Anda di halaman 1dari 11

BALAGHAH AL-QUR’AN

Tasybih dalam al-Qur’an

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Balaghah al-Qur’an

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag.

Disusun oleh :

Nuris Shobahah (16530005)

Misbahul Wani (16530006)

Ahmad Habibur Rohman (16530007)

Muhammad Sultan Lathif R. (16530008)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019
Daftar Isi :

Cover ..........................................................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................................... vi
A. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
1. Latar belakang ................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
B. Pembahasan ........................................................................................................... 2
1. Pengertian Tasybih .......................................................................................... 2
2. Ragam Tasybih................................................................................................ 3
3. Tujuan Tasybih................................................................................................ 4
4. Contoh Tasybih dalam al-Qur’an .................................................................... 5
C. Penutup .................................................................................................................. 8
1. Kesimpulan ..................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 9

vi | B a l a g h a h a l - Q u r ’ a n
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam ilahi yang diperuntukkan kepada umat manusia
sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Sebagai umat islam sudah selayaknya
mempelajari dan mengkaji isi kandungan Al-Qur’an. Dalam upaya mengkaji dan
memahami isi Al-Qur’an kita harus terlebih dahulu memahami bagaimana gaya bahasa
yang digunakan dalam Al-Qur’an, sebab tanpa kita memahami gaya Bahasa dalam al-
Qur’an tersebut, akan sangat kesulitan jika dalam menafsirkan isi Al-Qur’an yang
menggunakan Bahasa perumpamaan atau bersifat tersirat. Dan untuk mengkaji Bahasa
dalam Al-qur’an salah satunya adalah membahas mengenai Tasybih/ perumpamaan, ada
disiplin ilmu yang khusus membahas mengenai hal itu yakni ilmu Balaghah al-Qur’an.
Ilmu ini dapat dikatakan penting untuk dikaji mengigat gaya bahasa Al-Qur’an yang
mengandung sastra didalamnya dan tidak dapat dipahami hanya dengan mengkaji kalimat
secara langsung. Namun kita harus mempelajari bagaimana caranya agar kita dapat
menyingkap keindahan bahasa Al-Qur’an tersebut. Disamping itu, ilmu balaghah
merupakan suatu langkah dalam mempelajari dan menghidupkan sastra Arab.

Menyadari akan pentingnya memahami ilmu Balaghah al-Qur’an terutama


mengenai Tasybih dalam Al-Qur’an, maka tulisan ini secara khusus membahas Tasybih
dalam Al-Qur’an dimana didalamnya terdapat beberapa hal yang memiliki sifat dengan hal
lain yang kita kenal dengan Tasybih. Dan semoga dengan mempelajari salah satu cabang
dari ilmu Balaghah ini yaitu Tasybih, kita bisa memahami bagaimana kandungan sastra
yang ada dalam al-Qur’an.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Tasybih ?
b. Bagaimana ragam dan Tujuan Tasybih ?
c. Bagaimana coontoh tasybih dalam Al-Qur’an ?

1|Balaghah al-Qur’an
B. Pembahasan
1. Pengertian Tasybih
Adapun pengertian tasybih menurut Bahasa berarti tasmtsil (ٌ‫ )ت َ ْمثِيْل‬yaitu
perumpamaan. Sedangkan menurut Istilah adalah penjelasan suatu hal atau beberapa hal
yang memiliki sifat dengan hal lain. Dengan menggunakan huruf kaf atau sejenisnya, baik
disebutkan huruf tersebut atau tidak.1 Kemudian ada beberapa unsur unsur (rukun rukun)
tasybih, antara lain :
a. Musyabbah (ٌُ‫شبَّه‬
َ ُ ‫ )المـ‬yaitu sesuatu yang diserupakan.
b. Musyabbah bih (ٌ‫شبَّهُ ٌب ِه‬
َ ُ ‫ )المـ‬yaitu sesuatu yang diserupai. Kedua unsur ini disebut
tharafait tasybih (kedua pihak yang diserupakan).
ْ َّ ‫ )أَداةٌُالت‬yaitu alat untuk menyerupakan, biasanya berupa huruf huruf
c. Adat Tasybih (ٌ‫شبي ِه‬
seperti kaf, ka-anna, dan lain sebagainya, bisa ada atau tidak.
َّ ‫)وجْ هُ ٌال‬
d. Wajah Syibeh/ Wajhusy-syabah (ٌ‫شبَ ِه‬ َ yaitu sifat yang aspek persamaannya
terdapat pada kedua pihak yang diserupakan terssebut. Syaratnya sifat yang ada pada
wajah syibeh tersebut harus lebih kuat dan lebih dikenal pada musyabbah bih daripada
pada musyabbah.2

Contoh :
ٌ‫ع ِة‬
َ ‫ش َجا‬ َ َ ‫خَا ِلدٌ َك ْاْل‬
َّ ‫سدٌِفِيٌال‬
Artinya : "Khalid seperti singa dalam keberanian”.

1
Dr. Ruslan Adjun, Balaghah Bag 1 Ilmu Bayan, (Yogyakarta : andalas press, 1979), hlm. 10
2
Ali al Jarim & Musthafa Amin, Terjemah Al-Balaghatul Waadhihah, (Bandung : Sinar baru algesindo, 2013), hlm. 20-
21.

2|Balaghah al-Qur’an
2. Ragam Tasybih
Perihal tasybîh sendiri memiliki beberapa klasifikasi serta kriterianya. Diantaranya
adalah:
a. Dilihat dari aspek wajh Syabah, maka ada dua macam tasybîh: yaitu Tasybîh Tamtsîl
dan Tasybîh Ghoiru Tamtsîl.3
1) Tamtsîl: tasybîh yang wajh syabah-nya diambil dari lafadz yang banyak. Misal
daam ayat berikut:

ٌ َ‫ْص ُرون‬ ٌ ٌٍ‫ظلُ َمات‬


ِ ‫لٌَّيُب‬ ُ ٌ‫ٌوت ََر َك ُه ْمٌفِي‬ ِ ُ‫ٌّللاٌُ ِبن‬
َ ‫ور ِه ْم‬ ‫َب ه‬ َ ‫اءتٌ َماٌ َح ْولَ ٌهٌُذَه‬
ْ ‫ض‬ َ َ ‫َمثَلُ ُه ْمٌ َك َمث َ ِلٌالَّذِيٌا ْست َْوقَدٌَنَاراًٌفَلَ َّماٌأ‬
١٧-
Perumpamaan mereka (munafiqun) seperti orang-orang yang menyalakan api,
setelah menerangi sekelilingnya, Allah Melenyapkan cahaya (yang menyinari)
mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.4

Artinya, hal-hal yang diserupakan pada orang munafik itu berlapis-lapis. Lapisan
yang dimaksud adalah, menyalaka api, tapi sinarnya api itu tidak memberikan
jalan, melainkan berada dalam kesesatan.

2) Tasybîh Ghoiru Tamtsîl: sebaliknya dari pada tamtsîl, yaitu tasybîh yang wajah
syabahnya tidak diambil dari lafadz yang banyak.
b. Dilihat dari aspek wujud dan tidaknya Wajh Syabah, tasybîh terbagi menjadi dua
yaitu: Tasybîh Mufassol dan Mujmal.
1) Tasybîh Mufassol,adalah tasybîh yang menyebutkan wajh syabahnya. Misalnya
dalam syair:5

ٌ‫صفَاءٌٌٌٌٌٌٍ ٌَوأ َ ْد ُم ِع ْيٌ َكالأل ِل ْي‬


َ ٌ‫َوث َ ْغ ُرهٌُفِ ْي‬
" Gigi serinya dan Air mataku bagaikan Mutiara
dalam hal sama jernihnya"

3
M. Yasin Bin Isa Al-Fadani, Husnu As-Siyâgah, (Rembang: Maktab Al-Barakat, tanpa tahun), Hal. 91
4
QS (Al-Baqarah:17).
5
M. Yasin Bin Isa Al-Fadani, Husnu As-Siyâgah, (Rembang: Maktab Al-Barakat, tanpa tahun), Hal. 92

3|Balaghah al-Qur’an
dalam hal ini yang di maksud adalah lafadz ٌٍ‫صفَاء‬
َ ٌ‫ فِ ْي‬sebagai yang disebut.
2) Tasybîh Mujmal, adalah tasybîh yang tidak menyebutkan wajh syabahnya.
Misalanya perkataan berikut:
“Ulumul Qur’an bagi Mahasiswa IAT, seperti garam pada makanan”

Yang dapat kita tangkap adalah Ulumul Qur’an dan garam sama sama pokoknya
di posisi masing masing. Namun, lafadz pokok inilah yang tidak disebutkan,
namun makna tersapaikan.

c. Dilihat dari aspek mempertahankan Adât Tasybîh dan tidak. Dalam hal ini ada dua
klasiifikasi juga, yaitu: Tasybîh Mu’akkad dan Mursal.
1) Tasybîh Mu’akkad, jenis tasybîh yang membuang media tasybîhnya (Adât
Tasybîh).

ْ ِ‫( ُه َوٌبَحْ رٌف‬Dia itu bagai lautan dalam kedermawanannya).


Misal : ‫يٌالجو ٌِد‬
2) Tasybîh Mursal, sebaliknya dari pada mu’akkad, yaitu mempertahankan media
tasybîhnya (Adât Tasybîh).
Misal: ‫ه َوٌ َكال َبحْ ِرٌ َك َر ًما‬
ُ (Dia itu bagai lautan dalam kedermawanannya).6

3. Tujuan Tasybih
a. Menjelaskan kemungkinan pada musyabbah
Penjelasan ini diberikan apabila ada sesuatu yang aneh dalam musyabbah, keanehan
itu hanya bisa hilang dengan menyebutkan bandingannya. Jadi fungsi adanya tasybih
ialah untuk menjelaskan atau menghilangkan sesuatu yang semula dianggap aneh,
menjadi tidak aneh lagi7

6
M. Yasin Bin Isa Al-Fadani, Husnu As-Siyâgah, (Rembang: Maktab Al-Barakat, tanpa tahun), Hal. 93
7
Ruslan Adjun, Balaghah Bagian ke-1 Ilmu Bayan, (Yogyakarta: Andalas Press, 1979), hlm 41

4|Balaghah al-Qur’an
b. Menerangkan keadaan musyabbah
Apabila tidak ada tasybih setelah musyabbah, maka sifat musyabbah belum bisa
diketahui secara jelas. Karena tasybih disini berfungsi untuk menjelaskan sifat atau
keadaan musyabbah itu sehingga musyabbah itu dapat diketahui8
c. Menjelaskan ukuran keadaan musyabbah
Penjelasan ini diberikan karena sebelum adanya tasybih, musyabbah itu sifatnya atau
keadaanya diketahui secara global saja, setelah adanya tasybih, sifatnya itu dikenal
secara detail artinya diketahui kadar keadaannya. Jadi tasybih ini berfungsi untuk
menjelaskan kadar keadaan musyabbah itu9
d. Menegaskan keadaan musyabbah
Apabila sesuatu yang disandarkan kepada musyabbah itu membutuhkan penegasan
dan penjelasan dengan tasybih (perumpamaan)10
e. Memuji, mencela, ataupun menampakkan kebenarannya
Tasybih dapat berfungsi untuk memperindah ataupun memperburuk musyabbah11

4. Contoh Tasybih dalam al-Qur’an


Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya yaitu mengenai ragam dan fungsi tasbih
itu sendiri, maka contoh-contoh yang diambil pada baguan ini adalah lebih pada
pendekatan tujuan tashbihnya. Berikut beberapa contoh dalam al-Qur’an
a. Jika tujuan tasybih secara umum adalah untuk menjelaskan atau menggambarkan
sifat dari yang ditasybihkan,12 begitu juga dengan al-Qur’an, terdapat banyak ayat
yang terdapat tasybihnya dalam menggambarkan sesuatu yang masih bersifat
abstrak13. Seperti Q.S al-Baqarah: 265.

8
Ali Al-Jarim, Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah, Terj. Mujiyo Nurkholis, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2013), hlm. 71-71
9
Muhammad Zamroji, Mutiara Balaghah Jauharul Maknun dalam Ilmu Ma’ani, Bayan dan Badi’, (Kediri: Santri
Salaf Press, 2017), hlm 312
10
Ali Al-Jarim, Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah, Terj. Mujiyo Nurkholis, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2013), hlm. 71-71
11
Mardjoko Idris, Ilmu Bayan Kajian retorika Berbahasa Arab, (Yogyakarta: Karya Media, 2017), hlm. 60
12
M. Zamroji & H. Nailul Huda, Mutiara Balaghah Jawahirul maknun, (Jawa Timur: Santri Salaf Press, 2017) Hlm.
312
13
lihat M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Jakarta: Lentera Hati, 2013). Hlm. 148

5|Balaghah al-Qur’an
ٌ‫اٌوابِل‬ َ َ ‫اٌم ْنٌأ َ ْنفُ ِس ِه ْمٌ َك َمث َ ِلٌ َجنَّةٌٍبٌِ ٌَرب َْوةٌٍأ‬
َ ‫صابَ َه‬ ِ ً ‫ٌّللاٌِ َوت َثْبِيت‬
ٌَّ ِ‫ضاة‬َ ‫َو َمثَلٌُالَّذِينَ ٌيُ ْن ِفقُونَ ٌأ َ ْم َوالَ ُه ُمٌا ْبتِغَا َءٌ َم ْر‬
ٌ‫صير‬ ِ َ‫ّللاٌُبِ َماٌت َ ْع َملُونَ ٌب‬
ٌَّ ‫ٌو‬ َ َ‫اٌوابِلٌف‬
َ ‫ط ٌّل‬ ٌَ ‫ُص ْب َه‬ ِ ‫اٌض ْعفَي ِْنٌفَإ ِ ْنٌلَ ْمٌي‬ ِ ‫َتٌأ ُ ُكلَ َه‬ْ ‫فَآت‬
“dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang
terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka
hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.”14

b. Sebagaimana tasbih digunkan untuk memantapkan keadaan,15 begitu juga dengan


ayat al-Qur’an adakalanya ayat Qur’an menggunakan tasbih untuk menguatkan
sesuatu yang jika positif atau negatif maka benar-benar digambarkan negatif ataupun
positifnya, hal ini supaya menggiring manusia ikut membenci hal-hal yang negatif
dan menyukai hal-hal yang positif.16 Seperti Q.S al-Baqarah: 275 yang
menggambarkan kejelekan seseorang yang memakan riba.

ٌ‫ِّسٌذَلَِكَ ٌ ِبٌأ َنَّ ُه ْمٌقَالُواٌ ِإنَّ َما‬ ْ َ‫ٌمن‬


‫ٌال َم ِ ه‬ َ ‫ش ْي‬
ُ ‫ط‬
ِ ‫ان‬ َّ ‫طهٌُال‬ ‫الَّذِينَ ٌ َيأ ْ ُكلُونَ ِ ه‬
ُ َّ‫ٌالر َباٌلٌ َيقُو ُمونَ ٌ ِإلٌ ٌَك َماٌ َيقُو ُمٌالَّذِيٌٌيَت َ ََخب‬
ٌُ‫ٌوأ َ ْم ُره‬
َ ‫ف‬َ َ‫سل‬
َ ٌ‫ٌر ِبه ِهٌفَا ْنت َ َهىٌفَلَ ٌهٌُ َما‬
َ ‫ٌم ْن‬ َ ‫ٌالر َباٌفٌَ َم ْنٌ َجا َءهٌُ َم ْو ِع‬
ِ ‫َظة‬ ‫ٌو َح َّر َم ِ ه‬ ْ ُ‫ٌّللا‬
َ ‫ٌالبَ ْي َع‬ َّ ‫اٌوأ َ َح َّل‬ ‫ٌمثْل ِ ه‬
َ ‫ٌُالر َب‬ ِ ‫ْال َب ْي ُع‬
ٌَ‫ارٌ ُه ْمٌ ِفي َهاٌخَا ِلدُون‬ ِ َّ‫اُبٌالن‬
ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫عادٌَفَأُولَِئَِكَ ٌأ‬
َ ٌ‫ٌو َم ْن‬ ٌَّ َ‫ِإل‬
َ ِ‫ىٌّللا‬

“orang-orang yang Makan (mengambil) ribatidak dapat berdiri melainkan seperti


berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya

14
Terjemah Q.S al-Baqarah: 265 diakses dari Software Qur’an In Word.
15
Mardjoko Idris, Retorika Berbahasa Arab Kajian Ilmu Bayan, (Yogyakarta: Karya Media, 2002) Hlm. 40
16
lihat M. Quraish Shihab, Kadah Tafsir, (Jakarta: Lentera Hati, 2013) Hlm. 149

6|Balaghah al-Qur’an
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.17

Kemudian contoh ayat al-Qur’an yang menggambarkan keindahan seperti pada


surah al-Waqi’ah: 22-23.

ْ ‫) َكأ َ ْمثَا ِلٌاللُّؤْ لُ ِؤ‬٢٢(ٌ‫َو ُحورٌ ِعين‬


ِ ُ‫ٌال َم ْكن‬
ٌ )٢٣(ٌ‫ون‬

“dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.”

c. Selanjutnya jika ditinjau dari segi redaksi ayat-nya melalui pendekatan ragam tasybih
setidaknya ada banyak ayat al-Qur’an yang dalam bentuk tasybihnya dilengkapi
dengan wajah as-syabahnya dan tidak, ada pula yang dilengkapi dengan adat tasybih
dan sebaliknya. Jika pada contoh-contoh sebelumnya tidak terdapat wajah
tasybihnya namun terdapat adat Tasybih, berikut adalah salah satu contoh tasybih
yang dilengkapi dengan wajah assyabah namun tidak ada adat Tasybihnya18. Seperti
pada surah al-An’am 112

ْ ‫ف‬
ٌ‫ٌالقَ ْو ِل‬ َ ‫ٌز ْخ ُر‬
ُ ‫ض‬ٍ ‫ض ُه ْمٌ ِإلَىٌ َب ْع‬
ُ ‫ُوحيٌ َب ْع‬ ٌ‫ٌو ْال ِج ِه‬
ِ ‫نٌي‬ َ ‫اطينَ ٌاإل ْن ِِّس‬
ِ ‫ش َي‬
َ ٌ‫عد ًُّوا‬ ‫َو َكذَلَِكَ ٌ َج َع ْلنَاٌ ِل ُك ِهلٌنَ ِب ه‬
َ ٌٍ‫ي‬
َ ‫ٌربَُّكَ ٌ َماٌفَ َعلُوهٌُفَذَ ْر ُه ْم‬
ٌٌَ‫ٌو َماٌ َي ْفت َُرون‬ َ ‫اٌولَ ْوٌشَا َء‬
َ ‫ور‬ ُ
ً ‫غ ُر‬

“dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan

(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya,
Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”19

17
Terjemah Q.S al-Baqarah: 275 diakses dari Software Qur’an In Word.
18
Lihat M. Zamroji & H. Nailul Huda, Mutiara Balaghah Jawahirul maknun, (Jawa Timur: Santri Salaf Press, 2017)
Hlm. 301. Dan lihat M. Quraish Shihab, Kadah Tafsir, (Jakarta: Lentera Hati, 2013) Hlm. 146-147
19
Terjemah Q.S al-An’am 112 diakses dari Software Qur’an In Word.

7|Balaghah al-Qur’an
C. Penutup
1. Kesimpulan
Tasybih ialah perbandingan atau perumpamaan kata dengan kata lain. Adapun
Rukun tasybih itu ada 4, pertama, Musyabah, yaitu sesuatu yang hendak diserupakan.
Kedua, Musyabah bih, yaitu sesuatu yang diserupai, kedua unsur ini disebut Thorafai
Tasybih (kedua pihak yang diserupakan). Ketiga, Wajh al-Syibh, yaitu sifat yang terdapat
pada kedua pihak itu. Dan yang keempat, Adat al-Tasybih, yaitu huruf. Sedangkan macam
macam tasybih sendiri ada banyak, diantaranya adalah Tasybih mursal, Tasybih Muakkad,
Tasybih mujmal, Tasybih mufashal, Tasybih tamtsil dan ghoiru tamtsil, dll.

8|Balaghah al-Qur’an
Daftar Pustaka

Adjun, Ruslan. 1979. Balaghah Bagian ke-1 Ilmu Bayan. Andalas Press. Yogyakarta.

Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin. 2013. Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah. Sinar Baru Algensindo.
Bandung.

Idris, Mardjoko. 2017. Ilmu Bayan Kajian retorika Berbahasa Arab. Karya Media. Yogyakarta.

M. Yasin Bin Isa Al-Fadani. Husnu As-Siyâgah. Maktab Al-Barakat. Rembang.

Shihab, Quraish. 2013. Kaidah Tafsir. Lentera Hati. Jakarta.

Zamroji, Muhammad. 2017. Mutiara Balaghah Jauharul Maknun dalam Ilmu Ma’ani, Bayan dan Badi’.
Santri Salaf Press. Kediri.

9|Balaghah al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai