Anda di halaman 1dari 95

MOTIVASI UNTUK MENIKAH DALAM

PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin


untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh ;
Novita Fauziah
NIM : 1113034000157

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1438/2018
PEDOMAN TRANSLITERASI

Padanan Aksara

Huruf arab Huruf Latin Keterangan


‫ا‬ Tidak dilambangkan
Ώ b be
Ε t te
‫ث‬ ts te dan es
‫ج‬ j je
‫ح‬ h h dengan garis bawah
‫خ‬ kh ka dan ha
‫د‬ d de
Ϋ dz de dan zet
‫ر‬ r er
ί z zet
‫س‬ s es
‫ش‬ sy es dan ye
‫ص‬ s es dengan garis bawah
‫ض‬ d de dengan garis bawah
ρ t te dengan garis bawah
‫ظ‬ z zet dengan garis bawah
‫ع‬ ‘ koma terbalik di atas hadapkanan
ύ gh ge dan ha
‫ف‬ f ef
‫ق‬ q ki
ϙ k ka
‫ل‬ l el
‫م‬ m em
‫ن‬ n en
‫و‬ w we
‫ه‬ h ha
‫ء‬ ‘ apostrop
‫ي‬ y ye

Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


◌ a fatẖah
◌ i kasrah
◌ u ḏammah

xvii
Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


‫ﹷي‬ ai a dan i
‫ﹷو‬ au a dan u

Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


‫آ‬ â a dengan topi di atas
ϯ‫إ‬ î i dengan topi di atas
‫وأ‬ û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu ‫ال‬, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qomariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, aldîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tasydȋd)

Syaddah atau tasdȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan


dengan sebuah tanda (‫) ﹷ‬, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ‫ اﺮﻀﻟةرو‬tidak
ditulis aḏ-darûrah melainkan al-darûrah.

Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata
sifat (naʹt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata
benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh
3).
No Kata Arab Alih Asara
1` ‫ﺔﻘﯾﺮ‬ρ ṯarîqah
2 ‫ﺔﻌﻣﺎﺟ اﺔﯿﻣﻼﺳﻹ‬ ‫ ال‬al-jâmi’ah al-islâmiyyah
3 ‫وﺪﺣاةﻮﻟج دو‬ waẖdat al-wujûd

xviii
ABSTRAK

NOVITA FAUZIAH
Motivasi Untuk Menikah Dalam Perspektif Al-Qur’an

Pernikahan merupakan tuntutan naluriah manusia untuk berketurunan guna

kelangsungan hidupnya untuk memperoleh ketenangan hidup serta menumbuhkan dan

memupuk rasa kasih sayang insani. Islam sangat menganjurkan agar orang menempuh

hidup dengan sebuah pernikahan. Dalam melaksanakan pernikahan tersebut, tentunya

tidak terlepas dari yang namanya motivasi atau dorongan. Motivasi merupakan suatu

dorongan yang akan membuat seseorang melakukan suatu tindakan yang memiliki

tujuan tertentu, baik dorongan tersebut berasal dari dalam diri seseorang maupun yang

berasal dari luar diri seseorang. Maka dari sinilah penulis akan memfokuskan skripsi

ini dalam hal Motivasi penikahan yang ada di dalam Al-quran.

Adapun terkait bentuk penelitin yang digunakan dalam skripsi ini yakni

menggunakan metode penelitian pustaka (Library search), yaitu pengumpulan data dan

informasi dengan buku-buku dan materi pustaka lainnya yang berkenaan dengan judul

di atas. Sementara itu pembahasannya sendiri meggunakan pendekatan Metode

Maudhui yakni dengan mengambil dan menghimpun ayat-ayat yang berbicara tentang

topik pembahasan dalan skripsi ini.

Terakhir, setelah melakukan kajian tentang Motivasi untuk menikah dalam

perspektif Al-qur’an, beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut

yakni ada 5 diantaranya untuk Melaksanakan Perintah, Memenuhui Unsur Gharizah

Berpasangan, Penyempurnaan dan Penjagaan Iman, Penjagaan Kehormatan, dan

Melatih Kesabaran.

xiv
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah Swt, Sang Pemberi
nikmat yang luar biasa kenikmatannya, Sang Kuasa yang luar biasa
kekuasaannya, diantara nikmat dan kuasanya yakni Iman, Islam dan Ihsan.
Shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Baginda,NabiMuhammad
Saw.
Alhamdulillah, Tanpak terasa 1 Tahun proses perjalanan penyusunan
skripsi ini telah saya lalui, banyak suka dan duka dalam proses penyelesaian ini.
Berawal dari kegelisahan yang tiada bertepi dan kegundahan yang tak
berkesudahan akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
"MOTIVASI UNTUK MENIKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN’.
Dalam proses perjalan yang cukup panjang tersebut, tentunya penulis banyak
sekali mendapatkan Motivasi dari banyak pihak yang ikut serta membantu
sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik, oleh karenanya dengan segala
ketulusan dan keikhlasannya, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universita Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Sebagai Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir UIN Jakarta dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd sebagai
Sekertaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Jakarta.
4. Ibu Pembimbing yakni Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA. yang selalu
setia memberikan semangat dan waktu yang cukup untuk penulis
berdiskusi, terima kasih yang sebesar-besarnya atas arahan dan
masukannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.

5. Seluruh Dosen di Fakultas Ushuluddin yang tentu tidak bisa saya


sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas ilmu dan didikannya yang
selama ini diberikan, terkhusus kepada Dosen Pembimbing Akademik
yakni Bapak Dr. Isa HA. Salam, M.Ag yang dengan setia dan baik hati
kepada penulis selama 5 tahun ini membimbing, mengarahkan dan yang
terpenting tidak mempersulit kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh anggota keluarga di rumah,
terkhusus Kedua Orang tua penulis,
yakni Bapak Sohandi dan Ibu Syamsiah, dengan ketulusan dan kesabaran
beliau yang selalu mendoakan putrinya ini, akhirnya penulis bisa
menyelasikan. tanpak doa mereka penulis rasa skripsi ini tak akan ada, dan
tanpak semangat dan dorong mereka pula skripsi ini tak akan bisa sampai

xv
di tangan anda. Juga tak Lupa sang kakak Rahmat yang setia
mengingatkan dengan kesabarannya selalu memantau adeknya agar tetap
semangat dalam berjuang, adek-adek tercinta Rohim, adek satu-satunya
laki-laki, yang dengan siap dan sigapnya selalu antar jemput tetehnya ke
stasiun rangkasbitung. Chintia dan khomsiatun Anisa mereka pelipurlara
dan rasa saat diri ini merasa lelah, ketika pulang ke rumah mereka selalu
memberikan spirit tersendiri tatkala bercerita dan canda tawa. Juga tak
lupa Ibunda Yetty Muis dan keluarga yang dengan ketulusannya juga
memebrikan kasih sayang kepada penulis.
7. Teman-teman satu perjuangan, Tafsir Hadis 2013, terkhusus Th-E. Kalian
luar biasa, memberikan spirit tersendiri bagi saya dalam menuntut ilmu di
Tafsir hadis ini.
8. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat
baik zaman old mupun zaman now yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih telah memberikan banyak ilmu dan pegalaman yang
didapat selama ini, Ada banyak cerita, cita dan cinta telah kita ukir
bersama-sama. Semoga perjuangan kita dalam menuntut ilmu tidak selalu
merasa puas, sehingga kita bisa melanjutkan kejenjang selanjutnya.
terkhusus kepada IMM angkatan 2013 yakni Aldinah Rosmi, Kolik
Koerudin, Dodi mario Akbar, Eef Alimudin, Qonita Amalia, Shofia
Khoerunnisa, Ulfa Arsyul Mamlakah, Tiara Nur Hidayati, Yunita Eka, dan
teman2 IMMawan/IMMawati semua yang tergabung dalam IMM
REALITAS.
9. Keluarga Besar IKAPAHAS Padeglang, terkhusus kepada Ibu Khaeriah
dan Bapak Rukman yang selalu memberikan spirit yang luar biasa kepada
penulis, sehingga bisa menyelesaikan skripsi dan kuliah ini.
10. Teman-teman KKN REAKTIF yang saat ini sama-sama sedang berjuang,
terima kasih telah hadir di kehidupan penulis dengan waktu yang begitu
singakat, namun penuh akan syarat dan kesan yang memikat.

Akhirnya, dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini


banyak kekurangan, jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis berharap
akan saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Penulis juga berharap semoga
skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi para
pembaca. Aamiin...

xvi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. xi


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................... xii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .......................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................. xiv
ABSTRAK .................................................................................................................... xv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. xvi
DAFTAR ISI............................................................................................................... xvii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
D. Batasan Masalah ................................................................................................. 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 9
G. Metode Penelitian ............................................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 15

BAB II : PENGERTIAN MOTIVASI MENURUT AL-QUR’AN


A. Pengertian Motivasi ............................................................................................ 18
B. Jenis-Jenis Motivasi ............................................................................................ 20
C. Tujuan Dan Kegunaan Motivasi .......................................................................... 22

BAB III : PENGERTIAN PERNIKAHAN MENURUT AL-QUR’AN


A. Pengertian Pernikahan ........................................................................................ 24
B. Syarat Pernikahan................................................................................................ 30
C. Tujuan Pernikahan .............................................................................................. 34
D. Ayat-Ayat Tentang Pernikahan dan Berpasangan ............................................. 37

BAB IV : MOTIVASI MENIKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN


A. Melaksanakan Perintah ....................................................................................... 43
B. Memenuhi Unsur Gharizah Berpasangan .......................................................... 50
C. Penyempurnaan dan Penjagaan Iman ................................................................. 57
D. Penjagaan Kehormatan Diri ................................................................................ 61
E. Melatih Kesabaran ............................................................................................. 68

BAB V : PENUTUP
a. Kesimpulan ......................................................................................................... 74
b. Saran-saran ......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 77

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan pusat pengendalian diri dari hal-hal yang negatif (yang

tidak baik), yang tentu memberikan batas-batas kehidupan. Agama juga

memberikan keyakinan dan bimbingan kepada manusia supaya berbuat sesuatu

yang sesuai dengan harkat kemanusiaan, serta agama turut serta melarang supaya

jangan berbuat sesuatu yang diluar kemampuannya dan harus berserah diri kepada

Allah Swt.

Segala sesuatu yang terkait dengan kehidupan, tentu harus sesuai perintah

agama, salah satunya terkait pernikahan. Pernikahan yaitu berawal dari yang

namanya motivasi. Asbab al-wurud “ innamal a’mālu binniyāt” menjelaskan

bahwa segala sesuatu berawal dari niatan, apabila kita mengejar dunia bahwa

yang kita dapat dunia, apabila kita megejar akhirat maka yang kita dapatkan

akhirat.

Begitupun ketika melakukan pernikahan, apabila nikah diawali niat karena

semata-mata tertarik karena soal-soal materi saja, biasanya kesetiaan dan

kebahagiaan yang diperolehnya kurang abadi, atau tidak tahan lama antara lain

karena dalam kehidupan ini ada pasang naik dan pasang surut, ada masa jaya dan

ada pula masa bangkrut, semua itu bentuk materi semata.

Apabila materinya hilang atau habis, maka kasih sayang yang berdasarkan

materi tadipun sirna pula, begitu juga lantaran kecantikan atau keindahan belaka

suatu saat ia pun akan berubah menjadi tidak cantik lagi, karena kecantikan, maka

1
2

setalah pudar cantiknya ditinggal dan tidak di cintai, Nikah karena harta, maka

ketika harta hilang, hilang pula cintanya. Nikah karena jabatan, maka saat jabatan

hilang, hilang pula cintanya.

Berdasarkan pernyatan diatas, tentunya banyak sekali yang keliru. Maka,

sering terjadi percekcokan dalam pernikahan karena niat di awal yang hanya

sebatas duniawi. Hal ini, berarti menjadi persoalan serius karena dalam data di

sebutkan bahwa presentase soal perceraian setiap tahun semakin meningkat baik

karena sudah tidak cocok, kurangnya faktor Ekonomi dan adanya Kekerasan

Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Dari Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat perceraian di

Indonesia tergolong mengerikan. Jika ini dibiarkan dan angka perceraian terus

meningkat, maka akan hancur tatanan masyarakat dan negara. Keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat dan negara. Jika unit-unit keluarga

berkembang dengan baik, maka kehidupan masyarakat dan negara juga akan

berjalan dengan baik. Keluarga mempunyai peranan penting dalam mewujudkan

tatanan masyarakat dan bangsa yang berkualitas karena anak anak sebagai

generasi masa depan tumbuh dan berkembang dari keluarga. Disinilah keluarga

menempati peran strategis sebagai pembangun generasi bangsa.

Adapun penyebab terjadinya perceraian sangat beragam, seperti data di

data di atas menunjukkan beragam faktor yang menyebabkan perceraian, kasus

yang dominan adalah karena tidak ada keharmonisan dalam keluarga dan tidak

ada tanggung jawab. Padahal Al-quarn telah menjelaskan bahwa Pernikahan akan

mendatangkan pada yang namanya Sakinah, Mawaddah wa Rohmah. Oleh sebab


3

itu perlu diberikan bekal kepada calon pengantin bagaimana mewujudkan

keharmonisan dalam keluarga dan tanggung jawab suami istri dalam keluarga.

Dengan bekal yang memadai, diharapkan pasangan yang akan menikah siap untuk

mengarungi bahtera rumah tangga, siap menghadapi masalah yang mungkin

terjadi serta sudah siap dengan solusinya.

Terkait hal di atas juga, Mengapa kejadian ini bisa terjadi ? karena

motivasi menikah hanya sebatas duniawi,. Padahal disisi lain kita telah bersumpah

menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Faktanya ketika menikah al-

Qur’an tidak di jadikan sebagai landasan. Pertanyaannya kenapa banyak orang

melakukan itu ? karena kemugkinan tidak mengetahui dan tidak memahami.

Untuk itu hal ini di rasa penting untuk di kaji. Maka dari itu, pembahasan tentang

motivasi untuk menikah penting untuk di kaji.

Dalam hal ini, penting akan adanya Pernikahan melibatkan unsur motivasi,

yang di dorong oleh satu atau beberapa tujuan. Secara psikologis, setiap tindakan

manusia - termasuk pernikahan - dipengaruhi atau didorong oleh motif-motif

(motivasi) atau motivasi tertentu. Pernikahan secara sosiologis, merupakan

perilaku sosial yang amat penting dalam mempertahankan, mewariskan serta

mengembangkan norma dan sistem sosial. Nikah dalam hal ini, tidak lagi hanya

berkaitan dengan penyaluran hasrat seksual dan bersifat pribadi (individual),

melainkan juga memiliki berbagai tujuan (motif sosiogenetis).

Pernikahan memiliki berbagai motif atau motivasi yang kompleks. Tidak

mudah untuk menggambarkan tentang motif pernikahan seseorang. Realitas


4

pernikahan menjadi kompleks, seiring kompleksitas motif yang mendorongnya.

Institusi keluarga dibangun untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.

Keinginan untuk memenuhi kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar

manusia. Lalu, hal ini menjadi salah satu motif dalam pernikahan. Bahkan ketika

desakan pemenuhan seksual tersebut tidak lagi terkendali, akan menjerumuskan

seseorang kepada perzinahan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan berawal dari adanya rasa cinta

terhadap lawan jenisnya. Adapun pengertian cinta sendiri menurut Quraish Shihab

dalam bukunya Pengantin Al-qur’an : Kalung permata Buat Anak-anakku, beliau

menjelaskan bahwa cinta adalah gabungan dari sekian banyak unsur yang tidak

dapat dilihat oleh pandangan mata, bahkan sulit dideteksi oleh perasaan. Cinta

menuntut pengakuan eksistensi, bahkan pengakuan kepribadian seorang kekasih.

Menurutnya yang menyukai hartapun tidak dapat dinamai mencintai, karena harta

tidak memiliki keakuan. Rasa kasihanpun bukan cinta, walau ada dua aku karena

kedudukan mereka berbeda, yang satu memberi dan yang lainnya hanya

menerima.1

Adapun ungkapan rasa cinta diekspresikan dengan bermacam-macam.

sudah menjadi perbincangan publik bahwa pada zaman sekarang ini, baik

kalangan muda maupun orang yang sudah dewasa, mengungkapkan raca cintanya di

buktikan dengan memilih melakukan pacaran terlebih dahulu di bandingkan untuk

menikah. Hal ini terjadi karena berbagai faktor sehingga mereka lebih memilih

pacaran di bandingkan dengan menikah.

1
M.Quraish Shihab, Pengantin Al-qur’an:Kalung Permata Buat Anak-anakku
(Tangerang; Lentera Hati, cetakan IX 2013), h. 26-27.
5

Kurangnya motivasi dalam diri mereka terkait pernikahan akhirnya

mengantarkan mereka lebih nyaman untuk tidak menikah, beberapa faktor yang

melatar belakangi mereka tidak menikah diantaranya pergaulan bebas yang

mengantarkan pada pacaran sehingga dari pacaran sering muncul perbuatan yang

tidak diinginkan seperti perzinahan, adapun faktor yang lainnya yakni faktor

Ekonomi yang menjadi pertimbangan sehingga tidak terjadi sebuah akad dalam

pernikah.

Padahal kita tau bahwa menikah merupakan salah satu perbuatan yang

mulia, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis yakni Dari Anas R.A

bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda : “Barang siapa yang Allah telah

memberi Rezeki kepadanya berupa istri yang shalehah, berarti Allah telah

menolongnya pada separuh agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah untuk

separuh sisanya “.2 Selain itu menikah juga merupakan sebagai ibadah yang

disyariatkan oleh Allah Swt melalui rasul-Nya.3

Tidak hanya dalam hadis, di dalam al-Quran pun dijelaskan bahwa

menikah akan mendatangkan suatu keberkahan. Hal ini tertera dalam al-Qur’an

surat al-Nur ayat 32 yakni

‫ه ن‬Ǵ‫ه ال‬ ‫ا ُونو ف‬ǰ‫ۚ نإ ي‬ ǰ ‫ۚئ‬


‫م‬ǼǷ
ǟ Ƿ ‫ل الو‬
‫ ا‬Ƿ‫اوح ۚألا ى م ي اص ن مكداب إو‬ǰ‫و ن‬
Ƿ ‫م‬Ǽ‫ُق ءار ُغي‬ ۚ Ƿ ‫اي‬
ǰ
‫ه‬
Ȉ Ǵ ‫ ۚ ل‬Ǵ‫ضف‬
‫ م‬Ǵǟ ‫او ه عساو‬

2
Laila Anugrah, Assalamualaikum Imamku: (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
Kompas -Gramedia,2016) h. 69.
3
Bahirul Amali Herry, Kupinang Engkau dengan Al-qur’an: (Jogjakarta: DIVA press,
2013), h. 48.
6

Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang

lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka

miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah

Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.4

Mengenai hal ini menurut penelitian, dan sudah menjadi khalayak publik

bahwa banyak kasus sepasang kekasih mengurungkan niat bahkan tidak mau

menikah dan gagal untuk menikah karena kurangnya ekonomi, serta masih merasa

terbebani dan adanya ketidak sanggupan untuk melangsungkan pernikahan, dan

banyak juga kasus-kasus perceraian terjadi karena faktor ekonomi. Persoalan-

persoalan moral banyak timbul karena soal keuangan, dan hal inipun tidak dapat

disangkal.5

Mengenai beberapa permasalahan di atas, Rasulullah pernah bersabda

dalam salah satu hadisnya bahwa Menikah merupakan salah satu anjuran dari-

Nya. Hal tersebut diungkapkan dalam sabda Rasulullah Saw yakni An-nikahu

sunnati yang berarti pernikahan (keterikatan dalam hubungan suami istri) adalah

salah satu sunnahku (cara hidupku).

Maka berdasarkan data-data dan fakta permasalahan diatas, melihat

kondisi yang ada penulis merasa masih relevan membicarakan motivasi untuk

menikah, oleh karena itu penulis ingin mengetahui apa motivasi untuk menikah

dan faktor apa saja yang medorong seseorang untuk melakukan pernikahan

tersebut, karena melakukan pernikahan mempunyai dampak yang sangat luas di

4
Qs. An-Nuur : 32
5
Wilson Nadeak, Seraut Wajah pernikahan,(Yogyakarta: Kanisius,1995), h. 19
7

masa yang akan datang. Serta penelitian ini juga merupakan salah satu solusi agar

terhindarnya perbuatan yang maksiat yang tentunya di benci bahkan di Haramkan

oleh Allah SWT. Untuk itu penulis memberi judul Skripsi ini yakni “MOTIVASI

UNTUK MENIKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”.

B. Identifikasi Masalah

Sebelum penulis mengkaji tentang judul di atas, penulis mengidentifikasi

terlebih dahulu beberapa permasalahan yang berkaitan dengan motivasi untuk

menikah, adapun pengidentifikasian masalahnya sebagai berikut :

1. Apa pengertian Motivasi.

2. Apa pengertian pernikahan.

3. Apa perintah di Syariatkannya melakukan Pernikahan.

4. Ayat-ayat apa saja yang termasuk motivasi untuk melakukan pernikahan

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dijawab dalam skripsi ini yakni

sebagai berikut;

Bagaimana Al-qur’an menjelaskan tentang motivasi untuk menikah ?

Dalam rumusan masalah diatas, akan menjawab banyak hal, diantaranya

“ Apa saja ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang motivasi untuk

menikah”.
8

D. Batasan Masalah

Islam sebagaimana agama fitrah, dalam arti tuntunannya selalu sejalan

dengan fitrah manusia, menilai bahwa perkawinan adalah cara hidup yang wajar.

Karena itu ketika beberapa orang sahabat Nabi Saw. Bermaksud melakukan

beberapa kegiatan yang tidak sejalan dengan fitrah manusia, Nabi Saw menegur

mereka antara lain dengan menyatakan bahwa beliaupun menikah. Allah Swt juga

memerintahkan kepada orangtua/atau wali untuk mendukung perkawinan muda-

mudi, dan tidak terlalu mempertimbangkan kemampuan materi calon pasangan.6

Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang membahas masalah

pernikahan. Ayat-ayat ini telah ditafsirkan oleh banyak mufassir. Tentu saja dalam

penafsiran tersebut terdapat perbedaan diantara mereka, Dalam hal ini penulis

membatasi mengenai skripsi ini dengan memfokuskan pembatasannya hanya pada

kajian yang bertemakan tentang motivasi dan dorongan untuk menikah. Alasan

penulis membatasi skripsi ini adalah untuk memfokuskan dan untuk memudahkan

penelitian dan pembahasan.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini bertujuan untuk mengungkap

makna apa yang terkandung dalam aya-ayat yang berkenaan dengan Motivasi

untuk Menikah tersebut. Selain itu adapun Manfaat dan Tujuan lain dari

Penelitian Skripsi ini Yakni :

1. Menjelaskan Tentang Pernikahan dan Motivasi untuk Menikah.

6
Quraish Shihab, Pengantin Al-qur’an : Kalung Permata Buat Anak-anakku, h.55
9

2. Untuk mengetahui ayat-ayat apa saja yang berkenaan dengan Motivasi

untuk Menikah.

3. Untuk Menambah Khazanah Keilmuan, baik untuk penulis maupun

pembaca.

4. Sebagai bentuk sumbangsih penulis kepada dunia akademik khususnya

dan masyarakat pada umumnya sebagai bacaan.

F. Tinjauan pustaka

Untuk membantu proses penulisan skripsi ini, penulis berupaya melakukan

penelusuran dengan mereview beberapa karya ilmiah seperti skripsi dan jurnal

yang terkait dengan pembahasan yang sedang dikaji. Sepanjang penulis

memperhatikan dengan seksama ada beberapa karya ilmiah yang penulistemukan

yakni baik dari perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat, maupun perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan ada juga dari beberapan skripsi-

skripsi dari universitas lain dan fakulatas lain yang penulis temukan. Adapun

karya-karya tersebut diantaranya :

Karya ilmiah yang berjudul “PERNIKAHAN DI KALANGAN MAHASISWA S-

1” yang ditulis oleh Galuh Pritta Anisaningtyas dan Yulianti Dwi Astuti2 dari

Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas

Islam Indonesia. menekankan bahwa Ketika seseorang mempunyai keinginan

yang kuat, maka seseorang itu akan termotivasi untuk mewujudkan keinginannya.

Untuk mewujudkan motivasinya, maka harus ada kekuatan dari dalam diri
10

maupun dari luar diri untuk merealisasikannya. Hal itu dapat dijelaskan dengan

adanya dorongan.

Dorongan yang dimaksud dalam skripsi ini yakni wujud dari proses maupun

usaha dan kekuatan dari dalam diri untuk mewujudkan keinginan. Dorongan yang

paling besar yaitu ketakutan terhadap dosa yang yang akan diterima bila tidak

mengakhiri pacaran yang sudah lama terjalin. Selain itu responden juga ingin

menjaga agama. Menjalankan pernikahan ingin mengikuti syariat beragama dan

sesuai dengan tuntunan agama. Dorongan untuk membahagiakan kedua orangtua

juga menghiasi keinginan mereka untuk menikah. Membahagiakan orangtua juga

ikut menjadi daftar penting bagi responden untuk menempuh jalan menikah diusia

muda/usia kuliah.

Disamping itu, kecocockan dengan suami pun menjadi dorongan bagi

keinginan responden untuk mantap melangkah kejejang pernikahan. Mendapatkan

restu atau persetujuan untuk menikah dari orangtua juga akan semakin

menguatkan langkah para responden untuk menikah. Restu orangtua menjadi

salah satu pendukung yang utama karena bagi mereka restu orangtua adalah yang

terpenting. Para responden yakin bahwa dengan mengambil keputusan untuk

menikah adalah pilihan yang tepat bagi hidup meski harus melewati rintangan

yang mungkin dihadapi ketika menikah nantinya. Keinginan responden untuk

menikah direalisa.7

Selain itu karya ilmiah lainnya yang penulis temukan yakni berjudul Takhrij

Hadis Kitab Tanhiq al-Qaul al-Hatsits: Sebuah Kajian Analisis Sanad Dalam Bab

7 Gakuh pritta Anisa ningtyas,dkk. “PERNIKAHAN DI KALANGAN MAHASISWA S-1. (


Jurnal Karya Ilmiah Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia, 2011)
11

Fadilah Nikah8 yang ditulis oleh Asep Nuhdi. Skripsinya ini tentunya bersifat

hadis dan lebih kepada menganalisa sanad dan mentakhrij hadis tentang

keutamaan menikah yang terdapat dalam kitan Tanhiqih al-Qaul.

Sejumlah tulisan yang memuat masalah pernikahan yang penulis temukan

tidak hanya di fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, kan tetapi penulis juga

menemukan dalam Digital Repository Universitas Jember yakni berjudul

“HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI REMAJA

TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI DESA SUKOWONO KECAMATAN

SUKOWONO KABUPATEN JEMBER” di tulis oleh Dewa Ayu Eka Chandra

Merta Sari pada tahun 2015. Skpisnya ini berisi tentang pernikah dan

motivasi2nya yang ditinjau dari ilmu kesehatan. Selain itu saya juga menemukan

sebuah tesisi karangan AFRIZAL AHMAD, S.Ag, dari Program Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun 2011 yang berjudul

“HIRARKI MOTIVASI MENIKAH DALAM ISLAM DITINJAU DARI MAQASHID

SYARI’AH” tentu saja tesis ini berisi tentang motivasi menikah yang di tijau dari

sisi fiqih dan hukum-hukumnya.

Selain itu di Fakultas lain, yakni Syariah dan Hukum. Adapun skripsi yang

penulis temukan di Fakultas tersebut yakni berjudul “REALISASI TUJUAN

PERNIKAHAN MENURUT SYARIAT ISLAM PADA KEHIDUPAN BERUMAH

TANGGA (penelitin Terhadap Kehidupan Berumah Tangga Pada Masyarakat di

8
Asep Nuhdi, “Takhrij Hadis Kitab Tanhiq al-Qaul al-Hatsits: Sebuah Kajian Analisis
Sanad Dalam Bab Fadilah Nikah” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
Desa Pusaka Rakya Kecamatan Taruma

Jaya Kabupaten Bekasi)“ 9 yang ditulis

oleh Mawardi. Skripsiya ini lebih kepada

hukum pernikahan itu sendiri, dimana

skripsi ini berdasarkan penelitian di Desa

Taruma Jaya yang dalam pelaksanaan

dalam berumah tangga tidak adanya

keharmonisan yang timbul karena tidak

adanya pemenuhan hak dan kewajiban

suami istri baik dari sisi biologis maupun

ekonomi.

G. Metode Penelitian

Sebuah karya ilmiah pada suatu bidang keilmuan dalam pembahasan

menggunakan metode tertentu dalam menganalisisa permasalahan-permasalahan

yang sedang digeluti. Adapun mengenai metode penelitian yang penulis gunakan

dalam menyusun yakni :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian pustaka

(libra
ry researarch). Penulis mengumpulkan data penafsiran-penafsiran ayat tentang

motivasi menikah menurut ulama-ulama tafsir kemudian meneliti ayat-ayat

tersebut. Penulis menggunakan sumber-sumber tertulis sebagai bahan acuan,

baik itu sumber primer maupun sumber sekunder.

2. Sumber Data

Untuk mendapatkan data dan fakta yang obyektif dalam penulisan skripsi

ini, saya menggunakan data kepustakaan murni, dalam arti semua bersumber

9
Mawardi, REALISASI TUJUAN PERNIKAHAN MENURUT SYARIAT ISLAM PADA
KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA (penelitin Terhadap Kehidupan Berumah Tangga Pada
Masyarakat di Desa Pusaka Rakya Kecamatan Taruma Jaya Kabupaten Bekasi)”,( Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
13

pada kepustakaan seperti buku-buku, jurnal-jurnal, kitab-kitab klasik, serta

bacaan- bacaan yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Adapun

sumber primer yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an dan Hadis

yang memuat beberapa karangan tafsir terhadap al-Qur’an mengenai Motivasi

menikah. Adapun informasi mengenai beberapa buku rujukan primer maupun

sekunder diatas penulis dapatkan dari koleksi buku yang ada di Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Teknik Pencarian Data

Dalam teknik pencarian data ini, penulis mencari data ayat-ayat yang di

dalamnya terdapat lafadz “nakaha” bersama derivasinya dengan

menggunakan kamus al-Qur’an karya abd al-Baqi (al-Mu’jam al-Mufahras Li

Alfadz Al-Qur’an)

4. Teknik Penulisan

Secara teknis, penulisan ini mengacu pada buku Pedoman Akademik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2013. Pada bagian kata atau kalimat

dalam penulisan ini jika dirasa mengandung makna yang asing, maka saya

berupaya menambahkan penjelasan tambahan pada bagian footnote.

5. Pembahasan

Metode maudhui
Tafsir maudhu’i (tematik) menurut

menurut istilah para ulama

yakni menghimpun seluruh ayat Al-qur’an yang memiliki tujuan dan tema

yang sama. Setelah itu apabila memungkinkan di himpun yakni disusun


14

berdasarkan kronologis turunnya dengan memperhatikan sebab-sebab

turunnya, terakhir menguraikan dengan menjelajahi seluruh aspek yang

dapat digali.10.

Adapun penjelasan terkait methode maudhui lainnya yakni metode yang

megambil atau menghimpun ayat-ayat yang berbicara tentang topik pembahsan.

Semuanya diletakkan di bawah satu judul lalu ditafsirkan dengan metode

maudhui, sebagaiman yang digariskan oleh Abdul Hayy Al-Farmawi. Adapun

langkah-langkahnya meliputi :

a. Menempatkan Masalah yang akan di bahas (topik)

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah

c. Menyusun runtunan ayat-ayat yang berkaitan dengan masa

turunnya disertai pengetahuan tentang

asbab al-nuzul

d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya tersebut

e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna

(outline)

f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan

pokok pembahasan
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan
jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang
sama, atau mengkompromikan antara yang am (umum) dan
yang khas (khusus), mutlaq dan muqayyad atau yang pada
10
Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir maudhui dan Cara Penerapannya, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2002), h. 43-44.
15

lahirnya bertentangan sehingga bertemu dalam satu muara, tanpa

perbedaan atau pemaksaan.11

Metode deskripsif

Adapun metode yang digunakan yakni metode deskriptif. Metode deskriptif

adalah suatu metode penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, kondis, sistem pemikiran atau peristiwa. Adapun tujuannya yaitu untuk

membuat deskriptif atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang

diselidiki.12

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini,

penulis dalam

sistematika penulisannya membagi skripsi ini menjadi Empat Bab,

dan masing-

masing bab terbagi lagi kedalam sub bab, adapun sistematika

pembahasannya

tersebut yaitu :
Bab Pertama : Pendahuluan, bab ini merupakan acuan bagi

penulis dalam

menyusun skripsi dan menjadi landasan dalam pembahasan bab-

bab selanjutnya.

Bab ini mengemukakan menganai latar belakang masalah dan

signifikasinya, hal

ini akan menjadi penjelas mengapa penulis mengangkat judul

ini, dilanjutkan

dengan pokok permasalan, manfaat dan tujuan penelitian, hal ini

tentunya berguna

11
Abdul al-Hayy al-farmawi, Metode
Tafsir Maudui, ter. Rohison Anwar (Bandung:
Pustaka setia, 2002), h.51-52
12
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983), cet. Ke-3, h.63.
16

untuk menjelaskan pokok kajian yang akan penulis bahas, kemudian tinjauan

pustaka, metode penulisan serta sistematika penulisan penelitian ini.

Bab Kedua ini mengenai tentang Pengertian motivasi menurut Islam.Pada bab

ini penulis ingin menguraikan akan arti dari Motivasi, dorongan dan jenis-jenis

motivasi dan Tujuan atau Kegunaan motivasi sendiri.

Selanjutkan pada bab ketiga yakni Pernikahan, penulis menguraikan tentang

pengertia menikah. Selain pengertian menikah, juga akan membahas Syarat

pernikahan dan tujuan pernikahan.

Bab Keempat : Dalam Bab Keempat ini pembahasannya yaitu tentang

Macam-macam motivasi untuk melakukan pernikahan, yang penulis temukan

yakni yang diantaranya Melaksanakan perintah, memenuhi unsur Gharizah

berpasangan, penyempurnaan dan penjagaan Iman,Penjagaan Kehormatan diri,

dan Melatih Kesabaran.

Terakhir yakni Bab Kelima : Penutup, pada bab ini penulis menarik jawaban

yang diambil berdasarkan perumusan masalah dan pembahasan pada bab-bab

sebelumnya dan juga penulis membuat saran-saran serta pada akhir tulisan serta

pada akhir tulisan penulis menjabaran referensi-referensi yang dapat dijadikan

rujukan penulis dalam penulisan-penulisan ini.


BAB II

PENGERTIAN MOTIVASI MENURUT AL-QURAN

Pernikahan merupakan bagian dari Fase kehidupan setiap orang, Ibarat

mendirikan rumah, langkah awalnya memilih lahan, membangun pondasi,

menghias ruangan, dan menyemai taman. Membangun rumah pernikahan bukan

hanya dirancang agar bangunan menjadi langgeng. Jauh lebih luhur dari itu.

Perkawinan eloknya juga berkualitas.1

Dalam sebuah buku yang di karang oleh Syekh Fuad Shalih yang berjudul

“Untukmu Yang Akan Menikah Dan Telah Menikah”, beliau menyampaikan

bahwa saat ini patut di sayangkan, kurikulum pendidikan nasional kita justru lebih

mementingkan pelajaran menggambar, menyanyi, olah raga, dan penunjang

pelajaran lainnya. Daripada pelajaran yang lebih krusial dalam menyiapkan

generasi muda Menuju kehidupan rumah tangga yang sukses. 2

Akibatnya banyak orang yang gagal membina rumah tangga, Mereka tidak

mengetahui apa yang harus mereka lakukan untuk menyukseskannya dan

terhindar dari jurang kehancuran. Banyak orang yang tidak mengetehui hal

tersebut padahal pernikahan urusan yang maha penting dalam kehidupan mereka.

Dal hal ini, rasanya sangat penting sekali bagi orang yang hendak menikah

itu memiliki pondasi pemahaman terkait pernikahan. Baik berupa pengetahuan

akan motivasi yang ingin dia bangun dalam berrumahtangga maupun makna

1
Handrawan Nadesul, kiat sehat Pranikah (Jakarta: Kompas Penerbit Buku, 2009), h. xi.
2
Syekh Fuad Shalih, Untukmu yang akan Menikah dan telah Menikah (Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar,2008), h. 29.

17
18

pernikahan itu sendiri. Adapun pengertian Motivasi dan pernikah, yakni sebagai

beikut :

A. Pengertian Motivasi

Manusia berbeda satu sama lain, bukan saja di dalam kemampuan mereka

untuk melakukan sesuatu, tapi juga di dalam kemauan mereka melakukan sesuatu.

Ada pepatah inggris yang populer dikalangan para pendidik, yaitu yang berbunyi :

“you can bring a horse to a river, but you cannot force it to drink”. Maksunya :

“kita bisa menarik seekor kuda ke tepi sungai, namun apakah ia mau atau minum

atau tidak, itu sangat tergantung kepada apakah kuda itu sedang haus atau tidak”.

Minuman di sini merupakan dorongan yang harus datang dari dalam. Dorongan

atau kemampuan untuk minum inilah yang dimaksudkan dengan motivasi.

Manusia biasanya melakukan sesuatu jika ia punya kemauan untuk itu.

Kemauan ini tergantung pula kepada sesuatu yang mencetusannya. Cetusan

kemauan ini bisa kuat dan bisa lemah, cetusan inilah yang disebut motif 3. Motif ini

biasanya terarah pada kepada sesuatu sasaran atau tujuan.4

Adapun pengertian motivasi, dalam kamus Al-munawwir motivasi berasal

dari kata Dawafi yang berarti fakor pendorong.

3 Motif atau pencetusan kemauan seseorang untuk melakukan sesuatu sangat tergantung
pula pada sikap dan tabuiat manusia. Untuk memahami masalah, mau tak mau kita kita harus pula
memahami sikap dan tabiat manusia.
4
Muhammad Imaduddin Abdulrahim, “Sikap Tauhid dan Motivasi Kerja” (Jurnal Ilmu
dan Kebudayaan Ulumul Quran volume II No. 5/9,Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF),
1990.) h. 38.
19

Motivasi berasal dari kata “motif”5, atau yang dalam Bahasa inggrinya

motive, yang berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang

bergerak.6 dari segi psikologis berarti dorongan atau kehendak. Sedangkan

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Motivasi berarti dorongan yang timbul

pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu7. Pengertian diatas, sama halnya dengan pengertian yang

dituturkan oleh Notoatmojo yang di tulis di dalam skripsi karangan Ayu, bahwa

motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang menyebabkan orang

tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. 8

Adapun dalam ilmu Psikologi motivasi yaitu usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan

sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat

kepuasan dengan perbuatannya.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas,

dapat di simpulkan bahwa motivasi merupakan suatu faktor yang terdapat dalam

jiwa individual yang mendorong menyebabkan, mengarahkan suatu sikap dan

tingkah laku seseorang di dalam mencapai tujuan yang mereka inginkan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa motivasi timbul

karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan, sehingga dapat dikatakan bahwa

5 Istilah motif erat berkaitan dengan gerak, yakni dalam halini gerakkan yang dilakukan

manusia,atau disebut juga perbuatan dan tingkah laku.


6
Yeyen Meliyanti. Perbedaan Motivasi untuk Menikah Dini antara Remaja Laki-laki dan
Remaja perempuan di kecamatan sepatan Tangerang. Skipsi S1, Fakultas Psikologi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakata, 2007.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital
8
Dewa eka chandra merta sari, “hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja
terhadap pernikahan dini di desa sukowono kecamatan sukowono kabupaten jember” skripsi s1
fakultas kesehatan , universitas jember, 2015.
20

motivasi akan selalu bergantung pada tujuan dan kebutuhan. Artinya seseorang akan

terdorong melakukan sesuatu bila ada kebutuhan.

Menurut Afrizal Ahmad dalam tesisnya bahwa Abdul Aziz Al-Quussy

mengemukan bahwa perilaku manusia didorong oleh naluri (fitrah) baik bersifat

khusus ataupun umum. Lalu Dia mengutip pendapat Mc Dougal tentang berbagai

naluri yang mendorong manusia melakukan sesuatu tindakan, antara lain: 1)

Naluri menyelamatkan diri; 2) Naluri berperang; 3) Naluri keibuan; 4) Naluri

ingin tahu; 5) Naluri mencari makan; 6) Naluri minta tolong; 7) Naluri jijik; 8)

Naluri seks; 9) Naluri berkuasa; 10) Naluri tunduk; 11) Naluri memiliki; 12)

Naluri bongkar pasang atau meruntuhkan dan membangun; 13) Naluri berkumpul;

14) Naluri ketawa.9

B. Jenis- Jenis Motivasi

Di bawah ini terdapat berbagai jenis motivasi dalam kehidupan manusia, antara

lain:10
1. Dilihat dari sumbernya motivasi dibagi kepada dua; motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul dari setiap individu seperti
kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri
seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari
luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus (ransangan) dari luar.

9 Afrizal Ahmad,”HIRARKI MOTIVASI MENIKAH DALAM ISLAM DITINJAU DARI


MAQASHID SYARI’AH”(Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun
2011)
10 Dewa eka chandra merta sari, hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja

terhadap pernikahan dini di desa sukowono kecamatan sukowono kabupaten jember ( skripsi s1
fakultas kesehatan , universitas jember, 2015)
21

2. Dilihat dari sifatnya, motivasi terbagi kepada tiga; motivasi yang bersifat
anjuran; paksaan dan ancaman. D. Sudjana menjelaskan bahwa terdapat
tiga bentuk motivasi dilihat dari segi sifatnya; pertama, motivasi yang
memberikan harapan adalah motivasi yang mendorong atau merangsang
harapan, kebutuhan, dan keinginan seseorang atau kelompok untuk
melakukan sesuatu. Kedua, bersifat menyadarkan yaitu motivasi yang
bersifat ajakan sehingga seseorang atau kelompok melakukan kegiatan
yang perlu dikerjakan. Dalam konteks wahyu bisa dikatakan termasuk
dalam hal ini perintah atau anjuran menikah. Ketiga, bersifat paksaan yaitu
motivasi yang sifatnya memberikan sangsi.

3. Dilihat dari segi kepentingannya, motivasi terbagi kepada dua, yaitu:

motivasi primer dan motivasi sekunder. Najati menjelaskan bahwa para

psikolog modern membagi motivasi menjadi dua bagian pokok; motivasi

fisiologis dan motivasi psiko-spiritual. Motivasi fisiologis disebut juga

motif primer yang meliputi menjaga diri dan motif kelangsungan

keturunan, sedangkan motivasi psiko-spiritual disebut motif sekunder yang

meliputi motif pemilikan, motif permusuhan, motif persaingan dan motif

beragama.

4. Dilihat dari segi jumlahnya, motivasi terbagi kepada dua; motivasi

tunggaldan motivasi bergabung. W.A. Gerungan dalam hal ini

menjelaskan bahwa seseorang makan tiga kali sehari adalah untuk

memenuhi kebutuhan akan makanan. Ini disebut dengan motif tunggal.

Sedangkan seseorang yang memasuki organisasi dilatarbelakangi oleh


22

tujuan yang beragam, maka motifmotifnya biasanya bergabung. Diantara

motif-motif tersebut terdapat motif utama dan beberapa motif tambahan.

Bagi orang dewasa dan masyarakat modern biasanya mempunyai motif

bergabung dalam berperilaku.


5. Dilihat dari pengaruhnya, motivasi terbagi kepada tiga; motif biogenetis,
motif sosiogenetis dan teogenetis. Dalam hal ini, W.A. Gerungan
menjelaskan,motif biogenetis yaitu motif yang berkembang pada diri
seseorang yang berasal dari organismenya sebagai makhluk biologi.
Adapun motivasi seseorang melakukan pernikahan, sebagaimana yang di sampaikan oleh Syeikh Fuad dalam bukunya
yakni pernikahan itu satu-satunya cara untuk menjaga kontinyuitas kehidupan manusia dan pemakmuran dunia.
pernikahan juga merupakan motivator utama bagi manusia untuk bekerja dan berproduksi. Kalau bukan karenanya,
orang takkan bersemangat untuk bekerja dan mencari rezeki. 11

C. Tujuan Dan Kegunaan Motivasi

Motivasi pada dasarnya harus berpusat pada rasa kemanusiaan. Manusia

yang kehilangan sesuatu dalam hidupnya, motivasi utama yang dimilikinya akan

mengarah pada kebutuhan fisiologi12 ketimbang kebutuhan lainnya. Seseorang

yang kehilangan makanan, keamanan, cinta dan kehormatan barangkali merasa

lebih lapar. Bagi seseorang yang ekstrem pada waktu lapar, tidak ada hal lain

11
Syekh Fuad Shalih, Untukmu yang akan Menikah dan telah Menikah (Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar,2008), h. 31.
12 Bagian dari kebutuhan Dasar yang mana kebutuhan fisiologi ini merupakan kebutuhan

yang diambil sebagai tirik awal dalam motivasi yang bisa disebut juga pengendalian fisiologi.
23

yang menarik dirinya selain makanan. Ia mimpi makan, ia ingin makan, ia berfikir

tentang makan, ia mengeluarkan emosinya hanya mengenai makan, ia menerima

dan menginginkan hanya makanan.13

Adapun hubungannya dengan pernikahan, motivasi awal dari sebuah

pernikahan yakni di dorong oleh kebutuhan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki.

Seseorang akan merasakan kegembiraan, seperti tidak terduga sebelumnya. Cinta

dan kasih sayang, sebaik pengungkapan mereka dalam seksualitas, pada lazimnya

ditandai dengan ambivalensi serta dipagari oleh banyaknya pembatasan maupun

larangan.

Di dalam agama Islam sendiri,tidak melarang adanya rasa cinta dan saling

menyayangi karena itu merupakan sebuah fitrah dari Allah swt, yang mesti di

syukuri. Untuk itu dalam menyalurkan hasrat tersebut yakni dengan sebuah

pernikahan agar tidak hanya mengedepankan nafsu semata melainkan sudah sah

secara agama juga (halal).

13 .H. Maslow “Motivasi & Perilaku (Semarang :dahara prize, 1992). h 21


BAB III

PENGERTIAN PERNIKAHAN MENURUT AL-QUR’AN

A. Pengertian Pernikahan

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, membutuhkan

orang lain, saling berinteraksi, bersosialisasi, menjalin hubungan dengan lawan

jenis serta meneruskan keturunan melalui proses perkawinan (Sumpami, 2008).

Pernikahan merupakan pelindung bagi individu maupun masyarakat,

khusunya kaum perempuan. Islam menganjurkan untuk melakukan pernikahan. Hal

inipun tertera dalam firman Allah di dalam QS. Al-Nur ayat 32 yakni :

‫م‬ ‫و ۚ ا‬Ǵ ‫و نم ضف‬Ǵ‫ءار مهنغُي ال‬Ǭ‫ُۚ ف‬ ۚ ‫ م‬ǰ‫كدا م و مإ ۚئا‬Ʀ‫ نم ع‬ś‫م ۚلاصالو‬ǰ‫او ىمايألا نم‬Ƹǰ ǻ‫أ‬
‫ي‬Ǵ‫او ۚ عساو ع‬ǻ‫و‬ǰ‫نإ ۚي‬
ۚǴ‫ل‬ ‫أ‬
‫و‬ ُ

Artinya : “ Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya)
lagi Maha Mengetahui “. (QS. An-Nur : 32)

Rasulullah Saw secara tegas, telah memerinthkan para pemuda untuk menikah.

Beliau Bersabda :

‫و ول و اج ء‬ǻ‫وي اب موصل اف‬ǴǠ‫ع ف‬ǘƬLj‫جوز و نم ل ي‬Ƭ‫ي‬Ǵ‫ةءا ق‬Ʀ‫م ال‬ǰ‫ا ع نم‬ǘƬ‫ا ب نم سا‬Ʀnj‫ر ال‬njǠ‫اي م‬

Artinya :“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian mampu untuk

menikah maka hendaklah menikah. Sebab menikah itu lebih dapat

menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun barang siapa

24
25

tidak mampu maka endaklahnya ia berpuasa. Sebab puasa adalah pemutus

syahwat. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).1

Begitu pentingnya pernikahan, sehingga Rasulullah Saw mengatakan

bahwa pernikahan adalah separuh agama. Adapun sabda beliau yang artinya

yakni, “jika seseorang telah menikah, dia telah melengkapi separuh agamanya.

Hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dalam separuhnya lagi.”(HR. Al-Baihaqi

dan Al-Hakim)2

Adapun pengertian menikah itu sendiri terbagi dua, yakni pengertian

secara Bahasa dan pengertian secara istilah, adapun lebih jelasnya yakni sebagai

berikut :

1. Pengertian Bahasa

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua

makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan.Secara etimologis

kata nikah (kawin) mempunya beberapa arti yaitu berkumpul, bersatu, bersetubuh,

dan akad. Namun pada hakikatnya adalah setubuh.3 . Perkawinan atau pernikahan

dalam literatur fiqh bahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah (‫ح‬Ύ‫ ( كن‬dan

zawaj (‫ ( جاوز‬4. kata ini di pakai sehari-hari oleh orang Arab dan banyak terdapat

di dalam Al-qur‟an dan Hadis Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat di dalam Al-

qur‟an yang berarti kawin, seperti di dalam Qs an-Nisa ayat 3,

1
Sahrul Anam,dkk, Kado Untuk Sang Tunangan, Risalah Nikah untuk remaja”,(M2KD:
2010). h. 4.
2
Syekh Fuad Shalih, Untukmu yang akan Menikah dan telah Menikah (Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar,2008), h. 29.
3
Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakrta : PrenadaMedia Group, 2016) h.
23.
4
Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007) h. 35.
26

‫د‬Ǡ
‫م لۚأ ت ل او‬ ‫نإف خ‬ ۚ ‫نال‬ ‫نما‬ǰǻ‫م‬ǰ‫وف ل‬ǘ ‫نإو خ ملۚأ ت‬
‫ةدحاوف‬ ‫ أ‬ƬǨ ‫ث عابرو‬Ȑ‫ُۚۚ ثو‬ ‫ ن‬ư‫ءا م‬Lj ۚ ‫ و ام باط‬Ƹ ‫ىما اف‬Ƭ‫ يال‬Lj Ǭ ‫ أ‬ƬǨ ۚ

‫ت ل او‬ ‫م ۚ لذ أ لۚأ‬ ‫أأ‬


ۚ
‫ و‬Ǡ ‫ك ۚند‬ ‫ أ‬ǰُۚ ǻ‫ ت اي‬ǰǴ‫و ام م‬
Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisa : 3)

Demikian pula banyak terdapat kata za-wa-ja dalam Al-Qur‟an yang berarti

kawin, seperi dalam surat al-Ahzab ayat 37, yakni:


‫ د‬Ʀ‫م‬
‫و أ‬Ǵ‫ى سانال لا‬nj‫و وي أتو‬Ǵ‫ ك م ا ال‬Lj ‫ي ف‬Ǩ‫ت ق أتو‬ ‫وي أ‬Ǵ ǻ ‫ م‬ǻ‫يذ أ‬Ǵ‫ذإو ت ل‬
‫ۚ و قح‬ ۚ ۚ ‫كي كجوز او ال‬Ǵ‫ ك ع‬Lj‫م‬ ‫لو‬Ǭ Ǵ‫ال‬ ۚ
Ǩۚǻ ‫و‬Ǵ ‫ ت ع‬ǸǠ‫وي أأو‬Ǵ‫ ۚ و ع‬Ǡ‫أ‬

ۚ ‫و ارط‬ ‫ئا‬ ‫أ‬ ‫فأ‬ ‫ي ل‬ǰ‫ا ل‬ ۚ ‫نأ ت‬


‫ج‬ ‫ا‬ ‫م‬
‫ناكو‬ ۚ ۚ ‫مه اذإ اوضق نهنم‬ ‫اوز يعد‬ ‫ جرح‬ś‫ؤ نم‬Ǹ ‫ى ل‬Ǵ‫نو ع‬ǰ‫أ ۚي‬ ‫ ا ضق ى دأيز ن ه ا ارطو هكانجوز‬ǸǴ‫ها ف‬nj‫أ‬

‫لۚو‬ǠǨ‫و م‬Ǵ‫أ رمُۚ ال‬

ۚ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah

melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat

kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang

kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya,

dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu

takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya

(menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan

bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka,


27

apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada

isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (QS. Al-ahzab : 37)

Nikah juga dimaknai al-jam’u dan al-dhamu yang berarti kumpul. Makna

kata nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah.

Nikah juga bisa diartikah (wath’u al-zaujah) yang artinya menyetubuhi istri5. Kata

nikah juga sering dipergunakan sebab telah masuk ke dalam kamus besar bahasa

indonesia.6

Adapun menurut Rahmat hakim dalam buku H.M.a Tihami, kata nikah

berasal dari bahasa arab “nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari kata

kerja yakni “nakaha”, yang sinonimnya yaitu “tazawwaja” kemudian

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan.

Beberapa penulis terkadang menyebut pernikahan sama dengan kata

perkawinan. Adapun dalam bahasa indonesia sendiri, “perkawinan” itu berasal

dari kata “kawin” yang artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Istilah kawin itu digunakan secara

umum yakni untuk tumbuhan, hewan dan juga manusia. Berbeda dengan kata

kawin tersebut, kata nikah justru hanya digunakan pada manusia karena

mengandung keabsahan secara hukum sosial, adat istiadat dan terutama menurut

agama. Makna nikah sendiri yakni akad atau ikatan, karena dalam proses pernikan

terdapat ijab dan qabul.

5
H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Jakarta:PT.RajaGrafindo
Persada, 2009), h. 7.
6
Anoniimous, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), h. 456.
28

2. Pengertian Istilah

Secara terminologis, menurut Imam Syafi‟i nikah (kawin) yaitu akad yang

dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita. Menurut

Imam Hanafi nikah berarti akad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan

seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita serta

akad yang menggunakan lafadz nikah atau tazwij untuk membolehkan manfaat,

bersenang-senang dengan wanita. Menurut Imam malik nikah adalah akad

yang mengandung ketentuan hukum semata-mata untuk membolehkan wathi’

(bersetubuh),bersenang-senang, dan menikmati apa yang ada pada diri seorang

wanita yang boleh nikah dengannya.7 Adapun pengertian lain yakni, nikah

adalah akad serah terima anatar laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk

saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera

rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera.

Adapun dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 1

disebutkan bahwa : “Perkawinan adalah lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagi suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. 8.

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam, pernikahan yaitu akad yang

sangat kuat atau miitsaaqan gholidhan untuk menaati perintah Allah dan

melaksanakannya adalah ibadah9.

7 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta : PrenadaMedia Group, 2016),


h. 24.
8
Pasal 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
9
Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam
29

Berdasarkan definisi diatas, berarti yang dimaksud dengan pernikahan

adakah akad nikah. Akad nikah yaitu rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali

dan kabul yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh

dua orang saksi.10

Dengan demikian, penikahan adalah suatu akad yang secara keseluruhan

aspeknya dikandung dalam kata nikah atau tazwij dan merupaka ucapan

seremonial yang sakral.

Perkawinan atau pernikahan juga merupakan suatu ketentuan dari

ketentuan-ketentuan Allah di dalam menjadikan dan menciptakan alam ini.

Perkawinan bersifat umum, menyeluruh berlaku tanpa kecuali baik bagi

manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan11. Ketentuan-ketentuan ini telah

ditungkan di dalam firman Allah swt yang berbunyi :

ۚ‫ر‬ ‫ل‬ ‫ ۚ ي‬ś ‫ أثا‬ś ‫ل‬ ư‫ال‬ ۚ ǻ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫و ال‬


‫ي ال‬ ‫يف‬ ‫مو‬
‫ي ۚ ۚاهنال‬Ǵ nj‫ ۚ ه ا جوز أ ن أ ُغ‬Ǡ‫ تار ج‬Ǹ ‫ ۚ هيف ا ساور هأأو ارا ن لك‬Ǡ ‫ىو ۚ يذ دم ضرألا جو‬
ۚ ۚ
‫ي ل‬ȉۚ ‫نإ ف ذ ل‬
‫نور‬ǰǨƬ‫موۚي‬Ǭ ‫ك تا‬
Artinya : ” Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan

menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan

padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam

kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda

(kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Qs. Ar-Ra‟ad : 3)

Dan Allah swt juga berfirman;


‫ۚو‬
‫ام ل‬ ‫ مه‬Lj ‫أ ألا‬ ‫ا ام تن‬ ‫ألاال ج‬ ‫يذ‬
‫نو‬ǸǴǠ‫ أ ۚ ۚي‬Ǩǻ ‫نمو‬ ‫ت ضر‬Ʀ ‫ه‬Ǵ‫ۚ ك‬ ‫ق اوز‬Ǵ ‫نا خ‬ƸƦ‫س‬

10
Pasal 1 huruf C Kompilasi Hukum Islam.
11
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), h. 41.
30

Artinya : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka

maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin :36).

B. Syarat Pernikahan

Syarat pernikahan ialah syarat yang bertalian dengan rukun-rukun pernikahan,.

Adapun syarat-syarat pernikahan yakni 12:

1. Calon mempelai Suami dan Isteri

Calon mempelai Laki-laki dan mempelai perempuan diharuskan untuk

untuk hadir dalam proses pernikahan tersebut. Adapun calon laki-laki

(suami) harus hadir sendiri dalam melaksanakan akad nikah, karena dialah

yang akan sangat bertanggung jawab dengan pelaksanaan perkawinan itu.

2. Wali

Persoalan terkait wali pihak perempuan ini, menurut Imam Syafi‟i,

perempuan yang akan menikah wajib memakai wali, dan wali itu

merupakan syarat bagi sahnya perkawinan.13

Adapun pihak yang berhak menjadi seorang wali yakni Bapak Kandung,

penerima wasiat, kerabat terdekat, dan seerusnya sesuai perempuan

tersebut. Dalam hal ini, Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah ada nikah,

kecuali dengan wali.” (HR. Abu dawud)

12 M.A. Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2010), h. 13-14.
13 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, h. 63
31

Umar bin Khatab Ra, berkata : “Perempuan tidak boleh dinikahi, kecuali

atas izin walinya, orang bijak dari keluarganya, atau seorang pemimpin.”

Adapun masalah yang harus diperhatikan terkait wali yakni sebagai

berikut :

a. Syarat-syarat wali yakni laki-laki, baligh, berakal, sehat, dan bukan

seorang budak.
b. Perwalian kerabat bagi seorang perempuan dihukumi tidak sah jika ada
wali yang lebih dekat dengan perempuan tersebut. Misalnya, perwalian
saudara sebapak tidak sah karena adanya saudara kandung.

c. Jika seorang perempuan mengizinkan dua orang kerabatnya agar

menikahkan dirinya, kemudian masing-masing kerabat menikahkannya

dengan laki-laki yang berbeda, maka pernikahan pertama yang

dihukumi sah. Namun, bila akad nikah yang dilaksanakan pada waktu

yang sama, maka kedua akad nikah dianggap tidak sah.14

3. Saksi

Suatu pernikahan harus dihadiri oleh minimal dua orang muslim yang adil

sebagai saksi. Hal ini didasarkan pada firma Allah Swt dalam surat At-

Thalaaq ayat 2, sebagai berikut yang artinya :” Apabila mereka telah

mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau

lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang

saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian

itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang

14 Bahirul Amali Herry, Kupinang Engkau dengan Al-qur’an (Jogjakarta: Diva Press,
2013), h. 176
32

beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada

Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”

Syarat dua orang saksi ini merupakan syarat yang biasa dalam

kejadian-kejadian penting sebagai penguat dalam suatu kejadian yang

menghendaki pembuktian. Pernikahan yang tidak memakai dua orang

saksi menurut pendapat dikalangan Islam adalah tidak sah batal sejak

semula. Sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan Ahmad yakni

berbunyi: “Tidak sah menikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi

yang adil”.

4. Ijab Kabul.

Ijab berarti menawarkan dan kabul sebenarnya berasal berasal dari kata

qabuul, berarti menerima. Dalam teknis hukum perkawinan, ijab artinya

penegasan kehendak mengikatkan diri dalam dalam bentuk perkawinan

dan dilakukan oleh pihak perempuan ditujukan kepada calon suami.

Sedangkan kabul berarti penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai

suami isteri yang dilakukan oleh pihak laki-laki. Pelaksanaan penegasan

qabul ini harus diucapkan pihak laki-laki langsung sesudah ucapan

penegasan ijab perempuan, tidak boleh mempunyai antara waktu yang

lama.

Adapun shigat akad nikah adalah perkataan yang diucapkan oleh

mempelai laki-laki atau wali mempelai perempuan ketika akad nikah.

Misalnya, mempelai laki-laki meminta kepada wali seraya berkata,

“Nikahkanlah aku dengan putrimu atau putri yang diwasiatkan kepadamu,


33

yang bernama fulanah.” Kenudian, wali berkata , “ aku nikhkan kamu

dengan putriku yang bernama fulanah”. Selanjutnya, mempelai laki-laki

menjawab, “ aku terima nikahnya putrimu denganku.” Syarat-syarat shigat

(bentuk akad) hendaknya dilakukan dengan bahasa yang dapat dimengerti

oleh orang yang melakukan akad, penerima akad, dan saksi, shigat

hendaknya mempergunakan ucapan yang menunjukkan waktu akad dan

saksi. Shigat hendaknya mempergunakan ucapan yang menunjukkan

waktu lampau, sedang lainnya dengan kalimat yang menunjukkan waktu

yang akan datang.

Mempelai laki-laki dapat meminta kepada wali pengantin perempuan:

“kawinkanlah saya dengan anak perempuan Bapak” kemudian dijawab: “ saya

kawinkan dia (anak perempuannya) denganmu. Permintaan dan jawaban itu sudah

berarti perkawinan.

Shigat itu hendaknya terkait dengan batasan tertentu supaya akad itu dapat

berlaku. Misalnya, dengan ucapan : “saya nikahkan engkau dengan anak

perempuan saya”. Kemudian pihak laki-laki menjawab: “ya saya terima”. Akad

ini sah dan berlaku. Akad yang bergantung kepada syarat atau waktu tertentu,

tidak sah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akad nikah atau perkawinan

yang tidak dapat memenuhi syarat dan rukunnya menjadikan tersebut tidak sah

menurut hukum.
34

C. Tujuan Pernikahan

Perkawinan atau pernikahan itu salah satu cara tujuannya yakni yang telah

ditetapkan oleh Allah untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan atau

anak serta melangsungkan kehidupan manusia15. Untuk itu suami istri ditugaskan

untuk mengaturnya. Ketentuan tentang masalah ini ditungkan di dalam firman

Allah swt yang berbunyi :

‫م‬ ‫م ۚ نإ‬ ‫و أ‬Ǵ‫ال‬ ‫ۚ نإ أ‬ ‫لل‬ ưǻ‫ُۚ أو‬ ‫اي يأ ا سانال‬


‫ب ئ‬ ‫ا‬ǻ‫إ‬
‫ي‬Ʀ‫ي ۚ خ‬Ǵ‫و ع‬Ǵ‫كا أ ال‬Ǭ‫ م دنع ت‬ǰ‫ك مر‬ ‫وفرا‬ǠƬ ۚ‫ ا‬Ʀ‫ا و قو‬Ǡ‫مكان ش‬ǴǠ‫ۚ ى جو‬ ‫مكان نم كذ ر‬ǬǴ‫خ‬ ُۚ ‫ۚ ه‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat : 13)
Dan firman Allah swt :

‫ذ‬ ‫ذ‬
‫وب‬ ‫ي ال ت‬ ۚ ‫ا ر ل‬Ǹ ‫س‬Ǩۚǻ ‫م نم‬ǰǬǴ‫م ي ال خ‬ǰ‫و ۚبر‬Ǭ‫اي يأ ا سانال تا‬
‫ۚ ء ت ا ال‬
‫نولءا‬
ư‫ك‬Lj ‫و‬Ǵ ‫ و‬Ǭ‫ۚ ا او‬Lj ǻ‫ق اهنم اهجوز ثبو هنم ۚ اج و‬Ǵ ‫حو ة خو‬ ُۚ ۚ ُۚ ‫ۚ ه‬
‫اي‬ ‫د‬
‫ي ا‬ ‫ل ۚ نإ‬
Ʀ‫م قر‬ǰ‫ي‬Ǵ‫و ناك ع‬Ǵ‫ماحر أو ال‬

Artinya : ”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan

bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya

15
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, h. 42.
35

kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan

silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi

kamu.” (QS. An-Nisaa : Ayat 1 )

Adapun tujuan pernikahan yang lainnya16, yakni diantaranya:

1. Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.


2. Membentuk suatu keluarga atau rumah tangga yang bahagia, sakinah, mawaddah
wa rahmah. Hal inipun telah dipertegas dalam Firman Allah yakni dalam QS. Ar-
Ruum: 21

‫َن‬ ‫ي‬ ‫ي ل‬ȉۚ ‫ۚ نإ ف ذ ل‬ ‫لب‬ ‫اون إل‬ǰLj ‫ا ل‬ ‫م أ‬ǰLjǨǻ‫أ‬ ‫ل‬ ‫يآ و نأ‬
‫م‬ǰ ‫ت‬
‫ور‬ǰǨƬۚۚ ‫مو‬Ǭ ‫تا‬ ‫ك‬ ‫م م ةدو حرو ة‬ǰ‫ ۚ ني‬Ǡ ‫ي اه جو‬ ‫أ‬ Ƭ ‫ق نم أ جاوز‬Ǵ‫نمو ا خ‬
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum: 21)

3. Menuruti Perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam

masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga damai dan teratur.


4. Untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat manusia, berhubungan antara laki-laki dan
perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga bahagia berdasarkan rasa
cinta kasih, untuk untuk memperoleh keturunan yang yang sah dalam masyarakat
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariat.
Adapun hikmah atau manfaat melakukan pernikahan yang sah17 yakni:

16 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakrta : Prenada Media Group, 2016),
h. 28.
36

a. Menghindari terjadinya perzinahaan.

b. Menikah dapat merendahkan pandangan mata dari melihat perempuan yang

diharamkan

c. Menghindari terjadinya pennyakit kelamin yang diakibatkan oleh perzinaan

seperti AIDS.

d. Lebih menumbuh kembangkan kemantapan jiwa dan kedewasaan serta

tanggung jawab kepada keluarga.

e. Nikah merupakan setengah dari agama.

f. Menikah dapat menumbuhkan kesungguhan, keberanian, dan rasa tanggung

jawab kepada keluarga,masyarakat, dan negara.


g. Pernikahan dapat memperhubungkan silaturrahim, persaudaraa, dan
kegembiraan dalam menghadapi perjuangan hidup dalam kehidupan
mesyarakat dan sosial.

Adapun hikmah tambahan yang lainnya, yakni menurut Abdullah Nasheh

„Ulwan dalam buku keluarga sakinah karangan H. Abdul Qadir Djaelani yang

menyatakan antara lain sebagai berikut:

1. Untuk memelihara jenis manusia.

Dengan pernikahan manusia dapat melangsungkan jenis keturunannya.

Hal inipun tertera dalam Firman Allah yakni :

‫و م‬Ǵ‫ال‬ ‫ۚ أ طا ل‬ ‫ن ال‬ ‫م ب‬ǰ ‫أ‬ ‫لل‬ ‫م أ‬ǰLjǨǻ‫أ‬ ‫لل‬ ‫ال‬


‫ن‬ ‫ا‬ ǘ ‫م‬ǰ ‫م‬ǰ Ǵ
‫ىأ‬ ‫ت‬ǸǠ‫نونمؤُي بو‬ Ʀ ‫ل‬Ʀ‫تا ف‬Ʀ‫م مۚ ي‬ǰ‫ةد قزرو‬Ǩ‫ حو‬ś‫ن‬ ‫نم جاوز‬ ۚǠ ‫أ اجاوز جو‬ ‫نم‬ ۚǠ‫ۚ و ج‬

‫نور‬Ǩǰ‫ۚي‬

17 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta : PrenadaMedia Group, 2016),


h. 38.
37

Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?." (QS. An-
Nahl : 72)

2. Menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak

Rasulullah Saw secara tegas, telah memerintahkan para pemuda untuk

menikah. Hal ini pun sesuai dengan sabda Rasulullah Saw yang Artinya : “Wahai

para pemuda, jika kamu sudah memiliki kemampuan untuk menikah, menikahlah.

Sebab itu lebih ampuh untuk menjaga pandangan mata dan kegormatanmu.

Sedangkan yang belum mampu, hendaknya dia berpuasa, karena itu akan menjadi

perisai baginya’. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 18.

Adapun tujuan pernikahan menurut faizah Ali Sybromalisi dalam Skripsi yang

ditulis oleh Ahmad Arifudz Zaki19, yakni 20 sebagai berikut :

1. Fungsi Reproduksi

2. Fungsi keagamaan

3. Fungsi Sosial Budaya

4. Fungsi Pembinaan Keluarga

D. Ayat-ayat tentang Pernikahan

18
Syaikh Fuad Shaleh, “Untukmu yang akan Menikah dan Telah Menikah”
(Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2008)h. 30.
19 Ahmad Arifuz Zaki, Konsep Pra-Nikah Dalam Al-Quran dan Tafsir (Kajian Tafsir

Tematik),Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tasirf, Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, tahun 2017
20
Faizah Ali Syibromalisi, kiat-kiat memilih pasangan Menuju Perkawainan Bahagia,
disampaikan pada acara seminar Pendidikan Pranikah: Membangun keluarga Bahagia, Menuju
Generasi Berkualitas, PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 September 2014
38

Kata Menikah dengan menggunakan term nakah beserta seluruh

derivasinya dalam Al-Qur‟an tersebar dalam 23 tempat, dalam 6 Surat, 17 ayat.

Dari 6 surat, yang termasuk ke dalam ke dalam kategori makkiyyah adalah 1

surat, dan madaniyyah 5 surat.21

Berikut ini persebaran ayat-ayat tentang kehidupan menikah, dengan

menggunakan term “nakaha” beserta seluruh derivasinya yang terdapat di

dalam Al-Qur‟an:

Tabel 1.1

PERSEBARAN AYAT-AYAT TENTANG MENIKAH, DENGA

MENGGUNAKAN TERM “NAKAHA” BESERTA SELURUH

DERIVASINYA YANG TERDAPAT DI DALAM AL-QUR‟AN

No Surat Ayat Status

1 Al-Baqarah (2) 221,230,232,235 Madaniyah

2 An-Nisa (4) 3,6,22,25,127, Madaniyah

3 An-Nuur (24) 3,32,33, Madaniyah

4 Al-Qasas (28) 27 Makkiyah

5 Al-Ahzab (33) 49, 50,53 Madaniyah

6 Al-Mumtahanah (60) 10 Madaniyah

Sebagai tambahan ayat-ayat terkait pernikahan yakni Allah menciptakan segala

sesuatu itu berpasang-pasangan.

21
Muhammad Fuad Abd Al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz, Al-Qur’an l-Karim, ( Al-
Qahirah: Daarul al- Hadis, 1991)h. 888-889.
39

Adapun Kata Berpasang-pasangan dengan menggunakan term “zawaja”

beserta seluruh derivasinya dalam Al-Qur‟an tersebar dalam 60 tempat, dalam 42

Surat, 67 ayat. Dari 42 surat, yang termasuk ke dalam ke dalam kategori

makkiyyah adalah 30 surat, dan madaniyyah 12 surat.22

Berikut ini persebaran ayat-ayat tentang berpasangan dengan menggunakan

term “zawaja” beserta seluruh derivasinya yang terdapat di dalam Al-Qur‟an:

Tabel 1.2

PERSEBARAN AYAT-AYAT TENTANG MENIKAH, DENGA

MENGGUNAKAN TERM “ZAWAJA” BESERTA SELURUH

DERIVASINYA YANG TERDAPAT DI DALAM AL-QUR‟AN

No Surat Ayat Status

1 Al-Baqarah (2) 25,35,102,230,232,234 Madaniyah

2 Ali Imran (3) 15 Madaniyah

3 An-Nisa (4) 1,12,2,57 Madaniyah

4 Al-Anam (6) 139,143 Makkiyah

5 Al-A‟raf (7) 19,189, Makkiyah

6 At-Taubah (9) 24, Madaniyah

7 Huud (11) 40, Makkiyah

8 Ar-Ra‟du (13) 3,23,38, Madaniyah

9 Al-Hijr (15) 88, Makkiyah

22
Muhammad Fuad Abd Al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz, Al-Qur’an l-Karim, ( Al-
Qahirah: Daarul al- Hadis, 1991)h. 888-889.
40

10 An-Nahl (16) 72, Makkiyah

11 Tahaa (20) 53,117, Makkiyah

12 Al-Anbiya (21) 90, Makkiyah

13 Al-Hajj (22) 5, Madaniyah

14 Al-Mu‟minum (23) 6.27 Makkiyah

15 Al-Furqon (25) 74 Makkiyah

16 As-Syuara (26) 7,166, Makkiyah

17 Ar-Rum (30) 21 Makkiyah

18 Lukman (31) 10, Makkiyah

19 Al-Ahzab (33) 4,6,28,37, 50,52,59 Madaniyah

20 Fatir (35) 11 Makkiyah

21 Yasin (36) 36,56 Makkiyah

22 Al-Fussilat (37) 22 Makkiyah

23 Sad (38) 58, Makkiyah

24 Az-zumar (39) 6, Makkiyah

25 Al-Ghafir (40) 8 Makkiyah

26 As-Syura (42) 11,50 Makkiyah

27 Az-Zukhruf (43) 12, Makkiyah

28 Ad-dukhan (44) 54, Makkiyah

29 Qaf (50) 7, Makkiyah

30 Adz-Zariyat (51) 49, Makkiyah

31 At-Tur (52) 20, Makkiyah


41

32 An-Najm (53) 45, Makkiyah

33 Ar-Rohman (55) 52, Madaniyah

34 Al-Waqiah (56) 7, Makkiyah

35 Al-mujadalah (58) 1, Madaniyah

36 Al-Mumtahanah (60) 11 Madaniyah

37 At-Thagobun (64) 14, Madaniyah

38 At-Tahrim (66) 1,3,5 Madaniyah

39 Al-Ma‟arij (70) 30 Makkiyah

40 Al-Qiyamah (75) 39, Makkiyah

41 An-Naba (78) 8 Makkiyah

42 At-Takwir (81) 7, Makkiyah


BAB IV

MOTIVASI MENIKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Keluarga adalah institusi sosial terkecil yang di dalamnya terdiri dari

anggota keluarga, yaitu pasangan suami-isteri, anak-anak , serta kedua orang tua,

serta kerabat lainya1. Terwujudnya rumah tangga yang sah tentunya setelah

didahului oleh akad nikah atau perkawinan, sesuai dengan ajaran agama dan

undang-undangan No.1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Perkawinan atau pernikahan sejatinya harus diawali dengan niat yang

iklas, karena pernikahan itu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya terhadap

hamba-hamba-Nya yang mampu. Sebelum berjalan kearah yang lebih jauh

tentunya pihak-pihak yang bersangkutan (calon suami-isteri) hendaklah berusaha

untuk mempelajari dan mengetahui motivasi apa saja yang mengharuskan dia

untuk menikah. Hal ini diharuskan karena, akan menjadi sebuah landasan atau

pedoman rumah tangga yang akan didirikan itu lebih baik dan lebih kuat. Tidak

mudah mengalami kegoncangan dan krisis dalam melayarkan bahtera rumah

tangga berikutnya.

Al-Qur‟an dan Sunnah memberikan anjuran bahkan perintah untuk

menikah. Hal ini mendorong umat Islam untuk menikah. Sekalipun manusia

memiliki motivasi intrinsik2 untuk menikah, anjuran atau perintah normatif di atas

bisa menjadi motivasi ekstrinsik3. Bahkan beberapa penekanan dalam dalil-dalil

1
Pimpinan Pusat Aisyiyah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Tuntunan
Menuju Keluarga Sakinah, (Suara Muhammadiyah;Yogyakarta, 2016), h.101.
2
Motivasi intrinsik timbul dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat
dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. D. Sudjana. S.Op. Cit, h.16.
3 Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena

adanya stimulus (ransangan) dari luar lingkungannya.Ibid

42
43

tersebut mengambarkan motivasi intrinsik seseorang untuk menikah. Banyak nash

(al-Qur‟an dan Sunnah) yang mendorong atau memotivasi setiap muslim

menikah. Allah dan Rasul dalam hal ini bertindak sebagai pemberi motivasi.

Beberapa motivasi pernikahan yang dijelaskan dalam nash, antara lain. Secara

psikologis, motivasi tersebut ada yang bersifat memberikan harapan,

menyadarkan maupun paksaan.4

Adapun beberapa motivasi melakukan pernikahan dalam pandangan

agama islam, yakni sebagai berikut :

A. Melaksanakan Perintah

Menikah adalah menyatukan atau menghubungkan ikatan antara seorang

laki-laki dengan seorang perempuan dengan syarat ijab qabul. Islam memandang

menikah dengan sangat-sangat baik karena nikah merupakan salah satu anjuran

Allah SWT dan sunnah rasulullah SAW.

Pernikahan merupakan jalinan hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Hal ini sudah dijelaskan dalam Al-qur‟an yakni surat An-Nisa ayat 1 yang

berbunyi :

‫ا‬ ‫ث‬ ‫س‬Ǩۚǻ ‫م نم‬ǰǬǴ‫ال خ‬ ‫تا‬ ‫اي أ‬


‫ذ‬
‫ي‬
‫م‬ ǰ ۚ ‫ۚي انال ا‬
Ǹ‫اهجوز ۚبو هن م‬ ‫ق‬Ǵ‫حاو ةد خو‬ ‫ و بر م‬Ǭ ‫ۚ اه س‬
‫اهن‬
‫ذ‬
5 ‫ۚ نإ‬ ‫وب‬ ‫ال ي ت‬ ۚ ‫ر ل‬
‫ي‬ ‫ل‬ ‫ا ال‬ ۚ ư‫ك‬
‫ا‬Ʀ‫م قر‬ǰ‫ي‬Ǵ‫و ناك ع‬Ǵ‫ال‬ ‫ماحر او‬ ‫نولءا‬Lj ‫و‬Ǵ ‫ و‬Ǭ‫ءا تو‬Lj ǻ‫ۚاج اي و‬

4
D. Sudjana. S. menjelaskan bahwa terdapat tiga bentuk motivasi dilihat dari segi
sifatnya; pertama, motivasi yang memberikan harapan adalah motivasi yang mendorong atau
merangsang harapan, kebutuhan, dan keinginan seseorang atau kelompok untuk melakukan
sesuatu. Kedua,bersifat menyadarkan yaitu motivasi yang bersifat ajakan sehingga seseorang atau
kelompok melakukan kegiatan yang perlu dikerjakan. Dalam konteks wahyu bisa dikatakan
termasuk dalam hal ini perintah atau anjuran menikah. Ketiga, bersifat paksaan yaitu motivasi yang
sifatnya memberikan sangsi. D. Sudjana, S. Op. Cit, h. 161-162.
5
Qs. An -Nisa : 1
44

Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang

biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah

kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling

meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

Di dalam tafsir ath-thabari, dijelaskan bahwa ayat sebagai manusia

janganlah kita menyalahi perintah Allah dan larangan-Nya. Selain itu juga ada

kewajiban sebagai hamba-hamba Allah untuk memelihara hak sebagian yang

laiinya.6 Ayat di atas juga menjelaskan tentang perintah Allah kepada manusia,

baik laki-laki maupun perempuan untuk melakukan Proses perkenalan ini, yang

salah satunya bertujuan untuk manusia melestarikan keturunan. Manusia, baik

laki-laki maupun perempuan tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan

orang lain (makhluk sosial), untuk itu penting kiranya memiliki seorang pasangan.

Selain itu, tidak hanya manusia yang diciptakan berpasangan makhluk yang

lainpun demikian, seperti tumbuhan dan hewan. Hal inipun tertera dalam Al-

qur‟an surat Yasin ayat 36, yakni :

‫ضرال نمو أ ه لۚ ي‬ ‫ا ام ت‬ ‫ال‬ ‫نا ال يذ‬ƸƦ‫س‬


ۚ‫ن‬ ‫م ۚو‬LjǨ ‫ت‬Ʀ‫ن‬ُ ‫ه‬Ǵ‫ك‬ ‫جاوز‬ ‫ق‬Ǵ‫خ‬
‫ و‬ǸǴ ‫ ام‬ǻ
Ǡۚ

6 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-thabari (6), (Jakarta: pustaka

Azzam, 2009), h. 350


45

Artinya : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri

mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.7

Ayat ini menjelaskan bahwa apa yang Allah ciptakan pasti berpasang-

pasangan, salah satu contoh yang bisa diambil yakni seperti adanya siang dan

malam, baik dan buruk, begitupun laki-laki dan perempuan, serta lainnya yang

mempunyai pasangan.

Dari berpasangan itulah maka akan adanya pemersatu. Adapun dalam

pemersatu antara laki-laki dan perempuan yakni Pernikahan atau perkawinan.

pernikahan itu sunnatullah, yang artinya perintah Allah dan Rasul-Nya, tidak

hanya semata-mata keinginan manusia atau hawa nafsunya saja, karenanya

seseorang yang telah memutuskan untuk menikah dan berumah tangga berarti ia

telah mengerjakan sebagian dari Syariat (aturan) Agama Islam. Hal ini tertera

dalam sebuah hadis yakni :

‫ت ىتنس‬Lj‫ي‬Ǵ‫ىتر ف‬ǘ‫ن بحا ف‬Ǹ‫ ف‬,ŕ‫حا نس‬ǰ‫نال‬

Artinya : “Pernikahan itu adalah sunnahku, barangsiapa yang mencintai fitrahku

(jalanku) maka hendaklah ia menjalankan Sunnahku”. )H.R Ibnu Abbas)8

Selain itu ada hadis yang berbunyi yakni :

‫يقا‬Ʀ‫ف ال‬ǐ‫ نال‬Ŀ ‫ق ال‬Ƭ‫ي‬Ǵ‫ ف‬,‫ف نيدال‬ǐǻ ‫ل‬ǸǰƬ‫د سا‬Ǭ‫د ف‬ƦǠ‫اذا جوزت ال‬

7Qs.Yasin : 36
8
Sidi Nazar Bakri, “Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah)” (Jakarta
:Pedoman Ilmu Jaya,1993), h. 5.
46

Artinya : “Jika seorang hamba telah menikah, maka sungguh ia telah

menyempurnakan separuh agamanya. Maka, takutlah kepada Allah

dengan (menjaga) separuhnya.” (H.R. Imam Baihaqi)9

Adapun ayat yang lainnya, di dalam al-Qur‟an yakni tertera dalam QS. Ar-

Ruum ayat 21, berbunyi :

َ ‫ي ل ۚ ي‬ȉۚ ۚ
‫ لذ‬Ŀۚ ‫ۚ نإ‬ ‫لب‬ ‫اون إل‬ǰLj ‫ا ل‬ ‫م أ‬ǰLjǨǻ‫أ‬ ‫ل‬ ‫يآ و أ‬
‫ن‬ ‫م‬ǰ ‫ت‬
‫ ور‬ǰǨƬۚ ‫مو‬Ǭ ‫تا‬ ۚ ‫م م ةدو حرو ة‬ǰ‫ ۚ ني‬Ǡ ‫ي اه جو‬ ۚ Ƭ ‫ق نم ۚ جاوز‬Ǵ ‫نم ا ن خ‬
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum: 21)

Menuruti Perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam

masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga damai dan teratur.

Di dalam Tafsir Al-quran karya syekh Abdurrahman bin Nashir di jelaskan

bahwa diantara kekuasan Allah ialah diciptakannya manusia dari satu sumber asal

dan dari satu materi kemudian dikembangbiakkan di seleuruh penjuru dan sudut

bumi. Tentunya dengan membuktikan rahmat-Nya, perhatian-Nya,kebijaksanan-

Nya yang agung dan juga ilmunya yag mencakup segala sesuatu untuk

hambanya.tentu Allah meciptakan dengan keserasiannya. Denga memberikan

pernikahan itu sebagai sebab yang mendatangkan pada rasa kasih sayang,

sehingga dengan adanya isteri dapat merasakan kenikmatan, kelezatan dan

9
SyahrulAnam, dkk, “Kado Untuk Sang Tunangan” (Majelis Musyawarah Kutubudiyah:
2010), h. 17.
47

manfaat dengan adanya keturunan yakni anak-anak, dan bisa merasakan

mengasuh dan merasakan kedamaian padanya.10

Untuk itu, pernikahan bukan semata-mata untuk melampiaskan syahwat,

tetapi untuk mendapatkan ketentraman dan kedamaian.

Selain itu, Islam menganjurkan kaum muslimin untuk menikah dan

memberikan perhatian khusus kembali padanya. Islam menuntut generasi muda

Islam agar segera manikah jika sudah mampu melakukannya. Di dalam syariat

Islam banyak terdapat nash-nash yang memberikan anjiran kepada imat islam

untuk menikah. Allah Swt berfirman dalam QS An-Nur ayat 32 yakni :

‫و ن‬Ǵ‫مهن ال‬Ǥ‫ ءار ُۚ ي‬Ǭ‫ُۚ ف‬ ۚ ‫م‬ǰ‫مكدا ۚئامإو‬Ʀ‫ نم ع‬ś‫ۚلا‬ǐ‫ الو‬ǰ‫نم‬ ‫ او يال‬ǰǻ ‫و‬
‫م‬ ‫ىما م‬ Ƹ
‫ا ُو‬ǻ‫و‬ǰ‫نإ ۚي‬
‫و‬
‫ي‬ Ǵ ‫ ل‬Ǵǔ‫ف‬
ۚ
‫م‬Ǵ‫او و عساو ع‬
Artinya : "Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah
Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.11"

Ayat ini mengandung anjuran untuk menikah dan membantu laki-laki

yang belum beristri dari perempuan-perempuan yang belum bersuami agar mereka

menyegerakan pernikahan dan janganlah sekali-kali kemiskinan dijadikan

10
Syaikh abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, “Tafsir Al-quran jilid 5”, (jakarta,: darul haq,
2012). H. 477
11 Qs. An-Nur : 32
48

penghalang untuk menikah, karena Allah akan memberikan rizki kepada

makhluk-Nya yang berusaha.12

Imam Al-qurtubi mengatakan bahwa fiman Allah swt terkait diatas yakni “

jika mereka miskin, Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari

limpahan karuani-Nya”. Adalah ditujukan kepada orang-orang yang merdeka. Itu

artinya, janganlah kita menolak untuk menikah hanya karena kefakiran pasangan,

karena kalau dia miskin, maka Allah swt., akan mengulurkan karunianya. Ini

adalah janji Allah swt untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah

untuk mencapai ridha-Nya, dan menjaga diri dari kemaksiatan tentunya. Adapun

Ibnu Ma‟ud berkata, “carilah kekayaan dari jalan menikah”.

Selain itu, ayat ini juga memberi janji dan harapan untuk memperoleh

tambahan rezeki bagi mereka yang akan melangsungkan pernikahan, namun

belum memiliki modal memadai. Sementara para ulama menjadikan ayat ini

sebagai bukti tentang anjuran untuk menikah walau belum memiliki kecukupan.

Tetapi perlu dicatat bahwa ayat ini bukan hanya ditujukan kepada mereka yang

bermaksud untuk menikah, tetapi kepada para wali. Di sisi lain, ayat berikut

memerintahkan kepada yang akan menikah tetapi belum memiliki kemampuan

untuk menikah agar menah diri.13

Adapun hadis yang diriwayatkan oleh abu hurairah yakni, Rasulullah

bersabda ; “ Tiga orang yang pasti Allah akan menolong mereka, orang yang

berjihad dijalan Allah, mukatab yang ingin menebus dirinya, dan orang yang

menikah dengan tujuan menjaga dirinya (dari yang haram).” (HR. Ibnu Majah)

12
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu katsir, penerjemah M. Abdl Ghoffar E. M (Pustaka Imam asy-
Syafi‟i, Bogor), h. 470.
13
M. Quraih Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 335-337.
49

Selain Al-qurtubi, Imam Asy-Sya‟di mengartikan “ Jika mereka miskin,

Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpahan karunia-Nya”.

yakni bila mereka fakir, maka Allah swt., akan memampukan mereka dengan

karunia-Nya. Namun hal ini tidak menolak kemungkinan setelah menikahpun

meeka akan tetap miskin karena banyaknya yang dipikul. Tapi, pada

kenyataannya ayat ini megandungkan ajakan untuk menikah sekaligus menjadikan

kekayaan bagi mereka yang menikah, dikaruniakan-Nya kenikmatan baik nikmat

agama dan nikmat duniawi atau salah satu dari keduanya. Semua ini diberikan

Allah swt., berdasarkan kebijaksanaan dan kekuasaan-Nya.

Pernikahan juga merupakan upaya manusia untuk bekerjasama dalam

pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan 14. Dengan menikah

manusia akan saling melengkapi dan bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan ini. Sejalan dengan ini, motif pernikahan lainnya yaitu kebutuhan rasa

aman seperti terjaminnya keamanan, terlindung dari bahaya, ancaman penyakit,

perang, kemiskinan, kelaparan dan perlakuan tidak adil. Bagi sebagian orang,

pernikahan seringkali dilandaskan pada motif ini. Ini lah hikmah dari firman

Allah.

Adapun hadist yang lainnya yakni ,Rasulullah juga bersabda:

‫ءاس‬ǻ‫م اوجوزت ال‬Ǵ‫ﮫﯾ سو‬Ǵ‫ى ل ع‬Ǵ‫ﮭا تالق الق لوسر ل ﺻ‬ǻ‫ىال ع‬Ǡ‫رﺿى ل ت‬

‫نع ئاعﺷة‬

‫مك المالب‬ǻ‫ﮭن ﺄﯾتﯾ‬ǻ‫فﺈ‬

14
Zuhaily menjelaskan bahwa pernikahan sesungguhnya kerjasama kedua pasangan
(suami-isteri) dalam menghadapi beban hidup, menguatkan hubungan keluarga dan
menyempurnakan sikap saling menolong dalam kemaslahatan. Wahbah Zuhaily.Op. Cit, h. 6515-
6516.
50

Artinya : “Carilah istri, karena dia akan membawa rezeki untuk kalian.”15

Rasulullah Saw menetapkan bahwa pernikahan mengandung manfaat

besar, yang membuatnya menyamai separuh agama,

Dari ayat-ayat dan hadis-hadis di atas, dapat diambil kesimpulan

pernikahan atau perkawinan adalah perintah dan Rasul-Nya (aturan Agama Islam)

di sebut juga dengan sunnatullah. Perkawinan adalah sesuatu yang dasarnya suci

dan mulia pada sisi Allah maupun pada sisi manusia, karena itu seseorang yang

telah berumah tangga hendaklah menghargai dan memuliakannya (janganlah

mensia-siakannya).

B. Memenuhi Unsur Gharizah Berpasangan

Perubahan-perubahan yang dialami seseorang dalam perkembangannya

secara bersamaan akan diiringi juga dengan munculnya harapan sosial, yang mana

di setiap kelompok budaya mengharap anggotanya menguasai keterampilan di

setiap rentang kehidupan. Perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas

dan harapan yang harus dapat dipenuhi. Pada masa dewasa dini ini, tugas dan

harapan yang menjadi tanggung jawab antara lain memilih jodoh, belajar hidup

dengan suami, mengasuh anak, mengatur rumah tangga, menemukan kelompok

sosial, menerima tanggung jawab sebagai warga negara, dan mulai bekerja.

Pemilihan jodoh atau usaha untuk mencari pasangan hidup sebagai suami-

istri tidaklah mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan, karena cukup

banyak masalah-masalah atau seluk beluknya yang harus diperhatikan dan

dipertimbangkan secara matang oleh masing-masing pihak. Sehubungan dengan

15
Afrizal Ahmad, “Hirarki Motivasi Menikah Dalam Islam Ditinjau Dari Maqashid
Syari‟ah”, (T E S I S Pada Program Studi Hukum Islam/ Konsentrasi Fiqih, riau, Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2011/ 1432 H), h.
51

itu pula, maka ajaran Agama Islam tidak menutup pintu untuk melakukan usaha-

usaha pemantapan, dengan kata lain; islam memberikan peluang atau kesempatan

kepada masing-masing pihak calon suami isteri untuk dapat mencari atau

mempelajari sifat-sifat atau tingkah laku serta memperhatikan watak kepribadian

dari calon-calon tersebut. Orang Yang akan memilih pendamping boleh

melakukan semacam pendekatan atau perkenalan seperlunya selama tidak

menyimpang dari norma-norma ajaran agama dan adat-istiadat yang berlaku.

Ditemukan suatu kisah Rasulullah SAW., tatkala seorang sahabat bernama

Mughirah Ibnu Syu‟bah; hendak meminang seorang perempuan, kemudian Nabi

berkata :

‫ا‬Ǹǰ‫و ىرحا نا ءوي د م نيب‬ǻ‫رظ اهيال اف‬ǻ‫ا‬

Artinya ; “lihatlah perempuan itu lebih dahulu, karena yang demikian itu akan

memungkinkan terciptanya kasih sayang antara kamu berdua”

Sabda Rasulullah SAW di atas memberikan semacam isyarat (kebolehan)

yang mengandung pengertian bahwa; sebelum berlangsungnya suatu pernikahan,

masing-masing pihak boleh mengenal dari calonnya itu, melakukan semacam

pendekatan, baik langsung maupun tidak, tentunya dengan bijaksana dan seetik

mungkin.16

Dalam mencari calon pasangan hidup juga, seseorang dituntut untuk

selektif sebelum menetapkan dan memantapkan pilihannya. Tidak sekedar

berkonsentrasi pada penampiln fisik saja, baik dalam arti struktur biologis

16
Sidi Nazar Bakri, “Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah),” (Jakarta
:Pedoman Ilmu Jaya,1993), h. 6-7.
52

maupun dalam arti akumulasi materi yang dimiliki. Penilaian tersebut hanya

merupakan kriteria semu yang tidak menjamin kebahagiaan dalam mengarungi

rumah tangga.

Imam A-Nawawi mengutip perkataan Al-Ghazali dalam salah satu

karyanya, bahwa seseorang tidak dilarang memilih calon pasangannya

dikarenakan cantik, tampan dan hartawan. Tapi pertanyaan yang sangat

eksistensial selanjutnya adalah “apakah agama dan kepribadian yang ia punya juga

cantik sebagaimana fisiknya ?”17

Adapun hadis yang berkenaan dengan ini yakni sebagai berikut :

‫ر تاذب دالﯾن تبرت‬Ǩ‫ا ظاف‬،‫ﮭ‬ǻ‫الملﮭا بسحلوﮭا المجوﮭا دلوﯾ‬: ‫كﺢ ةأرمال عبرل‬ǻ‫ت‬

‫ﯾكاد‬
Artinya : “Nikahilah perempuan karena empat hal; harta, keturunan, kecantikan
dan keberagamaannya. Maka pilihlah perempuan karena
keberagamaannya, niscaya kamu akan bahagia”.18

Hadits di atas, menganjurkan untuk menikahi seorang perempuan

dengan empat motif; harta, keturunan, kecantikan dan keberagamaannya. Namun

motif utama yang dianjurkankan adalah keberagamaannya. Motif ini akan

membawa kebahagiaan yang hakiki kepada keduanya. Sekalipun dalam hal ini

dimungkinkan penggabungan keempat motif ini, agaknya untuk mencari calon

yang memiliki keempat hal di atas tidak lah mudah dan jarang didapatkan.

17
An-Nawawi, Majmu‟ fi syahri al-muhaddzab juz IXX , h. 21.
18Imam Bukhari
53

Hadits ini juga memberikan hirarki dalam pemilihan pasangan yang

sekaligus dapat dipahami sebagai hirarki motif pernikahan;

1. Kriteria keagamaan yang memunculkan motif agama.

2. Kriteria kecantikan yang memunculkan motif estetik.

3. Kriteria keturunan yang memunculkan motif sosial.

4. Kriteria harta (materi) yang memunculkan motif material atau fisiologis.

Akhir hadits di atas, “Maka pilihlah perempuan karena

keberagamaannya, niscaya kamu akan bahagia”, menjelaskan bahwa

kebahagiaan atau kemaslahatan menjadi tujuan pernikahan.19


Dengan demikian , maka kriteria fisik pada dasarnya tidak menjadi soal.
Sebab, kecantikan dan kedudukan merupakan kriteria pendukung dalam menjalani
bahtera kehidupan. Bahkan dalam hadis dinyatakan, yang artinya;
Artinya : “Barang siapa yang menikahi wanita karena kemuliaannya maka Allah
takkan menambahkan padanya melainkan kehinaan, dan barang siapa
menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah
padanya melainkan kefakiran, dan barang siapa menikahi wanita
keturunannya, maka Allah tidak akan menambahkan padanya,
melainkan kenistaan, dan barang siapa menikahi wanita melainkan
agar pandangan dan kemaluannya terjaga , atau agar ia dapat

19 Afrizal Ahmad‟, “Hirarki Motivasi Menikah Dalam Islam Ditinjau Dari Maqashid
Syari‟ah”, ( T e s i s Pada Program Studi Hukum Islam/ Konsentrasi Fiqih, riau, Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2011/ 1432 H), h. 34.
54

menyatukan tali silaturrahmi, maka Allah akan memberkahi dirinya dan

wanita yang dinikahinya”. (HR. Ibnu Hajjar)20.

Di dalam al-Quran sendiri dijelaskan dalam firman Allah , yakni ;

‫لم نوركذت‬ǰǴǠ ś ‫ان جوز‬ǬǴ‫نمو لك ﺷءي خ‬


2
1
ۚ

Artinya : ”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah.”

Di dalam tafsir fi- zhilalil qur‟an di sebutkan bahwa hakikat yang

mengagumkan dari ayat ini yakni mengungkapkan tentang kaidah (prinsip)

penciptaan di bumi ini, bahkan mungkin di alam semesta. Karena ungkapan ayat

ini tidak menyebutkan bumi secara khusus sebagai kaidah khusus berpasang-

pasangan dalam penciptaan, sedangkan hal ini sangat nampak pada makhluk

hidup. Tetapi kata “sesuatu” meliputi benda mati juga. Ungkapan ayat

menempatkan bahwa sesuatu itu sama seperti makhluk hidup, diciptakan dengan

berpasang-pasangan.

Bila kita mengingat bahwa nash ini telah diketahui manusia sejak abad 14

abad yang lalu dan bahwa keumuman prinsip berpasangan-pasangan -sekalipun

pada makhluk hidup- ini belum dikenal pada waktu itu, apalagi keumuman prinsip

berpasang-pasangan pada segala sesuatu. Bila kita mengingat hal ini, maka kita

mendapati perkara yang sangat mengagumkan dan besar. Yaitu bahwa hal ini

20
SyahrulAnam, dkk, “Kado Untuk Sang Tunangan” (Majelis Musyawarah
Kutubudiyah: 2010), h.26
21 QS. Adh-dhariyat : 49
55

memberitahukan kepada kita berbagai hakikat alam dalam bentuk yang sangat

mengagumkan dan sejak dini sekali.22

Selain ayat di atas, Allah Swt juga berfirman dalam alquran yakni :

‫كذال‬ ‫م زال‬
‫ ر‬śۚ ‫ لون جو‬Ǡƴ‫ف‬

Artinya : “lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan

perempuan.23

Adapun kriteria memilih pasangan yang baik, atau pasangan ideal, itu

dijelaskan dalam skripsi karangan Ahmad Arifuz zaki yang berjudul “Konsep Pra-

nikah dalam Al-qur‟an” yakni sebelum menikah harus berdasarkan seiman,

berlawanan jenis, bukan mahram, berkripadian baik, memiliki sifat tanggung

jawab dan memiliki visi misi dalam menjalankan sebuah pernikahan.

Dari insting tersebut, maka akan terciptalah Perkawinan atau pernikahan

yang salah satu cara tujuannya yakni yang telah ditetapkan oleh Allah untuk

memperoleh anak dan memperbanyak keturunan atau anak serta melangsungkan

kehidupan manusia24. Untuk itu, suami istri ditugaskan untuk saling mengenal

lebih jauh. Ketentuan tentang masalah ini ditungkan di dalam firman Allah swt

yang berbunyi :

22 Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an terjemahan, (Robbani Press; Jakarta, 2008), h.
389.
23
QS. Al-Qiyamah : 39
24
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, h. 42.
56

‫و ۚ نإ كأ‬ ‫لل‬ ‫مكان نم ركذ‬ǬǴ ‫اي أ‬


ưǻ‫ُۚ أ‬
‫ئ‬ ‫ا‬ǻ‫ۚي انال إ‬
‫م‬ǰ‫مر‬
‫ب‬ ‫فرا‬ǠƬ ۚ ‫ ا‬Ʀ‫قو‬ ‫مكان‬ǴǠ‫و ى جو‬ ‫خ‬ ‫ۚ اه س‬
‫ا و‬Ǡ‫ﺷ‬
25
‫ي‬Ʀ‫خ‬ ‫ۚ نإ‬ ‫و أ‬Ǵ‫ع ال‬
Ǵ‫مي ال‬Ǵ‫ع‬ ‫مكا‬Ǭ‫ت‬ ‫دن‬
‫و‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Tafsiran terkait ayat ini, di jelaskan di dalam tafsir ath-thabari bahwa

maksudnya ialah, Allah swt berfirman yang arrtinya : Hai manusia,

sesungguhnya kami menciptakan kejadian kalian dari air mani laki-laki dan

perempuan. Adapun takwil terkait berbangsa-bangsa dan besuku-suku

maksudnya adalah dijadikannya serasi. Sebagian ada yang bernasab dengan

sebagian yang lainnya dengan nasab yang jauh dan Sebagian ada yang bernasab

dengan sebagian yang lainnya dengan nasab yang dekat. Dan tentuya supaya

dari tiap-tiap hamba itu mengenal sebagian lainnya dalam hal nasab.26

Selain itu, ayat ini menegaskan bahwa dijadikannya manusia berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku adalah untuk saling mengenal satu sama lain(lita

„arafu). Menurut al-Baghawi dan al-khazin, ta‟aruf itu dimaksudkan agar setiap

25
QS. Al-Hujurat : 13
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-thabari (23), (Jakarta: pustaka
26

Azzam, 2009), h. 766


57

orang dapat mengenali dekat atau jauhnya nasabnya dengan pihak lain. Bukan

untuk saling mengingkari.

Berdasakan ayat ini, Abd ar-Rahman as-Sa‟di menyataka bahwa

mengetahui nasab-nasab yang merupakan perkara yang dituntut syariat. sebab,

manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku memang untuk itu. Karena

itu, seseorang tidak boleh menasabkan diri kepad a.selian dirinya dan orang

tuanya.

Dengan mengetahui nasab, berbagai hukum dapat diselesaikan. Seperti

hukum menyambung tali silaturrahim, dengan orang yang memiliki hak atasnya.

Misalnya hukum pernikahan, pewarisan.dan sebagian. Di samping itu, ta‟aruf juga

beguna untuk saling membantu. Dengan saling membantu, bangunan antara

individu. Bangunan masyarakat yang baik dan bahagia dapat.

Selain itu, Dan firman Allah swt dari Qs An-Najm ayat 45 yakni

‫ىۚ ا‬ưǻ‫ُۚ لو‬ ‫ركذال‬ ‫ ال‬ś ‫ ۚ و‬ǻ


ۚ ۚ ۚ ‫ق جوز‬Ǵ ‫و خ‬

Artinya : ” Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria

dan wanita.
C. Penyempurnaan dan Penjagaan Iman

Jika kita merenungkan aturan perkawinan dan kesempurnaanya, atau kita

membahas hal-hak luar biasa yang menyebabkan keberlangsungan atau

kelanggengan perkawinan, maka kita pasti menemukan bahwa kekuasaan Allah

sangat berperan di dalam aturan tersebut dan tidak mungkin terhenti atau tertilak

oleh perbuata manusia atau makluk-nakhluk lainnya. Manusia sendiri, begitu juga

makhluk-makhluk lainnya, diciptakan untuk melangsungkan perkawinan dan


58

melanggenkan dari adanya tujuan ke arah itu, meskipun mereka merasa bahwa

mereka ingin melakukannya.

Islam sangat mencela pilihan hidup membujang dan memberikan alasan-

alasan sanggahan yang nyata dan telak atas orang-orang yang mengajak kepada

gaya hidup kependetaan. Islam menegaskan bahwa tidak ada sikap hidup

kependetaan dalam Islam, dan menjelaskan bahwa orang yang engga untuk

menikah seperti yang disyariatkan Allah swt akan menggoyahkan eksistensi umat

dan melemahkan kekuatannya. Orang yang enggan menikah juga akan mengalami

kelainan psikologis yang kronis. Sudah dapat dipastikan, jika enggan menikah

melanda suatu umat maka banyak diantara kaum muda dari umat tersebut, baik

pria maupun wanita yang terjerumus ke dalam kehidupan yang abnormal, bebas,

menyimpang, dan merusak.27

Namun, tentunya Islam penuh dengan solusi, karena cahaya Islam selalu

memancarkan cahayanya ke seluruh eksistensi dan memenuhi alam semesta

dengan sinar aturannya yang bijak serta ketentuannya yang konsisten di seluruh

bidang kehidupan, salah satu solusinyanya yakni dengan pernikahan ini.

Pernikahan dalam pandangan Islam tentulah sudah disebutkan di atas,

bahwasanya merupakan salah satu sunah kauniyah Allah swt yang tidak bisa

dihindari oleh manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan. Allah swt telah

menyampaikan dalam Firman-Nya yakni di dalam al-Quran QS. Adh-dhariyat

ayat 49 yakni ;

‫لم نوركذت‬ǰǴǠ ś ‫ان جوز‬ǬǴ‫نمو لك ﺷءي خ‬


ۚ

27
Adil Abdul Mun‟im dan Abu Abbas, „ketika menikah menjadi piliha‟, ( Jakarta;
Almahira, 2001), h. 18
59

Artinya : ”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah.”28

Dan segala sesuatu, ber-ta'alluq kepada lafal Khalaqnaa (Kami ciptakan

berpasang-pasangan) yakni dari dua jenis, yaitu jenis pria dan wanita; ada langit

dan ada bumi; ada matahari dan ada bulan; ada dataran rendah dan ada dataran

tinggi, ada musim panas dan ada musim dingin, ada rasa manis dan ada rasa

masam, ada gelap dan ada terang (supaya kalian berfikir) asal kata Tadzakkaruuna

adalah Tatadzakkaruuna, lalu salah satu huruf Ta-nya dibuang sehingga jadilah

Tadzakkaruuna. Karena itu kalian mengetahui bahwa Pencipta pasangan-pasangan

itu adalah Esa, lalu kalian menyembah-Nya.

Selai itu, pernikahan merupakan salah satu cara utuk menyempurnakan

iman. Hal inipun disampaikan para kaum salaf, bahwasanya kaum salaf saleh

memahami anjuran Islam mengenai pernikahan karena atsar yang jelas dan tegas.

Mereka menikah dengan segera sebagai usaha menyempurkana agama dan

melaksanakan petujuk Nabi Saw. sejarah mereka merupakan bukti paling baik

atas hal itu. Misalnya, Ibnu Abbas ra berkata, “menikahlah karena sesungguhnya

satu hari dalam pernikahan lebih baik dari ibadah selama seribu tahun”. Ibnu

Mas‟ud ra pernah berkata dalam keadaan sakit keras, “nikahkan aku karena

sesungguhnya aku tidak senang bila bertemu Allah dalam keadaan membujang.”29

Dalam penyempurnaan tadi tentu harus diimbangi dengan penjagaan

keimanannya. Karena tidak akan mencapai tingkat kesempurnaan jika kita tak

28QS. Adh-dhariyat : 49
29
Adil Abdul Mun‟im dan Abu Abbas, „ketika menikah menjadi pilihan, ( Jakarta;
Almahira, 2001), h. 15
60

mampu menjaga keimanan. Hal inipun tentu tidaklah mudah karenanya pasti ada

naik turunnya.

Harga diri dan martabat tinggin yang diberikan Allah kepada Manusia

disamping naluri hewani hewani, harus diimbangi dengan imbauan untuk menjaga

karunia itu agar tidak jatuh. Jika tidak, martabat, harkat, dan derajat manusia akan

merosot. Sehingga tidak dapat di miliki lagnya lagi. Bahkan akan jatuh sejajar

dengan martabat binatang-binatang, atau lebih rendah.

‫م‬
‫ن‬ ‫نطۚي‬nj‫ال‬ ‫بۚت‬ ‫ۚنم‬ ǻۚ ‫ ۚۚىذال‬ǻ ‫ۚمىۚي‬Ǵ‫لۚتا ع‬

ۚ ‫نا‬ǰ‫ُۚ ف‬ ‫و‬Ǡۚ ‫خ اى ۚاف‬ǴLjǻ‫ان اف‬Ƭ‫تا و يا‬ ‫ا‬Ʀۚ ۚ


ۚ ‫رۚال‬ ‫خ‬ ۚ ‫يۚال‬
‫ۚو ل‬Ǵ ۚ ‫هٮ‬ ۚ‫ا ض‬ ‫ۚون ا ۚ ال‬ǰ ‫لو‬ ǻ‫ا ل ۚع‬ǻ‫ۚو ﺷۚئ‬ ۚ‫وغ ن‬
‫ب‬ .
ۚ ưǸ‫ك‬
‫ وۚال‬ưۚǸ‫ف‬ ‫ع وى‬Ʀ‫تو‬ ‫دل‬ ۚ ‫فر و ا‬ ‫لو‬
ۚ‫ق م‬ ‫ل ل‬ ‫ا‬
‫يهۚي ۚثىۚ تۚوا ۚكرۚ هلي ثىۚ ۚ ذ‬Ǵ‫بۚل ۚ تۚن ۚلمۚ ع‬ǰ ‫ۚال‬
ُۚ ư‫ۚ م‬ ۚ ُۚ
‫ۚم ي نۚور‬ ‫ل‬ ‫ۚال‬ ‫ا ۚ ۚقاف‬ ‫نۚيذلا اۚوبذك‬
‫اب‬
ُۚǰǨƬۚ ‫ ص‬ǐ‫قه‬ǴǠ ‫ﺻص‬ ‫ن‬Ƭ ‫ي‬ ُۚ
Artinya : “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan

kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),

kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti

oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-

orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami

tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung

kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka

perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya

lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya

(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan


61

ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu

agar mereka berfikir.30

Tidak ada lagi alasan bagi manusia setelah tiba ayat di atas. Ayat di atas

datang dengan keterangan yang jelas, bahwa iman dapat menjamin meningkatkan

derajat kepada yang lebih tinggi, menjamin untuk tetap tinggal di atas bumi. Dari

ayat-ayat di atas juga dijelaskan bahwa siapapun yang mengikuti setan dan

tunduk serta menuruti hawa nafsunya, tidak menjaga martabat keimanann dan

kemuliannya, maka ia berhak untuk menyandang gelar sama dengan anjing yang

sesat, bila dihalau menjalurkan lidahnya, begitupula jika ditinggalkan.31

D. Penjagaan Kehormatan Diri

Pernikahan adalah perintah Allah dan Rasul-Nya, ia mempunyai beberapa

hikmah yang mengandung kesucian dan kemuliaan, baik pada sisi Allah maupun

pada sisi manusia.

Salah satu manfaat dari pernikahan yakni dapat menjaga kemaluannya dari

hal-hal yang diharamkan oleh agama, yaitu zina. Hal ini dijelaskan dalam sebuah

buku yang berjudul; Assalamualaikum Imamku yang di tulis oleh laila Anugrah.

Hal itu dikarenakan bahwa naluri seseorang yang paling kuat dan keras adalah

nurani seks dan menuntun adanya solusi. Oleh karenanya islam memberikan

solusi dengan cara yang mulia yaitu pernikahan.

Adapun larangan berzina itu sendiri tertulis dalam firman Allah yakni : QS.

Al-Isra : 32

30 Qs. Al- ’raf :175-176


31 Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Kelurga Bahagia Menurut Islam, (Bandung : Remaja
Offset, 1995), h.28
62

Ʀ ‫إ‬
Ȑ‫و ناك حاف ۚءاسو ي‬ǻ ۚ ‫لۚۚ ت‬ϭ
‫ة س‬nj ‫ا‬ǻ‫ ا ُوبر زال‬Ǭ

Artinya :“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan

suatu jalan yang buruk”32

Maksud ayat ini adalah, Tuhanmu juga telah memerintahkan wahai


‫إ‬
manusia, agar kalian tidak mendekati ‫ة‬nj ‫و ناك حاف‬ǻ ۚ‫ از ال‬, karena zina adalah perbuatan

keji.

Ʀ‫س‬
Maksud lafadz Ȑ‫ي‬ ‫“ ء‬Dan suatu jalan yang buruk”, adalah jalan zina
‫ۚ اسو‬

merupakan jalan yang buruk, karena merupakan ahli maksiat kepada Allah,

orang-orang yang menentang perintah-Nya. Betapa buruk jalan yag mengantarkan

pelakunya ke neraka jahannam.33

Sedangkan para ulama berkata, bahwa firman Allah swt, ‫ا‬ǻ‫ا ُوبر زال‬Ǭ‫لۚ ت‬ϭ “dan
ۚ

janganlah kalian mendekati zina”, ini lebih mendalam daripada dikatakan ‫و‬ǻ‫زتلو‬

(janganlah kalian semua zina), karena maknanya adalah “janganlah mendekati

perbuatan zina.”

Sedangkan Ȑ‫ۚي‬Ʀ‫“ س‬suatu jalan” manshub karna sebagai tamyiz. Aslinya; ‫ءاسو‬

Ʀ‫س‬
‫و‬Ǵ‫ي‬Ʀ‫ س‬Ȑ‫“ ي‬jalannya seburuk-buruknya jalan”, karena dia menjuruskan ke neraka

dan zina adalah salah satu dosa besar. Juga tidak ada perbedaan pendapat

berkenaan dengan keburukannya, apalagi dilakukan dengan istri tetangga. Karena

akan muncul dari perbuatan itu seorang anak orang lain yang menjadi anak sendiri

32 QS. Al-Isra : 32
33
Abu ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta; Pustaka
azam, jilid 18, 2009), h. 656.
63

dan lain sebagainya, sehingga muncul masalah dalam hal warisan dan kerusakan

nasab karena bercampurnya mani.

Dalam sabda rasulullah itu sendiri dijelaskan yakni “Para pezina itu

gugur keimanannya ketika berzina” (Hadis Shahih)

Adapun pendapat para Ahli Fiqih yakni ; seorang lelaki saleh tidak boleh

menikahi wanita pezina dan seorang wanita yang soleh tidak boleh menikahi laki-

laki pezina kecuali keduanya sudah bertaubat. Pendapat ini didukung oleh dalil-

dalil sebagai berikut;sesungguhnya Allah Swt. Menjadikan malam pengantin

sebagai persyaratan yang harus dipersiapkan sebaik mungkin oleh pasangan suami

istri sebelum menikah.

Adapun di dalam A-qur‟an yakni tertera dal al-quran surat Al-A‟raf ayat

189

‫ا‬ ‫ا ۚت‬ǸǴۚ‫إل ف‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫س‬Ǩۚǻ ‫م نم‬ǰǬǴ ‫ال‬


‫ا‬
‫ى‬njǤ ‫ن اهي‬ǰLj‫ ۚ اهنم هجوز ي‬Ǡ‫ةد جو‬ ‫خ‬
‫يذ‬
‫وى‬
‫حاو‬
‫ال‬ ‫ا ل تآ‬ ‫وب‬
‫ا ۚأ‬ǸǴ‫ف‬
ۚ
‫ يركا‬nj‫م ال‬ ۚ Ǵ‫ۚث ت د ال‬ ‫ي‬
‫ن‬ ‫ن ن‬ǻ‫و‬ǰ‫ان ﺻۚال ن‬Ƭ‫ن ي‬Ơ Ǹ‫ اوع و ه بر‬ǴǬ ‫تر‬Ǹ‫ا ف‬Ǩ Ǩ‫ خ‬Ȑ‫ت ۚح‬Ǵ‫ح‬
Artinya : “Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia
menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan
teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia
merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya
seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang
saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".34

34
Qs. Al-A‟raf : 189
64

Dalam tafsir al-misbah dijeskan bahwa pasangan suami isteri hendaknya

menyatu mejadi satu jiwa, arah dan tujuan, sehingga benar-benar sehidup semati-

bersama. Karena jiwa suami adalah jiwa isteri ( ‫س حاو ةد‬Ǩۚǻ). Adapun kata ‫ نۚ يإل اه‬ǰ Lj‫اه يل‬

‫جوز‬

ialah merasa tenang kepadanya walaupun dari redaksionl bermakna agar suami

merasa tenang dan cendeurung hatinya kepada istrinya, tapi pada hakikatnya

sebaliknya pun demikian, yakni agar isteri tenang dan cenderung hatinya kepada

suaminya.

Kata sakana adalah ketenangan yang didahului oleh kegelisahan. Ia

terambil dari kata memotong , karena ketenangan tersebut memotong dan

mengakhiri kegelisahan. Dari sisni lahir kata sikkin yang berarti pisau.

Ketenangan dan kecenderungan hati yang kemudian melahirkan birahi itulah

antara lai yang mendorong mereka melakukan hubungan suami-isyteri dan yang

pada gilirannya membuahkan anak. Tanpak birahi, maka kedua orangtua tidak

akan melakukannya. Sebab buah hubungan tersebut akan berat dirasakan ibu saat

kehamilan dan persalinan, dan berat juga buat bapak, karena adanya tanggung

jawab menyangkut anak-anaknya. Sedangkan kata ‫ اهاشغت‬taghasysyaha/

mencampurinya dari bahasa terampil yakni kata gasya yang berarti menutup. Kata

tersebut adalah kiasan dari hubungan seksual. Ia dipilih bukan saja untuk

menghindari kata yang tidak wajar untuk melukiskan hubungan suci itu, tapi

sekaligus untuk menggambarkan bahwa hubungan itu hendaknya tertutup.

Sehingga tidak wajar dilakukan dalam keadaan tanpa busana sama sekali.

„rasulullah tidak pernah melihat saya, sayapun tidak pernah melihatnya”.


65

Demikian ucapan Aisyah ra melukiskan hubungan beliau dengan rasulullah, tanpa

menyebut apa yang dilihat, karena dalam konteks hubungan suami isteri, hal

tersebut telah jelas maksudnya.35

Selain ayat diatas, ayat lainnya yakni tertera dalam firman Allah Swt

dalam QS. Al-Maidah ayat 5, yakni :

ۚ ‫ل‬ ǰ ‫ ل‬ǰ‫ال يذ ت ُوأ ا ال‬ ۚ ǘ‫ ال‬ǰ ‫ل‬ ‫ال‬


‫م ح ل ُم‬ǰ‫ما‬Ǡ‫با ح ل م طو‬Ƭ ‫ُو‬ ‫ما ن‬Ǡ‫تا طو‬Ʀ‫موي ُحأ ل م ي‬

‫نىرو ُجأ‬ ‫ اذإ ۚتآ‬ǰ ‫نم‬ ‫ت ُوأ‬ ‫تان نم ال‬ǐƸǸ‫لاو‬ ‫مؤ تان‬Ǹ‫تان نم ال‬ǐƸǸ‫لاو‬
‫نىو‬ǸƬ‫ي‬ ‫ م‬ǴƦ‫ق‬ ǰ‫ال‬ ‫ا‬ ‫يذ‬
‫با‬Ƭ ‫ُو‬ ‫ن‬
‫خ‬ ۚ ‫نا‬
Ƹ
ȉ‫ ۚا‬Ŀ ‫ط‬Ʀ‫ح‬ ‫ب‬ ‫يذ نادخأ ۚ ن ي‬ƼƬ ‫ل‬ ‫فا‬
‫غ‬
‫ةر‬ ‫و وىو‬ǴǸ‫ع‬ ‫د‬Ǭ‫ر ۚيال ف‬Ǩǰۚ ‫مو‬ ‫و م‬ś Lj‫ ري م‬ś‫ن‬ǐ‫م‬
‫سا ير‬Ŭ‫م ا‬
‫ن‬ ‫ن‬
Artinya : “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan

(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan

makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan

mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-

wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di

antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu

telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya,

tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-

gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima

35
M.quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (lentera hati; jakarta, 2002), h. 340.
66

hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat

termasuk orang-orang merugi” 36

Dari ayat diatas, Allah membolehkan (menghalalkan) yang baik bagimu dan

yang diberikan oleh kaum yahudi dan nasrani, sepertihalnya Allah

membolehkan hamba-Nya untuk menikahi wanita-wanita mukmin yang terjaga.

Yaitu wanita yang baik dan suci atau wanita yang baik-baik dari kalangan Ahlul

Kitab, jika keadaannya terjaga bukan dengan maksud berbuat zina atau

menjadikannya sebagai simpanan.

Adapun ayat lain yang berkenanan dengan berzina yakni diperkuat dan

dipertegas dalam QS. An-Nur ayat 3 yakni ;

‫ى‬Ǵ ۚۚ‫ك ۚ مرح ذ ل‬ ‫ إل ناز أ‬ǰ ‫ ۚ ل ي‬ǻ ‫ازل‬ ‫ةيۚ أ‬ǻ ‫ إل‬ǰ ‫نزال لۚ ي‬
‫ع‬ ‫و‬ ‫ر‬nj‫ه اۚ و م‬Ƹ ‫ن‬ ‫ر ة او ةي‬nj‫ن ﺢ ۚ از م‬
‫و‬
‫ا‬
ś‫نمؤ‬Ǹ ‫ل‬
Artinya : “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki
musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin.”37

Arti kata yankihu adalah mengadakan janji (ikatan) perkawinan.

Diharamkan bagi orang mukmin menikahi orang yang telah melakukan zina atau

36 QS. Al-Maidah : 5
37 QS. An-Nur ayat 3
67

musyrik., karena hal itu hanya dilakukan oleh pezina dan orang musyrik itu

sendiri.

Adapun kisah tentang zina itu sendiri, dalam sebuah hadis yang di

riwayatkan oleh Abu daud, Turmudzi dan Nasa‟i yang diriwayatkan oleh Umar

bin Sya‟ib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa sahabat Mursid bin Abu Murtsid

Al-Ghinawi, mengawal beberapa orang tawanan di mekkah, kemudian salah

seorang dari tawanan itu menzinahi Inaq, sorang wanita teman Mursid kemudian

ia datangi Nabi Saw. “Ya Rasulullah, apakah saya harus menikahinya ?”

Rasululkah diam, kemudian turun ayat; seorang pezina harus menikah dengan

pasangan zinanya atau seorang musyrik. Kemudian rasulullah memanggil saya

dan membacakan ayat ayat itu. Kemudian berkata, :jangan menikahinya” (HR.

Abi Daud, Turmudzi dan Nasai).38

Sedangkan dari Abu Hurairah r.a., Nabi Saw, bersabda, “seorang pezina yang

sudah dihukum cambuk harus menikah dengan pasangan zinanya‟. (HR. Ahmad

dan Nasai).

Dari pernyataan di atas, sudah nampak terlihat dengan jelas bahwa

Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan itu tentu haram, karenanya

dilarang keras melakukannya sebelum aqad nikah. Satu hal yang perlu diingat

bahwa aqad nikah yang dilangsungkan telah terjadinya hubungan badan

(persetubuhan diluar nikah), tidak dapat menghalalkan perbuatan yang haram

(zina) yang telah dikerjakan seelumnya kecuali dengan melakukan taubat kepada

Allah dengan arti yang sesungguhnya (taubat nasuha).

Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam Untuk mencapai keluarga Sakinah ( Bandung;
38

Al-Bayan, 1997), h. 87.


68

Itulah salah satu akibat yang dari pergaulan bebas antara laki-laki dan

perempuan, sebab itu jauhilah pergaulan bebas yang sangat dilarang oleh Agama

Islam. Selain itu juga, akibat dari perbuatan zina akan merusak kesucian

keturunan dan menjadi aib (cacat) moral bagi anak-anak dan keluarga yang

bersangkutan sendiri. Jika zina sudah menyebar ditengah suatu umat maka berarti

umat tersebut telah diliputi oleh kehancuran. Maka dari itu jiwa manusia harus

ditopang dengan ketakwaan dan muraqqabah kepada Allah swt, jika tidak, maka

dia akan terperosok ke dalam kenikmatan syahwat dan terlena oleh tipu daya dan

kehinaan, demi memuaskan nafsu birahinya dengan melakukan perzinaan dan

prostitusi haram.

E. Melatih Kesabaran

kesabaran merupakan salah satu sikap terbaik yang saling bersinergi

dengan keiklasan dalam sebuah pernikahan maupun dalam membina rumah

tangga. dua sikap inilah yang nantinya akan semakin membuat cinta yang ada

semakin merekah dan bermakna.

Menjadi sosok yang penyabar tentulah tidak mudah, karena Sabar

mempunyai kesulitan tersendiri untuk direalisasikan. Namun, kita tidak tahu

manisnya sabar jika kita terbiasa berlatih akan kesabaran tersebut. Allah Swt

berfirman dalam Qs. Az-zumar ayat 10 tenang kesabaran.

ۚ ‫ة‬Ǡ ‫و ساو‬Ǵ ‫ةن ۚ و ض‬Lj‫اي ح‬ǻ‫ هذ دال‬Ŀۚ ‫ نيذ أ‬Ǵ‫ ل‬ǰ ۚ ‫ي ع ال يذ آاون ۚتا ا‬
‫ر ال‬ ‫ون ى‬Lj‫ و بر م ۚ ح‬Ǭ ‫دا ن م‬Ʀ ‫لق ا‬
‫ح‬
‫نو با أ ب ي‬ǐ‫ال‬ ‫انإ ي‬
‫با‬Lj Ǥ ‫ر ج ىر م‬
39
‫ف ُو‬
39
Qs. Az-zumar : 10
69

Artinya : ”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah

kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini

memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya

hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka

tanpa batas”.

Adapun salah satu bentuk kesabaran dalam membangun mahligai rumah

tangga yakni kesabaran dalam penantian untuk mendapatkan keturunan dari

pernikahan yakni seorang anak. Bagi pasangan yang telah menikah, dan saat diuji

dengan lamanya tidak kunjung hadir seorang anak dalam keluarga tentulah

membuat pasangan suami isteri gundah gulana. Mengingat keturuan merupakan

salah satu tujuan darisebuah pernikahan agar generasinya tak terputus. Di sinilah

letak kesabaran yang diuji oleh Allah Swt. Begitupun sebaliknya, saat memiliki

seorang anak kesabaran adalah hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh orang

tua. Hal ini karena rentang proses mendidik anak, kadang menemui hal-hal yang

kurang berkenan. Contohnya : anak bersikap bandel dan tidak mau dinasehati.

Ketika berada dalam posisi seperti sebaiknya orang tua menghindarkan dari caci

maki dan kemarahan yang hanya akan membuat mereka semakin menjauh ketika

emosi sudah semakin memuncak, orangtua harus pandai menguasai diri, karena

mereka masih anak-anak, yang pasti belum mengerti sebab-akibat.

Adapun dalam Qs. Lukman ayat 17 di jelaskan yakni sebagai berikut :

‫م‬ ‫ۚ نإ ذ ل‬
ۚ ‫اأ‬ ‫ر‬ǰ‫ن‬Ǹ‫ال‬ ‫ف‬ ‫رب‬ ‫ي ب مقۚأ‬
‫ر ال‬ ‫م‬ ‫ب‬ ‫ال‬
‫ۚ ن زع وم‬ ۚ ‫ﺻۚ ا‬ ‫ى م‬Ǵ‫اوﺻب ع‬ ُۚ ‫و نع‬ǻ‫او‬ ‫ور‬ǠǸ ‫ة ۚمأو‬Ȑۚǐ‫ا نُۚ ال‬
70

Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”40

Luqman melanjutkan nasihat kepada anaknya yakni nasihat yang

menjamin kesinambungan tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak.

Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan mesra: Wahai

anakku sayang,laksanakanlah shalat,dan sempurnakanllah syarat, rukun dan

sunnah-sunnahnya. Dan, di samping engkau memerhatikan dirimu dan

membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, hendaklah engkau

menganjurkan orang lain berlaku serupa.

Karena itu,perintahkanlah secara baik-baik siapaun yang mampu engkau

ajak mengerjakan ma‟ruf dan cegahlah mereka dari kemunkaran. Memang,

engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan

tuntunan Allah karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu

dalam melaksanakan aneka tugasmu. Sesungguhnya yang demikian itu yang

sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam kebaikan yanki

shalat,amar ma‟ruf dan nahyi munkar atau dan kesabaran termasuk hal-hal yang

diperintah Allah agar diutamakan sehingga tidak ada alasan untuk

mengabaikannya.

Kata ‫ ربص‬maknanya berkisar pada tiga hal : menahan, ketinggian sesuatu,

dan sejenis batu. Ketiga makna tersebut dapat kait-berkait, apalagi pelakunya

40
Qs. Lukman ayat 17
71

manusia. Seorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu ia memerlukan

kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang

diharapkannya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik

atau yang terbaik41.

Oleh karenanya, baik calon pasang suami isteri maupun pasangan suami istri

haruslah senantiasa berupaya melatih hati dengan penuh rasa sabar dan ikhlas,

tak peduli ketika ada masalah maupun tidak, yang namanya kesabaran harus selalu

ditanamkan dihati.

Kesabaran dibutuhkan suami untuk membina sang istri, maka bagi laki-

laki yang sadar bahwa posisinya ketika menikah sudah sebagai pemimpin, latihlah

hati dengan rasa sabar, bukan hanya untuk memimpin istri kepada jalan yang

benar, tapi lebih kepada mengingatkan diri agar tak lupa bertanggung jawab

dnegan bijak.

Adapun nilai kesabaran dalam sebuah pernikahan, dalam skripsi yang

ditulis oleh M. Yunis dalam studi kasus yang dilakukan di minangkabau, dia

menceritakan bahwa ada beberapa item terhadap nilai kesabaran dalam

pernikahan yakni terdapat tiga penanda, tetapi satu muara (petanda), mangiriang

anak daro (pengiring mempelai wanita), pai batimbang tando (mengikuti prosesi

pertunangan), dan mancaliak urang manikah (menyaksikan pernikahan) dan

denotatumnya badaruih. Bagi anak yang masih perawan prilaku ini sangat

dilarang, resikonya dikatakan badaruih.

41
Quraish Shihab.Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, h. 308
72

Badaruih merupakan istilah yang diberikan pada seseorang yang telah

melakukan perbuatan sebelum waktunya, bisa dikatakan kawin sebelum

menempuh prosesi pernikahan. Berdasarkan penjelasan ini petanda yang muncul

dari tiga penanda di atas adalah kesabaran, menunggu giliran lebih baik dari pada

maju tetapi merusak nama baik. Evaluasi nilai dari teks di atas berupa pengajaran

etika pada anak perempuan yang masih gadis. Sehingga adanya keharusan yang

harus dipatuhi, di antaranya menghindarkan diri dari sikap yang tidak terpuji,

menjauhkan diri dari prilaku menyimpang (berduan dengan bukan muhrim), dan

membatasi pergaulan dengan lawan jenis.

Nilai berupa pengajaran etika pada anak baik perempuan maupun laki-laki

yang masih gadis. Sehingga adanya keharusan yang harus dipatuhi, di antaranya

menghindarkan diri dari sikap yang tidak terpuji, menjauhkan diri dariprilaku

menyimpang (berduan dengan bukan muhrim), dan membatasi pergaulan dengan

lawan jenis42.

. Selain itu juga, patut kiranya rasa sabar dan syukur dalam berumah

tangga memang sangat dianjurkan. Pasalnya setiap ujian dalam berumah pasti ada

yang namanya kekurangan/kelemahan dalam setiap pasangan, sehingga perlu

disikapinya dengan sabar. Kemudian dari rasa sabar disikapi rasa syukur

Maka dari itu, bersabarlah sebanyak-banyaknya, karena pernikahan yang

bertahan lama (langgeng) itu tercipta dari kesabaran yang selalu menjadi prioritas

saat bersama. Jadi tidak peduli yang laki banyak kekurangan atau yang wanita

42
M. Yunis, “Mitos Wacana Pendidikan Karakter Perempuan Minangkabau, Studi Kasus
Kabupaten Padang Pariaman”Journal of Linguistic, Literature and Language Education, ISSN :
2252-4792 Volume 3 - No.1 2014, h. 35.
73

banyak kekurangan, bila keduanya memang sudah mampu bersabar maka tentu

kekurangan itu akan menjadi kesempurnaan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Skripsi yang berjudul Motivasi menikah dalam perspektif al-qur’an ini

banyak memiliki pengertian dari berbagai macam bidang ilmu, baik dari al-quran,

sosial maupun psikologi. Adapun pengertian motivasi dari bahasa arab yakni dawafi

atau secara bahasa dapat diartikan sebagai dorongan, sedangkan secara istilah,

motivasi dapat diartikan sebuah dorongan dari dalam diri seseorang yang

menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu

tujuan. Jadi, motivasi menikah yakni dorongan dari seseorang yang ingin

melangsungkan pernikahan sehingga tercapai tujuan pernikahan tersebut sesuai al-

qur’an dan hadis.

Adapun terkait motivasi dalam pernikahan itu sendiri, di dalam al-quran

penulis menemukan 7 motivasi, yakni :

1. Melaksanakan Perintah

2. Memenuhi Unsur Gharizah Berpasangan

3. Penyempurnaan dan Penjagaan Iman

4. Penjagaan Kehormatan Diri

5. Melatih Kesabaran

Dari kelima motivasi diatas, Satu hal yang paling terpenting dari beberapa

alasan motivasi lainnya yakni pernikahan sebagai Peritah Allah dan Rasul-Nya, juga

sebagai salah satu moment ibadah sesusai syariat ketika menjalankan perintah-Nya

untuk melakukan pernikahan. Diterangkan juga dalam sebuah hadis yang di

74
75

riwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa menikah merupakan salah satu penyempurna dari

separuh agama. Hal inipun tertera dalam sebuah hadis yang artinya :“Jika seorang

hamba telah menikah, maka sungguh ia telah menyempurnakan separuh agamanya.

Maka, takutlah kepada Allah dengan (menjaga) separuhnya.”

Dari pernikahan yang sah juga, maka akan memperoleh keturunan yang sah

dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga damai dan teratur. Untuk

memenuhi tuntutan hajat tabiat manusia, berhubungan antara laki-laki dan perempuan

dalam rangka mewujudkan suatu keluarga bahagia berdasarkan rasa cinta kasih, untuk

untuk memperoleh keturunan yang yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti

ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariat. Hal inipun, sudah terteradengan

jelas di dalam al-quran bahwa melakukan pernikahan yakni untuk Membentuk

keluarga yang bahagia dan kekal atau sakinah, mawaddah wa rahmah. Hal inipun

telah dipertegas dalam Firman Allah yakni :

‫ي‬ȉۚ ‫ۚ نإ ف ذ ل‬ ‫ل‬ ‫او إل‬Ǽ‫كس‬Ƭ‫أ ا ل‬ ‫نأ‬ ‫ل‬ ‫يآ ه نأ‬

‫تا‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫مك‬ ‫ت‬


‫ةدو ةحرو‬Ƿ ‫مك‬Ǽ‫اهي عجو ۚ يۚب‬ ‫ن م سف‬Ƿ ‫ق‬Ǵ‫خ‬ ‫ا‬ ‫ن‬Ƿ‫و‬
‫جاو‬ ۚ
‫ز‬ ‫ل ي‬
‫ن‬
‫ وركف‬Ƭۚ ‫موق‬
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan

sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Niat untuk melakukan pernikahan menjadi ladang ibadah, yang dalam

melaksanakannya merupakan perintah agama, yang sudah tentu agar terhindar dari

perbuatan-perbuatan tercela, lebih penting kiranya daripada hanya beralasan karena

cinta semata.
76

B. Saran

Penelitian dan penulisan skripsi ini tentulah tidak sempurna, banyak sekali

kekurangan, sehingga perlu adanya penelitian yang lebih medalam terhadap tema

ini. sehingga kajian terkait motivasi menikah ini membawa dampak yang positif

terhadap penulis khusunya juga pembaca umumnya. Selain itu, diharapkan Setiap

orang yang hendak menikah lebih termotivasi lagi dengan bukti-bukti yang

diterangkan firman Allah dan Rasul-Nya, menikah tidak hanya dijadikan sebagai

penggugur nafsu semata akantetapi lebih dari itu.

Selain itu juga, kepada peneliatn selanjutnya agar lebih mengkaji dan

mendalami terkait sumber-sumber yang lebih banyak yang tentu dapat

dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-karim.”Al-Quran dan Terjemahannya”. Management Cahaya

Qur’an, Mushaf Ar Rusydi, 2008.

Ali Syibromalisi, Faizah. “kiat-kiat memilih pasangan Menuju Perkawainan

Bahagia, disampaikan pada acara seminar Pendidikan Pranikah:

Membangun keluarga Bahagia, Menuju Generasi Berkualitas.” PSGA UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 September 2014.

Anam, Sahrul. dkk. Kado Untuk Sang Tunangan (Risalah Nikah untuk remaja).

Majelis Musyawarah Kutubudiyah: M2KD, 2010.

Anugrah, Laila. Assalamualaikum Imamku. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo, Kompas -Gramedia, 2016.

An-Nawawi. Majmu’ fi syahri al-muhaddzab juz IXX hlm. 21


Ahmad, Afrizal. “Hirarki Motivasi Menikah Dalam Islam Ditinjau Dari Maqashid
Syari’ah.” Tesis S2 Program Studi Hukum Islam/ Konsentrasi
Fiqih,Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
2011.

Arifuz Zaki, Ahmad. “Konsep Pra-Nikah Dalam Al-Quran dan Tafsir (Kajian

Tafsir Tematik.” S1 Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tasirf, Fakultas

Ushuluddin UIN Jakarta, tahun 2017.

Ar-Rāgib, Al-Isfahāny,. Al-Mufradāt fi Garibal-Qur’āan. Makkah: Maktabah

Nazar Mustafā al-Baz, 1997.

77
78

Ayu, Dewa Eka Chandra Merta Sari. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Motivasi Remaja Terhadap Pernikahan Dini Di Desa Sukowono Kecamatan

Sukowono Kabupaten Jember.” Skripsi S1 Fakultas Kesehatan , Universitas

Jember, 2015.

Departemen Pendidikan Nasional: Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

pustaka, 2003.
Eka chandra merta sari, Dewa. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi
Remaja Terhadap Pernikahan Dini Di Desa Sukowono Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember.” Skripsi S1 fakultas kesehatan , universitas
jember, 2015.

Faridi, Miftah. 150 masalah Nikah dan Keluarga. Jakarta:Gema Insani, 1999.

Fuad Shalih, Syekh. Untukmu yang akan Menikah dan telah Menikah. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2008.

Hamid Kisyik, Abdul. Bimbingan Islam Untuk mencapai keluarga Sakinah.

Bandung; Al-Bayan, 1997.

Hayy Al-Farmawi, Abdul. Metode Tafsir maudhui dan Cara Penerapannya.

Jakarta : CV Pustaka Setia, 2002

Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Jakarta: Kencana, 2007.


Imaduddin Abdulrahim, Muhammad. “Sikap Tauhid dan Motivasi Kerja.” (Jurnal
Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Quran volume II No. 5/9,Lembaga Studi
Agama dan Filsafat (LSAF), 1990.) h. 38

Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Abu. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta;

Pustaka azam, jilid 18, 2009‫ز‬


79

Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital

Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta: Balai Pustaka, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1994.

Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu katsir. Penerjemah M. Abdl Ghoffar E. M. Bogor:

Pustaka Imam asy- Syafi’i,

Kitab Imam Bukhari

Mardani. Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Jakarta : Prenada Media Group,

2016.
Mawardi. “Realisasi Tujuan Pernikahan Menurut Syariat Islam pada Kehidupan
Berumah tangga (Penelitin terhadap Kehidupan Berumah tangga pada
Masyarakat di desa Pusaka Rakyat Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten
Bekasi).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Meliyanti, Yeyen. “Perbedaan Motivasi Untuk Menikah Dini antara Remaja Laki-

laki dan Remaja Perempuan di Kecamatan Sepatan Tangerang.” Skipsi S1

Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakata,

2007.

Mutawalli Asy Sya’rawi, M. Rezeki. Jakarta; Gema Insani Press,1994.

Nabil Kazim, Muhammad. Buku Pintar Nikah: Strategi Jitu Menuju pernikahan

Sukses. Penerjemah Ibnu Abdi Jamil .Solo: Samudera, 2007.

Nadeak, Wilson. Seraut Wajah pernikahan. Yogyakarta: Kanisius,1995.

Nadesul, Handrawan. kiat sehat Pranikah. Jakarta: Kompas Penerbit Buku, 2009.

Nazir,Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.


80

Nazar Bakri, Siti. Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah).

Jakarta :Pedoman Ilmu Jaya, 1993.

Nuhdi, Asep. “Takhrij Hadis Kitab Tanhiq Al-Qaul Al-Hatsits: Sebuah Kajian

Analisis Sanad Dalam Bab Fadilah Nikah.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Pasal

1 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan

Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam

Pasal 1 huruf C Kompilasi Hukum Islam


Pimpinan Pusat Aisyiyah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah:
Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, (Suara Muhammadiyah;Yogyakarta,
2016), h.101

Pritta Anisaningtyas Gakuh,dkk. ”Pernikahan Di Kalangan Mahasiswa S-1.”


Yogyakarta, Jurnal Karya Ilmiah Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, 2011.
Rosyadi, Imron.”Kritik Sanad dan Matan Hadis tentang Nikah Mendatangkan
Kekayaan”. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Shihab, M.Quraish. Pengantin Al-qur’an: Kalung Permata Buat Anak-

anakku”.Tangerang: Lentera Hati, 2013.

..... M.quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: lentera hati, 2002.

Tihami, H.M.A. dkk. Fikih Munakahat. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2009.

Wasron , Ahmad Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka progressif, cet. 14,.1997.


81

Yunis, M. “Mitos Wacana Ahmad. kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka

Progresif,
Pendidikan Karakter Perempuan Minangkabau, Studi Kasus Kabupaten Padang
Pariaman” (jurnal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and
Language Education, ISSN : 2252-4792 Volume 3 - No.1 2014)
Qadir Djaelani, Abdul. Keluarga Sakinah. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995.
Qutub, Sayyid. Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an terjemahan. Jakarta: Robbani Press,
2008.

Anda mungkin juga menyukai