Anda di halaman 1dari 14

KONSEP MAQASHID AL-QUR’AN PERSPEKTIF ‘IZZUDDIN BIN SA’ID

KASYNIT

Makalah :

Ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah

“Tafsir Maqasidi”

Oleh :

Zuhrotul Maryam E73219071

Hanik Lailatut Tarwiyyah E93219090

Dosen Pengampu :

Dr. Moh. Yardho, M.Th.I

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur‟an pada hakikatnya merupakan kitab keagamaan, namun
pembahasannya dan kandungan isinya tidak sebatas pada bidang agama saja. Ia juga
meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, bahkan filsafat dan ilmu pengetahuan
juga ada dalam bahasan al-Qur‟an.1 Karena banyaknya bahasan di dalamnya tidak
heran banyak pula kajian terhadap al-Qur‟an dari berbagai sudut pandang, utamanya
dalam segi penafsiran yang selalu memperlihatkan perkembangannya yang signifikan,
dari diturunkannya al-Qur‟an sampai saat ini. Menculnya pelbagai karya tafsir dengan
ragam metode maupun corak, adalah bukti bahwa usaha untuk menafsirkan al-Qur‟an
memang tidak akan pernah berhenti. Hal tersebut sudah menjadi keniscayaan sejarah,
sebab pada umumnya umat islam ingin selalu menjadikan al-Qur‟an sebagai “teman
bicara” dalam menjalani kehidupan dan mengembangkan peradaban. Proses
dialektika antara teks yang terbatas dan konteks yang tidak terbatas sebenarnya
menjadi pemicu berkembangnya penafsiran al-Qur'an.2
Lebih jauh lagi di zaman yang serba canggih ini al-Qur‟an di tuntut dapat
menjawab segala persoalaan masyarakat . untuk itu menafsirkan dengan metode
maqasidi bisa menjadi alternatif utnuk mengungkap makna al-Qur‟an sesuai
perkembangan zaman.penafsiran maqasidi ini juga dikaji oleh banyak ulama setiap
generasinya dari zaman klasik sampai kontemporer. Dalam makalah ini penulis akan
membahas konsep maqasidi yang digagas oleh Izzuddin Bin Sa‟id Kasynit dalam
kitabnya Ummahat Maqasid al-Qur’am.

B. Rumusan Masalah
Sehubungan latar belakang di atas, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaiman biografi Izzuddin Kasynit ?
2. Bagaimana deskripsi kitab Ummahat Maqashid Al-Qur’an?
3. Apa perbedaan maqashid al-Qur‟an dengan maqashid syari‟ah?
4. Bagaimana cara mengetahui maqasid al-Qur‟an?

1
Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur‟an,PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1991,h. 4
2
Amin Abdullah dalam kata pengantar buku Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran
Al-Qur‟an Periode Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta: Nun Pustaka, 2013), V. Lihat juga.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah yakni:
1. Untuk mengetahui biografi Izzuddin Kasynit.
2. Untuk mengetahui deskripsi kitab Ummahat Maqashid Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui perbedaan maqashid al-Qur‟an dengan maqashid syari‟ah.
4. Untuk mengetahui cara mengetahui maqasid al-Qur‟an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Izzuddin Kasynit
„Izzuddin Bin Sa‟id Kasynit atau dikenal „Izzuddin Kasynit merupakan
seorang profesor dibidang keislaman yang lahir pada tanggal 02 Desember 1973
di Maghraoa, Medea, Aljazair. Dan saat ini bertempat tinggal di Jalan al-Mokrani
No. 14, Ain Taya, Aljir. Pada tahun 1990 beliau selesai menempuh pendidikan
menengah atas di SMA Tariq Ibn Ziyad , Kota Ain Taya, Aljir. Kemudian tahun
1995 berhasil menyelesaikan sarjananya pada bidang ushuluddin di Fakultas Ilmu
Keislaman, Universitas Aljir, dari sana beliau mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan magisternya. Tahun 1998 „izzuddin Kasynit meneylesaikan
magisternya bidang Ushuluddin, Fakultas Ilmu-Ilmu Islam Universitas Bagdad
dengan judul tesis “Jawaban Al-Qur‟an atas tiga pertanyaan manusia: dari mana?,
bagaimana, dan kenapa?”. Masih di universitas yang sama ia erhasil meraih gelar
Ph.D bidang Ushuluddin dengan judul disertasi “Induk Maqasid al-Qur‟an: cara
mengetahuinya dan refleksinya ”. dan tahun 2018 beliau diangkat menjadi guru
besar bidang ilmu islam, al-Qur‟an dan Sunnah. Saat ini ia menjabat sebagai
profesor tetap pada bidang keislaman di Uniersitas Tamanrasset, menjadi kepala
badan riset yang berafiliasi denga Direktorat Urusan Agama dan Wakaf di Aljir,
menjadi Anggota Dewan Riset (Warisan Ilmiah dan Budaya Kabupaten Madrasat)
Ivest University. Adapun karya beliau sebagai berikut:
1. Jawaban Al-Qur‟an Atas Tiga Pertanyaan Manusia: Dari Mana?,
Bagaimana, Dan Kenapa?
2. Ummahat Maqasid Al-Qur‟an: Cara Mengetahuinya Dan Refleksinya
3. Kontribusi Aljazair Untuk Melestarikan Sunnah
4. Ilmu Jarakh Wa Ta‟dil Pada Siah Imamiyah
5. Penjelasan Ayat-Ayat Al-Farsh Yang Berulang Dalam As-Shatibiya
Dalam Bacaan Al-Qur‟an
6. Sistem Lisensi Dan Perannya Dalam Mendokumentasikan Transmisi Al-
Qur‟an
7. Kaum Modernis Dan Ilmu Pentahkik Naskah
Dst
B. Deskripsi Kitab
Dalam pendahuluan Kitab Ummahat Maqashid Al-Qur’an Izzudin
menjelaskan bahwa hal yang mendorongnya untuk mempelajari subjek ini adalah
kecenderungan yang kuat untuk melihat ke depan untuk menyederhanakan
masalah yang kompleks. Setidaknya ada dua aspek penting penyusunan kitab ini
yaitu sebagai upaya menggali lebih dalam mengenai maqashid secara keseluruhan
, kemudian yang kedua hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk generasi
selanjutnya. Metode yang beliau gunakan dalam Kitab ummahat maqashid
Alquran, yakni dengan tafsir maudhu'i serta tahlili dalam interpretasinya
selanjutnya sumber yang ia gunakan utamanya adalah al-Qur‟an, hadis, dn
riwayat. Ada lima tujuan Izzudin dalam menulis kitab ini diantaranya:(1)
menghadirkan pentingnya penelitian Alquran;(2) usaha untuk menyelidiki metode
mengenai maqashid Alquran secara keseluruhan;(3) berusaha untuk menghasilkan
tujuan terpenting dari Alquran;(4) berupaya memperjelas kriteria tujuan-tujuan
maqasid dengan metode yang menonjolkan nilainya kemudian menyusunnya serta
mengaturnya secara keseluruhan;(5) memperkenalkan kitab ummahat maqasid al-
quran. Untuk meraih tujuan tersebut, Izzudin menyusun kitab ummahat maqashid
terdiri dari pendahuluan 3 bab pembahasan serta kesimpulan. Pada bab pertama
dikhususkan untuk definisi dan deskripsi Al-Qur'an dengan dijelaskan secara
linguistik dan idiomatis, kemudian beliau sebutkan definisi Allah SWT dan Rasul-
Nya dari Al-Qur'an, dan pandangan ulama tentang Al-Qur'an. Tidak lupa juga
dijelaskan secara singkat tentang sejarah Al-Qur'an, awal mulanya, dan status Al-
Qur'an dengan Umat Islam. Adapun bab kedua, beliau tujukan untuk membahas
istilah ummahat maqashid al-Qur’an, dengan mendefinisikan istilah “maqashid”
secara bahasa dan istilah, kemudian memperjelas perbedaan antara konsep
maqasid al-Qur'an dengan maqasig syariah. Bab ketiga dispesifikasikan pada
sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan tentang Maqashid Alquran, ulasan
maqashid alquran secara keseluruhan dan menyusunnya memakai prosedur yang
sangat kokoh yang dia temukan, serta yang terakhir merupakan kesimpulan.3

3
Izzuddin Kasynit. Ummahat Maqashid Al-Qur’an. (Jordan: Dar Majdalawi, 2012), h. 15-19
C. Pengertian Maqasid
Maqasid secara bahasa adalah bentuk jama‟ dari lafadz ‫ يقصد‬yaitu lafadz
mustaq dari lafadz ‫ انقصد‬yang mempunyai makna ‫طهب ا نشيء‬. dengan makna yang
dikehendaki ‫ارادة انُتيجت يٍ انفعم‬. disamping itu pemaknaan atas lafadz qasdu juga
ada yang mengartikan dengan jalan tengah atau tawasuth sebgaimana ayat al
Qur‟an ‫ واقصد في يشيك‬sebagaimana hadist nabi juga yang berbunyi ‫فكاَت صالتت قصدا‬
‫ و حطبتت قصدا‬Sedangkan maqasid yang dimaksud disini adalah ‫ارادة انُتيجت يٍ انفعم‬.
lafadz qasd jika menurut ahli fikih maka akan disamakan dengan makna ‫انُيت‬
yang mempunyai makna qasd as syai’ (menyengaja sesuatu). Namun dalam
penggunaan ahli ushul fiq maka yang dimaksud dengan maqasid adalah
menggungkap hikmah atau illat dari suatu hukum. Maka juga digunakanlah
lafadz qasd ini dalam qawaid fiqhiyyah. Seperti contoh ‫ األيور بًقاصدها‬begitu juga
dengan qawaid ‫انعبرة في انعقود بانًقاصد و انًعاَي ال باألنفاظ وانًباَي‬dan lain sebagainya.
maka yang dimaksud dengan maqasid disini adalah sesutu yang dikehendaki
seorang mukallaf yang tidak tampak keberadaanya serta dalam niatnya.
Izzudin bin Zayut menegaskan bahwa

Apakah al Qur’an itu adalah Syariat ?


Syariat adalah adalah Thariqat fi din. Yakni yang dimaksud adalah jalan menuju
agama. Sebagaimana yang disampaikan oleh al Qurtubi yang berbunyi 4:

‫الطريقة الظاهرة اليت يتوصل هبا اىل النجاة‬


Yang dimaksud thariqot darinya adalah madzhab, agama dan syariat
Sebagaimana disebutkan pula dengan al Qanuji yang berbunyi ;

4
Izzuddin Kasynit. Ummahat Maqashid Al-Qur’an. (Jordan: Dar Majdalawi, 2012), h 17
Mujahid berkata yang dimaksud dengan ayat al Qur‟an yang berbunyi

Sebagaimana Qatadah menyampaikan bahwa syariat at taurat, syariat al injil dan


syariat al Qur‟an. Yang dimaksud dari hal itu adalah makna sepesifik dari ayat ٍ‫شرع نكى يٍ اندي‬
‫يا وصى به َوحا‬. imam qurtubi memaknai ayat tersebut bahwa sesungguhnya Allah menjadikan
taurat, injil dan al Qur‟an untuk umatnya masing-masing, baik dalam hal syariat, ibadah, dan
tauhid. Diantara ulama tanpa khilaf memahami hal tersebut sebagaimana yang diriwayatkan
oleh qatadah. Ibnu Katsir mengatakan bahwa sesungguhnya umat itu bermacam macam
dalam agama yang berbeda pula dengan beri‟tibar atas apa yang Allah utus terhadap para
rosulnya, yang di dalamnya berbeda penetan hukum-hukumnya namun tetap pemahaman atas
tauhid yang satu. Maka syariatnya pun bermacam macam, di syariat yang satu
mengharamkan namun di syariat yang lain bisa sebaliknya. Maka hal ini adalah bentuk
hikmah Allah swt yang sangat luar biasa dan hujjah yang tidak dapat dibantah. Sebagaimana
firman Allah :
Maka Yusuf Hamid berkata ; Bahwa sesungguhnya syariat berkaitan erat dengan
agama. Sebagaimana syariat adalah ibarat terhadap apa yang diturunkan kepada rosul utusan
Allah, dengan tujuan hidayah basyariyyah kepada tauhid yang benar, dan memberi khabar
atas jalan dan muamalah. Maka dari itu kalimat syariah mengandung i‟tiqadi dan amali.
Dimana keduanya tersebut mafhum dikenal dengan Ad Din al Kamil . dimana dalam lisan
fuqoha‟ dikenal dengan al ahkam al amaliyyah yang selanjutnya dikenal maqasid as syariat al
islamiyyah / al ahkam at taklifiyyah al amaliyyah5.

Kesimpulan dari keterangan ini bahwa penggunaan lafadz syariat dengan bermakna
sebagai agama adalah makna majaz. Bahwa makna hakikat yang sesungguhnya yakni yang
dimaksud syariat adalah al ahkam juziyyah yakni al fariyyah al amaliyyah. Hal ini sesuai
dengan yang ditafsirkan at Thabari dengan sanad dari Qatadah, bahwasanya :

Sehingga dari pemahaman ini kita bisa berangkat memahi maqasid al Qur‟an menurut
Izzuddin, pemahaman nalar kritis apakah al Qur‟an adalah syariat dapat menjadi pijakan
pemahaman atas memahami konsep maqasid selanjutnya. Maka dapat disimpulkan bahwa al
Qur‟an bukan lah syariat secara keseluruhan. Tetapi syariat adalah bagian juziyyah dari al
Qur‟an.

Evolusi Maqosid dalam al Qur’an

1. Asal evolusi pemikiran maqasid al Qur‟an melalui ulama terdahulu, melalui


pendekatan ilmu haqiqat

2. Thariqat ilmu munasabah diantara ayat dan surat

5
Izzuddin Kasynit. Ummahat Maqashid Al-Qur’an. (Jordan: Dar Majdalawi, 2012), h 75
3. Thariqat tafsir maudhuiy,

 Metode pemahaman fiqhiyyah

D. Metode mengetahui maqasid al Qur’an

1. Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari lafadz Iradah al ilahiyyah dalam al Qur‟an

Iradah al ilahiyyah dalam al Qur‟an disebutkan 139 kali yang berbeda beda dalam al
Qur‟an. 49 dari nya berhubungan dengan dzat ilahiyyah. Lafadz iradah ilahiyyah dalam
al Qur‟an tidak menunjukkan pemahaman yang satu makna. Sebagaimana Ibnu
Taimiyyah mengatakan bahwa lafadz iradah dapat dimaknai dalam 2 bentuk macam.
Yakni iradah kauniyyah dan iradah ad diniyyah as syariyyah.

Iradah kauniyyah adalah kehendak penciptaan yang berhubungan dengan maksud ‫يا شاء‬
ٍ‫ هللا كاٌ ويانى يشاء نى يك‬seperti ayat yang berbunyi
‫ص َّع ُد ِِف‬
َّ َ‫ضيِّ ًقا َحَر ًجا َكاَََّّنَا ي‬ ِ ِِۚ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ص ْد َرهٗ ل ْْل ْس َْلم َوَم ْن يُِّرْد اَ ْن يُّضلَّوٗ ََْي َع ْل‬
َ ٗ‫ص ْد َره‬ ّ‫فَ َم ْن يُِّرد ه‬
َ ‫اّللُ اَ ْن يَّ ْهديَوٗ يَ ْشَر ْح‬
‫س َعلَى الَّ ِذيْ َن ََل يُ ْؤِمنُ ْو َن‬ ِْ ّ ُ‫اّلل‬
‫ج‬ ‫الر‬ ‫ك ََْي َعل ّه‬ ِ‫السم ۤا ِِۗء َك هذل‬
َ ُ َ َ َّ
Terjemahan
Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan
membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya
menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang)
mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman.

Sedangkan iradah diniyyah as syariyyah adalah kehendak Allah terhadap apa yang
diperintahkannya, yaitu melalui ridho dan mahabbah, iradah ini berhubungan dengan
taat. Contoh ayat

‫اّللُ لِيَ ْج َع َل َعلَْي ُك ْم ِّم ْن َحَرٍج َّوهل ِك ْن يُِّريْ ُد لِيُطَ ِّهَرُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَوٗ َعلَْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرْو َن‬
ّ‫َما يُِريْ ُد ه‬

Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

2. Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari penjelasan kitab dan sunnah. Contoh :
3. Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari penjelasan asma‟ dan sifat-sifat nya.
Contoh dalam mensifati para nabi dengan sifatnya Allah yang pengasih dan penyayang
dalam ayat at Taubah ayat 128

‫ف َّرِحْي ٌم‬
ٌ ‫ْي َرءُ ْو‬ ِ‫لََق ْد ج ۤاء ُكم رسوٌل ِمن اَنْ ُف ِس ُكم ع ِزي ز علَي ِو ما عنِتُّم ح ِريص علَي ُكم ِِبلْم ْؤِمن‬
َ ْ ُ ْ ْ َ ٌ ْ َ ْ َ َ ْ َ ٌْ َ ْ ْ ّ ُْ َ ْ َ َ
Terjemahan
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

Contoh lain adalah pendekatan asma‟ dan sifat atas lafadz al Qur‟an aoakah duatikan
sebagai furqon, burhan, nur, ad dzikr, bayan, syifa‟ dls. Dengan mengidentifikasi ayat
terhadap sifat al Qur‟an tersebut maka akan mengetahui maqasid dari diturunkannya ayat
tersbut, seperti contoh :

4. Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari karakteristik umumnya


5. Metode mngeluarkan maqasid al Qur‟an dari penjelasan maudhuiyyahnya. Hal ini
sebagaimana kita ketahui menetapkan maudhui berdasarkan kesetaraan ayat atau
kesetaraan surat serta munasabah dinatara ayat dan surat.

6. Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari pengetahuan kebutuhan manusia atas


wahyu. Pengetahuan manusia tersebut lahir dari beberapa musykilah, seperti Musykilatul
ila aina, min aina, limadza,

Metode Maqasid al Qur’an Kubro

1. Mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari kesharihan maqasid nya. Contoh :

2. Mengeluarkan maqasid al Qur‟an dengan sunnah nabi yang mulia

3. Menyebutkan pendapat para ulama‟ dalam pembagian Alquran dan induk


maqashidnya. Dalam bagian ini Izzudin menghimpun pandangan berbagai ulama
terkait al Qur‟an dan yang terkandung di dalamnya. Seperti juga menghimpun
pendapat Ibnu Qayyum mengklasifikasikan makna ayat dalam beberapa bentuk
diantaranya ;

1) Tauhid dan pembuktiannya, ilmu tentang Allah dan sifat2 nya


2) Iman terhadap rosul, dan menyebutkan beberapa bukti kebenarannya, dan dalil
sah kenabiannya nya, dan pengertian atas batasan para utusan
3) Iman terhadap malaikat nya Allah, dan utusan tugasnya terhadapat makhluknya
Allah
4) Iman terhadap hari akhir dan janji anugrah Allah kepada auliyaAllah, dan janji
siksaan Allah
5) Bentuk amar , nahi, syara; dan ketetapan halal dan haram, sabab hukum, qishas
dls

Zamakhsyari menyebutkan dari Ali bin isa bahwasanya Al Qur‟an mnegandung 30


bagian. Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Ummahaq maqasid al Qur‟an
tersebut. Maka 30 bagian tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian
diantaranya :

1. ‫ = يا يتعهق بانتعهيى واالعتقاد‬hal yang buruk, baik, akhlaq, pengetahua atas


ketetan sifat dan asma‟ nya Allah dan af‟alnya
2. ‫ = يايتعهق باحكاو االعًال‬amar nahi, cabang dan tahsin
3. ‫ = يايتعهق بانبحث عهى االستقايت‬seperti janji, ancaman, sifat surga dan neraka

Abul Hakam bin Barjan dalam kitab nya al irsyad menyatakan bahwa al Qur‟an
terdiri dalam 3 hal, yakni sifatnya Allah, ilmu Nubuwwah dan bukti kebenarnnya,
lalu ilmu terkait hal yang diperintahkan dan sikasaan nya. Dan beberapa pendapat
ulama lainnya

Tata Letak tingkat Maqasid

Maqasid al aqsa (ikhlas atas ubudiyyah kepada Allah swt)

Maqasid al asasiyyah (ilmu, iman dan amal shaleh)

Maqasid khadimah (ihsan, sabr, tadkir, nasihat, dan sanksi)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

„Izzuddin Bin Sa‟id Kasynit atau dikenal „Izzuddin Kasynit merupakan seorang
profesor dibidang keislaman yang lahir pada tanggal 02 Desember 1973 di Maghraoa, Medea,
Aljazair. Dan saat ini bertempat tinggal di Jalan al-Mokrani No. 14, Ain Taya, Aljir. Beliau
lahir dan tumbuh dalam kondisi keilmuan yang mendukung

Ada lima tujuan Izzudin dalam menulis kitab ini diantaranya:(1) menghadirkan
pentingnya penelitian Alquran;(2) usaha untuk menyelidiki metode mengenai maqashid
Alquran secara keseluruhan;(3) berusaha untuk menghasilkan tujuan terpenting dari
Alquran;(4) berupaya memperjelas kriteria tujuan-tujuan maqasid dengan metode yang
menonjolkan nilainya kemudian menyusunnya serta mengaturnya secara keseluruhan;(5)
memperkenalkan kitab ummahat maqasid al-quran. Untuk meraih tujuan tersebut, Izzudin
menyusun kitab ummahat maqashid terdiri dari pendahuluan 3 bab pembahasan serta
kesimpulan.

Metode mengetahui maqasid al Qur‟an diantaranya :

 Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari lafadz Iradah al ilahiyyah dalam al


Qur‟an
 Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari penjelasan kitab dan sunnah.
 Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari penjelasan asma‟ dan sifat-sifat
nya.
 Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari karakteristik umumnya
 Metode mngeluarkan maqasid al Qur‟an dari penjelasan maudhuiyyahnya
 Metode mengeluarkan maqasid al Qur‟an dari pengetahuan kebutuhan manusia
atas wahyu.

DAFTAR PUSTAKA

Kasynit, „Izzuddin. 2012. Ummahat Maqashid Al-Qur’an. Jordan: Dar Majdalawi

Anda mungkin juga menyukai