Anda di halaman 1dari 126

KARAKTER MUSLIMAH IDEAL DALAM AL-QUR’AN

( KAJIAN TEMATIK TAFSIR ABDULLAH YUSUF ALI)

SKRIPSI

Ditujukan Kepada Fakultas Ushuludin Dakwah Dan Adab

Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama

Disusun Oleh:

Suanah
NIM. 171320069

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDIN DAKWAH DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDIN


BANTEN

2020
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (SI)
pada Fakultas Ushuluddin dan Adab Jurusan Ilmu al-Qurán dan Tafsir
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, ini merupakan
hasil karya tulis ilmiah saya pribadi.
Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini telah saya sebutkan kutipannya secara jelas sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku di bidang penulisan karya Ilmiah.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa sebagian atau seluruh isi
skripsi ini merupakan hasil perbuatan plagiatisme atau mencontek karya
orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi akademik lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Serang, 03 November 2020

Suanah
NIM:171320069

ii
SURAT PENGESAHAN

KARAKTER MUSLIMAH IDEAL DALAM AL-QUR’AN

( KAJIAN TEMATIK TAFSIR ABDULLAH YUSUF ALI)

Oleh:

Suanah
NIM. 171320069

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.H. Masrukhin, Lc., M.A. Agus Ali Dzawafi, M. Fil.I.


NIP. 19720202 199903 1 004 NIP. 19770817 200901 1 013

Mengetahui,

Dekan Ketua
Fakultas Ushuluddin Dakwah dan Adab Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Prof. Dr. H. Udi Mufradi Mawardi, Lc.,M.Ag. Dr. H. Badrudin, M.Ag


NIP. 19610209 199403 1 001 NIP. 19750405 200901 1 014

iii
FAKULTAS USULUDDIN DAN ADAB
UNIVERSITAS ISLAMNEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

Nomor : Nota Dinas Kepada Yth


Lamp : Dekan Fakultas Ushuluddin
Hal : Ujian Skripsi dan Adab
a.n. Suanah UIN “SMH” Banten
NIM : 171320069 Di –
Serang

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dipermaklumkan dengan hormat, bahwa setelah membaca dan
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi
Saudari Suanah, NIM: 171320069, yang berjudul: Karakter Muslimah
Ideal dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Tafsir Abdullah Yusuf Ali)
diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi ujian munaqasah pada
Fakultas Ushuluddin dan Adab Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir UIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Maka kami ajukan skrispsi ini dengan
harapan dapat segera dimunaqasahkan.
Demikian, atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Serang, 03 November 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.H. Masrukhin, Lc., M.A Agus Ali Dzawafi, M. Fil.I.


NIP. 19720202 199903 1 004 NIP. 19770817 200901 1 013

iv
TRANSLITERASI

1. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf dalam transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi
dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.
Di bawah ini daftar huruf Arab dan trasliterasinya dengan huruf latin:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Tidak
‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan
dilambangkan
‫ب‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
‫ث‬ Sa ṡ Es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim J Je
Ha (dengan titik di
‫ح‬ Ha ḥ
bawah)
‫خ‬ Kha Kh Ka dan ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Zal Ż Zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ Ra R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy Es dan ye
Es (dengan titik di
‫ص‬ Sad ṣ
bawah)
De (dengan titik di
‫ض‬ Dad ḍ
bawah)

v
Te (dengan titik di
‫ط‬ Ta ṭ
bawah)
Zet (dengan titik di
‫ظ‬ Za ẓ
bawah)
‫ع‬ ʻAin ...ʻ... Koma terbalik di atas
‫غ‬ Gain G Ge
‫ف‬ Fa F Ef
‫ق‬ Qaf Q Ki
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
‫م‬ Mim M Em
‫ن‬ Nun N En
‫و‬ Wau W We
‫ه‬ Ha H Ha
Hamza
‫ء‬ ...’... Apostrof
h
‫ي‬ Ya Y Ye

2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia terdiri atas vokal
tunggal atau monoftom dan vokal rangkap atau diftong.
1) Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atas harakat,
transliterasinya sebagai berikut.
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ Fathah A A
َ Kasrah I I

vi
َ Dammah U U

Contoh:
Kataba = ‫كتب‬
Su’ila = ‫سئل‬
Yażhabu = ‫يذْهب‬

2) Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf transliterasinya gabungan huruf, yaitu:
Gabungan
Tanda dan Huruf Nama Nama
Huruf
Fathah
‫ىي‬ Ai A dan I
dan ya
Fathah
‫ىو‬ Au A dan U
dan wau
Contoh:
Kaifa = ‫كيْف‬
Walau = ‫ول ْو‬
Syai’un = ‫ش ْي ٌء‬
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat Huruf
Nama Nama
dan Huruf danTanda
Fathah dan
‫ىا‬ Ā A dan garis di atas
alif atau ya

vii
‫ىى‬ Kasrah dan ya Ī I dan garis di atas
‫ىو‬ Dammah wau Ū U dan garis di atas
4. Ta Marbuṭah
Transliterasi untuk ta’ marbuṭah ada dua, yaitu:
a. Ta Marbuṭah Hidup
Ta marbuṭah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan
ẓammah transliterasinya adalah /t/.
Contoh: Minal jinnati wannās = ‫من اْلجنَّة وال َّناس‬
b. Ta Marbuṭah Mati
Ta marbuṭah yang mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya
adalah /h/.
Contoh: Khoir Al-Bariyyah = ‫خيْر ْالبريَّة‬
c. Kalau pada suatu kata yang di akhir katanya ta marbuṭah diikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu
terpisah maka ta marbuṭah itu ditransliterasikan ha (h), tetapi bila
disatukan (waṣal), maka ta marbuṭah tetap ditulis /t/.
Contoh: As-Sunnah An-Nabawiyah = ‫سنَّة النَّبويّة‬
ُّ ‫ال‬
Tetapi bila disatukan, maka ditulis as-sunnatun nabawiyah.
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( َّ). Tanda syaddah atau tasydid dalam transliterasi ini
dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda
syaddah itu.
Contoh: As-Sunnah An-Nabawiyah = ‫السّنة النبويّة‬
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (‫)ال‬,
namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang

viii
yang diikuti oleh huruf syamsiah dengan kata sandang yang diikuti oleh
huruf qamariah.
a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama
dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
Contoh: As-Sunnah An-Nabawiyah = ‫السّنة النبويّة‬
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Contoh: Khair Al-Bariyah = ‫خيْر ْالبريَّة‬
Baik diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda
sambung/ hubung.
7. Hamzah
Dinyatakan di depan transliterasi Arab-Latin bahwa hamzah
ditransliterasikan dengan apostrof. Namun hanya terletak di tengah dan di
akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan
karena dalam tulisan Arab berupa alif.
8. Penulisan Kata
Pada dasarnya, setiap kata baik fiil, isim, maupun huruf ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah
lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang
dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa
dilakukan dengan dua cara. Bisa dipisah perkata dan bisa dirangkaikan.
Contoh: ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Maka ditulis bismillāhirraḥmānirraḥīm atau bism allāh ar-raḥmān ar-
raḥīm.

ix
9. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem penulisan Arab, huruf kapital tidak dikenal,
dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf
kapital seperti yang berlaku pada EYD, di antaranya huruf kapital digunakan
untuk menulis huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri
itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandang. Penggunaan
huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya
memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata
lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital
tidak dipergunakan.

10. Daftar Singkatan


Cet : cetakan

Pen : penerjemah

No :Nomor

H : Hijriyah

W : Wafat

Hlm : halaman

Cip : Cipta

Qs : Qur’an Surat

M : Masehi

SAW : Sallallahu ‘alaihi wa sallam

x
SWT : subhanahu wa ta’ala

t.dt :tanpa data (tempat, penerbit, dan tahun penerbitan)

t.tp : tanpa tempat (kota, negeri, atau negara)

th : Tahun

t. th :Tanpa Tahun

terj : terjemahan

Vol./V : Volume

xi
ABSTRAK
Nama: Suanah, NIM. 171320069, Judul Skripsi: Karakteristik
Muslimah Ideal dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Tafsir Abdullah
Yusuf Ali), Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan
Adab, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten, Tahun
1442H/2020M.
Al-Qur’an adalah wahyu, diturunkan sebagai peringatan, yang dijaga dan
dijamin keotentikan dan dalamnya mengandung ayat-ayat yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia. Di mulai aktivitas bangun tidur sampai
bangunnya Negara, Islam sudah menagturnya dari urusan ekonomi, sosial,
politik, hukum, pendidikan dan lain-lain. Begitu juga dalam urusan
keperibadian seorang Muslimah lebih khusus aturan-aturan Islam terhadap
keperibadian seorang Muslimah. Sebagaimana dalam pandangan Yusuf Ali
bahwa bagi perempuan mampu menjaga dirinya dan dengan keluarganya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam skripsi
ini adalah: 1) Apa ayat-ayat Karakter Muslimah Ideal dalam Al-Qur’an? 2)
Bagaiamana Penafsiran Abdullah Yusuf Ali Terhadap ayat-ayat Karakter
Muslimah Ideal? Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui
ayat-ayat Karakter Muslimah Ideal dalam Al-Qur’an. 2) Menjelaskan
Penafsiran Abdullah Yusuf Ali Terhadap ayat-ayat Karakter Muslimah Ideal.
Dalam Skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan
(Library research). Sumber data primer yang peneliti gunakan adalah buku-
buku Abdullah Yusuf Ali seperti kitab The Holy Qur’an, Sedangkan data
sekundernya didapat dari berbagai literatur, baik tafsir, buku-buku bacaan,
skripsi, atau jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Model penelitian
yang dipakai dalam penelitian ini adalah model penelitian kualitatif, yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari suatu objek yang dapat diamati dan diteliti. Peneliti
juga menggunakan metode analisis data yaitu tafsir maudhui, menghimpun
seluruh ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Muslimah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa karakter Muslimah ada lima diantaranya yaitu: 1) Karakter pada
Rabbnya 2) pada Dirinya, 3) Pada OrangTuanya, 4) Pada Keluarganya, 5)
dan Pada Masyarakatnya. Lima karakter keperibadian Muslimah ini yang
harus Muslimah jalankan dalam setiap kehidupan dengan aturan yang telah di
tentukan.
Kata Kunci: Karakter Muslimah, Ideal, Kajian Temati, Tafsir Abdullah Yusuf
Ali.

xii
ABSTRACT

Name: Suanah, NIM. 171320069, Thesis Title: Characteristics of Ideal


Muslimah in the Koran (Thematic Study of Tafsir Abdullah Yusuf Ali),
Department of Al-Qur'an and Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, Sultan
Maulana Hasanudin Banten State Islamic University, Year 1442H / 2020M.
Al-Qur'an is a revelation, sent down as a warning, which is guarded and
guaranteed authenticity and contains verses that govern all aspects of human
life. From waking up activities to waking up the State, Islam has managed it
neatly. From economic, social, political, legal, educational and other matters.
Likewise in the personal affairs of a Muslimah, more specifically the Islamic
rules regarding the personality of a Muslimah. As in Yusuf Ali's view,
women are able to look after themselves and their families.
Based on the above background, the problem formulations in this thesis
are: 1) What are the verses of the Ideal Muslim Character in the Al-Qur'an?
2) How is Abdullah Yusuf Ali's Interpretation of the Verses of the Ideal
Muslim Character? The objectives of this study are: 1) To find out the verses
of the Ideal Muslimah Character in the Al-Qur'an. 2) Explaining Abdullah
Yusuf Ali's Interpretation of the Verses of the Ideal Muslim Character.
In this thesis the writer uses library research method. The primary data
source that the researchers used was Abdullah Yusuf Ali's books such as The
Holy Qur'an, while secondary data were obtained from various literatures,
both interpretations, reading books, theses, or journals related to this
research. The research model used in this study is a qualitative research
model, which is a research procedure that produces descriptive data in the
form of written or spoken words from an object that can be observed and
researched. The researcher also used the data analysis method, namely the
maudhui interpretation, compiling all the verses of the Al-Qur'an related to
Muslim women.
Based on the research that has been done, it can be concluded that there
are five characters of Muslimah, namely: 1) Character in their Rabb 2) in
themselves, 3) in their parents, 4) in their family, 5) and in their society.
These five personality traits of Muslim women that Muslim women must
carry out in every life with predetermined rules.
Keywords: Muslim character, Ideal, Social Studies, Tafsir Abdullah Yusuf
Ali.

xiii
‫نبذة مختصرة‬
‫االسم‪ :‬سوانا ‪ ،‬نيم‪ 171320069 .‬عنوان الرسالة‪ :‬خصائص المسلمة المثالية في القرآن‬
‫(دراسة موضوعية للتفسير عبد هللا يوسف علي) ‪ ،‬قسم القرآن والتفسير ‪ ،‬كلية أوشول الدين واألدب‬
‫‪ ،‬جامعة السلطان موالنا حسن الدين بنتن اإلسالمية ‪ ،‬سنة ‪ 1442‬هـ ‪ 2020 /‬م‪. .‬‬
‫القرآن وحي نزل تحذيرا ً مصونا ً ومضمونا ً لألصالة ويحتوي على آيات تحكم كل جوانب حياة‬
‫اإلنسان‪ .‬من نشاط اليقظة إلى إيقاظ الدولة ‪ ،‬أدارها اإل سالم بدقة‪ .‬من الشؤون االقتصادية واالجتماعية‬
‫والسياسية والقانونية والتعليمية وغيرها‪ .‬وبالمثل في الشؤون الشخصية للمسلمة ‪ ،‬وبشكل أكثر تحديدًا‬
‫القواعد اإلسالمية المتعلقة بشخصية المسلمة‪ .‬كما يرى يوسف علي ‪ ،‬تستطيع النساء االعتناء بأنفسهن‬
‫وأسرهن‪.‬‬
‫بنا ًء على الخلفي ة السابقة ‪ ،‬فإن الصياغات اإلشكالية في هذه األطروحة هي‪ )1 :‬ما هي آيات‬
‫الشخصية اإلسالمية المثالية في القرآن؟ ‪ ) 2‬كيف يتم تفسير عبد هللا يوسف علي آليات الشخصية‬
‫المسلمة المثالية؟ أهداف هذه الدراسة‪ ) 1 :‬معرفة آيات الشخصية المسلمة المثالية في القرآن الكريم‪.‬‬
‫‪ )2‬شرح تفسير عبد هللا يوسف علي آليات الشخصية المسلمة المثالية‪.‬‬
‫يستخدم الكاتب في هذه الرسالة أسلوب البحث في المكتبات‪ .‬مصدر البيانات األساسي الذي‬
‫استخدمه الباحثون هو كتب عبد هللا يوسف علي مثل القرآن الكريم ‪ ،‬بينما تم الحصول على البيانات‬
‫الثانوية من األدبيات المختل فة سواء تفسيرات أو قراءة كتب أو أطروحات أو مجالت متعلقة بهذا‬
‫البحث‪ .‬نموذج البحث المستخدم في هذه الدراسة هو نموذج بحث نوعي ‪ ،‬وهو إجراء بحث ينتج‬
‫بيانات وصفية في شكل كلمات مكتوبة أو منطوقة من شيء يمكن مالحظته والبحث فيه‪ .‬كما‬
‫استخدمت الباحثة طريقة تحليل البيانات وهي تفسير المودوي ‪ ،‬حيث جمعت آيات القرآن الكريم‬
‫الخاصة بالنساء المسلمات‪.‬‬
‫بنا ًء على البحث الذي تم إجراؤه ‪ ،‬يمكن االستنتاج أن هناك خمس شخصيات من المسلمة ‪ ،‬وهي‪:‬‬
‫‪ )1‬الشخصية في ربهم ‪ )2‬في أنفسهم ‪ )3 ،‬في والديهم ‪ )4 ،‬في أسرهم ‪ )5 ،‬وفي مجتمعهم‪ .‬هذه‬
‫السمات الشخ صية الخمس للمرأة المسلمة التي يجب أن تمارسها المرأة المسلمة في كل حياة بقواعد‬
‫محددة سلفًا‪.‬‬
‫الكلمات المفتاحية‪ :‬الشخصية المسلمة ‪ ،‬المثالية ‪ ،‬الدراسات االجتماعية ‪ ،‬تفسير عبد هللا يوسف علي‪.‬‬

‫‪xiv‬‬
MOTTO

‫صا ِل َح ُة‬
َّ ‫ع َو َخ ْي ُر َمتَاع ِ ال ُّد ْنيَا ا ْل َم ْر َأ ُة ال‬
ٌ ‫اَل ُّد ْنيَا َمتَا‬.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah istri yang salihah.”
(HR. Muslim).

xv
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul
“Karakter Muslimah Ideal dalam Qur’an Kajian Tematik Tafsir Abdullah
Yusuf Ali” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah buat Baginda Rasulullah SAW.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak


mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari
berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Penulis ucapankan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Dr.H. Masrukhin, Lc., M.A selaku
pembimbing I dan Bapak Agus Ali Dzawafi, M. Fil.I, selaku
pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan
saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H.


Fauzul Iman, M.A. Rektor UIN SMH BANTEN, Bapak Prof. Dr. H. Udi
Mufrodi Mawardi, Lc., M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab,
Bapak Dr. Mohammad Hudaeri, M.Ag, selaku Wakil Dekan I, Bapak, Dr.
Muhamad Shoheh, M.A, Selaku Wakil Dekan II, dan Bapak, Dr.
Sholahuddin Al Ayubi, M,A. selaku wakil Dekan III, atas kebijakan-
kebijakan yang diberikan untuk Ushuluddin dan Adab lebih baik, sehingga
mengantarkan penulis pada pendalaman ilmu-ilmu keushuluddin dan Adab
dengan baik.

xvi
2. Ucapan yang serupa juga ditujukan kepada Ketua Jurusan Ilmu Al-
Qur’an Tafsir, Dr. H. Badruddin, M.Ag dan Sekretaris Jurusan, Agus Ali
Dzawafi, M. Fil.I yang telah memberikan nasehat dan motivasi yang
berharga bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, serta
kepada semua Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Ilmu Al-Qur’an Tafsir.
3. Tidak kalah pentingnya adalah kontribusi Bapak Saprudin, S. Ag. dan
Bapak Ahmad Husin, S. Ag, yang dengan penuh kesabaran atas memberikan
pelayanan Akademik dan Jurusan kepada penulis.
4. Terimakasih penulis sampaikan buat sahabat-sahabat, Teh Nuraini
Fauziah, Teh Nazifah, Ka Luqman Hakim, Ka sarwita, Uswatun Hasanah,
Laela Sukma, Neng Rahmila Muslimah, Siti Lomrah, Siti Susanti. dan
terkhusus buat Kelas IAT-B dan sahabat angkatan V 2017. Yang telah
support dan dukung penulis untuk jangan menyerah. Semoga persahabatan
diantara kita tetap terjaga sampai akhir masa.
5. Secara khusus ungkapan terima kasih yang tidak terhingga penulis
haturkan kepada yang mulia kedua orang tua penulis, Bapak Sidik dan Ibu
Sahiyah, yang dukungannya menjadi modal dan kekuatan utama penulisan
skripsi ini. Demikian juga halnya dengan semua kaka-kaka penulis atas
motivasi dan do‘a yang telah diberikan selama ini. Kepada Allah SWT
penulis berdo‘a semoga semua yang telah diberikan dalam proses penulisan
ini diterima sebagai ‘amal ibadah dan diberi ganjaran yang berlipat ganda,
dunia dan akhirat. Semoga skripsi ini menjadi salah satu mata rantai
perjalanan spiritual dan intelektual penulis yang berharga dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Aamiin.
Serang, 12 Desember 2020
Penulis
Suanah
Nim: 171320069

xvii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................ ii
SURAT PENGESAHAN ....................................................................... iii
NOTA DINAS ........................................................................................ iv
TRANSLITASI ...................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. viii
MOTTO ................................................................................................. xi
KATA PENGANTAR ........................................................................... xii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
F. Kerangka Teori ........................................................................... 10
G. Metode Penelitian ....................................................................... 12
H. Sistematika Pembahasan ............................................................. 15

BAB II BIOGRAFI ABDULLAH YUSUF ALI ................................... 18

A. Profil Mufasir Abdullah Yusuf Ali ............................................... 18


1. Masa Kecil Abdullah Yusuf Ali ............................................. 18
2. Pendidikan Abdullah Yusuf Ali .............................................. 20
3. Karir Abdullah Yusuf Ali ....................................................... 21
4. Intelektualitas Abdullah Yusuf Ali ......................................... 23
5. Karya-karya Abdullah Yusuf Ali ............................................ 25

xviii
B. Profil Tafsir Abdullah Yusuf Ali .................................................. 27
1. Mengenal Tafsir The Holy Qur’an.......................................... 27
2. Karakteristik Tafsir The Holy Qur’an ..................................... 37
3. Corak Tafsir The Holy Qur’an................................................ 37
4. Rujukan Tafsir The Holy Qur’an ............................................ 41

BAB III KARAKTER MUSLIMAH IDEAL DALAM AL-QUR’AN .

A. Karakter Muslimah Pada Orang Tuanya ....................................... 43


B. Karakter Muslimah Pada Masyarakat ........................................... 47
C. Karakter Muslimah Pada Dirinya ................................................. 52
D. Karakter Muslimah Pada Rabnya ................................................. 67
E. Karakter Muslimah Pada Keluarga ............................................... 79

BABIV PENAFSIRAN AYAT-AYAT KARAKTER MUSLIMAH


IDEAL MENURUT ABDULLAH YUSUF ALI DALAM KITAB
THE HOLY QUR’AN ..................................................................... 81

A. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Orang Tuanya ................. 81


B. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Masyarakat ..................... 85
C. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Dirinya ........................... 89
D. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Rabnya ........................... 91
E. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Keluarga ......................... 95

BAB V PENUTUP ................................................................................. 100

A. Kesimpulan .................................................................................. 100


B. Saran............................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 102
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. 107

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an Al-Karim dan Sunnah an-Nabawiah datang sebagai manhaj
(petunjuk) dan undang-undang bagi kehidupan, memberi petunjuk bagi
manusia untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan yang dapat
mengantarnya menjadi manusia sempurna yang memiliki keinginan untuk
menggapai kemuliaan. Itulah jalan yang lurus, yang tidak berbagi, yang
membawa manusia kepada petunjuk Ilahi. 1
Al-Qur’an adalah wahyu, diturunkan sebagai peringatan, yang dijaga dan
dijamin keotentikan dan keabsahannya oleh Allah SWT. sepanjang zaman,
seperti dalam firman-Nya, al-Qur’an surah al-Hijr 15: 9.

(9)2‫انَّا ن ْحن ن َّز ْلنا الذّ ْكر وانَّا له لحٰ فظ ْون‬


Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Dengan jaminan ayat di atas, setiap muslim percaya bahwa apa yang
dibaca dan didengarnya sebagai al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan
apa yang pernah di baca oleh para sahabat Nabi SAW. 3 Demikian Allah
menjamin keotentikan al-Qur’an, jaminan yang diberikan atas dasar kemaha
kuasaan dan kemaha tahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan
oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Begitulah Allah
menciptakan manusia sudah dilengkapi dengan petunjuknya, sehingga

1
Ibnu Tamiyyah, Tahqiq, Muhammad bin Muhammad Amir “Fiqih Wanita Kumpulan
fatwa Lengkap Seputar Permasalahan Wanita”, (Jakarta: Pustaka.asunah, 2010), hlm. i.
2
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Hijr: 9, t.dt.
3
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an:Fungsi dan Peran Wahyu
Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 21.

1
manusia tidak perlu repot-repot mencari atau menyusun hukum dalam
menjalani hidupnya,

2
2

bahkan tinggal meneliti dan mempelajari petunjuk Allah untuk dilaksanakan


dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan hukum Allah itu menerangkan hal-hal
yang berlaku sampai nanti kehidupan di akhirat.4
Allah telah mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk-Nya di dalam al-
Qur’an. Pengaturan ini dimulai dari aspek akidah, syariah, akhlak, tauhid
serta seluruh cabang-cabangnya. Allah juga dalam ayat sucinya telah
menyampaikan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada ayat
suci ini Allah menjelaskan karakter ideal seorang muslimah.
Oleh kareananya disini ada hal yang menarik untuk kita kaji, karena pada
era modern yang dimana zaman semakin tua dan semakin terus berkembang
dengan pesatnya, yang akhirnya membuat para Wanita Muslimah terlena
dengan kewajibannya seorang Wanita yang setatusnya sebagai hamba Allah,
sebagai anak, sebagai istri, sebagai seorang ibu dan masyaratakat. Kini
banyak para generasi Wanita Muslimah yang sudah terbawa arus akibat
mengikuti zaman yang kurang terkontrol dalam diri.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin kalian akan
ditanya tentang yang dipimpinnnya. Suami adalah pemimpin dalam rumah
tangganya dan dia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Istri adalah
pemimpin dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang yang di
pimpinnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dalam lembaran al-Qur’an yang mulia termaktub ayat Allah SWT
dalam firman-Nya (Qs. At-Tahrim:6)

ً ‫ٰيٰٓايُّها الَّذيْن ٰامن ْوا ق ْٰٓوا ا ْنفسك ْم وا ْهليْك ْم ن‬


(6) 5 ….‫ارا َّوق ْودها النَّاس و ْالحجارة‬

4
Eko Agung Pramono, “Jual Beli yang di Larang dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik)”,
dalam Skripsi Jurusan Ilmu al-Qur’an Tafsir Fakultas Ushuludin dan Dakwah Institus Agama
Islam Negeri Surakarta, 2018, hlm. 2.
3

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan


keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu….”(Qs. at-Tahrim: 6)
Abdullah Yusuf Ali menyampaikan dalam Tafsirannya kepada semua
perempuan, kepada semua orang beriman, dan kepada semua orang laki-laki
dan perempuan, termasuk mereka yang beriman. Kita harus dengan saksama
memelihara bukan saja perilaku kita sendiri tetapi juga prilaku keluarga kita,
dan semua mereka yang dekat dengan kita dan yang kita cintai. Masalah yang
sangat penting, akibatnya jika samapai terjerumus juga sangat mengerikan.
Api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.6
Karena dimana zaman yang semakin serba mudah ini tentunya para
Wanita muslimah harusnya lebih ideal dalam menajalankan kehidupannya,
Kini sudah terbantunya dalam hal setiap aktivitasnya yang serba cepat dan
mudah, tentu makin banyak waktu luang untuk mengkaji ilmu agama,
mengkaji ilmu-ilmu untuk perbekalan diri seorang hamba Allah, anak, istri,
ibu, dan masyarakat. Justru bukan menjadi alasan kesibukan untuk tidak
mengkaji ilmu-ilmu agama dengan lebih dalam.
Wanita Muslimah adalah satu-satunya wanita yang dipersiapkan untuk
menyebarkan rasa aman, kecintaan, perdamaian, dan ketenangan di dunia
wanita kontemporer yang direpotkan, dikalahkan, dan dilelahkan oleh
berbagai permainan filsafat matrealisme. 7
Sosok muslimah dalam kesehariannya memiliki peran penting. Karena
perempuan adalah misteri kehidupan.8Wanita dibutuhkan pada hampir setiap
aspek kehidupan. Mulai dari yang terkecil yaitu dalam keluarga, tentu akan

5
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. at-Tahrim: 6, t.dt.
6
Abdullah Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an”, pen, Ali Audah, “Tafsir Yusuf Ali Teks,
Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30Juz, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), hlm. 1490.
7
Fahd Khalil Zayid, 100 Ciri Wanita Shalihah, (Grogol: Pustaka Arafah, 2019), hlm.
13.
8
Alga dan Luxy, Muslimah Semesta Nutrisi buat Perempuan bia ga jadi Muslimah
Semelekete, (Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing, 2013), hlm. 9.
4

terasa berbeda tanpa kehadiran seorang wanita atau ibu. Wanita juga mampu
bekerja sama dalam hal apapun, dalam kehidupan masayarakat, partner kerja,
juga sebagai pendukung atau pemberi motivasi bagi orang lain dan wanita
atau seorang ibu juga sebagai madrasah uatama atau tempat belajar pertama
anak-anaknya.
Wanita memang memiliki beragam karakter dan Wanita dalam
pandangan Islam adalah mahluk yang mulia, yang diberi syariat agar dirinya
terjaga dari segala mara bahaya.
Kemuliaan yang diberikan al-Qur’an kepada wanita khusus sebagai
wanita sesungguhnya mencapai tingkatan yang sangat tinggi. Semua itu
tercermin dalam surah-surah yang mengangkat urusan wanita, persoalan
khusus dan kedudukannya, baik di kalangan keluarga maupun di masyarakat,
dengan tetap memperhatikan kodrat serta bentuk-bentuk peran
keterlibtannya, perkembangan zaman, situasi tempat, dan karakter
masyarakat. Bahkan, ada surah-surah yang masyhur dan dalam porsi besar
berbicara soal wanita, baik yang secara umum maupun secara khusus, seperti
surah al-Baqarah, al-Nisa, Maryam, al-Nur, al-Ahzab, al-Mujadalah, al-
Mumtahanah, al-Thalaq, dan al-Tahrim. 9
Dalam al-Qur’an Allah sudah memuliakan dan melindungi seorang
Wanita, tentu kita sebagai wanita saatnya memantaskan diri, menyesuakian
diri hal yang sepatutnya wanita muslimah lakukan dalam ajaran Islam serta
sesuai dengan aturan-aturan Allah dalam al-Qur’an dan as-sunnah.
Menjadi peribadi muslimah yang ideal bukanlah muslimah yang
ketinggalan zaman, yang kudet akan informasi, yang nora dengan
perkembangan zaman. Justru dengan memjadi pribadi muslimah yang ideal
dalam al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam sudah menggambarkan

9
Imad al Hilali, Ensklipedia Wanita Al-Qur’an Kisah Nyata Perempuan Yang Diungkap
Kitabullah, (Jakarta: Darul Kutub, 2010), hlm. 12-13.
5

muslimah ideal. Sebagai muslimah yang aktif, Produktif, dinamis, sopan,


mandiri, namun tetap terpelihara aqidah dan ahalaknya.
Seabagaimana dalam firmaNya:

ٰٓ
‫ي اذا ج ۤاءك ْالمؤْ م ٰنت يباي ْعنك ع ٰلى ا ْن َّال ي ْشر ْكن ب ه‬
‫اّٰلل شيْـًٔا َّوال‬ ُّ ‫ٰ ٰٓيايُّها النَّب‬

ٍ ‫يسْر ْقن وال ي ْزنيْن وال ي ْقت ْلن ا ْوالده َّن وال يأْتيْن بب ْهت‬
‫ان َّي ْفتريْنه بيْن ايْديْه َّن‬

‫وا ْرجله َّن وال ي ْعصيْنك ف ْي م ْعر ْوفٍ فباي ْعه َّن واسْت ْغف ْر له َّن ه‬
‫ّٰللا ۗا َّن ه‬
‫ّٰللا غف ْو ٌر‬

(12) 10‫َّرح ْي ٌم‬


Artinya: Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan yang mukmin
datang kepadamu untuk mengadakan bai‘at (janji setia), bahwa mereka tidak
akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat
dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak
akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Qs. al-Mumtahanah: 12)
Sebagaimana dalam Surah yang diatas Tafsir Abdullah Yusuf Ali
menyampaikan bahwa seorang perempuan dengan secara umum patuh pada
hukum dan prinsip-prinsip Islam. 11
Wanita muslimah adalah wanita yang menganut agama Islam dan
menjalankan segala kewajiban serta perintah Allah SWT yang terkandung
dalam agama Islam. Dalam pepatah dikatakan bahwa wanita muslimah
adalah perhiasan dunia dan ia lebih mulia daripada bidadari di surga. Menjadi

10
Qur’an Kemenag. 2002, Qs. al-Mumtahanah: 12, t.dt.
11
Ali, ”The Holy Qur’an,” pen…, hlm. 1458.
6

wanita muslimah yang baik hendaknya menjadi cita-cita setiap wanita karena
wanita muslimah tentunya disukai Allah SWT dan juga oarang-orang
disekitarnya. 12
Muslimah juga salah satunya yang berpotensi mewujudkan ini didunia
ketika wanita modern sudah lelah dan jemu terhadap falsafah matrealistis
serta gelombang kebodohan (Jahiliyah) yang melanda lingkungan
masyarakat yang tersesat dari petunjuk Allah ia dapat mewujudkan ini
dengan cara mengetahui siapa dirinya dan menginsyafi sumber al-Qur’an dan
Sunnah yang murni serta keperibadian asli yang dikehendaki Allah agar ia
miliki. sehebat-hebat perempuan ialah yang mengenal dirinya. 13 Dengan
mengenali keperibadian itu, ia akan berbeda dari semua wanita lain di dunia.
Nah saya mulai mengumpulkan nash-nash dari al-Qur’an dan hadis shaih
tentang keperibadian muslimah. 14 Keteladanan mulia itu saat ini sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dunia kita, khususnya dunia Islam. 15
Maka perlu para Muslimah sekarang untuk menjadi muslimah yang
sholihah dimana ia akan mampu mengenal keperibadiannya, mengenal siapa
dirinya, mengenal karakter dan kemampuannya. 16
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menganggap bahwa
pentingnya hal ini sebagai bagian dari upaya untuk mengenal dan mengetahui
tentang Karakter Muslimah Ideal dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik
Tafsir Abdullah Yusuf Ali). Supaya para wanita muslimah dapat melakukan

12
Redaksi Dalam Islam, “Wanita Muslimah Menurut Islam”
https://dalamislam.com/akhlaq/wanita-muslimah-menurut-islam, (diakses pada 2020). t.np,
t.tp.
13
Alga dan Luxy, Muslimah Semesta…, hlm. 9.
14
Muhammad Ali al-hasyim, Kepeiibadian Wanita Muslimah, (Jakarta: Qisthi, Press,
13440), hlm. XV.
15
Yanuardi Syukur dan Asmuni Marzuki, The Best Muslimah Keteladanan Para
Sahabiyah Nabi Muhammad, (Soli, Tiga Serangkai, 2018), hlm. 1.
16
Abdullah bin Muhammad Al-Dawud, Kado Pernikahan Wasiat Terindah bagi
Pasangan Suami Istri agar Tercipta Rumah Tangga yang Sakinah Mawadah wa Rahmah,
(Jakarta Timur: Darus Sunnah Presss, 2017), hlm. 34.
7

sebagai mana mestinya ia lakukan seorang muslimah yang sejati. Kemudian


prinsip apa saja yang harus dipegang dalam pengembangan keperibadian
muslimah kedepan. Tekad atau langkah seperti apa yang mesti para
Muslimah lakukan. Agar menjadi Muslimah yang benar-benar sesuai Allah
ajarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Pengenalan dan pengetahuan terhadap keperibadian muslimah tersebut
tidak akan terlepas dari prinsip-prinsip dasar yang telah diatur secara apik
dalam al-Qur’an, Hadis, dan sumber hukum Islam turunan lainnya yang telah
dirumuskan oleh ulama Islam terdahulu sejak era Sahabat sampai saat ini
(salaf dan khalaf) melalui kitab-kitab yang sampai ke tangan kita saat ini.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, agar permasalahan yang
akan dibahas tidak meluas, maka penelitian ini hanya akan dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan berikut:
1. Apa ayat-ayat Karakter Muslimah Ideal Dalam Al-Qur’an?
2. Bagaiamana Penafsiran Abdullah Yusuf Ali Terhadap ayat-ayat
Karakter Muslimah Ideal?

C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini setidaknya ada dua tujuan yang ingin penulis capai,
yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Apa ayat-ayat Karakter Muslimah Ideal Dalam Al-
Qur’an.
2. Menjelaskan Penafsiran Abdullah Yusuf Ali Terhadap ayat-ayat
Karakter Muslimah Ideal.
D. Manfaat Penelitian
8

Adapun manfaat yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memperkaya khazanah keilmuan Islam di jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin Dakwah Dan Adab.
2. Manfaat Praktis
Mengenal dan mengetahui ayat-ayat karakter ideal muslimah dan
relevansinya dengan konteks kekinian.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, tema tentang karakter
ideal muslimah bukan hal yang baru. dengan adanya buku-buku, karya-karya
ilmiah seperti Skripsi yang menjelaskan tentang tema ini. Tetapi dari
berbagai macam literatur atau tulisan, tema besar pembahasan tentang
karakter muslimah ideal dalam al-Qur’an Kajian tematik Tafsir Adullah
Yusuf Ali , peneliti belum menemukan karya yang mengkaji secara khusus
tentang karakter muslimah ideal dalam al-Qur’an perspektif kajian tematik
Tafsir Abdullah Yusuf Ali dan beberapa yang agak mirip belum disinggung
secara tuntas oleh para peneliti.
Kemudian skripsi Konsep Muslim Ideal Menurut Hamka,17 oleh Ahmadi
dari UIN Sultan Syarif Kasim Riau 2014 Dalam skripsi tersebut dijelaskan
mengenai pemikiran Hamka tentang Konsep Muslim Ideal. Hamka
menjelaskan bahwa muslim yang ideal ialah yang memahami Islam dengan
berserah diri dan Iman berarti mempercayai dengan teguh kebenaran Islam
itu melalui proses pemikiran yang panjang dan bukan merupakan taklid
belaka. Pemahaman terhadap Islam diperoleh setelah akal itu sampai kepada
ujung perjalanan yang masih dapat dijalaninya, sehingga dengan semakin

17
Ahmadi, “Konsep Muslim Ideal Menurut Hamka”, dalam Skripsi UIN Sultan Syarif
Kasim Riau, 2014, hlm.70.
9

berkembangnya pemikiran tersebut semakin bertambah pula pengetahuan


yang diperoleh dari pemahaman terhadap Islam yang pada akhirnya
bertambah tinggi pulalah martabat Iman dan Islam seorang muslim.
Kemudian ada pada Skripsi Ideal Muslim Dalam Pemikiran Muhammad
Iqbal,18Oleh Aswat dari UIN Kalijaga Yogyakarta Jurusan Aqidah Dan
Filsafat Fakultas Ushuluddin 2010, Dalam Skripsinya di sampaikan dari
pemikiran Muhammad Iqbal yaitu, Manusia ideal merupakan gambaran dari
bentuk esensial manusia yang paling fundamental, yang tiap-tiap manusia
punya pandangan ideal dalam memepersepsikan sososk manusia yang
sempurna. Gambaran itu tercermin dalam diri manusia yang mampu
menyerap sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan. Sehingga ia menjadi tajali
Tuhan di muka bumi, seperti hadits yang di sabdakan Rasulullah SAW:
Takhallaqu bi akhlaqi Ilah_Tumbuhkan dalam dirimu sifat-sifat Tuhan.
Skripsi yang bertema Simbol Perempuan dalam Kisah al-Qur’an (Suatu
Kajian Semiotika dan Teknik analisis Tafsir Al-Maudhui), Oleh: Prof.Dr.
Mardan, M.Ag. Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri
(UIN) Alauddin Makassar Tahun Akademik 2014/2015. Dimana dalam
Skripsinya penulis menyampaikan Simbol Perempuan dalam al-Qur’an atau
nama-nama lain dari perempuan seperti kata al-Unsa, Al-Nisa, Al-Marah, Al-
Umm Dll.
Dari skripsi, jurnal maupun buku yang penulis paparkan diatas,
memberikan penjelasan bahwa penelitian yang penulis lakukan dengan judul
“Karakter Muslimah Ideal Dalam al-Qur’an Dengan Kajian Tematik Tafsir
Abdullah Yusuf Ali” belum ada yang membahas secara jelas dan mendalam.
Supaya lebih membedakan dari penelitian sebelumnya, dari rumusan masalah
yang penulis buat, penulis akan lebih memperbanyak pengungkapan dan

18
Aswat, “Manusia Ideal dalam Pemikiran Muhammad Iqbal”, dalam Skripsi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010, hlm. 3.
10

penjelasan ayat karakter muslimah ideal dalam al-Qur’an dan juga


mengklasifikasi ayat-ayat yang menjelaskan tentang karakter muslimah ideal
dalam al-Qur’an dan memberikan penafsiran.
F. Kerangka Teori
Dalam penulisan skripsi ini, penulis meneliti dengan menggunakan
kerangka teori tafsir sastra terhadap al-Qur’an (al-tafsir al-adabi li al-
Qur’an) yang digagas oleh Amin Al-Khuli. Dalam metode tafsir sastra ini
mengkaji Qur’an menurut tema per tema atau bagian per bagian. Amin Al-
Khuli menyuguhkan dua prinsip metodologis, yaitu:19
1. Studi terhadap segala sesuatu yang berada di seputar al-Qur’an
(dirasah ma hawla al-Qur’an).
2. Studi terhadap al-Qur‟an itu sendiri (dirasah fi al-Qur’an nafsih).20
Kajian seputar al-Qur’an memiliki dua aspek, yaitu kajian khusus yang
dekat dengan al-Qur’an dan kajian umum yang tampaknya jauh, namun
dalam tafsir sastrawi, ia sangat penting untuk memahami al-Qur’an secara
akurat dan mendalam.
Adapun kajian khusus dalam hal ini adalah kajian terhadap hal-hal yang
harus diketahui seputar kitab al-Qur’an. Kajian ini terfokus kepada kajian
mengenai proses turunnya al-Qur’an, penghimpunannya, perkembangan dan
sirkulasinya dalam masyarakat Arab sebagai objek wahyu beserta variasi cara
baca (qira’ah) dan seterusnya yang kemudian lebih dikenal dengan istilah
‘ulum al-Qur’an. Kajian ini sangat kursial dalam proses penafsiran, sebab
kajian ini merupakan sarana strategis untuk bisa memahami al-Qur’an
dengan pemahaman sastrawi yang benar dan juga mengapresiasikan kondisi-
kondisi sekitar yang penting sebagai navigator dalam proses pemahaman al-
Qur’an.

19
Wali Ramadhani, “Amin Al-Khuli dan Metode Tafsir Sastrawi Atas Al-Qur’an”
dalam Jurnal At-Tibyan.Vol.2.No.1, Juni 2017, hlm. 10, t.tp.
20
Ramadhani, “Amin Al-Khuli dan Metode Tafsir…, hlm. 10.
11

Adapun kajian umum seputar al-Qur’an adalah kajian terhadap aspek


sosial-historis al-Qur’an, termasuk didalamnya situasi intelektual, kultural,
dan geografis masyarakat Arab pada abad ke tujuh ketika al-Qur’an
diturunkan.21
Studi yang kedua dimulai dengan pembahasan kosakata (mufradat) yang
ada dalam al-Qur’an. Dalam hal ini harus memperhatikan aspek
perkembangan makna kata dan cara pemakaiannya di dalam al-Qur’an.
Kemudian dilanjutkan dengan pengamatan terhadap kata-kata jamak dan
analisis tentang pengetahuan gramatikal Arab. 22
Apabila teori tafsir sastra diaplikasikan dalam penelitian ini, maka pada
studi pertama akan memaparkan latar belakang turunnya ayat-ayat tentang
karakter muslimah termasuk di dalamnya sejarah atau kondisi. Kemudian
pada studi yang kedua, mengumpulkan setiap ayat yang membicarakan
karakter muslimah beserta korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam
masing-masing suratnya dan penafsiran ayat-ayat tersebut. Studi yang kedua
ini termasuk dalam penggunaan studi tematik ayat-ayat al-Qur’an. Sebab
urutan ayat dan surah dalam al-Qur’an tidak disusun secara tematik. al-
Qur’an hanya memaparkan berbagai tema dalam satu bagian secara
bersamaan, tidak berurutan dan tidak berhubungan. Tetapi kalau sampai
penafsiran al-Qur’an harus mengikuti urutan ayat dan suratnya, tentu saja
tidak akan memberikan pemahaman yang teliti dan pengetahuan yang benar
terhadap makna dan tujuannya. Tidak ada jalan lain kecuali merujuk dan
melengkapinya dengan bagian lain yang mempunyai tema senada, sehingga
perlu dilakukan pengkajian tematik terhadap ayat-ayat al-Qur’an.
G. Metode Penelitian
1. Model Penelitian

21
Ramadhani, “Amin Al-Khuli dan Metode Tafsir…, hlm. 10-11.
22
Ramadhani, “Amin Al-Khuli dan Metode Tafsir…, hlm. 11.
12

Model penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah model


penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari suatu objek yang dapat
diamati dan diteliti. 23 Dengan menggunakan pendekatan historis, yang
bertujuan untuk mendiskripsikan apa-apa yang telah terjadi pada masa
lampau. Proses-prosesnya terdiri dari penyelidikan, pencatatan, analisis, dan
menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu guna menemukan
generalisasi-generalisasi.
Generalisasi tersebut dapat berguna untuk memahami masa lampau, juga
keadaan masa kini bahkan secara terbatas bisa digunakan untuk
mengantisipasi hal-hal mendatang.24 Sekaligus menggunakan pendekatan
kebahasaan dalam memahami makna-makna yang perlu untuk diulas,
sehingga dapat dipahami.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research),25 yaitu penelitian yang menitik beratkan pada
pembahasan yang besifat kepustakaan, Sumber yang dipakai dalam penelitian
ini adalah kitab- kitab, buku-buku, artikel serta karya-karya ilmiah lainnya
yang berkaitan dan mendukung tema yang diangkat dalam penelitian.
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu dengan memaparkan data
dan menganalisis secara mendalam sehingga mendapatkan kesimpulan dan
jawaban atas sesuatu yang diteliti.
2. Sumber Penelitian

23
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 3.
24
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara,
1999), hlm. 25.
25
Surahmi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1992), hlm. 36.
13

Dalam jurnal di sampaikan dari kutipan, Sugiyono Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R&D,26 Sumber data adalah segala sesuatu yang
dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, Penulis
akan menggunakan Sumber Penelitian Primer dan Sekunder, diantaranya
yaitu: (1). Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud
khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat
objek penelitian dilakukan. Yang digunakan oleh penulis untuk sumber
primer dari tafsir Abdullah Yusuf Ali. Dan selanjutnya (2). yaitu sumber data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah tafsir-tafsir lain, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan
dengan penelitian yang dilakukan.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode library
research, yaitu mengumpulkan data-data melalui bacaan dan literatur-
literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan penulis. Kemudian data
yang sudah diperoleh disajikan apa adanya sesuai yang tercantum dalam
sumber data yang diperoleh.27
Karena penelitian ini termasuk kajian tafsir yang terfokus pada sebuah
tema, maka metode yang digunakan adalah metode maudhu’i, yaitu metode
yang membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah
ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan, dihimpun. Kemudian dikaji secara

26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2009, Cet. Ke 8, hlm. 137.
27
Surahmi, Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Renika Cip, 2003), hlm. 310.
14

mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti
asbab an-nuzul, kosa kata, dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci
dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah, baik argumen itu berasal dari al-
Qur’an, hadis, maupun pemikiran rasional. 28
Alfarmawi mendefinisikan tafsir mauḍu’i dengan menghimpun ayat-ayat
al-Qur’an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama
membicarakan satu topik masalah dengan menyusunnya berdasarkan
kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut.29
Sesuai dengan namanya yaitu maudhu’i (tematik), maka yang menjadi
ciri utama dari metode ini ialah menonjolkan tema, judul atau topik
pembahasan. Oleh karena itu, agar data yang diperoleh dalam penelitian ini
tepat dan akurat, maka digunakan tehnik pengumpulan data dengan langkah-
langkah sebagai berikut:30
a. Memilih dan menempatkan tema masalah al-Qur’an yang akan dikaji
b. Melacak dan meghimpun ayat-ayat yan berkaitan dengan tema pokok
masalah yang ditetapkan.
c. Menyusun ayat secara runtut menurut kronologi masa turunnya
disertai pengetahuan tentang asbabun nuzul nya.
d. Memahami munasabah (korelasi) ayat di dalam masing-masing
suratnya.
e. Menyusun tema pokok bahasan didalam suatu kerangka yang pas,
sistematis, sempurna lagi utuh.
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan

28
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka pelajar,
2012), hlm. 151.
29
Imam Mustofa, “Metode Tafsir Mauḍu’i (Tematik): Kajian Ayat Ekolog”, dalam
Jurnal AL-DZIKRA, Vol. 13, No. 2, Desember, 2019, hlm. 200, t.tp.
30
Eko Agung Pramono, “Jual Beli yang di Larang dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik)”,
dalam Skripsi IAIN Surakarta, 2018, hlm. 13.
15

g. Mempelajari ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa atau


mengkompromikan makna yang umum dan khas, mutlaq dan
muqayyad, sinkronisasi ayat-ayat yang nampak kontra diktif,
sehingga semuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau
paksaan.
4. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan dalam menganalisa data adalah deskriptif
analisis kualitatif, yaitu dengan analisis yang dilakukan dengan cara
memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan kemudian disusun
secara sistematis, selanjutnya ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil
menggunakan cara berfikir deduktif yaitu cara berfikir yang mendasar kepada
hal-hal yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk menghasilkan skripsi penelitian yang indah dan pemahaman yang
komprehensif bagi para pembaca, maka penulis perlu menyusun kerangka
penulisan skripsi penelitian ini dengan sistematika pembahasan sebagai
berikut :
Bab Pertama, berisi pendahuluan, meliputi latar belakang masalah,
berupa deskripsi rasa ingin tahu dan kegelisahan hati penulis terhadap
masalah karakter muslimah ideal, yang penulis lihat banyak wanita yang
tidak lagi memperhatikan dan memeperdulikan dirinya seorang hamba Allah,
sebagai diri-sendiri, anak, istri, ibu, dan masyarakat. Banyak wanita kini
dalam menjalankan kehidupannya atas kemauan sendirinya tidak lagi peduli
dengan aturan-aturan yang sudah Allah berikan dalam al-Qur’an. Ia lebih
percaya kepada zaman yang menurtnya perekembangan zaman modern dan
16

canggih ini lebih bagus dan gaul. Selanjutnya, penulis menguraikan beberapa
sub bab yang berisi tentang rumusan masalah yang hendak diteliti, lengkap
dengan tujuan dan kegunaan penelitian. Kemudian dilanjutkan tinjauan
pustaka, kerangka teori, metode penelitian yang mencakup sumber data,
teknik pengumpulan data dan analisis data. Lalu yang terakhir sistematika
pembahasan sebagai kerangka penulisan skripsi.
Bab Kedua, meliputi Profil Mufasir Abdullah Yusuf Ali: Masa kecil,
Pendidikan Abdullah Yusuf Ali, Karir Abdullah Yusuf Ali, Intelektualitas
Abdullah Yusuf Ali, karya-karya Abdullah Yusuf Ali. Sedangkan pada sub
bab poin kedua yaitu Profil Tafsir The Holy Qur’an: Mengenal Tafsir The
Holy, Karakteristik Tafsir The Holy Qur’an, Corak Tafsir The Holy Qur’an,
Rujukan Tafsir The Holy Qur’an.
Bab Ketiga, meliputi Karakter Muslimah Ideal dalam Al-Quran
berdasarkan urutan asbabul suratnya yang memiliki sub bab yaitu . Karakter
Muslimah dengan Orang Tuanya: Menghormati orang tua, Baik dan hormat
kepada orang tua, Patuh kepada orang tua, Memperlakukan orang tua dengan
baik. Karakter Muslimah dengan Masyarakat: Memberikan perlakukan yang
baik pada masyarakat, Tidak menghujat kehormatan dan mencari kesalahan
orang lain, Tidak pamer dan tidak angkuh, dan Tidak pandang bulu menilai.
Karakter Muslimah dengan Dirinya: Kewajiban terhadap tubuhnya,
Kewajiban terhadap hatinya, Kewajiban terhadap ruhaninya. karakter
Muslimah dengan Rabnya: Meyakini dengan keimanan yang kuat atas
keberdadaannya Allah, Menyembah kepada Allah, melakukan sholat lima
waktu setiap hari, Membayar zakat, puasa bulan ramadhan, Melakukan haji,
Patuh pada perintah Allah. Karakter Muslimah dengan Keluarganya:
Melakukan silaturahmi, Memelihara iktan silaturahmi..
Bab Keempat, Penafsiran Ayat-ayat Karakter Muslimah Ideal Menurut
Abdullah Yusuf Ali Dalam Kitab The Holy Qur’an, diantaranya ada lima bab
17

yaitu: poin pertama yaitu Penafsiran Ayat-ayat Karakter Muslimah Ideal


dengan Orang Tuanya, Tafsiran Ayat Karakter Muslimah dengan
Masyarakat, Tafsiran Ayat Karakter Muslimah dengan Diri Sendiri, Tafsiran
Ayat Karakter Muslimah dengan Rabbnya, Tafsiran Ayat Karakter Muslimah
pada Keluarga.
Bagian akhir adalah Bab Kelima, merupakan penutup yang memuat
kesimpulan dan saran-saran.
BAB II

BIOGRAFI ABDULLAH YUSUF ALI

A. Profil Mufasir Abdullah Yusuf Ali


Abdullah Yusuf Ali dilahirkan pada tanggal 4 April 1872 di sebuah kota
tekstil di Gujarat, India Barat, yang menjadi kresidenan Bombay pada masa
kejayaan Raj. 31 Ia adalah putra kedua dari ayahnya, Yusuf Ali Allabus atau
Khanbahadar Abdullah Yusuf Ali seorang anggota kepolisian surat. Ibunya
meninggal ketika ia masih bayi dan ia tidak sempat mengenal ibunya
sehingga kasih sayang ibu lepas dari kesadarannya. Ia pun tidak pernah
menyinggung ibunya sementara ayahnya yang membesarkan dan
mendidiknya selalu diingat-ingat bahkan suatu ketika ia menulis pengantar
karya tafsirnya, The Holy Qur’an, pada usia 62 tahun. Rabu 9 Desember
1953 Yusuf Ali pikun, ditemukan duduk di depan sebuah rumah di
Westminister Inggris, kemudian polisi membawanya ke rumah sakit pada
saat itu juga. Untuk sementara dia dipindahkan ke sebuah panti jompo
London Country di Dovehouse/Chelsea. Serangan jantung yang dialaminya
keesokan harinya, pada 10 Desember, mengharuskan ia dibawa ke rumah
sakit St, Sthephenis Fulhan. Tiga jam kemudian, ia wafat tanpa seorang pun
sanak keluarga yang menyertainya. Delapan puluh satu tahun masa hidupnya
dijalani di India dan Inggris berkarir di pemerintahan India dan Inggris.
Menikah dua kali dengan dua wanita Inggris dan seperti seniornya, Ahmad
Khan, ia membela kepentingan umat Islam dengan penuh loyalitas. Dalam
kehidupan pribadi, sosial bahkan keagamaan, Abdullah Yusuf Ali berupaya
memadukan Barat dan Timur, sebuah idealisme yang rumit dan penuh
tantangan ingin ia wujudkan dalam kepribadian dan pemikiran.

31
M.A, Sherif, Jiwa Yang Resah, Biografi Yusuf Ali, Penerjemah dan Penafsir Al-
Qur’an Paling Otoritatif dalam Bahasa Inggris, (Bandung: Penerbit Mizan, 1997), hlm. 18.

18
19

Sosok Abdullah Yusuf Ali merupakan tokoh yang populer di kalangan


umat Islam India dan dipandang sebagai wakil umat muslim paling utama
dalam pandangan India Inggris. Namun demikian, ia tidak mendapatkan
popularitas yang sepadan dalam kalangan pembaru muslim India, sehingga
namanya hampir-hampir tidak tercatat dalam pembaruan Islam India. Ia
menebus kekurangan tersebut dengan reputasi luar biasa dengan menciptakan
karya tafsir The Holy Qur’an yang hampir menembus seluruh penjuru dunia
Islam. 32
Menjadi sebuah maha karya yang luar biasa dari Abdullah Yusuf Ali.
Buku yang berisi ayat al-Qur’an sekaligus terjemahannya ke Bahasa Inggris
ini pertama kali dicetak pada tahun 1934.
Bahkan hingga masa kini terus dicetak berulang-ulang dan disebarkan ke
berbagai penjuru dunia dan menjadi Terjemahan al-Qur’an yang paling
banyak beredar dan paling banyak digunakan oleh umat muslim yang tinggal
di negara-negara yang berbahasa Inggris. Bahkan para pendakwah yang
menyebarkan ajaran Islam sering merefrensikan terjemahan milik Abdullah
Yusuf Ali sebagai terjemahan yang harus digunakan.
Dalam bagian pengantar dari karya terjemahnya tersebut, Abdullah Yusuf
Ali mencurahkan hasil usahanya dengan sebuah kalimat manis yang sangat
meyakinkan bahwa terjemahan al-Qur’an yang dia tafsirkan adalah hasil
kerja yang insya Allah akan menjadi kebermanfaatan sesama :
Saudara-saudaraku yang aku hormati, apa yang aku persembahkan di
hadapan Anda sekalian adalah tafsir al-Qur’an al-Karim dengan Bahasa
Inggris. Aku terjemahkan kata per kata dari teks aslinya. Namun buku ini
bukanlah semata-mata alih bahasa saja. Tetapi juga memuat penggambaran

32
Sulaiman Ibrahim, “telaah the holy qur’an Karya abdullah yusuf ali,” dalam Jurnal
Hunafa, Vol. 7, No.1, (April, th 2010: 1-24), hlm. 3-4, t.tp.
20

tentang makna-maknanya semampu yang aku pahami dari teks asli untuk
kusajikan pada Anda sekalian.
Sudah seharusnya buku ini bersesuaian antara teks aslinya dengan hasil
terjemahnya secara detail. Tapi itu terbatas dengan kemampuan penaku. Aku
ingin agar Bahasa Inggris sendiri menjadi Bahasa Islam (yang bisa sepadan
nilai rasanya dengan Bahasa Arab). Namun hal itu mustahil. Tapi aku
berusaha semampuku untuk menghadirkan ke hadapan Anda terjemah yang
sepadan, yang membantu Anda dalam memahami al-Qur’an al-Karim.
Abdullah Yusuf Ali wafat pada tanggal 10 Desember 1953 (3 Rabiul
akhir 1373) di sebuah rumah sakit di inggris karena kena serangan jantung,
dan dimakamkan secara Islam di bagian pemakaman Muslim di Brookwood,
Sirrey, barat daya London, dalam usia 81 tahun. Ia meninggalkan sebuah
karya monumental yang tidak akan mudah dilupakan orang. 33
1. Masa Kecil Abdullah Yusuf Ali
Nama Yusuf Ali mempunyai banyak variasi. Ketika mendaftar untuk
masuk Cambridge pada 1891 dia menggunakan “Abdullah Khan Bahadur
Yusuf Ali”, yang tidak biasa karena menyertakan gelar ayahnya, bukan
pangkat turunan. Ini tidak mungkin merupakan kekeliruan sebab dia
mengulangnya lagi ketika mendaftar di London’s Inn pada tahun yang sama.
Ketika melamar jadi pegawai Pamong Praja India (ICS) pada 1894, Yusuf
Ali menuliskan “Abdullah ibn Khan Bahadur Yusuf Ali” pada formulir
lamaran yang diisinya sendiri. Tapi tanda tangan yang di gunakan adalah
“Abdullah KB ibn Yusuf Ali”. Variasi ini mencerminkan ketidakpastian
pikirannya sendiri. Dipakainya ibn (putra dari) lagi-lagi merupakan sesuatu
yang tidak biasa pada nama seorang Muslim India. Kepedulian Yusuf Ali
muda pada pangkat dan status terlihat jelas dalam cara lain.

33
Abdullah Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,” pen, Ali Audah, “Tafsir Yusuf Ali Teks,
Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30Juz, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), hlm. V-X.
21

2. Pendidikan Abdullah Yusu Ali


Pendidikan dalam keluarga yang melibatkan secara intensif kepedulian
orang tua dengan segenap kemampuannya, diyakini oleh para tokoh
pendidikan sebagai periode pertama dalam keseluruhan episode
perkembangan manusia, juga tidak disangka akan pentingnya peran
pendidikan sekolah dalam pembentukan keperibadian manusia. Bahkan ada
keyakinan bahwa karena sifat sekolah yang begitu teratur dan terstruktur,
pendidikan sekolah memberikan sumbangan yang paling berarti bagi
manusia, tetapi pendidikan di luar sekolah tidak begitu saja dapat
diremehkan, terutama di lingkungan luar sekolah dan pasca sekolah
merupakan kesempatan yang lebih luas dan lebih alamiah, sudah barang tentu
akan memantapkan hasil-hasil pendidikan lainnya, termasuk pendidikan di
bangku sekolah. Bahkan proses penghayatan akan nilai-nilai pengetahuan
dan keterampilan justru lebih banyak dilakukan pada masa pra sekolah.34

Sejalan dengan tumbuhnya lembaga-lembaga dan munculnya para


cendekiawan muslim, gagasan memasuki pendidikan sekolah mejadi suatu
keharusan. Pendidikan sekolah tampaknya akan sangat menentukan prestasi
dan prestise seseorang di masa depan. Tampaknya, Yusuf Ali menyadari
akan pentingnya pendidikan sekolah. Tampaknya ayah Abdullah Yusuf Ali
memiliki rencana tertentu untuk memutuskan Abdullah Yusuf Ali untuk
bersekolah di Bombay. 35
Di Bombay, Abdullah Yusuf Ali memasuki Anjuman el-Islam pada tahun
1881, saat ia berusia 9 tahun. Setelah itu, ia mengikuti pendidikan di Wilsoris
School (1884-1887), Wilsoris School Bombay (1887-1891). Di bawah
pemerintahan Inggris, ia melanjutkan pendidikan ke St. Jhon University

34
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 4-5.
35
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 4-5.
22

Cambridge, dengan program studi ilmu hukum. Tidak ada pengalaman sia-sia
dari perjalanan Abdullah Yusuf Ali, semua pengalamannya menjadi sangat
berarti, karena semuanya dihayati dan membekas pada kepribadiannya,
pengalaman pendidikan sekolah menjadi momen yang secara kuat
membentuk karakter dan pemikiran-pemikiran Abdullah Yusuf Ali, dan ini
akan menjadi jelas dari analisis pengalaman belajarnya di setiap jenjang
pendidikan sekolah. Anjuman el-Islam adalah organisasi keagamaan muslim
di Bombay, dan sekolah Anjuman merupakan sekolah pertama di Bombay
pada masa rekonstruksi kelembagaan muslim. Gagasan yang melatar
belakangi pendirian Anjuman tampak lulus dari rumusan tujuan Anjuman,
yaitu memajukan komunitas, meningkatkan pendidikan moral dan keadaan
sosial mereka. Para murid sekolah Anjuman datang dari berbagai daerah,
sebagai pengaruh prefiksi dari popularitasnya. Di antara yang menjadi murid
sekolah Anjuman selain Abdullah Yusuf Ali adalah anak-anak Tayebji
bersaudara dan Muhammad Ali Jinnah.36
Faktor terpenting dari sistem pendidikan di Anjuman adalah faktor etos
kerja yang secara sengaja dikembangkan, yaitu mengejar kualitas dan
berorientasi ke depan. Anjuman berobsesi menjadi wadah persatuan umat
muslim dari berbagai kelompok sosial, politik, dan ekonomi. 37
Abdullah Yusuf Ali mempunyai catatan akademis cemerlang di Wilson
School. Ia meraih nilai tertinggi untuk wilayah Bombay pada usia 14 tahun,
kemudian mencapai gelar BA. nomor satu dari Universitas Bombay pada
bulan Januari 1891, dalam mata kuliah sastra Yunani kuno. Dia
memenangkan hadiah dan terpilih untuk menerima beasiswa Dakshna dalam
sejarah Yunani di Collegenya. Pemerintah Bombay memberikan beasiswa
untuk melanjutkan studinya ke Inggris selama 3 tahun masa belajar di

36
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 4-5.
37
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 4-5.
23

Cambridge, University College London. Sebagai mahasiswa di Cambridge, ia


melewatinya dengan penuh suka dan duka. Bertahun-tahun yang ia lewatkan
di sana telah mejadikannya mahasiswa dalam pengertian yang sebenarnya,
membangkitkan hasrat yang tak kunjung terpuaskan dalam dirinya untuk
mencari pengetahuan dan kecintaan untuk selalu belajar.
Semangat jiwa Anjuman yang khas berpengaruh terhadap perkembangan
Abdullah Yusuf Ali adalah semangat juang membela kepentingan bersama
umat Islam. Dan yang membentuk keyakinan dirinya adalah nilai-nilai
pendidikan yang diterimanya di Wilson School dan Welson College.
Lembaga pendidikan ini adalah lembaga misionaris yang didirikan oleh John
Wilson, seorang pendeta dari Scotlandia yang ahli dalam bidang bahasa,
sejarah purbakala di India Barat serta penerjemah Bible ke dalam bahasa
Maratsi.38
3. Karir Abdullah Yusuf Ali
Karir Abdullah Yusuf Ali diawali setelah ia menyelesaikan kuliah
hukumnya di St. John University, Cambridge, yaitu dengan mengikuti
pendaftaran pegawai negeri India (Indian Civil Service) pada tahun 1894.
Pengumuman kelulusannya pada tahun 1895, dan mulai melaksanakan tugas
pada tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1896 di United Province (UP), India.
Masa karir merupakan masa penuh dinamika yang melibatkan berbagai
aktivitas publik dan pembicaraan intelektual Abdullah Yusuf Ali.
Istilah “karir” dalam bahasan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu karir
berjenjang dengan karir tidak berjenjang. Karir berjenjang adalah karir yang
dijalani Abdullah Yusuf Ali dalam struktur pegawai negeri, sedangkan karir
tidak berjenjang adalah kiprahnya dalam berbagai forum ilmiah dan
keterlibatannya dalam organisasi dan lembaga-lembaga pemerintahan dan

38
Sherif, Jiwa Yang Resah…, hlm. 25-27.
24

swadaya masyarakat.39 Abdullah Yusuf Ali menjalankan tugas pertamanya


sebagai asisten hakim dan kolektor di Saharanpur United Province pada
tahun 1896. Dua tahun kemudian, tahun 1898, ia pindah tugas ke Rae Barelly
daerah tempat kelahiran tokoh mujahidin Sayyid Ahmad Syahid dekat
Aligarh. Dengan demikian, Abdullah Yusuf Ali menjadi dekat dengan tempat
berdirinya Muhammadan Anglo Oriental College atau dikenal dengan
MAOC yang didirikan oleh Sayyid Ahmad Khan pada tahun 1878. Ia pun
merasa bersyukur karena dapat berhubungan dengan Sir Sayyid Ahmad
Khan, kendatipun hubungannya sangat singkat karena Sayyid meninggal
dunia pada tahun itu juga. 40
Pada tahun 1905, Abdullah Yusuf Ali cuti selama dua tahun. Selama itu
pula ia memanfaatkannya untuk mengunjungi Inggris. Ia kemudian
memberikan kuliah di lembaga berpengaruh, Royal Society of Arts pada
tahun 1906. Ia kemudian dipilih menjadi anggota Royal Society of Arts dan
Royal Society of Literature, sebuah posisi yang juga menyimpan pengakuan
terhormat bagi seorang India di lembagalembaga yang dikuasai oleh orang-
orang Inggeris dan Eropa pada umumnya. 41
Setelah cuti, Abdullah Yusuf Ali berakhir pada awal 1907, ia kembali
menjalankan pekerjaannya di jajaran ICS sebagai wakil komisaris di
Sultanpur. Karena alasan-alasan pribadi, ia mengakhiri karirnya di ICS
dengan mengajukan surat pengunduran diri kepada pemerintahan Inggris
pada 1914. Namun demikian, ia masih terus berkiprah secara intensif dalam
berbagai kegiatan publik. Banyak satunya adalah tafsir The Holy Qur’an.
4. Intelektualitas Abdullah Yusuf Ali
Pemikiran modern Islam menampakkan modus perhatian yang berfokus
pada masalah-masalah kontemporer umat Islam di bidang sosial politik dan

39
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 6.
40
Sherif, Jiwa Yang Resah…, hlm. 31-32.
41
Sherif, Jiwa Yang Resah…, hlm. 31-32.
25

ekonomi. Aktivisme Islam melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat,


seiring dengan meningkatnya pengaruh-pengaruh pemikiran dan lembaga-
lembaga Barat kepada kehidupan umat Islam India. Abdullah Yusuf Ali
adalah salah seorang cendekiawan muslim India yang berpendidikan Barat
dan mengabdi sepenuhnya kepada Barat. Namun demikian, kompleksitas
pribadinya, termasuk pemikirannya, dibentuk tidak hanya oleh pengalaman
hidup dan pendidikan pada masa kecilnya, tetapi juga oleh peran-peran yang
dimainkannya dalam panggung sosial politik dan pendidikan umat Islam
India di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggeris dan kekuatan umat Hindu.
Abdullah Yusuf Ali menjadi pelindung Universitas Osmaniyah yang
didirikan pada tahun 1918, dan menarik banyak sarjana dari seluruh India. Ia
berpartisipasi dalam banyak kegiatan di biro penerjemahan buku-buku teks
dan literatur ilmiah dari bahasa Inggeris ke bahasa Urdu.
Di Lucknow, Abdullah Yusuf Ali berperaktik sebagai pengacara, dia juga
seorang sastrawan, dengan kedua profesi itu, didukung dengan kemampuan
berpidato yang hebat, telah menjadikannya manusia panggung yang selalu
tampil di depan publik. Lebih dari itu ia juga mempunyai kemampuan
menulis dan meneliti yang cukup produktif. 42
5. Karya-Karya Abdullah Yusuf Ali
Abdullah Yusuf Ali dikenal memiliki beragam minat dalam berbagai
bidang pemikiran, mulai dari sastra, hukum sampai kepada bidang
pendidikan dan keagamaan. Sesuai dengan minatnya yang beragam, ia
menulis dalam bidang yang sangat bervariasi dan menggunakan berbagai
sumber yang dipandangnya relevan. Sumber-sumber bacaannya sangat
ekspansif sejalan dengan ketekunan dan minat bacanya yang sudah terbentuk
sejak masa pendidikan awal. Sebagian ia menulis untuk proyek-proyek
tertentu, terutama dalam hubungannya dengan tugas-tugas yang terkait

42
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm.7.
26

dengan jabatan maupun ketika ia diminta menyampaikan pidato dan kuliah.


Abdullah Yusuf Ali juga menyumbangkan berbagai tulisan dalam bentuk
buku, artikel, pidato resmi, termasuk kuliah-kuliahnya di berbagai perguruan
tinggi, jurnal maupun dalam bentuk entri untuk ensiklopedi.

Menurut Sherif, ada 125 tulisan Abdullah Yusuf Ali yang dipublikasikan
di antaranya:

a. “Kehidupan Warga Negara di India” Imperial and Asiatic


b. Quarterly Review (Januari-April 1906)
c. Life and Labour of the People of India, (London: John Murray, 1907,
tebal 360 halaman. Buku ini merupakan persembahan untuk Sir George
Birdwood, dicetak ulang di Lahore: al-Biruni, 1977.
d. Anglo Muhammadan Law, oleh R.K Wilson. Edisi ke-5 oleh
Abdullah Yusuf Ali (Kalkutta: Thracker & Spink, 1921)
e. “Orientalisme Goethe”, The Contemporary Review. Jil XC (Agustus
1906)
f. Muslim Education Ideals, (Lahore: Muslim Outlook, 1923)
g. The Making of India; a Brief History, (London: Black, 1923)
h. The Fundamental of Islam, diterbitkan dalam Sufi Quarterly, Jenewa,
1929
i. Personality of Muhammad, (Pamplet Islam Progresif, 1929)
j. Religious Polity of Islam, (Pamplet Islam Progresif, 1929) 43

B. Profil Tafsir The Holy Qur’an


1. Mengenal The Holy Qur’an
Deskripsi dan Analisis The Holy Qur’an: Text, Translation and
Commentary Kehidupan Abdullah Yusuf Ali mendatangkan banyak kejutan.

43
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 8.
27

Trauma emosional karena penyelewengan isterinya, Teresa Shalders, pada


1911 dan permusuhan anak-anak hasil perkawinan pada tahun 1920,
mengubah persepsi Abdullah Yusuf Ali. Perasaan keagamaannya menyala
kembali. Ikatan Abdullah Yusuf Ali dengan al-Qur’an terbentuk pada masa-
masa kemarahan ketika sedang mencari penghibur hati. Pesan al-Qur’an
menjadi pertolongan dan harapan yang paling menarik Abdullah Yusuf Ali.
Peristiwa ketika Abdullah Yusuf Ali menemukan al-Qur’an di masa-masa
penuh tekanan itu tidak hanya dikemukakan secara langsung dalam kata
pengantar untuk The Holy Qur’an, melainkan juga pada beberapa tempat
dalam ulasannya. Ada gambaran tentang betapa banyak pergolakan batin
yang hebat ternyata merupakan kabar baik akan datangnya pemahaman
spiritual yang mensucikan jiwa dan menyuburkan kehidupan spiritual yang
dulunya gersang bagaikan padang pasir. Baginya agama menjadi urusan
kesalehan pribadi. 44
Seluruh dunia fenomenal itu adalah suatu lambang, sedangkan realitas
ada di baliknya. Keasyikan intelektual semacam ini mendorong Abdullah
Yusuf Ali untuk terus menerus mencari lambang dalam ayat-ayat al-Qur’an.
Umpamanya ikan menjadi lambang bagi pengetahuan sekuler, matahari
menjadi acuan mistik, bagi akal dan garas adalah lambang bagi misteri yang
paling tersembunyi. Ada banyak penjelasan mengenai acuan al-Qur’an pada
air dan cahaya dan huruf yang disingkat atau muqatta’at.
Keahlian Abdullah Yusuf Ali menerjemahkan dan mengulas al-Qur’an
merupakan karyanya yang paling masyhur. The Holy Qur’an: Text,
Translation and Commentary telah membuat namanya dikenal di dunia
muslim. Penerjemahan, ulasan, lampiran dan tafsir yang ditulis dalam gaya
syair yang tak bersajak atau dalam bentuk prosa yang ritmik.

44
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
28

The Holy Qur’an: Text, Translation and Commentary yang menjadi


subjek pembahasan dalam tilisan ini terdiri atas: Prakata edisi pertama ditulis
oleh Abdullah Yusuf Ali pada tanggal 4 April 1934 M. bertepatan dengan
tanggal 18 Dzulhijjah 1352 H. di Lahore. Prakata ini berisi penjelasan sejarah
proyek penerjemahan ini, rencana kerjanya, serta sasaran yang menjadi
tujuan Abdullah Yusuf Ali yang tidak terlepas dari curahan hatinya. 45
Yang ingin disajikan oleh Abdullah Yusuf Ali adalah terjemahan bahasa
Inggris yang berdampingan letaknya dengan teks bahasa Arab. Terjemahan
bahasa Inggris ini tidak sekedar menukar sebuah kata dalam bahasa Arab
dengan kata yang lain dalam bahasa Inggris, tetapi dengan mengungkapan
sebaik mungkin untuk mengeluarkan makna sepenuhnya sebagaimana yang
dimaksud dari bahasa Arabnya. Abdullah Yusuf Ali sangat mengusahakan
irama musik dan nada bahasa asalnya yang begitu agung dan indah memantul
dalam terjemahan ini, sehingga pembaca dapat membacanya bukan hanya
dengan mata, lisan dan suara, tetapi juga dengan cahaya yang mengisi intelek
manusia, bahkan dengan cahaya yang paling dalam dan murni yang diberikan
oleh hati nurani dan kesadaran batin manusia. Wajarlah bila karya ini sangat
monumental, karena Abdullah Yusuf Ali telah berkelana, rihlah ilmiyah,
membuat catatan-catatan, menemui tokoh-tokoh dan menggali pikiran dan
hati mereka untuk melengkapi tugas ini. Lebih dari empat puluh tahun cita-
cita ini berkecamuk dalam pikirannya.
Teks bahasa Arab yang dicetak dengan rasm Utsmani terlihat
perbedaannya dalam jalur yang berhadapan. Setiap surah dan ayat diberi
angka tersendiri yang terdapat pada setiap halaman. Sistem pemberian angka
ayat-ayat sebagian besar menurut edisi Mesir. 46

45
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
46
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
29

Adapun sistem penggunaan angka ‘ayn dipakai seperti umumnya yang


dipakai dalam naskah-naskah bahasa Arab dengan judul Section. Alat Bantu
lain untuk menunjukkan angka bagian masing-masing ayn dengan awal huruf
kapital yang dicetak tebal. Sedangkan catatan mempunyai peranan penting
dalam terjemahan ini. Mengenai soal yang pokok, penjelasan diperoleh
dalam catatan. Apabila ia meninggalkan penerjemahan harfiah, tiada lain
dimaksudkan untuk menekankan pada semangat aslinya yang lebih baik
dalam bahasa Inggris karena hal ini dijelaskan dalam catatan.47
Rangkuman bernomor urut (running commentary) dari satu sampai tiga
ratus, diawali dengan introduction diakhiri dengan conclusion. Rangkuman
ini disusun dengan gaya syair yang tidak bersajak. Catatan kaki dimulai sejak
dari nomor satu dalam rangkuman 19 pada halaman 5, bukan dimulai dari
teks bahasa Arab sampai dengan 6311 dalam rangkuman conclution pada
halaman 1811. Manakala surah itu panjang, pokok bahasannya didahului
dengan rangkuman tafsir dalam paragraf pendek yang disesuaikan tempat
dengan ayat-ayat tertentu. Huruf rangkuman dicetak lebih kecil dari pada teks
bahasa Inggris. Setiap surah diberi nomor, dilanjutkan dengan jumlah ayat
dari surah yang bersangkutan, sedangkan nama surah diberikan dalam bahasa
Arab di sebelah kanan yang di antara keduanya adalah angka yang
menunjukkan halaman.
Selanjutnya, setiap surah juga diawali dengan pengantar singkat
(introduction) tentang isi surah yang akan dibahas, seperti halnya surah pada
umumnya terjemahan al-Qur’an atau tafsir. The Holy Qur’an: Text,
Translation and Commentary tidak selalu mempunyai penutup. Sebagai
contoh dapat dilihat introduction surah al-Baqarah dan penutupnya dengan
appendix 1, tetapi di akhir surah Ali-Imran tidak terdapat appendix. Hal ini

47
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
30

disebabkan karena bergantung kebutuhan surah yang bersangkutan pada


penjelasan dalam appendix terkait.48
Terjemahan yang begitu luas mengharuskan dia merujuk beberapa buku
acuan. Abdullah Yusuf Ali membagi buku-buku acuan ini ke dalam dua
kategori, kategori pertama, terdiri atas (1) kitab-kitab terdahulu, (2)
terjemahan yang sudah ada, dan (3) Kamus-kamus dan buku-buku acuan
umum yang mudah diperoleh. Kategori kedua, adalah rincian dari bagian
ketiga dalam kategori pertama, yaitu: (1) al-Mufradat karya Abu al-Qasim al-
Husayni Raghib al-Isfahani, sebuah kamus bahasa Arab tentang kata-kata dan
ungkapan-ungkapan dalam al-Qur’an, (2) Qamus, sebuah kamus bahasa Arab
yang terkenal, (3) Lisan al-Arab, juga sebuah kamus bahasa Arab yang cukup
terkenal, (4) Surah, sebuah kamus Arab-Persia, (5) Dictionary and Glossary
of the Koran karya J. Penrice, (6) English-Arabic Lexicom oleh E.W. Lane,
(7) al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an oleh Jalal al-Din al- Sayuti, sebuah
ensiklopedia al-Qur’an yang sangat luas, (8) Geschichte des Qorans oleh
Noldeke Und Schwally, sebuah esei bahasa Jerman mengenai kronologi al-
Qur’an yang kritik-kritik dan kesimpulan-kesimpulannya dari pandangan
orang non muslim, (9) Encyclopedia of Islam, (10) Encyclipedia Britanica,
edisi keempat belas, yang menjadi acuannya adalah pengetahuan tentang
dunia Arab, (11) Dictionary of Islam oleh Hughes, sebuah kamus yang telah
kadaluarsa tetapi masih berguna sebagai acuan, (12) Sirat al-Rasul oleh Ibnu
Hisyam tentang sejarah rasul secara rinci, (13) Sirat al-Nabi oleh Maulana
Syibli Nu‘mani (w.1914 M/1334 H) sebuah sejarah hidup Rasulullah dalam
bahasa Urdu, (14) Fath al-Rahman oleh Faidullah Bek Hasani, sebuah
konkordansi Alquran dalam bahasa Arab cetakan Cairo tahun 1346
(Ali,1980:24).49

48
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
49
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
31

Sebenarnya, terjemahan al-Qur’an sudah ada sejak lama dan


diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, baik dalam bahasa-bahasa Eropa
maupun dalam bahasa Timur. Terjemahan al-Qur’an di luar bahasa Eropa,
yaitu ke dalam bahasa Persia, Turki, Urdu, Tamil (biasa dipakai oleh orang-
orang Mopla), Pashto (dipakai oleh orang-orang Afghanistan), Bengali,
Melayu, bahasa kepulauan Nusantara, dan beberapa dalam bahasa yang
dipergunakan di Afrika, dan diduga juga dalam bahasa Cina.
Terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Urdu yang paling tua ditulis oleh
Syaikh Abd al-Qadir (w.1826) di New Delhi. Selanjutnya, terjemahan dalam
bahasa ini ada yang sudah selesai, ada pula yang belum. Yang sudah selesai
diterjemahkan dan banyak dipakai orang, di antaranya, oleh Syaikh
Rafiuddin, New Delhi, Syaikh Asyraf Ali Sanawi dan Maulana Nazir Ahmad
(w.1912).50
Sebelum bahasa-bahasa Eropa modern berkembang, bahasa baku pada
waktu itu adalah bahasa Latin. Terjemahan dalam bahasa latin dilakukan
untuk keperluan Biara Clugny kira-kira tahun 1143 M, yaitu pada abad VI
hijriah dan diterbitkan pada tahun 1542. di Basle diterbitkan oleh penerbit
Bibliander. Sedangkan Maracci telah menghasilkan terjemahan pada tahun
1689 dengan nash bahasa Arabnya beserta kutipan-kutipan dari berbagai
tafsir dengan pilihan cermat untuk dikacaukan agar memberi kesan seburuk
mungkin tentang Islam kepada Eropa. Penerjemahan ini adalah seorang
pendeta yang berhak menerima pengakuan dosa pada Paus Innocent XI dan
mempersembahkan pada Maharaja Leopald I dengan kata pengantar
Kepalsuan al-Qur’an. Lebih lagi, terjemahan George Sale, diterbitkan pada
tahun 1734 dan didasarkan pada versi Latin terjemahan Maracci. Mengingat
sasaran Maracci ini untuk memburukkan Islam di Eropa, suatu hal yang luar
biasa, terjemahan Sale ini dipandang sebagai terjemahan baku dalam bahasa

50
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
32

Inggris sehingga dimasukkan dalam Serial Chandos Classics dan direstui


oleh Sir E. Denisson Ross. Lain halnya pendeta J.M. Radwell telah membuat
terjemahan dengan susunan surah-surah secara kronologis sembarangan dan
diterbitkannya pada tahun 1861 sebagai edisi pertama. Walaupun ia telah
menyajikannya dalam ungkapan-ungkapan yang baik, catatan-catatannya
memperlihatkan cara berpikir seorang pendeta Kristen. 51
Dari bahasa modern baku ini, al-Qur’an berkembang dan diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa, di antaranya bahsa Itali, Jerman, Belanda, Prancis
dan Rusia. Terjemahan dalam bahasa Jerman dilakukan oleh Schweiggerg,
diterbitkan pada tahun 1647 di Nurenburg Bavaria. Jejak Schweiggerg ini
diikuti oleh Boysen pada tahun 1773.
Menurut Abdullah Yusuf Ali, di dunia ini tidak ada kitab yang
penanganannya begitu banyak menuntut keahlian, begitu banyak meminta
tenaga, waktu dan biaya seperti dilakukan orang terhadap al-Qur’an.52
Mutu karya-karya semacam ini secara berangsur-angsur menurun
sehingga tidak memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat Islam, tetapi
kebangkitan Islam mendorong dan diharapkan menghilangkan segala
rintangan untuk memperoleh pikiran dan perhatian yang lebih terang. Oleh
karena itu, diperlukan penjelasan-penjelasan mengenai al-Qur’an seperti pada
masa Rasululah saw, semua arti kata-kata tertentu dalam ayat-ayat,
hubungannya dengan masalah-masalah yang timbul, seluk-beluk sejarah
tertentu, kerohanian yang dicari dan keterangan yang jauh dan jelas. Jawaban
semua itu tersimpan baik dalam ingatan para sahabat yang kemudian
dituliskan. Generasi berikutnya yaitu tabiin yang menyusun mata rantai
dalam rangka mencari keterangan. Dengan demikian, para sahabat pun ada

51
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
52
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
33

yang benar-benar mengenal apa yang dimaksud oleh Rasulullah, sehingga


digelari mufasir.53
Dalam penerjemahan, setiap penerjemah diharapkan memahami sedekat
mungkin naskah asli yang diterjemahkan. Setiap penerjemah yang sungguh-
sungguh berhak menggunakan semua pengetahuannya dan pengalaman yang
dimilikinya untuk memahami al-Qur’an. Namun demikian, kadang-kadang
dalam menerjemahkan teks-teks masih juga mengalami beberapa kesulitan di
antaranya:54
a. Kata-kata bahasa Arab yang ada dalam al-Qur’an mempunyai arti lain
dari yang dipahami oleh Rasulullah. Hal ini dapat dimengerti karena semua
bahasa itu mengalami transformasi sehubungan dengan perkembangan
penutur bahasa yang bersangkutan.
b. Sehubungan dengan perkembangan transformasi bahasa Arab, ahli-
ahli tafsir berikutnya banyak meninggalkan penafsiran-penafsiran terdahulu
tanpa ada alasan yang cukup jelas.
c. Setiap akar kosakata bahasa Arab klasik begitu luas sehingga sulit
sekali memperoleh diksi kosakata dalam penerjemahan ke dalam bahasa
modern secara analitis kata demi kata atau memakai kata yang sama dengan
bahasa asalnya dalam nash al-Qur’an.
d. Setiap terjadi kekeliruan atau bertolak belakang dalam beberapa
materi tertentu dalam kosakata al-Qur’an yang begitu kaya yang
membedakan antara pengertian benda dan gagasan tertentu dengan kata-kata
yang khusus, yang juga dalam bahasa Inggris merupakan kata yang umum.
e. Tujuan Tuhan itu abadi dan perencanaan-Nya sempurna, sedangkan
akal manusia itu terbatas pada tingkat yang sebaik-baiknya. Dalam pribadi

53
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
54
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
34

seseorang yang sama intelek dapat tumbuh ataupun merosot bergantung pada
kekuatan atau keluasan pengalamannya.
1. Pendekatan yang Digunakan
Abdullah Yusuf Ali telah menerjamahkan al-Qur’an dari bahasa Arab
sebagai bahasa sumber ke dalam bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran. Ia
menerjamahkan sesuai dengan terjamah, yakni mengartikan kosakata secara
leksikal dengan tidak menafikan pengertian gramatikal, kontekstual dan
kondisi sosio-kultural, sehingga terlepas dari pelarangan atau haramnya
terjamah kosakata secara harfiah.55
Abdullah Yusuf Ali menterjamahkan al-Qur’an dengan ulasan yang puitis
dalam jumlah ayat yang cukup banyak. Ia telah mengulas terjamahannya
dalam bentuk numeralisasi sebanyak 300 ulasan dalam bentuk syair, ulasan
ini dibuat pada setiap ayat yang dianggap perlu. Umpamanya, surah Yasin
yang terdiri atas 83 ayat, mulai dari introduction to sura xxxvi (Yasin) pada
halaman 1168 sampai dengan halaman 1188. Ulasan yang dibuat dan dibagi
dari ayat 1 sampai dengan 32 pada halaman permulaan dalam surat ulasan
no.194. Ulasan berikutnya dibuat dalam surat yang sama yang dibuat dari
ayat 33 sampai dengan 50 dalam ulasan nomor 195 pada halaman 1177.
Ulasan berikutnya dari ayat 51 sampai dengan ayat 83 dengan nomor ulasan
196 itu pada halaman 1181. Selain itu, ia membuat catatan kaki dari awal
surah sampai sampai akhir surah dalam 30 juz Alquran sebanyak 6311
catatan. Dalam contoh surah tersebut di atas dapat dilihat beberapa banyak
catatan kaki yang telah dibuatnya. Catatan kaki mulai dari nomor 3943 pada
ayat I surah yang bersangkutan sampai catatan kaki nomor 4029 pada
halaman 1188.56

55
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
56
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
35

Ulasan Abdullah Yusuf Ali ini merupakan penjelasan umum yang


mencakup makna leksikal, gramatikal, kontekstual dan sosial-kultural
sehingga memberi kesan para penerjemah tetap terikat kepada bahasa baku
dalam al-Qur’an. Dengan demikian, terjamahan harus mematuhi kaidah-
kaidah bahasa al-Qur’an, sedangkan tafsir yaitu interpretasi dari terjemahan
tersebut disajikan di samping sebagai ulasan. 57
Catatan kaki merujuk kepada sumber dari pembahasan. Catatan kaki itu
dapat merupakan sumber kutipan dalam pembahasan atau uraian sehingga
jelas dari makna seorang penulis mengutip serta terhindar dari perbuatan
kriminal ilmiah (plagiat). Di samping itu, catatan kaki juga berarti penjelasan
sesuatu dalam bahasan atau uraian yang dianggap penting bagi yang
memerlukannya. Sesuatu dalam pembahasan atau uraian itu biasanya
berbentuk konsep atau istilah yang memerlukan penjelasan. Adapun catatan
kaki yang digunakan oleh Abdullah Yusuf Ali lebih cenderung kepada
penjelasan arti kosakata sehingga terhindar dari makna leksikal atau harfiah
saja. Catatan kaki adalah cara penafsirannya dalam bentuk catatan bawah
yang banyak membuka cakrawala pikiran pembacanya dan yang
menyebabkan tafsir ini menduduki tempat yang tinggi dan menjadi acuan
penting.
Untuk memperoleh gambaran tentang apa dan siapa Abdullah Yusuf Ali
dalam kaitannya dengan penguasaan bahasa Arab dan bahasa Inggris serta
pembelajaran berbagai terjemahan kitab-kitab suci dapat digambarkan
sebagai berikut.58
Setelah itu, ia mengembara ke kota-kota besar di Eropa dan kemudian
menetap di London. Di ibu kota Inggris ini ia tinggal cukup lama. Ia
mengenal baik kebudayaan Barat dan falsafahnya. Ia bergaul dengan pemuka

57
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
58
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 9-14.
36

agama lain dan mendapatkan kesempatan yang lebih baik mempelajari


berbagai terjemahan kitab-kitab suci mereka dengan tekun, sehingga dapat
dikatakan banyak yang sudah dihafalnya, selain minatnya yang tak putus-
putusnya yang hendak memperdalam al-Qur’an dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan hal itu.
Cukup lama ia menekuni pengajian mengenai al-Qur’an dan mengenai
seluk-beluk tafsirnya yang klasik dan mutakhir yang ditulis dalam bahasa-
bahasa Barat dan Timur. Semua ini diserapnya dengan baik sekali. Abdullah
Yusuf Ali juga dikenal sebagai seorang peminat sastra terutama sastra Persia
dan Inggris Klasik. Dia mengenal baik sekali karya-karya Shakespeares dan
puisi-puisi Milton, Wordsworth, Shelley, Tennyson, Keats dan yang lain. 59
Kemudian dari itu, Penjaga kedua Mesjid Suci Raja Fahd ibn Abd al Aziz
al-Su‘ud Raja Kerajaan Saudi Arabia melalui King Fahd Holy Qur’an
Printing Complex memuat pernyataan sebagai berikut:
Satu-satunya acuan Abdullah Yusuf Ali dalam edisi ini adalah pada
catatan pada pengantar yang dipersiapkan oleh kepresidenan. Terjamahan
dari Abdullah Yusuf Ali, dipilih sebagai terjamahan yang dapat dipercaya
karena ciri-cirinya yang menonjol, yaitu gayanya yang sangat anggun, pilihan
kata-katanya yang dekat dengan makna dan teks aslinya disebabkan karena
tejemahan itu disertai catatan dan ulasan ilmiah. 60
2. Karakteristik Tafsir The Holly Qur’an
The Holy Qur’an, karya Abdullah Yusuf Ali ini, memiliki karakteristik
tidak seperti kebanyakan tafsir yang ditulis dalam bahasa Arab karena
memiliki ciri-ciri tertentu sebagai berikut:
a. dimulai dari pengantar, isi, dan penutup. Tafsirnya diakhiri dengan
menyertakan indeks analisis untuk membantu pembaca menemukan

59
Ali Audah, Qur’an-Terjamahan dan Tafsirnya. (Jakarta: Pustaka Firdaus. 1993), hlm.
V.
60
Sherif, Jiwa Yang Resah, Biografi…, hlm. 232.
37

semacam short-cut tema-tema yang ingin dikaji topik-topik yang ingin ditulis
pada bagian awal: Tafsir Alquran, terjemahan dan buku acuan (sejarah
perkembangan terjemah)
b. mengungkapkan pandangan/kritikan terhadap karya terdahulu
c. kitab tafsir fortable yang merupakan ciri khas yang ditonjolkan;
d. memberikan catatan-catatan tafsir yang bagian bawah dibuat padat
dan berusaha menghindari komentar yang kurang releven dengan
yang dibahas
e. lebih banyak membahas persoalan spiritual
f. menghindari perdebatan teologis, legalistik, linguistik-gramatikal dan
filologi yang uraiannya bersifat teknis sengaja disingkirkan
g. mengungkap asbab al-Nuzul untuk membantu memahami teks.61
3. Corak Tafsir The Holy Qur’an
Holy Qur’an adalah tafsir yang bercorak spritual/sufistik. Penafsiran-
penafsiran spritualnya banyak berfokus pada simbol-simbol yang terungkap
dalam al-Qur’an. Pikiran ini didasarkan pada kenyataan bahwa al-Qur’an itu
seluruhnya merupakan ayat-ayat (tandat-anda) Allah. Hal ini membuat
Abdullah Yusuf Ali sangat tertarik kepada semua yang dipandang sebagai
simbol di dalam al-Qur’an dan melakukan takwil atas simbol-simbol itu serta
memberi tekanan pada makna batinnya “hermeneutika eksoterik”.

Abdullah Yusuf Ali menggunakan beberapa istilah untuk mengacu


kepada bahasa simbolis al-Qur’an, seperti metafora (metaphor), alegori
(allegory), di samping simbol (symbol) dan makna yang figuratif (figurative
meaning, figurative word). Semua istilah ini mengandung pengertian bahwa
makna yang dimaksud oleh suatu kata bukanlah makna harfiah, melainkan
makna lain di baliknya.

61
Ibrahim, “telaah the holy qur’an.., hlm. 16.
38

Dari satu perspektif dapat dikatakan bahwa makna lain dibalik pengertian
literal itu adalah kualitas-kualitas spiritual atau kebenaran-kebenaran rohani
atau kenyataan-kenyataan tinggi (high realities). Analogi langit dan bumi,
seperti yang dikemukakan di atas. Berarti perlu adanya kebenaran-kebanaran
rohani yang tergantung dari kebenaran yang tinggi sampai kepada yang
paling rendah dan kasar dari ciptaan-Nya. Realitas-realitas tertinggi seperti
surga dan neraka, pahala dan dosa, akhirat dan keadilan, semua itu mungkin
dipahami dengan ungkapan-ungkapan metaporis berupa perumpamaan-
perumpamaan (mithalat) seperti yang terdapat dalam al-Qur’an surah Al-
Zumar (39):27:

٢٧62 ‫ولقدْ ضربْنا للنَّاس ف ْي ٰهذا ْالق ْر ٰان م ْن ك ّل مث ٍل لَّعلَّه ْم يتذ َّكر ْون‬
Artinya: Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al
Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.(Qs.
az-Zumar: 27).

Abdullah Yusuf Ali menafsirkan ayat “Min Kulli Matsal” dengan:

“Men can only understand high spiritual truths by parables and


similitudes and these are given abundantly in the Qur’an. The object is not
merely to tell stories, but to teach lessonc of spiritual wisdom”

Manusia dapat memahami kebenaran rohani yang tinggi hanya dengan


perumpamaan-perumpamaan (parabel-parabel) dan majas-majas (similitudes)
dan semua ini terdapat banyak sekali dalam al-Qur’an, tujuannya bukan
hanya menceritakan kisah-kisah, melainkan untuk mengajarkan
kebaijaksanaan rohani. Abdullah Yusuf Ali tidak mengingkari pemaknaan
fisik atas ayat-ayat al-Qur’an. Ia membenarkan pengertian fisik, namun ia

62
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. az-Zumar: 27. t.dt.
39

memberikan penekanan yang lebih kuat pada makna rohaninya. Hal ini
tampaknya, karena Abdullah Yusuf Ali tertarik pada kenyataan bahwa al-
Qur’an merupakan ayat-ayat (tanda-tanda Allah), yang berarti bahwa firman-
rirman Allah itu tidak hanya merupakan pernyataan fisikal. Allah juga
mengungkapkan kenyataan-kenyataan spiritual (sisi batin ayat), yang fisikal
dan spiritual dibedakan bukan dalam pengertian yang dua lisme, dimana yang
satu benar-benar dari yang lain. Bahkan keduanya menampakkan keserasian
dan integritas dalam arti kenyataan-kenyataan fisik sepadan dengan
kenyataan-kenyataan spiritual. 63

Penggunaan takwil untuk memahami al-Qur’an dimungkinkan al-Qur’an


menjalin hubungan maknawi antara 3 realitas, yaitu Allah, kosmos, dan
manusia. Tugas utama manusia adalah mengabdi pada realitas tertinggi
mengenai-Nya. Pengertian inilah yang menyimpulkan sebagai tanda-tanda
Allah. Artinya, pengertian yang ditunjuk oleh bahasa al-Qur’an yang
simbolik itu, tidak secara intrinsic yang terdapat dalam bahasa itu sendiri,
tetapi terdapat dalam realitas. Ada satu cara penafsiran yang sangat menarik
64
dalam konteks sekarang ini, yakni takwil, yang kadang-kadang disebut
dengan “hermeneutisme esoterik”.

Sebagian ulama tafsir menyamakan arti antara tafsir dengan takwil.


Kedua istilah ini dianggap bermakna penjelasan atau keterangan tentang al-
Qur’an. Tetapi jika perbedaan itu dilihat diantara keduanya, takwil sering
dikatakan mengacu pada pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dengan
memperhatikan implikasi-implikasi yang tersembunyi di bawah atau dibalik
makna harfiyah. Atau, kemungkinan tafsir adalah ulasan yang didasarkan

63
Ibrahim, “telaah the holy qur’an…, hlm. 16-17.
64
Muhammad ‘Ali. Al-Shaubuni, Al-Tibyan fi‘Ulum al-Qur’an. Riyad: Dar al-Kutub,
t.th, hlm. 89.
40

atas apa yang diturunkan pada kita lewat tradisi, sementara takwil menambah
dimensi perenungan pribadi. 65

4. Rujukan Tafsir The Holy Qur,an


Dalam menulis tafsirnya, Abdullah Yusuf Ali mengambil dari berbagai
sumber sejauh yang dapat dikumpulnya menyangkut tema-tema atau ilmu
yang terkait dengan bahasan al-Qur’an. Sumber-sumber yang digunakan
tidak terbatas pada sumber klasik dan tidak juga terbatas pada sumber
kepustakaan. Ia melakukan perjalanan ke tempat-tempat tertentu untuk
menghayati pesan makna al-Qur’an. Wawancara kepada orang yang
dianggapnya ahli atau otoritatif juga dilakukannya untuk mendalami bidang-
bidang tertentu untuk ditafsirkannya. 66

Di antara kitab tafsir yang dijadikan rujukan Abdullah Yusuf Ali ialah
antara lain:
a. Tafsir al-Thabari: Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H.) yang
memfokuskan pada sumber informasi sejarah yang lengkap, karena penulis
ini adalah seorang ahli sejarah.
b. Mufradat al-Qur’an: Raghib al-Ishfahani (w. 503 H.) merupakan
kamus kosakata dan ungkapan-ungkapan yang sulit dalam al-Qur’an,
termasuk kata-kata kiasan.
c. Tafsir al-Kashshaf: Abu Qasim Mahmud al-Zamakhshari (w. 538 H.)
merupakan suatu tafsir yang berisikan penjelasan mengenai kalimat,
ungkapan dan ajaran yang rasional dan etika yang jelas. Tafsir ini juga
dikenal dengan tafsir yang beraliran Mu‘tazilah.

Sachiko Murata, The Tao of Islam, “Kitab Rujukan tentang Relasi Gender dalam
65

Kosmologi dan Teologi Islam”. Cet. I. (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hlm. 300.
66
Ibrahim, “telaah the holy qur’an Karya abdullah yusuf ali”…, hlm.16-19.
41

d. Tafsir al-Kabir: Fakhr al-Din Muhammad al-Razi (w. 606 H.) Tafsir
ini juga dikenal dengan nama Tafsir Mafatih al-Ghayb, Sesuai dengan
keahliannya dalam hal ilmu filsafat dan ilmu alam, maka dalam menafsirkan
sarat ditemukan penjelasan-penjelasan ayat kauniyah dengan bahasan yang
luas, sekaligus melakukan kritis terhadap pendapat para filosof.
e. Anwar al-Tanzil: Qadhi al-Qudhat Nash al-Din Abu Khayr Abd Allah
bin Umar bin Muhammmad bin Ali al-Baidhawi al-Shafi`i (w. 685 H.) Tafsir
ini juga dikenal dengan Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta`wil. Dalam metode
penafsiran beliau dapat dikategorikan sebagai tafsir bi al-ra’y dan tafsir bi al-
ma’qul yang tidak seratus persen menyandarkan pendapatnya pada hasil
penalaran akal semata.
f. Tafsir Ibnu Kathir: Imad al-Din Abu Fida‘ Isma‘il bin Kathir al-
Dimashq (w. 774 H.). Tafsir al-Qur’an al-Azhim atau dikenal dengan Tafsir
Ibnu Kathir adalah kitab yang paling banyak dikutip dan dijadikan rujukan
oleh para ulama.
g. Tafsir al-Manar: Muhammad Abduh dan Rashid Rida. Di dalam al-
Manar, Muhammad Abduh hanya menafsirkan sampai dengan juz dua belas
dari al-Qur’an, dan kemudian dilanjutkan oleh muridnya Rashid Rida. Tafsir
ini bercorak adab al-Ijtima`i karena banyak memuat masalah-masalah sosial
kemasyarakatan.
h. Di samping kitab-kitab yang disebut di atas, Abdullah Yusuf Ali
berpandangan bahwa al-Qur’an itu adalah penafsir dirinya yang terbaik.
i. Dan masih banyak tafsir dan kitab-kitab, baik berbahasa Inggris
maupun berbahasa Arab. Di antaranya: al-Mufradat, Lisan al-Arab,
Dictionary dan Glossary of the Koran oleh J. Penrice, English-Arabic
Lexicom oleh E.W. Lane, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an oleh Jalal al-Din al-
Suyuth,i Encyclopaedia of Islam, Encyclopaedia Britannica, dan lain-lain. 67

67
Ibrahim, “telaah the holy qur’an”…, hlm.16-19.
BAB III

KARAKTER MUSLIMAH IDEAL DALAM AL-QUR’AN

A. Karakter Muslimah pada Orang Tua


1. Menghormati Orang Tua
Salah satu ciri pembeda dari wanita muslimah sejati adalah perlakuannya
yang baik dan penuh hormat kepada orang tuanya. Islam menganjurkan untuk
menghormati orang tua dan memperlakukan mereka dengan baik. Dalam
berbagai teks dalam al-Qur’an maupun Sunnah, wanita muslimah mana pun
yang tau akan pentingnya dan wajibnya patuh pada orang tua tidak punya
pilihan lain kecuali tetap patuh pada ajaran-ajaran tersebut dan
memperlakukan orang tuanya dengan baik dan hormat, tidak masalah apa
pun situasi dan kondisi hubungan antara anak dan orang tua.

‫ال ايَّاه وب ْالوالديْن ا ْحسٰ ًن ۗا ا َّما يبْلغ َّن ع ْندك ْالكبر‬


ٰٓ َّ ‫ضى ربُّك ا َّال ت ْعبد ْٰٓوا ا‬
ٰ ‫۞ وق‬
68
ٍ ّ ‫احدهما ٰٓ ا ْو ك ٰلهما فال تق ْل لَّهما ٰٓ ا‬
)23( ‫ف َّوال ت ْنه ْرهما وق ْل لَّهما ق ْو ًال كر ْي ًما‬
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (Qs. al-
Isra: 23).

Muslimah sejati tidak akan melupakan jasa orang tuanya yang telah
mengandung dan mengurusi dari buaian hingga ia dewasa, Muslimah sejati

68
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Isra: 23, t.dt.

43
44

akan tetap terus berbakti kepada kedua orang tuanya, melayaninya dengan
sepenuh hati ikhlas tanpa harapan apapun. Karena muslimah sejati saat ia tau
bahwa berbuat baik kepada orang tua bagian perintah dari-Nya, maka tidak
lagi untuk mengabaikan kesempatan untuk mengabdi dirinya pada orang
tuanya.
Wanita muslimah yang hatinya diterangi dengan cahaya tuntuan al-
Qur’an selalu tanggap dan menerima perintah agama ini, yang dibacanya di
dalam ayat yang menganjurkan untuk memperlakukan orang tua dengan baik.
Karena itu, kebaikan hati dan penghargaannya terhadap mereka akan
meningkat dan ia akan semakin senang melayani mereka, Sekalipun bila ia
memiliki suami, rumah, anak-anak dan tanggung jawab lain:

(36)… 69 ‫ّٰللا وال ت ْشرك ْوا ب ٖه شيْـًٔا َّوب ْالوالديْن ا ْحسانًا‬


‫۞ واعْبدوا ه‬
Artinya: [Beribadahlah kepada Allah, dan jangan sekutukan ia, dan
berbuatlah baik kepada kedua orang tua…]. (Qs. an-Nisa: 36).

(8) 70 …‫صيْنا ْاال ْنسان بوالديْه ح ْسنًا‬


َّ ‫وو‬

Artinya: [Kami perintahkan manusia untuk berbuat kepada orang


tuanya…].(Qs. al-Ankabut:8).

‫صيْنا ْاال ْنسان بوالديْه حمل ْته ا ُّمه و ْهنًا ع ٰلى و ْه ٍن َّوفصاله ف ْي عاميْن ان‬ َّ ‫وو‬
(14) 71‫ي ْالمصيْر‬ َّ ‫ا ْشك ْر ل ْي ولوالدي ْۗك ال‬
Artinya: [Dan kami memerintahkan manusia (untuk berbuat baik) kepada
orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

69
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. an-Nisa: 36, t.dt.
70
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Ankabut: 8, t.dt.
71
Qs. Qur’an Kemenag, 2002, al-Luqman: 14, t.dt.
45

kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah tempatmu


kembali.](Qs. al-Luqman: 14).

2. Baik dan Hormat kepada Orang Tuanya.


Nabi meninggikan ajarannya pada tingkatan baru ketika ia menganjurkan
para pengikutnya untuk memperlakukan orang tua mereka dengan baik dan
hormat sekalipun bila mereka taat kepada agama selain Islam. Ini jelas dari
hadits Asma binti Abu Bakar Siddiq, yang berkata:
“Ibuku datang padaku dan ia musyrik pada zaman Nabi, Aku bertanya
pada Nabi, Ibuku datang padaku dan perlu bantuanku, karena itu haruskah
aku membantunya?’ Ia berkata, Ya, selalu berhubunganlah dengan ibumu
dan bantulah ia.”72
Muslimah sejati yang memahami makna di tuntunan al-Qur’an dan ajaran
Nabi pasti akan menjadi orang terbaik di antara umat terhadap orang tuanya,
pada segala zaman. Inilah yang di lakukan sahabat dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan ikhlas. Seorang pria bertanya pada Sa’id bin
Musyyab: “Aku mengerti semua ayat tentang kebaikan dan hormat kepada
orang tua, selain kalimat namun sapalah mereka dengan kata-kata yang
penuh rasa hormat. Bagaimana aku bisa menyapa mereka dengan kata-kata
yang penuh rasa hormat?” Said menjawab: “Ini berarati bahwa kamu harus
menyapa mereka seperti seorang hamba menyapa tuannya.” Ibnu Sirrin
berbicara pada Ibunya dengan suara yang lembut, seperti suara orang sakit,
karena rasa hormatnya kepada ibunya. 73
3. Patuh kepada Orang Tua
Karena wanita muslimah bersegera untuk memperlakukan orang tuanya
dengan baik dan hormat, ia juga takut melakukan dosa karena membantah
mereka, karena ia menyadari besarnya dosa yang di anggap sebagai dosa

72
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.192-193.
73
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.192-193.
46

besar (al-kaba’ir). Ia tahu betul gambaran yang menakutkan dari orang yang
tidak mematuhi orang tuanya di dalam Islam. Ini menjaga kesadarannya dan
melunakkan segala kekerasan hati dan perasaan yang mungkin ia
sembunyikan.
Islam membuat perbandingan antara ketidakpatuhan terhadap orang tua
dan kejahatan yang menyekutukan Allah dengan yang lain, karena
membentuk hubungan antara keyakinan sejati kepada Allah dan perlakuan
terhadap orang tua yang penuh rasa hormat. Ketidakpatuhan kepada orang
tua adalah kejahatan yang amat buruk, dan wanita muslimah berjanji untuk
tidak melakukan kejahtan semacam itu, karena merupakan dosa besar dan
kesalahan yang paling buruk. Abu Bakar Nufa’I bin Harits berkata:
Rasulyllah bertanya kami tiga kali, “maukah kalian kuberi tahu apa
dosa-dosa besar itu?” kami berkata, “Ya Rasulullah.” Beliau bersabda,
“Menyekutukan Allah dengan yang lain dan tidak mematuhi orang tua.”74
4. Memperlakukan Orang Tua dengan Baik
Wanita muslimah yang memegang teguh nilai-nilai Islam baik dan
menghargai orang tuanya, memperlakukan mereka dengan baik dan memilih
cara terbaik untuk berbicara dengan mereaka dan berhubungan dengan
mereka. Ia berbicara pada mereka dengan segala kepedulian, merendahkan
diri di hadapan mereka, seperti diperintahkan Allah di dalam al-Qur’an. Ia
tidak pernah mengucapkan kata umpatan atau kasar kepada mereka, tidak
peduli bagaimana situai dan kondisinya.
Wanita muslimah bersikap baik dan hormat kepada kedua orang tuanya
dalam segala situasi dan kondisi dan ia tidak menyia-nyiakan usaha untuk
membuat mereka bahagia, sebanyak yang ia bisa dan dalam batas-batas yang
di izinkan Islam. Maka, ia terus memantau keadaan mereka dari waktu ke
waktu, melayani mereka, sering menginjungi mereka dan menyapa mereka

74
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 193-194.
47

dengan senyum yang menyenangkan, hati yang penuh cinta, pemberian yang
menyenangkan, dan kata-kata yang baik.75
Ini cara ia memperhatikan mereka selama kehidupan mereka. Setelah
mereka meninggal, ia menunjukan cinta dan hormatnya dengan mendoakan
mereka, memberikan sedekah atas nama mereka, dan melunasi hutang-hutang
mereka kepada Allah dan orang lain.
B. Karakter Muslimah pada Masyarakat
1. Memberikan Perlakukan yang Baik pada Masyarakat
Wanita muslimah memiliki sifat yang baik, mulia, ramah, santun, lembut
tutur katanya, dan taktis. Ia suka dengan orang lain dan orang lain
menyukainya. Dengan demikian, ia mengikuti teladan Nabi SAW seperti
yang digambarkan oleh sahabat, beliau yang merupakan “manusia terbaik
dalam bersikap terhadap orang lain.” 76

ۗ ‫و ْلتك ْن ّم ْنك ْم ا َّمةٌ يَّدْع ْون الى ْالخيْر ويأْمر ْون ب ْالم ْعر ْوف وي ْنه ْون عن ْالم ْنكر‬
ٰۤ
77
)104( ‫ول ِٕىك هم ْالم ْفلح ْون‬ ‫وا‬
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs.
ali-Imran: 104).

Muslimah cerdas yang berperan pada masyarakatnya akan memberikan


kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian pada masyarakatnya. Muslimah
sejati tentu tau yang harus diberikan dalam bentuk sikap dan prilaku seperti

75
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 199-202.
76
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 385.
77
Qur’an Kemenag, 2002, Ali Imran: 104, t.dt.
48

apa? Tentu muslimah sejati akan berusaha memberikan yang terbaik dan
tidak mengecewakan.

Wanita muslimah sejati tidak hanya berusaha untuk membebaskan


dirinya dari sifat-sifat negatif, ia juga berusaha menawarkan nasihat yang
tulus kepada setiap wanita yang dikenalnya yang telah melanggar tuntunan
Allah SWT dan betapa banyak wanita yang telah melakukan kekeliruan dan
amat memerlukan seseorang yang dapat memberinya nasihat dan
membimbingnya kembali ke jalan lurus yang diperintahkan Allah kepada kita
semua.

Disinilah peran muslimah dibutuhkan di masyarakat untuk saling


mengingatkan karena saling mengingtkan atau Dakwah adalah bagian
kewajiban setiap muslim maka tidak perlu di bebankan, mesti kita
melakukannya dengan gembira dan hanya mengharapkan ridha Allah.
Dakwah disampaikan dengan tujuan untuk memperbaiki setiap
akidah/kepercayaan, menguatkan hubungan dengan Allah. Dan menjelaskan
kepada masyarakat berbagai pemecahan problematika kehidupan. 78

Wanita muslimah yang jiwanya hanya terisi oleh kemurniaan Islam dan
bersih dari segala noda egois dan kecintaan dengan pamer diri. Menuntun
orang lain untuk berbuat amalan saleh bila ia mengenal mereka, sehingga
kebaikan akan bersinar dan orang akan mengambil manfaat dari itu. Hal yang
sama berlaku ketika amalan baik dilakukan oleh dirinya sendiri atau orang
lain, karena ia tahu bahwa orang yang menuntun orang lain untuk melakukan
amalan baik akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukan
perbuatan itu sendiri, seperti disabdakan Nabi SAW:

78
Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hiduo dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Fikrul
Islam, 2019), hlm. 105-106.
49

“siapa pun yang menuntun orang lain untuk melakukan kebaikan akan
mendapatkan pahala seperti pahala dari orang yang melakukan perbuatan
baik tersebut.”79
a. Tidak Turut Campur dalam Hal-hal yang Tidak Ada Sangkut Pautnya
dengan Dirinya
Wanita muslimah sejati bijaksana dan pandai memilah-memilih, ia tidak
turut campur dalam persoalan yang tidak bersangkut-paut dengan dirinya, ia
juga tidak melibatkan dirinya ke dalam kehidupan pribadi wanita di
sekitarnya. Ia tidak ikut-ikutan dalam urusan mereka atau memaksakan
dirinya masuk ke dalam lingkup mereka atau memakasakan dirinya masuk ke
dalam urusan mereka atau memaksakan dirinya masuk ke dalam lingkup
mereka dengan cara apa pun karena ini dapat mengakibatkan dosa atau
kesalahan di pihaknya. Dengan menghindari turut campur dalam persoalan
yang tidak ada kaitannya dengan dirinya, ia melindungi dirinya dari
perbincangan yang sia-sia dan tidak ada gunanya, karena ia taat pada prinsip
Islam yang logis yang meninggikan muslimah di atas kekonyolan semacam
itu, melengkapi dirinya dengan sikap terbaik dan bimbingannya menuju jalan
terbaik dalam bergaul dengan orang lain:
“Suatu tanda keberadaan manusia sebagai Muslim yang baik adalah
keharusan untuk menjauh dari persoalan-persoalan yang tidak ada
hubungannya dengan dirinya.”
2. Tidak Menghujat Kehormatan Orang lain dan Mencari-cari Kesalahan
Mereka
Wanita muslimah yang takut kepada Tuhan menahan lidahnya, tidak
mencari-cari kesalahan orang atau menghujat kehormatan mereka, dan tidak
suka obrolan semacam itu tersebar di dalam masyarakat muslim. Ia bertindak
sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah, yang menyebarkan peringatan

79
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 398-399.
50

keras kepada pria dan wanita yang menghujat kehormatan orang lain,
sehingga mereka akan menerima hukuman yang berat di dunia dan akhirat: 80

ٌ ‫ا َّن الَّذيْن يحب ُّْون ا ْن تشيْع ْالفاحشة فى الَّذيْن ٰامن ْوا له ْم عذ‬
‫اب ال ْي ٌۙ ٌم فى الدُّ ْنيا‬

ْٰ ‫و‬
‫االخر ۗة و ه‬
(19) 81‫ّٰللا ي ْعلم وا ْنت ْم ال ت ْعلم ْون‬
[Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang
amat keji tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab
yang pedih di dunia dan di akhirat, Dan Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.] (Qs. an-Nur: 19).
3. Tidak Pamer dan Tidak Angkuh
Wanita muslimah tidak sedikit pun angkuh dan suka pamer karena
pengetahuan Islamnya melindunginya dari kesalahan semacam itu. Ia tahu
bahwa inti dari agama ini adalah keikhlasan terhadap Allah dalam kata dan
perbuatan, sedikit pun keinginan untuk pamer akan menghalangi pahala,
membatalkan amalan baik, dan menyebabkan kehinaan pada hari
perhitungan.82
4. Tidak Pandang Bulu dalam Menilai
Wanita muslimah mungkin berada dalam posisi diharuskan membentuk
opini atau penilaian tentang orang atau persoalan tertentu. Inilah tempat dari
keimanan, pengetahuan umum dan ketaqwaannya terungkap. Wanita
muslimah sejati menilai secara adil dan tidak pernah pincang, memihak atau
dipengaruhi oleh kepentingannya sendiri, tidak peduli bagaimana situasi dan
kondisinya, karena ia tahu dari ajaran Islam bahwa adil dan menghindari
keberpihakan merupakan pusat dari keimanannya, seperti dinyatakan dalam

80
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 419.
81
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. an-Nur: 19), t.dt.
82
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 423.
51

ayat al-Qur’an dan Sunnah yang jelas dan tidak membingungkan dan
tercermin dalam perintah-perintah yang tidak menyisakan tempat bagi
ketidak jujuran:

‫ّٰللا يأْمرك ْم ا ْن تؤدُّوا ْاالمٰ ٰنت ا ٰلٰٓى ا ْهله ٌۙا واذا حك ْمت ْم بيْن النَّاس ا ْن‬
‫۞ ا َّن ه‬

(58) 83‫ّٰللا كان سم ْي ًع ۢا بصي ًْرا‬ ‫ت ْحكم ْوا ب ْالعدْل ۗ ا َّن ه‬


‫ّٰللا نع َّما يعظك ْم ب ٖه ۗ ا َّن ه‬
Artinya: [Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat]
5. Tidak Bersenang-senang di Atas Kemalangan Orang Lain
Wanita muslimah yang ikhlas yang benar-benar menyerap sikap-sikap
Islam tidak bersenang-senang di atas kemalangan orang lain, karena Schaden
Freude (kesenangan di atas penderitaan orang lain) merupakan suatu sikap
yang menyakitkan dan hina yang tidak boleh terjadi kepada wanita yang
takut kepada Allah, yang mengerti ajaran agama mereka. Nabi SAW
melarang sikap ini dan mengingatkan. 84
“jangan menunjukan kesenangan di atas penderitaan saudaramu, karena
Allah akan mengampuninya dan menimpakan kemalangan atas kamu.”
Dalam Islam tidak di anjurkan bersenang-senang diatas penderitaan
saudaranya, belum bisa membantu untuk meringankan setidaknya dapat
menjaga perasaan hati saudaranya dengan ikut merasakan iba.
C. Karakter Muslimah pada Diri Sendiri
Isalam menganjurkan kepada kaum muslimin untuk tampil ditengah
masyarakat, mudah dibedakan dari pakaian, penampilan dan perilakunya,

83
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. an-Nisa: 58, t.dt.
84
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 440.
52

sehingga mereka bisa juga menjadi teladan, pantas membawa pesan besar
bagi kemanusiaan.85 Menurut hadits yang dikisahkan oleh sahabi bin al-
Hanzaliyah Nabi SAW bersabda kepada para sahabat, saat mereka dalam
perjalanan untuk menemui beberapa saudara satu keyakinan:

‫ي ق ْل ّال ْزواجك وب ٰنتك ونس ۤاء ْالمؤْ منيْن يدْنيْن عليْه َّن م ْن جالبيْبه ۗ َّن‬ ُّ ‫ٰيٰٓايُّها النَّب‬
86
‫ٰذلك اد ْٰن ٰٓى ا ْن يُّ ْعر ْفن فال يؤْ ذي ْۗن وكان ه‬
(59) ‫ّٰللا غف ْو ًرا َّرح ْي ًما‬
Artinya: Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih
mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.(Qs. al-Ahzab: 59).

Sejatinya, Muslimah adalah sosok penuh teladan yang meneduhkan.Tidak


hanya ketika di lihat dari luar, tetapi juga aura perilaku dari dalam memancar
menyejukan bukan sebaliknya. 87

Karakter muslimah pada dirinya bahwa ia peduli dengan tubuh serta


kehormatan dirinya, maka penting bahkan wajib muslimah untuk
mengenakan pakaian syar’i dengan jilbab atau bahasa kerennya zaman
sekarang yaitu gamis yang longgar dan khimar yang menutupi dada. Karena
sebagai bentuk wujud perhatian muslimah kepada dirinya maka muslimah
sejati akan berusaha untuk menjaga dan menaati dan mengamalkan.

85
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 136-138.
86
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Ahzab: 59, t.dt.
87
Desti Annor, The Kaffah Muslimah Syar’i Lahir Syar’I Batin, (Solo: Tiga Serangkai,
2019), hlm. 9.
53

Karenanya muslimah wajib mengetahuinya apa kewajiban muslimah


seluruhnya, terhadap nikmat tubuh yang muslimah miliki. Berikut
penjelasannya:88
1. Kewajiban Terhadap Tubuhnya
a. Menjaga Kecantikan
Seorang muslimah mempunyai kewajiban untuk menjaga dan merawat
kecantikan tubuhnya. Tentu saja perawatan kecantikan oleh seorang
muslimah bukan di maksudkan untuk mengundang fitnah bagi laki-laki,
tetapi dalam rangka menjaga krsyukuran kepada Allah SWT. Karenanya
dandanan seorang muslimah tidak boleh melanggar aturan-aturan syariat,
baik dalam cara, tempat, dan tujuannya. 89
Smart is beauty. Cantik tidak hanya diukur dari fisik, tetapi juga
kecerdasan. 90 Wanita muslimah yang cantik sesungguhnya cantik hatinya
yang selalu berzikir dan selalu beprasangka baik padaNya, cantik pikiran
intelektualnya, cantik rupanya yang tida bosan untuk di pandang karena
basahnya air wudhu bukan karena bedak yang tebal tujuh senti.
b. Berolahraga secara Teratur
Wanita muslimah tidak lupa menjaga kebugaran fisik dan energinya
dengan mengikuti latihan-latihan yang di anjurkan Islam. Ia tidak hanya puas
dengan makanan alami, Ia juga mengikuti program olahraga yang
terorgnaisasi, yang sesuai dengan kondisi fisik, berat badan, usia dan status
sosialnya. Latihan-latihan tersebut memberikan kecerdasan, kecantikan,
kesehatan, kekuatan dan kekebalan tubuh terhadap penyakit; ini
menjadikannya lebih mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya dan lebih
bugar dalam mengisi perannya dalam hidup, baik sebagai istri maupun ibu,

88
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.139-140.
89
Takariawan, dkk, Keakhwatan, Bersama Tarbiyah…,hlm. 88-89.
90
Dian Nafi, Muslimah Cantik Gaya, dan Shalihah, (Solo: Tiga Serangkai, 2018), hlm.
39.
54

wanita muda atau lanjut usia. Dalam kisah romatika dari Sayidah Aisyah
dengan Nabi pun di ceritakan betapa pentingnya olahraga dalam kehidupan?
Yaitu karena untuk menjaga keseimbangan hidup. Seperti dalam riwayat al-
Nasa’i yaitu:
Telah mengabarkan kepada kami ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali bin al-
Missisi, telah menceritakan kepada kami Sa‘id bin Mugirah Abu ‘Usman al-
Assayyad di dalam kitab perjalanan, telah menceritakan kepada kami al-
Fazari, dari Hisyam bin Urwah, dari Abi Salamah bin ‘Abdirrahman, telah
mengabarkan kepada kami Aisyah, bahwa ia bersama Nabi saw dalam salah
satu perjalanannya sementara ketika itu tubuhku masih kurus dan tidak
gemuk. Beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya; ‘Majulah!’. Kemudian
beliau berkata kepadaku; ‘Kemarilah kepadaku, aku akan mengajakmu
lomba berlari’ akan tetapi kemudian aku (Aisyah) yang memenangkannya.
Di lain waktu dalam perjalanan lainnya,. Beliau berkata kepada sahabat-
sahabatnya; ‘Majulah!’. Kemudian beliau kembali berkata kepadaku;
‘Kemarilah kepadaku, aku akan mengajakmu lomba berlari’. Ketika itu aku
telah lupa dan tubuhku telah menjadi gemuk,. Aku pun berkata padanya :
‘Bagaimana aku bisa melakukan itu sementara tubuhku telah menjadi
gemuk’. Beliau menyuruhku untuk tetap melakukannya. Kami pun berlomba
dan beliau mengalahkanku. Lalu Beliau berkata: “Ini menggantikan
kekalahan pada perlombaan terdahulu”91
c. Tubuh dan Pakaiannya Bersih
Wanita muslimah yang benar-benar mengikuti ajaran-ajaran Islam
menajga agar tubuh dan pakaiannya selalu bersih. Ia mandi teratur, sesuai
dengan ajaran Nabi, yang menasehatkan agar umat muslim mandi, terutama,
pada hari jumat: “mandilah pada hari jumat dan cucilah kepalamu, sekalipun

91
Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin Syu‘aib al-Nasa’i, al-Sunan al-Kubra, Vol. VIII
(Beirut : Mu’assasah al-Risalah, 1421 H/2001 M), hlm. 178.
55

tidak dalam kondisi janabah (tidak suci, misalnya setelah hubungan suami-
istri) dan memakai wewangian.”92 Dalam Qs. at-Taubah ayat 108 di
sampaikan bahwa Allah menyukai orang-orang yang bersih. Nah Allah saja
sudah memberikan kode-kode agar kita merawat kebersihan diri. 93
d. Menjaga Kebersihan Mulut dan Gigi
Wanita muslimah yang pintar menjaga kesehatan mulut, karena tidak ada
seorang pun yang suka dengan bau mulut yang tidak sedap. Ia melakukan hal
ini dengan cara membersihkan gigi dengan siwak, sikat gigi, pasta gigi dan
berkumur setelah makan. Ia memeriksakan gigi dan datang ke dokter gigi
setidaknya sekali setahun, walaupun ia tidak merasa sakit, untuk menjaga
agar giginya tetap sehat dan kuat. Ia berkonsultasi dengan otolaryngologis
(dokter THT) bila perlu, sehingga napasnya tetap segar dengan bersih.
Demikianlah seharusnya wanita muslimah itu. Aisyah amat rajin menjaga
kebersihan giginya: Ia tidak pernah lalai memebersihkan gigi dengan siwak,
seperti dikisahkan Bukhari dan Muslim dari sejumlah sahabat:
Dari Urwah melalui Ata:
“kami mendengar Aisyah Ummu Ummat sedang membersihkan giginya
di kamarnya…”94
e. Merawat Rambut
Nabi juga mengajarkan umat muslim untuk merawat rambut mereka dan
membuatnya tampak cantik dan menarik, dalam batas-batas yang diatur oleh
Islam. Ini dikisahkan dalam hadits yang dikutip oleh Abu dawud dari Abu
Hurairah, yang mengatakan: “Rasulullah SAW bersabda: Siapa saja yang
punya rambut, maka peliharalah dengan bai.” Mememelihara rambut,

92
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.141.
93
Darvina Rianda, Beauty Under Cover For Muslimah Rahasia Perawatan Kecantikan
dan Penampilan Muslimah Modern, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2017), hlm. xx
94
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.146.
56

menurut ajaran Islam, termasuk membersihkannya, menyisirnya,


meminyakinya agar wangi dan menatanya dengan rapi.
Nabi tidak suka dengan orang-orang yang tidak menyisir rambut dan
tidak diikat, sehingga tampak moster jahat, ia menyamakan penampilan yang
buruk tersebut dengan syaitan. Dalam Al Muwwata, Imam malik melaporkan
sebuah hadits dengan suatu mursal isnad dari Afa bin Yasar, yang
mengatakan:

“Rasulullah SAW sedang berada dalam masjid, saat seorang pria dengan
rambut tidak diikat dan jenggot tak rapi tak masuk. Nabi menunjuk padanya,
seolah mengtakan padanya agar merapikan rambut dan jenggotnya. Pria itu
pergi dan mematuhinya, kemudian kembali. Nabi bersabda: “Nukankah lebih
baik begini daripada siapapun kalian datang dengan rambut tidak terikat,
sehingga tampak seperti syaitan?”

Perumpamaaan orang yang tidak rambut rapi dengan syaitan amat


menunjukkan betapa Islam amat memperhatikan penampilan yang rapih dan
menyenangkan, dan betapa Islam menentang penampilan yang buruk dan
tidak rapi. 95
f. Penampilan yang Rapi
Tidak mengherankan bahwa wanita muslimah memberikan perhatiannya
terhadap pakaian dan penampilan, namun tidak berlebihan atau berniat
memamerkan diri. Ia memiliki penampilan yang menyenangkan bagi suami,
anak, mahram, wanita musliamh lainnya dan masyarakat merasa nyaman
dengannya. Ia tidak serampangan dengan berpenampilan kumal dan tidak
rapih dan ia selalu memeriksa merawat dirinya, sesuai dengan ajaran Islam,
yang menyuruh umatnya tampak rapi dengan cara-cara yang di ijinkan.

95
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.147-149.
57

‫الر ْز ۗق ق ْل هي للَّذيْن‬ َّ ‫ّٰللا الَّت ْٰٓي ا ْخرج لعباد ٖه و‬


ّ ‫الطيّ ٰبت من‬ ‫ق ْل م ْن ح َّرم زيْنة ه‬

ّ ‫ٰامن ْوا فى ْالح ٰيوة الدُّ ْنيا خالصةً ي َّْوم ْالق ٰيم ۗة ك ٰذلك نف‬
ٰ ْ ‫صل‬
‫اال ٰيت لق ْو ٍم‬

(32)96‫يَّ ْعلم ْون‬


Artinya: [katakanlah: “siapakah yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah
yang mengharapkan) rizki yang baik?” katakanlah: Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus
(untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat
itu bagi orang-orang yang mengetahui.]
Al-Qurthubi mengatakan: Makhul mengisahkan dari Aisyah ra:
Sekelompok sahabat Nabi SAW menunggu beliau di pintu, maka beliau
bersiap-siap untuk menemui mereka. Ada sebuah bejana di dalam rumah, dan
beliau berkaca di situ, merapikan jenggot dan rambutnya. Saya bertanya pada
beliau, “Ya Rasulullah, mengapa melakukan itu?” Beliau menjawab, “Ya,
bila orang keluar untuk menemui saudaranya, maka ia harus mempersiapkan
dirinya dengan baik, karena Allah itu indah dan mencintai Keindahan.”97
Muslimah dan umat muslim laki-laki melakukan ini sesuai ajaran ide-ide
dalam Islam yang di sampaikan dalam al-Qur’an dan al-hadits. Agar dapat
menyesuiakan keperibadiannya yang sesuai ketentuan dan tidak melampaui
batas yang di tentukan.
g. Tidak Berlebihan dalam Merawat Penampilan dan Tidak
Memamerkan Tubuhnya
Meperhatikan penampilan tidak boleh membuat wanita muslimah
terjebak dalam pamer (tabaruj) dan menunjukan kecantikan kepada orang

96
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-A’raf: 32, t.dt.
97
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.150-151.
58

lain yang bukan suami dan mahramnya, Ia tidak boleh merusak


keseimbangan yang merupakan dasar ajaran Islam, Karena wanita muslimah
selalu bertujuan untuk tidak berlebihan dalam segala sesuatu dan waspada
agara terhindar merugikan salah satu aspek kehidupan demi kebaikan bagi
aspek lainnya.
Tidak pernah lupa, bahwa Islam yang menganjurkannya untuk tampil
menarik dalam batas-batas yang di perbolehkan, juga merupakan agama yang
mengingatkannya agar tidak berlebihan sehingga ia menjadi budak dari
penampilannya, seperti sebuah hadits:
“hal yang sial adalah menjadi budak uang dan pakaian bagus yang
terbuat dari beludru dan sutra. Bila diberi ia senang dan bila tidak diberi ia
sedih.”98
Wanita muslimah sekarang dengan berkembangnya zaman yang semakin
modern serba mudah dan cepat, banyak para muslimah dalam berpenampilan
dan merawat tubuh dengan berlebihan di luar batas, yang menjadikannya
ketagihan dan akhirnya ingin terus-terus melakukannya tanpa ada yang
terlewat. Setiap bulan ada model baru pakaian dengan cepatnya langsung
order, esoknya lagi ada model baru alat-alat kecantikan ia membelinya lagi,
perawatan yang ber jam-jam yang menjadikan banayak waktu terbuang
hanya untuk mengurusi penampilan, dalam Islam menganjurkan muslimah
dengan berpenampilan dan menjaga tubuhnya dengan batas-batas ketentuan,
segala sesuatu yang berlebihan Allah tidak menyukainya. Dalam dalinya:

(141) 99‫…وال تسْرف ْوا ۗانَّه ال يحبُّ ْالمسْرفي ٌْۙن‬


[…dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan.] (Qs. al-An’am: 141).

98
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.154-155.
99
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-An’am: 141, t.dt.
59

2. Kewajiban Terhadap Hatinya


a. Memelihara Jiwanya denga mencari Ilmu Pengetahuan
Wanita muslimah yang peka memeihara jiwanya sebagaimana ia
memelihara tubuhnya, karena jiwa tidak tidak kurang pentingnya di
bandingkan tubuh. Dahulu, pujangga Zuhair bin Abi Sulma berkata:
“Lidah seseorang adalah separuh dari dirinya, dan separuh yang lain
adalah hatinya. Tidak ada yang tersisa kecuali gambaran daging dan
darah.”100
Ini beararti bahwa seseorang tersusun atas hati dan lidahnya, dengan kata
lain, apa yang ia pikirkan sesuai dengan yang ia katakana. Dengan demikian,
pentingnya pemeliharaan jiwa seseorang dan masoknya dengan berbagai ilmu
pengetahuan yang bermanfaat amat jelas. 101
Wanita muslimah bertanggung jawab sebagai seorang manusia, sehingga
ia juga diharapkan untuk mencari pengetahuan, baik yang “religious”
maupun “sekuler”, yang akan memberikan manfaat baginya. Saat ia
membacakan sebuah ayat (at-Taha. 20:114) dan mendengar hadits, “mencari
ilmu adalah wajib bagi. Setiap muslim,” ia tahu bahwa ajaran al-Qur’an dan
Sunnah sama-sama ditujukan pada laki-laki dan perempuan, dan bahwa ia
juga berkewajiban untuk mencari berbagai ilmu pengetahuan yang
diwajibkan pada individu dan masyarakat (fardu ain dan fardu kifayah) untuk
mencarinya sejak kewajiban tersebut di umumkan kepada masyarakat
muslim. 102
Wanita muslimah amat berhasrat pada ilmu pengetahuan dan mereka
tidak pernah sungkan-sungkan untuk bertanya tentang ajaran-ajaran (ahkam)

100
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.157-158.
101
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.157-158.
102
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.157-158.
60

Islam, karena mereka menanyakan tentang kebenaran, dan [Allah tidak malu
untuk mengatakan (kepadamu) kebenaran] (Qs. al-Ahzab: 53).103
b. Yang harus Diketahui Wanita Muslimah
Hal pertama yang harus diketahui wanita muslimah adalah cara membaca
al-Qur’an dengan baik dan benar (tajwid) dan mengerti maknanya. Kemudian
ia harus belajar ilmu hadits, Sirah Nabi, dan sejarah para wanita sahabat dan
Tasi’in, yang merupakan tokoh-tokoh menonjol dalam Islam. Ia harus
mencari sebanyak mungkin pengetahuan fiqih yang diperlukan untuk
menjamin agar ibadah dan persoalan sehari-hari benar dan ia harus
memastikan bahwa ia sudah memahami benar prinsip-prinsip dasar
agamanya. 104
Kemudian ia harus mengarahkan perhatiannya pada tugas khsusunya
dalam hidup, yaitu merawat rumah suami, keluarga dan anak-anaknya
dengan sebaik-baiknya, karena ia adalah makhluk yang diciptakan Allah
khusus menjadi ibu dan memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi
rumahnya. Ia adalah seorang yang diberikan Allah tanggung jawab yang luar
biasa untuk membesarkan anak-anak yang cerdas dan bersemangat. Dewasa
ini ada banyak pepatah dan pribahasa yang menggambarakan pengaruh
wanita terhadapa keberhasilan suami dan anak-anaknya dalam kehidupan
beprestasi mereka, seperti “Carilah Wanita Sejati”, Di belakang setiap pria
hebat terdapat seorang wanita”, dan “Orang yang menggoyang ayunan bayi
dengan tangan kanan dan menggoyang dunia dengan tangan kirinya” dan
lain-lain. 105
Tidak ada wanita biasa melakukan semua itu kecuali ia pintar dan
berwawasan luas, berkeperibadian kuat dan kemurnian hati. Dengan

103
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.157-158.
104
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.157-158.
105
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.163-164.
61

demikian ia memerlukan pendidikan, koreksi dan tuntunan dalam


membentuk keperibadian Islamnya yang baik. 106
c. Prestasi Wanita Muslimah di Bidang Ilmu Pengetahuan
Seorang Muslimah berhak memahami dan menguasai ajaran-ajaran
agama serta menjadi pendidik yang baik oleh karenanya berhak meraih
kemuliaan. Ia memiliki kesempatan yang sama untuk meraup ridha Allah
beserta penghargaan prestasi dan cinta sesama hamba. 107
Pintu gerbang ilmu pendidikan terbuka bagi wanita muslimah dan ia
boleh memasuki pintu manapun yang ia pilih, selama tidak bertentangan
dengan hakikat wanita, namun mengembangkan pikirannya dan
meningkatkan pertumbuhan dan kematangan emosionalnya. Kita ketahui
bahwa sejarah penuh dengan berbagai teladan wanita yang layak untuk
dicatat, yang mencari ilmu pengetahuan dan amat cakap di bidangnya.
Yang paling utama adalah di antara mereka adalah ibu mereka orang-
orang yang beriman Aisyah ra, yang merupakan sumber utama hadits dan
ilmu Sunnah dan merupakan faqihah pertama dalam Islam saat masih belia,
belum genap 19 tahun. 108
Ilmu dan pemahamnnya yang mendalam tidak terbataskan pada
persoalan-persoalan agama saja, ia pun punya pengetahuan tentang puisi,
kesusastraan, sejarah dan obat-obatan, serta cabang-cabang ilmu yang dikenal
pada masanya. Faqih para muslim, Urwah bin Zubair, dikutip oleh anaknya
Hisyam ketika menyatakan: “saya belum pernah melihat seorang pun yang
lebih banyak pengetahuannya dalam fiqih atau obat-obatan atau puisi di
bandingkan Aisyah.”

106
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.163-164.
107
Layyinahal-Himshi, Muslimah Pembelajar Memandu Anda Jadi Wanita Hebat dan
Menghebatkan, (Jakarta: Markaz al-Naqid al-Tsaqafi, 2013), hlm. 13.
108
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.165-166.
62

Diantara kisah-kisah dalam berbagai buku kesusastraan yang membahas


pengetahuan luas Aisyah adalah yang menggambarakan bagaimana Aisyah
binti Talhah ada dalam pengajian Hisyam bin Abdul Malik, di mana terdapat
para syeikh Bani Umayyah. Mereka telah menyebutkan sejarah Arab, perang
maupun puisi Arab, namun Aisyah binti Talhah tidak terlibat dalam diskusi
tersebut, Hisyam berkata padanya, “sebagai orang yang baru pertama kali
datang ke diskusi tersebut, saya tidak melihat hal aneh (dalam
pengetahuannya tentang hal tersebut), namun dari mana kamu mendapatkan
pengetahuan perbintangan?” Ia berkata, Saya belajar dari bibi (dari ibu) saya
Aisyah. 109
Aisyah ra memilih jiwa yang selalu ingin tahu dan selalu ingin belajar.
Kapan pun ia mendengar sesuatu yang tidak ia ketahui, ia akan bertanya
samapai ia paham. Kedekatannya pada Rasulullah SAW seperti sebuah kapal
yang penuh dengan pengetahuan. Imam Bukhari mengisahkan dari Amu
Mulaikah bahwa, Aisyah, Istri Nabi SAW tidak pernah sekalipun mendengar
sesuatu yang tidak ia ketahui, namun ia akan terus mencarinya samapai ia
paham. Nabi SAW bersabda, “siapa pun yang diminta pertanggung jawaban
akan dihukum.” Aisyah berkata: ‘Aku berkata, “Namun tidakkah Allah
berfirman [Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah]
(Qs.Al-Insyiqaq. 84:8). Belaiu bersbda, “Itu menunjukan pada Al-Ard (ketika
semua orang dihadapkan pada Allah (pada hari perhitungan); namun siapa
pun akan diperiksa secara terperinci dan dijatuhi hukuman.”
Di samping memiliki banyak ilmu pengetahuan, Aisyah ra juga
karismatik dalam hal ceramah. Saat ia berbicara, ia merebut perhatian orang
yang mendengarkannya dan amat dalam mempengaruhi mereka menurut Al-
Ahnaf bin Qays:

109
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.167-168.
63

“saya mendengar ceramah Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali dan Khulafa
yang muncul sesudah mereka, namun saya tidak pernah mendengar ceramah
sekharismatik dan seindah ceramah Aisyah”.110
Wanita muslimah modern, dengan melihat kehebatan peninggalan para
wanita dalam sejarah Islam, dipenuhi dengan hasrat mencari ilmu
pengetahuan, karena wanita-wanita hebat tersebut terkemuka dan dikenal
dalam sejarah karena ilmu pengetahuan mereka. Jiwa mereka hanya bisa
dikembangkan, dan karakter mereka hanya bisa berkembang dalam
kebijaksanaan, kematangan dan wawasan, melalui ilmu pengetahuan. 111
d. Tidak Percaya Takhayul
Wanita muslimah yang memiliki cukup ilmu pengetahuan menghindari
segala jenis takhayaul konyol dan mitos-mitos yang tidak masuk akal, yang
cenderung terjadi pada wanita-wanita yang tidak berpendidikan dan ceroboh.
Wanita muslimah yang memahami ajaran-ajaran agamanya percaya
bahwa bertanya kepada cenayang, dukun, peramal, dan sejenisnya
merupakan sumber takhayul dan mitos. Percaya pada kata-kata mereka
merupakan salah satu dari dosa besar yang menghapus amalan-amalan baik
manusia dan menyeretnya ke kehinaan baginya di hari pembalasan. Muslim
mengisahkan dari beberapa Istri Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

“Siapa pun yang datang pada dukun dan bertanya padanya tentang apa
pun, doa-doanya tidak akan diterima selama 40 hari.”

Abu Dawud menceritakan sebuah hadits Abu Hurairah, tentang Nabi


SAW yang bersabda:
“Siapa pun yang pergi ke dukun dan percaya dengan ucapannya,
berarati telah mengingkari kata-kata yang diucapkan oleh Muhammad.” 112

110
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.167-168.
111
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 172.
112
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 172-173.
64

e. Tidak Pernah Berhenti Membaca dan Belajar


Wanita muslimah tidak membiarkan tugas-tugas rumah tangga dan
tanggung jawabnya sebagai ibu menghambatnya untuk membaca, karena ia
mengerti bahwa membaca adalah sumber, yang akan memasok jiwanya
dengan makanan, yaitu ilmu pengetahuan, yang dibutuhkan untuk tumbuh
dan berkembang.
Wanita muslimah yang memahami bahwa mencari ilmu pengetahuan
adalah tugas yang di tuntut oleh agamanya tidak pernah berhenti mengisi
jiwanya dengan ilmu pengetahuan, tidak masalah seberapapun sibuknya ia
dengan tugas-tugas rumah tangga atau mengasuh anak-anaknya. Ia mencari
sela-sela dari seluruh waktunya, di manapun untuk membaca sebuah buku
bagus, atau majalah yang bermanfaat, sehingga akan memperluas cakrawala
berpikirnya dengan pengetahuan akademis, social, maupun kesusastraan yang
bermanfaat, sehingga meningkat kemampuan intelektualnya. 113 Karena buah
akal adalah kecerdasan, kecerdikan nalar, kebenaran pendapat, kecepatan
berpikir, kecepatan analisa, ketelitian pemahaman, dan kecepatan dalam
menanggapi. 114
3. Kewajiban terhadap Ruhaninya
Wanita muslimah tidak lupa memoles jiwanya melalui ibadah, dzikir
(mengingat), dan membaca al-Qur’an, ia tidak pernah lalai melaksanakan
ibadah tepat pada waktunya. Sebagaimana merawat tubuh dan jiwanya, ia
juga menjaga ruhaninya, karena ia tahu bahwa umat manusia tersusun atas
tubuh, jiwa, dan ruh, dan ketiganya patut mendapatkan perhatian yang tepat.
Orang dibedakan dari keseimbangan yang ia miliki antara tubuh, jiwa dan
ruh, sehingga tak satupun yang di perhatikan dengan mengorbankan aspek

113
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 173-174.
114
Syaikh Qasim Asyur, Kisah Kecerdasan Kaum Perempuan di Era Awal Islam,
(Bekasi Barat: Sukses Publishing, 2013), hlm. 13.
65

lainnya. Memiliki keseimbangan serupa pasti akan menghasilkan karakter


yang matang, tidak berlebihan dan logis.
a. Mealksanakan Ibadah Secara Teratur dan menyucikan Ruhnya
Wanita muslimah memberikan perhatian penuh pada ruhnya dan
memolesnya melalui iabadah, melakukannya dengan suatu pendekatan yang
murni dan tenang yang memungkinkan makna-makna spiritual untuk masuk
lebih mendalam ke dalam dirinya. Ia menjauhkan dirinya dari terburu-buru
dan ingin cepat selesai dalam kehidupan, tetapi berkosentrasi pada ibadahnya
sesuai dengan kemampuannya. 115
Wanita muslimah juga selalu mensucikan dirinya dengan memohon
ampun atas setiap kesalahn dan dosa-dosa, dan segera memperbaiki
kesalahannya, bertobat dengan sungguh-sungguh bejanji tidak akan
mengulangi kesalahannya lagi. Inilah sikap yang luhur, para wanita
muslimah yang takut kepada Allah SWT:

ۤ
‫شي ْٰطن تذ َّكر ْوا فاذا ه ْم‬ ٌ ‫ا َّن الَّذيْن اتَّق ْوا اذا مسَّه ْم ٰط ِٕى‬
َّ ‫ف ّمن ال‬

(201)116‫ُّمبْصر ْون‬
[Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka di timpa was-
was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya.](Qs. al-A’raf: 201)
Wanita muslimah selalu mencari pertolongan Allah SWT dalam
memperkuat dan menyucikan jiwanya dengan terus-menerus beribadah dan
mengingat Allah, intropeksi diri dan selalu mengingat hal-hal yang disukai
Allah. Karena apa pun yang disukai Allah akan dihindarinya. Dengan

115
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.175.
116
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-A’raf: 201, t.dt.
66

demikian, ia akan tetap berada di jalan yang benar, tidak pernah menyimpang
atau berbuat kesalahan.
b. Berteman dengan Orang-orang Saleh/Salihah dan Ikut Serta dalam
Pengajian
Untuk menjaga martabat yang tinggi, wanita muslimah memilih teman
yang saleh dan takut kepada Allah, yang akan menjadi teman sejati dan
memberikan nasihat-nasihat yang sungguh-sungguh, dan tidak berkhianat
dalam perakataan atau perbuatan. Teman-teman yang baik berpengaruh besar
dalam menjaga wanita muslimah di jalan yang benar, dan membantunya
mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan sifat-sifat yang halus.
Seorang teman yang baik dalam berbagai contoh mencerminkan prilaku dan
sikap seseorang.
“Jangan bertanya tentang seseorang: tanyakan tentang teman-temannya,
karena setiap teman mengikuti teman-temannya.”
Berbaur dengan orang-orang sopan menunjukan keturunan yang baik dan
tujuan-tujuan yang luhur dalam kehidupan seseorang:
“Dengan berbaur bersama orang-orang yang terhormat maka kamu
menjadi salah satu dari mereka, dengan demikian kamu tidak boleh
menganggap sembarang orang sebagai seorang teman.”117
c. Terus Menerus Membaca Do’a dan Shalawat yang Ada dalam Hadits
Wanita muslimah sejati suka beajar do’a dan dzikir mengikuti teladan
Nabi SAW dan sahabat-sahabtnya dan mengulang-ulang doa pada waktu-
waktu tertentu, sebanyak yang ia mampu. Dengan cara ini, hatinya akan tetap
terfokus pada Allah SWT, ruhaninya dibersihkan dan disucikan dan imanya
akan meningkat.
Wanita muslimah modern amat membutuhkan santapan ruhani, untuk
mengasah ruhaninya dan menjauhkan diri dari niat-niat buruk dan gangguan

117
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 177-178.
67

yanga tidak sehat dari kehidupan modern, yang bisa menyeret ke kehinaan
pada para wanita dalam masyarakat yang menyimpang dari tuntunan Allah
SWT dan mengirim kelompok-kelompok wanita ke neraka, seperti
diperlihatkan Nabi SAW: “Saya melihat ke dalam neraka, dan melihat
bahwa mayoritas penghuninya adalah wanita.” Wanita muslimah yang
memahami ajaran-ajaran agamanya memperhatikan arah yang ia jalani dan
berusaha keras untuk memperbaiki amalan-amalan baik, sehingga ia selamat
dari jebakan-jebakan yang mengerikan. Syaitan-syaitan dalam diri manusia
dan jin berusaha untuk menjatuhkan wanita ke dalam jebakan itu, kapan pun
dan di mana pun.118

D. Karakter Muslimah pada Rabnya

Sebagai hamba Allah yang beriman, akhwat muslimah sudah seharusnya


menyadari bahwa hidup menuntut banyak sekali peran untuk mengatasi
berbagai tantangannya yang demikian kompleks. Akhwat muslimah ialah
sosok yang di tunggu perannya ditengah masyarakat karena persoalan
perempuan sesungguhnya sangat banyak dan semua membutuhkan peran
akhwat muslimah yang berkualitas. Namun sebesar apa pun beban tanggung
jawab yang diembannya, tugas dan kewajiban kepada Allah SWT, tetaplah
harus ditunaikan terlebih dahulu dan diutamakan. Mengapa? Karena nilai dan
kadar suatu kewajiban diukur berdasarkan kedudukan pihak yang memberi
tugas dan kewajiban itu. Sebagai apa pun manusia hidup di dunia ini, maka
predikat hamba Allah adalah di atas segala-galanya. Peran dan tanggung
jawab sesama manusia, siapa pun mereka, harus di tunaikan setelah atau

118
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 181-182.
68

dalam kerangka penunaian tugas-tugas kepada Allah, Tuhan dan pemberi


nikmat kepada umat manusia. 119

Berikut dalam firman-Nya:

ٰٓ
‫ي اذا ج ۤاءك ْالمؤْ م ٰنت يباي ْعنك ع ٰلى ا ْن َّال ي ْشر ْكن ب ه‬
‫اّٰلل شيْـًٔا َّوال‬ ُّ ‫ََٰٰٓ ايُّها النَّب‬

ٍ ‫يسْر ْقن وال ي ْزنيْن وال ي ْقت ْلن ا ْوالده َّن وال يأْتيْن بب ْهت‬
‫ان يَّ ْفتريْنه بيْن ايْديْه َّن‬

‫وا ْرجله َّن وال ي ْعصيْنك ف ْي م ْعر ْوفٍ فباي ْعه َّن واسْت ْغف ْر له َّن ه‬
‫ّٰللا ۗا َّن ه‬
‫ّٰللا غف ْو ٌر‬

(12) 120‫َّرح ْي ٌم‬


Artinya: Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan yang mukmin
datang kepadamu untuk mengadakan bai‘at (janji setia), bahwa mereka tidak
akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat
dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak
akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Qs.al-Mumtahanah:12).

Seorang muslimah yang masuk Islam harus mengucapkan janji setia.


Yusuf Ali meng khususkan ayat ini untuk muslimah karena mengingat
sejarah terdahulu masyarakat yang datang dari kaum musyrik. Maka perlu
dengan ini di adakan janji-janji setia sebagai bukti keseriusan kaum
muslimah akan setia dengan hijrahnya masuk Islam, adapun janji-janji
muslimah pada saat itu diantaranya: pertama, menyembah kepada Allah,

119
Cahyadi Takariawan, dkk, Keakhwatan, Bersama Tarbiyah UKhty Muslimah
Tunaikan Amanah, (Surakarta: Pt Era Adicitra Intermedia, 2018), hlm. 52.
120
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Mumtahanah: 12, t.dt.
69

artinya Muslimah sejati Tuhan yang satu-satunya di sembah hanyalah Allah


SWT. Kedua tidak mencuri barang milik orang lain yang bukan miliknya
sendiri, ketiga tidak mengumbar nafsu kelamin di luar ikatan pernikahan,
keempat tidak membunuh anak-anaknya, kelima tidak melakukan perbuatan
yang keji yang di larang Allah, keenam patuh dengan syariat-Nya.

Berdasarkan kisah ini seharusnya seorang muslimah mengerti hanya


Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Setelah itu, seorang muslimah
hendaknya menunjukkan semua bentuk ibadah hanya kepada-Nya dan
bertakwa hanya kepada-Nya, ketika sepi maupun ramai, karena di dalam
hatinya tertancap kuat perasaan takut kepada Allah. Sesuai perintah-Nya
dalam QS Adz-Dzaariyaat: 56.

(56) 121‫وما خل ْقت ْالج َّن و ْاال ْنس ا َّال لي ْعبد ْون‬
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
merka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. az-Zariat: 56).

Sebagai mahluk Alllah, kita diciptakan tidak lain untuk beribadah


kepada-Nya. 122 Ibadah merupakan kewajiban yang disyariatkan Allah agar
dikerjakan setiap orang muslim, sehingga dia bisa mengetahui keagungan
khaliq, dan sekaligus dia bisa membersihkan dirinya serta menyucikan
jiwanya. 123 Menyempurnakan ibadah merupakan salah satu upaya untuk
menyempurnakan ketaatan kepada Allah. Ibadah mahdhah (ibadah yang
murni merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung)
salah satunya. Salah satu contoh dari ibadah mahdhah adalah salat. Beberapa

121
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. az-Zariat: 56, t.dt.
122
Rochma Yulika dan Umar Hidayat, Untuk Muslimah Yang Tak Pernah Lelah
Berdakwah, (Yogyakarta: Darul Uswah, 2009), Hlm. 17.
123
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Dosa-Dosa Wanita, (Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2010), hlm. 17.
70

upaya untuk menyempurnakan salat misalnya, memastikan suci badan,


pakaian, dan tempat salatnya, meninggalkan salat dan puasa ketika haid
(dengan memperhatikan waktu mulai dan berakhirnya haid), mendirikan salat
pada waktunya dengan memahami syarat, rukun, dan sunnah-sunnahnya.124

Muslimah mempunyai hak untuk memperoleh pahala atas ibadah yang


dilakukannya untuk Allah. Janji Allah ini tertera dalam QS Ali-Imraan:195.

‫ال اضيْع عمل عام ٍل ّم ْنك ْم ّم ْن ذك ٍر ا ْو ا ْن ٰثى ب ْعضك ْم‬


ٰٓ ‫فاسْتجاب له ْم ربُّه ْم انّ ْي‬

ٍ ‫ّم ۢ ْن ب ْع‬
(195) …125 ‫ض‬
Artinya: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang
yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena)
sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain…” (Qs. ali-Imran:
195).

Serta dalam QS A-Nahl: 97.

‫م ْن عمل صال ًحا ّم ْن ذك ٍر ا ْو ا ْن ٰثى وهو مؤْ م ٌن فلن ْحيينَّه ح ٰيوة ً طيّبةً ولن ْجزينَّه ْم‬

(97) 126‫ا ْجره ْم با ْحسن ما كان ْوا ي ْعمل ْون‬


Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri

124
https://medium.com/@media.banghayaat/kewajiban-dan-hak-muslimah-terhadap-
rabb-c16ab0c1924d, t.dt.
125
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. Ali-Imran: 195, t.dt.
126
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. an-Nahl: 97, t.dt.
71

balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.”

Perlu ketahui seorang muslimah dengan Rabnya memiliki kewajiban-


kewajiban untuk para muslimah yang harus dilakukan, diantaranya:

1. Menyembah Kepada Allah SWT


Tidak mengejutkan bila Wanita Muslimah sejati menyembah Tuhannya
dengan antusias karena ia tahu bahwa ia wajib melaksanakan semua perintah
Allah yang telah dibebankan kepada setiap muslim baik pria maupun wanita.
Karena itu ia melaksanakan tugas-tugas Islam dengan benar, tanpa banyak
dalih atau kompromi dan melalikannya. 127
Seabagaimana dalam dalilya yang artinya:
Artinya: ”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu, janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”128
2. Melalakukan Salat Lima Waktu Secara Teratur Setiap Hari
Salat menjadi parameter bagi seorang Muslim dalam kehidupannya.
Bagus atau tidaknya agama seorang diukur salatnya. 129 Rasulullah SAW
bersabda: “Salat adalah tiang Agama, barang siapa yang menegakannya
maka sesungguhnya dia telah menegakkan agama dan barangsiapa
meninggalkannya maka sesungguhnya dia telah menghancurkan agama.”

127
Muhammad Ali al-Hasyimi, Muslimah Ideal, Pribadi Islami dalam al-Qur’an dan
as-Sunnah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013), hlm.8.
128
Terj, Qur’an Kemenag, 2002, Qs. Al-Baqarah: 21-22, t.dt.
129
Takariawan, dkk, Keakhwatan, Bersama Tarbiyah…, hlm. 54.
72

Muslimah wajib tau mendirikan salat lima waktu itu wajib dikerjakan
setiap sehari, karena salat adalah rukun Islam yang kedua dan di wajibkan
pada waktu yang telah ditentukan, Salat adalah salah satu ibadah mahdah
(murni) yang harus dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT,
dan sesuai dengan yang di contohkan Rasulullah SAW. 130 Bagian dari
kewajiban setiap hamba-Nya yang harus ia lakukan, Ia melakukan salat wajib
lima waktu setiap hari tepat pada waktunya dan tidak membiarkan urusan-
urusan rumah tangga sebagai istri maupun ibu menghambat kewajiban
salatnya.131

Dari 'Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Aku pernah bertanya pada


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Amalan apakah yang paling
afdhol?' Nabi menjawab, 'Salat pada waktunya.' Lalu aku bertanya lagi,
'Terus apa?' 'Berbakti pada orang tua,' jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam. 'Lalu apa lagi,' aku bertanya kembali. 'Jihad di jalan Allah,' jawab
Nabi.132

Salat adalah penghubung antara hamba dan Tuhannya, ini adalah sumber
untuk mendapatkan kekuatan, ketabahan, ampunan dan ketenangan dan
merupakan sarana membersihkan diri dari noda-noda dosa.133 Abu Hurairah
ra meriwayatkan:

130
Arif Rahman, Panduan Sholat, wajib dan Sunah sepanjang masaRasulullah, (Shalih,
2016), hlm 19, t.tp.
131
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 8-9.
132
HR. Bukhari no. 7534 dan Muslim no. 85, t.dt.
133
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.9.
73

‫صراط ْالمسْتقيم صراط الَّذين أ ْنع ْمت عليْه ْم غيْر‬ ّ ‫ {ا ْهدنا ال‬:‫فإذا قال‬
134
‫ هذا لعبْدي ولعبْدي ما سأل‬:‫ْالم ْغضوب عليْه ْم وال الضَّالّين} قال‬

Artinya: Dan ketika hamba berkata (yang artinya), “(yaitu) jalan orang-
orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”; Allah Ta’ala
berfirman, “Ini adalah untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa
yang dia minta.”

Salat adalah sebuah ampunan yang diberikan pada hamba-Nya, mereka


mencari naungan-Nya lima kali sehari dan memuji nama-Nya,
mengagungkan-Nya, meminta pertolongan-Nya, memohon ampunan dan
tuntunann-Nya, Jadi salat menjadi sarana penyucian orang yang
melaksanakannya, baik pria maupun wanita, Membersihkan diri dari dosa-
dosa mereka. 135 Usman bin Affan mengatakan:

Lima salat yang telah Allah Ta’ala wajibkan kepada para hamba-Nya.
Siapa saja yang mendirikannya dan tidak menyia-nyiakan sedikit pun
darinya karena meremehkan haknya, maka dia memiliki perjanjian dengan
Allah Ta’ala untuk memasukkannya ke dalam surga. Sedangkan siapa saja
yang tidak mendirikannya, dia tidak memiliki perjanjian dengan Allah
Ta’ala. Jika Allah menghendaki, Dia akan Menyiksanya. Dan jika Allah
Menghendaki, Allah akan memasukkan ke dalam Surga.”136

Ada banyak sekali hadits yang menyinggung pentingnya salat dan berkah
yang di bawanya untuk pria dan wanita yang melaksanakannya, serta

134
HR. Muslim No. 395, t.dt.
135
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.10.
136
HR. Abu Dawud no. 1420, An-Nasa’i No. 426 dan Ibnu Majah No. 1401, shahih,
t.tp.
74

berlimpahnya manfaat yang akan mereka peroleh dari situ, setiap kali mereka
berdiri menghadap Allah dengan sikap rendah hati dan tobat.137

Muslimah sejati juga berusaha keras melakukan salat dengan benar,


dengan kosentrasi dan ketepatan gerak fisik yang tinggi. Ia memikirkan
makna ayat yang ia bacakan dan kata-kata memuji dan mensucikan nama
Allah yang ia ucapkan. Jiwanya dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah dan
dengan rasa syukur terhadap-Nya dan ibadah yang tulus kepada-Nya. Bila
syaitan membisiskan sesuatu padanya saat ia salat, untuk mengganggunya
dari kehusyukan salat, untuk menjauhkan godaan syaitan itu, ia
memfokuskan pada kata-kata yang ia bacakan dari al-Qur’an dan kata-kata
pujian yang ia ucapkan. 138

Dengan demikian wanita musliamh menyelesaikan salatnya, memurnikan


di dalam dan jiwanya dan mengisinya dengan semangat spiritual, yang akan
membantunya mengatasi beban kehidupan sehari-hari, dengan mengetahui
bahwa ia di dalam perlindungan Allah. Ia tidak akan panik bila ada hal buruk
menimpanya, tidak pula menjadi lupa diri bila menerima keberutungan. Ini
adalah sikap dari wanita salehah yang menyembah dan takut kepada Allah
SWT.

3. Membayar Zakat
Wanita muslimah membayar zakat atas hartanya, bila ia cukup kaya
untuk bertanggung jawab atas zakat. Setiap tahunnya pada waktu yang telah
ditentukan, ia menghitung berapa banyak harta yang ia miliki dan
membayarkan sejumlah yang ia harus bayarkan, karena zakat adalah pilar
Islam dan tidak ada kompromi atau alasan saat datang waktunya untuk
membayar zakat setiap tahunnya, sekalipun besarnya hingga ribuan atau

137
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.10-11.
138
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 36.
75

jutaan. Wanita muslimah sejati tidak akan berusaha menghindari pembayaran


zakat yang menjadi kewajibannya.139
Allah SWT mewajibkan zakat bagi kaum Muslimin,140 Allah SWT
berfirman:

(103)… 141 ‫خذْ م ْن ا ْمواله ْم صدقةً تط ّهره ْم وتز ّكيْه ْم‬


[Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka….] (Qs. at-taubah:103).
4. Puasa Siang Hari dan Sholat Tarawih Malam hari
Wanita muslimah sejati berpuasa pada bulan ramadhan dan jiwanya diisi
dengan keimanan bahawa “siapa pun berpuasa pada bulan ramadhan karena
keimanan dan berharap mendapatkan pahala, semua dosa-dosanya di masa
lalu akan diampuni. Ia memiliki sikap dari seseorang yang benar-benar
berpuasa, yang prilakunya jauh dari semua jenis dosa yang membatalkan
puasa dan menghilangkan pahalanya. Bila ia dihadapkan pada upaya-upaya
memusuhi, ia akan mengikuti anjuran Nabi SAW kepada pria dan wanita
yang berpuasa. 142
Selama bulan ramadhan, wanita muslimah sejati merasa bahawa ia terikat
di dalam suasana sebuah bulan yang berbeda dengan bulan-bulan yang lain,
saat perbuatan baik dilipatgandakan dan pintu kebaikan dibuka lebar. Ia tahu
bahwa puasanya selama bulan ini hanya demi Allah dan bahwa ia akan
memberikan pahala untuk itu, karena pahala Allah, yang amat banyak hingga
tak terhitung, lebih besar dan lebih luas daripada yang biasa dibayangkan
orang.143

139
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 37.
140
Takariawan, dkk, Keakhwatan, Bersama Tarbiyah…, hlm. 56.
141
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. at-Taubah: 103, t.dt.
142
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.41-45.
143
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.41-45.
76

Wanita muslimah yang bijaksana bias menjaga keseimbangan, selama


bulan penuh berkah yang pendek ini, antara tugas-tugas rumah tangganya dan
kesempatan pada bulan suci itu untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui
ibadah dan perbuatan baik. Ia tidak boleh membiarkan urusan-urusan rumah
tangga terhambat dirinya untuk melaksanakan salat wajib pada waktu yang di
tentukan, atau untuk membaca al-Qur’an atau melaksanakan salat nafil. Ia
tidak boleh membiarkan peretmuan keluarga pada malam hari yang akan
menjauhkan dirinya dari salat qiyamullail dan tahajjud, dan berdo’a. Ia tahu
pahala yang besar dan pengampunan yang amat besar yang diberikan Allah
bagi mereka yang terjaga untuk salat pada malam hari dalam bulan
ramadhan. 144
Wanita muslimah sejati dan keluarganya harus menghidupkan kehidupan
Islam selama ramadhan, berusaha keras mengatur dirinya sendiri sedemikian
rupa sehingga bila mereka kembali dari salat tarawih, mereka tidak terjaga
terlalu lama, karena dalam waktu singkat, mereka harus bangun untuk salat
qiyamullail dan kemudian makan sahur, sebagaimana Nabi SAW
memerintahkan kita makan sahur, karena banyak manfaatnya: 145
“Makanlah sahur, karena dalam sahur ada berkah”
Wanita muslimah sejati membantu semua anggota keluarganya untuk
bangun sahur, mematuhi perintah Nabi SAW dan membantu mendapatkan
berkah sahur, waktu yang lain untuk salat qiyamullail dan mendorong pergi
ke masjid untuk salat fajar secara berjamaah, juga keuntungan fisik dari
penguatan tubuh untuk puasa pada siang harinya. Inilah yang dilakukan Nabi
SAW dan mendidik para sahabat untuk melakukan hal serupa.146
5. Melaksanakan Haji ke Baitullah

144
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.41-45.
145
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.41-45.
146
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.41-45.
77

Wanita muslimah sejati berniat untuk pergi haji ke Baitullah bila ia


mampu melakukannya dan perjalanan tersebut mudah baginya. Sebelum ia
memulai perjalanannya, dibutuhkan waktu untuk memeplajari aturan-aturan
(ahkam) Haji secara mendalam, sehingga saat ia mulai melakukan ritual-
ritual haji, tindakan-tindakannya akan didasarkan pada pemahaman yang
mendalam dan hajinya akan sempurna berdasarkan syarat-syarat yang
ditetapkan oleh syariah. Ini akan sama dengan jihad bagi para wanita, seperti
dijelaskan Nabi SAW di dalam suatu hadits yang di ceritakan oleh Aisyah ra:
“Aku (Aisyah) berkata: Ya Rasulullah, bisakah kami (para wanita) tidak
pergi dalam ekspedisi militer dan bertempur untuk jihad dengan engkau
(para lelaki)?’ Kemudian Rasul menjawa, ‘Kalian (para wanita) memiliki
jihad yang paling baik dan yang terbaik adalah Haji, haji yang diberkahi.
Aosyah berkata, ‘saya tidak pernah berhenti berhaji setelah saya mendengar
hal tersebut dari rasulullah saw.”147
6. Patuh pada perintah Allah
Wanita muslimah sesejati tidak lupa bahwa ia terikat kewajiban untuk
melaksanakan semua tugas-tugas agama yang diperintahkan Allah padanya.
Dalam pandangan ini situasinya sama dengan pria, dan tidak ada perbedaan
di anatara mereka kecualai dalam beberapa peraturan yang berlaku secara
eksklusif kepada wanita atau pria. Berbeda dengan hal itu, wanita dan pria
sama-sama bertanggung jawab di depan Allah. Allah berfirman:

‫ا َّن ْالمسْلميْن و ْالمسْلمٰ ت و ْالمؤْ منيْن و ْالمؤْ م ٰنت و ْال ٰقنتيْن و ْال ٰقن ٰتت وال ه‬
‫صدقيْن‬

‫صب ٰرت و ْال ٰخشعيْن و ْال ٰخشعٰت و ْالمتصدّقيْن‬ ‫صد ٰقت وال ه‬
‫صبريْن وال ه‬ ‫وال ه‬

147
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm.48.
78

‫ص ۤا ِٕىميْن وال ۤ ه‬
‫ص ِٕىمٰ ت و ْالحٰ فظيْن فر ْوجه ْم و ْالحٰ ف ٰظت والذهكريْن‬ َّ ‫و ْالمتصدّ ٰقت وال‬

‫ّٰللا كثي ًْرا َّوالذهك ٰرت اعدَّ ه‬


(35) 148‫ّٰللا له ْم َّم ْغفرة ً َّوا ْج ًرا عظ ْي ًما‬ ‫ه‬
Artinya: [sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar]. (Qs. al-Ahzab: 35).
Allah sudah memberikan rambu-rambu bagi para muslimah dalam
kehidupannya, muslimah sejati yang menyembah Allah mengakui sebagai
Tuhannya wajib untuk menaati semua rambu-rambunya Allah, diantaranya
yaitu:
a. Tidak berduaan dengan lelaki lain (bukan muhrim)
b. Mengenakan jilbab secara baik dan benar (menutup aurat)
c. Menghindarkan diri agar tidak bergaul bebas dengan para pria
d. Tidak berjabat tangan dengan yang bukan mahramnya
e. Tidak berpergian keuali dengan seorang mahram
f. Menerima kehendak dan ketentuan Allah
g. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap anggota keluarganya
h. Perhatian utamanya adalah Ridha Allah
i. Mengerti makna sebenarny mejadi hamba Allah
j. Bekerja untuk mendukung Agama Allah
k. Kesetiannya kepada Allah saja
l. Menganjurkan kebaikan dan melarang kejahatan
m. Membaca al-Qur’an149

148
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-ahzab: 35, t.dt.
149
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 49-133.
79

E. Karakter Muslimah pada Keluarga


1. Melakukan Silaturahmi
Wanita muslimah tidak lupa bahwa menjunjung ikatan silaturahmi
merupakan suatu kewajiban bagi wanita, sama halnya dengan pria, dan
bahwa kata-kata yang berkenan dengan hal ini dialamatakan kepada setiap
muslimah, baik pria maupun wanita, sama halnya dengan kewajiban-
kewajiban pada umumnya di dalam Islam. Karena itu wanita muslimah
menjunjung ikatan silaturahmi dengan tulus dan sungguh-sungguh, dan tidak
sampai melalaikannya karena terlalu sibuk memenuhi tanggung jawabnya
sebagai ibu rumah tangga. 150

‫ي خلقك ْم ّم ْن نَّ ْف ٍس َّواحدةٍ َّوخلق م ْنها ز ْوجها‬ ْ ‫ََٰٰٓ ايُّها ال َّناس اتَّق ْوا ربَّكم الَّذ‬
‫ي تس ۤاءل ْون ب ٖه و ْاال ْرحام ۗ ا َّن ه‬
‫ّٰللا‬ ‫ث م ْنهما رج ًاال كثي ًْرا َّونس ۤا ًء واتَّقوا ه‬
ْ ‫ّٰللا الَّذ‬ َّ ‫وب‬
151
)1( ‫كان عليْك ْم رق ْيبًا‬
Artinya: Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan
pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasimu. (Qs. an-Nisa: 1).

Wanita muslimah yang memahami ajaran agamanya menyadari bahwa


menjunjung ikatan silaturahmi membawa berkah pada rizki seorang wanita
dan di dalam kehidupannya, ampunan dari Allah SWT di dunia ini dan

150
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 304-305.
151
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. an-Nisa: 1, t.dt.
80

selanjutnya, membuat orang mencintai dan memujinya. Sebaliknya,


memutuskan ikatan ini akan menyebabkan bencana dan kesengsaraan
baginya, yang membuatnya dibenci Allah dan menjauhkannya dari surga di
hari kemudian. Ini merupakan suatu kerugian dan siksaan bagi wanita seperti
ini bila mendengar sabda Nabi SAW: “Orang yang memutuskan silaturahmi
tidak akan pernah masuk surga.”.152
Wanita muslimah yang benar-benar mengikuti ajaran agamanya tidak
pernah lalai dalam memelihara tali silaturahmi dan tidak pernah membiarkan
tanggung jawabnya sebagai ibu atau tugasnya dalam merawat rumah tangga
dan suaminya menjadikannya tidak sempat memelihara ikatan silaturahmi
ini. Ia mengatur waktunya sehingga ia dapat mengunjungi kerabatnya,
berdasarkan ajaran Islam, yang mengatur hubungan ini dan menjadikannya
prioritas tinggi, dimulai dari ibu, kemudian ke ayah, dan kemudian kerabat
yang lain, dari mereka yang haubungannya paling dekat pada yang lain,
kemudian yang hubungannya lebih jauh. 153
2. Memelihara Ikatan Silaturahmi.
Apabila wanita muslimah selalu berpedoman kepada tuntunan Islam, ia
melihat bahwa Islam telah mencapai tingkat kelembutan dan kemanusiaan
yang cukup tinggi dengan menggabungkan umatnya untuk menjunjung ikatan
silaturahmi sekalipun ada kerabat yang beragama selain Islam. Abdullah bin
Amr bin As berkata:
“Aku mendengar Nabi SAW secara terbuka bersabda: ‘Keluarga Abu
Sofyan bukan teman-temanku, karena teman-temanku adalah Allah dan
orang-orang beriman yang saleh. Namun mereka memiliki ikatan
kekerabatan denganku yang harus aku akui dan junjung tinggi.”154

152
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 304-305.
153
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 309.
154
Hasyimi, Muslimah Ideal…, hlm. 313.
BAB IV

PENAFSIRAN AYAT-AYAT KARAKTER MUSLIMAH IDEAL


MENURUT ABDULLAH YUSUF ALI DALAM KITAB THE HOLY
QUR’AN

A. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Orang Tuanya

‫ال ايَّاه وب ْالوالديْن ا ْحسٰ نً ۗا ا َّما يبْلغ َّن ع ْندك ْالكبر‬


ٰٓ َّ ‫ضى ربُّك ا َّال ت ْعبد ْٰٓوا ا‬
ٰ ‫۞ وق‬
155
ٍ ّ ‫احدهما ٰٓ ا ْو ك ٰلهما فال تق ْل لَّهما ٰٓ ا‬
)23( ‫ف َّوال ت ْنه ْرهما وق ْل لَّهما ق ْو ًال كر ْي ًما‬
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (Qs. al-
Isra: 23).

Perhatikan, bahwa beribadah dapat dilakukan secara kolektif dan dapat


juga secara perorangan, karenanya kata jamak ta’budu. Berbuat baik kepada
orang tua tindakan pribadi orang yang saleh, oleh karena itu kata tunggal
taqul, qul dsb.156

Muslimah sejati tidak akan melupakan jasa orang tuanya yang telah
mengandung dan mengurusi dari buaian hingga ia dewasa, muslimah sejati
akan tetap terus berbakti kepada kedua orang tuanya, melayaninya dengan
sepenuh hati ikhlas tanpa harapan apapun. Karena Muslimah sejati saat ia tau

155
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Isra: 23, t.dt.
156
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 687.

81
82

bahwa berbuat baik kepada orang tua bagian perintah dari-Nya, maka tidak
lagi untuk mengabaikan kesempatan untuk mengabdi dirinya pada orang
tuanya. Sebagaimana pendapat dalam tafsir lainnya yaitu:

Bahwa pendapat Quraish Shihab menyampaikan untuk berbuat baik dan


memerintahkan supaya jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbakti kepada kedua orang tua, yakni ibu bapak kamu dengan kebaktian
sempurna. Perlakukan orang tua dengan seperti kita memuliakan raja bahkan
lebih dari itu, jangan pernah untuk menyakitinya, memarahi, berkata ah saja
pun tidak boleh, saat orang tua sudah lanjut usia usahakan seorang berada di
posisi terdekat dengan orang tua.157

Disimpulkan pendapat dari Yusuf Ali dengan Qurais Shihab dalam hal
ketaataan seorang anak pada orang tuanya saling menguatkan, argumen dari
Yusuf Ali menyampaikan bahwa seorang anak alangkah baiknya berbakti
langsung kepada orang tuanya sendiri tanpa perantara, dijelaskan kembali
oleh Qurais Shihab bahwa bentuk berbakti pada orang tuanya yaitu dengan
memuliakan oaring tua lebih dari raja, tidak memarahi, tidak berakat ah,
tidak berakat keras, patuh dan hormat pada orang tua, selalu ada saat orang
tua membutuhkan.

Muslimah sejati akan taat pada orang tuanya apa yang yang di
perintahkan dalam hal kebaikan dengan penuh lemah lembut dan tidak
menyakiti hatinya. Dan muslimah yang cerdas juga akan menolak perintah
orang tuanya jika yang di perintahkan hal yang tidak baik. Sebagaimana
dalam firman-Nya:

157
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah…, hlm 442-443.
83

‫وا ْن جاه ٰدك ع ٰلٰٓى ا ْن ت ْشرك ب ْي ما ليْس لك ب ٖه ع ْل ٌم فال تط ْعهما وصاحبْهما فى‬
‫ي م ْرجعك ْم فانبّئك ْم بما ك ْنت ْم‬ َّ ‫الدُّ ْنيا م ْعر ْوفًا َّۖواتَّب ْع سبيْل م ْن اناب ال‬
َّ ‫ي ث َّم ال‬
158
)15( ‫ت ْعمل ْون‬
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka
janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian
hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan. ( Qs. al-Luqman: 15).

Jika kewajiban kepada manusia bertentangan dengan kewajiban kepada


Allah, maka itu berarti ada sesuatu yang salah pada keimanan manusia, dan
kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Tetapi sekalipun
demikian tidak berarti kita harus sombong. Kepada kedua orang tua atau
orang yang berwenang terhadap kita, kita harus berlaku baik, ramah dan
sopan, sekalipun perintah mereka tidak kita lakukan, dan oleh karenanya,
tidak menaati perintah demikian itu menjadi kewajiban yang utama. 159

Mempersekutukan Allah itu bertentangan dengan pengetahuan kita yang


sebenarnya, berlawanan dengan kodrat kita yang murni sebagaimana
diciptakan oleh Allah. 160

Dalam konflik kewajiban yang bagaimanapun kelihatannya, yang


menjadi ukuran buat kita ialah kehendak Allah, Seperti yang diperintahkan
kepada kita. Itulah cara orang mencintai Allah, dan motif tidak menaati ibu

158
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Luqman: 15, t.dt.
159
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 1050.
160
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 1050.
84

bapak atau wewenang manusia yang seharusnya taat pada hukum Allah,
bukanlah berarti pembangkangan atau atau penyimpangan atas kemauan kita
sendiri, tetapi karena kita mencintai Allah, yang berarti juga mencintai
manusia dalam arti yang sesungguhnya. Dan alasannya ialah: kalian dan aku
harus kembali kepada Allah, itu sebabnya aku tidak hanya harus mengikuti
perintah-Nya, tetapi kalian tidak boleh memerintahkan apa pun yang
bertentangan dengan kehendak Allah. 161

Konflik-konflik itu tampak aneh dan membingungkan di dunia ini. Tetapi


di hadapan Allah akan kita lihat makna yang sebenarnya. Boleh jadi bahwa
itu adalah satu cara dalam menguji semangat kita yang sesungguhnya, sebab
taat dan cinta dalam waktu yang sama tidak mudah.162

Muslimah sholehah akan faham mana yang harus dikerjakan mana yang
harus tinggalkan, orang tua yang memberi perintah yang tidak baik, tetap
seoarang anak harus tetap bersikap sopan dan baik, dan lebih utama jika tidak
menuruti perintahnya, karena bukti cinta dan sayang sebagai ketaatan pada
Allah dan ingin membantu mengurangi dosa-dosa orang tuanya, maka
perintah yang tidak baik lebih utama jika kita tidak mengerjakannya.

Sebagaimana argumen ini dikuatkan oleh pendapat tafsir Quraish Shihab


bahwasannya tetapi tetaplah berbakti kepada keduanya selama tidak
bertentangan dengan ajaran agamamu, dan pergaulilah keduanya di dunia
yakni selama mereka hidup dan dalam urusan keduniaan bukan akidah
dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan
prinsip.163

161
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 1050.
162
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 1050.
163
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah…, hlm 131-132.
85

Sudah jelas bahwa dalam hal urusan dunia kita dianjurkan untuk terus
berbuat baik kepada orang tua sedangkan urusan akhirat hal aqidah jangan
sampai kita gadaikan hanya kepentingan urusan dunia.

B. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Masyrakat

ۗ ‫و ْلتك ْن ّم ْنك ْم ا َّمةٌ يَّدْع ْون الى ْالخيْر ويأْمر ْون ب ْالم ْعر ْوف وي ْنه ْون عن ْالم ْنكر‬
ٰۤ
164
)104( ‫ول ِٕىك هم ْالم ْفلح ْون‬ ‫وا‬
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs.
ali-Imran: 104).

Muflih, aflaha, falah, dasar yang terkandung dalam pengertian ini ialah
untuk mencapai keinginan, kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat,
keberhasilan, sukses, sejahtera, bebas dari rasa gelisah, susah atau suasana
pikiran yang kacau, kebalikannya dari pada azab dalam ayat berikutnya, yang
meliputi juga: kegagalan, kesengsaraan, hukuman, sekarat dan penderitaan. 165

Masyarakat muslim yang ideal adalah kebahagiaan, tidak terganggu oleh


perselisihan atau rasa curiga, punya kepastian, kuat, bersatu dan sejahtera,
sebab semua itu mengajak orang kepada semua yang baik, mengajak kepada
kebaikan dan mencegah segala kejahatan, suatu penyampaian yang tepat
sekali dilukiskan dalam tiga anak kalimat.166

164
Qur’an Kemenag, 2002, Ali Imran: 104, t.dt.
165
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 155.
166
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 155.
86

Muslimah cerdas yang berperan pada masyarakatnya akan memberikan


kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian pada masyarakatnya. Muslimah
sejati tentu tau yang harus diberikan dalam bentuk sikap dan prilaku seperti
apa? tentu muslimah sejati akan berusaha memberikan yang terbaik dan tidak
mengecewakan.

Dalam tanggapan tafsir lain dimana disamapaikan bahwa jika tidak ada
yang mengingatkannya atau tidak dia ulang-ulangi mengerjakannya. Di sisi
lain, pengetahuan dan pengamalan saling berkaitan erat, pengetahuan
mendorong kepada pengamalan dan meningkatkan kualitas amal sedang
pengamalan yang terlihat dalam kenyataan hidup merupakan guru yang
mengajar individu dan masyarakat sehingga mereka pun belajar
mengamalkannya. 167

Muslimah akan menyesuaikan dirinya pada masyarakat, pengalaman dan


wawasan yang dimilikinya tidak ia simpan sendiri, namun ia berikan kepada
warga masyarakat sebagai rasa peduli untuk berbagi pengalaman terbaik dan
wawasan ilmu yang telah di dapatkan ia berikan dengan rasa kasih sayang,
visi seorang muslimah cerdas terhadap masyarakatnya ia ingin mengajak
masyarakat pada jalan kebenaran yang Allah ridhoi. Pedulinya muslimah
sejati terhadap lingkungan masyarakat yaitu membawa masyarakat menjadi
lebih baik dari sebelumnya, dengan saling mengingatkan mengajak yang
makruf dan mencegah yang munkar.

Akan timbul rasa kasih sayang masyarakat dan rahmat Allah pada hamba
yang berusaha mengajak kebaikan dan mencegah keburukan dan selalu
bermusyawarah dalam setiap menyelesaikan persoalan di masyarakat,
sebagaimana dalam firman berikut:

167
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah…, hlm 172-174.
87

ۖ ‫ظا غليْظ ْالق ْلب ال ْنفض ُّْوا م ْن ح ْولك‬


ًّ ‫ّٰللا ل ْنت له ْم ول ْو ك ْنت ف‬
‫فبما ر ْحم ٍة ّمن ه‬
‫فاعْف ع ْنه ْم واسْت ْغف ْر له ْم وشاو ْره ْم فى ْاال ْمر فاذا عز ْمت فتو َّك ْل على ه‬
‫ّٰللا ۗ ا َّن‬
(159) 168‫ّٰللا يحبُّ ْالمتو ّكليْن‬
‫ه‬
Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal”. (Qs. ali-Imran: 159).

Karena sifat Muhammad yang begitu lemah lembut, menyebabkan semua


orang sayang kepadanya, dan inilah salah satu rahmat Allah. Salah satu gelar
Rasulullah ialah “Rahmat untuk alam semesta.” Sesudah peristiwa mala
petaka di Uhud, tak pernah ada yang lebih berharga baginya daripada sifatnya
yang begitu lemah lembut, penuh kasih sayang dan kesabaran yang begitu
besar menghadapi kelemahan manusia. Ini adalah sifat yang sungguh agung,
yang kemudian, dan yang selalu demikian, menyebabkan banyak sekali orang
yang tertarik kepadanya. 169

Siapa pun yang terjun di masayarakat penuh kebaikan dengan lemah


lembut, maka Allah sendiri yang akan memberikan rahmat padanya. Oleh
karenanya sangat penting peran muslimah di masyarakat untuk menjadikan
masyarakat yang ideal di mata Allah dan manusia. Peran muslimah pada
masyarakat bisa membuat agenda-agenda kegiatan yang bermanfaat seperti

168
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. Ali-Imran: 159, t.dt.
169
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm.69.
88

contohnya pengajian kecil-kecilan, membuat taman kanak-kanak untuk


mewujudkan regenerasi anak-anak di masyarakat berjiwa pemimpin yang
amanah, jujur, cerdas dan bertanggung jawab. Sekali lagi peran muslimah
pada masyarakat sangat dibutuhkan, karena dengan para muslimah hebat dan
cerdas yang akan mampu memberikan segalanya penuh dengan kasih sayang,
keikhlasan dan kesabaran. Sama seperti yang sudah di contohkan oleh
Rasulullah bahwa dalam berdakwah di masyarakat harus dengan lemah
lembut dan tidak mudah marah agar masyarakat mau menerima apa yang kita
samapaikan, sebagaimana dalam pandangan Hamka yaitu:

Karena sikap yang lemah-lembut, tidak lekas marah kepada ummat-Nya


yang tengah dituntun dan dididiknya iman mereka lebih sempurna. Sudah
demikian kesalahan beberapa orang yang meninggalkan tugasnya, karena
loba akan harta itu, namun Rasulullah tidaklah terus marah-marah saja.
Melainkan dengan jiwa besar mereka dipimpin.170

Sifat muslimah penuh dengan kasih sayang dan cenderung untuk sabar,
maka sangat di perlukan peran muslimah yang berjiwa pemimpin untuk
terjun di masyarakat membawa peran perubahan masyarakat pada kebaikan,
hingga terwujud masyarakat yang damai dan hidup penuh dengan
keberkahan.

170
HAMKA, Tafsir Al-Azhar…, hlm. 965.
89

C. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Dirinya

‫ي ق ْل ّال ْزواجك وب ٰنتك ونس ۤاء ْالمؤْ منيْن يدْنيْن عليْه َّن م ْن جالبيْبه ۗ َّن‬ ُّ ‫ٰ ٰٓيايُّها النَّب‬
171
‫ٰذلك اد ْٰن ٰٓى ا ْن يُّ ْعر ْفن فال يؤْ ذي ْۗن وكان ه‬
(59) ‫ّٰللا غف ْو ًرا َّرح ْي ًما‬
Artinya: Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih
mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.(Qs. al-Ahzab: 59).

Ayat ini ditunjukan untuk semua perempuan muslimah, baik untuk


anggota keluarga Nabi atau pun untuk yang lain. Waktu itu keadaannya tidak
aman dan di harapkan mereka menutup badan dengan pakaian luar bila
berpergian ke luar. Hal itu tak pernah dimaksudkan bahwa mereka harus
mengurung diri dalam rumah seperti orang-orang hukuman.

Jilbab, jamak Jalabib, pakaian luar berupa gaun panjang yang menutupi
seluruh badan, atau jubbah yang menutupi leher dan dada.

Tujuannya bukan untuk membatasi kebebasan perempuan, tapi untuk


melindungi mereka dari gangguan dan perlakuan tidak baik dalam keadaan
yang kemudian pernah terjadi di Madinah. Ciri khas pakaian masyarakat di
Timur dan di Barat, dalam beberapa hal selalu merupakan, ambang
kehormatan atau yang membedakan, bagi laki-laki maupun perempuan. Ia
dapat kita lacak ke belakang pada zaman perabadan yang tertua, undang-
undang Asyur, dalam sejarahnya yang paling makmur (kira-kira abad ke 7
Pra Masehi), memerintahkan pemakaian kerudung bagi perempuan bersuami

171
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Ahzab: 59, t.dt.
90

dan melarang kaum budak dan perempuan tak senonoh memakai kerudung.
Peraturan ini tidak mutlak, jika karena suatu alasan tak dapat di laksanakan,
Allah maha pengampun maha pengasih. 172

Dapat disimpulkan bahawa Yusuf Ali dalam tafsirannya ia


menyampaikan karakter muslimah pada dirinya bahwa ia peduli dengan
tubuh serta kehormatannya dirinya, maka penting bahkan wajib muslimah
untuk mengenakan pakaian syar’i dengan jilbab atau bahasa kerennya zaman
sekarang yaitu gamis yang longgar dan khimar yang menutupi dada. Karena
sebagai bentuk wujud perhatian muslimah kepada dirinya maka muslimah
sejati akan berusaha untuk menjaga dan menaati dan mengamalkan. Dengan
ini kita dapat lihat pendapat dari tafsir Al-Azhar dapat dikatakan bahawa:

Masyarakat Islam itu ditentukan bentuknya agar berbeda dengan


masyarakat jahiliyah. Terutama ditunjukkan perbedaan pakaian perempuan
yang menunjukkan adab sopan santun yang tinggi. 173 Kemudian lanjutan
pendapat Hamka yaitu "Hendaklah mereka melelcatkan jilbab mereka ke atas
diri mereka." (pangkal ayat 59). diperintahkan bahawa seorang istri dan anak-
anak perempuan saat keluar rumah maka kenakan jilbab dan khimar sebagai
menutup aurat.174

Benang merah dari kedua tafsir ini bahwa dalam pandangan terhadap
Muslimah mengenakan jilbab dan khimar sebagai penutup aurat ini saling
menguatkan argumen, tafsir Yusuf Ali merintahkan untuk mengenakan jilbab
dan khimar saat keluar rumah, kemudian tafsir al-Azhar menyampaikan

172
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 1088-1090.
173
Haji Abdul Malik Abdu Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar, (Singapura:
Pustaka Nasional PTE LTD, 1982), hlm, 5778-5779.
174
HAMKA, Tafsir Al-Azhar…, hlm, 5778-5779.
91

bahwa dengan kita menutup aurat sempurna untuk membedakan muslimah


muslim dan muslimah bukan muslim.

D. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Rabnya


Qur’an Surah al-Mumtahanah: 12.

ٰٓ
‫ي اذا ج ۤاءك ْالمؤْ م ٰنت يباي ْعنك ع ٰلى ا ْن َّال ي ْشر ْكن ب ه‬
‫اّٰلل شيْـًٔا َّوال‬ ُّ ‫ٰيٰٓايُّها النَّب‬

ٍ ‫يسْر ْقن وال ي ْزنيْن وال ي ْقت ْلن ا ْوالده َّن وال يأْتيْن بب ْهت‬
‫ان يَّ ْفتريْنه بيْن ايْديْه َّن‬

‫وا ْرجله َّن وال ي ْعصيْنك ف ْي م ْعر ْوفٍ فباي ْعه َّن واسْت ْغف ْر له َّن ه‬
‫ّٰللا ۗا َّن ه‬
‫ّٰللا غف ْو ٌر‬

(12) 175‫َّرح ْي ٌم‬


Artinya: Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan yang mukmin
datang kepadamu untuk mengadakan bai‘at (janji setia), bahwa mereka tidak
akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat
dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak
akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Qs.al-Mumtahanah:12)

Ini adalah beberapa tuntunan mengenai pokok-pokok yang menentukan


perempuan muslimah yang masuk Islam harus membuat ikrar setia. Hal yang
sama berlaku juga buat kaum laki-laki, tetapi dalam ayat ini yang berkenaan
dengan khusus perempuan muslimah. Yang demikian terutama mungkin,
dalam sejarah Islam yang mula-mula, buat mereka yang datang dari
masyarakat musyrik ke dalam masyarakat muslim dalam kadaan seperti

175
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. al-Mumtahanah: 12, t.dt.
92

sudah dibahas dalam catatan-catatan. Ikrar semacam itu perlu untuk


mengungkapkan niat mereka yang sebenarnya: (1) menyembah hanya kepada
Allah yang tunggal, (tauhid), (2) tidak akan mencuri, (3) tidak akan
mengumbar nafsu kelamin di luar ikatan perkawinan, (4) tidak membunuh
anak (orang arab Musyrik cenderung membunuhi anak-anak perempuannya),
(5) tidak suka mengumpat dan melakukan perbuatan keji, dan (6) secara
umum patuh kepada hukum dan prinsip-prinsip Islam. Yang terakhir adalah
sebuah ungkapan yang umum dan cukup jelas, tetapi perlu juga menjelaskan
hal-hal yang khusus yang meminta perhatian pada keadaan yang khusus itu,
sudah tentu kepatuhan itu dalam segala halnya harus wajar dan masuk akal,
Islam mengajarkan disiplin yang kuat tapi bukan kepatuhan yang seperti
budak. 176

Yusuf Ali menentukan kriteria-kriteria seorang muslimah yang masuk


Islam harus mengucapkan janji setia. Yusuf Ali meng khususkan ayat ini
untuk muslimah karena mengingat sejarah terdahulu masyarakat yang datang
dari kaum musyrik. Maka perlu dengan ini diadakan janji-janji setia sebagai
bukti keseriusan kaum muslimah akan setia dengan hijrahnya masuk Islam,
adapun janji-janji muslimah pada saat itu diantaranya: pertama, menyembah
kepada Allah, artinya muslimah sejati Tuhan yang satu-satunya disembah
hanyalah Allah SWT. Kedua tidak mencuri barang milik orang lain yang
bukan miliknya sendiri, ketiga tidak mengumbar nafsu kelamin di luar ikatan
pernikahan, keempat tidak membunuh anak-anaknya, kelima tidak
melakukan perbuatan yang keji yang di larang Allah, keenam patuh dengan
syariat-Nya.

176
Abdullah Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,” Terj, Ali Audah, Tafsir Yusuf Ali Teks,
Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30Juz, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), hlm. 1458-
1459.
93

Dapat kita lihat pendapat dari al-Misbah pada Qs. al-Mumtahanah ayat 12
dimana al-Misbah menyampaiakan seorang muslimah sejati pada hakikatnya
ia berjanji untuk tidak akan mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah
dan dalam keadaan apapun dan di mana pun, dan tidak akan mencuri yakni
mengambil secara sembunyi-sembunyi dan tanpa hak harta orang lain yang
disimpan rapi, dan tidak akan berzina yakni melakukan hubungan seks tanpa
akad nikah yang sah, dan tidak akan membunuh secara langsung atau tidak
langsung anak-anak mereka misalnya seperti yang dilakukan oleh sementara
suku masyarakat Arab yang menanam hidup-hidup anak perempuannya, atau
menggugurkan kehamilannya baik karena takut ditimpa aib/malu atau karena
kemiskinan dan tidak juga akan melakukan kebohongan besar dengan
mengada-adakan dengan sengaja pengakuan menyangkut-sesuatu antara
tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka dan tidak akan
mendurhakaimu.177

Dapat di tarik benang merah bahwa argumen Yusuf Ali dengan Quraish
Shihab tidak jauh berbeda justru semakin saling menguatkan terhadap
pandangan muslimah yang ideal yang taat pada Rabbnya seperti yang telah
dikatakan bahwa muslimah sejati yang taat pada Rabbnya akan setia dengan
janjinya atau tidak menghianati atas janjinya, ia akan berusaha jalankan
penuh atas keridhoan dari-Nya.

Seorang muslimah sejati akan patuh pada Rabnya dengan menjalankan


aturan dan menjauhi larangannya. karena pada hakikatnya semua muslim di
ciptakan untuk beribadah seperti dalam firman-Nya

177
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm 176-178.
94

178
)56( ‫وما خل ْقت ْالج َّن و ْاال ْنس ا َّال لي ْعبد ْون‬
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku.” (Qs. az-Zariat: 56).

Penciptaan itu bukan sekedar bermain-main atau iseng. Di balik itu Allah
mempunyai rencana yang sungguh-sungguh, yang dalam keadaan kita yang
tak sempurna, kita hanya dapat menegaskan dengan mengatakan bahwa
setiap makhluk diberi kesempatan berkembang dan maju ke arah tujuan itu,
yakni Allah. Allah sumber dan pusat segala kekuasaan dan kesempurnaan,
dan kemajuan kita tergantung pada cara kita menempatkan diri sesuai dengan
kehendak-Nya. Inilah ibadah kita kepada-Nya. Manfaatnya bukan untuk dia,
melainkan untuk kita sendiri. 179

Muslimah akan bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri dengan


Rabbnya, akan menjalin hubungan baik kepada-Nya, karena-Nya ialah pusat
petunjuk perjalanan hidupnya di dunia dan akhirat. Karenanya dalam
beribadah ini bukan Allah yang membutuhkan manusia melainkan manusia
yang membutuhkan Allah. Allah yang memegang kekuasaan segalanya.
Muslimah sholehah tidak akan mau membuang kesemapatan yang ada untuk
jauh dari-Nya, namun Muslimah sholehah akan memanfaatkan waktunya
untuk meraih pahala serta keridhoan-Nya.

Sebagaimana Quraish Shihab dalam tafsirnya ia mengutip dari pendapat


Syeikh Muhammad Abduh bahwa Ibadah bukan hanya sekadar ketaatan dan
ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang
mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang
terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ia juga merupakan dampak dari

178
Qu’an Kemenag, 2002, Qs. az-Zariyat: 56, t.dt.
179
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 1369.
95

keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan


yang tidak terjangkau arti hakikatnya. 180

Telah jelas dari pendapat Yusuf Ali dan Quraish Shihab disini saling
menguatkan bahawa muslimah untuk ibadah kepada-Nya sebagai bentuk
perwujudan taat pada-Nya, Yusuf Ali menyampaikan dalam beribadah harus
ada kesungguhan kemudian Quraish Shihab menyampaikan dalam ibadah
harus penuh pengagungan pada-Nya.

E. Tafsiran Ayat Karakter Muslimah pada Keluarganya

َّ ‫ي خلقك ْم ّم ْن نَّ ْف ٍس َّواحدةٍ َّوخلق م ْنها ز ْوجها وب‬


‫ث‬ ْ ‫ٰيٰٓايُّها النَّاس اتَّق ْوا ربَّكم الَّذ‬
‫ي تس ۤاءل ْون ب ٖه وا ْال ْرحام ۗ ا َّن ه‬
‫ّٰللا كان‬ ‫م ْنهما رج ًاال كثي ًْرا َّونس ۤا ًء واتَّقوا ه‬
ْ ‫ّٰللا الَّذ‬
181
)1( ‫عليْك ْم رق ْيبًا‬
Artinya: Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan
pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasimu. (Qs. an-Nisa: 1).

Segala hak dan kewajiban kita bersama kita kembalikan kepada Allah.
Kita adalah mahluk-Nya, segala kehendak-Nya merupakan ukuran segala
kebaikan, dan semua kewajiban kita ukurannya kita sesuaikan dengan
kehendak-Nya. Semua kehendak kita milik kita, untuk di sesuaikan dengan

180
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah…, hlm 355-356.
181
Qur’an Kemenag, 2002, Qs. an-Nisa: 1, t.dt.
96

milik-Nya” kata Tennyson (in Memoriam). Di kalangan kita sendiri (makhluk


manusia) hak dan kewajiban kita bersama itu pun lahir dari undang-undang
Tuhan, yaitu naluri kebenaran yang ditanamkan ke dalam diri kita. 182

Di antara rahasia sifat-sifat kita yang sungguh menakjubkan ialah soal


jantina, jenis kelamin. Sifat jantan yang sudah tak dapat diubah, karena
adanya ketangkasan jasmani yang di banggakannya, membuatnya mudah
lupa akan peranan terpenting yang dipegang oleh betina yang telah
menentukan pula wujud si jantan itu, menentukan kehadirannya, dan dalam
semua hubungan sosial yang lahir dari kehidupan kita sebagai manusia
kolektif. Ibu yang telah melahirkan kita harus benar-benar mendapat
penghormatan kita. Istri yang dengan itu kita menjadi orang tua, haruslah
mendapat penghormatan kita pula. Seks, yang begitu besar menguasai
kehidupan jasmani kita, dan begitu besar pula mempengaruhi bawaan emosi
dan kodrat kita yang lebih tinggi, bukan untuk di takuti, atau di pandang hina,
atau sebagai nafsu berahi yang akan menghibur kita patuhlah kita hormati
dalam pengertian yang setinggi-tingginya. Dengan pengantar yang sungguh
tepat ini kita memasuki pembicaraan tentang perempuan, tentang anak dan
hubungan keluarga.183

Muslimah akan peka terhadap keadaan keluarganya, akan tau situasi dan
kondisi yang harus dilakukan, menyesuaikan diri, mengetahui bahwa
hubungan ikatan muslimah dari satu keluarga sebagai anak dari orang tua,
saudara dari saudara lainnya, setelah tidak lagi tinggal bersama orang tua,
saudara, dan kelurga lainnya maka silaturahim yang pernah terjalin akan di
jaga iaktannya dengan terus mempererat tali silaturahim kepada keluarganya.

182
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 181.
183
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 181.
97

Tidak jauh berbeda jauh pendapat dari Hamka dimana ia menyampaikan


bahwa hendaklah kamu bertakwa dan kepada keluarga bersilaturahim karena
sama keturunan darah manusia dari yang satu, hendaklah kamu berkasih-
sayang. Mereka itu adalah satu keluarga besar yang dipertalikan oleh satu
aliran darah dan aliran kasih. 184

Dengan bersilaturahim akan tumbuh rasa dan kasih sayang maka jangan
putuskan tali ikatan persaudaraan keluarga, muslimah yang cerdas akan terus
menjalin serta menguatkan ikatan keluarga dengan penuh kasih sayang. Maka
akan tumbuh keberkahan, keamanan dan ketertiban, karena dalam ikatan
persaudaran keluarga dengan ikatan takwa kepada-Nya. Ikatan keluarga atas
dasar karena ketakwaan sebagaimana dalam firman berikut:

185
)26( ‫و ٰات ذا ْالق ْر ٰبى حقَّه و ْالمسْكيْن وابْن السَّبيْل وال تبذّ ْر تبْذي ًْرا‬
Artinya: Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (Qs. al-Isra: 26).

Di dalam sepuluh wasiat Yahudi, yang diberikan kepada orang-orang


sederhana dan tegar hati, budi bahasa yang baik ini terhadap kaum miskin
dan orang dalam perjalanan (yakni pendatang yang benar-benar asing yang
kita jumpai), tidak mendapat tempat, juga bahaya menafkahkan hartanya
yang di dorong oleh rasa senang hati. Bahkan perintah “hormatilah ayahmu
dan ibumu” datangnya sesudah upacara perayaan hari sabat. Bagi kita,
beribadah kepada Allah dihubungkan dengan sikap budi bahasa yang baik
kepada kedua orang tua, kerabat, kaum miskin, orang yang jauh dan
kampung halaman, sekalipun ia pendatang yang benar-benar asing buat kita.
184
HAMKA, Tafsir Al-Azhar…, hlm, 1058-1058.
185
Qur’an Kemenag, Qs. al-Isra: 26, t.dt.
98

Baik hati bukan hanya dengan lisan saja. Mereka juga punya hak tertentu
yang harus dipenuhi. 186

Semua amal, budi bahasa yang baik dan pertolongan disyaratkan oleh
sumber-sumber kita sendiri. Tiada pahala jika pengeluaran itu hanya karena
ria atau supaya dilihat orang. Berapa banyak keluarga hancur karena
pemborosan biaya untuk pesta perkawinan, pemakaman dsb, atau (seperti
yang boleh mereka namakan) untuk “membantu teman atau kerabat”, atau
untuk memberi kepada pengemis-pengemis yang segar bugar? Tak ada pihak
yang lebih memerlukan perintah ini saat sekarang selain kaum Muslimin. 187

Muslimah tentu mengetahui ikatan keluarga yang baik tentu dengan


ketakwaan pada-Nya bukan karena harta. Karena banyak keluarga yang
hancur akibat masalah harta, saling membunuh dan bercerai berai karena
harta, namun jika ikatan persaudaraan dalam keluarga dalam ikatan
ketakwaan maka akan kokoh selamanya. Muslimah yang hebat akan
mengatur soal keuangan dengan sebaik-baiknya, memberikan pada haknya,
mengelola keuangan untuk hal kebaikan, hingga menjadi keberkahan dalam
keluaragnya. Muslimah sejati tidak akan mudah goyah, apalagi samapai
hancurnya keluarga, ia akan berusaha keras untuk menjaga keluarga agar
tetap rukun dan semakin bahagia dunia dan akhirat. Sebagaimana dalam
pendapat Quraish Shihab Ia menyampaikan.

Setelah memberi tuntunan menyangkut ibu bapak, ayat ini melanjutkan


dengan tuntunan kepada kerabat dan selain mereka. Allah berfirman: Dan
berikanlah kepada keluarga yang dekat baik dari pihak ibu, maupun bapak
walau keluarga jauh akan haknya berupa bantuan, kebajikan dan silaturrahim,
dan demikian juga kepada orang miskin walau bukan kerabat dan orang yang

186
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 688.
187
Yusuf Ali, ”The Holy Qur’an,”…, hlm. 688.
99

dalam perjalanan baik dalam bentuk zakat maupun sedekah atau bantuan
yang mereka butuhkan.188

Semakin jelas bahwa muslimah peran di keluarga sangat dibutuhkan,


selain harus bisa mengatur jadwal keluarga untuk bersilaturahim, muslimah
juga harus pinter mengatur keuangan dalam keluarganya, karena dalam hal
keuangan sangat sensitif jika tidak bisa mengaturnya dengan baik, banyak
yang berawal salah faham karena harta hingga saudara jadi musuh, keluarga
jadi jauh. Dengan kehadiran muslimah yang cerdas dan sholehah urusan
dalam keluarga akan teratur dengan baik.

188
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah…, hlm. 451.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisa pada bab sebelumnya, berkaitan dengan
karakter muslimah dalam al-Qur’an kajian tematik tafsir Abdullah Yusuf Ali,
menghasilkan beberapa simpulan sebagaimana berikut ini:
1. Ayat-ayat karakter Muslimah ideal diantaranya adalah: Qs. al-Isra: 23,
Qs. Ali-Imran: 104, Qs. al-Ahzab: 59, Qs. al-Mumtahanah: 12, Qs. an-
Nisa: 1.
2. Tafsiran Abdullah Yusuf Ali terhadap karakter muslimah ideal dalam al-
al-Qur’an yaitu:
a. Pertama: Karakter Muslimah pada orang tua yaitu: Perlakuan yang
baik penuh hormat kepada orang tuanya.
b. Kedua: Karakter Muslimah pada Masyarakatnya yaitu menjalankan
visi misi di masyarakat dengan efektif, aktif dan berjiwa sosial, dapat
berbaur dengan muslimah lainnya dan menghadapi mereka sesuai
dengan sikap dan prilaku islam yang sudah di sampaikan sebelumnya.
c. Ketiga: Karakter muslimah pada dirinya yaitu Muslimah yang
menjaga apa yang sudah kita miliki dan menjaga anugerah yang telah
di tetapkan oleh Allah Swt.
d. Ke empat: Karakter muslimah ideal dengan Rabnya adalah dalam
keimananya terhadap Allah dan keyakinanya yang tulus bahwa apa
pun yang terjadi di alam raya ini dan takdir apa pun yang menimpa
manusia hanya terjadi karena kehendak dan ketentuan Allah SWT.
e. Ke lima: Karakter muslimah ideal pada keluarganya yaitu Muslimah
yang melakukan silaturahmi kepada keluarganya dengan baik.

100
101

B. Saran
Para pembaca yang budiman, penulis mengetahui bahwa penulisan
skripsi ini jauh dari kata sempurna, maka dengan begitu penulis menyarankan
beberapa hal, yaitu:
1. Untuk para pengkaji studi ilmu al-Qur’an dan tafsir, khususnya yang
tertarik dengan kajian karakter muslimah ideal dalam al-Qur’an. Mungkin
bisa mengembangkan kajian ini, dengan meneliti lebih banyak lagi kitab
tafsir, maupun hadis-hadis yang berkaitan dengan tema ini agar hasil
yang diperoleh lebih sempurna.
2. Setelah mengetahui aspek-aspek karakter muslimah ideal dalam al-
Qur’an kajian tematik tafsir Abdullah Yusuf Ali, hendaknya para
muslimah lainnya maupun kita semua secara umumnya dapat
merefleksikan ulang apa yang telah dicontohkan oleh al-Qur’an, untuk
diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Sekian yang dapat penulis paparkan, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua, dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita
semua dalam kehidupan ini.
102

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, “Konsep Muslim Ideal Menurut Hamka”, dalam Skripsi UIN Sultan
Syarif Kasim Riau, 2014.

Al-Dawud, Abdullah bin Muhammad, Kado Pernikahan Wasiat Terindah


bagi Pasangan Suami Istri agar Tercipta Rumah Tangga yang Sakinah,
Mawaddah wa Rahmah, Jakarta: Darus Sunnah Press, 2017.

Ali. Muhammad, Al-Shaubuni, Al-Tibyan fi‘Ulum al-Qur’an. Riyad: Dar al-


Kutub, t.th.

Ali, Abdullah Yusuf, ”The Holy Qur’an,” pen, Ali Audah, “Tafsir Yusuf Ali
Teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30Juz, Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2009.

Al-Hasyimi, Muhammad Ali, Muslimah Ideal, Pribadi Islami dalam al-


Qur’an dan as-Sunnah, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013.

Al-hasyimi, Muhammad Ali , Kepeiibadian Wanita Muslimah, Jakarta:


Qisthi, Press, 13440.

Al-Himshi, Layyinah, Muslimah Pembelajar Pemandu Anda Jadi Wanita


Hebat dan Menghebatkan, sJakarta: Markaz al-Naqid al-Tsaqafi, 2013.

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Dosa-dosa Wanita, Jakarta: Pustaka Al-


Kautsar, 2010.
Al-Kubra, Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin Syu‘aib al-Nasa’i, al-Sunan Vol.
VIII, Beirut : Mu’assasah al-Risalah, 1421 H/2001 M.
103

Amrullah, Haji Abdul Malik Abdu Karim (HAMKA), Tafsir Al-Azhar,


Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1982.

An-Nabhani, Taqiyuddin, Peraturan Hidup Dalam Islam, Jakarta: Pustaka


Fikrul Islam, 2019.

Annor, Desti, The Kaffah Muslimah, Solo: Tiga Serangkai, 2019.

Arikunto, Surahmi, Manajemen Penelitian, Jakarta : Renika Cipta, 2003.

Aswat, “Manusia Ideal dalam Pemikiran Muhammad Iqbal”, dalam Skripsi


UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Asyur, Syaikh Qaism, Kisah Kecerdasan Kaum Perempuan, Bekasi:


Perpusyakaan Nasional, 2013.

Audah, Ali, Qur’an-Terjamahan dan Tafsirnya. Jakarta: Pustaka Firdaus.


1993.

Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka


pelajar, 2012.

HR. Abu Dawud no. 1420, An-Nasa’i no. 426 dan Ibnu Majah no. 1401,
shahih.

https://medium.com/@media.banghayaat/kewajiban-dan-hak-muslimah-
terhadap-rabb-c16ab0c1924d.
104

Ibrahim, Sulaiman , “telaah the holy qur’an Karya abdullah yusuf ali,” dalam
Jurnal Hunafa, Vol. 7, No.1, April 2010.

Imad al-halili, Ensiklopedia Wanita Al-Qur’an, Kisah Nyata Perempuan-


Perempuan yang diungkap Kitabullah, Jakarta Selatan: Darul Kutub al-
Ilmiyyah, 2010.

Luky, dan Alga, Muslimah Semesta Nutrisi buat Perempuan biar gak Jadi
muslimah Semelekete, Bogor: Al-azhar Fresh Zone Publishing, 2013.

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi


Aksara, 1999.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2002.

Murata, Sachiko, The Tao of Islam, “Kitab Rujukan tentang Relasi Gender
dalam Kosmologi dan Teologi Islam”. Cet. I. Bandung: Penerbit Mizan,
1996.

Mustofa, Imam, “Metode Tafsir Mauḍu’ī (Tematik): Kajian Ayat Ekolog”,


dalam Jurnal AL-DZIKRA, Vol. 13, No. 2, Desember, 2019.

Nafi, Dian, Muslimah Cantik Gaya, dan Shalihah, Solo: Tiga Serangkai,
2018.
105

Pramono, Eko Agung, “Jual Beli yang di Larang dalam Al-Qur’an (Kajian
Tematik)”, dalam Skripsi Jurusan Ilmu al-Qur’an Tafsir, Fakultas
Ushuludin dan Dakwah Institus Agama Islam Negeri Surakarta, 2018.

Qur’an Kemenag, 2002, t.dt.

Rahman, Arif, Panduan Sholat, wajib dan Sunah sepanjang masa


Rasulullah, Shalih, 2016.

Ramadhani, Wali, “Amin Al-Khuli dan Metode Tafsir Sastrawi Atas Al-
Qur’an” dalam Jurnal At-Tibyan.Vol.2.No.1, Juni 2017.

Redaksi Dalam Islam, “Wanita Muslimah Menurut Islam”


https://dalamislam.com/akhlaq/wanita-muslimah-menurut-islam, diakses
pada 2020.

Rianda, Davrina, Beauty Under Cover For Muslimah, Jakarta: PT Elex


Media Komputindo, 2017.

Sherif, M.A, Jiwa Yang Resah, Biografi Yusuf Ali, Penerjemah dan Penafsir
Al-Qur’an Paling Otoritatif dalam Bahasa Inggris, (Bandung: Penerbit
Mizan, 1997.

Shihab, Muhammad Quraish , Membumikan Al-Qur’an:Fungsi dan Peran


Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1992.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-


Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
106

Surahmi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Jakarta,


Rineka Cipta, 1992.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta, 2009, Cet. Ke 8.

Syukur, Yanuardi dan Asmuni Marzuki, The Best Muslimah Keteladanan


Para Sahabiyah Nabi Muhammad SAW, Solo: Tiga Serangkai, 2018.

Takariawan, Cahyadi, dkk, Keakhwatan, Bersama Tarbiyah UKhty


Muslimah Tunaikan Amanah, Surakarta, Pt Era Adicitra Intermedia,
2018.

Tamiyyah, Ibnu, Tahqiq, Muhammad bin Muhammad Amir “Fiqih Wanita


Kumpulan fatwa Lengkap Seputar Permasalahan Wanita”, Jakarta:
Pustaka.as-unnah, 2010.

Yulika, Rochma dan Umar Hidayat, Untuk Muslimah yang Tak Pernah Lelah
Berdakwah, Yogyarakarta: darul Uswah, 2009.

Zayid, Fahd Khalil, 100 Ciri Wanita Shalihah, Grogol: Pustaka Arafah, 2019.
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Suanah

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 16 Februari 1996

Alamat lengkap : kp. Saung Ilir, Rt/Rw 011/005 Desa Talaga


Kecamatan Mancak Kabupaten Serang Provinsi Banten

Jurusan : Ilmu Al-Qur’an Tafsir

Fakultas : Ushuludin Dakwah Dan Adab

Pendidikan : SDN Talaga, MTS Al-Insa, MAN 11 Jakarta,

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Tinggi / Berat Badan : 150 Cm/ 45 Kg

Telepon / Hp : 0878-7336-8044

E-mail : suanah16@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai