Anda di halaman 1dari 129

PENGARUH METODE DEMONSTRASI

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA


MATERI WUDHU MATA PELAJARAN FIQIH
DI MTs AL-ASYIROTUL KHAERIYAH
PAKUHAJI KABUPATEN TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Agama Islam untuk
Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:
RIJAL PATIH HANAN
NIM: 1503020008
NIMKO: 1011010115007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF
TANGERANG
(1440 H/2019)
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (program

sarjana) di Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Syekh Yusuf Tangerang.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Syekh

Yusuf Tangerang.

Tangerang, 17 Juli 2019

Rijal Patih Hanan

ii
PENGARUH METODE DEMONSTRASI
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI WUDHU MATA PELAJARAN FIQIH
DI MTs AL-ASYIROTUL KHAERIYAH
PAKUHAJI KABUPATEN TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Agama Islam untuk
Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:
RIJAL PATIH HANAN
NIM: 1503020008
NIMKO: 1011010115007

Di bawah Bimbingan:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Irawan, S.Pd.I., M.Pd.I Muhammad Mas’ud, M.Ag


Tanggal: Tanggal:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF
TANGERANG
(1440 H/2019)

iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI WUDHU MATA PELAJARAN

FIQIH DI MTs AL-ASYIROTUL KHAERIYAH PAKUHAJI KABUPATEN

TANGERANG” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang pada hari selasa tanggal 06 Agustus

2019. skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.) pada Program Studi Sarjana (S-1) Pendidikan Agama

Islam.

Tangerang, 06 Agustus 2019

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris..Merangkap


Anggota

Dr. Karmawan. MA Irawan, S.Pd.I., M.Pd.I


NIDN. 2003037001 Anggota, NIDN. 0417068703

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Dr. Karmawan. MA Ahmad Haromaini, M.Ag Irawan, S.Pd.I., M.Pd.I


NIDN. 2003037001 NIDN. 0411078204 NIDN. 0417068703

Pembimbing I, Pembimbing II,

Irawan, S.Pd.I., M.Pd.I Muhammad Mas’ud, M.Ag


NIDN. 0417068703 NIDN. 0430108703

iv
DAFTAR TRANSLITERASI ARAB-LATIN

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

‫ﺏ‬ b Be

‫ﺕ‬ t Te

‫ﺙ‬ ts ted an es

‫ﺝ‬ j Je

‫ﺡ‬ h ha dengan garis bawah

‫ﺥ‬ kh ka dan ha

‫ﺩ‬ d De

‫ﺫ‬ dz de dan zet

‫ﺭ‬ r Er

‫ﺯ‬ z Zet

‫ﺱ‬ s Es

‫ﺵ‬ sy es dan ye

‫ﺹ‬ s es dengan garis dibawah

‫ﺽ‬ d de dengan garis dibawah

v
‫ﻁ‬ t te dengan garis dibawah

‫ﻅ‬ z zet dengan garis dibawah

‫ﻉ‬ ‘ koma terbalik di atas hadap kanan

‫ﻍ‬ gh ge dan ha

‫ﻑ‬ f Ef

‫ﻕ‬ q Ki

‫ﻙ‬ k Ka

‫ﻝ‬ l El

Y m Em

‫ﻥ‬ n En

‫ﻭ‬ w We

‫ﻩ‬ h Ha

‫ء‬ ' Apostrof

‫ﻱ‬ y Ye

2. Vokal Pendek

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

vi
َ◌ A/a Fathah

◌ِ I/i Kasrah

ُ◌ U/u Dammah

3. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫ﺁ‬ Â/â a dengan topi di atas

‫ﻱ‬
ْ Î/î i dengan topi di atas

‫ُﻭ‬ Û/û u dengan topi di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ‫ ﺍﻝ‬dialihaksarakan menjadi /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah

maupun qamariyyah. Contoh : ‫ ﺍﻟﺮ ﺟﺎ ﻝ‬/al-rijâl/ bukan /ar-rijâl/ dan ‫ ﺍﻟﻀﺤﻰ‬/

al-duhâ/ bukan /ad-duhâ

5. Tanda Syaddah (Tasydîd)

Tanda syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda (- َ◌--) dalam alih aksara ini dilambangkan

dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

vii
syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata ‫ ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺓ‬tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-

darûrah, demikian seterusnya.

6. Kata yang diwaqafkan (di akhir kata atau kalimat)

Kata yang diwaqafkan adalah kata yang harakat akhirnya tidak dibaca,

baik yang berada di akhir kalimat atau di tengah kalimat. Untuk kata bahasa

Arab yang dialihaksarakan ke kata bahasa Indonesia dalam posisi waqaf

maka harakat akhir tidak dituliskan. Contohnya, ُY‫ ﺍﺍﻗُ ْﺮﺁﻥُ ﺍﻟﻜ َِﺮ ْﻳ‬maka ditulis al-

qur’ân al-karîm bukan al-qur’ânul kariimu.

7. Ta Marbûtah

Transliterasi untuk ta marbûtah ada dua:

a. Ta marbûtah hidup

Ta marbûtah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah,

dan dammah ditransliterasikan dengan huruf /t/.

b. Ta marbûtah mati

Ta marbûtah yang mati atau mendapat harakat sukun

ditransliterasikan dengan huruf /h/.

Berkaitan dengan transliterasi ini, jika huruf ta marbûtah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut ditransliterasikan menjadi

huruf /h/ (lihat contoh 3 di bawah). Hal yang sama juga jika ta marbûtah

tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah). Namun, jika

huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

ditransliterasikan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 1). Contoh penulisannya:

viii
‫ ﺭﻭﺿﺔ ﺍﻷ ﻁﻔﺎﻝ‬ditransliterasi menjadi rawdat al-athfâl bukan rawdatul atfâl

‫ـﺪـﻴﻨﺔ ﺍﻷﻁﻔﺎﻝ‬Y‫ ﺍﻟ‬ditransliterasi menjadi al-madînah al-munawwarah bukan al-

madînatul munawwarah

‫ﻁﻠـﺤﺔ‬ ditransliterasi menjadi talhah

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’I), kata benda (‘ism), maupun huruf

(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas

kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan diatas:

Kata Arab Alih Aksara

ُ‫َﺐ ﺍﻻُﺳﺘَﺎﺫ‬
َ ‫ﺫَ ﻫ‬ dzahaba al-‘ustâdzu

‫ﺛَ َﺒﺖَ ﺍﻻﺟﺮ‬ tsabata al-‘ajru

‫ﺍﻟﺤﺮﻛﺔﺍﺍﻟﻌﺼﺮﻳﺔ‬ al-harakah al-‘asriyyah


ّ ‫ﺃﺷﻬﺪﺍﻥ ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻ‬ ‘asyhadu ‘an lâ ‘ilâha ‘illâ Allâh

‫ﺍﻵﻳﺎ ﺕ ﺍﻟﻜﻮﻧﻴﺔ‬ al-‘âyât al-kawniyyah

ix
ABSTRAK

Rijal Patih Hanan


Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Wudhu Mata Peljaran Fiqih di MTs Al-Asyirotul Khaeriyah Kecamatan
Pakuhaji Kabupaten Tangerang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh


metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa di MTs Al-Asyirotul Khaeriyah
Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang
Populasi sebanyak 48 peserta didik kelas VII MTs Al-Asyirotul
Kahaeriyah. Kemudian diambil sampel yaitu sebanyak 44 responden, data
penelitian ini diambil dari angket yang di isi oleh siswa sebanyak sepuluh butir,
pertanyaan untuk variabel x (metode demonstrasi) dengan pilihan jawaban
sebanyak 5 pilihan. Sedangkan variabel y (hasil belajar siswa) dengan pilihan
jawaban sebanyak 5 pilihan
Metode yang di gunakan adalah metode deskriptif, dengan menggunakan
rumusan product momen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, terdapat
pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada materi wudhu
mata pelajaran fiqih di MTs Al-Asyirotul Khaeriyah kecamatan pakuhaji
kabupaten tangerang yang signifikan. Dengan pembuktian hasil thitung adalah 7,11
lebih besar dari ttabel yaitu 2,018, untuk tingkat kesalahan 5% dan nilai koefisien
korelasinya sebesar 0,74 dan ini masuk dalam interval kofisien 0,60 – 0,799 yang
artinya masuk dalam tingkatan korelasi yang kuat, kemudian tingkatan
pengaruhnya sebesar 54%, adapun sisanya 46% hasil belajar peserta didik
dipengaruhi oleh faktor lain.

x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT ,

Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Beserta

keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Saya sangat merasa

bersyukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan hidayah serta taufikNya

kepada saya pribadi sehingga skripsi saya untuk bahan penelitian dalam rangka

penulisan skripsi program studi sarjana (S-1) yang berjudul “Pengaruh Metode

Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Wudhu Mata Pelajaran

Fiqih di MTs AL-Asyirotul Khaeriyah Pakuhaji Kabupaten Tangerang” Serta

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, Dipl., RSL., M.Pd selaku Rektor

Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang.

2. Bapak Dr. Karmawan M.A Selaku Dekan FAI Universitas Islam Syekh

Yusuf Tangerang.

3. Bapak Irawan, S.Pd.I., M.Pd.I Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang.

4. Bapak Irawan, S.Pd.I., M.Pd.I Selaku Dosen Pembimbing I.

5. Bapak Muhammad Mas’ud, M.Ag Selaku Dosen Pembimbing II.

6. Bapak Kepala MTs Al-Asyirotul Khaeriyah Pakuhaji.

7. Bapak dan Ibu Dosen FAI yang selalu ikhlas mengajarkan ilmu-ilmunya

kepada saya.

8. Orang Tua saya yang selalu mendoakan dan membimbing saya dengan rasa

penuh kasih sayang.

xi
9. Teman-teman angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat dalam

mengerjakan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya pribadi maupun pembaca, dan bagi

perpustakaan UNIS. Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk lebih menyempurnakan skripsi ini, agar skripsi ini baik pada

masa yang akan datang.

Tangerang, 3 Maret 2018

Penulis

xii
DAFTAR ISI

LEBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii

LEBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN ........................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ................................................v

ABSTRAK .............................................................................................................x

KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xxi

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................1

1.2. Identifikasi Masalah ..........................................................................................5

1.3. Pembatasan Masalah .........................................................................................6

1.4. Perumusan Masalah ..........................................................................................6

1.5. Tujuan Penelitian .............................................................................................7

1.6. Kegunaan Penelitian..........................................................................................7

1.7. Kerangka Penelitian .........................................................................................8

1.7.1. Konsep Pendidikan Agama Islam ....................................................8

1.7.2. Metode Demonstrasi .......................................................................9

1.7.3. Hasil Belajar ....................................................................................9

xiii
1.8. Hipotesis ........................................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12

2.1. Teori Pendidikan ...............................................................................12

2.1.1. Pengertian Pendidikan .............................................................12

2.1.2. Pengertian Pendidikan Islam ....................................................13

2.1.3. Tujuan Pendidikan ...................................................................13

2.2. Metode Demonstrasi .........................................................................14

2.2.1. Pengertian Metode Demonstrasi ..............................................14

2.2.2. Pengertian Metode Demonstrasi ..............................................15

2.2.3. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi ...........17

2.2.4. Kelebihan Menggunakan Metode Demonstrasi ......................18

2.2.5. Kelemahan Menggunakan Metode Demonstrasi .....................19

2.3. Hasil Belajar ......................................................................................21

2.3.1. Pengertian Hasil Belajar ...........................................................21

2.3.2. Pengertian Ranah Kognitif .......................................................22

2.3.3. Pengertian Ranah Afektif ........................................................24

2.3.4. Pengertian Ranah Psikomotorik .............................................26

2.3.5.Pengertian Fiqih .........................................................................27

2.3.6. Tujuan Pembelajaran Fiqih .......................................................28

2.3.7. Ruang Lingkup Materi Fiqih ....................................................29

2.4. Materi Fiqih.......................................................................................30

2.4.1. Wudhu... ...................................................................................30

2.4.2. Rukun Wudhu.. .........................................................................30

xiv
2.4.3. Sunah Wudhu... ........................................................................32

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................36

3.1. Pengertian Metode Penelitian .........................................................36

3.2. Disain Penelitian ..............................................................................36

3.3. Oprasional Variabel .........................................................................37

3.4. Populasi dan Sampel ........................................................................40

3.4.1. Populasi ................................................................................40

3.4.2. Sampel.. .................................................................................41

3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ................................................42

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data ...................................................42

3.5.2. Alat Pengumpulan Data ........................................................43

3.6. Teknik Analisis Data ......................................................................44

3.7. Hipotesis Statistik... ........................................................................47

3.8. Lokasi dan Jadwal Penelitian ........................................................48

3.8.1 Lokasi Penelitian ....................................................................48

3.8.2 Jadwal Penelitan ....................................................................48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMAHASAN ......................................51

4.1. Hasil Penelitian ...............................................................................51

4.1.1. Profil Sekolah .......................................................................51

4.1.2. Visi dan Misi Sekolah...........................................................52

4.1.3. Keadaan Guru .......................................................................53

4.1.4. Keadaan Siswa .......................................................................54

4.1.5. Keadaan Sarana dan Prasarana ..............................................54

xv
4.1.6. Deskripsi Data ......................................................................55

4.1.7. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................74

4.1.8. Pengujian Hipotesis ..............................................................78

BAB V PENUTUP ................................................................................................14

5.1. Kesimpulan ........................................................................................80

5.2. Saran-Saran ........................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................82

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Daftar Pertanyaan

Lampiran Data Skor Penelitian

Lampiran Tabel, Gambar, Diagram

Lampiran Analisis Statistik Data

Lampiran Ijin Penelitian

Lampiran Kartu Bimbingan

Lampiran Daftar Riwayat Hidup Penulis

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi oprasional Variabel ..............................................................37

Tabel 2 Jumlah Populasi .................................................................................39

Tabel 3 Jumlah Sampel ...................................................................................41

Tabel 4 Skor Jawaban Angka ..........................................................................43

Tabel 5 Jadwal Penelitian ...............................................................................47

Tabel 6 Profil Sekolah .....................................................................................48

Tabel 7 Data Guru ...........................................................................................49

Tabel 8 Jumlah Siswa ......................................................................................51

Tabel 9 Jumlah Ruangan .................................................................................51

Tabel 10 Frekuensi Data Metode Demonstrasi .................................................52

Tabel 11 Guru menjelaskan materi wudhu dengan cara mencontohkannya. .....56

Tabel 12 Guru menggunakan praktek langsung pada materi wudhu ................57

Tabel 13 Dengan praktek wudhu adalah cara yang mudah untuk memahami

oleh siswa ............................................................................................58

Tabel 14 Setelag guru menjelaskan materi siswa langsung mencoba dan

memperaktekan wudhu ......................................................................58

Tabel 15 Guru telah menyampaikan materi wudhu dengan baik dan mudah

kepada siswa .......................................................................................59

Tabel 16 Siswa mudah memahami materi wudhu dengan cara praktek ............60

Tabel 17 Siswa akan lebih mudah memahami pelajaran dengan langsung

praktek wudhu ....................................................................................60

Tabel 18 Suasana belajar fiqih lebih baik dengan cara praktek wudhu .............61

xvii
Tabel 19 Dengan cara memperaktekan wudhu kebersamaan siswa akan lebih

baik .....................................................................................................61

Tabel 20 Dengan cara pembelajaran wudhu membuat saya datang lebih awal ke

sekolah ................................................................................................62

Tabel 21 Pemahaman peserta didik lebih bertambah ketika materi wudhu

diperaktekan secara langsung .............................................................65

Tabel 22 Dengan memperaktekan wudhu pemahaman siswa semakin bertambah

.............................................................................................................66

Tabel 23 Saya sudah memahami materi wudhu dengan secara praktek .............66

Tabel 24 Siswa yang aktif saat praktek wudhu maka pengetahuannya akan

bertambah ...........................................................................................67

Tabel 25 Dengan adanya praktek wudhu akan menghasilkan sikap sosial yang

baik antara teman ................................................................................67

Tabel 26 Dengan adanya praktek wudhu membuat siswa semangat belajar pada

saat materi wudhu................................................................................68

Tabel 27 Dengan melakukan praktek wudhu membuat siswa lebih kreatif dalam

memahami materi wudhu ....................................................................68

Tabel 28 Saya memiliki pengalaman baru saat mempelajari materi wudhu

dengan cara praktek .............................................................................69

Tabel 29 Saya lebih tahu kekurangan dan kesalahan saat wudhu adanya metode

demonstrasi..........................................................................................70

Tabel 30 Saya lebih percaya diri melakukan wudhu dengan cara praktek ........70

Tabel 31 Interpretasi Terhadap Koefisiensi Korelasi .........................................74

xviii
DAFTAR GAMBAR

Tabel 1 Kerangka Penelitian ...............................................................................43

Tabel 2 Rumus Regresi Linier ...........................................................................44

Tabel 3 Rumus Mean ..........................................................................................44

Tabel 4 Rumus Product Moment ........................................................................45

Tabel 5 Rumus Detrminasi..................................................................................45

Tabel 6 Rumus Uji Product Moment ..................................................................46

xix
DAFTAR GRAFIK

Tabel 1 Frekuensi Data Metode Demonstrasi .....................................................55

Tabel 2 Frekuensi Data Metode Demonstrasi .....................................................65

Tabel 3 Nilai Regresi Linier Sederhana.. ............................................................73

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian .......................................................................82

Lampiran 2 Skor Variabel x (Metode Demonstrasi) ...........................................85

Lampiran 3 Skor Variabel Y (Hasil Belajar Siswa) ............................................87

Lampiran 4 Rekapitulasi Nilai Data Angket (xy) ...............................................89

Lampiran 5 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................91

Lampiran 6 Tabel Pengambilan Sampel isaac dan michael ................................97

Lampiran 8 Tabel t ..............................................................................................98

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian .......................................................................99

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian .........................................................100

Lampiran 7 Kartu Bimbingan dan Konsultasi Skripsi .....................................101

Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup ..................................................................102

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pengembangan dan pembinaan manusia seutuhnya,

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk keperibadian

seseorang agar menjadi individu yang baik, baik dalam berfikir maupun baik

dalam tingkah laku, pendidikan merupakan proses pertumbuhan fisik dan mental

seorang anak yang didorong oleh faktor-faktor yang terdapat dalam diri dan luar

diri manusia untuk tumbuh berkembang secara wajar, seimbang dan terpadu.

Dalam hal ini guru dapat diartikan sebagai proses dalam diri anak, yaitu suatu

proses pemberian kesempatan dan bantuan dalam pertumbuhan dan

perkembangan potensi-potensi yang ada dalam diri masing-masing anak yang

secara pribadi berbeda-beda. Hal itu adalah fitrah manusia yang Allah SWT

berikan kepada manusia sejak lahir.

Jelasnya, bahwa setiap anak sudah memiliki potensi sejak lahir. Potensi

anak akan lebih berkembang dan meningkat apabila dibantu oleh proses

Pendidikan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi anak yang sudah

tertanam dalam masing-masing diri anak itu sendiri.

1
2

Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang

ikut berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang bersifat

potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu seorang guru harus berperan

aktif dan menemukan kedudukannya sebagai tenaga professional. Dengan kata

lain, setiap guru mempunyai peranan penting yaitu tanggung jawab untuk

membawa para siswa menuju ke arah kedewasaan atau ke arah kematangan

tertentu.

Sebagai pendidik guru harus dapat menempatkan dirinya menjadi

pengarah dan Pembina pengembangan bakat dan kemampunan mendidik tersebut

dengan baik dan benar ia harus berusaha membentuk keperibadian siswa agar

menjadi manusia dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan

dan mengamalkannya untuk kesejahtraan manusia. Dengan demikian guru

memiliki posisi dan peranan penting dalam Pendidikan yang sangat

mempengaruhi keberhasilan Pendidikan. Keberhasilan seorang guru dalam

mendidik ditentukan oleh banyak faktornya antra lain metode ketika mengajar.

Secara etimologi metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah

thariqah yang berarti langkah-langkah strategi yang dipersiapkan untuk

melakukan sesuatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode

itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan

sikap mental dan keperibadian agar siswa menerima pelajaran dengan mudah,

efektif dan dapat dicerna dengan baik.1

1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Pusat:Kalam Mulia, 2018), h.271
3

Karena metode mengajar merupakan komponen dari proses Pendidikan

yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam mengajar. Oleh karena itu dalam

suatu pendidikan diperlukan pengetahuan dalam melaksanakan metode tersebut

agar setiap pendidikan memperoleh pengertian dan kemampuan dalam mendidik,

terutama dalam mendidik pendidikan islam, yang dilengkapi dengan pengetahuan

dan kemampuan seorang guru.

Dalam dunia pendidikan, tentunya kita telah mengenal beberapa metode

dalam mengajar. Mulai dari metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, tanya

jawab, demonstrasi dan lain sebagainya dari sekian banyak macam metode yang

ada, dapat digunakan dalam situasi pengajaran yang sesuai. Banyak macam jenis

metode tersebut disebabkan metode itu sendiri dipengaruhi oleh banyaknya faktor.

Faktor-faktor itu mungkin. berupa situasi dan kondisi, oleh karena itu

dalam proses belajar mengajar tidaklah cukup menggunakan satu metode yang

dipakai terus menerus, tetapi dalam proses belajar mengajar guru harus dapat

menggunakan bermacam-macam metode dalam melakukan pengajaran, karena

berkemungkinan pada suatu waktu guru menemukan mata pelajaran yang

mengharuskan penggunaan metode yang berbeda sehingga memudahkan siswa

dalam memahami pelajaran tersebut.

Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus dapat membuat siswa

mudah memahami pelajaran yang didapatnya terutama dalam mata pelajaran

fiqih, karena mata pelajaran fiqih mempunyai tingkat kesulitan dalam memahami

materi-materi yang ada, oleh karena itu seorang guru harus kaya akan metode-
4

metode yang akan dipakai ketika menjelaskan materi-materi yang cukup sulit

dimengerti terutama dalam mata pelajaran fiqih dalam materi wudhu.

Selain untuk untuk tercapainya pemahaman yang baik dalam pembelajaran

fiqih pada materi wudhu, pelaksanaan wudhu sangatlah penting dikarenakan

wudhu berkaitan dengan syarat sahnya sahnya pelaksanaan ibadah salat,

ditegaskan dalam Al- Qur’an :

ْ‫ﺴ ُﺤﻮﺍ‬ َ ۡ‫ﻖ َﻭٱﻣ‬ ‫﴿ ٰ َٓﻳﺄ َ ﱡﻳ َﻬﺎ ٱ ﱠﻟﺬِﻳﻦَ َءﺍ َﻣﻨُ ٓﻮﺍْ ِﺇﺫَﺍ ﻗُﻤۡ ﺘ ُ ۡﻢ ِﺇ َﻟﻰ ٱﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺼ َﻠ ٰﻮﺓِ َﻓﭑ ۡﻏ ِﺴﻠُﻮﺍْ ُﻭ ُﺟﻮ َﻫ ُﻜ ۡﻢ َﻭﺃَ ۡﻳ ِﺪ َﻳ ُﻜ ۡﻢ ِﺇ َﻟﻰ ٱ ۡﻟ َﻤ َﺮﺍ ِﻓ‬
‫ﺳﻔ ٍَﺮ ﺃَ ۡﻭ‬ ۚ ‫ﺑﺮءﻭ ِﺳ ُﻜ ۡﻢ ﻭﺃَ ۡﺭ ُﺟ َﻠ ُﻜ ۡﻢ ﺇ َﻟﻰ ٱ ۡﻟﻜَﻌۡ ﺒ ۡﻴ ۚﻦ ﻭﺇﻥ ُﻛﻨﺘ ُ ۡﻢ ُﺟﻨُﺒٗ ﺎ َﻓﭑ ﱠ‬
َ ‫ﻋ َﻠ ٰﻰ‬ َ ‫ﺿ ٰ ٓﻰ ﺃَ ۡﻭ‬ َ ‫ﻁ ﱠﻬ ُﺮﻭﺍْ َﻭ ِﺇﻥ ُﻛﻨﺘُﻢ ﱠﻣ ۡﺮ‬ َِ ِ َ ِ َ ُ ُِ
ْ‫ﺴ ُﺤﻮﺍ‬ ٰ َ ۡ َ
َ ۡ‫ﻁ ِّﻴﺒٗ ﺎ َﻓﭑﻣ‬ َ ‫ﺻ ِﻌﻴﺪٗ ﺍ‬ َ ْ‫ﺴﺎ ٓ َء َﻓ َﻠ ۡﻢ ﺗ َِﺠﺪُﻭﺍْ َﻣﺎ ٓ ٗء َﻓﺘَ َﻴ ﱠﻤ ُﻤﻮﺍ‬ َ ‫ ِ ّﻣﻨ ُﻜﻢ ِ ّﻣﻦَ ٱﻟ َﻐﺎ ٓ ِﺋ ِﻂ ﺃ ۡﻭ َﻟ َﻤ ۡﺴﺘ ُ ُﻢ ٱﻟ ِّﻨ‬ٞ‫َﺟﺎ ٓ َء ﺃ َﺣﺪ‬
ُ‫ﻄ ِ ّﻬ َﺮ ُﻛ ۡﻢ َﻭ ِﻟﻴُ ِﺘ ﱠﻢ ِﻧﻌۡ َﻤﺘَ ۥﻪ‬ ٰ
َ ُ‫ﻋ َﻠ ۡﻴ ُﻜﻢ ِ ّﻣ ۡﻦ َﺣ َﺮ ٖﺝ َﻭ َﻟ ِﻜﻦ ﻳ ُِﺮﻳﺪُ ِﻟﻴ‬ َ ‫ِﺑ ُﻮ ُﺟﻮ ِﻫ ُﻜ ۡﻢ َﻭﺃَ ۡﻳﺪِﻳ ُﻜﻢ ِ ّﻣ ۡﻨ ۚﻪُ َﻣﺎ ﻳ ُِﺮﻳﺪُ ٱ ﱠ½ُ ِﻟ َﻴ ۡﺠ َﻌ َﻞ‬
[6-5:‫﴾ ] ﺍﻟﻤﺎﺋﺪﺓ‬٦ َ‫ﻋ َﻠ ۡﻴ ُﻜ ۡﻢ َﻟ َﻌ ﱠﻠ ُﻜ ۡﻢ ﺗ َۡﺸ ُﻜ ُﺮﻭﻥ‬ َ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, Apabila kamu hendak Melaksanakan salat,
maka basuhlah Wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih): sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur” (QS Al Maidah (5):6).

Dalam fenomena kejadian pada saat ini banyak seorang gurung kurang

akan penerapan metode dalam kegiatan belajar mengajar yang mengakibatkan

kurangnya pemahaman yang siswa dapatkan sehingga hasil belajar siswa menjadi

menurun, Kurangnya penerapkan metode tersebut dilandaskan oleh banyak hal

antara diantaranya guru kurang memahami metode ataupun guru kurang memiliki

kretifitas dalam belajar mengajar.

Oleh karena itu penulis ingin menerapkan metode demonstrasi yang akan

dilakukan oleh guru sehingga siswa akan lebih memahami dan lebih mengerti

materi wudhu.
5

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, ada

beberapa masalah yang dapat di identifikasikan yaitu sebagai berikut:

1.2.1 Kurangnya penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.

1.2.2 Kurangnya hasil belajar siswa pada materi wudhu matapelajaran fiqih.

1.2.3 Kurangnya guru dalam menguasai kelas sehingga siswa kurang

menerima apa yang disampaikan guru.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan sehubungnya dengan proses belajar

mengajar di kelas sebagai usaha pencapaian tujuan Pendidikan seperti yang ada

dalam identifikasi masalah di atas dan agar penelitian ini lebih maksimal maka

pembatasan masalah yang akan ditelitinya itu pada masalah:

1.3.1 Penerapan Metode demonstrasi dalam mata pelajaran fiqih di Kelas

VII MTs AL-Asyirotul Khaeriyah Pakuhaji Kabupaten Tangerang.

1.3.2 Peningkatan hasil belajar siswa di Kelas VII MTs AL-Asyirotul

Khaeriyah Pakuhaji Kabupaten Tangerang.

1.3.3 Pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar mata pelajaran

fiqih di Kelas VII MTs AL-Asyirotul Khaeriyah Pakuhaji

Kabupaten Tangerang.
6

1.4. Perumusan Masalah

1.4.1 Bagaimana penerapan Metode demonstrasi pada mata pelajaran

fiqih di MTs AL-Asyirotul Khaeriyah Pakuhaji Kabupaten

Tangerang?

1.4.2 Bagaimana hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran fiqih

melalui Metode Demonstrasi di MTs AL-Asyirotul Khaeriyah

Pakuhaji Kabupaten Tangerang?

1.4.3 Bagaimana pengaruh metode demonstrasi terjadap hasil belajar

siswa di MTs AL-Asyirotul Khaeriyah Pakuhaji Kabupaten

Tangerang?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian adalah:

1.5.1 Untuk mengetahui penerapan hasil belajar dengan menggunakan

metode demonstrasi.

1.5.2 Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

demonstrasi.

1.5.3 Untuk mengetahui mengetahui pengaruh metode demonstrasi

terhadap hasil belajar siswa materi wudhu mata pelajaran fiqih.

1.6. Kegunaan Penelitian


7

Kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah refrensi teori mengenal

metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih di MTs AL-Asyirotul Khaeriyah

Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang. secara praktis manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk mengembangkan

khususnya dalam materi wudhu mata pelajaran fiqih di MTs AL-Asyirotul

Khaeriyah Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis : hasil penelitian dapat membawa wawasan penulis dalam

merancang metode penelitian dan sekaligus pelaksanaan pembelajaran

khususnya penggunaan metode demonstrasi di MTs.

b. Bagu Guru : hasil penelitian ini diharuskan dapat membantu guru

dalam mengoptimalkan pembelajaran yang lebih efektif.

c. Bagi Sekolah : hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam

membina guru untuk meningkatkan proses pembelajaran sehingga

secara tidak langsung akan memperbaiki kualitas pendidikan dan

membelajaran di Madrasah Tsanawiyah.

1.7. Kerangka Penelitian

1.7.1 Konsep Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agaman Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama

Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan


8

memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

kesatuan nasional.2

1.7.2 Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan

memperagakan atau mempertunjukan kepada peserta didik suatu suatu

proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk

tiruan yang dipertunjukan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli

dalam topik bahasan.

1.7.3 Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik dalam memenuhi

suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi

dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang

perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan

kegiatan belajar yang dikaji. Hasil belajar biasa berbentuk pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap.3

2
Akmal Hawi, Kopetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
cet, ke-1, h. 19
3
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta:Raja Grafindo Persada), h.229
9

rxy
x Y
Sebagai Variabel Bebas Sebagai Variabel Terkait
(X) (Y)

(Epsilon)
Gambar 1.1

Kerangka Penelitian

Keterangan :

X = Variabel bebas, yaitu Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap

Materi Wudhu Dalam Pelajaran Fiqih.

Y = Variabel terkait yaitu Hasil Belajar Pelajaran Fiqih terhadap

Materi Wudhu Dalam Pelajaran Fiqih.

€ = Variabel berdistribusi normal yang tidak termasuk dalam

penelitian.

Rxy = Hubungan variabel bebas dan variabel terkait.

1.8. Hipotesis

Untuk mengetahui gambaran jawaban yang bersifat sementara dari

penelitian ini diperlukan hipotesis, sebagaimana penjelasan Sugiyono dalam

bukunya “Konsep Dasar Pengujian Hipotesis” yaitu: Hipotesis dapat di artikan


10

sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul.4

Dengan memperhatikan latar belakang dan pembahasan masalah serta

kajian litaratur yang terkait dapat di ajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha: Ada pengaruh metode demonstrasi terhadapt hasil belajar dalam mata

pelajaran fiqih dalam materi wudhu di MTs Al-Asyirotul Khaeriyah

Pakuhaji Kabupaten Tangerang.

Ho: Tidak ada pengaruh metode demonstrasi terhadapt hasil belajar dalam mata

pelajaran fikih dalam materi wudhu di MTs Al-Asyirotul Khaeriyah

Pakuhaji Kabupaten Tangerang.

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta,cv,
2008), h. 159
11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pendidikan

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Dalam bahasa indonesia, istilah pendidikan berasal dan kata “didik”

dengan memberikan awalan “pe” dan akhir “an”, mengandung arti “perbuatan”

(hal, cara dan sebagainya).5 Kata pendidikan berasal dari bahasa yunani

paedagogos yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Dalam paedagogos adanya

seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaanya

mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal

dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan

yang mulainya berarti “rendah” (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk

pekerjaan mulia. Peadagog (pendidikan atau ahli didik) ialah seseorang yang

tugasnya membimbing anak.6

Dalam Dictionary of Education, pendidikan merupakan (a) proses

seseorang mengembangkan kemampuannya, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah

laku lainnya dalam masyarakat tempat dia hidup, (b) proses sosial yang

menghadapkan seseorang pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol

(khusus yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan

5
Poerwardaminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustak, 1976),
h. 250
6
M. Nagalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1998), h. 3

11
11
12

mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang

optimum.7

2.1.2. Pengertian Pendidikan Islam

Menurut bahasa (lughatan)/ etimology dalam konteks Islam, pendidikan

secara bahasa (lughatan) ada tiga kata yang digunakan. Ketiga kata tersebut, yaitu

(1) “at-tarbiyah, (2) “at-ta’lim”, dan (3)”at-ta’dib”. Ketiga kata tersebut memiliki

makna yang saling berbaitan saling cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam

islam. Ketiga kata itu mengandung makna yang amat dalam, menyangkut manusia

dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling

berkaitan satu sama lainnya.

Term at-tarbiyah ( ‫ )ﺍﺍﺗﺮﺑﻴﺔ‬berakar dan tiga kata, yakni pertama, berasal dan

kata rabba yarbu ( ‫ﻳﺭ‬-‫ )ﺭﺑﺎ‬yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua, berasal dari

kata rabiya yarbi. (‫ﻳﺭﺑﻲ‬-‫)ﺭﺑﻲ‬, yang artinya tumbuh dan berkembang . Ketiga,

berasal dan kata rabba yarubbu (‫ﻳﺭﺏ‬-‫ )ﺭﺏ‬yang artinya, memperbaiki,

membimbing, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.8

2.1.3. Tujuan Pendidikan Islam

Abu Ahmadi mengatakan bahwa tahapan-tahapan tujuan pendidikan Islam

adalah:

77
Udun Syaefudin Sa’ud & Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan: Suatu
Pendekatan Komperehensif, (Bandung: Remaja Rosdakarya bersama UPI, Cetakan Ketiga, 2007),
h. 5
8
Al Raghib Al-Isfahany, Mu’jam al-Mufradat Alfazh al-Qu’an, (Bairud: Dar al-Fikr, tt),
h. 189
13

a. Tujuan tertinggi

b. Tujuan umum

c. Tujuan khusus

d. Tujuan sementara

1. Tujuan Tertinggi/ Terakhir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum,

karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran

mutlak dan universal. Tujuan tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan

tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Tuhan.

2. Tujuan Umum Pendidikan Islam

Tujuan umum pendidikan agama Islam diarahkan untuk mencapai

pertumbuhan keseimbangan keperibadian manusia menyeluruh, melalui

latihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan, dan penghayatan lahir.

Karena itu pendidikan harus menyiapkan pertumbuhan manusia dalm segi:

spiritual, intelektual, imajinatif, jasmani, ilmiah, lingkuistik, baik individu

maupun kolektif, dan semua itu didasari oleh motivasi mencapai kebaikan

dan perfeksi. Tujuan akhir pendidikan muslim itu terletak pada (aktifitas)

merealisasikan pengabdian kemanusiaan seluruhnya.9

3. Tujuan Khusus

Tujuan khusus ialah pengkhususan atau oprasionalisasi tujuan tertinggi/

terakhir dan tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat

relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu

9
Achmadi, Islam Sebagai Pradigma Ilmu Pendidikan (Yogyakarta Aditia Media, 1992),
h. 66
14

sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada

kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu.10

Tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai setelah

anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam

suatu kurikulum pendidikan formal. Lebih lanjut dikatakan bahwa, tujuan

oprasional dalam bentuk pembelajaran yang dikembangkan menjadi tujuan

pembelajaran umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan

sementara dengan sifat yang agak berbeda.11

2.2. Metode Demonstrasi

2.2.1. Pengertian Metode

Secara etimologi metode dalam dalam bahasa arab, dikenal dengan istilah

thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk

melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode

itu harus diwuhudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan

sikap mental dan keperibadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan

mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.

Secara terminologi para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:

a. Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan

yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan

b. Abd. Al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-

cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.

10
Achmadi, Islam Sebagai Pradigma..., h. 70
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 31
15

Pengertian Metode Menurut arti bahasa “metode” ialah cara sistematis

dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan (Tim Prima Pena, tt, 448)

“Metode” dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Ahariqah yang berarti

langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan pekerjaan.” (Ramayulis,

2008: 2) Sedangkan menurut istilah, metode adalah cara atau jalan yang harus

ditempuh / dilalui untuk mencapai tujuan (ramayulis, 2008: 3) Dengan demikian

dapat dipertegass bahwa metode ialah cara sistematis dan terpikir dengan baik

untuk dilaksanakan dalam mencapai tujuan.

2.2.2. Pengertian Metode Demonstrasi

Pengertian metode demonstrasi pada dasarnya merupakan metode

mengajar yang berusaha untuk mengkombinasikan cara-cara penjelasan lisan

seperti metode ceramah dengan perbuatan yang berusaha membuktikan atau

memperagakan dengan alat apa yang dijelaskan secara lisan. Dalam metode

demonstrasi ada tiga hal yang ditonjolkan, yaitu jenis pekerjaan atau

keterampilan, cara pengerjaan, dan alat alat untuk pengerjaannya.

Hal-hal yang perlu ditempuh dalam demonstrasi antara lain: a)

Menentukan program demonstrasi yang akan dilakukan, dan memahami serta

mencoba program tersebut sematang mungkin; b) Menyampaikan pokok-pokok

dari kegiatan demonstrasi tersebut, dan apa tujuannya; c) Mempersiapkan

peralatan yang akan diperlukan sebaik dan semenarik mungkin; d) Melakukan

demonstrasi sebaik mungkin sesuai dengan daya tangkap dan daya ingat peserta;

e) Mengadakan evaluasi pada hasil demonstrasi melalui suatu diskusi pendek.


16

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi antara

lain: a) Menciptakan demonstrasi sejelas dan semenarik mungkin; b)

Mengupayakan dengan demonstrasi tersebut peserta dapat mengikutinya; c)

Menggunakan waktu demonstrasi tersebut seefisien mungkin sehingga tidak

membuat peserta bosan; d) Melakukan diskusi pendek sehingga dapat

mengevaluasi keberhasilan dari demonstrasi tersebut.12

Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Hadist sabda Rasulullah SAW.

‫ﺼ ﱠﻠﻰ‬ َ ‫ﺳ ﱠﻠ َﻢ َﺩ َﺧ َﻞ ْﺍﻟ َﻤﺴ ِْﺠ َﺪ َﻓ َﺪ َﺧ َﻞ َﺭ ُﺟ ٌﻞ َﻓ‬ َ ‫ﻋ َﻠ ْﻴ ِﻪ َﻭ‬


َ ُ• ‫ﺻ ﱠﻠﻰ ﱠ‬ َ • ِ ‫ﺳﻮ َﻝ ﱠ‬ ُ ‫ﻋ ْﻦ ﺃَ ِﺑﻲ ﻫ َُﺮﻳ َْﺮﺓَ ﺃَ ﱠﻥ َﺭ‬ َ ‫ﻋ ْﻦ ﺃَ ِﺑﻴ ِﻪ‬ َ
‫ﺼ ِﻠﻲ َﻛ َﻤﺎ‬ ّ َ ُ‫ﺼ ِّﻞ َﻓ َﺮ َﺟ َﻊ ﻳ‬ َ ُ ‫ﺼ ِّﻞ َﻓﺈِ ﱠﻧﻚَ َﻟ ْﻢ ﺗ‬
َ ‫ﺍﺭ ِﺟ ْﻊ َﻓ‬ ْ ‫ﺳﻠ َﻢ َﻓ َﺮﺩﱠ َﻭ َﻗﺎ َﻝ‬‫ﱠ‬ َ ‫ﻋ َﻠ ْﻴ ِﻪ َﻭ‬
َ ُ• ‫ﺻﻠﻰ ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ ِ‫ﻲ‬ ّ ‫ﻋ َﻠﻰ ﺍﻟ ﱠﻨ ِﺒ‬ ‫ﱠ‬
َ ‫ﺴﻠ َﻢ‬ َ ‫َﻓ‬
‫ﺼ ِّﻞ ﺛَ َﻼﺛًﺎ َﻓ َﻘﺎ َﻝ‬
َ ُ ‫ﺼ ِّﻞ َﻓﺈِ ﱠﻧﻚَ َﻟ ْﻢ ﺗ‬ َ ‫ﺍﺭ ِﺟ ْﻊ َﻓ‬ ْ ‫ﺳ ﱠﻠ َﻢ َﻓ َﻘﺎ َﻝ‬
َ ‫ﻋ َﻠ ْﻴ ِﻪ َﻭ‬ ‫ﺻ ﱠﻠﻰ ﱠ‬
َ ُ• َ ِ‫ﻲ‬ ّ ‫ﻋ َﻠﻰ ﺍﻟ ﱠﻨ ِﺒ‬َ ‫ﺴ ﱠﻠ َﻢ‬ َ ‫ﺻ ﱠﻠﻰ ﺛ ُ ﱠﻢ َﺟﺎ َء َﻓ‬ َ
ْ
‫ﺼ َﻼ ِﺓ َﻓ َﻜ ِّﺒ ْﺮ ﺛ ُ ﱠﻢ ﺍ ْﻗ َﺮﺃ َﻣﺎ ﺗَ َﻴﺴ َﱠﺮ‬‫ﻏﻴ َْﺮﻩُ َﻓ َﻌ ِّﻠ ْﻤ ِﻨﻲ َﻓ َﻘﺎ َﻝ ِﺇﺫَﺍ ﻗُ ْﻤﺖَ ِﺇ َﻟﻰ ﺍﻟ ﱠ‬ َ ُ‫ﻖ َﻣﺎ ﺃﺣْ ِﺴﻦ‬ ُ ِ ّ ‫َﻭﺍ ﱠﻟﺬِﻱ َﺑ َﻌﺜَﻚَ ِﺑ ْﺎﻟ َﺤ‬
ْ ‫ﺍﺭ َﻓ ْﻊ َﺣﺘﱠﻰ ﺗَ ْﻌ ِﺪ َﻝ َﻗﺎ ِﺋ ًﻤﺎ ﺛ ُ ﱠﻢ ﺍ ْﺳ ُﺠ ْﺪ َﺣﺘﱠﻰ ﺗ‬
‫َﻄ َﻤ ِﺌ ﱠﻦ‬ ْ ‫ﺍﺭﻛ َْﻊ َﺣﺘﱠﻰ ﺗ‬
ْ ‫َﻄ َﻤ ِﺌ ﱠﻦ َﺭﺍ ِﻛ ًﻌﺎ ﺛ ُ ﱠﻢ‬ ْ ‫ﺁﻥ ﺛ ُ ﱠﻢ‬ ِ ‫َﻣ َﻌﻚَ ِﻣ ْﻦ ْﺍﻟﻘُ ْﺮ‬
13
(‫ﺻ َﻼﺗِﻚَ ُﻛ ِّﻠ َﻬﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬ َ ‫ﺴﺎ َﻭﺍ ْﻓ َﻌ ْﻞ ﺫَﻟِﻚَ ِﻓﻲ‬ ً ‫َﻄ َﻤ ِﺌ ﱠﻦ َﺟﺎ ِﻟ‬ْ ‫ﺍﺭ َﻓ ْﻊ َﺣﺘﱠﻰ ﺗ‬ ْ ‫ﺎﺟﺪًﺍ ﺛ ُ ﱠﻢ‬
ِ ‫ﺳ‬ َ
Artinya:
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke
masjid, kemudian ada seorang laki-laki masuk Masjid lalu shalat. Kemudian
mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menjawab
dan berkata kepadanya, “Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum
shalat!” Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama
tadi. Lalu datang menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
memberi salam. Namun Beliau kembali berkata: “Kembalilah dan ulangi shalatmu
karena kamu belum shalat!” Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali
hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata, “Demi Dzat yang mengutus anda
dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarkkanlah
aku!” Beliau lantas berkata: “Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah
dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qur’an kemudian
rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan thuma’ninah (tenang), lalu bangkitlah
(dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar
thuma’ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk
dengan thuma’ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh
shalat (rakaat) mu”. [HR. Muslim (397)]14

12
Suardi Ishak “ Metode Pembelajaran Sains Dalam Persspektif Pendidikan “ jurnal
diakses pada 5 juli 2019 dari https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/islamfutura/article/view/
13
Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Naisaburi , Shahih Muslim, (Bairud: Dar al-Fikr,
tt), juz 1 h. 185, no. Hadis 397
14
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Fajar Intrapratama Mandiri,2015), h. 35
17

2.2.3. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

Mempersiapkan demonstrasi yang baik membutuhkan persiapan yang teliti

dan cermat. Sejauh mana persiapan itu dilakukan amat banyak tergantung kepada

pengalaman yang telah dilalui dan kepada macam atau demonstrasi. Ada yang

ingin disajikan secara umum dapatlah dikatakan bahwa untuk melakukan

demonstrasi yang baik diperlukan:

a. Perumusan tujuan intruksional khusus yang jelas yang meliputi sebagai

aspek, sehingga dapat diharapkan peserta didik itu akan dapat

melaksanakan kegiatan yang di demonstrasikan itu setelah pertemuan

berakhir.

b. Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi, guru sudah

mencobanya lebih dahulu agar demonstrasi itu tidak gagal pada waktunya.

c. Mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan.

d. Mempertimbangkat penggunaan alat bantu pengajaran lainnya, sesuai

dengan luasan makna dan isi dari demonstrasi.

e. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan murid. Seringkali perlu

terlebih dahulu dilakukan diskusi-diskusi dan peserta didik mencobakan

kembali atau mengadakan demonstrasi ulang untuk memperoleh

kecakapan yang lebh baik.15

2.2.4. Kelebihan Menggunakan Metode Demontrasi

15
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 31
18

a. Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik

diikut sertakan.

b. pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut memantu

pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang

bisa mengembangkan kecakapannya.

c. Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi,

peserta didik bukan saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh guru

tetapi juga memperhatikannya bahkan turut serta dalam pelaksanaan suatu

demonstrasi.

d. Pengertian lebih cepat dicapai. Peserta didik dalam menanggapi suatu

proses adalah dengan mempergunakan alat pendengaran, penglihatan, dan

bahkan dengan perbuatannya sehingga memudahkan pemahaman peserta

didik dan menghilangkan sifat verbalisme dalam belajar

e. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan dan titik yang dianggap penting

oleh guru dapat diamati oleh peserta didik seperlunya. Sewaktu

demonstrasi perhatian peserta didik hanya tertuju kepada suatu yang

demonstrasikan sebab peserta didik lebih banyak diajak mengamati proses

yang sedang berlangsung dar pada hanya semata-semata mendengar saja.

f. Mengurangi kesalahan-kesalahan.

Penjelasan secara lisan banyak menimbulkan salah faham atau salah tafsir

dari peserta didik apalagi kalau penjelasan tentang suatu proses. Tetapi

dalam demonstrasi, disamping penjelasan dengan lisan juga dapat

memberikan gambaran konkrit.


19

g. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan atau masalah dalam diri

peserta didik dapat terjawab pada waktu peserta didik megamati proses

demonstrasi.

h. Menghindari “coba-coba dan gagal” yang banyak memakan waktu belajar,

di samping praktis dan fungsional, khususnya bagi peserta didik yang

ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau jalannya

sesuatu.16

2.2.5. Kelemahan Metode Demonstrasi

a. Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidik

Untuk itu perlu persiapan yang matang

b. Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan peralatan

yang cukup.17

2.3. Hasil Belajar

2.3.1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya, Horward Kingsely membagi tiga macam

hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian,(c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi

dengan bahan yang telah di tetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne

membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) invormasi verbal, (b) keterampilan

16
Rama Yulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakata: Kalam Mulia, 2005), h.
246
17
Rama Yulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 246
20

intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e)keterampilan motoris. Dalam

sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler

maupun tujuan instruksional, menggunakan klarifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni

ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

keempat aspek berikutnya temasuk kognitiftingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerima, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi dan teralisasi.

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan berindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan

Refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c)ampuan perseptual, (d) keharmonisan

atau ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi obek penilaian hasil belajar. Di antara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam mengasai isi

bahan pengajaran.18

2.3.2. Pengertian Ranah Kognitif

18
Nana Sudrajat, Penilaian Hasil Proses Nelajar Mengajar, (Bandung:Rosdakarya, 2016), h. 23
21

a. Pengetahuan

Iistilah pengetahuan dimasudkan sebagai terjemahan dari kata Knowledge

dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tetap

sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping

pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan definisi, istilah,

pasal, dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari

segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar

dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-

konsep lainnya.

b. Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah

pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu

yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,

atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom,

kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun,

tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat

memahami, perlu lebih dahulu mengetahui atau mengenal.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi

khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ngulang

menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau

keterampilan. Satu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi
22

proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu urusan lagi yang perlu masuk,

yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generasi, yakni sesuatu yakni

yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus.

c. Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integerasi menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis

merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga

tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman

yang komprehensif dan dapat memilahnya integrasi menjadi bagian-bagian yang

teap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal yang

memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.

d. Sintetis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk penyeluruhan

disebut sistematis. Berfikir berdasarkan pengetahuan hafalan, berpikir

pemahaman, berfikir aplikasi, dan berfikir analisis dapat dipandang sebagai

berfikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berfikir devergen.

Dalam berpikir konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui

berdasarkan yang sudah dikenalinya.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, material, dll.

Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya satu kriteria atau

standar tertentu. Dalam tes esai, standar atau kriteria tersebut muncul dalam
23

bentuk frase” menurut pendapat Saudara “ atau “menurut teori tertentu”. Frase

pertama sukar diuji mutunya, setidakny-tidaknya sukar diperbandingkan atau

lingkupan variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya.

Untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan evaluasi seseorang, item

tesnya hendaklah meyebutkan kriterianya secara eksplisil.19

2.3.3. Pengertian Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perbuatannya, bila

seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil

belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak

memilih rana gognitif semata-mata. Tipe hasil ini belajar afektif tampak pada

siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran,

disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar,

dan hubungan sosial

Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afeltif harus

menjadi bagian integral dari bahan tersebut. Dan harus tampak dalam proses

belajardan hasil belajar yag dicapai oleh siswa. Oleh sebab itu, penting dinilai

hasil-hasilnya.

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.

Kategorinya dimulai dari tingkatan yang dasar atau sederhana samapai tingkatan

yang kompleks.

19
Nana Sudrajat, Penilaian Hasil Proses Nelajar Mengajar... h. 23
24

a. Revicing/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulus) dari yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,

gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima

stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang

terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,

perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada

dirinya.

c. Vakuing (penialain) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala

atau stimulasi tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesedihan

menerima nilai, latar belakang, atau pengamalan untuk menerima nilai dan

kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan proritas nilai

yang telah di milikinya. Yang termasuk kedalam organisasi ialah konsep

tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem

nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola keperibadian

dan tingkah lakunya. Kedalammnya termasuk keseluruhan nilai dan

karakteristiknya. 20

2.3.4. Pengertian Ranah Psikomotorik

20
Nana Sudrajat, Penilaian Hasil Proses Nelajar Mengajar... h. 30
25

Hasil belajar psikomotoris tempak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individual. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni :

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;

c. Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,

membedakan audiotif, motoris, dan lain-lain;

d. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks;

e. Kemampuan yang brekenaan dengan komunikasi non-decursive seperti

gerakan eksprestif dan interpretatif.21

2.3.5. Pengertian Fiqih

Ulama berpendapat bahwa di dalam syariat Islam telah terdapat segala

hukum yang mengatur semua tindakan-tindakan manusia, baik perkataan maupun

perbuatan. Hukum-hukum itu ada kalanya disebutkan secara jelas serta tegas dan

ada kalanya pula hanya kemukakan dalam bentuk dalil-dalil dan kaidah-kaidah

secara umum. Untuk memahami hukum Islam dalam membentuk yang disebut

pertama tidak diperlukan ijtihad, tetapi cukup diambil begitu saja dan diamalkan

apa adanya, karena memang sudah jelas dan tegas disebut oleh Allah SWT. .

Hukum Islam dalam bentuk ini disebut wahyu murni atau ‫ ﺍﻟﻧﺻﻭﺹ ﺍﻟﻣﻘﺩﺳﺔ‬.

adapun untuk mengetahui hukum islam dalam bentuk kedua diperlukan upaya

yang sungguh-sungguh oleh para mujtahid untuk menggali hukum yang terdapat

21
Nana Sudrajat, Penilaian Hasil Proses Nelajar Mengajar... h. 31
26

didalam nash melalui pengkajian dan pemahaman yang mendalam. Keseluruhan

hukum yang ditetapkan melalui cara seperti disebut terakhir ini disebut fiqih22

Dilihat dari sudut bahasa, fiqh berasal dari kata faqaha (‫)ﻓﻘﻪ‬ yang berarti

“memahami” dan “mengerti”.

Adapun term al-fiq yang diderivasikan dari Faqiha-Yafquha. Menurut

ibnu manzur dalam lisan al-arab adalah: “Fiqh adalahpengetahuan dan

pemahaman tentang sesuatu”. Menurut Abu Ishaq asy-Syairazi, fiqh artinya:

“Fiqh secara bahasa adalah memahami (mengetahui)sesuatu yang bersifat

sementara23

Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih dimaksudkan sebagai ilmu yang

berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang penerapannya

diucapkan melalui pemahaman yang mendalam terdapat dalil-dalilnya yang

terperinci (baca: al-Tafsir) dalam nash (Al quran dan Hadis).24

2.3.6. Tujuan Mempelajari Fiqih

Abdul Wahab Khallaf mengatakan bahwa maksud akhir yang hendak

dicapai dari ilmu fiqh adalah penerapan hukum syariat kepada amal perbuatan
25
manusia, baik tindakan maupun perkataannya. dengan mempelajarinya orang

akan tahu mana yang diperintah dan mana yang dilarang; mana yang sah dan

mana yan batal; mana yang halal dan mana yang haram, dan lain sebagainya. Ilmu

ini diharapkan muncul sebagai rujukan bagi para hakim pada setiap k

22
Abd. Al-Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Al-Majlis al-A’la al-Indonesia li
al-Dakwah al-Islamiyah, 1972) h. 11
23
Muhamad Mas’ud, S.Sy, M.Ag, Ushul Fiqih, (Bandung, Pustaka Rahmat, 2017) h. 4
24
Hasbi Al-Shiddiqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: CV. Mulia, 1967) h. 17
25
Abd. Al-Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh..., h. 14
27

eputusannya, bagi para ahli hukum di setiap pendapat dan gagasannya, dan juga

bagi setiap mukallaf-pada umumnya-dalam upaya mereka mengetahui hukum

syariat dari berbagai masalah yang terjadi akibat tindak-tanduk mereka sendir

Tujuan akhir ilmu fikih adalah untuk mencapai keridhoan Allaah SWT.,

dengan melaksanakan syariah-Nya di muka bumi ini, sebagai pedoman hidup

individual, hidup berkeluarga, maupun hidup bermasyarakat.

2.3.5. Ruang Lingkup Materi Fiqih

Ruang lingkup Materi Fiqih di MTs dalam kurikulum berbasis kompetensi

berisi pokok-pokok materi:

a. hubungan manusia dengan Allah SWT. Hubungan manusia dengan

Allah SWT meliputi materi: Thaharah, Salat, Zakat, Haji dan Umrah

Shadakah, Infak, Dadiah dan Wakaf.

b. Hubungan manusia dengan manusia. Bidang ini meliputi Muamalah,

Munakahah, Penyelenggaraan Jenazah dan Ta’ziyah, Warisan, Jinayat,

Hubbul Wathan dan Kependudukan

c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkunga.

Bidang ini mencakup materi, Memelihara kelestarian alam dan

lingkungan, Dampak kerusakan lingkungan alam terhadap kehidupan,

makanan dan minuman yang dihalalkan dan diharamkan, binatang

sembelihan dan tentunya.26

26
Departemen Agama RI, Kurikulum Berbasis Kompetensi MTs.Bidang Studi Fiqih,
(Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 3
28

2.4. Materi Fiqih

2.4.1. Wudhu

Wudlu didlommah wawu yaitu mempergunakan air untuk anggota-anggota

badan tertentu yang dimulai dengan niat; sedangkan “wudlu” -fathah wawu -,

ialah air untuk berwudlu permulaa diwajibkannya berwudlu, bersam dengan

permulaan kewajiban salat fardu, yaitu pada malam isra’.27

Sebagaimana telah diketahui bahwa wudhu adalah bersuci dengan air yang

berkaitan dengan membasuh wajah, dua tangan, kepala, dan dua kaki. Asal

wajibnya wudhu adalah karena salat.28

Dalam hadis Nabi Muhammad S.A.W yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A

bahwa beliau bersabda:

‫ﻋ ْﻦ َﻫ ﱠﻤ ِﺎﻡ ﺑ ِْﻦ‬ َ ‫ﻕ َﻗﺎ َﻝ ﺃ َ ْﺧ َﺒ َﺮﻧَﺎ َﻣ ْﻌ َﻤ ٌﺮ‬ِ ‫ﺍﻟﺮ ﱠﺯﺍ‬‫ﻋ ْﺒﺪُ ﱠ‬ َ ‫ﻲ َﻗﺎ َﻝ ﺃ َ ْﺧ َﺒ َﺮ َﻧﺎ‬ َ ‫ِﻴﻢ ْﺍﻟ َﺤ ْﻨ‬
‫ﻈ ِﻠ ﱡ‬ َ ‫ﺎﻕ ﺑ ُْﻦ ِﺇﺑ َْﺮﺍﻫ‬ ُ ‫َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ ِﺇ ْﺳ َﺤ‬
َ ‫ﺳ ﱠﻠ َﻢ َﻻ ﺗ ُ ْﻘ َﺒ ُﻞ‬
‫ﺻ َﻼﺓ ُ َﻣ ْﻦ‬ َ ‫ﻋ َﻠ ْﻴ ِﻪ َﻭ‬
َ ُ• ‫ﺻ ﱠﻠﻰ ﱠ‬ َ • ِ ‫ﺳﻮ ُﻝ ﱠ‬ ُ ‫ﺳ ِﻤ َﻊ ﺃ َ َﺑﺎ ﻫ َُﺮﻳ َْﺮﺓ َ َﻳﻘُﻮ ُﻝ َﻗﺎ َﻝ َﺭ‬
َ ُ‫ُﻣ َﻨ ِّﺒ ٍﻪ ﺃ َ ﱠﻧﻪ‬
ٌ ‫ﺿ َﺮ‬
‫ﺍﻁ‬ ُ ‫ﺴﺎ ٌء ﺃ َ ْﻭ‬ َ ُ‫ﺙ َﻳﺎ ﺃ َ َﺑﺎ ﻫ َُﺮﻳ َْﺮﺓ َ َﻗﺎ َﻝ ﻓ‬ ُ َ‫ﺿﺄ َ َﻗﺎ َﻝ َﺭ ُﺟ ٌﻞ ِﻣ ْﻦ َﺣﻀ َْﺮ َﻣ ْﻮﺕَ َﻣﺎ ْﺍﻟ َﺤﺪ‬ ‫ﺙ َﺣﺘﱠﻰ َﻳﺘ ََﻮ ﱠ‬ َ َ‫ﺃَﺣْ ﺪ‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abdurrazaq berkata, telah mengabarkan kepada
kami Ma'mar dari Hammam bin Munabbih bahwa ia mendengar Abu
Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan
diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu." Seorang laki-laki
dari Hadlramaut berkata, "Apa yang dimaksud denga n hadats wahai Abu
Hurairah?" Abu Hurairah menjawab, "Kentut baik dengan suara atau tidak." (HR
Bukhari No. 132).

27
H. Ali As’ad, Terjemah Fathul Mu’in, (Kudus: Menara Kudus, 1979) h. 18
28
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fikih Shalat Empat Mazhab, (Jogjakarta, Hikmah Pustaka,
2010) h. 75
29

2.4.2. Rukun Wudhu

Wudhu memiliki beberapa rukun yang merupakan unsur utamanya. Bila

salah satu rukunnya tak terwujud dan tak dianggap sah oleh agama. Berikut ini

rinciannya:

a. Niat. Niatberarti kehendak untuk mengerjakan sesuatu demi mengharapkan

ridha Allah dan melaksanakan perintah-Nya. Niat adalah amal hati murni dan

lisan sama sekali tak punya peran di dalamnya.oleh karena itu, melafalkannya

tidah disyariatkan. Dalil penyariatan niat adalah hadis umar bahwa Rasulullah

S.A.W bersabda:

ِ ‫ﺇ ﱠﻧ َﻤﺎ ْﺍﻷ َ ْﻋ َﻤﺎ ُﻝ ِﺑﺎﻟ ِّﻨﻴﱠﺎ‬


ٍ ‫ﺕ ﻭﺇ ﱠﻧ َﻤﺎ َ ِﻟ ُﻜ ِّﻞ ْﺍﻣ ِﺮ‬
‫ﺉ َﻣﺎ ﻧ ََﻮﻯ‬

Artinya: “Seluruh amal bergantung pada niatnya, dan seseorang hanya akan
memperoleh sesuatu berdasarkan pada apa yang diniatkannya...” (HR Jamaah).

b. Membasuh wajah. Kata “membasuh” berarti “mengalirkan air.” Batas wajah

adalah panjangnya dimulai dari bagian dahi yang rata hingga ke bagian bawah

jenggot. Sedangkan lebarnya dari kuping telinga kanan hingga ke cuping

telinga kiri.

c. Membasuh kedua tangan hingga kedua siku. Kedua siku termasuk bagian yang

wajib dibasuh.

d. Mengusap kepala. Kata “mengusap” berarti “membasahi,” dan ia tak berwujud

kecuali dengan menggerakan anggota tubuh pengusap pada anggota tubuh

yang diusap. Dengan demikian, hanya meletakan tangan atau jadi di kepala

atau di anggota tubuh lainnya tak bisa disebut “mengusap.”

e. Membasuh kedua kaki beserta mata kaki. Inilah riwayat yang sakih dan

mutawatir dari perbuatan dan sabda Rasulullah.


30

Rukun-rukun yang disebutkan sebelum ini adalah rukun-rukun yang diterangkan

oleh firman Allah:

ْ‫ﺴ ُﺤﻮﺍ‬ َ ۡ‫ﻖ َﻭٱﻣ‬ ِ ‫ﺼ َﻠ ٰﻮﺓِ َﻓﭑ ۡﻏ ِﺴﻠُﻮﺍْ ُﻭ ُﺟﻮ َﻫ ُﻜ ۡﻢ َﻭﺃَ ۡﻳ ِﺪ َﻳ ُﻜ ۡﻢ ﺇِ َﻟﻰ ٱ ۡﻟ َﻤ َﺮﺍ ِﻓ‬‫﴿ ٰ َٓﻳﺄ َ ﱡﻳ َﻬﺎ ٱ ﱠﻟﺬِﻳﻦَ َءﺍ َﻣﻨُ ٓﻮﺍْ ﺇِﺫَﺍ ﻗُﻤۡ ﺘ ُ ۡﻢ ﺇِ َﻟﻰ ٱﻟ ﱠ‬
‫ﺳﻔ ٍَﺮ ﺃَ ۡﻭ‬ ۚ ‫ِﺑ ُﺮ ُءﻭ ِﺳ ُﻜ ۡﻢ َﻭﺃَ ۡﺭ ُﺟ َﻠ ُﻜ ۡﻢ ِﺇ َﻟﻰ ٱ ۡﻟﻜَﻌۡ َﺒ ۡﻴ ۚ ِﻦ َﻭ ِﺇﻥ ُﻛﻨﺘ ُ ۡﻢ ُﺟﻨُﺒٗ ﺎ َﻓﭑ ﱠ‬
َ ‫ﻋ َﻠ ٰﻰ‬ َ ‫ﺿ ٰ ٓﻰ ﺃَ ۡﻭ‬ َ ‫ﻁ ﱠﻬ ُﺮﻭﺍْ َﻭ ِﺇﻥ ُﻛﻨﺘُﻢ ﱠﻣ ۡﺮ‬
ْ‫ﺴ ُﺤﻮﺍ‬ َ ۡ‫ﻁ ِّﻴﺒٗ ﺎ َﻓﭑﻣ‬ َ ‫ﺻ ِﻌﻴﺪٗ ﺍ‬ َ ْ‫ﺴﺎ ٓ َء َﻓ َﻠ ۡﻢ ﺗ َِﺠﺪُﻭﺍْ َﻣﺎ ٓ ٗء َﻓﺘَ َﻴ ﱠﻤ ُﻤﻮﺍ‬ َ ‫ ِ ّﻣﻨ ُﻜﻢ ِ ّﻣﻦَ ٱ ۡﻟ َﻐﺎ ٓ ِﺋ ِﻂ ﺃَ ۡﻭ ٰ َﻟ َﻤ ۡﺴﺘ ُ ُﻢ ٱﻟ ِّﻨ‬ٞ‫َﺟﺎ ٓ َء ﺃَ َﺣﺪ‬
ُ‫ﻄ ِ ّﻬ َﺮ ُﻛ ۡﻢ َﻭ ِﻟﻴُ ِﺘ ﱠﻢ ِﻧﻌۡ َﻤﺘَ ۥﻪ‬َ ُ‫ﻋ َﻠ ۡﻴ ُﻜﻢ ِ ّﻣ ۡﻦ َﺣ َﺮ ٖﺝ َﻭ ٰ َﻟ ِﻜﻦ ﻳ ُِﺮﻳﺪُ ِﻟﻴ‬ َ ‫ِﺑ ُﻮ ُﺟﻮ ِﻫ ُﻜ ۡﻢ َﻭﺃَ ۡﻳﺪِﻳ ُﻜﻢ ِ ّﻣ ۡﻨ ۚﻪُ َﻣﺎ ﻳ ُِﺮﻳﺪُ ٱ ﱠ½ُ ِﻟ َﻴ ۡﺠ َﻌ َﻞ‬
[6-5:‫﴾ ] ﺍﻟﻤﺎﺋﺪﺓ‬٦ َ‫ﻋ َﻠ ۡﻴ ُﻜ ۡﻢ َﻟ َﻌ ﱠﻠ ُﻜ ۡﻢ ﺗ َۡﺸ ُﻜ ُﺮﻭﻥ‬ َ
Artinya:
“Hai orang-orang yang berima, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka
basulah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Maidah: 5: 6)

f. Urut. Karena, dalam ayatdi atas Allah telah menyebutkan rukun-rukun wudhu

secara berurutan.29

2.4.3. Sunah Wudhu

Sunah wudhu berarti perkataan atau perbuatan yang diriwayatkan secara

shahih dari Rasulullah namun beliau tidak mewajibkannya. Orang yang

meninggalkannya tidak dicela. Rincian dari sunah wudhu adalah sebagai berikut:

a. Memakai siwak

Kayu terbaik siwak adalah kayu arak. Abu Hurairah menuturkan bahwa

Rasulullah bersabda, “Kalau tak khawatir akan membenahi utamaku, tentu

aku sudah pemerintahan mereka memakai siwak setiap kali mereka

berwudhu .” (HR Malik dan para perawi lainnya {dan di-shahih-kan oleh

Syaikh Al-Albani dalam Jami’ Ash-Shahih})


29
Sulaiman Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah, (Jakarta: Bairut Publisiping, 2010), h. 74-76
31

b. Membasuk kedua telapak tangan di awal wudhu

Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Aus bin Abi Aus,
“Saya melihat Rasulullah berwudhu. Lalu beliau membasuh kedua telapak
tangannya sebanyak tiga kali.” (HR Ahmad dan Nasa’i)

c. Berkumur tiga kali

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Luqaid bin Shabara
R.A bahwa Nabi bersabda , “Jika kamu berwudhu, berkumurlah.” (HR
Abu Dawud dan Baihaqi {dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albani}).

d. Menghisap dan mengeluarkan air melalui hidung

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa Nabi S.A.W bersabda, “Bila seseorang dari kamu berwudhu,
hendaklah ia memasukkan air ke dalam hubungannya lalu
mengeluarkannya.” (HR Asy-Syaikhani).

e. Menyela-nyela Jenggot

Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Utsman RA, “Nabi
SAW biasa menyela-nyela jenggotnya.” {Hadis disahihkan oleh Syekh Al-
Albani dalam Shahih Al-Jami’}. Anas juga menuturkan, “Bila berwudhu,
Nabi mengambil air setelapak tangan. Kemudian beliau memasukannya ke
rahang bawahnya untuk menyela-nyela jenggotnya sambil bersabda,
‘Beginilah yang diperintahkan Rabbku kepadaku’.” (HR Abu Dawud dan
para perawi lainnya).

f. Menyela-nyela jari-jemari

Hal ini disarankan pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA
bahwa Nabi SAW bersabda, “Bila kamu berwudhu, sela-selailah jari-
jemari tangan dan kakimu.” (HR Ahmad dan para perawi lainnya {dan
disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah}).

g. Membasuh sebanyak tiga kali

Ia adalah amalan sunah yang telah biasa dilakukan, sedangkan sesuatu

yang diriwayatkan bertentangan dengannya adalah untuk menjelaskan

kebolehan melakukannya. Amr bin Abi Syu’aib meriwayatkan dari

ayahnya dari kakeknya, “ Seorang pria badui menghadap Nabi dan


Menanyainya tentang wudhu. Meka beliau memperlihatkan tiap-tiap
32

amalannya sebanyak tiga kali. Beliau lantas mengatakan, ‘Ialah wudhu


yang benar. Orang yang menambahinya benar-benar telah berbuat jahat,
melampaui batas, dan bertindak semena-mena.” (HR Ahmad dan Nasa’i
{dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih An-Nasa’i}).

h. Memuai dengan tangan dan kaki kanan

Aisyah RA menuturkan, “Rasulullah SAW suka memulai dengan anggota


badannya sebelah kanan saat memakai sandal, menyisir rambut, bersuci,
dan saat mengerjakan segala sesuatu.”(Muttafaqun ‘alaih).

i. Mengusapkan tangan yang sedang atau telah dibasahi air ke anggota tubuh

Abdulah bi Zaid menuturkan,”Nabi membawa dua pertiga mud air. Lalu


beliau mengusapkan tangannya yang telah diasahi air ke kedua
lengannya.” (HR Ibnu Khuzaimah {dan disahihkan oleh Syaikh Al-Bani
dalam Shahih Abi aud}).

j. Berturut-turut

Berturut-turut diartikan dengan membasuh sebagian anggota langsung

sesudah membasuh sebagian anggota yang lain. Artinya, orang yang

berwudhu tidak boleh menyela wudhunya dengan suatu perbuatan biasa

yang dianggap sebagai bentuk keberpalingan arinya. Inilah amalan yang

didasarkan pada sunah.

k. Mengusap kedua telinga

Sunahnya mengusap bagian dalam telinga dengan jari telunjuk dan

mengusap bagian luarnya dengan ibu jari dengan sisa air kepala, karena

telinga termasuk bagian dari kepala. Miqdam bin Ma’dikarib RA

menuturkan, “Ketika berwudhu, Rasulullah mengusap kepalanya serta

bagian dalam dan luar telinganya. Beliau juga memasukkan jarinya

kedalam lubang telinganya.“ (HR Abu Dawud dan Ath-Thahawi).

l. Membasuh muka dan kaki melebihi ukuran yang semestinya


33

Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa

Nabi bersabda, “Umatku akan datang pada hari kiamat dengan wajah dan
kaki yang bercahaya karena bekas wudhu.” Abu Hurairah kemudian
berkata, “Karena itu, siapa dari kalian yang bisa menambah cahayanya,
hendaknya ia melakukannya.” (HR Asy-Syaikhani).

m. Menghemat air

Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Anas, “Nabi mandi
dengan air sebanyak satu sha’hingga lima mud, dan berwudhu dengan air
sebanak satu mud.” (Muttafakun ‘alaih).

n. Berdoa sesudahnya

Hal ini didasarkan pada hasid Umar bahwa Rasulullah S.A.W bersabda,

‫•ُ َﻭﺣْ ﺪَﻩُ ﻻَ ﺷ َِﺮﻳﻚَ َﻟﻪُ َﻭﺃَ ْﺷ َﻬﺪُ ﺃَ ﱠﻥ‬ ُ ‫ﺴﻦَ ْﺍﻟ ُﻮ‬
‫ﺿﻮ َء ﺛ ُ ﱠﻢ َﻗﺎ َﻝ ﺃَ ْﺷ َﻬﺪُ ﺃَ ْﻥ ﻻَ ﺇِ َﻟﻪَ ﺇِﻻﱠ ﱠ‬ َ ْ‫ﺿﺄ َ َﻓﺄَﺣ‬
‫َﻣ ْﻦ ﺗ ََﻮ ﱠ‬
َُ‫ﺖ ﻟﻪ‬ ُ َ ْ ْ ‫ﱠ‬ ْ
ْ ‫ﺳﻮﻟﻪُ ﺍﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ ﺍﺟْ َﻌﻠ ِﻨﻰ ِﻣﻦَ ﺍﻟﺘ ﱠﻮﺍ ِﺑﻴﻦَ َﻭﺍﺟْ َﻌﻠ ِﻨﻰ ِﻣﻦَ ﺍﻟ ُﻤﺘَﻄ ِ ّﻬ ِﺮﻳﻦَ ﻓ ِﺘ َﺤ‬ ‫ﱠ‬ ُ ُ ‫ﻋ ْﺒﺪُﻩُ َﻭ َﺭ‬
َ ‫ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًﺍ‬
َ ْ
‫ﺏ ﺍﻟ َﺠ ﱠﻨ ِﺔ َﻳ ْﺪ ُﺧ ُﻞ ِﻣ ْﻦ ﺃ ِّﻳ َﻬﺎ ﺷَﺎ َء‬ َ ُ َ
ِ ‫» ﺛ َﻤﺎ ِﻧ َﻴﺔ ﺃﺑ َْﻮﺍ‬

Artinya:

Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar kecuali Allah


semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku
hamba yang bertaubat dan jadikanlah aku sebagai orang yang
bersuci), dengan ia membacanya melainkan akan dibukakan baginya
delapan pintu surga, ia akan masuk lewat pintu mana saja yang ia
mau.” (HR. Tirmidzi, no. 55. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih)

o. Salat sunah dua rakaat sesudahnya

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dai Abu Hurairah bahwa

Rasulullah berkata kepada bilal, “Bilal, ceritakanlah kepadaku amalan


yang paling kamu harapkan dalam islam, karena aku telah mendengan
suara sandalmu ada di depanku di dalam surga. “ Bilal menjawab, “Aku
tak punya amalan yang bisa kuharapkan. Hanya saja, setiap selesai
bersuci, baik di waktu siang maupun malam, aku selalu mengerjakan
shalat sunah yang memang ditakdirkan Allah untuk kukerjakan.”
(Muttafakun.‘alaih).30

30
Sulaiman Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah, (Jakarta: Bairut Publisiping, 2010), h. 76-
80
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pengertian Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan,

dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan

penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau

oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat

diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan

mengetahui cara-cara yang digunakan. (bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya

mencari uang yang hilang, atau provokator, atau tahanan yang melarikan diri dari

melalui paranormal). Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian

itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang berfungsi logis.31

3.2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan

metode ex pos t facto (kausal komparatif) yaitu penelitian di mana penulis

berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam

perilak atau status dalam kelompok individu.32

31
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 117
32
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan ..., h. 119

36
37

3.3. Oprasional Variabel Penelitian

Setiap penelitian yang akan dilakukan, pastinya memiliki judul dan dari

judul tersebut mencakup variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti. Penelitian

variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditentukan penulis untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.33

Metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru

memperjuangkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan

murid memperhatikannya. Hasil belajar merupakan bagian penting dalam

pembelajaran, Damyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar

merupakan hasil dari satu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa

hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh UNESCO ada empat pilar hasil

belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh pendidikan, yaitu : learning to know,

lwarning tobe, learning to life ogether, dan learning to do.34

Fiqih adalah ilmu yang mengatur kehidupan individu insan Muslim,

masyarakat Muslim, Umat Islam, dan Negara Islam dengan hukum-hukum

syari’at yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan dirinya dengan

Allah SWT, sebagaimana yang dijelaskan oleh fiqih ibadah.

Definisi pertama menunjukan bahwa fiqih dipandang sebagai ilmu yang

berusaha menjelaskan hukum. Sedangkan definisi kedua menunjukan fiqih

33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung,: Alfabeta, 2010), h. 60
34
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan
Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 140
38

dipandang sebagai hukum. Hal ini terjadi karena adanya kemiripan antara fiqih

sebagai ilmu dan fiqih sebagai hukum. Ketika fiqih didefinisikan sebagai ilm,

diungkapkan secara deskriptif. Manakala didefinisikan sebagai hukum dinyatakan

secara deskriptif. 35

Tabel 3.1
Kisi-kisi Oprasional Variabel

No Variabel Dimensi Indikator Butir


Soal
1 Metode Peragaan Peragaan metode 1
Demonstrasi demonstrasi terhadap siswa
X
Penerapan materi wudhu 2
dengan memperaktekannya
Guru memberikan contoh 3
wudhu kepada siswa
Simulasi wudhu yang 4
dilakukan oleh siswa
Proses Penyampaian materi kepada 5
siswa dengan baik
Kemudahan dalam 6
menerima materi wudhu
dengan metode demonstrasi
kemudahan proses belajar 7
dengan metode demonstrasi
Situasi Suasana belajar menjadi 8
kondusif menggunakan
paraktek wudhu
Dengan cara 9
memperaktekan
kebersamaan siswa menjadi
lebih baik
Daya tarik datang lebih awal 10
ke sekolah menggunakan
metode demonstrasi

35
Muhammad Mas’ud, Masail Al-Fiqh Solusi Problematika Aktual Hukum Islam
Kontemporer, (Bandung, Pustaka Rahmat, 2013), h. 49
39

No Variabel Dimensi Indikator Butir


Soal
2 Hasil Belajar Kognitif Mempermudah pemahaman 1
Y materi dengan
menggunakan metode
demonstrasi
Dengan penyampaian yang 2
sering meningkatkan
pemahaman siswa
Kemudahan menerima 3
materi dengan metode
demonstrasi
Afektif Keaktifan ketika melakukan 4
demonstrasi membuat
pemahaman materi
bertambah
Timbulnya sikap sosial 5
melalui metode demonstrasi
Semangat belajar siswa 6
bertamabah melalui metode
demonstrasi
Psikomotorik Timbulnya keterampilan 7
dengan menggunakan
demonstrasi

Dengan metode demonstrasi 8


menimbulkan pengalaman
baru

Siswa Lebih tau kekurangan 9


da kesalahan wudhu melalui
metode demonstrasi
Kemampuan praktek wudhu 10
lebih baik melalui metode
demonstrasi

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Dalam melakukan sebuah penelitian lapangan tentunya tidak harus

menentukan populasi yang akan diteliti dan diamati agar mendapatkan sebuah

data yang jelas dan tepat merupakan objek dari sebuah penelitian.
40

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan dikeudian ditarik kesimpulannya.36

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII Madrasah

Tsanawiyah Al-Asyirotul Khaeriyah Pakuhaji Kabupaten Tangerang Banten

Tahun Ajaran 2018-2019 yang berjumlah 48 orang yang teriri dari pura dan putri.

Tabel 3.2
Jumlah Populasi

No Kelas VII Peserta Didik Jumlah


Laki-laki Perempuan
1 VII A 13 11 24
2 VII B 14 10 24
Jumlah 48
Sumber Kelapa Tata Usaha (TU) MTs Al-Asyirotul Khaeriyah.

Penarikan populasi berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa:

Populasi : 48

Laki-Laki : 27

Perempuan : 21

3.4.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

36
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung, Alvabeta
CV, 2017), h. 80
41

itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan dapat dibelakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (mewakili).37

Untuk mempermudah dalam penarikan sampel pada penelitian ini, maka

penarikannya menggnakan teknik random sampeling, yaitu pengambilan anggota

sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan sastra yang ada

dalam populasi itu.38

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tabel penentuan jumlah sampel

isaac dan michael dengan taraf kesalahan 5%. Setelah dilihat dari datel penentuan

jumlah sampel isaac dan michael maka dapat diketahui jumlah sampel yang

diambil untuk penelitian di Kelas VII MTs Al-Asyirotul Khariyah adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.3
Jumlah Sampel

No Jumlah Populasi KelaVII Jumlah Sampel Taraf Kesalahan 5%


1 48 44

3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian meliputi:

a. kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, ..., h.81
38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, ..., h.82
42

responden untuk dijawabnya.39 Untuk mendapatkan data yang komperatif,

angket diberikan kepada peserta didik kelas VII pada MTs Al-Asyirotul

Khariyah Pakuhaji Kabupaten Tangerang Banten yang menjadi responden.

b. Studi lapangan, yaitu survei langsung pada objek penelitian (observasi),

yaitu melakukan pengamatan terhadap metode demonstrasi. Dalam

melaksanakan observasi, peneliti secara langsung mengamati tentang

keadaan sekolah MTs Al-Asyirotul Khariyah Pakuhaji Kabupaten

Tangerang Banten, bagaimana keadaan lokasi, kondisiserta kegiatan

belajar mengajar, fasilitas dan infrastruktur yang dimilikinya.

c. Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk mengumpulkan sejumlah data

tentang pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa.

3.5.2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data harus realiabel dan valid. Untuk mendapatkan data

langsung valid dalam penilaian sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah

terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian realibitas

dan obyektifitas.

a. Data Primer : Kusioner

b. Data Sekunder : Observasi

Dalam hal ini peneliti memberikan atau menyebar Kusioner kepada

responden yaitu peserta didik kelas VII MTs Al-Asyirotul Khariyah Pakuhaji

Kabupaten Tangerang Banten sebanyak 44 peserta didik yang dijadikan

39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, ..., h.82
43

sampelnya dan jawabannya diklarifikasikan menurut sekala Likert’s (digunakan

untuk mengurutkan sikap, pendapat, prestasi seseorang atau kelompok orang

tentang fenomena sosial dengan kategori seagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS)

b. Setuju (S)

c. Ragu-Ragu (RR)

d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

3.6. Teknis Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

diri seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data

dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik

yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskritif dan

statistik inferensial.40

Statistik deskriptif adalah ststistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskriptifkan atau menggunakan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi. Sedangkan statistik inferensial adalah teknik statistik

yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya dibererlakukan

untuk populasi.41

40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D,.... h. 267
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D,..., h. 268
44

Alat analisis statistik deskriptif menggunakan tabel-tabel analisis untuk

melihat gambaran umum pendapat responden melalui presentase. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknin analisis statistik deskriptif

(dengan menggunakan presentase) dalam mencarai skor masing-masing variabel

X dan variabel Y. Penilaian skor dalam penelitian ini menggunakan skala likert

yaitu.42

Tabel 3.3
Skor Jawabn Angket

No Alternatif Jawaban Skor


1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-Ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Tidak Sangat Setuju 1

Setelah itu, untuk mengetahui besar presentase jawaban angket dari

responden dengan menggunakan rumus :

x 100%

Gambar 3.1
Rumus Frekuensi

Keterangan :

F : Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N : Number of Cases (Jumlah frekuensi/ banyaknya individ)

P : angka presentase yang ada

100% : bilangan teteap

42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D,...,h. 93
45

Setelah menggunakan korelasi product moment, sebelum memakai rumus produc

momen haru memenuhi syarat-syarat seperti:

1. Sampel diambil secara acak (random)

2. Data setiap variabel berdistribusi normal

3. Bentuk realisasi linier Bentuk persamaan

Gambar 3.2
Rumus Regresi Linier

Keterangan:

Ŷ = variabel dependen yang diprediksikan.

a = konstanta (harga Y untuk X = 0)

b = angka arah (koefisien regresi; bila b positif (+), arah regresi naik

dan bila b negatif (-) arah regresi turun.

x = variabel independen

Gambar 3.3
Rumus Mean
Harga a dan b dapat ditentukan dengan rumus:
46

1. Rumus kolerasi product moment

Gambar 3.4
Rumus Product Moment
Keterangan:

= angka indeks korelasi “r” product moment

jumlah responden

jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

jumlah seluruh skor X

jumlah seluruh skor Y

= jumlah kuadrat skor X

= jumlah kuadrat skor Y

) = kuadrat jumlah skor X

) = kuadrat jumlah skor Y

2. Koefisien Determinasi

KD = r2 x 100%

Gambar 3.5
Rumus Determinasi

Keterangan:

KD = Koefisien determinasi

r = Koefisien korelasi

3. Selanjutnya menggunakan rumus uji product moment yang sebagai

berikut:
47

Gambar 3.6
Rumus Uji Product Moment

keterangan:

t = uji t

r = nilai korelasi

n = jumlah responden

n-2 = derajat kebebasan (df)

3.7. Hipotesis Statistik

Rancangan uji hpotesis dilakukan untuk menguji kebenaran yang talah

dikemukakan di awal. Untuk melakukan pengujian hipotesis maka cara digunakan

adalah uji dua pihak.43 uji dua pihak digunakan apabila hipotesis nol (Ho)

berbunyi “sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama

dengan” (Ho=Ha≠).

Ho : ρ=0 (tidak terdapat hubungan)

Ha : ρ≠ (terdapat hubungan)

3.8. Lokasi dan Jadwal Penelitan

3.8.1. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini penulis meneliti di MTs Al- Asyirotul Khaeriyah yang

beralamat di Jl. Raya Cituis, Km. 1, Kp. Rawa Saban, Desa Surya Bahari, Kec.

Pakuhaji, Kab. Tangerang-Banten 15570.

43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, ..., h.116
48

3.8.2. Jadwal Penelitian

Tabel 3.5
Jadwal Penelitian

No Nama Kegiatan Bulan


April Mei Juni Juli Agustus
1 Pelaksanaan Penelitian
2 Penyebaran Angket
3 Pengambilan Angket
4 Pengumpulan data dan
pengelolaan Data
5 Analisis Data
6 Sidang Skripsi
BAB IV

HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

3.1.1. Profil Sekolah

Tabel 4.1
Profil Sekolah

NSS 21.2.28.04.19.143

Nama Madrasah MTSS AL ASYIROTUL KHAERIYAH

Akreditasi Akreditasi A

Alamat Jl. Raya Cituis KM 1 Kp. Rawasaban RT 003/RW 002

Kodepos 15570

Nomor Telpon 085880246375

Email mts.alasyirotulkhaeriyah@gmail.com

Jenjang SMP

Status Swasta

Lintang -6.037254890711934

Bujur 106.575230956077558

Waktu Belajar Sekolah Pagi

Kota Kabupaten Tangerang

Provinsi Banten

Kecamatan Pakuhaji
Kelurahan Surya Bahari

Kodepos 15570

Sumber Kelapa Tata Usaha (TU) MTs Al-Asyirotul Khaeriyah.

49
50

3.1.2. Visi dan Misi

Visi
Terwujudnya peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia,
cerdas terampil, mandiri dan berwawasan global
Misi
Menjadikan Madrasah Tsanawiyah Al-Asyirotul Khaeriyah:
a. Menanamkan nilai keimanan dan ketaqwaan serta berakhlak mulia
pengamalan ajaran islam.
b. Menumbuh kembangkan nilai-nilai akhlakul karimah dilingkungan
madrasah
c. Mengoptimalkan potensi akademik melalui proses pembelajaran dan
bimbingan
d. Melaksanakan program pembelajaran yang aktif, inovatir, kreatif, dan
menyenangkan
e. Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan kewirausahaan,
dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan
f. Membekali peserta didik dengan wawasan global

3.1.3. Keadaan Guru

Tabel 4.2
Data Guru
No Nama Guru Jabatan Pendidikan Terakhir Ket

1 M. Edwin Sofyan, S.Kom. Kepala Madrasah S1

2 Hilyatun Nisa, S.Pd Bendahara S1

3 Johari, S.Pd.I WKM Kurikulum S1

4 A. Baehaqi WKM Humas SMA


51

5 Santi Rahmawati, S.Pd WKM Kesiswaan S1

6 M. Naufal Al-Qodri Kepala TU SMA

7 M. Yusuf Al-Fayet Staff TU SMA

8 Eka Wati Tias Utami, S.Pd Guru S1

9 Siti Ulfa, S.S Guru S1

10 Rika Solehah, S.Pd Guru S1

11 Imanir Susanti, S.Pd Guru S1

12 Susan Susilawati, S,Pd Guru S1

13 Huldi Firdaus, S.Pd Guru S1

14 Eti Sukaesih, S.Pd Guru S1

15 M. Fahmi Ma’ruf Guru S1

16 Zuhro Romadhan, S.Pd Guru S1

17 Idin, S.Pd Guru S1

18 Nurhasanah, S.HI Guru S1

Sumber Kelapa Tata Usaha (TU) MTs Al-Asyirotul Khaeriyah..

3.1.4. Keadaan Peserta Didik

Jumlah peserta didik di MTs Al-Asyirotul Khariyah Kp. Rawasaban Desa


Surya Bahari Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang Banten

Tabel 4.3
Jumlah Siswa

No Kelas Jumlah

1 VII 48
52

2 VIII 42

3 IX 44

Jumlah 136

Sumber Kelapa Tata Usaha (TU) MTs Al-Asyirotul Khaeriyah.

3.1.5. Keadaan Sarana dan Prasarana

Tabel 4.4
Jumlah Ruang

No Bangunan/ Ruangan Jumlah Keterangan

1 Ruang Kelas Siswa 6

2 Ruang Kepsek+Guru 1

3 Ruang Peroustakaan+TU 1

4 Ruang Ibadah 1

5 Toilet/ Kamar Mandi 4

Sumber: TU MTs Asyirotul Khaeriyah Tahun 2019

3.1.6. Deskripsi Data


Pada pembahasan sebelumnya peneliti telah mengemukakan bahwa salah

satu teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam menyusun skripsi ini

adalah dengan menyebar angket. Angket yang peneliti sebarkan berjumlah 44

yang dibagikan kepada 44 siswa kelas VII (tujuh) MTs Al-Asyirotul Khaeriyah

dan dijawab berdasarkan jawaban mereka masing-masing.


53

Untuk variabel X diperoleh data hasil penyebaran angket sebagai berikut:

43 38 44 41 44 44 43 38 32 45

44 47 40 40 42 45 41 47 47 47

43 45 45 49 42 42 46 44 46 41

38 40 42 44 45 42 41 49 50 49

49 49 49 49

Tabel 4.5
Frekuensi Data Metode Demonstrasi
NO Interval Kelas Frekuensi Absolut Presentase (%)
1 32-35 1 2
2 36-38 4 9

3 39-41 7 16

4 42-44 14 32

5 45-47 10 23

6 48-50 8 18

Jumlah 44 100%

Dari tabel di atas diperoleh keterangan bahwa data terkecil adalah 32 dan

data terbesar adalah 50, rentang (R) 18 , banyaknya kelas (B) 6, panjang kelas

interval (P) 3, modus (Mo) 50,39, median (Me) 51,71 dan mean (Y) 43,65. Data

tersebut dapat diperoleh melalui perhitungan-perhitungan dengan memakai aturan

Sturgues yaitu sebagai berikut :

a. Rentang (R)

R = Nterbesar – Nterkecil

= 50 – 32
54

= 18

b. Banyaknya Kelas (B)

B = 1 + 3,3 logn

n = Ukuran sampel

B = 1 + 3,3 log44

= 1 + (3,3) (1,64)

= 1 + 5.41

= 6,41

= 6 (dibulatkan)

c. Panjang Kelas Interval (P)

P=

= 18
6

=3

d. Modus

Keterangan :

Mo = Modus

b = Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak

p = Panjang kelas interval

b1 = Frekuensi kelas interval terbanyak dikurangi kelas sebelumnya

b2 = Frekuensi kelas modus terbanyak dikurangi interval sesudahnya

Diketahui :

b = 49 – 0,5 = 48,5
55

b1 = 14 – 7 =7

b2 = 14 – 10 = 4

Jadi modusnya =

= 48,5 + 3 (0,63)

= 48,5 + 1,89

= 50,39

e. Median =

Keterangan :

Me = Median

n = Jumlah sampel

F = Jumlah frekuensi sebelum kelas modus

f = Frekuensi kelas

Jadi Mediannya =

= 48,5 + 3 (1,07)

= 48,5 + 3,21

= 51,71

f. Mean =
56

= 43,65

Untuk lebih jelasnya, data frekuensi di atas dapat digambarkan dalam

bentuk histogram di bawah ini:

Grafik 4.1
Frekuensi Data Metode Demonstrasi

Tabel 4.6
1. Guru menjelaskan materi wudhu dengan cara mencontohkannya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 25 57%
2 Setuju 17 39%
3 Ragu-ragu 1 2%
4 Tidak Setuju 0 0
5 Sangat Tidak Setuju 1 2%
Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 25 responden (57%) menjawab sangat setuju, 17 responden (39%)


57

menjawab setuju, 1 responden (2%) menjawab ragu-ragu dan 1 responden (2%)

menjawab sangat tidak setuju . Jadi dapat disimpulkan bahwa guru dituntut untuk

menjelaskan materi wudhu dengan cara mencontohkannya.

Tabel 4.7
2. Guru menggunakan praktek langsung pada materi wudhu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 23 52%
2 Setuju 14 32%

3 Ragu-ragu 5 12%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 1 2%

Total (n) 44 100%


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 23 responden (52%) menjawab sangat setuju, 14 responden (32%)

menjawab setuju, 5 responden (12%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju dan 1 responden (2%) menjawab sangat tidak setuju. Jadi

dapat disimpulkan bahwa guru dituntut untuk menggunakan praktek langsung

pada materi wudhu.

Tabel 4.8

3. Dengan praktek wudhu adalah cara yang mudah untuk difahami oleh
siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 21 48%
2 Setuju 19 43%

3 Ragu-ragu 4 9%
58

4 Tidak Setuju 0 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 0
Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 21 responden (48%) menjawab sangat setuju, 19 responden (43%)

menjawab setuju, 4 responden (9%) menjawab ragu-ragu. Jadi dapat disimpulkan

bahwa dengan melakukan praktek wudhu adalah cara yang mudah difahami oleh

siswa pada mata pelajaran fiqih.

Tabel 4.9

4. Setelah guru menjelaskan materi siswa langsung mencoba dan


memperaktekan wudhu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 21 48%
2 Setuju 16 37%

3 Ragu-ragu 5 11%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 1 2%

Total (n) 44 100%


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 21 responden (48%) menjawab sangat setuju, 16 responden (37%)

menjawab setuju, 5 responden (11%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju dan 1 responden (2%) menjawab sangat tidak setuju. Jadi

dapat disimpulkan bahwa guru dituntut setelah menjelaskan materi wudhu guru

harus memperaktekannya.
59

Tabel 4.10

5. Guru telah menyampaikan materi wudhu dengan baik dan mudah


kepada siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 26 59%
2 Setuju 17 39%

3 Ragu-ragu 1 2%

4 Tidak Setuju 0 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 0

Total (n) 44 100%


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 26 responden (59%) menjawab sangat setuju, 17 responden (39%)

menjawab setuju, 1 responden (2%) menjawab ragu-ragu. Jadi dapat disimpulkan

bahwa guru sudah menyampaikan materi wudhu dengan baik keada siswa saat

pelajaran fiqih.

Tabel 4.11

6. Siswa mudah memahami materi wudhu dengan cara praktek


No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 24 55%
2 Setuju 15 34%

3 Ragu-ragu 3 7%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 1 2%

Total (n) 44 100%


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 24 responden (55%) menjawab sangat setuju, 15 responden (34%)


60

menjawab setuju, 3 responden (7%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju dan 1 responden (2%) menjawab sangat tidak setuju. Jadi

dapat disimpulkan bahwa siswa akan lebih mudah memehami materi wudhu

apabila guru memperaktekannya.

Tabel 4.12

7. Siswa akan lebih mudah memahami pelajaran dengan langsung


praktek wudhu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 22 50%
2 Setuju 20 46%

3 Ragu-ragu 1 2%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 22 responden (50%) menjawab sangat setuju, 20 responden (46%)

menjawab setuju, 1 responden (2%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa akan lebih mudah

memehami materi wudhu dengan langsung praktek wudhu.

Tabel 4.13

8. Suasana belajar fiqih lebih baik dengan cara praktek wudhu


No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 19 43%
2 Setuju 18 41%

3 Ragu-ragu 6 14%
61

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 19 responden (43%) menjawab sangat setuju, 18 responden (41%)

menjawab setuju, 6 responden (14%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam belajar fiqih pada

materi wudhu lebih baik dengan cara praktek.

Tabel 4.14

9. Dengan cara memperaktekan wudhu kebersamaan siswa akan lebih


baik
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 61%
27
2 Setuju 13 30%

3 Ragu-ragu 4 9%

4 Tidak Setuju 0 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 0
Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 27 responden (61%) menjawab sangat setuju, 13 responden (30%)

menjawab setuju, 4 responden (9%) menjawab ragu-ragu. Jadi dapat disimpulkan

bahwa dengan memperaktekan wudhu kebersamaan siswa akan lebih baik.


62

Tabel 4.15
10. Dengan cara pembelajaran praktek wudhu membuat saya datang
lebih awal ke sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 18 41%
2 Setuju 16 37%

3 Ragu-ragu 8 18%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 1 2%

Total (n) 44 100%


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 18 responden (41%) menjawab sangat setuju, 16 responden (37%)

menjawab setuju, 8 responden (18%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju dan 1 responden (2%) menjawab sangat tidak setuju. Jadi

dapat disimpulkan bahwa dengan adanya praktek wudhu saya akan lebih tertarik

dan semangat untuk datang lebih awal ke sekolah.


63

Untuk variabel Y diperoleh data hasil penyebaran angket sebagai berikut:


43 35 41 38 45 44 46 40 41 47
44 48 37 41 41 46 44 48 49 49
43 41 45 46 44 44 36 43 48 41
34 45 40 43 47 43 34 46 45 46
47 47 47 48

Tabel 4.16
Frekuensi Data Metode Demonstrasi
NO Interval Kelas Frekuensi Absolut Presentase (%)
1 34-35 3 7
2 36-38 3 7

3 39-41 8 18

4 42-44 10 23

5 45-47 14 32

6 48-49 6 13

Jumlah 44 100
Dari tabel di atas diperoleh keterangan bahwa data terkecil adalah 37 dan

data terbesar adalah 49, rentang (R) 15 , banyaknya kelas (B) 7, panjang kelas

interval (P) 2, modus (Mo) 47,16, median (Me) 48,5 dan mean (Y) 43,63. Data

tersebut dapat diperoleh melalui perhitungan-perhitungan dengan memakai aturan

Sturgues yaitu sebagai berikut :

a. Rentang (R)

R = Nterbesar – Nterkecil

= 49 - 34

= 15

b. Banyaknya Kelas (B)


64

B = 1 + 3,3 logn

n = Ukuran Sampel

B = 1 + 3,3 log44

= 1 + (3,3)(1,64)

= 1 + 5,41

= 6,41

= 6 (dibulatkan)

c. Panjang Kelas Interval (P)

P=

= 2,5

= 2 (dibulatkan)

d. Modus =

Keterangan :

Mo = Modus

b = Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak

p = Panjang kelas interval

b1 = Frekuensi kelas interval terbanyak dikurangi kelas sebelumnya

b2 = Frekuensi kelas modus terbanyak dikurangi interval sesudahnya

Diketahui :

b = 47 – 0,5 = 46,5
65

b1 = 14 – 10 = 4

b2 = 14 – 6 = 8

Jadi Modusnya =

= 46,5 + 2 (0,33)

= 46,5 + 0,66

= 47,16

e. Median =

Keterangan :

Me = Median

n = Jumlah sampel

F = Jumlah frekuensi sebelum kelas modus

f = Frekuensi kelas

Jadi medianya =

= 46,5 + 2 (1)

= 46,5 + 2

= 48,5

f. Mean =
66

= 43,63

Untuk lebih jelasnya, data frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk
histogram di bawah ini:

33-35 36-38 39-41 42-44 45-47 48-49

Grafik 4.2
Frekuensi Data Hasil Belajar Peserta Didik

Tabel 4.17
1. Pemahaman peserta didik lebih bertambah ketika materi wudhu
dipraktekan secara langsung
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 26 59%
2 Setuju 17 39%

3 Ragu-ragu 1 2%

4 Tidak Setuju 0 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 0
Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 26 responden (59%) menjawab sangat setuju, 17 responden (39%)

menjawab setuju, 1 responden (2%) menjawab ragu-ragu. Jadi dapat disimpulkan


67

bahwa pemahaman peserta didik lebih bertambah ketika materi wudhu

diperaktekan secara langsung.

Tabel 4.18
2. Dengan memperketat wudhu pemahaman siswa semakin bertambah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 15 34%
2 Setuju 27 62%

3 Ragu-ragu 1 2%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 15 responden (34%) menjawab sangat setuju, 27 responden (62%)

menjawab setuju, 1 responden (2%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya praktek

wudhu pemahaman dan daya ingat peserta didik akan lebih bertambah.

Tabel 4.19
3. Saya mudah memahami materi wudhu dengan cara praktek
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 16 37%
2 Setuju 26 59%

3 Ragu-ragu 2 4%

4 Tidak Setuju 0 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 0
Total (n) 44 100%
68

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 16 responden (37%) menjawab sangat setuju, 26 responden (59%)

menjawab setuju, 2 responden (4%) menjawab ragu-ragu. Jadi dapat disimpulkan

bahwa dengan adanya praktek wudhu siswa mudah memahami materi wudhu

dengan cara praktek.

Tabel 4.20
4. Siswa yang aktif saat praktek wudhu maka pengetahuannya akan
bertambah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 28 64%
2 Setuju 9 20%

3 Ragu-ragu 6 14%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 28 responden (64%) menjawab sangat setuju, 9 responden (20%)

menjawab setuju, 6 responden (14%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang aktif saat

praktek wudhu maka pengetahuannya akan bertambah.

Tabel 4.21
5. Dengan adanya praktek wudhu akan menghasilkan sikap sosial yang
baik antar teman
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 23 52%
2 Setuju 13 30%
69

3 Ragu-ragu 7 16%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 23 responden (52%) menjawab sangat setuju, 13 responden (30%)

menjawab setuju, 7 responden (16%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan praktek wudhu akan

menghasikan sikap sosial yang baik antar teman.

Tabel 4.22
6. Dengan adanya praktek wudhu membuat siswa semangat belajar
pada saat materi wudhu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 17 39%
2 Setuju 22 50%

3 Ragu-ragu 4 9%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 17 responden (39%) menjawab sangat setuju, 22 responden (50%)

menjawab setuju, 4 responden (9%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan praktek wudhu

membuat siswa semangat belajar pada saat pelajaran fiqih pada materi wudhu.
70

Tabel 4.23
7. Dengan melakukan praktek wudhu membuat siswa lebih kreatif
dalam memahami materi wudhu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 22 50%
2 Setuju 20 46%

3 Ragu-ragu 1 2%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 22 responden (50%) menjawab sangat setuju, 20 responden (46%)

menjawab setuju, 1 responden (2%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan praktek wudhu

membuat siswa lebih kreatif dalam memahami materi wudhu.

Tabel 4.24
8. Saya memiliki pengalaman baru saat mempelajari materi wudhu
dengan cara praktek
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 19 43%
2 Setuju 18 41%

3 Ragu-ragu 6 14%

4 Tidak Setuju 1 2%

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 19 responden (43%) menjawab sangat setuju, 18 responden (41%)


71

menjawab setuju, 6 responden (14%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mempunyai

pengalaman baru ketika pembelajarannya menggunakan cara praktek wudhu.

Tabel 4.25
9. Saya lebih tahu kekurangan dan kesalahan saat wudhu adanya
metode demonstrasi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 27 61%
2 Setuju 13 30%

3 Ragu-ragu 4 9%

4 Tidak Setuju 0 0

5 Sangat Tidak Setuju 0 0


Total (n) 44 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 27 responden (61%) menjawab sangat setuju, 13 responden (30%)

menjawab setuju, 4 responden (9%) menjawab ragu-ragu. Jadi dapat disimpulkan

bahwa siswa akan menyadari kekurangan dan kesalahan dalam berwudhu dengan

adanya metode demonstrasi dalam materi wudhu.

Tabel 4.26
10. Saya lebih percaya diri melakukan wudhu dengan cara praktek
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 18 41%
2 Setuju 16 37%

3 Ragu-ragu 8 18%

4 Tidak Setuju 1 2%
72

5 Sangat Tidak Setuju 1 2%

Total (n) 44 100%


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi dari 44

responden ada 18 responden (41%) menjawab sangat setuju, 16 responden (37%)

menjawab setuju, 8 responden (18%) menjawab ragu-ragu, 1 responden (2%)

menjawab tidak setuju dan 1 responden (2%) menjawab sangat tidak setuju. Jadi

dapat disimpulkan bahwa dengan adanya praktek wudhu saya akan lebih percaya

diri melaksanakan wudhu dengan adanya pembelajaran praktek wudhu.

4.1.8. Pengujian Persyaratan Analisis

Penguji persyaratan analisis ini akan diukur dengan kofisiensi korelasi

product moment “r” untuk mengetahui kuat atau tidaknya antara variabel X dan

variabel Y dan memberi tanda rxy yaitu korelasi antara X dan Y untuk

mengetahui nilai-nilai yang diperlukan untuk korelasi product moment. Dalam

pengumpulan data digunakan daftar pernyataan (kuesioner) yang pengukuran

datanya menggunakan teknik skala liker’s yang berfungsi untuk mengetahui

pengaruh metode demonstrasi (X) sebagai variabel bebas dan hasil belajar siswa

(Y) sebagai variabel terikat.

A. Regresi Linier Sederhana

Diketahui: Σn = 44

Σx = 1921

Σy = 1910

= 84543
73

= 83600

= 83896

Mean (x) = = = 43,65

Mean (y) = = = 43,40

b =

= 0,75

a =

= 43,63– 0,75(43,65)

= 43,63 – 32,7375

= 10,8925 → 10,90

Maka:

Ŷ = a + b (xn)

Ŷ = 10,90+ 0,75 (44)

Ŷ = 10,90 + 33

Ŷ = 43,9

Nilai 44 di sini menunjukkan jumlah sampel yang diambil dari semua

populasi yang berjumlah 48 peserta didik di MTs Al-Asirotul Khaeriyah


74

Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang. Menghitung nilai minimum dan

maksimum variabel (X):

a. Ŷ= a + b (nminimum) b. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n9) Ŷ = a + b (n39)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (24) Ŷ = 10,90 + 0,75 (50)

Ŷ = 10,90 + 18 Ŷ = 10,90 + 37,5

Ŷ = 28,9 Ŷ = 48,4

50 Nilai Maksimum (Ŷ = 48,4)

40

30

20 Nilai Minimum (Ŷ = 28,9)

10

10 20 30 40 50

Grafik 4.3
Nilai Regresi Linier Sederhana

B. Koefisiensi Korelasi

Untuk mengetahui korelasi antara Variabel X dan Y tersebut, maka

harus dihitung nilai koefisien “rxy”, yaitu sebagai berikut:

Koefesien Korelasi ( r ):
75

= 0,74

Dari perhitungan di atas, maka koefisiensi korelasi antara variabel x dan

variabel y diperoleh nilai korelasi sebesar 0,74 dari responden yang berjumlah 44.

Hal ini berarti jika diinterpretasikan merupakan korelasi yang sedang karena

berada pada interval 0,60 – 0,799.

Menurut Sugiono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif, kualitatif,

dan R&D bahwa tinggi rendahnya antara variabel x dengan variabel y dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.44

44
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif…, Cet. ke-23, h.184.
76

Tabel 4.27

Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi “r”

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel

tersebut dapat dihitung dengan koefesien determinasi, yaitu dengan

mengkuadratkan nilai koefesien korelasi “r2” kemudian dikalikan dengan 100%.

Berikut perhitungannya:

C. Koefisien Determinasi

KD = r2 x 100%

= (0,74)(0,74) x 100%

= 0,5476 x 100%

= 54,76%

Jadi dapat diketahui bahwa metode demonstrasi 54,76% berpengaruh

terhadap hasil belajar siswapada materi wudhu mata pelajaran fiqih.

4.1.9. Pengujian Hipotesis

Penguji hipotesis ini untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan

diterima atau ditolak. Jika nilai thitung> ttabel maka hipotesis diterima namun apabila

thitung< ttabel maka hipotesis ditolak atau tidak diterima.


77

A. Statistik Uji (Uji t)

Penguji hipotesis ini menggunakan rumus sebagai berikut:

t=

t = (0,74) (9,63)

t = 7,1262 = 7,11 (dibulatkan)

Dari hasil di atas, maka nilai thitung adalah 7,11. Selanjutnya yaitu nilai ttabel

pada taraf signifikan 0,05 (5%)= 2,00 artinya thitung > ttabel = 7,11 > 2,01 dengan

tingkat kepercayaan 95% dk= n – 2 jadi 44 - 2 = 42 maka nilai ttabel dari 42 adalah

2,018. Dengan demikian hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai thitung > ttabel

artinya hipotesis yang diajukan diterima. Jadi terdapat pengaruh metode

demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada materi wudhu mata pelajaran fiqih

di MTs Al-Asyirotul Khaeriyah Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang

Banten.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji coba penelitian tersebut terdapat pengaruh yang

positif dengan adanya metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa.

Sedangkan hasil dari korelasi Product Moment terdapat pengaruh metode


78

demonstrasi terhadap hasil belajar siswa sebesar 0,74 dan ini masuk dalam

interval koefisien 0,60 – 0,799 yang artinya masuk dalam peranan tingkat kuat.

Demikian juga dengan perhitungan koefisien determinasi dengan kontribusi

sebesar 54% berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan 46% hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh faktor lain.


79

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs Al-Asyirotul

Khaeriyah Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang, maka dapat diambil

kesimpulan:

5.1.1 Penerapan metode demonstrasi pada materi wudhu mata pelajaran fiqih di

MTs Al-Asyirotul Khaeriyah Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang

sangatlah penting karena dengan menggunakan metode demonstrasi

minat bejar siswa dan hasil belajar siswa sangatlah baik, dalam penelitian

ini penerapan metode demonstrasi sangatlah berpengaruh mencampai

angka 54%

5.1.2 Dengan adanya metode demonstrasi pada materi wudhu di MTs Al-

Asyirotul Khaeriyah Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, dalam segi pengetahuan dan

pemahaman siswa yang menghasilkan hasil belajarar yang baik, bukti

dari penerapan metode demonstrasi dapat meningkakan hasil belajar

siswa dapat dilihat dari hasil perhitungan kofisiensi korelasi yaitu rxy =

0,74

5.1.3 Terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada

materi wudhu mata pelajaran fiqih di MTs Al-Asyirotul Khaeriyah

Kecamatan Pakuhaji Kabupaten Tangerang hal ini dapat dibuktikan

berdasarkan perhitungan kofisiensi korelasi yaitu rxy = 0,74, nilai

79
80

kofisiensi korelasi (rxy)bernilai positif, hal ini diperkuat dengan

didapatnya hasil thitung adalah 7,11 lebih besar dari ttabel yaitu 2,018. Dari

hasil penelitian dengan Perhitungan kofisiensi determiasi diperoleh 54%

peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

demonstrasi, sisanya sebesar 46% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

yang tidak diketahui. Dengan demikian Ho yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa

diterima, dan demikian Ho diterima.

5.2 Saran-Saran

Berdaarkan hasil penelitian dan analisis, maka penulis menyarankan kepada:

5.2.1 Para guru, mata pelajaran fiqih untuk lebih meningkatkan kreatifitas dalam

mengajar dengan cara menerapkan model-model dan metode-metode

dalam melakukan proses belajar mengajar terutama menerapkan metode

demonstrasi pada materi wudhu dalam pelajaran fiqih, karenena dengan

menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa

dalam materi wudhu yang menghasilkan hasil belajar siswa akan lebih

meniat dan baik.

5.2.2 Para siswa agar lebih giat lagi dalam belajar karena dengan belajar kita akan

lebih mengetahui apa yang kita tidak ketahui, dan melalui belajar maka

kita akan lebih menjadimakhluk Allah SWT yang lebih mulia karena Allah

SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu.

80
81

Penulis berharap semoga apa yang peneliti lakukan bermanfaat khususnya

bagi peneliti dan umumnya bagi masyarakat yang membutuhkan, serta dapat

membantu bagi peneliti berikutnya dan bagi lembaga yang berkepentingan.

81
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’ân Al-Karîm

Al-Faifi, Sulaiman, Ringkasan Fikih Sunnah, (Jakarta: Bairut Publising, 2010),


Cet. ke-11

Ali As’ad, Fathul Mu’in, (Kudus: Menara Kudus, 1979)

Ar-Rahbawi, Qadir Abdul, Fikih Shalat Empat Mazhab, (Jogjakarta, Hikmah


Pustaka, 2010)

As’ad, Ali, Fathul Mu’in, (Kudus: Menara Kudus, 1979)

Dzajuli, Ahmad, Ilmu Fikih, (Jakarta, Karisma Putra Utama, 2005)

https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/islamfutura/article/view/
Khadijah, Nyanyu, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grapindo Persada,
2014)
Mas’ud, Muhamad, Masail Al-Fiqh Solusi Problematika Aktual Hukum Islam
Kontemporer, (Bandung, Pustaka Rahmat, 2013)

----, Ushul Fiqih, (Bandung, Pustaka Rahmat, 2017)

Muslim, Husain Abu bin al-Hajjaj al-Naisaburi , Shahih Muslim, (Bairud: Dar al-
Fikr, tt), juz 1 h. 185, no. Hadis 397

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 2014), Cet. ke-
21

----, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 2018), Cet. ke-13

Sarbini dan Liana Neneng, Perencanaan Pendidikan, (Bandung, Pustaka Setia,


2011), Cet. ke-1

Sudrajat, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Rosdakarya,


2016)

Sutirman, Media dan Model-model Pembeljaran Inovatif, (Yogyakarta, Graha


Ilmu, 2013)

82
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung,
Alvabeta CV, 2017), Cet. ke-26

----, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D,


(Bandung, Alvabeta CV, 2016), Cet. ke-23

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung, PT Remaja


Rosdakarya, 2017) ,Cet. ke-13

Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan


Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015)

83
Lampiran 1

LEMBAR PERNYATAAN ANGKET


Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Wudu Dalam Mata
Pelajaran Fiqih Kelas VII MTs AL Asyirotul Khaeriyah Pakuhaji Kabupaten Tangerang
Banten

Identitas Responden
No Absen :
Nama :
Jenis Kelamin : L / P
Hari/ Tanggal :
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pernyataan-pernyataan tersebut secara cermat dan teliti
2. Berikan tanda ( √ ) dari pernyataan yang telah disajikan
- Sangat Setuju : SS
- Setuju :S
- Ragu-Ragu : RR
- Tidak Setuju : TS
-Sangat Tidak Setuju : STS
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan jujur dengan benar sesuai dengan
pengalaman anda.
4. Jawaban anda dapat terjamin kerahasihaannya dan tidak akan berpengaruh
pada nilai pelajaran anda.

Variabel X : (Pengaruh Metode Demonstrasi)


No Pertanyaan SS S RR TS STS
1 Guru menjelaskan materi
wudhu dengan cara
mencontohkannya.
2 Guru menggunakan praktek
langsung pada materi

84
wudhu.
3 Dengan praktek wudhu
adalah cara yang mudah
untuk difahami oleh siswa.
4 Setelah guru menjelaskan
materi siswa langsung
mencoba dan menpraktekan
wudu.
Guru telah menyampaikan
5 materi wudhu dengan baik
dan mudah kepada siswa.
6 Siswa mudah memahami
materi wudhu dengan cara
praktek.
7 Siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran dengan
langsung praktek wudhu
8 Suasana belajar fiqih lebih
baik dengan cara praktek
wudhu.
9 Dengan cara memperaktekan
wudhu kebersamaan siswa
akan lebih baik
10 Dengan cara pembelajaran
praktek wudhu membuat
saya datang lebih awal ke
sekolah.

85
Variabel Y : (Hasil Belaja Siswa)
No Pertanyaan SS S RR TS STS
1 Pemahaman siswa lebih
bertambah ketika materi
wudhu dipraktekan secara
langsung.
2 Dengan memperaktekan
wudhu pemahaman siswa
semakin bertambah.
3 Saya mudah memahami
meteri wudhu dengan cara
praktek.
4 Siswa yang aktif saat praktek
wudhu maka pengetahuannya
akan bertambah.
5 Dengan adanya praktek
wudhu akan menghasilka
sikap sosial yang baik antar
teman.
6 Dengan adanya praktek
wudhu membuat siswa
semangat belajar pada saat
materi wudhu.
7 Dengan melakukan praktek
wudhu membuat siswa lebih
kreatif dalam memahami
materi wudhu.
8 Saya memiliki pengalaman
baru saat mempelajari materi
wudhu dengan cara praktek.
9 Saya lebih tau kekurangan
dan kesalahan saat wudhu
dengan adanya metode
demonstrasi
10 Saya lebih percaya diri
melakukan wudhu dengan
cara praktek.

86
Lampiran 2
TABEL
Metode Demonstrasi
VARIABEL X
Nomor Jawaban Responden Untuk Item Nomor
Jumlah
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 3 5 4 5 4 5 5 5 3 43
2 4 4 5 4 5 5 2 2 4 3 38
3 5 5 5 3 4 5 5 4 5 3 44
4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 41
5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 44
6 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 44
7 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 43
8 5 5 4 2 4 4 4 4 4 2 38
9 1 1 4 1 4 1 5 5 5 5 32
10 3 2 5 5 5 5 5 5 5 5 45
11 5 3 5 4 5 5 4 4 5 4 44
12 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 47
13 4 5 5 4 4 4 4 4 3 3 40
14 5 4 5 3 4 5 4 3 4 3 40
15 5 4 4 3 5 3 5 4 4 5 42
16 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 45
17 4 5 3 4 5 3 4 5 3 5 41
18 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47
19 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47
20 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 47
21 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 43
22 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 45
23 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 45
24 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
25 5 4 3 5 5 4 4 3 5 4 42
26 5 4 3 5 5 4 4 3 5 4 42
27 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 36
28 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 44
29 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 46
30 4 4 4 5 4 4 4 4 5 3 41
31 5 3 5 4 5 2 4 4 5 1 38
32 5 3 4 5 4 4 4 3 4 4 40
33 5 4 5 3 5 5 3 4 3 5 42

87
34 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 44
35 5 5 3 5 5 5 5 3 5 4 45
36 4 5 4 5 4 4 4 4 5 3 42
37 4 3 5 5 3 5 4 5 4 3 41
38 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
40 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
41 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
42 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
43 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
44 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
Jumlah 1921

88
Lampiran 3

TABEL
Hasil Belajar
VARIABEL Y
Nomor Jawaban Responden Untuk Item Nomor
Jumlah
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 5 4 5 5 5 4 4 3 3 5 43
2 4 4 4 2 3 4 5 4 3 2 35
3 5 5 3 4 3 4 4 5 5 3 41
4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 38
5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 45
6 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 44
7 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 46
8 5 4 5 4 4 2 3 4 4 5 40
9 4 5 5 4 5 5 5 1 2 5 41
10 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 47
11 4 5 5 3 5 4 3 5 5 5 44
12 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 48
13 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 37
14 5 5 4 4 3 3 5 4 4 4 41
15 5 4 5 3 4 4 4 4 3 5 41
16 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 46
17 5 4 4 5 5 3 4 5 4 5 44
18 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 48
19 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49
20 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49
21 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 43
22 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41
23 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 45
24 5 4 4 5 5 5 5 3 5 5 46
25 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 44
26 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 44
27 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 36
28 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 43
29 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 48
30 4 4 4 5 4 3 4 4 4 5 41

89
31 4 3 4 3 2 4 5 2 4 3 34
32 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 45
33 4 5 3 5 3 4 5 3 3 5 40
34 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 43
35 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 47
36 4 4 4 3 4 4 5 5 5 5 43
37 3 2 5 5 3 4 5 2 2 3 34
38 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 46
39 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 45
40 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 46
41 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 47
42 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 47
43 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 47
44 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 48
Jumlah 1910

90
Lampiran 4
TABEL
SKOR VARIABEL X DAN Y
NO
X Y X2 Y2 XY
Responden
1 43 43 1849 1849 1849
2 38 35 1444 1225 1330
3 44 41 1936 1681 1804
4 41 38 1681 1444 1558
5 44 45 1936 2025 1980
6 44 44 1936 1936 1936
7 43 46 1849 2116 1978
8 38 40 1444 1600 1520
9 32 41 1024 1681 1312
10 45 47 2025 2209 2115
11 44 44 1936 1936 1936
12 47 48 2209 2304 2256
13 40 37 1600 1369 1480
14 40 41 1600 1681 1640
15 42 41 1764 1681 1722
16 45 46 2025 2116 2070
17 41 44 1681 1936 1804
18 47 48 2209 2304 2256
19 47 49 2209 2401 2303
20 47 49 2209 2401 2303
21 43 43 1849 1849 1849
22 45 41 2025 1681 1845
23 45 45 2025 2025 2025
24 49 46 2401 2116 2254
25 42 44 1764 1936 1848
26 42 44 1764 1936 1848
27 36 36 1296 1296 1296
28 44 43 1936 1849 1892
29 46 48 2116 2304 2208
30 41 41 1681 1681 1681
31 38 34 1444 1156 1292
32 40 45 1600 2025 1800

91
33 42 40 1764 1600 1680
34 44 43 1936 1849 1892
35 45 47 2025 2209 2115
36 42 43 1764 1849 1806
37 41 34 1681 1156 1394
38 49 46 2401 2116 2254
39 50 45 2500 2025 2250
40 49 46 2401 2116 2254
41 49 47 2401 2209 2303
42 49 47 2401 2209 2303
43 49 47 2401 2209 2303
44 49 48 2401 2304 2352
Jumlah 1921 1910 84543 83600 83896

92
Lampiran 5
1. Ŷ= a + b (nminimum) 2. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n1) Ŷ = a + b (n2)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (43) Ŷ = 10,90 + 0,75 (38)

Ŷ = 10,90 + 32,28 Ŷ = 10,90 + 28,5

Ŷ = 43,15 Ŷ = 39,4

3. Ŷ= a + b (nminimum) 4. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n3) Ŷ = a + b (n4)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (44) Ŷ = 10,90 + 0,75 (41)

Ŷ = 10,90 + 33 Ŷ = 10,90 + 30,34

Ŷ = 43,9 Ŷ = 41,34

5. Ŷ= a + b (nminimum) 6. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n5) Ŷ = a + b (n6)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (24) Ŷ = 10,90 + 0,75 (44)

Ŷ = 10,90 + 18 Ŷ = 10,90 + 33

Ŷ = 28,9 Ŷ = 43,9

7. Ŷ= a + b (nminimum) 8. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n7) Ŷ = a + b (n8)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (43) Ŷ = 10,90 + 0,75 (50)

Ŷ = 10,90 + 32,25 Ŷ = 10,90 + 28,5

93
Ŷ = 43,5 Ŷ = 39,4

9. Ŷ= a + b (nminimum) 10. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n9) Ŷ = a + b (n10)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (32) Ŷ = 10,90 + 0,75 (45)

Ŷ = 10,90 + 24 Ŷ = 10,90 + 33,74

Ŷ = 34,9 Ŷ = 44,65

11. Ŷ= a + b (nminimum) 12. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n11) Ŷ = a + b (n12)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (44) Ŷ = 10,90 + 0,75 (47)

Ŷ = 10,90 + 33 Ŷ = 10,90 + 35,25

Ŷ = 43,9 Ŷ = 46,15

13. Ŷ= a + b (nminimum) 14. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n13) Ŷ = a + b (n14)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (40) Ŷ = 10,90 + 0,75 (40)

Ŷ = 10,90 + 30 Ŷ = 10,90 + 30

Ŷ = 40,9 Ŷ = 40,9

15. Ŷ= a + b (nminimum) 16. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n15) Ŷ = a + b (n16)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (24) Ŷ = 10,90 + 0,75 (45)

Ŷ = 10,90 + 31,5 Ŷ = 10,90 + 33,75

94
Ŷ = 42,4 Ŷ = 44,65

17. Ŷ= a + b (nminimum) 18. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n17) Ŷ = a + b (n18)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (41) Ŷ = 10,90 + 0,75 (47)

Ŷ = 10,90 + 30,75 Ŷ = 10,90 + 35,25

Ŷ = 41,65 Ŷ = 46,15

19. Ŷ= a + b (nminimum) 20. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n19) Ŷ = a + b (n20)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (47) Ŷ = 10,90 + 0,75 (47)

Ŷ = 10,90 + 35,25 Ŷ = 10,90 + 35,25

Ŷ = 46,15 Ŷ = 46,15

21. Ŷ= a + b (nminimum) 22. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n21) Ŷ = a + b (n22)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (43) Ŷ = 10,90 + 0,75 (45)

Ŷ = 10,90 + 32,25 Ŷ = 10,90 + 33,75

Ŷ = 34,15 Ŷ = 44,65

23. Ŷ= a + b (nminimum) 24 . Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n23) Ŷ = a + b (n24)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (45) Ŷ = 10,90 + 0,75 (49)

Ŷ = 10,90 + 33,75 Ŷ = 10,90 + 36,75

95
Ŷ = 44,65 Ŷ = 47,65

25. Ŷ= a + b (nminimum) 26. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n25) Ŷ = a + b (n26)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (42) Ŷ = 10,90 + 0,75 (42)

Ŷ = 10,90 + 31,5 Ŷ = 10,90 + 31,5

Ŷ = 42,4 Ŷ = 48,4

27. Ŷ= a + b (nminimum) 28. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n27) Ŷ = a + b (n28)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (36) Ŷ = 10,90 + 0,75 (44)

Ŷ = 10,90 + 27 Ŷ = 10,90 + 33

Ŷ = 37,9 Ŷ = 43,9

29. Ŷ= a + b (nminimum) 30. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n29) Ŷ = a + b (n30)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (46) Ŷ = 10,90 + 0,75 (41)

Ŷ = 10,90 + 34,5 Ŷ = 10,90 + 30,75

Ŷ = 45,4 Ŷ = 41,65

31. Ŷ= a + b (nminimum) 32. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n31) Ŷ = a + b (n32)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (38) Ŷ = 10,90 + 0,75 (40)

Ŷ = 10,90 + 28,5 Ŷ = 10,90 + 30

96
Ŷ = 39,4 Ŷ = 49,9

33. Ŷ= a + b (nminimum) 34. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n33) Ŷ = a + b (n34)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (42) Ŷ = 10,90 + 0,75 (44)

Ŷ = 10,90 + 31,5 Ŷ = 10,90 + 33

Ŷ = 42,4 Ŷ = 43,9

35. Ŷ= a + b (nminimum) 36. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n35) Ŷ = a + b (n36)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (45) Ŷ = 10,90 + 0,75 (42)

Ŷ = 10,90 + 33,75 Ŷ = 10,90 + 31,5

Ŷ = 44,65 Ŷ = 42,4

37. Ŷ= a + b (nminimum) 38. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n37) Ŷ = a + b (n38)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (41) Ŷ = 10,90 + 0,75 (49)

Ŷ = 10,90 + 30,75 Ŷ = 10,90 + 36,75

Ŷ = 41,65 Ŷ = 47,65

39. Ŷ= a + b (nminimum) 40. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n39) Ŷ = a + b (n40)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (50) Ŷ = 10,90 + 0,75 (49)

Ŷ = 10,90 + 37,50 Ŷ = 10,90 + 36,75

97
Ŷ = 48,4 Ŷ = 47,65

41. Ŷ= a + b (nminimum) 42. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n41) Ŷ = a + b (n42)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (49) Ŷ = 10,90 + 0,75 (49)

Ŷ = 10,90 + 36,75 Ŷ = 10,90 + 36,75

Ŷ = 47,65 Ŷ = 47,65

43. Ŷ= a + b (nminimum) 44. Ŷ = a + b (nmaksimum)

Ŷ = a + b (n43) Ŷ = a + b (n44)

Ŷ = 10,90 + 0,75 (49) Ŷ = 10,90 + 0,75 (49)

Ŷ = 10,90 + 36,75 Ŷ = 10,90 + 36,75

Ŷ = 47,65 Ŷ = 37,65

98
Lampiran 6

Tabel Penentuan Jumlah Sampel

99
Lampiran 7
Tabel t

100
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001

df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002

41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127

42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595

43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089

44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607

45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148

46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710

47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291

48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891

49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508

50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141

51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789

52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451

53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127

54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815

55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515

56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226

57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948

58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680

59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421

60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171

61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930

62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696

63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471

101
102
103
104
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rijal Patih Hanan


Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 15 Mei 1997
Agama : Islam
Alamat : Ds. Kalibaru Rt. 07/07. Kecamatan Pakuhaji
Kabupaten Tangerang – Banten
Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan:
1. MI Mathlaul’ulum Teluknaga Tahun 2009
2. MTs Al-Amanah Al- Gontory Tahun 2012
3. MA Al-Amanah Al-Gontory Tahun 2015

105
47

Anda mungkin juga menyukai