Anda di halaman 1dari 10

BALAGHAH

Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah balaghah


dengan dosen pengampu: Dedi Karyawan, M.Pd.I

Disusun oleh:

Muhammad Aliahfi (20210290120040)


Sahrul Gunawan (20210290120030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1. Latar Belakang..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
1. Pengertian Balaghah.....................................................................................4
2. Aspek-Aspek Balaghah.................................................................................7
a) Ilmu Ma’ani...............................................................................................7
b) Ilmu Bayan................................................................................................8
c) Ilmu Badi’..................................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
1. Kesimpulan.................................................................................................10
2. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ilmu balaghah merupakan sebuah disiplin ilmu yang keberadaannya terus


dipertahankan oleh para. Banyak para ulama yang mencurahkan perhatiaannya
terhadap ilmu ini, baik sejak ilmu ini lahir maupun sampai masa modern-
kontemporer ini. Yang dimaksud dengan balaghah adalah mengungkapkan sebuah
makna yang jelas dengaan tingkat kefasihan yang tinggi sehingga bisa
memberikan efek yang mendalam terhadap lawan bicaranya baik secara lafadz
maupun kalimat dalam bahasa arab.

Oleh karena, untuk memahami penuturan dengan baik dan benar sehingga
kita mampu memahami kalimat atau ungkapan dalam bahasa Arab secara
mendalam. Ilmu balaghah ini sangan penting untuk dipelajari, lebih khusus bagi
umat Islam, karena semua petunjuk dari agama Islam menggunakan bahasa Arab.
Al-Qura’an sendiri menyatakan bahwa Allah SWT. menurunkan Al-Qura’an
sebagai petunjuk menggunakan bahasa Arab. Bahkan Rasul-Nya yang Dia utus
dari kalangan bangsa Arab. Jadi, untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi
Saw. secara mendalam perlunya banyak sekali disiplin ilmu salah satunya ilmu
Balaghah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Balaghah

Secara etimologi berasal dari kata “Ba-la-gha/‫”بلغ‬, yang artinya sama


dengan “‫ َل‬2 ‫ص‬
َ ‫ ” َو‬yaitu sampai atau ujung. Balaghah berarti sampainya ide dan
pikiran yang ingin kita ungkapkan kepada lawan bicara dengan hasil
pertimbangan kesesuaian makna-maknanya, dan situasi serta kondisi saat
ungkapan itu terjadi. Ungkapan yang sarat dengan balaghah muncul hasil olah
pikir yang tidak sederhana, keterlibatan emosi, rasa, pemilihan diksi yang tepat
dan imajinasi yang kuat adalah beberapa unsur dalam keilmuan sastra, balaghah
salah satunya.1

Ali Al-Jarimi dan Mushthafa Amin menjelaskan bahwa balaghah adalah:

“Balaghah adalah mengungkapkan makna yang agung dan jelas dengan


ungkapan yang benar dan fashih, memberikan bekas yang berkesan ke
dalam hati, sesuai dengan situasi dan kondisi dan orang yang diajak
bicara”.

Selain itu, menurut Abdurrahman Hasan dalam kitabnya al-balâghah


al-‘arâbiyyah, dia menyebutkan bahwa balaghah adalah:
“Kesesuaian kalam dengan kondisi orang yang diajak bicara disertai
dengan kefasihan kata dan kalimatnya”.

Dari kedua definisi diatas, walaupun redaksi yang digunakan variatif,


tetapi kita dapat menarik kesimpulan yaitu bahwa yang dimaksud dengan
balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna yang jelas dengaan tingkat
kefasihah yang tinggi sehingga bisa memberikan efek yang mendalam terhadap
lawan bicaranya baik secara lafadz maupun kalimat.
1
Iin Suryaningsih dan Hendrawanto, “Ilmu Balaghah”, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA
SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017, hal.3.
Dalam kajian sastra, balaghah ini menjadi sifat sebuah ungkapan dan
penuturnya, maka lahirlah sebutan ungakapan sastra (kalam baligh) dan penutur
sastra (mutakallim baligh). Menurut Abd al-Qadir Husen balaghah sangat
memperhatikan kesesuaian kalimat dengan kondisi dan situasi lawan bicara. Nilai
tuturan yang mengandung balaghah bergantung kepada sejauh mana ungkapan
tersebut dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisinya.
Ilmu balaghah dalam lintasan sejarahnya ternyata mengalami beberapa
tahap dan proses sebelum menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri seperti yang
dikenal sekarang ini.Syauqi Dhayif dalam kitabnya berjudul al-balâghah
tathawwuruh wa târîkh membagi perkembangan ilmu balaghah menjadi empat
tahap, yaitu: pertama, tahap pertumbuhan (marhalah al-nasy’ah); kedua, tahap
perkembangan (marhalah al-numuw); ketiga, tahap kejayaan (marhalah al-
izhhâr); dan keempat, tahap kemunduran (marhalah aldhubul).2 Dalam hal ini
penulis membaginya dalam 2 pase:3
Pase pertama: balaghah sebelum turunnya al-Qurân. Orang arab jahiliyyah
sebelumturunnya al-Qurân sudah dikenal memiliki kebudayaan yang sangat tinggi
khususnya bidang sastra. Pada saat itu mereka mampu mengubah sturktur kata-
kata menjadi sebuah syair dan bait-bait puisi yang mempesona dan indah.
Perkembangan sastra tersebut didukung juga oleh adanya berbagai kegiatan yang
dilakukan pada musim haji pada setiap tahunnya dengan diadakannya berbagai
lomba pidato, pameran syair dan kegiatan kesastraan lainnya. Kegiatan-kegiatan
tersebut banyak dilakukan diberbagai tempat, salah satunya adalah dipasar Al-
Ukkaz. Dengan adanya kegiatan seperti itu, telah memberikan peluang yang
sangat besar bagi para ahli syair pada saat itu untuk memamerkan karyanya
masing-masing dan mengembangkan berbagai gaya bahasa dan sastra mereka.
Pase kedua: balaghah setelah turunnya al-Quran. Sebagaimana sudah
diketahui bahwasannya pada masa pra Islam, orang-orang Arab pada saat itu
sudah mencapai tingkat tertinggi dalam bidang sastra. Banyak ditulis syair-syair
2
Abdul Rohman Dan Wildan Taufiq, “Ilmu Ma’ani Dan Peranannya Dalam Tafsir”, Al-
Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, Vol. 5, No. 1, 2022, Hal. 87.
3
Iin Suryaningsih dan Hendrawanto, “Ilmu Balaghah: Tasybih dalam Manuskrip “Syarh
Fī Bayān al-Majāz wa al-Tasybīh wa al-Kināyah””, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI
HUMANIORA, Vol. 4, No. 1, Maret 2017, hal. 2-3.
yang indah oleh kalangan sastrawan, hingga mereka merasa bangga dengan
karyanya tersebut. Namun ketika ayat al-Quran diturunkan, mereka tercengang
dengan keindahan struktur bahasa yang digunakan al-Quran.
Setelah datangnya Islam dan banyaknya ayat al-Qurân yang diturunkan,
perhatian masyarakat Arab akan fashahah dan balaghah semakin bertumbuh dan
berkembang dengan baik, ini disebabkan karena pengaruh dari al-Qurân itu
sendiri yang didalamnya memuat gaya bahasa yang sangat mengagumkan dan
mencengangkan. Keadaan ini tetap berlangsung sampai masanya para Sahabat
Nabi SAW. Sampai pada masa ini, eksistensi ilmu balaghah belum
terkodifikasikan sebagai suatu disiplin ilmu yang mandiri. Namun, ia bergerak
dan berkembang sedikit demi sedikit menuju kematangannya. Diawali dengan
adanya khithabah (pidato-pidato), kemudian mengulas syair-syair dan sastra dan
sampai pada masa pemerintahan daulah Umaiyah, ia terus mengalami
perkembangan yang signifikan.4
Lalu pada masa berikutnya perkembangan ilmu balaghah bisa dikatakan
menujuarah kematangannya terutama dengan ditandainya dengan munculnya
beberapa karyayang merepresentasikan bidang ini pada abad ke-III H. Karya-
karya tersebut diantaranya adalah kitab ma’ânî al-Qurân karya Al-Farra (w. 207
H); ilmu majâz al-Qurân karyaAbu Ubaidah (w. 211 H); takwîl musykîl al-Qurân
karya Ibn Qutaibah (w. 276); annaktufî I’jâz al-Qurân karya Ibn Hasan Ar-
Rumani (w. 284 H); dan kitab yang ditulisoleh Al-Jahizh (w. 255 H) berjudul al-
bayân wa at-tabyîn, dan dia dianggap berjasa besar dengan karyanya tersebut
terhadap perkembangan ilmu bayan secara khusus dan ilmu balaghah secara
umum.5
Kemudian setelah itu munculah banyak karya dalam bidang ilmu
balaghah. Al-Hasyimi menyebutkan bahwa orang pertama yang menulis dalam
bidang Ilmu ma’ânî dan bayân secara independen adalah Abdullah bin Al-
Mu’tazil (w. 293) dengan kitabnya yang berjudul al-badî’. Di dalamnya diulas
berkaitan dengan pembahasan isti’ârah, jinâs, muthâbaqah dan lain sebagainya.
4
Yasin, Hadi, ‘Sisi Balaghah Dalam Tafsir Al-Baidhawy’, Tahdzib Al-Akhlaq-PAI-FAI-
UIA, 2.VI (2020), hal. 46.
5
Ibid, hal. 47.
Lalu pada perkembangan berikutnya bermunculan banyak karya yang fokus pada
kajian ilmu balaghah. Sampai pada puncaknya muncullah Al-‘Askari (w. 395)
yang mengulas hal itu pada kitabnyaberjudul ash-shinâ’itaini dan Rusyaiq Al-
Qirrani (w. 463) dengan kitabnya al-umdah,serta masih banyak yang lainnya.
Perkembangan ini terus berlangsung sampai abad modern-kontemporer sekarang
ini.6
2. Aspek-Aspek Balaghah

Ilmu balaghah terbagi menjadi 3 (tiga) cabang ilmu besar, yaitu ilmu
ma’ani, ilmu bayan dan ilmu badi‟. Masing-masing dari ketiga cabang ilmu
tersebut memilki kekhususan gaya bahasa:7

a) Ilmu Ma’ani

Ilmu ma'ani adalah secara bahasa jamak yang berasal dari ma'na, ma’na
(makna) sendiri itu inti atau pusat dari sesuatu, jadi makna suatu ungkapan
adalah maksud dari perkataan. Sedangkan secara terminologi, ilmu ma’ani
adalah salah satu dari cabang ilmu balaghah dan sudah banyak dijelaskan oleh
para pakar, salah satunya adalah apa yang disampaikan oleh Al-Qazwainy:8

“Ilmu Ma’ani ialah ilmu yang dengannya diketahui hal-ihwal lafadz dalam
bahasa arab yang sesuai dengan konteksnya”

Dari keterangan diatas, maka dapat dipahami bahwa fokus utama dari
ilmu ma’ani adalah berkaitan dengan lafadz dalam struktur kata yang sesuai
dengan konteksnya baik itu sesuai dengan kondisi dan situasi maupun lawan
bicara. Menyatakan makna yang tersimpan yang menjadi tujuan pembicaraan
mutakalim (orang yang bicara) dengan rangkaian kata yang mencakup semua
makna yang akan disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

b)Ilmu Bayan

6
As-Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, “Al-Jawâhir Al-Balâghah Fî Al-Ma’ânî, Wa Al-Bayân
Wa Al-Badî’, (Beirut: Al-Maktabah Al-’Ashairiyah), hal. 5-12.
7
Ibid, hal. 3.
8
Ibid, hal. 91.
Secara bahasa , bayan berarti menyingkap dan menjelaskan. Para ulama
balaghah memberikan beberapa definisi dari ilmu bayan, yakni: pertama, Ilmu
Bayan adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui cara mengungkapkan
suatu makna dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi.
Kedua, ilmu bayan adalah kaidah-kaidah untuk mengetahui cara
menyampaikan suatu makna dengan cara bervariasi sesuai kondisi dan
keadaan. Dan yang ketiga, ilmu bayan adalah ilmu untuk mengetahui cara yang
berbeda-beda dalam menjelaskan suatu makna.9

Dari definisi-definisi diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu bayan


adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana menjelaskan suatu makna
dengan ungkapan yang berbeda-bedaserta gaya bahasa yang bervariatif.

c) Ilmu Badi’

Secara bahasa badi’ "‫ابق‬22‫ا ٍل س‬22‫ "المختر ُع الموجد على غير مث‬artinya “sesuatu
yang diciptakan dan diwujudkan tanpa ada contoh yang mendahuluinya”. Kata
“badî‟,mengikuti wazn “mif‟alun”(ism alat), karena sebagai alat memperindah
ungkapan kata; dan ada yang mengikuti wazn “fi’ilun” (ism fâ’il), Pencipta
sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya10, sebagaimana dalam firman Allah:
‫بديع السماء واألرض وإذا قضى أمرا فإنما يقول له كن فيكون‬
“pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia
hanya berkata kepadanya,”Jadilah!” maka jadilah sesuatu.”
Ilmu badi’ secara istilah adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui
beberapa cara dan keistimewaan yang menambah bagus dan indahnya suatu
kalimat, setelah sesuai dengan keadaan dan kondisi, disertai kejelasan petunjuk
atau pengertiannya sesuai dengan yang dimaksud, baik segi lafazh atau
makna.11

9
Muhammad Ihsanuddin Masdar, “Pengembangan Bahan Ajar Ilmu Bayan Berbasis
Analisis Kontastif Di Program Rtudi Pendidikan Bahasa Atab Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an”,
Fenomena: Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 1, 2019, Hal. 35.
10
Khamim dan H. Ahmad Subakir,” Ilmu Balaghah”, (IAIN KEDIRI PRESS: Jawa
Timu, 2018), Hal.155.
11
Ibid, hal. 156.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Balaghah merupakan mengungkapkan sebuah makna yang jelas dengaan
tingkat kefasihah yang tinggi sehingga bisa memberikan efek yang mendalam
terhadap lawan bicaranya baik secara lafadz maupun kalimat. Dalam ilmu
Balaghah terdapat 3 aspek diantaranya:
a) Ilmu ma’ani, yaitu fokus utama dari ilmu ma’ani adalah berkaitan dengan
lafadz dalam struktur kata yang sesuai dengan konteksnya baik itu sesuai
dengan kondisi dan situasi maupun lawan bicara.
b) Ilmu bayan, merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana
menjelaskan suatu makna dengan ungkapan yang berbeda-bedaserta gaya
bahasa yang bervariatif.
c) Ilmu badi’, adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui beberapa cara
dan keistimewaan yang menambah bagus dan indahnya suatu kalimat,
setelah sesuai dengan keadaan dan kondisi, disertai kejelasan petunjuk atau
pengertiannya sesuai dengan yang dimaksud, baik segi lafazh atau makna

2. Saran
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini, kami belum sempurna
bahkan jauh dari kata semprna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran pak dosen pengampu dan para pembaca sekalian, agar kedepannya kami
dapat memperbaiki kesalah dan kekurangan yang ada pada makalah ini, dan
semoga makalah kami bisa memberi manfaat untuk menambah pengetahuan bagi
kita, akhir kata kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman Dan Wildan Taufiq, (2022) “Ilmu Ma’ani Dan Peranannya
Dalam Tafsir”, Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, Vol. 5, No. 1,
As-Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, “Al-Jawâhir Al-Balâghah Fî Al-Ma’ânî, Wa Al-
Bayân Wa Al-Badî’, Beirut: Al-Maktabah Al-’Ashairiyah
Iin Suryaningsih dan Hendrawanto, (2017), “Ilmu Balaghah: Tasybih dalam
Manuskrip “Syarh Fī Bayān al-Majāz wa al-Tasybīh wa al-Kināyah””,
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1.
Iin Suryaningsih dan Hendrawanto, (2017), “Ilmu Balaghah”, Jurnal AL-AZHAR
INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 1.
Khamim dan H. Ahmad Subakir, (2018),” Ilmu Balaghah”, IAIN KEDIRI
PRESS: Jawa Timu.

Muhammad Ihsanuddin Masdar,(2019), “Pengembangan Bahan Ajar Ilmu Bayan


Berbasis Analisis Kontastif Di Program Rtudi Pendidikan Bahasa Atab
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an”, Fenomena: Jurnal Penelitian, Vol. 11,
No. 1.

Yasin, Hadi, ‘Sisi Balaghah Dalam Tafsir Al-Baidhawy’, Tahdzib Al-Akhlaq-PAI-


FAI-UIA, 2.VI (2020), hal. 46

Anda mungkin juga menyukai