Skripsi
Oleh:
MUHAMMAD KUKUH ANGGRIO
NIM: 11160360000052
Skripsi
Oleh:
Muhammad Kukuh Anggrio
NIM 11160360000052
Pembimbing
Penguji 1 Penguji 2
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala Rahmat
dan Hidayah-Nya, serta tidak lupa selawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya, serta para sahabat
yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya.
1. Rektor Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc., M.A. beserta jajaran staf-
stafnya.
2. Dekan Fakultas Dr. Yusuf Rahman M.A beserta jajaran staf-
stafnya.
3. Ketua Program Studi Ilmu Hadis Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi M.A
4. Sekretaris Program Studi Ilmu Hadis Dr. Abdul Hakim Wahid,
S.H.I, M.A, yang sekaligus menjadi Dosen Pembimbing bagi
penulis yang telah membimbing hingga proses skripsi ini selesai
dan rampung.
5. Pembimbing Akademik Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH selaku orang
tua di kampus/ perkuliahan yang telah membimbing selama empat
tahun lamanya.
6. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Bapak Harun
Rasyid, Bapak Eva Nugraha, Bapak Sandi Santosa, Ibu Atiyatul
Ulya, Bapak Ahmad Fudhaili, Ibu Lisfa Sentosa. yang tidak bisa
dituliskan namanya satu-persatu. Terima Kasih atas ketulusan dan
keikhlasannya dalam memberikan ilmu yang tela diberikan kepada
ii
penulis. Semoga menjadi amal jariah bagi mereka semua dan
senantiasa membawa keberahan juga manfaat bagi penulis.
7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin,
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Nasional Indonesia. Telah membantu pengadaan
sumber bacaan dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
8. Kedua Orang Tua penulis, tiada yang lebih indah selain bernaung
pada keluarga karena pada hakikatnya seorang anak akan kembali
kepada kedua orang tuanya khususnya buat Bapaku Chadzaroh
Shofa dan Ibuku Ade Siti Shochibah yang telah mendoakan juga
memberi semangat dan membantu dalam segala aspek selama
empat tahun ini, entah penulis harus berterima kasih dan membalas
kebaikan seperti apa agar terbalas jasa-jasa Bapak dan Ibu kepada
penulis. Tapi yang jelas penulis akan terus mendoakan Bapak dan
Ibu dan terus membuat bahagia. Terima Kasih Bapak dan Ibu.
9. Kakak-Kakak dan Adik penulis, Mas Sandi (M Bahru Sandi), Mba
Kiki (Nurul Azkia), Mba Anis (Khairun Nisa) dan Adit (M. Haidar
Aditya) yang tidak henti-hentinya juga terus mendorong,
membantu, menyemangati dan mendoakan penulis mulai dari
proses awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penulis, Mila yang Penyemangat, Nada IAT yang
Ramah, Julian yang Absurd, Fahmi yang Openminded, Yafi yang
Galau, Hafiz yang Positivthink, Nizar yang Garing, Bang Sur yang
Panutan, Miqdad yang Menyenangkan, Aji yang Skuy, Zao yang
Hoax, Nana yang Petakilan, Arif yang Bijak, Wiki yang Semangat,
Ajad yang Gokil, Umam yang Ambyar, Hasan yang Diam, Aidil
yang Cerdas, Farid yang Ketawamulu, Dwiki yang Misionaris,
iii
Jihan yang Galak, Sakinah yang Senyumterus, Atqi yang Santuy,
Mentari yang Brilian, Mayang yang Mantul, Sylvi yang
Happyterus, Rina yang Apaansi?, Nada yang Pendiam, Babay yang
Futsalan, Asrofi yang Juaraterus, Akram yang Wagelaseeeh, Farhan
yang Ramah, Anak KKN 123 Edensor Fikri FDI- Dwi FEB- Jihan
FITK- Upi FITK- Heri FST- Amel FST- Maya FDK- Salma FITK-
Eliza FISIP- Khanah FAH- Hayyu FSH- Edi FEB- Inten FSH- Maul
FITK- Jan FST- Shila FST dan Avip FAH serta Sekret Bawakiep
Official buat nyusun skripsi anak IH B 2016.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis sadar tidak ada sesuatu yang sempurna keculai Allah Swt.
Begitu pula dengan skripsi ini, skripsi ini merupakan hasil maksimal yang
dapat penulis sampaikan, karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat
dibutuhkan sebagai bahan perbaikan di masa mendatang bagi penulis.
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB – LATIN
I. Konsonan Tunggal
Huruf
Huruf Arab Nama Keterangan
Latin
Alif - Tidak dilambangkan
Ba B Be
Ta T Te
Sa ṡ es (dengan titik di atas)
Jim J Je
Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)
Kha Kh Ka dan ha
Dal D De
Zal Ż Zet (dengan titik di atas)
Ra R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Syin Sy Es dan ye
Sad ṣ Es (dengan titik di bawah)
Dad ḍ de (dengan titik dibawah)
v
Za
`ain ‘ Koma terbalik (di atas)
Gain G Ge
Fa F Ef
Qaf Q Ki
Kaf K Ka
Lam L El
Mim M Em
Nun N En
Waw W We
Ha H Ha
Hamza
` Apostrof
h
Ya Y Ye
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
Contoh: مسلمةditulis Musallamah
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, Contoh: كتبditulis Kataba
Kasrah ditulis i, Contoh: حسبditulis Hasiba
Dammah ditulis u Contoh: حسنditulis Hasuna
vi
E. Vokal Panjang
a Panjang ditulis a, Contoh: جاءditulis Ja a
i Panjang ditulis i, Contoh: عليمditulis ‘Alimun
u Panjang ditulis u, Contoh: عيوبditulis ‘Uyubun
F. Vokal Rangkap
Vokal rangkap ( يFathah dan ya) ditulis ai
Contoh: ليلةditulis Lailatun
Vokal rangkap ( وFathah dan waw) ditulis au
Contoh: لونditulis Launun
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.
vii
DAFTAR ISI
Cover Page.................................................................................. i
Judul ........................................................................................... i
Lembar Pengesahan Pembimbing ............................................. i
Lembar Pengesahan Penguji ..................................................... i
Lembar Pernyataan ................................................................... i
Abstrak ....................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................... ii
Pedoman Transliterasi ............................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Permasalahan .................................................................. 5
1. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
3. Sumber Data.............................................................................. 12
2. Hadis .......................................................................................... 18
ix
BAB IV PRAKTIK ZIKIR WARGA NU DAN PERSIS
A. Redaksi Zikir setelah Salat Fardu .................................. 45
1. Nahdlatul Ulama ....................................................................... 45
2. Persatuan Islam......................................................................... 48
2. Persatuan Islam......................................................................... 54
2. Persatuan Islam......................................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................... 62
B. Saran ................................................................................ 63
C. Daftar Pustaka ................................................................. 64
D. Lampiran ......................................................................... 67
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat manusia telah diajarkan banyak hal tentang kehidupan di
muka bumi yaitu untuk patuh kepada Allah Swt. Salah satu bentuk
kepatuhan kepada Allah Swt adalah dengan selalu mengingat-Nya.
Mengingat kepada Allah Swt bisa dengan berzikir setelah salat baik salat
fardu maupun salat sunah. Namun, di masyarakat telah terjadi problematika
baru yaitu perdebatan tentang berzikir boleh dengan mengeraskan suara
setelah mengucapkan salam di akhir salat fardu yang dipimpin oleh imam,
sedangkan ada pendapat lain yang menyatakan bahwa lebih baik zikir
memelankan suara. Dalam hal tersebut yang menganjurkan mengeraskan
dan sebaliknya memelankan suara, masing-masing dari mereka
mempunyai dalil dan dasar hukum yang terbilang kuat dan bahkan
dijadikan hujah oleh mereka. Sumber yang mereka ambil, tidak dan bukan
sebuah dalil yang palsu bahkan mengambil sumber yang sangat kredibel
keasliannya dengan mengutip langsung kepada Al-Quran dan Hadis yang
menjadi pedoman utama umat Islam.
Umat Islam diperintahkan untuk selalu mengingat Allah agar
terjaga dari perbuatan dosa sebagaimana yang tertera dan sudah di nash
dalam Al-Quran dan Hadis yaitu salah satu bentuknya dengan berzikir.
Kata terebut mengakar pada Bahasa Arab dzakara berarti mengingat1.
Berzikir dilakukan secara lisan maupun hati dalam situasi dan kondisi
1
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), 1571
1
2
2
QS. Al-Ahzab (33): 41
3
QS. Al-Baqarah (2): 152
3
4
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, (Riyadh: Darus Salam, 1997), I, 464
4
zikir itu hukumnya sunah dan tidak bertentangan dengan ajaran agama
Islam. Sebagaimana kita melihat, bahwa di masjid-masjid dimana warga
Nahdlatul Ulama pada setiap kali sesudah salat biasa melaksanakan zikir
berjamaah dengan suara keras, yang dipimpin oleh imam salat. Kemudian
dilanjutkan dengan doa yang dipimpin imam dan diamini oleh makmum.
Bukan hanya zikir setelah salat, NU juga mempunyai tradisi melakukan
puji-pujian seperti selawat, syair dan lain-lain, yang dilantunkan sebelum
salat berjamaah.
Dikalangan NU juga biasa digelar zikir akbar, yakni sebuah acara
yang intinya adalah doa dan zikir bersama dalam sebuah majelis zikir
tersebut biasanya dilakukan dilapangan, masjid, atau tempat-tempat lain
dengan mengeraskan suara. Sementara di masjid-masjid dimana warga
Persatuan Islam tidak ada zikir berjamaah yang dipimpin oleh imam setelah
salat dan tidak juga melakukan zikir atau doa bersama sebagaimana yang
dilakukan NU.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut
tentang dalil yang mereka gunakan untuk menjadi dasar pengamalan zikir
setelah salat fardu sehingga dapat diketahui dasar hukum dan sebab-sebab
pendapat diantara organisasi masyarakat Islam baik Nahdlatul Ulama dan
Persatuan Islam dalam memutuskan hukum zikir setelah salat fardu dalam
praktiknya, yang selanjutnya akan penulis bahas dalam suatu karya ilmiah
berbentuk skripsi dengan berjudul “Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir
setelah Salat Fardu warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam
(PERSIS)”.
5
B. Permasalahan
1. Idenfikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil data-data yang di
dapatkan, maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
a. Faktor internal maupun eksternal yang menjadikan individu mengalami
disorientasi seperti gamang dan gelisah.
b. Pandangan manusia yang berujung pada positivistik sering menghantui
mereka sehingga cenderung pendapatnya yang paling benar.
c. Zaman modern yang dengan masifnya teknologi menjadi kambing
hitam atas buruknya tingkah laku manusia sebab minimnya kesadaran
dan potensial dalam jiwanya hanya menjadi pra-wacana, dalam arti
tidak ada transfigurasi mendalam soal kejiwaan terkait kebutuhan
spiritualnya.
d. Hadis sebagai pemantik penjelas dalam tahap praktik adalah nihil,
sehingga hadislah yang seharusnya mengkritik sikap individu-individu,
khususnya dalam kehidupan.
e. Sebuah tolak ukur untuk menentukan apa, mengapa, siapa, kapan,
dimana dan bagaimana seseorang itu menerapkan perilaku Nabi Saw
atau tidaknya karena dengan begitu akan terlihat yang benar-benar
menjalankan perintah-Nya dengan menaati apa yang telah diutus-Nya
dan sesuai apa yang disebut Living Hadis.
2. Pembatasan Masalah
Pandangan atau persepsi individu itu berbeda sudah biasa namun
bagaimana jika berasal dari sebuah organisasi masyarakat Islam seperti
Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS) yang memang
timbul pro-kontra antara keduanya menjadikan penelitian begitu menarik
untuk dikaji lebih lanjut dan terkadang keduanya memilih jalannya masing-
6
2. Apa dasar hadis zikir setelah salat fardu yang dijadikan hujah oleh
warga Nahdlatul Ulama dan jamaah Persatuan Islam?
D. Tinjauan Pustaka
Menurut penulis sampai saat ini belum ada yang melakukan
penelitian yang membahas terkait berapa banyak hadis yang menjadi
landasan dua aliran kelompok ini. Tetapi ada beberapa referensi karya
ilmiah, buku-buku dan jurnal terdahulu melakukan penelitian tentang zikir
dari pendekatan yang berbeda seperti:
Skripsi dengan judul “Hukum Zikir secara Jihar Menurut
Muhammadiyah Dan Nahdlatul Ulama” karya Tuti Maya Sari tahun 2016.
Fokus pada hukum zikir secara keras menurut Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama. Pembedanya menampilkan beberapa hadis zikir setelah
salat fardu dan penggunaan serta praktik menurut Nahdlatul Ulama (NU)
dan Persatuan Islam (PERSIS).
Skripsi dengan judul “Hadis-hadis Zikir dalam kitab Al-Qaul As-
Sadiq” karya Ashar tahun 2010. Fokus pada hadis-hadis zikir secara umum.
Pembedanya hanya menampilkan hadis zikir setelah salat fardu dalam
cakupan Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS).
Skripsi dengan judul “Hadis Nabi tentang Larangan Berzikir
dengan Suara Keras” karya Shofwatul Mala tahun 2004. Fokus pada hadis
melarang berzikir dengan suara keras. Pembedanya menampilkan hadis
boleh berzikir dengan suara keras dan pelan.
Skripsi dengan judul “Resepsi Hadis tentang Zikir Setelah Salat
Maktubah Jamaah Syahadatain Di Desa Banteng Mati Kecamatan Mijen
9
Demak” karya Silma Ariyani tahun 2019. Fokus pada zikir setelah salat
fardu versi Jamaah Syahadatain. Pembedanya menampilkan hadis zikir
setelah salat fardu menurut Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam
(PERSIS).
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani
(Telaah Atas Kitab Sirr Al-Asrar)” karya Mukhamad Ma’ruf tahun 2009.
Fokus pada zikir di suatu kondisi apapun dengan konsep tasawufnya
Syeikh Abd Qadir. Pembedanya menampilkan penggunaan dan praktik
zikir setelah salat fardu boleh dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Menurut Syaikh Abdus-
Shamad Al-Palimbani dalam Kitab Hidayatussalikin” karya Intan Permata
tahun 2018. Fokus pada zikir di suatu kondisi apapun perspektif Abd
Shamad. Pembedanya menampilkan penggunaan dan praktik zikir setelah
salat fardu boleh dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Abdul Rauf Singkel dalam
Kitab Tanbih Al-Masyi” karya Susi Ambarwati tahun 2018. Fokus pada
zikir di suatu kondisi apapun perspektif Abd Rauf. Pembedanya
menampilkan penggunaan dan praktik zikir setelah salat fardu boleh
dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Tuntas
dalam Meningkatkan Kemampuan Melakukan Zikir Setelah Salat Siswa
kelas IV SDN 010 Delima Jaya Kecamatan Pelalawan Kabupaten
Pelalawan” karya Umi Salamah tahun 2009. Fokus pada praktik zikir
dalam cakupan pembelajaran anak remaja. Pembedanya menampilkan
praktik zikir setelah salat fardu dengan studi kasus yang berbeda.
Skripsi dengan judul “Hubungan Pemahaman Materi Fikih Zikir
dan Doa Setelah Salat dengan Sikap Optimis Siswa Di Madrasah
10
apapun perspektif Abd Rauf dalam suatu kitab khusus. Pembedanya hanya
menampilkan hadis zikir setelah salat fardu serta praktiknya.
Tesis dengan judul “Pengaruh Mazhab Terhadap Syarah Hadis dan
Perkembangan Literaturnya Di Indonesia” karya Farah Nuril Izza tahun
2009. Fokus pada akulturasi pemahaman-pemahaman mazhab yang dianut
oleh bebrapa golongan. Pembedanya menampilkan dua organisasi
masyarakat Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS)
yang berbeda dalam pengambilan aliran mazhab.
Buku dengan judul “Amaliyah Nahdlatul Ulama dan Dalilnya”
karya KH. Abdul Manan Abdul Ghani tahun 2011. Fokus pada keutamaan
mengeraskan suara di saat zikir. Pembedanya menampilkan hadis yang
harus dibaca pelan pada saat berzikir setelah salat fardu.
Disamping karya-karya tersebut disadari juga bahwa masih banyak
penelitian yang membahas mengenai kegiatan zikir pada umumnya.
Meskipun demikian penelitian ini akan menekankan pada seberapa banyak
hadis yang membahas secara khusus dan kualitasnya terkait zikir setelah
salat fardu bahkan kemudian menjadi hujah bagi organisasi masyarakat
Islam Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam di Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan.
Penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini, penulis berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan
Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
dibuat oleh tim penyusun dari LPM (Lembaga Penjamin Mutu) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penulisan karya ilmiah diperlukan data-data yang lengkap dan
objektif serta mempunyai metode dan cara tertentu sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Langkah yang hendak ditempuh adalah sebagai
berikut:
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian misalnya pelaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain-
lain. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kualitatif dengan
model living hadis. Pada studi living hadis peneliti mencoba
menggambarkan penelitian didalam keseluruhan tingkah laku yang
dilakukan, yakni mulai dari riwayat timbulnya tingkah laku, tingkah laku
itu sendiri beserta hal-hal yang melingkunginya. Salah satu tujuan
dilakukannya penelitian dengan living hadis adalah untuk memotret
persepsi masyarakat terhadap hadis-hadis yang di implementasikan di
tengah-tengah masyarakat Islam.
2. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian ini di suatu masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
Tepatnya di setiap Masjid kecamatan Pancoran yang memang
mengamalkan dan tidaknya zikir setelah salat fardu.
3. Sumber Data
Sumber data yang akan dijadikan rujukan yaitu data primer dan
sekunder. Sebagai berikut:
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh dengan
populasi 57 masjid yang kemudian dengan sampel 39 masjid yang diteliti.
13
Lalu dikumpulkan langsung dari informan yang terdiri dari lima jamaah
dari lima belas jamaah masyarakat Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
berbagai kalangan muda sampai tua.
Sumber data sekunder yaitu sumber data sekunder untuk penelitian
ini diambil dari buku penunjang seperti karya ilmiah, buku-buku, software,
maupun Internet dan data hasil observasi yang berkaitan dengan fokus
penelitian. Semua data tersebut diharapkan memberikan deskripsi tentang
pelaksanaan zikir setelah salat fardu. Penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel atau pemilihan
subjek penelitian atau sumber data dengan pertimbangan tertentu.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Metode Kajian Lapangan yaitu data yang diambil dengan cara mengikuti
atau observasi langsung pada lokasi yang menjadi sasaran penelitian.
Dalam mengumpulkan data ada beberapa metode yang digunakan untuk
menggali data antara lain:
Metode Observasi, penulis menggunakan sistem observasi
partisipan, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara melibatkan
peneliti secara langsung di dalam praktik zikir setelah salat fardu. Akan
tetapi metode ini penulis gunakan sebagai metode sekunder atau pelengkap
saja, yang fungsinya untuk memeperkuat serta menguji kebenaran data
yang telah di peroleh dari hasil wawancara. Dengan metode ini penulis
berharap untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dari seluk-beluk
tentang zikir setelah salat fardu dan dapat merasakan langsung baik
penggunaan dan praktik.
Metode dokumentasi adalah metode data mengenai variabel berupa
catatan, buku panduan, serta buku-buku lain yang berkaitan.
14
F. Sistematika Pembahasan
Laporan ini ditulis untuk melaporkan hasil penelitian kami yang
berjudul “Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir setelah Salat Fardu warga
Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS)”. Laporan hasil
penelitian ini terdiri dari Bab I sampai Bab V yang masing-masing Bab
akan memperinci semua hal terkait penelitian.
Bab I yaitu Pendahuluan terdiri dari latar belakang, permasalahan,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjaun pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab II membahas tentang Zikir setelah Salat Fardu yang
menjelaskan secara umum tentang Pengertian Zikir, Tinjauan Sejarah
Zikir, Macam-macam Zikir, Kumpulan Fatwa Ulama seputar Zikir dan
Bacaan-bacaan Zikir juga Keutamaannya.
Bab III berisi tentang penyajian data yang di dalamnya bagaimana
organisasi masyarakat Islam NU dan PERSIS di Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan dengan mengacu bagaimana letak geografis, kondisi
15
A. Pengertian Zikir
Zikir dilihat dari segi bahasa yaitu mengingat, sedangkan zikir
secara istilah itu membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada
Allah. 1 Zikir secara etimologi berasal dari kata dzakara berarti menyebut,
mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, memberi
dan nasehat. Oleh karena itu zikir berarti mensucikan dan mengagungkan,
juga dapat diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga
dalam ingatan.2
Ibadah hati dan lisan yang tidak mengenal batasan waktu itu definisi
zikir. Bahkan Allah Swt menyifati mereka-mereka yang senantiasa
mengingat kepada-Nya, baik dalam keadaan berdiri, duduk bahkan juga
berbaring. Oleh karenanya zikir bukan hanya ibadah yang bersifat
lisaniyah, namun juga qalbiyah. Lebih utama dilakukan bersamaan di lisan
dan di hati. jika harus salah satunya, maka zikir di hati lebih utama menurut
Imam Nawawi. Penyebutan Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah apabila
meninjau lebih dalam lagi pada hal zikir, sedangkan secara Ilmu Tasawuf,
zikir itu digolongkan menjadi sebuah aliran atau mazhab. Mazhab pada
tasawuf yang dimaksud itu mazhab untuk mencapai ma’rifatullah atau
puncak teratas dengan pendekatan melalui zikir.
1
Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa: Terapi Prilaku Lahir & Batin
Dalam Perspektif Tasawuf (Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2008), 244
2
Hazri Adlany, Al-Quran Terjemah Indonesia (Jakarta: Sari Agung, 2002), 470
16
17
3
QS. Taha (20): 14
4
QS. Ar-Ra’d (13): 28
18
ْوت
ً ُْم يوق ِ ِالص هلوةَْْ َكانَتْعلَىْاليم يؤِمن
َ نيْكتَ ًاًب
َ ُ َ ي َّ
Maka apabila kamu telah menyelesaikan salatmu, ingatlah Allah diwaktu
berdiri, diwaktu duduk dan waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah salat itu. Sesungguhnya salat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS.
An-Nisa’: 103)5
2. Hadis
Kumpulan Hadis Nabi dari beberapanya merupakan ada yang berisi
perintah mengenai pembahasan ibadah zikir ini. Sebagaimana sabda Nabi
Saw,
ْْٰعبَ يي ِْد ْا ه
ّْلل ْ َع ين ْأُِٰم ُ يل ْبي ِن
ِ ِ اع ِي
َ ْع ين ْإ يْسَع
ِ بْعن ي
َ ٰ ْاْل يَوَز ص َع ٍ َ ي
ْم ي
ُ اُْم َّم ُد ْبي ُن َ َحدَّثَنَاْأَبُوْبَ يك ٍر
َُ َْحدَّثَن
5
QS. An-Nisa (4): 103
6
Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Riyadh: Darus Salam, 2007), V, 75
19
َُ ْح َّدثََْن
ْاُْم َّم ُدْبي ُن َ َْح َّدثَِنْأَِِبْق
َ ال َ َْعيب ِدْالي َوا ِر ِثْق
َ ال
ِ َّ ثْبنْعب ِد
َ ْالص َمدْبي ِن
ِ
اْعيب ُدْايل َوا ِر ي ُ َ ي
َ ََحدَّثَن
ّْْلل ْ َعَليي ِه ٍ ِس ْب ِنْمال
ْٰك َْر ِض َيْا ه ٍِ
ْٰصلَّىْا ه ْٰول ْا ه
َ ْ ّلل َّ ّللْ َْعينهُْأ
َ َن َْر ُس َ ْع ينْأَنَ ِ ي َ ََُّثبتْايلبُ نَ ِاِن
َ ْح َّدثَِن ْأَِِب
ْحلَ ُقْالِْٰذ يكر
ِ ال
َ َْاْلَن َِّةْق
ض ي ُ اْوَماْ ِرََي
ِض ي
َ ْاْلَنَّةْفَ يارتَ ُعواْقَالُو ِ اْمَريرُيُتْبِ ِرََي ِ َ َوسلَّمْق
َ الْإ َذ َ ََ
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw bersabda, "Apabila kalian melewati
Taman Surga, maka perbanyaklah zikir!" Aku katakan; Apakah Taman
Surga itu wahai Nabi? Beliau mengatakan: "Kelompok-kelompok zikir"
(HR. Tirmidzi) 7
Nabi Saw di kesempatan lain bersabda tentang apa keutamaan
orang yang melakukan zikir secara bersama-sama,
7
Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi (Riyadh: Darus Salam, 2007), VI, 225
20
ُّ ِالْالن
َّْب َ َالْق ْْٰع ينْأَِِبْالد يَّرَد ِاء َْْر ِض َيْا ه
َ َّللْ َعين ُهْق َ ََْب ِرْيَّة
ْع ينْأَِِب َي ٍ َّْعي
َ اش َ ْم يوََلْابي ِن
ٍ
َ ْع ينْ ِزََيد
ٍِ
َ هيند
ْْد َر َج اتِ ُك يم ِ ََ ِْوأ يَرفَع ِ اْعين َدْمِل
ِ ّللْعَلي ِهْوسلَّمْأَََلْأُنَبِئ ُكم ِِْب ِْيْأ يَعمالِ ُكمْوأ يَزَكاه َّ َ
َ اِْف َْ يك ُك يم َ َ َ ُٰ ي َي َ ي َ َ َ صلىْا هْٰ َ ي
ِ ِ ِ ْالذ َه ِ وخْي ْلَ ُكم ِْمن ْإِني َف
ْض ِربُواْأ يَعَن اقَ َُ يم َ ب َْْوايل َوِرق َْو َخ ي ٌْي ْلَ ُك يم ْم ين ْأَ ين ْتَ يل َق يو
اْع ُد َّوُك يم ْفََْت ي َّ اق َ َ يٌ ي ي
ْاَل
َ ّللْتَ َع ِ ال
ْْٰذ يك ُرْا ه َ َض ِربُواْأ يَعنَاقَ ُك يمْقَالُواْبََلىْق
َويَ ي
Dari Abu Darda ra bahwa Nabi Saw bersabda, "Maukah aku beritahukan
kepada kalian mengenai amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci
di sisi Raja (Allah) kalian, paling tinggi derajatnya, serta lebih baik bagi
kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi
kalian daripada bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggel
leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?" Mereka berkata; Ya.
Beliau berkata: "Berzikir kepada Allah" (HR. Tirmidzi) 9
8
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, (Riyadh: Darus Salam, 1997), IX, 301
9
Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi, VI, 106
21
10
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 229
22
َّ ْحفيَّت َُ يمْالي َم َالئِ َكةُ َْوتَْ ََغ شيَّت َُ يم ِ ِ ِ ْٰالْماْجلَسْقَ وٌمْ َيَملِساْي يذ ُكرو َنْا ه
ْت
ْالر يْحَ ُة َْوتَ نَ َّزلَ ي َ ّللْفيهْإََّل ُ َ ً قَ َ َ َ َ ي
ِ ّللْفِيمن ِ َّ علَي َِم
ْْْعين َد ُه ْالسكينَةُ َْوذَ َكَرُه يمْا هْٰ َ ي َي ي
Dari Abu Hurairah ra dan Abu Sa'id ra bahwa Nabi Saw bersabda,
“Tidaklah ada suatu kaum duduk sambil berzikir kepada Allah, kecuali
para Malaikat akan mengelilingi mereka, dan akan diselubungi rahmat,
akan turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut
orang-orang yang ada disisi-Nya” (HR. Ibnu Majah) 12
Pembahasan terkait periwayatan hadis lain oleh Imam Al-Tirmidzi
yang menjadi penguat bahkan bisa saja dijadikan sebagai pembanding.
Sebagaimana sabda Nabi Saw:
11
Abu Hussain, Sahih Muslim, (Riyadh: Darus Salam, 2007), VII, 74
12
Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, V, 74
23
ْْع ينْأَبِ ِيه ِ احْايلب َّزازْحدَّثَناْإِ يْسعِيلْبنْ َزَك ِرََّيْعنْسَي ِلْب ِنْْأَِِب
َ ْص ال ٍح
َ َ ي ُ َي ي ُ ْالصَّب ِ َ ُ َ َ َ ُ ي َّ اُْم َّم ُدْبي ُن
َُ ََحدَّثَن
ٍ َِْمْل ٍ ِ ّللْعلَي ِهْوسلَّم َِّ ول
ْس ََْل ومو َن ِْم ين َي َ َ َ َ ْصلَّىْا هْٰ َ ي
ُ ْماْم يْنْقَ يومْيَ ُق َ ْاّلل ُ ال َْر ُس
َ َالْق ُ َع ينْأَِِب
َ َْهَريي َرَةْق
ِ ِ ِ ِ ّللْفِ ِيهْإََِّلْقَامو
َ اْع ينْمثي ِلْجي َفةْْحَا ٍر َْوَكا َنْ ََلُيم
ْْح يسَرًْة َ ُ ْٰيَ يذ ُك ُرو َنْا ه
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Tidaklah suatu kaum
bangkit dari tempat duduknya, dan mereka tidak menyebut nama Allah
dalam majlis tersebut, melainkan mereka seperti bangun dari tempat yang
semisal dengan Bangkai Keledai, dan kelak akan menjadi penyesalan
baginya di Akhirat” (HR. Abu dawud)13
Peringatan tegas juga sudah tertera pada hadis Nabi bagi orang-
orang yang melalaikan zikir untuk mengingat-Nya.
ٍ ِيدْحدَّثَناْاللَّيثْعنْاب ِنْعج َال َنْعنْسع
َْ يدْايل َم يق ُِْب ِٰي ٍ ِ حدَّثَناْقُت ي بةُْبن
ُ ْع ينْأَِِب
ْْهَريي َرَة َ ْسع َ َ ي ُ َ ي ي َ ي َ ي َ ُ َ َ َي َ ي
ْْعَليي ِه ِ ِ ْالْمنْقَ ع َدْم يقع ًداْ ََلْي يذ ُك ْرْا ه ِ ّْللْصلَّىْا ه ِ
َ ت ٰ ّللْ َعَلييه َْو َسلَّ َمْأَنَّهُْقَ َ َ ي َ َ َ ي َ ي
ّللْ فيهْ َك انَ ي ٰ َ َْٰع ين َْر ُسولْا ه
ٌّْْللْتَِرة
ْْٰعَليي ِهْْ ِم ينْا ه ِ ِ ْاَْلْي يذ ُكرْا ه ّللْتَِرٌة َْوَم ين ي
ِْٰم ينْا ه
َت ّللْفيهْ َكانَ ي
ٰ ُ َ َ ض َج ًع ْم ي
َ ْاضطَ َج َع
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Barangsiapa yang
duduk pada suatu tempat, lalu tidak menyebut nama Allah di dalamnya,
maka di sisi Allah itu akan menjadi kerugian baginya. Dan barangsiapa
berbaring lalu ia tidak menyebut nama Allah, maka itu akan menjadi
kerugian baginya di sisi Allah” (HR. Abu Dawud)14
13
Sulaiman bin Ash’ath, Sunan Abu Dawud, (Riyadh: Darus Salam, 2008), V,
292
14
Sulaiman bin Ash’ath, Sunan Abu Dawud, V, 292
24
C. Macam-macam Zikir
Apabila melihat bagaimana macam-macam dari zikir itu memang
menjadi permasalahan yang belum usai karena banyak pihak yang
mengklaim apapun atas kehendaknya sendiri dan tanpa melihat keadaan
sekitarnya, mengapa demikian? Ya! Sudah sangat jelas dan terbaca
situasinya dengan melihat bahwasannya mereka bertindak semaunya
sendiri dan menghakimi secara langsung tanpa melihat prosesnya terlebih
dahulu karena mereka beranggapan pendapatnyalah yang paling benar dan
mazhabnyalah yang paling benar tanpa menghiraukan yang lainnya. Telah
jelas bahwa banyaknya seluruh ketaatan kepada Allah Swt. Hati lisan dan
anggota tubuh manusia sebagai mediasi untuk berzikir kepada-Nya, adapun
macam-macam zikir banyak ragamnya, bahkan zikir terdiri dari lima
macam yaitu:
1. Zikir dengan lisan
Lafaz-lafaz yang diucapkan berisi pujian kepada Allah, dan zikir
tersebut berupa tasbih, tahmid dan tahlil. Segala bentuk ibadah secara
umum jika niatnya baik dan meengharap ridha Allah pasti balasannya akan
mendapat pahala dan surga pada akhirnya terlebih pada ibadah zikir ini
yang memfokuskan seseorang pada daya ingatnya pada Sang Pencipta,
berbeda jika memiliki tujuan lain yaitu pujian dan sanjungan. Sebagaimana
firman Allah Swt:
25
15
QS. Ali Imran (3): 135
26
16
QS. Ali Imran (3): 191
17
QS. Al-A’raf (7): 205
27
ْنيْيَ يذ ُك ُرِِنْفَِإ ينْذَ َكَرِِن ِِْفْنَ يف ِس ِهْذَ َْك يرتُ ُه ِِْفْنَ يف ِسي ِ ِ ْعين َدْظَ ِن
ِ عَّزْوج َّلْأ َََن
َ ْم َعهُْح
َ يْوأ َََن
َ ْعيبد
َ ٰ ََ َ
ْاْوإِ ين ِ ِ ِ ََّ ِْم ٍََل ْخ ٍْي ِْمينه ْوإِ ين ْا يقَتب ْإ
َ اعً ت ْإِلَيي ه ْذ َر
ُ َل ْش ي ًْباْتَْ َقَّربي َ ََ َ ُ ْم ٍََل ْذَ َك يرتُهُ ِِْف َْ َ ي ِ
َ َوإ ين ْذَ َكَرِِن ِِْف
ِ ِ ََّ ِا يقَتبْإ
ِ ِ ْذراعاْا يقَتب
َ ُاْوإِ ينْأ ََتِِنَْيَيشيْأَتَيي تُه
ْْه يرَولَ ًة َ ًْب ًع
َ تْإلَييه
ُ َل َ ً ََي َ ََ
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Allah Swt berfirman;
“Bagi hamba-Ku adalah sebagaimana perasangkanya kepada-Ku, dan
Aku akan bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku
dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia
mengingat-Ku dalam sekumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya
dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia
mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya
satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan
mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan
berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari” (HR. Muslim) 18
Dalam hadis tersebut betapa seseorang mudah untuk berzikir,
bahkan Allah selalu mengingat dalam jiwanya, tatkala ada seorang hamba
yang mengingat Allah dalam jiwanya.
4. Zikir dengan Amal
Menjadikan anggota tubuh melaksanakan ketaatan kepada Allah,
dan selalu bersyukur apa-apa nikmat yang telah diberikannya kepada kita
itu termasuk kategori zikir dalam hal amal. Sebagaimana firman Allah Swt:
18
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, IX, 301
28
19
QS. Fatir (35): 3
20
QS. Al-Jumu’ah (62): 8-9
29
21
Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi,
(Surabaya: Karya Agung, 2008), 105
22
Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 105
23
Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 106
30
Illallah Tahlil, tetapi ada juga zikir yang berisi doa kepada Allah. Serta ada
juga zikir yang berisi percakapan kita dengan-Nya. Bahkan dalam zikir bisa
saja hanya terdapat ungkapan perasaan kita kepada-Nya. zikir seperti itu
disebut juga dengan munajat, dan seseorang yang telah mencapai maqam
tertentu biasanya mereka bermunajat kepada-Nya. 24
Nikmat yang banyak akan Allah berikan kepada orang yang pandai
bersyukur dan berzikir bahkan akan ditambah. Jelas bahwasannya jika
selalu mengingat-Nya maka dipermudah segala macam urusannya.
Disimpulkan bahwa zikir harus di mulai dengan pembersihan hati dari
berbagai macam penyakit hati, seperti iri hati, dengki, egoisme dan
perbuatan-perbuatan yang sifatnya tercela.
E. Keutamaan Berzikir
Pentingnya berzikir kepada Allah membuat banyak sekali manfaat
dan kegunaanya bagi siapapun yang mengerjakannya, Ibnu Qayyim Al-
Jauziyyah menjelaskan dalam kitabnya Al-Wabil As-Shayyib dan Raafi’
Al-Kalimi Al-Thayyib, beliau menyebutkan bahwa ada seratus keutamaan
bagi orang yang mengerjakan zikir, dan beliau merinci tujuh puluh tiga
keutamaan saja. 25 Lantaran begitu banyaknya paparan keutamaan bagi
orang yang berzikir dari beberapa ulama berikut Pendapat Shaleh bin
Ghanim As-Sadlan tetang keutamaan orang yang berzikir, meliputi:
a. Zikir sebagai Pendekatan Diri
Pendekatan diri yang benar itu pada hakikatnya dengan selalu
mengingat kepada Allah dan dengan begitu akan mudah apabila kita
menghadapi sebuah situasi yang bisa di bilang benar dan buruknya kita bsa
24
Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 107
25
Ibn Qoyyim Al-Jawziyyah, Al-Wabil As-Shayyib, (terj. Abd. Rohim Mu’thi
dan Zulqarnain), cet. Ke-I, (Jakarta: Akbar Media Eka, 2004), 65
31
ِ ال
ْْٰذ يك ُرْا ه
ّْلل ْٰولْا ه
َ َّللْق َ َْي َْر ُس َ ض ِربُواْأ يَعنَاقَ ُك يمْقَالُو
َ اْوَماْذَ َاك َويَ ي
26
QS. Al-Hijr (15): 29
32
Dari Abu Darda ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Maukah kalian saya
beritahukan tentang sebaik-baik amalan kalian dan yang lebih dicintai
oleh Rabb kalian, lebih mulia bagi kalian dari bersedekah dengan emas
dan perak serta dari berperang dengan musuh-musuh kalian kemudian
kalian tebas batang leher mereka dan mereka menebas batang leher
kalian?” para sahabat bertanya; “Apakah amalan itu wahai Nabi?” beliau
menjawab: “Berzikir kepada Allah” (HR. Ibnu Majah) 27
e. Zikir sebagai Pembaru Iman28
Ibadah yang sangat mudah tanpa adanya pembatas dengan waktu
dan kondisi itu sendiri adalah berzikir, oleh sebab itu dapat dikatakan
dengan berzikir Iman seorang Muslim akan diperbarui secara otomatis
yaitu akan menambah sebuah butir-butir keimanan yang membuat kita
menjadi lebih kuat akan keputusan yang akan diambil dengan melihat
akankah membawa kemashlahatan bersama. Karena pada dasarnya Allah
memerintahkan salat lima kali dalam sehari itu saja membuat Iman di
dalam diri saja sudah merasakan tertambah dengan melakukan suatu
kebajikan yang itu semua bentuk bertambahnya Iman seseorang.
f. Zikir sebagai Sarana Masuk Surga
Sebuah akhir kisah manusia itu pada akhirnya akan berlabuh
kepada dua pilihan diantaranya Surga dan Neraka, apabila secara akal sehat
manusia yang berakal maka ingin memilih kebahagiaan yang disebut Surga
dengan enggan memilih Neraka yaitu kesengsaraan.
g. Zikir sebagai Sarana Memperoleh Syafaat Nabi Saw 29
Berzikir kepada Allah dapat memperoleh syafaat dari Nabi Saw dan
itu sebuah keistimewaan bagi orang yang selalu berzikir.
27
Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi, VI, 106
28
Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa, 250
29
Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa, 250
33
1
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
2
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
34
35
3
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
4
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
36
berjumlah 59.947, usia 46-58 tahun berjumlah 24.305 orang, dan usia 59
tahun ke atas berjumlah 14.580 orang.
Penduduk Dengan Jenis Kelamin dan Usia. Sebagai berikut:5
Penduduk
No Usia Persentase
Laki-laki Perempuan Jumlah
5
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2018
37
6
Ahmad Zahro, Tradisi Intlektual NU (Yogyakarta: LKiS, 2004), 15. baca
Anggaran dasar NU Bab 1 pasal 3 dan 4 hasil muktamar xx di Kediri 21-27 Nopember
1999
7
M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, Pendekatan Fikih
dalam Politik (Jakarta: Gramedia, 1994), 40
8
Delian Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1990-1942, 244
38
9
Ahmad Zahro, Tradisi Intlektual NU, 19
39
10
Ahmad Zahro, Tradisi Intlektual NU, 23
40
11
M. Isa Anshari, Manefesto Perjuangan Persis, (Bandung: Pimpinan Pusat
Persis, 1958), 6
12
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 9
41
13
Delier Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1945 (Jakarta:
LP3ES, 1945), 96
42
14
Dadan Wildan, Sejarah Perjuangan Persis (Bandung: Pusat bidang
Pemuda,1995), 35
43
sebuah masalah baru yang akhirnya keluar beberapa anggota karena tidak
sependapat dan timbul kelompok organisasi Permufakatan Islam atau yang
biasa disebut dengan gerakan Islam tradisional yang menurutnya memang
merasa perlu bermazhab agar mendapat kejelasan hukum-hukum dan
beribadah menurut Ulama sebelumnya yang menganut mazhab. Awal mula
bagaimana sebuah kelompok organisasi diberikan nama dengan sebuah
proses yang telah dilalui dengan banyak pertimbangan karena di dalam
nama tersebut mengandung makna yang mendalam seperti ingin
memunculkan “Persatuan Pemikiran Islam, Persatuan Rasa Islam,
Persatuan Usaha Islam, Persatuan Suara Islam” makna semuanya menjadi
satu kesatuan yang akhirnya dinamai dengan “Persatuan Islam”. 15
Kelompok organisasi masyarakat Islam Persatuan Islam (PERSIS)
yang ada di wilayah kecamatan Pancoran Jakarta Selatan belum sebanyak
golongan sebelumnya yang mana jamaah PERSIS masih terbilang
minoritas, karena ajarannya berpegang teguh dan benar-benar murni
kembali kepada Al-Quran Hadis dan bahkan hadisnya harus sahih, apabila
ingin merujuknya. Ajaran yang benar-benar kembali ini memang menjadi
ciri dari golongan Persatuan Islam. Persatuan Islam yang ada di kecamatan
Pancoran ini cakupannya belum memiliki kantor secara khusus di wilayah
ini, namun tetap mengacu pada Kantor PW PERSIS se-DKI Jakarta yang
berada di kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat dan juga pastinya berpusat
pada Kantor Pusat PERSIS yang berada di Bandung. Beberapa kajian
pengajian biasanya dilaksanakan langsung di masjid jamaah PERSIS yang
pembahasannya mengenai masalah umat dan kehidupan yang berada di
kelurahan Rawajati.
15
Salim Umar, Persatuan Islam; Pembaruan dan Pengaruhnya di Jawa Barat
(Bandung: Pusat Penelitian IAIN Sunan Gunung Djati, 1995), 37-38
44
1 Cikoko 4 - - 4
2 Duren Tiga 4 - 6 10
3 Pangadegan 5 - 1 6
4 Pancoran 6 - 2 8
5 Rawajati 8 1 2 11
6 Kalibata 11 - 7 18
Jumlah 38 1 18 57
BAB IV
PRAKTIK ZIKIR WARGA NU DAN PERSIS
1
Wawancara dengan Misbahul Munir Kholil, tanggal 14 Agustus 2020 di
Kantor PBNU Jakarta
45
46
Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang
dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya dan mengetahui apa-
apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha tinggi lagi Maha besar. (QS. Al-
Baqarah: 255)2
7. Tasbih, Tahmid dan Takbir (Dibaca 33x)
ُسْب َحا َن هللاِ َوِِبَ ْم ِدهِ َدائِ ًما اَبَ ًدا- ُِسْب َحا َن هللا
Maha Suci Allah. Maha Suci Allah dan Segala Puji kepada-Nya.
ني َعلَ ُُ ِ ِّ َحال َوِ ِْف ُُ ِ ِّ َحال َونِ ْع َم ِ ِ اْلم ُد ِّٰللِ ر ِِ ْ
َ ْ ب الْ َعالَم َ ْ َْ - اْلَ ْم ُد ّٰلل
Segala Puji bagi Allah. Segala Puji bagi Allah yang mempunyai Kerajaan
Alam Semesta dan Nikmat yang telah diberikan-Nya.
ت َوُه َو َعلَ ُُ ِ ِّ َشْيٍ َ ِديْـٌر َوََل َح ْوَل َوََل َُـ َّوَة إََِّل ِ
ُ اْلَ ْم ُد ُُْي ِي َوُُيْي
ْ ُك َولَه َ ََْل َش ِري
ُ ك لَهُ لَهُ اْل ُم ْل
ِلاهللِ الْ َعلِ ِي الْ َع ِظْيم
Allah Maha Besar dan Segala puji bagi Allah dan Maha Suci bagi Allah,
Tiada Tuhan selain-Nya dengan segala kehendak Allah yang memiliki
kerajaan yang Maha Hidup dan Mati. Dan dengan segala kekuasaan-Nya
atas keagungan-Nya.
2
Al-Quran, 2 (Al-Baqarah): 255
48
2. Persatuan Islam3
1. Allahumma Antas Salaam
ِْ اَج ََل ِل و
اَل َُْرِام ِ ّٰ
َ َْ ت ََي َذا
َ ُْ تَـبَ َار،ُالس ََلم
َّ كَ َومْن،ُالس ََلم
َّ تَ ْالل ُه َّم اَن
Ya Allah, engkaulah yang Maha damai, dan darimu juga datang
kedamaian; Maha banyak berkah-Mu wahai Tuhan pemilik keagungan dan
kemuliaan.
2. Tasbih, Tahmid dan Takbir (Dibaca 33x)
ُسْب َحا َن هللاِ َوِِبَ ْم ِدهِ َدائِ ًما اَبَ ًدا- ُِسْب َحا َن هللا
Maha Suci Allah. Maha Suci Allah dan Segala Puji kepada-Nya.
ني َعلَ ُُ ِ ِّ َحال َوِ ِْف ُُ ِ ِّ َحال َونِ ْع َم ِ ِ اْلم ُد ِّٰللِ ر ِِ ْ
َ ْ ب الْ َعالَم َ ْ َْ - اْلَ ْم ُد ّٰلل
Segala Puji bagi Allah. Segala Puji bagi Allah yang mempunyai Kerajaan
Alam Semesta dan Nikmat yang telah diberikan-Nya.
َو ُسْب َحا َن هللاِ بُكَْرًة َواَ ِصْي ًَل،اْلَ ْم ُد ِّٰللِ َُثِ ْ ًْيا
ْ هللاُ اَ ُْ َبُ َُبِ ْ ًْيا َو- ُهللاُ اَ ُْ َب
Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan Segala Puji yang begitu banyak
serta Maha Suci atas-Nya.
3
Dewan Hisbah PP PERSIS, (Bandung: PERSIS Pers, 2017), 149
49
milik-Nya pula segala pujian yang baik. Tiada Tuhan selain Allah yang
kami ikhlas terhadap pemilik agama, walaupun orang-orang kafir tidak
menyukai.
6. Laa Ilaaha Illallah
اَجَ ُّد
ْ ك ِ ِ ْ مانِع لِما أ َْعطَيت وََل مع ِطي لِما منَـعت وََل يـْنـ َفع ذَا
َ اَجَد مْن ُ َ َ َ ْ َ َ ُ َْ َ َ ْ َ َ َ
Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang
memiliki segala kekuasaan dan dia pula yang memiliki segala pujian, dan
dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada penghalang yang Engkau
berikan dan tiada pemberi atas apa yang Engkau halangi serta tidak
bermanfaat bagi pemilik kemuliaan.
7. Allahumma Minal Bukhl
9. Allahumma Dzikrika
ِ ِ ِ ِ
َ الَلَّ ُه َّم أَع ِ ّْن َعلَ ذ ُْ ِرَك َو ُش ْك ِرَك َو ُح ْس ِن عبَ َادت
ك
Ya Allah, bantulah aku untuk zikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu,
dan membaguskan ibadah kepada-Mu.
Berzikir menurut Nabi Saw tidak hanya pada lafaz yang terpaku
pada bacaan-bacaan tertentu, melainkan semua hal bacaan yang berkaitan
dengan Allah Swt dengan tujuan untuk mengingat-Nya agar terhindar dari
perbuatan dosa. Salah satu bentuk mengingat Allah Swt yaitu dengan
berzikir, maka dari itu beberapa organisasi masyarakat Islam seperti
Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam menetapkan panduan zikir dengan
versi masing-masing yang pada akhirnya tujuannya adalah untuk selalu
mengingat kepada-Nya agar tetap terjaga dari perbuatan dosa.
Penetapan panduan zikir yang berbeda antara Nahdlatul Ulama
dengan Persatuan Islam membuat keduanya melalui beberapa proses
musyawarah seperti Bahtsul Masail untuk Nahdlatul Ulama, sedangkan
Dewan Hisbah untuk Persatuan Islam yang sudah pasti melalui metode
pengambilan hukum yang terbagi tiga macam yaitu bayani, qiyasi dan
istilahi.4
Pertama dengan metode pemecahan kasus langsung kembali dan
berarah kepada Al-Quran dan Hadis agar sebuah hukum dapat terselesaikan
solusinya yang dinamakan metode bayani. Kedua dengan metode
pemecahan kasus yang tertahan akan menggunakan perumpamaan atau
persamaan motif dari objeknya dengan kata lain tidak langsung merujuk
kepada Al-Quran dan Hadis yang dinamakan metode qiyasi. Ketiga dengan
4
Jaih Mubarok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam (Yogyakarta: UII Press,
2002), 170
52
metode pemecahan kasus yang juga tertahan dengan alasan berdasar pada
kemaslahatan bersama dan tidak langsung merujuk kepada Al-Quran dan
Hadis, yang membedakan dengan qiyasi yaitu tentang tidak adanya acuan
dalil dan dengan begitu mengambil hikmahnya.5
َّاْلَ ْم ُد َوُه َو َعلَ ُُ ِ ِّ َش ء َ ِد ٌير َلَ َح ْوَل َوَلَ َُـ َّوَة إَِلَّ ِلاهلل َلَ إِلَهَ إَِل
ْ ُك َولَه َ َش ِر
ُ يك لَهُ لَهُ اْل ُم ْل
ْ
5
Jaih Mubarok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam, 171
6
Wawancara dengan Misbahul Munir Kholil, tanggal 14 Agustus 2020 di
Kantor PBNU Jakarta
7
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, (Riyadh: Darus Salam, 1997), I, 464
53
ِ ِِ هللا َوَلَ نَـ ْعبُ ُد إَِلَّ إِ ََّيهُ لَهُ النِ ْع َم ُ َولَهُ الْ َف ْ
ين ض ُ ِّ َولَهُ الثـَّنَاءُ ا ْْلَ َس ُن َلَ إِلَهَ إَِلَّ هللا ُُْملص َ
ني لَهُ الد َ
ِ ِِ َولَ ْو َُ ِرَه الْ َكافُِرو َن َ .وَ َ
ول هللا يـُ َهل ُ ِّ ِب َّن ُدبـَُر ُُ ِ ِّ َ
صَلَة ال َُا َن َر ُس ُ
Dari Ibnu Zubair ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Membaca zikir dengan
keras setiap setelah salat”. (HR. Muslim)8
Dari Ibnu Abbas ra bahwa mengeraskan suara zikir setelah salat fardu,
pernah terjadi di masa Nabi Saw. kata Abu Ma'bad; Ibn Abbas mengatakan,
“Akulah yang paling tahu tentang hal itu, ketika mereka telah selesai
(mengerjakan salat), sebab aku pernah mendengarnya.” (HR. Muslim)9
ح َّدثـَنَا َُيَي بن موس الْبـ ْل ِخي ح َّدثـَنَا عب ُد َّ ِ
َل ََبِّن ابْ ُن ُجَريْج أ ْ
َل ََبََن َع ْم ُرو بْ ُنِ ينَار أ ََّن الرزَّاق أ ْ ْ َ ْ ُ ُ َ َ ُّ َ َْ َ
َّاس ص ِر ُ أَلامعبد موََ اب ِن عبَّاس أَلبه أ ََّن ابن عبَّاس أَلبه أ ََّن رْفع َّ ِ ِ ِ
ف الن ُ الص ْوت للذ ُْرِ َ
ين يَـْن َ ْ ََُ َ َ ْ ََُ ْ َ َ َ َ َْ َ ْ ْ َ
8
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, I, 464
9
Abu Hussain, Sahih Muslim, (Riyadh: Darus Salam, 2007), II, 81
54
2. Persatuan Islam
Perujukan yang menjadi dasar dalil bagi jamaah Persatuan Islam
mendasari pendapat salah satu tokoh yaitu Taufiq Rahman Azhar. Sebagai
berikut:11
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
ووََل ََْ َه ْر
َ َ َع ْن َعائ َش، َع ْن أَبْيه،ام بْ ُن َع ْرَوَة ُ َح َدثـَّنَا َمال:َح َّدثَـنَا َعل ُّي
ُ َح َّدثَـنَا ه َش:ك بْ ُن ُسع ْْي
ُّع ِاء
َ ت ِ ِْف الد
ِ ِبِص ََلتِك وََل ُُتاف
ْ َت ِبَا) أُنْ ِزل
ْ َ َ َ َ
Dari Aisyah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Dan janganlah salat (berdoa
atau berzikir) dengan suara yang keras dan jangan pula dengan suara
rendah” (HR.Bukhari) 12
ِ ِ ِ
ْ ِ َع ْن أ،َل ََبََن ُسلَْي َما َن التـَّْيم ُّي
،َْي ُعثْ َما َن ْ أ،َح َّدثـَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن ُم َقا ت ِّ أَبـُ ْو اْلَ َس ِن
ْ أ،َل ََبََن َعْب ُدهللا
َ َ ،ِ َّ ثَنِي:ال
:ال َ َ أ َْو،ِ َصلَّ ا ّٰلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ِْف ُع ْقب َّ َِل َذا الن
َ َّب َ َ َْي َم ْو َس األَ ْش َع ِر ْي
َ أ:ال ْ َِع ْن أ
10
Sulaiman bin Ash’ath, Sunan Abu Dawud, (Riyadh: Darus Salam, 2008), I,
585
11
Wawancara dengan Taufiq Rahman Azhar, tanggal 19 Agustus 2020 di
Kantor PW Persatuan Islam Jakarta
12
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 191
55
َّ َّصل
ُالل
ِ َ َ ،ُ ََلاِلهَ إََِّلهللاِ َوهللاُ أَ ُْ َب:ُص َوتَه
َ َوَر ُس ْو ُل هللا:ال َ فَـلَ َّما َع ََل َعلَْيـ َها َر ُج ٌ ِّ ََن َدى فَـَرفَ َع
َ َ َّ ُُث،َص َّم َوََل َغائِبًا
أ َْو ََي، ََي اََلا ُم ْو َس:ال َ َ ،َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ بَـ ْغلَتِ ِه
َ فَِإنَّ ُك ْم ََل تَ ْد ُع ْو َن أ:ال
ِ ََل حوَل وََل َُـ َّوَة إََِّل ِلاهلل:ال ِ ِ ِ ِ
َ َْ َ َ ،ََ َلا:ت َ ُّ أَََل أ َُدل،َعْب َد هلل
ُ ك َعلَ َُل َم م ْن َُْن ِز اَجَنَّ َُـ ْل
Dari Abu Musa ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Maka datanglah seorang
anak laki-laki dengan mengeraskan suarannya dengan mengucapkan Laa
Ilaaha Illa Allah” dan kemudian Nabi Saw bersabda, “Pelankanlah suara
kalian karena Allah tidak tuli, yang kalian seru yaitu Allah Maha
Mendengar lagi Maha Dekat” (HR. Bukhari) 13
َع ْن اَِ ْْي، َع ْن اَِ ْْي ُعثْ َما َن، ب ُ َّ َح َّدثـَنَا َْح: َح َّدثـَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َح ْرب
َ َع ْن اَيـُ ْو، اد بْ ُن َزيْد
َّب َ فَـ َق، صلَّ ا ّٰلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ِْف َس َفر فَ ُكنَّا إِذَا َعلَ ْوََن َُ َّ ْبََن
َّ ِال الن َّ ِ ُُنَّا َم َع الن:ال
َ َّب َ َ ُم ْو َس
13
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 231
14
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 216
56
ص ِال َوََل تَ ُك ْن ِم َن ِ ِ ْ واذْ ُُر ربَّك ِِف نـَ ْف ِسك تَضُّرعا و ِلي َف ً ودو َن
َ اَجَ ْه ِر م َن الْ َق ْول ِلالْغُ ُد ِو َو ْاْل َُ َ ًَ َ َ َ ْ َ
نيِِ
َ الْغَافل
Dan sebutlah Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf: 205)16
15
Al-Quran, 7 (Al-A’raf): 55
16
Al-Quran, 7 (Al-A’raf): 205
57
17
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, I, 464
58
2. Persatuan Islam
Jamaah Persatuan Islam ketika setelah salat fardu berbeda dengan
golongan Nahdlatul Ulama yang lebih umum mengeraskan suara secara
bersama, sedangkan jamaah Persatuan Islam yaitu imam terdiam sejenak
diikuti makmunya dan merenung dengan suara pelan dalam zikirnya yang
mampu di dengar oleh seorang diri saja, tanpa mengganggu jamaah yang
lain. Praktik zikir setelah salat fardu jamaah Persatuan Islam mengacu pada
sabda Nabi Saw,
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
ووََل ََْ َه ْر
َ َ َع ْن َعائ َش، َع ْن أَبْيه،ام بْ ُن َع ْرَوَة ُ َح َدثـَّنَا َمال:َح َّدثـَنَا َعل ُّي
ُ َح َّدثـَنَا ه َش:ك بْ ُن ُسع ْْي
ُّع ِاء
َ ت ِ ِْف الد
ِ ِبِص ََلتِك وََل ُُتاف
ْ َت ِبَا) أُنْ ِزل
ْ َ َ َ َ
Dari Aisyah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Dan janganlah salat (berdoa
atau berzikir) dengan suara yang keras dan jangan pula dengan suara
rendah” (HR.Bukhari) 18
Hakikat praktik zikir setelah salat fardu yang memelankan suara
yaitu dengan melihat bagaimana manusia harus menginstropeksi diri dari
dosanya, agar tidak mengganggu jamaah lain yang sedang beribadah, tidak
menerapkan apa yang tidak dilakukan oleh Nabi Saw dengan mengacu
pada kemurnian Al-Quran dan Hadis, dengan mengeraskan suara itu
perlakuan bidah, jangan bertaqlid kepada siapapun termasuk Imam Mazhab
dan dengan mengeraskan suara terkesan riya yang akhirnya akan rusak
18
Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, VIII, 191
60
A. Simpulan
Berdasarkan dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
mengemukakan beberapa kesimpulan:
Mengenai praktik zikir setelah salat fardu di masjid yang
dikategorikan sebagai Nahdlatul Ulama dilaksanakan dengan imam
menuntun jamaahnya untuk berzikir secara bersama dengan mengeraskan
suara, dan makmum mengikuti apa yang dilafazkan oleh imam. Sedangkan
di masjid yang terbilang sebagai jamaah Persatuan Islam, imam yang telah
melaksanakan salat fardu hanya berdiam diri tanpa suara dan masing-
masing membaca zikir dengan memelankannya.
Akar permasalahan yang membedakan dua organisasi bermula
ketika sebuah dalil Al-Quran dan Hadis yang mereka ambil dan dijadikan
hujah berbeda, keduanya bertolak belakang dengan alasan mengeraskan
dan sebaliknya memelankan suara. Organisasi masyarakat Islam Nahdlatul
Ulama menggunakan hadis riwayat Al-Bukhari nomer 841 sebagai dalil.
Sedangkan Persatuan Islam menggunakan hadis riwayat Al-Bukhari nomer
6327 sebagai dalilnya.
62
63
B. Saran
Adapun beberapa saran yang ingin penulis sampaikan yang mana
dari hasil penelitian yang telah di bahas yaitu:
1. Skripsi ini sebagai salah satu karya ilmiah, penulis telah berupaya
mengarahkan segenap kemampuan secara maksimal, sehingga patut
dijadikan rujukan untuk melihat bagaimana praktik Zikir setalah
Salat Fardu.
2. Penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi dan sugesti bagi
cendekiawan dan akademisi, untuk melakukan penelitian yang serupa
dalam rangka mengungkapkan berbagai perbedaan di masyarakat
secara cermat, kritis dan objektif agar persatuan umat dapat terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
1
Keterangan:
a. Jalan Besar itu 4 lebih Mobil
b. Jalan Sedang itu 2 Mobil
c. Jalan Kecil itu 1 Mobil
d. Pj: Pinggir Jalan
e. Kr: Komplek Rumah
f. Bk: Bisnis Kantor
g. Pp: Padat Penduduk
h. Mall Pusat Perbelanjaan
16. Ulul Albab Duren Tiga Bk Jalan Sedang
17. Al-Falah Duren Tiga Pj Jalan Sedang
18. Guru Amin Duren Tiga Pj Jalan Sedang
19. Bait Ar-Rahman Duren Tiga Pj Jalan Sedang
20. Hizbul Wathan Rawajati KrJalan Sedang
21. Al-Amin Rawajati Pj Jalan Sedang
22. At-Taubah Rawajati Kr Jalan Kecil
23. Shalahuddin Rawajati Pj Jalan Sedang
24. Nurul Hilal Rawajati Pp Jalan Kecil
25. Ar-Rahmah Rawajati Pp Jalan Kecil
26. Nurul Amaliyah Rawajati Pp Jalan Kecil
27. Nurul Hidayah Rawajati Pj Jalan Sedang
28. Nasrun Minallah Kalibata Pj Jalan Besar
29. Assalafiyah Kalibata Pj Jalan Sedang
30. Nur Muhammad Kalibata Pj Jalan Besar
31. Al-Mujtamin Kalibata Pj Jalan Sedang
32. Al-Huda Kalibata Pp Jalan Kecil
33. Ikhwanul Muslimin Kalibata Pj Jalan Besar
34. Al-Muttaqin Kalibata Pp Jalan Sedang
35. At-Ta’lim Kalibata Pp Jalan Sedang
36. Al-Hidayah Kalibata Pj Jalan Sedang
37. Nurul Islam Kalibata Pj Jalan Sedang
38. Nurul Ikhlas Kalibata Pp Jalan Kecil
2. Basis masjid Persatuan Islam,
No Masjid Kelurahan Keterangan
1. Nurullah Rawajati Mall Jalan Besar