(Studi Tematik)
Skripsi
Oleh:
Egi
NIM:180301.1128
PARUNG - BOGOR
1444 H/2022 M
PERNYATAAN PENULIS
Bogor,...................................... 2022
Penulis
Egi
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Bogor,............................2022
Pembimbing
Mahmurudin, M.Ag
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
(.......................................)
Penguji I Penguji II
(…………………………) (…………………………..)
Pembimbing Sekretaris
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
Ibu saya yang telah sabar mambesarkan saya, mendidik saya dengan
penuh kasih sayang, beserta ayahanda tercinta yang sabar mengarahkan saya dan
menafkahi kami sekeluarga. (Bapak (alm) Niman dan Ibu Dasih) beserta kaka
saya Sarka,Sarmat,sukiah,Herawati Puspita Dewi dan andinda Sintia dan keluarga
besar alm bapak Niman beserta orang yg sanga sepesial bagi penulis yang selalu
memberikan dukuga untuk selau bersemangat dan tidak mudah
menyerah.Mudah-mudahan selalu disehatkan badannya, dimurahkan rizkinya,
dipanjangkan umurnya, dan dikabulkan apa yang menjadi hajat dan cita-citanya.
Amiin ya Robbal Alamiin.
Guru Tercinta orang yang sangat mulia Al-Alim Al-Alamah Al-Arif Billah
Sayyiduna Syaikh Al Al-Habib Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin
Salim dan Umi Waheeda Binti H. Abdurrahman, S.Psi, M.Si besrta keluarganya
terkhusus Habib Muhammad Waliyullah dan Habib Hasan Ayatullah. Serta semua
santri-santri Nurul Iman dari tingkatan paud sampai asatizd terkhusus keluarga
besar asrama H. Isya dan seluruh keluarga besar semester VIII angkatan Al-
Mahabbah, semoga mereka selalu disehatkan badannya, dipanjangkan umurnya,
dan dikabulkan segala hajat dan cita-citanya.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
STAI Nurul Iman adalah perguruan tinggi yang berbasis ilmu keagamaan.
Oleh karena itu, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berkaitan
dengan keilmuan keagamaan. Begitupun dengan referensi yang digunakan
disarankan mayoritas menggunakan bahasa Arab. Penulisar huruf yang berasal
dari bahasa Arab harus menggunakanpedoman traslitterasi yang sudah ditetapkan
oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman, secara konsisten. Adapun
transliterasi yang digunakan adalah jenis transliterasi sebagai berikut:
1. Konsonan
ر R ف F
vii
2. Vokal
Vokal Tunggal
Vokal Rangkap
ْشَي Syay
ْسو
َ Saw
Contoh:
َ = َكتkataba ْف
َْب َ ‘ = ع ُِرurifa ف
َْ = كَيkaifa ْ = َحو َلhaula
viii
3. Maddah (panjang)
بَى/بَا Baa
ِْبي Bii
ْبُو Buu
4. Ta‟ Marbuthah
Contoh:
َِْ َ سةْْْا
ْلبْتِْ َْدائَِْْية َْ = ْا َلْ َْمدْ َْرal-Madrasat al-Ibtidâiyyah
ْحمْزَْة
َْ = Hamzah
5. Syaddah (Tashdîd )
Contoh:
ْعلْ َم
َ = „Allama = يُك َِر ُْرYukarriru
ix
6. Kata Sandang
Contoh:
ْ َ = الصal –Shalâtu
ْلة
ُ ِ = اَلبَاحal - Bâhitsu
ْث
7. Penulisan Hamzah
Contoh:
Contoh:
8. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya.
Contoh:
x
ABSTRAK
Egi: Kolerasi Manusia Dan Alam Sekitar Dalam Al-Qur’an (Studi Tematik) Program
Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman Parung-
Bogor.Banyak orang di zaman ini lupa akan kesadaran alam sekitar sehinga banyak
kerusakan alam terjadi akibat ulah manusia kita lihat saja di zaman ini banyak seklai
macam-macam bencana alam baik itu secara alami maupun karna ulah tangan manusia
itu sendiri.Bencana yang di sebabkan secara alami seperti gungung meletus ,angin puting
beliung gempa bumi dan lain-lain sebaliknya bencana alam yang disebabkan oleh ulah
tangan manusia seperti tanah langsor, banjir,polusi udara dan lain-lain
Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah Hasil penelitian yang di peroleh dari
pemikiran para mufasir indonesia tentang kerusakan lingkungan adalah: (1) Quraish
Shihab, Hasbi As-Sidqy dan Hamka berpandangan bahwa Alam semesta diciptakan Allah
untuk manusia, segala sesuatu yang telah diciptakan Allah di alam ini agar dapat
digunakan oleh manusia untuk memenuhi kehidupan manusia. Namun kenyataannya
banyak manusia telah merusak alam semesta seperti yang telah dijelaskan dalam Al-
Qur’an (2) Qurasih Shihab, Hasbi As-Shidqy, dan Hamka melalui penafsiran ayat-ayat
yang berkaitan dengan lingkungan, berpendapat bahwa lingkungan adalah sebuah ciptaan
yang diperuntukkan kepada manusia, membuat sebagian manusia merasa berkuasa atas
alam semesta dan kerusakan yang terjadi pada alam merupakan hal yang wajar
karenanya. Dari sudut pandang ini maka timbullah orang-orang yang serakah untuk
kemudian memanfaatkan dan mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan yang
cenderung merusak. Akhirnya mengakibatkan beberapa satwa punah, kebakaran hutan
dan lain-lain.
xi
امللخص
إجيي( :دراسات موضوعية) برانمج دراسة القرآن ارتباط اإلنسان والبيئة يف القرآن وكلية التفسري
اإلسالمية نور اإلميان ابرونج بوجور .كثري من الناس يف هذا العصر ينسون الوعي ابحمليط الطبيعي
لذلك هناك الكثري من األضرار اليت حتدث يف الطبيعة نتيجة النشاط البشري ،ميكننا أن نرى أنه يف
هذا العصر توجد أنواع كثرية من الكوارث الطبيعية ،سواء كانت طبيعية أو من صنع
اإلنسان.الكوارث الطبيعية مثل االنفجارات الربكانية واألعاصري والزالزل وما إىل ذلك .والعكس
صحيح ..الكوارث الطبيعية اليت تسببها األنشطة البشرية مثل االهنيارات األرضية والفيضاانت
وتلوث اهلواء وغريها
هتدف هذه الدراسة إىل معرفة كيفية االرتباط بني اإلنسان والبيئة الطبيعية يف القرآن (دراسات .
موضوعية) من وجهة نظر حمتوى املنصر .هذا البحث هو حبث وصفي نوعي مع حتليل حمتوى بنوع
البحث .ت قنية مجع البياانت املستخدمة هي البحث يف املكتبات ،أي البحث الذي يتم من خالل
.مجع بياانت األدبيات
استنتاجات هذه األطروحة هي نتائج البحث اليت مت احلصول عليها من أفكار املعلقني اإلندونيسيني
حول الضرر البيئي وهي )1( :يرى قريش شهاب وحاصيب الصدقي ومحكة أن الكون خلقه هللا
للبشر ،كل ما هو موجود .لقد خلق هللا يف الطبيعة هذا لكي يستخدمه اإلنسان إلكمال احلياة
البشرية .ومع ذلك ،يف الواقع ،العديد من البشر قد أضروا ابلكون كما هو موضح يف القرآن ()2
قريصة شهاب وحاصيب الشدقي ومحكة من خالل تفسري اآلايت املتعلقة ابلبيئة ،حبجة أن البيئة
هي خلق املقصود ابلنسبة للبشر ،جعل بعض البشر يشعرون ابلتحكم يف الكون والضرر الذي
يلحق ابلطبيعة شيء طبيعي بسببه .من وجهة النظر هذه ،ينشأ اجلشعون مث يستغلون ويستغلون
البيئة بشكل مفرط مما يؤدي إىل إحلاق الضرر هبا .أدت يف النهاية إىل انقراض بعض احليواانت ،
.وحرائق الغاابت وغريها
xii
ABSTRACT
Egi: The Correlation of Humans and the Environment in the Qur'an (Thematic
Studies) Study Program of Al-Qur'an and Tafsir Islamic Religious College Nurul
Iman Parung-Bogor. Many people in this era forget the awareness of the natural
surroundings so that there is a lot of damage nature occurs as a result of human
activity, we can see that in this era there are many kinds of natural disasters, both
natural and man-made. Natural disasters such as volcanic eruptions, tornadoes,
earthquakes and others, on the contrary natural disasters caused by human
activities such as landslides, floods, air pollution and others
This study aims to find out how the correlation between humans and the
natural environment in the Al-Qur'an (thematic studies) in the view of munfasir
Porer content. This research is a descriptive qualitative research with content
analysis research type. The data collection technique used is library research,
namely research conducted by collecting literature data.
The conclusions of this thesis are the results of research obtained from the
thoughts of Indonesian commentators about environmental damage are: (1)
Quraish Shihab, Hasbi As-Sidqy and Hamka are of the view that the universe was
created by God for humans, everything that God has created in nature This is so
that it can be used by humans to fulfill human life. However, in reality many
humans have damaged the universe as explained in the Qur'an (2) Qurasih Shihab,
Hasbi As-Shidqy, and Hamka through the interpretation of verses related to the
environment, arguing that the environment is a creation that is intended for human
beings. humans, making some humans feel in control of the universe and the
damage that occurs to nature is a natural thing because of it. From this point of
view, people who are greedy arise and then exploit and exploit the environment
excessively which tends to damage. Eventually resulted in some animals
becoming extinct, forest fires and others.
Keywords: Nature, humans, commentators
xiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti-hentinya terpanjatkan kepada sang khalik yang telah
menciptakan alam semesta beserta isinya dengan kasih sayangnya memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayahnya kepada penulis sehingga memberikan kemudahan
dalam penyelesaian skripsi ini, sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan alam rasul pilihan baginda agung Nabi Muhammad SAW yang
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benerang.
Skripsi ini disusun dengan bekal ilmu yang sangat terbatas dan amat jauh
dari kesempurnaan. Sehingga tanpa bantuan, dorongan, motifasi, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak, maka kiranya sangat sulit bagi penulis untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
syukur penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dari hati yang
terdalam kepada:
1. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak (Alm) Niman dan Ibu Dasih
beserta keluarga besar yang telah mendidik, membesarkan, dan
memberikan dukungannya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang
amat sangat kepada penulis.
2. Guru besar Abah, Al-Alim Al-Allamah Al-Arif billah Sayyiduna Syaikh
Al-Habib Saggaf bin Mahdi bin Syaikh Abu Bakar bin Salim selaku
pendiri dan pengasuh pendiri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic
Boarding School yang telah mengasuh, mendidik, melindungi,dan
memberikan ilmu dhohir dan bathin serta sarana prasarana kepada penulis
untuk menyelesaikan program studi Strata Satu ini. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmatnya kepada beliau dan disandingkan disisi nabi
xiv
Muhammad SAW di Jannatul Firdaus dan semoga ridho dan barakatnya
selalu mengalir kepada kita semua para santri serta harapan dan cita-cita
beliau dapat kita wujudkan, Amin.
3. STAI Nurul Iman sekaligus Pembina Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman
Islamic Boarding School, Dr. Umi Waheeda binti Abdurrahman S.Psi,
M.Si, yang telah merestui ide penulis untuk menuangkan pemikiran dalam
penulisan skripsi ini.
4. Habibanal Mahbub Al-Habib Muhammad Waliyullah bin Sayyiduna
Syaikh Al-Habib Saggaf bin Mahdibin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
M.Ag, selaku pimpinan Pondok-Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
Islamic Boarding School dan penerus estafet perjuangan Abah, Umi.
5. Seluruh Ahlul Bait terkhusus Habib Hasan Ayatullah, Habib Abdul Qadir,
Habib Muhammad Habibullah, Habib Idrus Al Haddar, Habib Faris
Saggaf, Syarifah Ruqayyah, Syarifah Radhiyyah, Syarifah Hilyatul
Ummah, Syarifah Nabila, dan seluruh keluarga, atas semangat, motifasi,
dan senyummu takkan terlupakan oleh santri-santrimu semua, semoga
selalu dalam naungan rahmat dan kasih sayang Allah SWT Amin.
6. Ustad Mahmuruddin M.Ag selaku ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir yang telah memberikan dorongan dan menyetujui judul
penulisan skripsi ini.
7. Ustad Mahmuruddin M.Ag selaku dosen pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikirannya untuk memberikan bimbingan,
pengarahan, dan nasihat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Bukan
hanya sekedar koreksi teknis tetapi amat substansial dan mencerahkan.
8. Segenap dosen STAI Nurul Iman yang telah memberikan wawasan
cakrawala ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di
STAI Nurul Iman sampai menulis skripsi ini.
9. Seluruh staff Tata Usaha STAI Nurul Iman yang telah banyak memberikan
saran kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
xv
10. Seluruh staff Perpustakaan Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic
Boarding School, terima kasih atas tempat serta fasilitas peminjaman
buku-buku referensinya.
11. Segenap Asatidz Pondok-Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman yang selalu
memberikan motifasi, nasihat, dan wawasan keilmuan selama penulis
mengikuti pembelajarannya (ta‟lim).
12. Untuk tempat yang berkah yang menjadi tempat mewujudkan semua cita-
cita agung Pondok-Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding
School semoga Allah selalu menjaganya sampai nanti kiamat.
13. Dan semua pihak yang tak dapat penulis sebut satu-persatu, terima kasih
atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT membalas
dengan sebaik-baik balasan.
Bogor,....................2022
Penulis
Egi
NIM: 180301.1128
xvi
DAFTAR ISI
A.Manusia............................................................................................... 13
xvii
2. Hakikat Manusia ...................................................................... 14
B. Alam .................................................................................................. 18
B. Asbzbunnuzul .................................................................................. 43
1. Surah Al-Maidah Ayat 33 ........................................................ 43
2. Surah Al-A’Raf Ayat 56 .......................................................... 43
xviii
C. Problematika Alam yang Dihadapi Masyarakat ............................. 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 80
B. Saran-Saran ..................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
Mudzakkir, Studi-Studi Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2009), h.15-
16.
1
2
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS.Al-
Baqarah[2]:29)
2
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemah, (Jakarta: Penerbit Wali, 2012), h.
523
3
M.Yatimin Abdullah, Studi Ahlak Dalam Perspektif Al-Quran, Ed. 1, Cet.2 (Jakarta
Amzah, 2008), h.1.
3
ِۡ ِ ۡ ِ ۡ ۖ ِ ِ ۡ ۡ ِ ِ ۡ ۡ
ُ ض َخلي َفة قَالُٓواْ أ َََت َع ُل ف َيها َمن يُف ِس ُد ف َيها َويَسف
ك ك لِل َم ٰلَٓئِ َك ِة إِِّن َجاعل ِف ٱألَر َ ََوإِذ ق
َ ُّال َرب
ۖ ِ ٱلدمآء وَ َۡنن نُسبِح ِِب ۡم ِد َك ونُ َق
٣٠ ال إِِّنٓ أ َۡعلَ ُم َما ََّل تَ ۡعلَ ُمو َن
َ َك ق
َ َس لد
ُ َ َ ُ َ ُ ََ َ
ِ
Ayat ketiga puluh surat Al-Baqarah ini menegaskan bahwa Allah swt,
menciptakan manusia dan menugaskanya menjadi khalifah. Konsep khalifah
ini mengandung pengertian bahwa manusia telah dipilih oleh Allah di muka
bumi sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin (wakil Allah), manusia wajib
untuk bisa mempresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah
satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam,
Rabb al-alamin. Sebagai wakil Allah manusia juga harus aktif dan
bertanggung jawab untuk menjaga bumi. Artinya menjaga keberlangsungan
fungsi bumi sebagai tempat kehidupan mahluk Allah, termasuk manusia,
sekaligus menjaga keberlanjutan kehidupannya.5
Manusia selain menjadi makhluk paling utama, manusia juga menjadi
makhluk paling sempurna melebihi makhluk-makhluk lain, bahkan
6
Sofyan Anwar Mufid, Manusia Ditinjau dari Berbagai Aspek,( Bandung: Penerbit
Nuansa ),h.94
7
Rahmad K.Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan & Sumber Daya Alam, (Yogjakarta:
ArRuzz Media, 2012), h. 19.
5
ِ َّاس لِي ِذي َقهم بعض ٱلَّ ِذي ع ِملُواْ لَعلَّهم ي ِ ِ َِ اد ِِف
رجعُو َنَ َُ َ َ َ ُ ُ ِ ٱلب َوٱلبَح ِر ِبَا َك َسبَت أَيدي ٱلن ُ ظَ َهَر ٱل َف َس
َِرض فَٱنظُرواْ َكيف َكا َن ٰع ِقبةُ ٱلَّ ِذين ِمن قَ ۚبل َكا َن أَكثَرهم ُّم ِشك ِ ِ
ي
َ ُُ ُ َ ََ َ ُ ِ قُل سريُواْ ِف ٱأل٤١
8
Ariani, Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Islam, (Bandar Lampung: Fakultas
Ushuluddin, 2010), h. 4.
7
mengkaji lebih dalam lagi tentang keterkaitan manusia dan alam sekitar.
Dalam hal ini penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang “KORELASI
MANUSIA DAN ALAM SEKITAR DALAM AL-QUR’AN (STUDY
TEMATIK).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan oleh peneliti,
maka penulis simpulkan masalah yang ada dalam penelitian sebagai berikut
yaitu:
1. Adanya Anjuran Terhadap Pemeliharaan Lingkungan.
2. Sumberdaya Alam sebagai Keberlangsungan hidup manusia.
3. Rusaknya lingkungan Alam sekitar di sebabkan oleh manuisa.
4. Korelasi antar manusia dengan Alam sekitar.
5. Kedudukan Manusia Dibumi Sebagai Khalifah.
C. Batasan Masalah
Dari segi masalah yang telah teridentifikasi diatas, peneliti membatasi
masalah tersebut sehingga tidak meluas dan tidak menyimpang dari
permasalahan secara fokus dengan pembatasan yaitu bagaiman penafsiran 21
ayat tentang manusia dan alam, menjadi 10 ayat yang dikaji di surat Ibrahim
ayat 32-34, Ad-Dukhan 38-39, surat Jaziah ayat 13, Surat Asy-Syu’arah ayat
151-152, surat Al-A’raf ayat 56.dan surat Al-Baqoroh ayat 205
D. Rumusan Masalah
Dari masalah yang teridentifikasi diatas banyak ayat didalam Al-Qur’an
yang menjelaskan tentang korelasi manusia dan alam yakni berjumlah 21
ayat, agar tidak meluas dan tidak menyimpang dari permasalahan secara
fokus maka peneliti mengambil 10 ayat untuk dikaji, yaitu Korelasi manusia
dan alam menurut Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 32-34,surah Ad-Dukhan 38-
39,surah Jaziah ayat 13, Surat Asy-Syu’arah ayat 151-152, surat Al-A’raf
ayat 56.dan surat Al-Baqoroh ayat 205 ?
8
9
Eddy Soegiarto, Metodologi Penelitian dan Penulisan Ilmiah, (Jakarta: INDOCAMP,
2018) h. 5
9
10
Sukardi, Pelestarian Lingkungan dalam Prespektif Al-Qur’an , ( Jakarta : UIN Syarif
Hidaytullah, 2002 ) h . 8
10
G. Metode Penelitian
3. Sumber Data
a. Data Primer
11
Salim, dan Haidir, Penelitian Pendidikan : Metode, Pendekatan dan Jenis , Jakarta:
Kencana, 2019 Cet. Ke-1 h. 45.
12
Achmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2009) Cet. I, h. 183
11
b. Data Sekunder
c. Data Tersier
Sumber data yang mendukung dalam penelitian ini yaitu
Kamus KBBI, Ensiklopedia dan lain sebagainya.
5. Teknik Penulisan
13
Abdul Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah Fi Attafsir Al-Maudhu’I” Dirasah Manhajiyyah”
trj. Rosihon Anwar, (Bandung:Pustaka setia,2002), h. 51
12
H. Sistematika Penulisan
Adapun rincian sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:
BAB II: Tentang tinjawan umum tentang manusia dan Alam, Pengertian
Manusia, Pengertian Alam, Etika manusia terhadap Alam, Anjuran
Al-Qur’an dalam Melestarikan Alam, Kedudukan Dan Fungsi Alam
BAB III membahas tentang Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Manusia Dan Alam
poin petama yaitu, Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Manusia Dan Alam
meliputi: Al-Baqoroh Ayat 22,27,29,205/, Al-Maidah Ayat 33,64, Al-
A’Raf Ayat 56,57,58, Al-Anfal Ayat 73, Ibrahim Ayat 32,34, Arum
ayat 42, Saad Ayat 26, Ad-Dukan Ayat 38,39 dan Al-Jaziah Ayat 13.
Poin kedua yaitu: Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Kerusakan Alam
Yang Ditimbulkan Oleh Manusia, Asbab An-Nuzul Ayat-Ayat
Kolerasi Manusia Dan Alam dan Problematika Alam Yang Dihadapi
Masyarakat.
1. Pengertian Manusia
Manusia secara bahasa dari kata “manu” (sansekerta), “mens”
(latin), yang berarti berfikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai sesuai kemampuannya).1 Pengertian yang sangat
umum, bahwa manusia terdiri atas unsure jasmaniah dan unsurrohaniah
(disana ada kekuatanspiritualnya), dan dilengkapi dengan pancaindra.2
Sedangkan menurutistilah, pandangan atas manusia beranekaragam,
hal initerlihat dari banyaknya definisi tentang manusia. Menurut
Adinegoro, manusiaadalah micro cosmos bagian dari makro cosmos yang
ada di atas bumi, sebagian dari makhluk bernyawa dan sebagian dari
bangsa Anthropomorphen, binatang yang menyusui.
Lineana mendefinisikan bahwa manusia adalah homo sapien yang
berarti makhluk yang berbudi. Menurut Revest manusia adalah homo
loquen yaitu makhluk yang pandai penciptakan bahasa serta menjelmakan
pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun. Dan yang paling
terkenal definisi dari Aristoteles yang mengatakan manusia adalah animal
rationale (hewan yang berakal budi).3
Sedangkan menurut Thomas Aquinas yang dikutip oleh Hardono
Hadi, manusia adalah suatu substansi yang komplit terdiri dari badan
(materia) dan jiwa (forma).4 Manusia menurut Islam, ketika berbicara
mengenai manusia Al- Qur’an menggunakan tiga istilah pokok. Pertama
menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin seperti kata
1
Zainal Abidin, FilsafatManusia, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014), h. 2.
2
Sofyan Anwar Mufid, EkologiManusiaDalamPerspektifSektorKehidupan Dan Ajaran
Islam, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2010), h. 52
3
Adelbert Srijders, Of M. Cap, Antropologi Filsafat Manusia, Produk Dan Seruan,
(Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 7.
4
P. Hardono Hadi, JatiDiriManusiaBerdasarkanFilsafat Organism White Head, Cet Ke-
7 (Yogyakarta: Kanisius,2002), h. 33.
13
14
5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan
Umat), (Bandung:Mizan, 2013), h. 367.
6
Juraid Abdul Latif, Manusia, Filsafat Dan Sejarah (Jakarta: BumiAksara, 2006), h. 17.
7
Elly M, Setiadi, et al, IlmuSosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 179.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Pelita III, 1979/1980), h. 1078
15
9
Hadari Nawawi, HakekatManusiaMenurut Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas Indonesia,
1993), h. 64.
10
Muhammad Yasir Nasution, ManusiaMenurut Al-Ghazali, (Jakarta: Rajawali, 1988), h.
46
11
Otto Soemarwoto, AnalisisMengenaiDampakLingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009), h. 17.
16
12
Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah, Menggali Potensi Diri, (Jakarta: Gema Insane
Press, 2000), h. 44.
13
M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, Ed. 1, Cet.2
(Jakarta Amzah, 2008), h.1.
17
14
Siti Khasinah, Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat,
(JurnalIlmiahDidaktika Vol. XIII, No. 2, 2013), h. 305
18
B. Alam
15
Ibrahim Ozdemir, “Towards an Understanding of Environmental Ethics from a
Qur'anic Perspective”, dalam Richard C. Foltz, at all (eds.), Islam and Ecology: A Bestowed
Trust (Massachusetts: Harvard University Press, 2003), h. 7
19
ين َك َف ُرواْ ِم َنذِ َٰط اال َٰذَلِك ظَ ُّن ٱل ِذين َك َفروااْ فَو ۡيل لَِل
ِ وما خلَ ۡقنَا ٱلسمآء و ۡٱۡل َۡرض وما ب ۡي نَ هما ب
َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ ََ َ َ َ َ َ ََ
٢٧ ٱلنا ِر
“Dan Kami tidakmenciptakanlangit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengansia-sia (tanpa tujuan’’.(QS. Sad[38]; 27).
Ayat tersebut menegaskan bahwa kehidupan makhluk-makhluk Tuhan
saling berkaitan. Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah
satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut
terganggu pula. Itulah yang di sebut dengan keseimbangan (equilibrium)
16
Ibrahim Ozdemir, “Towards an Understanding of Environmental Ethics from a
Qur'anic Perspective”, dalam Richard C. Foltz, at all (eds.), Islam and Ecology: A Bestowed
Trust (Massachusetts: Harvard University Press, 2003), h, 13-14
17
Ahmad Syadili, Qur’an dan PemeliharaanLingkunganHidup (Yogyakarta: Lembaga
StudiFilsafat Islam (LESFI), 1992), h. 143
21
sebagai ketetapan Tuhan dalam penciptaan Nya yang harus dipelihara agar
tidak mengakibatkan kerusakan.18 Tugas pemeliharaan alam agar terjaga
keseimbangan dan keserasiannya diserahkan kepada manusia, karena
manusia-lah yang diberi tugas (amanat) oleh Tuhan sebagaimana termasuk
dalam QS. al-Ahzab [33] ayat 72.
ۡ ۡ ۡ ۡ
ۡي أَن َ َۡي ِملنَ َها َوأَش َفق َن ِمن َها َو ََحَلَ َهاۡ ض و ۡٱۡلِب ِال فأَب
ِ ۡ ت و ۡٱۡل
َر ِ إِّن عر ۡضنَا ۡٱۡلَمانَةَ علَى ٱلس َٰم َٰو
ََ َ َ َ َ ََ َ َ ََ ۡ
٧٢ نس ُن إِنهُۥ َكا َن ظَلُوما َج ُهوَّل ِ
ََٰ ٱۡل
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh.”(QS. Al-Ahzab[33]:72).
18
M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, cet. 27 (Bandung: Mizan, 2004), h. 295.
22
٢٠ ۡيِِ ۡ ِ ۡ
ِ َوِِف ٱۡل َۡر
َ ض ءَايََٰت لَل ُموقن
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang
orang yang yakin”. (QS.Adz-Dzariyat [51]: 20)
ٱّلل ن س ۡ صيبك ِمن ٱلد ُّۡن يا وأ َۡح ِسن كمآ أ
َح ِ َك ٱّلل ٱلدار ۡٱۡلٓ ِخرةَ وََّل تَنس ن ِ ۡ
ُ ََ َ َ َ َ َ َ ۡ َ َ َ َ َ ۡ ُ َ يمآ ءَاتَ َٰۡى َ َوٱب تَ ِغ ف
٧٧ ين ِ ب ٱلم ۡف ِس
د ِ ِ ِ ك وََّل تَ ۡب ِغ ٱل َفس َاد ِِف ٱۡل َۡر ِۡ
َ ُ ُّ ض إن ٱّللَ ََّل َُي َ َ َ إلَي
25
22
Abu al Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir, Tafsîr Ibnu Katsîr (Beirut: Darul Kutub al
Ilmiyah, t.t.), Jilid 6, h. 228
26
23
Imam An- Nawawi, Al MinhâjSyarahShahihMuslîm (Beirut: Dar IhyaTurats, t.t), Jilid
3, h. 100.
24
Abu Bakar Taqiyyuddin Al Syafi’i, Kifayatu lAkhyar , (Damaskus: Darul Khoir,
1994),h. 45
25
Abdul Karim bin Muhammad Ar -Rofi’i Al -Quzwaini, Fathul Aziz Bisyarhil Wajiz
(Beirut: Darul Fikr, t.t.), jilid 4, h. 615
27
26
Sulaiman bin Muhammad Al-Bujairomi, Hasyiyah Al Bujairomi Ala al Khotib (Beirut:
DarulFikr, 1995), jilid 1, h. 250.
28
27
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari..., h. 18
28
Ibnu Bathol, Syarah Shahih Bukhori (Riyadh: Maktabah Ar Rusydi, t.t), Jilid 6, h. 456.
29
Muhammad Abdul Aziz Al-Syadzili, Al-Adab Al-Nabawi, (Beirut: DarulMa’rifah, t.t),
h. 36.
29
30
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut:
MuassasahRisalah, 2001), Jilid9,, h., 470.
30
31
Abu Bakar bin Abi Syaibah, Al Mushonnaf , (Riyadh: MaktabahArRusydu, 1988), Jilid
5, h. 6.
32
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (Beirut: Muassasah
Risalah, 2001), Jilid 9, h. 470.
33
Muhammad bin Ali Al-Syaukani, Nailul Author, (Mesir: Darul Hadis, 1993), Jilid 1, h.
112.
31
34
Abdul QodirAudah, Al Tasyri’ Al Jana’i (Beirut: DarulKutubAl’Arabi, tt), jilid 1, h.
384.
35
Taqiyyudin Abu Abbas, As SiyasahAsSyar’iyyah, (Saudi Arabia: Kementerian Islam
dan Wakaf dan Dakwah, 1997), h. 93. 48 Abdul Karim Zidan, Al Wajiz fi Ushul al-Fiqhi , (Beirut:
Muassasahar-Risalah, 1990), h. 236
32
Alam atau Lingkungan yaitu suatu keadaan atau kondisi yang terdiri
atas benda benda (makhluk) hidup dan benda-benda tak hidup yang berada di
bumi atau bagian dari bumi secara alami dan saling berhubungan antara satu
dengan lainnya.36
Manusia dengan alam merupakan keniscayaan. Artinya, antara
manusia dengan lingkungan terdapat keterhubungan, keterkaitan, dan
keterlibatan timbal balik yang tidak dapat ditawar. Alam dan manusia tanpa
36
Ilyas Asad, Teologi Lingkungan, (Yogyakarta: Kementrian Lingkungan Hidup, Dan
Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2011), h. 12.
33
40
A Rusdina, Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan
Lingkungan Yang Bertanggung Jawab, (ISSN 1979-8911: 2015) Volume IX, h. 248.
41
A Rusdina, Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan
Lingkungan Yang Bertanggung Jawab, (ISSN 1979-8911: 2015) Volume IX, h. 249.
35
pencipta alam dan yang maha benar, yang sekaligus merupakan sumber
keberadaan alam itu sendiri. Realitas alam ini tidak diciptakan dengan
ketidaksengajaan (kebetulan atau main-main), akan tetapi dengan nilai dan
tujuan tertentu dengan kebenaran. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
ۡ ِ ۡ ۡ ِ
ض َرب نَا َما ِ ت َوٱۡل َۡر ين يَذ ُك ُرو َن ٱّللَ قِيََٰما َوقُعُودا َو َعلَ َٰى ُجنُوِبِِ ۡم َويَتَ َفك ُرو َن ِِف َخل ِق ٱلس ََٰم ََٰو
َ ٱلذ
ۡ ۡ
ك َمن تُد ِخ ِل ٱلن َار فَ َقد أ َۡخَزۡي تَهُۥ َ َرب نَآ إِن١٩١ اب ٱلنا ِر ذ
َ ع ان
َ
ََِٰطال س ۡب َٰحنك ف
ق َ َ ِ خلَ ۡقت َٰه َذا ب
َ َ َ ُ َ َ َ َ
١٩٢ َنصار ۡ ِ لظلِ ِم َٰ ِوما ل
َ ۡي من أ َ ََ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.192. Ya Tuhan Kami,
Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka,
Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidakada bagi orang-
orang yang zalim seorang penolongpun.(QS. Ali Imran[3]:191- 192)42
Alam itu mempunyai eksistensi riil, objektif serta bekerja sesuai dengan
hukum-hukum yang berlaku tetap (qadar) bagi alam, yang dalam bahasa
agama sering pula disebut sebagai sunatullah.43 Seluruh alam raya ini
diciptakan untuk digunakan oleh manusia dalam melanjutkan evolusinya,
hingga tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Dan
semua yang ada di bumi ini diciptakan Allah untuk kebutuhan manusia
ا
ِ
ين َك َف ُرواْ م َنذِ لِ
َل ل ۡ
ي و ف
َ ا
ْ ور ف
َ ك
َ ين ذ َ ِ وما خلَ ۡقنَا ٱلسمآء و ۡٱۡل َۡرض وما ب ۡي نَ هما ب
ِ َٰط اال َٰذَلِك ظَ ُّن ٱل
َ َ ُ َ َ َ ُ َ ََ َ َ َ َ َ ََ
٢٧ ٱلنا ِر
“dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka.” (QS. Shaad: 27)44
42
Kementrian Agama RI., h. 455.
43
Binti Alfiah, Fungsi Ekologis Manusia Dalam Perspektif Islam, (Lampung: Fakultas
Ushuluddin, 2014), h. 79
44
Kementrian Agama RI., h. 455.
36
1. Al-Baqarah 22 1 Madaniyah
2. Al-Baqarah 27 1 Madaniyah
3. Al-Baqrah 29 1 Madaniyah
5. Al-Maidah 32 6 Madaniyah
6. Al-Maidah 33 6 Madaniyah
7. Al-Maidah 64 6 Madaniyah
8. Al-A’raf 56 8 Makiyyah
9. Al-A’raf 57 8 Makiyyah
16 Arum 41 21 Makiyyah
37
38
ِ س أ أَو فَ َس ٍاد ِف أاْل أَر ٍ ك َكتَ أب نَا َعلَ َٰى بَِِن إِ أسَرائِيل أَنَّهُ َمن قَتَل نَ أف ًسا بِغَ أِْي نَ أف ِ ِ
ض َ َ َ َج ِل َٰذَل
م أن أ أ
ِۚ ِ ِ
َج ًيعا َولََق أد َجاءَ أْتُأم ُر ُسلُنَا
َ َّاس َ َحيَا الن اها فَ َكأََّّنَا أ أ
َ ََحي
َّاس ََج ًيعا َوَم أن أ أ َّ
َ فَ َكأَّنَا قَتَ َل الن
ِ
ِ ك ِف أاْل أَر
ض لَ ُم أس ِرفُو َن َ ات ُُثَّ إِ َّن َكثِ ًْيا ِمأن ُهم بَ أع َد َٰذَل
ِ َِِبلأب يِن
َ
“ Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu
membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-
akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.
Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian
banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi”.
(QS.Al-Maidah[4]: 32)
ٍ ِت سحاِب ثَِق ًاَل س أقنَاه لِب لَ ٍد َّمي ِ ِِ ِ َوُهو الَّ ِذي يُأرِسل
ت َ ُ ُ ً َ َ ني يَ َد أي َر أْحَته َح َّ ََّٰت إذَا أَقَلَّ أ َ الرََي َح بُ أشًرا بَأ ُ َ
ِ َٰ ِۚ
ِ ِ ِ ِ
ِج الأ َم أوتَ َٰى لَ َعلَّ ُك أم تَ َذ َّك ُرو َن َ َخَر أجنَا بِه من ُك ِل الث ََّمَرات َك َذل
ُ ك ُُنأر َنزلأنَا بِه الأ َماءَ فَأ أ
َ فَأ
‘’Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira,
mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin
itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang
tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami
tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan
kamu mengambil pelajaran’’. (QS.Al-A’Raf[7]: 57)
ِ ف أاْلَي
ت ُ ِ
ر ص ن
ُ ك ِوالأب لَ ُد الطَّيِب ََيأرج نَباتُه ِبِِ أذ ِن ربِِه والَّ ِذي خبث ََل ََيأرج إََِّل نَكِ ًد ِۚا َك ََٰذل
َ َ َ ُُ َ َُ َ َ ُ َ ُُ ُ ََ
ٍ
لَِق أوم يَ أش ُك ُرو َن
“ Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang
tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang
tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.
(QS.Al-A’Raf[7]: 58)
41
ِ َۗ ِ ِ ِ ِۚ ِ َو
َّار
ف
ٌ ٌ ك
َ ومُلَظَل ن
َ انس ِ
اْل
أ َّ
ن إ ا وه
َُأص ُت
ُ َل
َ الِل
َّ َ َ آَت ُكم من ُك ِل َما َسأَلأتُ ُم ُ َ ُ أ
ت م عن ا
و ُّ
د ع ت
َ ن إو وه
َ َ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu
mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia
itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
(QS.Ibrahim: 34).
ٌاد َكبِْي
ٌ ض َوفَ َس ٍِۚ ض ُه أم أ أَولِيَاءُ بَ أع
ِ ض إََِّل تَ أف َعلُوهُ تَ ُكن فِأت نَةٌ ِف أاْل أَر ُ ين َك َف ُروا بَ أع
ِ َّ
َ َوالذ
“Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi
sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah
diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi
kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar”(QS.Al-Anfal[8]:73)
42
ض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّ ُه أم يَ أرِجعُو َن ِ ِ ِ ظَهر الأ َفساد ِف الأ ِب والأبح ِر ِِبا َكسبت أَي ِدي الن
َ َّاس ليُذي َق ُهم بَ أع َ َ َ ُ َ َ َ أ َ ََ أ أ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Arum[21]: 41).
اُهَا إََِّل ِِب أْلَ ِق َوَٰلَكِ َّن أَ أكثَ َرُه أم ََل يَ أعلَ ُمو َن
ُ ََما َخلَ أقن
Dengan melihat paparan tabel di atas, tentu yang menjadi objek kajian
penelitian penulis dalam hal ini adalah term al-bi’ah yang berkonotasi
lingkungan sebagaimana yang telah disebutkan, sehingga ayat-ayat yang
menjadi objek penafsiran dan analisis penulis hanya dibatasi pada ayat-ayat
yang bersangkutan.
B. Asbabul Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Yazid bin Abi
Habib bahwa Abdul Malik bin Marwan menulis surat kepada Anas, yang
bertanya tentang ayat ini (Al-Maidah ayat 33) Anas menjawab dengan
menerangkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan suku Urainah yang
murtad dari agama Islam dan membunuh penggembala unta serta untanya
dibawa lari. Ayat ini (Al-Maidah ayat 33) sebagai ancaman hukum bagi
orang-orang yang membuat keonaran di bumi dengan membunuh dan
mengganggunya1.
2. Surah AL-A’raf Ayat 56
2
. Al Mahali, Imam Jalaludin dan imam assyuthi, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar
Algesindo, 2001) jilid 4, h. 674
3
. Al-Hafdizh Ibnu Katsir al-Dimasqyy, Abi Fada”, Tafsir Ibnu Katsir (Bogor: Pustaka,
2003), Jilid 5, h 376
45
Di samping itu perlu disadari bahwa akan selain akal, manusia pun
diberi hawa nafsu yang bertolak belakang dengan akal pikirannya.
Dengan nafsunya ini, manusia cenderung untuk melakukan apa saja
untuk memenuhi keinginannya tanpa memperdulikan orang lain di
sekitarnya.
4
Quthb, Sayyid, Tafsir fi Zhilalil Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h.222
46
صلِ ُحو َن أَََل إِ َّْنُأم ُه ُم الأ ُم أف ِس ُدو َن ِ َوإِذَا قِيل ََلُأم ََل تُ أف ِس ُدوا ِف أاْل أَر
ض قَالُوا إَِّّنَا َأَن ُن ُم أ َ
َوَٰلَكِن ََّل يَ أشعُ ُرو َن
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan."Ingatlah, Sesungguhnya
mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar” (QS.Al-Baqarah[2]:11-12).5
5
. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT .Syamil Cipta
Media, 2005), h. 10.
6
.M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Cet. II; Bandung: Mizan, 2001), h. 268.
7
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Cet. XXIII; Bandung: Mizan, 1994), h.
294.
48
ين َك َف ُروا ِم َن النَّا ِرذِ َّالسماء وا أْلَرض وما ب ي ن هما ِب ِط ً ِۚل َٰذَلِك ظَ ُّن الَّ ِذين َك َفروِۚا فَويل لِل
َ ٌ َ ُ َأ َ َ َ ُ َ َوَما َخلَ أقنَا َّ َ َ َ أ َ َ َ َأ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka” (QS Shad[33] :27).9
8
Lihat Q.S. al-Alaq Ayat 1-2
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: CV. Jumanatul ‘Ali-
ART, 2004), h. 455.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Jilid XII (Cet. III; Jakarta: Lentera Hati, 2005),
h. 135.
49
ketahui maupun yang tidak mereka ketahui sebagai main-main dan kesia-
siaan. Akan tetapi, kami ciptakan itu semua memuat hikma-hikma yang nyata
rahasia-rahasia yang amat berguna, dan kemaslahatankemaslahatan yang
banyak.11
Jadi bumi dan segala isinya diciptakan oleh Allah dengan banyak
manfaat tanpa sia-sia. Kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling kait-terkait.
Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk
yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula.12 Tuhan
mencipatakan segala sesuatu dalam keseimbangan dan keserasian. Karena itu,
keseimbangan dan keserasian tersebut harus dipelihara, agar tidak
mengakibatkan kerusakan. Adanya kerusakan yang terjadi pada lingkungan
itu karena pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh berbagai hal,
terutama disebabkan perbuatan dan tingkah laku manusia yang tidak
memperhatikan keserasian alam dan kelestariannya. Umat islam selalu
berkeyakinan untuk tidak terperosok pada kesalahan yang kedua kalinya.
Kejadian yang sangat dahsyat yang terjadi akhir-akhir ini, sebut saja bencana
alam Tsunami misalnya, pencemaran udara, pencemaran air dan tanah, serta
sikap rakus pengusaha dengan menebang habis hutan tropis malalui aktivitas
illegal logging, serta sederet bentuk kerusakan lingkungan hidup lainnya,13
aruslah menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi semua umat manusia di
dunia ini. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya dalam
surah al-Hasyr ayat 2:
ِصار
َ اعتَِبااوا ٰياِولِ ااْلَبا
فَ ا
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang
yang mempunyai pandangan.”
11
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar
dengan Judul: Tafsir al-Maraghi, Jus XXIII. (Cet. II; Semarang: Toha Putra, 1993), h. 209
12
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, op. cit., h. 295.
13
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, Edisi Ketiga (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2015),
h. 302.
50
dampak yang akan terjadi ketika lingkungan hidup tidak terawat dan kurang
perhatian dari pihak pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Sehubungan
dengan itu, dalam arti tertentu bisa diyakini bahwa sebagian besar kerusakan
dan kehancuran lingkungan hidup di Indonesia terutama disebabkan oleh
lemahnya moralitas pejabat publik yang berwenang. Lemahnya moralitas
pejabat publik ini menyebabkan mereka berani menyalahgunakan
kekuasaannya untuk mengambil keputusan dan kebijakan publik yang sangat
bertentangan dengan ketentuan formal dalam kaitan dengan lingkungan
hidup. Ini sama sekali lepas dari pertimbangan filosofis tentang apa cara
pandang mereka tentang alam, manusia, dan tempat manusia dalam alam. Ini
lebih disebabkan oleh pertimbangan sempit dan kebobrokan mental mereka
yang lemah secara moral sehingga mudah dipengaruhi baik oleh uang,
kedudukan, dan aspek lain untuk mengambil keputusan yang bertentangan
dengan ketentuan.14
Terkadang juga banyak pejabat yang mengetahui banyak haltentang
cara pelestarian lingkungan hidup tetapi mereka acuh tak acuh terhadap
kesehatan lingkungan. Adapun Pencemaran lingkungan itu dapat berupa:
1. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah dapat disebabkan berbagai hal, seperti sampah-
sampah plastik, kaleng-kaleng, rongsokan kendaraan yang sudah tua.
Plastik tidak dapat hancur oleh proses pelapukan dan besi tua
menimbulkan karat, sehingga tanah tidak dapat ditumbuhi tanaman.
Pemakaian pupuk yang terlalu banyak, tidak wajar dan tidak menurut
aturan yang telah ditentukan bisa juga menyebabkan polusi tanah. Tanah
pertanian menjadi kering dan keras, karena jumlah garam yang besar akan
menyerap air tanah. Guna mencegah atau mengurangi polusi tanah ini
maka pemakaian pupuk di daerah pertanian hendaklah menurut aturan
14
Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, (Cet I; Jakarta: Kompas Media Nusantara,
2010), h. 231.
51
ِ ال يَٰ َق أوِم أاعبُ ُدوا َٰالِلَ َما لَ ُك أم ِم أن اَِٰل ٍه غَ أْيُه َۗ ُه َو اَنأ َشاَ ُك أم ِم َن أاَلَأر
ض َ َاه أم َٰصلِ ًحا ۘ ق ِ
ُ َوا ََّٰل ََثُأوَد اَ َخ
ِ واستَعمرُكم فِي ها فَاستَغأ ِفروه ُُثَّ تُوب ْٓوا اِلَي ِه َۗاِ َّن رِّب قَ ِري
بٌ ب ُُّّمأيٌ َ أ أ َ َ أ أ َ أ ُأ ُ أ ُأ أ َ أ أ
“dan kepada kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia
berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu
selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan
menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-
Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku
sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).”
(QS. Hud[11]: 61)
15
Kaelani HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, Edisi Ketiga (Cet. 1; Jakarta:
Bumi Aksara, 2000), h. 204.
16
Sofyan Anwar Mufid, Islam dan Ekologi Manusia, (Cet. I; Bandung: Nuansa, 2010), h.
222.
52
kebutuhan dan kekurangan dan dengan demikian ia tidak untuk wujud dan
kelanggengan hidupnya kecuali kepada Allah Swt.
Dalam tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa, Allah menjadikan
kalian orang-orang yang memakmurkan tanah itu. Artinya, bahwa kaum
Nabi Shalih itu ada yang menjadi petani, pengrajin dan ada pula tukang
batu. Dan Allah-lah yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan
menganugerahkan kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan
di atas bumi. tanah juga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari
tanah. Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah
tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut
jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti
dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik
biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng.
Di dalam tanah manusia dikuburkan, dan di atas tanah pula manusia
melaksanakan berbagai macam aktivitas bercocok tanam, semua produksi
hasil bumi, industri olahan, sarana dan prasarana kehidupan dan beribadah.
Kenyataan ini telah memberikan peluang terjadinya pencemaran berbagai
bahan kimia berbahaya yang ditimbulkan oleh manusia. Dampak negatif
dari semakin padatnya jumlah manusia penghuni planet bumi ini membuka
peluang semakin besarnya pencemaran berbagai macam zat kimia
berbahaya.17 Pencemaran tanah akan menimbulkan menurunnya kualitas
kesehatan manusia yang disebabkan oleh akal manusia, sampah, pestisida,
pupuk dan limbah industri yang kesemuanya menyebabkan pencemaran air
dan tanah.
Pemakaian pupuk yang terlalu banyak, tidak wajar dan tidak
menurut aturan yang telah ditentukan bisa juga menyebabkan polusi tanah.
Tanah pertanian menjadikan kering dan keras, karena jumlah garam yang
17
Sofyan Anwar Mufid, Islam dan Ekologi Manusia, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2010., h 227
53
besar akan menyerap air tanah.18 Melalui pencemaran tanah dan air yang
tercemar itulah bahan-bahan kimiawi masuk ke tubuh manusia atau lewat
mata rantai makanan sehingga menyebabkan orang terancam penyakit-
penyakit gawat. Ketika suatu zat berbahaya/beracun talah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau
masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut
dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara diatasnya.19 Penyebab pencemaran tanah;
a. Pencemaran tanah secara langsung
Misalnya karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian
pestisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan seperti
plastik, kaleng, botol, dan lainlainnya.
b. Pencemaran tanah melalui air
Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah
susunan kimia tanah sehingga mengandung jasad yang hidup di dalam
atau di permukaan tanah. Penggunaan deterjen yang berlebihan dapat
mengganggu tanah jika air tersebut masuk kedalam tanah.
c. Pencemaran tanah melalui udara
Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung
bahan pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga. Misalnya
saja pada kendaraan bermotor yang menghasilkan timbal berwarna
hitam. Buktinya dapat dilihat dari tanaman disekitar jalan daunnya
kadang tertutupi debu berwarna hitam.20
d. Pencemaran Udara
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini
udara yang mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk
18
Kaelani HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (akart:bumi aksara,1992). h.
204.
19
Daryanto, Agung Suprihatin, Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup, . Yogyakarta:
Gava Media, 2013).h. 216
20
Daryanto, Agung Suprihatin, Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup, . Yogyakarta:
Gava Media, 2013). h. 272
54
ك الَِّ أِت َأَت ِر أي ِِف الأبَ أح ِر ِِبَا ِ ف الَّي ِل والنَّها ِر والأ ُفلأ ِ ِ ضو ِ َّ اِ َّن ِف خلأ ِق
َ َ َ اخت َل أ الس َٰم َٰوت َو أاَلَأر ِ َ أ َ أ
ۤ ۤ
ٍ ِ ِ َّ ي أن َفع النَّاس ومآْ اَنأزَل َٰالِل ِمن
ث فِأي َها َّ َض بَ أع َد َم أوِْتَا َوب ِ
َ الس َماء م أن َّماء فَاَ أحيَا بِه أاَلَأر َ ُ َ ََ َ ُ َ
ۤ ٍۤ
ت لَِق أوٍم ِ الس َما ِء َو أاَلَأر
ٍ َٰض َ ََٰلي َّ ني ِ السح
َ اب الأ ُم َس َّخ ِر بَأ ِ ف
َ َّ الريَٰ ِح َو
ِ ص ِريأ
م أن ُك ِل َدابَّة َّوتَ أ
ِ
يَّ أع ِقلُ أو َن
21
Nyoman Wijana, Ilmu Lingkungan, Edisi Kedua (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014), h. 226
22
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (depok kencana,2010)., h. 302.
55
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, op. cit., h. 25
24
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Juz I,II,III. (Semarang : Toha Putra,
1993) h. 59
56
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, op. cit., h. 394.
26
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid X, (Bandung: Mizan, 1996)., h. 408.
27
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan (depok : kencana,2010)..h. 198.
57
28
Daryanto, Agung Suprihatin, ( Yogyakarta: Gava Media, 2013) , h. 195.
29
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (depok kencana,2010). h. 304.
58
30
Kaelani HD,Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, Jakarta : Bumi Aksara, 1992). h.
205.
31
Departemen Agama RI, op. cit., h. 518.
32
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid XIII, , (Bandung: Mizan, 1996). h. 286.
59
banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yakni sekitar 60% dari total
berat badan. Orang dewasa terdiri atas 60% air, bayi yang baru lahir
terdiri atas 70% air, dan janin dalam rahim terdiri atas 80% air.
Komponen tubuh yang memiliki kandungan air yang paling tinggi
adalah paru-paru. Dengan kandungan air sebanyak 80%. Darah yang
merupakan bahan pengisi tubuh juga memiliki komponen air yang
33
tinggi yakni 80%. . Pencemaran Suara Suara juga bisa tercemar,
karena berbagai akibat kegiatan manusia yang semakin berdesakan dan
hiruk-pikuk di pabrik dan pemukiman. Pencemaran suara terutama
dirasakan di kota-kota, yaitu adanya suara kendaraan bermotor, kapal
terbang, pabrikpabrik, pasar-pasar, san sebagainya. Suara yang terlalu
bising mengganggu ketenangan, dapat menimbulkan gangguan
jasmaniah dan rohaniah, misalnya gangguan jantung, kelenjar
pernapasan, gangguan saraf, perasaan gelisah, dan sebagainya.
Menelaah uraian-uraian di atas nyatalah bahwa lingkungan hidup yang
telah tersedia ini diciptakan Allah untuk kepentingan hidup manusia
selaku salah satu komponen biotik dalam lingkungannya, manusia
mempunyai kelebihan dari makhluk lain, yaitu akal dan budi. Dengan
inilah manusia mempunyai kedudukan istimewa dalam lingkungannya.
Dengan akal dan pikirannya, manusia banyak bertindak sehingga
kebutuhan manusia lebih diutamakan dari kepentingan yang lain. Tetapi
bagaimanapun manusia itu ada yang melestarikan dan ada yang
merusak.
33
Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis al-Qur’an, Edisi kedua (Cet. I; Jakarta: Bumi
Aksara, 2015) , h.108.CC
BAB IV
س وس هخر لَ ُكم ٱلش أ٣٢ وس هخر لَ ُكم أٱلف ألك لِت أج ِري ِِف أٱلب أح ِر ِِب أَم ِرهِۦۖۡ وس هخر لَ ُكم أٱۡل أَنَٰر
هم
َ ُ َ َ َ ََ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ََ
ُۚ أ ي وس هخر لَ ُكم ٱله أ ۡۖ و أٱلقمر دائِب أ
ْ َوءَاتََٰى ُكم ِمن ُك ِل َما َسأَلتُ ُموهُ َوإِن تَعُ ُّدوا٣٣ هه َار ٱلنو ل ي
َ َ َ ُ َ َ َ َ َٓ َ َ َ َ ِ
ِ أ ۗٓ أ ِأ
٣٤ نس َن لَظَلُوم َكفهار ََٰ ٱۡل ِ وهآ إِ هن
َص ُ ٱَّلل َل ُُت ت ه َ نع َم
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu
berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan
bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-
Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang. 34. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu,
sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”(QS.Ibrahim [14]:32-
34)
Alam menurut para mufasir dalam menafsirkan ayat ini di jelaskan secara
universal, berupa hubungan yang holistik. Mulai dari penciptaan lingkungan oleh
Allah hingga keterkaitan lingkungan terhadap kehidupan manusia, tentunya hal ini
terdapat kesamaan dan perbedaan dengan lingkungan yang dimaksud dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ataupun dalam Undang-Undang
Lingkungan Hidup.1
1
Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi,tt., 2007, h. 365
60
61
Allah yang telah menurunkan hujan dari awan untuk menghidupkan pohon-
pohon dan tanaman-tanaman yang menghasilkan buah-buah dan sayuran sebagai
rizki yang kamu makan dan gunakan. Menundukan perahu-perahu untukmu
dengan jalan memberikanmu kemampuan untuk bisa membuatnya dan
menjadikan prahu-prahu itu terapung di permukaan air dengan kehendak dan
iradat-Nya.
Selain itu Allah juga menundukan laut untuk dilayari perahu, sehingga
memudahkan para mufasir menjelajahi jarak-jarak yang jauh dari pulau ke pulau
untuk mendapatkan berbagai manfaat yang mereka perlukan. Allah juga telah
menundukan sungai-sungai yang membelah bumi dari suatu daerah ke daerah lain
agar kamu dapat mengambil manfaaat darinya. Misalnya kamu mempergunakan
airnya untuk air minum atau keperluan sehari-hari, menyirami (mengairi) tanaman
dan kebun.2
2
Hasbi Ash-Shiddieqy,Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011) h. 541
62
Matahari dan bulan terus menerus beriringan, demikian pula malam dan
siang. Kadang-kadang malam lebih panjang dari pada siag, atau sebaliknya,
kadang kala siang lebih panjang daripada malam.3 Allah menyediakan untukmu
segala apa yang kamu perlukan menurut kemampuanmu, baik dengan
memohonya atau tidak memohonya. Sebab, Allah yang telah menjadikan
untukmu semua apa yang ada di bumi ini.
Dari sini kita bisa memahami bahwa sungai merupakan lingkungan abiotik,
dimana lingkungan ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Namun pemaknaan
lingkungan di atas masi sulit untuk dipahami. Apakah yang dinamakan
lingkungan hanya sekedar yang diketahui memiliki kemanfaatan untuk manusia
ataukah semua yang ada dalam alam semesta meski belum diketahui
kemanfaatanya, juga boleh dikatakan sebagai lingkungan.
3
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011) h. 542
4
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2, tt., 2011, h. 541
63
Bukan hanya laut yang Allah tundukan, dia juga telah menundukan pula
bagi kamu semua sungai-sungai untuk mengairi sawah ladang semuanya untuk
kepentingan manusia. Anugrah-anugrah itu kamu lihat jelas di bumi. Masih ada
anugerah-Nya di langit antara lain; dia telah menundukan pula bagi kamu
matahari dan bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya untuk
memancarkan cahaya, memberikan kehangatan dan banyak manfaat untuk mahluk
hidup, menundukan bagi kamu malam sehingga kamu dapat beristirahat supaya
kamu dapat bekerja dengan giat di siang harinya. Kata sakhara digunakan dalam
arti menundukan sesuatu agar mudah digunakan oleh pihak lain. Sesuatu yang
ditundukan Allah tidak lagi memiliki pilihan dan dengan demikian, manusia yang
mempelajari dan mengetahui sifat-sifat sesuatu itu akan merasa tenang
menghadapinya karena yang ditundukan tidak akan membangkang. Dari sini,
diperoleh kepastian hukum-hukum alam.
Sudah banyak anugerah Allah yang telah disebut di atas, tetatpi itu baru
sedikit dari anugerah yang telah diberikan Allah. Untuk menyebutnya diperlukan
sederetan ungkapan, sedangkan untuk menghitungnya merupakan hal yang
mustahil. Maka, secara singkat ayat ini menyatakan bahwa Allah telah
menganugerahkan kepada manusia segala keperluan hidup dari segala apa yang
5
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 378.
64
6
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 379.
7
Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi,tt., 2007, h. 366
65
Kami tidak menjadikan langit dan bumi melainkan dengan cara yang benar,
yaitu untuk menunjukan keesaan khalik (sang pencipta) yang menjadikan sesuatu
dan wajib ditaati. Tegasnya, untuk melahirkan kebenaran dan memberikan
pembalasan kepada semua orang yang taat dan orang-orang melakukan maksiat.
Tapi kebanyakan orang musyrik tidak mengetahui hal yang demikian itu.
Karenanya, mereka tidak takut kepada siksa Allah atas kejahatan (kemaksiatan)
yang mereka lakukan. Mereka pun tidak mengharap pahala Allah atas kebajikan
Publising, 2011) h. 63
66
yang mereka perbuat. Sebab, mereka mendustakan hari bangkit dan hidup sekali
lagi di alam yang lain.9
9
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jilid 4 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011) h. 63
10
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 323.
67
tahu. Maka orang yang berilmu itu dengan segala kerendahan hati dia mengaku
kebesaran ilahi. Betul-betul dari pengalamanya, tetapi orang yang tidak
berpengetahuan ia tidak akan merasakan kenikmatan ma’rifat Allah, karena
kebodohanya.dan tuhan memperingatkan sesudah engkau melihat langit dan bumi,
dan apa yang diantara langit dan bumi itu tidak dijadikan dengan main-main,
melainkan semuanya mengandung hikmah kebenaran.
Haruslah engkau ingat bahwa engkau tidak akan lama menikmati semuanya
itu. Engkau tidak lama di sini sesudah hidup yang sekarang, ada pula hidup lagi di
kehidupan yang kekal. Bahagia atau celaka hidup kekal itu. Tergantung cara
hidupmu yang sekarang. Nanti itu akan ada hari keputusan.11
11
Hamka (Haji Abdullah Malik Karim Amrullah), Tafsir Al-Azhar Juz 25-26 (Jakarta:
Pustaka Panjimas, tt.) h. 110.
68
rahasia itu kita telah diberi akal. Cuma umur kita yang tdak cukup untuk
mengetahui lebih banyak. Akan tetapi Tuhan selalu menyediakan dan tuhan selalu
menolong. Di bumi juga demikian, semua disediakan untuk manusia. Semua yang
ada di sekitar kita ini disediakan dan dimudahkan untuk manusia. Segala warna
dapat dinikmati dengan matanya. Segala bunyi dapat diresapkan dengan
telinganya. Pohon-pohonan sampai tanam-tanaman, sampai buah-buahan dan
sayur-sayuran semuanya untuk manusia.
Demikian juga binatang ternak dan binatang liar, ikan di air asin ikan di air
tawar, emas dan perak dari tambang, minyak tanah dari bumi, batu permata dari
gunung. Semuanya disediakan untuk manusia. “sesungguhnya yang demikian
menjadi tanda-tanda bagi kamu yang memikirkan”. Memang setelah diketahui
bahwa semuanya itu disediakan untuk manusia, akan timbul dalam fikiran kita
satu pertanyaan “ kalau semua itu disediakan untuk manusia, niscaya manusia itu
mahluk yang amat penting dalam alam. Dan kalau semua itu ditugaskan untuk
manusia niscaya pula timbul pertanyaan “aku sendiri, sebagai manusia, apakah
tugasku dalam alam ini?” 12
12
Hamka (Haji Abdullah Malik Karim Amrullah), Tafsir Al-Azhar Juz 25-26 (Jakarta:
Pustaka Panjimas, tt.) h. 119.
13
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011), h. 73.
69
Allah menetapkan hal tersebut dan dari saat ke saat mengilhami manusia tentang
pengetahuan fenomenaalam yang dapat mereka manfaatkan untuk kemaslahatan
dan kenyamanan hidup manusia.14 Allah menundukan semua untuk manusia agar
dia tunduk kepada yang yang menundukan itu, tetapi manusia malah tunduk
kepada yang ditundukan, bukan yang menundukan. Sungguh buruk tabiat manusia
yang telah tunduk kepada sesuatu yang telah ditundukan. Demikian komentar
sementara ulama.15
Menurut Penafsiran Buya Hamka, Dari kalangan kamu sendiri ada orang-
orang yang mengajak kamu kepada perbuatan-perbuatan yang melanggar ketentua
Allah, sehingga harta kekayaan nikmat Allah itu kamu gunakan untuk yang tidak
bermanfaat, berfoya-foya tidak berketentuan, boros, durhaka, maksiat,
menyembah harta dan sebagainya. Kalau nasehat atau pimpinan orang-orang yang
semacam itu yang kamu turuti, niscaya celakalah kamu “yaitu orang-orang yang
membuat kerusakan di bumi dan tidak memperbaiki”.
Niscaya yang dimaksud oleh nabi Shalih ini ialah pemimpin-pemimpin atau
pemuka-pemuka mereka, oleh karena penduduknya telah kaya raya dan makmur,
diajaklah kepada kehidupan mewah, atau membangun berhala untuk mengingat
orang yang berjasa, sehingga kehidupan yang tadinya telah selesai, menjadi
kusutlah kembali. Ketika sepintas mereka bernmaksud baik, padahal jika dituruti
kekacauanlah yang timbul. Sebab kaum itu kian jauh dari garis kebenaran. Kalau
jiwa tidak lagi terpimpin dengan baik, sedang kekayaan melimpah-limpah,
tentunya akan digunakan kekayaan itu kepada perbuatan yang tidak bermanfaat.
14
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 346.
15
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 346.
70
Inilah yang dalam pribahasa kita dinamakan “lupa daratan”. Dan bahaya hal
seperti ini sangat besar. Hal seperti ini sangat berkehendak kepada pemimpin yang
jujur, yang akan membawa kepada kebahagiaan. Dan pemimpin yang terbaik
adalah pemimpin Rasul. Bukan pemimpin dari tukang perusak itu.16
16
Hamka (Haji Abdullah Malik Karim Amrullah), Tafsir Al-Azhar Juz 19 (Jakarta:
Pustaka Panjimas, tt.) h. 132
17
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 9. tt., h. 311.
18
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 3, tt., h. 301.
71
Qur’an. Kerusakan yang di akibatkan oleh pemimpin yang melebihi batas ini
mengakibatkan dampak yang lebih besar daripada individu biasa.
Menurut kajian Ushul fiqh, ketika ada larangan melakukan sesuatu berarti
diperintahkan untuk melakukan kebali kannya. Misalnya, kita dilarang merusak
alam berarti kita diperintah untuk melestarikan alam. Adapun status perintah
tersebut tergantung status larangannya. Contoh, status larangan merusak alam
adalah haram, itu menunjukan perintah melestarikan alam hukumnya wajib
20
Sementara itu, fakhruddin Al-Raziy dalam menanggapi ayat di atas,
berkomentar bahwa, ayat di atas mengindikasikan larangan membuat madharat.
Pada dasarnya, setiap perbuatan yang menimbulkan madharat itu dilarang
agama.21
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT .Syamil Cipta
Media, 2005), h. 10
20
Imam Tajuddin ‘Abd al-Wahhab bin as-Subky, Jam’ul Jawami’, (Singapura), Sulaiman
Mar’I, Juz I, h390
21
Fakhr ad-Din ar-Razi, Tafsir al-Kabir, Beirut, Dar al-Fikr, Juz IV, h. 108-109
72
Alam raya telah diciptakan Allah dalam keadaan yang sangat harmonis,
serasi, dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik,
bahkan memerintahkan hamba-hambanya untuk tetap memperbaikinya. Salah satu
bentuk perbaikan yang dilakukan Allah, adalah dengan mengutus para Nabi untuk
meluruskan dan memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat. Siapa
yang tidak menyambut kedatangan rasul, atau menghambat misi mereka, maka dia
telah melakukan salah satu bentuk perusakan di bumi.
22
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi, Beiirut, Dar al-Fikr, Juz VII, h.226
23
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi, h. 123-124
73
manusia. Segala kemaslahatan ruhani dan jasadi dan telah disyari’atkan pula bagi
mereka saling menolong dan saling mengasihi telah saling memelihara bagi
mereka. Keadilan dan persamaan telah disyari’atkan bagi mereka. Musyawarah
yang terkait dengan suatu kaidah, menolak hal yang merusak, dan memelihara
hal-hal yang maslahat. Dengan demikian, agama mereka melebihi agama-agama
lainnya.24
24
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Beirut: Dar al-Fikr, 1993. hal.314-
315
25
Lajnah pentashihan mushab Al-Qur’an, pelestarian lingkungan hidup; Tafsir Al-
Qur’an Tematik vol.4(Jakarta; Lajnah pentashihan Al-Qur’an,2009), h.272.
74
seperti tsunami, tanah longsor, lumpur, dan gempa adalah sederet bencana yang
silih berganti. Tetapi, bencana-bencana tersebut tidak sela– manya disebabkan
faktor alam. Banjir dan tanah longsor misalnya, merupakan bencana yang tidak
bisa dipisahkan de– ngan faktor manusia yang kurang ramah dengan alam dan
lingkungannya sendiri.
Salah satu perbaikan yang dilakukan Allah adalah dengan mengutus para
nabi untuk meluruskan dan memperbiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat.
Siapa yang tidak menyambut kedatangan Rasul, atau mengahambat misi mereka,
dia telah melakukn salah satu bentuk pengrusakan dibumi.26
26
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 4 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 144.
75
akan diperkenankan oleh Allah. Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada
orang yang mukhsin (berbuat baik), yang mengerjakan amal denga tulus ikhlas
dan dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan Hamka tentang ayat diatas berpandangan bahwa manusia telah
banyak membawa kemajuan dalam bidang kehidupan. Perbaikan pada pabrik,
perbaikan pada lalulintas dunia, perbaikan pada hidup yang lebih mewah, tapi
sangat sedikit pada ikhtiar perbaikan pada jiwa manusia, sehingga kian lama
dimuka bumi ini rasa permusuhan dan dendamlah yang tumbuh dimana-mana
diantara bangsa-bangsa itu. Maka seorang muslim yang sadar akan agamanya
mempunyai kewajiban supaya jangan menambah kerusakan yang telah rusak,
melainkan memelihara menyelesaikan yang telah ada, jangan di rusak lagi, dan
berusaha membuat yang lebih baik dan selesai.
Sebagaimana pernyataan Ibn Khaldun dalam konteks ini beliau mengatakan
bahwa keteraturan dan kinerja alam semesta merupakan sebuah keajaiban yang
tidak akan pernah surut untuk terus diambil hikmahnya. Al-Qur’an surah al-A’raf
ayat 56 melarang manusia berbuat kerusakan di bumi atas nama apapun, karena
tindakan merusak merupakan bagian dari perbuatan melampaui batas. Allah Swt
menciptakan alam raya ini dalam keadaan yang harmonis dan penuh keserasian
sehingga manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang mendapatkan mandat
untuk bertanggungjawab melestarikan ciptaan-Nya harus bersungguh-sungguh
menunaikan amanat tersebut. Salah satu bukti bahwa Allah Swt turut serta dalam
perbaikan alam raya adalah mengutus para Nabi untuk memberikan edukasi
kepada umat manusia tentang urgensi dari lingkungan hidup yang kondusif.27
Maka melalui ajaran-ajaran yang dibawa oleh para Nabi inilah kesadaran umat
manusia terhadap lingkungannya menjadi lebih diperhatikan.
Al-Shawkani misalnya, menjelaskan juga bahwa lewat ayat tersebut Allah
Swt melarang umat manusia melakukan kerusakan baik intensitas kerusakan
tersebut sedikit ataupun banyak. Dan di antara bentuk kerusakan yang dilarang
ialah menghilangkan nyawa manusia secara sembarangan, merobohkan atau
27
Muhammad Quraish Shihab, “Pendidikan Lingkungan Hidup dan Implementasinya
dalam Pendidikan Islam (Analisis Surat Al-A’raf Ayat 56-58 Tafsir Al Misbah,” Jurnal Nizham
05, no. 02 (2016):h. 196.
76
توىل: kembali dan berpaling, atau ia memiliki kekuasaan احلرث والنسل: al-harts
berarti tanaman dan an-nasl berarti hewan31 Dapat juga dipahami dalam arti
wanita dan anak-anak.32Ibnu Katsir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
ayat ini adalah mengenai perbuatannya. Yakni perkataannya dusta belaka dan
keyakinannya telah rusak, perbuatannya semua buruk belaka.33 Maksudnya, ia
giat menyebar isu-isu negatif dan kebohongan serta melakukan aktivitas yang
berakibat kehancuran dan kebinasaan masyarakat. Sungguh Allah akan
28
Muhammad bin ’Ali bin Muhammad Al-Syaukani, Fath Al-Qodir, ed. Yusuf al-Ghus
(Beirut: Libanon: Dar al-Ma’rifah, 2007), h.479.
29
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya: Edisi Yang Disempurnakan (Jakarta:
Kementrian Agama RI, 2012), Juz 3,h, 256.
30
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, (Semarang: Toha Putera,
1995), hlm. 190.
31
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume I, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 417.
32
Ibnu Katsir, Tafsri Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Aplikasi), h. 128
33
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume I, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 417
77
34
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Aplikasi), h. 128
35
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, (Semarang: Toha Putera,
1995), h. 193
36
Qs. Al-Baqarah: 204
37
As-Sa’yu bermakna berjalan dengan dengan cepat, dan as-sa’yu juga bermakna kasab
(usaha) dan kerja. Allah ta’ala berfirman “ومن أراد األخرة وسعى لها سعيهاsiapa yang menginginkan
kehidupan akhirat dan menempuh (bekerja) untuknya dengan jalannya...”(Qs. Al-Isro/17: 19)
38
DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bekasi: Darul Haq, 2014), h. 379
78
keturunan dan pekerjaannya. Perbuatan seperti ini tidak akan disukai oleh Allah
ta’ala. Dia membencinya dan membenci orang yang melakukannya.
Sedangkan menurut peafsiran‘Alî Al-Naisâbûri dalam Al-Wasîth fî Tafsîr
Al-Qur’an Al-Majîd menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan Al-
fasâd (kerusakan) adalah kehancuran, menyia-nyiakan mata uang, merusak
sesuatu dengan tanpa ada unsur kemashlahatan (kebaikan). Dari pandangan ini,
kita bisa melihat ada perbedaan mencolok antara merusak (ifsâd) dan
memanfaatkan (intifâ’).
Sebelum kita berbicara lebih lanjut tentang ifsâd dan intifâ’, Ma’mûn
Hammûsy dalam Tafsîr Al-Ma’mûn ‘Alâ Manhaj Al-Tanzîl wa Al-Shahîh Al-
Masnûn menjelaskan secara spesifik maksud dari ayat ini. Menurutnya, ayat ini
pembicaraannya mencakup apapun kerusakan-kerusakan yang terjadi. Baik
terhadap sesama manusia maupun kepada makhluk lainnya.
hewan-hewan (al-nasl) itu bisa terjadi? Imam Mujahid menjawab, sebidang tanah
yang dikelola oleh seorang yang dzalim dan penuh rasa permusuhan hingga
akhirnya air hujan dimonopoli hanya untuk kepentingannya sendiri, akhirnya
binasalah tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan lainnya. Kisah ini ditulis oleh
Hikmat bin Basyir bin Yasim dalam kitab Al-Tafsîr Al-Shahîh Mausû’ah Al-
Shahîh Al-Mabsûr min Al-Tafsîr bi Al-Ma’tsûr.39
39
Ade Pradiansyah, https://islami.co/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-205-tuhan-tidak-
menyukai-kerusakan-terjadi-di-bumi/tanggal senin, kamis ,29 september 2022,jam 02:22 WIB
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
80
81
A. Data Pribadi
Nama : Egi
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 26 April 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat Lengkap : Jln. Kp Pakis Rt/Rw 02/04 Desa. Rawa Kalong Kec.
Gunung Sindur Kab. Bogor
Email : Muhammadegi@Gmail.Com
Fb : Muhammad Egi
B. Riwayat Pendidikan
1. SDN Nusa Indah
2. MTS Asyafi’iyah 06
3. SMK Telekom
4. STAI Nurul Iman Parung Bogor
C. Pengalaman Organisasi
1. Futsal
2. Panitia 17 Agustus Kemerdekaan
3. Marching Band
4. Pencak Silat Cimande Tari Kolot Cabang Bogor
D. Jabatan Struktural
1. Keamanan Kelas 11 SMA
2. Kebersihan kelas 12 SMA