Dosen Pembimbing:
Dr. H. M. Suryadinata, M. A
Oleh:
Zukhrufatul Jannah
21140340000002
TESIS
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Agama dalam bidang Tafsir
Program Magister Fakultas Ushuludddin Konsentrasi Tafsir
2017 M /1438 H
PERSETUJUAN PARA PENGUJI
Tesis yang berjudul “ Term Asbâth dan Yahudi dalam Alquran (Melacak sejarah dan korelasi
Asbâth dan Yahudi)” yang ditulis oleh Zukhrufatul Jannah, Nomor Induk Mahasiswa (NIM):
diperbaiki sesuai dengan masukan-masukan Tim Penguji dalam Ujian Tesis Terbuka pada
hari Selasa 12 September 2017 pukul 14.00-1600 di Ruang Meeting Room Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya tesis ini dapat diserahkan ke
Penguji I Penguji II
i
KATA PENGANTAR
menyelesaikan tesis ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah buat
penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan tesis ini tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Atiyatul Ulya, M.A dan Sekretaris progam
Bimbingan, saran, dan masukan yang telah diberikan sangat berguna bagi
penulis.
iii
5. Para dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis terkhusus di
M.A, Prof. Dr. Zainun Kamaluddin F, M.A, Prof. Masri Mansour, M.A, Dr.
Faizah Syibromalisi, M.A, Dr. Atiyatul Ulya, M.A, Dr. Lilik Umi Kaltsum,
Abdul Moqsith Ghazali, M.A, Dr. Mafri Amir, M.A, Dr. Bustamin, M.S.i,
Dr. Sri Mulyati, M.A, Dr. Syamsuri, M.A, Dr. Edwin Syarif, M.A, Dr.
Perpustakaan Pusat Studi al-Qur’an (PSQ) yang telah memberikan izin dan
menyelesaikan tesis ini. Di samping itu, kepada seluruh pegawai beserta staf
7. Kedua orang tua penulis Ibunda tercinta ibu Zulmahyat, S.Pd.I, dan
ayahanda tercinta bapak Juriah, M.A, dan ibunda tercinta Hj. Fikriah, yang
8. Suami tercinta dan terkasih Saiful Fikri, yang selalu memberi support lahir
batin, dan selalu bersikap sabar dalam menunggu dan mensuport penulis
iv
9. Anak tercinta Ahmad Sulthan Ajwad, yang selalu menjadi supporter utama
10. Keluarga besar penulis, kakak tercinta Munadiyul Irfani, S.E beserta Istri,
Surur, Zainul Hasani, S.Sos, Sa’adatul Khair, S.E beserta Suami, Siti
Adabiyah, S.Pd beserta suami, dan seluruh keluarga besar penulis yang
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, dan seluruh guru-guru penulis yang tidak
disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga,
studi ini.
membantu penulis, baik yang tertulis, maupun yang tidak tertulis dibalas oleh
Allah swt. dengan kebaikan yang berlipat. Akhirnya hanya kepada Allah swt.
v
penulis memohon petunjuk dan berserah diri semoga tesis ini bermanfaat bagi
Penulis,
Zukhrufatul Jannah
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB-LATIN
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan tahun 2012
1. Konsonan
Huruf
Nama Huruf Latin Nama
Arab
ا Alif tidak tidak dilambangkan
dilambangkan
ب ba‟ b Be
ث ta‟ t Te
د tsa‟ ts te dan es
ج Jim j Je
ح Ha ẖ ha (dengan garis di bawah)
ر Kha Kh ka dan ha
د Dal D De
ذ Dzal Dz de dan zet
ر Ra R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy es dan ye
ص Shad Sh es dan ha
ض Dha Dh de dan ha
ط Tha Th te dan ha
ظ Zha Zh zet dan ha
„ain koma di atas menghadap ke
ع „
kanan
غ ghain Gh ge dan ha
ف fa‟ F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ه Lam L El
م Mim M Em
vii
ى Nun N En
و Wau W We
ه Ha H Ha
ء hamzah ‟ Apostrop
ي ya‟ Y Ye
2. Vocal
Vocal Tunggal
Vocal Rangkap
3. Maddah
4. Kata Sandang
bukan ad-dîwân.
viii
5. Syaddah (Tasydîd)
dengan sebuah tanda (َ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tandah syaddah itu. Akan
tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu
seterusnya.
6. Tâ’ Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf tâ’ marbûtah terdapat
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
Contoh:
7. Huruf Kapital
dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan
ix
Indonesia (PUEBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat,
huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting
diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak
miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut PUEBI, judul buku itu
ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya.
Demikian seterusnya.
Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf
(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara
ketentuan-ketentuan di atas:
x
الذرمت العصريَّت al-harakah al-„Ashriyyah
أشهد أى َل إله إ ََّل هللا asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
هىَلنا هلل الصالخ Maulânâ Malik al-Shâlih
يؤثِّرمن هللا yu‟atstsirukum Allâh
الوظاهر العقليَّت a-mazhâhir al-„aqliyyah
اآلياث النىنيَّت al-âyât al-kauniyyah
الضَّرور حبيخ الوذظىراث al-dharûrat tubîhu al-mahzhûrât
xi
ABSTRAK
Persoalan tentang Asbâth dan Yahudi telah menjadi topik penting bukan
hanya karena jarang diangkat secara serius dalam diskursus keislaman, namun
juga untuk urgensi pengetahuan yang mendalam akan korelasi antara dua term
tersebut, yakni Asbâth dan Yahudi. Seperti yang telah diketahui bahwa dari dua
belas suku Asbâth inilah yang menjadi cikal bakal Yahudi, maka bisa ditarik
kesimpulan bahwa Yahudi memiliki relasi dengan Asbâth. Dari hipotesa ini, maka
dalam penelitian ini akan dikaji pelacakan sejarah Asbâth dan Yahudi dan
bagaimana relasi antara keduanya dan bagaimana pandangan Alquran terhadap
Asbâth dan Yahudi dari sisi historis dan praktik dan dan bagaimana Alquran
mempersepsikan mereka sebagai sebuah bangsa dan juga sebagai sebuah
komunitas agama.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif atau penelitian
pustaka (library research). Ditinjau dari sifatnya, maka penelitian ini bersifat
deskriptif-analitis, yaitu suatu penelitian yang berupaya memberikan gambaran
secara deskriptif sekaligus mengeksplorasi secara mendalam dan mendetail
terhadap aspek yang berhubungan dengan permasalahan seputar term Asbâth dan
Yahudi dalam Alquran. Dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan
historis dan tematik (Mawdhu‟î). Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan
kajian yang komprehensif mengenai tema yang diteliti.
Setelah melakukan penelitian, maka beberapa temuan terpenting dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, bahwa ada perbedaan anatara term
Banî Isrâ‟îl dan term Asbâth yang disebut dalam Alquran jika dilihat dari sisi
kronologis turunnya ayat atau dari sisi situasi dan kondisi penyebutannya (term
Banî Isrâ‟îl dan term Asbâth ) dalam Alquran. Kendati maknanya hampir sama
yakni keturunan Nabi Ya‟qub, namun terdapat perbedaan yang signifikan diantara
kedua term tersebut, bahwa term Banî Isrâ‟îl lebih umum dari pada term Asbâth,
yang mana term Banî Isrâ‟îl bermakna anak-anak keturunan Isrâ‟îl atau keturunan
Nabi Ya‟qub. Sedangkan penyebutan term Asbâth dalam Alquran dipakai ketika
menyebutkan Banî Isrâ‟îl ketika pada zaman Nabi Musa, karena pada zaman Nabi
Musa, jumlah keturunan Nabi Ya‟qub/ Banî Isrâ‟îl berkembang banyak, maka
penyebutannya dengan istilah Asbâth. Sedangkan mengenai sisi perbedaan makna
term Banî Isrâ‟îl dan Yahudi dari sisi istilah Yahudi sebagai suku atau kelompok
adalah bahwa tidak semua Banî Isrâ‟îl bisa dikatakan Yahudi, karena Yahudi
sekelompok kaum atau suku dari salah satu dua belas suku Banî Isrâ‟îl yakni dari
keturunan suku Yahuda. Namun disisi lain, dari sisi Yahudi sebagai istilah
kepercayaan atau agama Istilah „Yahudi‟ lebih luas maknanya daripada istilah
„Ibrani‟ dan „Banî Isrâ‟îl‟. Hal ini karena istilah „Yahudi‟, selain disematkan
kepada kaum Ibrani, juga disematkan kepada orang-orang non-Ibrani yang
memeluk agama Yahudi. Kedua. Ditemukan kekeliruan penafsiran mengenai
Asbâth yaitu kesalahan tentang klaim kenabian mereka terjadi akibat sangkaan
sebagian ulama bahwa saudara-saudara Yusuf adalah “Asbâth” (ُ)األَ ْسبَاط. Padahal
tidaklah demikian. Para “Asbâth” itu hanyalah anak cucu dari saudara-saudara
Yusuf yang terbagi-bagi menjadi Asbâth (kaum yang berjumlah besar). Diantara
anak cucu Ya‟qub, ada beberapa orang menjadi Nabi, Allah pun sandarkan
xii
perkara turunnya wahyu kepada para Asbâth (anak cucu Ya‟qub), karena
merekalah yang mengamalkan wahyu itu. Ketiga , Terdapat korelasi antara Asbâth
dan Yahudi pada salah satu garis suku Asbâth yakni suku Yahuda, keturunan suku
Yahuda inilah yang menjadi cikal bakal bangsa Yahudi, seperti istilah Yahudi
sebagai suatu bangsa ini muncul sejak terjadinya perpecahan kerajaan pasca
wafatnya Nabi Sulaiman, yaitu suku yang berafiliasi pada kerajaan Selatan
(Yahuda) inilah yang menjadi kaum/ bangsa Yahudi, yang mana penduduk
kerajaan ini mayoritas dari keturunan Yahuda anak keempat Nabi Ya‟qub.
Keempat, Alquran secara umum mengecam orang-orang Yahudi, karena berbagai
penyimpangan yang telah mereka lakukan terhadap agama dan kitab suci mereka,
juga karena perbuatan mereka yang kerap menimbulkan kerusakan dan
permusuhan terhadap kelompok agama lain. Di lain pihak Alquran juga mengakui
orang-orang Yahudi yang tetap berada di jalan yang lurus (istiqamah), mereka
mengamalkan ajaran Taurat dengan konsisten dan melakukan amal shaleh,
sehingga mereka mendapat sapaan positif dalam Alquran walaupun jumlah
mereka tidak terlalu banyak.
xiii
ABSTRACT
One of the most revealed in Quran is about history and history of earlier
people in which purpose of revealing the history is to remind or “ibrah” for
Muslim that belief Quran. In some histories which are revealed or described in
Quran are the history of prophets and messengers with their follower in the past
and the most revealed stories in Quran are the story of prophet Jacob and his
descent grand son who is mentioned „Asbath‟ in Quran. In interpreting verses of
Asbath in Quran, there are some arguments of intellectuals‟ Muslim regarding the
definition of Asbath in which these different arguments will cause academic
debate of Asbath‟ terms. Whether Asbath is prophet or not. Besides that, there are
some matters regarding Asbath which will be studied in this research.
Quran has revealed much about Jews and likely, the Jews has much taken
people‟s attention more seriously and intensively in holy book of Islam „Quran‟
compared to other religions. Beside Islam, Moreover, when Quran talked about
the people of the book, generally, its mean is Jewish. Obviously, Quran does not
only respond Jews behavior in prophet Muhammad saw, but also states their long
histories, their religion perspective, and plenty of their behaviors along the
histories whether positive or negative. Thus, the precious interpreting is needed to
re-explain of how Jews terms and Quran to prepare them as a nation and religion
community are.
The matter of Asbath and Jews has become crucial topic not only because
it is rarely raised in Islam studies but also it is urgency knowledge that correlates
between two terms mentioned namely Asbath and Jews. As it is known, the
Asbath becomes pioneer of Bani Israil. Therefore, it can be concluded that Jews
has relation with Asbath. By this hypothesis, this research will study searched
history of Asbath and Jews, how is the correlation, and how is the Quran toward
Asbath and Jews historically and practically.
In addition, there are some factors that background the writer to carry out
this research in terms of Asbath and Jews, due to many erroneous understandings
that has been spread out of the origin of the Jews and much debating of where
Jews comes from. Whether it belongs to religion or ethnic, if it is named as
religion, when its appearance was and etc. by some matters above, this research
will endeavor to answer and give obvious explanation in tackling the problems by
searching histories to discover the correlation between Asbath and Jews in Quran‟
perspective based on information which has been conveyed by Allah in Quran.
This research is qualitative or library research. Review from the character,
this research is descriptive-analytic which describes and explores deeply toward
aspects that relate to the matter of Asbath and Jews‟ terms in Quran. In this
research, it uses histories and thematic approach (Mawdhu‟î). This approach is
used to obtain comprehensive studies regarding the research topic.
After conducting research, there are some important discoveries. Firstly, it
has been found some erroneous interpreting regarding Asbath. the mistaken claim
for their prophecy was caused by supposition of few priests that Joseph‟s brothers
“Asbâth” (ُ)األَ ْسبَاط. Impact, they were not. The Asbath was grandchildren of
Joseph‟s brothers who had divided as Asbath ( a great number of people). Among
xiv
Jacob‟s grandchildren, there were some people became prophet. Allah was leaned
about the messenger for the Asbath (Jacob‟s grandchildren), because they were
the people who put into practice the messenger. Secondly, there was correlation
between Asbath and Jews in one of the ethnic‟ line of Asbath named Yahuda‟
ethnic. The hereditary of Yahuda‟s ethnic would become pioneer of Jewish. As it
has been described, in terms of Jews as one of this nation was appeared since the
happening of kingdom disunion after the death of Suleiman prophet. Therefore,
the ethnic that affiliate to south kingdom (Yahuda) made Jewish who are the
inhabitant of this kingdom as the majority hereditary of Yahuda, (the forth son of
Jacob). Thirdly, generally, Quran against Jews due to many deviations not only
they did to religion and their holly book but also their behavior to other group
religion of people. In other side, Quran is acknowledged that Jews who are in
right ways (istiqamah) put in practice the old testament consistently and
righteously. Thus, they get positive welcome in Quran even a few of them.
xv
امللخص
قد أصبحت مسألة األسباط واليهود موضوعا مهما ،ألهنما نادرا ما تبحث بش ّدة اإلىتمام
يف اإلستطراد اإلسالمية ،و ملعرفتو العميقة لالرتباط بٌن املصطلحٌن ،وىي األسباط واليهود .يف ىذا
البحث ستبحث مالحقة التاريخ األسباط واليهود ،وكيف اإلرتباط بينهما وكيفية وجهة نظر القرآن
يدرك األسباط واليهود من جهة تارخيية والعمليات.
ىذا البحث يشمل يف نوع البحث املكتيب .انطالقا من طبيعتو ،ىذا البحث ىو البحث
التصويرى التحليلي ،دراسة تسعى إىل تقدمي تصوير وصفية واستكشاف يف العمق وبالتفصيل إىل
اجلوانب املتعلقة بالقضايا احمليطة باألسباط واليهود يف القرآن الكرمي .يف ىذه الدراسة أيضا
استخدمت الباحثة املنهج التارخيي واملوضوعية للحصول على البحث الشامل للموضوعات
املدروسة.
بعد القيام ببعض األحباث ،وبعض أىم النتائج يف ىذه الدراسة على النحو التايل :أوال ،أن
ىناك فرق بٌن بين إسرائيل و األسباط املذكورة يف القرآن الكرمي عندما ينظر اليها من التسلسل
الزمين نزول اآلية أو من حيث األحوال ذكره يف القرآن الكرمي .على الرغم من أن معنامها تقريبا
متساويان يعىن أحفاد النيب يعقوب ،ولكن ىناك اختالف مهم بٌن املصطلحٌن ،أن مصطلح بين
إسرائيل أعم من مصطلح األسباط ،بين إسرائيل مبعىن أحفاد النيب يعقوب .حيث أ ّن ذكر مصطلح
األسباط يف القرآن استخدامو يف حٌن ذكر أحفاد إسرائل يف عصر نىب موسى ،ألن حينئذ أحفاد
النيب يعقوب /بين إسرائيل تكاثر يف العدد ،لذالك ذكر باألسباط .أما بالنسبة لالختالف يف معىن
بين إسرائيل واليهود من ناحية املصطلح اليهودي كالقبيلة ىو أن ليس كل أحفاد من إسرائيل ميكن
أن يقال باليهود ،للشعب اليهودي إحدى من اثين عشر سبطا من بين إسرائيل يعىن من نسل
سبط يهوذا ،و لكن من جهة مصطلح اليهود كمصطلح الدين ،أ ّن مصطلح اليهود أوسع من بين
إسرائيل ،أل ّن مصطلح اليهود للجامع التابعٌن دين اليهودي .ثانيا ،ىناك عالقة بٌن األسباط
ذم القرآن اليهود ،بسبب واليهود يف احدى من سلسلة األسباط يعىن سبط يهوذا .ثالثاّ ،
املخالفات اليت قاموا بدينهم والكتب املقدسة ،وكذلك أفعاهلم ما يؤدي إىل تلف والعداء بٌن
اجلماعات الدينية األخرى .من ناحية أخرى ،اعرتف القرآن ايضا عن الشعب اليهودي الذين اتّفقوا
على صراط مستقيم ،ميارسون تعاليم التوراة بإلستقامة وعملوا الصاحلات ،لذلك وصلوا حتية
اإلجيابية يف القرآن لو كان عددىم ليس بكثًن.
xvi
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
YAHUDI
Yahudi ……………………………………………………………………153
BAB V : PENUTUP
A. KESIMPULAN ……………………………………………………………164
B. SARAN ……………………………………………………………………165
LAMPIRAN ....................................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
diturunkan melalui malaikat Jibril dan diterima oleh seorang rasul yang
wahyu Allah swt kepada para Nabi dan Rasul hingga masa turunnya Alquran
ditetapkan sebagai kitab suci yang terpelihara di sepanjang masa dan berfungsi
akan selalu eksis di sepanjang masa, baik secara lafazh maupun makna, yang
1
Badruddin Muhammad Ibn „abdullah al-Zarkasyî, al-Burhan fî „Ulum al-Qur‟an (Kairo:
Dâr al-Hadits, 2006), 144-146; Jalâluddin al-Suyuthî, al-Itqan fi „Ulum Al-Qur‟an (Beirut:
Muassasah al-Risâlah Nâshirûn, 2008), 61-67; Muhammad Abdul „Azhim al-Zarqânî, Manahil al-
„Irfan fi „Ulum al-Qur‟an (Beirut : Dâr Kitâb al-„Arabî, 1995), Jilid 1, 77-80.
2
Diantara kedudukan Al-Qur‟an yang paling penting dalah untuk membenarkan kitab-
kitab suci yang di turunkan sebelumnya.
1
2
dengan firman Allah, bahwa Allah swt memiliki peran langsung dalam
Muhammad saw. sebagai pedoman hidup bagi umat manusia dalam menata
mereka berada.
yang baik dari yang buruk), al-Dzikr7 (peringatan), Hudan8 (petunjuk bagi
manusia pada umumnya dan orang-orang yang bertakwa pada khususnya), al-
Rahmah9 (rahmat), al-Syifa10 (obat penawar), khususnya bagi hati yang resah
3
Lihat Q.S al-Hijr [15]: 9
4
Lihat misalnya Q.S. al-Baqarah [2]: 185, Q.S.al-An‟am [6]: 19, Q.S. Yunus [10]:15,
Q.S. Yusuf [12]: 2
5
Lihat Q.S. al-Baqarah [2]:2, Q.S. al-Nahl [16] : 64
6
Lihat Q.S. al-Baqarah [2]: 185, Q.S. al-Furqan[25] : 1
7
Lihat Q.S al-Hijr [15]: 6 dan 9
8
Lihat Q.S. al-Baqarah [2]:2 dan 185
9
Lihat Q.S. al-A‟raf [7] : 52, Q.S. al-Nahl [16] : 89
10
Lihat Q.S. Yunus [10]: 57, Q.S. al-Isra‟ [17]: 87
11
Lihat Q.S. al-Maidah [5] : 46, Q.S. Yunus [10]: 67
3
terhadap suatu masalah sangat unik, tidak tersusun secara sistematis seperti
Alquran juga sangat jarang menyajikan suatu masalah secara terperinci dan
pokoknya saja12.
kajian yang tidak pernah kering oleh para cendekiawan, baik muslum maupun
non muslim, sehingga ia tetap aktual sejak diturunkannya empat belas abad
yang lalu13.
menghimpun seluruh atau sebagian ayat dari beberapa surat yang berbicara
tentang topik yang sama untuk kemudian dikaitkan antara satu ayat dengan
12
Lihat Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur‟an, suatu kajian teologis dengan
pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 5.
13
Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur‟an, suatu kajian teologis dengan pendekatan
Tafsir Tematik, h. 5
4
Salah satu masalah yang banyak diungkap dalam Alquran ialah tentang
kisah-kisah tersebut sebagai pelajaran atau „ibrah bagi umat Islam yang
dideskripsikan dalam Alquran yakni kisah para Nabi dan Rasul terdahulu
ungkap dalam Alquran ialah kisah Nabi Ya‟qub beserta anak cucu
Asbâth yaitu anak keturunan Nabi Ya‟qub „alaihissalam dari keempat orang
istrinya Ya‟qub memiliki 12 putra, yakni dari Lea atau Layya enam orang
putra, yaitu; Ruben, Simeon, Lewy, Yahuda, Isakhar dan Zebulaon. Dari
Rachel lahir dua orang putra, yaitu ; Yusuf, dan Benyamin. Dari Bilha dua
orang anak, yaitu ; Dann dan Naftali. Kemudian dari Zilfa dua orang putra
,yaitu ; Gad dan Asyer16. Putra-putra Nabi Ya‟qub inilah yang merupakan
cikal bakal lahirnya istilah Bani Israil. Mereka dan keturunannya yang banyak
disebut sebagai Al-Asbâth, yang berarti anak cucu17. Sibith dalam bangsa
Yahudi adalah seperti suku bagi bangsa Arab dan mereka yang berada dalam
14
M.Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), h. 114
15
Al-Asbath adalah jamak dari kata Al-Sibth, yaitu golongan dari orang-orang Yahudi
sebagaimana halnya , orang-orang Arab disebut dengan istilah Qabail jamak dari Qabilat, Lihat
Al-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal, (Dar al-Fikr, tth) h. 209
16
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi,( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011),
h. 376-377
17
Muhammad Ali al-Shabunî, al-Nubuwah wa al-Anbiya‟,terj. Arifin Jamian Maun
(Surabaya: Bina Ilmu, 1993), h. 439
5
satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya‟qub kemudian
menjadi bapak bagi Sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari
perdebatan dari para cendekiawan Muslim atau para ulama mengenai definisi
Asbâth itu sendiri yang mana perbedaan pendapat mengenai definisi Asbâth ini
Asbâth termasuk Nabi atau tidak dan kapankah istilah Asbâth ini pertama kali
masalah mengenai Asbâth yang akan dikaji dalam penelitian ini termasuk
Kemudian dalam penelitian ini juga akan membahas tentang kaum Yahudi
yang mana kaum Ahli Kitab terutama kalangan Yahudi, adalah komunitas yang
Islam. Kelompok ini seringkali berhadapan dengan Nabi saw. baik dalam suasana
dan kaum muslimin telah menyebabkan banyak ayat Alquran turun memberi
respons, dan hubungan ini dalam beberapa hal berakhir dengan konflik. Memang
harus diakui bahwa pada dasarnya yang menjadi sasaran awal Alquran adalah
dan Nasrani ikut terlibat, sebab dalam pandangan Alquran manusia sesungguhnya
18
Muhammad Ali al-Shabunî, al-Nubuwah wa al-Anbiya‟, h. 440
19
Fazlur Rahma, “Islam attitude toward Judaism” The Muslim World, Vol. LXXII ,No I,
Januari 1982.
6
konsekuansi dari semua perbuatannya : kebaikan akan dibalas dengan pahala yang
Karena itu Alquran selalu menekankan pentingnya beriman kepada Allah swt dan
beriman kepada Hari Akhir dan beramal saleh. Berangkat dari keyakinan inilah,
Nabi Muhammad saw. pada awalnya menaruh harapan besar pada orang-
orang Yahudi sebagai pendukung bagi agama yang sedang beliau dakwahkan,
sebab beliau menganggap mereka memiliki basis keyakinan yang bersumber pada
ajaran yang sejalan dengan agama yang beliau bawa. Interaksi Nabi Muhammad
saw. dengan kaum muslim di satu pihak, dengan pihak Yahudi di pihak lain
kemudian menjadi intens, dan wahyu pun turun memberikan berbagai tanggapan,
ternyata tidak seperti yang diharapkan, yakni justru menjadi penentang utama bagi
risalah yang dibawa Nabi saw21. Perkembangan sikap Alquran terhadap Yahudi
20
QS. Al-Baqarah (2): 213
21
Beberapa riwayat menyebutkan bagaiaman misalnya orang-orang Yahudi melakukan
konspirasi dengan kaum Musyrik Mekkah untuk menentang Nabi saw. dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan atau bahkan menyulutkan api pertikaian; pada
7
ini menarik, karena ia bergerak seiring dengan perkembangan kondisi politik dan
Alquran adalah karena persoalan tentang Asbâth dan Yahudi telah menjadi topik
penting bukan hanya karena jarang diangkat secara serius dalam diskursus
keislaman, namun juga untuk urgensi pengetahuan yang mendalam akan korelasi
antara dua term tersebut, yakni Asbâth dan Yahudi. Seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa dari kedua belas putra nabi Ya‟qub lah yang
menjadi cikal bakal Bani Israil, yang kemudian setelah keturunan Isra‟il atau Nabi
Ya‟qub berkembang banyak maka kaum yang banyak ini disebut sebagai Asbâth
yang terbagi dalam dua belas suku Bani Isra‟il, sedangkan Yahudi berasal dari
salah satu keturunan dari dua belas suku Asbâth ini, maka bisa ditarik kesimpulan
bahwa Yahudi memiliki relasi dengan Asbâth. Dari hipotesa ini, maka dalam
penelitian ini akan mengkaji pelacakan sejarah term Asbâth dan Yahudi dan
bagaimana relasi antara keduanya sesuai petunjuk ayat-ayat dalam Alquran yang
tentang term Asbâth dan Yahudi. Seperti telah disebutkan Alquran telah berbicara
banyak tentang Asbâth dan Yahudi, dan sepertinya umat inilah yang telah banyak
menyita perhatian yang lebih serius dan intensif dalam kitab suci Islam/ Alquran
dibanding umat-umat lain, selain umat Islam sendiri; bahkan ketika Alquran
kesempatan lain juga diriwayatkan sejumlah ayat Al-Qur‟an diturunkan dalam rangka merespons
secara langsung sikap-sikap negatif orang Yahudi terhdapa ummat Islam dan Nabi Muhammad
saw.(misalnya riwayat sabab nuzul [sebab turun] ayat QS. Al-Baqarah : 80-98, QS.al-Isra‟ : 85
dan QS. Al-Kahfi : 83). Lihat misalnya karanngan Abu al-Hasan A‟li al-Wahidi, Asbab an-Nuzul.
(Beirut: Dar el-Fikr, 1994/ 1414) 15-17, 163,167.
8
berbicara tentang Ahli Kitab, pada umumnya yang dimaksud adalah umat Yahudi.
Alquran kelihatannya bukan hanya merespons sikap kaum Yahudi pada zaman
Nabi Muhammad saw, tetapi juga memberikan sejarah mereka yang panjang,
sejarah, baik positif maupun negatif. Karena itu sebuah penelaahan yang sangat
cermat diperlukan untuk menjelaskan kembali bagaimana term Asbâth dan Yahudi
dan bagaimana Alquran mempersepsikan mereka sebagai sebuah bangsa dan juga
Sampai pada poin ini dapat dikatakan bahwa Yahudi mendapat tempat
yang “spesial” dalam kitab suci. Kenyataan sejarah juga menunjukan mereka
Nabi Muhammad asw. sebagai pembawa Alquran. Dengan kata lain mereka
penerima Alquran.
Di samping dari apa yang telah dipaparkan di atas ada beberapa faktor
lain yang melatar belakangi penulis untuk meneliti masalah term Asbâth dan
Yahudi ini, karena banyak pemahaman yang simpang siur yang banyak
atau suku, kalau ia merupakan agama, kapankah awal kemunculannya dan lain
sebagainya.
melacak sejarah yakni menemukan korelasi antara Asbâth dan Yahudi dalam
B. Identifikasi Masalah
signifikan .
suku/bangsa.
1. Pembatasan Masalah
10
Bani Isrâîl, Asbâth dan Yahudi, pelacakan sejarah awal munculnya term
Bani Isrâîl , Asbâth dan Yahudi, bagaimana relasi antara Asbâth dan
2. Perumusan Masalah
sejarah kemunculam term Bani Isrâîl, Asbâth dan Yahudi dalam Alquran
D. Tujuan Penelitian
E. Urgensi Penelitian
masyarakat.
F. Kajian pustaka
bidang ilmu tafsir , ilmu Alquran dan ilmu Sejarah, baik yang dilakukan oleh
penelitian spesifik mengenai Term Asbâth dan Yahudi dalam Alquran. Para
penulis dalam karya-karyanya masih menulis secara parsial dan dalam konteks
yang berbeda.
berbahasa Indonesia maupun bahasa Arab, atau bahasa Inggris yang telah
Term Asbâth dan Yahudi dalam perspektif Alquran. , Karya-karya buku dan
of the Book22. Dari fokus kajian yang tertulis dalam buku ini
penulis.
22
Mohammed Arkoun, Exploration and responses : New Perspectif for Jewish-Christian-
and Muslim Dialouge, Journal of Ecumunical Studies, No. 26, Summer 1989, 526
23
. Fazlur Rahman, Islam‟s attitude toward Judaisme, The Muslim World, No 1, Vol
LXXII, Januari 1982
14
kedua umat ini tidak hanya damai namun juga koorperatif dan
dengan isi kajian dalam buku ini karna dalam buku ini tidak
24
Fazlur Rahman, Islam‟s attitude, 6
25
Bigetisme adalah faham yang menganggap Tuhan memiliki anak. Yahudi menganggap
Uzair merupakan putra Allah, begitupula Nasrani menganggap Isa al-Masih putra Allah swt.
26
Hamim Ilyas yang berjudul, Pandangan Al-Qur‟an terhadap Bigetisme Yahudi dan
Kristen, “Al-Jami‟ah, No 62/XII/1998
15
Yahudi dan Kristen. Dari fokus kajian yang tertulis dalam buku
penulis.
buku ini.
27
Lihat W Montgomeri Wat, Muhammads Mecca, (Endiburgh : Endiburgh University
Press, 1988) 45.
16
28
Muhammad Galib M yang berjudul Ahl al-Kitab: Makna dan cakupannya, (Jakarta :
Paramadina, 1998)
29
Muhammad Ahmad Baraniq dan Muhammad Muhammad Yusuf al-
Mahjub,Muhammad wa al-Yahud,(Kairo : Muassasah al-Matbu‟at al-Haditsat, tt)
17
yakni agar para pemeluk agama itu bersikap lurus dan jujur. Di
atas. Meskipun kajian dalam buku ini ada sisi kesamaan dengan
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini belum terlacak oleh penulis,
namun dari beberapa karya yang dapat dilacak oleh penulis, hingga pada
titik akhir pelacakan yang dilakukan ditemukan bahwa belum ada dari para
Term Asbâth dan Yahudi dalam Alquran. Oleh karena itu fokus penelitian
tesis ini diharapkan dapat menjadi bagian yang dapat melengkapi penelitian
keilmuan di bidang tafsir dan ilmu Alquran pada khususnya dan khazanah
G. Metodologi30 Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sifat Penelitian
3. Sumber Data
a. Rujukan Primer
30
Metodologi berasal dari kata meta, hados, dan logos, yang berarti teori, cara.
Metodologi menggambarkan teori jalan atau cara totalitas ini dicapai dan dibangun. Lihat, Lorens
Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 1996) h. 635
31
Lexi. J.M., Metodology Penelitian Kualitatif, (Bandung, Rosda Karya, 2003), cet 13, h,
4-8
32
Anton Backer dan Ahmad Charris Zubair dalam bukunya, Metodologi Penelitian
Filsafat, Yogyakarta , Kanisius, 1990, hal. 114-120
21
kitab tafsir, seperti : karya tafsir Ibnu Jarir al-Thabary, Jami‟ al-
Quraisy Syihab.
Selain dari kitab tafsir, rujukan utama dalam penelitian ini juga
b. Rujukan Skunder
tentang Asbâth dan Yahudi secara utuh dan menyeluruh, maka untuk
penelitian ini adalah metode Mawdhû‟î, yaitu metode tafsir yang berusaha
sumber data utama dalam penelitian ini adalah ayat-ayat Alquran, maka
data, dalam hal ini ayat-ayat yang berkaitan dengan tema Term Asbȃth dan
Yahudi, dari sekian ribu ayat, ditemukan lima ayat yang menggunakan
term Asbȃth dan 22 ayat yang menggunakan term Yahudi, dan beberapa
ayat yang terkait dengan Term Asbȃth dan Yahudi yang tidak secara
langsung menggunakan kedua term tersebut seperti term Bani Israil dan
33
Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah,(Bnadung: Tarsito, 1990) h. 257
34
Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‟i Suatu Pengantar , h. 52
24
Term Asbȃth dan Yahudi tersebut secara runtut menurut kronologis masa
dan Khas, yang Muthlaq dengan Muqayyad yang global dengan terperinci,
yang Nasikh dan yang Mansukh sehingga semua ayat Term Asbȃth dan
5. Pendekatan Penelitian
bahwa suatu entitas, baik institusi, nilai, ataupun agama, berasal dari
35
Klasifikasi ayat-ayat terlampir.
25
teks itu bagi para pembaca pertama, dan apa pula makna nya bagi
saw. serta para sahabat yang merupakan fakta-fakta yang bisa diuji
fakta historis itu? Kedua, dimanakah fakta historis itu? Dan ketiga,
H. Sistematika Penulisan
36
Ace Saifudin, Metodologi dan Corak Tafsir Modern: Telaah terhadap pemikiran J. J .G.
Jansen”, Al-Qalam, Vol 20, No. 96 (2003), 60
37
Jhon Barton, “Historical Approach”, dalam: Jhon Barton (ed), The Cambridge
Companion to Biblical Interpretation (Cambridge: Cambridge University Press, 2006), 9-11
38
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah ( Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2007), 48-49
26
yang utuh dan jelas tentang isi penelitian ini, maka pembahasan dalam tesis ini
akan disusun dalam sebuah sistematika pembahasan yang teratur, tesis ini
secara keseluruhan terdiri dari lima bab, satu bab sebagai bab pendahuluan
dan tiga bab isi, kemudian ditutup dengan sebuah bab penutup yang memuat
berikut:
serta arti penting dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini bagi
studi Islam.
terkait lainnya yang pernah dilakukan atau searah dengan penelitian ini,
landasan teori dan metode penelitian yang akan penulis gunakan untuk
sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Pada
bab dua akan dipaparkan tentang wawasan umum mengenai term Bani
Isra‟il, Asbâth dan Yahudi yang dibagi dalam beberapa sub bab yang pertama
Term Banî Isrâ‟îl , Asbâth dan Yahudi kemudian term yang berkaitan dengan
kemunculan term Banî Isrâ‟îl , Asbâth dan Yahudi dalam Alquran, yang dibagi
dalam beberapa sub bab yaitu pertama pembahasan mengenai gambaran kisah
Term Banî Isrâ‟îl, kemudian dilanjutkan di sub bab berikutnya sejarah Sejarah
dan Posisi Asbâth dan Yahudi dalam Alquran, dibagi dalam beberapa sub bab
dan Yahudi, kemudian pada sub bab selanjutnya Analisis Posisi Asbâth dalam
Alquran mengenai interaksi sosial Umat Islam dengan kaum Yahudi, dan sub
Bagian terakhir dari bab ini adalah bab kelima sebagai penutup yang
DAN YAHUDI
Kata Banû (Banî) berasal dari akar kata ba‟, nûn dan wâw, yang secara
literal mengandung pengertian sesuatu yang lahir dari yang lain1. Dalam Alquran,
kata yang berasal dari akar kata tersebut ditemukan sebanyak 161 kali 2. Kata Banî
Isrâ‟îl3. Selebihnya 6 kali dikaitkan dengan keturunan Adam4. Sedang dua kali
diantaranya dalam Q.S. al-Nur (24) : 31 berbicara tentang putra saudara laki-laki
dan perempuan. Dari ayat-ayat tersebut, ternyata bahwa term Banî, semuanya
Kata Isrâ‟îl itu berasal dari bahasa Ibrani yang terdiri dua kata isrâ‟ yang berarti
1
Ahmad ibn Fâris ibn Zakarîyâ, Mu‟jam al-Maqâyîs fî al-Lughât (Baeirut: Dâr al-Fikr,
1994), h. 156
2
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h. 136-139
3
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h. 136-139
4
Lihat QS. al-A‟raf(7): 26, 27, 31, 35; QS. al-Isrâ‟ (17) : 30 ; QS. Yâsîn (36): 60
5
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h 33
6
Lihat QS. Âli „Imran (3): 39 dan QS. Maryam (19) : 58
29
30
hamba atau kekasih7, dan El yang berarti Tuhan8, Sehingga Isrâ‟îl berarti hamba
Para ulama sepakat bahwa term Isrâ‟il dalam Alquran menunjuk kepada
Nabi Ya‟qub a.s9. Menurut Muhammad Rasyid Ridla, di samping term Isrâ‟îl
menunjuk kepada Nabi Ya‟qub a.s., ia juga dapat menunjuk kepada bangsa
Isrâ‟îl10. Penyebutan Nabi Ya‟qub a.s. dengan Isrâ‟îl dalam arti hamba atau
sekaligus menunjukan bahwa Nabi Ya‟qub adalah seorang nabi yang ikhlas
seorang pejuang yang sangat teguh dan kokoh di jalan Allah untuk mencapai
7
Shâbir Thu‟miyah, al-Turats al-Isrâ‟îlî fi al-„Ahd al-Qadim wa Mawqif al-Qur‟an al-
Karim minhu (Beirut: Dâr al-Jay, 1979), h. 28. Lihat juga Isma‟îl Haqqî, Tafsir Ruh al-Bayan
(Beirut : Dâr el-Fikr, t.th.), h. 540. Lihat juga Abû al-Su‟ûd, Tafsir Abî al-Su‟ûd ( Riyadh :
Maktabah al-Riyâdh al-Hadîtsah, t.th.) , h. 163
8
Shâbir Thu‟miyah, al-Turats al-Isrâ‟îlî fi al-„Ahd al-Qadim, h. 28
9
Lihat misalnya Muhammad Husein at-Thaba Thaba‟I, al-Mizan fi Tafsir Al-
Qur‟an,(Teheran : Dar al-Kutub al-Islamiyah), Jilid III, h. 114 ; al-Qurthubî al-Jami‟ li
ahkami al-Qur‟an, Jilid II, h. 327, al-Baydlawî, Anwar al-Tanzîl wa Asrâru al-Ta‟wil,
(Kairo : Musthafa al-Bâbî al-Halabi wa aulâduh, 1358 H /1979 M) Juz I, h. 171 ; Isma‟îl
Haqqî, Tafsir Ruh al-Bayan, Jilid I, h. 540 ; „Abdul Mun‟im al-Jamal, Tafsir al-Farî li Al-
Qur‟an al-Majîd (Kairo : Dâr al-Kitab al-Jadîd, t.th.), h. 840 ; Abû al-Su‟ûd, Tafsir Abî
al-Su‟ûd, Juz I, h. 163
10
. Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur‟an al-Hakim, (Beirut : Dâr al-Ma‟rifah,
t.th.), Juz IV, h. 481
11
Nabi Muhammad saw. juga dalam beberapa ayat Al-Qur‟an disebut Allah sebagai
hamba, misalnya QS. al-Isra‟ (17): 1, Qs. al-Kahfi (18) : 1 , dan QS. al-Furqan (25): 1
12
Muhammad Husayn al-Thabâthaba‟î, al-Mizan fi tafsir Al-Qur‟an, (Beirut :
Mu‟assasah al-„Alamî li Mathbû, 1393 H/ 1973 M), Jilid III, h. 345. Pendapat serupa berdasarkan
informasi al-Kitab Perjanjian Lama, dikemukakan oleh I. Snoek, Hikayat Kudus, ( Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1963), h. 50
13
Fadan-Aram merupakan nama lain dari daerah Harran dikawasan negara Mesopotamia.
31
bahwa Banî Isrâ‟îl lebih banyak mengacu kepada etnis dalam arti keturunan Nabi
Ya‟qub a.s14.
secara umum menunjukkan bahwa Banî Isrâ‟îl merupakan bangsa yang dikasihi
Tuhan. Tetapi di sisi lain menunjukkan, bangsa Isrâ‟îl merupakan bangsa paling
Sebagai bangsa yang dikasihi Tuhan, antara lain dapat dilihat dari seruan
yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yang diutus kepada mereka silih
berganti, misalnya seruan mesra Nabi „Îsâ a.s. agar mereka mengikuti ajaran yang
dibawanya sebagai pelanjut dari ajaran Nabi Mûsâ a.s.16 Seruan dan ajakan
tersebut diterima baik oleh sebagian di antara mereka, tetapi sebagian lainnya
memusuhi dan menolak Nabi „Îsâ a.s. dan ajarannya.17 Panggilan serupa juga
datang dari Allah, disampaikan melalui para Rasul yang diutus kepada mereka
agar tetap berjalan di atas jalan yang benar, seperti diungkapkan 18:
ِ ُوف بِع
ِ هد ُكم وإِ َٰيَّي فَٱرىب
ون ِ يَٰب ِِن إِس َٰرِءيل ٱذ ُكرواْ نِعم ِت ٱلَِّت أَنعمت علَي ُكم وأَوفُواْ بِع
ِ هدي أ
َُ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ ََ
ٗٓ
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan
kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-
Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)” (QS.
al-Baqarah [2] : 40)
menggugah Banî Isrâ‟îl agar mengingat nikmat Allah dengan menyebut nenek
14
Abd al-Ghani „Abduh, Anbiyâ‟ Allah wa Hayâh al-Mu‟âshirah ( Mesir : Dâr el-Fikr al-
„Arabî, 1978), h. 74
15
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h 33
16
Lihat QS. al-Shaff (61) : 4
17
Lihat QS. al-Shaff (61) : 14
18
Lihat pula QS. al-Baqarah (2) : 47 dan 122
32
moyang mereka yaitu Ya‟qub a.s. Disini, seolah-olah Allah berfirman kepada
mereka, wahai keturunan hamba yang saleh lagi taat kepada Allah, jadilah kalian
Nikmat yang diberikan Allah kepada Banî Isrâ‟îl yang berupa kesenangan
ب ٱلطُّوِر ٱلَيَ َن َونََّزلنَا َعلَي ُك ُم ٱل َّن ِيَٰب ِِن إِس َٰرِءيل قَد أَجن َٰينَ ُكم ِّمن ع ُد ِّوُكم وَٰوعد َٰنَ ُكم جان
َ َ َ ََ َ َ َ َ ََ
َ
ٛٓ ٱلسل َو َٰى
َّ َو
“Hai Bani Israil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian
dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu
sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah
menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa” (QS. Thâhâ [20]:
80)
mengancam jiwa maupun harta benda mereka22. Mereka juga diberikan tempat
kebebasan oleh Allah untuk memakan makanan yang baik dan halal, kecuali
beberapa jenis makanan tertentu yang telah diharamkan Allah kepada nenek
19
Muhammad Jamal al-Dîn al-Qâsimî, Tafsir al- Qâsimî , (Kairo: „Îsâ al-BâbÎ al-Halabî,
1377 H/ 1958 M), Cet. I, Jilid II, h. 114. Lihat juga Abû Hayyân al-Andalûsî, Tafsir Bahr al-
Muhîth, (Beirut: Dâr el-Fikr, 1403 H/1983 M), Jilid I, h. 173 .
20
Al-Manna ialah sejenis makanan yang manis seperti madu; al-Salwa ialah burung
sebangsa puyuh.
21
Lihat pula QS. al-Baqarah (2): 57 dan QS.al-A‟raf (7): 160
22
Lihat QS. al-Baqarah (2): 49-50, QS. al-A‟raf (7) :138, QS.Yunus (10):90, QS. Thâhâ
(20): 80, dan QS.al-Dukhân (44):30
23
Lihat QS.Yunus (10):93 dan QS. al-Isrâ‟ (17): 104
24
Lihat QS. Âli „Imrân (3) : 93
33
mengutus beberapa orang Rasul kepada mereka silih berganti. Hal tersebut antara
lain dimaksudkan agar mereka tetap berpegang teguh pada janji yang telah mereka
ikrarkan dengan Tuhan yang disebut al-mîtsâq25. Para Rasul itu juga datang untuk
membebaskan Banî Isrâ‟îl dari penindasan yang dilakukan bangsa lain, seperti
Fir‟aun26. Para Nabi dan Rasul yang diutus kepada Banî Isrâ‟îl, juga dilengkapi
dengan kitab suci sebagai pedoman hidup27. Para Rasul pun dilengkapi dengan
mu‟jizat sebagai bukti kerasulan mereka agar Banî Isrâ‟îl yakin akan kebenaran
Berbagai bentuk peraturan dan hukum dibawa para nabi dan rasul untuk
antara mereka, seperti hukum mengenai pembunuhan29. Akan tetapi, ajaran yang
dibawa para nabi dan rasul silih berganti itu tidak ada yang langgeng, karena Banî
Isrâ‟îl termasuk umat yang sangat sulit diatur, sangat mudah melanggar janji dan
Pengungkapan term Banî Isrâ‟îl juga dikaitkan dengan sikap dan perilaku
laknat Tuhan sebagai akibat pelanggaran dan keingkaran kepada Tuhan melalui
25
Lihat QS. al-Baqarah (2): 83 dan QS. al-Mâidah (5): 16
26
Lihat, QS. al-A‟raf (7) :105
27
Lihat QS. al-Isrâ‟ (17): 2, QS. al-Sajadah (32): 23, QS. al-Mu‟min (40): 53, QS. al-
Jâtsiyah (45): 16
28
Lihat QS. al-Baqarah (2): 211, QS. al-Mâidah (5): 110, QS. al-A‟raf (7) : 105 , QS. al-
Isrâ‟ (17): 101 dan QS. al-Syu‟arâ‟ (26) : 197
29
Lihat QS. al-Mâidah (5): 32
30
Lihat QS. al-Isrâ‟ (17): 4.
31
Lihat QS. al-Mâidah (5): 78.
34
B. Pengertian Asbâth
Kata Asbâth berasal dari akar kata sa, ba dan tha, yang secara literal
berarti banyak atau lebat, dan arti sibthun yaitu anak cucu bagaikan pepohonan
terminology yaitu dua belas orang dari anak keturunan Nabi Ya‟qub „alaihissalam,
yang masing-masing dari dua belas putra tersebut melahirkan suatu kaum yang
menjadi dua belas suku Bani Isrâîl33. Dari keempat orang istrinya Ya‟qub
memiliki 12 putra, yakni dari Lea atau Layya enam orang putra, yaitu; Ruben,
Simeon, Lewy, Yahuda, Isakhar dan Zebulaon. Dari Rachel lahir dua orang putra,
yaitu ; Yusuf, dan Benyamin. Dari Bilha dua orang anak, yaitu ; Dann dan
Naftali. Kemudian dari Zilfa dua orang putra ,yaitu ; Gad dan Asyer34.
Bani Israil. Kemudian ketika mereka berkembang menjadi kaum yang banyak
maka mereka disebut sebagai al-Asbâth, yang berarti anak cucu35. Sibith dalam
bangsa Yahudi adalah seperti suku bagi bangsa Arab dan mereka yang berada
dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya‟qub kemudian
menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-
32
Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur‟an , (Mesir Musthafa al-Bâbi
al-Halabi, ,1961) h. 249
33
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur‟an al-
„Azhim Musnadan „An Rasulillah wa as-Shahabat wa Al-Tabi‟in, ( Makkah: Maktabah Nazar
Mushtofa al-Baz, 1997) Juz I, h. 243
34
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi,( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011),
h. 376-377
35
Muhammad Ali al-Shabunî, al-Nubuwah wa al-Anbiya‟,terj. Arifin Jamian Maun
(Surabaya: Bina Ilmu, 1993).h. 439
36
Muhammad Ali al-Shabunî, al-Nubuwah wa al-Anbiya‟, h. 440
35
sebagai berikut:
keturunan Ya‟qub, yang berjumlah dua belas orang, dan setiap orang
al-Asbâth37.
kepada kami, katanya: Ibnu Abi Ja‟far menceritakan kepada kami, dari
C. Pengertian Yahudi
hauwdan, yang berarti kembali39, kemudian kata tersebut berkembang menjadi al-
Tahwid , yang berarti berjalan merangkak ataupun merayap. Adapun makna al-
37
Abu Muhammad Husain ibn Mas‟ud al-Farrâ‟ al-Baghawî, Ma‟alim al-Tanzil (Beirut:
Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 1993), Juz I, h. 163
38
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur‟an al-
„Azhim, Juz I, h. 241
39
Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur‟an , h. 546
40
Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur‟an, h. 546
36
Dari sisi lain istilah Yahudi menunjuk sebutan kepada Bani Israil41 yang
berasal dari keturunan anak cucu Ya‟qub ibn Ishaq ibn Ibrahim. Ya‟qub
mempunyai dua belas orang anak, dan keturunan mereka disebut dengan istilah
al-Asbâth. Mengenai penamaan Banî Isrâ‟îl dengan Yahudi, menurut Abd Al-
a. Dari kata al-Hawdu, yang berarti kembali taubat. Hal ini berdasarkan atas
itu kembali bertaubat dan tunduk kepada Allah swt. setelah mereka
b. Dari kata al-Tahwid , yang berarti berbicara dengan pelan, suara sengau
dari rongga hidung44. Kebiasaan ini sengaja dilakukan oleh pendeta
41
Abd Al-KarimAl-Khatib, Al-Din Dharurat Hayat al-Insan, (Riyadh :Dâr al-Ishalat li
al-Tsaqafat wa al-Nasyr wa al-I‟lam, 1981) h. 152
42
Abd Al-Qadir Syaibat Al-Hamd, Al-Adyan wa al-Firaq wa al-Madzâhib al-Muâshirat,(
Madinah : Al-Jâmi‟at Al-Islâmiyyat Al-Madînah Al-Munawwarah, tth) h. 15
43
Al-Syawkanî, Fath al-Qadîr, (Beirut: Dâr Ihyâ‟ al-Turâts al-„Arabî, tth) juz I, h. 94.
Lihat juga Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî ( Beirut : Dâr al-Fikr, 1405 H/ 1984 M), juz I, h.
318.
44
Ibrâhîm al-Abyârî, al-Mausû‟ah Al-Qur‟âniyah, (Kairo: Mathûbi‟ Sijl al-„Arab, 1984) ,
juz VII, h. 618-619
37
persepsi bahwa yang mereka bacakan berasal dari Allah swt., padahal
ِ ب وما ىو ِمن
ِ َٱلكَٰت ِ ِ ِ ِ ِ َٰ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ب َويَ ُقولُو َن َ َ ُ َ َ َحسبُوهُ م َن ٱلكَٰت َ ََوإ َّن م ُنهم لََفريقا يَ ُلوۥ َن أَلسنَتَ ُهم بٱلكتَب لت
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
َ ُى َو من عند ٱللَّو َوَما ُى َو من عند ٱللَّو َويَ ُقولُو َن َعلَى ٱللَّو ٱل َكذ
ب َوُىم يَعلَ ُمو َن
“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar
lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu
sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka
mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia
bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang
mereka mengetahui.” (Q.S. Ali „Imran [3]: 78)
c. Dari nama Yahudza, saudara Yusuf as. salah seorang anak nabi Ya‟qub as.
menjadi Yahuda45.
kata ini didasarkan atas firman Allah swt. dalam surat Al-A‟raf, 7:142 :
َخ ِيو
ِ ال موسى ِل ِ
َ أَربَع
َٰ َ ُ َ َني لَيلَة َوق ت َربِِّٓوۦ ِ
ُ منَ َها بِ َعشر فَتَ َّم مي ََٰق
َٰ َني لَيلَة َوأَمتِ َٰ
َ وس َٰى ثَلَث
َ َوََٰو َعدنَا ُم
ين ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َُٰىرو َن ٱخل
َ يل ٱلُفسد َ فِن ِف قَومي َوأَصلح َوََل تَتَّبع َسب َُ
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah
berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam
itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah
ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada
saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku,
dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang
membuat kerusakan” (Q.S. al-A‟raf [7]: 142)
ditetapkan Allah, baik aturan yang dibawa Nabi Musa as. maupun aturan
yang dibawa Nabi Muhammad saw46. Nama ini bersifat pejoratif, sebab ia
45
Al-Thabarsî, al-Bayan fi Tafsir al-Qur‟an, (Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, t.th.), juz I, H. 159
46
Al-Thabarsî, al-Bayan fi Tafsir al-Qur‟an, h. 159
38
menunjukan, bahwa mereka tidak hanya menolak ajaran yang dibawa Nabi
kitab suci mereka, tetapi juga memberikan isyarat bahwa mereka juga
Selain dari kemungkinan di atas, ada pula yang mengatakan bahwa Yahudi
adalah mereka yang mengklaim dirinya sebagai pengikut Musa as. Setiap teori di
sebutan Yahudi itu dengan sendirinya telah membedakan mereka dari orang-
orang Nasrani sebagai pengikut al-Masih yang juga dari Bani Israil, sementara
mayoritas orang-orang Israil mengingkari Isa as. dan tetap mengikuti Musa as48.
penulis lebih cenderung pada teori yang mengatakan bahwa Yahudi berasal dari
nama Yahudza, saudara Yusuf as. salah seorang anak nabi Ya‟qub as, seperti yang
sebanyak lima kali disebutkan dalam Alquran 49, yang tersebar dalam empat surat.
47
Lihat uraian mengenai term Yahudi dalam Al-Qur‟an yang semuanya bernada sumbang
48
Abd Al-KarimAl-Khatib, Al-Din Dharurat, h. 152
49
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfâzh Alquran al-Karim,
(Beirut: Dâr al-Fikr 1987) h. 340
39
Dari keempat surat tersebut, hanya satu surat yang termasuk dalam kategori surat
Madaniyah50, yaitu surat al-Baqarah, surat Ali „Imran dan surat an-Nisa‟. Dengan
pada umumnya diungkapkan pada periode Madinah, dan sedikit sekali pada
periode Makkah. Hal ini mungkin disebabkan karena kontak umat Islam dengan
50
Terdapat tiga versi mengenai istilah Makîyah dan Madanîyah, 1) ayat-ayat Makîyah
ialah ayat-ayat yang ditunjukan kepada penduduk Makkah, sedang ayat-ayat Madanîyah
ditunjukan kepada penduduk Madinah; 2) ayat-ayat Makîyah ialah ayat-ayat yang diturunkan di
Makkah, sedang ayat-ayat Madanîyah ialah ayat-ayat yang diturunkan di Madinah; 3) ayat-ayat
Makîyah ialah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasulallah hijrah ke Madinah, sementara ayat-
ayat Madanîyah ialah ayat-ayat yang turun pasca hijrah. Lihat Jalâl al-Din al-Suyûthî, al-Itqân fi
„Ulum Alquran, (Beirut: Dar al-Fikr, 1399 H/ 1979 M), juz I, h. 9; Badruddin Muhammad Iibn
„abdullah al-Zarkasyî, al-Burhan fî „Ulum Alquran (Kairo: Dâr al-Hadits, 2006), 132; Muhammad
Ibnu Luthfi al-Sibâghi, Lamhat Fi „Ulum Alquran, ( Beirut: al-Maktab al- Islâmi, 1990), 146.
Pendapat yang disebutkan ketiga ini memahami Makîyah dan Madanîyah dalam arti periode, tanpa
mempersoalkan khithâb dan tempat turunnya ayat.
51
Lihat selengkapmya:
ِ ِِ ِ
اك ٱحلَ َجَر َص َ وموۥُٓ أَن ٱض ِرب بِّ َع ُ َوس َٰى إذ ٱستَس َقَٰىوُ ق َ َوحينَا إ َ ََٰل ُم
َ شرةَ أَسبَاطًا أ ََُما َوأ َٰ َّ
َ َوقَطعنَ ُه ُم ٱثنَ َت َع
َنزلنَا َعلَي ِه ُم ٱل َّن ِ ِ
َ َ شربَ ُهم َوظَلَّلنَا َعلَي ِه ُم ٱلغَ ََٰم َم َوأ
َ شرةَ َعينا قَد َعل َم ُك ُّل أُنَاس َّم َ فَٱنبَ َج َست منوُ ٱثنَتَا َع
ٔٙٓ َٰت َما َرَز َٰقنَ ُكم َوَما ظَلَ ُمونَا َوَٰلَ ِكن َكانُواْ أَن ُف َس ُهم يَظلِ ُمو َن
ِ ٱلسلو َٰى ُكلُواْ ِمن طَيِّب
َ َ َّ َو
“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah
besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya:
"Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah dari padanya duabelas mata
air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami
naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.
(Kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan
kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu menganiaya
dirinya sendiri”. (Q.S. al-A‟raf [7]: 160)
52
Masing-masing ayat Mekah dan Madinah dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu
awal, pertengahan, dan akhir. Lihat, Abu Ammar Yasir Qadhi An Introduction to The Science of
The Quran (Brimingham: Al-Hidayah Publising and Distribution, 1999), 99. Beberapa
perbandingan tentang ayat-ayat yang turun diperiode-periode tersebut, dapat dilihat di antaranya
dalam bukunya Taufiq Adnan Amal, yang membandingkan susunan kronologis versi sarjana Islam
dan Barat. Dimulai dari Ibnu Abbas, al-Kafi, Ikrimah, al-Hasan, Abi Thalhah, Qatadah, Weil,
Noeldeke-Schwally, Blachere, dan Sir William Muir. Lihat Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi
Sejarah Alquran (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), 101-127
40
Q.S. al-Baqarah (2): 13653 ; 14054, Q.S. Ali „Imrân (3): 8455 dan Q.S. al-Nisa‟ (4):
16356.
2. Ungkapan Term Yahudi
dalam Alquran sebanyak 22 kali, yaitu sepuluh kali dengan menggunakan istilah
53
Lihat selengkapnya :
ِ وب وٱلَسبَا ِ وَما أ ِ ِسَع ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ
وس َٰى
َ ُوتَ ُم َ َ َ سح َق َويَع ُق
ََٰ يل َوإ َ َٰ قُولُواْ ءَ َامنَّا بٱللو َوَما أُنزَل إلَينَا َوَما أُنزَل إ َ ََٰل إ ََٰبرى َم َوإ
ٖٔٙ َحد ِّم ُنهم َوََن ُن لَوۥُ ُمسلِ ُمو َن
َ ني أ
ِ ِ ِ و ِعيس َٰى وَما أ
َ َُوتَ ٱلنَّبِيُّو َن من َّرِِّّبم ََل نُ َفِّر ُق ب َ َ َ
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma´il, Ishaq,
Ya´qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun
diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Q.S. al-Baqarah[2]: 136)
54
Lihat selengkapnya:
َعلم أَِم ِ ِسَع ِ ِ ِ ِ
ُ صََٰر َٰى قُل ءَأَنتُم أ
َ َودا أَو ن
ً وب َوٱلَسبَا َ َكانُواْ ُى َ يل َوإس ََٰح َق َويَع ُق َ َٰ أَم تَ ُقولُو َن إ َّن إب ََٰرى َم َوإ
ٔٗٓ ندهۥُ ِم َن ٱللَّ ِو َوَما ٱللَّوُ بِ َٰغَ ِف ٍل َع َّما تَع َملُو َن ِ
َ ِٱللَّ ُه َوَمن أَظلَ ُم َمَّن َكتَ َم َش ََٰه َدةً ع
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim,
Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau
Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah
yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada
padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-
Baqarah[2]: 140)
55
Lihat selengkapnya:
ِ وب وٱلَسبَا ِ وَما أ ِ ِسَع ِ قُل ءامنَّا بِٱللَّ ِو وما أُن ِزَل َعلَينَا وما أُن ِزَل َعلَ َٰى إِ َٰبرِى
وس َٰى
َ ُوتَ ُم َ َ َ سح َق َويَع ُق َ َٰ يم َوإ
ََٰ يل َوإ َ َ ََ ََ ََ
ِ
ٛٗ َحد ِّم ُنهم َوََن ُن لَوۥُ ُمسل ُمو َن ِ ِ ِ ِ
َ ني أ
َ َيس َٰى َوٱلنَّبيُّو َن من َّرِِّّبم ََل نُ َفِّر ُق ب
َ َوع
“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya´qub, dan anak-anaknya,
dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami
menyerahkan diri". (Q.S. Ali „Imran[3]: 84)
56
Lihat selengkapnya:
ِ ِسَع ِ عدهۦِۚ وأَوحينَا إِ َ ََٰل إِ َٰبرِى
ِ ِ ِ ِ َ ََوحينَا إِل ِ
وب
َ سح َق َويَع ُق َ َٰ يم َوإ
ََٰ يل َوإ َ َ َ َ ََوحينَا إ َ ََٰل نُوح َوٱلنَّبيِّ َن من ب َ يك َك َما أ َ إنَّا أ
ٖٔٙ س َو ََٰىُرو َن َو ُسلَي ََٰم َن َوءَاتَينَا َد ُاوۥ َد َزبُورا ِ ِ
َ ُوب َويُون
َ ُّيس َٰى َوأَي
َ َوٱلَسبَا َوع
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma´il, Ishak, Ya´qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (Q.S. al-
Nisa‟ [4]: 163).
41
Hâdû57, tiga kali dengan istilah Hûd, serta delapan kali dengan istilah Al-yahûdu
Kata hâdû adalah fi‟l madly (kata kerja bentuk lampau) yang berakar dari kata ha,
waw, dal yang secara literal mengandung pengertian kembali secara perlahan-
lazim digunakan untuk pengertian tobat.61 Hal ini berkaitan dengan sikap dan
yang benar dengan perlahan-lahan dan lemah lembut serta rendah hati seolah-olah
pengampunan-Nya.
terhadap mereka, dan sebagian lainnya menunjukkan pujian serta bernada positif .
sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa‟ (4): 4663. Pernyataan yang
57
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras h.739
58
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h.775
59
Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî , h. 159
60
Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Alquran, h. 455,
61
Ibrâhîm al-Abyârî, al-Mausû‟ah Alqurâniyah, juz VII, h. 619
62
Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî , Jilid VII ,h. 142
63
Lihat selengkapnya:
42
yang disediakan Allah64, sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nisa‟ (4): 16065.
tertentu sebagai siksaan duniawi disamping siksaan ukhrawi jika mereka tidak
bertubat, sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-An‟am(6): 14666 dan Q.S. al-
bohong dan memutarbalikan fakta, sehingga umat Islam diingtkan agar berhati-
68
hati terhadap mereka, sebagaimana terungkap dalam Q.S. al-Mâidah (5): 4169.
Pada sisi lain mereka juga dikecam karena mereka sangat ekslusif dan mengklaim
diri sebagai kekasih Allah sedang selain mereka tidak termasuk didalamnya70
seperti yang terungkap dalam firman Allah pada Q.S. al-Jumu‟ah (62): 671.
“Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan
dahulu kepadamu; dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. al-Nahl [16]: 118)
68
Ibnu Athiyah, al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Alquran al-„Aziz, (Beirut: Dâr al-Kutub al-
„Ilmiyah, 1993) Jilid II, h. 191
69
Lihat selengkapnya :
ؤمن قُلُوبُ ُهم َوِم َن ِ َُفوِى ِهم وَل ت ِ ِ َّ ِ ِ ِ َّ ول ََل َيز
َ ين يُ ََٰس ِر ُعو َن ِف ٱل ُكف ِر م َن ٱلذ
َ ََٰ ين قَالُواْ ءَ َامنَّا بأ َ نك ٱلذ
َ ُ ُ ٱلر ُس
َّ َٰيَأَيُّ َها
ِ ِ ِ ٍ ِ َٰ ب
اضعِ ِوۦۖ يَ ُقولُو َن إِن
ِ عد مو
َ َ َوك ُيَِّرفُو َن ٱل َكل َم من ب َ اخ ِر
َ ُين َل يَأت َ ِ سَّ ُعو َن لِل َك ِذ
َ َسَّ ُعو َن ل َقوم ء ََٰ ْادوا
ُ ين َى
ِ َّ
َ ٱلذ
ين َل ِ َّ ِأُوتِيتم َٰى َذا فَخ ُذوه وإِن َّل تُؤتَوه فَٱح َذرواْ ومن ي ِرِد ٱللَّو فِتنتوۥ فَلَن َمتلِك لَوۥ ِمن ٱللَّ ِو شيًا أُوَٰلَئ
َ ك ٱلذ َ ْ َ َ ُ َ ُ ََ ُ ُ َ َ ُ ُ َُ ُ َ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ
ٗٔ اب َعظيم ٌ يُِرد ٱللَّوُ أَن يُطَ ِّهَر قُلُوبَ ُهم ََلُم ِِف ٱلدُّنيَا خزي َوََلُم ِِف ٱلخَرة َع َذ
“Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera
(memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan
mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di
antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-
berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum
pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-
tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh
mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-
hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu
tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah
orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan
di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. al-Maidah [5]: 41).
70
al-Qurthubi, al-Jami‟ li ahkami Alquran (Kairo: Dar al-Katib al-Urbah, 1968), Juz
XVIII, h. 94
71
Lihat selengkapnya :
ِ ِ َّاس فَتمنَّواْ ٱلوت إِن ُكنتم ِ ِ ِِ ِ ِ َّ
ٙ ني
َ صَٰدق
َ ُ َ َ ُ َ َ ِ ادواْ إِن َز َعمتُم أَنَّ ُكم أَوليَاءُ للَّو من ُدون ٱلن
ُ ين َى
َ قُل يََٰأَيُّ َها ٱلذ
“Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan
bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain,
maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar." (QS. al-
Jumu‟ah [62]: 6)
44
konsisten dengan ajaran agamanya. Mereka inilah yang dijamin Allah akan
Baqarah (2): 6273, Q.S. al-Mâidah (5): 4474 , 6975 dan Q.S. al-Hajj (22): 1776
Kata hûdan yang juga mempunyai akar kata yang sama dengan kata hâdû,
adalah bentuk jamak dari ism fa‟il yang secara literal berarti orang yang
72
Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî , Jilid II ,h. 32
73
Lihat selengkapnya :
ِ ٱلصبِني من ءامن بِٱللَّ ِو وٱلي ِوم ٱل ِخ ِر وع ِمل
َٰ ِ َّ ِ َّ ِ
َجرُىم
ُ صَٰلحا فَلَ ُهم أ
َ َ ََ ََ َ َ َ َ َ َِّ َّصََٰر َٰى َو
َ ادواْ َوٱلن
ُ ين َى َ إ َّن ٱلذ
َ ين ءَ َامنُواْ َوٱلذ
ٕٙ وف َعلَي ِهم َوََل ُىم َيَزنُو َنٌ ند َرِِّّبِم َوََل َخ
َ ِع
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan
orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada
Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(QS. Al-Baqarah[2]: 62).
74
Lihat selengkapnya :
ٱلربََّٰنِيُّو َن َوٱلَحبَ ُار ِِبَا ِِ ِ َّ ِ ِ ِ
َّ ادواْ َو َ ين أَسلَ ُمواْ للَّذ
ُ ين َى َ َنزلنَا ٱلتَّوَرىَٰةَ ف َيها ُىدى َونُور َي ُك ُم ِّبَا ٱلنَّبيُّو َن ٱلذ َ إِنَّا أ
ون َوََل تَشتَ ُرواْ َبِايََِٰت ََثَنا قَلِيل َوَمن
ِ ب ٱللَّ ِو وَكانُواْ علَي ِو ُشه َداء فَ َل ََت َشواْ ٱلنَّاس وٱخ َش
َ َ ُ َ َ َ َ
ِ ٱست
ِ َحفظُواْ ِمن كَِٰت ُ
ِ َٰ ِ َٰ ِ
ٗٗ ك ُى ُم ٱل َكفُرو َن َ َّل َي ُكم ِبَا أ
َ َنزَل ٱللَّوُ فَأ ُْولَئ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang
Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka
dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku
dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. al-Maidah [5]:
44)
75
Lihat selengkapnya :
ٌ صَٰلِحا فَ َل َخ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ َّ ِ
وف َ ٱلصُبِو َن َوٱلن
َ َّصََٰر َٰى َمن ءَ َام َن بٱللَّو َوٱليَوم ٱلخ ِر َو َعم َل ََّٰ ادواْ َو
ُ ين َى َ إ َّن ٱلذ
َ ين ءَ َامنُواْ َوٱلذ
ٜٙ َعلَي ِهم َوََل ُىم َيَزنُو َن
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang
Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. al-Maidah
[5]: 69).
76
Lihat selengkapnya:
ِ ِ َّ ِ َّ ِ َّ ِ
َ َين أَشَرُكواْ إِ َّن ٱللَّوَ يَفص ُل بَينَ ُهم ي
وم َ وس َوٱلذ
َ َّصََٰر َٰى َوٱلَ ُج َ ِٱلصب
َ ني َوٱلن ََِّٰ ادواْ َو
ُ ين َى
َ ين ءَ َامنُواْ َوٱلذَ إ َّن ٱلذ
ٔٚ ٱل ِقيَ ََٰم ِة إِ َّن ٱللَّوَ َعلَ َٰى ُك ِّل َشيء َش ِهي ٌد
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-
iin orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan
memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah
menyaksikan segala sesuatu.” (QS. al-Hajj [22]: 17)
45
orang-orang Yahudi, semuanya bernada sumbang. Hal ini karena ayat-ayat yang
menyangkut klaim-klaim mereka yang tidak benar. Misalnya klaim tentang Ahlul
Kitab Yahudi dan Nasrani yang masing-masing menyatakan diri mereka sebagai
kelompok yang paling benar dan bahwa kelompok mereka yang akan selamat dan
masuk surga, sedang kelompok lainnya bakal celaka78, padahal mereka tidak
Ahlul Kitab yang masing-masing menyerukan agar memilih Yahudi atau Nasrani
jika ingin mendapat petunjuk, padahal agama mereka sudah tercemar oleh
akan klaim-klaim mereka yang mengatakan bahwa Nabi Ibrâhim, Ismâ‟il, Ishâq,
77
Ahmad ibn Mahmud al-Nasafi, Tafsir al-Nasafi (Kairo : „Isâ al-Bâbî al-Halabî wa
Syurakah, t.th.) Juz I, h. 92
78
Lihat dalam Q.S. al-Baqarah (2): 111 berikut:
نيِ ِ وقَالُواْ لَن يدخل ٱلنَّةَ إََِّل من َكا َن ىودا أَو نَصَٰر َٰى تِلك أَمانِيُّهم قُل ىاتُواْ ب َٰرىن ُكم إِن ُكنتم
َ صَٰدق
َ ُ ََ ُ َ ُ َ َ ََ ً ُ َ َ َُ َ َ
ٔٔٔ
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali
orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan
mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu
adalah orang yang benar" (QS. Al-Baqarah[2]: 111)
79
Ibnu Athiyah, al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Al-Qur‟an al-„Aziz, Jilid I, h. 198
80
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur‟an al-
„Azhim , Juz I, h. 241
81
Lihat ayat selengkapnya :
ِ ِ ِ ِ ِ
َ صََٰر َٰى ََتتَ ُدواْ قُل بَل ملَّةَ إِ ََٰبرى َم َحنيفا َوَما َكا َن م َن ٱلُش ِرك
ٖٔ٘ ني َ َودا أَو ن
ً َوقَالُواْ ُكونُواْ ُى
“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani,
niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, melainkan (kami mengikuti)
agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik"
(QS. Al-Baqarah[2]: 135)
46
Ya‟qûb dan al-Asbâth adalah Yahudi dan Nasrani82 sebagaimana yang tercantum
Sembilan kali dalam Alquran 84, semuanya diungkpkan dengan nada sumbang dan
bahwa Nabi Ibrâhîm adalah Yahudi atau Nasrani yang akan memperoleh
82
Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, Juz I, 341
83
Lihat ayat selengkapnya :
ِ
ُصََٰر َٰى قُل ءَأَنتُم أَعلَ ُم أَم ٱللَّو ِ ِسَع ِ ِ ِ ِ
َ َودا أَو ن
ً وب َوٱلَسبَا َ َكانُواْ ُى َ سح َق َويَع ُق ََٰ يل َوإ َ َٰ أَم تَ ُقولُو َن إ َّن إب ََٰرى َم َوإ
ٔٗٓ ندهۥُ ِم َن ٱللَّ ِو َوَما ٱللَّوُ بِ َٰغَ ِف ٍل َع َّما تَع َملُو َن ِ
َ َِوَمن أَظلَ ُم َمَّن َكتَ َم َش ََٰه َد ًة ع
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim,
Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau
Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah
yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada
padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Baqarah[2]: 140)
84
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h.775
85
Lihat Q.S. Ali „Imran (3): 68 sebagai berikut:
ِ ِ ِ ِ ِ
ِ َٰ ِ َوديا وََل ن ِ ِ
َ صرانيّا َولَكن َكا َن َحنيفا ُّمسلما َوَما َكا َن م َن ٱلُش ِرك
ٙٚ ني َ َ ّ يم يَ ُه
ُ َما َكا َن إب ََٰرى
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia
adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia
termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali „Imran [3] : 68)
86
Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 113 sebagai berikut:
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َود َعلَ َٰى َشيء َوُىم يَتلُو َن ٱلكَٰت
ب ُ َّصََٰر َٰى لَي َست ٱليَ ُه
َ َّصََٰر َٰى َعلَ َٰى َشيء َوقَالَت ٱلن
َ ود لَي َست ٱلن
ُ َوقَالَت ٱليَ ُه
ٖٔٔ يما َكانُواْ فِ ِيو َيتَلِ ُفو َنِ ِ ِ ال ٱلَّ ِذين ََل يعلَمو َن ِمثل قَوَلِِم فَٱللَّو َي ُكم بين هم ي
َ وم ٱلقيَ ََٰمة ف
َ َ ََُ ُ ُ َ ُ َ َ َ َك ق ِ
َ َك ََٰذل
“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu
pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai
sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula
orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah
akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka
berselisih padanya.” (QS. Al-Baqarah[2]: 113)
87
Lihat Q.S. al-Maidah (5): 18 sebagai berikut:
47
Sejumlah perilaku buruk yang melekat dalam diri mereka yang dirujuk
dengan term al-yahûd, antara lain kecaman keras karena tidak hanya sering
buruk kepada Allah swt. dengan mengatakan bahwa tangan Allah terbelenggu88
(kikir)89. Di samping itu, mereka juga dikecam karena aqidah mereka sudah rusak
ِ ت ٱلي هود وٱلنَّصَٰر َٰى ََنن أ ََٰبنؤاْ ٱللَّ ِو وأ َِحَٰبَّؤهۥۚ قُل فَلِم ي ع ِّذب ُكم بِ ُذنُوبِ ُكم بل أَنتم بشر َِّمَّن خلَق ي
غفُر ِ
َ َ َ ََ ُ َ ُ َُ َ ُُ َ ُ َ ُ َ َ َ ُ ُ َ ََوقَال
ِ ت وٱلَر ِ وما بينَ هما وإِلَي ِو ٱل ِ ٱلس َٰم َٰو ِ لِ َمن يَ َشاءُ َويُ َع ِّذ
ٔٛ ص ُي َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َّ لك ُ ب َمن يَ َشاءُ َوللَّ ِو ُم ُ
َ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan
kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-
dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu
adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni
bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala
sesuatu).” (QS. al-Mâ‟idah [5]: 18)
88
Lihat Q.S. al-Maidah (5): 64 sebagai berikut:
ِ ِ ِ ِ ِِ َّ ِ َّ ِ
ُيف يَ َشاء َ بسوطَتَان يُنف ُق َك ُ ود يَ ُد ٱللو َمغلُولَةٌ غُلت أَيديهم َولُعنُواْ ِبَا قَالُواْ بَل يَ َداهُ َم ُ َوقَالَت ٱليَ ُه
غضاءَ إِ َ ََٰل يَوِم ٱل ِقيَ ََٰم ِة َ ِّيك ِمن َّرب
َ َك طُغيََٰنا َوُكفرا َوأَل َقينَا بَينَ ُه ُم ٱل َع ََٰد َوةَ َوٱلب َ َيد َّن َكثِيا ِّمن ُهم َّما أُن ِزَل إِل
َ َولَيَ ِز
ٙٗ ين ِ ِ ُّ رب أَط َفأَىا ٱللَّو ويسعو َن ِِف ٱلَر ِ فَسادا وٱللَّو ََل ُِي ِ ُكلَّما أَوقَ ُدواْ نَارا لِّلح
َ ب ٱلُفسد ُ َ َ َ ََ ُ َ َ َ
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan
merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah
mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia
menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi
kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di
antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah
memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. al-Mâ‟idah [5]: 64)
89
Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, Juz III, 114
90
Lihat Q.S. al-Taubah (9): 30 sebagai berikut:
ِ َّ َ َض ُِهو َن ق ِ َٰ ت ٱلنَّصَٰرى ٱل ِسيح ٱبن ٱللَّ ِو ََٰذلِك قَوَُلم بِأ
ِ َت ٱلي هود عزير ٱبن ٱللَّ ِو وقَال ِ
ين
َ ول ٱلذ ََٰ َُفوى ِهم ي
َ ُ َ ُ ُ َ ََ َ ُ ٌ َُ ُ ُ َ ََوقَال
ََّٰ َك َفُرواْ ِمن قَب ُل َٰقَتَ لَ ُه ُم ٱللَّوُ أ
ٖٓ ََّن يُؤفَ ُكو َن
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani
berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut
mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah
mereka , bagaimana mereka sampai berpaling.” (QS. at-Taubah [9]: 30)
48
Dalam hal ini Alquran juga menyatakan, orang-orang Yahudi tidak akan
pernah merasa senang sebelum umat Islam mengikuti cara hidup mereka91, karena
itu Alquran mengingatkan umat Islam agar tidak menjadikan mereka sebagai
yang telah memperlihatkan permusuhan yang sangat besar terhadap umat Islam93
seperti yang tercantum dalam firman Allah pada Q.S.al-Maidah (5): 8294.
91
Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 120 sebagai berikut:
ِ ِ ِ
َ َّصََٰر َٰى َح َّ ََّٰت تَتَّبِ َع ملَّتَ ُهم قُل إِ َّن ُى َدى ٱللَّو ُى َو ٱَلَُد َٰى َولَئ ِن ٱتَّبَع
ت أَى َواءَ ُىم َ ود َوََل ٱلن
ُ نك ٱليَ ُه
َ ض َٰى َع
َ َولَن تَر
ٕٔٓ ص ٍي ِ َك ِمن ٱللَّ ِو ِمن وِِل وََل ن ِِ ِ ِ َّ ب
ََّ َ َ َعد ٱلذي َجاءَ َك م َن ٱلعلم َما ل ََ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk
(yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 120)
92
Lihat Q.S. al-Maidah (5): 51 sebagai berikut:
عض ُهم أَولِيَاءُ بَعض َوَمن يَتَ َوََّلُم ِّمن ُكم فَإِنَّوۥُ ِمن ُهم ِ
ُ ََّصََٰر َٰى أَوليَاءَ ب
َ ود َوٱلن
ِ ِ َّ
َ َٰيَأَيُّ َها ٱلذ
َ ين ءَ َامنُواْ ََل تَتَّخ ُذواْ ٱليَ ُه
ِ ِ َٰ إِ َّن ٱللَّو ََل يه ِدي ٱل َق
٘ٔ ني َ وم ٱلظَّلم َ َ َ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-Mâ‟idah [5]: 51)
93
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur‟an al-
„Azhim, Juz IV, h. 1183
94
Lihat ayat selengkapnya :
ِ َّ ِ ِ ِ َّ ِ ِ
ين َ َقربَ ُهم َّم َوَّدة لِّلَّذ
َ ين ءَ َامنُواْ ٱلذ َ ين أَشَرُكواْ َولَتَج َد َّن أ َ َّاس َع ََٰد َوة لِّلَّذ
َ ين ءَ َامنُواْ ٱليَ ُهوَد َوٱلذ ِ َش َّد ٱلن َ لَتَج َد َّن أ
ِ ِ ِ ِ َّ ك بِأ ِ
َ صََٰر َٰى َٰذَل
ٕٛ كِبو َنُ َني َوُرىبَانا َوأَن َُّهم ََل يَست
َ َن م ُنهم ق ِّسيس َ َقَالُواْ إِنَّا ن
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap
orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan
sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang
yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani".
Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani)
terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menymbongkan diri.” (QS. al-Mâ‟idah [5]: 82)
49
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan anatra term
Banî Isrâ‟îl dan term Asbâth yang disebut dalam Alquran jika dilihat dari sisi
kronologis turunnya ayat atau dari sisi situasi dan kondisi penyebutannya (term
Banî Isrâ‟îl dan term Asbâth ) dalam Alquran. Kendati maknanya hampir sama
yakni keturunan Nabi Ya‟qub, namun terdapat perbedaan yang signifikan diantara
kedua term tersebut, bahwa term Banî Isrâ‟îl lebih umum dari pada term Asbâth,
yang mana term Banî Isrâ‟îl bermakna anak-anak keturunan Isrâ‟îl atau keturunan
Nabi Ya‟qub. Sedangkan penyebutan term Asbâth dalam Alquran dipakai ketika
menyebutkan Banî Isrâ‟îl ketika pada zaman Nabi Musa, karena pada zaman Nabi
Musa, jumlah keturunan Nabi Ya‟qub/ Banî Isrâ‟îl berkembang banyak, maka
penyebutannya dengan istilah Asbâth95, yang mana makna kata Asbâth secara
etimologi berarti banyak atau lebat, dan secara terminology bermakna anak
keturunan Nabi Ya‟qub dari dua belas putra beliau dan dari setiap keturunan
menjadi suatu kaum, maka penisbatan nama suku dari Asbâth ini dinisbatkan
Sedangkan mengenai sisi perbedaan makna term Banî Isrâ‟îl dan Yahudi
dari sisi istilah Yahudi sebagai suku atau kelompok adalah bahwa tidak semua
Banî Isrâ‟îl bisa dikatakan Yahudi, karena Yahudi sekelompok kaum atau suku
salah satu dari dua belas suku Banî Isrâ‟îl yakni dari keturunan suku Yahuda96.
Namun disisi lain, dari sisi Yahudi sebagai istilah kepercayaan atau agama97,
seperti dikutip dari pendapat Dr. Jawwad Ali, Istilah „Yahudi‟ lebih luas
95
Lihat QS. al-A‟raf (7): 160.
96
Thâhîr Ibnu „Âsyûr, al-Tahrîr wa al-Tanwîr, ( Tunis: Dâr al- Tunisiyah, 1984), Juz I, h.
532-533
97
Lihat QS. al-Baqarah (2): 135.
50
maknanya daripada istilah „Ibrani‟ dan „Banî Isrâ‟îl‟. Hal ini karena istilah
„Yahudi‟, selain disematkan kepada kaum Ibrani, juga disematkan kepada orang-
mengandung pengertian ramah, senang atau suka99. Kata Ahl juga berarti orang
yang tinggal bersama dalam suatu tempat tertentu100. Selain itu, kata Ahl juga bisa
menunjuk kepada sesuatu yang mempunyai hubungan yang sangat dekat, seperti
ungkapan Ahl al-Rajul, yairtu orang yang menghimpun mereka, baik karena
hubungan nasab maupun agama, atau hal-hal yang setara dengannya, seperti
profesi, etnis dan komunitas102. Sebuah keluarga disebut Ahl karena anggota-
mendiami daerah tertentu disebut Ahl karena mereka diikat oleh hubungan
98
Kata Ahl dalam bahasa arab terserap kedalam bahasa Indonesia yang mengandung dua
pengertian yaitu: 1) orang mahir, faham sekali dalam suatu ilmu (kepandaian). 2) kaum, keluarga,
sanak saudara, orang-orang yang termasuk dalam suatu golongan. Lihat Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) h. 11.
99
Lihat Buthros al-Butânî, Quthr al-Muhîth, (Beirut: Maktabah Lubnân, 1969), Jilid 1, h.
57. Lihat juga Louis Ma‟lûf ,al-Munjid fi al-Lughah wa al-„Alâm, (Beirut: Dâr al-Syrûq, 1986), h.
20. Lihat pula A.W. al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pondok
Pesantren al-Munawwir, 1984), h. 49.
100
Lihat G. Vaddja, “Ahl al-Kitab” , dalam Ensyclopedia of Islam (Leiden: E.J. Brill,
1960), h. 275
101
Lihat Jhon Penrice, A Dictionary and Glossary of the Koran, Silsilah al-Bayan fî al-
Manâqib al-Qur‟an, ( London: Curson Press, 1985), h. 12
102
Lihat penjelasan lebih jauh dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-
Qur‟an, h. 25, Ibrâhîm al-Abyârî, al-Mausû‟ah Al-Qur‟âniyah, h. 32
103
Dalam kaitan ini, binatang melata yang sudah jinak disebut ahlîyûn, hal itu disebabkan
karena jinaknya sehingga binatang tersebut yang tadinya liar dan berpindah-pindah, lalu menghuni
51
didasarkan atas ikatan ideology atau agama, seperti ungkapan Ahl al-Islâm untuk
Kata Ahl dalam Alquran disebut sebanya 125 kali105. Kata tersebut
menunjuk kepada sesuatu kelompok tertentu, seperti ahl bayt (QS. al-Ahzâb [33]:
33) ditujukan kepada keluarga Nabi. Term Ahl juga dapat menunjuk kepada
penduduk (QS. al-Qashas[28]: 45), menunjuk kepada keluarga (QS. Hûd [11]:
40). Al-Qur‟an juga mneggunakan term Ahl untuk menunjuk kepada penganut
suatu paham dan pemilik ajaran tertentu (QS. al-Baqarah[2]: 105). Term Ahl juga
Sedang kata al-Kitâb yang terdiri dari huruf kâf, tâ‟, dan bâ‟, secara literal
sendiri menunjukan rangkaian dari beberapa huruf. Termasuk pula firman Allah
tempat tertentu. Lihat Muhammad ibn „Isâ al-Tirmidzî, Sunan Tirmidzî, (Beirut: Dâr al-Fikr,
1980), Juz III, h. 162. Lihat juga al-Dârimî Sunan al- Dârimî, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978), h. 140
104
Lihat Ahmad ibn Fâris ibn Zakarîyâ, Mu‟jam al-Maqâyîs fî al-Lughât, h. 95. Lihat
juga dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur‟an, h. 25, Ibrâhîm al-Abyârî,
al-Mausû‟ah Al-Qur‟âniyah, h. 32
105
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h. 95-97
106
Lihat QS al-Nahl (16):43dan QS. al-Anbiya‟ (21): 7
107
Lihat Ahmad ibn Fâris ibn Zakarîyâ, Mu‟jam al-Maqâyîs fî al-Lughât, h. 917
108
Lihat dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur‟an, h. 440
52
tulisan, kitab, ketentuan, dan kewajiban111. Term al-Kitâb yang menunjuk kepada
umum. Umum di sini berarti meliputi semua kitab suci yang telah diturunkan
Allah, baik kitab suci yang telah diturunkan kepada nabi dan rasul sebelum Nabi
Muhammad saw., seperti Nabi Musa a.s. dan „Isa a.s.112. maupun untuk menunjuk
kelompok pemeluk agama yang memiliki kitab suci yang diwahyukan Allah swt.
kepada Nabi dan Rasul-Nya. Karena dalam Alquran penyebutan Term Ahl al-
Kitâb mayoritas dimaksudkan adalah Banî Isrâ‟îl‟ dan kaum Yahudi, maka Term
menunjuk kepada kaum Yahudi pada umumnya diumgkap dengan nada sumbang.
Nada sumbang disini dapat berupa kecaman kepada mereka berkaitan dengan
109
Alquran al-Karim sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammas saw.
disebut al-Kitâb. Nama tersebut memberikan isyarat bahwa Alquran sebagai kitab suci, kelak akan
ditulis dalam suatu mushaf, meskipun pada masa turunnya belum terhimpun dalam satu mushaf.
Hal itu antara lain dikarenakan Alquran turun secara berangsur-angsur. Disamping itu, nama
tersebut mengindikasikan bahwa umat Islam disamping dituntut agar pandai membaca, juga
dituntut agar pandai menulis. Bahkan Alquran secara eksplisit memerintahkan perlunya dokumen
tertulis apabila seorang melakukan mu‟amalah, seperti jual beli, utang piutang dan lainnya,
sehingga kemudian ada masalah, maka tulisan dimaksud dapat menjadi salah satu alat bukti. Lihat
QS. al-Baqarah (2): 282.
110
Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu‟jam al-Mufahras, h. 591-595
111
Lihat dalam Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Alquran, h. 440-443
112
Lihat QS. al-Baqarah [2]: 53 dan QS. al-Isra‟ (17): 2
53
sikap dan perilaku yang buruk, seperti sikap antipati terhadap umat Islam yang
umat Islam agar kembali kepada kekufuran (Q.S al-Baqarah [2]: 109)114. Kedua
ayat tersebut turun berkaitan dengan sikap dan perilaku buruk orang-orang Yahudi
Islam ragu terhadap ajaran yang dibawa Rasulallah saw adalah berpura-pura
masuk Islam kemudian mengingkari kembali (Ali „Imran [3]: 72)116. Mereka pun
saw. agar kepada orang-orang Yahudi diturunkan sebuah kitab secara khusus
bukan merupakan suatu hal yang baru di kalangan mereka (QS. al-Nisa‟ [4]:
113
Ayat selengkapnya:
115
Abu Husayn „ali ibn Ahmad Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul Alquran, (t.t.p. : Dar sl-
Tsaqafah al-Islamiyah, 1404 H/ 1984 M), h. 31-32
116
Ayat selengkapnya:
54
bertindak tegas kepada mereka, di antara tindakan tegas Rsaulallah saw tersebut
adalah mengusir mengusir orang-orang Yahudi Bani Nadhir dari Madinah (QS. al-
Hasyr [59]: 2,11)118 serta hukuman tegas terhadap Yahudi Bani Qurayzhah yang
117
Ayat selengkapnya:
BAB III
Yahudi Dalam Alquran yang mana kemunculan term tersebut didapatkan pada
kisah Nabi Musa, maka perlu dikaji terlebih dahulu meninjau kisah Nabi Yusuf
dalam Alquran yang memiliki hubungan jelas dengan kisah Nabi Musa. Banyak
peneliti yang percaya bahwa ada bukti tidak langsung bahwa Yusuf tiba di Mesir
pada periode kekuasaan orang-orang Hyksos dan bahwa dia disusul orang tua dan
Ketika Yusuf masih kecil, dia bermimpi melihat sebelas planet dan
matahari serta bulan bersujud kepadanya. Ayahnya, Nabi Ya‟qub memberi tahu
1
Peristiwa ini dijelaskan dalam Alquran sebagai berikut:
ِِ ِ ِ ِ اؿ يوس
َن
ََّ اؿ يَبُػ َ س َوٱل َق َمَر َرأَيتُػ ُهم ِل َسجد
َ َ ق٣ ين َ َح َد َع َشَر َكوَكبا َوٱلشَّم ُ ف ِلَبِيو يَأَبَت إِ ِّن َرأ
َ َيت أ ُ ُ ُ َ َإِذ ق
٤ ع ُدو ُّمبِني ِِ ِ ُ ك فَػيَ ِك
َ ِخوتِ
ّ َ َسنٰ ِن َ ك َكي ًدا إ َّف ٱلشَّيطَ َن لل
َ َيدواْ ل َ اؾ َعلَى إ َ َصص ُرءي
ُ ََل تَق
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku
bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud
kepadaku" . Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia" 1. (QS. Yusuf [12]: 4-
5). Menurut al-Thabari “Sebelas bintang maksudnya adalah al-Harthan, al-Thâriq, al-
Dhayyâl, Qâbis, Masybah, Dzarûh, Dzu al-kanafât, Dzu al-Qar, Falîq, Wathaq,dan
„Amûdain . Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Tabari Jami‟ul Bayan
„an Ta‟wil Alquran, Beirut: dar al-Fikr, 1979, 122)
55
56
Kafilah pedagang yang lewat menemukan Yusuf, yang kemudian mereka jual di
Mesir. Orang yang membeli Yusuf menduduki jabatan penting di Mesir yaitu al-
„Aziz.3
dia menolaknya. Namun, istri al-„Aziz bersumpah akan memenjarakan Yusuf jika
dia tidak menurutinya. Karena tetap teguh pendirian, akhirnya Yusuf pun
dimasukan ke dalam penjara4. Dalam penjara, dia berteman dengan dua orang
yang satu pernah bertugas sebagai pelayan minuman raja dan yang satu bertugas
sebagai pelayan pembuat roti raja, mereka berdua dipenjarakan karena dituduh
meracuni sang raja5. Kedua temannya itu melihat pada diri Yusuf tanda-tanda
mimpi-mimpi tersebut; salah seorang dari mereka akan dihukum mati, sedangkan
yang lainnya akan dibebaskan dan kembali bekerja sebagai penuang minuman
raja. Yusuf meminta kepada orang yang dibebaskan tersebut agar mengemukakan
masalah Yusuf kepada raja. Namun penuang minuman itu lupa melakukannya dan
takwilnya. Pada saat itulah, si penuang minuman itu ingat kepada Yusuf. Dia
kemudian diutus untuk meminta Yusuf menakwilkan mimpi sang raja tersebut.
Yusuf menakwilkan mimpi itu dengan mengemukakan bahwa akan terjadi tujuh
tahun masa panen berlimpah, diikuti dengan tujuh tahun panen sedikit (paceklik),
dan kemudian akan ada tahun yang penuh dengan hujan. Setelah mendengar
takwil Yusuf atas mimpinya, sang raja meminta Yusuf didatangkan kepadanya 7.
6
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 411
7
Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an sebagai berikut:
ني أ َِمنيِ َ اؿ إَِسن ِ َك ٱئت ِوّن بِِوۦٓ أَستخلِصو لِن
َ َفٰي فَػلَ َّما َكلَّ َموۥُ ق ِ َ َوق
٤٣ ٌ وـ لَ َدينَا َمك
َ ََّك ٱلي ُ َ ُ ُ اؿ ٱلل َ
“ Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang
َ
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata:
"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
dipercayai pada sisi kami"7. (QS.Yusuf [12]: 54)
Dalam ayat ini raja mesir disebut dengan kata “al-Malik” fakta bahwa raja pada zaman
Yusuf tersebut tidak disebut “Fir‟aun” mengisyaratkan bahwa raja tersebut tidak termasuk ke
dalam kelompok “Fir‟aun”. Raja pada zaman Yusuf adalah salah satu dari raja-raja Hyksos Semit
yang secara etnis tidak terkait dengan orang-orang Mesir. Lihat Louay Fatoohi , Sejarah Bangsa
Israel dalam Bibel dan Al-Qur‟an (Bandung: PT. Mizan Pustaka Utama, 2007), h.130
58
kepada raja untuk bertugas mengurusi hasil bumi negeri itu dan raja pun
memenuhi keinginannya8.
pun datang ke Mesir untuk meminta makanan, mereka adalah Ruben, Simoen,
Lewy, Yahuda, Isakhar, Zebulon, Dann, Naftali, Jad dan Asyer. Mereka
mengenal Yusuf. Dia memberikan kepada mereka makanan, tetapi dengan syarat
ketika masa berikutnya mereka meminta jatah makanan, maka mereka harus
membawa adik bungsu mereka yaitu Benyamin untuk ikut serta bersama mereka.
Pada saat berikutnya, mereka melakukan apa yang diminta Yusuf, yaitu membawa
adiknya itu, yang juga diperlakukan buruk oleh kakak-kakaknya. Bekerja sama
dengan adiknya itu , Yusuf mensiasati untuk membuat adiknya tetap tinggal
8
Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an sebagai berikut:
٤٤ ظ َعلِيم
ٌ اؿ ٱج َع ِلَن َعلَى َخَزائِ ِن ٱِلَر ِ إِ ِّن َح ِفي
َ َق
“Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." 8 (QS. Yusuf[12]: 54)
Permintaan raja kepada Yusuf hanya direspon dengan menginginkan untuk menjadi
bendahara negara رضِ َ َعلَ ٰى َخزَائِ ِن ٱألatau segala sesuatu yang menyangkut urusan materi, akomodasi
atau kebutuhan-kebutuhan yang lain-lain. Sebab Yusuf meyakini bahwa mampu menjaga dan
memiliki ilmu pengetahuan. Menurut Wahbah, kompetensi dan kemampun Yusuf sehingga ia
meyakini mampu untuk menjaga dan menjalankan amanah tersebut. Lihat Wahbah Zuhaili, Tafsir
al-Munir, jilid 13, hal, 8
9
Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-„Azhîm, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1414 H/1992 M) Jilid II, h.
483
10
Piala raja yang dimaksud adalah semacam gelas untuk minum yang terbuat dari emas,
biasanya gelas itu digunakan oleh masyarakat untuk ditimbang dan ditukar dengan makanan.
59
maaf atas tindakan buruk mereka terhadap Yusuf di masa silam. Yusuf kemudian
orangtua dan seluruh keluarga mereka ke Mesir. Setelah tiba di Mesir dan
11
Al-Qurthubi, Jami li Ahkam A-quran, (Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyyah, tt) Jilid IX,
hal, 235.
12
Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifât Alquran al-„Adzîm,( Kudus: Menara Kudus, 1995),
h. 706
13
Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an sebagai berikut:
َوَرفَ َع أَبػَ َوي ِو َعلَى٩٩ نيِِ ِ
َ اؿ ٱد ُخلُواْ مصَر إِف َشاءَ ٱللَّوُ ءَامن َ َف ءَ َاوى إِلَ ِيو أَبػَ َو ِيو َوقَ وس
ُ ُفَػلَ َّما َد َخلُواْ َعلَى ي
َحٰ َن ِّب إِذ ِ ِ ِ َ َرش وخُّرواْ لَوۥ س َّجدا وق
َ بل قَد َج َعلَ َها َرِّب َح ّقا َوقَد أ ُ َيل ُرءيَ َي من ق ُ اؿ يَأَبَت َى َذا تَأو َ ُ ُ َ َ ِ ٱل َع
خوِت إِ َّف َرِّب لَ ِطيف لِ َما ِ َ غ ٱلشَّيطَن بي َِن وب ِ أَخرج َِن ِمن ٱل ِٰج ِن وجاء بِ ُكم ِمن ٱلبد ِو ِمن ب
َ ني إ ََ َ ُ َ عد أَف َسنػََّزَ َ َ َ ََ َ ََ
ِ ِ
٠١١ شاء إَِسنَّوۥُ ُىو ٱل َعليم ٱلَكيم
ُ ُ َ ُ َ َي
“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia
berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman". Dan ia
menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan
diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta´bir mimpiku
yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan
sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari
rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan
merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Yusuf [12]: 99-100)
14
Al-Syawkanî, Fath al-Qadîr, (Beirut: Dâr Ihyâ‟ al-Turâts al-„Arabî, tth) Jilid V, h. 870
60
Inilah awal sejarah masuknya Banî Isrâ‟îl ke Mesir pada masa dinasti
Hyksos ketika Yusuf menjadi pejabat kerajaan, kemudian keturunan Nabi Ya‟qub
(Banî Isrâ‟îl) berkembang banyak dan hidup makmur karna diperlakukan dengan
baik dan mendapat tempat yang baik pada sat itu. Selain itu Banî Isrâ‟îl juga
Selanjutnya setelah berlalu masa tersebut, muncul kekuasaan baru yaitu dinasti ke
XIX yang mengusir Hyksos dan menguasai seluruh Mesir. Salah seorang
penguasa dinasti ini yang paling popular adalaha Ramsis II. Pada masanyalah
perkembangan Banî Isrâ‟îl dan tidak suka pada agama tauhid yang dianut,
dipekerjakan secara paksa. Saat itu, setiap anak laki-laki yang lahir dibunuh.16
anak laki-laki dari Banî Isrâ‟îl adalah kabar yang diwariskan oleh Banî Isrâ‟îl
secara turun temurun mengenai akan terlahirnya seorang anak dari keturunan Banî
terdengar oleh orang-orang Qibti17 dan akhirnya sampai pada telinga Fir‟aun.
15
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 414
16
M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia , (Yogyakarta: IRCiSoD,
2015), h. 347
17
Qibti berasal dari bahasa Yunani, yang artinya penduduk Mesir. Namun sekarang ini
sebutan itu lebih dispesifikasikan untuk orang-orang Mesir yang beragama Nasrani saja.
61
mereka memberi saran kepada Fir‟aun untuk membunuh setiap nak laki-laki yang
terlahir dari Banî Isrâ‟îl, sebagai antisipasi terlahirnya anak yang dikabarkan itu.18
Untuk melacak sejarah term Asbâth dalam Alquran tidak dapat dipisahkan
dari terma Banî Isrâ‟îl yang terdapat dalam Alquran, karna ada keterkaitan antara
as. dengan Fir‟aun yang kala itu Nabi Musa meminta kepada Fir‟aun supaya
melepaskan Banî Isrâ‟îl untuk pergi bersama Nabi Musa meninggalkan negeri
Mesir, agar terbebas dari ketidak adilan Fir‟uan terhadap Banî Isrâ‟îl. Hal ini
18
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk,(Beirut: Dar el Fikr, 1979 M) Juz I ,
h. 388
19
Surat al-A‟raf adalah surat yang turun sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah ke
Madinah. Ia terdiri dari 206 ayat, keseluruhannya turun di Mekah (makiyah). Ada sementara
Ulama mengecualikan ayat-ayat 163-170, tetapi pengecualian ini dinilai lemah. Penamaan surah
ini dengan al-A‟raf karena kata tersebut terdapat dalam suratnya dan ia merupakan kata satu-
satunya dalam Alquran. Kandungan surat ini merupakan rinciandari sekian banyak persoalan yang
diuraikan oleh surat al-An‟am, khususnya menyangkut kisah beberapa nabi. Tujuan utamanya
adalah peringatan terhadap yang berpaling dari ajakan kepada Tauhid, kebajikan dan kesetiaan
pada janji serta ancaman terhadap siksa duniawi dan ukhrawi. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-
Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. V, h. 3-4
20
Lihat Juga QS. Thâha (20): 47 dan QS. al-Syu‟ara‟ (26): 17.
62
Ayat ini mengulas tentang dakwah dan perdebatan Nabi Musa dengan
Fir‟aun agar Fir‟aun melepaskan Banî Isrâ‟îl. Dalam perdebatan ini Nabi Musa as.
Isrâ‟îl dari penindasan dan ketidak adilan yang saat itu mereka ditindas dengan
dipaksa melakukan kerja berat, juga agar membebaskan Banî Isrâ‟îl menyembah
Tuhan semesta alam (Allah)21, karena sesungguhnya mereka (Banî Isrâ‟îl) berasal
dari keturunan seorang Nabi yang mulia yaitu Isrâ‟îl atau Nabi Ya‟qub as ibnu
Berbagai usaha dilakukan Nabi Musa untuk membebaskan Banî Isrâ‟îl dari
Musa) merupakan utusan Allah yang diutus untuk mengajak kepada tauhid. Nabi
kemudian tongkat itu berubah menjadi ular jantan yang sangat lincah22. Untuk
mengukuhkan bukti tersebut Nabi Musa as. menambahkan bukti yang lain, yaitu
Nabi Musa as. mengeluarkan tangannya dari bajunya atau ketiaknya, maka
21
al-Qurthubi, Jami li Ahkam al-Qur‟an, jilid VII, hal, 619.
22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Vol. V, h. 199
63
putih bercahaya lagi indah terlihat dengan jelas oleh orang-orang yang melihat
ketika itu23.
Setelah Nabi Musa menunjukan segala bukti dan mu‟jizat kepada Fir‟aun
sampai mengalahkan semua ahli sihir Fir‟aun, namun Fir‟aun dan pengikutnya
masih enggan juga beriman kepada Allah dan enggan melepaskan Banî Isrâ‟îl.
Karena kebejatan dan kedurhakaan mereka telah melampaui batas, maka Allah
swt. mengirimkan azab kepada mereka24. berupa topan, yakni air bah yang
menghanyutkan segala sesuatu. Atau angin ribut disertai kilat dan Guntur serta api
tanah, maka Allah mengirimkan juga belalang yang merusak tumbuhan serta kutu,
yakni hama tanaman26. Kemudian karena boleh jadi ada persediaan makanan di
hidangan mereka.27 Selain itu azab berupa darah pun juga menimpa mereka,
maksudnya adalah air yang mereka gunakan untuk minum bercampur darah yang
23
Peristiwa ini dijelaskan dalam QS. al-A‟raf (7): 106-108 berikut:
ِ ِ ِ َّ أت َِها إِف ُكنت ِمن
ِ ِ َ نت ِج
َ ٓٔ َوَسنػََزٚ صاهُ فَِإذَا ى َي ثُعبَاف ُّمبِني
ُع يَ َدهۥ َ ٓٔ فَأَل َقى َعٙ ني
َ ٱلصدق َ َ َ َئت َبايَة ف َ اؿ إِف ُك َ َق
ٔٓٛ ين
َ يضاءُ لِلنَّ ِظ ِر ِ
َ َفَِإذَا ى َي ب
24
Peristiwa ini dijelaskan dalam QS. al-A‟raf (7): 133 berikut:
ِ ِ َّ فَأَرسلنا علَي ِهم ٱلطُّوفَا َف وٱلراد وٱل ُق َّمل و
َ صلَت فَٱستَكبَػُرواْ َوَكاَسنُواْ قَوما ُُّّم ِرم
ٖٖٔ ني َّ َّـ ءَايَت ُّم َف
َ ع َوٱلد
َ ٱلض َفاد َ َ َ َ ََ َ ُ َ ََ
25
Ibnu Athiyah , al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Alquran al-„Aziz, (Beirut: Dâr al-Kutub
al-„Ilmiyah, 1993), Jilid VI, h. 49.
26
Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-„Azhîm, Jilid III, h. 461.
27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Vol. V, h. 222.
64
Karena tidak dapat menangani azab tersebut Fir‟aun meminta kepada Nabi
Musa untuk mendoakan supaya azab tersebut berhenti, dengan jaminan apabila
azab tersebut berhenti menimpa mereka, maka Fir‟aun akan membebaskan Banî
Isrâ‟îl pergi bersama Musa. Peristiwa ini terdapat dalam Alquran berikut:
Sebagian ulama tafsir memahami kata al-Rijzu pada ayat diatas dalam arti
menyebabkan tujuh puluh ribu orang Qibthi28 mati setiap harinya namun tidak
mengingkari janji mereka untuk percaya kepada ajaran Tauhid dan membebaskan
Banî Isrâ‟îl hijrah bersama Nabi Musa as. Maka AllAh membalas mereka dengan
siksa yang tidak pernah mereka alami sebelumnya yaitu dengan menenggelamkan
mereka di laut Merah30. Kaum Fir‟aun yang telah berulang-ulang durhaka dan
28
Orang Qibthi adalah penduduk asli negeri Mesir yang pada kala itu dipimpin oleh
Fir‟aun. Mereka bukan hanya menganggap Fir‟aun sebagai raja, namun juga sebagai tuhan
29
Ibn Jârîr al-Thabarî, al-Jâmi‟ al-Bayân „an Ta‟wil Alquran , Jilid VIII ,h. 28
30
Peristiwa ini terdapat dalam Al-Qur‟an berikut:
َْغرقنَ ُهم ِف ٱليَ ِم بِأََسنػ َُّهم َك َّذبُوا ِ ِ ِ ِ
َ َج ٍل ُىم بَلغُوهُ إ َذا ُىم يَن ُكثُو َف ٖ٘ٔ فَٱَسنتَػ َقمنَا من ُهم فَأ
َ فَػلَ َّما َك َشفنَا َع ُنه ُم ٱلِرجَز إ ََل أ
ِِ ِ
ٖٔٙ ني َ َبِايَتنَا َوَكاَسنُواْ َع َنها َغفل
“Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka
sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kemudian Kami menghukum
mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-
65
yang sebelum ini telah diberi aneka bukti serta peringatan disiksa Allah melalui
penenggelaman dilaut31.
Isrâ‟îl dan ketaatan mereka terhadap Allah dan ketentuan-Nya. .Hal ini terdapat
ِ ِ ِ َّ وأَورثنا ٱل َق
ك ُ ضع ُفو َف َم َش ِر َؽ ٱِلَر ِ َوَمغَ ِربَػ َها ٱلَِِّت بََركنَا ف َيها َوََتَّت َكل َم
َ ِت َرب َ َين َكاَسنُواْ يُٰت
َ وـ ٱلذَ ََ َ
ٖٔٚ وم ۥوُ َوَما َكاَسنُواْ يَع ِر ُشو َف ِ ِ ٱلٰى علَى ب َِن إِسرِء
ُ َرعو ُف َوق
َ صبَػ ُرواْ َوَد َّمرَسنَا َما َكا َف يَصنَ ُع ف
َ يل ِبَا
َ َ َ َ َ ُ
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri
bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah
padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai
janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami
hancurkan apa yang telah dibuat Fir´aun dan kaumnya dan apa yang
telah dibangun mereka.” (QS. al-A‟raf [7] : 137)
belahan timur dan belahan barat bumi32 kepada orang-orang yang dahulunya
hidup tertindas dari kalangan kaum Bani Israil karna kesabaran mereka menahan
penderitaan dari penyiksaan Fir‟aun dan pengikutnya, juga atas kesabaran mereka
beriman dan menjalankan perintah Allah swt33. Dengan demikian terbuktilah janji
ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (QS.
al-A‟raf [7]: 135-136)
31
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Vol. V, h. 226
32
Yang dimaksud dengan negeri-negeri bagian timur bumi dan baratnya adalah wilayah
yang bermula dari pantai timur Laut Merah dan berakhir di pantai Laut Tengah hingga perbatasan
Irak dan batas wilayah Arab dan Turki. Thâhîr Ibnu „Âsyûr, al-Tahrîr wa al-Tanwîr, ( Tunis: Dâr
al- Tunisiyah, 1984), Jilid IV, h. 532-533
33
al-Qurthubi, Jami li Ahkam al-Qur‟an, jilid VII, hal, 619.
66
lain-lainnya34.
Ketika Fir‟aun dan bala tentaranya itu dibinasakan, hari itu bertepatan
dalam kitab Shahihnya, sebuah riwayat dari Muhammad bin Basyyar, dari
Gundar, dari Syu‟bah, dari Abi Bistr, dari Daid bin Jubair, dari Ibnu „Abbas, ia
berkata, “Ketika Nabi saw. tiba dikota Madinah, pada hari itu kaum Yahudi
sedang berpuasa 10 Muharram, lalu beliau berkata “ Dalam rangka apakah kalian
berpuasa pada hari ini?” mereka menjawab, “ Hari ini adalah hari bertepatan
dengan hari kemenangan Musa terhadap Fir‟aun,” Lalu Nabi saw. berkata
diselamatkan Allah swt. dari Fir‟aun dan pengikutnya ayat selanjutnya yang
34
Muhammad Yusuf as- Syahir Ibnu Al-Hayyan, al-Bahrul Muhith, (Beirut: Dar al-
Kutub al-„Ilmiyah, 1993), Jilid IV, h. 377.
35
Muhammad Ismâ‟îl al-Bukhâri, Shâhih al-Bukhâri, (Kairo : Dâr wa al-Mathâbi‟ al-
Sya‟b, t.th.), Bab Puasa, Bagian: Puasa Sepuluh Muharram.
67
Banî Isrâ‟îl masih saja meminta hal yang bodoh dan sesat, padahal mereka
telah melihat secara langsung tanda-tanda kebesaran Allah dan kuasa-Nya, dan
tanda-tanda itu jelas menunjukan kebenaran semua yang dibawa oleh Nabi Musa
as. Ketika itu, mereka bertemu dengan suatu kaum yang menyembah berhala36,
bisa mendatangkan manfaat dan mudarat bagi mereka, oleh karena itu mereka
meminta kepada nabi mereka untuk membuatkan berhala seperti yang dimiliki
oleh kaum tersebut. Lalu Nabi Musa menjelaskan, bahwa tidak ada ibadah yang
Nabi Musa dibuatkan berhala untuk disembah terjadi karena pergaulan Banî
Isrâ‟îl di tengah ,masyarakat Mesir dalam kurun waktu yang amat panjang telah
keagamaan orang-orang Mesir. Rupanya hal ini telah menimbulkan ruang yang
amat besar dalam jiwa Banî Isrâ‟îl dan telah mengguncang akidah tauhid dalam
kesadaran mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang Banî Isrâ‟îl itu
36
Muhammad Yusuf as- Syahir Ibnu Al-Hayyan, al-Bahrul Muhith, Jilid IV, h. 377.
68
perkampungan. Setelah itu, Nabi Musa pergi ke Tursina selama empat puluh hari
untuk mendapatkan wahyu dari Allah berupa Taurat. Namun , kepergian Nabi
Samiri, yang mengajak Banî Isrâ‟îl untuk menyembah patung anak sapi.
عدهۦِ ِمن ُحلِيِ ِهم ِعجَل َج َٰدا لَّوۥُ ُخ َو ٌار أَ َل يػََرواْ أََسنَّوۥُ ََل يُ َكلِ ُم ُهم َوََل و َّٱَّت َذ قَوـ موسى ِمن ب ِ
َ َ َ ُُ َ
ِ ِ ِِ ِ
ضلُّواْ قَالُواْ ني َ ٠٣٨ولَ َّما ُسق َط ِف أَيدي ِهم َوَرأَواْ أََسنػ َُّهم قَد َ يَهدي ِهم َسبِ ًيَل َّٱَّتَ ُذوهُ َوَكاَسنُواْ ظَلم َ
ِِ ِ ِ ِ لَئِن َّل يَ َ
بوسى إِ ََل قَوموۦ َغض َ َ ين َ ٠٣٩ولَ َّما َر َج َع ُم َ رَحنَا َربػُّنَا َويَغفر لَنَا لَنَ ُكوَسنَ َّن م َن ٱلَٰ ِر َ
َخ ِيوعدي أَع ِجلتُم أَمر ربِ ُكم وأَل َقى ٱِلَلوا وأَخ َذ بِرأ ِس أ ِ اؿ بِئٰما خلَفتم ِوّن ِمن ب ِ ِ
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ أَسفا قَ َ َ َ َ ُ ُ
عداءَ َوََل ّب ٱِلَ َ ِ
ادواْ يَقتُػلُوَسنََِن فَ ََل تُشمت ِ َ ضع ُف ِوّن َوَك ُوـ ٱستَ َ اؿ ٱب َن أ َُّـ إِ َّف ٱل َق َ ََيُُّرهۥُٓ إِلَي ِو قَ َ
َخي َوأَد ِخلنَا ِف َرَحَتِ َ ب ٱغ ِفر ِل وِِل ِ ِ ِِ
َرح ُم
َسنت أ َك َوأَ َ َ اؿ َر ِني ٠٤١قَ َ ََت َع ِلَن َم َع ٱل َقوـ ٱلظَّلم َ
ضب ِمن َّرَِهِم َوِذلَّة ِف ٱلَيَػوِة ٱلدَُّسنيَا ِ ني ٠٤٠إِ َّف ٱلَّ ِذ َّ َّ ِ ِ
جل َسيَػنَا َُّلُم َغ َين ٱَّتَ ُذواْ ٱلع َ َ ٱلرَح َ
ك ِمن ِ فِرين ٠٤١وٱلَّ ِذين ع ِملُواْ َّ ِ ِ
ٱلَٰيِات َُّمَّ تَابُواْ ِمن بَعد َىا َوءَ َامنُواْ إِ َّف َربَّ َ َ َ َ ِ
ك َن ِزي ٱلُ َ َ َوَك َذل َ
َخ َذ ٱِلَ َلوا َ َوِف َسنُٰ َختِ َها ُىدى ِ ِ
بأَ ضُ وسى ٱلغَ َ ت َعن ُّم َ بَعد َىا لَغَ ُفور َّرحيم َ ٠٤٢ولَ َّما َس َك َ
ين ُىم لِرَِهِم يَرَىبُو َف ٠٤٣ َِّ ِ
َوَرَحَة للذ َ
37
َ
37
Lihat juga firman Allah dalam QS. Thaha (20): 83-98 berikut:
اؿ فَإَِسنَّا قَد فَػتَػنَّا ضى ٨٣قَ َ اؿ ىم أُوََل ِء علَى أَثَِري وع ِجلت إِلَيك ر ِ ِ ك عن قَ ِ
ب ل َِر َ ََ ُ َ َ وسى ٨٢قَ َ ُ ْ َ ك ََيُ َ وم َ َعجلَ َ َ َوَما أ َ
وم ِوۦ َغضب أ َِسفا قَ َ ِ قَوم ِ ِ
عدا َح َٰنًا اؿ يََقوـ أَ َل يَعِد ُكم َربُّ ُكم َو ً ََ
ي ٨٤فَػرجع موسى إِ ََل قَ ِ
َََ ُ َ ٱلٰ ِام ِر ُّ
َضلَّ ُه ُم َّ ك من بَعد َؾ َوأ َ ََ
ِ ِ ِ ِ ِ
ضب ِمن َّربِ ُكم فَأَخلَفتُم َّموعدي ٨٥قَالُواْ َما أَخلَفنَا َموع َد َؾ ِبَلكنَا ِ هد أَـ أ ََر ُّ
دّت أَف ََي َّل َعلَي ُكم َغ َ اؿ َعلَي ُك ُم ٱل َع ُ أَفَطَ َ
ي ٨٧فَأَخَر َج ََّلُم عِجَل َج َٰدا لَّوۥُ ُخ َوار فَػ َقالُواْ َى َذا ٱلٰ ِام ِر ُّ ِ ِ
ك أَل َقى َّ َوزارا ِمن ِزينَ ِة ٱل َقوـ فَػ َق َذفنَ َها فَ َك َذل َ ِ
َولَكنَّا َُحِلنَا أ َ
اؿ ََّلُم َىُرو ُف ِمن ِ ِ
ضّرا َوََل َسنَفعا َ ٨٩ولََقد قَ َ ك ََّلُم َ وسى فَػنَ ِٰ َي ٨٨أَفَ ََل يػََرو َف أَََّل يَرج ُع إِلَي ِهم قَوَل َوََل ََيل ُ ِ
إ ََّلُ ُكم َوإلَوُ ُم َ
ِ
ني َح َّّت يَ ِرج َع إِلَينَا ِ ِِ
َّب َ َعلَيو َعكف َ ِ ِ ِ ِ
ٱلرَحَ ُن فَٱتَّب ُعوّن َوأَطيعُواْ أَمري ٩١قَالُواْ لَن َسن َ بل يََق ِوـ إََِّّنَا فُتِنتُم بِِوۦۖ َوإِ َّف َربَّ ُك ُم َّ
قَ ُ
أخذ بِلِحيَِِت َوََل اؿ يَبنَػ ُؤـَّ ََل تَ ُ يت أَم ِري ٩٢قَ َ ص َ ك إِذ َرأَيتَػ ُهم َ
ضلُّواْ ٩١أَََّل تَػتَّبِ َع ِن أَفَػ َع َ اؿ يَ َهُرو ُف َما َمنَػ َع َوسى ٩٠قَ َ ُم َ
ك يَ َٰ ِم ِر ُّ وؿ فَػَّرقت بني ب َِن إِ ِ ِ ِ
تصر ُ اؿ بَ ُ
ي ٩٤قَ َ اؿ فَ َما َخطبُ َيل َوَل تَرقُب قَ ِول ٩٣قَ َ سرء َ
يت أَف تَػ ُق َ َ َ َ َ َ بَِرأسي إِ ِّن َخش ُ
ك س َّولَت ِل َسنَ ِ ِ بضة ِمن أَثَِر َّ ِ ِ ِ
ك ِف اؿ فَٱذ َىب فَِإ َّف لَ َ فٰي ٩٥قَ َ ٱلر ُسوؿ فَػنَبَذتُػ َها َوَك َذل َ َ ت قَ َ بصُرواْ بِوۦ فَػ َقبَض ُِبَا َل يَ ُ
ِ ِ ِ وعدا لَّن َُّتلَ َفوۥۖ وٱَسنظُر إِ ََل إِ ََّلِ ِ كم ِ وؿ ََل ِمٰ ِ ٱلَيَػوةِ أَف تَػ ُق َ
ت َعلَيو َعاكفا لَّنُ َحِرقَػنَّوۥُ َُّمَّ لَنَنٰ َفنَّوۥُ ك ٱلَّذي ظَل َ َ َُ اس َوإ َّف لَ َ َ َ َ
علما ٩٨ يء ِِف ٱليم َسنٰفا ٩٧إََِّّنَا إِ ََّل ُكم ٱللَّو ٱلَّ ِذي ََل إِلَو إََِّل ىو و ِسع ُكل ش ٍ
َ ُ َ َ َ َّ َ ُ ُ ُ َِ َ ً
69
“Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari
perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan
bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak
dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan
kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka
adalah orang-orang yang zalim. 149. Dan setelah mereka sangat
menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat,
merekapun berkata: "Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat
kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-
orang yang merugi". 150. Dan tatkala Musa telah kembali kepada
kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah
buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah
kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan
luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun)
sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku,
sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir
mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-
musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam
golongan orang-orang yang zalim. 151. Musa berdoa: "Ya Tuhanku,
ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat
Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang".
152. Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai
sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan
mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan.
153. Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat
sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang
disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
154. Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-
luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat
untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”38 (QS. al-A‟raf [7]:
148-154)
Pada ayat di atas Allah mengisahkan tentang sikap yang dilakukan oleh
Banî Isrâ‟îl ketika ditinggalkan oleh Nabi Musa untuk pergi bermunajat kepada
untuk mengambil perhiasan yang sebelumnya mereka pinjam dari bangsa Mesir,
lalu ia melebur perhiasan itu dan membentuknya menjadi anak sapi, lalu patung
38
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 168-169
70
anak sapi itu ditaburi dengan segenggam tanah yang diambilnya dari jejak telapak
kaki kuda Malaikat Jibril, ketika Malaikat Jibril menggiring Fir‟aun dan bala
tentaranya untuk masuk ke dalam laut merah dan ditenggelamkan oleh Allah39.
Ketika Samiri menaburkan tanah tersebut, ternyata patung anak sapi itu menguak
seperti membentuk suara hewan sapi asli (yakni suara lenguhan yang biasa
dikeluarkan oleh sapi). Namun ada juga yang mengatakan bahwa, sebenarnya
suara itu berasal dari angin yang masuk di bagian belakang (dubur) patung itu,
lalu keluar dari bagian mulutnya hingga bersuara seperti lenguhan sapi. Lalu Banî
berupa anak lembu yang dijadikan sesembahan di gunung Thur. Atas perisitiwa
ini Nabi musa merespon perilaku musyrik dengan menjelaskan bahwa sama sekali
apa yang kalian lakukan tidak memberikan manfaat apa-apa. Namun, atas
pernyataan ini, memberikan indikasi bahwa kaum Nabi Musa dikala itu sudah
keyakinan kuat kalau bukan karena rahmat dan ampunan Allah, maka mereka
bentuk penyesalan dan permohonan ampun kepada Tuhan atas kesalahan dan
39
Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur‟an al-„Azhîm, Juz III, h. 163
40
Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur‟an al-„Azhîm, Juz III, h. 165
41
Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf (Beirut: Dar al-Kutub „Ilmiyyah, tt), jilid 1, hal, 370.
71
Jumlah Banî Isrâ‟îl yang turut menyembah patung anak sapi ini pastilah
cukup besar, oleh karena itu Nabi Harun a.s. tidak dapat mencegah mereka karena
Banî Isrâ‟îl dapat menyebabkan perpecahan dalam komunitas, yang mana hal itu
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa awal munculnya term Banî
Isrâ‟îl dalam Alquran yaitu pada ayat yang menceritakan kisah Nabi Musa dan
Fir‟aun. Seperti yang telah diketahui bahwa Banî Isrâ‟îl merupakan keturunan
Nabi Ya‟qub yang menetap di Mesir semenjak hijrahnya Nabi Ya‟qub dan seluruh
kerajaan pada masa dinasti Hyksos menguasai mesir. Maka sangat logis bila term
Banî Isrâ‟îl pertama kali muncul dalam Alquran ketika zaman Nabi Musa, karena
perkembangan Banî Isrâ‟îl yang semakin pesat pada zaman itu dan juga karena
Nabi Musa diutus untuk menyelamatkan dan membebaskan Banî Isrâ‟îl dari
Term Asbâth dalam Alquran muncul pertama kali ketika menyebutkan kisah
Nabi Musa dan kaumnya ketika dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis ketika
mereka dalam masa pengasingan di gurun Sinai (periode al-Tih) akibat penolakan
mereka atas perintah Nabi Musa untuk berjihad melawan kaum Jabbar. Seperti
telah diketahui bahwa Banî Isrâ‟îl pada zaman Nabi Musa berjumlah sangat
42
Louay Fatoohi , Sejarah Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur‟an, h.243
72
banyak, oleh karena itu mereka di sebut Asbâth yang berarti sama dengan qabilah
dalam suku arab. Mengenai term Asbâth yang pertama kali muncul dalam Alquran
ِ ِ
اؾَص َ وسى إِذ ٱستَٰ َقىوُ قَوُموۥُٓ أَف ٱض ِرب بػِ َع ِ
َ َوقَطَّعنَ ُه ُم ٱثنَ َِت َعشَرَة أَسبَاطًا أ ََُما َوأ
َ َوحينَا إ ََل ُم
شربػَ ُهم َوظَلَّلنَا َعلَي ِه ُم ٱلغَ َم َم ِ ِ
َ ٱلَ َجَر فَٱَسنبَ َج َٰت منوُ ٱثنَتَا َعشَرَة َعينا قَد َعل َم ُك ُّل أَُسنَاس َّم
ت َما َرَزقنَ ُكم َوَما ظَلَ ُموَسنَا َولَ ِكن َكاَسنُواْ أََسن ُف َٰ ُهمِ ٱلٰلوى ُكلُواْ ِمن طَيِب
َ ِ
َ َّ َوأَ ََسنزلنَا َعلَيه ُم ٱلَ َّن َو
٠٥١ يَظلِ ُمو َف
“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya
berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya
meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka
memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap
suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan
awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan
salwa. (Kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah
Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tapi
merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri”43 (QS. al-A‟râf [7]:
160)
Berdasarkan ayat ini yang dimaksud dengan Asbâth adalah kabilah yang
terdiri dari dua belas suku, sebanyak jumlah putra Nabi Ya‟qub as. Nama-nama
dari suku-suku Asbâth ini dinisbatkan kepada dua belas putra Nabi Ya‟qub as,
yakni pertama suku Ruben, kedua suku Simoen, ketiga suku Lawi, keempat
suku Yahuda, kelima suku Isakhar, keenam suku Zebulon, ketujuh suku Dan,
kedelapan suku Naftali, kesembilan suku Gad, kesepuluh suku Asyer, kesebelas
suku Yusuf, dan kedua belas suku Benyamin. Dari dua belas suku Banî Isrâ‟îl ini
terdapat beberapa Nabi yang termasuk dalam dua puluh lima Nabi yang wajib kita
imani, yaitu dari suku Lawy, di antara keturunannya muncul Nabi Musa, Nabi
Harun, Nabi Ilyas. Dari suku Yahuda, di antara keturunannya muncul Nabi Daud,
43
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Madinah: Mujamma‟ Khâdim
al-Haramayn al-Syarîfayn al-Mâlik Fahd li Thibâ‟ah al-Mushhaf al-Syarîf, 1412) h. 171
73
Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya dan Nabi Isa. Sedangkan dari
Setelah menjelaskan kaum Nabi Musa as. tidak sama dalam sikap mereka
terhadap ajakan dan ajaran Nabinya, Pada ayat ini Allah menjelaskan beberapa
kucuran air melimpah di tengah padang sahara tandus, memberikan naungan awan
diturunkan pada pagi harinya untuk mereka dan pada sore harinya Allah
menurunkan burung Salwa , dua makanan yang lezat tanpa harus dicapai dengan
susah payah.
Peristiwa ini terjadi pada saat perjalanan di tengah padang pasir Tih ketika
kaum Musa menderita kehausan maka Allah memerintah Nabi Musa untuk
Peristiwa ini terjadi menjadi salah satu hujjah Musa sekaligus untuk
kucuran air tanpa harus menggalinya, melainkan hanya dipukulkan saja oleh Nabi
46
Musa dengan tongkatnya pada batu, maka terpancarlah dua belas mata air. .
Dalam ayat ini digunakan kata Fanbajasat yang artinya keluar sedikit/tidak keras,
artinya memancar dengan deras. Hal ini bukanlah suatu yang bertentangan, karena
44
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 414
45
al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 1, hal, 126.
46
Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 251-252
74
dalam ayat ini berbicara tentang awal memancarnya mata air dan pada QS. al-
Baqarah menjelaskan keadaan air setelah beberapa lama dari pemancaran pertama
itu47.
Selain nikmat kucuran air, nikmat lain juga diberikan yakni berupa
naungan awan48. meski diganjar berpuluh tahun tak jua sampai ke Palestina, Bani
Israil masih saja mendapat rahmat Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Sehingga
mereka tak pernah merasakan panas terik mentari meski di padang pasir yang
menyengat. Dengan rahmat Allah tersebut, Bani Israil hidup tenang di sebuah
kawasan di Padang Sahara Tih. Namun mereka tak pernah bersyukur atas rahmat
Allah.
Nikmat lain yang dianugerah Allah kepada mereka adalah manna dan
makanan yang rasanya amat lezat nan manis layaknya madu49. Warnanya pun
putih cantik layaknya salju yang selalu ditemui melekat di batu-batu, pohon,
ataupun kayu50. Adapun salwa merupakan sejenis burung puyuh yang dagingnya
47
Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 270
48
Naungan awan yang dimaksud adalah ghamam yang dibawa para malaikat pada waktu
perang badar dan yang menaungi Bani Isra‟il di Tyh, ada yang menyebutnya awan yang putih.
Lihat Muhammad Yusuf as- Syahir Ibnu Al-Hayyan, al-Bahrul Muhith, (Beirut: Dar al- Kutub al-
„Ilmiyah, 1993), Jilid I, h. 345.
49
Al-Mawardi, al-Naukat wa al-„Uyun, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 1992), Jilid I,
h. 124
50
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi Ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur‟an al-
„Azhim Musnadan „An Rasulillah wa as-Shahabat wa Al-Tabi‟in, ( Makkah: Maktabah Nazar
Mushtafa al-Baz, 1997), Jilid I, h. 114
51
Al-Mawardi, al-Naukat wa al-„Uyun, Jilid 1, h. 124
75
Sinai. Mereka akan memberikan jawaban bahwa fenomena alam itu masih bisa
ditemukan sekarang. Burung puyuh atau al-salwa adalah jenis burung yang tidak
asing bagi kita dan hijrahnya kawanan burung puyuh dari utara ke selatan, dan
sebaliknya, juga merupakan hal yang dimaklumi. Keluarnya Banî Isrâ‟îl dari
Mesir menuju Sinai berlangsung pada musim semi yang merupakan masa
temperatur ekstrem ke utarayang relatif hangat. Diketahui bahwa ada dua jalur
yang ditempuh kawanan burung puyuh untuk melakukan migrasi: dari Afrika
barat ke Spanyol dan dari Afrika Timur melintasi Sinai dan Laut Tengah menuju
negeri Balkan52.
oleh orang-orang Mesir yang tinggal di kawasan Delta, yang berlangsung lebih
dari satu atau dua bulan saja. Adapun keberadaan burung-burung puyuh di Sinai
sepanjang tahun dalam jumlah yang amat banyak53, tidak diragukan bahwa itu
mirip embun di pagi buta di atas rerumputan, batu-batu gurun, atau di atas ranting-
ranting pepohonan. Pada tahun 1923, dua ilmuwan flora Frederick Simone dan
52
Werner Keller, The Bible as History, (New York: Bantam: 1983), h. 122
53
Al-Mawardi, al-Naukat wa al-„Uyun, Jilid 1, h. 125
76
Sinai yang berkesimpulan bahwa al-manna merupakan zat yang diproduksi oleh
pohon tamarisk yang bersimbiosis dengan sejenis serangga yang lazim disebut
akan mengeluarkan getah yang menetes dan berhimpun di atas rerumputan atau
bebatuan di atas tanah berwarna putih susu yang berasa manis seperti madu54.
Menurut hemat penulis, apapun yang didapat oleh para ilmuwan tidak
gurun Sinai yang gersang. Seperti yang dimaklumi bahwa tidak mesti mukjizat itu
sebagai sesuatu yang menyalahi hukum alam. Seperti topan dan banjir yang
terjadi pada zaman Nabi Nuh, tidak lain merupakan akibat hujan dahsyat dan air
yang memancar dari dalam perut bumi55. Keduanya merupakan fenomena alami,
sedangkan aspek mukjizatnya terletak pada kuantitas air yang membanjiri dan
manna, yang meskipun terbentuk secara alami dari jenis timbuhan tertentu di
Sinai, hal itu tidak mencederai wujudnya sebagai mukjizat Allah. Akan tetapi,
tersedianya al-manna dalam jumlah besar yang mencukupi kebutuhan enam ratus
ribu orang dari suku-suku (asbȃth) Banî Isrâ‟îl setiap hari sepanjang tahun dan
bertambahnya jumlah makanan itu khususnya pada hari jumat sehingga cukup
54
Werner Keller, The Bible as History, h. 123
55
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 128
77
untuk disimpan bagi keperluan hari berikutnya 56, menunjukan adanya campur
tangan Ilahi. Dan sepanjang dalam proses alami itu tampak adanya campur tangan
sebagian mereka tetap tidak bersyukur dan terus berbuat dosa bahkan melakukan
penganiayaan. Namun apa yang mereka lakukan itu, pada hakikatnya tidak lah
mereka sendiri57.
Asbâth supaya semua urusan dan keperluan mereka dapat diakomodir melalui
اؿ ٱللَّوُ إِ ِّن َم َع ُكم لَئِن َ َٱثَن َع َشَر َسنَِقيبا َوق ِ ِ ِولَقد أَخ َذ ٱللَّو ِميثق ب َِن إ
َ يل َوبػَ َعثنَا م ُنه ُم َ سرء َ َ ََ ُ َ َ َ
ِ
ضا َح َٰنا َِّلُ َكفَِر َّفً َقرضتُ ُم ٱللَّ َو قَر ُ ُُٱلزَكوَة َوءَ َامنتُم بُِر ُسلي َو َعَّزرَت
َ وىم َوأ
َّ ٱلصلَوَة َوءَاتَيتُم
ُ َّ أَقَمتُ ُم
ك ِمن ُكم فَػ َقد ِ
َ ُدخلَنَّ ُكم َجنَّت ََت ِري ِمن ََتتِ َها ٱِلَنَُر فَ َمن َك َفَر بَع َد َذل ِ عن ُكم سَيِاتِ ُكم وَِل
َ َ َ
٠١ يل ِ ِٱلٰب
َّ َض َّل َس َواء
َ
“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil
dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu
mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-
56
Al-Mawardi, al-Naukat wa al-„Uyun, Jilid 1, h. 124
57
Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah,Vol. V h. 278-279
58
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur‟an al-
„Azhim, Juz I, h. 243
59
al-Qurthubi, Jami li Ahkam al-Qur‟an, jilid VII, hal, 751.
78
rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air
didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu
sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”60 (QS.
al-Mâidah [5]: 12)
Kata naqîb dalam ayat ini dapat berarti pemimpin yang mengurus dan
menurut kesimpulan penulis Asbâth adalah kabilah, sedang Naqîb adalah gelar
Nabi Musa mengangkat pemimpin yang disebut Naqîb untuk tiap suku
Asbâth. Keturunan Rubail/ Ruben, pimpinan mereka adalah Elizur bin Syedeur.
keturunan suku Isakhar pemimpin mereka Nasya'il bin Zuar. Untuk keturunan
suku Manasye (Zebulon), pemimpin mereka adalah Jamliyail bin Fadahshur. Suku
keturunan Dan pemimpin mereka adalah Akhya'zar bin Amisyadai. Adapun suku
keturunan Naftali pimpinan mereka adalah Eliab bin Hailun. Suku keturunan
Gad dengan pimpinan Ilyasaf bin Rehuel. Suku keturunan Asyer, pemimpin
mereka adalah Faj'ai'il bin Akran. Kemudian untuk keturunan suku Yusuf a.s.
60
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 109
61
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur‟an,(Jakarta: Lentera Hati, 2001), Jilid III, h. 48
62
Ibnu Manzhur, Lisan al-„Arab, (Kairo: Dar al-Hadits, 1355 H), h. 4515
79
pemimpin mereka adalaha Yusya' bin Nun. Untuk keturunan suku Benyamin
menjaga kubah Bani Israil yang di dalamnya ada Tabut Bani Israil sekaligus
Maqdis, kubah ini diletakkan di lokasi Baitul Maqdis yang dibangun oleh Nabi
Ya'kub as., dan inilah kiblat para Nabi hingga datangnya perintah kepada
pemimpin dari kalangan suku Bani Isra‟îl itu. Mereka bertugas untuk memata-
Para pemimpin itu pun kemudian memberitahukan apa yang mereka lihat di sana
kepada Nabi Musa, agar Nabi Musa dapat megambil pertimbangan dalam
memerangi mereka66. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS.al-Maidah(5):
21-22 berikut:
63
Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978) Jilid II, h. 298-299.
64
Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Jilid II, h. 300.
65
Kaum Jabbar adalah sekelompok kaum yang memiliki kekuatan yang terdiri dari
berbagai bangsa, di antaranya; Bangsa Haitali, Bangsa Fazari, Bangsa Kan‟ani, dan sejumlah
bangsa-bangsa lainnya. Lihat Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid 1, h. 431
66
al-Qurthubi, al-Jami‟ li ahkami Al-Qur‟an (Kairo: Dar al-Katib al Urbah, 1968) Jilid
VI, h. 271.
80
"Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum
mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami
akan memasukinya". (QS.al-Maidah [5[: 21-22)
Pada ayat ini Nabi Musa mengajak mereka untuk berjihad dijalan Allah
Fir‟aun yang jauh lebih kejam, jauh lebih kuat, jauh lebih banyak pasukannya dari
orang-orang itu. Kemudian mereka dihukum oleh Allah akibat penolakan mereka
terhadap perintah berjihad. Hukuman mereka itu adalah diasingkan di negeri yang
apa, siang ataupun malam, pagi ataupun sore. Dikatakan pula, bahwa mereka
orang-orang yang telah diasingkan ke dalam padang sahara Tih, maka ia tidak
akan dapat keluar darinya, mereka semua mati dalam waktu empat puluh tahun,
tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali hanya anak-anak kecil saja dan
kelompok yang tidak diwajibkan berjihad, dan juga dua orang soleh yang
Banî Isrâ‟îl diserahkan kepada anaknya Eliazar. Tak lama kemudian, Nabi Musa
juga wafat. Sebelum wafat ia berwasiat kepada Banî Isrâ‟îl agar meneruskan cita-
citanya memasuki negeri Kan‟an68. Penerus kenabian Nabi Musa adalah Yusya'
67
Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur‟an al-„Azhîm, Juz II , h 38.
68
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid 1, h. 433
81
bin Nun69. Dialah yang meneruskan kepemimpinan terhadap Bani Israil hingga
dan langsung mengepung Baitul Maqdis. Nabi Yusya' mengepung kota tersebut
selama enam bulan. Nabi Yusya' pun berdoa hingga Nabi Yusya' dan Banî Isrâ‟îl
Perintah kepada Banî Isrâ‟îl agar mereka bersujud saat memasuki Baitul
Maqdis dan juga mengucapkan kata “Hiththah”, ini pun dilanggar oleh mereka.
Baik itu secara perbuatan ataupun perkataan. Mereka memasuki pintu Baitul
69
Keterangan mengenai Yusya‟ bin Nun dapat kita temukan dalam hadits yang
dirowayatkan oleh al-Bukhari, Dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Nabi saw. bersabda” Ada
seorang nabi diantara para nabi yang berperang lalu berkata kepada kaumnya,‟ Janganlah
mengikuti aku seorang yang baru saja menikahi wanita sedangkan dia hendak menyetubuhinya
karena dia belum menyetubuhinya (sejak malam pertama), dan jangan pula seorang yang
membangun rumah-rumah sedang dia belum memasang atap-atapnya, dan jangan pula seorang
yang membeli seekor unta atau seekor kambing yang bunting sedang dia menanti hewan itu
beranak‟. Setelah itu Nabi tersebut berperang dan ketika sudah mendekati suatu kampung datang
waktu shalat Asharatau sekitar waktu itu lalu Nabi itu berkata kepada matahari,‟ Kamu adalah
hamba yang diperintahkan begitu juga aku hamba yang diperintah. Ya Allah tahanlah matahari
ini untuk kami‟. Akibatnya matahari itutertahan (berhenti beredar) hingga Allah memberikan
kemenangan kepada Nabi tersebut. Kemudian Nabi tersebut mengumpulkan ghanimah, lalu tak
lama kemudian datanglah api untuk menghanguskannya namun api tidak melalapnya. Maka Nabi
tersebut berkata,‟ Sungguh diantara kalian ada yang berkhianat (mencuri ghanimah) untuk itu
hendaklah dari setiap suku ada seorang yang berbaiat kepadaku‟. Tak lama kemudian ada tangan
seorang laki-laki yang ,elekat (berjabat tangan) dengan tangan Nabi tersebut berkata,
„Dikalangan sukumu ada orang yang mencuri ghanimah maka hendaklah sukumu berbaiat
kepadaku‟. Maka tangan dua atau tiga orang laki-laki suku itu berjabat tangan dengan tangan
Nabi tersebut, lalu mereka berkata, „ Dikalangan sukumu ada orang yang mencuri ghanimah‟.
Mereka kemudian datang dengan membawa emas sebesar kepala sapi lalau meletakkannya.
Setelah itu datanglah api lalu menghanguskannya. Kemudian Allah menghalalkan ghanimah
untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita sehingga Dia
menghalalkannya untuk kita.” Lihat Muhammad Ismâ‟îl al-Bukhâri , Shahih al-Bukhari,
Pembahasan; Kewajiban mengeluarkan seperlima harta, Hadits no. 3123. Ibnu Hajar menjelaskan
bahwa Nabi yang disebut dalam hadits Rasulallah di atas adalah Yusya‟ bin Nun.
70
Ibnu Katsîr, al-Sîrah al-Nabawîyah , (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978) h. 736-737
71
Muhammad Ismâ‟îl al-Bukhâri, Shâhih al-Bukhâri,.) Bab Kisah para Nabi, Hadits no
3403
82
Awal penegasan ayat ini yaitu perintah terhadap Bani Israil untuk menetap
sepenuhnya untuk patuh dan tunduk.74 Sehingga, dengan menetapnya kaum Musa
kebaikan yang lebih besar. Namun, justru mereka ْين ظَلَ ُموا ِ َّ َ فَػبدyang berarti
َ َّؿ ٱلذ َ
72
Lihat juga ayat yang lain berikut:
ِ س َّجدا وقُولُواْ ِحطَّة َسن
َّغفر لَ ُكم َخطَيَ ُكم اب ِ ُ وإِذ قُلنَا ٱدخلُواْ ى ِذهِ ٱل َقريةَ فَ ُكلُواْ ِمنها ح
َ ُ َ َيث شئتُم َر َغدا َوٱد ُخلُواْ ٱلب َ َ َ َ ُ َ
ِ ِ
ٱلٰ َماء ِبَا ِ
َّ ين ظَلَ ُمواْ رجزا ِم َن ِ َّ يل ََّلُم فَأَ ََسنزلنَاِ ِ َّ ِ َّ ِ ِ ِ
َ َعلَى ٱلذ َ ين ظَلَ ُمواْ قَوًَل َغ َي ٱلذي ق
َ َّؿ ٱلذ
َ فَػبَد٤٨ ني
َ يد ٱلُحٰن ُ َو َسنَز
٤٩ ف َ َكاَسنُواْ يَف ُٰ ُقو
“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan
makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah
pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami
ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada
orang-orang yang berbuat baik". Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan
(mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-
72
orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik” (QS. al-Baqarah [2]: 58-59)
73
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 158
74
Lihat Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf, jilid, 2, hal 169, dan al-Maraghi, Tafsir al-
Maraghi, jilid 9, hal, 91.
83
mereka justru mengingkari dan melakukan maksiat tidak sejalan dengan perintah
sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat dari al-Zuhri, dari Amir bin Saad.
Juga dari Malik, dari Muhammad bin Munkadir dan Salim Abu Nadhar, dari Amir
bin Saad dari Usamah bin Zaid, dari Rasulallah saw., beliau bersabda, “
Kemudian, ketika Banî Isrâ‟îl telah menetap di Baitul Maqdis, kala itu
mereka dipimpin Yusya‟ bin Nun, yang menerapkan Kitab Suci Taurat dalam
setiap segi kehidupan mereka, hingga ajal menjemputnya. Ia wafat pada usia 127
tahun. Masa kepemimpinannya atas Banî Isrâ‟îl setelah ditinggal oleh Nabi Musa
Setelah Yusya‟ bin Nun meninggal, Kaleb bin Yefuna lah yang
meneruskan ajaran Musa untuk terus diajarkan kepada Banî Isrâ‟îl. Dia adalah
salah satu pengikut Nabi Musa yang setia, sekaligus suami dari kakak
75
al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 9, hal, 90.
76
Lihat Muhammad Ismâ‟îl al-Bukhâri, Shâhih al-Bukhâri, Bab Tipu Daya
(6974), dan pada Bab Kisah Para Nabi (3473). Lihat Pula Shâhih Muslim, Bab
Keselamatan, Bagian Penyakit menular, Perdukunan, dan Semacamnya (2218).
Penafsiran lain mengenai kata al-Rijzu diantaranya Adh-Dhahhak berpendapat bahwa , kata al-
Rijzu bermakna adzab. Sedangkan Abul Auliyah berpendapat , kata al-Rijzu bermakna amarah.
Said bin Jubair berpendapat, kata al-Rijzu bermakna penyakit menular. Sedangkan Asy-Sya‟bi
perpendapat , kata al-Rijzu itu terkadang berupa penyakit menular, dan terkadang berupa hawa
dingin. Lihat Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami‟ al-Bayân „an Ta‟wîl Al-Qur‟an, Juz I, h. 305-
306.
77
Ibnu Katsîr, al-Sîrah al-Nabawîyah , h. 743
84
Yehezkiel bin Busi. Yehezkiel inilah yang berdoa kepada Allah untuk
menghidupkan kembali Banî Isrâ‟îl, setelah mereka dimatikan oleh Allah karena
mereka keluar dari kampung halaman mereka dengan alasan takut mati78.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari
kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya)
karena takut mati79; Maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah
kamu"[154], kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah
mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur.‟ (QS.al-Baqarah [2]: 243)
Kemudian pada masa kenabian Nabi Samuel, setelah Banî Isrâ‟îl berhasil
menguasai negeri Kan‟an, negeri ini kemudian dibagi menjadi 12 wilayah. Raja
mereka yang pertama adalah Thalut atau Saul, yang memerintah antara tahun
78
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 457
79
Sebahagian ahli tafsir (seperti Al-Thabari dan Ibnu Katsir) mengartikan mati di sini
dengan mati yang sebenarnya; sedangkan sebahagian ahli tafsir yang lain mengartikannya dengan
mati semangat.
80
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, h. 51 Informasi perihal peristiwa
diangkatnya Thalut menjadi raja pertama Banî Isrâ‟îl tercantum dalam Al-Qur‟an (QS. al-Baqarah
[2]: 246-251.
85
harus diberikan kepada keturunan Lewi81. Ketika mereka ketahui bahwa yang
berpaling dan menolak kepemimpinannya atas mereka karna selain alasan di atas
mereka menganggap Thalut seorang yang miskin yang tidak memiliki banyak
harta, hingga tidak patut menjadi raja untuk mereka82. Hal ini tercatat dalam
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana
Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan
pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang
cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah
memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha
mengetahui.”( QS. Al-Baqarah [2]: 247)
Dawud, informasi ini kita dapatkan dalam Al-Qur‟an QS. Al-Baqarah (2): 251
berikut:
كمةَ َو َعلَّ َموۥُ َِمَّا يَ َشاءُ َولَ َوَلِ َ فَػهزموىم بِِإذ ِف ٱللَّ ِو وقَػتَل داوۥد جالُوت وءاتَىو ٱللَّو ٱل
َ لك َوٱل ُ ُ ََ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ َُ َ
ِ ُِ ِ ِ َّ د
١٤٠ ني َ ض ُهم بِبَعض لََّف َٰ َدت ٱِلَر ُ َولَك َّن ٱللَّ َو ذُو فَض ٍل َعلَى ٱل َعلَم
َ َّاس بَع
َ فع ٱللو ٱلن ُ َ
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah
dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah
memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah
meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang
dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
81
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 460
82
Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur‟an al-„Azhîm, Juz I , h 403-406
86
sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi
ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta
alam.”83 (QS. al-Baqarah [2]: 251.
Ayat ini menegaskan dua hal penting yaitu ketika Nabi Daud dapat
membunuh Jalut dan diberikan hikmah oleh Allah dan mengajarkan hikmah
dan Hikmah85 setelah meninggalnya Samuel dan Thalut, namun Daud menerima
Kerajaan dan hikmah tidak dalam satu waktu, setelah itu Allah menurunkan Zabur
kepadanya86.
Nabi Dawud memerintah sekitar 40 tahun (1012-972 SM). Dan pada masa
Banî Isrâ‟îl pada masa Nabi Daud lebih baik daripada masa sebelumnya. Setelah
Nabi Dawud Meninggal, kerajaan Israel dipimpin oleh putranya, yaitu Nabi
Sulaiman (King Solomon), yang memerintah tahun 972-932 SM. Pada masa
pemerintahan Nabi Sulaiman inilah, direnovasi Baitul Maqdis di atas Bukit Moria
(Zion)87. Pada masa ini, wilayah kerajaan Israel diperluas dari sungai Nil di
83
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 41
84
al-Qrthubi, Jami‟ li Ahkam Alquran, jilid 3, hal, 256.
85
Dalam Alquran, sekurang-kurangnnya Allah menyebutkan hikmah yang diberikan
kepada hamba-Nya sebanyak 27 kali disebutkan diberbagai surat dan peristiwa di dalamnya.
Menurut al-Razi, ada beberapa makna hikmah dalam Alquran diantaranya adalah ilmu
pengetahuan yang mendalam tentang ajaran Alquran, dapat dimaknai pula dengan sunnah Nabi
hingga kenabian yang diberikan para rasul dan Nabi. Misalnya QS al-Nisa [4] 5. Lihat al-Razi,
Mafatih al-Gaib. Sebagaimana pula disebutkan pada SQ al-Nisa [4] 163. QS al-Baqarah [2] 251.
86
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, jilid 2, hal, 427.
87
Baitul Maqdis adalah masid kedua yang didirikan setelah Masjidil Haram, jarak antara
pendirian Masjidil Haram dan Masjid Baitul Maqdis adalah empat puluh tahun. Informasi ini dapat
kita temukan dalam HR. Bukhari, Bab Kisah Para Nabi, Bagian: Hadits Tentang Abu Dzar yang
Bertanya Tentang Masid yang Pertama Kali berdiri di Muka Bumi.
88
M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia , h. 348. Mengenai
anugerah yang diberikan Allah kepada Nabi Dawud dalam memimpin kerajaannya tercantum
dalam firman Allah QS. Shad [38]: 17-20)
87
Dapat disimpulkan bahwa term Asbâth pertama kali muncul dalam Al-
Qur‟an untuk menyebutkan suku-suku Banî Isrâ‟îl mulai pada zaman Nabi Musa.
Dari runtutan awal kemunculan term tersebut dapat difahami bahwa Banî Isrâ‟îl
baru dikelompokan menjadi dua belas suku Asbâth ketika jumlah mereka
berkembang pesat dan ini terjadi pada zaman Nabi Musa as ketika keluar dari
negeri Mesir. Dari sini dapat disimpulkan term Banî Isrâ‟îl lebih dahulu
disebutkan dari pada term Asbâth dalam Al-Qur‟an. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa term Banî Isrâ‟îl maknanya lebih umum dari term Asbâth,
karna term Banî Isrâ‟îl bermakna keturunan Isrâ‟îl (Nabi Ya‟qub) secara umum,
sedangkan term Asbâth bermakna keturunan Isrâ‟îl (Nabi Ya‟qub) dari dua belas
putra beliau yang setiap orang melahirkan kaum/ suku jumlah yang banyak, titik
Ya‟qub
Simoen
Asyer Benyamin Naftali
Lewi
Yahuda
Isakhar
zebulon
88
Tabel Asbâth
89
Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978) Jilid II, h. 298-299.
90
Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Jilid II, h. 298-299.
91
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid III, h. 385
92
Ibnu Atsîr, al-Kȃmil fî al-Tȃrîkh, (Beirut: Dȃr al-Fikr, 1965 M) Jilid 1, h. 170
93
Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur‟an al-„Azhîm, Juz 4 , h. 19
89
94
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 467
95
Abdullah ibn Hasan ibn Hibatullah ibn Abdullah Ibnu Husain Ibn Asakir, Tarikh al-
Dimasyqa, ( Beirut: Dar el-Fikr, 1995), Jilid XVII, h. 35
96
Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Jilid II, h. 298-299.
90
97
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 476
98
Ibn Asakir, Tarikh al-Dimasyqa, Jilid XXII, h. 230
99
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 865
91
100
Ibn Asakir, Tarikh al-Dimasyqa, Jilid XXVII, h. 215
101
Abu Nu‟aim al-Asfahani, Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Ashfiya‟,(Beirut; Dar al-Fikr,
t.th.) Jilid 9, h. 268
92
102
Sami bin Abdullah Ahmad al-Magluth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: al-Mahira,
2011), h. 179
103
Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Jilid II, h. 298-299.
104
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 731
105
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 731
106
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 237
107
Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Jilid II, h. 300.
93
108
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 732
109
Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid I, h. 433
110
Sami bin Abdullah Ahmad al-Magluth, Atlas Agama-Agama, h. 167
111
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 732
112
Ibn Asakir, Tarikh al-Dimasyqa, Jilid VIII, h. 104
94
Tanwîr karya Thahir Ibnu „Âsyûr, dalam menafsirkan lafal Hâdû pada ayat QS.
sulaiman as. pada sekitar 975 SM. Setelah Nabi Sulaiman wafat, bangsa Israel
mulai mengalami kemunduran akibat adanya perpecahan pada dua belas suku
Asbâth. Saat itu, dua suku dari dua belas suku Asbâth yaitu suku Yahuda dan suku
113
Lihat juga ayat berikut:
ٌ صلِحا فَ ََل َخ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ َّ ِ
وؼ َ ٱلصُبِو َف َوٱلن
َ َّصَرى َمن ءَ َام َن بٱللَّو َوٱليَوـ ٱِلخ ِر َو َعم َل َّ ادواْ َو
ُ ين َى َ إ َّف ٱلذ
َ ين ءَ َامنُواْ َوٱلذ
٥٩ َعلَي ِهم َوََل ُىم ََيَزَسنُو َف
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabi‟in dan
orang-orang Nasrani, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada
Allah dan hari Kemudian serta beramal shalih, maka untuk mereka adalah ganjaran dari
sisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih
hati”113 (QS. Al Mâidah: 69)
114
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 10
95
menggantikan ayahnya sebagai raja, karena dia dari keturunan suku Yahuda115.
Sedangkan sepuluh suku yang lainnya memilih Yerobeam dari turunan suku
Efraim bin Yusuf. Akhirnya pada masa ini kerajaan Israel terpecah menjadi dua
bagian, yaitu, kerajaan Utara dan Selatan. Kerajaan selatan diberi nama Yahuda
(Judah), yang diambil dari nama moyangnya, Yahuda bin Ya‟qub dengan ibukota
sebagian suku dari Banî Isrâ‟îl dengan istilah Yahudi baru muncul. Sedangkan
kerajaan utara bernama Israel, beribu kota di Samaria dengan rajanya Yar‟am
(Yerobeam)116.
dipimpin oleh Yerobeam putra Banath salah seorang anak buah nabi Sulaiman
yang gagah berani dan diserahi oleh beliau kekuasaan yang berpusat di Samaria.
menyembah berhala, dan akhirnya kerajaan ini punah setelah 250 tahun117. Antara
hancurkan, ribuan orang Israel dibunuh, dan sekitar 27.290 orang penduduk Israel
dari golongan atas dan menengah digiring ke dalam pembuangan. Selain itu,
115
Menurut analisa penulis, inilah awal munculnya istilah Yahudi.
116
Thâhîr Ibnu „Âsyûr, al-Tahrîr wa al-Tanwîr, ( Tunis: Dâr al- Tunisiyah, 1984), Juz I,
h. 532-533
117
Ahmad Syalabi, Muqâranatu al-Adyan al-Yahûdiyah, h. 54
96
asimilasi keturunan maupun kepercayaan. Sejak itu, tidak ada lagi kekuasaan
kerajaan Israel118.
Peristiwa ini sudah jauh-jauh hari diperingatkan oleh Nabi Musa dan nabi yang
diutus kala itu yakni Nabi Yeremia, jika mereka menyimpang dari Taurat mereka
mereka telah mendengar adzab dan hukuman yang akan dijatuhkan kepada
mereka, ternyata mereka bukannya takut atau bertaubat, mereka malah menentang
Yahudi, seperti membunuh para nabi yang diutus kepada mereka120. Mereka
118
Thâhîr Ibnu „Âsyûr, al-Tahrîr wa al-Tanwîr, Juz I, h 533
119
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 882
120
Diantaranya mereka membunuh Nabi Yesaya ketika mereka diajak kembali ke jalan
Allah setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan dan kesesatan. Nabi Yesaya juga
memperingatkan mereka bahwa akan datang siksa dan adzab yang pedih dari Allah bagi siapa saja
yang menentang dan mendustakan-Nya. Namun, tidak lama setelah Nabi Yesaya menyampaikan
hal itu kepada mereka, ternyata mereka mencari dan memburu Yesaya untuk membunuhnya. Maka
Yesaya pun melarikan diri dari mereka. Kemudian ia melihat pohon besar dihadapannya yang tiba-
tiba terbelah untuknya, maka tanpa ragu-ragu Yesaya pun masuk ke dalamnya. Setan yang melihat
kejadian itu segera mengambil ujung baju Yesaya dan mengeluarkannya hingga terlihat di sisi
luar. Dan ketika orang Yahudi melihat ujung baju Yesaya itu, maka mereka mengambil gergaji
dan membelah pohon itu, dan terbelahlah Yesaya bersama pohon tersebut. Lihat Ibnu Jarir al-
Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk,(Beirut: Dar el Fikr, 1979 M) Juz I , h. 536-537.
97
صواْ َّوَكاَسنُواْ يَعتَ ُدو َف ِ َ ِت ٱللَّ ِو ويقتُػلُو َف ٱلنَّبِيِن بِغَ ِي ٱل ِق َذل
ِ ك بِأََسنػَّهم َكاَسنُواْ يك ُفرو َف َبِايِ
٥٠ َ ك ِبَا َع َ َ ََ َ ُ َ ُ َ َذل
“Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan
membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu
(terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”123
(QS. al-Baqarah [2]: 61)
mendarah daging, bahkan hati mereka sudah sedemikian keras, Allah bahkan
mengunci mata hati mereka karena berbagai pelanggaran yang mereka lakukan,
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ُفَبِ َما َسنَقض ِهم ِميثََق ُهم َوُكف ِرىم َبِايَت ٱللَّو َوقَتل ِه ُم ٱِلََسنبِيَاءَ بِغَ ِي َح ّق َوقَوَّلم قػُلُوبػُنَا غ
لف بَل
٠٤٤ ؤمنُو َف إََِّل قَلِيلاِ طَبع ٱللَّو علَيها بِ ُكف ِرِىم فَ ََل ي
ُ َ َ ُ ََ
“Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan
mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap
keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa
(alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup". Bahkan,
sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya,
karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari
mereka.”124 (QS. al-Nisa‟ [4]: 155)
bunuh tersebut berasal dari kelompok mereka sendiri yang seharusnya mereka
hormati.
121
Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-„Azhîm, h. 103
122
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 205
123
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 61
124
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 103
98
Selain membunuh para Nabi kaum Yahudi juga kerap melanggar aturan
Tuhan Allah swt. Kaum Yahudi diberikan beberapa aturan-aturan supaya mereka
swt:
ِىم َعن َسبِ ِيل ٱللَّ ِو َكثِيا ِ ت أ ُِحلَّت ََّلم وبِصدٍ فَبِظُلم ِمن ٱلَّ ِذين ىادواْ حَّرمنَا علَي ِهم طَيِب
٠٥١ َ َ ُ َ َ َ َُ َ َ
ين ِم ُنهم َع َذابًا أَلِيما ِ ِ ِ ِ ِ وأَخ ِذ ِىم ٱلِربػواْ وقَد َسنػُهواْ عنو وأَكلِ ِهم أَمو َؿ ٱلن
َ َّاس بٱلبَط ِل َوأَعتَدَسنَا لل َكف ِر َ ََُ ُ َ َ ُ َ
٠٥٠
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”125 (QS. al-
Nisa‟ [4]: 160-161)
lain suka memakan riba, sebagaimana tersebut dalam ayat di atas. Kesukaan pada
uang dan sifat tamak mereka proyeksikan pada Allah, karena itu Allah dipandang
memiliki sifat tamak karena mereka menganggap Allah tidak memberikan mereka
kemurahan rezeki, yang mana kala itu sebagian diantara orang Yahudi selalu
125
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 103
99
يف ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ َّ ِ
َ بٰوطَتَاف يُنف ُق َك ُ ود يَ ُد ٱللو َمغلُولَةٌ غُلت أَيديهم َولُعنُواْ ِبَا قَالُواْ بَل يَ َداهُ َم ُ َوقَالَت ٱليَػ ُه
َغضاء َ ِيك ِمن َّرب
َ َك طُغيَنا َوُكفرا َوأَل َقينَا بَينَػ ُه ُم ٱل َع َد َوَة َوٱلب َ َيد َّف َكثِيا ِم ُنهم َّما أَُسن ِزَؿ إِل
َ يَ َشاءُ َولَيَ ِز
رب أَط َفأ ََىا ٱللَّوُ َويَٰ َعو َف ِف ٱِلَر ِ فَ َٰادا َوٱللَّوُ ََل ِ إِ ََل يوِـ ٱل ِقيم ِة ُكلَّما أَوقَ ُدواْ َسنَارا لِلح
َ َ ََ َ
٥٣ ين ِ ِ ُّ َُِي
َ ب ٱلُفٰد
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya
tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat
disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi
kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia
kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi
kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan
kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka
menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat
kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
membuat kerusakan.”127 (QS. al-Maidah [5]: 64)
yang terdapat dalam kitab suci mereka kemudian mereka mebuat hukum sendiri
sesuai dengan selera mereka yang bertentangan dengan tuntunan Allah swt.,
(Taurat) telah menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah secara
gamblang, tetapi hati mereka telah diliputi oleh kesombongan yang besar sehingga
sulit menerima kebenaran. Karena begitu banyak kedurhakaan yang mereka telah
126
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Jilid V ,
h. 177
127
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 118
100
menyebut nama Allah, serta dilarang memakai bahasanya sendiri, Ibrani. Untuk
itu, mereka juga membuat kata sandi YHWH (Yahweh) untuk menyebut nama
Maqdis)
kembali ke Palestina pada tahun 539-509 SM. Saat itu, Babilonia telah ditaklukan
128
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 147
129
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 882
130
Ibnu Jarir al-Thabârî ,Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Juz I, h. 539
101
oleh Persia di bawah kekuasaan raja Cyrus yang agung131 (ada yang menyebut
nama raja itu Besytaseb).132 Pada saat inilah dibangun kembali Baitul Maqdis .
Dan pada masa ini pula peristiwa Uzair yang ditidurkan Allah selama seratus
tahun dan setelah ia dibangunkan kemudian ia menulis ulang kitab Taurat karena
tidak ada lagi kitab Taurat yang tersisa pasca penghancuran kota Yerussalem oleh
Nebukadnezar.
Uzair adalah salah satu Nabi Banî Isrâ‟îl. Ia hidup setelah zaman Nabi
Dawud dan Nabi Sulaiman, namun sebelum zaman Nabi Zakaria dan Yahya.
Tidak seorangpun yang tersisa dari Banî Isrâ‟îl yang masih menghafal kitab suci
Taurat selain dia, lalu Allah mengilhamkan hafalan itu kepada Uzair, lalu ia
sejumlah ulama mengatakan, runtutan kabar yang disampaikan oleh orang yang
banyak (tawatur) dalam Kitab Taurat telah terputus. Tepatnya pada masa Uzair.
Tawatur ini adalah salah satu syarat dipercayanya sebuah riwayat, karena tawatur
mengharuskan orang yang meriwayatkannya mesti lebih dari sepuluh orang pada
131
Ibnu Jarir menyebutkan bahwa Raja Cyrus atau Bestasyeb adalah seorang raja yang
adil dan bijaksana dalam memimpin kerajaannya. Banyak sekali masyarakat, negeri, raja, dan
panglimanya yang tunduk di bawah kepemimpinannya. Ia juga memeiliki kepandaian dalam
membangun kota-kota, sungai-sungai, dan benteng-benteng pertahanan. Lihat Ibnu Jarir al-Thabârî
,Tarikh al-Umam wa al-Muluk , Juz I, h. 540-541
132
Ibnu Jarir al-Thabârî ,Tarikh al-Umam wa al-Muluk , Juz I, h. 540
133
Abdullah ibn Hasan ibn Hibatullah ibn Abdullah Ibnu Husain Ibn Asakir, Tarikh al-
Dimasyqa, ( Beirut: Dar el-Fikr, 1995) h. 499
102
masanya. Klaim kaum Yahudi yang menganggap „Uzair adalah putra Allah
merupakan suatu penyimpangan Tauhid, hal ini tercantum dalam Alquran berikut:
ض ُِهو َف ِ ت ٱلنَّصرى ٱل ِٰي ٱبن ٱللَّ ِو ذَلِك قَوَُّلم بِأ ِ َت ٱليػهود عزير ٱبن ٱللَّ ِو وقَال ِ
َ َُفوى ِهم ي
َ ُ َ ُ ُ َ ََ َ ُ ٌ َُ ُ ُ َ ََوقَال
َّ ين َك َف ُرواْ ِمن قَب ُل قَتَػلَ ُه ُم ٱللَّوُ أ
ٖٓ ََّن يُؤفَ ُكو َف ِ َّ َ َق
َ وؿ ٱلذ
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang
Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang
kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai
berpaling”134 (QS. al-Taubah[9]: 30)
kenyataan paham „Uzair sebagai putra Allah tidak berlaku secara umum
Sebab turun ayat di atas sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Ishaq, Ibn
Jarir dan Ibn Mardawaih bersumber dari Ibnu Abbas, Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa Salam bin Musykaram, Nu‟man bin Aufa, Muhammad bin
Dihyah, Syas bin Qais dan Malik bin ash-Shaif menghadap Rasulallah saw.
Seraya berkata: “ Bagaimana kami bisa mengikuti tuan, padahal tuan telah
meninggalkan kiblat kami dan tidak menganggap „Uzair sebagai putra Allah‟‟136.
Berkenaan dengan peristiwa tersebut turunlah ayat ini, yang menegaskan bahwa
134
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 191
135
Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami‟ al-Bayân „an Ta‟wîl Al-Qur‟anjuz X, h. 110-112
136
Hadits ini bernilai Hasan; diriwayatkanoleh al-Thabarî, diriwayatkan dari Abu Kuraib
dari Yunus bin Bukair dari Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Sa‟id bin Jubair
atau Ikrimah dari Ibnu „Abbas. Semua perawi dalam sanad ini tsiqah. Lihat al-Thabarî, al-Jâmi‟
al-Bayan,Juz 11 h. 409. Lihat pula Abu „Umar Nâdî, al-Maqbul min Asbab al-Nuzul, (Kairo:
Mathba‟ah al-Amânah, 1997), h. 367
103
ucapan Yahudi itu sama dengan ucapan kaum kafir sebelum mereka yang telah
kaum Yahudi, bukanlah dalam arti sebenarnya sebagaimana halnya kaum Nasrani
yang mengatakan al-Masih anak Allah. Kata-kata itu hanyalah kiasan sebagai
dihormati dan dianggap sebagai anak Allah. Pengertian anak Allah di sini bukan
berarti anak yang memiliki unsur ketuhanan, tetapi lebih pada orang yang
mendapat anugerah dan dipilih Allah untuk menyelamatkan kitab Taurat dari
kehancuran.138
bahwa setelah Allah selesai menciptakan langit dan bumi, kemudian Dia bertahta
Nya di atas kaki-Nya yang lain.”139 Kendati demikian, pendapat ini pun bukan
137
Ahmad Musthafa al-Marâghi. Tafsir al-Marâghi, h. 169
138
Muhammad Husayn Thabathaba‟î, al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an, (Beirut ; Mu‟assasah
al-A‟lami li Mathbû‟ah, 1973 M), juz X, h. 253
139
Al-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal, (Beirut: Dar l-Fikr, t.th) h.220
104
dari ajarann tauhid yang dibawa nabi Musa as., yang sedikit banyak menodai
Kemudian pada tahun 330 SM saat dipimpin pleh Darius III, Persia
ditaklukan oleh Alexander Agung dari Yunani. Bangsa Yahudi pun berganti tuan.
Tahun 301 SM, sebagian negeri jajahan Yunani dapat direbut Mesir, salah satunya
adalah Palestina. Lalu, pada tahun 199 SM, Palestina direbut oleh Assyria dari
Mesir dan menguasainya selama 50 tahun sampai tahun 142 SM. Pada tahun
tetapi tidak sampai seabad, yaitu 63 SM, mereka kembali hatuh ketangan bangsa
Romawi.140
Pada masa penjajahan Romawi inilah, Tuhan mengutus Nabi Isa. Ia diutus
untuk mengajak Bani Isrâ‟îl agar berpegang teguh pada ajaran Nabi Musa yang
tahunandi Baitul Maqdis sebagai perayaan selamatnya Bani Isrâ‟îl dari penindasan
diwarnai perjudian. Bahkan, dipintu gerbang Baitul Maqdis diberi patung garuda
Hal itu membuat Isa dan pengikutnya menyerbu Baitul Maqdis. Kerusuhan
untuk menagkap Isa dan pengikutnya. Tetapi, mereka telah menyingkir dan
140
M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia , h. 350
105
bersembunyi di bukit Gesmani. Saat itu, orang Yahudi menyebarkan isu bahwa
sebagai Raja Yahudi. Dari sinilah awal penangkapan Isa, dan terjadilah
َسنص ُار ٱللَّ ِو ءَ َامنَّا بِٱللَّ ِو َ ََسنصا ِري إِ ََل ٱللَّ ِو ق
َ َاؿ ٱلََوا ِريُّو َف ََن ُن أ َ َاؿ َمن أ
َ َفر ق ِ س ِع
َ يٰى م ُنه ُم ٱل ُك
َ َّ َح َ فَػلَ َّما أ
ٕ٘ ٱشهد بِأََسنَّا ُمٰلِ ُمو َف
َ َو
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah
dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk
(menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia)
menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman
kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-
orang yang berserah diri” (QS. Âli „Imrân [3]: 52)
Setelah Nabi „Isa berdakwah dan memperlihatkan hujjah dan bukti nyata
kesesatan, dan keingkaran mereka. Maka Allah swt. memilih sekelompok orang
dari kaum Bani Isrâ‟îl yang baik untuk dijadikan sahabat dan penolong bagi Nabi
kaum Yahudi berniat membunuh dan menyalib Nabi „Isa a.s., bahkan mereka
meminta bantuan raja untuk membantu melaksanakan niat merak. Namun niat itu
digagalkan oleh Allah, karena Nabi „Isa a.s. diselamatkan dari tangan jahat
mereka.142
Romawi, tetapi tidak berhasil. Komandan militer Romawi saat itu, Titus, berhasil
141
M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia , h. 351
142
Jalâluddin al-Suyuthî, Ad-Dûr al-Mantsur, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 911 H)
Juz II, 238
106
kota baru dinamakan Elia Capitolina, yang kemudian dikenal dengan nama Elya.
Bangsa Yahudi dilarang memasuki kota Yerussalem selam 200 tahun. Jumlah
penduduk pribumi dari keturunan Kan‟an yang berasimilasi dengan kabilah Arab
Islam. Kota Yerussalem kemudian diserahkan secara resmi kepada khalifah Umar
diperlakukan dengan adil dan diberi kebebasan beribada sesuai agama masing-
masing. Saat itu Yahudi, Kristen dan Islam hidup rukun dan berdampingan.143
2.600 tahun silam, orang-orang Yahudi yang berhasil meloloskan diri hijrah ke
yang jauh, dan mereka kemudian membangun komunitas. Kaum yahudi yang
saw.
143
M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia , h. 352
107
ayat-ayat yang berkenaan dengan kaum Yahudi Madinah, yaitu ayat-ayat tersebut
turun untuk merespon prilaku kaum Yahudi masa itu yang seringkali berprilaku
menyimpang dari ajaran Taurat, justru kaum Yahudi masa itu kerap kali merubah
isi kitab Taurat dan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw., hal ini
ٰمع ِ ِِ ِ ِ ِ َّ
َ صينَا َوٱَسَع َغ َي ُم َ ادواْ َُيَِرفُو َف ٱل َكل َم َعن َّم َواضعوۦ َويػَ ُقولُو َف ََسعنَا َو َع
ُ ين َى َ ِم َن ٱلذ
َلٰنَتِ ِهم َوطَعنا ِف ٱلدِي ِن َولَو أََسنػ َُّهم قَالُواْ ََِسعنَا َوأَطَعنَا َوٱَسَع َوٱَسنظُرَسنَا لَ َكا َف َخيا
ِ ور ِعنَا لَيَّا بِأ
ََ
144
ٗٙؤمنُو َف إََِّل قَلِيَل
ِ ََّّلم وأَقوـ ولَ ِكن لَّعنَػهم ٱللَّو بِ ُكف ِرِىم فَ ََل ي
ُ ُ ُُ َ َ ََ َ ُ
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-
tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau
menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu
sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan):
"Raa´ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama.
Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan
dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka
dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran
mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.”145 (QS. al-
Nisa‟ [4]: 46)
144
Lihat juga ayat berikut:
ؤمن قُػلُوبػُ ُهم َوِم َن ِ َُسنك ٱلَّ ِذين يٰ ِرعو َف ِف ٱل ُكف ِر ِمن ٱلَّ ِذين قَالُواْ ءامنَّا بِأَفوِى ِهم وَل تَ وؿ ََل ََيُز َّ يَاأَيػُّ َها
ُ ٱلر ُس
َ َ ََ َ َ ُ َُ َ
اضعِ ِوۦۖ يػَ ُقولُو َف إِف
ِ عد مو ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ادواْ ََسَّعو َف لِل َك ِذ ِ َّ
َ َ َوؾ َُيَِرفُو َف ٱل َكل َم من ب َ ُين َل يَأتَ اخ ِر
َ َب ََسَّ ُعو َف ل َقوـ ء ُ ُ ين َى َ ٱلذ
ين َل ِ َّ ِأُوتِيتم ى َذا فَخ ُذوه وإِف َّل تُؤتَوه فَٱح َذرواْ ومن ي ِرِد ٱللَّو فِتنتوۥ فَػلَن ََتلِك لَوۥ ِمن ٱللَّ ِو شيا أُولَئ
َ ك ٱلذ َ ْ َ َ ُ َ ُ ََ ُ ُ َ َ ُ ُ َُ ُ َ ُ
ِ ِ ِ ِ
٣٠ عظيم ٌ يُِرد ٱللَّوُ أَف يُطَ ِهَر قُػلُوبػَ ُهم ََّلُم ِف ٱلدَُّسنيَا خزي َوََّلُم ِف ٱِلخَرةِ َع َذ
َ اب
“Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera
(memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan
mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di
antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-
berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum
pernah datang kepadamu; mereka merubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-
tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh
mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-
hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu
tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah
orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan
di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar” 144(QS. al-Mâidah [5]: 41)
145
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 109
108
bisa dilakukan dengan dua cara: pertama , mentakwilkan suatu kalimat dengan
makna yang tidak dikehendaki oleh kalimat itu. Misalnya yang dilakukan orang-
orang Yahudi adalah mengatakan bahwa seorang rasul yang diberitakan dalam
Taurat yang akan datang adalah bukan Muhammad tetapi orang lain yang sampai
mengambil suatu kalimat atau sebagian isi al-Kitab dan meletakkannya di tempat
adukan apa-apa yang berasal dari nabi Musa dan apa-apa yang ditulis orang jauh
orang yahudi terhadap Taurat keliru, dan mereka berbuat jahat terhadap ayat-ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
dua golongan Yahudi. Salah satu di antaranya , pada zaman jahiliah, suka
menzalimi yang lain, yaitu mereka memaksakan hukum yang tak seimbang.
Ketetapan ini berlaku hingga Rasulallah saw. diutus. Pada suatu ketika si lemah
sekarang ini dengan rasa dongkol, tertekan serta takut terjadi perpecahan. Tapi
sekiranya Muhammad sudah sampai kemari, kami tidak akan memneri itu
kepadamu. “Hampir saja terjadi peperangan diantara dua golongan itu. Mereka
mereka149.
Pendapat lain mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kaum
ajaran Taurat yang mewajibkan hukum rajam bagi pezina yang telah menikah. Hal
ini mereka lakukan karena maraknya perzinahan yang dilakukan oleh orang-
orang kaya dan terhormat di kalangan mereka. Rasulallah merasa sedih dengan
komdisi seperti ini. Hingga ayat ini turun untuk menghibur beliau150.
oleh orang-orang Yahudi itu secara lebih spesifik seperti perubahan tentang sifat-
sifat nabi Muhammad dan penghapusan hukum rajam. Pada dasarnya Zamaksyari
menerima makna lafzhi dari ayat-ayat ini, yaitu bahwa sebagian orang-orang
149
Lihat Jalâludîn al-Suyûthî, Lubâb al-Nuqûl fi asbâb al-Nuzûl (Riyadh: Maktabah al-
Riyadh, t.th) h. 226
150
Lihat Jalâludîn al-Suyûthî, Lubâb al-Nuqûl fi asbâb al-Nuzûl, h. 227
110
isi Taurat151.
yang dimiliki oleh umat Yahudi sekarang tidak terdapat di dalamnya ajaran
tentang Hari Akhirat dan adanya balasan setelah mati.152 Al-Aqqad juga
Penghapusan konsep Hari Akhirat dalam kisah Taurat yang mereka susun,
bukanlah merupakan hal yang aneh jika dihubungkan dengan pandangan hidup
orang Yahudi yang matrealistis. Pandangan hidup mereka yang serba materi ini
menyangkut keyakinan kepada yang Ghaib, yaitu Hari Akhirat, yang menjadi
bagian esensial dari agama samawi yang tidak mungkin diabaikan. Nilai-nilai
esensial yang terkandung di dalam konsep keyakinan kepada Hari Akhirat ini,
menurut Fazlur Rahman sangat penting, karena : pertama, moral dan keadilan
sebagai suatu konstitusi penilaian kualitas perbuatan secara adil sangat sulit
ukhrawi ; ketiga, perbedaan pendapat dan konflik yang diakui secara jujur sangat
sulit dijumpai di dunia. Oleh karena itu pemecahan masalah tersebut akan dapat
151
Zamakhsyari, Tafsir al-Kassyâf „an haqâiq al-Tanzîlwa „Uyûn al-Aqwîl fi wujûh al-
Ta‟wîl, (Kairo: Musthafa al-Bâbi al-Halabi wa Aulâduh, 1972 M), Jilid I, h. 291, 530 dan 600.
152
Mahmud al-Syarif, Al-Adyan Fi Alquran,( Jeddah: Dâr Ukkâzh, 1979), h. 103
153
Mahmud al-Syarif, Al-Adyan Fi Alquran,, h. 103
111
ditentukan di akhirat karena batin manusia akan terlihat jelas.154 Allah sendiri
kenikmatan surgawi bagi orang yang baik dan taat kepada-Nya dan kesengsaraan
Kaum Yahudi Madinah selain kerap kali merubah isi Taurat, mereka juga
datangnya seorang Rasul yang kelak akan melanjutkan ajaran yang dibawa oleh
nabi dan rasul sebelumnya. Berita mengenai akan datangnya seorang Rasul,
mereka ketahui melalui informasi dari kitab suci mereka baik Taurat maupun
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu „Abbas dijelaskan bahwa
dikalahkan, maka ketika iru orang-orang Yahudi memanjatkan doa yang artinya:
“Ya Allah, kami mohon kepada-Mu demi nabi yang ummî yang engkau
janjikan untuk mengutusnya kepada kami di akhir zaman, menangkanlah
kami atas mereka.”
154
Fazlur Rahman, Mayor Themes Of Qur‟an, (Chicago : Bibliotheca Islamica, 1980) , h.
23-24
155
Ibnu Katsîr, al-Sîrah al-Nabawîyah , Juz I, h. 286.
156
Lihat QS. al-A‟râf (7): 157
157
Ghatfân adalah suku kuno besar dari utara Madinah dan dari mereka muncul suku
Bani „Abs , Bani Ashga dan Bani Thibyan. Mereka adalah salah satu suku Arab yang berinteraksi
dengan Nabi Muhammad saw.
112
Ketika terjadi lagi kontak senjata antara orang Yahudi Khaybâr berperang
melawan Arab suku Ghatfân, mereka membaca doa ini dan berhasil mengalahkan
akan datang seorang nabi yang akan membebaskan mereka dari penindasan. Hal
ini mereka kemukakan kepada suku „Aus dan Khazraj, “bahwa akan datang
seorang nabi( dari kelompok mereka) dan bila ia datang pastilah kaum Yahudi
justru mereka tidak beriman kepada beliau. Maka berkaitan dengan prihal tersebut
ين ِ َّ ِ ِ ِ َ ند ٱللَّ ِو ُم ِ ولَ َّما جاءىم كِتب ِمن ِع
َ بل يَٰتَفت ُحو َف َعلَى ٱلذ
ُ َصدِؽ ل َما َم َع ُهم َوَكاَسنُواْ من ق َ َُ َ َ
ِ ِ َّ ِِ
ٜٛ ينَ َك َف ُرواْ فَػلَ َّما َجاءَ ُىم َّما َعَرفُواْ َك َف ُرواْ بوۦۚ فَػلَعنَةُ ٱللو َعلَى ٱل َكف ِر
“Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang
membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka
biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas
orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah
mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah
atas orang-orang yang ingkar itu”160 ( QS. al-Baqarah [2]: 89)
dalam kitab suci mereka mengenai berita kerasulan Nabi Muhammad juga
disebabkan oleh sifat ekslusivisme dan rasa superioritas yang menonjol dalam diri
mereka, khususnya kedengkian dan iri hati mereka.162 Hal demikian disebabkan
karena sebelumnya mereka menduga bahwa nabi yang akan diutus itu berasal dari
kalangan Bani Isrâ‟îl, tetapi ternyata nabi yang datang berasal dari golongan Arab
itu bukan berasal dari kalangan mereka tergambar dari ucapan mereka yang
terhadap kerasulan Nabi Muhammad saw. dengan alasan yang diada-adakan oleh
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ
ُ ين قَالُواْ إ َّف ٱللَّوَ َعه َد إلَينَا أَََّل َسنُؤم َن لَر ُسوؿ َح َّّت يَأتيَػنَا ب ُقربَاف تَأ ُكلُوُ ٱلن
َّار قُل قَد َ ٱلذ
فَِإف٠٨٢ ني ِ ِ ت وبِٱلَّ ِذي قُلتم فَلِم قَػتلتموىم إِف ُكنتم ِ ِ ِ
َ صدقَ ُ ُ ُُ َ َ ُ َ ََجاءَ ُكم ُر ُسل ِمن قَبلي بٱلبَػيِػن
ِ ِب ٱلن
ِ َٱلزبُِر وٱل ِكت ِ َك جاءو بِٱلبػيِػن ِ َ َُك َّذب
٠٨٣ ي
ُ َ ُّ ت َو َ ُ َ َ ب ُر ُسل ِمن قَبل َ وؾ فَػ َقد ُك ِذ
161
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 75
162
Lihat QS.al-Baqarah (2): 109
163
Lihat Syamsuddin al-DZahabî, Târîkh al-Islâm wa Thabaqât al-Masyâhir wa al-
A‟lam, (Kairo: Dâr al-Kitab al-Mishrî, 1985 m), Jilid I, h. 17
164
Abu al-Hasan al-Wâhidî, Asbâb al-Nuzûl, ( Beirut: Dâr al-Tsaqafah al-Islamiya, 1984)
h. 26
114
kaum Yahudi yang di respon dan diabadikan oleh Alquran adalah sikap
sebagai pihak yang paling benar, sedang pihak lain berada di pihak yang sesat.
Hal ini tergambar dalam klaim-klaim antara Yahudi dan Nasrani yang direkam
165
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 74
166
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 18
115
muncul dari ajaran agam mereka. Hal demikian dapat dipahami apabila
ayat tersebut turun berkaitan dengan sikap dan prilaku orang-orang Yahudi
Madinah yang mempunyai hubungan sosial yang cukup baik dengan umat Islam.
Melihat situasi tersebut, orang-orang Nasrani dari Najran yang merupakan saingan
kaum Yahudi dan Nasrani, pada awalnya lebih banyak dipengaruhi faktor
agama.
Nasrani itu tidak benar menyebabkan mereka mengingkari kenabian Isa a.s.,
sebaliknya kaum Nasrani karena beranggapan kaum Yahudi tidak ada asal usul,
maka mereka mengingkari kenabian Musa, padahal Isa a.s. adalah pelanjut
syari‟at Musa a.s. Pendapat seperti berdasarkan pada sebab turun ayat ini168.
167
Abu al-Hasan al-Wâhidî, Asbâb al-Nuzûl, h. 33. Lihat pula Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami‟
al-Bayân „an Ta‟wîl Alquran, Juz II, h. 513. Lihat pula Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-„Azhîm, Juz
II, h.76 .
168
Ahmad Musthafa al-Marâghi. Tafsir al-Marâghi, h. 359
116
“kamu tidak berada pada jalan yang benar, karena menyatakan kekufuran terhadap
Nabi Isa dan kitab Injilnya.‟‟ Seseorang dari kaum Nasrani Najran membantahnya
dengan mengatakan: „‟ Kamu pun tidak berada dalam jalan yang benar, karena
menentang kenabian Musa dan kufur kepada Taurat. “Maka Allah menurunkan
Selain itu sikap ekslusif dari kedua kelompok ahlul kitab (Yahudi dan
selamat dan masuk surga di hari kemudian, serta menganggap kelompok lainnya
نيِ ِ وقَالُواْ لَن يدخل ٱلنَّةَ إََِّل من َكا َف ىودا أَو َسنَصرى تِلك أَماَسنِيُّػهم قُل ىاتُواْ برىن ُكم إِف ُكنتم
َ صدقَ ُ ََ ُ َ ُ َ َ ََ ً ُ َ َ َُ َ َ
ٔٔٔ
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani".
Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.
Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang
yang benar" 170(QS. al-Baqarah [2]: 111)
mereka di hari kemudian mendapat tanggapan dari Alquran agar mereka masing-
mereka.
ِ ِ ِ ِ ِ
ٖٔ٘ َ صَرى ََتتَ ُدواْ قُل بَل ملَّةَ إِ َبرى َم َحنيفا َوَما َكا َف م َن ٱلُش ِرك
ني َ َودا أَو َسن
ً َوقَالُواْ ُكوَسنُواْ ُى
169
Lihat Jalâludîn al-Suyûthî, Lubâb al-Nuqûl fi asbâb al-Nuzûl, 47
170
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 17
117
Nabi saw. : Petunjuk itu tiada lain kecuali apa yang kami anut, maka Ikutilah kami
wahai Muhammad, agar tuan mendapat petunjuk. “Kaum Nasrani pun berkata
seperti itu juga. Maka Allah menurunkan Ayat tersebut, yang menegaskan bahwa
agama Ibrahim adalah agama yang bersih dari perubahan yang menimbulkan
syirik171.
mereka sudah mengalami perubahan dan sudah menyimpang dari ajaran yang
dibawa oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi „Isa a.s. Kaum Yahudi mengubah ketentuan
beribadah hari sabtu, kaum nasrani mengubah ajaran tauhid dengan paham
trinitas.
َّصَرى ََن ُن أَبنَ ُؤاْ ٱللَّ ِو َوأ َِحبَّ ُؤ ۚهۥُ قُل فَلِ َم يػُ َع ِذبُ ُكم بِ ُذَسنُوبِ ُكم بَل أََسنتُم بَ َشر َِمَّن َ ود َوٱلن
ِ
ُ َوقَالَت ٱليَػ ُه
ت َوٱِلَر ِ َوَما بَينَػ ُه َما َوإِلَ ِيو ِ ٱلٰمو ِ ِ ِ
َ َ َّ لك ُ ب َمن يَ َشاءُ َوللَّ ِو ُم ُ َخلَ َق يَغف ُر ل َمن يَ َشاءُ َويػُ َع ِذ
٠٨ صي ِ
ُ َٱل
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-
anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah
menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah
dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara
orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah
kembali (segala sesuatu).”172 (QS. al-Mâidah [5]: 18)
171
Lihat Jalâludîn al-Suyûthî, Lubâb al-Nuqûl fi asbâb al-Nuzûl, h. 55
172
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 111
118
Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa bahwa Nu‟man bin Qushay,
Bahir bin Umar dan Syas bin „Adi (dari kaum Yahudi) mengadakan pembicaraan
seperti ini biasa diucapkan oleh Kaum Nasrani. Maka Allah menurunkan Ayat
anak-anak dan kekasih Allah. Jika yang mereka maksud sebagai anak-anak adalah
anak dalam pengertian hakiki, jangankan mereka , „Îsa pun tidak! Apabila yang
sebagaimana anak dekat dengan ayahnya dan dengan demikian mereka menjadi
umat terpilih, maka ini bantahannya dengan menyatakan bahwa faktanya Allah
bantahan Allah kepada Kaum Yahudi yang menganggap diri mereka kekasih
Allah sawt:
وت إِف ُكنتُم ِ قُل يأَيػُّها ٱلَّ ِذين ىادواْ إِف َزعمتُم أََسنَّ ُكم أَولِياء لِلَّ ِو ِمن د
ِ وف ٱلن
َ ََّواْ ٱل
ُ َّاس فَػتَ َمنػ ُ َُ َ َُ َ َ َ
٥ ني ِِ
َ صدق َ
173
Lihat Jalâludîn al-Suyûthî, Lubâb al-Nuqûl fi asbâb al-Nuzûl, h. 222
174
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah,Vol. V, h. 73
119
kepada Nabi Musa a.s dan Nabi „Isa a.s. telah mengalami perubahan di tangan
pemeluknya. Kerena itu sebenarnya Yahudi dan Nasrani tidak pantas saling
Ayat Alquran yang memakai term Yahudi juga menjelaskan tentang sikap
kaum Yahudi yang sangat keras memusuhi Islam, hal ini tergambara dalam ayat
berikut:
Yahudi sudah memperlihatkan permusuhan yang keras terhadap umat Islam. Hal
َّصَرى َح َّّت تَػتَّبِ َع ِملَّتَػ ُهم قُل إِ َّف ُى َدى ٱللَّ ِو ُى َو ٱَّلَُدى َولَئِ ِن
َ ود َوََل ٱلن
ُ نك ٱليَػ ُه
َ ضى َع
َ َولَن تَر
ٕٔٓ ص ٍي ِ َك ِمن ٱللَّ ِو ِمن وِل وََل َسن ِِ ِ ِ َّ ٱتػَّبعت أَىواءىم ب
ََّ َ َ َعد ٱلذي َجاءَ َؾ م َن ٱلعلم َما ل َ َ َُ َ َ َ
175
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 553
176
Ahmad Musthafa al-Marâghi. Tafsir al-Marâghi, h. 353
177
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 121
120
Kendati ayat di atas menjelaskan sikap negatif orang Yahudi dan Nasrani
terutama pada masa Rasulallah saw. lebih banyak disebakan faktor ekonomi dan
politik dibandingkan dengan faktor agama. Terbukti bahwa pada awal kedatangan
berdampingan secara damai dengan umat Islam. Isi perjanjian untuk hidup
berdampingan secara damai anatara umat Islam dan kaum Yahudi di Madinah
178
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 19
121
Nabi untuk menyelesaikan suatu persoalan yang ada pada mereka, atau juga
kaum Yahudi Bani Nazdir dan Yahudi Bani Qurayzhah tentang besarnya diyat
yang berlaku antara mereka. Masalah tersebut tidak dapat mereka selesaikan
Madinah sama sekali tidak menghalangi mereka untuk melakukan hubungan yang
saw. mempunyai sekretaris orang Yahudi. Hal demikian diperlukan karena orang
Yahudi tersebut mahir dalam bahasa Ibrani dan Suryani. Ia baru diganti oleh Zaid
kedengkian dan iri hati mereka terhadap Nabi Muhammad saw. yang memperoleh
itu diperoleh Banî Isrâ‟îl. Kedengkian dan kebencian ini berkembang menjadi
lebih besar dengan persatuan masyarakat Aus dan Khazraj di bawah naungan
179
Muhammad Husayn al-Dzahabî, al-Isrâilîyât fi al-Tafsîr wa al-Hadîts, (Kairo:
Maktabah Wahbah, 1986 M), h. 12.
180
Ibnu Hisyam, al-Sîrah al-Nabawîyah, ( Kairo : Musthafa al-Bâbî al-Halabi wa
Aulâduh. 1955 M), h. 196
181
Muhmmad Husayn Haykal, Hayâtu Muhammad, (Kairo: Mathba‟ah al-Sunnah al-
Muhammadiyah, 1972 M), h. 312
122
Islam, padahal selama ini mereka upayakan agar kedua kabilah tersebut terus
praktik riba182. Hal itu juga disebabkan oleh sifat ekslusifisme dan superioritas
Yahudi yang memandang diri sebagai kekasih Allah. Bahkan sebagian diantara
mereka menyatakan bahwa tidak ada dosa berlaku aniaya dan berkhianata
ِ ِ ِ ِ
ك َ ك َوِم ُنهم َّمن إِف تَ َأمنوُ بِدينَار ََّل يػُ َؤِد ٓهۦ إِلَي
َ ب َمن إِف تَ َأمنوُ بِقنطَار يػُ َؤِد ٓهۦ إِلَي ِ ََىل ٱل ِكت
ِ َوِمن أ
يس َعلَينَا ِف ٱِلُِميِ َن َسبِيل َويػَ ُقولُو َف َعلَى ٱللَّ ِو ِ َ ِمت َعلَ ِيو قَائِما ذَل َ إََِّل َما ُد
َ َك بأََسنػ َُّهم قَالُواْ ل
ٚ٘ ب َوُىم يَعلَ ُمو َف ِ
َ ٱل َكذ
“Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara
mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar,
tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya.
Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi
kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah,
padahal mereka mengetahui.”183 (QS. Âli „Imrân [3]: 75)
semuanya untuk kaum Yahudi. Maka apa yang ada pada orang-orang Arab, juga
adalah hak orang-orang Yahudi. Sehingga tidak ada dosa apabila mereka
memusuhi Islam telah bermula sejak perkembangan Islam di Makah. Pada suatu
182
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah,Vol. V, h. 73
183
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 59
184
Lihat Mahmud al-Alusî, Rûh al-Ma‟âni fi Tafsir Alquran al-„Azhim wa al-Sab‟ al-
Matsânî, (Beirut: Dâr Ihyâ‟ al-Turâts al-„Arabî, t.th.) Juz III, h. 203.
123
hari para tokoh Quraisy yang memusuhi Islam mengadakan pertemuan untuk
membahas upaya menghancurkan Islam. Dalam pertemuan ini para tokoh Quraisy
bersepakat dengan kaum Yahudi di kota Madinah. Untuk itu mereka mengirimkan
dua orang utusan untuk bertemu dengan tokoh-tokoh Yahudi Madinah, guna
kedua orang utusan Quraisy bertemu dengan para tokoh Yahudi, lalu para tokoh
Pertanyaan tentang riwayat pemuda Ashabul Kahfi, tantang Dzul Qarnain, dan
Kemudian ketika dua orang utusan Quraisy ini pulang kembali ke Mekah,
mereka lalu melaksanakan saran dari para tokoh Yahudi Madinah tersebut. Semua
tepat, kecuali pertanyaan mereka mengenai ruh, maka hal itu dijawab oleh Allah
dengan menurunkan surat al-Isra‟ (17): 85. Jawaban yang diberikan Rasulallah ini
justru sebagai sarana yang membuka hati para tokoh Quraisy untuk menerima
Islam, sehingga kedengkian dan permusuhan para tokoh Yahudi terhadap Nabi
bangsa Arab yang musyrik maupun yang kafir agar bersatu menghancurkan
185
Ibnu Hisyam, al-Sîrah al-Nabawîyah, ( Kairo : Musthafa al-Bâbî al-Halabi wa
Aulâduh. 1955 M), h. 164
186
Ibnu Atsir, al-Kâmil fi al-Târikh, (Beirut: Dâr el-Fikr, 1965 M), Jilid I, h. 475
124
dakwah Nabi saw. dan Islam. Dalam perang Ahzab, rombongan kaumYahudi
Madinah di bawah pimpinan Huyay bin Akhthab dari suku Nadzir mengajak
bangsa Quraisy memerangi Rasulallah. Selain mengajak suku Quraisy dia juga
dengan Islam dan bergabung bersama memerangi Islam. Selain itu kaum Yahudi
menyembah berhala untuk ikut serta bergabung dalam pasukan sekutu. Suku-suku
ini diantaranya terdiri dari suku Ghaftan, Bani Murrah, Bani Asyja‟ dan lain-
lain187.
masyarakat dan agama, maka Rasulallah saw. mengingatkan umat Islam agar
berkaitan dengan ajaran agama. Karena boleh jadi bahwa apa yang mereka
sampaikan adalah sesuatu yang dibuat-buat untuk merusak Islam. Rasulallah saw.
َخبَػَرَسنَا َعلِ ُّي بْ ُن الْ ُمبَ َار ِؾ َع ْن ََْي ََي بْ ِن أَِّب َكثِ ٍي َع ْن أَِّب ْ َح َّدثََِن ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر َح َّدثػَنَا عُثْ َما ُف بْ ُن عُ َمَر أ
اب يَػ ْقَرءُو َف التػ َّْوَرا َة بِالْعِْبػَراَسنِيَّ ِة َويػُ َف ِٰ ُروَسنػَ َها بِالْ َعَربِيَّ ِة ِِل َْى ِل
ِ َاؿ َكا َف أ َْىل الْ ِكت
ُ َ ََسلَ َمةَ َع ْن أَِّب ُىَريْػَرَة ق
وى ْم َوقُولُوا َآمنَّا ُ ُاب َوََل تُ َك ِذب ِ َوؿ اللَّ ِو صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو وسلَّم ََل تُص ِدقُوا أ َْىل الْ ِكت ُ اؿ َر ُس َ اْل ْس ََلِـ فَػ َق ِْ
َ َ َ ََ َ
بِاللَّ ِو َوَما أَُسنْ ِزَؿ إِلَْيػنَا َوَما أَُسنْ ِزَؿ إِلَْي ُك ْم ْاْليََة
Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata : “Adalah ahlul kitab mereka membaca
Taurat dalam bahasa Ibrani dan mereka menafsirkannya dengan bahasa
Arab kepada orang-orang Islam. Maka Rasulullah bersabda: “Janganlah
187
Ibnu Hisyam, al-Sîrah al-Nabawîyahh. 164
188
Muhammad Ismâ‟îl al-Bukhâri, Shâhih al-Bukhâri, Jilid III, Juz VI, h. 193
125
terhadap informasi yang disampaikan kaum Yahudi tentang Taurat; dan yang
lebih penting lagi terhadap yang lain. Sesuatu yang tidak bisa dipercaya tidak
bermakna suatu kaum yang terdapat dalam Alquran baru muncul setelah peristiwa
pecahnya kerajaan Israil menjadi dua yaitu kerajaan selatan bernama kerajaan
Yahuda dan yang utara bernama kerajaan Israil. Dalam Alquran beberapa ayat
yang memakai term Yahudi merupakan ayat-ayat yang membahas tentang sikap
kaum Yahudi yang seringkali berprilaku menyimpang dari ajaran Taurat dan
189
Muhammad Husayn al-Dzahabî, al-Isrâilîyât fi al-Tafsîr wa al-Hadîts, h. 44
190
Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-„Azhîm, h. 103
126
191
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 882
192
Ahmad Musthafa al-Marâghi. Tafsir al-Marâghi, (Semarang: CV. Toha Putera) Jilid I,
Juz IV, h. 52-53
193
Zamakhsyari, Tafsir al-Kassyâf „an haqâiq al-Tanzîlwa „Uyûn al-Aqwîl fi wujûh al-
Ta‟wîl, (Kairo: Musthafa al-Bâbi al-Halabi wa Aulâduh, 1972 M), Jilid I, h. 291, 530 dan 600.
127
194
Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami‟ al-Bayân „an Ta‟wîl Alquran juz X, h. 110-112
195
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Jilid V ,
h. 177
196
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah,Vol. V, h. 73
197
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah,Vol. V, h. 73
128
ALQURAN
korelasi antara Asbâth dan Yahudi yaitu pada salah satu garis suku Asbâth yakni
suku Yahuda, yang mana keturunan suku Yahuda inilah yang menjadi cikal bakal
bangsa Yahudi, seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa istilah Yahudi sebagai
nama suatu bangsa ini muncul sejak terjadinya perpecahan pada kerajaan Israil
yang terdiri dari dua belas suku Asbâth pasca wafatnya Nabi Sulaiman as.
menjadi dua bagian yaitu kerajaan Utara (kerajaan Israil) dan kerajaan Selatan
(kerajaan Judah/Yahuda), yang mana suku yang berafiliasi pada kerajaan selatan
(Yahuda) inilah yang menjadi kaum/ bangsa Yahudi, seperti diketahui penduduk
kerajaan Yahuda adalah mayoritas dari keturunan Yahuda anak keempat Nabi
Ya‟qub.
yang banyak. Diantaranya dari keturunan Lewy kemudian lahir Nabi Musa dan
Nabi Harun . Dan dari keturunan Yahuda kemudian lahir Nabi Daud dan Nabi
Sulaiman1. Kemudian anak Nabi Sulaiman yang bernama Rahabeam lah yang
1
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi,( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011),
h. 376-377
128
129
129
Ya'qub/ Israil
Ru Si Ya Na As
Le Isa Da G ye Yu Be
be me hud Ze ftal
wy kh bul nn ad r suf ny
n on a ar i am
on
in
Azer Bares
Hasrun
Kehat
Raum
Imran
'Amina
dab
Musa Harun
Daud
Sulaim
an
Rahab
eam
Keterangan:
perbedaan pendapat para ulama mengenai makna kata Asbâth, sebagaian ulama
seperti Ibnu „athiyah dan „Ali al-Ahabuni memahaminya bahwa yang dimaksud
dengan Asbâth itu adalah kedua belas anak Nabi Ya‟qub2 dan ada juga yang
memahami bahwa yang dimaksud dengan Asbâth itu adalah anak cucu keturunan
Nabi Ya‟qub tidak terbatas hanya pada anak kandung Nabi Ya‟qub saja3.
pendapat mengenai bagaimana posisi Asbâth tersebut, hal ini berkenaan dengan
perbedaan penafsiran mengenai ayat Alquran surat Al-Baqarah (2): 136 dan
Alquran surat Âli „Imrân (3) : 84 dan Alquran surat al-Nisâ‟ (4) : 163 berikut:
وب َوٱلَساَا ِ َوَما ِ ِسَع ِ قُل ءامنَّا بِٱللَّ ِو وما أُن ِزَل َعلَينَا وما أُن ِزَل َعلَ ىى إِ ىبرِى
َ سح َق َويَع ُقَيل َوإ ى َ يم َوإ ى
َ َ ََ ََ ََ
ٛٗ َحد ّْم ُنهم َوََن ُن لَوۥُ ُمسلِ ُمو َن
َيأ
ِ ِ
َ َيس ىى َوٱلنَّاِيُّو َن من َّرِّّْبم َل نُ َفّْر ُق ب
ِ
َ وس ىى َوع
َ ُوتَ ُمِأ
2
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur‟an al-
„Azhim, Jilid I, h. 243
3
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur‟an al-
„Azhim, Jilid I, h. 241
4
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 21
131
swt. pasti ada-Nya. Maha Esa serta mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas
mempercayai pula bahwa Allah swt. telah menurunkan wahyu kepada para Nabi
yang terdahulu yaitu Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak. Ya‟qub, nabi-nabi keturunan
Ya‟qub, dan wahyu yang disampaikan kepada Musa, Isa dan nabi-nabi yang lain
yang diutus Allah, yang berfungsi sebagai petunjuk bagi umatnya6. Wahyu yang
disampaikan kepada para nabi itu mempunyai prinsip dan tingkat yang sama,
5
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 61
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Jilid II, h. 131
7
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 104
132
Nabi Musa dan Nabi `Isa as disebutkan dalam ayat ini secara khusus.
adalah karena pembicaraan dalam ayat ini dan ayat sebelumnya serta sesudahnya
mereka seperti Nabi Daud, Nabi Ayub dan lain-lain. Termasuk pula nabi-nabi
yang menerima wahyu, akan tetapi tidak dikisahkan Allah di dalam Alquran
kepada kita.
untuk memberikan ketegasan bahwa Alquran itu adalah sebagai sumber yang
diturunkan sebelumnya itu. Oleh karena itulah maka kenabian dari para nabi yang
telah disebutkan dalam Alquran itu wajib kita percayai secara prinsip, sesuai
derajat para rasul itu, oleh sebab itu orang-orang yang beriman tidak boleh
8
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Jilid II, h. 632
133
mempercayai sebagian isi Alquran itu tetapi mengingkari sebagiannya yang lain,
seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani
hendaklah membersihkan diri dari perbuatan dosa. Ayat ini diawali dengan
perintah untuk beriman kepada Allah dan diakhiri dengan perintah untuk
"berserah diri taat dan patuh" untuk memberikan penjelasan tentang tujuan dari
penafsiran di kalangan ulama, yakni kata “”ٱألَسبَاط. Sebagian ulama ada yang
ada orang yang menyangka hal itu sebagai pendapat yang menyatakan kenabian
mereka. Padahal yang dimaksudkan tentang mereka adalah anak cucunya, bukan
Ibnu Katsir berpendapat, bahwa tak ada suatu dalil tentang kenabian
mereka diberi wahyu setelah itu. Namun pendapat ini perlu dikritik dan orang
yang mengklaim demikian perlu dalil. Jadi, Allah Ta‟ala menyebutkan bahwa Dia
memberikan wahyu kepada para nabi dari kalangan asbath (anak cucu) Bani
Isra‟il. Allah sebutkan mereka secara global lantaran mereka banyak. Akan tetapi
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, Jilid
II, h. 633
10
Ibnu Jarîr al-Thabarî ,Tarikh al-Umam wa al-Muluk , Juz I, h. 521
134
setiap asbath (anak cucu) berasal dari anak keturunan saudara-saudara Yusuf. Tak
ada dalil yang menunjukkan tentang pribadi-pribadi mereka itu bahwa mereka
diberi wahyu11.
kata “qabilah” bagi orang Arab. Wahyu hanyalah diturunkan kepada para nabi
pula para Asbâth; telah diturunkan wahyu kepada para nabi mereka, lalu Allah
pun sandarkan perkara turunnya wahyu kepada para Asbâth (anak cucu Ya‟qub),
penelitian, bahwa, saudara-saudara Yusuf bukanlah nabi. Tak ada berita di dalam
Alquran, dari Nabi saw. dan para sahabatnya bahwa Allah swt. mengangkat
mereka sebagai nabi. Orang-orang yang berpendapat bahwa mereka adalah nabi
hanyalah berhujah dengan firman Allah, “(… ”)…واألسباطdalam dua ayat dalam
bahwa mereka adalah anak-anak Ya‟qub. Pendapat yang benar bahwa bukanlah
anak cucu Ya‟qub, sebagaimana halnya mereka juga dinamai dengan “Banî
Isrâ‟îl”. Diantara anak cucu Ya‟qub, ada beberapa orang nabi. Jadi, Asbâth (anak
11
Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur‟an al-„Azhîm,), Jilid I , h.
12
Abû „Alî al-Fadhl ibn al-Hasan al-Thabarsî, Majma‟ al-Bayân fî Tafsîr al-Qur‟an,
(Beirut: Dâr Ihyâ‟ al-Turâts al-„Arabî, 1406 H / 1986 M) Jilid I, h. 489
135
cucu Nabi Ya‟qub) dari kalangan Bani Isra‟il, seperti Qabîlah (kabilah) dari
Menurut al-Asfahani, asal kata Asbâth adalah pepohonan yang lebat lagi
halnya dahan-dahan berasal dari sebuah pohon, demikian pula para Asbâth (anak
cucu) berasal dari Ya‟qub. Kata Asbâth, sama dengan kata “hafid” (anak cucu)14.
Hasan dan Husain adalah dua cucu Rasulullah saw. .Sedangkan Asbâth adalah
anak cucu Nabi Ya‟qub, yakni keturunan anak-anak beliau yang berjumlah dua
belas15.
umat-umat dari Banî Isra‟îl; setiap sibth (kata tunggal dari kata asbâth) adalah
sebuah umat. Bukanlah asbâth itu adalah anak-anak kandung Ya‟qub yang
berjumlah dua belas orang. Bahkan tak ada gunanya menamai mereka demikian
sebelum bertebarannya dari mereka anak keturunan dalam bentuk asbâth (jumlah
banyak). Jadi, keadaan sebenarnya bahwa sebuah sibth adalah kumpulan manusia.
13
Muhammad al-Husayn al-Thabâthaba‟î, al-Mîzan fi Tafsîr Al-Qur‟an, (Beirut:
Mu‟assasah al-„Alamî li Mathbû‟ah, 1393 H/ 1973 M) h. 315-316
14
Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur‟an , (Mesir Musthafa al-Bâbi
al-Halabi, ,1961) h. 293
15
Fakh al-Râzi, Tafsîr al-Kabîr, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1405 H /1985 M) Jilid II, H. 92
16
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 171
136
anak Ya‟qub”, maka ia tak memaksudkan bahwa mereka (Asbâth) adalah anak-
makna ayat itu dengan anak-anak kandung Ya‟qub adalah sebuah kekeliruan17.
Pendapat yang benar juga bahwa mereka disebut “Asbâth”, itu hanyalah
terjadi sejak masanya Nabi Musa berdasarkan ayat yang lalu. Sejak itulah,
diantara mereka ada kenabian. Sebab, tak diketahui bahwa diantara mereka ada
seorang nabi sebelum Nabi Musa, kecuali Nabi Yusuf. Diantara perkara yang
mendukung hal ini bahwa Allah swt. , tatkala menyebutkan para nabi dari
ِ ِ ِ َووىانَا لَوۥٓ إِس ىحق ويع ُقوب ُك ِّّل ى َدينَا ونُوحا ى َدينَا ِمن ق
َ ُّال َومن ذُّْريَّتوۦ َد ُاوۥ َد َو ُسلَي ىَم َن َوأَي
وب ُ َ ً َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ََ
ِ ِ ِ ِ
اس ُك ّل ّْم َن ِ
َ َيس ىى َوإلي
ِ
َ َوَزَكريَّا َوَي َ ىي َوعٛٗ ي َ ك ََن ِزي ٱلُحسن َ وس ىى َو ىَى ُرو َن َوَك ىَذل
َ ف َوُم
َ وس ُ َُوي
َوِمن ءَابَائِ ِهمٛٙ ي ِ ِ وإِ ىٛ٘ ٱلصلِ ِحي
َ س َولُوطا َوُك ّّل فَضَّلنَا َعلَى ٱل ىَعلَمَ ُيل َوٱليَ َس َع َويُونَ سَع َ َ َّى
ٛٚ ص ىر ُّمستَ ِقيم ِ ِ ى ى ِِ وذُّْرىيَّتِ ِهم وإِ ى
َ خوِنم َوٱجتَاَينَ ُهم َوَى َدينَ ُهم إ َ ىل َ َ َ
“Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Yaqub kepadanya. kepada
keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh
sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari
keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan
Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk
orang-orang yang shaleh. Dan Ismail, Alyasa‟, Yunus dan Luth. Masing-
masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), dan Kami
lebihkan (pula) derajat sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan
dan Saudara-saudara mereka. dan Kami telah memilih mereka (untuk
menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan kami menunjuki mereka ke jalan
yang lurus”. 18(QS. Al-An‟aam : 84-87).
17
Lihat Ibnu Ahmad Ibn Ubrahim al- Samarqandi, Tafsir Bahrul „Ulûm, (Beirut: Dâr al-
Kutub al-„Ilmiyah, 1993) Jilid I, h. 161-162
18
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 138
137
Jadi, Allah sebutkan Nabi Yusuf dan nabi-nabi bersama beliau dan tidak
sebagaimana halnya Yusuf diangkat sebagai nabi, maka sungguh mereka akan
disebutkan bersama Nabi Yusuf19. Sungguh Allah juga menyebutkan tentang para
nabi berupa pujian dan sanjungan yang selaras dengan kenabian mereka,
ِِ ِ
ٔٗ ي َ َشدَّهۥُ َوٱستَ َو ىى ءَاتَيىنَوُ ُحكما َو ِعلما َوَك ىَذل
َ ك ََن ِزي ٱلحسن ُ َولَ َّما بَلَ َغ أ
ُ
“Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan
kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”.20 (QS. Al-
Qashash [28] : 14)
Allah juga berfirman seperti itu tentang Yusuf (yakni, dalam Surah Yusuf :
22). Hal seperti itu pula diterangkan di dalam sebuah hadits berikut21:
menyamai Yusuf dalam kemuliaan itu. Allah swt. ketika menyebutkan kisah
Yusuf dan sesuatu yang mereka lakukan pada Yusuf, maka Allah menyebutkan
19
Ibnu Jarir al-Thabârî ,Tarikh al-Umam wa al-Muluk , Jilid I, h. 521
20
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 387
21
Muhammad Ismâ‟îl al-Bukhâri, Shâhih al-Bukhâri, (Kairo : Dâr wa al-Mathâbi‟ al-
Sya‟b, t.th.) Jilid III, Juz VI, h. 193
22
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011)
h. 382
138
para nabi. Bahkan Allah tidak menyebutkan dari mereka tobat yang hebat,
ampunan23.
Allah swt. juga tidak menyebutkan tentang seorang nabi pun baik sebelum
jadi nabi, maupun setelahnya bahwa nabi itu telah melakukan perkara-perkara
besar seperti ini, berupa kedurhakaan kepada orang tua, memutuskan tali
selain itu berupa perkara yang Allah ceritakan tentang mereka. Allah tidak
oleh Allah menyelisihi hal itu, berbeda dengan perkara yang Allah sebutkan
tentang Yusuf24.
nabi pun yang pernah mendatangi Negeri Mesir, sebelum Musa, selain Nabi
Yusuf, berdasarkan ayat dalam Surah Ghâfir (40): 3425. Andaikan diantara
23
Abû „Alî al-Fadhl ibn al-Hasan al-Thabarsî, Majma‟ al-Bayân fî Tafsîr al-Qur‟an, Jilid
I, h. 489
24
Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 383
25
Lihat selengkapnya:
ُث ٱللَّو َ َك َّْمَّا َجاءَ ُكم بِِوۦۖ َح َّ ىَّت إِ َذا َىل
َ ك قُلتُم لَن يَ َاع ِ َولَ َقد جاء ُكم يوسف ِمن قَال بِٱلا يّْ ىن
ّ ت فَ َما ِزلتُم ِف َش َ ُ ُ ُ ُ ََ َ
ِ ِِ
ٖٗ اب ِ
ٌ َك يُض ُّل ٱللَّوُ َمن ُى َو ُمس ِرف ُّمرت َ ِمن بَعدهۦ َر ُسول َك ىَذل
“Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-
keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya
kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim
139
penduduk Mesir dan berita-berita kenabiannya akan tampak. Tatkala hal itu tak
ada, maka diketahuilah bahwa tak ada seorang pun diantara mereka seorang
nabi.26.
()األَ ْسبَاط. Padahal tidaklah demikian. Para “Asbâth” itu hanyalah anak cucu dari
besar). Setiap sibth umat yang besar. Andaikan yang dimaksud dengan asbâth
adalah anak-anak kandung Ya‟qub, maka pasti Allah akan berkata, “…dan
Ya‟qub dan anak-anaknya…”. Karena, ini lebih ringkas dan gamblang, maka,
dipilihlah kata “Asbâth” atas kata “Banî Isra‟îl” untuk mengisyaratkan bahwa
oleh Asbâth dapat kita temukan dalam beberapa ayat dalam Alquran berikut:
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir
ketika Ya´qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada
anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka
menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek
moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."27 (QS. al-Baqarah [2]: 132-133)
إَِّل َوأَنتُم ُّمسلِ ُمو َنbahwa Allah memilihkan agama yangl lurus (hanif) maka janganlah
pun menjawab akan selalu berpegang teguh dalam penyembahan Allah swt.
sebagaiamana yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka, yakni Nabi
Ibrâhim a.s. , Nabi Ismâ‟il a.s. dan Nabi Ishâq a.s. dan ayah mereka sendiri yakni
Nabi Ya‟qûb a.s. Dan mereka bersaksi akan selalu berserah diri kepada Allah swt.
27
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 20
28
Ibn Ajibah, Tafsir Alquran al-Majid, jlid 1 , hal 167. Lihat pula al-Qurthubi, Jami li
Ahkam Alquran, jilid 2, hal 134.
141
Kita telah melihat dalam Alquran bahwa Alquran menolak klaim bahwa
Nabi Ibrâhim a.s atau siapapun dari anak atau cucunya adalah Yahudi dan
Nasrani. Ini karena mengingat bahwa Taurat dan Injil baru diwahyukan setelah
masa nabi-nabi itu. Namun, ini sebenarnya sebuah argument yang didasarkan
pada nilai praktis semata. Fakta yang lebih mendalam dan luas yang ingin
ditekankan Alquran adalah bahwa seorang Nabi bukanlah Yahudi atau Nasrani,
semuanya nabi yang digambarkan dalam Taurat dan Injil sebagai Muslim. Inilah
ِ ِسَع ِ ِ ِ ِ
صَىر ىى قُل ءَأَنتُم
َ َودا أَو ن ً وب َوٱلَساَا َ َكانُواْ ُى َ سح َق َويَع ُقَيل َوإ ى َ أَم تَ ُقولُو َن إ َّن إب ىَرى َم َوإ ى
ٔٗٓ ندهۥُ ِم َن ٱللَّ ِو َوَما ٱللَّوُ بِ ىغَ ِف ٍل َع َّما تَع َملُو َن ِ
َ أَعلَ ُم أَِم ٱللَّوُ َوَمن أَظلَ ُم َمَّن َكتَ َم َش ىَه َدةً ِع
“ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan
bahwa Ibrahim, Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan anak cucunya, adalah
penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih
mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada
orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?"
Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.”30 (QS.
al-Baqarah [2]: 140)
sama seperti agama nenek moyang mereka yakni Nabi Ibrâhim a.s yakni Islam.
29
Louay Fatoohi , Sejarah Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur‟an, (Bandung:
Mizania, 2007) h. 328
30
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 21
142
agama Islam itu agama yang baru muncul setelah Nabi Muhammad saw. diutus?
Hal ini bisa dijelaskan, bahwa Islam adalah agama kepasrahan kepada Tuhan
(Allah) yang Maha Esa31 yang memperkenalkan diri-Nya kepada umat-umat yang
jauh sebelum Nabi Muhammad saw. dan juga dalam Alquran, seperti dalam ayat
berikut:
َو ىَج ِه ُدواْ ِف ٱللَّ ِو َح َّق ِج َه ِادهِۦ ُى َو ٱجتَاَى ُكم َوَما َج َع َل َعلَي ُكم ِف ٱلدّْي ِن ِمن َحَرج ّْملَّةَ أَبِي ُكم
َيدا َعلَي ُكم َوتَ ُكونُواْ ُش َه َداءً ول َش ِه َّ ي ِمن قَا ُل َوِف ىَى َذا لِيَ ُكو َن
ُ ٱلر ُس ِِ
َ يم ُى َو َسَّى ُك ُم ٱلُسلم
ِ ِ
َ إ ىَبرى
ول َونِع َم
عم ٱل َ ى ِصمواْ بِٱللَّ ِو ىو مولَى ُكم فَنِ َٱلزَك ىوَة وٱعت
َّ ْٱلصلَ ىوَة َوءَاتُوا
َّ ْيموا َِّاس فَأَق
ِ َعلَى ٱلن
َ َ َ َ ُ ُ َ ُ
ٚٛ َُّصي ِ ٱلن
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-
benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang
tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang
muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul
itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka
Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”32 (QS. al-Hajj
[22]: 78)
muslim”) dengan merujuk kepada Nabi Ibrâhim a.s33. Pendapat ini keliru karna
ungkapan sebelumnya, huwa ijtabâkum (“Dia telah memilih kalian”) yang jelas-
jelas merujuk kepada Allah swt. Kemudian, ungkapan wa fiî hâdzâ (“dan [begitu
31
Ibn Jârîr al-Thabarî, al-Jâmi‟ al-Bayân ‟An Ta‟wîl Alquran , Jilid III, h. 212.
32
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 341
33
Lihat Al-Qurthubi, al-Jâmi‟ Li Ahkam Alquran (Kairo: Dâr al-Kâtib al-„Urbah, 1968)
143
pula] dalam ini”) dalam huwa sammâkum al-muslimîn min qabli wa fiî hâdzâ
“(Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan
[begitu pula] dalam ini” ) merujuk pada Al-Qur‟an. Karena itu, jelas adanya
kekeliruan dalam menafsirkan kata ganti “Dia” dalam “Dia telah menamai kamu
Ada pula sebuah ayat yang mengisahkan Nabi Nûh a.s., yang hidup jauh
sebelum Nabi Ibrâhim a.s., menyampaikan kepada kaumnya bahwa Allah telah
ِِ ِ ِ ِ
ُ ي إَِّل َعلَى ٱللَّو َوأُمر
َ ت أَن أَ ُكو َن م َن ٱلسلم
ٕٚ ي
ُ
ِ َّ ِ
َ فَإن تَ َوليتُم فَ َما َسأَلتُ ُكم ّْمن أَج ٍر إن أَج ِر
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah
sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka,
dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang
berserah diri (kepada-Nya)" 34 (QS. Yunus [10] : 72)
Fakta lain yang harus dikemukakan dalam hal ini adalah bahwa istilah-
istilah yang diberikan Allah swt. untuk menyebutkan para pengikut nabi tertentu
tidak dapat diterapkan pada nabi itu sendiri. Jadi, Nabi Mûsâ a.s. bukan seorang
Yahudi dan Nabi „Îsa a.s. bukan seorang Nasrani. Mungkin tampak bagi sebagian
orang bahwa ungkapan Nabi Mûsâ a.s. kepada Allah swt. innâ hudnâ ilaika (“
Sungguh, kami telah bertaubat kepad-Mu”) menunjukan bahwa dia sendiri adalah
seorang Yahudi.35 Meskipun demikian, pijakan utama semua agama yang diterima
inilah bagi setiap Nabi dan umatnya untuk menjadi Muslim. Menurut Ibn Ajibah
34
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 217
35
al-Syawkanî, Fath al-Qadîr, (Beirut: Dâr Ihyâ‟ al-Turâts al-„Arabî, tth) juz I, h. 94.
Lihat juga Ibn Jârîr al-Thabarî, Tafsir al-Thabarî ( Beirut : Dâr al-Fikr, 1405 H/ 1984 M), juz I, h.
318.
144
konsep dasar utama agama adalah kepasrahan dan kepatuhan terhadap perintah
Tuhan.38 Oleh karena itu, pada setiap perintah Allah kepada Nabi dan umatnya
adalah untuk menjadi muslim, maka setiap itu pula kaum mendapatkan kitab
36
al-Qurthubi, Jami li Ahkam Alquran, jilid 8, hal, 365.
37
al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 11, hal, 138.
38
Term muslim dalam Alquran kerap dirangkain dengan hanif yang berkaitan dengan
ajaran agama terdahulu pakah itu Ibrahim ataupun nabi Musa. Berdasarkan pemaparan Mabrur
dalam disertasinya term hanif dan segala bentuk kata yang semakna dengannya, Alquran
mengemukakan sebanyak 12 kali diberbagai surat. Salah satu makna dari hanif adalah agama yang
cenderung pada kebenaran dan jauh dari segala bentuk kemusyrikan. Makna hanif lebih di
identikkan dengan ajaran Nabi Ibrahim sebagai simbol dan bapak agama samawi. Abu Manshur
al-Maturidi mentakwilnya dengan orang-orang muslim, atau jalan yang lurus dan agama yang
cenderung pada kebenaran dan Islam. Lihat. Mabrur, Dimensi Toleransi dalam Alquran; Analisis
Pemikiran Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al-Munir (Ciputat: YPM, 2016), hal, 47.
39
Sebagaimana penegasan Allah dalam firman-Nya
حفظُواْ ِمنِ ٱلرىبَّنِيُّو َن وٱلَحاار ِِبا ٱست ِِ ِ َّ ِ ِ ِ
ُ َ َُ َ َّ ادواْ َو
ُ ين َى َ ين أَسلَ ُمواْ للَّذ َ إِنَّا أ
َ َنزلنَا ٱلتَّوَرىةَ ف َيها ُىدى َونُور َي ُك ُم ِّبَا ٱلنَّايُّو َن ٱلذ
ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ ِ
َ َّاس َوٱخ َشون َوَل تَشتَ ُرواْ َبِايَِىَت ََثَنا قَليّل َوَمن َّّل َي ُكم ِبَا أ
َُنزَل ٱللَّو َ كىتَب ٱللو َوَكانُواْ َعلَيو ُش َه َداءَ فَ َّل ََت َش ُواْ ٱلن
٤٤ ََك ُى ُم ٱل ىَك ِفُرون َ ِفَأ ُْوىلَئ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya
(yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi
yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka,
disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan
janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
39
kafir.” (QS. al-Mâ‟idah [5]: 44).
145
“Dia telah mensyari´atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya).”40 (Q.S. al-Syûrâ [42]: 13)
Ayat ini menegaskan bahwa agama yang diterima oleh Rasulullah adalah
Musa dan Isa. Menurut al-Razi berarti Allah mengkhususkan menyebutkan lima
Nabi tersebut disebabkan merekalah yang paling “besar” dari nabi-nabi yang ada
banyak.41 Atas syariat masing-masing yang diterima oleh Nabi memiliki dua
tujuan yaitu hendaknya agama demikian ditegakkan dan jangan bercerai berai أَن
kebersamaan itu adalah rahmat, dan perpecahan itu adalah siksa atau azab.42
yakni seperti mendirikan solat, zakat, puasa, haji, beramal saleh, bersikap jujur,
berbuat zina, membunuh, menyakiti orang lain, membunuh binatang, dan lain-
lain. Perbedaan antara mereka biasanya terletak pada teknis, tata-cara, dan
mekanismenya saja43.
40
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 484
41
al-Razi, Mafatih al-Gaib, jilid 27, hal, 587.
42
Ibn Ajiba, Tafsir Alquran al-Majid, jilid 5, hal, 205. Penegasan demikian dijelaskan
oleh pada ayat lain pada QS al-Maidah [5] 48
43
al-Qurthubi, al-Jâmi‟ Li Ahkam Alquran , Jilid III, h. 137
146
Ada perbedaan antara syarî‟ah dan dîn. Syarî‟ah adalah jalan yang
ditempuh umat atau Nabi, seperti syarit Nabi Ibrâhîm, Nabi Mûsâ, Nabi „Îsâ, dan
Nabi Muhammad. Sedangkan dîn adalah sunnah dan jalan ketuhanan untuk
naskh44, sedangkan dîn dalam pengertiannya yang luas tak mungkin di naskh.45
Syarî‟ah berbeda dengan dîn, syari‟at bersifat spesifik, sementara dîn tuntunan
Ilahi yang bersifat umum dan mencakup semua umat. Karenanya syari‟at dapat
saling me-nasakh anatar syari‟at yang satu dengan syariat yang lainnya.
keturunan Nabi Ya‟qub (Asbâth) adalah Islam, yaitu agama kepasrahan kepada
Tuhan (Allah) yang Maha Esa47 yang memperkenalkan diri-Nya kepada umat-
umat yang berbeda sepanjang sejarah melalui berbagai rasul yang diutus-Nya,
terlepas dari fakta bahwa pada generasi selanjutnya terjadi banyak penyimpangan
dalam keberagamaan.
44
Naskh adalah pembatalan hukum yang ditetapkan terdahulu oleh hukum yang
ditetapkan kemudian. Atau berakhirnya pemberlakuan hukum terdahulu oleh hukum yang
ditetapkan kemudian.
45
Muhammad Husayn Thabathaba‟î, al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an, (Beirut ; Mu‟assasah
al-A‟lami li Mathbû‟ah, 1973 M), Jilid V, h. 385-389
46
Muhammad Husayn Thabathaba‟î, al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an, Jilid V, h. 389
47
Ibn Jârîr al-Thabarî, al-Jâmi‟ al-Bayân ‟An Ta‟wîl Al-Qur‟an , Jilid III, h. 212.
48
Lihat juga ayat berikut:
147
Ayat ini turun untuk menjawab pertanyaan Salman al-Farisi tentang nasib
kaum Nasrani yang tulus beriman kepada Allah dan meninggal sebelum diutusnya
bertanya kepada Nabi saw perihal kaum Nasrani dan bagaimana pendapat beliau
tentang amal mereka. Nabi bersabda, “ Mereka meninggal dalam keadaan tidak
beragama Islam”. Dengan sedih Salman berkata, „Jika demikian sungguh bumi
terasa gelap bagiku; aku ingat betul bagaimana kesungguhan mereka (dalam
beribadah).‟ Berkaitan dengan hal ini turunlah ayat innaladzîna âmanû walladzîna
hâdû Rasulallah lalu memanggil Salman dan bersabda, ayat ini turun terkait
teman-temanmu, Beliau juga bersabda, “Siapa saja yang wafat dalam keadaan
memegang teguh agama Isa dan Islam sebelum ia mendengar dakwahku, maka ia
berada di atas kebaikan. Sebaliknya siapa saja yang hari ini mendengar
Ketika menjelaskan ayat ini dalam tafsir Alquran al-A‟zhîm, Ibnu Katsir
shâbi‟în dalam ayat ini adalah kaum terdahulu, sebelum Rasulullah Muhammad
shallallahu „alaihi wasallam diutus. Allah mengingatkan melalui ayat ini, bahwa
barangsiapa yang berbuat baik dari kalangan umat-umat terdahulu dan taat, bagi
yang dimaksud dengan “man âmana” dalam ayat ini Ibnu Katsir menjelaskan:
Iman orang-orang Yahudi itu ialah barangsiapa yang berpegang kepada kitab
Taurat dan sunnah Nabi Musa „alaihi salam, maka imannya diterima hingga Nabi
Isa „alaihi salam datang. Apabila Nabi Isa telah datang, sedangkan orang yang
tadinya berpegang kepada Taurat dan sunnah Nabi Musa tidak meninggalkannya
dan tidak mau mengikuti syariat Nabi Isa, maka ia termasuk orang yang binasa.
Bagitupun acuan keimanan umat Nasrani, jika mereka berpegang teguh pada Injil
dan syariat Nabi „Îsâ, keimanan mereka dapat diterima hingga datang masa Nabi
berpegang pada Injil dan syariat Nabi „Îsâ akan binasa52.Mengenai ukuran
kitab al-Maqbûl fi Asbab al-Nuzûl. Lihat Abu „Amr Nâdî bin Muhammad Hasan al-Maqbûl fi
Asbab al-Nuzûl, h. 59. Lihat juga Ibnu Jarîr al-Thabarî, al-Jâmi‟ al-Bayân „an Ta‟wîl Âyi Alquran,
juz II, h. 45.
51
Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-„Azhîm, Juz I, h. 216
52
Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-„Azhîm, Jilid I, h. 216
53
Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami‟ al-Bayân „an Ta‟wîl Alquran, Jilid I, h. 361
149
yang dimaksud dengan orang-orang Yahudi, Nasrani dan Shabi‟in dalam ayat ini
Menurutnya, jaminan keselamatan itu tidak berlaku bagi mereka yang tidak
mendasar dan prinsip sebuah ajaran. Ia berargumen bahwa sesuatu yang sudah
jelas merupakan urusan agama. Sayyid Qutbh juga memberikan „vonis‟ kepada
mereka yang tidak mengimani Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul adalah
sesat dan pasti tidak akan mendapat jaminan keselamatan oleh Allah swt. Sikap
kerasnya ini, agar dimiliki setiap Muslim supaya tidak mudah tergoda
agama lain. Namun, Sayyid Quthb sedikit terbuka bahwa keputusan akhirnya,
apakah mereka benar, salah, lurus, atau sesat tetap diserahkan kepada Allah swt.
Fazlur Rahman yang menyatakan bahwa keselamatan berlaku bagi umat Yahudi,
Nasrani dan Sabi‟in yang saleh yang hidup sebelum periode Nabi Muhammad
saw. Rahman beralasan bahwa ayat tersebut sudah terang benderang, sebab
jaminan keselamatan diberikan kepada siapa saja yang beriman dan beramal saleh,
Dalam ayat lain Allah swt. juga menjelaskan perihal ini dalam firman-
Nya:
54
Sayyid Quthb, Fi zhilal Alquran, ( Kairo: Dar al-Syuruq, 1968). Jilid I, h. 936
55
Fazlur Rahman, Mayor Themes Of Qur‟an, h. 166
150
ِ ِ ِ ِ ََىل ٱل ِكىت
ُ َب أ َُّمة قَائ َمة يَتلُو َن ءَايىَت ٱللَّو ءَانَاءَ ٱلَّي ِل َوُىم ي
ٖٔٔ سج ُدو َن ِ لَي ُسواْ َس َواء ّْمن أ
ََ ُ َ ُ َ ُ َ َ َ َ عر
ِ ٱل ِخ ِر ويأمرو َن بِٱل
ِ وف وينهو َن ع ِن ٱلن َك ِر وي ىس ِرعو َن ِف ٱل ىي
ت َُ ُُ َ َ يُؤِمنُو َن بِٱللَّ ِو َوٱليَ ِوم
ٔٔٗ ي ِ ِ َّك ِمن ى ِى
َ ٱلصلح َ َ َوأ ُْولَئ
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang
berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di
malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman
kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang
ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang
yang saleh.”56 (QS. Âli „Imrân [3]: 113-114)
terdapat golongan yang tetap istiqomah dengan ajaran agamanya. Perilaku mereka
ditandai dengan sifat-sifat terpuji. Seperti rajin membaca ayat-ayat Allah ditengah
kepada Allah dan hari kemudian, melakukan amar ma‟ruf nahi mungkar serta
Dalam hubungan ini, dari seluruh penilaian para Ahl al-Kitab terdapat
orang-orang Yahudi yang baik dan orang-orang Nasrani yang baik, yaitu orang
pada hari pengadilan terakhir, berbuat baik dan menyuruh orang berbuat kebaikan,
56
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 64
151
Mengenai ayat-ayat yang bernada positif dan simpatik terhadap Ahl al-
Kitab di atas, sebagian pakar Alquran menyatakan bahwa term qâ‟imah dalam
ayat tersebut berarti tetap dalam keimanan dan ketaatan58. Hanya saja apakah
yang dimaksud dengan keimanan dan ketaatan di sini kepada ajaran agama
mereka atau kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., terdapat
sama ahl al-Kitab yang disebutkan terdahulu dengan kecaman, atau sama dengan
seseorang dalam kefasikan dan kekafiran. Akan tetapi sebagian di antara mereka
adalah mukmin dan sebagian (lagi) berdosa, sebagaimana di anatara mereka ada
kelompok yang tetap pada perintah Allah, istiqamah pada ajaran agama-Nya, taat
kepada syari‟at-Nya, mengikuti Nabi yang diutus Allah, membaca Alquran dalam
salat mereka di waktu malam dan mereka banyak bertahajjud. Mereka itu beriman
kepada Allah dan hari akhirat dengan iman yang sebenar-benarnya yang tidak ada
kebaikan secara kontinu. Mereka itulah yang diberikan predikat disisi Allah
sebagai orang-orang saleh. Di anatara mereka ialah seperti „Abdullah bin Salâm
57
Lihat Hasan Hanafi, Religious Dialogue and Revulation, terj. Pustaka Firdaus, Dialog
Agama dan Revolusi ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994), h. 55-56
58
Husayn Thabathaba‟î, al-Mizan fi Tafsir Alquran, Jilid III, h. 385
59
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, Juz V, h. 48
152
bahwa kandungan ayat tersebut tidak secara khusus menunjuk kepada Ahl al-
Kitab yang sudah memeluk agama Islam. Yang dimaksud ayat di atas mengenai
perilaku Ahl al-Kitab yang tetap istiqamah membaca ayat-ayat Allah adalah
membaca kitab suci yang ada pada mereka dalam berdoa dan memuji Tuhan.
Ayat-ayat yang mengandung doa dan pujian dimaksud, banyak ditemukan dalam
memperoleh respon positif dari Alquran pada dasarnya dapat dipahami bahwa
mereka itu sebagian telah menerima baik ajakan Nabi Muhammad saw. dan
menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya, sebagai kelanjutan dari agama yang
dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi „Îsa a.s. Di samping itu dapat pula dipahami
bahwa yang ditunjuk oleh ayat-ayat yang berisi sapaan posistif kepada sebagian
Ahl al-Kitab , dapat pula mencakup mereka yang tetap setia dan konsisten
berpegang teguh pada ajaran agama mereka, walaupun di sana sini sudah terdapat
bahwa Ahl al-Kitab yang memperoleh respon positif dari Alquran adalah mereka
yang teguh menjalankan syari‟at Nabi Musa dan Nabi „Îsa a.s. sebelum diutusnya
Nabi Muhammad saw. tanpa ada penyimpangan perilaku, dan mereka beriman
atas kerasulan Nabi Muhammad setelah beliau diutus. Karena dengan mereka
mengimani kerasulan dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. merupakan
60
Muhammad Rasyid Ridha Tafsir Al-Qur‟an al-Karîm, Juz IV, h. 82
153
manifestasi ketaatan dan keimanan mereka terhadap ajaran / syari‟at yang dibawa
kaum Yahudi
dan Yahudi telah berlangsung sejak awal-awal Islam datang ke Madinah. Interaksi
yang terjadi anatara umat Islam pada masa itu dengan kelompok Yahudi
orang Yahudi dan Nasrani sebagai Auliya‟. Mengenai hal ini terdapat dalam
Alquran:
persekutuan antara beberapa pihak untuk saling membantu bila salah satu pihak
datang kebiasaan ini masih berlangsung , hingga tidak jarang ditemukan beberapa
61
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 117
154
muslim yang masih terikat kesepakatan semacam itu dengan kaum Yahudi dan
Dalam suatu riwyat dikemukakan bahwa „Abdullah bin Ubay bin Salul
(tokoh munafik madinah) dan „Ubâdah bin as-Shamit (salah seorang tokoh Islam
dari bani „Auf bin Khazraj) terikat oleh suatu perjanjian untuk saling membela
dengan Yahudi Bani Qainuqa‟, ketika Bani Qainuqa‟ memerangi Rasulallah saw.,
Abdullah bin Ubay tidak melibatkan diri. Sedangkah „Ubadah bin as-Shamit
dan Rasul-Nya dari ikatannya dengan Bani Qainuqa‟ itu, serta menggabungkan
diri bersama Rasulallah dan menyatakan hanya taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maka turunlah Ayat ini yang mengingatkan orang yang beriman untuk tetap taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak mengangkat kaum Yahudi dan Nasrani
“Jika keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani atau siapapun seperti dilukiskan
oleh ayat di atas, yakni lebih suka mengikuti kaum jahiliyah dan mengabaikan
apa yang telah diturunkan Allah, maka, wahai orang-orang beriman janganlah
kamu mengambil dengan susah payah, apalagi dengan mudah orang-orang Yahudi
62
Hadits ini berstatus Hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Hisyâm, al-Sîrah al-Nabawiyyah,
Juz III, h. 10-11. Meskipun Mursal karena jalur sanadnya hanya berhenti pada „Ubâdah bin al-
Wâlid, namun sanad riwayat Ibnu Hisyâm dinilai shahih oleh Ibrâhîm Muhammad al-„Aliy. Ia
mengatakan bahwa ada kemungkinan „Ubâdah bin al-Wâlid mendengar riwayat tersebut dari
ayahnya dan kakeknya, seperti halnya sanad riwayat al-Suyuthi dari Ibnu Mardawaih dari „Ubâdah
bin al-Wâlid dari ayahnya dari kakeknya yakni „Ubâdah bin Shâmit. Lihat Ibrâhîm Muhammad al-
„Aliy, Shahih asbâb al-Nuzûl, h. 104. Lihat juga al-Baihaqiy, Dalâil al-Nubuwwah, Juz III, h. 173-
174. Lihat Juga al-Suyûthi, al-Dûr al-Mantsûr, Juz V, h. 347.
155
dan Nasrani serta siapapun bersifat seperti mereka yang dikecam ini juga
mengambil mereka menjadi auliyâ‟, yakni orang-orang dekat, sifat mereka sama
dalam kekufuran dan dalam kebencian kepada kamu, karena itu wajar jika
Rasyid Ridha berpendapat : “Dalam ayat ini Allah swt melarang al-
Wilâyat kaum Muslimin yang tidak berhijrah ketika hijrah tersebut merupakan
terhadap orang-orang Yahudi dan yang ketika itu memerangi kaum Muslimin,
karena itu larangan yang dicantumkan dalam ayat ini adalah karena orang-orang
agama”64.
Kata Auliyâ‟ sendiri berasal dari kata Waliy yang mengandung pengertian
menolong65.
antara lain dikemukakan bahwa kata tersebut merupakan satu bentuk kedekatan
kepada sesuatu yang menjadikan terangkat dan hilangnya batas anatara yang
mendekat dan yang didekati dalam tujuan kedekatan itu. Kalau tujuan dalam
dalam konteks pergaulan dan kasih sayang, maka ia adalah ketertarikan jiwa
sehingga Waliy/ Auliyâ‟ adalah yang dicintai yang menjadikan seseorang tidak
63
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah, Vol. V. h. 182
64
Muhammad Rasyid Ridha Tafsir Alquran al-Karîm ,( Beirut : Dâr al-Ma‟rifat, t.th), h.
193
65
Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‟jam al-Maqâyis fi al-Lughât, (Beirut : Dâr al-Fikr,
1994 M), h. 1104
156
Kalau dalam konteks hubungan kekeluargaan, maka Waliy anatara lain adalah
yang mewarisinya dan tidak aada yang dapat menghalangi pewarisan itu,
ketaatan maka waliy adalah siapa yang harus memerintah dan harus ditaati
ketetapannya.
Dalam ayat ini Allah tidak menjelaskan dalam konteks apa larangan
karena lanjutan ayat ini menyatakan bahwa kami takut mendapat bencana, maka
dapat dipahami bahwa kedekatan yang terlarang ini adalah dalam konteks yang
sesuai dengan apa yang mereka takuti itu, yakni mereka takut pada suatu ketika
akan terjadi bemcana yang tidak dapat terelakkan, baik dari orang Yahudi dan
Nasrani yang mereka jadikan Auliyâ‟ itu maupun dari pihak lain. Maka karena itu
mereka harus menjadikan semua pihak Auliyâ‟ yang membela mereka sekaligus
berkesimpulan bahwa Auliyâ‟ yang dimaksud ayat ini adalah cinta kasih yang
jiwa yang tadinya berselisih, saling terkaitnya akhlak dan miripnya tingkah laku,
hingga anda seakan melihat dua orang yang saling mencintai bagaikan orang yang
memiliki satu jiwa satu kehendak, dan satu perbuatan yang satu tidak akan
berbeda dengan yang lain dalam pengalaman hidup dan tingkat pergaulan. Inilah
yang mengantar ayat ini menegaskan bahwa : ” barang siapa dianatara kamu
Hal ini senada dengan peribahasa “ siapa yang mencintai suatu kelompok, maka ia
termasuk kelompok itu” dan bahwa “ seseorang akan bersama siapa yang
dicintainya”66.
تِ َّخ ُذواْ بِطَانَة ّْمن دونِ ُكم َل يألُونَ ُكم خاال وُّدواْ ما عنِتُّم قَد ب َد ِ ىيأَيُّها ٱلَّ ِذين ءامنُواْ َل تَت
َ َ َ َ ََ َ ُ ََ َ َ َ
ِ ِ
ٔٔٛ ورُىم أَكاَ ُر قَد بَيَّ نَّا لَ ُك ُم ٱليَىت إِن ُكنتُم تَعقلُو َن ِ ِ ِ
ُ َفوى ِهم َوَما َُتفي
ُ ص ُد َغضاءُ من أ ىَ َٱلا
ْب ُكلّْ ِوۦ َوإِ َذا لَ ُقوُكم قَالُواْ ءَ َامنَّا َوإِ َذا َخلَوا ِ ُىىأَنتُم أُوَل ِء ُُِتاُّونَهم وَل ُِياُّونَ ُكم وت
ِ َؤمنُو َن بِٱل ِكىت
َ َ ُ ْ َ
ٔٔ إِنٜ ٱلص ُدوِر ُّ ت ِ يظ ُكم إِ َّن ٱللَّو علِيم بِ َذا ِ َيظ قُل موتُواْ بِغ ِ َضواْ علَي ُكم ٱلَنَ ِامل ِمن ٱلغ
ُ َ َ ُ َ َ ُ َ ُّ َع
ضُّرُكم َكي ُد ُىم ِ َصا ُكم سيّْئَة يفرحواْ ِِّبا وإِن ت
ُ َصِبُواْ َوتَتَّ ُقواْ َل ي
ِ ََُتسس ُكم حسنَة تَسؤىم وإِن ت
َ َ َُ َ َ َ ُ ُ ََ َ
ِ ِ
ٕٔٓ َشيًا إِ َّن ٱللَّوَ ِبَا يَع َملُو َن ُميط
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut
mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar
lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika
kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal
mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab
semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami
beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari
antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada
mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya
mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka
bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu
daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”67
(QS. Âli „Imrân [3]: 118-120)
66
Husayn Thabathaba‟î, al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an, Jilid V, h. 368-369
67
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 65
158
Rasyid Ridha berpendapat bahwa larangan ini baru berlaku jika mereka
lebih lanjut bahwa sebagian orang tidak menyadari sebab atau syarat, sehingga
berpendapat bahwa larangan ini bersifat mutlak, ini tidak asing, sebab orang-
orang kafir ketika itu bersatu melawan kaum Muslimin pada masa awal-awal
datangnya Islam saat turun ayat ini, karena menurut pakar-pakar Alquran ayat ini
menyebutkan bahwa ayat 118 surat Ali „Imran berkenaan dengan sikap orang-
Sebagian ulama memahami ayat ini sebagai larangan bergaul akrab dengan
68
Lihat Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Beirut : Dâr al-Fikr, 1998 M), Juz III, h. 55
69
Muhammad Rasyid Ridha Tafsir Al-Qur‟an al-Karîm, Juz IV, h. 82
70
Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami‟ al-Bayân „an Ta‟wîl Al-Qur‟an, Juz VII, h. 141
71
Lihat Ten Comendemen dalam Perjanjian Lama , Kitab Ulangan, pasal 20 ayat 1-17,
yang berisi sepuluh perintah yang wajib dilaksanakan oleh Bani Isra‟il, antara lain: Janganlah
kamu menyembah selain Allah, Jangan menyembah berhala, Jangan menyebut nama Allah dengan
bermain-main, Hendaklah memuliakan hari sabtu, dan Kewajiban memuliakan ayah dan ubu,
Larangan berzina, Larangan mencuri, Larangan bersaksi palsu, dan Larangan mengiingikan istri
dan hak milik orang lain.
159
teks ayat yang bersifat umum mendukung pendapat yang lebih bersifat umum,
yakni siapapun yang sifatnya seperti yang dikemukakan oleh ayat di atas,
orang Yahudi73.
bidang, antara lain bidang pertahanan dan ekonomi. Persahabatan itu kemudian
berubah ketika Islam datang ke Madinah, karena Islam membawa tatanan baru
mereka sangat membenci Islam dan mereka menempuh segala cara untuk
Muslimin, padahal mereka punya niat jahat, anatar lain mereka ingin mencuri
Ayat 118 di atas menuntun umat Islam agar tidak bergaul sedemikian
karena sikap mereka yang dikemas sedemikian rupa agar terlihat baik, karena
kaum Muslimin orang-orang yang memiliki hati yang suci dan bersih yang
mengukur orang lain dengan diri mereka, padahal mereka (lawan Islam) tidak
menyukai kaum Muslimin karena agama dan pandangan hidup mereka tidak
sejalan dengan yang umat Islam yakini. Karena umat Islam beriman kepada
semua kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan mengimani semua
72
Lihat Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir), Juz III, h. 225
73
Muhammad Qurays Syihab, Tafsir al-Misbah, Vol. V. h. 183
160
utusan Allah, sedangkan mereka tidak mengakui/mengimani semua kitab suci dan
Dari uraian di atas jelas bahwa larangan Allah untuk menjadikan Yahudi
dan Nasrani sebagai teman karena mereka mempunyai kepentingan yang sama
Selain mensinyalir bahwa orang-orang Yahudi telah merubah isi kitab suci
mereka, Alquran juga menganggap sebagian orang Yahudi telah kafir. Hal ini
disebutkan dalam surat al-Nisap [4]: 46,75 dan al-Mâidah [5]: 41.76 Ibnu atsir
menafsirkan QS. Âli I‟mrân [3]: 98 bahwa yang dimaksud dengan kafirnya orang-
74
Muhammad Quraisy Syihab, Tafsir al-Misbah, Vol. V, h. 185
75
Lihat ayat selengkapnya :
َلسنَتِ ِهم َوطَعنا ِفِ اضعِ ِوۦ وي ُقولُو َن َِسعنَا وعصينَا وٱسع َغي مسمع وىرعِنَا لَيَّا بِأ ِ ّْمن ٱلَّ ِذين ىادواْ ُيّْرفُو َن ٱل َكلِم عن َّمو
ََ َ ُ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َُ َ َ
ِ ٱلدّْي ِن ولَو أَنَّهم قَالُواْ َِسعنَا وأَطَعنَا وٱسع وٱنظُرنَا لَ َكا َن خيا ََّلم وأَقوم وىلَكِن لَّعنَ هم ٱللَّو بِ ُكف ِرِىم فَ َّل ي
ؤمنُو َن إَِّلُ ُ ُُ َ َ ََ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ
ٗٙقَلِيّل
76
Lihat ayat selengkapnya :
ْادوا ِ َّ ِ ِ ِ ِ نك ٱلَّ ِذين ي ىس ِر ُعو َن ِف ٱل ُكف ِر ِمن ٱلَّ ِذين قَالُواْ ءامنَّا بِأ ى
ُ ين َى
َ َفوىهم َوَّل تُؤمن قُلُوبُ ُهم َوم َن ٱلذ َ ََ َ َ َ ُ َ َ ول َل َي ُز ُ ٱلر ُس
َّ ىيَأَيُّ َها
ِ ِ ِ ٍ ِ ب ى
اضعِ ِوۦۖ يَ ُقولُو َن إِن أُوتِيتُم ىَى َذا فَ ُخ ُذوهُ َوإِن َّّل
ِ عد مو
َ َ َوك ُيَّْرفُو َن ٱل َكل َم من ب َ اخ ِر
َ ُين َّل يَأت َ َسَّعُو َن ل َقوم ءَ ِ سَّ ُعو َن لِل َك ِذ
َى
ين َّل يُِرِد ٱللَّوُ أَن يُطَ ّْهَر قُلُوبَ ُهم ََلُم ِف ٱلدُّنيَا ِ َّ ِتُؤتَوه فَٱح َذرواْ ومن ي ِرِد ٱللَّو فِتنتوۥ فَلَن ََتلِك لَوۥ ِمن ٱللَّ ِو شيًا أُوىلَئ
َ ك ٱلذ َ ْ َ َ ُ َ ُ ََ ُ ُ َ َ ُ ُ
ٗٔ اب َع ِظيم ِ
ٌ خزي َوََلُم ِف ٱلخَرةِ َع َذ
ِ
77
Ibnu Atsir, al-Kâmil fi al-Târikh, (Jilid I, h. 475
161
karena tidak mau mengamalkan isi Taurat kecuali setelah isinya dirubah.78
eksplisit dalam ayat di atas ditujukan pada Yahudi sedangkan predikat musyrik
menjadi samar, karena dari sikap dan prilaku Ahl al-Kitâb (Yahudi) terkesan
al-Taubah [9]: 30-31)80. Hal ini menyebabkan posisi musyrik diperselisihkan oleh
dalam Alquran merujuk pada orang-orang kafir Makkah, kecuali kalau dalam ada
Selain itu term Kufr dalam bentuk lampau juga menunjuk pada umat-umat
terdahulu yang ingkar terhadap ajaran para Nabi dan Rasul yang diutus pada
mereka, contohnya penolakan kaum Nabi Nuh, Nabi Hud dan kaum Nabi Sholeh
78
Ibnu Atsir, al-Kâmil fi al-Târikh, Jilid I, h. 475
79
Zamaksyarî, tafsir al-Kassyâf „an Haqâiq al-Tanzil wa „Uyun al-Aqwil Fi Wujuh al-
Ta‟wîl, (Kairo: Musthafa al-Bâab al-Halabî wa Awlâduh , 1972 M) Jilid I, h. 629
80
Lihat teks lengkapnya:
ين َك َفُرواْ ِمن ِ َّ َ َض ُِهو َن ق ِ ت ٱلنَّصىرى ٱل ِسي ٱبن ٱللَّ ِو ىذَلِك قَوَُلم بِأ ى ِ َت ٱلي هود عزير ٱبن ٱللَّ ِو وقَال ِ
َ ول ٱلذ ََفوى ِهم يُ ى
َ ُ َ ُ ُ َ ََ َ ُ ٌ َُ ُ ُ َ ََوقَال
ون ٱللَّ ِو َوٱل ِسي َ ٱب َن َمرَيَ َوَما أ ُِمُرواْ إَِّل
ِ ََّن يؤفَ ُكو َن ٖٓ َّٱَتَ ُذواْ أَحاارىم ورىاىنَ هم أَربابا ّْمن د
ُ َ ُ َ َُ ُ َ َ ُ قَا ُل ىقَتَ لَ ُه ُم ٱللَّوُ أ َّى
َ
لِيَعاُ ُدواْ إِ ىََلا ىَو ِحدا َّل إِىلَوَ إَِّل ُى َو ُس ى
ٖٔ احنَوۥُ َع َّما يُش ِرُكو َن
َ
81
Muhammad Husayn al-Tbathaba‟i, Tafsir al-Mizan, Juz I, h. 50
162
terhadap ajaran yang mereka bawa82. Demikian juga kekafiran kaum Nabi Isa
kafir dari kalangan Yahudi. Pendapat inilah yang dianut oleh al-Razi dengan
berberapa alasan sebagai berikut; pertama, Firman Allah QS. al-Taubah (9): 30-
31, dalam ayat tersebut menyebutkan bahwa Yahudi dan Nasrani termasuk
kedalam kategori orang-orang Musyrik. Kedua, QS. al-Nisa‟(4): 48. Fakhr al-Razi
juga mengemukakan alasan yang dikemukakan Abu Bakr al-Asham bahwa semua
secara keseluruhan karena diantara sebagian mereka ada yang membaca kitab
sucinya dan melaksanakan ajarannya dengan benar seperti yang telah diuraikan
sebelumnya85.
82
Lihat QS. Ibrahim (14): 19
83
Lihat QS. Shaff (61): 14
84
Fakhruddin al-Razi, Tafsir al-Kabir, h. 59-60
85
Lihat (QS. Âli „Imrân [3]: 113)
BAB V
A. KESIMPULAN
Alquran, maka berdasar pada seluruh bahasan yang telah dikemukakan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara term Banî Isrâ’îl dan term Asbâth
yang disebut dalam Alquran jika dilihat dari sisi kronologis turunnya ayat atau
dari sisi situasi dan kondisi penyebutannya (term Banî Isrâ’îl dan term Asbâth )
dalam Alquran. Kendati maknanya hampir sama yakni keturunan Nabi Ya‟qub,
namun terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua term tersebut, bahwa
term Banî Isrâ’îl lebih umum dari pada term Asbâth, yang mana term Banî Isrâ’îl
penyebutan term Asbâth dalam Alquran dipakai ketika menyebutkan Banî Isrâ’îl
pada zaman Nabi Musa, karena pada zaman Nabi Musa jumlah keturunan Nabi
Asbâth, seperti telah dikemukaan Kata Asbâth berasal dari akar kata sa, ba dan
tha, yang secara literal berarti banyak atau lebat, dan arti sibthun yaitu anak cucu
bagaikan pepohonan yang lebat lagi banyak dahannya, sedangkan makna Asbâth
menurut terminology yaitu dua belas orang dari anak keturunan Nabi Ya‟qub
„alaihissalam, yang masing-masing dari dua belas putra tersebut melahirkan suatu
kaum yang menjadi dua belas suku Bani Isrâîl . Sedangkan mengenai sisi
perbedaan makna term Banî Isrâ’îl dan Yahudi dari sisi istilah Yahudi sebagai
suku atau kelompok adalah bahwa tidak semua Banî Isrâ’îl bisa dikatakan
Yahudi, karena Yahudi sekelompok kaum atau suku dari salah satu dua belas
164
165
suku Banî Isrâ’îl yakni dari keturunan suku Yahuda. Namun disisi lain, dari sisi
Yahudi sebagai istilah kepercayaan atau agama Istilah „Yahudi‟ lebih luas
maknanya daripada istilah ‘Ibrani’ dan „Banî Isrâ’îl’. Hal ini karena istilah
„Yahudi‟, selain disematkan kepada kaum Ibrani, juga disematkan kepada orang-
Terdapat korelasi antara Asbâth dan Yahudi pada salah satu garis suku
Asbâth yakni suku Yahuda, keturunan suku Yahuda inilah yang menjadi cikal
bakal bangsa Yahudi, seperti telah diuraikan istilah Yahudi sebagai suatu bangsa
ini muncul sejak terjadinya perpecahan kerajaan pasca wafatnya Nabi Sulaiman,
yaitu suku yang berafiliasi pada kerajaan selatan (Yahuda) inilah yang menjadi
kaum/ bangsa Yahudi, penduduk kerajaan ini mayoritas dari keturunan Yahuda
tentang klaim kenabian mereka terjadi akibat sangkaan sebagian ulama seperti Ali
(ُ)األَ ْسبَاط. Padahal tidaklah demikian. Para “Asbâth” itu hanyalah anak cucu dari
besar). Diantara anak cucu Ya‟qub, ada beberapa orang menjadi Nabi, Allah pun
sandarkan perkara turunnya wahyu kepada para Asbâth (anak cucu Ya‟qub),
penyimpangan yang telah mereka lakukan terhadap agama dan kitab suci mereka,
166
permusuhan terhadap kelompok agama lain. Di lain pihak Alquran juga mengakui
orang-orang Yahudi yang tetap berada di jalan yang lurus (istiqamah) yang dalam
ajaran Taurat dengan konsisten dan melakukan amal shaleh, sehingga mereka
mendapat sapaan positif dalam Alquran walaupun jumlah mereka tidak terlalu
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Asakir, Abdullah ibn Hasan ibn Hibatullah ibn Abdullah Ibnu Husain Ibn,
Tarikh al-Dimasyqa, ( Beirut: Dar el-Fikr, 1995)
168
169
Hatim , Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu, Tafsir Al-
Qur‟an al-„Azhim Musnadan „An Rasulillah wa as-Shahabat wa
Al-Tabi‟in, ( Makkah: Maktabah Nazar Mushtafa al-Baz, 1997)
Isma‟il , Nuhas Abi Ja‟far Ahmad bin Muhammad bin, I‟rāb Al-Qur‟ān,
(Beirut: Dar al- Kutub al-„Imiah, 2004)
-------, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi,( Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2011)
al-Qâsimî , Muhammad Jamal al-Dîn, Tafsir al- Qâsimî , (Kairo: „Îsâ al-
BâbÎ al-Halabî, 1377 H/ 1958 M)
-------, “Islam attitude toward Judaism” The Muslim World, Vol. LXXII
,No I, Januari 1982.
173
al- Samarqandi , Ibnu Ahmad Ibn Ubrahim, Tafsir Bahrul „Ulûm, (Beirut:
Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 1993)
al-
-
Syu’ara’(26 Makiyah
): 17
1
2
(2): 40
3
al-Baqarah Madaniyah
- (2): 211
4
- al-Baqarah Madaniyah
(2): 83
al-Maidah Madaniyah
(5): 12
5
al-Maidah Madaniyah
(5): 70
Mengingkari al-Shaff Madaniyah
(61): 6
ajaran Taurat
6
Sebagian Bani al-Shaff Madaniyah
Israil mengingkari (61): 14
Nabi Isa
7
al-Maidah Madaniyah
(5): 78
8
ِ
َحد ِّم ُنهم َوََن ُن لَوۥُ
ي أَ
َّرِِّّبم َل نُ َفِّر ُق بَ َ
ُمسلِ ُمو َن ٠٣٦
-قُل ءَ َامنَّا بِٱللَّ ِو َوَما أُن ِزَل َعلَينَا َوَما أُن ِزَل َعلَ َٰى Ali ‘Imran Madaniyah
سحق ويع ُقوب وٱلَسبا ِ سَعِ ِ إِ َٰبرِى ِ (3): 84
يل َوإ ََٰ َ َ َ َ َ َ يم َوإ َٰ َ َ َ
ِ ِ
يس َٰى َوٱلنَّبِيو َن من َّرِِّّبم َل ِ وَما أ ِ
وس َٰى َوع َ ُوتَ ُم َ َ
ِ
َحد ِّم ُنهم َوََن ُن لَوۥُ ُمسل ُمو َن ٗٛ يأَ نُ َفِّر ُق بَ َ
َوحينَا إِ َ َٰل نُوح يك َك َما أ َ -إِنَّا أَو َحينَا إِلَ َ al-Nisa’ (4): Madaniyah
عدهِۦ وأَوحينَا إِ َ َٰل إِ َٰبرِىيم وإِ َٰ ِ
ِ ِ
يل
سَع َ َوٱلنَّبِيِّ َن من بَ َ َ
163
َ ََ
وب ِ ِ ِ
يس َٰى َوأَي َ وب َوٱلَسبَا َوع َ سح َق َويَع ُق َ َوإ ََٰ
س َو ََٰى ُرو َن َو ُسلَي ََٰم َن َوءَاتَينَا َد ُاوۥ َد َزبُوراَويُونُ َ
ٖٔٙ
سح َق ِ أَم تَ ُقولُو َن إِ َّن إِب َٰرِىم وإِ َٰ ِ
يل َوإ ََٰ سَع َ
1. Argumentasi al-Baqarah Madaniyah
bahwa Asbȃth َ َ َ (2): 140
bukan Yahudi dan صََٰر َٰى قُل ودا أَو نَ َ وب َوٱلَسبَا َ َكانُواْ ُى ً َويَع ُق َ
ءَأَنتُم أَعلَ ُم أَِم ٱللَّوُ َوَمن أَظلَ ُم َِمَّن َكتَ َم َش ََٰه َد ًة
Nasrani
9
َّ ِ ِ َّ ِ
ي ٱلصبِ َ
ادواْ َو ََِّٰ
ين َى ُ ين ءَ َامنُواْ َوٱلذ َ -إ َّن ٱلذ َ -al-Hajj Madaniyah
ٱلصُبِو َن
ادواْ َو ََّٰ َّ ِ ِ َّ ِ
ين َى ُ ين ءَ َامنُواْ َوٱلذ َ -إ َّن ٱلذ َ -al-Maidah Madaniyah
َّصََٰر َٰى َمن ءَ َام َن بِٱللَّ ِو َوٱليَ ِوم ٱل ِِخ ِر َو َع ِم َل
َوٱلن َ
(5): 69
وف َعلَي ِهم َوَل ُىم ََيَزنُو َن ٜٙ صَٰلِحا فَ َل َِخ ٌ َ
صصنَا َّ ِ
ادواْ َحَّرمنَا َما قَ َين َى َُ -و َعلَى ٱلذ َ -al-Nahl -Makiyah
منَ ُهم َوَٰلَ ِكن َكانُواْ
يك ِمن قَبل َوَما ظَلَ َٰ َعلَ َ
(16): 118
ُ
أَن ُف َس ُهم يَظلِ ُمو َن ٔٔٛ
10
٠٦١ َكثِيا
َ -وقَالُواْ لَن يَد ُِخ َل ٱلَنَّ َة إَِّل َمن َكا َن ُى ً
ودا
2. Kecaman karena Al-Baqarah -
bersikap ekslusif (2) : 111 Madaniyah
لك أ ََمانِي ُهم قُل َىاتُواْ بُرََٰىنَ ُكم إِن
صََٰر َٰى تِ َ
أَو نَ َ
ي ٔٔٔ ُكنتم ِ ِ
صَٰدق َُ َ
- Al-
صََٰر َٰى ََتتَ ُدواْ قُل بَل
ودا أَو نَ َ
َ -وقَالُواْ ُكونُواْ ُى ً
)Baqarah (2
: 135 -
ِ ِ ِ ِ ِ
ي ٖ٘ٔ ملَّةَ إِ ََٰبرى َم َحنيفا َوَما َكا َن م َن ٱلُش ِرك َ Madaniyah
-al-Maidah
َّصََٰر َٰى ََن ُن أ ََٰبنَ ُؤاْ ٱللَّ ِو
ود َوٱلن َ
ِ
َ -وقَالَت ٱليَ ُه ُ (5):18
َوأ َِحَٰبَّ ُؤهۥُ قُل فَلِ َم يُ َع ِّذبُ ُكم بِ ُذنُوبِ ُكم بَل أَنتُم -
ِ ِ
بَ َشر َِّمَّن َِخلَ َق يَغف ُر ل َمن يَ َشاءُ َويُ َع ِّذ ُ
Madaniyah
ب َمن
ٱلس َٰم َٰو ِ ِ
ت َوٱلَر ِ َوَما لك َّ َ َ يَ َشاءُ َوللَّ ِو ُم ُ
صي ٠١ ِِ ِ
بَينَ ُه َما َوإلَيو ٱلَ ُ
ِ ِ
َّصَر َٰى َعلَ َٰى َشيء ود لَي َست ٱلن ََٰ َوقَالَت ٱليَ ُه ُ
3. Kecaman terhadap Al-Baqarah Madaniyah
pertentangan (2): 113
ود َعلَ َٰى َشيء ِ ِ
Yahudi-Nasrani َّصََٰر َٰى لَي َست ٱليَ ُه ُ َوقَالَت ٱلن َ
ين َل وىم يتلُو َن ٱل ِكَٰتب َك ََٰذلِك قَ َ َّ ِ
ال ٱلذ َ َ ََ َُ َ
ِِ ِ
ثل قَوَلم فَٱللَّوُ ََي ُك ُم بَينَ ُهم يَ َ
وم يَعلَ ُمو َن م َ
يما َكانُواْ فِ ِيو َيتَلِ ُفو َن ٖٔٔ ِ ِِ
ٱلقيَ ََٰمة ف َ
سَعِ ِ ِ ِ ِ ِ
سح َق يل َوإ ََٰ -أَم تَ ُقولُو َن إ َّن إب ََٰرى َم َوإ َٰ َ
4. Bantahan atas - Al- Madaniyah
klaim orang Baqarah
Yahudi صََٰر َٰى قُل ودا أَو نَ َ وب َوٱلَسبَا َ َكانُواْ ُى ً َويَع ُق َ (2): 140
ءَأَنتُم أَعلَ ُم أَِم ٱللَّوُ َوَمن أَظلَ ُم َِمَّن َكتَ َم َش ََٰه َد ًة
ندهۥُ ِم َن ٱللَّ ِو َوَما ٱللَّوُ بِ َٰغَ ِف ٍل َع َّما تَع َملُو َن
ِع َ
ٓٗٔ
صرانِيّا َوَٰلَ ِكن ِ ِ ِ
يم يَ ُهوديّا َوَل نَ َ
َ -ما َكا َن إب ََٰرى ُ - Ali ‘Imran Madaniyah
ِ ِ ِ ِ
َكا َن َحنيفا مسلما َوَما َكا َن م َن ٱلُش ِرك َ
ي (3): 67
ٙٚ
-al-Jumu’ah Madaniyah
ادواْ إِن َز َعمتُم أَنَّ ُكم َّ ِ
ين َى ُ -قُل يََٰأَي َها ٱلذ َ (62): 6
11
وت إِن أَولِياء لِلَّ ِو ِمن د ِ
ون ٱلن ِ
َّواْ ٱلَ َ
َّاس فَتَ َمن ُ ُ َُ
ي٦ ُكنتم ِ ِ
صَٰدق َُ َ
5. Memusuhi umat َّصََٰر َٰى َح َّ ََّٰ
ود َوَل ٱلن َ نك ٱليَ ُه ُ
ض َٰى َع ََ -ولَن تَر َ
-al-Baqarah Madaniyah
Islam (2) : 120
تَتَّبِ َع ِملَّتَ ُهم قُل إِ َّن ُى َدى ٱللَّ ِو ُى َو ٱَلَُد َٰى
عد ٱلَّ ِذي َجاءَ َك ِم َن ِ
َولَئ ِن ٱتَّبَع َ
ت أَى َواءَ ُىم بَ َ
ك ِمن ٱللَّ ِو ِمن وِِل وَل نَ ِ
ص ٍي ِِ
ََّ ٱلعلم َما لَ َ َ
ٕٓٔ
ِ َّ ِ
ود
ين ءَ َامنُواْ َل تَتَّخ ُذواْ ٱليَ ُه َ َٰ -يَأَي َها ٱلذ َ -al-Maidah Madaniyah
عض ُهم أَولِيَاءُ بَعض َوَمن ِ
َّصََٰر َٰى أَوليَاءَ بَ َُوٱلن َ
(5): 21
يَتَ َوََّلُم ِّمن ُكم فَِإنَّوۥُ ِمن ُهم إِ َّن ٱللَّوَ َل يَه ِدي
ٱل َق َٰ ِ ِ
ي ٔ٘ وم ٱلظَّلم ََ
َِّّ ِ ِ
َّاس َع ََٰد َوة للذ َ
ين ءَ َامنُواْ َش َّد ٱلن ِ -لَتَج َد َّن أ َ
-al-Maidah Madaniyah
(5): 82
ِ ٱلي ه َّ ِ
ين أَشَرُكواْ َولَتَج َد َّن أ َ
َقربَ ُهم َّم َوَّدة ود َوٱلذ ََُ َ
ِ َّ ِ َِّّ ِ
ك بِأ َّ
َن صََٰر َٰى ََٰذل َ
ين قَالُواْ إِنَّا نَ َ
ين ءَ َامنُواْ ٱلذ َ
للذ َ
كِبُو َني ورىبانا وأَنَّهم َل يستَ ِ ِ ِ ِ
َ م ُنهم ق ِّسيس َ َ ُ َ َ ُ
ٕٛ
12
ين يُ ََٰس ِرعُو َن ِِف ول َل ََيز َّ ِ
نك ٱلذ َ ٱلر ُس ُ
َٰ -يَأَي َها َّ -al-Maidah Madaniyah
ُ َ (5): 41
َفوِى ِهم َوَل ِ
ين قَالُواْ ءَ َامنَّا بأ ََٰ
ِ َّ ِ
ٱل ُكف ِر م َن ٱلذ َ
سَّعُو َن ادواْ ََٰ ِ َّ ِ ِ
ين َى ُ تُؤمن قُلُوبُ ُهم َوم َن ٱلذ َ
لِل َك ِذ ِ َٰ ِ ٍ
وك َُيَِّرفُو َن ين َل يَأتُ َ اِخ ِر َ
ب َسَّعُو َن ل َقوم ءَ َ
اضعِ ِوۦۖ يَ ُقولُو َن إِن أُوتِيتُم عد مو ِ ِ ِ ِ
ٱل َكل َم من بَ َ َ
ََٰى َذا فَ ُخ ُذوهُ َوإِن َّل تُؤتَوهُ فَٱح َذ ُرواْ َوَمن يُِرِد
ِ ِ
ك ك لَوۥُ ِم َن ٱللَّ ِو َشيًا أ ُْوَٰلَئِ َ ٱللَّوُ فتنَتَوۥُ فَلَن َتل َ
ين َل يُِرِد ٱللَّوُ أَن يُطَ ِّهَر قُلُوبَ ُهم ََلُم ِِف َّ ِ
ٱلذ َ
اب َع ِظيم ِ
ٱلدنيَا ِخزي َوََلُم ِِف ٱلِخَرِة َع َذ ٌ
ِ
ٔٗ
َنزلنَا ٱلتَّوَرىَٰةَ فِ َيها ُىدى َونُور ََي ُك ُم ِِّبَا -إِنَّا أ َ
-al-Maidah Madaniyah
(5): 44
ٱلربََّٰنِيو َن َِّ ِ ِ َّ ِ
ادواْ َو َّ ين َى ُ ين أَسلَ ُمواْ للذ َ ٱلنَّبيو َن ٱلذ َ
ب ٱللَّ ِو َوَكانُواْ حفظُواْ ِمن كَِٰتَ ِ وٱلَحبار ِِبا ٱست ِ
َ َُ َ ُ
ون َوَل علَي ِو ُشه َداء فَ َل ََت َشواْ ٱلنَّاس وٱِخ َش ِ
َ َ ُ َ َ َ
ِ ِ
تَشتَ ُرواْ َبِايََِٰت ََثَنا قَليل َوَمن َّل ََي ُكم ِبَا أ َ
َنزَل
ك ُى ُم ٱل ََٰك ِف ُرو َن ٗٗٱللَّوُ فَأ ُْوَٰلَئِ َ
ت ٱلي هود يد ٱللَّ ِو مغلُولَةٌ غُلَّت أ ِ
َيدي ِهم َوقَالَ ِ َ ُ ُ َ ُ
7. Kecaman karena Al- Madaniyah
menganggap َ Maidah(5):
Allah kikir ان يُ ِنف ُق ولُعِنُواْ ِِبَا قَالُواْ بل ي َداه مبسوطَتَ ِ
َ َ ُ َ ُ َ 64
يد َّن َكثيا ِّمن ُهم َّما أُن ِزَل ِ يف يَ َشاءُ َولَيَ ِز َ َك َ
ك طُغيََٰنا َوُكفرا َوأَل َقينَا بَينَ ُه ُم يك ِمن َّربِّ َ إِلَ َ
غضاءَ إِ َ َٰل يَوِم ٱل ِقيَ ََٰم ِة ُكلَّ َما أَوقَ ُدواْ ٱل َع ََٰد َوَة َوٱلبَ َ
رب أَط َفأ ََىا ٱللَّوُ َويَس َعو َن ِِف ٱلَر ِ نَارا لِّلح ِ
َ
ين ٗٙ ِِ َّ ِ
فَ َسادا َوٱللوُ َل َُيب ٱلُفسد َ
ِ ِ ِ
ود عَُزيٌر ٱب ُن ٱللَّو َوقَالَت ٱلن َ
َّصََٰرى َوقَالَت ٱليَ ُه ُ
8. Kecaman karena Al-Taubah Madaniyah
menganggap (9): 30
ض ُِهو َن ٱل ِسي ٱبن ٱللَّ ِو ََٰذلِك قَوَُلم بِأ َٰ ِ
Uzair putra Allah َفوى ِهم يُ ََٰ َ ُ َ َ ُ ُ
َٰ ِ
ين َك َف ُرواْ من قَب ُل قَتَ لَ ُه ُم ٱللَّوُ أ ََّٰ
ََّن قَ َ َّ ِ
ول ٱلذ َ
13
يُؤفَ ُكو َن
14