Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
BAIHAKI
NIM: 1113034000061
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Pembimbing,
Oleh:
BAIHAKI
NIM. 1113034000061
Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc, MA, selaku
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para
pembantu Dekan.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, MIRKH, selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
4. Bapak Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA, Selaku dosen pembimbing
akademik.
ii
5. Bapak Muh. Anwar Syarifuddin, MA, selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu memberikan Arahan kepada penulis, bersabar memberikan
ilmu dan bimbingannya selama penulis berada di bawah bimbingannya.
Juga melalui beliau, tumbuh ide-ide baru, sehingga penulis ada gairah
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, terkhususnya jurusan Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir yang dengan ikhlas dan tulus serta penuh sabar dalam mendidik
saya selama menimba ilmu di kampus tercinta ini.
7. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda H. Marta dan ibunda Hj. Siti
Rofiqoh, yang telah mengarahkan, dengan penuh kasih sayang tanpa
pamrih, dan tak bosan dalam memberikan dukungan moral maupun
materil, serta do’a dan semangat untuk saya.
8. Serta Istriku tercinta Vidya Nurfadhillah, S.Ked yang telah membantu
dan tidak bosan memberikan semangat dan doanya untuk saya. Lalu
Kakakku Firdaus Silahla, ST., dan Baidillah tercinta, dan keluarga besar
yang tidak bosan-bosannya menyemangati dan mendo’akan saya.
9. Dan seluruh sahabat-sahabat yang telah memberikan support serta
doanya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. terutama Muhammad
Faqih Ansori, S.S.I, Adam Febriansyah,SE, Muhammad Rusdi,
Muhammad Idris Alimuddin, S.Ag.
10. Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman, karna sudah mengizinkan
saya melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir saya.
Tidak ada kata yang pantas selain ucapan terimakasih yang begitu
mendalam dan seuntai doa senantiasa penulis haturkan kepada mereka agar
senantiasa segala kebaikannya dibalas oleh Allah swt dengan balasan yang
iii
setimpal. Akhirnya, penulis berharap semoga karya penulis ini senantiasa
dapat memberikan wawasan mengnai Qur’an dan bermanfaat bagi
semuanya, khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin ya rabb.
Hormat saya
Penulis
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Padanan Aksara
ب B Be
ت T Te
ج J Je
خ Kh Ka dan Ha
د D De
v
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy Es dan Ye
غ G Ge
ف F Ef
ق Q Qi
vi
ك K Ka
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
ه H Ha
ء _’ Apostrof
ي Y Ye
2. Vocal
Vokal terdiri dari dua bagian, ialah vocal tunggal dan vocal rangkap,
transliterasi vocal tunggal sebagai berikut:
َا A Fathah
vii
َا I Kasrah
َا U Ḍammah
Brikut ini adalah vokal rangkap berupa gabungan antara harakat dan
hurup.
َيَﹷ Ai a dan i
وﹷ Au a dan u
3. Vokal panjang
viii
َا Ū u dengan topi di atas
4. Kata Sandang
5. Syaddah (Tasydīd)
Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara
terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan
diatas:
ْٱستحفظوَا Istuḥfiẓū
ix
7. Singkatan
M Masehi
H Hijriah
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 83
B. Saran-saran ....................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TH-Press,
2007), 3.
2
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an dan Hadits, 5.
1
2
objek tantangan bagi orang-orang kafir yang pandai berbahasa Arab untuk
menandingi walaupun seperti surah terpendek dari Al-Qur’an.3 Interaksi
muslim dengan al-Qur’an biasanya dimulai dengan belajar membaca al-
Qur’an, kemudian ia dapat membaca al-Qur’an baik dilakukan sendiri-
sendiri dan kadang kala dilakukan bersama-sama, bahkan ada individu atau
kelompok yang menghususkan membaca al-Qur’an pada waktu tertentu dan
pada tempat-tempat tertentu misalnya pada malam jumat tengah malam di
serambi masjid atau di makan tokoh tertentu, seperti makam sunan kali jaga,
dan menghatamkan pembacaan al-Qur’an di makam Kyai Kholil Bangkalan
Madura, dan ada juga kelompok yang membaca surat tertentu dalam al-
Qur’an pada waktu tertentu, misalnya membaca Surat Yasin pada malam
jumat.4 Maka hal ini patut digali informasi tentang latar belakang, motifasi,
obsesi, harapan, dan tujuannya.
3
Ibrahim ad-deed, Be a Living Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h.43.
4
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Living Qur’an dan Hadits, h. 15.
3
5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang zikir dan Doa, (Tangerang: Lentera
Hati, 2018), 2.
6
Ibrahim ad-deed, Be a Living Qur’an, 44.
4
Susunan dan jenis kalimat dalam Ratib al-Haddad tidak jauh berbeda
dengan dzikir-dzikir lainnya, seperti Ratib Al-Attas, Ratib Al-Kubra, Dzikir
Ghofilin dan lain-lainnya. Setiap dzikir yang ada pada ratib ini semuanya
bersandar pada nash-nash al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW,
sehingga tidak ada keraguan lagi bagi setiap orang yang akan
mengamalkannya, sebab dengan mengamalakan ratib ini secara istiqomah
seseorang akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar baik itu dari
segi duniawi maupun ukhrawi. Terutama untuk ketenangan hati karenga
menyebut-nyebut nama Allah dan merenungkan kuasa, sifat, dan perbuatan,
serta nikmat-nikmatNya menghasilkan ketenangan batin. Allah Swt
menegaskan dalam QS.Ar-Ra’d[13]:28.
ُ ُوب ُهم بذ ِۡكر ٱ َّللِه حأ حَل بذ ِۡكر ٱ َّللِ حت ۡط حمئ ُّن ٱلۡ ُقل
٢٨ وب ُ ُام ُنوا ْ حو حت ۡط حمئ ُّن قُل ٱ َّل ح
ِين حء ح
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
7
H. M. H. Al-Hamid Al-Husaini, Terjemah Syarah Ratib Al-Haddad, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 2016), 7.
8
H. M. H. Al-Hamid Al-Husaini, Terjemah Syarah Ratib Al-Haddad, 7.
9
H. M. H. Al-Hamid Al-Husaini, Terjemah Syarah Ratib Al-Haddad, 8.
5
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.
Maksud ayat di atas bahwa orang-orang yang mendapat petunjuk
Ilahi dan kembali menerima tuntunanNya dan yang selalu akan berbahagia
adalah mereka orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram ketentraman yang bersemi di dada mereka itu disebabkan karena
Dzikrullah.10 Dzikir atau doa apabila dibaca secara rutin dan telah menjadi
bagian yang tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari, manfaat dan
keberkahannya akan banyak dirasakan dibandingkan apabila suatu dzikir
hanya dibaca sekali atau dua kali atau hanya ketika dibutuhkan saja.
Bagaikan senjata yang selalu diasah secara teratur, dzikir yang dibaca secara
istiqomah akan menjadi “tajam” dan siap digunakan kapan saja.11 Firman
Allah dalam QS.Al-Ahzab[33]:41-43.
صلِي ِ َّ هو ٱل٤٢ َص ًيلِ وسبِحوه ب ۡكرة وأ٤١ ٱَّلل ِذ ۡكرا َكثِريا ۡ ِ َّ
ي
َُ يذ َُ َ َۡ ُ ُ ُ َ َ َ ُ ْين ءَ َامنُوا
َّ ْا
و ر ك
ُ ٱذ َ َٰأَيَيُّ َها ٱلذ
٤٣ ني َرِحيما ِت إِ ََل ٱلنُّوِر وَكا َن بِٱلم ۡؤِمن
ِ علَ ۡي ُك ۡم وم ٰلَأئِ َكتُهۥ لِي ۡخ ِرج ُكم ِمن ٱلظُّلُ ٰم
َ ُ َ َ َ َ ُ ُ ََ َ
41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.
42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.
43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman.
10
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang zikir dan Doa, 120.
11
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang zikir dan Doa, 122.
6
Maka dari hal di atas penelitian ini akan melihat bagaimana fenomena
Living Qur’an pada Dzikir Rotib Al-Haddad di PONPES Mummtaz
Ibadurrahman. Dengan demikian penelitian ini di beri judul.
“MENGHIDUPKAN AL-QURAN MELALUI PRAKTIK
PEMBACAAN DZIKIR ROTIBUL HADDAD DI PONDOK
PESANTREN MUMTAZ IBADURRAHMAN”
Dari keempat poin di atas, penulis tidak akan mengambil semuanya untuk
dibahas. Penulis hanya menfokuskan pada poin ‘D’ saja, yaitu Praktik
pembacaan Rotib al-Haddad.
b. Secara praktis
D. Tinjauan Pustaka
Sri Utami, skripsi ini mengkaji masalah tentang “Pengaruh Dzikir Ratib
Al-Haddad Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Korban Gempa (Studi
Kasus Majlis Dzikir Al-Ghifari Bengkulu)”, hanya saja penjelasan
mengenai pengertian kesehatan mental, korban gempa dalam skripsi
tersebut hanya selembar dan tidak dibahas lebih lanjut.13
12
Ahmad Atabik, “The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfidz Al-Qur’an di
Nusantara.” Jurnal Ilmiah ADDIN Vol. 2 No. 2 Juli – Desember 2010.
13
Skripsi Sri Utami, Penggaruh Dzikir Ratib Al-Haddad Terhadap Kesehatan Mental
Masyarakat Korban Gempa (Studi Kasus Majlis Dzikir Al-Ghifari Bengkulu), (Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010).
10
14
Mamay Maesaroh, PENGARUH INTENSITAS DZIKIR RATIB AL-HADDAD
TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI(Penelitian di Pondok Pesantren
Mathla’unnajah Ujungjaya Sumedang, (Bandung: UIN Sunan Gunung Jati, 2018).
15
Skripsi Ali Sodirin, Praktik Pembacaan Ratib Al-Hadad Di Jam’iyah Eling Nurul
Huda Pondok Pesantren Darul Hikam Desa Gandasuli Kec. Brebes (Studi Living Hadis),
(Semarang: UIN Walisongo, 2018).
16
Skripsi Uswatun Hasanah, “Studi Terhadap Tujuan Membaca Al-Qur’an Masyarakat
Dusun Sukorejo Desa Kentang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Jawa Tengah’’
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008).
11
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
17
Skripsi Didik Andriawan “Penggunaan Ayat Al-Qur’an Sebagai Pengobatan (Studi
Living Qur’an pada Praktek Pengobatan Dr. KH. Komari Safulloh, Pesantren Sunan
Kalijaga, Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk).” (Yogyakarta:
UIN Yogyakarta, 2013)
12
Adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli yang memuat
informasi atau data yang dibutuhkan. Data sekunder ini diperoleh dari
pihak-pihak lain yang tidak langsung seperti data dokumentasi dan data
lapangan dari arsip yang dianggap penting. Sebagai data sekunder dalam
penelitian ini adalah data dokumentasi, arsip-arsip dan data administrasi
santri Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman. Begitupun majalah-
majalah atau buku-buku yang konten informasinya berkaitan dengan
penelitian ini, menjadi data tambahan yang sangat bermanfaat.
a. Metode Observasi
b. Metode Wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak atau belum
ditemukan penulis selama melakukan observasi di lapangan. Wawancara ini
juga penulis gunakan untuk menguji ulang data-data yang ada dari hasil
observasi, baik hasil observasi partisipan ataupun observasi non-partisipan.
Wawancara ini ditujukan kepada para santri, pengurus santri pondok
pesantren dan pengasuh Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman.
c. Penelitian Dokumen
pembacaan Ratib Al- Haddad, apa saja dzikir untuk dibaca secara rutin, dan
kapan pelaksanaan pembacaan Ratib Al-Haddad sebagai kegiatan rutin
santri Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman.
Supaya fokus dan tidak keluar dari arah penelitian, maka penulis
menetapkan sistematika penulis sebagai berikut:
1
Moh.Muhtador,”Pemaknaan ayat al-Qur‟an dalam Mujahadah”,Jurnal
Penelitian, Vol. 8, no, 1, Februari 2014.
2
Moh.Muhtador,”Pemaknaan ayat al-Qur‟an dalam Mujahadah”.
3
M.Mansur. Living Qur‟an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an Dalam Buku
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis. ..(Yogyakarta: Teras, 2007), h, 5-6.
19
20
Sebagai umat Islam kita mengetahui ada berbagai macam wirid, baik itu
yang diajarkan oleh Rasulullah secara langsung ataupun tidak secara
langsung (diajarkan atau diijazahkan oleh ulama‟). Salah satunya adalah
Wirid Ratib al-Haddad.
4
Ahmad Farhan, Study Living Qur’an Pada Praktek Quranic Healing, Vol 16,
No., 1 (Juli 2017): 34.
5
M.Mansur. Living Qur‟an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an Dalam Buku
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis.
21
Pertama-tama Ratib ini hanya dibaca di kampung Amir sendiri yaitu kota
Syibam. Setelah mendapat izin dan ijazah dari Al-Habib Abdullah bin Alwi
Al-Hadad sendiri. Selepas itu, Ratib ini dibaca di Masjid Al-Hawi milik
beliau yang berada di kota Tarim. Biasanya Ratib ini dibaca berjamaah
setelah shalat Isya‟. Pada bulan Ramadhan, Ratib ini dibaca sebelum shalat
Isya‟ untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan shalat Tarawih. Waktu
tersebut telah ditentukan oleh Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad
untuk daerah-daerah yang mengamalkan Ratib ini. Biidzinillah, daerah-
6
.Habib Anis, Munajah dengan Ratib al-Haddad Wirdullathif (solo: keluarga Besar
Al-Haddad, 2017), 28.
7
http://tebuireng.online/sejarah-khasiat-bacaan-ratib-al-haddad-/&hl=id-ID, diakses
pada tanggal 20 Maret 2020.
22
daerah yang mengamalkan Ratib ini selamat dari pengaruh kesesatan saat
itu.
Ratib adalah himpunan dari do‟a-do‟a dan dzikir, istigfar, tahmid, serta
sholawat yang kesemuanya dibaca oleh para Nabi dan Rasul serta terpilih
dan bersumber dari do‟a Rasulullah Saw. Beberapa do‟a tersebut berhasil
dihimpun dan diragkai menjadi suatu bacaan yang dinamakan “Ratib” dan
disusun oleh seorang ulama besar Islam Al-Imam Al-Habib Abdullah bin
Alwi Al- Haddad Al-Alawi Al-Hasyimi. Kumpulan do‟a-do‟a, dzikir, istigfar,
tahmid serta sholawat ini dinamakan “Ratib Haddad” yang disusun pada
tahun 1071 Hijriyah.8
Ratib Haddad ini dikenal sejak tahun disusunnya hingga saat ini,
khususnya di seluruh jazirah arab dan umumnya di negara-negara yang
mayoritas muslim seperti halnya Indonesia. Pengarang dan penyusun Ratib
al-Haddadini adalah seorang ulama besar dan waliyyullah yang terkenal
dengan gelar “quthbul irsyad” (ketua semua wali Qutub). Dari kedua orang
tua. Beliau silsilah keturunanya bersambung kepada Rasulullah Saw atau
dengan kata lainnya “Al Imam Al Habib Abdullah bin alwy Al Haddad Al
Alawy Al Hasyimie” adalah dari ahlul bait Nabi besar Muhammad Saw.
Beliau dilahirkan dan wafat di Hadromaut Yaman.
Ratib al-Haddad ditulis, disusun, dan disyiarkan oleh semua umat Islam
demi dan untuk pendekatan mereka kepada Allah Swt. Dalam hadis nabi
Saw, Rasulullah bersabda yang artinya:
“tidaklah mencintai kami, kecuali seseorang mu‟min sejati yang
bertaqwa, dan tidaklah membenci kami kecuali seseorang yang munafiq
yang celaka”. Amiril Mu‟minin, Syyaidina Ali bin Abi Tholib pernah
berkata: “Aku beserta asal usulku yang mulia dan keluargaku yang baik-
8
Al-habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, Istighosah Ratib al-Haddad dan
Khasiatnya (Malang: Darul Haddad, tt), 6.
23
baik, yang paling sopan ketika muda usia, paling berilmu dikala dewasa.
Dengan kami, Allah Swt telah menghilangkan kebohongan, dan dengan
kami dia mematahkan taring serigala kaum yang kalap, dnegan
perantaraan kami, dia meringankan penderitaanmu, dan melepaskan
belenggu dari lehermu, dan dengan kami dia telah memulai dan mengakhiri
para Nabi dan Rosul,”9
9
Al-habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, Istighosah Ratib al-Haddad dan
Khasiatnya, h. 10.
10
Bey Arifin, Samudra Al-Fatihah, (Surabaya: PT Bina Ilmu), 1980, h, 28.
11
Abi Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisabury, Shahih Muslim,
Juz I, (Darul Fikr, Beirut), h. 357
12
Abu Isa Muhammad Ibn Isma‟il, Al-Jami‟ Al-Shahih, Juz III, (Beirut: Dar
Al-Fikr, 1995), h. 78.
13
Abu Isa Muhammad Bin Isa Bin Saurah, Sunan At-Tirmidzi, Juz I, (Beirut:
Dar Al-Fikr), h. 284.
24
14
Imam Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir
15
M. Quraish Syihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian al-
Qur’an. Jakarta: lentera hati, Vol, 1, 2009, h, 15
25
16
Ahmad Dzulfikar, Taufik, dan Mukhlis Yusuf Arbi, Tafsir Ayat –ayat Ahkam, h, 13
26
17
Ibid., h, 14
27
3. Para syuhada’ yaitu orang yang senantiasa bersaksi atas kebenaran dan
kebajikan melalui ucapan dan tindakan mereka walau harus
mengorbankan nyawa sekalipun.
4. Orang-orang shaleh yakni yang tangguh dalam kebajikan dan selalu
berusaha untuk mewujudkannya.
Penggalan ayat ghair il-maghdhub 'alaihim tidak menjelaskan siapakah
orang-orang tersebut, tetapi dalam beberapa hal rasulullah telah memberi
contoh konkret, yaitu orang-orang Yahudi yang mengerti akan kebenaran
tetapi enggan melaksanakannya. Hal ini yang wajar jika murka ini
disandarkan kepada orang-orang yahudi (meski bukan keseluruhan) sebab
dalam al-qur’an sebanyak dua belas kali disebutkan tentang pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang yahudi. Sementara adh-
dhalin, yang berarti sesat, kehilangan jalan, bingung, tidak mengetahui
arah, banyak dinisbahkan kepada orang-orang nasrani. Namun secara
umum dapat diberi makna bahwa adh-dholin adalah bentuk tindakan atau
ucapan yang tidak menyentuh kepada kebenaran.18
c. Tafsir Hada’iq al-Ruh wa al-Rayhan QS.al-Baqarah[2]:255.
18
Shihab Q M. Tafsir Al-Misbah. Pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an. Jakarta. 2017H
30
Imam Abu Daud ketika di tanya ahlu shuffah dari Muhajirin, tentang ayat
manakah yang paling agung dalam al-Qur’an. Beliau pun menjawab ayat
kursi sebagai ayat yang paling agung di dalamnya.
Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi yang lebih agung melebihi
ayat kursi. Sufyan berkata: “Karena ayat kursi adalah kalam Allah dan
kalam Allah lebih agung dari ciptaan Alah seperti langit dan bumi. Syekh
Muhammad Al-Amin bin Abdullah Al-‘Alawi Al-Harari dalam tafsirnya
“Tafsir Hadaiq Al-Ruh wa Al-Rayhan”, menyebutkan pendapat ulama
mengenai alasan ayat kursi dijuluki sebagai ayat paling agung dalam Al-
Qur’an. Hal tersebut berkaitan dengan kandungan ayat serta pahala yang
terkandung di dalamnya jika seseorang membacanya.19
19
Syekh Muhammad al-amin bin abdillah al-alawi al-harari as-syafi’i. Tafsir Hadaiq
Al-Ruh wa Al-Rayhan fi Rawabi’Ulum al-Qur’an. Penerbit : Dar Thauq an-
Najah.Beirut,Lebanon. 1421H/2001M
31
para Nabi, dan semua Rasul yang diutus-Nya. Mereka beriman kepada para
Rasul itu seraya mengatakan, “Kami tidak membeda-bedakan antara Rasul
yang satu dengan Rasul yang lain.” Dan mereka mengatakan, “Kami siap
mendengarkan apa yang Engkau perintahkan kepada kami dan apa yang
Engkau larang untuk kami. Kami taat kepada-Mu dengan melaksanakan apa
yang Engkau perintahkan dan menjauhi apa yang Engkau larang. Dan kami
memohon kepada-Mu, ya Rabb kami, agar Engkau berkenan mengampuni
kami, karena sesungguhnya hanyalah Engkau satu-satunya tempat kami
kembali dalam segala urusan.”20
20
Ahmad Syakir, Syaikh. Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir. Al-Baqarah Ayat 285. Jakarta:
Darus Sunnah Pres, Jilid 1, Cet 2. 2014.
32
Salah satu keistimewaan surat ini adalah Allah akan memberikan pehala
seperti pahala membaca sepertiga al-Qur’an bagi orang yang membaca
surat al-Ikhlas dengan perenungan yang dalam22.Ketika orang-orang
Yahudi mengatakan, “Kami menyembah Uzair anak Allah.” Orang Nasrani
mengatakan, “Kami menyembah Isa anak Allah.” Orang-orang musyrik
mengatakan, “Kami menyembah berhala.” Maka Allah menegaskan bahwa
Dia Mahaesa. Dialah Allah Tuhan Yang Satu, Yang tiada tandingan-Nya,
tiada lawan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Kata ahad ( )أحدterambil dari akar
kata wahdah ( )وحدةyang artinya kesatuan. Juga kata waahid ( )واحدyang
berarti satu. Kata ahad dalam ayat ini berfungsi sebagai sifat Allah yang
artinya Allah memiliki sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.
21
Syekh Dr.Wahbah al-Zuhaili. Tafsir al-wajiz. 1995.
22
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,Tafsīr Al-Qur‟anul Madjid
AnNur,(Jakarta:Cakrawala,2011), h.641.
33
ُص َمد َّ
َّ َّللاُ ال
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna ayat ini adalah Allah tidak
beranak, tidak diperanakkan dan tidak mempunyai istri. Sayyid Qutb
menjelaskan, hakikat Allah itu tetap, abadi, azali. Sifatnya adalah sempurna
dan mutlak dalam semua keadaan. Kelahiran adalah suatu kemunculan dan
pengembangan, wujud tambahan setelah kekurangan atau ketiadaan. Hal
demikian mustahil bagi Allah. Kelahiran juga memerlukan perkawinan.
Lagi-lagi, ini mustahil bagi Allah.
َح ٌد
َ َوََلْ يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًا أ
23
Shihab Q M. Tafsir Al-Misbah. Pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an. Jakarta.
2017H
35
g. Tafsir QS.Al-Falaq[113]:1-5.
ۡ ِ ِ
١ ب ٱل َفلَ ِققُ ۡل أَعُ ذُ بَر
Pokok isi daru surat al-Falaq adalah perintah Allah kepada manusia
untuk berlindung kepadanya dari segala macam kejahatan24. Sehingga tidak
ada satu kejahatanpun melainkan sudah masuk dibawah rahasia apa yang
dimintakan perlindungan didalam surat ini25.Kata qul ( )قلartinya
katakanlah. Yakni “katakanlah wahai Muhammad dan ajarkanlah juga
kepada umatmu.” A’uudzu ( )أعوذterambil dari kata ‘audz ( )عوذyakni
menuju kepada sesuatu untuk menghindar dari sesuatu yang ditakuti. Rabb
( )ربmengandung makna kepemilikan dan kepemeliharaan serta
pendidikan yang melahirkan pembelaan serta kasih sayang. Dalam Tafsir Fi
Zhilalil Quran disebutkan, Ar Rabb adalah Tuhan yang memelihara, Yang
mengarahkan, Yang menjaga dan Yang melindungi. Al Falaq ( )الفلقberasal
dari kata falaqa ( )فلقyang artinya membelah. Kata ini dapat berarti subjek
sehingga maknanya “pembelah” juga bisa berarti objek yang maknanya
“yang dibelah.” Sebagian ulama menafsirkan al falaq sebagai pagi atau
subuh. Sebab malam itu tertutup dan kehadiran cahaya pagi dari celah-celah
kegelapan malam menjadikannya bagai terbelah. Dengan demikian Rabbul
Falaq tidak lain adalah Allah Swt. Karena Dialah yang menjadikan pagi,
membawa terang muncul di tengah kegelapan.
24
Jalal ad-Din al-Mahalli, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, (Indonesia: Dar al-Ihya’ al-
Kutub al-‘Arabiyah), h, 305
25
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 544.
36
Kata syar ( )شرpada mulanya berarti buruk atau mudharat. Lawan dari
khair ( )خيرyang berarti baik. Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan, syar
mencakup dua hal yaitu sakit (pedih) dan yang mengantar kepada sakit
(pedih). Penyakit, kebakaran, tenggelam adalah sakit. Sedangkan
kekufuran, maksiat dan sebagainya mengantar kepada sakit atau kepedihan
siksa Ilahi. Kata maa ( )ماberarti apa. Sedangkan khalaq ( )خلقadalah bentuk
kerja masa lampau (madhi) dalam arti yang telah diciptakan. Sehingga maa
khalaq ( )ما خلقberarti makhluk ciptaanNya. Kejahatan yang menimpa
37
manusia tidak lepas dari dua hal yaitu, dosa yang sudah dilakukanya dan
kejahatan yang datang dari orang lain26. Ketika menafsirkan QS.al-
Falaq[112]:2, Ibnu Katsir mengatakan: “yakni dari kejahatan semua
makhluk.”
ب ِ ٍِ ِ ِ
َ ََوم ْن َشر َغاسق إ َذا َوق
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita
keburukan yang dimaksud ayat ini adalah keburukan pada waktu malam.
Didalam ayat ini dibicarakan hal yang lebih khusus daripada ayat
sebelumnya yang sering disebut dengan al-Khas ba’da al-‘am27. Kata
ghaasiq ( )غاسقartinya adalah malam, berasal dari kata ghasaqa ( )غسقyang
berarti penuh. Malam dinamai ghaasiq karena kegelapannya memenuhi
angkasa. Kata waqaba ( )وقبberasal dari kata al waqb ( )الوقبyaitu lubang
yang terdapat pada batu sehingga air masuk ke dalam lubang itu. Sehingga
ayat ini bermakna malam yang telah masuk ke dalam kegelapan sehingga
ia menjadi sangat kelam. Sering kali kejahatan direncanakan dan terjadi
pada waktu malam. Mulai dari pencuri, perampok, pembunuh, hingga
binatang buas dan penjaja maksiat. Namun malam tidak selalu identik
dengan kejahatan karena waktu terbaik mendekat kepada Allah juga pada
malam hari. Maka ayat ini tidak mengajarkan berlindung dari malam tetapi
berlindung dari kejahatan yang terjadi di waktu malam.
26
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 543
27
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 545
38
28
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 563
39
29
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 573.
40
Asbabun Nuzul Surat an-Nas, Surat an-Nas terdiri dari enam ayat. Kata
an-Nas yang berarti “manusia” di ambil dari ayat pertama, ia di sebut pula
pada ayat pertama. Bersama surat al-Falaq, keduanya di sebut al-
mu’awwidzatain. Yakni dua surat yang menuntun pembacanya menuju
tempat perlindungan, Surat Al-Falaq di sebut al-mu’awwidzah al ‘ula,
sedangkan surat an-Nas di sebut al mu’awwidzah ats tsaaniyah, bersama
Surat Al-Falaq, oleh sebab itu al-Qurthubi juga di sebut al-
muqasyqisyatain. Yaitu yang membebaskan manusia dari kemunafikan.
Surat ini turun bersama surat al-Falaq, menurut pendapat Hasan, Atha’,
Ikrimah dan Jabir, Surat an-Nas adalah surat makkiyah ini merupakan
pendapat mayoritas. Namun ada juga yang berpendapat surat an-Nas adalah
madaniyah berdasarkan riwayat Ibnu Abbas dan Qatadah.
30
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 596
42
ِ ِمل
ِ ك الن
هاس َ
Raja manusia
Allah itu memang Raja dan Penguasa yang mutlak atas diri manusia,
Allah Maha kuasa mentakdirkan dan mentabirkan sehingga mau tidak mau,
kita manusia mesti menurut peraturan yang telah di tentukanNya yang di
sebut sunnatullah.
ِ إلَِه الن
هاس
Sembahan manusia
Kata ( )إلهberasal dari kata aliha – ya’lahu ( )أله – يألهyang berarti menuju
dan bermohon disebut ilah karena seluruh makhluk menuju serta bermohon
43
Ketiga ayat yang pertama merupakan sifat-sifat Allah Swt yaitu Sifat
Rububiyah, Sifat Mulkiyah dan Sifat Uluhiyah. Dia adalah Tuhan segala
sesuatu, yang memilikinya dan yang di sembah oleh semuanya, maka segala
sesuatu adalah makhluk yang di ciptakan-Nya dan milik-Nya serta menjadi
hamba-Nya. Orang yang memohon perlindungan diperintahkan agar dalam
permohonannya menyebutkan sifat-sifat tersebut agar dihindarkan dari
godaan yang tersembunyi, yaitu setan yang selalu mendampingi manusia.
Karena tidak seorang manusia pun melainkan memiliki Qarin
(pendamping) dari kalangan setan yang menghiasi fahisyah hingga
kelihatan bagus olehnya.
31
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 597.
44
ِ اْلَن
هاس ْ اسِ َ ِم ْن َش ِر الْ َ ْس
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi
Kata ( )شرpada mulanya berarti buruk atau mudharat, lawan dari khair
( )خيرyang berarti baik, menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan, syar
mencakup dua hal yaitu sakit (pedih) dan yang mengantar kepada sakit
(pedih). Penyakit, kebakaran, tenggelam adalah sakit. Sedangkan
kekufuran, maksiat dan sebagainya mengantar kepada sakit atau kepedihan
siksa Ilahi. Kata ( )الوسواسawalnya berarti suara yang sangat halus, makna
ini kemudian berkembang menjadi bisikan-bisikan, biasanya adalah bisikan
negative, karenanya sebagian ulama memahami kata ini dalam arti setan
atau merupakan salah satu sifatnya setan32.
32
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 605
45
Bisikan adalah proses penyampaian yang ada didalam hati, hal ini
menjadi titik persamaan antara manusia dengan jin. Perbedaanya hanya jin
tidak melalui pelantara telingga karena dapat masuk dari pembulu darah
manusia33. Kata ( )منdalam ayat ini bermakna sebagian, karena memang
sebagian manusia dan Jin melakukan bisikan-bisikan negatif, tidak
semuanya Allah mengabadikan ucapan jin dalam QS.Al-Jinn[72]:11.
33
Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h, 619.
46
34
Ahmad Syakir, Syaikh Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Darus Sunnah Pres, 2014.
48
BAB III
49
50
1
Ust Muslihin Jamil (sesepuh ponpes ibdr) Wawancara Cipondoh, 08 Mei 2020,
Banten.
51
dorongan dari keluarga, Drs. Kh. Ahmad Ihsan atau yang lebih dikenal
dengan ustadz Cepot pun terus mengibarkan bendera Ibadurrahman di
sela-sela dakwahnya di seluruh nusantara. Seiring waktu santri pun
terus berdatangan dari berbagai daerah dan propinsi di Indonesia setiap
tahunnya dengan jumlah santri saat ini tahun ajaran 2018-2019
berjumlah 600 orang santri baru, diatas lahan 3 hektar dan berbagai
fasilitas pendukung.
Drs. KH. Ahmad Ihsan atau sering dikenal dengan sebutan ustadz
cepot merupakan seorang guru sekaligus maestro pendakwah di
Indonesia. Julukan ustadz cepot muncul karena kekhasan wajah dan
karakter jenakanya dalam berdakwah. Ia mengawali pendidikan
agamanya di Darrurahman Jakarta, sebuah pesantren asuhan KH.
Syukron Ma’mun. Disinilah disiplin ilmu agama dan pengembangan
dirinya dimulai. Kemudian ia lanjutkan ke pesantren Al-Makmur
Kota Tangerang. Pria kelahiran Tangerang, 9 April 1958 ini
menempuh pendidikan S1 di UIN Bandung pada Fakultas
Tarbiyah. Karena merasa masih harus terus mendapatkan
ilmu sebanyak- banyaknya, sambil kuliah ia pun masih mengaji di
Bustanul Wildan, sebuah pesantren salafy di Cileunyi. Bandung
Putra dari pasangan H. Syai’in dan Hj. Masnun ini mulai
mengikuti semangat berorganisasinya dalam berbagai kegiatan
kemahasiswaan. Di saat-saat inilah ia mulai berkembang menjadi
pemuda yang menonjol, kepemimpinannya pun mulai tumbuh.
HIMATA (Himpunan Mahasiswa Tangerang) adalah salah satu
oranisasi yang pernah ia lahirkan bersama rekan-rekannya.
Kesederhanaan dan keprihatinan sekolah menjadi pola hidup Ihsan
53
2
Ust Rio Anggola (Pengajar ponpes ibdr) Wawancara Cipondoh, 15 Mei 2020,
Banten.
54
3
Ust Rio Anggola, Wawancara.
55
1. Pendidikan formal
a. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Ke
atas (SMA).
Pendidikan informal, Program bahasa, mewajibkan setiap hari
untuk semua santri untuk berdialog menggunakan bahasa arab
dan Inggris, Program dakwah, meningkatkan skil retorika yang
baik pada semua santri, Program tahsin al-Qur’an,
meningkatkan keahlian membaca al-Qur’an serta memiliki
4
Ust Aji Hardiansyah (Pengajar ponpes ibdr) Wawancara Cipondoh, 20 Mei
2020, Banten.
57
4. Kelas IV Imrithy
Targrib wa targhib
Nususul adabiyah
5. Kelas V Al-Fiyyah
Fathul Mu’in
5
Sumber : Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman
60
6
Ust. Galang Ramadhan (Pengajar) Wawancara Cipete, 21 Mei 2020, Tangerang
Banten
61
Kemudian pada sore hari yaitu pukul 3 sore atau pukul 15.00 WIB
santri kembali lagi melakukan tartil al-Quran sampai shalat ashar
masuk pada waktunya, semua kegiatan tartil tersebut dilakukan di
masjid Jami’ pondok pesantren. Kemudian jam 16.00-17.00 santri
melakukan kegiatan idhafi yakni kegiatan mendalami kitab-kitab
kuning, mulai dari mengartikan sampai belajar grammer bahasa arab
untuk dapat memahami isi kitab tersebut. Setelah selesai belajar kitab
kuning santri langsung bersih-bersih lokasi pesantren yang biasa
dikenal dengan istilah tandhif ‘am (kebersihan bersama). Kemudian
setelah melakukan kerja bakti para santri mandi dan beragkat ke
masjid untuk melakukan shalat magrib berjama’ah.
1. Biografi Narasumber
a) KH. Faiz Dzu Dararain S. S. I. M. Pd, beliau merupakan pimpinan
pesantren saat ini sekaligus anak dari Ustadz Cepot atau pendiri
pondok Ibadurrahman, menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif
Hidayatullah kemudian melanjutkan S2 di PTQ Jakarta.
b) Ustadz Abdul Ridha Fatah LC berumur 30 tahun, beliau merupakan
menantu dari anak keduanya KH Ihsan atau ustadz cepot pendiri
7
KH. M. Rusdy BA (Direktur/Pengajar) Wawancara Pinang,25 Mei 2020, Banten
65
1
Wawancara dengan Ustadz Ridha Abdul Fatah LC tanggal 10 April 2020.
67
68
2
Muhammad al-Mighfar, Terapi al-Qur’an untuk Penyakit Fisik dan Psikis
Manusia, (Jakarta: Penerbit Asta Buana Sejahtera, 2006).
3
KH. Mawardi Labay El-Sulthani, Zikir dan Do’a dalam kesibukan, (Membawa
Umat Supaya Sukses dan Selamat), Penerbit: al-Mawardi Prima.h.31.
69
shalawat ini adalah memberi tahu para santri bahwa sebentar lagi akan
masuk waktu Isya, sehingga mereka dapat bersiap-siap datang ke
masjid. Perlu diketahui, bahwa setelah berjamaah shalat Maghrib para
santri diberi kesempatan waktu untuk makan malam, sehingga mereka
bubar dari masjid dan mereka dikumpulkan kembali dengan
pembacaan shalawat sebelum kumandang adzan Isya’.
menyebut nama Allah dan juga bersyukur memuji Allah SWT bahwa
kebaikan maupun keburukan terjadi atas kehendak Allah juga. Masing-
masing doa dibaca 3 kali.
1) Dimudahkan rizqi
2) Diangkat derajatnya oleh Allah SWT
3) Mendapat syafa’at ketika diakhrat
4) Dijauhkan dari ganguan sihir dan kejahatan lainya
5) Tidak mempan dengan tenaga dalam yang beraliran gelap
6) Dipermudahkan membayar hutang
7) Disayangi semua mahluk
8) Diringankan ketika menghadapi musibah
9) Dilindungi Allah dari fitnah dan kedzaliman manusia
4
Wawancara dengan Ustadz Ridha Abdul Fatah LC. (Menantu Kyai/Pengajar),
10 April 2020, Cipondoh Banten.
5
Wawancara Ustadz Ridha Abdul Fatah LC.
6
Ahmad Dzaky al-Syafa, Buku Pegangan Doa dan Dzikir Keselamatan Ratibul
Haddad.(Yogyakarta,Mutiara Media. 2015) h, 7-8.
75
Kata Ratib adalah sebuah istilah dalam bahasa Arab, yang secara
harfiyah bermakna sesuatu yang disusun atau diatur. Namun makna
secara istilah adalah rangkaian dzikir, do’a, pujian, dan juga munajat
kepada Allah, yang disusun sedemikian rupa secara teratur dan dibaca
dengan rutin .Lafadz dzikir itu bisa saja bersumber dari al-Qur’an, as-
Sunnah ataupun hasil dari gubahan dari penyusun Ratib itu sendiri.
7
KH. Faiz Dzu Darain S. S. I, M. (Pengasuh Ponpes Ibadurrahaman),Wawacara
Cipondoh, 13 April 2020, Banten.
76
11
Ustadz Muslihin Jamil (Guru Ibadurrahaman), Wawancara, Cipondoh, 15 Juni
2020, Banten.
12
KH. Faiz Dzu Darain S. S. I, M. Pd, Wawancara.
78
13
Ustadz Muhammad Firdaus, Wawancara.
14
Ustadz Adam Febriansyah, Wawancara.
79
15
Wawancara langsung dengan santri Hayatun Muklis pada tanggal 10 April
2020, Banten.
16
Wawancara Hayatun Muklis.
80
17
Wawancara langsung dengan ketua pondok putra Ibadurrahman Muhammad
Anggi tanggal 21 April. 2020, Banten.
18
Wawancara, Hayatun Muklis.
81
19
Wawancara langsung dengan santri Muhammad Rusydi pada tanggal 15 April
2020, Banten.
20
Wawancara langsung dengan santri Muhammad Faqih Anshari pada tanggal 23
April 2020, Banten.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktek pembacaan Dzikir Ratibul Haddad di pondok pesantren
Mumtaz Ibadurrahman dilaksanakan dengan ketentuan sbb:
a). Pembacaan Dzikir Ratib al-Haddad dipimpin oleh santri kelas 3
Aliyah (SMA) secara bergilir sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan.
b). Santri yang mendapat giliran wajib menjadi muadzin sekaligus
imam shalat dan memimpin bacaan ratib al-Haddad.
c). Sebelum adzan membaca shalawat kurang lebih sepuluh menit,
kemudian dilanjutkan dengan adzan.
d). Setelah adzan melakukan shalat Sunnah qabliyyah dilakukan oleh
semua santri.
e). Santri yang mendapatkan sudah dijadwalkan juga menjadi imam
shalat isyak
f). Kemudian shalat Sunnah ba’diyyah isyak
g). Membaca tawassul kepada Nabi Muhammad, keluarga dan
sahabatNya
h). Pembacaan Ratibul haddad
i). Dan membaca doa
83
84
B. Saran
Dari kesimpulan penelitian diatas bahwasanya pembacaan Ratib al-
Haddad di Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman, Tanggerang
dapat berdampak positi bagi para Ustadz dan santri. Akan tetapi
peneliti menyarankan kepada seluruh komponen yang terlibat dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Pengajar ataupun Ustadz pesantren Ibadurrahman untuk
diperdalam lagi pelajaran tentang ilmu al-Qur’an dan Fiqihnya. Karena
peneliti melihat dari beberapa responden masih banyak yang belum
mengerti dalam ilmu tersebut. Kalu biasa dibuat semacam buletin
setiap minggu atau bulanya yang membahas terkait al-Qur’an dan Fiqih
dalam perspektif modern agar santri tambah paham dan luas cakrawala
keilmuan dasar-dasar agama sebelum menyentuh ilmu Tasawwuf.
2. Bagi para santri jangan merasa cepat puas dari apa yang kalian
dapatkan dari dzikir Ratib al-Haddad saja akan tetapi selalu tingkatkan
keilmuan dan juga ibadah melalui Dzikir-dzikir lainya.
DAFTAR PUSTAKA
85
86
LAMPIRAN
Nama :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
1. Siapa saja Ustad/Ustadzah yang biasa memimpin
pembacaan Ratibul Haddad di Pesantren Mumtaz
Ibadurrahman Tangerang?
2. Darimanakah Pesantren mendapatkan ijazah pembacaan
Ratibul Haddad ?
3. Sejak kapan membaca Ratibul Haddad menjadi tradisi
di Pesantren Mumtaz Ibadurrahman Tangerang?
4. Pada kesempatan kapan saja Dzikir Ratibul haddad
dibacakan Pesantren Mumtaz Ibadurrahman
Tangerang? Apakah ada alasan tertentu tentang
pemilihan waktu tersebut?
5. Berapa durasi waktu yang digunakan untuk membaca
Dzikir Ratibul Haddad di Pesantren Mumtaz
Ibadurrahman Tangerang?
6. Ratibul Haddad Berapa kali dibaca wiridnya, sekali-
sekali atau tiga kali seperti pada umumnya?
7. Siapa sajakah yang membaca Ratibul Haddad di
Pesantren Mumtaz Ibadurrahman Tangerang ?
8. Apa motivasi dan harapan memilih Dzikir Ratibul
Haddad sebagai bacaan yang diamalkan di Pesantren?
9. Manfaat apa yang paling anda rasakan setelah membaca
Ratib ini?
10. Bagaimana praktik pembacaan zikir Ratibul Haddad di
Pesantren Mumtaz Ibadurrahman Tangerang ?
11. Bagaimana pemahaman umum para Ustad/Ustadzah
tentang ayat-ayat Alquran yang terdapat dalam Dzikir
Ratibul Haddad ?
12. Apakah ustadz bisa memberikan penjelasan sedikit
mengapa ayat-ayat tersebut dipilih sebagai bacaan dalam
zikir Ratibul Haddad? Kira-kira apa arti penting ayat-
ayat itu dalam kehidupan kita manusia?
13. Apakah tujuan utama dari membaca ayat-ayat al-Qur’an
dalam Dzikir Ratibul Haddad ?
14. Adakah testimoni atau dampak dari para santri
berdasarkan pengamatan Ustad/Ustadzah tentang
manfaat yang dirasakan sebagai hasil dari setiap hari
menanamkan membaca Ratibul Haddad ?
15. Selain ayat al-Quran yang diwiridkan Ratibul Haddad
juga mengandung banyak doa di dalamnya, Apakah
Ustad/Ustadzah melihat ada nilai penting doa-doa
tersebut dalam Dzikir Ratibul Haddad ?
16. Apakah Ustad/Ustadzah tahu santri mengamalkan terus
Ratibul Haddad ini selepas mengikuti program pesantren
Mumtaz Ibadurrahman Tangerang ini ?
17. Apakah menurut Ustad/Ustadzah Dzikir Ratibul
Haddad ke depannya bisa menjadi bagian dari life style
yang perlu dikembangkan bagi upaya menghidupkan Al-
Qur’an?
18. Apakah ada Dzikir lain yang dibaca secara rutin selain di
Pesantren Mumtaz Ibadurrahman Tangerang Ratibul
Haddad ?
LAMPIRAN
Nama :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pedoman Wawancara