SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi persyaratan Gelar S.1
dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis
Disusun oleh:
Miftakhul Alif
NIM 4104035
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2 0 10
ii
iii
DEKLARASI
Miftakhul Alif
NIM. 4104035
iv
MOTTO
$R/#s? t%2 ) 4
tG$#u y7n/u pt2 xm7|s
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu
dan mohonlah ampun kepada-Nya.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha
pengasih dan penyayang, atas segala taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan segala batas kemampuan penulis.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah
Saw, karena bimbingannya kita semua dapat menemukan jalan lurus dan benar
skripsi yang berjudul "MAKNA TASBIH DALAM AL-QURAN" (Studi Tafsir
Tematik)
Penulis menyadari, bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak yang telah
membantu. Ucapan terimakasih yang tak terhingga ini penulis sampaikan
kepada yang terhormat.
1. Bapak DR. H. Abdul Muhaya, M.A. selaku dekan Fakultas Ushuluddin
IAIN Walisongo Semarang beserta stafnya yang telah membantu dalam
penyelesaian pembuatan skripsi ini.
2. Bapak DR. A. Hasan Asyari UlamaI, M.Ag. selaku Kajur TH Fakultas
Ushuluddin
3. Bapak Zainul Adzfar, M.Ag. selaku Sekjur TH Fakultas Ushuluddin
4. Bapak Moh. Nor Ichwan, M.Ag, selaku pembimbing pertama yang telah
tulus membimbing dan mengarahkan skripsi secara sabar.
5. Bapak Moh. Masrur M.Ag, selaku pembimbing kedua yang telah tulus
membimbing dan mengarahkan penulis secara sabar.
6. Bapak dan Ibu dosen serta segenap staf Fakultas Usuluddin yang telah ikhlas
mendidik dan membantu penulis.
7. Ayahanda, Ibunda, Kakak dan yang telah banyak membantu dan
memperjuangkan dengan segala pengorbanan dan do'a restunya demi
suksesnya penulisan skripsi dalam menyelesaikan studi.
vi
Penulis.
vii
PERSEMBAHAN
Sebuah karya sederhana yang melekat dalam lubuk hati dalam menggapai cita
takkan berarti tanpa dukungan dan kehadiran mereka:
1. Ayah bunda (H. Selamet, Hj. Masiyah) tercinta perintis kebahagiaan dengan
doa dan curahan kasih sayang yang tak pernah henti, tuk kesuksesan masa
depan.
2. Kakak-kakakku tercinta (Rakhis Mawati, Farida D) kalian adalah pelipur lara
dan pemberi semangat, yang selalu setia tuk menantikan kesuksesanku.
3. Kekaksihku tercinta (Maulida Nita Sari)yang telah memberikan doa dan
warna keceriaan dalam hatiku.
4. Teman-teman senasib seperjuangan KKN 2008 Desa Kebumen Kab.
Temanggung (Suyoto, Sulaiman, Sholikhin, Aan, Fauzi, Ririn, Latifah, Nurun
aini, dan Nurul Im) perjuangan kita takkan padam, tali persaudaraan suci
terjalin dalam nuansa aroma surgawi.
5. Seseorang yang telah memotivasi (Ubaidillah Mubarrok.) semoga niat kita
dikabulkan oleh-Nya.
6. Teman-temanku semua (Agus Maemun Idris, Minanurrohman, Maria Ulfa,
Agung, Aris PK, Abe PK, dll.) yang telah mewarnai jalanku dalam menggapai
cita.
7. Teman-temanku satu jurusan (Irham, Budiyono, Rizqi, Kamal, Sujatno,)
canda tawa kalian kan tersimpan di lubuk hati terdalamku.
( MIFTAKHUL ALIF )
NIM : 4104035
viii
ABSTRAKSI
Para ahli tafsir dalam menafsirkan tasbih itu Tanzih Ilallah akan tetapi
dalam memahami bagaimana bentuk tasbih makhluk yang Ghairu Mukallaf
mereka berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa tasbih makhluk Ghairu
Mukallaf itu dimaknai dengan makna Hakiki ada yang dimaknai dengan makna
Majazi. Akan tetapi pada dasarnya, Allah telah memberikan rambu-rambu untuk
manusia yang terdapat dalam al-Quran surat al-Isra ayat 44 yaitu bahwa semua
apa-apa yang ada di langit tujuh dan bumi semuanya bertasbih akan tetapi kalian
semua tidak akan mengetahui tasbih mereka.
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
pertama, bagaimana konsep tasbih dalam Al-Qur'an, kedua Bagaimana cara
bertasbih sesuai dengan penjelasan al-Quran dan yang ketiga Apa relevansi
anjuran bertasbih dalam kehidupan, sedangkan untuk penelitian skripsi ini bersifat
library murni. Mengumpulkan seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan,
sebagai data deskriptif,. Pendekatannya ilmu tafsir, karena yang menjadi kajian
adalah ayat-ayat Al-Qur'an.
Dalam usaha penafsiran makna kata tasbih dalam Al-Qur'an agar
mendapatkan sebuah pemahaman yang pas dan sesuai dengan kehendak sang
pencipta, maka penafsiran ini menggunakan metode tafsir maudhui atau tafsir
tematik, dengan metode tafsir tematik tersebut diharapkan mendapatkan informasi
tentang makna kata tasbih secara komprehensif dan lebih dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
Dengan menggunakan penafsiran secara tematik, dapat diketahui bahwa
ternyata konsep tasbih dalam Al-Qur'an memiliki pemahasucian terhadap apa-apa
yang disekutukan kepada Allah. Maka dalam Pengungkapan ayat-ayat tasbih
digandengkan dengan kata Mustakbirun, Yasifuun, Musyrikun, dan juga banyak
yang terdapat kata yang meng-Esa-kan Allah Swt seperti kata wahidan, dan juga
banyak kata tasbih selalu diakhiri dengan Asmaul Husna yang menunjukkan
makna ketinggian dan kebesaran-Nya yaitu seperti kata Uluwan, Kabiir, Qahhar,
Adapun dalam cara atau bentuk bertasbihnya disini ada dua pendapat akan
tetapi pada hakikatnya semuanya bertasbih tidak terkecuali apapun, adapun tasbih
mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri dan bentuk fitrah mereka
yaitu yang selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah Swt. Akan tetapi al-Quran
memberikan isyarat yang terdapat dalam QS. Ar-Rad: 13 yaitu Tusabbih ArRadu Bi Hamdihi ini mengindikasikan bahwa alam bertasbih dengan bacaan
tahmid yaitu al-hamdulillah seperti halnya tasbih Malaikat.
Adapun relevansinya tasbih dalam kehidupan terutama pada manusia yaitu
supaya manusia itu menjadi manusia yang sabar, tawakkal dan taubat yaitu dalam
al-Quran kata tasbih di awali dengan kata sabar (Fasbir Ala Maa Taquuluun Wa
Sabbih Bi hamdi rabbika) dan Tawakkal (Watawakkal Ala Al-Hayyi Al-Ladzi La
Yamut Wasabbih Bi Hamdihi) dan taubat (Fasabbih Bi Hamdika Wastagfirh)
ix
TRANSLITERASI
A. TRANSLITE
Huruf Arab
Nama
Alif
ba
ta
tsa
jim
ha
kha
dal
ndal
ra
zai
sin
syin
sad
dad
ta
za
ain
gain
fa
qaf
kaf
lam
mim
nun
wau
ha
hamzah
ya
Huruf Latin
Nama
tidak dilambangkan
b
t
ts
j
h
kh
d
dz
r
z
s
sy
sh
dh
th
zh
gh
f
q
k
l
m
n
w
h
.
y
tidak dilambangkan
be
te
te dan es
je
ha
ka dan ha
de
de dan ze
er
zet
es
es dan ye
es dan ha
de dan ha
te dan ha
zet dan ha
koma terbalik (atas)
ge dan ha
ef
ki
ka
el
em
en
we
h (dg garis di bwh)
apostrof
ye
Ditulis
Muta`addidah
Ditulis
Qaddara
xi
Ditulis
Hikmah
Ditulis
`illah
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafaz aslinya).
2.
Bila diikuti dengan kata sandang al serta bacaan kedua terpisa, maka
ditulis dengan h.
Ditulis
Karamah al-Auliya`
Ditulis
Zakah al-fitri
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
viii
HALAMAN ABTRAKSI.................................................................................. ix
HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA.................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................
12
16
BAB III
Quran ...............................................................................
20
32
38
a. Quddus ..........................................................................
38
b. Tanzih ...........................................................................
40
xiii
42
44
45
46
50
51
51
1. Malaikat ...........................................................
52
2. Binatang ...........................................................
54
58
1. Tasbih Gunung.................
58
63
BAB IV
67
B. Hikmah Bertasbih.........................................................................
71
BAB V
74
76
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
81
B. Saran-saran ........................................................................
83
C. Penutup ..............................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, Teras, Yogyakarta, 2005, hlm.
26.
3
Al-quran dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama RI, Jakarta,
1990 , QS. Al-Isra: 44. hlm 430
(
). Menurut Ibnu Faris, asal makna kata sabh ada dua. Pertama,
sejenis ibadah. Kedua, sejenis perjalanan cepat. Pengertian kata tasbih
Maksudnya: Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah. Lihat Alquran dan terjemahnya
5
Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan Namanama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul
husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk
Nama-nama selain Allah. Lihat Al-quran dan terjemahnya.
6
dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit, atau lari kuda yang cepat,
atau kecepatan beramal. Dinamakan tasbih karena segera pergi untuk beramal
dalam rangka menyembah Allah. Kata ini berlaku untuk melakukan kebaikan
atau menjauhi kejahatan. Lebih lanjut Al-Asfahani menambahkan, tasbih bisa
dalam wujud perkataan, perbuatan ataupun niat. Pengertian tasbih terakhir itu
mengacu kepada pengertian isthilahi yang sudah berkembang sampai
sekarang.8 Seperti halnya Al-quran menggunakan kata Tasbih yang diambil
dari akar kata Sabbaha atau Yusabbihu seperti yang terdapat dalam QS.
Al-Hasyr: [I] dan QS. Al-Jumuah: I. yang berbunyi:
3
tp : #$ y 9 #$ u
u (
{
F #$ $t u N
u
y
9#$ $t !
x
y 7
y
3
tp : #$ y 9 #$
)
9 #$ 7
= Rp Q #$
{
F #$ $t u N
u
y
9#$ $t !
x
7m
|
Kata tasbih yang terdapat dalam Al-quran sangat banyak dan beraneka
ragam bentuknya. Kata Tasbih yang terdapat dalam ayat-ayat Al-quran
diulangi sebanyak 93 macam11. yaitu Dalam bentuk fiil madhi (verbal masa
lampua), dalam bentuk Fiil Mudhari (verbal masa sekarang dan yang akan
dating) Fiil Amar (verbal imperative), Mashdar dan bentuk lain-lainnya.
Semua variasi bentuk itu mengisyaratkan bahwa tasbih alam semesta
seluruhnya kepada Allah Swt. Termasuk makhluk hidup dan benda-benda
yang ada didalamnya.12
Dengan begitu untuk dapat mengetahui bagaimana gambaran tasbih
secara gamblang dari segala sesuatu yang bertasbih kepada Allah Swt, baik
manusia dan setiap tindakan yang dilakukannya serta alam semesta dan
seisinya, dengan apa yang mereka bertasbih dan apa relevansinya terhadap
kehidupan sehari-sehari. Dengan demikian, maka sangat dibutuhkan sebuah
pemahaman yang mampu mengungkap apa yang terkandung dari kalimatkalimat tasbih dalam berbagai ayat yang terdapat dalam Al-quran.
Dengan demikian adanya sebuah penelitian secara komprehensif
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mampu mengungkap
keluasan makna dan pengertian serta maksud dari kata-kata tasbih yang
tersebar dalam berbagai ayat dalam Al-quran, sangatlah dibutuhkan. Hal ini
dilakukan demi sebuah cita-cita yang mulia berupa pengamalan isi kandungan
Al-quran itu sendiri dalam hal ini adalah bertasbih baik dalam sikap prilaku
dan tindakan yang dilakukan oleh manusia sehari-hari maupun dalam bentuk
berdzikir
secara
lisan
dengan
menggunakan
kalimat-kalimat
tasbih
B. Pokok Masalah
Wawasan berarti tinjauan, pandangan serta konsepsi cara pandang
terhadap suatu masalah13. Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan
secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan
jawabannya. Bertitik tolak pada keterangan itu, maka yang menjadi pokok
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pengertian Tasbih dalam Al-quran?
2. Bagaimana cara bertasbih sesuai dengan penjelasan Al-quran?
3. Apa relevansi anjuran bertasbih dalam kehidupan?
13
Muhammad Gaib M. Ahl Kitab makna dan cakupannya, Paramadina, Jakarta, 1998.
hlm 9
D. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat library murni, yakni semua bahan yang
dibutuhkan bersumber dari bahan-bahan yang tertulis.
Untuk menggunakan metode yang tepat pada judul ini ialah dengan
menggunakan metode tematik (Maudhui)14 yaitu membahas satu judul
tertentu secara mendalam dan tuntas. Yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang diangkat secara tuntas sehingga diperoleh suatu
kesimpulan yang dapat dijadikan pegangan.15
Karena objek studi ini adalah ayat-ayat Al-quran, maka
pendekatan yang dipilih di dalamnya adalah pendekatan ilmu tafsir.
Dalam ilmu tafsir, dikenal beberapa corak atau metode penafsiran Alquran yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.
Menurut al-Farmawi, hingga kini setidak-tidaknya terdapat empat
macam metode utama dalam penafsiran Al-quran, yaitu: metode tahlili,
ijmali, muqarin, dan metode maudhui, yang terakhir ini adalah suatu
metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-quran tentang suatu
masalah tertentu dengan jalan menghimpun seluruh ayat-ayat yang
dimaksud, lalu menganalisisnya lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan
14
Ada dua cara dalam dalam tata kerja metode tematik ini: pertama, dengan cara
menghimpun seluruh ayat-ayat Al-quran yang berbicara tentang satu masalah tertentu serta
mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda dan tersebar dalam pelbagai
surah Al-quran. Kedua, penafsiran yang berdasarkan pada surah Al-quran. Lihat Abd Muin Salim
metodologi ilmu tafsir. Hlm. 47
15
Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, Cet
I, hlm. 383
E. Sumber Data
a. Primer
Penelitian ini bercorak library murni, dalam arti semua sumber
datanya berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik
16
Dr. Harifudin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-quran suatu Kajian Teologis dengan
Pendekatan Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 21.
17
Muhamad Nur Ichwan, Memasuki Dunia Al-quran, (Semarang: Lubuk Raya, 2001),
hlm. 267-268.
F. Tinjauan Pustaka
Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam bahasan konsep tasbih
dalam Al-quran sedikit banyak sudah pernah dibahas oleh peneliti ilmiah
yang lain, akan tetapi dalam penelitian itu belum sampai komprehensif.
Seperti halnya beberapa literatur yang diterbitkan. Literatur yang dimaksud
hanya secara umum atau parsial saja. Literatur tersebut di antaranya:
1. Zaglul an-Najjar, Shuarun Min Tasbih al-Kaainaat Lillah, diterj: Faisal
Saleh, Ketika Alam Bertasbih, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2003. buku ini
memang membahas masalah tasbih, akan tetapi dalam membahas tasbih
Zaglul hanya memandang secara parikular, tidak memandang secara
komprehensif. Zaglul memandang tasbih dari sundut pandang sains, akan
tetapi masalah yang penulis tulis ialah masalah yang komprehensif yaitu
bagaimana pandangan Al-quran tentang tasbih secara utuh tidak secara
partikular saja.
2. Begitu juga Ustadzah Nisywah al-Ulwani, dalam bukunya Ath-Thariq Ila
al- Jannah Al-Istigfar wa At-Tasbih, diterj: Saiful Hadi el-Sutha, Pustaka
al-Mawardi, Jakarta, 2002, cet I. dia hanya memandang dari satu sudut
pandang saja seperti halnya zaglul an-Nazar yaitu memandang tasbih
selain mukallaf hanya sebagai bukti kosmologis saja. Akan tetapi banyak
ulama yang memperdebatkan tentang makna tasbih.
3. Berupa skripsi karya Inna Ratul Ain dengan judul Tasbih Alam. Dia
menulis skripsi tasbih menggunakan pendekatan metode Muqarran yaitu
dia hanya membandingkan pendapat dua ulama yang berbeda dalam
memeberikan makna tasbih yaitu Ibnu Arabi dan Fakhruddin ar-Razi.
Yang mana kedua ahli tafsir ini sangat berbeda dalam menafsirkannya
Fakhruddin ar-Razi menafsirkan tasbih dengan makna yang majazi, dan
ibnu Arabi menafsirkan tasbih dengan makna yang hakiki.
dengan
disusunnya
proposal
penelitan
dan
atas
sepengatahuan penulis dalam bentuk skripsi kali ini, penulis tidak melihat
adanya kesamaan dengan apa yang akan menjadi konsen penelitian kali
ini, baik dalam bentuk skripsi maupun dalam bentuk buku atau berupa
tulisan dalam bentuk lainnya.
Penelitian ini akan berupaya menyajikan uraian mengenai tasbih
dengan
menjadikan
Al-quran
sebagai
acuan
dasarnya.
Karena
pembahasan mengenai tasbih akan dilakukan secara menyeluruh dari ayatayat yang berbicara mengenai masalah tersebut, maka pembahasan tidak
hanya dibatasi pada ayat-ayat yang secara eksplisit menggunakan term
tasbih saja, tetapi juga term-term yang terdapat dalam Al-quran yang
mengandung makna tasbih. dengan begitu, diharapkan dapat diperoleh
informasinya yang utuh dan menyeluruh mengenai wawasan Al-quran
tentang tasbih.
Dengan demikian skripsi ini memiliki perbedaan dengan kajian
yang telah dibahas dalam penelitian-penelitian yang lain.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan menganalisis terhadap penelitian
ini penulis akan menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama, adalah merupakan pendahuluan yang berfungsi untuk
menyatakan keseluruhan isi skripsi dengan sepintas, kemudian dirinci kedalam
sub bab yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan skripsi, tinjauan pustaka, metode penulisan skripsi, dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab kedua, tinjauan umum tentang makna tasbih. Bab ini terurai dalam
sub-sub bab antara lain: pengertian tasbih: secara etimologi dan terminologi,
9
10
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA TASBIH
Allah Swt memilih bahasa Arab sebagai wadah pengejawantahan katakatanya yang suci, yakni Al-quran. Pemilihan ini dari satu segi, tentu saja
menempatkan bahasa Arab pada kedudukan yang istimewa, terutama di mata
umat Islam.
Salah satu keistimewaan bahasa Arab yang dipilih oleh Tuhan menjadi
bahasa Al-quran adalah ungkapan-ungkapannya yang singkat, padat, serta kaya
dengan isi dan makna yang dalam. Variasi bentukan kata-katanya itu sangat
berpola. Setiap bentukan mempunyai makna dan pesan khas yang berbeda dengan
bentukan lainnya meskipun berasal dari kosa-kata yang satu dan kendatipun
terjemah harfiahnya sama.
Harus diakui bahwa peranan kaidah-kaidah bahasa Arab sangat besar
dalam upaya pemahaman ayat-ayat Al-quran. Akan tetapi dalam kenyataannya,
banyak ayat-ayat Al-quran yang sulit dipahami secara utuh bila hanya
mengandalkan kaidah-kaidah bahasa tersebut. Untuk itulah diperlukan kaidahkaidah lain yang khusus menyangkut Al-quran, yang dimaksud adalah kaidahkaidah yang berhasil disusun dan diformulasikan oleh para ulama dan ahli tafsir
sebagai hasil kajian dan telaah terhadap ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh
Al-quran. Kaidah-kaidah seperti ini dikenal dengan istilah qawaid al-Tafsir yang
dapat ditemui secara berserakan dalam kitab-kitab tafsir ataupun dalam kitab-kitab
ulum Al-quran. Kaidah-kaidah tafsir ini masih tetap berkembang secara
komulatif, seiring dengan kajian terhadap Al-quran yang tetap berlanjut tanpa
akhir.18
Dalam
mengungkapkan
masalah
Tasbih,
Al-quran
menggunakan
beberapa macam istilah. Term-term disebutkan dengan berbagai macam term, ada
yang disebutkan dengan bentuk madhi, mudhari' masdar, maf'ul yang semuanya
18
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-quran Suatu Kajian Teologis dengan
Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991), hlm. 26-30.
11
A. Pengertian Tasbih
Kata tasbih ( "$%') adalah bentuk masdar dari sabbahayusabbihu
tasbihan (.0"$%' - ,$%- - ($)), yang berasal dari kata sabh ( $)). Menurut
Ibnu Faris, asal makna kata sabh ada dua. Pertama, sejenis ibadah. Kedua,
sejenis perjalanan cepat. Pengertian kata tasbih ( "$%') berasal dari pengertian
pertama, yaitu menyucikan Allah Swt20 dari setiap yang jelek (tanzihullahi
min kulli suin (1) 2
, 45 6
7-8 9' ), sedangkan kata tanzih (7-8 9') berarti
tabid (:";$' = menjauhkan). Jadi, secara terminologi makna tasbih adalah
mensucikan Allah SWT dari segala keburukan dan dari segala perbuatan
ataupun sifat yang tidak sesuai dengan keagungan, kemuliaan, kasih sayang,
dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.21 Sementara itu, kata subbuhun
(1<$)) adalah suatu sifat bagi Allah, yang berarti Allah Maha Suci dari segala
sesuatu yang tidak pantas bagi-Nya.
Begitu juga menurut Ar-Ragib Al-Asfihani dalam mengartikan kata
as-sabh ( $(%> )sebagai berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara
(terbang). Kata itu dapat dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit,
atau lari kuda yang cepat, atau kecepatan beramal. Dinamakan tasbih karena
segera pergi untuk beramal dalam rangka menyembah Allah. Kata ini berlaku
untuk melakukan kebaikan atau menjauhi kejahatan.
Tasbih secara Etimologi yaitu Ar-Ragib Al-Asfahani mengartikan kata
as-Sabh ( $(%> )sebagai berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara
(terbang). Kata itu dapat dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit,
19
12
atau lari kuda yang cepat, atau kecepatan beramal. Akan tetapi kata tasbih
( "$%') yaitu segera pergi untuk beramal dalam rangka menyembah Allah.
Kata ini berlaku untuk melakukan kebaikan atau menjauhi kejahatan. Lebih
lanjut Al-Asfahani menambahkan, tasbih bisa dalam wujud perkataan,
perbuatan ataupun niat. Makna inilah yang sudah berkembang sampai
sekarang. Dan menjadi makna istilah tasbih.22
Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa fenomena gerak di alam ini
merupakan petunjuk nyata untuk memahami pengertian tasbih secara lebih
mendalam. Dari adanya fenomena gerak dapat diketahui bahwa alam semesta
ini senantiasa berubah. Serta dengan mengetahui adanya waktu yang
senantiasa mengalir, dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang ada di alam
ini adalah bertasbih dan senantiasa bertasbih karena semuanya bergerak dan
menempel dalam aliran waktu sehingga setiap saat selalu berubah dan
menjauh dari posisinya semula.
Adapun Kata Tasbih diambil dari Madhi sabbaha dengan seluruh
turunannya dan sabaha yasbahu. dalam Kamus Mujamul Fahras Li alfadhil
Quran disebutkan di dalam Al-quran Al-Karim sebanyak 93 kali;23 Yaitu:
Kata Tasbih
Sabbaha
Yusabbihu
Tasbiihan
22
23
Madhi
Mudhari
Masdar
4 kali
22 kali
45 kali
QS. Al-Hadid
[57]: 1, QS. AlHasyr [59]: 1,
QS. Ash-Shaff
[61]: 1, QS. AsSajadah [32]: 15.
QS. Al-Baqarah
[2]: 30, QS. ArRad [13]: 13,QS.
Al-Isra [17]: 44
(dua kali), QS.
Al-Anbiya [21]:
20 dan 79,QS.
An-Nur [24]: 36
dan 41, QS. AlQolam [68]: 28,
QS. Al-Fath [48]:
9, QS.
Thaha[20]: 33,
13
QS. Al-Hasr[59]:
24, QS. AlJumat[62]: 1,
QS. AtTaghabun[64]: 1,
QS. alAnbiya[21]: 79,
QS. Shad[38]:
18, QS. azZumar[39]: 75,
QS. Ghafiir[40]:
7, QS.
Fushilat[14]: 38,
QS. an-Nur[42]:
5, QS. alAraf[7]:206.
Fiil Amar
Isim Fail
14
18 kali
Sabbaha
QS.
Ali
2 kali
yusabbihu
tasbiihan
[25]:
42,
QS.Ghafir[40]: 55.
QS.
Nun[50]:32.
QS.
Al-
Waqiah [56]: 74
dan
96,
QS.al-
Al-Ala
QS.
an-
QS.al-Anbiya [21]:33,
QS. yasin[36]:40,
15
143
dan
Semua kata tasbih yang di atas ditemukan secara bervariasi. Bentuk itu
mengisyaratkan bahwa tasbih alam semesta seluruhnya kepada Allah Swt ini
termasuk makhluk hidup. Semua makhluk itu bertasbih pada masa dulu, masa
sekarang dan masa yang akan datang, semuanya tak henti-henti mensucikan
Allah swt di setiap waktu dan saat.
(pensucian),
jadi
makna
SubhanAllah
at-Tanzih
IlAllah
dengan pemahasucian yang pasti; menafikan setiap apa yang tidak layak bagi
ketinggian dan keagungan-Nya dengan tanpa menyerupakan, tanpa pemisalan,
tanpa perbandingan, tanpa pengalihan, tanpa penakwilan dan tanpa
pengabaian; dan aku menetapkan pada keagungan-Nya apa saja yang dia
jelaskan tentang Dzat-Nya sendiri dan apa saja yang telah ditetapkan
Rasulullah Saw dari berbagai sifat kesempurnaan yang mutlak. 24
Kata Sabhan Thawilan di sini bermakna waktu panjang; atau
Mutafarraghan Thawiilan (yakni waktu luang yang panjang); atau
mutaqallaban thawila (selalu berbolak balik) waktu luang untuk pulang pergi
mengurusi pekerjaan. Dalam bentuk derivasi yang lain adalah as-Subhah yatiu
untaian biji-bijian yang digunakan sebagai alat tasbih untuk menghitung
tasbih (Dzikir kepada Allah/bertasbih). Dan kata ini juga berarti ibadah sunnah
berupa dzikir dan shalat. Misalanya mengatakan Qadhaitu Subhati, (yakni aku
telah melakukan ibadah sunnahku). Demikian juga bersujud,25 oleh karena itu
Allah Swt berfirman:
24
Zaglul an-Najjar, Shuarun Min Tasbih al-Kauniaat Lillah , diterj: Faisal Saleh, Ketika
Alam Bertasbih, Jakarta, 2008, cet I. hlm 2
25
Ibid. hlm 4-5
16
26
Al-quran dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama RI, Jakarta,
1990 QS. Al-Hajj. hlm. 514
17
18
tahu pula bahwa bacaan tasbih akan mengantar mereka masuk dalam lautan
kebajikan serta menjauhkan mereka dari terjerumus dalam tindak keburukan;
jika saja mereka tahu semua itu, niscaya mereka akan banyak bertasbih untuk
semakin mendapatkan anugrah dan pahala dari Allah yang demikian besar.29
Dari Musab bin Saad, dari bapaknya r.a. katanya Rasulullah Saw,
beliau pernah berkata: sanggupkah kalian mengerjakan seribu kebajikan
setiap hari?, maka bertanya salah seorang yang duduk dalam majlis,
bagaimana kami mengerjakan seribu kebajikan setiap hari, sabda nabi
bacalah tasbih seratus kali niscaya Allah taala mencatat bagimu seribu
kebajikan atau dihapus dari padanya seribu kesalahan (dosa).30
Di kalangan ulama fiqih ada yang berpendapat bahwa bukanlah suatu
keharusan untuk mengucapkan lafazh-lafazh tasbih seratus kali secara
berturut-turut dalam satu majlis, akan tetapi boleh hukumnya untuk
mengucapkan secara terpisah dalam sejumlah majlis (tempat). Begitu juga
tidak merupakan suatu keharusan untuk mengucapkannya sepanjang siang
sampai malam hari, akan tetapi yang lebih utama adalah mengucapkan pada
permulaan hari, agar dapat menjadi benteng pemelihara bagi seorang muslim
sepanjang hari.31
Ada beberapa hadits yang menunjukkan adanya shalat tasbih, namun
menurut pandangan jumhurul ulama mengatakan bahwa hadits shalat tasbih
itu Dhaif. Akan tetapi ulama fiqh menetapkan shalat tasbih dalam bab fiqh.32
Dalam kamus al-Munzid dikatakan bahwa ad-Dzikru huwa at-Tasbih
wa Majjadahu yang berarti dzikir merupakan tasbih itu sendiri.33
Dalam surat an-Nasr : 3 dapat di baca bahwa nabi Muhammad Saw di
perintahkan untuk bertasbih dengan memuji nama tuhan-Nya.34 Memuji tuhan
adalah formula kesyukuran yang sangat penting
29
19
35
Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, Paramadina, Jakarta, 2000, cet II. Hlm
36
166
20
n<) #t
ys9$# fy9$# i Ws9 7y/ 3u.r& %!$# zys6
u ) 4 !$oGt#u t.9 s9ym $o.t
t/ %!$# $|%F{$# fy9$#
.5t79$# 9$#
2. QS. Al-Anbiaya`: 22
$t
y9$# b>u !$# zys6s 4 $s?y|xs9 !$# ) o;#u !$y t%x. s9
tt
3. QS. Al-mukminun: 91
ty_
? s9)u &x e. N3w=t u/ %!$# zys6s
9. QS. Ash-Shaffat: 159
tt $x !$# zys6
10. QS. Ash-Shaffat: 180
tt $t
y9$# b>u F{$#u Nuy9$# b>u zys6
12. QS. At-Thur: 43
22
23
s9 )t $y*s #\
r& #|s% #s) 4 oys7 ( 7$s!u xGt r& ! t%x. $t
3us .
24. QS. Al-Anbiya: 26
t
3 $t6 t/ 4 oys7 3 #V$s!u oq
9$# xsB$# (#9$s%u
25. QS. Ar-Rum: 40
24
3. Perintah bertasbih dan bertawakkal kepada Allah Swt yaitu QS. AlFurqan: 58
25
r&
#.5fs? $yn=n=z t
yF{$# t
dfxGs 5=uu 9 i y_ s9 t3s?
x6n=y9$#u !$$/ uA's? r& $|. $un=t |Mty $yx. u!$y9$# x)@ r&
s9u !$y9$# 4n
s? r& >
z i Mt/ y7s9 t3t r&
26
6s%
y n1u t$ys7 % 3 t
) $Y7tF. $un=t tit? 4Lym y7h%
9
Z #Z.|o0 ) M.
10. Perintah bertasbih dengan nama Allah yang Mahatinggi yaitu QS. AlAla: 1
$R/#s? t%2 ) 4
tG$#u y7n/u pt2 xm7|s
3. Tasbih yang diucapkan para nabi dan rasul, yang terdapat dalam Al-quran
yang hanya terdapat 4 ayat yaitu :
1. Tasbih Rasulullah yang disebutkan dalam Al-quran yaitu: QS. Yusuf :
108
4 s9)
r& r& b>u t$s% /u y=x.u $uFs)9 4y u!%y` $s9u
t|s t$x6t
s)tG$# *s t6yf9$# n<)
$# 3s9u _1t
s? s9 t$s%
!$n=s 4 $Z)| 4y
yzu $y2y &s#yy_ t7yf=9 /u 4?pgrB $n=s 4 _1t
s?
t9$# r& O$tr&u s9) M6? oys6 t$s% s$sr&
3. Tasbih Nabi Yunus As yang terdapat dalam QS. Thaha: 33
#Z.5Vx. y7ysm7| s1
27
ys9) uh&u B$# $=9 |M=% |Mr&u ztIt t$# |t !$# t$s% )u
) 4 @d,ys/ < }s9 $t t%r& r& < 3t $t y7oys6 t$s% ( !$#
4 y7t $t n=r& Iu t $t n=s? 4 tG=t s)s F=% M.
>9$# =t |Mr& y7)
4. Mengemukakan tasbih manusia secara umum. Jumlahnya ada 9 ayat. Tiga
ayat diantaranya terbentuk kata perintah kepada orang-orang mukmin. Dan
itu merupakan perintah taklif agar bertasbih kepada Allah. Salah satunya
ayatnya menyebutkan kata orang-orang mukmin bersama dengan
penyebutan Rasulullah, dan dua ayat lainnya dengan penyebutan orangorang mukmin secara mutlak. Ayat-ayat itu sebagai berikut:
1. QS. Al-Ahzab: 41-42
Zt
3/ sm7yu #Z.5Vx. #[
. !$# (#U0$# (#t#u t%!$# $pr't
r&u
2. QS. Az-Zuhruf: 13
#\
tu #\
et6u #Yx o=yr& !$)
r&u Zt
6/ sm7|@u
j%u?u hy?u
28
,=yz t
6xtGtu /_ 4n?tu #Y%u $Vu% !$# t
.t t%!$#
z>#xt $o)s y7oys6 Wt/ #xy |M)n=yz $t $u/u F{$#u Nuu9$#
$9$#
5. QS. Al-Isra: 108
pt2 (#s7yu #Y (#
yz $p5 (#
e2 #s) t%!$# $uGt$t/ $y)
.93tFo u n/u
7. QS. An-Nur: 36-37
pada
dua
ayat
yang
lain,
Al-quranul
karim
t,u9$#
u Gxz s3n=y9$#u pt2
9$# xm7|u
$ysRQ$# x uu !$# 9pg u !$to t $p5 =s
3. QS. Al-Anbiyak: 19-20
30
y#y yt $t
yu 4 $V=u $V3m $oos?#u 2u 4 zyn= $yoxs
=s $2u 4 u.59$#u zsm7| t$t7f9$#
4. QS. An-Nur: 41
31
37
33
ada yang memahami bahwa tasbihnya alam semesta dalam arti majazi, yakni
kepatuhannya mengikuti hukum-hukum Allah yang berlaku atasnya.
Keserasian dan kecermatan Allah itu menunjukkan bukti bahwa ciptaan Allah
sangatlah sempurna40 dan serasi bukan saja pada wujudnya atau sistem
kerjanya sebagai satu kesatuan, tetapi juga dalam bagian dan rincian masingmasing satuan. Keserasian itulah sebagai tasbihnya. Tetapi semua manusia
tidak mampu mengerti secara mendalam sebagaimana makna tafqahuun
semua bukti yang terdapat dalam rincian setiap ciptaan-Nya itu, atau dalam
istilah ayat ini tidak dimengerti tasbih mereka.
Ada juga yang menafsirkannya bahwa tasbih alam semesta dimaknai
dengan makna yang Hakiki supra rasional. Seperti halnya al-Biqai dan
Thabathabai yang pendapatnya telah dikutip oleh M. Quraish Shihab. Yaitu
bahwa al-Biqai memahami ketidakmampuan memahami tasbih itu tertuju
kepada kebanyakan orang, tetapi bagi orang-orang yang taat dan kukuh
ketaqwaannya dapat memahaminya. Dengan pendapatnya itu al-Biqai
menunjukkan beberapat hadits yaitu yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
tentang mukjizat nabi Muhammad Saw. Ketika air keluar dari celah jari-jari
beliau sebagaimana yang telah disampaikan oleh Abdullah ibn Masud yang
menyatakan, kami mendengar tasbihnya makanan ketika dimakan, dan HR
al-Bazzar tentang tasbihnya batu-batu, dari sini kemudian al-Biqai
menyatakan bahwa orang-orang khusus dapat memahami tasbih segala
sesuatu, tetapi tidak demikian dengan kebanyakan orang. Atas dasar ini alBiqai berpendapat bahwa kata kamu ditujukan kepada kebanyakan orang.
Thabathabai
berpandangan
lain
dengan
al-Biqai
walaupun
40
Yang dimaksud sempurna ialah jauh dari segala kekurangan dan bahwa pencipta dan
penguasanya hanya Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya
34
41
35
Ibnu katsir dalam kitab tafsirnya dengan secara tidak langsung dia
mengutip hadits-hadits bahwa tasbih alam dengan menggunakan bahasa
mereka sendiri-sendiri.43
Berbeda dengan Mahmud Yunus dalam menafsirkan ayat QS. 17: 44,
Mahmud Yunus dalam memaknai tasbih dia lebih condong ke majazi yaitu:
langit yang tujuh dan orang-orang yang di atasnya, semuanya bertasbih
memuji Allah. Tetapi kamu tidak mengerti tasbihnya itu. Adapun tasbih langit
dan bumi itu bukanlah seperti tasbih manusia, yaitu dengan lidah, melainkan
tasbihnya itu ialah dengan hal keadaannya saja, yaitu menunjukkan atas
adanya Allah dan kekuasanNya.44
Pendapat Mahmud Yunus ini sama dengan pendapatnya Zaglul anNajjar akan tetapi zaglul dalam menerangkannya secara panjang lebar dalam
memaknai tasbih dengan makna Majazi. Dan juga
Nisywah Al-Ulwani,
Muhammad Nasib ar-RifaI, Ringkasan Ibnu Katsir, Gema Insani, Jakarta, 2000, Juz 3.
44
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, PT Hidakarya Agung, Jakarta, Cet 19. hlm 407-
hlm 63
408
36
45
Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, Jilid 10, Dar al Kutub alIlmiah, Beirut, t.th, hlm. 175
46
M. Ishom El-Saha, M.A., Saiful Hadi, S.Ag. Op.Cit. hlm.726
37
BAB III
TERM-TERM DAN GAMBARAN TASBIH
DALAM AL-QURAN
47
Roghib Al-Asfiyani, Mujam Mufrodat Alfadzi Al-quran, Darul Al-Fikr. Hlm 538
Pendapat ini tidak didukung oleh banyak ulama, antara lain karena kata tersebut dapat
dibentuk berbagai bentuk (bisa ditasrif). Sedangkan menurut pakar bahasa, satu kata yang dapat
dibentuk dengan berbagai bentuk maka adalah kata asli berbahasa Arab
49
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi Lentera Hati, Jakarta, cet IV,2001.
hlm.35
48
38
Ibnu Arabi,Fususul Hikam, diterjemahkan dari judul, The Bezels Of Wisdom penerj:
Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti, Islamaika, Yogyakarta, 2004. hlm 109.
51
Walaupun para ulama yang mempersamakan memahami kata tasbih dalam arti
Shalat, atau pensucian yang dimaksud adalah dengan ucapan dan perbuatan. Sedangkan pensucian
yang kedua menggunakan Nuqaddisu adalah pensucian-Nya dengan hati, yakni bahwa Allah
mempunyai sifat-sifat kesempurnaan yang sesuai dengan keagungan-Nya. Bisa juga dengan
penggabungan kedua kata jika dinilai bermakna sama dipahami sebagai pensucian Tuhan serta
pensucian diri manusia demi karena Allah sehingga ayat diatas diterjemahkan dengan: kami
bertasbih sambil memuji-Mu dan mensucikan diri (kami) demi karena engkau.
39
dari tiga hal; benar, indah dan baik. Buah dari sifat kudus dalam makna
di atas saat diteladani, akan dapat mengantar manusia menjadi ilmuan,
seniman, dan budiman. Karena mencari yang benar menciptakan ilmu,
berbuat baik membuahkan etika, dan mengekspresikan yang indah
melahirkan seni. Meneladani Allah dalam sifat kekudusan-Nya bahkan
bukan saja menuntut untuk menjadi ilmuan, budiman dan seniman; tetapi
juga menuntut untuk menghadirkan Allah pada ilmu yang dipikirkan dan
diamalkan, melalui seni yang diekspresikan serta dalam setiap budi daya
yang dilakukan.52
Dalam firman Allah yang berbunyi:
Artinya: Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha
Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki
segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.53
Al-Quddus yang mengandung makna kesucian, disebut menyusul
kata al-Malik untuk menunjukkan kesempurnaan kerajaan-Nya,
sekaligus menampik adanya kesalahan, pengrusakan atau kekejaman dariNya karena kekudusan, seperti yang telah ditulis al-Biqaiy dalam
tafsirnya Nazem ad-Dirar adalah kesucian yang tidak menerima
perubahan, tidak disentuh oleh kekotoran, dan terus menerus terpuji
dengan langgengnya sifat kekudusan itu.54
b. Tanzih
52
40
Makna Tanzih yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang dibenci atau
tidak baik55 artinya menjauhkan dari dari tingkah laku atau sifat yang ada
kaitannya dengan sosial, etika, dll.
adapun
tasybih,
yang
secara
harfiah
berarti
menyerupai
55
1406
56
Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwiny, Ibnu Majah, Thoha Putra
Semarang, Juz I no hadits 1351. Hlm 429
41
coba
untuk
mengatur-Nya.
Hati-hati
dalam
57
Kautsar Azhari Noor, Ibnu Arabi Wahdatul Wujud dalam Perdebatan, Jakarta,
Paramadina, 1995, cet I. hlm. 86-87
58
Ibnu Arabi, Fususul Hikam. Op.Cit. hlm.98.
42
$R/#s? t%2 ) 4
tG$#u y7n/u pt2 xm7|s
Sementara nabi Muhammad adalah Mashum, maka dapat disimpulkan
bahwa perintah itu lebih-lebih berlaku kepada kaum yang beriman. Karena
kaum beriman itu sekelompok orang-orang yang selalu memohon ampun
kepada Allah.59 Dalam Al-quran dikatakan fasabbih bihamdi rabbika membaca
tasbih Subhanallah dapat dipandang sebagai pendahuluan logis bagi Tahmid
(yaitu memabaca hamdalah/memuji Allah). Sebab tasbih sendiri mengandung makna
pembebasan diri dari buruk sangka kepada Allah, atau pembebasan Allah dari
buruk sangka60 kita. Jadi tasbih adalah sesungguhnya permohonan ampun kepada
Allah atas dosa buruk sangka kita kepada-Nya.
Kata tahmid banyak dijumpai pada kata tasbih, akan tetapi kata tahmid
alhamdulillah selalu diawali kata tasbih sabbih, ini menunjukkan bahwa
pengucapan tahmid harus di dahului dengan pengucapan tasbih.
Dzikir secara etimologi, dzikir berasal dari bahasa arab yaitu Dzakara
Yadzkuru Dzikran yang mempunyai arti menyebut dan mengingat Allah. Hal
ini sesuai dengan Al-quran :
ST> M"U.L MA9V EIW .L MKF19X YZC 1;U .I"U 6 G.L ST> MA"[U .L
.'1U15 .$A 4"95\I> YZC ]V. ST>
Artinya: Apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk, di waktu berbaring, kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orangorang yang beriman.
59
Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, Paramadina, Jakarta, 2000, cet II. Hlm
164
60
Buruk sangka kepada Allah dapat mengancam kita setiap saat. Sumber buruk sangka
kepada-Nya itu antara lain ialah ketidak mampuan kita memahami tuhan, karena karena sepintas
lalu kita, misalnya, menerima nasib dari tuhan yang menurut kita tidak seharusnya kita terima
karena, misalnya, kita merasa telah berbuat baik dengan menjalani perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya. Maka tasbih merupakan pendahuluan bagi tahmid. Sebab tahmid, memuji
Allah, yang sebenarnya tidak akan terwujud tanpa terlebih dahulu membebaskan diri dari buruk sangka
kepada-Nya. Jadi sebagai dosa buruk sangka kepada Allah, harus dihapus dengan tasbih. lihat norcholish
Majid, islam agama peradaban. Hlm. 166-167
43
pt2 (#s7yu #Y (#
yz $p5 (#
e2 #s) t%!$# $uGt$t/ $y)
.93tFo u n/u
13. QS. Az-Zuhruf: 13
,=yz t
6xtGtu /_ 4n?tu #Y%u $Vu% !$# t
.t t%!$#
z>#xt $o)s y7oys6 Wt/ #xy |M)n=yz $t $u/u F{$#u Nuu9$#
$9$#
Dengan berdzikir dan dengan memahami makna lautan yang
terkandung dalam dzikir tersebut maka akan menimbulkan pentasbihan kepada
Allah yaitu bahwa Allah tidak sama dengan makhluknya. Dengan pentasbihan
tersebut maka akan menimbulkan dampat pada pembacaan tahmid (pemujian)
61
Baidi Bukhori, Dzikir Al-Asmaul Husna Solusi Atas Problem Agresivitasis Remaja,
Rasail Media Group Semarang. hlm 50
44
kepada Allah dan menolak atas orang-orang yag mengatakan bahwa tuhan itu
ada banyak. Maka dengan begitu antara tasbih tahmid dan dzikir merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hanya orang-orang yang dekat
dengan tuhan yang bisa mengetahui itu semua.
62
45
Tasbihnya Manusia
Manusia merupakan sumber dan sekaligus sebagai pelaku dari
tindakan-tindakan yang bersifat moral. Melalui potensi-potensi
rohaninya ia dapat berinisiatif, berinovasi, dan berkreasi merubah
keadaan dirinya, lingkungannya dan dunia tempat hidupnya sesuai
dengan kemampuan dan kemauannya. Manusia dapat merubah
milieunya menjadi lebih bermakna, lebih baik dan sebaliknya. Adapun
63
Tasbih Iradi Ikhriyari atau tasbihnya orang mukallaf yaitu bertasbih secara sadar dan
dalam potensi keinginan dan pilihan untuk melakukannya atau tidak melakukannya.
64
Al-quran dan Terjemahnya, QS. Adz-Dzariyat: 56.Op.Cit.hlm. 862
46
47
layak
dengan
Wahdaniyah-Nya;
yang
kedudukan
dilakukan
Uluhiyyah,
dengan
Rububiyah,
penuh
dan
ketundukan,
48
r&u Zt
3/ sm7yu #Z.5Vx. #[
. !$# (#U0$# (#t#u t%!$# $pr't
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya, dan
bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.69
Dua Ayat di atas turun ketika nabi Muhammad di cerca dan
dihina oleh kaum munafikin karena perkawinan beliau dengan Zainab
yang merupakan janda bekas anak angkat beliau. Boleh jadi kaum
muslimin yang mendengar cercaan tersebut terpancing untuk memaki
para pencerca itu. Disisi lain cercaan yang dilontarkan kepada nabi
Muhammad itu, pada hakikatnya merupakan pelecehan terhadap
ketetapan Allah Swt. Nah, karena itu kaum beriman diperintahkan oleh
ayat di atas untuk berdzikir dan mensucikan Allah dari segala
kekurangan. Allah berfirman: hai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah kepada Allah yakni ingatlah, renungkanlah serta sebutsebutlah kebesaran nama Allah, dengan berdzikir yang banyak. Dan
sucikanlah Dia dari segala kekurangan setiap pagi dan petang.70
Tiga ayat diantaranya terbentuk kata perintah kepada orangorang mukmin. Dan itu merupakan perintah taklif agar bertasbih
kepada Allah. Salah satunya ayatnya menyebutkan kata orang-orang
mukmin bersama dengan penyebutan Rasulullah, dan dua ayat lainnya
dengan penyebutan orang-orang mukmin secara mutlak yaitu:
pt2 (#s7yu #Y (#
yz $p5 (#
e2 #s) t%!$# $uGt$t/ $y)
.93tFo u n/u
Artinya: Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat
ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat
69
70
49
6 .0$) 4IJG> Y> .A$"$J 8"I> YL .AZ"_` .%Z> YZC .AP"P^ .AIZ
M"a;> 6 .0$) :I0F
Artinya kalimat yang ringan di lidah (mengucapkannya) tetapi berat
timbangan(pahala)nya dan keduanya di sukai Allah Swt ialah:
Subhanallahi Wa Bihamdihi Subhanallahil Adim.73
ii.
Tasbihnya Jin
Jin berasal dari alam tersendiri. Ia tidak termasuk dalam alam
manusia dan juga tidak termasuk dalam alam malaikat. Ada persamaan
antara
Manusia
dengannya,
yaitu
sama-sama
memiliki
akal,
Maksudnya mereka sujud kepada Allah serta khusyuk. Disunahkan mengerjakan sujud
tilawah apabila membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah.
72
Al-quran dan Terjemahnya. QS. As-sajadah: 15. Op.cit.hlm. 662
73
HR. Muslim, Terjemahan Hadist Shahih Muslim, jilid IV, Klang book Centre,
Malaysia, cet II, 1995. hlm. 260
74
Umar Sulaiman al-Asyqar, Alam al-Jinn Wa al-Syayathin, terjm, Abdul Muid Daiman,
Misteri Alam Jin Dan Setan, Pustaka Nuun, Semarang, 2006, hlm 1
50
$Y7pgx $#u
% $ox $) (#9$s)s dg:$# zi
xt yytG$# r& n<) zr& %
r&u #Ytnr& !$un/t
/ x8.g s9u ( / $t$ts
9$# n<) u
)t %x. r&u
n?t Kg:$#u M}$# t)s? 9 r& !$us $r&u $Vsx !$# n?t $uy
$\/x. !$#
Artinya: Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan
kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al
Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah
mendengarkan Al Quran yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk
kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami
sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan
Kami, Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan Kami, Dia
tidak beristeri dan tidak (pula) beranak. Dan bahwasanya: orang yang
kurang akal daripada Kami selalu mengatakan (perkataan) yang
melampaui batas terhadap Allah, Dan Sesungguhnya Kami mengira,
bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan Perkataan
yang Dusta terhadap Allah.77
Dari keterangan di atas bahwa Jin itu termasuk makhluk
mukallaf, maka Jin juga sama dengan Manusia. Dalam bahasan ini
maka, Jin juga bertasbih kepada Allah, dari segala sifat kekurangan.
2. Tasbih Makhluk yang Tidak Mukallaf
Tasbih makhluk yang tidak mukallaf itu ada dua macam yaitu:
75
51
78
52
53
54
85
86
55
8,600
spesies
Burung
yang
telah
dikenal
dan
56
- Berdarah panas.
Walaupun kebanyakan burung mampu terbang terdapat
beberapa spesies yang tidak mampu terbang seperti burung unta,
rea, emu, kiwi dan pinguin yang tidak bisa terbang. Kesemua
burung mempunyai sayap walaupun pada burung yang tidak dapat
terbang, walaupun ia mungkin kecil dan tidak berguna. Burung
adalah oviparous yaitu bertelur. Pada kebiasaannya burung betina
akan mengeram telur, kadang kala kedua pasangan akan bergilir,
dan dalam sesetengah spesies burung hanya burung jantan akan
mengeramkan telur tersebut. Terdapat juga spesies burung yang
bertelur dalam sarang burung lain untuk dieramkan oleh keluarga
burung angkat. Dengan begitu burung menyerupai manusia dari
segi penciptaannya maka,
89
57
yt $t
yu 4 $V=u $V3m $oos?#u 2u 4 zyn= $yoxs
=s $2u 4 u.59$#u zsm7| t$t7f9$# y#y
Artinya:Maka Kami telah memberikan pengertian kepada
Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat)92; dan kepada
masing-masing mereka telah Kami berikan Hikmah dan ilmu
dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung,
semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang
93
melakukannya.
90
Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham
dari Allah.
91
58
59
dalam
Al-quran
gunung-gunung
disebutkan
riset
modern
membuktikan
fenomena
itu
dengan
#Y$s?r& t$t7g:$#u
Artinya: Dan gunung-gunung sebagai pasak98
Gunung adalah kumpulan massa sangat besar yang
terdiri dari bebatuan yang ada di atas sepetak besar tanah yang
terdiri dari materi yang sama. Atau dengan kata lain, gunung
96
60
ilmuan
banyak
berbeda
pendapat
dalam
Yusuf Al-Hajj Ahmad, Seri Kemukjizatan Al-quran dan Sunnah (Kemukjizatan Bumi
dalam Al-quran dan Sunnah, Yogyakarta, Sajadah_press, 2008. hlm.79
100
Ibid., hlm.79
61
Ibid, hlm. 83
62
http://3lvin.wordpress.com/2008/03/21/definisi-gunung-kegunaannya/ accessed on 8
September 2009
63
t$s)oW9$#
64
dalam bentuk kilat. Percikan api yang berasal dari kilat tersebut
menyebabkan suhu panas udara di dalam gumpalan awan
mendadak naik sehingga menyebabkan pemuaiannya dengan
suara-suara ledakan yang dahsyat. Suara-suara ledakan dan
dentuman naik turunnya pada atmosfir bumi disebut dengan
petir atau halilintar.104
Petir
terjadi
akibat
perpindahan
muatan
negatif
Pembongkaran
muatan
listrik
ini
menyebabkan
65
dari
pelepasan
itu
begitu
besarnya
sehingga
105
66
BAB IV
FAEDAH BERTASBIH DALAM KEHIDUPAN
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, Cet V, 2006, jakarta, juz 6. hlm. 575
Roghib Al-Ashfihani, Mujam Mufrodat Alfadzi Al-quran, Darul Al-Fikr. hlm.226
67
aliran waktu sehingga setiap saat selalu berubah dan menjauh dari posisinya
semula. Karena makna tasbih juga berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain dengan cepat.
Alam merupakan satu kesatuan unit yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu,
apa-apa yang ada di alam saling membutuhkan satu sama lainnya tidak bisa hidup
sendiri seperti halnya manusia dibuat oleh Allah dari berbagai unsur yang berbeda.
Untuk kelangsungan hidup manusia juga membutuhkan dari yang lain seperti
makanan, air, udara, bumi, panas matahari, rembulan dll. Dilihat dari beberapa ayat
yang menunjukkan tasbih kepada Allah dan juga dengan penafsiran ulama tentang
ayat tasbih, maka tasbih merupakan memahasucikan Allah Swt dari dzatnya itu
sendiri dan sifat-sifat yang tidak berkenan bagi Allah yaitu yang terdapat dalam Alquran laisa kamislihi syaiun 108(Allah berbeda dengan makhluk). Dilihat dari dzatNya tuhan berbeda sama sekali dengan alam, melebihi dan mengatasi alam. Karena
itu tuhan diluar jangkauan pengetahuan manusia, tidak dapat dipikirkan dan tidak
dapat dilukiskan dengan kata-kata dan apa pun. Akan tetapi dilihat dari segi namanama dan sifat-sifat-Nya yang termanifestasi dalam alam, tuhan serupa dan mirip
dengan alam karena melalui alam tuhan menampakkan diri-Nya. Alam adalah
perwujudan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Melalui alam manusia dapat
mengetahui Tuhan. Jadi Tuhan mempunyai dua segi: kemisterian dan penampakan
diri. Segi yang pertama disebut dengan tanzih109 dan segi yang kedua disebut dengan
tasybih.110
Allah menegaskan Maha Besar kesucian-Nya, karena ketunggalan-Nya
dengan Uluhiyah, Rububiyah, dan Wahdaniyat-Nya pada Dzat-Nya sifat-sifatNya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya atas semua makhluk108
Ibnu Arabi menafsiri ayat ini yaitu yang merupakan pembatasan. Jika kita ucapkan
kaf (yang serupa peny) dengan benar-benar tegas, karena orang yang dibedakan dari apa yang
dibatasi, dirinya sendiri terbatas karena dia bukan hal itu; untuk mengingkari segala kemungkinan
dari pembatasan adalah sebuah pembatasan, wujud mutlak, dalam satu pengertian, yang diabatasi
oleh kemutlakan-Nya sendiri. Lihat fususul hikam hlm. 184
109
Tanzih dan tasybih adalah dua istilah kunci yang telah lama dipakai dalam ilmu kalam.
Yang satu saling menuding sebagai pelaku biah dan satunya lagi dan begitu juga sebaliknya.
Akan tetapi ibnu Arabi berpendapat lain, dia memahi tanzih dan tasybih harus dipadukan sebab
keduanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, apalagi dipertentangkan. Lihat Ibnu
Arabi Wahdatul Wujud Dalam Perdebatan. Hlm. 87-88
110
Kautsar Noor. Ibnu Arabi Wahdatul Wujud Dalam Perdebatan.paramadina,
Jakarta,cet I 1995. hlm 86-87
68
Nya; pada qadrat-Nya yang mutlak dan di dalam menghimpun segala sifat
kesempurnaan yang mutlak; dan suci dari setiap kekurangan. Ayat ini terdapat
di dalam 27 ayat yaitu yang telah disebutkan dalam bab II.
Karena Allah sebagai tuhan yang Maha Esa, maka supaya ke-Esa-an tuhan
terjaga dari orang-orang kafir yang megatakan bahwa tuhan itu ada banyak maka
dibantahlah pendapat para kafir itu dalam Al-quran (QS al-Isra`: 42-44). dalam ayat
42, ayat ini melanjutkan inti uraian ayat yang lalu tentang kemustahilan adanya
sekutu bagi Allah. Setelah ayat yang lalu menegaskan bahwa kaum musyrikin
menjauh dari tuntunan Al-quran, - ketika itu seakan-akan ada yang bertanya jika
demikian, apa yang harus dilakukan menghadapi mereka? Ayat ini menjawab bahwa
buktikan sekali lagi kekeliruan kepercayaan mereka111 yaitu yang berbunyi :
W7y Uy9$# 4n<) (#ttG/^ #]) t9)t $yx. o;#u yt t%x. )t$x %9
#Z.57x. #v= t 9 4n?ys?u oys7
Artinya: Katakanlah: "Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana
yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan
yang mempunyai 'Arsy".Maha suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang
mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.112
Maka pada ayat seterusnya ditegaskan kepada kaum musyrikan yang
berbunyi:
111
69
Para ulama berbeda dalam menafsirkan ayat di atas yang mana penafsiran itu
sudah dijelaskan di bab II tentang padangan ulama tentang tasbih. Terlepas dari
perbedaan penafsiran tentang makna tasbih, maka, tujuan bertasbih adalah sebagai
pensucian kepada Allah dari sifat-sifat yang tidak berkenan bagi Allah. Maka Allah
membantah anggapan orang-orang kafir bahwa Tuhan itu ada banyak, maka tuhan
menegaskan bahwa semua alam bertasbih dan meng-Esakan-Nya. Maka dalam Alquran juga diberikan beberapa contoh makhluk-makhluk yang selalu bertasbih
kepada-Nya. yaitu seperti tasbihnya Alam, Manusia, Jin, Malaikat, Guruh, Halilintar
dan juga Bebatuan. Beberapa contoh tadi sudah dapat mewakili bahwa semua
makhluk Allah itu, menunjukkan adanya pentasbihan kepada Allah; Yaitu dengan
caranya masing-masing. Dalam hal ini jika ada makhluk yang tidak bertasbih maka
kehancuranlah yang ada. Karena mereka tidak tunduk dan patuh atas perintah Allah.
Memahasucikan Allah Swt dengan pemahasucian yang pasti;
menafikan setiap apa yang tidak layak bagi ketinggian dan keagungan-Nya
dengan tanpa menyerupakan, tanpa pemisalan, tanpa perbandingan, tanpa
pengalihan, tanpa penakwilan dan tanpa pengabaian; dan aku menetapkan
pada keagungan-Nya apa saja yang dia jelaskan tentang Dzat-Nya sendiri dan
apa saja yang telah ditetapkan Rasulullah Saw dari berbagai sifat
kesempurnaan yang mutlak. M. Quraish Shihab mengutip pendapat al-Ghazali
yang menggarisbawahi tasbih yaitu bahwa Allah Swt maha suci dari segala
sifat yang dapat dijangkau oleh indra, dihayalkan oleh imajinasi, diduga oleh
wahm, atau yang terlintas dalam nurani dan pikiran.114 Seperti contoh bahwa
Allah mempunyai anak. Maka, jika kita mendengar perkataan yang seperti itu maka
kita cepat-cepat memahasucikan Allah dengan mengatakan subhanAllah karena
Allah tidak mempunyai anak dan juga tidak diperanakkan. Hal ini didukung oleh
firman Allah yang terdapat dalam surat al-Ikhlas lam yalid wa lam yulad walam
yakullahu kufuwan ahad.115
Seandainya salah satu dari mereka tidak bertasbih (taat atas perintah Allah),
tentu alam semesta ini sudah menjadi hancur; akan tetapi semuanya bertasbih kepada
114
115
70
Allah. Seandainya bumi tidak berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari?
Seandainya matahari tidak bersinar menyinari bumi? Dan seandainya gunung tidak
berfungsi sebagai penyeimbang bumi? maka tentu alam semesta ini akan hancur dan
tidak ada kehidupan. Allah Swt berfirman: apakah kamu tidak melihat bahwa
kepada Allah bersujud segala apa yang ada dilangit dan apa yang ada
dibumi, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pepohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar kepada manusia, dan
kebanyakan mereka (manusia) telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang
siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorangpun dapat memuliakannya.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia kehendaki.116
Dengan demikian tujuan bertasbih kepada Allah adalah senantiasa berdzikir
dengan mengingat keagungan-Nya dengan setiap nama, sifat dan perbuatan yang di
nisbatkan kepada Dzat-Nya yang Mahatinggi, mengagungkan-Nya, memahasucikanNya dan mengikhlaskan ibadah hanya untuk-Nya dalam keyakinan, niat, ucapan dan
perbuatan; memahasucikan-Nya dari setiap sifat yang tidak layak dengan ketinggian
Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan ke-Esaan-Nya; serta mengakui ketunggalan-Nya
dalam kekuasaan di kerajaan-Nya, tanpa ada sekutu, tanpa ada yang menyerupai dan
tanpa ada yang menyaingi.
116
71
antara satu sama lainnya, hanya satu yang wujud yaitu Allah Swt. Seperti halnya
contoh bumi berputar pada porosnya mengelilingi matahari dan bulan berputar pada
porosnya dan mengelilingi bumi bersama-sama untuk mengelilingi matahari yang
terjadilah adanya siang dan malam, gerhana matahari dan bulan tanggal dan jam dll.
Bertasbih kepada Allah senantiasa dia akan mengetahui dirinya sendiri
dengan sedalam-dalamnya118; bahwa dirinya bukanlah apa-apa dan siapa-siapa, dia
hanya makhluk yang kerdil dan lemah. Dia hanyalah makhluk tuhan yang selalu di
tuntut untuk melakukan sebagai tugasnya di bumi ini yaitu sebagai khalifah yang
mengatur dan menjaga bumi dari kehancuran, dan juga sebagai abd yang selalu
menyembah, dan mensucikan Allah setiap saat dan dimanapun dia berada. Dalam Alquran disebutkan :
didalam cermin itu di analogikan sebagai alam yaitu seperti apa yang telah kita ketahui
sekarang.lihat Ibnu Arabi, Fususul Hikam
118
Dalam hadits nabi yang selalu dikutip oleh para sufi yaitu siapa benar-benar
mengenal dirinya sendiri, maka ia akan mengenal Tuhannya. maksudnya Dengan
menghubungkan sekaligus pengetahuan tentang Allah dengan pengetahuan tentang diri. Allah
berfirman: Kami akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda kami di kaki langit diri disini
berarti esensi batin anda, hingga menjadi jelas kepada mereka bahwa Dia adalah Realitas, di
mana anda adalah bentuknya, dan Dia adalah Ruh anda. Anda berhubungan dengan-Nya
sebagaimana tubuh fisik anda berhubungan dengan anda.
119
Ibid. QS. Al-Baqarah: 30. hlm 13
72
kematian dan kerusakan. Semua ini yang rugi manusia itu sendiri karen semua apaapa yang ada di alam ini diperuntukkan manusia. Allah berfirman dalam Al-quran :
Dengan bertasbih manusia menjadi sabar dan selalu memohon ampun atas segala
cobaan yaitu seperti yang terdapat dalam Al-quran QS al-Ghafir:55 dan banyak
ayat lain yang menunjukkan hikmah bertasbih berdampak pada kesabaran atas
cobaan. Karena tasbih mensucikan Allah dari dosa buruk sangka
Menjadikan manusia sebagai orang yang ahli ibadah dan selalu minta ampunan
seperti QS. Al-Hajr: 98 dan QS. An-Nashr: 3
quran yaitu bertasbih dengan nama-nama tuhan yang maha besar yaitu yang terdapat
120
73
dalam Al-quran QS. Al-Waqiah: 74 dan 96 dan juga dengan asmaul husna yaitu
pada QS. Al-Araf: 180
74
menjadi sebuah neraka yang tidak tertahankan, karena begitu banyaknya suarasuara di sekitar kita tanpa henti-henti; niscaya manusia tidak mampu bekerja,
berpikir, atau merenung, beristirahat dan berkreasi dan menyegarkan tubuh. Bahkan
peran akal akan hilang dan menjadi gila ketika ia menjumpai setiap entitas semesta di
sekelilingnya berbicara secara bersamaan pada satu waktu. Ini berarti akan
mengganggu peran manusia yang dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini. Maka
inilah rahmat Allah Swt kepada kita.
Oleh karena itu sekelompok ahli tafsir membatasi pengertian tasbih bendabenda tak bernyawa sebagai tasbih hening, yang disimpulkan sebagai petandapetandanya yang jelas terhadap kesempurnaan mutlak Qodrat Illahi yang telah
menciptakan dan mengkreasikan alam ini, dari unit terkecil yang paling rumit hingga
unit yang paling besar dengan bentuk yang indah dan mengagumkan. Hal itu
disimpulkan dari ketundukan yang sempurna dari benda-benda itu dan hukum alam.
Dan dengan ketundukan kepada kekuasaan Allah dan kepatuhannya terhadap
perintah-perintah Allah, semua itu berdasarkan pada prinsip bahwa tasbih yang
dikenal manusia tidak muncul kecuali dari orang yang berakal dan mengenal
Allah.122
Akan tetapi nash-nash Al-quran dan hadits-hadits nabi menegaskan bahwa
tasbih seluruh entitas alam semesta, dari materi-materi tak bernyawa hingga makhluk
hidup yang tidak mukallaf, benar-benar terjadi nyata dan hakiki. Namun ia hakikat
dan fakta yang tidak dapat dijangkau oleh semua manusia, karena ia terdinding dari
mereka sebagai rahmat Allah bagi mereka; karena semua itu di luar bentuk normal
mereka, di atas kemampuan dan daya indra mereka. Merupakan rahmat Allah
terhadap manusia bahwa dia menetapkan batas isolasi di antara manusia dengan
penuturan makhluk-makhluk dan segala entitas semesta yang bertasbih kepada Allah.
Seandainya tidak demikian, kehidupan ini akan terhenti dan dunia kehilangan
perannya sebagai negeri ujian dan cobaan bagi semua makhluk yang berakal,
mukallaf dan pengemban amanah. Akan tetapi ketika roh/jiwa semakin halus dan hati
menjadi jernih, manusia dapat menangkap dan menjangkau hakikat kosmos yang
122
Zaglulu an-Najjar, Shuarun Min Tasbih al-Kaainaat Lillah, diterj: Faisal Saleh,
Ketika Alam Bertasbih, Pustaka al-Kautsar, Jakarta.Hlm.127
75
166
125
Amanat yakni kemerdekaan dan kebebasan untuk mematuhi atau tidak mematuhi
kehendak/perintah Tuhan yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya melalui
potensi kekuatan, kemampuan, dan kebebasan yang dianugrahkan Tuhan kepadanya, seorang
76
merupakan hukum moral bagi para pengembannya.126 Akan tetapi manusia tidak
luput dari kekurang-kekuragan karena manusia diciptakan dari dua unsur yaitu
jasmani dan rahani. Dalam unsur jasmani manusia mempunyai ketebatasan baik
eksistensial maupun esensil. Namun secara rohani manusia mempunyai
kebebasan.127 Walaupun manusia itu mempunyai kebebsasan akan tetapi kebebasan
tersebut tidak lepas dari norma-norma baik dan buruk. Al-Faruqi mendasarkan
tentang baik dan buruk dengan pemenuhan terhadap kehendak Ilahi. Tidak
melaksanakan kehendak Ilahi berarti tidak baik/buruk.128 Maka sudah sepantasnya
lah jika kita disuruh bertasbih dan berdzikir yang nantinya akan berdampak pada
kehendak Ilahi pada kehidupan manusia sendiri. Manusia yang bertaqwa merupakan
manusia yang bisa menyikapi dua hal yaitu hablum minannas wa hablum min Allah.
Artinya manusia sebagai khalifah fil ardl (yang mengatur keseimbangan kosmos dan
sesamanya) dan sebagai Abd (yang selalu menyembah dan mensucikannya dari
segala sifat yang tidak berkenan dengan sifat uluhiyyah dan rububiyyah-Nya. maka
Jika kedua-keduanya dilaksanakan maka manusia akan menjadi manusia yang
sempurna (insan kamil).
Dalam Al-quran, fitrah manusia diciptakan di dunia ini sebagai khalifah129
di muka bumi. Allah berfirman dalam Al-quran inni jaailun fil ardhi khalifah.
Sebagai khalifah di bumi, manusia mempunyai kedudukan sebagai wakil Allah. Ia
memiliki tugas kosmik yaitu: mengadakan observasi, eksperimen, dan eksplorasi
terhadap segala sumber daya yang disediakan Allah untuknya. Guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Karena itu untuk tujuan tersebut, Tuhan menganugrahi dirinya
berbagai potensi atau bakat alami yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kemauan
dan kebutuhannya. Namun implementasi fungsi khalifah fi al-Ardl tersebut tidak
muslim menyadari tugas dan tujuan penciptaannya, yaitu mengaktualisasikan kehendak Tuhan
dalam tata kosmik dalam ciptaan Tuhan sesuai dengan pola-pola-Nya atau sesuai dengan Khalifah
Fil Ardl dan mengabdi kepadan-Nya atau sebagai Abdullah. Lihat moralitas Al-quran dan
tantangan modernitas hlm. 224-225
126
Tafsir, Zainul Arifin, Komarudin. Moralitas Al-quran dan Tantangan Modernitas,
Gama Media, Yogyakarta, 2002, cet I.hlm. 214-215
127
Ibid. hlm. 228
128
Ibid. hlm. 216
129
Khalifah bisa diartikan sebgai pengganti atau wakil Allah untuk mengatur kehidupan
di bumi atau juga sebagi Tangan ketiga Allah untuk menciptakan sesuatu. Dalam Al-quran jika
Allah menciptakan/berbuat sesuatu dengan menggunkana kata Mutakallim Maal Ghair itu artinya
Allah menciptakan makhluk tidak sendirian akan tetapi dengan makhluk-Nya.
77
diciptakan
sebaik-baik
kejadian
dengan
sifat-sifat
78
membawa misi rahmatan lil aalamiin (rahmat bagi alam semesta). Dalam
firman Allah yang lain dikatan bahwa: Dan hendaklah ada di antara kamu
puak yang menyeru ( berdakwah ) kepada kebajikan ( mengembangkan Islam
), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada
segala yang mungkar ( buruk dan keji ). Dan mereka yang bersifat demikian
ialah orang-orang yang berjaya. (Ali Imran : 104 ) dan juga dikuatkan lagi
dengan firman Allah yang berbunyi : Dan tidak ada yang lebih baik
perbuatannya daripada orang yang menyeru kepada ( menggesakan dan
mematuhi perintah Allah ), serta ia sendiri mengerjakan amal yang soleh,
sambil berkata : Sesungguhnya aku adalah daripada orang-orang Islam(
yang berserah bulat-bulat kepada Allah)!133
Di
sini
kita
boleh
menggunakan
perumpamaan
kereta
dan
79
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis kemukakan mulai dari bab I sampai
dengan bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian Kata tasbih ( "$%') secara etimologi adalah bentuk masdar
dari sabbahayusabbihutasbihan (.0"$%' - ,$%- - ($)), yang berasal
dari kata sabh ( $)). Asal makna kata sabh ada dua. Pertama, sejenis
ibadah. Kedua, sejenis perjalanan cepat. Pengertian kata tasbih ( "$%')
berasal dari pengertian pertama, yaitu menyucikan Allah Swt
Jadi,secara terminologi makna tasbih adalah mensucikan Allah
SWT dari segala keburukan dan dari segala perbuatan ataupun sifat
yang tidak sesuai dengan keagungan, kemuliaan, kasih sayang, dan
kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.
Adapun pengertian tasbih menurut Al-quran adalah:
1. Mensucikan Allah SWT dari segala keburukan dan dari segala
perbuatan ataupun sifat yang tidak sesuai dengan keagungan,
kemuliaan, kasih sayang, dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu
2. Memuji Allah dari kebesaran-Nya
3. Doa
4. Dzikir
5. Menjalankan perintah, meninggalkan larangannya.
Dengan demikian yang dimaksud dengan bertasbih adalah
berdzikir secara berulang-ulang kepada Allah Swt disetiap waktu dan
keadaan. Sekalipun makna tasbih bermakna umum mencakup seluruh
ibadah, baik ucapan, perbuatan, dan niat. Dan juga tasbih bermakna
khusus yaitu dzikir lafazh dengan menyebut Asmaul Husna, dan sifatsifat-Nya yang tinggi sebagaimana yang telah diturunkan-Nya dalam
Al-quran atau apa yang diberitahukan oleh rasulullah Saw.
81
yaitu
dengan
mengucapkan
al-Hamdulillahi
82
B. Saran-saran
a. Kepada para pemikir dan ilmuwan, khususnya para ahli dan peneliti
ilmu tafsir, hendaklah tetap mempunyai semangat yang besar dalam
83
84
DAFTAR PUSTAKA
.Al-Munjid, Bairut Lebanon, 1960, cet 39.
Ahmad Warson al-Munawir, al-Munawwir Pustaka Progresif, Surabaya,
2002.
Al-Quran dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama
RI, Jakarta, 1990
Baidi Bukhori, Dzikir Al-Asmaul Husna Solusi Atas Problem Agresivitasis
Remaja, Rasail media group Semarang .
Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, Jilid 10, Dar al
Kutub al-Ilmiah, Beirut, t.th.
H.R. Muslim. Terj: Hadist Shahih Muslim, Klang Book Centre, Malaysia,
Cet V, 1997, Juz 4.
Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwiny, Ibnu Majah,
Thoha Putra Semarang, Juz I no hadits 1351. Hlm 429
Hamka, Tafsir al-Azhar, Pustaka Panji Mas, Jakarta Juz XV.
Harifudin Cawidu, Konsep Kufr dalam al-Quran suatu Kajian Teologis
dengan Pendekatan Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)
HR. Muslim, Terjemahan Hadist Shahih Muslim, jilid IV, Klang book
Centre, Malaysia, cet II, 1995.
http://3lvin.wordpress.com/2008/03/21/definisi-gunung-kegunaannya/
accessed on 8 September 2009
http://3lvin.wordpress.com/2008/03/21/definisi-gunung-kegunaannya/
accessed on 8 September 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan accessed on 8 September 2009
http://ms.wikipedia.org/wiki/Burung accessed on 8 September 2009
Ibn Arabi, Tafsir Al-Quran al-Karim (Beirut: Dar Yaqzah al-Arabiyah,
1968) Vol. 1,
Ibnu Arabi,Fususul Hikam, diterjemahkan dari judul, The Bezels Of
Wisdom penerj: Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti, Islamaika,
Yogyakarta, 2004.
1
: Miftakhul Alif
: 4104035
Alamat
: miftakhul_alif@yahoo.com
Pendidikan :
1. MI An-Nur Daren Nalumsari Jepara (1992)
2. MTs TBS Kudus (1997)
3. MA Tribakti Kediri Jawa Timur (2001)
4. Fakultas Ushuluddin (Tafsir and Hadits) IAIN Walisongo Semarang
(2010)
Miftakhul Alif