Anda di halaman 1dari 109

i

ii
iii
iv
MOTTO

،َ‫ّللا‬ َ ‫سأ َ ْل‬


ٰ ‫ت فَا ْسأ َ ِل‬ َ ‫ّللاَ ت َِجدْهُ ت ُ َجا ه ََك ِإذَا‬ ْ َ‫ّللاَ يَحْ ف‬
ٰ ‫ ا ْح ِظ‬،‫ظ َك‬ ٰ ‫ اِ ْحفَ ِظ‬: ‫ت‬ َ ُ ‫ ِإنِ ْي أ‬: ‫غالَ ُم‬
ٍ ‫ع ِل ُم َك َك ِل َما‬ ُ ‫يَا‬

َ ‫َو ِإذَاا ْستَعَ ْن‬


ِ ٰ ‫ت فَا ْست َ ِع ْن ِب‬
.‫اّللا‬

Artinya: “ Wahai pemuda! Aku hendak mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah

Allah maka Ia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan

mendapati-Nya bersamamu, bila engkau memohon sesuatu, mohonlah

kepada-Nya, bila engkau meminta pertolongan, minta tolonglah kepada

Allah.”

(HR. Tirmidzi No. 2516)

v
PERSEMBAHAN

Puji syukur atas rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dalam rangka memenuhi tugas dan syarat sebagai untuk memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag). Skripsi ini dipersembahkan sebagai ungkapan rasa

hormat dan cinta yang tulus kepada:

1. Yang tercinta ayahanda Pajar dan ibunda Dasita, yang besar harapannya

kepada penulis, selalu mendo’akan dan selalu memberi semangat dan

pengorbanannya untuk penulis.

2. Untuk kedua adik kecilku yang menjadi semangat hidup ku semoga selalu

dalam lindungan Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Untuk Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam dan Prodi tercinta yaitu Ilmu

Hadis.

vi
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللاِ ه‬
‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam

yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas limpahan rahmat, hidayah

serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Dan

Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan terbaik Nabi

Muhammad SAW. serta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir

zaman.

Skripsi “Tradisi Gelang Jimat Pada Bayi (Studi Kasus di Desa Lubuk

Tampui Kecamatan Penukal Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

(PALI))” ditulis berdasarkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Agama (S.Ag) dalam Program Studi Ilmu Hadis. Penulis menyadari dalam

proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak-pihak yang telah membantu

memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang dengan penuh kasih sayang-Nya selalu memberikan nikmat

sehat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Yang tercinta ayahanda Pajar dan ibunda Dasita, yang besar harapannya

kepada penulis, selalu mendo’akan dan selalu memberi semangat dan

pengorbanannya untuk penulis i love you more.

vii
3. Untuk kedua adik kecilku yang menjadi semangat hidup ku semoga selalu

dalam lindungan Allah SWT.

4. Ibu Prof. Dr. Nyayu Khadijah, S. Ag, M. Si, selaku Rektor UIN Raden Fatah

Palembang.

5. Bapak Prof. Dr. Ris’an Rusli, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang.

6. Bapak H. John Supriyanto, M.A, dan Bapak Adriansyah NZ, M.A , yang telah

membimbing dan selalu memotivasi penulis sehingga terselesaikannya skripsi

ini. Semoga jerih payah Bapak dalam meluangkan waktunya dengan penuh

keikhlasan dan kesabarannya dicatat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai

amal mulia yang bernilai ibadah.

7. Bapak Almunadi, M.A, selaku Ketua Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin

dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang yang telah memberikan

pengarahan selama penyusunan studi di Prodi Ilmu Hadis.

8. Seluruh Dosen Prodi Ilmu Hadis yang telah memberi semangat selalu kepada

kami mahasiswa Ilmu Hadis dan dengan sabarnya membimbing kami selama

masa kuliah di Prodi Ilmu Hadis.

9. Seluruh dosen, staf karyawan dan staf administrasi Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang.

10. Lembaga perpustakaan baik di perpustakaan pusat UIN Raden Fatah

Palembang maupun di perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

yang telah memebrikan fasilitas melakukan studi kepustakaan.

viii
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan


skripsi. Hal ini dikarenakan banyak istilah Arab, baik berupa nama orang, nama
tempat, judul buku, nama lembaga, istilah keilmuan dan lain sebagainya, yang
aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus disalin kedalam bahasa Indonesia.
Dalam proses transliterasi ini, Fakultas Ushuluddin menggunakan pedoman
kesesuaian antara bunyi (cara pengucapan) dan penulisan ejaan lainnya. Ini
dimaksudkan, mnnjaga eksistensi bunyi yang sebenarnya - sebagaimana yang
termaktub dalam al-Qur’an dan Hadits, sekaligus untuk tidak membingungkan
pembaca, kecuali beberapa hal sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Berikut
pedoman transliterasi khusus penulisan huruf Arab yang dialih bahasakan kedalam
huruf latin.
A. Konsonan

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia


‫ا‬ = a ‫ز‬ = z ‫ق‬ =
q
‫ب‬ = b ‫س‬ = s ‫ك‬ =
k
‫ت‬ = t ‫ش‬ = sy ‫ل‬ =
l
‫ث‬ = ts ‫ص‬ = sh ‫م‬ =
m
‫ج‬ = j ‫ض‬ = dh ‫ن‬ =
n
‫ح‬ = h ‫ط‬ = th ‫و‬ =
w
‫خ‬ = k ‫ظ‬ = zh ‫ه‬ =
h
‫د‬ = d ‫ع‬ = ‘ ‫ء‬ =
`
‫ذ‬ = dz ‫غ‬ = gh ‫ي‬ =
y

x
‫ر‬ = r ‫ف‬ = f

B. Konsonan Rangkap

Konsonan lengkap (tasydid) ditulis lengkap bila merupakan huruf asli.


Demikian pula tasydid karena dimasuki kata sandang ‫( ال‬alif lam).
Contoh:
‫ُم َق ِّد َمه‬ = muqaddimah
‫َّروَرُه‬
ُ ‫اَلض‬ = ad-Daruurah

C. Vokal

1. Vokal Tunggal
_َ__
َ = a (fathah)
ِّ
_َ__ = i (kasrah)
_َ__
ُ = u (dhammah)
2. Mad atau vokal panjang
‫ـَا‬ = aa (a panjang) ‫قال‬ qaala
‫ـَى‬ = ii (i panjang) ‫قولوا‬ quuluu
‫ـُو‬ = uu (u panjang) ‫قيل‬ qiila

Nb. Khusus untuk nama orang, nama tempat, Allah, dan Rasulullah, huruf
mad-nya tidak digunakan.
Contoh: Al-Atsqalani – Bukhari – Allah – Rasulullah
Madinah dll Kalau ditulis Imam Bukhari, kata Imam juga tidak perlu di
mad-kan
3. Diftong atau vocal rangkap

‫= ـَ و‬ au (a dan u) Lff -
‫= ـَ ي‬ ai (a dan i)
D. Kata Sandang ‫( ال‬alif lam)
Kata sandang Arab ‫(ال‬alif lam) pada awal kata Qamariyah tetap ditulis al,
sedangkan kata sandang tjl (alif lam) pada awal kata Syamsiyah tetap ditulis sesuai
dengan huruf awalnya. Contoh:
َّ = as-Syams
‫الشمس‬
‫الَق َم ُر‬ = al-Qamar

xi
‫ = الضرورة‬ad-Dharurah
E. Ta’Maftuuhah (‫ )ت‬dan Ta’Marbuuthah (‫)ة‬

1. Ta’Maftuuhah (‫)ت‬yang hidup atau mendapat harakat dhammah, fat’ah, atau


kasrah ditransliterasikan dengan “t”. Contoh:
‫ =بيت املال‬BaitulMaali
2. Transliterasi terhadap kata yang berakhiran ta’ marbuuthah ( ‫)ة‬
Dilakukan dengan dua bentuk sesuai dengan fungsinya sebagai shifah
(modifier) atau idhaafah (genitive).Untuk kata yang berakhiran ta’ marbuuthah
(S) yang berfungsi sebagai mudhaaf atau berfungsi sebagai mudhaaf ilaih, maka
“‫ ”ة‬ditransliterasikan dengan “h”. Sementara yang berfungsi sebagai mudhaf,
maka, “‫ ”ة‬ditransliterasikan dengan “t”. Contoh:

‫طريقة‬ = Thariiqah
‫= اجلاميعة اإلسالمية‬ al-Jami ‘atul islaamiyyah
‫وحدةاملسلمني‬ = Wihdatul Muslimiin

F. Ya al-Nisbah ditulis dengan menulis huruf “y” dua kali. Contoh:

‫= األموية‬ al-Umawiyyah
Kecuali yang sudah baku dalam bahasa Indonesia, seperti Qadariah, maka
ditulis dengan akhiran “ah”.

G. Khusus untuk nama orang yang memakai kata‫هللا‬dan‫الذين‬ditulis


bersambung dan tidak perlu di-mad-kan
Contoh: Ubaidullah tetap ditulis Ubaidullah
Badruddin tetap ditulis Badruddin
H. Penulisan kata ‫بن‬dan ‫ابن‬adalah ibn atau Ibnu

I. Huruf miring (Itilac) digunakan di dalam penulisan kata-kata asing dan


jabatan-jabatan yang menggunakan istilah bahasa Arab.

J. Huruf capital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan
permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal kata sandang nya.
Contoh :
‫وهللا بكل ء شي ءعليم‬ = Wallahu bikulli Syai’in aliim

xii
ABSTRAK

Skrisi ini berjudul “Tradisi Gelang Jimat Pada Bayi Di Desa Lubuk
Tampui (Studi Living Hadis)” Sisa kepercayaan animisme dan dinamisme,
kepercayaan mengEsakan Allah SWT sering menjadi tidak murni karena tercampur
dengan penuhanan terhadap benda-benda yang dianggap keramat, baik benda mati
maupun benda hidup. Arti keramat disini bukan hanya sekedar mulia, terhormat,
tetapi memiliki daya magis, sebagai sesuatu yang sakral bersifat illahiyah. Dalam
tradisi jawa terdapat berbagai jenis barang yang dikeramatkan. Ada yang disebut
azimat, pusaka, dalam bentuk tombak, keris, ikat kepala, cincin, batu akik, jimat
kalung, jimat gelang, dan lainnya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (Field research)
menggunakan jenis data penelitian kualitatif, sumber data primer objek penelitian
ini adalah dukun bayi, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang mempunyai anak
bayi. Data sekunder penelitian ini dari buku, jurnal, dan beberapa dari hasil
penelitian lainnya.
Hasil penelitian ini yaitu tradisi gelang jimat pada bayi di Desa Lubuk
Tampui merupakan tradisi peninggalan nenek moyang, yang apabila seorang ibu
melahirkan anaknya akan dipakaikannya gelang jimat untuk bayi tersebut guna
untuk penjagaan bayi dan menjauhkan bayi dari berbagai macam penyakit yang
mana dipakaikannya pada bayi umur 0-1 tahun. Terkait hadis yang penulis angkat
dalam skripsi ini yaitu hadis tentang ruqyah (azimat, jampi dan penangkal), semua
narasumber yang penulis wawancarai tidak mengetahui adanya hadis tersebut, akan
tetapi mereka berpegangan kalau berdoa, meminta pertologan kecuali selain kepada
Allah SWT itu syirik dan tidak boleh dilakukan.Pandangan masyarakat tentang
gelang jimat pada bayi yaitu ada dua macam pertama tidak memperbolehkan
sepenuhnya memakai jimat untuk bayi, kedua jimat untuk bayi itu boleh itu tidak
syirik asal dibuatnya dengan cara yang benar dan tidak menyimpang atau meminta
kepada selain Allah SWT. Dan lagi jimat untuk bayi ini sudah menjadi adat
masyarakat Desa Lubuk Tampui yang sudah ada sejak zaman nenek moyang yang
mana adat ini belum pernah ditinggalkan.

Kata kunci : Tradisi, Jimat, Living Hadis

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang masalah ....................................................................... 1
b. Rumusan masalah dan batasan masalah ............................................... 5
c. Tujuan dan kegunaan ........................................................................... 6
d. Kajian pustaka ...................................................................................... 7
e. Kerangka Teori ..................................................................................... 9
f. Metode penulisan ................................................................................. 15
g. Sistematika penulisan ........................................................................... 20

BAB II SEPUTAR TENTANG JIMAT


a. Pengertian jimat dan macam-macam jimat bayi .................................. 22
1. Pengertian jimat ............................................................................. 22
2. Macam-macam jimat...................................................................... 23
3. Teori tentang syirik ........................................................................ 26
b. Dalil Al-Qur’an dan Hadis terkait tentang jimat .................................. 30
1. Dalil Al-Qur’an .............................................................................. 30
2. Hadis terkait tentang jimat ............................................................. 33

xiv
BAB III PENYAJIAN DATA
a. Sejarah singkat Desa Lubuk Tampui ................................................... 39
b. Letak geografis Desa Lubuk Tampui ................................................... 40
1. Keadaan tanah Desa Lubuk Tampui .............................................. 41
2. Keadaan penduduk dan mata pencarian ......................................... 42
3. Tingkat pendidikan......................................................................... 45
c. Keadaan agama Desa Lubuk Tampui .................................................. 47
d. Tradisi dan budaya yang ada di Desa Lubuk Tampui .......................... 49

BAB IV ANALISIS DATA TRADISI GELAMH JIMAT PADA BAYI DI


DESA LUBUK TAMPUI
a. Bagaimana fenomena tradisi gelang jimat yangdipakaikan pada bayi
di Desa Lubuk Tampui ......................................................................... 53
b. Bagaiman dalil tradisi gelang jimat pada bayi ..................................... 55
c. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap dalil tersebut .................. 57

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan .......................................................................................... 66
b. Saran..................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

a. Tabel 1 : Silsilah kepemimpinan Desa Lubuk Tampui ........................ 40


b. Tabel 2 : Keadaan tanah Desa Lubuk Tampui ..................................... 42
c. Tabel 3 : Keadaan penduduk Desa Lubuk Tampui .............................. 44
d. Tabel 4 : Keadaan mata pencarian masyarakat Desa Lubuk Tampui .. 45
e. Tabel 5 : Tingkat pendidikan masyarakat Desa Lubuk Tampui .......... 46

xv
f. Tabel 6 : Sarana pendidikan mayarakat Desa Lubuk Tampui ............. 48
g. Tabel 7 : Jumlah penduduk penganut agama di Desa Lubuk Tampui . 48
h. Tabel 8 : Sarana peribadatan masyarakat Desa Lubuk Tampui ........... 49
i. Tabel 9 : Jawaban Responden .............................................................. 53

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sisa kepercayaan animisme dan dinamisme, kepercayaan

mengEsakan Allah SWT sering menjadi tidak murni karena tercampur

dengan penuhanan terhadap benda-benda yang dianggap keramat, baik

benda mati maupun benda hidup. Arti keramat disini bukan hanya sekedar

mulia, terhormat, tetapi memiliki daya magis, sebagai sesuatu yang sakral

bersifat illahiyah. Dalam tradisi jawa terdapat berbagai jenis barang yang

dikeramatkan. Ada yang disebut azimat, pusaka, dalam bentuk tombak,

keris, ikat kepala, cincin, batu akik, jimat kalung, jimat gelang, dan lainnya.

Begitu juga kuburan ataupun petilasan-petilasan, pada hari tertentu,

dipandang memiliki barokah atau juga bisa membawa kesialan. Barang-

barang, benda ataupun orang-orang keramat itu dipandang sebagai

penghubung (wasilah) dengan Allah SWT. Oleh karena itu, bacaan doa-doa

tertentu berubah menjadi mantra, ayat-ayat suci Al-Qur’an atau huruf-huruf

Arab menjadi rajahan yang diyakini memiliki nilai yang sangat berarti,

bukan dari makna yang terkandung didalam ayat-ayat itu melainkan dari

daya gaibnya. Demikian juga Al-Qur’an tidak dibaca, dipahami, dihayati

arti dan maknanya sebagai petunjuk hidup yang diberikan Allah SWT

kepada manusia, tetapi dipandang sebagai azimat.1

H. Abdul Jamil, Abdurrahman Ma’ud, dkk, Islam dan kebudayaan Jawa, Yogyakarta,
1

Gama Media, 2000, Hlm. 124-125.

1
2

Beberapa kepercayaan atau tradisi animisme dan dinamisme yang

masih dilakukan masyarakat adalah pemakaian gelang jimat. Gelang jimat

ini di berikan kepada bayi yang baru lahir, hal ini juga terjadi pada

masyarakat Lubuk Tampui yang masih banyak melakukan praktik gelang

jimat kepada anak bayinya, mereka meyakini jimat gelang itu dapat

menyembuhkan penyakit yang diderita anak tersebut dan bisa menangkal

dari segala marabahaya. Sebagaimana penjelasan dalam hadis 2 berikut :

َّ ‫صالِّ ٍح‘ َعن َعب ِّد‬


‫الرحَ ِّن‬ َ ‫اويَةُ ب ُن‬
ِّ َّ‫ح َّد ثَِِّن أَبوالط‬
ٍ ‫ أَخ َََبََناب ُن َوه‬.‫اه ِّر‬
ِّ ‫ أَخ َََبِِّن ُم َع‬.‫ب‬ ُ َ

‫ ُكنَّا نَـرقِّى ِِّف اجلَا ِّهلِّيَّ ِّة‬: ‫ال‬ ٍ ِّ‫ف ب ِّن مال‬
َ َ‫ ق‬.‫ك األَ ش َجعِّ ِّى‬ َ
ِّ ‫ َعن َعو‬،‫ب ِّن جب ٍي‘ َعن أَبِّ ِّيه‬
َُ

‫س‬
َ ‫واعلَ َّى ُرقَا ُكم الَ ََب‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ اع ِّر‬: ‫ال‬ َ ِّ‫ف تَـ َرى ِِّف ذَ ل‬
َ ‫ك‘ فَـ َق‬ ِّٰ ‫فَـقُلنَا َي رسو َل‬
َ ‫ َكي‬. ‫الل‬ َُ َ

.‫ِِّب ُّلرقَى َما ََل يَ ُكن فِّ ِّيه ِّشرك‬

Artinya : “Abu Ath-Thahir menceritakan kepadaku, Ibnu Wahb


mengabarkan kepada kami, Mu’awiyah bin Shalih
mengabarkan kepadaku dari Abdurrahman bin Jubair, dari
ayahnya, dari Auf bin Malik Al Asyja’i, ia berkata, “ kami
biasa melakukan ruqyah (menjampi) pada masa jahiliyah, lalu
kami bertanya (kepada Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam), ‘ Wahai Rasulullah ! Bagaimana pendapatmu
tentang hal itu?’ Beliau menjawab, ‘peragakanlah
(tunjukkanlah) ruqyah-ruqyah (jampi-jampi) kalian itu di

2
Menurut ulama, Hadis adalah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik
perkataan, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi SAW, M. Agus Solahudin dan Agus
Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung, Pustaka Setia, 2009, Hlm. 15.
3

hadapanku. Tidak apa-apa menggunakan ruqyah (jampi)


selama tidak mengandung syirik”. (Syarah Shahih Muslim
buku 14, Kitab Salam No. 22)
Adapun keterangan sababul wurud dari hadis di atas adalah ruqyah

artinya azimat, jampi, penangkal. Penangkal banyak digunakan pada zaman

Jahiliyah. Oleh sebab itu para sahabat banyak yang bertanya bagaimana

hukum ruqyah ini menurut Islam. Rasulullah SAW memberikan kaidah

pembatasan: selama tidak mengandung syirik atau berbau syirik atau

bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam tidak terlarang.3

Ada beberapa orang dari kalangan ulama dan pakar menggariskan

beberapa syarat sebagai rujukan kualikasi ruqyah (pengobatan) yang

diperbolehkan oleh syariat. Di antaranya : 1) Hendaknya berasal dari

kitabullah, Sunnah Rasulullah SAW, atau doa-doa yang mubah yang

mengandung makna ketergantungan kepada Allah SWT semata, tidak ada

sekutu bagi-Nya dalam penggapaian kebaikan atau menepis kejelakan, dan

tidak ada sekutu bagi-Nya dalam penyembuhan dari Allah SWT, 2)

Hendaknya tidak mengandung ungkapan yang tidak terpahami yang

berbentuk kode-kode, rumus dan lainnya, 3) Hendaknya menggunakan

bahasa Arab, karena dikhawatirkan bahasa selain Arab mengandung

kekeliruan dan kesalahan dalam doa, dan unsur ketergantungan yang tidak

boleh dilakukan sementara itu tidak diketahui pemakainya, 4) Tidak

diyakini kesembuhan langsung terdapat dan berasal darinya. Tetapi ia

3
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud Latar Belakang
Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul, diterjemahkan oleh H. M. Suwarta Wijaya, B.A dan Drs.
Zafrullah Salim, Jakarta, Kalam Mulia, Cetakan keduabelas, November 2011, jilid 1 Hlm. 214-215.
4

hanyalah faktor perantara semata, sementara yang menyembuhkaan

hanyalah Allah SWT., 5) Hendaknya orang yang meruqyah termasuk orang

yang mengimani Allah SWT sebagai Rabb, Illah, terutama mengikuti bahwa

daya dan kekuatan hanya milik Allah SWT, 6) Hendaknya peruqyah bukan

dari kalangan orang sesat, menyimpang dan suka bergantung dengan selain

Allah SWT dan mendekatkan diri kepada setan-setan daan jin-jin yang

melalui berbagai cara ibadah dan ketundukan, dan 7) Hendaknya ruqyah

tidak dilakukan dengan cara-cara atau metode yang diharamkan atau pun

cara bid’ah, seperti misalnya ruqyah dilakukan di jamban atau kuburan. 4

Lebih lanjut al-Khathabi menuturkan, ruqyah yang dilarang adalah

ruqyah yang tidak menggunakan bahasa Arab. Sementara maksudnya tidak

diketahui: apakah disisipi dengan sihir atau kekufuran. Adapun ruqyah-

ruqyah yang dipahami maksudnya, bahkan di dalamnya ada zikir kepada

Allah SWT, maka itu dianjurkan.5

Berangkat dari fenomena praktik keagamaan yang terjadi di

masyarakat, penulis mengambil penelitian di Desa Lubuk Tampui, karena

masyarakatnya masih lekat dengan budaya-budaya asli setempat serta

belum tercampur oleh budaya masyarakat di daerah lain. Penulis merasa

tertarik untuk meneliti terkait gelang jimat yang dipakaikan pada bayi oleh

masyarakat Lubuk Tampui apakah benar dengan adanya gelang jimat

tersebut penyakit yang diderita bayi benar-benar sembuh, bagaimana

4
Thias Arisiana, Hadis-Hadis Tentang Ruqyah Syar’iyyah (Kajian Ma’anil Hadis), dalam
Junal.stit-almuslihuun.ac.id , Vol 1 No 1, September 2019, Hlm. 9-10.
5
Yusuf Al-Qaradhawi, Tuntas Memahami Halal dan Haram, Jakarta, Qalam, Cetakan 1,
2017, Hlm. 366.
5

fenomena tradisi gelang jimat bayi ini, bagaimana dalil tradisi gelang jimat

pada bayi di Desa Lubuk Tampui dan bagaimana pandangan masyarakat

Lubuk Tampui terhadap dalil tersebut. Terkait dengan hadis yang penulis

angkat Rasulullah SAW berkata Tidak mengapa dengan jampi selama

bukan perbuatan syirik.

Dan di sini penulis mendapati gelang jimat yang dipakaikan pada

bayi oleh orang tua di Desa Lubuk Tampui tersebut sebelum dipakaikannya

pada bayi dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan ada juga orang tua yang anak

nya sudah besar pun masih dipakaikan jimat tapi isi dari jimat tersebut yang

katanya berupa Sholawat Nabi SAW yang diberikan secara turun temurun

tetapi jimat ini bukan berupa gelang ataupun kalung tapi Cuma selembar

kertas yang katanya berisikan Sholawat Nabi SAW. Beranjak dari fenomena

yang terjadi di Desa Lubuk Tampui ini penelitian ini termasuk dalam Kajian

Living Hadis yang berjudul Tradisi Gelang Jimat Pada Bayi Di Desa

Lubuk Tampui (Studi Living Hadis).

A. Rumusan Masalah

1. Rumusan Masalah

Agar pembahasan pada rumusan masalah tidak meluas maka perlu

di batasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana fenomena tradisi gelang jimat yang dipakaikan pada

bayi di Desa Lubuk Tampui?

2. Bagaimana dalil tradisi gelang jimat pada bayi di Desa Lubuk

Tampui ?
6

3. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap dalil tersebut?

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan

Dari penelitian diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui fenomena tradisi gelang jimat yang dipakaikan pada

bayi di desa Lubuk Tampui,

2. Untuk mengetahui dalil tradisi gelang jimat di desa Lubuk Tampui,

3. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap dalil tradis gelang

Jimat pada bayi di desa Lubuk Tampui.

Kegunaan

1. Secara teoritis, penelitian ini sebagai sumbangan akademik khusus nya

dalam kajian hadis, serta pada umumnya dalam kajian keislaman. Secara

khusus kajian ini berguna bagi peminat kajian hadis sebagai contoh dan

bentuk lapangan yaitu Living Hadis yang mengkaji fenomena yang

hidup dan melekat di masyarakat, lembaga formal ataupun non formal

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Secara akademik, hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar kesarjanaan dalam lingkungan Fakultas ushuluddin

dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang. Khususnya pada

Jurusan Ilmu Hadis. Dan penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan

penelitian lebih lanjut guna memenuhi wawasan dan pengetahuan.


7

C. Kajian Kepustakaan

Kajian yang bersinggungan dengan tema ini masih belum banyak

diteliti khusus nya dalam Kajian Living Hadis. Penulis lebih banyak

menemukan dalam bentuk Kajian Living Qur’an terkait tentang Jimat. Akan

tetapi melihat dari penelitian sebelumnya, sampai saat ini penulis belum

menemukan penelitian secara spesifik yang mengarah pada Living Hadis

yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lubuk Tampui terkait Tradisi Gelang

Jimat Pada Bayi.

Adapun pembahasan-pembahasan terdahulu, penulis menadapatkan

banyak informasi yang bisa dijadikan dasar pijakan dan rekomendasi.

Berikut beberapa Skripsi, Tesis dan Journal yang penulis temukan :

Tesis yang ditulis oleh Yadi Mulyadi yang berjudul “Al-Qur’an dan

Jimat”, Tesis tersebut membahas kajian mengenai fenomena jimat yang

dipraktikan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten yang

termasuk Kajian Living Qur’an.6

Skripsi yang ditulis oleh M. Assyafi’ Syaikhu Z yang berjudul

“Karomahan (Studi Tentang Pengamalan Ayat-Ayat Al-Qur’an

Karomahan di Padepokan Macan Putih Kecamatan Baron Kabupaten

Nganjuk”, yang membahas tentang bagaimana praktek Karomahan di

6
Yadi Mulyadi, Al-Qur’an dan Jimat, Tesis, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2017.
8

Padepokan Macan Putih Kecamatan Baron Nganjuk dan apa makna dan

fungsi penggunaan ayat al-Qur’an dalam praktek Karomahan tersebut.7

Skripsi yang ditulis oleh Diana Fitri yang berjudul “Simbolisme Al-

Qur’an Sebagai Rajah (Studi Terhadap Rajah Rabu Pungkasan di Pondok

Pesantren Wasilatul Huda Kendal)”, yang membahas bagaimana praktik

penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai Rajah di Pondok Pesantren

Wasilatul Huda, bagaimana pemaknaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam Rajah

dan bagaimana totalitas fenomena dalam perspetif Raja Rabu Pungkasan.

Rajah (merupakan suratan, gambaran atau tanda yang dipakai sebagai

azimat).8

Skripsi yang ditulis oleh Agidea Sarinastiti yang berjudul “Tradisi

Pengalungan Benang Jimat Pada Bayi Di Dukuh Mudalrejo Desa

Kedungsari kecamatan Gebog Kabupaten Kudus”, yang membahas

bagaimana Tradisi Pengalungan Benang Jimat Pada Bayi Di Dukuh

Mudalrejo Desa Kedungsari kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dan

bagaimana pandangan masyarakat mengenai tradisi tersebut.9

Journal yang ditulis oleh Anwar Mujahidi yang berjudul “Analisis

Simbolik Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Sebagai Jimat Dalam

Kehidupan Masyarakat Ponorogo”, yang tujuannya untuk mengetahui

7
M. Assyafi’ Syaikhu Z, Karomahan (Studi Tentang Pengamalan Ayat-Ayat Al-Qur’an
Karomahan di Padepokan Macan Putih Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk,Skripsi, Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta, Surakarta, 2017.
8
Diana Fitri, Simbolisme Al-Qur’an Sebagai Rajah (Studi Terhadap Rajah Rabu
Pungkasan di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kendal), Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2018.
9
Agidea Sarinastiti, Tradisi Pengalungan Benang Jimat Pada Bayi Di Dukuh Mudalrejo
Desa Kedungsari kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, Skripsi, Fakultas Ushuluddin Dan
Humaniora, UIN Walisongo, Semarang, 2018.
9

ragam ayat Al-Qur’an yang digunakan dalam jimat dan bagaimana

masyarakat memaknainya. 10

Journal yang ditulis oleh Syafi’ul Huda dan Saifuddin Zuhri Qudsy

yang berjudul “ Kontestasi Hadis Azimat Di Masyarakat Online”, yang

membahas apa yang menjadi acuan utama sebagai masyarakat Indonesia di

dunia online yang memicu munculnya kontestasi sikap terhadap

pelestasrian azimat, bagaimana diskursus atau kontestasi azimat di media

online, dan bagaimana landasan teks yang membentuk pemahaman yang

pro dan kontra terhadap azimat di masyarakat online.11

Berdasarkan beberapa tulisan journal, skripsi, dan tesis di atas maka

penulis pastikan bahwa penelitian yang penulis teliti tidak sama dengan

penelitian-penelitian yang ada. Adapun penelitian ini akan membahas

tentang Tradisi Gelang Jimat pada Bayi di Desa Lubuk Tampui Kecamatan

Penukal Utara Kabupaten PALI (Studi Living Hadis).

D. Kerangka Teori

Jimat secara konseptual berkaitan dengan kekuatan supranatural,

yang merupakan dari bagian sistem religi. Sebagaimana definisi religi

menurut J.G. Frazer yang berpedoman bahwa manusia dalam kehidupannya

senantiasa memecahkan berbagai persoalan hidup dengan perantaraan akal

dan ilmu pengetahuan; namun dalam kenyataannya bahwa akal dan sistem

10
Anwar Mujahidin, “Ananlisis Simbolik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an Sebagai Jimat
Dalam kehidupan Masyarakat Ponorogo” dalam Ejournal.radenintan.ac.id, Vol 10, No. 1, Juni
2016, Hlm. 46.
11
Syafi’ul Huda dan Saifuddin Zuhri Qudsy, Kontestasi Hadis Azimat Di Masyarakat
Online, dalam Ejournal.unuja.ac.id, Vol 6, No. 2, Juli-Desember 2019, Hlm. 2.
10

itu sangat terbatas, maka persoalan hidup yang tidak bisa dipecahkan

dengan akal, dicoba dipecahkan dengan melalui magic, yaitu ilmu gaib.12

Di sini penulis memakai teori antropologi. Menurut Bronislaw

Malinowski mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan

fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur

kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan

kata lain pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan

bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap

kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam

suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan

yang bersangkutan.13

Pandangan-pandangan fungsionalisme bukan hanya sinonim bagi

ilmu sosial namun dalam arti lebih luas fungsionalisme juga sinonim dengan

semua ilmu, dalam tafsir para fungsionalis, fungsionalisme adalah

metodologi untuk mengeksplorasi saling ketergantungan, dan

fungsionalisme juga merupakan teori tentang proses kultural yaitu teori

yang menjelaskan mengapa unsur-unsur kebudayaan itu berhubungan

secara tertentu dan mengapa terjadi pola budaya tertentu atau setidaknya

mengapa pola itu bertahan.14

12
Bustanuddin Agus, Agama dalam kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama,
Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, 2006, Hlm. 138.
13
Imam Kristiano, Kesenian Reyog Ponorogo dalam Teori Fungsionalisme, dalam jurnal
e-journal.hamzanwadi.ac.id., Vol.2, No. 1, Juni 2019, Hlm. 9.
14
Intan Sari Devi, Studi Perbandingan Paradigma Fungsionalisme Struktural VS
Strukturalisme Levi-Strauss, dalam jurnal.iainkediri.ac.id, Vol. 2 No. 1, Juli 2018, Hlm. 91.
11

Teori-teori fungsionalisme dalam ilmu antropologi mulai

dikembangkan oleh seorang tokoh yang sangat penting dalam sejarah

antropologi yaitu Bronislaw-Malinowski. Menurut Malinowski, fungsi dari

suatu unsur kebudayaan adalah kemampuannya untuk memenuhi

kemampuan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari pada warga suatu

masyarakat. Teori fungsionalisme mempunyai pendirian bahwa segala

aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu

rangkaian dari sebuah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan

keseluruhan hidupnya.15

Dalam pemikiran Bronislaw-Malinowski mengenai fungsionalisme,

ada beberapa cara kerja teori fungsionalisme menurut Bronislaw-

Malinowski dari versi yang penulis pahami yaitu sebagai berikut ;

1. Melihat budaya sebagai suatu konsep dengan acuan pengertian yang

bersifat universal.

2. Mengkaji fungsi, atau guna, dari unsur-unsur suatu budaya terhadap

budaya masyarakat tersebut secara keseluruhan.

3. Budaya adalah warisan sosiologis bukan warisan biologis. Warisan

sosial ini merupakan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi dan

membentuk personaliti setiap individu yang lahir kedalam masyarakat

tersebut. (kekuatan tersebut antara lain adalah kepercayaan atau agama,

adat-adat tradisional, struktur sosial, dll).

15
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta, UI Press, 1987, Hlm, 171.
12

Menurut Malinowski, fungsi dari suatu unsur kebudayaan adalah

kemampuannya untuk memenuhi kemampuan dasar yaitu kebutuhan

sekunder dari pada warga suatu masyarakat (T.O.Ihroni, 1986:59). Menurut

Malinowski bahwa untuk memperoleh pemahaman yang aktual, peneliti

harus terjun langsung kelapangan kemasyarakat yang menjadi objek

penelitian. Dengan cara yang demikian akan terlihat suatu yang sungguh-

sungguh nyata, aktual dan dapat mengorek hal-hal yang kadang-kadang

tidak tampak oleh pengelihatan peneliti, aliran atau faham yang menentang

cara kerja antropologi belakang meja ini kemudian dikenal dengan aliran

atau faham fungsionalisme, dengan tokohnya Bronislaw Malinowski dan

A.R. Radcliffe Brown, dan secara kebetulan aliran ini muncul dan

berkembang di Inggris atau British Antropology. 16

Dalam perkembangan selanjutnya kedua tokoh tersebut lebih

dikenal sebagai pencetus dan pengajur teori fungsionalisme. Secara singkat

dikemukakan, asumsi-asumsi dasar teori fungsi dalam ilmu antropologi

sebagai berikut :

1. Suatu kesatuan sosial dan budaya adalah salah satu sistem tersendiri

yang terdiri dari unsur-unsur bagiannya.

2. Setiap unsur atau bagian tidak berdiri sendiri, tetapi saling bergantung.

3. Setiap unsur dari bagian ini ada karna memang dibutuhkan.

16
Imam Kristiano, Kesenian Reyog Ponorogo dalam Teori Fungsionalisme...Hlm. 9.
13

4. Keadaan saling bergantung dan terkaitu itu bukan terjadi secara

kebetulan tetapi kejadian keseluruhan berorientasi pada kelangsungan

hidup sistem tersebut secara totalitas.

5. Perubahan pada suatu unsur atau bagian dapat berakibat perubahan atau

berpengaruh pada keberadaan atau bagian-bagian yang lain.

Dalam asumsi-asumsi tersebut, mereka berusaha mengenali ciri-ciri

sistematik suatu kesatuan sosial budaya yang menjadi perhatiannya. Dengan

demikian sesungguhnya masalah yang akan diungkap bukan hanya tentang

“apa”, tetapi yang lebih ditekankan adalah “mengapa” dan “bagaimana”

serta untuk “apa”. Mengapa unsur-unsur atau intuisi-intuisi itu saling

berhubungan, dan bagaimana bentuk keberhubungan itu.

Seperti hal nya penelitian yang penulis teliti saat ini gelang jimat

bayi di desa Lubuk Tampui (PALI), terjadi karena masyarakat desa Lubuk

Tampui ingin menjauhi bayi nya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sebagai

contoh, jika penulis ingin mengungkapkan gelang jimat bayi yang sudah

membudaya di masyarakat tersebut, penulis juga harus mendeskripsikan

bagaimana pemahaman masyarakat setempat terkait gelang jimat bayi yang

sudah membudaya tersebut dan apa faktor pemakaian gelang jimat bayi

tersebut.17

Living Hadis adalah gejala yang nampak di masyarakat berupa pola-

pola perilaku yang bersumber dari hadis Nabi Muhammad SAW. Pola-pola

17
Imam Kristiano, Kesenian Reyog Ponorogo dalam Teori Fungsionalisme... Hlm. 9.
14

perilaku di sini merupakan bagian dari respons umat Islam dalam interaksi

mereka dengan hadis-hadis Nabi SAW. Figur Nabi SAW menjadi tokoh

sentral dan diikuti umat Islam sampai akhir zaman. Maka dari sinilah

muncul berbagai persoalan terkait dengan kebutuhan dan perkembangan

masyarakat untuk mengaplikasikan ajaran Islam sesuai dengan yang

diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks ruang yang

berbeda.18

E. Metode Penulisan

Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan

data.19 Maka dalam hal ini peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

Kualitatif.20 Penelitian ini bercorak kualitatif karena objek penelitian

berupa gejala atau proses yang lebih mudah dijelaskan dengan diskripsi

kata-kata, sehingga dinamiknya dapat ditangkap secara lebih utuh . 21

Dengan melihat studi kasus yang ada di Desa Lubuk Tampui Kecamatan

penukal Utara Kabupaten (PALI). Jenis penelitian ini adalah penelitian

18
Lihat Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Model-model Living Hadis” dalam Sahiron
Syamsuddin Ed., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta, TH Press, 2005,
Hlm 107.
19
Suharimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT Renaka
Cipta, Cet. 5, 2002, Hlm. 194.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan Kombinasi, Bandung. Alfabeta,
2016, Hlm. 9.
21
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gajahmada
University Press, 1995, Hlm. 79.
15

lapangan (Field Research) yang langsung turun ke lokasi guna mendapat

jawaban dari permasalahan.

2. Sumber Data

Ada beberapa sumber data yang digunakan dalam penelitian ini,

antara lain sebagai berikut:

a. Data Primer

Menurut Nyoman Kutha ratna, data primer yang lebih baik

adalah orang yang menguasai permasalahan, yang benar-benar

diperlukan oleh peneliti.22 Dalam hal ini adalah orang yang terlibat

langsung dan bersinggungan di dalam obyek penelitian yakni para

tokoh agama, tokoh masyarakat yang mempunyai anak bayi dan

foto-foto yang ada.

b. Data Sekunder

Data sekunder atau sumber data kedua atau tambahan dalam

penelitian ini adalah literatur yang mendukung pembahasan

penelitiaan ini, seperti kajian yang berkenaan dengan penelitian

baik dari buku, jurnal, dan sumber penelitian lainnya.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Lubuk Tampui Kecamatan

Penukal Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).

22
Nyoman Kutha Ratna, Metode Penelitian Kajian Budaya dan Sosial Humaniora pada
Umumnya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010, Hlm. 228.
16

b. Waktu Penelitian

Waktu dilaksanakannya penelitian tentang tradisi gelang

jimat pada bayi di Desa Lubuk Tampui ini dari bulan September

2021 sampai Desember 2021.

4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang menjadi

perhatian peneliti. Nana Sudjana dan Dr. Ibrahim MA, mengatakan

populasi maknannya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat

diperolehnya informasi, elemen tersebut bisa berupa keluarga,

individu, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi

dan lain-lain yakni sekumpulan dari sejumlah elemen.23

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa

populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk

diselidiki atau keseluruhan objek yang menjadi sasarn peneliti.

Dengan demikian populasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah masyarakat desa Lubuk Tampui yang berjumlah kurang

lebih 1684 orang.

23
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar Baru,
2001, Hlm. 84.
17

Tabel 1: Penduduk Desa Lubuk Tampui

No Penduduk Jumlah/jiwa Persentsi

1. Laki-Laki 805 47.80

2. Perempuan 879 52.20 %

Jumlah 1684 100 %

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena ia merupakan

bagian dari populasi, tentulah ia harus memiliki ciri-ciri yang

dimiliki oleh populasinya.24 Sampel adalah sebagian objek

populasi yang diteliti. Menurut Sutrisno Hadi sampel adalah

perwakilan atau wakil yang lebih kecil dan keseluruhan. 25

Dengan demikian sampel yang diambil dari keseluruhan

populasi adalah sebanyak 50 orang masyarakat Desa Lubuk

Tampui bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2 : Banyaknya Responden

No Data Populas Jumlah

1. Tokoh Agama 2

2. Dukun Bayi 3

3. Masyarakat yang mempunyai anak bayi 40

Jumlah 45

24
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian....Hlm. 79.
25
Sutrisno Hadi, Statistik Jilid II, Yogyakarta, Andi Offset, 1989, Hlm. 104.
18

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini untuk pengumpulan data yaitu peneliti

memperolehnya dengan melakukan teknik observasi, wawancara,

angket dan dokumentasi, metode yang digunakan pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

a. Observasi Lapangan

Metode observasi adalah pengamatan secara langsung

terhadap gejala-gejala yang diselidiki baik dalam situasi sebenarnya

maupun dalam situasi yang sengaja dibuat secara khusus.26 Adapun

objek penelitian ini adalah Tradisi Gelang Jimat pada Bayi di Desa

Lubuk Tampui Kecamatan Penukal Utara Kabupaten Penukal Abab

Lematang Ilir (PALI).

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.27

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui

wawacara terbuka yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan

26
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung, Tarsito, 1940, Hlm. 93.
27
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara, 1999,
Hlm. 83.
19

pertanyaan antara pewawancara dengan yang diwawancarai.

Penelitian ini dilakukan kepada beberapa informan sebagai

narasumber untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan

masalah penelitian, narasumber yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu tokoh agama, dukun bayi dan orang tua pelaku tradisi

gelang jimat pada bayi di Desa Lubuk Tampui.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah teknik

pengumpulan data yang tersimpan sebagai bahan. Di antaranya

adalah yang meliputi data profil Desa Lubuk Tampui, foto-foto saat

memakaikan gelang jimat pada bayi di Desa Lubuk Tampui dan lain

sebagainya. Selain itu dokumentasi dalam penelitian ini juga

dilengkapi oleh buku-buku dan literatur yang lain terkait dan

relevan dengan penelitian ini. Dengan adanya penelitian ini.

Dengan adanya dokumentasi penulis dapat meneliti dengan

seksama dan menghasilkan dokumentasi yang bermanfaat.

5. Metode Analisi Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama proses

penelitian berlangsung untuk menganalisa informasi-informasi

mengenai Tradisi Gelang Jimat pada Bayi di Masyarakat Desa Lubuk

Tampui dengan menggunakan analisis deskripsi-deskripsi. Adapun

dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis memaparkan data yang

telah diperoleh dari hasil wawancara pada waktu dilapangan yaitu


20

dengan mengklasifikasikan objek penelitian yang meliputi siapa saja

yang melakukan dan mengikuti tradisi tersebut. Apa pemahaman

masyarakat Desa Lubuk Tampui tentang gelang jimat yang dipakaikan

pada bayi, apa faktor/dasar pemakaian gelang jimat pada bayi tersebut,

dan agaimana pandangan masyarakat Desa Lubuk Tampui dengan

Tradisi gelang Jimat pada Bayi.

F. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini lebih terarah dan sistematis maka penulis akan

memaparkan gambaran umum tentang tahapan-tahapan penelitian dengan

sistematika sebagai berikut:

Bab I, didalamnya meliputi latar belakang masalah untuk

memberikan penjelasan apa yang melatar belakangi penelitian ini.

Kemudian rumusan malasah, kemudian tujuan dan kegunaan penelitian,

kajian pustaka, kerangka teori, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II, pada bab ini penulis akan memaparkan tentang pengertian

jimat, macam-macam jimat, dalil Al-Qur’an dan hadis terkait tentang jimat

dan sedikit teori tentang syirik.

Bab III, pada bab ini penulis akan memaparkan profil Desa Lubuk

Tampui, sejarah Desa Lubuk tampui, letak geografisnya, keadaan

keagamaan Desa Lubuk Tampui, Tradisi dan budaya yang ada di Desa

Lubuk Tampui, dan macam-macam nilai budaya.

Bab IV, pada bab empat analisis data. Pada bab ini, akan

menjelaskan bagaimana fenomena tradisi gelang jimat yang dipakaikan


21

pada bayi di Desa Lubuk Tampui, bagaimana dalil tradisi gelang jimat pada

bayi di Desa Lubuk Tampui, dan bagaimana pandangan masyarakat

terhadap dalil tersebut.

Bab V, merupakan bab terakhir dalam pembahasan penelitian ini

yang berisi bagian penutup yang memaparkan kesimpulan dan saran.


BAB II

SEPUTAR TENTANG JIMAT

A. Pengertian jimat secara umum dan macam-macam jimat

1. Pengertian jimat secara umum

Jimat berasal dari bahasa Arab ‘Azimat yang berarti “keagungan”.

Jimat atau tawiz menurut lampu Islam adalah perhiasan (mengandung kertas

bertuliskan sesuatu) yang dianggap melindungi dari kejahatan, bahaya, atau

penyakit. Sementara menurut Ki Sabrang Alam, seorang pakar Mistik

Nusantara, jimat versi orang jawa merupakan kepanjangan dari barang siji

seng kudu keramat (suatu barang yang harus terjaga). Adapun definisinya

adalah ageman spiritual (pegangan spiritual) yang di dalamnya merupakan

kumpulan dari rajah (yang berasal dari) ayat atau doa dari guru sejari. Benda

yang memiliki energi spiritual tersebut bisa berupa bebatuan, gelang, kayu,

cincin, keris, foto, rajah, akar, dan benang.

Jimat juga ditemukan dalam bentuk ruqiyah, mantra atau jampi-

jampi, tamimah: manik-manik yang dikalungkan pada anak-anak untuk

menolak ‘ain, tiwalah : jimat pengasihan, nushroh : untuk mengobati

seorang dari gangguan jin, dan wifiq : rajah yang tersusun dari angka-angka.

Manfaat yang diperoleh dari berbagai jenis dan bentuk jimat ini sangat

banyak sekali, di antaranya adalah untuk penjaga diri/keselamatan, pelaris,

pemikat wanita, pembawa hoki, dan menambah kewibawaan. Ia sudah

22
23

dikenal sejak jaman Nabi SAW karena satu dari sekian bentuk tradisi yang

dimiliki masyarakat jahiliyyah. 1

Kata azimat sendiri dapat ditemukan dalam Al-Qur’an :

‫ني‬ِّ ِّ ُّ ‫اللَ ُُِّي‬ ِّٰ ‫ت فَـتـوَّكل َعلَى‬


ٰ ‫الل ۚ إِّ َّن‬ ِّ
َ ‫ب ال ُمتَـ َوكل‬ َ َ َ ‫فَإذَا َع َزم‬

Artinya :“....Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad (azamta),


maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS.
Ali Imron : 159)
Dalam ayat di atas ditemukan istilah azamta, kalau engkau telah ber-

azam atau membulatkan tekad atau berketetapan hati, kata azamta berasal

dari akar kata yang sama dengan azimat, yaitu azama di mana arti dasarnya

adalah tekad, ketetapan hati, kekuasaan dan sebagainya. Dengan demikian,

berazimat, sekalipun penyebutannya sudah berubah menjadi jimat dapat

memiliki makna positif apabila kita menjadikan Allah SWT. Sebagai tempat

menautkan hati, menautkan tekad dan keyakinan bahwa hanya Dialah yang

dapat memberikan kebaikan dan keburukan, mendatangkan keuntungan

dan kerugian, keselamatan dan kecelakaan. Bukan makhluk atau benda-

benda.2

1
Syafi’ul Huda dan Saifuddin Zuhri Qudsy, Kontestasi Hadis Azimat di Masyarakat
Online, At-Turas: jurnal studi keislaman, Ejournal.unuja.ac.id, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Volume 6, No.2, Juli-Desember 2019, Hlm. 313.
2
Nafa’ana Binuri Ilmi, Azimat Dahsyat Kalimat Tauhid, Yogyakarta, Araska, 2019, Hlm.
12.
24

2. Macam-macam jimat

1. Macam-macam jimat secara umum

Jimat terbagi menjadi dua macam yaitu :

Pertama, yang tidak bersumber dari Al-Qur’an, sebab dari

larangan menggunakan Al-Qur’an sebagai jimat yaitu sebagai

berikut :

1. Dalil yang melarang bersifat umum. Hadis-hadis yang

membicarakannya tidak memberikat pengecualian.

2. Dibolehkannya jimat dari ayat Al-Qur’an akan berdampak pada

pelecehan atau penghinaan Al-Qur’an, pemakainya bisa

membawanya ke tempat –tempat najis atau semacamnya.

3. Dibolehkannya jimat dari ayat Al-Qur’an akan berdampak pada

pengecilan dan penurunan nilai Al-Qur’an dari tujuan

diturunkannya. Sedangkan Allah Subhanahu wa ta’ala

menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk manusia

kepada sesuatu yang lebih lurus dan untuk mengeluarkan

mereka dari berbagai macam kegelapan, bukan untuk dijadikan

sebagai jimat maupun kalung wanita dan anak-anak.

4. Jika dibolehkannya jimat dari ayat Al-Qur’an maka akan

membuka jalan bagi gelang/ kalung jimat dan semacamnya.


25

Karena apabila pintu keburukannya dibuka, sulit untuk ditutup

lagi.3

Kedua, yang bersumber dari Al-Qur’an. Kaum salaf

berbeda dalam dua pendapat; sebagian membolehkan, sebagian

mengharamkannya. Karena dalil yang mengharamkannya jimat

menyatakan sebagai perbuatan syirik dan tidak membedakan

apakah jimat berasal dari Al-Qur’an atau bukan, dengan

membolehkan jimat dari jenis kedua ini, sebenarnya kita telah

membuka peluang penyebaran jimat jenis pertama nyang jelas-

jelas haram. Maka sarana yang dapat menghantarkan kepada

perbuatan haram yang juga mempunyai hukum haram yang

sama dengan perbuatan haram sendiri. Itu juga menyebabkan

ketergantungan hati kepadanya, sehingga pelakunya akan

ditinggalkan oleh Allah SWT dan diserahkan pada jimat

tersebut untuk menyelasaikan masalah.4

Macam-macam jimat bayi di Desa Lubuk Tampui yaitu ada

dua macam sebagai berikut :

1. Jimat ujan panas

jimat ujan panas dibuat dari tumbuhan kering yaitu

tumbuhan jerangau, mengelai, jeruk nipis , sebelum dijadikan

jimat untuk bayi dibacakan surah al-faatiha dan setelah itu

3
Endra K Prihadhi, Makhluk Halus Dalam Fenomena Kemusyrikan, Jakarta, Salemba
Diniyah, Cet. 1, 2004, Hlm. 182.
4
Imam Syaukani, Melusukan Aqidah Islam, Bandung, Mizan, 2001, Hlm. 197.
26

dibacakan padam marak padam mare padam segelek apoi dia

anak budak kecik ikak.

2. Jimat anti sawan

Jimat anti sawan adalah jimat yang dibuat dengan tulisan

salah satunya surah al-falaq dan disertai ucapan kun fayakuun

gunanya untuk menjauhi si bayi dari gangguan setan dan jin,

supaya tidak penangis, dan dijauhi dari dapan budak

(keterlambatan pada bayi).5

B. Teori Tentang Syirik

1. Pengertian Syirik

Syirik berasal dari kata ( ‫ ) أشرك – شركا – إشراكا – يشرك‬yang

artinya bersekutu, berserikat-serikat. Orang yang menyekutukan Allah

SWT itu disebut musyrik. Sedangkan syirik secara istilah adalah

anggapan atau iktikad menyekutukan Allah SWTdengan yang lain,

seakan-akan ada yang Maha Kuasa selain Allah SWT.6

Dari definisi di atas menggambarkan bahwa syirik adalah

berdoa atau meminta pertolongan selain kepada Allah SWT atau

memalingkan bentuk suatu ibadah, seperti bernazar, berkurban dan

sebagainya kepada selain Allah SWT. oleh karena itu jika seseorang

menempatkan ibadahnya tidak pada posisinya dan memberikannya

5
Hasil wawancara pak Rin (55th), Dukun Bayi Desa Lubuk Tampui, pada tanggal 14 Maret
2021 pukul 17:06.
6
Hasiah, Syirik Dalam Perspetif Al-Qur’an, dalam jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id,
Yurisprudentia Vol 3 No 1, Juni 2017, Hlm. 84.
27

kepada selain Allah SWT maka ini merupakan kezaliman paling besar,

selain itu syirik juga dapat menghilangkan semua amal kebaikan yang

telah dilakukan seseorang. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an

Surah Luqman ayat 13 sebagai berikut :

ِّ ‫لل ۗ اِّ َّن‬


‫الشر َك لَظُلم َع ِّظيم‬ ِّٰ ‫َن الَ تُش ِّرك ِِّب‬ َ َ‫َواِّذ ق‬
ََّ ُ‫ال لُق ٰم ُن ِّال بنِّهٖ َو ُه َويَ ِّعظُهُ ٰيـب‬

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,

ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku!

Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya

mempersekutukan (Allah adalah benar-benar kezaliman

yang besar.”7

2. Macam- macam syirik menurut sebagian Ulama

Pembagian syirik ada dua yaitu secara kuantitas dan kualitas , secara

kuamtitas terbagi tiga yaitu :

1. Syirik Ulihiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT meyakini adanya

Tuhan selain Dia, dalam arti sebagai pencipta alam semesta.

2. Syirik Rububiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT meyakini

adanya Tuhan selain Dia, dalam arti sebagai pemelihara dan

pengatur alam semesta.8

3. Syirik ‘Ubudiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT meyakini

adanya Tuhan Selain Dia, dalam arti sebagai yang disembah.

7
Hasiah, Syirik Dalam Perspetif Al-Qur’an, Hlm. 85.
8
Khairul Hadi bin Mohammad, Makna Syirik dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik dan
Kaitannya dengan Fenomena Kahidupan Sekarang), Skripsi, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas
Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, 2013, Hlm 29.
28

Dengan kata lain, seseorang menyembah Allah SWT dan juga

menyembah tuhan-tuhan lain.

Selanjutnya, secara kualitas syirik terbagi dua yaitu :

1. Syirik Besar (Al-Syirik Al-Akbar), yaitu meyakini adanya Tuhan

selain Allah Subhanahu wa ta’ala. dikatakan syirik besa karena

menyekutukan Tuhan secara keseluruhan. Begitu besarnya,

sehingga dosa pelaku syirik ini tidak diampuni Allah SWT. secara

teologis tidak semua orang musyrik disamakan dengan kafir, karena

di antara mereka ada yang tetap percaya kepada Allah SWT, tidak

sama dengan orang kafir yang sebenarnya. Namun karena dosa-

dosanya tidak diampuni Tuhan, maka di akhirat ia akan masuk

neraka.

2. Syirik Kecil (Al- Syirk Al- Asghar), yaitu melakukan sembahan

bukan karena Allah SWT, tetapi kepada manusia, agar disebut alim.

Dalam Islam syirik seperti ini disebut juga riya. 9

Disebutnya syirik kecil karena menyekutukan Tuhan hanya dalam

bentuk beribadah.Dari kedua jenis syirik di atas wajib kita hindari,

karena dapat merusak keimanan seseorang.

3. Bahaya Syirik

Bahaya dan kerusakan syirik di antaranya sebagai berikut :

1. Penyebab kehinaan manusia

9
Khairul Hadi bin Mohammad, Makna Syirik dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik dan
Kaitannya dengan Fenomena Kahidupan Sekarang), Hlm. 30.
29

Hal tersebut disebabkan adanya penyembahan kepada Allah

SWT. yaitu kepada makhluk yang seperti dirinya, tidak dapat

memberikan manfaat atau mendatangkan mudharat. Dijadikannya

makhluk tersebut sebagai sesuatu yang disembah dan ditaati,

padahal dia tidak lebih sebagai makhluk seperti dirinya yang tidak

memiliki kekuatan sedikitpun. Bahkan kadang-kadang adayang

menyembah makhluk yang lebih rendah darinya, seperti sapi,

pohon, batu dan lain-lain.

2. Menjadi pintu bagi berkembangnya khurofat

Manakala seseorang berkeyakinan bahwa manusia dapat

mendatangkan manfaat dan mudharat kepada makhluk lainnya,

maka akan berkembanglah khurofat, dongeng dan tahayyul yang

tidak sesuai dengan logika dan perasaan manusia.

3. Kedzaliman yang paling besar

Kedzaliman manalagi yang lebih besar dari seseorang yang

Allah ciptakan dia kemudian diberinya rizki, namun orang tersebut

justru menyembah dan bersyukur kepada selain-Nya. Syirik juga

merupakan kedzaliman terhadap jiwa, karena hal tersebut

menghalangi dirinya untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan

Tauhid dalam kehidupannya.

4. Sumber ketakutan

Pelaku kesyirikan tidak memiliki rasa percaya dan tawakal

kepada Allah SWT. dia terombang ambing dalam perasaan dan


30

khurofat serta tahayyul. Takut dari segala sesuatu, takut dari

kehidupannya, dari rizkinya, atas segala sesuatu dan dari segala

sesuatu hidupnya menjadi sangat sengsara.

5. Melemahkan potensi manusia

Syirik menjadikan seseorang bergantung kepada selain Allah

SWT, yang (menurutnya) dapat memberikan syafaat dan perantara,

sebagaimana keyakinan kaum Nashrani terhadap Isa bin Maryam.

Orang tersebut menjadi tidak tergantung kepada dirinya

sendirisetelah bergantung kepada Allah SWT sehingga potensi dan

kemampuannya banyak yang tidak dimanfaatkan.

6. Masuk neraka

Syirik merupakan sebab paling utama masuknya seseorang

ke dalam neraka sedangkan tauhid menjadi sebab utama masuknya

seseorang ke dalam surga. Dengan demikian, seorang musyrik

jalannya pasti keneraka, karena tidak ada harapan ampunan dosa

baginya (di hari kiamat).10

C. Dalil Al-Qur’an dan Hadis Terkait Tentang Jimat

1. Dalil Al-Qur’an

Di sini penulis tidak menemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang

spesifik terkait larangan tentang memakai gelang jimat, tapi azimat,

pusaka, dalam bentuk tombak, keris, ikat kepala, cincin, batu akik, jimat

10
Muhammad bin Abdurrahman Al-Khunayyis, Pandangan Ulama Bermaszhab Syafi’i
Tentang Syirik Terjemah Abdullah Haidir, Hlm. 10.
31

kalung, jimat gelang, dan lainnya itu termasuk kedalam syirik. Karena

dosa paling besar di antara dosa-dosa besar adalah syirik atau

menyekutukan Allah SWT.11 begitupun dengan jimat-jimat yang di

percaya dapat menolak bala’, padahal segala sesuatu sudah ditetapkan

oleh yang Maha Kuasa manusia tidak bisa menolak rezeki maupun

musibah dari Allah SWT.

Pada hakikatnya segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah

SWT, baik sesuatu yang bergerak atau pun yang diam, yang mudharat

atau pun manfaat semuanya sudah dalam ketentuan Allah SWT semata.

Allah SWT telah berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 38:

ٰ ‫ض لَيَـ ُقولُ َّن‬


‫اللُ ۗ قُل اَفَـ َرَءيـتُم َّما تَدعُو َن‬ ِّ ‫الس ٰم ٰو‬
َ ‫ت َواالَر‬ َّ ‫َولَئِّن َساَلتَـ ُهم َّمن َخلَ َق‬

‫اد ِِّن بَِّرحَ ٍة َهل ُه َّن‬ ِّ ِّٰ ِّ ِّ


َ ‫ض ِّره اَواَ َر‬ ُ ‫ض ٍر َهل ُه َّن ٰك ِّش ٰف‬
ُ ‫ت‬ ٰ ‫ادِِّن‬
ُ ِّ‫اللُ ب‬ َ َ ‫من ُدون الل ان اَ َر‬

‫اللُ ۗ َعلَي ِّه يَـتَـ َوَّك ُل ال ُمتَـ َوكِّلُو َن‬


ٰ ‫ت رحَتِّه ۗ قُل َحسِِّب‬
َ
ِّ
َ ُ ‫ُُمس ٰك‬

Artinya : “Dan sungguh, jika engkau tanyakan pada mereka, “Siapakah


yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka
menjawab, “Allah.” Katakanlah, “kalau begitu taukah kamu
tentang apa yang kamu sembah selain Allah, jika Allah
hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka
mampu menghilangkan bencana itu, atau jika Allah hendak
memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah

11
Imam Al-Dzahabi, Ensiklopedia Dosa-Dosa Besar, Jakarta, Zaman, Cetakan 1, 2016,
Hlm. 15.
32

rahmat-Nya? “Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku. Kepada-


Nyalah orang-orang yang bertawakal berserah diri.”12
Dari ayat di atas kita bisa mentelaah bahwa cukuplah Allah

SWT yang wajib kita sembah dan hanya kepada-Nya kita memohon

pertolongan dari segala bencana (musibah) baik berupa penyakit,

kecelakaan, banjir, longsor dan lain sebagainya. Dan jika kita di

datangkan baik bencana (musibah) ataupun reszeki yang berlimpah

semua itu datangnya dari Allah SWT.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 22 juga Allah SWT berfirman :

ِّ ‫السم‬
‫آء َماءًفَاَ خ َر َج بِّه ِّم َن‬ ِّ ِّ ‫السم‬ ِّ ‫الَّ ِّذي جعل لَ ُكم األَر‬
َ َّ ‫آء ۖ َّواَنـ َز َل م َن‬
ً َ‫آءبن‬
َ َ َّ ‫ض ف َرا ًش َّاو‬
َ َ ََ

‫اد َّاواَنـتُم تَـعلَ ُمو َن‬ ِِّّٰ ‫ت ِّرزقًا لَّ ُكم ۚ فَالَ ََتعلُو‬
ِّ ‫الثَّم ٰر‬
ً ‫الل اَن َد‬ َ َ

Artinya : “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu


dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air
(hujan) dari langit, lalu dia hasilkan dengan (hujan) itu
buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah
kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal
kamu mengetahui.13
(Dialah yang menjadikan) menciptakan (bumi sebagai

hamparan bagimu), yakni hamparan yang tidak begitu keras dan tidak

pula begitu lunak sehingga tidak mungkin didiami secara tetap (dan

langit sebagai atap) sebagai atap (dan Dia menurunkan air dari langit

12
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women, Bogor, Lajnah
Penashih Mushaf Al-Qur’an, 2007, Hlm. 462.
13
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women...., Hlm. 4.
33

lalu dikeluarkannya dari padanya) maksudnya bermacam (buah-buahan

sebagai rezeki untukmu) buat kamu makan dan kamu berikan

rumputnya pada binatang ternakmu (karena itu janganlah kamu

mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah), serikat-serikat-Nya dalam

pengabdian (padahal kamu mengetahui) bahwa Dia adalah pencipta,

sedangkan mereka itu tidak dapat menciptakan apa-apa, maka tidaklah

layak disebut dan dikatakan tuhan.14

Di dalam QS. An-Nisa’ ayat 48 juga Allah SWT berfirman:

‫لل فَـ َق ِّداف َ ٰتى اِّْثًا َع ِّظي ًما‬


ِّٰ ‫ك لِّمن يُّش ِّرك ِِّب‬
َ َ ‫ادو َن ٰذل‬ َُ َ َ َ ُ َ َ ‫ا َّن‬
ٰ ِّ
ِّ ُ ‫الل الَيـغ ِّفراَن يُّشر َك بِّه ويـغ ِّفرم‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena


menyekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa)
yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Barang siapa menyekutukan Allah, maka sungguh, dia telah
berbuat dosa yang besar.15
2. Hadis-hadis terkait tentang jimat

Dalam hadis Nabi SAW dari ‘Imran bin Hushaon Radhiyallahu ‘anhu :

ِّ َ َ‫ض ِّدرجل حل َقةً أَراه ق‬ ِّ ٰ ‫اَ َّن النَِِّّب صلَّى‬


َ ‫صف ٍرفَـ َق‬
: ‫ال‬ ُ ‫ال من‬ َ ‫اللُ َعلَيه َو َسلَّ َم أَب‬
ُ َ َ ُ َ ُ ‫ص َر َعلَى َع‬ َ َ

ِّ ِّ َ َ‫ ِّم َن ال َو ِّاهنَ ِّة ؟ ق‬: ‫ال‬


َ َ‫ك َما َه ِّذ ِّه ؟ ق‬
‫ك‬ َ ‫ أ ََما ا ََّّنَاالَ تَ ِّزي ُد َك االََّوهنَاانبِّذ َها َعن‬: ‫ال‬
َ َّ‫ك فَِّإن‬ َ َ‫َوُي‬

َّ ‫لَوِّم‬
َ ‫ت َو ِّه َى َعلَي َك َما أَفـلَح‬
)‫ (رواه احد‬.‫ت أَبَ ًدا‬

14
Terjemah Tafsir Jalalin Jilid 1 Penerjemah Abu Firly Bassam Taqiy, Jakarta, Senja Media
Utama, Cet.1, 2018, Hlm. 16-17.
15
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women....Hlm. 86.
34

Artinya :“Sesungguhnya Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam melihat


seorang laki-laki yang ditangannya terdapat sebuah
cincin/halqah yang terbuat dari emas. Beliau langsung
bertanya: “Apa ini? “laki-laki tersebut menjawab: “Ini
adalah penangkal dari suatu penyakit yang dapat
melemahkan urat (al-wahina)”. Nabi Shallalahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : Tanggalkan saja dia, karena
sesungguhnya ia tidak membuatmu kecuali bertambah
lemah. Sesungguhnya jika kamu mati dalam keadaan
memakainya, kamu tidak akan bahagia/selamat selamanya”
(HR. Ahmad)16

.‫َّمائِّ َم َوالتِّ َولَةَ ِّشرك‬ ُّ ‫ول إِّ َّن‬ ِّٰ ‫ول‬


َ ‫الرقَى َوالت‬ ُ ‫الل ﷺ يَـ ُق‬ َ ‫َر ُس‬

Artinya :“Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Sesungguhnya ruqyah (jampi)jampi), jimat dan tiwalah
(pelet) adalah syirik.”17
Bicara tentang jimat pastinya erat kaitannya dengan dukun, karena

yang biasa membuat jimat adalah dukun. Di sini penulis juga

menemukan hadis larangan mendatangi dukun, tukang ramal dan

selainnya. Berikut beberapa hadis terkait tentang larangan mendatangi

dukun :

16
Ahmad Bin Hanbal, Musnad Ahmad Bin Hanbal Juz IV Cet.1., Riyadh, Baitu al-Afkar
Ad-Dauliyyah Li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1419 H/1998 M), Hlm. 445.
17
Ensiklopedia Hadis Musnad Ahmad, Hadis No. 3433, Kitab Musnad Sahabat yang
Banyak Meriwayatkan Hadis, Bab Musnad Abdullah bin Mas’ud Radhiallahuta’ala’anhu. Hadis ini
juga diriwayatkan oleh Sunan Ibnu Majah No. 3521, Kitab Pengobatan, Bab Menggantungkan
Jimat.
35

ِّٰ ‫ول‬
،‫الل ﷺ أ ََُن س َع ِّن ال ُكهَّا ِّن‬ ٰ ‫ضي‬
َ ‫ َسأ ََل َر ُس‬:‫اللُ َعنـ َهاقَالَت‬ ِّ ِّ
َ ‫َعن َعائ َشةَ َر‬

‫الل إِّ ََّّنُم ُُيَ ِّدثُونَـنَاأَحيَ ًاَن بِّ َشي ٍءفَـيَ ُكو َن َح ًّقا؟‬ َ ‫ ََي َر ُس‬:‫سوابِّ َشي ٍءفَـ َقالُوا‬
ِّٰ ‫ول‬
ُ ‫ <<لَي‬:‫ال‬
َ ‫فَـ َق‬

ُّ ِِّّ‫ك ال َكلِّ َمةُ ِّم َن اْلَِّق ََيطَ ُف َها اجل‬


‫ فَـيَـ ُق ُّرَها ِِّف أُذُ ِّن‬.‫َن‬ ِّٰ ‫ول‬
َ ‫الل ﷺ << تِّل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ ‫فَـ َق‬

.‫ ُمتض َفق َعلَي ِّه‬.‫ فَـيَخلِّطُو َن َم َع َها َمائَةَ كِّذبٍَة‬،‫َولِّي ِّه‬

Artinya :“Dari Aisyah r.a., ia berkata, “ada beberapa orang bertanya


kepada Rasulullah saw. Tentang dukun, kemudian beliau
menjawab, ‘mereka bukan apa-apa.’ Para sahabat bertanya,
‘Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka menceritakan sesuatu
dan sesuatu itu benar-benar terjadi’. Kemudian Rasulullah
saw bersabda, ‘kalimah itu memang termasuk hak (benar),
yang dicuri oleh makhluksebangsa jin kemudian
dibacakannya kepada kaki tangannya, lalu ia mencampurnya
dengan seratus kebohongan.” (Muttafaq ‘alaihi)
Dalam suatu riwayat juga disebutkan :

‫سو َل‬
ُ ‫ت َر‬ َ ‫ع ْن َها أَنَّ َها‬
ْ َ‫س ِمع‬ َ ُ‫ّللا‬
ٰ ‫ي‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ ِ ‫َوفِي ِر َوايَ ٍة ِللْبُخ‬
َ ِ ‫َاري‬

‫اب فَتَذْ ُك ُراْأل َ ْم َر‬ ِ ‫ّللا ﷺ يَقُو ُل << ِإ َّن الْ َمالَئِ َكةَ ت َ ْن ِز ُل فِي ْالعَن‬
َّ ‫َان َوهُ َوال‬
ُ ‫س َح‬ ِٰ

‫وحي ِه ِإلَى‬
ِ ُ‫ فَي‬،ُ ‫ فَيَ ْس َمعُه‬،‫س ْم َع‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫طانَ ال‬ َّ ‫ فَيَ ْست َ ِر ُق ال‬،‫اء‬
ِ ‫س َم‬
َّ ‫ي ِفي ال‬ ِ ُ‫ق‬
َ ‫ض‬

ِ ‫ْالكُ َّه‬
.‫ فَيَ ْك ِذبُونَ َمعَ َها َمائَةَ َكذْبَ ٍة ِم ْن ِع ْندِأَنْفُ ِس ِه ْم‬،‫ان‬

Artinya :“Dalam riwayat Bukhari dari Aisyah r.a., dikatakan bahwa


Aisyah pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda,
36

“Sesungguhnya malaikat itu turun di ‘anan, yaitu awan


kemudian telah menceritakan hal-hal yang telah diputuskan
di langit (oleh Allah) dan setan sempat mencuri ikut
mendengarkannya. Lantas setan itu membisikkannya kepada
para dukun. Kemudian mereka mencampurnya dengan
seratus kedustaan dari siri mereka sendiri.”18
Larangan membenarkan ucapan dukun, dan bahwa apa yang mereka

katakan itu bohong dan rekayasa, meskipun terkadang benar. Ucapan

dukun yang benar itu adalah hasil pencurian jin terhadap berita yang

ada di langit. Sebelum Nabi SAW. Diutus, mereka biasa duduk di

tempat-tempat di bawah langit dunia untuk mendengar apa yang terjadi

di Al-Mala’ al-A’la (langit tingkat tinggi). Lalu, perbuatan mereka itu

dihilangkan dan mereka dicegah untuk melakukannya setelah Nabi

SAW. diutus. Sehingga, mereka dilempar dengan suluh api. Inilah

kejadian yang diberitakan Al-Qur’an.19

Dan satu lagi dari Shafiyyah binti Abu Ubaid, dari salah seorang istri

Nabi SAW,. Beliau bersabda :

ِّ ٍ
‫ني يَـو‬ َ ُ‫ ََل تُـقبَل لَه‬،ُ‫ص َّدقَه‬
َ ‫صالَة أَربَع‬ َ َ‫ ف‬،‫َمن أَتَى َع َّرافًا فَ َسأَلَهُ َعن َشىء‬

.‫ًما>> رواه مسلم‬

Artinya :“ Barangsiapa yang datang kepada tukang ramal kemudian


menanyakan sesuatu dan ia memercayainya, maka shalatnya

18
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Awal Penciptaan bab “Malaikat”
(10/185,186), dan Imam Muslim dalam kitab Salam bab “Keharaman Perdukunan dan Mendatangi
Dukun” (2228). Riwayat kedua milik Imam Bukhari yang diriwayatkannya dalam bab “Malaikat”.
19
Musthafa Dib al-Bugha dkk, Syarah Riyadhush Shalihin Imam an-Nawawi, Jakarta,
Gema Insani, 2018, Hlm. 320-321.
37

tidak diterima selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)


(Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab
Salam bab “Keharaman Perdukunan dan Mendatangi
Dukun” (2230)).
Larangan melakukan ramalan dan menggunakannya, meminta

tolong kepada para peramal dan dukun untuk mengetahui suatu urusan.

Membenarkan ucapan para peramal dapat mengakibatkan gugurnya

pahala amal saleh, di antaranya adalah shalat. Karena membenarkan

ucapan peramal itu termasuk salah satu jenis syirik dan perbuatan

murtad dari Islam. Karena ucapan mereka itu mengandung klaim

mengetahui perkara gaib, kebohongan dan rekayasa. 20

Adapun berikut pendapat ulama terkait membolehkan jimat

menggunakan Al-Qur’an dan yang melarang jimat dengan Al-Qur’an

sebagai berikut :

c. Pendapat yang membolehkan

Alasan ulama yang membolehkan karena ini dalam rangka

tabarruk yang syar’i dengan kalamullah dan asma’ (nama) Allah

SWT yang ada di dalamnya. Ibnu hajar Al-Asqalani berkata,

“Semua (hadis) yang melarang mengenai menggantung jimat yang

lainnya adalah karena tidak ada Al-Qur’an di dalamnya (tidak

terkecuali). Adapun apabila ada ‘penyebutan nama Allah’ maka

20
Musthafa Dib al-Bugha dkk, Syarah Riyadhush Shalihin Imam an-Nawawi,....Hlm.321-
322.
38

tidak ada larangannya. Hal tersebut dijadikan sebagai tabarruk dan

ta’awwudz dengan nama Allah.” (Fathul Bari 6/142)

Demikian juga Al-Qurthubi menukilkan perkataan imam

Malik beliau berkata, “Tidak mengapa menggantungkan (sebagai

jimat) lebaran yang ada ‘nama Allah’ pada leher orang sakit untuk

tabarruk.” (Tafsir Al-Qurthubi 10/319)

d. Pendapat yang melarang jimat

Dijelaskan dalam kitab Al-Mausu’ah Al-kuwaitiyyah

tentang 3 alasan tidak bolehnya jimat menggunakan Al-Qur’an.

Para ulama berhujjah atas pendapat mereka dengan alasan sebagai

berikut :

1. Keumuman larangan dalam hadis (larangan jimat) dan tidak

ada yang mengkhususkan

2. Dalam rangka menutup jalan menuju ke arah kesyirikan karena

hal ini bisa menghantarkan kepada apa yang telah disepakati

keharamannya.

3. Apabila digantungkan/dipakai, pasti yang memakai akan

membawanya ikut masuk ketika buang hajat ke kamar mandi

tidak boleh membawa Al-Qur’an dan lafadz nama Allah SWT).

(Al-Mausu’ah Al-Kuwaitiyyah 14/31)

Demikian juga Syaikh Abdul Aziz Bin Baz menjelaskan bahwa telah

ma’ruf bahwa sahabat dan salaf dahulunya tidak membolehkan hal ini,

beliau berkata, “Tidak boleh (menggunakan jimat dengan Al-Qur’an)


39

karena telah ma’ruf bahwa sahabat Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah

serta para ulama dahulu dan sekarang mereka mengatakan: ‘Tidak

boleh menggantungkan jimat walaupun dari Al-Qur’an untuk menutup

jalan menuju kesyirikan dan untuk memangkas sumber kesyirikan.”

(Majmu’ fatawa 1/51)21

21
https://muslim.or.id/42823-hukum-jimat-dengan-menggunakan-al-quran.html , diakses
pada 30 Mei 2021.
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Desa Lubuk Tampui

Desa lubuk tampui di dirikan pada tahun 1920, Ketika itu Kawasan tersebut

masih hutan dan belum berpenghuni. Orang yang pertama mebuka lahan di desa

lubuk tampui adalah bapak Said. Desa Lubuk Tampui merupakan desa yang

Makmur, kaya akan rempah-rempah terutama kopi, lada, cengke dan lai-lain.

Hal ini mengakibatkan para penjajah seperti Belanda dan Jepang datang ke desa

untuk menjajah dan bermukim di desa Lubuk Tampui selama beberapa tahun.

Setelah Indonesia memproklamsikan kemerdekaan akhirnya rakyat terbebas

dari para penjajah.

Asal mula pemberian nama Desa Lubuk tampui bermula dari warga

yang mandi ke sungai deras. Pada saat itu sungai deras merupakan tempat

pemandian warga desa Lubuk Tampui. Mereka yang mandi disana menemukan

lubuk yang besar dan dalam yang diatas lubuk tersebut terdapat buah tampui

yang besar. Akhirnya mereka mengabungkan kedua kata tersebut menjadi

Lubuk Tampui. Semenjak itulah desa tersebut diberi nama Desa Lubuk tampui.

Tabel 1: Silsilah kepemimpian Desa Lubuk Tampui.


No Nama Masa Jabatan Keterangan

1. Said 1946-1950 Kepala Suku

2. Sube 1950-1953 Penggawa

40
41

3. Makmur 1953-1968 Penggawa

4. Judin 1968-1974 Penggawa

5. A.Rahman 1974-1982 Penggawa

6. Alian 1982-1992 Penggawa

7. Bani 1992-1994 Kario

8. Sayep 1994-1996 Kario

9. Idrus 1996-1998 Kario

10. Sapri 19998-2003 Kades

11. Fauzi Effendi 2003-2008 Kades

12. Cik Maden 2008-2013 Kades

13. A.Hakim 2013-2019 Kades

14. Budiman 2019-Skarang Kades

Tabel di atas menunjukan nama-nama mulai dari Kepala Suku, Penggawa,

Kerio, hingga ke Kepala Desa.1

B. Letak Geografis Desa Lubuk Tampui

Desa Lubuk Tampui merupakan salah satu desa yang termasuk dalam

wilayah hukum kecamatan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Berdasarkan

wawancara dengan bapak sarjanal selaku kadus Desa Lubuk Tampui pada

tanggal 25 Juli 2020 menjelaskan notaries Desa Lubuk Tampui sebagai berikut:

1
Arsip Kantor Kepala Desa Lubuk Tampui
42

berdasarkan survey awal di Desa Lubuk Tampui yang dilakukan pada tanggal

25 Juli 2020 memberi kesan bahwa Desa Lubuk Tampui sanggat cocok untuk

bertanam karet karena tanahnya yang subur. Sedangkan sarana transportasi yang

ada sebagai penghubung ke kota adalah jalur darat yang dapat ditempuh dengan

sepeda motor dan mobil. Desa Lubuk Tampui mempunyai luas wilayah 2366

Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Danau Cala Muba kecamatan

PenukalUtara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Prabumenang Kecamatan Penukal

Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karang Tanding Kecamatan Penukal

Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa PrabuMenang Kecamatan Penukal

Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).

1. Keadaan Tanah Desa Lubuk tampui

Desa Lubuk Tampui terletak pada ketinggian 0 M dari permukaan laut.

keadaan tanahnya merupakan dataran rendah dan subur, sehingga sangat cocok

untuk lahan pertanian dan perkebunan. penduduk yang berada di daerah ini

ratarata mereka berkebun karet.

Tabel 2: Keadaan Tanah Desa Lubuk Tampui


No Lahan Luas Wilayah (Ha) Persentase

1. Perkebunan 1100 Ha 46.49


43

2. Perumahan 500 Ha 21.13

3. Kas Desa 110 Ha 4.64

4. Perkantoran Pemerintah 10 Ha 0.42

5. Lapangan Olaraga 25 Ha 0.10

6. Peribaatan 28 HA 0.11

7. Kubura 54 Ha 0.2

8. Tanah Lainnya 539 Ha 22.78

Jumlah 2366 a 100.0

Sumber: Kantor Kepala Desa Lubuk Tampui 25 Juli 2020

Dari table diatas menunjukan bahwa perkebunan dengan luas 1110 Ha,

dengan presentase 46,49%, peruamahn dengan luas 500 Ha dengan persentase

21,13%, kas desa dengan luas 110 Ha dengan persentase 4,64%, perkantoran

pemerintah dengan luas 10 Ha dengan persentase 0,42%, lapangan olaraga

dengan luas 25 Ha dengan persentase 0,10%, peribadatan dengan luas 28 Ha

dengan persentase 0,11, kuburan dengan luas 54 Ha dengan persentase 22, 78%.2

2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencarian

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari kantor Kepala Desa Lubuk

Tampui sampai tahun 2019, penduduk Desa Lubuk Tampui Kecamatan penukal

Utara mencapai 1684 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) 410 kepala

keluarga. Dari 1684 jiwa penduduk desa ini dibagi menjadi 2 dusun, dengan

2
Arsip Kantor Kepala Desa Lubuk Tampui
44

setiap dusun: dusun 916 Jiwa, dusun II jumlahnya 768 Jiwa. Untuk mengetahui

keadaan penduduk masyarakat Desa Lubuk tampui dapat dilihat pada table

berikut:

Tabel 3: Keadaan Penduduk Desa Lubuk Tampui

No Keadaan Penduduk Jumlah/Jiwa Persentae

1. Laki-Laki 805 47.80 %


2. Perempuan 879 52.20 %

Jumlah 1684 100 %

Dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa keadaan penduduk

berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 805 jiwa dengan proporsi

sedangkan perempuan sebanyak 879 jiwa dengan proporsi.3

Mata pencarian pokok penduduk desa ini adalah bertani dan berkebun.

Sedangkan mata pencarian yang lainnya bersifat sampingan seperti: tukang

pengrajin, dagang dan lainnya, pendudk Desa Lubuk Tampui khususnya para

petani dalam melakukan pertanian masih mengikuti cara-cara yang telah

ditinggalkan nenek moyang terdahulu, artinya dalam mengelola perkebunan

mereka kebanyakan masih tradisional yaitu dengan cara menyadap batang karet

dan mengambil hasil karet yaitu getah yang untuk dijual. untuk lebih jelas dapat

dilihat pada table 4 berikut ini.

3
Arsip Kantor kepala Desa Lubuk tampui
45

Tabel 4: Keadaan Mata Pencarian Masyarakat Desa Lubuk Tampui

No Mata Pencarian Jumlah atau Orag Persentae

1. Petani 1564 92.87

2. Pedagang 30 6.58

3. Buruh Tani 50 0.34

4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 0.08

5. Guru Honorer 11 0.06

6. Swasta 4 0.02

7. Tukang Kayu 10 0.05

Setelah memperhatikan tabel di atas, ternyata bahwa masyarakat di Desa

Lubuk Tampui sebagian besar bermata pencarian adalah sebagai petani, yaitu

92.87 dari jumlah penduduk 1684 jiwa. Adapun sumber mata pencarian

penduduk Desa Lubuk Tampui dalam sektor pertanian adalah karet. Luas area

ini adalah 2366 Ha, dan dalam pengelolaan kebun karet tersebut mereka

melakukan penjualan hasil karet bisa harian, mingguan, dan bulannan sesuai

kebutuhan si pemilik kebun.dari seluruh masyarakat yang ada, disamping

berkebun juga ada sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 15 orang atau

0.08%, pedagang 30 orang atau 6,58%, tukang kayu 10 orang atau 0.05%, buruh
46

tani 50 orang atau0.34%, swasa 4 orang atau 0.02%, guru honerer 11 orang atau

0.06%.4

3. Tingkat Pendidikan

Adapun dalam hal pendidikan yang merupakan factor terpenting dalam

rangka kehidupan, oleh Karena itu manusia yang berkualitas adalah yang

berpendidikan, pendidikan tidak hanya dirasakan penduduk perkotaan, akan

tetapi penduduk pedesaan bisa mengenyam pendidikan, seperti halnya

pendidikan yang terdapat di Desa Lubuk Tampui. Dalam hal pendidikan, Desa

Lubuk Tampui masih kurang, dalam rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan

bangsa masyarakat desa ini telah berusaha melakukan kegiatan-kegiatan yang

berorientasi kepada pendidikan, baik formal maupun non formal, sehingga

masyareakat Desa Lubuk Tampui terbebas dari buta huruf, data ini diperoleh

penulis.

Sedangakan keadaan mereka bermacam-macam, ada yang tetap tinggal

dikampung dan ada juga yang merantau di luar desa, baik ke kota maupun ke

desa lain. Hal ini terjadi karena beberapa factor, diantaranya adalah factor

perkawinan dan perkerjaan. Mengenai latar belakang pendidikan masyarakat

Desa Lubuk Tampui dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5: Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Lubuk Tampui


No Pendidikan Jumlah/jiwa Persentase

1. Tidak Tamat SD 230 10.80

2 Tamat SD 600 40.00

4
Arsip Kantor kepala desa lubuk tampui
47

3 Tamat SLTP 150 17.23

4 Tamat SLTA 70 8.56

5 Akademik 22 1.15

6 Belum Sekolah 612 22.22

Jumlah 1560 100.00

Dari tabel di atas, menunjukan keadaan pendidikan masyarakat Desa Lubuk

Tampui masih tergolong termasuk pada golongan yang rendah, hal ini terbukti

dari data tersebut bahwa yang tidak tamat sekolah dasar berjumlah230 orang

atau 10.80%, tamat sekolah dasar 600 orang atau 40.00%, tamat sekolah

lanjutann tingjatan pertama 150 orang atau 17, 23%, tamat sekolah lanjutan

tingkat atas 70 orang atau 8,56%, sedangkan yang masih proses belajar seperti

Akademik dengan proporsi 1,15%, dan yang belum sekolah 612 orang atau

22.22%.5 mengenai sarana pendidikan di Desa Lubuk Tampui Kecamatan

Penukal Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) pendidikan

merupakan factor terpenting, sebagai penunjang pendidikan formal bagi

masyarakat Desa Lubuk Tampui. Sedangkan jumlah bangunan Paud ada satu

gedung, Sekolah Dasar (SD) satu gedung, dan ketika mereka mau melanjutkan

ke tingkat SMP atau SMA mereka harus keluar desa atau kekecamatan untuk

menempuh pendidikan tersebut.6

5
Arsip Kantor kepala Desa Lubuk Tampui
6
Arsip Kantor kepala Desa Lubuk tampui
48

Tabel 6: Sarana Pendidikan Masyarakat Desa Lubuk Tampui


No Tempat sekolah Jumlah/buah

1 Paud 1
2 Sekolah Dasar(SD) 1
3 Sekolah Menengah Pertama 0
4 Sekolah Menengah Atas 0

Jumlah 2

C. Keadaan Agama Desa Lubuk Tampui

Agama sebagai pegangan hidup yang mengatur kehidupan manusia sebagai

jalan untuk mendapatkan kebahagian hidup baik di dunia maupun di akhirat

kelak. Dalam keyakinan beragama masyarakat Desa Lubuk tampui dengan

jumlah penduduk yang cukup besar yaitu 1684 jiwa, yang kesemua itu beragama

Islam. hal ini dapat dilihat dari table dibawah ini.

Tabel 7: Jumlah Penduduk Penganut Agama Di Desa Lubuk Tampui


No Agama Jumlah/Jiwa Persentase

1 Islam 1684 100%


2 Agama Lain 0 0%

Jumlah 1684 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa masyarakat yang ada di Desa Lubuk

Tampui yang berjumlah 1684 semuanya beragama Islam. 7 Untuk meningkatkan

7
Arsip Kantor kepala Desa Lubuk tampui
49

dan mengamalkan ajaran-ajaran agama masyarakat Desa Lubuk Tampui

mengadakan pengajian Al-Qur‟an untuk anak-anak yang diadakan setiap hari

pukul 15.30 sore bertempat di masjid. Adapun pengajian remaja dan orang

dewasa dilakukan pada hari-hari tertentu yaitu pada malam jum‟at dan malam

minggu, dan pengajian ibu-ibu biasanya dilakukan pada hari Jum‟at pukul

13.00-16.00 di masjid. Motivasi dan keinginan mereka sangat kuat untuk belajar

ilmu agama. Pengajian-pengajian ini merupakan suatu bentuk silaturahmi

dengan pengajian yang mereka lakukan di masjid dan untuk memakmurkan

masjid supaya jangan sampai kosong. Untuk lebih jelas tempat ibadah yang ada

di Desa Lubuk tampui dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 8: Sarana Peribadatan Masyarakat Desa Lubuk Tampui

No Tempat Ibadah Jumlah/ buah

1. Masjid 2
2. Tempat Ibadah Agama Lain 0

Jumlah 2

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah tempat ibadah yang ada di

Desa Lubuk Tampui mempunyai dua masjid dan tidak ada tempat ibadah lain

selain masjid. Sarana peribadatan di Desa Lubuk Tampui yaitu memiliki dua

buah masjid yang digunakan untuk melakukan aktivitas agama yaitu shalat

Jum‟at, perayaan hari-hari besar Islam, shalat Idul Fitri dan Idhul Adha,

pengajian anak-anak, pengajian remaja, pengajian bapak-bapak, dan pengajian

ibu-ibu.
50

D. Tradisi Dan Budaya Yang Ada Di Desa Lubuk Tampui

1. Selamatan

Acara selamatan biasanya dilakukan apa bila seorang sudah bangun

rumah, biasanya mereka mengajak semua masyarakat Desa untuk

mengadakan yasin dan makan Bersama di rumah baru tersebut. Acara ini

dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rezeki-Nya sehingga bisa membangun sebuah rumah tanpa ada halangan.

Acara selamatan juga biasa dilakukan apabila seseorang mempunyai hajat

yang sudah terpenuhi, contohnya Ketika seorang tersebut memenangkan

pemilihan kepala desa, bisa membeli mobil, dan lain-lain.

2. Tradisi gelang jimat bayi

Tradisi gelang jimat bayi adalah tradisi yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Lubuk Tampui ketika lahirnya seorang bayi yang di mana

keluarga dari bayi akan memintakan jimat untuk si bayi sebagai pelindung

dari gangguan jin, setan dan arwah nenek moyang yang suka mengganggu.

Apa bila bayi baru lahir akan di beri jimat pagar untuk menjaga si bayi,

jikalau bayi rewel, menangis terus, matanya melihat ke atas, menangis tidak

mengeluarkan air mata itu di sebut kena sawan dan di buatkan jimat anti

sawan.8

8
Wawancara dengan Bapak Naicon (50th), Masyarakat Desa Lubuk Tampui, pada tanggal
20 Februari 2021 pukul 16:30.
51

3. Tradisi ngunduh mantu dalam pernikahan

Dalam upacara pernikahan masayarakat Desa Lubuk tampui,

mengadakan berbagai prosesi, mulai dari pertama menginjakan kaki di

rumah pria, pengantin pria dan wanita dihamburkan beras kunyit, sebagai

ucapan syukur dapat seorang isteri, dan pada saat sudah memasuki rumah

pengantin wanita di suruh langsung kedapur dan disuruh ibu pengantin pria

untuk memasukan tangan ke dalam wadah beras, hal ini sebagai bentuk

kewajiban seorang wanita, yaitu memasak.9

4. Tradisi bakar kemenyan

Masyarakat Desa Lubuk Tampui mempunyai kebaisaan membakar

kemenyan menjelang hari hari idul fitri, idhul adha dan pada saat acara

pernikahan. Pembakaran kemiyan dilakukan setelah sholat subuh, ibu dari

keluarga menyiapkan hidangan untuk dimakan sebelum berangkat sholat

idhul fitri, akan tetapi sebelumnya makan biasanya bapak membakar

kemenyan terlebih dulu, dengan membaca bismillah selanjutnya memanggil

arwah-arwah yang sudah meninggal dalam keluarga tersebut, setelah

kurang lebih lima menit setelah memabakar kemenyan hidangan boleh

dimakan. Tradisi bakar kemenyan sampai sekarang masih dilakukan, karena

mnurut kepercayaan mereka jika tidak membakar kemenyaan maka salah

satu keluarga ada yang diganggu arwah nenek moyang mereka, bisa jadi

mereka demam, badannya panas dingin, kecelakan dan kesurupan.

9
Wawancara dengan Ibu Dahlia (63th), Masyarakat Desa Lubuk Tampui, pada tanggal
17 Maret pukul 17:10.
52

5. Tradisi 7 hari kematian

Ketika seseorang sudah meninggal dunia, maka pihak keluarga

mengadakan doa bersama dan membaca yasin, agar doa yang dipanjatkan

bisa sampai ke mayat dan bisa meringankan beban mayat di dalam kuburan.

Membaca yasin dilakukan selama 7 hari, pada malam ke 7 hidangan yang

disediakan untuk tamu harus ada 7 umbut, sebagai lambang bahwa yang

meninggal sudah 7 hari. Umbut yang dijadikan sayur yang dihidangkan

ialah, umbut kelapa, umbut rotan, umbut pinang umbut sawit, umbut laos,

umbut pisang, umbut bambu. Hidangan sayur umbut adalah menu wajib

yang harus ada, jika salah satu dari ketujuh umbut itu tidak ada, maka

seluruh keluarga tidak boleh makan umbut selama tiga tahun, jika salah satu

anggota keluarga melanggar maka kuburan almarhum/a di sungkur babi

hutan, menurut kepercayaan masyarakat Desa Lubuk Tampui.10

10
Wawancara Dengan Nenek Tunak (87 Thn), Masyarakat Desa Lubuk Tampui pada
tanggal 17 Maret 2021 pukul 16:45.
BAB IV

Tradisi Gelang Jimat Pada Bayi Di Desa Lubuk Tampui

A. Bagaimana fenomena tradisi masyarakat gelang jimat yang

dipakaikan pada bayi di Desa Lubuk Tampui

Untuk mengetahui fenomena,dalil, dan pandangan masyarakat Desa

Lubuk Tampui Kecamatan Penukal Utara Kabupaten PALI tentang gelang

jimat yang dipakai pada bayi, maka penulis menyebarkan angket kepada 40

mayarakat desa Lubuk Tampui yang mempunyai anak bayi, tokoh agama,

dan dukun bayi melalui wawancara dan angket. Berikut daftar tabel

pertanyaan yang penulis sebarkan :

Tabel 9 : Jawaban Responden

Jawaban Responden (%)

1 2 3

NO Pertanyaan Iya Tidak Ragu-ragu

1 Apakah Bapak/Ibu

percaya kalau jimat

pada bayi benar-benar 85% 2,5% 12,5%

bisa menangkal

penyakit pada bayi ?

2 Apakah bayi yang

baru lahir harus 92,5% 7,5%

dipakaikan gelang

jimat ?

53
54

3 Apakah gelang jimat

pada bayi ini benar-

benar memberi 82,5% 17,5%

manfaat pada bayi

Bapak/Ibu ?

4 Apakah gelang jimat

pada bayi ini sangat 90% 10%

berpengaruh pada

bayi Bapak/Ibu ?

5 Apakah menurut

Bapak/Ibu jimat pada 82,5% 5% 12,5%

bayi ini diperbolehkan

dalam agama Islam ?

6 Apakah ada akibat

khusus yang akan di

alami bayi jika tidak 75% 2,5% 22,5%

menggunakan gelang

jimat tersebut ?

7 Apakah faktor tradisi

budaya nenek moyang

masih mempengaruhi

terjadinya proses 100%

praktik gelang jimat


55

pada bayi di desa

Lubuk Tampui ini ?

Pertama sebelum penulis membahas tabel di atas terkait fenomena

tradisi gelang jimat bayi itu sudah ada sejak zaman nenek moyang menurut

Ibu Dasita (47 thn) masyarakat Desa Lubuk Tampui jika lahir seorang bayi

kebiasaan/tradisi masyarakat Lubuk Tampui itu memakaikan jimat berupa

gelang untuk bayi mereka yang mana jimat tersebut dipercaya dapat

menjaga bayinya dari gangguan makhluk halus dan tangkal penyakit. Jimat

itu sendiri dibuatkan oleh Pak Rin Siamang yaitu orang yang dipercaya di

Desa Lubuk Tampui.

B. Bagaimana dalil tradisi gelang jimat pada bayi di Desa Lubuk Tampui

Dari tabel di atas bisa kita lihat pada pertanyaan pertama tentang

Apakah Bapak/Ibu percaya kalau jimat pada bayi benar-benar bisa

menangkal penyakit pada bayi. Berdasarkan hasil survey, maka diketahui

bahwa dari 40 responden yang disurvey, maka terdapat 34 responden (85%)

menjawab iya, 1 (2,5%) menjawab tidak, dan 5 responden (12,5%)

menjawab ragu-ragu.

Mengenai kepercayaan masyarakat desa Lubuk Tampui tentang

gelang jimat pada bayi yaitu sebagai berikut :

Pertama, gelang jimat untuk bayi itu untuk tangkal dapan budak

(keterlambatan pada bayi), penjagaan untuk bayi supaya tidak diganggu

makhluk halus, motif dipakainya gelang jimat pada bayi adalah mengikuti
56

adat yang ada dan menuruti perintah orang tua karena gelang jimat pada

bayi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang. 1

Kedua, gelang jimat untuk bayi gunanya untuk penjagaan supaya

tidak diganggu makhluk halus, supaya tidak menjadi anak yang rewel dan

kebal dari macam-macam penyakit. Motif dipakainya gelang jimat pada

bayi karena mengikuti perintah orang tua dan menghormati adat yang ada. 2

Pertanyaan kedua, tentang Apakah bayi yang baru lahir harus

dipakaikan gelang jimat. Berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa dari 40

responden 37 responden (92,5%) menjawab iya, sedangkan yang menjawab

tidak tidak ada, dan yang menjawab ragu-ragu 3 responden (7,5%).

Adapun pertanyaan ketiga, tentang Apakah gelang jimat pada bayi

ini benar-benar memberi manfaat pada bayi Bapak/Ibu. Berdasarkan hasil

survey, diketahui bahwa dari 40 responden 33 responden (82,5%) menjawab

iya, sedangkan yang menjawab tidak tidak ada, dan 7 responden (17,5%)

menjawab ragu-ragu.

Pertanyaan keempat, tentang Apakah gelang jimat pada bayi ini

sangat berpengaruh pada bayi Bapak/Ibu. Berdasarkan hasil survey,

diketahui dari 40 responden 36 responden (90%) menjawab iya, sedangkan

yang menjawab tidak tidak ada, dan 4 responden (10%) menjawab ragu-

ragu.

1
Wawancara dengan Ibu Haripa (40th), Masyarakat Desa Lubuk Tampui, pada 21 Februari
2021 pukul 17:10.
2
Wawancara dengan Ibu Sasilawati (23th), Masyarakay Desa Lubuk Tampui, pada 25
Februari 2021 pukul 16:59.
57

Untuk pengaruh setalah dipakaikannya gelang jimat pada bayi ini

penulis menyimpulkan dari semua jawaban dukun bayi dan dari masyarakat

yang mempunyai bayi di desa Lubuk Tampui hampir sama semua

jawabannya yaitu ada dua jawaban sebagai berikut :

1. Untuk bayi yang rewel setelah dipakaikan jimat biasanya kalau sudah

besar akan menjadi anak yang nakal tapi pintar.

2. Pengaruh dari jimat yang dipakaikan pada bayi itu sendiri si bayi akan

menjadi anak yang cerdas dan pintar.

Dari dua jawaban di atas pengaruh yang dilihat oleh dukun bayi dan

masyarakat yang mempunyai bayi setelah dipakaikannya gelang jimat pada

bayi mereka yaitu anaknya sebagian ada yang nakal tapi pintar dan cerdas

dan pintar.

C. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap dalil tradisi tersebut

Disini pada pertanyaan kelima yaitu tentang dalil (pendapat)

masyarakat Desa Lubuk Tampui terkait gelang jimat pada bayi berikut

pertanyaanya, tentang Apakah menurut Bapak/Ibu jimat pada bayi ini

diperbolehkan dalam agama Islam. Berdasarkan hasil survey, dari 40

responden 33 responden (82,5%) menjawab iya, 2 responden (5%)

menjawab tidak, dan 5 responden (12,5%) menjawab ragu-ragu.

Dan berikut ini wawancara peneliti dengan Tokoh agama mengenai

tradisi gelang jimat pada bayi :

Pertama, menurut Tokoh Agama ke-1, berikut adalah hasil

wawancara peneliti dengan beliau :


58

“Menurut agama jimat itu syirik karena jimat biasa dibuat atau di

ucapkan jampi yang menyimpang atau meminta kepada selain Allah SWT.,

tapi jika bayi rewel dibacakan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an itu boleh

dengan syarat ayat Al-Qur’an tersebut tidak boleh ditambah-tambahkan

ataupun dikurangi isi dan kandungan dari ayat Al-Qur’an tersebut dan lagi

jimat yang dituliskan ayat-ayat Al-Qur’an tidak boleh dibawa kedalam

toilet, adapun dalam QS. Al-Baqara ayat 21-22:

‫َّاس اعبُ ُدو َاربَّ ُك ُم الَّ ِّذي َخلَ َق ُكم َوالَّ ِّذي َن ِّمن قَـبلِّ ُكم لَ َعلَّ ُكم تَـتَّـ ُقو َن‬
ُ ‫آييُّـ َها الن‬

ِّ ‫السم‬
‫آء َمآ‬ ِّ ِّ ‫السم‬ ِّ ‫الَّ ِّذي جعل لَ ُكم االَر‬
َ َّ ‫آء ۖ َّواَنـ َز َل م َن‬
ً َ‫آء بن‬
َ َ َّ ‫ض ف َرا ًشا َّو‬
َ ُ َ ََ

‫اد َّاواَنـتُم تَـعلَ ُمو َن‬


ً ‫الل اَن َد‬ ِّ ‫ءفَاَ خرج بِّه ِّمن الثَّم ٰر‬
ِِّّٰ ‫ت ِّرزقًا لَّ ُكم ۚ فَالَََتعلُو‬
َ َ َ ََ ً

Artinya : “ Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan


kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa,
(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia hasilakan dengan (hujan) itu buah-buahan
sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu
mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu
mengetahui”.
Ayat di atas menjelaskan tentang tidak boleh nya meminta/

menyembah selain kepada Allah SWT. Yang mampu menyembuhkan

penyakit dan menolak bala’ karena itu merupakan syirik. 3

3
Wawancara dengan pak Padila (49th), Tokoh Agama Desa Lubuk Tampui, pada 25
Februari 2021 pukul 17:30.
59

Kedua, menurut pendapat Tokoh Agama kedua, berikut hasil

wawancara penulis dengan beliau :

“Menurut beliau jimat itu adalah sebagai penjagaan supaya si bayi

dijauhkan dari gangguan jin, setan dan arwah nenek moyang. Dengan syarat

azimat yang dipakai bukanlah yang berbau ke syirikan”. 4

Berbeda pandangan antara Bapak Padila Tokoh Agama yang

pertama di atas yang tidak memperbolehkan sepenuhnya memakai jimat

untuk bayi, menurut Bapak Rin jimat untuk bayi itu boleh itu tidak syirik

asal dibuatnya dengan cara yang benar dan tidak menyimpang atau meminta

kepada selain Allah SWT. Dan lagi jimat untuk bayi ini sudah menjadi adat

masyarakat Desa Lubuk Tampui yang sudah ada sejak zaman nenek

moyang yang mana adat ini belum pernah ditinggalkan. Untuk pengaruh

dari jimat yang dipakaikan pada bayi itu sendiri si bayi akan menjadi anak

yang cerdas dan pintar. Si bayi mulai dipakaikan jimat dari umur 0-1 tahun

saja.

Sedangkan ayat Al-Qur’an yang biasa dipakai untuk jimat bayi yaitu

Surah An-Naas, Al-Falaq, Al-Ikhlaas dan Ayat Kursi serta diucapkannya

kalimat tauhid yang dipercaya dapat menjaga bayi dari gangguan arwah

nenek moyang, jin, setan, dan dapat menyembuhkan penyakit dapan budak

(keterlambatan pada bayi). Adapun jimat dari tumbuhan tidak dibacakan

apa-apa langsung dipakaikan pada bayi saja.5

4
Wawancara dengan pak M. Samin ( 70th), Tokoh Agama Desa Lubuk Tampui, pada 20
Februari 2021 pukul 15:38.
5
Wawancara dengan Pak Rin (55th), Dukun Bayi Desa Lubuk Tampui, pada 14 Maret
2021 pukul 17:06.
60

Menurut pandangan kedua ini, sependapat dengan Bapak Rin jimat

untuk bayi diperbolehkan selama tidak meminta selain kepada Allah SWT.

Hanya percayakan bahwa penyakit, gangguan dan kesembuhan datangnya

dari Allah SWT. Jimat ini terbagi dua pertama jimat untuk bayi yang tidak

rewel dan tidak ada penyakit bawaan lahir yaitu di sebut “Pagar” untuk

menjaga diri supaya dijauhkan dari segala bayangan macam penyakit, dan

untuk bayi yang rewel dan terkena penyakit dapan budak (penyakit bawaan

lahir) di sebut jimat pengusir setan / sawan. Untuk pengaruh sendiri si kecil

yang rewel setelah dipakaikan jimat biasanya jadi anak yang nakal tapi

pintar. Sama seperti halnya bacaan atau tulisan yang dipakai oleh Bapak Rin

di atas, Bapak Supardi ini juga memakai surah An-Naas, Al-Falaq, Al-

Ikhlas dan ayat kursi serta diucapkannya kalimat tauhid untuk membuat

jimat untuk bayi.6

Dalam hadis disebutkan sebgai berikut :

َ ‫وب قَ َاال َح َّدثَـنَا َعبَّادُ ب ُن َعبَّ ٍاد َعن ِّه‬


‫ش ِّام ب ِّن‬ َ ُ‫َح َّدثََِّن ُس َري ُج ب ُن يُون‬
َ ُّ‫س َوَُي ََي ب ُن أَي‬

ِّ ُ ‫عُروةَ َعن أَبِّ ِّيه َعن َعائِّ َشةَ قَالَت َكا َن رس‬
ِّ َّ ‫الل صلَّى‬
َ ‫اللُ َعلَيه َو َسلَّ َم إِّذَا َم ِّر‬
‫ض‬ َ َّ ‫ول‬ َُ َ

ُ ‫ات فِّ ِّيه َج َعل‬


‫ت‬ َ ‫ضهُ الَّ ِّذي َم‬ َ ‫ات فَـلَ َّما َم ِّر‬
َ ‫ض َم َر‬ َُ َ ‫َحد ِّمن أَهلِّ ِّه نَـ َف‬
ِّ ‫ث َعلَي ِّه ِِّبلمع ِّو َذ‬
َ‫أ‬

‫ث َعلَي ِّه َوأَم َس ُحهُ بِّيَ ِّد نَـف ِّس ِّه ِّأل َََّّنَا َكانَت أَعظَ َم بَـ َرَك ًة ِّمن يَ ِّدي َوِِّف ِّرَوايَِّة َُي ََي‬
ُ ‫أَنـ ُف‬

6
Wawancara dengan Pak Supardi (52th), Dukun Bayi Desa Lubuk Tampui, pada 21
Februari 2021 pukul 16:05.
61

ٍ َ‫ب ِّن أَيُّوب ِِّبُع ِّوذ‬


‫ات‬ َ َ

Artinya :”Telah menceritakan kepadaku Suraij bin Yunus dan Yahya bin
Ayyub keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Abbad
bin 'Abbad dari Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari 'Aisyah
dia berkata, "Apabila salah seorang istri Rasulullah ‫ ﷺ‬sakit, beliau
tiupkan kepadanya surat-surat mu'awwidzaat. Maka tatkala beliau
sakit hampir meninggal, kutiupkan pula kepadanya dan kusapukan
tangannya ke tubuhnya, karena tangan beliau lebih besar
barakahnya daripada tanganku." Dan di dalam riwayat Yahya bin
Ayyub dengan lafazh 'Mu'awwidzat' tanpa alif lam”.7
Adapun Al-Mu’awwidzatain adalah sebuah sebutan untuk surah al-

Falaq dan surah an-Nas. Disebut demikian karena keduannya mengandung

ta’widz (perlindungan), karena diamalkan untuk berlindung dan

membentengi diri. Keduanya termasuk surah yang utama dalam Al-Qur’an.

Dan keutamaan surah al-Falaq selalu beriringan dengan surah an-Nas . tidak

ada surah yang menyerupainya (yang digunakan untuk meminta

perlindungan/beristi’adzah) di dalam Taurat, Injil, dan bahkan Al-Qur’an

sekalipun. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir

r.a. bahwa Rasulullah bersabda :

ِّ َ‫ت أُن ِّزل َن اللَّيـلَةَ ََل يُـ َرأَو الَ يُـ َرى ِّمثـلَ ُه َّن ال ُم َع ِّوذَت‬
‫ني‬ ٍ ‫أَََل تَـرآَي‬
ََ

Artinya :“Tidakkah kamu melihat beberapa ayat yang telah diturunkan tadi
malam? Belum pernah dilihat atau tidak dilihat ayat yang

7
Ensiklopedia Hadis, Muslim No. 4065 Kitab Salam Bab Meruqyah orang sakit dengan
doa-doa perlindungan, No 2192 Versi Syarh Shahih Muslim.
62

semisalnya. Yakni Al-Mua’wwidzatain (Surah Al-Falaq dan Surah


An-Naas) (HR. Musnad Ahmad)8
Seluruh surah dan ayat di dalam Al-Qur’an adalah obat (bacaan

untuk ruqyah). Sebagaiman firman Allah ‫ ﷻ‬: “Katakanlah, Al-Qur’an itu

adalah petunjuk dan obat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.

Fushshilat:44). Namun, apabila dipilih sebagian ayat-ayat yang ada dalam

Al-Qur’an dan dibacanya, maka semuanya bagus. Akan tetapi, yang paling

penting dibaca dalam ruqyah adalah surah al-Fatihah dan ayat kursi, surah

al-Ikhlas, dan al-Mu’awwidzatain (surah an-Nas dan al-Falaq). Semua surah

ini yang paling penting dibacakan kepada orang sakit. Dan kita semua tahu

bahwa musuh manusia dari lingkungan sekitarnya lebih beragam. Musuh ini

bisa berupa benda mati, hewan kegelapan malam, bangsa jin, dan

sebagainya. Allah SWT dan Rasul-Nya telah mengajarkan kepada hamba-

Nya cara membentengi diri dan melawan musuh-mush tersebut. Allah SWT

berfirman, “Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan,

mohonlah perlindungan kepada Allah.” (QS. Fushsilat: 36)9

Di satu pengertian lain menyebutkan Adapun Al-Mu’awwidzatain

adalah doa yang diajarkan Allah SWT kepada Nabi SAW dan umat-Nya.

Ketika membaca qul dan lanjutannya, seseorang hendaknya dapat

menghadirkan dalan jiwanya kesan bahwa yang memerintahkannya

mengucapkan permohonan itu adalah Allah SWT. Hal ini dapat

8
Ensiklopedia Hadis, Musnad Ahmad No. 1673 kitab Musnad Penduduk Syam Bab Hadits
‘Uqbah bin ‘Amir Al Juhani dari Nabi SAW.

9
A.R. Shohibul Ulum, Fikih Sehari-hari,...Hlm. 435.
63

memberikan ketenangan bagi orang yang membaca surah tersebut dan akan

membantu menghadapi kesulitan yang dihadapi.10

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah SAW. Pernah

sakit yang agak parah, sehingga datanglah kepadanya dua malaikat, yang

satu duduk di sebelah kepalanya dan yang satu lagi di sebelah kakinya.

Berkatalah malaikat di sebelah kakinya kepada yang ada disebelah

kepalanya : “Apa yang engkau lihat? “ Ia berkata: “Dia kena guna-guna”.

Apa guna-guna itu? “ Guna-guna itu sihir”. Siapa yang membuat sihirnya?”

Ia menjawab: “Labid bin al-A’sham Alyahudi yang sihirnya berupa

gulungan yang disimpan di sumur keluarga si Anu di bawah sebuah batu

besar. Datanglah ke sumur itu, timbalah airnya dan angkat batunya

kemudian ambilah gulungannya dan bakarlah”.

Pada pagi hari Rasulullah SAW. Mengutus ‘Ammar bin Yasir

dengan kawan-kawannya. Setibanya di sumur itu tampaklah airnya merah

seperti air pacar. Air itu ditimbanya dan diangkat batunya serta dikeluarkan

gulungannya terus dibakar dan ternyata di dalam gulungan itu ada tali yang

terdiri atas sebelas simpul. Kedua suart ini (An-Naas dan Al-Falaq) turun

berkenaan dengan peristiwa itu, setiap kali Rasulullah mengucapkan satu

ayat terbukalah simpulnya. 11 Adapun pokok isi dari kedua surah tersebut

10
Zuhrida Hayati, Al-Mu’awwidzatain Al-Tafsir Al-Qayyim Karya Ibnu Qayyim Al-
Jauhziyah, Skripsi, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, 2019, Hlm. 38.
11
Qamaruddin Shaleh dan Dahlan, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya
Ayat-Ayat Al-Qur’an, Bandung, CV. DIPONEGORO, Cetakan ke-14, 1992, Hlm. 628.
64

adalah mengenai perintah agar kita berlindung kepada Allah SWT. Dari

segala macam kejahatan.

Adapun surah Al-Ikhlas dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa

kaum musyrikin meminta penjelasan tentang sifat-sifat Allah SWT. Kepada

Rasulullah SAW. Dengan berkata: “jelaskan kepada kami sifat-sifat

Tuhanmu”. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai tuntunan

untuk menjawab permintaan kaum musyrikin.12 Di dalam surah ini kita

disebutkan Dialah Allah yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala

sesuatu, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada

sesuatu yang setara dengan Dia. Bisa kita pahami bahwa tidak ada tempat

meminta selain kepada Allah SWT.

Pertanyaan keenam, tentang Apakah ada akibat khusus yang akan di

alami bayi jika tidak menggunakan gelang jimat tersebut. Berdasarkan hasil

survey, maka diketahui dari 40 responden 30 responden (75%) menjawab

iya, sedangkan 1 responden (2,5%) menjawab tidak, dan 9 responden

(22,5%) menjawab ragu-ragu.

Dan pertanyaan ketujuh, tentang Apakah faktor tradisi budaya nenek

moyang terdahulu masih mempengaruhi terjadinya proses praktik gelang

jimat pada bayi ini. Berdasarkan hasil survey, diketahui dari 40 responden

40 responden (100%) menjawab iya, sedangkan pilihan jawaban tidak, dan

ragu-ragu tidak ada responden yang menjawab.

12
Qamaruddin Shaleh dan Dahlan, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya
Ayat-Ayat Al-Qur’an, Bandung, CV. DIPONEGORO, Cetakan ke-14, 1992, Hlm. 625.
65

Dari hasil penelitian, yang menjadi latar belakang adanya tradisi

gelang jimat bayi ini adalah karena zaman dahulu bayi yang sering

menangis disebabkan oleh selain faktor lapar, mengantuk, atau kesakitan

dianggap sebagai diganggu makhluk halus. Dan juga setelah penulis pahami

zaman dahulu banyak dari orang tua telah memakaikan jimat kepada bayi

mereka. Apabila ditanya untuk apa jimat tersebut, lalu mereka menjawab

untuk mengikuti kebiasaan atau adat dari nenek moyang yang telah turun

temurun.

Adapun faktor yang melatarbelakangi tradisi gelang jimat pada bayi

ini yaitu :

1. Karena kepercayaan nenek moyang terdahulu. Diantara pengikut setia

tradisi, sebenarnya banyak yang sudah mengetahui bahwa tradisi itu

adalah suatu yang diada-adakan dalam agama Islam. Namun mereka

tetap melakukannya karena takut pada masyarakat atau tokoh adat di

desanya.13

2. Karena pengaruh lingkungan, dikarenakan banyak dari masyarakat yang

baru berkeluarga yang sebelumnya tidak mengenal lebih dalam tradisi,

dan mereka berbaur dan hidup bersama dengan masyarakat yang masih

berpegang teguh dengan adat dan tradisi nenek moyangnya, maka

berpengaruhlah terhadap anggota keluarga masyarakat yang lain.14

13
Wawancara dengan Pak Padila (49th), Tokoh Agama Desa Lubuk Tampui, pada 25
Februari 2021 pukul 17:30.
14
Wawancara dengan Ibu Rusmawati (55th), Dukun bayi Desa Lubuk Tampui, pada
tanggal 25 Februari pukul 16:32.
66

Terkait hadis yang penulis angkat dalam skripsi ini yaitu hadis

tentang ruqyah (azimat, jampi dan penangkal), semua narasumber yang

penulis wawancarai tidak mengetahui adanya hadis tersebut, akan tetapi

mereka berpegangan kalau berdoa, meminta pertologan kecuali selain

kepada Allah SWT itu syirik dan tidak boleh dilakukan. Menurut penulis

dengan pemahaman mereka tersebut dan apa yang dilakukannya

cukuplah menjadikan bahwa secara tidak sadar mereka sudah

melakukan living hadis yang diperintahkan Rasulullah SAW. Yaitu kata

Rasulullah SAW tidak apa-apa menggunakan ruqyah selama tidah

mengandung syirik.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan yaitu tradisi gelang

jimat pada bayi di Desa Lubuk Tampui, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Tradisi gelang jimat pada bayi di Desa Lubuk Tampui merupakan tradisi

peninggalan nenek moyang, yang apabila seorang ibu melahirkan

anaknya akan dipakaikannya gelang jimat untuk bayi tersebut guna

untuk penjagaan bayi dan menjauhkan bayi dari berbagai macam

penyakit yang mana dipakaikannya pada bayi umur 0-1 tahun.

2. Terkait hadis yang penulis angkat dalam skripsi ini yaitu hadis tentang

ruqyah (azimat, jampi dan penangkal), semua narasumber yang penulis

wawancarai tidak mengetahui adanya hadis tersebut, akan tetapi mereka

berpegangan kalau berdoa, meminta pertologan kecuali selain kepada

Allah SWT itu syirik dan tidak boleh dilakukan.

3. Pandangan masyarakat tentang gelang jimat pada bayi yaitu ada dua

macam pertama tidak memperbolehkan sepenuhnya memakai jimat

untuk bayi, kedua jimat untuk bayi itu boleh itu tidak syirik asal

dibuatnya dengan cara yang benar dan tidak menyimpang atau meminta

kepada selain Allah SWT. Dan lagi jimat untuk bayi ini sudah menjadi

adat masyarakat Desa Lubuk Tampui yang sudah ada sejak zaman nenek

moyang yang mana adat ini belum pernah ditinggalkan

67
68

B. Saran

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan untuk masyarakat Desa

Lubuk Tampui mengenai tradisi gelang jimat pada bayi di Desa Lubuk

tampui :

1. Bagi masyarakat Desa Lubuk Tampui yang masih memakaikan gelang

jimat pada anak bayinya, hendaknya tau apa hukumnya mempercayai

dan memakaikan jimat. Karena kepercayaan seperti ini dapat

menjerumuskan pada kesyirikan.

2. Bagi para tokoh agama Desa Lubuk Tampui hendaknya mengadakan

majelis untuk masyarakat agar pemahaman tentang ajaran agama Islam

masyarakat lebih meningkat dan tidak ketinggalan.

3. Untuk IRMAS Desa Lubuk Tampui lebih aktif lagi supaya tertanam

jiwa jiwa Islami pada remaja Desa Lubuk Tampui.


Daftar Pustaka

Agus, Bustanuddin, Agama dalam kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi


Agama, Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, 2006.

Ahmad Bin Hanbal, Musnad Ahmad Bin Hanbal Juz IV Cet.1., Riyadh, Baitu al-
Afkar Ad-Dauliyyah Li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1419 H/1998 M.

Al-Bugha, Musthafa Dib dkk, Syarah Riyadhush Shalihin Imam an-Nawawi,


Jakarta, Gema Insani, 2018.

Al-Dzahabi, Imam, Ensiklopedia Dosa-Dosa Besar, Jakarta, Zaman, Cetakan 1,


2016.

Al-Qaradhawi, Yusuf, Tuntas Memahami Halal dan Haram, Jakarta, Qalam,


Cetakan 1, 2017.

Arikunto, Suharimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT


Renaka Cipta, Cet. 5, 2002.
Arisiana, Thias, Hadis-Hadis Tentang Ruqyah Syar’iyyah (Kajian Ma’anil Hadis),
dalam Junal.stit-almuslihuun.ac.id , Vol 1 No 1, September 2019.

Arsip Kantor Kepala Desa Lubuk Tampui.

Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung, PT. Remaja


Rosdakarya, 2013.

Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women, Bogor,


Lajnah Penashih Mushaf Al-Qur’an, 2007.

Devi, Intan Sari, Studi Perbandingan Paradigma Fungsionalisme Struktural VS


Strukturalisme Levi-Strauss, dalam jurnal.iainkediri.ac.id, Vol. 2 No. 1, Juli
2018.

Ensiklopedia Hadis Musnad Ahmad, Hadis No. 3433, Kitab Musnad Sahabat yang
Banyak Meriwayatkan Hadis, Bab Musnad Abdullah bin Mas’ud
Radhiallahuta’ala’anhu. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Sunan Ibnu Majah
No. 3521, Kitab Pengobatan, Bab Menggantungkan Jimat.

Ensiklopedia Hadis, Muslim No. 4065 Kitab Salam Bab Meruqyah orang sakit
dengan doa-doa perlindungan, No 2192 Versi Syarh Shahih Muslim.

Fitri, Diana, Simbolisme Al-Qur’an Sebagai Rajah (Studi Terhadap Rajah Rabu
Pungkasan di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kendal), Skripsi, Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2018.
Hadi, Sutrisno, Statistik Jilid II, Yogyakarta, Andi Offset, 1989.

Hasiah, Syirik Dalam Perspetif Al-Qur’an, dalam jurnal.iain-


padangsidimpuan.ac.id, Yurisprudentia Vol 3 No 1, Juni 2017.

Hayati, Zuhrida, Al-Mu’awwidzatain Al-Tafsir Al-Qayyim Karya Ibnu Qayyim


Al-Jauhziyah, Skripsi, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin, 2019.

https://muslim.or.id/42823-hukum-jimat-dengan-menggunakan-al-quran.html,
diakses pada 30 Mei 2021.

Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud Latar Belakang


Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul, diterjemahkan oleh H. M. Suwarta
Wijaya, B.A dan Drs. Zafrullah Salim, Jakarta, Kalam Mulia, Cetakan
keduabelas, November 2011.

Ilmu, Nafa’ana Binuri, Azimat Dahsyat Kalimat Tauhid, Yogyakarta, Araska, 2019.

Jamil, Abdul, Abdurrahman Ma’ud, dkk, Islam dan kebudayaan Jawa,


Yogyakarta, Gama Media, 2000.

Khairul Hadi bin Mohammad, Makna Syirik dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir
Tematik dan Kaitannya dengan Fenomena Kahidupan Sekarang), Skripsi,
Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim, Riau,
2013.

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta, UI Press, 1987.

Kristiano, Imam, Kesenian Reyog Ponorogo dalam Teori Fungsionalisme, dalam


jurnal e-journal.hamzanwadi.ac.id., Vol.2, No. 1, Juni 2019.

Mujahidin, Anwar, “Ananlisis Simbolik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an Sebagai


Jimat Dalam kehidupan Masyarakat Ponorogo” dalam
Ejournal.radenintan.ac.id, Vol 10, No. 1, Juni 2016.

Mulyadi, Yadi, Al-Qur’an dan Jimat, Skripsi, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2017.

Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara,
1999.

Prihadi, Endra K, Makhluk Halus Dalam Fenomena Kemusyrikan, Jakarta, Salemba


Diniyah, Cet. 1, 2004.
Putra, Erik Ade, Anak Berkesulitan Belajar di Sekolah Dasar Se-Kelurahan
Kalumbuk Padang (Penelitian Deskripstif Kuantitatif), Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, Vol. 4 No. 3, September 2015.

Sarinastiti, Agidea, Tradisi Pengalungan Benang Jimat Pada Bayi Di Dukuh


Mudalrejo Desa Kedungsari kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, Skripsi,
Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora, UIN Walisongo, Semarang, 2018.

Shaleh, Qamaruddin dan Dahlan, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis


Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Bandung, CV. DIPONEGORO, Cetakan
ke-14, 1992.

Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar
Baru, 2001.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,


2015.

Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung, Tarsito, 1940.

Suryadilaga, Muhammad Alfatih, “Model-model Living Hadis” dalam Sahiron


Syamsuddin Ed., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta, TH Press, 2005.

Suyadi, Agus, Solahudin, M. Agus, Ulumul Hadis, Bandung, Pustaka setia, 2009,
Hlm. 15.

Syafi’ul Huda dan Saifuddin Zuhri Qudsy, Kontestasi Hadis Azimat Di Masyarakat
Online, dalam Ejournal.unuja.ac.id, Vol 6, No. 2, Juli-Desember 2019.

Syaikhu Z, M. Assyafi’, Karomahan (Studi Tentang Pengamalan Ayat-Ayat Al-


Qur’an Karomahan di Padepokan Macan Putih Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk, Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN
Surakarta, Surakarta, 2017.

Syaukani, Imam, Melusukan Aqidah Islam, Bandung, Mizan, 2001.

Terjemah Tafsir Jalalin Jilid 1 Penerjemah Abu Firly Bassam Taqiy, Jakarta, Senja
Media Utama, Cet.1, 2018.

Ulum, A.R. Shohibul, Fikih Sehari-hari, Yogyakarta, Mueeza, Cetakan 1, 2019.

Wawancara dengan Ibu Dahlia (63th), Masyarakat Desa Lubuk Tampui, pada
tanggal 17 Maret pukul 17:10.
Wawancara dengan Ibu Haripa (40th), Masyarakat Desa Lubuk Tampui, pada 21
Februari 2021 pukul 17:10.
Wawancara dengan Bapak M. Samin ( 70th), Tokoh Agama Desa Lubuk Tampui,
pada 20 Februari 2021 pukul 15:38.

Wawancara dengan Bapak Naicon (50th), Masyarakat Desa Lubuk Tampui, pada
tanggal 20 Februari 2021 pukul 16:30.

Wawancara Dengan Nenek Tunak (87 Thn), Masyarakat Desa Lubuk Tampui pada
tanggal 17 Maret 2021 pukul 16:45.

Wawancara dengan Bapak Padila (49th), Tokoh Agama Desa Lubuk Tampui, pada
25 Februari 2021 pukul 17:30.

Wawancara dengan Bapak Rin (55th), Dukun Bayi Desa Lubuk Tampui, pada 14
Maret 2021 pukul 17:06.

Wawancara dengan Ibu Rusmawati (55th), Dukun bayi Desa Lubuk Tampui, pada
tanggal 25 Februari pukul 16:32.

Wawancara dengan Ibu Sasilawati (23th), Masyarakay Desa Lubuk Tampui, pada
25 Februari 2021 pukul 16:59.

Wawancara dengan Bapak Supardi (52th), Dukun Bayi Desa Lubuk Tampui, pada
21 Februari 2021 pukul 16:05.
LAMPIRAN
INTERVIEW GUIDE

Kuesioner

ANGKET RESPONDEN

TRADISI GELANG JIMAT PADA BAYI DI DESA LUBUK TAMPUI


KECAMATAN PENUKAL UTARA KABUPATEN PENUKAL ABAB
LEMATANG ILIR (PALI)

A. Identitas responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
B. Petunjuk pengisian
1. Kuesioner ini terdiri dari item pernyataan, bertujuan untuk menggalih
informasi terkait tradisi gelang jimat pada bayi di desa Lubuk Tampui,
isilah seluruh kuesioner ini sesuai dengan petunjuk pengisian di bawah.
2. Apa yang Anda isi tidak ada kaitannya dengan nilai Anda, oleh karena
itu isilah setiap item pernyataan dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan
apa yang Anda alami, rasakan dan lakukan.
3. Pilihlah salah satu jawaban dengan menyilang (X) satu angka (a, b, atau
c) dari pilihan jawaban yang menurut anda benar.
4. Pastikan Anda telah mengisi seluruh pernyataan dalam kuesioner ini.
Berikut pertanyaannya :
1. Apakah Bapak/Ibu percaya kalau jimat pada bayi benar-benar bisa
menangkal penyakit pada bayi ?
a. Iya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
2. Apakah bayi yang baru lahir harus dipakaikan gelang jimat ?
a. Iya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
3. Apakah gelang jimat pada bayi ini benar-benar memberi manfaat pada bayi
Bapak/Ibu ?
a. Iya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
4. Apakah gelang jimat pada bayi ini sangat berpengaruh pada bayi Bapak/Ibu
?
a. Iya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
5. Apakah menurut Bapak/Ibu jimat pada bayi ini diperbolehkan dalam agama
Islam?
a. Iya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
6. Apakah ada akibat khusus yang akan di alami bayi jika tidak menggunakan
gelang jimat tersebut ?
a. Iya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
7. Apakah faktor tradisi budaya nenek moyang terdahulu masih
mempengaruhi terjadinya proses praktik gelang jimat pada bayi ini ?
a. Iya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
Daftar Pertanyaan Tambahan

Wawancara dengan Dukun Bayi

1. Apa pemahaman Bapak/Ibu tentang jimat pada bayi ?

2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu pemakaian jimat dalam ajaran agama Islam ?

3. Ada berapa macam jimat yang dipakaikan pada bayi ?

4. Sejak kapan bayi dipakaikan gelang jimat ?

5. Apa pengaruhnya pada bayi setelah dipakaikan gelang jimat ?

6. Apakah ada akibatnya jika bayi tidak dipakaikan gelang jimat?

7. Apa benda atau bahan yang digunakan untuk membuat jimat?

Wawancara dengan Tokoh Agama dan Tokoh Mayarakat

1. Apa pemahaman Bapak/Ibu tentang jimat pada bayi ?

2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu pemakaian jimat dalam ajaran agama Islam ?

3. Apa faktor yang melatarbelakangi tradisi gelang jimat pada bayi ?

4. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu terhadap hadis yang membolehkan

pemakaian jimat ?

Wawancara dengan Masyarakat

1. Apa pemahaman Ibu tentang jimat pada bayi ?

2. Bagaimana menurut Ibu pemakaian jimat dalam ajaran agam Islam ?

3. Apakah ada pengaruh dan akibat khusus pada bayi setelah dipakaikan gelang

jimat ?

4. Apa yang menjadi faktor bayi dipakaikan gelang jimat ?


Contoh isi dari gelang jimat bayi di Desa Lubuk Tampui
Foto Ibu Sasilawati dan anaknya

(Masyarakat Desa Lubuk Tampui)


Foto Bapak Rin dan Bapak Supardi

(Dukun Bayi di Desa Lubuk Tampui)


Foto Bapak M. Samin dan Bapak Padila

(Tokoh Agama sekaligus Tokoh Adat Desa Lubuk Tampui)


Foto Nenek Tunak

(Orang yang di Tua kan di Desa Lubuk Tampui)


Foto- foto saat wawancara masyarakat di Desa Lubuk Tampui
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Preselia Virgin Azizah

Tempat/Tgl Lahir : Lubuk Tampui, 24 Mei 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

NIM : 1730303059

Alamat Rumah : Desa Lubuk Tampui Kec. Penukal Utara Kab. PALI
Nama Orang Tua
1. Ayah : Pajar

2. Ibu : Dasita

Saudara Kandung : Inggit Gading Ramadhan

: Faris Ahmad Azizan

Riwayat Pendidikan

a. SDN 07 Penukal Utara lulus tahun 2011

b. MTS Ponpes Qodratullah Langkan lulus tahun 2014

c. MAN 1 Sekayu lulus tahun 2017

Pengalaman Organisasi

a. Anggota Pramuka MAN 1 Sekayu

b. PERMA PALI (Persatuan Pemuda Mahasiswa Penukal Abab Lematang Ilir)

Anda mungkin juga menyukai