Anda di halaman 1dari 105

KORELASI MANUSIA DAN ALAM SEKITAR DALAM AL-QUR’AN

(Studi Tematik)
Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:
Egi
NIM:180301.1128

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL IMAN

PARUNG - BOGOR

1444 H/2022 M
PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Egi
NIM : 180301.1128
Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 26 April 1999
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “KORELASI MANUSIA DAN
ALAM SEKITAR DALAM AL-QUR’AN (Studi Tematik)” adalah benar-benar
asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Bogor,...................................... 2022
Penulis

Egi

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “ KORELASI MANUSIA DAN ALAM SEKITAR DALAM


AL-QUR’AN (Studi Tematik)” yang disusun oleh Egi dengan Nomor Induk
Mahasiswa: 180301.1128 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang
munaqasyah.

Bogor,............................2022

Pembimbing

Mahmurudin, M.Ag

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi berjudul “ KORELASI MANUSIA DAN ALAM SEKITAR DALAM


AL-QUR’AN ”. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Prodi Ilmu Al-Qur’an
Dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman Parung-Bogor pada tanggal
……….......……2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an
Dan Tafsir.

Parung, ……………. 2022

Panitia Sidang Munaqasyah


Ketua Sidang

(.......................................)
Penguji I Penguji II

(…………………………) (…………………………..)

Pembimbing Sekretaris

Mahmurudin, M.Ag (…………………………..)

iv
MOTTO

Kesadaran yang membedakan manusia dengan binatang


(Abah )

v
PERSEMBAHAN

Kupersembahan karya sederhana ini untuk:

Ibu saya yang telah sabar mambesarkan saya, mendidik saya dengan
penuh kasih sayang, beserta ayahanda tercinta yang sabar mengarahkan saya dan
menafkahi kami sekeluarga. (Bapak (alm) Niman dan Ibu Dasih) beserta kaka
saya Sarka,Sarmat,sukiah,Herawati Puspita Dewi dan andinda Sintia dan keluarga
besar alm bapak Niman beserta orang yg sanga sepesial bagi penulis yang selalu
memberikan dukuga untuk selau bersemangat dan tidak mudah
menyerah.Mudah-mudahan selalu disehatkan badannya, dimurahkan rizkinya,
dipanjangkan umurnya, dan dikabulkan apa yang menjadi hajat dan cita-citanya.
Amiin ya Robbal Alamiin.

Guru Tercinta orang yang sangat mulia Al-Alim Al-Alamah Al-Arif Billah
Sayyiduna Syaikh Al Al-Habib Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin
Salim dan Umi Waheeda Binti H. Abdurrahman, S.Psi, M.Si besrta keluarganya
terkhusus Habib Muhammad Waliyullah dan Habib Hasan Ayatullah. Serta semua
santri-santri Nurul Iman dari tingkatan paud sampai asatizd terkhusus keluarga
besar asrama H. Isya dan seluruh keluarga besar semester VIII angkatan Al-
Mahabbah, semoga mereka selalu disehatkan badannya, dipanjangkan umurnya,
dan dikabulkan segala hajat dan cita-citanya.

vi
PEDOMAN TRANSLITERASI

STAI Nurul Iman adalah perguruan tinggi yang berbasis ilmu keagamaan.
Oleh karena itu, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berkaitan
dengan keilmuan keagamaan. Begitupun dengan referensi yang digunakan
disarankan mayoritas menggunakan bahasa Arab. Penulisar huruf yang berasal
dari bahasa Arab harus menggunakanpedoman traslitterasi yang sudah ditetapkan
oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman, secara konsisten. Adapun
transliterasi yang digunakan adalah jenis transliterasi sebagai berikut:

1. Konsonan

‫ا‬ A ‫ز‬ Z ‫ق‬ Q

‫ب‬ B ‫س‬ S ‫ك‬ K

‫ت‬ T ‫ش‬ Sy ‫ل‬ L

‫ث‬ Ts ‫ص‬ Sh ‫م‬ M

‫ج‬ J ‫ض‬ Dh ‫ن‬ N

‫ح‬ H ‫ط‬ Th ‫و‬ W

‫خ‬ Kh ‫ظ‬ Dl ‫ه‬ H

‫د‬ D ‫ع‬ ‘ ‫ء‬ ‘

‫ذ‬ Dz ‫غ‬ Gh ‫ي‬ Y

‫ر‬ R ‫ف‬ F

vii
2. Vokal

Vokal Tunggal

Tanda Huruf Latin

Vokal Rangkap

Tanda Huruf Latin

ْ‫شَي‬ Syay

ْ‫سو‬
َ Saw

Contoh:

َ ‫ = َكت‬kataba ْ‫ف‬
ْ‫َب‬ َ ‫‘ = ع ُِر‬urifa ‫ف‬
َْ ‫ = كَي‬kaifa ْ‫ = َحو َل‬haula

viii
3. Maddah (panjang)

Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda

‫بَى‬/‫بَا‬ Baa

ْ‫ِبي‬ Bii

ْ‫بُو‬ Buu

4. Ta‟ Marbuthah

1. Ta’ Marbuthah hidup transliterasinya adalah /t/.

2. Ta’ Marbuthah mati transliterasinya adalah /h/.

Contoh:

ْ‫ =اَل َحدِيقَةْاَل َحيَ َوانَات‬Hadîqat al-Hayawânât

َِْ َ ‫سةْْْا‬
ْ‫لبْتِْ َْدائَِْْية‬ َْ ‫ = ْا َلْ َْمدْ َْر‬al-Madrasat al-Ibtidâiyyah

ْ‫حمْزَْة‬
َْ = Hamzah

5. Syaddah (Tashdîd )

Shaddah/tasydîd ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf


yang diberi tanda syaddah (digandakan).

Contoh:

ْ‫علْ َم‬
َ = „Allama ‫ = يُك َِر ُْر‬Yukarriru

ْ‫ = ُك ِر َم‬Kurrima ْ‫ =اَل َمدُّو‬al-Maddu

ix
6. Kata Sandang

Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah maupun Qamariyah ditransliterasi


sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

ْ َ ‫ = الص‬al –Shalâtu
ْ‫لة‬

ْ‫ = اَلفَلَ ُق‬al - Falaqu

ُ ِ‫ = اَلبَاح‬al - Bâhitsu
ْ‫ث‬

7. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kata maka ia tidak dilambangkan dan ia


seperti alif.

Contoh:

ُْ‫ = أكَلت‬Akaltu ‫ي‬


َْ ِْ‫ = أوت‬Ûtiya

b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof (‟).

Contoh:

َْ‫ = ْت َأْ ُْكْلُوْن‬Ta‟kulûna ْ‫ = شَيء‬Syay‟un

8. Huruf Kapital

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya.

Contoh:

ْ‫ = ْا َلْ ِْكْت َاب‬al-Kitâb

َ ‫ = اَل َمدِينَةُْاَل ُمنَو َرْة‬al-Madînat al-Munawwarah

ْ‫ = ْا َلْ َْمسْ ْعُوْ ِْدي‬al-Mas‟ûdî

x
ABSTRAK
Egi: Kolerasi Manusia Dan Alam Sekitar Dalam Al-Qur’an (Studi Tematik) Program
Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman Parung-
Bogor.Banyak orang di zaman ini lupa akan kesadaran alam sekitar sehinga banyak
kerusakan alam terjadi akibat ulah manusia kita lihat saja di zaman ini banyak seklai
macam-macam bencana alam baik itu secara alami maupun karna ulah tangan manusia
itu sendiri.Bencana yang di sebabkan secara alami seperti gungung meletus ,angin puting
beliung gempa bumi dan lain-lain sebaliknya bencana alam yang disebabkan oleh ulah
tangan manusia seperti tanah langsor, banjir,polusi udara dan lain-lain

. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kolerasi manusia dan


alam sekitar dalam Al-Qur’an (studi tematik) di dalam pandangan munfasir konten porer .
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis isi.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka (library research)
yakni penelitian yang dilakukan dengan menghimpunan data literatur.

Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah Hasil penelitian yang di peroleh dari
pemikiran para mufasir indonesia tentang kerusakan lingkungan adalah: (1) Quraish
Shihab, Hasbi As-Sidqy dan Hamka berpandangan bahwa Alam semesta diciptakan Allah
untuk manusia, segala sesuatu yang telah diciptakan Allah di alam ini agar dapat
digunakan oleh manusia untuk memenuhi kehidupan manusia. Namun kenyataannya
banyak manusia telah merusak alam semesta seperti yang telah dijelaskan dalam Al-
Qur’an (2) Qurasih Shihab, Hasbi As-Shidqy, dan Hamka melalui penafsiran ayat-ayat
yang berkaitan dengan lingkungan, berpendapat bahwa lingkungan adalah sebuah ciptaan
yang diperuntukkan kepada manusia, membuat sebagian manusia merasa berkuasa atas
alam semesta dan kerusakan yang terjadi pada alam merupakan hal yang wajar
karenanya. Dari sudut pandang ini maka timbullah orang-orang yang serakah untuk
kemudian memanfaatkan dan mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan yang
cenderung merusak. Akhirnya mengakibatkan beberapa satwa punah, kebakaran hutan
dan lain-lain.

Kata Kunci : Alam, manusia, mufasir

xi
‫امللخص‬

‫إجيي‪( :‬دراسات موضوعية) برانمج دراسة القرآن ارتباط اإلنسان والبيئة يف القرآن وكلية التفسري‬
‫اإلسالمية نور اإلميان ابرونج بوجور‪ .‬كثري من الناس يف هذا العصر ينسون الوعي ابحمليط الطبيعي‬
‫لذلك هناك الكثري من األضرار اليت حتدث يف الطبيعة نتيجة النشاط البشري ‪ ،‬ميكننا أن نرى أنه يف‬
‫هذا العصر توجد أنواع كثرية من الكوارث الطبيعية ‪ ،‬سواء كانت طبيعية أو من صنع‬
‫اإلنسان‪.‬الكوارث الطبيعية مثل االنفجارات الربكانية واألعاصري والزالزل وما إىل ذلك‪ .‬والعكس‬
‫صحيح ‪ ..‬الكوارث الطبيعية اليت تسببها األنشطة البشرية مثل االهنيارات األرضية والفيضاانت‬
‫وتلوث اهلواء وغريها‬

‫هتدف هذه الدراسة إىل معرفة كيفية االرتباط بني اإلنسان والبيئة الطبيعية يف القرآن (دراسات ‪.‬‬
‫موضوعية) من وجهة نظر حمتوى املنصر‪ .‬هذا البحث هو حبث وصفي نوعي مع حتليل حمتوى بنوع‬
‫البحث‪ .‬ت قنية مجع البياانت املستخدمة هي البحث يف املكتبات ‪ ،‬أي البحث الذي يتم من خالل‬
‫‪.‬مجع بياانت األدبيات‬

‫استنتاجات هذه األطروحة هي نتائج البحث اليت مت احلصول عليها من أفكار املعلقني اإلندونيسيني‬
‫حول الضرر البيئي وهي‪ )1( :‬يرى قريش شهاب وحاصيب الصدقي ومحكة أن الكون خلقه هللا‬
‫للبشر ‪ ،‬كل ما هو موجود‪ .‬لقد خلق هللا يف الطبيعة هذا لكي يستخدمه اإلنسان إلكمال احلياة‬
‫البشرية‪ .‬ومع ذلك ‪ ،‬يف الواقع ‪ ،‬العديد من البشر قد أضروا ابلكون كما هو موضح يف القرآن (‪)2‬‬
‫قريصة شهاب وحاصيب الشدقي ومحكة من خالل تفسري اآلايت املتعلقة ابلبيئة ‪ ،‬حبجة أن البيئة‬
‫هي خلق املقصود ابلنسبة للبشر ‪ ،‬جعل بعض البشر يشعرون ابلتحكم يف الكون والضرر الذي‬
‫يلحق ابلطبيعة شيء طبيعي بسببه‪ .‬من وجهة النظر هذه ‪ ،‬ينشأ اجلشعون مث يستغلون ويستغلون‬
‫البيئة بشكل مفرط مما يؤدي إىل إحلاق الضرر هبا‪ .‬أدت يف النهاية إىل انقراض بعض احليواانت ‪،‬‬
‫‪.‬وحرائق الغاابت وغريها‬

‫الكلمات املفتاحية‪ :‬الطبيعة ‪ ،‬البشر ‪ ،‬املعلقون‬

‫‪xii‬‬
ABSTRACT
Egi: The Correlation of Humans and the Environment in the Qur'an (Thematic
Studies) Study Program of Al-Qur'an and Tafsir Islamic Religious College Nurul
Iman Parung-Bogor. Many people in this era forget the awareness of the natural
surroundings so that there is a lot of damage nature occurs as a result of human
activity, we can see that in this era there are many kinds of natural disasters, both
natural and man-made. Natural disasters such as volcanic eruptions, tornadoes,
earthquakes and others, on the contrary natural disasters caused by human
activities such as landslides, floods, air pollution and others
This study aims to find out how the correlation between humans and the
natural environment in the Al-Qur'an (thematic studies) in the view of munfasir
Porer content. This research is a descriptive qualitative research with content
analysis research type. The data collection technique used is library research,
namely research conducted by collecting literature data.
The conclusions of this thesis are the results of research obtained from the
thoughts of Indonesian commentators about environmental damage are: (1)
Quraish Shihab, Hasbi As-Sidqy and Hamka are of the view that the universe was
created by God for humans, everything that God has created in nature This is so
that it can be used by humans to fulfill human life. However, in reality many
humans have damaged the universe as explained in the Qur'an (2) Qurasih Shihab,
Hasbi As-Shidqy, and Hamka through the interpretation of verses related to the
environment, arguing that the environment is a creation that is intended for human
beings. humans, making some humans feel in control of the universe and the
damage that occurs to nature is a natural thing because of it. From this point of
view, people who are greedy arise and then exploit and exploit the environment
excessively which tends to damage. Eventually resulted in some animals
becoming extinct, forest fires and others.
Keywords: Nature, humans, commentators

xiii
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak henti-hentinya terpanjatkan kepada sang khalik yang telah
menciptakan alam semesta beserta isinya dengan kasih sayangnya memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayahnya kepada penulis sehingga memberikan kemudahan
dalam penyelesaian skripsi ini, sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan alam rasul pilihan baginda agung Nabi Muhammad SAW yang
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benerang.

Skripsi ini disusun dengan bekal ilmu yang sangat terbatas dan amat jauh
dari kesempurnaan. Sehingga tanpa bantuan, dorongan, motifasi, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak, maka kiranya sangat sulit bagi penulis untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
syukur penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dari hati yang
terdalam kepada:

1. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak (Alm) Niman dan Ibu Dasih
beserta keluarga besar yang telah mendidik, membesarkan, dan
memberikan dukungannya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang
amat sangat kepada penulis.
2. Guru besar Abah, Al-Alim Al-Allamah Al-Arif billah Sayyiduna Syaikh
Al-Habib Saggaf bin Mahdi bin Syaikh Abu Bakar bin Salim selaku
pendiri dan pengasuh pendiri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic
Boarding School yang telah mengasuh, mendidik, melindungi,dan
memberikan ilmu dhohir dan bathin serta sarana prasarana kepada penulis
untuk menyelesaikan program studi Strata Satu ini. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmatnya kepada beliau dan disandingkan disisi nabi

xiv
Muhammad SAW di Jannatul Firdaus dan semoga ridho dan barakatnya
selalu mengalir kepada kita semua para santri serta harapan dan cita-cita
beliau dapat kita wujudkan, Amin.
3. STAI Nurul Iman sekaligus Pembina Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman
Islamic Boarding School, Dr. Umi Waheeda binti Abdurrahman S.Psi,
M.Si, yang telah merestui ide penulis untuk menuangkan pemikiran dalam
penulisan skripsi ini.
4. Habibanal Mahbub Al-Habib Muhammad Waliyullah bin Sayyiduna
Syaikh Al-Habib Saggaf bin Mahdibin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
M.Ag, selaku pimpinan Pondok-Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
Islamic Boarding School dan penerus estafet perjuangan Abah, Umi.
5. Seluruh Ahlul Bait terkhusus Habib Hasan Ayatullah, Habib Abdul Qadir,
Habib Muhammad Habibullah, Habib Idrus Al Haddar, Habib Faris
Saggaf, Syarifah Ruqayyah, Syarifah Radhiyyah, Syarifah Hilyatul
Ummah, Syarifah Nabila, dan seluruh keluarga, atas semangat, motifasi,
dan senyummu takkan terlupakan oleh santri-santrimu semua, semoga
selalu dalam naungan rahmat dan kasih sayang Allah SWT Amin.
6. Ustad Mahmuruddin M.Ag selaku ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir yang telah memberikan dorongan dan menyetujui judul
penulisan skripsi ini.
7. Ustad Mahmuruddin M.Ag selaku dosen pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikirannya untuk memberikan bimbingan,
pengarahan, dan nasihat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Bukan
hanya sekedar koreksi teknis tetapi amat substansial dan mencerahkan.
8. Segenap dosen STAI Nurul Iman yang telah memberikan wawasan
cakrawala ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di
STAI Nurul Iman sampai menulis skripsi ini.
9. Seluruh staff Tata Usaha STAI Nurul Iman yang telah banyak memberikan
saran kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
xv
10. Seluruh staff Perpustakaan Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic
Boarding School, terima kasih atas tempat serta fasilitas peminjaman
buku-buku referensinya.
11. Segenap Asatidz Pondok-Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman yang selalu
memberikan motifasi, nasihat, dan wawasan keilmuan selama penulis
mengikuti pembelajarannya (ta‟lim).
12. Untuk tempat yang berkah yang menjadi tempat mewujudkan semua cita-
cita agung Pondok-Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding
School semoga Allah selalu menjaganya sampai nanti kiamat.
13. Dan semua pihak yang tak dapat penulis sebut satu-persatu, terima kasih
atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT membalas
dengan sebaik-baik balasan.

Kepada semuanya yang telah disebut diatas ataupun belum disebutkan,


penulis hanya bisa berharap semoga amal dan perbuatanya diridhoi oleh Allah
SWT sebagai amal shalih dan mendapat pahala disisi-Nya. Jazakumullahu khairan
katsiran jiddan.

Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis


berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, dan dapat memberikan tambahan
wawasan bagi pembaca umumnya, dan penulis pada khususnya sehingga
diharapkan dapat dijadikan referensi khazanah pustaka khususnya dilingkungan
akademik STAI Nurul Iman.

Bogor,....................2022

Penulis

Egi
NIM: 180301.1128

xvi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


PERNYATAAN PENULIS .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN........................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ................................................................................... xiv
DAFTAR ISI .................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 7

C. Batasan Masalah ............................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ............................................................................ 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 8

F. Penelitian dahulu yang Relevan ........................................................ 8

G. Metode Penelitian ............................................................................. 10

H. Sistematika Penelitian. ....................................................................... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MANUSIA DAN ALAM SEKITAR

A.Manusia............................................................................................... 13

1. Pengertian Manusia ................................................................... 13

xvii
2. Hakikat Manusia ...................................................................... 14

B. Alam .................................................................................................. 18

1. Pengertian Alam dan kolerasinya dengan Manusia ................. 18

2. Alam sebagai Keberlangsungan Hidup Manusia ..................... 21

C. Etika manusia terhadap Alam ........................................................... 22

D. Anjuran Al-Qur’an dalam Melestarikan Alam ................................ 24

E. Kedudukan Dan Fungsi Alam ........................................................... 32

BAB III AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG KOLERASI MANUSIA


DAN ALAM SEKITAR
A. Ayat Al-Qur’an Tentang Kolerasi Manusia dan Alam ..................... 37
1. Al-Baqoroh Ayat 22,27,29,205 ................................................. 38

2. Al-Maidah Ayat 33,64 .............................................................. 39

3. Al-A’Raf Ayat 56,57,58 .......................................................... 40

4. Ibrahim Ayat 32,34 ................................................................... 41

5. Asy’Syu’arah ayat 151 dan 152...................................................... 41

6.Al-Anfal Ayat 73 ........................................................................ 41

7. Arum ayat 42 ............................................................................ 42

8. Saad Ayat 26 ............................................................................ 42

9. Ad-Dukan Ayat 38,39 .............................................................. 42

10. Al-Jaziah Ayat 13 ................................................................... 43

B. Asbzbunnuzul .................................................................................. 43
1. Surah Al-Maidah Ayat 33 ........................................................ 43
2. Surah Al-A’Raf Ayat 56 .......................................................... 43

xviii
C. Problematika Alam yang Dihadapi Masyarakat ............................. 47

BAB IV TAFSIR AYAT-AYAT KORELASI MANUSIA DAN ALAM


DALAM PANDANGAN MUFASIR

A. Surah Ibrahim (14) 32-34 ............................................................... 60


B. Surah Ad-Dukhan (44): 38-39 ........................................................ 65
C. Surah Jasiyah (45): 13 ..................................................................... 67
D. Surat Asy-Syu’arah (26): 151-152 .................................................. 69
E. Surat Al-A’raf (7): 56 ..................................................................... 71
F. Surat Al-Baqoroh (2) 205 ................................................................. 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 80

B. Saran-Saran ..................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI PENULIS

xix
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk satu-satunya yang mendapatkan amanah


sebagai khalifah dimuka bumi. manusia juga di tugaskan Allah untuk
mengatur, menjaga, dan melestarikan kehidupan dunia dan setiap elemen
yang ada di dalamnya. Dalam mengemban amanah itu, Allah telah
membekali manusia dengan suatu pedoman yang dapat mengantarkan
manuisa untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.1
Karenanya Manusia dengan alam itu tidak dapat dipisahkan. Hal ini
karena alam merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Dengan
kata lain manusia sebagaimana halnya makhluk hidup yang membutuhkan
lingkungan untuk hidup.
Kelestarian alam sangat bergantung dari cara atau sikap manusia dalam
menghadapinya. Dengan demikian tampaklah bahwa manusia bisa menjaga
dan melestarikan lingkungan alam dengan baik. Manusia tidak dapat berdiri
sendiri di luar alam, manusia tanpa alam adalah abstraksi belaka. Karena
adanya relasi yang tak terpisahkan inilah sehingga kita mengatakan alam itu
penting bagi makhluk hidup di Bumi atau alam ini sebagai poros dan pusat
dari keseluruhan alam semesta dan yang dihuni oleh manusia perlu membina
hubungan dengan alam atau lingkungan hidup supaya alam dapat menjadi
tempat hidup yang aman dan menyenangkan sehingga tidak menakutkan bagi
manusia. Adanya usaha manusia untuk berkomunikasi dengan alam
menandakan hakekat manusia yang berada bersama dengan alam ini, manusia
harus mengerti dan memahami hakekat dan makna alam agar dapat mengolah
alam dengan baik dan benar.
Manusia tidak diciptakan begitu saja secara sia-sia tanpa pertanggung
jawaban, dan manusia diturunkan ke bumi bukan tanpa tujuan, tetapi untuk

1
Mudzakkir, Studi-Studi Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2009), h.15-
16.
1
2

menjadi khalifah atau pengganti Allah di bumi untuk menjaga dan


melestarikan bumi. Selain dijadikan khalifah, manusia juga diciptakan untuk
selalu beribadah kepada Allah. Seperti diketahui bahwa tujuan utama manusia
itu diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah kepada-Nya. Seperti yang
terkandung dalam Al-Qur’an:
ِ ‫وما خلَقت ٱجلِ َّن وٱ ِإلنس إََِّّل لِيعب ُد‬
‫ون‬ َُ َ َ ُ َ ََ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)2

Karena itu Allah memberikan kepercayaan kepada manusia sebagai


wakil-nya (khalifah) di muka bumi. Sebagai khalifah, Tuhan memberinya
kebebasan untuk mengelola likungan alam yang sudah dirancang dengan
segenap potensi dan ketersediaan bahan- bahan yang diperlukan bagi
kehidupan sampai hari kiamat. Pada sisi lain, kebebasan tersebut selalu
berarti sebuah tanggung jawab. Atas dasar ini manusia juga bertanggung
jawab terhadap kehidupan nabati dan hewani. Menurut Asmaran yang dikutip
oleh Yatimin Abdullah, bahwa manusia mempunyai tugas dan kewajiban
terhadap likungan alam sekitarnya, yakni melestarikan dan memelihara
dengan baik.3 Sebagai mana telah Allah SWT firman kan dalam Al-Qur'an.:

‫سَ َٰو ۚت َوُه َو بِ ُك ِل‬


َٰ ‫بع‬
َ ‫ٱلس َمآء فَ َس َّوىٰ ُه َّن َس‬
ۡ
ِ َّ ‫ٱست و ٰى إِ ََل‬ ِ ِ ‫هو ٱلَّ ِذي خلَق لَ ُكم َّما ِِف ٱأل‬
َ َ َّ‫َرض ََجيعا ُُث‬ َ َ َُ
ِ ٍ
‫َشيء َعليم‬ۡ

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS.Al-
Baqarah[2]:29)

2
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemah, (Jakarta: Penerbit Wali, 2012), h.
523
3
M.Yatimin Abdullah, Studi Ahlak Dalam Perspektif Al-Quran, Ed. 1, Cet.2 (Jakarta
Amzah, 2008), h.1.
3

Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dimuka bumi untuk


mengatur apa-apa yang ada dibumi, seperti: tumbuhan, hewan, hutan, air,
sungai, gunung, laut, perikanan dan semestinya manusia harus mampu
memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya.4 Oleh
karena itu manusia di ciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah yang diberi
tanggung jawab atas kelestarian lingkungan alam. Dalam Al-Qur’an surah Al-
Baqarah ayat:30 dengan jelas Allah berfirman:

ِۡ ِ ۡ ِ ۡ ۖ ِ ِ ۡ ۡ ِ ِ ۡ ۡ
ُ ‫ض َخلي َفة قَالُٓواْ أ َََت َع ُل ف َيها َمن يُف ِس ُد ف َيها َويَسف‬
‫ك‬ ‫ك لِل َم ٰلَٓئِ َك ِة إِِّن َجاعل ِف ٱألَر‬ َ َ‫َوإِذ ق‬
َ ُّ‫ال َرب‬
ۖ ِ ‫ٱلدمآء وَ َۡنن نُسبِح ِِب ۡم ِد َك ونُ َق‬
٣٠ ‫ال إِِّنٓ أ َۡعلَ ُم َما ََّل تَ ۡعلَ ُمو َن‬
َ َ‫ك ق‬
َ َ‫س ل‬‫د‬
ُ َ َ ُ َ ُ ََ َ
ِ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku


hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-
Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (QS. Al-Baqarah[2]: 30).

Ayat ketiga puluh surat Al-Baqarah ini menegaskan bahwa Allah swt,
menciptakan manusia dan menugaskanya menjadi khalifah. Konsep khalifah
ini mengandung pengertian bahwa manusia telah dipilih oleh Allah di muka
bumi sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin (wakil Allah), manusia wajib
untuk bisa mempresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah
satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam,
Rabb al-alamin. Sebagai wakil Allah manusia juga harus aktif dan
bertanggung jawab untuk menjaga bumi. Artinya menjaga keberlangsungan
fungsi bumi sebagai tempat kehidupan mahluk Allah, termasuk manusia,
sekaligus menjaga keberlanjutan kehidupannya.5
Manusia selain menjadi makhluk paling utama, manusia juga menjadi
makhluk paling sempurna melebihi makhluk-makhluk lain, bahkan

Tatik Maisaroh, Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al Qur’an (Bandar


4

Lampung: Perpustakaan UIN Raden Intan Lampung, 2017), h. 9.


5
Sebagaimana dikutip oleh Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi Al-Qur’an (Yogyakarta:
Kaukaba Dipantara, 2012) h.185.
4

berpeluang melebihi malaikat. Buktinya, Allah tidak mengangkat malaikat


menjadi khalifah, akan tetapi tugas diamanatkan kepada manusia. Kelebihan
manusia dari makhluk lain karena manusia memiliki empat daya. (1) Daya
tubuh, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan pengembangan
dan keterampilan; (2) Daya hidup yang memungkinkan manusia memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dan mempertahankan hidup serta berkembang
sesuai dengan tantangan alamnya; (3) Daya akal yang memungkinkan
manusia memiliki kemampuan ilmu dan teknologi sehingga ia mampu
mengolah alam semesta beserta isinya untuk kepentingan hidup. Melalui daya
akal manusia juga mampu merenungkan dan memahami sunnatullah; dan (4)
Daya kalbu yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan moral
estetika, etika untuk membedakan baik dan buruk atau tata nilai, menilai
spiritualitas dan menerima kebesaran Sang Pencipta.6
Pada masa sekarang ini lingkungan kita masuk pada kondisi krisis dan
rusak dimana-mana. Tidak hanya krisis lingkungan fisik, seperti krisis air,
tanah, udara, dan iklim, tetapi juga krisis biologis dan krisis lingkungan
sosial. Lagi-lagi akar persoalan berasal dari kerusakan lingkungan alam
sekitar yang disebabkan perilaku manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan
hidup ekonominya yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan alam
di sekitarnya. Di sebabkan mengikuti keinginan hawa nafsunya manusia yang
tidak pernah puas, akhirnya lingkungan pun dikorbankan. Beragam bencana
alam telah menjadi pemandangan yang memilukan dan sering kita saksikan
(bahkan kita rasakan) dengan menyisakan penderitaan-penderitaan dan
kerugian yang tidak terhitung nilainya.7 Permasalah kerusakan lingkungan
alam tidak lagi menjadi permasalahan yang terpisah dari agama, dengan
berbagai jenis keruskan pada bumi yang berlangsung semenjak dua abad lalu,
yang umumnya kerusakan ini berakar pada krisis spiritual dan eksistensi
manusia modern. Krisis sepiritual manusia modern mengakibatkan mereka

6
Sofyan Anwar Mufid, Manusia Ditinjau dari Berbagai Aspek,( Bandung: Penerbit
Nuansa ),h.94
7
Rahmad K.Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan & Sumber Daya Alam, (Yogjakarta:
ArRuzz Media, 2012), h. 19.
5

mengeksploitasi alam secara legal maupun ilegal demi memenuhi


kebutuhanya, tanpa memperhitungkan keberlangsungan alam. Hingga
akhirnya berbuntut pada kepunahan satwa liar yang hidup di habitat aslinya
serta kerusakan pada bumi dalam kurun waktu yang lama.
Bukan hanya itu demi memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas,
manusia juga mengeksploitasi alam secara serampangan yang menyebabkan
hutan gundul, biota laut musnah, udara tercemar, lapisan ozon rusak dan
musim tidak lagi menentu. Oleh karenanya upaya pembaharuan pemikiran
dan pandangan terhadap lingkungan hidup di kalangan manusia harus
diperbaharui.
Namun karena sudah tabiatnya, keserakahan manusiaakan harta benda
membuatnya lalai akan tugas menjaga kelestarian alam. Sehingga
terbuktilahapa yang Allah firmankan dalam Al-Quran surah Ar-Rum ayat 41-
42 yang berbunyi:

ِ ‫َّاس لِي ِذي َقهم بعض ٱلَّ ِذي ع ِملُواْ لَعلَّهم ي‬ ِ ِ َِ ‫اد ِِف‬
‫رجعُو َن‬َ َُ َ َ َ ُ ُ ِ ‫ٱلب َوٱلبَح ِر ِبَا َك َسبَت أَيدي ٱلن‬ ُ ‫ظَ َهَر ٱل َف َس‬
ِ‫َرض فَٱنظُرواْ َكيف َكا َن ٰع ِقبةُ ٱلَّ ِذين ِمن قَ ۚبل َكا َن أَكثَرهم ُّم ِشك‬ ِ ِ
‫ي‬
َ ُُ ُ َ ََ َ ُ ِ ‫ قُل سريُواْ ِف ٱأل‬٤١

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad),
“Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-
orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-Rum[30]: 41-42)

Ayat tersebut diturunkan untuk menegaskan bahwa ulah manusialah


yang menjadi penyebab berbagai kerusakan yang terjadi di darat dan bahkan
di laut.
Dalam ayat tersebut Allah juga memperingatkan manusia untuk
kembali ke jalan yang benar, tidak merusak alam sesuka hatinya demi
menuruti nafsu diri, agar apa yang orang terdahulu alami tidak menimpa pada
6

dirinya. Karena mereka yang melenceng dari jalan kebenaran sebagaimana


nenek moyang mereka lakukan Allah katakan sebagai orang-orang musyrik.
Penyebab kerusakan lingkungan alam hidup secara umum bisa
dikatagorikan dalam dua faktor yaitu akibat peristiwa alam dan akibat ulah
manusia. Letusan gunung berapi, banjir, abrasi, tanah longsor, angin puting
beliung, gempa bumi dan tsunami merupakan beberapa contoh bencana alam.
Bencana-bencana tersebut menjadi penyebab rusaknya lingkungan hidup
akibat peristiwa alam. Meskipun jika ditelaah lebih lanjut, bencana seperti
banjir, abrasi, kebakaran hutan, dan tanah longsor bisa saja terjadi karena
adanya campur tangan manusia juga.
Penyebab kerusakan alam yang kedua adalah akibat ulah manusia itu
sendiri Kerusakan yang disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar
dibandingkan kerusakan akibat bencana alam. Mengingat kerusakan yang
dilakukan bisa terjadi secara terus-menerus dan cenderung meningkat.
Orientasi hidup manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik
juga sangat berpengaruh.8
Dengan pengertian di atas dapat di pahami begitu besar peranan dan
ketergantungan manusia terhadap lingkungan alam, sehingga di katakan
bahwa manusia dengan segala tindak tandukya bagian dari lingkungan itu
sendiri yang tidak dapat di pisahkan dan dapan mempengaruhi
keberlangsungan dan kesejatran semua mahluk hidup.
Menyadari pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan manusia,maka
manusi harus menata dan membina hubungan dengan lingkungan.agar dapat
menjaga kelestarian manusi dan juga makhluk lainya di lingkungan sekitar,
yang pada akhirnya akan menciptakan keseimbangan dan keserasian mahluk
hidup sebagai mana fitrahnya.
Oleh karenitu perlunya kesadaran sebagai manusia yang di beri amanat
oleh Allah SWT untuk selalu menjaga Alam sekitar supaya alam ini tetap
berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

8
Ariani, Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Islam, (Bandar Lampung: Fakultas
Ushuluddin, 2010), h. 4.
7

mengkaji lebih dalam lagi tentang keterkaitan manusia dan alam sekitar.
Dalam hal ini penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang “KORELASI
MANUSIA DAN ALAM SEKITAR DALAM AL-QUR’AN (STUDY
TEMATIK).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan oleh peneliti,
maka penulis simpulkan masalah yang ada dalam penelitian sebagai berikut
yaitu:
1. Adanya Anjuran Terhadap Pemeliharaan Lingkungan.
2. Sumberdaya Alam sebagai Keberlangsungan hidup manusia.
3. Rusaknya lingkungan Alam sekitar di sebabkan oleh manuisa.
4. Korelasi antar manusia dengan Alam sekitar.
5. Kedudukan Manusia Dibumi Sebagai Khalifah.
C. Batasan Masalah
Dari segi masalah yang telah teridentifikasi diatas, peneliti membatasi
masalah tersebut sehingga tidak meluas dan tidak menyimpang dari
permasalahan secara fokus dengan pembatasan yaitu bagaiman penafsiran 21
ayat tentang manusia dan alam, menjadi 10 ayat yang dikaji di surat Ibrahim
ayat 32-34, Ad-Dukhan 38-39, surat Jaziah ayat 13, Surat Asy-Syu’arah ayat
151-152, surat Al-A’raf ayat 56.dan surat Al-Baqoroh ayat 205
D. Rumusan Masalah
Dari masalah yang teridentifikasi diatas banyak ayat didalam Al-Qur’an
yang menjelaskan tentang korelasi manusia dan alam yakni berjumlah 21
ayat, agar tidak meluas dan tidak menyimpang dari permasalahan secara
fokus maka peneliti mengambil 10 ayat untuk dikaji, yaitu Korelasi manusia
dan alam menurut Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 32-34,surah Ad-Dukhan 38-
39,surah Jaziah ayat 13, Surat Asy-Syu’arah ayat 151-152, surat Al-A’raf
ayat 56.dan surat Al-Baqoroh ayat 205 ?
8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.


1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menemukan, mengembangkan atau
menguji kebenaran suatu pengetahuan.9 Berdasarkan rumusan masalah
yang telah diungkapkan di atas maka yang menjadi Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui :
a. Untuk mengetahui bagaiman Al-Qur’an berbiacara tentang Lingkungan
Alam sekitar
b. Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Manusia dengan Alam sekitar
2. Manfaat Penelitian.
Menjelaskan manfaat dari penelitian secara teoritis dan praktis :
a. Secara teoritis
1). Untuk menambah wawasan dengan berbagai penjelasan tentang
Kolerasi manusia dan Alam sekitar
2). Agar manusia sadar bahwa manuisa membutuhkan alam.
b. Secara praktis
1). Bagi masyarakat
Untuk selalu menjaga dan memanfaat kan hasil alam
2). Bagi diri sendiri
Untuk menambah wawasan dan untuk mengetahui arti dari
menjaga kelestarian Alam sekitar.
F. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Agar tidak terjadinya kesmaan dengan penelitian sebelumnya dengan ini
penulis memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang Relevan yang telah
mengkaji tentang lingkungan Alam sekitar diantaranya:
1. Skripsi yang di tulis oleh Sukardi, Mahasiswa tafsir Hadis yang sidang
munaqosyahnya tahun 2002 degan judul : “ Pelestarian Lingkungan dalam

9
Eddy Soegiarto, Metodologi Penelitian dan Penulisan Ilmiah, (Jakarta: INDOCAMP,
2018) h. 5
9

Prespektif Al-Qur’an” 10dalam skripsi ini telah di jelaskan dalam rumusan


masalah yang di sebutkan dia lebih fokus tentang pelestarian lingkungan
hidup, manfaat nya penyebab kerusakan-kerusakn lingkungan dan solusi
yang di tawarkan oleh Al-qur’an adapun persamaan dan perbedaan dalam
penelitia ini yaitu sama-sama mengkaji tentang lingkungan dan adapun
perbedaan nya dengan penelitian penulis, penulis lebih fokus kepada
kolerasi antara manuisa dan Alam sekitar
2. Tesis yang di tulis oleh Ahmad Syarif H, Maha Siswa sekolah
pascasarjana Universitas Gadjah Mada Jurusan studi Agama dan Budaya
Yogyakarta dengan judul “Pola pemahman ke Agamaan Tuan Haji
tentang Alam dan Lingkungan serta dampaknya terhadap
penambangan”dalam Tesis tersebut Ia lebih menitik beratkan pada
femahaman Tokoh Agama yang di sebut Tuan Haji yang merupakan
reprentasi dan Aplikasi dari pemahaman Agama merekatentang Alam dan
Lingkungan yang di lihat dari dampaknya terhadap penambangan Timah
yang ada di Bangka. Dari sini telah jelas bahwa penelitian tesis ini adalah
bersikap penelitan aplikatif terhadap nilai ajaran Agama Tokohnya dan
berjuga bersipat penelitian lapangan, adapun perbedaan dan persamaan
penelitian ini sama-sama mengkaji tentang Alam sekitar adapun perbedaan
nya yaitu penulis memfokuskan penelitian ini dengan menitik beratkan
penelitian ini kepada kolerasi anatara alam dan manusia dan anjuran Al-
Qur’an untuk selalu menjaga Alam sekitar
3. SM.Luthfi Maulana, “Manusia dan kerusakan lingkungan dalam Al-
Qur’an:Studi Kritis pemikiran MUffasir Indonesia(1967-2014)Dalam
skripsinya. Sesuai dengan kemajuan Akademis di lingkup Khazanah ke-
TAfsiran,Mualai memunculkan sebuah pandangan tentang persoalan
tentang ekologi. Namun pada pembahasan ini mentitik fokuskan pada
manusia dan Alam sehingga konsep trilogi yang ada masih belum ada
sentuhan kolerasinya dengan teknologinya serta penafsirannya masih

10
Sukardi, Pelestarian Lingkungan dalam Prespektif Al-Qur’an , ( Jakarta : UIN Syarif
Hidaytullah, 2002 ) h . 8
10

menggunakan pandangan tafsir Indonesia yang mayoritas bercorak


Adabi’Ijtima’I.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang


meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu
penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan
diolah/dianalisis.11

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dengan


pendekatan kualitatif ini biasanya dari data-data yang ada, dikelompokkan
berdasarkan kategori yang dibuat. Objek yang dinyatakan dalam kalimat,
yang pengolahannya dilakukan melalui proses berpikir yang bersifat kritik,
analitik dan tuntas.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adalah cara yang ditempuh dalam menghimpun data.12 Dalam


penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian
pustaka (Library Research) dengan cara melakukan kegiatan untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
menjadi objek penelitian. Informasi tersebut diperoleh dari buku-buku,
artikel, karya ilmiah, internet, ensiklopedia dan sumber-sumber yang lain.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber


aslinya. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang mengikat dan

11
Salim, dan Haidir, Penelitian Pendidikan : Metode, Pendekatan dan Jenis , Jakarta:
Kencana, 2019 Cet. Ke-1 h. 45.
12
Achmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2009) Cet. I, h. 183
11

menjadi bahan utama dalam membahas dan menjadi bahan utama


dalam membahas suatu permasalahan. Sumber data primer dalam
penelitian ini adalah Al-Qur’an Al- Karim dan Tafsir.

b. Data Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang mendukung Bahan


hukum primer seperti buku-buku ilmiah, hasil penelitian dan karya
ilmiah titik adapun yang berkaitan dengan data-data tersebut yaitu
berupa buku-buku literatur yang berkaitan dengan
pembahasan,internetdan dokumentasi resmi,dan lain sebagainya.

Sumber data yang diperoleh dari jurnal, artikel, internet dan


sumber-sumber lain yang terkait dengan topik penelitian.

c. Data Tersier
Sumber data yang mendukung dalam penelitian ini yaitu
Kamus KBBI, Ensiklopedia dan lain sebagainya.

4. Teknik Analisis Data

Tenik Analisis data pada penelitian ini mengikuti langkah metode


Tematik atau(Maudhu’i) sebagaimana yang di sajikan oleh Abdul Al-Hayy
Al Farmawi. Metode tematik ini merupakan metode dengan langkah
memilih atau menetapkan masalah dalam Al-Qur’an yang akan di kaji
secara Tematik, tentunya berkaitan dengan topic permasalahan yang telah
di tetapkan, kemudian mengambil kesempatan menyeluruh mengenai tema
bahasan dalam langkah dengan sistematis tentunya tentang ekoteologis
terhadap pandangan Al-Qur’an, selain itu ntuk melengkapi pembahsan dan
urayan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok pembahasan bila
dirasa perlu, sehingga dalam bahasan ini menjadi sempurna dan jelas13

5. Teknik Penulisan

13
Abdul Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah Fi Attafsir Al-Maudhu’I” Dirasah Manhajiyyah”
trj. Rosihon Anwar, (Bandung:Pustaka setia,2002), h. 51
12

Dalam penulisan proposal skripsi ini penelii mengacu pada buku


“Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi STAI Nurul Iman” yang disusun
oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman Parung Bogor, yang
diterbitkan oleh STAINI Press tahun 2019.

H. Sistematika Penulisan
Adapun rincian sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:

BAB I : Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,


Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu Yang Relevan, Metode
Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Tentang tinjawan umum tentang manusia dan Alam, Pengertian
Manusia, Pengertian Alam, Etika manusia terhadap Alam, Anjuran
Al-Qur’an dalam Melestarikan Alam, Kedudukan Dan Fungsi Alam

BAB III membahas tentang Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Manusia Dan Alam
poin petama yaitu, Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Manusia Dan Alam
meliputi: Al-Baqoroh Ayat 22,27,29,205/, Al-Maidah Ayat 33,64, Al-
A’Raf Ayat 56,57,58, Al-Anfal Ayat 73, Ibrahim Ayat 32,34, Arum
ayat 42, Saad Ayat 26, Ad-Dukan Ayat 38,39 dan Al-Jaziah Ayat 13.
Poin kedua yaitu: Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Kerusakan Alam
Yang Ditimbulkan Oleh Manusia, Asbab An-Nuzul Ayat-Ayat
Kolerasi Manusia Dan Alam dan Problematika Alam Yang Dihadapi
Masyarakat.

BAB IV membahas tentang: Pandangan Mufassir Tentang Ayat-Ayat Korelasi


Manusia Dan Alam yaitu surah Surah Ibrahim (14) 32-34,Surah Ad-
Dukhan (44): 38-39, Surah Jasiyah (45): 13,Surat Asy-Syu’arah‟ (26):
151-152,Surat Al-A’raf (7): 56,Surat Al-Baqoroh(2): 205.

BAB V: Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran


BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MANUSIA DAN ALAM SEKITAR
A. Manusia

1. Pengertian Manusia
Manusia secara bahasa dari kata “manu” (sansekerta), “mens”
(latin), yang berarti berfikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai sesuai kemampuannya).1 Pengertian yang sangat
umum, bahwa manusia terdiri atas unsure jasmaniah dan unsurrohaniah
(disana ada kekuatanspiritualnya), dan dilengkapi dengan pancaindra.2
Sedangkan menurutistilah, pandangan atas manusia beranekaragam,
hal initerlihat dari banyaknya definisi tentang manusia. Menurut
Adinegoro, manusiaadalah micro cosmos bagian dari makro cosmos yang
ada di atas bumi, sebagian dari makhluk bernyawa dan sebagian dari
bangsa Anthropomorphen, binatang yang menyusui.
Lineana mendefinisikan bahwa manusia adalah homo sapien yang
berarti makhluk yang berbudi. Menurut Revest manusia adalah homo
loquen yaitu makhluk yang pandai penciptakan bahasa serta menjelmakan
pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun. Dan yang paling
terkenal definisi dari Aristoteles yang mengatakan manusia adalah animal
rationale (hewan yang berakal budi).3
Sedangkan menurut Thomas Aquinas yang dikutip oleh Hardono
Hadi, manusia adalah suatu substansi yang komplit terdiri dari badan
(materia) dan jiwa (forma).4 Manusia menurut Islam, ketika berbicara
mengenai manusia Al- Qur’an menggunakan tiga istilah pokok. Pertama
menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin seperti kata

1
Zainal Abidin, FilsafatManusia, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014), h. 2.
2
Sofyan Anwar Mufid, EkologiManusiaDalamPerspektifSektorKehidupan Dan Ajaran
Islam, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2010), h. 52
3
Adelbert Srijders, Of M. Cap, Antropologi Filsafat Manusia, Produk Dan Seruan,
(Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 7.
4
P. Hardono Hadi, JatiDiriManusiaBerdasarkanFilsafat Organism White Head, Cet Ke-
7 (Yogyakarta: Kanisius,2002), h. 33.

13
14

insan, ins dan unas. Kedua menggunakan kata basyar. Ketiga


menggunakan kata Bani Adam dan Dzuriyat Adam.
Menurut Quraish Shihab, kata basyar terambil dari kata yang
bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata
yang sama, lahir kata basyarah yang berarti kulit.5 Sementara itu, kata
insane terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak.
Jadi, definisi manusia menurut Islam adalah mahkluk terbaik (insankamil)
yang pernah diciptakan oleh Allah di atas permukaan alam ini.6
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Allah dengan segala fungsi
dan potesinya yang tunduk kepada aturan hokum alam, mengalami
kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati dan seterusnya serta terkait
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan
timbal balik, baik itu positif maupun negatif.7
Manusia adalah makhluk Allah yang otonomi berdiri sebagai pribadi
yang tersusun atas kesatuan jiwa raga dan eksis sebagai individu yang
memasyarakat. Manusia adalah salah satu jenis makhluk Allah yang
diberikan kelebihan dari makhluk Allah yang lain, kelebihan itu antara lain
dalam bentuk fisik, diberikannya akal fikiran, sehingga dengan demikian
manusia mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, yang benar
dan yang salah, yang baik dan yang buruk, manusiapun oleh Allah
diciptakan dalam bentuk yang sempurna.8
2. Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Allah dengan segala fungsi
dan potesinya yang tunduk kepada aturan hukum. Manusia tidak ada di
muka bumi ini jika tidak diciptakan oleh Allah. Hakikat manusia
dimaksudkan adalah kondisi sebenarnya atau intisari yang mendasar
tentang keberadaan makhluk yang berasal atau dari keturunan adam dan

5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan
Umat), (Bandung:Mizan, 2013), h. 367.
6
Juraid Abdul Latif, Manusia, Filsafat Dan Sejarah (Jakarta: BumiAksara, 2006), h. 17.
7
Elly M, Setiadi, et al, IlmuSosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 179.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Pelita III, 1979/1980), h. 1078
15

hawa, sebagai penghuni bumi.9 Ungkapan hakikat manusia mengacu


kepada kecendrungan tertentu memahami manusia.
Hakikat mengandung makna sesuatu yang tetap dan tidak berubah-
ubah, yaitu identitas esensial yang menyebabkan sesuatu menjadi dirinya
sendiri dan membedakannya dari yang lainnya.10 Ungkapan ini
menandakan kecendrungan di dalam filsafat yang menganggap manusia
memiliki definisi pra-ada tentang kemanusiaannya. Definisi pra-ada itu
adalah esensi yang membedakan secara penting dari pada eksistensi.
Dalam pandangan ini, sepertinya esensi lebih penting dari pada eksistensi.
Kecenderungan ini sangat dominan pada periode klasik dan abad
pertengahan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup berinteraksi
dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan
sebaliknya ia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.11 Manusia tidak
diciptakan begitu saja secara sia-sia tanpa pertanggungjawaban, dan
manusia diturunkan ke bumi bukan tanpa tujuan, tetapi untuk menjadi
khalifah atau pengganti Allah di bumi untuk menjaga dan melestarikan
bumi. Selain dijadikan khalifah, manusia juga diciptakan untuk selalu
beribadah kepada Allah. Seperti diketahui bahwa tujuan utama manusia itu
diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Seperti
dalam Firman Nya.
ۡ ِۡ
ِ ‫ٱۡلنس إَِّل لِي ۡعب ُد‬ ۡ
٥٦ ‫ون‬ َُ َ َ ِ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ٱۡل‬ ‫ت‬
ُ ‫ق‬ َ‫َوَما َخل‬
“Dan aku tidak menciptaka njin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56).

Apabila dalam Hablu Minallah, kedudukan kita sebagai hamba


Allah sedangkan dalam Hablu Minannas, hubungan kita dengan sesame
manusia. Kita mengambil posisi sebagai khalifah fil-ardh (khalifah dimuka

9
Hadari Nawawi, HakekatManusiaMenurut Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas Indonesia,
1993), h. 64.
10
Muhammad Yasir Nasution, ManusiaMenurut Al-Ghazali, (Jakarta: Rajawali, 1988), h.
46
11
Otto Soemarwoto, AnalisisMengenaiDampakLingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009), h. 17.
16

bumi), sebuah gelar yang memberikan konotasi sikap kepemimpinan dan


keteladanan. Apabila dalam hubungan dengan Allah, awal dari ucapan kita
adalah “Allahu Akbar” maka dalam hubungan dengan sesame manusia
kaliamat yang harus dihayati adalah ucapan: assalamu‟alaikum
warahmatullahi wabarokatuh”, sebuah ucapan ketika akan mengakhiri
shalat, yang seakan-akan damai sejahteralah wahai manusia disekitarku
karena kehadiranku akan member arti bagimu.12
Manusia adalah ciptaan (makhluk) Allah paling baik dan paling
istimewa. Allah sendiri memberikan kepada manusia penghormatan dan
mengunggulkan atas ciptaan- Nya yang lain. Al-Qur’an menyatakan hal
ini dengan jelas:

ۡ ِ ‫و ۡٱلب ۡح ِر ورَزۡق َٰنَهم ِمن ٱلطيِب‬


‫َٰت َوفَضل َٰنَ ُه ۡم َعلَ َٰى َكثِي‬
ۡ ۡ ۡ
‫۞ولََقد َكر ۡمنَا بَِِٓن ءَ َاد َم َو ََحَل َٰنَ ُه ۡم ِِف ٱل ََِب‬
ََ َ َ ُ َ َ َ َ َ
ۡ ۡ
ِ ‫َِّم ۡن خلَقنَا تَف‬
٧٠ ‫ضيال‬ َ
”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”(QS. Al-Isra[17]:70).
Karena itu Allah memberikan kepercayaan kepada manusia sebagai
wakil- Nya (khalifah) di mukabumi. Sebagai khalifah, Tuhan memberinya
kebebasan untuk mengelola alam yang sudah dirancang dengan segenap
potensi dan ketersediaan bahan-bahan yang diperlukan bagi kehidupan
sampai hari kiamat. Pada sisi lain, kebebasan tersebut selalu berarti sebuah
tanggung jawab. Atas dasar ini manusia juga bertanggung jawab terhadap
kehidupan nabati dan hewani.
Menurut Tasmaran yang dikutip oleh Yatimin Abdullah, bahwa
manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni
melestarikan dan memelihara dengan baik13. Manusia seperti halnya

12
Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah, Menggali Potensi Diri, (Jakarta: Gema Insane
Press, 2000), h. 44.
13
M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, Ed. 1, Cet.2
(Jakarta Amzah, 2008), h.1.
17

semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia


mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya (alam).
Karena manusia adalah bagian dinamis dari alam maka peran yang
paling dominan bagi seorang muslim dalam berhadapan dengan manusia
dan alam ini adalah kemampuan daya nalarnya (pikir). Dan pada saat yang
sama, dia mempunyai daya misi sebagai rahmatanlil‟alamin, yang
maknanya hamper sama dengan as-salam, maka tampaklah bahwa
konsekuesi akan kebebasan dirinya sebagai muslim, dia harus mampu
memelihara dan mengembangkan hubungannya dalam 3 dimensi yang
terdiri atas:

a. Hubungan dengan Allah (HA)


b. Hubungan dengan Manusia (HM)
c. Hubungan dengan Alam (HL)

Dalam kaitannya dengan etos kerja, hendaknya tiga kedudukan ini


dijabarkan dalam satu paket yang terpadu (integrated) dan dihayati serta
diimplementasikan secara terpadu pula. Mengingat bahwa ajaran Islam
bersifat sempurna atau terpadu maka tidak mungkin seorang muslim
memisahkannya satu sama lain. Muhammad Daud Ali menyatakan bahwa
manusia bias menyamai binatang apabila tidak memanfaatkan potensi-
potensi yang diberikan Allah secara maksimal terutama potensi pemikiran
(akal), kalbu, jiwa, raga serta panca indra.14Dengan demikian bias
disimpulkan bahwa manusia memang diciptakan.
Tuhan sebagai makhluk terbaik dengan berbagai potensi yang tidak
diberikan kepada makhluk lainnya. Namun apabila manusia tidak bias
mengembangkan potensinya tersebut bias saja manusia menjadi lebih
rendah dari makhluk lain, seperti hewan misalnya.

14
Siti Khasinah, Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat,
(JurnalIlmiahDidaktika Vol. XIII, No. 2, 2013), h. 305
18

B. Alam

1. Pengertian Alam dan kolerasinya dengan Manusia


Tidak ada kata yang tepat dalam Al-Qur'an untuk istilah alam adalah
al-samawat waal-ardwamabainahuma (langit dan bumi beserta dengan
isinya). Namun demikian, alam dalam pengertian lingkungan hidup
menurut perspektif Al-Qur’an dapat dilihat secara baik dari lima ayat yang
pertama kali diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu
QS. Al-‘Alaq [96] ayat 1-5, yang artinya :
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ‫نسن ِم‬ ۡ ۡ ِ‫ۡٱق ۡرأ ب‬
‫ ٱل ِذي َعل َم‬٣ ‫ك ٱۡلَكَرُم‬ ‫ب‬
‫ر‬
ُّ ‫و‬
َ ََ َ ‫أ‬
‫ر‬ ‫ٱق‬ ٢ ٍ
‫ق‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬
َ ‫ن‬ َٰ ِ
‫ٱۡل‬
ََ َ َ ‫ق‬َ‫ل‬ ‫خ‬ ١ ‫ق‬َ َ‫ل‬
َ ‫خ‬ ‫ي‬ ‫ذ‬ِ ‫ٱس ِم ربِك ٱل‬
َ ََ َۡ
ۡ ۡ ۡ
٥ ‫نس َن َما ََل يَعلَ ۡم‬ ِ ِ ِ
ََٰ ‫ َعل َم ٱۡل‬٤ ‫بٱل َقلَم‬
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manu siapa yang tidak
diketahuinya”.(QS Al-Alaq[96]:1-5).
Poin penting dari ayat tersebut adalah bahwa ketika Nabi Muhammad
diperintah untuk membaca sebenarnya Nabi tidak bias membaca dan juga
tidak ada sebuah teks pun untuk dibaca. Jadi perintah membaca di sini
dapat dimaknai sebagai sebuah cara baru dalam melihat dunia, yaitu
membaca realitas dunia dengan menyebut nama Sang Pencipta. Sejakawal
Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah, sebagai Pencipta, membereksistensi
dan makna bagi segala sesuatu, Allah-lahPencipta, Pemilik dan
Pemelihara semua realitas, sehingga semua realitas harus dilihat dan
dibaca dengan sudut pandang penciptaan dan pemeliharaan.15
Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan suatusistem dan
mekanisme yang sangat mengagumkan sekaligus teliti dan detail sehingga
keseimbangannya terjaga. Proses terjaganya keseimbangan sistem yang
mengatur alam semesta ini berlaku di semua tempat dan lingkungan. Baik
di lingkungan benda-benda hidup ataupun di lingkunganbenda-bendamati.

15
Ibrahim Ozdemir, “Towards an Understanding of Environmental Ethics from a
Qur'anic Perspective”, dalam Richard C. Foltz, at all (eds.), Islam and Ecology: A Bestowed
Trust (Massachusetts: Harvard University Press, 2003), h. 7
19

Dalam berbagaiayat, misalnya, Al-Qur’an berbicara tentang proses


penciptaan dan menyebutkan bahwa mahluk ciptaan Allah diciptakan
berpasang-pasangan. Menurut kitab suci ini, tidak hanya kehidupan satwa,
tetapi setiap jenis tumbuhan juga diciptakan berpasang anantara jantan dan
betina Berikut.
juga menggaris bawahi poin yang sama dan juga menekankan
pentingnya keseimbangan menurut Al-Qur’an, yaitu QS. Al-Rahman [55]
ayat 5-9 yang terjemahnya sebagai berikut:
ۡ ۡ ۡ
ۡ ۡ
َ ‫ َوٱلس َمآءَ َرفَ َع َها َوَو‬٦ ‫ َوٱلنج ُم َوٱلش َج ُر يَس ُج َد ِان‬٥ ‫س َوٱل َق َم ُر ِِبُسبَان‬
٧‫ض َع ٱل ِم َيزا َن‬ ُ ‫ٱلش ۡم‬
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ِ ِ ‫أََّل تَ ۡطغَ ۡواْ ِِف ۡٱل ِميز‬
٩ ‫يمواْ ٱل َوز َن بِٱل ِق ۡس ِط َوََّل ُُت ِس ُرواْ ٱل ِم َيزا َن‬
ُ َ‫َق‬
‫أ‬‫و‬ ٨ ‫ان‬َ
“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Tumbuh-
tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakan neraca (mizan).
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegak
kanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurang
inerac aitu.”(Q,S. Al-Rahman:5-9)

Ayat tersebut diawali dengan menyebutkan alam semesta (matahari,


bulan, tumbuhan dan pepohonan), namun kata kunci dalam ayat di atas
adalah mizan(keseimbangan) yang disebut sebanyak tiga kali, sehingga
makna mizan juga harus dikaitkan dengan keseimbangan (equilibrium)
alam.Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa keadilan dan keseimbangan
adalah hukum universal (dari Allah). Dan karena itu, manusia harus
melakukan kehidupan yang adil dan seimbang. Mungkin dapat dikatakan
bahwa ayat-ayat ini saja sudah cukup untuk mengembangkan etika
lingkungan dari Al Qur’an, karena mereka berpegang pada prinsip:
pertama, bahwa keadilan dan keseimbangan bersifat universal; kedua,
bahwa keseimbangan universal ini diciptakan oleh Tuhan; dan ketiga,
bahwa manusia harus berusaha untuk memahami keseimbangan universal
20

dan untuk mengikutinya dalam kehidupa nsosial mereka serta dalam


interaksinya dengan lingkungan16.
Dengan demikian, kajian terhadap ayat-ayat Al-Qur'an tentang alam
semesta akan menyimpulkan bahwa alam raya dan lingkungan hidup -
yang merupakan totalitas (keseluruhan) dari benda, daya dan kehidupan
termasuk manusia-mempunyai keterkaitan hukum keseimbangan
(equilibrium), sehingga satu bagian alam dapat mempengaruhi bagian
lainnya dan akan berdampak pada kelangsungan hidup dan kesejahteraan
manusia serta jasad-jasad hidup (organisme) lainnya17
Karena memang semua makhluk yang ada dalam suatu lingkungan
hidup satu dengan lainnya mempunyai hubungan timbal balik
(interconected) dan hubungan simbiosis (saling memenuhi kebutuhan satu
dengan yang lainnya). Hukum keseimbangan (equilibrium) yang
diciptakan oleh Allah itu untuk tatanan lingkungan hidup (ekosistem) yang
baik harus tetap terpelihara, sehinga manusia harus berusaha semaksimal
mungkin untuk menjaga dan memelihara keseimbangan tersebut demi
kelestarian lingkungan hidup (alam). QS. Sad [38] ayat 27 menyebutkan
bahwaAllah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya tidaklah sia-sia tanpa hikmah.

‫ين َك َف ُرواْ ِم َن‬‫ذ‬ِ ‫َٰط اال َٰذَلِك ظَ ُّن ٱل ِذين َك َفروااْ فَو ۡيل لَِل‬
ِ ‫وما خلَ ۡقنَا ٱلسمآء و ۡٱۡل َۡرض وما ب ۡي نَ هما ب‬
َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ ََ َ َ َ َ َ ََ
٢٧ ‫ٱلنا ِر‬
“Dan Kami tidakmenciptakanlangit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengansia-sia (tanpa tujuan’’.(QS. Sad[38]; 27).
Ayat tersebut menegaskan bahwa kehidupan makhluk-makhluk Tuhan
saling berkaitan. Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah
satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut
terganggu pula. Itulah yang di sebut dengan keseimbangan (equilibrium)

16
Ibrahim Ozdemir, “Towards an Understanding of Environmental Ethics from a
Qur'anic Perspective”, dalam Richard C. Foltz, at all (eds.), Islam and Ecology: A Bestowed
Trust (Massachusetts: Harvard University Press, 2003), h, 13-14
17
Ahmad Syadili, Qur’an dan PemeliharaanLingkunganHidup (Yogyakarta: Lembaga
StudiFilsafat Islam (LESFI), 1992), h. 143
21

sebagai ketetapan Tuhan dalam penciptaan Nya yang harus dipelihara agar
tidak mengakibatkan kerusakan.18 Tugas pemeliharaan alam agar terjaga
keseimbangan dan keserasiannya diserahkan kepada manusia, karena
manusia-lah yang diberi tugas (amanat) oleh Tuhan sebagaimana termasuk
dalam QS. al-Ahzab [33] ayat 72.
ۡ ۡ ۡ ۡ
‫ۡي أَن َ َۡي ِملنَ َها َوأَش َفق َن ِمن َها َو ََحَلَ َها‬ۡ ‫ض و ۡٱۡلِب ِال فأَب‬
ِ ۡ ‫ت و ۡٱۡل‬
‫َر‬ ِ ‫إِّن عر ۡضنَا ۡٱۡلَمانَةَ علَى ٱلس َٰم َٰو‬
ََ َ َ َ َ ََ َ َ ََ ۡ
٧٢ ‫نس ُن إِنهُۥ َكا َن ظَلُوما َج ُهوَّل‬ ِ
ََٰ ‫ٱۡل‬
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh.”(QS. Al-Ahzab[33]:72).

2. Alam sebagai Keberlangsungan Hidup Manusia


Allah Swt telah menganjurkan kepada Umaat manusia agar selalu dan
senantiaasa menjag Alam, karena pada hakikatnya kitaa tinggal di bumi ini
bergantung pada Alam yang telah Allah ciptakan dengan segala keindahan
dan kelestaraiannya, jadi penting sekali untuk menjaganya dan
melestarikan keberlangsungan Alam tersebut agar ekosistem di dalamnya
terjaga, pemelihraan lingkungan senyatanya bukan hanya kepentingan
manuisa itu sendiri yang juga menggantungkan kepada makhluk lain,
tetapi juga memelihara Makhluk Allah Swt ini karena tidak ada kehidupan
di dunia ini tanpa ketergantungan.
Atas kekuasaan Allah Swt, maka segala sesuatu yang ada di dunia ini
adalah untuk kemaslahatan dan untuk memenuhi hajat hidup manusia.
Manusia di dunia yang memanfaatkan ciptaan Allah Swt sebagai sumber
rizki dan bekal hidupnya. Betapa rendahnya moral seseorang jika diberi
sesuatu yang hanya menikmatinya, tetepi selanjutnya tidak memeliharanya
dunia yang terdiri atas tanah, langit, air, hujan, laut, gunung, dan segala
isinya yaitu bukan untuk kepentingan manusia saja, tetapi juga untuk

18
M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, cet. 27 (Bandung: Mizan, 2004), h. 295.
22

kepentingan makhluk lain terutama yang tampak di Alam Syabadah


Firman Allah Swt dalam Surah Al-Zukhruf 43:13).
ۡ ‫لِت ۡست وۥا على ظهوِرهِۦ ُُث ت ۡذكروا نِ ۡعمة ربِ ُك ۡم إِذا‬
‫ٱستَ َو ۡي تُ ۡم َعلَ ۡي ِه َوتَ ُقولُواْ ُس ۡب ََٰح َن ٱل ِذي َسخَر‬ َ ََ َ َ ْ ُ ُ َ ُ ُ َٰ ََ ْ ُ َ َ
ِ ۡ
١٣ ‫ۡي‬ َ ‫لَنَا ََٰه َذا َوَما ُكنا لَهُۥ ُمق ِرن‬
“Agar kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat
Nikmat Tuhan Mu apabila kamu telah duduk di atasnya: dan Agar
Kamu mengucapkan, “ Maha-Suci(Allah) yang telah menundukan
semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya”(QS.Al-Zukhruf [43]:13).
Memang selama ini pradigma antroposentri cara pandang masyarakat,
sehingga manusia mementingkan dirinya sendiri karena cara pandang ini
bahwa manusia beranggapan bukan bagian dari Alam ini yang senyatanya
cara pandang ini harus di tinggalkan” semakin kukuh manusia degan Alam
raya, makin dalam pengenalan terhadapnya sehingga semakin banyak
yang diperolehnya melalui alam ini”.
Maka persoalan lingkunagn hidup berdasarkan prespektif Al-Qur’an
merupakan pendekatan baru dalam memaknai ajaran ini dalam kehidupan
saat ini dan teologi sasuai pemeliharaan lingkungan merupakan
keniscayaan. Namun demikian, agar manusia lebih peduli terhadap
lingkungannya lebih baik jika di ungkapkan terlebih dahulu secra singkat
bagaimana sebenarnya awal penciptaan Alam ini apa saja yang menjadi
tanggung jawab manusia yang menjadi beban kekhalifahannya Dan
perlunya bagi Manusia untuk selalu menjaga keberlangsungan Alam ini
untuk keberlangsuangan seluruh penghuni Alam ini Khusunya untuk
Manusia dan umumnya untuk yang hidup di muka bumi ini.
C. Etika Manusia Terhadap Alam

Menurut Islam sebagaimana termasuk dalam Al-qur’an, alam bukan


hanya benda yang tidak berarti apa-apa selain dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Alam dalam pandangan Islam adalah tanda (ayat)
23

“keberadaan” Allah. Alam memberikan jalan bagi manusia untuk mengetahui


keberadaan-Nya19. Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat: 20:

٢٠ ‫ۡي‬ِِ ۡ ِ ۡ
ِ ‫َوِِف ٱۡل َۡر‬
َ ‫ض ءَايََٰت لَل ُموقن‬
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang
orang yang yakin”. (QS.Adz-Dzariyat [51]: 20)

Pemahaman bahwa manusia hanya merupakan khalifah


mengimplikasikan bahwa manusia bukanlah penguasa alam, namun hanya
memiliki posisi sebagai mandaris-Nya di muka bumi. Hal ini tentunya tidak
memposisikan manusia sebagaipusat orientasi sebagai pandangan
antroposentris radikal, namun juga memposisikan manusia sebagai pemangku
mandat Allah dalam hal pemeliharaan.Imma Mujahid mengatakan, jika para
munafik melakukan kerusakan dimuka bumi ini, maka Allah dapat menahan
hujan demi agar mereka para munafik binasa. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai para perusak alam dimuka bumi ini.20
Ada dua ajaran dasar yang harus diperahatikan umat Islam keterkaitan
dengan etika lingkungan. Pertama, rabbul `alamin. Islam mengajarakan
bahwa Allah Swt itu adalah Tuhan semesta alam. Jadi bukan Tuhan manusia
atau sekelompok manusia saja. Tetapi Tuhan seluruh alam. Di hadapan
Tuhan, sama. Semuanya dilayani oleh Allah sama dengan manusia. Kedua,
rahmatallil`alamin. Artinya manusia diberikan amanah untuk mewujudkan
segala perilakunya dalam rasa kakasih sayang terhadap seluruh alam.
Manusia bertindak dalam semua tindakannya berdasarkan kasih saying
terhadap seluruh alam. Jika maknarabbul `alamin dan rahmatallil`alamin
difahami dengan baik maka tidak akan merusak alaml atau lingkungan21.
Menurut Muhammad Idris ada tiga tahapan dalam beragama secara
tuntas dapat menjadi sebuah landasan etika lingkungan dalam perspektif
19
Nadjamuddin Ramly, Islam Ramah Lingkungan Konsep dan Strategi Islam dalam
Pengelolaan, Pemeliharaan, dan penyelamatan Lingkungan,(Jakarta: GrafindoKhazanahIlmu), h.
25
20
Abu al-Fida Ismail bin Amr Al-Qursyi Al-Basri al-Damsyiqi, Tafsir Alquran Al-
‘Azim, Juz 1 (t.t: Dar Tabibah, 1999), h. 564
21
Muhammad Idrus, “Islam dan Etika Lingkungan”, www.mohidrus.wordpress.com,
diaksestanggal 2 Februari 2015.
24

Islam. Pertamata`abbud. Bahwa menjaga lingkungan adalah merupkan


impelementasi kepatuhan kepada Allah. Karena menjaga lingkungan adalah
bagian dari amanah manusia sebagai khalifah. Bahkan dalam ilmu fiqih
menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan berstaus hokum wajib
karena perintahnya jelas baik dalam Al Qur`an maupun sabda Rasulullah
Saw.
Telah banyak ayat Al Quran, hadis-hadis serta praktik-praktik salaf al-
salih menerangkan akan manfaat alam bagi semua makhluk. Mulai dari
larangan merusak, ancaman bagi yang merusak. Maka wajarlah jika ulama
kontemporer memberikan pendapat bahwa salah satu tujuan maqasid syariah
adalah menjaga kelestarian alam dan menempatkannya sederajat dengan
keselamatan agama, jiwa dan maqasidlainnya. Kenapa? Karena melesatrikan
lingkungan hidup dalam halinihutan, merupakan salah satu bagian yang
menjadi prioriatas.
Oleh karena itu, manusia hendaknya memikirkan akan penanggulangan
untuk menyelamatkan lingkungan dan manusianya sendiri. Tidak hanya
mengandalkan pemerintah, tapi juga mulai dari diri sendiri. Bahwa kesadaran
untuk menjaga hutan dan bumi ini secara umum perlu juga dilandasi atas
dasar agama. Agama sangat mengantisipasi ulah manusia dengan
melarangnya. Melarang berbuat kerusakan, serta melarang untuk melakukan
eksploitasi alam keindahan yang diberikan oleh Allah patut disyukuri dan
dinikmati isinya. Tetapi menikmati apa yang ada dimuka bumi ini hanya
dapat dirasakan jika tidak dilakukan kerusakan.
D. Anjuran Al-Qur’an dalam Melestarikan Alam

Al-Qur’an secara tegas memerintahkan manusia untuk mengelola


lingkungannya dengan baik, serta melarang untuk membuat kerusakan di
muka bumi. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

‫ٱّلل‬ ‫ن‬ ‫س‬ ۡ ‫صيبك ِمن ٱلد ُّۡن يا وأ َۡح ِسن كمآ أ‬
‫َح‬ ِ َ‫ك ٱّلل ٱلدار ۡٱۡلٓ ِخرةَ وََّل تَنس ن‬ ِ ۡ
ُ ََ َ َ َ َ َ َ ۡ َ َ َ َ َ ۡ ُ َ ‫يمآ ءَاتَ َٰۡى‬ َ ‫َوٱب تَ ِغ ف‬
٧٧ ‫ين‬ ِ ‫ب ٱلم ۡف ِس‬
‫د‬ ِ ِ ِ ‫ك وََّل تَ ۡب ِغ ٱل َفس َاد ِِف ٱۡل َۡر‬ ِۡ
َ ُ ُّ ‫ض إن ٱّللَ ََّل َُي‬ َ َ َ ‫إلَي‬
25

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah


dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan
bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang
lain),sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidakmenyukai
orang yang berbuatkerusakan. (QS. Al-Qashash [28]: 77)
Imam Ibnu Katsîr memberikan penafsiran bahwa manusia
diperintahkan Allah Swt untuk menggunakan segenap kemampuannya, baik
moril maupun materil dalam beribadah kepada Allah Swt. Agar manusia
mendapatkan pahala di dunia dan di akhirat. Selain itu, Allah memerintahkan
manusia untuk tidak melupakan urusan dunia, seperti urusan makanan,
sandang, perumahan dan lingkungan. Karena manusia memiliki hak kepada
Allah, hak kepada diri sendiri, hak kepada keluarga, dan kepada
lingkungannya. Oleh karena itu, setiap hak harus diberikan manusia sesuai
dengan porsinya. Allah memerintahkan manusia untuk menjaga alam. Allah
membenci manusia yang berbuat kerusakan di mukabumi, membuat
kerusakan lingkungan dan alam22.
Allah secara jelas memerintahkan manusia untuk menjaga lingkungan
dan melarang untuk membuat kerusakan di muka bumi.anjuran bagi setiap
orang untuk melestarikan lingkungan dengan berbagaicara, yaitu:
1. Menjaga Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang pokok dalam ajaran kitab kuning
pesantren, tujuannya untuk menjaga kebersihan diri, baik jiwa maupun
raga. Kebersihan diri tidak akan tercapai tanpa kebersihan lingkungan dan
alam sekitar. Sebagaimana yang disampaikan nabi Muhammad Saw.

“Kebersihan (kesucian) itubagiandari Iman”. (HR. Muslim)

Menurut Imam An-Nawawi, maksud darihadis di atas adalah


perbuatan yang terkait dengan kebersihan dan kesucian seseorang
merupakan bagian dari iman. Sedangkan makna daris ebagian dari iman,

22
Abu al Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir, Tafsîr Ibnu Katsîr (Beirut: Darul Kutub al
Ilmiyah, t.t.), Jilid 6, h. 228
26

beberapa ulama berbedapendapat, ada yang


menyatakanbahwapahalaseseorang yang menjagakebersihan dan
kesuciannya mencapai pahala separuh dari iman. Ulama lain menjelaskan
bahwa menjaga kebersihan dan kesucian itu menghapus terhadap
kesalahan yang telah dilakukan, dengan syarat pelakunya beriman. Karena
itu, kebersihan bagian dari iman23.
Ulama lain menjelaskan bahwa maksud dari hadis di atas adalah
salat itu bagian dari iman, sedangkan kebersihan (suci) menjadisyaratsah
salat. Karena itu, kebersihan menjadi bagian dari iman.Syaratsah orang
yang salat adalah bersih (suci), baik badan, pakaian, maupun tempat yang
dipakai salat. Kebersihan badan tidak akan sempurna tanpa kebersihan
pakaian. Kebersihan pakaian tidak akan sempurna tanpa kebersihan
tempat. Kebersihan tempat tidak akan sempurna tanpa kebersihan
lingkungan. Kebersihan lingkungan tidakakan sempurna tanpa ada
kebiasaan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan.
Dalam kaida hushul fikih dijelaskan, bahwa jika sebuah kewajiban
tidak sempurna tanpa instrumen yang menyempurnakan, maka instrument
penyempurna tersebut hukumnya wajib. Kewajiban membersihkan badan
tidak akan sempurna tanpa membersihkan pakaian, maka hokum
membersihkan pakaian hukumnya wajib.
Dalam kitab kuning, terdapat 17 mandi sunah untuk menjaga
kebersihan, memakai wewangian, dan memakai pakaian yang bersih dan
rapi24. Di antaranya mandi ketika akan melaksanakan salat jum’at, shalat
idulfitri, shalat iduladha, dan mandi karena bau badan. Tujuan di
sunnahkannya mandi adalah untuk menjaga kebersihan dan
menghilangkan bau badan yang dapat mengganggu kenyamanan orang
lain.25 Bahkan dalam kitab kuning, terdapat dua hukum mandi demi

23
Imam An- Nawawi, Al MinhâjSyarahShahihMuslîm (Beirut: Dar IhyaTurats, t.t), Jilid
3, h. 100.
24
Abu Bakar Taqiyyuddin Al Syafi’i, Kifayatu lAkhyar , (Damaskus: Darul Khoir,
1994),h. 45
25
Abdul Karim bin Muhammad Ar -Rofi’i Al -Quzwaini, Fathul Aziz Bisyarhil Wajiz
(Beirut: Darul Fikr, t.t.), jilid 4, h. 615
27

menjaga kebersihan, yaitu wajib dan sunah. Perbedaannya, hukum mandi


sunah adalah mandi yang dilakukan untuk menyambut kegiatan yang akan
dilakukan, seperti dalam shalat jum’at, shalat hari raya, dan lain
sebagainya. Sedangkan mandi wajib adalah mandi yang dilakukan karena
untuk membersihkan kotoran yang telah lalu. Seperti mandi junub, suci
dari nifas, haid, dan lain sebagainya. 26
2. Menghidupkan Lahan Mati
Memanfaatkan lahan mati dilakukan dengan menanami dan
reklamasi serta menfungsikan lahan tersebut agar menjadilahan yang
produktif. Sebagimana disabdakan oleh Nabi Saw,
“Barangsiapa yang menghidupkan lahan yang mati/ terlantar makai
memiliki bagian darinya, yakni (bagian) upah (dan atau pahala).
Dan apa yang dimakan oleh binatang ternak dari (tanamanyan gada
di lahan) itu, maka hal itu merupakan sedekah baginya” (HR
Ahmad no. 14271 dan hadis ini shahih. Lihat Musnad Al Imam
Ahmad ibn Hanbal, XXII/170, Muassasah Ar-Risalah, Beirut, 1999).

Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, maksud dari menghidupkan lahan


mati adalah memanfaatkan lahan yang tidak bertuan dengan irigasi,
menanami, konservasi, maupun dengan bangunan. Jika tanah tersebut
tidak bertuan, maka tanah tersebut otomatis menjadi milik orang yang
mengelola. Hal ini merupakan bentuk apresiasi ulama terhadap orang yang
peduli terhadap lingkungan, sudah semestinya orang yang mau peduli
terhadap lingkungan diberi apresiasi yang lebih, karena memiliki peran
dalam pelestarian lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang produktif
akan membawa maslahat dan manfaat kepada ekologi alam sekitar, baik
flora, fauna, maupun masyarakat sekitar.
Imam At-Thahawi berargumen, bahwa orang yang memanfaatkan
lahan mati yang tak bertuan, otomatis akan menjadi pemiliknya, di
analogikan dengan air laut, air sungai, hewan dan burung buruan, ketika
hal tersebut dimanfaatkan dan ditangkap oleh seseorang, otomatis hal

26
Sulaiman bin Muhammad Al-Bujairomi, Hasyiyah Al Bujairomi Ala al Khotib (Beirut:
DarulFikr, 1995), jilid 1, h. 250.
28

tersebut menjadi miliknya yang sah secara syar’i27. Pendapat ini


menguatkan bahwa lahan mati yang tak bertuan akan menjadi milik sah
orang yang memanfaatkannya, baik dengan cara menanami, menyirami,
maupun memanfaatkannya demi kemaslahatan lingkungan hidup. Dari
sini, penulis menilai bahwa ajaran kitab kuning pesantren mengajarkan
kepada manusia untuk memanfaatkan lahan mati.
3. Semangat Penghijauan
Nabi Muhammad Saw dalam beberapa hadist memberikan motivasi
kepada para sahabat dan kaum muslimin untuk menanam pohon dan
melakukan penghijaua nlingkungan, seperti sabdabeliau:

“Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon atau bercocok


tanam, lalu dimakan oleh burung atau manusia atau hewan kecuali
baginya (pahala) sedekah karena itu” (HR. Bukhari no 2152 dan
Muslim no. 2904).

Menurut Ibnu Bathol, hadis di atas memberikan motivasi kepada tiap


Muslim untuk rajin menanam pohon, karena menanam pohon memiliki
banyak manfaat bagi sistem ekologi, baik manfaat bagi manusia, bagi
generasi masa depan, bagi hewan, maupun bagi alam28. Apalagi dengan
kondisi saat ini, dengan krisis lingkungan, pemanasan global, dan
pembalakan liar, melakukan penanaman pohon merupakan sesuatu yang
amat dianjurkan oleh syariat agama, agar keseimbangan alam tetap terjaga
dan kelangsungan ekosistem makhluk hidup tetap terjamin eksistensinya.
Sedangkan menurut Muhammad Abdul Aziz Al-Syâdzilî, hadis di atas
memberikan motivasi kepada tiap muslim untuk melakukan penghijauan
demi kemaslahatan bersama, baik memberikan maslahat bagi manusia,
lingkungan, maupun hewan sekitarnya.29

27
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari..., h. 18
28
Ibnu Bathol, Syarah Shahih Bukhori (Riyadh: Maktabah Ar Rusydi, t.t), Jilid 6, h. 456.
29
Muhammad Abdul Aziz Al-Syadzili, Al-Adab Al-Nabawi, (Beirut: DarulMa’rifah, t.t),
h. 36.
29

4. Kawasan Konservasi (Hima)


Kawasan konservasi adalah pembuatan kawasan yang dilindungi
untuk kemaslahatan umum dan pengawetan habitat alami. Dalam kitab
kuning, ditemukan sebuah hadis yang menunjukkan bahwa Nabi pernah
membuat taman konservasi yang diperuntukkanuntukperlindungankuda
dan onta, sepertiHimaAn Naqi’ untukkuda dan ontasedekah yang
telahdiputuskan oleh Rasulullah Saw (sebagaipemimpinsaatitu) di luar
Madinah Al Munawwarah pada sekitartahun 624-634 Masehi. Zaman
sekarang hal ini dikenal dengan istilah kawasan konservasi. Sebagaimana
hadis riwayat Imam Ahmad berikut:

“Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw membuat kawasan


konservasi tanah Naqi’ untuk kuda Beliau”.30

Imam Syafi’i menjelaskan bahwa ada dua pendapat ulama tentang


konservasi lingkungan hidup, pendapat pertama menyatakan bahwa tidak
diperkenankan bagi siapapun untuk melakukan konservasi lingkungan,
kecuali terhadap lahan yang telah ditentukan oleh nabi Muhammad Saw.
Pendapat kedua, tidak diperkenankan bagi siapapun untuk melakukan
konservasi lingkungan, kecuali sebagaimana lahan yang telah ditentukan
oleh nabi Muhammad Saw.
Pendapat pertama secara jelas menyatakanhanya Nabi yang dapat
melakukan konservasi pendapat ini juga melarang selain Nabi untuk
melakukan konservasi, termasuk pemerintah. Pendapat kedua sedikit lebih
fleksibel, yaitu boleh bagi orang yang menduduki jabatan seperti nabi
Muhammad, dalam hal ini adalah pemimpin daerah/wilayah. Para ulama
syafi’iyah lebih cenderung mengunggulkan pendapat yang kedua, dengan
indikasi bahwa Sayyidina Umar bin Khattab juga melakukan konservasi
lingkungan untuk menjaga unta shodaqoh dari kepunahan.

30
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut:
MuassasahRisalah, 2001), Jilid9,, h., 470.
30

Sebagaimana dalam dasar.31 Dengan dasar di atas, ulama


mengunggulkan pendapat kedua yang menyatakan bahwa konservasi
lingkungan merupakan wewenang dari pemerintah, konservasi lingkungan
dalam hal ini adalah melindungi lingkungan tertentu, berawal dari lahan
untuk masyarakat umum menjadi lahan yang dilindungi oleh pemerintah,
peruntukannya khusus untuk melindungi spesies tertentu, atau perlindugan
terhadap kelestarian lingkungan. Sehingga tidak setiap orang dapat
mengakses lahan tersebut.32 Hal tersebut dilakukan karena demi
kemaslahatan umum.
5. Larangan Keras Mencemari Lingkungan
Terdapat beberapa referensi yang menjelaskan larangan pencemaran
lingkungan di tempat umum. Dalam hal ini termasuk larangan membuang
limbah di sungai, membuang sampah di sembarang tempat, dan
pencemaran udara. Karena pencemaran lingkungan dapat mengganggu
terhadap ekosistem lingkungan. Sebagaimana sabda beliau33:

“Takutlah kalian tiga tempat yang dilaknat; buang air besar di


tempat saluran air, naungan pohon (yang biasa digunakan untuk
bernaung) dan jalananumum” (HR IbnuMajah, no. 328).
Dalam hadis di atas, siapapun dilarang untuk melakukan
pencemaran pada tiga tempat, yaitu saluran air atau sungai, di bawah
naungan pohon, dan jalanraya. Pencemaran lingkungan itu terlarang
karena tidak sesuai norma dan etika kehidupan, disamping karena
keuntungan pribadi pelaku, seperti perbuatan membalak dan membakar
hutan, membuanglimbah di sungai, maupun merusak lingkungan, hal
tersebut merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan etika dan norma
kehidupan masyarakat, karena semua hal di atas merupakan perusakan
lingkungan dan eksploitasi sumberdaya alam demi keuntungan pribadi.

31
Abu Bakar bin Abi Syaibah, Al Mushonnaf , (Riyadh: MaktabahArRusydu, 1988), Jilid
5, h. 6.
32
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (Beirut: Muassasah
Risalah, 2001), Jilid 9, h. 470.
33
Muhammad bin Ali Al-Syaukani, Nailul Author, (Mesir: Darul Hadis, 1993), Jilid 1, h.
112.
31

Hal tersebut merugikan terhadap kemaslahatan masyarakat, merusak


lingkungan masyarakat, dan menganggu organism kehidupan masyarakat.
Berdasarkan haltersebut, pembalakan hutan, pembakaran hutan,
pembuangan limbah di sungai, dan polusi udara diharamkan demi menjaga
tatanan kehidupan masyarakat, terutama untuk menyelamatkan lingkungan
hidup. Sehingga bagi mereka layak untuk mendapatkan sanksi beratata
sprilaku mereka sendiri. Selain itu mereka wajib bertanggung jawab dan
mengganti atas kerugian yang dialami orang sekelilingnya.
Sanksi bagi perusak lingkungan merupakan instrument bagi
terwujudnya konservas ilingkungan di masyarakat. Karena itu hukuman
yang diberikan kepada perusak lingkungan adalahhukuman yang
dapatmen berikan efek jera bagi pelaku. Terdapat empat prinsip sanksi
yang penting untuk diberikan terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
Pertama, sanksi yang dapat mendidik dan memberikan efek jera terhadap
pelaku. Kedua, sanksi dapat menimbulkan rasa takut dan efek jerat
erhadap orang lain untuk melakukan pencemaran lingkungan. Ketiga,
hukuman yang ditentukan bagi pelaku pencemaran disesuaikan dengan
tindakan kejahatan yang d ilakukan. Keempat, sanksi yang diberikan
bersifat umum dan berimbang antara hukuman dan tindakan kejahatan
yang dilakukan.34
Beberapa ulama lebih tegas lagi, seperti Imam Malik, Imam Ahmad,
dan beberapa Ashab Imam Syafi’i menjelaskan bahwa jika pelaku
kerusakan berimbas pada hilangnya nyawa seseorang, pelaku bisa
mendapatkan hukuman mati. Hal ini dilakukan karena para pembalak
hutan, pembuang limbah, maupun perusak lingkungan dapat menyebabkan
hilangnya nyawa orang lain, yaitu melalui tanah longsor, banjir, maupun
penyakit asap yang diakibatkan oleh perusak lingkungan.35

34
Abdul QodirAudah, Al Tasyri’ Al Jana’i (Beirut: DarulKutubAl’Arabi, tt), jilid 1, h.
384.
35
Taqiyyudin Abu Abbas, As SiyasahAsSyar’iyyah, (Saudi Arabia: Kementerian Islam
dan Wakaf dan Dakwah, 1997), h. 93. 48 Abdul Karim Zidan, Al Wajiz fi Ushul al-Fiqhi , (Beirut:
Muassasahar-Risalah, 1990), h. 236
32

Menjaga lingkungan dari kerusakan merupakan prinsip-prinsip yang


sejalan dengan ajaran syar’î. Tujuannya demi keseimbangan alam dan
menjamin keberlangsungan kehidupan umat manusia. Menjaga lingkungan
di antaranya dapat dilakukan dengan banyak menanam pohon, mengurangi
dampak rumah kaca, tidak membakar hutan dan menghindari polusiu dara.
Untuk meminimalisasi pemanasan global yang dapat mengakibatkan
kepunahan bagi umat manusia. Menurut keterangan dalam kitab kuning
pesantren, menjaga lingkungan dan alam untuk keberlangsungan manusia
merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan secara mendesak.
Karena meninggalkannya akan berakibat pada kerusakanalam dan
lingkungan.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, terdapat konsep ramah lingkungan dalam Alquran, hadis, dan
kitab kuning Berdasarkan : Pertama, terdapat konsep ramah lingkungan
dalam Alquran, hadis, dan kitab kuninga dalam anjuran menjaga
kebersihan, memanfaatkan lahan kosong menjadi produktif, semangat
penanaman pohon dan penghijauan, membuat kawasan konservasi,
larangan karna pencemari lingkungan, dan sanksi berat bagi perusak
lingkungan. Ketiga, urgensi ramah lingkungan adalah untuk kemaslahatan
dan keberlangsungan jagat alam raya.
E. Kedudukan Dan Fungsi Alam

Alam atau Lingkungan yaitu suatu keadaan atau kondisi yang terdiri
atas benda benda (makhluk) hidup dan benda-benda tak hidup yang berada di
bumi atau bagian dari bumi secara alami dan saling berhubungan antara satu
dengan lainnya.36
Manusia dengan alam merupakan keniscayaan. Artinya, antara
manusia dengan lingkungan terdapat keterhubungan, keterkaitan, dan
keterlibatan timbal balik yang tidak dapat ditawar. Alam dan manusia tanpa

36
Ilyas Asad, Teologi Lingkungan, (Yogyakarta: Kementrian Lingkungan Hidup, Dan
Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2011), h. 12.
33

keterjalinnya dengan lingkungan tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat


pula dipikirkan bahkan tidak ada. Seperti dalam firman Allah:
ۡ
‫سَ ََٰو ات َو ُه َو‬
ََٰ ‫ى إِ ََل ٱلس َما ِٓء فَ َسوىَٰ ُهن َس ۡب َع‬ ۡ ‫َجيعا ُُث‬
َٰٓ ‫ٱستَ َو‬ ِ ‫ُه َو ٱل ِذي َخلَ َق لَ ُكم ما ِِف ٱۡل َۡر‬
َِ ‫ض‬
٢٩ ‫بِ ُك َِل َش ۡي ٍء َعلِيم‬
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-
Baqarah[2]:29)37
Menurut Arif Sumantri, lingkungan alam menurut ajaran Islam
dikendalikan oleh dua instrument, yaitu halal dan haram. Halal yang
bermakna segala sesuatu yang baik, memberi manfaat, menentramkan hati,
dan berakibat baik bagi manusia. Sebaliknya, haram bermakna sesuatu yang
jelek, tidak bermanfaat, membahayakan, dan merugikan, serta merusak
lingkungan.38
lingkungan adalah suatu media dimana makhluk hidup tinggal,
mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait
secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya,
terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil.
Menurut Elly M. Setiadi, bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya.
Lingkungan tidak bisa dipisahkan dari ekosistem atau sistem ekologi.
Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas
makhlukhidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati yang
membentuk suatu sistem.39
Manusia adalah bagian dari ekosistem. Komponen lingkungan terdiri
dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik
(tumbuhan, hewan, dan manusia). Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan
37
Kementrian Agama RI., h. 5.
38
Rusdiana, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Bandung: Pustaka Tresna Bhakti, 2012), h.
140.
39
A Rusdina, Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan
Lingkungan Yang Bertanggung Jawab, (ISSN 1979-8911: 2015) Volume IX, h. 248.
34

alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang


diciptakan Tuhan untuk manusia. Lingkungan alam terbentuk karena kejadian
alam. Jenis lingkungan alam antara lain air, tanah, pohon, udara, sungai dll.
Lingkungan buatan dibuat oleh manusia. Misalnya jembatan, jalan, bangunan
rumah, taman kota, dll. Lingkungan sosial adalah wilayah tempat
berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu interaksi sosial antara berbagai
kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai, serta terkait dengan
ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau
peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan)
Lingkungan merupakan tempat hidup manusia.40
Manusia hidup, berada, tumbuh, dan berkembang di atas bumi sebagai
lingkungan. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.
Lingkungan mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang
mendiaminya. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban
manusia. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan
untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup. Perubahan alam lingkungan hidup
manusia akan berpengaruh baik secara positif ataupun negative.41
Berpengaruh bagi manusia karena manusia mendapatkan keuntungan dari
perubahan tersebut, dan berpengaruh tidak baik karena dapat dapat
mengurangi kemampuan alam lingkungan hidupnya untuk menyokong
kehidupannya. Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan
lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan
hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya.
Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan
ekosistem habitat manusia itu sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau
kebijakan kebijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh
bagi lingkungan dan manusia itu sendiri. Alam merupakan bukti dari maha

40
A Rusdina, Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan
Lingkungan Yang Bertanggung Jawab, (ISSN 1979-8911: 2015) Volume IX, h. 248.
41
A Rusdina, Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan
Lingkungan Yang Bertanggung Jawab, (ISSN 1979-8911: 2015) Volume IX, h. 249.
35

pencipta alam dan yang maha benar, yang sekaligus merupakan sumber
keberadaan alam itu sendiri. Realitas alam ini tidak diciptakan dengan
ketidaksengajaan (kebetulan atau main-main), akan tetapi dengan nilai dan
tujuan tertentu dengan kebenaran. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

ۡ ِ ۡ ۡ ِ
‫ض َرب نَا َما‬ ِ ‫ت َوٱۡل َۡر‬ ‫ين يَذ ُك ُرو َن ٱّللَ قِيََٰما َوقُعُودا َو َعلَ َٰى ُجنُوِبِِ ۡم َويَتَ َفك ُرو َن ِِف َخل ِق ٱلس ََٰم ََٰو‬
َ ‫ٱلذ‬
ۡ ۡ
‫ك َمن تُد ِخ ِل ٱلن َار فَ َقد أ َۡخَزۡي تَهُۥ‬ َ ‫ َرب نَآ إِن‬١٩١ ‫اب ٱلنا ِر‬ ‫ذ‬
َ ‫ع‬ ‫ا‬‫ن‬
َ
َِ‫َٰطال س ۡب َٰحنك ف‬
‫ق‬ َ َ ِ ‫خلَ ۡقت َٰه َذا ب‬
َ َ َ ُ َ َ َ َ
١٩٢ ‫َنصار‬ ۡ ِ ‫لظلِ ِم‬ َٰ ِ‫وما ل‬
َ ‫ۡي من أ‬ َ ََ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.192. Ya Tuhan Kami,
Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka,
Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidakada bagi orang-
orang yang zalim seorang penolongpun.(QS. Ali Imran[3]:191- 192)42

Alam itu mempunyai eksistensi riil, objektif serta bekerja sesuai dengan
hukum-hukum yang berlaku tetap (qadar) bagi alam, yang dalam bahasa
agama sering pula disebut sebagai sunatullah.43 Seluruh alam raya ini
diciptakan untuk digunakan oleh manusia dalam melanjutkan evolusinya,
hingga tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Dan
semua yang ada di bumi ini diciptakan Allah untuk kebutuhan manusia

‫ا‬
ِ
‫ين َك َف ُرواْ م َن‬‫ذ‬ِ ‫ل‬ِ
َ‫ل‬ ‫ل‬ ۡ
‫ي‬ ‫و‬ ‫ف‬
َ ‫ا‬
ْ ‫و‬‫ر‬ ‫ف‬
َ ‫ك‬
َ ‫ين‬ ‫ذ‬ َ ِ ‫وما خلَ ۡقنَا ٱلسمآء و ۡٱۡل َۡرض وما ب ۡي نَ هما ب‬
ِ ‫َٰط اال َٰذَلِك ظَ ُّن ٱل‬
َ َ ُ َ َ َ ُ َ ََ َ َ َ َ َ ََ
٢٧ ‫ٱلنا ِر‬

“dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka.” (QS. Shaad: 27)44

42
Kementrian Agama RI., h. 455.
43
Binti Alfiah, Fungsi Ekologis Manusia Dalam Perspektif Islam, (Lampung: Fakultas
Ushuluddin, 2014), h. 79
44
Kementrian Agama RI., h. 455.
36

Alam merupakan sebuah realitas empirik yang bisa diamati dan


dirasakan oleh panca indra manusia yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi
berhubungan dengan manusia dan realita. Islam memandang manusia bersifat
transendental ketika berdiri selaku khalifah yang diberikan akal.
Dengan akal manusia harus bisa menyikapi alam dengan penuh
komitmen dan integritas, karena alam semesta diciptakan Allah yang
diperuntukan bagi manusia untuk dimanfaatkan, dikelola, dimakmurkan, dan
dilestarikan. Dengan pemahaman seperti ini, manusia dapat mereduksi cara
pandang dan sifat eksploitatif. Islam juga menganut sifat imanen yang
merupakan bagian dari alam ketika manusia menggunakan sifat ekosentrisme
dan biosentrisme.
BAB III

AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG KOLERASI MANUSIA DAN


ALAM SEKITAR

A. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Kolerasi Manusia Dan Alam

No. Surah Ayat Juz Jenis ayat

1. Al-Baqarah 22 1 Madaniyah

2. Al-Baqarah 27 1 Madaniyah

3. Al-Baqrah 29 1 Madaniyah

4. Al-Baqoroh 205 1 Madaniyah

5. Al-Maidah 32 6 Madaniyah

6. Al-Maidah 33 6 Madaniyah

7. Al-Maidah 64 6 Madaniyah

8. Al-A’raf 56 8 Makiyyah

9. Al-A’raf 57 8 Makiyyah

10. Al-A’raf 58 8 Makiyyah

11. Al-Anfal 73 9 Makiyyah

12. Ibrahim 32 13 Makiyyah

13. Ibrahim 34 13 Makiyyah

14. Asy-Syu’ara 151 19 Makiyyah

15. Asy-Syu’ara 152 19 Makiyyah

16 Arum 41 21 Makiyyah

17. Arum 42 21 Makiyyah

37
38

18. Saad 26 23 Makiyyah

19. Ad-dukhan 38 25 Makiyyah

20. Ad-dukhan 39 25 Makiyyah

21. Al-Jasiyah 13 25 Makiyyah

Untuk lebih jelas mengenai rincian dan penjelasan tentang ayat


sebagaimana tabel di atas, maka di bawah ini akan disebutkan ayat-ayat sesuai
dengan urutan surah dan ayatnya sebagai berikut:
1. Surah Al-Baqarah ayat 22,27,29 dan 205
ِ ‫السم ِاء ماء فَأَخرج بِِه ِمن الثَّمر‬ ِ ‫السماء بِنَاء وأ‬ ً ‫ض فَِر‬ ِ
‫ات‬ََ َ َ َ ‫َنزَل م َن َّ َ َ ً أ‬
َ َ ً َ َ َّ ‫اشا َو‬ َ ‫الَّذي َج َع َل لَ ُك ُم أاْل أَر‬
َ ‫ِرأزقًا لَّ ُك أم فَ َل َأَت َعلُوا َِّلِلِ أ‬
‫َند ًادا َوأَنتُ أم تَ أعلَ ُمو َن‬
“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai
rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-
tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. (QS. Al-
Baqarah[2]: 22)

‫وص َل َويُ أف ِس ُدو َن ِف‬ ِ َّ ‫الِلِ ِمن ب ع ِد ِميثَاقِ ِه وي أقطَعو َن ما أَمر‬ ِ َّ


َ ُ‫الِلُ بِه أَن ي‬ ََ َ ُ َ َ ‫َأ‬ َّ ‫ضو َن َع أه َد‬ُ ‫ين يَن ُق‬ َ ‫الذ‬
ِ َ‫ك هم ا أْل‬
‫اس ُرو َن‬ ِۚ ‫اْلَر‬
ِ‫ض أُوَٰلَئ‬
ِ
ُ ُ َ ‫أأ‬
“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah
(perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan
Allah untuk disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka
itulah orang-orang yang rugi”. (QS. Al-Baqarah[2]: 27)

‫وص َل َويُ أف ِس ُدو َن ِف‬ ِ َّ ‫الِلِ ِمن ب ع ِد ِميثَاقِ ِه وي أقطَعو َن ما أَمر‬ ِ َّ


َ ُ‫الِلُ بِه أَن ي‬ ََ َ ُ َ َ ‫َأ‬ َّ ‫ضو َن َع أه َد‬
ُ ‫ين يَن ُق‬
َ ‫الذ‬
ِ َ‫ك هم ا أْل‬
‫اس ُرو َن‬ َِٰ ِِۚ ‫أاْلَر‬
ُ ُ َ ‫ض أُولَئ‬ ‫أ‬
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi
untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia
menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah[2]: 29)
39

َۗ ‫ض لِي ف ِسد فِيها وي هلِك ا أْلرث والن‬


ُّ ‫الِلُ ََل ُُِي‬
‫ب الأ َف َس َاد‬ ِ
‫َوإذَا تَ َوَّ ََّٰل َس َع َٰى ِف أاْل أَر ِ ُ أ َ َ َ ُ أ َ َأ َ َ أ‬
َّ ‫َّس َل َو‬
Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk
berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan
ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan”. (QS. Al-
Baqarah[2]: 205)

2. Surah Al-Maidah ayat 32, 33 dan 64:

ِ ‫س أ أَو فَ َس ٍاد ِف أاْل أَر‬ ٍ ‫ك َكتَ أب نَا َعلَ َٰى بَِِن إِ أسَرائِيل أَنَّهُ َمن قَتَل نَ أف ًسا بِغَ أِْي نَ أف‬ ِ ِ
‫ض‬ َ َ َ ‫َج ِل َٰذَل‬
‫م أن أ أ‬
ِۚ ِ ِ
‫َج ًيعا َولََق أد َجاءَ أْتُأم ُر ُسلُنَا‬
َ ‫َّاس‬ َ ‫َحيَا الن‬ ‫اها فَ َكأََّّنَا أ أ‬
َ َ‫َحي‬
‫َّاس ََج ًيعا َوَم أن أ أ‬ َّ
َ ‫فَ َكأَّنَا قَتَ َل الن‬
ِ
ِ ‫ك ِف أاْل أَر‬
‫ض لَ ُم أس ِرفُو َن‬ َ ‫ات ُُثَّ إِ َّن َكثِ ًْيا ِمأن ُهم بَ أع َد َٰذَل‬
ِ َ‫ِِبلأب يِن‬
َ
“ Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu
membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-
akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.
Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian
banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi”.
(QS.Al-Maidah[4]: 32)

َّ ‫ين ُُيَا ِربُو َن‬


ِ ‫الِلَ َوَر ُسولَهُ َويَ أس َع أو َن ِف أاْل أَر‬ ِ َّ ِ
‫صلَّبُوا أ أَو‬
َ ُ‫ادا أَن يُ َقتَّ لُوا أ أَو ي‬
ً ‫ض فَ َس‬ َ ‫إَّّنَا َجَزاءُ الذ‬
ِ ‫ك ََلم‬ ِ‫ض َٰذَل‬ِۚ ‫ف أَو ينفوا ِمن اْلَر‬ ٍ ِ ِ ِ
‫ي ِف الدُّنأيَا َوََلُأم ِف‬ ٌ ‫أ‬ ‫ز‬
‫أ‬ ‫خ‬ ُ َ ِ ‫تُ َقطَّ َع أَيأدي ِه أم َوأ أَر ُجلُ ُهم م أن خ َل أ ُ َ أ َ أ أ‬
ِ ِ
‫يم‬
ٌ ‫اب َعظ‬ ٌ ‫أاْلخَرِة َع َذ‬
“Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib,
atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau
diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan
bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang
besar”. (QS.Al-Maidah[4]: 33)
ِۚ
‫ف‬ ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ق‬ ِ ‫ان ي‬
‫نف‬ ِ َ‫ت أَي ِدي ِهم ولُعِنُوا ِِبَا قَالُوۘا بل ي َداه مبسوطَت‬ َّ َِّ ‫ت الأي هود ي ُد‬ ِ
َ
َ ‫ُ ُ أ‬ ُ ‫َ أ َ ُ َأ‬ َ ‫الِل َمغألُولَ أ أ أ‬
‫ل‬ ‫غ‬
ُ ٌ‫ة‬ َ ُ ُ َ َ‫َوقَال‬
ِۚ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِۚ
َ‫اًن َوُك أفًرا َوأَلأ َقأي نَا بَأي نَ ُه ُم الأ َع َد َاوة‬ ‫ي‬
ًَ َ ‫غ‬
‫أ‬ ‫ط‬
ُ ‫ك‬ ‫ب‬‫ر‬
َّ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ك‬
َ‫أ‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ل‬
َ ‫ز‬ ‫ُن‬
‫أ‬ ‫ا‬‫م‬َّ ‫م‬ ‫ه‬
ُ ً ‫ن‬
‫أ‬ ‫م‬ ‫ا‬
‫ْي‬‫ث‬ ‫ك‬
َ َّ
‫ن‬ ‫يد‬
َ َ َ ُ ‫يَ َشا‬
‫ز‬ ‫ي‬َ‫ل‬‫و‬ ‫ء‬
ِۚ ِۚ ِۚ
ِ ‫ضاء إِ َ ََّٰل ي وِم الأ ِقيام ِة ُكلَّما أَوقَ ُدوا ًَنرا لِلأحر‬
‫ض فَ َس ًادا‬ ِ ‫الِلُ َويَ أس َع أو َن ِف أاْلَأر‬ َّ ‫ب أَطأ َفأ ََها‬ ‫ً َأ‬ ‫َوالأبَغأ َ َ َ أ َ َ َ أ‬
‫ين‬ ِِ ُّ ‫الِلُ ََل ُُِي‬
َ ‫ب الأ ُم أفسد‬ َّ ‫َو‬
40

“Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.”


Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang
dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal
kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia
kehendaki. Dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi
kebanyakan mereka. Dan Kami timbulkan permusuhan dan
kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka
menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka
berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS.Al-Maidah[4]:
64)

3. Surah Al-A’Raf ayat 56,57 dan 58 :

‫ني‬ِِ ِ ‫الِلِ قَ ِر‬


َ ‫يب م َن الأ ُم أحسن‬ َّ ‫ت‬
َ ‫ْح‬
َ ‫أ‬ ‫ر‬ َّ
‫ن‬ ِ‫ص َل ِح َها و أادعُوهُ َخوفًا وطَم ًع ِۚا إ‬ ِ ‫َوََل تُ أف ِس ُدوا ِف أاْل أَر‬
‫ض بَ أع َد إِ أ‬
ٌ َ َ َ ‫أ‬ َ
‘’Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan)
dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh
harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang
berbuat kebaikan’’ (QS.Al-A’Raf[7]: 56)

ٍ ِ‫ت سحاِب ثَِق ًاَل س أقنَاه لِب لَ ٍد َّمي‬ ِ ِِ ِ ‫َوُهو الَّ ِذي يُأرِسل‬
‫ت‬ َ ُ ُ ً َ َ ‫ني يَ َد أي َر أْحَته َح َّ ََّٰت إذَا أَقَلَّ أ‬ َ ‫الرََي َح بُ أشًرا بَأ‬ ُ َ
ِ َٰ ِۚ
ِ ِ ِ ِ
‫ِج الأ َم أوتَ َٰى لَ َعلَّ ُك أم تَ َذ َّك ُرو َن‬ َ ‫َخَر أجنَا بِه من ُك ِل الث ََّمَرات َك َذل‬
ُ ‫ك ُُنأر‬ ‫َنزلأنَا بِه الأ َماءَ فَأ أ‬
َ ‫فَأ‬
‘’Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira,
mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin
itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang
tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami
tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan
kamu mengambil pelajaran’’. (QS.Al-A’Raf[7]: 57)

ِ ‫ف أاْلَي‬
‫ت‬ ُ ِ
‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬
ُ ‫ك‬ ِ‫والأب لَ ُد الطَّيِب ََيأرج نَباتُه ِبِِ أذ ِن ربِِه والَّ ِذي خبث ََل ََيأرج إََِّل نَكِ ًد ِۚا َك ََٰذل‬
َ َ َ ُُ َ َُ َ َ ُ َ ُُ ُ ََ
ٍ
‫لَِق أوم يَ أش ُك ُرو َن‬
“ Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang
tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang
tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.
(QS.Al-A’Raf[7]: 58)
41

4. Surah Ibrahim ayat 32 dan 34:


ِ ‫السم ِاء ماء فَأَخرج بِِه ِمن الثَّمر‬
‫ات ِرأزقًا‬ ِ ‫ات و أاْلَرض وأ‬ ِ َّ ‫الِل الَّ ِذي خلَق‬
ََ َ َ َ ‫َنزَل م َن َّ َ َ ً أ‬ َ َ َ ‫الس َم َاو َ أ‬ َ َ َُّ
‫ي ِف الأبَ أح ِر ِِب أَم ِرهِ لَّ ُك أم َو َس َّخَر لَ ُك ُم أاْل أَْنَ َار‬ ِ ‫وس َّخر لَ ُكم الأ ُفلأ‬
َ ‫ك لتَ أج ِر‬
َ ُ َ ََ
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia
mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan
Dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan
kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu”
(QS.Ibrahim: 32).

ِ َۗ ِ ِ ِ ِۚ ِ َ‫و‬
‫َّار‬
‫ف‬
ٌ ٌ ‫ك‬
َ ‫وم‬ُ‫ل‬َ‫ظ‬َ‫ل‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬‫نس‬ ِ
‫اْل‬
‫أ‬ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫ا‬ ‫وه‬
َُ‫أ‬‫ص‬ ‫ُت‬
ُ ‫َل‬
َ ‫الِل‬
َّ َ َ ‫آَت ُكم من ُك ِل َما َسأَلأتُ ُم ُ َ ُ أ‬
‫ت‬ ‫م‬ ‫ع‬‫ن‬ ‫ا‬
‫و‬ ُّ
‫د‬ ‫ع‬ ‫ت‬
َ ‫ن‬ ‫إ‬‫و‬ ‫وه‬
َ َ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu
mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia
itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
(QS.Ibrahim: 34).

5. Surah Asy’Syu’arah ayat 151 dan 152


ِ ِ
َ ‫َوََل تُطيعُوا أ أَمَر الأ ُم أس ِرف‬
‫ني‬

’’dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melampaui


batas”.(QS. Asy’Syu’arah[26]: 151)

‫صلِ ُحو َن‬ ِ ‫ين يُ أف ِس ُدو َن ِف أاْل أَر‬


‫ض َوََل يُ أ‬
ِ َّ
َ ‫الذ‬
“yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.
(QS. Asy’Syu’arah[26]: 152)

6. Surah Al-Anfal ayat 73 :

ٌ‫اد َكبِْي‬
ٌ ‫ض َوفَ َس‬ ٍِۚ ‫ض ُه أم أ أَولِيَاءُ بَ أع‬
ِ ‫ض إََِّل تَ أف َعلُوهُ تَ ُكن فِأت نَةٌ ِف أاْل أَر‬ ُ ‫ين َك َف ُروا بَ أع‬
ِ َّ
َ ‫َوالذ‬
“Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi
sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah
diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi
kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar”(QS.Al-Anfal[8]:73)
42

7. Surah Arum ayat 41 dan 42 :

‫ض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّ ُه أم يَ أرِجعُو َن‬ ِ ِ ِ ‫ظَهر الأ َفساد ِف الأ ِب والأبح ِر ِِبا َكسبت أَي ِدي الن‬
َ ‫َّاس ليُذي َق ُهم بَ أع‬ ‫َ َ َ ُ َ َ َ أ َ ََ أ أ‬
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Arum[21]: 41).

ِ ِۚ ِ ‫ض فَانظُروا َكيف َكا َن عاقِبةُ الَّ ِذ‬ ِ


َ ‫ين من قَ أب ُل َكا َن أَ أكثَ ُرُهم ُّم أش ِرك‬
‫ني‬ َ َ َ َ ‫قُ أل سْيُوا ِف أاْل أَر ِ ُ أ‬
“Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah
bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”. (QS. Arum[21]:
42).

8. Surah Saad ayat 26

‫ك‬ ِ ‫َّاس ِِب أْل ِق وََل تَتَّبِ ِع ا أَلو َٰى فَي‬


َ َّ‫ضل‬ ُ ََ َ َ ِ ‫ني الن‬ َ ‫اح ُكم بَأ‬‫ض فَ أ‬ِ ‫اك َخلِي َفةً ِف أاْل أَر‬
َ َ‫ود إِ ًَّن َج َعلأن‬
ُ ‫ََي َد ُاو‬
ِ ‫اب َش ِدي ٌد ِِبَا نَسوا ي وَم ا أْلِس‬
‫اب‬ َِّ ‫ضلُّو َن عن سبِ ِيل‬ ِۚ َّ ‫عن سبِ ِيل‬
ِ ‫الِلِ إِ َّن الَّ ِذين ي‬
َ ‫ُ َأ‬ ٌ ‫الِل ََلُأم َع َذ‬ َ َ ََ َ َ
“(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami
jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau
mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan
Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.” (QS. Saad: 26).

9. Surah Ad-Dukhan ayat 38 dan 39 :


ِ ِ َّ ‫وما خلَ أقنَا‬
َ ِ‫ض َوَما بَأي نَ ُه َما ََلعب‬
‫ني‬ َ ‫الس َم َاوات َو أاْل أَر‬ َ ََ
“Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada di antara keduanya”. (QS. Ad-Dukahan[44]: 38).

‫اُهَا إََِّل ِِب أْلَ ِق َوَٰلَكِ َّن أَ أكثَ َرُه أم ََل يَ أعلَ ُمو َن‬
ُ َ‫َما َخلَ أقن‬

“Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar),


tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui’. (QS. Ad-Dukahan[44]:
39).
43

10. Surah Al-Jaziah ayat 13:

‫ت لَِق أوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن‬


ٍ ‫ك َْلَي‬ِ‫َجيعا ِمأن ِۚه إِ َّن ِف َٰذَل‬ ِ َّ ‫وس َّخر لَ ُكم َّما ِف‬
ِ ِ ‫ات وما ِف أاْلَر‬
َ َ ُ ً َ ‫ض‬ ‫أ‬ َ َ ‫الس َم َاو‬ َ ََ
“Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam
hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang berpikir” (QS. Al-Jaziah: 13).

Dengan melihat paparan tabel di atas, tentu yang menjadi objek kajian
penelitian penulis dalam hal ini adalah term al-bi’ah yang berkonotasi
lingkungan sebagaimana yang telah disebutkan, sehingga ayat-ayat yang
menjadi objek penafsiran dan analisis penulis hanya dibatasi pada ayat-ayat
yang bersangkutan.

B. Asbabul Nuzul

1. Surah Al-Midah Ayat 33

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Yazid bin Abi
Habib bahwa Abdul Malik bin Marwan menulis surat kepada Anas, yang
bertanya tentang ayat ini (Al-Maidah ayat 33) Anas menjawab dengan
menerangkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan suku Urainah yang
murtad dari agama Islam dan membunuh penggembala unta serta untanya
dibawa lari. Ayat ini (Al-Maidah ayat 33) sebagai ancaman hukum bagi
orang-orang yang membuat keonaran di bumi dengan membunuh dan
mengganggunya1.
2. Surah AL-A’raf Ayat 56

Allah telah menciptakan manusia ke atas bumi ini ialah untuk


menjadi khalifah Allah, yang berarti pelaksana dari kemauan Tuhan.
Untuk mewujudkan posisi manusia sebagai khalifah, Allah membekalinya
dengan akal fikiran yang merupakan pembeda manusia dari makhluk
lainnya dan yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling
1
Asbabunnuzul https://alquran-asbabunnuzul.blogspot.com/2014/08/al-maidah-ayat-
33.html.pada tanggal 15 Agustus 2022. Jam 16:39.
44

sempurna dari makhluk lainnya.


Dengan akal fikirannya manusia mempunyai potensi/ kemampuan
untuk mengelola apa-apa yang ada di bumi untuk kesejahteraan dirinya.
Banyaklah rahasia kebesaran dan kekuasaan Ilahi menjadi jelas dalam
dunia, karena usaha menusia. Sebab itu, maka menjadi khalifah hendaklah
muslih, berarti suka memperbaiki dan memperindah.
Al-Qur’an menjelaskan dalam berbagai ayat mengenai potensi
manusia untuk mengelola dan memakmurkan alam sekaligus potensi
destruktifnya terhadap alam. Dalam hal mengenai asbabun nuzul dalam
Al-Qur’an surah Al- A’raf tidak terdapat sebuah penjelasan mengenai
ayat tersebut secara disiplin ilmu. Berikut penjelasan, dikarenakan tidak
setiap ayat mempunyai asbabun nuzul, Namun demikian terdapat
korelasi ayat yang mempunyai hubungan keterkaitan dalam ayat tersebut,
diantaranya dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf Ayat 56, dengan Q.S Ar-
Rum: Ayat 41-42, Q.S Al-Baqarah Ayat 11-12, Al- Qasash ayat 77.

Dalam Al-Quran surah Al-A’araf ayat 56 tidak terdapat asbabun


nuzul nya namun dalam hal ini secara konteks menurut ahli tafsir ayat ini
berkenaan tentang kerusakan yang ada dibumi ini. Kerusakan diantaranya
yang terjadi sejak zaman firaun, dan kaummnya yang berbicara tentang
mereka yang melakukan kerusakan. Dalam ayat ini mempunyai
munasabah yang serta dengan surah Al- A’raf 103 dan 142 .2

Dari pengertian kata kerusakan sebagaimana dalam kandungan


ayat diatas sebagaimana kaum-kaum terdahulu yang ingkar terhadap
kebenaran, kehidupan mereka berakhir dengan azab Allah SWT yang
sangat dahsyat, seperti Fir’aun dan kaumnya karena pengingkaran
mereka terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa AS. Namun
munasabah ayat tertentu dikaitkan dengan surah Al- Kahfi ayat 94.3

2
. Al Mahali, Imam Jalaludin dan imam assyuthi, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar
Algesindo, 2001) jilid 4, h. 674
3
. Al-Hafdizh Ibnu Katsir al-Dimasqyy, Abi Fada”, Tafsir Ibnu Katsir (Bogor: Pustaka,
2003), Jilid 5, h 376
45

Di samping itu perlu disadari bahwa akan selain akal, manusia pun
diberi hawa nafsu yang bertolak belakang dengan akal pikirannya.
Dengan nafsunya ini, manusia cenderung untuk melakukan apa saja
untuk memenuhi keinginannya tanpa memperdulikan orang lain di
sekitarnya.

Termasuk pengrusakan-pengrusakan yang terjadi di muka bumi


ini, baik di darat maupun di laut merupakan dorongan-dorongan dari
hawa nafsu manusia. Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai
tempat terjadinya fasad itu. Ini berarti daratan dan laut menjadi karena
kerusakan, misalnya dengan terjadinya pembunuhan dan perampokan di
kedua tempat itu. Dan dapat berarti juga bahwa darat dan laut sendiri
telah mengalami kerusakan, ketidakseimbangan serta kekurangan
manfaat. Laut telah tercemar, sehingga ikan mati dan hasil laut
berkurang. Daratan semakin panas sehingga terjadi kemarau panjang.
Alhasil, keseimbangan lingkungan menjadi kacau.

Sayyid Quthb dalam tafsirnya menjelaskan keterkaitan kondisi-


kondisi kehidupan dengan usaha mereka, juga menjelaskan bahwa
kerusakan hati manusia serta akidah dan amal mereka akan
menghasilkan kerusakan di bumi dan memenuhi daratan dan lautan.
Tampilnya kerusakan seperti itu, takkan terjadi tanpa adanya sebab. Ia
merupakan hasil dari hukum-hukum Allah serta pengaturan-Nya.
Kerusakan di bumi bermula ketika Qabil membunuh
saudaranya,Habil.4. Hal ini menunjukkan bahwa kedengkian, iri
hati dan dorongan-dorongan nafsu lainnya bisa menimbulkan kerusakan
di bumi. Dewasa ini, banyak kita jumpai kejadian serupa pembunuhan
telah merajalela, tidak perlu siapakah korbannya, walaupun itu adalah
saudara bahkan orangtuanya sendiri. Kadang kita termenung kagum
memikirkan ayat ini. Sebab ia bisa saja ditafsirkan sesuai dengan

4
Quthb, Sayyid, Tafsir fi Zhilalil Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h.222
46

perkembangan zaman sekarang ini. Misalnya tentang kerusakan yang


terjadi di darat karena bekas perbuatan manusia, ialah asap dari zat-zat
pembakar, minyak tanah, bensin, solar dan sebagainya. Bagaimana
bahaya dari asap-asap pabrik yang besar bersama asap kendaraan yang
digunakan manusia untuk bepergian kemana-mana. Udara kotor yang
telah dihisap setiap saat, sehingga paru-paru manusia penuh kotoran
Kemudian diperhitungkan pula kerusakan yang terjadi di lautan. Air laut
yang rusak karena air tangki yang besar membawa bahan bakar (minyak
tanah ataupun bensin) pecah di laut. Demikian pula air dari pabrik-pabirk
kimia yang mengalir melalui sungai menuju lautan, lama kelamaan kian
banyak. Hingga air laut penuh racun yang mengakibatkan ikan-ikan mati.

Kerusakan lainnya yang dapat kita jumpai, di darat adalah


pengrusakan terhadap tumbuh-tumbuhan. Banyak kita temukan tangan-
tangan jahil yang tak bertanggung jawab menebangi pohon-pohon yang
ada di hutan hanya untuk mendapatkan keuntungan sepihak, yakni untuk
dirinya sendiri. Akibatnya hutan menjadi gundul dan bila hujan tiba,
tanah tidak mampu menyerap air. Sehingga terjadi banjir yang berimbas
pula pada orang lain. Selain itu, penebangan hutan akan merusak
ekosistem yang ada di dalamnya. Hewan-hewan menjadi resah karena
tidak ada pepohonan untuk dijadikan tempat tinggal sekaligus sumber
makanan bagi mereka. Begitu juga pengrusakan-pengrusakan yang ada di
laut. Contoh kongkrit yang sering kita temui, di antaranya adalah
pembuangan limbah-limbah perusahaan tanpa penyaringan terlebih
dahulu. Selain itu, pengambilan ikan yang tidak memperhatikan etika
yang baik. Banyak sekali manusia (nelayan) mengambil ikan dengan cara
yang kasar sekali, yakni dengan menggunakan bom ikan. Hal ini akan
berimbas pada pengrusakan ekosistem di dalam laut, yakni pengrusakan
terumbu karang yang memperindah laut Sebenarnya telah banyak
peringatan-peringatan untuk para perusak agar kembali kepada jalan yang
benar. Namun sayangnya, para perusak sering mengabaikan peringatan
tersebut karena lebih dikuasai oleh hawa nafsunya. Bahkan yang lebih
47

parah, mereka telah menyadari akan perbuatannya dan bersikukuh bahwa


dirinya adalah termasuk orang yang melakukan perbaikan. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 11-12:

‫صلِ ُحو َن أَََل إِ َّْنُأم ُه ُم الأ ُم أف ِس ُدو َن‬ ِ ‫َوإِذَا قِيل ََلُأم ََل تُ أف ِس ُدوا ِف أاْل أَر‬
‫ض قَالُوا إَِّّنَا َأَن ُن ُم أ‬ َ
‫َوَٰلَكِن ََّل يَ أشعُ ُرو َن‬
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan."Ingatlah, Sesungguhnya
mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar” (QS.Al-Baqarah[2]:11-12).5

C. Problematika Alam yang Dihadapi Masyarakat

Masalah lingkungan alam mulai bergema pada tahun 1968 ketika


diangkat oleh perserikatan bangsa-bangsa karena ditemukannya kasus-kasus
pencemaran lingkungan alam, antara lain, berupa kabut asap yang
mengganggu pernapasan di Los Angeles dan New York, Amerika Serikat,
kematian massal burung pemakan ikan di beberapa kawasan Eropa, yang
ternyata diakibatkan oleh kadar pestisida yang tinggi dalam tubuh burung-
burung itu, serta beberapa peristiwa pencemaran lain di Jepang. Itu di negara-
negara maju. Di negara-negara berkembang, terjadi juga pencemaran
lingkungan dalam bentuk erosi, kerusakan lahan, musnahnya beberapa jenis
flora dan fauna tertentu, penyakit menular, dan sebagainya.6 Dari hari ke hari
krisis tersebut semakin parah dan mengkhawatirkan karena dari hari kehari
pula muncul berbagai macam pencemaran lingkungan. Wahyu pertama al-
Qur’an memperkenalkan Tuhan sekaligus memperkenalkan manusia sebagai
makhluk yang hidup dengan kebergantungan:7 Bacalah dengan menyebut
nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari

5
. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT .Syamil Cipta
Media, 2005), h. 10.
6
.M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Cet. II; Bandung: Mizan, 2001), h. 268.
7
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Cet. XXIII; Bandung: Mizan, 1994), h.
294.
48

segumpal darah.8 Seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan oleh


manusia dalam melanjutkan evolusinya, sehingga mencapai tujuan
penciptaan, semua diciptakan Tuhan untuk suatu tujuan. Seperti yang
dicantumkan dalam Q.S Shad (38): 27:

‫ين َك َف ُروا ِم َن النَّا ِر‬‫ذ‬ِ َّ‫السماء وا أْلَرض وما ب ي ن هما ِب ِط ً ِۚل َٰذَلِك ظَ ُّن الَّ ِذين َك َفروِۚا فَويل لِل‬
َ ٌ ‫َ ُ َأ‬ َ َ َ ُ َ ‫َوَما َخلَ أقنَا َّ َ َ َ أ َ َ َ َأ‬
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka” (QS Shad[33] :27).9

Dalam Tafsir al-Misbah di jelaskan bahwa Allah swt. Menciptakan


langit dan bumi juga segala yang ada di antara keduanya dengan tata aturan
yang demikian rapi, indah serta harmonis. Ini menunjukkan bahwa dia tidak
bermain-main yakni tidak menciptakannya secara sia-sia tanpa arah dan
tujuan yang benar. Seandainya penciptaan alam ini tanpa tujuan yang haq,
maka itu berarti apa yang dilakukan Allah swt. Menyangkut kehidupan dan
kematian makhluk, serta penciptaan dan pemusnahannya, semua dilakukan-
Nya tanpa tujuan. Tetapi karena itu bukan permainan, bukan juga tanpa
tujuan, maka pasti Yang Maha Kuasa itu membedakan antara yang berbuat
baik dan yang berbuat buruk, lalu memberi ganjaran balasan sesuai amal
perbuatan masing-masing.10
Allah maha adil atas semua makhluknya yang senantiasa memberikan
ganjaran terhadap apa yang diperbuatnya. Dan dijelaskan pula dalam tafsir al-
Maraghi bahwa dan tidaklah kami mengadakan langit dan segala isinya yang
berupa perhiasan dan barang-barang yang bermanfaat bagi manusia dan tidak
pula kami adakan bumi dengan segala isinya yang berupa hal-hal yang
berfaedah, baik di permukaan bumi maupun di dalam perutnya, dan tidak pula
kami menciptakan apa-apa yang ada di antara keduanya, baik yang mereka

8
Lihat Q.S. al-Alaq Ayat 1-2
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: CV. Jumanatul ‘Ali-
ART, 2004), h. 455.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Jilid XII (Cet. III; Jakarta: Lentera Hati, 2005),
h. 135.
49

ketahui maupun yang tidak mereka ketahui sebagai main-main dan kesia-
siaan. Akan tetapi, kami ciptakan itu semua memuat hikma-hikma yang nyata
rahasia-rahasia yang amat berguna, dan kemaslahatankemaslahatan yang
banyak.11
Jadi bumi dan segala isinya diciptakan oleh Allah dengan banyak
manfaat tanpa sia-sia. Kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling kait-terkait.
Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk
yang berada dalam lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula.12 Tuhan
mencipatakan segala sesuatu dalam keseimbangan dan keserasian. Karena itu,
keseimbangan dan keserasian tersebut harus dipelihara, agar tidak
mengakibatkan kerusakan. Adanya kerusakan yang terjadi pada lingkungan
itu karena pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh berbagai hal,
terutama disebabkan perbuatan dan tingkah laku manusia yang tidak
memperhatikan keserasian alam dan kelestariannya. Umat islam selalu
berkeyakinan untuk tidak terperosok pada kesalahan yang kedua kalinya.
Kejadian yang sangat dahsyat yang terjadi akhir-akhir ini, sebut saja bencana
alam Tsunami misalnya, pencemaran udara, pencemaran air dan tanah, serta
sikap rakus pengusaha dengan menebang habis hutan tropis malalui aktivitas
illegal logging, serta sederet bentuk kerusakan lingkungan hidup lainnya,13
aruslah menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi semua umat manusia di
dunia ini. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya dalam
surah al-Hasyr ayat 2:

ِ‫صار‬
َ ‫اعتَِبااوا ٰياِولِ ااْلَبا‬
‫فَ ا‬
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang
yang mempunyai pandangan.”

Dapat juga dikatakan bahwa kerusakan lingkungan hidup dapat dilihat


dari pemerintahnya yang kurang memperdulikan kesehatan lingkungan dan

11
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar
dengan Judul: Tafsir al-Maraghi, Jus XXIII. (Cet. II; Semarang: Toha Putra, 1993), h. 209
12
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, op. cit., h. 295.
13
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, Edisi Ketiga (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2015),
h. 302.
50

dampak yang akan terjadi ketika lingkungan hidup tidak terawat dan kurang
perhatian dari pihak pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Sehubungan
dengan itu, dalam arti tertentu bisa diyakini bahwa sebagian besar kerusakan
dan kehancuran lingkungan hidup di Indonesia terutama disebabkan oleh
lemahnya moralitas pejabat publik yang berwenang. Lemahnya moralitas
pejabat publik ini menyebabkan mereka berani menyalahgunakan
kekuasaannya untuk mengambil keputusan dan kebijakan publik yang sangat
bertentangan dengan ketentuan formal dalam kaitan dengan lingkungan
hidup. Ini sama sekali lepas dari pertimbangan filosofis tentang apa cara
pandang mereka tentang alam, manusia, dan tempat manusia dalam alam. Ini
lebih disebabkan oleh pertimbangan sempit dan kebobrokan mental mereka
yang lemah secara moral sehingga mudah dipengaruhi baik oleh uang,
kedudukan, dan aspek lain untuk mengambil keputusan yang bertentangan
dengan ketentuan.14
Terkadang juga banyak pejabat yang mengetahui banyak haltentang
cara pelestarian lingkungan hidup tetapi mereka acuh tak acuh terhadap
kesehatan lingkungan. Adapun Pencemaran lingkungan itu dapat berupa:
1. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah dapat disebabkan berbagai hal, seperti sampah-
sampah plastik, kaleng-kaleng, rongsokan kendaraan yang sudah tua.
Plastik tidak dapat hancur oleh proses pelapukan dan besi tua
menimbulkan karat, sehingga tanah tidak dapat ditumbuhi tanaman.
Pemakaian pupuk yang terlalu banyak, tidak wajar dan tidak menurut
aturan yang telah ditentukan bisa juga menyebabkan polusi tanah. Tanah
pertanian menjadi kering dan keras, karena jumlah garam yang besar akan
menyerap air tanah. Guna mencegah atau mengurangi polusi tanah ini
maka pemakaian pupuk di daerah pertanian hendaklah menurut aturan

14
Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, (Cet I; Jakarta: Kompas Media Nusantara,
2010), h. 231.
51

yang telah ditentukan. Sampah-sampah pun harus dibuang di tempat


pembuangan atau di bakar di tempat yang telah tersedia.15
Tanah atau bumi yang dimaksudkan dalam konteks kajian ini ialah
permukaan, lapisan bumi bagian paling atas atau daratan. Proses ekosistem
antara manusia yang berasal dari tanah dengan tanah sebagai tempat
manusia dan makhluk hidup lainnya melangsungkan hidup dan
kehidupannya, selain dari komponen lautan dan udara.16 Di sanalah habitat
manusia membangun tempat tinggal, bercocok tanam, berkembangbiak
dan membangun berbagai macam infrastruktur dari yang tradisional
hingga teknologi modern. Tanah termasuk banyak menimbulkan
permasalahan, baik yang bersifat ekonomis, politis, sosial, hukum, bahkan
banyak kasus pembunuhan antar kaluarga akibat berebut tanah waris dari
orang tuanya. Dijelaskan dalam Q.S. Hud (11): 61:

ِ ‫ال يَٰ َق أوِم أاعبُ ُدوا َٰالِلَ َما لَ ُك أم ِم أن اَِٰل ٍه غَ أْيُه َۗ ُه َو اَنأ َشاَ ُك أم ِم َن أاَلَأر‬
‫ض‬ َ َ‫اه أم َٰصلِ ًحا ۘ ق‬ ِ
ُ ‫َوا ََّٰل ََثُأوَد اَ َخ‬
ِ ‫واستَعمرُكم فِي ها فَاستَغأ ِفروه ُُثَّ تُوب ْٓوا اِلَي ِه َۗاِ َّن رِّب قَ ِري‬
‫ب‬ٌ ‫ب ُُّّمأي‬ٌ ‫َ أ أ َ َ أ أ َ أ ُأ ُ أ ُأ أ َ أ أ‬
“dan kepada kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia
berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu
selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan
menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-
Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku
sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).”
(QS. Hud[11]: 61)

Ayat tersebut bermakna bahwa Allah Swt. Telah mewujudkan


melalui bahan bumi ini, manusia yang dia sempurnakan dengan
mendidiknya tahap demi tahap dan menganugrahkannya fitrah berupa
potensi yang menjadikan ia mampu mengolah bumi dengan
mengalihkannya ke suatu kondisi di mana ia dapat memanfaatkannya
untuk kepentingan hidupnya. Sehingga ia dapat terlepas dari segala macam

15
Kaelani HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, Edisi Ketiga (Cet. 1; Jakarta:
Bumi Aksara, 2000), h. 204.
16
Sofyan Anwar Mufid, Islam dan Ekologi Manusia, (Cet. I; Bandung: Nuansa, 2010), h.
222.
52

kebutuhan dan kekurangan dan dengan demikian ia tidak untuk wujud dan
kelanggengan hidupnya kecuali kepada Allah Swt.
Dalam tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa, Allah menjadikan
kalian orang-orang yang memakmurkan tanah itu. Artinya, bahwa kaum
Nabi Shalih itu ada yang menjadi petani, pengrajin dan ada pula tukang
batu. Dan Allah-lah yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan
menganugerahkan kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan
di atas bumi. tanah juga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari
tanah. Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah
tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut
jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti
dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik
biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng.
Di dalam tanah manusia dikuburkan, dan di atas tanah pula manusia
melaksanakan berbagai macam aktivitas bercocok tanam, semua produksi
hasil bumi, industri olahan, sarana dan prasarana kehidupan dan beribadah.
Kenyataan ini telah memberikan peluang terjadinya pencemaran berbagai
bahan kimia berbahaya yang ditimbulkan oleh manusia. Dampak negatif
dari semakin padatnya jumlah manusia penghuni planet bumi ini membuka
peluang semakin besarnya pencemaran berbagai macam zat kimia
berbahaya.17 Pencemaran tanah akan menimbulkan menurunnya kualitas
kesehatan manusia yang disebabkan oleh akal manusia, sampah, pestisida,
pupuk dan limbah industri yang kesemuanya menyebabkan pencemaran air
dan tanah.
Pemakaian pupuk yang terlalu banyak, tidak wajar dan tidak
menurut aturan yang telah ditentukan bisa juga menyebabkan polusi tanah.
Tanah pertanian menjadikan kering dan keras, karena jumlah garam yang

17
Sofyan Anwar Mufid, Islam dan Ekologi Manusia, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2010., h 227
53

besar akan menyerap air tanah.18 Melalui pencemaran tanah dan air yang
tercemar itulah bahan-bahan kimiawi masuk ke tubuh manusia atau lewat
mata rantai makanan sehingga menyebabkan orang terancam penyakit-
penyakit gawat. Ketika suatu zat berbahaya/beracun talah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau
masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut
dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara diatasnya.19 Penyebab pencemaran tanah;
a. Pencemaran tanah secara langsung
Misalnya karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian
pestisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan seperti
plastik, kaleng, botol, dan lainlainnya.
b. Pencemaran tanah melalui air
Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah
susunan kimia tanah sehingga mengandung jasad yang hidup di dalam
atau di permukaan tanah. Penggunaan deterjen yang berlebihan dapat
mengganggu tanah jika air tersebut masuk kedalam tanah.
c. Pencemaran tanah melalui udara
Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung
bahan pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga. Misalnya
saja pada kendaraan bermotor yang menghasilkan timbal berwarna
hitam. Buktinya dapat dilihat dari tanaman disekitar jalan daunnya
kadang tertutupi debu berwarna hitam.20
d. Pencemaran Udara
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini
udara yang mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk

18
Kaelani HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (akart:bumi aksara,1992). h.
204.
19
Daryanto, Agung Suprihatin, Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup, . Yogyakarta:
Gava Media, 2013).h. 216
20
Daryanto, Agung Suprihatin, Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup, . Yogyakarta:
Gava Media, 2013). h. 272
54

pernafasan. Tanpa oksigen, manusia tidak dapat hidup. Selama 24 jam


manusia dapat mengisap hingga 15 ribu liter udara. Sejumlah pertikel
akibat dari berbagai aktivitas manusia dapat berada di udara dan
merupakan pencemar.21Apabila udara tidak melingkupi seluruh
permukaan bumi, begitu satu bagian dari permukaan bumi kehilangan
sinar matahari, maka bagian ini akan segera mengalami penurunan suhu
udara hingga 160 derajat di bawah nol, di mana hawa dingin tak
tertahankan ini akan segera memusnahkan seluruh eksistensi hidup,
karena pada prinsipnya, udara berfungsi untuk menghalangi bumi
dalam mempertahankan hawa panas yang diperolehnya dari matahari.
Selain itu, manusia membutuhkan oksigen untuk kelangsungan
hidupnya, dan kebutuhan yang diperlukannya melalui pernapasan ini
akan terpenuhi dengan adanya hawa yang bersih dan sehat.22 Oleh
karena itu, memanfaatkan udara yang bersih dan sehat merupakan salah
satu dari kebutuhan primer manusia. Tuhan beberapa kali menyebut
angin (udara) dan fungsinya dalam proses daur air dan hujan. Firman
Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 164:

‫ك الَِّ أِت َأَت ِر أي ِِف الأبَ أح ِر ِِبَا‬ ِ ‫ف الَّي ِل والنَّها ِر والأ ُفلأ‬ ِ ِ ‫ضو‬ ِ َّ ‫اِ َّن ِف خلأ ِق‬
َ َ َ ‫اخت َل أ‬ ‫الس َٰم َٰوت َو أاَلَأر ِ َ أ‬ َ ‫أ‬
ۤ ۤ
ٍ ِ ِ َّ ‫ي أن َفع النَّاس ومآْ اَنأزَل َٰالِل ِمن‬
‫ث فِأي َها‬ َّ َ‫ض بَ أع َد َم أوِْتَا َوب‬ ِ
َ ‫الس َماء م أن َّماء فَاَ أحيَا بِه أاَلَأر‬ َ ُ َ ََ َ ُ َ
ۤ ٍۤ
‫ت لَِق أوٍم‬ ِ ‫الس َما ِء َو أاَلَأر‬
ٍ َٰ‫ض َ ََٰلي‬ َّ ‫ني‬ ِ ‫السح‬
َ ‫اب الأ ُم َس َّخ ِر بَأ‬ ِ ‫ف‬
َ َّ ‫الريَٰ ِح َو‬
ِ ‫ص ِريأ‬
‫م أن ُك ِل َدابَّة َّوتَ أ‬
ِ
‫يَّ أع ِقلُ أو َن‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih


bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)

21
Nyoman Wijana, Ilmu Lingkungan, Edisi Kedua (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014), h. 226
22
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (depok kencana,2010)., h. 302.
55

tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang


memikirkan.”(QS.Al-Baqarah[2]: 164)23

Dalam Tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa silih bergantinya


antara malam dan siang ini merupakan anugerah Allah lantaran
dibutuhkannya untuk keperluan perjalanan, dan dapat untuk
menentukan waktu yang cocok bagi perjalanan mereka. Dan hal ini
sangat dibutuhkan oleh para nahkoda kapal untuk mengetahui arah
dengan perantara ilmu falak.24 Pencemaran udara disebabkan
bermacam-macam pula, bisa disebabkan asap keluar dari pabrik-pabrik
dan kendaraan bermotor dan bisa juga disebabkan hawa tubuh manusia
atau oemukiman yang terlalu padat dan sesak. Makin besar jumlah
penduduk, bersamaan dengan berkembangnyailmu pengetahuan, makin
banyak pula pabrik didirikan serta diproduksi mesin-mesin serta
kendaraan bermotor mencukupi kebutuhan penduduk. Dan karenanya
polusi udara semakin hari semakin buruk. Polusi udara dapat
menggangu pernapasan dan dapat menimbulkan penyakit pada alat-alat
pernapasan, asma, dan sebagainya. Hal itu disebabkan banyak gas yang
membahayakan kesehatan bercampur dengan udara, seperti gas karbon
monoksida, dan pertikel-pertikel halus dari timah hitam. Polusi udara
juga bisa membahayakan lalu lintas, baik darat, laut, maupun udara.
Sudah berkali-kali Allah memperingatkan di dalam Al-Qur’an untuk
umat manusia agar selalu manjaga kelestarian lingkungan dan dilarang
untuk berbuat kerusakan. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an
Q.S. Al-Qashash (28): 77

ِّٰ ‫ك م َِن الدُّنايَا َواَ احس اِن َك َما اَ اح َس َِن‬


‫اللا‬ َِ َ‫س نَصاي ب‬ ٰ ‫َّار ا‬
َِ ‫اْلخَرِةَ َوَِْل تَنا‬ ِّٰ ‫ٰىك‬
َِ ‫اللا الد‬ َِ ‫َواباتَ ِغ فاي َما اٰت‬
‫ب الا ام افسديا َِن‬ ِّٰ ‫اد فِ ااْلَارضِ ا َِّن‬
ُِّ ‫اللَ َِْل اُي‬ َِ ‫ك َوَِْل تَ اب ِغ الا َف َس‬
َِ ‫الَاي‬

“Dan carilah terhadap apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu

23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, op. cit., h. 25
24
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Juz I,II,III. (Semarang : Toha Putra,
1993) h. 59
56

melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat


baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Al-Qashash[28]:77 )25
Larangan melakukan perusakan setelah sebelumnya telah
diperintahkan berbuat baik, merupakan peringatan agar tidak
mencampuradSukkan antara kebaikan dan keburukan. Sebab keburukan
dan perusakan merupakan lawan kebaikan. Penegasan ini diperlukan
walaupun sebenarnya perintah berbuat baik telah berarti pula larangan
berbuat keburukan disebabkan karena sumber-sumber kebaikan dan
keburukan sangat banyak.26 Perusakan yang dimaksud mengandung
banyak hal diantaranya merusak fitrah kesucian manusia, dan juga
gangguan terhadap kelestarian lingkungan. Kelembaban udara
bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda
konsentrasinya disetiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak
pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur
dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak diperlukan.
Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan
juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke
dalam udara dan mengotori atau mencemari udara dilapisan atmosfer
khususnya lapisan troposfer. Pencemaran yang terjadi di lingkungan
hidup manusia ada yang berasal dari aktivitas alam ada juga yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia itu sendiri, bahan pencemar yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia konsentrasinya relatif tinggi
dibandingkan dengan yang sudah ada di udara terjadi secara alami
sehingga dapat mengganggu sistem keseimbangan dinamik di udara dan
karena itu dapat mengganggu kesejahteraan manusia dan
lingkungannya. 27

25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, op. cit., h. 394.
26
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid X, (Bandung: Mizan, 1996)., h. 408.
27
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan (depok : kencana,2010)..h. 198.
57

Pencemaran Air pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan


disuatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan, dan air
tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti
gunung berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan yang
besar erhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.28 Air merupakan salah satu sumber
daya alam yang mulai terasa pengaruhnya pada usaha memperluas
kegiatan pertanian dan industri di berbagai tempat di dunia, secara
alamiah sumber sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat
diperbaharui dan mempunyai daya generasi yang selalu dalam sirkulasi
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia yang harus
ada dan harus selalu dijaga kebersihannya. Sumber air yang memiliki
kualitas baik semakin berkurang dengan bertambahnya manusia dan
industri, sehingga bertambah banyak digunakan air sungai yang
sebenarnya telah tercemar oleh limbah industri maupun buangan air
kotor.Saat ini kotoran manusia dianggap sebagai pemicu utama dari
mayoritas penyakit-penyakit yang dikenal dengan parasit usus
pencernaan yang disebabkan oleh mikroba dan cacing. Dari sinilah
sehingga dalam salah satu hadisnya, Imam Ali menegaskan, Rasulullah
SAW melarang membuang kotoran besar di tepian air yang mengalir, di
dekat mata air yang jernih, dan dibawah pepohonan yang berbuah.
Demikian pula dalam riwayat yang lain dikatakan, Rasulullah saw
melarang manusia membuang air kecil di bawah pepohonan yang
berbuah, di halaman, atau di atas air yang tergenang.29
Dalam perspektif agama Islam jiwa manusia dianggap memiliki
nilai tinggi bagi yang menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
karena menganggap bahwa menjaga kebersihan merupakan kewajiban
bagi dirinya dan selalu ditegaskan dalam dirinya bahwa apabila tidak

28
Daryanto, Agung Suprihatin, ( Yogyakarta: Gava Media, 2013) , h. 195.
29
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (depok kencana,2010). h. 304.
58

menjaganya maka akan menyebabkan kehancuran bagi dirinya sendiri.


Pencemaran air dapat terjadi karena penggunaan zat-zat kimia yang
berlebihan. Pencemaran itu dapat pula disebabkan air yang
mengandung sampah kimia dari pabrik-pabrik, sebagai bahan pencuci
yang dibuang ke sungai. Yang sering tidak disadari ialah pembabatan
hutan di pegunungan yang menyebabkan erosi tanah dan banjir
berkepanjangan sehingga air yang semestinya bening menjadi keruh.30
Untuk mencegah terjadinya polusi air, sebaiknya penggunaan obat-
obatan dan zat kimia hendaklah menurut aturan dan petunjuk yang telah
ditentukan. Juga pembuangan industri yang mengandung limbah kimia
harus diatur dengan sebaik-baiknya. Jangan asal memakai tanpa
mengetahui aturan dan cara pamakaiannya. Air sangatlah berguna bagi
kehidupan manusia seperti firman Allah dalam QS. Qaf (50): 9:
ۤ ۤ ْۢ ۤ ۤ
‫الس َما ِء َماءً ُّم َٰ َبًكا‬
َّ َ َ َ َ ‫الس َما ِء َماءً ُّم َٰ َبًكا فَاَأَ أ َ َ َّ َ َّ َ أ‬
‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ا‬‫ن‬‫أ‬‫ل‬
‫ز‬َّ ‫ن‬‫و‬ ِ
‫د‬ ‫ي‬ ِ
‫ص‬ ‫ْل‬
‫أ‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫ح‬‫و‬ ٍ
‫ت‬ َٰ
‫ن‬ ‫ج‬ ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ت‬ ‫ب‬ ‫ن‬ َّ ‫َونََّزلأنَا ِم َن‬
ْۢ
‫صأي ِد‬
ِ ‫ب ا أْل‬ ‫ح‬‫و‬ ٍ
‫ت‬ َٰ
‫ن‬ ‫ج‬ ‫ه‬ِ
َ َّ َ َّ َ َ ‫فَاَأَ أ‬‫ب‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ت‬ ‫ب‬ ‫ن‬
“Dan dari langit kami turunkan air yang memberi berkah lalu
kami tumbuhkan dengan air itu pepohonan yang rindang dan biji-
bijian yang dapat dipanen” ( QS. Qaf[50] : 9) .31

Ayat ini menguraikan beberapa dampak yang diperoleh dari


penciptaan langit dan bumi. Dampak pertama yang disebutkan
adalahapa yang dihasilkan bersama langit dan bumi yakni air hujan
yang bersumber dari laut dan sungai yang terhampar di bumi, lalu air
itu menguap ke angkasa akibat panas yang memancar dari matahari
yang yang berada di langit. Di sini Allah menyebutkan karunia-Nya
kepada makhluk-makhluk-Nya dengan menurunkan air yang
merupakan sumber kehidupan mereka di pentas bumi ini.32 Al-Qur’an
menyatakan bahwa semua makhluk hidup diciptakan dari air dan air
memiliki banyak manfaat. Air merupakan komponen utama yang paling

30
Kaelani HD,Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, Jakarta : Bumi Aksara, 1992). h.
205.
31
Departemen Agama RI, op. cit., h. 518.
32
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid XIII, , (Bandung: Mizan, 1996). h. 286.
59

banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yakni sekitar 60% dari total
berat badan. Orang dewasa terdiri atas 60% air, bayi yang baru lahir
terdiri atas 70% air, dan janin dalam rahim terdiri atas 80% air.
Komponen tubuh yang memiliki kandungan air yang paling tinggi
adalah paru-paru. Dengan kandungan air sebanyak 80%. Darah yang
merupakan bahan pengisi tubuh juga memiliki komponen air yang
33
tinggi yakni 80%. . Pencemaran Suara Suara juga bisa tercemar,
karena berbagai akibat kegiatan manusia yang semakin berdesakan dan
hiruk-pikuk di pabrik dan pemukiman. Pencemaran suara terutama
dirasakan di kota-kota, yaitu adanya suara kendaraan bermotor, kapal
terbang, pabrikpabrik, pasar-pasar, san sebagainya. Suara yang terlalu
bising mengganggu ketenangan, dapat menimbulkan gangguan
jasmaniah dan rohaniah, misalnya gangguan jantung, kelenjar
pernapasan, gangguan saraf, perasaan gelisah, dan sebagainya.
Menelaah uraian-uraian di atas nyatalah bahwa lingkungan hidup yang
telah tersedia ini diciptakan Allah untuk kepentingan hidup manusia
selaku salah satu komponen biotik dalam lingkungannya, manusia
mempunyai kelebihan dari makhluk lain, yaitu akal dan budi. Dengan
inilah manusia mempunyai kedudukan istimewa dalam lingkungannya.
Dengan akal dan pikirannya, manusia banyak bertindak sehingga
kebutuhan manusia lebih diutamakan dari kepentingan yang lain. Tetapi
bagaimanapun manusia itu ada yang melestarikan dan ada yang
merusak.

33
Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis al-Qur’an, Edisi kedua (Cet. I; Jakarta: Bumi
Aksara, 2015) , h.108.CC
BAB IV

TAFSIR AYAT-AYAT KORELASI MANUSIA DAN ALAM DALAM


PANDANGAN MUFASIR

A. Surah Ibrahim (14) 32-34


ۡۖ ‫ِ أ‬
‫ت ِرزقا له ُك أم‬‫َنزَل ِم َن ٱل هس َما ِٓء َمآء فَأ أَخَر َج بِِهۦ ِم َن ٱلث َهم ََٰر‬ ‫ت و أٱۡل أ‬
ِ ِ ‫ه‬
َ َ َ َ ‫ٱَّللُ ٱلهذي َخلَ َق ٱل هس ََٰم ََٰو‬
‫أ‬‫و‬ ‫ض‬‫َر‬

‫س‬ ‫وس هخر لَ ُكم ٱلش أ‬٣٢ ‫وس هخر لَ ُكم أٱلف ألك لِت أج ِري ِِف أٱلب أح ِر ِِب أَم ِرهِۦۖۡ وس هخر لَ ُكم أٱۡل أَنَٰر‬
‫هم‬
َ ُ َ َ َ ََ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ََ
ُۚ ‫أ‬ ‫ي وس هخر لَ ُكم ٱله أ‬ ۡۖ ‫و أٱلقمر دائِب أ‬
ْ‫ َوءَاتََٰى ُكم ِمن ُك ِل َما َسأَلتُ ُموهُ َوإِن تَعُ ُّدوا‬٣٣ ‫هه َار‬ ‫ٱلن‬‫و‬ ‫ل‬ ‫ي‬
َ َ َ ُ َ َ َ َ َٓ َ َ َ َ ِ
‫ِ أ ۗٓ أ‬ ‫ِأ‬
٣٤ ‫نس َن لَظَلُوم َكفهار‬ ََٰ ‫ٱۡل‬ ِ ‫وهآ إِ هن‬
َ‫ص‬ ُ ‫ٱَّلل َل ُُت‬ ‫ت ه‬ َ ‫نع َم‬
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu
berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan
bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-
Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang. 34. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu,
sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”(QS.Ibrahim [14]:32-
34)

Alam menurut para mufasir dalam menafsirkan ayat ini di jelaskan secara
universal, berupa hubungan yang holistik. Mulai dari penciptaan lingkungan oleh
Allah hingga keterkaitan lingkungan terhadap kehidupan manusia, tentunya hal ini
terdapat kesamaan dan perbedaan dengan lingkungan yang dimaksud dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ataupun dalam Undang-Undang
Lingkungan Hidup.1

Kesamaan ini terdapat dalam pemaknaan kesatuan ruang, daya, keadaan,


dan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan prilakunya yang

1
Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi,tt., 2007, h. 365

60
61

mempengaruhi kelangsungan pri kehidupan dan kesejahteraan manusia dan


mahluk hidup lainya, yang berarti kesemuanya saling berkaitan. Pebedaanya
terletak pada yang menciptakan lingkungan dan tujuan penciptaanya. Dalam
KBBI dan UU Lingkungan Hidup tidak disebutkan secara jelas siapa yang
menciptakan dan tujuanya. Namun dalam sudut pandang mufasir secara jelas
disebutkan bahwa Allah yang telah menciptakanya untuk manusia.

Ini dapat di buktikan dengan adanya penafsiran dari Hasby Ash-Shiddiqy,


Allah yang maha tinggi meliputi segala sesuatu adalah Tuhan yang telah
menciptakan langit dan bumi, kedua kejadian itu lebih besar daripada kamu, dan
mengandung berbagai manfaat bagimu. Baik yang kamu ketahui maupun yang
tidak kamu ketahui. Semuanya menunjukan kepada kebesaran kodrat-Nya dan
kesempurnaan nikmat-Nya atas wujud ini.

Allah yang telah menurunkan hujan dari awan untuk menghidupkan pohon-
pohon dan tanaman-tanaman yang menghasilkan buah-buah dan sayuran sebagai
rizki yang kamu makan dan gunakan. Menundukan perahu-perahu untukmu
dengan jalan memberikanmu kemampuan untuk bisa membuatnya dan
menjadikan prahu-prahu itu terapung di permukaan air dengan kehendak dan
iradat-Nya.

Selain itu Allah juga menundukan laut untuk dilayari perahu, sehingga
memudahkan para mufasir menjelajahi jarak-jarak yang jauh dari pulau ke pulau
untuk mendapatkan berbagai manfaat yang mereka perlukan. Allah juga telah
menundukan sungai-sungai yang membelah bumi dari suatu daerah ke daerah lain
agar kamu dapat mengambil manfaaat darinya. Misalnya kamu mempergunakan
airnya untuk air minum atau keperluan sehari-hari, menyirami (mengairi) tanaman
dan kebun.2

Menundukan bagimu matahari dan bulan yang terus bergerak didalam


falaknya, tidak pernah lari dari fungsinya menerangi dunia dan memberikan daya

2
Hasbi Ash-Shiddieqy,Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011) h. 541
62

hidup kepada binatang-binatang dan tumbuhan tumbuhan. Menundukan bagimu


malam dan siang. Waktu siang hari bekerja untuk mencari penghidupan,
sedangkan malam hari untuk beristirahat.

Matahari dan bulan terus menerus beriringan, demikian pula malam dan
siang. Kadang-kadang malam lebih panjang dari pada siag, atau sebaliknya,
kadang kala siang lebih panjang daripada malam.3 Allah menyediakan untukmu
segala apa yang kamu perlukan menurut kemampuanmu, baik dengan
memohonya atau tidak memohonya. Sebab, Allah yang telah menjadikan
untukmu semua apa yang ada di bumi ini.

Dia menundukan bagimu sungai-sungai yang membelah bumi dari suatu


daerah ke daerah lain agar kamu dapat mengambil manfaaat dari padanya.
Misalnya kamu mempergunakan airnya untuk air minum atau keperluan sehari-
hari, menyirami (mengairi) tanaman dan kebun”. 4
Ini menyatakan kemanfaatan
lingkungan yang telah disadari oleh manusia seperti penafsiran yang dilakukan
oleh Hamka. “Bahwa tuhan Allah memudahkan sungai-sungai untuk manusia,
mengingatkan akan pentingnya sungai sebagai urat nadi kehidupan, kemajuan,
kebudayan, sejak manusia mengenal pergaulan dalam alam ini. Teringatlah kita
apa yang dihasilkan oleh sungai Nil di Mesir, sungai Furat di Dajlah di Irak,
sungai Indus dan Ganga di India. Dan sejak zaman modern betapa peranan sungai
di Eropa Barat sebagai suber kehidupan dan lain-lain”.

Dari sini kita bisa memahami bahwa sungai merupakan lingkungan abiotik,
dimana lingkungan ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Namun pemaknaan
lingkungan di atas masi sulit untuk dipahami. Apakah yang dinamakan
lingkungan hanya sekedar yang diketahui memiliki kemanfaatan untuk manusia
ataukah semua yang ada dalam alam semesta meski belum diketahui
kemanfaatanya, juga boleh dikatakan sebagai lingkungan.

3
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011) h. 542
4
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2, tt., 2011, h. 541
63

Sedangkan menurut penafsiran Quraish Shihab Ayat di atas menjelaskan


bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi dan mengatur peredaranya
dengan sangat teliti dan teratur. Allah juga yang menurunkan air hujan dari langit,
dengan menciptakan hukum-hukum alam. Maka tumbuhlah tanaman dari hujan
itu, sehingga pohon-pohon dapat berbuah sebagai rizki untuk manusia dan
dimanfaatkan untuk diri sendiri maupun untuk binatang-binatang peliharaannya.
Disamping itu dia telah menundukan bahtera bagi manusia supaya manusia yakin
bahtera itu dapat berlayar dengan tenang di lautan lepas dengan kehendak-Nya
untuk mengangkut kamu dan barang dagangan kamu.5 Jika dia berkehendak, dia
dapat menjadikan laut berombak dan angin mengganas sehingga bahtera
tenggelam.

Bukan hanya laut yang Allah tundukan, dia juga telah menundukan pula
bagi kamu semua sungai-sungai untuk mengairi sawah ladang semuanya untuk
kepentingan manusia. Anugrah-anugrah itu kamu lihat jelas di bumi. Masih ada
anugerah-Nya di langit antara lain; dia telah menundukan pula bagi kamu
matahari dan bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya untuk
memancarkan cahaya, memberikan kehangatan dan banyak manfaat untuk mahluk
hidup, menundukan bagi kamu malam sehingga kamu dapat beristirahat supaya
kamu dapat bekerja dengan giat di siang harinya. Kata sakhara digunakan dalam
arti menundukan sesuatu agar mudah digunakan oleh pihak lain. Sesuatu yang
ditundukan Allah tidak lagi memiliki pilihan dan dengan demikian, manusia yang
mempelajari dan mengetahui sifat-sifat sesuatu itu akan merasa tenang
menghadapinya karena yang ditundukan tidak akan membangkang. Dari sini,
diperoleh kepastian hukum-hukum alam.

Sudah banyak anugerah Allah yang telah disebut di atas, tetatpi itu baru
sedikit dari anugerah yang telah diberikan Allah. Untuk menyebutnya diperlukan
sederetan ungkapan, sedangkan untuk menghitungnya merupakan hal yang
mustahil. Maka, secara singkat ayat ini menyatakan bahwa Allah telah
menganugerahkan kepada manusia segala keperluan hidup dari segala apa yang

5
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 378.
64

manusia mohonkan kepada-Nya, baik permohonan secara lisan maupun sekedar


dengan melihat kebutuhan manusia walau tanpa permohonan lisan. Jika seluruh
makhluk, bermaksut menghitung nikmat Allah yang telah dianugerahka-Nya,
niscaya tidaklah kamu dapat menghinggakanya. sesungguhnya banyak nikmat itu
namun banyak manusia yang tidak mensyukurinya. Sesungguhnya manusia yang
tidak mensyukiri itu sangat dzalim dan sangat kafir, yakni sangat mengingkari dan
tidak mensyukuri nikmat Allah. 6

Dalam penafsiran para mufasir, kita mendapatkan tiga poin makna


lingkungan yang saling berkaitan; lingkungan yang berupa penyediaan sumber
daya alam, anugrah kemampuan berfikir manusia untuk memanfaatkanya dan
menyadari keberadaan sang pencipta, yang terakhir keberadaan rasa untuk
menikmati dan mensyukurinya. Dari kesemuanya saling berkaitan dan saling
mendukung.

Dalam beberapa penjelasan baik pandangan secara umum (KBBI) maupun


pandangan dari para mufasir yang dinamakan lingkungan hanyalah segala
sesuatau yang mempunyai hubungan timbal balik dengan manusia. Sedangkan
manusia mempunyai keterbatasan untuk mengetahu apa-apa saja yang mempunyai
hubungan timbal balik/bermanfaat terhadap dirinya. Dan hal ini tentunya akan
memunculkan pandangan bahwa jika manusia tidak mengetahui hubungan timbal
balik/manfaat sesuatu terhadap dirinya maka manusia tidak menganggap itu
sebagai lingkungan. Dari pandangan ini manusia akan cenderung merasa boleh
mengeksploitasinya secara berlebihan/merusaknya. Bahkan yang mereka anggap
mempunyai hubungan timbalbalik juga akan terancam dirusak jika kita
menggunakan sudut pandang bahwa semua itu diciptakan untuk kepentingan
manusia.7 Pembahasan tentang makna lingkungan yang kita bahas di atas, jika
kita sekedar membaca tanpa mencerna secara mendalam kita akan terjebak dalam
pemahaman yang mengarah terhadap ekspoliatasi tak terbatas. Kita bisa saja
memahami bahwa manusia berhak secara total atas lingkungan tanpa

6
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 379.
7
Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi,tt., 2007, h. 366
65

memeprhatikan keberlangsungan lingkungan itu sendiri meski ada pengendalian


dalam tugas manusia sebagai khalifah. Pengendalian sebagai khalifah akan di
abaikan, karna dalam pemahaman umum pemimpin hanya beberapa orang saja,
tidak semua manusia sebagai pemimpin. Pokok terpenting yang difahami adalah
alam diciptakan hanya untuk kebutuhan manusia. Hingga menyebabkan kita lupa
terhadap hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Dan kita hanya
akan beranggapan lingkungan di ciptakan untuk kepuasan manusia. Tentunya hal
ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan alam semesta.

B. Surah Ad-Dukhan (44): 38-39


‫أ‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ‫ت و أٱۡل أ‬
ِ ‫وما خلَ أقنَا ٱل هس َٰم َٰو‬
‫ َما َخلَق َٰنَ ُه َمآ إِهل بِٱۡلَ ِق َوَٰلَكِ هن أَكثَ َرُه أم َل‬٣٨ ‫ي‬ ِ َٰ
َ ِ‫ض َوَما بَي نَ ُه َما لَعب‬‫َر‬
َ َ ََ َ ََ
٣٩ ‫يَ أعلَ ُمو َن‬
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Ad-
Dukhan [44]: 38-39)

Menurut penafsiran Hasby Ash-Shiddiqy, Kami (Allah) tidak menjadikan


sesuatu dengan sia-sia, seperti kami menjadikan mereka, kemudian kami
melenyapkan tanpa suatu cobaan, tanpa larangan, tanpa suruhan, dan tanpa
memberi suatu pembalasan. Kami menjadikan mereka untuk mengujinya dan
untuk memberi pembalasan kepada orang yang berbuat buruk serta untuk
memberi surga kepada orang yang berbuat baik.8

Kami tidak menjadikan langit dan bumi melainkan dengan cara yang benar,
yaitu untuk menunjukan keesaan khalik (sang pencipta) yang menjadikan sesuatu
dan wajib ditaati. Tegasnya, untuk melahirkan kebenaran dan memberikan
pembalasan kepada semua orang yang taat dan orang-orang melakukan maksiat.

Tapi kebanyakan orang musyrik tidak mengetahui hal yang demikian itu.
Karenanya, mereka tidak takut kepada siksa Allah atas kejahatan (kemaksiatan)
yang mereka lakukan. Mereka pun tidak mengharap pahala Allah atas kebajikan

Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jilid 4 (Jakarta: Cakrawala


8

Publising, 2011) h. 63
66

yang mereka perbuat. Sebab, mereka mendustakan hari bangkit dan hidup sekali
lagi di alam yang lain.9

Sedangkan menurut penafsiran Quraish Shihab Kami tidak menciptakan


langit demikian luas dan bertingkat, serta bumi demikian kukuh , mantap berikut
tata aturanya yang sedemikian rapi, indah, dan harmonis. Kami juga tidak
menciptakan apa yang ada antara keduanya yakni di antara langit dan bumi
dengan bermain-main, tanpa tujuan yang haq serta benar seperti halnya anak kecil
yang bermain-main. Maha suci Allah dari perbuatan demikian. Kami tidak
menciptakan keduanya melainkan dengan haq, atara lain untuk membuktikan
keesaan dan kekuasaan kami. Selain itu juga untuk menganugrahkan kepada
manusia kesempurnaan hidupnya. Itulah hakikat yang pasti. Akan tetapi
kebanyakan mereka, kaum musyrikin mekah atau manusia, tidak mengetahui.10

Penafsiran menurut Hamka tentang ayat di atas, dan renungkanlah, baik


pada langit yang engkau jangkau dengan penglihtanmu. Karena walau samapi satu
juta tahun umurmu engkau tidak dapat menyelidiki semua yang ada di langit, atau
keadaan pada bumi yang kamu tinggali, dengan tumbuh-tumbuhanya,
batubatunya, gunung-gunungnya, laut dan daratannya, manusia dan binatangnya,
burung dan ikannya, air dan apinya, atau ada yang di antara langit dan bumi, awan
dan meganya, embun dan kabutnya, matahari dan bulanya dan bintang-
gemintangnya ketahuilah bahwa semua itu tidak dijadikan tuhan dengan main-
main. Renungkan dia sekali lagi dengan ilmu, niscaya kamu akan kagum melihat
bahwa semua itu diatur dengan kebenaran. Tidak ada yang maha kuasa mengatur
seteliti itu. Perjalanan bulan mengelilingi bumi, perjalanan bumi mengelilingi
matahari, bintang yang beredar dan bintang yang tetap, semua itu kian diselami,
kian terasa penuh dengan hal yang membuat kagum. Bertambah maju
pengetahuan bertambah timbul pengkhususan ilmu, atau spesialisasi. Satu
pengkhususan dipecah lagi menjadi beberapa pengkhususan dari yang telah
dikhususkan. Akhirnya kita akan meyakini bahwa sangat banyak yang aku tidak

9
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jilid 4 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011) h. 63
10
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 323.
67

tahu. Maka orang yang berilmu itu dengan segala kerendahan hati dia mengaku
kebesaran ilahi. Betul-betul dari pengalamanya, tetapi orang yang tidak
berpengetahuan ia tidak akan merasakan kenikmatan ma’rifat Allah, karena
kebodohanya.dan tuhan memperingatkan sesudah engkau melihat langit dan bumi,
dan apa yang diantara langit dan bumi itu tidak dijadikan dengan main-main,
melainkan semuanya mengandung hikmah kebenaran.

Haruslah engkau ingat bahwa engkau tidak akan lama menikmati semuanya
itu. Engkau tidak lama di sini sesudah hidup yang sekarang, ada pula hidup lagi di
kehidupan yang kekal. Bahagia atau celaka hidup kekal itu. Tergantung cara
hidupmu yang sekarang. Nanti itu akan ada hari keputusan.11

C. Surah Jasiyah (45): 13


ُۚ ‫ِ أ‬ ‫أ‬
١٣ ‫ك َۡلٓيََٰت لَِق أوم يَتَ َف هك ُرو َن‬ ِ
َ ‫َجيعا ِمنهُ إِ هن ِِف َٰذَل‬ ِ ‫ت َوَما ِِف ٱۡل أَر‬
َ ‫ض‬ ِ ‫وس هخر لَ ُكم هما ِِف ٱل هس َٰم َٰو‬
ََ َ ََ
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir”. (QS.Jatsiyah [45]: 13)

Menurut penafsiran Buya Hamka Ayat ini lebih mengharukan lagi,


disediakan untuk kamu apa yang ada di setiaap tingkatan langit baik langit yang
sekedar terjangkau oleh semua mata manusia, dengan awan meganya, kabut
embunya, matahari bulanya, semua untuk kamu hai manusia. Atau langit dalam
artinya yang ghaib-ghaib, dengan malaikat-malaikatnya; kelangit itu Nabi
Muhammad saw. telah mi’raj kelangit disana roh kita didaftarkan setelah mati,
dan akan ditutup pintu langit itu bagi roh yang penuh kejahatan. Matahari di
ciptakan untuk manusia, seharusnya kita pergunakanlah dengan baik. Di waktu
dhuha (sepenggalah matahari naik), matahari membawa cahaya Ultra-Violet
(lembayung) yang menyehatkan badan. Di bawah cahaya matahari kita bekerja
keras mencari rizeki, bulan dan bintang-bintangpun demikian. Jika kita sanggup,
kita boleh mengembara keruang angkasa mencari rahasia langit. untuk mencari

11
Hamka (Haji Abdullah Malik Karim Amrullah), Tafsir Al-Azhar Juz 25-26 (Jakarta:
Pustaka Panjimas, tt.) h. 110.
68

rahasia itu kita telah diberi akal. Cuma umur kita yang tdak cukup untuk
mengetahui lebih banyak. Akan tetapi Tuhan selalu menyediakan dan tuhan selalu
menolong. Di bumi juga demikian, semua disediakan untuk manusia. Semua yang
ada di sekitar kita ini disediakan dan dimudahkan untuk manusia. Segala warna
dapat dinikmati dengan matanya. Segala bunyi dapat diresapkan dengan
telinganya. Pohon-pohonan sampai tanam-tanaman, sampai buah-buahan dan
sayur-sayuran semuanya untuk manusia.

Demikian juga binatang ternak dan binatang liar, ikan di air asin ikan di air
tawar, emas dan perak dari tambang, minyak tanah dari bumi, batu permata dari
gunung. Semuanya disediakan untuk manusia. “sesungguhnya yang demikian
menjadi tanda-tanda bagi kamu yang memikirkan”. Memang setelah diketahui
bahwa semuanya itu disediakan untuk manusia, akan timbul dalam fikiran kita
satu pertanyaan “ kalau semua itu disediakan untuk manusia, niscaya manusia itu
mahluk yang amat penting dalam alam. Dan kalau semua itu ditugaskan untuk
manusia niscaya pula timbul pertanyaan “aku sendiri, sebagai manusia, apakah
tugasku dalam alam ini?” 12

Pandanga penafsiran meurut Hasbi tentang ayat di atas,Dialah allah yang


menundukan segala yang ada di langit dan di bumi untuk kemaslahatan manusia.
Manusia dengan kekuatan akal dan raganya yang diberikan oleh Allah, dapat
memanfaatkan alam untuk mencapai tujuan-tujuanya. Dia dapat menyelam seperti
ikan, dapat terbang seperti burung, bahkan juga dapat berjalan didasar laut.
Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tana kekuasaan Allah bagi orang
yang suka berfikir.13

Sedangan menurut Quraish Shihab tentang ayat di atas,penundukan langit


dan bumi dipahami dalam arti semua bagian-bagian alam yang terjangkau dan
berjalan atas dasar satu sistem yang pasti kait berkait dan dalam bentuk konsisten.

12
Hamka (Haji Abdullah Malik Karim Amrullah), Tafsir Al-Azhar Juz 25-26 (Jakarta:
Pustaka Panjimas, tt.) h. 119.
13
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011), h. 73.
69

Allah menetapkan hal tersebut dan dari saat ke saat mengilhami manusia tentang
pengetahuan fenomenaalam yang dapat mereka manfaatkan untuk kemaslahatan
dan kenyamanan hidup manusia.14 Allah menundukan semua untuk manusia agar
dia tunduk kepada yang yang menundukan itu, tetapi manusia malah tunduk
kepada yang ditundukan, bukan yang menundukan. Sungguh buruk tabiat manusia
yang telah tunduk kepada sesuatu yang telah ditundukan. Demikian komentar
sementara ulama.15

D. Surat Asy-Syu’arah‟ (26): 151-152


‫أ‬
ِ ‫ين يُ أف ِس ُدو َن ِِف ٱۡل أَر‬
١٥٢ ‫ض َوَل يُ أصلِ ُحو َن‬ ‫ذ‬ِ ‫ ٱله‬١٥١ ‫وَل تُ ِطيعواْ أ أَمر أٱلم أس ِرفِي‬
َ َ ُ َ ُٓ َ
“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,
yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak Mengadakan perbaikan."
(QS.Asy-Syu’arah‟ [26]: 151-152)

Menurut Penafsiran Buya Hamka, Dari kalangan kamu sendiri ada orang-
orang yang mengajak kamu kepada perbuatan-perbuatan yang melanggar ketentua
Allah, sehingga harta kekayaan nikmat Allah itu kamu gunakan untuk yang tidak
bermanfaat, berfoya-foya tidak berketentuan, boros, durhaka, maksiat,
menyembah harta dan sebagainya. Kalau nasehat atau pimpinan orang-orang yang
semacam itu yang kamu turuti, niscaya celakalah kamu “yaitu orang-orang yang
membuat kerusakan di bumi dan tidak memperbaiki”.

Niscaya yang dimaksud oleh nabi Shalih ini ialah pemimpin-pemimpin atau
pemuka-pemuka mereka, oleh karena penduduknya telah kaya raya dan makmur,
diajaklah kepada kehidupan mewah, atau membangun berhala untuk mengingat
orang yang berjasa, sehingga kehidupan yang tadinya telah selesai, menjadi
kusutlah kembali. Ketika sepintas mereka bernmaksud baik, padahal jika dituruti
kekacauanlah yang timbul. Sebab kaum itu kian jauh dari garis kebenaran. Kalau
jiwa tidak lagi terpimpin dengan baik, sedang kekayaan melimpah-limpah,
tentunya akan digunakan kekayaan itu kepada perbuatan yang tidak bermanfaat.

14
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 346.
15
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 346.
70

Inilah yang dalam pribahasa kita dinamakan “lupa daratan”. Dan bahaya hal
seperti ini sangat besar. Hal seperti ini sangat berkehendak kepada pemimpin yang
jujur, yang akan membawa kepada kebahagiaan. Dan pemimpin yang terbaik
adalah pemimpin Rasul. Bukan pemimpin dari tukang perusak itu.16

Sedangkan Quraish Shihab menafsirkan kerusakan lingkungan alam


diakibatkan oleh tindakan yang melampaui batas dari manusia. Kata al-musrifin
terambil dari kata saraf yakni pelampau batas, yang dimaksud adalah tokoh-tokoh
kaum kafir. Jika dipahami demikian, perintah dan nasihat itu ditujukan kepada
masyarakat umum seakan-akan nabi yang mulia itu tidak mengharapkan banyak
dari tokoh-tokoh masyarakatnya. Atau juga dapat dipahami bahwa nasihat nabi
sholeh as. Ini ditunjukan kepada semua pihak baik tokoh maupun orang
kebanyakan karena tokoh-tokohpun seringkali saling meneladani dan yang di
teladani itulah yang dinilai pelampau batas.
Kata yufsiduna merusak berfungsi menjelaskan pelampauan batas itu. Kata
ini ditampilkan dalam bentuk kata kerja mudhari’untuk mengisyaratkan
kesinambungan perusakan. Memang seseorang tidak dinamai perusak kecuali jika
perusakan telah berulang-ulang sehingga membudaya pada kepribadiannya.
Perusakan adalah aktifitas yang mengakibatkan sesuatu yang memenuhi
nilai-nilainya atau berfungsi dengan baik serta bermanfaat menjadi kehilangan
sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan manfaatnya akibat
ulah si perusak. Ia adalah lawan dari perbaikan atau shalah.17
Sedangkan menurut Hasby hanya berkomentar sedikit tentang ayat ini.
Tentang larangan menanaati pemimpin yang melakukan kemaksiatan. Janganlah
kamu menaati perintah para pemimpinmu yang selalu melakukan kemaksiatan.18
orang-orang yang semacam itu yang kamu turuti, niscaya celakalah kamu “yaitu
orang-orang yang membuat kerusakan di bumi dan tidak memperbaiki”.
Pemimpin atau tokoh yang mempunyai kekuasaan bisa menjadi faktor terbesar
dari terjadinya kerusakan lingkungan seperti yang telah dijelaskan dalam Al-

16
Hamka (Haji Abdullah Malik Karim Amrullah), Tafsir Al-Azhar Juz 19 (Jakarta:
Pustaka Panjimas, tt.) h. 132
17
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 9. tt., h. 311.
18
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 3, tt., h. 301.
71

Qur’an. Kerusakan yang di akibatkan oleh pemimpin yang melebihi batas ini
mengakibatkan dampak yang lebih besar daripada individu biasa.

E. Surat Al-A’raf (7): 56


‫أ‬ ‫أ‬ ُۚ ‫أ‬ ‫أ‬
ِ َٰ ‫وَل تُ أف ِس ُدواْ ِِف ٱۡل أَر ِ أ أ‬
٥٦ ‫ت ٱ هَّللِ قَ ِريب ِم َن ٱل ُم أح ِسنِ َي‬ ‫أ‬
َ َ‫ض بَع َد إِصلَح َها َوٱدعُوهُ َخوفا َوطَ َم ًعا إِ هن َرۡح‬ َ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.19 (QS.Al-A’raf [7]: 56)

Ayat ini menunjukkan larangan untuk berbuat kerusakan atau tidak


bermanfaat dalam bentuk apapun, baik menyangkut perilaku, seperti merusak,
membunuh, mencemari sungai, dan lain-lain, maupun menyangkut akidah seperti
kemusyrikan, kekufuran, dan segala bentuk kemaksiatan. Tern istilah disini,
sebagai poros yang berlawanan dengan fasad, menurut para ulama menyangkut
akidah bukan perbuatan fisik. Artinya. Allah memperbaiki bumi ini dengan
mengutus Rasul, menurunkan Al-Qur’an, dan penetapan syariat. Melihat hal ini
terjadinya kerusakan mental menjadi sebab kerusakan fisik

Menurut kajian Ushul fiqh, ketika ada larangan melakukan sesuatu berarti
diperintahkan untuk melakukan kebali kannya. Misalnya, kita dilarang merusak
alam berarti kita diperintah untuk melestarikan alam. Adapun status perintah
tersebut tergantung status larangannya. Contoh, status larangan merusak alam
adalah haram, itu menunjukan perintah melestarikan alam hukumnya wajib
20
Sementara itu, fakhruddin Al-Raziy dalam menanggapi ayat di atas,
berkomentar bahwa, ayat di atas mengindikasikan larangan membuat madharat.
Pada dasarnya, setiap perbuatan yang menimbulkan madharat itu dilarang
agama.21

19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT .Syamil Cipta
Media, 2005), h. 10
20
Imam Tajuddin ‘Abd al-Wahhab bin as-Subky, Jam’ul Jawami’, (Singapura), Sulaiman
Mar’I, Juz I, h390
21
Fakhr ad-Din ar-Razi, Tafsir al-Kabir, Beirut, Dar al-Fikr, Juz IV, h. 108-109
72

Al-Qurtubi menyebutkan dalam taf– sirnya bahwa, penebangan pohon juga


merupakan tindakan pengrusakan yang mengakibatkan adanya madharat. Beliau
juga menyebutkan bahwa mencemari air juga masuk dalam bagian pengrusakan.22

Alam raya telah diciptakan Allah dalam keadaan yang sangat harmonis,
serasi, dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik,
bahkan memerintahkan hamba-hambanya untuk tetap memperbaikinya. Salah satu
bentuk perbaikan yang dilakukan Allah, adalah dengan mengutus para Nabi untuk
meluruskan dan memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat. Siapa
yang tidak menyambut kedatangan rasul, atau menghambat misi mereka, maka dia
telah melakukan salah satu bentuk perusakan di bumi.

Merusak setelah diperbaiki, jauh lebih buruk dari merusak sebelum


diperbaiki, atau pada saat ia buruk. Kerena itu, ayat ini secara tegas menggaris
bawahi larangan tersebut, walaupun tentunya memperparah kerusakan atau
merusak yang baik juga amat tercela.23

Kerusakan ini mencakup kerusakan jiwa dengan cara membunuh dan


memotong anggota tubuh, kerusakan harta dengan cara menggasab dan mencuri,
kerusakan agama dan kafir dengan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan,
kerusakan nasab dengan melakukan zina dan kerusakan akal dengan meminum-
minuman yang memabukkan dan lain-lain.

Bahwa perusakan itu mencakup kerusakan terhadap akal, akidah, tata


kesopanan, pribadi maupun sosial, saranasarana penghidupan, dan hal-hal yang
bermanfaat untuk umum, seperti lahanlahan pertanian, perindustrian, perdaga–
ngan dan sarana-sarana kerja sama untuk sesama manusia. Adapun perbaikan
Allah SWT. terhadap keadaan manusia adalah berupa petunjuk agama dan
diutusnya Nabi dan Rasul, yang hal itu disempurnakan dengan diutusnya Nabi dan
Rasul terakhir, yang merupakan rahmat bagi seluruh alam. Dengan diutusnya itu,
akidah umat islam telah diperbaiki, akhlak dan tata kesopanan mereka telah
dibimbing. Sebab beliau telah menghimpun akhlak dan kesopanan itu bagi umat

22
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi, Beiirut, Dar al-Fikr, Juz VII, h.226
23
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi, h. 123-124
73

manusia. Segala kemaslahatan ruhani dan jasadi dan telah disyari’atkan pula bagi
mereka saling menolong dan saling mengasihi telah saling memelihara bagi
mereka. Keadilan dan persamaan telah disyari’atkan bagi mereka. Musyawarah
yang terkait dengan suatu kaidah, menolak hal yang merusak, dan memelihara
hal-hal yang maslahat. Dengan demikian, agama mereka melebihi agama-agama
lainnya.24

Kehidupan alam dalam pandangan islam berjalan di atas prinsip


keselarasan dan keseimbangan. Alam semesta berjalan atas dasar pengaturan yang
serasi dan dengan perhitungan yang tepat. Sekalipun di dalam alam ini tampak
seperti unit-unit yang berbeda. Semuanya berada dalam satu sistem kerja yang
saling mendukung, saling terkait, dan saling tergantung satu sama lain. Artinya,
apabila ada satu unit atau bagian yang rusak pasti menyebabkan unit atau bagian
lain menjadi rusak pula. Prinsip keteraturan yang serasi dan perhitungan yang
tepat seharusnya menjadi pegangan atau landasan berpijak bagi manusia dalam
menjalani kehidupan di muka bumi ini. Dengan demikian, segenap tindakan
manusia harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan cermat yang diharapkan
dapat mendukung prinsip keterauran dan keseimbangan tersebut.

Bahkan dalam fiqh terdapat ketentuan dasar bahwa semua makhluk


mempunyai status hukum muhtaram, bukan dalam arti terhormat, tetapi harus
dilindungi eksistensinya. Jika makhluk hidup, maka siapapun terlarang
membunuhnya. Jika makhluk tak bernyawa, maka siapapun terlarang merusak
binasakannya. Dengan kata lain, semua makhluk harus dilindungi hak-haknya.25

Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam dilihat sebagai


penyebab untama terjadinya bencana alam seperti longsor maupun banjir di
Indonesia dalam kurun waktu setahun terakhir ini. Bencana ala mini tidak hanya
telah mengakibatkan ratusan manusia kehilangan nyawa, tetapi ribuan manusia
kehilangan nyawa juga kehilangan tempat tinggal mereka. Bencana lingkungan

24
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Beirut: Dar al-Fikr, 1993. hal.314-
315
25
Lajnah pentashihan mushab Al-Qur’an, pelestarian lingkungan hidup; Tafsir Al-
Qur’an Tematik vol.4(Jakarta; Lajnah pentashihan Al-Qur’an,2009), h.272.
74

seperti tsunami, tanah longsor, lumpur, dan gempa adalah sederet bencana yang
silih berganti. Tetapi, bencana-bencana tersebut tidak sela– manya disebabkan
faktor alam. Banjir dan tanah longsor misalnya, merupakan bencana yang tidak
bisa dipisahkan de– ngan faktor manusia yang kurang ramah dengan alam dan
lingkungannya sendiri.

Bahkan Menurut Penafsiran M. Quraish Shihab tentang ayat di atas, Alam


raya telah diciptakan Allah swt. dalam keadaan yang sangat harmonis, searasi, dan
memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikanya baik, bahkan
memerintahkan hamba-hambanya untuk memperbaikinya.

Salah satu perbaikan yang dilakukan Allah adalah dengan mengutus para
nabi untuk meluruskan dan memperbiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat.
Siapa yang tidak menyambut kedatangan Rasul, atau mengahambat misi mereka,
dia telah melakukn salah satu bentuk pengrusakan dibumi.26

Merusak setelah diperbaiki lebih buruk dari pada merusaknya sebelum


diperbaiki atau pada saat keadaan rusak. Karena itu ayat ini secara tegas
menggaris bawahi larangan tersebut, walaupun tentunya memperparah kerusakan
atau merusak yang baik juga amat tercela.

Sedangkan Hasbi berpandangan Janganlah kamu membuat kerusakan di


bumi setelah bumi diperbaiki dengan diciptakanya berbagai macam mahluk di
dalamnya dan cara-cara memanfaatkanya. Membuat kerusakan di bumi, meliputi
usaha memusnakan manusia dengan pembunuhan dan penganiayaan, usaha
merusak harta dengan mencuri dan merampas, merusak agama dengan kufur dan
melakukan maksiat, serta merusak akal dengan minuman yang memabukan.
Berdoalah kepada Allah dengan keadaan takut dan berharap. Takut akan tertimpa
sesuatu yang tidak disukai dan berharap akan bisa memperoleh sesuatu yang
diidam-idamkan (diinginkan). Serulah dia dalam keadaan takut pada adzabnya
dan dalam keadaan mengharapkan pahala padanya. Doa adalah otak ibadat.
Apabila syarat dan tatacara (adabnya) sempurna, tentulah besar harapan doa itu

26
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volum 4 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 144.
75

akan diperkenankan oleh Allah. Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada
orang yang mukhsin (berbuat baik), yang mengerjakan amal denga tulus ikhlas
dan dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan Hamka tentang ayat diatas berpandangan bahwa manusia telah
banyak membawa kemajuan dalam bidang kehidupan. Perbaikan pada pabrik,
perbaikan pada lalulintas dunia, perbaikan pada hidup yang lebih mewah, tapi
sangat sedikit pada ikhtiar perbaikan pada jiwa manusia, sehingga kian lama
dimuka bumi ini rasa permusuhan dan dendamlah yang tumbuh dimana-mana
diantara bangsa-bangsa itu. Maka seorang muslim yang sadar akan agamanya
mempunyai kewajiban supaya jangan menambah kerusakan yang telah rusak,
melainkan memelihara menyelesaikan yang telah ada, jangan di rusak lagi, dan
berusaha membuat yang lebih baik dan selesai.
Sebagaimana pernyataan Ibn Khaldun dalam konteks ini beliau mengatakan
bahwa keteraturan dan kinerja alam semesta merupakan sebuah keajaiban yang
tidak akan pernah surut untuk terus diambil hikmahnya. Al-Qur’an surah al-A’raf
ayat 56 melarang manusia berbuat kerusakan di bumi atas nama apapun, karena
tindakan merusak merupakan bagian dari perbuatan melampaui batas. Allah Swt
menciptakan alam raya ini dalam keadaan yang harmonis dan penuh keserasian
sehingga manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang mendapatkan mandat
untuk bertanggungjawab melestarikan ciptaan-Nya harus bersungguh-sungguh
menunaikan amanat tersebut. Salah satu bukti bahwa Allah Swt turut serta dalam
perbaikan alam raya adalah mengutus para Nabi untuk memberikan edukasi
kepada umat manusia tentang urgensi dari lingkungan hidup yang kondusif.27
Maka melalui ajaran-ajaran yang dibawa oleh para Nabi inilah kesadaran umat
manusia terhadap lingkungannya menjadi lebih diperhatikan.
Al-Shawkani misalnya, menjelaskan juga bahwa lewat ayat tersebut Allah
Swt melarang umat manusia melakukan kerusakan baik intensitas kerusakan
tersebut sedikit ataupun banyak. Dan di antara bentuk kerusakan yang dilarang
ialah menghilangkan nyawa manusia secara sembarangan, merobohkan atau

27
Muhammad Quraish Shihab, “Pendidikan Lingkungan Hidup dan Implementasinya
dalam Pendidikan Islam (Analisis Surat Al-A’raf Ayat 56-58 Tafsir Al Misbah,” Jurnal Nizham
05, no. 02 (2016):h. 196.
76

merusak tempat tinggalnya, menebang pohon secara ilegal dan mencemari


sumber-sumber mata air.28
Tafsir senada juga dikemukakan oleh Kementrian Agama RI yakni
penciptaan bumi dengan seluruh kelengkapannya antara lain pegunungan, lautan,
lembah, daratan dan perhutanan antara lain hanya untuk mencukupi kebutuhan
hidup manusia. Maka larangan dalam ayat ini bersifat umum yaitu mencakup
semua sendi kehidupan baik dari sisi sosial maupun spiritual.29
Dari pandangan-pandangan para mufasir maka kita mengetahui bagai mana
peran manusia yang seharusnya menjaga alam, akan tetapi mereka malah
merusaknya. Kerusakan yang di timbulkan berjalan terus menerus, dan sampai
sekarang belum ada tindakan untuk menghentikan eksploitasi terhadap alam.

F. Surat Al-Baqoroh [2]: 205

ُّ ‫هس َل ۗٓ َو َٰاَّللُ َل ُُِي‬ ِ ِ ِ ِ ‫واِذَا تَو َّٰل س َٰعى ِِف ْالَر‬


‫ب الْ َف َس َاد‬ ْ ‫ث َوالن‬ َ ‫ض ليُ ْف ِس َد فْي َها َويُ ْهل‬
َ ‫ك ا ْۡلَْر‬ ْ َ َ َ

“Apabila berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk


berbuat kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah
tidak menyukai kerusakan”. (QS.Al-Baqoroh [2]: 205 )30

‫توىل‬: kembali dan berpaling, atau ia memiliki kekuasaan ‫احلرث والنسل‬: al-harts

berarti tanaman dan an-nasl berarti hewan31 Dapat juga dipahami dalam arti
wanita dan anak-anak.32Ibnu Katsir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
ayat ini adalah mengenai perbuatannya. Yakni perkataannya dusta belaka dan
keyakinannya telah rusak, perbuatannya semua buruk belaka.33 Maksudnya, ia
giat menyebar isu-isu negatif dan kebohongan serta melakukan aktivitas yang
berakibat kehancuran dan kebinasaan masyarakat. Sungguh Allah akan

28
Muhammad bin ’Ali bin Muhammad Al-Syaukani, Fath Al-Qodir, ed. Yusuf al-Ghus
(Beirut: Libanon: Dar al-Ma’rifah, 2007), h.479.
29
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya: Edisi Yang Disempurnakan (Jakarta:
Kementrian Agama RI, 2012), Juz 3,h, 256.
30
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, (Semarang: Toha Putera,
1995), hlm. 190.
31
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume I, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 417.
32
Ibnu Katsir, Tafsri Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Aplikasi), h. 128
33
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume I, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 417
77

menjatuhkan kepada mereka karena kata Allah tidak menyukai pengrusakan.34


Orang munafik yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah 205 adalah orang
munafik yang perbuatannya hanyalah membuat kerusakan di muka bumi dan
membinasakan tanam-tanaman, termasuk ke dalam pengertian persawahan dan
buah-buahan, juga ternak.35 Mereka mengakui dirinya reformir (pembaharu) dan
mengajak kepada perbaikan, tetapi sikapnya bertentangan dengan perkataannya,
mereka gemar menimbulkan kerusakan di muka bumi.36

Di dalam tasfir Al-Aisar dijelaskan bahwa makna ayat diatas adalah


Allah ta’ala mengkabarkan kepada Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman
tentang kondisi orang-orang munafik, dan orang-orang yang beriman yang jujur,
dengan firman-Nya kepada Rasululloh saw, “Dan diantara manusia terdapat
seorang laki-laki yang munafik yang bicaranya baik, jika ia berkata maka akan
membuatmu kagum karena keindahn tutur katanya. Hal itu jika ia membicarakan
perkara-perkara kehidupan dunia, tetapi dalam perkara-perkara akhirat maka pasti
ia tidak tahu, dan tidak punya keinginan untuk membicarakannya, karena ia
kafir.”37 Ketika ia berbicara, Allah ta’ala menyaksikan bahwa Rasulullah percaya
terhadap apa yang ia katakan, dimana ia berkata kepada Rasulullah saw, “Allah
ta’ala mengetahui bahwa saya orang yang beriman, dan saya mencintaimu, dan
Allah ta’ala menyaksikan bahwa saya seperti ini dan itu.” Dan jika ia beranjak
dari majlismu dan menjauh darimu38(‫ )ضرأال يف ىعس‬yakni, ia berjalan dibumi dengan

melakukan kerusakan, yaitu menghancurkan tanaman dan binatang dengan


melakukan berbagai perbuatan kriminal, maka hujanpun tidak turun dan hasil-
hasil tanamanpun mengering, bumi kering, hewan hewan mati, serta terputuslah

34
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Aplikasi), h. 128
35
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, (Semarang: Toha Putera,
1995), h. 193
36
Qs. Al-Baqarah: 204
37
As-Sa’yu bermakna berjalan dengan dengan cepat, dan as-sa’yu juga bermakna kasab
(usaha) dan kerja. Allah ta’ala berfirman ‫“ومن أراد األخرة وسعى لها سعيها‬siapa yang menginginkan
kehidupan akhirat dan menempuh (bekerja) untuknya dengan jalannya...”(Qs. Al-Isro/17: 19)
38
DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bekasi: Darul Haq, 2014), h. 379
78

keturunan dan pekerjaannya. Perbuatan seperti ini tidak akan disukai oleh Allah
ta’ala. Dia membencinya dan membenci orang yang melakukannya.
Sedangkan menurut peafsiran‘Alî Al-Naisâbûri dalam Al-Wasîth fî Tafsîr
Al-Qur’an Al-Majîd menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan Al-
fasâd (kerusakan) adalah kehancuran, menyia-nyiakan mata uang, merusak
sesuatu dengan tanpa ada unsur kemashlahatan (kebaikan). Dari pandangan ini,
kita bisa melihat ada perbedaan mencolok antara merusak (ifsâd) dan
memanfaatkan (intifâ’).

Sebelum kita berbicara lebih lanjut tentang ifsâd dan intifâ’, Ma’mûn
Hammûsy dalam Tafsîr Al-Ma’mûn ‘Alâ Manhaj Al-Tanzîl wa Al-Shahîh Al-
Masnûn menjelaskan secara spesifik maksud dari ayat ini. Menurutnya, ayat ini
pembicaraannya mencakup apapun kerusakan-kerusakan yang terjadi. Baik
terhadap sesama manusia maupun kepada makhluk lainnya.

Kerusakan yang terkait dengan alam, dan hewan-hewan disebut secara


spesifik pada ayat diatas. Kata al-harts diartikan oleh para ahli tafsir dengan
tanaman-tanaman. Sementara, kata al-nasl adalah hewan-hewan. Namun, Al-
Mujahid menyebutkan bahwa yang dimaksud dari kata al-nasl adalah setiap yang
ada dibumi ini, baik hewan maupun manusia.

Ketika kita sebentar menengok keterangan yang disampaikam oleh Al-


Kalabi dari Ibnu Abbas, kalimat lâ yuhibbu ditafsiri dengan Allah tidak ridho dan
tidak rela apabila terjadi kerusakan dan kemaksiatan terjadi dibumi. Dengan ini,
upaya pengrusakan alam, hewan, dan manusia adalah bentuk-bentuk kemaksiatan
sosial dan oleh sebab itu Allah tidak merestui, meridhoi, bahkan tidak menyukai
terjadinya kerusakan-kerusakan tersebut.

Sebelum kita menyimpulkan, kita coba menyimak sebuah pertanyaan yang


disampikan kepada Imam Mujahid. Kisah ini disampaikan oleh Ibnu Hatim
dengan menggunakan sanad (mata rantai) Hasan dari Nadhr ibn ‘Arabi dari Imam
Mujahid. Pertanyaan itu adalah bagaimana kerusakan tanaman (al-hirts) dan
79

hewan-hewan (al-nasl) itu bisa terjadi? Imam Mujahid menjawab, sebidang tanah
yang dikelola oleh seorang yang dzalim dan penuh rasa permusuhan hingga
akhirnya air hujan dimonopoli hanya untuk kepentingannya sendiri, akhirnya
binasalah tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan lainnya. Kisah ini ditulis oleh
Hikmat bin Basyir bin Yasim dalam kitab Al-Tafsîr Al-Shahîh Mausû’ah Al-
Shahîh Al-Mabsûr min Al-Tafsîr bi Al-Ma’tsûr.39

Sedikit bisa kita tangkap dari kisah tersebut perbedaan


antara ifsâd (merusak) dan intifâ’ (memanfaatkan). Tanah, tumbuh-tumbuhan,
hewan-hewan adalah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai
pemenuh kebutuhan, maka memanfaatkan secara berlebihan adalah masuk dalam
kategori ifsâd yang dilarang. Monopoli, eksploitasi membabi buta, hingga
kedzaliman menjadi pintu masuk permusuhan tumbuh berkembang. Hal ini akan
menjadikan manusia sebagaimana yang diprediksikan oleh malaikat, yakni
terjadinya pertumpahan darah dimana-mana. Oleh sebab itu, membangun perlu
memperhatikan tiga aspek penting dalam hidup, yaitu kemanusiaan, alam dan
lingkungan, serta hak hidup hewan.

Kesimpulannya, Allah menciptakan manusia sebagai khalifah dalam arti


pengelola dunia. Perjalanan manusia dari generasi ke generasi adalah untuk
menjamin kondisi dunia tetap baik-baik saja. Upaya pengrusakan dunia ini, baik
dalam bentuk pertikaian antar sesama manusia, eksploitasi alam berlebihan dan
tidak bertanggung jawab, merusak ekosistem hewan, laut, dan lingkungan, adalah
perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah. Bahkan, hal tersebut merupakan
perbuatan maksiat.

39
Ade Pradiansyah, https://islami.co/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-205-tuhan-tidak-
menyukai-kerusakan-terjadi-di-bumi/tanggal senin, kamis ,29 september 2022,jam 02:22 WIB
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dikaji penulis menyimpulkan beberapa kesimpulan


berikut:
1. Quraish Shihab, Hasbi As-Sidqy dan Hamka berpandangan bahwa Alam
semesta diciptakan Allah untuk manusia, segala sesuatu yang telah
diciptakan Allah di alam ini agar dapat digunakan oleh manusia untuk
memenuhi kehidupan manusia. Selain memanfaatkan segala sesuatu yang
ada pada alam semesta untuk menunjang kehidupannya, manusia juga
diberikan tugas sebagai khalifatullah (pengganti Allah) di dunia ini untuk
merawat dan menjaga alam semesta seperti semestinya. Namun dalam
penjagaan itu banyak manusia yang telah lalai bahkan malah merusak
alam semesta seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Banyak
manusia yang serakah sehingga mereka mengeksploitasi alam sebanyak-
banyaknya tanpa memikirkan keberlangsungan alam. Bukan hanya itu
bahkan ada juga yang tidak hanya mengeksploitasi tapi malahan menjurus
kepada pengrusakan terhadap alam. Keserakahan manusia ini membuat
beberapa spesies yang ada pada alam semesta punah. Beberapa di
antaranya mengalami kerusakan yang amat besar. Meski Allah telah
memberi tuntunan dalam Al-Qur’an untuk merawat dan menjaga
keberlangsungan alam namun masih banyak orang-orang jahat yang tak
menghiraukanya, hingga banyak orang-orang tak berdosa ikut menerima
akibat dari ulah manusia serakah.
2. Qurasih Shihab, Hasbi As-Shidqy, dan Hamka melalui penafsiran ayat-
ayat yang berkaitan dengan lingkungan, yang mengatakan bahwa
lingkungan adalah sebuah ciptaan yang diperuntukkan kepada manusia,
membuat sebagian manusia merasa berkuasa atas alam semesta dan
kerusakan yang terjadi pada alam merupakan hal yang wajar. Manusia
juga beranggapan bahwa mereka sebagai pusat dari alam semesta

80
81

mempunyai hak terbesar atas alam. Semua kepentingan yang bukan


berasal dari manusia tidak dianggap berharga. Dari sudut pandang ini
maka timbullah orang-orang yang serakah untuk kemudian memanfaatkan
dan mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan yang cenderung
merusak, tanpa memperdulikan keberlangsungan alam. Tentunya
pandangan para mufasir tentang alam yang diciptakan untuk kepentingan
manusia tanpa menghargai alam sebagai dirinya sendiri sudah tidak lagi
relevan, melihat berbagai kerusakan yang telah terjadi di berbagai belahan
bumi ini yang diakibatkan oleh manusia. Kita seharusnya menghargai
alam dan berhenti mengeksploitasinya secara brutal.
B. Saran-Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan mengenai penelitian yang telah
dikaji ialah pertama, karena penelitian ini hanya mengkaji lingkungan
dengan tema kolerasi manusia dan alam, penulis berharap agar ada
pengembangan dan kajian lebih lanjut tentang lingkungan dengan term-
term yang lain yang pada gilirannya dapat menjelaskan secara komperhensif
dan mendalam tentang lingkungan dalam perspektif al-Quran. Kedua,
semoga tawaran hubungan manusia dan lingkungan pada penelitian ini
dapat dijadikan pijakan dalam berinteraksi dengan lingkungan yang pada
akhirnya dapat menjadi sudut pandang dan solusi dalam mengatasi
kerusakan lingkungan dewasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M.Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, Ed. 1, Cet.2,
Jakarta Amzah, 2008.
Ariani, Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Islam, Bandar Lampung: Fakultas
Ushuluddin, 2010.
Abu al Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir, Tafsîr Ibnu Katsîr, Beirut: Darul Kutub al
Ilmiyah, t.t.
Al-Farmawi Abdul Hayy, Al-Bidayah Fi Attafsir Al-Maudhu’I” Dirasah
Manhajiyyah” trj. Rosihon Anwar, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Abidin Zainal, Filsafat Manusia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.
Al Syafi’i Abu Bakar Taqiyyuddin, Kifayatu lAkhyar, Damaskus: Darul Khoir,
1994.
Al -Quzwaini Abdul Karim bin Muhammad Ar -Rofi’i, Fathul Aziz Bisyarhil Wajiz,
Beirut: Darul Fikr, t.t.
Al-Bujairomi Sulaiman bin Muhammad, Hasyiyah Al Bujairomi Ala al Khotib,
Beirut: Darul Fikr, 1995.
Al-Asqalani Ibnu Hajar, Fathul Bari...,
Abdul Latif Juraid, Manusia, Filsafat Dan Sejarah, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Abdullah M. Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, Jakarta Amzah,
2008.
Al-Syadzili Muhammad Abdul Aziz, Al-Adab Al-Nabawi, Beirut: Darul Ma’rifah,
t.t.
An- Nawawi Imam, Al Minhâj Syarah Shahih Muslîm, Beirut: Dar IhyaTurats, t.t.
Abi Syaibah Abu Bakar bin, Al Mushonnaf, Riyadh: Maktabah Ar Rusydu, 1988.
Al-Syaukani Muhammad bin Ali, Nailul Author, Mesir: Darul Hadis, 1993.
Audah Abdul Qodir, Al Tasyri’ Al Jana’i, Beirut: Darul Kutub Al’Arabi, tt.
Abbas Taqiyyudin Abu, As Siyasah AsSyar’iyyah, Saudi Arabia: Kementerian
Islam dan Wakaf dan Dakwah, 1997.
Asad Ilyas, Teologi Lingkungan, Yogyakarta: Kementrian Lingkungan Hidup, Dan
Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2011.
Alfiah Binti, Fungsi Ekologis Manusia Dalam Perspektif Islam, Lampung: Fakultas
Ushuluddin, 2014.
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi, Beiirut, Dar al-Fikr, Juz VII,
Al-Maraghi Mustafa Ahmad, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, (Semarang: Toha Putera,
1995),
Ade Pradiansyah, https://islami.co/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-205-tuhan-tidak-
menyukai-kerusakan-terjadi-di-bumi/tanggal senin, kamis ,29 september
2022,jam 02:22 WIB
As-Sa’yu bermakna berjalan dengan dengan cepat, dan as-sa’yu juga bermakna
kasab (usaha) dan kerja. Allah ta’ala berfirman ‫ومن أراد األخرة وسعى لها‬
‫“سعيها‬siapa yang menginginkan kehidupan akhirat dan menempuh (bekerja)
untuknya dengan jalannya...”(Qs. Al-Isro/17: 19) Ar-Razi Fakhr ad-Din,
Tafsir al-Kabir, Beirut, Dar al-Fikr, Juz IV,
Ash-Shiddieqy Hasbi,Tafsir Al-Qur’an majid An-Nur jil 2 (Jakarta: Cakrawala
Publising, 2011)
Al-Syaukani Muhammad bin ’Ali bin Muhammad, Fath Al-Qodir, ed. Yusuf al-
Ghus (Beirut: Libanon: Dar al-Ma’rifah, 2007),
Ar-Razi Fakhr ad-Din, Tafsir al-Kabir, Beirut, Dar al-Fikr, Juz IV,
Bathol Ibnu, Syarah Shahih Bukhori, Riyadh: Maktabah Ar Rusydi, t.t.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Pelita III: 1979/1980.
Hufad Achmad, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Hanbal Imam Ahmad bin, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut: Muassasah
Risalah, 2001.
Hamka (Haji Abdullah Malik Karim Amrullah), Tafsir Al-Azhar Juz 25-26 (Jakarta:
Pustaka Panjimas, tt.)
Hadi P. Hardono, Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organism White Head,
Cet Ke-7, Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemah, Jakarta: Penerbit Wali, 2012.
Katsir, Ibnu , Tafsri Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Aplikasi)
Khasinah Siti, Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat, Jurnal
Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, 2013.
Mudzakkir, Studi-Studi Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2009.
Mufid Sofyan Anwar, Manusia Ditinjau dari Berbagai Aspek, Bandung: Penerbit
Nuansa.
Mufid Sofyan Anwar, Ekologi Manusia Dalam Perspektif Sektor Kehidupan Dan
Ajaran Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Nawawi Hadari, Hakekat Manusia Menurut Islam, Surabaya: Al-Ikhlas Indonesia,
1993
Nasution Muhammad Yasir, Manusia Menurut Al-Ghazali, Jakarta: Rajawali, 1988.
Ozdemir Ibrahim, “Towards an Understanding of Environmental Ethics from a
Qur'anic Perspective”, dalam Richard C. Foltz, at all (eds.), Islam and
Ecology: A Bestowed Trust, Massachusetts: Harvard University Press, 2003.
Ramly Nadjamuddin, Islam Ramah Lingkungan Konsep dan Strategi Islam dalam
Pengelolaan, Pemeliharaan, dan penyelamatan Lingkungan, Jakarta:
Grafindo Khazanah Ilmu.
Rusdiana, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Bandung: Pustaka Tresna Bhakti, 2012.
Rusdina A, Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan
Pengelolaan Lingkungan Yang Bertanggung Jawab, ISSN 1979-8911: 2015)
Volume IX.
Susilo Rahmad K.Dwi, Sosiologi Lingkungan & Sumber Daya Alam, Yogjakarta:
ArRuzz Media, 2012.
Soegiarto Eddy, Metodologi Penelitian dan Penulisan Ilmiah, Jakarta:
INDOCAMP, 2018.
Sukardi, Pelestarian Lingkungan dalam Prespektif Al-Qur’an , Jakarta: UIN Syarif
Hidaytullah, 2002.
Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan : Metode, Pendekatan dan Jenis , Jakarta:
Kencana, 2019 Cet. Ke-1.
Srijders Adelbert, Antropologi Filsafat Manusia, Produk Dan Seruan, Yogyakarta:
Kanisius, 2008.
Shihab M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an (Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan
Umat), Bandung: Mizan, 2013.
Setiadi Elly M, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2012.
Soemarwoto Otto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2009.
Syadili Ahmad, Qur’an dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup, Yogyakarta:
Lembaga Studi Filsafat Islam (LESFI), 1992.
Shihab M.Quraish, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2004.
Setiawan Nur Kholis, Pribumisasi Al-Qur’an, Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2012.
Tasmara Toto, Menuju Muslim Kaffah, Menggali Potensi Diri, Jakarta: Gema
Insane Press, 2000.
Tatik Maisaroh, Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al Qur’an Bandar
Lampung: Perpustakaan UIN Raden Intan Lampung, 2017.
Tajuddin Imam ‘Abd al-Wahhab bin as-Subky, Jam’ul Jawami’, Singapur,
Sulaiman Mar’I, Juz I
RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Data Pribadi
Nama : Egi
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 26 April 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat Lengkap : Jln. Kp Pakis Rt/Rw 02/04 Desa. Rawa Kalong Kec.
Gunung Sindur Kab. Bogor
Email : Muhammadegi@Gmail.Com
Fb : Muhammad Egi
B. Riwayat Pendidikan
1. SDN Nusa Indah
2. MTS Asyafi’iyah 06
3. SMK Telekom
4. STAI Nurul Iman Parung Bogor
C. Pengalaman Organisasi
1. Futsal
2. Panitia 17 Agustus Kemerdekaan
3. Marching Band
4. Pencak Silat Cimande Tari Kolot Cabang Bogor
D. Jabatan Struktural
1. Keamanan Kelas 11 SMA
2. Kebersihan kelas 12 SMA

Anda mungkin juga menyukai