Skripsi
FAKULTAS USHULUDDIN
1439 H/2018 M
GAMBARANKEHI
DUPANDUNI
ADALAM AL-
QUR’
AN:
SEBUAH
KAJI
ANTEMATI
K
Skr
ipsi
Di
ajukankepadaFakul
tasUshul
uddi
n
unt
ukMemenuhi
Per
syar
atanMemper
oleh
Gel
arSar
janaAgama(
S.Ag)
Ol
eh
MuhammadI l
ham DwiAri
sty
a
NIM:11140340000064
Di
bawahBi
mbi
ngan
Moh.AnwarSy ar
if
uddin,
M.A
NIP:197205181998031003
PROGRAM STUDII
LMUAL-
QUR’
ANDANTAFSI
R
FAKULTASUSHULUDDI
N
UNI
VERSI
TASI
SLAM NEGERISYARI
FHI
DAYATULLAHJAKARTA
1439H/
2018M
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt., tiada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Allah Yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya yang
tidak pernah putus memberikan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya. Penulis
bersyukur atas pertolongan, taufik, dan hidayah-Nya akhirnya penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan.
Ṣalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi
Muhammad Saw., sebagai hamba-Nya dan Rasul-Nya yang mengeluarkan
manusia dari kegelapan kepada cahaya petunjuk, beserta segenap seluruh
keluarga dan sahabat beliau yang tidak pernah tertipu oleh kesenangan duniawi.
Semoga ṣalawat dan salam itu terus menerus terlimpahkan kepada mereka
sepanjang masa.
Dalam kesempatan yang bahagia ini, sudah sepatutnya penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya dan penghargaan yang tulus
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis hingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para staf
pembantu dekan.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum. M.A., selaku Ketua Program Studi Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum. M. Pd., selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, juga Kak Hani Hilyati Ubaidah.
M. Ag., selaku asisten dari ibu Banun.
4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Drs. Suharman M.M., dan ibunda
Mahjuro S.Pd.I., yang selalu ikhlas mencurahkan doa, kasih sayang, semangat,
dan motivasi. Tanpa do’a dan ridho dari keduanya maka penulis tidak akan
mendapatkan kemudahan, kelancaran, serta hasil yang maksimal untuk
menyelesaikan skripsi ini, juga kepada abang satu-satunya Muhammad Rusli
Eka Aditya yang juga memberikan support kepada penulis.
iv
v
5. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang
sudah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan,
bimbingan, nasehat dan motivasi, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik.
6. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi M.A., selaku dosen penasehat akademik yang
selalu memberikan masukan dan arahan dari awal perkuliahan hingga proses
pemilihan akhir judul skripsi ini berlangsung.
7. Syekh Misbahul Anam Al-Tijany, selaku murabbi sekaligus orang tua yang
dengan sabar dan ikhlas mendidik, mendoakan, mencurahkan ilmunya yang
luas, menjadi suri tauladan bagi penulis. Semoga beliau selalu dinaungi
rahmat Allah Swt., dan dimenangkan dalam setiap perjuangan dakwahnya.
8. Guru-guru Ponpes Al-Umm; Gus Muhammad Misbahul Anam, Ustadz
Ahmad Halimi al-Hafidz, Kyai Imam Khotamin, Ustadz Ahmad Qomari,
Ustadz Fathul Mu’min, Ustadzah Jejeh Suarsih, yang dengan sabar
mengajarkan ilmunya, bijak menyampaikan nasihatnya, dan tulus
mendoakan murid-muridnya.
9. Segenap jajaran dosen dan civitas academica Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu tanpa
mengurangi rasa hormat, khususnya program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
yang ikhlas dan sabar untuk mendidik kami agar menjadi manusia yang
cerdas, berkualitas dan berintelektual.
10. Seluruh teman-teman Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2014, khususnya
sahabat-sahabat kelas TH B yang telah setia menemani dari masa maba
sampai sekarang ini dan semoga sampai seterusnya, yang selalu mendukung
kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Keluarga besar Al-Umm, santriwan dan santriwati dari beberapa periode
yang menjadi teman hidup satu atap, menjadi teman seperjuangan menimba
ilmu di pondok, yang selalu ada saat suka maupun duka. Semoga kebersaman
kita tak lekang oleh waktu, berlanjut sampai ke surganya Allah Swt.
12. Teman-teman An-Naml LDK Syahid, teman-teman KKN AKBK 131 yang
pernah memberikan pengalaman dan cerita hidup. Semoga segala proker dan
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama
(SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor:
158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada halaman berikut:
ا Alīf
Tidak
Tidak dilambangkan
dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
ر Ra R Er
س Sin S Es
vii
viii
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha H Ha
ي Yā′ Y Ye
diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (’)
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal
tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
َا Fatḥah A A
َا Kasrah I I
ix
َا Ḍammah U U
Contoh:
Contoh:
َمَات : māta
َرمَى : ramā
x
َقَيَل : qīla
4. Ta marbūṭah
Ttansliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang
hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, ḍammah, transliterasinya
adalah (t). Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun,
translterasinya adalah (h).
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu
terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:
َاَلَحَكَمَة : al-Ḥikmah
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid (ّ ), dalam transliterasi ini
dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi
tanda syaddah. Contoh:
ربَّنا : rabbanā
َالحق : al-ḥaqq
َالحج : al-ḥajj
َنَعَم : nu‘‘ima
xi
َعَدَو : ‘aduwwun
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem penulisan tulisan Arab dilambangkan
dengan ( الalif lam ma’rifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata
sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti huruf
syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi
huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contohnya:
َالفلسفة : al-falsafah
َالبَلد : al-bilādu
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi huruf (’) hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Namun, bila
hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan
Arab ia berupa alif. Contohnya:
َ تأمرون: ta’murūna
xii
َالنَّوء : al-nau
َشيء : syai’un
َأمرت : umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia
Penulisan Kata Arab yang lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,
istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,
istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari
pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan
bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas
Misalnya kata Al-Qur'an (dari al-Qur'an), Sunnah, khusus dan umum
Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks
Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fī Ẓilāl al-Qur’an
Al-Sunnah qabl al-tadwīn
Al-‘Ibārāt bi ‘ūmūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab
BAB 1 PENDAHULUAN
xiv
xv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 77
B. Saran ......................................................................................................... 78
masalah hakikat manusia dan kehidupan semakin santer dibahas. Masalah ini
banyak di bumi atau yang dikenal sebagai zaman teknologi. Yaitu suatu ilmu
cara membuat barang, yang kemudian dipraktikan pada suatu tempat yang
1
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2013), h. 348.
2
Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di Tengah-Tengah Alam Materi (Jakarta: Rineka
Cipta, 1995), h. 50.
3
Choiruddin Hadhiri SP, Akhlak & Adab Islami Menuju Pribadi Muslim Ideal (Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer), h. 332.
1
2
serba egois, mementingkan diri sendiri. Ini terjadi karena pengaruh dunia
seperti ini merupakan ciri khas dari kehidupan alam materialistis. Yaitu suatu
segala-galanya.
digunakan untuk mencari dan mengumpulkan uang, makan, minum, tidur dan
Atau dalam kata lain, hidupnya hanya digunakan untuk mengabdi kepada
benda, kekayaan dan kesenangan.5 Inilah bentuk pekerjaan yang digeluti oleh
tetapi ditengah kegiatan ini mereka lupa ujung perjalanan dan tujuan utama
4
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
RI, Tafsir al-Qur’an Tematik (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2010), h. 37.
5
Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di Tengah-Tengah Alam Materi (Jakarta: Rineka
Cipta, 1995), h. 59.
6
Ḥabīb ‘Umar al-Ḥafiẓ, al-Qabas al-Nūr al-Mubīn min Iḥya ‘Ulūmuddīn, terj. Yunus b.
Ali (Surabaya: Cahaya Ilmu, 2012), h. 46.
3
akan adanya kehidupan sesudah di dunia ini. Padahal kehidupan di dunia ini
Para Nabi diutus untuk menyeru manusia agar berpaling dari dunia
Diriwayatkan bahwa:
masuk ke pasar melalui jalan yang tinggi dengan diikuti orang banyak
kambing yang mati dengan kedua telinga yang kecil. Setelah itu
Saw., bersabda, “Demi Allah, sungguh dunia itu di sisi Allah nilainya
7
Imām al-Gazālī, Mukhtaṣar Iḥyā’ ‘Ulūmiddīn, terj. Abu Madyan al-Qurthubi (Depok:
Keira Publishing, 2014), Cet 1, h. 362.
4
kalian.”8
nurani dan jasmaninya dari selera nafsu keduniaan yang fana (tidak kekal)
atau banyak. Sebab keduniaan itu ibarat lautan. Orang yang berani
seseorang berpikir sehat, maka akan menyadari bahwa dunia ini tidaklah
kekal. Dan manfaat dunia tidak berarti jika dibandingkan dengan mudharat
bimbang dan ragu, mendatangkan siksa yang teramat pedih di akhirat kelak
dan memeras tenaga dari pagi sampai malam hari demi meraih apa saja
dilalui.12
Perihal dunia memang soal yang besar dalam agama. Dunia dengan
mereka lalai dan lupa, menyangka bahwa perjalanan hidup kita hanya hingga
di sini saja. Oleh sebab itu banyaklah perkataan Allah di dalam al-Qur’an
dibahas dalam tulisan ini yaitu kajian terhadap ayat QS. al-Żāriyāt/51: 56,
QS. al-Kahfi/18: 46, QS. al-An’ām/6: 32, QS al-‘Ankabūt/29 : 64, QS. al-
12
Ḥabīb ‘Abdullah al-Ḥaddād, Mużakkarah Ḥabīb ‘Abdullah al-Ḥaddād diterjemahkan
dari Risālat al-Mużakkarah Ma’a al-Ikhwān wa al-Muḥibbīn min Ahli al-Khair wa al-dīn
(Bandung: Karisma, 2001), h. 86.
13
Hamka, 1001 Soal Kehidupan (Jakarta: Gema Insani 2016), h. 36.
14
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an al-Karīm; Tafsir atas Surat-surat Pendek
Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1997), Cet. Ke-2, h. 4.
6
Taubah/9: 38, QS. al-Naḥl/16: 30, QS. al-Qaṣaṣ/28: 60, QS. al-Naḥl/16: 41,
QS. al-Mulk/67: 1-2. Hal ini dikarenakan surat-surat tersebut sangat berkaitan
dan memiliki penjelasan yang luas tentang hakikat kehidupan dunia dalam al-
‘Imrān/3: 185, QS. al-Nisā‘/4: 77, QS. al-Ra’d/13: 26, QS. Tāhā/20: 131, QS.
al-Anbiyā/21: 35, QS. Āli ‘Imrān/3: 14, QS. Yūnus/10: 24, al-A’rāf/7: 97-98,
QS. al-Kahfi/18: 45, QS. Luqmān/31: 33, QS. Hūd/11: 15-16, QS. al-
2-3. Hal ini dikarenakan surat-surat tersebut sangat berkaitan dan memiliki
lebih fokus dan tidak keluar dari tema yang dibahas, dan begitu juga tidak
ayat-ayat yang berkaitan dengannya, namun tidak terlepas dari penafsiran dan
C. Tujuan Penelitian
dunia di dalam al-Qur’an yang disajikan oleh para mufassir dalam kitab
tafsirnya.
7
mencintai dunia.
D. Manfaat Penelitian
2. Manfaat Praktis: Menjadi rekomendasi bagi para tokoh agama atau dai
E. Metode Penelitian
dengan buku-buku dan materi pustaka lainnya, kitab-kitab hadits, ayat al-
berkaitan tentang masalah yang akan dibahas adalah sumber data primer pada
ini adalah kitab suci al-Qur’an, mushaf yang digunakan sebagai pegangan
Qur’an yang terkait. Kitab yang menjadi analisa utama adalah kitab Tafsīr
8
Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta‘wīl Āyi al-Qur‘ān
karya Ibn Jarīr al-Ṭabarī, dan al-Qur’an dan Tafsirnya karya Kementrian
Agama RI. Penulis menilai para mufasir tersebut representatif dalam kajian
buku, artikel dan lain-ainnya yang mempunyai kaitan dengan tema yang
pendapat para ulama akan dijadikan analisis kesimpulan akhir pada skripsi ini.
1. Metode Interpretatif
dalam usaha mencari makna yang tersirat maupun yang tersurat serta
dan transendental.15
2. Metode Maudhū’i
15
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1996),
h. 65.
9
pokok pembahasan.
pemakasaan.16
G. Tinjauan Pustaka
karya ilmiah baik yang berbentuk buku, artikel, atau skripsi yang terkait
dengan pembahasan ini, Akan tetapi, penulis mendapati hasil penelitian yang
16
‘Abdu al-Ḥayy al-Farmawī, Metode Tafsir Mauḍū’ī, terj. Rohison Anwar (Bandung:
Pustaka Setia, 2002), h. 51-52.
10
1. Penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh Mustholih yang ditulis pada
dan tujuan bagaimana seharusnya manusia hidup. Ada empat jalan dan
dengan kata la'ibun dan lahwun (semacam pennainan dan senda gurau)
lama.
kesan negatif antara lain, balasan yang pedih atas kekafiran, perhiasan
Pada tinjauan kali ini, perspektif yang penulis ingin bahas berbeda
dari pada hasil karya yang telah disebutkan di atas. Yang menjadi menarik
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dengan alasan disetiap bab
latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
sistematika penulisan.
BAB II: Berisi tentang kajian teoritis tentang kehidupan dunia yang di
penafsiran para mufasir tentang makna ayat-ayat yang terkait dengan hakikat
hidup manusia untuk beribadah, manusia hidup dikaruniai harta dan anak-
anak sebagai ujian, kehidupan dunia adalah permainan dan senda gurau,
manusia dari ingat kepada Allah Swt., mencintai dunia dapat tersesat.
malu” yang diungkapkan dengan bentuk ḥayā’. Kedua arti bahasa tersebut
sebenarnya tidak ada perbedaan karena malu dengan hidup tidak dapat
1. Potensi berkembang yang ada pada nabati dan hewani, seperti di dalam
Fāṭir/35: 22.
al-Baqarah/2: 154.
24.
6. Sifat Allah, yaitu Allah Maha hidup dan tidak akan mati, lagi Pemberi
hidup. Sifat “hidup” ini hanya dimiliki Allah, dan tidak dapat disamakan
1
M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia al-Quran Kajian Kosa Kata (Jakarta:
Lentera Hati, 2007), h. 306.
13
14
: 255.2
Dari sisi lain, kata ḥayāh digunakan al-Qur’an untuk arti hidup di
dunia dan hidup di akhirat, misalnya pada QS. Yūnus/10: 64. Kesemua ayat
dunia.3
hidup.4
hidupnya di dunia hingga beranak cucu banyak sekali. Dari tanah ia belajar
2
Abī al-Qāsim al-Ḥusaini al-Rāgib al-Aṣfahānī, Mufradāt Fī Garīb al-Qur’an
(Cairo: Maktabah al-Tawfīqiyyah, 2013), h. 144-145.
3
M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia al-Quran Kajian Kosa Kata (Jakarta:
Lentera Hati, 2007), h.306.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah vol. 14 (Jakarta: Lentera Hati, 2003), h.
342-344.
15
lainnya dan masih banyak penemuan-penemuan baru Nabi Adam A.S., yang
pikirannya. 5
Hubungan manusia dengan sumberdaya alam ini dalam Islam ada tiga
manusia.
5
Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di tengah-tengah Alam Materi (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1995), h. 5.
16
kepada manusia bahwa semua kekuatan dan kekayaan alam dan sekitarnya
untuk kepentingan manusia. Jadi, semua kekuatan alam ini pada prinsipnya
seperti malaikat, tumbuhan dan hewan memiliki fungsi atau peran tersendiri
untuk beribadah. Ditanam pula pohon kapas dan kapuk, lalu daripadanya
6
Muhammad Tholchah Hasan, Dinamika Kehidupan Religius (Jakarta: Listafariska
Putra, 2004), h. 121-122.
17
Allah berfirman:
َ َۡ َ َ َ َ ُ َ َ
َيعاَم ِۡن ُهَُۚإِنَف ِي
ٗ ۡرضََ َجم
ِ ِ تََ َو َماَف ِيَٱلأ
ِ َٰ َو َسخ َرََلكمَماَف ِيَٱلسمَٰو
َ َ َ َ َ َ َ
َ٣١َتَل ِق ۡو ٖم ََيتَفك ُرون
ٖ َٰ ذَٰل ِكَٓأَلي
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
Jāṡiyah/45: 13).
menjadikan semua yang ada di dalam dunia ini, sebagai amanat yang
ٓ َ ََ ََ ُٗ ُ َ ۡ ُ َ َ َ َ َ ٗ ۡ َ َ َۡ ُ ُ َ ََ َ َ
ََِنزلَم َِنَٱلس َماء ۡرضَمهداَوسلكَلكمَفِيهاَسبلاَوأ
َ ٱلذِيَجعلَلكمَٱلأ
َ َ
٣١َاتَشت َٰي ََما ٓ ٗءَفَأ َ ۡخ َر ۡجنَاَبهَِۦََٓأ َ ۡز َو َٰ ٗجاَمِنَنَب
ٖ ِ
7
Kementrian Agama RI, Hewan dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2011), h. 13.
18
dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
َ ُ ُ ۡ َ َ ۡ َ ُ َٰ َ َ َ ٞ ۡ َ ۡ ُ َ َ َ َ َ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ
َ٣َوٱلأنعمََخلقهاَۖلكمَفِيهاَدِفءَومنفِعَومِنهاَتأكلون
diridhoi oleh Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, baik lahir
maupun batin. Oleh karena itu ibadah itu meliputi segala aspek
8
Kementrian Agama RI, Tumbuhan dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2011), h. 7-8.
19
menempati janji, amar ma’ruf nahi munkar, jihad melawan orang kafir
dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin,
2. Malaikat
hubungan umum antara malaikat dan manusia, baik yang mukmin atau
yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kalian minta (QS.
Fuṣṣilat/41: 30-31).
9
Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di Tengah-tengah Alam Materi (Jakarta: Rineka
Cipta, 1995), h. 24-26.
20
Para malaikat datang kepada mereka ketika mereka dilanda rasa takut
terhadap masa depan, dan menghapus rasa sedih akan masa lalu.
Perhatian para malaikat akan terus berlanjut dari dunia sampai akhirat
hingga mereka meraih harapan terbesar, yaitu surga firdaus yang abadi. 10
surat, 154 ayat. Dari 49 surat, yang masuk ke dalam kategori makkiyyah
Tabel 1.1
10
Muhammad Sayyid al-Muyassar, Buku Pintar Alam Gaib (Jakarta: Zaman, 2009),
h. 111-113.
11
Muḥammad Fu‘ād ‘Abd Al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfāẓ al-Qur’an Al-
Karīm (Beirut Libanon: Dār al-Fikr, 1997), h. 283-286.
21
D. Definisi Dunia
bahasa Arab ialah al-duniā berasal dari kata danā yang berarti dekat dengan
dzat13, atau arti lainnya seperti rendah, hina, atau sempit. 14 Adapun dunia
dalam kajian tasawuf adalah segala sesuatu yang paling dekat dengan jiwa-
shigat lainnya antara lain, danā, yudnīna, dānin, dāniyatun, adnā, dan al-
tersebut. Dan al-Qur’an sangat sadar terhadap kolerasi ini kapanpun kedua
kata tersebut digunakan, apalagi terhadap kasus di mana kedua kata tersebut
terakhir), al-dunyā dan al-ākhirah (kehidupan yang lebih dekat dan yang
12
Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2018), h. 387.
13
Abī al-Qāsim al-Ḥusaini al-Rāgib al-Aṣfahānī, Mufradāt Fī Garīb al-Qur’an
(Cairo: Maktabah al-Tawfīqiyyah, 2013), h 179.
14
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Yogyakarta: Pustaka Progresif,
1997), h. 424.
15
Amiruddin Syah, Kunci Tasawuf (Jakarta: Institut Kajian Tasawuf, tanpa tahun), h.
68.
16
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap al-
Qur’an (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), h. 88.
17
Muḥammad Fu‘ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfāẓ al-Qur’an al-
Karīm (al-Qāhirah: Dār al-Ḥadīṡ 2007), h. 321-324.
18
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap al-
Qur’an (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), h. 88-89.
23
“Bumi”. Kata Al-Arḍu jamaknya Arḍūna atau Arādun yang artinya bumi.21
Kata Arḍ ada di dalam al-Qur’an biasa diartikan sebagai “bumi”. Akan tetapi
tidak semua kata itu diartikan sebagai “bumi”, karena ada juga yang
tata surya (solar system) belum terbentuk seperti sekarang. Ayat dimaksud
Fuṣṣilat/41: 9-12, dan QS. al-Ṭalāq/65:12. Kata arḍ di dalam ayat-ayat ini
lebih tepat dipahami sebagai “materi” yakni cikal bakal bumi. Ia telah ada
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan” yakni dengan air, maka bumi pun
19
Muhammad Abdul Halim, Memahami al-Qur’an Pendekatan Gaya dan Tema
(Bandung: Marja, 2002), h. 116.
ٞ يزَحكَ َ َُ َ َ ُ ُ َُ َ َۡ ُ َ َ َ ُ ُ
ٌ تريدونَع َرضَٱلد نياَوَٱللََيريدَٱٓأۡلخ َِرةََوَٱللََعز
20
QS. al-‘Anfāl/8: 67 ٧٦َِيم ِ ِ ِ
21
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Yogyakarta: Pustaka Progresif,
1997), h. 18.
24
maka binatang pun bisa tinggal dan menetap. Inilah kehidupan awal,
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
Yang dimaksud dalam firman itu adalah bahwa dahulu kala, langit
dan bumi adalah satu kesatuan yang kukuh dan terkait satu dengan yang
lainnya. Lalu keduanya pun dipisahkan hingga terbentuklah satuan langit dan
satuan bumi. Unsur oksigen dan air banyak didapatkan di bumi, hingga bisa
dikatakan bahwa unsur terbanyak di bumi adalah unsur air. Setelah bumi
yang gersang itu mulai dipadati dengan unsur air, mulailah tumbuh beragam
tempat tinggal oleh manusia. Dengan bersifat hamparan itu juga manusia
bumi yang terhampar ini tidak terguncang dan tergulung maka Allah Swt.,
sebagai pasak yang mengukuhkan bumi dan menarik hujan serta mengatur
22
Ahzami Samiun Jazuli, al-Ḥayāt Fī al-Qur’ān al-Karīm terj. Sari Narulita (Depok:
Gema Insani, 2006), h. 190.
25
suhu udara dan aliran air (QS. al-Naḥl/16: 15 dan QS. al-Naba’/78: 6-7).
Dengan mantap dan stabilnya bumi, manusia dapat hidup di atasnya dengan
tenang dan tentram tanpa gangguan dan ketakutan (QS. al-Naml/27: 61).23
derivasinya dalam al-Qur’an tersebar dalam 115 tempat, dalam 39 surat, 108
ayat. Dari 39 surat, yang masuk ke dalam kategori makkiyyah adalah 25 surat,
Tabel 2.1
23
M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia al-Quran Kajian Kosa Kata (Jakarta: Lentera
Hati, 2007), h. 95.
24
Muḥammad Fu‘ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfāẓ al-Qur’an al-
Karīm (al-Qāhirah: Dār al-Ḥadīṡ 2007), h. 322-324.
26
duniā yang terdapat dalam al-Qur’an tersebar dalam 32 surat, 59 ayat. Dari
madaniyyah 10 surat.25
Tabel 3.1
25
Muḥammad Fu‘ād ‘Abd al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfāẓ al-Qur’an al-
Karīm (Beirut Libanon: Dār al-Fikr, 1997), h. 283-286.
27
Dunia
tentang ini di dalam al-Qur’an tersebar dalam 15 surat, 19 ayat. Dari 15 surat,
4 surat.26
Tabel 4.1
DALAM AL-QUR’AN
26
Muḥammad Fu‘ād ‘Abd Al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfāẓ al-Qur’an al-
Karīm (al-Qāhirah: Dār al-Ḥadīṡ 1991), h. 28-30.
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG HAKIKAT KEHIDUPAN
DUNIA
sia-sia, segala ciptaan-Nya memiliki manfaat dan tujuan. Salah satu tujuan
hidup manusia di dunia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah
Swt. Dalam hal ini, Allah Swt., menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa
kepada-Nya:
َ َ ۡ َ َ ۡ ُ َۡ َ ََ
٦٥ نس إِلا ل ِيَ ۡعبُ ُدو ِنِ جن وٱلإ
ِ وما خلقت ٱل
orang yang telah diketahui oleh ilmu Allah bahwa ia pasti akan menyembah-
Nya, oleh karena itu ayat ini menggunakan lafazh yang umum dengan makna
yang khusus. Perkiraan makna yang dimaksud adalah: tidak Aku ciptakan
1
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 19, h. 506.
2
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan
al-Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 9 h. 488.
29
30
َ ُ ۡ َ َ َ َو َما ٓ أُم ُِر ٓوا ْ إلَا ل ِيَ ۡعبُ ُد ٓوا ْ إ َل َٰ ٗها َوَٰح ِٗدا لَا ٓ إ َل َٰ َه إلَا ُه َو ُس ۡب
حَٰنَ ُهۥ عما يُشرِكون َۚ ِ ِ ۖ ِ ِ
١٣
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci
hanya untuk menyembah Allah dan tunduk terhadap-Nya.3 Sementara itu al-
Qurṭubī mengutip dari Ikrimah tentang tafsir ayat ini maknanya adalah: jin
dan manusia diciptakan melainkan hanya untuk menyembah Allah dan taat
kepada Allah, agar Allah dapat memberikan pahala bagi siapa saja yang rajin
beribadah dan Allah akan menghukum bagi siapa saja yang ingkar. 4
orang yang meyekutukannya akan mendapat balasan. Hal ini seperti yang
ِ
َ َو ُه َو َخلَ َق، “أَ ْن تَ ْج َع َل للَّ ِه نِدًّا:ال
”ك ِ ْالذن
َ َب أ َْعظَ ُم؟ ق ُّ أ،ول اللَّ ِه
َّ َي َ يَا َر ُس:ت
ُ ْقُل
)(رواه البخاري
3
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 1994), Jilid 7, h. 124-125.
4
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 19, h. 507.
31
ُ َۡ
ِۡكم َ َ َ ۡ ُ ََ َ َ ُ ُ َ َ ْ ُ ُ ۡ ُ َ َ ُ َ َٓ
يَٰأيها ٱلناس ٱعبدوا ربكم ٱلذِي خلقكم وٱلذِين مِن قبل
َ ََُ ُ َ َ
١٣ ل َعلك ۡم تتقون
Baqarah/2: 21).
manusia akan terhindar dari azab Allah dan ia akan mencapai derajat yang
Dari penjelasan para mufassir tentang ayat ini tersurat hikmah bahwa
5
Muḥammad b. Ismā;īl, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut: Dār al-Fikr, t.t), k. 78, bab. 20, no.
6001, h. 1523.
6
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 1, h. 52.
32
Allah dapat memberikan pahala bagi siapa saja yang menyembah dan rajin
beribadah kepada-Nya dan akan menghukum bagi siapa saja yang ingkar,
sebagai bentuk balasan atas apa yang manusia kerjakan selama di dunia.
harta dan anak-anak hanyalah perhiasan dunia, hal ini bisa dilihat pada surat
َ ت َخ ۡي ٌر ع َ ُ َ َٰ َ ۡ َ َ ۡ ُ َٰ َ َ ۡ ُ َ َ ُ َ ۡ َ ُ َ ۡ
َ ٱلصَٰل
ُ َِٰح
ِند ٱلمال وٱلبنون زِينة ٱلحيوة ِ ٱلدنياۖ وٱلبقِيَٰت
ٗ َ َ َ َ
٦٥ َربِك ث َو ٗابا َوخ ۡي ٌر أ َملا
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
46).
dalam kehidupan adalah apa saja yang menjadikan dunia ini sebagai ladang
untuk akhirat, dan sebagai perantara untuk kehidupan yang kekal, abadi,
pernah habis, itulah nikmat surga.7 Sementara itu al-Qurṭubī memahami ayat
ini bahwa harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan di dunia, dan apa-
apa yang menjadi perhiasan kehidupan dunia adalah tipuan yang fana dan
tidak akan kekal, sebagaimana tanaman kering yang diterbangkan oleh angin,
padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa dan
Bagi orang yang berakal dan bertakwa, harta dan anak adalah nikmat;
amal saleh yang kekal. Akan tetapi bagi orang jahil yang durhaka, keduanya
7
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 14, h. 8965.
8
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 13, h. 291.
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 5, h. 616 – 617.
10
Ni’mat Shidqiy, Ni’mat al-Qur’an, terj. Hery Noer Aly (Bandung: Husaini 1998),
h. 310.
34
َ َ ُ ۡ َ ْ َ َ َ َ ٞ ُ َ َ
ب إِن ُه ۡم ع َص ۡو ِِن َوٱتبَ ُعوا َمن ل ۡم يَزِدهُ َمال ُهۥ َو َول ُدهُ ٓۥ إِلا
ِ قال نوح ر
ٗ َخ َس
ارا
shalih) adalah semua amal shalih, baik berupa perkataan atau perbuatan yang
akan kekal untuk akhirat. Hal ini sejalan dengan perkataannya Sayyidina ‘Alī
R.A., yakni “Tanaman ada dua macam. Tanaman dunia adalah harta dan
shalih.”12
pelengkap, atau juga hanya tipuan yang fana dan tidak kekal. Maka dari itu
sebagai umat muslim jangan sampai harta dan anak-anak yang telah
dititipkan oleh Allah Swt., menjadikan seseorang sombong dan terlena pada
sesuatu yang pada dasarnya hanya sebatas perhiasan dunia. Harta dan anak-
anak di satu sisi bisa menjadi nikmat dan ladang pahala bagi pemiliknya, tapi
di sisi lain juga bisa menjadi cobaan dan ladang dosa. Maka keduanya
11
Jāmi’ al-Bayān (15/167).
12
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 13, h. 292.
35
mendidik anak-anaknya.
Diantaranya seperti firman Allah Swt., dalam surat al-An’ām ayat 32:
َََ َ ََُ َ َ ٞ ۡ َ َُ ُ َ َ َ ٞ ۡ َ َ ٞ َ َ ٓ َ ۡ ُ ُ َٰ َ َ ۡ َ َ
وما ٱلحيوة ٱلدنيا إِلا لعِب ولهو ۖ وللدار ٱٓأۡلخِرة خير ل ِلذِين يتقونَۚ أفلا
َ ُ َ
١١ ت ۡعقِلون
senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik
merupakan bentuk bantahan dari Allah Swt., kepada orang-orang kafir yang
ُ َُ َ َ َ َ ۡ ُْٓ َ َ
ۡ َ لد ۡنيَا َو َما ن
َ ح ُن ب َم ۡب ُعوث
berkata, ١٢ ِين ِ وقالوا إِن هِي إِلا حياتنا ٱ “Dan tentu
29)13
13
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah, 1994), Jilid 2, h. 507.
36
kewajiban.14
yang mereka peroleh. Sehabis bermain itu, mereka tidak memperoleh apa-
kehidupan yang tidak lebih dari main-main dan senda gurau merupakan
gambaran kehidupan dunia yang lepas dari agama. Jika manusia memahami
dunia sebagaimana yang disifatkan oleh Allah, maka dia akan menjadikan
ْ ُ َ َۡ ُ َ َ َ ۡ َ َ َ َ ٞ َ َ ٞ ۡ َ َ ٓ َ ۡ ُ ُ َٰ َ َ ۡ َٰ َ َ َ
َ ٱلد
ار ٱٓأۡلخ َِرة ل ِه َي ٱلحيوانَۚ لو كانوا وما ه ِذه ِ ٱلحيوة ٱلدنيا إِلا لهو ولعِبَۚ ِإَون
َ َ
٥٦ َي ۡعل ُمون
14
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 6, h. 3592.
15
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), j. 3, h. 98.
16
Muḥammad Mutawalli al-Sya’rawi, Tafsir al-Sya’rawi Khawatiri Haula al-Qur’an
al-Karim )t.t: al-Azhar, 1991), j. 6, h. 3592.
37
semuanya akan hilang dan habis. Semua perkara dunia termasuk harta,
hilang itu semua sebagai penguat untuk taat kepada Allah Swt., Sedangkan
yang dipersembahkan karena Allah Swt., maka itu akan ada di akhirat. 17
Bukhārī dari Sahabat Ibnu ‘Abbās. Berkata Ibnu ‘Abbās, bahwa Rasūlullah
Saw., bersabda:
17
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirut:
al-Risālah, 2006), Jilid 6, h. 387.
18
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawatiri Haula al-Qur’an
al-Karim )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 18, h. 11258.
38
(HR. al-Bukhārī).19
cinta dunia tidak mengikuti mereka menyiapkan bekal untuk akhirat. Orang
abadi.20
kehidupan akhirat adalah lebih baik dari kehidupan dunia. Seperti firman
ُ َٰ َ َ ۡ ُ َٰ َ َ َ َ َ
َِ ٱلد ۡنيَا ف ِي ٱٓأۡلخِرة َ َ ۡ ُ َٰ َ َ ۡ ُ َ َ
ِ ضيتم ب ِٱلحيوة ِ ٱلدنيا مِن ٱٓأۡلخِرة ِ فما متع ٱلحيوة
ِ أر
ٌ َ َ
١٣ إِلا قل ِيل
19
Muḥammad b. Ismā;īl, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut: Dār al-Fikr, t.t) k. 63, bab. 69, no.
3795, h. 925.
20
Hani al-Hajj, Mutiara Hikmah Kekasih Rasul (t.t: Ahsan Books, 2010), h. 50.
39
Taubah/9: 38).
berkata tentang ayat ini, “ini ketika mereka diperintahkan untuk pergi dalam
berangkat pada waktu musim panas yang terik, padahal buah-buahan sedang
waktunya masak dan mereka ingin berteduh serta mereka merasa berat untuk
perang) di jalan Allah,’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?
...”21
ketika Nabi Saw., mengajak kaum muslim untuk ikut serta dalam perang
Tabuk namun mereka enggan ikut dan lebih memilih menetap di rumah-
bahwa kehidupan akhirat lebih tinggi nilainya dan lebih banyak nikmatnya,
21
Jalāluddīn al-Suyūṭī, Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie (Depok:
Gema Insani, 2009), h. 283.
22
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 10, h. 206.
40
sejatinya tidak banyak, sebab sesungguhnya kenikmatan dunia itu tidak ada
akhirat.23 Hal ini sejalan dengan Abū Ja’far yang mengatakan bahwa tidaklah
dengan kenikmatan akhirat dan kemuliaan yang Allah Swt., siapkan untuk
dan tidak bernilai.24 Hal ini sebagaimana perumpamaan yang diberikan oleh
)المسلم
laut, maka lihatlah apa yang ada pada jarinya tersebut saat ia
َ ْ ُ َ ۡ َ َ َ ٗۡ َ ْ ُ َ ۡ ُ ُ َ ََ َ َٓ َ ْۡ ََ َ َ َ َ
َٰ
ِ وقِيل ل ِلذِين ٱتقوا ماذا أنزل ربكمَۚ قالوا خيراۗ ل ِلذِين أحسنوا ف ِي ه ِذه
َ ِار ٱل ۡ ُمتَق
١٣ ين ُ َۚ َولَن ِۡع َم َدٞار ٱٓأۡلخ َِرة ِ َخ ۡير
ُ َۚ َولَ َدٞٱلد ۡنيَا َح َسنَة
ُ
23
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 8, h. 5116.
24
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah, 1994), Jilid 4, h. 109.
25
Abī al-Ḥusain Muslim, Ṣaḥīḥ al-Muslim (Beirut: Dār al-Kutub, 1412), k. 51, b. 15
,no. 2858, h. 2193.
41
akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang
Ayat ini mengisyaratkan bahwa kebaikan ada pada dunia dan akhirat
hanya saja salah satu dari keduanya memiliki kebaikan yang lebih dari yang
lain. Oleh sebab itu ketika Allah berfirman: “Orang-orang yang berbuat baik
kampung akhirat adalah lebih baik”. Maksudnya lebih baik dari kebaikan
dunia. Maka dunia adalah baik, dan akhir darinya adalah kebaikan akhirat. 26
bagi orang yang takut kepada Allah di dunia sehingga menjaga diri dari siksa-
26
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-
Qur’ān al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 13, h. 7889.
27
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah 1994), Jilid 4, h. 516.
28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 14, h. 312.
42
juga dinyatakan bahwa pahala akhirat lebih baik dari kesenangan duniawi,
َ َ
ٞٱلل ِ َخ ۡير َ ُۡ َ َۡو َما ٓ أُوت ِيتُم مِن َش ۡيء َف َم َت َٰ ُع ٱل
حيَ َٰوة ِ ٱلدنيَا َوزِينتُ َها َۚ َو َما عِند ٖ
َ ُ َ َََ َ َ
٥٣ َوأ ۡبق َٰٓي َۚ أفلا ت ۡعقِلون
“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah
sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu
Ayat ini menerangkan bahwa apa yang diberikan Allah bagi manusia
ada di sisi Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat adalah
lebih baik, karena yang demikian itu kekal dan abadi. Berbeda dengan
sesudah itu habis dan punah. Firman Allah: dan apa yang di sisi Allah lebih
29
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 7, h. 320.
43
َ َ َ َ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ٗ َ ُ َ ۡ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ َ
نزل ٱلت ۡو َرىَٰة نزل عليك ٱلكِتب ب ِٱلح ِق مصدِقا ل ِما بين يديهِ وأ
َ ۡ َ
١ جيل
ِ وٱلإِن
sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-
syahid dan dia yakin tiada pintu antara dia dengan surga kecuali terbunuh di
jalan Allah, dia membuang kurmanya lalu berperang dan mati syahid. Karena
dia telah membandingkan antara nikmat dunia dan akhirat. 30 Hal ini sejalan
dengan al-Qurṭubī yang mengatakan bahwa yang lebih utama dan lebih kekal
ٗ ُۡ ََ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ
ۖ اج ُروا ف ِي ٱلل ِ مِ ۢن َب ۡع ِد َما ُظل ُِموا لنُبَوِئن ُه ۡم ف ِي ٱلدنيَا َح َسنَة وٱلذِين ه
َ َ ْ ُ َ َ ۡ َ ََ
٦٣ َولأ ۡج ُر ٱٓأۡلخ َِرة ِ أكبَ ُر َۚ ل ۡو كانوا َي ۡعل ُمون
30
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 18, h. 10977.
31
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirut:
al-Risālah, 2006), Jilid 16, h. 302.
44
Mekkah, yaitu Bilāl, Ṣuhaib, Khabāb, ‘Āmmar dan Jandal b. Ṣuhaib, mereka
apa yang dikehendaki kaum kafir. Setelah dilepaskan, mereka pun berhijrah
ke Madinah.32
Abū Ja’far memahami ayat ini maksudnya adalah pahala Allah atas
pahalanya adalah surga, yang kenikmatannya kekal abadi.33 Mengenai hal ini
memberkatimu karenanya. Inilah yang dijanjikan oleh Allah di dunia dan apa
di akhirat itu lebih besar adalah lebih besar daripada yang harus diketahui
Swt.,
32
Abī al-Ḥasan ‘Alī b, Aḥmad al-Wāḥidī al-Naisābūrī, Asbāb al-Nuzūl (Beirut: al-
Maktabah al-Ṡaqāfiyyah, 1989), h. 160.
33
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 1994), Jilid 4, h. 552.
34
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 13, h.7943-7944.
45
“Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat
Insān/76: 20).
secara tidak disadari terjerumus pada sifat cinta dunia, menganut paham
didapatkan di akhirat.
BAB IV
GAMBARAN AL-QUR’AN TENTANG KEHIDUPAN DUNIA
menjadi pokok ketaatan dan asas dari hal-hal yang mendekatkan diri
ُ َ ۡ َ ُۢ ُ ُ َ َ َ ٞ َ َ ٞ ۡ َ َ ٞ َ َ ۡ ُ ُ ٰ َ َ ۡ َ َ َ ٓ ُ َ ۡ
ْۡكم ٱعلمواْْأنماْٱلحيوةْْٱلدنياْلعِبْولهوْوزِينةْوتفاخرْبين
َ ٞ ۡ َ ٞ َ ٞ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ ّٗ َ ۡ ُ ُ ٰ َ َ َ
ِْ ْْو َمففِ َرةْمِ َ ْٱلل ُ ون
َ ۖ ْح َطٰ ّٗما
ْو ِِفْٱٓأۡلخِرة ِْعاا ْددِيد فترىهْمصفراْثمْيك
ُ ۡ َ َ َ ٓ َ ۡ ُ ُ ٰ َ َ ۡ َ َ ٞ َٰ ۡ َ
ْ٠٢ِْْاْمت ٰ ُعْٱلف ُرور ْوماْٱلحيوةْْٱلدنياْْإِلٞۚورِضون
1
Imām al-Gazālī, Ihya ‘Ulumuddin Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama, tp
(Jakarta: Republika, 2013), h. 2.
46
47
(nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta
sesuatu yang lucu, menjadi bahan gurauan antara mereka serta perhiasan
untuk melengkapi gaya hidup mereka yang dengan itu membuat mereka
orang yang melihatnya, semua tanaman itu berwarna hijau karena diairi
dengan hujan yang cukup, namun tidak berapa lama kemudian tanaman
kehidupan dunia yang pada hakikatnya dunia ini hanya tipuan dan
2
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirut:
al-Risālah, 2006), Jilid 20, h. 261.
48
Qur’an bahwa dunia adalah suatu yang menipu. 3 Misalnya firman Allah
ُۡ ََ َ َُٓۡ ََُٰ ۡ ََ
ْ٥٨١ِْْاْمتْٰ ُعْٱلف ُرور وماْٱلحيوةْْٱلدنياْْإِل
selain itu dengan berzuhud juga menjadikan manusia dicintai oleh Allah
3
Sayyid ‘Abdullāh b. Alwī al-Ḥaddād, Risalah al-Muawwanah, terj. Munawwir az-
Zahidy (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2007), h. 215.
4
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 2, h. 51.
49
يما عن َد الناس
َ ك الله َوازَهد ف َ َع َملته أَ َحبني الله َوأَ َحبني النَاس فَ َق
َ ال إزَهد في الدن يَا يحب
“Ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata: “Ya Rasulullah,
tunjukkanlah padaku sesuatu amalan yang apabila amalan itu saya lakukan,
maka saya akan dicintai oleh Allah dan juga dicintai oleh seluruh manusia.”
Allah dan berzuhudlah dari apa yang dimiliki oleh para manusia, tentu
beberapa ayat yang berkaitan dengan hal ini, seperti firman Allah pada
ً َ َ َ ُۡ َ ََ َ ٞ َ َ ۡ ُ ُ َٰ َ ُۡ
ْ٧٧ْْل َِم ِ ْٱتق ٰيْْ َولاْتظل ُمونْفتِيلاْٞوْٱٓأۡلخ َِرةُْْخ ۡير
َ ِيل قلْمتعْٱلدنياْقل
itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak
5
Abī ‘Abdillāh b. Yazīd al-Qazwīnī b. Mājah, Sunan Ibnu Mājah (Riyāḍ: Bait al-
Afkār al-Dauliyyah, t.t), k. 37, b. 1, no. 4102, h. 1373.
50
b. ‘Auf dan para sahabatnya mendatangi Nabi Saw., lalu mereka berkata,
“Wahai Nabi Allah, ketika kami masih musyrik, kami adalah orang-orang
yang mulia. Namun ketika kami beriman, kami menjadi orang-orang yang
karena setiap jiwa pasti akan mati, dan masing-masing akan dihitung amal
6
Abī al-Ḥasan ‘Alī b, Aḥmad al-Wāḥidī al-Naisābūrī, Asbāb al-Nuzūl (Beirut: al-
Maktabah al-Ṡaqāfiyyah, 1989), h. 96.
7
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah, 1994), Jilid 2, h. 507.
51
perihal akhirat dengan dunia, disana dikatakan bahwa kelezatan dunia itu
dan tidak terbatas, yang hanya akan didapat oleh orang-orang yang
bertakwa kepada Allah yaitu orang yang bersih dari syirik dan akhlak yang
baik dari kehidupan dunia yang penuh dengan maksiat dan dosa.
8
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 4, h. 2437.
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 2, h. 208-209.
10
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 12, h.7311.
11
Muḥammad b. ‘Īsā b. Saurah al-Tirmiżī, Sunan al-Tirmiżī (al-Riyāḍ: Maktabah al-
Ma’ārif Linaṡīri wa al-Tawzī’i, t.t), k. 34, b. 44, no. 2377, h. 535.
52
ٞ ََ َ َِ ُۡ
ْ٠٢ْٱلدنيَاْف ِيْٱٓأۡلخِرةْْإِلاْمتع
ٰ
26).
perjalanan ini selalu disiapkan untuk sebuah perjalanan, seperti tas kecil
yang berisikan beberapa baju dan bekal lainnya. Artinya kesenangan dunia
itu tidak lebih dari seperti bekal perjalanan yang sedikit lagi singkat. 12 Hal
penggembala.13
12
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 12, h.7311.
13
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 12, h. 64.
14
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 5, h. 104.
53
menjadi Tuhan orang mukmin. Tujuan hakiki adalah surga dan bertemu
Allah Swt.15
Kehidupan dunia ini tidak lain hanya merupakan masa ujian pada
hari kiamat kelak, apa yang telah diperbuat seseorang di dalamnya akan
sehingga dia beruntung surga sesuai dengan hak dan usahanya, atau masuk
ٰ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ُ ۡ ّٗ َ ۡ َ ٓ َ ۡ َ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ُ َ َ َ
ِْ ْولاْتمدنْعينيكْإِل ٰيْماْمتعناْبِهِْۦْْأزوٰجاْمِنهمْزهرْةْٱلحيوة
َ ََ ٞ ۡ َ َ َ ُ ۡ َ ۡ ُۡ
ْ٥٣٥ْٱلدنيَاْل ِنَفتِنَ ُه ۡمْفِيهِِْۚورِزقْربِكْخيرْوأبق ٰي
ۡ
15
Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi, Tafsir al-Sya’rawi Khawatiri Haula al-Qur’an
al-Karim )t.t: al-Azhar, 1991) Jilid 12, h.7311.
16
Ni’mat Shidqiy, Ni’mat al-Qur’an, terj. Hery Noer Aly (Bandung: Husaini, 1998),
h. 64.
54
dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih
seorang tamu, lalu beliau mengutus saya kepada orang Yahudi untuk
berutang tepung yang akan dibayar pada bulan Rajab. Kata si Yahudi,
“Tidak bisa kecuali dengan gadai.” Saya pun menghadap Nabi Saw., dan
senang adalah jauh lebih baik daripada yang diberikan kepada mereka,
17
Jalāluddīn al-Suyūṭī, Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie, (Depok:
Gema Insani, 2009) h. 370.
18
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010). Jilid 6, h. 216.
55
berupa bunga kehidupan dunia, dan lebih kekal karena tidak terputus dan
mereka terima itu adalah cobaan dari Allah semata, dan segera akan
َ ُ َ ّٗ َ ۡ َ ُ ُ َ ۡ ُ َ َٓ َۡ ُُ
ْتْْ َون ۡبلوكمْْب ِٱلشرِْْ َوْٱلخ ۡيرِْْف ِۡت َنةِْۖإَول ۡينَاْت ۡر َج ُعون
ِ كلْْنف ٖسْذائِقةْٱل َم ۡو
ْ٣١
yang lebih baik yaitu ketenangan hati dan kebahagiaan yang berupa
keridhaan Illahi.21
19
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah, 1994), Jilid 5, h. 234.
20
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 15, h. 9457.
21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 6, h. 216.
56
Terkait hidup adalah sebuag ujian, hal ini juga termaktub dalam
َ َ َ ٌ َ َ ُ َ َ ُ ُ ۡ ۡ َ َ
ت َب ٰ َر َكْْٱلاِيْبِيَ ِده ِْٱل ُملكْْ َوه َوْعل ٰيْك ِلْد ۡيءْٖقد
ْْٱلاِيْخل َق٥ِْير
manusia, siapa diantara mereka yang beriman dan beramal saleh dengan
memilih mana yang baik menurut dirinya. Apakah ia akan mengikuti hawa
yang pedih di akhirat nanti, maka azab itu pada hakikatnya ditimpakan atas
akhirat.23 Mengenai hal ini beliau menukil dari sahabat Qatādah berkata,
Bila dunia ini diamati dari ufuk Barat sampai ufuk Timur, dari ufuk
Utara sampai ufuk Selatan, maka akan terlihat betapa dunia penuh dengan isi
yang beraneka ragam. Bila diperhatikan lagi apa yang terdapat di bumi ini
dengan segala isinya juga memiliki ragam kesenangan dan kenikmatan hidup
22
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010). Jilid. 10, h. 225.
23
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 21, h. 110.
24
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an, Jilid 21,
h. 112.
25
Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di Tengah-Tengah Alam Materi (Jakarta: Rineka
Cipta, 1995), h. 45-46.
58
yang bisa dinikmati manusia saat hidup di dunia, dan ragam kesenangan
ُۡ َ ْۡم َت ٰ ُعْٱل
ْۖح َي ٰوةْ ِْٱلدنيَ ْا َ ۡخ ۡيلْْٱل ۡ ُم َس َو َمةِْْ َوْٱلۡ َأنۡ َعٰمْْ َوْٱل
َ ح ۡرثْْ َذٰل َِك َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ
ِ ِ ِ بْْوْٱلفِضةِْْوْٱل
ِ ٱلاه
ۡ ُ َ َْو
ْ٥١ْ ِ ِندهُْۥْ ُح ۡس ُ ْٱل َمْا
َ ٱللْْع
yang enggan untuk ikut ke medan perang, maka orang tersebut sudah pasti
dipengaruhi oleh nafsu dunia. Allah menurunkan ayat ini setelah menjelaskan
26
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 3. h. 1331.
59
menggunakan semua harta dan kesenangan itu untuk kehidupan duniawi saja,
Allah Swt.27
(istri), istri adalah tumpuan cinta dan kasih sayang, jiwa manusia selalu
satu keindahan dunia karena wanita sering melunturkan hati, juga karena
wanita itu dapat menjadi fitnah bagi kaum laki-laki dan dapat menjadi tali
“Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih berat bagi kaum pria
Kedua, mereka dapat membuat suaminya mencari uang di jalan yang tidak
27
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Kementrian Agama RI,
2010), Jilid 1, h. 463.
28
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 5, h. 43.
29
Muḥammad b. Ismā;īl, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut: Dār al-Fikr, t.t), k. 7, b. 18, no.
5096, h. 1309.
60
fitrah manusia. Dan anak merupakan hiasan rumah tangga, penerus keturunan
keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama
terutama kuda yang berwarna putih di bagian dahi dan kakinya, sehingga
tampak sebagai tanda. Bagi masyarakat Arab, kuda yang demikian itu adalah
kuda yang paling baik dan paling indah. Kelima: Binatang ternak lainnya,
seperti sapi, unta kambing, binatang ternak ini termasuk harta kekayaan Arab.
binatang itu. Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan
kepada harta lainnya yang disenangi, karena sawah ladang adalah sumber
berpendapat bahwa pada ayat ini ada empat macam jenis harta yang
berbagai macam kelompok manusia. Yang pertama adalah emas dan perak,
dimana kedua jenis ini ditransaksikan oleh para pedagang. Yang kedua
30
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 3,h. 464-466.
61
adalah kuda pilihan, dimana kuda jenis ini ditransaksikan oleh para penguasa.
Yang ketiga adalah hewan ternak, yang ditransaksikan oleh penduduk kota.
Dan yang terakhir adalah sawah ladang, yang ditransaksikan oleh orang-
orang di pedesaan (rasātīq31). oleh karena itu, setiap jenis harta yang
mentransaksikannya. 32
ۡ َ ٓ َ َ َ ُ َٰ ۡ َ َ ٓ َ َ َ ۡ ُ ٰ َ َ ۡ ُ َ َ َ َ
ُْٱخ َتلَ َطْْبهْۦْ َنبَات
ِِ ْإِنماْمثلْٱلحيوةْ ِْٱلدنياْكما ٍءْأنزلنهْمِ ْٱلسماءِْْف
َ َ ََُ ۡ ُ ُ َۡ
ْْۡٱزيَنَت َ َ َ َٓ ٓ َ َ ُ َٰ َۡۡ َ ُ َ ُ ُ َۡ َ َۡ
ِ ۡرضْْمِماْيأكلْٱلناسْْوْٱلأنعمْْحت ٰيْإِذاْأخا
ْتْٱلأۡرضْْزخرفهاْو ِ ٱلأ
31
Rasātīq adalah bentuk jamak dari rastāq yang maknanya adalah orang-orang hitam
dan orang-orang kampung.
32
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 5, h. 56.
33
Syekh Mutawallī al-Sya’rāwī, Perumpamaan-perumpamaan dalam al-Qur’an, terj.
Rohim Mukti (Jakarta: Granada Nadia, 1994), h. 13.
62
ّٗ َ َ ٰ َ ۡ َ َ َ ّٗ َ َ ۡ َ ً ۡ َ َ ُ ۡ َ ٓ َ ٰ َ َ ٓ َ ۡ َ َ َ ُ ٰ َ ۡ ُ َ َ ٓ َ ُ ۡ َ َ َ َ
ْصيداِ وظ ْأهلهاْأنهمْقدِرونْعليهاْْأتىهاْأمرناْليلاْأوْنهاراْفجعلنهاْح
َ َُ َََ َۡ َ ُ َ ُ َ َٰ َ ۡ َۡ َ َۡ َۡ ََ
ْ٠١ْتْْل ِقومْٖيتفكرون ٰ
ِ صلْٱٓأۡلي
ِ سْْكذل ِكْنف
ِۚ ِ كأنْلمْتف ْْب ِٱلأم
air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan
dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah
tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu
dapat sirna seketika.34 Kefanaan hidup di dunia ini ditegaskan dengan firman
Allah:
34
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 4, h. 296.
63
ُ ۡ َ َ َ َ ٓ َ ُ َ ّٗ ٰ َ َ َ ُ ۡ َ ُ َ ۡ َ َ ٰٓ َ ُ ۡ ُ ۡ َ َ َ َ َ
ْْأ َوْْأمِ َ ْأهل٧٧ْاْوه ۡمْنائ ِ ُمون أفأمِ ْْأهلْٱلقرىْْأنْيأت ِيهمْبأسناْبيت
َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ َ ّٗ ُ َ ُ ۡ َ ُ َ ۡ َ َ ٰٓ َ ُ ۡ
ْ٧٨ْٱلقرىْْأنْيأت ِيهمْبأسناْضحيْوهمْيلعبون
98)
perumpamaan ayat ini adalah penyerupaan kehidupan dunia seperti air yang
sesuatu yang indah yang disukai jiwa ketika melihatnya. Dunia berhias diri
Begitulah yang kita lihat dalam kehidupan dunia. Jadi, dunia dengan segala
keindahannya akan punah, dan keindahan warnanya akan layu, maka tidak
35
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 10, h. 5859-5860.
64
َ ۡ َ ٓ َ َۡ َ ٓ َ َ َۡ ُ َٰ َ ۡ ََ َ َُ ۡ ۡ َ
ْنزل َن ٰ ُهْمِ َ ْٱلس َماءِْْفْٱخ َتل َطْْب ِ ْهِۦ وٱضرِ ْْلهمْمثلْٱلحيوةْ ِْٱلدنياْكما ٍءْأ
ً َ ۡ ُ ۡ َ ُ ٰ َ َ ُ َ َ َ َ ُ ٰ َ ُ ُ ۡ َ ّٗ َ َ َ ۡ َ َ َۡ ُ ََ
ِ
ْ١١ْنباتْٱلأۡرضْْفأصبحْهشِ يماْتاروهْٱلرِيحْْوَكنْٱللْْعليْك ِلْديءْٖمقتدِرا
dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi
adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Kahfi/18: 45).
hujan, namun jika hujan itu berhenti maka dia tumbuh dengan lambat, dan
angin, lalu rusak tidak indah dipandang mata. Oleh sebab itu, hendaklah
manusia bekerja untuk sesuatu yang abadi, tidak musnah, tidak berubah dan
tidak binasa.36
manusia untuk tidak tertipu dan teperdaya dengan beragam kesenangan dunia
yang pada hakikatnya hanya sementara dan tidak kekal sehingga berlomba-
36
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah, 1994), Jilid 5, h. 106.
65
mubāḥ37 tetapi jumlahnya lebih dari pada yang dibutuhkan termasuk “dunia”,
itu dapat menjadi penyebab keterjauhan dari Allah Swt.38 Mengenai hal ini
ٌْاْم ۡولُود
َ َْولَ ِدهْ ِۦْ َول َ ٌ َ
َ ْع ۡ َ َ ّٗ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ُ َ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ َٓ
يٰأيهاْٱلناسْْٱتقواْْربكمْوْٱخشواْْيوماْلاْيجزِيْوال ِد
َ ُۡ َ ۡك ُمْٱل
ْحيَ ٰوةُْْٱلدنيَاْ َولا
ُ َََُ ََ ٞ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َُ
َ ْع
ْإِنْوعدْٱللْ ِْحقْۖفلاْتفرنٞۚ ْوال ِ ِدهْ ِۦْديْ ا از
ٍ هوْج
yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan
Luqmān/31: 33).
37
Dari segi etimologi, mubāḥ melepaskan, atau mengizinkan. Sedang dari segi
terminology, yang dimaksud dengan mubah ialah, suatu perbuatan yang syar’ memberikan
pilihan kepada mukallaf untuk melakukannya atau meninggalkannya, yang jika ia
melakukan salah satunya, tidak diberi pahala dan tidak di pula diancam dengan dosa dan
siksa. Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta: Amzah, 2014), h. 65.
38
Al-Gazālī, Tahżīb al-Akhlāq wa Mu’ālajat Amrāḍ al-Qulūb, terj. Muhammad al-
Baqir (Bandung: Karisma, 2001), h. 85.
66
meninggalkan amal kebajikan untuk bekal akhirat. 39 Begitu juga Abū Ja’far
kepadanya dan tidak mempersiapkan diri, agar dapat melepaskan diri dari
adzab Allah, jangan sampai juga tertipu oleh setan dalam menaati Allah
dalam ayat ini, pertama peringatan kepada manusia jangan sampai tertipu
39
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 2006), Jilid 16, h. 495.
40
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah, 1994), Jilid 6, h. 138-139.
41
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirut:
al-Risālah, 2006), Jilid 16, h. 496.
67
indah dalam pandangan matanya, sehingga manusia lupa kepada tugas yang
ُ َ َُٰۡ َ ُ ُ ُ َ ََ ۡ ََُ ۡ ُ ُ َ
ً اْغ ُر
ْ٥٠٢ْورا يعِدهمْْويمنْ ِي ِهمْۖوماْيعِدهمْٱلشيط ْْإِل
hal-hal yang bersifat duniawi, dia tidak akan bisa selalu introspeksi, bahkan
kenikmatan dunia dan agar jangan sampai menjadikan dunia sebagai tujuan
42
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 7, h. 574-575.
43
Sayyid Muhammad Nuh, Menggapai Rida Ilahi (Jakarta: Lentera, 2000), h. 98.
68
ُ َ َ ۡ ُ ََٰ ۡ َ ۡ َۡ ُ َ ُۡ َ َ ۡ ُ ُ َ َ َ
ْاْوه ۡم ِ حيَ ٰوةْْٱلدنيَاْ َوزِينتَ َهاْن َو
فْإِلي ِهمْأعملهمْفِيه م ْكانْيرِيدْٱل
َ َ َ َ ُ َ َ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ َ َ َ َٓ ُ َ ُ َ ۡ ُ َ َ
ِ
ْْأولٰئِكْْٱلاِي ْْليسْلهمْف ِيْٱٓأۡلخِرةْْإِلاْٱلنارْ ْۖوحبِطْما٥١ْفِيهاْلاْيبخسون
َ ُ ُ َ َ ٞ َ َ
ْ٥٢ْاْو َب ٰ ِطلْماْكانوا َْي ۡع َملون َصنَ ُعواْفِيه
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan
Hūd/11: 15-16).
telah melakukan usaha sesuai dengan sebab, maka Allah mewajibkan diri-
Nya untuk memberi hasil usaha secara lengkap tanpa pengurangan. Dalam
44
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 10, h. 6383.
69
kecuali neraka. Hal ini sejalan dengan Mutawallī Sya’rāwī yang mengatakan
neraka adalah tempat kembali bagi mereka yang bekerja hanya demi dunia,
tanpa iman kepada Allah. Mereka akan mengambil bagian mereka di dunia,
perutnya terdapat angin hingga orang yang tidak tahu menyangka bahwa
binatang itu gemuk, padahal kegemukan ini akan hilang. Demikian halnya
karena dorongan iman pada Allah dan bukan untuk membersihkan diri dari
dosa dan kejahatan dan bukan pula untuk mengejar keutamaan dan takwa,
puasnya. Itulah sebabnya Allah menjadikan apa yang telah mereka kerjakan
mereka sia-sia karena mereka mengerjakan amal perbuatan itu bukan semata-
Dalam ayat lain yang senada tentang hal ini, Allah Swt., berfirman:
45
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 10, h. 6387.
46
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010). Jilid. 4, h. 395-396.
47
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah, 1994), Jilid 4, h. 263.
70
َ َ ُ ُ َ َ ََ َ ۡ َ ُ ُ َ َ َ
َ ثْٱٓأۡلخ َِرةْ ِْنَز ۡدْلَ ُهْۥْف
ْْح ۡرث ِيْح ۡرثِهِْۖۦْْوم ْكانْيرِيد ِ م ْكانْيرِيدْحر
disegerakan balasan itu baginya dan tidak sedikit pun berkurang balasan itu
di dunia, akan tetapi kelak di akhirat dia mendapatkan azab, karena dia telah
menarik tujuannya ke dunia. Hal ini menurut al-Qurṭubī selaras dengan sabda
Nabi Saw:
Jadi, hamba itu diberi sesuai dengan maksud dan tujuannya dan
sesuai kehendak hatinya. Hal ini merupakan masalah yang telah disepakati
48
Muḥammad b. Ismā’īl, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut: Dār al-Fikr, t.t) k. 1, bab. 1, no. 1,
h. 17.
71
ۡ َ َ ُ ُ ُ َ ُٓ ََ َ َ َ ۡ َ َ ََ َۡ ُ ُ َ َ َ
ْْج َعلنَا جلةْْعجلنَاْل ُهْۥْفِيهاْماْنْشاءْل ِم ْنرِيدْثم
ِ م ْكانْيرِيدْٱلعا
َ ّٗ ُ ۡ َ َ ٰ َ ۡ َ َ َ َ َ ُ َ
ّٗ اْم ۡد ُح
ْ٥٨ْورا لهْۥْجهنمْيصلىهاْماموم
Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi
pikirannya tidak terdapat akhirat, maka dia tidak berhak untuk mendapatkan
akhirat itu. Akan tetapi ketika hari tersebut datang, maka dia akan
selama di dunia dan diniatkan untuk pahala akhirat maka dia akan
49
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm ) t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 14, h. 8450-8451.
72
sesuai dengan prinsip salah satu sahabat yang berdoa untuk menjadikan dunia
mempunyai dampak yang cukup banyak bagi manusia, salah satunya adalah
َ ََٓ َ َ َ َ َ َ َ َ ۡ ُ ُ َ َ َ ُ َ ۡ ُ ۡ َ ٓ َ ُ َٓ
ْْقالواْْسبحنكْماْكانْيۢنبفِيْلناْأن٥٧ْْعِبَادِيْهٰؤلاءِْأمْهمْضلواْٱلسبِيل
ٰ
ۡ
َِْْكر ُ َ َ َ ۡ ُ ََٓ َ َ ۡ َََُۡ ٰ ََ ََٓ َۡ ۡ َ ُ َ ََ
ٰ
ك ْمتعتهمْوءاباءهمْحتيْنسواْٱلا ِ خاْمِ ْدون ِكْمِ ْأول ِياءْول
ِ نت
apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang
50
Sayyid ‘Abdullah b. Ḥusain, Menyingkap Diri Manusia Risalah Ilmu dan Akhlaq
(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993), h. 36.
73
patut bagi kami mengambil selain engkau (untuk jadi) pelindung, akan
hidup, sampai mereka lupa mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum
atas nikmat dari Allah, maka mereka tersesat. Mereka melupakan sang
Pemberi nikmat, hak nikmat adalah jangan sampai melupakan kepada sang
Pemberi nikmat.52 Hal ini sejalan dengan al-Qurṭubī yang mengatakan, ketika
51
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010). Jilid 6, h. 670.
52
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 17, h. 10394.
74
mengamalkannya.
pokok ketaatan dan asas dari hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah
َ َ ۡ َ َٰ ۡ ٞ َۡ َ َۡ َ َ َ َ َُ َ َ
ِ تْْ َو َماْف ِيْٱلأ
ْ ٖ ۡرضْْوويلْل ِلكفِرِي ْ ِم ْعاا ِ ٰ ٱللْ ِْٱلاِيْلهْۥْماْف ِيْٱلسمٰو
َ َ ُ ُ ََ َِ
َ ْع َ َ َُۡ َََٰ ۡ َ ُ َ َۡ َ َ َ
ْيل
ِ ِ ب ْس ون د ص ي و ْ ْ
ة ِر
خ ٱٓأۡل ْي حبونْٱلحيوةْْٱلدنياْعل
ِ ْٱلاِي ْْيست٠ِْيد
ٍ دد
َ َ َ َٓ ُ َ ُ َ
ْ٣ْْأولٰئِكْف ِيْضلِٰۢلْبَعِي ٖدٞۚ ٱللْ ِْ َويَ ۡبفون َهاْع َِو ًجا
sangat pedih.”
53
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirut:
al-Risālah, 2006), Jilid 15, h. 379.
54
Imām al-Gazālī, Ihya ‘Ulumuddin Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama, t.p
(Jakarta: Republika, 2013), h. 2.
75
2-3)
kehidupan dunia ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan dunia
sampai berpaling dari jalan Allah Swt., mereka mencari apa-apa yang ada di
dunia dengan cara yang tidak sepantasnya. 55 Sejalan dengan ini Abū Ja’far
itu berada di tempat yang jauh dari kebenaran, perilaku yang tidak mengikuti
daripada kehidupan ukhrawi, menghalangi orang lain dari jalan Allah, dan
juga berusaha dengan berbagai tipu daya agar jalan lurus yang ditunjukkan
Allah itu menjadi bengkok. Mereka menukar ayat-ayat Allah dengan apa
55
Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an, (Beirut:
al-Risālah, 2006), Jilid 12, h. 104-105.
56
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān, (Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 1994), Jilid 4, h. 439.
76
yang sesuai dengan kehendak hawa nafsu mereka . dengan demikian mereka
dia adalah Ba’lam b. Bā’ūra, seorang laki-laki yang telah diberi Allah ilmu
pengetahuan tentang isi al-Kitab dan ke-Tuhan-an dan dia memahami dalil-
dalil keesaan Allah sehingga dia menjadi seorang yang alim. Tetapi laki-laki
itu telah menentukan pilihannya ke jalan yang sesat. Dia menempuh jalan
kepadanya. Dia lebih memilih kelezatan dan nafsu duniawi daripada akhirat.
Dia mengikuti hawa nafsunya dan menolak taat kepada Allah bahkan
menentang perintah-Nya.59
sama saja diberi beban atau dibiarkan, dia tetap menjulurkan lidahnya. Laki-
laki yang memiliki sifat seperti anjing ini, tergolong manusia yang paling
57
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 5, h. 125-126.
58
Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī Khawāṭiri Ḥaula al-Qur’ān
al-Karīm )t.t: al-Azhar, 1991), Jilid 29, h. 7432.
59
Abū Ja’far al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān (Beirūt: Mu‘assasah
al-Risālah, 1994), Jilid 3, h. 523.
77
duniawi. Dia selalu menyibukkan jiwa dan raganya untuk memburu benda
duniawi, sehingga tampak sebagai seorang yang sedang lapar dan haus tak
tampaknya selalu haus dan lapar tidak mengenal puas menginginkan air dan
makanan.
dunia), selain bisa menyebabkan lupa kepada Allah Swt., juga bisa
seseorang yang cinta dunia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan
sebagian dari duniawi maka nafsunya terus berambisi mengejar yang lebih
daripada itu.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kehidupan dunia ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan dunia
serta perasaan lebih mencintai dunia dibanding kehidupan akhirat apalagi sampai
kesenangan yang menipu, kehidupan dunia adalah kesenangan yang sedikit dan
kemudian peringatan untuk jangan terpedaya oleh setan yang selalu mencari-cari
3. Dunia bukan tujuan hakiki, yakni orang-orang yang amalnya hanya diniatkan
4. Kehidupan dunia membuat manusia lupa dari ingat kepada Allah Swt., yakni
77
78
kehidupan dunia daripada akhirat itu berada di tempat yang jauh dari kebenaran,
perilaku yang tidak mengikuti petunjuk, dan menyimpang dari jalan yang lurus,
mereka mencari apa-apa yang ada di dunia dengan cara yang tidak sepantasnya,
B. Saran
dengan lebih baik lagi, karena kajian ini masih kurang membahas penafsiran ayat-
ayat ḥayāt al-dunia secara mendetail, terkait tidak semua ayat penulis kaji
tafsirnya dan kitab tafsir yang penulis rujuk terbatas. Diharapkan juga hasil
menjadi ilmu yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup sebagai hamba
Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
Agama RI, Kementrian. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lembaga Percetakan al-
Qur’an Kementrian Agama, 2010.
Agama RI, Kementrian. Tumbuhan dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains, Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2011.
al-Gazālī, Imām. Minhāj al-‘Ābidīn. terj. Abul Hiyadh. Surabaya: Mutiara Ilmu,
2009.
79
80
Hadhiri, Choiruddin. Akhlak & Adab Islami Menuju Pribadi Muslim Ideal. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
al-Ḥafiẓ, Ḥabīb ‘Umar. al-Qabas al-Nūr al-Mubīn min Iḥya ‘Ulūmuddīn. terj.
Yunus b. Ali. Surabaya: Cahaya Ilmu, 2012.
al-Hajj, Hani. Mutiara Hikmah Kekasih Rasul. t.t: Ahsan Books, 2010.
Ibn Ḥajjāj, Abī al-Ḥusaini Muslim. Ṣaḥīḥ al-Muslim. Beirut: Dār al-Kutub, 1412.
Ibn Ḥusain, Sayyid ‘Abdullah. Menyingkap Diri Manusia Risalah Ilmu dan Akhlaq.
Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993.
Ibn Mājah, Abī ‘Abdillāh b. Yazīd al-Qazwīnī. Sunan Ibnu Mājah. Riyāḍ: Bait al-
Afkār al-Dauliyyah, t.t.
Izutsu, Toshihiko. Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap al-
Qur’an. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997.
Jazuli, Ahzami Samiun. al-Ḥayāt Fī al-Qur’ān al-Karīm. terj. Sari Narulita. Depok:
Gema Insani, 2006.
al-Muyassar, Muhammad Sayyid. Buku Pintar Alam Gaib. Jakarta: Zaman, 2009.
al-Naisābūrī, Abī al-Ḥasan ‘Alī b, Aḥmad al-Wāḥidī. Asbāb al-Nuzūl. Beirut: al-
Maktabah al-Ṡaqāfiyyah, 1989.
Shidqiy, Ni’mat. Ni’mat al-Qur’an. terj. Hery Noer Aly. Bandung: Husaini 1998.
81
Shihab, M. Quraish dkk. Ensiklopedia al-Quran Kajian Kosa Kata. Jakarta: Lentera
Hati, 2007.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah vol. 14. Jakarta: Lentera Hati, 2003.
al-Suyūṭī, Jalāluddīn. Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an. terj. Abdul Hayyie. Depok:
Gema Insani, 2009.
Syah, Amiruddin. Kunci Tasawuf. Jakarta: Institut Kajian Tasawuf, tanpa tahun.
al-Ṭabarī, Abū Ja’far. Jāmi’ al-Bayān ‘An Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān. Beirūt:
Mu‘assasah al-Risālah, 1994.