Anda di halaman 1dari 116

MEDITASI SETYO HAJAR DEWANTORO (KAJIAN

FILSAFAT KEBATINAN JAWA)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:
Ainul Husna Heruditya
NIM: 1113033100010

JURUSAN AQIDAH & FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Assalāmu‘alaykum waraḥmatullāh wabarakātuh

Alḥamdulillāh puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah swt, Tuhan

semesta alam ini yang telah memberikan rahmat dan petunjuknya sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “MEDITASI SETYO

HAJAR DEWANTORO (KAJIAN FILSAFAT KEBATINAN JAWA)”.

Salawat beriringkan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda

kita Nabi Muḥammad saw. Telah membawa kita dari zaman kejahiliyaan menuju

peradaban yang penuh dengan pencerahan, manisnya keimanan dan kesadaran

akan Nur Muhammad. Selain dari itu juga, penulis ucapakan terima kasih kepada

pihak yang sudah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, sehingga

penulisan skripsi ini alḥamdulillāh berjalan dengan baik dan lancar. Tanpa

mengurangi rasa hormat, penulis sampaikai ucapkan ini keapada:

1. Ibu Dra. Tien Rohmatin, MA selaku ketua Jurusan Aqidah Filsafat Islam,

dan Bapak Dr. Abdul Hamid Wahid, MA selaku sekertaris Jurusan Aqidah

Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Rosmaria Sjafariah, W. SS. MSi sebagai dosen pembimbing dalam

menulis skripsi ini yang selalu ada dan meluangkan sebagian waktunya untuk

penulis. Terima kasih yang sangat mendalam atas dukungan semangat dan

ketulusan membimbing penulis, sehingga penulis memeroleh hasil yang baik.

i
3. Bapak Dr. Asep Muhammad Romly, M.Hum sebagai Dosen Penasihat

Akademik penulis yang senantiasa memberi kelancaran penulis hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen khususnya Jurusan Aqidah Filsafat Islam,

civitas akademik, staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan ilmu

pengetahuannya, bantuannya selama penulis belajar di Fakultas

Ushuluddin.

5. Prof. Dr. Ridwan Lubis, Prof. Dr. Aziz Dahlan, Prof. Dr. Mulyadhi

Kartanegara, Pak Muthalib, Pak Nanang Tahqiq, Pak Fariz Pari, Pak

Suryadinata, Pak Syaiful Azmi, Pak Moqsith, Pak Harun dan Ibu Siti

Nadroh. Terima kasih untuk semua inspirasi, nasehat dan kebaikan dalam

meluaskan cakrawala pengetahuan penulis selama belajar di Fakultas

Ushuluddin. Senantiasa mengajarkan kedalaman jiwa dan rasa.

6. Bapak Setyo Hajar Dewantoro telah memberikan wawasan spiritual &

informasi yang penulis butuhkan demi terselesaikannya penulisan skripsi.

7. Dita Setio Heru Perdana teruntuk kemurnian kasihnya untuk penulis,

semoga selalu dalam garis takdir yang indah. Aamiin

8. Orang tua tercinta yakni (Alm) Bapak Heru Sutarto, Bunda Mardianah

S.pd, Papi Edy, Bapak Sholeh, Ayah Naufal, Tua Aji Ali, Eyang Darfiah,

Mbah Sutarno, Aji Seo, Raden Said, Raden Soegianto, Daeng Said, Daeng

Mbora, H. Muhidin, atas kasih sayang dan doa yang tak henti

dipanjatkanpada Tuhan untuk penulis.

ii
9. Kawan-kawan seperjuangan di Aqidah Filsafat Islam, Perbandingan Agama,

Tafsir Hadis angkatan 2013 yang telah mau berbagi ilmu pengetahuan baik di

ruang kelas maupun di luar, sehingga pengetahuan penulis semakin bertambah

kuat.

10. Sahabat belajar dan diskusi Juliandi, Bram Ardianto, Andhika, Aulia

Dzakiyu, Kolik Khoirudin, Robby Muhammad, Faisal Fath Junaidi, Jaenal, Nita

Nurningsih, Fahad. Terima kasih untuk cinta kasihnya, menjadi spirit untuk

penulis.

11. Segenap pengurus grup Osho Indonesia, Spiritual Indonesia, Capacitar

Indonesia, Light Givers, Belajar Luar Sekolah, Super Practitioner dan Teater

Enjuku yang memberi banyak warna kebahagiaan, kesempatan untuk penulis

berlatih, berbagi makna kehidupan membuat kesadaran penulis bertumbuh.

Harapan penulis, semoga skripsi yang penulis buat ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan masyarakt pada umumnya. Oleh sebab itu, kritik dan

saran yang senantiasa membangun sangat penulis harapkan.

Wassalāmu‘alaykum waraḥmatullāh wabarakātuh.

Jakarta, 25 Agustus 2017

Penulis

iii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

‫ا‬ tidak dilambangkan

‫ب‬ b be

‫ت‬ t te

‫ث‬ ts te dan es

‫ج‬ j je

‫ح‬ ẖ h dengan garis bawah

‫خ‬ kh ka dan ha

‫د‬ d de

‫ذ‬ dz de dan zet

‫ر‬ r er

‫ز‬ z zet

‫س‬ s es

‫ش‬ sy es dan ye

‫ص‬ s es dengan garis di bawah

‫ض‬ ḏ de dengan garis di bawah

‫ط‬ ṯ te dengan garis di bawah

‫ظ‬ ẕ zet dengan garis dibawah

‫ع‬ ʹ koma terbalik di atas hadap kanan

‫غ‬ gh ge dan ha

‫ف‬ f ef

iv
‫ق‬ q ki

‫ك‬ k ka

‫ل‬ l el

‫م‬ m em

‫ن‬ n en

‫و‬ w we

‫ھ‬ h wa

‫ء‬ apostrof

‫ي‬ y ye

Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫ﹷ‬ a fatẖah

‫ﹻ‬ i kasrah

‫ﹹ‬ u ḏammah

Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫ﹻي‬ ai a dan i

‫ﹹو‬ au a dan u

Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫آ‬ â a dengan topi di atas

v
‫إى‬ î i dengan topi di atas

‫أو‬ û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan


huruf, yaitu ‫ال‬, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun huruf qomariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-
dîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah atau tasdȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (‫ﹽ‬ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi,
hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata
‫ الضرورۃ‬tidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-darûrah.

Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/h/ (lihat contoh 1). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut
diikuti oleh kata sifat (naʹt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah
tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 ‫طريقة‬ ṯarîqah

2 ‫الجامعة اإلسالمية‬ al-jâmi’ah al-islâmiyyah

3 ‫وحدۃالوجود‬ waẖdat al-wujûd

vi
ABSTRAK

Ainul Husna Heruditya (1113033100010)


Meditasi Setyo Hajar Dewantoro (Kajian Filsafat Kebatinan Jawa)

Setyo Hajar Dewantoro adalah pendiri sekaligus pembina Padepokan


Penging, dengan Meditasi Nusantara beliau menghidupkan kembali tuntunan laku
leluhur Nusantara, membawa diri untuk menuju rasa sejati melalui talenging
manah (pusat hati), yang membawa pada suwung. Meditasi yang beliau
kembangkan bisa menjadi solusi di zaman yang penuh dengan gejolak dan
ketidakstabilan diri.

Menemukan pemurnian diri agar kehidupan damai dan mendapatkan


kebijaksanaan dari dalam diri. Belajar tidak selalu terjebak dengan keadaan diluar
diri.Meditasi beliau bisa diterapkan dengan mudah dan praktis, beliau
menyediakan tehnik-tehnik, meditasi ini bisa dilakukan oleh siapa saja yang
menginginkan menemukan makna kehidupan, kembali harmoni dengan semesta
dan selaras dengan ketetapan Pencipta.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana filosofis meditasi Setyo Hajar


Dewantoro dalam kajian filsafat kebatinan Jawa. Melalui wawancara dan
observasi. diketahui bahwa ada keterkaitan atau kemiripan corak dengan filosofis
kebatinan Jawa.

Kesamaan fokus pada keterhubungan dengan Guru Sejati, memasuki


suwung atau kekosongan murni yang merupakan sangkan paraning dumadi,
filosofis dari meditasi yang beliau berinama MEDSEBA, selain untuk kedekatan
dengan Tuhan juga untuk menciptakan kesehatan dan kebahagiaan.

Kata Kunci: Setyo Hajar Dewantoro, filosofis meditasinya, Kebatinan Jawa.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakanga Masalah ............................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
D. Metode Penelitian ....................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 10

BAB II BIOGRAFI SETYO HAJAR DEWANTORO


A. Riwayat Hidup Setyo Hajar Dewantoro ..................................... 12
B. Pendidikan Setyo Hajar Dewantoro ........................................... 14
C. Tokoh yang mempengaruhi pemikiran ...................................... 15
D. Karya Setyo Hajar Dewantoro ................................................... 16

BAB III FILSAFAT KEBATINAN JAWA


A. Pengertian Kebatinan ................................................................... 17
B. Kebatinan Jawa ............................................................................ 19
C. Islam dan Tradisi Kebatinan ...................................................... 28

BAB IV MEDITASI SETYO HAJAR DEWANTORO


A. Meditasi Secara Umum ............................................................... 34

viii
1. Pengertian Meditasi ......................................................... 34
2. Sikap Tubuh Untuk Meditasi ......................................... 47
3. Manfaat Meditasi ............................................................. 50

B. Filosofis Meditasi nya ............................. ................................... 56


1. Mengenal Diri: Hingsun dan Rasa Sejati ......................... 56
C. Tuntunan Laku Kedjawen Sayekti .............................................. 67
D. Sejarah Meditasi Setyo Hajar Dewantoro .................................... 70

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 74
B. Saran-Saran ................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia telah terjadi banyak perubahan selain perubahan dari

segi ekonomi, kebudayaan, orientasi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, sikap

dan mental dalam menghadapi tantangan zaman pun banyak yang bergeser dari

semestinya. Generasi di saat ini mengalami krisis moral, ketidakstabilan

emosional, pikiran. Hal ini tanpa disadari merupakan sebagian penyebab

munculnya berbagai masalah, keruwetan, kekacauan dimana-mana, permusuhan

baik secara individual maupun antar kelompok. Kurangnya dalam memahami,

mengenali diri sendiri menjadi alasan dalam kuatnya menghakimi sesuatu, tidak

memiliki pengendalian diri dalam merespon suatu kejadian atau masalah akan

membawa pada masalah rumit lainnya. Meditasi Setyo Hajar Dewantoro

membawa angin segar, bisa menjadi solusi untuk menciptakan kedamaian,

keselarasan dalam diri dan alam semesta. Dimana dengan berbagai formula yang

beliau ajarkan lewat meditasinya kita bisa memilih yang sesuai dengan diri kita,

dengan menjadikan meditasi yang beliau ajarkan sebagai laku dalam kehidupan,

kita bisa lebih menerima kesunyataan atau kenyataan dalam hidup serta

menemukan pengetahuan dari kenyataan tersebut. Menjadikan kita lebih belajar

ke dalam diri sendiri, sehingga belajar menerima keadaan diri sendiri, memahami

1
2

makna kehadiran diri sendiri serta orang lain, merasa utuh dan bisa berbagi kasih

sayang dengan sesama.

Dalam khazanah Islam meditasi sudah dicontohkan oleh para sufi

dizamannya. Dengan konsep pemikiran meditasi Nusantara, akan menambah

wawasan tasawuf tentang meditasi. Serta kita bisa kembali menghayati makna

filosofis dan belajar mengikuti laku leluhur yang membawa pada kepolosan

murni, rasa yang selaras dengan semesta sehingga bisa berbagi kebaikan dan kasih

sayang. Penelitian baru-baru ini tentang meditasi yang dilakukan sebelum proses

belajar di mulai banyak menunjukkan dampak baik dari meditasi seperti suasana

kelas tidak ricuh, anak-anak tenang dan meningkatnya konsentrasi saat belajar

serta apa bila anak-anak melakukan kesalahan mereka cepat menyadari untuk

meminta maaf dan bersikap sopan.

Di masyarakat Indonesia hidup dan berkembang berbagai agama.


Oleh karena itu mau tak mau agama yang satu tentu mempengaruhi agama yang
lain, dan penganut agama yang satu bergaul dengan penganut agama yang lain.
Pertemuan antara agama itu dapat melahirkan proses sinkretisme,adaptasi,
akulturasi, atau inkulturasi.1 Fenomena unik itu dapat ditemukan di daerah-
daerah tertentu yang anggota masyarakatnya cenderung kompromistis dan
adaptif dalam beragama, misalnya terlihat pada ajaran agama Jawa-Sunda.2 Tentu
akan melahirkan suatu budaya, baik dari ciri maupun corak karakter yang
beragam. Menanggapi bagian ini penulis melakukan pendekatan dalam hal
sosiologi, yang berdasarkan ilmu sosial atau pengetahuan budaya. Seorang ahli
sosiologi agama di Indonesia, Hendropuspito, mengatakan: “ Sosiologi agama
adalah suatu cabang dari sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama
secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah yang pasti demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.”3
Kehidupan agama secara kolektif dipusatkan pada fungsi agama dalam

1
Istilah-istilah tersebut biasanya dipakai dalam studi antropologi dalam menjelaskan
tentang hubungan antara berbagai kebudayaan, atau menggambarkan saling mempengaruhi satu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Koentjaranigrat, Pengantar Antropologi (PT Aksara
Baru, 1985),h.240-287.
2
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),h. 96.
3
Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1983),h.7.
3

mengembangkan atau menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan


kelompok-kelompok masyarakat.4
Dalam kehidupan spiritual agama tentu ditandai dengan meditasi.

Meditasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat menonjol di kalangan

mereka yang menempuh jalan spiritual, seperti sufi. Dalam Islam meditasi

diajarkan dalam tasawuf.5 Namun banyak manusia yang melupakan bahwa kita

adalah mahluk spiritualitas. Jadi meditasi merupakan jalan memurnikan diri, bisa

dilakukan oleh siapapun yang bertujuan mencari makna kehidupan dan menuju

Rasa Sejati. Meditasi atau Samadhi dalam agama Buddha bukan bertujuan

memeroleh kekuatan batin melainkan mengembangkan sifat-sifat mulia yaitu

kesuksesan hidup dan terbebasnya dari nafsu-nafsu. 6

Melihat fenomena-fenomena yang nyata terjadi, penuh dengan

gejolak emosi dan salah paham dengan keadaan yang hadir. Membuat manusia

terjebak pada dualisme, salah-benar, baik-buruk, membuat kondisi mental

terpuruk dan terhambat untuk maju menuju kualitas yang lebih baik. Ada banyak

hal yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan, sebagai mahluk kesadaran

manusia membutuhkan pengetahuan juga jawaban.

Untuk memecahkan kekeliruan yang menyimpang sebagaimana yang

ditawarkan materialisme dan nihilisme justru terbukti tidak memberikan

kenyamanan psikologis dan kesejahteraan sosial.7 Saatnya kita kembali

menghidupkan suatu kearifan dari tradisi lokal dan kebudayaan yang ada di

4
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama,h. 47.
5
Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik (Tangerang: Pustaka irVan, Oktober 2007),h.1.
6
Oka Diputhera, Meditasi II: Pendidikan Tinggi Agama Buddha ( Jakarta: Vajra
Dharma Nusantara, 2004),h.1.
7
Misbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer
(Jakarta: Shadra Press, 2010),h.91.
4

Indonesia. Dari konsep pemikiran Setyo Hajar Dewantoro tentang Meditasi

Nusantara, membuat kita kembali belajar pada kehidupan primitif para leluhur,

bagaimana mereka menjaga pola hubungan dengan Tuhan, alam dan

keharmonisan dengan sesama? bagaimana mereka menjaga kesehatan dan

kebahagaian mereka dengan cara sederhana, hal tersebut sangat berbeda dengan

kondisi kita di era globalisasi yang seharusnya dengan semakin canggih teknologi

dan semua serba maju kita bisa menemukan kebahagiaan. Tetapi kita terjebak

dengan ilusi, kebahagiaan semu serta keruwetan pikiran yang bisa kapan saja

membunuh. Meditasi sangat erat kaitannya dengan belajar konsentrasi, kesadaran

untuk hadir sepenuhnya, saat ini, detik ini dan menyadari setiap tarikan serta

hembusan nafas kita. Dengan meditasi bisa menghadirkan ketenangan dan

pikiran jernih.

Ditinjau dari sejarah peradaban pada masa dulu, di pulau Jawa yang

merupakan poros nusantara, ada dua etnis utama: Jawa dan Sunda. Sejatinya Jawa

dan Sunda bukanlah nama etnis yang secara seklek terpisah sejak dulu. Penghuni

pulau Jawa pada dasarnya berasal dari etnis yang sama, sesama keturunan Hyang

Surya Bagaskara. Sesungguhnya orang-orang yang dilabeli Jawa dan Sunda itu

satu. Kata Jawa dan Sunda lebih menggambarkan kondisi kesadaran atau capaian

laku, bukan nama etnis. Lebih jelasnya Jawa merupakan sikap hidup selaras

dengan titah dari Gusti Kang Murbeng Dumangdi (Tuhan Yang berkuasa atas

Segala Keberadaan).

Demikian pula kata Sunda juga bukanlah nama etnis. Kata Sunda

ketika dikaitkan dengan kawasan, yaitu tatar Sunda atau nusantara kuno, merujuk
5

ke wilayah nusantara kuno. Sementara Sunda secara esensial berarti

kecemerlangan, merujuk pada karakter terang dan menerangi yang melekat pada

Matahari. Berdasarkan pengertian itu, sejatinya Jawa dan Sunda adalah keadaan

jiwa yang saling berkaitan. Mereka yang Njawanilah yang bisa Nyunda. Mereka

yang telah mengerti hidup apa adanya, yang kemudian bisa menjalani hidup

dengan diterangi kebijaksanaan dan menerangi sesama.8 Dalam Bukunya yang

berjudul MEDSEBA (Meditasi Nusantara Kuno), Setyo Hajar Dewantoro

terdapat laku kedjawen yang diterapkan karena mempunyai makna filosofis.

Menurut Simuh, Islam Kedjawen merupakan perpaduan antara tradisi


Jawa dengan ajaran Islam. Terutama aspek-aspek ajaran tasawuf dan budi luhur
yang terdapat dalam perbendaharaan kitab-kitab tasawuf. Ciri-ciri Islam
Kedjawen, ialah mempergunakan bahasa Jawa, dan sangat sedikit menggunakan
aspek syari’at, bahkan ada yang kurang menghargai syari’at.9 Koentjaranigrat
sebagaimana dikutip Simuh mengungkapkan bahwa: “Agama Jawa atau Kejawen
itu adalah suatu kompleks keyakinan dan konsep-konsep Hindu-Buddha yang
cenderung ke arah mistik, yang tercampur menjadi satu dengan unsur-unsur Islam
dan diakui sebagai agama Islam. Varian agama Islam santri, yang walaupun tidak
sama sekali bebas dari unsur-unsur Animisme dan unsur-unsur Hindu-Buddha,
lebih dekat dengan dogma-dogma ajaran Islam yang sebenarnya.”10

Dalam konsep pemikiran Setyo Hajar Dewantoro, Meditasi Nusantara

kita akan mulai menyelami samudera keaslian diri menuju suwung. Yang akan

membawa kita selalu selaras dengan semesta. Konsep pemikiran Setyo Hajar

Dewantoro tentang Meditasi Nusantara menurut penulis sangat menarik untuk

dikaji, bagaimana makna filosofisnya, bagaimana terhubung dengan Rasa Sejati?

Mendorong penulis untuk mengkaji tentang hal tersebut.

8
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno (Tangerang Selatan:
Javanica, November, 2016),h.100-102.
9
Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi Terhadap
Hidayat Jati (Jakarta: UI Press, 1988),h.2.
10
Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju, 2003),h.81.
6

Merujuk pada paradigma di atas maka penulis ingin menelusuri lebih

jauh tentang konsep pemikiran Setyo Hajar Dewantoro. Untuk tujuan dimaksud

maka penulis akan menelusuri seluk-beluk permasalahan tersebut dengan

menuangkannya dalam bentuk penelitian yang berjudul “MEDITASI SETYO

HAJAR DEWANTORO (KAJIAN FILSAFAT KEBATINAN JAWA).”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan guna menjelaskan pokok

permasalahan, maka pembatasan suatu masalah dalam suatu penelitian harus

dilakukan supaya tidak melebar pada kajian lainnya. Dalam penelitian ini,

pembatasan akan dilakukan pada meditasi pemikiran Setyo Hajar Dewantoro.

Dalam penelitian ini, penulis merumuskan permasalahan.

1. Bagaimana filosofis meditasinya?

2. Bagaimana terhubung dengan rasa sejati?

3. Bagaimana Meditasi Setyo Hajar Dewantoro (Kajian Filsafat

Kebatinan Jawa) ?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Tujuan:

1. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kajian filosofis dalam hal

keterhubungan dengan Guru Sejati dan penyatuan hulun di ajaran

meditasi Setyo Hajar Dewantoro.


7

2. Ingin menjelaskan lebih lanjut tentang keautentikan dalam meditasi

Setyo Hajar Dewantoro yang merupakan laku penyadaran, yang

dapat menemukan kesunyataan, menata diri lebih baik secara rasa,

karsa dan nalar.

3. Selain itu juga, tulisan ini guna melengkapi salah satu persyaratan

pada akhir program Sarjana Jurusan Aqidah Filsafat Islam,

Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, dalam meraih gelar Sarjana Strata 1 (S1).

Manfaat:

1. Diharapkan mendapatkan pengetahuan tentang kajian filosofis

dalam ajaran meditasi Setyo Hajar Dewantoro.

2. Tahu betapa pentingnya meditasi dalam menemukan

pengetahuan, bagaimana terhubung dengan diri sejati, agar

mendapatkan kesehatan dan kebahagiaan dalam kehidupan .

3. Dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi

suatu sumbangan akademik yang bermanfaat di masyarakat,

dan dapat menambah khazanah kepustakaan atau literatur di

Indonesia.
8

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode library

research (studi kepustakaan) dan penelitian lapangan. Teknik ini berupaya

mengumpulkan data-data terkait permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini

melalui berbagai literatur, baik sekunder maupun primer. Dalam hal ini, sumber-

sumber pustaka yang penulis gunakan sebagai rujukan dalam mengumpulkan

informasi dan mengumpulkan data-data ialah dalam bentuk buku-buku, ebook,

skripsi dan artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun

langgkah-langkahnya berikut ini:

1. Pengambilan Sempel: Adapun metode-metode yang digunakan

dalam penelitian ini yakni: Metode Penelitian Kualitatif dengan melakukan

pendekatan studi kasus, yaitu penelaahan terhadap suatu kasus secara mendalam,

mendetail, dan komprehensif.11 Definisi Kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor

adalah “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.”12

2. Pengumpulan Data: Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara

yakni: penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan

dimaksud untuk memeroleh data-data sekunder yang bersumber pada buku-

buku. Adapun penelitian lapangan dimaksud untuk mendapatkan data-data primer

dengan teknis wawancara, angket, dan observasi sebagai upaya

11
Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: CV. Rajawali, 1992),
h.22.
12
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000), Cet. 1, h.3.
9

mengkontruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi,

tuntutan dan memverifikasi bahkan merubah dan memperluas informasi.13

3. Adapun rujukan utama (primary source) dalam penelitian ini

adalah buku karya Setyo Hajar Dewantoro yang berjudul MEDSEBA: Meditasi

Nusantara Kuno dan SUWUNG: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa.. Untuk sumber

sekunder dalam penelitian ini penulis menggunakan buku-buku, skripsi, makalah

dan artikel dari internet yang membahas tentang Meditasi. Buku Meditasi,

karangan Oka Diputhera. Buku Meditasi Sufistik, karangan Sudirman Tebba.

Buku Mantara, Inisiasi, Meditasi dan Yoga, karangan Swami Veda Bharati. Buku

Soul Awareness: Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi, karangan Anand

Krishna. Buku Perkenalan dengan J. Krishnamurti, karangan Krishnamurti

Foundation. Buku Wide Awake: Sadar Sepenuhnya, karangan Diana Winston.

Untuk panduan penulisan skripsi, penulis menggunakan Pedoman Akademik

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012/2013

Program Strata 1, yang diterbitkan oleh Biro Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan

mengenai transliterasinya penulisan mengacu pada sistem transliterasi Jurnal Ilmu

Ushuluddin yang diterbitkan oleh Himpunan Peminat Ilmu-Ilmu Ushuluddin

(HIPIUS).

13
Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. 1,
h.135.
10

E. Tinjauan Pustaka

Sebagai suatu upaya penelitian ilmiah, agar tidak ada atau terjadinya

kesamaan (duplikasi), bahkan pemalsuan atau penjiplakan (plagiasi) dari obyek

penelitian. Maka tinjauan pustaka atau studi kepustakaan ini menjadi suatu yang

harus dijalani dalam penelitian ilmiah ini, guna mendapatkan hasil penelitian yang

murni (orisinil) dari obyek penelitian yang dijalani. Adapun setelah penulis

melakukan tinjauan pustaka ini, maka penulis menyatakan penelitian ini baru

pertama kali dibahas oleh penulis dan penulis tidak menemukan hasil penelitian

dalam bentuk skripsi, dengan tokoh atau obyek penelitian yang sama di

Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan bisa dilakukan secara runtut dan terarah maka

diperlukan sistematika yang jelas. Adapun sistematika dalam penulisan ini,

penulis membuat pembahasan yang terdiri dari lima bab, setiap bab terdiri dari

subbab yakni sebagai berikut: Bab pertama, pendahuluan. Dalam bab ini, penulis

memaparkan tentang latar belakang masalah yakni mengemukakan alasan-alasan

mengapa penulis tertarik untuk mengangkat topik ini, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan

sistematika penulisan.

Bab dua tentang biografi Setyo Hajar Dewantoro. Adapun subbabnya

terdiri dari: riwayat hidup tokoh, pendidikannya, tokoh yang mempengaruhi

pemikiran serta karyanya. Bab tiga, tinjauan tentang filsafat kebatinan, subbab
11

terdiri dari: pengertian kebatinan, kebatinan jawa, Islam dan tradisi kebatinan.

Bab empat membahas tentang meditasi Setyo Hajar Dewantoro. Adapun

subbabnya meditasi secara umum: pengertian meditasi, sikap tubuh untuk

meditasi dan manfaat meditasi. Filosofis Meditasinya: mengenal diri sendiri:

hingsun, rasa sejati, tuntunan laku kedjawen Sayekti dan sejarah meditasi Setyo

Hajar Dewantoro. Bab lima, penutup. Dalam bab ini, penulis membuat

kesimpulan dan saran-saran.


BAB II

BIOGRAFI SETYO HAJAR DEWANTORO

A. Riwayat Hidup Setyo Hajar Dewantoro

Setyo Hajar Dewantoro anak pertama dari lima bersaudara, anak dari bapak Heru Santos
Sultan Hamengku Buwono II. 2 Kyai Rangga Pranadirja (leluhur garis ke 6)
adalah salah satu senopati pangeran Diponegoro yang meninggal dalam
perang melawan Belanda di Kranggan, Temanggung. Dari pihak ibu,
leluhur beliau menjadi kuwi di Wangkelang, Cirebon. Salah satunya dikenal
dengan nama Ki Buyut Karta (leluhur garis ke 5).
Setyo Hajar Dewantoro lahir di Magelang, 13 Juli 1974, tepatnya di
kaki Gunung Tindar yang sering dikatakan sebagai pusat spiritual tanah
Jawa. Setyo Hajar Dewantoro memiliki kegemaran bermain sepak bola,
berpetualangan naik sepeda, suka mencari ikan Cupang, kegemaran bermain
sepak bola masih dilakukan sampai masa SMA, lalu kemudian mulai
menekuni seni teater dan mengikuti organisasi keteateran dengan sangat
serius. Semenjak SMA kelas 3 beliau mendadak sholeh, dengan banyak
berdiam diri di mesjid dan bergabung dengan ukm teater yang ada di
sekolah.3 Beliau pernah juga bekerja sebagai manager program di Fahmina
Institute, direktur di The Grage Institute, manager program di Women Crisis
Center Mawar Balqis, menjabat sebagai direktur Madrasah Terpadu Tunas
Cendekia, wartawan, dan staf ahli untuk sekretaris Ditjen Pendidikan Islam
kementria agama (2008-2012).4

Sejak tahun 2000, ketertarikan saya pada spiritualitas dan


pengembangan diri semakin menguat. Sejak saat itu membuka diri pada
berbagai tradisi spiritual dan pengembangan diri, beliau memulai
mempelajari mistisisme Islam. Selain belajar lewat buku beliau juga belajar
dari beberapa sesepuh di Cirebon, baik dari jalur ilmu hikmah maupun
tarekat. Selanjutnya beliau belajar tentang meditasi, yoga, dan spiritual New
Age. Jiwa universal beliau mulai terbentuk dalam fase ini. Lalu pada tahun
2008, ada satu peristiwa penyadaran yang menggerakkan saya untuk
1
Agama Prasuh merupakan kepercayaan dari Sastrosoewignyo, beliau mendapatkan
wahyu dan menjalankan perintah Rama Pran-Soeh (pengganti kata Gusti Allah) selama 31 tahun,
dari tahun 1890-1921 dan masih di perpanjang hingga tahun 1957. Catatan: SMH. Sirwoko
kemudian menyebarkan kepercayaaan ini sebagai Adam Ma’rifat. Di akses Jum’at, 13 Oktober
2017 dari: http://blogkejawen.blogspot.co.id/2011/04/pran-soeh-ngesthi-kasampurnan-r-
t.html?m=1
2
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Kamis, 8 Juni 2017.
3
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
4
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.

12
13

menemukan jati diri sebagai manusia yang lahir dan hidup di Nusantara.
Saya lalu menjadi sangat bersemangat menggali kembali berbagai ajaran
spiritual yang tumbuh di Nusantara ini, termaksud ajaran spiritual Jawa.5

Bertahun-tahun saya mendedikasikan hidup untuk menemukan


kaweruh6 yang bisa membawa pada kesempurnaan hidup.7Selama 2008
hingga 2013, saya digerakkan untuk berkelana ke berbagai pepunden,
pesarean leluhur, petilasan, candi, gua, hutan dan gunung yang dimengerti
sebagai tempat bagi para praktisi spiritualitas Jawa untuk manekung
(bermeditasi) dan menjalankan laku prihatin. Dulu beliau menjuluki laku
ini sebagai perjalanan menemukan Banyu Perwitasari atau air kehidupan
yang membuat jiwa menjadi murni.8
Saya sempat menjelajah dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa,
Bali, Lombok, hingga Kalimantan dan Sulawesi. Kadang beliau juga tidak
mengerti mengapa beliau diberi fasilitas dan vitalitas untuk terus berkelana.
Di antara tempat-tempat yang pernah beliau kunjungi untuk bermeditasi di
sana, menyatukan segenap rasa dengan semesta di sana, antara lain adalah
Situs Sagara Hyang di kaki Gunung Ciremai Kuningan, Situs Cipari
Kuningan, Purah Parahyangan Agung di kaki Gunung Salak Bogor, Gunung
Padang di Cianjur, komplek gua dan candi di Dieng, berbagai gua di
Yogyakarta seperti Gua Cemal dan Gua Langse, sebagai titik Pantai Selatan
di Yogyakarta seperti Parangkusumo dan Parangtritis, berbagai alas seperti
Alas Ketonggo dan Alas Purwo, Hutan Kramat Dayak Loksado di
Kalimantan Selatan, gunung atau bukit seperti Tindar, Turgo, Puncak
Songolikur, berbagai sendang seperti Sendang Beji di Yogyakarta, Situ
Pajajaran di Majalengka, Sendang Semangling di Semarang, Umbul Jumprit
di Temanggung, Telaga Madirda di kaki Gunung Lawu Karanganyar dan
sebagiannya.9

Sejauh saya mengerti, ini adalah sebuah cara semesta untuk


membangkitkan kesadaran di dalam raga ini, kesadaran yang berakar pada
lapisan jiwa yang sejatinya telah sedemikian panjang mengarungi
kehidupan. Perlu saya tegaskan bahwa saya menerima realitas reinkarnasi.
Dan sejauh saya menyelami diri sendiri, jiwa ini memang berlapis-lapis. Di
balik jiwa terbaru yang terbentuk dari senyawa sang esensi atau ruh dengan
raga saat ini, ada jiwa-jiwa masa lalu. Ada old soul atau jiwa tua di dalam
diri ini. Dan itu dibangkitkan melalui laku pengelanaan ke tempat-tempat
sebagaimana yang telah beliau sebutkan di atas. Melalui perenungan ke
dalam diri, juga penyelarasan diri dengan mahakosmos melalui meditasi di
berbagai tempat yang merupakan portal energi itu, pelan tetapi pasti

5
Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno (Tangerang Selatan:
Javanica, November, 2016),h.13.
6
Kaweruh (bahasa Jawa): pengetahuan.
7
Air Perwitasari: Kesejatian di dalam diri.
8
Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno,h.13.
9
Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno,h.13-14.
14

kebijaksanaan yang pernah beliau raih dalam kehidupan masa lalu secara
bertahap bisa muncul kembali.10

Namun fase ini belum membawa saya pada pengertian yang utuh
terhadap realitas diri, realitas tuhan dan realitas hidup. Namun, beliau
memang punya tekad kuat untuk mengerti kesejatian. Maka, beliau terus
bergerak dan mencari. Beliau tak segan untuk belajar dari siapapun dan
tentang apapun. Beliau benar-benar berhasrat menemukan jawaban-jawaban
atas misteri-misteri kehidupan yang belum sepenuhnya terungkap. Dan
rupanya, sang Penyelenggara Hidup ini punya cara unik untuk menunjukkan
kasihNya. Tuhan Yang Maha Pengasih kemudiaan mempertemukan saya
dengan orang-orang yang memberikan peta untuk bertemu dengan Diri
Sejati dan Guru Sejati. Dengan peta jalan itulah beliau dengan tekun
menjalani laku penjernihan dan penyandaran. Dan terjadilah momen ketika
beliau bisa menyaksikan realitas Dewa Ruci atau Diri Sejati. Di dalam diri
itu terjadi pada 2015. Dan pada tahun yang sama, dalam sebuah meditasi,
realitas jagat raya dan sumber keberadaan dari jagat raya itu tersingkap
dalam mata batin saya.11

Ternyata fase pertemuan dengan Diri Sejati dan keterhubungan


dengan Guru Sejati bukanlah ujung perjalanan. Pertengahan 2016, semesta
memberikan kesadaran bahwa setelah perjalanan ke dalam, saya perlu
berjalan kembali ke luar. Diri kita tak sendiri di jagat raya ini. Kita
terhubung dengan bagian-bagian dari semesta yang luas tanpa batas.
Praktisnya, pada titik ini, saya menyadari keberadaan leluhur yang telah
mencapai kesempurnaan laku. Saat vibrasi12 kita selaras, leluhur yang telah
ada di dimensi lain bisa terhubung dengan kita dan menjadi penyampai
pesan Gusti.13

B. Pendidikan Setyo Hajar Dewantoro

Lulus SD Rejowinangun di Magelang, permulaan remaja beliau hidup


di kota Magelang. Melanjutkan sekolah di SMPN 2 di Magelang dengan
suasana multikultural, biasa bergaul dengan teman-teman dari beragam
etnis dan agama tanpa perbedaan.14 Lalu beliau pindah ke kota Bandung
dan sekolah di SMAN 28 di Bandung. Kemudian masuk STIE Trianandra
Jakarta, tidak lulus. Lulus S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Albiruni
pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Pernah mengikuti organisasi
Pelajar Islam Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

10
Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno,h.14.
11
Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno,h.14.
12
Vibrasi, Vibration: Gelombang.
13
Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno, h.12-16.
14
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Minggu, 28 Mei 2017.
15

Beliau pernah juga pernah bekerja sebagai manager program di

Fahmina Institute, direktur di The Grage Institute, manager program di Women

Crisis Center Mawar Balqis, menjabat sebagai direktur Madrasah Terpadu Tunas

Cendekia, wartawan, dan staf ahli untuk sekretaris Ditjen Pendidikan Islam

kementria agama (2008-2012).15 Namun saat ini beliau hanya berfokus pada

pengajaran tentang meditasi Nusantara dan juga melakukan kegiatan-kegiatan

meditasi yang beliau beri nama Medseba di berbagai daerah-daerah dan kota-kota

yang ada di Indonesia. Seperti di Surabaya, Semarang, Jakarta dan Bogor.

C. Tokoh yang mempengaruhi pemikiran

Setyo Hajar Dewantoro pelajari berbagai tradisi pemikiran pemikir


Islam fundamentalis seperti Hasan al-Bana dan Sayyid Qutub. Beliau
pelajari juga yang modernis seperti Nurholis Madjid, yang revolusioner
Abdullah Ahmed an Naim dan Ashgar Ali Enginner, dan yang kritis
humanis seperti Gusdur. Pernah juga ngaji ditirakat Syatariyah dibimbing
oleh Ca Epi di Cirebon. Lalu pada akhirnya banyak menyelami tradisi
Spiritual Nusantara. Pada mulanya dalam Spiritual Nusantara ini beliau
banyak terpengaruhi oleh Mangkunegara IV dan Rangga Warsita. 16 Beliau
juga pernah membaca serat Wedatama karya KGPAA Mangkunegara IV
dan Rangga Warsita lebih pada petikan-petikannya. Mereka memberi
pengaruh pada tingkat permulaan, membuat beliau keluar dari batasan
dogma agama. Setelah intensif menjalani laku spiritual beliau jarang
membaca lagi. Kesadaran muncul spontan, dan sangat niscaya mirip
dengan apa yang diungkapkan KGPAA Mangkunegara IV dan Rangga
Warsita.17

Dari semua pembelajaran yang beliau lakukan itu membawa beliau

pada pemahaman yang akan membentuk keunikan dari laku dalam meditasi yang

beliau ajarkan. Dimana beliau terus belajar, mengembangkan dan berlatih

sehingga melahirkan tehnik-tehnik meditasi baru memiliki perpaduan yang lebih

baik.
15
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
16
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
17
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Kamis, 8 Juni 2017.
16

D. Karya Setyo Hajar Dewantoro

Karya-Karyanya:

1. Merenda Kejayaan Bangsa melalui Strategi kebudayaan, di

terbitkan kementrian pemuda dan olahraga.

2. Laku Spiritual Satria Pinandhita di terbitkan Lakutama tahun

2012.

3. Meditasi Nusantara Kuno (MEDSEBA) di terbitkan Javanica

tahun 2016.

4. SUWUNG: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa di terbitkan Javanica

tahun 2017.

Karya yang beliau tulis dengan temannya

1. Ruwatan Intelejensia.

2. Formula Hidup Bejo.

3. Mangening.

4. The Secret of Hong.18

18
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
BAB III

FILSAFAT KEBATINAN JAWA

A. Pengertian Kebatinan

Menurut Prof. Kamil Kartapraja menyatakan bahwa kebatinan

(ngelmu kebatinan) adalah suatu ilmu yang bersangkutan dengan ajaran-ajaran

mistik, sufi. Ilmu kebatinan ini disebut juga dengan ngelmu hakekat, ngelmu

sejati, yaitu ilmu yang berusaha mencari hakekat hidup, hakekat manusia, hakekat

Tuhan dan segala yang bersangkutan dengan metafisika (alam gaib). Apa yang

disebut mistik kebatinan menurut Prof. M.M. Djajadigoena, SH, lebih

memperjelas sebagaimana dia menyatakan bahwa yang disebut kebatinan

lazimnya adalah usaha manusia untuk mencapai kesempurnaan dirinya. Tujuan

akhir ialah apa yang dalam bahasa Jawa di sebut manunggaling kawulo Gusti

(bersatunya mahluk dengan khalik). Sedangkan jalan untuk mencapai tujuan itu

disebut samadhi atau meditasi.1

Menurut M. Rasyidi mengemukakan hipotesa tentang asal perkataan


kebatinan. Pertama: Kata “Kebatinan” mungkin sebagai salinan dari pada
arti approfondissement de la vie interriure (memperdalam hidup). Dengan
begitu, maka istilah “Kebatinan” itu baru, yakni suatu manifestasi dari pada
pengaruh “Theosophie.” Kedua: Kemungkinan kedua, ialah bahwa kata
“Kebatinan” merupakan salinan dari pada perkataan; “Occultisme” yakni,
yang tersembunyi dan rahasia, apalagi jika kita ingat bahwa banyak dari
praktek kebatinan yang disebut ilmu ghaib. Ketiga: Kemungkinan ketiga,
ialah bahwa “ Kebatinan” merupakan salinan yang wajar dari pada kata
Arab: Bathiniyah, ada pun arti Bathiniyah di ambil dari kata “Batin”, yakni

1
Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (Semarang: CV Aneka Ilmu, 1999),h.17.

17
18

yang di dalam. Bathiniyah adalah orang-orang yang mencari arti yang


dalam dan tersembunyi dalam Kitab Suci.2

Secara umum menurut Ketua Badan Kebatinan Indonesia (BKKI),

beliau mendefinisikan kebatinan itu demikian: “Semua pemikiran atau tindakan

yang berdasarkan kekuatan gaib (Super Natural) yang mencari dan ingin

mengetahui kenyataan di balik fenonim alam.”3 Kebatinan menegaskan bahwa

satu-satunya sumber pengetahuan tentang Tuhan adalah pengalaman batin

manusia itu sendiri, batin berada pada titik ego manusia. Menurut Prof. M.M

Jayadiguna:” Kebatinan memuat empat unsur penting yaitu: ilmu gaib, union

mistik, sangkan paraning dumadi dan budi luhur.”

Menurut siaran-siaran BKKI pada kongres kebatinan ke-2 di Solo

pada tahun 1956, telah diputuskan dan diramaikan suatu definisi kebatinan

sebagai berikut: “ Kebatinan ialah sumber azaz dan Sila Ketuhanan Yang Maha

Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup.” Menurut hemat Prof.

Dr. H. M. Rasyidi, definisi Kebatinan sebagai : “Sumber asas dan Sila Ketuhanan

Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup”, adalah

suatu definisi yang terbalik. Bukannya Kebatinan yang menjadi sumber

Ketuhanan Yang Maha Esa, akan tetapi: Ketuhanan Yang Maha Esa-lah yang

menjadi sumber Kebatinan. 4

2
M Rasyidi, Islam dan Kebatinan (Jakarta: PT Bulan Bintang,1967),h.63-66.
3
Suwardi Endraswara, Kebatinan Jawa dan Jagad Mistik Kejawen (Yogyakarta:
Lembu Jawa, 2011), h.180.
4
M Rasyidi, Islam dan Kebatinan,h.105-106.
19

B. Kebatinan Jawa

Kebatinan juga sering disebut “Kedjawen”5 atau “Javanisme.”6

Kejawen merupakan campuran (sinkretisme) kebudayaan Jawa dengan

agama pendatang: Hindu, Buddha, Islam dan Kristen. Diantara pencampuran

tersebut yang paling dominan adalah dengan agama Islam. Ajaran kejawen

masih berpegangan pada tradisi Jawa asli sehingga dapat dikatakan

mempunyai kemandirian sendiri. Agama bagi kedjawen adalah

“Manunggaling Kawula-Gusti” (bersatunya hamba dengan Tuhan). Konsep

penyatuan hamba dengan Tuhan dalam pandangan Islam santri dianggap

mengarah pada persekutuan Tuhan atau perbuatan syirik.7 Kebanyakan

penganut kebatinan dengan segala variasinya, selalu menekankan pada upaya

mencapai tingkat kekosongan (suwung) agar dapat diisi dengan kehadiran

Tuhan. Mereka memang ada yang enggan menggunakan semedi atau meditasi

dalam berhubungan dengan Tuhan, namun lebih senang melalui olah rasa dan

sujud pasrah. Sikap semacam ini dilandasi rasa berserah diri (Sumarah)

kepada Tuhan.8 Dalam masyarakat Jawa, pendewaan dan pemitosan terhadap

ruh nenek moyang melahirkan penyembahan ruh nenek moyang (Ancestor

Worship) yang pada akhirnya melahirkan hukum adat dan relasi-relasi

5
Kedjawen (bahasa Jawa) adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan
agama yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap
di Jawa.
6
Abdurrazak Naufal Abas, Analisa Terhadap Tasawuf Jawa Sunan Kalijaga. (Skripsi
S1 fakultas Ushuluddin. Universitas Islam Negri Jakarta, 2013),h.26.
7
Abdurrazak Naufal Abas, Analisa Terhadap Tasawuf Jawa Sunan Kalijaga,h.27.
8
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkritisme, Simbolisme, dan Sufisme Dalam
Budaya Spiritual Jawa ( Yogyakarta: Narasi, 2003), Cet.I, h. 31.
20

pendukungnya. Dengan upacara-upacara slametan, ruh nenek moyang

menjadi sebentuk dewa pelindung bagi keluarga yang masih hidup.9

Pelaku dan penghayat kebatinan Jawa selalu menerapkan sebuah

ngelmu tingkat tinggi. Yakni, ngelmu leluhur yan telah mentradisi. Pada

dasarnya bentuk-bentuk ritual itu dilakukan dengan cara samadhi,

berkonsentrasi dalam posisi tubuh tertentu. Dalam kosmologi Jawa, biasanya

mengikuti proses emanasi. Paham pantheistik yang mewarnai dunia

kebatinan, terdapat pula konsep “ Sang Guru Sejati” pola ajaran demikian ada

dalam kebatinan.10 Melalui pedayagunaan batin seseorang dapat melampaui

batas-batas kewajaran. Pada dasarnya, kebatinan di Jawa adalah penerapan

ajaran-ajaran metafisika. Yaitu sejenis aturan-aturan yang digunakan untuk

menyuburkan kehidupan batin seseorang. Pendalaman ajaran metafisika

melalui mistik kedjawen, laku-laku mereka tempuh untuk menemukan

konsentrasi batin, di dalam kehidupan sehari-hari yang penting adalah

mendapatkan tentreming manah (ketentraman jiwa). Untuk itu orang harus

bisa menghindarkan diri dari “perasaan.” Baik perasaan senang maupun

perasaan susah. Dengan terhindarnya seseorang dari pasang surutnya perasaan

maka jiwa seseorang itu akan selalu tentram. Dibalik badan jasmani manusia

yang kasar terdapat “rasa”, yang merupakan “aku” yang sebenarnya dari

manusia, dan sekaligus manifestasi Tuhan dalam diri manusia. Oleh karena

itu dasar pikiran yang asasi bagi golongan kebatinan kalangan priyayi ialah

9
Simuh, Sufisme Jawa: Transformasi Islam ke Mistik Jawa ( Yogyakarta: Yayasan
Bintang Budaya, 1995), Cet. I,h. 111.
10
Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik Kejawen (Yogyakarta: Lembu Jawa, 2011),h. 41-
60.
21

rasa=aku=Tuhan: tujuan mistik agar manusia menyadari/menghayati

kenyataan tersebut.11

Dunia mistik kebatinan adalah sakral. Hal tersebut tidak terlepas

dari unsur sinkretisme, hidup senantiasa selalu berubah dan berbenah diri.

Mawas diri terus menerus, pembersihan diri agar mampu menyingkirkan

godaan dan hidup akan jernih. Mistik kebatinan tidak lain merupakan upaya

menemukan kebahagiaan sejati. Praktek kebatinan adalah perwujudan dari

pandangan dunia mistik Jawa dimana koordinasi struktrural peristiwa-

peristiwa menjadi “penyebab” terjadinya peristiwa lain. Manusia harus

memainkan peranan sebagai pemegang kunci pembebasannya sendiri

sekaligus menjadi pemilih atas takdir yang akan dijalaninya. Praktek mistik

menampilkan gaya penalaran yang menekankan penggunaan rasa yang

menyingkap pengetahuan secara langsung, dilakukan secara intuitif, tegas dan

disitu kejadian-kejadian serta pengalaman dijelaskan dengan prinsip-prinsip

harmoni dalam kemanunggalan hidup. Dalam kata-kata Sumantri

Mertodipuro: “Kebatinan adalah cara Indonesia mendapatkan kebahagiaan.

Kebahagiaan sejati merupakan cita-cita tertinggi secara spiritual. Ukuran

bahagia sejati bukan penguasaan dunia materi, melainkan spiritual. Di

Indonesia, kebatinan, apapun namanya: tasawuf, ilmu kesempurnaan,

teosofis dan mistik, adalah gejala umum yang selalu menuju pada

kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati identik dengan ketenangan batin.”

11
Suwardi Endraswara, Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik,h.62.
22

Kebatinan memperkembangkan inner reality, kenyataan rohani,

yaitu kondisi batin yang seimbang. Menerimanya kenyataan dengan sebenar-

benarnya dalam menjalani kehidupan, dan dengan menerima manusia dapat

melihat bahwa semua yang hadir sudah begitu adanya, melihat dari sudut

yang lebih tinggi sehingga bisa memahami apa yang terjadi. Kebahagiaan

dalam praktek mistik akan mengantarkan penghayatan kebatinan menemukan

hakikat hidup, yaitu mencapai kemanunggalan. Praktek kebatinan berusaha

untuk berkomunikasi dengan realitas asli: sebagai cabang pengetahuan,

kebatinan mempelajari tempat manusia dalam dunia dan dunia kosmos. Itu

didasarkan atas keyakinan akan adanya kesatuan hakiki antara segala yang

ada. Bisa juga dikatakan sebagai semuanya sudah terhubung secara otomatis

dengan segala yang ada. Setiap yang hidup berkewajiban moral menciptakan

harmoni antara aspek-aspek lahir dan aspek-aspek batin dari hidup ini, dalam

arti bahwa yang batin menguasai dan mengendalikan yang lahir. Kesadaran

diri secara kosmis, akan membangunkan nalar dan rasa, sehingga mudah

menemukan kebahagiaan yang luar biasa.12

Menemukan realitas tertinggi, adalah suatu keadaan yang amat

istimewa dlam hidup. Realitas termaksud amat imajinatif, sulit dibayangkan,

kecuali hanya dihayati dengan rasa. Untuk mencapai realitas tertinggi, pelaku

kebatinan sering melakukan ritual perseorangan dan kolektif. Praktik

kebatinan merupakan usaha perseorangan, adalah usaha pribadi seseorang

yang ingin manunggal ingin kembali ke asal-usulnya, berniat untuk

12
Suwardi Endraswara,Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik Kejawen,h.141-144.
23

mengalami tersingkapnya rahasia ada atau untuk bebeas sama sekali dengan

ikatan-ikatan duniawi. Dalam wayang, banyak kisah yang pokok ceritanya

berupa pencarian pribadi ini. Dalam lakon Bima Suci atau Dewa Ruci, secara

memikat digambarkan usaha pribadi Bima untuk menemukan air suci yang

disebut Banyu Perwitasari yaitu hakikat kehidupan. Begitu juga ahli

kebatinan dianggap harus menyusuri jalan yang sunyi dan berbahaya, penuh

dengan ilusi dan dualitas yang akan membawanya kepada pengungkapan dan

pemahaman akan “Hakekat Tertinggi.” Hakikat tertinggi itu hanya mungkin

dihayati secara batin, dengan olah rasa, laku mistik yang begitu panjang dan

mempesona dengan semua godaan atas pengetahuannya. Akan mengantarkan

penghayat kebatinan memasuki ruang indah kesunyataan. 13

Esensi kebatinan modern terletak dalam penguasaan diri dan

kepekaan. Dalam harapan merealisasikan kesempurnaan hidup, tanpa

memandang lingkungan sosial seseorang. Inilah sebuah cara etis menuju

kebijaksanaan dan keseimbangan yang tidak harus dinyatakan secara religius,

meskipun cara ini selalu mengandung penajaman batin dan latihan

menyempurnakan perasaan ke dalaman intuitif seseorang, atau rasa, untuk

mengecap di dimensi sejati eksistensi. Pandangan ini di ekspresikan dalam

gagasan pencapaian kemanunggalan antara hamba dan Tuhan (manunggsling

kawuda Gusti). Untuk mencapai ini orang harus, mengatasi belenggu yang

mengikat setiap individu dengan eksistensi fenomenal, seperti nafsu dan

rasionalitas duniawi, yang hanya mengiring pada persepsi menyesatkan

13
Suwardi Endraswara,Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik Kejawen,h.146.
24

tentang kebenaran. Kebatinan sebuah upaya berpusat pada individu yang

menempatkan diri terdalam, “aku sejati” (ingsung sejati), pada pusatnya pusat

segala penilaian. Perkembangan rasa inilah yang menjadi tolak ukur

pertumbuhan batin.14

Secara mistik, penganut kebatinan hendak menemukan jati

dirinya. Kebatinan tidak bisa di sejajarkan dengan agama dalam arti

sebenarnya, melainkan hanya sekedar menyerupai, karena pada dasarnya

ajaran kebatinan merupakan perwujudan dari ajaran yang sudah ada pada

agama-agama resmi: Islam, Kristen, Hindu maupun Buddha. Masing-masing

ajaran dari agama-agama tersebut diambil disana sini yang cocok, kemudian

dicampur aduk sebagai sesuatu ajaran sinkritisme. Dalam ungkapan sekarang

lebih dianggap sesuai bahwa merupakan budaya warisan nenek moyang

terdahulu yang dapat diartikan sebagai warisan penghayatan terhadap ajaran-

ajaran agama yang telah mereka peluk sepanjang sejarah.

Melihat kenyataan bahwa penghayat kebatinan/kepercayaan

mayoritas sebagai orang Islam yang kadar keislamannya masih dangkal maka

pembinaannya agar selayaknya diarahkan kepada penghayatan ketakwaan

sesuai ajaran agamnya itu, sebab meskipun mereka mengikuti aliran

kebatinan/kepercayaan tidaklah kehilangan agama yang dipeluknya. Jadi

melihat tujuan kebatinan, dapatlah dikatakan bahwa kebatinan merupakan

gerakan kerohanian yang berupaya ikut membina budi pekerti luhur atas dasar

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk mencapai kebahagiaan

14
Suwardi Endraswara, Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik Kejawen,h.187-188.
25

hidup. Hanya saja meskipun sasaran pembinaan dan unsur-unsurnya

mempunyai kesamaan dengan agama, kedudukannya berada di luar agama

dan tidak bisa disebut agama karena ajaran-ajarannya merupakan campuran

dari berbagai ajaran agama yang ada. 15

Kajian secara historis menunjukkan latar belakang kenapa Jawa

merupakan basis dari berbagai macam aliran, karena pada hakekatnya

kebatinan adalah inti sari dari falsafah orang Jawa yang disebut “ngelmu

kedjawen,”16 atau apa yang oleh Koentjaranigrat disebut sebagai agama Jawi,

yaitu warisan dari agama Islam orang Jawa yang bersifat sinkretis yang masih

mencampur adukan antara agama Islam dengan keyakinan dan konsep-konsep

Hindu-Buddha yang cenderung ke arah mistik.17 Ajaran-ajaran semacam itu

telah ada sejak abad 16-17 M, terdapat dalam kesusastraan suluk yaitu

himpunan syair-syair mistik yang ditulis dalam macapat gaya Mataram,

semacam Suluk Sukarsa dan Suluk Wujil. Demikian juga unsur-unsur

kesusastraan suluk yang bersifat sinkretis dan mistik itu pada akhir abad 18

sampai 19 telah dimasukkan oleh pujangga kraton Mataram ke dalam karya-

karya seperti Serat Centhini dan Serat Cabolek.

Kebatinan sebagai gerakkan pemurnian jiwa, mengetengahkan

ajaran yang mementingkan kehidupan batin/rohani mengutamakan faktor

rasa, hidup gotong royong, jujur, narimo, penghindaran nafsu, kesucian jiwa,

budi luhur, berusaha menciptakan keselarasan dengan masyarakat

15
Ridin Sofwan,Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa,h.14.
16
Niels Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional ( Yogyakarta: Gaja
Mada University Press, 1973).h, 14.
17
Koentjaranigrat, Kebudayaan Jawa ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984).h, 311-312.
26

lingkungannya dan keselarasan dengan Tuhan dalam suasana kesatuan kawulo

Gusti.18

Dalam kebatinan terdapat falsafah hidup Jawa, menekankan laku

untuk mencapai tujuan hidup yang sempurna. Manusia Jawa memiliki

timbunann sistem filosofis berupa endapan pengalaman para pujangga dan

leluhur. Pengetahuan yang berupa pengalaman spiritual itu merupakan

langkah untuk mencari arti kehidupa manusia, asal-usul, tujuan akhir, dan

hubungan manusia dengan Tuhan. Pengetahuan semacam ini sering

dinamakan falsafah hidup Jawa. Yakni suatu sikap hidup yang bertujuan

untuk mencari kesempurnaan hidup melalui pangawikan (ngelmu) sangkan

paraning dumadi dan manunggaling kawula Gusti. Selanjutnya kata

“Kawula-Gusti” termaksud kata kunci dalam ajaran kejawen. Manusia harus

bersikap mendekatkan diri pada Tuhan. Manunggaling kawula Gusti akan

menciptakan ketenangan batin. Manusia merasa menghadap Tuhan melalui

batin, dilandasi suatu kepercayaan bahwa manusia dapat mengadakan

komunikasi langsung atau bahkan bersatu dengan Tuhan (kasunyataan

Agung) melalui tanggapan batin di dalam meditasi.

Tujuan hidup manusia bersatu dengan Tuhan. Persatuan “Kawula-

Gusti” yang dapat dilakukan di dunia dengan jalan manekung, yaitu

mengucapkan kata-kata atau ungkapan kawula-Gusti. Namun persatuan yang

lebih sempurna adalah setelah manusia ajal. Jika manusia mampu manunggal,

ia akan “sakti” maksudnya apa yang dikehendaki dan dikatakan akan terjadi

18
Ridin Sofwan,Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa,h.22-23.
27

seketika. Dalam kaitan ini, Tuhan tetap theis, bukan kosong atau awang-

uwung atau manusia itu sendiri. Tuhan tetap Tuhan, begitu pula manusia.

Manunggaling kawula Gusti merupakan perwujudan sikap manembah.

Manembah adalah menghubungkan diri secara sadar, mendekat, menyatu,

dan manunggal dengan Tuhan. Manunggaling kawula Gusti merupakan

sebuah pengalaman bukan ajaran. Suatu pengalaman yang benar-benar nyata,

tak terbatas (infinity) bagi yang pernah mengalaminya. Pengalaman ini dapat

terjadi secara subyektif maupun dalam bentuk kolektif.

Selanjutnya dalam buku Himpunan Pitutur Luhur (2002:66)

diterangkan bahwa memayu hayuning bawana adalah watak dan perbuatan

yang senantiasa mewujudkan dunia selamat, sejahtera dan bahagia. Manusia

seharusnya bekerja tak dididorong oleh kepentingan diri melainkan untuk

kepentingan bersama. Dalam lakon wayang Ciptaning Mintaraga disebutkan

tentang konsep memayu hayuning bawana. Yakni tokoh Arjuna yang bertapa

untuk mendapatkan kesaktian agar kelak menang dalam peperangan

baratayuda adalah upaya memayu hayuning bawana artinya menjaga

perdamaian dunia. Namun demikian, memayu hayuning bawana tidak sekedar

bermakna dalam kaitan peperangan secara fisik. Memayu hayuning bawana

merupakan kewajiban luhur dan sikap hidup manusia Jawa.

Hakekat hidup tidak akan lepas dari berbuat baik terhadap

sesama. memayu hayuning bawana adalah rangkaian laku mistik yang

berhubungan dengan kesucian dunia. Sikap memayu hayuning bawana

mencerminkan kepekaan manusia Jawa. Dalam menghadapi lingkungan


28

hidupnya, kepekaan hati yang bersih ini akan menjadi modal penyeimbang

batin. Dengan keseimbangan batiniah, manusia akan memiliki ketajaman rasa

dan penghayatan hidup yang mendalam. Dalam kata lain melalui konsep

memayu hayuning bawana, mistikawan akan mampu menjaga keseimbangan

kosmos. Hal ini berarti bahwa prinsip harmoni memang penting demi

tegaknya keselamatan dunia. Dalam hal ini mistikawan secara sadar tetap

menciptakan hubungan baik dengan sesama makhluk. Karena kedetakan

hubungan antar makhluk akan menyebabkan laku mistik menjai kurang

khusuk. Yang dimaksud makhluk, tidak terbatas pada makhluk hidup saja,

melainkan benda-benda mati di sekitar manusia. Disamping itu termaksud

makhluk halus yang ada di sekitar manusia. seluruh makhluk tersebut adalah

komponen hidup yang harus dijaga dan diselamatkan agar tercipta harmoni

dunia.19

C. Islam dan Tradisi Kebatinan

Dalam sistem keyakinan kedjawen klasik, apa yang disebut leluhur

itu adalah orang yang memiliki sifat-sifat luhur pada masa hidupnya dan setelah

meninggal mereka itu selalu dihubungi oleh orang-orang yang masih hidup

dengan upacara adat tertentu. Eksistensi leluhur dalam masyarakat kedjawen

adalah sosok yang arwahnya berada dalam alam ruhani yang dekat dengan Yang

Maha Luhur yang selalu patut untuk diteladani.20

19
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme. Simbolisme, Sufisme dalam
Budaya Spiritual Jawa,h. 33-40.
20
M.B. Rohimsyah. AR, Siti Jenar Cikal Bakal dalam Kejawen Pergumulan Tasawuf
Versi Jawa ( Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006),h. 163.
29

Di lihat dari intensitas pengalaman ajaran-ajaran agama, masyarakat

Jawa terbagi menjadi dua, yaitu kelompok santri dan kelompok abangan.

Kelompok santri adalah kelompok masyarakat yang selalu mendasarkan

perbuatannya pada ajaran-ajaran agama. Sedangkan kelompok abagan masih

mendasarkan pandangan dunianya pada tradisi Hindu-Budha atau kebudayaan

Jawa. Di Jawa Tengah bagian Selatan, misalnya pergulatan santri dan abangan

justru di dominasi oleh kelompok abangan. Secara budaya Clifford Geertz

membagi struktur masyarakat Jaa menjadi tiga bagian, yaitu masyarakat abangan,

priyayi, dan santri. Klasifikasi masyarakat Jawa ini merupakan hasil penelitian

dia di daerah Mojokerto Jawa Timur. Dalam hal ini beliau berkata:

Kaum abangan adalah kelompok yang menitikberatkan segi-segi


sinkritisme Jawa yang menyeluruh dan secara luas berhubungan
dengan unsur-unsur petani di antara penduduk. Kelompok santri
mewakili sikap yang menitikberatkan segi-segi Islam dalam
sinkritisme, pada umumnya berhubungan dengan kaum pedagang dan
petani. Sedangkan kelompok priyayi adalah sikap yang
menitikberatkan pada segi-segi Hindu dan berhubungan dengan
unsur-unsur birokrasi.21

Faham kebatinan ini dalam proses perkembangannya senantiasa

didukung oleh golongan priyayi, yaitu golongan keluarga istana dan pejabat

pemerintahan kraton. Mereka termaksud ke dalam kategori orang-orang Islam

abangan lapisan atas, yakni orang-orang Islam yang kurang mengetahui ajaran-

ajaran Islam dan oleh karenanya tidak mengamalkan syariat Islam. Mereka masih

mempertahankan budaya Hindu, sementara Islam yang datang kemudian

dipandang sebagai unsur tambahan. Unsur Islam diperlukan untuk melengkapi

kata-kata/ungkapan-ungkapan yang diperlukan dalam ajarn mistik. Dalam mistik

21
Abdurrazzak Naufal Abas, Analisa Terhadap Tasawuf Jawa Sunan Kalijaga,h.24.
30

priyayi ini, tidak ada bedanya antara Yang Mutlak (Tuhan) dengan manusia.

Terjadinya persatuan antara manusia dengan Yang Mutlak tergantung dari

kesungguhan usaha manusia. Sedangkan dalam mistik Islam, jelas bahwa Tuhan

(Khalik) berbeda dengan manusia (makhluk). Terbukanya tirai antara manusia

dengan Tuhan (kasyf) adalah merupakan anugerah Tuhan. Namun demikian

mistik priyayi tidak canggung-canggung menggunakan istilah-istilah dalam mistik

Islam yang mungkin sesuai dengan penghayatan mereka, seperti istilah al fana, al

baqa, wahdatul wujud.22

Faham Islam kejawen sesungguhnya telah mulai masuk di kalangan

istana/keraton sejak pemerintahan Sultan Trenggono di kesultanan Demak.

Penghulu istana Demak itu adalah Sunan Geseng, saudara seperguruan Syeh Siti

Jenar, yang mengajarkan mistik manunggaling kawulo Gusti. Dan menantu

Sultan Trenggono dari putrinya yang tertua yaitu Jaka Tingkir atau Mas Karebet

adalah dari golongan Islam kejawen. Disamping sebagai menantu Sultan, dia

semula adalah bupati di Pengging, menggantikan kedudukan ayahnya, yaitu Ki

Kebo Kenanga. Dia juga termaksud salah seorang murid Syeh Siti Jenar.

Sementara itu kakeknya Prabu Brawijaya ke V dari Majapahit, dan sewaktu

kerajaan Demak sudah berdiri Andayanigrat tetap berusaha untuk melanjutkan

dinasti Majapahit dengan segala tradisinya.23

Tak kala Jaka Tingkir keluar sebagai pemenang dalam perseteruannya

dengan Arya Penangsang, dan kemudian ia dikukuhkan sebagai sultan pada tahun

22
Sufa’at M, Beberapa Pembahasan Tentang Kebatinan (Yogyakarta, Penerbit Kota
Kembang,1985),h. 43-44.
23
Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa,h.10.
31

1550 menggantikan Sultan Trenggono dengan gelar Sultan Hadiwijaya, maka

ibukota kerajaan kemudian di pindah dari Demak ke Pajang, sebab disana banyak

orang-orang Islam kejawan yang mendukung pemerintahannya. Pemindahan

pusat kerajaan Islam itu terjadi pada tahun 1568. Penggeseran ini menyebabkan

olehnya diusahakan penyesuaian Islam dengan agama Siwa-Buddha, dan

dengan resmi diwujudkan dalam bentuk ajaran wahdatul wujud atau

manunggaling kawulo Gusti sebagai dasar filsafat kerajaan. Pergeseran itu

diusahakan atas prakarsa Ki Ageng Pengging (Ki Kebo Kenanga), ayah dari Jaka

Tingkir.

Di samping itu pergeseran titik berat pusat pemerintahan ke daerah

pedalaman yang agraris menyebabkan Islam dipaksa untuk menjadi agama

tradisional dan feodal. Keadaan itu tetap berlangsung ketika pusat pemerintahan

bergeser lagi ke Mataram dan mencapai puncaknya pada zaman Sultan Agung

Hanyakrakusuma (1613-1645) yang telah berusaha menyatukan Islam dengan

kepercayaan lama dalam suatu rumusan falsafah kejawen dalam kitab Sastra

Gending. Terjadilah polarisasi kehidupan saat itu, disatu pihak ada kelompok

ulama atau orang-orang yang murni menjalankan syari’at Islam (disebut mutian),

dan dilain pihak terdapat bangsawan dan prajurit Islam yang masih melaksanakan

kebiasaan adat kraton yang sinkretis (disebut ngabangan). 24

Sampai abad 19 Islam telah sempurna mendominasi Jawa. Sepanjang

proses Islamisasi, Islam yang bercorak mistik seakan hanya berbeda sedikit pada

24
Hamka, Sejarah Umat Islam IV (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),h. 166-287.
32

campuran Hinduisme, Buddhaisme, dan Animisme yang telah mendominasi

bangsa Indonesia hampir 15 abad. Hal itu antara lain karena Islam di Indonesia

dan di Jawa khususnya terputus dari pusat ortodoksinya di Mekkah. Sejak akhir

abad 18 sampai dengan menjelang pertengahan abad 19, isolasi Islam Indonesia

dari pusat pancarannya di Timur Tengah mulai pecah. Pada masa itu, dengan

terbukanya perkembangan pelayaran, banyak para kyai dan orang-orang Indonesia

lainnya yang pergi naik haji ke tanah suci Mekkah. Diantara mereka banyak yang

bermukim beberapa lama disana dan menerima pengajaran Islam lebih murni,

yang menekankan pada ajaran isi Al-Qur’an dan Hadis.

Setelah mereka pulang kembali ke tanah air, mengajar di tempat-

tempat pengajian Al-Qur’an, mereka memberi motivasi baru mengenai isi Islam

yang berbeda semangatnya dari ilmu tasawuf yang pantheistis dan polytheistis.

Dan para santri mulai melihat serta menyadari diri sebagai wakil minoritas iman

yang benar dalam rimba kebodohan dan tahayul. Sementara itu dari Hadramaut,

datang pula pedagang Arab dalam jumlah yang selalu banyak untuk menetap di

Indonesia dan menyiarkan ortodoksi Islam di Mesir dan India bergabung untuk

menghasilkan militansi yang lebih kuat di kalangan umat yang benar-benar

muslim. Dan dengan didirikannya Serikat Islam yang kemudian diikuti oleh

Muhammadiyah (1912), kebangunan ortodoksi menyebar dari kota ke desa-desa.

Sebagai akibat dari munculnya ortodoksi ini maka pesantren mulai bisa

membebaskan diri dari pengaruh kebiasaan Hindu, Buddha dan Animisme.

Namun demikian dikalangan santri ini kemudian timbul polarisasi ,

yakni santri tadisionalis di desa-desa yang didukung oleh kyai dan ulama, dan
33

yang lain adalah santri reformis, di kota-kota yang di dukung oleh para pegawai

dan pedagang kelas menengah.25

Seiring dengan kebangunan semangat ortodoksi ini, pada sisi lain

bangun pula semangat keberagaman kejawen. semangat ini yang kemudian pada

masa sesudah kemerdekaan, dengan di dorong pula oleh reaksi terhadap arus

modernisasi Barat, menimbulkan gerakkaan di kalangan suku Jawa yang disebut

kebatinan. Mereka kembali mengambil sikap hidup dengan meneladani ajaran

sebagimana yang tersurat dalam kepustakaan Islam kejawen. Mereka bangkit

mempertahankan apa yang dianggap sebagai nilai asli Jawa. Sekalipun “kebatinan

Jawa” ini terasa menonjol sekali dalam kehidupan bangsa Indonesia, namun tidak

dapat disangkal bahwa kebatinan bukan saja muncul di Indonesia. Namun secara

historis sebelum kemerdekaan kebatinan telah ada, bahkan dapat dikatakan sejak

bangsa Jawa ada.

Menurut pandangan Hamka, kebatinan yang kita dapati sekarang ini,

bila kita tilik sampai ke dalamnya tidak ada di antara kaum kebatinan itu

memungkiri nubuwat Nabi Muhammad, kadang-kadang dicampur aduk dengan

tasawuf ajaran Imam Ghazali dengan ilmu mistik Hindu dan ajaran cinta Kristen,

kadang-kadang bersamadi dan beryoga menurut ajaran Buddha. Percampuran

keyakinan yang manis, ternyata justru mengesankan sikap lembut.26

25
Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha,h.11.
26
Suwardi Endraswara,Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik,h.166-176.
BAB IV

MEDITASI SETYO HAJAR DEWANTORO

A. Meditasi Secara Umum

1. Pengertian Meditasi

Meditasi menurut Setyo Hajar Dewantoro, tentang Meditasi Nusantara


beliau menjelaskan meditasi prinsipnya adalah tindakan untuk melatih
kesadaran dan menjernihkan diri. Di Jawa disebut magening (tindakan
penjernihan diri), di sebut manekung, manembah kang lingkung,
menundukan diri kepada Yang Maha Agung, juga disebut maneges yang
artinya negesaken kasunyatan, menegaskan kenyataan. Meditasi Nusantara
lebih fokus pada proses penyatuan hulun (aku/ego) dengan hingsun (super
ego higher self) yang bertahta di pusat hati atau talenging manah. Di dunia
ini banyak tradisi meditasi ada yang orientasinya pada pendisiplinan pikiran,
ada yang bertujuan mendayagunakan mata ketiga, ada yang menguatkan
simpul Chi di bawah pusar. Sementara dalam tradisi Meditasi Nusantara,
fokus keterhubungan dengan guru sejati, penjernihan jiwa raga. Dan
ujungnya memasuki suwung atau kekosongan murni yang merupakan
sangkan paraning dumadi atau asal dan tujuan hidup.1

Setyo Hajar Dewantoro belajar meditasi sejak tahun 2003, belajar

meditasi karena ingin menemukan kesejatian. Tahun 2008 adalah tahun dimana

beliau benar-benar merevolusi hidupnya. Ada suatu kejadian yang ekstrim, satu

kehidupan yang berat dan itu memaksa untuk menemukan jawaban, suatu subuh

mendapat bisikan dari dalam hatinya untuk kembali ke tanah kelahiran. Beliau

kembali ke Magelang bertemu dengan Pakde nya yang merupakan seorang

dalang, pakde beliau mempunyai asisten bernama Romo Pujiyono yang ahli

kebatinan. Pakde itu yang memberikan petunjuk awal kepada beliau mesti

kemana-mana. Pertama kali beliau mengunjungi petilasan Ki Ageng Langit di

1
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.

34
35

Boyolali, semenjak itu selalu ada bisikan terus untuk menemukan kesejatian lewat

pengelanaan. Sejak saat itu beliau suka berkelanan, beliau ke Kalimantan,

Sulawesi, sampai keberbagai tempat di Jawa. Antara Maret dan April tahun 2016

beliau membuka pelatihan dan diberi nama MEDSEBA di berbagai kota sering

diadakan, beliau mengadakan kegiatan yang sifatnya informal dan formal. Kalau

digabung bisa ratusan yang sudah mengikuti dan mempraktekkan. Yang

mengikuti kegiatan beliau kalau dari sisi agama macam-macam, ada Muslim,

Buddha, Katolik serta terdiri dari berbagai kalangan ada yang dari pengusaha,

kalangan militer, polisi, pejabat, seniman, dokter, para pekerja profesional di

perusahaan besar, para pekerja kasar, anak sekolahan dan mahasiswa.

Meditasi Setyo Hajar Dewantoro ini tentunya berangkat dari

pengalaman pribadi, belajar meditasi yang sudah ada di Nusantara ini sudah

lama. Ketika mendapat kegunaan dari laku yang beliau praktekan kemudian beliau

sebarluaskan dan dibahasakan ke bahasa kekinian. Beliau tidak selalu

mengunakan bahasa Jawa atau Nusantara. Kadang mengunakan bahasa Indonesia

atau Sansekerta. Beliau mengembangkan meditasi Nusantara ini, bukan

penemunya. Pernah memelajari, menjalani, kemudian bisa berkembang.

Mengembangkan dalam pengertian sepanjang prosesnya beliau selalu melakukan

eksperimen dari eksperimen itu bisa muncul tehnik-tehnik baru dan beliau namai

sendiri. Beliau berkesempatan mempelajari manuskrip Jawa Kuno dari Gunung

Klothok, yang di simpan oleh J. R. Basuki yang tinggal di Amsterdam Belanda.

Pada tahun 4436 SM, muncul ungkapan-ungkapan penyadaran dari sosok

bernama Josono yang hidup di kawasan Kediri, Jawa Timur dan banyak
36

melakukan perenungan di Gua Selomangleng, Gunung Klothok Kediri.

Ungkapan-ungkapan penyadaran inilah yang pada saat ini membentuk Ajaran

Hosoko Djowo dan dituliskan dalam berbagai layang atau serat. Apa yang beliau

pelajari dari manuskrip kuno Gunung Klothok itu menjadi sumber data tambahan

dari laku yang beliau ajarkan. Meditasi Nusantara ini memiliki perbedaan dengan

meditasi lainnya dimana lebih banyak mempraktekan meditasi yang fokus di pusat

hati. Diawali fokus dengan aliran napas.

Konsep meditasi yang beliau ajarkan intinya membuat orang bisa

terhubung dan tertuntun oleh diri sejati nya. Diri sejati ini sebetulnya adalah

esensi dari jiwa manusia itu sendiri. Kita menyadari penuh bahwa keberadaan diri

kita ini punya banyak dimensi, punya banyak lapisan-lapisan. Pada lapisan paling

dalam, sejatinya setiap manusia itu mengejahwantahkan diri Tuhan itu sendiri.

Dalam bahasa agama disebut sebagai roh kudus, dalam bahasa Jawa disebut

sukma sayekti. MEDSEBA sebetulnya membuat tertuntun pada sukma sayekti

yang dalam bahasa kekinian disebut sebagai diri sejati. Ketika seseorang sudah

tertuntun oleh diri sejatinya, bisa menjalani hidup dengan murni, tahu mana jalan

hidup yang membawa pada kesukacitaan, bahagia yang hakiki. Di zaman ini

meditasi beliau bisa menjadi solusi karena meditasi ini akan membuat orang

kemudian penuh dengan kewelasasihan, bisa meleburkan keangkuhannya.

Sementara akar konflik pada masa kini adalah keakuan yang meninggi, yang

kedua meditasi ini membawa kita itu menjadi harmoni dengan alam semesta atau

pun yang welas asih tidak hanya pada manusia, tetapi pada alam ini sendiri.
37

Sebetulnya tradisi meditasi ini sudah ribuan tahun silam. Sementara

istilah Kebatinan Jawa muncul belakangan, yang disebut kedjawen juga muncul

belakangan. ada kemiripan kedjawen, kebatinan dan meditasi yang diajarkan

leluhur kita ribuan tahun silam, tetapi pada intinya ini sebuah keautentikan. Ini

tidak ada pengaruh apapapun ia sudah ada sejak zaman dahulu. Orang-orang

sekarang yang mengembangkannya tentu saja tidak bisa menutup diri dari

pengaruh-pengaruh yang sudah ada sekarang. Mengenai tasawuf, beliau sendiri

mengatakan tidak ada hubungannya. Kalau kemiripan mungkin saja ada, beliau

pernah belajar tasawuf tetapi tidak pernah menjadikan pelajaran itu sebagai bagian

dari yang beliau ajarkan lewat proses meditasi.

Sebenarnya Meditasi Nusantara intinya kita menata hidup secara utuh,

jadi kita menata jiwa kita semakin jernih sampai pada titik kita juga menata

kondisi fisik. Fisik kita dan termaksud kita menata aspek finansial kita. Jadi begitu

seseorang terhubung dengan Guru Sejati nya. Diri Sejatinya, maka akan ada

penataan yang utuh. Yang tadinya sakit itu dituntun untuk menjadi sehat, yang

tadinya kurang bahagia dituntun menjadi bahagia, yang tadinya galau menjadi

damai. Sampai pada yang sifatnya masa depan, bagaimana kita bisa

mempersiapkan kematian kita sendiri. Filosofis meditasi ini MEDSEBA itu

singkatan dari meditasi sehat dan bahagia. Jadi kalau orang sudah terhubung

dengan diri sejatinya atau terhubung dengan energi Ilahiahnya, terhubung dengan

kecerdasan paling tinggi dalam dirinya otomatis akan tertata kehidupannya, akan

sehat secara fisik, sehat secara mental, sehat secara finansial dan otomatis dengan

begitu akan menemukan kesukacitaan, atau dibalik, jadi orang dibawa pada
38

penyadaran untuk menerima hidup ini apa adanya. Sehingga bisa bahagia dengan

dirinya sendiri dan ketika itu terjadi, jadi bisa menata semua aspek kehidupannya,

akan disehatkan di semua aspek kehidupannya. Laku kedjawen dalam meditasi

beliau itu hanya formulasi mengikuti aksara, jadi jangan disamakan dengan aliran

kedjawen. Berbeda sekali, tidak ada kaitannya.

Meditasi Nusantara yang beliau ajarkan memiliki beberapa tehnik-

tehnik seperti: (1). tehnik penyadaran napas, (2). tehnik meditasi air suci, (3).

tehnik meditasi api suci, (4). tehnik meditasi terhubung Guru Sejati, (5). tehnik

selaras dengan bapak angkasa dan ibu tertinggi, (6). tehnik gerak rasa, (7). gerak

langit, (8). magnetisme (penarik rezeki). Dalam sesi belajar meditasi, beliau

tidak mengajarkan seseorang untuk menjadi seperti diri beliau. Beliau hanya

membuat orang untuk mengenali dirinya dan pola yang pas untuk dirinya. Atau

pada kenyataannya yang belajar itu punya pengalaman yang unik-unik sesuai

dengan kemampuan dirinya. Ada orang yang setelah belajar menjadi seperti mas

Koko, yang punya keahlian sebagai pelukis jiwa, jadi dia bisa melukis jiwa pada

masa lalu, ada juga orang setelah belajar ini bisa menjadi orang yang sangat tajam

melihat realitas metafisik. Sampai ada yang bisa menjelajahi dimensi-dimensi

lain. Tetapi pada intinya orang ikut meditasi seperti ini karena merindukan

kesejatian dan kebahagiaan. Bagaimana dia ketemu dengan diri sejatinya,

bagaimana bisa menemukan hidup yang bermakna eksisnya. Esensi dasar

membuat kita menyadari keillahian diri kita, jumbuh atau penyatuan tanpa batas

dengan sang sumber hidup. Kenyataannya antara Tuhan dengan kita tak pernah

terpisahkan. Tuhan itu dalam pengertian kita adalah kekosongan yang meliputi
39

segalanya. Agung mengejawantahkan, menjadi roh semesta kemudian dalam diri

kita mengejawantah menjadi roh suci. Yang namanya kemenyatuan itu lebih pada

level kesadaran, bagaimana jiwa itu menyadari dirinya, menyatu dengan Tuhan itu

sendiri. Menyatu berikutnya kita bisa menangkap sebetulnya apa pesan dari

Tuhan yang disampaikan lewat roh suci kita sendiri.

Meditasi Setyo Hajar Dewantoro memiliki tujuan yang sama dengan

kebatinan yaitu manunggaling kawulo-Gusti, yakni bersatunya antara manusia

(kawulo,hamba) dengan Tuhan (Gusti). Tujuan mencapai manunggaling kawulo-

Gusti, dilandasi oleh suatu pemikiran teologis-metafisis “sangkan paraning

dumadi” (asal dan kembalinya segala yang ada). Dari pandangan filosofis tersebut

dapat diketahui ajaran-ajaran tentang Tuhan, manusia dan alam, siapakah

manusia, dari mana asal usulnya, serta bagaimana hubungannya dengan Tuhan.

Menurut ajaran kebatinan, manusia berasal dari Tuhan yang diciptakan oleh

Tuhan melalui proses tanazzul, semacam proses emanasi, dimana Tuhan

mengejawantah atau menjelmakan diri dalam beberapa perangkat emanasi, dan

wujudnya yang gaib sampai pada akhirnya bermuara pada terwujudnya manusia

yang terdiri dari unsur jasmani rohani, yang disebut insan kamil.

Dalam meditasi beliau ada konsep tentang hulun dimana terdapat

kemiripan dengan konsep hulul dari Al-Hallaj (858-922 M). Hulul berarti “

mengambil tempat” maksudnya Tuhan mengambil tempat (menyatu) pada diri

manusia. Konsep hulul dilandasi oleh suatu pandangan bahwa dalam diri manusia

terdapat sifat ketuhanan (al-lahut), dan dalam diri Tuhan terdapat sifat
40

kemanusiaan (al-nasut). Dengan demikian persatuan antara Tuhan dan manusia

bisa terjadi, dan dalam falsafah Al-Hallaj persatuan disebut hulul.2

Walaupun corak pemikiran Setyo Hajar Dewantoro berbeda namun

penulis menemukan kemiripan pandangan dengan filsafat mistik Pytagoras yang

berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal. Meyakini bahwa roh terpenjara di

dalam raga. Dengan demikian manusia harus berusaha melepaskan dan

membersihkannya, dengan berusaha meninggalkan kehidupan materi dan

berkontemplasi untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Filsafat emanasi

Plotinus yang mengatakan bahwa realitas terpancar dari zat Yang Maha Esa.

Dalam tasawuf terdapat tokoh yang memiliki kecenderungan atau terpesona

dengan keadaan fana. Menumbuhkan konsep-konsep hubungan antara manusia

dengan Tuhan, seperti penyatuan (hulul) seperti Abu Yazid al-Bustammi dan al-

Hallaj. Tasawuf sebagai jalan mengenal Allah, pada pencapaian (Ma’rifah),

dimana tampak realitas-realitas secara ketersingkapan (kasyaf), dimana tidak

terdapat adanya dampak akal budi maupun pandangan lahiriah. Ini dikemukakan

oeh Dzunun al-Misri sebagai orang yang membahasnya secara teoritis. Ia

memberikan batasan epistemologi bagi tasawuf dengan kata lain ma’rifah hanya

dimungkinkan dengan pandangan batin. Pengenalan intuitif langsung pada

Tuhan, kefanaan dalam realitas mutlak, Tuhan serta pencapaian ketentraman

kalbu ataupun kebahagiaan.3 Saat meditasi dalam kondisi suwung, walaupun

2
Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (Semarang: CV Aneka Ilmu, 1999),h.86-102
3
Husnul Khotimah, Tasawuf Sebagai Metode Terapi Krisis Manusia Modern
Menurut Pemikiran Buya Hamka (Skripsi S1 fakultas Ushuluddin. Universitas Negri Islam
Syarif Hidatullah Jakarta, 2009),h.17-20.
41

sesaat tidak langgeng beliau pun mengalami ketersingkapan realitas-realitas dan

pengenalan intuitif langsung pada Tuhan.

Konsep Guru Sejati4 dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro yang

menjadi penuntun, pembimbing diri ada juga dalam aliran Pangestu 5. Pokok

Ajaran Guru Sejati bagi Pangestu menitikberatkan pada pendidikan dan

pengelolaan jiwa yang memberikan tuntunan bagi umat manusia dalam bersikap

dan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk menerimanya manusia

tidak hanya perlu menggunakan akal pikiran melainkan yang lebih penting adalah

kesediaan hati nurani dan kesadaran yang paling dalam. Ajaran ini dipastikan

dapat membantu manusia untuk dapat lebih menghayati dan menjalankan ajaran

agamanya dengan lebih baik. Atas prakarsa R. Soenarto organisasi Pangestu

didirikan pada 20 Mei 1949. Organisasi ini terbentuk ketika kota Sala (Solo) di

duduki tentara Belanda. Maksud dan tujuan kehadiran sang Guru Sejati dalam

aliran Pangestu adalah hanya untuk memperbaiki rusaknya kepercayaan (baca:

keimanan) yang benar, namun tidak untuk mengganti tatanan atau aturan Tuhan

yang telah ada yang umumnya disebut agama serta juga tidak untuk mendirikan

agama baru. Sang Guru Sejati hanya hendak menunjukkan jalan yang benar dan

jalan simpangan serta mengingatkan kepada mereka yang lupa akan keewajiban

suci, juga memberikan petunjuk tentang pengelolaan hati dan cipta bagi mereka

yang percaya.

4
Guru Sejati dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro adalah Tuhan yang mempribadi
di dalam diri, berperan sebagai penuntun.
5
Pangestu adalah nama aliran yang terdapat dalam Kebatinan Jawa
42

Pada intinya ajaran Guru Sejati memberikan pelajaran dan petunjuk.

Mengingatkan semua umat yang lupa akan kewajiban suci, yaitu mereka yang

ingkar (murtad) terhadap perintah Tuhan.6 Selain itu juga terdapat kemiripan

pada konsep kelahiran kembali atau reinkarnasi dengan aliran Sumarah,7

Pangestu.

Pandangan Setyo Hajar Dewantoro tentang reinkarnasi. Satu realitas


yang saya mengerti adalah mengenai perjalanan jiwa. Bahwa sejatinya diri
ini, sang aku-sebagai pengejawantahan dari Hyang Maha Agung atau Sang
Suwung telah mengalami berbagai fase kehidupan. Diri ini pernah ada di
masa silam, dengan raga berbeda, nama berbeda dan tempat kehidupan
berbeda. Inilah yang dinamai reinkarnasi atau proses tumimbal lahir.
Banyak jiwa yang merupakan titisan dari pribadi di masa lalu. Salah satu
tonggak penting dalam laku spiritual adalah bagaimana bisa jumbuh dengan
jiwa di masa lalu dalam rangka menumbuhkan kembali memori, kesadaran,
dan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan masa kini.8

Terkait dengan ini saya dituntun untuk melakukannya dengan dua


cara. Pertama, sering melakukan meditasi untuk terhubung dengan Diri
Sejati dan jumbuh dengan jiwa-jiwa agung yang ada dalam diri.
Meditasinya sering kali disertai dengan gerak mengikuti dorongan rasa.
Kedua, saya mengunjungi tempat-tempat yang terkait dengan masa lalu.
Diantaranya Candi Gunung Kawi di Tampaksiring, Gianyar,Bali. Beliau
memiliki ikatan rasa yang kuat dengan tempat ini. Spiritualitas menekankan
pendayagunaan perangkat dalam diri manusia yang belum di kenal di dunia
sains. Perangkat inilah dalam pembendaharaan spiritual Jawa dikenal
dengan Rasa Sejati. Inilah perangkat nonfisik yang ada di relung jiwa
manusia, diujung pangkal aliran napas manusia yang berfungsi untuk
mengetahui keberadaan dan kesunyataan melalui sistem deteksi getar.
Pejalan spiritual yang mendayagunakan rasa sejatinya dapat memasuki
kesadaran spirit atau kesadaran roh. Kesadarannya tidak lagi dibatasi hasil
kerja otak yang mengolah masukan data dari pancaindra. Dengan kesadaran
spirit atau kesadaran roh yang berbasis pada rasa sejati, manusia bisa
menyelami kesunyataan jagat raya dalam dimensi yang paling halus.
Tergantung pada tingkat kematangan jiwa dan talentanya.9

6
M.Cairul Anwar, Ajaran Panembahan Dalam Pangestu (Skripsi S1 fakultas
Ushuluddin. Universitas Islam Negri Jakarta, 2013),h.19-22.
7
Sumarah adalah nama aliran yang terdapat dalam Kebatinan Jawa.
8
Setyo Hajar Dewantoro, Suwung:Ajaran Rahasia Leluhur Jawa (Tangerang Selatan:
Javanica, September 2017),h. 21.
9
Setyo Hajar Dewantoro, Suwung: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa,h.21-32.
43

Dalam meditasinya, beliau mengerti suwung10sebagai keadaan ketika

segala menjadi luruh dan terlampaui, termaksud keberadaan diri, hingga yang ada

tinggal kesadaran. Sebagai pelaku meditasi merasakan tubuh sirna, tetapi

kesadarannya tetap ada. Dalam kesadaran spiritual Jawa menurut KGPAA

Mangkunegara IV,11 suwung sebagai realitas puncak yang dimengerti saat

menyelami diri, sekaligus sebagai sikap jiwa meditatif. Dan ketika seseorang

memasuki kesadaran ini, lebur dalam kekosongan yang menghidupi dan meliputi

segenap yang hidup, jiwa pun diubah. Menjadi jiwa yang tenang, tentram dan

damai. Sementara menurut RMP Sosrokartono,12 suwung sebagai sikap mental

seseorang yang telah masuk pada kesadaran kejumbuhan atau kemanunggalan

tanpa batas dengan Sang Sumber Hidup. Gerak nalar, rasa, dan tubuhnya selaras

dengan tuntunan Sang Guru Sejati yang mengalir dari telenging manah atau pusat

hati melalui getar lembut Rasa Sejati. Mereka yang berkesadaran melampaui

semuanya dan masuk pada kepasrahan total.13 Rasa Sejati14 inilah sumber

ketenangan kekal, terhubung dengan rasa sejati adalah jembatan menuju suwung.

10
Suwung menurut Setyo Hajar Dewantoro adalah menyadari kemenyatuan tanpa
batas dengan semesta dan bisa menyaksikan sumber segala keberadaan.
11
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV adalah adipati di Keraton
Mangkunegara Surakarta. Ia lahir pada 3 Maret 1811 (Senin Pahing, 8 Sapar 1738 Tahun Jawa
Jumakir, Windu Sancaya) dengan nama kecil Raden mas Sudira. Ayahnya bernama KPH
Adiwijaya I, Sementara ibunya putri KGPAA Mangkunegara II bernama Raden Ajeng Sekeli.
12
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Kabupaten Jepara, adalah kakak kandung
dari Raden Ajeng Kartini.
13
Setyo Hajar Dewantoro, Suwung: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa,h.13-16.
14
Rasa Sejati menurut Setyo Hajar Dewontoro adalah perangkat nonfisik yang ada di
relung jiwa manusia, diujung pangkal aliran napas manusia yang berfungsi untuk mengetahui
keberadaan dan kesunyataan melalui sistem deteksi getar. Pejalan spiritual yang mendayagunakan
rasa sejatinya dapat memasuki kesadaran spirit atau kesadaran roh. Kesadarannya tidak lagi
dibatasi hasil kerja otak yang mengolah masukan data dari pancaindra. Dengan kesadaran spirit
atau kesadaran roh yang berbasis pada rasa sejati, manusia bisa menyelami kesunyataan jagat raya
dalam dimensi yang paling halus.
44

Menurut Setyo Hajar Dewantoro penyatuan dengan Tuhan itu

setidaknya ada 2 level. Pertama, menyatu atau terhubungnya kita dengan

manifestasi Tuhan di dalam diri yang disebut Guru Sejati atau Dewa Ruci. Kedua,

seorang pejalan spiritual mengalami kondisi memasuki dimensi kegelapan total

yang meliputi segalanya dimana tak ada apa-apa lagi, bahkan terasa diri luruh

sirna, yang tinggal hanyalah kesadaran. Kondisi kedua hanya dicapai setelah

melampaui kondisi pertama. Saat hidup dicapai saat meditasi. Tetapi bukan yang

langgeng, itu pengalaman sesaat.15

Menurut J. Krishnamurti seorang guru spiritual, memberikan definisi

meditasi yang jelas. Ia berkata:16

meditasi bukanlah pelarian diri dari dunia; bukan kegiatan mengisolasi

diri, tetapi lebih merupakan pemahaman dunia dan kehidupan. Tidak banyak

yang ditawarkan dunia selain dari pangan, sandang, papan, dan kenikmatan yang

membawa penderitaan. Apa yang penting dalam meditasi adalah kualitas hati dan

pikiran. Itu bukan yang anda capai atau apa yang anda katakan telah anda capai,

tetapi lebih merupakan kualitas pikiran yang suci dan mudah menerima. Melalui

peniadaan, ada keadaan positif. Semata-mata berkumpul atau tinggal di dalam,

mengingkari kemurnian meditasi. Meditasi bukan suatu cara mencapai tujuan,

tetapi sekaligus merupakan cara dan tujuan. Pikiran tidak pernah dapat dibuat

menjadi suci melalui pengalaman. Tetapi peniadaan pengalamanlah yang dapat

membawa keadaan positif tanpa noda yang tidak dapat dikembangkan melalui

15
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Kamis, 7 September
2017.
16
Sri Dhammananda, Meditasi Untuk Siapa Saja (Yayasan Penerbit Karaniya,
2003),h. 10-11.
45

pemikiran. Pemikiran tidak pernah bebas noda, meditasi adalah akhir dari

pemikiran, bukan oleh meditator, karena meditator adalah meditasi. Jika tidak ada

meditasi, maka anda seperti orang buta di dunia yang penuh keindahan, terang,

dan warna.

Umat Buddha tidak pernah dipaksa untuk bermeditasi, tetapi meditasi

dapat membantu kita untuk menghargai ajaran Sang Buddha. Yang menjelaskan

sifat kehidupan, sifat dunia dan kondisi duniawi, sifat dasar penderitaan, dan sifat

dasar kesenangan yang fana. Dengan memahami sifat sejati hal-hal yang

terkondisi, kita menyadari bahwa semua sensasi yang kita rasakan adalah ciptaan

pikiran. Kita juga menyadari bahwa untuk meraih kebahagiaan, kita harus

menenangkan dan mengendalikan pikiran. Agar latihan meditasi mendatangkan

hasil yang baik, kita harus mendisiplinkan pikiran dengan keyakinan diri.

Meditasi juga menguatkan pikiran dan membantu kita memahami segala sesuatu

dengan tepat.17

Selanjutnya menurut Anand Krishna seorang ahli meditasi dan

spiritual dalam Yoga Sutra Patanjali bagi orang Modern―meditasi adalah

pelampauan mind. Meditasi bukanlah untuk mengasah mind supaya bisa

digunakan secara optimal. Tidak, bukan itu maksud dan tujuan meditasi. Mind

lahir dari dualitas, konflik adalah sifatnya; mengasah mind berarti membuatnya

lebih cakap berkonflik.18 Gugusan Pikiran dan Perasaan atau Mind yang prima

adalah mind yang sudah bertransformasi menjadi buddhi atau inteligens.

17
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h. 12-13.
18
Anand Krishna, Soul Awareness: Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi
(Jakarta: PT Gramedia, 2016),h. 88.
46

Sesungguhnya inilah tujuan dari meditasi yakni mengolah mind menjadi

menjadi buddhi atau inteligens.19

Sesungguhnya dasar meditasi adalah kodrat hidup tiap insan yang

telah diciptakan oleh Sang Pencipta, Tuhan seluruh alam, sebab segala yang hidup

telah dibekali olehNya suatu kemampuan alami (Natural Inteligency) untuk

melestarikan kelangsungan hidupnya, melalui proses alami pernapasan,

keseimbangan antara pemakaian energi hidup dengan penghimpunan kembali

sumber energi hidup itu, antara gerak dengan diam dan seterusnya. Proses alami

yang seimbang inilah proses meditatif, yang sesungguhnya disadari ataupun tidak

tetap berjalan, merupakan proses yang tidak hentinya selama hayat dikandung

badan.

Menurut B Sidartanto Buanadjaya meditasi adalah total relaksasi,


menumbuhkan harmoni fisik dan psikis, serta keseimbangan pemakaian dan
penghimpunan sumber energi hidup (Chi, Prana) secara sadar dan
berkesinambungan.20 Chi atau Ki yang juga berarti energi (tenaga) vital
(sering juga disebut sebagai tenaga dalam, atau Prana dalam bahasa
Sansekerta).21

Umumnya sebagian besar dari pemeluk agama mencari Tuhan di luar

dari dirinya sendiri. Meditasi adalah pertemuan atma dengan paramaatma,

diantara jiwa dengan jiwa seru sekalian alam, antara titik-titik air dengan samudra

luas. Jalan yang di tempuh adalah pemusatan pikiran.22dalam bahasa Pali, bahasa

di kita-kitab agama Buddha, ada kata mana, yang berari “mengukur,”

19
Anand Krishna,Soul Awareness: Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi,h. 87.
20
B Sidartanto Buanadjaya, Meditasi: Statik & Dinamik (Solo: CV Aneka, 1994),h.7-
8.
21
Irmansyah Effendi, Rei Ki: Tehnik Efektif Untuk Membangkitkan Kemampuan
Penyembuhan Luar Biasa Secara Seketika (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007),h.1-3.
22
Cudamani,Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta:Yayasan
Wisma Karma, 1987),h.181-182.
47

kebanggaan,” atau “ego.” Terjemahan lainnya adalah “membandingkan.”

Meditasi memberikan kesempatan, mengamati pikiran dan mempelajari cara

kerjanya.23

2. Sikap tubuh untuk meditasi

Meditasi tidak membutuhkan atau memerlukan perlengkapan yang

banyak dan rumit. Ada yang biasa menggunakan bantal bulat untuk meditasi

(disebut zafu), beberapa orang suka bermeditasi sambil duduk di kursi atau duduk

di lantai. Beberapa orang bermeditasi sepuluh menit saat baru mulai, 24 semua

tergantung dengan cepatnya seseorang masuk di kondisi meditatif, lama atau

sebentarnya durasi dalam meditasi tidak terlalu berpengaruh jika kita tidak masuk

dalam kondisi meditatif. Karena kondisi meditatif akan memberi dampak yang

lebih baik. Relaksasi secara total fisik dan psikis, pernafasan yang dalam dan

halus sewajarnya. Sehingga sirkulasi darah serta penyerapan oksigen optimum,

tercapai harmoni tubuh dan jiwa.25

Cara mana saja diperbolehkan dan baik juga mencoba-coba sampai

menemukan sikap tubuh yang paling nyaman. Sikap tubuh terbaik untuk meditasi

adalah sikap yang mana anda bisa duduk tenang, terasa nyaman dan punggung

tegak, jika sikap tubuh anda tenang, otomatis akan membuat pikiran tenang dan

23
Diana Winston, Wide Awake: Sadar Sepenuhnya Panduan Buddish Bagi Remaja
(Pustaka Karaniya, 2007),h.168-172.
24
Diana Winston, Wide Awake: Sadar Sepenuhnya Panduan Buddish Bagi
Remaja,h.93-94.
25
B Sidartanto Buanadjaya, Meditasi: Statik & Dinamik,h.10.
48

waspada. Jaga punggung setegak mungkin namun tidak kaku dan otot perut harus

santai.26

Jika duduk bersila di bantalan, untuk kestabilan usahakan posisi

pinggang lebih tinggi dari pada lutut. Anda harus stabil pada tiga titik: kedua lutut

dan pantat. Jika lutut tidak menyentuh lantai, cobalah duduk lebih tinggi, atau

tambah sebuah bantal lagi dibawah lutut anda. Jagalah punggung tegap, jangan

terlalu kaku, tetapi lurus. Jika duduk di kursi, jangan membungkuk, jagalah

punggungmu tegap, tetapi tidak kaku. Jika mungkin, jangan bersandar ke

sandaran belakang, karenan nanti anda akan tertidur.

Dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro, terdapat metode Infinity27

yang terdiri dari beberapa posisi dan ini dilakukan sembari menikmati aliran

napas yang natural.28

1. Penyatuan Langit dan Bumi: Diri kita terdiri dari unsur Langit

yaitu ruh/spirit dan unsur Bumi. Keduanya diselaraskan agar kita

bisa menjadi manusia seutuhnya.

2. Penyatuan Seluruh Unsur Diri: Jiwa manusia dilengkapi berbagai

perangkat: kesadaran, rasa, nalar dan kehendak. Karena itu semua

disatukan dalam alur kehidupan yang selaras dengan kehendak

Tuhan. Secara utuh kita hidup mengalir bersama dengan aliran

semesta.

26
B Sidartanto Buanadjaya,Meditasi Untuk Siapa Saja,h.209.
27
Infinity artinya tidak terbatas
28
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno (Tangerang Selatan:
Javanica, November, 2016),h. 146-149.
49

3. Penataan Nalar: Nalar manusia adalah perangkat jiwa yang paling

aktif. Selalu bergerak ke sana kemari sehingga dalam pewayangan

disimbolkan dengan binatang Kera. Nalar yang demikian membuat

manusia tak bisa hening dan terhubung dengan Guru Sejati di

dalam diri. Maka, ia perlu ditata agar menjadi lebih harmoni

dengan Rasa Sejati dan seseorang bisa hidup dalam tuntunan Guru

Sejati.

4. Penyandaran Energi Tak Berputusan: Manusia berkesadaran

adalah manusia yang tatanan energinya harmonis. Sejatinya

disemesta ini mengalir energi yang tak berkeputusan, sempurna,

infinity. Realitas inilah yang perlu diejahwantakan ke dalam diri:

energi kosmik mengalir tiada putus di sekujur tubuh kita.

5. Terima Kasih pada Seluruh Keberadaan: Keberhasilan dalam laku

spiritual sejatinya merupakan anugerah dari Gusti Yang Maha

Pengasih. Itu juga bisa terjadi berkat tuntunan dan dukungan dari

para pembimbing spiritual, para leluhur, para guru suci, juga doa

orang tua. Karena itu, sebagai pungkasan Meditasi Infinity ini, kita

menyampaikan terima kasih kita setulus-tulusnya kepada segala

keberadaan.

Merasakan pernafasan adalah latihan konsentrasi dan kesadaran yang

paling dasar dari meditasi pada umumnya. Perhatikanlah bahwa anda sedang

bernafas. Tubuh selalu bernafas tetapi anda jarang memerhatikankan. Tidak perlu
50

mengendalikan nafas, bernafaslah secara normal melalui lubang hidung (tutup

mulut). Bawa kesadaran anda pada tempat di dalam tubuhmu dimana anda

merasakan bernafas.

Untuk beberapa orang pernafasan terasa jelas di bagian perut. Anda

bisa merasakan perutmu naik turun, dan merasakan semua sensasi seperti tekanan,

gerakan, mengembang dan mengempis. Atau merasakan pernafasan di rongga

hidung. Diujung hidung anda bisa merasakan sensasi sejuk, tergelitik atau geli,

atau hangat. Temukan tempat dimana nafas terasa paling kuat. Anda mungkin

perlu menggerakkan pergantian bergiliran dari hidung, dada, dan perut sampai

bisa menentukan dibagian mana yang paling dominan. Setelah dipilih, pusatkan

perhatian di situ. Tetap perhatikan pernafasan, fokus pada titik tersebut, selama

waktu yang anda tentukan, berusahalah menyadari sebisa mungkin.

3. Manfaat Meditasi

Di abad ke-21 manusia modern kembali menghidupkan lagi latihan

meditasi. Tidak memandang agama apapun, hampir semua orang melakukan laku

meditasi di kehidupannya sehari-hari. Karena setiap diri dari kita membutuhkan

jeda dan titik hening, agar dapat melihat dengan jernih segala masalah, baik

dalam memahami suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan.

Ada banyak kejutan-kejutan yang timbul dari realita dalam hidup, yang tidak

sesuai dengan keinginan kita dan bisa menimbulkan dampak negatif untuk

perkembangan diri baik dari segi mental, kesehatan dan keberlangsungan dalam

menjalani kehidupan di dunia.


51

Manfaat-manfaat meditasi secara umum sebagai berikut:

 Mengembangkan konsentrasi dan ketajaman pikiran.

 Memberikan perlindungan diri, intuisi dan arahan dalam membuat

pilihan hidup.29

 Jika anda seorang yang sibuk, meditasi dapat membantu anda

membebaskan ketegangan dan mendapatkan relaksasi.

 Jika anda seorang yang penuh kekhawatiran, meditasi dapat

menenangkan anda dan membantu anda menemukan kedamaian

pikiran.

 Jika anda seorang yang selalu ditimpa permasalahan, meditasi

dapat membantu anda membangun keberanian dan kekuatan

untuk menghadapi dan mengatasinya.

 Jika anda kurang percaya diri, meditasi dapat membantu anda

menemukan kepercayaan diri yang merupakan kunci kesuksesan

hidup.

 Jika anda sering mengalami ketakutan, meditasi dapat membantu

anda untuk memahami sifat sejati dari permasalahan yang

membuat anda takut sehingga anda bisa mengatasi ketakutan

dalam pikiran.

 Jika anda selalu tidak puas terhadap segala sesuatu dan

tampaknya tidak ada hal yang memuaskan dalam hidup, meditasi

29
Diana Winston, Wide Awake: Sadar Sepenuhnya Panduan Buddish Bagi
Remaja,h.92.
52

dapat memberi anda kesempatan untuk membangun dan

mempertahankan rasa tercukupi dalam diri anda.

 Jika anda sangsi dan tidak tertarik akan jalan hidup beragama,

meditasi dapat membantu anda keluar dari kesangsian dan melihat

nilai-nilai praktis dari tuntunan keagamaan.

 Jika anda frustasi dan patahati karena kurangnya pemahaman

terhadap kehidupan dan dunia yang tidak pasti ini, maka meditasi

dapat benar-benar membimbing dan membantu anda untuk

memahami kondisi dunia yang selalu berubah.

 Jika anda orang kaya, meditasi dapat membantu anda menyadari

bahwa tidak ada harta benda yang dapat anda miliki

sesungguhnya, dan bagaimana menggunakannya bukan hanya

untuk kebahagiaan anda sendiri tetapi juga untuk kebahagiaan

orang lain.

 Jika anda orang miskin, meditasi dapat membantu anda

membangun rasa tercukupi dan untuk tidak iri terhadap orang-

orang yang memiliki lebih dari anda.

 Jika anda orang muda di persimpangan jalan kehidupan, dan anda

tidak tahu ke mana anda harus pergi, meditasi dapat membantu

anda memilih jalan yang tepat untuk meraih tujuan anda.

 Jika anda orang lanjut usia yang telah jenuh terhadap kehidupan,

meditasi dapat membawa anda ke pemahaman yang lebih


53

mendalam akan kehidupan: pemahaman ini pada gilirannya akan

melepaskan derita anda dan meningkatkan keceriaan hidup.

 Jika anda mudah marah, dengan meditasi anda dapat

mengembangkan kekuatan untuk mengatasi sifat marah, benci

dan dendam untuk menjadi orang yang lebih tenang dan sabar.

 Jika anda iri, melalui meditasi anda dapat memahami bahwa sifat

mental negatif tidak akan membawa manfaat apapun.

 Jika anda sulit mengurangi nafsu akan kesenangan indera, melalui

meditasi anda dapat belajar bagaimana menjadi tuan atas nafsu

indera anda.

 Jika anda ketagihan minuman keras atau obat bius, melalui

meditasi anda dapat mengatasi kebiasaan berbahaya yang telah

memperbudak anda.

 Jika anda orang yang berpikiran sempit, meditasi dapat

membantu anda mengembangkan pengertian yang bermanfaat

bagi diri anda, teman, dan keluarga anda untuk menghindari salah

pengertian.

 Jika anda sangat dipengaruhi emosi, dengan meditasi emosi anda

tidak akan mendapat kesempatan untuk menjerumuskan anda.

 Jika anda menderita gangguan syaraf atau mental, meditasi dapat

membangkitkan kekuatan positif dalam pikiran dan jasmani untuk

memulihkan kesehatan anda, terutama dari masalah-masalah

kejiwaan.
54

 Jika anda mengalami berpikiran lemah dan merasa rendah diri,

meditasi dapat menguatkan pikiran anda dan membangun

keberanian anda untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diri.

 Jika anda orang yang bijaksana, meditasi akan menuntun anda ke

kebijaksanaan tertinggi dan anda akan melihat segala sesuatu

seperti apa adanya, bukan seperti tampaknya.30

Demikian beberapa manfaat praktis dari meditasi yang dapat diperoleh

bila kita tekun dalam berlatih. Manfaat-manfaat seperti ini bisa didapatkan serta

dikembangkan dalam meditasi. Tinjauan modern terhadap meditasi oleh Lily de

Silva adalah seorang Profesor studi Buddhis di Universitas Peradeniya, Sri Lanka.

Menurut beliau studi yang dilakukan oleh penelitian seperti Walter B. Cannon

tidak diragukan lagi telah membuktikan adanya hubungan erat antara jasmani dan

emosi. Ketika indera merasakan kegairahan yang kuat, kelenjar adrenal secara

refleks terangsang dan meningkatkan kadar adrenalin dalam aliran darah. Hal ini

menimbulkan perubahan jasmani yang nyata seperti pelebaran pupil, berkeringat,

pernafasan yang cepat. Selain itu ada perubahan fisiologi lainnya dalam detak

jantung, tekanan darah, dan volume darah.31

Kesimpulan logis yang yang bisa kita ambil adalah jika emosi

negatif yang kuat bisa mempengaruhi perubahan fisiologis dalam tubuh yang bisa

dikatakan sebagai kondisi yang tidak sehat, maka penumpukan emosi negatif

juga seharusnya bisa menimbulkan perubahan fisiologis yang berbeda dari pada

30
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h 32-36.
31
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h.187-189.
55

yang dipicu oleh emosi negatif. Berlawanan dengan pelebaran pupil dan tatapan

mata yang beringas karena emosi yang kuat seperti kemarahan, dapat kita

temukan dalam naskah Pali bahwa tatapan mata para bhikkhu sangat

menyenangkan. Raut atau ekspresi wajah bhikkhu juga disebut sebagai ciri

mengesankan yang menunjukkan tingginya tingkat spiritual yang telah dicapai.

Raut muka yang jernih atau ekspresi wajah yang menentramkan.32

Ciri fisiologis, pernafasan yang cepat merupkan ciri fisiologis lain

dari emosi negatif. Perubahan dalam irama bernafas juga dianggap sebagai

indikator adanya kebohongan. Sudah merupakan pengalaman yang umum

bahwa pernafasan akan tetap tenang ketika kita diam dan beristirahat.

Pernafasan bahkan akan lebih tenang lagi ketika kita bermeditasi. Telah

ditemukan bahwa kadar laknat dalam darah biasanya turun drastis selama

meditasi. Kadar laknat biasanya turun ketika subyek sedang beristirahat, tetapi

tingkat penurunan selama meditasi telah terbukti tiga kali lebih cepat daripada

tingkat normal.33

Semua bukti medis ini menunjukkan bahwa pikiran yang tenang dan

sehat akan terwujudkan dalam kondisi jasmani yang membaik. Selanjutnya,

Wallace dan Beson melaporkan bahwa mereka telah mencatat gelombang dari

tujuh bagian utama otak pita magnetik dan menganalisa polanya dengan

komputer. Mereka mengatakan bahwa secara khas terdapat peningkatan intensitas

gelombang alpha.34 Di daerah otak bagian depan dan tengah saat meditasi.35

32
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h.190.
33
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h.191.
34
Alpha adalah tingkat aktifitas bersifat meditatif dan berada antara tingkat sadar dan
tidak sadar. Ini adalah daerah yang paling mudah disugestikan.
56

Gelombang otak dan aktivitas terbagi menjadi: Beta > 14 Hz merupakan

aktivitas normal, Alpha 8-14 Hz dan Tetha 4-8 Hz merupakan meditatif, Deltha

< 8 Hz merupakan tidur normal.36

B. Filosofis Meditasi nya

1. Mengenal Diri

Dari wawancarai pribadi penulis dengan Setyo Hajar Dewantoro,

penulis mendapatkan jawaban bahwa filosofis dari meditasi Nusantara yang

beliau ajarkan dalam MEDSEBA adalah meditasi sehat, bahagia, melalui

mengenal diri sejati. Meditasi merupakan cara untuk melatih kesadaran dan

menjernihkan diri. Di Jawa disebut magening (tindakan penjernihan diri), di sebut

manekung, manembah kang lingkung, menundukan diri kepada Yang Maha

Agung, juga disebut maneges yang artinya negesaken kasunyatan, menegaskan

kenyataan. Meditasi Nusantara lebih fokus pada proses penyatuan hulun (aku/ego)

dengan hingsun (super ego, higher self) yang bertahta di pusat hati atau talenging

manah. Meditasi Setyo Hajar Dewantoro, bisa menjadi solusi atau jalan keluar

untuk mampu mengenal diri sendiri, manusia dapat sehat secara fisik dan psikis

dengan laku tersebut, kemudian mengetahui bagaimana cara menjalani kehidupan

yang selaras dan sesuai dengan takdir semesta.37

Dimana manusia mampu menerima kenyataan dan mendapatkan

kesunyataan yang lebih utuh sehingga bisa mengalami kebahagiaan sejati. Dunia

yang semakin maju dengan berbagai pesona yang melenakan, bukan untuk
35
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa,h.189-196.
36
Kukuh Praworo, Les Privat Hipnotis (Yogyakarta: Cakrawala, 2012),h.10.
37
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
57

menemukan makna kehidupan yang hakiki. Tetapi untuk menjerat dalam keadaan

yang memilukan, terjadi banyak krisis moral dan mental dari berbagai aspek

kehidupan. Kesenjangan sosial, pengaruh ekonomi dunia dan perubahan arus

budaya yang mengikuti perubahan zaman membawa pada pemahaman sempit

akan cara memandang dan menjalani kehidupan yang sebenarnya.

Belajar mengenal diri adalah salah satu pelajaran sekaligus latihan

tersulit dan mudah, semua sesuai ketika kita menemukan apa yang seharusnya

ditemukan yaitu siapa diri kita yang sebenarnya. Dengan cara ini kita sekaligus

belajar mengenal Tuhan, alam dan sesama manusia. Bila terjadi harmoni antara

ketiga bagian ini, maka sangatlah mungkin perdamaian dunia bisa tercipta, tidak

ada kerusuhan, kejahatan dan peperangan. Lewat mengenal diri, segala sumber

pengetahuan, keadaan, peristiwa akan bisa dipahami secara bijaksana karena dari

mengenal diri manusia mampu menjernihkan pikiran, emosional, perasaan dan

terhubung langsung dengan dimensi spiritual, suwung yang membawa pada

keterhubungan dengan Tuhan. Dengan hal tersebut manusia dapat memilih

keputusan secara berkesadaran dan bertanggung jawab penuh. Adapun beberapa

hal dalam tahapan mengenal diri:

Hingsun

Manusia dalam tataran keberadaannya yang berbentuk dan memiliki

raga, merupakan pengejawantahan dari Hyang Maha Agung, Tuhan Yang Maha

Pengasih. Bahkan bisa dinyatakan manusia merupakan pengejawantahan paling

utuh dan sempurna. Kesempurnaan ini karena keberadaan manusia dinyatakan


58

sebagai jagat alit (mikrokosmos): miniatur dari jagad raya (makrokosmos).

Sebagaimanna pada jagat raya, ada lapisan-lapisan keberadaan pada diri manusia,

mulai dari yang paling kasar hingga yang halus dan tak terlihat. Pada jagat raya

lapisan paling inti adalah kegelapan murni yang tak terbentuk dan terlihat.

Demikian pula pada diri manusia, sejatinya lapisan ini bukanlah sosok atau

pribadi. Tetapi, ia juga bisa mempribadi sekalipun tetap tak terlihat. Ia

mempribadi dalam menunjukkan keberadaanNya sebagai Yang Maha

Berkehendak, Maha Menuntun, Maha Mengarahkan.

Realitas tanpa batas yang mempribadi di dalam diri manusia inilah

yang dinyatakan sebagai Hingsun. Hingsun adalah kesejatian atau esensi manusia.

Ialah Tuhan yang mempribadi di dalam raga manusia. Dalam keberadaanNya

sebagai Hingsun inilah Gusti menjadi sang Penuntun atau Guru Sejati di dalam

diri manusia. Semakin jernih manusia, semakin pula manusia menunjukkan

kepatuhan pada titah, dawuh atau pesan ini, semakin penuhlah keterhubungan

manusia dengan Hingsun. Ini yang selanjutnya memungkinkan manusia langsung

mengakses daya paling murni dari sumber kekuatan kosmik yang bertahta di

talenging manah (pusat hati), yaitu Hingsun. Pada titik inilah manusia bisa

memiliki kekuatan tanpa batas dan bisa membentuk berbagai perkara keajaiban.

Keajaiban ini muncul pada diri manusia karena manusia

mengejawantahkan keperkasaan atau newoso Gusti. Namun kuasa tanpa batas ini

hanya bisa didayagunakan untuk kerja penataan, kerja konstruktif, sesuai

kehendak dari Hingsun. Sekalipun pada Hingsun terhimpun semua kuasa kosmik

dalam relasinya dengan hulun, sang aku, atau pribadi manusia, Ia mengambil
59

peran hanya sebagai penuntun, pemberi rekomendasi, petunjuk arah. Tidak

mengambil keputusan atau memaksa kehendak. Disinilah letak free will atau

kehendak bebas manusia. Manusialah yang mengambil keputusan untuk

mengikuti tuntunan dan arahan dari Hingsun atau mengikuti keinginannya sendiri.

Dalam terminologi Jawa dinyatakan sebagai berikut: Gusti kang murba,

manungsa kang wasesa (Gusti yang memegang kuasa, tetapi manusialah yang

memegang wewenang). Manusialah yang memutuskan bertindak apa dan ke

mana.38

Rasa Sejati

Ngelmu Rasa seperti diterangkan dalam Serat Centhini XI:669,

memuat tiga kerelaan batin, yaitu: pertama: rela terhadap takdir suci, kedua: rela

terhadap dzikir dalam hening, ketiga: percaya pada asal usul kehidupan. Ketiga

hal ini memberi gambaran bahwa ngelmu rasa yang tertinggi adalah tauhid.

Ngelmu inilah yang disebut ngelmu tuwa. Ngelmu ini dilakukan dengan mengatur

keluar masuk nafas. Rasa Sejati adalah bagian organ tubuh yang unik, seperti

ajaran-ajaran Bratakesawa bahwa melaluinya manusia dapat mengadakan kontak

dengan pribadinya sejati (essence). Akhirnya melalui rasa sejati manusia dapat

mengenal rahasia hidup, rahasia hubungan manusia dengan Tuhan dan akan

membimbing manusia untuk bersatu dengan Tuhan. Rasa Sejati dapat dicapai

dengan semedi.39

Rasa Sejati atau rasa sayekti adalah perangkat kecerdasan utama

bagi manusia. Realitas ini membantah pandangan bahwa otaklah perangkat


38
Setyo Hajar Dewantoro,MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h. 73-75.
39
Mistik Kejawen: Sinkretisme. Simbolisme, Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa
(Tnp.t.t.),h. 145-148.
60

kecerdasan satu-satunya manusia. Otak merupakan perangkat kecerdasan manusia

tetapi bukan satu-satunya. Keberadaan Rasa Sejati adalah di telenging manah

(pusat hati) atau susuhing angin atau sarang angin) bentuk fisiknya tidak ada,

tetapi keberadaan dan fungsinya nyata. Melalui perangkat ini manusia bisa

mengetahui berbagai perkara yang teramat halus dan rumit. Cara kerjanya dengan

sistem deteksi getar, seperti sistem pendeteksi di dalam kapal selam yang bekerja

mempergunakan gelombang sonar. Setiap benda atau keberadaan di semesta ini,

maisng-masing memiliki getaran tersendiri. Getaran inilah yang ditangkap oleh

Rasa Sejati. Ia menjadi semacam kode yang memberi informasi tentang realitas

dari benda atau keberadaan itu dan melalui proses yang sangat cepat, Rasa Sejati

mengurai dan mengubah kode ini menjadi data atau informasi yang bisa

dibahasakan atau dimengerti. Rasa Sejati bekerja secara independen, tidak

dipengaruhi oleh otak atau mempergunakan otak. Inilah yang sesungguhnya

dinyatakan sebagai kecerdasan spirit, kecerdasan roh, atau kecerdasan ilahiah

(divine intelligence) yang ada pada diri manusia.40

Kecerdasan Rasa Sejati ini menjadi perkara langka, mayoritas

manusia lebih punya kesadaran mengenai informasi yang dicerap, diproses,

diolah dan disampaikan oleh otak. Sementara hanya sedikit yang telah sadar

sepenuhnya dan bisa mengetahui pesan atau informasi dari Rasa Sejati. Pertanda

mereka yang cerdas karena fungsi dari Rasa Sejati adalah kemampuan

mengungkapkan berbagai perkara yang belum pernah disaksikan dengan panca

indra, juga belum pernah diajarkan melalui proses pendidikan dan pengajaran.

40
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.76-78.
61

Sebenarnya saat ini masih ada orang-orang yang karena proses hidupnya

termaksud kategori manusia yang cerdas karena Rasa Sejatinya. Umumnya sejak

kecil cenderung sangat terhubung dengan berbagai realitas kehidupan. Bahasa

populernya mereka dekat dengan alam. Mereka sering menyendiri, lalu bergaul

karib dengan berbagai unsur semesta: tanaman, binatang, juga benda-benda

angkasa. Sementara pada saat yang sama mereka cenderung tidak menyukai

kegiatan pembelajaran yang hanya mengandalkan otak.41

Yang perlu dilakukan agar manusia yang semula hidupnya lebih

didominasi oleh kecerdasan otak kemudian berubah menjadi lebih berpegang

kepada kecerdasan Rasa Sejati, disarankan untuk menjalani teknik meditasi

berikut: sadari napas yang mengalir natural. Biarkan oksigen masuk dan keluar

secara natural. Lalu, pada saat menghembuskan napas dan kita sampai ke ujung

napas, tahanlah napas di situ sejauh kesanggupan. Momen menahan napas inilah

adalah momen untuk melampaui pikiran dan terhubung dengan sumber energi

murni di dalam diri yang jika digambarkan merupakan sesuatu yang kosong tetapi

isi, isi tetapi kosong. Ini adalah cara efektif membuat manusia terhubung dengan

Rasa Sejatinya. Secara fisik, keterhubungan ini ditandai dengan berkembangnya

sistem neuron atau saraf pada otak yang diterima, menyimpan, dan

menyampaikan informasi dan pengetahuan dari Rasa Sejati. Sistem ini terbangun

manakala manusia intensif melakukan Meditasi O2 dengan sering menyadari

aliran napas dan menyadari sumber energi di telenging manah (pusat hati), dan

terhubung dengan energi murni yang mengalir dari situ.

41
Setyo Hajar Dewantoro,MEDSEBA: Meditasi Nusantara,h.77-78.
62

Tidak hanya itu Meditasi O2 dengan sistem kerja yang sama

sebagaimana dalam pembentukan keterhubungan otak dengan Rasa Sejati juga

otomatis melejitkan kecerdasan manusia yang berpangkal pada otak secara rinci,

Meditasi O2 membuat manusia lebih mengfungsikan pineal gland sehingga

meluaskan daya memasukkan data kepada otak, juga membuat sistem pemrosesan

dan penyimpanan data pada otak menjadi lebih tinggi kinerjanya. 42 Manuskrip

kuno dari Gunung Klothok juga membabarkan metode meningkatkan kapasitas

atau meng-upgrade 4 perangkat kemanusiaan, yaitu notodoko (watak) , torogono

(rasa), gokonongodo (nalar), dan gonodoko (karsa) lewat patrap (posisi) 5 jari.

Serta akan membabarkan keberadaan 4 ngabida atau daya Tuhan yang masing-

masing terkait dengan perangkat kemanusiaan. Secara lebih terperinci, bisa kita

cermati dalam manuskrip Gunung Klothok sebagai berikut:43

Hulun kang nduweni kadigdayan, kang tekane saka Gusti. Semono


huga, hulun bisa nggawek sak wijine kedadian, hana hing karasuh kiye,
merga wikaning Gusti kang handeg panguwasa. Kang ngutus hulun teka
hana hing baka mulya. Hananging prakelare hulun, disuwun Gusti bali, hana
hing panggenane Gusti sulo kang tenggil puroso, sekara. Prakelare hulun
bali sampurna marang gatrane Hingsun kang pancer, huga marang
sampurnane sedulur papat, kang paring pangelingan marang hulun. Djopo:
1. Gonodoko. Kang nguculake nyawane hulun saka raga.
2. Gokonongodo. Kang nguculake panganggite hulun saka raga.
3. Torogono. Kang nguculake rasane hulun saka raga.
4. Wateg hulun. Kang nguculake sedulur Hingsun, kang harane
Notodoko. Kang nerusake pangomongan marang Gusti,
deneng sukmane hulun disuwun Gusti bali.

Artinya:
Hulun yang memiliki kekuatan, yang datang dari Gusti. Demikian
juga hulun bisa menjadikan satu kejadian di jagat ini karena kemahatahuan
Gusti Yang Mahakuasa. Tetapi kekuasaan hulun yang diminta Gusti

42
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.128-129.
43
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara,h.133-134.
63

kembali di tempat Gusti Yang Mahasuci, selamanya. Kekuasaan hulun


kembali sempurna kepada bentuk Hingsun yang menjadi pusat, juga
kepada kesempurnaan saudara empat, yang memberikan peringatan kepada
hulun.

Ucapan penuh daya:


1. Gonodoko. Yang melepaskan nyawa hulun dari raga.
2. Gokonongodo. Yang melepaskan nalar hulun dari raga.
3. Torogono. Yang melepaskan rasa hulun dari raga.
4. Watak hulun, yang melepaskan adalah saudara Hingsun yang
bernama Notodoko. Yang meneruskan ucapan kepada Gusti, ketika sukma
hulun diminta Gusti kembali.

Keberadaan Hingsun dan sendulur papat (saudara yang berjumlah

empat) disimbolkan melalui keberadaan 5 jari manusia. Ibu jari adalah sumber

atau landasan kekuatan dari jari-jari yang lain. Ibu jari ini sejatinya adalah simbol

dari lapisan keberadaan berikut: Pertama, adalah Gusti, sebagai realitas tak

terbatas yang menjadi intisari sekaligus sebagai yang melingkupi manusia. Kedua,

adalah Hingsun, sebagai pengejawantahan dari Gusti sehingga ada Gusti yang

mempribadi di dalam diri manusia. Bisa ditelusuri bahwa ada lubang energi dan

juga sistem saraf pada ibu jari yang terhubung dengang ulu hati atau telenging

manah. Sementara disitu terdapat sumber kekuatan dan kecerdasan utama dari

manusia. Jika ibu jari adalah simbol Gusti dan Hingsun, maka 4 jari yang lain

adalah perangkat-perangkat yang membentuk keakuan atau keberadaan sang aku

yang dalam bahasa Jaawa kuno disebut hulun. Hulun ini secara ragawi terbentuk

dari air, udara, tanah dan api. Kemudian, dibekali pearangkat-perangkat berupa

budi, rasa, nalar dan nyawa. Telunjuk menunjukkan budi, jari tengah adalah

simbol rasa, jari manis simbol nalar, sementara kelingking menunjukkan nyawa.44

44
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno, h.134.
64

Dari sisi energi, perangkat-perangkat berupa budi, rasa, nalar dan

nyawa yang juga berarti karsa atau kekuatan kehendak itu bisa di-upgrade jika

terhubung dengan Gusti secara intensif. Caranya adalah hubungkan ujung telunjuk

dengan ujung jempol. Lakukan itu dengan santai sambil merasakan napas. Setelah

itu bergantian tempelkan ujung jari tengah, ujung jari manis, dan ujung jari

kelingking dengan ujung jempol. Keterhubungan itu akan mengalirkan energi

pembaharuan dari telenging manah yang mengalir melalui ujung jempol ke jari-

jari yang lain. Secara natural neuron-neuron atau saraf-saraf baru akan terbentuk.

Dan itu artinya budi atau kesadaran, rasa, nalar dan karsa kita akan mengalami

upgrading.45

Ketika telunjuk terhubung dengan ujung ibu jari, itu laksana meng-

upgrade microchip atau ROM. Dengan tindakan ini, kesdaran manusia akan

menjadi murni, dan ia akan punya kecakapan dalam menentukan tindakan tepat

secara cepat. Ketika ujung jari tengah dihubungkan dengan ujung ibu jari, itu

sama dengan menambah kapasitas RAM. Sehingga komputer lebih mampu

memuat apapun yang diperlukan. Coba cermati frasa ati segara (hati samudra)

didalam khazanah bahasa Jawa: itu berbicara tentang rasa yang jembar, luas,

yang bisa menampung berbagai perkara. Dengan di-upgrade, perasaan manusia

akan menjadi laksana samudra, bisa menampung berbagai perkara tanpa

mengaggu sistem kerja nalar dan perangkat lain. Kalau hatinya sempit, manusia

bisa gampang menjadi emosional, dan itu pasti membuat nalar terganggu. Nalar

itu laksana prosesor, prosesor dalam diri manusia bisa ditingkatkan kapasitasnya,

45
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.135.
65

demikian juga hardisknya, menjadi lebih besar daya simpannya dan lebih rapi

sistem pengelolaan filenya, ketika ujung jari manis dihubungkan dengan ujung ibu

jari secara intensif. Selanjutnya daya kehendak kita bisa di-upgrade dengan

menghubungkan secara intensif ujung kelingking dengan ibu jari.46

Tindakan ini akan menyelaraskan kehendak hulun atau sang aku

dengan kehendak Hingsun dan Gusti. Itu yang membuat sebuah tindakan penuh

daya dan tepat. Karena Gusti adalah sumber kehidupan, maka melalui

keterhubungan dengan Gusti manusia bisa terbimbing pada keberlimpahan dan


47
kesentosaan. Teknologi 5 jari Setyo Hajar Dewantoro antara lain: Mudra

Penataan Watak/Kesadaran, Mudra Penataan Rasa, Mudra Penataan Nalar, Mudra

Penataan Karsa. Selanjutnya di dalam Layang Djojobojo, yang merupakan bagian

dari manuskrip kuno Gunung Klothok, diperkenalkan 4 patrap atau posisi dalam

meditasi. Pratap ini bisa dipraktikan oleh siapapun yang mengendaki kejernihan

dan kemurnian diri. Cara mempraktikkannya: dalam setiap posisi, upayakan untuk

menyadari, mencermati, dan menikmati napas yang natural. Meditasi yang terdiri

atas 4 posisi ini merupakan sarana penyandaran mengenai 4 perkara penting

dalam hidup. Meditasi 4 Patrap, Setyo Hajar Dewantoro:48

1. Kejumbuhan manusia dengan Gusti: Tak ada keterpisahan antara

manusia dengan Gusti. Gusti bertakhta di dalam diri manusia, dan keratonnya

berada di telenging manah (pusat hati). Pada saat yang sama, Gusti meliputi dan

memenuhi keberadaan manusia. Gusti selalu menuntun manusia, memberikan

46
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.136.
47
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara,h.132-137.
48
Setyo Hajar Dewantor, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.142-145.
66

pelajaran secara langsung kepada manusia lewat pengejewantahannya di telenging

manah, yaitu sang Guru Sejati.

2. Penyadaran Bahwa Tuhan dan Sang Aku Bersenyawa: Manusia

memiliki sendulur papat kang sayekti (empat saudara sejati), yang dalam bahasa

Jawa kuno dinyatakan sebagai ngabida dan di jadikan dari angin. Begitu bayi

lahir, melalui hambegan (napas) udara memenuhi raganya, maka mapanlah empat

saudara yang masing-masing bertanggung jawab terhadap Wateg/Kesadaran,

Rasa, Nalar, dan Kehendak/Nyawa. Kuasa-kuasa Gusti inilah yang dalam

manuskrip Gunung Klothok dinyatakan sebagai Notodoko, Torogono,

Gokonongodo, dan Gonodoko.

3. Penyadaran Bahwa Kita Ada dalam Kandungan Semesta: Dalam

kehidupan di Planet Bumi manusia sejatinya berada dalam kandungan semesta,

manusia dipersiapkan untuk sebuah kelahiran baru. Dan untuk bisa mengapai

kelahiran baru yang sempurna, manusia perlu menuntaskan misi hidupnya.

Terkait dengan misi itu, manusia telah dijadikan Gusti secara sempurna. Dan

kesempurnaan hidup manusia bermula dari getaran lembut di telenging manah,

yang membuat manusia bisa bergerak dan berkarya. Lewat karya yang selaras

dengan getaran lembut dari telenging manah, manusia pasti bisa menampilkan

kehidupan serba-gemerlap, cemerlang, indah dan harmoni.

4. Penegasan Komitmen untuk Berserah Diri Total pada Tuhan:

Manusia sewajarnya hidup selaras dengan tuntunan dari pusat hati. Kesadaran,

rasa dan nalarnya dituntun oleh petunjuk Gusti dari telenging manah. Ini pula arti

patuh kepada Gusti: bukan patuh pada aturan eksternal yang dikreasi manusia
67

lain, tetapi semata-mata patuh kepada aturan, prinsip, dan penataan dari Gustinya

sendiri. Dengan seperti inilah yang bisa memastikan terciptanya harmoni

kehidupan. Tegasnya, hidup manusia pasti tertata oleh Gusti.

C. Tuntunan Laku Kedjawen Sayekti

Laku nusantara kuno, zaman nirkala adalah zaman yang penuh kedamaian tersebutlah s

yang dengan kehendak Sang Hyang Maha Maya disandikan pada Kerajaan Eyang

Giri Agung di Alas Kethu. Niskaladwipa dipimpin oleh seorang raja agung yang

adil bijaksana bernama Hyang Narotsma. Ia sekaligus pemimpin ajaran keluhuran

budi yang setia melantunkan puja mantra pada Sang Hyang Maha Maya. Beliau

memiliki putri tunggal yang cantik jelita dengan anugerah nama agung Dewi

Kusumaratri Teja Kencana. Berbaju ungu berselendang maya emas. Tatanan

kehidupannya sangat apik dan indah. Penduduknya tulus, narimo ing pandum,

berkesadaran tinggi akan peran masing-masing, kehidupan selaras dan indah.

Mantra salam Agung Jagat raya berkumandang di Niskaladwipa: Hom Hulli Hulli

Hom.49

Ajaran luhur yang mengagungkan Tuhan Hyang Maha Agung dan

memuliakan manusia sudah sejak zaman dulu ada di nusantara. Dan ketika ajaran

luhur demikian dipegang teguh, nusantara menjadi negeri yang makmur dan

sejahtera. Demikian yang ada dalam visi masa silam sebagaimana digambarkan

diatas. Dan karena itu, dalam manuskrip Gunung Klothok dinyatakan bahwa

nusantara yang berporos di pulau Jawa adalah Laweh Pangelingan (tanah

49
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.99-100.
68

pengingat). Kita diingatkan, disadarkan, akan kejayaan paripurna yang pernah

terjadi. Namun, kehidupan memang dinamis. Ada masa ketika ajaran luhur itu

malah dilupakan. Sehingga negeri yang subur ini malah jauh dari kemakmuran.50

Jawa yang merupakan poros Nusantara, ada dua etnis utama: Jawa dan

Sunda. Sejatinya Jawa dan Sunda bukanlah nama etnis yang secara seklek terpisah

sejak dulu. Penghuni pulau Jawa pada dasarnya berasal dari etnis yang sama,

sesama keturunan Hyang Surya Bagaskara. Sesungguhnya orang-orang yang

dilabeli Jawa dan Sunda itu satu. Kata Jawa dan Sunda lebih menggambarkan

kondisi kesadaran atau capaian laku, bukan nama etnis. Lebih jelasnya Jawa

merupakan sikap hidup selaras dengan titah dari Gusti Kang Murbeng Dumangdi

(Tuhan Yang berkuasa atas Segala Keberadaan).51

Demikian pula kata Sunda juga bukanlah nama etnis. Kata Sunda

ketika dikaitkan dengan kawasan, yaitu tatar Sunda atau nusantara kuno, merujuk

ke wilayah nusantara kuno. Sementara Sunda secara esensial berarti

kecemerlangan, merujuk pada karakter terang dan menerangi yang melekat pada

Matahari. Berdasarkan pengertian itu, sejatinya Jawa dan Sunda adalah keadaan

jiwa yang saling berkaitan. Mereka yang Njawanilah yang bisa Nyunda. Mereka

yang telah mengerti hidup apa adanya, yang kemudian bisa menjalani hidup

dengan diterangi kebijaksanaan dan menerangi sesama52

Layang Djojobojo (Layang Nata) merupakan bagian dari manuskrip

kuno Gunung Klotok membabar laku nusantara kuno yang sesungguhnya.

Ternyata dalam kata kedjawen, terdapat pola laku yang benar-benar bisa
50
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA:Meditasi Nusantara,h.99-100.
51
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA:Meditasi Nusantara Kuno,h.136.
52
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.100-101.
69

membawa manusia pada kecermelangan dan kesempurnaan hidup. Kata kedjawen

adalah tembung wancahan atau kata yang tersusun dari aksara depan sebuah

rangkaian kata. Delapan kata yang aksara depannya membentuk kata kedjawen

ternyata membentuk 8 formula hidup sempurna. Rupanya bukan kebetulan juga

jika angka 8 ini sekaligus merupakan simbol Infinity, simbol energi yang tak

pernah terputus, mengalir, berkelanjutan secara penuh, membentuk

kesempurnaan.53 Dan simbol Infinity ini juga banyak dipakai sebagai simbol

yang memiliki daya kekuatan dalam kepercayaan tertentu.

Demikianlah uraian dari formula hidup sempurna yang terkandung


dalam kata kedjawen:54
K: Kahuripan (Kehidupan)
Formula hidup sempurna yang pertama dan paling utama adalah
menyadari kehidupan. Kehidupan disadari dengan menyadari napas yang
mengalir di dalam tubuh ini dan menjadi penyebab kehidupan. Menyadari
napas niscaya membawa pengertian bahwa setiap detik kehidupan, setiap
pribadi mendapat anugerah tak terkira dari Sang Sumber Hidup. Dengan
menyadari napas.
E: Enotuk (Jati Diri)
Siapapun yang cermat dan intensif menyadari napasnya, pasti bisa
menemukan susuhing angin (sarang angin) atau telenging manah (pusat
hati), yang terletak ada di balik ulu hati. Inilah titik yang menjadi gerbang
perjumpaan dengan diri sejati. Titik inilah yang menjadi pusat keberadaan
seorang manusia dan disanalah Tuhan bertahta. Dengan menyadari titik itu
niscaya seseorang bertemu dengan Guru Sejatinya, dan terhubung dengan
pusat kecerdasan tertinggi dan sumber energi paling murni pada diri
manusia.
D: Dawuh (Perintah)
Dengan menyadari jati diri dan secara intensif masuk ke dalam
telenging manah, kita pasti bisa menangkap pesan-pesan kosmik atau
perintah Gusti yang muncul dari pusat hati. Inilah tuntunan yang pasti
membawa pada keselamatan dan kecemerlangan hidup.

53
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.106.
54
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara,h.106-109
70

J: Jeso (Prinsip)
Seseorang yang telah dengan jelas menangkap pesan-pesan kosmik
atau perintah Tuhan dari taleging manah, lalu menjadikannya sebagai
prinsip kehidupan, niscaya hidupnya menjadi kokoh. Tak terombang-
ambing oleh segala persepsi dan pandangan orang lain yang berseliweran di
sekeliling kita.
A: Angger-Angger (Tatanan)
Seseorang yang hidup selaras dengan pesan-pesan kosmik atau
perintah Tuhan itu juga niscaya tertata hidupnya. Apa yang semula
berantakan secara natural akan terselaraskan. Hidup akan menjadi
perjalanan yang indah.
W:Wohono (Firman)
Keterhubungan dengan Guru Sejati yang bertahta di pusat hati,
niscaya membuat kata-kataNya menjadi kata-kata kita. Apa yang terucap
menjadi sabda mandi sabda dadi (sabda yang pasti terjadi) karena dilandasi
kuasaNya.
E: Elok (Keajaiban)
Dengan keberadaan sabda mandi sabda dadi yang berpangkal dari
pancaran energi murni di taleging manah, berbagai keajaiban dalam hidup
bisa terjadi. Apa yang semula tak mungkin dan tak terjangkau bisa menjadi
mungkin dan terjangkau dengan kuasa Gusti yang telah memenuhi
kesadaran kita.
N:Nowoso (Keperkasaan)
Demikianlah prinsip-prinsip keperkasaan leluhur nusantara kuno.
Keperkasaan itu muncul karena kejumbuhan atau kebersenyawaan diri
dengan Tuhan Yang Maha Perkasa. Kesadaran dasarnya, kita bukan siapa-
siapa, bukan apa-apa, yang ada dan bekerja dalam hidup kita hanyalah
Tuhan Yang Maha Perkasa.

D. Sejarah Meditasi Setyo Hajar Dewantoro

Rahasia nusantara kuno, suatu perkara menarik yang saya temukan,

yaitu formula atau rumusan tentang bagaimana menjadi bahagia, sehat dan

berdaya ini, telah diungkap oleh para leluhur nusantara sejak zaman yang teramat

kuno. Ribuan tahun bahkan puluhan ribu tahun silam telah terbangun peradaban

manusia di nusantara. Para pakar menyebut 2 periode peradaban yang terbilang

paling cemerlang, yaitu Peradaban Lemurian (sekitar 50 ribu tahun SM) dan

Peradaban Atlantis (sekitar 10 ribu tahun SM). Satu pilar penting dalam
71

peradaban-peradaban ini adalah tumbuhnya pengertian kolektif yang akurat

tentang manusia dan bagaimana manusia bisa hidup dalam kinerja optimal selaras

dengan perangkat-perangkat kemanusiaan yang canggih.55

Kendala kita saat ini dalam mengakses database pengetahuan dari

dari Peradaban Lemurian dan Peradaban Atlantis adalah ketiadaan manuskrip

atau artefak yang gatra (bentuk) fisiknya bisa disaksikan bersama, lalu diverifikasi

bersama dengan pesan-pesan atau pelajaran yang berada di dalamnya. Maka, satu

cara yang mungkin tetapi ini kemudian dipandang “kurang ilmiah” adalah

membaca database semesta. Kenyataannya, segenap peristiwa di jagat raya ini

selalu terekam dan kemudian, dalam bahasa sederhana, rekaman itu disimpan

dalam “perpustakaan semesta.” Sebagian orang menyebut “perpustakaan semesta”

ini sebagai Akashic Records atau Catatan Angkasa. Rekaman atau catatan ini tak

bisa dijangkau dengan pendekatan empiris menggunakan pancaindra manusia.

Tetapi, manusia sjatinya memiliki dua perangkat canggih yang, ketika

dipergunakan, bisa mengungkap apa yang tak terjangkau oleh pancaindra. Itulah

pineal gland (kelenjar pineal) yang ada di otak bagian tengah dan Rasa Sejati

yang berada di balik ulu hati.56

Sepanjang zaman selalu ada orang yang baik karena anugerah sejak

lahir maupun hasil pembelajaran, yang bisa mengakses “perpustakaan semesta”

baik dengan menggunakan kelenjar pinealnya ataupun Rasa Sejatinya. Setyo

Hajar Dewantoro tergolong beruntung karena berkesempatan belajar untuk

terhubung dengan rasa sejati, sehingga dalam batas-batas tertentu bisa mengalami

55
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.8-9.
56
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.9-10.
72

penyingkpan tentang realitas Peradaban Lemurian dan Peradaban Atlantis.

Demikianlah lewat penjelajahan pribadi melampaui batas-batas ruang dan waktu,

obrolan intensif dengan orang-orang yang memiliki multi-kesadaran, beliau bisa

mengumpulkan data dari masa silam, terutama dari peradaban nusantara kuno.

Keberuntungan tambahan beliau berkesempatan mempelajari manuskrip Jawa

Kuno dari Gunung Klothok, yang di simpan oleh J.R. Basuki yang kini tinggal di

Amsterdam Belanda. Setelah era Atlantis berakhir, bukan berarti kemudian di

Nusantara peradaban benar-benar punah. Pada tahun 4436 SM, muncul ungkapan-

ungkapan penyadaran dari sosok bernama Josono yang hidup di kawasan Kediri,

Jawa Timur dan banyak melakukan perenungan di Gua Selomangleng, Gunung

Klothok Kediri. Ungkapan-ungkapan penyandaran inilah yang pada saat ini

membentuk Ajaran Hosoko Djowo dan dituliskan dalam berbagai layang atau

serat. 57

Dengan menggunakan aksara Jawa Ngawi. Layang atau serat yang

seempat beliau pelajari antara lain adalah Layang Soworo, berisi 20 ungkapan

penyadaran awal dari Josono yang ditulis secara berurutan, mengikuti keberadaan

20 aksara Hanacaraka. Kemudian juga Layang Djojobojo atau Layang Nata yang

didalamnya antara lain berisi untaian komprehensif mengenai kejadian manusia,

perkembangan manusia di dalam kandungan ibu, kesadaran ketuhanan, dan cara-

cara menjalani hidup yang mendatangkan kebahagiaan dan keselamatan. Apa

57
Layang atau serat (bahasa Jawa) sama-sama bermakna risalah atau manuskrip.
73

yang beliau pelajari dari manuskrip kuno Gunung Klothok itu menjadi sumber

data tambahan dalam menulis MEDSEBA (Meditasi Nusantara Kuno).58

58
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.8-11.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, maka saya sebagai penulis

memiliki beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijalani, yakni

meditasi Setyo Hajar Dewantoro adalah meditasi yang lahir dari warisan leluhur

Indonesia, kemudian dikembangkan oleh beliau dari beberapa kebudayaan yang

ada, baik dari mantra atau bacaan. Ada terdapat kemiripan konsep dengan

kebatinan Jawa, dari segi menuju rasa sejati yang akan menjadi penuntun,

pembimbing diri, mendekatkan hubungan dengan Tuhan. Meditasi Setyo Hajar

Dewantoro juga merupakan salah satu solusi atau cara untuk bisa menemukan

kebahagian sejati di zaman ini. Menjadi laku yang bisa membawa pada

penjernihan, di Jawa disebut magening (tindakan penjernihan diri), di sebut

manekung, manembah kang lingkung, menundukan diri kepada Yang Maha

Agung. Yang kemudian memasuki suwung atau kekosongan murni yang

merupakan sangkan paraning dumadi atau asal dan tujuan hidup.

Merupakan laku yang membawa kita pada kesunyataan sehingga bisa

memahami pengetahuan dari kenyataan yang ada, sehingga kita bisa lebih pasrah

secara tolal dengan kehendak Tuhan agar tercipta keselarasan dengan semesta.

Dalam kebatinan Jawa terdapat laku samadhi atau meditasi yang berpusat pada

aliran napas dan dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro juga memiliki fokus

yaitu pada aliran napas. Dalam meditasinya beliau memberikan beberapa formula

74
75

atau cara bermeditasi. Seseorang yang menjadi pengikut atau yang mempraktekan

meditasi beliau bisa memilih formula mana yang paling cocok. Agar

mempermudah dalam menjalani laku tersebut serta mendapat hasil yang

maksimal.

B. Saran-Saran

Sebagai manusia yang akan terus belajar dalam kehidupan ini, untuk

dapat menyadari suatu hakikat sejati yang menciptakan ribuan bentuk gerakan,

fenomena dan berbagai realitas. Melampaui pemahaman melalui akal dan

pengindraan kita selayaknya kembali menyelami dan menghayati kecerdasan

tanpa batas yaitu diri sejati kita sebagai manusia. Seperti hal nya manusia purba

mereka hidup tanpa teknologi canggih dan hidup seadanya, tidak memiliki

pengetahuan akan bahaya virus atau ancaman dari bencana alam, dengan

mengikuti intuisi, spontanitas sebagai manusia yang terhubung dengan energi

mahakosmos, Tuhan sang pencipta segala mereka selalu bisa bertahan hidup lebih

lama dari pada kita, manusia yang hidup di zaman modern penuh dengan fasilitas

mewah, semua pengetahuan hampir dapat diakses dengan mudah. Tetapi

kenyataannya, kesadaran akan keterhubungan dan selaras dengan alam semakin

berkurang, tidak adanya etika dan moral.

Saat kita tidak mampu atau terlahir dengan kecerdasan rata-rata, ada

dua hal yaitu belajar mengunakan kecerdasan kempampuan otak tengah atau

belajar mengaktifkan kecerdasan rasa sejati. Dengan Meditasi Setyo Hajar

Dewantoro, kita bisa mengakses kecerdasan rasa sejati, dengan begitu yang
76

pertama kali ditata adalah lahiriah kita kemudian perubahan akan kondisi batin

akan menambah kesadaran dan membawa pada perubahan fisik. Kita akan

semakin memahami kesunyataan dan mampu melampaui dualitas, maka dengan

keadaan tersebut kita akan bisa sembuh secara batin, sehat secara fisik dan

bahagia. Meditasi ini membawa kita semakin menyelami sisi ke-aku-an diri yang

berpusat di taleging manah (pusat hati).

Penulis berharap penelitian dan kajian filosofis tentang Meditasi Setyo

Hajar Dewantoro dalam filsafat Kebatinan Jawa ini menjadi awal lahirnya

peneitian lain yang lebih spesifik dan memberikan manfaat lebih banyak bagi

masyarakat dan kaum akademisi. Karena ini merupakan sesuatu yang memiliki

spirit besar dalam memandu diri kita untuk menemukan keaslian diri, yang

damai, bebas dari tekanan dan menjadi terhubung dengan Tuhan, alam dan

sesama manusia di kehidupan ini. Penulis sadari bahwa penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, segala kritikan dan saran yang

sifatnya membangun sangatlah penulis butuhkan demi kesempurnaan skripsi ini.


DAFTAR PUSTAKA

Abas, Abdurrazak Naufal, Analisa Terhadap Tasawuf Jawa Sunan Kalijaga.


Skripsi 2013. UIN Jakarta, Fak. Ushuluddin.
AR, M.B. Rohimsyah, Siti Jenar Cikal Bakal dalam Kejawen Pergumulan
Tasawuf Versi Jawa. Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006.
Bharati, Swami Veda , Mantra, Inisiasi, Meditasi & Yoga. Penerjemah, Iga Dewi
Paramita. Surabaya: Paramita, 2002.
Buanadjaya, B Sidartanto, Meditasi: Statik & Dinamik. Solo: CV Aneka, 1994.
Cudamani, Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Yayasan
Wisma Karma, 1987.
Dewantoro, Setyo Hajar, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno. Tangerang
Selatan: Javanica, 2016.
___________________, Suwung: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa. Tangerang
Selatan: Javanica, 2017.
Dhammananda, Sri, Meditasi Untuk Siapa Saja. Yayasan Penerbit Karaniya,
2003.
Diputhera, Oka, Meditasi: Untuk Pendidikan Tinggi Agama Buddha. Jakarta:
Vajra Dharma Nusantara, 2004.
Effendi, Irmansyah, Rei Ki: Tehnik Efektif Untuk Membangkitkan Kemampuan
Penyembuhan Luar Biasa Secara Seketika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2007.
Endraswara, Suwardi, Mistik Kejawen: Sinkritisme, Simbolisme, dan Sufisme
Dalam Budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi, 2003. Cet.I.
_________________, Kebatinan Jawa dan Jagad Mistik Kejawen. Yogyakarta:
Lembu Jawa, 2011.
Faisal, Sanafiah, Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: CV. Rajawali, 1992.
Hamka, Sejarah Umat Islam IV. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Harada, Sekkei, Hakikat Zen: Jalan Spiritual Menuju Diri Sejati. Jakarta:
Gramedia Utama, 2003.
Hendropuspito, Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Koentjaranigrat, Pengantar Antropologi. PT Aksara Baru, 1985.
_____________, Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Krishna, Anand, Soul Awareness: Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi.
Jakarta: PT Gramedia, 2016.
Krishnamurti, Perkenalan dengan J. Krishnamurti. Yayasan Krishnamurti
Indonesia, 1976.
Maleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000.
Mastna, Moh. dkk. Pedoman Akademik: Program Srata 1. Jakarta: UIN Jakarta,
2013.
M, Sufa’at, Beberapa Pembahasan Tentang Kebatinan .Yogyakarta, Penerbit
Kota Kembang,1985.
Malik, Chandra, Makrifat Cinta. Jakarta Selatan: Naura Books, 2012.
Mulder, Niels , Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Gaja
Mada University Press, 1973.
Praworo, Kukuh, Les Privat Hipnotis. Yogyakarta: Cakrawala, 2012.
Rasyidi, M, Islam dan Kebatinan. Jakarta: PT Bulan Bintang,1967.
Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi
Terhadap Hidayat Jati. Jakarta: UI Press, 1988.
______, Sufisme Jawa: Transformasi Islam ke Mistik Jawa. Yogyakarta: Yayasan
Bintang Budaya, 1995. Cet. I.
______, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa. Jakarta: Teraju, 2003.
Sofwan, Ridin, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Semarang: CV Aneka Ilmu, 1999.
Tebba, Sudirman, Meditasi Sufistik. Tangerang: Pustaka irVan, Oktober 2007.
Winston, Diana, Wide Awake: Sadar Sepenuhnya. Penerjemah, Widyawati Jenna.
Yayasan Penerbit Karaniya, 2007.
Yazdi, Misbah, Buku Daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat Islam
Kontemporer. Jakarta: Shadra Press, Oktober, 2010.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BERITA WAWANCARA
BERITA WAWANCARA
HASIL WAWANCARA
PENULIS DENGAN SETYO HAJAR DEWANTORO
PENDIRI SERTA PENGASUH PADEPOKAN PENGGING DAN
MEDITASI NUSANTARA KUNO (MEDSEBA)
DALAM BENTUK PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Tanya: Sejak tahun berapa bapak memulai meditasi nusantara ini?


Jawab : Kalau pelatihan yang saya kasih nama MEDSEBA ini
sebetulnya belum lama. Antara Maret dan April tahun 2016.
2. Tanya: Sudah berapa orang jumlah pengikut dan yang mengikuti
meditasi bapak?
Jawab : Iya, yang pernah belajar kemudian mempraktikkan, ya kalau
jumlah pastinya belum pernah saya hitung ya, tapi angkanya ratusan.
Cara menghitungnya begini, jadi kan ada beberapa training formal
yang saya selenggarakan itu ada pesertanya 15-20 orang itu sudah
berapa? Di berbagai kota juga saya sering mengadakan kegiatan yang
sifatnya informal, kalau digabung bisa ratusan yang sudah mengikuti
dan mempraktekkan. Total jumlahnya 250 orang.
3. Tanya: Mulai dari kalangan apa saja yang mengikuti meditasi bapak?
Jawab: Kalau dari sisi agama ya macam-macam, ini aja bisa dilihatkan
ada yang Muslim, Buddha, Katolik.
4. Tanya: Mulai dari yang latar belakang apa saja yang mengikuti
meditasi bapak?
Jawab: Ada yang dari pengusaha, kalangan militer, polisi, pejabat,
seniman, dokter, para pekerja profesional di perusahaan besar, para
pekerja kasar juga ada, semua bisa dijangkau oleh banyak orang. Ada
anak SMA dan Mahasiswa.
5. Tanya: Sebenarnya meditasi ini muncul, apa karena terpengaruh oleh
pemikiran tokoh, bapak sendiri atau bapak yang mengembangkan?
Jawab: Jadi gini, sebetulnya semua tentunya berangkat dari
pengalaman pribadi, saya belajar meditasi sudah lama, kemudian
diantaranya juga saya belajar meditasi yang sudah ada di nusantara ini
sudah lama. Ketika itu saya pelajari, saya praktekan mendapat
kegunaannya itulah yang kemudian sebarluaskan dan dibahasakan
kebahasa-bahasa kekinian. Tetapi sebetulnya juga ini juga terbuka
karena terpengaruh-terpengaruh dari tradisi lain. Jadi bukan hanya
mutlak yang ada di nusantara. Nah itu diindikasikan oleh misalnya
ucapan atau mantranya. Saya tidak selalu mengunakan bahasa Jawa
atau nusantara. Kadang saya pakai bahasa Indonesia, pakai bahasa
Sansekerta. Yaa, itu semua yaa ngalir aja artinya sudah tidak tertutup.
6. Tanya: Jadi bapak mengembangkan?
Jawab: Iya, saya mengembangkan! Bukan saya penemunya. Cuman
pernah mempelajari, menjalani itu, karena itu kemudian bisa
berkembang. Nah, mengembangkan dalam pengertian, sepanjang
prosesnya ini saya selalu melakukan eksperimen, dari eksperimen itu
bisa muncul tehnik-tehnik baru. Tehnik-tehnik baru itu kemudian saya
namai dengan nama yang bagi saya pas.
7. Tanya: Perbedaan meditasi nusantara ini dengan meditasi lain?
Jawab: Sebetulnya gini, kalau dibandingkan gitu yaa, yaa tentu ada
kesamaan dan ada perbedaan. Nah, tetapi saya mau ceritakan dulu
secara umum meditasi itukan dibedakan berdasarkan fokusnya, ada
meditasi yang fokus ke mata ketiga, ada meditasi yang fokus ke pusat
energi di bawah pusar kita. Ada meditasi yang fokus ke kundalini
namanya, suatu energi yang ada di tulang ekor. Ada meditasi yang
memang fokusnya ke aliran napas, ada meditasi yang fokusnya di
pusat hati. Sebetulnya kalau MEDSEBA itu lebih banyak
mempraktekan meditasi yang fokus di pusat hati. Diawali fokus
dengan aliran napas, nah itu di berbagai tradisi ada, jadi ada yang sama
ada yang
bedalah, yaa soal tradisikan bisa muncul dimana saja. Pada saat yang
berbeda tetapi isinya sama.
8. Tanya: Konsep meditasi nusantara ini sebenarnya seperti apa?
Jawab: Meditasi ini intinya membuat orang bisa terhubung dan
tertuntun oleh diri sejatinya. Nah diri sejati ini sebetulnya adalah
esensi dari jiwa manusia itu sendiri. Jadi kita menyadari penuh bahwa
keberadaan diri kita ini kan punya banyak dimensi, punya banyak
lapisan-lapisan. Pada lapisan paling dalam, sejatinya setiap manusia itu
mengejahwantahkan diri Tuhan itu sendiri. Dalam bahasa agama
disebut sebagai roh kudus, nah dalam bahasa Jawa disebut sukma
sayekti. Nah, meditasi MEDSEBA sebetulnya membuat tertuntun pada
sukma sayekti yang dalam bahasa kekinian disebut sebagai diri sejati.
Nah, ketika seseorang sudah tertuntun oleh diri sejatinya, yaa dia bisa
menjalani hidup dengan murni, dia tahu mana jalan hidup yang
membawa pada kesukacitaan, bahagia yang hakiki.
9. Tanya: Pendapat bapak sendiri apa meditasi ini sudah cukup sebagai
solusi tepat dengan keadaan zaman saat ini?
Jawab: Ohy pasti! Karena ini kan membuat orang kemudian penuh
dengan kewelasasihan, bisa meleburkan keangkuhannya sementara
akar konflik pada masa kini adalah keakuan yang meninggi, yang
kedua meditasi ini membawa kita itu menjadi harmoni dengan alam
semesta atau pun yang welasasih tidak hanya pada manusia, tetapi
pada alam ini sendiri. Nah, maslah kita kan disitu, kita banyak konflik
lingkungan, kita terancam. Nah, itu kan kembali pada manusianya
yang harus kita tata.
10. Tanya: Adakah hubungan meditasi nusantara ini dengan kebatinan
Jawa, tasawuf?
Jawab: Kan gini, harus dirunut sendari awal yaa, bahwa sebetulnya
tradisi meditasi ini sudah ribuan tahun silam. Nah, sementara istilah
kebatinan Jawa muncul belakangan, yang disebut kejawen juga
muncul belakangan. Nah, tentu saja ada kemiripan kejawen, kebatinan
dan meditasi yang diajarkan leluhur kita ribuan tahun silam, tetapi
pada intinya ini sebuah keautentikan ini tidak ada pengaruh apapapun
ia sudah ada sejak zaman dahulu. Nah, orang-orang sekarang yang
mengembangkannya tentu saja tidak bisa menutup diri dari pengaruh-
pengaruh yang sudah ada sekarang. Mengenai tasawuf, yaa kalau saya
sendiri sebetulnya tidak ada hubungannya. Kalau kemiripan mungkin
saja ada saya pernah belajar tasawuf tapi tidak pernah menjadikan
pelajaran itu sebagai bagian dari yang saya ajarkan lewat proses
meditasi.
11. Tanya: Sebenarnya meditasi nusantara ini fokus kebatin saja atau fisik
juga?
Jawab: Jadi gini, intinya kita menata hidup secara utuh, jadi kita
menata jiwa kita semakin jernih sampai pada titik kita juga menata
kondisi fisik. Fisik kita dan termaksud kita menata aspek finansial kita.
Makanya saya sering katakan teman-teman yang ikut proses meditasi
kita ini tidak menjadikan orang kemudian terseraput dari
keduniawiannya. Tapi bagaimana selaras. Jadi begitu seseorang
nyambung dengan Guru Sejati nya. Diri Sejatinya maka akan ada
penataan yang utuh. Yang tadinya sakit itu dituntun untuk menjadi
sehat, yang tadinya kurang duit dituntun jadi lebih sejahtera, yang
tadinya kurang bahagia dituntun menjadi bahagia, yang tadinya galau
menjadi damai. Sampai pada yang sifatnya masa depan, bagaimana
kita bisa mempersiapkan kematian kita sendiri.
12. Tanya: Sebenarnya apa meditasi nusantara ini, ada mengikuti suatu
aliran tertentu?
Jawab: Oh nggak! Kalau saya yang saya ajarkan, saya tidak
mengkaitkan diri atau terpaku pada aliran tertentu. Karena sejatinya
spiritual itu terbuka, jadi kalau ada sebuah metode yang memang pas
kenapa tidak itu kita adopsi.
13. Tanya: Filosofis meditasi ini apa?
Jawab: Kan judulnya MEDSEBA yaa, MEDSEBA itu singkatan dari
meditasi sehat dan bahagia. Jadi kalau orang sudah terhubung dengan
diri sejatinya atau nyambung
dengan energi Ilahiahnya, terhubung dengan kecerdasan paling tinggi
dalam dirinya otomatis dia akan tertata kehidupannya, dia akan sehat
secara fisik, sehat secara mental, sehat secara finansial dan otomatis
dengan begitu dia akan menemukan kesukacitaan, atau dibalik, jadi
orang dibawa pada penyadaran untuk menerima hidup ini apa adanya.
Sehingga bisa bahagia dengan dirinya sendiri dan ketika itu terjadi,
jadi dia bisa menata semua aspek kehidupannya, dia akan disehatkan
disemua aspek kehidupannya.
14. Tanya: Laku kedjawen dalam meditasi bapak maksudnya apa?
Jawab: Itu jangan disamakan dengan laku kedjawen yang anda kenal,
itu hanya formulasi mengikuti aksara, jadi jangan disamakan dengan
aliran kedjawen. Berbeda sekali, tidak ada kaitannya karena pola, jalan
ini tidak terlembaga. Dan tidak diniatkan untuk sebuah lembaga agama
atau kepercayaan apapun. Ini tetap dalam bingkai metodologi.
15. Tanya: Meditasi nusantara ini apa ada ritual tertentu?
Jawab: Kalau ritual tertentu nggak ada, cuman kita menawarkan tehnik
aja. Tehniknya banyak, kalau mau dipakai silahkan, nggak juga nggak
masalah, jadi saya ini hanya menawarkan menu.
16. Tanya: Kira-kira ada berapa tehnik?
Jawab: Ada yang paling dasar tehnik penyadaran napas, tehnik
meditasi air suci, tehnik meditasi api suci, tehnik meditasi terhubung
Guru Sejati, tehnik selaras dengan bapak angkasa dan ibu tertinggi,
tehnik gerak rasa, gerak langit dan magnetisme (penarik rezeki).
17. Tanya: Apa ada gerakan tertentu?
Jawab: Ada, seperti dalam buku MEDSEBA, tetapi sekali lagi itu
cuman menu jadi orang mau pakai apa silahkan, nggak juga nggak
masalah orang bisa milih.
18. Tanya: Sejak kapan bapak belajar meditasi?
Jawab: Belajar meditasi sebetulnya sejak tahun 2003.
19. Tanya: Belajar meditasi apa karena menderita?
Jawab: Bukan karena menderita, tetapi memang karena waktu itu ingin
menemukan kesejatian. Tetapi memang tahun yang benar-benar
merevolusi hidup saya tahun 2008. Karena memang ada satu kejadian
yang ekstrim, satu kehidupan yang berat dan itu memaksakan untuk
menemukan jawaban sampai pada suatu titik, suatu subuh saya
mendapat bisikan dari dalam hati ini untuk kembali ke tanah kelahiran.
Saat itu saya tinggal di Cirebon, saat itu saya diminta kembali ke
Magelang. Saya ketemu dengan pakde saya yang dalang, pakde saya
punya asisten namanya Romo Pujiyono yang ahli kebatinan. Nah,
pakde itu yang memberikan petunjuk awal kepada saya mesti kemana-
mana. Nah, yang pertama kali saya kunjungi petilasan Ki Ageng
Langit di Boyolali, nah semenjak itu selalu ada bisikan terus untuk
menemukan kesejatian lewat pengelanaan. Jadi sejak itu saya suka
berkelana, tanpa meninggalkan pekerjaan saya tentunya.
20. Tanya: Yang berkelana itu secara fisik atau ruhani?
Jawab: Fisik! Saya kesana-kemari, sampai ke Kalimantan, Sulawesi,
sampai ke berbagai tempat di Jawa. Yaa, kayak orang zaman dulu aja
bertapa di mana-mana. Tapi kan nggak lama-lama kayak zaman dulu.
Ada waktu sehari, kadang balik ke rumah, nanti kalau ada waktu lagi
berangkat lagi.
21. Tanya: Apakah di Padepokan Pengging itu diajarkan meditasi ?
Jawab: Orang yang belajar sama saya itu diajarin lewat kelas formal
kayak begini, lewat komunitas kayak Padepokan Pengging. Padepokan
Pengging itu suatu komunitas, kalaupun secara fisik bentuknya cuman
gubuk, tempat suka ngumpul-ngumpul kalau di Magelang.
22. Tanya: Ada nggak rasa menolak, kok seperti ini jalan takdir hidup
saya?
Jawab: Ada! Dua tahun yang lalu didalam sini (sambil menunjuk
bagian dada) itu sudah bilang inilah pekerjaanku, jadi mengayomi,
mendidik. Inikan otak saya nyangkal kalau kayak gini saya makan
apa? Jadinya nggak jelas, mending saya kerjakan! Tapi pada akhirnya
saya mengikuti tuntunan dari Rasa Sejati saya bukan mengikuti pikiran
saya. Yaa, ternyata semesta menunjukkan jalannya. Yaa, sekarang saya
kerjaannya begini aja.
23. Tanya: Jadi pekerjaan yang selama ini bapak geluti?
Jawab: Dulu pernah kerja di Kementrian Agama, terus saya pernah
jadi wartawan bertahun-tahun. Sekarang cuman begini aja.
24. Tanya: Pastinya sudah banyak pengalaman, pengalaman apa yang
diajarkan?
Jawab: Jadi gini, kita itu mengajarkan tidak untuk menjadikan
seseorang seperti diri kita. Kita hanya membuat orang untuk mengenali
dirinya dan pola yang pas untuk dirinya. Atau pada kenyataannya
teman-teman yang belajar itu punya pengalaman yang unik-unik sesuai
dengan kemampuan dirinya. Ada orang yang setelah belajar menjadi
seperti mas Koko, yang punya keahlian sebagai pelukis jiwa, jadi dia
bisa melukis jiwa pada masa lalu, ada juga orang setelah belajar ini
bisa menjadi orang yang sangat tajam melihat realitas metafisik.
Sampai ada yang bisa menjelajahi dimensi-dimensi lain. Tapi pada
intinya orang ikut meditasi seperti ini karena merindukan kesejatian
dan kebahagiaan. Bagaimana dia ketemu dengan diri sejatinya?
Bagaimana bisa menemukan hidup yang bermakna eksisnya.
25. Tanya: Berarti ini konsep spiritual untuk menuju Illahi?
Jawab: Yaa, memang intinya, esensi dasar membuat kita menyadari
keillahian diri kita, jumbu atau penyatuan tanpa batas dengan sang
sumber hidup.
26. Tanya: Tadi sudah dijelaskan tentang penyatuan, penyatuan seperti apa
bapak?
Jawab: Sebetulnya gini, kenyataannya antara Tuhan dengan kita tak
pernah terpisahkan. Tuhan itu dalam pengertian kita, adalah
kekosongan yang meliputi segalanya. Agung mengejawantahkan,
menjadi roh semesta kemudian dalam diri kita mengejawantah menjadi
roh suci. Terus itu baru muncul namanya jiwa, jiwa diwadahi oleh
tubuh. Nah, yang namanya kemenyatuan itu lebih pada level
kesadaran, bagaimana jiwa itu menyadari dirinya, menyatu dengan
Tuhan itu sendiri. Menyatu berikutnya kita bisa menangkap sebetulnya
apa sih pesan dari Tuhan yang disampaikan lewat roh suci kita sendiri
kemenyatuan itu artinya begini.
27. Tanya: Terkait suwung=kosong! Dan penyatuan dengan Tuhan
bagaimana bapak menjelaskan? Suwung dan penyatuan tersebt!
Jawab: Penyatuan dengan Tuhan itu setidaknya ada 2 level. Pertama
adalah menyatu atau terhubungnya kita dengan manifestasi Tuhan di
dalam diri yang disebut Guru Sejati atau Dewa Ruci. Kedua, seorang
pejalan spiritual mengalami kondisi memasuki dimensi kegelapan total
yang meliputi segalanya dimana tak ada apa-apa lagi, bahkan terasa
diri luruh sirna, yang tinggal hanyalah kesadaran. Kondisi kedua hanya
dicapai setelah melampaui kondisi pertama.
28. Tanya: pak kondisi tersebut apa saat hidup atau kelak setelah
meninggal?
Jawab: Saat hidup dicapai saat meditasi. Tetapi bukan yang langgeng,
itu pengalaman sesaat.
29. Tanya: Apa ada perbedaan meditasi bapak dengan yoga?
Jawab: Yoga itu dinamic meditation.
30. Tanya: Jadi berbeda ya pak?
Jawab: Yoga sebagaimana yang kita kenal adalah bagian dari metode
meditasi.
DOKUMENTASI FOTO-FOTO

Penulis dengan Setyo Hajar Dewantoro

Sesi Meditasi Setyo Hajar Dewantoro


Sesi berbagi pengalaman setelah melakukan Meditasi Setyo Hajar Dewantoro
Sesi pengisian lembaran observasi terkait Meditasi Setyo Hajar Dewantoro
Penelitian Lapangan Ainul Husna Heruditya, Jurusan. Aqidah &
Filsafat Islam, Fakultas. Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tentang Meditasi Setyo Hajar Dewantoro (Kajian Filsafat Kebatinan Jawa).

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Sumangat Dwi Koryanto


Umur : 52 Tahun
Alamat : Jl. Palapa, no. 8. Rt/Rw: 09/07.
Duri Kepa-Kebun Jeruk
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk menemukan diri sejati, untuk menemukan
jalan hidup sesuai tuntunan diri sejati, untuk
menemukan ketenangan dalam menjalani
kehidupan.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Menemukan diri sejati, menata kehidupan lebih
baik lagi, setelah mempraktekan yang diajarkan
ada perubahan hidup.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Yanti
Umur : 52 Tahun
Alamat : Bekasi
Alasan mengikuti Meditasi : Ingin belajar meditasi yang baik dan bear dalam
pengobatan baik sakit psikis dan rohani.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Sangat bermanfaat baru satu hari ikut meditasi
sakit batuk saya menghilang tanpa minum obat.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Dwi Nugroho Santoso


Umur : 34 Tahun
Alamat : Purwodadi, Toroh, Grobongan. Jawa Tengah

Alasan mengikuti Meditasi :Menambah wawasan berspiritual, belajar mendalami


kaweruh jawa.
Manfaat Mengikuti Meditasi :Mawas diri, eling, intropeksi diri, memiliki
kesadaran kepada sumber kehidupan, menumbuhkan
rasa welas asih dengan cara meditasi, bisa
menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Eko Kurniawan


Umur : 33 Tahun
Alamat : Purwodadi, Gundih, Geyer. Jawa Tengah

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk merasakan dan mencapai kesadaran


murni.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih bahagia dan lebih merasa bermanfaat.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Suwarto
Umur : 31 Tahun
Alamat : Tambirjo, Toroh, Grobogan

Alasan mengikuti Meditasi : Menambah pengalaman.


Manfaat Mengikuti Meditasi : Badan jasmani dan rohani lebih sehat dan terarah.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Erwin
Umur : 35 Tahun
Alamat : Waspada Raya no. 20

Alasan mengikuti Meditasi : Ingin memperdalam spiritual, ingin hidup lebih


baik.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih sadar akan fenomena-fenomena kehidupan,
lebih tenang.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Angga
Umur : 33 Tahun
Alamat : Jakarta Selatan

Alasan mengikuti Meditasi : Ingin belajar meditasi dan mendapat manfaat


positifnya.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Merasakan kedamaian hati, kenyamanan,
kepasrahan dalam hidup.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Sri Muryani


Umur : 44 Tahun
Alamat : Tenggarong, Kalimantan Timur

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk mengenal diri sejati dan peningkatan


spiritual lewat meditasi.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Mencapai ketenangan diri, lebih toleransi, imunitas


diri, selaras dengan kehidupan semesta
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Aji Ani Purwantini


Umur : 39 Tahun
Alamat : Kalimantan Timur

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk dapat mengenal diri sejati serta peningkatan
spiritual dalam diri lewat meditasi.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Mendapat ketenangan dalam diri, penyembuhan
penyakit, berkesadaran hidup lebih tinggi.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Ni Made Suratini


Umur : 55 Tahun
Alamat : Vila Jaya, Blok VI, no. 20.

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk mengenali Guru Sejati, untuk menenangkan


diri.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Rasa lebih baik sebelumnya, saya baru ikut di
grup ini tapi sudah ada manfaat.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Meri
Umur : 55 Tahun
Alamat :-

Alasan mengikuti Meditasi: Untuk kesehatan dan ketenangan batin, lebih


mengerti spiritual.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Mendapat kesehatan yang baik, mendapat
ketenangan batin.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Muli
Umur : 49 Tahun
Alamat : Kebayoran Baru

Alasan mengikuti Meditasi : Karena ingin belajar meditasi kesehatan melalui


aliran nafas dan pengetahuan yang lebih dalam
tentang kesadaran diri yang terdalalam.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Kembali kekesadaran hati, mengenal lebih dalam
diri sejati/Guru Sejati. Sehingga dalam melakukan
aktivitas apapun bisa selalu berkesadaran.
Semuanya selaras dengan alam semesta.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Susiati
Umur : 56 Tahun
Alamat : Jl. Akasia, Cengkareng Timur

Alasan mengikuti Meditasi : Supaya lebih fokus dalam meditasi

Manfaat Mengikuti Meditasi : Merasa perasaan lebih tenang, damai

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Sujono
Umur : 51 Tahun
Alamat : Jakarta Barat

Alasan mengikuti Meditasi : Ingin mempelajari Meditasi Nusantara Kuno.

Manfaat Mengikuti Meditasi :Keselarasan olah tubuh, kesehatan tubuh,


penyembuhan, kedamaian batin, mengenal diri
sendiri, meluruskan kesalahpahaman meditasi
yang benar.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Mufidreny
Umur : 51 Tahun
Alamat : Jl. Palapa no.8, Duri Kepa-Jakarta Barat

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk lebih mendalami mengenai macam-macam


meditasi

Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih tenang untuk bisa menjalani kehidupan


sehari-hari, lebih dekat Tuhan YME.

Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017

Nama : Mulya
Umur : 55 Tahun
Alamat : Jatinegara-Jakarta Timur

Alasan mengikuti Meditasi : Ingin mengetahui talenta, misi saya menjadi


manusia di dunia ini.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Sehat & bahagia selaras dengan semesta.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Esmond
Umur : 42 Tahun
Alamat :-

Alasan mengikuti Meditasi :Want to belajar more of kejawen meditasi


(Indonesia Javanese), the method that was use
traditional in modern new age language- energy
connection.
Manfaat Mengikuti Meditasi : To relax.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Henki Sidik


Umur : 40 Tahun
Alamat :-

Alasan mengikuti Meditasi : Ingin mengetahui meditasi.


Manfaat Mengikuti Meditasi : Ketenangan batin.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Eolia
Umur : 21 Tahun
Alamat : Bandengan Selatan no. 84a/10.

Alasan mengikuti Meditasi


:Ingin belajar meditasi, karena tidak hanya meditasi.
Pak Setyo juga mengajarkan tentang filsafat.
Dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro juga
selalu diadakan sesi sharing jadi dari sharing-
sharing yang diberikan orang-orang saya juga
bisa belajar banyak.
Manfaat Mengikuti Meditasi :Mempelajari berbagai macam cara untuk
bermeditasi (mengkosongkan pikiran).
Mempelajari kehidupan manusia, apa yang
harus kita lakukan untuk menjadi lebih baik.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Edward Wilson


Umur : 20 Tahun
Alamat : Pawai Indah Kapuk

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk mencari dan berbicara kepada roh yang
terselubung pada diri saya, dan mengajak diri
saya untuk lebih fokus dan menjadi diri kita
untuk berbicara kepada roh atas dan para dewa-
dewi yang memberi kehidupan.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Melatih diri untuk mengontrol pikiran diri sendiri
dan menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk
lingkungan dan masyarakat sekitar.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Tan Paul Kosasih


Umur : 26 Tahun
Alamat : Mangga Dua

Alasan mengikuti Meditasi : Ajaran meluas batin, ketenangan dapat dari dalam
diri sendiri. Cari solusi batin, agama, politik secara
universal dari dalam.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Merasa ketenangan diri dari dalam, mendapat


bantuan dari kesulitan, penderitaan menggunakan
kekuatan alam semesta yang ada di dalam diri kita
masing-masing.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Alberth
Umur : 34 Tahun
Alamat : Jalan Jelambar Utama VII’ 29A
Alasan mengikuti Meditasi : Saya mengikuti meditasi Setyo Hajar Dewantoro
karena ingin lebih mendalami tehnik meditasi yang
dapat menyembuhkan luka batin dan terhubung
dengan diri sejati. Harapannya supaya dapat
memberi manfaat pada diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.
Manfaat Mengikuti Meditasi :Ketenangan batin dan bisa meredakan stress. Selain
itu juga memperoleh wawasan baru tentang tubuh.
Meditasi yang unik dan bersemangat.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Tiara
Umur : 24 Tahun
Alamat : Bandengan Selatan no.84A/10
Alasan mengikuti Meditasi : Meditasi menarik, tidak membosankan. Melatih
diri agar menjadi diri yang lebih baik lagi

Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih mengerti tentang cara-cara meditasi dan


dapat langsung mempraktekkannya. Memahami
cara untuk membersihkan diri dari energi
negatif dan memancarkan energi positif atau
kasih dalam diri kita.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Watung
Umur : 53 Tahun
Alamat : Jl. Bandengan Selatan, no 84A/10. Jakarta Utara.

Alasan mengikuti Meditasi : Mudah dicerna dan mudah di pahami.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Untuk menyadarkan diri kita dan bisa tercerahkan,
bisa menyembuhkan penyakit mental dan jiwa raga.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Billy
Umur : 53 Tahun
Alamat : Muara Karang

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk belajar meditasi dan bisa berhasil dalam
bermeditasi.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih memahami tentang meditasi dan belajar


berbgai metode/tehnik dalam bermeditasi.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Srianti
Umur : 28 Tahun
Alamat : Jl. Mangga Dua J9. Jakarta Pusat.

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk belajar tehnik-tehnik meditasi.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Mendapatkan ketenangan dan relaksasi.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Nani
Umur : 50 Tahun
Alamat : Jelembar Utama 1, no 2B, Jakarta Barat.

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk mengetahui cara meditasi lebih dalam.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Ketenangan, bahagia.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017

Nama : Mimi
Umur : 51 Tahun
Alamat : Mangga Dua Raya, Komplek Dua Pertiwi, Blok
J, no.9

Alasan mengikuti Meditasi : Untuk belajar meditasi lebih dalam.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Ketenangan, bahagia.

Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Lie Tianan
Umur : 64 Tahun
Alamat : Teluk Gong

Alasan mengikuti Meditasi : Melatih diri kita, bisa lebih mengenal diri kita
sendiri, lebih dalam kedalaman sesungguhnya.
Ajarannya lebih mudah diterima.

Manfaat Mengikuti Meditasi : Menjadi bahagia dan damai di dunia ini

Anda mungkin juga menyukai