Anda di halaman 1dari 102

i

ii

ii

iii

iii

iv

iv

vi

vi

vii

vii

viii

viii

ix

ix

xi

xi

xii

xii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, tentu banyak perubahan terhadap pola
kehidupan bermasyarakat kita, contoh kecil pola kepatuhan anak kepada
orang tua saat ini, dengan bermacam kemajuan teknologi (yang cenderung
memebuat manusia hidup dalam keterasingan), lebih tidak taat kepada orang
tuanya. Mereka lebih asyik bercengkerama dengan orang lain melalui e-mail,
friendster, facebook, dan sebagainya. maka hubungan manusialah yang
diperbaiki, adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sepertihalnya
di lingkungan keluarga saja, yang berada pada masa transisi mempengaruhi
tingkat kesenjangan komunikasih anak dengan orang tua. Maka yang sangat
menentukan dalam suatu keluarga itu adanya terjalin komunikasi yang baik
antara orang tua dan anak, lalu terbentuklah kepribadian manusia yang bik,
dan bermartabat. Lalu sifat baik tersebut di praktekkan dalam keluarga,
bermasyarakat pada umunmnya, khusunya dirinya sendiri. Dan pentingnya
lagi dalam kehidupan ini membentuk kepribadian dan sifat orang baik dari
yang terbaik dilingkungan keluarga atau pun bermasyarakat.1
Apabila pertumbuhan dan kemakmuran keluarga dipentingkan,
diperhatikan, niscaya akan menumbuhkan keluarga yang sejahtera dan
harmonis. Apabila keluarga tersebut didirikan atas dasar agama yang kuat,
sehingga agama menjadi faktor yang terpenting di dalam pendidikan
keluarga. Di mana sekarang ini banyak yang kurang memberikan didikan
keagamaan kepada anak-anaknya. Walaupun orang tua memberikan fasilitas
lengkap terhadap anak-anaknya tanpa adanya suatu dasar agama yang kuat,
hal itu akan mengakibatkan kurangnya perhatian dari orang tua. Oleh karena
itu banyak anak yang mengalami stres, frustasi dan berbagai macam

Muhammad Arifudin., Duhai Anakku, Buana Pustaka, Sidoarjo, 2009, hlm. 1

gangguan jiwa yang dapat menghancurkan anak.2 Bahkan tidak sedikit anakanak mereka yang menjadi pencandu narkotika dan minuman keras.
Dari fenomena tersebut dapat diambil suatu hikmah bahwa
sesungguhnya pemenuhan kebutuhan dan pembinaan anak bukan hanya dari
segi material saja tetapi kebutuhan rohanipun dipenuhi. Sehingga anak tidak
menyimpang dan berbuat semaunya terhadap orang tua. Sebagaimana wasiat
Rasulullah SAW, yang berbunyi: Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah
3

akhlak mereka.

Kemudian tidak hanya orang tua saja yang berperan dalam hal ini,
akan tetapi anak juga harus menuruti dan mentaati segala perintah-perintah
orang tuanya. Karena itu merupakan suatu kewajiban seorang anak yang
patuh terhadap orang tuanya. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah di
dalam al-Quran. Hal ini dapat dilihat dalam surat An-Nisa ayat 36, yang
berbunyi :

#$%&

"

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu-bapak,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
4
membangga-banggakan diri
Oleh sebab itu di dalam suatu keluarga hendaklah adanya timbal balik
antara satu dengan yang lain, kemudian saling menjaga antara sesama di
2

8
hlm.49
124

Ibrahim al-Hazimiy, Keutamaan Birrul Walidain, Qitshi Press, Jakarta Timur, 2004, hlm,
3 Karimah Hamazah, Islam Berbicara Soal Anak, Gema Insani Press, Jakarta, 1993,
4 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahan, Toha Putra, Semarang, 1995, hlm.

dalam keluarga itu sendiri. Sebagimana Firman Allah dalam surat At-Tahrim
ayat 6, yang berbunyi:
/ 0

'. % -

$
#%&

,# *

)23

("

"+

" (

)
!#

'(!
&1'

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
5
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Sejalan dengan perintah di atas, maka wajib bagi seorang anak untuk
berbakti dan menjaga nama baik keluarga terutama orang tua. Janganlah
sampai anak membangkang, itu suatu dosa dan merupakan kedurhakaan. Di
dalam hal ini tidak hanya faktor keteledoran orang tua mendidik anaknya,
tetapi ada banyak hal yang menyebabkan kedurhakaan seorang anak terhadap
kedua orang tuanya, diantara lain :
1. Karena terpengaruh harta dan kedudukan
2. Karena keturunan
3. Karena kepentingan dirinya sendiri
6

4. Karena pengaruh lingkungan.

Di samping itu pula masih banyak hal-hal yang menyebabkan


kurangnya kebaktian anak terhadap kedua orang tuanya. Dilihat dari
kenyataan di atas serta didukung dengan berbagai landasan, dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban
utama, begitu pula berhubungan baik dengan Allah SWT dan berbuat durhaka
kepada keduanya merupakan dosa besar.
Islam mengibaratkan hubungan keluarga sebagai benih yang mampu
menumbuhkan hubungan interaksi antara manusia yang satu dengan yang
5 Ibid, hlm. 950
6 Umar Hasyim, Anak Shaleh, Bina Ilmu, Surabaya, 1980, hlm. 60

lain. Karena itu keluarga merupakan unit terkecil dari sekelompok


masyarakat dan itu merupakan benih utama untuk terwujudnya kehidupan
sosial yang baik. Apabila keadaan keluarga baik, maka insya Allah akan baik
pula dalam hubungan lingkungan masyarakat yang dibentuknya juga atau
sebaliknya, apabila unsur-unsur pembentukan keluarga yang rusak, maka
akan rusak pula keadaan masyarakat yang dibentuknya, dan pentingnya lagi
dalam hubungan suami istrilah yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pendidikan anak yang akan dididiknya demi masa depan, dan kelangsungan
peradaban umat manusia yang akan datang.7
Orang tualah yang memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Setiap
anak memiliki kewajiban untuk berbuat baik terhadap kedua orang tuanya.
Kasih sayang yang tulus yang diberikan orang tua tidak akan mampu dibayar
dengan uang oleh seorang anak. Karena itu, kasih sayang, perhatian, dan
pengorbanan orang tua harus dibalas dengan kebaikan, kasih sayang, dan
pengorbanan serupa, meski tidak sebanding. Islam mengenal dua macam
orang tua yang harus dihormati, yakni orang tua biologis yang telah
melahirkan kita dan orang tua ruhani yang telah mengantarkan kita menuju
pengenalan terhadap Allah SWT.
Fenomena yang terjadi di zaman sekarang, banyak anak yang berbuat
jahat terhadap kedua orang tuanya, bahkan ada yang tega membunuhnya
karena hal-hal yang sepele. Padahal, kejahatan terhadap mereka merupakan
dosa besar yang sangat dibenci Allah SWT. Tuhan mengancam akan memberi
adzab yang berat, baik di dunia maupun di akhirat. Kita mesti menghindari
paham liberal yang merusak pola kekerabatan keluarga yang menyerang
generasi kita sekarang ini. Melalui tayangan film, iklan, media masa, internet
dan sebagainya memungkinkan generasi kita tercemari oleh gaya hidup yang
tidak menghargai tingginya kedudukan orang tua di hadapan anaknya, dengan
melalui pergaulan, dan pola gaya hidup non Muslim tersebut, seringkali anakanak kita terpengaruh dengan mudah, sehingga menjadikan mereka
7

Muhammad
Jakarta, hlm.29

Shalih Al Munajjid, Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga, Darul Haq,

membangkang perintah orang tua, tidak sopan, dan berlaku tidak senonoh.
Miskinnya perhatian orang tua terhadap masalah ini akan semakin
mempermudah sang anak merusak tata nilai keluarga Islam.
Islam menempatkan kedudukan orang tua pada tempat yang terhormat
dalam al-Quran. Kedua orang tua menempati posisi penting dalam hidup ini
setelah Allah SWT dan Rasul-Nya. Perlakuan dan ucapan terhadap orang tua
merupakan pintu keberkahan maupun kesulitan bagi seorang anaknya. Jika
anak berbakti dan memperlakukan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang
Allah SWT perintahkan, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan
hidup pada anak tersebut. Tetapi sebaliknya, jika seorang anak durhaka
terhadap ibu bapaknya, maka Allah SWT tak segan-segan menyulitkan jalan
hidupnya. Rasulullah mengingatkan bahwa, keridhaan Allah terletak pada
keridhaan orang tua dan kemarahan-Nya terletak pada kemarahan orang tua.
Oleh karena itu, kewajiban kita selaku anak untuk berbuat sebaik-baiknya
terhadap kedua orang tua.

Melihat fenomena diatas, maka perlu diketahui lebih lanjut tentang


ketegasan ayat-ayat Al-quran terhadap kewajiban berbakti kepada kedua
orang tua, menurut penafsiran Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan Hasbi AshShidieqy dalam TafsirAl-Quranul Majid An-Nur karena kedua tokoh ini
dalam menafsirkan ayat-ayat meggunakan metode dan corak yang tidak
berbeda tetapi keduanya memerlukan ijtihad, yaitu mengerahkan, pikiran
dalam memahami ayat-ayat tentang kewajiban berbakti kepada kedua orang
tua, memerlukan suatu rangkaian ilmu yang layak. Dengan kemampuan daya
berpikir luas dan benar-benar mencari kebenaran dari segi sudut pandang
keilmuan. Demikian tentunya akan memunculkan sebuah penafsiran ayat
yang berbeda, tentang maksud dan tujuan kandungan ayat-ayat Al-Quran di
dalamnya, karena pemikiran kedua tokoh tersebut sangat bervariatif, sehingga
akan menimbulkan produk pemikiran yang berbeda pula. Kedua tokoh Juga
mengawali proses penafsiran di Indonesia dengan meggunakan bahasa yang
8 Othman Shihab, Pintu-pintu Kesalehan Perjalanan Ruhani Menggapai Kebahagiaan
Sejati, Hikmah PT. Mizan Publika, 2007, hlm. 108-112

mudah di mengerti dan praktis secara global, sehingga banyak karya kedua
tokoh dijadikan sebagai bahan rujukan dalam berbagai hal. Atas
pertimbangan dan alasan di atas mengilhami penulis untuk menyusun skripsi
ini dengan judul : Berbakti Kepada Orang Tua Menurut Penafsiran
Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam TafsirAlQuranul Majid An-Nur (Study Komparatif )
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakng masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam kajian ini adalah :
1. Bagaimana konsep berbakti kepada orang tua menurut al-Quran ?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaannya penafsiran Hamka dalam
TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid
An-Nur terhadap ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi
Sebagaimana dalam setiap penelitian sudah barang tentu harus
mempunyai nilai kemanfaatan pada penelitian ini, diharapkan juga
mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui konsep berbakti kepada orang tua menurut Al-Quran.
b. Untuk mengetahui bagaimana kesamaan dan perbedaan penafsiran Hamka
dan Hasbi Ash-Shiddirqy terhadap ayat-ayat tentang berbakti kepada
orang tua.
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengetahuan penulis, didasarkan dari studi pustaka, harus
diakui ada beberapa karya ilmiah yang mengkaji masalah tentang konsep
berbakti kepada orang tua menurut Al-Quran, buku yang di maksudkan
diantaranya adalah Hamka dalam TafsirAl-Azhar, dan Hasbi Ash-Shiddieqy
dalam TafsirAl-Quranul Majid An-Nur. Adanya beberapa karya ilmiah yang
mengkaji berbakti terhadap orang tua, maka di bawah ini penulis akan
memaparkan beberapa kajian yang telah diteliti oleh penelitian lain yang akan

nantinya untuk dijadikan landasan teori dan sebagai perbandingan dalam


mengupas berbagai permasalahan ini. Diantaranya penulis paparkan sebagai
berikut :
Buku yang berjudul Keutamaan Birrul Walidayn sebuah buku yang
dicetak dari Qishi Press, Jakarta, 2001. Dalam buku ini, banyak
megungkapkan pandangan karya ilmiah yang di tulis Ibrahim Al-Hazimiy,
bahwasannya ada banyak didalam karyanya mencoba mengungkapkan derajat
seorang hamba di sisi Allah SWT, dan ketaatan berbakti kepada kedua orang
tua. Yang sangat ditentukan oleh usaha yang sungguh-sungguh dari sang
hamba untuk mendekat kepada-Nya, pada sisi lain, buku ini mengajak kita
semua

pada umumnya, dan khususnya diri sendiri

untuk menyaksikan

betapa besarnya manfaat dan hikmah dibalik ketaatan berbakti kepada kedua
orang tua. Yang pasti, dibalik buku ini terdapat banyak hal yang dapat
menjadi modal hidup kita untuk meraih kebahagian dunia dan akhirat yang
hakiki.
Sedangakan dalam buku Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua,
sebuah buku yang di tulis oleh Syafruddin Mahmud, di cetak oleh Subulus
Salam Press, Bekasi, 2007. Dalam buku ini mencoba untuk mengungkapkan
pandangan berpendapat tentang ketegasan

ayat-ayat Al-Quraan dan

pentingnya agama Islam tentang bagaimana seorang anak harus berbakti


kepada orang tua. Islam juga mengajarkan bagaimana menjadi anak yang baik
bagi bangsa dan Negara.
Di dalam bukunya Muhammad Arifudin tentang mendidik anak agar
tidak durhaka yg berjudul Duhai Anakku, di cetak Masmedia Buana
Pustaka,

Sidoarjo,

2009.

Dan

mencoba

mengungkapkan

fenomena

kedurhakaan anak-anak di zaman modern sekarang ini dan pada masa lalu
juga tentunya kepada orang tua mereka.
Umar Hasyim tentang Anak Shaleh,
Surabaya,

1980.

Dalam

buku

ini

di cetak oleh Bina Ilmu,

Umar Hasyim

mencoba

untuk

mengungkapkan begitu pentingnya menjadi anak shaleh karena anak shaleh


sangat berpengaruh dalam kehidupan suatu keluarga. Anak shaleh juga bisa

memberi dampak positif bagi kehidupan agama, bangsa dan Negara. Anak
shaleh juga bisa menentukan masa depan kehidupan suatu lingkungan
masyarakat.
Oleh karena itu penelitiian ini akan bersungguh-sungguh dan
berupaya mencoba untuk mengungkapakan begitu tegasnya, dan pentingnya
arti berbakti kepada orang tua karena orang tua sebagai landasan dalam
sebuah kehidupan keluarga menurut Al-Quaran. Dan untuk menghasilkan
kajian tersebut maka peneliti menjelaskan dengan cara dan metodologi seperti
di bawah ini.
E. Metode Penulisan Skripsi
Di dalam suatu karya tulis ilmiah ,metode merupakan peranan penting
karna metode adalah salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja
untuk dapat memahami dan mengolah obyek yang menjadi sasaran dari suatu
ilmiah yang sedang di selidiki, agar bisa terarah dan mengena pada pokok
permasalahan, maka penulis menggunakan metode dalam penulisan skripsi
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian pustaka (Library
Research) yaitu berusaha untuk mengupas secara konseptual tentang
berbakti kepada orang tua menurut Al-Quran. Dan bentuk penelitiannya
adalah penelitian kualitatif,9 yang mana jenis penelitian tersebut dengan
kajian pustaka yakni dengan cara menulis, menyajikan data, megedit serta
menganalisis. Data yg telah diambil dari berbagai sumber yang tertulis.
Adapun sumber yang tertulis telah dimaksudkan adalah merupakan bukubuku, dokumentasi dan lain-lain, berlaku pada pengetahuan humanistic
atau interpretatif yang secara teknis perkara lebih ditujukan pada kajian
teks.
9

10

Adapun objek penelitian penulis mengambil penafsiran ayat-ayat

Lexy. J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT .Remaja Rosda Karya.


2004, hlm. 4
10 Drs. Ridin Sofwan, Pedoman Penulisan Skripsi, Penerbit Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang, 1993, hlm.19

berbakti kepada orang tua menurut penafsiran Hamka dalam TafsirAlAzhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur
terhadap ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua.
Penelitian kualitataif bertujuan untuk mendiskripsikan keutuhan gejala
atau peristiwa dengan memahami makna dari segala peristiwa tersebut.
Dengan kata lain penelitian kualitatif ini juga dapat dipandang sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif yaitu berupa katakata tertulis atau satu lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati secara langsung.11
2. Sumber Data
Oleh karena itu penelitian ini telah menggunakan penelitian pustaka dan
diambil dari sumber yang tertulis sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer
merupakan sumber-sumber yang memberikan data yang langsung dari
tangan pertaman. Adapun sumber dari sumber primer dalam penelitian
ini adalah Prof.DR.Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan Hasbi AshShiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur.
b. Sumber Data Sekunder
adalah sumber yang telah diperoleh dan dibuat merupakan perubahan
dari sumber pertama, sifat sumber tersebut tidak langsung. Adapun
sumber sekunder dapat di ambil data atau dokumentasi yang lain dan
ada hubungannya dengan penelitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menentukan ayat-ayat yang berkaitan
tentang kewajiban berbakti kepada orang tua dalam Al-Quran dan juga
untuk dapat dilakukan mengidentifikasikan secara substantive. Dari
mengidentifikasikan tersebut yang terdiri dari pengertian, metode-metode
mufasir, ayat-ayat tentang kewajiban berbakti kepada orang tua dalam AlQuran, menurut pandangan dari pemikiran tokoh Prof.DR.Hamka dalam
11

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rakerasih, 1993, hlm. 51

10

TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid


An-Nur.
4. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan itu dapat di peroleh dari kesimpulan dan
maka dalam mengolah suatu data tersebut menggunakan metode sebagai
berikut :
a. Deskriptif Analisis
yaitu cara penulisan dengan mengutamakan pengamatan terhadap gejala,
peristiwa, dan kondisi actual dimasa sekarang. Skripsi ini merupakan
kajian sebuah konsep penafsiran seorang tokoh maka dengan metode ini
dapat digunakan untuk menggambarkan dan meguraikan secara
menyeluruh penafsiran tafsir Prof.DR.Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan
Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur.
b. Metode Komparatif
yaitu menafsirkan teks-teks ayat-ayat Al-Quran atau surah tertentu denga
cara membandingkan ayat dengan ayat atau ayat dengan hadits atau
antara pendapat-pendapat para ulama tafsir dengan menonjolkan segi-segi
perbedaan tertentu dengan obyek yang telah di bandingkan itu. Yang
memiliki kemiripan atau persamaan redaksi yang beragam dalam suatu
kasus yang sama-sama.dalam penelitian ini penulis menekankan pada
perbandingan dari pendapat para musafir.12
Maka metode ini dapat menghimpun sejumlah ayat-ayat Al-Quran
kemudian mengkaji dan meneliti penafsiran sejumlah tafsir yang
mengenai ayat tersebut. Corak tafsir ini mempunyai ruang lingkup dan
kajian

yang

luas.

Metode

ini

dapat

dilakukan

dengan

cara

membandingkan sejumlah ayat-ayat Al-Quran yang berbicara dalam satu

12

NAsruddin Badah, Metodologi Penafsiran Al Quran, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


1998, hlm. 65-66

11

topik masalah atau membandingkan ayat-ayat Al-Quran dengan haditshadits Nabi yang secara lahiriyah tampak berbeda.13
Dalam menggunakan metode ini, seorang mufasir dapat menempuh
langkah-langkah sebagai berikut :
a. seorang mufasir dapat mengambil sejumlah ayat-ayat Al-Quran.
b. mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat
tertentu, baik mereka itu termasuk ulama salaf maupun ulama khlaf,
baik penafsiran meraka berdasarkan riwayat yang bersumber dari
Rasulullah SAW para sahabat dan tabiin yang bersumber dari
Rasulullah SAW para sahabat dan tabiin (tafsir bil a-matsur) atau
berdasarkan rasio (tafsir bil al-ray)
c. mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan
kecenderungan-kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam
menafsirkan Al-Quran kemudian menjelaskan siapa diantara mereka
yang penafsirannya di pengaruhi oleh perbedaan maszhab diantara
mereka yang penafsirannya ditujukan untuk melegitimasi suatu
golongan tertentu atau mendukung aliran tertentu dalam islam, dan
yang terakhir memberi komentar berdasarkan apa yang tidak
makbul.14
F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun secara sistematis
dan terperinci, terdiri dari Bab dan Sub Bab yaitu sebagai berikut:
BAB I. Sebagai Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan skripsi, Tinjauan Pustaka,
Metode Penulisan skripsi, dan Sistematika Penulisan Skripsi

13

Dr. Abd. Hayy Farmawi, Metode Tafsir Mandhani, Suatu Pengantar, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 1996, hlm.30-31
14
Muhammad Nor Ikhwan, Memasuki Dunia Alquran , Jakarta : Lubuk Raya, 2001
hlm, 256-266

12

BAB II Merupakan bab pembahasan yang membahas tentang pengertian


berbakti kepada orang tua, bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua,
dan keutamaan berbakti kepada orang tua
BAB III.Landasan Teori: Merupakan bab yang membahas konsep berbakti
kepada orang tua menurut penafsiran Hamka dalam TafsirAl-Azhar
dan Hasbi As-Shiddieqy dalam TafsirAn-Nur. Dalam bab ini akan
dibahas beberapa item yaitu : Latar belakang yang meliputi biografi
Hamka dan Hasbi As-Shiddieqy dan karya-karya, latar belakang
geopolitik dan sosio historis, dan mengenai kedua penafsir dalam
menafsirkan ayat-ayat tentang berbakti terhadap orang tua menurut
al-Quran.
BAB IV.Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa analisis komparatif yang
berupa data-data yang diperoleh dari bab I bab III, dimana dalam bab
ini akan membahas tentang penegasan al-Quran terhadap kewajiban
berbakti kepada orang tua dan bagaimana penafsiran kedua tokoh
tersebut, dimana letak persamaan dan perbedaan terhadap ayat-ayat
tentang berbakti kepada orang tua
BAB V. Penutup
Dalam bab terakhir ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan,
yang mana dari hasil jawaban terhadap pokok masalah. Dari
keseluruhan upaya yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Di
samping itu penulis tak lupa memberikan saran-saran dan diakhiri
dengan harapan apa yang penulis lakukan mendapat kritik dari
pembaca sehingga dapat mendorong penulis untuk bisa meningkatkan
kualitas yang lebih baik.

BAB II
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA MENURUT Al-QURAN
E.

Pengertian Bebakti Kepada Orang Tua


Birrul walidain terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru atau albirru artinya kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak.
Jadi birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua.
Semakna dengan birrul walladain, Al-Quran Al-Karim menggunakan istilah
15

ihsan (wa bi al-walidaian ihsana). Berbakti menurut kamus bahasa


Indonesia adalah berbuat baik kepada seseorang baik itu sahabat atau orang
tua.

16

Menurut Umar Hasyim berbakti ialah: Berbuat ihsan kepadanya


dengan menyelesikan yang wajib atas sang anak terhadap orang tua, baik
17

dalam segi moral maupun spiritual dan yang sesuai dengan ajaran Islam.

Menurut lughah (bahasa), al-Ihsan berasal dari kata ahsanu-yuhsinu-ihsanan.


Dan kata ihsan artinya kebajikan, kebaikan secara universal, sedangkan yang
dimaksud dengan ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua
orang tua yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya. Menurut
Ibnu Athiyah, kita wajib juga mentaati keduanya dalam hal-hal yang makruh,
harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa
yang dilarangnya.
Sedangkan menurut Ahmad Izzuddin al-Bayunni berbakti adalah:
berbuat baik kepada keduanya, melaksanakan hak-hak keduanya, selalu
mentaati keduanya dalam hal yang bukan merupakan pendurhakaan kepada
Allah SWT, menjauhi segala yang mengecewakan keduanya dan melakukan
perbuatan yang diridhainya.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa berbakti itu adalah suatu
perbuatan yang menjurus kepada hal-hal yang baik dan tidak untuk dilakukan

15 Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. MA, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2006), hlm. 147
16 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm.
79
17 Umar Hasyim, Anak Shaleh, (Surabaya : Bina Ilmu, 1980), hlm. 22

13

14

dengan pelanggaran, sehingga menimbulkan ketentraman pada diri serta hati


seseorang.18
Anak harus berbakti kepada orang tuanya, itu adalah hukumnya wajib,
dan bila tidak berarti ia berdosa karena melanggar kewajiban tersebut. Di
dalam al-Quran telah banyak diterangkan mengenai hal berbakti terhadap
orang tua, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Walaupun tidak
diperintah untuk mengasihi anak, otomatis orang tua mengasihi anaknya.
Seorang ayah, apalagi seorang ibu, amat sayang kepada anaknya. Mereka
sanggup bekerja bersusah payah siang dan malam membanting tulang,
mencurahkan tenaga dan fikirannya. Semua itu demi kemaslahatan dan masa
depan anaknya.
Islam sangat menjunjung tinggi perbuatan bakti kepada orang tua.
Akan tetapi, berbakti kepada orang tua ada batasnya, yakni selama perbuatan
bakti tersebut tidak melanggar ketentuan yang telah di gariskan allah SWT,
baik yang telah dijelaskan dalam Al-Quran dan hadist. Misalnya, jika orang
tua memaksa anak untuk berbuat syirik atau melakukan kejahatan maka
perintah orang tua tersebut wajib ditentang, namun ingat, harus dengan cara
yang baik agar mereka tidak tersinggung.
Dan bukti utama bahwa berbakti kepada orang tua merupakan salah
satu ajaran islam yang paling tinggi setelah iman kepada Allah SWT adalah
firman Allah SWT yang tertuang dalam Al-Quran. Dengan tegasnya
kewajiban itu, Allah mengulang-ulang perintah berbakti kepada orang tua
setelah perintah beribadah kepada-Nya dalam beberapa ayat. Ketegasan ayatayat berbakti kepada oarng tua, yang dengan jelas menyebutkan dua perintah
itu secara beriringan, yaitu surah Al-Baqarah: 83, An-Nisa: 36, Al-Anam:
151, dan Al-Isra: 23. perhatikan bunyi ayat-ayat tersebut di bawah ini.

92

18 Ahmad Izzuddin al-Bayanni, Pendidikan Anak Menurut Islam, ( Jakarta : Pustaka Amani, 1987), hlm.

15

%:

. ' 0 - !/

)7 %, $56 4 +

-(.

+
.) -

&$

+# *

8 9

#<$& ; 1* (+ : +

8 ) (1 *

Artinya: dan (ingatlah),ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil


(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (QS AlBaqarah: 83)

#$%&

"

Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil, dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS An-Nisa: 36)
8 % 8
?5

4
8

"

.
1 042

,/

8*3 + %2.+ -4
='

57

"

(. *

='
,>)
.

>6
#@A@&

?
(.

2(

Artinya: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu


oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,

16

berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi
rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun
yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(QS Al-Anam: 151)
, < ;8 D

4 :-

#I$& 9 * !

C/

3
67G8

, 'H.

-(.
E5F

B+

59*

.1

,1

Artinya : Dan tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia. (QS Al-Isra: 23)
Surah Luqman: 13,dan 14 juga menerangkan perintah itu dalam dua
ayat secara beriringan.
#@$& =: = ;:< "= D 7

:;

#D

56

K "=(

J*

Artinya: dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di


waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (QS luqman: 13)
P 8

% ?K

- ,

, K + 8

N>

LM
#@R& Q

> P B

Artinya: dan Kami perintahkakepada manusia (berbuat baik) kepada dua


orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah

17

kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah


kembalimu. (QS luqman: 14)
Adapun surah lain

yang mengandung perintah langsung untuk

berbakti kepada orang tua, yaitu surah Al-Ankabut: 8 dan Al-Ahqaf: 15.
1 ? <

B A

?@

(. %:

#<&

S@B+8!

(@

LM

> P 1

?(6.

Artinya: dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut: 8)
K

K N>

B (+
. DT $57/ C

,
$56 3

(1

AG J * / F

? P I8

K + 8
(

1 . B2 8

N>
E
N<H

LM
E

KC4
4

57
O

#@A&

NU%

> O

1 'D

C 0

(+ $57
DT B

Artinya:Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua


orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.(QS Al-Ahqaf:
15)
Al-Quran memperkenalkan konsep berbakti kepada orang tua dengan
istilah ihsan dan husn. Dua kata itulah yang di tampilkan oleh Al-Quran
untuk menjelaskan perintah berbakti kepada orang tua, dengan rincian lima
ayat untuk kata ihsan dan satu ayat untuk husn. Perhatikanlah surah AlBaqarah: 83, An-Nisa: 36, Al-Anam: 151, Al-Isra: 23, dan Al-Ahqaf: 15

18

untuk menentukan kata ihsan, dan perhatikan pula surah Al-Ankabut: 8


untuk menentukan kata husn.19
Lalu, apa sebenarnya makna ihsan atau husn dalam ayat-ayat tesebut ?
berikut penjelasannya.
Ihsan adalah berbuat kebaikan, kedermawanan, atau kemurahan hati.
Ihsan adalah puncak segala kebaikan. Ar-Ragib Al-Asfahani mengatakan
bahwa ihsan digunakan untuk dua hal, yaitu memberi nikmat kepada pihak
lain dan perbuatan baik. Kata ihsan lebih luas dari pada sekedar memberi
nikmat atau nafkah. Kata ihsan lebih tinggi dari sekedar membalas kebaikan
orang lain atau memberi sesuatu kepada orang lain. Kata ihsan lebih tinggi
dari pada adil. Sebab, adil hanyalah memberi sesuatu sesuai dengan hak
masing-masing. Oleh karena itu, hubungan anak dengan orang tua tidak bisa
dipandang sebagai sekadar usaha balas budi anak kepada orang tua atau take
and give antara anak dengan orang tua.
Ihsan berarti memperlakukan pihak lain lebih baik dari perlakuannya
terhadap kita, memberi lebih banyak dari pada yang harus kita beri. Dan
mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya kita ambil. Jadi, dalam ihsan
terdapat nilai tambah yang melampaui kadar pemenuhan kewajiban.
Implementasi ihsan ini bisa kita ambil dari surah Ali imran: 134.
Mula-mula anda harus memberi nafkah, baik ketika lapang maupun sempit,
kemudian jika dizalimi, anda menahan amarah, lalu memaafkan kesalahan
orang lain yang menzalimi anda, dan kemudian berbuat baik kepada orang
lain tersebut dengan cara sebaik-baiknya, misalnya dengan mendoakan
kebaikan untuknya.
Dalam konteks berbakti kepada orang tua, seorang anak harus
memberi sesuatu yang lebih baik dan lebih banyak dari pada yang telah
diberikan orang tua. Kriteria baik disini tentu meliputi aspek material
maupun mental. Misalnya, anak menunjukkan ekspresi senang dan berkata
denagn santun ketika mendengar orang tua memanggilnya atau mengatakan
sesuatu kepadanya. Ia tidak hanya menjawab atau menanggapi sekedarnya
19

Muhammad Arifudin, Relakah Anakmu Durhaka, (Jakarta : Inas Media, 2009), hlm. 45

19

saja, tetapi memberi respon yangg lebih baik dari pada yang dilakukan orang
tua. Dalam contoh lain, orang tua memberi ongkos kepada anak untuk belajar
diluar kota maka sang anak harus menjaga pemberian tersebut (sebagai
amanah) sebaik mungkin dengan cara belajar secara maksimal dan
mempersembahkan segala yang ia peroleh untuk orang tuanya tersebut.
Ketika sudah sukses dan memperoleh pekerjaan, anak juga harus lebih
pengertian dalam memeperhatikan kebutuhan orang tua, baik dari segi nafkah
lahir maupun batin. Jangan sampai pemberian kepada orang tua didahului
oleh permintaan maupun penderitaan orang tua.20
Jika orang tua berbuat zalim, anak tidak boleh membalas kezaliman
tersebut. Ia harus sabar dan tetap menjaga perasaan orang tua. Sabar disini
tentu bukan hanya berdiam diri saja, melainkan juga melakukan usaha agar
orang tua terbebas dari sikap zalim tersebut.
Berbakti kepada orang tua berarti menjalin hubungan baik dengan
orang tua dengan didasari cinta dan rendah diri, bukan didasari rasa takut
mendapat ancaman atau takut tidak dipenuhi kebutuhannya. Jadi, perbuatan
bakti tersebut harus bener-bener tulus untuk kedua orang tua, tidak disertai
motif-motif mencari keuntungan atau keterpaksaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, perintah untuk berbakti kepada orang
tua disampaikan Al-Quran sangat tegas, dan mengesankan. Perintah tersebut
sungguh tersusun dengan sangat indah sehingga terjemahannya pun tidak bisa
menggambarkan kemesraan hubungan orang tua sebagaimana ditunjukkan
bahasa Al-Quran . itulah Al-Quran, yang jika kita baca secara terus menerus
akan menimbulkan kesan yang semakin mendalam. Romantisme yang
diusung Al-Quran dalam menggambarkan interaksi antara anak dengan
orang tua tidak dapat ditandinggi oleh kalimat yang dikarang sang maestro
sastra manapun. Diawali dengan peritah mendekatkan diri kepada Allah
SWT, dengan beribadah. Allah merangkainya dengan perintah berbuat baik
kepada orang tua sampai mereka lanjut usia, ketika mereka telah beruban dan
berada dalam keadaan yang lemah, ketika tenaga mereka tidak lagi sekuat
20

Muhammad Hasan Rukaid, Uququl Walidain, (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 18

20

saat mereka muda dan sangat khawatir jika anak-anaknya tidak berbakti
kepadanya. Anak dilarang berkata uf dan membentak. Sebaliknya, anak di
ajak untuk berkata dengan kata yang mulia dan berdoa seraya mengingatingat memori masa kecilnya dulu yang penuh dengan kenangan indah
bersama orang tua karena tidak mungkin ia memiliki rasa benci kepada orang
tuanya.
Sebagaimana yang disebutkan diatas berkaitan dengan ayat-ayat
tentang berbakti kepada kedua orang tua, yang menunjukkan himbauan secara
serius kepada semua manusia (bani Adam) agar senantiasa untuk berperilaku
baik kepada kedua orang tua. Hal ini dapat dilihat dengan di ulang-ulangnya
perintah tersebut. Bahkan secara tegas perintah tersebut sering digandengkan
dengan kalimat larangan menyembah selain Allah ( musyrik ) atau digandeng
dengan kalimat perintah mensyukuri nikmat-nikmatnya. Perihal tersebut
dapat di pahami bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua secara tegas
hampir disamakan dengan larangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu
selain-Nya. Dan berkaitan dengan perintah bersyukur kepada kedua orang tua
yakni dengan membalas segala kebaikan (walaupun tidak akan terbalas )
dengan perbuatan yang menyenangkan keduanya sama dengan perintah untuk
syukur terhadap Allah atas segala perintah-Nya dan meninggalkan laranganNya.21
F. Bentuk-bentuk Berbakti Kepada Orang Tua
Al-Quran dan Hadits merupakan pedoman hidup manusia, barang
siapa berpegang teguh kepada keduanya maka tidak akan sesat, yakni akan
selamat serta bahagia di dunia dan di akhirat. Diatas telah diuraikan tentang
ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah berbakti kepada kedua orang tua,
dalam hal ini akan di uraikan bentuk-bentuk Berbakti Kepada Orang Tua,
namun ada sebuah hadits yang memerintahkan berbuat baik kepada kedua
orang tua, yaitu Dari Muadz ibn Jabal ra berkata, Rasulullah SAW telah
21

Nurudin, Kuliyah Akhlaq, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 147

21

memerintahkan kepadaku, dia bersabda : janganlah kamu menyakiti kedua


orang tuamu, dan apabila keduanya memerintahkan kepadamu untuk keluar
dari keluargamu dan keluar dari hartamu maka turutilah keduanya.22
Dari hadits tersebut menjelaskan tentang pentingnya berbuat baik
kepada keduanya, dan taat terhadap perintah keduanya walaupun perintahnya
tersebut tidak kita sukai seperti mereka memerintahkan kepada seorang anak
agar keluar atau memisahkan dari keluarganya dan harta bendanya. Hal ini
sebagaimana pernah terjadi atau dialami oleh salah satu sahabat Nabi yang
soleh yakni Abdullah ibn Umar ibn khattab, bahwa ia ( Abdullah ibn Umar )
memiliki istri yang tidak disukai oleh Umar ra ( ayah dari Abdullah ) dan
umar memerintahkan kepada kepadanya agar istrinya diceraikan, maka aku
datangi Rasulullah untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi, maka Nabi
memerintahkan agar menceraikannya ( HR. Abu Daud dan Turmidzi, hadits
ini hasan shohih ). Berdasarkan hadits tersebut sebagaian ulama berpendapat
dibolehkan seorang suami menceraikan istrinya karena kedua orang tua ( ibubapak suami ) tidak ridho dan tidak menyukai terhadap perilaku istri anaknya
( menantu ). Ada hadist lain juga tentang perintah berbuat baik terhadap
kedua orang tua yaitu : Berbuat baiklah kalian kepada bapak ( orang tua )
kalian maka akan ( mendapatkan balasan ) perbuatan baik dari anak-anak
kalian.
Setiap kedua orang tua mengharapkan anak-anaknya menjadi anak
yang sholeh-sholehat, yakni menjadi anak yang berbakti dan berkhidmat
kepada keduanya. Harapan ini dibuktikan dengan berbagai cara yang
ditempuh oleh kedua orang tua seperti menanamkan adab atau etika sejak
kecil, memberikan pendidikan akidah akhlak, dan cara-cara lainnya. Namun
di samping usaha tersebut, tidak kalah pentingnya adalah lebih awal seorang
anak yang kelak menjadi seorang ibu bapak hendaknya lebih dahulu berbuat
baik kepada ibu bapaknya. Lebih-lebih kalau dia sudah memiliki anak
seharusnya mencontohkan dirinya didepan anak-anaknya berbuat baik dan
berperilaku sopan kepada kedua ibu bapaknya ( kakek nenek dari anak22

Sefrudin Mahmud, Birl al-Walidain,( Bekasi: Subulus Salam, 2007), hlm. 13

22

anaknya ). Sehingga apa yang ia lakukan terhadap ibu-bapaknya akan ditiru


dan dilanjutkan perbuatan baiknya tersebut oleh anak-anaknya di kemudian
hari. Hal ini sesuai dengan tuntunan hadits tersebut di atas, yakni bahwa
orang yang berbuat baik kepada kedua orang ibu-bapaknya akan
mendapatkan 2 ( dua )

keuntungan dan manfaat ; Pertama, ia telah

melakukan kebaikan terhadap kedua orang tuanya dengan balasan pahala.


Kedua, ia akan dibalas oleh anak-anaknya atas kebaikannya tersebut terhadap
kedua orang tuanya. Dan banyak cara bagi seseorang anak untuk mewujudkan
tunduk, patuh kepada kedua orang tua ( ibu bapak ) tersebut, antara lain
Bentuk-bentuk Berbakti Kepada Orang Tua, sebegai berikut :
a. Memuliakan orang tua.
Salah satu karakteristik utama dari seorang muslim sejati adalah
perlakukanlah dengan bijak dan baik kepada orang tuanya, sebab
memperlakuakn orang tua dengan hormat dan baik merupakan salah satu
ajaran Islam, sebagaimana dengan jelas ditegaskan dalam al-Quran dan
sunnah.23Allah berfirman:
1 ? <

B A

?@

D
#<&

(. %:

%
S@B+8!

(@

LM

> P 1

?(6.

Artinya : kami pesankan lepada manusia agar mereka menggauli kedua


orang tuanya mereka dengan baik. Jika kedua orang tuanya menyuruhnya
untuk berbuat syirik kepada-Ku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuannya tentang itu, maka janganlah ditaati. Ketahuilah, hannya
kepadaku kalian semua akan dikembalikan. Lantas, akan aku kabarkan
apapun yang telah kaliyan perbuat. (QS. Al-Ankabut: 8)
Rasulullah saw bersabda : sesungguhnya dosa yang paling besar di
sisi Allah adalah dosa seseorang yang melaknat kedua orang tuanya para
sahabat bertanya, bagaimanakan bentuknya seseorang itu melaknat kedua
orang tuanya? Rasullullah menjawab, seseorang mengeluarkan kata-kata

23

Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Islam Idea. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), hlm. 71

23

yang isinya mencela dan menghina keduanya. (HR Bukharo dari Abdullah
bin Amr).
Tidak ada yang paling dekat dalam kehidupan seseorang selain
kedua orang tuanya. Keduanya adalah orang-orang yang telah berjasa besar
dalam membesarkan dan menjaga seorang anak hingga dewasa. Kepayahan
dan kegunaan orang tua seakan lenyap ketika melihat anak-anaknya gembira
dan bahagia. Saat sang ibu mengandung hingga akan melahirkan, ia rela dan
ikhlas menahan rasa sakit yang tak terkira. Rasa sakit yang al-Quran
gambarkan sangat berat.24

P 8

% ?K

- ,

, K + 8

N>

LM
#@R& Q

> P B

Artinya: Kami pesankan kepada segenap manusia agar memuliakan kedua


orag tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan keadaan lemah yag
bertumpuk-tumpuk. Setelah itu, ia mengasuh dan menyapihnya saat berusia
dua tahun. Itu semua agar kalian bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua
orang tua kalian. Ketahuilah, sesungguhnya kalian pasti akan dikembalikan
kepadaku.(QS. Luqman : 14)
Tidak ada kebahagian yang orang tua akan rasakan selain melihat
anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang berbakti dan berbudi luhur
dalam kehidupan. tidak ada satu orang tua pun, yang berfikir jernih,
menginginkan anak-anaknya terjerembab dalam jurang kenistaan dan
kesengsaraan. Mereka akan berusaha sekuat tenaga menjadikan anakanakya sebagai orang yang sukses dan bahagian dalam kehidupanya.
Allah swt menyebutkan balasan yang harus anak-anaknya
berikan kepada orang tua dngan istilah syukur anak-anaknya harus merasa
bersyukur dengan jasa-jasa yang orang tua telah berika sebagaimana

24

Imam Ibnul Jauzi, Birul Walidain,(Surabaya: Pustaka Progresif, 1993), hlm. 31

24

syukur seseorang hamba kepada Allah swt. Hal ini mengindetifikasikan


betapa syukur kepada orang tua adalah keharusan.25
b. Mengikuti keinginan, dan mentaati saran orang tua dalam berbagai aspek
kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah
lainnya. Tentu dengan catatan penting: selama keinginan dan saran-saran
itu sesuai dengan ajaran Islam. Apabila bertentangan atau tidak sejalan
dengan ajaran Islam, maka tidaklah punya kewajiban untuk mematuhinya.
Bahkan harus menolaknya dengan cara yang baik, seraya berusaha
meluruskan.
c. Menghormati kedua orang tua, dengan penuh rasa terima kasih dan kasih
sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan
apapun. Ibu yang mengandung dengan susah payah dan penuh
penderitaan. Ibu yang membanting tulang mencari nafkah untuk ibu dan
anak-anaknya. Bapak yang menjadi pelindung untuk mendapatkan rasa
aman. Banyak cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tua,
antara lain memanggilnya dengan panggilan yang menunjukkan hormat,
berbicara kepadanya dengan lemah-lembut, tidak mengungkapkan katakata kasar (apalagi kalau mereka berdua sudah lanjut usia), pamit kalau
meninggalkan rumah (kalau tinggal serumah), memberi khabar tentang
keadaan kita dan menanyakan keadaan keduanya lewat surat atau telepon.
d. Membantu ibu bapak secara fisik dan material. Misalnya sebelum
berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua
(terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah, dan setelah berkeluarga atau
berdiri sendiri membantu orang tua secara finansial, baik untuk membeli
pakaian, makanan, minuman, apalagi untuk berbuat.
e. Selalu mendoakan ibu bapak semoga Allah SWT memberi ampunan,
rahmat hidayat dan sebagainya.
f. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidaian, masih bisa
diteruskan dengan cara antara lain:
i.
25

Meminta ampun kepada Allah Azza wa Jalla dengan taubat nashuha

Arif Supriyono, Seratus Cerita Tentang Akhlak, (Jakarta : Penerbit Republika, 2004), hlm. 80

25

(jujur) bila kita pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktu


mereka masih hidup
ii.

Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke liang lahat.

iii.

Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.

iv.

Membayarkan hutang-hutangnya.

v.

Melaksanakan wasiat sesuai dengan syariat.

vi.

Menyambung tali silaturahmi kepada orang yang keduanya juga pernah


menyambungnya

vii.

Memuliakan sahabat-sahabatnya

viii.

Dan selalu Mendoakan keduanya .26

G. Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua


Sehubungan dengan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yang
lebih utama dibandingkan dengan perbuatan baik lainnya bahkan termasuk
dengan jihad ( perang membela agama Allah SWT ), disebutkan dalam hadits
Nabi Muhammad SAW, yaitu ; Dari Abdullah ibn Amru ibn al-Ash
semoga Allah meridhoi kepada keduanya, ia berkata : ada seorang laki-laki
menghadap Rasulullah SAW dan seorang laki-laki tersebut berkata : saya
baiat kepada mu untuk mengikuti hijrah dan jihad dengan harapan saya
mencari pahala dari Allah. Rasulullah bertanya : apakah kamu masih
memiliki kedua orang tua ( ibu Bapak ) yang masih hidup atau salah satunya
? laki-laki tersebut menjawab benar ( saya masih memiliki kedua ibu bapak )
bahkan keduanya masih hidup, Nabi bertanya apakah kamu mau mencari
pahala dari Allah ? dia (laki-laki) menjawab : benar. Maka Rasulullah
bersabda : kembalilah kepada kedua orang ibu bapak mu dan temanilah
keduanya dengan berbuat baiklah kepada keduanya. ( HR Muttafaqun alaih
).
Berkaitan dengan hadits tersebut, bahwa Rasulullah adalah orang yang
paling mengetahui baik buruknya ( manfaat atau madharat ) terhadap amal
26

hlm. 49

Asad Karim al-Faqi , Nasooihi lil abaai Qobla Uququ al Banaa, (Jakarta: Gema Insani, 2002),

26

yang akan dilakukan oleh sahabatnya secara khusus dan oleh umatnya secara
umum. Padahal pada saat itu Rasulullah memerlukan teman dan tenaga yang
lebih banyak dalam melaksanakan hijrah dan jihadnya, akan tetapi bahwa
lelaki yang datang kepadanya merupakan seseorang yang sangat dibutuhkan
keberadaannya oleh kedua orang tuanya, akan lebih baik dan lebih manfaat
apabila ia menemani kedua orang tuanya, dibandingkan mengikuti Rasulullah
berhijrah dan berperang, dengan harapan kedua orang tuanya merasa senang
dan gembira, atas keberadaan anaknya sehingga menjadi jalan juga bagi lelaki
itu untuk mendapatkan pahala dan ridho-Nya sebagaimana yang diharapkan
sahabat Nabi tersebut. Dan dengan tidak diikut sertakannya lelaki tersebut
tidak mengurangi kekuatan Rasulullah, karena hanya satu orang yang tidak
mengikuti jihad terkecuali semua sahabat tidak ada yang mengikuti, dan tidak
menyertai jihad dengan Nabi Muhammad SAW. Maka akan terjadi kekalahan
dan kelemahan dalam dakwah islam itu sendiri. Sehingga pemahaman tentang
hal ini, bukan berarti dipahami bahwa jihad adalah amal perbutan yang remeh
dalam pandangan islam, karena jihad ( perang membela agama Allah ) pada
saat itu dan sampai sekarang ( bila di perlukan ), sangat berarti dan bernilai
disisi Allah dan Rasul-Nya.27
Setelah menelaah dan memahami beberapa ayat dan hadits tentang
berbakti kepada kedua orang tua ternyata perbuatan baik seseorang terhadap
kedua orang tua bukanlah hanya disukai dan dicintai oleh orang tua ( ibu
bapak ) dan manusia pada umumnya, akan tetapi perbuatan tersebut juga
sangat dicintai oleh Allah dan Rasullulah.
Allah SWT mencintai perbuatan tersebut dibuktikan dengan firmanNya dalam Al-Quran dengan menggandengkan, dan untuk memposisikan
perintah menyembah kepada Allah SWT dan kewajiban berbakti kepada
kedua orang tua, dalam surah Al-Nisa : 36, lalu perintah syukur kepada Allah
dan syukur kepada orang tua ( ibu bapak ), yaitu surah Al-Isra : 23, dan Allah
melarang menyekutukan diri-Nya dengan sesuatu selain-Nya dan perintah
tegas untuk berbakti kepada kedua orang tua, yaitu surah Luqman : 14.
27

Agus Efendi, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1990), hlm. 32

27

Dengan dasar ayat-ayat Alquran dan hadits tersebut sudah sangat jelas
walaupun secara tekstual disampaikan pesannya dalam bentuk cerita akan
tetapi secara kontekstual ( tersirat ) bahwa Allah SWT dan Rasulullah
menghimbau dan memerintahkan agar manusia melaksanakan ihsannya (
berbakti kepada kedua orang tua ibu bapaknya ), karna Allah dan Rasulullah
sangat mencintai amal tersebut. Bahwasanya ada sebuah hadits Nabi yang
menceritakan Abi Abdurahaman Abdullah ibn Masud bertanya kepada Nabi
SAW, amal apa yang paling dicintai oleh Allah SWT ? Nabi menjawab :
sholat tepat pada waktunya, kemudian aku menanyakan lagi, amal apa lagi ?
Nabi menjawab : birr al- waalidain ( berbaktilah kepada kedua orang tuamu
), kemudian aku menanyakan lagi, amal apa lagi ? Nabi menjawab : jihad di
jalan Allah, ( HR. Muttafaqun alaih ). Dalam hadits tersebut tidak disebutkan
Rasulullah mencintai birr al-waalidain sebagaimana Allah mencintainya,
tentu sesuatu yang dicintai oleh Allah juga dicintai oleh Rasulullah SAW.
Bahkan dia menjelaskan dengan haditsnya bahwa berbakti kepada kedua
orang tua ditempatkan pada urutan kedua setelah yang pertama sholat, dan
ketiga jihad. Hal tersebut sangat sesuai dengan firman Allah yang selalu
menempatkan berbakti kepada kedua orang tua pada urutan kedua setelah
perintah tunduk, patuh,serta bersyukur kepada Allah SWT.28 Sehubungan
dengan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yang lebih utama
dibandingkan dengan perbuatan baik lainnya bahkan termasuk dengan jihad (
perang membela agama Allah SWT ), maka keutamaan berbakti kepada
kedua orang tua, diantaranya :
Pertama, berbakti kepada orang tua adalah amal yang paling utama.
Dengan demikian jika ingin kebaikan harus didahulukan amal-amal yang
paling utama di antaranya birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua).
Kedua, ridha Allah SWT tergantung kepada keridhaan orang tua. Hal
ini sangatlah penting, dan perlu dicermati, bahwasannya restu atau ridho
kepada orang tua merupakan wujud penghormatan kepada mereka. Selain itu,
28

hlm. 3

Abdulllah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam,(Jakarta: PT Remaja Rosda Karya. 1992),

28

mendapatkan ridho dari Allah SWT selama menjalin, dan menjalankan


kewajiban berbakti kepada orang tua. Bukankah Rasulullah SAW, pernah
bersabda : Ridho Allah terdapat dalam ridhonya kedua orang tua ( ibu bapak
), dan murka Allah terdapat dalam murkanya kedua orang tua. ( HR AtTirmizi )
Ketiga, menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan
cara bertawasul dengan amal kebaikan. Ini menunjukkan bahwa perbuatan
berbakti kepada kedua orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan
untuk bertawasul kepada Allah SWT ketika kita mengalami kesulitan, insya
Allah SWT kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami
seseorang saat ini diantaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang
tuanya. Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita telah
bersusah payah untuk kita, maka perbuatan si anak yang mencoba untuk
membalas budi baik kepada ibu bapak saat ini, atau yang akan datang, itu
pun belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketiaka mengurusnya sewaktu
masih kecil.
Orang tua kita telah mengurus kita mulai dari kandungan dengan
beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika
melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwanya antara hidup dan mati. Ketika
kita lahir, ibulah yang menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita.
Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu
menemani ketika terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari.
Apabila kita sakit tidak ada yang bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara
bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dengan membawa ke dokter
atau yang lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita
akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap
anaknya.
Keempat, diluaskan rizki dan dipanjangkan umur.
Dalam ayat-ayat Al-Quran atau Hadist-hadist Nabi SAW dianjurkan
untuk menyambung tali silaturrahmi. Dalam silaturrahmi. Dan yang harus
didahulukan silaturrahmi kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain.

29

Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada temantemannya tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah.
Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah
dewasa, seakan-akan dia tidak pernah berkumpul bahkan tidak kenal dengan
kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk
bersilaturrahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada
keduanya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dengan bersilaturrahmi
akan diakhirkan ajal dan umur seseorang walaupun masih terdapat perbedaan
dikalangan ulama tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat
berdasarkan nash dan zhahir hadist ini bahwa umurnya memang benar-benar
akan dipanjangkan
Kelima, dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah SWT.
Di dalam hadist Nabi SAW disebutkan bahwa anak yang durhaka
tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadist tersebut yaitu anak yang
berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allh SWT ke
jannah (surga). Dosa-dosa yang Allah SWT segerakan adzabnya di dunia
diantaranya adalah berbuat dzhalim dan durhaka kepada kedua orang tua.
Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya,
maka Allah SWT akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan
seizin Allah SWT.29

29

Hhtp://www.nurulyaqin.org

BAB III
PENAFSIRAN HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR DAN HASBI ASHSHIDIEQ DALAM TAFSIR AN-NUR TERHADAP AYAT-AYAT
TENTANG BERBAKTI TERHADAP ORANG TUA
A. Penafsiran Hamka dalam Tafsir Al-Azhar
1. Biografi
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, (atau lebih dikenal dengan julukan
Hamka, yakni singkatan namanya), lahir pada tanggal 17 February 1908 di
desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat dan meninggal di Jakarta
24 Juli 1981, adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, dan aktivis politik.
Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang
Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang
berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ibunya bernama Safinah, dan
ayahnya bernama Dr. Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal
sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di
Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906 dan seorang
pemimpin pesantren Sumatra Thawalib di Padang Panjang.30
Hamka mengawali pendidikannya membaca Al-Qur'
an di rumah
orang tuanya ketika mereka sekeluarga pindah dari Maninjau ke Padang
Panjang pada tahun 1914. Setelah mencapai usai 7 tahun, Abdul Malik
dimasukkan ayahnya ke sekolah desa, yaitu sekolah yang diberi nama
Thowalib School, sampai menduduki kelas empat. Kemudian pada akhir
tahun 1924, dalam usia 16 tahun, Hamka berangkat ke tanah Jawa.
Kunjungan yang relatif singkat telah mampu memberikan semangat baru
baginya dalam mempelajari Islam, tepatnya di Yogyakarta mempunyai arti
penting bagi pertumbuhan Hamka sebagai seorang pejuang dan penganjur
Islam.31 Kesadaran baru dalam melihat Islam yang diperoleh di Yogyakarta
memang sangat jauh berbeda dengan kesadarannya tentang Islam sebagai
30

H. Rusyid, Perjalanan Terakhir Buya Hamka, (Jakarta : Panjimas, 1992), hlm. 26

30

31

yang ia dapat dari guru-guru yang berada di Minangkabau. Sebagai banyak


disinggung oleh para ahli yang menemukan cita pembaharuan Islam dalam
bentuk pemurnian, lebih banyak berhadapan dengan praktek adat Minang
yang dipandang berbau jahiliah.
Sifat-sifat dan keluasan ilmunya sangat agung dan tinggi, beliau
adalah seorang rendah hati, beliau juga seorang hamba Allah yang sholeh,
seorang cendekiawan yang arif, seorang mubaligh yang khutbanya dan
pidato-pidatonya sangat memikat. Beliau juga terkenal dengan seorang yang
berhasil sekaligus kaya akan pengetahuan dan pengalaman. Beliau juga
terkenal tidak saja di dalam negeri, melainkan di beberapa negara Islam. Oleh
sebab itu pada konggres Muhammadiyah ke-19 yang berlangsung di Bukit
Tinggi pada tahun 1930. Hamka tampil sebagai penyaji dengan judul makalah
Agama Islam dan Adat Minangkabau.32 Lalu ketika Konggres
Muhammadiyah ke-20 pada tahun 1931, Hamka muncul kembali dengan
ceramah berjudul Muhammadiyah di Sumatra.33
Perjalanan dan aktifitas Hamka semakin memuaskan sehingga pada
tahun 1958, Hamka turut sebagai anggota Delegasi Indonesia menghadiri
simposium Islam di Lahore bersama almarhum Prof. Muhammad Hasbi AshSidideqy dan K.H. Anwar Musaddad. Setelah itu meneruskan perjalanan ke
Mesir. Hamka menyampaikan pidatonya yang berjudul Pengaruh
Muhammad Abduh di Indonesia.34
Dalam khazanah dunia ilmu pengetahuan Islam, Hamka dikenal
sebagai imam dan ulama besar dan juga terkenal sebagai khotib masjid AlAzhar di Kebayoran Baru Jakarta, karena itu Hamka memiliki potensi-potensi
yang baik diantaranya :
1. Memimpin majalah Mimbar Agama
31

Drs. M Abdul al Mannar, Pemikiran Hamka, Kajian Filsafat dan Tasawuf, ( Jakarta :
Prima Aksara, 1993), hlm. 32
32
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar,( Jakarta :
Panjimas,1990),
hlm. 45
33
Ibid, hlm. 47
34
H. Rusyid, Pribadi dan Martabat Buya Hamka, (Jakarta : Panjimas, 1983), hlm. 6

32

2. Menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Sumatra Barat


3. Menjadi Penasehat Pimpinan Muhammadiyah
4. Menjadi Pegawai Kementerian Agama
5. Menjadi Ketua Umum Mejelis Umum Indonesia.35
Hamka juga terkenal sebagai sastrawan yang terkemuka dan
merupakan angkatan Balai Pustaka. Salah satu karyanya yang terkenal yaitu
Di Bawah Lindungan Ka'
bah. Kemudian sebagai budayawan, beliau
senantiasa menjadikan fikiran-fikiran budaya yang jernih, sebagai ulama
terdepan yang senantiasa menyuarakan kebenaran agama, sebagai pemimpin,
beliau adalah pimpinan yang baik, yang khususnya buat umat Islam. Beliau
patut dijadikan contoh sebagai muslim yang sukses dan mampu
memanfaatkan karunia Allah SWT yang diberikan kepadanya berupa potensi
untuk mengembangkan diri umat Islam yang teramat panjang di bumi
Indonesia ini.
2. Karya-karyanya
Di dalam kehidupan Hamka, tidak hanya untuk beribadah dan
berjuang saja. Akan tetapi beliau juga menulis, oleh sebab itu dapat dilihat
untuk kepentingan umum guna diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Adapun karya-karya Hamka yang terkenal antara lain, dalam bidang bahasa
dan sastra sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Hamka adalah seorang
sastrawan dan budayawan yang terkenal pada masa Balai Pustaka. Maka
banyak pula karangan-karangan beliau pada bidang tersebut, yaitu
diantaranya :
H. Laila Majnun
I. Kepentingan Melakukan Tabligh
J. Majalah Tentara
K. Majalah Al-Mahdi
L. Mati Mengandung Malu
M. Di bawah Lindungan Ka'
bah
N. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk

33

O. Di Dalam Lembah Kehidupan


P. Merantau ke Deli
10. Terusir
11. Tuan Direktur
12 .Di jemput Mamaknya
13. Keadilan Ilahi
14. Cemburu
15. Di lembah cita-cita
16. Mahdi Cahaya di Tanah Suci
17. Di Tepi Sungai Dajlah
18. Menunggu Beduk Berbunyi
19. Ayahku
20. Pribadi.36
Di samping itu juga Hamka mengarang buku-buku yang bersangkutan
dengan agama dan falsafah, karena Hamka adalah seorang ulama dan juga
seorang filosof agama. Oleh sebab itu banyak karya-karyanya yang terkenal,
seperti :
1. Khatibul Ummah
2. Adat Minangkabau dan Agama Islam
3. Ringkasan Tarikh Ummat Islam
4. Hikmah Isra Mi'
raj
5. Falsafah Hidup
6. Lembaga Hidup
7. Negara Islam
8. Islam dan Demokrasi
9. Revolusi Agama
10. Sesudah Naskah Renville
11. Pedoman Mubaligh Islam
12. Agama dan Perempuan
35

Ibid, hlm. 7

34

13. Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman


14. 1001 Soal Hidup
15. Pelajaran Agama Islam
16. Islam dan Kebatinan
17. Sejarah Ummat Islam
18. Lembaga Hilmat
19. Falsafat Ideologi Islam
20. Kedudukan Perempuan dalam Islam
21. Keadilan Sosial dalam Islam
22. Perkembangan Tasawwuf dan Pangkalnya
23. Tasawwuf Modern
24. Mengembalikan Tasawwuf ke Pangkalnya
25. Pengarang Buku Tafsir Al-Azhar dari juz 1 sampai XXX
Demikianlah buku-buku yang telah dikarang oleh Hamka selain bukubuku yang telah dikarang dan dimuat di dalam majalah yang diterbitkan.
Beliau melakukan hal ini atas dasar kerelaan tanpa mengharapkan upah dan
jasa, bahkan sebaliknya beliau melakukan karena kasih Allah SWT, melalui
kasih sayang kepada sesama manusia.
3. Latar Belakang Geopolitik dan Sosio Histori Hamka
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam organisasi Muhammadiyah.
Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk
melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang.
Mulai tahun 1928, beliau mengetuai latihan pendakwah Muhammadiyah dan
dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Sumatra Barat
oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada
tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Konggres
Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950. Pada tahun 1953,
Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada juli
1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Ali Mukti melantik Hamka
36

hlm. 333

H. Rusydi, Pribadi dan Martabat Buya Hamka, (Jakarta : Panjimas, 1982),

35

sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia tetapi belian kemudiannya


meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh
pemerintah Indonesia. Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925
ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945,
beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke
Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di
Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan
Nasional, Indonesia. Beliau diangkat menjadi anggota Konstituante Masyumi
dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi
kemudiannya diharamkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari
tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno
karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau menulis
Tafsir Al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar
dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan
Nasional Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota
Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia. Selain aktif salam soal keagamaan
dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan
penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah
akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, dan Seruan Muhammadiyah.
Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Bintang Kemajuan
Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah
al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman
Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam. 37
4. Metode Dan Corak Penafsiran Hamka
Tafsir Al- Azhar menggunakan metode analisis/ teknik, yaitu suatu
metode penafsiran yang menafsirkan berusaha menjelaskan kandungan ayatayat Al-Quaran dari berbagai seginya dengan memperhatikan ayat-ayat
sebagimana runtutan yang terdapat dalam metode ini adalah berkaitan dengan
penjelasan soal makna dan kandungan ayat, interpelasi ayat-ayat dengan surat
37

http://id.wikipedia.org/wiki/Hamka

36

Asbabun Nuzul, mengemukakan hadits-hadits yang berhubungan dengan


ayat.
Pendapat para mufasir sendiri yang mungkin diwarnai oleh latar
belakang pendidikan dan keahlian. Disisi lain tafsir al-Azhar bisa
dikategorikan memakai metode ijmali yakni suatu bentuk penafsiran
penguraian makna ayat sesuai dengan urutan secara ringkas namun jelas,
dengan bahasa yang sangat sederhana, sehingga dapat dicerna oleh
masyarakat awam maupun ilmuan.38
Corak tafsir Al-azhar karaya hamka adalah menggunakan corak sastra
budaya kemasyarakatan, yakni suatu corak tafsir yang menjelaskan petunjukpetunjuk ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan langsung dengan kehidupan
masyarakat serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau
problem-problem masyarakat berdasarkan ayat-ayat dengan mengemukakan
pentujuk-petunjuk tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami tapi indah
terdengar.
5. Penafsiran Hamka Tentang Ayat-ayat Berbakti Kepada Orang Tua
Pada bab-bab terdahulu penulis telah menjelaskan bahwa di dalam
berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban yang patut dilaksanakan.
Mengingat hal tersebut, maka tidaklah mengherankan jika berbakti kepada
Allah SWT, dan hal ini merupakan suatu tindak lanjut yang menghubungkan
kebajikan manusia dengan Tuhannya. Unsur manusia yang paling
menentukan kebaktiannya terhadap kedua orang tua adalah dilihat dari cara
keduanya memberikan dan memperlakukan anak sebagaimana mestinya,
yaitu dengan cara memberikan pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama.
Di dalam Al-Quran telah banyak dijelaskan tentang hal-hal yang
menyangkut berbakti kepada orang tua, kewajiban orang tua terhadap anak
atau sebaliknya, di antaranya:
1. Surah Al-Baqarah ayat 83 :
2. Surah An-Nisa ayat 36
38

Laporan Hasil Penelitian Tentang Corak Pemikiran Tafsir al Quran


(Suatu Kajian Metodologi) Balai Penelitian IAIN Walisongo Semarang 1992-1993

37

3. Surah Al-Anam ayat 151


4. Surah Al-Isra ayat 23 &24
5. Surah Al-Ankabut ayat 8
6. Surah Luqman ayat 14
7. Surah Al-Ahqaaf ayat 15
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa ayat-ayat yang
berkaitan dengan hal berbakti kepada kedua orang tua, kewajiban orang tua
terhadap anak atau sebaliknya, maka ayat-ayat tersebut akan diuraikan satu
per satu seperti dalam al-Quran dalam firman Allah, sebagai berikut :
1. Surah Al-Baqarah ayat 83 :

%:

. ' 0 - !/

)7 %, $56 4 +

-(.

+
.) -

&$

+# *

8 9

#<$& ; 1* (+ : +

8 ) (1 *

Artinya : (dan ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.S. AlBaqarah : 83)
Menurut penafsiran Prof. Dr. Hamka dalam tafsir al-Azhar beliau
mengungakapkan surah Al-Baqarah ayat 83 yaitu :
Berbuat baik kepada kedua orang tua, berlaku hormat dan khidmat,
cinta dan kasih, yaitu mengasihi mereka, memelihara dan menjaga
mereka dengan sempurna, tidak menyakiti hati mereka dan menuruti
kemauannya dalam segala hal yang tidak bertentangan dengan
perintah Allah(Tafsir Al-azhar juz 1 hlm 204).
Dan menegaskan untuk tunduk dan patuh serta menyembahlah kepada
Allah SWT, karena manusia adalah Abdun yaitu, hamba dari Allah dan Dia

38

(Allah), Mabud, yang tempat menyembah. Manusia melakukan hal itu


karena untuk mencapai ridha dari Allah SWT. Dan janganlah kamu
menyembah selain Allah. Kemudian perintah kedua yaitu berbuat baik
kepada kedua orang tua. Berlaku hormat dan khidmat, cinta dan kasih. Hal ini
adalah hal yang kedua setelah taat kepada Allah SWT. Sebab dengan
perantaraan kedua orang tua, Allah SWT telah memberimu nikmat yang
besar, yaitu sempat hidup di dunia ini. Karena dengan adanya orang tua, anak
merasakan bahwa mereka mempunyai pelindungnya dalam kehidupan ini.
Ayat ini sangatlah menegaskan kita, untuk meyembah Allah semata,
tidak mempersekutukan Allah selian Dia. Dari ayat ini pula diketahui bahwa
agama Allah yang dibawa para Nabi itu tujuannya sama, yaitu menyembah
Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun.
Dan memepertegaskan untuk berbakti kepada kedua orang tua, dengan
cara megasihi mereka, memelihara dan menjaga mereka dengan sempurna,
tidak menyakiti hati mereka dan menuruti kemauanya dalam segala hal yang
tidak bertentangan dengan perintah Allah.
2. Surah An-Nisa ayat 36 :

#$%&

"

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri, dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan
dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim
dan yang bukan muslim. (Q.S. An-Nisa 36)

39

Menurut Penafsiran Prof.. Dr. Hamka dalam karya ilmiahnya, tafsir


al-Azhar beliau mengungakapkan surah An-Nisa ayat 36, yaitu :
Dan dengan kedua ibu-bapak hendaklah berlaku baik, berlaku
hormat dan khidmat, cinta dan kasih sayang. Inilah yang kedua
sesudah taat kepada Allah. Dengan adanya ibu bapak, engkau
merasakan bahwa engkau mempunyai urat tunggang dalam
kehidupan ini, (Tafsir Al-Azhar juz 5 : hlm 63).
Dengan tegasnya ayat ini memberi perintah, yang pertama untuk
tunduk, patuh, dan taat kepada Allah SWT, merelakan menyembah kepada
Allah, karena manusia adalah Abdun, yaitu hamba dari Allah dan Dia (Allah),
adalah Mabud, yang tempat menyembah. Manusia melakukan hal itu karena
untuk mencapai ridha dari Allah SWT. Kemudian perintah kedua yaitu
berbuat baik kepada kedua orang tua. Berlaku menghormati, menghargai,
dengan cinta dan kasih sayang yang tulus. Hal ini adalah hal yang kedua
setelah taat kepada Allah SWT. Sebab dengan perantaraan kedua orang tua,
Allah SWT telah memberimu nikmat yang besar, berupa nikmat hidup di
dunia ini. Karena dengan adanya orang tualah, anak merasakan bahwa
mereka mempunyai pelindung dalam kehidupan ini. 39
Beliau meghimbaukan, dan menegaskan untuk berbakti kepada kedua
orang tua, yaitu berupa mengasihi, menyayangi, mencintai, dan menjaga
mereka dengan sempurna, seperti di masa kita kecil dulu. Dengan tidak
menyakiti mereka dan menuruti kemaunya dalam segala hal, yang tidak
bertentangan dengan perintah Allah. Kewajiban berbakti kepada kedua orang
tua, karena kedua orang tua telah memberikan sepenuh perhatian dan belas
kasih sayang yang tulus kepada anaknya, di kala anaknya itu masih kecil,
dengan tidak berdayanya. Dan mereka mengurus segala keperluan hidup
anaknya, di kala si anak masih lemah belum dapat mengambil suatu apapun,
yang bermanfaat dan menolak suatu mudhorat. Setiap saat mendidik,
membina, memomong tanpa henti-hentinya, orang tua memberikan cinta dan

40

kasih sayang yang tidak ada taranya. Maka dari itu sudah menjadi kewajiban
sianak untuk membalas budi baik kedua orang tuanya.
3. Surah Al-Anam ayat 151 :
8 % 8
?5

4
8

"

.
1 042

,/

8*3 + %2.+ -4
='

57

"

(. *

='
,>)
.

>6
#@A@&

?
(.

2(

Artinya Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu


oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu
membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi
rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun
yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.
Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(Q.S. Al-An am 151)
Menurut Penafsiran Prof.. Dr. Hamka dalam karya ilmiahnya, yakni
tafsir al-Azhar beliau mengungakapkan surah Al-Anam ayat 151, yaitu
Setelah tegak pokok kepercayaan yang pertama, yaitu tidak
mempersekutukan yang lain dengan Allah, menyusullah kewajiban
yang kedua yaitu berbuat baik, berkhidmat dan menghormati kedua
ibu-bapak. Jangan mengecewakan hati mereka, jangan mendurhaka
kepada keduanya. Karena kalau sudah mendurhaka, nyatalah kamu
menjadi seorang yang rendah budi, rusak akhlak, tidak membalas
guna.Sehingga berkata uffin saja, yang berarti cis atau akh
lagi terlarang dan haram, apalagi perbuatan-perbuatan lain yang
mengecewakan hati keduanya ( Tafsir Al-Azhar juz 8 hlm 102).

39

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 5, (Jakarta : Pustaka Panjimas,1992), hlm. 55

41

Bahwasaannya Allah telah menjelaskan kepada manusia tentang apaapa yang telah diharamkan atas kamu, untuk dijadikan pedoman di dunia,
yaitu:
pertama, jangan kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun. Hal ini merupakan pokok yang pertama yang diperingatkan Allah
dan jangan menyamakan Allah dengan derajat yang lain. Karena semua itu
makhluk belaka bukan Khaliq. Berhubungan dengan kepercayaan ini, maka
segala bentuk pemujaan dan persembahanpun tidak boleh dipersatukan yang
lain dengan Dia. Oleh sebab itu haram mempersekutukan dan wajib
mentauhidkan.
Kedua, kewajibkan berbakti, berbuat baik, menghormati dan
menghargai kedua orang tua, jangan mengecewakan hati mereka, jangan
mendurhakai kepada keduanya. Karena kalau mendurhakai kedua orang
tuanya termasuk seorang anak yang rendah budi.
Ketiga, janganlah membunuh anak karena takut atau miskin,
maksudnya jangan membunuh anak karena takut akan hidup menjadi miskin
oleh lahirnya anak. Karena perbuatan itu adalah perbuatan orang-orang
Jahiliyyah dahulu, maka Allah melanjutkan ayat tersebut dengan kalimat
Kamilah yang memberi rizki kamu dan kepada mereka, maksudnya sesuai
dengan apa yang telah dijaminkan oleh Allah bahwasanya tidak ada suatu
makhluk pun yang melata, merangkak, berjalan di atas bumi ini melainkan
sudah ada jaminan rizkinya di sisi Allah dan telah diketahui dimana dia akan
tinggal dan terkubur kelak. 40
4. Surah Al-Isra ayat 23, 24 berbunyi :
, < ;8 D
? J"K

4 :-

#I$& 9 * !

1
*

#IR& Q:8 T /
40

C/
?

, 'H.
?N> AG'

3
67G8
* /

-(.

B+

59*

E5F

.1

,1

'

7JE

L @

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 21, ( Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 128-129

42

Artinya : Dan Tuhan-mu telah memerintahkan agar kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang si antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan engkau mengatakan kepada
keduanya perkataanahdan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai
Tuhan-ku/Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidikaku pada waktu kecil. (Q.S. Al-Isra: 23&24)
Menurut penafsiran Prof.. Dr. Hamka dalam karya ilmiahnya yang
terkenal yakni, tafsir Al-Azhar, beliau menafsirkan Surah Al-Isra ayat 23 dan
24 yang berbunyi :
Dan hendaklah kepada kedua ibu bapak, engkau berbuat baik.
Bahwasanya berkhidmat kepada ibu bapak menghormati kedua orang
tua yang telah menjadikan sebab bagi kita dapat hidup di dunia ini
ialah kewajiban yang kedua sesudah beibadat kepada Allah, bersikap
baik, berbudi mulia kepada ibu bapak ( Tafsir Al-Azhar juz 15 hlm
40).
Bahwasanya

Tuhanlah,

itu

sendiri

yang

menentukan,

yang

memerintah dengan memutuskan bahwasanya Dialah yang patut disembah,


dipuji dan dipuja dan tidak boleh, dilarang keras menyembah yang selain Dia.
Oleh sebab itu maka cara beribadat kepada Allah adalah pegangan paling
utama dalam kehidupan seseorang.
Kemudian berkhidmat kepada kedua orang tua, menghormati
keduanya yang telah menyebabkan kita sebagai anak dapat hidup di dunia,
kemudian jika keduanya telah beranjak tua, maka janganlah sekali-kali keluar
dari mulut seseorang anak satu kalimat yang mengandung kebosanan atau
kejengkelan dalam pemeliharaan kedua orang

tua mereka. Selanjutnya

jangan keduanya dibentak dan jangan pula dihardik. Seharusnya menyayangi,


mengasihi kedua orang tua, oleh anaknya. Berkata sopan dan lemah lembut
merupakan sikap anak terhadap kedua orang tuanya. Tidak dengan

43

membentak, tetapi sebaliknya dengan kasih sayang dari lubuk hati yang tulus
dan ikhlas. Setelah itu tergambar betapa susahnya orang tua mengasuh
anaknya pada waktu masih kecil, yang penuh kasih sayang, yaitu kasih
sayang yang tidak mengharapkan jasa.
5. Surah Al-Ankabut ayat 8 berbunyi
1 ? <

B A

?@

D
#<&

(. %:

%
S@B+8!

(@

LM

> P 1

?(6.

Artinya : Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Al-Ankabut: 8)
Menurut penafsiran Prof.. Dr. Hamka dalam karyanya yg terkenal,
yaitu tafsir Al-Azhar, beliau menafsirkan Surah Al-Ankabut ayat : 8 yaitu :
kami wasiatkan kepada manusia supaya kepada kedua orang tuanya
bersikap baik, kalau dari tuhan datang wasiat, artinya perintah.
Tuhan mewajibkan dan memerintahkan kepada manusia supaya
kepada ayah bunda hendaklah bersikap yang baik ( Tafsir Al-Azhar
juz 20 hlm 188).
Dan mempertegaskan tentang wasiat yang datangnya dari Allah itu,
adalah merupakan suatu perintah. Allah mewajibkan dan memerintahkan
kepada manusia supaya tunduk dan patuh kepada tuhan Allah SWT Yang
Esa, dengan tidak mempersekutukannya. Dan berkewajiban berbakti kepada
kedua orang tua, dan hendaklah bersikap yang baik karena kedua orang tua
itulah asal usul kejadian manusia. Dengan perantaraan keduanyalah Allah
menghadirkan tiap-tiap manusia ke muka bumi ini. Di mana ayah telah
mencarikan segala perlengkapan hidup, ibu mengasuh dan menjaga rumah.
Oleh sebab itu wajib atas seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang

44

tua, Dan perlu di tegaskan lagi jika kedua orang tuamu memaksa untuk
mempersekutukan tuhan dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah (sianak) untuk mengikuti keduanya..41
6. Surah Luqman ayat 14 berbunyi :
LM
> P B

8
P 8

? K

- ,

, K + 8

N>
#@R& Q

Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Q.S Luqman : 14 )
Dari Prof.. Dr. Hamka mengungkapkan dalam karyanya yang terkenal
yaitu tafsir Al-Azhar, beliau menafsirkan Surah Luqman ayat : 14, yaitu :
Dan kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua ibubapaknya. Wasiat kalau datang dari Allah sifatnya ialah perintah.
Tegasnya ialah bahwa Tuhan memerintahkan kepada manusia agar
mereka menghormati dan memuliakan kedua ibu-bapaknya, ( Tafsir
Al-Azhar juz 21 hlm 128 ).
Ditegaskan lagi di dalam ayat ini untuk berbakti kepada kedua orang
tua dan telah diwasiatkan oleh Allah kepada manusia bahwa wasiat yang
datang dari Allah sifatnya ialah perintah. Tegasnya ialah bahwa Tuhan
memerintahkan kepada manusia agar mereka menghormati dan memuliakan
kedua orang tuanya. Sebab dengan kedua orang itulah manusia dilahirkan ke
muka bumi dan setelah susahnya mengandung selama sembilan bulan, sejak
41

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 20, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1981), hlm. 20

45

bulan pertama bertambah besar kandungannya, bertambah pula susahnya.


sampai ke puncak menjelang akan melahirkan.
Selanjutnya

sejak

melahirkan

lalu

mengasuh,

menyusuinya,

memomong, menjaga, memelihara sakit hingga sembuh, dari susah hingga


senang. Dan sejak ia masih telentang tidurnya sampai berangsur-ansur pandai
merangkak, hingga tegak dan jatuh sampai tidak jatuh lagi dalam masa dua
tahun. Setelah itu Allah memerintahkan kepada kita untuk bersyukur, adapun
syukur tersebut :
Syukur pertama ialah kepada Allah SWT, karena semuanya itu sejak
mengandung sampai mengasuh dan sampai mendidik dengan tidak ada rasa
bosan, dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang ibu dan bapak, adalah rahmat
Allah belaka, maka berterimah kasihlah kepada Allah SWT.
Kemudian syukur kedua adalah syukur kepada kedua orang tua, di
mana ibu melindungi anak-anaknya, ayah yang berusaha mencari sandang
dan pangan setiap hari. Kemudian Allah mengingatkan kepada manusia
bahwa lambat atau cepat kita semua akan kembali kepada Allah. Begitu juga
dengan kedua orang tua akan dipanggil menghadap Tuhan dan anak yang
ditinggalkan akan bertugas pula mendirikan rumah tangga, mencari teman
hidup serta memiliki anak dan cucu. Untuk itu semuanya akhirnya pula
kembali kepada Allah SWT. 42
7. Surah Al-Ahqaaf ayat 15 berbunyi :
K

K N>

B (+
. DT $57/ C

,
$56 3

(1

AG J * / F

? P I8

K + 8
(

1 . B2 8

N>
E
N<H

KC4
4

57
O

#@A&

42

LM

NU%

> O

1 'D

C 0

(+ $57
DT B

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 21,( Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 128-129

46

Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada


dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Q.S. AlAhqaaf : 15 )
Menurut penafsiran Prof.. Dr. Hamka dalam karyanya yg terkenal
yaitu tafsir Al-Azhar, beliau menafsirkan Surah Al-Ahqaaf ayat : 15 ;
Kami (Allah) telah memerintahkan kepada manusia supaya berbuat
ihsan kepada orang tua, dan berbakti kepada keduanya, baik ketika
bapak masih hidup atau sesudah berpulang ke rahmatullah, (Tafsir
Al-Azhar 26 halm 168).
Inilah suatu perintah utama kepada manusia, sesudah perintah untuk
percaya kepada Allah SWT sebagai dasar kehidupan, dengan percaya kepada
Allah. Kalau manusia hendak menegakkan budi baik dalam dunia ini, maka
perintah kedua sesudah perintah berbakti kepada Allah ialah perintah
menghormati kedua orang tua, sebab pertalian darah, keturunan, terutama
kedua orang tua.
Dengan jelas dan ditegaskan lagi, bahwasannya seorang anak harus
berbuat kebajikan kepada kedua orang tua, mereka Diperintahkan oleh Allah
kepada manusia, bahwa susahnya ketika ibu mengandung dan susahnya
melahirkan. Seorang ibu menderita karena mengandung karena melahirkan,
namun kesusahan tersebut menambah erat cinta dan kasih sayangnya orang
tua ( ibu Bapak ). Oleh sebab itu banyak sekali perintah dan wasiat dari Allah
agar manusia menghormati, dengan berbuat kebajikan, berkhidmat kepada
kedua orang tua.43

43

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 26, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 36-37

47

B. Penafsiran Hasbi Ash-Siddieqy dalam Tafsir Al-Nur


1. Biografinya
Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, beliau
dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 10 Maret 1904, 9 Desember 1975.
seorang ulama dan cendekiawan muslim, ahli ilmu fikih, hadist, tafsir, dan
ilmu kalam; penulis yang produktif dan pembaharu (mujaddid) yang
terkemuka dalam menyeru kepada umat agar kembali ke Al-Quran dan
sunnah Rasulullah SAW. Nama aslinya Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy.
Kata ash-Shiddieqy menisbatkan namanya kepada Abu Bakar ashShiddieqy, karena Hasbi mempunyai kaitan nasab dengan sahabat Nabi SAW
yang paling utama itu melalui ayahnya, Teuku Kadi Sri Maharaja
Mangkubumi Husein ibn Masuf. Ibunya bernama Teuku Amrah binti Teuku
Sri Maharaja Mangkubumi Abdul Aziz.
Jenjang pendidikan pertama dilalui Hasbi di pesantren yang dipimpin
oleh ayahnya sendiri sampai ia berumur 12 tahun. Kemudian ia belajar di
beberapa pesantren lain di Aceh sampai ia bertemu dengan seorang ulama,
Muhammad bin Salim al-Kalali. Dari ulama inilah ia banyak mendapat
bimbingan dalam mempelajari kitab-kitab kuning seperti Nahwu, Saraf,
Mantiq, Tafisr, Hadits, Fiqih, dan Ilmu Kalam. Pada tahun 1926, dengan
kemauannya yang besar untuk mendapatkan ilmu yang lebih luas dan
mendalam, ia berangkat ke Surabaya untuk belajar di pesantren al-Irsyad
yang dipimpin oleh Ustadz Umar Hubeisy. Dengan bekal ilmu yang telah
diperolehnya di Aceh, maka dalam waktu hanya 1 tahun ia telah dapat
menyelesaikan studinya di pesantren itu.
Kemudian, dengan bekal ilmu yang telah dimilikinya, ia mulai terjun
ke dunia pendidikan sebagai pendidik. Pada tahun 1928 ia telah dapat
memimpin sekolah al-Irsyad di Lhokseumawe. Di samping itu, ia giat
melakukan dakwah di Aceh dalam rangka mengembankan paham pembaruan
(tajdid) serta memberantas syirik, bidah, dan khurafat. Dua tahun
kemudian ia diangkat sebagai kepala sekolah Al-Huda di Kruengmane, Aceh
Utara, sambil mengajar di HIS (Hollandsch Inlandsche School, setingkat SD)

48

dan

MULO

(Meer

Uitgebreid

Lager

Onderwijs,

setingkat

SMP)

Muhammadiyah. Karirnya sebagai pendidik seterusnya ia baktikan sebagai


direktur Darul Muallimin Muhammadiyah di Kutaraja (sekarang Banda
Aceh) pada tahun 1940-1942, di samping itu, ia juga membuka Akademi
Bahasa Arab. Sebagai seorang pemikir yang banyak mengerahkan pikirannya
dalam bidang hukum Islam, maka pada zaman Jepang ia diangkat menjadi
anggota Pengadilan Agama Tertinggi di Aceh.44
2. Karya-karyanya Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Di sela-sela kesibukan itulah muncul hasil karya ilmiah Hasbi.
Biasanya. Selesai shalat isya, Hasbi tekun di perpustakaan pribadinya. Di
situlah ia membaca, menganalisis, dan menuangkan buah pikirannya ke atas
kertas, sehingga terbitan puluhan buku tebal. Karena kegiatannya yang begitu
tekun dalam karang-mengarang, ia diberi tanda penghargaan sebagai salah
seorang dari sepuluh penulis Islam terkemuka di Indonesia pada tahun 19571958.
Karir ilmiahnya dalam bidang fikih terlihat dari hasil karyanya yang
begitu banyak, di antaranya Pengantar Hukum Islam, Pengantar Ilmu Fiqih,
Hukum-hukum Fiqih Islam, Fakta dan Keagungan Syariat Islam, Dinamika
dan Elastisitas Hukum Islam, dan Pokok-pokok Pegangan Iman Madzhab
dalam Membina Hukum Islam. Dalam bidang ini kelihatan bahwa ia
mempunyai pendapat tersendiri yang digalinya dari pendapat-pendapat ulama
fiqih terdahulu dengan mengembalikannya ke Al-Quran dan Hadist Nabi
SAW. Pendapatnya yang paling popular dalam bidang Fiqih Islam yang
berkepribadian Indonesia. Baginya Fiqih yang ada sekarang ini lebih banyak
menampakkan sosoknya sebagai Fiqih Hedjaz, Mesir, Irak, dan sebagainya,
karena terbentuk dari urf (kebiasaan) masyarakat di daerah itu. Oleh sebab
itu, fuqaha Indonesia diharapkan dapat menyusun satu Fiqih yang
berkepribadian Indonesia.
44

D. Sirojuddin, Ensiklopedia, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1993), hlm. 94-95

49

Dalam bidang Tafsir, Hasbi telah menulis tafsir yang dipandang


sebagai tafsir pertama yang paling lengkap dalam bahasa Indonesia, yaitu
Tafsir an-Nur (1955). Karya-karyanya yang lain dalam bidang ini antara lain
Tafsir al-Bayan, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, dan Pokokpokok Ilmu Al-Quran. Karena keahliannya dalam bidang ini ia dipilih
sebagai wakil ketua Lembaga Penerjemah dan Penafsir Al-Quran
Departemen Agama Republik Indonesia.
Dalam bidang Hadis, ia menulis Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist
(Bulan Bintang, Jakarta, cet. I, 1954), Sejarah Perkembangan Hadist ((Bulan
Bintang, Jakarta, cet. I, 1973), Problematika Hadist, Mutiara Hadist, PokokPokok Ilmu Dirayah Hadist (Bulan Bintang, Jakarta, cet. I, 1958), dan
Koleksi Hadist-hadist Hukum. Buku terakhir ini semula direncanakan akan
terbit sebanyak sebelas jilid, tetapi karena ajal telah menjemputnya, maka
buku itu hanya dapat terbit sebanyak enam jilid.
Dalam bidang Ilmu Kalam, ia menulis buku Sejarah dan Pengantar
Ilmu Tauhid/Kalam, Al-Islam, Sendi-sendi Aqidah Islam, dan lain-lain. Bukubuku yang ditulisnya dalam bidang ini cukup monumental. Misalnya buku
Al-Islam, yang meskipun berupa uraian yang luas tentang aspek-aspek ajaran
Islam, namun juga memuat uraian yang cukup panjang tentang aspek ilmu
kalam.
Karirnya yang cukup menonjol dalam bidang ilmu syariat, maka oleh
Universitas Islam Bandung (UNISBA), ia diberi gelar Doctor Honorius Causa
pada tanggal 22 Maret 1975, oleh karena itu pula ia terpilih menjadi ketua
Lembaga Fiqih Islam Indonesia (LEFISI). Prof. Dr. Teuku Muhammad Hasbi
ash-Shiddieqy meninggal dunia dalam usia 71 tahun dan dimakamkan di
pekuburan IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Jakarta Selatan.45
3. Latar Belakang Geopolitik dan Sosio Historis Hasbi Ash-Siddieqy
Karir Hasbi dalam lapangan politik dimulai pada tahun 1930, ketika ia
diangkat sebagai ketua Jong Islamite Bond Cabang Aceh Utara di

50

Lhokseumawe. Pada tahun 1955 ia duduk sebagai sebagai anggota


Konstituante. Akan tetapi, kemudian karirnya dalam politik tidak diteruskan,
ia lebih condong ke lapangan pendidikan dan ilmu agama. Pada tahun 1958 ia
menjadi utusan dari Indonesia dalam Seminar Islam Internasional di Lahore
(Pakistan).
Setelah menunaikan tugasnya sebagai anggota Konstituante, ia lebih
banyak berkecimpung di dunia perguruan tinggi agama Islam. Dalam karir
ini, pada tahun 1960, ia dipercaya memegang jabatan Dekan Fakultas Syariat
IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, yang dipegangnya sampai tahun 1972.
Pada tahun itu pula ia diangkat sebagai guru besar (Professor) dalam Ilmu
Syariat pada IAIN Sunan Kalijaga. Selain Dekan Fakultas Syariat
Universitas Sultan Agung di Semarang dan Rektor Universitas al-Irsyad di
Surakarta (1963-1968), di samping mengajar di * Universitas Islam ,
Yogyakarta.46
4. Metode Dan Corak Penafsiran Hasbi As-Sidieqy
Berbagai metode penafsiran Al-Quran berkembang, mulai tafsir yang
penaf-sirannya didasarkan atas sumber ijtihad, pendapat para Ulama, dan
berbagai teori pengetahuan yang teori semacam ini dikenal dengan metode bil
Royi atau bin Maqul. Disamping itu juga ada Mufassir yang memadukan dua
bentuk metode diatas, yaitu dengan cara mula-mula mencari sumber
penafsiran Al-Quran, Al-Hadits maupun dari sahabat tabiin, yang kalo itu
tidak ada atau mungkin untuk memperjelas, maka kemudian didasarkan pada
Ijtihad. Metode semacam ini juga dipergunakan oleh mufassir pada abad
modern yang ditulis pasca kebangkitan umat Islam, seperti metode yang
dipakai Prof. DR. Hamka (Indonesia).
45
46

Ibid, hlm. 95
Op. Cit.

51

Untuk menentukan metode apa yang di gunakan oleh Hasbi AshShiddieqy, harus diketahui dulu motivasi dan sumber-sumber dalam
penafsiran An-Nur. Pada kata pengantar Tafsir An-Nur, beliau mengatakan :
Indonesia membutuhkan perkembangan tafsir dalam bahasa persatuan
Indonesia, maka untuk memperbanyak lektur Islam dalam masyarakat
Indonesia dan untuk mewujudkan suatu tafsir yang sederhana yang menuntun
para pembacanya kepada pemahaman ayat dengan perantaraan ayat-ayat itu
sendiri. Sebagaimana Allah telah menerangkan ; bahwa Al-Quran itu
setengahnya menafsirkan yang setengahnya, yang meliputi penafsiranpenafsiran yang diterima akal berdasarkan pentakhwilan ilmu dan
pengetahuan, yang menjadikan intisari pendapat para ahli dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan yang diisyaratkan Al-Quran secara ringkas.
Dengan berharap taufiq dan inayah yang maha pemurah lagi maha
penyayang, kemudian dengan berpedoman kepada kitab-kitab tafsir yang
mutabar, kitab-kitab hadits yang mutamad, kitab-kitab sirah yang terkenal.
Saya menyusun kitab tafsir in dengan saya namai An-Nur.
Melihat ungkapan diatas, terlihat bahwa motivasi Hasbi Ash-Shiddieqy
sangat mulia yaitu untuk memenuhi hajat orang Islam di Indonesia untuk
mendapatkan tafsir dalam Bahasa Indonesia yang lengkap, sederhana dan
mudah dipahami. Sumber yang beliau gunakan dalam menyusun tafsir An-Nur
adalah :
1. Ayat - ayat Al-Quran;
2. Hadits-hadits Nabi yang sahih;
3. Riwayat-riwayat Shahabat dan Tabiin;
4. Teori-teori ilmu pengetahuan dan praktek-praktek penerapannya;
5. Pendapat Mufassir terdahulu yang terhimpun dalam kitab-kitab tafsir
Mutabar.
Berdasarkan sumber-sumber yang dipakai, maka dapat diketahui
bahwa metode yang dipakai oleh Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menyusun

52

tafisir An-Nur adalah metode campuran antara metode bil Royi atau bin
Maqul. Hal ini juga beliau kemukakan bahwa, dalam menyusun tafsir ini
berpedoman pada tafsir induk, baik kitab tafsir bil Matsur maupun kitab tafsir
bin Maqul.
Tafsir An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy tidak mempunyai corak dan
orientasi terhadap bidang tertentu, sebab kalau diperhatikan semua tafsirnya
tidak memuat bidang ilmu tertentu, seperti bidang Bahasa, hukum, sufi,
filsafat dan sebagainya. Hasbi Ash-Shiddieqy membahasnya dengan
mengaitkan bidang ilmu pengetahuan secara merata artinya tidak ada
penekanan pada bidang tertentu, sebab membahas dengan memfokuskan pada
bidang tertentu menurutnya akan membahwa para pembaca keluar dari bidang
tafsir.
Namun tidak bisa disangkal, bahwa Hasbi Ash-Shiddieqy adalah tenaga
pengajar pada fakultas Syariah dan ahli dalam bidang hukum Islam, maka
ketika beliau menafsirkan ayat-ayat hukum keliahatan lebih luas, namun tidak
berari dia memberi corak dan berorientasi pada tafsir hukum.
Pada kata pengantar kitab tafsir an-Nur beliau menyatakan :
Meninggalkan uraian yang tidak langsung berhubungan dengan tafsir ayat,
supaya tidak selalu para pembaca dibawa keluar dari bidang tafsir, baik ke
bidang sejarah atau bidang ilmiah yang lain
Dari ungkapan diatas, Hasbi Ash-Shiddieqy tdak bermaksud tidak akan
menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan uraian ilmiah yang panjang lebar
yang dikhawatirkan keluar dari tujuan ayat-ayat tertentu. Dengan demikian
tafsir An-Nur tidak mempunyai corak atau orientasi tertentu, namun bisa
dikatakan komplit, artinya meliputi segala bidang.

5. Penafsiran Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir An-Nur

53

Pada bab-bab terdahulu penulis telah menjelaskan bahwa di dalam


berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban yang patut dilaksanakan.
Mengingat hal tersebut, maka tidaklah mengherankan jika berbakti kepada
Allah SWT, dan hal ini merupakan suatu tindak lanjut yang menghubungkan
kebajikan manusia dengan Tuhannya. Unsur manusia yang paling
menentukan kebaktiannya terhadap kedua orang tua adalah dilihat dari cara
keduanya memberikan dan memperlakukan anak sebagaimana mestinya,
yaitu dengan cara memberikan pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama.
Di dalam Al-Quran telah banyak dijelaskan tentang hal-hal yang
menyangkut berbakti kepada orang tua, kewajiban orang tua terhadap anak
atau sebaliknya, di antaranya:
1. Surah Al-Baqarah ayat 83
2. Surah An-Nisa ayat 36
3. Surah Al-Anam ayat 151
4. Surah Al-Isra ayat 23-24
5. Surah Al-Ankabut ayat 8
6. Surah Luqman ayat 14
7. Surah Al-Ahgaaf ayat 15
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa ayat-ayat yang
berkaitan dengan hal berbakti kepada kedua orang tua, kewajiban orang tua
terhadap anak atau sebaliknya, maka ayat-ayat tersebut akan diuraikan satu
per satu seperti dalam al-Quran dalam firman Allah, sebagai berikut :
1. Surah Al-Baqarah ayat 83 berbunyi :

%:

. ' 0 - !/

)7 %, $56 4 +

-(.

+
.) -

&$

+# *

8 9

#<$& ; 1* (+ : +

8 ) (1 *

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,

54

serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.S. AlBaqarah : 83)
Menurut penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir AnNur, beliau mengungakapkan surah Al-Baqarah ayat 83, yaitu :
Berbuat kebaikanlah kamu kepada kedua ibu-bapakmu, dengan
mengasihi mereka, memelihara dan menjaga dengan sempurna dan
menuruti kemauanya terhadap segala apa yang tidak menyalahi
perintah Allah ( Tafsir Al-Quranul Majid juz 1 hlm 205).
Ayat ini menjelaskan adanya perintah tegas untuk tunduk, taat, dan
patuh menyembah kepada Allah, karena manusia adalah Abdun,yaitu hamba
dari Allah dan Dia (Allah), Mabud, yang tempat menyembah. Manusia
melakukan hal itu karena untuk mencapai ridha dari Allah SWT. Dan
janganlah kamu menyembah selain Allah. Kemudian perintah kedua yaitu
berbuat baik kepada kedua orang tua. Berlaku hormat dan khidmat, cinta dan
kasih, Hal ini adalah hal yang kedua setelah taat kepada Allah SWT, Sebab
dengan perantaraan kedua orang tua, Allah SWT telah memberimu nikmat
yang besar, yaitu sempat hidup di dunia ini. Karena dengan adanya orang tua,
anak merasakan bahwa mereka mempunyai pelindungnya dalam kehidupan
ini. dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, berbuat kebaikan kepada kaum
kerabat, maka laksanakanlah perintah tersebut dan janganlah kamu tidak
melakukannya.
Ayat ini sangatlah menegaskan kita, untuk meyembah Allah semata,
tidak mempersekutukan Allah selian Dia. Dari ayat ini pula diketahui bahwa
agama Allah yang dibawa para Nabi itu tujuannya sama, yaitu menyembah
Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun.
Dan memepertegaskan untuk berbakti kepada kedua orang tua, dengan
cara megasihi mereka, memelihara dan menjaga mereka dengan sempurna,

55

tidak menyakiti hati mereka dan menuruti kemauanya dalam segala hal yang
tidak bertentangan dengan perintah Allah.
2. Surah An-Nisa ayat 36 berbunyi :

#$%&

"

Artinya :Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu pun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri, dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan
dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim
dan yang bukan muslim. (Q.S. An-Nisa : 36)
Dari penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir An-Nur,
beliau mengungkapkan surah An-Nisa ayat : 36 adalah :
Berlakulah ihsan (baik) kepada kedua oarang tuamu. Penuhilah
segala

hak-haknya,

berbaktilah kepada

mereka

sebagaimana

mestinya, merekalah yang menyebabkan kamu hadir di dunia, dan


merekalah yang menyebabkan kamu hadir di dunia, dan merekalah
yang mendidik dan membesarkan kamu dengan segala kesungguhan
dan keikhlasannya, meskipun tidak jarang harus mengahadapi
berbagai halangan dan beban berat ( Tafsir Al-Quranul Majid juz 5
hlm 849).
Dalam ayat ini sangat jelas dan tegasnya perintah untuk beribadah
ituberupa tunduk, taat, dan patuh kepada Allah sendiri-Nya dengan
mengikhlaskan

taat

kepadaNya

sendiri

dan

janganlah

kamu

mempersekutukan Allah dalam beramal, hendaklah amalmu, hendaknya

56

amalmu itu hanya karena Allah sendiri. Beribadatlah kepada Allah, dengan
tunduk khudhu kepada-Nya dengan hati merasakan kebesaran Allah dan
keagungan-Nya, baik dalam keadaan rahasia maupun dalam keadaan nyata,
dan takut akan Dia sendiri. Adapun tanda khudhuitu, ialah melaksanakan
segala yang disuruh, menjauhi segala yang dilarang. Dengan demikian
sempurnalah segala amal, baik pekerjaan maupun perkataan.
Tegasnya, ibadat itu tunduk kepada kekuasaan ghaib yang lain dari
sebab-sebab biasa yang diharapkan kebajikannya dan ditakuti kemurkaanya.
Maka kekuasaan yang demikian itu hanya bagi Allah. Tidak ada yang diharap
selain daripada-Nya. Tidak ada yang ditakuti selain daripada-Nya. Orang
yang beritikad ada orang lain yang berserikat dengan Allah dalam kekuasaan
tersebut, dihukum musyrik.
Isyrak, mempersekutukan Allah, ada beberapa macam :
1. Syirik musyrikin Arab, yaitu menyembah berhala dengan jalan
menjadikan berhala-hala itu pemberi syafaat di sisi Allah, yang
mendekatkan si penyembah kepada Allah, serta menyelesaikan hajat.
2. Isyrak orang Nashara, yaitu menyembah al-Masih.
3. Isyrak dengan doa dan beristisyfa yaitu berdoa lewat perantara
memohon sesuatu kepada Allah. Berdoa secara yang dilarang Allah,
menggugurkan sembahyang, puasa dan segala rupa ibadat. Isyrak ini
sangat subur perkembangannya di kalangan para muslim dewasa ini.
Berlaku insanlah terhadap orang tua. Penuhilah segala hak-haknya dan
khidmatlah mereka , sebagaimana mestinya. Merekalah yang menjadi sebab
kita lahir dalam alam wujud dan merekalah yang mendidik kita dengan
rahmat dan ikhlas. Kita diperintahkan berbuat bakti dan kebajikan serta
berlaku ikhlas terhadap orang tua, dengan syarat orang tua kita itu tidak
membataskan hak-hak kemerdekaan kita mengenai urusan-urusan pribadi dan
rumah tangga kita, tidak pula mengenai urusan yang mengenai agama dan
tanah air kita. Apabila mereka sewenang-wenang dalam hal yang tersebut,
tidaklah wajib kita mentaati perintah-perintah mereka itu. Berlaku ihsanlah
dalam bergaul dengan kerabat-kerabat yang paling dekat kepada engkau,

57

sesudah orang tua, seperti saudara lelaki, saudara perempuan, paman, dan
anak-anaknya. Seseorang manusia apabila berlaku ihsan kepada ibu bapaknya
dan kerabat-kerabatnya, terbentuklah suatu.
Dan berlaku ihsanlah kepada anak yatim dan orang-oran miskin. Anak
yatim tidak mempunyai lagi orang yang membelanjainya. Orang miskin tidak
mempunyai harta, karena lemah, cacat sehingga tak sanggup bekerja. Apabila
kita tidak memperhatikan dan memperbaiki keadaan anak yatim dan orangorang miskin, mereka dapat menjadi sumber bencana.
Miskin itu ada dua macam :
1. Miskin yang wajib diberikan bantuan, yaitu orang yang menderita
kemiskinan, karena lemah, cacat atau tertimpa bencana alam yang
menyebabkan musnah segala hartanya. Orang yang seperti ini perlu
ditolong dengan uang yang dapat digunakan menutupi kebutuhan
mereka, serta dapat dijadikan modal usaha.
2. Miskin yang sebenarnya tidak harus miskin, mereka yang kehilangan
harta karena boros/kalah di meja judi. Kepada golongan ini diberikan
nasehat dan ditunjukkan jalan memperbaiki diri. Pemerintah sangat patut
memperbaiki kerusakan akhlak mereka.
Berlaku ihsanlah kepada tetangga yang karib itu, karena jar
mempunyai tiga macam hak atas kamu, yaitu: hak tetangga, hak kerabat dan
hak Islam. Juga berlaku ihsanlah kepada jar yang jauh, baik dari segi
kefamilian atau segi ketetanggaan. Tetangga itu ialah : orang yang tinggal
sebelah menyebelah kita, yang selalu kita berhadapan muka dengan dia di
ketika kita pergi dan pulang ke rumah kita.
Berlaku ihsanlah kepada orang yang menjadi teman kita, seperti teman
seperjalanan dan orang-orang beserta kita dan kita kenal, walaupun
penyertaan itu hanya sebentar. Berlakulah ihsan kepada para perantau, orang
yang jauh dari keluarga dan hartanya. Masuk ke dalam perkataan ibnus sabil,
anak pungut, yaitu anak yang diletakkan orang di tengah jalan oleh orang
tuanya dengan maksud agar ada orang yang mengambil untuk disantuni.

58

Dalam perintah berbuat ihsan kepada ibnus sabil, termasuk tamu dan
memberi bantuan kepada para tamu yang bermaksud baik.
Berlaku ihsanlah kepada budak-budakmu. Hal ini mencakup usaha
memerdekakan mereka, dan menolong mereka membeli dirinya dengan
pembayaran sekaligus, atau berangsur-angsur, termasuk berlaku baik dalam
mempergunakan tenaga mereka. Karena itu, janganlah kita memberatkan
mereka dengan pekerjaan yang berat-berat dan janganlah pula menyakiti
mereka, baik dengan perkataan, maupun dengan perbuatan.
Allah tiada menyukai orang yang takabur yang ditujukan lewat gerakgeriknya dan pekerjaan-pekerjaannya. Allah juga tiada menyukai orang yang
takabur, yang nyata tercermin dari ucapan-ucapan dan tutur katanya. Diantara
ketakaburan dan keangkuhan, ialah berjalan dengan sikap angkuh dan
sombong.47
3. Surah Al-Anam ayat 151 berbunyi :

8 % 8
?5

4
8

"

.
1 042

,/

8*3 + %2.+ -4
='

57

"

(. *

='
,>)
.

>6
#@A@&

?
(.

2(

Artinya : Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu


oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu
membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki
kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatanperbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu
yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami (nya). (Q.S. alAnam :151)
47

Muhammad Hasbi Ash-Shiddigy, Tafsir Al-Quranul Karimah Juz 5,( Semarang : PT


Pustaka Rizki Putra, 1995, Cet II), hlm. 820-824

59

Menurut pendapat Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir An-Nur,


beliau menafsirkan surah Al-Anam ayat : 151, yakni :
Berbuat baiklah kepada ibu bapakmu dengan ikhlas dan tulus hati.
Hal ini menghendaki supaya kamu tidak menyakiti mereka berdua.
Betapa pun kecilnya perbuatan yang menyakitkan hati orang tua itu,
haruslah dihindari, mendurhakai orang tua merupakan dosa besar(
Tafsir Al-Quranul Majid juz 8 hlm 1332).
Dan Marilah kamu kepadaku, akan kubacakan untuk apa yang telah
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yang memegang hak tasyri, tahlili dan
tahrim, sedang aku hanya seorang utusan yang menyampaikan perintahperintah-Nya. Inilah wasiat sepuluh. Lima berupa larangan dan lima berupa
perintah. Jangan kamu memperserikatkan sesuatu makhluk Allah, walaupun
betapa besarnya makhluk itu, seperti matahari, atau kadar martabatnya,
seperti Nabi-nabi dan Malaikat. Semua makhluk itu tunduk di bawah masyiah
Allah. Karena demikian wajiblah kamu menyembah Allah sendiri, mentaati
Allah sendiri dan berdoa kepada Allah sendiri, menurut ajaran Rasul saw.
Berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, dengan ikhlas dan tulus hati.
Hal ini menghendaki supaya kamu tidak menyakitinya walaupun betapa kecil
perbuatan yang menyakitkan hati orang tua itu. Adapun mendurhakai orang
tua adalah suatu dosa besar. Ini suatu dalil yang nyata bahwa kita harus
memenuhi hak orang tua dan dikehendaki dengan berbuat ihsan kepada kedua
orang tua, ialah memperlakukan mereka secara baik, berdasarkan kasih
sayang bukan karena terpaksa.
Apabila kita berbakti kepada orang tua, maka kelak anak-anak kita
akan berbakti kepada kita dan jangan kamu membunuh anak-anakmu karena
takut miskin, Kami yang merezekikan kamu dan merezikikan mereka. Dan
jangan kamu dekati segala perbuatan yang besar dosanya, baik berupa
perbuatan maupun berupa perkataan, seperti zina dan memfintah, baik yang
dilakukan secara terang-terangan maupun yang dilakukan secara sembunyisembunyi. Tidak dibenarkan kita mendekati perbuatan yang sangat buruk itu.
Dalam masa Jahiliyah, dibenarkan orang berzina secara bersembunyi-

60

sembunyi, yang buruk hanyalah berzina secara terang-terangan. Kedua


macam zina itu. Allah haramkan dengan ayat ini.
Janganlah kamu membunuh jiwa-jiwa yang diharamkan Allah, baik
karena dia telah Islam, atas karena telah menjadi dzimmi (nonmuslin), atau
karena telah ada sesuatu perjanjian damai, seperti ahlul kitab yang bermukim
di wilayah muslim. Tiap-tiap jiwa yang Muslim, haram dibunuh terkecuali
karena ia mengerjakan salah satu dari tiga ini. Berzina dalam keadaan
muhshan, membunuh orang dengan sengaja, dan kembali kepada kufur serta
mengadakan pertentangan. Orang kafir yang bertempat tinggal di Negara kita
mempunyai hak mendapat perlindungan terhadap jiwanya selama dia tidak
melakukan perbuatan yang dapat menghapus, menghilangkan hak tersebut.
Allah SWT memerintahkan kamu supaya membuat kebajikan dan
menjauhkan kejahatan, untuk menyiapkan kamu mengikuti kebajikan dan
kemanfaatan, mengerjakan yang disuruh dan menjauhkan yang dilarang dan
ini memberi pengertian bahwa mempersekutukan Allah dan mengharamkan
saibah adalah perbuatan-perbuatan yang tak dibenarkan akal, karena tak nyata
kemaslahatan.48
Dan janganlah kamu mendekati (mengolah) harta anak yatim,
peliharalah harta anak yatim dengan sebaik-baiknya. Sempunakanlah ukuran
timbangan dengan cara yang adil, berlaku adillah, janganlah kamu melampaui
batas yang sudah ditetapkan oleh syara, walaupun ucapan (kesaksian)-mu itu
merugikan kerabatmu.maka sempurnakanlah janjimu kepada Allah, apabila
kamu telah berikrar. Dan inilah yang dipesankan kepada kamu supaya untuk
lebih bertakwa kepada Allah.
4. Surah Al-Isra ayat 23, 24 berbunyi :
, < ;8 D
? J"K
48

4 :-

#I$& 9 * !

1
*

C/
?

, 'H.

3
67G8

-(.
E5F

B+
.1

59*
,1

Muhammd Hasby Ash-Shiddyq, Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Juz 8, (Semarang::


PT. Pustaka Rizki Putra , 1995, Cet, II), hlm. 1290-1292

61

#IR& Q:8 T /

?N> AG'

* /

'

7JE

L @

Artinya : (23) Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(24) Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Isra
:23 & 24 )
Menurut penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir AnNur, beliau mengungakapkan surah Al-Isra ayat 23 dan 24 yakni :
Hendaklah kamu berbuat ihsan (kebajikan) kepada ibu bapakmu dan
berbakti kepadanya. Sebab ibu bapakmulah yang pertama-tama
menyayangimu dengan tabiat kasih sayang yang yang ditanamkan
oleh Allah pada setiap orang tua, sedangkan kamu masih dalam
keadaan sangat memerlukan kasih sayang mereka ( Tafsir AlQuranul Majid juz 15 hlm 2317).
Allah telah memerintahkan agar engkau tidak menyembah selain Dia
sendiri, karena ibadat itu adalah puncak kebesaran yang harus kita berikan
kepada Allah. Yang demikian itu tidak layak diberikan melainkan kepada
yang mempunyai nikmat. Hendaklah kamu berbuat ihsan kepada kedua ibubapak dan berbakti kepadanya. karena ibu-bapaklah orang yang mula-mula
menyayangi engkau dengan tabiat kasih sayang yang ditanamkan oleh Allah
pada setiap orang tua, sedang kamu masih dalam keadaan sangat memerlukan
kasih sayang mereka.
Firman ini menyatakan bahwa tak ada sesuatu nikmat yang diterima
oleh manusia yang lebih banyak dari pada nikmat Allah dan sesudahnya
nikmat yang dicurahkan oleh ibu-bapak. Karenalah dimulai dengan
mensyukuri nikmat Allah, kemudian mensyukuri nikmat yang dicurahkan
oleh ibu-bapak. Apabila ibu bapak atau salah seorang dari keduanya telah
sampai kepada keadaan lemah dan berada disisi pada akhir hayatnya, maka

62

wajiblah kamu mencurahkan belas kasihdan perhatianmu kepada keduanya,


dan memperlakukan keduanya sebagai seorang yang mensyukuri orang yang
telah memberikan nikmat kepadamu. Hal itu dengan jalan sebagai berikut :
1. Jangan engkau mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hatinya, apabila
kamu mendapati sesuatu hal yang tidak disenangi oleh manusia. Tetapi
bersabarlah kamu dan berharaplah pahala dari Allah atas kesabaranmu.
2. Jangan engkau membentak-bentak mereka atau mengeruhkan perasaannya
dengan ucapan-ucapanmu. Jangan memperlihatkan rasa tak senang karena
dia berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan kamu, begitu pula kamu
jangan membantah perkataan-perkataannya dengan cara yang menyakitkan
hati.
3. Hendaklah kamu berbicara bersama mereka dengan kata-kata atau ucapan
yang baik, yang disertai penghormatan yang sesuai dengan adab (akhlak)
dan etika.
4. Hendaklah engkau bertawadhu kepada mereka dan mentaatinya dalam
segala perintah yang tidak mengakibatkan kedurhakaan kepada Allah.
Kamu lakukan yang demikian itu adalah karena rahmatmu kepada mereka
bukan karena semata-mata menurut perintah.
5. Hendaklah kamu berdoa kepada Allah supaya Dia memberi rahmat kepada
kedua ibu-bapakmu sebagai keseimbangan rahmat kedua ibu-bapakmu
kepadamu ketika kamu masih kecil. 49
5. Surah Al-Ankabut ayat 8 berbunyi :
?(6. 1 ? <

B A

?@
#<&

(. %:

LM
S@B+8!

(@

8
> P 1

Artinya : Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua


orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku49

Muhammd Hasby Ash-Shiddyq, Tafsir Al-Quranu lMajid An-Nur Juz 8, (Semarang:


PT. Pustaka Rizki Putra , 1995, Cet, II), hlm. 2242-2243

63

lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (Q.S al-Ankabut : 8).
Menurut penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir AnNur, beliau mengungakapkan surah Al-Ankabut ayat 8 yakni :
Tuhan telah memerintahkan manusia supaya mengerjakan pekerjaan
yang baik terhadap dua ibu bapak. Jika ibu bapakmu mendesak kamu
mengikuti agamanya yang memepersekutukan Allah, maka janganlah
kamu mengikutinya, walaupun kamu harus tetap berlaku baik
kepadanya dan mencari kerelaan hatinya ( Tafsir Al-Quranul Majid
juz 20 hlm 3016).
Tuhan telah memerintahkan manusia supaya mengerjakan pekerjaan
yang baik terhadap kedua ibu bapak. Pembicaraan al-Quran masih dalam
menerangkan cobaan-cobaan yang dialami oleh para Muslimin untuk
mengembalikan mereka kepada agama kafir. Yang mendapat cobaan-cobaan
itu ialah orang yang rendahan sedangkan yang menimbulkan cobaan-cobaan
itu ialah orang kafir yang kuat-kuat yang mempunyai kekuasaan atau tuantuan dari para budak.
Ada satu golongan lagi dari orang-orang yang mendapat azab, yaitu
anak-ana dan kerabat-kerabat dan yang menimpakan cobaan-cobaan itu ialah
orang-orang tua mereka dan kaum-kaum kerabat mereka berdasarkan
hubungan kekerabatan.
Jika ibu bapakmu mendesak kamu mengikuti agamanya yang
mempersekutukan Allah, maka janganlah kamu mengikutinya, walaupun
kamu harus tetap berlaku baik kepadanya dan mencari kerelaan hatinya.
Kamu semua akan kembali kepada-Ku, baik yang beriman kepada-Ku
maupun yang tidak, baik yang berbakti kepada kedua ibu bapaknya ataupun
yang tidak, dan akan Aku balas segala perbuatanmu masing-masing setimpal
dengan usahanya. 50

50

Muhammd Hasby Ash-Shiddyq, Tafsir Al-QuranulMajid An-Nur Juz 29, (Semarang :


PT. Pustaka Rizki Putra , 1995, Cet, II), hlm.3110-3112

64

6. Surat Luqman ayat 14 berbunyi :


% ?K

P 8

- ,

, K + 8

N>

LM
#@R& Q

> P B

Artinya : Dan telah Kami perintahkan kepada manusia supaya berbakti


kepada kedua ibu bapaknya. Ibunya mengandung dengan menderita lemah
yang berganda dan barulah ibu tidak menyusui sesudah dua tahun.
Syukurlah Daku dan kedua ibu bapakmu, kepada-Ku tempat kembalib.(Q. S.
Luqman : 14)
Menurut penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir AnNur, beliau mengungakapkan surah Luqman ayat 14 yakni :
Allah telah memerintahkan kepada manusia supaya dia mensyukuriNya atas nikmat-nikmat yang telah dicurahkan-Nya atas mereka, dan
supaya mensyukuri pula kedua ibu bapaknya, karena pada lahirnya,
orang tualah yang menjadikan sebab kepada berwujudnya manusia
itu dan karena orang tua telah menderita berbagai-bagai kesukaran
dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Perlakukan keduanya ibu
bapakmu dalam segala urusan-urusan keduniawian dengan cara yang
paling baik yang dikehendaki oleh perikemanusiaanyang tinggi,
seperti: memberi makan, pakaian, perumahan, bergaul baik dan
sebagainya ( Tafsir Al-Quranul Majid juz 21 hlm 3112).
Demikianlah Allah telah memerintahkan kepada manusia supaya dia
mensyukuri-Nya atas nikmat-nikmat yang telah dicurahkan-Nya atas mereka,
dan supaya mensyukuri pula kedua ibu bapaknya, karena pada lahirnya, orang
tualah yang menjadi sebab kepada berwujudnya manusia itu dan karena orang
tua telah menderita berbagi-bagi kesukaran dalam mendidik dan mengasuh
ananya.
Sepertihalnya Ibu yang mengandung dengan menderita lemah selama
sembilan bulan, yang selalu berganda menemanimu sewaktu kamu lemah tak
berdaya apapun dan barulah ibu tidak menyusui sesudah kamu dua tahun.
Maka bersyukurlah kepada Allah SWT, dan berbuatlah kebajikan kepada
kedua ibu bapakmu, dan perlu diingat benar-benar bahwasanya kepada Allah
SWT tempat kembali dan dimintai pertanggung jawabanmu. Dan
perlakukanlah kedua ibu bapakmu dalam segala urusan-urusan keduniawian

65

dengan cara yang paling baik, dengan setulus ikhlas tanpa pamrih, mencintai,
mengasihi dan menyayangimu kedua orang tua sewaktu kamu masih kecil.
samahalnya yang dikehendaki oleh semua orang tua (ibu bapak) dengan
perikemanusiaan yang tinggi, seperti memberi makan, pakaian, perumahan,
bergaul dengan cara yang baik dan sebagainya.51
7. Surah Al-Ahqaaf ayat 15 berbunyi :
C 0K

K N>

(+ $57 B (+
DT

. DT

(1

K + 8

N>

$56 3 AG J * / F
$57/ C

? P I8

LM
E

KC4

57

1 . B2 8

N<H

O
#@A&

1 'D
> O
NU%

Artinya : Dan orang yang Berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis
bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat
sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah
seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah
adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orangorang dahulu belaka". (Q.S. Al-Ahqaaf : 15)
Menurut penafsiran Muhammad Hasbi As-Sidieqy dalam tafsir AnNur, beliau mengungakapkan surah Al-Ahqaaf ayat 15 yakni :
Kami (Allah) telah memerintahkan kepada manusia supaya berbuat
ihsan kepada orang tuanya, dan berbakti kepada keduanya, baik
ketika ibu bapaknya masih hidup atau sesudah berpulang ke
rahmatullah. Sikap berbakti kepada orang tua merupakan salah satu
dari amal yang paling utama, sedangkan berlaku durhaka kepada
orang tua adalah dosa besar. Dan keutamaan ibu pun lebih besar,
karena ibu berhak mendapatkan dua pertiga kebaktian, atau
kebajikan dari anak, dan ibulah yang mengandung dan
melahirkannya dengan penuh resiko. Karena sudah sepantasnya si
anak berbakti kepada kedua orang tuanya, memuliakan dan
memeperbaiki hubungan denagan ibunya ( Tafsir Al-Quranul Majid
juz 26 hlm 3830).

51

Muhammd Hasby Ash-Shiddyq, (Tafsir Al-Quranu lMajid An-Nur Juz 21, (Semarang :

PT Rizki Putra, 1995 Cet, II), hlm. 3110-3112

66

Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia supaya berbuat


ihsan kepada orang tuanya, dan berbakti kepada keduanya, baik ketika ibu
bapaknya masih hidup atau sesudah meninggal dunia. Allah SWT telah
menjadikan sikap berbakti kepada orang tua merupakan salah satu dari amal
yang paling utama, sedangkan durhaka kepada orang tua, adalah salah satu
dari dosa besar.
Cobalah kamu lihat Ibumu yang mengandung dan melahirkankamu
dengan penuh resiko. Sudah sepantasnya si anak berkewajiban untuk lebih
banyak

berbuat

kebajikan,

berbakti

kepada

keduanya,

menghargai,

menghormati, mencintai, mengasihi dan menyayangi, dan memperbaiki


hubungan baik dengan ibu. Sejak saat mengandung hingga mengakhiri masa
susunya adalah 30 bulan lamanya. Kita ketahui bahwa tempo menyusukan itu
paling lama ialah 2 tahun. Kalau demikian maka sekurang-kurangnya masa
mengandung ialah 6 bulan..
Hingga apabila dia telah mencapai umur dewasa dan berakal yang
sempurna, berusia antara 30 sampai 40 tahun dan sampai umurnya kepada
taraf matang dan cukup sempurna, usia 40 tahun. Sesudah dia mencapai usia
40 tahun, maka diapun berdoa, wahai Tuhanku, taufiqkanlah akan daku,
untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku,
baik mengenai agama maupun mengenai dunia, dan mensyukuri nikmatnikmat

yang telah Engkau curahkan kepada kedua ibu bapakku, yaitu

Engkau menghidupkan rasa belas kasihan dalam dirinya kepadaku di waktu


aku masih kecil. Jadikanlah wahai Tuhan kebaikan dan ketakwaan
berkembang dalam diri keturunanku, teguhkan sendi-sendinya pada pribadipribadi anak-anakku. Aku bertobat kepada Engkau dari dosa-dosaku yang
telah lalu yang aku kerjakan tanpa sadar, dan aku adalah dari orang-orang
yang tunduk dan menyerahkan diri kepada Engkau serta mengerjakan
perintah, menjauhi larangan Engkau, dan tunduk kepada hukum Engkau.52

52

Muhammd Hasby Ash-Shiddyq, Tafsir Al-QuranulMajid An-Nur Juz 26, (Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra , 1995, Cet, II), hlm.3701-3703

BAB IV
ANALISIS
Q. Penegasan Al-Quran Terhadap Kewajiban Berbakti Kepada Kedua
Orang Tua Menurut Pemahaman Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy
Dengan tegasanya Al-Quran menjelaskan Tentang Kewajiban Berbakti
Kepada Kedua Orang Tua Menurut Pemahaman Hamka dan Hasbi AshShiddieqy, penafsiran kedua tokoh tersebut adanya persamaan dalam ketegasan,
dan begitu pentingnya perintah untuk berbakti kepada orang tua, karena itu semua
sebuah kewajiban seorang anak terhadap orang tua.dan pada bab-bab terdahulu
penulis telah menjelaskan bahwa di dalam berbakti kepada orang tua adalah suatu
kewajiban yang patut dilaksanakan. Mengingat hal tersebut, maka tidaklah
mengherankan jika berbakti kepada Allah SWT, dan hal ini merupakan suatu
tindak lanjut yang menghubungkan kebajikan manusia dengan Tuhannya. Unsur
manusia yang paling menentukan kebaktiannya terhadap kedua orang tua adalah
dilihat dari cara keduanya memberikan dan memperlakukan anak sebagaimana
mestinya, yaitu dengan cara memberikan pendidikan yang sesuai dengan ajaran
agama.53
Al-Quran telah banyak memepertegas dan menjelaskan betapa pentingnya
tentang hal-hal yang menyangkut berbakti kepada orang tua, sebagaimana
menurut pemahaman Prof. Dr. Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy. Terhadap ayatayat kewajiban berbakti kepada kedua orang tua atau sebaliknya, Seperti yang
telah dikemukakan kedua mufasir sebelumnya, bahwa ayat-ayat yang berkaitan
dengan hal berbakti kepada kedua orang tua, kewajiban orang tua terhadap anak
atau sebaliknya. Dengan berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar, normal
dan logis saja kalau si anak di tuntut untuk berbakti kepada kedua orang tua,dan
dilarang keras untuk mendurhakai keduanya.
53

hlm. 254

Sayid Sabiq, Islam Dipandang Dari Segi Rohani, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994),

67

68

Secara khusus Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi
yang sangat istimewa sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi
yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya juga menempati
posisi yang sangat hina. Hal demikian menurut hemat kita, mengingat jasa ibu
bapak yang sangat besar sekali dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung,
menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut
mengandung dan menyusui, tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah,
membimbing, melindungi, membesarkan, dan mendidik anaknya hingga
mampu.54
Dan hak ayah ibu terhadap anak merupakan hak yang terberat sesudah hak
Allah terhadap hambanya-Nya. Karen jika Allah SWT adalah Penciptanya, maka
ayah dan ibu adalah sebab dan jalan yang dilaluinya lahir di alam dunia. Dan juga
karena apa yang telah di berikan oleh ayah dan ibu berupa pengorbanan,
penderitaan, dan pemerasan tenaga dan pikiran guna kesejahteraan anak sejak ia
dalam kandungan sampai lahir dan bertumbuh menjadi orang dewasa.55
Maka sebagai imbalan terhadap jasa ayah dan ibu, Islam berseru agar
berbakti kepada ayah ibunya, mempergauli mereka dengan sebaik-baiknya
pergaulan. Dan Allah SWT membuktikan bahwasannya berbakti kepada orang tua
merupakan salah satu ajaran islam yang paling tinggi setelah iman kepada Allah
SWT adalah firman Allah SWT yang tertuang dalam Al-quran. Dengan tegasnya
kewajiban itu, Allah SWT memerintah untuk mempertegaskan kewajiban berbakti
kepada orang tua setelah perintah beribadah kepada-Nya dalam beberapa ayatayat Alquran, yaitu:
1. Perintah ihsan kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah SWT di dalam AlQuran langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada-Nya semata-mata
atau sesudah larangan mempersekutukan-Nya. Allah befirman:56
54

M. Nur Abdul Hafidz Suwaid, Manhaj Tarbiyah An Nabawiyah Li al-Thifl, (Bandung :


Mizan, 1997), hlm. 266
55
Sodarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994), hlm. 210
56
Ibid

69

a. Surat al baqarah : 83

%:

)7 %, $56 4 +

-(.

+
. ' 0 - !/

.) -

&$

+# *

8 9
8 ) (1 *

#<$& ; 1* (+ : +

Artinya :dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu
bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Surah AlBaqarah: 83)
b. Surah An-Nisa : 36

#$%&

"

Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri .(Surah AnNisa: 36)
c. Surah Al-Anam : 151
8 % 8
?5

"

,/

8*3 + %2.+ -4

='
,>)

.
!

(.

*
.

70

1 042

='

"

57

>6

?
(.

#@A@&

2(

Artinya: Katakanlah Maka kubacakan apa yang diharamkan atas kamu


oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi
rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar, demikian itu
yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahaminya. (QS. Al-Anam:
151)

d. Surah Al-Isra : 23
, < ;8 D

4 :-

#I$& 9 * !

C/
*

3
67G8

, 'H.

-(.
E5F

B+

59*

.1

,1

Artinya: dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembahselain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia.(QS. Al-Isra: 23)
e. Surah Al-Isra: 24
#IR& Q:8 T /

?N> AG'

* /

'

7JE

L @

? J"K

Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS. Surah
Al-Isra: 24)

71

2. Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada
ibu bapak. Dan tidak boleh mematuhi orang tua yg kafir kalau mengajak
kepada kekafiran. Allah berfirman:57
a.Surah Al-Ankabut: 8
1 ? <

B A

?@

D
#<&

(. %:

S@B+8!

(@

LM

> P 1

?(6.

(Artinya : kami diwajibkan manusia berbuat) kebaikan kepada dua orang ibubapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 8)

b. surah Al-Ahqaf: 15
C 0K

K N>

(+ $57 B (+
DT B

. DT $57/ C

(1

K + 8

$56 3 AG J * / F
? P I8

N>
(

LM
E

KC4

1 . B2 8

N<H

1 'D

57

> O

O
. #@A&

NU%

Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan
57

Ibid. hlm. 257

72

kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya
aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". (Surah Al-Ahqaf: 15)

3. Allah SWT mepertegasakan perintah berterima kasih kepada ibu bapak


langsung sesudah perintah berterima kasih kepada Allah SWT. Allah
berfirman:58
a. Surah Luqman: 14
- ,

% ?K

P 8

, K + 8

N>

LM
> P B

#@R& Q

Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS. Al-luqman: 14)

b. Surah Luqman: 15
?

?(6. 1 ? < %

(. %:

8V@B+8!

(@

B A
> P :0 1 > P G +

?@

O
F N-.

+F
#@A&

Artinya : dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku


sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
58

Ibid, hlm. 258

73

kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan


(Surah Luqman: 15)
4. Allah SWT mepertegasakan perintah tentang anak untuk tidak mendurhakai
kedua orang tua terdapat di dalam Al-quran :59
a. Surat Al-Ahqaaf ayat: 17
, W -*
#@Z&

K
Y Q6 F

* O K8
,

$56+ (.
4

67G8

J*
)B

C: % X

Artinya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis
bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat
sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah
seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah
adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orangorang dahulu belaka. (QS. Ahqaaf ayat: 17)

Demikanlah keseluruhan ayat-ayat tentang ketegasan berbakti kepada kedua orang


tua, yang tersebut di atas mengandung:
1. Perintah agar berlaku baik terhadap kedua ayah ibu sebagai imbalan bagi
kebaikan mereka terhadap sang anak. Dan untuk memberi tekanan khusus bagi
perintah ini, Allah mengkaitkannya dengan perintah beribadah kepada-Nya.
2. larangan memperlakukan keduanya dengan sikap kasar dan kaku, seperti
membentak-bentak mereka, mengeluarkan kata-kata yang memberi kesan
kurangnya penghargaan dan rasa kesal hati memelihara mereka.
3. hendaklah anak-anak memilih kata-kata yang manis dan sedap didengar dalam
percakapan mereka pada ayah ibu dan menjauhka diri dari penggunaan kata
kata kasar tau yang mengandung paksaan atau kekesalan hati, dan tidaklah
mendurhakai keduanya.
59

Ibid, hlm. 261

74

4. hendaklah anakanak selalu merendahkan diri dalam pergaulan mereka dengan


ayah ibu dan selalu memperlihatkan kasih sayang serta sikap hormat kepada
mereka, teristimewa bila sag kedua orangtua sudah mencapai usia lanjut.
5. hendaklah

anakanak

dalam

segala

kesempatan

tidak

lupa

berdoa

memohonkan rahmat dan berkah allah bagi orangtua mereka dengan berkata :
ya Allah berilah rahmat kepada ayah ibuku sebagaimana mereka telah
memeliharaku sejak kecil.
Sebegitu tegasnya perintah untuk berbakti kepada orang tua disampaikan
Al-Quran secara mengesankan. Perintah tersebut sungguh tersusun dengan sangat
indah sehingga terjemahnya pun tidak bisa menggambarkan kemesraan hubungan
orang tua sebagaimana ditunjukkan bahasa Al-Quran. Perintah berbuat baik
kepada orang tua dan menyebutnya setelah jangan menyembah kepada selain
Allah, ujar Prof. Dr. Hassan Hathout dalam bukunya Revolusi Seksual
Perempuan : Obstetri dan Ginekologi dalam Tinjauan Islam (1994: 147),
sungguh sangat mengesankan. Kelembutan dan kasih sayang dalam memelihara
mereka, digambarkan secara indah dengan cara merendahkan diri dengan penuh
kasih sayang dalam tesk Al-Quran aslinya yang berbahasa Arab, ayat ini
diungkapkan dengan gaya sastra yang demikian manis yang tidak mungkin
didekati oleh bahasa terjemahan.60
Itulah Al-Quran, yang jika kita baca secara terus menerus akan
menimbulkan kesan yang semakin mendalam. Romantisme yang di usung AlQuran dalam menggambarkan interaksi antara anak dengan orang tua tidak dapat
ditandingi oleh kalimat yang dikarang sang maestro sastra manapun. Diawali
dengan perintah mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah, Allah
merangkainya dengan perintah berbuat baik kepada orang tua sampai mereka
lanjut usia, ketika mereka telah beruban dan berada dalam keadaan yang lemah,
ketika tenaga mereka tidak lagi sekuat saat mereka muda dan sangat khawatir jika
anak-anaknya tidak berbakti kepadanya. Anak di larang berkata uf da

75

membentak. Sebaliknya, anak diajak untuk berkata dengan kata yang mulia dan
berdoa seraya mengingat-ingat memori masa kecilnya dulu yang penuh dengan
kenangan indah bersama orang tua karena tidak mungkin ia memiliki rasa benci
kepada orang tuanya, dan coba renungkanlah surah Al-Isra:23.61
Begitulah kesan yang ditimbulkan Al-Quran, sampai-sampai Umar bin
Khattab yang terkenal berwatak paling keras dan pernah menjadi musuh Islam,
masuk Islam karena mendengar lantunan ayat-ayat Al-Quran dari adik
perempuannya. Kalimat-kalimat Al-Quran ini pula, baik dari segi susunan ayat
maupun isinya, yang membawa sejumlah tokoh barat masuk Islam.
Di dalam Al-Quran, sangtlah tegas dalam memerintah untuk berbakti
kepada orang tua sering di sampaikan, tetapi hanya beberapa ayat saja yang
memerintahkan orang tua berbuat baik untuk anaknya.
Berkaitan dengan hal itu, Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zilal AlQuran

mengatakan bahwa sejatinya kehidupan selalu mengarah pada masa

depan, di mana selalu tercipta generasi generasi baru, bukan kepada generasi
yang telah berlalu (Sayyid Quthb, 1967: 5/15: 25). Dengn kata lain, pada
hakikatnya semua manusia yang ada di muka bumi ini adalah anak dari orang
tua-orang tua terdahulu yang akan terus melahirkan keturunan lagi di masa yang
akan datang sampai kiamat. Bukankah kita putra-putri dari bapak dan ibu yang
sama? Dengan demikian, ayat tersebut berlaku secara umum bagi seluruh umat
manusia.
Selain itu, hal ini karena potensi membangkang, menolak, atau melupakan
orang tua lebih tinggi pada diri anak. Sebaliknya, orang tua telah memiliki naluri
menyayangi anaknya tanpa batas. Hati orang tua telah di karuniai fitrah untuk
mencintai anak-anaknya. Perasaan cinta tersebut tertanam dalam jiwa, sehingga
tanpa rasa terbebani, mereka mau mengasuh bayi sampai menjadi manusia
60

Muhammad Muhson, Nasehat Bapak Untuk Seorang Anak, (Jakarta : Gema Insani,
2002), hlm. 26
61
Quraish Shihab, Secerca Cahaya Illahi, (Bandung : PT. Mustaka, 2007), hlm. 110

76

seutuhnya. Tanpa di suruh-suruh, mereka secara otomatis mengalirkan mata air


kasih sayang kepada anak. Mereka sumber kasih Allah SWT yang tersebar di
bumi. Selain itu secara umum pandangan orang tua lebih dewasa daripada
anaknya. Seorang anaknya, terlebih pada saat remaja, sering mengalami gejolak
kejiwaan sehingga menimbulkan masalah pertentangan dan permusuhan dengan
orang tua. Oleh sebab itu, anak-anak harus selalu diingatkan untuk berbakti
kepada orang tua.62
Sebagaimana yang di sebutkan diatas berkaitan tentang penegasan ayatayat Al-Quran terhadap kewajiban berbakti kepada kedua orang tua,
menunjukkan himbauan secara serius kepada semua manusia (bani Adam) agar
senantiasa untuk berperilaku baik kepada kedua orang tua. Hal ini dapat di lihat
dengan di ulang-ulangnya perintah tersebut. Bahkan secara tegas perintah tersebut
sering digandengkan dengan kalimat larangan menyembah Allah ( musyrik ) atau
digandeng dengan kalimat perintah mensyukuri nikmat-nikmatnya. Perihal
tersebut dapat dipahami bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua secara tegas
hampir disamakan dengan larangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu
selain-Nya. Dan berkaitan dengan perintah bersyukur kepada kedua orang tua
yakni dengan membalas segala kebaikan (walaupun tidak akan terbalas ) dengan
perbuatan yang menyenangkan keduanya sama dengan perintah untuk syukur
terhadap Allah atas segala nikmati-Nya dengan mentaati segala perintah-Nya dan
meninggalkan larangannya.
R. Persamaan dan perbedaan Penafsiran Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy
terhadap ayat ayat tentang berbakti kepada orang tua.
Di dalam berpendapat Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy menafsirkan ayatayat tentang berbakti kepada kedua orang tua adanya persamaan dan perbedaan.
Adanya persamaan dan perbedaan kedua mufasir itu adalah:
1. Persamaan Penafsiran Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy terhadap ayat-ayat
tentang berbakti kepada orang tua
62

Fatimah Umar Nasif, Women In Islam, (Jakarta : CV. Cendekia Sentra Muslim, 1999),

77

Keduanya sama mengartikan Wa bil waalidaini ihsaanaa = dan berbuat


baik kepada ayah ibumu sebagai betuk tegasnya perintah setelah tegak pokok
kepercayaan yang pertama, yaitu tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah,
dan adanya perintah kewajiban yang kedua yaitu berbuat baik atau berlaku ikhsan
kepada kedua orang tua. Penuhilah segala hak-haknya, dan jangan mengecewakan
hati keduanya. Berbaktilah kepada mereka sebagaimana mestinya. Merekalah
yang menyebabkan kamu hadir di dunia, dan merekalah yang mendidik dan
membesarkan kamu dengan segala kesungguhan dan keikhlasan, meskipun tidak
jarang harus meghadapi berbagai halangan, rintangan dan beban yang begitu
beratnya.
Setiap mufasir menafsirka ayat-ayat berbaktik kepada kedua orang tua,
dari

kesungguhan, keseriusan

dan berusaha keras kedua mufasir itu dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Quran agar hasil tafsir tersebut dapat mudah di pahami
dan bisa diterima masyarakat pada umumnya, maka dari itu para mufasir dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Quran selalu menggunakan bahasa yang mudah di
pahami dan tidak berbelit-belit. Hal ini dilakukan karena dengan menggunakan
bahasa yang mudah di pahami oleh masyarakat, akan mengakibatkan masyarakat
menjadi tidak sulit dalam memahami penafsiran keduanya itu. Dan dalam
penulisan tafsir Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy, kedua mufasir tersebut telah
menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan mudah di mengerti. Sehingga
sampai sekarang ini kedua mufasir itu masih banyak sekali tanggapan yang positif
dari masyarakat.
Kedua mufasir itu mempunyai persamaan yaitu terdapat pada metode dan
corak. Dan keduanya menggunakan metode tahlili dan corak al-Adabi al-Ijtimai (
kebudayaan masyarakat), tetapi disisi lain terdapat perbedaan yaitu pada tafsir AlAzhar juga menggunakan metode ijmali yaitu menjelaskan ayat-ayat Al-Quran
secara singkat tapi mencangkup, dengan bahasa populer mudah dimengerti dan
enak dibaca.63
hlm. 228

63

Ali Hasan, Sejarah Dan Metodologi Tafsir, (Jakarta : Gramedia, 1994), hlm. 29

78

Penulis bependapat bahwa diantara kedua mufasir tersebut penulis lebih


condong kearah penafsiran An-Nuur karya Teungku Muhammad Hasbi AshShiddieqy, yang alasanya adalah karena tafsir An-Nuur coraknya adab al-ijtimai
yakni tafsir yang diuraikan dengan bahasa yang indah dan menarik dengan
orientasi pada sastra kehidupan budaya dan masyarakat, dan tidak mengarah atau
cenderung pada suatu bidang disiplin tertentu, karena kecenderungan tersebut
dapat mempersempit kandungan al-Quran yang bersikap terhadap corak tafsir
terdahulu karena corak tafsir dahulu itu lebih cenderung pada bidang studi dalam
keilmuan dengan mengabaikan bidang studi lainnya. Sedangkan arah penafsiran
Hamka cenderung lebih simple, praktis, dan menggunakan metode ijmali yaitu
menjelaskan ayat-ayat Al-Quran secara singkat tapi mencangkup, dengan bahasa
populer mudah dimengerti dan enak dibaca.64
Kedua mufasir berasal dari keluarga ulama yang intelek, atas dorongan
diri, dan orang tua mereka masing-masing agar beliau belajar dengan sungguhsungguh sehingga beliau meguasai berbagai bidang ilmu yang lain, seperti bidang
ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah,hukum, sosiologi dan politik,
baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang baik,
Akhirnya minat itu tertanam dalam diri beliau masing masing. Dengan
kemahiran beliau dalam berbahasa arab yang baik maka beliau beliau ini,
menuangkan dalam bentuk belajar maupun mengajar, dan tulis menulis di dalam
karya-karya mereka. Dari kegiatan tersebut pada akhirnya beliau merasa
berkewajiban untuk menuangkan hasil keterlibatan beliau dalam urusan bahasa
arab sehingga lahirlah sebuah tafsir ayat-ayat al-Quran al-Hakim yang lebih di
kenal dengan tafsir Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam
Tafsir An-Nur. Dengan tafsir itu beliau bisa menyampaikan kewajibannya
terhadap kitab Allh SWT, dengan metode tahlili dan corak al-Adabi al-Ijtimai (
kebudayaan masyarakat) yg Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy inginkan, dan
menguatkan permasalahan yang masih dianggap sulit dan menyiapkan berbagai
rahasia yang termuat di dalamnya.
64

Asmaran A S, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994), hlm. 16

79

Dan yang perlu di garis bawahi dari persamaan kedua mufasir dalam
menganalisis dan menginterpretasikan ayat-ayat al-Quran dengan menggunakan
metode dan sistem penafsiran yang sama dengan ulama terdahulu dalam bidang
tafsir, disini beliau menggabungkan dua metode, metode tahlili dan ijmali. Dalam
tafsir keduanya beliau memelihara sebaik-baiknya hubungan antara naqli dan akal
penafsiran tidak hanya mengutip atau menukil dari mufasir terdahulu tetapi juga
meggunakan tinjauan dan pengalaman sendiri. 65
Dan keduanya termasuk dalam tafsir yang tergolong kedalam jenis tafsir
al-Adabi al-Ijtimai atau corak sastra budaya kemasyarakatan yaitu tafsir yang
menunjukkan petunjuk-petunjuk ayat-ayat al-Quran yang berkaitan langsung
dengan kehidupan masyarakat, dan mencerminkan keadaan sesuai dengan latar
belakang lingkungan sosial yang melingkupi kehidupan mufasir.
2. Perbedaan Penafsiran Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy terhadap ayat-ayat
tentang berbakti kepada orang tua
Bagi penafsiran Hamka dalam TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy
dalam Tafsir An-Nur yang berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat tentang berbakti
kepada orang tua, kedua mufasir ini mempunyai perbedaan tersendiri dalam
menafsirkannya. Dan perbedaan penafsiaran terhadap ayat-ayat tentang berbakti
kepada orang tua terlihat begitu mencolok sekali. Hal ini disebabkan karena kedua
telah memiliki metode dan corak tafsir yang berbeda, namun penulis mencoba
untuk menilai pendapat kedua penafsir tersebut.
Sedangkan menurut penafsiran Hamka terhadap ayat-ayat tentang berbakti
kepada orang tua dengan tegasnya, singkat, cenderung lebih simple, praktis, dan
menggunakan metode ijmali dan corak al-Adabi al-Ijtimai ( kebudayaan
masyarakat) yaitu menjelaskan ayat-ayat Al-Quran secara singkat tapi
mencangkup, dengan bahasa populer mudah dimengerti dan enak dibaca.
Contohnya dari pendapat penafsiran Hamka menurutnya, untuk dasar
kehidupan, menjadi ummat islam yang hidup dan bersemangat, teguhkanlah ibdat

65

Abd. Jalal, Pelopor Pembaharuan Pemikiran Islam, (Harian Waspada, 6-8 September

80

kepada Allah yang satu, dan jangan sekali-kali diperserikatkan yang lain atau
kamu mempersekutukan-Nya. Maka setelah demikian teguh hubungan ke tuhan
Allah, lanjutkanlah hubungan kebawah yaitu kepada sesama manusia, dimulai dari
yang paling dekat. Sepertihalnya cara berbuat baik kepada orang tua hendaknya
berlaku baik. berkewajiban berperilaku baik kepada kedua orang tua. Hal ini
dapat dilihat dengan di ulang-ulangnya perintah tersebut tentang ayat-yat berbakti
kapada kedua orang tua. Bahkan secara tegas perintah berbakti kaepada kedua
orang tua tersebut sering digandengkan dengan kalimat larangan menyembah
selain Allh SWT (musyrik) atau digandengkan dengan kalimat perintah
mensyukuri nikmat-nikmatnya. Perihal tersebut dapat dipahami bahwa berbuat
baik kepada kedua orang tua

secara tegas disamakan dengan larangan

mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya. Dan berkaitan dengan


perintah bersyukur kepada kedua orang tua yakni dengan membalas segala
kebaikan keduanya (walaupun tidak akan terbalas) dengan perbuatan yang
menyenangkan keduanya sama dengan peritah untuk syukur terhadap Allah atas
segala nikmat-Nya dengan mentaati segala perintahnya dan meninggalkan
larangan-Nya.
Dan bagi penafsiran Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir An-Nur yang
berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua. Dengan
tegasnya beliau menafsirkan ayat-ayat tentang berbakti kepada kedua orang tua
dalam Tafsir An-nur, berbuat baik kepada keduaya, yaitu mengasihi dan
menyayangi mereka sebagaimana diwaktu kita kecil dulu, lalu memelihara dan
menjaga mereka dengan sempurna, tidak menyakiti hati mereka dan menuruti
kemauannya dalam segala hal yang tidak bertentangan dengan perintah Allah.
Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua, ialah karena ibu bapak telah
memberikan sepenuh perhatian dan belas kasih kepada anaknya di kala anaknya
itu masih kecil. Mereka mengurus segala keperluan hidup anaknya, di kala si anak
masih lemah belum dapat mengambil suatu manfaat dan menolak suatu madarat
dan mendidiknya. Selain itu, orang tua memberikan kasih sayang yang tidak ada
1985).

81

taranya. Maka dari itu sudah menjadi kewajiban si anak untuk membalas budi
baik kepada kedua orang tuanya.
Untuk menentukan metode apa yang di gunakan oleh Hasbi Ash-Shiddieqy,
harus diketahui dulu motivasi dan sumber-sumber dalam penafsiran An-Nur. Pada
kata pengantar Tafsir An-Nur, beliau mengatakan :
Indonesia membutuhkan perkembangan tafsir dalam bahasa persatuan
Indonesia, maka untuk memperbanyak lektur Islam dalam masyarakat Indonesia
dan untuk mewujudkan suatu tafsir yang sederhana yang menuntun para
pembacanya kepada pemahaman ayat dengan perantaraan ayat-ayat itu sendiri.
Sebagaimana Allah telah menerangkan ; bahwa Al-Quran itu setengahnya
menafsirkan yang setengahnya, yang meliputi penafsiran-penafsiran yang diterima
akal berdasarkan pentakhwilan ilmu dan pengetahuan, yang menjadikan intisari
pendapat para ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diisyaratkan
Al-Quran secara ringkas. Dengan berharap taufiq dan inayah yang maha pemurah
lagi maha penyayang, kemudian dengan berpedoman kepada kitab-kitab tafsir
yang mutabar, kitab-kitab hadits yang mutamad, kitab-kitab sirah yang terkenal.
Saya menyusun kitab tafsir in dengan saya namai An-Nur.66
Melihat ungkapan diatas, terlihat bahwa motivasi Hasbi Ash-Shiddieqy
sangat mulia yaitu untuk memenuhi hajat orang Islam di Indonesia untuk
mendapatkan tafsir dalam Bahasa Indonesia yang lengkap, sederhana dan mudah
dipahami. Sumber yang beliau gunakan dalam menyusun tafsir An-Nur adalah :
6. Ayat - ayat Al-Quran;
7. Hadits-hadits Nabi yang sahih;
8. Riwayat-riwayat Shahabat dan Tabiin;
9. Teori-teori ilmu pengetahuan dan praktek-praktek penerapannya;
10. Pendapat Mufassir terdahulu yang terhimpun dalam kitab-kitab tafsir
Mutabar.
66

Jalal, Tafsir Al Maraghi dan Tafsir Annur, Sebuah Perbandingan,(Yogyakarta : 1985)

82

Berdasarkan sumber-sumber yang dipakai, maka dapat diketahui bahwa


metode yang dipakai oleh Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menyusun tafisir An-Nur
adalah metode campuran antara metode tahlili, bil Royi atau bin Maqul. Hal ini
juga beliau kemukakan bahwa, dalam menyusun tafsir ini berpedoman pada tafsir
induk, baik kitab tafsir bil Matsur maupun kitab tafsir bin Maqul.
Tafsir An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy tidak mempunyai corak dan
orientasi terhadap bidang tertentu, sebab kalau diperhatikan semua tafsirnya tidak
memuat bidang ilmu tertentu, seperti bidang Bahasa, hukum, sufi, filsafat dan
sebagainya. Hasbi Ash-Shiddieqy membahasnya dengan mengaitkan bidang ilmu
pengetahuan secara merata artinya tidak ada penekanan pada bidang tertentu,
sebab membahas dengan memfokuskan pada bidang tertentu menurutnya akan
membahwa para pembaca keluar dari bidang tafsir.
Sementara jika diperhatikan sistematika yang tergantung dalam kita tafsir
An-Nur, terdiri dari 4 (empat) tahap pembahasan, yakni :
1. Penyebutkan ayat secara tartib mushaf tanpa diberi judul;
2. terjemahan ayat kedalam Bahasa Indonesia dengan diberi judul Terjemahan;
3. Penafsiran masing-masing ayat dengan didukung oleh ayat yang lain, hadits,
riwayat Shahabat dan Tabiin serta penjelasan yang ada kaitannya dengan ayat
tersebut dan tahapan ini diberi judul Tafsirnya;
4. Kesimpulan, intisari dari kandungan ayat yang diberi judul Kesimpulan.
Namun tidak bisa disangkal, bahwa Hasbi Ash-Shiddieqy adalah tenaga
pengajar pada fakultas Syariah dan ahli dalam bidang hukum Islam, maka ketika
beliau menafsirkan ayat-ayat hukum keliahatan lebih luas, namun tidak berari dia
memberi corak dan berorientasi pada tafsir hukum.
Pada

kata

pengantar kitab

tafsir

an-Nur

beliau

menyatakan

Meninggalkan uraian yang tidak langsung berhubungan dengan tafsir ayat,


supaya tidak selalu para pembaca dibawa keluar dari bidang tafsir, baik ke bidang
sejarah atau bidang ilmiah yang lain

83

Dari ungkapan diatas, Hasbi Ash-Shiddieqy tdak bermaksud tidak akan


menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan uraian ilmiah yang panjang lebar yang
dikhawatirkan keluar dari tujuan ayat-ayat tertentu. Dengan demikian tafsir AnNur tidak mempunyai corak atau orientasi tertentu, namun bisa dikatakan komplit,
artinya meliputi segala bidang.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep berbakti kepada orang tua menurut al-Quran
Al-Quran menegaskan, bahwasanya untuk berbakti kepada orang tua
itu merupakan sesuatu kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua,
Bukti utama, bahwa berbakti kepada orang tua merupakan salah satu
ajaran islam yang paling tinggi setelah iman kepada Allah SWT. Dan
firman Allah SWT yang tertuang dalam Al-Quran, Dengan kuatnya
kewajiban itu, Allah mengulang-ulang perintah untuk berbakti kepada
kedua orang tua dengan tegasnya, setelah perintah beribadah kepada-Nya.
Adapun ayat-ayat yang menegaskan untuk berbakti kepada kedua orang
tua, yaitu surah Al-Baqarah ayat : 83, An-Nisa : 36, Al-An-am : 151, dan
Al-Isra : 23, ada surah lain yang mengandung perintah langsung untuk
berbakti kepada orang tua, yaitu surah Al-Ankabut : 8 dan Al-Ahqaf : 15.
Al-Quran memperkenalkan konsep berbakti kepada kedua orang
tua dengan istilah ihsan dan husn. Dua kata itulah yang ditampilkan oleh
Al-Quran untuk menjelaskan perintah berbakti kepada kedua orang tua,
dengan rincian lima ayat untuk kata ihsan dan satu ayat untuk husn. Maka
perhatikanlah surah Al-Baqarah: 83, An-Nisa: 36, Al-Anam: 151, Alisra: 23, dan Al-Ahqaf: 15, untuk menemukan kata ihsan, dan perhatikan
pula surah Al-Ankabut: 8 untuk menemukan kata husn.
Sebagaimana yang disebutkan diatas, berkaitan ketegasan ayat-ayat
terhadap perintah untuk berkewajiban berbakti kepada kedua orang tua,
yang menunjukan himbauan secara serius kepada semua manusia (bani
adam) agar senantiasa untuk berpilaku baik kepada kedua orang tua.
2. Sebagaimana persamaan dan perbedaannya penafsiran Hamka dalam
TafsirAl-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid
An-Nur terhadap ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua adalah :

84

85

a. Persamaan Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan ayatayat tentang berbakti kepada orang tua, yaitu :
Adanya Persamaan penafsiran Kedua tokoh tersebut dengan rincian
lima ayat untuk kata ihsan dan satu ayat untuk husn. Maka perhatikanlah
surah Al-Baqarah: 83, An-Nisa: 36, Al-Anam: 151, Al-isra: 23, dan AlAhqaf: 15, untuk menemukan kata ihsan, dan perhatikan pula surah AlAnkabut: 8 untuk menemukan kata husn. Dan Manurut penafsiran kedua
tokoh tersebut dengan menghimbau dan mempertegas bahwasannya Allah
SWT, tegas memerintahkan untuk berbuat baik (ihsan, kebajikan) kepada
kedua orang tua, dari kesungguhan, keseriusan taat, tunduk dan patuh
kepada keduanya, atau berlaku lebih baik (ihsan) dengan memenuhi segala
hak-haknya, dan jangan mengecewakan hati keduanya.
b. Perbedaannya Hamka dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan
ayat-ayat tentang berbakti kepada orang tua adalah :
Penafsiran Hamkalah yang sesuai dengan metode dan corak dalam
bidang keilmuan penafsiran, dan yang jelas tidak keluar dari ketentuanketentuan yang telah beraku dibidang keilmuan penafsiran. Beliau
menafsirkan dimulai dengan terjemahkan ayat-ayat ke dalam bahasa
indonesia yg simpel, praktis dan mudah dipahami, kemudian menguraikan
nya mengenai munasabah ayat dengan ayat sebelumnya, dilanjutkan
penjelasan tentang asbabul nuzul (jika ditemui pendapat atau naq yang
menjelaskan hal itu), contohnya tentang ayat peralihan qiblat dari bait alMaqdis ke Kabah.
Sedangakan menurut Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan
dimulai dengan terjemahkan ayat-ayat ke dalam bahasa indonesia yg indah
simpel, praktis dan mudah dipahami, menafsirkan ayat dengan didukung
oleh ayat yang lain, hadits, riwayat shahabat dan tabiin serta penjelasan
yang ada kaitannya dengan ayat tersebut dan tahapan ini diberi judul
Tafsirnya, dan kesimpulan (intisari dari kandungan ayat yang diberi
judul kesimpulan).

86

Tafsir An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy tidak mempunyai corak


dan orientasi terhadap bidang tertentu, sebab kalau diperhatikan semua
tafsirnya tidak memuat bidang ilmu tertentu, seperti bidang Bahasa,
hukum, sufi, filsafat dan sebagainya. Hasbi Ash-Shiddieqy membahasnya
dengan mengaitkan bidang ilmu pengetahuan secara merata artinya tidak
ada

penekanan

pada

bidang tertentu,

sebab

membahas

dengan

memfokuskan pada bidang tertentu menurutnya akan membahwa para


pembaca keluar dari bidang tafsir. Dengan demikian tafsir An-Nur tidak
mempunyai corak atau orientasi tertentu, namun bisa dikatakan komplit,
artinya meliputi segala bidang.
B. Saran-saran
Kepada para pemikir dan ilmuwan, khususnya para ahli dan peneliti ilmu
tafsir, hendaklah tetap mempunyai semangat yang besar dalam menjalankan
tugasnya, karena masyarakat sangat membutuhkan buah pikiran kita semua,
diharapkan dengan itu semua masyarakat tidak lagi mempunyai kebimbangan
dalam memahami maksud dan tujuan al-Quran. Dengan buah pikiran yang
dapat dipahami oleh masyarakat dengan mudah diharapkan tentang isi dan
kandungan al-Quran sebagai pedoman dalam rangka menghadapi hidup di
dunia.
a.

Kepada para pemikir dan ilmuwan, khususnya para ahli dan peneliti ilmu
tafsir, hendaklah tetap mempunyai semangat yang besar dalam
menjalankan tugasnya, karena masyarakat sangat membutuhkan buah
pikiran kita semua, diharapkan dengan itu semua masyarakat tidak lagi
mempunyai kebimbangan dalam memahami maksud dan tujuan al-Quran.
Dengan buah pikiran yang dapat dipahami oleh masyarakat dengan mudah
diharapkan tentang isi dan kandungan al-Quran sebagai pedoman dalam
rangka menghadapi hidup di dunia

b.

Kepada masyarakat luas, hendaknya dalam memahami isi al-Quran tidak


hanya secara tekstual belaka, karena dengan pemahaman al-Quran yang
demikian terkadang dapat menjerumuskan kita dalam salah persepsi

87

tentang arah dan tujuan yang dikehendaki oleh al-Quran yang semestinya.
c.

Hendaknya ketika manusia dalam mengarungi kehidupan ini mampu


mengimplementasikan konsep berbakti kepada orang tua dalam kehidupan
masyarakat agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
ridha-Nya.
Hendaklah bagi kaum muslimin dan muslimat untuk memberikan
pendidikan kepada anak-anaknya dengan pendidikan yang bermanfaat dan
berlandaskan kepada Al-Quran dan Hadits Nabi. Dengan pendidikan
tersebut diharapkan nantinya anak-anak dapat menjadi orang yang
berguna, bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama,
bangsa dan Negara.

C. Penutup
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat karunia dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis
selama menjalankan kehidupan ini, hanya dengan pertolongan, dan ridhai
Allah SWT akhirnya penulisan skripsi sederhana ini dapat terselesaikan.
Penulisan skripsi ini merupakan langkah awal dalam penelitian ilmiah
penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tentunya masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu tiada gading yang tak retak dan tiada
manusia yang tak pernah berbuat salah dan dosa. Oleh karenanya saran, kritik
dan masukkan yang bersifat konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan
demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.
Akhirnya tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Hanya kepada Allah SWT penulis berdoa semoga semua pihak
tanpa disebut namanya, mendapatkan balasan yang baik dan setimpal. Semoga
karya ini bermanfaat bagi kita semua dan tentunya selalu mendapat Hidayah
dan Maqfirah dari Allah Rabbul Izzaty, Amin.

88

DAFTAR PUSTAKA
Arifudin, Muhammad. Duhai Anakku, Buana Pustaka : Sidoarjo, 2009.
Al-Hazimiy, Ibrahim. Keutamaan Birrul Walidain. Qitshi Press : Jakarta Timur.
2004
Hamazah, Karimah. Islam Berbicara Soal Anak. Gema Insani Press : Jakarta.
1993
Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahan. Toha Putra : Semarang. 1995.
Hasyim, Umar. Anak Shaleh. Bina Ilmu : Surabaya. 1980.
Shalih Al Munajjid, Muhammad. Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga. Darul
Haq : Jakarta. 1994
Shihab, Othman. Pintu-pintu Kesalehan Perjalanan Ruhani Menggapai
Kebahagiaan Sejati. Hikmah PT. Mizan Publika. 2007.
J Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . PT .Remaja Rosda Karya.:
Bandung. 2004
Sofwan, Ridin. Pedoman Penulisan Skripsi.Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo
: Semarang. 1993.
Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rakerasih : Jakarta. 1993.
Badah, Nasruddin. Metodologi Penafsiran Al Quran. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta. 1998.
Farmawi, Hayy, Metode Tafsir Mandhani, Suatu Pengantar, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1996.
Nor Ikhwan, Muhammad, Memasuki Dunia Alquran , Jakarta : Lubuk Raya,
2001
Ilyas, Yunahar, Lc. MA, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2006
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1985.
Hasyim, Umar, Anak Shaleh, Surabaya : Bina Ilmu, 1980.
Izzuddin al-Bayanni, Ahmad, Pendidikan Anak Menurut Islam, Jakarta : Pustaka
Amani, 1987.

89

Arifudin, Muhammad, Relakah Anakmu Durhaka, Jakarta : Inas Media, 2009.


Hasan Rukaid, Muhammad, Uququl Walidain, Jakarta : Remaja Rosdakarya,
2009.
Nurudin, Kuliyah Akhlaq, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Mahmud, Sefrudin, Birl al-Walidain, Bekasi: Subulus Salam, 2007.
Ali al-Hasyimi, Muhammad, Menjadi Islam Idea. Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2001.
Ibnul Jauzi, Imam, Birul Walidain,Surabaya: Pustaka Progresif, 1993.
Supriyono, Arif, Seratus Cerita Tentang Akhlak, Jakarta : Penerbit Republika,
2004.
Karim al-Faqi, Asad, Nasooihi lil abaai Qobla Uququ al Banaa, Jakarta: Gema
Insani, 2002.
Efendi, Agus, Pendidikan Anak Menurut Islam, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1990.
Nasih Ulwan, Abdulllah, Pendidikan Anak Menurut Islam, Jakarta: PT Remaja
Rosda Karya. 1992.
Http://www.nurulyaqin.org
H. Rusyid, Perjalanan Terakhir Buya Hamka, Jakarta : Panjimas, 1992.
al Mannar, M Abdul, Pemikiran Hamka, Kajian Filsafat dan Tasawuf, Jakarta :
Prima Aksara, 1993.
Yunan Yusuf, M., Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, Jakarta :
Panjimas,1990.
H. Rusyid, Pribadi dan Martabat Buya Hamka, Jakarta : Panjimas, 1983.
Rusydi, Pribadi dan Martabat Buya Hamka, Jakarta : Panjimas, 1982.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hamka
Laporan Hasil Penelitian Tentang Corak Pemikiran Tafsir al Quran Suatu
Kajian Metodologi Balai Penelitian IAIN Walisongo Semarang 19921993
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 5, Jakarta : Pustaka Panjimas,1992.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 20, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 21, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992.

90

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 26, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992.


D. Sirojuddin, Ensiklopedia, Jakarta : PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1993.
Hasbi Ash-Shiddigy, Muhammad, Tafsir Al-Quranul Karimah Juz 5, Semarang :
PT. Pustaka Rizki Putra, 1995
, Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Juz 8,
Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra , 1995.
, Tafsir Al-Quranu lMajid An-Nur Juz 8,
Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra , 1995.
, Tafsir Al-QuranulMajid An-Nur Juz 29,
Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra , 1995
, Tafsir Al-Quranu lMajid An-Nur Juz 21,
Semarang : PT Rizki Putra, 1995.
, Tafsir Al-QuranulMajid An-Nur Juz 26,
Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra , 1995.
Sabiq, Sayid, Islam Dipandang Dari Segi Rohani, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1994
Hafidz Suwaid, M. Nur Abdul, Manhaj Tarbiyah An Nabawiyah Li al-Thifl,
Bandung : Mizan, 1997.
Sodarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994.
Muhson, Muhammad, Nasehat Bapak Untuk Seorang Anak, Jakarta : Gema
Insani, 2002.
Shihab, Quraish, Secerca Cahaya Illahi, Bandung : PT. Mustaka, 2007.
Umar Nasif, Fatimah, Women In Islam, Jakarta : CV. Cendekia Sentra Muslim,
1999.
Hasan, Ali, Sejarah Dan Metodologi Tafsir, Jakarta : Gramedia, 1994.
Asmaran A S, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994.
Jalal, Abd., Pelopor Pembaharuan Pemikiran Islam, Harian Waspada, 6-8
September 1985.
Jalal, Tafsir Al Maraghi dan Tafsir Annur, Sebuah Perbandingan,Yogyakarta :
1985.

Anda mungkin juga menyukai