Anda di halaman 1dari 91

Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir

setelah Salat Fardu Warga Nahdlatul Ulama (NU)


dan Jamaah Persatuan Islam (PERSIS)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:
MUHAMMAD KUKUH ANGGRIO
NIM: 11160360000052

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020/ 1442
Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir
setelah Salat Fardu Warga Nahdlatul Ulama (NU)
dan Jamaah Persatuan Islam (PERSIS)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:
Muhammad Kukuh Anggrio
NIM 11160360000052

Pembimbing

Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA.


NIP 19780424 201503 1 001

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020/ 1442
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir setelah
Salat Fardu Warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Jamaah Persatuan
Islam (PERSIS). Telah diujikan sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 03 – Desember – 2020. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama
(S.Ag) pada Program studi Ilmu Hadis.
Jakarta, 03 – Desember – 2020
Sidang Munaqashah
Ketua Sekretaris

Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, MA Dr. Abdul Hakim Wahid, MA


197701202003121003 197804242015031001

Penguji 1 Penguji 2

Dr. Bustamin, M.Si Drs. Harun Rasyid, M.Ag


196307011998031003 196009021987031001

Pembimbing

Dr. Abdul Hakim Wahid, MA


197804242015031001
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya,


Nama : Muhammad Kukuh Anggrio
NIM : 11160360000052
Menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk


memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 - Desember - 2020

Muhammad Kukuh Anggrio


ABSTRAK

Muhammad Kukuh Anggrio

Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir setelah Salat Fardu warga


Nahdlatul Ulama (NU) dan jamaah Persatuan Islam (PERSIS)

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya praktik beribadah dua


kelompok organisasi masyarakat Islam yakni Nahdlatul Ulama dan
Persatuan Islam dalam zikir setelah salat fardu, yang mana salah satu
mengeraskan dan lainnya menggunakan suara pelan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti melakukan pengamatan
secara langsung terhadap objek (praktik ritual keagamaan) dan melibatkan
diri pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh dua kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa faktor penyebab perbedaan
antara kelompok Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam masyarakat
Pancoran adalah yang bersumber pemahaman dan pemaknaan hadis yang
kemudian tertuang dalam praktik ibadah mereka.

Kata Kunci: Hadis, Zikir, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala Rahmat
dan Hidayah-Nya, serta tidak lupa selawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya, serta para sahabat
yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya.

Skripsi ini tidak dapat rampung tanpa bantuan, bimbingan, arahan,


dukungan dan kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada:

1. Rektor Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc., M.A. beserta jajaran staf-
stafnya.
2. Dekan Fakultas Dr. Yusuf Rahman M.A beserta jajaran staf-
stafnya.
3. Ketua Program Studi Ilmu Hadis Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi M.A
4. Sekretaris Program Studi Ilmu Hadis Dr. Abdul Hakim Wahid,
S.H.I, M.A, yang sekaligus menjadi Dosen Pembimbing bagi
penulis yang telah membimbing hingga proses skripsi ini selesai
dan rampung.
5. Pembimbing Akademik Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH selaku orang
tua di kampus/ perkuliahan yang telah membimbing selama empat
tahun lamanya.
6. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Bapak Harun
Rasyid, Bapak Eva Nugraha, Bapak Sandi Santosa, Ibu Atiyatul
Ulya, Bapak Ahmad Fudhaili, Ibu Lisfa Sentosa. yang tidak bisa
dituliskan namanya satu-persatu. Terima Kasih atas ketulusan dan
keikhlasannya dalam memberikan ilmu yang tela diberikan kepada

ii
penulis. Semoga menjadi amal jariah bagi mereka semua dan
senantiasa membawa keberahan juga manfaat bagi penulis.
7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin,
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Nasional Indonesia. Telah membantu pengadaan
sumber bacaan dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
8. Kedua Orang Tua penulis, tiada yang lebih indah selain bernaung
pada keluarga karena pada hakikatnya seorang anak akan kembali
kepada kedua orang tuanya khususnya buat Bapaku Chadzaroh
Shofa dan Ibuku Ade Siti Shochibah yang telah mendoakan juga
memberi semangat dan membantu dalam segala aspek selama
empat tahun ini, entah penulis harus berterima kasih dan membalas
kebaikan seperti apa agar terbalas jasa-jasa Bapak dan Ibu kepada
penulis. Tapi yang jelas penulis akan terus mendoakan Bapak dan
Ibu dan terus membuat bahagia. Terima Kasih Bapak dan Ibu.
9. Kakak-Kakak dan Adik penulis, Mas Sandi (M Bahru Sandi), Mba
Kiki (Nurul Azkia), Mba Anis (Khairun Nisa) dan Adit (M. Haidar
Aditya) yang tidak henti-hentinya juga terus mendorong,
membantu, menyemangati dan mendoakan penulis mulai dari
proses awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penulis, Mila yang Penyemangat, Nada IAT yang
Ramah, Julian yang Absurd, Fahmi yang Openminded, Yafi yang
Galau, Hafiz yang Positivthink, Nizar yang Garing, Bang Sur yang
Panutan, Miqdad yang Menyenangkan, Aji yang Skuy, Zao yang
Hoax, Nana yang Petakilan, Arif yang Bijak, Wiki yang Semangat,
Ajad yang Gokil, Umam yang Ambyar, Hasan yang Diam, Aidil
yang Cerdas, Farid yang Ketawamulu, Dwiki yang Misionaris,

iii
Jihan yang Galak, Sakinah yang Senyumterus, Atqi yang Santuy,
Mentari yang Brilian, Mayang yang Mantul, Sylvi yang
Happyterus, Rina yang Apaansi?, Nada yang Pendiam, Babay yang
Futsalan, Asrofi yang Juaraterus, Akram yang Wagelaseeeh, Farhan
yang Ramah, Anak KKN 123 Edensor Fikri FDI- Dwi FEB- Jihan
FITK- Upi FITK- Heri FST- Amel FST- Maya FDK- Salma FITK-
Eliza FISIP- Khanah FAH- Hayyu FSH- Edi FEB- Inten FSH- Maul
FITK- Jan FST- Shila FST dan Avip FAH serta Sekret Bawakiep
Official buat nyusun skripsi anak IH B 2016.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis sadar tidak ada sesuatu yang sempurna keculai Allah Swt.
Begitu pula dengan skripsi ini, skripsi ini merupakan hasil maksimal yang
dapat penulis sampaikan, karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat
dibutuhkan sebagai bahan perbaikan di masa mendatang bagi penulis.

Jakarta, 03 - Desember - 2020

Muhammad Kukuh Anggrio

iv
PEDOMAN TRANSLITERASI

ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem


Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987
dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 - Januari - 1988

I. Konsonan Tunggal
Huruf
Huruf Arab Nama Keterangan
Latin
Alif - Tidak dilambangkan
Ba B Be
Ta T Te
Sa ṡ es (dengan titik di atas)
Jim J Je
Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)
Kha Kh Ka dan ha
Dal D De
Zal Ż Zet (dengan titik di atas)
Ra R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Syin Sy Es dan ye
Sad ṣ Es (dengan titik di bawah)
Dad ḍ de (dengan titik dibawah)

Ta ṭ te (dengan titik di bawah)


ẓ zet (dengan titik di bawah)

v
Za
`ain ‘ Koma terbalik (di atas)
Gain G Ge
Fa F Ef
Qaf Q Ki
Kaf K Ka
Lam L El
Mim M Em
Nun N En
Waw W We
Ha H Ha
Hamza
` Apostrof
h
Ya Y Ye
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
Contoh: ‫ مسلمة‬ditulis Musallamah

C. Ta Marbutah di akhir kata


1. Bila dimatikan dituliss h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah
terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya.
Contoh: ‫ إسالمية‬ditulis Islamiyyah
2. Bila dihidupkan ditulis t
Contoh: ‫ مكة املكرمة‬ditulis Makkatul Mukarramah

D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, Contoh: ‫ كتب‬ditulis Kataba
Kasrah ditulis i, Contoh: ‫ حسب‬ditulis Hasiba
Dammah ditulis u Contoh: ‫ حسن‬ditulis Hasuna

vi
E. Vokal Panjang
a Panjang ditulis a, Contoh: ‫ جاء‬ditulis Ja a
i Panjang ditulis i, Contoh: ‫ عليم‬ditulis ‘Alimun
u Panjang ditulis u, Contoh: ‫ عيوب‬ditulis ‘Uyubun

F. Vokal Rangkap
Vokal rangkap ‫( ي‬Fathah dan ya) ditulis ai
Contoh: ‫ ليلة‬ditulis Lailatun
Vokal rangkap ‫( و‬Fathah dan waw) ditulis au
Contoh: ‫ لون‬ditulis Launun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata


Dipisah dengan apostrof (‘)
‫ أأنتم‬Ditulis A’antum

H. Kata Sandang Alif + Lam


1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
Ditulis ‫ الكتب‬Al-kitabu
2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf
syamsiah yang mengikutinya.
Ditulis ‫ الشهادة‬As-syahadah

I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.

J. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat


1. Ditulis kata per kata, atau ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
dalam ragkaian tersebut.
Contoh: ‫ شيخ اإلسالم‬ditulis Syaikh al-Islam atau Syaikh-Islam

vii
DAFTAR ISI
Cover Page.................................................................................. i
Judul ........................................................................................... i
Lembar Pengesahan Pembimbing ............................................. i
Lembar Pengesahan Penguji ..................................................... i
Lembar Pernyataan ................................................................... i
Abstrak ....................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................... ii
Pedoman Transliterasi ............................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Permasalahan .................................................................. 5
1. Identifikasi Masalah .................................................................. 5

2. Pembatasan Masalah ................................................................ 5

3. Rumusan Masalah ..................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat ....................................................... 7


D. Tinjauan Pustaka ............................................................ 8
E. Metode Penelitian ............................................................ 12
1. Jenis Penelitian .......................................................................... 12

2. Lokasi Penelitian ....................................................................... 12

3. Sumber Data.............................................................................. 12

4. Metode Pengumpulan Data....................................................... 13

F. Sistematika Pembahasan ................................................ 14


viii
BAB II PRAKTIK ZIKIR SETELAH SALAT FARDU
A. Pengertian Zikir .............................................................. 16
B. Tinjauan Sejarah Zikir ................................................... 17
1. Al-Quran ................................................................................... 17

2. Hadis .......................................................................................... 18

C. Macam-macam Zikir ...................................................... 24


1. Zikir dengan Lisan .................................................................... 24

2. Zikir dengan Hati ...................................................................... 25

3. Zikir dengan Jiwa ..................................................................... 26

4. Zikir dengan Amal .................................................................... 27

5. Zikir dengan Salat ..................................................................... 28

D. Fatwa Ulama Seputar Zikir ............................................ 29


E. Keutamaan Berzikir ........................................................ 30

BAB III NAHDLATUL ULAMA DAN PERSATUAN


ISLAM DI KECAMATAN PANCORAN
A. Kondisi Geografis dan Demografi Kec. Pancoran ......... 34
1. Letak Geografis ......................................................................... 34

2. Kondisi Demografi .................................................................... 35

B. Nahdlatul Ulama di Kec. Pancoran ................................ 36


C. Persatuan Islam di Kec. Pancoran ................................. 40
D. Data Masjid di Kec. Pancoran ........................................ 44

ix
BAB IV PRAKTIK ZIKIR WARGA NU DAN PERSIS
A. Redaksi Zikir setelah Salat Fardu .................................. 45
1. Nahdlatul Ulama ....................................................................... 45

2. Persatuan Islam......................................................................... 48

B. Dasar Dalil Zikir setelah Salat Fardu ............................ 52


1. Nahdlatul Ulama ....................................................................... 52

2. Persatuan Islam......................................................................... 54

C. Penggunaan Hadis Zikir setelah Salat Fardu ................ 56


1. Nahdlatul Ulama ....................................................................... 56

2. Persatuan Islam......................................................................... 59

BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................... 62
B. Saran ................................................................................ 63
C. Daftar Pustaka ................................................................. 64
D. Lampiran ......................................................................... 67

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat manusia telah diajarkan banyak hal tentang kehidupan di
muka bumi yaitu untuk patuh kepada Allah Swt. Salah satu bentuk
kepatuhan kepada Allah Swt adalah dengan selalu mengingat-Nya.
Mengingat kepada Allah Swt bisa dengan berzikir setelah salat baik salat
fardu maupun salat sunah. Namun, di masyarakat telah terjadi problematika
baru yaitu perdebatan tentang berzikir boleh dengan mengeraskan suara
setelah mengucapkan salam di akhir salat fardu yang dipimpin oleh imam,
sedangkan ada pendapat lain yang menyatakan bahwa lebih baik zikir
memelankan suara. Dalam hal tersebut yang menganjurkan mengeraskan
dan sebaliknya memelankan suara, masing-masing dari mereka
mempunyai dalil dan dasar hukum yang terbilang kuat dan bahkan
dijadikan hujah oleh mereka. Sumber yang mereka ambil, tidak dan bukan
sebuah dalil yang palsu bahkan mengambil sumber yang sangat kredibel
keasliannya dengan mengutip langsung kepada Al-Quran dan Hadis yang
menjadi pedoman utama umat Islam.
Umat Islam diperintahkan untuk selalu mengingat Allah agar
terjaga dari perbuatan dosa sebagaimana yang tertera dan sudah di nash
dalam Al-Quran dan Hadis yaitu salah satu bentuknya dengan berzikir.
Kata terebut mengakar pada Bahasa Arab dzakara berarti mengingat1.
Berzikir dilakukan secara lisan maupun hati dalam situasi dan kondisi

1
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), 1571

1
2

apapun dengan menyendiri ataupun berjamaah. Sebagaimana firman Allah


Swt,
‫ا‬
‫اّللَ ِذ ْكًرا َكثِ ْ ًْیا‬
ٰۤ ‫ٰۤیَیُّ َها الَّ ِذیْ َن اۤ َمنُوا اذْ ُك ُروا‬

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah dengan menyebut nama Allah,


zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab: 41)2
Ayat di atas menjelaskan, bahwa Allah Swt memerintahkan umat
Islam untuk selalu mengingat kepada-Nya dalam bentuk bacaan yaitu
kalimat tahlil (Laailaahaillallah), tahmid (Alhamdulilah), tasbih
(Subhanallah), takbir (Allahuakbar), dan bacaan lainnya yang
mendekatkan diri kepada-Nya. Zikir pagi dan petang, setelah salat fardu
maupun salat sunah dan sebab akibat terjadi sesuatu yang akhirnya akan
terbiasa untuk mengingat kepada Allah Swt. Demikian pula hendaknya
seseorang membiasakan hal itu dalam setiap waktunya, dan dalam semua
keadaan, karena zikir merupakan ungkapan yang diamalkan dengan terus-
menerus dan berulang kali dengan menyebut nama-nama Allah Swt,
mengajaknya mencintai dan mengenal-Nya, membantu kepada kebaikan
dan menjaga lisan dari ucapan yang buruk. Sebagaimana firman Allah Swt,

‫فَاذْ ُك ُرْونِ اْی اَذْ ُك ْرُك ْم َو ا ْش ُك ُرْوا لِ ْی َو ََل تَ ْك ُف ُرْو ِن‬


Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.
(QS. Al-Baqarah: 152)3
Ayat di atas menjelaskan, bahwa Allah Swt memerintahkan
manusia untuk selalu mengingat-Nya. Dalam hal ini Al-Quran memberi
petunjuk bahwa zikir bukan hanya ekspresi daya ingatan yang ditampilkan

2
QS. Al-Ahzab (33): 41
3
QS. Al-Baqarah (2): 152
3

dengan bacaan-bacaan lidah sambil duduk merenung. Tetapi, zikir adalah


perpaduan berbagai variasi yang aktif dan kreatif. Al-Quran menjelaskan
zikir berarti membangkitkan daya ingatan, ingat akan hukum-hukum Allah
Swt, mengambil pelajaran dan peringatan, serta juga meneliti proses alam.
Zikir dilaksanakan oleh semua umat Islam. Tidak terkecuali di Indonesia,
khususnya bagi organisasi masyarakat Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan
Persatuan Islam (PERSIS).
Hal yang berkaitan antara kedua organisasi masyarakat Islam baik
Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam mempunyai dalil masing-masing
untuk menguatkan atas argumennya dengan dasar pengamalan zikir setelah
salat fardu yang secara pelaksanaanya menganjurkan dibaca keras atau
dipelankan. Sebagaimana firman Allah Swt,

‫ِ َع ْْورو‬ ِ ْ ‫ أ‬:‫ال‬ ِ ‫الرز‬ َ َ‫ص ٍر ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا إِ ْس َح‬


ْ ‫َخ َََب‬ َ َ‫َخ َََبََن ابْ ُن ُجَریْ ٍج ق‬
ْ ‫ أ‬:‫ال‬
َ َ‫َّاق ق‬ َّ ‫ َحدَّثَنَا َعْب ُد‬:‫ال‬ ْ َ‫اق بْ ُن ن‬
ِ ‫الصو‬ ِ ٍ َّ‫اس أَخَبه أ ََّن ابن عب‬ ٍ
ِ ْ َّ ََ ‫ أ ََّن َرْف‬:ُ‫َخ َََبه‬
ْ ‫اس َرض َي هللاُ َعْن ُه َْا أ‬ َ َ ْ ََُ ْ ٍ َّ‫أ ََّن أ َََب َم ْعبَد َم ْوََل ابْ ِن َعب‬
‫ت أ َْعلَ ُم‬ ٍ َّ‫ال ابْ ُن َعب‬
ُ ‫اس ُكْن‬ ِِ ِ
َ َ‫ َوق‬. ‫َّب‬ ِ ِ ‫ف الن‬ِ َ ‫ني یَْن‬ ِ ِ
َ ‫َِبل ٰذ ْك ِر ح‬
ٰ ‫َّاس م َن الْ َْكْتُوبَة َكا َن َعلَى َع ْهد الن‬
ُ ُ ‫صر‬
ِ ِ
َ ‫صَرفُوا بِ َذل‬
ُ‫ك إِ َذا ََس ْعتُه‬ َ ْ‫إِ َذا ان‬
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Saw bersabda, Mengeraskan suara pada
zikir setelah salat wajib ada di masa Nabi Saw. Ibnu Abbas berkata: “Aku
mengetahui bahwa salat telah selesai dengan mendengar hal itu, yaitu jika
aku mendengarnya”. (HR. Bukhari) 4
Mengeraskan suara bagi warga Nahdlatul Ulama melainkan
tergantung pada situasi dan kondisi, jika dalam kondisi ingin mengajarkan,
membimbing dan menambah kekhusyukkan, maka mengeraskan suara

4
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, (Riyadh: Darus Salam, 1997), I, 464
4

zikir itu hukumnya sunah dan tidak bertentangan dengan ajaran agama
Islam. Sebagaimana kita melihat, bahwa di masjid-masjid dimana warga
Nahdlatul Ulama pada setiap kali sesudah salat biasa melaksanakan zikir
berjamaah dengan suara keras, yang dipimpin oleh imam salat. Kemudian
dilanjutkan dengan doa yang dipimpin imam dan diamini oleh makmum.
Bukan hanya zikir setelah salat, NU juga mempunyai tradisi melakukan
puji-pujian seperti selawat, syair dan lain-lain, yang dilantunkan sebelum
salat berjamaah.
Dikalangan NU juga biasa digelar zikir akbar, yakni sebuah acara
yang intinya adalah doa dan zikir bersama dalam sebuah majelis zikir
tersebut biasanya dilakukan dilapangan, masjid, atau tempat-tempat lain
dengan mengeraskan suara. Sementara di masjid-masjid dimana warga
Persatuan Islam tidak ada zikir berjamaah yang dipimpin oleh imam setelah
salat dan tidak juga melakukan zikir atau doa bersama sebagaimana yang
dilakukan NU.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut
tentang dalil yang mereka gunakan untuk menjadi dasar pengamalan zikir
setelah salat fardu sehingga dapat diketahui dasar hukum dan sebab-sebab
pendapat diantara organisasi masyarakat Islam baik Nahdlatul Ulama dan
Persatuan Islam dalam memutuskan hukum zikir setelah salat fardu dalam
praktiknya, yang selanjutnya akan penulis bahas dalam suatu karya ilmiah
berbentuk skripsi dengan berjudul “Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir
setelah Salat Fardu warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam
(PERSIS)”.
5

B. Permasalahan
1. Idenfikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil data-data yang di
dapatkan, maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
a. Faktor internal maupun eksternal yang menjadikan individu mengalami
disorientasi seperti gamang dan gelisah.
b. Pandangan manusia yang berujung pada positivistik sering menghantui
mereka sehingga cenderung pendapatnya yang paling benar.
c. Zaman modern yang dengan masifnya teknologi menjadi kambing
hitam atas buruknya tingkah laku manusia sebab minimnya kesadaran
dan potensial dalam jiwanya hanya menjadi pra-wacana, dalam arti
tidak ada transfigurasi mendalam soal kejiwaan terkait kebutuhan
spiritualnya.
d. Hadis sebagai pemantik penjelas dalam tahap praktik adalah nihil,
sehingga hadislah yang seharusnya mengkritik sikap individu-individu,
khususnya dalam kehidupan.
e. Sebuah tolak ukur untuk menentukan apa, mengapa, siapa, kapan,
dimana dan bagaimana seseorang itu menerapkan perilaku Nabi Saw
atau tidaknya karena dengan begitu akan terlihat yang benar-benar
menjalankan perintah-Nya dengan menaati apa yang telah diutus-Nya
dan sesuai apa yang disebut Living Hadis.
2. Pembatasan Masalah
Pandangan atau persepsi individu itu berbeda sudah biasa namun
bagaimana jika berasal dari sebuah organisasi masyarakat Islam seperti
Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS) yang memang
timbul pro-kontra antara keduanya menjadikan penelitian begitu menarik
untuk dikaji lebih lanjut dan terkadang keduanya memilih jalannya masing-
6

masing dengan memiliki acuan dan rujukannya tersendiri yang membuat


keduanya berbeda, tetapi dengan begitu keduanya memiliki tujuan yang
sama yaitu kepada rahmat Ilahi yaitu Allah Swt.
Penulis akan membatasi permasalahan dalam penelitian dengan
topik terkait penggunaan dan praktik hadis dari kedua organisasi tentang
zikir setelah salat fardu. Serta melihat dari segi kualitas. Tanpa menjelaskan
Takhrijnya secara rinci dan mendetail. Temuan tentang hadis zikir setelah
salat fardu tersebar di karya ilmiah, buku, media sosial dan lain sebagainya,
namun menggunakan hadis yang serupa bahkan mirip tanpa menampilkan
hadis yang lain untuk menjadi pendukung, pembanding atau bahkan
bertolak belakang dengan hadis tersebut.
Dari sini penulis menemukan sebagian hadis yang belum terungkap
dan akhirnya membuat dugaan yang kuat agar penerapan zikir setelah salat
fardu itu dapat dilaksanakan bagi organisasi masyarakat Islam yaitu
Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam terlebih bagi masyarakat umum. Dan
sejauh ini penulis akan membatasi pencarian dengan delapan kitab utama
hadis yaitu Sahih Al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan At-Tirmidzi, Sunan
Abu Dawud, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad
dan Muwatha Imam Malik.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka penulis mencoba mengambil beberapa rumusan masalah yang
menjadi kajian dalam karya ilmiah ini. Adapun yang menjadi rumusan
masalahnya adalah:
1. Bagaimana praktik warga Nahdlatul Ulama dan jamaah Persatuan
Islam dalam zikir setelah salat fardu di Kecamatan Pancoran Jakarta
Selatan?
7

2. Apa dasar hadis zikir setelah salat fardu yang dijadikan hujah oleh
warga Nahdlatul Ulama dan jamaah Persatuan Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penulisan karya ilmiah tentu tidak terlepas dari tujuan yang hendak
dicapai, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis itu sendiri maupun bagi
para pembaca. Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan ini
adalah berikut:
1. Untuk mengetahui penggunaan dan praktik warga Nahdlatul Ulama
dan jamaah Persatuan Islam mengenai zikir setelah salat fardu di
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui mengapa terjadi perbedaan dan apa dasar hadis zikir
setelah salat fardu yang dijadikan hujah oleh Nahdlatul Ulama dan
Persatuan Islam.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
sumbangsih dan informasi terhadap masyarakat luas. Secara Teoritis yaitu
penelitian ini dapat memperkaya bahan pustaka diskursus living hadis,
sehingga diharapkan bisa berguna terutama bagi yang memfokuskan pada
kajian sosio-kultural-masyarakat Muslim Indonesia pada umumnya dalam
bentuk perilaku zikir setelah salat fardu dan lebih khusus menurut warga
Nahdlatul Ulama dan jamaah Persatuan Islam di Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan.
Secara Praktis yaitu Pertama, bagi lembaga ataupun komunitas
zikir sebagai masukan dan mengambil kebijakan terhadap nilai-nilai
pengamalan zikir setelah salat fardu. Kedua, bagi peneliti untuk
mengungkap pengamalan zikir setelah salat fardu di Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini bisa
8

dijadikan bahan referensi untuk penelitian berikutnya yang berhubungan


dengan pengamalan zikir setelah salat fardu. Keempat, bagi pembaca.
Penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
bagaimana pengamalan zikir setelah salat fardu.

D. Tinjauan Pustaka
Menurut penulis sampai saat ini belum ada yang melakukan
penelitian yang membahas terkait berapa banyak hadis yang menjadi
landasan dua aliran kelompok ini. Tetapi ada beberapa referensi karya
ilmiah, buku-buku dan jurnal terdahulu melakukan penelitian tentang zikir
dari pendekatan yang berbeda seperti:
Skripsi dengan judul “Hukum Zikir secara Jihar Menurut
Muhammadiyah Dan Nahdlatul Ulama” karya Tuti Maya Sari tahun 2016.
Fokus pada hukum zikir secara keras menurut Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama. Pembedanya menampilkan beberapa hadis zikir setelah
salat fardu dan penggunaan serta praktik menurut Nahdlatul Ulama (NU)
dan Persatuan Islam (PERSIS).
Skripsi dengan judul “Hadis-hadis Zikir dalam kitab Al-Qaul As-
Sadiq” karya Ashar tahun 2010. Fokus pada hadis-hadis zikir secara umum.
Pembedanya hanya menampilkan hadis zikir setelah salat fardu dalam
cakupan Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS).
Skripsi dengan judul “Hadis Nabi tentang Larangan Berzikir
dengan Suara Keras” karya Shofwatul Mala tahun 2004. Fokus pada hadis
melarang berzikir dengan suara keras. Pembedanya menampilkan hadis
boleh berzikir dengan suara keras dan pelan.
Skripsi dengan judul “Resepsi Hadis tentang Zikir Setelah Salat
Maktubah Jamaah Syahadatain Di Desa Banteng Mati Kecamatan Mijen
9

Demak” karya Silma Ariyani tahun 2019. Fokus pada zikir setelah salat
fardu versi Jamaah Syahadatain. Pembedanya menampilkan hadis zikir
setelah salat fardu menurut Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam
(PERSIS).
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani
(Telaah Atas Kitab Sirr Al-Asrar)” karya Mukhamad Ma’ruf tahun 2009.
Fokus pada zikir di suatu kondisi apapun dengan konsep tasawufnya
Syeikh Abd Qadir. Pembedanya menampilkan penggunaan dan praktik
zikir setelah salat fardu boleh dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Menurut Syaikh Abdus-
Shamad Al-Palimbani dalam Kitab Hidayatussalikin” karya Intan Permata
tahun 2018. Fokus pada zikir di suatu kondisi apapun perspektif Abd
Shamad. Pembedanya menampilkan penggunaan dan praktik zikir setelah
salat fardu boleh dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Abdul Rauf Singkel dalam
Kitab Tanbih Al-Masyi” karya Susi Ambarwati tahun 2018. Fokus pada
zikir di suatu kondisi apapun perspektif Abd Rauf. Pembedanya
menampilkan penggunaan dan praktik zikir setelah salat fardu boleh
dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Tuntas
dalam Meningkatkan Kemampuan Melakukan Zikir Setelah Salat Siswa
kelas IV SDN 010 Delima Jaya Kecamatan Pelalawan Kabupaten
Pelalawan” karya Umi Salamah tahun 2009. Fokus pada praktik zikir
dalam cakupan pembelajaran anak remaja. Pembedanya menampilkan
praktik zikir setelah salat fardu dengan studi kasus yang berbeda.
Skripsi dengan judul “Hubungan Pemahaman Materi Fikih Zikir
dan Doa Setelah Salat dengan Sikap Optimis Siswa Di Madrasah
10

Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru” karya Rika Anisa tahun 2019. Fokus


pada zikir dan doa dalam cakupan materi fikih. Pembedanya menampilkan
penggunaan hadis zikir setelah salat fardu dalam masyarakat tertentu.
Skripsi dengan judul “Metode Pemahaman Hadis Dewan Hisbah
Persatuan Islam (PERSIS) (Kajian Terhadap Keputusan Sidang Dewan
Hisbah PERSIS Ke-IV Tahun 2002)” karya Siti Shobriyah Hawasy tahun
2005. Fokus pada satu organisasi Islam dalam mengambil keputusan
bersama. Pembedanya menampilkan dua keputusan kemaslahatan bersama
dalam organisasi Islam yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam
(PERSIS) dengan studi kasus yang berbeda.
Skripsi dengan judul “Pernikahan Tanpa Wali (Studi Komparatif
Putusan Dewan Hisbah Persatuan Islam Bandung dan Bahtsul Masa’il
Nahdlatul Ulama Malang)” karya Usman Adhim tahun 2013. Fokus pada
satu organisasi Islam dalam mengambil keputusan bersama. Pembedanya
menampilkan dua keputusan kemaslahatan bersama dalam organisasi Islam
yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS) dengan studi
kasus yang berbeda.
Skripsi dengan judul “Konflik dan Integrasi: Analisis terhadap
Pemahaman Keagamaan Kelompok Persatuan Islam (PERSIS) dan
Nahdlatul Ulama (NU) (Studi kasus masyarakat Kelurahan Mekarsari,
Depok Jawa Barat)” karya Muhammad Ayub tahun 2011. Fokus pada
kasus pemecahan masalah secara bersama. Pembedanya menampilkan
dengan studi kasus yang berbeda yaitu zikir setelah salat fardu.
Tesis dengan judul “Konsep Syaikh Abdurrauf As-Singkili Tentang
Tauhid dan Zikir dalam Kitab ‘Umdatul-Muhtajin Ila Suluki Maslakil
Mufarriddin” karya Sulaiman tahun 2010. Fokus pada zikir di suatu kondisi
11

apapun perspektif Abd Rauf dalam suatu kitab khusus. Pembedanya hanya
menampilkan hadis zikir setelah salat fardu serta praktiknya.
Tesis dengan judul “Pengaruh Mazhab Terhadap Syarah Hadis dan
Perkembangan Literaturnya Di Indonesia” karya Farah Nuril Izza tahun
2009. Fokus pada akulturasi pemahaman-pemahaman mazhab yang dianut
oleh bebrapa golongan. Pembedanya menampilkan dua organisasi
masyarakat Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS)
yang berbeda dalam pengambilan aliran mazhab.
Buku dengan judul “Amaliyah Nahdlatul Ulama dan Dalilnya”
karya KH. Abdul Manan Abdul Ghani tahun 2011. Fokus pada keutamaan
mengeraskan suara di saat zikir. Pembedanya menampilkan hadis yang
harus dibaca pelan pada saat berzikir setelah salat fardu.
Disamping karya-karya tersebut disadari juga bahwa masih banyak
penelitian yang membahas mengenai kegiatan zikir pada umumnya.
Meskipun demikian penelitian ini akan menekankan pada seberapa banyak
hadis yang membahas secara khusus dan kualitasnya terkait zikir setelah
salat fardu bahkan kemudian menjadi hujah bagi organisasi masyarakat
Islam Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam di Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan.
Penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini, penulis berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan
Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
dibuat oleh tim penyusun dari LPM (Lembaga Penjamin Mutu) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
12

E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penulisan karya ilmiah diperlukan data-data yang lengkap dan
objektif serta mempunyai metode dan cara tertentu sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Langkah yang hendak ditempuh adalah sebagai
berikut:
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian misalnya pelaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain-
lain. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kualitatif dengan
model living hadis. Pada studi living hadis peneliti mencoba
menggambarkan penelitian didalam keseluruhan tingkah laku yang
dilakukan, yakni mulai dari riwayat timbulnya tingkah laku, tingkah laku
itu sendiri beserta hal-hal yang melingkunginya. Salah satu tujuan
dilakukannya penelitian dengan living hadis adalah untuk memotret
persepsi masyarakat terhadap hadis-hadis yang di implementasikan di
tengah-tengah masyarakat Islam.
2. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian ini di suatu masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
Tepatnya di setiap Masjid kecamatan Pancoran yang memang
mengamalkan dan tidaknya zikir setelah salat fardu.
3. Sumber Data
Sumber data yang akan dijadikan rujukan yaitu data primer dan
sekunder. Sebagai berikut:
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh dengan
populasi 57 masjid yang kemudian dengan sampel 39 masjid yang diteliti.
13

Lalu dikumpulkan langsung dari informan yang terdiri dari lima jamaah
dari lima belas jamaah masyarakat Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
berbagai kalangan muda sampai tua.
Sumber data sekunder yaitu sumber data sekunder untuk penelitian
ini diambil dari buku penunjang seperti karya ilmiah, buku-buku, software,
maupun Internet dan data hasil observasi yang berkaitan dengan fokus
penelitian. Semua data tersebut diharapkan memberikan deskripsi tentang
pelaksanaan zikir setelah salat fardu. Penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel atau pemilihan
subjek penelitian atau sumber data dengan pertimbangan tertentu.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Metode Kajian Lapangan yaitu data yang diambil dengan cara mengikuti
atau observasi langsung pada lokasi yang menjadi sasaran penelitian.
Dalam mengumpulkan data ada beberapa metode yang digunakan untuk
menggali data antara lain:
Metode Observasi, penulis menggunakan sistem observasi
partisipan, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara melibatkan
peneliti secara langsung di dalam praktik zikir setelah salat fardu. Akan
tetapi metode ini penulis gunakan sebagai metode sekunder atau pelengkap
saja, yang fungsinya untuk memeperkuat serta menguji kebenaran data
yang telah di peroleh dari hasil wawancara. Dengan metode ini penulis
berharap untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dari seluk-beluk
tentang zikir setelah salat fardu dan dapat merasakan langsung baik
penggunaan dan praktik.
Metode dokumentasi adalah metode data mengenai variabel berupa
catatan, buku panduan, serta buku-buku lain yang berkaitan.
14

Metode Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan


cara bertanya langsung pada responden untuk mendapatkan informasi.
Metode Analisis Data, analisis data dalam penelitian kualitatif
dengan pendekatan living hadis, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat studi kepustakaan, peneliti akan meneliti buku-buku yang ada
kaitannya. Kemudian Langkah selanjutnya mereduksi data dengan
memfokuskan pada hal-hal yang penting, menyajikan data dengan
menampilkan hasil yang diperoleh dan terakhir dengan verifiksi data
dengan berkesimpulan awal yang sewaktu-waktu bisa berubah.

F. Sistematika Pembahasan
Laporan ini ditulis untuk melaporkan hasil penelitian kami yang
berjudul “Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir setelah Salat Fardu warga
Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS)”. Laporan hasil
penelitian ini terdiri dari Bab I sampai Bab V yang masing-masing Bab
akan memperinci semua hal terkait penelitian.
Bab I yaitu Pendahuluan terdiri dari latar belakang, permasalahan,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjaun pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab II membahas tentang Zikir setelah Salat Fardu yang
menjelaskan secara umum tentang Pengertian Zikir, Tinjauan Sejarah
Zikir, Macam-macam Zikir, Kumpulan Fatwa Ulama seputar Zikir dan
Bacaan-bacaan Zikir juga Keutamaannya.
Bab III berisi tentang penyajian data yang di dalamnya bagaimana
organisasi masyarakat Islam NU dan PERSIS di Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan dengan mengacu bagaimana letak geografis, kondisi
15

demografi dan melihat bagaimana terlibatnya organisasi masyarakat Islam


NU dan PERSIS dalam daerah tersebut.
Bab IV memaparkan tentang hasil dan pembahasan penelitian
dengan melihat Praktik Zikir setelah Salat Fardu bagi warga NU dan
jamaah PERSIS di Pancoran Jakarta Selatan. Pembahasan Hasil Penelitian.
Dalam bab ini berisi tentang paparan data yang diperoleh dari lapangan.
Bab V yaitu Penutup yang berisikan tentang simpulan dan saran.
Pada simpulan akan memaparkan inti dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Sedangkan pada saran berisi penjelasan kepada pembaca untuk
ikut menyempurnakan penelitian ini dengan memberikan kritik dan
masukan yang membangun.
BAB II
ZIKIR SETELAH SALAT FARDU

A. Pengertian Zikir
Zikir dilihat dari segi bahasa yaitu mengingat, sedangkan zikir
secara istilah itu membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada
Allah. 1 Zikir secara etimologi berasal dari kata dzakara berarti menyebut,
mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, memberi
dan nasehat. Oleh karena itu zikir berarti mensucikan dan mengagungkan,
juga dapat diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga
dalam ingatan.2
Ibadah hati dan lisan yang tidak mengenal batasan waktu itu definisi
zikir. Bahkan Allah Swt menyifati mereka-mereka yang senantiasa
mengingat kepada-Nya, baik dalam keadaan berdiri, duduk bahkan juga
berbaring. Oleh karenanya zikir bukan hanya ibadah yang bersifat
lisaniyah, namun juga qalbiyah. Lebih utama dilakukan bersamaan di lisan
dan di hati. jika harus salah satunya, maka zikir di hati lebih utama menurut
Imam Nawawi. Penyebutan Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah apabila
meninjau lebih dalam lagi pada hal zikir, sedangkan secara Ilmu Tasawuf,
zikir itu digolongkan menjadi sebuah aliran atau mazhab. Mazhab pada
tasawuf yang dimaksud itu mazhab untuk mencapai ma’rifatullah atau
puncak teratas dengan pendekatan melalui zikir.

1
Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa: Terapi Prilaku Lahir & Batin
Dalam Perspektif Tasawuf (Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2008), 244
2
Hazri Adlany, Al-Quran Terjemah Indonesia (Jakarta: Sari Agung, 2002), 470

16
17

B. Tinjauan Sejarah Zikir


Orang yang sedang berzikir itu hakikatnya orang yang sedang
berhubungan dengan Allah. Senantiasa seseorang yang mengajak orang
lain untuk kembali kepada Allah akan memerlukan dan melakukan zikir
yang lebih dari seorang muslim biasa. Alasan mendasarnya karena ia ingin
menghidupkan hati mereka kembali yang mati akibat berbuat maksiat, ia
tidak akan mampu melakukan menghidupkan hati orang lain sebelum
hatinya sendiri yang terlebih dahulu dihidupkanya dengan sarana zikir.
1. Al-Quran
Sebanyak 267 kali telah disebut di dalam Al-Quran tentang zikir
sendiri dengan berbagai bentuk kata. Dengan makna mengingat akan Allah
dalam artian menghadirkan dalam hati. Sebagaimana firman Allah Swt,

ْ‫ْالص هلوَةْلِ ِذ يك ِر يي‬


َّ ‫ِن َْواَقِِم‬ِ ‫ْاّللُ ََْلْاِهلهَْاََِّلْاَ ََنْفَ ي‬ ْ‫اِن ِ ي‬
ٰ‫َّن اَ ََن ه‬
‫اعبُ يد ي‬
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (QS. Taha: 14).3
Zikir dalam ayat lain telah disebutkan bahwa orang-orang yang
mengingatnya akan mendapatkan ketenangan dalam hatinya
seperti.Sebagaimana firman Allah Swt,
ِ ‫ْاّللِْاَََلْبِ ِذ يك ِر ه‬ ِ ِ َّ
ْ‫ب‬
ُ ‫ْاّللْتَطي َم ِٕى ُّنْالي ُقلُيْو‬
ٰ ٰ‫اْوتَطي َْم ِٕى ُّنْقُلُ يوُُبُيمْبِذ يك ِر ه‬
َ ‫الذيي َنْاه َمنُ يو‬
Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenang dengan
mengingat Allah. Ingatlah. hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenang. (QS. Ar-Ra’d: 28)4

3
QS. Taha (20): 14
4
QS. Ar-Ra’d (13): 28
18

Perintah mengingatnya yaitu berzikir dalam ayat lain yang


membuat makhluknya agar berserah diri dan selalu mengingatnya.
Sebagaimana firman Allah Swt,

ْْ‫الص هلوةَْْإِ َّن‬ ِ ِ ِ ‫الص هلوةَْْفَاذي ُكرواْ ه‬


ُ ‫ْجنُوبِ ُك يمْفَإ ْذَاْاْي َمْينَين تُ يمْفََْق‬
َّ ْ‫يموا‬ ُ ‫اْو َعلَ هى‬
َ ‫ود‬ً ‫اْوقُ ُع‬
َ ‫اّللَْْقيَ ًام‬
ٰ ُ َ َ‫فَِإذَاْق‬
َّ ْ‫ضيي تُ ُم‬

ْ‫وت‬
ً ُ‫ْم يوق‬ ِ ِ‫الص هلوةَْْ َكانَتْعلَىْاليم يؤِمن‬
َ ‫نيْكتَ ًاًب‬
َ ُ َ ‫ي‬ َّ
Maka apabila kamu telah menyelesaikan salatmu, ingatlah Allah diwaktu
berdiri, diwaktu duduk dan waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah salat itu. Sesungguhnya salat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS.
An-Nisa’: 103)5
2. Hadis
Kumpulan Hadis Nabi dari beberapanya merupakan ada yang berisi
perintah mengenai pembahasan ibadah zikir ini. Sebagaimana sabda Nabi
Saw,

ْٰ‫ْعبَ يي ِْد ْا ه‬
ْ‫ّلل ْ َع ين ْأُِٰم‬ ُ ‫يل ْبي ِن‬
ِ ِ ‫اع ِي‬
َ ‫ْع ين ْإ يْسَع‬
ِ ‫بْعن ي‬
َ ٰ ‫ْاْل يَوَز‬ ‫ص َع ٍ َ ي‬
‫ْم ي‬
ُ ‫اُْم َّم ُد ْبي ُن‬ َ ‫َحدَّثَنَاْأَبُوْبَ يك ٍر‬
َُ َ‫ْحدَّثَن‬

َ َ‫ّللْ َعَليي ِه َْو َسلَّ َمْق‬


ْٰ‫الْإِْ َّنْا ه‬ ْٰ‫ْصلَّىْا ه‬ ِ ‫الد‬
ْ‫ْم َع‬
َ ‫ول ْأ َََن‬
ُ ‫ّلل ْ َعَّز َْو َج َّل ْيَ ُق‬ َ ‫َّب‬
ِٰ ‫ْع ينْالن‬ ُ ‫ْع ين ْأَِِب‬
ِ َ ‫ْهَريي َرَة‬ َ ‫َّرَداء‬
‫ي‬
ِ
َ ‫ت ِِْب‬
ْ‫ْش َفتَ ُاه‬ ُ ‫َعيبديْإِ َذ‬
‫اْه َوْذَ َكَرِِن َْوََتََّرَك ي‬
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah
Swt berfirman “Aku akan menyertai hamba-Ku ketika berzikir kepada-Ku
dan ketika bibirnya menyebut nama-Ku”. (HR. Ibnu Majah) 6
Pada hadis lain Nabi Saw bersabda,

5
QS. An-Nisa (4): 103
6
Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Riyadh: Darus Salam, 2007), V, 75
19

َُ ‫ْح َّدثََْن‬
ْ‫اُْم َّم ُدْبي ُن‬ َ َ‫ْح َّدثَِنْأَِِبْق‬
َ ‫ال‬ َ َ‫ْعيب ِدْالي َوا ِر ِثْق‬
َ ‫ال‬
ِ َّ ‫ثْبنْعب ِد‬
َ ‫ْالص َمدْبي ِن‬
ِ
‫اْعيب ُدْايل َوا ِر ي ُ َ ي‬
َ َ‫َحدَّثَن‬
ْْ‫ّلل ْ َعَليي ِه‬ ٍ ِ‫س ْب ِنْمال‬
ْٰ‫ك َْر ِض َيْا ه‬ ٍِ
ْٰ‫صلَّىْا ه‬ ْٰ‫ول ْا ه‬
َ ْ ‫ّلل‬ َّ ‫ّللْ َْعينهُْأ‬
َ ‫َن َْر ُس‬ َ ‫ْع ينْأَنَ ِ ي‬ َ ُّ‫ََثبتْايلبُ نَ ِاِن‬
َ ‫ْح َّدثَِن ْأَِِب‬
‫ْحلَ ُقْالِْٰذ يكر‬
ِ ‫ال‬
َ َ‫ْاْلَن َِّةْق‬
‫ض ي‬ ُ ‫اْوَماْ ِرََي‬
ِ‫ض ي‬
َ ‫ْاْلَنَّةْفَ يارتَ ُعواْقَالُو‬ ِ ‫اْمَريرُيُتْبِ ِرََي‬ ِ َ َ‫وسلَّمْق‬
َ ‫الْإ َذ‬ َ ََ
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw bersabda, "Apabila kalian melewati
Taman Surga, maka perbanyaklah zikir!" Aku katakan; Apakah Taman
Surga itu wahai Nabi? Beliau mengatakan: "Kelompok-kelompok zikir"
(HR. Tirmidzi) 7
Nabi Saw di kesempatan lain bersabda tentang apa keutamaan
orang yang melakukan zikir secara bersama-sama,

َ ‫وْم َعا ِويَ َة‬


ْ‫ْع ين‬ ُ ُ‫ْحدَّثََْن اْأَب‬ ٍ ‫بْواللَّ يف ُظ ِْْلَِِبْ ُكريي‬
َ ‫بْقَ َاَل‬ ٍ َ ‫َحدَّثَنَاْأَبُوْبَ يك ِرْبي ُنْأَِِب‬
َ َ ‫ْشيي بَ َة َْوأَبُوْ ُكَريي‬
ُ ‫ّللْ َعَليي ِه َْو َسلَّ َمْيَ ُق‬
ْٰ‫صلَّْىْا ه‬ ِ ‫شْعنْأَِِب‬
ْٰ‫ولْا ه‬
ْ‫ّلل‬ ْٰ‫ولْا ه‬
َ ْ‫ّلل‬ ُ ‫ال َْر ُس‬
َ َ‫الْق‬ ُ ‫ْع ينْأَِِب‬
َ َ‫ْهَريي َرَةْق‬ َ ‫ْصال ٍح‬
َ ‫ياْل يَع َم ِ َ ي‬
ْ‫نيْيَ يذ ُك ُرِِنْفَِإ ينْذَ َكَرِِن ِِْفْنَ يف ِس ِهْذَ َْك يرتُ ُه ِِْفْنَ يف ِسي‬ ِ ِ ‫ْعين َدْظَ ِن‬
ِ ‫عَّزْوج َّلْأ َََن‬
َ ‫ْم َعهُْح‬
َ ‫يْوأ َََن‬
َ ‫ْعيبد‬
َ ٰ ََ َ
ْ‫اع ا ْ َوإِ ين‬ ِ ِ ِ ََّ ِ‫وإِ ين ْذَ َكرِِن ِِْف ْم ٍََل ْذَ َكرتُه ِِْف ْم ٍََل ْخ ٍْي ِْمينه ْوإِ ين ْا يقَتب ْإ‬
ً ‫ت ْْإِلَيي ه ْذ َر‬
ُ ‫َل ْش ي ًْباْتَ َقَّربي‬ َ ََ َ ُ ‫ي ُ َ َ ي‬ َ َ َ
ِ ِ ََّ ِ‫اقيَتبْإ‬
ِ ِ ‫ْذراعاْا يقَتب‬
َ ُ‫اْوإِ ينْأ ََتِِنَْيَيشيْأَتَيي تُه‬
ْ‫ْه يرَولَ ًة‬ َ ‫ًْب ًع‬
َ ‫تْإلَييه‬
ُ ‫َل َ ً ََي‬ َ ََ
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Allah Swt berfirman;
“Bagi hamba-Ku adalah sebagaimana perasangkanya kepada-Ku, dan
Aku akan bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku
dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia
mengingat-Ku dalam sekumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya
dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia

7
Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi (Riyadh: Darus Salam, 2007), VI, 225
20

mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya


satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan
mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan
berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari” (HR. Muslim) 8
Hadis tersebut menyatakan bolehnya zikir yang dilakukan secara
bersama-sama atau dengan berjamaah. Hadis Nabi menyebutkan bahwa
orang-orang yang berzikir akan dapat memperbaiki amal dan meninggikan
derajat.
ٍ ِ ‫ّلل ْب ِن‬ ِ ‫ضل ْبنْموسىْعن‬ ٍ ‫اْاْلسني ْبن‬
ْ‫ْه َو ْابي ُن ْأَِِب‬ َ ‫ْعيبدْا هْٰ ي‬
ُ ‫ْس عيد‬ َ ‫ْحدَّثَنَاْالي َف ي ُ ي ُ ُ َ َ ي‬ ُ ُ ‫َحدَّثَنَ يُ َ ي ُ ي‬
َ ‫ْحَرييث‬

ُّ ِ‫الْالن‬
ْ‫َّب‬ َ َ‫الْق‬ ْٰ‫ْع ينْأَِِبْالد يَّرَد ِاء َْْر ِض َيْا ه‬
َ َ‫ّللْ َعين ُهْق‬ َ َ‫َْب ِرْيَّة‬
‫ْع ينْأَِِب َي‬ ٍ َّ‫ْعي‬
َ ‫اش‬ َ ‫ْم يوََلْابي ِن‬
ٍ
َ ‫ْع ينْ ِزََيد‬
ٍِ
َ ‫هيند‬
ْ‫ْد َر َج اتِ ُك يم‬ ِ ََ ِ‫ْوأ يَرفَع‬ ِ ‫اْعين َدْمِل‬
ِ ‫ّللْعَلي ِهْوسلَّمْأَََلْأُنَبِئ ُكم ِِْب ِْيْأ يَعمالِ ُكمْوأ يَزَكاه‬ َّ َ
َ ‫اِْف‬ َْ ‫يك ُك يم‬ َ َ َ ‫ُٰ ي َي َ ي‬ َ َ َ ‫صلىْا هْٰ َ ي‬
ِ ِ ِ ‫ْالذ َه‬ ِ ‫وخْي ْلَ ُكم ِْمن ْإِني َف‬
ْ‫ض ِربُواْأ يَعَن اقَ َُ يم‬ َ ‫ب َْْوايل َوِرق َْو َخ ي ٌْي ْلَ ُك يم ْم ين ْأَ ين ْتَ يل َق يو‬
‫اْع ُد َّوُك يم ْفََْت ي‬ َّ ‫اق‬ ‫َ َ يٌ ي ي‬
ْ‫اَل‬
َ ‫ّللْتَ َع‬ ِ ‫ال‬
ْٰ‫ْذ يك ُرْا ه‬ َ َ‫ض ِربُواْأ يَعنَاقَ ُك يمْقَالُواْبََلىْق‬
‫َويَ ي‬
Dari Abu Darda ra bahwa Nabi Saw bersabda, "Maukah aku beritahukan
kepada kalian mengenai amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci
di sisi Raja (Allah) kalian, paling tinggi derajatnya, serta lebih baik bagi
kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi
kalian daripada bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggel
leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?" Mereka berkata; Ya.
Beliau berkata: "Berzikir kepada Allah" (HR. Tirmidzi) 9

8
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, (Riyadh: Darus Salam, 1997), IX, 301
9
Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi, VI, 106
21

Perumpamaan orang yang berzikir kepada Allah digambarkan


seperti orang yang hidup, sementara orang yang tidak berzikir kepada Allah
sebagai orang yang mati.

ِ ‫ْع ين‬ ِ ‫ْع ين‬، ْٰ‫ْعيب ِدْا ه‬ ِ ِ ‫اُْم َّمدْبن‬


ْ‫ْمو‬
ُ ‫ْأِب‬ َ َ‫ْأِبْبُيرَدة‬ َ ‫ّلل‬ َ ‫ْع ينْبَُرييدْبي ِن‬،
َ َ‫ُس َامة‬
َ ‫ْحدَّثَنَاْأَبُوْأ‬:ْ
َ ‫ْالعالَء‬
َ ُ ‫َحدَّثَنَ َُ ُ ي‬
َْ‫يْيَ يذ ُك ُر َْربَّهُ َْوالَّ ِذيَْل‬
ْ ‫ْمثَ ُلْالَّ ِذ‬:ْ
َ ‫ال‬ َ َ‫ْق‬،‫ْعلَيي ِه َْو َسلَّ َم‬
َ ُ‫ْصلَّىْهللا‬
َ ‫َّب‬ ْٰ‫ىْر ِض َيْا ه‬
ِ َ َ‫ّللْ َعينهُْق‬
ِٰ ‫ْالن‬:ْ‫ال‬ َ ‫َس‬
ِ ِ‫ي يذ ُكرهْمثَلْاْل ِيْواملي‬
ْ‫ت‬ َٰ َ ٰ َ ُ َ ُُ َ
Dari Abu Musa ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Perumpamaan orang yang
berzikir kepada Allah dan yang tidak bagaikan orang yang hidup dan orang
yang mati” (HR. Bukhari) 10
Sebagaimana dalam waktu-waktu tertentu seperti pagi dan sore
sudah tentu bahwa zikir dapat dilakukan kapan saja. Berzikir sebanyak-
banyaknya sudah dianjurkan, tidak ada batasan waktu untuk berzikir.
َِ ُ‫اْش ْعب ة‬
ْ‫ت ْأ ًََب‬
ُ ‫ْْس يع‬ َ ‫ْج يع َف ٍر‬
َ ‫ْح َّدثََن ُ ي‬ َ ‫اُْم َّم ُد ْبي ُن‬ َ ‫اُْم َّم ُد ْبي ُن ْايل ُمثَ ََّّن َْوابي ُن ْبَشَّا ٍر ْقَ َاَل‬
َُ َ‫ْحدَّثَن‬ َُ َ‫َحدَّثَن‬
ْ‫ي‬ ‫ْس ِعي ٍد ي‬
ِْٰ ‫ْاْلُ يد ِر‬ َ ‫ْهَريي َرَة َْوأَِِب‬
ُ ‫ْعلَىْأَِِب‬ َ َ‫ْم يسلٍِم ْأَنَّهُ ْق‬
َ ‫ال ْأَ يش ََ ُد‬ ُ ‫ْاْلَ َغِٰر ْأَِِب‬
‫ْع ين ي‬
َ ‫ث‬
ِ ُ ‫إِسحق‬
ُ ‫ُْيَ ٰد‬ ََ ‫ي‬

َ َ‫ّللْ َعلَيي ِه َْو َسلَّ َم ْأَنَّهُْق‬


ْٰ‫ال ََْلْيَ يق ُع ُْدْقَ يوٌم ْيَ يذ ُك ُرو َن ْا ه‬
ْ‫ّلل ْ َعَّز َْو َج َّل‬ ْٰ‫ْصلَّىْا ه‬
َ ‫َّب‬ِ َ ‫اْش َِ َد‬
ِٰ ‫اْعلَىْالن‬ َ ‫أَ ََّّنَُم‬
ِ ‫ْاّللْفِيمن‬ ِ َّ ‫ْالر يْحةُْونَزلَتْعلَي َِم‬ ِ ِ ِ
ْ‫ْعين َد ُه‬ ‫ْالسكينَةُ َْوذَ َكَرُه يم َُّْ َ ي‬ َ ‫إََّل‬
‫ْحفيَّت َُ يمْالي َم َالئ َكةُ َْو َغشيَ يت َُ يم َّ َ َ َ ي َ ي ي‬
Dari Abu Hurairah ra dan Abu Sa'id ra bahwa Nabi Saw bersabda,
“Tidaklah suatu kaum yang duduk berkumpul untuk mengingat Allah,
kecuali dinaungi oleh para Malaikat, dilimpahkan kepada mereka rahmat,
akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah Swt akan

10
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 229
22

menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya”


(HR. Muslim) 11
Pengulangan yang ditekankan oleh Allah Swt dengan
memerintahkan kepada Nabi Saw, yaitu makhluk yang paling baik mulia
untuk memelihara zikirnya, terlebih khusus kepada umatnya. Keutamaan
berzikir juga tertera pada sabda Nabi Saw.

َ ‫ْع ينْأَِِبْإِ يس َح َق‬


ْ‫ْع ين‬ َ ‫ْع َّما ِر يْب ِن ُْرَزْيي ٍق‬
َ ‫ْع ين‬
َ ‫ْآد َم‬
َ ‫اُْي ََيْبي ُن‬
‫ْحدَّثَنَ َي‬ َ ‫َحدَّثَنَاْأَبُوْبَ يك ِر ْْبي ُنْأَِِب‬
َ َ‫ْشيي بَة‬
ْ‫ّلل ْ َعَليي ِه َْو َسَّل َم‬ ِ ِ ٍ ِ ‫ياْلَ َغ ِر ْأَِِب ْمسلٍِم ْعن ْأَِِب ْهري رَة ْوأَِِب‬
ْٰ‫ْصلَّىْا ه‬
َ ‫َّب‬ِ َ ‫ْسعيد ْيَ يش ََ َدان ْبِه‬
ِٰ ‫ْعَلىْالن‬ َ َ َ ‫ُ َي‬ ‫ٰ ُ ي َي‬

َّ ‫ْحفيَّت َُ يمْالي َم َالئِ َكةُ َْوتَْ ََغ شيَّت َُ يم‬ ِ ِ ِ ْٰ‫الْماْجلَسْقَ وٌمْ َيَملِساْي يذ ُكرو َنْا ه‬
ْ‫ت‬
‫ْالر يْحَ ُة َْوتَ نَ َّزلَ ي‬ َ ‫ّللْفيهْإََّل‬ ُ َ ً ‫قَ َ َ َ َ ي‬
ِ ‫ّللْفِيمن‬ ِ َّ ‫علَي َِم‬
ْْ‫ْعين َد ُه‬ ‫ْالسكينَةُ َْوذَ َكَرُه يمْا هْٰ َ ي‬ ‫َي ي‬
Dari Abu Hurairah ra dan Abu Sa'id ra bahwa Nabi Saw bersabda,
“Tidaklah ada suatu kaum duduk sambil berzikir kepada Allah, kecuali
para Malaikat akan mengelilingi mereka, dan akan diselubungi rahmat,
akan turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut
orang-orang yang ada disisi-Nya” (HR. Ibnu Majah) 12
Pembahasan terkait periwayatan hadis lain oleh Imam Al-Tirmidzi
yang menjadi penguat bahkan bisa saja dijadikan sebagai pembanding.
Sebagaimana sabda Nabi Saw:

11
Abu Hussain, Sahih Muslim, (Riyadh: Darus Salam, 2007), VII, 74
12
Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, V, 74
23

ْ‫ْع ينْأَبِ ِيه‬ ِ ‫احْايلب َّزازْحدَّثَناْإِ يْسعِيلْبنْ َزَك ِرََّيْعنْسَي ِلْب ِنْْأَِِب‬
َ ‫ْص ال ٍح‬
َ ‫َ ي ُ َي ي‬ ُ ‫ْالصَّب ِ َ ُ َ َ َ ُ ي‬ َّ ‫اُْم َّم ُدْبي ُن‬
َُ َ‫َحدَّثَن‬
ٍ ِ‫َْمْل‬ ٍ ِ ‫ّللْعلَي ِهْوسلَّم‬ َِّ ‫ول‬
ْ‫س ََْل‬ ‫ومو َن ِْم ين َي‬ َ َ َ َ ‫ْصلَّىْا هْٰ َ ي‬
ُ ‫ْماْم يْنْقَ يومْيَ ُق‬ َ ‫ْاّلل‬ ُ ‫ال َْر ُس‬
َ َ‫الْق‬ ُ ‫َع ينْأَِِب‬
َ َ‫ْهَريي َرَةْق‬
ِ ِ ِ ِ ‫ّللْفِ ِيهْإََِّلْقَامو‬
َ ‫اْع ينْمثي ِلْجي َفةْْحَا ٍر َْوَكا َنْ ََلُيم‬
ْ‫ْح يسَرًْة‬ َ ُ ْٰ‫يَ يذ ُك ُرو َنْا ه‬
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Tidaklah suatu kaum
bangkit dari tempat duduknya, dan mereka tidak menyebut nama Allah
dalam majlis tersebut, melainkan mereka seperti bangun dari tempat yang
semisal dengan Bangkai Keledai, dan kelak akan menjadi penyesalan
baginya di Akhirat” (HR. Abu dawud)13
Peringatan tegas juga sudah tertera pada hadis Nabi bagi orang-
orang yang melalaikan zikir untuk mengingat-Nya.
ٍ ِ‫يدْحدَّثَناْاللَّيثْعنْاب ِنْعج َال َنْعنْسع‬
َْ ‫يدْايل َم يق ُِْب ِٰي‬ ٍ ِ ‫حدَّثَناْقُت ي بةُْبن‬
ُ ‫ْع ينْأَِِب‬
ْ‫ْهَريي َرَة‬ َ ‫ْسع َ َ ي ُ َ ي ي َ ي َ ي‬ َ ُ ‫َ َ َي َ ي‬
ْ‫ْعَليي ِه‬ ِ ِ ْ‫الْمنْقَ ع َدْم يقع ًداْ ََلْي يذ ُك ْرْا ه‬ ِ ْ‫ّللْصلَّىْا ه‬ ِ
َ ‫ت‬ ٰ ‫ّللْ َعَلييه َْو َسلَّ َمْأَنَّهُْقَ َ َ ي َ َ َ ي َ ي‬
‫ّللْ فيهْ َك انَ ي‬ ٰ َ ْٰ‫َع ين َْر ُسولْا ه‬
ٌْْ‫ّللْتَِرة‬
ْٰ‫ْعَليي ِهْْ ِم ينْا ه‬ ِ ِ ْ‫اَْلْي يذ ُكرْا ه‬ ‫ّللْتَِرٌة َْوَم ين ي‬
ْٰ‫ِم ينْا ه‬
َ‫ت‬ ‫ّللْفيهْ َكانَ ي‬
ٰ ُ َ َ ‫ض َج ًع‬ ‫ْم ي‬
َ ‫ْاضطَ َج َع‬
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Barangsiapa yang
duduk pada suatu tempat, lalu tidak menyebut nama Allah di dalamnya,
maka di sisi Allah itu akan menjadi kerugian baginya. Dan barangsiapa
berbaring lalu ia tidak menyebut nama Allah, maka itu akan menjadi
kerugian baginya di sisi Allah” (HR. Abu Dawud)14

13
Sulaiman bin Ash’ath, Sunan Abu Dawud, (Riyadh: Darus Salam, 2008), V,
292
14
Sulaiman bin Ash’ath, Sunan Abu Dawud, V, 292
24

Telah jelas bahwa dikatakan apabila seseorang dalam suatu majlis


yang tanpa mengingat Allah yaitu dengan berzikir kepada Allah sekalipun,
maka kelak akan merugi di akhirat.

C. Macam-macam Zikir
Apabila melihat bagaimana macam-macam dari zikir itu memang
menjadi permasalahan yang belum usai karena banyak pihak yang
mengklaim apapun atas kehendaknya sendiri dan tanpa melihat keadaan
sekitarnya, mengapa demikian? Ya! Sudah sangat jelas dan terbaca
situasinya dengan melihat bahwasannya mereka bertindak semaunya
sendiri dan menghakimi secara langsung tanpa melihat prosesnya terlebih
dahulu karena mereka beranggapan pendapatnyalah yang paling benar dan
mazhabnyalah yang paling benar tanpa menghiraukan yang lainnya. Telah
jelas bahwa banyaknya seluruh ketaatan kepada Allah Swt. Hati lisan dan
anggota tubuh manusia sebagai mediasi untuk berzikir kepada-Nya, adapun
macam-macam zikir banyak ragamnya, bahkan zikir terdiri dari lima
macam yaitu:
1. Zikir dengan lisan
Lafaz-lafaz yang diucapkan berisi pujian kepada Allah, dan zikir
tersebut berupa tasbih, tahmid dan tahlil. Segala bentuk ibadah secara
umum jika niatnya baik dan meengharap ridha Allah pasti balasannya akan
mendapat pahala dan surga pada akhirnya terlebih pada ibadah zikir ini
yang memfokuskan seseorang pada daya ingatnya pada Sang Pencipta,
berbeda jika memiliki tujuan lain yaitu pujian dan sanjungan. Sebagaimana
firman Allah Swt:
25

ْ‫وب‬ ُّ ‫استَ يَغْ َفرواْلِ ُذنُوُبِِ يم َْوَم ينْيَ يَغ ِفر‬


َ ُ‫ْالذن‬
ِ َ‫والَّ ِذينْإِ َذاْفَعلُواْف‬
ْٰ‫اح َشةًْأ يَوْظَلَ ُمواْأَني ُف َس َُ يمْذَ َك ُرواْ ه‬
ُ ُ ‫اّللَْفَ ي‬ َ َ َ
ْ‫اْوُه يمْيَ يعلَ ُمو َن‬ ِ ْٰ‫إََِّلْ ه‬
َ ‫ْماْفَ َعلُو‬ َ ‫اّللُْ َوََليْيُصُّرو‬
َ ‫اْعلَ هى‬
Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui. (QS. Ali-Imran: 135)15
Ayat tersebut menjelaskan perbuatan keji ialah dosa besar yang
mana dampaknya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain,
seperti zina dan riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang
mana dampaknya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.
Akhirnya akan mengerti jika dia melakukan sebuah dosa maka harus
memohon ampunan dengan kata lain mengingat kepada Allah untuk
meminta ampunan-Nya.
2. Zikir dengan Hati
Hadirnya sifat-sifat Tuhan dalam diri seorang hamba, dan
memikirkan seluruh aturan, keutamaan, dan kenikmatan dari-Nya itu juga
disebut zikir hati. Hati seseorang yang sedang berzikir dia tidak akan lalai
dari segala perintahnya dan selalu akan menjauhi segala larangannya,
karena dia menyadari bahwa Allah Swt, Maha melihat lagi Mah
mengetahui segala apa saja yang dilakukan oleh hambanya. Seseorang
yang senantiasa berzikir dengan kata lain selalu memikirkan aturan-aturan
atau hukum-hukum yang dibuat oleh Allah Swt dan telah ditetapkan di
alam jagad raya ini. Sebagaimana firman Allah Swt:

15
QS. Ali Imran (3): 135
26

ِْ ‫الس هم هو‬ ِِ ‫اْوقُعوداْوعلَى‬ ِ ْ‫الَّ ِذينْي يذ ُكرو َنْ ه‬


ْ‫اْما‬ ِ ‫ت ْ َو ياْل يَر‬
َ َ‫ض َْربَّن‬ َ ‫ْجنُوُب يم َْويَتَ َف َّك ُرو َن ِِْف‬
َّ ْ‫ْخلي ِْق‬ ُ ‫اّللَْقيَ ًام َْ ُ ً َ َ ه‬
ٰ ُ ََ
‫ابْالنَّار‬ ِ َ‫خلَ يقت هْه َذاًْب ِْ ًالْسبحان‬
َ ‫اْع َذ‬
َ َ‫كْفَقن‬
َ َ ‫ُي‬ َ َ َ َ
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi, berkata: “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.
Ali-Imran: 191)16
Ayat tersebut menjelaskan zikir dari hati mempunyai dampak
positif seperti akrabnya yang semakin besar, Setiap anggota tubuhnya
adalah sebuah hati yang mengingat Allah.
3. Zikir dalam Jiwa

ْ‫ص ِال َْْوََلْتَ ُْك ين ِْم َن‬ ِ ‫ْاْل يَ ِر ِْمنْالي َقوِل‬


َ ‫ًْبليَغُ ُد ِٰو َْو ياْل‬
ِ ‫واذي ُكرْربَّك ِِْفْنَ يف ِسكْتَضُّرع‬
‫اْوخي َفةً َْوُدو َن يَ َ ي‬
َ ًَ َ َ َ ‫َ ي‬
ْ‫ني‬ِِ
َ ‫اليَغَافل‬
Dan sebutlah Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf: 205)17
Apabila jiwanya selalu ingat kepada Allah maka akan pula di ingat
oleh-Nya. Sebagaimana sabda Nabi Saw:

َ ‫وْم َعا ِويَ َة‬


ْ‫ْع ين‬ ُ ُ‫ْحدَّثَنَْ اْأَب‬ ٍ ‫بْواللَّ يف ُظ ِْْلَِِبْ ُكريي‬
َ ‫بْقَ َاَل‬ ٍ َ ‫َحدَّثَنَاْأَبُوْبَ يك ِرْبي ُنْأَِِب‬
َ َ ‫ْشيي بَةَ َْوأَبُوْ ُكَريي‬
ُ ‫ّللْ َعَليي ِه َْو َسلَّ َمْيَ ُق‬
ْٰ‫صلَّْىْا ه‬ ِ ‫شْعنْأَِِب‬
ْٰ‫ولْا ه‬
ْ‫ّلل‬ ْٰ‫ولْا ه‬
َ ْ‫ّلل‬ ُ ‫ال َْر ُس‬
َ َ‫الْق‬ ُْ ‫ْع ينْأَِِب‬
َ َ‫ْهَريي َرَةْق‬ َ ‫ْصال ٍح‬
َ ‫ياْل يَع َم ِ َ ي‬

16
QS. Ali Imran (3): 191
17
QS. Al-A’raf (7): 205
27

ْ‫نيْيَ يذ ُك ُرِِنْفَِإ ينْذَ َكَرِِن ِِْفْنَ يف ِس ِهْذَ َْك يرتُ ُه ِِْفْنَ يف ِسي‬ ِ ِ ‫ْعين َدْظَ ِن‬
ِ ‫عَّزْوج َّلْأ َََن‬
َ ‫ْم َعهُْح‬
َ ‫يْوأ َََن‬
َ ‫ْعيبد‬
َ ٰ ََ َ
ْ‫اْوإِ ين‬ ِ ِ ِ ََّ ِ‫ْم ٍََل ْخ ٍْي ِْمينه ْوإِ ين ْا يقَتب ْإ‬
َ ‫اع‬ً ‫ت ْإِلَيي ه ْذ َر‬
ُ ‫َل ْش ي ًْباْتَْ َقَّربي‬ َ ََ َ ُ ‫ْم ٍََل ْذَ َك يرتُهُ ِِْف َْ َ ي‬ ِ
َ ‫َوإ ين ْذَ َكَرِِن ِِْف‬
ِ ِ ََّ ِ‫ا يقَتبْإ‬
ِ ِ ‫ْذراعاْا يقَتب‬
َ ُ‫اْوإِ ينْأ ََتِِنَْيَيشيْأَتَيي تُه‬
ْ‫ْه يرَولَ ًة‬ َ ‫ًْب ًع‬
َ ‫تْإلَييه‬
ُ ‫َل َ ً ََي‬ َ ََ
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Allah Swt berfirman;
“Bagi hamba-Ku adalah sebagaimana perasangkanya kepada-Ku, dan
Aku akan bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku
dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia
mengingat-Ku dalam sekumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya
dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia
mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya
satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan
mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan
berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari” (HR. Muslim) 18
Dalam hadis tersebut betapa seseorang mudah untuk berzikir,
bahkan Allah selalu mengingat dalam jiwanya, tatkala ada seorang hamba
yang mengingat Allah dalam jiwanya.
4. Zikir dengan Amal
Menjadikan anggota tubuh melaksanakan ketaatan kepada Allah,
dan selalu bersyukur apa-apa nikmat yang telah diberikannya kepada kita
itu termasuk kategori zikir dalam hal amal. Sebagaimana firman Allah Swt:

ِ ‫ْالس َم ِاء َْو ياْل يَر‬


ْ‫ض ََْل‬ َّْ ‫ّللِْيَ يرُزقُ ُك يم ِْم َن‬
ْٰ‫ْخالِ ٍقْ َغ يْيُْ ه‬ ِ ‫َيْأَيَُّاْالنَّاسْاذي ُكرواْنِعم‬
ِ ‫ّلل علَي ُكم‬
َ ‫تْ هْٰ َ ي ي‬
َ ‫ْه يلْم ين‬ َ َ‫ُ ُ ي‬ َ َ
‫ه‬
ْ‫ََّنْتُ يؤفَ ُكو َن‬ ُ ‫إِلَهَْإََِّل‬
‫ْه َوْفَْ َّه‬

18
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, IX, 301
28

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta


selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan
bumi tidak ada Tuhan selain dia, maka mengapakah kamu berpaling dari
ketauhidan. (QS. Al-Fatir: 3)19
5. Zikir dengan Salat

ْ‫ََّ َادةِْفَيُنَ بِٰئُ ُك يم َِِْْا‬ ِ ‫ْع ِاَلْاليَغَيي‬


َ ‫ب َْوالش‬ َ ‫َل‬ ُ ‫ْم َالقِي ُك يم‬
ْ‫ُْثَّْتَُرُّدو َنْإِ َه‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫قُلْإِ َّنْاليمو‬
ُ ُ‫تْالَّذيْتَفُّرو َنْمينهُْفَإنَّه‬ ‫َي‬ ‫ي‬
ِْٰ‫ْذ يك ِرْا ه‬
ِ ‫ْاْلمع ِةْْفَاسعواْإِ َ هَل‬ ِ ِ ِ َّ ِ‫وديْل‬ ِ ِ ِ َّ
ْ‫ّلل‬ ‫لص هل ْوةْم ينْيَ يوم يُ ُ َ ي َ ي‬ َ ُ‫ْآمنُواْإ َذاْن‬
َ ‫ين‬َ ‫ ََيْأَيُّ ََاْالذ‬- ‫ُكين تُ يمْتَ يع َملُو َْن‬
ِ
َ ‫َو َذ ُرواْاليبَ يي َعْ هَذل ُك يم‬
‫ْخ يْيٌْلَ ُك يمْإِ ينْْ ُكين تُ يمْتَ يعلَ ُمو َْن‬
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada-Nya, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” - “Hai orang-
orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat jumat, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al-Jumu’ah:
8-9)20
Ayat tersebut menjelaskan bagaimana di satu sisi zikir bermakna
salat dan di sisi lain bermakna interaksi dengan sesama manusia. Masuk ke
mesjid untuk salat berjamaah dan keluar mesjid untuk bekerja dan berusaha
sama-sama dihubungkan dengan Allah. Artinya, kedua hal itu dipandang
sebagai zikir kepada Allah, maka di ujung ayat terdapat perintah untuk
berzikir kepada Allah dalam segala situasi.

19
QS. Fatir (35): 3
20
QS. Al-Jumu’ah (62): 8-9
29

D. Kumpulan Fatwa Ulama Seputar Zikir


1. Imam Atha’illah Al-Iskandari
Menurut Pendapat Imam Atha’illah Al-Iskandari mengatakan
ajaran tarekat harus dilakukan menurut penglihatan batin dan timbul dari
pemikiran yang paling dalam. Dan timbulnya perlakuan zikir seseorang itu
berasal dari pemikiran dan penglihatan batin. 21
2. Imam Ibn Qadamah
Pendapat yang diungkapkan oleh Ibnu Qadamah mengatakan
bahwa ibadah lisan yang lebih utama itu berzikir dan letaknya diposisikan
setelah Al-Quran karena pada hakikatnya untuk mengingat Allah, maka
akan tersampaikan segala kebutuhan melalui doa yang bersungguh-
sungguh. 22
3. Imam Al-Ghazali
Sedangkan pendapat Imam Al-Ghazali ilmu marifat didapatkan atas
dasar argumentasi dari peranan zikir itu sendiri. Dan bahwasannya hati
manusia itu tak ubahnya seperti kolam yang didalamnya mengalir
bermacam-macam air. Zikir kepada Allah adalah sebuah hiasan bagi kaum
sufi yang merupakan syarat utama bagi orang yang menempuh jalan-Nya.
Zikir merupakan pembuka alam gaib, penarik kebaikan dan bermanfaat
untuk membersihkan hati. 23
Pengklasifikasian zikir itu bisa sesuai dengan berdasarkan pada apa
yang kita baca. Menurut Atha’illah Al-Iskandari, pengkelompokan zikir
bermacam-macam seperti menjadi zikir yang berisi pujian kepada Allah
Swt, yaitu Subhanallah Tasbih, Alhamdulillah Hamdalah, Laa Ilaaha

21
Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi,
(Surabaya: Karya Agung, 2008), 105
22
Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 105
23
Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 106
30

Illallah Tahlil, tetapi ada juga zikir yang berisi doa kepada Allah. Serta ada
juga zikir yang berisi percakapan kita dengan-Nya. Bahkan dalam zikir bisa
saja hanya terdapat ungkapan perasaan kita kepada-Nya. zikir seperti itu
disebut juga dengan munajat, dan seseorang yang telah mencapai maqam
tertentu biasanya mereka bermunajat kepada-Nya. 24
Nikmat yang banyak akan Allah berikan kepada orang yang pandai
bersyukur dan berzikir bahkan akan ditambah. Jelas bahwasannya jika
selalu mengingat-Nya maka dipermudah segala macam urusannya.
Disimpulkan bahwa zikir harus di mulai dengan pembersihan hati dari
berbagai macam penyakit hati, seperti iri hati, dengki, egoisme dan
perbuatan-perbuatan yang sifatnya tercela.

E. Keutamaan Berzikir
Pentingnya berzikir kepada Allah membuat banyak sekali manfaat
dan kegunaanya bagi siapapun yang mengerjakannya, Ibnu Qayyim Al-
Jauziyyah menjelaskan dalam kitabnya Al-Wabil As-Shayyib dan Raafi’
Al-Kalimi Al-Thayyib, beliau menyebutkan bahwa ada seratus keutamaan
bagi orang yang mengerjakan zikir, dan beliau merinci tujuh puluh tiga
keutamaan saja. 25 Lantaran begitu banyaknya paparan keutamaan bagi
orang yang berzikir dari beberapa ulama berikut Pendapat Shaleh bin
Ghanim As-Sadlan tetang keutamaan orang yang berzikir, meliputi:
a. Zikir sebagai Pendekatan Diri
Pendekatan diri yang benar itu pada hakikatnya dengan selalu
mengingat kepada Allah dan dengan begitu akan mudah apabila kita
menghadapi sebuah situasi yang bisa di bilang benar dan buruknya kita bsa

24
Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 107
25
Ibn Qoyyim Al-Jawziyyah, Al-Wabil As-Shayyib, (terj. Abd. Rohim Mu’thi
dan Zulqarnain), cet. Ke-I, (Jakarta: Akbar Media Eka, 2004), 65
31

menyerahkan segala urusan dan macam permasalahan kepada Allah, dalam


artian dengan berzikir itu sebuah alternatif agar kita terus ingat dan dekat
kepada Sang Pencipta yaitu Allah Swt.
b. Zikir sebagai Penenang Hati
Ketentraman dalam hati itu adalah hakikat kehidupan yang
diinginkan manusia. Dan mencari kebahagiaan yang sempurna sesuai
keinginan dan kehendaknya sendiri dengan zikir maka hati akan tenang dan
bahagia pada puncaknya.
c. Zikir sebagai Pembersih Hati

ْ‫ين‬ ِ ِ ‫وحيْفَ َقعواْلَه‬


ِ ‫فَِإذَاْس َّوي تهْونَ َفختْفِ ِيه ِْمنْر‬
َ ‫ْساجد‬
َ ُ ُ ُ‫ي‬ ُ ‫َ يُ ُ َ ي‬
Lalu aku titipkan kedalamnya ruh ku (QS. Al-Hijr : 29)26
Tanah yang menjadi landasan utama penciptaan manusia, maka
sifat manusia secara umum itu selalu kotor. Oleh karenanya, manusia ingin
menafikan kekotorannya tersebut dengan mendekatkan diri kepada Allah
melalui zikir.
d. Zikir sebagai Pengangkat Derajat
ِ ِ‫ّللْب ِنْسع‬ ِ ‫ْالر يْح ِنْعن‬ ِ ‫بْحدَّثَناْايلمَغِْيةُْبن‬ ِ ِ ُ ‫حدَّثَناْي ع ُقوبْبن‬
ْ‫يد‬ َ ‫ْعيب ْدْا هْٰ ي‬ َ ُ ‫ْْحَييدْبي ِنْ َكاس ٍ َ َ ُ َ ي‬
َ ‫ْعيبد َّ َ َ ي‬ ُ ‫َ َ َي ُ ي‬
َّ ‫ْع ين ْأَِِبْا َّلد يرَد ِاءْأ‬
َّ ِ‫َن ْالن‬
ْ‫َّب‬ َ َ‫َْب ِريَّة‬
‫ْع ينْأَِِب َي‬ ٍ َّ‫ْعي‬
َ ‫اش‬ َ ‫ْم يوََلْابي ِن‬
ٍ ِ
َ ‫ْع ينْ ِزََيدْبي ِنْأَِِبْ ِزََيد‬
ٍ ِ
َ ‫بي ِنْأَِِبْهيند‬
ِ ََ ِ‫ْمِْلي ِك ُك يم ْوأ يَرفَع‬
ْ‫اِْف‬ ِ ‫ال ْأَََل ْأُنَبِئ ُكم ِِْب ِْي ْأ يَعمالِ ُكم ْوأَرض‬
َ ‫اهاْعين َد‬
َ َ ‫ٰ ُ ي َي َ ي َ ي‬ َ َ‫ّللُ ْ َعلَيي ِه َْو َسلَّ َم ْق‬
ْٰ‫صلَّىْ ه‬
َ
َ
ْ‫ض ِربُواْْأَ يعَناقَ َُ يم‬ ِ ِ
َ ‫ب َْوالي َوِرق َْوم ين ْأ يَن ْتَ يل َق يو‬
‫اْع ُد َّوُك يم ْفَ َت ي‬ َّ ‫َد َر َجاتِ ُك يم َْو َخ يٍْي ْلَ ُك يم ِْم ين ْإِ يعطَ ِاء‬
ِ ‫ْالذ َه‬

ِ ‫ال‬
ْٰ‫ْذ يك ُرْا ه‬
ْ‫ّلل‬ ْٰ‫ولْا ه‬
َ َ‫ّللْق‬ َ ‫َْي َْر ُس‬ َ ‫ض ِربُواْأ يَعنَاقَ ُك يمْقَالُو‬
َ ‫اْوَماْذَ َاك‬ ‫َويَ ي‬

26
QS. Al-Hijr (15): 29
32

Dari Abu Darda ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Maukah kalian saya
beritahukan tentang sebaik-baik amalan kalian dan yang lebih dicintai
oleh Rabb kalian, lebih mulia bagi kalian dari bersedekah dengan emas
dan perak serta dari berperang dengan musuh-musuh kalian kemudian
kalian tebas batang leher mereka dan mereka menebas batang leher
kalian?” para sahabat bertanya; “Apakah amalan itu wahai Nabi?” beliau
menjawab: “Berzikir kepada Allah” (HR. Ibnu Majah) 27
e. Zikir sebagai Pembaru Iman28
Ibadah yang sangat mudah tanpa adanya pembatas dengan waktu
dan kondisi itu sendiri adalah berzikir, oleh sebab itu dapat dikatakan
dengan berzikir Iman seorang Muslim akan diperbarui secara otomatis
yaitu akan menambah sebuah butir-butir keimanan yang membuat kita
menjadi lebih kuat akan keputusan yang akan diambil dengan melihat
akankah membawa kemashlahatan bersama. Karena pada dasarnya Allah
memerintahkan salat lima kali dalam sehari itu saja membuat Iman di
dalam diri saja sudah merasakan tertambah dengan melakukan suatu
kebajikan yang itu semua bentuk bertambahnya Iman seseorang.
f. Zikir sebagai Sarana Masuk Surga
Sebuah akhir kisah manusia itu pada akhirnya akan berlabuh
kepada dua pilihan diantaranya Surga dan Neraka, apabila secara akal sehat
manusia yang berakal maka ingin memilih kebahagiaan yang disebut Surga
dengan enggan memilih Neraka yaitu kesengsaraan.
g. Zikir sebagai Sarana Memperoleh Syafaat Nabi Saw 29
Berzikir kepada Allah dapat memperoleh syafaat dari Nabi Saw dan
itu sebuah keistimewaan bagi orang yang selalu berzikir.

27
Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi, VI, 106
28
Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa, 250
29
Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa, 250
33

Dari sekian banyak di antara penjelasan keutamaan zikir yang


menurut beberapa ulama, disini penulis merangkumnya menjadi hanya
menyebutkan beberapa saja:
1. Zikir dapat menghidupkan hati.
2. Zikir menjadikan seseorang diingat Allah.
3. Zikir mencegah orang dari sifat kemunafikan.
4. Zikir menghasilkan pahala, keutamaan dan karunia Allah.
5. Zikir menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah.
6. Zikir menjadi cahaya penerang di dunia, di alam kubur, dan akhirat.
7. Zikir dapat mengusir setan dan dapat melindungi orang yang
berzikir.
8. Zikir menjadi sebab mendapatkan salawat dari Allah dan para
malaikatnya.
9. Zikir menjadikan seseorang termasuk golongan yang istimewa dan
terkemuka.
10. Zikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan dan depresi dan
dapat mendatangkan ketenangan, kebahagian dan kelapangan
hidup.
BAB III
NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN PERSATUAN ISLAM
(PERSIS) DI KECAMATAN PANCORAN

A. Kondisi Geografis dan Demografi Kecamatan Pancoran


1. Letak Geografis
Secara administrasi wilayah Pancoran merupakan bagian dari Kota
Jakarta Selatan yang dikategorikan dengan nama Kecamatan Pancoran, dan
merupakan bagian wilayah yang terletak di selatan Propinsi DKI Jakarta,
Secara geografis wilayah Kecamatan Pancoran terletak pada ketinggian
26,2 meter diatas permukaan air laut dengan letak 06 15’ 40,8” LS dan 106
45’ 00,0” BT dan curah hujan rata-rata berkisar 681 mm pertahun dengan
suhu rata-rata berkisar 34˚C pertahunnya. Secara umum kondisi topografi
Kecamatan Pancoran sangat datar. Kecamatan Pancoran mempunyai luas
wilayah 852 ha. Dan 7,37 % dari total keseluruhan luas Kota Jakarta
Selatan. 1
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pancoran ini yaitu:2
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Pasar Minggu (Jalan Kalibata
Timur Raya dan Jalan Samali)
 Sebelah Utara berbatasan dengan Tebet (Jalan MT Haryono dan
Jalan Gatot Subroto dan Jalan Mampang Prapatan XV – XVI)
 Sebelah Barat berbatasan dengan Mampang Prapatan (Kali Cideng
dan Kali Sarua Mampang)

1
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
2
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018

34
35

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kramat Jati (Kali Ciliwung Kota


Administrasi Jakarta Timur)
Secara geografis Kecamatan Pancoran termasuk kategori maju,
karena wilayahnya yang cukup strategis, yang terletak di pusat keramaian
dan menjadi penghubung antara Bekasi dengan Jakarta Pusat. Wilayah
Kecamatan Pancoran terbagi atas 6 Kelurahan, 48.652 KK, 46 RW dan 499
RT.3
Jumlah Kelurahan. Sebagai berikut:4
No Nama Luas Kode Pos
1 Kelurahan Kalibata 2,29 km2 12740
2 Kelurahan Rawajati 1,44 km2 12750

3 Kelurahan Duren Tiga 1,92 km2 12760

4 Kelurahan Cikoko 1,22 km2 12770

5 Kelurahan Pangadegan 0,92 km2 12770

6 Kelurahan Pancoran 0,72 km2 12780


Sumber: Monografi Kecamatan Pancoran 2017
2. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Pancoran dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan yakni mencapai 162.002 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki berjumlah 81.602 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 80.400 jiwa. Yang terbagi dalam 48.652 kepala keluarga.
Adapun perincian berdasarkan usia yaitu : usia 0-15 tahun berjumlah
17.829 orang, usia 16-30 tahun berjumlah 45.361 orang, usia 31-45 tahun

3
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
4
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
36

berjumlah 59.947, usia 46-58 tahun berjumlah 24.305 orang, dan usia 59
tahun ke atas berjumlah 14.580 orang.
Penduduk Dengan Jenis Kelamin dan Usia. Sebagai berikut:5
Penduduk
No Usia Persentase
Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-15 8.984 8.845 17.829 12%

2 16-30 22.849 22.512 45.361 28%

3 31-45 30.198 29.749 59.947 37%

4 46-58 12.245 12.060 24.305 15%

5 59-Keatas 7.344 7.236 14.580 8%

Jumlah 81.602 80.400 162.002 100%


Sumber: Demografi Kecamatan Pancoran 2017
Tabel diatas itu penduduk di Kecamatan Pancoran mempunyai
kelompok umur produktif, yaitu penduduk yang berumur 15-58 tahun,
kelompok umur yang kurang dari 15 tahun merupakan kelompok umur
yang belum produktif, dalam arti masih menjadi tanggungan kelompok
umur produktif, hal ini merupakan sumber modal dasar pembangunan
sebagai sumber daya manusia masyarakat Kecamatan Pancoran, sedangkan
kelompok umur tua yaitu usia lebih dari 59 tahun ternyata mencapai 14.580
orang dan kebanyakan kelompok ini tenaga yang kurang produktif.

B. Nahdlatul Ulama di Kecamatan Pancoran


Nahdlatul Ulama lebih akrab disapa NU yang merupakan kelompok
organisasi keagamaan Islam yang didirikan oleh Ulama Indonesia di

5
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
37

wilayah Surabaya tepat di tanggal 31 Januari 1926 M, bisa dikatakan


dengan suatu Jamiah Diniah Islamiah yang pada saat itu menjadi wadah
para Ulama khususnya pulau Jawa, dengan paham Ahlusunnah Wal
Jamaah disingkat Aswaja merupakan penganut salah satu dari empat
mazhab Hanafi, Hambali, Maliki dan terakhir yang menjadi sebuah
panutan bagi NU yaitu mazhab Syafi’i. 6 Bermula ketika gerakan
pembaharu yang ada di Mesir menjadi menular di Indonesia dengan
pelopor Jamaluddin Al-Afghani yang membawa gagasan Pan-Islamisme,
alhasil semangat umat Islam di dunia khususnya di Indonesia dan itu
merupakan cikal bakal terbentuknya sebuah kelompok organisasi yang
bernama Nahdlatul Ulama.7 Dibentuknya sebuah wadah kelompok
organisasi dengan diawali komite Hijaz yang akhirnya terbentuk sebuah
gerakan kelompok masyarakat yang bernama “Nahdlatoel Oelama” dengan
gagasan Ahlusunnah Wal Jamaah yang berarti “Kebangkitan Para Ulama
yang berarti ajaran Sunah menjadi Jalan Utama Kebersamaan”. Tepat
kejadiannya pada 31 Januari di tahun 1926. 8
NU sebagai kelompok organisasi keagamaan masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dengan prinsip-prinsip yang kokoh agar
memahami dan mengamalkan syariat Islam dengan benar, baik
berhubungan dengan Tuhan maupun dengan Manusia. Al-Quran, Hadis,
Ijma dan Qiyas menjadi pedoman utama yang dianut oleh NU karena
menjadi sumber ajaran Islam yang menjadi penjelas yang saling berkaitan
dengan konteksnya. Mengapa demikian NU menjadikan keempatnya

6
Ahmad Zahro, Tradisi Intlektual NU (Yogyakarta: LKiS, 2004), 15. baca
Anggaran dasar NU Bab 1 pasal 3 dan 4 hasil muktamar xx di Kediri 21-27 Nopember
1999
7
M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, Pendekatan Fikih
dalam Politik (Jakarta: Gramedia, 1994), 40
8
Delian Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1990-1942, 244
38

sebagai tolak ukur yang berarti dalam kehidupan manusia, karena NU


menganut mazhab yang ditetapkan segala-galanya atas penetapan yang
dibawa oleh Imam Syafi’i dan tidak pula menghiraukan mazhab tiga yang
lainnya Hambali, Hanafi dan Maliki agar menjadi tolak-ukur dan
pembelajaran atas permasalahan-permasalahan yang terjadi. Namun NU
sendiri tidak terlepas hanya dari empat landasan itu saja, ada yang
dinamakan dengan Istihsan, Istislah, Istishab, Istimbath dan sebagainya.
Kaidah tersebut tercantum pada Anggaran Dasar NU di Bab II Pasal 03
yang menjelaskan bagaimana NU dalam mengambil dan memilih salah
satu dari empat mazhab untuk memahami dan mengamalkan segala sesuatu
permasalahan untuk dicari solusinya, Sebagai berikut:9
a. Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi merupakan
pelopor bagi NU yang menjadikan paham Aswaja dalam bermazhab di
bidang Aqidah.
b. Abu Hanifah An-Nu’am, Malik bin Anas dan Ahmad bin Hambal itu
pelopor bagi NU yang menjadikan paham Aswaja dalam bermazhab di
bidang Fiqih.
c. Al-Junaid Al-Baghdadi dan Abu Hamid Al-Ghazali merupakan pelopor
bagi NU yang menjadikan paham Aswaja dalam bermazhab di bidang
Tasawuf.
Toleran dan Kooperatif merupakan sikap yang junjung tinggi oleh
NU untuk mengokohkan nilai-nilai yang baik agar tradisi keberagaman
keagamaan yang telah berkembang di masyarakat tetap dipahami terlebih
diamalkan, namun menurut pihak modernis itu sesuatu yang tidak perlu
diteruskan karena tidak sesuai dengan ajaran sebelumnya yang disebut
bidah dan dalam kategorinya sebagaimana ibadah Membaca Kitab Al-

9
Ahmad Zahro, Tradisi Intlektual NU, 19
39

Barzanji, Ziarah Kubur, Peringatan Haul, Selametan, Talqin Mayat,


Tingkeban, Dibaan, Wiridan, Tahlilan dan sebagainya. 10
Permasalahan dalam setiap wadah kelompok organisasi pasti akan
mencuat naik ke atas dan menjadi perhatian besar bagi anggota terlebih
masyarakat umum, dengan begitu akhirnya NU memunculkan sebuah
forum yang bernama Lajnah Bathsul Masa’il yang di dalamnya membahas
terkait pencarian solusi dari sebuah permasalahan keagamaan yang sedang
dihadapi. Alhasil pemimpin dalam Lajnah memutuskan dalam
pengambilan keputusan agar terpecahkan permasalahan di dalam forum
tersebut. Tingkatan yang cukup serius akan dibawa kepada forum tingkat
wilayah, namun jika belum, akan dibahas pada tingkat cabang.
Pembahasannya belum tuntas pada tahapan cabang maupun wilayah maka
akan di bawa kepada pusat secara langsung. Semua dilihat berdasarkan
skala prioritas penting bagi kehidupan umat. Tentang kepengurusan yang
ada di Lajnah meliputi Ketua, Sekretaris dan Anggota.
Kelompok organisasi masyarakat Islam Nahdlatul Ulama (NU)
yang ada di wilayah kecamatan Pancoran Jakarta Selatan terbilang menjadi
mayoritas karena terlihat dari banyaknya masjid membuat warga NU
beribadah sesuai paham yang telah diajarkan oleh para pendahulunya yang
mana tentang adanya Tahlilan, Membaca Barzanji dan Kunut itu
merupakan beberapa ciri dari golongan Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama
yang ada di kecamatan Pancoran ini memiliki beberapa cabang kantor yang
khusus terkait warga NU seperti Kantor GP Ansor se-Wilayah Jakarta
Selatan itu berada di Kelurahan Kalibata, Kantor Pusat Muslimat NU
berada di Kelurahan Pangadegan, dan beberapa kajian pengajian bagi

10
Ahmad Zahro, Tradisi Intlektual NU, 23
40

warga NU juga lebih sering di daerah Kelurahan Kalibata seperti pengajian


“Majelis Rasullah” yang dipelopori oleh Alm. Habib Munzir.

C. Persatuan Islam di Kecamatan Pancoran


Permulaan tahun 1920 Persatuan Islam didirikan. Tepatnya di
tanggal 12 September 1923 di Bandung.11 Bermula H. Zamzam dan H.
Muhammad Yunus yang sering mendiskusikan banyak hal terlebih
khususnya tentang keislaman. Latar belakang pendidikan yang hampir
sama menjadi guru agama di sekolah Dar Al-Muta’alimin dan juga sama-
sama kelahiran Palembang. Salah satunya diskusi tentang tema yang
biasanya mengenai masalah beberapa masalah disekitar gerakan
keagamaan yang tengah berkembang saat itu, atau masalah agama yang
dimuat dalam majalah Al-Munir terbitan padang dan majalah Al-Manar
terbitan Mesir, yang telah lama menjadi bacaan dan perhatian mereka. 12
Artikel “Islam telah Tertutup oleh Kaum Muslimin” atau yang lebih
dikenal dengan “Al-Islam Mahjubun bi Al-Muslimin” cuitan dalam
majalah Al-Manar yang ditulis oleh Muhammad Abduh, akibatnya
membuat emosi keagamaan yang mereka anut. Alhasil membuat
pernyataan yang kontroversi di kalangan pembaharu, baik di Timur Tengah
maupun Indonesia dengan bentuk pernyataannya “Menghidupkan kembali
Peninggalan yang Lama, yakni kembali kepada Al-Quran dan Hadis”
Konteks lain dikatakan bahwa sesama asal Sumatra dan membuat
hubungannya sangat kuat, terlebih H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus
secara tidak langsung mendirikan semacam ikatan keluarga besar. Menurut

11
M. Isa Anshari, Manefesto Perjuangan Persis, (Bandung: Pimpinan Pusat
Persis, 1958), 6
12
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 9
41

silsilahnya pada abad ke-18 M para leluhur keluarganya merupakan


seorang yang pindah dari Palembang dan ditambah dengan hubungan
perkawinan antara keluarganya, perdagangan dan pertemuan pada aspek
sosial keagamaan, itu semua membuat ikatannya semakin erat.13
Persatuan Islam didirikan atas gagasan pemimpinnya yaitu dengan
adanya pemahaman-pemahaman yang disebabkan oleh kelompok
tradisional dan modernis, sehingga membuat permasalahan tidak
terselesaikan. Maka dari itu gagasan mengenai kelompok yang lain harus
dikembalikan kepada Al-Quran dan Hadis. Permufakatan Islam lebih
dikenal dengan Persatuan Islam, yang dinamai lain darinya atas usulan
pihak lain. Namun tetap memakai nama “Persatuan Islam” yang didirikan
di Bandung dengan tujuan menampung semua kalangan khususnya “Kaum
Muda dan Kaum Tua” karena berfokus pada permasalahan yang dihadapi
sehari-hari.
Persatuan Islam belum menampakkan sebagai organisasi
pembaharu dalam Islam, di tahun 1926 M dan itu merupakan setelah dua
tahun berdirinya. Penyebabnya agar anggotanya baik “Kaum Muda dan
Kaum Tua” benar-benar mendalami Islam secara umum yang sesuai
dengan tuntunan Nabi Saw. Liberal merupakan sifat awal dari nama
Persatuan Islam yang disingkat Persis yang berasal dari bahasa latin, karena
memang awalnya untuk memberontak penjajah Belanda dengan kondisi
sangat genting, dengan begitu siap menerima resiko dan mempertahankan
pendirian serta keyakinan yang mereka miliki atas pemberian nama yang
berdasar pada nama latin. Sebagaimana kelompok organisasi yang lebih
dulu muncul Jamiat Kheir, Muhammadiyah dan Al-Irsyad.

13
Delier Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1945 (Jakarta:
LP3ES, 1945), 96
42

Kehendak dari Persatuan Islam membuat sesuatu yang kontroversi


dengan mengsakralkan apa yang seharusnya dan sebaliknya. Pada dasarnya
sifat kesakralan itu melambangkan bagaimana kualitas tauhid seseorang
dan wawasan keislamannya. Kelompok organisasi Persatuan Islam
menjadi sebuah golongan yang terbilng ekstrim dan liberal dalam
melakukan penentangan tradisi-tradisi sebelumnya seperti bidah, khufarat
dan takhayul. Karena menjadi problematika baru bagi organisasinya yang
menjunjung tinggi akan kembalinya kepada Al-Quran dan Hadis. 14 Benar
atau tidaknya beragama menurut Ahmad Hassan yaitu bagaimana
hubungan manusia dengan Tuhan tergantung ia memahami dan
melaksanakan hukum-hukum Islam dengan bijak. Hal tersebut menjadi ciri
khas pemikiran dan gaya seorang tokoh Persatuan Islam. Pendapatnya
berkaitan dengan hal agama. Sebagai berikut:
a. Penyerahan diri kepada Allah sebagai seorang muslim membuat
bagaimana kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari ketentuan-
ketentuan hukum Islam.
b. Guru yang mengajarkan ilmu-ilmu kepada masyarakat tidak berubah
status derajatnya, sekalipun seorang Ulama besar. Karena pada
dasarnya kebebasan masyarakat untuk mengikuti atau tidaknya kembali
lagi pada pilihannya. Dengan mengaitkan benar adanya paham mazhab
itu menjadi problematika baru karena bisa saja seorang Ulama salah
dalam berijtihad dan bahkan tidak sesuai dari Al-Quran dan Hadis.
Persatuan Islam menjadi sebuah kelompok organisasi yang
digolongkan kepada gerakan Islam modern di tahun 1926 M, karena dalam
beberapa pemahaman yang diutarakan oleh Ahmad Hassan membuat

14
Dadan Wildan, Sejarah Perjuangan Persis (Bandung: Pusat bidang
Pemuda,1995), 35
43

sebuah masalah baru yang akhirnya keluar beberapa anggota karena tidak
sependapat dan timbul kelompok organisasi Permufakatan Islam atau yang
biasa disebut dengan gerakan Islam tradisional yang menurutnya memang
merasa perlu bermazhab agar mendapat kejelasan hukum-hukum dan
beribadah menurut Ulama sebelumnya yang menganut mazhab. Awal mula
bagaimana sebuah kelompok organisasi diberikan nama dengan sebuah
proses yang telah dilalui dengan banyak pertimbangan karena di dalam
nama tersebut mengandung makna yang mendalam seperti ingin
memunculkan “Persatuan Pemikiran Islam, Persatuan Rasa Islam,
Persatuan Usaha Islam, Persatuan Suara Islam” makna semuanya menjadi
satu kesatuan yang akhirnya dinamai dengan “Persatuan Islam”. 15
Kelompok organisasi masyarakat Islam Persatuan Islam (PERSIS)
yang ada di wilayah kecamatan Pancoran Jakarta Selatan belum sebanyak
golongan sebelumnya yang mana jamaah PERSIS masih terbilang
minoritas, karena ajarannya berpegang teguh dan benar-benar murni
kembali kepada Al-Quran Hadis dan bahkan hadisnya harus sahih, apabila
ingin merujuknya. Ajaran yang benar-benar kembali ini memang menjadi
ciri dari golongan Persatuan Islam. Persatuan Islam yang ada di kecamatan
Pancoran ini cakupannya belum memiliki kantor secara khusus di wilayah
ini, namun tetap mengacu pada Kantor PW PERSIS se-DKI Jakarta yang
berada di kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat dan juga pastinya berpusat
pada Kantor Pusat PERSIS yang berada di Bandung. Beberapa kajian
pengajian biasanya dilaksanakan langsung di masjid jamaah PERSIS yang
pembahasannya mengenai masalah umat dan kehidupan yang berada di
kelurahan Rawajati.

15
Salim Umar, Persatuan Islam; Pembaruan dan Pengaruhnya di Jawa Barat
(Bandung: Pusat Penelitian IAIN Sunan Gunung Djati, 1995), 37-38
44

D. Data Masjid di Kecamatan Pancoran


Jumlah Masjid dan Pembagiannya, sebagai berikut:

No. Kelurahan NU PERSIS NON Jumlah

1 Cikoko 4 - - 4

2 Duren Tiga 4 - 6 10

3 Pangadegan 5 - 1 6

4 Pancoran 6 - 2 8

5 Rawajati 8 1 2 11

6 Kalibata 11 - 7 18

Jumlah 38 1 18 57
BAB IV
PRAKTIK ZIKIR WARGA NU DAN PERSIS

A. Redaksi Zikir setelah Salat Fardu


1. Nahdlatul Ulama1
1. Istigfar (Dibaca 3x)
ِ‫اْلي الْ َقيُّـوم وأَتـُوب إِلَيه‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫أ‬
ْ ُ ْ َ ُ ْ ُّ َْ ‫َستَـ ْغف ُر هللاَ الْ َعظ ْـي ِم الَّذ ْي ََلالَهَ اََّل ُه َو‬
ْ
Saya mohon ampun kepada Allah yang maha besar, tidak ada tuhan
melainkan dia, yang maha hidup yang terus-menerus mengurus
makhluknya, dan saya bertobat kepadanya.
2. Laa Ilaaha Illallah

‫ت َوُه َو َعلَ ُُ ِ ِّ َشْيٍ َ ِديْر‬ ِ ِ ِ


ُ ‫اْلَ ْم ُد ُُْي ِي َوُُيْي‬
ْ ُ‫ك َولَه‬ َ ْ‫ََلالَهَ اََّل هللاُ َو ْح َدهُ ََل َش ِري‬
ُ ‫ك لَهُ لَهُ الْ ُم ْل‬
Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang
memiliki segala kekuasaan dan dia pula yang memiliki segala pujian, dan
dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
3. Allahumma Antas Salaam

ْ ‫ َواَ ْد ِل ْلنَا‬،‫لس ََلِم‬ ِ ِ ّٰ


َ َّ‫اَجَن‬ َّ ‫ فَ َحيِنَا َربـَّنَا ِلا‬،‫الس ََل ُم‬
َّ ‫ك يَـ ُع ْوُد‬
َ ‫ َوالَْي‬،ُ‫الس ََلم‬
َّ ‫ك‬َ ‫ َومْن‬،‫الس ََل ُم‬
َّ ‫ت‬َ ْ‫الل ُه َّم اَن‬
ِْ ‫اَج ََل ِل و‬
‫اَل َُْرِام‬ َ َْ ‫ت ََي َذا‬ َ ُْ‫ تَـبَ َار‬،‫الس ََلِم‬
َ ‫ت َربـَّنَا َوتَـ َعالَْي‬ َّ ‫َد َار‬
Ya Allah, engkaulah yang Maha damai, dan darimu datang kedamaian;
Maha banyak berkahmu wahai Tuhan pemilik keagungan dan kemuliaan.

1
Wawancara dengan Misbahul Munir Kholil, tanggal 14 Agustus 2020 di
Kantor PBNU Jakarta

45
46

4. Allahumma Ajirna Minannar (Dibaca 3x)

‫ّٰالل ُه َّم اَ ِج ْرََن ِم َن النَّار‬


Ya Allah jauhkanlah aku dari api neraka.
5. Al-Fatihah

ِ ِ ‫اْلم ُد لِلَّ ِـه ر‬ ِ َّ ‫الر ْْحـّٰ ِن‬ ِ َّ ‫ان‬


َ َّ ‫ بِ ْس ِم ا ّٰلل‬:‫الرجْي ِم‬
ِ َ‫أَعوذُ ِلاهللِ ِمن الشَّيط‬
‫الر ْْحَـّٰ ِن‬
َّ - ‫ني‬
َ ‫ب اْل َعالَم‬ َ ْ َْ - ‫الرحي ِم‬ ْ َ ُْ
‫ ِصَرا َط‬- ‫الصَرا َط الْ ُم ْستَ ِق َيم‬ ِ ‫ك يـوِم‬
ِ ‫ اه ِد ََن‬- ‫ إِ ََّي َك نَـعب ُد وإِ ََّي َك نَستَعِني‬- ‫الدي ِن‬ ِِ ِ َّ
ْ ُ ْ َ ُْ ْ َ ‫ َمال‬- ‫الرحي ِم‬
ِ ِ ‫ض‬ ِ َّ
َ ‫وب َعلَْي ِه ْم َوََل الضَّال‬
‫ أمني‬- ‫ني‬ ُ ‫ت َعلَْي ِه ْم َغ ِْْي الْ َم ْغ‬
َ ‫ين أَنْـ َع ْم‬
َ ‫الذ‬
Aku berlindung dari setan yang laknat – Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang – Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam – Maha Pemurah lagi Maha Penyayang – Yang menguasai di
Hari Pembalasan – Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah kami meminta pertolongan – Tunjukilah kami jalan lurus –
Jalan orang-orang yang telah Engkau bari nikmat kepada mereka; bukan
jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
6. Ayat Kursi

‫وم ََل‬ ْ ‫ اَهللُ ََل إِلَهَ إََِّل ُه َو‬.‫الرِحْي ِم‬


ُ ُّ‫اْلَ ُّي اْل َقي‬ َّ ِ‫ بِ ْس ِم هللا‬.‫الرِجي ِم‬
َّ ‫الر ْْحَ ِن‬ ِ َ‫أَعوذُ ِلا ّٰلل ِمن الشَّيط‬
َّ ‫ان‬ ْ َ ُ
‫ض َمن َذا الَّ ِذ ْي يَ ْش َف ُع ِعْن َدهُ إََِّل ِِِ ْذنِِه‬ ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َوَم ِاِف اْأل َْر‬ ِ ِ
َ َ َّ ‫ لَهُ َماِف‬،ٌ‫ََتْ ُل ُذهُ سنَ ٌ َّوََلنَـ ْوم‬
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫يـعلَم ماب‬
ُ‫ َوس َع ُُ ْرسيُّه‬،َ‫ال ْل َف ُه ْم َوََل ُُيْيطُو َن بِ َش ْيء م ْن ع ْلمه إََِّل ِبَا َشآء‬
َ ‫ني أَيْديْ ِه ْم َوَم‬
َ َْ َ ُ ْ َ
.‫ـؤدهُ ِح ْفظُ ُه َما َوُه َو الْ َعلِ ُّي الْ َع ِظْي ُم‬
ُ َ‫ض َوََل ي‬
ِ َّ
َ ‫الس َم َاوات َواْأل َْر‬
47

Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang
dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya dan mengetahui apa-
apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha tinggi lagi Maha besar. (QS. Al-
Baqarah: 255)2
7. Tasbih, Tahmid dan Takbir (Dibaca 33x)

‫ ُسْب َحا َن هللاِ َوِِبَ ْم ِدهِ َدائِ ًما اَبَ ًدا‬- ِ‫ُسْب َحا َن هللا‬
Maha Suci Allah. Maha Suci Allah dan Segala Puji kepada-Nya.

‫ني َعلَ ُُ ِ ِّ َحال َوِ ِْف ُُ ِ ِّ َحال َونِ ْع َم‬ ِ ِ ‫اْلم ُد ِّٰللِ ر‬ ِِ ْ
َ ْ ‫ب الْ َعالَم‬ َ ْ َْ - ‫اْلَ ْم ُد ّٰلل‬
Segala Puji bagi Allah. Segala Puji bagi Allah yang mempunyai Kerajaan
Alam Semesta dan Nikmat yang telah diberikan-Nya.

‫َصْي ًَل ََلاِلَهَ اََِّل هللاُ َو ْح َد ُه‬


ِ ‫وسبحا َن هللاِ ب ْكرًة وأ‬
َ َ ُ َ ُْ َ ‫اْلَ ْم ُد هللِ َُثِ ْ ًْيا‬
ْ ‫ هللاُ اَ ُْ َبُ َُبِ ْ َْيا َو‬- ُ‫هللاُ اَ ُْ َب‬

‫ت َوُه َو َعلَ ُُ ِ ِّ َشْيٍ َ ِديْـٌر َوََل َح ْوَل َوََل َُـ َّوَة إََِّل‬ ِ
ُ ‫اْلَ ْم ُد ُُْي ِي َوُُيْي‬
ْ ُ‫ك َولَه‬ َ ْ‫ََل َش ِري‬
ُ ‫ك لَهُ لَهُ اْل ُم ْل‬
‫ِلاهللِ الْ َعلِ ِي الْ َع ِظْيم‬
Allah Maha Besar dan Segala puji bagi Allah dan Maha Suci bagi Allah,
Tiada Tuhan selain-Nya dengan segala kehendak Allah yang memiliki
kerajaan yang Maha Hidup dan Mati. Dan dengan segala kekuasaan-Nya
atas keagungan-Nya.

2
Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 255
48

ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِ أ‬،‫هللا الْع ِظيم‬ ‫َستَـ ْغ ِف ُر‬ ِ ِ ‫أ‬


ُ‫ض ُ ِّ الذ ُْ ِر ََلالَهَ اََّل هللا‬
َ ‫ أَْف‬،‫َستَـ ْغف ُر هللاَ الْ َعظْي َم‬
ْ َْ َ َ ْ ‫ أ‬،‫َستَـ ْغف ُر هللاَ الْ َعظْي َم‬
ْ
٣٣× ُ‫ََلاِلَهَ اََِّل هللا‬-
Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, Alankah lebih baik
mengingat Allah dengan lafaz Laa Ilaaha Illallahu (Tidak ada Tuhan
selain-Nya).

2. Persatuan Islam3
1. Allahumma Antas Salaam
ِْ ‫اَج ََل ِل و‬
‫اَل َُْرِام‬ ِ ّٰ
َ َْ ‫ت ََي َذا‬
َ ُْ‫ تَـبَ َار‬،ُ‫الس ََلم‬
َّ ‫ك‬َ ‫ َومْن‬،ُ‫الس ََلم‬
َّ ‫ت‬َ ْ‫الل ُه َّم اَن‬
Ya Allah, engkaulah yang Maha damai, dan darimu juga datang
kedamaian; Maha banyak berkah-Mu wahai Tuhan pemilik keagungan dan
kemuliaan.
2. Tasbih, Tahmid dan Takbir (Dibaca 33x)

‫ ُسْب َحا َن هللاِ َوِِبَ ْم ِدهِ َدائِ ًما اَبَ ًدا‬- ِ‫ُسْب َحا َن هللا‬
Maha Suci Allah. Maha Suci Allah dan Segala Puji kepada-Nya.

‫ني َعلَ ُُ ِ ِّ َحال َوِ ِْف ُُ ِ ِّ َحال َونِ ْع َم‬ ِ ِ ‫اْلم ُد ِّٰللِ ر‬ ِِ ْ
َ ْ ‫ب الْ َعالَم‬ َ ْ َْ - ‫اْلَ ْم ُد ّٰلل‬
Segala Puji bagi Allah. Segala Puji bagi Allah yang mempunyai Kerajaan
Alam Semesta dan Nikmat yang telah diberikan-Nya.

‫ َو ُسْب َحا َن هللاِ بُكَْرًة َواَ ِصْي ًَل‬،‫اْلَ ْم ُد ِّٰللِ َُثِ ْ ًْيا‬
ْ ‫ هللاُ اَ ُْ َبُ َُبِ ْ ًْيا َو‬- ُ‫هللاُ اَ ُْ َب‬
Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan Segala Puji yang begitu banyak
serta Maha Suci atas-Nya.

3
Dewan Hisbah PP PERSIS, (Bandung: PERSIS Pers, 2017), 149
49

3. Istigfar (Dibaca 3x)


ِِ ‫ ولِمش‬،‫اْل ُقو ِق اْلو ِاجب ِ علَي‬
،‫اينَا َوَِِل ْل َوانِنَا‬ ِ ‫صح‬ َّ ‫هللاَ اْل َع ِظْي َم ِ ِْل َولَِوالِ َد‬ ‫أَ ْستَـ ْغ ِف ُر‬
َ َ َ َّ َ َ َ ْ ُْ ‫اب‬ َ ْ َ‫ َوَِل‬،‫ي‬
ِ ‫ ْاَلَحي ِاء ِمْنـهم و ْاَلَمو‬،‫ات‬
‫ات‬ ِ ‫ والْمسلِ ِمني والْمسلِم‬،‫ات‬
ِ ِ ِِ ِِ
َ ْ َ ْ ُ َْ َ ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ َ‫ني َوالْ ُم ْؤمن‬
َ ْ ‫َوَجَمْي ِع الْ ُم ْؤمن‬
Aku mohon ampunan kepada Allah yang maha Agung atas segala-galanya,
dan dari para sahabat atas mereka, bersama orang-orang yang ikhlas, dan
bersama orang-orang yang beriman laki-laki dan orang beriman
perempuan, serta orang-orang islam secara keseluruhan diantara laki-laki
dan perempuan. Sungguh engkau yang memiliki wewenang menghidupkan
dan mematikan semuanya.
4. Laa Ilaaha Illallah

‫اْلَ ْم ُد َوُه َو َعلَ ُُ ِ ِّ َش ْيء َ ِديْر‬


ْ ُ‫ك َولَه‬ َ ْ‫َلَ إِلَـهَ إَِلَّ هللاُ َو ْح َدهُ َلَ َش ِري‬
ُ ‫ لَهُ اْل ُم ْل‬،ُ‫ك لَه‬
Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang
memiliki segala kekuasaan dan dia pula yang memiliki segala pujian, dan
dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
5. Laa Ilaaha Illallah

‫اْلَ ْم ُد َوُه َو َعلَ ُُ ِ ِّ َش ْيء َ ِديْ َروََل َح ْوَل َوََل‬


ْ ُ‫ك َولَه‬ َ ْ‫َلَ إِلَـهَ إَِلَّ هللاُ َو ْح َدهُ َلَ َش ِري‬
ُ ‫ لَهُ الْ ُم ْل‬،ُ‫ك لَه‬
ِ ِ ْ ‫الع ِظْي ِم َوََل نَـ ْعبُ ُد إََِّلإِ ََّيهُ لَهُ النِ ْع َم ُ َولَهُ ال َف‬ ِ ِ‫َُـ َّوَة إََِّل ِلاهلل‬
ُ‫اْلَ َس ُن ََلإلَهَ إََّل هللا‬
ْ ُ‫ض ُ ِّ َولَهُ الثـَّنَاء‬ َ ‫العل ِي‬
َ
‫الديْ َن َولَ ْو َُ ِرَه الْ َكافُِرْو َن‬
ِ ‫صني لَه‬ِِ
ُ َ ْ ‫ُُْمل‬
Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang
memiliki segala kekuasaan dan dia pula yang memiliki segala pujian, dan
dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan upaya kecuali
kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Kami tidak beribadah
kecuali kepada-Nya, milik-Nyalah segala kenikmatan dan keutamaan,
50

milik-Nya pula segala pujian yang baik. Tiada Tuhan selain Allah yang
kami ikhlas terhadap pemilik agama, walaupun orang-orang kafir tidak
menyukai.
6. Laa Ilaaha Illallah

‫اْلَ ْم ُد َوُه َو َعلَ ُُ ِ ِّ َش ْيء َ ِديْر الَلَّ ُه َّم ََل‬


ْ ُ‫ك َولَه‬ َ ْ‫َلَ إِلَـهَ إَِلَّ هللاُ َو ْح َدهُ َلَ َش ِري‬
ُ ‫ لَهُ الْ ُم ْل‬،ُ‫ك لَه‬

‫اَجَ ُّد‬
ْ ‫ك‬ ِ ِ ْ ‫مانِع لِما أ َْعطَيت وََل مع ِطي لِما منَـعت وََل يـْنـ َفع ذَا‬
َ ‫اَجَد مْن‬ ُ َ َ َ ْ َ َ ُ َْ َ َ ْ َ َ َ
Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang
memiliki segala kekuasaan dan dia pula yang memiliki segala pujian, dan
dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada penghalang yang Engkau
berikan dan tiada pemberi atas apa yang Engkau halangi serta tidak
bermanfaat bagi pemilik kemuliaan.
7. Allahumma Minal Bukhl

‫ك ِم ْن أَ ْن أ َُرَّد إِ ََ أ َْرذَ ِل‬


َ ِ‫َع ْوذُب‬ ْ ‫ك ِم َن‬
ِ ُْ‫اَج‬
ُ ‫ْب َوأ‬
ِ ِ‫الَلَّه َّم إِِّن أَعوذُ ب‬
َ ِ‫ك م َن الْبُ ْخ ِ ِّ َوأ َُع ْوذُب‬
َ ُْ ْ ُ
ِ ‫ك ِمن َع َذ‬
‫اب الْ َق ِْب‬ ِ ُ ‫الدنْـيا وأ‬ ِ ِ ِ ِ‫الْعم ِروأَعوذُب‬
ْ َ ‫َع ْوذُب‬ َ َ ُّ َ‫ك م ْن فْتـن‬
َ ُْ َ ُ ُ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pelit, aku berlindung kepada-Mu
dari sifat penakut, aku berlindung kepadaa-Mu dari usia pikun, aku
berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu
dari siksa kubur.
8. Allahumma Ilman Nafian

‫ك عِ ْل ًما ََنفِ ًع َاوِرْزًَا طَيِبًا َو َع َمَلً ُمتَـ َقبَّ ًَل‬


َ ُ‫َسأَل‬
ْ ‫ّن أ‬ِِ َّ
ْ ‫الَل ُه َّم إ‬
Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang
banyak, dan amal yang diterima.
51

9. Allahumma Dzikrika
ِ ِ ِ ِ
َ ‫الَلَّ ُه َّم أَع ِ ّْن َعلَ ذ ُْ ِرَك َو ُش ْك ِرَك َو ُح ْس ِن عبَ َادت‬
‫ك‬
Ya Allah, bantulah aku untuk zikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu,
dan membaguskan ibadah kepada-Mu.
Berzikir menurut Nabi Saw tidak hanya pada lafaz yang terpaku
pada bacaan-bacaan tertentu, melainkan semua hal bacaan yang berkaitan
dengan Allah Swt dengan tujuan untuk mengingat-Nya agar terhindar dari
perbuatan dosa. Salah satu bentuk mengingat Allah Swt yaitu dengan
berzikir, maka dari itu beberapa organisasi masyarakat Islam seperti
Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam menetapkan panduan zikir dengan
versi masing-masing yang pada akhirnya tujuannya adalah untuk selalu
mengingat kepada-Nya agar tetap terjaga dari perbuatan dosa.
Penetapan panduan zikir yang berbeda antara Nahdlatul Ulama
dengan Persatuan Islam membuat keduanya melalui beberapa proses
musyawarah seperti Bahtsul Masail untuk Nahdlatul Ulama, sedangkan
Dewan Hisbah untuk Persatuan Islam yang sudah pasti melalui metode
pengambilan hukum yang terbagi tiga macam yaitu bayani, qiyasi dan
istilahi.4
Pertama dengan metode pemecahan kasus langsung kembali dan
berarah kepada Al-Quran dan Hadis agar sebuah hukum dapat terselesaikan
solusinya yang dinamakan metode bayani. Kedua dengan metode
pemecahan kasus yang tertahan akan menggunakan perumpamaan atau
persamaan motif dari objeknya dengan kata lain tidak langsung merujuk
kepada Al-Quran dan Hadis yang dinamakan metode qiyasi. Ketiga dengan

4
Jaih Mubarok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam (Yogyakarta: UII Press,
2002), 170
52

metode pemecahan kasus yang juga tertahan dengan alasan berdasar pada
kemaslahatan bersama dan tidak langsung merujuk kepada Al-Quran dan
Hadis, yang membedakan dengan qiyasi yaitu tentang tidak adanya acuan
dalil dan dengan begitu mengambil hikmahnya.5

B. Dasar Dalil Zikir setelah Salat Fardu


1. Nahdlatul Ulama
Perujukan yang menjadi dasar dalil bagi warga Nahdlatul Ulama
mendasari pendapat salah satu tokoh yaitu Misbahul Munir Kholil. Sebagai
berikut:6

‫ّن َع ْمٌرو‬ِ ْ ‫ أ‬:‫ال‬ ِ ‫الرز‬


َّ ‫ َح َّدثـَنَا َعْب ُد‬:‫ال‬ ُ ‫َح َّدثـَنَا إِ ْس َح‬
ْ ‫َل ََب‬ َ َ ‫َل ََبََن ابْ ُن ُجَريْج‬
ْ ‫ أ‬:‫ال‬
َ َ ‫َّاق‬ َ َ ‫صر‬
ْ َ‫اق بْ ُن ن‬
ِ ‫الصو‬ ِ
‫ت‬ ْ َّ ‫ أ ََّن َرفْ َع‬:ُ‫َل ََبه‬ ْ ‫أ ََّن أ ََلا َم ْعبَد َم ْوََ ابْ ِن َعبَّاس أ‬
ْ ‫َل ََبهُ أ ََّن ابْ َن َعبَّاس َرض َي هللاُ َعْنـ ُه َما أ‬
‫ت أ َْعلَ ُم‬
ُ ‫ال ابْ ُن َعبَّاس ُُْن‬ ِ ِ‫َّاس ِم َن الْ َمكْتُوبَِ َُا َن َعلَ َع ْه ِد الن‬
َ َ‫َّب َو‬ ُ ‫ص ِر‬
ُ ‫ف الن‬ َ ‫ني يَـْن‬
ِ ِ
َ ‫ِلالذ ُْ ِر ح‬
ِ ِ
َ ‫صَرفُوا بِ َذل‬
ُ‫ك إِذَا ََس ْعتُه‬ َ ْ‫إِذَا ان‬
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Saw bersabda, Mengeraskan suara pada
zikir setelah salat wajib ada di masa Nabi Saw. Ibnu Abbas berkata: “Aku
mengetahui bahwa salat telah selesai dengan mendengar hal itu, yaitu jika
aku mendengarnya”. (HR. Bukhari) 7

َ‫ني يُ َسلِ ُم َلَ إِلَهَ إَِلَّ هللا َو ْح َدهُ َل‬ ِ


َ ِّ ِ ُُ ‫ول ِِف ُدبُِر‬
َ ‫صَلَة ح‬ ُ ‫الزبَِْْي يَـ ُق‬ َ َ ‫الزبَِْْي‬
ُّ ‫ال َُا َن ابْ ُن‬ ُّ ‫َع ْن أَِِب‬

َّ‫اْلَ ْم ُد َوُه َو َعلَ ُُ ِ ِّ َش ء َ ِد ٌير َلَ َح ْوَل َوَلَ َُـ َّوَة إَِلَّ ِلاهلل َلَ إِلَهَ إَِل‬
ْ ُ‫ك َولَه‬ َ ‫َش ِر‬
ُ ‫يك لَهُ لَهُ اْل ُم ْل‬
ْ

5
Jaih Mubarok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam, 171
6
Wawancara dengan Misbahul Munir Kholil, tanggal 14 Agustus 2020 di
Kantor PBNU Jakarta
7
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, (Riyadh: Darus Salam, 1997), I, 464
‫‪53‬‬

‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫هللا َوَلَ نَـ ْعبُ ُد إَِلَّ إِ ََّيهُ لَهُ النِ ْع َم ُ َولَهُ الْ َف ْ‬
‫ين‬ ‫ض ُ ِّ َولَهُ الثـَّنَاءُ ا ْْلَ َس ُن َلَ إِلَهَ إَِلَّ هللا ُُْملص َ‬
‫ني لَهُ الد َ‬
‫ِ ِِ‬ ‫َولَ ْو َُ ِرَه الْ َكافُِرو َن ‪َ .‬وَ َ‬
‫ول هللا يـُ َهل ُ ِّ ِب َّن ُدبـَُر ُُ ِ ِّ َ‬
‫صَلَة‬ ‫ال َُا َن َر ُس ُ‬
‫‪Dari Ibnu Zubair ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Membaca zikir dengan‬‬
‫‪keras setiap setelah salat”. (HR. Muslim)8‬‬

‫ال ح و َح َّدثَِّن إِ ْس َح ُق بْ ُن‬ ‫ِ‬


‫َل ََبََن ابْ ُن ُجَريْج َ َ‬ ‫َح َّدثَـنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َحاِت أ ْ‬
‫َل ََبََن ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَكْر أ ْ‬
‫َل ََبِّن َع ْم ُرو بْ ُن ِدينَار أَ َّنَ َلا‬
‫َل ََبََن ابْ ُن ُجَريْج أ ْ‬
‫ال أَلبََن عب ُد َّ ِ‬
‫الرزَّاق أ ْ‬ ‫صور َواللَّ ْف ُ‬
‫ظ لَهُ َ َ ْ ََ َْ‬ ‫َمْن ُ‬
‫َن ابن عبَّاس أَلبه أ ََّن رْفع َّ ِ ِ ِ‬
‫َّاس‬ ‫ص ِر ُ‬
‫ف الن ُ‬ ‫الص ْوت ِلالذ ُْ ِر ح َ‬
‫ني يَـْن َ‬ ‫ْ ََُ َ َ‬ ‫َم ْعبَد َم ْوََ ابْ ِن َعبَّاس أ ْ‬
‫َل ََبهُ أ َّ ْ َ َ‬

‫ال ابْ ُن َعبَّاس ُُْن ُ‬


‫ت أ َْعلَ ُم‬ ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َوأَنَّهُ َ َ‬
‫ال َ َ‬ ‫صلَّ َّ‬ ‫ِم ْن اْل َمكْتُوبَِ َُا َن َعلَ َع ْه ِد النِ ِ‬
‫َّب َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صَرفُوا بِ َذل َ‬
‫ك إِ َذا ََس ْعتُهُ‬ ‫إِ َذا انْ َ‬

‫‪Dari Ibnu Abbas ra bahwa mengeraskan suara zikir setelah salat fardu,‬‬
‫‪pernah terjadi di masa Nabi Saw. kata Abu Ma'bad; Ibn Abbas mengatakan,‬‬
‫‪“Akulah yang paling tahu tentang hal itu, ketika mereka telah selesai‬‬
‫‪(mengerjakan salat), sebab aku pernah mendengarnya.” (HR. Muslim)9‬‬
‫ح َّدثـَنَا َُيَي بن موس الْبـ ْل ِخي ح َّدثـَنَا عب ُد َّ ِ‬
‫َل ََبِّن ابْ ُن ُجَريْج أ ْ‬
‫َل ََبََن َع ْم ُرو بْ ُنِ ينَار أ ََّن‬ ‫الرزَّاق أ ْ‬ ‫ْ َ ْ ُ ُ َ َ ُّ َ َْ‬ ‫َ‬
‫َّاس‬ ‫ص ِر ُ‬ ‫أَلامعبد موََ اب ِن عبَّاس أَلبه أ ََّن ابن عبَّاس أَلبه أ ََّن رْفع َّ ِ ِ ِ‬
‫ف الن ُ‬ ‫الص ْوت للذ ُْرِ َ‬
‫ين يَـْن َ‬ ‫ْ ََُ َ َ‬ ‫ْ ََُ ْ َ َ‬ ‫َ َ َْ َ ْ ْ َ‬

‫‪8‬‬
‫‪Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, I, 464‬‬
‫‪9‬‬
‫‪Abu Hussain, Sahih Muslim, (Riyadh: Darus Salam, 2007), II, 81‬‬
54

‫ت‬ َ َ ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َمَ أ ََّن ابْ َن َعبَّاس‬


َّ َّ‫صل‬ َِّ ‫ول‬
ِ ‫ك َعلَ َع ْه ِد رس‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ال ُُْن‬ َ ‫الل‬ َُ َ ‫مْنالْ َمكْتُوبَ َُا َن َذل‬
ِ
َ ‫صَرفُوا بِ َذل‬
ُ‫ك َوأ ََْسَعُه‬ َ ْ‫أ َْعلَ ُم إِ َذاان‬

Dari Ibnu Abbas ra bahwa “Mengeraskan suara zikir ketika orang-orang


selesai dari salat fardu itu telah di lakukan di masa Nabi Saw, dan Ibnu
Abbas mengatakan, “Aku mengetahuinya ketika mereka selesai melakukan
itu dan aku juga mendengarnya.” (HR. Abu Dawud)10

2. Persatuan Islam
Perujukan yang menjadi dasar dalil bagi jamaah Persatuan Islam
mendasari pendapat salah satu tokoh yaitu Taufiq Rahman Azhar. Sebagai
berikut:11
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
‫ووََل ََْ َه ْر‬
َ َ ‫ َع ْن َعائ َش‬،‫ َع ْن أَبْيه‬،‫ام بْ ُن َع ْرَوَة‬ ُ ‫ َح َدثـَّنَا َمال‬:‫َح َّدثَـنَا َعل ُّي‬
ُ ‫ َح َّدثَـنَا ه َش‬:‫ك بْ ُن ُسع ْْي‬
‫ُّع ِاء‬
َ ‫ت ِ ِْف الد‬
ِ ِ‫بِص ََلتِك وََل ُُتاف‬
ْ َ‫ت ِبَا) أُنْ ِزل‬
ْ َ َ َ َ
Dari Aisyah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Dan janganlah salat (berdoa
atau berzikir) dengan suara yang keras dan jangan pula dengan suara
rendah” (HR.Bukhari) 12
ِ ِ ِ
ْ ِ‫ َع ْن أ‬،‫َل ََبََن ُسلَْي َما َن التـَّْيم ُّي‬
،‫َْي ُعثْ َما َن‬ ْ ‫ أ‬،‫َح َّدثـَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن ُم َقا ت ِّ أَبـُ ْو اْلَ َس ِن‬
ْ ‫ أ‬،‫َل ََبََن َعْب ُدهللا‬

َ َ ،ِ َّ‫ ثَنِي‬:‫ال‬
:‫ال‬ َ َ ‫ أ َْو‬،ِ َ‫صلَّ ا ّٰلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ِْف ُع ْقب‬ َّ ِ‫َل َذا الن‬
َ ‫َّب‬ َ َ ‫َْي َم ْو َس األَ ْش َع ِر ْي‬
َ ‫ أ‬:‫ال‬ ْ ِ‫َع ْن أ‬

10
Sulaiman bin Ash’ath, Sunan Abu Dawud, (Riyadh: Darus Salam, 2008), I,
585
11
Wawancara dengan Taufiq Rahman Azhar, tanggal 19 Agustus 2020 di
Kantor PW Persatuan Islam Jakarta
12
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 191
55

َّ َّ‫صل‬
ُ‫الل‬
ِ َ َ ،ُ‫ ََلاِلهَ إََِّلهللاِ َوهللاُ أَ ُْ َب‬:ُ‫ص َوتَه‬
َ ‫ َوَر ُس ْو ُل هللا‬:‫ال‬ َ ‫فَـلَ َّما َع ََل َعلَْيـ َها َر ُج ٌ ِّ ََن َدى فَـَرفَ َع‬
َ َ َّ‫ ُُث‬،‫َص َّم َوََل َغائِبًا‬
‫ أ َْو ََي‬، ‫ ََي اََلا ُم ْو َس‬:‫ال‬ َ َ ،‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ بَـ ْغلَتِ ِه‬
َ ‫ فَِإنَّ ُك ْم ََل تَ ْد ُع ْو َن أ‬:‫ال‬
ِ‫ ََل حوَل وََل َُـ َّوَة إََِّل ِلاهلل‬:‫ال‬ ِ ِ ِ ِ
َ َْ َ َ ،ََ ‫ َلا‬:‫ت‬ َ ُّ‫ أَََل أ َُدل‬،‫َعْب َد هلل‬
ُ ‫ك َعلَ َُل َم م ْن َُْن ِز اَجَنَّ َُـ ْل‬
Dari Abu Musa ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Maka datanglah seorang
anak laki-laki dengan mengeraskan suarannya dengan mengucapkan Laa
Ilaaha Illa Allah” dan kemudian Nabi Saw bersabda, “Pelankanlah suara
kalian karena Allah tidak tuli, yang kalian seru yaitu Allah Maha
Mendengar lagi Maha Dekat” (HR. Bukhari) 13

‫ َع ْن اَِ ْْي‬،‫ َع ْن اَِ ْْي ُعثْ َما َن‬، ‫ب‬ ُ َّ‫ َح َّدثـَنَا َْح‬: ‫َح َّدثـَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َح ْرب‬
َ ‫ َع ْن اَيـُ ْو‬، ‫اد بْ ُن َزيْد‬
‫َّب‬ َ ‫ فَـ َق‬، ‫صلَّ ا ّٰلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ِْف َس َفر فَ ُكنَّا إِذَا َعلَ ْوََن َُ َّ ْبََن‬
َّ ِ‫ال الن‬ َّ ِ‫ ُُنَّا َم َع الن‬:‫ال‬
َ ‫َّب‬ َ َ ‫ُم ْو َس‬

،‫َص َّم َوََل َغائًِبا‬ ِ


َ ‫ اَْربَـ ُع ْوا َعلَ أَنْـ ُفس ُك ْم فَِإنَّ ُك ْم ََل تَ ْد ُع ْو َن أ‬،‫َّاس‬ َّ ِ َّ َ
ُ ‫ أَيـُّ َها الن‬:‫صل ا ّٰلل َعلَْيه َو َسل َم‬
ِ ‫ ََي َعْب َد ا ّٰلل بْ ِن َـْي‬:‫ ُُثَّ أَتَ َعلَ َّي َوأ َََن أََُـ ْو ُل ِ ِْف نَـ ْف ِسي‬،‫ص ْْيًا‬
‫ َُ ْ ِّ ََل‬،‫س‬ ِ ‫ولَ ِك َّن تَ ْدعو َن ََِسيـعا ب‬
َ ً ْ ُْ َ
ْ
‫ك َعلَ َُلِ َم ِه َي َُْنـٌز ِم ْن‬ َ َ ‫ أ َْو‬،ِ َّ‫ فَِإ ََّّنَا َُْنـٌزِم ْن َُنُـ ْوِزاَجَن‬، ‫َح ْوَل َوََل َُـ َّوةَ إََِّل ِلا ّٰلل‬
َ ُّ‫ أَََل أ َُدل‬:‫ال‬
ِ‫َُنـوِز اَجنَّ ِ؟ ََلحوَل وََل َُـ َّوةَ إََِّل ِلاهلل‬
َ َْ َ ُْ
Dari Abu Musa ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Wahai manusia,
rendahkanlah suaramu. Sebab sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada
Tuhan yang tuli, dan tidak pula jauh, tetapi kamu sedang berdoa kepada
Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat” (HR. Bukhari)14

13
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 231
14
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 216
56

ُّ ‫ضُّر ًعا َّو ُل ْفيَ ً اِنَّهٗ ََل ُُِي‬


‫ب الْ ُم ْعتَ ِديْ َن‬ َ َ‫اُْد ُع ْوا َربَّ ُك ْم ت‬
Berdoalah Kepada Tuhanmu dengan hati yang rendah dan suara yang
lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
(QS. Al-A’raf: 55)15

‫ص ِال َوََل تَ ُك ْن ِم َن‬ ِ ِ ْ ‫واذْ ُُر ربَّك ِِف نـَ ْف ِسك تَضُّرعا و ِلي َف ً ودو َن‬
َ ‫اَجَ ْه ِر م َن الْ َق ْول ِلالْغُ ُد ِو َو ْاْل‬ َُ َ ًَ َ َ َ ْ َ
‫ني‬ِِ
َ ‫الْغَافل‬
Dan sebutlah Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf: 205)16

C. Penggunanaan Hadis Zikir setelah Salat Fardu


1. Nahdlatul Ulama
Warga Nahdlatul Ulama ketika setelah salat fardu biasanya
melaksanakan ibadah zikir secara bersama yang dipimpin langsung oleh
imam salat dengan suara yang keras dan terkadang juga dengan suara pelan
karena menyesuaikan pada waktu salat atau sebab lain seperti ada hal yang
mendesak atau mengganggu jamaah lain di saat salat. Pembacaan zikir
secara berjamaah yang dilakukan NU setelah salat fardu dengan suara keras
menjadi polemik berkepanjangan yang membuat golongan NU dinilai tidak
sesuai syariat atas perspektif yang mereka sudutkan, sehingga dengan dalih
harus dibaca pelan atau keras dan bagaimana praktiknya?

15
Al-Quran, 7 (Al-A’raf): 55
16
Al-Quran, 7 (Al-A’raf): 205
57

Mengenai praktik zikir setelah salat fardu bagi NU perlu adanya


ibadah tersebut, dan melafazkannya mengacu boleh dikeraskan ataupun
pelan dengan alasan tertentu. Sebagaimana sabda Nabi Saw,

‫ّن َع ْمٌرو‬ِ ْ ‫ أ‬:‫ال‬


ْ ‫َل ََب‬ َ َ ‫َل ََبََن ابْ ُن ُجَريْج‬ َ َ ‫الرَّز ِاق‬
ْ ‫ أ‬:‫ال‬ َّ ‫ َح َّدثـَنَا َعْب ُد‬:‫ال‬
َ َ ‫صر‬ ُ ‫َح َّدثـَنَا إِ ْس َح‬
ْ َ‫اق بْ ُن ن‬
ِ ‫الصو‬ ِ
‫ت‬ ْ َّ ‫ أ ََّن َرفْ َع‬:ُ‫َل ََبه‬ ْ ‫أ ََّن أ ََلا َم ْعبَد َم ْوََ ابْ ِن َعبَّاس أ‬
ْ ‫َل ََبهُ أ ََّن ابْ َن َعبَّاس َرض َي هللاُ َعْنـ ُه َما أ‬
‫ت أ َْعلَ ُم‬
ُ ‫ال ابْ ُن َعبَّاس ُُْن‬ ِ ِ‫َّاس ِم َن الْ َمكْتُوبَِ َُا َن َعلَ َع ْه ِد الن‬
َ َ‫ َو‬. ‫َّب‬ ُ ‫ص ِر‬
ُ ‫ف الن‬ َ ‫ني يَـْن‬
ِ ِ
َ ‫ِلالذ ُْ ِر ح‬
ِ ِ
َ ‫صَرفُوا بِ َذل‬
ُ‫ك إِذَا ََس ْعتُه‬ َ ْ‫إِذَا ان‬
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Saw bersabda, Mengeraskan suara pada
zikir setelah salat wajib ada di masa Nabi Saw. Ibnu Abbas berkata: “Aku
mengetahui bahwa salat telah selesai dengan mendengar hal itu, yaitu jika
aku mendengarnya”. (HR. Bukhari) 17
Hakikat diharuskannya zikir setelah salat fardu yaitu untuk selalu
mengingat Allah Swt atas nikmat yang telah diberikan-Nya, bentuk
pengungkapan rasa syukur, dan saling mengingatkan sesama umat manusia
agar manusia tidak menyimpang dari perbuatan yang di murkai oleh-Nya.
Berdasarkan hasil penelitian di setiap kelurahan yang ada di
Kecamatan Pancoran ternyata dalam praktik zikir setelah fardu itu memang
dilakukan oleh kalangan masyarakat umum dengan kata lain hampir di
setiap masjid yang terbilang umum yaitu bukan basis yang mengklaim baik
warga Nahdlatul Ulama ataupun jamaah Persatuan Islam juga melakukan
zikir setelah salat fardu, maka dapat dikatakan secara tidak langsung
mereka sudah menerapkan hal-hal yang yang warga Nahdlatul Ulama
lakukan.

17
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, I, 464
58

Data menunjukan bahwa penelitian di lapangan praktik zikir setelah


salat fardu itu terdapat beberapa pandangan dan tanggapan masyarakat se-
Kecamatan Pancoran. Pandangan dan tanggapan masyarakat dapat
dipengaruhi oleh faktor tertentu yang diantaranya adalah tingkat ekonomi,
pendidikan dan wawasan keislaman mereka yang akhirnya mempengaruhi
pada pola pikir masyarakat dalam praktiknya.
Praktik penggunaan hadis zikir setelah salat fardu yang mereka
pahami dan bahkan awalnya belum tahu itu lebih baik mengeraskan suara
terjadi di hampir semua masjid yaitu 57 yang ada di kecamataan Pancoran,
namun dengan klaim masyarakatnya masjid ini umum tidak termasuk
kategori golongan-golongan manapun yang bertujuan untuk membuka
selebar-lebarnya pintu dakwah syiar Islam. Klaim masyarakat tidak
menggolongkan masjid yang akhirnya mengerucut menjadi 38 masjid
dengan basis Nahdlatul Ulama, sebagaimana masjid Al-Hasanain dalam
praktiknya benar-benar menggunakan hadis zikir setelah salat fardu yaitu
dengan mengeraskan suara, yang mana imam benar menuntun makmum
dalam berzikir secara bersama dengan suara yang keras, walaupun satu dari
lima responden jamaah yang tidak mengetahui hadis mengeraskan suara
pada saat berzikir itu tetap mengikuti mayoritas yang mengeraskan suara.
Kondisi seperti imam salat menuntun makmum dalam berzikir
secara bersama dengan suara keras juga berlaku bagi 37 masjid lainnya
yang termasuk basis Nahdlatul Ulama, seperti masjid Raudhatus Salihin,
At-Taqwa, Maulana Hasanudin, Darul Mukhtar, Baitul Khair, Al-Istijabah,
An-Nur, Fathul Jami, Al-Munawar, At-Taubah, Al-Inabah, As-Solihin,
Darussalam, Arrahmanirrahim, Ulul Albab, Al-Falah, Guru Amin, Bait Ar-
Rahman, Hizbul Wathan, Al-Amin, At-Taubah, Shalahudin, Nurul Hilal,
Ar-Rahmah, Nurul Amaliyah, Nurul Hidayah, Nasrun Minallah, Nurul
59

Ikhlas, Assalafiyah, Nur Muhammad, Al-Mujtamin, Al-Huda, Ikhwanul


Muslimin, Al-Muttaqin, At-Ta’lim, Al-Hidayah dan Nurul Islam.

2. Persatuan Islam
Jamaah Persatuan Islam ketika setelah salat fardu berbeda dengan
golongan Nahdlatul Ulama yang lebih umum mengeraskan suara secara
bersama, sedangkan jamaah Persatuan Islam yaitu imam terdiam sejenak
diikuti makmunya dan merenung dengan suara pelan dalam zikirnya yang
mampu di dengar oleh seorang diri saja, tanpa mengganggu jamaah yang
lain. Praktik zikir setelah salat fardu jamaah Persatuan Islam mengacu pada
sabda Nabi Saw,
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
‫ووََل ََْ َه ْر‬
َ َ ‫ َع ْن َعائ َش‬،‫ َع ْن أَبْيه‬،‫ام بْ ُن َع ْرَوَة‬ ُ ‫ َح َدثـَّنَا َمال‬:‫َح َّدثـَنَا َعل ُّي‬
ُ ‫ َح َّدثـَنَا ه َش‬:‫ك بْ ُن ُسع ْْي‬
‫ُّع ِاء‬
َ ‫ت ِ ِْف الد‬
ِ ِ‫بِص ََلتِك وََل ُُتاف‬
ْ َ‫ت ِبَا) أُنْ ِزل‬
ْ َ َ َ َ
Dari Aisyah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Dan janganlah salat (berdoa
atau berzikir) dengan suara yang keras dan jangan pula dengan suara
rendah” (HR.Bukhari) 18
Hakikat praktik zikir setelah salat fardu yang memelankan suara
yaitu dengan melihat bagaimana manusia harus menginstropeksi diri dari
dosanya, agar tidak mengganggu jamaah lain yang sedang beribadah, tidak
menerapkan apa yang tidak dilakukan oleh Nabi Saw dengan mengacu
pada kemurnian Al-Quran dan Hadis, dengan mengeraskan suara itu
perlakuan bidah, jangan bertaqlid kepada siapapun termasuk Imam Mazhab
dan dengan mengeraskan suara terkesan riya yang akhirnya akan rusak

18
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 191
60

amalnya maka bertindak lebih berhati-hati yaitu dengan memelankan


suara.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa sebenarnya praktik
zikir setalah salat fardu mengeraskan suara bagi jamaah Persatuan Islam itu
bukan sesuatu yang harus ditekankan bagi imam maupun makmum, namun
zikir setelah salat fardu itu dilaksanakan atas dasar kelapangan hati
seseorang tanpa harus dipaksakan, maka pelankan suaranya.
Praktik penggunaan hadis zikir setelah fardu yang terjadi di
kecamatan Pancoran dengan kasus memelankan suara yang terbilang
dengan basis jamaah Persatuan Islam itu adalah masjid Nurullah yang mana
dalam praktiknya penggunaan hadis zikir setelah salat fardu itu imam salat
tidak menuntun makmum untuk berzikir secara keras, namun berdiam yaitu
merenungkan diri dengan isyarat memelankan suara yang tujuannya tidak
mengganggu jamaah lain.
Kelompok organisasi masyarakat Islam Persatuan Islam (PERSIS)
yang ada di wilayah kecamatan Pancoran Jakarta Selatan belum sebanyak
golongan sebelumnya yang mana jamaah PERSIS masih terbilang
minoritas, karena ajarannya berpegang teguh dan benar-benar murni
kembali kepada Al-Quran Hadis dan bahkan hadisnya harus sahih, apabila
ingin merujuknya. Ajaran yang benar-benar kembali ini memang menjadi
ciri dari golongan Persatuan Islam.
Persatuan Islam yang ada di kecamatan Pancoran ini cakupannya
belum memiliki kantor secara khusus di wilayah ini, namun tetap mengacu
pada Kantor PW PERSIS se-DKI Jakarta yang berada di kecamatan Johar
Baru Jakarta Pusat dan juga pastinya berpusat pada Kantor Pusat PERSIS
yang berada di Bandung. Beberapa kajian pengajian biasanya dilaksanakan
61

langsung di masjid jamaah PERSIS yang pembahasannya mengenai


masalah umat dan kehidupan yang berada di kelurahan Rawajati.
Kasus yang terjadi di lapangan ada beberapa responden jamaah
yang ikut salat di masjid yang berbeda, sebagai contoh pada masjid Nurul
Hidayah yang berada di kelurahan Rawajati dua dari lima jamaahnya yang
peneliti wawancarai merupakan jamaah PERSIS, namun dalam praktiknya
tetap mengikuti apa yang mereka pahami yaitu landasan atas Persatuan
Islam itu sendiri dan tanpa menghiraukan jamaah lain yang mayoritas
golongan di luar PERSIS. Dari kasus yang terjadi sebelumnya memang
banyak beberapa jamaah PERSIS yang dinilai masih minoritas seperti di
masjid Nasrun Minallah kelurahan Kalibata, masjid Maulana Hasanudin
kelurahan Cikoko dan di masjid Al-Huda kelurahan Kalibata.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
mengemukakan beberapa kesimpulan:
Mengenai praktik zikir setelah salat fardu di masjid yang
dikategorikan sebagai Nahdlatul Ulama dilaksanakan dengan imam
menuntun jamaahnya untuk berzikir secara bersama dengan mengeraskan
suara, dan makmum mengikuti apa yang dilafazkan oleh imam. Sedangkan
di masjid yang terbilang sebagai jamaah Persatuan Islam, imam yang telah
melaksanakan salat fardu hanya berdiam diri tanpa suara dan masing-
masing membaca zikir dengan memelankannya.
Akar permasalahan yang membedakan dua organisasi bermula
ketika sebuah dalil Al-Quran dan Hadis yang mereka ambil dan dijadikan
hujah berbeda, keduanya bertolak belakang dengan alasan mengeraskan
dan sebaliknya memelankan suara. Organisasi masyarakat Islam Nahdlatul
Ulama menggunakan hadis riwayat Al-Bukhari nomer 841 sebagai dalil.
Sedangkan Persatuan Islam menggunakan hadis riwayat Al-Bukhari nomer
6327 sebagai dalilnya.

62
63

B. Saran
Adapun beberapa saran yang ingin penulis sampaikan yang mana
dari hasil penelitian yang telah di bahas yaitu:
1. Skripsi ini sebagai salah satu karya ilmiah, penulis telah berupaya
mengarahkan segenap kemampuan secara maksimal, sehingga patut
dijadikan rujukan untuk melihat bagaimana praktik Zikir setalah
Salat Fardu.
2. Penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi dan sugesti bagi
cendekiawan dan akademisi, untuk melakukan penelitian yang serupa
dalam rangka mengungkapkan berbagai perbedaan di masyarakat
secara cermat, kritis dan objektif agar persatuan umat dapat terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Adlany, Hazri. Al-Quran Terjemah Indonesia. Jakarta: Sari Agung, 2002.


Amin, Samsul Munir. Etika Berzikir: Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Jakarta: Amzah, 2011.
Anshari, M. Isa. Manefesto Perjuangan PERSIS. Bandung: Pimpinan Pusat
PERSIS, 1958.
Azwar, Syaifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Administrasi Jakarta Selatan. 2018.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Sahih Al-Bukhari. (Translate. M.
Muhsin Khan). Riyadh: Darus Salam, 1997.
Dawud, Abu Sulaiman bin Ash’ath Al-Sijistani. Sunan Abu Dawud.
(Edited and Referenced: Abu Tahir Zubair Ali Za’i and Translate:
Yaser Qadhi). Riyadh: Maktaba Darus Salam, 2008.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dewan Hisbah. Risalah Salat. Bandung: PP Persatuan Islam, 2017.
Fealy, Greg. Ijtihad Politik Ulama Sejarah NU 1952-1967. Penerjemah
Farid Wajidi dan Adelina Bachtiar. LKiS: Yogyakarta, 2007.
Federspiel, Howard. M. Labirin Ideologi Muslim: Pencarian dan
Pergulatan PERSIS di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-
1957). Penerjemah Ruslani dan Kurniawan Abdullah. Jakarta:
Serambi, 2004.
Firdaus, Haris. Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, Muhammadiyah yang
Bid’ah. Bandung: Mujahid, 2004
Haidar, M. Ali. Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, Pendekatan
Fikih dalam Politik. Jakarta: Gramedia, 1994.
Hasan, M. Tholhah.Ahlussunnah Wal-Jama’ah Dalam Persepsi dan Tadisi
NU. Jakarta: Lantabora Press, 2005.
Kahar, Joko S dan Madinah, Gilang Cita. Berdzikir kepada Allah Kajian
Spiritual Masalah Dzikir dan Majelis Dzikir. Yogyakarta:
Sajadah_press, 2007.
Lapidus, Ira. M. Sejarah Sosial Umat Islam. Bagian ketiga Cet. I. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1999.
Mahfudh, Sahal. Hukum Islam NU. Surabaya: Khalista, 2007.
Majah, Ibnu Muhammad bin Yazid Al-Qazwini Al-Rabi. Sunan Ibnu
Majah. (Edited and Referenced: Abu Tahir Zubair Ali Za’i and
Translate: Nasiruddin Al-Khattab). Riyadh: Maktaba Darus Salam,
2007.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Bahasa Arab Indonesia. Cet ke-14.
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Al-Naisaburi, Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi. 2007. Sahih Al-Muslim.
(Edited and Referenced: Abu Tahir Zubair Ali Za’i and Translate:
Nasiruddin Al-Khattab). Riyadh: Maktaba Darus Salam.
Al-Nasai, Ahmad bin Syuaib bin Ali. Sunan An-Nasai. (Edited and
Referenced: Abu Tahir Zubair Ali Za’i and Translate: Nasiruddin
Al-Khattab). Riyadh: Maktaba Darus Salam., 2007.
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan
Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Nawawi, Ismail. Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi,
Surabaya: Karya Agung, 2008.
--------Risalah Pembersih Jiwa: Terapi Prilaku Lahir & Batin Dalam
Perspektif Tasawuf. Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2008.
Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942. Jakarta:
LP3ES, 1996.
Pusat Pimpinan Persis. Tafsir Qanun Asasi dan Qanun Dhakhili Persatuan
Islam. Bandung: PP Persis, 1968.
Shiddieqy, Hasbi. Pedoman Dzikir dan Doa, Jakarta: Bulan Bintang, 1989.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian cet. XIV. Jakarta: Grafindo
Persada, 2003.
Thoha, M. As’ad. Pendidikan Aswaja Ke-NU-an. Sidoarjo: Al- Maktabah-
PW LP Maarif NU Jatim, 2012.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Al-Tirmidzi, Muhammad bin Isa As-Sulami Ad-Darir. Sunan At-Tirmidzi.
(Edited and Referenced: Abu Tahir Zubair Ali Za’i and Translate:
Abu Khaliyl). Riyadh: Maktaba Darus Salam, 2007.
Umar, Salim. Persatuan Islam; Pembaruan dan Pengaruhnya di Jawa
Barat Bandung: Pusat Penelitian IAIN Sunan Gunung Djati, 1995.
Usman, Husaini Dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: OT. Bumi Aksara, 2006.
Wildan, Dadan. Sejarah Perjuangan PERSIS. Bandung: Pusat bidang
Pemuda, 1995.
Zahro, Ahmad. Tradisi Intlektual NU. Yogyakarta: LkiS, 2004.
LAMPIRAN
A. Data Masjid di Kecamatan Pancoran
1. Kelurahan Cikoko ada 4
No Nama Ketua Bendahara Sekretaris
1 Al-Hasanain Daman Mukti Bahruddin
2 At-Taqwa Marso Firdaus Chayubi
Raudhatus
3 Rahman Rella Jayeng
Sholihin
Maulana
4 Syatiri M. Husni Sunhaji
Hasanuddin

2. Kelurahan Duren Tiga ada 10


No Nama Ketua Bendahara Sekretaris
1 Guru Amin Anwar Rozali Burhan
2 Al-Hidayah Aziz Heri Dede
3 Ahmad Al-Amin Deddy Rochani H. Ahmad
4 At-Taqwa Rahman Olon Helmi
5 Bait Al-Rahman Abu Khair Agus Zainal
6 Jami An-Nur M. Iqbal Agus M. Yazid
7 Ar-Rohmah Syarifuddin M. Zaini M. Sholeh
8 Jami Al-Falah Dadat Suwarti Triyanto
9 Nurul Iman Daman Daman Zaenuddin
10 Ulul Albab Syauqi Sumarna Farid

3. Kelurahan Pangadegan ada 6


No Nama Ketua Bendahara Sekretaris
1 Al-Muttaqien M. Sodiq Harsono Arkian
2 An-Nur Syaufi’i Nasrul Didib
3 Istijabah Fauzi Qadir Fachri
4 Baitul Khair M. Arif Qadir Asmuni
5 Fathul Jami Edi Ujang Kasmin Icil Ganda
6 Darul Mukhtar Abdullah M. Manaf Saman

4. Kelurahan Pancoran ada 8


No Nama Ketua Bendahara Sekretaris
1 Al Muawwanah Abdul Aziz M. Sapi’i Fatah
2 Darussalam Syukur Syarif Dadang
3 Al-Munawar Ali Nurdin M. Sidik Zaenuddin
4 At-Taubah Shidqie Furqoni Farhat
5 Miftahul Jannah Machruddin Dian Rahmat
6 Arohmanurahim Ubaidillah Nasruddin Abdul Fatah
7 Ashsholihin Yulianto Ujang Sarijo
8 Jami Al-Inabah M. Iqbal Irfan Sulaeman

5. Kelurahan Rawajati ada 11


No Nama Ketua Bendahara Sekretaris
1 Jami At-Taubah Iwan Muhamad Ageng
2 Nurullah Yahya Wenda Ahya
3 Ar-Rahmah Salam Qomar Farid
4 S Parman Sumarta Sri Eman
5 Al-Amin Yusuf A. Hudan Sukimin
6 Nurul Amaliyyah M. Nafis Iwan Sodikin
7 Hizbul Wathon Husin Fatchur M. Fadli
8 Nurul Hilal M. Nuh Sutarmo Saipul
9 Shalahudin Hidayat Halik Syahril
10 Al-Bustan Tafif Edi Jumeno
11 Nurul Hidayah Asyari M. Yusuf M. Eduard

6. Kelurahan Kalibata ada 18


No Nama Ketua Bendahara Sekretaris
1 Al-Mujtamin Dahlan Fahmi Baihaqi
2 Jami Ta’lim Syafei Adjis Khoiri
3 Al-Muttaqien M. Jusuf Marwan A. Syahril
4 Nurul Ikhlas Hanafi Andi Toha Daman
5 Daarul Muslimin Rahman Umar Andhika
6 Nurul Islam Rahmat Soekiman Bambang
7 Al-Khairiyah Khair Fahri Damiri
8 As-Salafiyah Mahfuz Hamzah Damanhu
9 Al-Mujahidin Sarbini Madinah Syihab
10 Nur Muhammad Mulahel Hilaluddin Hidayat
11 Ikhwanul Muslimin Nawawi Adnan Rifai Fathinuddin
12 Nasrun Minallah Zarkasyi Syahran M. Syukur
13 At-Taqwa Sutomo Miswan Saptro
14 Al-Huda Abdul Burhan Sudjat
15 Nurul Hidayah Qosim Gopari Syamil
16 Al-Amin Arigoya Helmi Olan
17 Al-Muhajirin Chamii Misro Heriyanto
18 Al-Hidayah Abdul Awan Rizki
Berikut letak masjid yang dikategorikan menggunakan ikon jalan
dan bangunan, serta pembagian basis-basis NU, PERSIS dan bahkan Non
Kategori diantara keduanya: 1
1. Basis masjid Nahdlatul Ulama,

No Masjid Kelurahan Keterangan

1. Al-Hasanain Cikoko Pj Jalan Sedang


2. Raudhatus Salihin Cikoko Pj Jalan Sedang
3. At-Taqwa Cikoko Pj Jalan Kecil
4. Maulana Hasanuddin Cikoko Pj Jalan Besar
5. Darul Mukhtar Pangadegan Pj Jalan Sedang
6. Baitul Khair Pangadegan Pj Jalan Sedang
7. Al-Istijabah Pangadegan Pj Jalan Sedang
8. An-Nur Pangadegan Kr Jalan Sedang
9. Fathul Jami Pangadegan Kr Jalan Kecil
10. Al-Munawwar Pancoran Pj Jalan Sedang
11. At-Taubah Pancoran Pj Jalan Sedang
12. Al-Inabah Pancoran Pj Jalan Sedang
13. As-Sholihin Pancoran Kr Jalan Sedang
14. Darussalam Pancoran Pj Jalan Sedang
15. Arrahmanirrahim Pancoran Pj Jalan Sedang

1
Keterangan:
a. Jalan Besar itu 4 lebih Mobil
b. Jalan Sedang itu 2 Mobil
c. Jalan Kecil itu 1 Mobil
d. Pj: Pinggir Jalan
e. Kr: Komplek Rumah
f. Bk: Bisnis Kantor
g. Pp: Padat Penduduk
h. Mall Pusat Perbelanjaan
16. Ulul Albab Duren Tiga Bk Jalan Sedang
17. Al-Falah Duren Tiga Pj Jalan Sedang
18. Guru Amin Duren Tiga Pj Jalan Sedang
19. Bait Ar-Rahman Duren Tiga Pj Jalan Sedang
20. Hizbul Wathan Rawajati KrJalan Sedang
21. Al-Amin Rawajati Pj Jalan Sedang
22. At-Taubah Rawajati Kr Jalan Kecil
23. Shalahuddin Rawajati Pj Jalan Sedang
24. Nurul Hilal Rawajati Pp Jalan Kecil
25. Ar-Rahmah Rawajati Pp Jalan Kecil
26. Nurul Amaliyah Rawajati Pp Jalan Kecil
27. Nurul Hidayah Rawajati Pj Jalan Sedang
28. Nasrun Minallah Kalibata Pj Jalan Besar
29. Assalafiyah Kalibata Pj Jalan Sedang
30. Nur Muhammad Kalibata Pj Jalan Besar
31. Al-Mujtamin Kalibata Pj Jalan Sedang
32. Al-Huda Kalibata Pp Jalan Kecil
33. Ikhwanul Muslimin Kalibata Pj Jalan Besar
34. Al-Muttaqin Kalibata Pp Jalan Sedang
35. At-Ta’lim Kalibata Pp Jalan Sedang
36. Al-Hidayah Kalibata Pj Jalan Sedang
37. Nurul Islam Kalibata Pj Jalan Sedang
38. Nurul Ikhlas Kalibata Pp Jalan Kecil
2. Basis masjid Persatuan Islam,
No Masjid Kelurahan Keterangan
1. Nurullah Rawajati Mall Jalan Besar

3. Basis masjid Non Kategori,


No Masjid Kelurahan Keterangan
1. Al-Muttaqin Pangadegan Kr Jalan Sedang
2. Al-Muawwanah Pancoran Pj Jalan Sedang
3. Miftahul Jannah Pancoran Kr Jalan Sedang
4. Ar-Rahmah Duren Tiga Kr Jalan Sedang
5. At-Taqwa Duren Tiga Kr Jalan Sedang
6. Nurul Iman Duren Tiga Pj Jalan Kecil
7. An-Nur Duren Tiga Pj Jalan Sedang
8. Ahmad Al-Amin Duren Tiga Kr Jalan Sedang
9. Al-Hidayah Duren Tiga Pj Jalan Sedang
10. S. Parman Rawajati Bk Jalan Sedang
11. Al-Bustan Rawajati Mall Jalan Besar
12. Al-Amin Kalibata Kr Jalan Sedang
13. Al-Hidayah Kalibata Pj Jalan Sedang
14. Al-Muhajirin Kalibata Bk Jalan Sedang
15. Al-Mujahidin Kalibata Pj Jalan Sedang
16 Al-Khairiyah Kalibata Pj Jalan Sedang
17. Nurul Hidayah Kalibata Pj Jalan Sedang
18. Darul Muslimin Kalibata Pp Jalan Kecil
FOTO-FOTO MASJID

Masjid Al-Hasanain, Raudhatus Salihin dan At-Taqwa

Masjid Maulana Hasanuddin, Darul Mukhtar dan Baitul Khair

Masjid Al-Istijabah, An-Nur dan Fathul Jami


Masjid Al-Munawar, At-Taubah dan Al-Inabah

Masjid Ash-Solihin, Darussalam dan Ulul Albab

Masjid Al-Falah, Guru Amin dan Bait Ar-Rahman


Masjid Hizbul Wathan, Al-Amin dan At-Taubah

Masjid Shalahuddin, Nurul Hilal dan Ar-Rahmah

Masjid Nurul Hidayah, Nasrun Minallah dan Nurul Ikhlas


Masjid Assalafiyah, Nur Muhammad dan Al-Mujtamin

Masjid Al-Huda, Ikhwanul Muslimin dan Arrohmanurrahim

Masjid Nurul Amaliyah, Al-Muttaqin dan At-Ta’lim


Masjid Al-Hidayah, Nurul Islam dan Nurullah (PERSIS)

“Jangan Bosan Berbuat Baik”

Anda mungkin juga menyukai