Anda di halaman 1dari 189

IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY LEARNING UNTUK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN


PAI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP N 2 WANADADI
TAHUN AJARAN 2021/2022

SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat Menyusun Skripsi Pada Program S-1
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UNSIQ
Jawa Tengah di Wonosobo

Disusun Oleh:
Audina Dwi Novelita Kusuma
NIM: 2017010177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR‟AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2021
1. Drs. H. Noor Aziz, M.Pd
2. Dr. H. Abdul Majid, M.Pd
Dosen FITK UNSIQ
Jawa Tengah di Wonosobo

NOTA PEMBIMBING
Perihal : Naskah Skripsi Kepada Yth:
A. n. Sdr : Audina Dwi Novelita Kusuma Dekan FITK UNSIQ
Lampiran : 3 Eksemplar Jawa Tengah di Wonosobo
Di-
Wonosobo
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah diadakan koreksi dan revisi sebagaimana mestinya, maka bersama
ini saya kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Audina Dwi Novelita Kusuma
NIM : 2017010177
Judul : IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY LEARNING
UNTUK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA
PELAJARAN PAI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP N 2
WANADADI TAHUN AJARAN 2021/2022.
Oleh karena itu, bersama ini kami kirimkan naskah skripsi tersebut di atas
untuk dapat segera di ujikan dalam Sidang Munaqosah. Demikian, atas
perhatiannya diucapkan banyak terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wonosobo,
Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Noor Aziz, M.Pd Dr. H. Abdul Majid, M.Pd


NIDN. 0609106602 NIDN. 0606056701

ii
MOTTO

َّ ‫شيْـًٔ ۙا َّو َج َع َم نَ ُك ُم ان‬


‫س ْم َع‬ ُ ُ‫ّٰللاُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢ ْه ب‬
َ َ‫ط ْى ِن ا ُ َّمهٰ تِ ُك ْم ََل تَ ْعهَ ُم ْىن‬ ‫َو ه‬
َ‫ار َو ْاَلَ ْفـِٕدَةَ ۙ نَعَهَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُر ْون‬
َ ‫ص‬ َ ‫َو ْاَلَ ْب‬

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-Nahl 16:78)

iii
PERSEMBAHAN

Karya tulis skripsi ini, penulis persembahan untuk:


1. Ibuku yang telah kembali ke pangkuan Allah SWt,
Almh. Ibu Cholisoh yang sangat penulis sayangi.
2. Bapak Kuspriyadi yang sangat penulis cintai
3. Adikku tercinta Aulia Wafiq Nur Azizah.
4. Segenap keluarga di Parakancanggah, Banjarnegara dan
Klaten, Jawa Tengah.

iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini


berpedoman pada SK menteri agama dan menteri pendidikan dan kebudayaan R.I.
Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat sebagai berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ Ṡa Ṡ Es (dengan titik


diatas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ḥa ḥ Ḥ Ha (dengan titik


dibawah)

‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Żal żż Ż Zet (dengan titik


diatas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

v
‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan ye

‫ص‬ Ṣad Ṣṣ Ṣ Es (dengan titik


dibawah)

‫ض‬ Ḍad ḍ Ḍ De (dengan titik


dibawah)

‫ط‬ Ṭa ṭ Ṭ Te (dengan titik


dibawah)

‫ظ‬ Ẓa Ẓ Zet (dengan titik


dibawah)

‫ع‬ „Ain „__ Apostrof terbalik

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qof Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah __‟ Apostrof

‫ي‬ Ya Y Ye

vi
Hamzah (‫ )ء‬yang terletak diawal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apapun. Jika ia terletak ditengah atau diakhir, maka ditulis dengan tanda (‟).

B. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ Fathah A A
َ Kasrah I I
َ Dammah U U
Contoh:
‫ كزت‬- kataba ‫يرٌْت‬ - yażhabu
‫ فعم‬- Fa‟ala ‫ظئم‬ - su‟ila

‫ ذكس‬- Żukira

2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf yaitu:
Tanda dan
Nama Huruf Latin Nama
Huruf
‫ ــَـ‬dan ‫ي‬ Fathah dan ya Ai a dan i

‫ ــَـ‬dan ‫و‬ Fathah dan wau Au a dan u

Contoh:
‫كيْف‬ - kaifa ‫ٌ ُْل‬ - haula

vii
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat Huruf dan
Nama Nama
dan Huruf Tanda
‫ ــَـ‬dan ‫ي‬/‫أ‬ Fathah dan alif atau ya Ā a dan garis di atas

‫ ــِـ‬dan ‫ي‬ Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas

‫ ــُـ‬dan ‫و‬ Dammah dan wau Ū u dan garis di atas

Contoh:
‫قبل‬ - qāla ‫قيْم‬ - qīla
‫زمى‬ - ramā ‫يق ُْل‬ - yaqūlu

D. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta‟ marbutah ada dua:
1. Ta‟ marbutah hidup
Ta‟ marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan
dammah, transliterasinya adalah /t/.
2. Ta‟ marbutah mati
Ta‟ marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah /h/.
3. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta‟ marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka ta‟ marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
‫ز َْضخ اْأل ْطفب ْل‬ - raudah al-atfāl
- raudatul atfāl
ْ‫ا ْنمديْىخ ا ْنمى َُّزح‬ - al-Madīnah al-Munawwarah
- al-Madīnatul-Munawwarah
‫ط ْهح ْخ‬ - talhah

viii
E. Syaddah
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
‫زثَّىب‬ - rabbanā ‫و َّصل‬ - nazzala
‫ا ْنجس‬ - al-birr ‫ا ْنحج‬ - al-hajju
‫وعم‬ - nu‟‟ima

F. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu: ‫ ال‬. Namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara
kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah dengan kata sandang yang
diikuti oleh huruf qamariah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama
dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya.
Baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda
sambung/hubung.
Contoh:
‫انس جم‬-
َّ ar-rajulu ‫عيدح‬
َّ ‫ان‬ - as-sayyidatu
‫ش ْمط‬
َّ ‫ان‬- asy-syamsu ‫ا ْنقهم‬ - al-qalamu
‫ا ْنجديْع‬ - al-badī‟u ‫ا ْنجالل‬ - al-jalālu

ix
G. Hamzah
Dinyatakan di depan Daftar Transliterasi Arab Latin bahwa hamzah
ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya terletak di tengah dan
akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan,
karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
1. Hamzah di awal:
‫ أم ْسد‬- umirtu ‫ أكم‬- akala

2. Hamzah di tengah:
‫ رأْخر َْن‬- ta‟khużūna ‫ رأْكه ُْن‬- ta‟kulūna

3. Hamzah di akhir:
‫ ش ْىء‬- syai‟un ‫ انىَّ ُْء‬- an-nau‟u

H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il, isim maupun huruf, ditulis
terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang
sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang
dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan
dengan dua cara; bisa dipisah per kata dan bisa pula dirangkaikan. Contoh:
َّ ‫َإنَّ َّلَّلا نٍُ خيْس‬
‫انساشقيْه‬ - Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn
- Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīn
‫فأ َْف ُْاا ْنكيْم َا ْنميْصان‬ - Fa aufū al-kaila wa al-mīzāna
- Fa aufū-lkaila wa-lmīzāna
‫لَّلا مجْ سيٍْب َم ْسظٍب‬
َّ ‫عم‬ْ ‫ث‬ - Bismillāhi majrêhā wa mursāhā
‫َ َّّلِل عهى انىَّبض حج انْجيْذ‬ - Wa lillāhi alā an-nāsi hijju al-baiti
‫ظزطب ع إنيًْ ظج ْيالا‬
ْ ‫مه ا‬ manistatā‟a ilaihi sabilā
- Wa lillāhi alan-nāsi hijjul-baiti
manistatā‟a ilaihi sabilā

x
I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital
seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya huruf kapital digunakan
untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama
diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital
tetap huruf awal nama diri sendiri, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
‫َمب مح َّمد إالَّ زظ ُْل‬ - Wa mā Muhammadun illā rasūl.
ْ ‫ذ َضع نهىَّبض نهَّر‬
‫ي ثجكَّخ مجبزكب‬ ٍ ‫إنَّ أ ََّل ث ْي‬ - Inna awwala baitin wudi‟a lin-nāsi
lallażī bi Bakkata mubārakan.
‫ي إ ْوصل فيًْ ا ْنق ْسأن‬
ْ ‫شٍْس زمضبن انَّر‬ - Syahru Ramadāna al-lażī
unzilafīhi al-Qur‟ānu.
‫َنق ْد زأي ثبْالف ُْق ا ْنمجيْه‬ - Wa laqad ra‟āhu bil-ufuqil-mubin
‫ا ْنح ْمد َّّلِل زة ا ْنعبنميْه‬ - Al-hamdu lillāhi rabbil-„ālamīna.

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisannya itu
disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
huruf kapital tidak dipergunakan.
Contoh:
‫وصْس مه َّلَّلا َفزْح قسيْت‬ - Nasrum minallāhi wa fathun
qarib.
‫ّلِل اْال ْمس جم ْيعاب‬ - Lillāhi al-amru jamī‟an
- Lillāhilamru jamī‟an.
‫َ َّلَّلا ثكم ش ْئ عهيْم‬ - Wallāhu bikulli syai‟in
„alīmun.

xi
ABSTRAK

Audina Dwi Novelita Kusuma, 2021, IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY


LEARNING UNTUK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA
PELAJARAN PAI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP N 2 WANADADI
TAHUN AJARAN 2021/2022. Skripsi, Wonosobo: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an Jawa Tengah di Wonosobo.

Penelitian ini bertujuan untuk; 1. Mengetahui penerapan model inquiry


learning kelas VIII di SMP N 2 Wanadadi; 2. Mengetahui prestasi belajar kelas
VIII di SMP N 2 Wanadadi; 3. Mengetahui peningkatan prestasi belajar peserta
didik setelah menggunakan model inquiry learning pada mata pelajaran PAI
kelas VIII E di SMP N 2 Wanadadi; 4. Mengetahui perbedaan prestasi belajar
peserta didik yang menggunakan model inquiry learning dan yang tidak
menggunakan pada mata pelajaran PAI kelas VIII E di SMP N 2 Wanadadi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain


nonequivalent control group pretest postest design. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Wanadadi tahun pelajaran 2021/2022. Dari
populasi tersebut, diambil dua sampel yaitu kelas VIII B sebagai kelas kontrol dan
VIII E sebagai kelas eksperimen yang masing-masing berjumlah 33 peserta didik.
Sebelum pembelajaran kedua kelas diberikan soal pretest. Peserta didik kelas
eksperimen di beri pembelajaran dengan menggunakan model inquiry learning
sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Kelas
eksperimen dan kelas kontrol dikenakan tes pretest dan posttest. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, angket dan
tes (pretest dan posstest bentuk pilihan ganda). Soal untuk pretest dan posttest
diuji coba dengan menggunakan validitas, realibilitas, taraf kesukaran dan daya
pembeda, sedangkan angket sebelum disebar diuji validitas dan realibilitas. Proses
pengujian tes menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji gain dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan pada pembelajaran PAI peserta didik yang


menggunakan model inquiry learning pada penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan. Hal ini berdasarkan hasil hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan uji gain untuk kelas eksperimen diperoleh hasil sebesar 0,631.
Maka dari itu, ada perbedaan pembelajaran PAI peserta didik yang diajar dengan
menggunakan model inquiry learning dengan peserta didik yang tidak di ajar
dengan menggunakan model inquiry learning. Hal ini dibuktikan dengan
menggunakan uji-t thitung >ttabel baik pada taraf signifikansi 5% yaitu 3,05 > 1,99
dan pada taraf signifikansi 1% yaitu 3,05 > 2,65.

Kata Kunci: Model Inquiry Learning dan Prestasi Belajar

xii
ABSTRACT

Audina Dwi Novelita Kusuma, 2021, IMPLEMENTATION OF INQUIRY


LEARNING MODEL FOR THE IMPROVEMENT OF LEARNING
ACHIEVEMENT OF PAI SUBJECTS OF CLASS VIII JUNIOR N 2
WANADADI SCHOOL YEAR 2021/2022. Thesis, Wonosobo: Faculty of
Tarbiyah Science and Teacher Training of The Qur'anic University of Central
Java in Wonosobo.

This research aims to; 1. Know the application of class VIII inquiry
learning model in SMP N 2 Wanadadi; 2. Know the achievement of learning class
VIII at SMP N 2 Wanadadi; 3. Knowing the improvement of learners' learning
achievement after using the inquiry learning model on PAI class VIII E subjects at
SMP N 2 Wanadadi; 4. Knowing the difference in learning achievement of
learners who use the inquiry learning model and who do not use in PAI class VIII
E subjects in SMP N 2 Wanadadi.

The study used quasi-experimental methods with nonequivalent control


group pretest postest design designs. The population in this study was a student of
grade VIII junior high school N 2 Wanadadi school year 2021/2022. From the
population, two samples were taken, namely class VIII B as a control class and
VIII E as an experimental class of 33 learners each. Before learning both classes
are given a pretest problem. Experimental class learners are given learning using
an inquiry learning model while the control class uses conventional learning
models. Experimental classes and control classes are subject to pretest and
posttest. Data collection techniques use observations, interviews, documentation,
questionnaires and tests (pretest and posstest multiple-choice forms). The problem
for pretest and posttest is tested using validity, reliability, difficulty level and
differentiating power, while the questionnaire before spread is tested for validity
and reliability. The test testing process uses normality test, homogeneity test, gain
test and t test.

The results showed that PAI learning learners who used the inquiry
learning model in this study showed an increase. This is based on the results of
hypotheses conducted using the gain test for the experimental class obtained
results of 0.631. Therefore, there are differences in PAI learning learners who are
taught using the inquiry learning model with learners who are not taught by using
the inquiry learning model. This is evidenced by using the thitung test-t >ttabel
both at the significance level of 5% which is 3.05 > 1.99 and at the significance
level of 1% which is 3.05 > 2.65.

Keywords: Inquiry Learning Model and Learning Achievement

xiii
KATA PENGANTAR

‫انر ِحي ِْم‬


َّ ‫انرحْ َم ِه‬
َّ ِ‫ْــــــــــــــــــم هللا‬
ِ ‫ِبس‬

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil „alamin puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Implementasi Model Inquiry Learning untuk Peningkatan
Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI Peserta Didik Kelas VIII SMP N 2 Wanadadi
Tahun Ajaran 2021/2022” tanpa suatu halangan yang berarti.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Srata (S1) pada Program Studi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an
(UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.
Perjalanan penulisan skripsi ini mengalamai banyak tantangan yang sangat
besar dan dipaksakan untuk terus bangkit dari semua halangan yang ada.
Alhamdulillah untuk titik ini berkat doa dan tekad yang kuat, penulis bisa bangkit
dan meneruskan perjuangan hingga sampai selesai mengerjakan skripsi ini.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah mendukung dan membimbing penulis, oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada:
1. Dr. H. Zaenal Sukawi, M.A., selaku Rektor Universitas Sains Al-Qur‟an
(UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.
2. Dr. Sri Haryanto, M.Pd.I., CIQaR., CIQnR selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo.
3. Dr. H. Ali Imron, M.Ag. selau Kaprodi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an Jawa Tengah di
Wonosobo.

xiv
4. Drs. H. Noor. Aziz, M.Pd. dan Dr. H. Abdul Majid, M.Pd selaku pembimbing
skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu,
mengarahkan dan membimbing penulis demi tersusunnya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK dan UNSIQ yang telah membantu
secara administratif sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini.
6. Kepala Sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Staff SMP
N 2 Wanadadi Banjarnegara atas kesediaan dan kerjasamanya selama
penelitian berlangsung.
7. Bapak Kuspriyadi dan Almh. Ibu Cholisoh selaku orang tua penulis. Yang tak
pernah lelah mendo‟akan dan menjadi satu-satunya alasan penulis untuk
selalu berjuang. Terimakasih atas doa dan pengorbanannya. Semoga Allah
senantiasa melimpahkan kebaikan dan rezeki kepada Bapak dan semoga
diberi pintu surga untuk Ibu.
8. Untuk adikku Aulia Wafiq Nur Azizah terimakasih atas dan dukungan dan
semangatnya.
9. Untuk saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat kepada penulis.
10. Seluruh teman-temanku di UNSIQ angkatan 2017 khususnya dari Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
11. Seluruh teman seperjuangan dari HMPS PAI, BEM FITK UNSIQ, PMII
Wonosobo dan BEM Univeritas Sains Al-Qur‟an yang selalu mencurahkan
ide, tenaga dan semangatnya untuk membawa UNSIQ lebih baik.
12. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Skripsi ini.
Rasa hormat dan terimakasih bagi semua pihak atas segala bantuan,
dukungan dan doanya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah
mereka berikan kepada penulis, Amin ya rabbal „alamin. Penulis berharap
dengan dukungan dan doa semua pihak, menjadi salah satu jalan menuju bekal
hidup dikemudian hari.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap ketidaksempurnaan ini dapat
menjadi motivasi pembaca dan adik tingkat khususnya yang telah berproses

xv
bersama di Prodi Pendidikan Agama Islam untuk menyusun Skripsi yang lebih
baik. Penulis berharap, dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kami dan
seluruh pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wonosobo, 15 Oktober 2021


Penulis

Audina Dwi Novelita Kusuma


NIM. 2017010177

xvi
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR (COVER) ............................................................................ i
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................ v
ABSTRAK ................................................................................................... xii
KATA PENGANTAR .................................................................................. xiv
DAFTAR ISI ............................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xx
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................6
C. Penegasan Istilah ...........................................................................7
D. Rumusan Masalah..........................................................................8
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................9
F. Manfaat Penelitian .........................................................................9
G. Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................... 10
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .............................................................................. 12
B. Kajian Teori ................................................................................. 20
1. Model Inquiry Learning ......................................................... 20
a. Pengertian Model Inquiry Learning .................................. 21
b. Tujuan dan Manfaat Model Inquiry Learning ................... 24
c. Karakteristik Model Inquiry Learning .............................. 24
d. Prinsip-prinsip Model Inquiry Learning ........................... 25
e. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inquiry Learning
........................................................................................ 27
f. Sintaks Model Inquiry Learning ....................................... 29

xvii
g. Kelebihan dan Kelemahan Model Inquiry Learning ......... 32
2. Prestasi Belajar ...................................................................... 33
a. Pengertian Prestasi Belajar ............................................... 33
b. Karakteristik Prestasi Belajar ........................................... 35
c. Macam-macam Prestasi Belajar......................................... 38
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar............ 39
3. Pendidikan Agama Islam ........................................................ 40
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................. 41
b. Kurikulum 2013 dan Pendidikan Agama Islam.................. 42
c. Peran pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional
......................................................................................... 42
C. Kerangka Berfikir ......................................................................... 45
D. Hipotesis ...................................................................................... 46
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 52
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 53
D. Variabel Penelitian ....................................................................... 55
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 57
F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 61
G. Validitas dan reliabilitas instrumen .............................................. 62
H. Teknik Analisis Data .................................................................... 70
1. Uji Pendahuluan ..................................................................... 70
2. Uji Hipotesis ........................................................................... 72
3. Uji Lanjut ............................................................................... 73
BAB IV. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Profil Objek Penelitian ................................................................ 74
B. Deskripsi Data ............................................................................. 76
C. Analisis Data ............................................................................... 93
D. Interpretasi Data .......................................................................... 99
BAB V. PENUTUP

xviii
A. Kesimpulan ................................................................................ 102
B. Saran .......................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 111
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 165

xix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Learning


..................................................................................................................... 30
Tabel 3.1 Design Penelitian Nonequivalent Control Grup Design
..................................................................................................................... 52
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMP N 2 Wanadadi
..................................................................................................................... 75
Tabel 4.2 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
..................................................................................................................... 77
Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
..................................................................................................................... 77
Tabel 4.5.1 Hasil Angket Nomor 1 .............................................................. 78
Tabel 4.5.2 Hasil Angket Nomor 2 .............................................................. 78
Tabel 4.5.3 Hasil Angket Nomor 3 .............................................................. 79
Tabel 4.5.4 Hasil Angket Nomor 4 .............................................................. 80
Tabel 4.5.5 Hasil Angket Nomor 5 .............................................................. 81
Tabel 4.5.6 Hasil Angket Nomor 6 .............................................................. 81
Tabel 4.5.7 Hasil Angket Nomor 7 .............................................................. 82
Tabel 4.5.8 Hasil Angket Nomor 8 .............................................................. 83
Tabel 4.5.9 Hasil Angket Nomor 9 .............................................................. 84
Tabel 4.5.10 Hasil Angket Nomor 10 .......................................................... 84
Tabel 4.5.11 Hasil Angket Nomor 11 .......................................................... 85
Tabel 4.5.12 Hasil Angket Nomor 12 .......................................................... 86
Tabel 4.5.13 Hasil Angket Nomor 13 .......................................................... 87
Tabel 4.5.14 Hasil Angket Nomor 14 .......................................................... 87
Tabel 4.5.15 Hasil Angket Nomor 15 .......................................................... 88
Tabel 4.5.16 Hasil Angket Nomor 16 .......................................................... 89
Tabel 4.5.17 Hasil Angket Nomor 17 .......................................................... 90
Tabel 4.5.18 Hasil Angket Nomor 18 .......................................................... 90
Tabel 4.5.19 Hasil Angket Nomor 19 .......................................................... 91

xx
Tabel 4.5.20 Hasil Angket Nomor 20 .......................................................... 92
Tabel 4.6 Hasil Kualifikasi Data Angket Implementasi
Model Inquiry Learning ................................................................................ 93
Tabel 4.7.1 Analisis Uji Normalitas Pretest ................................................. 95
Tabel 4.7.2 Analisis Uji Normalitas Posttest ............................................... 95
Tabel 4.8.1 Analisis Hasil Pretest ................................................................ 96
Tabel 4.8.2 Analisis Hasil Posttest .............................................................. 96
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Gain ................................................................ 98
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji T ............................................................. 99

xxi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Implementasi Model Inquiry Learning


untuk Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI Kelas VIII
SMP N 2 Wanadadi ...................................................................................... 46

xxii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus
2. RPP (Kelas Eksperimen)
3. RPP (Kelas Kontrol)
4. Kisi-kisi Soal Uji Coba
5. Soal Uji Coba
6. Kunci Jawaban Soal Uji Coba
7. Analisis Validitas Soal
8. Analisis Reliabilitas Soal
9. Analisis Derajat Kesukaran Soal
10. Analisis Daya Pembeda Soal
11. Analisis Derajata Kesukaran Soal, Daya Pembeda, Reliabilitas dan Validitas
12. Kisi-kisi Angket
13. Angket
14. Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket
15. Hasil Sebaran Angket
16. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
17. Soal Pretest dan Posttest
18. Kunci Jawaban Pretest dan Posttest
19. Lembar Tugas Diskusi Kelas Eksperimen
20. Daftar Peserta Penelitian
21. Daftar Nilai Pretest
22. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
23. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
24. Uji Homogenitas Pretest
25. Daftar Nilai Posttest
26. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
27. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
28. Uji Homogenitas Posttest
29. Uji Gain

xxiii
30. Uji T
31. Sumber Wawancara
32. Dokumentasi Proses Pembelajaran
33. Surat Penunjukkan Bimbingan 1
34. Surat Penunjukkan Bimbingan 2
35. Surat Ijin Penelitian
36. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
37. Lembar Konsultasi Pembimbing 1
38. Lembar Konsultasi Pembimbing 2

xxiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan tanpa ilmu pendidikan akan menimbulkan kecelakaan
pendidikan. 1 Pendidikan merupakan kehidupan setiap manusia yang tidak
dapat dipisahkan dan menjadi salah satu sumber kehidupan sehari-hari.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia, karena dimanapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk
memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia
atau untuk memuliakan kemanusiaan manusia. Untuk terlaksanakannya
pendidikan dengan baik dan tepat, diperlukan suatu ilmu yang mengkaji
secara mendalam bagaimana harusnya pendidikan itu dilaksanakan. Ilmu
yang menjadi dasar tersebut haruslah yang telah teruji kebenaran dan
keampuhannya. Ilmu tersebut adalah ilmu pendidikan.
Seperti halnya konsep pendidikan seumur hidup (Long life
education) yang merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu
proses yang terus-menerus (continue) dari bayi sampai meninggal dunia.
Konsep ini sesuai dengan konsep agama Islam seperti yang tercantum
dalam hadits Nabi Muhammad SAW, yang menganjurkan belajar mulai
dari buaian sampai ke liang kubur. Proses pendidikan ini mencakup
bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal, baik yang
berlangsung dalam keluarga, sekolah dalam pekejaan dan kehidupan
masyarakat.2
Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing dan
dibina untuk menjadi warganegara yang menyadari dan merealisasikan
hak dan kewajibannya. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga

1
Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Depok : Kencana, 2017), hal.
25.
2
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015), hal.
64.

1
2

negara ini apabila dimiliki secara kolektif akan mempersatukan mereka


menjadi suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan alat yang ampuh untuk
menjadikan setiap peserta didik dapat duduk sama rendah dan berdiri sama
tinggi. Adanya pendidikan dapat menghilangkan perbedaan kelas dan
kasta antar peserta didik karena setiap warga negara harus memperoleh
perlakuan yang sama tanpa membeda-bedakan. Bahkan dengan pendidikan
diharpkan mampu menjadi penyalur mobilitas peserta didik ke status
sosial yang paling tinggi atau sesuai dengan status orang tua.
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai
kehidupan manusia. Didalam pengembangan nilai-nilai ini tersirat
pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia di dalam hidupnya.
Dengan demikian, apa yang ingin dikembangkan merupakan apa yang
dapat dimanfaatkan dari arah pengembangan itu sendiri. Empat aspek
pokok yang menjadi arah pendidikan, yaitu: (1) pengembangan manusia
sebagai makhluk individu; (2) pengembangan manusia sebagai makhluk
sosial; (3) pengembangan manusia sebagai makhluk susila; (4)
pengembangan manusia sebagai makhluk religius. 3
Dalam perjalanan pendidikan, khususnya di lingkungan sekolah
menjadi penentu baik tidaknya proses belajar dan interaksi antara guru dan
peserta didik. Hal ini yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah
semua kondisi di sekolah, yang mempengaruhi tingkah laku warga
sekolah, terutama guru dan peserta didik sebagai ujung tombak proses
pembelajaran di sekolah. Selain itu, lingkungan sekolah akan
mempengaruhi proses tumbuh kembangnya kualitas guru dan peserta didik
yang ada di sekolah.4
Permendikbud No. 69 Tahun 2013, didalamnya tercantum salah
satu poin penting untuk menunjang proses pembelajaran yang lebih
3
Dwi Nugroho Hidayanto, dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan: Teoritis Sistematis untuk
Guru dan Calon Guru, (Rajawali: Depok, 2020), hal. 9.
4
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management)
Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi, (Bandung: Alfabeta,
2014), hal. 268.
3

menyenangkan, yaitu pada poin penyempurnaan pola pikir dengan rincian;


pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Hal ini dapat dikatakan bahwa, peserta didik
harus selalu aktif, kreatif, mandiri dan memiliki sikap kritis dalam
melakukan proses pembelajaran. Namun, sering kita jumpai bahwa masih
banyak guru yang menerapkan sistem teacher center, sehingga proses
pembelajaran yang dilalui terkesan biasa saja dan menimbulkan efek bosan
pada peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Sedangkan
tujuan dari Kurikulum 2013 tersebut adalah adanya keseimbangan soft
skill dan hard skill yang dimiliki oleh peserta didik.
Kurikulum 2013 telah berjalan kurang lebih 8 tahun lamanya,
namun tidak semua guru menerapkan student center dalam setiap
pembelajaran. Untuk merealisasikan terjadinya student center, maka guru
juga berperan aktif untuk memberi arahan dan mengembangkan proses
tersebut, dengan cara memilih dan menentukan strategi yang tepat dalam
merencanakan proses pembelajaran. Salah satu pendukung untuk
mewujudkan Kurikulum 2013 dengan baik adalah mengubah mindset
proses pembelajaran yang sebelumnya teacher center menjadi student
center. Dengan memulai kebiasaan untuk menjadikan peserta didik
menjadi pendukung penuh dalam setiap proses pembelajaran, maka telah
mendukung adanya Kurikulum 2013 dan menjadikan peserta didik lebih
kritis, kreatif dan kritis dalam menyikapi dan membaca setiap
problematika dalam kesehariannya.
Unsur yang penting dan sering dikaji adalah penggunaan model
pembelajaran yang tepat dalam mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik. Perlu digaris bawahi, bahwa peserta didik memerlukan suatu proses
dan suasana belajar yang baik dan menyenangkan dengan tujuan mampu
mencerna apa yang telah disampaikan oleh guru. Bahkan rasa suka peserta
didik terhadap mata pelajaran yang ada disekolah itu juga tergantung
dengan guru yang mengajar, apakah telah memanage kelas dengan baik
atau tidak. Salah satu ciri guru yang mampu menguasai dan memanage
4

kelas adalah ditandai dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat.


Ketika peserta didik telah ditumbuhkan rasa suka dan membangkitkan rasa
ingin tahu terhadap suatu pelajaran maka hal itu menjadi keberhasilan dari
guru itu sendiri yang telah mampu membangkitkan jiwa belajar peserta
didik dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat guna.
Kebanyakan di lembaga-lembaga pendidikan kita, masih banyak
yang mengandalkan model pembelajaran konvensional dalam proses
penyampaian materi di kelas. Pembelajaran yang baik dan efektif adalah
pembelajaran yang bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan
mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,
sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi
kuantitasnya, juga harus dilihat dari segi kualitas yang ada di sekolah-
sekolah.
Salah satu model pembelajaran yang bisa mengembangkan
kemampuan secara maksimal adalah dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry. Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan
analitis untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu masalag yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran inkuiri ini
bertujuan untuk memberikan cara bagi peserta didik untuk membangun
kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan
proses-proses berpikir reflektif. 5
Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dicapai siswa memilki
kemampuan dalam belajar. Kemampuan siswa dalam belajar adalah
kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah
dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui hasil belajarnya.
Setiap siswa dikatakan berprestasi dalam belajar apabila memiliki
kemampuan dalam belajar. Diantara faktor-faktor tersebut, guru memiliki

5
Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 31.
5

posisi yang penting dalam rangka untuk mewujudkan keberhasilan


pendidikan khususnya dilingkungan sekolah.
Sebagai rangkaian dari hasil proses pembelajaran, ketuntasan dan
keberhasilan peserta didik dalam mencerna proses pembelajaran adalah
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.
Prestasi belajar adalah tingkat penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan dari mata pelajaran yang ditunjukkan dengan
perolehan nilai atau skor. Peserta didik dengan nilai skor yang tinggi,
maka bisa disebutkan bahwa peserta didik tersebut lebih menguasai matei
pembelajaran dibandingkan dengan peserta didik lain yang memiliki nilai
yang lebih rendah.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) adalah salah
satu mata pelajaran yang terpenting dan harus selalu ada di sekolah
manapun, sebab dengan mata pelajaran PAIBP maka seorang guru bisa
menelaah karakter peserta didik dengan karakter agamisnya yang dibawa
langsung dari keluarga ke sekolah. Hal ini juga penting adanya mata
pelajaran PAIBP karena didalamnya diajrkan tentang sejarah,
menanamkan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan yang buruk. Maka,
lambat laun karakter peserta didik akan terbentuk seiring waktu dengan
terus diberi pembelajaran baik yang didapatkan dari materi PAIBP
tersebut.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu
mata pelajaran yang selalu ada di setiap sekolah baik dari
SD/SMP/SMK/SMA. Pada kurikulum 2013 terjadi penambahan beban
belajar untuk mata pelajaran PAI yang semula hanya 2 kali pertemuan
dalam seminggu menjadi 4 kali pertemuan untuk tingkat SD, sedangkan
SMP dan SMA/SMK adalah sebanyak 3 kali pertemuan dalam satu
minggu. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru khusunya dalam
melakukan inovasi model pembelajaran dan juga mengarahkan karakter
bagi peserta didik dalam bersikap dan menguasai materi. Salah satu
inovasi yang perlu diterapkan adalah penerapan model inkuiri dalam mata
6

pelajaran PAI. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,


ada beberapa hal penting yang dapat diambil yaitu kurangnya pendidik
yang mengampu mata pelajaran PAI, yang saat ini masih berjumlah 2
orang sedangkan peserta didik yang terdaftar terbilang cukup banyak dan
faktor yang lainnya yaitu kurangnya variasi model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul Implementasi Model Inquiry
Learning Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI
Peserta Didik Kelas VIII SMP N 2 Wanadadi Tahun Ajaran 2021/2022.
Penerapan model ini untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik
khususnya pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMP N 2 Wonosobo.
Model Inquriry Learning adalah model pembelajaran yang dapat memicu
peserta didik untuk lebih aktif dan mengembangkan proses berpikir
(learning how to think), yakni bagaimana pengetahuan yang diperolehnya
bermakna untuk peserta didik melalui keterampilan berpikir bukan hanya
sekedar belajar dalam artian proses menghafal dan menumpuk ilmu
pengetahuan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka muncul
permasalahan sebagai berikut:
1. Guru jarang menerapkan model pembelajaran yang bervariasi.
2. Guru belum maksimal dalam membentuk pembelajaran yang
menyenangkan (joy full learning).
3. Kurangnya responsif peserta didik pada saat pembelajaran karena
proses komunikasi terjadi hanya satu arah.
4. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru yang membuat peserta
didik merasa bosan.
5. Rendahnya prestasi belajar peserta didik akibat dari model
pembelajaran yang kurang sesuai dengan kondisi kelas.
7

6. Masih ada kendala dalam menumbuhkan rasa suka dan antusiasme


peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung.
7. Pentingnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
(PAIBP) di seluruh sekolah.
8. Masih kurangnya tenaga pendidik mata pelajaran PAI dengan beban
belajar yang banyak sehingga menjadi kurang dalam meninjau
pemahaman peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar.
9. Masih perlu meningkatkan cara berfikir kritis, aktif, kreatif dan
mandiri peserta didik dalam menerima pelajaran.

C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan pemahaman pembaca terhadap variabel-
variabel yang terkandung dalam judul, maka penulis akan memberikan
penegasan istilah yang terdapat dalam judul yaitu Implementasi Model
Inquiry Learning Untuk Peningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI
Peserta Didik Kelas VIII di SMP N 2 Wanadadi Tahun Ajaran 2020/2021.
1. Implementasi
Implementasi adalah suatu realisasi atau pelaksanaan
rencana yang telah disusun dengan cermat dan rinci sebelumnya.
Implementasi bukan hanya aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dengan
mengacu pada kaidah-kaidah yang sesuai untuk mencapai tujuan
kegiatan. 6
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah sebuah pedoman yang bisa
digunakan oleh guru untuk mendesain sebuah pembelajaran. Selain
itu, model pembelajaran yang dimaksudkan adalah kerangka
konsep yang menggambarkan prosedur sistematis atau urutan

6
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Teras, 2002), hal.
70.
8

langkah-langkah dalam mengorganisasikan pengalaman belajar


untuk mencapai tujuan pembelajaran. 7
3. Inquiry Learning
Pembelajaran inkuiri merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secra kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. 8
4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama
proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu.9
5. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana
dari seorang pendidik dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa
dan berakhlak mulia sehingga dapat mengamalkan ajaran Islam
didalam perilaku kehidupan sehari-hari, juga dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berdasar
utamanya kitab Al-Qur‟an dan Al-Hadits melalui bimbingan,
pembelajaran dan pelatihan serta pengalaman-pengalamannya. 10

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model inquiry learning kelas VIII E di SMP N 2


Wanadadi?
2. Bagaimana prestasi belajar kelas VIII E di SMP N 2 Wanadadi?

7
Adi F. Maksud, Teori Belajar dan Model Pembelajaran Inovatif Perspektif Teori dan
Praktis, (Yogyakarta: Deepublish), hal. 21.
8
Afrita Heksa, Pembelajaran Inkuiri di Masa Pandemi, (Yogyakarta: Deepublish, 2020),
hal. 8
9
Moh. Zaiful Rosyid, dkk, Prestasi Belajar (Malang: Literasi Nusantara, 2019), hal. 8.
10
Nino Indrianto, Pendidikan Agama Islam Interdisipliner untuk Perguruan Tinggi,
(Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal. 4.
9

3. Adakah peningkatan prestasi belajar peserta didik setelah menggunakan


model inquiry learning pada mata pelajaran PAI kelas VIII E di SMP N
2 Wanadadi?
4. Adakah perbedaan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan
model inquiry learning dan yang tidak menggunakan pada mata
pelajaran PAI kelas VIII E di SMP N 2 Wanadadi?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan model inquiry learning kelas VIII E di SMP N 2


Wanadadi.
2. Mengetahui prestasi belajar kelas VIII E di SMP N 2 Wanadadi.
3. Mengetahui peningkatan prestasi belajar peserta didik setelah
menggunakan model inquiry learning pada mata pelajaran PAI kelas
VIII E di SMP N 2 Wanadadi.
4. Mengetahui perbedaan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan
model inquiry learning dan yang tidak menggunakan pada mata
pelajaran PAI kelas VIII E di SMP N 2 Wanadadi.

F. Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian ini maka diharapkan dapat diambil
berbagai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
Secara umum, studi ini diharapkan mampu memperluan
pembendaharaan pengetahuan dan teori tentang implementasi model
inquiry learning yang kedepannya akan sangat berguna dalam menambah
wacana dan wawasan ilmiah di dunia pendidikan, serta memberikan
paparan pada masyarakat keseluruhan mengenai fenomena penerapan
10

strategi mengajar yang kreatif, inovatif dan variatif yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan.
Secara khusus, hasil penelitian ini memberikan sumbangan
terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengenai implementasi
model inquiry learning dalam proses pembelajaran mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh masukan yang
penting dalam:

a. Bagi peserta didik, adanya model inquiry learning diharapkan


mampu meningkatkan prestasi belajar.
b. Bagi guru, sebagai bahan informasi untuk lebih meningkatkan serta
mengembangkan kemampuan peserta didik melalui model inquiry
learning.
c. Bagi sekolah, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di
sekolah khususnya dalam pembelajaran.
d. Penelitian selanjutnya, sebagai salah satu referensi untuk peneliti
berikutnya, khususnya yang akan melakukan penelitian yang serupa
pada sekolah yang berbeda.

G. Sistematika Penulisan Skripsi


Sistematika penulisan skripsi merupakan gambaran umum dari urutan
pembahasan skripsi, untuk lebih mudahnya pembaca dalam memahami isi
pembahasan skripsi ini, maka penulis membuat urutan sistematika sebagai
berikut:
1. Bagian Awal
Bagian ini berisi alaman judul, nota persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan, pernyataan keaslian skripsi, halaman motto, halaman
persembahan, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran.
11

2. Bagian Isi
Bagian ini merupakan dari isi mengenai permasalahan yang
diangkat. Pada bab ini merupakan bagian inti atau isi dari skripsi yang
terbagi dalam bab-bab sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, dalam bab ini memuat tentang latar belakang
masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II: Landasan teori, dalam bab ini memuat kajian pustaka yang
merupakan tinjauan pustaka dari beberapa penelitian terkait
yang telah dilakukan oleh peneliti lain, kajian teri merupakan
tinjauan pustaka yang membahas teori mengenai strategi
pembelajaran yang akan dibahas lebih lanjut mengenai strategi
learning starts with a question, teori mengenai critical thinking,
dan teori prestasi belajar. Isi dari kerangka berfikir merupakan
dasar pemikiran atau alur pemikiran penelitian yang ditulis
secara singkat. Hipotesis merupakan kesimpulan sementara
terhadap permasalahan yang akan diteliti.
BAB III: Metode Penelitian, dalam bab ini memuat tempat dan waktu
penelitian, jenis penelitian yang digunakan, populasi dan
sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, validitas dan reabilitas instrumen, serta teknik
analisis data untuk menguji hipotesis penelitian.
BAB IV: Hasil dan Analisis penelitian, dalam bab ini memuat profil objek
penelitian, diskripsi data, analisis data dari hasil penelitian dan
interprestasi data.
BAB V: Penutup, dalam bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian
dan saran-saran.
3. Bagian Akhir
Bagian ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
riwayat hidup penulis.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Skripsi karya Lilas Priana Jumanti mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tariyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar tahun 2017 yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap
Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran
PAI di SMP Negeri 26 Makassar”.11
Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri
terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik dalam
pembelajaran PAI di SMP Negeri 26 Makassar.
Penelitian ini memiliki posisi yang penting bagaimana
proses pembelajaran dengan metode inkuiri terhadap
kemampuan berfikir kritis, ada pengaruh atau tidak dari metode
tersebut terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik pada
mata pelajaran PAI.
Adapun keterkaitan skripsi tersebut dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Jenis penelitiannya menggunakan penelitian kuantitatif.
b. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan
angket.
Sedangkan perbedaan yang dapat diambil dari skripsi
diatas dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Terletak pada variabel terikat, untuk peneliti skripsi
diatas menggunakan variabel terikat yaitu kemampuan

11
Lilas Priana Jumanti, “Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan
Berfikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 26 Makassar”(Skripsi
Sarjana, Pendidikan Agama Islam Fakultas Tariyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2017), hal. iv dan 71.

12
13

berfikir kritis sedangkan penelitian ini menggunakan


variabel terikatnya berupa prestasi belajar.
b. Lokasi penelitiannya, skripsi diatas berada di SMP N
26 Makassar, sedangkan pada penelitian ini berada di
SMP N 2 Wanadadi.
Kelebihan yang dapat diambil dari skripsi diatas sebagai
salah satu sumber penelitian ini yaitu:
a. Analisis data yang digunakan sangat lengkap.
b. Proses pengembangan data tabulasi angket tersusun
rapi dan jelas.
Sedangkan kekurangan yang dapat diambil dari skripsi
diatas adalah sebagai berikut:
a. Pada instrumen penelitian, hanya menggunakan dua
jenis instrumen.
b. Penataan teks tidal terlalu rapi.
Pentingnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
untuk mengetahui bagaimana mata pelajaran PAI dapat
berkolaborasi dengan model Inquiry Learning yang biasanya
diterapkan dimata pelajaran berbasis sains. Maka dari itu, perlu
uji coba penerapan model Inquiry Learning pada mata
pelajaran PAI dan melihat perkembangannya dalam
meningkatkan prestasi belajar PAI setelah menggunakan model
Inquiry Learning.
Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan skripsi
diatas adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan lebih banyak instrumen penelitian.
b. Pembahasan lebih rinci dan mudah dipahami.
2. Skripsi karya Alviyani Nur Hidayah mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an Jawa Tengah di
Wonosobo tahun 2018 yang berjudul “Pengunaan Model Think
14

Pair Share Untuk Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar


Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas X
SMK Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo Tahun Ajaran
2017/2018”.12
Adapun permasalahan yang dibahas pada skripsi diatasa
adalah mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan
model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dalam
peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas X
semester genap di SMK Negeri 1 Wadaslintang.
Penelitian ini memiliki posisi penting dimana model think
pair share memiliki pengaruh atau tidak terhadap kreativitas
dan hasil belajar peserta didik kelas X pada mata pelajaran PAI.
Adapun keterkaitan skripsi tersebut dengan penulis adalah
sebagai berikut:
a. Menggunakan metode penelitiannya yaitu jenis
eksperimen semu dan menggunakan non equivalent
control group pretest dan postest design.
b. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, angket,
observasi, dan dokumentasi.
Sedangkan perbedaan yang dapat diambil dari skripsi diatas
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Terletak pada variabel bebas dan terikat.
b. Model pembelajaran yang dibahas yaitu TPS sedangkan
penelitian ini adalah Model Inquiry Learning.
Kelebihan dari skripsi diatas adalah sebagai berikut:
a. Pengolahan data yang jelas.
b. Instrumen penelitian lengkap.

12
Alviyani Nur Hidayah, “Pengunaan Model Think Pair Share Untuk Peningkatan
Kreativitas dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas X
SMK Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo Tahun Ajaran 2017/2018” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an Jawa Tengah di Wonosobo, 2018), hal. 33
dan 85.
15

Sedangkan kekurangan yang dapat diambil dari skripsi


diatas adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan footnote kurang rapi.
b. Masih ada kata yang tidak memenuhi aturan KBBI.
Pentingnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
untuk mengetahui bagaimana mata pelajaran PAI dapat
berkolaborasi dengan model Inquiry Learning yang biasanya
diterapkan dimata pelajaran berbasis sains. Maka dari itu, perlu uji
coba penerapan model Inquiry Learning pada mata pelajaran PAI
dan melihat perkembangannya dalam meningkatkan prestasi
belajar PAI setelah menggunakan model Inquiry Learning
Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan skripsi diatas
adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan lebih banyak instrumen penelitian.
b. Penataan footnote lebih baik.
c. Sumber penulisan skripsi lebih banyak dan lengkap.
d. Mencantumkan indikator penelitian kuantitaif lebih
lengkap.
3. Skripsi karya Keke Arianita mahasiswi Program Studi
Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Univeristas Negeri
Yogyakarta tahun 2013 yang berjudul “Efektivitas Model
Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Keaktifan dan
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi kelas X
SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul Tahun Ajaran
2012/2013”.13
Adapun permasalahan yang dibahas pada skripsi ini adalah
untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas model
pembelajaran inkuiri dibanding pembelajaran konvensional

13
Keke Arianita, “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan
Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1
Kasihan Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2012/2013” (Skripsi Sarjana, Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi Univeristas Negeri Yogyakarta, 2013), hal. iv dan 131.
16

yang digunakan pada mata pelajaran ekonomi ditinjau dari


keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa kelas X SMA N 1
Kasihan.
Penelitian ini memiliki posisi yang penting, bagaimana
proses model pembelajaran inkuiri diterapkan. Apakah ada
pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap keaktifan dan
prestasi belajar peserta didik kelas X pada mata pelajaran
Ekonomi.
Adapun keterkaitan antara skripsi ini dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Adanya persamaan pada variabel bebas yaitu model
pembelajaran inkuiri (inquiry learning).
b. Salah satu variabel terikatnya yaitu sama sama
menggunakan prestasi belajar.
Sedangkan perbedaan yang dapat diambil dari skripsi diatas
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Terletak pada mata pelajaran
b. Tempat objek penelitian untuk proses meneliti.
Kelebihan dari skripsi diatas adalah sebagai berikut:
a. Kajian teori sangat lengkap.
b. Menggunakan dua variabel terikat.
Sedangkan kekurangan yang dapat diambil dari skripsi
diatas adalah sebagai berikut:
a. Pada bagian kajian pustaka kurang lengkap.
b. Masih ada kalimat yang belum diatur spasinya.
Pentingnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
untuk mengetahui bagaimana mata pelajaran PAI dapat
berkolaborasi dengan model Inquiry Learning yang biasanya
diterapkan dimata pelajaran berbasis sains. Maka dari itu, perlu uji
coba penerapan model Inquiry Learning pada mata pelajaran PAI
17

dan melihat perkembangannya dalam meningkatkan prestasi


belajar PAI setelah menggunakan model Inquiry Learning.
Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan skripsi diatas
adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan lebih banyak instrumen penelitian.
b. Sumber penulisan skripsi lebih banyak dan lengkap.
c. Mencantumkan indikator penelitian kuantitaif lebih
lengkap.
4. Skripsi karya Ima Rachmatika mahasiswi Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jawa
Tengah tahun 2017 yang berjudul “Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Ranah
Kognitif Mata Pelajaran PAI Materi Pokok Wakaf Peserta
Didik Kelas X SMK Islamic Centre Baiturrahman Semarang
Tahun Ajaran 2016/2017”.14
Adapun permasalahan yang dibahas pada skripsi diatas
adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
inkuiri terhadap hasil belajar ranah kognitif mata pelajaran PAI
materi pokok wakaf peserta didik kelas X SMK Islamic Centre
Baiturrahman Semarang tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini memiliki peranan penting, bagaimana
penerapan model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan
hasil belajar peserta didik kelas X pada mata pelajaran PAI.
Adapun keterkaitan antara skripsi diatas dengan penelitian
ini adalah sebagai berikut:

14
Ima Rachmatika, “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil
Belajar Ranah Kognitif Mata Pelajaran PAI Materi Pokok Wakaf Peserta Didik Kelas X SMK
Islamic Centre Baiturrahman Semarang Tahun Ajaran 2016/2017” (Skripsi Sarjana, Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang, Jawa Tengah, 2017), hal. iv dan 95.
18

a. Adanya persamaan dalam menggunakan variabel bebas


yaitu penerapan model pembelajarn inkuiri
b. Menggunakan satu variabel terikat.
Sedangkan perbedaan yang dapat diambil dari skripsi diatas
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tempat penelitian yang dilakukan
b. Jenis penelitian eksperimen yang berbeda. Dalam
skripsi ini menggunakan jenis penelitian true
eksperiment sedangkan peneliti menggunakan quasi
eksperimen.
Kelebihan dari skripsi diatas adalah sebagai berikut:
a. Kajian teori sangat lengkap.
b. Menggunakan dua variabel terikat.
Sedangkan kekurangan yang dapat diambil dari skripsi
diatas adalah sebagai berikut:
a. Pada bagian kajian pustaka hanya dibahas
keterkaitannya saja.
b. Sumber penulisan tidak terlalu banyak.
Pentingnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
untuk mengetahui bagaimana mata pelajaran PAI dapat
berkolaborasi dengan model Inquiry Learning yang biasanya
diterapkan dimata pelajaran berbasis sains. Maka dari itu, perlu
uji coba penerapan model Inquiry Learning pada mata
pelajaran PAI dan melihat perkembangannya dalam
meningkatkan prestasi belajar PAI setelah menggunakan
model Inquiry Learning.
Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan skripsi diatas
adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan lebih banyak instrumen penelitian.
b. Sumber penulisan skripsi lebih banyak dan lengkap.
19

c. Penjabaran dalam metodologi dan dan hasil penelitian


berupa perhitungan dengan rumus-rumus yang lebih
lengkap.
5. Skripsi karya Rindi Antika mahasiswi Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an Jawa Tengah di
Wonosobo tahun 2020 yang berjudul “Penerapan Strategi
Learning Start With A Question Berbasis Critical Thinking
Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran PAI Kelas VIII A di SMP N 1 Mojotengah
Wonosobo”.15
Adapun permasalahan yang dibahas pada skripsi diatas
adalah mengetahui penerapan strategi learning starts with a
question berbasis critical thinking untuk peningkatan prestasi
belajar kelas VIII A di SMP N 1 Mojotengah Wonosobo.
Penelitian ini memiliki peranan penting bagaimana strategi
learning start with a question dengan basis critical thinking,
ada peningkatan atau dari strategi tersebut terhadap prestasi
belajar peserta didik kelas VIII pada mata pelajaran PAI.
Keterkaitan antara skripsi tersebut dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Adanya persamaan dalam hal jenis penelitian yang
digunakan yaitu kuasi eksperimen
b. Objek penelitiannya sama yaitu peserta didik SMP
kelas VIII
Sedangkan perbedaan yang dapat diambil dari skripsi
diatas dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

15
Rindi Antika, “Penerapan Strategi Learning Start With A Question Berbasis Critical
Thinking Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VIII
A di SMP N 1 Mojotengah Wonosobo” (Skripsi Sarjana, Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an Jawa Tengah di Wonosobo, 2020), hal. iii
dan 78.
20

a. Terletak pada variabel bebas, yaitu pada skripsi diatas


menggunakan Strategi Learning Start With A Question
sedangkan penelitian ini menggunakan Model Inquiry
Learning.
b. Tempat penelitian yang dilakukan
Kelebihan dari skripsi diatas adalah sebagai berikut:
a. Kajian teori cukup lengkap.
c. Menggunakan variabel bebas yang jarang digunakan.
Sedangkan kekurangan yang dapat diambil dari skripsi
diatas adalah sebagai berikut:
a. Pada bagian kajian pustaka tidak lengkap.
b. Masih ada kalimat dengan ukuran font yang tidak sesuai
dengan buku panduan.
Pentingnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
untuk mengetahui bagaimana mata pelajaran PAI dapat
berkolaborasi dengan model Inquiry Learning yang biasanya
diterapkan dimata pelajaran berbasis sains. Maka dari itu, perlu uji
coba penerapan model Inquiry Learning pada mata pelajaran PAI
dan melihat perkembangannya dalam meningkatkan prestasi
belajar PAI setelah menggunakan model Inquiry Learning.
Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan skripsi diatas
adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan lebih banyak instrumen penelitian.
b. Sumber penulisan skripsi lebih banyak.
c. Mencantumkan indikator penelitian kuantitaif lebih
lengkap.
B. Kajian Teori
1. Model Inquiry Learning
a. Pengertian Model Inquiry Learning
21

Model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar


suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model
mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik. 16
Trianto (2009:17) mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
lebih kompleks, yang pada hakikatnya adalah usaha sadar
dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 17
Sebagaimana dijelaskan Arend dalam buku karya
Sutirman, memilih istilah model pembelajaran didasarkan
pada dua alasan penting. Pertama, istilah model memiliki
makna yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi,
metode dan teknik. Kedua, model dapat berfungsi sebagai
sarana komunikasi yang penting apakah yang dibicarakan
tentang mengajar di kelas atau praktik mengawasi anak-
anak. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode dan
teknik pembelajaran.18
Jadi, model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik
(teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman)
belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar).

16
Lefudin, Belajar & Pembelajaran Dilengkapi dengan Model Pembelajaran, Strategi
Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, dan Metode Pembelajaran,(Yogyakarta: Deepublish,
2017), hal. 171.
17
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), hal. 19.
18
Sutirman, Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), hal. 22.
22

Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan


kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan
dengan baik, menarik, mudah dipahami dan sesuai dengan
urutan yang jelas. 19
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan
gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya
mengajar pendidik (teaching style), yang keduanya
disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and
Teaching).20
Inquiry berasal dari kata Inquire yang berarti ikut
serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. 21 Inkuiri artinya proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. 22
Model pembelajaran inkuiri adalah suatu
pembelajaran yang dikembangkan agar siswa menemukan
dan menggunakan berbagai sumber informasi dan ide-ide
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang masalah,
topik, atau isu tertentu. Penggunaan model ini menuntut
siswa untuk tidak hanya mampu sekedar menjawab
pertanyaan atau mendapatkan jawaban yang benar, model
ini menuntut siswa untuk melakukan serangkaian
investigasi, eksplorasi, pencarian, eksperimen, penelusuran

19
Shilpy A. Octavia, Model-model Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal.
13.
20
Ima Rachmatika, “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil
Belajar Ranah Kognitif Mata Pelajaran PAI Materi Pokok Wakaf Peserta Didik Kelas X SMK
Islamic Centre Baiturrahman Semarang Tahun Ajaran 2016/2017” (Skripsi Sarjana, Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang, Jawa Tengah, 2017), hal. 9.
21
I Putu Suka Arsa, Belajar dan Pembelajaran; Strategi Belajar yang Menyenangkan,
(Yogyakarta: Media Akademi, 2015), hal. 21.
22
Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 31.
23

dan penelitian. Model ini menuntut suatu pembelajaran


yang harus melibatkan minat dan menantang siswa untuk
menghubungkan dunia nyata dengan kurikulum. 23
Menurut Gulo dalam buku karya Chandra Ertikanto
peranan guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran
inkuiri sebagai berikut:24
a. Motivator, yang memberikan rangsangan supaya
peserta didik aktif dan bergairah berpikir.
b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada
hambatan dalam proses berfikir peserta didik.
c. Penanya, untuk menyadarkan peserta didik dari
kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan
keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan didalam kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir
peserta didik pada tujuan yang diharapkan.
f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan
organisasi kelas.
g. Rewarder, yang memberi penghargaan terhadap prestasi
yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat
heuristic pada peserta didik.
Model pembelajaran inkuiri sangat rekevan untuk
digunakan pada era saat ini, yang menuntut
keterampilan abad 21. Harada dan Yoshina (2004)
(dikutip dalam Chu, Reynolds, Taveres, Notari dan Lee,
2017) menyatakan model pembelajaran inkuiri
melibatkan peserta didik aktif dalam membangun

23
Rahmat, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Konteks Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Bening Pustaka, 2019), hal. 63.
24
Chandra Ertikanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Media Akademi,
2016), hal. 41.
24

pengetahuan melalui pertanyaan yang dapat ditemukan


jawabannya.25
b. Tujuan dan Manfaat Model Inquiry Learning
1) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam
memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara
objektif dan mandiri.
2) Mengambangkan kemampuan berfikir kritis, analitis;
3) Mengembangkan rasa ingin tahu dan ara berfikir objektif
baik secara individual maupun kelompok. (Moh. Uzer
Usman, dkk, 1993: 125-126).26
According to Suparmo (2007) express that the
activites of the inquiry experiments will work effectively if it
fulfill conditions: 1) the freedom to discover and find
information, 2) environment or atmosphere that is
responsive, 3) focus issues namely the clear directions and
can be solved students, 4) less pressure, i.e. not much
pressure so that students doing more thinking critically and
creatively. 27
c. Karakteristik Model Inquiry Learning
Sebagaimana dijelaskan Sanjaya dalam buku karya
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, ada beberapa hal
yang menjadi karakteristik utama dalam pembelajaran
inkuiri, yaitu:28
1) Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Siswa

25
Purbowati, Dwi dan Saifuddin Much Fuad, Juli 2020, “Implementasi Pembelajaran
Inkuiri: Tinjauan Dari Keikutsertaan Guru Biologi Dalam Diklat”, Jurnal Pendidikan Biologi,
Vol. 4 No. 1, diakses pada 11 Juni 2021.
26
Syarifuddin K, Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 66.
27
Sarwi, dkk, Januari 2016, “Implementation of Guided Inquiry Phisics Instruction to
Increase an Understanding Concept and to Develop the Students‟ Caracter Conversation”, Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 12 No.1, diakses pada 11 Juni 2021.
28
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hal. 141-142.
25

tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran


melalui penjelasan guru secara verbal di dalam
proses pembelajaran, tetapi siswa juga berperan
untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran
itu sendiri.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dan
sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belajar). Dengan demikian, metode pembelajaran
inkuiri menempatkan guru sebagai sumber belajar
akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa.
3) Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai
materi pelajaran dalam metode inkuiri, akan tetapi
bagaimana siswa dapat menggunakan kemampuan
yang dimilikinya secara optimal.
d. Prinsip-prinsip Inquiry Learning
Sebagaimana dijelaskan Garton, Janeta, dalam buku
karya Syamsidah, penggunaan inquiry learning harus
memperhatikan beberapa prinsip-prinsip, yaitu
diantaranya:29
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah
berpikir. Strategi pengembangan kemampuan

29
Syamsidah dan Ratnawati, Panduan Model Inquiry Learning, (Yogyakarta:
Deepublish, 2020), hal. 8-9.
26

pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil


belajar juga berorientasi pada proses belajar.
Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran
dengan menggunakan strategi inkuiri bukan
ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai
materi pelajaran, namun sejauh mana siswa
beraktivitas mencari dan menemukan.
2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan
antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran
sebagai proses interaksi berarti menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri.
3) Prinsip Bertanya
Peran guru dalam menggunakan model
inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab
kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir.
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah
fakta, namun belajar adalah proses berpikir
(learning how to think) yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak
kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir
adalah pemanfaatan dan maksimal. penggunaan
otak secara maksimal.
5) Prinsip Keterbukaan
27

Belajar adalah suatu proses mencoba


kemungkinan. segala sesuatu mungkin saja
terjadi. Oleh karena itu anak anak perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai
dengan perkembangan kemampuan logika dan
nalar. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah
menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan
hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukan.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat kita
simpulkan bahwa prinsip dalam inquiry learning
adalah mengacu pada aspek perkembangan
siswa, mengembangkan kemampuan berpikir,
bertanya berinteraksi. dan mencoba segala
kemungkinan yang ada dengan memanfaatkan
beragam cara.
e. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inquiry Learning
Secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:30
1) Orientasi. Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif.
Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan

30
Ricu Sidiq, dkk, Strategi Belajar Mengajar Sejarah: Menjadi Guru Sukses, (Yayasan
Kita Menulis, 2019), hal. 65-67.
28

model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada


kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal
yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
1. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal
ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi
belajar siswa.
2) Merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan
langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan teka-teki itu. dikatakan teka-teki dalam
rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu
tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dlaam pembelajaran inkuiri, melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui
proses berpikir.
3) Mengajukan hipotesis. Hipotesis adalah jawban sementara
dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji kebenarannya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada
setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
29

perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan


yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang
perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang
kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat
rasional dan logis.
4) Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji
hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual.
5) Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung oleh data
yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah
proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengajuan hipotesis.
f. Struktur (Sintaks) Model Pembelajaran Inquiry
31
Learning

31
Syamsidah dan Ratnawati, Panduan Model Inquiry Learning, (Yogyakarta: Deepubish,
2020), hal. 17-19.
30

Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Learning

Fase Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
Fase a. Menyampaikan tujuan a. Menyimak penjelasan
Pendahuluan pembelajaran pada yang disampaikan oleh
(Observasi Awal siswa. guru.
b. Membantu siswa b. Membentuk kelompok
membentuk kelompok secara heterogen.
4-5 siswa. c. Terlibat dalam
c. Menghubungkan kegiatan apersepsi
materi yang akan (menanya)
dipelajari dengan d. Menganalisis
materi pada permasalahan awal
pertemuan yang diberikan dengan
sebelumnya. menggunakan
d. Memunculkan pengalaman dalam
permasalahan terkait kehidupan (menalar).
dengan topik materi
tetapi dikaitkan
dengan kehidupan
siswa.
Fase Perumusan a. Membimbing siswa a. Menyusun rumusan
Masalah menyusun rumsan permasalahan.
masalah. b. Menyimak dan
b. Menjelaskan cara mencatat masalah yang
untuk melakukan dikemukakan oleh guru
kegiatan penemuan (mengamati dan
solusi dari masalah menanya)
31

pada siswa. c. Menyimak penjelasan


guru mengenai cara
melakukan kegiatan
menemukan.
Fase Membimbing siswa Menuliskan hipotesis
Mengajukan mengajukan degaan atau dugaan sementara.
Dugaan atau sementara
Hipoteses berdasarkan masalah
yang disusun.
Fase a. Mengarahkan dan a. Melakukan eksperimen
Pengumpulan membimbing siswa berdasarkan LKS
Data (Observasi untuk melakukan (Mencoba), sambil
Lanjutan) eksperimen mengumpulkan data
berdasarkan LKS dan menganalisis data-
yang disiapkan. data yang ditemukan
b. Berdiskusi sebagai (menalar).
kegiatan penemuan. b. Menuliskan hasil
c. Meminta siswa untuk eksperimen pada LKS
menuliskan kegiatan melakukan penemuan
penemuannya pada di kertas selembar.
kertas selembar.
Fase Diskusi a. Membimbing siswa a. Berdiskusi
dalam kegiatan (memberikan pendapat
menyatukan pendapat mengenai hasil temuan
(diskusi). dari percobaan yang
b. Memberikan dilakukan) antar
informasi atau kelompok.
penguatan, koreksi b. Mengajukan
pada siswa jika pertanyaan jika ada
diperlukan dalam yang tidak dimengerti
32

kegiatan diskusi (menalar).


Fase Meminta beberapa Menyampaikan
Kesimpulan siswa untuk kesimpulan
menyampaikan (mengomunikasikan).
kesimpulan dari hasil
diskusi.

g. Kelebihan dan Kelemahan Model Inquiry Learning


Sebagaimana dijelaskan Joyce dalam buku karya
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany mengemukakan kondisi-
kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya
kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu: (1) aspek sosial di dalam
kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang
mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis
yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta
sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran
dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta,
sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. 32
Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang
banyak dianjurkan, karena memiliki beberapa keunggulan,
di antaranya:
a) Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna.
b) Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c) Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
32
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikuum 2013 (Kurikulum
Tematik Integratif/KTI), ( Jakarta: Kencana, 2017), hal. 82-83.
33

menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku


berkat adanya pengalaman.
d) Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa
yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini
juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan .
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka
strategi ini tampaknya akan sulit diimplementasikan.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar bahasa Belanda yaitu prestatie,
kemudian ke dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi”
yang berarti hasil usaha. prestasi adalah kemampuan,
keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan
suatu hal. 33
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

33
Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hal. 2-3.
34

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang


diberikan oleh guru.34
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri
dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun
kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.35 Belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah
dipelajari. Hakikat dari aktivitas belajar terjadilah
perubahan dalam diri individu.36 Prestasi belajar adalah
perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. 37
Jadi, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah usaha dan tingkat keberhasilan seorang peserta
didik dalam mempelajari suatu mata pelajaran yang
diberikan oleh guru berupa skor atau nilai dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Prestasi belajar umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak peserta didik.38
Pada umumnya guru telah menyadari bahwa siswa
memiliki bermacam-macam cara belajar. Sebagian siswa
bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang

34
Stefanus M. Marbun, Psikologi Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2018), hal. 55.
35
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 2018), hal. 21.
36
Ibid., hal. 22.
37
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan: Teori dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), hal. 54.
38
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, Depag
2009), hal. 12.
35

lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai


penyajian informasi yang runtut, sistematis dan aplikatif.
Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru,
sehingga apa yang diajarkan oleh guru mereka mampu
merangkumnya, bahkan mau bertanya jika ada sesuatu yang
belum dimengerti.39 Prestasi belajar seseorang sesuai
dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari
materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar.40
b. Karakteristik Prestasi Belajar
Hasil belajar menjadi tolak ukur dalam menentukan
prstasi belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah
proses belajar berlangsung yang dapat memberikan
perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman,
sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik
dari sebelumnya.41
Sebagai interaksi yang bernilai edukatif, maka
dalam prestasi belajar harus melalui interaksi belajar yang
juga berpengaruh dalam pengoptimalan prestasi belajar
siswa, sehingga prestasi belajar tidak luput dari
karakteristik pembelajaran yang bersifat edukatif. Dengan
demikian, nantinya karakteristik dari prestasi belajar juga

39
Sinar, Metode Active Learning, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 10.
40
Hamdu, Ghullam dan Agustina Lisa, April 2011, “Pengaruh Motivasi Siswa Terhadap
Prestasi Belajar IPA Di Sekolah Dasar”, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12 No. 1, diakses pada
tanggal 11 Juni 2021.
41
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 82.
36

menjadi bagian dari karakteristik interaksi belajar yang


bernilai edukatif dengan ciri-ciri sebagai berikut:42
1) Prestasi belajar memiliki tujuan
Tujuan dalam interaksi edukatif adalah untuk
membantu anak didik dalam suatu perkembangan
tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi edukatif, sadar
akan tujuan dengan menempatkan peserta didik sebagai
pusat perhatian dengan mengarahkannya pada tujuan-
tujuan yang dapat menggerakkan pada tujuan belajar
berikutnya.
2) Mempunyai prosedur
Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka
dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur atau
langkah-langkah sistematis yang relevan. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran antara yang satu dengan
yang lainnya, perlu adanya prosedur dan rancangan
pembelajaran yang brbeda-beda.
3) Adanya materi yang telah ditentukan
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, penyusunan
materi yang baik sangat diperlukan. Materi tersebut
disusun untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang
dibuktikan dengan prestasi belajar. Materi belajar harus
ditentukan sebelum pembelajaran dimulai, sehingga
setelah proses pembelajaran dimulai, sehingga setelah
proses pembelajaran selesai proses evaluasi berjalan
dengan baik untuk menentukan pencapaian prestasi
belajar peserta didik.
4) Ditandai dengan aktivitas anak didik

42
Moh Zaiful Rosyid, dkk, Prestasi Belajar, (Malang: Literasi Nusantara, 2019), hal. 14-
17.
37

Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan


sentral, maka aktivitas peserta didik merupakan syarat
mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif. Aktfitas
peseta didik dalam ini baik secara fisik maupun mental
aktif. Hal inilah yang nantinya mendukung proses
pembelajaran agar proses tersebut dapat memberikan
pengaruh sesuai konsep CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif) kepada peserta didik.
5) Pengoptimalan peran guru
Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar
terjadi proses interaksi edukatif yang kondusif. Guru
harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses
interaksi edukatif, sehingga guru merupakan tokoh yang
akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh peserta
didik.
6) Kedisiplinan
Langkah dalam pembelajaran untuk mencapai
prestasi belajar secara optimal, efektif dan efisien harus
sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat
sebelumnya atau sesuai dnegan prosedur yang telah
disetujui dan disepakati bersama. Dengan menjalankan
proses belajar sesuai kaidah tersebut, secara otomatis
siswa akan mempunyai kedisiplinan yang melekat pada
diri mereka.
7) Memiliki batas waktu
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam
sistem berkelas (kelompok peserta didik), batas waktu
menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.
Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan
harus sudah tercapai.
38

8) Evaluasi
Dari seluruh kegiatan tersebut, evaluasi merupakan
bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi
harus dilakukan untuk mengetahui tercapainya tujuan
pengajaran yang telah ditentukan. Evaluasi disini lebih
terhadap kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru
terhadap murid setelah proses pembelajaran
berlangsung, evaluasi yang juga merupakan ujian untuk
mengetahui pemahaman materi oleh siswa dan
sejauhmana materi tersebut mempengaruhi siswa
sehingga akhirnya guru akan mengetahui pengetahuan,
keahlian, atau kecerdasan dari masing-masing siswa
untuk diperkenalkan atau tidak dalam mengikuti
pendidikan tingkat tertentu.
c. Macam-macam Prestasi Belajar
Beberapa macam prestasi belajar dapat diartikan
sebagai tingkatan keberhasilan peserta didik dalam belajar
yang ditunjukkan dengan taraf pencapaian prestasi. Pada
prinsipnya, pengembangan hasil belajar yang ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari
pengalaman dan proses belajar peserta didik. 43
Dengan demikian, prestasi belajar dibagi ke dalam tiga
jenis prestasi diantaranya:
1) Prestasi yang bersifat kognitif (ranah cipta)
Prestasi yang bersifat kognitif antara lain:
pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi atau
penerapan, analisis (pemeriksaan dan penilaian
secara teliti), sintesis (membuat paduan baru dan
utuh).

43
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 69-70.
39

2) Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa)


Prestasi yang bersifat afektif antara lain:
penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap
menghargai), internalisasi (pendalaman),
karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang
siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau
menolak terhadap suatu pernyataan dari
permasalahan atau mungkin siswa dapat
menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang
dianggap baik, dan lain sebagainya.
3) Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa)
Prestasi yang bersifat psikomotorik antara
lain: keterampilan bergerak dan bertindak,
kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Misalnya
siswa menerima pelajaran tentang menjaga
lingkungan sekitar, maka siswa tersebut
mengaplikasikan pelajaran yang didapatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegaiatan belajar, karena kegiatan belajar
merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar.44
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: 45
1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni
keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan disekitar siswa.
44
Stefanus M. Marbun, Psikologi Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2018), hal. 57.
45
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 145.
40

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni


jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Sedangkan, menurut Slameto (2003: 54-72)46,
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam individu
yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari: (1)
faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh),
(2)faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan), (3) faktor
kelelahan.
2) Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu.
Faktor ekstern terdiri dari: (1) faktor
keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan), (2) faktor sekolah (metode mengajar
guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran,
keadaan gedung, metode belahar dan tugas rumah,
(3) faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat).
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

46
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
2015), hal. 54-72.
41

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan


terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab sucu Al-Qur‟an dan Hadits
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman disertai dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat
hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum
PAI).47
Ajaran agama Islam juga menjelaskan betapa
mulianya orang yang mempunyai ilmu pengetahuan seperti
yang dijelaskan dalam firman Allah, yaitu:

‫عح ُْا فى ا ْنم ٰجهط فب ْفعح ُْا‬ َّ ‫ٰٰۤيب يٍب انَّريْه ٰامى ٰۤ ُْا اذا قيْم نـك ْم رف‬
‫لَّلا انَّريْه ٰامى ُْا‬
‫لَّلا نـك ْم َ َا ذا قيْم ا ْوشص َْا فب ْوشص َْا ي ْسفع ه‬ ‫ي ْفعح ه‬
ٍ ‫م ْىك ْم َ َا نَّريْه ا َْرُا ا ْنع ْهم دز ٰج‬
‫ذ َ َا هّلِل ثمب ر ْعمه ُْن خجيْس‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan


kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”,
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu
kerjakan”. )QS. Al-Mujadilah: 11).

Firman Allah tersebut menggambarkan tentang


tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu
pengetahuan. Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan
dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan
47
Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, Wonosobo: Mangku Bumi Media, 2019), hal. 7.
42

menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam,


sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan
Allah. Dengan kemampuan yang ada pada manusia
terlahirlah teori-teori untuk kemaslahatan umat.48
b. Kurikulum 2013 dan Pendidikan Agama Islam
Kebijakan Kurikulum 2013 dengan pendidikan
agama Islam dapat disimpulkan:
1) Memposisikan pendidikan agama termasuk pendidikan
agama Islam menjadi mata pelajaran yang sangat penting,
sehingga jam pelajaran agama di sekolah ditambah.
2) Pembentukan manusia berkarakter adalah dilaksanakan
lewat pendidikan agama dan budi pekerti.
3) Pembentukan manusia Indonesia tidak hanya
mengutamakan pembentukan aspek intelektuanya saja,
tetapi diseimbangkan aspek spiritual serta sikap, sehingga
terbentuklah manusia Indonesia yang memiliki sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang seimbang.
4) Pendidikan agama Islam haruslah dapat memainkan
peranannya dalam arus globalisasi dan memberikan
kontribusi positif bagi membentengi masyarakat Indonesia
dari dampak negatif globalisasi tersebut.49
c. Peran pendidikan islam dalam sistem pendidikan
nasional
1) Sebagai Mata Pelajaran
Pendidikan agama islam sebagai mata pelajaran
wajib di seluruh sekolah di Indonesia berperan:
a) Mempercepat proses pencapaian tujuan Pendidikan
Nasional.

48
Remiswal dan Rezki Amelia , Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam
Pembelajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 14.
49
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Edisi
Pertama, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 151.
43

Pendidikan nasional bertujuan untuk


berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. 50
b) Memberikan nilai terhadap mata pelajaran umum.
Agar mata pelajaran umum yang diajarkan
di sekolah/madrasah mempunyai nilai, maka
pendidikan agama islam dapat diintegrasikan dalam
setiap mata pelajaran tersebut, apalagi dalam
kurikulum sekolah mata pelajaran pendidikan
agama terletak pada urutan pertama.
Banyak sekali hal yang dibahas dalam
pendidikan agama Islam, namun pada penelitian ini
peneliti akan melakukan eksperimen untuk materi
pokok mengenai shalat sunnah.
a) Arti Shalat Sunnah
Shalat sunnah adalah shalat yang
dianjurkan untuk mengerjakannya.
Orang yang melaksanakan shalat sunnah
mendapatkan pahala dan keutamaan dari
Allah Swt. Namun, jika seseorang tidak
melaksanakan shalat sunnah, dia tidak
berdosa. Dalam hal melaksanakan shalat
Sunnah, Rasulullah memberi teladan
yang penuh dengan kemuliaan. Beliau
selalu mengerjakannya seperti shalat
rawatib, shalat duha, witir, dan
sebagainya. Di antara sekian banyak

50
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 75.
44

shalat sunnah, ada yang ditekankan


untuk dikerjakan dengan berjemaah, ada
yang dikerjakan secara munfarid
(sendirian), dan ada yang bisa dikerjakan
secara berjemaah atau munfarid.
b) Shalat sunnah berjamaah
Secara lebih rinci, shalat-shalat sunnah
yang dilaksanakan secara berjema‟ah
sebagai berikut:
1) Shalat Idul Fitri
2) Shalat Idul Adha
3) Shalat Kusuf
4) Shalat Khusuf
5) Shalat Istisqa‟
c) Shalat sunnah munfarid
Shalat sunnah munfarid adalah shalat
sunnah yang dilakukan secara individu
atau sendiri. adapun yang termasuk
shalat sunnah munfarid adalah sebagai
berikut:
1) Shalat Rawatib
2) Shalat Tahiyyatul Masjid
3) Shalat Istikharah
d) Shalat sunnah berjamaah atau munfarid
Beberapa shalat sunnah berikut ini boleh
dilaksanakan secara berjema‟ah atau
secara munfarīd. Adapun shalat sunnah
yang dimaksud adalah:
1) Shalat Tarawih
2) Shalat Witir
3) Shalat Dhuha
45

4) Shalat Tahajud
5) Shalat Tasbih
e) Hikmah Shalat Sunnah
Hikmah melaksanakan shalat sunnah
sebagai berikut:
1) Disediakan jalan keluar dari segala
permasalahan,
2) Menambah kesempurnaan shalat
fardlu,
3) Menghapus dosa, meningkatkan
derajat keridhoan Allah SWT, serta
menumbuhkan kecintaan kepada
Allah SWT,
4) Sebagai ungkapan rasa syukur kita
kepada Allah SWT,
5) Mendatangkan keberkahan pada
rumah yang sering digunakan untuk
shalat sunnah,
6) Hidup menjadi terasa nyaman dan
tenteram.

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir atau kerangka pemikiran adalah dasar
pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta,
observasi dan kajian kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka
berfikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan
dijadikan dasar dalam penilitian.51

51
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), hal. 125.
46

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Implementasi Model Inquiry Learning
untuk Peningkatan Prestasi Belajar

PESERTA DIDIK

PRETEST

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

(MODEL INQUIRY LEARNING) (MODEL KONVENSIONAL)

POSTTEST

PENINGKATAN

PRESTASI
BELAJAR

PERBEDAAN

PRESTASI BELAJAR

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena
masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis memberikan
47

informasi tentang variabel-variabel penelitian serta hubungannya. 52


Dalam penelitian ini hipotesis memiliki kaitan dengan perumusan
masalah, yang berupa pertanyaan dan harus dijawab melalui
kebenaran empiris yang didapatkan. Ada 2 hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Ada Peningkatan prestasi belajar peserta didik setelah
menggunakan implementasi model inquiry learning untuk
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI peserta
didik kelas VIII SMP N 2 Wanadadi tahun ajaran
2021/2022.
b. Ada Perbedaan prestasi belajar peserta didik setelah
menggunakan implementasi model inquiry learning untuk
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI peserta
didik kelas VII SMP N 2 Wanadadi tahun ajaran
2021/2022.
2. Hipotesis Statistika
Hipotesis statistika dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Peningkatan
H0 : Tidak ada peningkatan prestasi belajar pesertad didik
setelah menggunakan implementasi model inquiry learning
untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI
peserta didik kelas VIII SMP N 2 Wanadadi tahun ajaran
2021/2022.
Hi : Ada peningkatan prestasi belajar peserta didik setelah
menggunakan implementasi model inquiry learning untuk

52
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: Jejak, 2017), hal. 128.
48

meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI peserta


didik kelas VIII SMP N 2 Wanadadi tahun ajaran
2021/2022.
b. Perubahan
H0 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar peserta didik yang
menggunakan implementasi model inquiry learning untuk
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI peserta
didik kelas VIII SMP N 2 Wanadadi tahun ajaran
2021/2022.
Hi : Ada perbedaan prestasi belajar peserta didik yang
menggunakan implementasi model inquiry learning untuk
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI peserta
didik kelas VIII SMP N 2 Wanadadi tahun ajaran
2021/2022.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, keterkaitan antara variabel bebas
dengan variabel terikat telah terjadi sesuai dengan dilapangan yang
ada dengan settingan yang telah dibuat dengan teratur untuk
mengindentifikasi kembali untuk mengetahui bagaimana variabel
bebas dan terikat dapat satu frekuensi untuk menghasilkan data
yang valid. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh
antar variabel bebas yaitu implementasi model inquiry learning
terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar di SMP N 2
Wanadadi.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dikarenakan hasil
penelitian disajikan berdasarkan pengolahan data berupa angka-
angka untuk membantu proses penelitian yang valid.
1. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan adalah kegiatan penelitian yang
dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu, baik di lembaga
dan organisasi kemasyarakatan maupun lembaga pemerintah,
dengan cara mendatangi rumah tangga, perusahaan-perusahaan,
dan tempat-tempat lainnya. Disamping itu, penelitian dapat pula
dilakukan terhadap objek-objek alam. 53 Penelitian ini
melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang
diberi perlakuan (treatment) dan kelompok kontrol yang tidak
diberi perlakuan. Dalam penelitian ini yang dieksperimenkan
adalah penggunaan model inquiry learning.
2. Penelitian Kuantitatif

53
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 31.

49
50

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang terstruktur


dan megkuantifikasikan data untuk dapat digeneralisasikan. 54
Penelitian kuantitatif menekankan fenomena-fenomena objektif
dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka,
pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol.55
Penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji teori
untuk menyajikan suatu fakta dan mendeskripsikan statistik,
untuk menunjukkan hubungan antar variabel dan ada pula yang
bersifat mengembangkan konsep, pengembangan pemahaman
dan mendeskripsikan banyak hal. 56
3. Penelitian Eksperimen
Dalam bidang pendidikan metode penelitian eksperimen
adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang
sengaja dilakukan terhadap suatu kondiis tertentu.57 Apabila
penelitian bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang
terjadi atau yang akan terjadi diantara variabel-variabel tertentu
melalui upaya manipulasi atau pengontrolan variabel-variabel
tersebut atau hubungan diantara mereka, agar ditemukan
hubungan, pengaruh, atau perbedaan salah satu atau lebih
variabel, maka penelitian yang demikian disebut penelitian
eksperimen. 58 Dengan demikian peneliti memperlakukan objek
penelitian, tujuannya adalah ingin diketahui respons yang terjadi

54
Muslich Anshori dan Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan UNAIR (AUP), 2009), hal. 13.
55
Asep Saepul Hamdi dan E. Baharuddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal. 5.
56
Zen Amirudin, Statistik Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2010), hal. 2.
57
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta: Kencana,
2013), hal. 87.
58
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Edisi Kedua; Jakarta: Kencana, 2005), hal. 58.
51

atau dengan kata lain, peneliti mencobakan suatu perlakuan


terhadap objek/subjek penelitian.59
Sebuah penelitian eksperimen pada dasarnya, atau
minimalnya ada dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah variabel yang sengaja
dimanipulasi oleh peneliti, sedangkan variabel terikat dibiarkan
apa adanya, dan yang akan diuji kehadirannya dari efek
manipulasi yang dilakukan peneliti. Oleh karena itu, secara
sederhana, penelitian eksperimen itu mengandung tiga aspek
pokok, yaitu (1) adanya variabel bebas yang dimanipulasi, (2)
adanya pengendalian/pengontrolan terhadap semua variabel
kecuali variabel bebas, dan (3) adanya pengamatan atau
pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek dari variabel
bebas.60
Penelitian ini menggunakan quasi experimental design.
Quasi experiment merupakan salah satu tipe penelitian
eksperimen dimana peneliti tidak melakukan randomisasi
(randomnes) dalam penentuan subjek kelompok penelitian,
namun hasil yang dicapai cukup berarti, baik ditinjau dari
validitas internal maupun eksternal. 61 Tujuan penelitian
eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh
dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasi semua
variabel yang relevan. 62

59
Solimun, dkk, Metodologi Penelitian Kuantitatif Perspektif Sistem (Mengungkap
Novelty dan Memenuhi Validitas Penelitian), (Malang: UB Press, 2020), hal. 7.
60
Momon Sudarma, Metodologi Penelitian Geografi; Ragam Perspektif dan Prosedur
Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal. 67-68.
61
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana, 2017), hal. 78.
62
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998),
hal. 33.
52

Design penelitian ini menggunakan non equivalent control


group design mirip dengan pretest-posttest control group.
Bedanya pada desain non equivalent control group, kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random.63
Tabel 3.1
Design penelitian nonequivalent control group design
Grup Pretest Perlakuan Postest

R Eksperimen O1 X O2

R Kontrol O3 - O4

Keterangan:

R : Pengambilan sampel secara acak

X : Perlakuan pada kelas eksperimen

O1 : Pretest kelas Eksperimen

O2 : Postest kelas Eksperimen

O3 : Pretest kelas Kontrol

O4 : Postest kelas Kontrol

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya


pengaruh model inquiry learning dalam peningkatan prestasi
belajar pada mata pelajaran PAI peserta didik kelas VIII E di SMP
N 2 Wanadadi tahun ajaran 2021/2022.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

63
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian Kuantitatif
Untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal.
91.
53

Penelitian tentang implementasi model inquiry learning


untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI peserta
didik yang dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Wanadadi tahun
ajaran 2021/2022.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
a. Tahap persiapan, yaitu: pengajuan judul proposal, permohonan
pembimbing dan izin penelitian.
b. Tahap pelaksanaan, yaitu: waktu penelitian dilaksanakan dari
tanggal 23 Agustus sampai dengan 23 September 2021,
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022.
c. Tahap penyelesaian, yaitu: analisis data, penyusunan laporan,
konsultasi dan penggandaan.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Sekaran (2006) mendefinisikan populasi sebagai
keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang
ingin peneliti investigasi. Sementara Sugiyono (2007: 90)
mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa populasi adalah
sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang memiliki
karakteristik tertentu dan dijadikan objek penelitian.64

64
Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif; Teori dan Aplikasi pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hal. 190.
54

Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh


peserta didik kelas VIII di SMP N 2 Wanadadi tahun ajaran
2021/2022 yang berjumlah 192.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang
dimiliki populasi tersebut. Makin banyak jumlah sampel
mendekati populasi, peluang kesalahan generalisasi semakin
kecil, dan begitu juga sebaliknya. 65 Sampel diambil oleh
peneliti karena jumlah karakteristik yang ada pada populasi
sangat banyak. Sampel penelitian memiliki karakteristik yang
sama atau hampir sama dengan karakteristik populasi,
sehingga sampel yang digunakan dapat mewakili populasi
yang diamati.66
Pada penelitian ini sampel yang digunakan dengan teknik
cluster random sampling. Cluster sampling adalah
pengambilan data dari kluster-kluster yang dilakukan secara
random.67 Proses pemilihan secara acak berkelompok
dilakukan apabila populasi tersebar secara luas sehingga tidak
memungkinkan untuk membuat daftar seluruh populasi. 68
Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP N 2
Wanadadi yaitu kelas VIII B dan VIII E yang masing-masing
kelas berjumlah 33 peserta didik.

65
Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an,
Panduan Skripsi FITK UNSIQ, (Wonosobo: UNSIQ Press, 2019), hal. 41.
66
Slamet Riyanto dan Aglis Andhita Hatmawan, Metode Riset Penelitian Kuantitatif
Penelitian di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen, (Yogyakarta: Deepublish,
2020), hal. 12.
67
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian Kuantitatif
untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal.
47.
68
Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2013), hal. 178.
55

D. Variabel dan Indikator Penelitian


Variabel adalah karakteristik, sifat atau atribut dari suatu
objek (subjek) penelitian, yang relevan dengan permasalahan yang
akan diselidiki, dilakukan pengukuran terhadapnya, dan harus
memiliki suatu nilai (value), dimana nilainya bervariasi antara
objek yang satu dengan lainnya. Objek (subjek) penelitian bisa
berupa individu (orang), kelas, sekolah, organisasi, perusahaan
(film), industri, wilayah (daerah atau negara), dan lain
sebagainya. 69
Sebagaimana dijelaskan Kerlinger (1973) dalam buku karya
Asep Saepul Hamdi dan E. Baharuddin menyatakan bahwa variabel
adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari, contohnya adalah
tingkat aspirasi, tingkat pendidikan, motivasi belajar, hasil belajar
dan lain-lain. 70
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas
dan dua variabel terikat.
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (Independent) adalah variabel yang menjadi
sebab atau merubah/memengaruhi variabel lain (variabel
dependentI. Juga sering disebut dengan variabel bebas,
prediktor, stimulus, eksogen, atau antecendent.71
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah model
inquiry learning. Indikator penelitian ini adalah aktivitas peserta
didik dan respon peserta didik terhadap implementasi model
inquiry learning.
Adapun indikator dari model inquiry learning adalah:

69
Solimun,dkk, Metodologi Penelitian Kuantitatif Perspektif Sistem (Mengungkap
Novelty dan Memenuhi Validitas Penelitian), (Malang: UB Press, 2020), hal. 31.
70
Asep Saepul Hamdi dan E. Baharuddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal. 19.
71
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 10.
56

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan


peserta didik.
b. Menyampaikan materi yang akan disampaikan.
c. Memberitahu peserta didik untuk membuat kelompok dengan
jumlah anggota yang sama (tergantung dari jumlah anak dalam
kelas).
d. Peserta didik menganalisa dengan teman kelompoknya untuk
berdiskusi persoalan yang telah disampaikan oleh guru.
e. Guru mencoba untuk mengajukan berbagai pertanyaan
langsung untuk mendorong peserta didik berhipotesis sebelum
mengkaji pertanyaan secara mendalam.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel
bebas). Variabel ini sering disebut juga variabel terikat,
variabel respons atau endogen.72
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar.
Adapun kompetensi karsa dari prestasi belajar adalah:
a. Prestasi belajar memiliki 3 ranah, yaitu;
1) Ranah Cipta (prestasi yang bersifat kognitif)
2) Ranah Rasa (prestasi yang bersifat afektif)
3) Ranah Kursa (prestasi yang bersifat psikomotorik)
b. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,
yaitu:
1) Faktor Internal
2) Faktor Eksternal
3) Faktor pendekatan belajar

72
Ibid,.hal. 10.
57

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan
informasi yang dapat dipercaya.73
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini terbagi
menjadi 2, yaitu:
1. Tes
Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk
tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang
sejalan dengan target penilaian. Jawaban yang diharapkan
dalam tes menurut Sudjana dan Ibrahim dalam buku Asesmen
Teknik Tes dan Non Tes dapat secara tertulis, lisan atau
perbuatan. 74 Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.75
Dalam menggunakan metode tes, peneliti memerlukan
instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari
banyak butir tes (item) yang masing-masing mengukur satu
jenis variabel. 76
Tes yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan sebelum
memberikan perlakuan dalam pembelajaran PAI dan sesudah
penggunaan perlakuan (pretest dan posttest) untuk mengetahui
hasilnya. Soal tes dalam penelitian ini berbentuk soal pilihan
ganda dengan jumlah 20 soal. Peneliti dalam penyusunan soal
dan kisi-kisi soal pilihan ganda menyesuaikan dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ada.

73
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 75.
74
Esty Aryani Safithry, Asesmen Teknik Tes dan Non Tes, (Purwokerto: IRDH), hal. 2
75
Ninit Alfianika, Metode Penelitian Pengajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal.
117.
76
Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2013), hal. 187.
58

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa


soal tes untuk mengukur prestasi belajar, suatu perangkat
kegiatan atau alat yang dimaksudkan untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang
sebelumnya dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tes prestasi belajar diberikan pada kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol dengan jenis dan jumlah yang sama.
Dalam perlakuan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
juga diberikan materi yang sama dengan pokok bahasan yang
sama dan diajar oleh guru yang sama juga. Perbedaan dari
kedua kelas tersebut adalah kelompok eksperimen
menggunakan model pembelajaran inkuiri, sedangkan
kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
2. Non Tes
Pengumpulan data dengan teknik non tes yaitu dengan tidak
memberikan soal-soal atau tugas-tugas kepada subjek yang
diperlukan datanya.77 Adapun dalam penelitian ini menggunakan 3
jenis teknik non tes, yaitu:
a. Wawancara/Interview
Wawancara adalah metode pengambilan data
dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang
yang menjadi informan atau responden. Caranya adalah
dengan bercakap-cakap secara tatap muka.78
Penggunaan metode interview memerlukan waktu yang
cukup lama untuk mengumpulkan data. Secara garis
besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu
pedoman wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan. Jenis kedua adalah pedoman wawancara
77
Mamik, Metodologi Kualitatif, (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), Hal. 79.
78
Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), hal. 131.
59

terstruktur yaitu pedoman wawancara yang disusun


secara terperinci sehingga menyerupai cheklist.79
Pedoman wawancara disusun berdasarkan tujuan
penelitian dan berdasarkan teori yang berkaitan dengan
masalah yang diteiti dengan bentuk pertanyaan-
pertanyaan.
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan
pendidik dan kepala sekolah di sekolah tersebut adalah
mengenai sistem dan proses pembelajaran secara online,
suka duka proses pembelajaran secara online,
hambatan-hambatan dalam proses mengajar dan
bagaimana respon peserta didik dalam menerima mata
pelajaran PAI.
b. Observasi
Metode observasi adalah metode penelitian yang
menggunakan cara pengamatan terhadap objek yang
menjadi pusat perhatian penelitian. Metode observasi
umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang
berusaha memberikan gambaran mengenai peristiwa
apa yang terjadi dilapangan.80 Observasi dilakukan
dengan tahapan-tahapan berikut:
1) Observasi awal yang bersifat alami, yaitu
aktivitas pertama yang dilakukan peneliti
untuk terjun ke lokasi penelitian tanpa
membawa paradigma apapun.
2) Observasi yang terfokus, yaitu peneliti harus
memahai situasi dan kondisi lapangan
penelitiannya. Dalam mengumpulkan data

79
Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, 2015), hal. 77.
80
Jasa Ungguh Muliawan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media,
2014), hal. 62.
60

menggunakan alat bantu berupa tape


recorder, foto slide dan sebagainya.
3) Observasi yang terpilih dan terpilah, yaitu
peneliti melakukan observasi didasarkan
pada pemilihan dan pemilahan data yang
hendak dikumpulkan sesuai dengan tujuan
penelitian.
Observasi dilakukan pada penelitian ini
dengan melihat secara langsung sekolah tersebut
dan melihat serangkaian pembelajaran secara
online yang dilakukan oleh guru PAI di sekolah
tersebut dan meminta izin untuk melakukan
observasi dengan pendataan di lapangan.
c. Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua jenis
yaitu pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis
besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan
check-list yang memuat daftar variabel yang akan
dikumpulkan datanya. 81 Sumber dokumen yang ada
pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu dokumentasi resmi, termasuk surat keputusan,
surat instruksi, dan surat bukti kegiatan yang
dikeluarkan oleh kantor atau organisasi yang
bersangkutan dan sumber dokumentasi tidak resmi yang
mungkin berupa surat nota, surat pribadi yang
memberikan informasi kuat terhadap suatu kejadian. 82
Dokumentasi yang bisa didaptakn adalah dengan
menerima surat keputusan dari sekolah sebagai tanda

81
H. Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis, (Jakarta:
Kencana, 2019), hal. 88.
82
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Paktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hal. 81.
61

bahwa si peneliti telah melaksanakan proses penelitian


di sekolah tersebut.
d. Angket atau Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. 83 Kuesioner seperti halnya interview,
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang diri
responden atau informasi tentang orang lain. 84
Angket diberikan kepada peserta didik kelas
eksperimen untuk mengetahui respon peserta didik
dalam mengguakan model inquiry learning pada proses
pembelajaran di mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis, sehingga dipergunakan sebagai alat untuk mengukur
suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu
variabel. 85 Menyusun instrumen pada dasarnya adalah
menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah
memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang
diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang
telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Peneliti
menggunakan instrumen pengumpulan data berupa:
a. Instrumen pelaksanaan penelitian: RPP, Bahan Ajar, dan
Lembar Kerja Peserta Didik.
b. Instrumen dalam pengambilan data, yaitu:

83
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2016), hal. 142.
84
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal.
168.
85
Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 61.
62

1) Tes: untuk mengetahui adanya peningkatan


dalam prestasi belajar peserta didik kelas
VIII mata pelajaran PAI
2) Non Tes:
a) Teknik observasi untuk melihat atau
mengamati secara langsung masalah
kondisi kelas dan proses
pembelajaran yang sebenarnya
terjadi di lokasi penelitian.
b) Teknik wawancara untuk
menanyakan kepada salah satu guru
dan peserta didik untuk mengetahui
kondisi kelas dan proses
pembelajaran yang diterapkan.
c) Teknik angket sebagai bentuk untuk
mengetahui respon peserta didik
terhadap penerapan model inquiry
learning.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


a. Validitas dan Realibilitas Angket
a. Validitas Angket
Validitas adalah kriteria yang paling kritis dan
menunjukkan sejauh mana suatu instrumen mengukur apa
yang seharusnya diukur. Validitas juga dapat dianggap sebagai
utilitas. Dengan kata lain, validitas adalah sejauh mana
perbedaan yang ditemukan dengan alat ukur mencerminkan
perbedaan yang sebenarnya diantara hal-hal yang diuji. 86

86
Nikolaus Duli, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar Untuk
Penulisan Skripsi & Analisis Data dengan SPSS, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hal. 104.
63

Angket yang digunakan merupakan angket dengan bentuk


tertutup atau terstruktur. Angket diberikan kepada responden
untuk mengetahui respon peserta didik terhadap model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Tahapan untuk memberikan penelitian angket yang telah
dijawab responden menggunakan skala Likert sebagai
pengukuran untuk mendapatkan data interval atau rasio.
Uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

: Koefisien korelasi product momen

x : variabel x (skor tiap butir item)

y : variabel y (skor total)

N : Jumlah sampel

Harga r diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan

tabel product moment dengan taraf signifikasi 5%. Item

instrumen dianggap valid jika rhitung > rtabel, maka hasil

dinyatakan valid.

Untuk mempermudah perhitungan validitas, peneliti

menggunakan bantuan microsoft office excel. Instrumen

dinyatakan valid, apabila rhitung > rtabel pada taraf


64

signifikansi 5%. Setelah dilakukan analisis validitas dengan

bantuan microsoft office excel maka diketahui ada beberapa

soal yang bisa dikategorikan valid dan bisa digunakan

untuk penelitian yaitu pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.

b. Realibilitas Angket
Uji reliabilitas adalah uji kekonsistenan instrumen
untuk mengukur data. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang menghasilkan ukuran yang konsisten. 87
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari
realibilitas dengan Cronbach Alpha sebagai berikut:

=* +* +

Keterangan:

: reabilitas yang dicari

k : jumlah item

∑ : jumlah varians skor tiap-tiap soal

: standar deviasi total

Kriteria pengujian:

Apabila r11(hitung) ≥ rtabel, maka butir soal dikatakan reliable.

Apabila r11(hitung) < rtabel, maka butir soal dikatakan tidak

reliable

87
Sarmanu, Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Statistika,
(Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga, 2017), hal. 9.
65

Tingkat reliabilitas instrumen diketahui dengan

menggunakan microsoft ooffice excel. Dari hasil perhitungan

reliabilitas tersebut terdapat reliabilitas angket dengan nilai r11 =

0,7045. Dari hasil tersebut maka variabel dalam penelitian ini

memiliki reliabilitas yang termasuk kategori tinggi (antara 0,61

– 0,80). Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 14.

b. Validitas dan Realibilitas Soal Tes


a. Validitas Soal Tes
Teknik yang digunakan untuk mengukur item
adalah menggunakan rumus korelasi poin biserial sebagai
berikut:
Rumusnya:

rpbis = √

Keterangan:
rpbis : Koefisien korelasi Point Biserial
: Rerata skor dari subjek yang menjawab butir soal
dengan benar
: Rerata skor total
: Standar deviasi dari skor total
: Proporsi peserta didik yang menjawab benar
: Proporsi peserta didik yang menjawab salah

Dengan ketentuan:
0,8 ≤ rpbis < 1,00 : sangat tinggi
0,6 ≤ rpbis < 0,8 : tinggi
0,4 ≤ rpbis < 0,6 : cukup
0,2 ≤ rpbis < 0,4 : rendah
66

0,0 ≤ rpbis < 0,2 : sangat rendah

Untuk mempermudah perhitungan validitas, peneliti

menggunakan bantuan microsoft office excel. Instrumen

dinyatakan valid, apabila rhitung > rtabel pada taraf

signifikansi 5%. Setelah dilakukan analisis validitas dengan

bantuan microsoft office excel maka diketahui ada beberapa

soal yang bisa dikategorikan valid dan bisa digunakan

untuk penelitian yaitu pada nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10,

12, 13, 14, 16, 19, 20. Hasil perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 7 dan 11.

b. Realibilitas Soal Tes


Uji reliabilitas untuk mengukur konsistensi alat ukur
dalam mengukur suatu konsistensi responden dalam
menjawab item pertanyaan dalam kuesiner atu instrumen
penelitian. 88
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari
reabilitas dengan KR-20 (Kuder Richardson) sebagai
berikut:

[ ]{ }

Dimana:
ri = reabilitas instrumen
= jumlah item dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada
item 1

88
Syamsul Bahri dan Fakhry Zamzam, Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-
AMOS, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal. 36.
67

qi = 1-pi
∑ i i = jumlah hasil dari perkalian antara p dan q
= varians total

Dengan ketentuan

antara 0,00 – 0,20 : Sangat Rendah

antara 0,21 – 0,40 : Rendah

antara 0,41 – 0,60 : Sedang

antara 0,61 – 0,80 : Tinggi

antara 0,81 – 1,00 : Sangat Tinggi

Apabila r11(hitung) ≥ rtabel, maka butir soal dikatakan reliable.

Apabila r11(hitung) < rtabel, maka butir soal dikatakan tidak

reliable

Tingkat reliabilitas instrumen diketahui dengan

menggunakan microsoft ooffice excel. Dari hasil perhitungan

reliabilitas tersebut terdapat reliabilitas angket dengan nilai r 11 =

0,7283. Dari hasil tersebut maka variabel dalam penelitian ini

memiliki reliabilitas yang termasuk kategori tinggi (antara 0,61

– 0,80). Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 8 dan 11.

3. Taraf Kesukaran (difficulty index)


Taraf kesukaran adalah kemampuan tes tersebut
dalam menjaring banyaknya subjek peserta yang dapat
68

mengerjakan dengan betul. Jika banyak subjek peserta tes


yang dapat menjawab dengan benar maka Taraf kesukaran
tersebut terlalu tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari
subjek yang dapat menjawab dengan benar maka taraf
kesukarannya rendah. Taraf kesukaran tes dinyatakan
dalam indeks kesukaran (difficulty index). 89
Untuk mengukur digunakan rumus sebagai berikut:
P=

Dengan keterangan:

B = subjek yang menjawab betul

J = banyaknya subjek yang ikut mengerjakan tes

Penggolongan derajat kesukaran suatu soal tes


adalah sebagai berikut:
Soal dengan p; 0,00 < p < 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan p; 0,30 ≤ p < 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan p; 0,70 ≤ p ≤ 1,00 adalah soal mudah
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal
tes, didapat hasil yang berbeda-beda yaitu kategori sedang
(antara 0,30 – 0,70) untuk soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 13, 15, 17 dan 18. Kategori mudah (antara 0,70 –
1,00) untuk soal nomor 12,16,19 dan 20 dan kategori sukar
(antara 0,00 – 0,30) untuk nomor 14. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 dan 11.
4. Daya Pembeda (discriminating power)
Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut
dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan
subjek yang kurang pandai. Oleh karena dasar pikiran dari

89
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 176.
69

daya pembeda adalah adaya kelompok pandai dengan


kelompok kurang pandai maka dalam mencari daya beda
subjek peserta tes dipisahkan menjadi dua sama besar
berdasarkan atas sekor total yang mereka peroleh. Apabila
banyaknya subjek peserta tidak genap sehingga tidak dapat
dibagi dua sama banyak maka sebelum dibagi dua harus
disisihkan salah seorang (secara lotre), kemudian bibagi
dua.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui
daya pembeda sebagai berikut:

D=

D = daya pembeda butir

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab betul

BB = banyaknya subjek kelompok bawah yang


menjawab betul

n = jumlah kelompok atas dan kelompok bawah

Penggolongan daya pembeda suatu soal tes adalah sebagai


berikut:
D; 0,00 < D 0,20 : Jelek
D; 0,20 < D 0,40 : Cukup
D; 0,40 < D 0,70 : Baik
D; 0,70 < D 1,00 : Baik sekali
Dari hasil perhitungan daya beda butir soal tes, didapat hasil
yang berbeda-beda yaitu kategori jelek (antara 0,00 – 0,20)
terdapat pada nomor 5 dan 18. Kategori cukup (antara 0,20
– 0,40) terdapat pada nomor 11, 14, 19 dan 20. Kategoru
70

baik (antara 0,40 – 0,70) terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, 6,


10, 12, 13, 16 dan 17. Kategori baik sekali (antara 0,70 –
1,00) terdapat pada nomor 7, 8, 9 dan 15. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11.

H. Teknik Analisis Data


Sebagaimana dijelaskan John W. Tukey (1961) dalam buku
karya Jogiyato Hartono, analisis data adalah prosedur untuk
menganalisis data, teknik-teknik untuk mengintepretasikan hasil-
hasil analisis, didukung oleh proses pengumpulan data untuk
membuat analisis lebih mudah, lebih tepat dan lebih akurat.90
Teknik analisis data yang peneliti gunakan yaitu analisis
data deskriptif. Untuk menguji hipotesis teknik analisis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Uji Pendahuluan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,
atau data sekunder yaitu implementasi inquiry learning yang
digunakan pada penelitian.
a. Uji Prasyarat Instrumen
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data
yang akan dianalisis membentuk distribusi normal atau
tidak. Pengujian normalitas data menggunakan Chi Kuadrat
(x2) dengan rumus sebagai berikut:

x2 = ∑

Dimana:
x2 = Chi Kuadrat
= Frekuensi yang diperoleh oleh data
= Frekuensi yang diharapkan

90
Jogiyanto Hartono, Metoda Pengumpulan dan Teknik Analisis Data, (Yogyakarta:
Andi, 2018), hal. 193-194.
71

2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah suatu prosedur uji statistik
yang dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki variasi yang sama. uji homogenitas bertujuan
untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok
penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Dengan
kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang
kita teliti memiliki karakteristik yang sama. 91
Adapun rumus yang digunakan dalam uji
homogenitas ini adalah sebagai berikut:

F=

Keterangan:
S1 2 = varian terbesar
2
S2 = varian terkecil
Kemudian harga F hitung dibandingkan dengan F
tabel. Jika Fhitung < Ftabel maka kelompok data homogen.
b. Analisis Uji Test
a. Analisis Hasil Pretest
Analisis ini dilakukan guna memperoleh data
mengenai kemampuan peserta didik dalam mempelajari
mapel PAI sebelum menggunakan model inquiry
learning untuk meningkatkan prestasi belajar.
b. Analisis Hasil Posttest
Analisis ini dilakukan guna memperoleh data
mengenai kemampuan peserta didik dalam mempelajari
mapel PAI setelah menggunakan model inquiry
learning untuk meningkatkan prestasi belajar.
2. Uji Hipotesis
91
Nuryadi dkk, Dasar-Dasar Statistik Penelitian, (Yogyakarta: Sibuku Media, 2017), hal.
89-90.
72

a. Uji Gain
Peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) menggunakan
rumus gain ternormalisasi, yaitu dengan rumus sebagai
berikut:
Rumus Uji Gain:
( )
(g) =

Dengan:
<g> : faktor Hake (N-Gain)
<Spost> : rata-rata posttest
<Spre> : rata-rata pretest
Kriteria:
Tinggi : g > 0,7
Sedang : 0,3 < g < 0,7
Rendah : g < 0,3
Merupakan interpretasi dari hasil hitung yang
menunjukkan signifikasi atau tidak.
b. Uji T-test
Untuk testing signifikasi, maka digunakan t-test
maka rumusnya yang digunakan adalah:
x1  x 2
t
n1  1s12  n2  1s 22  1 1

n 
n1  n2  2  1 n2 

Keterangan:
x1 : Rata-rata kelompok eksperimen

x2 : Rata-rata kelompok kontrol

s12 : Varians kelompok eksperimen

s 22 : Varians kelompok kontrol

n1 : Jumlah subyek kelompok eksperimen


73

n2 : Jumlah subyek kelompok kontrol


a. Uji lanjut
Uji lanjut adalah proses pengujian untuk
melanjutkan tahap dari uji pendahuluan, uji hipotesis dan
uji lanjut. Uji ini merupakan sebuah kesimpulan yang
ditandai benar atau salah hipotesis yang telah ditetapkan.
BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Profil Objek Penelitian


Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMP N 2
Wanadadi dengan profil sebagai beikut:
1. Profik Sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Wanadadi
No. Statistik Sekolah : 201030410044
NPSN : 20303995
Jenis Sekolah : Reguler
Status Sekolah : Negeri
Status Akreditasi :A
Kategori Sekolah : SSN
Alamat : Jln. Raya Timur Km. 1 Wanadadi
Kota : Kab. Banjarnegara
Provinsi : Jawa Tengah
Kecamatan : Wanadadi
Kelurahan : Wanakarsa
Kode Pos : 53461
No. Telepon : (0286) 3398571
E-mail : esperowanadadi@yahoo.com
Nama Kepala Sekolah : Neti Rochmah Eruwati, S.Pd
NIP. : 19700331 199512 2 003
2. Tinjauan Historis
SMP N 2 Wanadadi merupakan sekolah menengah pertama negeri
yang berada di Desa Wanakarsa Kecamatan Wanadadi. Perkembangan
yang dialami sekolah ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
seperti jumlah peserta didik, sarana dan prasarana dan prestasi yang
diperolehSMP N 2 Wanadadi. Saat ini jumlah peserta didik mencapai
505 dengan 21 kelas yang ada disekolah tersebut.

74
75

3. Visi dan Misi SMP N 2 Wanadadi


a. Visi SMP N 2 Wanadadi
“Terwujudnya Peserta Didik yang Bertaqwa, Berprestasi,
Berbudaya dan Peduli Lingkungan Hidup”.
b. Misi SMP N 2 Wanadadi
1) Melaskanakan pembinaan dan pengamalan agama secara nyata
2) Memberdayakan seluruh komponen sekolah menuju KBM
yang pakem
3) Menerapkan keteladanan untuk membentuk kultur kerja dan
belaar dan belajar yang tinggi
4) Melaksanakan pembinaan seni, olahraga dan bakat siswa secara
intensif
5) Membantu siswa untuk mengenali potensi diri, budi pekerti
luhur dan kepekaan sosial
6) Memberikan pendidikan keterampilan agar siswa mandiri
7) Mewujudkan peserta didik yang peduli lingkungan hidup

4. Sarana dan Prasarana SMP N 2 Wanadadi


Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana SMP N 2 Wanadadi

No. Uraian Jumlah


1. Ruang Kelas 21
2. Ruang Lab 3
3. Ruang Perpus 1
Total 25
76

B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Penelitian dilakukan setelah semua instrumen sudah lengkap dan
siap digunakan untuk melakukan penelitian. Dalam penelitian ini,
penulis lakukan untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel
penelitian melalui pengujian homogenitas dari nilai kemampuan awal
peserta didik. Setelah dilakukan pengujian homogenitas tersebut maka
didapat dua kelas yaitu kelas VIII B dan VIII E di SMP N 2 Wanadadi.
Proses pembelajaran awal dikelas eksperimen, penulis
memperkenalkan diri dan dilanjutkan dengan peserta didik mengisi
presensi yaitu menyebutkan nama dan kelas lewat group whatsApp
kemudian pembelajaran dilanjutkan. Pembelajaran dimulai dengan
peserta didik diberi tes awal berupa soal pilihan ganda berjumlah 20
butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta
didik. Pada proses pembelajaran kegiatan pendahuluan yaitu
penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik.
Setelah guru menyampaikan materi shalat sunnah melalui pesan
singkat dan mengirim file bentuk power point untuk memperkuat dan
mempermudah peserta didik dalam belajar dan memperkenalkan
model inquiry learning yang akan diterapkan.
Peserta didik yang telah diberikan materi oleh peneliti dan juga
buku pendukung dari sekolah untuk di baca terlebih dahulu oleh.
Penerapan model inquiry learning maka, selanjutnya peneliti membagi
kelompok secara heterogen, lalu dalam setiap kelompok diberikan
lembar analisis untuk menjawab pertanyaan secara sistematis. Pada
akhir pembelajaran peserta didik akan diminta peneliti untuk setiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan mengirimkan
diskusi kelompok berupa video call atau pesan grup kelompok untuk
discreenshot dan dikirim ke grup kelas lalu setelah proses presentasi
selesai, peserta didik mengerjakan tes akhir berupa soal pilihan ganda
77

20 butir untuk mengetahui sejauh mana pemahaman materi bab shalat


sunnah pada peserta didik.
Kemudian pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran pada kelas
kontrol dilakukan dengan memberikan powerpoint materi shalat
sunnah dan penugasan. Pada akhir pertemuan peserta didik dikenakan
tes akhir berupa soal pilihan ganda 20 butir.
2. Data Hasil Pretest
Tabel 4.2
Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Jumlah Jumlah Rata- Nilai Nilai
Kelas
Data Nilai rata Tertinggi Terendah
Eksperimen 33 1615 48,93 80 20
Kontrol 33 1595 48,33 80 10

3. Data Hasil Posttest


Tabel 4.3
Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Jumlah Jumlah Rata- Nilai Nilai
Kelas
Data Nilai rata Tertinggi Terendah
Eksperimen 33 2690 81,51 100 50
Kontrol 33 2255 68,33 100 25

4. Hasil Tabulasi Angket Kelas Eksperimen


Untuk memperoleh variabel X yakni implementasi model inquiry
learning untuk peningkatan prestasi belajar mata pelajaran PAI peserta
didik kelas VIII SMP N 2 Wanadadi tahun ajaran 2021/2022, maka
peneliti menggunakan angket dengan jumlah 20 item kepada peserta
didik sebagai responden. Dari hasil tabulasi angket tersebut dapat
diketahui persentase jawaban dari tiap-tiap item pernyataan.
Selanjutnya, responden tersebut dapat memberi informasi untuk
78

menggambarkan keadaan pelaksanaan pembelajaran PAI. Adapun


angket model inquiry learning pada kelas eksperimen dapat dilihat
pada tabel tabel berikuti ini:
Tabel 4.5.1
Saya lebih suka mapel PAI daripada mapel yang lain
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 12 36%
2. Setuju 4 13 40%
3. Kurang setuju 3 6 18%
4. Tidak Setuju 2 2 6%
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0%
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 1
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Saya
lebih lebih suka mapel PAI daripada mapel yang lainnya” melalui
pernyataan maka hasilnya 12 orang (36%) responden yang menjawab
sangat setuju, dan 13 orang (40%) responden yang menjawab setuju, 6
orang (18%) yang menjawab kurang setuju, 2 orang (6%) responden
yang menjawab tidak setuju dan tidak seorangpun menjawab sangat
tidak setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang
menjawab setuju dengan persentase 40%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa 40% atau 13 dari 33 jumlah peserta didik di kelas lebih
menyukai mapel PAI daripada mapel yang lainnya.
Tabel 4.5.2
Bagi saya mapel PAI membosankan
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 0 0
2. Setuju 4 0 0
3. Kurang setuju 3 11 33%
4. Tidak Setuju 2 10 30%
79

5. Sangat Tidak Setuju 1 12 37%


Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 2

Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Bagi


saya mapel PAI membosankan” melalui pernyataan maka hasilnya 11
orang (33%) yang menjawab kurang setuju, 10 orang (30%) responden
yang menjawab tidak setuju, 12 orang (37%) responden yang
menjawab sangat tidak setuju dan tidak seorangpun yang menjawab
sangat setuju dan setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih banyak
responden yang menjawab sangat tidak setuju dengan persentase 37%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa 37% atau 12 dari 33 jumlah peserta
didik beranggapan bahwa dengan adanya mata pelajaran PAI, tidak
membuat peserta didik merasa bosan.

Tabel 4.5.3
Mapel PAI sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 17 52%
2. Setuju 4 15 45%
3. Kurang setuju 3 1 3
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 3

Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Mapel


PAI sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari” melalui
pernyataan maka hasilnya 17 orang (52%) responden yang menjawab
sangat setuju, dan 15 orang (45%) responden yang menjawab setuju, 1
orang (3%) yang menjawab kurang setuju, dan tidak seorangpun yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data ini menunjukan
80

bahwa lebih banyak responden yang menjawab setuju dengan


persentase 45%, sehingga dapat disimpulkan bahwa 45% atau 15 dari
33 jumlah peserta didik setuju bahwa dengan adanya mapel PAI
memberi dampak yang baik dan sangat bermanfaat untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 4.5.4
Mapel PAI tidak dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 0 0
2. Setuju 4 2 6%
3. Kurang setuju 3 8 24%
4. Tidak Setuju 2 12 37%
5. Sangat Tidak Setuju 1 11 33%
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 4

Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Mapel


PAI tidak dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari” melalui
pernyataan maka hasilnya 2 orang (6%) responden yang menjawab
setuju, 8 orang (24%) yang menjawab kurang setuju, 12 orang (37%)
responden yang menjawab tidak setuju, 11 orang (33%) responden
menjawab sangat tidak setuju dan tidak seorangpun yang menjawab
sangat setuju Data ini menunjukan bahwa lebih banyak responden
yang menjawab tidak setuju dengan persentase 37%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa 37% atau 12 dari 33 jumlah peserta didik tidak
setuju bahwa mapel PAI tidak dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
81

Tabel 4.5.5
Model inquiry learning, membuat saya lebih aktif dalam proses
pembelajaran
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 14 42%
2. Setuju 4 17 52%
3. Kurang setuju 3 2 6%
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 5

Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model


Inquiry learning, membuat saya lebih aktif dalam proses
pembelajaran” melalui pernyataan maka hasilnya 14 orang (42%)
responden yang menjawab sangat setuju, dan 17 orang (52%)
responden yang menjawab setuju, 2 orang (6%) yang menjawab
kurang setuju, dan tidak seorangpun menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang
menjawab setuju dengan persentase 52%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa 52% atau 17 dari 33 jumlah peserta didik setuju dengan adanya
model inquiry learning dapat memberi kesempatan untuk peserta didik
mengeluarkan argumennya.

Tabel 4.5.6
Saya merasa lebih tertantang dengan adanya model inquiry
learning yang diterapkan
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 11 33%
2. Setuju 4 20 61%
82

3. Kurang setuju 3 2 6%
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 6

Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Saya


merasa lebih tertantang dengan adanya model inquiry learning yang
diterapkan” melalui pernyataan maka hasilnya 11 orang (33%)
responden yang menjawab sangat setuju, dan 20 orang (61%)
responden yang menjawab setuju, 2 orang (6%) yang menjawab
kurang setuju, dan tidak seorangpun menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang
menjawab setuju dengan persentase 61%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa 61% atau 20 dari 33 jumlah peserta didik merasa tertantang
dengan diterapkannya model inquiry learning pada mata pelajaran
PAI.

Tabel 4.5.7
Saya setuju model inquiry learning diterapkan pada mata
pelajaran PAI
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 15 46%
2. Setuju 4 18 54%
3. Kurang setuju 3 0 0
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 7

Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang “Saya


setuju model inquiry learning diterapkan pada mata pelajaran PAI”
83

melalui pernyataan maka hasilnya 15 orang (46%) responden yang


menjawab sangat setuju, dan 18 orang (54%) responden yang
menjawab setuju dan tidak seorangpun menjawab kurang setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih
banyak responden yang menjawab setuju dengan persentase 54%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa 54% atau 18 dari 33 jumlah peserta
didik setuju, model inquiry learning dapat diterapkan pada mata
pelajaran PAI.
Tabel 4.5.8
Model inquiry learning, membuat saya lebih bersungguh-
sungguh dalam mempelajari mata pelajaran PAI.

No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase


1. Sangat Setuju 5 11 33%
2. Setuju 4 16 49%
3. Kurang setuju 3 6 18%
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 8
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning, membuat saya lebih bersungguh-sungguh dalam
mempelajari mata pelajaran PAI” melalui pernyataan maka hasilnya 11
orang (33%) responden yang menjawab sangat setuju, dan 16 orang
(49%) responden yang menjawab setuju, 6 orang (18%) dan tidak
seorangpun menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data ini
menunjukan bahwa lebih banyak responden yang menjawab setuju
deangan persentase 49%, sehingga dapat disimpulkan bahwa 49% atau
16 dari 33 jumlah peserta didik setuju, dengan adanya model inquiry
learning membuat peserta didik lebih bersungguh-sungguh dalam
mempelajari mapel PAI.
84

Tabel 4.5.9
Saya setuju model inquiry learning diterapkan pada mata
pelajaran lainnya
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 14 42%
2. Setuju 4 16 49%
3. Kurang setuju 3 3 9%
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 9
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang “Saya
setuju model inquiry learning diterapkan pada mata pelajaran lainnya”
melalui pernyataan maka hasilnya 14 orang (42%) responden yang
menjawab sangat setuju, dan 16 orang (49%) responden yang
menjawab setuju, 3 orang (9%) yang menjawab kurang setuju, dan
tidak seorangpun menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data
ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang menjawab setuju
dengan persentase 49%, sehingga dapat disimpulkan bahwa 49% atau
16 dari 33 jumlah peserta didik setuju, model inquiry learning dapat
diterapkan pada mata pelajaran PAI dan mata pelajaran lainnya.

Tabel 4.5.10
Model inqury learning membuat rasa ingin tahu saya
bertambah
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 14 42%
2. Setuju 4 16 49%
3. Kurang setuju 3 3 9%
85

4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 10
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning membuat rasa ingin tahu saya bertambah” melalui
pernyataan maka hasilnya 14 orang (42%) responden yang menjawab
sangat setuju, dan 16 orang (49%) responden yang menjawab setuju, 3
orang (9%) yang menjawab kurang setuju dan tidak seorangpun
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data ini menunjukan
bahwa lebih banyak responden yang menjawab setuju dengan
persentase 49%, sehingga dapat disimpulkan bahwa 49% atau 16 dari
33 jumlah peserta didik setuju, model inquiry learning membuat rasa
ingin tahu peserta didik bertambah.
Tabel 4.5.11
Model inquiry learning, membuat saya kurang aktif
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 0 0
2. Setuju 4 3 9%
3. Kurang setuju 3 7 21%
4. Tidak Setuju 2 13 40%
5. Sangat Tidak Setuju 1 10 30%
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 11
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning, membuat saya kurang aktif” melalui pernyataan
maka hasilnya 3 orang (9%) responden yang menjawab setuju, 7 orang
(21%) yang menjawab kurang setuju, 13 orang (40%) responden yang
menjawab tidak setuju, 10 orang (30%) responden yang menjawab
sangat tidak setuju dan tidak seorangpun menjawab sangat setuju. Data
ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang menjawab tidak
86

setuju dengan persentase 40%, sehingga dapat disimpulkan 40% atau


13 dari 33 jumlah peserta didik tidak setuju, bahwa model inquiry
learning membuat peserta didik menjadi kurang aktif.

Tabel 4.5.12
Model inquiry learning, mempersulit saya dalam mengerjakan
materi PAI
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 0 0
2. Setuju 4 3 9%
3. Kurang setuju 3 11 33%
4. Tidak Setuju 2 14 43%
5. Sangat Tidak Setuju 1 5 15%
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 12
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning, mempersulit saya dalam mengerjakan materi PAI”
melalui pernyataan maka hasilnya 3 orang (9%) responden yang
menjawab setuju, 11 orang (33%) yang menjawab kurang setuju, 14
orang (43%) responden yang menjawab tidak setuju, 5 orang (15%)
menjawab sangat tidak setuju dan tidak seorangpun yang menjawab
sangat setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih banyak responden
yang menjawab tidak setuju dengan persentase 43%, sehingga dapat
disimpulkan 43% atau 14 dari 33 jumlah peserta didik tidak setuju
bahwa model inquiry learning mempersulit peserta didik dalam
mengerjakan materi PAI.
87

Tabel 4.5.13
Model inquiry learning, membuat saya merasa tertekan
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 0 0
2. Setuju 4 0 0
3. Kurang setuju 3 15 45%
4. Tidak Setuju 2 12 37%
5. Sangat Tidak Setuju 1 6 18%
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 13
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning, membuat saya merasa tertekan” melalui pernyataan
maka hasilnya 15 orang (45%) yang menjawab kurang setuju, 12 orang
(37%) responden yang menjawab tidak setuju, 6 orang (18%)
responden yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak seorangpun
yang menjawab sangat setuju dan setuju. Data ini menunjukan bahwa
lebih banyak responden yang menjawab kurang setuju dengan
persentase 45%, sehingga dapat disimpulkan 45% atau 15 dari 33
jumlah peserta didik kurang setuju bahwa model inquiry learning
membuat peserta didik merasa tertekan.

Tabel 4.5.14
Model inquiry learning, membuat saya lebih mudah
memahami materi yang diajarkan
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 14 42%
2. Setuju 4 18 55%
3. Kurang setuju 3 1 3%
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
88

Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 14
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning, membuat saya lebih mudah memahami materi yang
diajarkan” melalui pernyataan maka hasilnya 14 orang (42%)
responden yang menjawab sangat setuju, dan 18 orang (55%)
responden yang menjawab setuju, 1 orang (3%) yang menjawab
kurang setuju dan tidak seorangpun menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang
menjawab setuju dengan persentase 55%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa 55% atau 18 daro 33 jumlah peserta didik setuju bahwa model
inquiry learning membuat peserta didik lebih mudah dalam memahami
materi yang diajarkan oleh pendidik.

Tabel 4.5.15
Model inquiry learning menurut saya lebih menarik daripada
model pembelajaran yang lainnya
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 14 42%
2. Setuju 4 16 49%
3. Kurang setuju 3 3 9%
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 15
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning menurut saya lebih menarik daripada model
pembelajaran yang lainnya” melalui pernyataan maka hasilnya 14
orang (42%) responden yang menjawab sangat setuju, dan 16 orang
(49%) responden yang menjawab setuju, 3 orang (9%) yang menjawab
kurang setuju dan tidak seorangpun menjawab tidak setuju dan sangat
89

tidak setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang
menjawab setuju dengan persentase 49%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa 49% atau 16 dari 33 jumlah peserta didik setuju, model inquiry
learning lebih menarik daripada model pembelajaran yang lainnya.
Tabel 4.5.16
Saya kurang paham materi PAI dengan menggunakan model
inquiry learning.
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 0 0
2. Setuju 4 1 3%
3. Kurang setuju 3 12 36%
4. Tidak Setuju 2 11 33%
5. Sangat Tidak Setuju 1 9 28%
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 16
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Saya
kurang paham materi PAI dengan menggunakan model inquiry
learning” melalui pernyataan maka hasilnya 1 orang (3%) responden
yang menjawab setuju, 12 orang (36%) yang menjawab kurang setuju,
11 orang (33%) responden yang menjawab tidak setuju, 9 orang (28%)
responden menjawab sangat tidak setuju dan tidak seorangpun
menjawab sangat setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih banyak
responden yang menjawab kurang setuju dengan persentase 36%,
sehingga dapat disimpulkan 36% atau 12 dari 33 jumlah peserta didik
kurang setuju bahwa model inquiry learning membuat peserta didik
kurang paham saat memahami materi PAI.
90

Tabel 4.5.17
Model inquiry learning membuat saya lebih berfikir kritis dan
analitis.
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 8 24%
2. Setuju 4 22 67%
3. Kurang setuju 3 3 9%
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 17
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning membuat saya lebih berfikir kritis dan analitis”
melalui pernyataan maka hasilnya 8 orang (24%) responden yang
menjawab sangat setuju, dan 22 orang (67%) responden yang
menjawab setuju, 3 orang (9%) yang menjawab kurang setuju dan
tidak seorangpun menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data
ini menunjukan bahwa lebih banyak responden yang menjawab setuju
dengan persentase 67%, sehingga dapat disimpulkan bahwa 67% atau
22 dari 33jumlah peserta didik setuju, dengan adanya model inquiry
learning membuat peserta didik lebih berfikir kritis dan analitis dalam
belajar.

Tabel 4.5.18
Menggunakan model inquiry learning dapat menjadikan
peserta didik saling mendengarkan pendapat satu sama lain.
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 11 33%
2. Setuju 4 21 64%
3. Kurang setuju 3 1 3%
91

4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 18
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang,
“Menggunakan model inquiry learning dapat menjadikan peserta didik
saling mendengarkan pendapat satu sama lain” melalui pernyataan
maka hasilnya 11 orang (33%) responden yang menjawab sangat
setuju, dan 21 orang (64%) responden yang menjawab setuju, 1 orang
(3%) yang menjawab kurang setuju dan tidak seorangpun menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih
banyak responden yang menjawab setuju dengan persentase 64%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa 64% atau 21 dari 33 jumlah peserta
didik setuju, model inquiry learning dapat menjadikan peserta didik
belajar untuk saling mendengarkan pendapat satu sama lain.

Tabel 4.5.19
Model inquiry learning kurang bermanfaat untuk belajar PAI
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 0 0
2. Setuju 4 0 0
3. Kurang setuju 3 16 49%
4. Tidak Setuju 2 10 30%
5. Sangat Tidak Setuju 1 7 21%
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 19
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning kurang bermanfaat untuk belajar PAI” melalui
pernyataan maka hasilnya 16 orang (49%) yang menjawab kurang
setuju, 10 orang (30%) responden menjawab tidak setuju, 7 orang
(21%) responen menjawab sangat tidak setuju dan tidak seorangpun
92

menjawab sangat setuju dan setuju. Data ini menunjukan bahwa lebih
banyak responden yang menjawab kurang setuju dengan persentase
49%, sehingga dapat disimpulkan 49% atau 16 dari 33 jumlah peserta
didik kurang setuju, bahwa model inquiry learning kurang bermanfaat
untuk belajar PAI.
Tabel 4.5.20
Model inquiry learning membuat saya lebih aktif untuk
memecahkan masalah dalam pembelajaran yang diberikan
oleh guru dan berdiskusi dengan teman-teman
No. Kategori Jawaban Nilai Frekuensi Presentase
1. Sangat Setuju 5 14 42 %
2. Setuju 4 19 58%
3. Kurang setuju 3 0 0
4. Tidak Setuju 2 0 0
5. Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 33 100%
Sumber Data: Hasil Angket Nomor 20
Dari tabel di atas mengenai tanggapan responden tentang, “Model
inquiry learning, membuat saya lebih aktif untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru dan berdiskusi
dengan teman-teman” melalui pernyataan maka hasilnya 14 orang
(42%) responden yang menjawab sangat setuju, dan 19 orang (58%)
responden yang menjawab setuju dan tidak seorangpun menjawab
kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data ini
menunjukan bahwa lebih banyak responden yang menjawab setuju
dengan persentase 58%, sehingga dapat disimpulkan bahwa 49% atau
19 dari 33 jumlah peserta didik setuju, model inquiry learning dapat
membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah pada
pembelajaran yang diberikan oleh guru dan melatih berkomunikasi
yang baik dengan berdiskusi bersama teman-teman.
93

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Angket Implementasi Model Inquiry
Learning
No. Interval Frekuensi Persentase Kategori
1. 85 – 100 0 0% Sangat Tinggi
2. 69 – 84 22 67% Tinggi
3. 53 – 68 11 33% Sedang
4. 37 – 52 0 0% Rendah
5. 20 – 36 0 0% Sangat Rendah
Jumlah 33 100%

Hasil diatas menunjukkan rata-rata tentang respon peserta didik


dengan implementasi model Inquiry Learning mata pelajaran PAI kelas
VIII E tergolong tinggi karena termasuk dalam interval (69 – 84) sebanyak
22 orang dengan persentase 67% dari jumlah peserta didik. Hal ini berarti
rata-rata respon peserta didik dalam implementasi model inquiry learning
mapel PAI di kelas VIII E termasuk pada kategori tinggi. Untuk lebih
jelasnya, perhitungan hasil sebaran angket dapat dilihat pada lampiran 15.

C. Analisis Data
1. Analisis Pendahuluan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder yaitu implementasi inquiry learning yang digunakan pada
penelitian.
a. Uji Prasyarat Instrumen
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat
dilakukan analisis normalitas. Adapun pengujian normalitas
terlampir.
94

a) Pengujian normalitas data nilai pretest kelas Eksperimen.


Berdasarkan perhitungan pengujian normalitas dari data nilai
pretest kelas Eksperimen tersebut, ditemukan xhitung 8,95
sedangkan xtabel 18,3. Jadi, dari hasil data diatas diketahui
xhitung lebih kecil dari xtabel maka dapat disimpulakan bahwa
data nilai pretest kelas eksperimen berdistribusi dengan
normal.
b) Pengujian normalitas data nilai pretest kelas Kontrol.
Berdasarkan perhitungan pengujian normalitas dari data nilai
pretest kelas kontrol tersebut, ditemukan xhitung 16,07
sedangkan xtabel 19,67. Jadi, dari hasil data diatas diketahui
xhitung lebih kecil dari xtabel maka dapat disimpulakan bahwa
data nilai pretest kelas kontrol berdistribusi dengan normal.
c) Pengujian normalitas data nilai posttest kelas Eksperimen.
Berdasarkan perhitungan pengujian normalitas dari data nilai
posttest kelas eksperimen tersebut, ditemukan xhitung 4,06
sedangkan xtabel 15,5. Jadi, dari hasil data diatas diketahui
xhitung lebih kecil dari xtabel maka dapat disimpulakan bahwa
data nilai pretest kelas kontrol berdistribusi dengan normal.
d) Pengujian normalitas data nilai posttest kelas Kontrol.
Berdasarkan perhitungan pengujian normalitas dari data nilai
posttest kelas kontrol tersebut, ditemukan xhitung 3,21
sedangkan xtabel 21,02. Jadi, dari hasil data diatas diketahui
xhitung lebih kecil dari xtabel maka dapat disimpulakan bahwa
data nilai pretest kelas kontrol berdistribusi dengan normal.
95

Tabel 4.7.1
Analisis Uji Normalitas Pretest
Kelas Xhitung Xtabel Kriteria

Kontrol 16,07 19,67 Normal

Eksperimen 8,95 18,3 Normal

Untuk lebih jelasnya, perhitungan uji normalitas dapat


dilihat pada lampiran 22 dan 23.

Tabel 4.7.2
Analisis Uji Normalitas Posttest
Kelas Xhitung Xtabel Kriteria

Kontrol 3,21 21,02 Normal

Eksperimen 4,06 15,5 Normal

Untuk lebih jelasnya, perhitungan uji normalitas dapat


dilihat pada lampiran 26 dan 27.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui
apakah sebuah sampel homogen atau tidak. Adapun data
hasil perhitungan homogenitas terlampir.
a) Pengujian homogenitas data nilai pretest. Berdasarkan
perhitungan di atas didapatkan nilai Fhitung sebesar 1,13
sedangkan Ftabel sebesar 4,16. Karena Fhitung lebih kecil
dibanding nilai Ftabel (1,13 < 4,16), sehingga dapat
disimpulkan bahwa populasi tersebut homogen.
b) Pengujian homogenitas data nilai pretest. Berdasarkan
perhitungan di atas didapatkan nilai Fhitung sebesar 1,48
sedangkan Ftabel sebesar 4,16. Karena Fhitung lebih kecil
96

dibanding nilai Ftabel (1,48 < 4,16), sehingga dapat


disimpulkan bahwa populasi tersebut homogen.
Untuk lebih jelasnya, perhitungan uji homogenitas dapat
dilihat pada lampiran 24 dan 28.
2. Analisis Uji Test
a. Analisis Hasil Pretest

Tabel 4.8.1
Analisis Hasil Pretest

Jumlah Jumlah Rata- Nilai Nilai


Kelas
Data Nilai rata Tertinggi Terendah
Eksperimen 33 1615 48,93 80 20
Kontrol 33 1595 48,33 80 10
Berdasarkan data di atas diperoleh hasil nilai pretest tertinggi
pada kelas eksperimen yaitu 80 dan nilai tertinggi pada kelas kontrol
80, sedangkan nilai terendah pada kelas eksperimen 20 dengan rata-
rata 48,93 dan nilai terendah pada kelas kontrol 10 dengan rata-rata
48,33. Berdasarkan hasil pretest dari kedua kelas tidak ada yang
memiliki rata-rata yang mencapai KKM. Untuk lebih jelasnya,
perhitungan uji dapat dilihat pada lampiran 21.

b. Analisis Hasil Posttest


Tabel 4.8.1
Analisis Hasil Posttest
Jumlah Jumlah Rata- Nilai Nilai
Kelas
Data Nilai rata Tertinggi Terendah
Eksperimen 33 2690 81,51 100 50
Kontrol 33 2255 68,33 100 25
Berdasarkan data di atas diperoleh hasil nilai posttest tertinggi pada
kelas eksperimen 100 dan nilai terendah 50 dengan rata-rata 81,51,
97

sedangkan nilai tertinggi pada kelas kontrol adalah 100 dan nilai terendah
25 dengan rata-rata 68,33. Berdasarkan hasil posttest pada kelas
eksperimen rata-rata lebih tinggi mencapai KKM, sedangkan untuk kelas
kontrol belum mencapai KKM. Untuk lebih jelasnya, perhitungan uji
tdapat dilihat pada lampiran 25.

3. Analisis Uji Hipotesis


Uji Hipotesis merupakan tahap analisis terakhir dalam penelitian.
Uji ini terdiri dari uji gain dan uji-t, kedua uji tersebut digunakan untuk
mengetahui bagaimana analisis akhir dari perhitungan data.
a. Uji Gain
Uji gain digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar pada peserta didik kelas VIII E di SMP N 2 Wanadadi
Banjarnegara.
1) Uji Gain Kelas Kontrol

( ) ( )
(g)=
( )

= 0,387

Kriteria 0,3 < g > 0,7 termasuk dalam kategori


sedang. Hal ini berarti ada sedikit peningkatan prestasi
belajar dengan model konvensional pada kelas kontrol
dengan kategori sedang.

2) Uji Gain Kelas Eksperimen

( ) ( )
(g) =
( )
98

= 0,631

Kriteria g > 0,30 termasuk dalam kategori


sedang. Hal ini berarti ada peningkatan prestasi
belajar dengan model inquiry learning pada kelas
eksperimen dengan kategori sedang lebih tinggi dari
pada kelas kontrol yang menggunakan model
konvensional.

Tabel 4.9
Hasil Analisis Uji Gain
Uji Gain Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

G 0,631 0,387

Hasil uji g kelas kontrol diperoleh hasil 0,387 sehingga


dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar pada
materi shalat sunnah pada kelas kontrol sedang lebih rendah dari
kelas eksperimen, karena hasil uji g yaitu g > 0,3.
Hasil uji g kelas eksperimen diperoleh hasil 0,631, sehingga
dapat disimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar pada materi
shalat sunnah pada kelas eksperimen sedang, karena hasil uji g
yaitu g > 0,30. Untuk lebih jelasnya, perhitungan uji gain dapat
dilihat pada lampiran 29.
b. Uji T
Adapun kriteria hipotesis uji T adalah:
H0 : Tidak ada perbedaan peserta didik yang diajar dengan
model inquiry learning dan model konvensional terhadap
prestasi belajar peserta didik.
99

Hi : Ada perbedaan peserta didik yang diajar dengan model


inquiry learning dan model konvensional terhadap prestasi
belajar peserta didik.
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan
didapat analisis sebagai berikut:
Diperoleh thitung sebesar 3,05, sedangkan t tabel sebesar 1,99
dengan dk=64 dengan taraf kesalahan relatif 5% dan 2,65 untuk
taraf kesalahan 1%. Maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh
model inquiry learning terhadap prestasi belajar peserta didik.
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Uji T
N Dk Taraf signifikansi thitung ttabel Hasil
33 64 5% 3,05 1,99 Tolak H0
Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh model inquiry learning terhadap prestasi belajar kelas
VIII E SMP N 2 Wanadadi. Untuk lebih jelasnya, perhitungan
uji t dapat dilihat pada lampiran 30.

D. Interpretasi Data
Interpretasi adalah proses memberi arti dan signifikansi terhadap
analisis yang dilakukan, menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari
hubungan dan keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data yang ada.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan model inquiry
learning kelas VIII di SMP N 2 Wanadadi, prestasi belajar kelas VIII di
SMP N 2 Wanadadi, mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar
peserta didik setelah menggunakan model inquiry learning pada mata
pelajaran PAI kelas VIII di SMP N 2 Wanadadi, dan mengetahui
perbedaan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model inquiry
learning dan yang tidak menggunakan pada mata pelajaran PAI kelas VIII
di SMP N 2 Wanadadi. Dari data yang dikumpulkan melalui metode
pengumpulan data didapatkan bahwa:
100

1. Implementasi model inquiry learning untuk peningkatan prestasi


belajar di kelas eksperimen pada materi shalat sunnah mata pelajaran
PAI. Tujuan diadakan pembelajaran menggunakan model inquiry
learning agar peserta didik mampu mengembangkan intelektual dengan
menyatakan hipotesis dan mencari jawaban sendiri serta melatih
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis. Mengambil
dari hasil analisis dengan menggunakan angket, bahwa penggunaan
model inquiry learning dikategorikan tinggikarena berada pada
interval (69 – 84) sebanyak 22 orang dengan persentase 67%. Hal ini
menunjukkan respon yang tinggi dari peserta didik kelas VII E dalam
belajar PAI menggunakan model inquiry learning.
2. Menerapkan model inquiry learning, pada kelas eksperimen dilakukan
pretest dan posttest dengan perbandingan nilai pretest 1615 dan nilai
posttest 2690 dengan perbandingan rata-rata 48,93 : 81,51. Maka, ada
peningkatan yang signifikansi dengan penambahan 32,58 dari nilai
rata-rata pretest dan posttest.
3. Selanjutnya dilakukan juga analisis uji gain pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Hasil uji gain kelas kontrol diperoleh 0,387,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan sedang dan lebih
rendah sedikit daripada kelas eksperimen, karena 0,3 < g > 0,7.
Sedangkan hasil uji gain kelas eksperimen diperoleh 0,631, sehingga
dapat disimpulkan bahwa peningkatan di kelas sedang, karena 0,3 < g
> 0,7.
4. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa diperoleh t hitung sebesar
3,05. Selanjutnya t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel dengan
dk=64. Dengan dk 64 dan taraf kesalahan 1 % maka t tabel 2,65.
Sedangkan pada taraf kesalahan 5 % maka t tabel = 1,99. Dalam hal ini
berlaku ketentuan bila t hitung lebih kecil dari t tabel maka H0 diterima.
Tetapi jika thitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak. Jadi
kesimpulannya ada perbedaan prestasi belajar peserta didik yang
101

menggunakan model inquiry learning dan yang tidak menggunakan


pada mata pelajaran PAI kelas VIII E di SMP N 2 Wanadadi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Implementasi Model Inquiry Learning untuk peningkatan
prestasi belajar pada mata pelajaran PAI di kelas VIII E dapat
dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan angket yang
menunjukkan bahwa penggunaan model inquiry learning
dikategorikan tinggi karena berada pada interval (69 – 84)
sebanyak 22 orang dengan persentase 67%. Hal ini
menunjukkan respon yang tinggi dari peserta didik kelas VIII E
dalam belajar PAI menggunakan model inquiry learning.
2. Dari data hasil pretest dan posttest, pada kelas eksperimen
mendapatkan nilai pretest 1615 dan nilai posttest 2690,
sedangkan pada kelas kontrol nilai pretest 1595 dan nilai
posttest 2255. Maka dari hasil diatas, terdapat peningkatan
prestasi belajar yang terjadi pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
3. Dari pengujian hipotesis dengan uji gain didapatkan hasil
bahwa tingkat keberhasilan prestasi belajar dengan
menggunakan model inquiry learning adalah 0,631 yang berarti
tingkat keberhasilan prestasi belajar sedang, karena hasil uji
gain yaitu 0,3 > g > 0,7. Sedangkan untuk kelas kontrol hasil
uji gain 0,387 yang berarti tingkat keberhasilan prestasi belajar
sedang, akan tetapi hasilnya lebih rendah dari kelas eksperimen
yaitu 0,3 > g > 0,7.
4. Dari pengujian hipotesis dengan uji t didapatkan hasil bahwa
ada perbedaan dengan diterapkannya model inquiry learning.
Hal ini dibuktikan dengan melakukan uji hipotesis yang
diperoleh thitung 3,05. Selanjutnya t hitung tersebut dibandingkan
dengan ttabel dengan dk=n1 + n2 -2 =33+33-2=64. Dengan dk 64

102
103

taraf kesalahan 1% ttabel = 2,65 dan 5% ttabel = 1,99. Dengan


demikian ada perbedaan prestasi belajar peserta didik yang
menggunakan model inquiry learning (3,05 > 2,65 > 1,99)
dengan dk=64 pada tarif kesalahan 1% dan 5%.

B. Saran
1. Saran untuk Kepala Sekolah:
a. Kepala SMP N 2 Wanadadi hendaknya lebih meningkatkan
pelaksanaan pendidikan, dikarenakan masih banyak pendidik
yang menggunakan model konvensional.
b. Kepala SMP N 2 Wanadadi hendaknya menambha jumlah
pendidik mata pelajaran PAI, dikarenakan hanya ada dua
jumlah guru PAI, sedangkan dalam sekolah tersebut terdapat
tiga angkatan peserta didik yaitu kelas VII, VIII, dan IX.
2. Saran untuk Pendidik:
a. Sebaiknya guru menciptakan dan melakukan sebuah inovasi
yang dapat memberikan proses pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan.
b. Lebih memperhatikan model pembelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat membentuk
generasi muda yang berpotensi sebagai kaum intelektual yang
islami.
c. Model yang dipilih hendaknya yang dapat lebih cepat dan
mudah dipahami peserta didik sehingga tidak menimbkan efek
rasa bosan untuk belajar PAI.
d. Implementasi model inquiry learning merupakan suatu cara
yang dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan
dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik terlatih
untuk menemukan masalah dan memecahkan masalah sehingga
terlatih untuk berpikir kritis dan analitis yang bisa bermanfaat
juga dilingkup masyarakat.
104

3. Saran untuk Peserta Didik:


a. Peserta didik hendaknya mengikuti proses belajar mengajar
dengan aktif dan bersungguh-sungguh sehingga prestasi belajar
akan terus meningkat.
b. Berusahalah untuk mencintai semua pelajaran dengan harapan
belajar akan lebih mudah, menyenangkan dan diingat dengan
baik.
4. Saran untuk Peneliti Lanjutan
a. Peneliti lanjutan hendaknya meneliti model inquiry learning
untuk peningkatan kreativitas peserta didik.
b. Peneliti lanjutan hendaknya meneliti model inquiry learning
untuk peningkatan motivasi belajar.
c. Peneliti lanjutan hendaknya meneliti model inquiry learning
untuk peningkatan critical thinking.
105

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2017. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya
pada Kurikuum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/KTI). Jakarta:
Kencana.

Alfianika, Ninit. 2018. Metode Penelitian Pengajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Anshori, Muslich dan Sri Iswati. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif.


Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR (AUP).

Antika, Rindi “Penerapan Strategi Learning Start With A Question Berbasis


Critical Thinking Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik
Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VIII A di SMP N 1 Mojotengah
Wonosobo” Skripsi Sarjana. Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur‟an Jawa Tengah di
Wonosobo, 2020.

Arianita, Keke “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan


Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul Tahun Ajaran
2012/2013” Skripsi Sarjana. Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi
Univeristas Negeri Yogyakarta, 2013.

Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

___________. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam,


Depag.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsa, I Putu Suka. 2015. Belajar dan Pembelajaran; Strategi Belajar yang
Menyenangkan. Yogyakarta: Media Akademi.

Bahri, Syamsul dan Fakhry Zamzam. 2014. Model Penelitian Kuantitatif Berbasis
SEM-AMOS. Yogyakarta: Deepublish.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,


dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Kedua;
Jakarta: Kencana.

Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha. 2019. Motivasi dan Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam. Wonosobo: CV. Mangku Bumi Media.
106

Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam


Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Daulay, Haidar Putra. 2016. Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah


Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2018. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.


Surabaya: Usaha Nasional.

Duli, Nikolaus. 2019. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar


Untuk Penulisan Skripsi & Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Deepublish.

Ertikanto, Chandra. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media


Akademi.

Fitrah, Muh. dan Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif,


Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan


Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hamdi, Asep Saepul dan E. Baharuddin. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif


Aplikasi Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Hasbullah. 2015. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Heksa, Afrita. 2020. Pembelajaran Inkuiri di Masa Pandemi. Yogyakarta:


Deepublish.

Hidayanto, Nugroho Dwi dkk. 2020. Pengantar Ilmu Pendidikan: Teoritis


Sistematis untuk Guru dan Calon Guru. Depok: Rajawali.

Indrianto, Nino. 2020. Pendidikan Agama Islam Interdisipliner untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Deepublish.

Isti‟adah, Feida Noorlaila. 2020. Teori-teori Belajar Dalam Pendidikan.


Tasikmalaya: Edu Publisher.

Jumanti, Lilas Priana “Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap


Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran PAI di
SMP Negeri 26 Makassar” Skripsi Sarjana. Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tariyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2017.

Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Kelas (Classroom
Management) Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif,
Menyenangkan, dan Berprestasi). Bandung: Alfabeta.
107

Kurniawati, Lilik “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan


Media Kartu Bergambar Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar
IPA Terpadu Materi Sistem Peredaran Darah Siswa di SMP N 3
Kendal” Skripsi Sarjana. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang, Jawa Tengah, 2018.

Lefudin. 2017. Belajar & Pembelajaran Dilengkapi dengan Model Pembelajaran,


Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, dan Metode
Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish,

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Maksud, Adi F. Teori Belajar dan Model Pembelajaran Inovatif Perspektif Teori
dan Praktis. Yogyakarta: Deepublish.

Marbun, Stefanus M. 2018. Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi


Indonesia.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muliawan, Jasa Ungguh. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:


Gava Media.

Nurdin, Ismail dan Sri Hartati. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya:
Media Sahabat Cendekia.

Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran


Sesuai Kurikulum 2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Nuryadi dkk. 2017. Dasar-Dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.

Octavia, Shilpy A. 2020. Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial.
Yogyakarta: Gava Media.

Purwanto, M. Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

_________________. 2009. Ilmu Pendidikan: Teori dan Praktis. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Rachmatika, Ima “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap


Hasil Belajar Ranah Kognitif Mata Pelajaran PAI Materi Pokok
Wakaf Peserta Didik Kelas X SMK Islamic Centre Baiturrahman
Semarang Tahun Ajaran 2016/2017” Skripsi Sarjana, Pendidikan
108

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam


Negeri Walisongo Semarang, Jawa Tengah, 2017.

Rahmat. 2019. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Konteks


Kurikulum 2013. Yogyakarta: Bening Pustaka,

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Remiswal dan Rezki Amelia. 2013. Format Pengembangan Strategi PAIKEM


Dalam Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Riyanto, Slamet dan Aglis Andhita Hatmawan. 2020. Metode Riset Penelitian
Kuantitatif Penelitian di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan
Eksperimen. Yogyakarta: Deepublish.

Rosyid, Moh Zaiful dkk. 2019. Prestasi Belajar. Malang: Literasi Nusantara.

Rukajat, Ajat. 2018. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Salim dan Haidir. 2019. Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis.
Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur.


Jakarta: Kencana.

Sarmanu. 2017. Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan


Statistika. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas
Airlangga.

Sarwi,dkk. 2016. “Implementation of Guided Inquiry Phisics Instruction to


Increase an Understanding Concept and to Develop the Students‟
Caracter Conversation”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 12
No.1.

Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sidiq, Ricu dkk. 2019. Strategi Belajar Mengajar Sejarah: Menjadi Guru Sukses.
Yayasan Kita Menulis.

Sinar. 2018. Metode Active Learning. Yogyakarta: Deepublish.

Siregar, Syofian. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan


Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
109

Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Solimun, dkk. 2020. Metodologi Penelitian Kuantitatif Perspektif Sistem


(Mengungkap Novelty dan Memenuhi Validitas Penelitian). Malang:
UB Press.

Suardi, Moh. 2018. Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Deepublish.

Sudarma, Momon. 2014. Metodologi Penelitian Geografi; Ragam Perspektif dan


Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudaryono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudirman dan Rosmini Maru. 2016. Implementasi Model-Model Pembelajaran


Dalam Bingkai Penelitian Tindakan Kelas. Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:


Alfabeta, 2016), hal. 142.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Paktiknya.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:


Pustaka Bani Quraisy.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada.

Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif; Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Sutirman. 2013. Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Syafril dan Zen Zelhendri. 2017. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

_____________. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Syamsidah dan Ratnawati. 2020. Panduan Model Inquiry Learning. Yogyakarta:


Deepublish.
110

Syarifuddin K. 2018. Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti. Yogyakarta: Deepublish.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
PT. IMTIMA.

Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-
Qur‟an. 2019. Panduan Skripsi FITK UNSIQ. Wonosobo: UNSIQ
Press.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Teras.

Yusuf, A. Muri. 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan. Jakarta: Kencana.
111

Lampiran 1

SILABUS
Satuan Pendidikan : SMP N 2 Wanadadi
Mata Pelajaran : PAI dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : VIII/1
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit (2 kali pertemuan)
Tahun Pelajaran : 2021/2022
KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
KI-3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat
teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
KI-4 : Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
112

Kompetensi Materi Nilai Alokasi


Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber Belajar Penilaian
Dasar Pembelajaran Karakter Waktu
1.9 Melaksanakan Salat Sunah Melaksanakan • Religius  Mengamati dan 6 JP • Buku Pendidikan
salat sunah • Mandiri memberi komentar Agama Islam • Tertulis
berjamaah dan salat sunah
berjamaah • Gotong gambar atau Siswa Kelas VIII, • Penugasan
dan munfarid munfarid berjamaah dan royong tayangan yang Kemendikbud, • Unjukkerja
sebagai • Kejujura terkait dengan salat Tahun 2014.
munfarid
perintah n sunah berjamaah dan • Buku refensi
agama sebagai • Kerja munfarid. yang relevan.,
perintah agama
keras  Menyimak dan
• Percaya membaca penjelasan
diri mengenai tata cara
• Kerja salat sunah
sama berjamaah dan
2.9. Menunjukkan Menunjukkan munfarid.
perilaku
perilaku peduli  Membaca dan
peduli dan mencermati dalil
gotong dan gotong naqli tentang
royong tatacara salat sunah
royong sebagai
sebagai berjamaah dan
implementasi implementasi munfarid beserta
pemahaman artinya.
pemahaman
salat sunah  Mengajukan
berjamaah salat sunah pertanyaan tentang
113

dan munfarid berjamaah dan hal-hal yang terkait


dengan ibadah salat
munfarid
sunah berjamaah dan
munfarid.
 Mengajukan
pertanyaan tentang
tatacara salat sunah
berjamaah dan
munfarid beserta
artinya.
 Mengajukan
pertanyaan
mengenai
pentingnya salat
sunah yang
dilakukan baik
secara berjamaah
maupun munfarid.
 Secara berkelompok
mencari data dan
informasi tentang
dalil naqli,
ketentuan, tata cara,
dan manfaat salat
sunah berjamaah dan
munfarid dari
berbagai
media/literatur.
114

 Mengumpulkan dan
mengelompokkan
macam-macam salat
sunah yang
dikerjakan secara
berjamaah maupun
munfarid.
 Mendiskusikan dalil
naqli, ketentuan, tata
cara, dan manfaat
salat sunah
berjamaah dan
munfarid.

3.9. Memahami  Mengidentifi  Berlatih


tata cara salat kasi dalil mempraktikkan salat
sunah naqli, sunah berjamaah dan
berjemaah ketentuan, munfarid.
dan munfarid tata cara, dan  Mengolah informasi
manfaat salat mengenai dalil
sunah naqli, ketentuan, tata
berjamaah cara, dan manfaat
dan munfarid salat sunah
dari berbagai berjamaah dan
media/literat munfarid menjadi
ur. paparan yang
 Mengelompo menarik.
kkan macam-
115

macam salat  Merumuskan


sunah yang prosedur praktik
dikerjakan salat sunah
secara berjamaah dan
berjamaah munfarid.
maupun  Menyajikan paparan
munfarid. mengenai dalil
 Menjelaskan naqli, ketentuan, tata
dalil naqli, cara, dan manfaat
ketentuan, salat sunah
tata cara, dan berjamaah dan
manfaat salat munfarid.
sunah  Mendemonstrasikan
berjamaah praktik salat sunah
dan berjamaah dan
munfarid. munfarid.
 Merumuskan  Menanggapi
prosedur pertanyaan dalam
praktik salat diskusi.
sunah  Merumuskan
berjamaah kesimpulan.
dan
munfarid.
4.9Mempraktikkan  Menyajikan
salat sunah paparan
berjamaah dan mengenai
munfarid dalil naqli,
ketentuan,
116

tata cara, dan


manfaat salat
sunah
berjamaah
dan
munfarid.
 Mendemonst
rasikan
praktik salat
sunah
berjamaah
dan
munfarid.
117

Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Wanadadi


Mata Pelajaran : PAIBP (Pendidikan Agama Islan
dan Budi Pekerti)
Kelas/Semester : VIII/I (Gasal)
Materi Pokok : Lebih Dekat Kepada Allah
dengan
Shalat Sunnah
Alokasi Waktu : 2 Pertemuan ( 6 x 40 menit)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian shalat sunnah dengan
benar.
2. Peserta didik mampu membedakan shalat sunnah berjamaah dan
munfarid.
3. Peserta didik mampu memahami tata cara shalat sunnah berjamaah
dan munfarid sesuai syara‟.
4. Peserta didik mampu mempraktikkan shalat sunnah berjamaah dan
munfarid sesuai syara‟.
5. Peserta didik mampu menjelaskan himah dari melaksanakan shalat
sunnah dengan baik dan benar.
B. Langkah-Langkah Pembelajaran
Model : Inquiry Learning
Metode : Diskusi, Eksperimen, Tanya Jawab
a. Kegiatan Pendahuluan ( 8 menit)
(1) Guru melakukan pengecekan terkait dengan media pembelajaran yang
digunakan (WhatsApp), (2) Melalui aplikasi WhatsApp, guru menyapa
peserta didik, memberi motivasi dan appersepsi lalu menyampaikan
kontrak belajar, (3) Salah satu peserta didik membaca surah pilihan yang
telah ditetapkan oleh guru melalui via voice note WhatsApp, (4) Guru
mengarahkan peserta didik untuk mengisi presensi di WhatsApp melalui
voice note.
b. Kegiatan Inti: Pembagian Kelompok, Diskusi, Presentasi, Tanya Jawab.
Pertemuan 1
(1) Guru memberikan latihan soal bentuk pilihan ganda,
(2) Guru memberikan rangkuman dan menerangkan secara garis besar
mengenai materi yang akan dibahas dengan mengirimkan file PPT,
118

(3) Guru membagi beberapa kelompok diskusi, membagi pokok tema


yang berbeda setiap kelompok, dan menyampaikan sistematika rambu-
rambu diskusi secara online melalui WhatsApp.
Pertemuan 2
(1) Peserta didik memulai untuk mempresentasikan hasil diskusi dari
pokok tema masalah,
(2) Hasil diskusi juga dibagikan kepada kelompok lain melalui
WhatsApp,
(3) Guru memberikan latihan soal kembali.
b. Kegiatan Penutup (12 menit)
Membuat rangkuman, simpulan, refleksi, umpan balik dan memberikan
tugas.
C. Penilaian
1. Penilaian Afektif (Aktif, Disiplin, Tanggung Jawab, dan Sopan
Santun).
2. Penilaian Pengetahuan dengan teknik tes tertulis.
3. Penilaian Keterampilan dengan bentuk presentasi hasil diskusi.
Banjarnegara, 2 September 2021

Kepala Sekolah, Peneliti

Neti Rochmah Eruwati, S.Pd Audina Dwi Novelita Kusuma


NIP. 19700331 199512 2 003 NIM.2017010177
119

FORMAT PENILAIAN (SIKAP, PENGETAHUAN DAN


KETERAMPILAN)

1. Lampiran Penilaian Aspek Sikap:


FORMAT PENILAIAN SIKAP

Kelas :

Materi :

Aspek
Nama
Peserta Tanggung
No. Aktif Disiplin Sopan Santun Ket
Jawab
Didik
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1. √ √ √ √

2. √ √ √ √

3. √ √ √ √

Dst.

Keterangan Aspek Sikap:


 Penilaian sikap dinilai saat pembelajaran daring lewat aplikasi WhatsApp

Sikap Pengertian Contoh Indikator

Tindakan peserta didik yang menunjukkan Responsif dalam setiap proses


Aktif
sikap antusias dalam proses pembelajaran.
120

kegiatan pembelajaran daring.

Tindakan peserta didik yang menunjukkan Tidak terlambat mengisi presensi


perilaku tertib dan patuh pada berbagai saat pembelajaran daring.
Disiplin ketentuan dan peraturan dalam proses Mengumpulkan tugas yang telah
pembelajaran. diberikan dengan tepat waktu.

Sikap dan perilaku peserta didik untuk Melaksanakan tugas individu atau
Tanggung melaksanakan tugas dan kewajibannya. kelompok secara daring dengan
Jawab baik.

Sikap baik peserta didik dalam berbahasa Tidak berkata kasar atau

Sopan pada tempat dan waktu tertentu. menyinggung teman sebaya atau

Santun guru pada saat proses pembelajaran


daring.

Keterangan Skor:
4 : Apabila selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek kriteria
penilaian

3 : Apabila sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek aspek kriteria


penilaian

2 : Apabila kadang-kadang konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek aspek


kriteria penilaian

1 : Apabila tidak pernah konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek aspek


kriteria penilaian

Nilai akhir penilaian


121

2. Lampiran Penilaian Aspek Pengetahuan (Tes Tertulis):

Materi : Lebih Dekat Kepada Allah dengan Shalat Sunnah

Kelas : VIII

Tindak
Ketuntasan Lanjut
No. Nama Peserta Didik Nilai

T TT R P

1.

2.

3.

Dst

Keterangan:
T : Tuntas mencapai nilai 75 (disesuaikan dengan nilai KKM)

TT : Tidak Tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM

R : Remedial

P : Pengayaan

Nilai = poin per soal x jumlah soal = 5 x 20 = 100


122

3. Lembar Penilaian Aspek Keterampilan

LEMBAR HASIL DISKUSI

Kelompok :
Anggota :

Topik Analisis
Hipotesis Bukti Hipotesis Kesimpulan
Masalah

Keterangan
Topik Analisis Masalah : Topik atau tema yang akan dicari kebenarannya dari
123

setiap kelompok
Hipotesis : Menentukan jawaban dari sumber pencarian dan
pendapat setiap anggota kelompok
Bukti Hipotesis : Bukti jawaban yang menguatkan hipotesis dan
pendapat dari setiap anggota (berbentuk video tata cara
shalat sunnah setiap anggota dan bukti diskusi dengan
mengirimkan screenshot video call WhatsApp.
Kesimpulan : hasil akhir dari setiap proses penemuan jawaban
diatas

FORMAT PENILAIAN DISKUSI KELOMPOK

Kelompok :
Anggota :
Kelas :

Skor (1 – 4)
No. Aspek Penilaian
4 3 2 1
1. Proses pengumpulan lembar analisis
2. Ketepatan
3. Keaktifan
4. Kemampuan Menjelaskan
5. Bukti video praktek
Jumlah skor yang diperoleh
Predikat

Keterangan : Angka sesuai kategori skor.


124

Kategori skor : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang.

Keterangan nilai : Nilai

Interval Nilai Predikat Keterangan

93 – 100 A Sangat Baik

84 – 92 B Baik

75 – 83 C Cukup

<75 D Kurang
125

Lampiran 4
KISI-KISI SOAL UJI COBA
MATERI POKOK “ LEBIH DEKAT KEPADA ALLAH DENGAN
SHALAT SUNNAH” KELAS VIII SEMESTER 1

Jenis Sekolah : SMP Jumlah Soal : 20 soal


Mata Pelajaran : PAIBP Bentuk soal : Pilihan Ganda
Kelas : VIII Penyusun : Audina Dwi N.K

Kompetensi : 3.9 Memahami tata cara shalat sunnah berjamaah dan


Dasar munfarid.
4.9 Mempraktikkan shalat sunnah berjamaah dan munfarid

Aspek yang diukur


No. Indikator Jumlah
C1 C2 C3 C4
1 Menyebutkan
shalat sunnah 10 6 2
berjamaah
2 Menyebutkan
shalat sunnah 8 1
munfarid
3 Mendeskripsikan
persamaan shalat
wajib, sunnah 4,12 19,17 4
berjamaah dan
munfarid
4 Membedakan
4,13 5 3
shalat wajib dan
126

shalat sunnah
5 Menyebutkan tata
cara dan praktik
9.14 11,18 4
shalat sunnah
berjamaah
6 Menyebutkan tata
cara dan praktik
16 7 7 2
shalat sunnah
munfarid
7 Menjelaskan
hukum orang
2 1
melakukan shalat
sunnah
8 Mendeskripsikan
adab dalam
melaksanakan
15 3 2
shalat sunnah
maupun wajib
dalam berjamaah
9 Menyebutkan
hikmah dari
mengerjakan
20 1
shalat sunnah
berjamaah maupn
munfarid
Jumlah 20
127

Lampiran 5
SOAL TES KELAS UJI COBA
LEBIH DEKAT KEPADA ALLAH DENGAN SHALAT SUNNAH

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat!


1. Pada rekaat pertama pada shalat Idul Fitri sesudah membaca do‟a iftitah,
lalu bertakbir dengan mengangkat tangan sebanyak.....kali
A. 4
B. 3
C. 5
D. 7
2. Perhatikan gambar dibawah ini!

Dari gambar diatas, gerakan shalat yang dinamakan....


A. Rukuk
B. Sujud
C. I‟tidal
D. Tahiyyatul akhir
3. Perhatikan tabel berikut ini!
(1) Shalat Subuh (a) 2 rekaat
(2) Shalat Idul Fitri (b) 3 rekaat
(3) Shalat Witir (c) 2 rekaat
(4) Shalat Maghrib (d) 3 rekaat

Dari tabel diatas, pasangkan nama shalat yang sesuai dengan jumlah
rekaatnya!
128

A. (1) – (b), (2) – (c), (3) – (a), (4) – (d)


B. (4) – (a), (3) – (b), (2) – (c), (1) – (d)
C. (1) – (c), (2) – (a), (3) – (b), (4) – (d)
D. (4) – (d), (3) – (c), (2) – (a), (1) – (b)
4. Shalat yang dilakukan dengan jumlah rekaat ganjil, dinamakan.....
A. Shalat Witir
B. Shalat Dhuha
C. Shalat Tasbih
D. Shalat Subuh
5. Sebelum melaksanakan shalat, kita wajib melakukan ?
A. Mandi
B. Wudlu
C. Berdandan
D. Makan
6. Pada malam hari pukul 20.00 WIB, Nani selesai membantu Ibu untuk
persiapan berdagang pada pagi hari. Setelah itu, Nani tidur dan terbangun
pada pukul 03.00 pagi hari. Seperti biasanya, Nani melaksanakan shalat
sunnah 2 rekaat. Apa nama shalat sunnah 2 rekaat pada malam hari setelah
bangun tidur?
A. Shalat Rawatib
B. Shalat Tasbih
C. Shalat Tahajud
D. Shalat Subuh
7. Perhatikan bacaan shalat berikut ini!

Apa nama bacaan diatas?


A. I‟tidal
129

B. Rukuk
C. Takbiratul Ihrom
D. Sujud
8.

Bacaan niat diatas adalah niat shalat.....


A. Shalat Idul Fitri
B. Shalat idul Adha
C. Shalat Tasbih
D. Shalat Isya
9. Surah yang wajib diucapkan ketika shalat sunnah maupun wajib yaitu,
surah....
A. Al-Ikhlas
B. Al-„Asr
C. Al-Fatihah
D. An-Nas
10. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(1) Hidup menjadi terasa nyaman dan tentram
(2) Sebagai ungkapan rasa syukur
(3) Menambah kesempurnaan shalat fardhu
(4) Supaya terlihat menjadi paling benar
Dari pernyataan diatas yang bukan termasuk hikmah melaksanakan shalat
sunnah adalah....
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
11. Berikut ini yang bukan termasuk shalat sunnah adalah...
A. Shalat Dzuhur
B. Shalat Kusuf
130

C. Shalat Tarawih
D. Sholat Witir
12. Hukum orang yang tidak mengerjakan shalat sunnah adalah...
A. Diasingkan dari negeri tempat tinggalnya
B. Tidak berdosa
C. Berdosa
D. Wajib membayar denda
13. Ketika berniat akan shalat berjamaah di masjid, lebih baik berangkat pada
saat...
A. Setelah iqamah sudah dikumandangkan
B. Orang yang berjamaah banyak yang berangkat
C. Belum waktu shalat
D. Sebelum adzan akan dikumandangkan
14. Setelah gerakan iktidal, kita melakukan gerakan.....
A. Takbiratul Ihram
B. Sujud
C. Salam
D. Niat
15. Berapa jumlah rekaat shalat wajib lima waktu?
A. 10 rekaat
B. 17 rekaat
C. 18 rekaat
D. 29 rekaat
16. Shalat Idul Adha dilaksanakan pada pagi hari, tanggal....
A. 10 Dzulhijjah
B. 11 Dzulhijjah
C. 12 Dzulhijjah
D. 13 Dzulhijjah
17. Shalat Tahiyyatul Masjid dikerjakan sebanyak.....
A. 1 rekaat
B. 10 rekaat
131

C. 2 rekaat
D. 20 rekaat
18. Arti munfarid adalah....
A. Sendiri
B. Berjamaah
C. Berdua
D. Bertiga
19. Shalat sunnah dua rekaat yang dilaksanakan pada setiap tanggal 1 Syawal
setelah melaksanakan puasa Ramadhan satu bulan lamanya, dinamakan
dengan Shalat......
A. Idul Adha
B. Kusuf
C. Tahiyyatul Masjid
D. Idul Fitri
20. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(1) Shalat Tahiyyatul Masjid
(2) Shalat Kusuf
(3) Shalat Rawatib
(4) Shalat Istikharah
Dari pernyataan diatas, yang termasuk shalat sunah berjamaah yaitu...
A. (4)
B. (3)
C. (2)
D. (1)
132

Lampiran 6
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA

1. D 6. C 11. C 16. B
2. A 7. D 12. D 17. B
3. C 8. A 13. A 18. D
4. A 9. C 14. C 19. B
5. B 10. D 15. A 20. A
133

Lampiran 7

Analisis Validitas Soal

Untuk menghitung validitas, penelitian ini menggunakan rumus Point Biseral,


yaitu:

rpbis = √

Keterangan:

rpbis : Koefisien korelasi Point Biserial

: Rerata skor dari subjek yang menjawab butir soal dengan benar

: Rerata skor total

: Standar deviasi dari skor total

: Proporsi peserta didik yang menjawab benar

: Proporsi peserta didik yang menjawab salah

Validitas soal nomor 1 adalah sebagai berikut:

Diketahui: Jawab:
: 13,109
rpbis = √
: 11,727
: 3,971 rpbis = √
: 1,75 rpbis = 0,487

Kesimpulan:

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai validitas 0,487 sedangkan nilai r
tabel untuk soal nomor 1 adalah 0,344. Soal nomor 1 dikatakan valid karena rpbis
> rtabel. Selanjutnya, untuk butir soal yang lainnya dihitung dengan cara yang sama
dan hasilnya dapat dilihat pada tabel analisis soal uji coba
134

Lampiran 8

Analisis Reliabilitas Soal

Untuk menghitung reliabilitasdat, penelitian ini menggunakan rumus KR-20,


yaitu:


[ ]{ }

Keterangan:

ri = reabilitas instrumen

= jumlah item dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1

qi = 1-pi

∑ i i = jumlah hasil dari perkalian antara p dan q

= varians total

Diketahui: Jawab:
: 20 ∑
* +, - * +, -
: 16,26
∑ i i : 4,41

Kesimpulan:

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai reliabilitas 0,728 yang berarti
tingkat reliabilitas suatu test bernilai tinggi. Selanjutnya untuk butir soal yang
lain, dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel analisis
uji coba.
135

Lampiran 9

Analisis Derajat Kesukaran Soal

Untuk menghitung derajat kesukaran soal, penelitian ini menggunakan rumus:

P=

Keterangan:

B = subjek yang menjawab betul

J = banyaknya subjek yang ikut mengerjakan tes

Untuk soal nomor 1 adalah:

Diketahui: Jawab:
B : 20 P=
: 16,26
P= = 0,63

Kesimpulan:

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai kesukaran 0,63 yang berarti tingkat
kesukaran soal nomor 1 adalah sedang. Selanjutnya untuk butir soal yang lain,
dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel analisis uji
coba.
136

Lampiran 10

Analisis Daya Pembeda Soal

Untuk menghitung daya pembeda soal, penelitian ini menggunakan rumus:

D=

Keterangan:

D = daya pembeda butir

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab betul

BB = banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab betul

n = jumlah kelompok atas dan kelompok bawah

Untuk soal nomor 1 adalah:

Diketahui: Jawab:
BA :8 D=
BB :3
D=
n : 18

Kesimpulan:

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai daya pembeda 0,55 yang berarti
daya pembeda soal nomor 1 adalah baik. Selanjutnya untuk butir soal yang lain,
dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel analisis uji
coba.
137

Lampiran 12

KISI-KISI ANGKET RESPON PESERTA DIDIK TERHADAP MODEL


INQUIRY LEARNING PADA MATA PELAJARAN PAI

Nomor Nomor
No. Aspek Indikator
Positif Negatif
1. Sikap Peserta Didik a. Menunjukkan 1 2
terhadap mapel PAI minat terhadap
mapel PAI.
b. Menunjukkan 3 4
kegunaan
mempelajari
mapel PAI.
2. Sikap peserta didik a. Menunjukkan 5, 6, 7, 8, 12 dan 13
terhadap model minat terhadap 9, 10, dan
inquiry learning pada mapel PAI 15
mapel PAI dengan
menggunakan
model inquiry
learning.
b. Menunjukkan 14, 17, 18, 11, 16,
kegunaan dan 20 dan 19
mengikuti mapel
PAI dengan
inquiry learning.
138

Lampiran 13

ANGKET RESPON PESERTA DIDIK TERHADAP MODEL INQUIRY


LEARNING PADA MATA PELAJARAN PAI

Responden Yth,
Angket ini diajukan oleh peneliti yang saat ini sedang melakukan penelitian
mengenai respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model Inquiry
Learning. Demi tercapainya hasil yang diinginkan, dimohon kesediaan adik-adik
untuk berpartisipasi dengan mengisi angket ini secara lengkap. Perlu saya
informasikan bahwa tidak ada yang dinilai benar atau salah, pilih sesuai dengan
apa yang anda ketahui atau rasakan. Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih
atas perkenan adik-adik berpartisipasi dalam survey ini.

Nama :
No. Absen :
Kelas :

Petunjuk
1. Pada angket ini terdapat 20 butir pertanyaan. Pertimbangkan baik setiap
pertanyaan kaitannya dengan yang Anda rasakan dalam proses belajar
Pendidikan Agama Islam.
2. Jawablah dengan percaya diri, sungguh-sungguh dan jangan terpengaruh
dengan jawaban teman ataupun pernyataan lain.
3. Tiap pertanyaan terdapat empat pilihan, yaitu:
SS : Sangat Setuju (5)
S : Setuju (4)
KS : Kurang Setuju (3)
TS : Tidak Setuju (2)
STS : Sangat Tidak Setuju (1)
4. Berikan tanda centang (√) untuk setiap jawaban yang Anda kemukakan.
5. Hasil isian Anda tidak mempengaruhi nilai ulangan ataupun nilai raport.
139

Pilihan Jawaban
No. Pertanyaan
SS S KS TS STS
1. Saya lebih suka mapel PAI daripada
mapel yang lain.
2. Bagi saya mapel PAI membosankan.
3. Mapel PAI sangat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Mapel PAI tidak dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Model inquiry learning, membuat saya
lebih aktif dalam proses pembelajaran.
6. Saya merasa lebih tertantang dengan
adanya model inquiry learning yang
diterapkan.
7. Saya setuju model inquiry learning
diterapkan pada mata pelajaran PAI.
8. Model inquiry learning, membuat saya
lebih bersungguh-sungguh dalam
mempelajari mata pelajaran PAI.
9. Saya setuju model inquiry learning
diterapkan pada mata pelajaran
lainnya.
10. Model inquiry learning membuat rasa
ingin tahu saya bertambah.
11. Model inquiry learning, membuat saya
kurang aktif.
12. Model inquiry learning, mempersulit
saya dalam mengerjakan materi PAI.
13. Model inquiry learning membuat saya
140

merasa tertekan.
14. Model inquiry learning, membuat saya
lebih mudah memahami materi yang
diajarkan.
15. Model inquiry leraning menurut saya
lebih menarik daripada model
pembelajaran yang lainnya.
16. Saya kurang paham materi PAI
dengan menggunakan model inquiry
learning.
17. Model inquiry learning membuat saya
lebih berfikir kritis dan analitis.
18. Menggunakan model inquiry learning
dapat menjadikan peserta didik saling
m endengarkan pendapat satu sama
lain.
19. Model inquiry learning kurang
bermanfaat untuk belajar PAI.
20. Model inquiry learning membuat saya
lebih aktif untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran yang
diberikan oleh guru dan berdiskusi
dengan teman-teman.
141

Lampiran 16
KISI-KISI SOAL PRETEST POSTTEST
MATERI POKOK “ LEBIH DEKAT KEPADA ALLAH DENGAN
SHALAT SUNNAH” KELAS VIII SEMESTER 1

Jenis Sekolah : SMP Jumlah Soal : 20 soal


Mata Pelajaran : PAIBP Bentuk soal : Pilihan Ganda
Kelas : VIII Penyusun : Audina Dwi N.K

Kompetensi : 3.9 Memahami tata cara shalat sunnah berjamaah dan


Dasar munfarid.
4.9 Mempraktikkan shalat sunnah berjamaah dan munfarid

Aspek yang diukur


No. Indikator Jumlah
C1 C2 C3 C4
1 Menyebutkan
shalat sunnah 6 10 2
berjamaah
2 Menyebutkan
shalat sunnah 8 1
munfarid
3 Mendeskripsikan
persamaan shalat
4, 12,
wajib, sunnah 17 4
19
berjamaah dan
munfarid
4 Membedakan
5 1 13 3
shalat wajib dan
142

shalat sunnah
5 Menyebutkan tata
cara dan praktik
9, 14 11 18 4
shalat sunnah
berjamaah
6 Menyebutkan tata
cara dan praktik
7 16 2
shalat sunnah
munfarid
7 Menjelaskan
hukum orang
2 1
melakukan shalat
sunnah
8 Mendeskripsikan
adab dalam
melaksanakan
15 3 2
shalat sunnah
maupun wajib
dalam berjamaah
9 Menyebutkan
hikmah dari
mengerjakan
20 1
shalat sunnah
berjamaah maupn
munfarid
Jumlah 20
143

Lampiran 17
SOAL TES PRESTEST POSTTEST
LEBIH DEKAT KEPADA ALLAH DENGAN SHALAT SUNNAH

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat!


21. Berikut ini yang bukan termasuk shalat sunnah adalah...
E. Shalat Dzuhur
F. Shalat Kusuf
G. Shalat Tarawih
H. Sholat Witir
22. Hukum orang yang tidak mengerjakan shalat sunnah adalah...
E. Diasingkan dari negeri tempat tinggalnya
F. Tidak berdosa
G. Berdosa
H. Wajib membayar denda
23. Ketika berniat akan shalat berjamaah di masjid, lebih baik berangkat pada
saat...
E. Setelah iqamah sudah dikumandangkan
F. Orang yang berjamaah banyak yang berangkat
G. Belum waktu shalat
H. Sebelum adzan akan dikumandangkan
24. Setelah gerakan iktidal, kita melakukan gerakan.....
E. Takbiratul Ihram
F. Sujud
G. Salam
H. Niat
25. Berapa jumlah rekaat shalat wajib lima waktu?
E. 10 rekaat
F. 17 rekaat
G. 18 rekaat
H. 29 rekaat
144

26. Shalat Idul Adha dilaksanakan pada pagi hari, tanggal....


E. 10 Dzulhijjah
F. 11 Dzulhijjah
G. 12 Dzulhijjah
H. 13 Dzulhijjah
27. Shalat Tahiyyatul Masjid dikerjakan sebanyak.....
E. 1 rekaat
F. 10 rekaat
G. 2 rekaat
H. 20 rekaat
28. Arti munfarid adalah....
E. Sendiri
F. Berjamaah
G. Berdua
H. Bertiga
29. Shalat sunnah dua rekaat yang dilaksanakan pada setiap tanggal 1 Syawal
setelah melaksanakan puasa Ramadhan satu bulan lamanya, dinamakan
dengan Shalat......
E. Idul Adha
F. Kusuf
G. Tahiyyatul Masjid
H. Idul Fitri
30. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(5) Shalat Tahiyyatul Masjid
(6) Shalat Kusuf
(7) Shalat Rawatib
(8) Shalat Istikharah
Dari pernyataan diatas, yang termasuk shalat sunah berjamaah yaitu...
E. (4)
F. (3)
G. (2)
145

H. (1)
31. Pada rekaat pertama pada shalat Idul Fitri sesudah membaca do‟a iftitah,
lalu bertakbir dengan mengangkat tangan sebanyak.....kali
E. 4
F. 3
G. 5
H. 7
32. Perhatikan gambar dibawah ini!

Dari gambar diatas, gerakan shalat yang dinamakan....


E. Rukuk
F. Sujud
G. I‟tidal
H. Tahiyyatul akhir
33. Perhatikan tabel berikut ini!
(5) Shalat Subuh (e) 2 rekaat
(6) Shalat Idul Fitri (f) 3 rekaat
(7) Shalat Witir (g) 2 rekaat
(8) Shalat Maghrib (h) 3 rekaat

Dari tabel diatas, pasangkan nama shalat yang sesuai dengan jumlah
rekaatnya!
E. (1) – (b), (2) – (c), (3) – (a), (4) – (d)
F. (4) – (a), (3) – (b), (2) – (c), (1) – (d)
G. (1) – (c), (2) – (a), (3) – (b), (4) – (d)
H. (4) – (d), (3) – (c), (2) – (a), (1) – (b)
146

34. Shalat yang dilakukan dengan jumlah rekaat ganjil, dinamakan.....


E. Shalat Witir
F. Shalat Dhuha
G. Shalat Tasbih
H. Shalat Subuh
35. Sebelum melaksanakan shalat, kita wajib melakukan ?
D. Mandi
E. Wudlu
F. Berdandan
G. Makan
36. Pada malam hari pukul 20.00 WIB, Nani selesai membantu Ibu untuk
persiapan berdagang pada pagi hari. Setelah itu, Nani tidur dan terbangun
pada pukul 03.00 pagi hari. Seperti biasanya, Nani melaksanakan shalat
sunnah 2 rekaat. Apa nama shalat sunnah 2 rekaat pada malam hari setelah
bangun tidur?
E. Shalat Rawatib
F. Shalat Tasbih
G. Shalat Tahajud
H. Shalat Subuh
37. Perhatikan bacaan shalat berikut ini!

Apa nama bacaan diatas?


E. I‟tidal
F. Rukuk
G. Takbiratul Ihrom
H. Sujud
38.
147

Bacaan niat diatas adalah niat shalat.....


A. Shalat Idul Fitri
B. Shalat idul Adha
C. Shalat Tasbih
D. Shalat Isya
39. Surah yang wajib diucapkan ketika shalat sunnah maupun wajib yaitu,
surah....
E. Al-Ikhlas
F. Al-„Asr
G. Al-Fatihah
H. An-Nas
40. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(5) Hidup menjadi terasa nyaman dan tentram
(6) Sebagai ungkapan rasa syukur
(7) Menambah kesempurnaan shalat fardhu
(8) Supaya terlihat menjadi paling benar
Dari pernyataan diatas yang bukan termasuk hikmah melaksanakan shalat
sunnah adalah....
E. (1)
F. (2)
G. (3)
H. (4)
148

Lampiran 18
KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST POSTTEST

1. A 6. A 11. D 16. C
2. B 7. C 12. A 17. D
3. D 8. A 13. C 18. A
4. B 9. D 14. A 19. C
5. B 10. C 15. B 20. D
149

Lampiran 19

LEMBAR HASIL DISKUSI

Kelompok :
Anggota :

Topik Analisis
Hipotesis Bukti Hipotesis Kesimpulan
Masalah

Keterangan
Topik Analisis Masalah : Topik atau tema yang akan dicari kebenarannya dari
150

setiap kelompok
Hipotesis : Menentukan jawaban dari sumber pencarian dan
pendapat setiap anggota kelompok
Bukti Hipotesis : Bukti jawaban yang menguatkan hipotesis dan
pendapat dari setiap anggota (berbentuk video tata cara
shalat sunnah setiap anggota dan bukti diskusi dengan
mengirimkan screenshot video call WhatsApp.
Kesimpulan : hasil akhir dari setiap proses penemuan jawaban
diatas
151

Lampiran 22

UJI NORMALITAS PRESTASI BELAJAR PRETEST KELAS VIII E


(KELAS EKSPERIMEN)

No. Interval fi xi xi² xi fi fi(xi)²


1. 20-30 3 25 625 75 1875
2. 31-41 9 36 1296 324 11664
3. 42-52 9 47 2209 423 19881
4. 53-63 4 58 3364 232 13456
5. 64-74 3 69 4761 207 14283
6. 75-85 5 80 6400 400 32000
Jumlah 33 1661 93159

̅ ∑ s
= ∑ ∑
∑ =√
= =√

= 50,3333
=√
=√
= 17,30

Batas Luas 0- Luas Tiap


No. Z Ei Oi
Kelas Z Kelas Interval
0,00062208
1. 19,5 -1,78 0,4625 0,0896 2,9568 3
1,08805761
2. 30,5 -1,14 0,3729 0,1779 5,8707 9
1,78703424
3. 41,5 -0,51 0,195 0,1512 4,9896 9
3,37787641
4. 52,5 0,12 0,0438 0,2326 7,6758 4
0,92174547
5. 63,5 0,76 0,2764 0,1413 4,6629 3
1,780493138
6. 74,5 1,39 0,4177 0,0611 2,0163 5
8,955828948
Jumlah 33

x²hitung = 8,95 Kesimpulannya, x²hitung < x²tabel


x²tabel = 18,3 Maka kelas VIII E (Kelas Eksperimen)
berdistribusi normal.
152

Lampiran 23

UJI NORMALITAS PRESTASI BELAJAR PRETEST KELAS VIII B


(KELAS KONTROL)

No. Interval fi xi xi² xi fi fi(xi)²


1. 10-21 5 15,5 240,25 77,5 1201,25
2. 22-33 1 27,5 756,25 27,5 756,25
3. 34-45 9 39,5 1560,25 355,5 14042,25
4. 46-57 4 51,5 2652,25 206 10609
5. 58-69 8 63,5 4032,25 508 32258
6. 70-81 6 75,5 5700,25 453 34201,5
Jumlah 33 1627,5 93068,25

̅ ∑ s
= ∑ ∑
∑ =√

= ∑
=√
= 49,31818
=√
=√
= 19,55

Batas Luas 0- Luas Tiap


No. Z Ei Oi
Kelas Z Kelas Interval
9,5 -2,03 0,4788 0,0566 1,8678 5 1,962135368
1.
21,5 -1,42 0,4222 0,1341 4,4253 1 11,73268009
2.
33,5 -0,8 0,2881 0,2128 7,0224 9 0,43454464
3.
45,5 -0,19 0,0753 0,0838 2,7654 4 0,38105929
4.
57,5 0,41 0,1591 0,1894 6,2502 8 0,382725005
5.
69,5 1,03 0,3485 0,101 3,333 6 1,1854815
6.
16,07862589
Jumlah 33

x²hitung = 16,07 Kesimpulannya, x²hitung < x²tabel


x²tabel = 19,67 Maka kelas VIII B (Kelas Kontrol) berdistribusi
normal.
153

Lampiran 24
UJI HOMOGENITAS PRETEST

1. Mencari Standar Deviasi

∑ ∑ ∑ ∑
Sx² =√ Sy² =√

=√ =√

=√ =√
=√ =√
= 17,30 = 19,55

2. Mencari F hitung

F =

= 1,13
Berdasarkan analisis diatas mendapatkan harga fhitung = 1,13.
Selanjutnya, harga fhitung dibandingkan dengan ftabel pada taraf
signifikansi 5%. Jadi, ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan df1= k –
1 = 2 – 1= 1, dan df2 = n – k= 33 – 2 = 31, didapatkan harga ftabel
sebesar 4,16. Hasil tersebut menunjukkan fhitung < ftabel yaitu 1,13 <
4,16, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
154

Lampiran 26

UJI NORMALITAS PRESTASI BELAJAR POSTTEST KELAS VIII E


(KELAS EKSPERIMEN)

No. Interval fi xi xi² xi fi fi(xi)²


1. 50-58 2 54 2916 108 5832
2. 59-67 4 63 3969 252 15876
3. 68-76 7 72 5184 504 36288
4. 77-85 4 81 6561 324 26244
5. 86-94 7 90 8100 630 56700
6. 95-103 9 99 9801 891 88209
Jumlah 33 2709 229149

̅ ∑ s
= ∑ ∑
∑ =√
= =√

= 82,09091
=√
=√
= 13,9466

Batas Luas 0- Luas Tiap


No. Z Ei Oi
Kelas Z Kelas Interval
49,5 -2,33 0,4901 0,0356 1,1748 2 0,34047752
1.
58,5 -1,69 0,4545 0,1037 3,4221 4 0,083492103
2.
67,5 -1,04 0,3508 0,1954 6,4482 7 0,043497606
3.
76,5 -0,4 0,1554 0,0606 1,9998 4 1,00020001
4.
85,5 0,24 0,0948 0,2158 7,1214 7 0,002105423
5.
94,5 0,88 0,3106 0,1264 4,1712 9 2,59081216
6.
4,060584821
Jumlah 33

x²hitung = 4,06 Kesimpulannya, x²hitung < x²tabel


x²tabel = 15,5 Maka kelas VIII E (Kelas Eksperimen)
berdistribusi normal.
155

Lampiran 27

UJI NORMALITAS PRESTASI BELAJAR POSTTEST KELAS VIII B


(KELAS KONTROL)

No. Interval fi xi xi² xi fi fi(xi)²


1. 25-37 3 31 961 93 2883
2. 38-50 5 44 1936 220 9680
3. 51-63 6 57 3249 342 19494
4. 64-76 5 70 4900 350 24500
5. 77-89 9 83 6889 747 62001
6. 90-101 5 96 9216 480 46080
Jumlah 33 2232 164638

̅ ∑ s
= ∑ ∑
∑ =√
= =√
= 67,63
=√
=√
= 20,67

Batas Luas 0- Luas Tiap


No. Z Ei Oi
Kelas Z Kelas Interval
24,5 -2,08 0,4812 0,0547 1,8051 3 0,47592867
1.
37,5 -1,45 0,4265 0,1326 4,3758 5 0,077925128
2.
50,5 -0,82 0,2939 0,2146 7,0818 6 0,19504854
3.
63,5 -0,2 0,0793 0,0835 2,7555 5 1,00755605
4.
76,5 0,42 0,1628 0,1903 6,2799 9 0,82210489
5.
89,5 1,05 0,3531 0,0974 3,2142 5 0,637816328
6.
33 3,216379606
Jumlah

x²hitung = 3,21 Kesimpulannya, x²hitung < x²tabel


x²tabel = 21,02 Maka kelas VIII B (Kelas Kontrol) berdistribusi normal.
156

Lampiran 28
UJI HOMOGENITAS POSTTEST

1. Mencari Standar Deviasi

∑ ∑ ∑ ∑
Sx² =√ Sy² =√

=√ =√

=√ =√
=√ =√
= 13,94 = 20,67

2. Mencari F hitung

F =

= 1,48
Berdasarkan analisis diatas mendapatkan harga fhitung = 1,13.
Selanjutnya, harga fhitung dibandingkan dengan ftabel pada taraf
signifikansi 5%. Jadi, ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan df1= k –
1 = 2 – 1= 1, dan df2 = n – k= 33 – 2 = 31, didapatkan harga ftabel
sebesar 4,16. Hasil tersebut menunjukkan fhitung < ftabel yaitu 1,48 <
4,16, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
157

Lampiran 29

UJI GAIN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Pretest Posttest Pretest Posttest
Rata-rata 48,93 81,51 Rata-rata 48,33 68,33
Rata-rata Rata-rata
100 100 100 100
Maksimal Maksimal

(g) ( ) (g) ( )
= =

= =

= =

= 0,637 = 0,387
Dari uji gain untuk kelas Dari uji gain untuk kelas kontrol
eksperimen yang diberi perlakuan yang diberi perlakuan dengan
dengan menggunakan model menggunakan model inquiry
inquiry learning didapatkan nilai learning didapatkan nilai 0,387
0,637 sehingga dapat disimpulkan sehingga dapat disimpulkan bahwa
bahwa tingkat keberhasilan model tingkat keberhasilan model inquiry
inquiry learning adalah sedang. learning adalah sedang.
158

Lampiran 30
UJI t PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

1. Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan peserta didik yang diajar dengan model inquiry
learning dan model konvensional terhadap prestasi belajar peserta didik.
Hi : Ada perbedaan peserta didik yang diajar dengan model inquiry
learning dan model konvensional terhadap prestasi belajar peserta didik.

2. Kriteria
Hi diterima apabila thitung > ttabel
Taraf signifikansi 5% dengan dk=n1+n2 – 2= 64
3. Proses perhitungan
s12 : 194,5076 s 22 : 427,6042

n1 : 33 n2 : 33

x1 : 81,51 x2 : 68,33

x1  x 2
t
n1  1s12  n2  1s 22  1 1
n1  n2  2  n  n 
 1 2 

=
√ ( )

=

=

=

=

= 3,05
159

4. Kesimpulan
Diperoleh thitung sebesar 3,05, sedangkan t tabel sebesar 1,99 dengan dk=64
dan taraf kesalahan relatiff 5% dan 2,65 untuk taraf kesalahan 1%. Maka
H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar
peserta didik dengan menggunakan model inquiry learning.
160

Lampiran 31

SUMBER WAWANCARA

A. Sumber wawancara antara peneliti dengan kepala sekolah


1. Bagaimana gambaran umum tentang SMP N 2 Wanadadi?
2. Menurut Anda, bagaimana upaya guru PAI dalam meningkatkan
prestasi belajar peserta didik?
3. Apa harapan Anda untuk peserta didik yamg selama ini proses
pembelajaran tanpa tatap muka?
B. Sumber Wawancara antara peneliti dengan guru
1. Menurut ibu, bagaimana prestasi belajar yang dihasilkan peserta didik
selama pembelajaran?
2. Menurut ibu, strategi apa yang baik untuk meningkatkan prestasi
belajar PAI di SMP N 2 Wanadadi?
3. Bagaimana respon peserta didik selama proses pembelajaran PAI
berlangsung?
4. Apa yang biasanya ibu gunakan model pembelajaran di masa pandemi
ini?
5. Apakah ada kendala yang ibu alami dalam menerapkan model
pembelajaran yang ibu gunakan dalam proses pembelajaran?
6. Bagaimana cara ibu menyiasati kemungkinan salah satu peserta didik
yang mungkin kurang aktif dalam proses pembelajaran PAI?
C. Sumber wawancara antara peneliti dengan peserta didik
1. Menurut Anda, bagaimana proses pembelajaran PAI yang diterapkan
oleh guru PAI Anda?
2. Apakah mapel PAI menjadi salah satu mata pelajaran favorit dalam
belajar?
3. Menurut Anda, mengapa mapel PAI sangat penting untuk dipelajari?
4. Bagaimana jam belajar Anda saat masa pandemi seperti ini?
161

Lampiran 32

DOKUMENTASI PROSES PEMBELAJARAN ONLINE

Pembelajaran Kelas Pembelajaran Kelas Kontrol


Eksperimen
162

Pretest Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol


163

Proses Diskusi Via Whatsapp Pengenalan dengan Anggota


Kelompok
164

Proses Pengiriman
Lembar Jawab
Posttest
165

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Audina Dwi Novelita Kusuma

NIM : 2017010177

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal : Wonosobo, 5 November 1998

Agama : Islam

Status : Mahasiswi

Alamat : Parakancanggah, 4/9, Banjarnegara

Orang Tua: Ayah : Kuspriyadi

Ibu : Cholisoh

E-mail : audinabc@gmail.com

No Handphone : 089635943469

Riwayat Pendidikan :

1. RA AL-FATAH Parakancanggah (2004)


2. SD N 1 Parakancanggah (2011)
3. MTs N 2 Banjarnegara (2014)
4. MAN 2 Banjarnegara (2017)
5. UNSIQ, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/PAI,
Kalibeber, Wonosobo-sekarang (2021)
Demikian daftar riwayat hidup penulis saya buat dengan jujur dan
sebenarbenarnya.

Wonosobo, 15 Oktober 2021


Penulis

Audina Dwi Novelita Kusuma


NIM. 2017010177

Anda mungkin juga menyukai