ii
ii
iii
iii
iv
iv
vi
vi
vii
vii
viii
viii
ix
ix
xi
xi
xii
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, tentu banyak perubahan terhadap pola
kehidupan bermasyarakat kita, contoh kecil pola kepatuhan anak kepada
orang tua saat ini, dengan bermacam kemajuan teknologi (yang cenderung
memebuat manusia hidup dalam keterasingan), lebih tidak taat kepada orang
tuanya. Mereka lebih asyik bercengkerama dengan orang lain melalui e-mail,
friendster, facebook, dan sebagainya. maka hubungan manusialah yang
diperbaiki, adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sepertihalnya
di lingkungan keluarga saja, yang berada pada masa transisi mempengaruhi
tingkat kesenjangan komunikasih anak dengan orang tua. Maka yang sangat
menentukan dalam suatu keluarga itu adanya terjalin komunikasi yang baik
antara orang tua dan anak, lalu terbentuklah kepribadian manusia yang bik,
dan bermartabat. Lalu sifat baik tersebut di praktekkan dalam keluarga,
bermasyarakat pada umunmnya, khusunya dirinya sendiri. Dan pentingnya
lagi dalam kehidupan ini membentuk kepribadian dan sifat orang baik dari
yang terbaik dilingkungan keluarga atau pun bermasyarakat.1
Apabila pertumbuhan dan kemakmuran keluarga dipentingkan,
diperhatikan, niscaya akan menumbuhkan keluarga yang sejahtera dan
harmonis. Apabila keluarga tersebut didirikan atas dasar agama yang kuat,
sehingga agama menjadi faktor yang terpenting di dalam pendidikan
keluarga. Di mana sekarang ini banyak yang kurang memberikan didikan
keagamaan kepada anak-anaknya. Walaupun orang tua memberikan fasilitas
lengkap terhadap anak-anaknya tanpa adanya suatu dasar agama yang kuat,
hal itu akan mengakibatkan kurangnya perhatian dari orang tua. Oleh karena
itu banyak anak yang mengalami stres, frustasi dan berbagai macam
gangguan jiwa yang dapat menghancurkan anak.2 Bahkan tidak sedikit anakanak mereka yang menjadi pencandu narkotika dan minuman keras.
Dari fenomena tersebut dapat diambil suatu hikmah bahwa
sesungguhnya pemenuhan kebutuhan dan pembinaan anak bukan hanya dari
segi material saja tetapi kebutuhan rohanipun dipenuhi. Sehingga anak tidak
menyimpang dan berbuat semaunya terhadap orang tua. Sebagaimana wasiat
Rasulullah SAW, yang berbunyi: Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah
3
akhlak mereka.
Kemudian tidak hanya orang tua saja yang berperan dalam hal ini,
akan tetapi anak juga harus menuruti dan mentaati segala perintah-perintah
orang tuanya. Karena itu merupakan suatu kewajiban seorang anak yang
patuh terhadap orang tuanya. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah di
dalam al-Quran. Hal ini dapat dilihat dalam surat An-Nisa ayat 36, yang
berbunyi :
#$%&
"
8
hlm.49
124
Ibrahim al-Hazimiy, Keutamaan Birrul Walidain, Qitshi Press, Jakarta Timur, 2004, hlm,
3 Karimah Hamazah, Islam Berbicara Soal Anak, Gema Insani Press, Jakarta, 1993,
4 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahan, Toha Putra, Semarang, 1995, hlm.
dalam keluarga itu sendiri. Sebagimana Firman Allah dalam surat At-Tahrim
ayat 6, yang berbunyi:
/ 0
'. % -
$
#%&
,# *
)23
("
"+
" (
)
!#
'(!
&1'
Muhammad
Jakarta, hlm.29
membangkang perintah orang tua, tidak sopan, dan berlaku tidak senonoh.
Miskinnya perhatian orang tua terhadap masalah ini akan semakin
mempermudah sang anak merusak tata nilai keluarga Islam.
Islam menempatkan kedudukan orang tua pada tempat yang terhormat
dalam al-Quran. Kedua orang tua menempati posisi penting dalam hidup ini
setelah Allah SWT dan Rasul-Nya. Perlakuan dan ucapan terhadap orang tua
merupakan pintu keberkahan maupun kesulitan bagi seorang anaknya. Jika
anak berbakti dan memperlakukan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang
Allah SWT perintahkan, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan
hidup pada anak tersebut. Tetapi sebaliknya, jika seorang anak durhaka
terhadap ibu bapaknya, maka Allah SWT tak segan-segan menyulitkan jalan
hidupnya. Rasulullah mengingatkan bahwa, keridhaan Allah terletak pada
keridhaan orang tua dan kemarahan-Nya terletak pada kemarahan orang tua.
Oleh karena itu, kewajiban kita selaku anak untuk berbuat sebaik-baiknya
terhadap kedua orang tua.
mudah di mengerti dan praktis secara global, sehingga banyak karya kedua
tokoh dijadikan sebagai bahan rujukan dalam berbagai hal. Atas
pertimbangan dan alasan di atas mengilhami penulis untuk menyusun skripsi
ini dengan judul : Berbakti Kepada Orang Tua Menurut Penafsiran
Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam TafsirAlQuranul Majid An-Nur (Study Komparatif )
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakng masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam kajian ini adalah :
1. Bagaimana konsep berbakti kepada orang tua menurut al-Quran ?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaannya penafsiran Hamka dalam
TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid
An-Nur terhadap ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi
Sebagaimana dalam setiap penelitian sudah barang tentu harus
mempunyai nilai kemanfaatan pada penelitian ini, diharapkan juga
mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui konsep berbakti kepada orang tua menurut Al-Quran.
b. Untuk mengetahui bagaimana kesamaan dan perbedaan penafsiran Hamka
dan Hasbi Ash-Shiddirqy terhadap ayat-ayat tentang berbakti kepada
orang tua.
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengetahuan penulis, didasarkan dari studi pustaka, harus
diakui ada beberapa karya ilmiah yang mengkaji masalah tentang konsep
berbakti kepada orang tua menurut Al-Quran, buku yang di maksudkan
diantaranya adalah Hamka dalam TafsirAl-Azhar, dan Hasbi Ash-Shiddieqy
dalam TafsirAl-Quranul Majid An-Nur. Adanya beberapa karya ilmiah yang
mengkaji berbakti terhadap orang tua, maka di bawah ini penulis akan
memaparkan beberapa kajian yang telah diteliti oleh penelitian lain yang akan
untuk menyaksikan
betapa besarnya manfaat dan hikmah dibalik ketaatan berbakti kepada kedua
orang tua. Yang pasti, dibalik buku ini terdapat banyak hal yang dapat
menjadi modal hidup kita untuk meraih kebahagian dunia dan akhirat yang
hakiki.
Sedangakan dalam buku Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua,
sebuah buku yang di tulis oleh Syafruddin Mahmud, di cetak oleh Subulus
Salam Press, Bekasi, 2007. Dalam buku ini mencoba untuk mengungkapkan
pandangan berpendapat tentang ketegasan
Sidoarjo,
2009.
Dan
mencoba
mengungkapkan
fenomena
kedurhakaan anak-anak di zaman modern sekarang ini dan pada masa lalu
juga tentunya kepada orang tua mereka.
Umar Hasyim tentang Anak Shaleh,
Surabaya,
1980.
Dalam
buku
ini
Umar Hasyim
mencoba
untuk
memberi dampak positif bagi kehidupan agama, bangsa dan Negara. Anak
shaleh juga bisa menentukan masa depan kehidupan suatu lingkungan
masyarakat.
Oleh karena itu penelitiian ini akan bersungguh-sungguh dan
berupaya mencoba untuk mengungkapakan begitu tegasnya, dan pentingnya
arti berbakti kepada orang tua karena orang tua sebagai landasan dalam
sebuah kehidupan keluarga menurut Al-Quaran. Dan untuk menghasilkan
kajian tersebut maka peneliti menjelaskan dengan cara dan metodologi seperti
di bawah ini.
E. Metode Penulisan Skripsi
Di dalam suatu karya tulis ilmiah ,metode merupakan peranan penting
karna metode adalah salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja
untuk dapat memahami dan mengolah obyek yang menjadi sasaran dari suatu
ilmiah yang sedang di selidiki, agar bisa terarah dan mengena pada pokok
permasalahan, maka penulis menggunakan metode dalam penulisan skripsi
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian pustaka (Library
Research) yaitu berusaha untuk mengupas secara konseptual tentang
berbakti kepada orang tua menurut Al-Quran. Dan bentuk penelitiannya
adalah penelitian kualitatif,9 yang mana jenis penelitian tersebut dengan
kajian pustaka yakni dengan cara menulis, menyajikan data, megedit serta
menganalisis. Data yg telah diambil dari berbagai sumber yang tertulis.
Adapun sumber yang tertulis telah dimaksudkan adalah merupakan bukubuku, dokumentasi dan lain-lain, berlaku pada pengetahuan humanistic
atau interpretatif yang secara teknis perkara lebih ditujukan pada kajian
teks.
9
10
berbakti kepada orang tua menurut penafsiran Hamka dalam TafsirAlAzhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur
terhadap ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua.
Penelitian kualitataif bertujuan untuk mendiskripsikan keutuhan gejala
atau peristiwa dengan memahami makna dari segala peristiwa tersebut.
Dengan kata lain penelitian kualitatif ini juga dapat dipandang sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif yaitu berupa katakata tertulis atau satu lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati secara langsung.11
2. Sumber Data
Oleh karena itu penelitian ini telah menggunakan penelitian pustaka dan
diambil dari sumber yang tertulis sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer
merupakan sumber-sumber yang memberikan data yang langsung dari
tangan pertaman. Adapun sumber dari sumber primer dalam penelitian
ini adalah Prof.DR.Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan Hasbi AshShiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur.
b. Sumber Data Sekunder
adalah sumber yang telah diperoleh dan dibuat merupakan perubahan
dari sumber pertama, sifat sumber tersebut tidak langsung. Adapun
sumber sekunder dapat di ambil data atau dokumentasi yang lain dan
ada hubungannya dengan penelitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menentukan ayat-ayat yang berkaitan
tentang kewajiban berbakti kepada orang tua dalam Al-Quran dan juga
untuk dapat dilakukan mengidentifikasikan secara substantive. Dari
mengidentifikasikan tersebut yang terdiri dari pengertian, metode-metode
mufasir, ayat-ayat tentang kewajiban berbakti kepada orang tua dalam AlQuran, menurut pandangan dari pemikiran tokoh Prof.DR.Hamka dalam
11
10
yang
luas.
Metode
ini
dapat
dilakukan
dengan
cara
12
11
topik masalah atau membandingkan ayat-ayat Al-Quran dengan haditshadits Nabi yang secara lahiriyah tampak berbeda.13
Dalam menggunakan metode ini, seorang mufasir dapat menempuh
langkah-langkah sebagai berikut :
a. seorang mufasir dapat mengambil sejumlah ayat-ayat Al-Quran.
b. mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat
tertentu, baik mereka itu termasuk ulama salaf maupun ulama khlaf,
baik penafsiran meraka berdasarkan riwayat yang bersumber dari
Rasulullah SAW para sahabat dan tabiin yang bersumber dari
Rasulullah SAW para sahabat dan tabiin (tafsir bil a-matsur) atau
berdasarkan rasio (tafsir bil al-ray)
c. mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan
kecenderungan-kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam
menafsirkan Al-Quran kemudian menjelaskan siapa diantara mereka
yang penafsirannya di pengaruhi oleh perbedaan maszhab diantara
mereka yang penafsirannya ditujukan untuk melegitimasi suatu
golongan tertentu atau mendukung aliran tertentu dalam islam, dan
yang terakhir memberi komentar berdasarkan apa yang tidak
makbul.14
F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun secara sistematis
dan terperinci, terdiri dari Bab dan Sub Bab yaitu sebagai berikut:
BAB I. Sebagai Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan skripsi, Tinjauan Pustaka,
Metode Penulisan skripsi, dan Sistematika Penulisan Skripsi
13
Dr. Abd. Hayy Farmawi, Metode Tafsir Mandhani, Suatu Pengantar, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 1996, hlm.30-31
14
Muhammad Nor Ikhwan, Memasuki Dunia Alquran , Jakarta : Lubuk Raya, 2001
hlm, 256-266
12
BAB II
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA MENURUT Al-QURAN
E.
16
dalam segi moral maupun spiritual dan yang sesuai dengan ajaran Islam.
15 Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. MA, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2006), hlm. 147
16 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm.
79
17 Umar Hasyim, Anak Shaleh, (Surabaya : Bina Ilmu, 1980), hlm. 22
13
14
92
18 Ahmad Izzuddin al-Bayanni, Pendidikan Anak Menurut Islam, ( Jakarta : Pustaka Amani, 1987), hlm.
15
%:
. ' 0 - !/
)7 %, $56 4 +
-(.
+
.) -
&$
+# *
8 9
#<$& ; 1* (+ : +
8 ) (1 *
#$%&
"
4
8
"
.
1 042
,/
8*3 + %2.+ -4
='
57
"
(. *
='
,>)
.
>6
#@A@&
?
(.
2(
16
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi
rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun
yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(QS Al-Anam: 151)
, < ;8 D
4 :-
#I$& 9 * !
C/
3
67G8
, 'H.
-(.
E5F
B+
59*
.1
,1
:;
#D
56
K "=(
J*
% ?K
- ,
, K + 8
N>
LM
#@R& Q
> P B
17
berbakti kepada orang tua, yaitu surah Al-Ankabut: 8 dan Al-Ahqaf: 15.
1 ? <
B A
?@
(. %:
#<&
S@B+8!
(@
LM
> P 1
?(6.
Artinya: dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut: 8)
K
K N>
B (+
. DT $57/ C
,
$56 3
(1
AG J * / F
? P I8
K + 8
(
1 . B2 8
N>
E
N<H
LM
E
KC4
4
57
O
#@A&
NU%
> O
1 'D
C 0
(+ $57
DT B
18
Muhammad Arifudin, Relakah Anakmu Durhaka, (Jakarta : Inas Media, 2009), hlm. 45
19
saja, tetapi memberi respon yangg lebih baik dari pada yang dilakukan orang
tua. Dalam contoh lain, orang tua memberi ongkos kepada anak untuk belajar
diluar kota maka sang anak harus menjaga pemberian tersebut (sebagai
amanah) sebaik mungkin dengan cara belajar secara maksimal dan
mempersembahkan segala yang ia peroleh untuk orang tuanya tersebut.
Ketika sudah sukses dan memperoleh pekerjaan, anak juga harus lebih
pengertian dalam memeperhatikan kebutuhan orang tua, baik dari segi nafkah
lahir maupun batin. Jangan sampai pemberian kepada orang tua didahului
oleh permintaan maupun penderitaan orang tua.20
Jika orang tua berbuat zalim, anak tidak boleh membalas kezaliman
tersebut. Ia harus sabar dan tetap menjaga perasaan orang tua. Sabar disini
tentu bukan hanya berdiam diri saja, melainkan juga melakukan usaha agar
orang tua terbebas dari sikap zalim tersebut.
Berbakti kepada orang tua berarti menjalin hubungan baik dengan
orang tua dengan didasari cinta dan rendah diri, bukan didasari rasa takut
mendapat ancaman atau takut tidak dipenuhi kebutuhannya. Jadi, perbuatan
bakti tersebut harus bener-bener tulus untuk kedua orang tua, tidak disertai
motif-motif mencari keuntungan atau keterpaksaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, perintah untuk berbakti kepada orang
tua disampaikan Al-Quran sangat tegas, dan mengesankan. Perintah tersebut
sungguh tersusun dengan sangat indah sehingga terjemahannya pun tidak bisa
menggambarkan kemesraan hubungan orang tua sebagaimana ditunjukkan
bahasa Al-Quran . itulah Al-Quran, yang jika kita baca secara terus menerus
akan menimbulkan kesan yang semakin mendalam. Romantisme yang
diusung Al-Quran dalam menggambarkan interaksi antara anak dengan
orang tua tidak dapat ditandinggi oleh kalimat yang dikarang sang maestro
sastra manapun. Diawali dengan peritah mendekatkan diri kepada Allah
SWT, dengan beribadah. Allah merangkainya dengan perintah berbuat baik
kepada orang tua sampai mereka lanjut usia, ketika mereka telah beruban dan
berada dalam keadaan yang lemah, ketika tenaga mereka tidak lagi sekuat
20
Muhammad Hasan Rukaid, Uququl Walidain, (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 18
20
saat mereka muda dan sangat khawatir jika anak-anaknya tidak berbakti
kepadanya. Anak dilarang berkata uf dan membentak. Sebaliknya, anak di
ajak untuk berkata dengan kata yang mulia dan berdoa seraya mengingatingat memori masa kecilnya dulu yang penuh dengan kenangan indah
bersama orang tua karena tidak mungkin ia memiliki rasa benci kepada orang
tuanya.
Sebagaimana yang disebutkan diatas berkaitan dengan ayat-ayat
tentang berbakti kepada kedua orang tua, yang menunjukkan himbauan secara
serius kepada semua manusia (bani Adam) agar senantiasa untuk berperilaku
baik kepada kedua orang tua. Hal ini dapat dilihat dengan di ulang-ulangnya
perintah tersebut. Bahkan secara tegas perintah tersebut sering digandengkan
dengan kalimat larangan menyembah selain Allah ( musyrik ) atau digandeng
dengan kalimat perintah mensyukuri nikmat-nikmatnya. Perihal tersebut
dapat di pahami bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua secara tegas
hampir disamakan dengan larangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu
selain-Nya. Dan berkaitan dengan perintah bersyukur kepada kedua orang tua
yakni dengan membalas segala kebaikan (walaupun tidak akan terbalas )
dengan perbuatan yang menyenangkan keduanya sama dengan perintah untuk
syukur terhadap Allah atas segala perintah-Nya dan meninggalkan laranganNya.21
F. Bentuk-bentuk Berbakti Kepada Orang Tua
Al-Quran dan Hadits merupakan pedoman hidup manusia, barang
siapa berpegang teguh kepada keduanya maka tidak akan sesat, yakni akan
selamat serta bahagia di dunia dan di akhirat. Diatas telah diuraikan tentang
ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah berbakti kepada kedua orang tua,
dalam hal ini akan di uraikan bentuk-bentuk Berbakti Kepada Orang Tua,
namun ada sebuah hadits yang memerintahkan berbuat baik kepada kedua
orang tua, yaitu Dari Muadz ibn Jabal ra berkata, Rasulullah SAW telah
21
21
22
B A
?@
D
#<&
(. %:
%
S@B+8!
(@
LM
> P 1
?(6.
23
Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Islam Idea. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), hlm. 71
23
yang isinya mencela dan menghina keduanya. (HR Bukharo dari Abdullah
bin Amr).
Tidak ada yang paling dekat dalam kehidupan seseorang selain
kedua orang tuanya. Keduanya adalah orang-orang yang telah berjasa besar
dalam membesarkan dan menjaga seorang anak hingga dewasa. Kepayahan
dan kegunaan orang tua seakan lenyap ketika melihat anak-anaknya gembira
dan bahagia. Saat sang ibu mengandung hingga akan melahirkan, ia rela dan
ikhlas menahan rasa sakit yang tak terkira. Rasa sakit yang al-Quran
gambarkan sangat berat.24
P 8
% ?K
- ,
, K + 8
N>
LM
#@R& Q
> P B
24
24
Arif Supriyono, Seratus Cerita Tentang Akhlak, (Jakarta : Penerbit Republika, 2004), hlm. 80
25
iii.
iv.
Membayarkan hutang-hutangnya.
v.
vi.
vii.
Memuliakan sahabat-sahabatnya
viii.
hlm. 49
Asad Karim al-Faqi , Nasooihi lil abaai Qobla Uququ al Banaa, (Jakarta: Gema Insani, 2002),
26
yang akan dilakukan oleh sahabatnya secara khusus dan oleh umatnya secara
umum. Padahal pada saat itu Rasulullah memerlukan teman dan tenaga yang
lebih banyak dalam melaksanakan hijrah dan jihadnya, akan tetapi bahwa
lelaki yang datang kepadanya merupakan seseorang yang sangat dibutuhkan
keberadaannya oleh kedua orang tuanya, akan lebih baik dan lebih manfaat
apabila ia menemani kedua orang tuanya, dibandingkan mengikuti Rasulullah
berhijrah dan berperang, dengan harapan kedua orang tuanya merasa senang
dan gembira, atas keberadaan anaknya sehingga menjadi jalan juga bagi lelaki
itu untuk mendapatkan pahala dan ridho-Nya sebagaimana yang diharapkan
sahabat Nabi tersebut. Dan dengan tidak diikut sertakannya lelaki tersebut
tidak mengurangi kekuatan Rasulullah, karena hanya satu orang yang tidak
mengikuti jihad terkecuali semua sahabat tidak ada yang mengikuti, dan tidak
menyertai jihad dengan Nabi Muhammad SAW. Maka akan terjadi kekalahan
dan kelemahan dalam dakwah islam itu sendiri. Sehingga pemahaman tentang
hal ini, bukan berarti dipahami bahwa jihad adalah amal perbutan yang remeh
dalam pandangan islam, karena jihad ( perang membela agama Allah ) pada
saat itu dan sampai sekarang ( bila di perlukan ), sangat berarti dan bernilai
disisi Allah dan Rasul-Nya.27
Setelah menelaah dan memahami beberapa ayat dan hadits tentang
berbakti kepada kedua orang tua ternyata perbuatan baik seseorang terhadap
kedua orang tua bukanlah hanya disukai dan dicintai oleh orang tua ( ibu
bapak ) dan manusia pada umumnya, akan tetapi perbuatan tersebut juga
sangat dicintai oleh Allah dan Rasullulah.
Allah SWT mencintai perbuatan tersebut dibuktikan dengan firmanNya dalam Al-Quran dengan menggandengkan, dan untuk memposisikan
perintah menyembah kepada Allah SWT dan kewajiban berbakti kepada
kedua orang tua, dalam surah Al-Nisa : 36, lalu perintah syukur kepada Allah
dan syukur kepada orang tua ( ibu bapak ), yaitu surah Al-Isra : 23, dan Allah
melarang menyekutukan diri-Nya dengan sesuatu selain-Nya dan perintah
tegas untuk berbakti kepada kedua orang tua, yaitu surah Luqman : 14.
27
Agus Efendi, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1990), hlm. 32
27
Dengan dasar ayat-ayat Alquran dan hadits tersebut sudah sangat jelas
walaupun secara tekstual disampaikan pesannya dalam bentuk cerita akan
tetapi secara kontekstual ( tersirat ) bahwa Allah SWT dan Rasulullah
menghimbau dan memerintahkan agar manusia melaksanakan ihsannya (
berbakti kepada kedua orang tua ibu bapaknya ), karna Allah dan Rasulullah
sangat mencintai amal tersebut. Bahwasanya ada sebuah hadits Nabi yang
menceritakan Abi Abdurahaman Abdullah ibn Masud bertanya kepada Nabi
SAW, amal apa yang paling dicintai oleh Allah SWT ? Nabi menjawab :
sholat tepat pada waktunya, kemudian aku menanyakan lagi, amal apa lagi ?
Nabi menjawab : birr al- waalidain ( berbaktilah kepada kedua orang tuamu
), kemudian aku menanyakan lagi, amal apa lagi ? Nabi menjawab : jihad di
jalan Allah, ( HR. Muttafaqun alaih ). Dalam hadits tersebut tidak disebutkan
Rasulullah mencintai birr al-waalidain sebagaimana Allah mencintainya,
tentu sesuatu yang dicintai oleh Allah juga dicintai oleh Rasulullah SAW.
Bahkan dia menjelaskan dengan haditsnya bahwa berbakti kepada kedua
orang tua ditempatkan pada urutan kedua setelah yang pertama sholat, dan
ketiga jihad. Hal tersebut sangat sesuai dengan firman Allah yang selalu
menempatkan berbakti kepada kedua orang tua pada urutan kedua setelah
perintah tunduk, patuh,serta bersyukur kepada Allah SWT.28 Sehubungan
dengan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yang lebih utama
dibandingkan dengan perbuatan baik lainnya bahkan termasuk dengan jihad (
perang membela agama Allah SWT ), maka keutamaan berbakti kepada
kedua orang tua, diantaranya :
Pertama, berbakti kepada orang tua adalah amal yang paling utama.
Dengan demikian jika ingin kebaikan harus didahulukan amal-amal yang
paling utama di antaranya birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua).
Kedua, ridha Allah SWT tergantung kepada keridhaan orang tua. Hal
ini sangatlah penting, dan perlu dicermati, bahwasannya restu atau ridho
kepada orang tua merupakan wujud penghormatan kepada mereka. Selain itu,
28
hlm. 3
Abdulllah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam,(Jakarta: PT Remaja Rosda Karya. 1992),
28
29
Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada temantemannya tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah.
Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah
dewasa, seakan-akan dia tidak pernah berkumpul bahkan tidak kenal dengan
kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk
bersilaturrahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada
keduanya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dengan bersilaturrahmi
akan diakhirkan ajal dan umur seseorang walaupun masih terdapat perbedaan
dikalangan ulama tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat
berdasarkan nash dan zhahir hadist ini bahwa umurnya memang benar-benar
akan dipanjangkan
Kelima, dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah SWT.
Di dalam hadist Nabi SAW disebutkan bahwa anak yang durhaka
tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadist tersebut yaitu anak yang
berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allh SWT ke
jannah (surga). Dosa-dosa yang Allah SWT segerakan adzabnya di dunia
diantaranya adalah berbuat dzhalim dan durhaka kepada kedua orang tua.
Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya,
maka Allah SWT akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan
seizin Allah SWT.29
29
Hhtp://www.nurulyaqin.org
BAB III
PENAFSIRAN HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR DAN HASBI ASHSHIDIEQ DALAM TAFSIR AN-NUR TERHADAP AYAT-AYAT
TENTANG BERBAKTI TERHADAP ORANG TUA
A. Penafsiran Hamka dalam Tafsir Al-Azhar
1. Biografi
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, (atau lebih dikenal dengan julukan
Hamka, yakni singkatan namanya), lahir pada tanggal 17 February 1908 di
desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat dan meninggal di Jakarta
24 Juli 1981, adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, dan aktivis politik.
Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang
Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang
berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ibunya bernama Safinah, dan
ayahnya bernama Dr. Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal
sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di
Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906 dan seorang
pemimpin pesantren Sumatra Thawalib di Padang Panjang.30
Hamka mengawali pendidikannya membaca Al-Qur'
an di rumah
orang tuanya ketika mereka sekeluarga pindah dari Maninjau ke Padang
Panjang pada tahun 1914. Setelah mencapai usai 7 tahun, Abdul Malik
dimasukkan ayahnya ke sekolah desa, yaitu sekolah yang diberi nama
Thowalib School, sampai menduduki kelas empat. Kemudian pada akhir
tahun 1924, dalam usia 16 tahun, Hamka berangkat ke tanah Jawa.
Kunjungan yang relatif singkat telah mampu memberikan semangat baru
baginya dalam mempelajari Islam, tepatnya di Yogyakarta mempunyai arti
penting bagi pertumbuhan Hamka sebagai seorang pejuang dan penganjur
Islam.31 Kesadaran baru dalam melihat Islam yang diperoleh di Yogyakarta
memang sangat jauh berbeda dengan kesadarannya tentang Islam sebagai
30
30
31
Drs. M Abdul al Mannar, Pemikiran Hamka, Kajian Filsafat dan Tasawuf, ( Jakarta :
Prima Aksara, 1993), hlm. 32
32
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar,( Jakarta :
Panjimas,1990),
hlm. 45
33
Ibid, hlm. 47
34
H. Rusyid, Pribadi dan Martabat Buya Hamka, (Jakarta : Panjimas, 1983), hlm. 6
32
33
Ibid, hlm. 7
34
hlm. 333
35
http://id.wikipedia.org/wiki/Hamka
36
37
%:
. ' 0 - !/
)7 %, $56 4 +
-(.
+
.) -
&$
+# *
8 9
#<$& ; 1* (+ : +
8 ) (1 *
Artinya : (dan ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.S. AlBaqarah : 83)
Menurut penafsiran Prof. Dr. Hamka dalam tafsir al-Azhar beliau
mengungakapkan surah Al-Baqarah ayat 83 yaitu :
Berbuat baik kepada kedua orang tua, berlaku hormat dan khidmat,
cinta dan kasih, yaitu mengasihi mereka, memelihara dan menjaga
mereka dengan sempurna, tidak menyakiti hati mereka dan menuruti
kemauannya dalam segala hal yang tidak bertentangan dengan
perintah Allah(Tafsir Al-azhar juz 1 hlm 204).
Dan menegaskan untuk tunduk dan patuh serta menyembahlah kepada
Allah SWT, karena manusia adalah Abdun yaitu, hamba dari Allah dan Dia
38
#$%&
"
39
40
kasih sayang yang tidak ada taranya. Maka dari itu sudah menjadi kewajiban
sianak untuk membalas budi baik kedua orang tuanya.
3. Surah Al-Anam ayat 151 :
8 % 8
?5
4
8
"
.
1 042
,/
8*3 + %2.+ -4
='
57
"
(. *
='
,>)
.
>6
#@A@&
?
(.
2(
39
41
Bahwasaannya Allah telah menjelaskan kepada manusia tentang apaapa yang telah diharamkan atas kamu, untuk dijadikan pedoman di dunia,
yaitu:
pertama, jangan kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun. Hal ini merupakan pokok yang pertama yang diperingatkan Allah
dan jangan menyamakan Allah dengan derajat yang lain. Karena semua itu
makhluk belaka bukan Khaliq. Berhubungan dengan kepercayaan ini, maka
segala bentuk pemujaan dan persembahanpun tidak boleh dipersatukan yang
lain dengan Dia. Oleh sebab itu haram mempersekutukan dan wajib
mentauhidkan.
Kedua, kewajibkan berbakti, berbuat baik, menghormati dan
menghargai kedua orang tua, jangan mengecewakan hati mereka, jangan
mendurhakai kepada keduanya. Karena kalau mendurhakai kedua orang
tuanya termasuk seorang anak yang rendah budi.
Ketiga, janganlah membunuh anak karena takut atau miskin,
maksudnya jangan membunuh anak karena takut akan hidup menjadi miskin
oleh lahirnya anak. Karena perbuatan itu adalah perbuatan orang-orang
Jahiliyyah dahulu, maka Allah melanjutkan ayat tersebut dengan kalimat
Kamilah yang memberi rizki kamu dan kepada mereka, maksudnya sesuai
dengan apa yang telah dijaminkan oleh Allah bahwasanya tidak ada suatu
makhluk pun yang melata, merangkak, berjalan di atas bumi ini melainkan
sudah ada jaminan rizkinya di sisi Allah dan telah diketahui dimana dia akan
tinggal dan terkubur kelak. 40
4. Surah Al-Isra ayat 23, 24 berbunyi :
, < ;8 D
? J"K
4 :-
#I$& 9 * !
1
*
#IR& Q:8 T /
40
C/
?
, 'H.
?N> AG'
3
67G8
* /
-(.
B+
59*
E5F
.1
,1
'
7JE
L @
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 21, ( Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 128-129
42
Tuhanlah,
itu
sendiri
yang
menentukan,
yang
43
membentak, tetapi sebaliknya dengan kasih sayang dari lubuk hati yang tulus
dan ikhlas. Setelah itu tergambar betapa susahnya orang tua mengasuh
anaknya pada waktu masih kecil, yang penuh kasih sayang, yaitu kasih
sayang yang tidak mengharapkan jasa.
5. Surah Al-Ankabut ayat 8 berbunyi
1 ? <
B A
?@
D
#<&
(. %:
%
S@B+8!
(@
LM
> P 1
?(6.
Artinya : Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Al-Ankabut: 8)
Menurut penafsiran Prof.. Dr. Hamka dalam karyanya yg terkenal,
yaitu tafsir Al-Azhar, beliau menafsirkan Surah Al-Ankabut ayat : 8 yaitu :
kami wasiatkan kepada manusia supaya kepada kedua orang tuanya
bersikap baik, kalau dari tuhan datang wasiat, artinya perintah.
Tuhan mewajibkan dan memerintahkan kepada manusia supaya
kepada ayah bunda hendaklah bersikap yang baik ( Tafsir Al-Azhar
juz 20 hlm 188).
Dan mempertegaskan tentang wasiat yang datangnya dari Allah itu,
adalah merupakan suatu perintah. Allah mewajibkan dan memerintahkan
kepada manusia supaya tunduk dan patuh kepada tuhan Allah SWT Yang
Esa, dengan tidak mempersekutukannya. Dan berkewajiban berbakti kepada
kedua orang tua, dan hendaklah bersikap yang baik karena kedua orang tua
itulah asal usul kejadian manusia. Dengan perantaraan keduanyalah Allah
menghadirkan tiap-tiap manusia ke muka bumi ini. Di mana ayah telah
mencarikan segala perlengkapan hidup, ibu mengasuh dan menjaga rumah.
Oleh sebab itu wajib atas seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang
44
tua, Dan perlu di tegaskan lagi jika kedua orang tuamu memaksa untuk
mempersekutukan tuhan dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah (sianak) untuk mengikuti keduanya..41
6. Surah Luqman ayat 14 berbunyi :
LM
> P B
8
P 8
? K
- ,
, K + 8
N>
#@R& Q
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Q.S Luqman : 14 )
Dari Prof.. Dr. Hamka mengungkapkan dalam karyanya yang terkenal
yaitu tafsir Al-Azhar, beliau menafsirkan Surah Luqman ayat : 14, yaitu :
Dan kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua ibubapaknya. Wasiat kalau datang dari Allah sifatnya ialah perintah.
Tegasnya ialah bahwa Tuhan memerintahkan kepada manusia agar
mereka menghormati dan memuliakan kedua ibu-bapaknya, ( Tafsir
Al-Azhar juz 21 hlm 128 ).
Ditegaskan lagi di dalam ayat ini untuk berbakti kepada kedua orang
tua dan telah diwasiatkan oleh Allah kepada manusia bahwa wasiat yang
datang dari Allah sifatnya ialah perintah. Tegasnya ialah bahwa Tuhan
memerintahkan kepada manusia agar mereka menghormati dan memuliakan
kedua orang tuanya. Sebab dengan kedua orang itulah manusia dilahirkan ke
muka bumi dan setelah susahnya mengandung selama sembilan bulan, sejak
41
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 20, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1981), hlm. 20
45
sejak
melahirkan
lalu
mengasuh,
menyusuinya,
K N>
B (+
. DT $57/ C
,
$56 3
(1
AG J * / F
? P I8
K + 8
(
1 . B2 8
N>
E
N<H
KC4
4
57
O
#@A&
42
LM
NU%
> O
1 'D
C 0
(+ $57
DT B
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 21,( Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 128-129
46
43
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 26, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 36-37
47
48
dan
MULO
(Meer
Uitgebreid
Lager
Onderwijs,
setingkat
SMP)
D. Sirojuddin, Ensiklopedia, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1993), hlm. 94-95
49
50
Ibid, hlm. 95
Op. Cit.
51
Untuk menentukan metode apa yang di gunakan oleh Hasbi AshShiddieqy, harus diketahui dulu motivasi dan sumber-sumber dalam
penafsiran An-Nur. Pada kata pengantar Tafsir An-Nur, beliau mengatakan :
Indonesia membutuhkan perkembangan tafsir dalam bahasa persatuan
Indonesia, maka untuk memperbanyak lektur Islam dalam masyarakat
Indonesia dan untuk mewujudkan suatu tafsir yang sederhana yang menuntun
para pembacanya kepada pemahaman ayat dengan perantaraan ayat-ayat itu
sendiri. Sebagaimana Allah telah menerangkan ; bahwa Al-Quran itu
setengahnya menafsirkan yang setengahnya, yang meliputi penafsiranpenafsiran yang diterima akal berdasarkan pentakhwilan ilmu dan
pengetahuan, yang menjadikan intisari pendapat para ahli dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan yang diisyaratkan Al-Quran secara ringkas.
Dengan berharap taufiq dan inayah yang maha pemurah lagi maha
penyayang, kemudian dengan berpedoman kepada kitab-kitab tafsir yang
mutabar, kitab-kitab hadits yang mutamad, kitab-kitab sirah yang terkenal.
Saya menyusun kitab tafsir in dengan saya namai An-Nur.
Melihat ungkapan diatas, terlihat bahwa motivasi Hasbi Ash-Shiddieqy
sangat mulia yaitu untuk memenuhi hajat orang Islam di Indonesia untuk
mendapatkan tafsir dalam Bahasa Indonesia yang lengkap, sederhana dan
mudah dipahami. Sumber yang beliau gunakan dalam menyusun tafsir An-Nur
adalah :
1. Ayat - ayat Al-Quran;
2. Hadits-hadits Nabi yang sahih;
3. Riwayat-riwayat Shahabat dan Tabiin;
4. Teori-teori ilmu pengetahuan dan praktek-praktek penerapannya;
5. Pendapat Mufassir terdahulu yang terhimpun dalam kitab-kitab tafsir
Mutabar.
Berdasarkan sumber-sumber yang dipakai, maka dapat diketahui
bahwa metode yang dipakai oleh Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menyusun
52
tafisir An-Nur adalah metode campuran antara metode bil Royi atau bin
Maqul. Hal ini juga beliau kemukakan bahwa, dalam menyusun tafsir ini
berpedoman pada tafsir induk, baik kitab tafsir bil Matsur maupun kitab tafsir
bin Maqul.
Tafsir An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy tidak mempunyai corak dan
orientasi terhadap bidang tertentu, sebab kalau diperhatikan semua tafsirnya
tidak memuat bidang ilmu tertentu, seperti bidang Bahasa, hukum, sufi,
filsafat dan sebagainya. Hasbi Ash-Shiddieqy membahasnya dengan
mengaitkan bidang ilmu pengetahuan secara merata artinya tidak ada
penekanan pada bidang tertentu, sebab membahas dengan memfokuskan pada
bidang tertentu menurutnya akan membahwa para pembaca keluar dari bidang
tafsir.
Namun tidak bisa disangkal, bahwa Hasbi Ash-Shiddieqy adalah tenaga
pengajar pada fakultas Syariah dan ahli dalam bidang hukum Islam, maka
ketika beliau menafsirkan ayat-ayat hukum keliahatan lebih luas, namun tidak
berari dia memberi corak dan berorientasi pada tafsir hukum.
Pada kata pengantar kitab tafsir an-Nur beliau menyatakan :
Meninggalkan uraian yang tidak langsung berhubungan dengan tafsir ayat,
supaya tidak selalu para pembaca dibawa keluar dari bidang tafsir, baik ke
bidang sejarah atau bidang ilmiah yang lain
Dari ungkapan diatas, Hasbi Ash-Shiddieqy tdak bermaksud tidak akan
menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan uraian ilmiah yang panjang lebar
yang dikhawatirkan keluar dari tujuan ayat-ayat tertentu. Dengan demikian
tafsir An-Nur tidak mempunyai corak atau orientasi tertentu, namun bisa
dikatakan komplit, artinya meliputi segala bidang.
53
%:
. ' 0 - !/
)7 %, $56 4 +
-(.
+
.) -
&$
+# *
8 9
#<$& ; 1* (+ : +
8 ) (1 *
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
54
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.S. AlBaqarah : 83)
Menurut penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir AnNur, beliau mengungakapkan surah Al-Baqarah ayat 83, yaitu :
Berbuat kebaikanlah kamu kepada kedua ibu-bapakmu, dengan
mengasihi mereka, memelihara dan menjaga dengan sempurna dan
menuruti kemauanya terhadap segala apa yang tidak menyalahi
perintah Allah ( Tafsir Al-Quranul Majid juz 1 hlm 205).
Ayat ini menjelaskan adanya perintah tegas untuk tunduk, taat, dan
patuh menyembah kepada Allah, karena manusia adalah Abdun,yaitu hamba
dari Allah dan Dia (Allah), Mabud, yang tempat menyembah. Manusia
melakukan hal itu karena untuk mencapai ridha dari Allah SWT. Dan
janganlah kamu menyembah selain Allah. Kemudian perintah kedua yaitu
berbuat baik kepada kedua orang tua. Berlaku hormat dan khidmat, cinta dan
kasih, Hal ini adalah hal yang kedua setelah taat kepada Allah SWT, Sebab
dengan perantaraan kedua orang tua, Allah SWT telah memberimu nikmat
yang besar, yaitu sempat hidup di dunia ini. Karena dengan adanya orang tua,
anak merasakan bahwa mereka mempunyai pelindungnya dalam kehidupan
ini. dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, berbuat kebaikan kepada kaum
kerabat, maka laksanakanlah perintah tersebut dan janganlah kamu tidak
melakukannya.
Ayat ini sangatlah menegaskan kita, untuk meyembah Allah semata,
tidak mempersekutukan Allah selian Dia. Dari ayat ini pula diketahui bahwa
agama Allah yang dibawa para Nabi itu tujuannya sama, yaitu menyembah
Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun.
Dan memepertegaskan untuk berbakti kepada kedua orang tua, dengan
cara megasihi mereka, memelihara dan menjaga mereka dengan sempurna,
55
tidak menyakiti hati mereka dan menuruti kemauanya dalam segala hal yang
tidak bertentangan dengan perintah Allah.
2. Surah An-Nisa ayat 36 berbunyi :
#$%&
"
hak-haknya,
berbaktilah kepada
mereka
sebagaimana
taat
kepadaNya
sendiri
dan
janganlah
kamu
56
amalmu itu hanya karena Allah sendiri. Beribadatlah kepada Allah, dengan
tunduk khudhu kepada-Nya dengan hati merasakan kebesaran Allah dan
keagungan-Nya, baik dalam keadaan rahasia maupun dalam keadaan nyata,
dan takut akan Dia sendiri. Adapun tanda khudhuitu, ialah melaksanakan
segala yang disuruh, menjauhi segala yang dilarang. Dengan demikian
sempurnalah segala amal, baik pekerjaan maupun perkataan.
Tegasnya, ibadat itu tunduk kepada kekuasaan ghaib yang lain dari
sebab-sebab biasa yang diharapkan kebajikannya dan ditakuti kemurkaanya.
Maka kekuasaan yang demikian itu hanya bagi Allah. Tidak ada yang diharap
selain daripada-Nya. Tidak ada yang ditakuti selain daripada-Nya. Orang
yang beritikad ada orang lain yang berserikat dengan Allah dalam kekuasaan
tersebut, dihukum musyrik.
Isyrak, mempersekutukan Allah, ada beberapa macam :
1. Syirik musyrikin Arab, yaitu menyembah berhala dengan jalan
menjadikan berhala-hala itu pemberi syafaat di sisi Allah, yang
mendekatkan si penyembah kepada Allah, serta menyelesaikan hajat.
2. Isyrak orang Nashara, yaitu menyembah al-Masih.
3. Isyrak dengan doa dan beristisyfa yaitu berdoa lewat perantara
memohon sesuatu kepada Allah. Berdoa secara yang dilarang Allah,
menggugurkan sembahyang, puasa dan segala rupa ibadat. Isyrak ini
sangat subur perkembangannya di kalangan para muslim dewasa ini.
Berlaku insanlah terhadap orang tua. Penuhilah segala hak-haknya dan
khidmatlah mereka , sebagaimana mestinya. Merekalah yang menjadi sebab
kita lahir dalam alam wujud dan merekalah yang mendidik kita dengan
rahmat dan ikhlas. Kita diperintahkan berbuat bakti dan kebajikan serta
berlaku ikhlas terhadap orang tua, dengan syarat orang tua kita itu tidak
membataskan hak-hak kemerdekaan kita mengenai urusan-urusan pribadi dan
rumah tangga kita, tidak pula mengenai urusan yang mengenai agama dan
tanah air kita. Apabila mereka sewenang-wenang dalam hal yang tersebut,
tidaklah wajib kita mentaati perintah-perintah mereka itu. Berlaku ihsanlah
dalam bergaul dengan kerabat-kerabat yang paling dekat kepada engkau,
57
sesudah orang tua, seperti saudara lelaki, saudara perempuan, paman, dan
anak-anaknya. Seseorang manusia apabila berlaku ihsan kepada ibu bapaknya
dan kerabat-kerabatnya, terbentuklah suatu.
Dan berlaku ihsanlah kepada anak yatim dan orang-oran miskin. Anak
yatim tidak mempunyai lagi orang yang membelanjainya. Orang miskin tidak
mempunyai harta, karena lemah, cacat sehingga tak sanggup bekerja. Apabila
kita tidak memperhatikan dan memperbaiki keadaan anak yatim dan orangorang miskin, mereka dapat menjadi sumber bencana.
Miskin itu ada dua macam :
1. Miskin yang wajib diberikan bantuan, yaitu orang yang menderita
kemiskinan, karena lemah, cacat atau tertimpa bencana alam yang
menyebabkan musnah segala hartanya. Orang yang seperti ini perlu
ditolong dengan uang yang dapat digunakan menutupi kebutuhan
mereka, serta dapat dijadikan modal usaha.
2. Miskin yang sebenarnya tidak harus miskin, mereka yang kehilangan
harta karena boros/kalah di meja judi. Kepada golongan ini diberikan
nasehat dan ditunjukkan jalan memperbaiki diri. Pemerintah sangat patut
memperbaiki kerusakan akhlak mereka.
Berlaku ihsanlah kepada tetangga yang karib itu, karena jar
mempunyai tiga macam hak atas kamu, yaitu: hak tetangga, hak kerabat dan
hak Islam. Juga berlaku ihsanlah kepada jar yang jauh, baik dari segi
kefamilian atau segi ketetanggaan. Tetangga itu ialah : orang yang tinggal
sebelah menyebelah kita, yang selalu kita berhadapan muka dengan dia di
ketika kita pergi dan pulang ke rumah kita.
Berlaku ihsanlah kepada orang yang menjadi teman kita, seperti teman
seperjalanan dan orang-orang beserta kita dan kita kenal, walaupun
penyertaan itu hanya sebentar. Berlakulah ihsan kepada para perantau, orang
yang jauh dari keluarga dan hartanya. Masuk ke dalam perkataan ibnus sabil,
anak pungut, yaitu anak yang diletakkan orang di tengah jalan oleh orang
tuanya dengan maksud agar ada orang yang mengambil untuk disantuni.
58
Dalam perintah berbuat ihsan kepada ibnus sabil, termasuk tamu dan
memberi bantuan kepada para tamu yang bermaksud baik.
Berlaku ihsanlah kepada budak-budakmu. Hal ini mencakup usaha
memerdekakan mereka, dan menolong mereka membeli dirinya dengan
pembayaran sekaligus, atau berangsur-angsur, termasuk berlaku baik dalam
mempergunakan tenaga mereka. Karena itu, janganlah kita memberatkan
mereka dengan pekerjaan yang berat-berat dan janganlah pula menyakiti
mereka, baik dengan perkataan, maupun dengan perbuatan.
Allah tiada menyukai orang yang takabur yang ditujukan lewat gerakgeriknya dan pekerjaan-pekerjaannya. Allah juga tiada menyukai orang yang
takabur, yang nyata tercermin dari ucapan-ucapan dan tutur katanya. Diantara
ketakaburan dan keangkuhan, ialah berjalan dengan sikap angkuh dan
sombong.47
3. Surah Al-Anam ayat 151 berbunyi :
8 % 8
?5
4
8
"
.
1 042
,/
8*3 + %2.+ -4
='
57
"
(. *
='
,>)
.
>6
#@A@&
?
(.
2(
59
60
4 :-
#I$& 9 * !
1
*
C/
?
, 'H.
3
67G8
-(.
E5F
B+
.1
59*
,1
61
#IR& Q:8 T /
?N> AG'
* /
'
7JE
L @
62
B A
?@
#<&
(. %:
LM
S@B+8!
(@
8
> P 1
63
lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (Q.S al-Ankabut : 8).
Menurut penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir AnNur, beliau mengungakapkan surah Al-Ankabut ayat 8 yakni :
Tuhan telah memerintahkan manusia supaya mengerjakan pekerjaan
yang baik terhadap dua ibu bapak. Jika ibu bapakmu mendesak kamu
mengikuti agamanya yang memepersekutukan Allah, maka janganlah
kamu mengikutinya, walaupun kamu harus tetap berlaku baik
kepadanya dan mencari kerelaan hatinya ( Tafsir Al-Quranul Majid
juz 20 hlm 3016).
Tuhan telah memerintahkan manusia supaya mengerjakan pekerjaan
yang baik terhadap kedua ibu bapak. Pembicaraan al-Quran masih dalam
menerangkan cobaan-cobaan yang dialami oleh para Muslimin untuk
mengembalikan mereka kepada agama kafir. Yang mendapat cobaan-cobaan
itu ialah orang yang rendahan sedangkan yang menimbulkan cobaan-cobaan
itu ialah orang kafir yang kuat-kuat yang mempunyai kekuasaan atau tuantuan dari para budak.
Ada satu golongan lagi dari orang-orang yang mendapat azab, yaitu
anak-ana dan kerabat-kerabat dan yang menimpakan cobaan-cobaan itu ialah
orang-orang tua mereka dan kaum-kaum kerabat mereka berdasarkan
hubungan kekerabatan.
Jika ibu bapakmu mendesak kamu mengikuti agamanya yang
mempersekutukan Allah, maka janganlah kamu mengikutinya, walaupun
kamu harus tetap berlaku baik kepadanya dan mencari kerelaan hatinya.
Kamu semua akan kembali kepada-Ku, baik yang beriman kepada-Ku
maupun yang tidak, baik yang berbakti kepada kedua ibu bapaknya ataupun
yang tidak, dan akan Aku balas segala perbuatanmu masing-masing setimpal
dengan usahanya. 50
50
64
P 8
- ,
, K + 8
N>
LM
#@R& Q
> P B
65
dengan cara yang paling baik, dengan setulus ikhlas tanpa pamrih, mencintai,
mengasihi dan menyayangimu kedua orang tua sewaktu kamu masih kecil.
samahalnya yang dikehendaki oleh semua orang tua (ibu bapak) dengan
perikemanusiaan yang tinggi, seperti memberi makan, pakaian, perumahan,
bergaul dengan cara yang baik dan sebagainya.51
7. Surah Al-Ahqaaf ayat 15 berbunyi :
C 0K
K N>
(+ $57 B (+
DT
. DT
(1
K + 8
N>
$56 3 AG J * / F
$57/ C
? P I8
LM
E
KC4
57
1 . B2 8
N<H
O
#@A&
1 'D
> O
NU%
Artinya : Dan orang yang Berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis
bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat
sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah
seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah
adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orangorang dahulu belaka". (Q.S. Al-Ahqaaf : 15)
Menurut penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir AnNur, beliau mengungakapkan surah Al-Ahqaaf ayat 15 yakni :
Kami (Allah) telah memerintahkan kepada manusia supaya berbuat
ihsan kepada orang tuanya, dan berbakti kepada keduanya, baik
ketika ibu bapaknya masih hidup atau sesudah berpulang ke
rahmatullah. Sikap berbakti kepada orang tua merupakan salah satu
dari amal yang paling utama, sedangkan berlaku durhaka kepada
orang tua adalah dosa besar. Dan keutamaan ibu pun lebih besar,
karena ibu berhak mendapatkan dua pertiga kebaktian, atau
kebajikan dari anak, dan ibulah yang mengandung dan
melahirkannya dengan penuh resiko. Karena sudah sepantasnya si
anak berbakti kepada kedua orang tuanya, memuliakan dan
memeperbaiki hubungan denagan ibunya ( Tafsir Al-Quranul Majid
juz 26 hlm 3830).
51
Muhammd Hasby Ash-Shiddyq, (Tafsir Al-Quranu lMajid An-Nur Juz 21, (Semarang :
66
berbuat
kebajikan,
berbakti
kepada
keduanya,
menghargai,
52
Muhammd Hasby Ash-Shiddyq, Tafsir Al-QuranulMajid An-Nur Juz 26, (Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra , 1995, Cet, II), hlm.3701-3703
BAB IV
ANALISIS
Q. Penegasan Al-Quran Terhadap Kewajiban Berbakti Kepada Kedua
Orang Tua Menurut Pemahaman Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy
Dengan tegasanya Al-Quran menjelaskan Tentang Kewajiban Berbakti
Kepada Kedua Orang Tua Menurut Pemahaman Hamka dan Hasbi AshShiddieqy, penafsiran kedua tokoh tersebut adanya persamaan dalam ketegasan,
dan begitu pentingnya perintah untuk berbakti kepada orang tua, karena itu semua
sebuah kewajiban seorang anak terhadap orang tua.dan pada bab-bab terdahulu
penulis telah menjelaskan bahwa di dalam berbakti kepada orang tua adalah suatu
kewajiban yang patut dilaksanakan. Mengingat hal tersebut, maka tidaklah
mengherankan jika berbakti kepada Allah SWT, dan hal ini merupakan suatu
tindak lanjut yang menghubungkan kebajikan manusia dengan Tuhannya. Unsur
manusia yang paling menentukan kebaktiannya terhadap kedua orang tua adalah
dilihat dari cara keduanya memberikan dan memperlakukan anak sebagaimana
mestinya, yaitu dengan cara memberikan pendidikan yang sesuai dengan ajaran
agama.53
Al-Quran telah banyak memepertegas dan menjelaskan betapa pentingnya
tentang hal-hal yang menyangkut berbakti kepada orang tua, sebagaimana
menurut pemahaman Prof. Dr. Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy. Terhadap ayatayat kewajiban berbakti kepada kedua orang tua atau sebaliknya, Seperti yang
telah dikemukakan kedua mufasir sebelumnya, bahwa ayat-ayat yang berkaitan
dengan hal berbakti kepada kedua orang tua, kewajiban orang tua terhadap anak
atau sebaliknya. Dengan berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar, normal
dan logis saja kalau si anak di tuntut untuk berbakti kepada kedua orang tua,dan
dilarang keras untuk mendurhakai keduanya.
53
hlm. 254
Sayid Sabiq, Islam Dipandang Dari Segi Rohani, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994),
67
68
Secara khusus Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi
yang sangat istimewa sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi
yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya juga menempati
posisi yang sangat hina. Hal demikian menurut hemat kita, mengingat jasa ibu
bapak yang sangat besar sekali dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung,
menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut
mengandung dan menyusui, tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah,
membimbing, melindungi, membesarkan, dan mendidik anaknya hingga
mampu.54
Dan hak ayah ibu terhadap anak merupakan hak yang terberat sesudah hak
Allah terhadap hambanya-Nya. Karen jika Allah SWT adalah Penciptanya, maka
ayah dan ibu adalah sebab dan jalan yang dilaluinya lahir di alam dunia. Dan juga
karena apa yang telah di berikan oleh ayah dan ibu berupa pengorbanan,
penderitaan, dan pemerasan tenaga dan pikiran guna kesejahteraan anak sejak ia
dalam kandungan sampai lahir dan bertumbuh menjadi orang dewasa.55
Maka sebagai imbalan terhadap jasa ayah dan ibu, Islam berseru agar
berbakti kepada ayah ibunya, mempergauli mereka dengan sebaik-baiknya
pergaulan. Dan Allah SWT membuktikan bahwasannya berbakti kepada orang tua
merupakan salah satu ajaran islam yang paling tinggi setelah iman kepada Allah
SWT adalah firman Allah SWT yang tertuang dalam Al-quran. Dengan tegasnya
kewajiban itu, Allah SWT memerintah untuk mempertegaskan kewajiban berbakti
kepada orang tua setelah perintah beribadah kepada-Nya dalam beberapa ayatayat Alquran, yaitu:
1. Perintah ihsan kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah SWT di dalam AlQuran langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada-Nya semata-mata
atau sesudah larangan mempersekutukan-Nya. Allah befirman:56
54
69
a. Surat al baqarah : 83
%:
)7 %, $56 4 +
-(.
+
. ' 0 - !/
.) -
&$
+# *
8 9
8 ) (1 *
#<$& ; 1* (+ : +
Artinya :dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu
bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Surah AlBaqarah: 83)
b. Surah An-Nisa : 36
#$%&
"
"
,/
8*3 + %2.+ -4
='
,>)
.
!
(.
*
.
70
1 042
='
"
57
>6
?
(.
#@A@&
2(
d. Surah Al-Isra : 23
, < ;8 D
4 :-
#I$& 9 * !
C/
*
3
67G8
, 'H.
-(.
E5F
B+
59*
.1
,1
?N> AG'
* /
'
7JE
L @
? J"K
71
2. Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada
ibu bapak. Dan tidak boleh mematuhi orang tua yg kafir kalau mengajak
kepada kekafiran. Allah berfirman:57
a.Surah Al-Ankabut: 8
1 ? <
B A
?@
D
#<&
(. %:
S@B+8!
(@
LM
> P 1
?(6.
(Artinya : kami diwajibkan manusia berbuat) kebaikan kepada dua orang ibubapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 8)
b. surah Al-Ahqaf: 15
C 0K
K N>
(+ $57 B (+
DT B
. DT $57/ C
(1
K + 8
$56 3 AG J * / F
? P I8
N>
(
LM
E
KC4
1 . B2 8
N<H
1 'D
57
> O
O
. #@A&
NU%
Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan
57
72
kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya
aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". (Surah Al-Ahqaf: 15)
% ?K
P 8
, K + 8
N>
LM
> P B
#@R& Q
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS. Al-luqman: 14)
b. Surah Luqman: 15
?
?(6. 1 ? < %
(. %:
8V@B+8!
(@
B A
> P :0 1 > P G +
?@
O
F N-.
+F
#@A&
73
K
Y Q6 F
* O K8
,
$56+ (.
4
67G8
J*
)B
C: % X
Artinya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis
bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat
sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah
seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah
adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orangorang dahulu belaka. (QS. Ahqaaf ayat: 17)
74
anakanak
dalam
segala
kesempatan
tidak
lupa
berdoa
memohonkan rahmat dan berkah allah bagi orangtua mereka dengan berkata :
ya Allah berilah rahmat kepada ayah ibuku sebagaimana mereka telah
memeliharaku sejak kecil.
Sebegitu tegasnya perintah untuk berbakti kepada orang tua disampaikan
Al-Quran secara mengesankan. Perintah tersebut sungguh tersusun dengan sangat
indah sehingga terjemahnya pun tidak bisa menggambarkan kemesraan hubungan
orang tua sebagaimana ditunjukkan bahasa Al-Quran. Perintah berbuat baik
kepada orang tua dan menyebutnya setelah jangan menyembah kepada selain
Allah, ujar Prof. Dr. Hassan Hathout dalam bukunya Revolusi Seksual
Perempuan : Obstetri dan Ginekologi dalam Tinjauan Islam (1994: 147),
sungguh sangat mengesankan. Kelembutan dan kasih sayang dalam memelihara
mereka, digambarkan secara indah dengan cara merendahkan diri dengan penuh
kasih sayang dalam tesk Al-Quran aslinya yang berbahasa Arab, ayat ini
diungkapkan dengan gaya sastra yang demikian manis yang tidak mungkin
didekati oleh bahasa terjemahan.60
Itulah Al-Quran, yang jika kita baca secara terus menerus akan
menimbulkan kesan yang semakin mendalam. Romantisme yang di usung AlQuran dalam menggambarkan interaksi antara anak dengan orang tua tidak dapat
ditandingi oleh kalimat yang dikarang sang maestro sastra manapun. Diawali
dengan perintah mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah, Allah
merangkainya dengan perintah berbuat baik kepada orang tua sampai mereka
lanjut usia, ketika mereka telah beruban dan berada dalam keadaan yang lemah,
ketika tenaga mereka tidak lagi sekuat saat mereka muda dan sangat khawatir jika
anak-anaknya tidak berbakti kepadanya. Anak di larang berkata uf da
75
membentak. Sebaliknya, anak diajak untuk berkata dengan kata yang mulia dan
berdoa seraya mengingat-ingat memori masa kecilnya dulu yang penuh dengan
kenangan indah bersama orang tua karena tidak mungkin ia memiliki rasa benci
kepada orang tuanya, dan coba renungkanlah surah Al-Isra:23.61
Begitulah kesan yang ditimbulkan Al-Quran, sampai-sampai Umar bin
Khattab yang terkenal berwatak paling keras dan pernah menjadi musuh Islam,
masuk Islam karena mendengar lantunan ayat-ayat Al-Quran dari adik
perempuannya. Kalimat-kalimat Al-Quran ini pula, baik dari segi susunan ayat
maupun isinya, yang membawa sejumlah tokoh barat masuk Islam.
Di dalam Al-Quran, sangtlah tegas dalam memerintah untuk berbakti
kepada orang tua sering di sampaikan, tetapi hanya beberapa ayat saja yang
memerintahkan orang tua berbuat baik untuk anaknya.
Berkaitan dengan hal itu, Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zilal AlQuran
depan, di mana selalu tercipta generasi generasi baru, bukan kepada generasi
yang telah berlalu (Sayyid Quthb, 1967: 5/15: 25). Dengn kata lain, pada
hakikatnya semua manusia yang ada di muka bumi ini adalah anak dari orang
tua-orang tua terdahulu yang akan terus melahirkan keturunan lagi di masa yang
akan datang sampai kiamat. Bukankah kita putra-putri dari bapak dan ibu yang
sama? Dengan demikian, ayat tersebut berlaku secara umum bagi seluruh umat
manusia.
Selain itu, hal ini karena potensi membangkang, menolak, atau melupakan
orang tua lebih tinggi pada diri anak. Sebaliknya, orang tua telah memiliki naluri
menyayangi anaknya tanpa batas. Hati orang tua telah di karuniai fitrah untuk
mencintai anak-anaknya. Perasaan cinta tersebut tertanam dalam jiwa, sehingga
tanpa rasa terbebani, mereka mau mengasuh bayi sampai menjadi manusia
60
Muhammad Muhson, Nasehat Bapak Untuk Seorang Anak, (Jakarta : Gema Insani,
2002), hlm. 26
61
Quraish Shihab, Secerca Cahaya Illahi, (Bandung : PT. Mustaka, 2007), hlm. 110
76
Fatimah Umar Nasif, Women In Islam, (Jakarta : CV. Cendekia Sentra Muslim, 1999),
77
kesungguhan, keseriusan
menafsirkan ayat-ayat al-Quran agar hasil tafsir tersebut dapat mudah di pahami
dan bisa diterima masyarakat pada umumnya, maka dari itu para mufasir dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Quran selalu menggunakan bahasa yang mudah di
pahami dan tidak berbelit-belit. Hal ini dilakukan karena dengan menggunakan
bahasa yang mudah di pahami oleh masyarakat, akan mengakibatkan masyarakat
menjadi tidak sulit dalam memahami penafsiran keduanya itu. Dan dalam
penulisan tafsir Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy, kedua mufasir tersebut telah
menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan mudah di mengerti. Sehingga
sampai sekarang ini kedua mufasir itu masih banyak sekali tanggapan yang positif
dari masyarakat.
Kedua mufasir itu mempunyai persamaan yaitu terdapat pada metode dan
corak. Dan keduanya menggunakan metode tahlili dan corak al-Adabi al-Ijtimai (
kebudayaan masyarakat), tetapi disisi lain terdapat perbedaan yaitu pada tafsir AlAzhar juga menggunakan metode ijmali yaitu menjelaskan ayat-ayat Al-Quran
secara singkat tapi mencangkup, dengan bahasa populer mudah dimengerti dan
enak dibaca.63
hlm. 228
63
Ali Hasan, Sejarah Dan Metodologi Tafsir, (Jakarta : Gramedia, 1994), hlm. 29
78
79
Dan yang perlu di garis bawahi dari persamaan kedua mufasir dalam
menganalisis dan menginterpretasikan ayat-ayat al-Quran dengan menggunakan
metode dan sistem penafsiran yang sama dengan ulama terdahulu dalam bidang
tafsir, disini beliau menggabungkan dua metode, metode tahlili dan ijmali. Dalam
tafsir keduanya beliau memelihara sebaik-baiknya hubungan antara naqli dan akal
penafsiran tidak hanya mengutip atau menukil dari mufasir terdahulu tetapi juga
meggunakan tinjauan dan pengalaman sendiri. 65
Dan keduanya termasuk dalam tafsir yang tergolong kedalam jenis tafsir
al-Adabi al-Ijtimai atau corak sastra budaya kemasyarakatan yaitu tafsir yang
menunjukkan petunjuk-petunjuk ayat-ayat al-Quran yang berkaitan langsung
dengan kehidupan masyarakat, dan mencerminkan keadaan sesuai dengan latar
belakang lingkungan sosial yang melingkupi kehidupan mufasir.
2. Perbedaan Penafsiran Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy terhadap ayat-ayat
tentang berbakti kepada orang tua
Bagi penafsiran Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy
dalam Tafsir An-Nur yang berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat tentang berbakti
kepada orang tua, kedua mufasir ini mempunyai perbedaan tersendiri dalam
menafsirkannya. Dan perbedaan penafsiaran terhadap ayat-ayat tentang berbakti
kepada orang tua terlihat begitu mencolok sekali. Hal ini disebabkan karena kedua
telah memiliki metode dan corak tafsir yang berbeda, namun penulis mencoba
untuk menilai pendapat kedua penafsir tersebut.
Sedangkan menurut penafsiran Hamka terhadap ayat-ayat tentang berbakti
kepada orang tua dengan tegasnya, singkat, cenderung lebih simple, praktis, dan
menggunakan metode ijmali dan corak al-Adabi al-Ijtimai ( kebudayaan
masyarakat) yaitu menjelaskan ayat-ayat Al-Quran secara singkat tapi
mencangkup, dengan bahasa populer mudah dimengerti dan enak dibaca.
Contohnya dari pendapat penafsiran Hamka menurutnya, untuk dasar
kehidupan, menjadi ummat islam yang hidup dan bersemangat, teguhkanlah ibdat
65
Abd. Jalal, Pelopor Pembaharuan Pemikiran Islam, (Harian Waspada, 6-8 September
80
kepada Allah yang satu, dan jangan sekali-kali diperserikatkan yang lain atau
kamu mempersekutukan-Nya. Maka setelah demikian teguh hubungan ke tuhan
Allah, lanjutkanlah hubungan kebawah yaitu kepada sesama manusia, dimulai dari
yang paling dekat. Sepertihalnya cara berbuat baik kepada orang tua hendaknya
berlaku baik. berkewajiban berperilaku baik kepada kedua orang tua. Hal ini
dapat dilihat dengan di ulang-ulangnya perintah tersebut tentang ayat-yat berbakti
kapada kedua orang tua. Bahkan secara tegas perintah berbakti kaepada kedua
orang tua tersebut sering digandengkan dengan kalimat larangan menyembah
selain Allh SWT (musyrik) atau digandengkan dengan kalimat perintah
mensyukuri nikmat-nikmatnya. Perihal tersebut dapat dipahami bahwa berbuat
baik kepada kedua orang tua
81
taranya. Maka dari itu sudah menjadi kewajiban si anak untuk membalas budi
baik kepada kedua orang tuanya.
Untuk menentukan metode apa yang di gunakan oleh Hasbi Ash-Shiddieqy,
harus diketahui dulu motivasi dan sumber-sumber dalam penafsiran An-Nur. Pada
kata pengantar Tafsir An-Nur, beliau mengatakan :
Indonesia membutuhkan perkembangan tafsir dalam bahasa persatuan
Indonesia, maka untuk memperbanyak lektur Islam dalam masyarakat Indonesia
dan untuk mewujudkan suatu tafsir yang sederhana yang menuntun para
pembacanya kepada pemahaman ayat dengan perantaraan ayat-ayat itu sendiri.
Sebagaimana Allah telah menerangkan ; bahwa Al-Quran itu setengahnya
menafsirkan yang setengahnya, yang meliputi penafsiran-penafsiran yang diterima
akal berdasarkan pentakhwilan ilmu dan pengetahuan, yang menjadikan intisari
pendapat para ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diisyaratkan
Al-Quran secara ringkas. Dengan berharap taufiq dan inayah yang maha pemurah
lagi maha penyayang, kemudian dengan berpedoman kepada kitab-kitab tafsir
yang mutabar, kitab-kitab hadits yang mutamad, kitab-kitab sirah yang terkenal.
Saya menyusun kitab tafsir in dengan saya namai An-Nur.66
Melihat ungkapan diatas, terlihat bahwa motivasi Hasbi Ash-Shiddieqy
sangat mulia yaitu untuk memenuhi hajat orang Islam di Indonesia untuk
mendapatkan tafsir dalam Bahasa Indonesia yang lengkap, sederhana dan mudah
dipahami. Sumber yang beliau gunakan dalam menyusun tafsir An-Nur adalah :
6. Ayat - ayat Al-Quran;
7. Hadits-hadits Nabi yang sahih;
8. Riwayat-riwayat Shahabat dan Tabiin;
9. Teori-teori ilmu pengetahuan dan praktek-praktek penerapannya;
10. Pendapat Mufassir terdahulu yang terhimpun dalam kitab-kitab tafsir
Mutabar.
66
82
kata
pengantar kitab
tafsir
an-Nur
beliau
menyatakan
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep berbakti kepada orang tua menurut al-Quran
Al-Quran menegaskan, bahwasanya untuk berbakti kepada orang tua
itu merupakan sesuatu kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua,
Bukti utama, bahwa berbakti kepada orang tua merupakan salah satu
ajaran islam yang paling tinggi setelah iman kepada Allah SWT. Dan
firman Allah SWT yang tertuang dalam Al-Quran, Dengan kuatnya
kewajiban itu, Allah mengulang-ulang perintah untuk berbakti kepada
kedua orang tua dengan tegasnya, setelah perintah beribadah kepada-Nya.
Adapun ayat-ayat yang menegaskan untuk berbakti kepada kedua orang
tua, yaitu surah Al-Baqarah ayat : 83, An-Nisa : 36, Al-An-am : 151, dan
Al-Isra : 23, ada surah lain yang mengandung perintah langsung untuk
berbakti kepada orang tua, yaitu surah Al-Ankabut : 8 dan Al-Ahqaf : 15.
Al-Quran memperkenalkan konsep berbakti kepada kedua orang
tua dengan istilah ihsan dan husn. Dua kata itulah yang ditampilkan oleh
Al-Quran untuk menjelaskan perintah berbakti kepada kedua orang tua,
dengan rincian lima ayat untuk kata ihsan dan satu ayat untuk husn. Maka
perhatikanlah surah Al-Baqarah: 83, An-Nisa: 36, Al-Anam: 151, Alisra: 23, dan Al-Ahqaf: 15, untuk menemukan kata ihsan, dan perhatikan
pula surah Al-Ankabut: 8 untuk menemukan kata husn.
Sebagaimana yang disebutkan diatas, berkaitan ketegasan ayat-ayat
terhadap perintah untuk berkewajiban berbakti kepada kedua orang tua,
yang menunjukan himbauan secara serius kepada semua manusia (bani
adam) agar senantiasa untuk berpilaku baik kepada kedua orang tua.
2. Sebagaimana persamaan dan perbedaannya penafsiran Hamka dalam
TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid
An-Nur terhadap ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua adalah :
84
85
a. Persamaan Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan ayatayat tentang berbakti kepada orang tua, yaitu :
Adanya Persamaan penafsiran Kedua tokoh tersebut dengan rincian
lima ayat untuk kata ihsan dan satu ayat untuk husn. Maka perhatikanlah
surah Al-Baqarah: 83, An-Nisa: 36, Al-Anam: 151, Al-isra: 23, dan AlAhqaf: 15, untuk menemukan kata ihsan, dan perhatikan pula surah AlAnkabut: 8 untuk menemukan kata husn. Dan Manurut penafsiran kedua
tokoh tersebut dengan menghimbau dan mempertegas bahwasannya Allah
SWT, tegas memerintahkan untuk berbuat baik (ihsan, kebajikan) kepada
kedua orang tua, dari kesungguhan, keseriusan taat, tunduk dan patuh
kepada keduanya, atau berlaku lebih baik (ihsan) dengan memenuhi segala
hak-haknya, dan jangan mengecewakan hati keduanya.
b. Perbedaannya Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan
ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua adalah :
Penafsiran Hamkalah yang sesuai dengan metode dan corak dalam
bidang keilmuan penafsiran, dan yang jelas tidak keluar dari ketentuanketentuan yang telah beraku dibidang keilmuan penafsiran. Beliau
menafsirkan dimulai dengan terjemahkan ayat-ayat ke dalam bahasa
indonesia yg simpel, praktis dan mudah dipahami, kemudian menguraikan
nya mengenai munasabah ayat dengan ayat sebelumnya, dilanjutkan
penjelasan tentang asbabul nuzul (jika ditemui pendapat atau naq yang
menjelaskan hal itu), contohnya tentang ayat peralihan qiblat dari bait alMaqdis ke Kabah.
Sedangakan menurut Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan
dimulai dengan terjemahkan ayat-ayat ke dalam bahasa indonesia yg indah
simpel, praktis dan mudah dipahami, menafsirkan ayat dengan didukung
oleh ayat yang lain, hadits, riwayat shahabat dan tabiin serta penjelasan
yang ada kaitannya dengan ayat tersebut dan tahapan ini diberi judul
Tafsirnya, dan kesimpulan (intisari dari kandungan ayat yang diberi
judul kesimpulan).
86
penekanan
pada
bidang tertentu,
sebab
membahas
dengan
Kepada para pemikir dan ilmuwan, khususnya para ahli dan peneliti ilmu
tafsir, hendaklah tetap mempunyai semangat yang besar dalam
menjalankan tugasnya, karena masyarakat sangat membutuhkan buah
pikiran kita semua, diharapkan dengan itu semua masyarakat tidak lagi
mempunyai kebimbangan dalam memahami maksud dan tujuan al-Quran.
Dengan buah pikiran yang dapat dipahami oleh masyarakat dengan mudah
diharapkan tentang isi dan kandungan al-Quran sebagai pedoman dalam
rangka menghadapi hidup di dunia
b.
87
tentang arah dan tujuan yang dikehendaki oleh al-Quran yang semestinya.
c.
C. Penutup
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat karunia dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis
selama menjalankan kehidupan ini, hanya dengan pertolongan, dan ridhai
Allah SWT akhirnya penulisan skripsi sederhana ini dapat terselesaikan.
Penulisan skripsi ini merupakan langkah awal dalam penelitian ilmiah
penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tentunya masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu tiada gading yang tak retak dan tiada
manusia yang tak pernah berbuat salah dan dosa. Oleh karenanya saran, kritik
dan masukkan yang bersifat konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan
demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.
Akhirnya tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Hanya kepada Allah SWT penulis berdoa semoga semua pihak
tanpa disebut namanya, mendapatkan balasan yang baik dan setimpal. Semoga
karya ini bermanfaat bagi kita semua dan tentunya selalu mendapat Hidayah
dan Maqfirah dari Allah Rabbul Izzaty, Amin.
88
DAFTAR PUSTAKA
Arifudin, Muhammad. Duhai Anakku, Buana Pustaka : Sidoarjo, 2009.
Al-Hazimiy, Ibrahim. Keutamaan Birrul Walidain. Qitshi Press : Jakarta Timur.
2004
Hamazah, Karimah. Islam Berbicara Soal Anak. Gema Insani Press : Jakarta.
1993
Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahan. Toha Putra : Semarang. 1995.
Hasyim, Umar. Anak Shaleh. Bina Ilmu : Surabaya. 1980.
Shalih Al Munajjid, Muhammad. Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga. Darul
Haq : Jakarta. 1994
Shihab, Othman. Pintu-pintu Kesalehan Perjalanan Ruhani Menggapai
Kebahagiaan Sejati. Hikmah PT. Mizan Publika. 2007.
J Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . PT .Remaja Rosda Karya.:
Bandung. 2004
Sofwan, Ridin. Pedoman Penulisan Skripsi.Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo
: Semarang. 1993.
Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rakerasih : Jakarta. 1993.
Badah, Nasruddin. Metodologi Penafsiran Al Quran. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta. 1998.
Farmawi, Hayy, Metode Tafsir Mandhani, Suatu Pengantar, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1996.
Nor Ikhwan, Muhammad, Memasuki Dunia Alquran , Jakarta : Lubuk Raya,
2001
Ilyas, Yunahar, Lc. MA, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2006
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1985.
Hasyim, Umar, Anak Shaleh, Surabaya : Bina Ilmu, 1980.
Izzuddin al-Bayanni, Ahmad, Pendidikan Anak Menurut Islam, Jakarta : Pustaka
Amani, 1987.
89
90