Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag)
Oleh
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag)
Oleh
Pembimbing,
Kusmana, Ph.D, MA
NIP. 196504241995031001
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1441 H / 2019 M
ABSTRAK
Tantri Setyo Ningrum
Wacana Istri Sebagai Pencari Nafkah Di Indonesia: Studi Pemahaman
Husein Muhammad
Makalah ilmiah ini adalah refleksi relasi suami istri dalam ekonomi
keluarga dan upaya untuk pemberdayaan kemandirian perempuan, dinarasikan
secara deskriptif analitik, berdasarkan sumber primer dengan wawancara tokoh
yang dilakukan pada tanggal 18 oktober 2018 dan penelitian ini juga melalui
sumber sekunder dari buku-buku yang berkaitan dengan tema penelitian penulis..
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Shalawat beiring salam penulis lantunkan kepada utusan yang paling agung
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh kaumnya yang
trima kasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini. karena
penulis menyadari tanpa dukungan dari mereka apalah daya penulis. Mereka
rintangan yang dialami dalam mencapai gelar Sarjana Agama Islam Program
Strata satu (S1) Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara
1. Ibu Prof . Dr. Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA selaku rektor UIN
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sarif
Hidayatullah Jakarta.
ii
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA, dan Ibu Banun Binaningrum, MA, selaku
ketua jurusan dan Sekertaris jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN Syarif
7. Kedua orang tua penulis, Ibunda tercinta Ropi‟ah dan Bapak Sumarto serta
keluarga besar Bani Warkeh lainnya yang telah banyak memberikan semangat
8. Kedua orang tua asuh penulis selama di jakarta Ibu Nazirah Hasan S,Ag dan
Yaqiasa Ulfa yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
iii
Teman seperjuangan IQTAF 2014 khususnya TH G semoga kalian selalu
10. Teman-teman Asrama Ar-Ridha Yaqut, Mar‟ah, Lely, Muji, Ziah, Yuli, Ipeh,
Ummi, Atiq, Ohim, Romen, Ijank, Obi, Nahid, Juki. Teman-teman KKN
11. Dan semua orang yang telah berjasa dan mendukung penulis dalam
Atas semua itu penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah Swt,
semoga amal baiknya di terima oleh Allah Swt dan mendapatkan balasan yang
Penulis
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Pedoman Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
ب B Be
ث T Te
ث Ts Te dan es
ج J Je
ر Kh Ka dan ha
د D De
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy es dan ye
v
ع „ Koma terbalik di atas hadap kanan
غ Gh Ge dan ha
ف F Ef
ق Q Ki
ك K Ka
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
ه H Ha
ء ` Apostrof
ي Y Ye
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan lokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
--َ--- A Fathah
--َ--- I Kasrah
--ُ--- U Dammah
vi
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
ي-- Ai a dan i
و-- Au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambankan dengan huruf
yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun
5. Syaddah/ Tasydȋ
Syaddah atau Tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah
tanda ( --َ-- ) dalam alihaksara ini dilabangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda Syaddah itu. Akan tetapi hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menrima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
vii
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya kata ( )الضࣥرورةtidak ditulis
6. Ta Marbūtah
Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf Ta Marbūtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ . hal
yang sama juga berlaku jika Ta Marbūtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‟at).
Namun jika huruf Ta Marbūtah tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf
1 طريقه Tarȋqah
3 جود
ࣥ الى
ࣥ وددࣥة Wahdat al wujȗd
7. Huruf Kapital
Huruf kapital ini mengikuti ketentuan yang berlaku di dalam Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI). Huruf kapital ini digunakan pada permulaan kalimat, huruf awal
nama tempat, nama bulan, nama orang, dan lain-lain. Contohnya Abȗ Hȃmid al-
Misalnya, judul buku ditulis dengan cetak miring dan alih aksara juga demikian.
viii
Ketentuan lainnya jika yang ditulis adalah nama tokoh nusantara, tidak
disarankan untuk dialihaksarakan meskipun terdapat akar kata yang berasal dari
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) di
tulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
atas:
ࣥ ذهب ال ست
ﺎد Dzahaba al-ustâdzu
ك ࣥم هللا
ࣥ يؤثࣥر
ࣥ Yu‟atstsirukum Allâh
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Nafkah
1. Etimologi ...............................................................................21
2. terminologi ............................................................................22
x
1. Tafsir Klasik ..........................................................................33
B. Karya-karya .............................................................................44
BAB IV. Husein Muhammad dan Wacana Istri Sebagai Pencari Nafkah .
Tantangan ...............................................................................90
BABV. Penutup
A. Kesimpulan ..............................................................................96
B. Saran-saran ..............................................................................97
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dianggap lebih tinggi dari kebutuhan di zaman sebelumnya. Kebutuhan hidup keluarga
sekarang sudah banyak peningkatan. Secara alamiah istri sebagai bagian keluarga
dituntut untuk ikut andil meningkatkan beban pemenuhan kebutuhan keluarga dengan
bekerja. Walaupun al-Qur‟an telah mengatur kadar dan ketentuan nafkah yang harus
diberikan suami kepada istri, hal itu belum menjadi titik akhir menyelesaikan problem-
problem ekonomi rumah tangga selanjutnya. Fenomena istri sebagai pencari nafkah
tidak hanya disebabkan kurangnya nafkah yang diberikan suami saja, tetapi bisa juga
karena terdapat faktor lain seperti para istri memiliki kemampuan selain mereproduksi,
istri ditinggal suaminya karena bercerai atau meninggal dunia, terdapat juga suami yang
Respon terhadap fenomena istri bekerja di ruang publik terdapat pro dan kontra,
sebagian menanggapi negatif karena peran tersebut akan mengganggu peran publik laki-
laki. Sebagian menanggapi positif karena peran istri tersebut memang dibutuhkan. Jika
dilihat dalam berbagai aspek, perempuan selalu digambarkan sebagai makhluk yang
makhluk yang inferior sedangkan laki-laki makhluk yang kuat dan superior. Karena
1
2
lebih unggul dari perempuan.1 Laki-laki merupakan agensi yang pantas untuk menjadi
pemimpin keluarga, yang bertugas mencari nafkah. Hal ini bahkan menjadi mitos
bahwa laki-laki yang bekerja di dapur akan mendapatkan rezeki yang susah.2
disampaikan oleh Ibnu „Arabī.3 Seorang pemikir sufistik ini menganggap dalam
kehidupan, perempuan memiliki keutamaan yang lebih banyak dari laki-laki.4 Salah
ketangguhan. Seperti Siti Khādijah, salah satu istri nabi yang merupakan pembisnis
besar dan „Aisyah bin Abā Bakar seorang perempuan yang cerdas. 6 Namun ketika
melihat perkembangan perempuan selanjutnya atau yang dirasakan sekarang ini banyak
sekali pelabelan negatif seperti perempuan harus di domestik. Dari situlah kita seakan-
1
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, Keserasian al-Qur’an, h. 402-412, v.2.,
Abū Abdullah Ibn Ahmad Ibn Abū Bakr Ibn Farh al Ansārī al Khazrajī al Andalusiy al Qurtubī al
Mufassir, Al Jāmi’ al Ahkam al Qur’ān, Beirut: Dār al Fikr, h. 118-121, v.2, Abū Ja‟far Muhammad bin
Jarir bin Yazid bin Katsīr bin Khālid at-Thabari, Jami’ al-Bayān an Ta’wil ayi al-Qur’ān, 1426 H/ 2005
M, h. 59-62, v. 4. Ahmad Mustafa al-Marāghī, Tafsir al Marāghī, Beirut: Dār al-Kotob al Ilmiyah, V.3,
h.205-206,
2
Husein Muhammad, Islam Agama ramah Perempuan, Yogyakarta: PT LkiS Printing
Cermelang, 2014, h. 311
3
Ibnu „Arabī bernama asli Abu Bakar Muḥammad bin „Ali bin Muhammad bin Ahmad bin
„Abdullah al-Hatimi al-Tha‟i. lahir di Murcia Andalusia, senin 17 Ramadhan 560 H. (lihat: Umdatul
Baroroh, Tarjuman al-Asywāq dan Apresiasi Ibnu „Arabī pada Perempuan, Jurnal Islamic Riview,h.160).
4
Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern: Jalan Mengenal dan Mendekatkan Diri kepada Allah Swt,
Jakarta: Republika, 2014, h.145.
5
Umdatul Baroroh, Tarjuman al-Asywâq dan Apresiasi Ibnu Arabi pada Perempuan, Jurnal
Islamic Review, JIE Volme II No. 3 Desember 2013 M
6
Hasan M. Noer, Potret Wanita Shalehah, Jakarta: PENAMADANI, 2014, h.33.
3
zaman jahiliyah7. Banyak sekali peran yang seharusnya bisa dilakukan oleh perempuan,
tetapi yang terjadi sebaliknya. Perempuan seakan diisolir dari publik dengan
menciptakan aturan atau norma yang berusaha membatasi perempuan dan hal ini
Dalam sejarahnya, al-Qur‟ān lahir di dalam sebuah realitas masyarakat yang telah
politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti.9 Tidak jauh berbeda dengan
kehidupan.10
Sama halnya di Arab yang menganut sistem patriarki, Indonesia juga telah lama
melanggengkan tradisi patriarki. Salah satunya bisa kita lihat dalam undang-undang
mengenai keluarga. Tradisi patriarki ini yang kemudian memunculkan pelabelan laki-
laki dan perempuan dalam peran tetentu. Bahkan menganggap entitas perempuan lebih
rendah dari laki-laki. Padahal perspektif Islam sendiri, manusia merupakan khalifah di
bumi yang mempunyai unsur penciptaan yang sama.11 sehingga tidak ada tingkatan
7
Zaman jahiliyah disini dapat diartikan sebagai zaman dimana tidak ada apresiasi baik dari
manusia terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain mengenai hak-haknya, kebebasan,
kesetaraan dan hak otonom lainnya. Lihat: Ijtihad Kyai Husein, h. 205.
8
https://fahmina.or.id/potensi-perempuan/ diakses pada tanggal 25 September 2018.
9
Asma Barlas. 2003. The Qur‟an and Hermeneutics: Reading the Qur‟an‟s Opposition to
Patriarchy dalam Journal of Qur’anic Studies, Vol. 3, No. 2 (2001),
10
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan gender Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Paramadina,
2001, h. 94.
11
Zaitunah subhan, Tafsir Kebencian, Yogyakarta: LkiS, 1999, h.10
4
Peran-peran gender yang telah lama tersistem dalam kebudayaan manusia antara
terhadap peran tersebut menjadi mapan atau normatif. Padahal, peran dan karakter yang
ada itu memiliki bentuk kerelatifan yang seharusnya masyarakat tidak menghukumi atau
Penguatan atas peran gender yang timpang sedikit banyaknya telah mendapatkan
penguatan atas nama agama. Sebagian ulama menafsirkan ayat tentang peran laki-laki
dan perempuan melalui pemahaman patriarki. Tidak heran jika penafsiran tersebut
menghasilkan sistem norma yang berpihak kepada laki-laki. Kemudian kekeliruan besar
masyarakat terjadi jika penafsiran tersebut diyakini sebagai kebenaran mutlak dan
Meskipun al-Qur‟ān kitab suci abadi, penafsiran yang ada tidak bisa memutlakan
kebenaran satu tafsir saja. Oleh karena itu banyak sekali kemungkinan kebenaran
penafsiran yang tidak bisa dihindari sebagai suatu yang relatif.13 Dengan demikian, al-
Qur‟ān juga harus diinterpretasi ulang sesuai tuntutan zaman yang dihadapi manusia
dan ditafsirkan dengan nilai struktur sosial yang ada dalam masyarakat agar al-Qur‟ȃn
Quraish Shihab menyatakan jika memaksakan hasil penafsiran satu generasi untuk
mengikuti semua hasil pemikiran generasi terdahulu, maka hal tersebut akan
12
Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian, h. 66
13
Nurjanah Ismail, Perempuan dalam Pasungan, Bias Laki-laki dalam Penafsiran, Yogyakarta:
LkiS, 2013, h.2.
14
Abdul Mustakim, Epistemlogi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta : LkiS Printing Cemerlang,
2010, h.54.
5
hukum yang berbeda pada masanya, maka diperlukan sistem penerapan hukum baru dan
Mengenai peran antara laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri di
Indonesia tersistem dalam Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 34 ayat 1
dan 2 bahwa suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan istri juga berkewajiban
untuk mengurus rumah tangga dalam kehidupan sosial, politik dan kemasyarakatan.
Kemudian kepala keluarga disematkan kepada laki-laki sebagai suami.17 Baik dalam
nafkah mulai ada ketika adanya ikatan perkawinan.18 Secara tidak sadar hal ini
membatasi ruang gerak antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan pekerjaan
apapun.
Salah satu contoh fenomena terhadap wacana istri sebagai pencari nafkah
pembantu utama yang tugasnya mengantarkan anak ke sekolah.19 Beberapa acara juga
15
Quraish Shihāb, Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: MIZAN, 1992, h.93.
16
Musdah mulia, Indahnya Islam Menyuarakan kesetaraan dan keadilan gender, Yogyakarta:
Nauvan Pustaka2014, ,h.9
17
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm. Di akses pada tanggal 01-07-2018
18
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, Refleksi kiai atas Wacana Agama dan Gender,
Yogyakarta: LkiS, 2001, h.177.
19
Munawir Sjadzali, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina, 1997, h. 8.
6
kontributor utama pencari nafkah keluarga dalam serial TV yang berjudul “Dunia
Terbalik” dan juga serial yang berjudul “The Power of Emak-emak” yang
memperlihatkan bagaimana istri menunjukan keaktifan lebih tinggi dari suami. Dari
narasi-narasi tersebut maka kemutlakan istri berperan hanya dilingkup domestik seakan
dirinya sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan
keluarganya. Sementara berdasarkan indikator dari sosial gender Biro Pusat Statistik
2000 menunjuk bahwa rumah tangga di Indonesia yang dipimpin oleh perempuan
perempuan memiliki fungsi dan peran yang sama dengan laki-laki. Bahkan dalam
hidupnya kepada istri dalam sektor ekonomi. Namun kebanyakan realitas tersebut
dianggap sebagai peran tambahan saja, walaupun secara kongkrit pencarian nafkah yang
Oleh karena itu melihat realitas di atas menimbulkan banyak problem yang
menjalar tanpa berujung karena menyangkut soal moral, ekonomi dan pekerjaan.21 Serta
20
https://www.swararahima.com/24/08/2018/waris-laki-laki-dan-perempuan/ di akses pada
tanggal 25 September 2018.
21
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, nila-nilai Indonesia dan Transformasi
Kebudayaan, Jakarta: The Wahid Institut, 2007, h.380
7
pemahaman istri pencari nafkah dianggap sebagai bentuk ketidaktaatan istri kepada
suami dan tidak sesuai dengan anjuran al-Qur‟ān yang menyatakan bahwa kewajiban
beberapa persoalan lain muncul seperti bagaimana dasar teologis istri pencari nafkah?
Bagaimana hubungan nilai istri pencari nafkah dengan nilai patriarki yang
keluarga istri pencari nafkah, apakah perempuan bisa menjadi pemimpin keluarga?
Apakah tugas mencari nafkah keluarga bisa dijalankan oleh dua peran? Permasalahan
inilah yang menuntut penulis untuk lebih mendalami kajiannya mengenai konsep nafkah
dalam Islam.
pada perdebatan di sini saja. Hampir di segala lini kehidupan isu perempuan terus
bergulir sehingga telah ramai dibahas dan diperdebatkan di dunia intenasional.23 Bahkan
dibentuk pada tahun 1976 dan mulai diberlakukan pada tahun 1979.24 Dari keputusan
perempuan salah satunya yaitu Husein Muhammad. Ia menjadi salah satu tokoh feminis
22
Muhammad Nawawi, Tafsir Marah Labid, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, 2000, jus 1, h. 148-149.
23
Murad W. Hofman, tej. Menengok Kembali Islam Kita. Bandung: Pustaka Hidayat, 2002,
h.215.
24
Irfan Abu Bakar dan Chaider S. Bamualim (ed), Tanya Jawab Relasi Islam dan Hak Asasi
Manusia, Ciputat: Center For Study Of Religion and Culture Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014, h.17.
8
kemampuan yang baik dan luas mengenai khazanah literatur keislaman klasik dan
mendongkrak kemapanan pemahaman mengenai relasi gender yang keliru dan timpang
dalam masyarkat.26 Gagasan dan idenya telah menarik muslim lain untuk merespon,
sehingga melahirkan diskusi yang dinamis baik yang pro maupun kontra.
Islam mengatur ekonomi keluarga dengan melakukan kajian langsung terhadap wacana
istri sebagai pencari nafkah dalam penafsiran Q.S an-Nisa 4:34 dan Q.S at-Thalaaq
B. Permasalahan Penelitian
1. Identifikasi Permasalahan
Dari uraian yang sudah disebutkan pada latar belakang masalah, ada beberapa
b. Bagaimana hubungan nilai istri pencari nafkah dengan nilai patriarki yang
25
Gender adalah suatu kosep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dai segi sosial dan budaya. Lihat, Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan dan Gender
perspektif al-Qur’ān, Jakarta: PARAMADINA, 2001, h.35.
26
https://www.kompasiana.com/moch_aly_taufiq/550bab97813311472bb1e171/husein-
muhammad-satu-satunya-kyai-feminis-indonesia Diakses pada tanggal 25 September 2018.
9
2. Perumusan Masalah
ayat-
ayat tentang nafkah dipahami dalam konteks masyarakat yang dinamis dan secara
khusus mengkaitkan pemahaman tersebut terhadap wacana istri sebagai pencari nafkah.
setiap problem yang ada. Untuk itu sebagai pedoman hidup manusia dimana waktu terus
dilakukan untuk mendapatkan pesan al-Qur‟an yang sesungguhnya tentang keadilan dan
feminis untuk mengutarakan pandangannya seperti Aminah Wadud, Asma Barlas, Nasr
Hamid Abu Zaid, Zaitunah Subhan, Husein Muhammad dan lainnya. Dari beberapa
tokoh yang sudah disebutkan, penulis memilih Husein Muhammad sebagai tokoh dalam
Pertama, memiliki korelasi yang sama terhadap metode kajian penulis dengan
merupakan salah satu tokoh feminis di Indonesia yang banyak menjadi tolok ukur
perlu diapresiasi terhadap pemahaman ayat yang diduga bias gender, untuk itu perlu
melihat tawaran tersebut dalam penelitian penulis. Keempat, penulis merasa terdapat
10
perbedaan pemikiran Muhammad dengan tokoh gender lainnya salah satunya karena
3. Pembatasan Masalah
pada tiga ayat al-Qur‟an dalam dua surat yaitu Q.S an-Nisa 4:34 dan Q.S at-Thalaq 64:
6-7. Ayat yang dipilih penulis ini karena merupakan hasil dari analisis awal terhadap
pencarian kata dasar nafkah keluarga dalam al-Qur‟an dan ketiga ayat tersebut
mengindikasi atau memberikan penekanan yang lebih terhadap konsep nafkah keluarga.
terhadap wacana istri sebagai pencari nafkah dalam masyarakat sekarang melalui
pemahaman Husein Muhammad. Oleh karenanya letak persoalan utama penelitian ini
yaitu adakah dasar teologis istri sebagai pencari nafkah dan bagaimana relevansinya
terhadap sistem yang sudah ada dalam al-Qur‟an yang mewajibkan nafkah hanya ada
kepada suami.
1. Tujuan
Melihat dari berbagai masalah yang sudah disebutkan di atas, maka dapat
nafkah;
2. Manfaat
kemitraan suami dan istri dalam sistem keluarga yang ideal dari segi penghidupan
ekonomi dan agar pembaca lebih mengenal sosok Husein Muhammad baik mengenai
Secara Praktis skripsi ini bermanfaat bagi pembaca untuk menjadi masukan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat menjadi sumber rujukan untuk
penelitian selanjutnya. Juga sebagai sarana aktualisasi untuk mewujudkan keluarga yang
D. Studi Kepustakaan
penelitian lain yang telah dilakukan berkaitan objek yang sejenis maupun tema terkait
Kabupaten Jepara terbit di ISTI‟DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol, 1, No. 2, Juli-
Desember 2014. Tulisan ini membahas mengenai konsep nafkah dalam hukum
Islam. Penelitian ini berhasil menjelaskan arti nafkah secara lebih umum merupakan
suatu kewajiban tanggung jawab yang muncul karena adanya pernikahan. Dan
kewajiban nafkah dikaitkan sebagai paham asketisme atau suatu bentuk ibadah.
Penelitian ini membantu penulis dalam memahami konsep nafkah secara umum.
Perbedaan penelitian penulis yaitu penulis lebih rinci memahami konsep nafkah
2. “Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Perspektif Tafsir Marah Labid”
Muhammad Bukhari, Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung, 2017. Skripsi
ini menjelaskan bagaimana peran istri dalam melakukan kegiatan mencari nafkah
menurut pandangan Imam Nawawi dalam kitabnya Marah Labid. Bukhari dalam bab
akhir menyimpulkan bahwa hukum dari istri bekerja untuk vitalitas ekonomi itu
dan lainnya. Maka dari itu pekerjaan istri lebih utama adalah di rumah. Perbedaan
penelitian penulis ada pada kajian tokohnya yaitu Husein Muhammad. Skripsi
27
Lihat juga “Nafkah dalam Al-Qur’ān” Skripsi Aji Gema Permana, UIN Sunan Kalijaga
2010,َ
13
laki-laki terlihat dari kesadarannya terhadap gender equality. tetapi penelitian penulis
disini melakukan kajian lebih spesifik mengenai konsep nafkah dalam pandangan
Muhammad. Buku ini membantu penulis dalam melakukan kajian atau pemahaman
An-Nisā 4:34” Skripsi Masfufah, 2010, UIN Jakarta. Penelitian ini memaparkan
konsep kepemimpinan rumah tangga dengan merujuk kepada penafsir klasik dan
K.H Husein Muhammad”. Munib Abadi, UIN Jakarata, 2009. Dalam tulisannya,
Tulisan ini menghasilkan pandangan bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak
dibenarkan Islam dan pelegalan terhadap kekerasan sering terjadi akibat adanya
penafsiran yang masih bias. Oleh karena itu pada penelitian ini menganjurkan adanya
Mustofa dan Husein Muhammad” Tesis Ahmad Mun‟im, Fakultas Syari‟ah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017. Tesis ini mengunakan metode
dalam dua bagian yaitu hak materi dan non materi. Karena memiliki latar belakang
pemikiran dan internalisasi yang berbeda Mustofa lebih mengarah pada kajian
Tulisannya Memuat hasil bahwa salah satu faktor terciptanya keluarga harmonis
adanya peran aktif dari suami istri dalam menentukan kehidupan makro khususnya
kajian kemandirian istri dengan melihat wacana istri sebagai pencari nafkah dengan
8. “Hak nafkah istri” ( perspektif hadis dan komplikasi hukum islam) ditulis oleh
Hairul Hudaya terbit di Jurnal Studi Gender dan Anak vol 1 no 1 Januari-Juni 2013.
Penelitian ini membahas mengenai nafkah seperti penelitian penulis. Namun jurnal
wacana istri sebagai pencari nafkah. Jurnal ini membantu penulis dalam memahami
9. “Kedudukan Istri sebagai Penopang Nafkah Keluarga dalam Budaya Lokal Suku
Gantarang Kec. Kelara Kab. Jenepontho)”, Taufik Hidayat (Skripsi) UIN Alaudin
Penelitian ini menghasilkan bahwa istri memiliki hak untuk berperan sebagai pencari
nafkah dan pekerjaan tersebut diperbolehkan karena memiliki sisi positif bagi
10. “Pengaruh Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama terhadap Kehidupan Rumah
Tangga dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Jelopo, Desa
UIN Sunan Kalijaga, 2014. Skripsi ini menjelaskan mengenai beberapa pengaruh
yang akan ditimbulkan oleh istri yang bekerja sebagai pencari nafkah melihat kasus
negatif yang akan ditimbulkan istri tersebut dan hal demikian tidak sesuai dengan
hukum Islam yang ada. Perbedaan dengan penulis yaitu penulis menggunakan studi
28
Penelitian yang sama bsa dilihat dala beberapa skripsi lannya seperti: “Peran Istri dala
Memenuhi Nafkah Keluarga (Studi Kasus di Desa Gunung Sugih, dikecamatan Kedondong, Kabupaten
Pesawaran, Provinsi Lampung” (Skripsi) Desi Amalia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. “Nafkah
Keluarga dari Harta Istri (Studi Perbandingan antara Ibn Hazm, Yusuf Qardawi dan Realitas dalam
Masyarakat Gayo), (skripsi) Syaqinah, UIN ar-Raniry, 2017. “Peran Perempuan Sebagai Pencari
Nafkah Utama di Kota Subulussalam (Studi Fenomenologi), (skripsi), Jeroh mIko, UIN Sumatera Utara,
2016.
16
tokoh untuk membangun paradigma istri sebagai pencari nafkah. Manfaat skripsi ini
penelitian mengenai peran Muhammad dalam wacana istri bekerja dan wanita karir
sudah banyak di teliti. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya terletak pada
tema yang belum dikaji yaitu istri sebagai pencari nafkah menurut Husein Muhammad
E. Metode Penelitian
memuat bagaimana penulis sampai kepada tujuan dengan benar serta bagaimana penulis
skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah yang sesuai
dengan keputusan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nomor 507 tahun 2018.
a) Jenis Penelitian
mengumpulkan kata atau kalimat dari individu, buku atau sumber lain.30 Penulis
istri sebagai pencari nafkah pada. Dengan kata lain penelitian ini menggunakan metode
29
Penelitian mengenai peran istri sebagai pencari nafkah dengan hasil yang sama juga
ditunjukan oleh penelitian dengan judul “Pertukaran Peran Pencari Nafkah Utama dalam Keluarga (Stdi
Kasus di desa Lengkong, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo), Farichatul Machruroh, 2018 dan “
Peran Istri yang Bekerja sebagai Pencari Nafkah Utama di dalam Keluarga (Studi Desa Jabung Lapung
Timur), Agus Supriyadi, Universitas Lampunga, 2016.
30
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Jaarta: Raja Granfindo Persada, 2010, h.19.
17
Maudu‟i pada kata Nafkah dalam al-Qur‟an dengan mencari derivasinya, kemudian
secara spesifik mengambil dari derivasi tersebut yang sesuai dengan nafkah keluarga
Penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir sosial dalam mengkaji ayat tentang
nafkah. Jadi penulis akan meneliti perempuan sebagai pencari nafkah dalam keluarga
yang terpusat pada satu tokoh utama yaitu Husein Muhammad dengan mencari latar
Sumber data penelitian ini didapat dari opini, pendapat, pemikiran dan persepsi
Husein Muhammad tentang wacana istri sebagai pencari nafkah. Untuk mendapatkan
berkaitan dengan tema kajian dan pemahamannya yang digali dengan wawancara. Inilah
yang disebut data primer. Sedangkan data skunder didapat melalui tulisan orang lain
mengenai wacana istri pencari nafkah melalui buku, artikel, jurnal dan lainnya yang
1. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan salah satu proses kajian penelitian untuk melihat dan
menganalisis pernyataan atau data seseorang atau kelompok. Studi dokumen ini
31
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, 2015, Yogyakarta: CV. Idea
Sejahtera, h. 53.
18
dilakukkan dengan melihat hasil data dari para peneliti yang sudah ada untuk melihat
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses interaksi atau komunikasi yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih atas dasar ketersediaan. Dimana arah pembicaraan mengacu pada
pensil, buku catatan, surat ijin penelitian dan alat perekam. Wawancara dilakukan di
Selanjutnya data yang sudah direduksi disajikan dengan uraian deskripsi panjang dan
pada akhir penjelasannya beberapa akan disajikan dengan diagram yang akan
32
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Posdakarya, h.216-217.
33
Wawancara, Observasi dan Focus Groups sebagain Intrumen Penggalian data Kualitatif,
h.31.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kauntitatif, Kualitatif dan R&D, bandung: Alfabeta, 2017, 245
19
dilakukan dalam penelitian. Setelah melakukan dua kegiatan di atas maka harus
F. Sistematika Penulisan
Susunan penulisan ini akan dibagi dalam beberapa bab yang akan memudahkan
dalam memahami isi tulisan dengan lebih spesifik dan signifikansi diantaanya:
Bab 1, pada bab ini penulis menguraikan bagaimana latar belakang masalah
yang akan di teliti. Kemudian melakukan konsep penelitian mulai dari metodelogi,
analisis data, rumusan masalah, tujuan dan manfaat serta kajian keputakaan untuk
melihat apa saja perbedaan yang penulis tulis dengan karya-karya tulis sebelumnya.
Bab II, berisikan gambaran umum tentang nafkah. Pada bab ini penulis
memaparkan pengertian, bentuk, subjek nafkah dan menyebutkan beberapa ayat yang
berkenaan dengan nafkah serta menyebutkan berbagai persoalan yang ada di dalamnya.
Bab III, bab ini secara khusus menuliskan berbagai latar belakang kehidupan
kepada karya-karya yang sudah ia diterbitkan. Selain itu, penulis juga menguraikan
beberapa gagasan Muhammad yang secara khusus juga ditulis pada bab ini di point
Bab IV, pada bab ini penulis akan menguraikan berbagai hasil temuan dari
penelitian yang sudah penulis lakukan. Dalam penguatan penelitian ini, penulis juga
20
baik pemikiran seseorang ataupun hasil kajian riset dan lainnya baik yang pro maupun
Bab V, pada bab akhir ini penulis akan merumuskan jawaban atas rumusan
masalah yang sudah ditulis pada bab pertama. Penulis juga memberikan beberapa
rekomendasi dan pesan kepada peneliti selanjutnya jika akan melakuakan penelitian
Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa pokok penjelasan mengenai
konsep nafkah secara umum baik dalam bentuk, macam dan aturan-aturan. penulis juga
menghadirkan penafsiran-penafsiran baik penafsir klasik maupun modern terhadap
term nafkah dalam al-Qur‟an.
A. Pengertian Nafkah
1. Etimologi
Secara bahasa nafkah berasal dari bahasa arab نفقtersusun dari tiga huruf ن,ف
dan ق . Nafaqa disini secara literal berarti keluar.1 Kamus Munawwir, kata nafaqa
1
Abī Huseīn Ahmad fāris ibn Zakariyyā, Mu’jam Maqāyis al Lughah, 1399 M/ 1979H, h.454-
455
2
Ahmad Warson Munawir, Kamus Munawir, 1984, Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, h.
1549.
3
Rohi Ba‟albaqī, Al Maurid, Beirut: Dar el-Ilm Lilmalāyin, h.1185.
4
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Al-‘Ashri, Jakarta: Multi Karya Grafika , 2003, h. 1939.
5
Syekh Muhammad Al Ghozali, terj Qhadāyā al Mar’ah bayna al Taqālīd al Rakīdah wa al
wāfidah, 2001, Bandung: Mizan, h.148.
66
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kaus Kontempore Arab-Indonesia, 1996, Yogyakarta: yayasan
Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, h. 1934
7
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, h.
947.
21
22
Asing Serapan, nafkah diartikan sebagai rezeki, untuk belanja keperluan hidup.9 Jadi
dapat disimpulkan kata nafkah memiliki makna dasar yaitu keluar.
2. Terminologi
Para ahli fiqih memberikan pengertian nafkah sebagai biaya wajib yang
dikeluarkan laki-laki untuk tanggungannya meliputi biaya kebutuhan sandang, pangan,
papan dan lainnya.10 Sedangkan Jumhur Ulama sepakat bahwa nafkah adalah belanjaan
yang mencangkup sembilan kebutuhan bahan pokok sandang, papan, dan pangan.
Menurut Syaikh Hasan Ayyub makna nafkah diartikan sebagai kebutuhan dan
keperluan yang disesuaikan kepada tempat dan keadaan.11 Wahbah al Zuhaili12
menjelasan nafkah yaitu mencukupi kebutuhan seseorang yang menjadi tanggunganya
berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal.13 Adanya nafkah muncul ketika terdapat
hubungan akad pernikahan.14 Ada juga yang mendefinisikan nafkah sebagai kewajiban
seseorang yang timbul dari perbuatannya sendiri yang mengandung beban
tanggungjawab berupa pengeluaran biaya kebutuhan hidup.15 Abdul Muchit Musadi
menjelaskan nafkah adalah konsekuensi atas adanya pernikahan yang menjadikan
suami mendapatkan beban tanggungjawab nafkah selama masih ada ikatan
pernikahan.16
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian nafkah secara filosofis diakibatkan
karena adanya hubungan kemudian ada penanggung dan yang ditanggung serta
dikaitkan dengan adanya suatu akad atau hubungan pernikahan dan konsekuensi disini
timbulah kewajiban suami kepada istri dan keluarganya untuk menafkahi.
8
Zainul Bahri, Kamus Umum (Khusus Bidang Hukum dan Politik), Bandung: Penerbit Angkasa,
1996, h.183.
9
J.S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara, 2003, h.238.
10
Al-Jazirī, al Fiqh ‘Ala’ al Madzhāhib al Arba’ah, Beirut: Dār al Fikr, 1996, h.260
11
Hasbi Indra, Potret Wanita Sholehah, Jakarta: PENAMADANI, 2005, h. 184
12
Nama lengkapnya Wahbah bin Musthafa al-Zuhaili. Ia seorang tokoh dalam bidang tafsir dan
bidang fiqh.
13
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh al Islami wa Adilatuhu, Suriah: Dār al Fikr, 2002, v. 10, h. 7348.
14
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2007,
h.166.
15
Ahmad Rajafi, Reinterpretasi Makna Nafkah dalam Bingkai Islam Nusantara, Jurnal Al-
Ihkam v. 13 no.1 Juni 2018, h.104
16
Abdul Muchith Muzadi, Fikih Perempuan Praktis, 2005, Surabaya: Khalista, h.78
23
Kata نفق dan derivasinya dalam al-Qur‟ān diulang sebanyak 121 kali.17 Salah
satu penelitian mengenai makna nafkah dalam al-Qur‟ān menyebutkan nafkah yaitu
pengeluaran sebagian harta yang dimiliki sebagai ibadah sosial yang tidak terlepas
dengan perinsip keimanan.18 Beberapa pengertian umum nafkah:
a) Bentuk
Menurut pengertian yang familiar di masyarakat, nafkah terbagi ke dalam dua
bentuk yaitu nafkah lahir (materi) dan nafkah batin (non materi).19 Nafkah batin
meliputi sikap dan sifat yang ditunjukan oleh suami kepada istri,20 seperti
suami memperlakukan istri dengan baik, menjaga kesucian istri dan lainnya.21
Mengenai nafkah lahir, banyak perbedaan pendapat dikalangan ulama ahli fiqh.
Al-Qur‟an dan sunnah menyebutkan beberapa bentuk nafkah yang harus diberika yaitu
berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal. Selain ketiga bentuk tadi, pemberian
nafkah menggunakan uang juga sah sebagai nafkah22 dengan tujuan agar istri bisa
membelanjakannya sesuai keperluannya sendiri dan keluarga.
Yusuf Qardawi23 menyatakan nafkah bisa berupa pembiayaan pendidikan anak.24
Mengenai obat-obatan, sebagian ulama menyatakan bahwa obat-obatan bukan dari
bentuk nafkah. ada juga yang menyatakan nafkah, mereka berargumen bahwa obat
17
Muhammad Fuād „Abdul al bāqiy, al Mu’jam al Mufahras, Bandung: Diponegoro, h. 886-887.
18
Aji Gema Permana, Nafkah dalam Al-Qur’ān (skripsi), Yogyakarta: UINSUKA, 2016.
19
Mohammad Taufik Hulaimi (edt), Fiqh Sunnah, Jakarta: Al-I‟tshom Cahaya Umat, 2010, v.2,
h.340-362.
20
Ahmad Saikhu (edt), Panduan Lengkap Nikah dari A sampai Z (terj), Bogor: Pustaka Ibnu
Katsȋr, h.341-342.
21
Slamet Abidin, Fiqh Munakahat I, Bandung: Pustaka Setia, 1999, h.171.
22
Dari Abu Hurairah R.A, Rasulallah bersabda:
أَظْ َع ُم َها,ك ِ ِ ٍ وِدي نَار تَص ِدقَت بِِو علَى ِمس ِك, وِدينَار أَنْ َف ْقتو ِف رقْ ب ٍة,ِِدي نَار أَنْ َف ْقتو ِف سبِي ِل للا
َ َو ديْنَ ٌار أَنْ َف ْقتَوُ َعلَى أَ ْىل,يْ ْ َ ُ ْ ٌ ْ َ َ ُ ْ َُ ٌ َ ْ َ ْ َُ ٌ ْ
ك ِ الَ ِذي أَنْ َف ْقتو علَى أَىل,أَجرا
َ ْ َ َُ ْ ًْ
“Dinar yang engkau nafkahkan dijalan Allah, dinar yang engkau nafkahkan untuk
membebaskan budak, dinar yang engka shadaqahkan untuk orang-orang miskin,
dinar yang engka nafkahkan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalannya
adalah yang engka nafkahkan untuk keluargamu” kitab Shahih Muslim, bab zakāh,
no 995.
23
Yusuf Al Qardawi adalah Ulama mesir yang lahir pada tanggal 9 September 1926 di desa
Shaft Thurab.(lihat Yusuf Qardawi, Fatwa Al-Qardawi (tej), Surabaya: Risalah Gusti, 1996, h.399)
24
Yusuf Qardawi, Panduan Fiqih Perempuan, Jogjakarta: Salma Pustaka, 2004, h.154
24
ayat al-qur‟ān salah satunya yaitu Q.S al-Baqarah 2:233 yang berbunyi:
س إََِّل ُو ْس َع َها ِ ِ ِ
ُ ََّو َعلَى الْ َم ْولُود لَوُۥ ِرْزقُ ُه َّن َوك ْس َوتُ ُه َّن ِِبلْ َم ْع ُروف ۚ ََل تُ َكل
ٌ ف نَ ْف
“dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf,
seseorang tidak dbebani melainkan menurut kadar kesanggupannya”
c) Aturan
Pembahasan mengenai aturan nafkah dan permasalahannya telah dibahas para
ulama dalam kajiannya baik dalam al-Qur‟ān, sunnah, ijma‟ dan lainnya. Diantaranya:
Terdapat beberapa permasalahan mengenai nafkah istri yang kaya. Apakah kadar
nafkah ditentukan oleh keduanya apa hanya salah satu dari keduanya?. Di Mesir
Undang undang no 25 tahun 1929 menyatakan bahwa kadar nafkah diukur oleh
kemampuan suami30 bukan keadaan kemampuan sang istri.31
Menurut syara‟ nafkah tidak dapat ditentukan oleh batasan-batasan tetapi nafkah
adalah kewajiban suami kepada istri, kemudian dalam pemberiannya disesuaikan
dengan kesanggupan suami bukan istri. Pemberian nafkah juga ditentukan menurut
adat yang berlaku di tempat dan waktu tertentu.32
Jika dalam al-Qur‟ān sudah disebutkan kadar pemberian nafkah yaitu
semampunya. Namun, terdapat ikhtilaf kadar nafkah dikalangan para fuqaha. Imam
Syafii33 menyatakan Jika orang kaya maka dua mud34, jika orang biasa maka satu
setengah mud dan jika miskin maka satu mud. Sedangkan Abu Hanifah35 menyatakan
tujuh sampai delapan dirham bagi yang kaya dan empat sampai lima dirham bagi yang
miskin. Kedua fuqaha menjelaskan besaran nafkah hanya nafkah berupa makanan.
29
Al-Alūsi al-Bagdadi, Rūh al-Ma’ānī fi Tafsir al-Qur’ān al-‘Azīm Wa al-Sab’i al Matsānī,
Beirut: Dār al-Ihya wa al Mirās al-„Arabi,h.23, Ar-Razi, Tafsir al-Kabir, Teheran:Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, v.10, h.88.
30
Q.S Al-Baqarah 2:236
“Ambillah yang bisa mencukupimu dan anakmu dengan cara yang baik” (lihat: M Hamidy,
Nailul Athor (terj), Himpunan Hadis-hadis Hukum, Surabaya: T. Bina Ilmu, h. 2466)
31
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab (terj), Jakarta: Lentera, h.423.
32
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994, cet-27, h. 421.
33
Imam Syafii Lahir di Gaza, Palestina pada Tahun 150 H/ 767 M. Syafii salah satu ulama
Mujtahid dibidang fiqih yang menghantarkannya sebagai salah satu dari empat Madzhab yang terkenal
dalam Islam. Ia wafat di Mesir pada tahun 204 H/ 819 M.
34
1 Mud sama dengan o,6 Kg atau ¾ Liter. (lihat: http://www.nu.or.id/post/read/ 14065/fidyah-
tebusan-bagi-yang-tak-dapat-berpuasa, diakses tanggal 22 sepetember 2018. Lihat juga Muhammad
Thalib, Menejemen keluarga Sakinah, Jogjakarta: Pro-U, 2007, h.160.
35
Nama lengkap Abu Hanifah adalah Abu Hanifah al-Nu‟mam bin Tsabit ibn Zutha al Taimy.
Berasal dari Persia lahir d Kuffah pada tahun 80 H/ 699 M dan wafat di Bagdad 150 M/ 767 M (lihat: M
Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, h.184). karya-karya belia
diantaranya: Al Faraid, Asy Yurut, al Fiqh al Akbar.
26
Jika selain itu, maka kadar disesuaikan kebutuhan.36 Mengenai waktu pemberian
nafkah, tidak ada perdebatan. Karena disesuaikan dengan kesepatan dan kebutuhan.
Jika suami mempunyai sifat bakhil dan istri merasa nafkah yang diberikan itu
kurang, maka perempuan diperbolehkan mengamil haknya secara diam-diam.
صلَى للاُ َعلَْي ِو ِ ِ ِ ِ ِ َ دخل:عن عا ئِي َشةَ ر ِضى للا عنْو
َ ا ْمَراَةٌ أَِ ْب ُس ْفيَا َن َعلَى َر ُس ْو ُل للا-ُت ىْن ٌد بنت ُعْت بَو
ْ َ َ ُ َ ُ َ َ ْ َ َْ
36
Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqh Wanita (terj), Jakarta: Pustaka Kautsar, 2007,
h.452
37
Fiqh Sunnah, v.2, h.342-343
38
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram dan dalil-dalil hukum (terj), Jakarta: Gema Insani,
2013, h.504.
27
39
Q.S an-Nisā 4:34, Q.S at-Thalāq 64: 6 dan 7.
40
Q.S an-Nisā 4:3 dan Q.S al-Baqarah 2:233.
28
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.”41
Munasabah Ayat
Ayat sebelumnya menjelaskan hukum talak. Pada ayat ini menerangkan
bagaimana hukum persusuan anak dan bagaimana cara seorang ayah dan ibu merawat
dan memelihara bayi mereka setelah tidak lagi menjadi suami istri. Ayat ini
menyebutkan bentuk nafkah yaitu pemberian sandang, pangan dan papan.42
Menurut hemat penulis, ayat ini walaupun secara leterlak tidak disebutkan
dengan lafad نفق dan derivasinya, namun secara artinya disebutkan “kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf” dari sinilah
terlihat munasabah dari ayat ini dengan nafkah.
Penafsiran umum
Orang tua diwajibkan memelihara anak mereka, ibu diharuskan menyusui
sampai umur dua tahun, dan bapak berkewajiban memberi nafkah. Namun, jika istri
tidak bersedia menyusui anaknya maka boleh mengambil perempuan lain untuk
menyusui anaknya dengan syarat harus memberikan imbalan yang pantas.43
41
Diambil dari terjemahan Depag RI, Al-Qur‟an Qordoba, 2016, Bandung: Cordoba, h.37
42
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi, 2008, h.344, v.1
43
Al-Qur’an dan Tafsirnya, h.345, v.1
44
Diambil dari terjemahan Depag RI, h. 77
29
Munasabah Ayat
Ayat sebelumnya menjelaskan mengenai menjaga amanat seseorang untuk
menjaga anak yatim dan hartanya. Dalam ayat ini Allah menerangkan seandainya
seseorang yang dititipi amanah tersebut ingin menikahi anak yatim itu, sedangkan ia
tidak bisa menahan diri untuk menguasai harta anak yatim tersebut dan tidak bisa
adil.45
Dalam ayat ini menurut hemat penulis secara tidak langsung berkaitan dengan
nafkah yang di tandai dengan kalimat “ jika kalian takut tidak bisa berbuat adil”,
ketidakadilan disini bisa dikatakan sebagai pemenuhan nafkah untuk.
Penafsiran umum
Allah memperbolehkan laki-laki beristri empat perempuan dengan syarat harus
adil terhadapnya. Disini keadilan suami ditunjukan dengan kewajiban dalam
memberikan mahar dan nafkah terhadap istrinya menurut yang sudah disepakati.46
Asbabun Nuzul
Imam al Bukhori dan dari Abu Humad dari Ibnu Mubarak dari Ma‟mar dari az
Zuhri dari Urwah dari Aisyah ia berkata bahwa “wahai sepupuku wanita itu adalah
perempuan yatim yang diasuh oleh walinya yang kemudian dinikahkan tapi tidak atas
dasar keridawaannya untuk menikahinya tetapi atas dasar ingin suka terhadap harta dan
kecantikannya. Kemudian dalam kehidupannya perempuan yatim tersebut tidak di
perlakukan dengan baik sebagaimana mestinya”.47
۟ ِ تُ ْق
Kata kunci : سطُوا أَََّل
2.3. Q.S An-Nisā 4:34
ات ِ ِ ِ َّ َض وِِبا أَنْ َف ُقوا ِمن أَمواِلِِم ۚ ف
َ َ ٍ ض ُه ْم َعلَى بَ ْع ِِ ِ ِ
ٌ ََات َحاف
ٌ َات قَانت
ُ َِالصا ْ َْ ْ َ اَّللُ بَ ْع
َّ َّل
َ ال قَ َّو ُامو َن َعلَى النّ َساء ِبَا فَض
ُ الر َج
ّ
وى َّن ۖ فَإِ ْن أَطَ ْعنَ ُك ْم فَ ََل تَْب غُوا ِ الَلِِت ََتافُو َن نُشوزى َّن فَعَُِوى َّن واىجروى َّن ِف الْم َ ب ِِبَا َح ِف
ِ لِْلغَْي
ُ ُاض ِرب
ْ ضاج ِع َو
َ َ ُ ُُ ْ َ ُ َُ ُ َ َّ اَّللُ ۚ َو
َّ ظ
45
Al-Qur’ān dan Tafsirnya, h. 115, v.2
46
Al-Qur’ān dan Tafsirnya, h. 124, v.2
47
Abū Ja‟far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsīr bin Khālid al-Thabari, Jami’ al-Bayān
an Ta’wil ayi al-Qur’ān, 1426 H/ 2005 M, h. 573-581, v.3.
30
“Kaum laki-laki adalah pemimpin baik kaum perempuan, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka
perempuan yang salehah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Perempuan-
perempuan yang kau khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menantimu,
maka janganlah kau mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar”.48
Asbabun Nuzul:
Di riwayatkan oleh Abi Hatim yang bersumber dari al-Hasan al Basri bahwa
seorang perempuan mengadukan apa yang terjadi kepada Nabi SAW karena telah
ditampar oleh suaminya. Rasulallah SAW bersabda “Dia mesti diqishas (dibalas)”.
Maka turunlah ayat tersebut sebagai bentuk tuntutan suami mendidik istrinya.49 Ibnu
jarir juga meriwayatkan dari Hasan al Basri melalui jalur lain bahwa bahwa lelaki
Ansar telah menampar istinya dan kemudian istrinya mengadukannya kepada
Rasulallah untuk meminta qishash.50
Munasabah Ayat
Ayat ini menerangkan beberapa alasan terhadap kelebihan laki laki atas
perempuan dimana satunya adalah telah memberikan nafkah kepada istri dan juga
menjelaskan bagaimana cara untuk menyelesaikan problem dalam rumah tangga.51
Penafsiran Umum
Kaum laki-laki adalah pemimpin, pemelihara, pembela dan pemberi nafkah dan
bertanggung jawab penuh kepada kaum perempuan yang telah menjadi istri dan
keluarganya.52
48
Diambil dari terjemahan Depag RI.
49
H.A.a. Dahlan dan M. Zaka Al-Farizi (ed), Asbābun Nuzūl, Bandung : CV penerbit
Diponegoro, 2000, h.137.
50
Jalaluddin As-Suyuthi, Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat al-Qur’ān (terj), Abdul Hayyie
(ed), Depok: Gema Insani, h. 162
51
Al-Qur‟an dan Tafsirnya, h.162, v.2
52
Al-Qur‟an dan Tafsirnya, h.164, v.2
31
Munasabah ayat
Pada ayat sebelumnya Allah telah menjelaskan mengenai ketentuan beriddah.
Kemudian pada ayat ini Allah menjelaskan kewajiban pemberian nafkah dan tempat
tinggal yang layak bagi perempuan yang berada dalam masa iddah.54
Penafsiran umum
Laki-laki harus memberikan nafkah kepada istrinya yang ditalak dalam keadaan
hamil sampai ia melahirkan dan jika ia menyusui anaknya maka harus diberi upah.
Kadar memberikan nafkah yatu sesuai dengan kemampuan suami.55
53
Diambil dari terjemahan Depag RI, h.559
54
Al-Qur’ān dan Tafsirnya, h, 189, v.10
32
Asbabun nuzul
55
Al-Qur’ān dan Tafsirnya, h.190, v.10
56
Al Jami’ al Ahkam fī Al-Qur’ān. V. 10, h.673.
57
Muhammad Syahrūr bin Deib lahir di Damaskus, Syiria pada tanggal 11 April 1938 M.
Syahrur memiliki beberapa karya yang menjadi rujukan para akademisi muslim seperti: Al-Kitȃb wa Al-
Qur’ȃn: Qirȃ’ah Mu ‘aşirah, Nahwa Uṣūl Jadȋdah li al-Fiqh al-figh al-Islâmȋ: Fiqh al-Mar’ah.
58
Muhammad Syahrȗr, Al-Kitȃb wa Al-Qur’ȃn: Qirȃ’ah Mu ‘aşirah,1992, Damaskus: Ahali li
al-Nasyr wa al-Tauzi‟, h.33.
59
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’ān: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Bandung: Mizan, 2003, h. 71-72.
60
Muhammad Husain al-Dzahabi lahir di desa Mutubis di kabupaten Kifir tanggal 19 Oktober
1915 atau 9 Dzulhijah 1333 H. Meninggal tahun 1977 M. (Lihat: digilib.uinsby.ac.id
/17631/11/Bab%202.pdf di akses pada tanggal 20 juli 2018 )
33
61
Muhammad Husain ad-Dzahabi,al-Tafsir wa Mufasirun, al-Qahirah: Dār al-Hadits, Juz 1,
1426 H/ 2005 M, h.50.
62
Nama lengkap al-Marāghī adalah Aḥmad Musṯafā ibn Musṯafa ibn Muḥammad „ābd al-
Mun‟im al-Qadi al-Marāghi. Lahir tahun 1300 H/ 1883M di Marāghi,Suhaj. Pada tahun 1314 H/ 1897 M.
Meninggal pada tanggal 9 Juli 1952M/1371 H.(lihat: Hazan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir
al-Marāghī, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h.15-31)
63
Ahmad Mustafa al-Marāghī, Tafsir al-Maraghi, Beirut: Dar al Fikr, Juz 1 1421 H.
64
Muhammad ali Mustafa Kamal, Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir Klasik, Jurnal Maghza
(pdf) Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 20 ke 1, h. 83
65
Hadi Mutamam, Analisis Kritik atas Kontribusi Tafsir Kontemporer, Jurnal: Al-Fikr, Vol 7
nomor 1 tahun 2013, h. 154.
66
Tafsir bi Matsūr yaitu penafsiran yang dilakukan ayat dengan ayat, ayat dengan keterangan
Rosul, ayat dengan keterangan sahabat nabi atau juga penafsiran ayat dengan penafsiran para tabiin.
(lihat: Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Ciputat: Lentera Hati, 2013, h. 349-351)
67
Nama lengkap al-Thabari yaitu Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin
Khalid al-Thabari.(lihat: tafsir jami al-bayan an Ta’wil ayi al-Qur’ān, Kairo: Dar as-Salam, 2007)
Dilahirkan di Amil, Tabaristan pada tahun 224 Hijriyah (lihat, M. Husein ad-Dzahabi al-Tafsir Wa al-
Mufassirun). Ia wafat pada usia 86 tahun yaitu pada tahun 310 Hijriyah.(lihat: M. Hasbi Ash-Shiddiqy,
Ilmu-ilmu al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang 1972, h. 222).
68
Jalāl al-Dīn al-Suyūtī, al-Itqān fi ‘Ulūm al-Qur’ān, Beirut: Dār al-Fikr, vol. II, h. 190-191.
69
Ignaz Goldziher, terj. Madzhāb al Tafsīr al-Islāmi, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2006, h.113
34
tafsir klasik yaitu Tafsir al-Qurtubī70. Penulis memilih at-Tabari karena tafsir ini
merupakan tafsir klasik yang banyak menjadi rujukan untuk mengetahui situasi dan
kondisi keadaan masyarakat terdahulu dan penulis menggunakan Tafsir al Qurtubi
untuk
melihat sisi hukum sosial zaman dulu dalam bentuk tafsir klasik.
1.1 Tafsir al-Tabari
1.1.1. Q.S al-Baqarah 2:233
Pada ayat ini al-Tabari menjelaskan perintah bagi ibu untuk memberikan ASI
kepada anaknya, baik ibu ini telah diceraikan atau belum oleh ayahnya. Perintah ini
menurutnya bukan sebuah kewajiban yang harus dilakukan ibu jika masih ada bapak
yang masih hidup. Kemudian al-Thabari menyebutkan lamanya ibu menyusui anaknya
yaitu dua tahun. Namun, beberapa ahli tafsir masih berselisih mengenai batas waktu
menyusui tersebut. Al-Tabari juga menjelaskan bahwa ayat ini mewajibkan ayah untuk
memberikan nafkah berupa makanan dan pakaian kepada istri dengan cara yang baik
dan disesuaikan dengan kemampuannya. Ayat ini secara khusus membahas rada‟ah
yaitu perempuan yang menyusui anak orang lain. Menurutnya. jika ibu kandung tidak
bisa menyusui anaknya karena hal tertentu, maka suami harus mencarikan perempuan
yang mau menyusui anaknya dan kemudian diberi upah dengan sepantasnya.71
1.1.2. Q.S an-Nisā 4:3
Menurut at-Tabari pemaknaan tepat ayat ini adalah pelarangan terhadap setiap
laki-laki yang ingin menguasai harta anak yatim dengan cara menikahinya tanpa
dilandasi keadilan. Adil ini tidak hanya ditunjukan kepada anak yatim saja namun juga
kepada istri-istri mereka. Jika keadilan tidak bisa dilakukan suami maka dianjurkan
untuk menikahi satu perempuan saja atau memelihara budak.72
1.1.3. Q.S an-Nisā 4:34
70
Al-Qurtubī bernama lengkap ābū Abdullah Ibn Aḫmad Ibn Abū Bakr Ibn Farḫ al-Anşārī al-
Khazrajī al-Andalusiy al-Qurtubī al-Mufassir. Lahir di Andalusia/Spanyol pada tahun 486 H dan
meninggal di Mausul tahun 567 H.(lihat: Hasbi al-Shiddieqi, sejarah dan Penghantar Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, h. 291). Meninggal pada tahun 671 H di kota Maniyyah Ubn Hasin
Andalusia.(lihat: Muhammad Yusuf dkk, Studi Kitab Tafsir Menyuarakan Teks tang Bisu, diterbitkan:
Teras Press, h.62).
71
Abū Ja‟far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsīr bin Khālid al-Thabari, Jami’ al-Bayān
an Ta’wil ayi al-Qur’ān, 1426 H/ 2005 M, h, 503-524, v. 2
72
Jami’ al-Bayān an Ta’wil ayi al-Qur’ān, h. 573-581, v.3
35
At-Tabari dalam ayat ini menjelaskan bahwa kaum laki-laki memiliki tugas
untuk mendidik dan membimbing perempuan karena kelebihan yang Allah berikan
kepada laki-laki. Seperti kecerdasan akalnya, kekuatannya dan kesempurnaan dalam
penciptaannya, Sehingga tugas pemimpin rumah tangga pantas untuk laki-laki.
sehingga menjadikan suami wajib untuk mencukupi semua kebutuhan keluarganya.73
1.1.4. Q.S al-Thalāq 64:6-7
Pada ayat ini at-Tabari menerangkan bahwa laki-laki yang telah menceraikan
istrinya diharuskan untuk memberikan tempat tinggal yang layak dan sesuai dengan
۟ ِ وََل تُضآ مر
kemapuan karena pada penggalan ayat ضيِّ ُقوا َعلَْي ِه َّن
َ ُوى َّن لت
ُ َ َ laki-laki dilarang
untuk menyengsarakan istri yang telah diceraikan. Mengenai istri yang hamil saat
diceraikan, dan statusnya sudah ba‟in, at-Tabari menyatakan laki-laki tersebut harus
memberi nafkah selama masa iddah sampai ia melahirkan. Jika istri yang diceraikan
tadi menyusui anaknya, maka laki-laki harus memberi upah kepada ibunya. Jika ibunya
sendiri tidak mau menyusui anaknya, maka ayah bertugas untuk mencari perempuan
lain yang mau menyusui anaknya dan harus diberikan upah sebagai balasannya.
Kemudian dalam menjelaskan Q.S 64:7 al-Thabari menjelaskan bahwa laki-laki harus
memberikan nafkah kepada istrinya yang berstatus ba‟in sesuai dengan
kemampuannya.74
1.2 Tafsir Al-Qurtubi
1.2.1 Q.S al-Baqarah 2:233
Al-Qurtubi menjelaskan Q.S al-Baqarah 2:233 bahwa istri berhak menerima
nafkah baik mereka sudah menyusui anaknya ataupun belum pernah menyusui.
Kemudian Kewajiban ayah adalah memberikan nafkah.75 Al-Qurtubi juga menjelaskan
bahwa ayat ini memberi berita yang bersifat mewajibkan dan menyunahkan bagi para
ibu untuk memberi ASI kepada anaknya.
Lebih detail dijelaskan al-Qurtubi bahwa menyusui merupakan kewajiban istri
karena menyusui merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh istri. Kecuali jika istri
73
, Jami’ al-Bayān an Ta’wil ayi al-Qur’ān, h. 59-62, v. 4.
74
Jami’ al-Bayān an Ta’wil ayi al-Qur’ān, h. 138-140, v. 12
75
Abū Abdullah Ibn Ahmad Ibn Abū Bakr Ibn Farh al Ansārī al Khazrajī al Andalusiy al
Qurtubī al Mufassir, Al Jāmi’ al Ahkam al Qur’ān, Beirut: Dār al Fikr, 2005, h. 118-121, v.2
36
dari kalangan bangsawan yang tradisinya tidak menyusui. Namun, istri wajib menyusui
jika tidak ada seorangpun yang mau menyusui anaknya karena hanya dia yang bisa
menyusuinya. Berarti dari pengertian tadi, hukum menyusui dapat dilihat dari situasi
dan kondisi. Sedangkan istri yang telah diceraikan dengan talak ba‟in, al-Qurtubī
menjelaskannya sama dengan penafsiran at-Tabari diatas. Mengenai waktu persusuan
al-Qurtubi menjelaskan bahwa menyusui selama dua tahun itu tidak wajib, sebab boleh
menyapihnya sebelum dua tahun.76
1.2.2 Q.S an-Nisā 4:3
Ayat ini dijelaskan oleh Al-Qurtubi tidak jauh berbeda dengan penjelasan at-
Tabari. Namun, al-Qurtubi lebih detail dengan menjelaskan bahwa keadilan yang
ditunjukan ayat ini yaitu adil dalam nafkah dan mahar kepada istri-istri yang dinikahi.
Penjelasan lain dikemukakan oleh Abu Hanifah bahwa ayat ini hanya menunjukan
bolehnya menikahi perempuan yatim sebelum baligh, karena seseorang dikatakan
yatim apabila ia belum mencapai usia baligh. Setelah baligh maka diperbolehkan
walinya untuk menikahinya dengan syarat adil tersebut.77
1.2.3 Q.S an-Nisā 4:34
Al-Qurtubi dalam ayat ini menguatkan kembali terhadap penafsiran
sebelumnya. Ia berpendapat bahwa keutamaan yang ada pada laki-laki karena
kebanyakan dari mereka adalah pemimpin, hakim, orang yang berperang sedangkan
perempuan tidak. Karena keutaman tersebut, maka kewajiban memimpin ada pada
laki-laki dan kewajiban ini memberikan tugas laki-laki untuk memberikan nafkah dan
istri hanya dituntut untuk taat kepada suaminya.78
76
Q.S al Ahqāf 46:15
ِ َّٓ ض َعتْوُ ُك ْرًىا ۖ َوحَْلُوُۥ َوفِصلُوُۥ ثَلثُو َن َش ْهًرا ۚ َح ِ ِ
ي ُ ّ إِذَا بَلَ َغ أ
َ َشدَّهُۥ َوبَلَ َغ أ َْربَع َ اْلنس َن بِول َديْو إِ ْحسنًا ۖ َحَلَتْوُ أُموُۥ ُك ْرًىا َوَو ِْ صْي نَا
َّ َوَو
ِ ِ ِ ِ
َصل ْح ِِل ِف ذُِّريَِّّٓ ۖ إِِّن ْ ضىوُ َوأ َ ى َوأَ ْن أ َْع َم َل صل ًحا تَ ْر
َّ ت َعلَ َّى َو َعلَى ول َد ِّ ال َر
َ َب أ َْوِز ْع َِٓن أَ ْن أَ ْش ُكَر ن ْع َمت
َ ك الَِّّٓ أَنْ َع ْم َ ََسنَةً ق
ِِ ِ
َ ك َوإِِّن م َن الْ ُم ْسلم
ي َ ت إِلَْيُ تُْب
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri”.
77
Al Jāmi’ al Ahkam al Qur’ān, h. 10-17, v. 3.
78
Al-Jāmi’ al Ahkām al Qur’ān, h. 118-121, v.2.
37
79
Al Jāmi’ al Ahkam al Qur’ān, h. 125-130, v.9
80
Analisis Kritik atas Kontribusi Tafsir Kontemporer, 163.
81
Tafsir bi ra‟yi yaitu tafsir yang di dalamnya menjelaskan maknanya atau maksudnya, mufassir
hanya berpegang pada pemahamannya sendiri, pengambilan kesimpulan juga di dasarkan kepada
logikanya sendiri. (Lihat: Manna Khalil Qahthan, fi ‘ulūm al-Qur’ān, Kairo: Maktabah Wahbah, h.440)
82
Abdul Jalal, Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Nur sebuah studi perbandingan (skripsi),
Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1985, h. 128-130.
38
83
Ahmad Mustafa al-Maraghȋ, Tafsir al-Maraghȋ, Beirut: Dār al Kotob al Ilmiyah, h.240-244,
v.3
84
Tafsir al-Maraghȋ, h. 148-153, v.3
39
85
Tafsir al-Maraghȋ, , h.205-206, v.3
86
Tafsir al-Maraghȋ, h. 124, v.10
87
Tafsir al-Maraghȋ, h. 125, v.10
88
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2003, h. 470-473, v.2.
40
lebih, keadilan yang menjadikan keduanya senang. Sedangkan ta‟dilū adalah berlaku
adil terhadap orang lain atau dirinya sendiri tetapi keadilan itu bisa saja tidak
menyenangkan salah satu pihak.
Fenomena poligami menurutnya adalah kelaziman yang ada pada masyarakat
saat ayat ini turun. Namun adanya pembatasan ini dapat dipastikan bahwa Allah dan
rasul-Nya tidak merestui adanya poligami sebagai sebuah bentuk perbudakan
walaupun dalam al-Qur‟an tidak secara tegas menghapus adanya perbudakan tersebut.
Dalam penyebutan dua, tiga atau empat, menurut Shihab hakekatnya dalam rangka
tuntutan berlaku adil kepada anak yatim.89
2.2.3. Q.S An-Nisā 4:34
Penafsiran ayat ini menjelaskan bahwa Allah menetapkan lelaki sebagai
pemimpin dengan dua pertimbangan pokok. Pertama laki-laki memiliki keistimewaan.
Kedua karena telah menafkahkan sebagian harta mereka. Ayat ini menggunakan kata
kerja lampau yang menunjukan bahwa memberi nafkah kepada istri telah menjadi
suatu tradisi atau adat yang lazim dilakukan oleh masyarakat dahulu hingga sekarang.90
2.2.4. Q.S Al-Thalāq 64: 6-7
Ayat ini menjelaskan bahwa suami harus memberikan tempat tinggal yang
sesuai dengan kemampuannya jika istri yang telah diceraikan (baik talak ruj‟i atau
ba‟in) dalam keadaan hamil, maka suami harus memberikan nafkah kepada mereka
sampai bersalin dan jika istri menyusukan anaknya, maka ayah bayi tersebut harus
memberikan upah kepada ibunya sebagai imbalan meyusui sesuai kesepakatan. Jika
ibu tidak bersedia menyusui anaknya maka seorang ayah bisa menyusukan anaknya ke
perempuan lain dengan berikanlah upah menyusui.91
Ayat ke 7 ini mencoba untuk menengahi terhadap permasalah mengenai
persusuan. Shihab menjelaskan bahwa suami dalam memberi nafkah harus disesuaikan
dengan kemampuannya. Tidak ada jumlah tertentu untuk kadar nafkah hal ini kembali
kepada kondisi masing-masing dan adat kebiasaan yang berlaku pada satu
masyarakat.92
89
, Tafsir al-Misbah, h. 321-328, v.2.
90
Tafsir al-Misbah, h. 402-412, v.2.
91
Tafsir al-Misbah, h. 300-302, v.14
92
Tafsir al-Misbah, h. 302-304, v. 14.
BAB III
A. Latara Belakang
Husein Muhammad merupakan salah satu ulama Indonesia yang memiliki ciri
1. Keluarga
Husein Muhammad merupakan kyai yang lahir pada tanggal 9 Mei 1953 di
bernama Muhammad Asyrofuddin dan ibunya bernama Ummu Salamah putri dari
pendiri pesantren Dar at-Tauhid.2 Buya merupakan panggilan akrab dari santri dan
orang yang mengenalnya. Muhammad memiliki istri yang bernama Nihayah Fuad
Amin dan telah memberikannya lima anak yaitu Hilya Auliya, Layali Hilwa,
Muhammad merupakan anak kedua dari delapan saudara yang semuanya bisa
tergolong sebagai kyai dan mengasuh pesantren. Hal ini mungkin terjadi karena
adanya usaha dari kakenya yaitu Ahmad Syatori (pendiri pesantren Dar at-Tauhid)
1
https://www.huseinmuhammad.net/profil diakses pada tanggal 20 Oktober 2018.
2
https://daraltauhid.com/sejarah-pondok-pesantren-dar-al-tauhid/ diakses pada tanggal 25
September 2018.
3
Munib Abadi, Kekerasan Terhadap Perempuan Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis
Pemikiran K.H. Husein Muhammad, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2009.
41
42
tertanam atau menurun kepada pemikiran anak dan cucunya. Kedelapan saudara
Tambak Beras Jombang, Jawa Timur) dan Faiqoh, (Pesantren Langitan Tuban, Jawa
Timur).4
2. Pendidikan
Sejak lahir, Husein Muhammad telah dibekali dengan berbagai keilmuan agama
Islam yang dia dapat dari kakek dan kedua orang tuanya. Sejak di bangku sekolah dasar,
di sekolah umum bukan di sekolah Islam. Hal demikian ini dianggap sebagai pandangan
Arjawinangun selesai pada tahun 1969. Setelah tamat dibangku menengah pertama,
jawa yaitu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur selama tiga tahun.5
4
Noviati Widiyani, Peran Kyai Husein Muhammad Dalam Gerakan Kesetaraan Gender di
Indonesia (Skripsi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010,
5
Abdul Mughits, Kritik Nalar Fiqh Pesantren, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h.
237.
43
dalam melanjutkan pendidikannya. Disini dia mulai aktif dalam berbagai kajian dan
sama di Universitas al-Azhar Kairo Mesir (1983). Setelah itu ia memutuskan kembali ke
tanah air di tahun kelulusannya untuk membantu mengasuh pondok pesantren yang
didirikan kakeknya. Sejak kecil hingga umur 65 tahun sekarang ini, Muhammad masih
terus menggeluti keilmuan Islam di segala bidang baik tasawuf, fiqh, teolog dan
lainnya.
3. Organisasi
dalam keanggotaan organisasi baik dari organisasi yang kecil sampai besar, baik dari
berkarirnya. Hingga saat ini terdapat beberapa organisasi yang masih di ikuti secara
aktif maupun pasif di antaranya yaitu menjadi salah satu pengasuh Pondok Pesantren
Perempuan, anggota Pengurus Associate The Wahid Institute Jakarta dan lainnya yang
4. Pelatihan
6
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018.
7
Peran Kyai Husein Muhammad Dalam Gerakan Kesetaraan Gender di Indonesia, h. 43.
44
formal dari tahun 1966-1983, Muhammad juga mengikuti beberapa pelatihan dalam
dalam negeri tetapi juga luar negeri seperti Malaysia, Bangladesh, Mesir, turki, belanda,
Mengikuti studi banding di Turki dalam kajian mengenai “Aborsi Aman” (2002),
Followship pada Institute Studi Islam Modern (ISIM) Universitas Leiden Belanda
lebih 200 piagam penghargaan yang ia miliki baik menjadi peserta maupun narasumber
B. Karya-karya
Hal tersebut dapat terlihat diberbagai karyanya yang bisa kita baca mulai dari buku,
jurnal, essay, buletin, Majalah, koran dan lainnya, bahkan di media sosial pribadinya
8
Kyai Husein Membela Perempuan, h. 125.
9
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
45
Muhammad telah memiliki karya tulis berupa buku kurang lebih sebanyak 40 buku dari
bernuansa Teologi, Fiqh, Filsafat, Tafsir, Sastra dan lainnya, baik karyanya sendiri atau
Karya yang Muhammad tulis dan baru-baru ini telah beredar di toko-toko buku
event Festival Hak Asasi Manusia 2018 di Wonosobo berjudul Gus Dur On Religion
Democracy and Peace dan Islam Againts Hatespeech.10 Serta buku yang akan
terhadap cara berfikir Abdurahman Wahid dalam bukunya yang berjudul “Sang Zahid :
Mengaruhi Sufisme Gus Dur (2012) dan Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus (2015).11
Kemudian karya Muhammad yang sampai hari ini masih banyak dicari dan dirujuk
dalam melihat arus utama pemikirannya yaitu “Islam Agama Ramah Perempuan (2014),
Fiqh Perempuan (2001), dan Ijtihad kyai Husein (2011)” serta banyak lagi karya-karya
penghargaan baik dari tingkat nasional maupun internasional diantaranya “Hero Acting
to End Modern-Day Slavery” oleh United States Departement of State US pada tahun
200613. Kemudian ia menjadi salah satu tokoh Indonesia yang namanya tercatat dalam
“The 500 Most Influential Muslims” oleh The Royal Islamic Strategic Studies Center
10
https://www.instagram.com/p/BqHNp-AlCOO/ diakses pada tanggal 13 November 2018
11
http://www.madinaonline.id/sosok/2618/ diakses pada tanggal 05 November 2018
12
Lampiran
13
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
46
2017)15. Salah satu kelembagaan yang ia dirikan yaitu Institut Studi Islam Fahmina
Cirebon17. Gelar kehormatan (HC) di bidang tafsir gender oleh UIN Walisongo
Semarang.
Nasr Hamid Abou Zaid yang memberikan kelas yang diampunya untuk diisi oleh
Muhammad walaupun Nasr tidak dalam keadaan berhalangan.18 Bahkan ada yang
menganggapnya sebagai tokoh feminis internasional yang sejajar dengan Qasim Amin,
Amina Wadud, Asghar Ali Angineer dan Nasr Hamid Abu Zayd.19
bagi perempuan merupakan sebuah perlindungan yang sangat besar. Dimana entitas
14
Menelusuri Jalan Cahaya, h. 273
15
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
16
https://fahmina.or.id/buya-husein-dihormati-karena-akhlaknya-dan-disegani-karena-ilmunya/
di akses pada tanggal 07 Oktober 2018 dan bisa dilihat di http://www.tipheroes.org/kyai-husein-
muhammad/ diakses pada tanggal 05 November 2018.
17
Peran Kyai Husein Muhammad Dalam Gerakan Kesetaraan Gender di Indonesia, h. 45.
18
https://www.kompasiana.com/moch_aly_taufiq/550bab97813311472bb1e171/husein-
muhammad-satu-satunya-kyai-feminis-indonesia diakses pada tanggal 25 September 2018
19
http://pwansorjabar.org/kang-husein-muhammad-kyai-feminis-internasional/ diakses pada
tanggal 10 November 2018.
47
hidupnya, ia telah akrab di dunia pesantren dengan segala tradisi keilmuannya. Dalam
perempuan dalam pesantren telah dirancang untuk menjadi seseorang istri yang taat
kepada suami dan menjadi seorang ibu yang baik dalam nuansa kitab kuning seperti istri
tidak keluar rumah tanpa izin suami, istri harus memberikan tubuhnya kapanpun suami
seperti yang disebutkan mulyani. Dimana pembentukan peran tersebut secara tidak
tokoh Feminis. Sub bab ini akan diterangkan proses perjalanan pemikiran Muhammad
pesantren dan segala tradisinya telah melekat pada dirinya semenjak kecil sampai ia
20
Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
21
Yusuf Rahman, Feminist Kyai, K.H Husein Muhammad, The Feminist Interpretation on
Gender Verses and The Qur‟an-Based Activism, Al-Jamiah: Journal of Islamic studies, 2017, makalah ini
pernah dipresentasikan di international Qur‟anic Studies Association (IQSA) di San Antonio, Texas,
USA, pada tanggal 18-21 November 2016.
22
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
23
Waancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
48
Muhammad kemudian mengikuti beberapa pengkaderan ulama bersama kyai yang ada
di indonesia. Pengkaderan ini (halaqah) beriisi kajian keilmuan yang belum pernah
Hal ini menjadi ketertarikan Muhammad dan kemudian menjadi kajian yang rutin
dihadirinya.
pemahaman dasar dalam memahami hukum baik dalam al-Qur‟an maupun Hadits.
tradisi dengan konteks. Dengan caranya, Gusdur mencoba melakukan berbagai proses
dinamika perubahan melalui cara pandang kyai dengan tidak merubah tradisi, tetapi
memahami subtansial tradisi tersebut. Demikian dilakukan agar kitab kuning dapat
memberikan keputusan yang adil pada masanya. Seperti pemahaman Gusdur bahwa
keadilan hukum pada saat ayat ini turun jika ditarik dengan masa sekarang sangat jauh
berbeda. Untuk itu di dalam sebuah hukum harus dilakukan kajian yang memiliki
Gus Dur dalam bukunya mengatakan Islam memberikan hak kepada semua
manusia untuk menjadi pengganti (khalifah) Allah di muka bumi, sebuah fungsi yang
diberikan dan mengharuskan mereka untuk senantiasa bersama-sama baik laki-laki atau
24
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
49
yang baik seperti eksploitatif, pendiskriminasian yang tidak manusiawi serta tidak
Pada tahun 1993, P3M mengadakan seminar dan diskusi mengenai perempuan
dalam pandangan agama. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang diikuti
Muhammad. Dari kegiatan ini ia dikenalkan dengan tokoh feminis yang terlebih dahulu
Kemudian Salah satu program yang lakukan oleh P3M yaitu tentang pendidikan
kesehatan produksi. Dari sini secara tidak langsung Muhammad pertama kali
melakukan aktualisasi gagasan feminisme yang dituang dalam bentuk makalah yang
berjudul “Hak Reproduksi Perempuan Menurut Islam” yang dipersentasikan pada bulan
ditulis dan konsistensi pemikiran feminisme ini masih terus digalangkan sebagai basis
pemikirannya.
istilah gender secara umum berarti perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-
25
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, nila-nilai Indonesia dan Transformasi
Kebudayaan, 2007, Jakarta: The Wahid Institut, h.30
26
Kyai Husein Membela Perempuan, 98.
27
Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan Kyai Pesantren, h.XXXII-XXXIII.
50
budaya sedangkan sex berarti perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi
tubuh atau biologis yang bersifat kodrati dan inilah yang merupakan given mutlak yang
Menurutnya, jika kodrat bisa ditukar, misal kodrat laki-laki ditukar dengan kodrat
perempuan dan sebaliknya, maka ini bukan dinamakan kodrat tetapi gender. Karena
kodrat tidak bisa ditukar dan yang bisa ditukar itu merupakan kontruksi sosial yang
manusia yang tergambar dalam sistem ketauhidan. Pokok teologi tersebut menurut
Keluhuran sikap dan sifat manusia juga timbul dalam ketahuhidan seperti
penghormatan, persatuan, keadilan dan lainnya terhadap sesama manusia. Dimana hal
ini menjadi prinsip umum untuk menentukan hukum .31 Jadi kehidupan ini tidak hanya
memuat hubungan manusia dengan tuhannya (vertikal) tetapi juga termuat bagaimana
28
Argumen Kesetaraan Gender, 16
29
http://fatayatdiy.com/penjelasan-feminisme-oleh-kh-husein-muhammad/ diakses pada tanggal
10 November 2018.
30
Husein Muhammad, Ijtihad Kyai Husein Upaya Membangun Kesetaraan Gender, Jakarta:
Rahima, 2011, h. 201.
31
Abdul Karim Zaidan, Al-Madkhal li Dirasatisy Syariatil Islamiyah (terj), Jakarta: Rabbani
Press, 2008, h.233-234.
51
dimensi sistem Islam32. Menurut Ahmad Siddiq sebagai ulama NU yang dikutip
Muhammad, dimensi tersebut sebagai ukhuwwah yang terdiri dari 3 bagian yang sama
Prinsip katauhidan tersebut juga memperlihatkan visi misi dan cita-cita al-
Qur‟ān yaitu menegakkan kehidupan manusia yang mempunyai ahlak yang baik yang
Hal ini merupakan bentuk ukhuwah insaniyah yaitu kesadaran untuk kembali
terhadap ayat yang diduga bias gender, muhammad mendiskusikan dan aplikasi prinsip
32
https://www.huseinmuhammad.net/islam-rahmat-lil-alamin-problem-sosial-indonesia-
kontemporer/ diakses pada tanggal 10 November 2018. Tulisan ini juga pernah dipersentasikan Husein
Muhammad dengan judul Islam sebagai Agama Rahmatan li al-„Alamin dan Problem Indonesia
Kontemporer”. Diselenggarakan oleh Kementrian Agama RI di Pondok Pesantren Darunnahdlatain,
Pancor, Lombok Timur, NTB 22 Juli 2011.
33
Husein Muhammad dalam prolog buku Abdul Moqsith Ghozali, Argumen Pluralisme Agama,
Membangun Toleransi Berbasis al-Qur‟an, Depok: KataKita, 2009. H.xiv
34
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, Refleksi Kyai atas Wacana Agama dan Gender,
Yogyakarta: LkiS,2001,17-19. Lihat juga “Ijtihad Kyai Husein Upaya Membangun Kesetaraan Gender”,
jakarta: Rahima, h.183.
35
Feminist Kyai, K.H Husein Muhammad, The Feminist Interpretation on Gender Verses and
The Qur‟an-Based Activism,
52
Pandangan di atas senada dengan tiga tokoh yang dikaji dalam penelitian
kusmana36. bahwa Amina Wadud, Asma Barlas dan Siti Musdah Mulia memahami
hermeneutika tauhid.37
Sebagai kyai yang lahir dan besar dalam tradisi Islam tradisionalis, tidak
menjadikan pemikiran konservatif dan eklusif melekat pada diri muhammad. Namun
yang dibuat atas nama agama muncul baik dalam nuansa kitab kuning atau dari peran
para ahli agama dalam menciptakan bias gender di berbagai penafsiran. Kemudian hal
ini menguggah adanya reinterpretasi penafsiran yang bias tersebut. Sehingga hasil
muhammad sebagai salah satu konsep untuk merubah pemahaman tak berkeadilan
kepada keadilan secara utuh. Tetapi juga oleh para tokoh pembaharu lain seperti Abou
Fadl, Nasr Hamid Abou Zaid, Fatimah Mernisi, musdah Mulia dan lainnya.
agama dan menjadi akhir tujuan pencapaiannya. Keadilan juga berarti menempatkan
sesuatu secara proposional dan memberikan hak kepada pemiliknya.38 Indikasi dari ini
36
Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Kusmana, Modern Theogical Reading of The Qur‟an, and Gender Issues: Three Cases Of
Female Muslim Scholars, Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR),
Atlantis Press.
38
https://www.huseinmuhammad.net/keadilan-bag-dua-keadilan-bagi-perempuan-masih-retoris/
diakses pada tanggal 10 November 2019
53
semua bahwa keadilan merupakan hak semua orang dan aspek dasar yang melekat pada
manusia ketika diciptakan. Pemberian keadilan juga tidak melihat kepada siapa ia
diberikan baik mengenai ras, budaya, kekayaan bahkan jenis kelamin. Untuk itu
keadilan merupakan salah satu perintah tuhan yang harus ditegakan di segala hal, baik
menjadi ciri ideal diutusnya Nabi Muhammad kepada seluruh umatnya dan keadilan
agama mempunyai misi dasar sama yaitu keadilan dan menolak adanya bentuk
Muhammad juga mengutip pendapat Sahal Mahfud salah satu tokoh NU senior
bahwa “jika dalam suatu produk baik kebudayaan, keluarga, sosial dan yang lainnya
tidak ada keadilan atau kemaslahatan di dalamnya, maka demikian itu harus
yang harus dipertimbangkan, dan hal ini tidaklah dapat dikatakan sebagai menentang
39
https://www.huseinmuhammad.net/keadilan/ diakses pada tangal 10 November 2018.
40
https://www.youtube.com/watch?v=6NIcIRqPW74 diakses pada tanggal 10 November 2018
41
Dosen fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
42
Abd Moqsith Ghozali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis Al-
Qur‟an, Depok: KataKIta, 2009, h. 58.
43
https://www.huseinmuhammad.net/eksistensi-negara-menegakkan-keadilan-menolak-
kezaliman/ diakses pada tanggal 10 November 2018
54
tersebut. Akan tetapi apabila kemaslahatan dalam “nash” tidak berubah, maka nash
sama sekali tidak boleh diabaikan”. “Siapapun yang merenungkan secara mendalam
tentang adanya kontradiksi tersebut, hal itu sebenarnya hanyalah dalam bentuk
lahiriyahnya saja. Hal ini karena nash sesungguhnya diturunkan (dibuat) dalam rangka
maka ia tidak relevan lagi untuk diimplementasikan. Demikian pula apabila nash
disertai dengan “illat” (logika kausalitas) nya. Manakala illat tersebut hilang, maka
hukum tersebut juga selesai. Ini adalah pemahaman para sahabat dan generasi
sesudahnya”.44
pemikirannya tehadap basis nilai-nilai demokrasi dan penghargaan pada hak asasi
lingkaran buruk dan selalu menjadi korban ketidakadilan. Hak-hak perempuan selalu
masyarakat. Sekaligus sebagai bentuk solidaritas kita secara bersama-sama baik itu laki-
44
https://www.huseinmuhammad.net/syariat-dan-kemaslahatan/. Diakses pada tanggal 10
November 2018
45
Kyai Husein Membela Perempuan, h.117.
55
laki atau perempuan kepada hak-hak perempuan yang terenggut dari adanya sistem
yang dikutip oleh Abdullah Saeed, bahwa Mernisi menyatakan dirinya sebagai Nasa‟i
“Nasa‟i menurut saya adalah kata sifat yang menunjukan kepada setiap gagasan,
program, usaha atau harapan yang mendukung hak perempuan untuk bisa
pembelaan terhadap perempuan merupakan strategi paling ampuh, tepat dan sesuai
sebagai entitas lemah atau dilemahkan karena terdapat perempuan yang memiliki
intelektual tinggi yang bisa membangun peradaban agar lebih baik di berbagai bidang
46
Ijtihad Kyai Husein Upaya membangun Kesetaraan Gender, h. 184.
47
Abdullah Saeed, terj Alqur‟an Abad 21 Tafsir Kontekstual, yogyakarta: Mizan, 2016, h.77
48
Kyai Husein Membela Perempuan, h.153.
49
Wawancara dengan Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
56
bahwa “orang yang mengatakan bahwa perempuan itu lemah dan laki-laki itu kuat ini
tidak sepenuhnya benar”.50 Ucapan Gus Mus ini menunjukan bahwa tidak semua laki-
laki selalu dilabelkan dengan kekuatan dan perempuan dilabelkan dengan kelemahan.
pembentukan hukum agar adil yaitu Pertama, dikotomis keilmuan harus diahiri. Kedua,
pandangan mengenai ijtihad yang sudah ditutup harus ditinjau kembali bahwa al-Qur‟ān
adalah kalam allah yang sangat terbuka untuk semua orang. Sehingga pintu ijtihad tidak
akan pernah tetutup.51 Ketiga, sikap eksklusif harus dihilangkan karena tidak sesuai
salah satu metodologi yang Muhammad pilih dalam melakukan reinterpretasi teks yang
diduga bias gender. Terdapat berapa hal yang harus dipahami dan dikaji terlebih dahulu
3. Realitas sosial dijadikan bahan kajian sebagai analisi terhadap kemungkinan adanya
4. Perubahan hukum yang baru harus disesuakan dengan empat hal dasar yaitu
50
https://www.huseinmuhammad.net/mendengarkan-gus-mus-perempuan-itu-kuat-isterimu-
adalah-temanmu/ diakses pada tanggal 10 November 2018.
51
Menelsuri Jalan Cahaya, h. 169.
52
https://www.huseinmuhammad.net/rekonstruksi-pemikiran-islam-membangun-kemanusiaan/
diakses pada tanggal 10 November 2018
57
Lamrabet yang dikutip Rahman dalam tulisannya. Lamrabet menjelaskan untuk menuju
kepada konsep egaliter dalam al-Qur‟an, tahapan awal kita harus membagi ayat-ayat al-
Qur‟an dengan tiga jenis, pertama ayat dengan tujuan universal, kedua ayat yang
terbatas kepada konteks pewahyuan dan ketiga ayat yang perlu untuk di reinterpretasi
Kemudian hasil penafsiran atau ijtihad para ulama bukanlah kebenaran yang
mapan, sakral dan normatif. Demikian ini bisa berubah dengan ruang dan waktu yang
dinamis karena memiliki konteks dan keadilan berbeda.55 Seperti yang dikatakan Ibnu
Pandangan lain terhadap Muhammad juga ditunjukan oleh Rahman dan Kusmana.
53
https://www.huseinmuhammad.net/islam-rahmat-lil-alamin-problem-sosial-indonesia-
kontemporer/ diakses pada tanggal 10 November 2018. Tulisan ini juga pernah dipersentasikan Husein
Muhammad dengan judul Islam sebagai Agama Rahmatan li al-„Alamin dan Problem Indonesia
Kontemporer”. Diselenggarakan oleh Kementrian Agama RI di Pondok Pesantren Darunnahdlatain,
Pancor, Lombok Timur, NTB 22 Juli 2011.
54
Feminist Kyai, K.H Husein Muhammad, The Feminist Interpretation on Gender Verses and
The Qur‟an-Based Activism,
55
Kiai Hysein Membela Perempuan, h.225.
56
https://www.huseinmuhammad.net/hukum-islam-yang-tetap-dan-yang-berubah/
Dipresentasikan dalam Seminar “Rethinking the Muslim Marriage Contract” at the Nasional University
of Singapore, on the 14th of April, 2012. Diases pada tanggal 10 November 2018
58
karakteristik yang hanya dimiliki oleh Islam dalam berideologi. Tambahanya, bahwa
moderat atau biasa disebut Wasathiyah oleh masyarakat Indonesia merupakan bentuk
pola pikir islam yang ekstim yang akan menghasilkan kedzaliman dan kebatilan.57
berkembang di Indonesia telah lama ada dan melalui perkembangan yang panjang di
mulai dari masa islamisasi sampai kepada tahap islam washatan yang inklusif,
akomodatif dan toleran terhadap agama lain. Proses pembaharuan Islam moderat di
Indonesia juga dilakukan dengan cara damai dalam akulturasi perbedaan yang bisa
teratasi dan sesuai dengan ortodoksi Islam yang sesungguhnya dan merupakan
karakteristik dan jati diri yang ada pada Islam Indonesia yang sesungguhnya.59
1. Nalar atau akal yang memberikan ruang kepada keilmuan lain untuk berpendapat;
2. Nalar atau akal moderat menghargai pilihan dan pandangan hidup seseorang;
4. Nalar moderat tidak membenarkan atas tindakan kekerasan atas nama apapun;
57
http://Fathurrahman-suda.blogspot.com/2011/04/mengenai-konsep-islam-moderat.html.
Diakses pada tanggak 24 Oktober 2018
58
Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
59
https://profazra.wordpress.com/tag/islam-moderat/ diakses pada tanggal 24 Oktoer 2018
59
5. Nalar moderat menolak adanya pemaknaan tunggal teks. Karena teks dalam
7. Nalar moderat selalu mencari pandangan yang adil dan maslahat bagi kehidupan
bersama.60
agama itu sendiri agar sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat yang dinamis.
dan gagasan baru yang sesuai dengan keislaman pada zaman ini. Gagasannya tersebut
bukan untuk mengurangi atau menyalahkan pandangan ulama klasik atau upaya atas
perusakan moral dan kebenaran atau pemahaman kitab suci yang sering dituduhkan oleh
tokoh-tokoh yang
menghadirkan relasi yang baik agar ketimpangan terhadap entintas lain tidak muncul.
60
https://www.youtube.com/watch?v=v7sBd5bOM7k Penjelasan KH Husein Muhammad
tentang Keluasan Makna al Qur'an. diakses pada tanggal 10 November 2018.
60
Sehingga misi dan visi al-Qur‟an yang tertuang dalam ideologi ketauhidan termuat dan
selalu ada dalam kehidupan umat manusia. Bahkan dalam hal menentukan ijtihadnya,
yang belum bisa dilihat. Diagra di bawah ini akan menjelaskan secara ringkan
penjelasan-penjelasan di atas.
Ketauhidan
Trilogi Islam
Keyakinan Ahlak
Norma/ aturan
Hasil dari reinterpretiasi tidak menjadikan hukumnya normatif, sakral dan mapan. Hasil ini
akan berubah sesuai dengan konteks dalam penelitian.
BAB IV
NAFKAH
sebagai pencari nafkah dengan pandangan para mufasir yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Dalam diskusi ini, penulis fokus pada pencarian persamaan dan perbedaan
pandangan antara Muhammad dan para penafsir tersebut serta pandangan lainnya yang
A. HAKEKAT ISTRI
Istri merupakan salah satu agen keluarga yang memiliki peran tertentu yang
menjadi kepastian untuk dijalankan oleh perempuan yang telah menikah.1 Pendapat ini
sama dengan pendapatan Duvall dan Miller yang di kutip Novi Qonitatin2, mereka
menyatakan bahwa perkawinan merupakan suatu transisi peran laki-laki dan perempuan
Peran pertama ini peran istri sebagai pasangan. Kesepakatan merupakan satu
1
Pernikahan menurut UU nomor 1 tahun 1974 pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara pria dan
perempuan sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan yang esa.
2
Dosen Fakultas Psikolog Universitas Diponegoro Semarang.
3
Novi Qanitatin, Penyesuaian Perkawinan dengan Kecenderunga Kesenjangan Konsep Peran
Suami dan Istri, makalah ini dipersentasikan dalam Nasional Conference Promoting Harmony in Urban
Community: a Multi-Perspective Approach, Surabaya 4 Oktober 2012, di terbitkan oleh Fakultas
Psikologi Universitas Surabaya.
61
62
hal yang wajib ada di dalam pembentukan peran istri terhadap relasinya dengan
dan lainnya itu sebagai sebuah kewajiban seperti dalam pandangan umum masyarakat,
maka istri dituntut mengerjakan itu semua. Pandangan umum tersebut diperkuat dengan
argumen bahwa mahar yang menjadi salah satu syarat wajib pernikahan dalam beberapa
narasi kepemilikan istri atas suami menjadikan adanya kekuasaan suami secara penuh
terhadap istrinya.4
menjelaskan bahwa istri dalam keluarga bersifat fungsional, yang mana perempuan
memfungsikan perannya dimanapun sebagai objek dan laki-laki sebagai subjek.5 Ia juga
selalu dihadapkan pada peran sebagai oposisi biner6 dengan tubuh laki-laki.7
gender yang sepihak dan menempatkan istri sebagai pihak yang pasif. Rumusan relasi
suami istri ini dalam pandangannya belum memperhatikan hak dan kehormatan istri
secara memadai.8 Jadi dalam pandangan muhammad relasi suami istri harus dilandasi
4
Ulfa Abdullah, Hak Perempuan dala Keluarga Menurut Pandangan Asma Barlas, Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016, h. 61
5
Fungsi disini bisa diartikan sebagai pekerjaan yang memberikan manfaat dalam sesuatu hal
atau memfungsikan pekerjaannya sesuai dengan waktu.
6
Oposisi biner dapat diartikan sebagai dua hal yang saling bertentangan.
7
Ainul Mardhiyyah, Kontruksi Seksualitas Perempuan dalam Literatur Pesantren Klasik: (Studi
Terhadap Kitab Uqudulujayn Karya Nawawi al-Bantani), PALESTREN, Vol. 6, No. 1, Juni 2013.
8
Husein Muhammad, Ijtihad kyai Husein Upaya Membangun Keadilan Gender, h. 13-14
63
Salah satu tujuan pernikahan yaitu untuk melanjutkan keturunan sebagai salah
satu bentuk keberlangsungan hidup manusia.9 Hal tersebut menjadi cita-cita dari setiap
pasangan suami istri. Ketika istri telah melahirkan anak, maka peran istri bertambah
dengan menjadi seorang ibu yang umumnya bertugas merawat, mendidik dan
melindungi anak-anaknya.
Peran dalam pengasuhan anak semata-mata bukan tugas istri saja sebagai ibu.
Namun juga tugas suami sebagai ayah. Dimana dalam melakukan pemenuhan hak anak
seperti pendidikan, penjagaan dan lainnya harus ada kesadaran dari orang tua dan hak
anak harus dipenuhi dengan kerjasama yang baik dari orang tuanya.10
menjelaskan bahwa pemenuhan hak anak seperti pendidikan dan lainnya adalah
tanggung jawab kedua orang tua. Pemahaman tersebut diperkuat oleh nash11 dan
hadis12. Sehingga pandangan ini menurutnya tidak bertentangan dengan syariat Islam
yang telah ada.13Salah satu penelitian mengenai peran ayah dalam mengasuh anak
menunjukan hasil yang positif. Dalam aspek-aspek tertentu peran seorang ayah sangat
kritis (penting) untuk menciptakan karakteristik anak yang baik. Penelitian tersebut
penting karena mengandung informasi tentang pemenuhan hak anak tidak hanya
9
Huzaemah T. Yanggo, Hukum keluarga dalam Islam, 2013, Palu: YAMBA, h. 166
10
Dyah Purbasari Kusumaning Putri dan Sri Lestari, Pembagian Peran dalam Rumah Tangga pada
Pasangan Suami Istri Jawa, Surakata: Jurnal Penelitian Humaniora Vol. 16, no 1, Februari 2015, h. 83.
11
Q.S al-Isra 17: 24 dan hadis “Wahai tuhanku kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka
berdua telah menduduk aku watu kecil”
12
“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang
menyebabkan anak itu menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah)
13
Huzaemah Y. Tanggo, Fiqh Perempuan Kontemporer, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h.79
64
Penelitian di atas juga didukung oleh tulisan Mauric J. Elias dalam bukunya. Ia
menyatakan bahwa keterbukaan, pendidikan, kebijaksanaan dan kasih sayang ayah akan
menciptakan karakter anak yang baik.15 Al-Qur‟an juga memuat pemahaman di atas
dalam ayat yang mengisahkan Yusuf dan ayahnya.16 Dimana keterbukaan dan
Mengenai peran istri sebagai ibu, pandangan Muhammad sendiri tidak jauh
berbeda dengan pandangan di atas. Muhammad mengaitkan peran istri sebagai ibu
dengan pekerjaan-pekerjaan yang secara kodrat hanya dimiliki oleh perempuan seperti
Perubahan yang akan dialami perempuan setelah menikah selain sebagai istri juga
sebagai ibu rumah tangga. Dalam pandangan umum masyarakat, seorang ibu bertugas
untuk merawat dan membersihkan seluruh rumah seperti menyapu, memasak dan
memperkerjakan pembantu rumah tangga. Namun, yang harus dipahami bahwa peran-
peran yang ada merupakan hasil diskusi yang baik dari suami dan istri.
Lily Zakiyah Munir19 berpandangan bahwa peran istri tidak harus indentik
14
Farida Hisayati, Dian Veronika dan Karyono, Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak, Fakultas
Psikolog Universitas Diponegoro Semarang, Jurnal Psikolog Undip Vol. 9, No. 1, April 2011
15
Mauic J. Elias, Cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ, Bandung: Kaifa, 2000, h. 54
16
Q.S Yusuf 12:4-5
17
A.M Ismatullah, Nilai-nilai Pendidikan dalam Kisah Yusuf (Penafsiran H.M. Quraish Syihab
atas Surah Yusuf), Jurnal STAIN Samarinda. H. 1-15
18
Wawancara dengan Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
19
Aktivis Perempuan NU dan Direktur Center For Pesantren and Democracy
65
dengan pekerjaan rumah, namun juga memilik peran lain di luar itu seperti di publik,
Muhammad bahwa perempuan mempunyai hak melakukan aktifitas di luar rumah baik
kepentingannya sendiri atau sosial. Argumentasi tersebut diperkuat dengan sejarah para
selalu butuh berinteraksi dengan manusia lainnya dan pada setiap individu memiliki
tangung jawab sosial22. Peran istri sebagai makhluk sosial dapat diartikan sebagai peran
istri untuk bermasyarakat dengan melakukan interaksi-interaksi dengan orang lain yang
yang membutuhkan satu sama lain dan memiliki peran dan hak yang sama baik bersifat
an Nisa 4:1.
20
Lily Zakiyah Munir, memposisikan Kodrat, Bandung: Mizan, 1999, h. 136
21
Fiqh Perempuan, Refleksi Kyai Atas Wacana Agama dan Gender, h.170
22
Tanggung Jawab sosial merupakan sebuah konsep bahwa setiap individu atau kelompok
memilliki suatu tanggung jawab terhadap komunitas atau lingkungan sosialnya dalam segala aspek. Lihat:
Wikipedia
23
Abdul Muchith Muzadi, Fiqih Perempuan Praktis, 2005, Jember: Khalista, h. 61
24
Perpustakaan Nasional RI, Tanggung Jawab Sosial (Tafsir al-Qur‟an Tematik), Jakarta: Lajnah
Pentasihan Mushaf al-Qur‟an, 2011, h.55
66
yang baik pada masyarakat sedikit banyaknya akan mengaktualisasikan setiap diri
manusia untuk menemukan jati dirinya sebagai kumpulan orang-orang yang merdeka,
potensial, dan mendapatkan penghargaan. Sehingga potensi pada setiap individu dapat
Peran ini merupakan salah satu peran yang masih menjadi perdebatan dalam
kajian keislaman. Walaupun peran ini sudah ada ketika perempuan sudah menjadi istri
yaitu bekerja di ruang domestik seperti membersihkan rumah dan lainnya yang
dianggap sebagai peran normatif dalam pandangan masyarakat. Pekerjaan tersebut tidak
Namun peran istri sebagai pekerja disini adalah istri yang bisa bekerja dan
mendapat upah. Penelitian Erni Pujiastuti dan Sofia Retnowati, mengutip pendapat
Abbort yang menjelaskan bahwa tingkat kepuasan pernikahan istri yang bekerja lebih
tinggi dari pada yang tidak bekerja karena dapat menjadi perempuan mandiri dan dapat
melepas ketergantungan terhadap suami dan merasa memiliki harga diri.26 Salah satu
contohnya perempuan karir yang bekerja sebagai pencari nafkah. Pembahasan mengenai
Problem perempuan pekerja yang pernah menjadi salah satu kajian gender di
memperbolehkan perempuan bekerja di malam hari dengan syarat aman dari fitnah dan
25
Ijtihad Kyai Husein Upaya Membangun Keadilan Gender, h. 189-200
26
Erni Puji Astuti dan Sofia Retnowati, Kepuasan Pernikahan dengan Depresi pada Kelompok
Wanita Menikah yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja, terbit di Humanitas: Indonesian Psychologycal
Journal Vol. 1 No. 2 Agustus 2004, Universitas Gajah Mada, h.3
67
Lebih jauh, Muhammad menyebutkan relasi suami dan istri sebagai sebuah
kekeluargaan antara laki-laki dan perempuan yang didasari atas aspek kebersamaan dan
kesatuan serta dilakukan dengan cara yang baik. Relasi ini menurutnya harus
disesuaikan dengan tradisi yang ada dan tidak bertentangan dengan norma dasar
keadilan antara suami dan istri akan menjadi pondasi kuat keluarga. Ketiga pondasi ini
yang menurutnya harus ada pada relasi suami istri agar tercipta sebuah keharmonisan
Sebagai relasi suami dan istri, keduanya akan diberikan hak dan kewajiban:
suami memiliki hak atas istri, istripun demikian. Mengenai hak istri, Muhammad
membagi ke dalam dua bagian yaitu hak materi (kebendaan) dan hak non materi (bukan
kebendaan)31.
ٍ أ َ ْى َخلَقَ لَ ُكن ِ ّه ْي أًَفُ ِس ُك ْن أ َ ْص ٰو ًجب ِلّت َ ْس ُكٌُ ٓى ۟ا إِلَ ْي َهب َو َجعَ َل بَ ْيٌَ ُكن َّه َىدَّة ً َو َسحْ َوتً ۚ إِ َّى فِى ٰرلِكَ َ َٰل ٰي
َج ِلّقَ ْى ٍم يَتَفَ َّك ُشوى
27
Jamal Ma‟mur, Disertasi “Dinamika Pemikiran Gender Dalam Nahdhlatul Ulama (Studi
Keputusan Mukhtamar Nahdlatul Ulama ke 28 (1989) sampai Mukhtamar Nahdlatul Ulama ke 32 (2010),
2014, IAIN Walisongo Semarang, h, 44. Lihat juga : Umdah al-Qâri SyarḥṢhahih Bukhari Karya
Badruddin al „Aini, Mesir: al-Muniriyah, juz 20, h.218, Is‟âd ar-Rafîq Syarḥ Sullam at-Taufiq karya
Muhammad Salim Bafadal, Surabaya: al-Hidayah, juz 6, h.125, Fathul Wahhâb dan Futûhat al-Wahhâb
bi Taudîh Fatḥ al-Wahhâb karya Zakaria al-AnṢâri dan Sulaiman bin ManṢur al Jamal, Beirut: Dâr al-
Fikr, jilid 1 h. 416-417,
28
Wawancara Husein Muhammad 18 Oktober 2018
29
Husein Muhammad, Fiqh Keluarga Refleksi kiai atas wacana Agama dan Gender,h. 146.
30
Husein Muhammad, Ijtihad kyai Husein Upaya Membangun Keadilan Gender, h.8
31
Ahmad Mun‟im, Hak-hak Perempuan Dalam Perkawinan (Studi Kpmparatif Pemikiran Misbah
Mustofa dan Husein Muhammad), Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
68
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
Yusuf al-Qardhawi menjelaskan bahwa ayat ini berkaitan dengan hak-hak yang
suami berikan kepada istri tidak hanya besifat material tetapi juga non materi. Karena
sebagai relasi yang bertujuan untuk mencapai cinta dan kasih sayang yang sempurna
baik secara jasmani dan rohani, maka hal ini tentu saja berkaitan dengan emosi
kejiwaan. Oleh karena itu menurutnya, kewajiban atas ruh atau yang bersifat emosional
harus dipenuhi suami kepada istrinya seperti kasih sayang, kelembutan dan hal-hal yang
berikut:
1. Mahar33
mahar dalam perkawinan adalah sebuah „urf atau adat kebiasaan yang telah dibentuk
oleh setiap kelompok masyarakat tersendiri.34 Maka akan ditemukan kadar nafkah pada
setiap masyarakat akan berbeda karena memiliki adat kebiasaan yang tidak sama.
Pendapat Muhammad tersebut juga merupakan pandangan umum yang terjadi dalam
32
Yusuf Qarhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid I, Jakarta: Gema Insani, 1995, h. 604.
33
Mahar bisa diartikan dengan maskawin. Dalam hukum islam mahar didefinisikan sebagai
pemberian dari mempelai pria kepada mempelai wanita, baik berupa bentuk barang, uang atau jasa yang
tidak pertentangan dengan hukum islam. mahar disini juga merupakan simbol ikatan yang diberikan
suami kepada istri sebelum terjadinya hubungan suami istri. Lihat: Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia
Hukum Islam, Jakrta: PT. Intemasa, 2003,h. 1042.
34
Fiqh Perempuan Refleksi Kyai Atas Wacana Agama dan Gender, h. 148
69
masyarakat. Bahkan di dalam keputusan counter legal draf kompilasi hukum islam
menyatakan bahwa mahar dapat diberikan laki-laki kepada calon istrinya atau
2. Nafkah
yang dikeluarkan oleh seseorang baik berupa makanan, pakaian, minuman, baju dan
kewajiban memberikan nafkah ditunjukan hanya kepada laki-laki sebagai suami. Hal ini
kelamin mana yang diberikan tugas untuk memberikan nafkah. apakah itu laki-laki
nafkah dalam pemikiran Muhammad lebih lanjut akan dibahas dan dipaparkan dengan
3. Kebutuhan seksual
Kebutuhan seksual merupakan salah satu kodrat yang diberikan Allah Swt
bahwa setiap dari lawan jenis memiliki hasrat kebutuhan seksual.38 Tetapi pada faktanya
kebutuhan tersebut satu dengan yang lain sering dihadapkan pada kesulitan untuk
memenuhinya, baik disebabkan karena komunikasi yang tidak lancar, karena kesibukan
35
Abdul Khair, Telaah Kritis “Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam” (Reorientasi Fikih
Huku Keluarga Indonesia), Sekolah Tinggi Aama Islam Negeri Wantampone, h. 29.
36
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kyai atas Wacana Agama dan Gender, h.150
37
Q.S al-Baqarah 2:233, Q.S an-Nisā 4:34 dan Q.S al-Falāq 64:6
38
Musdah Mulia, Mengupas Seksualitas, Mengerti Arti, Fungsi dan Problematika Seksualitas
Manusia Era Kita, 2015, Jakarta: Serambi Ilmu Kita, h. 19
70
seksual antara laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk mengekspresikan
merupakan hak otonom setiap individu dalam menikmati kepuasan seksual.40 Argumen
Mulia dan Barlas ini juga sejalan dengan argumen Muhammad bahwa sebuah
perkawinan salah satu tujuannya untuk menyalurkan hasrat sesksual dengan sah. Hak-
hak atas pemenuhan kebutuhan seksual seperti memiliki keaktifan yang sama dalam
dikemukakan oleh Nawawi al-Bantani yang menjelaskan bahwa hak seksual hanya
dimiliki oleh laki-laki untuk menikmati tubuh perempuan tetapi tidak berlaku
sebaliknya.42 Hal tersebut di karenakan laki-laki telah memberikan mahar sebagai akad
untuk memiliki perempuan. Maka kuasa laki-laki terhadap perempuan tercipta dan
pemenuhan kebutuhan seksual harus dilakukan dengan cara yang ma‟ruf yaitu dengan
cara yang wajar tanpa menyakiti istri dan harus disesuaikan dengan anjuran al-qur‟an
dan hadis. Salah satunya tidak boleh menyetubuhi istrinya lewat dubur.44
39
Psikoanalisis yaitu motode ilmu kejiwaan untuk mengetahui kejiwaan seseorang. Lihat: J.S
Badudu, Kamus Kata Serapan, Jakarta: Kompas, 2009, h.291.
40
Asma Barlas, Cara al-Qur‟an Membebaskan Wanita (terj), Jakarta: Serambi, 2005, h. 264.
41
Islam Agama Ramah Perempuan Pembelaan Kyai Pesantren, h.164.
42
Fiqh Perempuan Refleksi Kyai atas Wacana Agama dan Gender, h.236
43
Elya Munfarida, Seksualitas Perempuan dalam Islam, Jurnal Yin Yang, 2010, vol 4, no. 2
44
Husein Muhammad, Fiqh Islam Refleksi Kyai atas Wacana Agama dan Gender, h.154.
71
3.1. Hak istri menolak berhubungan badan. Mengenai asas keadilan dan kesetaraan,
penolakan dalam hubungan seksual tidak hanya dimiliki oleh laki-laki tetapi juga
oleh perempuan. Contohnya ketika perempuan sedang dalam keadaan uzur seperti
sakit atau belum siap berhubungan seksual, maka istri boleh menolak itu dan hal
tersebut tidak bisa dinyatakan sebagai nusyuz karena kerelaan atas keduanya
3.2. Hak menolak kehamilan. Sebagai seseorang yang akan mengalami sendiri
tersebut. Oleh karena itu, dapat dimengerti kalau istri dianggap berhak untuk
menolak kehamilan apabila dirasa belum atau tidak sanggup. Seyogyanya sebuah
relasi suami dan istri dilakukan dengan baik agar satu sama lain tidak ada yang
3.3. Hak aborsi. Kasus aborsi dalam al-Qur‟an di anggap sebagai salah satu bentuk
pelanggaran atas hak hidup manusia. Namun dalam fiqh masih terdapat beberapa
aborsi ini harus dilihat dalam beberapa aspek, khusunya mengenai kesehatan
dalam menangani tindakan aborsi menjelaskan hukum dari aborsi dapat dilihat
dari konteks yang mendasarinya. Jadi dalam kasusnya, aborsi bisa saja dihukumi
haram, makruh, mubah bahkan wajib tergantung situasi dan kondisi dari janin itu
45
Husein Muhammad, Ijtihad Kya Husein Upaya Membangun Keadilan Gender, h. 80.
46
Husein Muhammad, Ijtihad Kya Husein Upaya Membangun Keadilan Gender, h. 84.
72
sendiri dan ibunya.47 Contohnya jika aborsi mengancam nyawa ibunya karena
sebaliknya.
Pemenuhan kebutuhan seksual yang paling utama dilakukan dan ditekankan yaitu
keadilan dan kesetaraan. Hak-hak yang ada di dalamnya berlaku sama bagi suami dan
kebutuhan seksual ini dinyatakan sebagai pemahaman baru di dunia feminisme jika
dilihat dari kajian Islam klasik baik bidang fiqh, tafsir dan lainnya.48
Pemenuhan kebutuhan seksual ini merupakan salah satu perkara yang masih
dibahas dalam dunia feminisme. Hal ini dipicu oleh banyaknya kekerasan seksual yang
tejadi. Setidaknya terdapat 15 bentuk kekerasan seksual salah satunya yang sudah
disebutkan di atas. Hampir dalam setiap masyarakat perempuan selalu menjadi korban
akibat ketimpangan seksual ini.49 Contoh ketika suami ingin memiliki anak banyak
sedangkan perempuan hanya ingin memiliki anak dua saja, maka penderitaan hanya
akan dialami oleh istri yang akan mengandung dan melahirkan anak. Bahkan tidak
hanya penderitaan tersebut tetapi juga ancaman kematian juga akan menghampiri
perempuan.50
problem kematian ibu dan anak. Laporan World Bank tahun 2017 menyatakan setiap 6
47
A. Zaenurrosyid, Biotika Islam (Tindakan Aborsi dalam Konteks Keindonesiaan)
48
Muhammad Tabroni, Makna Seksualitas dalam al-Qur‟an Menurut Husein Muhammad, Jurnal
al-„Araf IAIN Surakarta, 2017, h.222.
49
Ninik Rahayu, Penghapusan kekarasan Seksual di KUPI dalam buku diskursus Keulamaan
Perempuan Indonesia, Jakarta: Rahima 2017, h. 205 dan lihat, koran Sindo, Selasa 25 April 20017.
50
Husein Muhammad, Fiqh Keluarga, Refleksi Kyai Atas Wacana Agama dan Gender, h. 144.
73
jam sekali terdapat ibu yang meninggal setelah melahirkan.51 Dunia medis juga
menyebutkan penyebab dari kematian ibu setelah melahirkan yaitu: terlalu muda, terlalu
4. Relasi kemanusiaan
Kemanusiaan53 merupakan bagian dasar yang harus ada kepada setiap manusia.
hamba Allah bukan hamba laki-laki karena laki-laki dan perempuan setara sebagai
hamba Allah55, kedua tidak adanya kedudukan perempuan sebagai second class karena
laki-laki dan perempuan berasal dari bahan ciptaan yang sama56, ketiga ketinggian
derajat tidak ditunjukan atas jenis kelamin tetapi atas dasar ketakwaan kepada Allah Swt
semata.57
Berbeda dari Nur Rofi‟ah yang membagi nilai kemanusiaan dengan tiga bagian,
asas yaitu kesetaraan (al Musawah) dan kebebasan (al huriyyah). Kedua asas ini
51
https://kumparan.com/@kumparansains/angka-kematian-ibu-dan-bayi-indonesia-tertinggi -
kedua-di-asia-tenggara diakses pada tanggal 31 Oktober 208.
52
https://katadata.co.id/analisisdata/2018/05/30/rapor-merah-angka-kematian-ibu-indonesia
diakases pada tangga 31 Oktober 2018.
53
Kemanusiaan diartikan sebagai sifat yang mutlak ada dalam manusia baik laki-laki maupun
perempuan yang berkonotasi positif seperti sifat tolong-menolong. Kemanusian juga bisa diartikan
sebagai hakekat manusia yang telah diberikan kodrat oleh Allah swt seperti tidak adanya sifat/tindakan
ketuhanan dimana manusia satu dengan manusia lain memiliki kesamaan.
54
Dosen Pasca-Sarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an (PTIQ) Jakarta
55
Q.S adz-Dzāriyāt 51: 56
56
Q.S al-Mu‟minun 23: 12-14
57
Disampaikan dalam seminar Nasional “Peran Ulama Perempuan dalam Meneguhkan Nilai
Keislaman, Kabangsaan dan Kemanusiaan” dalam acara Konggres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI)
26 April 2017 di Cirebon.
74
persatuan dan lainnya.58 Jadi antara laki-laki dan perempuan baik itu sebagai suami dan
istri ataupun bukan, maka kedua asas ini harus ada dalam relasi kemanusiaan agar
hubungan suami dan istri dapat terjalin dengan baik dan tidak ada yang
merupakan penegasan Islam pada ajaran dasarnya mengenai tauhid. Bahwa setiap
bahwa perbedaan yang ada pada laki-laki dan perempuan hanya ada pada ketaatannya
Lebih lanjut Muhammad menguraikan bahwa prinsip kesetaraan tidak hanya ada
di hadapan Allah saja (vertikal) tetapi juga dihadapan manusia (horizontal). Sehingga
diharuskan semua manusia tidak saling merendahkan, diskriminasi dan lainnya terhadap
apapun baik berupa kekerasan, penghinaan, dan lainnya yang dilakukan manusia kepada
entitas manusia lain dalam jenis berbeda seperti kelamin, warna kulit, suku, ras dan
lainnya merupakan tindakan-tindakan yang tidak akan dibenarkan oleh agama. Bahkan
menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki pada dasarnya telah diberikan potensi (al-
58
https://www.swararahima.com/07/10/2018/islam-dan-hak-asasi-perempuan/ diakses pada
tanggal 20 Oktober 2018.
59
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kyai Atas Wacana Agama dan Gender, h.156
60
https://www.swararahima.com/?p=3599&preview=true diakses pada tanggal 20 Oktober 2018.
61
Husein Muhammad, Ijtihad Kyai Husein Upaya Membangun Keadilan Gender, h.144.
62
Husein Muhammad, Fiqh Seksualitas Risalah Islam untuk Pemenuhan Hak-hak Seksualitas,
Jakarta: Pkbi, 2011, h. 167.
75
dunia sebagai hamba oleh Allah swt.63 Maka dengan potensi dan kemampuan inilah
keduanya bisa menjalankan apapun yang diinginkan baik dalam bersosial, bekerja dan
Kedua asas kemanusiaan (kesetaraan dan kebebasan) ini harus dipahami oleh laki-
laki agar kesenjangan dalam problem relasinya baik dalam keluarga maupun masyarakat
baik dibidang sosial, ekonomi, politik dan lainnya bisa teratasi. Peran sebuah negara
dalam mengayomi masyarakatnya juga harus ada untuk memenuhi hak laki-laki dan
perempuan sebagai warga negara dalam ketentuan yang berbasis kesetaraan dan
keadilan dan dapat diaplikasikan pada hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat
bernegara seperti Indonesia ini.65 Walaupun dalam kenyataannya masih ada penetapan
hukum yang masih bias gender. Khususnya hukum yang mengenai masalah seksual.66
Pandangan Husein Muhammad tentang hak istri dapat diringkas sebagai berikut:
ISTRI
Materi
Hak istri atas suami Non materi
kesetaraan kebebasan
63
Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan Pembelaan Kyai Pesantren, h.165.
64
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
65
Husein Muhammad, perempuan, Islam dan Negara: Pergulatan Identitas dan Entitas,
Yogyakarta: Qalam Nusantara, h.104.
66
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
76
Bagan 4.1
Diagram 4.1
Istri sebagai perempuan mempunyai hak Muhammad mengaitkan peran istri sebagai ibu
melakukan aktifitas di luar rumah baik untuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang secara kodrati
kepentingannya sendiri atau kepentingan hanya dimiliki oleh perempuan seperti
sosial. Argumentasi tersebut diperkuat dengan melahirkan menyusui mengandung. Sedangkan
sejarah para perempuan Islam dahulu yang tugas-tugas selain yang sudah disebutkan tadi
tidak sedikit melakukan pekerjaan publik merupakan tugas bersama antara suami dan istri.
seperti berdagang, berwirausaha, berkebun,
bertani dan lainnya.
Adanya istri yang bekerja merupakan hal yang sudah biasa dan
Istri merupakan dianggap normal. Terdapat 2 argumen yang ditunukan dalam Setiap entitas memiliki hak untuk
entitas yang yang membela gagasan istri yang bekerja khususnya pencari nafkah. saling beinteraksi baik dalam
mempunyai peran pertama, secara non theologis bekerja mencari nafkah harus organisasi mikro maupun makro
dan hak sama dengan didasari atas kemapuan. Kedua, secara theologis, muhammad dalam masyarakat. Bahkan tidak
suami. Peran ini mendasari argumennya pada 3 surat. Q.S 4:34. Muhammad sedikit ayat menganjurkan saling
menghadirkan menyatakan bahwa ayat ini bersifat narasi informatif yang berinteraksi dengan orang lain
keduanya hak-hak menggambarkan bagaimana budaya pada saat ayat ini turun yaitu dalam berbuat kebaikan seperti
saling mengasihi, budaya patriarki. Q.S at-Thalāq 64:6-7 dan al-Baqarah 288. tolong menolong. Dari interaksi
menyayangi, tolong merupakan sebuah konsekuensi yang dihadapi oleh laki-laki inilah muhammad mengharapkan
menolong dan akibat adanya pembentukan hukum dalam masyarakat yang manusia menemukan jati dirinya
menghadirkan peran menyatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga. sebagai manusia merdeka dan
yang adil dan setara. Untuk itulah dalam segala bentuk relasinya dengan istri maka berptensi. Sehingga dapat
suami adalah seseorang yang menafkahi dan istri adalah seseorang berdaya untuk orang lain.
yang dinafkahi.
Diagram 4.2
yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Seperti perempuan diharuskan di rumah dan
kegiatan reproduktif67 tersebut sesuai dengan kodratnya dan laki-laki sebaliknya yaitu
bekeja pada kegiatan produktif .68 Dari sini Secara tidak langsung membentuk sekat
67
Kegiatan reproduktif yaitu kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pengembangan
dan keberlangsungan sumberdaya manusia dan biasanya dilakukan dalam keluarga. Kegiatan ini tida
menghhasilkan uang.lihat: 67 Herien Puspitawati, Fungsi keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan
Gender dalam Keluarga, Bogor: IPB Press, 2012, h.3.
68
Herien Puspitawati, Fungsi keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan Gender dalam
Keluarga, Bogor: IPB Press, 2012, h.3.
77
Pemahaman ini juga tidak terlepas dari peranan para agamawan dalam
suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas tugas dan kewajibannya
Hadits di atas disimpulkan oleh para pemegang otoritas bahwa tugas domestifikasi
yang telah diserahkan kepada istri merupakan tugas yang paling dasar dan personal
yang harus dilakukannya seperti membersihkan rumah, melayani suami, mendidik anak,
dan tugas domestik lainnya.69 Sehingga ketika terdapat perempuan mengerjakan tugas
di luar itu, tidak jarang akan mendapatkan pelabelan buruk dari masyarakat dan
tugas atau peran yang akan dikerjakan perempuan sebagai istri di rumah tangga harus
sesuai dengan prinsip dasar islam yaitu kesetaraan dan keadilan. Ia menjelaskan bahwa
pembagian peran dalam mengurus rumah tangga ataupun di luar itu adalah tugas
bersama yang bisa dilakukan keduanya. Karena Islam sendiri tidak membatasi ruang
gerak laki-laki maupun perempuan dalam dunia kerja.70 Islam hanya memperhatikan
69
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 169.
70
Husein Muhammad, Ijtihad Kyai Husein Membangun Keadilan Gender, h. 244.
71
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
78
Pernyataan Muhammad ini di perkuat oleh teks-teks keagamaan yaitu Q.S Al-
Sesungguhnya laki-laki dan perempua muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-lai dan perempuan yag jujur, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan permpuan yang khusyu, laki-lai dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memlihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
maka allah telah menyiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Argumentasi atas kesamaan peran antara suami dan istri juga ditunjukan oleh Sri
Lestari. Dia menyatakan bahwa peran suami istri dalam rumah tangga adalah sebuah
keluwesan, dimana hal tersebut diartikan bahwa peran yang ada tidak menunjukan
adanya pembagian pada tiap jenis kelamin. Peran-peran yang ada bisa dilakukan oleh
keduanya dengan cara bergantian sesuai dengan kondisi dan kemampuan keduannya.72
Dalam counter legal draft Kompilasi hukum Islam (CLD-KHI) pada bab perkawinan
pasal 49 dinyatakan bahwa laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga memiliki
makhluk ciptaan Allah yang diberi anugerah berupa potensi dan kemampuan yang sama
72
Lestari S, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga,
Jakarta: Kencana Prenada media Group, h. 75
73
Asriati, Pembaharuan Hukum Islam dalam Terapan dan Perundang-Undangan Di Indonesia,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurnal Hukum Diktum, Volume 10, Nomor 1 Januari 2012, h. 30
79
antara laki-laki dan perempuan untuk keberlangsungan hidupnya. Diantara potensi atau
kemampuan tersebut bisa berkaitan dengan akal, spritual, tenaga dan lainnya. Kemudian
hal tersebut dapat dimiliki oleh laki-laki dan perempuan karena bersifat relatif.74
Relatif disini yaitu keunggulan potensi yang ada dalam diri laki-laki juga bisa
ada di dalam diri perempuan. Dewasa ini juga telah memperlihatkan bentuk-bentuk
kerelatifan tersebut diantaranya terdapat laki-laki pintar perempuan juga ada yang
pintar, laki-laki bisa menjadi presiden sekarang juga terdapat perempuan yang bisa
menjadi presiden, laki-laki bisa bekerja di sektor publik perempuan juga bisa dan
lainnya. Demikian ini yang secara tidak langsung menggugurkan pemahaman mengenai
Muhammad juga menjelaskan bahwa potensi dan kemampuan yang dimiliki laki-
laki dan perempuan telah menyiapkannya untuk bisa terjun dalam ruang-ruang kerja
dimanapun sesuai dengan potensi yang dimilikinya.75 Jadi dalam dunia kerja perempuan
tidak dibatasi hanya di sektor domestik saja tetapi juga diperbolehkan bekerja di dunia
publik seperti laki-laki. Kusmana dalam bukunya menjelaskan bahwa ungkapan al-
Qur‟an mengenai peran laki-laki dan perempuan menunjukan pembagian yang ideal dan
setara. Namun yang perlu dipahami bahwa peran tersebut tidak mutlak dan harus
disesuaikan dengan kondisi dan tempat yang menyertai posisi laki-laki dan
perempuan.76
74
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018.
75
Husein Muhammad, Menelusuri Jalan Cahaya, h.189.
76
Kusmana, Al-Qur‟an dan Kodrat Perempuan, Sebuah Tawaran Pembacaan Metodologis atas
Realitas Masyarakat, 2018, Depok: PT RajaGrafindo Persada, h.20
80
yang harus memberikan nafkah. Dari penjelasannya bisa terlihat bagaimana konsep
nafkah menurut Muhammad bisa dilakukan oleh siapa saja dalam keluarga baik itu oleh
istri atau suami. Penjelasan tersebut juga ditemukan di dalam CLD-KHI yang di buat
oleh kelompok kerja pengurus utama gender DEPAG RI bahwa dalam pasal 51
istri.78 Karena dengan melihat feomena yang ada seperti hadirnya para istri yang bekerja
sebagai pencari nafkah, maka hal tersebut adalah sebuah keniscayaan yang ada. Hal
demikian ini tidak seperti penjelasan banyak ulama yang menekankan pemberian nafkah
Muhammad menjelaskan lagi bahwa nafkah ini merupakan salah satu bentuk
menghukumi dan membentuk aturan dalam sistem keluarga yang menyatakan bahwa
kepemimpinan keluarga berada ditangan suami. Maka konsep nafkah yang diwajibkan
kepada suami muncul. Hal ini juga menjadi suatu hukum yang sudah ada dalam
yang sudah ada pada zaman dahulu hingga sekarang.80 Sedangkan lebih dalam lagi
77
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h.150
78
Asriati, Pembaharuan Hukum Islam dalam Terapan dan Perundang-Undangan Di Indonesia,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurnal Hukum Diktum, Volume 10, Nomor 1 Januari 2012, h. 30
79
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018.
80
Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2003, h. 407.
81
maka gambaran kodrat secara praktis telihat dalam ayat tersebut yaitu suami mencari
Kemapanan sistem nafkah yang terjadi dalam masyarakat dari dahulu sampai
sekarang seakan terus melemahkan perempuan dalam sektor ekonomi. Hal ini
menjadikan ketergantungan yang terus menerus dialami perempuan sebagai istri dan hal
ini menggambarkan perempuan sebagai entitas yang mandiri dalam sektor ekonomi
terhalang dengan sistem nafkah tersebut. Dampak berlanjut dari adanya ketergantungan
ini perempuan akan terus mengalami pelemahan lainnya seperti hak-haknya sebagai
manusia terampas. Apalagi ketika tafsir agama menjadi dogma kepercayaan yang abadi,
tersebut. Bagi mereka yang berperilaku di luar apa yang dihasilkan dari tafsiran tersebut
Penelitian yang dilakukan penulis pada kitab tafsir baik klasik maupun modern
pada bab 2, dapat disimpulkan bahwa Q.S an-Nisa 4: 34 menunjukan sebagai ayat
laki-laki dan perempuan di dalam rumah tangga yang dianggap normatif. Tetapi berbeda
dari pemahaman tafsir tersebut, Muhammad menjelaskan bahwa dalam ayat ini yang
harus dipahami dengan baik adalah Q.S an-Nisa 4:34 bukanlah sebuah ayat hukum
yang telah Allah gariskan kepada setiap makhluk baik itu laki-laki atau perempuan
secara individu maupun kelompok. Tetapi ayat ini menurut Muhammad adalah ayat
narasi informatif.82
81
Kusmana, Al-Qur‟an dan Kodrat Perempuan, Sebuah Tawaran Pembacaan Metodologis atas
Realitas Masyarakat, h. 37.
82
Ayat narasi informatif yaitu ayat yang memberikan gambaran bagaimana tadisi-
tradisi antara laki-laki dan perempuan pada saat ayat ini diturunkan. Dimana Q.S an-
Nisa 4:34 turun dalam kebudayaan patriarki83 yang dalam tradisinya menyatakan bahwa
laki-lakilah yang menjadi kepala keluarga yang bertugas memimpin, mendidik, dan
agamawan baik klasik maupun modern, dipertegas dalam penelitian yang ia lakukan
terhadap 20 kitab tafsir salah satunya tafsir at-Thabari dan tafsir al-Qurtubi. Menurut
disebabkan oleh kelebihan yang ia miliki seperti kekuatan akal, seksual, energi dan
pendefinisian lebih rinci mengenai bentuk kelebihan yang disebutkan dalam Q.S 4:34
antara laki-laki dan perempuan. Seperti yang dikatakan penafsir klasik dan modern yang
kelebihan laki-laki dan perempuan yang sekarang menjadi pemahaman mainstream atas
Q.S an-Nisa 4:34 dalam kalangan masyarakat adalah sebuah produk yang dihasilkan
82
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
83
Kebudayaan patriarki adalah sebuah budaya yang mengunggulkan atau superioritas karakter
laki-laki (maskulinitas) dengan memberi ha superioritas untuk mengendalikan dan mendefinisikan apa
saja, di ruang mana saja, domestik mapun publik. Lihat: Husein Muhammad, Ijtihad Kya Husein Upaya
Membangun Keadilan Gender, Jakarta: Rahima, 2011, h. 134.
84
Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, h.51
85
Wawancara dengan Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018.
83
Jadi hal demikian bukan merupakan kebenaran dan penjelasan yang absolut
menjadi dogma ini sebenarnya bisa saja ada dalam diri seorang perempuan. Apalagi
ketika kita melihat perempuan sekarang ini, tidak bisa dipungkiri bahwa pemahaman
mengenai kelebihan yang ada pada laki-laki tersebut bisa terbantahkan bukan dengan
hukum yang tektualis, tetapi dengan hukum yang kontektualis.86 Alasan Muhammad
juga diperkuat kembali dengan adanya pemahamannya mengenai frase “sebagian” pada
Q.S 4:34 yang dipahami oleh Muhammad sebagai alasan bahwa kemampuan dan
kelebihan yang ada pada laki-laki di atas bisa juga ada pada diri perempuan karena
dalam ayat tersebut hanya disebutkan dengan kalimat “sebagian laki-laki” bukan
“semua laki-laki”.87
Oleh karena itu ketika terdapat perempuan sebagai pencari nafkah untuk
keluarganya itu sah-sah saja. Namun, jika yang terjadi sebaliknya yaitu perempuan
dibatasi untuk tidak mencari nafkah dan hanya bekerja disektor domestik saja. Maka
kita akan melihat banyak keluarga yang akan mengalami kemiskinan dan hidup
perempuan, tidak hanya perempuan saja yang mendapatkan dampak pemiskinan ini
Kebolehan tersebut juga diperkuat dengan sabda rosul ketika ada orang yang
86
Wawancara dengan Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
87
Husein Muhammad, Ijtihad Kyai Husein, Upaya Membangun Keadilan Gender, h 53
88
http:// mampu.or.id/ cerita-perubahan/ kh-husein-muhammad-lawan-kemiskinan-dankeke rasan-
terhadap-perempuan-lewat-jaringan-keagamaan/ diakses pada tanggal 05 Oktober2018.
84
dengan mengatakan “ petiklah buah kurmamu itu, agar kau bisa bersedekah dan berbuat
baik kepada orang lain.89 Pandangan Muhammad tentang kebolehan perempuan mencari
nafkah ini juga dikutip dari penjelasan Ibnu Hajar Haitami90 yang menyatakan bahwa
perempuan boleh saja keluar rumah tanpa izin dari suami jika dalam kondisi-kondisi
darurat seperti ketika rumah akan kebakaran, roboh atau untuk mencari nafkah karena
nafkah yang diberikan suami tidak cukup atau keluar karena ada urusan agama dan lain-
lainnya. Apalagi jika perempuan itu adalah janda maka ia diwajibkan bekerja keluar
rumah untuk mencari nafkah keluarganya karena hanya dialah yang diberi tanggungan
untuk mencari nafkah.91 pendapat yang senada juga dikemukakan oleh ulama fiqh
kontemporer yaitu Yusuf Qardawi yang menyatakan bahwa tidak ada pelarangan bagi
perempuan untuk bekerja baik sebagai pencari nafkah maupun tidak oleh syariat
Islam.92
pendapat Muqatil bin Sulaiman.93 Ia mengatakan bahwa salah satu dari ketiga bentuk
jihad adalah jihad bi al Amal yaitu jihad yang digambarkan dalam bentuk usaha atau
bekerja. Pendapat ini bisa dikaitkan kepada seseorang yang bekerja sebagai pencari
nafkah untuk keluarganya dinyatakan sebuah jihad dan tidak ada pelarangan atas entitas
89
Husein Muhammad, Ijtihad kyai Husein h. 242
90
Ibnu Hajar Haitami memiliki nama aslinya Al Imam al- Faqih Mujtahid Syihabuddin Ahmad bin
Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Hajar as-Salmuti al Haitami al Azhari al Wa‟ili as-Sa‟di al
Makki al-Anshari Asy-Syafi‟i. lahir di Mahallah Abi al Haitam, Mesir bagian Barat pada tahun 909 H dan
wafat di Makkah 973 H. Ia seorang ulama yang ahli fiqih, kalam dan tasawuf.
91
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kyai atas Wacana Agama dan Gender, h.173.
92
Yusuf Qardhawi, Fiqh Wanita, tej. Aceng Misbah dkk, Bandung: Jabal, 2009, h. 89
93
Munqati; bin Sulaman memiliki nama lengkap Munqatil bin Sulaiman bin Basyir al-Balkhi al-
Adzi. Belaiau dikenal denan nama Kunyahnya yaitu Abu Hasan al Bakhi. Lahir pada tahun 109 H dan
wafat pada tahun 150 H. Belia hidup pada zaman Dinasti Abasiyyah. Munqatil salah satu ulama pada saat
itu yang produktif dalam menulis. Salah satu karyanya yaitu Tafsir Munqatil al-Sullaiman dan Tafsir al-
Khomsumi‟ah Ayat Al-Qur‟an. lihat https://iatbajigur. wordpress. com/2017/03/26/kajian-kritis-atas-
tafsir-muqatil-karya-muqatil-bin-sulaiman-w-105-h-767-m/ diakses pada tanggal 1 November 2018.
85
apapun. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh ungkapan nabi kepada para sahabatnya
ketika melihat orang yang kekar sedang bekerja tapi tidak ikut berperang bersama nabi.
Kemudian nabi mengatakan kepada sahabatnya bahwa “orang yang bekerja untuk
Jadi, pencari nafkah bisa dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan. Menurut
Muhammad pekerjaan pencari nafkah ini didasari oleh siapapun mereka yang memiliki
kredibilitas yang cocok sebagai pencari nafkah.95 Kemudian pemahaman terhadap laki-
laki sebagai pemberi nafkah dapat dikatakan sebagai produk atau hasil dari kontruksi
sosial masyarakat dari dahulu bahkan sampai sekarang dan bukan atas aturan agama
cara pandang patriakal dan hirarkis dalam padangan dunia Islam telah membentuk dan
kewajiban memberikan nafkah kepada istrinya karena kelebihan fisiknya yang kuat.
seperti halnya ketika Muhammad juga tidak memutlakan laki-laki sebagai pemimpin
94
Husein Muhammad, Jihad dan Respon Islam Terhada Radikalisme yang dibukukan dalam buku
Diskursus Keulamaan Perempuan Indonesia, Jakarta: Rahima, 2017.
95
Wawancara dengan Husein Muhammad pada tanggal 198 Oktober 2018
96
Yusuf Rahman, Q.S 4:34 and Discipling a Wife: Modern Indonesia Muslim Scholars
Interpretations of The Qur‟an, International Conference on Qur‟an and Hadits Studies (ICQHS 2017)
and Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), Atlantis Press.
86
atas perempuan. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Mulia yang ditulis kusmana
keluarga berhak diduduki oleh perempuan.97 karena, pada dasarnya laki-laki dan
perempuan memiliki potensi dan kemampuan serta hak otonom atas dirinya sendiri
dalam melakukan apa saja baik mencari nafkah ataupun yang lainnya.
masyarakat sekarang ini terhadap kesetaraan gender sangat terlihat pada setiap bidang
kehidupan seperti kesetaraan untuk mendapatkan pendidikan yang sama. Nilai individu
keluarga adalah tanggung jawab bersama. Hal tersebut didasari oleh pergeseran-
pergeseran nilai
Kebolehan istri sebagai pencari nafkah juga dinyatakan oleh Quraish shihab
kewajiban laki-laki sebagai suami dan ayah. Namun, tidak dipungkiri bahwa perempuan
sebagai seorang ibu dan istri mempunyai hak dalam pemenuhan kebutuhan tersebut jika
keadaan yang mengharuskannya untuk bekerja mencari nafkah. maka menurut Syihab
97
Kusmana, Modern Theogical Reading of The Qur‟an, and Gender Issues: Three Cases Of
Female Muslim Scholars, Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR),
Atlantis Press.
98
Dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor.
99
Herien Puspitawati, Fungsi keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan Gender dalam
Keluarga, Bogor: IPB Press, 2012, h.5
87
hal ini tidak menjadikan suami berdosa karena tidak memenuhi nafkah dan istripun
demikian, tidak berdosa karena keluar rumah tanpa didampingi oleh mahramnya.100
kepada suami, anak-anak dan keluarganya ketika sang suami dalam keadaan susah
untuk memenuhi nafkah tersebut. Menurutnya adanya istri sebagai tenaga baru dalam
ekonomi keluarga telah mendapat pelegalan dari syariat Islam. Dimana sikap istri dalam
hal ini dikaitkan dengan sikap saling tolong menolong dalam kebaikan yaitu menjaga
kesejahteraan keluarga.101
mencari rezeki dan bekerja merupakan kemampuan yang bisa dipelajari oleh semua
orang baik laki-laki dan perempuan. Namun, memang kewajiban memberi nafkah tetap
ditugaskan kepada laki-laki sebagai suami. Pemahaman ini mengindikasikan bahwa al-
Maraghi secara tidak langsung memperbolehkan jika terdapat perempuan sebagai istri
baik itu suami atau istri. Namun istri harus melaksanakan peran domestiknya yang
sudah disepakati. Dinamika peran tersebut dalam hal ini Kemenag menyebutnya sebagai
Berbeda dari penafsiran di atas, penafsiran at-Tabari dan Al-Qurtubi secara jelas
100
Quraish Shihab, Quraish Shihab Menjawab 101 soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui,
Jakarta: Lentera Hati, 2010, h.2003-2004.
101
Huzaemah Y. Tanggo, Fiqh Perempuan Kontemporer, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h.139-
135
102
Perpustakaan Nasional RI, Tanggung Jawab Sosial (Tafsir al-Qur‟an Tematik), Jakarta:
Lajnah Pentasihan Mushaf al-Qur‟an, 2011, h.81
88
menyatakan bahwa perempuan harus menjaga dirinya dari pandangan orang lain.
Bahkan al-Qurtubi menyebutkan bahwa suami harus menahan istrinya di rumah. Hal
demikian bisa dikatakan bahwa perempuan hanya boleh melakukan pekerjaan domestik
baru yang lebih menjawab pertanyaan atas problem yang dihadapi sekarang ini.
Abdullah Saeed memahami dinamika atau keberagaman penafsiran ini sebagai bentuk
dari pengetahuan atau keilmuan-keilmuan yang ada pada setiap masanya dan paling
utama adalah karena para mufasir ini hidup di dalam konteks, budaya, politik yang
Memahami Q.S at-Thalāq ayat 6 dan Q.S 2:233 bahwa laki-laki harus
memberikan nafkah kepada perempuan yang telah diceraikan seperti penelitian yang
sudah disebutkan di bab 2 baik dalam tafsir klasik maupun modern. Sependapat dengan
pemahaman tafsir tersebut, Muhammad mengiyakan jika penafsiran pada Q.S at-
Thalaaq 64: 6 dan Q.S al Baqarah 2:233 adalah laki-laki yang telah menceraikan
istrinya harus memberikan nafkah selama masa iddah dan nafkah selama mantan
Muhammad menjelaskan lagi bahwa ayat ini sebagai bentuk syarat atau
konsekuensi logis yang akan diterima laki-laki yang menceraikan istrinya. Karena saat
ayat ini turun, masyarakat telah memposisikan laki-laki sebagai kaum superior,
produktif dan sebagai kepala keluarga dan perempuan sebagai kaum inferioritas dan
103
Abdullah Saeed, Al-Qur‟an Abad 21 Tafsir Kontektual, h.210
104
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
89
perempuan baik dalam lingkup domestik maupun publik, seperti dalam ketentuan talaq,
nusyuz dan lain sebagainya. Maka hal demikian juga terjadi terhadap relasi laki-laki dan
tersebut sepadan dengan pandangan Abdul Azim bin Badawi al Khalafi. Dalam
bukunya ia menjelaskan bahwa istri harus menerima nafkah yang telah diberikan suami
Pemahaman Muhammad dalam ayat ini sama dengan para mufasir lain seperti
yang sudah ada di bab dua bahwa mengenai ketentuan atau ukuran pemberian nafkah
nafkah adalah sebuah urf atau adat kebiasaan dan tidak ada ketentuan mengenai kadar
pemberian nafkah. Dalam dunia pemikiran islam khususnya dalam bidang fiqh,
ketentuan pemberian kadar nafkah masih menjadi perdebatan yang belum final dalam
kalangan ulama.106
Muhammad mengenai istri sebagai pencari nafkah boleh-boleh saja bahkan bisa wajib
dilakukan oleh istri jika kondisi dan keadaan mengharuskannya mencari nafkah. Maka
peran istri disini harus dilakukan dengan menggantikan peran suaminya sebagai pencari
nafkah. Karena semua pekerjaan apapun yang dituntut hanyalah kemampuan sesorang
105
Abdul Adzim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz (terj) Ensiklopedia Fiqh Islam dalam al-
Qur‟an dan as-Sunnah Shahih, Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006, h.602.
106
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018.
90
itu sendiri bukan karena jenis kelamin. Inilah yang menurut Muhammad adalah
kerjasama yang baik dalam relasi suami istri yang ia sebut sebagai mu‟asyarah bi al
ma‟ruf.
Konsep Nafkah
Hukum Nafkah Syarat Subjek Nafkah
Sistem nafkah keluarga merupakan salah satu bentuk relasi suami istri yang di dalamnya termuat
muatsyarah bil-ma‟ruf, sehingga setiap keputusannya dilakukan dengan bersama-sama,
musyawaroh dan melihat setiap hak-hak yang ada pada diri suami dan istri.
Diagram 4.3
TANTANGAN.
sekitaran awal abad 20-an.107 Oleh karena itu, wacana ini masih sangat menarik untuk
107
Jajat Burhanudi dan Oman Fathurahman (Edt) Tentang Perempuan Islam, Wacana dan
Gerakan, 2004, Jakarta: PT Gramedia Utama, h.115.
91
bisa memberikan petunjuk yang baik dalam memandang cara hidup yang akan lebih
bermanfaat dan lebih sesuai dengan cita-cita Islam melalui basisnya yaitu kesetaraan
dan keadilan.108
berkeadilan, tanggapan atau respon masyarakat terhadap hal tersebut masih kurang baik
bahkan ada yang memberikan aksi penolakan yang cukup kuat. Apalagi untuk mereka
yang sangat berpangku terhadap islam fundamentalis. Penolakan ini disebabkan bukan
lain karena eksklusif terhadap kemapanan cara berfikir dari sebagian masyarakat dalam
perempuan salah satunya berupa pandangan tafsir keagamaan yang dirasa masih
timpang dan belum termuatnya konsep kesetaraan serta keadilan yang utuh.110
Kemudian kemapanan pandangan tafsir keagaman yang bias gender ini telah lama ada
dalam pemahaman masyarakat kurang lebih hampir 1400 tahun yang lalu. Jadi, tidak
jarang ketika terjadi reinterpretasi atau rekontruksi yang hasilnya jauh dari pemahaman
penafsiran teks-teks yang diduga bias gender. Hal ini dapat ditemukan dalam al-Qur‟an
108
Sukanti Suryachondro, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, 1984, Jakarta: CV. Rajawali
Press, h.76
109
https://www.wri.or.id/media-wri/liputan-media/2007/177-tafsir-harus kontektual .html#
.W7sCk 2OyTIU diakses pada tanggal 25 Oktober 2018.
110
https://www.wri.or.id/media-wri/liputan-media/2007/176-perjuangan-pembaruan-pemikiran-
islam-kerap-ditentang.html#.W7sClmOyTIU diakses pada tanggal 25 Oktober 2018.
111
Wawancara Husein Muhammad pada tanggal 18 Oktober 2018
92
dan Tafsirnya karya Kementrian Agama RI. Contohnya negara melalui kitab tafsir
tersebut menafsirkan Q.S 4:34 dengan merujuk kepada tafsir klasik.112 Seperti al-
terhadap kesetaraan gender masih berlangsung. Salah satu bentuk pemahamannya yang
belum bisa diterima terjadi ketika acara launching salah satu bukunya di IAIN Sunan
Apel Surabaya-Jawa Timur. Pada sesi pertanyaan terdapat salah satu kyai bernama
Abdurrahman Navis yang tidak setuju terhadap apa yang ditulis Muhammad dalam
bukunya sebagai sebuah Ijtihad. Karena menurutnya pintu ijtihad telah tertutup.113
menangani konsep pemberian nafkah, para tokoh feminis harus melakukan beberapa
Muhammad yang masih dan harus dilakukan oleh para tokoh feminis tersebut yaitu:
yang lebih terbuka (inklusif), kritis, rasional, substantif dan kontekstual. Kemudian
pendekatan model tafsir ke model takwil, dari konservatisme ke progresifisme, dan dari
seputar memaknai teks kepada menemukan cita-cita teks itu sendiri atau subtansi teks
itu atau dalam konteks hari ini populer disebut "Maqashid al-Syari'ah" dan ulama
112
Kusmana, The Qur‟an and Woman‟s Leadership Discourse in Indonesia: Modern
Interpretation of QS. 4: 34, Journal Of Qur‟an and Hadits Studies, 2016.
113
http://www.nu.or.id/post/read/27605/sentil-039kitab-kuning039-kiai-husein-muhammad-
dikritisi diakses pada tanggal 10 November 2018.
93
Jadi perempuan ulama harus ikut aktif dalam berbagai bidang keagamaan yang
perempuan ulama dan laki-laki ulama dalam membangun peradaban Islam dalam basis
Adapun beberapa pencapaian yang sekarang sudah banyak dirasakan bagi kaum
Konggres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pada tanggal 25-27 April 2017
Jawa Barat. Konggres ini merupakan pencapaian agung dimana sebelumnya juga telah
sekian lama dalam beberapa sesi telah terlaksananya Pengkaderan Ulama Perempuan
(PUP).116
Dari Kupi inilah kemudian harapan besar terhadap kesetaraan dan keadilan gender
aktifitas apapun baik dibidang ekonomi dan lainnya. Harapan ini menurut Muhammad
Sehingga problem yang belum terselesaikan oleh tangan laki-laki bisa diselesaikan
114
https://www.instagram.com/p/Boyc58Rny0d/?taken-by=husein553 diakses tanggal 17
oktober 2018.
115
Husein Muhamad, Perempuan Ulama Di Atas Panggung Sejarah, makalah yang disampaikan
pada Seminar Nasional dalam Konggres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), Cirebon 25 April 2017.
116
Eva Nur Arofah, Mengurai Keresahan Sesama Konggres Perempuan Indonesia dan Konggres
Ulama Perempuan Indonesia yang diterbikan oleh Radar Cirebon pada tanggal 26 April 2017,
http://www.radarcirebon.com/mengfurai-keresahan-sesama.html dan dalam buku Diskursus Keulamaan
Perempuan Indonesia, h.21.
94
kemunculan perempuan yang aktif dalam urusan ekonomi keluarga maka perekonomian
keluarga akan berkembang lebih baik karena dilakukan oleh dua orang yang saling
bekerjasama memikul tanggungjawab.117 Dan yang lebih diharapkan bahwa tidak ada
entitas perempuan yang termiskinkan dengan adanya konsep-konsep nafkah yang ada.
Pergerakan mengenai kesetaraan gender sekarang ini tidak hanya dilakukan oleh
perempuan saja, bahkan dalam hal ini peran laki-laki dalam pengarusutamaan kesetaran
dan keadilan gender sedikit banyaknya juga dibutuhkan karena permaslahan gender ini
juga menyangkut permasalahan relasi antara laki-laki dan perempuan dalam menegakan
Qadir, Masdar Farid Mas‟udi dan tokoh lainnya. Dan salah satu organisasi yang
berbasis kepada kesetaraan dan keadilan gender diantaranya, Institut Studi Islam
Fahmina (ISIF) di cirebon, RAHIMA di Jakarta, Alimat, Aliansi Laki-laki Baru (ILB)
Perempuan dan Anak (KPPA) dan organisasi lainnya. Pemaparan ini secara tidak
langsung memberikan pengetahuan bagaimana prospek dan tantangan yang telah ada
dalam masyarkat.
117
Ijtihad Kyai Husein Upaya Membangun Kesetaraan Gender, h.247.
118
Menurut salah satu staf Rahima (Lembaga yang concer terhadap isu Islam dan Hak
Perempuan) menyatakan bahwa terdapat 3 ciri utama dalam mendefinisikan feminisme yaitu pertama
menyadari bahwa di dalam masyarakat terdapat ketimpangan gender baik bidang kelarga, ekonomi, sosial
dan lainnya, kedua memaknai bahwa gender bukanlah given yang sesungguhnya dari Allah sebagai
bentuk alamiah/kodrat melainkan sebagai hasil dari proses sosialisasi kebudayaan. Ketiga,
memperjuangkan dalam melaksanakan keadilan dan kesetaraan dalam masyarakat guna merealisasikan
hak-hak yang semestinya ada pada diri manusia baik itu laki-laki maupun perempuan. lihat,
http://www.freakmagz.com/blog/2017/3/30/dinamika-diskursus-feminisme-dan-kehadiran-ulama-
perempuan,
95
menjadi sebuah pandangan yang dapat diterima dan bisa menjadi sesuatu kemustahilan
terjadi. kebutuhan ekonomi dalam keluarga adalah kebutuhan bersama. Sehingga dalam
pemenuhannya sendiri dilakukan secara bersama-sama dan dengan cara yang baik.
Penulis merasa wacana isti sebagai pencari nafkah utama keluaga adalah hal
yang biasa. Karena demikian itu bisa saja dilakukan oleh semua manusia dan
merupakan sebuah bentuk kebebasan pada setiap manusia. Kita tidak bisa menekankan
seseorang untuk menjadi sesuatu yang kita harapkan tanpa adanya keinginan dari
seseorang tersebut.
Untuk itu, menurut saya siapapun yang menginginkan bekerja untuk menambah
pemasukan ekonomi keluarga maka boleh saja baik itu laki-laki ataupun perempuan.
memberatkan satu sama lain dan keduanya melakukan itu atas dasar kerelaannya
sendiri. Dimana dari hubungan kerjasama yang baik ini dapat membentuk keluarga yang
harmonis tanpa adanya penyalahan sepihak atas hak dan kewajiban yang kurang
terpenuhi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Husein Muhammad menanggapi wacana istri
pencari nafkah sebagai fenomena yang dapat diterima dan normal serta lumrah di
masyarakat. Penulis menemukan bahwa pandangan tersebut didasarkan pada
argumentasi non teolog dan teolog.
Secara non teologi, Muhammad menyatakan perempuan bisa menjadi pencari
nafkah utama dengan syarat bahwa ia mampu. Kemampuan tersebut tidak bisa dikaitkan
oleh jenis kelamin. Argumentasi ini diperkuat dengan penjelasan Muhammad ketika
mengartikan nafkah sebagai pengeluaran sesuatu yang dilakukan seseorang kepada
tanggungannya. Tanpa kita ketahui apakah seseorang disini menunjukan perempuan
atau laki-laki.
Kemudian secara teolog. Menurutnya, tidak ada ayat al-Qur’an yang
menyebutkan kewajiban mencari nafkah hanya diberikan kepada laki-laki seperti Q.S
4:34. Ia menyatakan bahwa ayat tersebut merupakan narasi informatif yang
menggambarkan budaya dan tradisi yang ada pada saat ayat ini turun (budaya patriarki).
Sehingga apa yang terkandung dalam ayat tersebut tidak bisa dijadikan sebagai hukum
atau sesuatu yang secara leterlek bersifat absolut. Disini Muhamad sangat mengkritik
budaya patriarki karena beberapa argumentasi dan pemikirannya terhadap keadilan dan
kesetaraan, HAM dan Humanisme.
Muhammad juga menguatkan argumennya dengan Q.S at-Thalāq 64:6-7 dan al-
Baqarah 288. Menurutnya ayat tersebut adalah konsekuensi yang dihadapi laki-laki
akibat adanya hukum dalam masyarakat yang menyatakan laki-laki adalah pemimpin
keluarga yang bertugas memberi nafkah. Kemudian sistem manajemen mencari nafkah,
menurut Muhammad bisa dilakukan oleh dua orang (suami dan istri) karena relasi
antara suami dan istri merupakan relasi Mu’asyarah bi al Ma’ruf.
96
97
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang penulis teliti, ada beberapa rekomendasi dari
penulis untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Diantaranya:
1. Perlu adanya penelitian lebih banyak mengenai relasi laki-laki dan perempuan dalam
rumah tangga, khusunya pembahasan mengenai penafsiran ayat al-Qur’an yang
dianggap bias gender dan mendiskusikan pada problematika konteksual. Seperti
penelitian dengan tema: konsep ketahanan keluarga alam al-Qur’an menurut Husein
Muhammad, Transgender dalam al-Qur’an menurut Husein Muhammad, dan
lainnya.
2. Hasil penelitian secara praktis sangat bermanfaat untuk para akademisi yang ingin
melakukan kajian sama dengan tema yang penulis kaji baik sebagai bahan kajian
tambahan atau sebagai studi kepustakaan maupun lainnya.
3. Skripsi ini juga bisa menjadi aktualisasi bagi para suami istri yang menginginkan
terwujudnya keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah.
4. Pemikiran Husein Muhammad, sebaiknya lebih banyak dipublikasikan dan
disosialisasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, 2013, Bulughul Maram dan dalil-dalil hukum (terj), Jakarta:
Gema Insani.
Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi, 1939, Al-‘Ashri, Jakarta: Multi Karya Grafika.
Al-Mashri, Syaikh Mahmud, 2010, Perkawinan Idaman (terj), Jakarta: Qisti Press.
_______, 1980, Sejarah dan Penghantar ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, Jakarta: Bulan
Bintang.
Al-Suyuthi, Jalaluddin, Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat al-Qur’ān (terj), Abdul
Hayyie (ed), Depok: Gema Insani.
Al-Thabari, Jami’ al-Bayān an Ta’wil ayi al-Qur’ān, 1426 H/ 2005 M, Dār al Fikr.
Barlas, Asma, 2005, Cara al-Qur‟an Membebaskan Wanita (Terj), Jakarta: Serambi.
Bahasa, Pusat, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bahri, Zainul, 1996, Kamus Umum (Khusus Bidang Hukum dan Politik), Bandung:
Penerbit Angkasa.
Burhanudi, Jajat dan Fathurahman, Oman (Edt), 2004, Tentang Perempuan Islam,
Wacana dan Gerakan, Jakarta: PT Gramedia Utama, h.115.
Barlas, Asma, 2005, Cara al-Qur’an Membebaskan Wanita (terj), Jakarta: Serambi.
Dahlan, Abdul Aziz (ed), 1997, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT Ictiar Baru Van
Hoeve.
Dahlan, H.A dan Al-Farizi, M. Zaka (ed), 2000, Asbābun Nuzūl, Bandung : CV penerbit
Diponegoro.
Agama RI, Departemen, 2008, Al-qur‟an dan Tafsirnya, Jakarta: Letera Abadi.
Elias, Mauic J, 2000, Cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ, Bandung: Kaifa.
Fāris Ibn Zakariyah, Abī Huseīn Ahmad, 1979, Mu’jam Maqāyis al Lughah. Dar Fikr,
Goldziher, Ignaz, 2006, terj. Madzhāb al Tafsīr al-Islāmi, Yogyakarta: eLSAQ Press.
Hofman, Murad W, 2002, tej. Menengok Kembali Islam Kita. Bandung: Pustaka
Hidayat.
Hulaimi, Mohammad Taufik (edt), 2010, Fiqh Sunnah, Jakarta: Al-I‟tshom Cahaya
Umat.
Mahmud, Mani Abd Halim, Metodelogi tafsir: kajian Komperehensif Metode Para Ahli
Tafsir, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mughits, Abdul, 2008, Kritik Nalar Fiqh Pesantren, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Madzhab (terj), 2011, Jakarta: Lentera.
Muhammad, Husein, 2011, Ijtihad Kyai Husein Upaya Membangun Keadilan Gender,
Jakarta: Rahima.
_______, 2001, Fiqih Perempuan, Refleksi Kyai atas Wacana Agama dan Gender,
Yogyakarta: LkiS.
_______, 2006, perempuan, Islam dan Negara: Pergulatan Identitas dan Entitas,
Yogyakarta: Qalam Nusantara.
Mulia, Musdah, 2014, Indahnya Islam Menyuarakan kesetaraan dan keadilan gender,
Yogyakarta: Nauvan Pustaka.
Nawawi, Muhammad, 2000, Tafsir Marah Labid, Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, Jus 1.
Perpustakaan Nasional RI, 2011, Tanggung Jawab Sosial (Tafsir al-Qur’an Tematik).
Jakarta: Lajnah Pentasihan Mushaf al-Qur‟an.
Puspitawati, Herien, 2012, Fungsi keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan Gender
dalam Keluarga, Bogor: IPB Press.
_______, 2009, Fiqh Wanita, tej. Aceng Misbah dkk, Bandung: Jabal.
Saeed, Abdullah, 2016, terj. Alqur’an Abad 21 Tafsir Kontekstual, yogyakarta: Mizan.
Saikhu, Ahmad (edt), Panduan Lengkap Nikah dari A sampai Z (terj), 2007, Bogor:
Pustaka Ibnu Katsȋr.
Sugiono, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabet.
_______, 1992, Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat,Jakarta: MIZAN.
_______, 2010, Quraish Syihab Menjawab 101 soal Perempuan yang Patut Anda
Ketahui, Jakarta: Lentera Hati.
_______, 2014, Tasawuf Modern: Jalan Mengenal dan Mendekatkan Diri kepad Allah,
Jakarta: Republika.
Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad, 2007, Fiqh Wanita (terj), Jakarta: Pustaka
Kautsar.
Zaidan, Abdul Karim, 2008, Al-Madkhal li Dirasatiy Islamiyah (terj), Jakarta: Rabanni
Press.
Referensi online:
Sentil Kitab Kuning, Kiai Husein Muhammad dikritisi, terbit di NU Online 7 April
2011, diakses pada tanggal 10 November 2018, http://www.nu.or.id/post/read
/27605/sentil-039kitab-kuning039-kiai-husein-muhammad-dikritisi
Eva Nur Arofah (2017), Mengurai Keresahan Sesama Konggres Perempuan Indonesia
dan Konggres Ulama Perempuan Indonesia, terbit di Radar Cirebon 26 April
2017, http://www.radarcirebon.com/mengfurai-keresahan-sesama. html
Husein Muhamad (2013), Hukum Islam yang Tetap dan yang Berubah, diunduh pada
tanggal 10 November 2018, https://www.huseinmuhammad.net/hukum-islam-
yang-tetap-dan-yang-berubah/
Husein Muhammad (2014) Islam Rahmatan lil „alamin: Problem Sosial Indonesia
Kontemporer, diunduh pada tanggal 10 November 2018, https://www. Husein
muhammad.net/islam-rahmat-lil-alamin-problem-sosial-indonesia kontemporer/
Husein Muhammad (2015), Keadilan Perempuan Masih Retoris, diunduh pada tangga
10 November 2018 https://www.huseinmuhammad.net/keadilan-bag-dua-
keadilan-bagi-perempuan-masih-retoris/
Husein Muhammad (2014), Mendengarkan Gus Mus: Perempuan itu Kuat. Isterimu
adalah Temanmu, diunduh pada tanggal 10 November 2018
https://www.huseinmuhammad.net/mendengarkan-gus-mus-perempuan-itu-kuat-
isterimu-adalah-temanmu/
https://www.huseinmuhammad.net/profil
Husein Muhammad (2014), Rekontruksi Pemikiran Islam Membangun Kemanusiaan,
diunduh pada tanggal 1 November 2018. https://www.huseinmuhammad
.net/rekonstruksi-pemikiran-islam-membangun-kemanusiaan/
Moch Aly Thaufiq (2011), Husein Muhammad satu-satunya Kyai Feminis Indonesia,
terbit di Kompasiana 22 September 2011, diunduh pada tanggal 25 September
2018,https://www.kompasiana.com/moch_aly_taufiq/550bab97813311472bb1e17
1/husein-muhammad-satu-satunya-kyai feminis-indonesia
Husein Muhammad (2018), Kesetaraan Manusia, terbit di Swara Rahima, diunduh pada
tanggal 20 Oktober 2018, https://www.swararahima.com/?p=3599 &preview=true
Husein Muhammad (2018) , Islam dan Hak Asasi Manusia, terbit di Swara Rahima
diunduh pada tangga 20 Oktober 2018, https://www.swararahima.com
/07/10/2018/islam-dan-hak-asasi-perempuan/
Husein Muhammad (2018), Waris laki-laki dan Perempuan, terbit di Swara Rahima,
diunduh pada tanggal 25 September 2018, https://www .swararahima.
com/24/08/2018/waris-laki-laki-dan-perempuan/
Kompas, (2007), Tafsir Harus Kontektual, diunduh pada tanggal 25 Oktober 2018,
https://www.wri.or.id/media-wri/liputanmedia/2007/177tafsirharukontektual
.html#. W7sCk 2OyTIU
https://www.youtube.com/watch?v=6NIcIRqPW74
https://www.youtube.com/watch?v=v7sBd5bOM7k
Abadi, Munib (2009), Kekerasan Terhadap Perempuan Perspektif Hukum Islam (Studi
Analisis Pemikiran K.H. Husein Muhammad, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: 2009.
Abdullah Ulfa (2016), Hak Perempuan dalam Keluarga Menurut Pandangan Asma
Barlas, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Astuti, Puji (2002), kemandirian dan kekerasan terhadap istri, Buletin Psikologi.
Astuti, Erni Puji dan Retnowati, Sofia (2004), Kepuasan Pernikahan dengan Depresi
pada Kelompok Wanita Menikah yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja, terbit di
Humanitas: Indonesian Psychologycal Journal Vol. 1 No. 2 Agustus 2004,
Universitas Gajah Mada.
Barlas, Asma (2003), The Qur‟an and Hermeneutics: Reading The Qur‟an‟s Oposition
to Patriarchy, Jurnal of Qur’anic Studie, vol. 3, No. 2;
Baroroh, Umdah (2003), Tarjuman al-Asywaq dan Apresiasi Ibnu Arabi pada
Perempuan, Jurnal Islamic Review, JIE Volume II No. 3.
Hisayati, Farida, Verinika, dian dan Karyono (2011), Peran Ayah dalam Pengasuhan
Anak, Jurnal Fakultas Psikologi Universitas di Ponegoro Semarang, Vol. 9, No. 1
Ismatullah, A.M, Nila-nilai Pendidikan dalam Kisah Yusuf (Penafsiran H.M Quraish
Sihab atas Surah Yusuf), Jurnal STAIN Samarinda;
Kamal, Muhammad ali Mustafa, Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir Klasik, Jurnal
Maghza (pdf) Vol. 1, No. 1, Januari-Jini 20 ke 1;
Kusmana, Modern Theogical Reading of The Qur’an, and Gender Issues: Three Cases
Of Female Muslim Scholars, Advances in Social Science, Education and
Humanities Research (ASSEHR), Atlantis Press;
Lestari, Sri dan Kusumaning Putri D.P (2015), Pembaian Peran dalam Rumah Tangga
pada Pasangan Suami Istri Jawa, Surakarta: Jurnal Penelitian Humaniora Vol. 16,
No. 1
Ma‟mur, Jamal (2014), Disertasi “Dinamika Pemikiran Gender Dalam Nahdhlatul
Ulama (Studi Keputusan Mukhtamar Nahdlatul Ulama ke 28 (1989) sampai
Mukhtamar Nahdlatul Ulama ke 32 (2010), IAIN Walisongo Semarang;
Muhammad, Husein (2017), Jihad dan Respon Islam Terhada Radikalisme yang
dibukukan dalam buku Diskursus Keulamaan Perempuan Indonesia, Jakarta:
Rahima.
Munfarida, Elya (2010) Seksualitas Perempuan dalam Islam, Jurnal Yin Yang, vol 4,
no. 2;
Mutamam, Hadi (2013), Analisis Kritik atas Kontribusi Tafsir Kontemporer, Jurnal: Al-
Fikr, Vol 7 nomor 1, h. 154;
Rahman, Yusuf (2016), Feminist Kyai, K.H Husein Muhammad, The Feminist
Interpretation on Gender Verses and The Qur’an-Based Activism, Al-Jamiah:
Journal of Islamic studies, 2017, makalah ini pernah dipresentasikan di
international Qur‟anic Studies Association (IQSA) di San Antonio, Texas, USA,
pada tanggal 18-21 November;
Rahman, Yusuf, Q.S 4:34 and Discipling a Wife: Modern Indonesia Muslim Scholars
Interpretations of The Qur’an, International Conference on Qur‟an and Hadits
Studies (ICQHS 2017) and Advances in Social Science, Education and
Humanities Research (ASSEHR), Atlantis Press;
Rajafi, Ahmad, Reinterpretasi Makna Nafkah dalam Bingkai Islam Nusantara, Jurnal
Al-Ihkam;
Saefudin, Ace Metodologi dan Corak Tafsir Modern: Telaah Terhadap Pemikiran
J.J.G. Jansen, Jurnal al-Qalam, vol. 20, No. 96 (Januari- Msret 2003);
Widiyani, Noviati (2010), Peran Kyai Husein Muhammad Dalam Gerakan Kesetaraan
Gender di Indonesia (Skripsi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jalal, Abdul, 1985, Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Nur sebuah studi perbandingan
(skripsi), Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
(ed), menakar harga perempuan: eksplorasi lanjut atas hak-hak reproduksi dalam
2. Metodelogi Kajian Kitab Kuning, dalam Marzuki Wahid (ed), Pesantren Masa
Marzuki Wahid, Dkk (Ed). Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan
4. Fiqh Peremuan: Refleksi Kyai Atas Wacana Agama dan Gender, Yogyakarta:
LkiS, 2001;
Kuning-LkiS, 2001;
6. Gender di pesantren: pesantrean and the issue of jender relation, dalam majalah
clture, the indonesia jurnal of muslim cultures, center of languages and cultures,
7. Tradisi Istinbath Hukm NU: sebuah kritik, dalam M Imaduddin Rahmat (ed),
Jakarta, 2002;
10. “Pemikiran Fiqh yang Arif” dalam KH. MA. Sahal Mahfudh, Wajah Baru Fiqh
11. Islam Agama Ramah Perempuan: pembelaan kyai Pesantren, Yogyakarta: LkiS,
2004;
12. “Potret Penindasan atas Nama Hasrat” dalam Soffa Ihsan, in the name of sex:
13. Fiqh Wanita: Pandangan Ulama Terhadap Wacana Agama dan Gender, Malaysia:
14. “ Counter Legal Draft: Merespon Realitas Sosial Baru” Dalam Ridwan M.Ag
15. Kembang Setaman Perkawinan: Analisi Kritis Kitab „Uqud al Lujjayn, Fk-3,
16. Sebaiknya Memang Tidak Poligami, dalam Faqihuddin Abdul Kodir, Memilih
Institut, 2005;
17. Dawrah Fiqh Perempuan; Modul kursus Islam dan Gender, Cirebon: Fahmina
Institut 2006;
20. Ijtihad Kyai Husein: Upaya membangun keadilan gender, Rahima, 2011;
21. Mengaji Pluralisme Kepada Maha Guru Pencerahan, Bandung: Mizan, 2011;
22. Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur, Yogyakarta: LkiS, 2012;
25. Memilih Jomblo” kosah intelektual muslim yang berkaya sapai akhir hayat,
26. Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus” Jakarta: Nourabooks, 2015;
28. Menangkal Siaran Kebencian, Perspektif Islam”, Cirebon: Fahmina Institut, 2017;
32. “Keluarga Sakinah, kesetaraan Relasi Suami dan Istri”, Jakarta: Rahima;
34. Fiqh Seksualitas: Risalah Islam untuk Pemenuhan Hak-Hak Seksualitas, PKBI,
Jakarta;
KARYA TERJEMAHAN:
1. Kutbah al Jimu‟ah wa al „Idain, lajnah min Kibar lama al Azhar (Wasiat Takwa
antara Modernis dan Tradisionalis), Dr Fauq Abu Zaid, Jakarta: P3M, 1986;
Barat.
14. Wakil Ketua Pengurus Yayasan Puan Amal Hayati, Jakarta (1999-sekarang)
16. Ketua Umum DKM Masjid Jami‟ Fadhlullah, Arjawinangun, (1989- sekarang)
(1994-2000)
24. Dewan Redaksi Jurnal Dwi Bulanan “Puan Amal Hayati” Jakarta (2001)
28. Anggota National Broad of International Center for Islamic and Pluralism, Jakarta
(2003)
(2003)
30. Dewan Penasehat dan Pendiri KPPPI (Koalisi Perempuan Partai Politik Indonesia)
34. Konsultan The Asia Foundation (TAF) untuk Islam dan Civil Society.
35. Anggota Pengurus Associate The Wahid Institute Jakarta (2004- sekarang)
Pertanyaan Wawancara
B. Nafkah
1. Mengenai nafkah dalam keluarga, bagaimana tanggapan Husein
Muhammad terhadap istri sebagai pencari nafkah dalam keluarga?
Tidak ada kewajiban laki-laki memberikan nafkah dan tidak ada halangan untuk
perempuan yang akan mencari nafkah untuk keluarganya.
3. Bagaimana syarat istri sebagai pencari nafkah / apakah pencari nafkah bisa
di mainkan oleh satu/dua orang (suami istri)?
Pada dasarnya siapapun yang mampu mencari nafkah untuk keluarganya maka dia
berhak mencari nafkah itu.
5. Bagaimana prospek kedepan yang akan dialami oleh istri sebagai pencari
nafkah?
Kita harus merumuskan kebijakan publik yang memberi ruang kepada perempuan
untuk bisa memberikan nafkah kepada keluarganya. Metodenya harus membongkar
atau mengkritisi patriakisme.