Anda di halaman 1dari 22

PENAFSIRAN SURAT ALQIYAMAH MENURUT TAFSIR AL-

MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB

(Studi Analisis Uslub Qosam Al-Qur’an)

Proposal Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Tugas Akhir Skripsi

Disusun Oleh :

Parid Rojab Asyhari

NIM 17.01.069

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN ALMULTAZAM

KUNINGAN JAWA BARAT 1443 H/20


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................1

KERANGKA SKRIPSI..................................................................................2

A. Latar Belakang Masalah......................................................................4

B. Permasalahan.......................................................................................9

1. Identifikasi Masalah............................................................................9
2. Batasan Masalah.................................................................................9
3. Perumusan Masalah.............................................................................9
C. Tujuan penelitian.................................................................................9

D. Manfaat Penelitian.............................................................................10

E. Tinjauan Pustaka................................................................................10

F. Kerangka Teori..................................................................................12

G. Metodologi Penelitian.......................................................................17

H. Sistematika Penulisan........................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................20

JADWAL PENYELESAIAN......................................................................21

1
KERANGKA SKRIPSI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

PERNYATAAN PENULIS

LEMBAR PENGESAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Penelitian

BAB II : MAKNA QOSAM DALAM ALQUR’AN

A. Makna Qosam
B. Manfaat Qosam
C. Unsur Qosam dan Bentuknya
1. Unsur Qosam

2
2. Bentuk Qosam
a. Fiil al-Aqsam
b. Bentuk Qosam
c. Al-Muqsam Alaih

BAB III : PENAFSIRAN SURAH AL-QIYAMAH MENURUT M.


QURAISH SHIHAB DAN ANALISIS USLUB QOSAM QUR’AN

A. MUHAMMAD QURAISH SHIHAB DAN TAFSIRNYA


1. Biografi Muhammad Quraish Shihab
a. Latar Belakang Pendidikan Dan Karir Dalam Hidupnya
b. Karya-karya
2. Deskripsi Umum Kitab Tafsir Al-Misbah
a. Latar belakang dan Tujuan dalam Penyusunan
b. Sistematika Kitab
3. Sumber- sumber Penafsiran Kitab Tafsir Al-Misbah
4. Thariqoh Penafsiran.
5. Metode Penafsiran Kitab Tafsir Al-Misbah.
6. Contoh penafsiran Ayat.
7. Corak penafsiran Kitab Tafsir Al-Misbah.
B. TAFSIR SURAH AL-QIYAMAH QURAISH SHIHAB
C. ANALISIS USLUB QOSAM QURAN SURAH AL-QIYAMAH

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

3
A. Latar Belakang Masalah.
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang diturunkan Alloh SWT.
melalui Rasul-Nya yakni baginda alam habibana maulana Muhammad
SAW. Yang tidak bisa diragukan lagi kebenerannya.1

Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dan juga


merupakan pedoman hidup bagi setiap manusia. Al-Qur’an bukan
sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya,
tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya (Choiruddin Hadliri : 1993)
Dengan demkian, untuk dapat memahami ajaran Islam secara sempurna,
maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami Al-
Qur’an.

Al-Qur’an, sebagaimana diketahui, diturunkan dalam bahasa Arab,


baik lafal maupun uslubnya. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa
semua orang Arab, atau orang yang mahir dalam bahasa Arab, dapat
memahami Al-Qur’an secara rinci. Bahkan menurut Ahmad Amin
(1975) para Sahabat sendiri tidak sanggup memahami kandungan Al-
Qur’an dengan hanya sekedar mendengarkannya dari Rasulullah SAW,
karena menurut beliau, memahami Al-Qur’an tidak cukup dengan
menguasai bahasa Arab saja. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy (1980)
menyatakan bahwa : untuk dapat memahami Al-Qur’an dengan
sempurna, bahkan untuk menterjemahkannya, diperlukan sejumlah ilmu
pengetahuan yang disebut dengan ilmu-ilmu Al-Qur’an, atau didalam
istilah bahasa Arab dikenal dengan istilah ulum al-Qur`an2.

Diskursus tentang kajian Al-Qur’an dan penafsirannya dalam


konteks di Indonesia agak berbeda dengan kajian yang terjadi di dunia
Arab. Hal ini disebabkan dunia Arab merupakan tempat turunnya Al-

1
M. Abduh, Risalatu at-Tauhid. Terj. Firdaus, Rasalh Tauhid, ( Jakarta : Bulan Bintang.
1979), hlm. 185
2
Wahyudin dan M. Saifulloh, Ulum Al-Quran dan Sejarahnya (Jakarta: 2013)

4
Qur’an, sekaligus tempat dipahami dan diamalkannya Al-Qur’an awal
mulanya.

Perbedaan itu lebih disebabkan karena perbedaan latar belakang


budaya dan bahasa. Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an (bilisani
qaumih) adalah bahasa orang Arab, maka di antara mereka tidak
mengalami permasalahan yang berarti dalam memahami bahasa Al-
Qur’an, meskipun tingkat kecerdasan mereka berbeda-beda. Ini tentu
berbeda apabila Al-Qur’an dipahami oleh selain orang Arab (ajam) dan
tidak mengetahui secara langsung turunnya Al-Qur’an. Oleh karena itu,
untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an para ulama nusantara terlebih
dahulu memulai dengan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam
bahasa Indonesia, setelah itu kemudian dilanjutkan dengan pemberian
penafsiran yang lebih luas dan detail.

Dalam sejarah dunia Islam, kajian terhadap Al-Qur’an telah


dilakukan semenjak zaman Rasulullah (sebagai penafsir pertama)
hingga masa kini. Usia penafsiran Al-Qur’an juga sama dengan usia Al-
Qur’an itu sendiri. Berjuta-juta karya tafsir Al-Qur’an telah dihasilkan
oleh para ulama’. Kajian Al-Qur’an terus dilakukan dengan berbagai
metode, sistematika dan pendekatannya. Bahkan bukan hanya kaum
muslimin saja yang telah mengkaji Al-Qur’an. Para sarjana Barat juga
telah banyak menghasilkan karyanya terkait dengan studi Al-Qur’an.
Dengan motivasi yang berbeda-beda. Dari motivasi keilmuan sehingga
motivasi kritik terhadap eksistensi Al-Qur’an sendiri. Tercatat dalam
sejarah, kajian mereka terhadap Al-Qur’an dimulai sejak abad ke-3 H
atau abad ke-9 M.

Dalam lintas sejarah Nusantara, Al-Qur’an diajarkan dan dipelajari


seiring dengan masuknya Islam di Nusantara. Bermula dari era
Tarjuman Al-Qur’an yang dikarang oleh Abdul Rauf al-Singkili hingga
era Tafsir Al-Misbah,tafsir di Indonesia telah melewati generasi satu ke
generasi lain. Dari model penulisan ke model penulisan yang lain. Dari
sistematika penulisan yang masih sangat tradisional kepada sistematika

5
penulisan yang sudah modern. Dari tidak menggunakan metode
penafsiran hingga menggunakan metode penafsiran sesuai dengan yang
telah diletakkan oleh para mufassir.

Munculnya kajian Al-Qur’an dan penafsirannya di Indonesia ini


sebagai pertanda bahwa terdapat respon yang baik dari masyarakat
Indonesia terhadap kitab sucinya, meskipun tidak sesemarak apa yang
telah dikaryakan oleh orang-orang Arab. Walaupun demikian perlu
disyukuri adanya ulama’-ulama’ Nusantra di Indonesia telah mampun
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an 30 Juz lengkap semisal, Abdul Rauf
al-Sinkili dengan karya Tarjuman al-Mjstafid, Hamka dengan karya
Tafsir al-Azhar, dan Quraish Shihab dengan karya Tafsir al-Mishbah.

Tidak berhenti dari semua itu bahwasanya para mufassir memilik


keunikan- keunikan masing-masing dalm menafsirkan al –Quran.
Dimulai dari metodologi dan corak tafsirnya.

Mengenai metode dan corak penafsiran merupakan hal penting


dalam menggali makna al-Qur`an maupun dapat dipahami dan
dipelajari. Makna-makna al-Qur`an merupakan suatu khazanah agung
yang harus digali dengan cara yang sebaiknya. Konsep metode dan
corak penafsiran yang jelas bertujuan membebaskan pesan-pesan moral
Al-Qur’an dari kekeliruan. Hawa nafsu tidak layak berperan dalam
penafsiran ini,namun suatu sikap yang loyal untuk menerapkan konsep
metode dan corak penafsiran secara benar dapat mencurahkan segenap
kemampuan intelektual baik yang menyangkut kaidah-kaidah penafsiran
maupun bidang-bidang intelektual terkait lainnya.

Keberadaan metode dan corak penafsiran berkembang sesuai dengan


kebutuhan manusia dalam merespon gejala-gejala dan problematika
dalam kehidupan.

Pertumbuhan metode dan corak penafsiran al-Qur`an (walaupun


tidak disebut sistematikanya) berawal pada masa Rasul, dilanjutkan
oleh para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in. Masa ini merupakan

6
periode awal dalam sejarah penafsiran al-Qur`an, dan berakhir pada
tahun 150 H.3

Metode dan corak penafsiran berkembang pada periode al-tadwîn


(pembukuan), pada akhir dinasti Umayyah dan awal Dinasti
‘Abbasiyah4 dampak dari gencarnya penerjemahan berbagai bidang
ilmu. Pada masa pemerintahan ‘Umar ‘Abdul ‘Azîz inilah sebagai pintu
gerbang munculnya berbagai metode dan corak penafsiran al-Qur`an,
juga sebagai implikasi dari berkembang ilmu pengetahuan beserta
berbagai cabang-cabangnya. Perkembangan metode dan corak
penafsiran al-Qur`an dilatarbelakangi oleh perbedaan kecenderungan,
interest, motivasi, keilmuan, masa, lingkungan, darimasing-masing
mufassir yang tersebut.5

Adapun masyarakat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW


adalah masyarakat yang menggunakan bahasa Arab. Dan salah satu
kebiasaan dalam masyarakat tersebut adalah mempergunakan kalimat
untuk memperkuat hujjah atau dalil atas informasi yang disampaikan.
Hal ini juga merupakan gaya bahasa Al-Qur’an yang dikenal dan
dipergunakan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam syair
yang dibuat, gaya bahasa yang dimaksud adalah uslub qasam.

Qasam (sumpah) merupakan kebiasaan bangsa Arab untuk.


menyakinkan lawan bicaranya (mukhattab). Semenjak dari pra Islam,
masyarakat Arab sudah akrab memakai qasam untuk menegaskan
bahwa yang dikatakannya itu benar. Meskipun bangsa Arab dikenal
dengan menyembah berhala (paganism) mereka tetap menggunakan kata
Allah dalam sumpahnya, seperti dalam surat al-Fathiir ayat 42:

‫ ْن َج ۤا َءهُ ْم نَ ِذ ْي ٌر لَّيَ ُكوْ نُ َّن اَ ْه ٰدى ِم ْن اِحْ دَى ااْل ُ َم ۚ ِم‬eِ‫َواَ ْق َس ُموْ ا بِاهّٰلل ِ َج ْه َد اَ ْي َمانِ ِه ْم لَ ِٕٕى‬
)42 :35/‫ ( فاطر‬٤٢ ‫فَلَ َّما َج ۤا َءهُ ْم نَ ِذ ْي ٌر َّما زَا َدهُ ْم اِاَّل نُفُوْ ر ًۙا‬
3
M. Quraish Shihab, Membumi al-Quran ; Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung; Mizan, 1994) cetakan ke 15, hal. 71
4
Manna’ Khalîl al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur`an, (Bogor; Pustaka Litera Antarnusa,
1996) cetakan ke -3, hal. 476.
5
M. Quraish Shihab, Membumi al-Quran….hal. 73

7
“Mereka bersumpah atas (nama) Allah dengan sungguh-sungguh
bahwa jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan,
niscaya mereka akan lebih banyak mendapat petunjuk daripada
salah satu umat (yang lain). Akan tetapi, ketika pemberi peringatan
datang kepada mereka, tidak menambah (apa-apa) kepada mereka,
kecuali makin jauh dari (kebenaran)”6 Q.S (Fatir/35:42)

Adat kebiasaan yang sering dilakukan bangsa Arab merupakan suatu


hal yang oleh Al-Qur’an direkonstruksi bahkan ada yang didekonstruksi
nilai dan maknanya. Oleh karena itu,Al-Qur’an diturunkan di lingkungan
bangsa Arab dan juga dalam bahasa Arab, maka Allah juga menggunakan
sumpah dalam berkomunikas kepada makhluknya lewat kalam-Nya.7

Al-Qur’an diturunkan kepada seluruh ummat manusia yang


memiliki karakter yang berbeda-beda terhadap penerimaan ayat suci Al-
Qur’an, ada yang menerima ada pula yang menolak. Untuk menghadapi
kasus yang seperti itu, al-Qura’an memakai uslub atau gaya bahasa qasam.
Qasam dengan perkataan satu cara memperkuat ungkapan kalimat yang
diiringi dengan bukti nyta sehingga lawan berbicara dapat mengakui apa
yang semula ia ingkari.8

Memperhatikan persoalan diatas, penulis menarik untuk dikaji secara


ilmiah bagaimana PENAFSIRAN SURAT ALQIYAMAH MENURUT
TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB (Studi Analisis
Uslub Qosam Al-Qur’an). Disamping penulis, belum menemukan adanya
skripsi tentang khusus yang membahas mengenai penafsiran ayat qosam
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah .

6
Al-Qur’an Kemenag 2019
7
Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif, Gama Media, Yogyakarta, 2003, h.
207
8
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulumul al-Qur’an., Beirut: Muassasah al-Rislah,
1994,

8
B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tertulis diatas, memberikan
informasi berikut tentang masalah yang akan digunakan sebagai
bahan penelitian ;

a. Pentingnya memahami uslub qasam.


b. Bagaimana penafsiran ayat qasam dalam tafsir Al-Misbah karya
M. Quraish Shihab.

2. Batasan Masalah
Penulis membatasi hanya pada metodologi, karakteristik dan
uslub qasam al-Qur’an. Kemudian menganlisi ayat qasam yang
terdapat pada surah al-Qiyamah.dalam tafsir al-Misbah.

Metode penafsiran Tafsir Al-Misbah dan Uslub penafsiran


Tafsir Al-Misbah dalam surat Al-Qiyamah adalah perkara yang
harus dipahami oleh seorang pengkaji sebelum melakukan
penafsiran terhadap kandungan karya besar tersebut. Karena
memahami keduanya adalah langkah pertama sebelum memahami
seluruh kandungan dalam suatu karya tafsir.

3. Perumusan Masalah
a. Bagaimana penafsiran ayat Qasam dalam tafsir surah Al-
Qiyamah karya M. Quraish Shihab?
b. Bagaimana metode yang digunakan M. Quraish Shihab dalam
menafsirkan ayat Al-Qur’an dalam tafsir al-Misbah?

C. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana uslub qosam dalam penafsiran surah
Al-Qiyamah dalam Tafsir Al-Misbah.
b. Untuk memberikan penjelasan metode penafsiran ayat al-Qur’an
yang digunakan M. Quraish Shihab dalam Kitab Tasir Al-Misbah

D. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademik

9
1) Membahas uslub qasam metode dan karakteristik atau corak
penafsiran Tafsir Al-Misbah secara sistematis, sehingga
penafsiran-penafsiran yang dibawa oleh Muhammad Quraish
Shihab dapat difahami dengan baik, kelebihan dan
kekurangannya terlihat jelas.
2) Untuk menambahkan wawasan penulis dalam dalam
pengembangan keilmuan tafsir Al-Qur’an terkait dengan
pemahaman gaya Bahasa aau uslub qasam Al-Qur’an
3) Melengkapi salah satu pensyaratan pada akhir program S1
Prodi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir , Sekolah Tinggi Ilmu Al-
Qur’an Al-Multazam Kuningan Jawa Barat, dalam meraih
gelar S.Ag.
b. Secara Praktis
1) Penelitian ini secara praktis bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat dalam memahami kajian
tafsir secara komprehensif dan mendalam
2) Sumbangan ilmiah dalam memperkayakan khazanah
kepustakaan Islam, khususnya bidang tafsir

E. Tinjauan Pustaka
Untuk melakukan tinjauan kepustakaan, penulis mengkaji buku-
buku dan literatur-literatur yang membahas tentang metode penafsiran
al-Qur`an. Diantara bahan-bahan kepustakaan yang dimaksudkan ialah :

1. Jurnal Waharjani tahun 2019. Dengan judul “ Pengaruh Penafsiran


Thaba’Thaba’I terhadap Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish
Shihab. Tafsir Al-Misbah dalam pembahasannya banyak merujuk
pada pandangan Mufassir Syiah dari Iran Thaba’Thaba’i. banyaknya
kutipan dari penafsir Thaba’Thaba’i dalam tafsir Al-Misbah
menunjukan adanya kesesuaian pandangan antara M. Quraish
Shihab dengan Thaba’Thaba’I pengarang tafsir al-Mizan dan hasil
itu menunjukan pula bahwasanya tafsir al-Mizan adalah Tafsir al-

10
Qura’an yang dianggap paling memadai untuk memahami Al-
Qur’an masa kini.
2. Jurnal Muhammad Hasdin Hass tahun 2016. Dengan judul
“Kontribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia. ( Analisis Metodologi
Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab). Karya Tafsir M.
Quraish Shihab menggunakan Bahasa Indonesia yang lugas dan
sederhana sehingga tidak didapati kata atau kalimat yang sulit
dipahami oleh masyarakat. Disajikan dalam bentuk Tafsi Tahlili,
memberikan alternatif solusi menghadapi berbagai macam
permasalahan pada masa modern.
3. Jurnal Fuji Nur Iman tahun 2020. Dengan judul “Wawasan Alqu’an
Karya M. Quraish Shihab (Sebuah kajian Intertekstualitas Tafsir di
nusantara) digarisbahawi bahwa corak penafsiran M. Quraish
Shihab dalam karyanya “Wawasan Alquran” adaah adabi ijtima’i.
Meski dalam beberapa tempat tidak bisa dipungkiri bahwa
terkandang terdapat uraian-uraian terkait dengan teori-teori yang
berkembang dalam dunia sains , akan tetap, hal tersebut tidak lain
merupakan sebuah penguat dalam kasus-kasus tertentu dan tidak
begitu dominan dalam keseluruhan karya tersebut. Disisi lain, hal
yang demikian juga pada dasarnya untuk melihat kemabli persoalan-
persolan yang terkait dengan problem manusia itu sendiri. Secara
historis, menurut Ahmad Al-Syarbashi sebagaimana dikutip oleh
Rahmat Syafi’e beberapa tokoh utama tafsir dengan corak adabi
ijtima’i adalah Muhammad Abduh yang kemudian dikembangkan
oleh Muhammad Rasyid Ridha dengan tafsirnya Tafsir Alquran Al-
Hakim atau yang lebih dikenal dengan Tafsir Al-Manar. Nuansa
yang sama juga dikembangkan oleh beberapa mufasir lain seperti
Ahmad Mustafa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi, Mahmud
Syaltut, dan Abdul Jalil ‘Isa.
4. Buku Dr. M. Quraish Shihab dengan judul “ Membumikan Al-
Qur’an” cetakan pertama. Al-Qur’an merupakan inspirator,
pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad

11
sejarah pergerakan umat. Jika demikian hal itu, maka pemahaman
terhadap ayat ayat Al-Qur’an, melalui penafsiran- penafsirannya,
mempunyai peranan yang sangat penting bagi maju mundur
umatnya. Sekaligus penafsiran-penafsiran itu mencerminkan
perkembangan serta corak pemikiran mereka.
Perbedaan Jurnal Waharjani tahun 2019. Dengan judul “ Pengaruh
Penafsiran Thaba’Thaba’I terhadap Tafsir Al-Misbah Karya M.
Quraish Shihab. dengan Jurnal Muhammad Hasdin Hass tahun
2016. Dengan judul “Kontribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia.
( Analisis Metodologi Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab )
bahwasanya Tafsir Almisbah dalam menafsirkan Al-Qur’an tidak
hanya menggunkan metode Tahlili saja melainkan dengan metode
Ijmali.
5. Skripsi yang berjudul Penafsiran Ayat-ayat Sumpah di Awal Surat
oleh Muqoddas. Corak penafsiran ayat-ayat Qasam di awal surat di
dalam tafsir al-Jailani karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani terhadap
penafsiran ayat-ayat Qasam di awal surat adalah Corak Isya’ri
Maqbul, dan sufi. Hal ini dibuktikan dengan penafsiran beliau yang
mempunyai nilai filosofi tinggi, memuja ketauhidan, dan
menyinggung kesufian. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani senantiasa
melihat sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, dan Dzat ketuhanan yang
ada dalam al-Qur’an dengan perhatian penuh. Hal ini dibuktikan
dengan penafsiran pada ayat-ayat Qasam di awal surat yang
menyinggung tentang ketauhidan dan sifat wajib Allah.

Selanjutnya, berdasarkan telaah Pustaka di atas, penulis


menyimpulkan bahwa belum adanya penelitian secara kusus qasam al-
Qur’an yang terdapat pada surat Al-Qiyamah dalam Tafsir Al-Misbah.S

F. Kerangka Teori
Secara etimologis, istilah karakteristik adalah kalimat yang
diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya

12
mengandung sifat khas. Ia mengunkapkan sifat-sifat khas dari
sesuatu atau bisa disebut dengan corak.

Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan


bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak,
dan sifat yang memiliki pengertian diantaranya :

1. Suatu Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal
yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi,
suatu objek, suatu kejadian.
2. Integrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu
untas atau kesatuan.
3. Kepribadian seeorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis
atau moral.

Jadi di antara pengertian-pengertian diatas sebagaimana yang telah


dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu
adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu
objek. Misalnya karakteristik tafsir artinya suatu sifat yang khas yang
terdapat dalam literature tafsir, seperti sistematika penulisan, sumber
penafsiran, metode, corak penafsiran dan lain sebagainya.

Corak penafsiran dalam literatur sejarah tafsir biasanya diistilahkan


dalam bahasa Arab yaitu al-laun yang memiliki arti warna. 9 Corak
penafsiran yang dimaksud disini adalah nuansa khusus atau sifat khusus
yang memberikan warna tersendiri pada tafsir.

Menurut Badruzaman corak tafsir adalah kecenderungan yang


dimiliki oleh masing-masing mufasir yang kemudian menjadi ciri khas
dalam tafsir mereka sekaligus warna pemikiran mereka terhadap ayat-
ayat Al-Qur’an . corak tafsir dapat dikelompok kan berdasarkan dua hal
yaitu, latar belakang keilmuan mufasir dan tujuan penulisan tafsir.10

Metodologi tafsir dapat diartikan sebagai pengeta-huan mengenai


cara yang ditempuh dalam menelaah, membahas, dan merefleksikan
9
Ahmad Izzan, “Metodologi Ilmu Tafsir”, Bandung, Tafakur, 2011, hlm. 199
10
Badruzzaman M Yunus dan Eni Zulaiha, Medologi Tafsir Klasik

13
pesan-pesan Al-Qur’ansecara apresiatif berdasarkan kerangka
konseptual tertentu sehingga menghasilkan suatu karya tafsir yang
representatif. Metodologi tafsir ini mencakup variabel yang banyak,
yaitu: (a) sistematika penyajian tafsir, (b) bentuk penyajian tafsir, (c)
metode tafsir dan analisis-nya, (d) nuansa (laun) tafsir, dan pendekatan
tafsir.

Adapun makna etimologis kata tafsir secara bahasa merupakan


bentuk isim mashdar (kata benda abstrak) dari fassara-yufassiru-
tafsiran yang berarti penjelasan, pemahaman dan perincian. Selain itu
tafsir dapat pula berarti al-idlah wa al-tabyin yaitu penjelasan dan
keterangan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata tafsir sejajar dengan
timbangan (wazan) kata taf’il, diambil dari kata al-fasr yang berarti al-
bayan (penjelasan), al-kasyfi (mengungkapkan), al-idzhar
(menampakkan), dan al-ibanah (menjelaskan). Meskipun pengertian di
atas beranekaragam, namun pada hakikatnya adalah sama.

Adapun makna terminologis Tafsir Para ulama yang menekuni tafsir


pada umumnya mem-beri makna pada istilah “tafsir” sebagai ilmu yang
digunakan untuk memahami kitab Allah, yakni Al-Qur’an, yang diturun
kan kepada nabi-Nya Muhammad SAW., dan menjelaskan makna-
maknanya, serta mengam bilhukum-hukum dan hikmah-hikmah yang
terkandung didalamnya. Begitulah pengertian yang diberikan Az-
Zarkasyi sebagaimana dikutip oleh Imam Suyuti (penulis al-Itqan fi
‘UlumAl-Qur’an). Disini ada juga beberapa definisi tafsir yang lain,
yang bersumber dari Imam Suyuti dan beberapa ulama tafsir yang lain.
Namun kesemuanya itu intinya sama, bahwa ilmu tafsir adalah : ilmu
yang membahas tentang maksud firman Allah SWT. sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki manusia. Ilmu ini menca kup setiap upaya yang
dilakukan manusia dalam mema hami makna firman Allah SWT dan
menerangkan maksud-maksudnya.11

11
Dr. Muhamad Husain al-Dzahabi “Tafsir al-Quran: Sebuah Pengantar” hal 12.

14
Adapun Menurut al-Kilabi dalam al-Tashil menyatakan bahwa tafsir
adalah uraian yang menjelaskan al-Qur’an, menerangkan maknanya dan
menjelaskan apa yang dikehendaki nash, isyarat dan tujuannya.
Sedangkan menurut Abu Hayyan mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu
mengenai cara pengucapan kata-kata Al-Qur’an serta cara
mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hokum, dan makna-
makna yang terkandung di dalamnya.

Pendapat lain yang hamper mirip dengan pendapat di atas yaitu


pendapat Ali Hasan al-‘Aridl, beliau mengatakan bahwa tafsir ialah ilmu
yang membahas tentang cara mengucapkan lafadz-lafadz Al-Qur’an,
makna-makna yang ditunjukkannya dan yang dimungkinkannya ketika
dalam keadaan tersusun.

Sebagian ulama lain mengatakan behwa tafsir menurut istilah yaitu


ilmu tentang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, sejarah dan situasi pada
ayat-ayat itu diturunkan, juga sebab-sebab diturunkannya ayat; meliputi
sejarah tentang penyusunan ayat yang turun di Mekah (Makkiyyah) dan
yang di Madinah (Madaniyyah), ayat-ayat yang Muhkamat (terang dan
jelas maknanya) dan yang Mutasyabihat (yang memerlukan penafsiran
atau penta’wilan), ayat-ayat nasikh dan mansukh, ayat-ayat yang
bermakna umum, ayat-ayat yang muthlak dan yang muqayyad (terikat
oleh ayat lainnya), ayat-ayat yang mujmal (garis besar) dan yang
muashshal (terperinci), ayat-ayat yang menghalalkan dan
mengharamkan sesuatu, ayat-ayat yang menjanjikan pahala dan yang
memperingatkan akan adzab siksa, ayat-ayat yang bermakna perintah
dan yang bermakna larangan, ayat-ayat yang bersifat memberi pelajaran
dan lain sebagainya.

Begitupun dengan gaya Bahasa atau sering disebut qasam al-Qur’an


para mufassir memiliki gayanya nasing-masing yang berbeda dalam
menafsirkan ayat suci.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “sumpah” diartikan sebagai


berikut:

15
1. Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan saksi kepada
tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk
menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dan sebagainya).
2. Pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan
kebenaran atau berani menderita sesuatu jikalau pernyataan itu
tidak benar.
3. Janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu).12

Sedangkan menurut Louis Ma’luf, dalam konteks bangsa Arab,


sumpah yang diucapkan oleh orang Arab itu biasanya menggunakan
nama Allah atau selain-Nya. Pada intinya sumpah itu menggunakan
sesuatu yang diagungkan seperti nama Tuhan atau sesuatu yang
disucikan.13

Kata Qasam adalah bentuk mufrad dari kata Aqsam. Qasam

secara etimologi (bahasa) adalah “ ‫“ واليم ين احللف‬yang berarti sumpah.

Bentuk asli dari qasam adalah dengan menggunakan kata kerja ‫ اقسم‬atau

‫ احلف‬yang dimuta’adikan kepada muqsam bih dengan huruf ba’, setelah


itu baru disebutkan muqsam ‘alaih, atau disebut juga dengan jawab
qasam.14

Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada


nabi Muhammad saw. dan merupakan mujizat yang paling monumental
sepanjang sejarah. Telah diketahui bahwa al-Qur’an diterima oleh Nabi
Muhammad dalam kurun waktu 23 tahun yaitu ada yang diturunkan
ketika Nabi di Mekah dan ada yang diturunkan Nabi di Madinah. Al-
Qur’an diturunkan di Mekah, yakni pada awal pengangkatan (menjadi
Nabi) kaum muslimin masih sedikit, sementara kaum musyrikin begitu
banyak. Allah menurunkan al-Qur’an untuk seluruh manusia, dan

12
Tim Penyususun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Hidayah, Jakarta, 2002, h.
973
13
Louis Ma’luf, al-Munjid, Bairut: al-Mathba’ah al-kathaliqiyyah, 1956, h. 664
14
Manna’ al-Qaththan, Mabāhits fi Ulum al-Qur’an, Riyadh: Mansyurat al-Ashr al-Hadits,
1973, h. 292

16
menyesuaikan dengan situasi dan kondisidi zaman tersebut. Allah
banyak bersumpah pada surah makkiyah (surah al-Qiyamah) karena
masyarakat pada saat itu masih banyak yang meragukan al-Qur’an,
mereka meragukan kebenarannya, dan mengingkari, maka muncullah
sumpah dalam al-Qur’an untuk menghilangkan keraguan tersebut dan
agar mereka percaya dan yakin bahwa al-Qur’an itu adalah wahyu yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan beberapa pengertian tafsir yang telah dikemukakan di


atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tafsir adalah adalah suatu ilmu
yang berusaha keras untuk menyingkap dan memahami makna-makna
Al-Qur’an.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan karakteristik tafsir adalah suatu


sifat yang melekat dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk
mengidentifikasi suatu penafsiran. Misalnya metode dan sumber
penafsiran, laun (corak) penafsiran, sistematika, teknik penafsiran dan
lain sebagainya. Namun istilah karakteristik sebuah tafsir dalam ‘Ulum
al-Tafsir sering diidentifikasikan lewat metode penafsiran, teknik
penafsiran dan corak pemikiran penafsiran.

G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Untuk jenis peneliitian dalam membahas judul skripsi ini,
penulis menggunakan metode Kualitatif yakni pengumpulan data.
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan cara penelitian
kepustakaan (Library Research) terhadap sumber-sumber
kepustakaan seperti buku-buku Quraish Shihab, buku-buku lainnya,
skripsi-skripsi, jurnal-jurnal, dan makalah-makalah. Pada metode
penelitian ini yang sesuai untuk melaksanakan penelitian terhadap
judul yang dibahas. Yang demikian itu karena pembahasan judul
skripsi ini hanya membutuhkan kajian dan analisis terhadap sumber-
sumber yang tersedia. Kemudian melalui bahan-bahan tertulis
tersebut penulis berusaha mengumpulkan dan menganalisa

17
“Karakteristik Metodologi Penulisan Kitab Tafsir Al-Misbah”.
Obyek penelitian adalah apa karakteristik metodologi dalam
penafsiran kitab Al-Misbah yang digunakan oleh Muhammad
Quraish Shihab. Penelitian yang akan dilakukan terhadap karya ini
adalah secara keseluruhan baik dari filologi dan kandungannya.
2. Metode pengambilan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah dokumentasi. Teknik
ini merupakan cara mengumpulkan data yang dikerjakan dengan
kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan
dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen autaupun
buku-buku, tulisan-tulisan pada situs internet. Bahan-bahan tertulis
yang dijadikan alat untuk mengumpulkan data ini adalah bahan-
bahan yang mengkaji masalah yang berhubungan dengan judul
penelitian. Sehubungan dengan hal ini, data peneltian dibagi menjadi
2 bagian, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer bersumber dari buku yang ditulis oleh M.
Quraish Shihab dengan judul :
a. Tafsir Al-Misbah
b. Buku M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah (2002) : “Pesan,
Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.”.
c. Buku M. Quraish Shihab (1992) : “ Membumika Al-Qur’an”

Sedangkan ata sekunder bersumber diambir dari jurnal,


artikel dan tulisan-tulisan orang lain yang berkaitan dengan
kajian judu penulis diantaranya :

a. Buku Dr. Prof. H. Amroeni Drajat, M.Ag (2017). : Ulumul


Qur’an ; Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an.
b. Jurnal Lufaeli (2019) :” Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas,
Rasionalitas Dan Lokalitas Tafsir Nusantara”.
c. Buku Dr. Muhammad Sofyan, MA. (2015) :” Tafsir Wal
Mufassirun”

18
d. Buku Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi (2016) “ Tafsir Al-
Qur’an : Sebuah Pengantar”.
e. Bahan-bahan selain buku yang tersebar diberbagai media
termasuk internet, yang berkaitan dengan judul penelitian
penulis kali ini.
Untuk teknik penulisannya, penulis berpedoman pada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Proposal dan
Skripsi)” yang disusun oleh Tim STIQ ALMULTAZAM
Press cet.1 2020 M/ 1443 H.

H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan dalam karya ilmiah skripsi ini
penulis menyusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama, Pendahuluan berisi tentang latar belakang,


penegasanistilah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematikan penulisan.

Bab kedua, Menguraikan uslub qasam pada Al-Qur’an.

Bab ketiga, menjelaskan penafsiran surah Al-Qiyamah dan


Menguraikan karakter metodologi M. Quraish Shihab mengenai
penulisan kitab Tafsir, dalam karyanya Tafsir Al-Misbah. Analisis
penulis mengenai qasam al-Qur’an pada surat al-Qiyamah dan
karakteristik metodologi tafsir Al-Misbah

Bab keempat, Kesimpulan dan saran penulis, mengenai hasil dari


uraian skripsi penulis ini.

DAFTAR PUSTAKA

19
Ahmad Sarwat, Lc.,MA. 2016. Mengenal Ilmu Tafsir. Kiningan Jakarta
Selatan : Rumah Fiqih Publishing, 2016.
Al-Utsaimin, Syekh Muhammad Bin Shalih. 2018. Dasar Ilmu Tafsir.
Surabaya : Pustaka Syabab, 2018.
Alwi, H. M. Daniel. Membumikan Al-Qur’an (Membedah Gaya Penafsiran
Al-Qur’an Quraish Shihab).
Corak Penafsiran M. Quraish Shihab . Wartini, Atik. 2014. Yogyakarta :
KMIP UNY, 2014, Vol. 11.
Drajat, Amroeni. 2017. ULUMUL QUR'AN : Pengantar Ilmu-ilmu Al-
Qur’an. Depok : KENCANA, 2017. 978-602-422-183-6.
Movements Turning The Qur’anic’s Tafsir In Indonesia: M. Quraish
Shihab's study of Al-Misbah Interpretation. Muhammad Alwi HS.
2020. 1, Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020, Vol.
5. 2579-5708.
Muhammad , Quraish Shihab. 1992. Membumikan AL-QUR’AN.
BANDUNG : MIZAN, 1992.
Mushaf Al-Qur’an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya Lokal. Leni
Lestari S.Th.I, M.Hum,. 2016. 1, Jakarta : UIN Jakarta, 2016, Vol. 1.
pengantar Qowaid at-Tafsir. Syamsuri. 2011. Makassar : UIN Alaudin,
2011, Vol. 6.
Shihab, M. Quraish. 2013. Kaidah Tafsir. Tangerang : Lentera Hati Group,
2013. ISBN 978-602-7720-07-7.
—. 1994. Lentara Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung : Mizan,
1994. 979-433-019-1.
—. 1996. Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Mizan, 1996.
Sofyan, Dr. Muhammad. 2015. TAFSIR WAL MUFASSIRUN. Medan :
Perdana Publishing, 2015. 978.602.6970.01-5.
TAFSIR AL-MISHBAH: TEKSTUALITAS, RASIONALITAS . Lufaefi. 2019.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia, JAKARTA :
Fakultas Ushuluddin, Institut PTIQ Jakarta , Indonesia, 2019, Vol.
21 Nomor 1.
Wawasan Alquran Karya M. Quraish Shihab (Sebuah Kajian
Intertekstualitas). Iman, Fuji Nur. 2019. Yogyakarta : Uin Sunan
Kali Jaga Yogyakarta, 2019, Vol. 5.

20
JADWAL PENYELESAIAN
Rencana Pelaksanaan Hasil

Apr 21
Sep 20

Okt 20

Nov 20

Des 20

Jan 21

Feb 21

Mar 21

Mei 21
No Bentuk
. Kegiatan

Pengajuan
1.
Judul
Penyusuna
2. n Proposal
Skripsi
Bimbingan
3. Proposal
Skripsi
Sidang
4. Proposal
Skripsi
Revisi
5. Proposal
Skripsi
Penelitian
6.
Skripsi
Bimbingan
7.
Skripsi
Sidang
8
Skripsi

21

Anda mungkin juga menyukai