Anda di halaman 1dari 10

SEMANTIK

Oleh: Etey Qomariah, S.Pd.I *

A. PENDAHULUAN
Setiap ilmu dan pengetahuan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Begitu juga dengan ilmu
bahasa, baik bahasa secara umum atau bahasa Arab itu sendiri senantiasa mengalami perkembangan
sejalan dengan berkembangsa peradaban manusia. Ada banyak kajian dalam bahasa yang awalnya hanya
sebuah kajian yang tercecer di bab-bab tertentu, kini kajian tersebut bermetamorfosis menjadi sebuah
disipilin ilmu tersendiri seiring dengan banyaknya perhatian dan dilakukannya banyak penelitian para ahli
bahasa tentangnya. Salah satu dari kajian itu adalah kajian Semantik.
Semantik dalam terminolgi bahasa Arab disebut dengan ilmu Dalalah atau ilmu makna. Semantik
merupakan suatu komponen yang terdapat dalam linguistik atau ilmu lughoh, sama seperti komponen
bunyi dan gramatika. Semantik merupakan bagian dari linguistik karena makna menjadi bagian dari
bahasa. Hubungan antara linguistik dan semantik tidak dapat dipisahkan. Linguistik tidak lengkap jika tidak
membicarakan makna sebab berbahasa pada hakikatnya menyampaikan makna-makna, secara tidak
langsung berpikir bahasa juga telah melibatkan makna. Semantik atau ilmu dalalah sangat bermanfaat
bagi para guru bahasa secara umum atau guru bahasa Arab dan pemerhati bahasa yang menaruh minat
pada bahasa, khususnya semantik.
Sebagai alat komunikasi verbal bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat
arbitrer1 . Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi antar manusia. Di samping itu, bahasa
juga berguna sebagai penunjang atau alat berfikir; sarana pengungkapan atau ekspresi diri dan juga
mempunyai fungsi estetika. 2
Tindak bahasa yang dilakukan oleh seseorang dalam proses komunikasi pada hakikatnya adalah
proses menyampaikan makna-makna. Gagasan atau pesan yang disampaikan komunikator kepada
komunikan mengandung makna. Bentuk-bentuk bahasa yang digunakan dalam proses komunikasi
tersebut adalah bentuk-bentuk yang bermakna. Dengan demikian, berpikir tentang bahasa yang
sebenarnya sekaligus juga telah melibatkan makna. 3 Kata semantik disepakati sebagai istilah untuk bidang
ilmu bahasa yang membahas atau mempelajari makna, yang merupakan salah satu dari tataran analisis
bahasa, yaitu fonologi, gramatika, dan semantik. 4
Beberapa ahli bahasa menjelaskan bahwa semantik pada umumnya diartikan sebagai studi tentang
makna.5 Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa senantiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia; Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 1
Sarwiji Suwandi, Serbalinguistik; Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa, (Surakarta: SebelasMaret University
Press, 2002), hlm. 57
3 Ibid, hlm. 57
4 Ibid, hlm. 57
5 J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: UGM, 2008), hlm. 13
2

berbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji
bahasa ialah pendekatan makna. Makna inilah dipelajari dalam bidang semantik.
Semantik merupakan disiplin ilmu bahasa yang baru, membahas tentang dalalah bahasa dan tunduk
pada aturan-aturan bahasa serta simbol-simbolnya. Bahasannya adalah studi makna bahasa terhadap
kosakata (mufrodat) dan kalimat-kalimat (tarakib).
Adapun tujuan pokok dalam penelitian semantik adalah agar pendengar memahami dengan baik
makna yang di maksud dari perkataan atau pembicaraan lawan bicara atau ungkapan-ungkapan yang
dibacanya.

B.

RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud ilmu semantik dan ilm al-dalalah?


Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Semantik?
Apa Objek, Ruang Lingkup, dan Manfaat Semantik?
Bagaimana Proses Pemerolehan Bahasa dan Semantik?

C. PEMBAHASAN
1.

Pengertian Semantik (ilm al-dalalah)

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata
benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau
melambangkan.6 Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu
adalah tanda linguistik (Perancis: signe linguistique).7 Semantik secara istilah adalah cabang linguistik
yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau dengan
kata lain, bidang studi dalam linguistik yang membahas arti atau makna. 8 Oleh karena itu,
kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga
tataran analisis bahasa: fonologi 9, gramatika10, dan semantik.
Selain istilah semantik dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semiotika,
semiologi, semasiologi, sememik dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna
atau arti suatu tanda atau lambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik
karena istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup makna
tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda-tanda lalu lintas, kode morse, tanda-tanda dalam
6

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, (Bandung: Angkasa, 2009), hlm. 12


Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia; Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 2
8 J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, ...........................hl m.13
9 Fonologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum, baik yang mempelajari bunyi
bahasa yang tanpa menghiraukan arti maupun tidak. Ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
menghiraukan arti disebut fonetik, sedangkan ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa yang membedakan arti
disebut fonemik. Lihat, Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. 79
10 Gramatika adalah kajian linguistik yang objek kajiaannya dari morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, alinea, dialog,
monolog, percakapan dan wacana. Lihat, Soeparno........hlm.91
7

ilmu matematika. Sedangkan cakupan semantik hanyalah makna atau arti yang berkenan dalam bahasa
sebagai alat komunikasi verbal. 11
Istilah ilmu dalalah muncul belakangan setelah munculnya istilah semantik, yang ditulis pertama kali
oleh seorang ahli bahasa ber-kebangsaan Perancis Breal dalam bukunya Essai de semantique tahun 1897.
Sebenarnya kajian tentang makna telah lama dilakukan oleh para ahli bahasa Arab, tetapi baru akhir abad
19 menjadi ilmu tersendiri, sebagaimana yang ada sekarang. 12
Kajian tentang makna dalam tradisi Islam sebenarnya sudah muncul sejak masa-masa awal, tetapi
belum menjadi ilmu tersendiri. Belakangan kajian tentang makna menjadi disiplin ilmu tersendiri yang
dikenal dengan Ilmu dalalah atau ilmu dilalah (bahasa Arab) yang merupakan padanan dari
kata semantique (bahasa Perancis) atau semantics (bahasa Inggris), atau semantik (bahasa Indonesia).
Di kalangan bangsa Arab ada yang menggunakan istilah ilmu dalalah, ada juga yang menggunakan
istilah dalalat al-alfaz atau ilmu al-mana (bukan ilmu al-maani). Tetapi tampaknya yang pertama lebih
sering digunakan. Di samping ilmu dalalah ada juga ilmu ar-rumuz (semiotik) yang mempelajari tanda
secara umum, baik terkait dengan bahasa atau non bahasa. Sementara ilmu dalalah (semantik) mengkaji
masalah tanda dalam bahasa saja. Dalam sistem semiotik, bahasa dibedakan ke dalam tiga komponen,
yaitu: 1) Sintaksis, terkait dengan lambang dan bentuk hubungan; 2) Semantik, terkait dengan hubungan
antar lambang dan dunia luar yang diacunya; 3) Pragmatik, terkait dengan hubungan antara pemakai
bahasa dengan lambang dalam pemakaiannya.
Dengan kata lain, semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa. Dalam bahasa
Arab disebut ilm- ad-dalalah.13 Ilm- ad-dalalah ini terdiri atas dua kata: ilm yang berarti ilmu
pengetahuan, dan al-dilalah yang berarti penunjukkan atau makna. Jadi, ilm al-dalalah menurut bahasa
adalah ilmu pengetahuan yang mengetahui tentang makna. 14 Secara terminologis, ilm- addalalah sebagai salah satu cabang linguistik ilm-al-lughoh yang telah berdiri sendiri adalah ilmu yang
mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran makna mufrodat (kosa-kata) maupun pada
makna dalam tataran tarokib (struktur atau gramatikal bahasa). 15
Devinisi Ahmad Mukhtar Umar :



Kajian tentang makna, atau ilmu yang membahas tentang makna, atau cabang linguistik yang mengkaji
teori makna, atau cabang linguistik yang mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengungkap
lambang-lambang bunyi sehingga mempunyai makna.16

11

Abdul Chaer Pengantar Semantik Bahasa Indonesia; Edisi Revisi,......................hlm.3


Mario Pei, Asas ilm al -Lughoh, (Kairo: Alam al -Kutub, 1994), hlm. 55
13 Mario Pei, Asas ilm al -Lughoh, (Kairo: Alam al -Kutub, 1994), hlm. 55
14 Ibid, Hlm. 55
15 Ibid, Hlm. 55
16 Mukhtar Umar, Ahmad. Ilm ad- dalalah. (Kairo: Alam al-Kutub, 1998, cet V, ) hlm 14
12

Sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masalah makna, maka yang menjadi obyek kajian
ilmu dalalah adalah:17
1.
2.
3.
4.
5.

2.

Aspek intonasi (suara atau al-aswat)


Aspek bentuk kata (sighah sharfiyyah)
Aspek makna kata (al-mana al-mujami)
Aspek struktur kalimat (al-tarokib al-Qowaidiyah; shorof wa Nahwu)
Aspek ungkapan terkait erat dengan budaya penutur dan terkadang tidak dapat diterjemahkan
secara harfiah ke dalam bahasa lain. 18

Sejarah Semantik Umum dalam Studi Linguistik

Sejarah semantik atau makna telah digunakan oleh Aristoteles, sebagai pemikir Yunani yang hidup
pada masa (384-322 SM), adalah pemikir pertama yang menggunakan istilah makna lewat batasan
pengertian kata yang menurut Aristoteles adalah satuan terkecil yang mengandung makna. Dalam hal ini,
Aristoteles juga telah mengungkapkan bahwa makna kata itu dapat dibedakan antara makna yang hadir
dari kata itu sendiri secara otonom, serta makna kata yang hadir akibat terjadinya hubungan gramatikal.
Bahkan Plato pada masa (429-347 SM) dalam Cratylus mengungkapkan bahwa bunyi-bunyi bahasa itu
secara implisit mengandung makna-makna tertentu. Hanya saja memang, pada masa itu batas antara
etimologi, studi makna, maupun studi makna kata, belum jelas. 19
Pada tahun 1825, seorang berkebangsaan Jerman, C.Chr.Reisig, mengemukakan konsep baru
tentang grammar yang menurutnya meliputi tiga unsur utama, yaitu; 1. semasiologi (ilmu tentang tanda),
2. sintaksis (studi tentang kalimat), 3. etimologi (studi tentang asal-asul kata sehubungan dengan
perubahan bentuk maupun makna).20 pada masa ini istilah semantik itu belum digunakan meskipun studi
tentangnya sudah dilaksanakan. Sebab itulah, masa tersebut oleh Ullman disebut sebagai masa pertama
pertumbuhan yang diistilahkannya denganunderground period. 21
Masa kedua pertumbuhan semantik telah ditandai oleh kehadiran karya Michel Breal (1883), seorang
berkebangsaan Prancis lewat artikelnya berjudul Les Lois Intellectuelles du Language. Pada masa itu,
meskipun Breal dengan jelas telah menyebutkan semantik sebagai bidang baru dalam keilmuan , dia
seperti halnya Reiseig, masih menyebut semantik sebagai ilmu yang murni-historis. Dengan kata lain, studi
semantik pada masa itu lebih banyak berkaitan dengan unsur-unsur di luar bahasa itu sendiri, misalnya
bentuk perubahan makna dengan logika, psikologi, maupun sejumlah kriteria lainnya. Karya klasik Breal
dalam semantik pada akhir abad ke 19 itu adalah Essai de Semantique.22
Masa pertumbuhan ketiga pertumbuhan studi tentang makna ditandai dengan pemunculan karya
filolog Swedia, yakni Gustaf Stern, berjudul Meaning and Change of Meaning, with Special Refrence to the
English Language (1931). Stern, dalam kajian itu, sudah melakukan studi makna secara empiris dengan

17

Shafruddin Tajuddin, Ilmu Dalalah; Sebuah Pengantar Kajian Semantik Arab, (Jakarta: Maninjau, 2008), hlm. 2
Mario Pei, Asas ilm al -Lughoh, (Kairo: Alam al -Kutub, 1994), hlm. 55-58
19 Aminuddin, Semantik; Pengantar Studi Tentang Makna, (Malang: Sinar Bar u Algensindo, 2003), hlm. 15-16
20 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia; Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 13
21 Aminuddin, Semantik; Pengantar Studi Tentang Makna,......................., hlm. 16
22 Ibid, hlm. 16
18

bertolak dari satu bahasa, yakni bahasa Inggris. Beberapa puluh tahun sebelum kehadiran karya Stern itu,
di Jawena telah diterbitkan kumpulan bahan kuliah seorang pengajar bahasa yang sangat menentukan
arah perkembangan linguistik berikutnya, yakni buku Cours de Linguistique Generale (1916), karya
Ferdinand de Saussure.
Terdapat dua konsep baru yang ditampilkan Saussure dan merupakan revolusi dalam bidang teori
dan penerapan studi kebahasaan. Kedua konsep itu adalah;
1) Linguistik pada dasarnya merupakan studi kebahasaan yang berfokus pada keberadaan bahasa
itu pada waktu tertentu sehingga studi yang dilaksanakan haruslah menggunakan pendekatan
sinkronis atau studi yang bersifat deskriptif. Sedangkan studi tentang sejarah dan perkembangan
suatu bahasa adalah kajian kesejarahan yang menggunakan pendekatan diakronis,
2) Bahasa merupakan suatu gestalt atau suatu totalitas yang didukung oleh berbagai elemen, yang
elemen yang satu dengan yang lain mengalami saling kebergantungan dalam rangka membangun
keseluruhannya. Wawasan kedua ini, pada sisi lain juga menjadi akar paham Linguistik Struktural.
Tokoh yang secara sungguh-sungguh berusaha mengadaptasikan pendapat Saussure itu dalam
bidang semantik adalah Triers. Salah satu teori profesor berkebangsaan Jerman tersebut adalah Teori
Medan Makna. Dengan diadaptasikannya teori Saussure dalam bidang semantik, maka dalam
perkembangan berikutnya kajian semantik memiliki ciri sebagai berikut:
1) Meskipun semantik masih membahas masalah perubahan makna, pandangan yang bersifat historis
sudah ditinggalkan karena kajian yang dilakukan bersifat deskriptif,
2) Struktur dalam kosa kata mendapat perhatian dalam kajian sehingga dalam kongres para linguis
masih hangat dibicarakan tentang masalah semantik struktural.23
Semantik juga memiliki hubungan dengan sejumlah disiplin ilmu lain. Tiga disiplin ilmu yang
memiliki hubungan erat dengan semantik maupun linguistik pada umumnya adalah: 1) Filsafat, 2)
Psikologi, 3) Antropologi.

3. Perkembangan Semantik Arab


Padanan istilah Semantik dalam bahasa Arab ialah Ilmu Dilalah yang berasal dari kata - -
yang memiliki arti menunjukkan. Di Jazirah Arab, kemunculan ilmu dilalah ini sudah lama, diperkirakan
pada awal-awal abad. Ditandai dengan adanya perhatian yang besar dari para saintis Arab. Adapun contoh
konkritnya ialah pemberian titik dan baris pada al-Quran. Menurut Anwar hal tersebut merupakan bagian
cakupan dari ilmu dilalah (semantik), dikarenakan al-Quran pada awalnya hadir tanpa titik dan baris. Dan
perubahan suatu kata, baik itu pemberian titik atau baris menjadikannya beralih tugas, kemudian secara
otomatis memiliki makna baru.
Tidak sebatas itu, studi bahasa yang dilakukan oleh para saintis Arab. Al -Quran sebagai kitab yang
kaya akan ilmu pengetahuan, ilmu dilalah merupakan salah satu diantara perangkat untuk mengkaji alQuran.

23

Aminuddin, Semantik; Pengantar Studi Tentang Makna,.................................hlm. 16-17

Abu Hatim al-Razi sebagai telah mengumpulkan beberapa kata yang mengalami perkembangan
secara semantik. Menurutnya perkembangan semantik mengambil beberapa bentuk yaitu:
1) Makna lama yang diwariskan
2) Lafal lama yang diberi makna baru setelah datangnya Islam baik dalam bentuk perluasan makna,
penyempitan maupun pergeseran makna.
3) Lafal yang sama sekali baru baik dari segi bangun katanya maupun maknanya yang tidak dikenal
oleh orang Arab sebelumnya.
4) Lafal baru yang diserap dari bahasa asing
4.

Objek, Ruang lingkup, dan Manfaat Semantik

a. Objek Semantik
Yang menjadi objek studi semantik adalah makna bahasa. Lebih tepat lagi, makna dari satuansatuan bahasa seperti kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. 24 Dengan berbagai komponen dan
tatarannya Komponen bahasa adalah leksikon atau kosa kata dari bahasa tersebut; sedangkan tataran
bahasa adalah fonologi 25 dan gramatika26 atau bahasa yang mencakup tataran morfologi27 dan sintaksis.28
Dalam pembicaraan sintaksis lazim juga dibicarakan adanya tataran bawaan dari sintaksis dapat
dikatakan bahwa ruang lingkup studi semantik meliputi seluruh komponen dan tataran analisis bahasa. 29
b. Ruang lingkup Semantik
Hubungan antara semantik dan linguistik dapat pula kita lihat keberadaan semantik dalam bahasa.
Verhaar menggambarkan secara jelas mengenai aspek semantik dilihat dari sistematika bahasa.
Kedudukan serta objek studi semantic adalah makna dalam keseluruhan sistematika bahasa.
Tampak tidak semua tataran bahasa memiliki masalah semantik. Leksikon dan morfologi memiliki, tetapi
fonetik tidak.
Dari bagan itu dapat pula dibedakan adanya beberapa jenis semantik, yang dibedakan berdasarkan
tataran atau bagian bahasa itu yang menjadi objek penyelidikannya. Kalau yang menjadi objek
penyelidikan adalah leksikon dari bahasa itu, maka jenisnya semantiknya disebut semantik leksikal. Dalam
semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu,
makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Leksem adalah istilah yang digunakan
dalam studi semantik untuk menyebut satuan-bahasa bermakna. Istilah kata yang lazim digunakan dalam
studi morfologi dan sintaksis, dan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil, seperti kata meja, makan

24

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia; Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 6
Fonologi (Inggris: phonology; Amerika: phonemics) merupakan bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyibunyi bahasa menurut fungsinya .
26 Suatu studi semantik yang objek penelitiannya berupa morfologi dan sintaksis termasuk semantik gramatikal.
Dengan demikian, makna-makna yang terdapat dalam tataran gramatikal ini dis ebut makna gramatikal.
27 Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem serta kombinasinya dan bagian dari struktur bahasa
yang mencakup kata dan bagian-bagian-bagian kata
28 Sintaksis adalah cabang linguistik yang meneliti kalimat serta proses pembentukannya.
29 Sarwiji Suwandi, Serbalinguistik; Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa, (Surakarta: Sebelas Maret University
Press, 2002), hlm. 16
25

dll. Dapat juga berupa gabungan kata seperti meja hijau yang berarti pengadilan. Kumpulan dari leksem
suatu bahasa disebut leksikon.30
Komponen bahasa yang dijadikan objek atau sasaran dalam studi atau penelitian, dibedakan
adanya berbagai jenis semantik, diantaranya; ada semantik leksikal, semantik gramatikal, se mantik
kalimat, dan sebagainya. Semantik leksikal objeknya berupa leksikon atau kosa kata bahasa tersebut.
Dalam semantik leksikal dibicarakan makna leksem-leksem (satuan-satuan) bahasa yang bermakna.
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain-lain. Makna
leksikal dipunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaanya atau konteksnya.31
c. Manfaat Semantik
Manfaat studi semantik adalah sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas
sehari-hari. Diantaranya;
pertama, semantik sangat bermanfaat bagi para wartawan, reporter, atau orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia persurat kabaran dan pemberitaan. Pengetahuan semantik akan
memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan
informasi kepada masyarakat umum. Tanpa pengetahuan akan konsep-konsep polisemi, homonimi,
denotasi, konotasi, dan nuansa-nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan
informasi secara tepat dan benar. Mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai
semantik32.
kedua, bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di
Fakultas Sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk dapat
menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya.
Ketiga, bagi seorang guru atau calon guru, pengetahuan tentang semantik akan memberi manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis bagi guru yaitu sebagai guru bahasa harus pula mempelajari
dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang diajarkannya. Adapun manfaat praktis akan diperolehnya
berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya. Seorang guru
bahasa, selain harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang luas mengenai segala aspek bahasa,
juga harus memiliki pengetahuan teori semantik secara memadai. Tanpa pengetahuan ini dia tidak akan
dapat dengan tepat menjelaskan perbedaan dan persamaan semantis antara dua bentuk buah kata, serta
bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan benar.33
Keempat, sebagai manusia bermasyarakat semantik diperlukan untuk dapat memahami dunia
disekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada di
sekelilingnya dan juga harus mereka serap, berlangsung melalui bahasa, melalui dunia lingual. 34
D. KESIMPULAN

30

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia; Edisi Revisi,............hlm. 7-8


Lihat Sarwiji Suwandi, hlm. 16
32 Lihat dalam bukunya, Sarwiji Suwandi, Serbalinguistik; Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa,.........hlm. 12
33 Lihat, Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia; Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 12
34 Ibid. hlm.12
31

1) Pengertian semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa
Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya
adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda
atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalahtanda linguistik (Perancis: signe
linguistique). Semantik secara istilah adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara
tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau dengan kata lain, bidang studi dalam
linguistik yang membahas arti atau makna. Adapun pengertian ilmu al-dalalah adalah Ilm- addalalah ini terdiri atas dua kata: ilm yang berarti ilmu pengetahuan, dan al-dilalahyang berarti
penunjukkan atau makna. Jadi, ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan yang
mengetahui tentang makna. Secara terminologis, ilm- ad-dalalah sebagai salah satu cabang
linguistik ilm-al-lughoh yang telah berdiri sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang makna
suatu bahasa, baik pada tataran makna mufrodat (kosa-kata) maupun pada makna dalam
tataran tarokib(struktur atau gramatikal bahasa).
2) Sejarah semantik dalam studi linguistik yaitu, sejarah semantik atau makna telah digunakan oleh
Aristoteles, sebagai pemikir Yunani yang hidup pada masa (384-322 SM), adalah pemikir pertama
yang menggunakan istilah makna lewat batasan pengertian kata yang menurut Aristoteles
adalah satuan terkecil yang mengandung makna. Bahkan Plato pada masa (429-347 SM)
dalam Cratylusmengungkapkan bahwa bunyi-bunyi bahasa itu secara implisit mengandung
makna-makna tertentu. Pada tahun 1825, seorang berkebangsaan Jerman, C.Chr.Reisig,
mengemukakan konsep baru tentang grammar yang menurutnya meliputi tiga unsur utama,
yaitu; 1. semasiologi (ilmu tentang tanda), 2. sintaksis(studi tentang kalimat), 3. etimologi (studi
tentang asal-asul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna). Masa kedua
pertumbuhan semantik telah ditandai oleh kehadiran karya Michel Breal (1883), seorang
berkebangsaan Prancis lewat artikelnya berjudul Les Lois Intellectuelles du Language. Masa
pertumbuhan ketiga pertumbuhan studi tentang makna ditandai dengan pemunculan karya
filolog Swedia, yakni Gustaf Stern, berjudul Meaning and Change of Meaning, with Special
Refrence to the English Language (1931). Beberapa puluh tahun sebelum kehadiran karya Stern
itu, di Jawena telah diterbitkan kumpulan bahan kuliah seorang pengajar bahasa yang sangat
menentukan arah perkembangan linguistik berikutnya, yakni buku Cours de Linguistique
Generale (1916), karya Ferdinand de Saussure.
3) Objek studi semantik, yaitu makna dalam keseluruhan sistematika bahasa. Yang menjadi objek
studi semantik adalah makna bahasa. Lebih tepat lagi, makna dari satuan-satuan bahasa seperti
kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Dengan berbagai komponen dan tatarannya Komponen
bahasa adalah leksikon atau kosa kata dari bahasa tersebut; sedangkan tataran bahasa adalah
fonologi dan gramatika atau bahasa yang mencakup tataran morfologi dan sintaksis. Adapun
ruang lingkup semantik adalah semantik leksikal, semantik gramatikal, semantik kalimat, dan
sebagainya. Sedangkan manfaat studi semantik adalah sangat tergantung dari bidang apa yang
kita geluti dalam tugas sehari-hari, seperti; wartawan, guru bahasa, peneliti bahasa dan lain
sebagainya. Adapun tujuan pokok dalam penelitian semantik adalah agar pendengar memahami
dengan baik makna yang di maksud dari perkataan atau pembicaraan lawan bicara atau
ungkapan-ungkapan yang dibacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, Semantik; Pengantar Studi Tentang Makna, Malang: Sinar Baru Algensindo, 2003
Chaer, Abdul, Linguistik Umum; Edisi Baru, Jakarta: Rineka Cipta 2007
Chaer, Abdul, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia; Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Chaer, Abdul, Psikolinguistik; Kajian Teoritik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Idris, Mardjoko, Semantik al-Quran; Pertentangan dan Perbedaan Makna, Yogyakarta: Teras, 2008
Parera, J.D., Teori Semantik; Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 2004
Pei, Mario, Asas ilm al-Lughoh, Kairo: Alam al-Kutub, 1994
Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002
9

Suwandi, Sarwiji, Semantik; Pengantar Kajian Makna, Yogyakarta: Media Perkasa, 2008
Suwandi, Sarwiji, Serbalinguistik; Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa, Surakarta: SebelasMaret
University Press, 2002
Tarigan, Henry Guntur, Pengajaran Semantik, Bandung: Angkasa, 2009
Tarigan, Henry Guntur, Psikolinguistik, Bandung: Angkasa, 1976
Tajuddin, Shafruddin, Ilmu Dalalah; Sebuah Pengantar Kajian Semantik Arab, Jakarta: Maninjau, 2008
Verhaar, J.W.M., Asas-Asas Linguistik Umum, Yogyakarta: UGM, 2008

10

Anda mungkin juga menyukai