OLEH:
NUR AZIZAH.H
06320200008
A. Latar Belakang
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril sebagai kitab suci terakhir
yang diturunkan kepada nabi terakhir, tentu al-Qur'an mengandung banyak
keistimewaan, salah satunya dari segi susunan kalimat dan bahasanya yang sangat
indah. Sebagaimana yang dikatakan oleh ali Al-Ṣabuni bahwa susunan bahasa
dalam al-Qur'an itu indah dan berbeda, dan adanya uslub (gaya bahasa) yang
berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab lainnya.(Rosihun Anwar,2005:33).
Adapun fungsi dan hikmah dari pengulangan ayat salah satunya adalah
ta'kid (penegasan) dan tajdid (pembaruan) terhadap penyampaian yang telah lalu.
Sebagai contoh, pengulangan kisah-kisah dalam al-Qur'an mengenai para nabi dan
umat terdahulu. Imam Qutaibah menjelaskan bahwa al-Qur'an diturunkan dalam
kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagaman kabilah yang ada di
komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika tidak ada pengulangan
ayat, maka bisa jadi hikmah dan ibrah dari berbagai kisah tersebut hanya terbatas
pada kaum tertentu saja. Dengan kata lain, tanpa tikrar dalam al-Qur'an, kisah-
kisah yang sarat hikmah tersebut hanya akan menjadi sekedar kisah terdahulu
yang bisa dikenang.(KM. Abdul Gaffar:2012). Ilmu-ilmu yang mendukung
perkembangan ilmu tikrâr adalah Ilmu I´jâz al-Qur´ân. Pembahasan pada cabang
ilmu ini sangat umum, karena masuk di dalamnya Iʻjâz al-Bayânî, I`jâz al-
Tasyrîʻî, Iʻjâz al-ʻIlmî dan sebagainya.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang baru dan
mengembangkan wawasan bagi para pembaca dan penulis tentang keilmuan
islam dan memperluas khazanah khususnya ilmu Al-Qur’an serta dapat
menunjang pengembangan studi Al-Qur’an selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan masukan kepada pendidik
dalam keilmuan islam dan memperluas khazanah khususnya ilmu Al-Qur’an
serta dapat menunjang pengembangan studi Al-Qur’an selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyerap pesan yang disampaikan dalam
Al-Qur’an dan dapat dijadikan referensi oleh penulis lain untuk penulisan yang
lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ilmu Balaghah
Secara etimologi berasal dari kata dasar بلغyang memiliki arti
sama dengan وصلyang memiliki arti sama dengan yang berarti sampai
pada tujuan,mengenai sasaran dan efektif (Hania,2013:8).
Adapun kata balaghah menurut Abdul Qadir Husein ialah
مطابقة لمقتضى الحال مع فصاحته
Yang berarti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Menurut Ahmad mukhtar ilmu balaghah yaitu:
العلم يدرس وجه حسن البيان
Ilmu yang mempelajari tentang segi-segi penjelasan yang baik
Secara terminologis, balaghah didefinisikan:
)البالغة هي مسابقة الكالما لفصيح لما يقتضيه الحال(المقنضى الحال
Artinya, Balaghah adalah kesesuaian kalimat yang fasih (tepat,
benar)dengan situasi dan kondisi (miqtadal haal).
علم يعرف به أحوال اللفظ العربي التى بها يطابق مقتضى الحال
“Ilmu yang mempelajari hal ihwal bahasa Arab yang sesuai dengan
tuntutan situasi dan kondisi.”
Ilmu ini pertama kali dikembangkan oleh Abd al-Qahir al-
Jurzanji. Adapun objek kajiannya yaitu kalimat-kalimat bahasa Arab.
Tentu ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk mengungkap kemukjizatan
al-Qur’an, al-Hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat-kalimat bahasa
Arab, baik puisi maupun prosa.
1.Defenisi Tikrar
Tikrar ( )التكررadalah masdar dari kata kerja كررyang memiliki
makna mengulang atau mengembalikan sesuatu berulang kali
Adapun menurut istilah tikrar berartiاعادة اللفظ َم َّر ًة بَ ْع َد َم َّر ٍةاو مرادفˆˆة لتقريˆˆر
yaitu mengulangi lafadz atau sinonimnya untuk menetapkan makna. Atau
ada juga yang mengartikan tikrar dengan " "ذكر الشيء مرتين فصˆاعداyaitu
menyebutkan sesuatu dua kali berturut-turut atau penunjukan lafadz
terhadap sebuah makna secara berulang(Abu Al-husain,2002:126). Az-
Zarkasyi mendefinisikan tikrar sebagai “pengulangan lafadz yang sama
atau berbeda lafadznya namun berdekatan maknanya dengan tujuan untuk
menetapkan dan menguatkan makna karena dikhawatirkan adanya faktor
lupa atas lafadz yang telah disebutkan sebelumnya, disebabkan jarak dan
letaknya yang jauh”.
Dalam kitab Qawaid al-Tafsir karya Khalid ‘Usman al-Sabt
dijelaskan bahwa pengertian tikrar adalah “menyebutkan sesuatu dua kali
atau lebih, atau penunjukan lafadz terhadap sebuah makna secara
berulang. Dari beberapa definisi diatas penulis ingin menjelaskan bahwa
yang dimaksud tikrar dalam penelitian ini adalah suatu pengulangan dua
kali atau lebih redaksi kalimat atau ayat dalam alQur’an, baik pada
lafadznya maupun maknanya dengan tujuan serta alasan tertentu.
Ibnu Atsir mendefinisikan al-tikrâr yaitu lafaz yang diucapkan
secara berulang-ulang dan menunjukkan pada makna yang berulang-ulang.
Definisi lain yaitu dari Ibnu Naqib, ia mengartikan al-tikrâr ialah suatu
lafaz yang diucapkan dari seorang pembicara kemudian mengulanginya
dengan lafaz yang sama, baik lafadz yang diulanginya tersebut semantik
dengan lafaz yang ia keluarkan ataupun tidak, atau ungkapan tersebut
hanya sama dengan maknanya bukan dengan lafaznya.
1. Tikrar al Lafdzi,
yaitu pengulangan redaksi ayat di dalam al Qur’an
baik berupa huruf-hurufnya, kata ataupun redaksi kalimatnya dan
ayatnya.
a. Contoh pengulangan huruf.
Pengulangan huruf ةpada akhir kata di beberapa surah An Nazi‘at ayat 6-
14:
)8( ) ُقُلوٌب َی ْو َم ِئٍذ َو اِج َفٌة7( ) َت ْت َب ُع َھ ا الَّر اِد َفُة6( َی ْو َم َت ْر ُجُف الَّر اِج َفُة
)11( ) َاِئَذ ا ُكَّن ا ِع َظ اًما َن ِخَر ًة10( ) َی ُقوُلوَن َأِئَّنا َلَم ْر ُدوُدوَن ِفي اْلَح اِفَر ِة9( َأْب َص اُر َھ ا َخ اِش َع ٌة
)14() َف ِإَذ ا ُھ ْم ِبالَّساِھَر ِة13() َف ِإَّن َم ا ِھَي َز ْج َر ٌة َو اِحَد ٌة12(َق اُلوا ِتْلَك ِإًذ ا َك َّر ٌة َخ اِس َر ٌة
b. Contoh pengulangan kata, dapat dilihat pada surah alFajr ayat 21-
22:
)22() َو َج اَء َر ُّبَك َو اْلَم َلُك َص ًّفا َص ًّفا21( َك َّال ِإَذ ا ُد َّك ِت اْألَ ْر ُض َد ًّك ا َد ًّك ا
c. Contoh pengulangan ayat terdapat pada surahar Rahman:
َفِبَأِّي آالِء َر ِّبُك َم ا ُتَك ِّذ َباِن.
Ayat ini berulang kurang 31 kali dalam surah tersebut.
2.Tikrar al Ma’nawi
yaitu pengulangan redaksi ayat di dalam al Qur’an yang
pengulangannya lebih di titik beratkan kepada makna atau maksud dan
tujuan pengulangan tersebut. Sebagai contoh surah al Baqarah ayat 238:
َٰح ِفُظ و۟ا َع َلى ٱلَّص َلَٰو ِت َو ٱلَّص َلٰو ِة ٱْلُو ْس َط ٰى َو ُقوُمو۟ا ِهَّلِل َٰق ِنِتيَن
As Salat al Wusta yang disebut dalam ayat diatas adalah pengulangan
makna dari kata as Salawat sebelumnya, karena masih merupakan bagian
darinya. Adapun penyebutannya sebagai penekanan atas perintah
memeliharanya.
Selain seperti contoh diatas, bentuk tikrar seperti ini biasanya dapat
dilihat ketika al Qur’an bercerita tentang kisah-kisah umat terdahulu,
menggambarkan azab dan nikmat, janji dan ancaman dan lain sebagainya.
2.Fungsi Tikrar
Dalam bukunya al Itqan Fi ‘Ulum al Qur’an,imam as Suyuthi menjelaskan
fungsi dari penggunaan tikrar dalam al-Qur’an. Diantara fungsi-fungsi
tersebut adalah sebagai berikut :
) َو ِزَیاَد ُة
Pembicaraan yang diulang mengandung unsur penegasan atau
penekanan, bahkan menurut imam as Suyuthi penekanan dengan
menggunakan pola tikrar setingkat lebih kuat dibanding dengan bentuk
ta’kid.
c.pembaruan terhadap penyampaian yang telah lalu ( ) اَلتْج ِد یُد ِلَع ْھِدِه
Mengenai hal ini, telah dipaparkan dalam kaidah bahwa salah satu fungsi
dari tikrar atau pengulangan adalah untuk menggambarkan besarnya hal
yang dimaksud. sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat dalam surah
al Qari’ah ayat 1-3:
“hari kiamat,apakah hari kiamat itu?taukah kamu apakah hari kiamat itu?”
C. Surah Al-Qamar dalam Al-Qur’an
Surah Al-Qamar adalah surah ke 54 juz 27 dalam urutan mushaf Al-
Qur'an,dan tergolong dalam Surah makkiyah.Dinamakan Al-Qamar yang berarti
bulan, berasal dari Al-Qamar yang terdapat pada ayat pertama dalam surah
ini.Namun,nama tersebut tidak hanya digunakan sebagai nama Surah saja, tetapi
diterangkan pada ayat yang terdapat dalam surah ini tentang terbelahnya
bulan.yang menurut sebagian ulama terbelahnya bulan tersebut dipandang sebagai
mukjizat Nabi Muhammad SAW dan sebagian ulama lagi dipahami akan terjadi
terbelahnya bulan pada saat hari kiamat mendatang.terdiri dari 55 ayat dan pada
masa Nabi Muhammad SAW, surah ini terkenal dengan nama yang dipilih dari
ayatnya yang pertama, yakni surah iqtarabat al-Sa'ah uang dinilai oleh mayoritas
ulama sebagai surah yang turun sebelum Nabi hijrah ke madinah
Q.S Al-Qamar
Ilmu Balaghah
I
Ilmu Ma’ani
Tikrar
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deksriptif kualitatif, yaitu
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena,peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individu atau kelompok (Sukmadinata, 2007: 60). Penelitian
kualitatif memerlukan ketajaman analisis, objektivitas, sistematik, dan sistemik
sehingga diperoleh ketepatan dan interpretasi, sebab hakikat suatu fenomena atau
gejala bagi penganut penelitian kualitatif adalah totalitas atau gestalt (Margono,
2010: 36).
B. Sumber Data
Terdapat dua jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer adalah al-Qur’an al-
Karim surat Al-Qamar ayat 17, 22, 32 dan 40 yang berbunyi َو َلَقْد َي َّسْر َن ا اْلُقْر ٰا َن ِللِّذ ْك ِر َفَه ْل
ِمْن ُّم َّد ِك ٍر “Dan sungguh telah kami mudahkan al-Qur’an untuk peringatan, maka
adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”. Sedangkan data pendukung lain
yang akan digunakan sebagai sumber data sekunder adalah literatur yang
membahas tentang tikrar pada surat Al-Qamar, selain itu penulis juga mengambil
karya tulis lain yang memiliki kesamaan tema dengan kajian dalam penelitian ini.
C.Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap
analisis, dan tahap penyajian hasil analisis. Pada tahap penyediaan data, sebagai
sumber data didapatkan dalam Al-Quran dengan cara mengamati secara seksama.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka. Penelitian
pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, yakni membaca, dan mencatat serta mengolah
penelitian. Dengan penelitian pustaka, peneliti memanfaatkan sumber
perpustakaan atau referensi untuk memperoleh data penelitian. (Mestika
zed,2004:1-2)