Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur'an yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan
suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun
sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi al-Qur'an al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia.1
Kajian atas Islam dengan begitu saja mengabaikan al-Qur'an
merupakan suatu langkah yang tidak akan menemukan validitasnya secara
memadai. Sebab dalam keimanan Islam, al-Qur'an dipandang sebagai petunjuk
bagi manusia,2 yang dengan nyata menempati posisi penting dalam pemikiran
dan peradaban umat Islam.3
Fungsi ideal al-Qur'an itu dalam realitasnya tidak begitu saja dapat
diterapkan, akan tetapi membutuhkan pemikiran dan analisis yang mendalam.
Harus diakui ternyata tidak semua ayat al-Qur'an yang tertentu hukumnya
sudah siap pakai. Banyak ayat-ayat yang masih global dan musytarak yang
tentunya memerlukan pemikiran dan analisis khusus untuk menerapkannya.
Dalam upaya pemusatan pemikiran dan analisis dalam menetapkan
sekaligus ketentuan hukum yang dikandung dalam al-Qur'an itulah diperlukan
penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur'an.4
Penjelasan terhadap al-Qur'an dan penjelasan tentang makna-makna
serta ungkapan-ungkapannya telah dimulai sejak masa Rasulullah Saw. Beliau
adalah guru pertama yang mengajarkan al-Qur'an, menjelaskan maksudnya,
dan menguraikan ungkapan-ungkapannya yang sulit.5

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, Mizan, Bandung, 1998, h. 3.


QS. Al-Baqarah: 185.
3
Islah Gusmian, Khasanah Tafsir Indonesia; Dari Hermeneutika Hingga Ideologi, cet. I,
Teraju, Jakarta, 2003, h. 37.
4
M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, Teras, Yogyakarta, 2005, h. 26.
5
Sayyid Muhammad Husain Thabathabai, Al-Qur'an Fi Al-Islam, cet. I. Terj. A. Malik
Madaniy dan Hamim Ilyas, Mizan, Bandung, 1987, h. 63.
2

Allah berfirman:

(44 :)

Artinya:
Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan (QS. An-Nahl: 44).

(2 :)

Artinya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah
(as-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata (QS. Al-Jumuah: 2).
Setelah Nabi wafat, para sahabat yang meneruskannya, mereka
menjelaskan berdasarkan apa yang mereka dengar dari Nabi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sahabat-sahabat yang menjadi sumber tafsir
tidak banyak, yang terkenal adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas'ud,
Ali bin Abi Thalib dan Ubay bin Kaab. Adapun kegiatan tafsir pada periode
ini lebih banyak ditujukan pada penjelasan teks dan qiraat mutawatir.
Pada perkembangan selanjutnya, yaitu pada masa tabiin, kegiatan tafsir
berpusat di tiga tempat, yaitu: Makkah, Madinah, dan Kufah. Kegiatan tafsir
yang berpusat di Makkah bersumber dari Abdullah bin Abbas yang kemudian
dikembangkan oleh murid-muridnya, seperti Said bin Jabir, Mujahid bin Jabr,
Ikramah, Tawus bin Kisan al-Yamani, dan Ata bin Abi Ribah. Sedangkan

kegiatan tafsir yang berpusat di Madinah berasal dari Ubay bin Kaab, yang
dilanjutkan murid-muridnya, Abu al-Aliyyah, Muhammad bin Kaab alQuraysi, dan Zaid bin Aslam. Adapun kegiatan tafsir yang berpusat di Kufah,
berasal dari Abdullah bin Mas'ud, dilanjutkan oleh murid-muridnya, seperti
Alqamah bin Qais, Masruq, Al-Aswad bin Yazid, Murrah Al-Hamdani, Amir
Al-Syabi, al-Hasan Al-Basri, dan Qatadah.
Sumber tafsir pada periode tabiin berupa periwayatan dari Nabi dan
sahabat, dan apabila hadits dan atsar tidak dapat menjelaskan tafsir suatu ayat,
maka diantara tabiin ada yang menggunakan kebudayaan israiliyyat, yaitu
berita-berita yang berasal dari sumber agama Yahudi dan Nasrani.
Ciri tafsir pada periode ini masih bersifat lisan dan hafalan. Oleh
karena itu, mulai timbul perbedaan-perbedaan pendapat yang merupakan bibit
bagi timbulnya mazhab-mazhab.6
Terdapat enam kelompok, terhitung mulai dari kelompok sahabat
sampai kelompok ke enam sangat berjasa dalam ilmu tafsir yaitu
mengeluarkan ilmu ini dari kemandegan (stganasi) dan memasukkannya ke
dalam pengkajian dan pembahasan.7 Dan pada kelompok ke empat ini ilmu
tafsir mengalami kemajuan, yaitu lahirnya buku-buku tentang ilmu tafsir,8 dan
adanya usaha penulisan tafsir al-Qur'an oleh sekelompok ulama, antara lain:
Ibnu Majah (w.273 H), Ibnu Jarir at-Thabari (w.310 H), al-Misyaburi (w.318
H), dan ulama-ulama lainnya yang hidup di zaman ini.9
Selanjutnya, ilmu tafsir terus berkembang dengan coraknya yang
beraneka ragam sesuai dengan keanekaragaman latar belakang pendidikan
para penafsirnya.
Kegiatan menafsirkan al-Qur'an juga dilakukan di Indonesia. Tradisi
penulisan tafsir-tafsir surah di Indonesia sebenarnya telah bergerak cukup
lama, dengan keragaman teknis penulisan, corak dan bahasa yang digunakan.
6

Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Direktorat Jendral Pembinaan


Kelembagaan Agama Islam, Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama,
Jakarta, 1992, h. 1169.
7
Sayyid Muhammad Husain, op. cit., h. 67.
8
Ibid., h. 66.
9
Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudui; Sebuah Pengantar, Terj. Suryan A.
Jamrah, ed. I, cet. I, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1994, h. 4.

Kita bisa mencatat bahwa pada abad ke-16 ditulis sebuah tafsir, yaitu (Tafsir
Surat Al-Kahfi) yang tidak diketahui nama pengarangnya. Satu abad kemudian
muncul karya Tafsir Tarjuman al-Mustafid (Terjemah yang bermanfaat) yang
ditulis oleh Abdul Rauf al-Singkili (1615-1693 M) lengkap 30 juz. Kemudian
di penghujung abad ke-18 Syeh Nawawi Banten menulis sebuah tafsir, yaitu
Marah Labib li Kasyfi Mana al-Qur'an al-Majid (Kegembiraan Besar untuk
Mengenal Makna Al-Qur'an), diterbitkan di Makkah pada tahun 1880. Tafsir
ini ditulis dalam bahasa Arab.10
Dalam sejarah pergumulan awal umat Islam di Indonesia, al-Qur'an
menempati kedudukan yang penting. Di berbagai pondok pesantren, madrasah
dan sekolah telah memposisikan al-Qur'an menjadi salah satu materi penting
di samping fiqh, bahasa, dan teologi (kalam) - dengan ilmu-ilmu yang berkait,
seperti ulum al-Qur'an dan ulum al-tafsir.11
Berdasarkan hasil analisis buku Sejarah al-Qur'an karya Aboe Bakar
Atjeh, Federspiel12 menyimpulkan bahwa pada awal abad ke-20 terjadi
perubahan-perubahan penting. Ia mencatat di sekolah-sekolah Islam (surau)
pada abad ke-19, para pelajar belajar bagaimana cara membaca al-Qur'an dari
guru-gurunya dalam suatu pola yang tidak sistematis. Guru membacakannya
dalam bahasa Arab sampai para murid dapat menangkap gaya, nada dan cara
pengucapan huruf (makhraj). Setiap pelajar meneruskan pada langkahnya
masing-masing, dan penekanan diletakkan pada cara pengucapan, bukan pada
pemahaman. Sedangkan di sekolah-sekolah standar (madrasah) yang didirikan
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah pada abad ke-20, al-Qur'an diajarkan
10

M. Yunan Yusuf, Perkembangan Metode Tafsir Di Indonesia, Jurnal Pesantren No. 1/


Vol. VIII/ 1991, h. 36.
11
Islah Gusmian, Op. Cit., h. 49.
12
Howard M. Federspiel adalah Profesor di Institut Studi-studi Islam, Universitas McGill
di Montereal Kanada, dan juga Profesor ilmu politik di Universitas Negara Bagian Ohio di New
York, Ohio, AS. Ia lahir pada 1932 di Negara Bagian New York, AS, dan mengikuti kuliah di
Universitas Capital di sebuah institusi Lutheran di Columbus, Ohio. Setelah periode tiga tahun
berada dalam Angkatan Bersenjata AS sebagai penterjemah bahasa Jerman, ia memasuki Institut
Studi-studi Islam di Universitas McGill di mana ia belajar di bawah bimbingan Wilfred Cantwell
Smith, Fazlur Rahman, John Alden Williams, Niyazi Berkes, dan Muhammad Rasyidi. Ia menulis
tesis MA-nya tentang Haji M. Amin al-Husyni dan Mandat Palestina pada dasawarsa 1920 dan
1930-an. Dan tesis Ph.D-nya berkenaan dengan Persatuan Islam (Persis) Bandung dan Bangil, cet.
II, lihat Dr. Howard M. Federspiel, Kajian al-Qur'an di Indonesia, Terj. Drs. Tajul Arifin, M.A.,
Mizan, Bandung, 1996, h. 5.

dengan cara pengucapan dan penulisan yang sistematis, yang memberikan


pengetahuan pada para pelajar mengenai cara yang dapat digunakan mereka
mempelajari ayat-ayat suci tersebut.13
Pada tahun 1920-an Cokroaminoto memperkenalkan terjemah tafsir
karangan Maulvi Mohammed Ali dari Ahmadiyah cabang Lahore. Kemudian
sekitar tahun 1930, Mahmud Yunus dan kawannya, H.M.K. Bakry, telah
menerbitkan terjemahan dan tafsir yang diberi judul Tafsir Al-Qur'an AlKarim (Tafsir Al-Qur'an yang Mulia) yang merupakan lanjutan dari usaha
Yunus yang telah dirintis pada masa sebelumnya. Tahun 1937 M, bertepatan
dengan bulan Ramadhan 1355, Halim Hasan telah mempersiapkan karyanya
di Masjid Raya Binjei, Sumatera Utara. Di mana bagian-bagian dari karya
tersebut muncul dalam bentuk majalah pada bulan April 1937.14
Kemunculan karya Yunus dalam bahasa Melayu telah memberi
inspirasi kepada yang lainnya. Sebagaimana tafsir karya K.H Misbah bin
Zainal Musthafa pada tahun 1977-1985 yang berjudul Al-Iklil Fi Maani AlTanzil, kemudian karya kedua pada tahun 1987-1994 yang berjudul Taj alMuslimin Min Kalami Robbi al-Alamin (Mahkota untuk Orang Islam dari
Kalam Tuhan Semesta Alam). Keduanya dalam bahasa Jawa.
Adapun dalam penelitian ini, penulis berkonsentrasi pada karya K.H
Misbah yang kedua, Taj al-Muslimin. Sebagai wujud keprihatinan beliau
terhadap gaya hidup manusia yang semakin jauh dari tuntunan kitab Allah,
yaitu al-Qur'an. Dimana mereka dalam menjalankan ibadahnya latah, grubyug
ora ngerti rembug, melakukan sesuatu yang tidak diketahui tujuannya secara
jelas. Sehingga lahirlah karya beliau yang diberi nama Taj al-Muslimin
dengan harapan tafsir ini dapat mengangkat derajat orang-orang Islam dalam
mengetahui sekaligus menjalankan perintah-perintah Allah.
Tafsir Taj al-Muslimin ditulis oleh KH. Misbah bin Zainal Musthafa di
Bangilan, Tuban. Tafsir ini mulai ditulis tahun 1987, dua tahun setelah tafsir
pertama karya beliau Al-Iklil Fi Maani Tanzil selesai pada tahun 1985.15
13

Ibid., h. 37.
Ibid., h. 39.
15
Jurnal Esensia, Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin, Vol. 3 No. 2, Juli 2002, h. 197-198.
14

Kitab tafsir yang terdiri dari empat jilid ini merupakan karya beliau yang
kedua dalam bidang tafsir sekaligus sebagai koreksi terhadap kitab tafsir
beliau yang pertama. Namun sayang sekali, belum sampai juz 30 beliau sudah
dipanggil Allah swt pada hari Senin, 7 Dzul qodah 1414 H atau bertepatan
dengan 18 April 1994 M. Keempat jilid tersebut dengan perincian sebagai
berikut; jilid pertama, merupakan juz pertama dimulai dari surat al-Fatihah
dan diakhiri surat al-Baqarah ayat 141, jilid kedua, merupakan juz dua,
dimulai dari surat al-Baqarah ayat 141-252, Jilid ketiga merupakan juz tiga,
dimulai dari surat al-Baqarah ayat 253 dan diakhiri surat Ali Imran ayat 91,
jilid keempat, merupakan juz empat, dimulai dari surat Ali Imran ayat 92200.16

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka rumusan masalah yang
dibahas dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana metode dan corak Tafsir Taj al-Muslimin?
2. Apa corak Tafsir Taj al-Muslimin?
3. Apakah kekurangan dan kelebihan Tafsir Taj al-Muslimin?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode dan corak Tafsir Taj
al-Muslimin Min Kalami Robbi al-Alamin karya K.H Misbah bin Zainal
Musthafa.
Adapun manfaat yang diharapkan berkaitan dengan tema yang dikaji
adalah:
1. Hasil kajian Tafsir Taj al-Muslimin diharapkan mampu menyumbangkan
pemikiran untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
2. Kajian Tafsir Taj al-Muslimin diharapkan mampu menggugah kesadaran
ilmiah agar terus berkarya dalam bidang tafsir.

16

Lihat KH. Misbah Musthafa, Tafsir Taj al-Muslimin dari jilid 1-4.

D. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai kitab tafsir karya ulama-ulama Indonesia masih
jarang dilakukan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan antara lain Dr.
Howard M. Federspiel, Kajian al-Qur'an di Indonesia, terj. Tajul Arifin,
Bandung, Mizan, 1996. Dalam penelitiannya Howard melakukan studi
literatur terhadap karya-karya orang Indonesia yang mengkaji al-Qur'an,
antara lain Tafsir Al-Furqon karya Ahmad Hasan, Tafsir Al-Qur'an karya
Zainuddin, Tafsir Al-Qur'anul Karim karya Halim Hasan, Tafsir Al-Azhar
karya Hamka, Al-Qur'an dan Tafsirnya produk dari Departemen Agama,
Tafsir Rohman karya Oemar Bakri, Terjemah dan Tafsirnya karya Surin.
Dalam penelitiannya Howard masih bersifat umum, yaitu mencakup
keseluruhan literatur yang berbicara tentang al-Qur'an: tafsir, ilmu tafsir,
terjemah al-Qur'an, indeks al-Qur'an, dan buku-buku yang bicara seputar alQur'an. Sehingga penelitian ini sangat kaya akan literatur yang melibatkan 58
judul buku.
Namun dilihat dari segi metodologi tafsir, penelitian Howard itu tidak
memberikan kontribusi yang signifikan. Sebab, kerangka teori yang digunakan
lebih pada masalah kepopuleran literatur, bukan metodologinya.
Adapun karya yang berusaha melengkapi penelitian Howard adalah
Khazanah Tafsir Indonesia Dari Hermeneutika Hingga Ideologi karya Islah
Gusmian, penerbit Teraju, Bandung, 2003. Karya ini merupakan tesis yang
ditulis di Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian yang dilakukan Islah merupakan usaha-usaha akademis
yang mencoba mengawali penelitian atas karya-karya tafsir di Indonesia
secara metodologis-kritis yang sangat mempertimbangkan aspek sosiohistoris. Di sini, Islah sedang membedah sejarah interpretasi dalam konteks
ruang-ruang sosial di mana suatu karya tafsir muncul dan berada serta
bagaimana pergumulan penulisnya dengan lingkungan sosial, budaya, politik,
dan agama di sekelilingnya. Secara pragmatik, ia juga menempatkan karya
tafsir sebagai produk sosial dan karya manusiawi biasa, sama sekali tidak

sakral dan tidak kedap kritik. Itu sebabnya, dengan kerangka teori yang
diarahkan pada dua wilayah utama yaitu aspek teknis penulisan tafsir dan
aspek hermeneutiknya, tidak saja telah melahirkan kesimpulan-kesimpulan
yang baru yang keluar dari mainstream studi tafsir, tetapi sekaligus juga telah
menjadi satu bentuk kritik terhadap metodologi yang sejauh ini dibangun oleh
para peminat studi al-Qur'an di Indonesia.
Metode analisis wacana kritis yang ia gunakan dalam penelitiannya ini
juga

telah

melahirkan suatu

yang tidak

hanya baru, tetapi

juga

mencengangkan: bahwa konstruksi nalar karya tafsir mempunyai kaitan erat


dengan episteme dan nalar yang ada dalam diri penafsir. Dari arah ini ia
dengan tajam memperlihatkan, ada karya tafsir yang membangun visi
perlawanan terhadap rezim orde baru, yang berselingkuh dan mendukungnya,
membangun sensitivitas gender dan sebaliknya, serta yang terjebak dalam
komunalisme agama.
Dari kesimpulan-kesimpulannya itu, tampak bahwa Islah tidak
sekedar menunjukkan aspek-aspek teknis penulisan tafsir dan metodologi
yang digunakan penafsir, lebih mendalam ia juga telah menyingkap episteme
dan ideologi yang tersembunyi di balik suatu karya tafsir dan relasinya dengan
konstruk sosial-politik di mana karya itu diproduksi.
Sebagaimana literatur yang disebutkan, maka konsentrasi penulis pada
bagaimana metode yang digunakan pada Tafsir Taj al-Muslimin Min Kalami
Robbil al-Alamin karya K.H Misbah bin Zainal Musthafa.

E. Metodologi Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Skripsi
research),

ini

menggunakan

artinya bahan-bahan

penelitian

kepustakaan

digali semaksimal

(library

mungkin dari

17

perpustakaan. Adapun data penulis membagi menjadi dua, yaitu sumber


data primer dan sekunder.

17

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta, 1990, h. 10.

Sumber data primer adalah data asli.18 Sebagai sumber primer dari
penelitian ini adalah Tafsir Taj al-Muslimin min kalami rabbi al-alamin
karya K.H Misbah bin Zainal Musthafa.
Sedangakan mushaf yang digunakan sebagai sumber pegangan
adalah

al-Qur'an

dan

terjemahnya

oleh

Yayasan

penyelenggara

penterjemah/ penafsir al-Qur'an Jakarta tahun 1971.


Adapun sebagai sumber sekunder dari penelitian ini adalah kitabkitab tafsir yang dianggap mewakili dan penulis dapat menjangkaunya.
Kitab-kitab tafsir yang penulis gunakan di antaranya Tafsir Al-Iklil fi
Maani Tanzil, Selain kitab Al-Iklil, penulis juga menggunakan Tafsir AlMisbah karya Quraish Shihab, mengingat kitab tersebut kitab yang disusun
orang Indonesia sehingga sesuai dengan konteks bangsa Indonesia, dan
buku-buku perkembangan tafsir di Indonesia pada khususnya serta bukubuku perkembangan tafsir secara umum.
Demikianlah kitab-kitab tafsir yang menjadi sumber pendukung
penelitian ini beserta kitab-kitab tafsir yang lain.
2. Metode Analisis Data
Dari data-data yang penulis peroleh, maka untuk menyusun dan
menganalisis data-data tersebut, penulis menggunakan pendekatan
deduktif induktif. Deduktif berarti dimulai dari pengetahuan yang sifatnya
umum

kemudian

ditarik

kepada

pengetahuan

yang

bersifat

khusus.19Sedangkan induktif dimulai dari pengetahuan yang khusus


kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.20
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
deskriptif yang meliputi dua jenis pendekatan.
1. pendekatan analisis isi, yaitu analisis terhadap arti dan kandungan
yang ada pada keseluruhan teks karya tafsir K. H. Misbah bin Zainal
Mustafa dalam rangka untuk menguraikan secara lengkap literatur dan

18

Syarifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997, h. 9.


Sutrisno Hadi, op. cit., h. 36.
20
Ibid., h. 42.
19

10

ketelitian terhadap suatu obyek penelitian,21 yang penganalisisan


datanya bersifat sistematis dan obyektif.22 Metode ini juga dipakai
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan
perincian terhadap obyek yang diteliti.
2. pendekatan Historis Sosioligis. Pendekatan ini juga digunakan untuk
menganalisis pemikiran K. H Misbah bin Zainal Mustafa dengan
melihat seberapa jauh sosial kultural dalam realitas yang dihadapinya,
sehingga

dapat

mempengaruhi

konstruksi

pemikiran

dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Quran.

F. Sistematika Penulisan Skripsi


Sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang sangat penting
karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari
masing-masing bab yang saling berurutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi kekeliruan di dalam penyusunannya.
BAB I merupakan bab pendahuluan. Bab ini membahas tentang
latar belakang masalah yang kemudian melahirkan pokok permasalahan
yang menjadi topik pembahasan dalam skripsi ini. Selanjutnya tujuan dan
manfaat penulisan skripsi, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
yang terakhir sistematika penulisan skripsi.
BAB II merupakan landasan teori yang menjelaskan sejarah
perkembangan metodologi tafsir mulai periode periwayatan, periode
pembukuan, macam-macam metode dan corak tafsir, hingga sejarah
perkembangan metodologi tafsir di Indonesia.
BAB III merupakan pembahasan secara khusus mengenai
karakteristik Tafsir Taj al-Muslimin Min Kalami Robbi Al-Alamin karya
K.H. Misbah bin Zainal Musthafa yang meliputi riwayat hidup dan karyakarya beliau semasa hidupnya, serta gambaran atau sketsa Tafsir Taj alMuslimin.
21
22

h. 9

Sumadi Surya Brata, Metodologi Penelitian, Pelajar Press, Jakarta, 1997, h. 19


Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Bayu Indra Grafika, Yogyakarta, 1996,

11

BAB IV merupakan analisis dari keseluruhan pembahasan, di


mana bab analisis ini sebagai jawaban dari permasalahan-permasalahan
yang diajukan dalam penelitian ini.
BAB V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian
dan saran-saran.

12

METODE DAN CORAK TAFSIR TAJ AL-MUSLIMIN MIN KALAMI


ROBBI AL-ALAMIN KARYA K.H. MISBAH BIN ZAINAL MUSTHAFA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Metodologi Penelitian
F. Sistematika Penulisan Skripsi
II. SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR AL QURAN
A. Sejarah Perkembangan Tafsir
1. Periode Periwayatan Tafsir
2. Periode Pembukuan Tafsir
3. Macam-macam Metode dan Corak Tafsir
B. Sejarah Perkembangan Tafsir di Indonesia
1. Periode Pertama; sebelum abad ke-20.
2. Periode Kedua; sesudah abad ke-20
III. KARAKTERISTIK TAFSIR TAJ AL-MUSLIMIN MIN KALAMI
ROBBI AL-ALAMIN
A. Riwayat Hidup K.H. Misbah bin Zainal Musthafa
B. Karya-karya K.H. Misbah bin Zainal Musthafa
C. Sketsa Tafsir Taj al-Muslimin Min Kalami Robbi Al-Alamin
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Taj al-Muslimin
2. Sistematika Penafsiran Tafsir Taj al-Muslimin
3. Contoh Penafsiran K.H. Misbah bin Zainal Musthafa dalam Tafsir Taj
al-Muslimin tentang ayat-ayat ibadah.
IV. ANALISIS
A. Metode Tafsir Taj al-Muslimin
B. Corak Tafsir Taj al-Muslimin
C. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Taj al-Muslimin

13

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran

Anda mungkin juga menyukai