan begitu (tentu tidak akan
8
Jhon Huocks, (terj), Teori Olah Tubuh dan Efektifitasnya, (Jakarta:Media Pustaka,
1990), cet. II, h. 55.
9
Al-Qur’an dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. (Q.S. al-Anfaal:60)
6

begini jadinya).” Tetapi ucapkanlah “Allah Maha Kuasa berbuat


sekehendak-Nya.” Karena kata-kata “law” (seandainya) memberi
peluang bagi syaitan.”10

Hadis diatas dapat dipahami bahwa orang mukmin yang jasmaninya dan

rohaninya kuat akan lebih cinta kepada Allah dari pada orang mukmin yang

lemah.

Beberapa anggota Majelis Ulama Indonesia mempunyai pandangan yang

sama tentang hukum olahraga menurut ajaran Islam, bahwa hukum olahraga

adalah sunnah atau dianjurkan melakukannya menurut ajaran Islam selama

pelaksanaannya mengikuti ajaran Islam. Tetapi apabila dalam pelaksanaannya

bertentangan dengan syariat Islam seperti memakai pakaian yang membuka aurat

dan menimbulkan nafsu seksual serta menimbulkan perbuatan maksiat, maka

hukumnya adalah haram.

Sementara sebagian ulama mempunyai pandangan bahwa hukum olahraga

adalah mubah atau dibolehkan, selama pelaksanaannya menurut ajaran Islam,

tetapi apabila situasi dan kondisi dari pelaksanaan olahraga itu berubah, maka

hukumnya juga berubah sesuai dengan situasi dan kondisi dari orang yang

melakukannya dan pelaksanaan olahraga itu sendiri. Dengan demikian maka

hukum olahraga bisa menjadi wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.

Dari latar belakang pemikiran diatas, maka penulis mencoba meneliti dan

menganalisis hadis-hadis tentang olahraga. Oleh karena itu, dalam penulisan

skripsi ini penulis sengaja mengambil judul : “Olahraga dalam Perspektif

Hadis”

10
Ma’mur Daud, terjemah Hadis Shahih Muslim, (Malaysia: KLANG BOOK CENTRE,
1995), Cet ke-2, Jilid VIII, hadis 6945, h. 56.
7

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah berguna untuk membatasi ruang lingkup pembahasan

supaya tidak melebar kemana-mana. Dari latar belakang yang ada, penulis

memberikan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Olahraga dalam

Perspektif Hadis ?

C. Kajian Pustaka

Penulis telah menemukan beberapa skripsi, buku, artikel dan sebagainya

yang berkaitan tentang skripsi yang penulis bahas, yaitu :

1. Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis), yang ditulis oleh

Mohammad Hasan, pada Tanggal 14 Januari 2013, di Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Namun demikian,

perumusan masalah skripsi ini yaitu: Bagaimana pemaknaan terhadap

hadis tentang anjuran olahraga dan bagaimana relevansi hadis dengan

realitas dunia olahraga pada masa kini.

2. Metodologi Analisis Kritik Hadis Olahraga, yang ditulis oleh Nasrul

Hadi Nur Wibowo, pada tanggal 13 Juli 2006, di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun demikian, skripsi ini

hanya menjelaskan tentang perlombaan olahraga pacuan kuda, pacuan

unta dan memanah saja, tidak membahas status dan kedudukan

olahraga dalam Islam.

3. Analisis Hadis-hadis tentang Olahraga Renang, yang ditulis oleh Agus

Ashadi pada tanggal 18 Januari 2010, di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini hanya membahas hadis-hadis


8

tentang olahraga renang saja, tidak mencakup seluruh olahraga-

olahraga dalam Islam.

Adapun skripsi yang penulis tulis ini lebih memfokuskan kepada analisa

hadis tentang olahraga disertai dengan pandangan dan pendapat para ulama.

Adapun kitab-kitab yang menjadi rujukan dalam penulisan skripsi ini antara lain

al-Kutub al-Tis’ah dan kitab hadis lainnya yang mendukung dengan pembahasan

skripsi ini.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu mempunyai tujuan dan kegunaan masing-masing.

Dalam penelitian ini tujuannya antara lain :

1. Mendapatkan pemahaman tentang olahraga dalam prespekti hadis.

2. Mengetahui olahraga yang ditekankan Rasulullah SAW.

Dan yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan inspirasi bagi kajian Islam terutama dalam kajian hadis

yang penulis lakukan sekarang ini.

2. Sebagai syarat untuk gelar sarjana S1 pada Fakultas Ushuluddin.

E. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode

penelitian kepustakaan (Library Research). Library Research adalah suatu

penelitian penyelidikan terhadap buku-buku, majalah, artikel dan bahan-bahan

yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Kemudian dari bacaan
9

tersebut penulis mengklarifikasikan materi dan kemudian dituangkan dalam

bentuk tulisan.11

Kemudian dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada metodologi

deskriptis analisis, yang dalam hal ini diharapkan dapat memahami dan

memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan isi

skripsi ini. Demikian juga agar penulis dapat menyusun dalam bentuk yang

sistematis sehingga nantinya dapat mengena pada inti permasalahan dan dapat

memperoleh hasil penelitian yang benar.

Adapun data primer yang penulis pakai dalam penulisan skripsi ini adalah

: al-Kutub al-Tis’ah, dan kitab-kitab yang berkaitan dengan tema yang di bahas.

Sedangkan data sekunder merupakan sumber pendukung yang ada

relevansinya dengan pembahasan skripsi ini. Semua itu dilakukan melalui proses

pengumpulan data-data, pendapat para ulama ahli fiqih dan hadis untuk kemudian

dijadikan analisis kesimpulan akhir pada skripsi ini.

Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis menggunakan standar buku

pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2007 yang dianjurkan Fakultas Ushuluddin dan juga rujukan penulisan ayat-

ayat al-Qurân Depag RI.

F. Sistematika Penulisan

11
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-1, h.10
10

Ada empat bab dalam skripsi ini, setiap bab terdiri dari sub-sub bab, hal

ini sebagai penjelas yang memiliki kolerasinya dengan pembahasan bab-bab

tersebut. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

Bab pertama adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi peneletian dan sistematika penulisan.

Bab kedua menjelaskan tentang tinjauan olahraga secara umum, antara

lain : definisi, karakteristik, jenis-jenis dan manfaat olahraga, serta tujuan

olahraga.

Bab ketiga menjelaskan tentang hadis tentang olahraga, yaitu : hadis

tematik tentang olahraga, asbabul Al-Wurud Hadis, analisa matan hadis dan

pendapat ulama tentang olahraga.

Bab keempat merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-

saran.
BAB II

TINJAUAN OLAHRAGA SECARA UMUM

A. Definisi Olahraga

1. Menurut Bahasa

Dalam bahasa Arab, olahraga yaitu : ٌ ‫( ٌريٌا ضٌة‬keolahragaan)1.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, olahraga mempunyai dua suku kata yaitu :

“Olah” dan “Raga”. “Olah” berarti mengerjakan, mengusahakan, sesuatu hal

supaya menjadi lain atau menjadi lebih sempurna. Sedangkan “Raga” adalah badan,

fisik atau tubuh manusia.2 Kalau dilihat dari penggabungan kata olahraga beararti

gerak badan untuk menyehatkan dan menguatkan tubuh 3

2. Menurut Ilmu Kesehatan

Kalau dilihat dari unsur kesehatan, olahraga adalah salah satu bagian yang

menyehatkan. Menurut ilmu kesehatan dan kedokteran, sistem olahraga tubuh yang

membawa manusia kearah kebugaran fisik (Airobik) dan mental tubuh.4 Olahraga

ini mengandung gerak sehat, gerak olah otot tubuh membakar lemak, dan mengatur

sistem pernapasan yang dianjurkan oleh ilmu kesehatan khususnya dalam

pencegahan penyakit seperti asma, paru-paru, kolestrol berlebih, jantung dan

sebagainya.5 Tujuan setiap olahraga adalah gerak, pada akhirnya yaitu pencapaian

1
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya :
Pustaka Progressif, 2007), cet I, hal. 613.
2
Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1988), cet. I, hal. 624-625.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. I, hal. 719.
4
R.H. Su`dan M.D., S.K.M, Al-Qurân dan panduan kesehatan masyarakat, (Jakarta:
Diknas,1978), hal. 57
5
Y.S. Santosa Giriwijoyo. DKK, Olahraga dan olahraga kesehatan, (Bandung:
FPOK/IKIP Press, 1991), hal. 57.

11
12

kesehatan yang hakiki, baik kesehatan yang dinamis, atraktis dan rekreatis yang

akan menjadi olahraga prestasi.

Olahraga memang banyak macamnya dari yang termurah sampai termahal.

Kalau dilihat dari segi unsurnya olahraga Airobik dapat dikatagorikan masuk ke

dalam olahraga yang cukup terjangkau oleh masyaakat dengan kata lain olahraga

tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat dari golongan bawah, menengah sampai

golongan atas. 6

B. Karakteristik Olahraga

Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, perkembangan olahraga semakin pesat
dengan keanekaragaman ciri yang terdapat pada masing-masing cabang
olahraga. Perkembangan macam-macam olahraga ini tidak terlepas dari
pengaruh keadaan sosial, budaya, politik, ekonomi, geografis, dan politik.
Meskipun demikian tetap ada beberapa karakter pokok yang tidak dapat
dihilangkan dari kegiatan yang disebut olahraga. Berikut ini merupakan
karakter atau ciri suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai olahraga :

1. Kegiatan Fisik
Orientasi fisik merupakan ciri utama dalam kegiataan yang disebut dengan
olahraga. Orientasi fisik dalam hal ini seperti aspek motorik, daya tahan,
kecepatan, kekuataan, dan keterampilan yang merupakan unsur intern dari
kegiatan olahraga. Oleh karena itu kegiatan olahraga selalu menampakan
diri dalam wujud nyata kehadiran fisik, peragaan diri secara sadar, dan
disertai dengan penggunaan alat-alat yang konkrit. Setiap bentuk permainan
sejati dalam olahraga terdiri atas kegiataan yang lebih menekan aspek gerak
sehingga unsur jasmaniah menjadi sangat dominan.7

2. Permainan
Menurut Dini Rosdiani dalam buku Dinamika Olahraga Dan Pengembangan
Nilai, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu: permainan adalah bentuk
kegiatan yang dikerjakan dengan mengikuti aturan tertentu yang biasa
disebut aturan permainan. Agar menjadi jelas permainan biasanya
dibandingkan dengan pekerjaan. Perbedaan dari keduanya dapat dilihat dari
makna atau tujuan kegiatan tersebut. Dalam bekerja selalu diharapkan hasil
pekerjaan, yaitu sebagai akibat dari kegiatan yang telah dilakukan.
6
Wasis Ekyono DKK, Teori Olahraga, (Jakarta: CV. Karya, 1981), cet. IV, hal. 10.
7
H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 137.
Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis)”,Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013.
13

Sedangkan dalam permainan yang dicari adalah kepuasan dalam melakukan


kegiatan tersebut.8 Ciri inilah menurut penulis merupakan ciri paling hakiki
dari kegiatan olahraga.

3. Realitas Olahraga
Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, perilaku dalam olahraga sering
digambarkan bukan hanya bersifat artifisial, imaginer, atau hanya ilusi,
sebaliknya olahraga dikatakan sebagai kegiatan yang real dan nyata.
Keterlibatan seseorang dalam olahraga tidak semata-mata terpaku mengikuti
peranan yang telah ditetapan melainkan dia bersama pemain yang lain
memainkan permainan yang real dalam konteks permainan.9 Dengan kata
lain seseorang yang sedang melakukan kegiatan olahraga dituntut untuk
berjuang dengan sungguh-sungguh. Hal ini karena ada tantangan yang harus
dilawan dan diatasi. Seorang atlet baru akan merasa puas jika bisa bermain
lebih baik dari lawannya, hal ini kerana dalam olahraga selalu ada tantangan
yang harus dijawab oleh seorang atlet dengan prestasi yang lebih baik dari
lawannya.

4. Prinsip Prestasi (Kompetisi)


Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, olahraga pada dasarnya tidak selalu
mengacu pada maksud dan tujuan eksternal seperti halnya semua bentuk
permainan. Olahraga juga selalu diwarnai oleh drama dalam setiap
gerakkanya. Karena itu upaya untuk mempertahankan „unsur ketegangan‟
sebagai titik tengah antara kondisi yang membosankan dan tuntunan yang
berlebihan merupakan komponen yang absolut dari cirri dunia olahraga.10
Artinya untuk membedakan olahraga dengan permainan pada umumnya
harus ada satu membedakan olahraga dengan permainan pada umumnya
harus ada satu tujuan tertentu yang ditetapkan setinggi-tingginya yaitu
prestasi yang melebihi pencapaian orang lain sebagai pengakuan bahwa
kegiatan olahraga yang dilakukan tersebut berbeda dengan permainan yang
hanya mengandalkan unsur keberuntungan yang tidak rasional. Pencapaian
prestasi ini akan melibatkan kesulitan tertentu yang menghadang, resiko,
frustasi dan kemungkinan kegagalan. Dengan demikian prinsip prestasi ini
dinyatakan melalui aspek jasmaniah sesuai dengan realitas olahraga dan
olahraga sebagai kegiatan fisik.

5. Dimensi Sosial
Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, olahraga tidak mungkin dilakukan
seorang diri. Hal ini karena dalam olahraga apa prinsip permainan dan
prinsip pestasi. Dengan dua prinsip tersebut akan selalu ada pihak lain yang
harus ditandingi permainan dan prestasinya. Bahkan untuk olahraga yang
8
Dini Rosdiani, Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai (Bandung : Alfabeta, 2012)
hal. 78. Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-
Hadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013.
9
H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 138.
10
H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 139.
14

hanya bersifat single misalnya, seperti angkat besi tetap ada pihak lain yang
(lawan) yang harus diungguli prestasinya. Artinya dalam olahraga akan
mungkin terjadi interaksi sosial yang akan membentuk kelompok sosial.
Prinsip dimensi social ini juga ada kaitannya dengan ciri olahraga yang
terakhir yaitu sikap fairplay (sportif atau ksatria).11

6. Sportif atau Ksatria.


Menurut Dini Rosdiani dalam buku Dinamika Olahraga Dan Pengembangan
Nilai, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, sikap sportif merupakan sikap
yang melandasi perilaku yang tepat terhadap orang lain yang menjadi lawan
dalam kegiatan olahraga yang sedang dilakukan. Maksudnya sikap sportif
ini adalah sikap yang memandang lawan sebagai kawan yang diperlukan
untuk bersama-sama dapat menampilkan pertunjukan olahraga yang sebaik-
baiknya. Tanpa lawan sebagai kawan tidak mungkin kegiatan olahraga
dapat dilaksanakan. Lawan bermain bukan musuh yang harus disingkirkan
melainkan kawan yang harus dihargai dan dihormati agar terjadi interaksi
social yang baik dan terbentuk kelompok yang bagus.12

C. Jenis-Jenis Olahraga

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang


Sistem keolahragaan Nasional dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu
3 2005. pdf yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, pengertian olahraga
yang dipaparkan oleh para ahli sangat beragam sesuai dengan prespektif yang
digunakan dan ciri yang terdapat dalam olahraga yang berusaha dijelaskan.
Dari berbagai deskripsi tentang pengertian dan ciri olahraga diatas berikut ini
akan dipaparkan klasifikasi olahraga ditinjau dari tujuannya digolongkan
sebagai berikut :

1. Olahraga Pendidikan
Olahraga pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional didefinisikan sebagai
pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses
pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan,
kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Olahraga
pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan yang
dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui
kegiatan intrakurikuler/ekstrakurikuler. Olahraga pendidikan dimulai sejak
usia dini dan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang
pendidikan. Olahraga pendidikan merupakan olahraga yang dilakukan di
lembaga pendidikan atau sekolah sebagai bagian dari proses pendidikan
untuk membentuk kepribadian siswa. Olahraga ini identik dengan aktivitas

11
H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 140
12
Dini Rosdiani, Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai (Bandung : Alfabeta,
2012) hal. 80.
15

pendidikan jasmani yaitu cabang-cabang olahraga sebagai media


pendidikan.13
2. Olahraga Rekreasi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem keolahragaan Nasional dari http://www.pendidikan-
diy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu
olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran,
dan kegembiraan. Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses
pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran. Olahraga rekreasi dapat
dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan,
atau organisasi olahraga.14 Biasanya olahraga jenis ini banyak dilakukan
oleh orang-orang sibuk yang hampir tidak ada waktu luang. Artinya
olahraga jenis ini menurut penulis benar-benar dilakukan hanya karena
benar-benar butuh pelampiasan dari kesibukan sehari-hari yang menguras
tenaga. Menurut penulis olahraga jenis inilah yang sesuai dengan pengertian
olahraga sesungguhnya.

3. Olahraga Prestasi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem keolahragaan Nasional dari http://www.pendidikan-
diy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf, yang dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu
olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara berencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui
kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan. Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka
meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Olahraga prestasi dilakukan oleh
setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai
prestasi. Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.15

4. Olahraga Rehabilitasi (Kesehatan)


Menurut H.J.S Husdarta dalam buku Sejarah Dan Filsafat Olahraga, yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu olahraga rehabilitasi atau olahraga
kesehatan adalah suatu kegiatan olahraga yang bertujuan untuk pengobatan
atau penyembuhan. Jenis olahraga ini biasanya sikelola oleh tim medis dan
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan
Nasional, dalam bentuk PDF didownload dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005.
pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.39 WIB.
14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan
Nasional, dalam bentuk PDF didownload dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005.
pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.39 WIB.
15
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan
Nasional, dalam bentuk PDF didownload dari http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005.
pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.39 WIB. Dikutip oleh Mohammad Hasan “Olahraga Perspektif Hadis
(Studi Ma’ani al-Hadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari
2013.
16

hanya untuk kelompok tertentu. Fungsi dari olahraga kesehatan ini adalah
untuk memulihkan kesehatan pasien dari penyakit-penyakit tertentu seperti
penyakit jantung koroner, penderita asma, penyembuhan setelah cedera, dan
penyakit lainya yang dianjurkan oleh dokter. Oleh karena itu olahraga
rehabilitasi ini biasanya hanya berkembang di pusat-pusat rehabilitasi dan di
rumah sakit.16

Darihttp://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_OLAHRAGA/1976030820
05011SUHERMAN_SLAMET/modul_bermain_08/bab_6_teori_bermain,pdf
yang dikutip oleh Mohammad Hasan, Olahraga pendidikan dan olahraga
rekreasi disebut juga dengan olahraga amatir yaitu olahraga yang dilakukan
atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga. Sedangkan olahraga prestasi
adalah nama lain dari olahraga profesional yaitu olahraga yang dilakukan untuk
memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan
atas kemahiran berolahraga. Selain berdasarkan tujuannya, olahraga yang
berkembang pada saat ini dapat digolongkan menurut cabang-cabang olahraga
sejenis ditinjau dari sifat, peraturan, tempat penyelenggara, dan musim.17
Klasifikasi olahraga menurut sifatnyan adalah :

1. Sifat pertandingan. Menurut Moch. Soebroto yang dimaksud


pertandingan adalah kegiatan untuk memperoleh kemenangan para
olahragawan atau peserta harus mencurahkan kelebihan jasmani dan
rohani, kemampuan taktik dan dalam pertandingan para olaharagawan
akan saling berhadapan. Dari penjelasan tersebut, maka dalam
pertandingan olahraga setiap pelaku akan menampilkan kemampuanya
untuk memperoleh kemenangan dari pelaku lain yang berhadapan dengan
dirinya. Cabang-cabang olahraga yang memiliki sifat pertandingan antara
lain : sepak bola, bola voli, bulutangkis, bola basket, pencak silat dan
lain-lain.

2. Sifat perlombaan. Menurut Moch. Soebroto mengenai perlombaan adalah


dalam perlombaan para olahragawan harus berjuang untuk memperoleh
waktu yang sependek-pendeknya atau waktu yang lama, mencapai jarak
setinggi-tingginya atau sejauh-jauhnya, dan mungkin juga harus berusaha
menguasai bentuk gerak yang seindah-indahnya, dan dalam berlomba
para olahragawan atau peserta tidak saling beerhadapan tetapi harus
melawan waktu, jarak, keindahan atau beban. Beberapa contoh cabang
olahraga yang termasuk perlombaan adalah :

a. Perlombaan yang berkaitan dengan waktu seperti : lari, renang,


terbang laying dan layar.
b. Perlombaan yang berkaitan dengan jarak seperti : lompat tinggi,
lompat jauh tolak peluru, lempar martil, dan loncat galah.

16
H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010) hal. 149.
17
Slamet Suherman “bab 6 teori bermain” dalam bentuk PDF didownload dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_OLAHRAGA/197603082005011SUHERMAN_SLA
MET/modul_bermain_08/bab_6_teori_bermain,pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.57 WIB.
17

c. Perlombaan yang berkaitan dengan keindahan seperti : loncat indah,


senam lantai.
d. Perlombaan yang berkaitan dengan beban seperti : angkat besi.

Menurut Ginanjar Atmasubrata dalam buku Serba Tahu Dunia Olahraga yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, olahraga dibedakan menjadi dua yaitu
pemainan yang lapangnnya dipisahkan oleh net/jarring (seperti bulu tangkis)
dan permainan yang lapangannya tidak dipisahkan oleh net/jarring (seperti
sepakbola). Menurut penyelenggaraannya olahraga dibagi menjadi olahraga
darat, air, dan udara. Kemudian menurut musimnya ada dua macam jenis
olahraga, yaitu olahraga musim panas dan olahraga musim dingin. Klasifikasi
olahraga yang terakhir ini ada kaitannya juga dengan olimpiade yang juga
dibedakan menjadi olimpiade musim panas dan olimpiade musim dingin.18

D. Manfaat Olahraga

Menurut Ginanjar Atmasubrata dalam buku Serba Tahu Dunia Olahraga yang
dikutip oleh Mohammad Hasan yaitu, Olahraga pada dasarnya berisi kegiatan
yang berorientasi pada gerak dan pelaksanaannya tergantung pada kemampuan
dan tujuan apa yang hendak dicapai oleh pelakunya, seperti yang dijelaskan
oleh Giriwijoyo, “Melalui aktivitas jasmani akan terjadi perubahan berupa
pengaruh positif terhadap kesehatan. Sebaliknya, akibat yang negatif akan
diperoleh jika olahraga itu dilakukan dengan cara yang salah”.19 Hal ini
mengindikasikan bahwa kegiatan olahraga secara teratur dapat menunjang
kehidupan manusia sehari-hari. Berbagai manfaat olahraga bagi manusia dalam
kehidupan sehari-hari penulis klasifikasikan sebagai berikut :

1. Manfaat Kegiatan Olahraga Terhadap Jasmani antara lain:

a. Meningkatkan Kesehatan
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.kompas.com yaitu olahraga dapat mengurangi risiko berbagai
penyakit, khususnya yang terkait dengan obesitas. Berbagai penelitian
menunjukan, obesitas meningkatkan risiko terjadinya penyakit
degenerative, seperti jantung, stroke, dan diabetes, pada usia yang
lebih muda. Belum termasuk lebih mudah terkena infeksi dan risiko
kanker.20

b. Meningkatkan Kinerja Seksual


Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya banyak orang merasa
rendah diri karena kehidupan seks yang buruk. Olahraga dapat
meningkatkan stamina seksual dan kinerja seksual.

c. Memperbaiki Penampilan

18
Ginanjar Atmasubrata, Serba Tahu Dunia Olahraga (Surabaya : Dafa Publishing, 2012)
hal. 9.
19
Santosa Giriwijiyo,Olahraga kesehatan (bandung : UPI Bandung, 2005) hal. 80
20
Dikutip dari “Enam manfaat olahraga bagi anak” dalam www.kompas.com diakses pada
28 Mei 2012 jam 15.48 WIB.
18

Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari


www.kompas.com yaitu olahraga dapat memperbaiki penampilan dan
citra tubuh pun membaik. Dengan olahraga seseorang bisa tampil
lebih menarik dan ini akan memicu kepercayaan diri.21

d. Meningkatkan Suhu Tubuh


Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.kompas.com yaitu olahraga akan memicu sel darah putih
melepaskan pirogen, protein yang meningkatkan temperature tubuh.
Sensasi rasa hangat ini sudah terbukti meningkatkan endorfin dalam
darah dan mengubah sirkuit di otak, terutama yang mengontrol mood.
Olahraga juga memiliki efek menenangkan seperti halnya saat
berendam air hangat.22

2. Manfaat Kegiatan Olahraga Terhadap Rohani antara lain :

a. Mencegah Pikiran Negatif


Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya saat berolahraga
pikiran-pikiran yang sifatnya merusak alias self-destructive bisa
dialihkan. Menurut Keith Johnsgard, Ph.D. penulis buku Conquering
Depression and Anxiety through Exercise, seperti dikutif di surat
kabar harian kompas pada 11 April 201223 “Olahraga akan membantu
penguasaan diri dan ini sangat penting untuk mencegah perilaku
buruk”. Untuk mendapatkan manfaat ini seseorang bisa memilih jenis
olahraga favorit di masa kecil.

b. Memicu Anti-Depresan Alami


Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.kompas.com yaitu olahraga mirip dengan kegiatan bersenag-
senang karena aktivitas fisik yang satu ini membuat tubuh memompa
neurotransmiter serotonin yang akan mengembalikan mood. Selain itu
juga kadar dopamin dan neropinephrine, keduanya adalah pemicu rasa
bahagia alami. Berolahraga juga akan membuat tryptophan memasuki
otak. Tryptophan adalah asam amino yang bisa meningkatkan level
serotonin.24

c. Merasa Bahagia
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya ketika berolahraga,
tubuh melepaskan zat kimia yang dikenal sebagai endorfin yang

21
Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam
www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB. Dikutip oleh Mohammad
Hasan “Olahraga Perspektif Hadis (Studi Ma’ani al-Hadis)”,Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Tanggal 14 Januari 2013.
22
Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada
16 februari 2012 jam 07.35 WIB.
23
Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada
16 februari 2012 jam 07.35 WIB.
24
Dikutip dari “Mengapa Olahraga Bikin Bahagia” dalam www.kompas.com diakses pada
16 februari 2012 jam 07.35 WIB.
19

mengurangi stres dan membuat seseorang merasa lebih baik secara


psikologis. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri.

d. Meningkatkan Perhatian dan Konsentrasi


Menurut Mohammad Hasan dalam skripnya yang dikutip dari
www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga juga meningkatkan
perhatian dan konsentrasi yang berarti bahwa seseorang dapat lebih
focus pada pekerjaannya. Dengan begitu, pekerjaan akan merasa jauh
lebih baik.25

3. Manfaat Kegiatan Olahraga Terhadap Social antara lain :

a. Membantu Bersosialisasi
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yaitu, Apakah itu
bergabung dengan gym, berjalan di taman, mengikuti yoga atau kelas
tari, olahraga member ruang dan kesempatan untuk bertemu orang lain
dan membentuk ikatan. Sosialisasi tentunya akan menambah
kepercayaan diri seseorang.

b. Menjadi Kompotitif
Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.mediaindonesia.com yaitu Berolahraga mungkin menimbulkan
keinginan untuk menantang diri sendiri atau orang lain. Hal ini
termasuk dari salah satu esensi olahraga yaitu bermain, latihan fisik,
dan kompetisi. Dengan begitu, seseorang akan merasa tertantang dan
bila berhasil dalam kompetisi akan merasa berada di puncak dunia.26

c. Meningkatkan Saling Pengertian dan Hubungan emosional


Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari
www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga akan membuat seseorang
mempunyai watak social, terlepas dari karakter olahraga yang
individu atau olahraga berkelompok. Dengan memiliki kelompoknya,
seseorang bisa memahami adanya perbedaan, persaingan,
persahabatan, kemenangan, dan kekalahan, serta bisa belajar
menyingkapi semua hal yang terjadi pada dirinya.27

4. Manfaat Kegiatan Olahraga bagi Kecerdasan

Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya yang dikutip dari


www.mediaindonesia.com yaitu Olahraga bukan hanya melatih otot
tubuh, namun olahraga juga melatih otak. Begitulah hasil riset yang
dilakukan peneliti University of Chicago, Amerika Serikat, seperti
25
Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam
www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB.
26
Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam
www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB.
27
Dikutip dari “Enam manfaat olahraga bagi anak” dalam www.kompas.com diakses pada
28 Mei 2012 jam 15.48 WIB.
20

diberitakan Sciencedaily.com. Dalam riset tersebut ditemukan bagian


otak yang berkaitan dengan kegiatan merencanakan dan mengawasi
menjadi aktif saat seorang atlet, atau penggemar olahraga mendengarkan
pembicaraan seputar olahraga kegemaran mereka. Penelitian itu juga
membuktikan kegiatan yang nonbahasa, seperti berolahraga atau
menonton pertandingan olahraga, meningkatkan kemampuan otak
seseorang untuk memahami bahasa dalam jalannya olahraga.28

E. Tujuan Olahraga

Menurut Mohammad Hasan dalam skripsinya olahraga pada dasarnya berisi


kegiatan yang berorientasi pada gerak dan pelaksanaannya tergantung pada
tujuan yang ingin dicapai oleh pelakunya. Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, tujuannya olahraga dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut :

1. Olahraga prestasi (olahraga kompotitif) yang menekankan pada


pencapaian prestasi, kemenangan, atau keunggulan dalam perlombaan
atau pertandingn.

2. Olahraga pendidikan yang menekankan pada pencapaian tujuan


pendidikan.

3. Olahraga profesional yang menekankan pencapaian tujuan yang bersifat


material.

4. Olahraga kesehatan untuk pencapaian drajat sehat yang lebih baik.


Berdasarkan jenis dan tujun olahraga di atas, maka itensitas olahraga itu
sendiri akan sangat ditentukan oleh tujuan apa yang hendak dicapai,
seseorang melakukan olahraga memiliki tujuan seperti untuk
mendapatkan prestasi, kesenangan atau kegembiraan, pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, atau sebagai mata pencaharian. Apabila
olahraga tersebut dilakukan secara teratur, terarah, dan terkendali maka
akan memberikan manfaat kepada diri seseorang.

28
Dikutip dari “Manfaat Lain Olahraga” dalam www.mediaindonesia.com diakses pada 24
Mei 2012 jam 20.21 WIB
BAB III

HADIS TENTANG OLAHRAGA

A. Hadis Tematik Tentang Olahraga

Olahraga banyak macamnya mulai dari jalan kaki, lari, berenang,

memanah, berkuda, gulat dan lain-lain. Olahraga sangatlah penting apalagi kalau

dilihat dari unsur tujuan dan manfaatnya, dari segi pendidikan anak usia dini atau

balita olahraga memberikan efek positif terhadap anak, seperti penyembuhan

terhadap penyakit dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya olahraga

dalam mewujudkan generasi yang kuat jasmaninya. Sebagaimana Allah

menjelaskan dalam al-Qurân surat Al-Anfaal 8/60 :

Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja


yang kamu sanggupi…….”(QS. Al-Anfaal : 60)1

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan
Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Idris dari Rabi'ah bin 'Utsman dari Muhammad bin Yahya
bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang mukmin kuat lebih disukai
oleh Allah Swt dari pada mukmin yang lemah. Namun begitu, kedua-
duanya sama-sama mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu dalam

1
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).

21
22

keadaan (situasi) yang bermanfaat bagi dirimu dan mohonlah selalu


pertolongan kepada Allah Ta‟ala, dan jangan bosan. Jika engkau
mendapat cobaan, jangan berkata: “seandainya (tadi) aku perbuat begini
dan begitu (tentu tidak akan begini jadinya).” Tetapi ucapkanlah : “Allah
Maha Kuasa berbuat sekehendak-Nya.” Karena kata-kata “law”
(seandainya) member peluang bagi syaetan.” (HR. Muslim).

Banyak sekali hadis yang penulis temukan di dalam kitab al-Kutub al-

Tis‟ah dan kitab-kitab lain, mengenai kata . dan . Penulis meneliti

dari kata terdapat 4 hadis, sedangkan kata terdapat 13 hadis dan dari

kata yaitu ada 7 hadis. Adapun hadis-hadisnya tercantum dalam tabel di

bawah ini:

NO HADIS TEMA HADIS KITAB

Sunan Nasa‟I, Juz


1 Berenang
5, hal. 302.

Musnad Ahmad bin


2 Berenang Hanbal, Juz 1, hal.
78.

2
Ma‟mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim. (Malaysia : KLANG BOOK
CENTRE,1995). cet ke-II. jilid IV, No.2287. hal. 244.
23

Musnad Ahmad bin


3 Berenang Hanbal, Juz 3, hal.
407.

Musnad Ahmad bin


4 Berenang Hanbal, Juz 5, hal.
250.

Sunan abu Daud,


5 Memanah
Juz 2, hal. 320.

Musnad Ahmad bin


6 Memanah Hanbal, Juz 4, hal.
144.
24

Sunan at-Tirmidzi,
7 Memanah
Juz 5, hal. 270.

Sunan ad-Darimi,
Memanah
8 Juz 2, hal. 269.

Musnad Ahmad bin


9 Memanah Hanbal, Juz 4, hal.
156.
25

Sunan Nasa‟I, Juz


10 Memanah
3, hal. 39.

Sunan Nasa‟I, Juz


11 Memanah
2, hal. 446.

Sahih Bukhari, Juz


12 Memanah
3, hal. 1063.

Sahih Muslim, Juz


13 Memanah
6, hal. 52.
26

Sahih Muslim, Juz


14 Memanah
6, hal. 52.

Musnad Ahmad bin


15 Memanah Hanbal, Juz 2, hal.
202.

Musnad Ahmad bin


16 Memanah Hanbal, Juz 3, hal.
265.
27

Musnad Ahmad bin


17 Memanah Hanbal, Juz 3, hal.
343.

18
:
Sunan ibnu Majah,
Berkuda
Juz 2, hal. 940.
.
28

Sunan Abu Daud,


19 Berkuda
Juz 2, hal. 320.

Sunan Abu Daud,


20 Berkuda
Juz 4, hal. 114.

Sunan Ibnu Majah,


21 Berkuda
Juz 2, hal. 940.
29

Sunan Tirmidzi, Juz


22 Berkuda
4, hal. 174.

Sunan ad-Darimi,
23 Berkuda
Juz 2, hal. 269.

Musnad Ahmad bin


24 Berkuda Hanbal, Juz 4, hal.
148.
30

Maka dari itu, timbulah sebuah keharusan untuk menjaga kesehatan

melalui olahraga, sebagaimana hadis berikut :

1. Anjuran untuk Berolahraga

Artinya: Memanahlah dan kenderailah olehmu (kuda). Namun, memanah


lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi
permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan
busurnya, mendidik/melatih kudanya dan bersenang-senang dengan
istrinya.(HR.Ibnu Majah).3

.
Artinya : “ Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin
Husain al-Qadli telah mengabarkan kepaada kami Abu Ja‟far Muhammad
bin Ali‟ bin Dahim as-Syaibani saya Ahmad bin Ubaid bin Ishak bin
Mubarrak al-Athar, mengabarkan kepada kami Ayahku, meriwayatkan
kepada kami Qais dari Lais dari Mujahid dari Ibn Umar berkata:
bersabda Rasulullah Saw: ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah,
menenun bagi anak perempuan.” (HR Imam al-Baihaqi). 4

Secara umum, isi kandungan (maksud dan makna ) hadis di atas adalah

bentuk dari kontinuitas tradisi bangsa Arab (Arab pra-Islam) yang dinilai tidak

bertentangan dengan agama bahkan menjadi alat pemicu alat dakwah.

3
Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy (Al-Qazwiniy), Sunan
Ibnu Mājah, (Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah), juz. II, h. 940.
4
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu‟bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal Auladina
wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I, hadis 8664, h.
401.
31

Olahraga yang bersifat ketangkasan telah menjadi tradisi bangsa Arab

adapun jenis olahraga pada waktu itu didominasi dengan kegiatan memanah,

berkuda, dan bermain pedang. Pada waktu itu orang-orang tangguh diperlukan

dalam berperang melawan musuhnya, maka harus memiliki keahlian dan

ketangakasan serta fisik yang kuat, olahraga yang bisa dicapai yaitu dengan

berkuda dan bermain pedang, demikian juga dengan memanah. Barang siapa yang

pandai bermain kuda, bermain pedang, ataupun memanah maka ia dapat direkrut

menjadi pasukan perang.5

Sedangkan maksud Nabi saw menyerukan untuk belajar berenang, untuk

apa? padahal pada waktu itu secara geografis, negara Arab pada saat itu

merupakan dataran yang tandus, kering dan tidak ada sungai yang mengalir. Dari

maksud hadis tersebut dapat dipahami bahwa Nabi sungguh luar biasa, yang

bertujuan sebagai antsipasi terhadap bentuk pendidikan di masa depan, bahwa

maksud anjuran Nabi saw itu pasti relevan dan sesuai dengan konteks kehidupan

zaman.6

Adapun ayat al-Qurân yang menjadi landasannya, sebagai dasar

memperkuat peryataan hadis diatas.

.
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qs.al-
Qashas: 26).7

5
Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis
pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). hal.241
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hal.13
7
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).
32

Artinya: “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja


yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya”...(QS. al-Anfaal: 60).8

Dari beberapa matan hadis di atas, memiliki “ Nilai Pendidikan”, dimana

para ahli dalam bidang pendidikan islam telah membagi dalam tiga term, dari

ketiga term tersebut memiliki kesamaan makna, namun secara esensial memiliki

perbedaan baik secara tekstual maupun secara kontekstual. Yaitu: al-Tarbiyah, al-

Ta‟lim, dan al-ta‟dib.9

Adapun nilai-nilai yang terkandung dari matan hadis di atas:

1. Tanggung jawab pendidikan fisik

Beberapa tanggung jawab yang dianjurkan oleh Islam di pundak para

pendidik diantaranya tanggung jawab pendidikan fisik, agar anak-anak

mampu tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat,

semangat dan selamat, sehingga siap untuk menjalani tugasnya

sebagai khalifah di bumi.

2. Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak

Kewajiban orang tua salah satunya adalah memberi nafkah kepada

keluarga dan anak-anak, baik dari segi makanan, pakaian, tempat

8
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).
9
Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis
pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). hal. 243.
33

tinggal dan memberikan pendidikan yang cukup sebagai bekal di masa

depan, maupun memberikan life skill (keterampilan ). Karena semua

itu akan berpengaruh pada pola pendidikan jasmani.

3. Membiasakan untuk berolahraga

Melaksanakan perintah Allah, maka Islam menyerukan agar

mempelajari renang dan memanah, sesuai hadis diatas dan Qs. Al-

Anfal:60.

4. Adanya kekuatan mental dan jasmani

Olahraga merupakan sikap, perilaku, akhlak, aqidah, logika pendidkan

dan inisiatif, di dalamnya tidak semata-mata menggerakan otot saja.

Melainkan ada kekuatan mental yang berkembang dan masih banyak

lagi, selain untuk kesehatan jasmani itu sendiri.10

Olahraga Renang, sebuah olahraga yang dilaksankan untuk melatih

pernafasan dan melatih kekuatan-kekuatan baik tangan maupun kaki, yang akan

menjadikan badan sehat dan bugar. Selain itu dari segi pendidikan, berenang

memberi gambaran bahwa seseorang harus bergerak dalam mengarungi

kehidupan ini, tanpa bergerak seseorang akan mati dan tidak akan mendapatkan

sesuatu apapaun (bekal di dunia dan akhirat).

Olahraga Memanah, adalah suatu usaha untuk menghasilkan suatu sasaran

yang memerlukan kosentrasi penuh dan berkesinambungan, Memanah adalah

simbol dari fokus atau kosentrasi dan istiqomah. Maksudnya, bahwa dalam hidup

ini harus mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas, upaya untuk mencapainya

10
Arif Rohman Hakim, S.Ag, Studi Hadis: Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: Idea
Press). hal. 245
34

haruslah dilakukan dengan ikhtiar sungguh-sungguh, ikhlas dan fokus

(istiqomah), fokus disini pada proses bukan pada hasil akhir.

Keterampilan Menenun, merupakan salah satu kegiatan kerajian kesenian,

yang membutuhkan kosentrasi, ketelitian dan kesabaran untuk mendapatkan hasil

yang baik. Begitu juga dalam hidup ini, bila ingin mendapatkan hasil yang

maksimal kita harus disiplin dalam segala hal dan sabar.

Pendidikan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Dengan adanya

hadis ini, sekarang banyak cabang olahraga dan tidak hanya diperuntukan laki-laki

tetapi perempuan juga.

2. Belajar Olahraga Termasuk Hak Anak atas Orang Tuanya

.
Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasyim Abdur-Rahman
bin Muhammad al-Siraj, saya Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin
Abdus al-Tharaifi, telah meriwayatkan kepada kami Zaid bin Abdu
Rabbah, telah meriwayatkan kepada kami Baqiyah dari Isa bin Ibrahim,
dari al-Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi‟ dari Abu Rafi‟ berkata:
bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah apaah seorang anak
mempunyai hak atas mereka? Rasulullah menjawab: iya. Hak anak-anak
atas orang tuanya, diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi
sesuatu yang baik-baik.”(HR. Imam al-Baihaqi). 11

11
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu‟bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal
Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1989), juz VI, Cet. I, hadis
8665, h. 401.
35

Hadis di atas menjelaskan berenang dan memanah termasuk hak anak atas

orang tuanya. Definisi Hak al-walad 'ala al-wâlid adalah sesuatu yang harus

diberikan orang tua terhadap anaknya. Menurut hemat penulis, secara tekstual ada

tiga aspek yang dapat diambil dari hadis Nabi mengenai kewajiban orang tua

dalam mendidik anak yaitu al-kitabah (menulis), al-Sibâhah (berenang) dan al-

Rimâyah (memanah). Tetapi yang akan penulis bahas disini adalah al-Sibâhah

(berenang) dan al-Rimâyah (memanah).

Makna kata as-Sibâhah sama dengan kata as-Sibhu yaitu berenang.12

Menurut penulis, ada dua hal yang bisa dipahami dari kata as-sibâhah. Pertama,

penjelajahan lautan. Bahwa hidup bukan hanya di darat semata, itu adalah hal

yang pasti. Karena itu, pemahaman tentang kelautan sekaligus kaitannya dengan

ilmu pengetahuan tidaklah sedikit. Bahari sebagai dunia (unsur bumi) lain dari

daratan ini memiliki banyak fungsi yang harus dikuak lewat pendidikan. Lahirnya

ilmu kelautan bisa dijadikan contoh tentang pentingnya laut. Dengan kata lain,

pendidikan bukan hanya berlangsung di satu tempat (daratan) saja melainkan

harus mampu menyebrangi samudra yang luas. Inilah mengapa dalam hadis lain

Nabi menganjurkan agar mencari ilmu ke negri China.13 Suatu Negara yang

dipisah oleh jarak laut yang sangat luas. Karena itu, memaknai "berenang" bukan

hanya mengajar terapung di air tapi bagaimana seorang anak mempunyai

keinginan untuk menyebrangi lautan sehingga menemukan kekuasaan Allah yang

tak terhingga ini.


12
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya :
Pustaka Progressif, 2007), cet I, hal. 603.
13
Hadis mengenai "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina", menganjurkan untuk
menuntut ilmu, dimanapun ilmu itu berada, sekalipun harus menyeberangi lautan. (Para 'ulama'
mengatakan hadis ini tidak shohih). sebagai contoh, perjalanan Nabi Musa „Alaihissalam untuk
menemui Nabi Khidhir „Alaihissalam dalam rangka menuntut ilmu yang disebutkan oleh Allah
dalam Surat al-Kahfi. Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya. (Bandung : Al-
Jumanatul 'Ali -ART, 2007). hal.300.
36

Kedua, kemampuan mengambil hikmah. Dalam banyak literatur tasawuf

disebutkan syari'at adalah perahu. Maka menyelam menemukan hakekat (ma'rifat)

merupakan kelanjutan jalan menuju Allah (thariqah dan bahkan hakikat). Jalan-

jalan ini bisa ditemukan dengan kecerdasan mencari hikmah di balik dunia ini.

Kontemplasi atau 'uzlah dari kehidupan duniawi untuk mencari kesempurnaan

hidup akhirati kemudian menjadi sangat penting.

Dalam hadis yang lain dijelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu

hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi

telah bersabda :

.
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi
dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani -
dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata; telah mengabarkan kepada kami,
dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Barang
siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
jalan ke surga baginya”. (HR. Muslim). 14

Hemat penulis, makna "Surga" disini dapat diartikan dengan bermacam-

macam makna, yaitu dapat diartikan sebagai kebahagiaan, ketenangan (al-

sakinah), ketentraman dan rahmah baik didunia maupun diakhirat nanti. Dengan

berlandas tumpu pada pemahaman ini, maka anak didik harus diarahkan pada

pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Sehingga ilmu yang didapat bukan

14
Imam abi Husain Muslim ibnu al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi, Muhtashor Shahih
Muslim (Bairut : al-Maktabatul Islami, 1987), hlm. 498.
37

menggantung di atas teori-teori tapi juga mendarat dalam dunia praktek prilaku

sehari-hari.

Kata Ar-Rimâyah merupakan bentuk masdar dari kata ramay yang artinya

melemparkan (memanah).15 Sedangkan antara Berenang dan memanah

merupakan suatu tempat yang berlawanan. Berenang merupakan suatu tempat

yang identik dengan lautan, sedangkan memanah merupakan tempat yang berada

di daratan. Namun dua tempat tersebut tidak bisa dipisahkan mengingat unsur

tempat yang kita diami ini mengandung unsur daratan dan lautan. Disamping

perintah Nabi Muhammad saw untuk memberikan pelajaran tentang "berenang",

dalam hadis itu juga dianjurkan untuk memberikan keterampilan memanah (al

rimâyah). Secara substantif kata ini juga tidak bisa hanya berhenti pada memanah

an sich tapi bisa meluas pada ranah cita-cita masa depan ataupun ketrampilan.

Untuk menumbuhkan minat belajar, anak harus diberikan gambaran tentang

kehidupan masa depan.

Diakui atau tidak, cita-cita akan memotivasi anak untuk terus mengejar

apa yang akan dicapai. Tujuan hidup yang layak baik di dunia maupun di akhirat

harus mampu dibidik oleh anak sejak dini. Sehingga arah dan orientasi hidupnya

mulai terbayang. Pendidikan semacam ini begitu sangat penting mengingat

sampai saat ini pendidikan hanya berupa pengulangan bahasa dan kata bukan

menumbuhkan ide. Berani untuk bercita-cita merupakan petunjuk awal bagi

cerahnya masa depan anak.

Hal inilah yang perlu dikembang suburkan dalam diri anak. Maka

membiarkan anak hanyut dalam retorika dan transfer ide merupakan penindasan

15
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab, (Surabaya :
Pustaka Progressif, 2007), cet I, hal. 536.
38

terselubung atas nama pendidikan. Sebaliknya, membiarkan anak didik melesat

bagai anak panah menuju masa depan yang dicita-citakannya harus terus

dikembangkan. Atau dengan kata lain, tidak boleh ada pembelengguan potensi

dari orang tua lebih-lebih dari guru terhadap anak. Karena dalam hadis lain Nabi

bersabda bahwa anak diciptakan pada suatu zaman yang sangat mungkin berbeda

jauh dengan zaman yang ditemui oleh orang tuanya.16 Ia akan terus berjalan

seiring dengan berputarnya waktu dan perjalanan zaman melewati berbagai

tikungan dan rintangan yang berbeda pula.

Al-Qurân al-Karim, dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia

dengan memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan

dengan unsur penciptaannya : jasmani, akal dan jiwa. Atau, dengan kata lain,

"mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya serta untuk mencapai rasa aman,

ada sekian banyak sikap yang dituntut oleh agama dari pemeluknya.17 Menurut

Prof. Mubyarto, seperti yang dikutip oleh Quraish shihab ada lima hal pokok

untuk mencapai hal tersebut :

1. Kebutuhan dasar setiap masyarakat harus terpenuhi,

2. Manusia terjamin dalam mencari nafkah,

3. Manusia bebas untuk memilih bagaimana untuk mewujudkan

hidupnya sesuai dengan cita-citanya.

4. Ada kemungkinan untuk mengembangkan bakat-bakat dan

kemampuannya.

16
Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-laki, (Jakarta : Gema Insani, 2007),
hlm. 232.
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 175.
39

5. Partisipasi dalam kehidupan sosial politik, sehinga seseorang tidak

semata-mata menjadi obyek penetu orang lain.18

Untuk itu orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada anak-

anaknya serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini.

Seorang pendidik, baik orang tua maupun guru hendaknya mengetahui betapa

besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah terhadap pendidikan putra-

putrinya. Semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan interaksi manusia

dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti semakin banyak yang dapat

dimanfaatkan dari alam raya ini.19

3. Olahraga Bukan Merupakan Perbuatan Yang Sia-sia

.
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, telah mengabarkan
kepadaku 'Amr bin Al Harits dari Abu Ali Tsumamah bin Syufi Al
Hamdani, bahwa ia mendengar Uqbah ibn Amir berkata: Saya
mendengar Rasulullah SAW. bersabda ketika beliau sedang berada di
atas mimbar: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu
adalah memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah
memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah
memanah!” (HR. Abu Daud).20

18
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 162.
19
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994) hal. 161.
20
Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy‟ats al-Sajatsani al-Ardi, Sunan Abu Daud, (Kairo: Dar
al-Hadits,1988). Juz . hal.
40

.
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah;
telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun; telah memberitakan
kepada kami Hisyam bin Ad Dastuwa`i dari Yahya bin Abu Katsir dari
Abu Sallam dari Abdullah bin Azraq dari Uqbah bin Amir Al Juhani dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah
akan memasukkan tiga orang ke dalam surga dengan satu anak panah;
pertama; pembuatnya, yang mana ia membuatnya dengan berharap
kebaikan, kedua; yang membidikkannya, dan ketiga; yang
membentangkannya". Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:,memanahlah dan kenderailah olehmu (kuda). Namun, memanah
lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi
permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan
busurnya, mendidik/melatih kudanya dan bersenang-senang dengan
istrinya, sungguh semuanya adalah hak. (HR. Ibnu Majah).

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari „Uqbah bin

„Amir al-Juhani, Rasulullah saw bersabda :

21
Al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy (Al-Qazwiniy), Sunan
Ibnu Mājah, (Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah), juz. II, h. 940.
41

.
Artinya : “Telah meriwayatkan kepada kami Musa bin Harun,
meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Rahawiyah, di dalam sanad yang
lain telah menceritakan kepada Ja‟far bin Muhammad al-Faryabi, dan
telah menceritakan kepada kami Abu al-Asbaghi Abdul Aziz bin Yahya al-
Harani, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Salamah bin Abdul Rahim, dan dari Abdul Wahab bin Bakhat, dari
Atha‟ bin Abu Rabah berkata: saya melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir
bin Umair al-Anshari latihan memanah, lalu salah seorang diantara
mereka merasa jenuh lalu temannya berkata engkau itu malas: Aku
pernah mendengar Rasulullah bersabda: setiap sesuatu yang bukan
merupakan dzikir kepada Allah adalah permainan dan kelalaian,kecuali
empat perkara yaitu: “seorang laki-laki berjalan diantara dua sasaran
(untuk memanah), seseorang yang melatih kudanya, belaian seorang
suami terhadap istrinya, mengajar/belajar berenang.”(HR. Imam at-
Thabrani). 22

Hadis di atas menjelaskan bahwa berenang, memanah dan berkuda bukan

perbuatan yang sia-sia, menurut ahli fiqih yang namanya belajar apapun

bentuknya tidak akan sia-sia sampai mempelajari ilmu-ilmu yang lain sekalipun.

Hal yang sia-sia adalah menyia-nyiakan waktu luang sebagaimana sabda

Nabi :

Artinya : “Akan datang waktu yang lima sebelum yang lima : waktu
hidupmu sebelum waktu matimu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu,
waktu kayamu sebelum waktu miskinmu, waktu mudamu sebelum waktu
tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu,” (Muttafaq „Alaih)23

22
Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al-Mu‟jam al-Kabir fi Bab
Jim, (al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983), Juz II, h. 193.
23
Muhyiddin Abi Zakaria Yahya, Riyadu al-Shalihin, 1997, cet. ke III, jilid III, hal. 423.
42

Menyia-nyiakan waktu dengan unsur melalaikan hak dan kewajiban

kepada sang khaliq menurut Ahli fiqih hal tersebut yang dilarang, bahkan

diharamkan keberadaannya. Akan tetapi hal lain yang dapat berguna baik untuk

manusia itu sendiri juga orang lain, contohnya olahraga menurut ahli fiqih

sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan keberadaannya.24 Olahraga sangatlah

berguna bagi kesehatan diri sendiri, juga orang lain. Dalam hal ini, menolong

sesama manusia dalam unsur sosial kemasyarakatan yang di junjungnya dalam

keadaan terdesak seperti bencana alam dan lain-lain.

B. Asbab al-Wurud al-Hadis

Dalam memahami suatu hadis, tidak cukup hanya melihat teks hadisnya

saja, khususnya ketika hadis itu mempunyai Asbâb alWurûd, melainkan kita harus

melihat konteksnya. Untuk menggali pesan moral dari suatu hadis, perlu

memperhatikan konteks historisnya, kepada siapa hadis itu disampaikan Nabi

SAW, dalam kondisi sosial kulturalnya Nabi SAW waktu menyampaikan.25

Supaya tidak keliru dalam pemahaman suatu hadis harus memperhatikan konteks

historisnya. Sangat penting Asbâb al-Wurûd itu dalam memahami suatu hadis agar

tidak keliru dalam memahami suatu hadis.

1. Pengertian Asbâb al-Wurûd.

Secara etimologis Asbâb al-Wurûd merupakan susunan idofah yang berasal

dari kata asbâb dan al-wurûd. Kata asbâb adalah bentuk yang dapat

menghubungkan kepada suatu yang lain. Atau penyebab terjadinya sesuatu.

Sedangkan kata al-Wurûd merupakan isim masdar (kata benda abstrak) dari

24
Yusuf Al-Qardhawi, Pandangan-Pandangan Hukum Islam, (Bandung: Mizan Press,
1999), cet.II, hal. 120.
25
Said Agil Husain Munawar, Abdul Mustaqin, Asbabul Wurud (studi kritis hadis nabi
pendekatan sosio-historis-kontekstual). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hal. 5-6.
43

warada, yaridu, wurudan yang berarti datang atau sampai. Dengan demikian

Asbâb al-Wurûd adalah datangnya sesuatu, maka sebab-sebab atau latar belakang

munculnya suatu hadis.26

Menurut pendapat Hasbi Ash-Shiddiqe, bahwa Asbâb al-Wurûd adalah

ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW menurunkan sabdabya dan masa-

masa Nabi SAW menuturkanya.27

2. Fungsi dan Tujuan Asbâb al-Wurûd

Asbâb al-Wurûd al-Hadis mempunyai fungsi lain untuk memahami ajaran

islam secara komperhensif. Asbab al-wurud dapat juga membantu kita mana yang

datang terlebih dahulu diantara dua hadis yang bertentangan.

Adapun urgensi dan signifikasi Asbâb al-Wurûd menurut imam al-suyuti

antara lain untuk :

a. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlak.

b. Menentukan adanya takhsis yang bersifat umum. Yaitu menentukan

kekhususan suatu hadis yang bersifat umum, dengan memperhatikan

konteks asbab al-wurud.

c. Mentafsil (merinci) hadis yang bersifat global.

d. Menentukan ada dan tidaknya naskh mansukh dalam suatu hadis.

e. Menjelaskan 'illat (sebab-sebab) ditetapkannya hukum.

f. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih musykil (sulit dipahami). 28

26
Said Agil Husain Munawar, Abdul Mustaqin, Asbabul Wurud (studi kritis hadis nabi
pendekatan sosio-historis-kontekstual). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hal. 7
27
M.Hasbi Ash Shiddiqe, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang ,
1993). cet.II, hal. 164.
28
Muh. Zuhri, Hadis Nabi (sejarah dan metodologi).(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya,1997), cet. I, hal. 144.
44

Dengan demikian dalam perspektif ini, mengetahui Asbâb al-Wurûd

bukanlah tujuan melainkan hanya sebagai sarana untuk memperoleh ketetapan

makna dalam memahami pesan moral suatu hadis.

3. Asbâb al-Wurûd al-Hadis Olahraga

.
Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasyim Abdur-Rahman
bin Muhammad al-Siraj, saya Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin
Abdus al-Tharaifi, telah meriwayatkan kepada kami Zaid bin Abdu
Rabbah, telah meriwayatkan kepada kami Baqiyah dari Isa bin Ibrahim,
dari al-Zuhri dari Abi Sulaiman, Maula Abu Rafi‟ dari Abu Rafi‟ berkata:
bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah apaah seorang anak
mempunyai hak atas mereka? Rasulullah menjawab: iya. Hak anak-anak
atas orang tuanya, diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi
sesuatu yang baik-baik.”(HR. Imam al-Baihaqi).

Latar belakang hadis-hadis tersebut kenapa di buat? Pertama,, Nabi

mendapat pertanyaan Abu Rafi‟ mengenai masalah hak dan kewajiban anak

terhadap orang tuanya dalam suatu majlis ilmu, Nabi menjawab dengan lantang

dan jelas terhadap pertanyaan tersebut, “iya, ada hak atas kedua orang tuanya,

diajarkan menulis, berenang, memanah, dan diberi sesuatu yang baik-baik”.

Dalam keterangan di atas dijelaskan maksudnya adalah memberi makan,

pakaian, pendidikan yang layak, kesehatan, sesuatu yang halal dan menjaganya

dari semua yang diharamkan Allah Swt kepadanya. 30

29
Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu‟bal Iman al-Baihaqi, Juz X, had. 19526, hal. 15.
30
Ibnu Hamzah al-Husain al-Hanafi al-Damasyiqi , al-Bayan Wa al-Ta‟rif fi Asbab al-
Wurud al-Hadis al-Syarif (al-Dimasyqi:al-Bayan,1980), Jil. II. 245. lihat juga terj H.M. Suwarta
45

Hal lain Nabi menjawab hak anak atas orang tuanya adalah memberi nama

yang baik, member pendidikan tentang akhlak yang baik pula, yang nantinya

menjadi anak yang shaleh yang berbakti sang penciptanya juga kepada orang

tuanya yang melahirkannya dengan susah payah, artinya tahu diri, berbakti, yang

akhirnya terpuji baik dari sang Khaliq dan manusia itu sendiri.

C. Analisis Matan Hadis

Dalam penelitian sebuah hadis, penulis akan menganalisis hadis tentang

olahraga dengan metode kritik matan hadis. Bagian yang menjadi unsur-unsur

acuan utama yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas sahih adalah

terhindar syuzuz dan „Illat.31 Adapun langkah-langkah yang penulis gunakan

dalam menganalisis matan hadis, yaitu :

1. Analisa Penelitian Susunan Lafaz Matan yang Semakna

Dari susunan matan hadis, bahwa semua matan hadis yang diriwayatkan

oleh tiga periwayat di atas tidak selafaz dan matannya pun berbeda, akan tetapi

mempunyai unsur makna yang dituju sama yaitu tentang keahlian olahraga.

Walaupun ada kata-katanya berlainan, maka dapat dinyatakan perbedaan lafaz

masih bisa dapat ditoleransikan. Dengan demikian, hadis tersebut dapat

disimpulkan telah diriwayatkan secara al-Riwayah bi al-Lafaz dan al-Riwayah bi

al-Ma‟na.32

Wijaya, Zafrullah Salim, Asbabul Wurud latar belakang historis timbulnya hadis-hadis Rasul
Saw,(Jakarta: Kalam Mulia,1997), cet. II, hal. 306
31
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis.(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2004), cet. IV. hal. 57-58.
32
Perbedaan lafaz dan pada matan hadis yang semakna ialah karena dalam periwayatan
secara makna (al-Riwayah bi al-Ma‟na) atau sebaliknya. Menurut muhadditsin, perbedaan lafal
yang tidak mengakibatkan perbedaan makna, dapat ditoleransikan asalkan sanadnya sama-sama
sahih. Lihat dari Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, hal. 64-65.
46

2. Analisa Penelitian Kandungan Matan Hadis Juga Membandingkan Dengan

Al-Quran.

Dengan menggunakan metode al-Muqarranah33, telah dapat diketahui dan

dapat dipertanggungjawabkan matan-matan hadis yang dianalisa. Apabila

diterapkan berbagai tolak ukur analisa penelitian matan, maka kandungan matan-

matan hadis yang diteliti dinyatakan dapat diterima dengan alasan:

a. Tidak bertentangan dengan Al-Quran.

Kandungan hadis olahraga yang penulis analisa tidak bertentangan

dengan Al-Quran sebagaimana dijelaskan Allah SWT:

.
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya”. (Qs.al-Qashas: 26).34

Hal ini megajarkan olahraga menjadi hal yang bermanfaat, ini

sangatlah mendasar karena dapat mengajari orang suatu keahlian itu

yang pertama. Kedua, olahraga mengajak dan mengajari orang untuk

menjadi sehat dan kuat, sebagaimana firman Allah Swt. yang berbunyi:

33
Al-Muqarranah adalah suatu pendekatan psikologis dengan makna dan tujuan al-
Quran yang nantinya apakah hadis Nabi Saw. yang dimaksud bertolak belakang atau tidak . lihat
dari Syuhudi Ismail, h. 130.
34
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).
47

Artinya: “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa


saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk
berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang
kamu tidak mengetahuinya”...(QS. al-Anfaal: 60).35

Sesungguhnya orang yang paling baik adalah orang yang mempunyai


kekuatan tubuh juga kesehatan yang baik".(QS. Al-Qashash : 26)36
Selanjutnya dari kesehatan dan kekuatan kita dapat beribadah

kepada Allah Swt. dengan khusu dan mencari keridhaannya di muka

bumi dengan besyukur dari kesehatan tersebut.

b. Tidak bertentangan dengan akal sehat dan sejarah.

Pada point ini hadis yang penulis analisa, menurut penulis ternyata

tidak bertentangan dengan akal sehat dan sejarah, ini terbukti Nabi Saw.

Pernah berolahraga yaitu dengan pacuan kuda. Bahkan Nabi sebelum

berperang pernah latihan fisik dan berlomba pacuan kuda bersama para

sahabatnya sebagaimana sabdanya:

.
35
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).
36
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).
48

Artinta : Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad


telah bercerita kepada kami Mu'awiyah telah bercerita kepada
kami Abu Ishaq dari Musa bin 'Uqbah dari Nafi' dari Ibnu 'Umar
radliallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berlomba pacuan kuda dengan kuda yang disiapkan
sebagai kuda pacuan dimana Beliau melepasnya dari al-Hafya'
dan batas akhirnya di Tsaniyatul Wada'. Aku bertanya kepada
Musa: "Berapa jaraknya? ' Dia berkata: "Antara enam atau tujuh
mil. Dan Beliau juga berlomba pacuan dengan kuda yang bukan
kuda pacuan dari Tsaniyatul Wada' sampai batas akhirnya di
masjid Bani Zurai'. Aku bertanya: "Berapa jaraknya? ' Dia
berkata: "Satu mil atau sekitar itu". Dan Ibnu 'Umar radliallahu
'anhuma adalah termasuk orang yang ikut dalam pacuan kuda itu".
(HR. Bukhari). 37
c. Susunan pernyataan menunjukan ciri-ciri sabda kenabian.

Point terakhir ini bisa kita lihat dari matan hadis yang diteliti dan di

analisa, tidak terbukti adanya kata-katanya berbelit-belit akan tetapi

langsung menerangkan pada pokok permasalahan yang dimaksud.

Dengan alasan bahwa matan-matan hadis yang diteliti juga dianalisa

telah memenuhi syarat untuk dapat dikatakan terhindar dari syuzuz dan

„illat. Dengan kata lain bahwa, kaidah-kaidah kesahihan penelitian

matan hadis telah terpenuhi. 38

Kritik matan yang penulis gunakan dalam penelitian hadis ini

menggunakan metode muqaron, yaitu memebandingkan matan hadis

dengan hadis lain, karena pada dasarnya hadis diatas tidak bertentangan

dengan hadis lain maupun ketentuan agama dan tidak bertentangan

dengan akal sehat karena sejalan dengan ilmu pendidikan (jasmani) dan

37
Riwayat Imam Bukhari, Hadis No. 2715, Juz. 3, hal. 1053.
38
M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hal. 109.
49

hadis ini dapat dikategorikan maqbul (dapat diterima atau menjadi

sumber dasar).39

D. Pendapat Ulama Tentang Olahraga

Dalam hal ini banyak pendapat ulama tentang prinsip-prinsip yang

mendasar tentang olahraga secara umum yang inti pemikirannya sama yaitu

masalah kesehatan diawali dengan kebersihan dan juga mengolah tubuh dan

makan dengan makanan yang sehat secukupnya.

Sebagaimana pendapat Yusuf al-Qardhawy dalam bukunya Fiqih Prioritas

Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qurân dan As-Sunnah beliau menjelaskan

asumsi olahraga yang tidak membawa kepada perjudian dan kema‟syiatan dan

kemadaratan kepada agama sangatlah dibolehkan dengan unsur dan prinsip

mengajak beribadah, menuntut ilmunya, dan mencari manfaatnya. Seperti halnya

olahraga mempunyai manfaat yang tinggi dalam kesehatan dan tolong-menolong

kepada sesama manusia dan juga diri sendiri, apabila ada yang tertimpah musibah

dan memerlukan keahlian seperti berenang, memanah, dan berkuda.40

Sebagaimana firman Allah Swt:

Artinya : “… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa

39
Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis
pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012). hal. 241.
40
Yusuf al-Qardhawy, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qurân dan
As-Sunnah, (Jakarta: Robani Press,1996), cet. I, h. 113.
50

dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya


Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maidah : 2).41

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan
Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Idris dari Rabi'ah bin 'Utsman dari Muhammad bin Yahya
bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang mukmin kuat lebih disukai
oleh Allah Swt dari pada mukmin yang lemah. Namun begitu, kedua-
duanya sama-sama mempunyai kelebihan. Jagalah agar kamu dalam
keadaan (situasi) yang bermanfaat bagi dirimu dan mohonlah selalu
pertolongan kepada Allah Ta‟ala, dan jangan bosan. Jika engkau
mendapat cobaan, jangan berkata: “seandainya (tadi) aku perbuat begini
dan begitu (tentu tidak akan begini jadinya).” Tetapi ucapkanlah : “Allah
Maha Kuasa berbuat sekehendak-Nya.” Karena kata-kata “law”
(seandainya) member peluang bagi syaetan.” (HR. Muslim).

Dan ditambahkan oleh beliau yang terkait perbuatan yang sia-sia adalah

orang yang mengadu nasib, menghayal bukan yang dikaitkan hal mencari

keilmuan, ketangkasan, atau olah tubuh dalam hal ini olahraga baik secara umum

maupun olahraga tertentu seperti renang, memanah, berkuda dan juga semisalnya.

Ibnu Taimiyah menambahkan hal tersebut dapat dikatakan hal-hal yang

wajib dipelajari seperti olah tubuh dan ketangkasan lain yang membuat seorang

muslim itu tangguh, dan sehat dalam menjaga dirinya, juga agamanya dari hal

41
Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali -
ART, 2007).
42
Ma‟mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim (Malaysia: KLANG BOOK
CENTRE,1995), cet ke-II, jilid IV, hal. 244.
51

gangguan Islam dari kaum jahiliyah atau kaum kafir yang mau menghancurkan

Islam.43

Hal lain juga dapat memperoleh sebuah pahala dan sadaqah seseorang

yang mempelajari olahraga tersebut, yang akhirnya menjadi bermanfaat baik

untuk diri pribadi maupun orang lain, juga khususnya Agama, Nusa dan Bangsa.

43
Ibnu Taimiyah, Terjemah Nasehat-Nasehat Agama dan Hukum-Hukum Penafsirannya,
(Bandung: Mizan Press, 1998), cet. II, hal. 234.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari dan menganalisa hadis-hadis tentang olahraga

yang dibahas dalam skripsi ini, penulis memberikan kesimpulan.

1. Bahwa olahraga adalah suatu ajaran yang dianjurkan Rasulullah Saw,

yang mengandung hikmah dan manfaat yang bisa dipetik di dalamnya

seperti berenang, memanah dan berkuda. Ketiganya, mengandung

aspek kesehatan/kekuatan, keterampilan, kecermatan, sportifitas, dan

berkompetisi.

2. Matan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Abu Daud dan

Imam Baihaqi di atas tidak selafaz dan matannya pun berbeda, akan

tetapi mempunyai unsur makna yang dituju sama, yaitu tentang

keahlian olahraga. Jadi hadis tersebut diriwayatkan secara al-Riwayah

bi al-Ma’na dan analisa matan hadis-hadis olahraga tersebut

berkualitas sahih.

B. Saran-saran

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat menjadi

masukan yang berarti khususnya bagi penulis, yaitu :

1. Bagi para pengkaji keilmuan hadis, penelitian terhadap hadis Nabi

Saw. harus tetap dilakukan sebagai usaha pelestarian terhadap hadis-

hadis Nabi Saw. dan sebagai upaya penyegaran pengetahuan bagi para

peneliti dan penafsir hadis khususnya juga pencinta hadis pada

keilmuan hadis pada umumnya.

52
53

2. Dengan adanya penelitian hadis ini, semoga kaum muslimin dan

muslimat dapat tergugah hatinya untuk lebih cinta akan kesehatan

serta melestarikan olahraga, baik olahraga apa saja. Agar supaya dapat

menjaga dirinya dan juga dapat menolong orang lain ketika

dibutuhkan ke ahlian tersebut.

3. Menjaga dan meningkatkan stamina tubuh serta melestarikan olahraga

di dalam kampus, baik sarana dan prasana yang menunjang olahraga.


DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar bin Husain al-Baihaqi, Syu’bal Iman al-Baihaqi, Bab fi Huquqi wal
Auladina wa Ahlina wa Hiya Qiyam, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah,
1989), juz VI, Cet. I.

Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy‟ats al-Sajatsani al-Ardi, Sunan Abu Daud, (Kairo:
Dar al-Hadits,1988).

Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwîr versi Indonesia-arab,


(Surabaya : Pustaka Progressif, 2007), cet I

Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari`at Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), Cet. I.

Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-laki, (Jakarta : Gema Insani,
2007).

Arif Rohman Hakim, S.Ag, Studi Hadis: Teori dan Metodologi, (Yogyakarta:
Idea Press).

Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis.(Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada,2004), cet. IV.

Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul 'Ali


-ART, 2007).

Dini Rosdiani, Dinamika Olahraga Dan Pengembangan Nilai (Bandung :


Alfabeta, 2012).

Dikutip dari “Enam manfaat olahraga bagi anak” dalam www.kompas.com diakses
pada 28 Mei 2012 jam 15.48 WIB.

Ginanjar Atmasubrata, Serba Tahu Dunia Olahraga (Surabaya : Dafa Publishing,


2012).

H.J.S. Husdarta,Sejarah Dan Filsafat Olahraga (Bandung : Alfabeta, 2010).

al-Hafizh Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy (Al-Qazwiniy),


Sunan Ibnu Mājah, (Beirut : Dar al-Ihya al-Kutub al-„Arabiyah), juz. II.

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-1.

Ibnu Hamzah al-Husain al-Hanafi al-Damasyiqi , al-Bayan Wa al-Ta’rif fi Asbab


al-Wurud al-Hadis al-Syarif (al-Dimasyqi:al-Bayan,1980), Jil. II, lihat
juga terj H.M. Suwarta Wijaya, Zafrullah Salim, Asbabul Wurud latar

54
55

belakang historis timbulnya hadis-hadis Rasul Saw,(Jakarta: Kalam


Mulia,1997), cet. II.

Ibnu Taimiyah, Terjemah Nasehat-Nasehat Agama dan Hukum-Hukum


Penafsirannya, (Bandung: Mizan Press, 1998), cet. II.

Imam abi Husain Muslim ibnu al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nisaburi, Muhtashor


Shahih Muslim (Bairut : al-Maktabatul Islami, 1987).

Jhon Huocks, (terj), Teori Olah Tubuh dan Efektifitasnya, (Jakarta:Media Pustaka,
1990), Cet. II.

Khamdan, dkk. Studi Hadis: Teori dan Metodologi (kritik terhadap hadis-hadis
pendidikan), (Yogyakarta: Idea Press, 2012).

Ma‟mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim, (Malaysia: KLANG BOOK


CENTRE, 1995), Cet ke-2, Jilid VIII.

M.Hasbi Ash Shiddiqe, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: Bulan
Bintang , 1993). cet.II.

Muhyiddin Abi Zakaria Yahya, Riyadu al-Shalihin, 1997, cet. ke III, jilid III,

Muh. Zuhri, Hadis Nabi (sejarah dan metodologi).(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya,1997), cet. I.

M.M Azami, Hadis Nabawi, Sejarah dan Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka


Firdaus, 1994).

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam


Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan. 1994).

M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,


1992).

Prita Daneswari “Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri Kita” dalam


www.mediaindonesia.com diakses pada 22 Mei 2012 jam 11.58 WIB.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006).

R.H. Su`dan M.D., S.K.M, Al-Qurân dan panduan kesehatan masyarakat,


(Jakarta: Diknas,1978).

Sayid Agil Husein al-Munawar, Studi Hadis Nabi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), Cet. Ke-1.
56

Said Agil Husain Munawar, Abdul Mustaqin, Asbabul Wurud (studi kritis hadis
nabi pendekatan sosio-historis-kontekstual). (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), cet. I.

Slamet Suherman “bab 6 teori bermain” dalam bentuk PDF didownload dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_OLAHRAGA/1976030
82005011SUHERMAN_SLAMET/modul_bermain_08/bab_6_teori_ber
main,pdf pada 15 Mei 2012 jam 10.57 WIB.

Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abu al-Qasyim at-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir
fi Bab Jim, (al-Maushul: Maktabah al-Ulum wal Hikam, 1983), Juz II.

Syihab al-Din Ahmad bin Hajar al-Ashqalani, Tahzib al-Tahzib, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1984), Juz II.

Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), cet. I

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem


keolahragaan Nasional, dalam bentuk PDF didownload dari
http://www.pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu 3 2005. pdf pada 15 Mei
2012 jam 10.39 WIB.

Wasis Ekyono DKK, Teori Olahraga, (Jakarta: CV. Karya, 1981), cet. IV

Yusuf al-Qardhawi, Pandangan-pandangan Hukum Islam, (Bandung: Mizan


Press, 1999), Cet. II.

Y.S Santosa Giriwijoyo, Dkk, Olahraga dan Olahraga Kesehatan, (Bandung:


FPOK/IKIP Press, 1991).

Yusuf al-Qardhawy, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qurân


dan As-Sunnah, (Jakarta: Robani Press,1996), cet. I.

Anda mungkin juga menyukai