Anda di halaman 1dari 111

PENDIDIKAN SABAR DAN SYUKUR DALAM QS.

AL-
BAQARAH AYAT 152-153 DAN QS. IBRAHIM AYAT 5-7

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi


Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Nurafifah Astria

NIM. 11150110000099

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2021 M/1442 H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENDIDIKAN SABAR DAN SYUKUR DALAM QS. AL-BAQARAH


AYAT 152-153 DAN QS IBRAHIM AYAT 5-7

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi


Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Nurafifah Astria
NIM. 11150110000099

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Abdul Ghofur, M.A


NIP. 19681208 199703 1003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Pendidikan Sabar Dan Syukur Dalam Qs. Al-Baqarah Ayat
152- 153 Dan Qs Ibrahim Ayat 5-7” disusun oleh Nurafifah Astria,
NIM.11150110000099, Jurusan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 05 November 2020

Yang Mengesahkan

Pembimbing

Dr. Abdul Ghofur, MA


NIP.19681208 199703 1 003
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang ditulis dengan huruf berbahasa


Arab yang digunakan dalam penulisan dan penyusunan skripsi. Transliterasi ini
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin


‫ا‬ Tidak dilambangkan
‫د‬ Ś
‫ح‬ ḫ
‫ر‬ Kh
‫ر‬ Ż
‫ػ‬ Sy
‫ص‬ Ş
‫ع‬ Đ
‫ط‬ ṭ
‫ظ‬ Ť
‫ع‬ ʻ
‫ؽ‬ Ġ
‫ة‬ H

2. Vokal
Vocal Tunggul
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
َ A
َ I
َ U

Vocal Rangkap
Tanda dan Huruf Huuruf Latin
ْْٜ َ‫ى‬ Ai
َْْ٘‫ى‬ Au

3. Mȃdd (Panjang)

Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda


‫ىا‬ Â
‫ىي‬ Î
ُْْ٘‫ى‬ Ȗ

4. Tȃ’ marbȗtah
Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.
Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.
Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti oleh
kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:
‫ = ٗدذةْاى٘ج٘د‬Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd.
5. Syaddah (Tasydḭd)
Syaddah/tasydîd di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
Contoh : rabbanả, al-ḫaqq, ảduwwun.
6. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf
yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung.
Contoh: aş - şalâtu
b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya.
Contoh: al-falaqu
7. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia
seperti alif, contoh: akaltu, ȗitya.
b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:
ta‟kulȗna atau syai‟un.
8. Huruf Kapital
Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya.
Contoh: ُُْ‫ = ْاىقُشْ آ‬al-Qur‟an,
ْ ُ‫َْت‬ْٝ ‫ = ْاى ََ ِذ‬al-Madînatul Munawwarah
ُ‫ْاى ََُْ َّ٘ َس ْة‬
ْْٛ‫ = ْاى ََ ْغؼُْْ٘ ِد‬al-Mas‟ȗdî.
ABSTRACT

Nurafifah Astria (11150110000099). Patience And Gratitude Education In Qs.


Al-Baqarah Verses 152-153 And Qs. Ibrahim Ayat 5-7, “Skrpsi” for the
Department of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN) Jakarta 2020.

The purpose of this study was to determine the education of patience and gratitude in
QS. Al-Baqarah verses 152-153 and QS. Ibrahim verses 5-7, as well as to find out
how patience and gratitude education is in the educational process.

This type of research is qualitative research with analysis techniques through library
research (Library Research). The source used is the al-Qur'an and its translation and
some literature related to the theme and then described using the tahlili method of
interpretation.

The results of this study concluded that patience and gratitude education is very
important in the educational process, both formal and non-formal. The following is
the education of patience and gratitude contained in QS. Al-Baqarah verses 152-153
and QS. Ibrahim verses 5-7, namely: Patience and gratitude related to faith, patience
and gratitude related to monotheism, patience and gratitude related to worship and
patience and gratitude are identical to endeavors.

Keywords: Education for Patience, Gratitude, Surah Al-Baqarah verses 152-


153, Surah Ibrahim verses 5-7

i
ABSTRAK
Nurafifah Astria (11150110000099). Pendidikan Sabar Dan Syukur Dalam Qs.
Al-Baqarah Ayat 152-153 Dan Qs. Ibrahim Ayat 5-7, “Skrpsi” untuk Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2020.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan sabar dan syukur dalam
QS. Al-Baqarah ayat 152-153 dan QS. Ibrahim ayat 5-7, serta untuk mengetahui
bagaimana pendidikan sabar dan syukur dalam proses pendidikan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik analisis kajian melalui
studi kepustakaan (Library Research). Sumber yang digunakan adalah al-Qur‟an
beserta terjemahannya dan beberapa literatur yang berkaitan dengan tema dan
kemudian diuraikan dengan menggunakan metode tafsir tahlili.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan sabar dan syukur penting sekali
dalam proses pendidikan baik formal maupun non formal. Berikut Pendidikan sabar
dan syukur yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 152-153 dan QS. Ibrahim ayat
5-7, yaitu: Sabar dan syukur berkaitan dengan keimanan, sabar dan syukur berkaitan
dengan ketauhidan, sabar dan syukur berkaitan dengan ibadah dan sabar dan syukur
teridentik dengan ikhtiar.
Kata Kunci: Pendidikan Sabar, Syukur, Surah Al-Baqarah ayat 152-153, Surah
Ibrahim ayat 5-7

iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahi rabbi al-„aalamiin, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan nikmat-Nya yang tidak
terhitung banyaknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
Pendidikan Sabar Dan Syukur Dalam Qs. Al-Baqarah Ayat 152-153 Dan Qs.
Ibrahim Ayat 5-7.

Shalawat beserta salam, penulis curahkan kepada sang kekasih, yaitu Nabi
Muhammad SAW, juga kepada para sahabat, keluarga dan seluruh kaum muslimin
yang mengikuti ajaran yang dibawanya hingga hari kiamat.

Alhamdulllah, berkat rahmat-Nya dan Inayah-Nya penulis dapat


menyelesaikan skripsi ini. Sebagai penulis, tentulah penulis menyadari hadirnya
skripsi ini tidak hanya berasal dari jerih payah sendiri, tapi karena ada bantuan dari
berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan, nasihat dan bimbingannya
kepada penulis, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini, antara lain:

1. Teruntuk kedua orang tua, Aci pesembahkan skripsi ini untuk dua orang yang
tersayang yakni, Ayah Matnuh (Alm) dan Ummi Rojanah yang selalu
mendoakan, mensupport, menasehati, membimbing, dan memberikan yang
terbaik untuk penulis. Semoga Allah menempatkan Ayah di tempat yang paling
mulia di sisi-Nya, dan untuk Ummi semoga selalu diberikan kesahatan dan
diberikan kesabaran dalam mendidik anak-anaknya aamiin.
2. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A, selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

iv
4. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Drs. Abdul Haris, M.Ag dan Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.
5. Dr. Abdul Ghofur, M.A, sebagai dosen pembimbing skripsi, yang tidak bosannya
memberikan bimbingan, masukan, arahan dan nasihat dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Heny Narendrany Hidayati,M.Ag. sebagai dosen Penasehat Akademik, yang
selalu memberikan bantuan berupa saran, nasehat serta masukan selama masa
perkuliahan dan sampai sekarang ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan yang telah membantu
penulis selama penulis menuntut ilmu di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Kepada seluruh staff Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan
kenyamanan selama periode perkuliahan penulis berlangsung di kampus.
9. Teruntuk keluarga kaka, adik-adik yang selalu memberikan dorongan, memberi
saran serta tak pernah lupa untuk selalu mengingatkan penulis untuk
menyelesaikan kewajiban yang satu ini.
10. Para Masyaikh, yang telah memberikan nasehat, do‟a serta dorongan dalam
mengerjakan skripsi ini, semoga beliau – beliau selalu dalam kesehatan dan
lindungan Allah SWT aamiin.
11. Teruntuk teman-teman kosan Bu Shufely yang senantiasa memberikan tempat
kepada penulis disaat lelah dalam perjalanan kuliah sekaligus menghibur penulis.
12. Teman-teman mahasiswa PAI angkatan 2015, yang telah menjadi teman
seperjuangan sedari awal masuk sampai sekarang ini.
13. Temen-temen mahasiswa PAI C angkatan 2015, yang telah memberikan
motivasi, dorongan, serta bantuan hingga selesainya skripsi ini. Terkhusus ciwi-
ciwi apache yang selalu menghibur dan selalu setia dalam menemani hingga
terselesaikannya skripsi ini.

v
14. Pejuang komload, (Nurafifah Astria, Devi Sholihah, Imas Sri Tiani dan Nihlatul
Faizah) yang selalu memberikan semangat dan selalu setia menemani, membantu
penulis hingga saat ini.
15. Bunda-bunda guru MI Plus Al-madani, yang telah memberikan semangat,
dorongan, bantuan serta motivasi hingga terselesaikan skripsi ini.
16. KKN 69 (Brave and Great) dan Ikayasta Syahida, yang telah memberikan
semangat serta bantuan.
17. Terimakasih kepada seseorang yang mensuport dari kejauhan, semoga beliau
diberikan kesehatan, dimudahkan dan dilancarkan segala hajatnya, aamiin.
18. Terkhusus, terpenting, terdominan terimakasih untuk diri ini yang mampu
melewati segala rintangan – rintangan hingga terselesaikan skripsi ini.
19. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah berjasa membantu
dan mendo‟akan penulis hingga terselesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penelitian yang telah penulis susun
ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat untuk banyak kalangan, terutama untuk penulis sendiri. Akhir
kata, penulis ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, semoga Allah SWT membalas
segala perbuatan kita semua sehingga mendapatkan kasih sayang dan ridho dari-Nya.

Tangerang, 13 Mei 2020

Penulis,

(Nurafifah Astria)

vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................................................. i
ABSTRAK .............................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ................................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORETIK ............................................................................................ 11
A. Nilai-nilai Pendidikan Sabar dan Syukur ........................................................... 11
1. Pengertian Nilai ........................................................................................ 11
2. Pengertian Pendidikan Sabar dan Syukur................................................. 12
3. Unsur-unsur Pendidikan Sabar dan Syukur .............................................. 16
B. Sikap Sabar dan Syukur Guru dan Murid .......................................................... 19
1. Proses Pembentukan Sikap ....................................................................... 19
2. Macam-Macam Sikap Sabar dan Syukur ................................................. 21
3. Tingkatan Sikap Sabar dan Syukur .......................................................... 26
C. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................... 32
A. Objek dan Waktu Penelitian................................................................................. 32
B. Metode Penelitian .................................................................................................. 32
C. Fokus Penelitian ..................................................................................................... 33
D. Prosedur Penelitian ................................................................................................ 33

vi
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 38
A. Tafsir QS. Ibrahim ayat 5-7 dan QS. Al-Baqarah ayat 152-153 ..................... 38
1. Surah Al-Baqarah ayat 152-153 .................................................................. 39
2. Surah Ibrahim ayat5-7 ................................................................................. 49
B. Relevansi Nilai-nilai Sabar dan Syukur QS. Al-Baqarah ayat 152-153 dan
QS. Ibrahim ayat 5-7 Dalam Proses Pendidikan Islam..................................... 67
BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 80
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 80
B. Saran ........................................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 83

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia. Setiap manusia yang berada di dunia ini pasti mengalami proses
pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan hal
terpenting dalam kehidupan, bukan hanya sejak manusia baru dilahirkan ke
dunia. Bahkan, ketika masih berada dalam kandungan pun mereka memiliki
hak untuk memperoleh pendidikan, yakni diberikan kasih sayang,
diperhatikan makanan berkualitas yang dapat meningkatkan potensi anak
menjadi pribadi yang kuat dan berkepribadian baik.

Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dalam metode-


metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.1 Menurut Poerbakawatja
dan Harahap, pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk
mempengaruhi anak dalam meningkatkan kedewasaan yang mampu
menimbulkan tanggung jawab moral dari segala perbuatannya.2 Orang dewasa
yang dimaksud disini adalah orang tua kandung atau orang tua atas dasar
tugas dan kedudukan yang mempunyai kewajiban untuk mendidik.

Hakikat pendidikan adalah menyiapkan dan mendampingi seseorang


agar memperoleh kemajuan dan kesempurnaan. Kebutuhan manusia terhadap
pendidikan beragam, seiring dengan beragamnya kebutuhan manusia.
Manusia membutuhkan pendidikan fisik untuk menjaga kesehatan fisiknya.

1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 19, h.
10.
2
Ibid., h. 11.

1
2

Pendidikan etika untuk menjaga tingkah lakunya, ia membutuhkan pendidikan


alam agar dapat mengenal alam, serta berbagai ilmu lainnya.3

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami manusia saat


ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya,
berbagai dampak tersebut tidak hanya menjangkiti manusia sebagai makhluk
beragama, tetapi juga sebagai makhluk individual dan sosial. Dampak negatif
yang paling berbahaya, ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap
bahwa satu-satunya sumber kebahagaiaan hidup seseorang adalah faktor
materi. Dengan demikian manusia terlampau serius mengejar materi, tanpa
menghiraukan nilai-nilai spiritual, yang sebenarnya berfungsi untuk
memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.

Manusia akan kehilangan kendali apabila meninggalkan nilai-nilai


spiritual, sehingga mudah terjerumus dalam berbagai penyelewengan.
Kerusakan akhlak dan kemerosotan moral menjadi akibat yang tidak dapat
dihindarkan. Misalnya, melakukan perampasan terhadap hak-hak orang lain,
korupsi, penyelewengan seksual, perampokan, dan kenakalan remaja.
Maraknya perbuatan-perbuatan asusila dan amoral dikalangan anak, remaja,
dan orang dewasa menunjukkan merosotnya nilai-nilai akhlak al-karimah
dalam kehidupan pendidikan dan masyarakat.

Dunia pendidikan, besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan


perilaku, akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa
memahaminya dan dapat melakukan suatu perbuatan pada dirinya. Siswa
yang mempelajari tentang akhlak, maka apa yang dipelajari akan menjadi
penerapan di dalam kehidupan sehari-hari. Yang mana akhlak terbagi menjadi
dua yaitu, akhlak baik dan buruk. Penulis akan membahas tentang akhlak baik
yakni, sabar dan syukur.

3
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), Cet. 1, h. 135.
3

Sabar dan syukur merupakan dua kata yang tidak bisa dipisahkan.
Seperti halnya seorang guru dan murid. Tidak akan ada guru jika tidak ada
murid dan begitupun sebaliknya tidak akan ada murid jika tidak ada guru.
Begitupun dengan sabar dan syukur. Bersabar ketika tertimpa musibah dan
bersyukur ketika mendapat kenikmatan.

Sabar merupakan akhlak yang utama, akhlak yang mudah untuk


diucap namun belum tentu mudah juga untuk diaplikasikan. dengan sabar agar
terhindar dari perbuatan tercela. Hakikat sabar adalah potensi jiwa yang
dengan kebajikan dan tegaknya sesuatu dapat terwujud.4 Jiwa memiliki dua
potensi, yaitu potensi melaksanakan dan potensi mencegah.5 Potensi
melaksanakan diarahkan kepada sesuatu yang bermanfaat, sedangkan potensi
mencegah diarahkan untuk menahan diri dari sesuatu yang mendatangkan
mudhorot.

Dapat kita ketahui bahwa manusia ada yang mempunyai potensi


sabarnya untuk melaksanakan sesuatu yang bermanfaat lebih kuat dari pada
kesabaran menahan diri untuk sesuatu yang mendatangkan mudhorot.
Sehingga dia bisa bersabar atas beratnya ketaatan, tetapi tidak memiliki
kesabaran diri menghadapi ajakan-ajakan hawa nafsunya untuk melakukan
sesuatu yang dilarang. Ada juga manusia yang potensi sabarnya mampu untuk
tidak melakukan maksiat lebih kuat dari pada kesabaran memikul ketaatan.
Dan ada pula manusia tidak memiliki kesabaran didalam keduanya. Manusia
paling utama adalah mereka yang mampu bersabar melaksanakan Sesuatu
yang bermanfaat dan mampu bersabar dalam mengendalikan hawa nafsunya.
Kenyataannya dikehidupan ini, banyak manusia yang mampu bersabar
melaksanakan beratnya ibadah seperti sholat, puasa, sholat malam dan lain
lain. Namun, tidak mampu bersabar dalam melakukan sesuatu yang haram

4
Ulya Ali Ubaid, Sabar&Syukur, (Jakarta: Amzah, 2014), Cet. 2, h. 14.
5
Ibid., h. 15.
4

seperti menggunjing, namimah, adudomba dan lain-lain. Sabar terdapat tiga


unsur, yakni unsur ketaatan, larangan dan ujian. Maka penulis akan mengkaji
kesabaran dalam potensi melaksanakan dan kesabaran dalam potensi
mencegah yakni sabar dalam ujian.

Seorang pelajar duduk dibangku sekolah. Pada setiap akhir semester


mereka akan menjalankan ujian. Ujian itu selain berfungsi sebagai evaluasi,
juga sebagai ukuran apakah ia dapat naik kelas atau tidak. Demikian juga
dikehidupan yang lebih luas. Ujian dan cobaan adalah sebuah kepastian.
Tidak ada manusia yang terlepas dari ujian selama hidup tanpa terkecuali.
Adakalanya ujian bukan hanya berupa kesempitan hidup, bahkan ada juga
yang berupa kesenangan yang pada akhirnya dapat melalaikan manusia dalam
mengingat Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah Swt;

…‫ف اللَّهُ نَ ْف ًسا إِال ُو ْس َع َها‬


ُ ِّ‫ال يُ َكل‬

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya…”(QS.al-Baqarah:186)6

Syukur adalah memuji zat yang memberi kenikmatan atau limpahan


kebaikan yang dianugrahkan kepada hamba-Nya. Syukur juga dapat diartikan
dilakukan dengan hati, lisan dan anggota tubuh.7 Di dalam kehidupan syukur
merupakan perkara akhlak yang penting sama seperti halnya sabar. Yang
mana bersyukur dengan hati berarti meniatkannya untuk kebaikan, bersyukur
dengan lisan berarti menunjukkan rasa syukur dengan mnegucapkan
hamdalah, bersyukur dengan anggota tubuh berarti menggunakan nikmat
Allah dalam ketaatan dan tidak menggunakan dalam hal keburukan. Pada
kenyataannya masih banyak manusia yang lupa untuk bersyukur atas apa yang

6
Departemen Agama RI,Al-Qur‟an dan Terjemahnya.
7
Ulya Ali Ubaid.op.cit.,h.171.
5

telah Allah Swt berikan. Mempunyai hidung bersyukur Allah masih


memberikan kita nafas untuk melanjutkan kehidupan. Mempunyai telinga
bersyukur Allah masih memberikan kenikmatan untuk mendengar, coba kita
lihat bagaimana di luar sana yang tidak mampu mendengar, namun bisa
memanfaatkan ketidakmampuan tersebut dengan mengisi hal-hal yang
berguna. Bersyukur mempunyai mata untuk dapat melihat keindahan alam
semesta yang Allah ciptakan. Coba kita lihat bagaimana mereka yang tidak
mampu melihat, namun bisa memanfaatkan ketidakmampuannya tersebut
dengan menghafakan al-Qur‟an dan menjadi hafidz dan hafidzah. Lantas
bagaimana dengan kita yang sempurna, mampu mendengar, melihat. Namun,
masih lupa bagaimana cara bersyukur.

Kasus yang menimpa seorang guru. Terdapat siswa SMK di Manado


yang menikam gurunya sendiri hingga tewas. Aksi pembunuhan tersebut telah
direncanakan terjadi setelah sang guru menegur beberapa siswa yang sedang
merokok. lantaran siswa yang tidak terima ditegur oleh gurunya karena
merokok.8 Hal ini membuktikan kurangnya komunikasi antara seorang guru
dalam memberikan teguran kepada muridnya dan emosi yang tidak stabil
dalam menerima teguran tersebut.

Sakit merupakan salah satu ujian yang Allah berikan. Orang yang
sabar akan menganggap bahwa sakit adalah nikmat yang Allah berikan
sebagai pelebur dosa. Salah satu sosok manusia yang menjadi tauladan dalam
mengamalkan nilai kesabaran belum lama ini yaitu alm. Ustad Arifin Ilham di
masa hidupnya. Dalam sebuah situs berita yaitu m.republika.co.id, Menteri
Agama Lukman Hakim Saifuddin pernah menjenguk Ustad Arfin Ilham
semasa hidup, di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo pada tanggal 9 Januari
2019. Beliau mengatakan bahwa Ustad Arifin Ilham memiliki kesabaran dan

8
Zonautara.com-jaringan suara.com, http://bacafornearme.com/37978505?u:oppo Rabu
23/10/2019
6

semangat dalam menjalani aktivitas dakwahnya meskipun ia sedang


mengalami kanker getah bening. Sebab beliau mengatakan bahwa pada
malam pergantian 2018 Ustad Arifin Ilham masih sempat untuk memimpin
dzikir di Masjid At-Tin.9 Hal ini membuktikan bahwa penyakit yang sedang
dideritanya bukanlah penghalang untuk tetap berdakwah, ia juga menganggap
penyakit itu sebagai nikmat yang Allah berikan agar semakin dekat kepada-
Nya.

Di kutip dari Kompas.com, belum usai pandemi covid-19 tahun 2021


di buka dengan berbagai peristiwa duka di Indonesia. Berbagai macam
bencana alam terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, mulai dari banjir,
longsor, gunung meletus hingga gempa bumi yang merengut korban jiwa.
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam beberapa
waktu treakhir menunjukkan 98% kejadian bencana dipicu oleh faktor
hidrometeorolgi dan faktor geologi. Kepala Departemen Kajian Kebijakan
dan Pembelaan Hukum Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi), Zenzi Suhadi mengatakan, di daerah tropis seharusnya hutan akan
tumbuh mengikuti hujan. Tetapi sekarang , bencana tumbuh mengikuti hujan.
Ini terjadi karena fungsi penyeimbang, penyerapan dan penahan dari ekologis
telah hancur oleh pembabatan hutan dan ekstrasi alam. Menurutnya, penyebab
utama perluasan peningkatan potensi banjir adalah praktik korupsi dalam
kebijakan. Baik dalam peruntukan sumber daya alam maupun dalam
pertimbangan penyelamatan lingkungan. Zenzi juga mengatakan,
menyalahkan hujan atas terjadinya bencana adalah gambaran bahwa
pemerintah menghindar dari pokok persoalan. Jadi, kalau banjir terulang di
masa depan, itu bukan lagi bencana alam, tetapi kejahatan terencana.10 Hal ini

9
Republika, Menag: Ustaz Arifin Sabar dan Semangat Dakwah Meski Sakit,
(https://m.republika.co.id/amp/pl2od3366: 9 Januari 2019).
10
Bestari Kumala Sari, Deretan Bencana Alam di Awal 2021, Walhi Desak Pemerintah
Pulihkan Lingkungan, Kompas.com (
7

membuktikan bahwa kurangnya rasa syukur terhadap rizqi yang Allah SWT
berikan sehingga mencari jalan lain agar mendapat yang lebih banyak dari
yang di dapat.

Dari peristiwa-peristiwa di atas dapat dikatakan bahwa faktor utama


terjadinya peristiwa yang menyimpang tersebut diakibatkan oleh kurangnya
kesabaran di dalam diri manusia itu sendiri, yang mana manusia tidak bisa
menahan diri untuk tidak mengikuti hawa nafsu dan mengendalikan emosinya
dengan baik. Orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik,
artinya akal yang ia miliki sedang tidak berfungsi dengan baik. Sabar memang
tidak mudah, tapi bukan berarti semua manusia tidak bisa untuk bersabar
dalam menjalani segala rintangan kehidupannya. Seperti halnya orang tua
memiliki kewajiban untuk sabar dalam mendidik anaknya agar anak tersebut
tumbuh dengan kepribadian yang berakhlak mulia. Karena kesabaran adalah
point penting yang perlu dimiliki bagi setiap insan.

Al-Qur‟an dijadikan pedoman bagi setiap umat muslim, untuk setiap


muslim dianjurkan untuk membacanya serta memahami isi dari kandungan
ayat tersebut. maka dari itu perlu bagi kita untuk mempelajari isi dari
kandungan tersebut. Di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ilmu pengetahuan
kehidupan. Diantaranya pendidikan, akhlak, pernikahan, keluarga, dan lain
sebagainya. Penulis akan mengkaji pendidikan berbasis akhlak, dimana dua
akhlak yang akan dibahas adalah sabar dan syukur. Sabar dan syukur di dalam
QS. Ibrahim ayat5-7 dan QS. Al-Baqarah ayat 152-153. Penulis akan
mengkaji ayat- ayat tersebut karena di dalamnya terdapat lafadz sabar dan
syukur saling bersanding. Dengan demikian penulis akan mengkaji dan
mengangkat judul “Pendidikan Sabar dan Syukur QS. Ibrahim ayat 5-7
dan QS. Al-Baqarah ayat 152-153”.

http://www.kompas.com/sains/read/2021/01/20/201943523/deretan-bencana-alam-di-awal-2021-
walhi-desak-pemerintah-serius-pulihkan-lingkungan Rabu, 20 Januari 2021)
8

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah penelitian sebagai berikut:

1. Komunikasi yang kurang baik antara pendidik dan peserta didik.


2. Kurangnya mengatur emosi dengan baik.
3. Kurangnya rasa sabar dalam menghadapi ujian ataupun musibah yang
menimpanya.
4. Kurangnya rasa syukur dalam menghadapi kenikmatan yang telah Allah
Swt berikan.
5. Kurangnya pemahaman mengenai Pendidikan Sabar dan syukur di dalam
QS. Ibrahim ayat5-7 dan QS. Al-Baqarah ayat 152-153

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis akan memperjelas
dan memberi arah yang tepat dengan membatasi pembahasan pada masalah
tentang kurangnya pemahaman mengenai pendidikan sabar dan syukur yang
terkandung dalam al-Qur‟an, agar fokus dan sesuai dengan apa yang akan
dibahas, maka permasalahan yang dibatasi:

“Ayat al-Qur‟an yang akan dibahas pada skripsi ini Qs. Al-Baqarah ayat 152-
153 dan Qs. Ibrahim ayat 5-7 yang membahas tentang pendidikan sabar dan
syukur”.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas, maka
peneliti merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tafsir Qs. Al-Baqarah ayat 152-153 dan Qs. Ibrahim ayat 5-7
menurut para mufassir.
9

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai sabar dan syukur Qs. Al-Baqarah ayat


152-153 dan Qs. Ibrahim ayat 5-7 dalam proses pendidikan Islam.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka peneliti menentukan
Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami penafsiran Qs. Al-Baqarah ayat 152-153 dan Qs.


Ibrahim ayat 5-7 para mufassir.

2. Untuk memahami relevansi nilai-nilai sabar dan syukur Qs. Al-Baqarah


ayat 152-153 dan Qs. Ibrahim ayat 5-7 dalam proses pendidikan Islam.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaatnya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
makna sabar dan syukur di dalam al-Qur‟an ataupun dalam buku-
buku pengetahuan Islam lainnya.
b. Memberikan wawasan tentang sabar dan syukur dalam implementasi
dalam pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
penulis dalam mempelajari dan mengkaji segala sesuatu yang
berkenaan dengan pendidikan sabar dan syukur, serta bermanfaat
sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi para
mahasiswa untuk melakukan kajian penelitian serupa yang
berhubungan dengan sabar dan syukur, dan dapat dijadikan salah
10

satu pertimbangan dan rujukan untuk mengetahui pendidikan sabar


dan syukur dalam perspektif al-Qur‟an serta diharapkan dapat
menambah khazanah keilmuan dalam pendidikan Islam.
c. Bagi Pendidik dan orang tua, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi para pendidik, orang tua, serta Umat
Islam agar senantiasa mengajarkan sikap sabar dan syukur kepada
keluarga dan masyarakat agar mereka dapat mengetahui dan
mempraktikkan dalam kehidupan pendidikan maupun kehidupan
menyeluruh. Dan dapat menjadi bekal untuk menerapkan pendidikan
sabar dan syukur kepada anak-anaknya dan menjadi pedoman agar
dapat menjalani segala macam ujian dengan sabar dan selalu
bersyukur atas apa yang telah Allah Swt berikan.
BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Nilai-nilai Pendidikan Sabar dan Syukur

1. Pengertian Nilai
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa cara
pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial
dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai
berisi pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu tentang hal-
hal yang benar, baik, atau diinginkan.1
Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang
sifatnya tersembunyi. Nilai tentang pandangan seseorang tentang baik dan
buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil,
dan sebagainya. Pandangan seseorang tentang semua itu tidak bisa diraba,
kita hanya mungkin dapat mengetahuinya dari perilaku yang
bersangkutan. Oleh karena itu, nilai pada dasarnya standar perilaku,
ukuran yang menentukan kriteria seseorang tentang baik dan tidak baik,
indah dan tidak indah, dan lain sebagainya, sehingga standar itu yang akan
mewarnai perilaku seseorang.2
Nilai dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang mendorong,
menggerakkan dan mengandung manfaat yang luar biasa bagi individu
atau kelompok dalam setiap perbuatan dan ucapan yang berlandaskan
ajaran agama Islam.3 Artinya nilai menjadikan seseorang memiliki
semangat untuk melakukan hal baik atau buruk, salah atau benar, jujur
atau tidak dan sebagainya.

1
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nilai
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran;Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), Cet. I, h. 274.
3
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose Media
Jakarta, 2011), Cet. 1, h. 79.

11
12

Jadi nilai merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi
manusia. Nilai juga merupakan hasil kreativitas manusia yang berasal dari
kegiatan sosial maupun kegiatan keagamaan untuk dijadikan acuan dan
melambangkan kualitas seseorang atau kelompok. Dengan adanya nilai
manusia dapat memperoleh predikat baik dan buruk, sehingga manusia
dapat mengintrospeksi diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Nilai juga
dapat berfungsi untuk membimbing dan membina manusia agar menjadi
lebih mulia dihadapan Allah Ta‟alaa.

2. Pengertian Pendidikan Sabar dan Syukur


Pendidikan adalah “didik” atau “mendidik” secara harfiah artinya
memelihara dan memberi latihan.4Sedangkan “pendidikan” adalah
tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau
sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut “tarbiyah” yang berarti proses
persiapan dan pengasuhan manusia pada fase-fase awal kehidupannya.5

ْْ ُ‫َوق‬
َ ْْْ‫لْرَّ بِّْْارْ َحمْ ُه َماْ َك َماْ َربَّْينِي‬
٤٢ْ–ْ‫ص ِغيْرً ْا‬
“…dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
(QS. Al-Israa‟:24)
Pendidikan adalah menyiapkan bekal hidup manusia agar ia mampu
menjalani kehidupannya masa kini dengan tenang sekaligus mampu
mempersiapkan masa depannya.6
Dalam arti sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang

4
Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surakarta: Bringin 55, t.t), h. 144.
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 19, h.
32.
6
Muhammad Badri, Sentuhan Jiwa Untuk Anak Kita, (Bekasi: Daun Publishing, 2015), Cet.
2, h. 4.
13

terdapat di dalam masyarakat dan kebudayaan. Selanjutnya pendidikan


juga dapat diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup
atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Menurut Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar mampu
melaksanakan tugas hidupnya. Pengaruh itu datang dari orang dewasa dan
ditunjukkan kepada orang yang belum dewasa.7
Menurut Marimba menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani anak didik manuju terbentuknya kepribadian yang utama.8
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan didalam
hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksud tersebut bahwa pendidikan
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
UU Nomor 2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

7
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 11, h. 1-2.
8
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. 9, h. 24.
14

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,


bangsa, dan negara.9
Ki Hajar Dewantara Berpendapat bahwa pendidikan itu termasuk
pengajaran bagi tiap-tiap bangsa berarti pemeliharaan guna
mengembangkan benih turunan dari bangsa itu, agar dapat berkembang
dengan sehat lahir batin. Untuk itu manusia-individu harus
dikembangkan jiwa raganya dengan mempergunakan segala alat
pendidikan yang berdasarkan adat-istiadat rakyat.10
Pendidikan menurut Theodore Mayer Grenee adalah usaha manusia
untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang berkmakna.
Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang
juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itu
dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan
tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap yang dilakukan, yaitu
mendidik dan dididik.11
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dalam
membentuk kualitas diri untuk bekal persiapan masa kini dan masa yang
akan datang dengan berkepribadian akhlaqul karimah.
Adapun sabar menurut terminology adalah keadaan jiwa yang kokoh,
stabil, dan konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahan,
pendiriannya tidak berubah bagaimanapun berat tantangan yang dihadapi.
Menurut Athaillah, sabar adalah tabah menghadapi cobaan dengan
penuh kesopanan. Di pihak lain, Al-Qusyairi menyebutkan bahwa sabara
adalah lebur (fana) dalam cobaan, tanpa menampakkan keluhan sedikit

9
Hasbullah, Op.cit., h. 4.
10
Dzumhur dan Dana suparta, Sejarah Pendidikan, (Bandung: Ilmu Bandung, 1959), h. 173.
11
Hasbullah, Op.cit., h. 6.
15

pun. Sikap sabar dilandasi oleh tanggapan bahwa segala sesuatu yang
terjadi merupakan iradah Tuhan.12
Ada pendapat yang mengatakan bahwa sabar yang ada di dalam al-
Qur‟an dimaksudkan mencegah jiwa atas sesuatu yang tidak ia sukai demi
mengahrapkan ridha Allah Swt, sebagaimana firman-Nya:

َ َِْْْٝ‫َٗاىَّ ِز‬
٢٢ْ-….ٌْْْ ِٖ ِّ‫طبَشُٗاْا ْبخِ َغبْ َْءْ َٗجْ ِْْٔ َسب‬
“Dan orang yang sabar karena mengharap keridaan
Tuhannya….”(QS.Ar-Ra‟d(13):22)

Imam Al-Junaid bin Muhammad pernah ditanya tentang sabar, lalu


beliau menjawab,‟merasakan kepahitan tanpa berwajah masam‟. Dzunnun
pernah ditanya tentang hal yang sama, beliau lalu menjawab, „menjauhi
sikap melanggar aturan, sikap tenang ketika mengalami pahitnya cobaan,
dan memperhatikan kecukupan ketika dilanda kekurangan dalam mata
pencaharian,”

Amr bin Utsman Al-Makki berkata, „sabar adalah keteguhan


bersama Allah dan menerima ujian-Nya dengan kelapangan hati‟. Abu Ali
Ad-Daqqaq berkata,‟Batas sabar adalah dimana seseorang tidak
memperotes takdir yang Allah gariskan‟. Dan ada pula yang mengatakan
bahwa sabar adalah menyikapi cobaan dengan adab yang baik.13

Abu Zakaria Al-Anshari mengatakan bahwa sabar merupakan


kemampuan seseorang mengendalikan diri terhadap sesuatu yang terjadi,
baik yang disenangi atau yang dibenci. Menurut Qasim Junaidi, sabar
adalah mengalihkan perhatian dari urusan dunia kepada urusan akhirat.

12
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), Cet. 1, h. 198.
13
Ulya Ali Ubaid, Sabar&Syukur, (Jakarta: Amzah, 2014), Cet. 2, h. 16.
16

Dikatakan juga bahwa beralih dari nafsu kepada Allah merupakan sesuatu
yang sulit. Al-Ghazali menyebutkan sabar sebagai kondisi jiwa dan
mengendalikan nafsu yang terjadi karena dorongan agama.14

Menurut pendapat penulis bahwa sabar adalah ketenangan jiwa


seseorang dalam menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan harapan
dan tidak pernah terbayangkan dalam pikirannya.

Jadi pendidikan sabar menurut penulis adalah usaha menahan diri dari
perbuatan yang menjerumuskan kepada hal yang kurang baik.
Dan adapun syukur secara etimologi adalah membuka dan
menyatakan. Adapun menurut terminology, syukur adalah menggunakan
nikmat Allah untuk taat kepada Allah, dan tidak menggunakannya untuk
berbuat maksiat kepada Allah.15 Syukur diperlukan karena semua yang
kita lakukan dan miliki di dunia adalah berkat karunia Allah. Allah yang
telah meberikan nikmat kepada kita, baik berupa pendengaran,
penglihatan, kesehatan, keamanan maupun nikmat-nikmat lainnya yang
tidak terhitung jumlahnya.
Syukur merupakan pengetahuan yang membangkitkan kesadaran,
bahwa satu-satunya pemberi nikmat adalah Allah Swt. Keutamaan syukur
mengungguli peringkat lainnya, tobat, zuhud, dan sabar tidak berlaku lagi
di akhirat. Ketika manusia tidak memerlukan hal-hal tersebut lagi di surga,
bersyukur tetap di lakukan.16
Kedudukan syukur mengisyaratkan kesadran ihwal keluasan rahmat
Allah atas hamba-Nya. Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak
menggunakan nikamat yang diberikan oleh Allah Swt, dalam melakukan
maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur ini ditandai dengan keyakinan hati,

14
Al-Ghazali, Ihya „Ulum Al-Din, jilid IV (Kairo: Maktabah Al-Husaini, t.t), h. 65.
15
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2015), Cet. 3, h. 175.
16
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), Cet. 1, h. 202.
17

bahwa nikmat yang diperoleh berasal dari Allah Swt, bukan selain-Nya.
Kemudian diikuti pujian oleh lisan, dan tidak menggunakan nikmat
tersebut untuk sesuatu yang dibenci oleh Pemberinya.
Bentuk syukur terhadap nikmat yang Allah berikan tersebut, adalah
dengan cara menggunakan nikamat Allah Swt itu dengan sebaik-baiknya.
Adapun karunia yang diberikan oleh Allah Swt harus kita manfaatkan dan
kita pelihara, seperti pencaindra, harta benda, dan ilmu pengetahuan.
Apabila kita sudah mensyukuri karunia Allah Swt itu, berarti kita telah
bersyukur kepada-Nya sebagai penciptanya. Bertambah banyak kita
bersyukur, bertambah banyak pula nikmat ayang akan kita terima. 17 Di
antara dasar perintah Allah untuk bersyukur sebagai berikut, Firman Allah
Swt:

َْ ‫َوا ِْْذْ َتا َ َّذ‬


٧ْ-ْ‫نْ َر ُّب ُك ْْمْلَِْىنْْْ َش َكرْ ُت ْْمْ ََلَ ِزيْدَ َّن ُك ْْمْ َولَِْىنْْْ َك َفرْ ُت ْْمْاِنَّْْ َع َذ ِابيْْْلَ َش ِدي ْْد‬

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika


kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat
berat.” (QS.Ibrahim (14):7)

٢٧٢ْ-َُْْ ْٗ‫َّب ُْْٓحَ ْؼبُ ُذ‬ِٝ‫ُْ ُم ْْخُ ٌْْْا‬ ّْ ِ ْ‫جْ ٍَبْ َس َص ْقْ ُن ٌْْْ َٗا ْش ُنشُْٗ ا‬
ْْ ِ‫ِلِْا‬ ْْ ٍِ ْ‫َِْْْاْ ٍَُْْ٘ اْ ُميُْ٘ ا‬ٝ‫َُّٖبْاىَّ ِز‬َٝ‫ْب‬ٝ
ِْ ْ‫ِّب‬َٞ‫ِْط‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik


yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
kamu hanya menyembah kepada-Nya”. (QS.Al-Baqarah(2):172)

Sabda Rasulullah Saw:18

17
Samsul Munir Amin, Ibid., h. 202.
18
Ibnu Abi Ad-Dunya, Asy-Syukr, (Kuwait: Maktabah Al-Islami, t.t).
18

‫ لئن شكرمت‬:‫ال يرزق اهلل عبدا الشكر فيحرمه الزيادة الن اهلل عز وجل يقول‬

.‫الزيدنكم‬

“ketika tidak mengaruniakan seseorang berupa syukur, berarti Allah


menghalanginya untuk memperoleh tambahan nikmat karena Allah
Swt, telah berfirman, “jika kalian bersyukur, Aku akan menambah
nikmat kepada kalian.”(HR. Al-Baihaqi)

Syukur adalah akhlak terpuji dari seseorang hamba kepada Allah. Dengan
bersyukur atas apa yang telah Allah berikan, menjadikan hidup seseorang
menjadi lebih damai dan tenang. Dengan demikian ia menjalani kehidupan
dengan ketenangan jiwa.

3. Unsur-unsur Pendidikan Sabar dan Syukur


1) Tenaga Pendidik (Pengajar)
Perlu memiliki kemampuan profesionalitas dalam bidangnya. Harus
memberi wawasan materi, mengarahkan dan membimbing anak
didiknya ke hal yang baik. Dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun
dan berusaha secara terus menerus, pengajar hendaknya melakukan
pendekatan psikologis. Jangan membuat kesalahan dalam berprilaku/
bersikap di depan para siswa, karena akan mempengaruhi pola pikir
19
anak. Jadi, apa yang dilakukan, diajarkan dan dicontohkan oleh
pengajar sangat berkaitan erat terhadap pola pikir, perkembangan dan
perilaku siswa.
2) Materi Pengajaran
Apabila materi pengajaran menyimpang dan mengarah ke perubahan
perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan.
Tetapi sebaliknya, apabila materinya baik dan benar setidaknya siswa

19
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h. 110
19

akan terkesan dalam sanubari pribadinya. Bekasan materi tersebut


akan memotivasi bagaiman harus bertindak yang baik dan benar.20
3) Metodologis Pengajaran
Dalam proses pendidikan harus memperhatikan metodologi
pengajarannya. Bagaimana dapat memudahkan atau mengesankan
siswa tanpa penguasaan metodologi. Maka penguasaan metodologis
sebagai pendidik yang akan bereran aktif dalam mempengaruhi siswa
penting menjadi keahliannya.21
4) Lingkungan Sekolah
Dalam dunia pendidikan lingkungan sekolah meruaka tempat
bertemunya semua watak. Perilaku masing-masing anak yang
berlainan. Ada yang nakal, berperilaku baik dan sopan dalam
bahasanya, beringas sifatnya, lancer pembicaraannya pandai
pemikirannya dan lain sebagainya. Kondisi pribadi anak sedemikian
rupa, dalam interaksi antara anak satu dengan anak lainnya akan saling
mempengaruhi juga pada kepribadiannya.22 Jadi, lingkungan
pendidikan sangat mempengaruhi jiwa anak didik. Dan akan diarahkan
ke mana anak didik dan perkembangan kepribadian.

B. Sikap Sabar dan Syukur Guru dan Murid

1. Proses Pembentukan Sikap


Ada dua hal dalam proses pembentukan sikap, yaitu sebagai berikut:
a. Pola Pembiasaan
Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari
maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa
melalui proses pembiasaan. Misalnya, siswa yang setiap kali

20
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet. 1, hal. 110.
21
Mustofa, Ibid., h. 110.
20

menerima perlakuan yang tidak mengenakkan dari guru, seperti


perilaku mengejek atau menyinggung perasaan anak, maka lama-
kelamaan akan timbul rasa benci dari anak tersebut. dan perlahan akan
mengalihkan sikap negarif itu bukan hanya kepda gurunya sendiri,
akan tetapi juga kepada pelajaran yang diampunya. Kemudian untuk
mengembalikan menjadi sikap positif bukanlah hal yang mudah.
Belajar membantuk sikap melalui pembiasaan juga diakukan
oleh Skinner melalui teorinya operant conditioning. Pembentukan
sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada proses peneguhan
respon anak. Setiap kali anak menunjukkan prestasi yang baik, maka
diberikan penguatan (reinforcement) dengan cara memberikan hadiah
atau perilaku yang menyenangkan. Lama-kelamaan, anak berusaha
meningkatkan sikap positifnya.23
b. Modeling
Pembelajaran sikap seseorang dapat juga dilakukan melalui
proses modeling, yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi
atau proses mencontoh.
Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang
adalah keinginan untuk melakukan peniruan (imitasi). Hal yang ditiru
itu adalah perilaku-perilaku yang diperagakan atau didemonstrasikan
oleh orang yang menjadi idolanya. Prinsip peniruan ini yang dimaksud
adalah modeling. Modeling adalah proses peniruan anak terhadap
orang lain yang menjadi idolanya atau orang yan dihormatinya.
Pemodelan biasanya dimulai dari perasaan kagum. Anak
kagum terhadap kepintaran orang lain, misalnya terhadap guru yang
dianggapnya bisa melakukan segala hal yang tidak bisa dilakukannya
secara perlahan perasaan kaguam akan mempengaruhi emosinya dan

23
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), Cet. I, h. 278.
21

secara perlahan pula anak tersebut akan menirukan prilaku yang


dilakukan oleh gurunya. Misalnya, jika seorang guru menunjukkan
perilaku tertentu terhadap suatu objek, maka anak cenderung akan
berperilaku sama seperti apa yang dilakukan oleh gurunya. Apabila
gurunya selalu berpakaian rapi dan bersih, maka anak itu juga akan
berperilaku demikian.24 Begitupun ketika seorang guru berprilaku dan
mencontoh sikap sabar dan syukur maka anak tersebut juga akan
mencontoh hal tersebut.
Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek melalui
proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun
anak perlu diberi pemahaman mengapa hal tersebut dilakukan.25Hal ini
diperlukan agar sikap tertentu muncul benar-benar didasari oleh suatu
keyakinan kebenaran dalam dirinya bahwa hal tersebut adalah perilaku
baik.

2. Macam-Macam Sikap Sabar dan Syukur


a. Sabar
Abdul Mustaqim mengategorikan sabar menjadi tiga macam, dan
menguraikannya secara rinci, sebagai berikut:26
1). Ash-Shabru „ala Ath-Tha‟ah (sabar dalam ketaatan)
Hal ini yang dilakukan dengan cara istiqomah (konsisten) dan terus-
menerus dalam ketaatan kepada Allah. Artinya, seseorang harus
konsisten dalam beribadah, baik yang berkaitan dengan ibadah
maliyah (ibadah dengan harta) seperti sedekah dan zakat, ataupun
badaniyah (ibadah dengan anggota badan) seperti shalat dan jihad di

24
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), Cet. I, h. 278-279.
25
Wina Sanjaya, Ibid., h. 279.
26
Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: kaukaba, 2013), h.66-67.
22

medan perang, maupun ibadah qalbiyah (dengan hati) seperti sikap


ikhlas, qana‟ah, syukur, dan ridha.
2). Ash-Shabru „an Al-Ma‟shiyah (sabar meninggalkan maksiat)
Ini dilakukan dengan cara mujahadah (jihad spiritual), bersungguh-
sungguh dalam memerangi hawa nafsu, dan meluruskan keinginan-
keinginan buruk yang dibisikan oleh setann. Jika seseorang benar-
benar berniat bisa melakukan mujahadah, niscaya Allah akan
memberikan hidayah kepadanya.

Firman Allah Swt:

٦٩ْ-ْْ‫ْن‬ َّْ َّْْ‫ْنْ َجا َه ُد ْواْ ِف ْي َناْلَ َن ْه ِد َي َّن ُه ْمْْ ُس ُبلَ َنْاْ َواِن‬
َْ ‫للاْلَ َم َعْْ ْالمُحْ سِ ِني‬ َْ ‫َوالَّ ِذي‬

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan)


Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”.
(QS. Al-Ankabut(29):69)

Orang yang sabar dalam meninggalkan maksiat dan terus-


menerus menjaga kebersihan hati dengan mengekang dan
mengendalikan hawa nafsunya, ia akan memperoleh keberuntungan
dan kebahagiaan.
Firman Allah Swt:
ْ َُُٗ‫۝ْبَوْ ْحُ ْؤثِش‬َّٚ‫ظي‬
‫َب۝‬ّْٞ ‫َبةَْاى ُّذ‬ٞ‫ْاى َذ‬ َ ٌَ ‫۝ْ َٗ َر َم َشْا ْع‬ٚ‫قَ ْذْأَ ْفيَ َخْ ٍَ ِْْحَ َض َّم‬
َ َ‫ْسبِّ ِْٔف‬
َٚ‫شٌْ َٗأَ ْبق‬ْٞ ‫ ِخ َشةُْ َخ‬ٟ‫ْ َٗا‬
“sungguh beruntung orang yang mensucikan diri (dengan
beriman), dan mengingat Tuhannya, lalu ia sholat. Sedangkan
kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal
kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”(QS. Al-A‟la
(87):14-17)
23

َٙٗ ْ‫ْاى ََؤ‬


ْ َٜ ِٕ َْ‫ْاى َجَّْت‬
ْ َُّ ِ ‫۝ْفَئ‬َٙ٘ َٖ‫ْاى‬
ْ َِِ ‫ظْػ‬ َ ًَ ‫َٗأَ ٍَّبْ ٍَ ِْْ َخبفَ ْ ٍَقَب‬
َ ‫ْاىَّْ ْف‬َََّٖٚٗ ِْٔ ِّ‫ْسب‬
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahann diri dari (keinginan) hawa
anafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggal (nya)”.(QS.
An-Nazi‟at(79):40-41)

3). Ash-Shabru „ala Al-Musibah (sabar ketika ditimpa musibah)


Ini dilakukan ketikan ditimpa musiabah atau kemalangan. Dunia
sesungguhnya tempat ujian (imtihan). Allah akan menguji keimanan
seseorang, antara lain dengan ditimpakannya musibah. Namun
demikian, bukan berarti Tuhan tidak sayang kepada makhluknya,
melainkan sekedar untuk menguji, sejauh mana kekuatan imannya.
Firman Allah Swt:

ِ ‫ظ ْ َٗاىثَّ ََ َشا‬
ْ‫ث ْ َٗبَ ِّش ِش‬ ِ ُ‫ض ْ ٍَِِ ْاأل ٍْ َ٘ا ِه ْ َٗاأل ّْف‬ ِ ‫ف ْ َٗ ْاىج‬
ٍ ‫ُ٘ع ْ ََّٗ ْق‬ ِ ْ٘‫ْاى َخ‬ ْ ٍَِِ ْ ‫ ٍء‬ْٜ ‫َٗىََْ ْبيُ ََّّ٘ ُن ٌْ ْبِ َش‬
ْ‫ل‬ َ ِ‫جؼَُُ٘ ۝ ْأُٗىَئ‬ َّ ِ ‫بَتٌ ْقَبىُ٘ا ْإَِّّب‬ٞ‫ظ‬
ِْ ‫ ِٔ ْ َسا‬ْٞ َ‫ِْلِ ْ َٗإَِّّب ْإِى‬ َ َ‫َِ ْإِ َرا ْأ‬ٝ‫َِ ۝ ْاىَّ ِز‬ٝ‫اىظَّببِ ِش‬
ِ ٍُ ْ ٌْ ُٖ‫طببَ ْخ‬
ْ ٌُ ُْٕ َ‫اثْ ٍِ ِْْ َس ِّب ِٖ ٌْْ َٗ َسدْ ََتٌْ َٗأُٗىَئِل‬
َُْٗ‫ْاى َُ ْٖخَ ُذ‬ ٌ َ٘ َ‫طي‬
َ ٌْْ ِٖ ْٞ َ‫َػي‬
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun, Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS.Al-
Baqarah(2):155-157)
Adapun yang dikhendaki adalah kesabaran sempurna yaitu
tunduk sepenuhnya tanpa syarat kepada kehendak Allah, dengan
menerima apa saja yang maujud. Sabar merupakan kebaikan utama
karena memerlukan ketundukan yang utuh. Orang yang
menggabungkan kesabaran (shabr) dengan rasa syukur (syukr), adalah
orang yang memiliki hikmah.
24

b. Syukur
Adapun rasa syukur itu pada dasarnya terhadap segala nikmat
yang diperoleh atau yang dianugerahkan kepada manusia. Nikmat
diartikan oleh sementara ulama sebagai “segala sesuatu yang berlebih
dari modal Anda”. Adakah manusia memiliki sesuatu sebagai modal?
Jawabannya, “Tidak”. Bukankah hidupnya sendiri adalah anugerah
dari Allah? “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari
masa, sedang ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat
disebut? (QS Al-Insan [76]: ayat 1). Nikmat Allah demikian berlimpah
ruah, sehingga Al-Quran menyatakan, “Seandainya kamu (akan)
menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup
menghitungnya”.(QS Ibrahim [14]: 34).

Al-Biqa‟i9 dalam tafsirnya terhadap surat Al-Fatihah


mengemukakan bahwa “alhamdulillah” dalam surat Al-Fatihah
menggambarkan segala anugerah Tuhan yang dapat dinikmati oleh
makhluk, khususnya manusia. Itulah sebabnya menurut beliau empat
surat lain yang juga dimulai dengan al-hamdulillah masing-masing
menggambarkan kelompok nikmat Tuhan, sekaligus merupakan
perincian dari kandungan nikmat yang dicakup oleh kalimat
alhamdulillah dalam surat Al-Fatihah itu. Karena Al-Fatihah adalah
pembuka Al-Quran dan kandungan ayat-ayatnya dirinci oleh ayat-ayat
lain. Keempat surah yang dimaksud adalah:

Pertama, Surah Al-An‟am (surat ke-6) yang dimulai dengan: “Segala


puji bagi Allah Yang telahmenciptakan langit dan bumi, dan
mengadakan gelap dan terang”.Ayat ini mengisyaratkan nikmat wujud
di dunia ini dengan segala potensi yang dianugerahkan Allah baik di
darat, laut, maupun udara, serta gelap dan terang.
25

Kedua, Surah Al-Kahf (surat ke-18), yang dimulai dengan: “Segala


puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab
(Al-Quran), dan tidak membuat kebengkokan (kekurangan) di
dalamnya”. Di sini diisyaratkan nikmat-nikmat pemeliharaan Tuhan
yang dianugerahkannya secara aktual di dunia ini. Disebut pula
nikmat-Nya yang terbesar yaitu kehadiran Al-Quran di tengah-tengah
umat manusia, untuk “mewakili” nikmat-nikmat pemeliharaan lainnya.
Ketiga, Surah Saba‟ (surat ke-34), yang dimulai dengan” “Segala puji
bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi, dan bagi-Nya pula segala puji di akhirat. Dan Dialah Yang
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”.Ayat ini mengisyaratkan
nikmat Tuhan di akhirat kelak, yakni kehidupan baru setelah
mengalami kematian di dunia, di mana dengan kehadirannya di sana
manusia dapat memperoleh kenikmatan abadi.
Keempat, Surah Fathir (surat ke-35), yang dimulai dengan: “Segala
puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat
sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan (di
dunia dan di akhirat), yang mempunyai sayap masing-masing (ada
yang) dua, tiga, dan empat”. Ayat ini adalah isyarat tentang nikmat-
nikmat abadi yang akan dianugerahkan Allah kelak setelah mengalami
hidup baru di akhirat. Setiap rincian yang terdapat dalam keempat
kelompok nikmat yang dicakup oleh keempat surat di atas, menuntut
syukur hamba-Nya baik dalam bentuk ucapan al-hamdulillah, maupun
pengakuan secara tulus dari lubuk hati, serta mengamalkan perbuatan
yang diridhai-Nya.
Dari keempat surah yang dikemukakan di atas secara global
dikemukakan nikmat-nikmat Allah yang mengharuskan adanya
syukur. Namun demikian dalam beberapa ayat yang lain disebut secara
eksplisit nikmat-nikmat yang mesti disyukuri, antara lain: 1)
26

Kehidupan dan kematian, (QS Al-Baqarah [2]: 28); 2) Hidayat Allah,


(QS Al-Baqarah [2]: 185); 3) PengampunanNya, (QS Al-Baqarah [2]:
52); 4) Pancaindera dan akal, (QS An-Nahl [16]: 78); 5) Rezeki, (QS
Al-Anfal [8]: 26); 6) Sarana dan prasarana antara lain, (QS An-Nahl
[16]: 14); 7) Kemerdekaan (QS Al-Maidah [5]: 20) Masih banyak lagi
nikmat-nikmat lain yang secara eksplisit disebut oleh Al-Qur‟an.
Dalam surat Ar-Rahman (surat ke-55), Al-Quran membicarakan aneka
nikmat Allah dalam kehidupan dunia ini dan kehidupan akhirat kelak.
Hampir pada setiap dua nikmat yang disebutkan. Quran mengulangi
satu pertanyaan dengan redaksi yang sama yaitu, “Maka nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari? Pertanyaan tersebut
terulang sebanyak tiga puluh satu kali. Para ulama menyusun semacam
“rumus”, yaitu siapa yang mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah,
maka ia akan selamat dari ketujuh pintu neraka, sekaligus dia dapat
memilih pintu-pintu mana saja dari kedelapan pintu surga, baik surga
pertama maupun surga kedua, baik Surga (kenikmatan duniawi)
maupun kenikmatan ukhrawi.27

3. Tingkatan Sikap Sabar dan Syukur


a. Sabar
Menurut syekh Abdul Qadir Al-Jailani (w.1166M), sabar dibagi
menjadi tiga tingkatan, sebagai berikut:
1). Ash-shabru lillah (sabar untuk Allah)
Yaitu keteguhan hati dalam melaksanakan segala perintah Allah dan
mnejauhi segala larangan-Nya.
2). Ash-shabru ma‟a Allah (sabar bersama Allah)

27
Akhmad Sagir, ”Pertemuan Sabar dan Syukur Dalam Hati”, Jurnal Studia Insania, Vol. 2,
No. 1, 2014.
27

Yaitu keteguhan hati dalam menerima segala keutusan dan tindakan


Allah.
3). Ash-shabru „ala Allah (sabar atas Allah)
Yaitu keteguhan hati dan kemantapan sikap dalam menghadapi apa
yang dijanjikan-Nya, berupa rezeqi atau kelaparan hidup.28
Firman Allah SWT

َُُْ٘‫٘اَّْللاَْىَ َؼيَّ ُن ٌْْحُ ْفيِذ‬ َ َٗ ْ‫َِ ْآ ٍَُْ٘اْاطْ بِشُٗا‬ٝ‫َُّٖبْاىَّ ِز‬َٝ‫َبْأ‬ٝ


َّ ُ‫طببِشُٗاْ َٗ َسابِطُ٘اْ َٗاحَّق‬
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu)
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”.(QS.Ali
„Imran (3):200)
ْ‫َ ْف َشدُ٘اْبَِٖبْ َٗإِ ُْْحَظْ بِشُٗا‬ٌْٝ‫ِّئَت‬ٞ‫ظ ْب ُن ٌْْ َع‬
ِ ُ‫إِ ُْْحَ َْ َغ ْغ ُن ٌْْ َد َغَْتٌْحَغ ُْؤُٕ ٌْْ َٗإِ ُْْح‬
ٌ‫ظ‬ٞ َّْ َُّ ِ‫ئًبْإ‬ْٞ ‫ ُذُٕ ٌْْ َش‬ْٞ ‫َضُشُّ ُم ٌْْ َم‬ْٝ‫َٗحَخَّقُ٘اْال‬
ْ ‫َ ْؼ ََيَُُ٘ ْ ٍُ ِذ‬ْٝ‫َّْللاَْبِ ََب‬
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih
hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira
karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu
daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang
mereka kerjakan”.(QS.Ali „Imran (3):120)

Imam Al-Ghazali membagi sabar kepada tiga tingkatan29 yaitu sebagai


berikut:

1). Sabar tertinggi, yaitu sifat yang mampu menghadapi semua


dorongan nafsu, sehingga nafsu benar-benar dapat ditundukkan. Untuk
mencapai sbar, diperlukan perjuangan yang erus-menerus sebagaimana
yang disebutkan dalam surah Muhammad ayat 31

َ َ‫َّْٗ ْبيُ َْ٘أَ ْخب‬


ٌْْ ‫بس ُم‬ ْ ٌَ َ‫َّْ ْؼي‬َّٚ‫َٗىََْ ْبيُ ََّّ٘ ُن ٌْْ َدخ‬
َ َِٝ‫َِ ْ ٍِ ْْ ُن ٌْْ َٗاىظَّببِ ِش‬ٝ‫ْاى َُ َجب ِٕ ِذ‬

28
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), Cet. 1, h. 198.
29
Al-Ghazali, Ihya „Ulum Al-Din, jilid IV (Kairo: Maktabah Al-Husaini, t.t), h. 65.
28

“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu


agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan
bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik
buruknya) hal ihwalmu.”(QS. Muhammad:31)

2). Sabar orang-orang yang sedang dalam perjuangan. Pada tahap ini
terkadang mereka dapat menguasai hawa nafsu, tetapi terkadang
mereka dikuasai hawa nafsu, sehingga bercampuraduk antara yang
baik dan yang buruk. Allah berfirman dalam surah Al-Furqan ayat 44:

َ َ‫إِ ُُْْٕ ٌْْإِالْ َمبأل ّْ َؼ ِبًْبَوْ ُْٕ ٌْْأ‬


‫ال‬ٞ‫ضوُّ ْ َع ِب‬

“mereka itu tidak lain bagai binatang ternak, bahkan mereka


lebih sesat jalannya”.(QS.AL-Furqon:44)
3). Tingkat terendah yaitu sabar karena kuatnya hawa nafsu dan
kalahnya dorongan agama. Allah berfirman dalam surah As-Sajadah
ayat13”

َِْٞ‫بطْأَجْ ََ ِؼ‬
ِ َّْ‫ْٗاى‬ ْ ٍَِِ ٌَْ ََّْٖ‫ْج‬
َ ‫ْاى ِجَّْ ِت‬ ْ ‫ق‬
َّ ٍْ ‫ْأل‬ٍِِّْٜ ُْ‫ْاىقَْ٘ ه‬
َ ُ‫أل‬ َ ِْ ‫… َٗىَ ِن‬
َّ ‫ْد‬
“…Akan tetapi tetaplah kebenran itu dari-Ku. Sesungguhnya
Aku penuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia bersama-
sama”.(QS.as-Sajdah:13).
b. Syukur
Kesepakatan Ulama Tasawuf, syukur terdapat tiga tingkatan:
1). Syukur bil lisan
Adalah bentuk wujud syukur dengan menampakkan nikmat anugerah
pemberian Tuhan kepada orang lain seringkali dijumpai seseorang
merasakan kenikmatan anugerah Allah SWT., dengan mengucapkan
pujian „Alhamdulillah‟. Sebagaimana tercermin dalam Firman Allah
SWT:

َ ‫َٗأَ ٍَّبْ ِبِْ ْؼ ََ ِت‬


ْ ‫ْسبِّلَْفَ َذذ‬
ْ‫ِّد‬
29

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu


menyebut - nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS. Adh-
Dhuhaa: 11)
2). Syukur bil arkan
Adalah mengaplikasikan bentuk syukur dengan amal kebaikan atau
memperoleh anugerah kenikmatan dari Allah dengan mencukupkan
diri dari terjerumus dalam jurang kemaksiatan. Untuk yang terakhir ini
merupakan yang lebih utama karena tidak terjerumus dalam
kemaksiatan itu lebih utama dari pada melakukan amal kebaikan.
Allah Berfirman:

َ ‫وٌْ ٍِ ِْْ ِػبَب ِد‬ِٞ‫ا ْػ ََيُ٘اْآ َهْدَا ُٗدَْ ُش ْنشًاْ َٗقَي‬


ْ‫ْاى َّش ُن٘ ُس‬ٛ
“Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada
Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang
berterima kasih.”(QS.as-Saba‟:13)

3). Syukur bil jinan


Adalah bentuk syukur dengan menyadari sepenuhnya bahwa Allah
semata-mata yang menganugerahkan kenikmatan kepadanya bukan
yang lain. Seseorang yang diduduki pada maqam ini, dalam dirinya
terdapat sebuah rumusan, Minallah, illah dan lillah. Inilah anugerah
pemberian dari Allah, akan diperoleh dalam kebaikan untuk menuju
ridha Allah, dan sedikitpun tidak tercampur karena selain Allah SWT
(ikhlas dalam beramal). Sebagimana Allah berfirman:

َُُْٗ‫ ِْٔحَجْ ؤَس‬ْٞ َ‫َّْللاْثُ ٌَّْإِ َراْ ٍَ َّغ ُن ٌُْاىضُّ شُّ ْفَئِى‬
ِ َّ ََِِ َ‫َٗ ٍَبْبِ ُن ٌْْ ٍِ ِِّْْ ْؼ ََ ٍتْف‬
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-
lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan,
maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.”
(QS.an-Nahl:53)”
30

C. Hasil Penelitian Yang Relevan


1. Mariani Eka Safitri, dalam skripsinya yang berjudul “Pendidikan Sabar
dalam kisah Nabi Ayyub yang terkandung dalam surat Shȃd ayat 41- 44”,
yang ditulis pada tahun 2019 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kisah Nabi Ayyub yang
dijelaskan dalam surat Shȃd ayat 41-44 mengandung berbagai macam
pendidikan sabar. Adapun pendidikan sabar yang tergambarkan dalam
kisah tersebut ada 5 point, yaitu: (1) Sabar berkaitan dengan keimanan. (2)
Sabar teridentik dengan ikhtiar. (3) Sabar akan menimbulkan kenyataan
baik pada setiap keadaan yang telah Allah takdirkan. (4) Sabar akan
menyeimbangkan tindakan rasional. Dan (5) Kisah sebagai metode
pembelajaran yang mendidik. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama
mengkaji pendidikan sabar. Adapun perbedaannya dengan penelitian
sebelumnya yaitudalam kisah Nnabi Ayyub, sedangkan yang diteliti oleh
penulis yaitu pendidikan sabar dan syukur dalam QS. Ibrahim ayat5-7 dan
QS. Al-Baqarah ayat 152-153.
2. Subandi dalam jurnalnya yang berjudul “Sabar: Sebuah Konsep
Psikologi”, yang ditulis pada tahun 2011 di Universitas Gadjah Mada.
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat lima kategori yang
tercakup dalam konsep sabar, yaitu pengendalian diri, ketabahan,
kegigihan, ikhlas dan bersyukur, dan sikap tenang. Persamaan penelitian
ini dengan yang dilakukan penulis yaitu sama-sama membahas tentang
sabar. Perbedaannya pada penelitian sebelumnya membahas sabar dalam
konsep psikologi, sedangkan yang diteliti oleh penulis yaitu konsep
pendidikan sabar dan syukur dalam QS. Ibrahim ayat5-7 dan QS. Al-
Baqarah ayat 152-153.
3. A.Malik Madany dalam jurnalnya yang berjudul “Syukur dalam
Perspektif al-Qur‟an”, yang ditulis pada tahun 2015 di UIN Sunan
Kalijaga. Hasil penelitiannya menyimpulkan terdapat 5 poin mengenai
31

syukur, yaitu: (1) syukur merupakan ajaran yang sangat pennting dalam
Islam beriringan dengan zikir dan ibadah kepada Allah, (2) syukur
mencakup perbuatan lisan, hati dan perbuatan, (3) syukur berupa nikmat
Allah, (4) syukur kepada Allah akan menambah nikmat di dunia dan
pahala di akhirat, (5) syukur merupakan motif tertinggi dalam ibadah
kepada Allah. Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan penulis
yaitu sama-sama membahas tentang syukur dalam al-Qur‟an.
Perbedaannya pada penelitian sebelumnya yang dibahas hanya syukur
dalam perspektif al-Qur‟an sedangkan yang diteliti oleh penulis yaitu
Konsep Pendidikan Sabar dan Syukur di dalam QS. Ibrahim ayat 5-7 dan
QS. Al-Baqarah ayat 152-153.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian


Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah adalah nilai-nilai
pendidikan sabar dan syukur yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur‟an
khususnya terkandung dalam Qs. Al-Baqarah ayat 152-153 dan Qs. Ibrahim
ayat 5-7.
Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan selama satu semester
terhitung dari bulan November 2019.

B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode konten analisis dengan menggunakan teknik
analisis kajian melalui studi kepustakaan (Library Research).
Menurut Mestika Zed, studi kepustakaan atau library research yaitu
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.1 Sementara
mneurut M. Iqbal Hasan studi kepustakaan atau library research yaitu
kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi
pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku
referensi atau hasil penelitian lain) untuk menunjang penelitiannya.2 Secara
rinci penelitian ini berusaha untuk menemukan jawaban bagaimana penafsiran
QS. Ibrahim ayat 5-7 dan QS. Al-Baqarah ayat 152-153 menurut para
mufassir dan apa saja nilai-nilai pendidikan sabar dan syukur dalam proses

1
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), h.
3.
2
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002) ,Cet. 1, h. 45.

32
33

pendidikan yang terkandung dalam QS. Ibrahim ayat 5-7 dan QS. Al-Baqarah
ayat 152-153.

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis memfokuskan pada
nilai-nilai pendidikan sabar dan syukur yang terkandung dalam Qs. Al-
Baqarah ayat 152-153 dan Qs. Ibrahim ayat 5-7 yang sifatnya
mendeskripsikan dan menganalisa tentang nilai-nilai pendidikan sabar dan
syukur yang terkandung dalam Qs. Al-Baqarah ayat 152-153 dan Qs. Ibrahim
ayat 5-7.

D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan library research, maka sumber data pada
penelitian ini adalah literatur-literatur yang berkaitan. Adapun sumber yang
terkait dengan penelitian yang akan dibahas meliputi al-Qur‟an, Tafsir, hadits,
bahan-bahan buku, Jurnal dan lain lain yang berkaitan dengan Pendidikan
sabar dan syukur.
Beberapa hal yang dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
analisis sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
Dikarenakan teknis penelitian yang dilakukan adalah library reseach,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini
adalah study literature (book survey), yakni mengumpulkan kitab-kitab
tafsir yang pembahasannya berkaitan dengan masalah yang akan dikaji,
kemudian mengumpulkan bahan-bahan yang terkait dengan masalah
pendidikan sabar dan syukur.
Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam teknik
pengumpulan data ini sebagai berikut:
34

a. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan


diteliti, dengan mengambil dari beberapa sumber buku yang saling
berhubungan.
b. Mengklasifikasi data-data dari sumber tersebut, yakni dengan cara
mengelompokkan data-data berdasarkan jenisnya, yaitu:
1) Sumber data primer
a) Al-Qur‟an dan Terjemahannya.
b) Kitab tafsir al-Qur‟an:
(1) Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab
(2) Tafsir Departemen Agama RI
(3) Tafsir Ibnu Katsir
(4) Tafsir Jalalain
(5) Tafsir Al-Lubab karya M. Quraish Shihab
2) Sumber Data Sekunder
a) Buku-buku yang membahas tentang pengetahuan al-Qur‟an.
b) Kamus-kamus yang berisikan tentang kosa kata al-Qur‟an.
c) Buku-buku pendidikan yang khususnya membahas tentang
masalah yang akan dikaji.
d) Buku-buku relevan lainnya yang menunjang penulisan ini.
2. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, data perlu diolah atau dianalisis. Analisis
data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dengan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola, mencari, dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yag dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.3

3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
Cet. XXXI, h. 248.
35

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah


mengunakan analisis metode tafsir tahlili, yaitu metode penafsiran ayat-
ayat al-Qur‟an yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan uraian-uraian
makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur‟an dengan mengikuti
tertib urutan/susunan surat-surat dan ayat-ayat al-Qur‟an itu sendiri
dengan sedikit banyak analisis didalamnya. Menurut M. Alfatih
Suryadilaga metode tafsir tahlili menafsirkan ayat secara runtut dengan
urutan mushaf, untuk itu ia menguraikan kosa kata dan lafadz,
menjelaskan arti yang dikhendaki, juga unsur-unsur i‟jaz dan balaghah,
serta kandungan dalam berbagai aspek pengetahuan dan hukum.4
Abd al-Hayy al-Farmawy mengatakan bahwa tafsir tahlili adalah suatu
metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-
Qur‟an dan seluruh aspeknya. Di dalam tafsirnya, penafsir mengikuti
urutan ayat, membahas mengenai asbabun nuzul dan dalil-dalil yang
berasal dari Rasul, sahabat atau tabi‟in yang kadang-kadang bercampur
baur dengan pendapat penafsir sendiri dan diwarnai oleh latar belakang
pendidikannya.5
Metode Tahlili atau yang dinamai oleh Baqir al-Shadr sebagai metode
Tajzi‟I adalah suatu metode tafsir yang mufassirnya berusaha menjelaskan
kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dari berbagai seginya dengan
memperhatikan urutan ayat-ayat al-Qur‟an sebagaimana tercantum di
dalam Mushaf.6 Menurut Hamka Hasan metode tafsir tahlili yaitu suatu
metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-
Qur‟an dari seluruh aspeknya. Penafsir memulai uraiannya dengan
menyebutkan arti kata-kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti ayat.
4
M. Alfatih Suryadilaga,dkk, Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005), Cet. 1, h.
42.
5
Didin Saefuddin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan al-Qur‟an, (Bogor: Granada
Sarana Pustaka, 2005), h. 208.
6
M.Nurul Irfan, Metode Penafsiran Al-Qur‟an, Jurnal Kajian Al-Qur‟an dan Wanita, Vol. 03,
No. 2, 2005, ISSN:1829-9954
36

Ia juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan


hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain.7 Menurut Quraish
Shihab munasabah yaitu adanya keserupaan dan kedekatan di antara
berbagai ayat, surah dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan.
Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna antar ayat dan
macam-macam hubungan atau kemestian dalam pikiran (nalar).8 Penafsir
juga membahas mengenai asbabun nuzul, yaitu Sesuatu yang melatar
belakangi turunnya satu ayat atau lebih, sebagai jawaban terhadap suatu
peristiwa atau menceritakan sesuatu peristiwa, atau menjelaskan hukum
yang terdapat dalam peristiwa tersebut.9
Adapun kelebihan dari metode tahlili ini antara lain adanya potensi
untuk memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran terhadap kosa
kata ayat, syair-syair kuno dan kaidah-kaidah ilmu nahwu. Penafsirannya
menyangkut segala aspek yang ditemukan oleh mufassir dalam setiap
ayat. Analisis ayat dilakukan secara mendlam sejlan dengan keahlian
kemampuan dan kecenderungan mufassir. Sementara kelemahan metode
tahlili ini, walaupun dinilai luas, namun tidak menyelesaikan pokok
bahasan, karena seringkali satu ayat pokok bahasan diuraikan sisinya atau
kelanjutan pada ayat lain.10
Menurut Quraish Shihab yang dikutip oleh Abuddin Nata, prosedur
yang ditempuh dalam metode tahlili ini adalah sebagai berikut:
1. Bermula dari kosa-kata yang terdapat pada setiap ayat yang akan
ditafsirkan sebagaimana urutan dalam al-Qur‟an
2. Menjelaskan asbabun nuzul ayat ini degan menggunakan keterangan
yang diberikan oleh Hadits (bi ar-riwayah).

7
Hamka Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadits, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 4.
8
Abu Anwar, Ulumul Qur‟an;Sebuah Pengantar, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. III, h. 61.
9
Dawud Al-Attar, Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1994), Cet. 1, h. 127.
10
Abuddin Nata, Metodologi Stusi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), h. 219.
37

3. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat yang ditafsirkkan dengan


ayat sebelum atau sesudahnya.
4. Menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat
dengan menggunakan keterangan yang ada pada ayat lain, atau dengan
menggunakan Hadits Rasulullah Saw., atau dengan menggunakan
penalaran rasional atau berbagai disiplin ilmu sebagai sebuah
pendekatan.
5. Menarik kesimpulan dari ayat tersebut baik yang berkenaan dengan
hukum fikih, tauhid, akhlaq atau mengenai suatu masalah lainnya
sesuai dengan kandungan ayat tersebut.11

Ada beberapa macam pendekatan dalam metode tafsir tahlili,


diantaranya adalah tafsir bi al-ma‟tsur, tafsir bi al-ra‟yi, tafsir sufi, tafsir
al-fiqhi, tafsir falsafi, tafsir al-ilmi dan tafsir al-adabi al-ijtima‟i.12

Dilihat dari cara penafsirannya, penulis menggunakan pendekaran


tafsir bi al-ra‟yi yaitu tafsir penafsiran al-Qur‟an dengan ijtihad dan
penalaran13 dalam mengurai dan menjelaskan makna perkata secara runtut
ayat per ayat.

11
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta:Prenada Media Group, 2011), Cet. I, h.
169.
M.Nurul Irfan, Metode Penafsiran Al-Qur‟an, Jurnal Kajian Al-Qur‟an dan Wanita, Vol. 03,
No. 2, 2005, ISSN:1829-9954.
12
M. Alfatih Suryadilaga, dkk, Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005), Cet. 1, h.
42.
13
M. Alfatih Suryadilaga,dkk,Ibid.,h.43
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tafsir QS. Ibrahim ayat 5-7 dan QS. Al-Baqarah ayat 152-153
Surah Al-Baqarah

Surah ini turun setelah Nabi Muhammad saw., hijrah ke Madinah.


Ayat-ayatnya berjumlah 286 ayat. Begitu banyak persoalan yang
dibicarakannya. Tidak heran karena masyarakat Madinah ketika itu sangat
beragam, baik dalam suku, agama maupun kecenderungan. Di sisi lain, ayat-
ayat surah ini berbicara menyangkut peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa yang cukup panjang.
Surah ini dinamai al-Baqarah karena tema pokoknya adalah inti ayat-
ayat yang menguraikan kisah al-Baqarah, yakni kisah Bani Isra‟il dengan
seekor sapi. Ada seseorang yang terbunuh dan tidak diketahui siapa
pembunuhnya. Masyarakat Bani Isra;il saling mencurigai, bahkan tuduh-
menuduh, tentang pelaku pembunuhan tanpa ada bukti, sehingga mereka tidak
memperoleh kepastian. Menghadapi hal tersebut, mereka menoleh kepada
Nabi Musa as. Meminta beliau berdoa agar Allah menunjukkan siapa
pembunuhnya. Maka Allah memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi.
Dari sini mulai kisah al-Baqarah. Akhir dari kisah itu adalah mereka
menyembelihnya setelah dialog tentang sapi berkepanjangan dan dengan
memukulkan bagian sapi itu kepada mayat yang terbunuh, atas kudrat Allah
SWT., korban hidup kembali dan menyampaikan siapa pembunuhnya.
Melalui kisah al-Baqarah, ditemukan bukti kebenaran petunjuk-
petunjuk Allah, walaupun pada mulanya kelihatan tidak dapat dimengerti.
Kisah ini juga membuktikan kekuasaan-Nya menghidupkan kembali yang
telah mati, serta kekuasaan-Nya menjatuhkan sanksi bagi siapa yang bersalah
walau ia melakukan kejahatannya dengan sembunyi-sembunyi.

38
39

Kemudian disimpulkan bahwa uraian surah ini berkisar pada


penjelasan dan pembuktian tentang haq dan kebenaran kitab suci terhadap
petunjuk-petunjuknya diikuti dan diindahkan.1

Surah Ibrahim
Surah Ibrahim terdiri atas 52 ayat termasuk golongan surat-surat
Makkiyyah karena diturunkan di Mekkah sebelum Hijrah. Di namakan Surah
Ibrahim karena surah ini mengandung do‟a Nabi Ibrahim as, yaitu pada ayat
51. Do‟a ini isinya penyembahan berhala-berhala dan agar Mekkah dan
daerah sekitarnya menjadi daerah yang aman dan makmur. Do‟a Nabi Ibrahim
ini telah diperkenankan Allah SWT sebagaimana telah terbukti sejak dahulu
sampai sekarang. Kemudian dipanjatkan beliau ke hadirat Allah SWT sesudah
selesai membina Ka‟bah bersama putranya Ismail as di padang pasir Mekkah
yang tandus itu.2

1. Surah Al-Baqarah ayat 152-153


a. Teks Ayat dan Terjemah

‫ُْ٘ا‬ٞ‫َِ ْآ ٍَُْ٘اْا ْعخَ ِؼ‬ٝ‫َُّٖبْاىَّ ِز‬َٝ‫َبْأ‬ْٝ‫ْ َٗالْحَ ْنفُشُٗ ُِ۝‬ِٜ‫ْأَ ْر ُمشْ ُم ٌْْ َٗا ْش ُن ُْشٗاْى‬ُِّٜٗ‫فَ ْبر ُمش‬
َّ َُّ ِ‫ظب ِْشْ َٗاىظَّال ِةْإ‬
‫َِ ۝‬ٝ‫َّْللاَْ ٍَ َغْاىظَّببِ ِش‬ َّ ‫ْبِبى‬
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku. Hai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(QS.al-
Baqarah(2):152-153)

1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 99-100.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, jilid.5, h. 147.
40

b. Tafsir Mufrodat
Kata ُِّٜٗ‫( فَ ْبر ُمش‬Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku) yakni dengan
salat, tasbih dan lain-lain.
Kata ٌْْ ‫( أَ ْر ُمشْ ُم‬Niscaya Aku ingat pula kepadamu). Ada yang mengatakan
maksudnya niscaya Ku balas amalmu itu. Dalam sebuah hadis
ditengahkan firman Allah: “Barang siapa yang mengingat-Ku dalam
dirinya, niscaya Kuingat dia dalam diri-Ku, dan barang siapa
mengingat-Ku di hadapan khalayak ramai, maka aku akan
mengingatnya di hadapan khalayak yang lebih baik”.
Kata ِٜ‫(ْ َٗا ْش ُنشُٗاْى‬dan bersyukurlah kepada-Ku), atas nikmat-Ku dengan
jalan taat kepada-Ku
ِ ‫( ْ َٗال ْحَ ْنفُش‬dan janganlah kamu mengingkari-Ku) dengan jalan
Kata ُُْٗ
berbuat maksiat dan durhaka kepada-Ku.
Kata ‫ُْ٘ا‬ٞ‫َِ ْآ ٍَُْ٘اْا ْعخَ ِؼ‬ٝ‫َُّٖبْاىَّ ِز‬َٝ‫َبْأ‬ْٝ (Hai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan) untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
َّ ‫( ْبِبى‬dengan sabar) taat melakukan ibadah dan sabar
Kata ْ‫ظب ِْش‬
menghadapi cobaan.3
Kata (‫ )اىظبش‬ash-shabr/sabar yang dimaksud mencakup banyak hal,
sabar menghadapi ejekan dan rayuan, sabar melaksanakn perintah dan
menjauhi larangan, sabar dalam musibah dan kesulitan, serta sabar
dalam berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan.4
Kata ( ‫ ْ) ببىظبش‬Ash-Shabru artinya mengukuhkan jiwa agar kuat
menanggung derita. Arti firman ini: mintalah pertolongan kepada

3
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain; Bahrun Abu
Bakar, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, jilid. 1, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), Cet. 7, h. 78.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 363.
41

Allah untuk meraih kebahagiaan di akhirat dengan cara bersabar dalam


menjalankan ketaatan dan menghadapi cobaan.5
Kata ْ‫( ْ َٗاىظَّال ِة‬dan mengerjakan salat) dikhususkan menyebutkannya
disebabkan berat dan berulang-ulang.
َّ َُّ ِ‫(ْإ‬sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
Kata َِْٝ‫َّْللاَْ ٍَ َغْاىظَّببِ ِش‬
sabar) artinya selalu melimpahkan pertolongan-Nya kepada mereka.6
Kata ( ِٝ‫ ) ٍغ ْاىظببش‬yakni menyertai orang-orang yang sabar, dengan
pertolongan-Nya.7

c. Tafsir Ayat
Ayat sebelumnya menjelaskan tentang peralihan arah kiblat
dari Bai‟t al-Maqdis menjadi Masjid al-Haram dengan tujuan
menyempurnakan nikmat-Ku kepadamu. Ayat ini juga merupakan
bukti pengabulan doa Nabi Ibrahim as. Yang dipanjatkannya ketika
beliau bersama putranya Isma‟il as. Membangun Ka‟bah. Permohonan
Nabi Ibrahim yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 129.
Terlihat bahwa yang dikabulkan Allah lebih banyak dari apa
yang diminta oleh Nabi Ibrahim. Yang dimohonkan Nabi Ibrahim as.
Hanya empat macam sedangkan yang dianugerahkan-Nya sebanyak
lima macam yakni terdapat salah satu yang tidak dimohonkan yaitu
mengajarkan apa yang mereka belum ketahui. Hal tersebut merupakan
nikmat tersendiri, yang mencakup banyak hal dan melalui sekian cara.
Al-Qur‟an telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama (Iqra‟) bahwa
ilmu yang diperoleh manusia diraih dengan dua cara. Pertama upaya
belajar mengajar, dan kedua anugerah langsung dari Allah berupa
5
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, jilid. 1,
juz. 1-2, (Jakarta: Gema Insani, 2013), Cet. 1, h. 298.
6
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain; Bahrun Abu
Bakar, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, jilid. 1, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), Cet. 7, h. 78.
7
Wahbah Az-Zuhaili, loc.cit.
42

ilham dan intuisi.8 Allah SWT mengatur anugerah-Nya dengan


sedimikian rupa, sesuai pilihan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya
yang tulus bermohon. Dilihat dari hal tersebut bahwa do‟a tidak harus
dikabulkan seketika.
Ayat ini dalam Tafsir Munir menjadi pengingat untuk selalu
bersyukur. Bahwa Allah SWT yang mentakdirkan dan mengarahkan
ke kiblat masing-masing. Dan menjadi pengingat juga agar selalu
bersyukur kepada Allah lantaran Dia memberi taufiq (pertolongan)
kepada kaum muslimin untuk mengikuti apa yang di perintahkan-Nya
berkiblat ke Ka‟bah.9

1). Surah al-Baqarah ayat 152

‫ْ َٗالْحَ ْنفُشُٗ ُِ۝‬ِٜ‫ْأَ ْر ُمشْ ُم ٌْْ َٗا ْش ُنشُٗاْى‬ُِّٜٗ‫فَ ْبر ُمش‬

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat


(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS.al-Baqarah(2): 152)

Ayat ini dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan perintah untuk


mengingat Allah baik secara lisan, pikiran hati dan anggota badan.
Menggunakan lisan menyucikan dan memuji-Ku, pikiran dan hati
melalui perhatian terhadap tanda-tanda kebesaran-Ku, dan anggota
badan dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Ku. Jika itu
semua dilakukan niscaya Aku ingat pula kepada kamu, sehingga Aku
akan bersamamu saat suka maupun duka. Dan ayat ini pun
menjelaskan perintah bersyukur baik dengan hati, lisan dan perbuatan.
Jika semua itu pula dilakukan pula, niscaya-Ku tambah nikmat-

8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 360-361.
9
Wahbah Az-Zuhaili, Ibid., h. 292.
43

nikmat-Ku dan jangan kamu mengingkari nikmat-Ku agar siksa-Ku


tidak menimpamu.10
Ayat tersebut dalam Tafsir Munir menerangkan, Ingatlah
kepada-Ku dengan melaksanakan ketaatan dan amal shaleh, seperti:
membaca hamdalah, bertasbih, dan bersyukur, membaca al-Qur‟an
dan merenungkan ayat-ayatnya. Konsisten menjalankan perintah-Ku
dan menjauhi larangan-Ku, Iman kepada rasul dan meneladani mereka
niscaya Aku mengingat kalian di sisi-Ku dengan pahala, Ihsan,
pelimpahan rezeki, kelanggengan kebahagiaan dan kemuliaan dan
pasti Ku-banggakan kalian di hadapkan para malaikat, syukurilah
nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepada kalian dengan hati dan
lisan serta dengan mempergunakan setiap organ tubuh dalam hal-hal
yang sesuai dengan tujuan penciptaannya (yaitu untuk kebaikan dan
manfaat), janganlah mengingkari nimat-nikmat ini, dengan
mempergunakannya dalam hal-hal yang tidak dibolehkan syara‟ dan
tidak dibenarkan akal sehat, sebab Aku akan membalas amal-amal
yang kalian lakukan11: kalau baik, balasannya pun baik, tetapi kalau
jahat balasnya pun buruk, sebagaimana dinyatakan dalam surah
Ibrahim ayat 7.
Firman-Nya ( ٌ‫ ْارمشم‬ّٜٗ‫ ) فبرمش‬mengandung sanjungan tentang
prinsip keadilan di antara sesama manusia. Makna firman ini ingatlah
kepada-ku dengan melaksanakan ketaatan, niscaya Aku mengingat
kalian dengan memberi pahala dan ampunan, sebagaimana dikatakan
Sa‟id bin Jubair. Ia berkata pula: zikir (mengingat Allah) adalah taat
kepada-Nya. Barang siapa tidak menaati-Nya, berarti ia tidak berzikir
(mengingat-Nya) meskipun ia banyak mengucapkan tasbih dan tahlil

10
M. Quraish Shihab, op.cit., h. 362.
11
Wahbah Az-Zuhaili, op.cit., h. 295.
44

serta sering membaca Al-Qur‟an.12 Dalam Shahih Bukhari dan Shahih


Muslim disebutkan riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah
Saw., pernah bersabda:
“Allah Ta‟ala berfirman, „Aku sesuai dengan prasangka
hamba-Ku, dan Aku ada bersamanya bila ia mengingat-Ku.
Jika ia mengingat-Ku di kala sendirian, Aku pun mengingatnya
secara rahasia. Dan jika ia mengingat-Ku di kala ramai, Aku
pun mengingatnya di antara makhluk yang lebih baik dari
mereka. Jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, Aku
pun mendekat kepadanya sehasta...”

Maksudnya: ingatan dalam hati, dan harus terus-menerus


dipertahankan dalam semua kondisi.

Adapun firman Allah Ta‟ala ( ُٗ‫ْٗالْحنفش‬ٜ‫ ْْ)ٗاشنشٗاْى‬merupakan


peringatan dari Allah untuk umat ini agar mereka tidak sampai
terjerumus ke dalam keadaan seperti yang dialami umat-umat
terdahulu, di mana mereka ingkar kepada nikmat-nikmat Allah, dan
tidak mempergunakan akal dan panca indera untuk hal-hal (kebaikan)
yang menjadi tujuan penciptaannya, sehingga Allah mencabut nikmat-
nikmat itu dari mereka.13

Dapat dipahami oleh penulis bahwa ayat ini merupakan


perintah untuk bersyukur. Syukur berkaitan dengan keimanan, karena
ada beberapa bentuk syukur, yakni berupa lisan, pikiran, hati dan
anggota tubuh. Ayat ini juga menjelaskan tentang mengingat-Ku
dalam melaksanakan ketaatan, salah satunya adalah dengan bersyukur,
maka dapat dipahami kembali bahwa syukur berkaitan dengan
ketaatan.

12
Wahbah Az-Zuhaili, ibid., h. 297.
Syaikh Imam Al Qurthubi, Al Jami‟ li Ahkam Al Qur‟an, Tafsir Al Qurthubi; penerjemah,
Ahmad Fathurrahman, jilid. 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), Cet. 1, h. 401.
13
Wahbah Az-Zuhaili, op.cit., h. 297.
45

2). Surah Al-Baqarah Ayat 153

َّ ‫ُْ٘اْبِبى‬ٞ‫َِ ْآ ٍَُْ٘اْا ْعخَ ِؼ‬ٝ‫َُّٖبْاىَّ ِز‬َٝ‫َبْأ‬ٝ


َّ َُّ ِ‫ظب ِْشْ َٗاىظَّال ِةْإ‬
‫َِ ۝‬ٝ‫َّْللاَْ ٍَ َغْاىظَّببِ ِش‬

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan


(kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(QS.al-
Baqarah(2): 153)

Ayat ini dalam Tafsir Al-Misbah mengajak orang-orang


beriman untuk selalu bersabar, karena kesabaran merupakan penolong
untuk mengahadapi cobaan hidup. Kata (‫ )اىظبش‬ash-shabr/sabar yang
dimaksud mencakup banyak hal, sabar menghadapi ejekan dan rayuan,
sabar melaksanakn perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam
musibah dan kesulitan, serta sabar dalam berjuang menegakkan
kebenaran dan keadilan.

Penutup ayat yang mengatakan sesungguhnya Allah bersama


orang-orang yang sabar mengisyaratkan bahwa jika seseorang ingin
teratasi penyebab kesedihan atau kesulitannya, jika ia ingin berhasil
memperjuangkan kebenaran dan keadilan, maka ia harus menyertakan
Allah dalam setiap langkahnya. Ia harus bersama Allah dalam
kesulitannya, dan dalam perjuangannya. Karena itu, Allah Maha
Mengetahui, Maha Perkasa, lagi Maha Kuasa pasti membantunya,
karena Dia pun telah bersama hamba-nya. Tanpa kebersamaan
kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan tidak mustahil kesulitan
diperbesar oleh setan dan nafsu amarah manusia sendiri. Karena
kesabaran membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan maka manusia
tidak boleh berpangku tangan, atau terbawa kesedihan oleh musibah
yang dialami, ia harus berjuang dan terus berjuang, memperjuangkan
kebenaran dan menegakkan keadilan, dapat mengakibatkan kematian.
46

Puncak musibah yang memerluan kesabaran adalah kematian, maka


ayat selanjutnya mengingatkan setiap orang untuk tidak menduga yang
gugur dalam perjuangan di jalan Allah telah mati. Mereka teteap
hidup, walau tidak disadari oleh yang menarik dan menghembuskan
nafas.14

Dalam Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus terkait ayat


153 ini adalah untuk menyempurnakan suatu pekerjaan atau
menyampaikan suatu cita-cita, haruslah dengan berhati tetap serta
sabar. Jika kita ditimpa kesusahan dan cobaan dalam
mengusahakannya, hendaklah kita cari daya upaya untuk
menghilangkannya, serta periksa sebab-sebab yang menghalanginya,
supaya boleh kita hindarkan dimasa yang akan datang. Sekali-kali
tidak boleh kita berhati keluh kesah atau berputus asa karena suatu
cobaan yang menghalangi pekerjaan kita itu.

Begitu juga harus minta tolong dengan shalat, karena di dalam


shalat itulah minta tolong kepada Allah serta meminta petunjuk,
supaya bisa melalui jalan yang lurus untuk menyampaikan cita-cita
tersbut. Oleh karena itu, hendaklah bekerja dengan sungguh-sungguh,
serta minta petunjuk dari Allah SWT. Orang yang sebenernya Islam
adalah orang yang ketika bekerja dengan kekuatan jasmani dan rohani.
Dengan jalan seperti ini orang-orang Islam terdahulu memperoleh
kemajuan yang menakjubkan dunia. 15

Dalam Tafsir Munir ayat 153 lafadz ( ‫ ) ببىظبش‬Ash-Shabru


artinya mengukuhkan jiwa agar kuat menanggung derita. Arti firman
ini: mintalah pertolongan kepada Allah untuk meraih kebahagiaan di

14
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 363.
15
Mahmud Yunus, Tafisr Quran Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2004), Cet. 73, h. 31-32.
47

akhirat dengan cara bersabar dalam menjalankan ketaatan dan


menghadapi cobaan.

(ِٝ‫ )ٍغ ْاىظببش‬yakni menyertai orang-orang yang sabar, dengan


pertolongan-Nya.16

Pengalihan kiblat adalah cobaan bagi manusia untuk menguji


mereka dan menampakkan siapa yang benar-benar beriman dan siapa
yang munafik yang dusta imannya. Jadi, peristiwa itu adalah nikmat,
bukan bencana. Tetapi orang-orang yang kurang akalnya dan kaum
Ahli Kitab memanfaatkan kejadian besar ini. Mereka menyebarkan
sejumlah desas-desus untuk menanamkan kedengkian dan kebencian
terhadap kaum mukminin. Maka Allah SWT menjelaskan di dalam
ayat-ayat ini bahwa nikmat terkadang beriringan dengan cobaan dan
berbagai macam musibah, tapi tidak ada obat untuk menanggung
musibah dan melawan musuh-musuh (kaum musyrikin dan Ahli
Kitab) kecuali dengan meminta pertolongan kepada Allah dengan
sabar, sebab kesabaran memperkuat tekad dan meneguhkan kemauan
dalam menanggung kesukaran, dan Allah bersama orang-orang yang
sabar, yakni dengan memberi pertolongan, perhatian, dan dukungan.
Setelah selesai menjelaskan perintah untuk bersyukur, Allah SWT
memulai penjelasan tentang kesabaran dan permohonan pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sebab seorang hamba tentu
berada dalam salah satu dari dua keadaan: mendapat nikmat (sehingga
ia bersyukur) atau mendapat musibah (sehingga ia bersabar).

Perintah untuk memohon pertolongan dengan shalat adalah


karena shalat merupakan induk segala ibadah. Ia adalah jalan

16
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid 1 (Juz 1-2), Penerjemah: Abdul Hayyie al-
Kattani,dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2013), Cet. 1, h. 298.
48

penghubung dengan Allah, sarana untuk bermunajat kepada-Nya dan


merasakan keagungan-Nya. Secara khusus “sabar” disebutkan di sini
karena ia adalah faktor mental yang paling kuat pengaruhnya terhadap
jiwa.17

Sesungguhnya Allah adalah Zat Yang Menolong orang-orang


yang sabar, mengabulkan doa mereka, dan melenyapkan kemalangan
mereka. Kenyataannya, bahwa amal-anal individual dan amal-amal
massal yang besar tidak dapat membuahkan hasil kecuali dengan
keteguhann dan perjuangan yang terus-menerus, dan bekal untuk itu
semua adalah kesabaran.18

Dunia adalah negeri ujian dan cobaan. Ujian itu ada yang baik
dan ada yang buruk. Allah Ta‟ala berfirman:

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, Kami akan menguji


kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu
akan kembalikan hanya kepada Kami.”(QS.Al-Anbiyaa`:35)

Allah „Azza wa Jalla menguji hamba-Nya dengan karunia yang


baik untuk menguji syukurnya, dan mengujinya dengan malapetaka
untuk menguji kesabarannya. Ujian yang berupa anugerah nikmat
disebut balaa`, begitu pula ujian yang berupa malapetaka disebut
balaa`.19

Penulis dapat memahami bahwa setiap kehidupan tidak dapat


dipungkiri selalu diberikan ujian, cobaan ataupun tertimpa musibah.
Dalam ayat ini memerintahkan untuk bersabar, terus berjuang dan
jangan menyerah dalam menghadapinya. Begitupun untuk mencapai

17
Wahbah Az-Zuhaili, Ibid., h. 299.
18
Wahbah Az-Zuhaili, Ibid., h. 300.
19
Wahbah Az-Zuhaili, Ibid., h. 302.
49

pekerjaan atau cita-cita juga harus dengan bekerja keras. Mahmud


Yunus dalam kitabnya ada kata-kata seperti ini “orang yang
sebenarnya Islam adalah orang yang ketika bekerja dengan kekuatan
jasmani dan Rohani”. Kekuatan jasmani identik dengan bekerja keras
(ikhtiar) dan kekuatan rohani identik dengan cara bersabar dan shalat.
Maka dari itu sabar berkaitan dengan ibadah seperti shalat dan sabar
berkaitan dengan ikhtiar (berusaha,berjuang) dalam menjalani
kehidupan.

2. Surah Ibrahim ayat 5-7


a. Teks Ayat dan Terjemah

ِ َّ ً‫ َِّب‬َٝ‫٘س ْ َٗ َر ِّمشْ ُْٕ ٌْ ْبِؤ‬


ْ‫َّْللا‬ ِ ‫ْاىظيُ ََب‬
ِ ُّْ ‫ْاى‬َٚ‫ث ْإِى‬ َ ٍَ َْ٘‫َبحَِْبْأَ ُْ ْأَ ْخ ِشجْ ْق‬ٝ‫ْبِآ‬ٚ‫َٗىَقَ ْذ ْأَسْ َع ْيَْبْ ٍُ٘ َع‬
ُّ ٍَِِ ْ ‫ل‬
ْ ِٔ ٍِ َْ٘‫ْىِق‬ٚ‫٘س۝ َٗإِ ْرْقَب َه ْ ٍُ٘ َع‬
ِ َّ َ‫ْار ُمشُٗاْ ِّ ْؼ ََت‬
ٌْْ ‫ ُن‬ْٞ َ‫َّْللاْ َػي‬ ٍ ‫َّبسْ َش ُن‬
ٍ ‫طب‬ َ ْ ‫ثْىِ ُن ِّو‬
ٍ ‫َب‬ْٟٝ َ‫ْ َرىِل‬ِٜ‫إِ َُّْف‬
ْ َُُ٘ٞ ْ‫َ ْغخَذ‬َٝٗ ْ ٌْ ‫ُ َزبِّذَُُ٘ ْأَ ْبَْب َء ُم‬ْٝٗ َ ‫ة‬ ِ ‫ْاى َؼ َزا‬ ْ ‫َغُ٘ ٍَُّ٘ ُن ٌْ ْعُ٘ َء‬ْٝ َُ َْ٘‫ْآه ْفِشْ ػ‬ ِ ِْ ٍِ ْ ٌْ ‫إِ ْر ْأَ ّْ َجب ُم‬
ِ ٌْ ُ‫ ٌٌ۝ َٗإِ ْر ْحَؤ َ َّرَُ ْ َسبُّ ُن ٌْ ْىَئِ ِْ ْ َش َنشْ ح‬ٞ‫ْ َرىِ ُن ٌْ ْبَال ٌء ْ ٍِ ِْ ْ َسبِّ ُن ٌْ ْ َػ ِظ‬ِٜ‫ِّْ َغب َء ُم ٌْ ْ َٗف‬
ِْْ ِ‫ َذَّّ ُن ٌْ ْ َٗىَئ‬ٝ‫ْألص‬
‫ ٌذ۝‬ٝ‫ْىَ َش ِذ‬ِٜ‫َمفَشْ حُ ٌْْإِ َُّْ َػ َزاب‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan
membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan
kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada
cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada
hari-hari Allah". Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang
penyabar dan banyak bersyukur. Dan (ingatlah), ketika Musa
berkata kepada kaumnya: "Ingatlah nikmat Allah atasmu
ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Firaun dan) pengikut-
pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih,
mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan
hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu
ada cobaan yang besar dari Tuhanmu".Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
50

dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya


azab-Ku sangat pedih".(QS.Ibrahim(14):5-7)

b. Tafsir Mufrodat
Kata ٚ‫( َٗىَقَ ْذ ْأَسْ َع ْيَْب ْ ٍُ٘ َع‬dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa
dengan Membawa ayat-ayat Kami) yang berjumlah Sembilan ayat,
lalu Kami firmankan kepadanya.
َْ ٍَ َْ٘‫(ْأَ ُْْأَ ْخ ِشجْ ْق‬Keluarkanlah kaummu) yaitu kaum Bani Isra‟il.
Kata ‫ل‬
ُّ ٍَِِ ْ(dari gelap gulita) dari kekufuran.
ِْ ‫ْاىظْيُ ََب‬
Kata ‫ث‬
ِ ُّْ‫ ْاى‬َٚ‫( ْإِى‬kepada cahaya yang terang benderang) yaitu
Kata ْ‫٘س‬
keimanan.
َّ ً‫ َِّب‬َٝ‫( ْ َٗ َر ِّمشْ ُٕ ٌْ ْبِؤ‬dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah)
Kata ْ ِ‫َّْللا‬
yakni nikmat-nikma-Nya.20
Kata )‫بًَّْللا‬ٝ‫ )ا‬ayyam Allah / hari-hari Allah adalah hari-hari di mana
dinampakkan kekuasaan Allah SWT. Dalam membinasakan satu
kaum atau menyelamatkannya dari bencana.21
َْ ِ‫ْ َرى‬ِٜ‫( إِ َُّْف‬sesungguhnya pada yang demikian itu) yakni di dalam
Kata ‫ل‬
peringatan itu.22
Kata ْ‫ث‬
ٍ ‫َب‬ٝ‫ آ‬berarti pelajaran dan nasihat bagi setiap penyabar dan
banyak bersyukur.23
Kata ‫َّبس‬
ٍْ ‫طب‬َ ْ‫ثْىِ ُن ِّو‬
ٍ ‫َب‬ْٟٝ(terdapat tanda-tanda bagi setiap orang penyabar)
di dalam mengerjakan ketaatan.
ٍْ ‫(ْ َش ُن‬dan banyak bersyukur) terhadap semua nikmat-Nya.
Kata ‫٘س‬
َْٗ (dan) ingatlah.

20
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain; Bahrun Abu
Bakar, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, jilid. 1, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), Cet. 7, h. 961.
21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 15.
22
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Ibid., h. 961.
23
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Tafsir Ath-Thabari; penerjemah, Misbah
Anshari Taslim dkk, jilid. 15, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Cet. 1, h. 433.
51

ِ ‫َغُ٘ ٍَُّ٘ ُن ٌْْعُ٘ َءْ ْاى َؼ َزا‬ْٝ َُ َْ٘‫ ُن ٌْ ْإِ ْر ْأَ ّْ َجب ُم ٌْ ْ ٍِ ِْ ْآ ِه ْفِشْ ػ‬ْٞ َ‫َّْللاِْ َػي‬
ْ‫ة‬ ْ ِٔ ٍِ َْ٘‫ْىِق‬ٚ‫إِ ْر ْقَب َه ْ ٍُ٘ َع‬
َّ َ‫ْار ُمشُٗاِّْ ْؼ ََت‬
ٌ‫ُ َزبِّذَُُ٘ ْأَ ْبَْب َء ُم‬َٝٗ (ketika musa berkata kepada kaumnya:”Ingatlah nikmat
Allah atas kalian ketika Dia menyelamatkan kalian dari Fir‟aun dan
pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kalian dengan siksa yang
pedih, mereka menyembelih anak laki-laki kalian) yang baru lahir.
َُُْ٘ٞ ْ‫َ ْغخَذ‬َٝٗ ْ(dan membiarkan hidup) membiarkan tetap hidup.
ٌْْ ‫(ِّْ َغب َء ُم‬anak-anak perempuan) karena ada sebagian tukang tenung
yang mengatakan bahwasanya akan lahir seorang anak lelaki dari
kalangan kaum Bani Isra‟il, dia adalah penyebab bagi runtuhnya
kerajaan Fir‟aun.
ْ ٌْ ‫ ْ َرىِ ُن‬ِٜ‫(ْ َٗف‬sesungguhnya pada demikian itu) penyelamatan atau
penyiksaan.
Kata ْ‫( ْبَال ٌء‬ada cobaan) baik berupa pemberian nikmat maupun
penimpa malapetaka.24
Lafadz ‫( بَالء‬balaa`) disini artinya kenikmatan, yakni dalam hal ini
terdapat kenikmatan yang besar dari Rabb-mu atas kalian, sementara
kamu sekalian tidak sanggup mensyukurinya. Ada yang mengatakan
bahwa balaa` yang dimaksud pada ayat tersebut adalah ujian yang
besar dari Rabb kalian berupa tidakan-tindakan Fir‟aun yang
melampaui batas terhadap kalian.25
Kata balaa` berarti ujian yang besar bagi kalian dari Tuhann kalian.
Bisa jadi kata balaa` disini berarti nikmat-nikmat.26
Kata َُْ‫َٗإِ ْر ْحَؤ َ َّر‬ (dan ingatlah pula ketika mempermalukan)
memberitahukan.27

24
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain; Bahrun Abu
Bakar, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, jilid. 1, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), Cet. 7, h. 962.
25
Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri, Tafsir Ibnu Katsir; penerjemah, Abu Ihsan al-
Atsari, jilid. 5, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 9.
26
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Tafsir Ath-Thabari;penerjemah, Misbah
Anshari Taslim dkk, jilid. 15, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Cet. 1, h. 436-437.
52

Kata ( ُ‫ ) حبر‬ta‟adzana terambil dari kata yang seakar dengan kata (


ُ‫ )ارا‬adzan yaitu penyampaian sesuatu dengan suara keras.
Patron kata yang digunakan ayat ini mengandung penekanan.28
ٌْْ ُ‫(ْ َسبُّ ُن ٌْْىَئِ ِْْ َشنَشْ ح‬Tuhan kalian sesungguhnya jika kalian bersyukur) akan
nikmat-Ku, dengan menjalankan ketauhidan dan ketaatan.
ٌْْ ُ‫ َذَّّ ُن ٌْ ْ َٗىَئِ ِْ ْ َمفَشْ ح‬ٝ‫ألص‬
ِ ْ(pasti kami akan menambah nikmat kepada kalian,
dan jika kalian mengingkari nikmat-Ku) apabila kalian ingkar
terhadap nikmat-Ku itu dengan melakukan kekufuran dan
kedurhakaan, niscaya Aku akan menurunkan azab kepada kalian.
Pengertian ini diungkapkan oleh firman selanjutnya.
ْ‫ ٌذ‬ٝ‫ْىَ َش ِذ‬ِٜ‫(ْإِ َُّْ َػ َزاب‬sesungguhnya azab-Ku sangat keras)”.29

c. Tafsir Ayat
Ayat sebelumnya dalam tafsir al-misbah menjelaskan bahwa
Allah mengutus setiap rasul dengan bahasa kaumnya, yakni bahasa
lisan mereka serta tuntunan-tuntunan yang sesuai dengan tingkat
pemahaman dan pemikiran kaum berakal yang hidup pada masa rasul
di utus, karena seandainya tidak sesuai dengan pikiran sehat mereka,
maka tentu saja ajaran yang disampaikan oleh sang rasul tidak akan
berkenan di hati dan pikiran mereka.30 Itu pula sebabnya sehingga
setiap rasul membawa bukti kebenaran yang sejalan dengan kemahiran
kaum yang dihadapinya, dan karena itu pula sehinga ajaran Ilahi yang
mereka sampaikan sejalan dengan perkembangan setiap masyarakat,

27
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain; Bahrun Abu
Bakar, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, jilid. 1, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), Cet. 7, h .962.
28
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 23-24.
29
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, op,cit., h. 961-962.
30
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 14
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya,jilid.5, h. 152.
53

dan dari sini juga dapat dimengerti, mengapa terjadi pembatalan dan
perubahan rincian syariat satu rasul oleh syariat rasul sesudahnya.31

1). Surah Ibrahim Ayat 5

َّ ً‫ َِّب‬َٝ‫٘سْ َٗ َر ِّمشْ ُٕ ٌْْ ِبؤ‬


ِْ‫َّْللا‬ ُّ ٍَِِ ْ َ‫َبحَِْبْأَ ُْْأَ ْخ ِشجْ ْقَْ٘ ٍَل‬ٝ‫ْبِآ‬ٚ‫َٗىَقَ ْذْأَسْ َع ْيَْبْ ٍُ٘ َع‬
ِ ‫ْاىظيُ ََب‬
ِ ُّْ‫ْاى‬َٚ‫ثْإِى‬
‫٘س۝‬ ٍ ‫َّبسْ َش ُن‬
ٍ ‫طب‬ َ ْ‫ثْىِ ُن ِّو‬
ٍ ‫َب‬َْٟٝ‫ْ َرىِل‬ِٜ‫ْإِ َُّْف‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan
membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan
kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada
cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada
hari-hari Allah". Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang
penyabar dan banyak bersyukur". (QS.Ibrahim(14):5)

Pada ayat 5 surah Ibrahim, Allah SWT menunjukkan bahwa


rasul-rasul yang telah diutusnya kepada manusia adalah mempunyai
tugas yang sama, yaitu menyampaikan ayat-ayat-Nya untuk
membimbing manusia ke jalan yang benar, mengeluarkan mereka dari
kegelapan yang disebabkan kejahilan, kekafiran, dan kemaksiatan,
kepada cahaya yang terang benderang karena iman, hidayah dan ilmu
pengetahuan serta akhlak yang mulia. Allah menceritakan pada ayat
ini, bahwa Nabi Musa as pun telah diutus untuk menyampaikan tugas
tersebut, yaitu menyampaikan ayat-ayat NYa, kemudian
diperintahkannya kepada Musa: ”keluarkanlah umatmu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dan ingatkanlah mereka
kepada hari-hari Allah”.
Yang dimaksud “hari-hari Allah” ialah peristiwa penting yang
telah dialami oleh umat manusia terdahulu, serta nikmat Allah yang

31
M. Quraish Shihab, op.cit., h. 14.
54

telah mereka peroleh, atau kemurkaan dan siksa Allah telah menimpa
diri mereka. Pada akhir ayat ini Allah menegaskan “hari-hari Allah”
tersebut banyak mengandung tanda-tanda kekuasaan-Nya. Akan tetapi
tanda-tanda tersebut hanya dapat dipahami benar-benar oleh setiap
orang penyabar dan banyak bersyukur.32
Ayat 5 dalam tafsir al-misbah mengemukakakan sekelumit
kisah Nabi Musa agar dapat ditarik pelajaran dari kisahnya dan agar
Nabi Muhammad Saw. Meneladani beliau, dalam sikap dan
kesabarannya mengahadapi Bani Isra‟il.
Kata )‫بًَّْللا‬ٝ‫ )ا‬ayyam Allah / hari-hari Allah adalah hari-hari di
mana dinampakkan kekuasaan Allah SWT. Dalam membinasakan satu
kaum atau menyelamatkannya dari bencana. Yang dimasksud oleh
ayat ini antara lain adalah hari-hari keselamatan Bani Isra‟il dari
gangguan dan penyiksaan Fir‟aun, serta aneka anugerah Allah yang
mereka peroleh.
Ayat ini menyebut dua sifat yaitu sabar dan syukur karena
ayyam Allah dapat mencakup kebahagiaan dan ini perlu disyukuri dan
dapat juga petaka dan cobaan dan ini perlu dihadapi dengan kesabaran.
Kata (‫ )طببس‬shabbar adalah orang yang sangat banyak
bersabar. Sementara kaum sufi memperkenalkan tiga istilah yaitu
Mutashabbir, Shabir dan Shabbar. Yang pertama adalah yang
bersabar fillah yaitu yang sekali sabar dan sekali bersedih. Yang kedua
adalah yang bersabar fillah dan lillah yaitu yang tidak bersedih, tetapi
boleh jadi muncul darinya keluhan. Sedang yang ketiga yang
merupakan istilah ayat ini adalah dia yang disabarkan oleh Allah

32
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, jilid. 5, h. 152.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 15.
M.Quraish Shihab, Al-Lubab: makna, tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-Qur‟an,
(Tangerang: Lentera Hati, 2012), Cet. 1, h. 91.
55

fillah, lillah, dan billah. Yang dinamai shabbar bila seandainya


ditimpa oleh aneka musibah, dia tidak akan bersedih dan tidak pula
bergeming atau bergumam mengeluh.33
Ada juga yang berpendapat bahwa kesabaran (awam) adalah
lillah dalam arti mengharapkan ganjaran-Nya dan menghindari murka-
Nya; kesabaran para pemula dijalan tasawuf (murid) adalah billah,
yakni dengan kekuatan dan pertolongan Allah. Mereka sadar bahwa
kalau terpulang kepada diri mereka, maka sesungguhnya mereka tidak
memiliki kemampuan untuk sabar. Diatas peringkat ini adalah shabr
„ala Allah, yakni sabar memikul ketetapan-ketetapan-Nya yang
berlaku atasnya, apapun akibatnya menyenangkan atau tidak.34
Kata (‫ ) شن٘س‬syakur adalah orang yang banyak bersyukur.
Ahmad Ibn Faris dalam bukunya Maqayis al-Lughah mengemukakan
empat makna dari kata tersebut. Pertama, adalah pujian karena adanya
kebaikan yang diperoleh, hakikatnya adalah rasa ridha dan puas
dengan yang sedikit sekalipun. Karena itu bahasa menggunakan kata
ini untuk “kuda yang gemuk namun makan sedikit rumput”. Kedua,
adalah kepenuhan dan kelebatan. Ketiga, adalah sesuatu yang tumbuh
ditangkai pohon (parasit). Dan keempat, adalah pernikahan dan alat
kelamin.
Makna ketiga sejalan dengan makna pertama yang
menggambarkan kepuasan dengan yang sedikit sekalipun, sedang
makna keempat sejalan dengan makan kedua, karena dengan
pernikahann akan lahir anak-anak yang banyak. Makna-makna dasar
ini dapat juga diartikan sebagai penyebab dan dampaknya sehingga
kata syukur mengisyaratkan: “siapa yang merasa puas dengan

33
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 15 -16.
34
M. Quraish Shihab, Ibid., h.16.
56

perolehan yang sedikit setelah usaha maksimal, maka dia akan


memperoleh banyak, lebat, dan subur”.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat antara lain
menggunakannya pada tempatnya serta sesuai dengan yang dikhendaki
oleh pemberinya, juga menyebut pemberiannya dengan baik.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa syukur menuntut
pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan dan pengamalan
dengan anggota tubuh. Kegiatan melakukannya walau sekali
dilukiskan dengan kata (‫شنش‬ٝ ) yasykur, bila hal itu sering dilakukan
seseorang maka dia dinamai (‫ ) شبمش‬syakir dan bila telah membudaya
dan mendarah daging dalam keperibadiannya maka itu dinamai (‫) شن٘س‬
syakur35 Allah SWT. Berfirman:

ْ‫ْاى َّش ُن٘ ُس‬ٛ ِ ِْ ٍِ ٌْ‫و‬ِٞ‫َٗقَي‬


َ ‫ْػبَب ِد‬
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima
kasih.”(QS. Saba‟ [34]:13)

Jika tidak dapat termasuk dalam kelompok yang sedikit maka


usahakan menjadi orang yang banyak / sering bersyukur (syakir) dan
jangan sama sekali termasuk orang kebanyakan yang oleh Allah
Firmankan sebagai berikut:

ِ َّْ‫أَ ْمثَ َشْاى‬


َُُْٗ‫َ ْش ُنش‬ْٝ‫بطْال‬
“kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri (Nya).”(QS. Yusuf
[12]:38)

Ayat 5 surah Ibrahim dalam Shahih Tafsir Ibnu Katsir


menjelaskan tentang kisan Nabi Musa dan kaumnya. Allah SWT
berfirman: sebagaimana Kami telah mengutusmu wahai Muhammad
dan menurunkan al-Qur‟an kepadamu, supaya kamu mengajak mereka

35
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 17.
57

agar keluar dari kegelapan menuju cahaya, maka Kami pun telah
mengutus Musa kepada Bani Isra‟il membawa ayat-ayat (mukjizat)
Kami. Dari maksud ayat ini adalah ajaklah mereka kepada kebaikan,
agar mereka keluar dari gelapnya kebodohan dan kesesatan menuju
cahaya hidayah dan ketajaman iman.36

Firman Allah SWT: (‫اللَّ ِه‬ ‫َوذَ ِّك ْرُه ْم بِأَيَّ ِام‬ ), maksud ayat ini adalah

yang dipenuhi nikmat-nikmat-Nya atas mereka. Di antaranya ketika


Allah mengeluarkan mereka dari belenggu kegarangan dan kedzaliman
Fir‟aun, lalu menyelamatkan mereka dari musuh, membelah laut (agar
selamat dari kerajaan Fir‟aun), dan menaungi mereka dengan awan,
lalu menurunkan Manna (makanan manis seperti madu) dan Salwa
(sejenis burung), dan masih banyak lagi nikmat-nikmat Allah SWT
yang lainnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah dan
ulama lainnya.37

ِ ٍ ِ
Firman Allah SWT: (‫كوٍر‬
ُ ‫َش‬ ‫صبَّا ٍر‬ َ ‫) إِ َّن ِِف َذل‬,
َ ‫ك آليَات ل ُك ِّل‬
potongan ayat ini menjelaskan tanda-tanda yang terdapat pada apa
yang telah Kami perbuat untuk kekasih-kekasih Kami dari kalangan
Bani Isra‟il. Di antaranya ketika Kami menyelamatkan mereka dari
kekejaman Fir‟aun. Merekapun Kami hindarkan dari penyiksaan yang
hina. Semua itu agar menjadi pelajaran bagi setiap orang yang
bersabar menanggung derita dan banyak bersyukur di kala bahagia.
Begitu pun yang dikatakan oleh Qatadah, “Sebaik-baik hamba adalah
seseorang yang apabila ditimpa musibah ia bersabar dan apabila

36
Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri, Tafsir Ibnu Katsir; penerjemah, Abu Ihsan al-
Atsari, jilid. 5, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 6.
37
Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri, Ibid., h. 7.
58

diberi kenikmatan ia bersyukur.”38 Sebagaimana disebutkan dalam


suatu hadits Rasulullah Saw., bahwasanya beliau bersabda:39

َ َ‫ ْإِ ُْ ْأ‬،ِِ ٍِ ‫ك ِْألَ َد ٍذ ْإِ َّال ْىِ ْي َُ ْؤ‬


ُْٔ‫طببَ ْخ‬ َ ‫ْظ ْ َرا‬ َ َُّٔ‫ ْإِ َُّ ْأَ ٍْ َشُٓ ْ ُمي‬،ِِ ٍِ ‫ْاى َُ ْؤ‬
َ َٞ‫ ْ َٗى‬،ٌ‫ش‬ْٞ ‫ْخ‬ ْ ‫َػ َجبًب ِْألَ ٍْ ِش‬
ُْٔ َ‫شًاْى‬ْٞ ‫طبَ َشْفَ َنبَُ ْ َخ‬
َ ْ،‫ضشَّا ُء‬ َ َ‫ْ َٗإِ ُْْأ‬،َُٔ‫شًاْى‬ْٞ ‫ْخ‬
َ ُْٔ‫طببَ ْخ‬ َ َُ‫ْفَ َنب‬،‫َعشَّا ُءْ َش َن َش‬

“Sesungguhnya semua perkara orang beriman itu sangat


mengagumkan, setiap keputusan Allah selalu mendatangkan
kebaikan untuknya. Dan apabila mendapat nikmat ia pun
bersyukur, maka itu juga baik untuknya.”

Dalam Tafsir Ath-Tahabari ayat 5 surah Ibrahim dengan


Firman-Nya, “Dan ingatlah mereka kepada hari-hari Allah.” Dia
Yang Maha Tinggi dan Agung berfirman, “Nasihatilah mereka dengan
nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka pada hari-hari
yang telah lalu”.

Penyebutan hari-hari Allah ini telah mewakili nikmat-nikmat


yang diberikan-Nya, karena hari-hari tersebut telah akrab dengan
kehidupan mereka. Pada hari-hari tersebut Allah memberikan nikmat-
nikmat yang besar, yaitu menyelamatkan mereka dari keluarga Fir‟aun
setelah mereka merasakan siksaan yang menghinakan,
menenggelamkan musuh mereka (Fir‟aun dan kaumnya), mewariskan
kepada mereka negeri, tempat tinggal dan harta benda Fir‟aun serta
kaumnya.40

Abu Ja‟far mengatakan: orang yang berpendapat bahwa sya‟ir


yang mengandung dalil kata “ayyam” berarti nikmat, tidaklah

38
Ibid.
39
Maktabah Syamilah, Muslim (IV/2295), Muslim, no.2999)
40
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Tafsir Ath-Thabari; penerjemah, Misbah
Anshari Taslim dkk, jilid. 15, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Cet. 1, h. 426-427.
59

memiliki alasan, karena Amr bin Kultsum menyebut hari sebagai


kesenangan, sebab pada hari-hari itu kabilahnya menang dan menolak
untuk tunduk patuh kepada raja.41 “Dan ingatlah mereka kepada
hari-hari Allah”, Dan beberapa pendapat para Mujtahid mengatakan
bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah “nikmat-nikmat Allah”.42

Pada hari-hari yang lalu, saat Aku melimpahkan nikmat pada


kaum Musa, terdapat tanda-tanda kekuasaan. Kata ayat berarti
pelajaran dan nasihat bagi setiap penyabar dan banyak bersyukur.
Untuk setiap orang yang memiliki kesabaran untuk menaati Allah dan
mesyukuri nikmat-nikmat-Nya. Dan ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah “sebaik-baik
hamba adalah yang apabila diuji, ia sabar dan apabila diberi, ia
bersyukur”.43

Penulis dapat memahami bahwa ayat ini terdapat 2 sifat, yakni


sabar dan syukur. Ayat ini pun menceritakan seorang rasul
menyampaikan ayat-ayat-Nya untuk membimbing manusia ke jalan
benar dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya yang
terang benderang karena iman, ilmu pengetahuan serta akhlak. Bahwa
sabar dan syukur berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan.

Makna-makna syukur disini dapat diartikan sebagai penyebab,


sehingga kata syukur mengisyaratkan “siapa yang merasa puas dengan
perolehan sedikit setelah usaha maksimal maka dia akan memperoleh
lebih banyak”. Dalam kalimat tersebut bahwa syukur berkaitan dengan
ikhtiar (usaha). Dan syukur juga berkaitan dengan keimanan yakni

41
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Ibid., h. 428.
42
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Ibid., h. 430-432.
43
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Ibid., h. 433.
60

pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan dan pengamalan


dengan anggota tubuh.

2). Surah Ibrahim Ayat 6

ِ ِْ ٍِ ٌْْ ‫ ُن ٌْْإِ ْرْأَ ّْ َجب ُم‬ْٞ َ‫َّْللاْ َػي‬


ٌْْ ‫َغُ٘ ٍَُّ٘ ُن‬ْٝ َُ َْ٘‫ْآهْفِشْ ػ‬ ْ ِٔ ٍِ َْ٘‫ْىِق‬ٚ‫َٗإِ ْرْقَب َهْ ٍُ٘ َع‬
ِ َّ َ‫ْار ُمشُٗاِّْ ْؼ ََت‬
َ ٌْ ‫ُ َزبِّذَُُ٘ ْأَ ْبَْب َء ُم‬ْٝٗ
‫ ٌٌ۝‬ٞ‫ْ َرىِ ُن ٌْْبَال ٌءْ ٍِ ِْْ َسبِّ ُن ٌْْ َػ ِظ‬ِٜ‫َُُ٘ ِّْ َغب َء ُم ٌْْ َٗف‬ٞ ْ‫َ ْغخَذ‬ْٝٗ َ ‫ة‬ ْ ‫عُ٘ َء‬
ِ ‫ْاى َؼ َزا‬

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:


"Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan
kamu dari (Firaun dan) pengikut-pengikutnya, mereka
menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih
anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak
perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang
besar dari Tuhanmu". (QS.Ibrahim(14):6)

Pada ayat ini Allah SWT menetapkan sekelumit kisah Nabi


Musa dan kaumnya, yaitu ketika Nabi Musa mengajak umatnya untuk
mengenangkan nikmat Allah yang telah dilimpahkan Nya kepada
mereka, yakni ketika Allah menyelamatkan mereka dari kekejaman
raja Fir‟aun beserta para pengikutnya, yang telah menyiksa mereka
dengan siksaan yang berat dan menyembelih anak laki-laki mereka
dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Kemudian
Musa mengingatkan kepada umatnya, bahwa semua pengalaman yang
telah dilalui itu sebenarnya merupakan cobaan yang amat berat dari
Allah terhadap mereka, untuk menguji keimanan dan ketaatan mereka
kepada-Nya. Maka sesungguhnya, setelah mengalami ujian yang
demikian beratnya, mereka lalu beriman dan beramal saleh serta
memperbaiki sikap dan tingkah laku mereka.44

44
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, jilid. 5, h. 152-153.
61

Dalam tafsir Al-Misbah Ayat 6 ini merupakan salah satu


bentuk pelaksanaan perintah Allah keadaan Nabi Musa as.,
mengingatkan umatnya tentang “hari-hari Allah.” Karena tujuan
pemaparan uraian ini adalah untuk menyabarkan Nabi Muhammad
Saw., serta menghiburnya, maka kepada beliau diperintahkan bahwa:
Jelaskanlah kepada manusia apa yang diturunkan kepadamu dan
ingatkanlahh mereka tentang “hari-hari Allah) sebagaimana Nabi
Musa melakukannya dan ingat serta ingatlah umatmu bahwa apa yang
dialami oleh Bani Isra‟il jauh lebih berat dari pada apa yang umat
Islam alami.45

Ayat ini mengisyaratkan bahwa ujian bukan hanya terbatas


dalam bentuk hal-hal yang merugikan atau yang dinilai negatif oleh
seseorang, tetapi dapat juga berupa nikmat. Kalau yang pertama
menuntut sabar, maka yang kedua menuntut syukur. Biasanya yang
menuntut syukur lebih berat dipikul dibandingkan dengan menuntut
kesabaran, karena petaka sering kali berpotensi mengantarkan
seseorang mengingat Allah, sebaliknya nikmat berpotensi mengantar
manusia lupa diri dan lupa Tuhan.46

Dalam Shahih Tafsir Ibnu Katsir Lafadz balaa` disini artinya


kenikmatan, yakni dalam hal ini terdapat kenikmatan yang besar dari
Rabb-mu atas kalian, sementara kamu sekalian tidak sanggup
mensyukurinya. Ada yang mengatakan bahwa balaa` yang dimaksud
pada ayat tersebut adalah ujian yang besar dari Rabb kalian berupa
tidakan-tindakan Fir‟aun yang melampaui batas terhadap kalian.47

45
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 19-20.
46
M. Quraish Shihab, h. 22.
47
Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri, Tafsir Ibnu Katsir; penerjemah, Abu Ihsan al-
Atsari, jilid. 5, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 9.
62

Ayat ini juga serupa dengan surah al-A`raaf ayat 168 yang artinya
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dari
(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada
kebenaran)”.(QS. Al-A`raaf:168)

Ayat ini dalam tafsir Ath-Thabari menjelaskan berbagai


macam siksaan yang dilakukan para pengikkut Fir‟aun kepada kalian
terdapat ujian yang besar dari Tuhan kalian. Kata balaa` berarti ujian
yang besar bagi kalian dari Tuhann kalian. Bisa jadi kata balaa` disini
berarti nikmat-nikmat.48

Dalam tafsir Al-lubab menjelaskan tentang salah satu “Hari


Allah” adalah nikmat Allah SWT., atas Bani Isra‟il yang telah
diselamatkan dari gangguan dan penyiksaan pengikut-pengikut Fir‟aun
atas perintah Fir‟aun. Gangguan itu, yang merupakan puncak
penyiksaan adalah menyembelih anak-anak laki-laki mereka dan
membiarkan hidup hina anak-anak perempaun mereka, dan pada yang
demikian itu terdapat cobaan, yakni ujian yang besar dari Tuhan.49

Dapat dipahami oleh penulis bahwa ujian bukan hanya dalam


bentuk hal negatif, tetapi juga berupa nikmat. Syukur lebih berat
dipikul karena petaka sering kali menghantarkan manusia untuk
mengingat Allah, sebaliknya nikmat menghantarkan manusia lupa diri.
Dalam ayat ini balaa‟ mangandung dua makna yakni nikmat dan
ujian. Nikmat pengingat untuk selalu bersyukur dan cobaan pengingat
untuk selalu bersabar. Ayat ini menghubungkan bahwa sabar dan

48
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Tafsir Ath-Thabari; penerjemah, Misbah
Anshari Taslim dkk, jilid. 15, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Cet. 1, h. 436-437.
49
M.Quraish Shihab, Al-Lubab:makna, tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-Qur‟an,
(Tangerang: Lentera Hati, 2012), Cet. 1, h. 91.
63

syukur berkaitan dengan keimanan dan juga berkaitan dengan


ketaatan.

3). Surah Ibrahim Ayat 7

‫ ٌذ۝‬ٝ‫ْىَ َش ِذ‬ِٜ‫ َذَّّ ُن ٌْْ َٗىَئِ ِْْ َمفَشْ حُ ٌْْإِ َُّْ َػ َزاب‬ٝ‫ْألص‬ َ َُ‫َٗإِ ْرْحَؤ َ َّر‬
ِ ٌْ ُ‫ْسبُّ ُْن ٌْْىَئِ ِْْ َش َنشْ ح‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih".(QS.Ibrahim(14):7)

Pada ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan hamba-Nya


untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmanya yang telah
dilimpahkan Nya. Kemudian dilaksanakan-Nya, betapa besarnya fedah
dan keuntungan yang akan diperoleh setiap orang yang banyak
bersyukur kepada-Nya, yaitu bahwa Dia akan senantiasa menambah-
nambah rahmat-Nya kepada mereka. Sebaliknya, Allah juga
mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat Nya dan tidak
mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab Nya yang sangat
pedih kepada mereka.
Mensyukuri rahmat Allah, pertama ialah dengan ucapan
setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu
menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang
diridai-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, bahwa
orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk
kepentingan umum dan menolong orang-orang yeng memerlukan
pertolongan, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara,
bahkan sebaliknya, rizqinya senantiasa bertambah dan kekayaannya
makin meningkat dan hidupnya bahagia, dicintai dan dihormati dalam
64

pergaulannya. Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka


menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah,
seperti judi, atau memungut riba, maka kekayaannya tidak cepat
bertambah, bahkan lekas menyusut. Pada itu ia senantiasa dibenci dan
dikutki orang banyak, sehingga kehidupan akhiratnya jauh dari
ketenangan dan kebahagiaan.50
Ayat ini dalam tafsir al-misbah merupakan pernyataan
langsung dari Allah SWT., sebagai salah satu anugerah-Nya. Ia
merupakan anugerah karena mengetahui hakikat yang dijelaskan ayat
ini menimbulkan optimisme dan mendorong untuk giat beramal guna
memperoleh nikmat lebih banyak lagi. Secara tegas menyatakan
bahwa jika bersyukur maka pasti nikmat Allah akan ditambahnyya,
tetapi ketika berbicara tentang kufur nikmat, tidak ada penegasan
bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Penegasan bahwa siksa Allah pedih
ini merupakan penggalan ayat terakhir yang dapat dipahami sekedar
sebagai ancaman. Disisi lain, tidak menutup kemungkinan
keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang mengkufuri nikmat Allah,
bahkan boleh jadi nikmat tersebut ditambah-Nya dalam rangka
mengulur kedurhakaan.51
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat antara lain
menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki
oleh pemberiannya, juga menyebut-nyebut pemberiannya dengan baik.
Ini berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah, menuntut
perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakan
nikmat tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya. 52 Ambillah

50
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, jilid. 5, h. 152-153.
51
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 23.
52
M. Quraish Shihab, Ibid., h. 23-24.
65

sebagai contoh laut, Allah menciptakan laut dan menundukkannya


untuk digunakan manusia dengan tujuan53:

‫اخَر فِ ِيه‬
ِ ‫ك مو‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ ‫لتَأْ ُكلُوا مْنهُ ََلْ ًما طَريًّا َوتَ ْستَ ْخر ُجوا مْنهُ ح ْليَةً تَ ْلبَ ُسونَ َها َوتَ َرى الْ ُف ْل‬
‫ضلِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن‬ ِ
ْ َ‫َولتَْبتَ غُوا ِم ْن ف‬

“Agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar


(ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu
pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur.”(QS. an-Nahl [16]:14)

Jika ini dipahami, maka mensyukuri nikmat laut menuntut


kerja keras sehingga apa yang disebut di atas akan dapat diraih. Dan
perlu diingat bahwa semakin giat seseorang bekerja keras, dan
semakin bersahabat dia dengan lingkungannya, semakin banyak pula
yang dapat dinikmatinya. Demikian syukur menambah nikmat.

Ayat ini dalam Shahih Tafsir Ibnu Katsir bermaksud ingatlah


ketika Rabb-mu mengumumkan dan memberitahukan janji-Nya
kepada kalian. Kemungkinan lain, penggalan ayat tersebut bermakna:
ingatlah ketika Rabb-mu bersumpah dengan kemuliaan, keagungan
dan kesombongn-Nya. Jika kalian mensyukuri nikmat-Ku, niscaya
Aku benar-benar akan menambahkan kenikmatan tersebut.54

Ayat ini dalam tafsir Ath-Thabari menjelaskan bahwa jika


kalian bersyukur kepada Tuhan kalian dengan menaati perintah dan

53
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 24.
54
Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri, Tafsir Ibnu Katsir; penerjemah, Abu Ihsan al-
Atsari, jilid.5, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 9.
66

larangan-Nya, maka Aku pasti menambahkan pertolongan dan nikmat


kepada kalian setelah selamat dari para pengikur Fir‟aun dan terbebas
dari siksaan mereka.55

Ada beberapa pendapat yang mengatakan makna dari lafaz


“lain syakartum…”adalah ketaatan kalian kepada-Ku. Abu Ja‟far
berkata: tidak ada alasan yang bisa dipahami dari pendapat ini, karena
tidak ada penyebutan kata “Taat” di tempat ini, dan tidak dikatakan,
“jika kalian mensyukuri ketaatan kalian kepada-Ku, maka Aku akan
menambahkan ketaatan itu kepadamu” yang disebutkan disini adalah
berita tentang nikmat Allah kepada kaum Musa dalam Firman-nya
dalam surah Ibrahim ayat 6. Kemudian mereka diberitahu bahwa Allah
memaklumatkan kepada mereka jika mensyukuri nikmat-nikmat ini,
maka Allah akan menambahkannya untuk mereka. Jadi, yang
semestinya dipahami dari kalimat ini adalah Allah menambahkan
kepada mereka nikmat-nikmat-Nya, bukan menambah ketaatan yang
tidak disebutkan dalam konteks ayat kecuali maksudnya adalah, “Jika
kalian bersyukur dan menaati-Ku dengan syukur, maka akan Aku
tambahkan kepada kalian faktor-faktor yang membantu kalian untuk
bersyukur.” Bila demikian, maka pendapat tersebut beralasan.56

Ayat ini dalam tafsir Al-lubab mengingatkan semua pihak


akan pernyataan Tuhan yang mengatakan: “Sesungguhnya Aku
bersumpah demi Kekuasaan-Ku, jika kamu bersyukur pasti Aku
tambah nikmat-nikmat-Ku kepada kamu dan jika kamu kufur, yakni
mengingkari nikmat-nikmat yang telah Ku-anugerahkan, dengan tidak
menggunakan dan memanfaatkannya sebagaimana Ku-kehendaki,

55
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Tafsir Ath-Thabari; penerjemah, Misbah
Anshari Taslim dkk, jilid. 15, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Cet. 1, h. 438.
56
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Ibid., h. 440.
67

maka akan Ku-kurangi nikmat itu, bahkan terancam mendapat siksa-


Ku, sesungguhnya siksa-Ku amat pedih,” jangan duga kekufuran itu
merugikan Allah.57

Penulis dapat memahami bahwa ayat ini merupakan suatu


perintah untuk selalu bersyukur. Menyukuri nikmat dengan
mengucapkan setulus hati ataupun perbuatan, maka syukur identik
dengan keimanan. Jika seseorang ingin mendapatkan nikmat yang
lebih maka semangatlah untuk selalu bekerja keras. Ayat ini juga
berupa pengumuman dan pemberitahuan kepada siapa saja yang
bersyukur makan Allah akan menjanjikan Sesuatu yang lebih dari apa
yang mereka syukuri. Dari yang telah dipaparkan bahwa syukur
berkaitan dengan bekerja keras atau identik dengan ikhtiar (usaha).
Syukur juga berkaitan dengan ketaqwaan yakni menaati perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Dan syukur berkaitan dengan ketaatan.

B. Relevansi Nilai-nilai Sabar dan Syukur Qs. Al-Baqarah ayat 152-153 dan
Qs. Ibrahim ayat 5-7 Dalam Proses Pendidikan Islam
Perhatian al-Qur‟an yang besar terhadap sifat sabar itu disebabkan
karena sifat sabar memiliki nilai penting dalam agama dan moralitas. Sabar
bukanlah kebutuhan sekunder atau lengkap, tetapi ia adalah kebutuhan pokok
manusia untuk meningkatkan secara materi dan spiritual serta bahagia secara
individu dan sosial. Agama tidak akan unggul dan dunia tidak akan maju
tanpa kesabaran.

Sabar adalah kebutuhan pokok dunia, sebagaiamana ia juga kebutuhan


pokok agama. Tidak ada kesuksesan di dunia dan keberuntungan akhirat tanpa
kesabaran. Di dunia, harapan tidak akan terwujud, tujuan tidak akan tercapai,

57
M.Quraish Shihab, Al-Lubab: makna, tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-Qur‟an,
(Tangerang: Lentera Hati, 2012), Cet. 1, h. 91.
68

dan usaha tidak akan mudah dilakukan kecuali dengan kesabaran. Barang
siapa yang tidak bersabar ia tidak akan mendapatkan apa pun.58

Kalau bukan karena kesabaran, seorang petani tidak akan panen,


seorang penanam tidak akan memetik buahnya, seorang pelajar tidak akan
lulus, seorang pejuang di medan laga tidak akan menang. Demikian semua
orang yang sukses di dunia, mereka mewujdkan cita-citanya dengan
kesabaran, merasakan kepahitan, kesakitan, menempuh kesulitan, bahkan
berjalan di atas duri. Mereka tidak peduli dengan batu-batu yang disebar di
jalan yang ia lewati, cacian-cacian yang dipikulnya, tali-tali yang
menjeratnya, atau bahkan anjing-anjing yang menggonggong di sekitarnya.
Mereka terus berjalan tanpa mengeluh dan tidak pernah berhenti, bertameng
tekad bulat dan bersenjatakan kesabaran.

Al-Qur‟an sendiri tengah mengisyaratkan pentingnya sifat sabar ketika


membicarakan penciptaan manusia dan cobaan, jerih payah, dan penderitaan
yang mengelilinginya, sebagaimana firman Allah :

ْ ُِّْْ ٍِ ْ َُ‫إَِّّبْ َخيَ ْقَْبْاإل ّْ َغب‬


ٍ ‫طفَ ٍتْأَ ٍْ َش‬
…ِْٔ ِٞ‫بجَّْ ْبخَي‬

“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani


yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan)… (QS. Al-Insan (76):2)

“Sungguh Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah


payah”. (QS.Al-Balad(90):4)

Yakni di dalam kesulitan dan kepayahan, karena apa yang akan


mereka alami sejak lahir berupa kesulitan-kesulitan hidup yang bercampur
kesenangan dan penderitaan, apa yang mereka alami ketika usia baligh berupa
ujian tanggung jawab dan amanah taklif (beban tanggung jawab) di mana

58
Ulya Ali Ubaid, Sabar&Syukur, (Jakarta: Amzah, 2014), cet. 2, hal. 23.
69

langit, bumi, dan gunung-gunung pernah tidak sanggup memikulnya; dan apa
yang akan mereka alami dari kalangan manusia berupa tajamnya ucapan,
sikap menyakitkan, dan lain sebagainya.59

Dari beberapa ayat al-Qur‟an di atas ada beberapa hal yang dapat
diambil mengenai relevansi nilai-nilai sabar dan syukur dalam proses
pendidikan Islam sebagai berikut:

1. Sabar dan syukur merupakan dua hal yang saling bertolak belakang. Dari
beberapa ayat yang kaji oleh penulis bahwa sabar dan syukur bisa saling
berkaitan meskipun berbeda makna. Di dalam kehidupan seorang hamba
tidak akan pernah terlepas dengan segala sesuatu bentuk ujian karena
sabar dan syukur sama-sama berupa ujian. Sabar ujiannya berupa musibah
dan syukur ujiannya berupa kenikmatan. Ketika seseorang mendapatkan
musibah, lalu dia menerima atas ketentuan Allah SWT., maka hal tersebut
dikatakan sabar. Disetiap musibah pasti ada hikmah maka yang dikatakan
hikmah tersebut adalah suatu nikmat yang harus disyukur. Mensyukuri
atas hikmah yang di dapat setelah datangnya suatu musibah.
2. Sabar dan Syukur Berkaitan dengan Keimanan yang terdapat dalam surah
Al-Baqarah ayat 152, surah Ibrahim ayat 5-7. Kesabaran akan menjadi
kuat jika memiliki iman yang kuat. Sabar sangat berkaitan dengan
keimanan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, iman adalah
ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin.60 Sabar menurut
Syofrianisda ditujukan kepada manusia dan secara khusus sasarannya
adalah untuk orang beriman.61 Kemudian menurut Heri Jauhari Muchtar,
“Bersabar merupakan ciri utama orang yang beriman. Orang beriman akan

59
Ulya Ali Ubaid, Sabar&Syukur, (Jakarta: Amzah, 2014), cet. 2, h. 27
60
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), Ed. 4,h.526.
61
Syofrianisda, “Konsep Sabar dalam Al-Qur‟an dan Implementasinya dalam Mewujudkan
Kesehatan Mental”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 1, 2017.
70

bersyukur apabila ia mendapat nikmat, dan akan bersabar tatkala ia


mendapat musibah/cobaan”.62 Dari pernyataan tersebut dapat dipahami
bahwa iman dan sabar memiiki keterkaitan begitupun dengan syukur dan
iman. Sabar merupakan kunci dari segala kehidupan di dunia ini. Orang
yang sabar tidak akan berpaling kepada Allah, ia tidak akan putus asa
dalam menghadapi segala cobaan yang menimpa, akan tetapi ia akan
ikhlas dengan segala ketetapan yang Allah berikan. Dan selalu bersyukur
atas apa yang telah Allah berikan.
“Iman itu terdiri dari tujuh puluh atau enam puluh bagian. Yang paling
tinggi adalah laa ilaaha illallah. Dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan benda-benda yang membahayakan orang lain dijalan,
dan malu juga bagian dari iman”.(HR.Muslim)63
Mayoritas akhlak keimanan itu masuk daftar sifat sabar dan tidak akan
sempurna tanpa sifat sabar, karena semua akhlak itu membutuhkan
perjuangan dan kerja keras hingga menjadi perilaku praktis seorang
mukmin. Oleh karena itu, katika Rasulullah Saw, ditanya tentang
keimanan, beliau menjawab, “keimanan adalah sabar”. Karena sabar
adalah perbuatan keimanan yang paling banyak dan paling mulia.
Sebagaimana sabda beliau Saw, “Haji adalah Arafah.” Dengan demikian,
tidak ada kesuksesan di dunia kecuali dengan sabar dan tidak ada
keberuntungan di akhirat dan memperoleh surga kecuali dengan sabar.
Allah SWT berfirman tentang hamba-hamba-Nya:

‫َّتًْ َٗ َعال ًٍب‬ٞ‫َٖبْحَ ِذ‬ٞ‫ُيَقَّْ٘ َُ ْ ِف‬ْٝٗ‫ُٗا‬


َ ‫طبَش‬ ْ َُ ْٗ‫ُجْْ َض‬َْٝ‫أُٗىَئِل‬
َ ْ‫ْاى ُغشْ فَتَْبِ ََب‬
“maka itulah orang yang di batasi dengan martabat yang
tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka
disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di
dalamnya”. (QS.Al-Furqan (25):75)

62
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012),
h. 29.
63
Imam Muslim, Shahih Muslim, juz. 1, bab iman, (Daar al Ihya al Kutub al Arabiyah,
Indonesia, tth), h.36.
71

Dengan demikian, sifat sabar membawa di dalam lipatannya


sejumlah cabang keimanan dan akhlak Islam.64

Implementasi sabar dan syukur dalam dunia pendidikan yaitu


sabar dan syukur harus diawali dengan menanamkan iman terlebih
dahulu. Asy Syaikh Dr. Abdullah Azzam mengatakan bahwa derajat
ibadah yang paling utama dan paling tinggi yaitu sabar. Sabar adalah
bagian dari iman dan Islam yang diibaratkan sebagai kepala pada
jasad. Sebagaimana tidak akan ada kehidupan bagi jasad tanpa kepala,
begitu pun keimanan, keimanan tidak boleh tanpa adanya kesabaran.65
Dalam hal ini untuk membentuk akhlak sabar siswa, guru harus
menanamkan keimanan yang kuat pada diri murid terlebih dahulu.
Keimanan yang dimaksud di sini adalah mengajarkan murid untuk
merespon segala sesuatu dengan hal yang positif maka akan terlontar
hal-hal yang positif. Guru adalah orang tua di sekolah, maka sebagai
orang tua mereka memiliki kewajiban untuk menjadikan anak
memiliki akhlak yang mulia. Kebanyakan murid saat ini sulit untuk
mengontrol emosinya dengan baik, khususnya ketika temannya saling
mengejek. Maka di sini peran seorang guru bukan hanya
menyampaikan ilmu semata, melainkan membentuk moral dan nilai
luhur kepada pribadi siswa khususnya dalam hal kesabaran. Kesabaran
akan menjadi kuat jika memiliki iman yang kuat. Oleh karena itu sabar
harus diawali dengan menanami iman terlebih dahulu. Sabar seorang
murid dapat dibangun jika guru juga memiliki keteladanan yang dapat
menjadi contoh. Keteladanan tersebut meliputi kepribadian yang baik
dengan memiliki akhlak yang mulia. Maksudnya guru harus bertindak
sesuai dengan norma-norma religius, iman, takwa, jujur, ikhlas, sabar,

64
Ulya Ali Ubaid, Sabar&Syukur, (Jakarta: Amzah, 2014), Cet. 2, h. 19.
65
Asy Syaikh Dr. Abdullah Azzam, Tarbiyah Jihadiyah, Terj. dari Fi at-Tarbiyah al-
Jihadiyah wal Bina‟ oleh Abdurrahman al-Qudsi, (Solo: Jazeera, 2013), h. 173.
72

tidak pilih kasih. Dalam hal sabar contohnya yaitu guru tidak
menggunakan kekerasan terhadap murid yang nakal dan mau
membimbing murid sampai ia benar-benar paham akan materi yang
sedang dipelajari.

3. Sabar dan syukur berkaitan dengan Ketauhidan


Terdapat dalam surah Ibrahim ayat 5 tentang keteguhan Nabi Musa
terhadap umatnya yang tidak mempercayai adanya Allah SWT.
Mengajarkan kalimat “Laa ilaaha illa Allah” kepada anak, pengajaran
kalimat tauhid ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw;
“Ajarkanlah yang pertama kali kepada anak-anak kamu kalimat laa
illaha illaAllah dan ajarkan disaat kematian kalimat laa illaha illa
Allah, sebab orang yang diawal dan di akhir mengetahui makna laa
ilaaha illa Allah, ia akan hidup selama seribu tahun tanpa punya
dosa.”
Kalimat laa ilaaha illa Allah adalah kalimat tauhid yang akan
membentengi diri anak dari segala kemusyrikan dan dosa, juga kalimat
yang akan melindungi diri anak dari segala macam sikap dan tindakan
tercela. Oleh karena itu, hendaklah orang tua mengajarkan kalimat ini
sejak dini dan memahami makna kalimat ini secara mendalam. Agar anak
mampu memahami makna itu dan hidup selalau mempertahankan dan
memperjuangkan kalimat tersebut.66

4. Sabar dan Syukur berkaitan dengan Ibadah

Terdapat pada surah al-baqarah ayat 153, Shalat adalah ibadah


yang menjadi tiang agama, juga ibadah yang mampu mencegah perbuatan
keji dan munkar. Oleh karena itu, orang tua hendaknya mengajarkan

66
Hasbiyallah dan Moh. Sulhan, Hadits Tarbawi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), Cet.
1, h. 57.
73

shalat kepada nak-anaknya agar terhindar dari perbuatan buruk tersebut.


berikut sabda Rasulullah Saw:

“Perintahkan anak-anakmu menjalankan shalat jika mereka sudah


berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudh berusia sepuluh tahun,
maka pukullah mereka jika tidak mau melakukannya, dan
pisahkanlah tempat tidur mereka”.(HR.Hakim)

Mengajarkan anak untuk menunaikan shalat bukan hanya untuk


membiasakan mereka untuk beribadah, tetapi juga dalam rangka
mengembangkan fisik atau motorik anak. Menurut Elizabeth,
perkembangan fisik atau motorik sangat penting diberikan kepada anak,
karena baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
perilaku anak sehari-hari. Secara langsung, perkembangan fisik anak akan
menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak mempengaruhi bagaimana
anak itu memandang dirinya sendiri dan orang lain.67

5. Sabar dan Syukur Teridentik dengan Ikhtiar terdapat pada surah Al-
Baqarah ayat 153, Ibrahim ayat 5 dan 7. Ikhtiar yaitu usaha terus menerus
tanpa kenal putus asa. sabar artinya menahan jiwa dari sikap putus asa,
marah, sedih, berkeluh kesah, dan menahan jasmani dari berbagai macam
gangguan. Dengan demikian sabar dan syukur berkaitan dengan ikhtiar,
yang dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan secara terus menerus
dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Karena pada dasarnya memilih yang baik adalah mentaati segala peraturan
Allah SWT. Setiap kehidupan manusia di dunia ini tidak akan terlepas dari
kesulitan-kesulitan, yaitu berupa ujian dan cobaan yang berasal dari Allah
SWT. Segala kesulitan-kesulitan tersebut hendaknya dihadapi dengan
penuh sabar dan tidak perlu mengeluh atau sampai putus asa. Sebab

67
Hasbiyallah dan Moh. Sulhan,Ibid.,h.59
74

kenikmatan tidak akan dapat diperoleh tanpa adanya usaha, jerih payah,
kesusahan, kegagalan, dan pengorbanan. Ketika manusia ingin
mendapatkan sesuatu yang diinginkan, maka ia harus berusaha dengan
sungguh-sungguh. Setelah berusaha, maka tahap selanjutnya adalah
menyerahkan semuanya kepada Allah. Allah berfirman:“…dan jangan
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa
dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (QS. Yusuf: 87)

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sangat melarang


hamba-Nya untuk berputus asa. Maka dalam dunia pendidikan ikhtiar
yang sungguh-sungguh sangat diperlukan. Karena mengejar sebuah cita-
cita atau keinginan, tidak mungkin secara instan langsung berhasil, akan
tetapi memerlukan usaha dengan sungguh-sungguh dan diiringi dengan
sabar untuk mencapai keinginan tersebut. Dan dalam hal menghadapi
kesulitan hidup juga manusia dilarang untuk berputus asa. Oleh karena itu,
sabar dan syukur sangat berkaitan dengan ikhtiar, sehingga dapat
dikatakan bahwa sabar dan syukur merupakan dua sifat yang mendorong
jiwa agar giat untuk selalu berusaha dan tak kenal putus asa. Selain
berusaha dan bertawakal kepada Allah, manusia juga harus memiliki sikap
optimis di dalam dirinya. Jika ia yakin bahwa ia bisa mencapai
keinginannya, maka ia pasti akan berhasil. Sebab pikiran positif akan
menimbulkan hasil yang positif, begitupun sebaliknya. Dengan memiliki
kesabaran, maka seorang muslim akan menjadi pribadi yang lebih baik,
yang dapat menghantarkan seseorang menjadi insan kamil. Selain itu,
pendidikan sabar dan pendidikan syukur ini merupakan prinsip yang
penting dalam lingkungan pendidikan, Bukan hanya untuk peserta didik,
melainkan juga untuk para pendidik. Para pendidik maupun peserta didik
harus terus berusaha semaksimal mungkin jika ingin mencapai tujuan
yang diinginkan. Sabar sangat diperlukan bagi pesera didik seperti ketika
75

mereka sedang ujian di sekolah. Sabar yang dimaksud yaitu hendaknya


tidak terburu-buru dalam menjawab soal-soal dalam ujian dan berhati-hati
serta teliti dalam membaca soal, sehingga dapat menjawab soal tersebut
dengan jawaban yang tepat. Contoh lain, yaitu ketika KBM berlangsung
hendaknya peserta didik dapat mengikuti KBM dengan baik, yakni
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
senantiasa tidak malu untuk bertanya jika kurang memahami akan materi
yang sedang dibahas. Selain diperlukan oleh peserta didik, sabar juga
sangat diperlukan bagi para pendidik. Salah satu sifat utama keberhasilan
seorang pendidik dalam menjalankan profesinya yaitu memiliki sifat
sabar. Seorang guru tidak boleh putus asa untuk membimbing, mengajar,
mendidik, menuntun, dan mengarahkan peserta didik untuk
mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Dengan sifat sabar
ini, peserta didik akan merasa nyaman kepada pendidiknya. Mereka bukan
hanya memposisikan pendidik sebagai orang yang mentransfer ilmu
semata, melainkan ia akan memposisikan guru atau pendidik tersebut
sebagai idola dan suri tauladan karena memiliki akhlak yang terpuji. Jika
seorang guru atau pendidik memiliki kesabaran yang tinggi, maka ia akan
lebih mudah dalam mentransfer ilmu kepada muridnya, begitu pun
sebaliknya. Sebab setiap anak memiliki karakter dan tingkat pemahaman
yang berbeda.

Sabar bukan menyerah tanpa syarat, tetapi berusaha dengan hati yang
tetap berikhtiar sampai cita-cita dapat berhasil, dan saat menerima cobaan dari
Allah wajib ridha dengan hati yang ikhlas. Sabar dalam beribadah dimulai
dengan niat yang ikhlas dan benar, ketika beramal tidak lupa kepada Allah,
tidak ria, dan tidak takabur. Apabila mendapatkan musibah, terimalah dengan
kesabaran dan berserah diri kepada Allah disertai do‟a dan ikhtiar. Dan
apabila mendapat kenikmatan maka bersyukur.
76

Dalam mendidik anak yang berkualitas, tentunya membutuhkan sifat


sabar, karena jika pendidik tidak mampu bersabar, maka akan terjadi
kekacauan dalam keluarga, sehingga gagal dalam mendidik anak yang
berkualitas. Oleh karena itu, sifat sabar ini harus dimiliki oleh para pendidik
dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik mereka. Karena mereka
adalah orang yang masih membutuhkan bimbingan dan pengarahan harus
bersabar karena potensi dan perkembangan anak mengalami pertumbuhan
yang bertahap. Seperti harus berabar dalam menghadapi tingkah laku anak,
sabar dalam menghadapi keceriaan anak, sabar menghadapi anak yang marah,
sabar menghadapi anak yang lemah dan sebagainya. Kesabaran tersebut
bukan berarti harus membiarkan atau menyerah begitu saja, tetai harus
dijadikan solusi-solusi terbaik untuk mengatasi masalah-masalah anak.
Demikianlah arti sabar dalam mendidik anak.68

Sabar bukan menyerah tanpa syarat, tetapi terus berusaha dengan hati
yang tetap berikhtiar sampai cita-cita dapat berhasil, dan saat menerima
cobaan dari Allah wajib ridha dengan hati yang ikhlas. Sabar dalam beribadah
dimulai dengan niat yang ikhlas dan benar, ketika beramal tidak lupa kepada
Allah, tidak ria, dan tidak takabur. Apabila mendapat musibah, terimalah
dengan kesabaran dan berserah diri kepada Allah disertai do‟a dan ikhtiar.

َّ َُّ ِ‫ظب ِْشْ َٗاىظَّال ِةْإ‬


َِْٝ‫َّْللاَْ ٍَ َغْاىظَّببِ ِش‬ ْْ ‫َِ ْآ ٍَُْ٘اْا‬ٝ‫َُّٖبْاىَّ ِز‬َٝ‫َبْأ‬ٝ
َّ ‫ُْ٘اْبِبى‬ٞ‫عخَ ِؼ‬

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada


Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar”. (QS.al-Baqarah:153)

Dalam mendidik anak yang berkualitas, tentunya membutuhkan sifat


sabar, karena jika pendidik tidak mampu bersabar, maka akan terjadi
kekacauan dalam keluarga, sehingga gagal dalam mendidik anak yang

68
Hasbiyallah dan Moh. Sulhan, Ibid., h. 39.
77

berkualitas. Oleh karena itu, sifat sabar harus dimiliki oleh para pendidik
dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik mereka. Karena mereka
adalah orang yang masih membutuhkan bimbingan dan pengarahan harus
bersabar karena potensi dan perkemangan anak mengalami pertumbuhan yang
bertahap. Seperti harus sabar dalam menghadapi tingkahlaku anak, sabar
dalam menghadapi keceriaan anak, sabar mengahadapi anak yang marah,
sabar mneghadapi anak yang lemah dan sebagainya. Kesabaran terseut bukan
berarti harus membiarkan atau menyerah begitu saja, tetapi harus dijadikan
solusi-solusi terbaik untuk mengatasi masalah-masalah anak. Demikian arti
sabar dalam mendidik anak.69
Beberapa hal yang perlu diingat untuk menjadi seorang guru sebagai
berikut:70
1. Guru adalah contoh dan model hidup bagi murid. Oleh sebab itu, ia harus
memiliki sifat sabar, dapat mempermudah materi, dan membantu siswa
agar memahami bahan belajar.
2. Memberi motivasi dan kabar gembira. Anak merupakan sosok yang
sedang berada dalam tahap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
Oleh karena itu, pendidik harus berupaya serius dan sabar membantu
perkembangan anak dalam segala aspeknya.
3. Belajar dan mengajar adalah motivasi bagi anak untuk terus
memperbaharui semangat berilmu.
4. Sayyidina Ali mengatakan bahwa kunci ilmu itu adalah cerdas, modal,
sabar, sarana, petunjuk guru, dan perlu waktu.

Sifat mulia ini merupaka sifat para rasul dan orang-orang yang Allah
yang telah Allah berikan nikmat kepada mereka. Sifat sabar ini
menggambarkan kemuliaan seseorang, kepasrahan dan ketundukan hanya

69
Ibid., h. 39.
70
Ibid., h. 40.
78

kepada Allah SWT. Mereka sangat meyakini bahwa segala ssesuatu yang
terjadi atas dirinya adalah kehendak Allah SWT. Dia tidak bisa membantah
atau bahkan memprotes kehendak-Nya, karena yakin dengan laa haula wa laa
quwwata illa billahil „aliyyil „adzim. Itulah kesempurnaan orang yang
beriman, yakni selalu bersyukur ketika mendapat kesenangan dan bersabar
ketika musibah menimpa dirinya.71

“Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan Ra., berkata, Rasulullah Saw,
bersabda: “sangat menakjubkan bagi seorang mukmin, karena segala
urusannya adalah sangat baik baginya, dan itu hanya terjadi pada
diri orang yang beriman. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur,
maka yang demikian itu sangat baik, sangat baik baginya dan apabila
ia ditimpa kesusahan ia sabar, maka yang demikian itu sangat baik
baginya”.(HR.Muslim)

Berdasarkan hadits tersebut, orang mukmin bukanlah seorang yang


hanya menyatakan keimanannya tanpa terlebih dahulu ia diuji dengan
kesenangan dan kesusahan. Meskipun banyak manusia yang mnegira bahwa
ketika diuji dengan kesenangan ia merasa bahwa Tuhan telah sayang
kepadanya, tetapi ketika diuji dengan kesusahan, ia menyangka bahwa Tuhan
telah marah kepadanya.

Kebahagiaan seorang mukmin adalah rasa syukur dan sabarnya.


Syukur setiap kali diberikan nikmat dan sabar setiap mendapat musibah.
Tidak mudah dua hal ini dilakukan oleh setiap mukmin. Manusia terkadang
lalai ketika kenikmatan datang kepadanya, dan putus asa ketika musibah
menimpa dirinya. Hal ini akibat kecinaannya yang berlebihan terhadap segala
macam kenikmatan dunia. Orang yang putus asa ketika datang musibah
adalah karena ia selalu berharap kepada manusia sebagai makhluk yang
lemah, lalai ketika ada kenikmatan, karena mengira bahwa kenikmatan itu

71
Hasbiyallah dan Moh. Sulhan, Hadits Tarbawi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), cet.
1, hal. 73.
79

datang dari usaha dan kepandaiannya. Ia lupa bahwa kenikmatan itu adalah
pemberian dan titipan dari Allah SWT. Yang harus disyukuri dan digunakan
untuk kepentingan Sang Maha Pemilik, Allah Azza wa Jalla.

Sifat sabar dan syukur ini menjadi indikator kebahagiaan setiap


muslim. Jika ia seorang muslim, dua sifat ini harus menemel dalam jiwanya.
Jika jauh dari dua sifat ini, maka keimanannya menjadi rendah. Karena hanya
dengan dua sikap ini kesuksesan seorang hamba akan diraih, baik dalam
kehidupan dunia maupun akhirat. Pentingnya dua sifat ini akan berdampak
kepada penngkatan kualitas pengabdiannya kepada Allah Ta‟alaa.72

Hakikat hidup di dunia ini adalah sebuah usaha dan perjuangan. Tanpa
adanya usaha untuk berjuang, maka manusia tidak akan bisa bertahan untuk
hidup. Untuk itu manusia harus berjuang sekuat tenaga dengan memiliki etos
kerja tinggi, semangat yang membara, dan tekun untuk memenuhi segala
kewajibannya kepada Allah dan sesama manusia.

72
Ibid., h. 74.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur‟an merupakan pedoman hidup umat Islam termasuk dalam hal
pendidikan. Di dalam al-Qur‟an terdapat banyak nilai-nilai pendidikan. Di
antaranya yaitu terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 152-153 dan QS. Ibrahim
ayat 5-7 mengenai pendidikan sabar dan syukur. Keimanan merupakan unsur
yang terpenting di dalam agama Islam, karena dengan adanya keimanan ini
akan menghantarkan seseorang kepada jalan kebenaran. Keimanan disini
adalah sabar dan syukur.
Adapun relevansi nilai-nilai pendidikan sabar dan syukur Qs. Al-
Baqarah ayat 152-153 dan Qs. Ibrahim ayat 5-7 proses pendidikan Islam yang
penulis temukan, yaitu:
1. Sabar dan syukur merupakan dua hal yang saling bertolak belakang. Dari
beberapa ayat yang kaji oleh penulis bahwa sabar dan syukur bisa saling
berkaitan meskipun berbeda makna. Di dalam kehidupan seorang hamba
tidak akan pernah terlepas dari segala ujian, karena sabar dan syukur
sama-sama berupa ujian. Sabar ujiannya berupa musibah dan syukur
ujiannya berupa kenikmatan. Ketika seseorang mendapatkan musibah, lalu
dia menerima atas ketentuan Allah SWT., maka hal tersebut dikatakan
sabar. Disetiap musibah pasti ada hikmah maka yang dikatakan hikmah
tersebut adalah syukur. Mensyukuri atas hikmah yang di dapat setelah
datangnya suatu musibah.
2. Sabar dan Syukur Berkaitan dengan Keimanan.
Kesabaran akan menjadi kuat jika memiliki iman yang kuat. Orang
beriman akan bersyukur apabila ia mendapat nikmat, dan akan bersabar
tatkala ia mendapat musibah/cobaan. Implementasi dalam pendidikan
untuk membentuk akhlak sabar siswa, guru harus menanamkan keimanan

80
81

yang kuat pada diri murid terlebih dahulu. Keimanan yang dimaksud di
sini adalah mengajarkan murid untuk merespon segala sesuatu dengan hal
yang positif maka akan terlontar hal-hal yang positif. Maka di sini peran
seorang guru bukan hanya menyampaikan ilmu semata, melainkan
membentuk moral dan nilai luhur kepada pribadi siswa.
3. Sabar dan syukur berkaitan dengan Ketauhidan
Kalimat tauhid akan membentengi diri anak dari segala kemusyrikan
dan dosa, dan juga akan melindungi diri anak dari segala macam sikap dan
tindakan tercela. Oleh karena itu, hendaklah orang tua mengajarkan
kalimat ini sejak dini dan memahami makna kalimat ini secara mendalam.
Agar anak mampu memahami makna itu dan hidup selalu
mempertahankan dan memperjuangkan kalimat tersebut.
4. Sabar dan Syukur berkaitan dengan Ibadah
Mengajarkan anak untuk menunaikan shalat bukan hanya untuk
membiasakan mereka untuk beribadah, tetapi juga dalam rangka
mengembangkan fisik atau motorik anak. Menurut Elizabeth,
perkembangan fisik atau motorik sangat penting diberikan kepada anak,
karena baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
perilaku anak sehari-hari.
5. Sabar dan Syukur Teridentik dengan Ikhtiar.
Dalam dunia pendidikan, ikhtiar yang sungguh-sungguh sangat
diperlukan. Karena mengejar sebuah cita-cita atau keinginan, tidak
mungkin secara instan langsung berhasil, akan tetapi memerlukan usaha
dengan sungguh-sungguh dan diiringi dengan sabar untuk mencapai
keinginan tersebut. Para pendidik maupun peserta didik harus terus
berusaha semaksimal mungkin jika ingin mencapai tujuan yang
diinginkan. Seorang guru tidak boleh putus asa untuk membimbing,
mengajar, mendidik, menuntun, dan mengarahkan peserta didik untuk
mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka.
82

Sifat sabar dan syukur ini menjadi indikator kebahagiaan setiap muslim.
Jika ia seorang muslim, dua sifat ini harus menempel dalam jiwanya. Jika jauh
dari dua sifat ini, maka keimanannya menjadi rendah. Karena hanya dengan
dua sikap ini kesuksesan seorang hamba akan diraih, baik dalam kehidupan
dunia maupun akhirat. Pentingnya dua sifat ini akan berdampak kepada
peningkatan kualitas pengabdiannya kepada Allah Ta‟alaa.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis
paparkan, maka ada dua hal yang ingin penulis sampaikan sebagai bahan
masukan dan saran dalam upaya meningkatkan pendidikan Islam khusunya.
Adapun sarannya sebagai berikut:
Pertama, al-Qur‟an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam.
Begitu pula di dalam dunia pendidikan, al-Qur‟an sebagai sumber
pengetahuan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan khususnya dalam
pendidikan Islam agar tidak terlepas dari al-Qur‟an.
Kedua, sebagai seorang pendidik guru harus menerapkan akan dasar-
dasar keimanan kepada peserta didiknya, karena keimanan merupakan
pondasi dari bangunan Islam. Adapun kegiatan pendidikan guru harus mampu
menentukan metode yang tepat dan sesuai dengan materi. Selain itu, seorang
guru harus mengetahui tingkat pemahaman siswa karena dengan mengetahui
tingkat pemahaman siswa, guru mampu menyesuaikan dalam menyampaikan
materi kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attar, Dawud. Ilmu Al-Qur‟an. Jakarta:Pustaka Hidayah.1994.

Ali Ubaid, Ulya Ali. Sabar&Syukur. Jakarta:Amzah. 2014.

Anwar, Abu. Ulumul Qur‟an;Sebuah Pengantar. Jakarta:Amzah. 2009.

Azzam, Abdullah. Tarbiyah Jihadiyah. Terj. Fi at-Tarbiyah al-Jihadiyah wal Bina‟


oleh Abdurrahman al-Qudsi. Solo: Jazeera. 2013.

Badri, Muhammad. Sentuhan Jiwa Untuk Anak Kita. Bekasi:Daun Publishing. 2015.

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya. jilid.5.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Desideria, Benedikta . Mengenal Angkie Yudistia Sosok Tuli Inspiratif Yang Menjadi
Staf Khusus Jokowi.
http://m.liputan6.com/disabilitas/read/4116440/mengenal-angkie-
yudista-sosok-tuli-inspiratif-yang-jadi-staf-khusus jokowi.21/11/2019.

Dzumhur dan Dana suparta. Sejarah Pendidikan. Bandung:Ilmu Bandung. 1959.

Fajar Abrori, Pak Guru Rasino Dalam Kegelapan Melestarikan Gamelan,


(http://m.liputan6.com/read/4116669/pak-guru-rasino-berjuang-dalam-
kegelapan-melestarikan-gameln),22/11/2019 pukul 12:00 WIB

Al-Ghazali. Ihya „Ulum Al-Din.jilid IV. Kairo:Maktabah Al-Husaini,t.t

Hadiansyah, Surya. Cecep Reza sempat Berniat Berobat ke Donter Terawan,(


http://m.liputan6.com/showbiz/read/4115442/cecep-reza-sempat-berniat-
berobat-ke-dokter-terawan ).20/11/2019.

Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor:Ghalia


Indonesia. 2002

83
84

Hasan, Hamka. Metodologi Penelitian Tafsir Hadits. Jakarta:Lembaga Penelitian


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.

Hasbiyallah dan Moh. Sulhan. Hadits Tarbawi. Bandung:Remaja Rosdakarya. 2015.

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers. 2013.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nilai

Ibnu Abi Ad-Dunya. Asy-Syukr. Kuwait:Maktabah Al-Islami. t.t

Irfan, Muhammad Nurul, Metode Penafsiran Al-Qur‟an, Jurnal Kajian Al-Qur‟an dan
Wanita. Vol.03. No.2. 2005. ISSN:1829-9954

J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


2013.

Ja‟far, Abu Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari. Tafsir Ath-


Thabari;penerjemah.Misbah Anshari Taslim dkk. jilid.15.
Jakarta:Pustaka Azzam. 2009.

Jalaluddin Al-Mahalli, Imam dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. Tafsir Jalalain;Bahrun


Abu Bakar. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. jilid.1.
Bandung:Sinar Baru Algensindo. 2009.

Jauhari Muchtar, Heri. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.


2012.

Maswardi, Muhammad Amin. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta:Baduose


Media Jakarta. 2011.

Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyur Rahman. Tafsir Ibnu Katsir; penerjemah.Abu Ihsan


al-Atsari. jilid.5. Bogor:Pustaka Ibnu Katsir. 2006.

Munir Amin, Samsul. Ilmu Akhlak. Jakarta:Amzah. 2016.

Munir Amin, Samsul. Ilmu Tasawuf. Jakarta:Amzah. 2015.

Muslim, Imam. Shahih Muslim, juz. 1. bab iman.Daar al Ihya al Kutub al Arabiyah.
Indonesia.tth
85

Mustaqim, Abdul. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Kaukaba. 2013.

Mustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 1997.

Nata, Abuddin. Metodologi Stusi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 1998.

Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.

Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta:Bringin 55. t.t

Al Qurthubi, Syaikh Imam. Al Jami‟ li Ahkam Al Qur‟an.Tafsir Al Qurthubi.


penerjemah. Ahmad Fathurrahman. jilid.2. Jakarta: Pustaka Azzam.
2007.

Saefuddin Buchori, Didin. Pedoman Memahami Kandungan al-Qur‟an.


Bogor:Granada Sarana Pustaka. 2005.

Sagir, Akhmad. Pertemuan Sabar dan Syukur Dalam Hati. Jurnal Studia Insania.
Vol.2. No.1. 2014.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran;Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana. 2006.

Sayuthi, Muhammad. Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktek. Jakarta: Raja
Grafindo Persada Press. 2002.

Setyosari, Punaji. Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group. 2012.

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an. Jakarta:
Lentera Hati. 2002.

Shihab, Quraish. Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-Surah al-
Qur‟an. Tangerang: Lentera Hati. 2012.

Suryadilaga, Muhammad Alfatih dkk. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta:Teras.


2005.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosdakarya.2014


86

Syamilah, Maktabah. Muslim. IV/2295.Muslim.no.2999.

Syofrianisda. Konsep Sabar dalam Al-Qur‟an dan Implementasinya dalam


Mewujudkan Kesehatan Mental. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 6, No. 1.
2017.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.Bandung:PT Remaja


Rosdakarya.2010

Yunus, Mahmud. Tafisr Quran Karim.Jakarta:Hidakarya Agung. 2004.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


2004.

Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir. Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani,dkk.


jilid.1. juz.1-2. Jakarta: Gema Insani. 2013.

Zonautara.com-jaringansuara.com. http://bacafornearme.com/37978505?u:oppo Rabu


23/10/2019
87

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Nurafifah Astria


NIM 11150110000099
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Pendidikan Sabar dan Syukur dalam QS. Al-Baqarah ayat 152-153
dan QS. Ibrahim ayat 5-7

Nomor Nomor
Referensi Footnote Halaman Paraf
Buku
BAB I
Muhibbin Syah,Psikologi 1 10
Pendidikan,(Bandung:Remaja 2 11
Rosdakarya,2014),cet.19
Samsul Munir Amin,Ilmu 3 135
Akhlak,(Jakarta:Amzah,2016),Cet.1
Ulya Ali 4 14
Ubaid,Sabar&Syukur,(Jakarta:Amzah,2014),Cet.2 5 15
7 171
Departemen Agama RI,Al-Qur‟an dan Terjemahnya. 6

Fajar Abrori,Pak Guru Rasino Dalam Kegelapan 8


Melestarikan
Gamelan,(http://m.liputan6.com/read/4116669/pak-
guru-rasino-berjuang-dalam-kegelapan-melestarikan-
gameln),22/11/2019 pukul 12:00 WIB
Surya Hadiansyah,Cecep Reza sempat Berniat 9
88

Berobat ke Donter Terawan,(


http://m.liputan6.com/showbiz/read/4115442/cecep-
reza-sempat-berniat-berobat-ke-dokter-terawan
),20/11/2019

Zonautara.com-jaringan suara.com, 10
http://bacafornearme.com/37978505?u:oppo Rabu
23/10/2019
Benedikta Desideria,Mengenal Angkie Yudistia Sosok 11
Tuli Inspiratif Yang Menjadi Staf Khusus Jokowi,(
http://m.liputan6.com/disabilitas/read/4116440/menge
nal-angkie-yudista-sosok-tuli-inspiratif-yang-jadi-staf-
khusus-jokowi),21/11/2019

BAB II
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nilai 1
2 274
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran;Berorientasi 24 278
Standar Proses 25 278-279
Pendidikan,(Jakarta:Kencana,2006),Cet.I 26 279

Maswardi Muhammad Amin,Pendidikan Karakter 3 79


Anak Bangsa,(Jakarta:Baduose Media
Jakarta,2011),Cet.1

Novianto HP,Kamus Lengkap Bahasa 4 144


Indonesia,(Surakarta:Bringin 55,t.t)
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan,(Bandung:PT 5 32
Remaja Rosdakarya,2014),Cet.19
6 1-2
89

Hasbullah,Dasar-dasar Ilmu 8 4
Pendidikan,(Jakarta:Rajawali Pers,2013),Cet.11 10 6
Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam Perspektif 7 24
Islam,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2010),Cet.9

Dzumhur dan Dana suparta,Sejarah 9 173


Pendidikan,(Bandung:Ilmu Bandung,1959)
11 198
Samsul Munir Amin,Ilmu 15 202
Akhlak,(Jakarta:Amzah,2016),Cet.1 16 202
28 198
Ulya Ali 12 16
Ubaid,Sabar&Syukur,(Jakarta:Amzah,2014),Cet.2

Al-Ghazali, Ihya „Ulum Al-Din, jilid IV 13 65


(Kairo:Maktabah Al-Husaini,t.t)

Samsul Munir Amin,Ilmu 14 175


Tasawuf,(Jakarta:Amzah,2015),Cet.3
Ibnu Abi Ad-Dunya,Asy-Syukr,(Kuwait:Maktabah Al- 17
Islami,t.t).
18
19 110
Mustofa,Akhlak Tasawuf,(Bandung: Pustaka 20
Setia,1997),Cet.1 21

Hasbullah,Dasar-dasar Pendidikan(edisi 22 37
revisi),(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2013) 23 55
Abdul Mustaqim,Akhlak 27 66-67
Tasawuf,(Yogyakarta:kaukaba,2013)
90

Al-Ghazali, Ihya „Ulum Al-Din, jilid IV 29 65


(Kairo:Maktabah Al-Husaini,t.t)
BAB III
M.Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama Teori dan 1 63
Praktek,(Jakarta: Raja Grafindo Persada Press,2002)

Mestika Zed,Metode Penelitian 2 3


Kepustakaan,(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2004)
M. Iqbal Hasan,Pokok-pokok Metodologi Penelitian 3 45
dan Aplikasinya,(Bogor:Ghalia Indonesia,2002),Cet.1

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian 4 248


Kualitatif,(Bandung: Remaja
Rosdakarya,2013),Cet.XXXI

Punaji setyosari,Metode Penelitian dan 5 209


Pengembangan,(Jakarta,Kencana Prenada Media 6 209
Group,2012),Cet.II

7 42
16 42
M. Alfatih Suryadilaga,dkk,Metodologi Ilmu 17 43
Tafsir,(Yogyakarta:Teras,2005),Cet.1 15 42
16 43
Didin Saefuddin Buchori,Pedoman Memahami 8 208
Kandungan al-Qur‟an,(Bogor:Granada Sarana
Pustaka,2005)

M.Nurul Irfan,Metode Penafsiran Al-Qur‟an,Jurnal 9


Kajian Al-Qur‟an dan
91

Wanita,Vol.03,No.2,2005,ISSN:1829-9954

Hamka Hasan,Metodologi Penelitian Tafsir 10 4


Hadits,(Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,2008)

Abu Anwar,Ulumul Qur‟an;Sebuah 11 61


Pengantar,(Jakarta:Amzah,2009),Cet.III

Dawud Al-Attar,Ilmu Al-Qur‟an,(Jakarta:Pustaka 12 127


Hidayah,1994),Cet.1

Abuddin Nata,Metodologi Stusi 13 219


Islam,(Jakarta:Rajawali Pers,1998)
Abuddin Nata,Studi Islam 14 169
Komprehensif,(Jakarta:Prenada Media
Group,2011),Cet.I
M.Nurul Irfan,Metode Penafsiran Al-Qur‟an,Jurnal 14
Kajian Al-Qur‟an dan
Wanita,.Vol.03,No.2,2005,ISSN:1829-9954
BAB IV
1 99-100
4 363
8 360-361
10 362
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan
14 363
dan Keserasian al-Qur‟an,(Jakarta:Lentera Hati,2002)
21 15
28 23-24
30 14
31 14
92

32 15
33 15-16
34 16
35 17
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan
44 19-20
Keserasian al-Qur‟an,(Jakarta:Lentera Hati,2002)
45 22
50 23
51 23-24
52 24
2 147
30 152
Departemen Agama RI,Al-Qur‟an dan 32 152
Tafsirnya,jilid.5 43 152-153
49 152-153
3 78
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As- 6 78
Suyuti,Tafsir Jalalain;Bahrun Abu Bakar,Terjemahan 20 961
Tafsir Jalalain Berikut Asbabun 22 961
Nuzul,jilid.1,(Bandung:Sinar Baru
24 962
Algensindo,2009),Cet.7
27 962
29 961-962
5 298
7 298
9 292
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir,Penerjemah: 11 295
Abdul Hayyie al-Kattani,dkk, jilid.1,juz.1-
12 297
2,(Jakarta:Gema Insani,2013),Cet.1
13 297
16 298
17 299
93

18 300
19 302

Syaikh Imam Al Qurthubi,Al Jami‟ li Ahkam Al 12 401


Qur‟an,Tafsir Al Qurthubi; penerjemah,Ahmad
Fathurrahman,jilid.2,(Jakarta:Pustaka
Azzam,2007),Cet.1

Mahmud Yunus,Tafisr Quran 15 31-32


Karim,(Jakarta:Hidakarya Agung,2004),Cet.73
23 433
26 436-437
39 426-427
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Tafsir 40 428
Ath-Thabari;penerjemah,Misbah Anshari Taslim
41 430-432
dkk,jilid.15,(Jakarta:Pustaka Azzam,2009),Cet.1
42 433
47 436-437
54 438
55 440
25 9
Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri,Tafsir Ibnu 36 6
Katsir; penerjemah,Abu Ihsan al- 37 7
Atsari,jilid.5,(Bogor:Pustaka Ibnu Katsir,2006) 46 9
53 9
M.Quraish Shihab,Al-Lubab:makna,tujuan dan 32 91
pelajaran dari surah-surah al- 48 91
Qur‟an,(Tangerang:Lentera Hati,2012) 56 91

Maktabah Syamilah,Muslim 38
94

(IV/2295),Muslim,no.2999)

Ulya Ali 57 23
Ubaid,Sabar&Syukur,(Jakarta:Amzah,2014),Cet.2 58 27
63 19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar 59 526
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Ed. 4

Syofrianisda, “Konsep Sabar dalam Al-Qur‟an dan 60


Implementasinya dalam Mewujudkan Kesehatan
Mental”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 1,
2017.

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan,(Bandung: PT 61 29


Remaja Rosdakarya Offset, 2012)
Imam Muslim,Shahih Muslim,juz. 1, bab iman,(Daar 62 36
al Ihya al Kutub al Arabiyah, Indonesia,tth)

Asy Syaikh Dr. Abdullah Azzam, Tarbiyah Jihadiyah, 64 173


Terj. dari Fi at-Tarbiyah al-Jihadiyah wal Bina‟ oleh
Abdurrahman al-Qudsi, (Solo: Jazeera, 2013)
65 57
66 59
Hasbiyallah dan Moh. Sulhan,Hadits 67 39
Tarbawi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2015) 68 39
69 40
70 73
71 74
95

Untuk memenuhi validasi skripsi yang berjudul “Pendidikan Sabar dan


Syukur dalam QS. Al-Baqarah ayat 152-153 dan QS. Ibrahim ayat 5-7”, maka
perlu pengujian daftar referensi untuk mengetahui sumber datayang diperoleh.

Jakarta, 06 November 2020


Pembimbing,

Dr. Abdul Ghofur, M.A NIP.


19681208 199703 1 003
96

Anda mungkin juga menyukai