Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENGULANGAN AYAT “WALAQAD YASSARNAL-QUR’ANA

LIDZZIKRI FA HAL MIN MUDDAKIR” DAN MAKNANYA DALAM


SURAH AL -QAMAR

(Ad-Dirasatun At-Tahliliyatun Al-Balaghiyyah)

OLEH:
NUR AZIZAH.H
06320200008

JURUSAN SASTRA ARAB


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril sebagai kitab suci terakhir
yang diturunkan kepada nabi terakhir, tentu al-Qur'an mengandung banyak
keistimewaan, salah satunya dari segi susunan kalimat dan bahasanya yang sangat
indah. Sebagaimana yang dikatakan oleh ali Al-Ṣabuni bahwa susunan bahasa
dalam al-Qur'an itu indah dan berbeda, dan adanya uslub (gaya bahasa) yang
berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab lainnya.(Rosihun Anwar,2005:33).

Kemukjizatan yang terkandung didalam Al-Qur'an di golongkan dalam


tiga aspek.Aspek pertama yakni terkait isyarat-isyarat ilmiyah Al-Qur'an sebagai
kejadian-kejaidan di alam semesta.Aspek kedua adalah perihal pemberitaan ha-hal
ghaib yang akan terjadi di masa mendatang dan itu benar terjadinya.Aspek yang
ketiga adalah dari segi kebahasaan yang dimiliki. Aspek-aspek kemukjizatan
bahasa Al-Qur'an tersebut mencakup beragam hal, meliputi pemilihan kosa kata
(diksi), susunannya (struktur katanya),gaya bahasa(uslub),keindahan dan
ketepatan makna dan masih banyak lagi yang lainnya.Salah satu kemukjizatan al-
Qur'an dari segi bahasanya, dapat dilihat dari keserasian ayat-ayat yang saling
menguatkan, kalimatnya yang spesifik, balagahnya diluar kemampuan akal,
kefasihannya diatas semua yang di ungkapkan manusia, lafaẓ nya pilihan dan
sesuai dengan setiap keadaan, serta sifat-sifat yang lain yang menunjukan

Gaya bahasa Al-Qur'an mampu menyatukan susunan-susunan kalimat dan


pemilihan katanya yang sangat diyakini sebagai bagian dari i'jaz Al-Qur'an karena
derajatnya yang tinggi.keunikan ushlub Al-Qur'an dapat dilihat pada sisi:

1. Lafadznya yang menarik, terstruktur,dan menakjubkan.


2. mampu menyentuh hati dan akal manusia,baik yang awam maupun yang sudah
merasakan keagungannya.

3. Adanya keterpautan antara kata-kata, kalimat-kalimat,dan ayat-


ayatnya(munzhir Hitami,2012:48).

Salah satu gaya bahasa Al-Qur'an adalah dengan mengulang-ulang


(tikrar)redaksi ayat-ayat atau kisah tertentu, sehingga banyak dijumpai dalam al-
Qur'an ayat-ayat yang beredaksi mirip bahkan banyak juga pengulangan yang
sama baik dalam satu surah atau pada surah yang lain. Ayat-ayat yang di ulang
adakalanya secara utuh sama antara yang satu dengan yang lainnya, dan ada yang
sebaliknya(Said Algi Husin Al-munawwar,1991:78).sering ditemukan dalam al-
Qur'an bentuk kata dan kalimat yang berulang,bahkan berulangnya bentuk ayat
sekalipun.berulang kata, kalimat dan ayat tersebut merupakan gaya bahasa yang
unik dalam al-Qur'an.Gaya bahasa seperti ini disebut ushlub al-Takrar. Fenomena
ini merupakan realitas menarik yang tidak dapat dihindarkan oleh para mufassir.
Menurut Al-Khatib al-Iskafi, yang mana beliau adalah seorang ulama pertama
yang membahas secara khusus ayat-ayat yang memiliki kemiripan redaksi
(Mutasyabih al-Lafż) bahwa dari 114 surah al-Qur'an, hanya 28 buah atau sekitar
25% yang tidak mengandung ayat yang beredaksi mirip. Sementara Taj al-Qurra
al-Karmani bahwa beliau menemukan 11 surah atau kurang dari 11% yang tidak
mengandung ayat-ayat yang mirip. itu artinya ayat-ayat di dalam al-Qur'an di
dominasi oleh ayat-ayat yang mengalami pengulangan.(Nasruddin Baida:1997:7).

Adapun fungsi dan hikmah dari pengulangan ayat salah satunya adalah
ta'kid (penegasan) dan tajdid (pembaruan) terhadap penyampaian yang telah lalu.
Sebagai contoh, pengulangan kisah-kisah dalam al-Qur'an mengenai para nabi dan
umat terdahulu. Imam Qutaibah menjelaskan bahwa al-Qur'an diturunkan dalam
kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagaman kabilah yang ada di
komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika tidak ada pengulangan
ayat, maka bisa jadi hikmah dan ibrah dari berbagai kisah tersebut hanya terbatas
pada kaum tertentu saja. Dengan kata lain, tanpa tikrar dalam al-Qur'an, kisah-
kisah yang sarat hikmah tersebut hanya akan menjadi sekedar kisah terdahulu
yang bisa dikenang.(KM. Abdul Gaffar:2012). Ilmu-ilmu yang mendukung
perkembangan ilmu tikrâr adalah Ilmu I´jâz al-Qur´ân. Pembahasan pada cabang
ilmu ini sangat umum, karena masuk di dalamnya Iʻjâz al-Bayânî, I`jâz al-
Tasyrîʻî, Iʻjâz al-ʻIlmî dan sebagainya.

Al-Qur'an memiliki banyak ayat atau lafaẓ yang diulang-ulang, namun


dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas dan mengkaji pengulangan
ayat al-Qur'an pada surah Al-Qamar pada ayat"Walaqad yassarnal Qur'ana lidzikri
Fa hal min muddakir"yang di ulang sebanyak 4 kali yakni pada ayat 17,22,32,
dana 40.

Surah Al-Qamar adalah surah ke 57 juz 27 dalam mushaf Al-Qur'an,salah


satu pembahasan dalam surah Al-Qamar khususnya pada ayat 17,22,32, dan 40
ialah penegasan kepada ummat muslim,Allah telah menurunkan Al-Qur'an tidak
hanya sebagai kitab suci umat muslim saja, melainkan untuk menjadi pelajaran di
dalamnya.

problema-problema Al-Qur'an yang muncul dan telah berkembang pada


saat ini sehingga banyak penafsiran-penafsiran yang berbeda tentang pengulangan
ayat tersebut.maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti dan mengambil
judul,"Analisis pengulangan ayat Walaqad yassarnal Qur'ana lidzikri Fa hal
min muddakir dan maknanya dalam surah Al-Qamar".
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kandungan makna pada ayat” walaqad yassarnal-qur’ana


lidzzikri fa hal min muddakir” dalam Qur’an surah Al-Qamar ayat
17,22,32,40?
2. Bagaimana hikmah pengulangan ayat “walaqad yassarnal-qur’ana lidzzikri
fa hal min muddakir” dalam Qur’an surah AL-Qamar ayat 17,22,32,40?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kandungan makna pada ayat” walaqad yassarnal-


qur’ana lidzzikri fa hal min muddakir” dalam Qur’an surah Al-Qamar ayat
17,22,32,40?.
2. Untuk menganalisis hikmah pengulangan ayat “walaqad yassarnal-qur’ana
lidzzikri fa hal min muddakir” dalam Qur’an surah AL-Qamar ayat
17,22,32,40.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang baru dan
mengembangkan wawasan bagi para pembaca dan penulis tentang keilmuan
islam dan memperluas khazanah khususnya ilmu Al-Qur’an serta dapat
menunjang pengembangan studi Al-Qur’an selanjutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif dalam pembelajaran


keilmuan islam dan memperluas khazanah khususnya ilmu Al-Qur’an serta
dapat menunjang pengembangan studi Al-Qur’an selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan masukan kepada pendidik
dalam keilmuan islam dan memperluas khazanah khususnya ilmu Al-Qur’an
serta dapat menunjang pengembangan studi Al-Qur’an selanjutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyerap pesan yang disampaikan dalam
Al-Qur’an dan dapat dijadikan referensi oleh penulis lain untuk penulisan yang
lebih baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Ilmu Balaghah
Secara etimologi berasal dari kata dasar ‫ بلغ‬yang memiliki arti
sama dengan ‫ وصل‬yang memiliki arti sama dengan yang berarti sampai
pada tujuan,mengenai sasaran dan efektif (Hania,2013:8).
Adapun kata balaghah menurut Abdul Qadir Husein ialah
‫مطابقة لمقتضى الحال مع فصاحته‬
Yang berarti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Menurut Ahmad mukhtar ilmu balaghah yaitu:
‫العلم يدرس وجه حسن البيان‬
Ilmu yang mempelajari tentang segi-segi penjelasan yang baik
Secara terminologis, balaghah didefinisikan:
)‫البالغة هي مسابقة الكالما لفصيح لما يقتضيه الحال(المقنضى الحال‬
Artinya, Balaghah adalah kesesuaian kalimat yang fasih (tepat,
benar)dengan situasi dan kondisi (miqtadal haal).

Balaghah secara terminologi berarti sebuah disiplin ilmu yang


mengelola makna secara tinggi dan jelas dengan ungkapan yang fasih dan
benar yang memberi kesan mendalam di dalam jiwa dan sesuai dengan
situasi kondisi orang yang yang diajak bicara. Lebih jelasnya, bahwa ilmu
balaghah itu membahas kaidah-kaidah yang berhubungan dengan kalam
Arab, khususnya berkenaan dengan pembentukan kalimat dan gaya bahasa
dalam berkomunikasi. Berdasarkan penjelasan ini, maka pengertian
balaghah adalah ungkapan yang sesuai dengan tuntutan keadaan saat
tuturan tersebut disampaikan. Keadaan itu adalah seuatu yang mendorong
si pembicara untuk menyampaikan ungkapannya.
2. Ilmu Ma’ani
Secara etimologi ‫ معانى‬berarti ‘maksud’, ‘arti’, atau ‘makna’.
Para ahli ilmu ma’ani mendefinisikan sebagai pengungkapan melalui
ucapan sesuatu yang ada dalam pikiran atau disebut juga gambaran dari
pikiran.
Sedangkan menurut istilah, ilmu ma’ani adalah

‫علم يعرف به أحوال اللفظ العربي التى بها يطابق مقتضى الحال‬

“Ilmu yang mempelajari hal ihwal bahasa Arab yang sesuai dengan
tuntutan situasi dan kondisi.”
Ilmu ini pertama kali dikembangkan oleh Abd al-Qahir al-
Jurzanji. Adapun objek kajiannya yaitu kalimat-kalimat bahasa Arab.
Tentu ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk mengungkap kemukjizatan
al-Qur’an, al-Hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat-kalimat bahasa
Arab, baik puisi maupun prosa.

3. Posisi Tikrar Dalam Ilmu Balaghah


Dalam perspektif ilmu Balaghah, para ulama Balaghah
(bulagâ) mendefinisikan takrâr, dalâlat al-lafẕî ʻalâ al-maʻnâ muraddadan
(kata yang menunjukkan makna karena adanya repetisi). Menurut ulama
Balaghah, pembahasan tentang takrâr ini erat kaitannya dengan
pembahasan tentang iṯnâb (melebih-lebihkan perkataan). Apakah dengan
banyaknya pengulangan ini tidak mengurangi kemu’jizatan al-Qur’an?
Ternyata tidak, pengulangan ini senantiasa konsisten, bahkan pengulangan
ini menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk meniru uslûb al-
Qur’an.Dengan adanya gaya bahasa al-Qur‟an yang seperti ini,
menunjukkan keunikan yang dimiliki al-Qur’an. Unsur tersebut bukan
faktor karena kurangnya bahasa, sehingga terlihat al-Qur‟an seolah-olah
lemah, tetapi mengungkap kelebihan dan keistimewaan bahasa Arab yang
digunakan.
Pembahasan tikrâr tidak sebatas pada pengulangan lafal, akan tetapi juga
mencakup pada pengulangan makna, seperti yang banyak terkandung
dalam alQur‟an.
Ilmu-ilmu yang mendukung perkembangan ilmu tikrâr adalah Ilmu
I´jâz al-Qur´ân. Pembahasan pada cabang ilmu ini sangat umum, karena
masuk di dalamnya Iʻjâz al-Bayânî, I`jâz al-Tasyrîʻî, Iʻjâz al-ʻIlmî dan
sebagainya.

B. Tikrar dalam Al-Qur’an

Salah satu ijaz' yang terdapat dalam al-Qur'an adalah


pengulangan yang terjadi pada ayat-ayatnya atau yang lebih dikenal dalam
cabang ilmu al-Qur'an, yaitu al tikrar.Al tikrar dalam al-Qur'an juga
masuk dalam pembahasan mutasyäbih al-Qur'an.Untuk lebih jauh
mengetahui tentang rahasia rahasia yang tersembunyi dari pengulangan-
pengulangan yang terdapat dalam al-Qur'an, penulis akan mencoba
memberikan definisi tikrar, disertai dengan bentuk tikrár, fungsi tikrar
kaidah-kaidah tikrar, dan kedudukan tikrar tersebut.

1.Defenisi Tikrar
Tikrar (‫ )التكرر‬adalah masdar dari kata kerja ‫ كرر‬yang memiliki
makna mengulang atau mengembalikan sesuatu berulang kali
Adapun menurut istilah tikrar berarti‫اعادة اللفظ َم َّر ًة بَ ْع َد َم َّر ٍةاو مرادفˆˆة لتقريˆˆر‬
yaitu mengulangi lafadz atau sinonimnya untuk menetapkan makna. Atau
ada juga yang mengartikan tikrar dengan "‫ "ذكر الشيء مرتين فصˆاعدا‬yaitu
menyebutkan sesuatu dua kali berturut-turut atau penunjukan lafadz
terhadap sebuah makna secara berulang(Abu Al-husain,2002:126). Az-
Zarkasyi mendefinisikan tikrar sebagai “pengulangan lafadz yang sama
atau berbeda lafadznya namun berdekatan maknanya dengan tujuan untuk
menetapkan dan menguatkan makna karena dikhawatirkan adanya faktor
lupa atas lafadz yang telah disebutkan sebelumnya, disebabkan jarak dan
letaknya yang jauh”.
Dalam kitab Qawaid al-Tafsir karya Khalid ‘Usman al-Sabt
dijelaskan bahwa pengertian tikrar adalah “menyebutkan sesuatu dua kali
atau lebih, atau penunjukan lafadz terhadap sebuah makna secara
berulang. Dari beberapa definisi diatas penulis ingin menjelaskan bahwa
yang dimaksud tikrar dalam penelitian ini adalah suatu pengulangan dua
kali atau lebih redaksi kalimat atau ayat dalam alQur’an, baik pada
lafadznya maupun maknanya dengan tujuan serta alasan tertentu.
Ibnu Atsir mendefinisikan al-tikrâr yaitu lafaz yang diucapkan
secara berulang-ulang dan menunjukkan pada makna yang berulang-ulang.
Definisi lain yaitu dari Ibnu Naqib, ia mengartikan al-tikrâr ialah suatu
lafaz yang diucapkan dari seorang pembicara kemudian mengulanginya
dengan lafaz yang sama, baik lafadz yang diulanginya tersebut semantik
dengan lafaz yang ia keluarkan ataupun tidak, atau ungkapan tersebut
hanya sama dengan maknanya bukan dengan lafaznya.

Tikrâr dalam al-Qur’an pada garis besarnya terbagi menjadi dua


macam,
yakni tikrâr lafaz dan tikrâr maʻnâ. Tikrâr lafaz adalah pengulangan
redaksi alQur’an baik dalam bentuk kata maupun jumlah (kalimat).
Sedangkan tikrâr maʻnâ ialah pengulangan suatu makna dengan lafaz yang
berbeda. Namun, perlu digaris bawahi, bahwa setiap pengulangan yang
disampaikan, tidak memiliki makna atau tujuan penyampaian yang sama
pula, karena setiap yang disampaikan di dalam alQur‟an memiliki hikmah
masing-masing.

Tikrar (pengulangan) dibagi menjadi dua macam :

1. Tikrar al Lafdzi,
yaitu pengulangan redaksi ayat di dalam al Qur’an
baik berupa huruf-hurufnya, kata ataupun redaksi kalimatnya dan
ayatnya.
a. Contoh pengulangan huruf.
Pengulangan huruf ‫ة‬pada akhir kata di beberapa surah An Nazi‘at ayat 6-
14:

)8( ‫) ُقُلوٌب َی ْو َم ِئٍذ َو اِج َفٌة‬7( ‫) َت ْت َب ُع َھ ا الَّر اِد َفُة‬6( ‫َی ْو َم َت ْر ُجُف الَّر اِج َفُة‬
)11( ‫) َاِئَذ ا ُكَّن ا ِع َظ اًما َن ِخَر ًة‬10( ‫) َی ُقوُلوَن َأِئَّنا َلَم ْر ُدوُدوَن ِفي اْلَح اِفَر ِة‬9( ‫َأْب َص اُر َھ ا َخ اِش َع ٌة‬
)14(‫) َف ِإَذ ا ُھ ْم ِبالَّساِھَر ِة‬13(‫) َف ِإَّن َم ا ِھَي َز ْج َر ٌة َو اِحَد ٌة‬12(‫َق اُلوا ِتْلَك ِإًذ ا َك َّر ٌة َخ اِس َر ٌة‬
b. Contoh pengulangan kata, dapat dilihat pada surah alFajr ayat 21-
22:
)22(‫) َو َج اَء َر ُّبَك َو اْلَم َلُك َص ًّفا َص ًّفا‬21( ‫َك َّال ِإَذ ا ُد َّك ِت اْألَ ْر ُض َد ًّك ا َد ًّك ا‬
c. Contoh pengulangan ayat terdapat pada surahar Rahman:
‫ َفِبَأِّي آالِء َر ِّبُك َم ا ُتَك ِّذ َباِن‬.
Ayat ini berulang kurang 31 kali dalam surah tersebut.

2.Tikrar al Ma’nawi
yaitu pengulangan redaksi ayat di dalam al Qur’an yang
pengulangannya lebih di titik beratkan kepada makna atau maksud dan
tujuan pengulangan tersebut. Sebagai contoh surah al Baqarah ayat 238:
‫َٰح ِفُظ و۟ا َع َلى ٱلَّص َلَٰو ِت َو ٱلَّص َلٰو ِة ٱْلُو ْس َط ٰى َو ُقوُمو۟ا ِهَّلِل َٰق ِنِتيَن‬
As Salat al Wusta yang disebut dalam ayat diatas adalah pengulangan
makna dari kata as Salawat sebelumnya, karena masih merupakan bagian
darinya. Adapun penyebutannya sebagai penekanan atas perintah
memeliharanya.
Selain seperti contoh diatas, bentuk tikrar seperti ini biasanya dapat
dilihat ketika al Qur’an bercerita tentang kisah-kisah umat terdahulu,
menggambarkan azab dan nikmat, janji dan ancaman dan lain sebagainya.

2.Fungsi Tikrar
Dalam bukunya al Itqan Fi ‘Ulum al Qur’an,imam as Suyuthi menjelaskan
fungsi dari penggunaan tikrar dalam al-Qur’an. Diantara fungsi-fungsi
tersebut adalah sebagai berikut :

a.Sebagai taqrir (penetapan)


Dikatakan, ucapan jika terulang berfungsi menetapkan diketahui
bahwa Allah telah memperingatkan. ( ‫)الَكَال ُم ِإَذ ا َتَكَّر َر َتَقَّر َر‬

b.Sebagai Ta’kid (penegasan) dan menuntut perhatian lebih) ‫الّتْنِبْیه َتْاِكْيُد‬

‫) َو ِزَیاَد ُة‬
Pembicaraan yang diulang mengandung unsur penegasan atau
penekanan, bahkan menurut imam as Suyuthi penekanan dengan
menggunakan pola tikrar setingkat lebih kuat dibanding dengan bentuk
ta’kid.

c.pembaruan terhadap penyampaian yang telah lalu ( ‫) اَلتْج ِد یُد ِلَع ْھِدِه‬

Jika ditakutkan poin-poin yang ingin disampaikan hilang atau dilupakan


akibat terlalu panjang dan lebarnya pembicaraan yang berlalu maka,
diulangilah untuk kedua kalinya guna menyegarkan kembali ingatan para
pendengar.

d.Sebagai ta‘zhim (menggambarkan agung dan besarnya satu perkara).

Mengenai hal ini, telah dipaparkan dalam kaidah bahwa salah satu fungsi
dari tikrar atau pengulangan adalah untuk menggambarkan besarnya hal
yang dimaksud. sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat dalam surah
al Qari’ah ayat 1-3:

)3( ‫) َو َم ا َأْد َر اَك َم ا اْلَقاِر َع ُة‬2( ‫) َم ا اْلَقاِر َع ة‬1( ‫اْلَقاِر َع ُة‬

“hari kiamat,apakah hari kiamat itu?taukah kamu apakah hari kiamat itu?”
C. Surah Al-Qamar dalam Al-Qur’an
Surah Al-Qamar adalah surah ke 54 juz 27 dalam urutan mushaf Al-
Qur'an,dan tergolong dalam Surah makkiyah.Dinamakan Al-Qamar yang berarti
bulan, berasal dari Al-Qamar yang terdapat pada ayat pertama dalam surah
ini.Namun,nama tersebut tidak hanya digunakan sebagai nama Surah saja, tetapi
diterangkan pada ayat yang terdapat dalam surah ini tentang terbelahnya
bulan.yang menurut sebagian ulama terbelahnya bulan tersebut dipandang sebagai
mukjizat Nabi Muhammad SAW dan sebagian ulama lagi dipahami akan terjadi
terbelahnya bulan pada saat hari kiamat mendatang.terdiri dari 55 ayat dan pada
masa Nabi Muhammad SAW, surah ini terkenal dengan nama yang dipilih dari
ayatnya yang pertama, yakni surah iqtarabat al-Sa'ah uang dinilai oleh mayoritas
ulama sebagai surah yang turun sebelum Nabi hijrah ke madinah

Isi keseluruhan dari surat al-Qamar adalah membahas tentang


kedekatan hari kiamat, dan seluruh alam semesta akan rusak sesuai dengan aturan-
aturannya. Selain itu dalam surat al-Qamar diterangkan secara rinci tentang umat-
umat yang telah mendustakan rasul-rasul mereka. Allah juga menjelaskan secara
terang bahwa orang-orang kafir akan selalu berpaling dan berdusta dari utusan
Allah. Kemudian Allah menerangkan bahwa semua kejadian yang telah dialami
oleh umat terdahulu seharusnya dapat dijadikan pelajaran bagi umat yang
mempunyai akal untuk berpikir tentang apa yang mereka kerjakan.

Pokok-pokok kandungan dalam surat Al-Qamar di antaranya berisi


tentang pemberitaan bahwa datangnya hari kiamat sudah dekat. Surat Al-Qamar
juga menceritakan tentang kisah-kisah kaum terdahulu seperti kaum Nabi Nuh a.s,
tsamud, firaun dan 'aad.Surat Al-Qamar juga berisikan janji Allah S.W.T pada
orang kafir yang tidak beriman.Mereka semua akan dikumpulkan ke dalam neraka
dan menerima balasan yang setimpal, sedangkan bagi mereka yang tidak
mengimani Al-Qur'an beserta isinya akan mendapatkan balasan berupa celaan.
Maka dari itulah, hendaknya kita semua sebagai manusia mengimani apa yang
telah diperintahkan oleh Allah S.W.T.
D. Penelitian Relevan

No Nama Tahun Judul Metode Hasil Penelitian


1. Hafshah Az 2023 Aspek Balaghah Menggunakan a.)Repetisi atau pengulangan
zahra Mada Dalam Repetisi jenis dalam al-Qur’an merupakan
Abidah (Tikrar) Surat Al- pendekatan salah satu bentuk dari i’jaz
Qamar penelitian dankeindahan yang dimiliki
kualitatif oleh al-Qur’an dari segi
bahasanya.
b.)Beberapa internalisasi
repetisi ayat al-Qur’an dalam
kehidupan adalah: pertama.
repetisi dapat memberi
pengaruh terhadap motivasi
atau dapat membangun
motivasi. Kedua, repetisi dapat
memperkuat hasil belajar.
Ketiga, repetisi dapat
digunakan sebagai metode
dakwah.
2. Fradhita 2018 Tikr Menggunakan a.)Merupakan pengulangan
Sholikha Hafshah Az zahra jenis ayat secara makna dan lafaz
Mada Abidah pendekatan karena setiap kali ayat tersebut
penelitian diulang, tidak ada perubahan
kualitatif makna dan lafaz, namun
ar dalam ayat Al- memiliki pengaruh yang sangat
Qur’an(Analisis besar dan mendalam.
Surah Al-Qamar b.)Gaya bahasa yang
Ayat 17,22,32,40) diterapkan dalam ayat tersebut
merupakan suatu kemukjizatan
al-Qur’an yang mengandung
pengulangan secara konsisten
terhadap
maksud dan tujuannya.
c.) Tujuan dari ayat tersebut
untuk memberikan suatu
peringatan dan
pelajaran dalam memahami al-
Qur’an dan menghafalnya.
d.)Al-Qur’an telah
dimudahkan maknanya dan
lafaznya dalam setiap
penyampaiannya
D. Kerangka berpikir

Q.S Al-Qamar

Ilmu Balaghah
I

Ilmu Ma’ani

Tikrar

Tikrar Lafdzi Tikrar Ma’nawi


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deksriptif kualitatif, yaitu
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena,peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individu atau kelompok (Sukmadinata, 2007: 60). Penelitian
kualitatif memerlukan ketajaman analisis, objektivitas, sistematik, dan sistemik
sehingga diperoleh ketepatan dan interpretasi, sebab hakikat suatu fenomena atau
gejala bagi penganut penelitian kualitatif adalah totalitas atau gestalt (Margono,
2010: 36).

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (Library Research),


yaitu riset yang data-datanya mengambil dari berbagai kitab, buku-buku, jurnal
ilmiah, skripsi, dan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian
ini. Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deksriptif kualitatif karena
dalam penelitian ini akan disajikan data berupa kata-kata yang sistematis, akurat
dan faktual yang mendekskripsikan tikrar dalam Al-Qur’an.

B. Sumber Data

Terdapat dua jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer adalah al-Qur’an al-
Karim surat Al-Qamar ayat 17, 22, 32 dan 40 yang berbunyi ‫َو َلَقْد َي َّسْر َن ا اْلُقْر ٰا َن ِللِّذ ْك ِر َفَه ْل‬
‫ِمْن ُّم َّد ِك ٍر‬ “Dan sungguh telah kami mudahkan al-Qur’an untuk peringatan, maka
adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”. Sedangkan data pendukung lain
yang akan digunakan sebagai sumber data sekunder adalah literatur yang
membahas tentang tikrar pada surat Al-Qamar, selain itu penulis juga mengambil
karya tulis lain yang memiliki kesamaan tema dengan kajian dalam penelitian ini.
C.Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap
analisis, dan tahap penyajian hasil analisis. Pada tahap penyediaan data, sebagai
sumber data didapatkan dalam Al-Quran dengan cara mengamati secara seksama.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka. Penelitian
pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, yakni membaca, dan mencatat serta mengolah
penelitian. Dengan penelitian pustaka, peneliti memanfaatkan sumber
perpustakaan atau referensi untuk memperoleh data penelitian. (Mestika
zed,2004:1-2)

Berkaitan dengan jenis penelitian ini, maka untuk memperoleh data-data


yang diperlukan digunakan secara studi pustaka (Library research) dan dalam
mengumpulkan data pada penelitian ini yang dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

a. Membaca buku-buku baik primer maupun sekunder. Mempelajari dan


mengkaji.
b. serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku sumber atau dari
berbagai jurnal.
c. Serta metode dokumentasi dan metode pencatatan dari berbagai sumber
tulisan dan bacaan kemudian membagi data-datanya dan
mengklarifikasinya.

D.Tehnik Pengumpulan Data

Adapun pada analisis data yang telah dikumpulkannya, maka peneliti

memakai tekhnik sebagai berikut:

1. Spesifikasi data-data : peneliti disini memilih dari teori ilmu balaghah


khususnya pada ilmu ma’ani pada tikrar pada surah Al-Qamar dan maknanya
yang telah di kumpulkan dengan apa yang dilihat penting, utama, dan kuat
hubungannya dengan rumusan masalah penelitian.

2. Klasifikasi data-data: peneliti disini mengklasifikasi dari teori ilmu


balaghah khususnya pada ilmu ma’ani tikrar pada surah Al-Qamar dan maknanya
yang telah ia spesifikasikan cukup pada pertimbangan dengan rumusan masalah
penelitian.

3.Presentasi data-data, analisisnya dan kesepakatannya: peneliti disini


Mempresentasikan dari teori ilmu balaghah khususnya pada ilmu ma’ani pada
tikrar pada surah Al-Qamar dan maknanya yang telah di spesifikasikan dan
klasifikasikan, kemudian didiskusikannya dan menghubungkan dengan
pandangan-pandangan para ahli yang mempunyai kaitan dengannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai