Oleh :
MUHAMMAD NUR RISKY
NIM: 1113033100053
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1441 H/2020 M.
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah swt., Zat pemberi nikmat, yakni
hembusan nafas yang separuhnya dimiliki oleh dia, pandangan mata
sehingga dapat memandang indahnya ciptaan serta nikmat-nikmat
lain yang tidak mampu dihitung oleh insan berakal. Ṣalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Raḥmatan li al-‘Ālamîn,
cahaya di atas cahaya, Insan Kamil, Nabi Muhammad saw., Rasul
penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga zaman kehidupan historis telah tiada.
Alḥamdulillah, berkat rahmat dan ‘inayah Allah swt. misi yang
selalu menghantui yakni skripsi ini dapat terselesaikain. Penyelesaian
skripsi ini adalah karena keterlibatan berbagai pihak yang jika
tanpanya karya ini tidak akan terwujud. Begitupun karena hadirnya
sosok yang selalu menunggu berada di seberang sana, ia tak henti-
hentinya memotivasi diri agar misi ini dapat terselesaikan. Kepada
seluruhnya ucapan terima kasih akan selalu terucap dari mulut yang
kotor ini.
Mendaki gunung lewati lembah, melalui upaya dan usaha yang
melelahkan, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya, skripsi ini dapat
terselesaikan. Berbagai kesulitan, cobaan dan hambatan tak hentinya
menerjang dalam penyusunan skripsi ini. Alḥamdulillah dapat teratasi
berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya akan selalu tersampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuludin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
3. Dra. Tien Rohmatin, MA, selaku Ketua Jurusan Aqidah
Filsafat Islam, dan Dra. Banun Binaningrum, M. Pd, selaku
Sekertaris Jurusan Aqidah Filsafat Islam beserta segenap
jajaran pengurus Fakultas Ushuluddin yang telah banyak
membantu mempermudah proses administrasi dalam
perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.
4. Dr. Kholid Al Walid, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi,
yang telah membuka wawasan serta membimbing hingga akhir.
Ucapan terimakasih saja belum cukup untuk menggantikan jasa
– jasa yang telah diberikan, akan tetapi lantunan doa terbaik
akan selalu terpanjatkan untuknya, terimakasih untuk semua
yang telah bapak berikan, semua jasa-jasa bapak tidak akan
terlupakan.
5. Drs. Ramlan Abdul Ghani, MA, selaku penasihat akademik
yang telah membantu selama dalam masa perkuliahan.
6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terkhusus jurusan Aqidah
Filsafat Islam yang dengan ikhlas dan tulus serta penuh sabar
dalam mencurahkan upaya serta mendidik selama ini.
7. Kedua orang tua tercinta Hasan Basri dan Barisah yang selalu
mengirimkan doa kepada saya. Sepertinya, ucapan terimakasih
tidaklah cukup atas semua yang telah diberikan sejak lahir
hingga dewasa. Rasa kecewa selalu muncul dalam diri kalian
karena manusia hina ini. Akan tetapi lantunan doa sampai detik
ini akan selalu terucap hingga ajal menjemput. Terimakasih
kalian karena telah sabar untuk mendidik dan membesarkan.
Skripsi ini dipersembahkan untuk kalian.
iii
8. Adik-adikku yang selalu memberikan semangat serta motivasi
dan meyakinkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan, Sadam Husein, Ubaidillah Khan,
Dedi Ibmar, Didi Maldini, Afaf Amani, Rutby Aliyyudin,
Zulhujay Ibnu Nedih, Ade Suhanda dan lainnya yang tak bisa
disebutkan namanya persatu, serta keluarga besar Aqidah
Filsafat Islam angkatan 2013 khususnya Said Riadi, Dwi
Platomo, Khoirul Fiqih, Deden Rojani, Muara Torang yang
selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Dan untuk nama yang selalu penulis sisipkan dalam doa.
Akhir kata, dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan bahkan tidak menutup kemungkinan di dalamnya
masih terdapat kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran akan selalu diterima agar lebih baik lagi kedepan. Semoga
skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca dan alam
semesta. Semoga Allah swt, selalu memberkahi dan membalas semua
kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu.
Āmīn yā Rabb al-Ālamīn.
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil
keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/
U/1987.
1. Konsonan
Huruf
Huruf Latin Keterangan
Arab
ب b be
ت t te
ج j je
خ kh ka dan ha
د d de
ر r er
ز z zet
س s es
ش sy es dan ye
v
ط ṭ te dengan titik bawah
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q qi
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
ه h ha
ء ‟ apostrof
ي y ye
2. Vokal Tunggal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:
vi
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
و U ḏammah
3. Vokal panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ىَا Ᾱ a dengan topi di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti
huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan
asy-syamsiyyah, al-rijâl bukan ar-rijâl.
5. Syaddah (Tasydîd)
Huruf yang ber-tasydîd ditulis dengan dua huruf serupa secara
berturut-turut, seperti سنَّة
ُ = الal-sunnah.
6. Ta marbūṭah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
vii
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
1 طﺮﯾﻘة Ṭarîqah
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI),
antara lain untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama
tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului
oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh:
Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan
Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf
cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku
itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih
aksaranya, demikian seterusnya.
viii
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin
al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
ُ َ َ َّ َ
ت ِحل ْةْا ْي َما ِنك ْْم taḥillata aimānikum
ً َ
ْا ْز َو ِاجهْْ َح ِد ْيثا azwājihī ḥadīṡā
ْ ْ
ص ِال ُ ْحْال ُمؤ ِم ِن ْي َ ْن
َ َو
wa ṣāliḥu al-mu`minīn
ُ
ْ َّ ِِّم ْنك
ْنْ ُم ْس ِل ٰمت mingkunna muslimātin
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................. 5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............... 6
D. Tinjauan Pustaka ..................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ............................................. 9
F. Sistematika penulisan ............................................. 10
x
a. Tauhid Dzati ....................................................... 40
b. Tauhid Sifati ....................................................... 42
c. Tauhid Terhadap Perbuatan Allah ..................... 43
d. Tauhid Dalam Ibadah ......................................... 47
B. Kesatuan Alam ......................................................... 48
C. Alam Gaib Dan Alam Nyata .................................... 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 55
B. Saran-saran ............................................................... 56
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993),
h.1
2
Moehamad Thahir Badsire, Syarah kitab al-Tauhid Muhammad bin Abdul
Wahab, (Jakarta: PT. Pustaka Manjimas, 1984), h. 24-25
1
2
3
Mohd. Al-Thoumy al-Syaibany, falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan
Bintang,1979), h.58.
4
M. Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera hati, 2004), h.32.
5
Al-Qur,an Q.S. Maryam [16]: 64-65
3
6
Murthada muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h.49.
7
Sahirul Alim et. Al., Islam Untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam dan
Teknologi (Jakarta: Departemen Agama RI, 1995), h. 65-67.
4
8
Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman (Bandung: Mizan,
1994), h.48.
9
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h.56-57
5
10
Murtadha Muthahhari, Pandangan-Dunia Tauhid (Bandung: Yayasan
Muthahhari, 1993), h. 9.
6
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Selain tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini,
sebagaimana yang telah di paparkan di atas, penelitian ini juga
diharapkan dapat memberi manfaat yang signifikan. Manfaat
yang penulis harapkan adalah:
a. Turut memberikan sumbangsih pemikiran dan masukan
tentang bagaimana memahami alam semesta ini sebagai
jalan dan petunjuk filosofis untuk mendekatkan diri kepada
Sang Pencipta.
b. Bentuk sumbangan untuk memperkaya Khazanah
keilmuan, khususnya bagi Umat Islam.
7
D. Tinjauaan Pustaka
11
Rochman Rofi’ah, Tauhid menurut pandangan Murtadha Muthahhari
(Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1997).
8
12
Mela Roza, pemikiran teologi Murtadha Muthahhari (Skripsi fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2016).
13
Lukman Nurhakim, Konsep Insan Kamil Menurut Murtadha Muthahhari
(Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2016)
9
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library
research) karena peneliti menganalisis literatur-literatur dari
berbagai sumber yang berbentuk pustaka sehingga penelitian
ini bersifat kualitatif15.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi tokoh atas pemikiran
Murtadha Muthahhari. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan filososfis. Pendekatan ini digunakan untuk mencari
dan menginterpretasi data dengan kacamata filosofis dengan
karakter ojektif-kritis-radikal dan multipersepsi. Objek
material16 dalam penelitian ini adalah pemikiran Murtadha
14
Sundari, Relasi Mansia Sempurna dengan Alam Semesta dalam Pemikiran
Murtadha Muthahhari (Tesis STFI Sadra Jakarta, 2016)
15
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 6.
16
Menurut Maslen objek material dalam penelitian filsafat adalah titik kajian
atau bahan yang menjadi fokus kajian dalam ilmu tertentu. Kaelen, Metode Penelitian
Kualitatif tentang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma, 2005), h. 34.
10
F. Sistematika Penulisan
17
Kaelen, Metode Penelitian Kualitatif tentang Filsafat (Yogyakarta:
Paradigma, 2005), h. 34.
11
Bab ketiga, pada Bab ini memuat landasan teori tentang berbagai
macam konsep alam semesta. Pembahasan ini sangat diperlukan untuk
mengetahui bagaimana konsep alam semesta secara menyeluruh.
Bab keempat, dalam Bab ini akan dianalisis dari data-data yang
terdapat pada Bab III dengan menggunakan kacamata Bab II, sehingga
hasilnya akan mencerminkan dengan tema yang dibahas. Maka di Bab ini
akan dibahas tentang Konsep alam semesta menurut Murtadha
Muthahhari.
1
Murtadha Muthahhari, Kritik Islam terhadap Materialisme,terj. Ahmad
Kamil (Jakarta: al-Huda,2001) h. 9
2
Arif Gunandar, “Akhlak Menurut Murtadha Muthahhari (Suatu Tinjauan
Filosofis)”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry Banda Aceh
2015), 12.
3
Sayyed Hossein Nasr, Islam Tradisi di tengah Kancah Dunia Modern,
(Bandung, Penerbit Pustaka, 1994), h. 195
12
13
4
Arif Gunandar, “Akhlak Menurut Murtadha Muthahhari (Suatu Tinjauan
Filosofis)”, 13.
5
Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid,
(Bandung, Yayasan Muthahhari, 1998), h. 34
14
Tragedi penembekan itu terjadi pada hari selasa 1 Mei 1979 saat
Muthahhari pergi kerumah Dr. Yadullah Sahabi bersama anggota-
anggota lain dewan Revolusi Islam. Sekitar pukul 10.30 malam,
Muthahhari dan yang lainnya meninggalkan rumah Sahabi.
Muthahhari berjalan sendirian menuju jalan kecil dekat dengan tempat
parkir Mobil yang akan membawanya pulang. Muthahhari mendengar
suara asing yang memanggilnya, ketika menoleh kearah suara yang
memanggilnya sebuah peluru tepat menembus kepalanya. Ia
meninggal hampir seketika meski sempat dilarikan ke rumah sakit
terdekat namun tidak dapat terselamatkan. Dengan kematiannya, Iran
6
Murtadha Muthahhari, Keadilan ilahi: Asas Pandangan Dunia Islam,
(Bandung, Mizan, 2009), h. 27
7
Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, , h. 26.
15
8
Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, h. 26
9
Rika Rubiyanti, Moralitas alam Islam menurut Murtadha Muthahhari,
(Skripsi UIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2010), h. 12
10
Jalaluddin Rahmat, Kata Pengantar dalam Murtadha Muthahhari, Persfektif
Al-Qur’an tentang Manusia dan Agama, (Bandung, Mizan, 1992), h. 8
11
Rika Rubiyanti, Moralitas alam Islam menurut Murtadha Muthahhari, h. 15
17
12
Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, h. 32
13
Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, h. 35-36
14
Rika Rubiyanti, Moralitas alam Islam menurut Murtadha Muthahhari, h. 9
18
15
Mulyadi Kartanegara, Nalar religious memahami Hakikat Tuhan, Alam dan
Manusia, (Jakarta, Erlangga, 2007), h. 91-92.
16
Murtadha Muthahhari, Falsafah Pergerakan Islam, Cet; I, (Jakarta : Amanah
Press, 1988) hlm. 96
17
Murtadha Muthahhari, Man and Universe. Diterj, Ilyas Hasan, Manusia dan
Alam Semesta (Jakarta: Lentera, 2002), hlm. 1.
19
18
Mulyadi Kartanegara, Nalar religious memahami Hakikat Tuhan, Alam dan
Manusia, h. 94
19
Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid,h. 44
20
Nihaya, “Sintesa Filsafat dan Teologi Murtadha Muthahhari” dalam Jurnal
Suleana, Vol. 8, No.1 (2013), .h.112.
20
C. Karya-karyanya
21
Murtadha Muthahhari, Kritik Islam terhadap Materialisme, (Jakarta, al-
Huda, 2001), h. 9
22
Haidar Baqir, Murtadha Muthahhari sang Mujahid, Sang Mujtahid, h.9
21
Dari sekian banyak karya yang telah di tulisnya ada beberapa buku
yang terkenal seperti:
23
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta : Konsepsi islam tentang
Jagat Raya, (Jakarta, Lentera Barisama, 2002), h. 1
24
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah, (bandung, mizan, 1919), h.
16.
22
25
Murtadha Muthahhari, Manusia Sempurna, (Jakarta, Lentera, 1994), h. 29
26
Murtadha Muthahhari, Manusia Sempurna, h. 254
27
Hairus Saleh, filsafat Manusia; Studi Komparatif antara Abdurrahman
Wahid dan Murtadha Muthahhari, (Skripsi Fakultas Ushuludiin UIN Syarif
Hidayatulah Jakarta, 2014), h. 29.
25
28
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, Cet. III, Jilid III,
(Jakarta, PT. Inchar Baru, 1994), h. 313
BAB III
1
Musa Kazhim, Belajar Menjadi Sufi, (Jakarta:Lentera Basritama,2002), h. 25.
2
Murtadha Muthahhari, Mengenal Epistemologi, (Jakarta: Lentera, 2001), h.
17-18.
26
27
3
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, (Jakarta: Lentera
Basritama, 2002), h. 51.
29
4
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, h. 51.
30
bahwa yang qadim itu sudah ada, sedangkan alam belum ada5.
Menurut al-Ghazali yang qadim (tidak memiliki permulaan)
hanyalah Tuhan semata. Maka selain Tuhan haruslah baru.
Karena apabila terdapat sesuatu yang qadim selain Tuhan,
maka dapat memunculkan paham; apabila yang qadim banyak,
berarti Tuhan banyak; pemikiran ini tentu menimbulkan
kemusyrikan yang pelakunya mendapat dosa besar yang tidak
dapat diampuni oleh Tuhan.
5
Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam; Konsep, Filosof dan Ajarannya,
(Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 162
6
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam dan Filsafatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 74
32
7
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, h. 55.
8
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, h. 55
33
9
Murtadha Muthahhari, Pandangan Dunia Tauhid, (Bandung: Yayasan
Muthahhari, 1994), h. 18-19.
34
10
Murtadha Muthahhari, Pandangan Dunia Tauhid, h. 20-21.
11
Ali Syari’ati, Agama Versus “Agama”, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2000), h.
29.
35
12
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta (Jakarta: Lentera
Basritama, 2002), h. 34.
13
Murtadha Muthahhari, Pandangan Dunia Tauhid, h. 23.
14
M.H.Thabatha’i, Islam Syi’ah, Asal-Usul Perkembangannya, terj. Djohan
Effendi dari Syi’ite Islam, (Jakarta: Grafiti, 1989), h. 149-153.
36
15
Eko Supriyadi, Sosialisme Islam: Pemikiran Ali Syari’ati, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003), h. 166.
37
Ketiga, ditentukan; sifat khas lain dari alam dunia ini adalah
semuanya serba ditentukan. Eksistensi masing-masing benda
ditentukan oleh dan bergantung dengan eksistensi benda lain.
Tidak ada yang dapat eksis jika benda-benda lainnya tidak eksis.
Kalau kita mau memperhatikan dengan teliti tentang realitas
benda-benda yang ada di alam ini semuanya bergantung dengan
38
16
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h. 62.
39
yang eksis itu bukan saja segala yang kasat indera yang terbatas,
berubah, relatif dan tergantung. keadaan eksistensi yang kita lihat
tampaknya, pada umumnya, ada dengan sendirinya dan berdiri
sendiri. Karena itu, tentunya ada satu kebenaran yang abadi dan
mutlak ada, tak bersyarat, tak terbatas, dan ada selalu di balik alam
ini. Segala sesuatu bergantung pada kebenaran mutlak. Kalau tidak,
keberadaan eksistensi tak mungkin seperti yang kita lihat ini.
Dengan kata lain, tidak ada yang eksis sama sekali tanpa-Nya17.
17
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya ,, h. 64.
BAB IV
a. Tauhid Dzati
Mutahhari berpendapat bahwa, apa yang dimaksud dengan
tauhid dzati adalah Allah Esa dalam zat-Nya. Yang pertama
terbangun dalam benak kita bahwa Allah tidaklah bergantung
pada apapun dan siapapun. Allah merupakan satu-satunya
pencipta, pemilik dan pengendali alam semesta. Kita sebagai
makhluk-Nya wajib mengesakan ketuhanan-Nya. Para filosof
1
Sayid Sabiq, Aqidah al-Islamiyyah, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 15
40
41
2
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan bintang, 1990), h.
90-93
42
b. Tauhid Sifati
Di antara salah satu kita mungkin banyak yang belum
memahami bahwa Allah memiliki banyak nama dan sifat.
Namun tentu saja nama dan sifat Allah berbeda dengan nama
dan sifat makhluk-Nya, karena tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia. Di antara perbedaannya, nama dan sifat
Allah penuh dengan kesempurnaan, sedangkan nama dan sifat
makhluk mengandung banyak kekurangan. Pemahaman yang
benar tentang nama dan sifat Allah akan memberi dampak yang
besar terhadap keimanan seseorang. Sebaliknya, pemahaman
yang keliru bisa menyebabkan seseorang kufur kepada Allah.
Tauhid sifati adalah memahami bahwa zat-Nya adalah
sifat-sifat-Nya juga, bahwa sisfat-sifat-Nya sama satu sama
lain. Menurut Muthahhari tauhid dzati merupakan peniadaan
keberadaan sekutu dan penyerupa Tuhan, sedangkan tauhid
sifati merupakan penekanan dari meniadakan keberadaan
segala bentuk pluralitas dan kemajemukan pada zat itu sendiri.
Dengan kata lain, meski dzat Allah digambarkan dengan sifat-
sifat sempurna, namun Tuhan tidak memiliki berbagai aspek
obyektif.
3
Murtadha Muthhari, Pandangan Dunia Tauhid, (Bandung: Mizan, 1993), h.
41-42.
43
4
Murtadha Muthhari, Pandangan Dunia Tauhid, h. 44
5
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia: UI
Press, 2006), h. 136.
44
6
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h. 72-73.
45
7
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia: UI
Press, 2006), h. 119.
46
8
Murtadha Muthahhari, Al-‘Adl al-Ilahiy, (Kum: Al-Khiyam, 1405 H), h. 149
9
Murtadha Muthahhari, Al-‘Adl al-Ilahiy, h. 149
47
10
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h, 109
48
B. Kesatuan Alam
11
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h, 73
12
Murtadha Muthhari, Pandangan Dunia Tauhid, (Bandung: Mizan, 1993), h.
49
49
13
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Qu’an: megerti mukjizat
nikmat Allah, terj. M. zainal Arifin, dkk, (Jakarta, Zaman, 2013), h. 328.
50
14
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h. 101.
15
Ikhwan al-Shafa merupakan suatu perhimpunan Filosof rahasia di Basrah dan
Baghdad abad ke-8 sampai 10, terkenal dengan karya kolektif mereka dan ditulis dengan
bahasa arab yang sederhana dan jelas. Sebagai organisasi cendikiawan, Ikhwan al-Shafa
merupakan kelompok yang mendalami masalah Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Karya
terbaik dari kelompok ini adalah Rasail Ikhwan al-Shafa wa Khulla al-Wafa (Surat-surat
dari para pemimpin murni dan sahabat yang tulus).
16
Murtadha Muthahhari, Fundamentals of islamic Thought: God, Man and the
Universe, Bab “the world view of tauhid”. diterjemahkan oleh Agus Effendi (Bandung,
Yayasan Muthahhari, 1985), h. 101.
17
Murtadha Muthahhari, mengapa kita diciptakan?: Dari Etika Agama dan
Mazhab Pemikiran Menuju Penyempurnaan Manusia, (Yogyakarta, Rausyan Fikr
Institute, 2012), h. 100.
51
18
Murtadha Muthahhari, Keadilan Ilahi: Asas Pandangan Dunia Isl,
(Bandung, Mizan, 1992), h. 118.
19
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h. 102
52
20
Cliffort Geertz, Agama sebagain Sistem Budaya, (Yogyakarta: Qalam,
2001), h. 413
21
Ahmad Tafsir, filsafat ilmu: mengurai Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi, (Bandung: Rosdakarya, 2012), h. 126
53
Tentu saja konsep itu mengingatkan kita pada deskripsi Ibn ‘Arabi
yang menggambarkan bahwa dunia ini adalah refleksi dari wajah
Tuhan yang Esa22. Ibnu ‘Arabi permah mengatakan bahwa wajah itu
satu tetapi cermin seribu, sehingga wajah yang sejati itu terpantul
dalam ribuan cermin dan karena kualitas dan posisi cermin berbeda
antara satu dengan yang lainnya maka pantulan wajah sama dan satu
itupun tampak berbeda-beda. Oleh sebab itu maka sekalipun Tuhan itu
Esa tetapi pantulannya yaitu Alam semesta beraneka ragam dan jenis23.
22
Esai yang ditulis oleh Prof. Mulyadi Kartanegara pada seminar Internasional,
Pemikiran Murtadha Muthahhari, 8 Mei 2004 di Jakarta.
23
Mulyadi Kartanegeara, gerbang kearifan: sebuah pengantar filsafat
islam,(Jakarta, Lentera Hati, 2006) h.64
54
Prinsip dasar lain, selain dunia nyata dan dunia gaib adalah tentang
terbaginya alam semesta ini menjadi dua bagian: dunia saat ini dan
dunia kelak (Akhirat). Menurut Muthahhari, apa yang nyata dan yang
gaib berkaitan dengan dunia yang memberikan bentuk kepada dunia
ini. Bila kita ingat kembali bahwa akhirat merupakan akibat dari dunia
ini dan merupakan alam sebagai tempat kembali kita sebagai makhluk-
24
Ahmad Khudori soleh, wacana baru filsafat islam, (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2004), h. 148.
55
Nya. Alam gaib merupakan alam yang menjadi asal usul kita dan
akhirat adalah tempat kita kembali kepada-Nya25.
25
Murtadha muthahhari, manusia dan alam semesta : konsepsi islam tentang
jagat raya , terj. Man and Universe, oleh Ilyas Hasan, (Jakarta, lentera basritama, 2002),
h. 105.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
55
56
57
58