Anda di halaman 1dari 141

BULLYING TERHADAP DA’I DAN SOLUSINYA

PRESPEKTIF AL-QUR’AN
(KAJIAN TAFSIR TEMATIK Q.S ADH-DHUHA AYAT 3 DAN
AL-KAUTSAR AYAT 3)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ahmad Iqbal Fariri


NIM: 16011117

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN
DARUL HIKMAH BEKASI
1441 H / 2020 M
‫التسلط على الدعاة وحلوله في ضوء القرآن الكريم‬
‫(دراسة موضوعية في تفسير سورتي الضحى اآلية ‪ ۳‬والكوثر اآلية‬
‫‪)۳‬‬

‫بحث مقدم‬
‫لتكملة الشروط للحصول على الدرجة ا الول (‪)S.Ag‬‬

‫اعداد‪:‬‬
‫أحمد إقبال فريرى رقم التسجيل‬
‫‪۷١١١١۰٦١‬‬

‫قسم علوم القرآن والتفسير كلية‬


‫دارالحكمة لعملم ْاصول الدين ببكاس‬
‫ه ‪ / 1441‬م ‪2020‬‬
BULLYING TERHADAP DA’I DAN SOLUSINYA PRESPEKTIF AL-
QUR’AN
(KAJIAN TAFSIR TEMATIK Q.S ADH-DHUHA AYAT 3 DAN AL-
KAUTSAR AYAT 3)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:
Ahmad Iqbal Fariri
NIM: 16011117

Pembimbing:

Dr. Khairan M. Arif. M. Ed

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN
DARUL HIKMAH
BEKASI 1441 H / 2020 M

i
‫التسلط على الدعاة وحلوله في ضوء القرآن الكريم‬
‫(دراسة موضوعية في تفسير سورتي الضحى اآلية ‪ ۳‬والكوثر اآلية‬
‫‪)۳‬‬

‫بحث مقدم‬
‫لتكملة الشروط للحصول على الدرجة ا الول (‪)S.Ag‬‬

‫اعداد‪:‬‬
‫أحمد إقبال فريرى رقم التسجيل‬
‫‪۷١١١١۰٦١‬‬

‫تحت اشراف ‪:‬‬

‫األستاذ الدكتور خيران محمد عارف الماجستر‬

‫قسم علوم القرآن والتفسير كلية‬


‫دارالحكمة لعمل ْا‪€‬صول الدين ببكاس‬
‫ه ‪ / 1441‬م ‪2020‬‬

‫‪i‬‬
PENGESAHAN SIDANG

Skripsi dengan judul “BULLYING TERHADAP DA’I DAN SOLUSINYA


PRESPEKTIF AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR TEMATIK Q.S ADH-
DHUHA AYAT 3 & Q.S AL-KAUTSAR AYAT 3)” yang disusun oleh Ahmad
Iqbal Fariri, NIM 16011117. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah. Skripsi ini telah diterima sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada jurusan Ilmu Al-
Quran dan Tafsir, Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah.

Panitia Sidang Munaqasyah


Ketua Penguji Penguji Anggota

Nama lengkap ketua penguji Nama lengkap penguji anggota

Wakil Ketua Bidang Akademik/ Ketua Program Studi/


Merangkap Anggota Merangkap Anggota

Dr. Zulkarnain Muhammad Ali, M.Si Abdul Haris, Lc, M.Pd

Tanggal lulus : Tanggal sidang :

Ketua STIU Darul Hikmah

Dr. Hari Susanto, MA

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Iqbal Fariri

NIM 16011117

JUDUL : Bullying Terhadap Da’i dan Solusinya Prespektif Al-Qur’an


(Kajian Tafsir Tematik Q.S Adh-Dhuha Ayat 3 & Al-Kautsar Ayat 3)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya adalah benar merupakan hasil karya
sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Agama (S.Ag) di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah Bekasi.
Adapun kutipan yang ada dalam penulisan ini telah saya cantumkan sumber
kutipannya dalam skripsi. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini sebagian
atau seluruhnya bukan hasil asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya
orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Sekolah Tinggi
Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah.

Bekasi, 2020

AhmadMater
Iqbal Fariri
NIM ai
16011117

i
MOTTO
Jika manusia hanya hidup sekali di dunia ini kemudian mati,
maka jadilah manusia-manusia yang setelah mati namun bisa
hidup kembali dengan tulisan-tulisan dan jasa baik yang selalu
hidup sampai kiamat nanti.

PERSEMBAHAN

1. Allah yang telah memberikan taufik dan kekuatan dalam menyelesaikan

skripsi ini, semoga skripsi ini bisa memberikan wawasan yang baik bagi

pembaca, dan semoga ini menjadi pemberat di amal salih saya.

2. Ayah dan Ibu yang telah mensupport dengan do’a dan motivasi serta

bimbingan dalam studi sampai saat ini, semoga Allah selalu menjaga

mereka dan memberikan rahmat juga kasih sayang yang seluas-luasnya.

3. Para dosen dan seluruh guru yang telah memberikan ilmunya, semoga

Allah menjadikan kehidupannya berkah dan ilmunya bisa menjadi ilmu

yang bermanfaat.

4. Jama’ah masjid Al-Ghaniy yang selalu mensupport dan menjadi teman

setia dalam berdiskusi tentang skripsi ini. Semoga Allah menjaga mereka

dan Allah mudahkan segala pencapaian dalam hidupnya.

5. Teman-teman seperjuangan Badan Eksekutif Mahasiswa BEM Sekolah

Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah 2018/2019 yang telah memberi

warna dan pengalaman yang terbaik dalam berorganisasi, semoga Allah

i
takdirkan kalian menjadi da’i dan da’iyyah hebat di masa yang akan

datang

6. Teman-teman seangkatan yang telah memberi warna dalam menjalani

studi, saling support dan menyemangati dalam kebaikan, menjadi teman

diskusi terkait kelancaran skripsi ini. Semoga Allah berikan kesuksesan

dan kehidupan yang bahagia dunia akhirat.

7. Teman-teman angkatan 2015 Pondok Modern Darul Islam Lamongan

yang selalu siap siaga menjadi tempat untuk berdiskusi dan saling tukar

pikiran terkait skripsi ini

i
ABSTRAK
Ahmad Iqbal Fariri. 2020. Bullying Terhadap Da’i dan Solusinya
Prespektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik Q.S Adh-Dhuha Ayat 3 & Al-
Kautsar Ayat 3)
Penulisan ini dilatarbelakangi dari kekhawatiran akan semakin canggihnya
teknologi elektronik seperti gadget yang sekarang ini mulai digunakan oleh
seluruh kalangan baik dari orang tua sampai yang masih duduk di bangku sekolah,
mereka bisa mengakses apapun yang mereka inginkan hanya dari genggaman
tanganya. Penulisan ini juga dilatarbelakangi dari kekhawatiran akan masyarakat
yang sehari-hari melihat dan menyaksikan apa yang diberitakan dari media-media
massa seperti televisi, koran, berita-berita online dan lain sebagainya yang
memberitakan terjadinya perselisihan antara satu tokoh agama dengan yang lainya,
sehingga masyarkat merasa bingung dengan kejadian ini, namun ironisnya situasi
seperti ini kadang juga di manfaatkan oleh sebagian orang yang benci akan
dakwah untuk menjadikan suasana semakin keruh sehingga masyarakat semakin
bingung. Para pembenci dakwah menyebarkan berita-berita yang masih simpang
siur kedalam media sosial online sehingga berita bisa diakses secara bebas dari
berbagai kalangan, kadang juga tak jarang mereka saling menuduh dan membuli
secara verbal (menghina) satu sama lain bahkan ada juga yang sampai melakukan
tindak kekerasan. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan peringatan kepada
pelaku bullying serta solusinya. Penulisan ini menerapkan metode studi
kepustakaan dengan menelaah kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadits, literatur-
literatur ilmiah, jurnal ilmiah dan nara sumber yang ahli di bidangnya. Hasil dari
analisa dapat disimpulkan bahwa bullying terhadap da’i baik secara verbal
(omongan) maupun non verbal (perilaku/ tindakan) dilarang. Selain dilarang
menurut agama, bullying juga dilarang menurut norma-norma masyarakat yang
ada, karena tentunya dampak negatif dari bullying sangatlah merugikan baik bagi
korban maupun orang sekitar.
Kata Kunci: Bullying Terhadap Da’i, Solusinya.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah l atas limpahan karunia dan rahmat-Nya.


Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta seluruh keluarga dan para sahabat, serta orang-orang yang
senantiasa berjuang untuk tetap istiqomah hingga hari akhir.

Penelitian ini ditulis sebagai upaya untuk melengkapi tugas dan memenuhi
syarat dalam menyelesaikan Studi Program Strata Satu (S1), Sarjana Agama Islam
di STIU Darul Hikmah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak


terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:

1. Drs. Heri Koswara, MA sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Darul Hikmah


(YAPIDH) Bekasi.
2. Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, MA sebagai Ketua Senat STIU Darul Hikmah
Bekasi.
3. Dr. Hari Susanto, MA sebagai Ketua STIU Darul Hikmah Bekasi.
4. Dr. Zulkarnain Muhammad Ali, M.Si, Ust. Ali Junifar MA, Ust. Ust.Maftuh
Asmuni Lc, Ust. M. Siddiq Lc sebagai Wakil Ketua 1, 2, 3 STIU Darul
Hikmah yang telah memberikan kesempatan dan arahan selama pendidikan,
penelitian dan penulisan skripsi ini.
5. Dr. Khairan M. Arif. M. Ed. sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
6. (Nama dosen penguji 1) sebagai Ketua Penguji yang telah memberikan
banyak masukan kepada penulis dalam penyempurnaan proses penulisan
skripsi.
7. (Nama dosen penguji 2) sebagai Penguji 2 yang telah memberikan banyak
masukan kepada penulis dalam penyempurnaan proses penulisan skripsi.

v
8. Ust. Abdul Haris, M.Pdi, Ust Hasan Al-Bana sebagai Ketua dan Sekretaris
DAProdi yang telah memberikan arahan selama pendidikan, penelitian dan
penulisan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen STIU Darul Hikmah Bekasi yang telah mencurahkan ilmu
yang sangat bermanfaat kepada penulis sejak awal menjadi mahasiswaa,
beserta staf dan karyawan di kampus tercinta.
10. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan do’a serta memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta do’anya.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
pengembangan Ilmu Al-Quran dan Tafsir di masa depan.

Bekasi, Juli 2020

Ahmad Iqbal Fariri


NIM 16011117

v
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………
PENGESAHAN SIDANG................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................................ii
MOTTO...........................................................................................................................iii
PERSEMBAHAN...........................................................................................................iii
ABSTRAK........................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................viii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Batasan Masalah....................................................................................................5
D. Tujuan Penulisan...................................................................................................5
E. Review Kajian Terdahulu.......................................................................................5
F. Metode Penulisan dan Tehnik Penulisan................................................................7
G. Sistematika Penulisan.............................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................9
PENGERTIAN BULLYING DAN DA’I.........................................................................9
A. PENGERTIAN BULLYING..................................................................................9
B. PENGERTIAN DA’I...........................................................................................13
1. Da’i secara Bahasa dan istilah..........................................................................13
2. Karakteristik dan Sifat-Sifat Seorang Da’i........................................................16
3. Kedudukan Dan Tugas-Tugas Da’i...................................................................21
4. Maksud dan Tujuan Berdakwah........................................................................22
BAB III...........................................................................................................................25
KAJIAN TAFSIR SURAT ADH-DHUHA AYAT 3 & AL-KAUTSAR....................25
AYAT 3...........................................................................................................................25
A. Pengantar Surat Adh-Dhuha Dan Al-Kautsar Ayat 3...........................................25
1. Profil Surat Adh-dhuha dan Al-kautsar dan Keutamaanya...............................25

v
2. Penamaan Surat Adh-dhuha dan Al-kautsar......................................................26
3. Kandungan Surat Adh-Dhuha dan Surat Al-Kautsar.........................................27
4. Asbabun Nuzul Surat Adh-Dhuha Dan Al-Kautsar...........................................30
B. Penafsiran Para Ulama.........................................................................................31
1. Ayat Terjemahan dan Mufrodat (kosa kata)......................................................31
2. Pendapat Para Mufassir Tentang Surat Adh-Dhuha Ayat 3 & Al-Kautsar Ayat 3
……………………………………………………………………………………………………………………………..32
BAB IV............................................................................................................................37
PANDANGAN ISLAM TERHADAP PARA PEMBULI DA’I..................................37
A. Bullying Terhadap Da’i Adalah Sunnatullah........................................................37
B. Kriteria Pembuli Da’i...........................................................................................39
1. Orang-orang kafir.............................................................................................39
2 Orang-orang munafik........................................................................................47
3. Orang-Orang Jahil (bodoh)...........................................................................55
C. Ancaman Bagi Para Pembuli/ Penghina Da’i.......................................................56
D. Solusi Yang Ditawarkan Al-Qur’an Bagi Pembuli Da’i......................................60
1. Bertaubat...........................................................................................................60
2. Berjanji tidak mengulangi lagi..........................................................................62
3. Meminta maaf...................................................................................................63
E. Sikap Seorang Da’i Terhadap Bullying................................................................63
1. Bersabar............................................................................................................64
2. Tidak membalas dengan keburukan yang serupa atau lebih..............................65
F. Hiburan Yang Allah Siapkan Untuk Korban Bullying Menurut Al-Qur’an Surat
Adh-Dhuha Ayat 3 dan Al-Kautsar Ayat 3.......................................................67
1. Surga.................................................................................................................67
2. Pahala yang berlimpah......................................................................................68
3. Derajat yang tinggi............................................................................................69
4. Allah senatiasa Bersama orang-orang yang menolong agama-Nya...................70
BAB V.............................................................................................................................72
PENUTUP.......................................................................................................................72
A. Kesimpulan..........................................................................................................72
B. Saran....................................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................75

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an merupakan petunjuk yang dapat menuntun manusia menuju jalan
yang benar. Selain itu Al-qur’an juga berfungsi sebagai pemberi penjelasan
terhadap segala sesuatu dan sebagai pembeda antara kebenaran dan kebatilan.
Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari Al-qur’an telah dilakukan
berbagai upaya oleh sejumlah pakar ilmu dan ulama yang kompeten untuk
melakukan penafsiran terhadap Al-qur’an, dari masa awal hingga kini. Hadits,
baik secara struktural maupun fungsional disepakati oleh mayoritas umat islam
dan berbagai madzhab sebagai sumber ajaran islam. Karena dengan adanya hadits
dan sunnah itulah ajaran islam menjadi jelas dan rinci.

Dewasa ini, dunia semakin canggih dengan mesin dan alat-alat modern-nya
tidak bisa dipungkiri bahwa hampir setiap aktivitas seseorang mulai dari anak-
anak, remaja, sampai kalangan orang tua sudah pasti mengenal apa itu media
sosial seperti twitter, Instagram, Blackbery atau BBM, whatsapp, facebook, line,
telegram dan lain sebagainya. Media sosial cukup banyak memberikan dampak
positif bagi kehidupan manusia, tetapi media sosial juga memberikan dampak
negatif jika penggunanya terlalu berlebihan dalam menggunakan media sosial.

Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk pandai dalam menyaring dan
memilah-milah mana media sosial yang baik dan mana yang buruk, baik itu
untuk kita sendiri ataupun untuk orang disekitar kita, jangan sampai media sosial
menjerumuskan kita kedalam sesuatu yang merugikan kita dan membuat kita
melakukan apa-apa yang membuat kita lalai, padahal Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
“Diantara tanda baiknya keislaman seorang muslim adalah meninggalkan apa-
apa yang tidak bermanfaat baginya”

Fakta hai ini menunjukkan bahwa efek negatif dari kemajuan zaman membuat
moralitas penerus bangsa menjadi turun dikarenakan segala sesuatu dapat

1
diperoleh dengan cara yang sangat mudah, para penikmat media sosial tanpa sadar
mereka menghina (bullying) dengan melontarkan kata-kata yang tak pantas
melalui akun media sosialnya masing-masing.

Contoh saja beberapa bulan lalu tersiar kabar bahwa salah satu ustadz di
Indonesia bercerai dengan istri sah nya kemudian kabar itu sempat viral di media-
media online yang kemudian menjadi bahan obrolan netizen lantas mereka
melontarkan komentar-komentar pedas yang tanpa mereka sendiri sadari bahwa
mereka telah menghina (bullying). Kemudian berita ini ditanggap halus oleh
Ustadz H. Dedy Martoni, S.Pd., M.Si selaku Pembina Yayasan Cakrawala
Insan Qur'ani (YCIQ) Jakarta, beliau mengatakan bahwa kawin atau cerai,
keluar dari ASN (Aparatur Sipil Negara), beli atau jual mobil, jual atau beli
rumah dan sebagainya itu adalah hak individu.

Perceraian ustadz itu diguncingkan sebab ustadz tersebut adalah public


figure yang namanya sedang melangit. Apalagi ustadz tersebut adalah
ustadz kondang dan memiliki tempat yang tinggi di sebagian masyarakat
yang menilai tidak boleh melakukan kekeliruan. Dengan adanya perceraian
maka pihak tertentu (orang-orang yang benci dakwah) merasa ada peluru
atau peluang yang empuk untuk menyerang ustadz tersebut. 1

Hal ini sungguh bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh Allah
melalui Rasul-Nya yang mulia Muhammad ‫ ﷺ‬agar saling menghormati dan
menyayangi satu sama lain, oleh karena itu islam sangatlah menentang perilaku
ini. Dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan bahwa kita dilarang untuk menghina
satu sama lain, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

‫س اء‬
ِ ْ ْ ‫عسى َ ك ْون خ‬ ‫سخر ق قَ ْو ٍم‬ ‫ ْوا‬d‫َيآأ ها ن آم ُن‬
‫من‬
‫أ ي ْوا ْيرا ن م ن‬ ‫من‬ ‫ْوم‬ ‫َل‬ ‫ُّي الَّ ِذ ْي‬
‫و‬
‫م ه ََل‬ ‫ن‬
‫ن خ م ْنهن‬ ‫عسى‬ ‫س ا ٍء‬
‫َيكن ْيرا‬ ‫أ‬
“Hai orang-orang yang beriman janganlah satupun orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, nileh jadi yang direndahkan itu lebih baik
2
1
https://www.harianterbit.com/index.php/read/113837/Soal-Ustadz-Abdul-Somad-UAS-Pembina-
YCIQ-Bullying-Tetap-Dilarang-oleh-Islam

3
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (Q,S Al-Hujurat: 11)

Dalam ayat tersebut sangat jelas bahwa kita dilarang untuk menghina atau
mengolok-olok. Menghina terlebih menyakiti secara fisik kepada sesama, karena
bisa jadi orang yang diolok-olok atau dihina lebih mulia dari yang mengolok-olok.

Dalam tinjauan apapun penghinaan adalah perbuatan tercela karena


menyakiti orang lain, apalagi perbuatan tersebut dilakukan di hadapan publik.
Demikian halnya dengan bullying di dunia nyata dan maya yang berisi umpatan,
ujaran kebencian, caci maki, sumpah serapah atau serangan fisik kepada pihak
lain adalah perilaku keji (fahsya’).
Jadi hukum bullying adalah dilarang karena termasuk sikap dan perilaku
menyakiti orang lain yang dapat merusak nama baik (citra) atau harkat manusia.
Dengan alasan apapun, Bullying tetap dilarang dalam islam. Bagi para pelaku
yang terlanjur melakukanya harus meminta maaf kepada korban agar dosanya
diampuni oleh Allah Subahanahu Wata’ala.
Hadits Nabi juga melarang perbuatan tercela tersebut, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :

‫خاُه ا س ِل َم‬
‫حسب ا ْم ِر ئ من ش ِ ر ِ ر‬
‫ْلم‬ ‫ن ق ا‬dَ‫ال أ‬
ْ
‫ف‬
“cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya
sesama muslim”2
Bullying menjadi topik sosial akhir-akhir ini, dan kasus bully selalu
menjadi perbincangan hangat bagi masyarakat. Bullying sebenarnya dapat dialami
oleh siapa saja dan kapan saja, namun seringkali kita tidak menyadari bahwa kita
sendiri mungkin sudah pernah menjadi korban bully. Hal ini disebabkan oleh
ketidaktahuan kita tentang pengertian bullying dan perilaku apa saja yang
termasuk bullying.
Bullying yang berasal dari bahasa Inggris ”bully” yang berarti menggertak
atau mengganggu.3 Bullying dapat diartikan dengan sebuah situasi dimana terjadi
4
2
Hadits Riwayat muslim, kitab al-birru wa ash-shilatu wal adabu bab haramnya dholim kepada
sesama muslim no. 8 halaman 10

5
sebuah penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan. Kekuatan di sini tidak hanya secara
fisik, tapi juga mental.4
Padahal di dalam islam sendiri menghina adalah salah satu perbuatan yang
sangat di tentang oleh agama, dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi ‫ﷺ‬
sangat jelas menunjukkan bahwa menghina adalah perbuatan yang tercela, sebab
hasil dari perbuatan ini seseoarng akan terdholimi dan nantinya akan saling
berbalas mencela Setiap kita pasti tidak menginginkan hal itu terjadi apalagi
terjadi dikalangan kita sendiri.
Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi
berulang-ulang untuk menyerang target atau korban yang lebih, mudah dihina dan
tidak bisa membela diri sendiri.
Sedangakan Bullying verbal adalah bentuk penghinaan melalui ucapan
atau lebih dikenal dengan ejekan, korban bullying nantinya mereka akan lebih
cenderung memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai dirinya
sendiri dan cenderung berdiam diri di rumah setelah pulang dari sekolah. Bullying
juga memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap
korban bullying.5
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) di
indonesia sebanyak 1.728 orang. Prevelenasi penduduk indonesia yang
mengalami gangguan jiwa berat adalah 1,7 per-mil.6
Inilah yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian sebuah skripsi
yang berjudul Bullying Terhadap Da’i Dan Solusinya Prespektif Al-Qur’an
(Kajian Tafsir Tematik Qs. Adh-Dhuha: 3 & Al-Kautsar: 3), skripsi ini disusun
dengan harapan penulis, para pembaca, orangtua dan seluruh elemen yang
nantinya akan berkecimpung dalam penanganan terhadap korban bullying verbal
agar mengetahui solusi terbaik dalam menghadapi bullying verbal sehingga nanti
tidak ada lagi kejadian-kejadian yang merugikan satu sama lain.

3
Wisnu Sri Hertinjung, Susilowati, Profil Kepribadian Siswa Korban Bullying, Jurnal Psikologi
Integratif, Vol. 2, No. 1, Juni 2014, h. 93.
4
Suryatmini, Niken, Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak,
(Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 2.
5
https://psychology.binus.ac.id/2015/09/20/6924/
6
Kemenkes RI (2013b) riskesdas dalam angka provinsi daerah istimewa yogyakarta 2013,
jakarta,lembaga penerbitan badan litbangkes

6
B. Rumusan Masalah
1. Bullying ditinjau dari Al-Qur’an dan Ilmu Psikologi
2. Karakteristik seorang da’i menurut para ulama
3. Bahaya membuli seorang da’i
4. Bekal-bekal yang harus dimiliki oleh seorang da’i agar sukses dalam
berdakwah

C. Batasan Masalah
1. Sikap seorang da’i dalam mmenghadapi bullying
2. Hiburan dari Allah bagi para juru dakwah
3. Janji Allah untuk para juru dakwah

D. Tujuan Penulisan
Pada Penulisan skripsi ini penulis berharap dapat mencapai tujuan dan
memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi kewajiban sebagai tugas akhir perkuliahan untuk


mengambil gelar sarjana (S1) Sarjana Agama di Sekolah Tinggi Ilmu
Ushuluddin STIU Darul Hikmah.
2. Edukasi terhadap kalangan remaja mengenai bullying verbal.
3. Untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang menghina para Da’i.
4. Untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada para korban bullying.

E. Review Kajian Terdahulu


Berikut ini akan dipaparkan review kajian terdahulu yang berkaitan dengan
Bullying terhadap Da’i.

1. Pertama, penelitian oleh Mokhammad Ainul Yaqien fakultas Ushuluddin


dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dengan
judul skripsi “Bullying Dalam Prespektif Al-Qur’an dan Psikologi”

7
Peneliti melakukan penelitian terhadap Bullying dalam Al-Qur’an serta
pembagian bullying yang ada didalam Al-Qur’an menurut para ulama tafsir.
Dalam penelitia ini, peneliti menggunakan metode pendekatan sosiologis dan
teoritis. Penelitian bersifat deksriptif, dan dilihat dari jenisnya termasuk
metode kualitatif (library research).

Fokus peneliti yaitu perspektif Al-Qur’an dan pendapat para mufassir serta
menggunakan latar belakang konflik bullying yang sering terjadi di
lingkungan sekolah yang menimpa kalangan muda yaitu siswa-siswi yang
masih mengenyam di bangku sekolah. Peneliti lebih condong kepada
haramnya bully/ menghina dikarenakan dapat membuat korban merasa cemas
dan tidak percaya diri hal itu pun telah dijelaskan Panjang lebar oleh para
mufassir yang dinukil dalam penelitianya.

2. Penelitian oleh Intan Kurnia Sari fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung, dengan judul skripsi
“Bullying Dalam Al-Qur’an Studi Tafsir Kementrian Agama Republik
Indonesia”

Peneliti melakukan penelitian tentang Bullying dalam pandangan


kementrian agama, metode yang digunakan ialah metode analisis dan
pengumpulan data-data. Dilihat dari jenisnya penlitian ini merupakan
penelitian kepustakaan (library research) dan peneliti berfokus kepada
prespektif Al-Qur’an, pendapat para mufassir Al-Qur’an dan ditambahi
dengan tinjauan kementrian agama. Dalam penelitian ini peneliti banyak
memasukan tulisan dari buku tafsir yang telah diterbitkan oleh kementrian
agama karena sesuai dengan judul skripsinya.

Dari kedua penelitian tersebut, belum ada yang membahas tentang


Bullying terhadap Da’i dan solusinya prespektif Al-Qur’an. Juga belum ada yang
membahas yang membahas tentang bahaya menghina para Da’i secara lisan
maupun perbuatan. Sehingga penulis merasa tertarik untuk menjadikan hal ini
sebagai tema yang diangkat dalam penulisan skripsi dengan tema Bullying

8
Terhadap Da’i dan Solusinya Prespektif Al-Qur’an (kajian tafsir Maudhu’I Q.S
Adh-Dhuha ayat 3 & Al-Kautsar ayat 3).

F. Metode Penulisan dan Tehnik Penulisan


Karena penelitian ini berkaitan dengan ilmu Al Qur’an dan Tafsir, maka
metode penelitian yang paling sesuai digunakan adalah studi pustaka (kualitatif).

Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku Metode Penelitian karangan
Drs. Beni Ahmad Saebani,M.Si, Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (skripsi, Tesis,
dan Disertasi), yang diterbitkan CeQDA (Center of Quality Development and
Assurance), Universitas Negri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 2017.

Selain itu peneliti merujuk juga pada Petunjuk Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) dn KBBI. Misalnya, hadis bukan hadits atau hadist, sahih bukan shahih,
kakbah bukan ka’bah,nas bukan nash.

G. Sistematika Penulisan
Agar kajian dapat dipahami dengan baik maka penulisan skripsi ini akan
dibagi menjadi 5 bab yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
E. Review Kajian Terdahulu
F. Metode dan Teknik Penulisan
G. Sistematika Penulisan

BAB II PENGERTIAN Bullying dan Da’i

A. Pengertian Bullying
1. Secara Bahasa
2. Secara Istilah
3. Macam-macam Bullying
4. Bullying Dalam Pandangan Islam

9
B. Pengertian Da’i
1. Secara Bahasa
2. Secara istilah
3. Karakteristik dan Syarat-syarat Seorang Da’i
4. Kedudukan dan Tugas Da’i

BAB III KAJIAN TAFSIR Q.S Al-Kautsar: 3 & Q.S Adh-Dhuha: 3

A. Pengantar Surat
1. Karakteristik
2. Kandungan
3. Keutamaan
4. Asbabun Nuzul
B. Tafsir Ayat

BAB IV PANDANGAN ISLAM TERHADAP PARA PEMBULI DA’I

A. Bullying Terhadap Da’i Adalah Sunnatullah


B. Ciri-ciri Pembuli Da’i
C. Ancaman Bagi Pelaku Bullying Terhadap Da’i
D. Solusi Terhadap pelaku Bullying Da’i
1. Solusi yang ditawarkan oleh Al-Qur’an
E. Hiburan untuk para da’i korban bullying

BAB V PENUTUP DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran

1
BAB II

PENGERTIAN BULLYING DAN DA’I

A. PENGERTIAN BULLYING
Kata Bullying secara Bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang
berarti banteng. Secara etimologi kata "bully" berarti penggertak, orang yang
mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia disebut "menyakat"
yang artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain.7

Sedangkan definisi bullying menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)


adalah bullying atau perundungan atau perisakan artinya mengusik atau
mengganggu. Arti lain dari kata ini yaitu: (1) mengganggu, mengusik terus
menerus; menyusahkan; (2) menyakiti orang lain dalam bentuk kekerasan verbal,
sosial, dan fisik berulang kali dan dari waktu ke waktu, seperti memanggil nama
seseorang dengan julukan, memukul, mendorong, menyebarkan rumor,
mengancam atau merongrong seseorang.

Dari pengertian diatas bisa kita pahami bahwa bullying adalah seseorang
dengan sengaja mengganggu dan menyakiti orang yang ada disekitarnya, bullying
biasanya dilakukan oleh orang-orang yang kuat terhadap orang yang lebih lemah
darinya, hal ini (bullying) dilakukan seseorang dengan tidak memandang tempat,
jika ia merasa ingin melakukanya maka ia akan bullying orang yang ada
disekitarnya.

Adapun makna Bullying secara istilah menurut para Ahli tidak ada makna
pasti dalam memaknai Bullying ini, namun penulis akan mengemukakan definisi
secara istilah dari beberapa literatur yang mendukung mengenai Bullying ini.

Menurut dari Literatur yang mendukung terhadap Bullying ialah:

Berdasarkan literatur dengan merujuk pada the American psychological


association, the law dictionary: featuring blacks law dictionary free online legal
dictionary 2nd ed, bullying diberi penjelasan sebagai berikut :

7
https://id.wikipedia.org/wiki/Penindasan

1
Bullying involves aggressive behavior intended to cause another person to
suffer injury or discomfort. Those engaging in such conduct repeatedly use
words,action or direct physical contact with the victim to achieve their intended
goal. (the law dictionary: featuring black’s law dictionary free online legal
dictioary 2nd ed., available at http;//thelawdictionary.org/article/what-are-the-
consequence-ofcyberbullyinh/ )

Dalam Bahasa Indonesia kalimat diatas dapat diartikan sebagai berikut:


Bullying atau intimidasi melibatkan perilaku agresif yang dimaksudkan untuk
menyebabkan orang lain menderita luka atau ketidaknyamanan. Mereka yang
terlibat dalam Tindakan seperti itu (yaitu Tindakan bullying atau intimidasi)
secara berulang kali menggunakan kata-kata, Tindakan atau kontak fisik secara
langsung dengan/ pada korban untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

Berdasarkan penjelasan diatas unsur-unsur bullying dapat dirinci sebagai


berikut: Pertama, terdapat perilaku agresif yang berulang kali dari pelaku. Kedua,
perilaku agresif tersebut dimaksudkan untuk menyebabkan orang lain (korban)
menderita luka atau merasa tidak nyaman. Ketiga, perilaku agresif tersebut dapat
berupa kata-kata, Tindakan atau kontak fisik secara langsung dengan/ pada
korban.

Menurut Riauskina, Djuwita dan Soesetio (2005) sebagaimana dikutip oleh


PPH-BPHN (badan penyuluhan hukum, badan pembinaan hukum nasional) (pusat
penyuluhan hukum, badan pembinaan hukum nasional, kementrian hukum dan
HAM RI, bullying dan aspek hukumnya berdasarkan undang-undang nomor 23
tahun 2002 tentang perlindungan anak, tersedia pada laman
http;//lsc.go.id/uploads/557285_bullying.pdf (diakses tanggal 16/12/2017; 08:55
WIB). Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh
seorang/ sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap orang lain yang
lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Adapun kategori bullying
meliputi 5 (lima) kategori sebagai berikut:8

8
http;//lsc.go.id/uploads/557285_bullying.pdf

1
1. Fisik: memukul, mendorong menggigit, menjambak, menendang,
mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar juga termasuk
memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.
2. Verbal: mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu,
memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan, mencela/ mengejek,
mengintimidasi, memaki, menyebarkan gossip.
3. Perilaku Non- Verbal langsung : menempelkan ekspresi muka yang
merendahkan, mengejek, atau mengancam (biasanya disertai oleh
bullying fisik atau verbal)
4. Perilaku Non- verbal tidak langsung : mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan
atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.
5. Pelecehan seksual : kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.
Disamping lima kategori di atas, dikenal juga bullying elektronik,
menggunakan internet atau telepon genggam untuk mengancam atau menyakiti
perasaan orang lain, menyebarkan isu tidak sedap atau menyebarkan rahasia
pribadi orang lain.9

Bullying elektronik seringkali disebut cyber bullying. Namun demikian harus


dicatat bahwa literatur tentang bullying tampaknya tidak setuju tentang apakah
cyber bullying dianggap sebagai bentuk bullying yang berbeda atau sebagai sub-
jenis dari school- bullying.10

Pada tahun-tahun terakhir ini, teknologi telah turut memberi “jalan” bagi para
remaja untuk melakukan bullying dengan cara lain, cyberbullying atau electronic
bullying merupakan bentuk evolusi bullying di era digital, dengan tindak
kekerasan yang terjadi secara online. Beberapa hal yang termasuk di dalamnya
antara lain: mengirimkan pesan atau gambar yang menebar ancaman,
menyebabkan ketakutan atau bersifat vulgar, menyebarkan informasi pribadi
orang lain, berpura-pura menjadi orang lain (menggunakan akun palsu) untuk
membuat orang tersebut terlihat buruk, atau secara sengaja berusaha merendahkan
seseorang dalam grup online.
9
http;//lsc.go.id/uploads/557285_bullying.pdf, hlm. 9
10
Ibid, hlml. 10

1
Menurut Yee-Jin Shin (2014) dunia digital merupakan dunia yang terkoneksi
secara berlebihan karena setiap individu akan dapat mengakses apapun dan
siapapun nyaris tanpa penyaring.

Rence M, Johnson, Jeremy D. kidd, erin C Dunn, jennifer greif green, heather
L. Corliss & Deborah bowen (2001) mengelompokkan lima jenis bullying berikut
ini ke dalam kelompok non physical bullying, yaitu: (a) verbal aggression
(misalnya diejek); (b) electronic aggression; (c) relational aggression (misalnya,
menjadi subyek rumor); (d) sexual harassment (misalnya, Gerakan atau komentar
seksual yang tidak diinginkan); dan (e) property theft (misalnya, memiliki barang
pribadi yang dicuri).

Dalam pandangan Al-Qur’an bullying juga menjadi sorotan tersendiri,


beberapa ayat tentang bullying Allah jelaskan dalam firman- Nya.

Allah berfirman:

‫س اء‬ ِ ْ ْ ‫عسى ك ْون خ‬ ‫سخر ق َق ْو ٍم‬ ‫ ْوا‬dُ‫َيآأ ها ن آمن‬


‫من‬ ‫ْوا ْيرا ن م ن‬ ‫ن‬dَ‫أ‬ ‫من‬ ‫ْوم‬ ‫َل‬ ‫ُّي الَّ ِذ ْي‬
‫و‬
‫م ه ََل‬
‫ن خ م ْنهن‬ ‫عسى‬ ‫س ا ٍء‬
‫َيكن ْيرا‬ ‫أ‬

“Hai orang-orang yang beriman janganlah satu pun orang laki-laki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (Q,S Al-Hujurat: 11)

Ayat tersebut jelas melarang kita untuk mengolok-olok, menghina, apalagi


menyakiti secara fisik kepada sesama, karena bisa jadi orang yang kita olok-olok
(bully) atau dihina lebih mulia dari yang mengolok-olok. Dalam tinjauan apapun,
penghinaan adalah perbuat tercela karena menyakiti hati orang lain. Apalagi
dilakukan di hadapan publik. Demikian halnya bullying di dunia nyata dan maya
yang berisi umpatan, ujaran kebencian, caci maki, sumpah serapah atau serangan
fisik kepada pihak lain adalah perilaku yang keji (fahsya’)
1
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan ayat tersebut dengan
hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Ibnu Mas’ud
dalam potongan hadits yang bunyinya :

1
‫ض النَّاس و ِفي ال ِ ر َوا ْ ط الَّناس‬ ْ ‫طر ح‬ ‫ال ِك َبر‬
‫ م‬- ‫َي ة‬ – ‫ا ْل ِق م‬
‫وغ‬ ‫وغ‬
“kesombongan adalah tidak mau menerima kebenaran dan menghinakan
manusia”11
Maksudnya adalah menghina mereka dan meremehkan mereka, hal ini
hukumnya haram, karena bisa jadi orang yang dihina itu kedudukannya lebih
mulia di sisi Allah dan lebih dicintai-Nya dari pada orang yang menghina itu
sendiri.12

B. PENGERTIAN DA’I

1. Da’i secara Bahasa dan istilah

Kata da’i mempunyai dua pengertian yaitu pengertian menurut Bahasa dan
pengertian menurut istilah.

Da’i berasal dari kata ( ‫ َد و و ع‬-‫ دعو‬- ‫ )َد‬yang artinya memanggil


َ
‫اًء‬ ‫ ُد‬- ً‫ة‬ ‫عا‬
‫ع‬
atau berseru, seperti halnya berdoa dan menyeru.

Menurut Bahasa da’i berasal dari kata Bahasa arab yang berarti orang yang
mengajak.13 Da’i juga mempunyai arti penyeru. Selain itu menurut Bahasa, da’i
berarti orang yang mengerjakan pekerjaan da’aa yaitu orang yang menyeru14 dan
orang yang mendorong15

Da’i adalah sebutan dalam islam bagi orang yang bertugas mengajak,
mendorong orang lain untuk mengikuti dan mengamalkan ajaran islam (KBBI
online, 2017)

11
Hadits Riwayat imam bukhari dalam kitab shahihnya (91), dari sahabat Ibnu Mas’ud
12
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2000), Hlm. 589

1
13
Drs. Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip metodologi dakwah, (Surabaya, al-ikhlas, cet,1,
1994), hlm.57
14
Drs. H. Tato Tasmara, Komonikasi dakwah, (Jakarta, Gaya Media Pratama, Cet, II, 1997),
hlm.17
15
A.H Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya, Usaha
Nasional, 1992), hlm.33

1
Da’i secara Bahasa adalah suatu proses menyampaikan (tabligh) pesan-pesan
tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi
ajakan tersebut.16

Sedangkan pengertian da’i menurut istilah ada beberapa pendapat diantaranya


:

1. Menurut Hamzah Ya’qub, da’i adalah seorang muslim yang memiliki


syarat-syarat dan kemampuan tertentu yang dapat melaksanakan dakwah
dengan baik17
2. Dalam perumusan Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) ke I
(Pendidikan Tinggi Dakwah Islam (P.T.D.I) di Jakarta bulan mei 1968
dinyatakan bahwa: Da’i (juru dakwah) berarti orang yang mengajak atau
menyeru melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran, merubah
umat dari satu situasi kepada situasi lain yang lebih baik dalam segala
bidang, merealisasikan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari bagi
seorang pribad, keluarga, kelompok atau massa serta bagi kehidupan
masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup Bersama dalam rangka
pembangunan bangsa dan umat manusia18
3. Drs. H. M Arifin, M. Ed mengemukakan pengertian da’i adalah orang
yang melakukan suatu kegiatan/ aktivitas mengajak orang, baik dalam
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara
sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individual maupun secara kelompik, agar supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagaimana yang disampaikan kepadanya dengan
tanpa ada unsur-unsur paksaan.19

16
Toto tasmara, komunikasi dakwah, (Jakarta, CV Gaya Media Pratama) 1974. Hlm. 31
17
Drs. Hamzah Ya’kub, Publistik Islam Tehnik Dakwah dan Leadership, (Diponegoro, Bandung,
1992), hlm.36
18
Drs. Qowa’id, Dakwah Paripurna Era Globalisasi dan Informasi, Proyek Bimbingan dan
Dakwah Agama Islam, Jawa Timur, Surabaya, 1997, hlm.6
19
Drs. H. M. Arifin. M. Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta, Bulan Bintang,
1997), hlm.17

1
Da’i secara istilah juga berarti orang yang melaksanakan dakwah baik secara
lisan, tulisan maupun perbuatan dan baik sebagai individu, kelompok atau
berbentuk organisasi.20

Dari pengertian dai tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa da’i (juru
dakawah) adalah orang yang selalu melaksanakan kegiatan atau aktifitas
mengajak, menyuruh dan mendorong orang lain baik dengan lisan, tulisan,
tingkah laku dan sebagainya untuk melakukan perbuatan kebijakan dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar.

Dilihat dari pengertian tersebut maka bisa dipahami bahwa semua orang islam
adalah juru dakwah, dimana dipertegas dalam firman Allah surat At-Taubah ayat
71:

‫عن ك ِر‬
ْ ْ ‫و َي‬ ْ ‫أْ ُم ْ ا‬ ‫وا ْل ْ ؤ ْ م ْؤ ْم أَ ْو ِل‬
‫ا ْل ن‬ ‫ْن و‬ ‫عض ون ْلم و‬ ‫ِمن ل ِمَنت عضه َياء‬
‫ف ن‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫م وا‬
‫م‬ ‫ه‬ ‫ر‬
dُ‫و ََل س حمهم لال‬dُ‫ أ‬dُ‫ورسوَله‬ ‫ن‬ ‫ويُ ن كا َة و ط‬ ‫ ِق ْيمو ن صل‬d‫و ُي‬
‫ن‬ ‫ِئك َير‬ ‫لال‬ ‫و‬dُ‫ي ْيع‬ ‫و الز‬dُ‫ْؤت‬ ‫ال وة‬
‫ع ِز ْيز ح ِكيم‬

“Dan orang-orang yang beriman pria dan wanita bergotong royong satu sama
lain, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang kemungkaran, mendirikan
sholat, membayar zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kepada mereka
itu Allah akan memberi rahmat, sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha
Bijaksana”

Ibnu katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa setelah pada
ayat sebelumnya Allah sebutkan tentang sifat yang dimiliki oleh orang munafik,
maka pada ayat selanjutnya Allah jelaskan tentang sifat yang dimiliki oleh orang-
orang yang beriman, yakni mereka yang saling menolong dan menopang, seperti
yang disebutkan dalam hadits Nabi ‫ ﷺ‬yang diriwayatkan oleh sahabat mulia Abu
Musa al-Asy’ari :

1
(dُ‫ن صا ِب ِعه‬
‫ ضا َ َب‬dُ‫عضه‬ ‫ش‬ ‫ ْن‬d‫الم ْؤ ِمن ُو ْؤ كا ْل ُب‬
‫ْي أ‬ ‫َبع ) َو‬ dُ‫د‬ ‫َ ي ان‬ ‫ِمن ل‬
‫ب ك‬ ‫ْل‬
‫ش‬

20
Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1991, hlm.
31

2
“orang beriman terhadap orang beriman yang lain adalah ibarat bangunan,
Sebagian menguatkan Sebagian yang lain” Rasulullah mengatakan itu sambal
merapatkan antara jari-jari beliau.21 (HR. Bukhari)

2. Karakteristik dan Sifat-Sifat Seorang Da’i

Seorang Da’i dituntut untuk mempunyai bekal ilmu agama yang mendalam
karena selain untuk menyebarkan agama seorang da’i juga harus mempersiapkan
bilamana nanti akan ditanya perihal apa-apa yang menjadi keresahan ummat,
maka oleh dari itu seorang da’i harus mempunyai karakteristik dan sifat-sifat
sebagai berikut :

a. Karakteristik
1. Memiliki Kompetensi Keilmuan
Seorang da’i mestilah gigih menuntut ilmu yang bermanfaat yang
diwarisi dari guru besar kebaikan, agar ia dapat berdakwah di atas jalan
yang jelas dan terang.22 Ilmu merupakan dasar yang paling agung atau
penting bagi seorang da’i sukses. Ilmu juga merupakan salah satu dari
unsur hikmah. Oleh karena itu Allah telah memerintahkan dan mewajibkan
kepada seorang da’i agar memiliki ilmu sebelum melaksanakan tugas
dakwah, baik dakwah dengan perkataan maupun dengan amalan
langsung.23 Allah berfirman:

ِ‫َن‬
‫ب‬ ‫ٱِلذ‬
ۢ ‫إ‬ ‫ََٓل‬ َۡ
‫م‬‫عل‬ َ
ۡ‫فٱ‬
َ
‫ك‬ ‫ر‬ َۡ َ ‫ُل‬
ۡ‫ف‬ِ‫غ‬ ‫ست‬
ۡ‫وٱ‬ ‫َّل‬ ‫إ‬ ‫أ‬
َ‫َل‬
‫ه‬ ُ‫ۥّن‬
‫ه‬
‫َل‬
‫َق‬‫ُمت‬ َ
‫عل‬ۡ‫َي‬ َ
‫نين‬
ِ‫م‬ ۡ‫م‬
ِ‫ؤ‬ ۡ‫و‬
ُ‫لل‬ َ
ِ
ُۡ
‫م‬ ‫ّب‬
‫َك‬ ُ
‫م‬ ٰ‫من‬
َ ِۡ
‫ُؤ‬‫ۡلم‬
‫َٱ‬ ‫و‬
َِ
‫ت‬
َّ‫و ل‬
َّ‫ٱ‬ َ
‫ُل‬
ۡ‫وم‬
ٰ‫ثو‬ َ
ُۡ
‫م‬ ‫ََىك‬

1
“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,
Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)

21
Hadits Riwayat Bukhari, kitab al-Madholim dan al-Ghoshbu, bab nashrul madhlum 3/129
nomor 2446, Muslim, Kitab al-Biruu was Shilatu wal Aadabu, Bab Tarohiimul mu’miniina wa
Ta’athufihim wa Ta’adhudihim
, 4/1999, nomor 2585
22
Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni, Petunjuk Berdakwah Dengan Berkesan, (Selangor: Karisma
Production, 2003), hlm. 47.
23
DR. Sa‟id al-Qahtani, Menjadi Dai yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), hlm. 9

1
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui
tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad: 19)

2. Beriman dan Bertakwa Kepada Allah


Kepribadian da’i yang terpenting adalah iman dan takwa kepada Allah
swt Sifat ini merupakan dasar utama pada akhlak da’i. Seorang da’i tidak
mungkin menyeru mad’u-nya (sasaran dakwah) beriman kepada Allah.
Apabila tidak ada hubungan antara da’i dengan Allah swt Tidak mungkin
juga seorang da’i mengajak mad’u-nya berjalan diatas jalan Allah kalau da’i
itu sendiri tidak mengenal jalan tersebut. Sifat dasar da’i dijelaskan Allah swt
dalam Al-Quran:

‫ ۡع‬dَ‫َف ََل ت‬dَ‫ۡ ل ب أ‬ ‫ ۡم ت‬d‫ن ُت‬dَ‫ ۡأ مر ن س ٱ وت ۡ ن سك وأ‬d‫ َت‬dَ‫أ‬


‫ون‬d‫قِ ُل‬ ‫و‬d‫ۡت ُل‬ ‫نف ۡم‬dَ‫و ٱلَّنا ۡل ِب ِ ر ن و أ‬
‫ِك‬
‫س‬

‫َتَ ن‬
‫ٱ‬

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu


melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?.” (QS. Al-Baqarah: 44)

3. Memiliki Akhlak Yang Baik

Akhlak yang baik dalam menjalankan dakwah di jalan Allah adalah


merupakan hal yang amat penting, Ibadah yang paling agung dan kewajiban
yang paling utama yang hendaknya dimiliki oleh para da’i. Setiap da’i
haruslah menyenangi apa-apa yang ada disisi Allah, dan menyenangi
keberhasilan dakwahnya serta manfaatnya. Para da’i dituntut untuk
memperlihatkan akhlak baiknya kepada orang lain dan menerapkannya pada
diri mereka dalam segala bidang demi tercapainya hasil yang baik bagi
kehidupan masyarakatnya, sebagaimana keberhasilan yang pernah dicapai
pada masa awal-awal Islam.24 Sesungguhnya tidak bisa dihitung berapa orang
yang memeluk agama Islam sebab akhlak yang dimiliki oleh Nabi
Muhammad saw. Di antara akhlak yang dimiliki oleh baginda ialah murah

1
hati, pemaaf, sabar, lemah-lembut, tawadu‟, adil, bijaksana, penyayang, suka

24
DR. Sa‟id al-Qahthani, Menjadi Dai yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), hlm. 325.

1
memberi dan pemberani serta kuat.25 Setiap da’i yang berdakwah di jalan
Allah hendaklah memperlihatkan akhlak mulia pada masyarakat bagi
memastikan dakwah yang disampaikan diterima oleh masyarakat. Da’i harus
menerapkan akhlak mulia pada dirinya dahulu sebelum menyampaikan
dakwah kepada masyarakat. Allah swt amat melarang orang yang
mengatakan apa yang tidak diperbuatnya.26 Allah swt berfirman :

‫ِ ما َل‬ ‫ون كب م عند‬dُ‫ون ما َل تَ ل‬dُ‫ول‬dُ‫ق‬dَ‫ءامن ل َم ت‬ ‫َيَٰٓأ ها ٱل‬


‫وا‬dُ‫ول‬dُ‫ق‬dَ‫ن ت‬dَ‫ٱ ل أ‬ ‫ا‬dً‫ر ۡقت‬ ‫ۡف‬ ‫وا‬ ‫ُّي ِذين‬
‫ون‬d‫ ۡف ُل‬dَ‫ت‬

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan


sesuatu yang tidak kamu kerjakan?,Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS.
AshShaf: 2-3)
b. Sifat-Sifat Seorang Da’i
1. Ikhlas
Ibnu Qayyim menyebutkan kata yang sangat penting dalam penempatan
ikhlas, ikhlas adalah engkau tidak meminta apa-apa yang engkau kerjakan
kecuali pahala atau imbalan dari Allah, dan tidak pula imbalan selain dari-
Nya.27

Ikhlas dalam berdakwah adalah wajib, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

َ‫ ََل ِة ا ْْل‬d‫وال صيح‬


‫ص ا ْل‬ ‫ َل ُغل علَ ن ا ْ ؤ‬dٌ‫ة‬dَ‫ َلث‬dَ‫ث‬
‫ن ة ْم ِر ل ُو‬ ‫مل‬ ‫ََل‬ :‫ْيه ْل ْل ِمن‬
‫خ‬ ‫ب م‬
28
‫واْ َِل ع ص ْ ج عة‬
‫ِت ام ل م‬
‫ا ا‬

“tiga hal yang hendaknya seorang muslim senantiasa ghuluw kepadanya:


Ikhlas berbuat hanya kepada Allah, menasihati ulil Amri dan loyalitas
dalam berjamaah”

1
25
Ibid, hlm. 326
26
DR. Sa‟id al-Qahthani, Menjadi Dai yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), hlm. 332.
27
Madarij As-Salikin, Imam Ibnu Al-Qayyim 2.92
28
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnadnya 21/60 nomor 13350, dari sahabat anas bin Malik,
di shahihkan oleh albani dalam shohih jami’ 2/1140 nomor 6766

1
Ayat al-Qur’an juga banyak yang menunjukkan bahwa kita harus selalu
ikhlas dalam berdakwah dijalan Allah, Allah berfirman:

d‫مسج ٍد ۡ وه ِ صين َل ُه‬ ‫ٱ ۡل ِق مو وجوه عن‬ ِ ‫ُق ۡل أَ َمر ر‬


‫ل‬ ‫كل د‬ ‫ك ۡم د‬ ْ‫ِقسط ي ا‬ ‫بى‬
‫م‬ ‫وٱ‬ َ‫وأ‬
‫خ‬
‫ون‬dُ‫ود‬dُ‫ع‬dَ‫ٱل ِدين كما دَأ ك ۡم ت‬

“Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan


(katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah
Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah
menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali
kepada-Nya)". (Q.S al-A’raf: 29)

2. Ilmu

Ilmu adalah gerbang atau kunci segala sesuatu, maka wajib bagi seluruh
da’i untuk mengetahui dan faham akan syariat Allah untuk menyeru kepada Allah
atas dasar ilmu.29 Sebagaimana Allah berfirman :

ٓ‫و م ا‬
‫ت ِن وس ۡب ن‬dَ‫َن ومن ٱ‬dَ‫ى َٰٓ َلى ٱ َِ ع ى صير أ‬ ‫َِٰبي‬
‫َن ۠ا ِمن‬dَ‫لل َ أ‬
ِ ‫َب ى َح َّٱ‬ ‫ّلل ل ب ٍة ۠ا‬ ْ ‫أَ ۡد‬
‫وا‬ ‫ل‬d‫ُق‬
ِ ‫َه ِذ‬
‫ع‬
‫ل‬ ‫ٱ ۡل‬
‫م ۦِه ِر‬
ُ
‫ِكي ن‬
‫ش س‬
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S Yusuf: 108)

Maksudnya adalah diatas ilmu dan dalil-dalil yang benar dan jelas yang
tidak diragukan lagi akan kebenaranya.30

2
3. Berlemah Lembut
Berlemah lembut adalah termasuk perkara yang sangat penting yang harus
dimiliki oleh seluruh pendakwah, sampai dakwahnya diterima ditengah
masyarakat. Rasulullah bersabda:

29
Manhaj ibnu qayyim tentang dakwah, ahmad al-kholif 1/246
30
Al-adhbu an-namir, as-sinqithi 4/362

2
‫وما‬ ‫ب ال ِ و عط عَلى ال ِ ر ما َل عط عَلى الع‬ ‫ َعاَلى ِف ق‬d‫َت‬ ‫ن‬
َ
‫ْن َل ف‬ ‫يُ ى‬ ‫ر ْفق ي ى‬ ‫ح‬dُ‫ي ي‬
‫ْفق‬
‫ر‬
31
dُ‫علَى س َواه‬ ‫عطى‬dُ‫ي‬
‫ما‬
“Sesungguhnya Allah Mahalembut serta mencintai kelembutan, dan Allah
memberikan kepada sifat lembut yang tidak diberikan pada sifat kasar dan sifat
lainnya.”

Dan Nabi ‫ ﷺ‬juga


bersabda:
‫ما‬
32
‫من ي حر ِم ال ق ِ خ ر‬
‫ِ ر ْف ي ْل حر ْي‬

“Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan


mendapatkan kebaikan”.

4. Muru’ah

Ulama mendefinisikan sifat Muru’ah sebagai menjaga dari hal yang


diharamkan, yang mengangkat dosa, mencegah dari kedzaliman dan mencegah
dari perbuatan yang tidak disukai.

Para Ahli Hikmah memberikan definisi, bahwa bentuk dari sifat Muru’ah
adalah sabar menghadapi ujian, mensyukuri nikmat yang diberikan, dan mampu
memaafkan kesalahan orang lain.

Hasan Al-Bashri pernah ditanya tentang apa itu Muru’ah, maka beliau
menjawab: Muru’ah adalah apabila seseorang berusaha memperbaiki urusan
agamanya, menggunakan hartanya dengan baik, menebar kedamaian dan
mencintai sesama manusia.

5. Sabar
Sabar menjadi salah satu kaidah yang sangat penting dalam berdakwah,
khususnya para Nabi dan Rasul, sungguh telah banyak sekali ayat al-qur’an yang

2
31
Hadits Riwayat imam muslim dalam shohihnya, kitab al-birru was silatu, bab keutamaan
berlemah lembut 4/2003, nomor 2593
32
Hadits Riwayat muslim dalah shohihnya, kitab al-birru was silatu, bab keutamaan berlemah
lembut, 4/2003, nomor 2593

2
menerangkan tentang bagaimana sabarnya seorang Nabi dan Rasul dalam
berdakwah. Sebagaimana firman Allah :

‫ۡ ن‬ ۡ ‫واْ ٱ‬dُ‫ ْول‬dُ‫ص أ‬


َ ۡ ‫من َ ۡ ع جل ۡ ك‬ ‫َفٱ ِ كما‬
‫و ما‬
‫ٱلرسل َل تَستَ ل م أ م م‬ ‫ۡل ز‬ ‫ب‬
‫ۡو ر‬ ‫و‬ ‫ِم‬ ‫َبر‬
‫ۡر‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ص‬
‫ون‬dُ‫إِ ٱ ۡل سق‬ ‫ها ٰ ف ه ۡل‬ ‫و ع ن َبثُ َٰٓو ْا َ سا‬dُ‫ي‬
‫ۡ َّل ع م‬ ‫و َل ۡم‬dُ‫د‬
‫ ۡهل‬dُ‫ٍۭ ٍر ل غ ي‬ ‫ل‬
‫ن‬
َ‫َّل ٱ ۡلقَ ۡو َف‬
‫ك م‬
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan
hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada
mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada
siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan
melainkan kaum yang fasik.” (Q.S Al-Ahqaf: 35)

3. Kedudukan Dan Tugas-Tugas Da’i

Kedudukan juru dakwah didalam agama islam adalah sangat penting sekali,
selain untuk mengingatkan kepada manusia akan perintah dan larangan Allah
subhaanahu wata’ala seorang da’I juga berkewajiban menyampaikan pesan
agama kepada khalayak ramai baik dalam kejayaan atau dalam keadaan yang
memprihatinkan.

Firman Allah dalam surat Fushshilat ayat 33 yang berbunyi :

‫من ا س ِل ِمين‬
‫ا ن‬dَ‫ ا وق‬d‫ص‬ ‫ِم‬ ‫سن ق ممن عآ‬ ‫ومن أَح‬
‫ْلم‬ ‫ا ل ّ ِني‬d‫ِلح‬ ‫ل‬ ‫َد ِإَلى‬ ‫ْو ًَل‬
‫وع‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri”

2
Tugas pokok dari seorang dai adalah meneruskan tugas dari Nabi dan Rasul,
ia adalah pewaris Nabi (Warosatul Anbiya’) yang berarti harus menyampaikan
ajaran-ajaran Allah seperti yang termuat dalam al-Qur’an.

Tugas dan kewajiban rasul adalah menyampaikan ajaran islam, tentunya


ummat yang telah dibebankan untuk berdakwah (Da’i) juga menyampaikan apa

2
yang pernah para Nabi dan Rasul sampaikan. 33 Hal semacam ini telah Allah
jelaskan dalam firmannya surat Al-Ankabut: 18 :

‫ا م ِبين‬
‫عَلى‬ ‫وما‬
‫ْل‬ ‫الر‬
‫َّل ا ْل ََبل غ‬
‫ول‬
“Dan kewajiban Rasul itu tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah)
dengan seterang-terangnya”

4. Maksud dan Tujuan Berdakwah

Al-qur’an telah menjelaskan banyak sekali tentang apa maksud dan tujuan dari
berdakwah, para Nabi dan Rasul yang Allah kirim untuk berdakwah kepada
manusia juga telah Allah ceritakan didalam Al-qur’an, di antaranya adalah :

1. Realisasi tauhid,

Di antara maksud besar dari dakwah adalah merealisasikan tauhid kepada allah
dan mengesakannya, karena Tauhid adalah Ushul (pokok) dari dakwah para Nabi
dan Rasul untuk mendakwahkan kepada ummatnya.34

‫ون‬dُ‫د‬dُ‫عب‬
‫َناَفا‬dَ‫َّلأ‬
َ َ ‫ َل ه‬d‫وح‬dُ‫ْب ك رسول ََّلن‬ ‫ومآأ ْر س‬
َ
‫َّنه ل‬dَ‫ْي أ‬ ‫ِل من‬ ‫ْ نل َا‬
‫ِإل‬ ‫ي‬ ‫من‬

“Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad,
melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku” (Q.S Al-Anbiya’ : 25)

Diantara ayat tentang tauhid adalah: an-nisa’: 116-117.

‫شآ ومن ِر ِٱَّلل َفَق ۡد‬ ‫ما ذ لم‬ ‫ۦه و َي‬ ‫ن َٱَّلل ۡ غ ر أَن شر‬
‫ُي ك‬ ‫ء‬ ‫ُدون ِلك ن‬ ‫ۡغ ِفر‬ ‫ي ك‬ ‫ِف َل‬
‫ش‬ ‫َي‬
‫ا‬dً‫م ِريد‬
2
‫َطنًا‬ ۡ ‫ا ِإن عو ُدو ِن َٰٓۦه ِإ ِإن عو َ ش‬dً‫ضل ض َٰلَ ا ِعيد‬
‫ي‬ ‫ا ۡد و ن َّل‬dً‫من ََٰٓل إ ََٰنث‬ ‫ۡد ن‬ ‫ًَل‬
ِ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,

33
Slamet muhaimin abda, prinsip-prinsip metodologi dakwah, (Surabaya, Al-Ikhlas, cet, 1, 1994,
hlm. 58-59
34
Mu’jam lughotul arabiyyah, ahmad mukhtar 1/747

2
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. Yang mereka sembah selain
Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu)
mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka.”

‫دعوا‬ maknanya adalah ‫د‬d‫ع ُب‬ karena barangsiapa yang menyembah


Dan ‫ن‬ ‫و‬
sesuatu maka dia menyerunya Ketika ia butuh kepadanya.35

2. Hidayah dan pembenaran

Diantara maksud dakwah dalam al-Qur’an adalah Hidayah dan Ishlah, dua
perkara ini adalah perkara yang sangat lazim.

ْ‫جيُبوا‬
‫ّاع ذَا د عا ۡ ل س‬dَ‫ ِنى ب أ ب َدع ٱلد‬dِ‫ع ِنى فَإ‬ ‫ع َبا‬ ‫ل‬dَ‫سأ‬ ‫و ِإذَا‬
‫ِلى‬ ‫ن َي َت‬ َ‫َوة‬ ‫َق ِري ِجي‬ ‫ِدى‬ ‫ك‬
‫َف‬
‫ون‬dُ‫شد‬ ‫ل‬ ْ‫وا‬dُ‫ ۡؤ ِمن‬d‫و ۡل ُي‬
‫ۡر‬
‫ه‬
‫ۡم‬

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S al-Baqarah: 186)

Dan barang siapa yang yang diilhamkan berdakwah maka sungguh telah

diberi jawaban (َ ‫ه بة‬ ‫ ِر‬dُ‫أ‬ 36


)‫فََقد‬ dengan makna diberi hidayah untuk
‫جا‬ ‫اإل‬ ‫ْ يد‬
menjawab, untuk memperbaiki keadaannya, sebagaimana Allah jelaskan dalam
firmannya surat Ali Imran : 104 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

2
3. Menegakkan Hujjah

35
Aqidah tauhid fil quranil karim, Muhammad mulkawi 1/61
36
Mahasin At-Ta’wil, Al-Qasimi 2.37

2
Di antara maksud dari ayat tentang dakwah adalah menegakkan hujjah
terhadap orang orang yang menyimpang atau menolak dari hidayah, maka Allah
mengutus Rasul-Nya. Sebagaimana Allah jelaskan dalam firmanya :

ُ‫حج ۡ عد رسل وكان ٱَّلل‬ ‫عل َّٱِلل‬ ‫كون لنَّاس‬ ‫ومن ِذ ََّل‬ ‫رس ًَل َ ش‬
‫ٱل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ِرين َلئ‬ ‫ب ِرين‬
‫ة‬

‫م‬
‫ع ِزيزا ح ِكيما‬

“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan


pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (an-Nisa’ 165).

3
BAB III

KAJIAN TAFSIR SURAT ADH-DHUHA AYAT 3 & AL-KAUTSAR

AYAT 3

A. Pengantar Surat Adh-Dhuha Dan Al-Kautsar Ayat 3


Pembahasan mengenai profil surat Adh-Dhuha dan Al-Kautsar diperlukan
agar dapat mengetahui kedudukan dan tafsiran ayat 3 pada surat ini. Pada bagian
ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut:

1. Profil Surat Adh-dhuha dan Al-kautsar dan Keutamaanya


a. Surat Adh-Dhuha
Termasuk surat Makiyyah (turun di kota Makkah/ turun sebelum hijrah
dari Makkah menuju Madinah), semua ayatnya juga termasuk makiyah, surat
Adh-Dhuha terdiri dari 11 ayat, kalimatnya ada 40 dan hurufnya ada 172
huruf 37
Dalam urutan surat Al-qur’an, adh-dhuha merupakan surat ke-93
dalam susunan mushaf Al-qur’an.

Keutamaan surat Adh-Dhuha, Diriwayatkan dari Imam Syafii


bahwasanya dia menganjurkan bertakbir dengan “Allahu Akbar” atau
“Allahu Akbar Wallahu Akbar” setelah membaca surah ini dan surah-surah
setelahnya. Mengenai munasabah takbir tersebut para qurra menyebutkan
bahwasanya wahyu dalam beberapa waktu tidak lagi turun.

Kemudian Jibril datang dan menyampaikan wahyu kepada beliau dengan


surah Adh Dhuha secara lengkap. Mendapat waktu tersebut beliau pun
bertakbir karena bahagia dan gembira Ibnu Katsir mengatakan: “munasabah
itu tidak lain diriwayatkan dengan sanad yang dapat dihukumi dengan shahi
ataupun dha’if”38

b. Surat Al-kautsar

37
Ibnu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud alfarro Al-Baghawi, Tafsir al-baghawi, (Darul Fikri
1399H/ 1979M), hal.257
38
Zuhaili, Wahbah, Tafsir al munir aqidah dan manhaj, (Depok. gema insani, 2005), hal.566

3
Menurut Ibnu Abbas dan Jumhur Ulama surat ini termasuk surat
Makiyyah, Al-Hassan, Ikrimah dan Qotadah berkata bahwa surat ini termasuk
Madaniyyah (turun di kota Madinah/ setelah hijrah dari Makkah menuju
Madinah). Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, dan Aisyah
bahwasanya Al-kautsar adalah surat Makiyyah.39

Surat Al-Kautsar di dalam urutan Al-Qur’an berada di urutan surat ke-


108, surat Al-Kautsar terdiri tiga ayat, sepuluh kalimat dan terdiri dari empat
puluh dua huruf.40

Keutamaan surat Al-Kautsar, Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik,


dia berkata:

“Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah tertidur sebentar, lantas beliau mengangkat kepala


seraya tersenyum, bisa jadi beliau langsung bersabda kepada para sahabat,
atau mereka bertanya “mengapa engkau tersenyum?” Rasulullah ‫ﷺ‬
menjawab “ada surah turun kepadaku” lantas Beliau membaca surah Al-
Kautsar hingga selesai. Kemudian Beliau bertanya “tahukan kalian apa itu Al-
Kautsar? Para sahabat menjawab “Allah dan Rasul- Nya lebih mengetahui”
kemudian Beliau bersabda “ia adalah sungai yang diberikan kepadaku oleh
Allah kelak di surga. Sungai itu mempunyai banyak kebaikan. Pada hari
kiamat umatku mendatanginya untuk minum. Wadah-wadahnya sebanyak
jumlah bintang- bintang. Ada seorang hamba dari umatku yang kesusahan
lantas aku berkata “wahai Tuhanku dia adalah umatku” lantas dijawab “kamu
tidak tahu apa yang telah mereka lakukan sepeninggalmu”41

2. Penamaan Surat Adh-dhuha dan Al-kautsar


a. Surat Adh-dhuha

Surat ini dinamakan Adh-Dhuha karena diawali dengan kata tersebut.42


Allah subhanahu wata’ala bersumpah dengan waktu dhuhaa, yaitu waktu

39
Ibnu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud alfarro Al-Baghawi, Tafsir al-baghawi, (Darul Fikri
1399H/ 1979M), hlm. 300
40
Ibid, hlm.301
41
Zuhaili, Wahbah, Tafsir al munir aqidah dan manhaj, (Depok. gema insani, 2005), hlm. 692
42
Dr. Wahbah Zuhaili, Tafsir al munir, judul asli At-Tafsiirul Muniir Fil ‘Aqidah wasy-syari’ah
wal Manhaj, (Darul FIkr, Damaskus, cet.8, 1426H/2005M)

3
permulaan siang Ketika matahari mulai naik keatas, sumpah ini memberikan
peringatan urgensi waktu ini yang penuh dengan cahaya.

Selain itu, surah ini turun mengenai perkara Nabi, sehingga diawali
dengan sumpah pada waktu dhuhaa. Sebagaimana halnya Ketika surah Al-
Lail menjelaskan orang bakhil, dan di mulai dengan sumpah pada waktu
malam.43

b. Surat Al-kautsar

Dinamakan surat Al-Kautsar karena terdapat kata “Al-Kautsar” yang ada

didalam ayat satu (ْ ‫ر‬dَ‫وث‬ ‫ع ِإَّنا ط ا‬dَ‫) أ‬. Para ulama tafsir berbeda pendapat
‫ك‬ ‫ْينَا ْل‬
‫ك‬
tentang apa arti dari Al-Kautsar ini, diantaranya :

Al-Kautsar adalah sebuah sungai di surga, maksudnya adalah sebuah


sungai di surga, kedua tepinya emas, alirannya di atas permata dan Mutiara,
airnya lebih putih daripada salju, rasanya lebih manis daripada madu, dan
tanahnya lebih wangi daripada misk44

Al-Kautsar adalah sungai di surga yang diberikan Allah kepada Nabi


Muhammad ‫ﷺ‬. Ibnu Abbas mengatakan Al-Kautsar adalah kebaikan yang
banyak.45

3. Kandungan Surat Adh-Dhuha dan Surat Al-Kautsar


a. Surat Adh-Dhuha

Surat Adh-Dhuha termasuk surat yang al-mufashal, dari kata al-Fashl


( ‫صل‬ d‫)ال َف‬ yang artinya batas. Disebut al-mufashal dari kata al-fashl yang
artinya sekat/ pembatas. Sehingga dinamakan mufashal karena ayatnya
pendek-pendek. Ada juga yang mengatakan, dinamakan mufashal karena
suratnya pendek-pendek, sehingga banyak pemisah basmalah.

43
Dr. Wahbah Zuhaili, Tafsir al munir, judul asli At-Tafsiirul Muniir Fil ‘Aqidah wasy-syari’ah
wal Manhaj, (Darul FIkr, Damaskus, cet.8, 1426H/2005M), hlm. 555
44
At-tirmidzi dalam as-sunan (5/449), disebutkan lebih wangi daripada aroma misik, serta al-
mundziri dalam At-Targhib wa At-Tarhib (4/289)
45
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Tabari, judul asli Jami’ Al-Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an,
3
(Jakarta Selatan, Pustaka Azzam, Cetakan pertama 2009)

3
Dasarnya adalah sabda Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬:

‫مكان‬
‫و ْ م وأُ طي‬dُ‫ ْوراة س وأُ طي مكا ن زب‬dَّ‫ت‬d ‫طيت ن ال‬ ‫أُع‬
‫ ع ت‬،‫ال ِر ل ِئين‬ ‫ ع ت‬،‫ال ْبع‬ ‫مك ا‬

‫ا‬
‫ا مفَصل‬ ُ‫ا وف‬d‫ل ا ْلم َث‬ ‫ي‬d‫ا ْ ِإل ْنج‬
‫ْل‬ ‫ ض ْل‬،‫ِني‬
‫ت‬
“ aku diberi pengganti isi taurat dengan as-sab’u (tujuh surat Panjang). Dan
aku diberi pengganti isi zabur dengan surat al-minin, dan aku diberi
pengganti isi injil dengan al-matsani, dan aku diberi tambahan dengan surat-
surat al-mufashal ”. (Hadits Riwayat Ahmad 16.982 dan dihasankan oleh
syuaib al-arnauth)

Kemudian, menurut pendapat yang paling kuat adalah di mulai dari surat
Qaf sampai surat Annas. (Imaduddin Muhammad bin Ismail, Tafsir Ibnu
Katsir, jilid 7 hal 393)

Muhammad Al-Tahrir Ibnu ‘Ashur menjelaskan dalam kitabnya Tafsir At-


Tahrir wa At-tanwir tentang pembagian surat al-mufashal menjadi 3 bagian:

1. Thiwal mufashal: mufashal yang Panjang. Dimulai dari surat Qaf


sampai Surat al-Mursalat (akhir juz 29)
2. Wasath mufashal: mufashal pertengahan. Dimulai dari surat An-Naba’
hingga Ad-Dhuha.
3. Qishar Mufashal: mufashal yang pendek. Dimulai dari surat Al-
Insyirah hingga akhir Al-Qur’an yaitu surat An-Nas.

Tema surah ini adalah berbicara tentang kepribadian nabi, ada empat
tujuan yang dikandung oleh surat ini.

Surah ini dumulai dengan qasam (sumpah) Allah bahwasanya dia tidak
membenci dan meninggalkan Rasul-Nya, Allah sangat memerhatikan beliau dan
kedudukan beliau di sisi Allah begitu mulai, Allah berfirman,
3
“Demi waktu dhuha (Ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam
apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak

3
(pula) membencimu, dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari
yang permulaan.” (Q.S Adh- Dhuha 1-4)46

Allah memberi kabar gembira kepada beliau dengan banyak pemberian di


akhirat di antaranya syafaat yang agung, Surah ini menghitung berbagai
kenikmatan Allah yang dikaruniakan kepada Nabi semenjak kecil. Allah
berfirman,

“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti akan memberikan karunia-Nya


kepadamu, sehingga engkau menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai
seorang yatim, lalu Dia melindungimu, dan Dia mendapatimu sebagai seorang
yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, dan Dia mendapatimu sebagai
seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan”. (Q.S Adh- Dhuha:
5-8)

Surah ini diakhiri dengan pesan tiga keutamaan : bersikap lembut kepada
anak yatim, menyambung silaturahim kepada orang miskin dan mensyukuri
nikmat yang agung yaitu kenabian dan kenikmatan-kenikmatan lain nya. Allah
berfirman,

“Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.


Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardiknya. Dan
terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)”. (Q.S
Adh- Dhuha: 9-11)

b. Surat Al-kautsar
Surah makkiyah ini berbicara tentang 3 hal:
1. Surah ini menjelaskan karunia Allah atas nabi. Dengan memberi
beliau banyak kebaikan di dunia dan akhirat, di antaranya adalah
sungai kautsar kelak di surga.

46
https://quran.kemenag.go.id/sura/93

3
2. Nabi dan ummat beliau diperintahkan untuk senantiasa menunaikan
shalat secara ikhlas serta menyembelih hewan kurban sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah
3. Surah ini memberi kabar kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬bahwa akan datangnya
kemenangan terhadap musuh-musuh beliau. Para musuh nabi akan
merugi dan terhinakan karena tidak akan mendapatkan kebaikan di
dunia dan akhirat.

4. Asbabun Nuzul Surat Adh-Dhuha Dan Al-Kautsar


a. Surat Adh-dhuha

Para ulama berbeda pendapat mengenai sebab turunnya surat Adh-Dhuha,


dalam perbedaan tersebut kurang lebih ada tiga pendapat yang rajih mengenai
sebab turunnya surat Adh-Dhuha :

Pertama, diriwayatkan dari jundub bin sufyan al-bajliy berkata: Nabi ‫ﷺ‬
mengadu dan tidak keluar selama dua malam atau tiga malam, maka
datanglah seorang perempuan dan berkata: wahai Muhammad aku lihat
bahwa setanmu (yang di maksud adalah malaikat Jibril Alaihi As-salam) telah
meninggalkanmu karena aku sudah tidak melihatnya dua atau tiga hari ini di
dekatmu. Maka kemudian Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan surat
Adh-dhuha ayat satu sampai tiga

(‫ما ر وماقلَى‬ ‫سج‬ ‫ والل ل‬d‫) َوال ضح‬


‫ودَّعك ُّبك‬ ‫ى‬ ‫ى ّ ْي ِإذَا‬

Dalam Riwayat lain juga disebutkan: “Jibril lamban bertemu lagi dengan
Rasulullah ‫ ﷺ‬lantas orang-orang musyrik mengatakan, “Muhammad telah di
tinggalkan Tuhannya”. Lantas turunlah surat Adh-Dhuha ayat tiga ( ‫ما َود‬
‫عك‬
‫وماقَل‬ ‫ر‬ ) “Rabbmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci
‫ى‬ ‫ُّبك‬
kepadamu”. Para ulama berpendapat bahwa perempuan yang datang dan
bilang seperti itu adalah Ummu Jamil isteri Abu Lahab.

Kedua, para mufassir berkata bahwa: seorang Yahudi bertanya kepada

3
Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang Ruh, Dzulkarnain dan tentang Ashabul Kahfi, maka

3
Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab “besok akan saya jawab” dan Rasulullah ‫ ﷺ‬tanpa
mengucapkan Insyaa Allah maka wahyu tertahan darinya.

Ketiga, Zaid bin aslam berkata “adalah sebab wahyu tertahan, maka
ketika jibril turun membawa wahyu dan Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya akan lama
nya wahyu tidak turun maka Jibril ‘Alaihis salam berkata “ sesunnguhnya
kami tidak masuk rumah yang di dalamnya ada anjing, dan gambar-gambar.47

b. Surat Al-kautsar

Banyak kejadian yang bersangkutan dengan turunnya surat al-kautsar di


antaranya Ketika anak Rasulullah Ibrahim dan Qasim bin Rasulullah
meninggal dunia, maka orang-orang kafir menuduh bahwa keturunan
Rasulullah ‫ ﷺ‬telah putus sampai disini. Kemudian Allah menurunkan surat
Al-Kautsar sebagai bantahan atas tuduhan orang kafir atas terputusnya
keturunan Rasulullah ‫ﷺ‬, karena hal tersebut membuat Rasulullah ‫ﷺ‬
dirundung kesedihan yang mendalam.

Menurut Dr. Wahbah Zuhaili dalam kitab tafsirnya Tafsir Al-Munir


mengatakan bahwa paling tidak ada 3 sebab atau faktor turunnya surat al-
kautsar:

1. Orang kafir menganggap bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah orang yang lemah dan
pengikutnya sedikit
2. Perasaan suka cita ketika orang-orang islam ditimpa musibah dan kesusahan
3. Orang kafir merasa gembira dengan meninggalnya Qasim dan Ibrahim putra
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

B. Penafsiran Para Ulama

1. Ayat Terjemahan dan Mufrodat (kosa kata)

‫ودعك ر وماقَل‬
َّ ‫ما‬
‫ى‬ ‫ُّبك‬

47
Ibnu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud alfarro Al-Baghawi, Tafsir al-baghawi, (Darul Fikri
1399H/ 1979M)
4
Artinya:

“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.”

‫ر ك َك‬dَ‫ ت‬: ‫ود‬ meninggalkanmu. Dengan menggunakan tasydid.


‫ّعك‬
Menurut bacaan kebanyakan ulama qira’ah, berasal dari
‫ع‬ ‫ ْو ِد‬dَّ‫ الت‬selamat (ucapan
‫ْي‬
tinggal), dan itu seperti ungkapan selamat berpisah kepada orang yang hendak
pergi. Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair bahwa mereka berdua

membacanya ‫ودع‬
َ dengan tanpa tasydid 48
yang berarti d‫ركك‬dَ‫ت‬
‫ك‬
(meninggalkanmu).

‫وما‬ : ‫ماأ ض‬ “dan tidak pula membencimu” yaitu Allah tidak akan
‫قَلى‬ ‫ْبغ ك‬
membencimu semenjak ia mencintaimu. Dihilangkan huruf kaf, karena kata ini

terdapat di akhir kata. Kata ‫القلَى‬ berarti َ‫ ال‬d‫بغض‬ (benci), dengan menjadikan
huruf qaf berbaris fathah dan memanjangkan huruf lam di akhir.

‫ر‬dَ‫ ْبت‬dَ‫ن َن شا ك هُ َوا ْْل‬


‫نِ ئ‬
“sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”

‫ك‬dَ‫عد ن شا نِ ئ‬ musuh-musuhmu
‫َن‬ : ‫ُّوك‬

ْdَ‫ر ْال‬dَ‫ بت‬: dialah yang terputus. Maksud al-abtar adalah yang lebih sedikit,
lebih hina dan terputus, serta tidak ada penerusnya.49

2. Pendapat Para Mufassir Tentang Surat Adh-Dhuha Ayat 3 & Al-Kautsar Ayat
3
a. Pendapat Imam Al-Qurthubi

4
Qs. Adh-Dhuha. Firman Allah,
‫وماَقل‬ ‫ر‬ ‫َود‬ “Tuhanmu tiada
‫ى‬ ‫ُّبك‬ ‫ّعك ما‬
meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”, Takwil dari ayat ini
adalah: tidaklah Tuhanmu meninggalkanmu dan tidak pula membencimu, dibuang

48
Qira’ah seperti ini riwayatnya tidak mutawatir, ibnu athiyyah menyebutnya di dalam
pembahasan tentang al muharrar al wajiz (16/320)
49
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir at-Tabari, (Jakarta selatan, Pustaka Azzam,
2009), hlm. 1041

4
huruf Kaf pada kata qalaa dikarenakan kata itu merupakan akhir ayat.

Sebagaimana firman Allah: ‫والذَّ رات‬


ِ
ً ‫ك‬ ‫ّ ِك‬dَ‫ َوالذ‬, dan “laki-laki
‫ِك‬ ‫ِثيرا‬ ‫ِرين‬
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah” maksudnya adalah ِ ‫ا ِكرا‬dَّ‫والذ‬
‫لالت‬ 50
.

Qs. Al-Kautsar. Dalam kitab tafsirnya, Imam Al-Qurtubi menjelaskan tentang


maksud dari firman Allah,
‫ر‬ ‫ن شا َو ْا َل‬ “sesungguhnya orang-orang yang
َ‫ْبت‬ ‫ك‬dَ‫نِ ئ‬
membencimu dialah yang terputus”. Maksud dari ayat ini adalah sesungguhnya
orang itulah yang bunting atau terputus, yang tidak akan mendapatkan kebaikan,
di dunia maupun akhirat.51

b. Pendapat Imam Ath-Thabari

Qs. Adh-Dhuha. Disebutkan bahwa surah ini diturunkan berkenaan dengan


Rasulullah ‫ ﷺ‬guna mendustakan kaum Quraisy yang menyatakan bahwa Allah
membenci Rasulullah ‫ﷺ‬, yaitu Ketika lambatnya wahyu yang turun kepada
beliau, mereka berkata, “Tuhannya telah meninggalkan Muhammad dan
membencinya”.

Beberapa Riwayat mengenai tafsiran firman Allah tentang “Wadda’aka dan


Qolaa”:

Qs. Al-Kautsar. Imam Ath-Thabari dalam kitab tafsir “Jami’ Al-Bayan an


Ta’wil Ayi Al-Qur’an” menyebutkan bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat
tentang maksud dari ayat ini : َ ْ ‫ إنِ شا ك ه‬. Sebagian mengatakan
‫بت‬
‫ر‬ َ‫ْال‬
‫ نِ ئ َو‬bahwa
maksudnya adalah Al-Ash bin Wail As-Sahmi. Mereka yang berpendapat
demikian menyebutkan Riwayat-riwayat sebagai berikut:

1. Muhammad bin Sa’ad menceritakan kepadaku, ia berkata: ayahku

menceritakan kepadaku, dari Ibnu Abbas, tentang firman-Nya, d‫ُّبك‬


‫ر‬

3
‫ما‬ َّ َ ‫عك‬
‫ود‬
‫وماَقل‬ “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”,
‫ى‬
ia berkata, “setelah diturunkanya Al-Qur’an kepada beliau, Jibril tidak datang

50
Syaikh Imam Al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi, (Jakarta, Pustaka Azzam,) Hlm. 485
51
Ibid. Hal.822

3
kepada beliau sampai berhari-hari, maka belaiu dicela karena itu, orang-orang
musyrik berkata: ‘dia telah ditinggalkan dan dibenci oleh Tuhannya’. Allah lalu

menurunkan ayat ‫وماقَل‬ ‫َود ر‬ ‘Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan


‫ى‬ ‫ّعك ما ُّبك‬
tiada pula benci kepadamu’.52
2. Ali menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu shalih menceritakan kepada
kami, ia berkata Mu’awiyah menceritakan kepadaku dari Ali, dari Ibnu Abbas,

tentang firman-Nya, ‫وماقَل‬ ‫َود ر‬ “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu


‫ى‬ ‫ّعك ما ُّبك‬
dan tiada (pula) benci kepadamu” ia berkata: (maksudnya adalah) maa tarakaka
rabbuka wa maa abghadhaka ‘Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak pula
membencimu.53
Qs. Al-Kautsar. Imam Ath-Thabari dalam kitab tafsir “Jami’ Al-Bayan an
Ta’wil Ayi Al-Qur’an” menyebutkan bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat
tentang maksud dari ayat ini :
َ‫ إنِ شا ك ه ْ بت‬. Sebagian mengatakan
‫ر‬
َ‫ نِ ئ َو ْال‬bahwa
maksudnya adalah Al-Ash bin Wail As-Sahmi. Mereka yang berpendapat
demikian menyebutkan Riwayat-riwayat sebagai berikut:
1. Ali menceritakan kepadaku, ia berkata Abu Shalih menceritakan kepada
kami, ia berkata: Mu’awiyah menceritakan kepadaku dari Ali, dari Ibnu
Abbas, mengenai firmanya,
َ‫شا ِنئَ ُه َو ْالَ ْبت‬ “Sesungguhnya orang-
‫ر‬ ‫ن‬
‫ك‬
orang yang membenci kamu dialah yang terputus” ia berkata,
maksudnya adalah musuhmu54
2. Ibnu Basyar menceritakan kepada kami, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia
berkata: “Ketika Ka’b Al-Asyraf datang ke Makkah, orang-orang
menemuinya, ia berkata: ‘kami adalah orang-orang yang biasa memberi
minum dan tempat (bagi jamaah haji), sementara engkau pemuka warga
Madinah. Jadi kami yang lebih baik ataukah orang yang terputus dari
kaumnya itu, yang menyatakan bahwa lebih baik daripada kami?’ Ka’b
menjawab. ‘kalian lebih baik darinya’ lalu turunlah ayat kepada

3
52
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta selatan, Pustaka
Azzam, 2009), hlm.734
53
Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya (10/3442)
54
Ibnu Abi Hatim dalam kitab tafsirnya (10/3471) dan Al-Mawardi dalam kitab An-Nukat Al-
Uyun (6/356)

3
Rasulullah ‫“ ﷺ‬sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah

yang terputus” diturunkan pula kepada beliau ( ‫ن‬ dَ‫ِإَلى ال‬ ‫ر‬dَ‫َل ْم ت‬dَ‫أ‬

‫من ا ْل‬ ‫واَن ص‬dُ‫وت‬dُ‫)أ‬, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang


‫ب‬dَ‫ِكت‬ ‫ْي ًبا‬
yang diberi bagian dari Al-kitab?” hingga firman-Nya d‫َنصيرا‬
penolong.55(Qs.An-Nisaa’: 51-52)

Menurut saya 56
, pendapat yang benar mengenai ini adalah, Allah
subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa orang yang membenci Rasulullah
‫ ﷺ‬adalah orang yang lebih sedikit, hina dan terputus. Itulah sifat setiap orang
yang membenci beliau, walaupun ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang
tertentu.

4. Pendapat Wahbah Zuhaili

Qs. Adh- Dhuha. Ini merupakan sumpah dengan waktu dhuha, yakni
waktu meningginya matahari pada awal siang maksudnya adalah siang hari
karena itu merupakan lawan dari malam hari, Allah juga bersumpah dengan
waktu malam Ketika gelapnya menyelimuti siang seperti seorang diselimuti
dengan pakaian. Tuhanmu tidak meninggalkanmu seperti orang yang hendak
meninggalkanmu selama-lamanya. Dia juga tidak hendak memutus wahyu
kepadamu dan membencimu sebagaimana yang dikira oleh Sebagian orang
yang kamu rasakan.57

Qs. Al-Kautsar. Wahai Muhammad sesungguhnya orang yang


membencimu dan risalah yang kamu bawa berupa hidayah (petunjuk),
kebenaran, bukti yang kuat, dan cahaya yang terang benderang itu sedikit lagi
hina dan terputus dari kebaikan dunia dan akhirat. Dia tidak akan diingat
pascakematianya. ini merupakan bantahan terhadap perkataan sebagian kaum
musyrikin, yaitu Ash bin wail yang menghina Nabi tatkala putra beliau dari
Khadijah bernama Abdullah meninggal dunia bahwa beliau telah terputus

Al-Hitsami dalam kitab Mawarid Azh-Zham’an (1/428)


55

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta selatan, Pustaka
56

3
Azzam, 2009), hlm. 1045
57
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir Aqidah dan Manhaj, (Depok, Gema Insani, 2005), hlm. 569

3
(dari kebaikan). pendapat ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Muqatil, Kalbi dan
kebanyakan para ahli tafsir.

Al-Abtar dari kalangan orang orang lelaki adalah orang yang tidak
mempunyai anak. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun
mengenai Abu Jahal. Sifat ini bersifat umum bagi setiap orang yang
memusuhi Nabi. Dari kalangan orang yang telah disebutkan dalam sebab
turunnya ayat dan orang selain mereka. Hasan Al-bashri Rahimahullah
berkata “yang di maksud kaum musyrikin bahwa Nabi abtar adalah Beliau ‫ﷺ‬
telah terputus dari tujuan sebelum menggapainya. Allah telah menjelaskan
bahwa musuh beliaulah yang bernasib demikian. 58

58
Ibid, hlm. 696

3
BAB IV

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PARA PEMBULI DA’I

A. Bullying Terhadap Da’i Adalah Sunnatullah

Sejak zaman dahulu Ketika Nabi Adam Alaihissalam diutus pertama kali ke
muka bumi sampai Nabi terakhir Muhammad Shallallau ‘Alaihi Wasallam
penghinaan terhadap da’i sudah ada, bahkan Ketika Nabi sudah wafat dan para
sahabat serta para tabi’in dan tabi’ut tabi’in sampai nanti hari kiamat penghinaan
terhadap da’i akan terus terjadi. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :

‫ُه َو ٱ ْل هد‬ ‫ن‬ ‫ ل‬d‫ ه‬dَ‫ مل‬dَ‫ت‬dَ‫َص ح ى ت‬ ‫ ْر ضى عنك ٱ هو و ََل‬dَ‫وَلن ت‬


‫َِّلل ى‬ ‫ِبع ت ْم ۗ ق ِإ ُهَدى ٱ‬ d‫رى َت‬ ‫ٱلن‬ ‫ْل َي ُد‬
‫ََل صي ٍر‬ ‫و ِل‬ ‫من‬ ‫جآَٰء من ٱ ْل ما‬ dَ‫ ٱل‬dَ‫عد‬ ‫ ء‬d‫ ت ه‬d‫وَل ِئ ن ٱ َت‬
‫نَ و‬ ‫َِّٱلل ى من‬ ‫ك ِع ْل ِم لَك‬ ‫ِذى‬ ُ ٰٓ‫ أ َوا‬d‫َبع‬
‫ه‬
‫م‬
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk yang benar”. Dan sesungguhnya kamu mengikuti kemauan
mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu.” (Q.S Al-Baqarah: 120)
Imam ibnu katsir dalam kitabnya menjelaskan bahwa surat ini
memberikan sebuah keterangan akan keadaan orang-orang yahudi dan nasrani
bahwa mereka sekali-kali tidak akan pernah ridha dengan apa yang kamu bawa.
Untuk itu kamu tidak usah berusaha mencari-cari sesuatu yang membuat mereka
ridho dan menerima. Sebaliknya sibukkanlah dirimu untuk mencari ridlo Allah
dengan cara mengajak mereka kepada kebenaran yang mana kamu diutus oleh
Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya.59
Qatadah menafsirkan ayat ini dengan satu hadits, bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda,

‫ّي‬dَd ‫ظاه َ ضر ْم خا ْ حت‬ ‫قَا علَى ح‬dُ‫ي ي‬ ُ‫أ‬ ‫طا‬ ‫َلت زا‬
‫من لَف م‬ ‫ِرين ي‬ ‫ا ْل ِق‬ ‫ون‬dُd ‫ِتل‬ ‫ِئَفة‬ ‫ل‬
‫ّم ِت‬
‫ه‬ ‫َل‬ ‫من‬
3
‫ َمر‬dَ‫ ِتي أ‬dْ‫َيأ‬

59
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2000)

3
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang membela
kebenaran dan mereka meraih kemenangan. Mereka tidak dapat digoyahkan
oleh orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang keputusan
Allah”.60
Adapun jenis-jenis penghinaan yang dilakukan oleh para pembenci dakwah
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬diantaranya:

1. Dituduh sebagai seorang penyair

‫سل ٱ ْۡل‬
‫أُ ۡر‬ ‫ٱ ۡفتَ ر ۡ ل ه شاعر َف ۡل َي َٔـا‬ ‫ َٰٓواْ َٰ ۡ ح‬dُ‫ۡ ل ال‬
‫ون‬dُ‫َّول‬ ٰٓ‫كما‬ ‫َو‬ ‫ل َٰىه‬
‫ۡأ ِتَنا َية‬ ‫أ َغ‬
َ ‫ض‬
‫ََل ٍام‬
َ‫ث أ‬

“Bahkan mereka berkata (pula): "(Al Quran itu adalah) mimpi-mimpi


yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair,
maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagai-
mana rasul-rasul yang telah lalu di-utus". (Q.S Al-Anbiya’: 5)

2. Dituduh sebagai seorang penyihir

‫ون‬dُ‫ن‬d‫مج‬
َ‫سا ر أ‬ ‫ََّل‬ ‫رسول‬ ‫مآ من َق ْب‬ ‫ ِلك‬dَ‫ك َٰذ‬
‫ِلهم م‬
‫ح ْو‬ ‫و ۟ا‬dُ‫َقال‬ ‫تَى ٱَّل ِذين‬dَ‫َ أ‬
‫ن‬

“Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang


yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Dia adalah
seorang tukang sihir atau seorang gila". (Q.S Adz-Dzariyat: 52)

3. Dituduh sebagai seorang yang gila

‫ون‬dُ‫ن ك جن‬ َ ‫و ۟ا‬dُd ‫وَقال‬


‫ها ٱلَّ ِذى ن ع ه ٱل ِذ‬
‫َلم‬ ‫كر‬ َ‫ِ زل ل‬ ‫يَٰٓأ‬
‫ْي‬ ‫ُّي‬
“Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya,

4
sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.” (Q.S Al-Hijr: 6)

4. Dihina dengan sebutan anak yatim lagi miskin

‫عظ ي ٍ م‬
‫ ْر‬dَ‫ا ءا عل رج من ٱ ْلق‬dَ‫ ِ َهذ‬dُ‫و ۟ا َل ْو ََل ن‬d‫وَقا ُل‬
‫ ْين‬d‫َي َت‬ ‫ ْر ن ى ل‬dُ‫زل ٱ ْلق‬

60
Hadits ini diriwayatkan dari beberapa sahabat: Jabir: HR. Muslim (156) dan Ahmad (14310).
Tsauban: HR. Muslim (1920) dan Ibnu Majah (3952). Uqbah bin Amir: HR. Muslim (1921) serta
Mu’adz bin Jabal: HR. Al-Bukhari (7460) dan Muslim (1037)

4
“Dan mereka berkata: "Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada
seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?" (Q.S
Az-Zukhruf: 31)

5. Dihina dengan sebutan bahwa Nabi tidak membutuhkan Makan dan Minum
serta tidak perlu menikah

‫لَ ْيه‬dِ‫ن ل إ‬dُ‫ٱ ْْلَ َ ق ۙ ل أ‬ ‫َي‬ َ ‫ر أْ ل‬ ‫و ۟ا ما َه‬dُd ‫وَقال‬


‫ى وا ْو َ ََٰٓل ِز‬ ‫ول ك ٱل عا ْمشى و‬ ‫ا ٱل‬dَ‫ل ذ‬
‫س‬ ‫َم‬
‫ط‬
‫ َن ِذيرا‬dُ‫مل فَ كون م ۥه‬
‫َي‬
‫ك‬

“Dan mereka berkata: "Mengapa rasul itu memakan makanan dan


berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang
malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan
dia?” (Q.S Al-Furqon: 7)

Dari sekian banyak hinaan terhadap Nabi Muhammad yang diceritakan dalam
Al-Qur’an, namun sikap Nabi hanya tersenyum dan tidak pernah membalas baik
dengan perbuatan ataupun celaan.

B. Kriteria Pembuli Da’i

Dari sejak pertama dakwah islam mulai menyebar di bumi, para juru dakwah
baik dari Anbiya (Nabi-Nabi), Rasul, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut tabi’in hingga para
juru dakwah sampai hari ini, mereka tidak lepas dari pembobrokan,
penggembosan, fitnah, celaan, sampai dengan ancaman pembunuhan.

Dalam Al-Qur’an banyak sekali diceritakan bagaiaman orang-orang kafir


merencanakan pembunuhan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, Nabi Sholeh
‘Alaihissalam hampir saja dibunuh sama kaumnya sendiri. Diantara penghina-
penghina dakwah para da’i sebagai berikut:

1. Orang-orang kafir
4
a. Pengertian orang-orang kafir

Dari segi bahasa, kafir mengandung arti: menutupi. Malam disebut “kafir”
karena ia menutupi siang atau menutupi atau menutupi benda-benda dengan

4
kegelapannya. Awan juga disebut “kafir” karena ia menutupi matahari. Demikian
pula petani yang terkadang juga disebut “kafir” karena ia menutupi benih dengan
tanah.61

Secara istilahi (terminologi islam), para ulama tidak sepakat dalam


menetapkan batasan kafir sebagaimana berbeda pendapat dengan batasan iman.
Kalau iman diartikan “pembenaran” (al-tasdiq) terhadap Rasulullah ‫ﷺ‬. berikut
ajaran-ajaran yang dibawanya, maka kafir diartikan dengan “pendustaan”
(altakdhib) terhadap ajaran-ajaran beliau. Inilah batasan yang paling umum dan
sering terpakai dalam buku-buku akidah.62

Jadi, orang kafir ialah orang yang mengingkari ajaran Islam yang seharusnya
dia imani.

b. Jenis-jenis Kafir dan karakteristiknya

Dalam kitab Al-Mausu’ah At-Tafsir Al-Maudhu’I Lil Qur’anil Karim yang


diterbitkan oleh Markaz Tafsir Lid Dirosatil Qur’aniyah Riyadl menyebutkan
bahwa pembagian kafir ada dua :

1. Kufr al-Akbar (kufur besar)

Yaitu kekafiran yang menyebabkan seseorang keluar dari agama islam,


dan menjadikan pelakunya kekal didalam Neraka nanti Ketika hari kiamat telah
dibangkitkan.

Kufur besar yaitu mengingkari bagian tertentu dari Islam yang tanpa
bagian itu keislaman seseorang menjadi sempurna.63

Adapun yang meliputi kafir besar adalah sebagai berikut64:

a. Kufr Takdzib, terkadang juga dinamakan dengan Kufr Juhud, Istilah


Kufr Al-Juhud diambil dari term juhud yang terdapat dalan Al-Qur’an.
61
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)
62
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)
63
DR. Ibrahim Munammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam, Terjemah
oleh Anis Matta, Robbani Press, hlm. 278
64
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)

4
Kufr Al-Juhud adalah mengakui dengan hati (kebenaran Rasul dan
ajaran-ajaran yang dibawanya) tetapi mengingkari dengan lidah.
Mengenai Kufr Al-Juhud, sebenarnya tidak terdapat perbedaan besar
dengan Kufr Al-Inkar. Bahkan antara keduanya terdapat persamaan
yang mendasar karena keduanya berarti penolakan dan
pembangkangan terhadap kebenaran, baik dalam arti Tuhan sebagai
kebenaran mutlak dan sumber segala kebenaran maupun dalam arti
kebenaran yang diturunkan melalui Rasul-rasul-Nya. Perbedaan kedua
jenis ini terletak pada posisi si pengingkar. Pada Kufr Al-Inkar,
penolakan terhadap kebenaran didasarkan pada ketidakpercayaan dan
ketidak yakin akan kebenaran tersebut.
Sedangkan pada Kufr Al-Juhud, penolakan itu semata-mata
berlandaskan atas kesombongan, keangkuhan, kedengkian dan
semacamnya, meskipun dalam hati si pengingkar, hal yang di ingkari dan
ditolaknya itu dia yakini atau, paling tidak, dia mengetahui akan
kebenaranya.
Jadi, ciri-ciri Kufr Al-Juhud, pada dasarnya sama dengan Kufr Inkar.
Karena terdapat persamaan yang mendasar antara keduanya. Oleh karena
itu, karakteristik Kufr Al-Juhud juga menjadi karakteristik i. Yang perlu
digarisbawahi adalah bahwa kesombongan dan keangkuhan merupakan
ciri yang amat dominan dari Kufr Al-Juhud.
b. Kufr Al-Iba atau Al-Istikbar, kufr inilah yang pertama kali dilakukan
oleh iblis, sebagaimana Allah firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat
24.

‫ ْك وكا ن من‬dَ‫س وٱست‬ ‫ِل‬ َ ‫لءاد سجد‬ ‫َو ِإذْ ق ْ ِ كة سجد‬


‫َبر‬ ‫ى‬d‫ َب‬dَ‫أ‬ ‫ي‬ َّ ‫َم ف َٰٓو ۟ا‬ ‫ل ئ ٱ و ۟ا‬
‫ْ نل َا ٱ ْل َٰ َك ِف‬
‫ْب‬ ‫ل‬
‫ِرين م‬
‫ل‬

ََٰٓ َ
‫ل‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah


kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan

4
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

Maksud dari ayat tersebut adalah bahwa iblis sama sekali tidak ragu
untuk tidak sujud kepada Adam, karena sesungguhnya yang membuatnya

4
enggan sujud kepada Adam karena ia sombong lagi mengagungkan
dirinya sendiri.

c. Kufr Asy-Syak (menyebabkan orang menjadi ragu-ragu) , yaitu kufur


karena keragu-raguan. Kufur seperti ini juga menimpa orang-orang
kafir di zaman Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, kemudian mereka membuat
orang- orang ragu akan Allah Ta’ala, mereka juga membuat manusia
ragu- ragu akan iman dan aqidah yang telah ada pada dada-dada
mereka. Seperti mengingkari adanya Al-Ba’tsu (hari kebangkitan).
Contohnya adalah sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi
ayat 37,

‫س َّو‬
‫َٰىك‬
ُ‫ق تُ َرا ثُ من ط ث‬d‫خ َل‬ ‫ ت ٱل‬d d‫صاح و َو حاور كف‬ ‫قَا ل َل‬
‫ن ف‬ ‫من‬ ‫ك‬ ‫ِذى‬ ‫ أ ر‬d‫َٰٓ ُۥه‬ ‫ي‬ ‫ُب ۥه‬ ‫َر ۥ ُه‬
‫ّم‬ ‫ّم‬
‫ة‬ ‫ب‬ ‫ُج‬
‫ًَل‬

“Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya -- sedang dia bercakap-


cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan
kamu seorang laki-laki yang sempurna?”

Syaikh Amin As-Sinqithi menjelaskan tentang firman Allah َِّ‫ذي ال‬


‫(أ كف‬
‫ت‬
‫ر‬
ُ‫من ت‬ ) َ‫ اعة‬d‫مآَٰ ن س‬
‫خلَق‬ setelah firman Allah,
َ‫( و‬
)‫َراب‬ ‫ك‬ ً‫مة‬ ‫أَظ ٱل‬
‫قَآَٰ ِئ‬ bahwa

ragu-ragu akan hari kebangkitan adalah salah satu dari kufur kepada
Allah.65

d. Kufr Nifaq, Kufr Nifaq dapat dianggap sebagai kebalikan dari Kufr Al-
Juhud. Kalau kufr al-juhud berarti mengetahui atau meyakini dengan
hati tetapi ingkar dengan lidah, maka kufr al-nifaq mengandung arti
pengakuan dengan lidah tetapi pengingkaran dengan hati.66 Al-Raghib
4
mengartikan Nifaq dengan “masuk kedalam syara’ (agama) dari satu

65
Al-Mausu’atul At-Tafsir Al-Maudhu’I Lil Qur’anil Karim, Riyadl, Markaz Tafsir Lid Dirosatil
Qur’aniyyah, 1440 H/ 2019 M, hlm.339
66
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 124

4
pintu dan keluar dari pintu lain. 67 Hal ini didasarkan pada Firman
Allah dalamsurat At-Taubah ayat 67.

‫ن عن‬
ْ ْ ِ ‫ٱ‬d‫ض ۚ أ ن ِب‬ َ ‫ٱ ْل م َٰن ْ م ََٰن ِف عضهم ا‬
‫ُمرو ْلمن ر ن و‬ ‫ن بع‬ ‫ون ل َٰقَت‬dُ‫ِف ق‬
‫و‬ ‫وٱ‬
‫ك َي ه‬ ‫م‬
‫ون‬dُ‫ٱ ِف ن ْل سق‬ ‫َه‬ ‫ضون أ ه ْم سو‬ ‫ٱ ْلم عر ف‬
‫ْل ِقي م ه‬ ‫ْي ِد َي ۚ ن ۟ا ٱ َف َن ي ْم‬ ‫ ْق‬d‫و و َي‬
‫ن‬ ََّ ‫ل‬
َ‫َف‬
‫ل س‬
‫مٱ‬ َ‫َن‬

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan


sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang
munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka
menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka
Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu
adalah orang-orang yang fasik.”
Imam ibnu katsir mengomentari ayat ini, bahwa Allah berfirman
sebagai pengingkaran terhadap orang-orang munafik yang sifat mereka itu
berbeda dengan sifat orang-orang beriman. Ketika orang-orang beriman
memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran akan
tetap mereka (orang-orang munafik malah memerintahkan kepada yang
mungkar dan mencegah dari yang ma’ruf dan mengenggam tangan
mereka, yakni mencegah orang-orang beriman untuk menginfakkan
dijalan Allah.68

2. Kufr al-Ashghar (kufur kecil)

Kufur ashghar adalah salah satu dari bagian kufur kepada Allah dari segi
perkataan, perbuatan dan keyakinan yang menyelisihi.69

Kufur ashghar adalah kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari
agama islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur,
tetapi tidak mencapai derajat kufur besar/ menyebabkan pelakunya keluar dari
4
agama islam. Adapun yang meliputi kufur kecil seperti:
67
Raghib Asfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, edisi M.S. Kaylani (Mesir: Mustafa al-Babi
al-Halabi, t.t.), 502.
68
Ibnu Katsir, Tafsir Alquran Al-Adhim Ilbnu Katsir,2015, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim
dkk. Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, hlm. 188
69
Al-Mausu’atul At-Tafsir Al-Maudhu’I Lil Qur’anil Karim, Riyadl, Markaz Tafsir Lid Dirosatil
Qur’aniyyah, 1440 H/ 2019 M, hlm.340

5
a. Kufur Nikmat, yaitu penyalahgunaan nikmat yang diperoleh,
penempatanya bukan pada tempatnya dan penggunaanya bukan pada hal-
hal yang dikehendaki dan di ridhoi oleh sang pemberi nikmat.
Kufr nikmat, seperti yang dimaksud, tampaknya merupakan
kecenderungan yang sangat kuat pada diri manusia. Hal ini terlihat pada cara
Al-Qur’an menunjuk kufr nikmat dengan beberapa kali menggunakan bentuk
Al-Mubalaghah. Misalnya, ungkapan Zalumun Kaffar (benar-benar zalim lagi
teramat kafir) (Q.S Ibrahim: 15), dan ungkapan Kafurun Mubiin (benar-benar
kafir nikmat) yang terulang sampai sepuluh kali.70
Kufr Nikmat, dalam arti penyalahgunaan nikmat-nikmat Tuhan,
sebenarnya telah dilakukan secara langsung oleh orang-orang yang memang
tergolong kafir (kafir ingkar, kafir juhud, Musyrik dan munafik). Mereka ini
semuanya terlibat dalam penyalahgunaan nikmat-nikmat itu bukan pada
tempat yang sewajarnya dan diridhai oleh Allah. Bahkan mereka
menggunakan nikmat itu pada hal-hal yang mendatangkan kerusakan diatas
bumi.
b. Qital Al-Muslim (membunuh orang muslim), membunuh saudara muslim
tanpa haq (secara dholim) adalah termasuk dalam kufr shoghir (kecil),
sebagaimana Allah berfirman:

َ ‫و ۟ا ِ ح ْ ي هما‬d‫تَ ُل‬dَ‫طآ ٱ ْل ِم ن ٱ ْقت‬ ‫و ِإن‬


‫َفأ ل و َن‬ ‫ان من ِني‬dَ‫َ ِئفت‬
‫۟ا‬ ‫م ْؤ‬
‫ص‬
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang berimana itu berperang
hendaklah damaikan antara keduanya!”
Sebagaimana dalam satu hadits dari sahabat zubaid Radhiyallahu ‘Anhu,

‫أَن الن ي ﷺ‬ dُ‫حدَّث ع ْبد‬ ,‫عن المرجئة‬ ‫وا‬ ‫ س ت‬:‫قال‬


‫ق ال‬ ‫ِب‬ :‫فََقال‬ ‫ِ ئل‬ ‫ َبا‬dَ‫أ أ‬
‫ِني‬
‫ْل‬
)‫سو و ك ْفر‬ ‫س َبا ب ِل ِم‬:(
‫ه‬d‫ا ُل‬dَ‫ق ِقت‬ ‫الم ُف‬
‫س‬
5
Zubaid berkata: aku bertanya kepada abu wail dari marja’ah,
berkata: telah mengabarkanku Abdullah bahwa Nabi Muhammad

70
Ibid, Lihat, QS. Hud [11]: 9; al-Isra’ [17]: 2, 68; al-Hajj [22]: 38, 66; Luqman [31]: 32; alShura
[42]: 48; al-Zukhruf [43]:15 dan al-Dahr [76]: 3, 24

5
‫ ﷺ‬bersabda: (Mencela seorang muslim merupakan kefasikan dan
memeranginya merupakan kekufuran).71

Membunuh seorang muslim tanpa haq adalah kedholiman yang


besar yang tentunya Allah akan sangat murka terhadap pelaku perbuatan
tersebut, diantara bentuk kemurkaan-Nya adalah pembunuh harus dibunuh
sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 178,

dُ‫ْ ْبد‬
‫ٱ ْح‬ ‫ص ى ٱ‬ ‫ٱ ْل‬ َ‫عل‬ ‫ءامن ك‬ ‫َيَٰٓأ ها ٱل‬
‫لَى ْلحر ل ِ ر ل‬dْ‫ْلقَت‬ ‫قِ صا‬ ‫ْ يك م‬ ‫و ۟ا ِتب‬ ‫ِذين‬ ‫ُّي‬
‫وٱ‬ ‫ٱ‬
َ ‫ى‬dَ‫نث‬dُ‫ى ٱ ْل‬dَ‫نث‬dُ‫ِ وٱ ْل‬ ‫ِبٱ‬
‫د‬ ‫ْل‬
‫ْب‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.”

c. Ath-Tho’anu fil Ansab (menghina nasab),


Dalam Al-Quran ada ayat yang menunjukkan akan buruknya orang ini, yaitu
surat Al-Humazah ayat 1. Allah berfirman,

ٍ‫و ْي ل ل زةٍ زة‬


‫ك هُم لُّم‬
‫ل‬

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”

Makna dari wailun adalah kecelakaan, bagi setiap manusia yang suka
mencela keburukan manusia lain. Diantaranya adalah perkataan Muqotil bin
Sulaiman yakni kecelakaan bagi orang yang mencela orang yang tidak ada (tidak
hadir) dicela dari belakang, yaitu orang yang melampaui batas maka ia akan
mencelanya.
Lafazh “Al-Hammaz” artinya adalah mencela dengan ucapan, sedangkan
“Al-Lammaz” adalah mencela dengan bentuk perbuatan. Yakni, merendahkan dan

5
71
Hadits Riwayat bukhari dalam kitab shahihnya, kitab al-iman, bab khauf al-mu’min min an
yahbitho amaluhu wa huwa laa yasy’ur 1/19, nomor 48. Dan dalam kitab Muslim dalam shahihnya
kitab al-iman bab bayaanu qaulu Nabi 1/81 )‫باب‬d‫ﷺ (كفر وقتاله فسوق المسلم س‬, nomor 64

5
meremehkan orang lain. 72 Ibnu katsir menafsirkan ayat ini dengan salah satu
firman Allah surat Al-Qalam ayat 11;

‫هما ٍء َن ِمي ٍم‬


“Yang banyak mencela, yang kian kemari mengumbar ‫ٍز مشا‬
fitnah”
Dan sunnah juga menjelaskan bahwa orang yang suka mencela adalah
orang yang kufur, sebagaimana sabda Nabi ‫ﷺ‬,

)‫ن ِفي ب وال ح عَلى م ِيت‬ َ :‫ا ن ِفي س ْ ْ ر‬dَ‫(اْثنت‬


‫ال‬ ‫ِ ن َي ا ة‬ ‫ّس‬dَ‫الن‬ ُ ‫الَّنا‬
‫هما م ف ال ع‬
‫ا‬
‫ط‬ ‫ه ك‬

“Ada dua manusia yang termasuk kufur: orang yang mencela nasab, dan
Niyahah (tidak terima takdir) terhadap orang yang meninggal.”
Imam Nawawi mengomentari hadits ini dengan berbagai pendapat, dan
yang paling shohih adalah sebagai berikut:
1. Pendapat pertama, bahwa makna dari hadits tersebut menjelaskan
bahwa makna kufur dari dua perbuatan diatas (mencela nasab dan
menangisi mayit dengan berlebihan) adalah pekerjaan-pekerjaan orang
kafir dan akhlak dari orang-orang jahiliyah,
2. Pendapat kedua, bahwa perbuatan tersebut mengantarkan pelakunya
kepada kekufuran
3. Pendapat ketiga, maksud dari kufur diatas adalah kufur nikmat dan
kebaikan.
4. Pendapat keempat, kufur dalam hadits ini menunjukkan akan
haramnya perbuatan mencela nasab dan Niyahah.73

d. Orang yang menisbatkan dirinya bukan atas nama bapaknya

Dalam hal ini Allah


berfirman,
ِ ‫ٱدعوهُ ْم لءا ه ْم هُ َو أ عند‬
‫ٱ ل‬ ‫ْقسط‬ ‫َبآَٰ ِئ‬

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai)


nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil disisi Allah,” (Q.S Al-

5
Ahzab: 5)
72
Ibnu Katsir, Tafsir alquran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Solo, Penerbit insan kamil solo, 2015), hlm. 808
73
Al-Mausu’atul At-Tafsir Al-Maudhu’I Lil Qur’anil Karim, Riyadl, Markaz Tafsir Lid Dirosatil
Qur’aniyyah, 1440 H/ 2019 M

5
Diantara orang-orang yang celaka dengan laknat para Malaikat
adalah orang yang mengaku kepada selain ayahnya atau orang yang
bersandar kepada selain walinya.
Diantara dalil yang menunjuukan hal tersebut adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
‘Anhu dari Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda,
َ ‫ْ َم‬
‫ل ِ ئك ة‬ d‫أ ا ْنتَ ل َى ِ ِل ف ل عَن ُة‬ ‫ِب‬ َ‫أ‬ ‫ادعى ل َى‬
َّ ‫من‬
‫ل‬ ‫ر ْي م ه ْيه‬ ‫ه َمى و‬ ‫غ‬ ‫ْي‬
‫وا‬ ‫غ َوا‬ ‫ِر‬ ‫ْي‬
‫ْي‬
ً‫لال م و م ا ْل ص َو عَدل‬ ُ َ ‫والَّنا س جم ن‬
َ ْ
‫ِق َيامة رفا ل‬ ْ
‫ل نه‬ ‫أ ِع ْي َل ب‬

‫ْق‬
“Barangsiapa yang mengaku ayah kepada selain ayahnya atau
bersandar kepada yang bukan walinya, maka laknat Allah, juga para
malaikat dan semua manusia menimpa mereka, dan pada hari kiamat,
Allah tidak akan menerima dari mereka, baik yang fardhu maupun yang
sunnah.”74
Dalam hadits ini jelas sekali akan larangan menisbatkan diri
ataupun orang lain kepada orang yang bukan bapaknya atau walinya yang
sah.

2 Orang-orang munafik

Al-Qur’an menjelaskan tentang munafik begitu jelas dan gambling dari


karakteristik sampai ancaman-ancaman yang disebabkan oleh orang munafik.
Kata munafik beserta rincianya disebutkan dalam Al-qur’an sebanyak 38 kali
dalam 30 ayat dalam 12 surat. Kata munafik tersebut tentunya memiliki banyak
makna, berikut adalah uraianya:

a. Bahasa

Secara Bahasa kata munafiq adalah isim fa’il yang berasal ‫َنافَق‬
dari

5
‫ فَاًقا‬- ‫ َِن – مَنا فقًَة‬d‫ – افق ُي‬naafaqo yunaafiqu munafiqotan wa nifaqon.
ِ
‫و‬
Kata munafiq tersebut merupakan majid yang sudah mengalami

perubahan dengan tambahan satu huruf setelah ‫ ف‬fiil.

Lihat Shahiih Muslim, kitab al-Hajj, bab Fadhlul Madiinah wa Du’aa’ an-Nabiyyi fiiha bil
74

Barakah (bagian dari hadits no. 467 (1370), II/ 998).

5
Akar kata dari munafiq adalah ْ‫فقَانًا‬
‫قًا‬dَ‫ ِ ق – نف‬- َِ‫ فق ن‬artinya as-
– ‫ف‬

‫ْن‬
sarobun fil al-ad (membuat lubang dibumi) 75
. Munafik adalah pelaku
dari sesuatu yang memiliki sifat nifaq. Bisa diartikan juga dengan kata
Nafiqa Lil Yarbu yaitu keluar dari lubang persembunyian binatang
seperti tikus, dalam hal ini, antara lubang tikus, 76
dan kemunafikan
memang sejajar. Jika dilihat dari sifatnya, bagian atas (luar) liang tikus
tertutup dengan tanah, sedangkan bagian bawah berlubang. Demikian
pula kemunafikan yang bagian luarnya adalah islam dan dalamnya
merupakan keingkaran serta penipuan.
Kata munafik berarti buat-buat atau pura-pura77 dan kata mashdar
nya pula nifaq berarti kepura-puraan yaitu keluar dari keimanan secara
diam-diam.78 Didalam kamus al-Mu’jam al-Wajiz menyatakan demikian
bahwa munafik berasal dari kata nafaqa berarti menzahirkan apa yang
berlainan dari batin.79
Dari kata nifaq tersebut, maka al-Raghib al-Ashfahani mengatakan
bahwa seorang munafik, bisa terlihat bahwa ia masuk islam dari pintu
satu dan keluar dari pintu lainya. 80
Dalam Syarah Ushul I’tikad Ahl
Sunnah wa al-Jama’ah mengatakan bahwa nafaq itu adalah kekufuran
yaitu mengkufurkan Allah dan menzahirkan keimanan secara terang-
terangan.81

b. Pembagian Nifaq

75
Abi al-Fadl Jamail al-Din Muhammad bin Mukarram bin Manzur al-Mishri, Lisan al-‘Arab, jilid
16 (Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, t. th) hlm.12 .
76
Husin Ibn Awang, Qamus al-Tulab, cet, ke-I. (Kuala Lumpur: Dar al-Fikr 1994), hlm.1041
77
M.Quraish Shihab dan dkk, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya (Jakarta:
Internusa 1997), hlm.277
78
Muhammad Idris Abdul Rauf al-Marbawi, Qamus Idris al-Marbawi (Kuala Lumpur: Dar al-Fikr
2006), cet. Ke-3, hlm.336
79
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta: Pondok
5
Pesantren al-Munawwir 1984), hlm.1548
80
Kumpulan Bahasa Arab, al-Mu’jam al-Wajib, hlm.628
81
Ar-Raghib al-Ashfahani, Mu’jam Mufrodat Alfaz al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr 1986), hlm.253

6
Nifaq (kemunafikan) terbagi menjadi dua yaitu nifaq aqdiy dan nifaq
amalaiy.82

1. Nifaq Aqdiy

Nifaq aqdiy adalah nifaq yang paling besar, memperlihatkan didepan


manusia seakan-akan dia beriman kepada Allah, malaikat kitab-kitab, para
rasul dan hari akhir akan tetapi menyembunyikan apa yang ia benci
seluruhnya atau sebagianya. Dan nifaq ini telah terjadi di zaman rasulullah
sehingga turun ayat yang menjelaskan tentang orang-orang munafik.

‫م ْؤ ِم ِنين‬
‫و ِبٱ ْل َي ل ِ وما‬ ‫من ءام َِّٱلل‬ ‫ن‬ ‫و ِم‬
‫هم‬ُ ‫ْو ِم ٱ ءا ر‬ ‫ول نَّا‬dُ‫َيق‬ ‫ٱلنَّاس‬

‫خ‬
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada
Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. (Q.S Al-Baqarah: 8)

Dalam kitab tafsir ibnu katsir karya Imam Ibnu Katsir menjelaskan
tentang ayat ini bahwa Allah memperingatkan tentang sifat-sifat orang
munafik agar orang-orang beriman tidak tertipu dengan keadaan lahiriah
mereka, sehingga itu menjadi kerusakan yang besar karena tidak adanya
kewaspadaan dari mereka dan dari keyakinan keimanan mereka, padahal
mereka sebenarnya adalah orang-orang kafir. Maka dari itu nifaq adalah
bahaya yang besar, karena para pendosa dianggap orang yang baik.83

Dan juga firman Allah,

‫ش ِر ٱ م َٰ َن ِف أَن ل ْ عذَا ًبا أ‬


‫ِليما‬ ‫م‬ ‫ْل قِ ين‬

‫ه‬
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan
mendapat siksaan yang pedih,” (Q.S An-Nisa: 138)
6
Terkait dua ayat diatas maka para mufassir menjelaskan.
Kemudian Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk memberi bisyarah

Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)
82

83
Ibnu Katsir, Tafsir alquran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Solo, Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015M/1436H.), hlm.448

6
(kabar) kepada orang-orang munafik berupa azab yang pedih. Kata
“Bisyarah” biasanya dipakai untuk mengungkapkan kabar baik, karena
kata ini diambil dari kalimat “Bisyratul Wajh” (wajah yang berseri),
Namun kata ini bisa dipakai untuk mengungkapkan kabar buruk sebagai
hinaan dan olok-olok.84

3. Nifaq Amaliy

Nifaq amaliy adalah nifaq yang kecil, Nifaq ini adalah jalan menuju
kepada nifaq besar.

Ibnu Juraij mengatakan, orang munafik adalah orang yang perkataan


berbeda dengan perilakunya, apa yang dirahasiakan berbeda dengan yang
ditampakkan, isi hatinya berbeda dengan perilakunya, dan penampilanya
berbeda dengan yang tersembunyi darinya.85

Contohnya adalah berbohong dalam hadits, mengingkari janji,


menghianati amanah, riya’.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ا ا خان‬dَ‫ف و إذ‬ ‫ ك ب وعدَ أ خ‬dَ‫حد‬ ,‫ ا ْل منَ َث ََل ث‬dُ‫آ َية‬


ِ
‫ ِمن‬dُ‫ْؤت‬ ‫ل‬ ‫ث ذَ وإِذَا‬ ‫ا‬dَ‫ذ‬ ‫ا ِف ق‬

“ciri orang munafik ada 3: apabila berbicara dusta, apabila berjanji


mengingkari dan apabila dipercayai ia khianat)” 86

c. Perbedaan antara nifaq besar dan kecil:

1. Nifaq besar menyebabkan pelakunya keluar dari agama islam sedangkan


nifaq kecil tidak
2. Nifaq besar ada dhohir dan bathinya berbeda (kelihatanya beriman akan
tetapi hatinya tidak beriman) sedangkan nifaq kecil antara hati dan
perbuatan saja yang berbeda tidak dengan keyakinan

84
Tafsir al-muyassar, kementrian agama Saudi arabia
85
Ibnu Katsir, Tafsir alquran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Solo, Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015M/1436H.) hlm. 447
86
Hadits riwayat bukhori dalam shahihnya, kitab iman bab tentang tanda-tanda orang munafik
no.33, dan dalam kitab shohih muslim kitab iman, bab tentang keterangan seorang munafik 1/78,
no.58 derajat hadits ini adalah marfu’
6
3. Nifaq besar tidak bersandar kepada seorang mukmin sedangkan nifaq
kecil kadang bersandar kepada seorang mukmin.87

d. Sifat Seorang Munafik

Alhafidz ibnu katsir Rahimahullah Ta’ala berkata: Allah memperingatkan


tentang sifat-sifat orang munafik, supaya tidak tertipu dengan apa yang
mereka nampakkan, kemudian supaya kerusakan mereka tidak melebar
sehingga kita bisa mencegah mereka, keyakinan dalam hati mereka sunnguh
mereka kufur terhadap perintah. Dan inilah salah satu dari bahaya-bahaya
besar yang orang menyangkanya baik.88

Diantara sifat-sifat orang munafik:

1. Sifat I’tiqodiyyah, yaitu hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara
amal. Seperti i'tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban
beribadah kepadaNya, juga beri'tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini
disebut ashliyah (pokok agama).

Diantara sifat I’tiqodiyyah yang diingkari oleh orang munafik adalah:


kufur kepada Allah, sebagaimana firman Allah surat Al-Baqarah ayat 13,

‫ن كمآٰ ءا م س ه ء ۗ أ ن ه ْم ُه ُم‬dَ‫ و ۟ا أ‬dُ‫ءا كمآٰ ءا ن س َقال‬


َ َٰٓ ْ ‫و ِإذَا يل ل‬
‫ْؤ ِمن َ ٱل ف ا َ ََٰٓل‬ ‫و ۟ا َ م ٱلَّنا‬dُ‫م ِمن‬

‫ه‬
‫ٱلسف ه ََٰل ِكن ع مون‬
‫آٰ َل و ل‬
َ ‫َء‬
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu
sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka menjawab: "Akan
berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh;
tetapi mereka tidak tahu.”
Ibnu katsir menjelaskan dalam kitabnya, bahwa orang-orang munafik
apabila dikatakan kepada mereka berimanlah seperti orang-orang mukmin
beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, kebangkitan setelah
6
mati, surga, neraka dan hal lainya yang telah diberitahukan kepada orang-orang
87
Al-Mausu’atul At-Tafsir Al-Maudhu’I Lil Qur’anil Karim, Riyadl, Markaz Tafsir Lid Dirosatil
Qur’aniyyah, 1440 H/ 2019 M
88
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir,diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015), hlm. 48

6
mukmin, justru mereka mengatakan “akankah kami beriman seperti orang-orang
bodoh itu telah beriman?”.
Sesungguhnya diantaranya kebodohan mereka yang sempurna adalah
mereka tidak menyadari keadaan mereka sendiri yang sedang berada dalam
kesesatan dan kebodohan. Keadaan itu membuktikan mereka lebih buta dan jauh
dari petunjuk.89
Berprasangka buruk terhadap Allah, Sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-Fath ayat 6,

َ ‫ظن س ْو ِء‬ ‫ت ش ِر وٱ ش ت ظآ ِٱَّلل‬ َٰ ْ ‫م ََٰن ِف‬ ‫ َع ٱ‬d‫و ُي‬


‫ٱل‬ ‫وٱ ْلم ِكين ْل م ِر ٱل َ ِنين‬ َ‫قِ ين ل ق‬ ‫ِذ ْ ل‬
‫َك‬ ‫ب‬
‫وٱ ِف‬
‫م‬

َ‫َن‬

“Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan


perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu
berprasangka buruk terhadap Allah.”
Hatinya sakit, Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 10,

‫ون‬d‫ لي ا ك ان ك ِذ ُب‬dَ‫و ع ب أ‬ ‫هم ض ٱ مر‬ ‫و ِب‬d‫ِفى ق ُل‬


ِ ْ
‫ا ٌم ِبما و ۟ا‬dَ‫ل م ذ‬ ‫ض‬ ‫مر ف زادَهُ َّ ُلل‬
‫ا‬ ‫م‬
‫ه‬
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan
bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Maksudnya adalah di dalam hati mereka ada cacat dan kemunafikan dan
asal dari sakit adalah kelemahan, dinamakan keragu-raguan dalam agama adalah
penyakit karena ragu-ragu itu membuat hati menjadi lemah seperti sakit
menyebabkan badan menjadi lemah.90
6. Sifat Perilaku, perilaku dari orang-orang munafik adalah sebagai berikut:

a. Benci dan hasad terhadap orang muslim, Sebagaimana firman Allah dalalm
surat At-Taubah ayat 50,
6
“Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang
karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata:
"Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi
perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.”

89
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015), Hlm. 458
90
Ibnu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud alfarro Al-Baghawi, Tafsir al-baghawi, cwr. 1(Darul
Fikri 1399H/ 1979M), hlm. 66

6
Ini adalah sisi lain dari tipu daya orang munafiq dan juga termasuk
buruknya hati mereka.

b. Berbuat kerusakan di dunia, Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat


11-12,

“Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan


di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”

c. Berbohong dan berdusta, Sebagaimana yang telah Allah kabarkan dalam


firman-Nya At-Taubah ayat 56,

‫ون‬d‫م ْ ِك ْم َي ر ُق‬ ‫ٱ ه ْم ل ْ و‬ ‫و َي ح‬
‫من م ن َق ْو ْف‬ ‫ِمن م ما‬ َِّ ‫ون ل‬dُ‫ِلف‬
‫ّو ه م‬ ‫ل ِإن‬
‫ك‬ ‫ك‬

‫ََل‬
“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah,
bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah
dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut
(kepadamu).”

( ِ ‫َو‬ ‫ون َيح‬dُ‫) لف‬ maksudnya adalah kalian orang-orang munafik


adalah
orang-orang yang selalu berbohong dan bathil.

Menyuruh kepada kemunkaran dan melarang kebaikan dan kikir terhadap


harta, Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 67,

‫عن ٱ رو‬
ْ ْ ِ ‫عضهم ا َ ض ۚ رو ٱ‬ ‫ٱ ْل م َٰن ْ م َٰنَ ِف‬
‫ف‬
‫ْلمع‬ ‫و‬ ‫ ُم ن ْلمن ر ن‬dْ‫أ‬ ‫ن بع‬ ‫ون ل َٰقَت‬dُ‫ِف ق‬
‫ن‬ ‫و‬ ‫وٱ‬
‫ه‬ ‫ك َي‬ ‫م‬

6
َ ‫ضون أ ه ْم‬ ‫و َي‬
‫ْ ي ِد َ ي‬ ‫ْق ِب‬

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian


yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang
berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya.”

Imam ibnu katsir menjelaskan bahwa Allah berfirman sebagai pengingkaran


terhadap orang-orang munafik yang sifat mereka itu berbeda dengan sifat-sifat
orang beriman. Ketika orang-orang beriman memerintahkan berbuat yang ma’ruf

6
dan mencegah dari kemunkaran. Orang-orang munafik itu memerintahkan kepada
yang mungkar dan mencegah dari yang ma’ruf dan menggenggam tangan mereka
yakni dari melakukan sedekah dijalan Allah.91

Maksudnya adalah mereka diatas agama yang sama dan dikatakan: perintah
mereka sama yaitu saling menyeru kepada kemunafikan. Kemusyrikan dan
kemaksiatan

d. Malas dalam beribadah, orang munafik adalah orang yang malas Ketika
hendak melaksanakan ibadah, sebagaimana Allah gambarkan dalalm firman-
Nya surat An-Nisa ayat 142,

‫َٰٓو َلى ٱل صَل َٰوة م كساَلى‬ ِ‫وإ‬ ‫ن ٱ ْل م ََٰن ِف ُي عو َّٱللَ َ َ ع‬


‫َقا و‬ ‫۟ا ام‬ ‫َذا‬ ‫و خ ه‬ ‫ِقين َخ ن‬
‫۟ا‬ ‫ْم‬
‫وهُ ِد‬
‫ِد‬

‫رآ ءوَنٱلن س و ََل كرو ن ََّل قَ ِلي ًَل‬dُd ‫ي‬


‫َٱَّلل‬ ‫َ يذ‬ ‫ا‬

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan


membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Ibnu katsir menjelaskan tentang tipu daya mereka yang hendak menipu
Allah. Ibnu katsir menimpali: tidak diragukan lagi bahwa Allah tidak bisa dapat
ditipu, sebab Dia Mahatahu yang rahasia dan yang ada didalam dada. Akan tetapi,
orang-orang munafik karena kebodohan, minimnya ilmu mereka dan akal mereka
menyakini bahwa sebagaimana bahwa kehidupan mereka bisa diterima kaum
muslimin di dunia dan berlaku pada kehidupan mereka di hari kiamat disisi Allah,
bahwa Allah akan menerima kehidupan mereka, sebagaimana Allah mengabarkan
tentang mereka bahwa dihari kiamat mereka bersumpah kepada-Nya bahwa

7
91 91
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015), Hlm. 189

7
mereka diatas jalan yang lurus dan istiqomah, mereka menyakini bahwa hal itu
berguna bagi mereka disisi Allah.92

Dan inilah sifat dari seorang munafik dalam perbuatan yang paling
terkenal, seperti Ketika adzan sholat dikumandangkan kepada mereka maka
mereka akan bangun dalam keadaan malas karena mereka tidak ada niat untuk
melaksanakanya, tidak ada keimanan dalam tubuh mereka dan tidak pula rasa
takut dan tidak pula mereka mau berfikir akan maknanya.

3. Orang-Orang Jahil (bodoh)

Orang yang sedikit ilmunya bisa dibilang sebagai orang yang Jahil atau
bodoh, dalam islam sendiri kita dilarang untuk mengatakan sesuatu tanpa kita
ketahui ilmunya.

Kata Jahil berasal dari kata Bahasa arab93 – ‫هل‬d‫ة – يج‬d ‫هال‬d‫هل – وج‬
َ ‫ج‬
‫جهل‬ yang artinya tidak tahu, bodoh, pandir, 94
‫علم ضد‬ kata jahil juga berarti
tidak mau menerima teguran, tidak mau belajar, sombong untuk meneliti jejak
orang Berjaya. Ibnu Mandhur menjelaskan “Al-Jahl” artinya tidak memiliki ilmu,
seperti dikatakan: si fulan bodoh Ketika jahlan (tidak faham), jahalatan tatkala
bodoh tentangnya, dan tajahal Ketika menampakkan kebodohannya. Dan juhala
yang bermakna melakukan sesuatu tanpa didasari ilmu.95 disini penulis memilih
untuk memasukkan beberapa sumber terkait dengan makna jahil.

Seterusnya jahiliyah secara terminology mashdar shina’I dari isim fa’il


‘jahil’ dengan cara ditambahkan padanya huruf ‘ya’ yang menunjukkan pada
penisbatan lalu ditambah lagi dengan huruf ‘ta’ ta’nits (ta’ yang menunjukkan
perempuan). Sehingga kesimpulanya bisa diketahui bahwa asal kata jahiliyah
berasal dari kata jahil yang merupakan isim fa’il, pecahan dari kata jahlun.

92
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015), Hlm. 661
93
Muhammad Idris Abdul Rauf al-Marbawi, Kamus Idris al-Marbawi, (Kuala Lumpur: Darul
Nu’man, 1998), cet.III, hlm. 112.
94
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al- Munawwir, (Yogyakarta: UPBIK Pondok Pesantren
Krapyak. 1997), cet. IV, hlm.219.
95
Ibnu Mandhur, Lisan al- Arab, (Kairo: Darul Hadis, 2003), jil. 2, hlm. 402.

7
Di dalam kitab mu’jam mufahras li al-fadz al-Qur’an, kata jahil dalam al-
Qur’an terdapat dalam 17 surat dan terulang sebanyak 24 kali, 16 tempat kata jahil
adalah dalam bentuk isim, dan 8 tempat dalam bentuk fi’il. Selain itu, terdapat 10
surat yang diturunkan di Makkah (makiyyah) dan 7 surat diturunkan di Madinah
(madaniyyah).96

Sebagaimana Allah berfirman:

‫وٱ ْل ْي ِر ح وأَن‬ ‫طن وٱ‬ ‫ظ م و‬ ‫ل ِإَّنما ح ر ى ٱ ْلفَ ش‬d‫ُق‬


‫َبغى ٱ ْل غ ِق‬ ‫ِلإثْ َم‬ ‫ه ْنها ما‬ ‫َوح ما‬ ِ ‫ر‬
‫ر‬ ‫َم ب‬
‫و عَلى ل َِّل ما َل ع مون‬dُ‫ول‬dُ‫ق‬dَ‫ن ت‬dَ‫َن ِ س َ وأ‬dُ‫تُش ر ۟ َّٱِلل ما ْم ي‬
ِ
‫تَ ل‬ ْ
‫ٱ‬ ‫۟ا‬ ‫زل لۦه ط‬ ‫ا‬
َ ‫ًنا‬ ‫كو‬
Artinya:

“Katakanlah, “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik


yang Nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui
(berbicara tanpa ilmu).” (Q.S Al-A’raf: 33)

Maksud dari, (mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui)
yaitu kalian tidak mengetahui bahwa Allah mengatakan itu. Dan ini sebagaimana
yang mereka lakukan, yaitu menisbatkan penghalalan dan pengharaman kepada
Allah padahal Allah tidak membolehkan hal itu. 97

Dalam ayat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa orang yang sedikit
ilmunya adalah orang yang berbahaya Ketika dia berkata sesuatu akan tetapi tidak
memiliki ilmunya.

C. Ancaman Bagi Para Pembuli/ Penghina Da’i


Dewasa ini penghinaan terhadap da’i semakin meraja lela baik itu dengan
tidak sengaja, seperti sebuah komedi ataupun secara sengaja dan terang-terangan.

7
96
Muhammad Fuad Abd al- Baqi, al- Mu’jam al- Mufahras li Alfazh al- Qur’an al- Karim, (
Beirut: Dar al- Fikr, 1994), hlm. 184.
97
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

7
Keadaan seperti dahulu pernah terjadi Ketika ada seseorang yang tegur karena
telah mengolok-olok agama lantas mereka mengatakan bahwa ini hanya bercanda,
sebagaimana Allah berfirman,

‫ورسو كنتُ ْم‬ ‫خوض ون ب ۚ أَ َِ وءا‬ ‫ول نَّما كنَّا‬dُ‫ولَ ِئن َ ْ َيق‬
‫ِۦله‬ ‫ل ِبٱ ّلل َي ِتۦه‬dُ‫ق‬ ‫ْل َع‬ ‫ن‬ ‫ ه سأ م‬d‫ س َت‬d‫َت‬
ْ ْ
‫ز ْل ت‬
ِ
‫ه‬
‫ءو‬
‫ن‬
Artinya:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan
itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda
gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-
Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menceritakan bahwa Abu Ma’syar Al-
Madini telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi dan lain-lainya
yang semuanya mengatakan bahwa ada seorang lelaki dari kalangan orang-orang
munafik mengatakan, “menurut penilaianku, mereka menjadi tamu kita tiada lain
adalah orang-orang yang paling mengabdi kepada perutnya, paling dusta lisanya,
dan paling pengecut di saat perang berkecamuk.” Lalu hal itu disampaikan kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan lelaki itu datang kepada Rasulullah yang telah berada diatas
untanya dan memacunya untuk berangkat, kemudian lelaki itu berkata, “wahai
Rasulullah sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.”
Maka Allah menjawabnya melalui firman-Nya : Apakah dengan Allah, ayat-ayat-
Nya, dan Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok (At-Taubah:65) sampai dengan
firman-Nya: Mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (At-Taubah:
66) Sedangkan kedua telapak kaki lelaki itu terseret diatas batu-batuan, tetapi
Rasulullah ‫ﷺ‬. Tidak menolehnya, dan lelaki itu bergantungan pada pedang
Rasulullah.98
Ancaman yang dipaparkan Al-Qur’an terhadap pelaku bullying telah Allah
kabarkan dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Allah balas dengan dibiarkan terombang-ambing tanpa ada tujuan.


Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 15,

7
98
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil, Solo, 2015)

7
‫عمهون‬
ْ ‫ ْه ْ َ م ْم ط‬dَ‫َّٱ ُلل َي ست‬
‫ِزئ م ي ُّد ى غ م‬
‫َي ِن‬
‫ه‬ ‫ه و‬
“Allah akan membalas olok-olokan mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”

Al-Baghawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah akan memperolok-


olokkan mereka, maksudnya yaitu Allah akan membalas dengan balasan yang
serupa, dinamakan balasan karena yang diterima sebagaimana dia mengeluarkan
hinnan. Ibnu Abbas berkata: akan dibukakan bagi mereka (orang-orang mukmin)
pintu surga, Ketika sampai giliran orang-orang munafik ditutuplah pintu surge itu,
kemudian mereka dikembalikan ke neraka.99
Sayyid Qutub dalam tafsirnya menjelaskan bahwa betapa mengenasnya
orang yang diperolok oleh yang Maha Kuasa atas langit dan bumi, mereka
dibiarkan-Nya terombang-ambing di jalan tanpa pentunjuk, tanpa mengerti
tujuan. Kemudian mereka di pegang oleh tangan yang Maha Kuasa. Mereka
bagaikan tikus-tikus yang melompat kedalam perangkap dengan melupakan
jebakan yang kuat. Inilah balasan tipu daya dan rekayasa yang menakutkan, tidak
seperti olok-olokkan dan rekayasa mereka hina dan kecil.100
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bagaimana ancaman dan dampak bagi
pelaku bullying, selain mereka mendapat balasan dari Allah mereka juga dibiarkan
oleh Allah terombang-ambing dijalan tanpa ada petunjuk seperti kapal yang
terombang-ambing ditengah lautan.

2. Adzab yang pedih

Dalam ayat yang lain Allah mengancam kepada para pelaku bullying bahwa
mereka akan di adzan oleh Allah di akhirat nanti.

‫َصر‬ ‫ص يه‬ ‫ل َي ْو ٍم‬ ْ ‫ح َ ن َ ع عمل َ مو ن ما ؤ‬dَ‫و ََل ت‬


‫ ْب‬dَ‫ٱ ْْل‬ ‫شخ‬dَ‫ت‬ ‫يخ م‬ ‫ن‬ ‫ٱل‬ ‫ب ََّٱلل غ م‬
ُ‫ره‬ ‫ظ‬ ‫ِف ًَل ا‬
‫س‬
‫ِل‬
7
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah
lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah

99
Ibnu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud alfarro Al-Baghawi, Tafsir al-baghawi, (Darul Fikri
1399H/ 1979M), jilid 1, hlm.86.
100
Sayyid Qutub, fii Zilaalil Qur’an, hlm.6

7
memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka)
terbelalak.” (Q.S Ibrahim: 42)

‫َل‬
ْ ‫َ ِت‬ ۗ dُ‫ول ن ِ س ۥه‬dُ‫ق‬dَ‫ٍة ي‬ ُ‫ولَ ِئ ن خر ْ ٱ ذَ ب ل أ‬
‫م ي أْ م‬ ‫ ََل‬dَ‫ما ب أ‬ ُ
َ‫معدود‬ ‫أ َنا ن ْل ا َٰٓى‬
‫ْو‬ ‫ّمة‬ ‫هم‬
‫ه‬ ‫ع‬
‫ح‬
‫ ت ءون‬d‫س‬ ‫هم كانُو ۟ا‬ ‫مصروفًا ْ ْ وحا‬
‫ْه ِز‬ ‫ۦه‬ ‫ما‬ ‫نم ق‬

‫عه‬
“Dan sesungguhnya jika kami undurkan azab dari mereka sampai kepada
suatu waktu yang ditentukan. Niscaya mereka akan berkata: “Apakah yang
menghalanginya?” Ingatlah, diwaktu azab itu datang kepada mereka tidaklah
dapat dipalingkan dari mereka dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya
mereka selalu memperolok-olokkanya” (Q.S Hud: 8)

Lafadz ْ ْ ‫صر‬ ‫( م‬Masruufan ‘Anhum) yang bermakna di tahan dan di


‫وفًا ن م‬

‫عه‬
tolak dari mereka. Kemudian lafadz ‫حا‬ (Haaqa) yang bermakna turun dan
‫ق‬
meliputi. Lafadz َُّ‫أ‬ ‫ مة‬ummat dalam lafadz ini bisa dimaknai beberapa makna, yaitu
dalam ayat ini lafadz itu bermakna jangka waktu ْ‫مع ُد‬ ‫ودَة‬
َُّ‫ مة أ‬sampai
kepada
waktku yang ditentukan. Kemudian juga bisa bermakna iman yang menjadi
panutan.101 sebagaimana yang terkandung firman Allah,

d‫ك من ٱ ش ِر ِكين‬ َِّ ‫ َّمًة َقا كا ل‬dُ‫أ‬


َ‫َ ح ول‬
‫ل‬ ‫ا ن‬dً‫نِ ت‬
‫ْلم‬ ‫ِنيًفا ْم‬

5
‫ه ي َم‬ ‫َر‬
‫ْب ن‬
Artinya:

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan


lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-
orang yang mempersekutukan (Allah).” (Q.S An-Nahl:120)

Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa setelah Allah menyebutkan


apa yang diucapkan oleh orang-orang yang ingkar terhadap hari kebangkitan,
kemudian disebutkan pula apa yang diucapkan mereka yang ingkar terhadap
peringatan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap mereka tentang beliau. Dengan sikap mengejek
mereka berkata “apa pula yang menyebabkan tertundanya siksaan ini kalua itu

101
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015), Hlm.318

6
memang benar” kemudian pada hari itu mereka akan diliputi dari berbagai
penjuru oleh apa yang mereka olok-olokkan sebelum terjadinya adzab, dan tidak
bisa berpaling darinya.102

Sayyid Qutub dalam tafsirnya menjelaskan bahwa azab Allah tidak boleh
diminta disegerakan oleh orang yang beriman dan orang baik. Apabila azab itiu
dilambatkan kedatanganya oleh Allah, itu karena adanya kebijaksanaan dan
rahmat-Nya agar orang yang beriman mempunyai potensi untuk beriman lagi
(bertaubat).103

Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wata’ala menjelaskan bahwa adzab bagi
pelaku bullying akan ditegakkan kelak dihari kiamat, ditundanya adzab bagi
mereka adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, mungkin saja
hamba tersebut mau bertaubat kemudian meminta maaf kepada orang yang telah
ia bulli.

D. Solusi Yang Ditawarkan Al-Qur’an Bagi Pembuli Da’i

1. Bertaubat
Bertaubat dan meminta ampun kepada Allah adalah jalan keluar pertama yang
Allah berikan kepada pelaku bullying, karena Allah adalah Dzat yang Maha
Pengampun, semua dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh umat manusia, Allah
akan mengampuni semua dosa kecuali syirik (menyekutukan) kepada Allah
karena itu adalah dosa yang paling besar. Sebagaimana Allah berfirman,

‫َفَق ِد‬
‫شآ ومن ِ َِّٱلل‬ ‫ما ذَ لم‬ ‫و غ‬ ‫ن َٱَّلل َل ِ ر أَن شر‬
‫ُي رك‬ ‫َء‬ ‫ُدون ِلك ن‬ ‫َي ِفر‬ ‫ي ك‬ ‫ف‬
‫ش‬ ‫ۦه‬
‫غ‬
d‫ر ٓ ثْما عظيما‬dَ‫ٱ ْفت‬

‫ى‬

Artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia

6
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang

102
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, hlm.19
103
Sayyid Qutub, tafsir fi Zilalil Qur’an, vol 4, (hlm.198.

6
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S An-Nisa’ : 48)

Imam ibnu katsir dalam kitabnya menafsirkan ayat ini dengan


menyebutkan beberapa hadits:

Pertama, imam ahmad 104


berkata shafwan bin isa menuturkan kepada
kami, tsaur bin yazid menuturkan kepada kami, dari abu ‘aun , dari abu idris, ia
berkata, aku mendengar mu’awiyah berkata, aku mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda “seluruh dosa-dosa mudah-mudahan diampuni oleh Allah, kecuali
seorang uang mati dalam keadaan kafir, atau seorang yang secara sengaja
membunuh seorang mukmin”

Kedua, imam ahmad105 berkata: hasyim bin al-Qasim menuturkan kepada


kami, abdul hamid menuturkan kepada kami, syahr menuturkan kepada kami,
ibnu ghannam bahwasanya abu dzar menyampaikan hadits kepadanya dari
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ماكان‬
‫عل‬ ‫ ِني َفإ غ ر‬d‫ ْ ب ِدي َ دت ورج ْو َت‬: ‫و ا‬dُ‫عز ق‬ ‫ن َلال‬
‫ى‬ ‫ِني ا َلك‬ ‫ما ع ب نِ ي‬ ‫ل‬ ‫ل‬d‫وج‬
‫ِف‬
‫ع‬
‫قُرا‬ ‫ل ِق‬dَ ‫ي‬ ِ ‫ما لَ ْم‬ ‫ا َْْل خط‬ ‫را‬dُ‫ِق ْ َيت ق‬ ‫ْي و ِ د‬
‫ِبها‬ ‫ك‬dُ‫ْيت‬ ‫ت رك‬ ‫ْي ئ‬ ‫ْرض ب‬ ‫ِني ن ل‬ ‫ر َي ا ي‬
‫َك‬
‫ش‬ ‫ع‬
‫ًة‬
‫ْب‬ ,
‫ِف‬
‫َمغ‬

Sesungguhnya Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku, selama kamu


menyembahku dan berharap kepadaku maka sungguh aku mengampuni apa yang
telah kamu lakukan. Wahai hambaku sesungguhnya bila kamu menemui ku
dengan membawa dosa sepenuh jagat asalkan kamu tidak mempersekutukanku
niscaya aku sambut kamu dengan ampunan sepenuh jagat pula.

6
Allah tidak akan mengampuni dosa yang mempersekutukan- Nya (syirik)
dan akan mengampuni bagi siapapun ya Dia kehendaki sehingga dimasukkan-Nya
kedalam surga tanpa disentuh oleh siksa neraka. Sebaliknya akan disiksa-Nya

104
Shahih, diriwayatkan oleh ahmad no. 16464
105
Shahih, hadits riwayat imama ahmad no. 20860 dan ad-darimi no. 2788

6
lebih dulu orang-orang mukmin yang dikehendakin-Nya karena dosa-dosa
mereka, dan setelah itu barulah dimasukkan-Nya ke dalam surga.106

Dalam hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫مسيء الل‬ ُ‫و ِ َيت‬ ِ ‫ن َلال ْبس ط بال َّل َيتُ مسيء ال‬
d‫ْيل‬ ‫ن ر ْوب ل‬d‫ِبال‬ ‫َّن ر‬ ‫ه ْيل ْوب ل‬dَ‫ي َيد‬
‫ه‬ ،
‫ا‬ ‫ها‬
Artinya:

“Sungguh, Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk


menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari, Dan Allah
meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang
bermaksiat di malam hari.” (H.R Muslim)107

Hadits diatas jelas memberikan penjelasan bahwa Allah senanatiasa


membuka pintu taubat-Nya di malam dan pagi hari untuk hamba-hamba-Nya
yang bermaksiat kepada-Nya.

2. Berjanji tidak mengulangi lagi


Sebagai seorang manusia yang tidak pernah luput dari dosa, maka setiap
perbuatan dosa yang pernah dilakukan adalah nasehat terbaik untuknya.
Seorang muslim yang baik adalah mereka yang tidak mengulangi perbuatan
dosan yang pernah dia lakukan. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ ْين‬dَ‫َ لَ ي ا ْؤ ن جح ٍد مرت‬
‫ْلد ْل ِم من ٍر واح‬
‫م‬
“Seorang mukmin itu tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama
dua kali.” (HR. Al-Bukhari)108
Dalam hadits ini dapat diambilkan kesimpulan bahwa tidak mengulangi
perbuatan dosa adalah salah satu dari sifat seorang mukmin, karena seorang
mukmin sejati adalah mereka yang tidak mengulangi kesalahan untuk yang kedua
kalinya.

6
106
Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Terj. Bahrun Abubakar dkk, (Bandung, Sinar Batu
Algesindo, 2016), hlm.338
107
Hadits Riwayat Muslim, dalam kitabnya Shohih Muslim tentang kitab At-Taubah, Bab Qobulu
At- Taubati Min Adh-Dhunub, nomor2759, dengan derajat haditsnya marfu’
108
Hadits Riwayat Al-Bukhari, Kitab Al-Adab, Bab Laa Yuldaghu al-Mu’min min hujrin
marrotaini, Nomor 6133 dengan derajat hadits marfu’

6
3. Meminta maaf
Ketika seseorang berbuat salah, baik kepada orang yang dikenal atau tidak
dikenal maka solusinya adalah meminta maaf kepada orang yang disakiti.

Menurut Ibnu Mandhur, kata maaf berasal dari Bahasa arab yaitu Al-‘Afw,

bentuk mashdar dari


ً ‫عفُو‬ ‫عَفا‬ yang artinya menghapus atau
‫وا‬ – –
‫ع‬
‫ْف‬
menghilangkan 109 . Dalam kitab Mu’jam Maqayis Al-Lughat disebutkan, kata

‘Afw yang terdiri dari huruf ain, fa dan waw (‫و‬


-‫)ع – ف‬ pada asalnya
mempunyai dua makna, pertama, meinggalkan sesuatu (Tark Syai’in), dan yang
kedua, mencari sesuatu (Thalab Syai’in), yang dimaksudkan disini makna yang
pertama yaitu meniggalkan sesuatu (balasan) atau tidak memberikan sesuatu
(balasan) terhadap kesalahan seseorang. Misalnya, “’Afw Allah ‘an khalqihi”
artinya, Allah tidak memberikan hukuman terhadap kesalahan makhluk-Nya. Al-
Khalil mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk diberikan hukuman, lalu
kamu tidak memberikan hukuman itu kepadanya berarti kamu telah
memaafkanya110.

Sementara itu, dalam kamus Bahasa Indonesia, kata maaf diartikan


sebagai pembebaan seseorang dari hukuman tuntutan atau denda karena suatu
kesalahan. Sedangkan memaafkan dapat diartikan memberi ampun atas kesalahan;
tidak menganggap salah lagi. Sedangkan pemaaf adalah orang yang rela memberi
maaf111

E. Sikap Seorang Da’i Terhadap Bullying


Solusi untuk para da’i yang menerima bully, baik berupa perkataan (verbal)
ataupun secara perbuatan langsung (non verbal) yaitu dengan bersabar atas apa
yang terjadi. Allah telah berikan cara-cara tentang bagaimana sikap kita Ketika
menghadapi bully dari orang-orang yang ada disekitar kita, diantaranya:

6
109
Ibnu Mandzur, Lisan Al Arabi (Beirut: Dar Lisan al Arab, t.t.p), 72.
110
Ibn Faris, Maqayis al-Lughat (Beirut: Darl Fikr), Jilid. IV, 47.
111
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), 693.

6
1. Bersabar
Dalam surat Al-Muzammil ayat 10, Allah memberikan solusi terbaik bagi
para juru dakwah yang menerima celaan dari para pembenci dakwah yaitu agar
senantiasa bersabar, Allah berfirman,

‫ج ج ِمي ًَل‬ ‫ما وٱ ج ر‬ ‫وٱص ِبر عل‬


‫را‬ ‫ون ه هُ ْم‬dُ‫ول‬dُ‫ق‬ ‫ى‬

“Dan bersabarlah terhadap ucapan para pendusta yang berisi olok-


olokan dan cercaan, dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang tidak
menyakitinya.”

Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬agar


senantiasa sabar atas apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh dari kaumnya
berupa kedustaan yang mereka mengada-adakan.112

Dalam ayat ini pula Allah memerintahkan beliau untuk menjauhi mereka
dengan cara yang baik, yaitu upaya menjauhkan diri yang tidak disertai dengan
mencaci maki.

Kata hajran ‫ه‬ disini maksudnya adalah meninggalkan dengan cara


‫جرا‬
yang baik tanpa ada kekerasan, dan ungkapan caci maki.113

Wahbah Zuhaili dalam kitab tafsirnya Al-Munir menjelaskan bahwa ayat


ini adalah nasehat dari Allah agar Nabi Muhammad bersabar atas gangguan,
cacian, dan ejekan dari kaumnya. Janganlah kamu resah mengenai hal itu,
janganlah menghadapi mereka, janganlah mencaci mereka dan pahamilah mereka.
Sebagaimana tersebut dalam ayat-ayat lain. Diantaranya firman Allah,

‫ّ ْن َيا‬dُ‫ ٱلد‬dَ‫ َٰوة‬d‫ْ ح َي‬ ‫ض عن من ت‬


‫عن ذك وَل ْم ي ٱ ل‬ ِ ‫ف َأ‬
‫ِرد‬ ‫ِرَنا‬ ‫َوَّلى‬ ‫ر‬
‫َّل‬
‫ع‬
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan

6
Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.” (Q.S An-Najm: 29)

112
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015)
113
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015), hlm. 405

6
Allah memerintahkan Nabi-Nya agar bersabar demi berdakwah atas
gangguan, cacian dan ejekan orang-orang bodoh dari kaumnya yang
mendustakanya. Hendaklah dia tidak menghadapi mereka dan tidak mencela
mereka, tetapi memahami mereka.114

Dibalik kesabaran atas cobaan yang menimpa, tentunya Allah pasti akan
menolong orang-orang yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman,

‫ح ب صا ِب ِرين‬dُ‫ال ي‬dُّ‫لَو‬
‫ال‬
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. (Q.S Ali Imran: 146)
Allah juga kabarkan tentang nasehat Nabi Musa ‘Alaihissalam kepada
kaumnya agar bersabar atas segala cobaan yang mereka terima, Allah berfirman,

‫ش ء‬ ‫ َها‬dُ‫ٱ ْْلَ ض ُيو ِرث‬ ‫ست ِٱَّلل وٱ ِ َٰٓو‬ ‫َقال موسى ْو ِمه‬
‫آ من‬
‫من‬ ‫ْر ن‬ ‫ب ۟ا‬ ‫و ۟ا‬dُ‫ٱ َلق ِعين‬
َِّ ‫ل‬ ‫ر‬
‫ل‬ ‫ص‬
‫ ِقين‬dّ‫ع َبا ِد ِۦه وٱ ْل َٰع ْ م َت‬
‫ِق َبة ل‬

‫ل‬
Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah
dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang
baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa".(Q.S Al-A’raf: 128)
Musa menjanjikan kepada mereka bahwa akibat yang terpuji akan mereka
peroleh, dan kelak mereka akan beroleh kemenangan. 115
Karena sesungguhnya
dunia ini semua milik Allah.

2. Tidak membalas dengan keburukan yang serupa atau lebih


Tentunya sebagai seorang da’i yang menjadi publik figure masyarakat, ketika
mendapat perilaku yang tidak disukai maka hendaknya tidak membalas perbuatan
tersebut dan lebih baiknya adalah membalas dengan kebaikan karena dengan
seperti itu maka masyarakat akan mengikuti apa yang dilakukan. Allah berfirman,

6
‫ و ح ِميم‬dَ ‫ا ٱلَّ ِذى َب و َب‬dَ‫ذ‬d‫ٱل هى سن فَ ِإ‬
‫ََٰد كأ ن‬ ‫ٱدفَع‬
‫َوةٌ ه ِلى‬ ‫ْينَك ْينَه‬ ‫أ َح‬
‫ع‬

114
Zuhaili, wabhah, Tafsir Al-Munir, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani dkk, (Jakarta, Gema
Insani, cet. 1, 2016), hlm. 206
115
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015)

6
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Q.S Al-
Fushilat: 34)

Pada ayat ini dan juga ayat-ayat selanjutnya menjelaskan tentang sifat-
sifat seorang muslim yang baik dan benar, namun penulis hanya fokus pada satu
ayat ini saja. ‘Apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka berucap salam’,
maka apabila ada yang berucap kata-kata kotor atau tidak senonoh maka mereka
tidak membalas dengan ucapan yang serupa, akan tetapi mereka membalas dengan
perkataan yang lebih bagus dan indah serta mengandung nasehat agar mereka
(orang yang mengolok-olok mereka) mendapat hidayah dari Allah Ta’ala.

Al-Hasan Al-Bashri, menjelaskan bahwa orang-orang mukmin senantiasa


berlapang hati dan tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar. Bila kepada
mereka diucapkan kata-kata yang kurang sopan, mereka tidak emosi dan tidak
membalas dengan kata-kata yang tidak sopan pula. Kemudian, apabila terjadi
pertengkaran dan perselisihan yang berkepanjangan, setiap mukmin harus
mencegahnya.

Salah satu caranya adalah membasminya dengan membalas Tindakan yang


buruk dengan Tindakan yang baik, sehingga orang yang melakukan Tindakan
buruk tersebut akan malu dan sadar bahwa mereka melakukan hal yang tidak
sewajarnya.116

Ibnu Katsir dalam kitabnya menjelaskan bahwa, maksud dari firman Allah
‫هى‬ ‫ٱل‬ ‫ٱ دف‬ adalah barang siapa yang berbuat jahat terhadap dirimu,
‫أَحسن‬ ‫ع‬
tolaklah kejahatan itu darimu dengan cara berbuat baik kepada pelakunya. Seperti
yang dikatan oleh sahabat Umar Radhiyallahu ‘Anhu “Hukuman yang setimpal
bagi orang yang durhaka kepada Allah karena menyakitimu ialah dengan cara
kamu berbuat taat kepada Allah dalam menghadapinya”.117

116
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edsii yang disempurnakan), h. 47-48.
117
Ibnu Katsir, Tafsir al-quran al-adhim ibnu katsir, diterjemahkan oleh arif Rahman hakim dkk.
(Penerbit insan kamil solo, cetakan 1, 2015), Hlm.121

6
F. Hiburan Yang Allah Siapkan Untuk Korban Bullying Menurut Al-
Qur’an Surat Adh-Dhuha Ayat 3 dan Al-Kautsar Ayat 3

Allah telah menyiapkan pahala terbaik disisi-Nya teruntuk juru dakwah yang
senantiasa bersabar dan tidak membalas apapun bentuk penghinaan yang ia terima
dari musuh-musuh dakwah telah disebutkan diatas. Diantara balasan yang Allah
siapkan adalah sebagai berikut:

1. Surga
Surga adalah tempat yang sangat dirindukan oleh seluruh manusia, surga
dalam Al-Qur’an adalah tempat kenikmatan di akhirat kelak, yang sering
diungkapkan dalam Al-Qur’an dengan sebutan Al-Jannah (bentuk kata tunggal)
atau Al-Jannat (jamak). Secara Bahasa kata ini berasal dari akar kata yang terdiri
dari huruf jim dan nun. Menurut paka Bahasa Ibnu Faris, maknanya adalah tirai
atau tutup. Kebun disebut Al-Jannah karena tempat tersebut berisi penuh dengan
pohon sehingga menutupi tanahnya.118
Surga adalah tempat mulia yang Allah siapkan untuk orang-orang mukmin.
Jannah adalah nama surga yang paling masyhur. Tidaklah sama antara penghuni
neraka dengan penghuni surga. Para penghuni surga itulah orang-orang yang
memperoleh kemenangan.(Q.S Al-Hasyr: 20) secara keabsahan, Jannah berarti
setiap kebun yang dipenuhi pepohonan hijau hingga tanahnya tidak tampak karena
tertutup pepohonan tersebut.119

‫ص ج ت ِ من ِ ا ََْل ْن ر حل‬ ‫وا‬d‫دخ ل اَّل ِذ امنُ وع ِم ُل‬dُ‫ِان َ ي‬


‫ي ّ ْون‬ ‫ِلحت ن ت ري ت ت‬ ‫ال‬ ‫ْين ْوا‬ َّ
‫َه ها‬ ‫ج‬ d‫ه‬ ‫ل‬
‫ح‬ ‫ل‬
‫ا‬
‫ْيها من ساو من ب ول ؤ و ِل س ْي ح ِر ْير‬
‫ْؤل ا َبا ه ها‬ ‫ا ر ذَه‬
‫ْم‬

“Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan


mengerjakan kebajikan ke dalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-
sungai. Di sana mereka diberi perhiasan gelang-gelang emas dan Mutiara, dan
pakaian mereka dari sutera.” (Q.S Al-Hajj: 23)
6
118
Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur‟an Tematik,(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‟ n , Jilid 9.
119
Abdul Muhsin Al-Muthairi, Buku Pintar Hari Akhir, (Jakarta: Zaman, 2012) cet 1, hlm. 558.

6
Tentunya cita-cita seluruh aktivis dakwah (Da’i) adalah istirahat dan
bersenang-senang didalam surga yang telah Allah siapkan nanti Bersama para
Nabi dan Rasul serta orang-orang mukmin yang istiqomah berada diatas jalan
yang lurus lagi benar.

2. Pahala yang berlimpah


Berdawkah adalah sebuah aktivitas positif yang bila diamalkan karena ikhlas
hanya mengharap pahala dari Allah maka akan bernilai pahala yang berlipat
ganda, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersaba,

‫و‬ ‫ إ ما ا عما بال ِن‬d‫عَل وسل َقال‬ ‫ص َّلى‬ َِّ‫ل‬ ‫عن عمر أَن رسول‬
d‫ِلكل‬d‫ َّية‬d‫ن ْْل ل‬ ‫ْ ي ه ّ َم‬ d‫ا لَّهم‬ ‫ا‬
‫و وم‬d‫ إ ِ ورس‬d‫ت‬d‫ِ ِل ه جر‬ d ‫ إل‬d‫كان هجر‬ ‫ما فم‬ ‫ا ْم ِرئ‬
‫ِله ن‬ َّ ‫َّ ورسو َفه ه َلى‬ ‫ه ى‬dُ‫ت‬ ‫ت‬ ‫َوى ن‬
‫لال‬ ‫لال‬
‫َى ها َل ْيه‬d‫رت إل‬d‫ز ج فهج‬dَ‫ت‬ ٍ ‫ ها ا‬d‫ ْن ص‬dُ‫ُه لد‬dُ‫نَت هجرت‬d‫كا‬
‫ر‬d‫ما ج‬ ‫ه‬ d‫َّو ه‬ ‫َي ا ي ي ب أ ْ م ة‬
‫ا‬ َ‫و رأ‬

Dari Umar Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Amal


itiu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.
Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia
atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai kemana
ia hijrah.” (H.R Bukhari, Muslim dan empat imam lainya).120

Setiap kali seseorang berdakwah menyampaikan ilmu, maka ia


mendapatkan pahala karena menyampaikan ilmu yang dimiliki, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda,

Dari Abu Mas’ud bin Amir Al-Anshari Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata


bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ع ِله‬ ‫ْي‬
‫ٍ َله م أ ج ِر‬ ‫َى‬d ‫عل‬
‫ث ل فَا‬ ‫ر‬
‫خ‬
6
‫من دَل‬

120
Shohih Bukhari, kitab Kaifa Kaana Bad’ul Wahyi Ila Rasulillah ‫ﷺ‬, juz 1/6 dengan
derajat haditsnya marfu’

7
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (H.R
Muslim)121

Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan agama


maupun kebaikan dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan bukan hanya
termasuk pada kebaikan agama saja.

Hadits diatas semakna dengan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda,

‫من ِ أَن‬ ‫جر ِ ل‬ ‫ أ جر و‬d‫حسن لَ ُه‬ ‫من سن ى اإل َسلَ سن‬


‫عد َُه ر‬ ‫من م ها‬ َ‫ها أ‬ ‫ة‬ ‫ِم ة‬
‫غ‬
‫ْي‬ ‫ع‬
‫ س ِ كان علَ وزر ووز‬dَ‫سن ى َسلَ سن‬ ‫ص جو ْ شى وم‬ ‫َي‬
‫ر‬ ‫ها‬ ‫ْي ه‬ ‫اإل ِم ة يئ‬ ‫من أ ِر م ء ن‬ ‫ُْنق‬

‫ه‬
‫شىء‬
ْ ِ ‫ِر ْن ص من‬ ‫ها ِد ِه‬ ‫من ع ِمل‬
‫أَ ْو ر م‬ ‫أَن ق‬ ‫من من ع‬
‫زا‬ ‫غ ْي‬
‫ه‬
“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan
oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang
mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya
dosan semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya
sedikitpun.” (H.R Muslim)122

Dari kedua hadits diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap juru dakwah
yang menyampaikan ilmu agama kemudian diamalkan oleh orang yang
mendengernya maka ia akan mendapat pahala yang berlimpah walaupun telah

7
meninggal dunia.

3. Derajat yang tinggi


Orang-orang yang berdakwah, mereka mempunyai posisi yang mulia disisi
Allah, karena tentunya mempunyai ilmu yang luas sebagai bekal untuk berdakwah

121
Shohih Muslim, kitab Al-Imaroh, Bab Fadhlu I’anatu al-Ghazi fii sabilillah, nomor, 1893
dengan derajat haditsnya marfu’
122
Shohih Muslim, Kitab zakat bab al-hatstsu ‘ala as-shodaqoh walau bi syiqqi tamroh, hadits
nomor 1017 dengan derajat hadits Marfu’

7
dijalan Allah. Sebagaimana firman Allah tentang keistimewaan orang yang
berilmu,

َ ‫و ۟ا ٱ ْل ع ْل َجت‬dُ‫وت‬dُ‫ّ ِذين ءامن منك وٱلَّ ن أ‬dَ‫َّٱلل ٱل‬ ‫رف‬


ِ dُ
‫ر‬dَ‫َم د‬ ‫و ا ْم ِذ ي‬ ۟

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(Q.S Al-Mujadilah: 11)

Orang-orang yang mencela para juru dakwah, mencela dan mencemo’oh


ilmu yang di sampaikannya adalah orang yang kalah dan derajatnya lebih rendah,
Allah mengisyaratkan bahwa mereka adalah orang-orang yang terputus, Allah
berfirman:

‫ر‬d‫ ْب َت‬dَ‫ن شا َِنئ ك ُه َو ٱ ْْل‬

“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”


(Q.S Al-Kautsar: 3)

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan tentang ayat ini, maksudnya
adalah sesungguhnya orang yang membencimu hai Muhammad serta membenci
apa yang engkau bawa, baik berupa petunjuk, kebenaran, bukti yang nyata dan
cahaya yang terang benderang mereka adalah orang yang terputus, yang paling
sedikit jumlahnya, dan paling hina.123

4. Allah senatiasa Bersama orang-orang yang menolong agama-Nya


Dalam sejarah penyebaran agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬tidak sekalipun Allah membiarkan dan meninggalkan Rasul-Nya, Allah selalu
Bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬baik dalam keadaan senang maupun susah.
Allah menurunkan wahyu surat Al-Kautsar ayat satu sampai tiga sebagai
bentuk hiburan kepada kekasih-Nya yang mana saat itu beliau sedang dibulli
(verbal) oleh orang-orang kafir yang saat itu mengatakan bahwa Nabi Muhammad
telah terputus karena anak laki-lakinya meninggal dunia. Maka sebagai bentuk

7
123
Dr. Abdullah bin Muhammad, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, Terjemah, M. Abdul Ghoffar,
(Jakarta, Pustaka Imam Syafi’I, 2008), hlm.457

7
kasih sayang Allah kepada beliau kemudian Allah menurunkan surat al-kautsar
yang berbunyi,

‫ر‬dَ‫ِإنَّآ ٰ ا ك ْوث‬
‫ع َن ْل‬dَ‫أ‬
‫ْي ك‬
‫ط‬
“Sungguh, kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”

‫ر‬d‫فَصل لر ِبك وا ْنح‬

“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai


ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)”

‫ر‬d‫ ْب َت‬dَ‫ن شا ِنئَ ك ُه َو ا ْْل‬

“Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari


rahmat Allah)”

Pada ayat yang ketiga ini Allah memberikan kabar kepada Nabi bahwa
orang-orang yang membenci Rasulullah, merekalah orang-orang yang “Abtar”
yakni terputus dari kebajikan dan rahmat dari Allah. Juga terputus dari sejarah
dikenal sebagai orang baik, bahkan diantaranya benar-benar terputus
keturunannya.124

Allah juga menghibur Nabi Muhammad Ketika datang seorang perempuan


dan berkata: “wahai Muhammad aku lihat bahwa setanmu (yang di maksud
adalah malaikat Jibril ‘Alaihi As-salam) telah meninggalkanmu karena aku sudah
tidak melihatnya dua atau tiga hari ini di dekatmu sehingga Allah menurunkan
surat Adh-Dhuha ayat satu sampai tiga (1-3).

7
124
Zuhaili, wabhah, Tafsir Al-Munir, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Gema Insani,
(Jakarta, Gema Insani, 2016), cet. 1, hlm. 206

7
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berawal dari latar belakang permasalahan kemudian diarahkan dengan
prespektif teori sehingga menghantarkan pada pemaparan data dan melahirkan
Analisa. Pada akhir pembahasan “Bullying terhadap Da’i dan solusinya
prespektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik Q.S Adh-Dhuha ayat 3 & Q.S
Al-Kautsar ayat 3) ini dapat di simpulkan bahwa:

1. Bullying terhadap da’i adalah sunnatullah yang pasti terjadi dan


menimpa bagi siapa saja yang menyebarluaskan agama Allah, Bullying
tak hanya menimpa Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan umatnya saja, akan tetapi
bullying juga menimpa kepada Nabi-Nabi sebelumnya sejak Nabi
Adam ‘Alaihissalam.

2. Pembenci dan penghalang jalan dakwah akan terus senantiasa ada


hingga hari kiamat, maka hendaknya da’i-da’i yang berjuang
menyebarkan agama islam dimanapun berada harus memiliki sifat

7
sabar dan tangguh karena kesabaran adalah sifat yang harus dimiliki
oleh seorang da’i
3. Pelaku bullying akan ditimpa berbagai macam balasan dari Allah baik
balasan langsung didunia maupun balasan siksaan kelak di hari kiamat
4. Juru dakwah adalah manusia pilihan Allah yang tidak semua orang
bisa melakukanya.

B. Saran
Melalui uraian pada skripsi ini maka penulis membagi saran menjadi dua
bagian, pertama untuk para juru dakwah, kedua untuk Lembaga dakwah.

1. Kepada para da’i:


a. Selain memperdalam ilmu agama para da’i juga hendaknya
menguasai ilmu yang lainya, karena tantangan dakwah dilapangan
bermacam-macam.
b. Untuk da’i hendaknya selalu meyakini bahwa berdakwah adalah
tugas yang sangat mulia yang tentunya bukan orang sembarangan
yang bisa menjalani profesi ini

2. Kepada lembaga dakwah:


a. Hendaknya mengadakan kegiatan-kegiatan pelatihan da’i agar
para juru dakwah selain kuat ilmunya juga kuat mental dan
fisiknya
b. Hendaknya mempunyai semacam Lembaga hukum untuk
melindungi para juru dakwah Ketika diuji dengan bullian verbal
ataupun non verbal
c. Mensuport dan mendukung selalu terhadap da’i-da’i yang berada
di naunganya

7
7
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

A.H Hasanuddin . (1992). Retorika Dakawah dan Publistik Dalam Kepemimpinan


. Surabaya: Usaha Nasional, hlm. 33.

Abdul Muhsin Al-Muthairi. (2012). Buku Pintar Hari Akhir. Jakarta: Zaman, hlm.
558.

Abi Fadl Jamail al-Din bin Muhammad , b.-M. (n.d.). Lisanul 'Arab. Beirut: Dar
Ihya Turas al-'Arabi, hlm. 12.

Ahmad Warson Munawwir, A.-M. (1984). Kamus Arab Indonesia . Yogyakarta:


Pondok Pesantren al-Munawwir, hlm. 1548.

Al-Mausu'ah At-Tafsir Al-Maudhu'i Lil Qur'anil Karim. (1440H/ 2019M). Riyadl:


Markaz Tafsir Lid Dirosatil Qur'aniyyah.

Ar-Raghib Al-Ashfahani. (n.d.). al-Mufrodat fi Gharib al-Qur'an. Mesir : Mustafa


al Habibi al-Halabi, hlm. 433-435.

Dr. Abdullah bin Muhammad . (2008). Lubabut Tafsir Min Ibni Katsir. (M. A.
Ghaffar, Trans.) Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i, hlm. 457.

DR. Hamzah Ya'kub. (1992). Publistik Islam Tehnik Dakwah dan Leadership.
Bandung: Diponegoro, hlm. 36.

Dr. Sa'id al-Qahthani. (2005). Menjadi Da'i yang Sukses . Jakarta: Qisthi Press,
hlm. 9.

Drs. Qowaid. (1997). Dakwah Paripurna Era Globalisasi dan Informasi.


Surabaya: Proyek Bimbingan dan Dakwah Islam, hlm. 6.

Drs. H. Tato, T. (1992). Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama , hlm.
17.

Drs. H.M Arifin. M. Ed. (1997). Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi.
Jakarta : Bulan Bintang, hlm. 17.

7
Harifuddin Cawidu. (1991). Konsep Kufr Dalam Al-Qur'an . Jakarta : Bulan
Bintang.

Husin Ibnu Awang. (1994). Qamus al-Tulab. Kuala Lumpur: Dar al-Fikr, hlm.
1041.

Ibnu Jarir Ath-Thabari. (2009). Jami' Al-Bayyan an Ta'wil Ayi Al-Qur'an . Jakarta
Selatan : Pustaka Azzam.

Ibnu Katsir. (2000). Tafsir Al-Qur'an Al-Karim Ibnu Katsir . Jakarta: Pustaka Ibnu
Katsir 1/46.

Ibnu Muhammad Al-Husaiin bin Mas'ud, A.-F.-B. (1229H/ 1979M). Tafsir Al-
Baghowi. Darul Fikr, hlm. 257.

Jalaluddin Suyuti. (2016). Tafsir Jalalain. (T. B. dkk, Trans.) Bandung: Sinar
Batu Algesindo, hlm. 338.

Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur'an Tematik . (n.d.). Jakarta: Lajnah


Pentashih Mushaf Al-Qur'an, Jilid 9 .

Kumpulan Bahasa Arab, Al-Mu'jam Al-Wajib, hlm. 628. (n.d.).

M. Quraish Shihab, d. (1997). Ensiklopedia Al-Qur'an: Kajian Kosa Kata dan


Tafsirnya. Jakarta: Internusa, hlm. 277.

Masyhur , S. (2000). Fiqh Dakwah. Jakarta Timur: Al-I'tishom.

Muhammad Ali , A. (1991). Fakultas Ushuluddin. Ilmu Dakwah , 31.

Muhammad Idris Abdul Rauf al-Marbawi. (2006). Qamus Idris al-Marbawi.


Kuala Lumpur: Dar al-Fikr , hlm. 336.

Suyatmi Niken. (2008). Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan


Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: Grasindo, hlm. 2.

Syaikh Imam Al-Qurthubi. (n.d.). Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam,


hlm. 485.

7
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah/ Markaz Ta'dzim Al-Qur'an. (dibawah
pengawasan Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz). Profesor Fakultas Al-Qur'an
Universitas Islam Madinah.

Tafsir Al-Muyassar. (n.d.). Kementrian Agama Saudi Arabia.

Toto Asmara . (1974). Komunikasi Dakwah . Jakarta : CV. Gaya Media Pratama,
hlm. 31.

Wahbah Zuhaili. (2005). Tafsir Al-Munir Aqidah dan Manhaj . Gema Insani, hlm.
566.

Wahbah Zuhaili. (2005). Tafsir Al-Munir Aqidah dan Manhaj . Gema Insani, hlm.
566.

Wisnu Sri Hertinjung, S. (2014, Juni, hlm. 93). Profil Kepribadian Siswa Korban
Bullying. Jurnal Psikologi Interogatif.

https://www.harianterbit.com/index.php/read/113837/Soal-Ustadz-Abdul-Somad-
UAS-Pembina-YCIQ-Bullying-Tetap-Dilarang-oleh-Islam
https://psychology.binus.ac.id/2015/09/20/6924/
https://quran.kemenag.go.id/sura/93

Anda mungkin juga menyukai