Anda di halaman 1dari 188

NO. DAFTAR FPIPS: 1950/UN40.A2.

5A/PP/2020

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS TAUHID PROGRAM SANTRI


SIAP GUNA DAARUT TAUHIID BANDUNG

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:
Fadilah Maulidah
NIM 1607991

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS TAUHID PROGRAM SANTRI


SIAP GUNA DAARUT TAUHIID BANDUNG
Oleh

Fadilah Maulidah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Fadilah Maulidah 2020


Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2020

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis.
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS TAUHID PROGRAM SANTRI


SIAP GUNA DAARUT TAUHIID BANDUNG

Oleh:
Fadilah Maulidah
(1607991)

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:


Pembimbing I

Prof. Dr. H. Abas Asyafah, M.Pd.


NIP. 19581016 19860 1 003

Pembimbing II

Dr. Edi Suresman, S.Pd., M.Ag.


NIP. 19601124 198803 1001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Udin Supriadi, M.Pd.


NIP 19590617 198601 1 001
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini telah diuji pada:


Hari, tanggal : Jum’at, 28 Agustus 2020
Tempat : Secara Online
Panitia Ujian :
a. Ketua :

Dr. Agus Mulyana, M.Hum.


NIP 19660808 199103 1 002

b. Sekretaris :

Dr. H. Udin Supriadi, M.Pd.


NIP 19590617 198601 1 001
c. Penguji :

Dr. H. Udin Supriadi, M.Pd.


NIP 19590617 198601 1 001

Drs. A. Toto Surya Afriatien, M.Pd


NIP 19570170 198803 1 001

Mokh. Iman Firmansyah, S.Pd.I M.Ag


NIP 19810808 201404 1 001
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pendidikan


Karakter Berbasis Tauhid Program Santri Siap Guna Daarut Tauhiid Bandung” ini
beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu
yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya
saya ini.

Bandung, Juli 2020


Yang membuat pernyataan,

Fadilah Maulidah
NIM 1607991
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan segala macam kenikmatan kepada kita semua termasuk kepada
peneliti, dan segala pertolongan-Nya sehingga skripsi ini bisa selesai. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabī Muḥammad Saw.,
keluarganya, para sahabat, tabi’in dan tabi’atnya dan seluruh umatnya sampai
akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Pendidikan Karakter Berbasis Tauhid
Program Santri Siap Guna Daarut Tauhiid Bandung”, bertujuan untuk mengetahui
proses pelaksanaan program SSG.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat mengkuti ujian
sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan dengan segala kerendahan
hati menerima kritik dan saran yang membangun agar penelitian ini menjadi
bermanfaat untuk semua pihak dan berkontribusi positif untuk peneliti khususnya
dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Juli 2020

Fadilah Maulidah
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Swt., yang telah
memberikan rahmat, karunia serta kenikmatan yang luar biasa tentang bagaimana
menyusun skripsi ini, tidak ada yang bisa peneliti lakukan tanpa nikmat dari-Nya.
Peneliti menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, dan ungkapan terima kasih yang teramat besar atas dukungan dan
bantuan berbagai pihak. Peneliti bermaksud menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya atas doa, dukungan, dan bantuannya kepada
yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., selaku Rektor Universitas


Pendidikan Indonesia (UPI).
2. Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (FPIPS) UPI Bandung yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
3. Dr. H. Udin Supriadi, M.Pd. selaku ketua Program Studi Ilmu Pendidikan
Agama Islam FPIPS UPI atas bimbingan dan nasihatnya kepada peneliti
untuk selalu memotivasi dan berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Aam Abdussalam M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama peneliti menyelesaikan studi di Program
Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam FPIPS UPI serta arahan dan nasihat
dalam menyusun skripsi ini.
5. Dr. Edi Suresman, S.Pd., M.Ag. selaku dosen pembimbing I dan Dr. H.
Abas Asyafah, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah sabar memberikan
pengarahan, bimbingan, memberi motivasi serta petunjuk yang sangat
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Program studi Ilmu Pendidikan Agama Islam UPI Bandung
yang telah membekali ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menjadi
mahasiswa terutama bapak Bapak Endang Iskandar, S.Ag., selaku staf Tata
Usaha Prodi IPAI atas segala bantuan administrasi dan kesabarannya demi
kelancaran skripsi ini.
7. SSG Daarut Tauhiid khususnya Kabag Diklat SSG Eyang Nurhadi, para
pelatih dan peserta SSG angkatan 39 yang senantiasa menyambut dengan
hanngat dan bekerja sama dengan baik dalam memberikan informasi dalam
penelitian skripsi ini.
8. Kedua orang tua Bapak Otim serta Mamah Enung, Aa Fahmi, Mba Titin
dan Adiku Farhi yang selalu mendoakan dan mengayomi peneliti baik itu
berupa moral maupun material dalam setiap situasi dan kondisi, memberi
semangat, kekuatan serta nasihat untuk selalu melibatkan Allah SWT
disetiap urusan.
9. Dulur IPAI 2016 dan khususnya IPAI B 2016 tercinta yang telah
memberikan warna dari awal kuliah hingga sekarang.
10. Sahabat tercinta Akhwat IPAI B khususnya sahabat tercinta Elis dan
Melinda yang selalu ada meramaikan grup untuk memberikan semangat dan
sama-sama saling berjuang menyelesaikan skripsi masing-masing.
11. Keluarga besar STQ Daarut Tauhid khususnya kepada sahabat tercinta
Alwi, Asti, Dini, Desi, Euis, Isni, Irma, Neng Rika, Wina, yang senantiasa
mendukung, mendo’akan dan memberikan pengaruh positif dalam hidup
saya, semoga kita semua senantiasa istiqomah bersama Al-Quran.
12. Keluarga Lab IPAI, BEM HIMA IPAI, KKN Mandalawangi, PPL SMPN
29 dan kepada semua pihak yang telah memberikan pengalaman dan ilmu
kepada saya, saya ucapkan Jazakumullah khairan katsiran.
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini berdasarkan SK Bersama Menteri


Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 dan 0543b/U/1987
dengan beberapa contoh berikut:

1. Konsonan
Arab = Arab = Latin Arab = Latin Arab =
Latin Latin
‫ث‬ ṡ ‫ذ‬ Ż ‫ص‬ ṣ ‫ظ‬ ẓ
‫ح‬ ḥ ‫ز‬ Z ‫ض‬ ‫ع‬ ‘a
‫خ‬ Kh ‫ش‬ Sy ‫ط‬ ṭ ‫ق‬ Q

2. Vokal
1. Vokal Tunggal
Arab Nama Latin Contoh Arab Dibaca
1. ... fatḥaħ A ََ‫أ َر ـَق‬ qara`a

2. ... Kasraħ I َ‫ـح َر‬


ِ ‫َم‬ raḥima

3. ... ḍammaħ U َ‫َب ِتـ ُك‬ Kutiba

2. Vokal Panjang (maddaħ)


Arab Nama Latin Contoh Arab Dibaca
4. ‫ا ـ‬ fatḥaħ ā ‫ا َم اَق‬ Qāmā
5. ‫ي‬- Kasraħ ī ‫ح َر‬
ِ ‫مي‬
ْ raḥīm

6. ‫و ـ‬ ḍammaħ Ū ‫مو ُل ُع‬


ْ ‘ulūm
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS TAUHID PROGRAM SANTRI
SIAP GUNA DAARUT TAUHIID BANDUNG

Fadilah Maulidah
Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam
fadilahmaulidah@student.upi.edu

ABSTRAK

Banyaknya umat Islam yang tidak menghayati tauhid dalam


kehidupannya. Penyimpangan yang terjadi sudah menggambarkan
degradasi akhlak disebabkan lemah dan rendahnya kualitas tauhid
yang dimiliki. Contoh konkret banyaknya kasus bunuh diri disebabkan
depresi, kemudian masyarakat Indonesia terbiasa dengan ritual yang
mengarah kepada kesyirikan. Diklat SSG-DT adalah pembinaan
karakter berbasis tauhid membentuk pribadi muslim yang baik dan
kuat secara lahiriyah dan bathiniyah serta qalbun salīm. Secara khusus
mendeskripsikan profil SSG-DT, perencanaan, proses pelaksanaan
dan hasil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif. Peneliti menjadi instrumen kunci. Pengumpulan
data menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Analisis data dilakukan dalam bentuk reduksi data,
display data dan verifikasi data berupa kesimpulan sementara yang
bersifat tentatif. Hasil penelitian ditemukan bahwa SSG-DT menjadi
lembaga pembinaan generasi muda untuk mewujudkan masyarakat
bertauhid. Kurikulumnya mengkolaborasikan antara karakter BAKU,
militer, nilai-nilai kepesantrenan dan penanaman tauhid. Tujuan
akhirnya untuk menghasilkan tauhid yang paripurna. Hasil diklat
cukup berhasil dalam membentuk karakter santri, di antaranya adalah
keyakinan terhadap Allah semakin kuat dan ibadah lebih meningkat.
.

Kata kunci: Penanaman tauhid, dobrak diri, karakter BAKU


DEVELOPMENT OF TAUHID ON BUILDING THE GOOD AND
STRONG (BAKU) CHARACTER IN SANTRI SIAP GUNA PROGRAM
(SSG) AT DAARUT TAUHIID BANDUNG

ABSTRACK

This research is motivated by the large number of Muslims who do


not apply tauhid in their lives. The deviations that occur also
illustrating the degradation of morals caused by the weak and low
quality of the tauhid that people have. A concrete example is the
number of suicides caused by depression. In addition, Indonesian are
accustomed to rituals that lead to shirk. The SSG-DT training is a
character-building to build a strong personality, bathiniyah, and
qalbun salim, also have a pure tauhid far from shirk. This research was
conducted to describe the development of tauhid to form a good and
strong character (BAKU) in the Santri Siap Guna program (SSG) at
Daarut Tauhiid Islamic Boarding School, Bandung. Specifically, this
study aims to describe the profile of SSG Daarut Tauhiid, the
implementation process, and the results of tauhid coaching in building
the character of BAKU for students. This study uses a qualitative
approach with descriptive methods. The researcher is the key
instrument in this research. Collecting data methods used in this
research are observation, interviews, and study documentation. The
data analysis methods used are data reduction, data display, and data
verification in the form of tentative conclusions. Based on the results
of the research, it is found that SSG-DT is a youth development
institution to create a devout society. The curriculum collaborates the
character of BAKU, military, Islamic values, and the cultivation of
tauhid. The final goal of the SSG-DT Training and Education is to
produce complete tauhid. The result of the training is quite successful
in building the character of the students. They have stronger believe
and better religion practices.

Keywords: Cultivating Tauhid, break the limit, BAKU Character


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian......................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................6
1.5 Struktur Organisasi Skripsi.........................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................................10
2.1 Pembinaan Tauhid....................................................................................................10
2.1.1 Konsep Pembinaan...................................................................................10
2.1.2 Kedudukan Tauhid dalam Islam dan Urgensinya......................................15
2.1.3 Pembinaan Tauhid di SSG Daarut Tauhid................................................20
2.2 Karakter Baik dan Kuat (BAKU).............................................................................30
2.2.1 Pembentukan karakter...............................................................................30
2.2.2 Karakter Baik dan Kuat (BAKU)..............................................................34
2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan..........................................................................44
BAB 3 METODE PENELITIAN.....................................................................................46
3.1 Desain Penelitian......................................................................................................46
3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian.............................................................................48
3.2.1 Partisipan...................................................................................................48
3.2.1 Tempat Penelitian......................................................................................48
3.3 Definisi Operasional.................................................................................................50
3.4 Pengumpulan Data....................................................................................................51
3.4.1 Instrumen Penelitian..................................................................................53
3.4.2 Teknik dan Tahapan Pengumpula Data.....................................................53
3.5 Keabsahan Data........................................................................................................56
3.6 Analisis Data............................................................................................................58
3.6.1 Reduksi Data.............................................................................................58
3.6.2 Penyajian Data.................................................................................................59
3.6.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.......................................................61

vii
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN....................................................................63
4.1 Temuan Penelitian....................................................................................................63
4.1.1 Profil Santri Siap Guna (SSG) Daarut Tauhiid Bandung...........................63
4.1.2 Perencanaan diklat SSG-DT......................................................................69
4.1.3 Proses pelaksanaan pembinaan tauhid pada Diklat SSG Angkatan 39......83
4.1.4 Hasil Pembinaan Tauhid Pada Diklat SSG Angkatan 39.........................120
4.2 Pembahasan Penelitian...........................................................................................133
4.2.1 Profil Santri Siap Guna (SSG) Daarut Tauhiid Bandung........................133
4.2.2 Perencanaan (Muatan Kurikulum) Pada Diklat SSG-DT.........................137
4.2.3 Pelaksanaan Pembinaan Tauhid diklat SSG-DT......................................144
4.2.4 Hasil Pembinaan Tauhid Pada Diklat SSG Angkatan 39.........................155
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI.......................................157
4.3 Simpulan................................................................................................................157
4.4 Implikasi.................................................................................................................162
4.5 Rekomendasi..........................................................................................................162
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................164

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Penelitian ………………………………………..56

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian di SSG Darrut Tauhid Bandung ……………...........50

Tabel 3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……………………………52

Tabel 3.3 Pengkodean Proses Reduksi Data (Rumusan Masalah) ………………53

Tabel 3.4 Proses Penyajian Data (Wawancara) …………………………………53

Tabel 3.5 Proses Penyajian Data (Obervasi) ……………………………………60

Tabel 3.6 Proses Penyajian Data (Dokumentasi) ………………………………..61

Tabel 4.1 Triangulasi Tujuan Kurikulum Diklat SSG …………………………..73

Tabel 4.2 Materi Kurikulum Diklat SSG Hasil Dokumentasi …………………..74

Tabel 4.3 Materi Kurikulum Diklat SSG Hasil Observasi ……………………..75

Tabel 4.4 Triangulasi Materi Kurikulum Diklat SSG ………………………….76

Table 4.5 Organisasi Kurikulum SSG…………………………………………. .79

Tabel 4.6 Triangulasi Organisasi Kurikulum SSG ……………………………...80

Tabel 4.7 Triangulasi Evaluasi Diklat SSG ……………………………………,83

Tabel 4.8 Rundown Kegiatan Diklat SSG……………………………………… 95

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tempat Penelitian ………………………………………………49


Gambar 4.1 Logo SSG ………………………………………………………..63
Gambar 4.2 Kuadran Karakter BAKU ………………………………………..75
Gambar 4.3 Melatih kedisiplinan makan…………………………………….. 92
Gambar 4.4 Kegiatan Samapta ……………………………………………….94
Gambar 4.5 Ormed Curuq Sigay melatih kepedulian dan Ketauhidan……....100
Gambar 4.6 Latihan Fisik dan mental berani ………………………………..100
Gambar 4.7 Latihan Fisik dan ambil konsekuesi Bersama…………………..101
Gambar 4.8 Melatih keberanian (Snapling) ………………………………...106
Gambar 4.9 Latihan Fisik Melatih keikhlasan & Ketawadhuan …………....107
Gambar 4.10 Latihan Fisik (Halang Rintang) ……………………………….107
Gambar 4.11 BRTT …………………………………………………………..108
Gambar 4.12 Badar Games Melatih jiwa kepemimpinan …………………...111
Gambar 4.13 Praktek Fiqih Janaiz …………………………………………...113
Gambar 4.14 Melatih Kemandirian ………………………………………….113
Gambar 4.15 Tugas Amalan Yaumiyah ……………………………………..118
Gambar 4.16 Logo Korps Pelatih ……………………………………………127
Gambar 4.17 Logo Salih DT…………………………………………………127
Gambar 4.18 Logo Santri Teknologi ………………………………………...127
Gambar 4.19 Logo Santri Niaga …………………………………………….128
Gambar 4.20 Logo Muslimah SSG-DT ……………………………………...129

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Tahapan-Tahapan Penelitiaan…………………………………… ..48


Bagan 3.2 Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif ……………52

xi
LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Dokumen SSG
3. Kisi- Kisi Instrumen Penelitian
4. Hasil Wawancara
5. Catatan Hasil Observasi
6. Sertifikat SSG
7. Tugas SSG
8. Tabel kegiatan
9. Dokumentasi Kegiaatan SSG
10. Riwayat Hidup

xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bagian latar
belakang menjelaskan tentang konten atau isu yang diangkat sebagai penelitian.
Rumusan masalah menjelaskan identifikasi spesifikasi permasalahan yang dicari
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Tujuan penelitian meliputi tujuan umum
dan khusus yang tercermin dalam rumusan masalah. Manfaat memaparkan
kontribusi dari hasil penelitian baik secara teoritis mapun praktis. Struktur
organisasi skripsi terkait dengan sistematika skiripsi yang menggambarkan setiap
bab.

1.1 Latar Belakang Penelitian


Islam lahir membawa akidah ketauhidan. Ketauhidan merupakan hal yang
melepaskan manusia dari ikatan-ikatan berhala-berhala serta benda-benda lain
yang posisinya hanyalah sebagai makhluk Allah swt. Ketauhidan membawa
manusia kepada kebebasan sejati terhadap apapun yang ada , menuju ketundukan
hakiki hanya kepada Allah swt. Tauhid adalah salah satu ajaran pokok islam yang
diwahyukan Tuhan kepada nabi Muhammad. Selain itu tauhid merupakan risalah
pertama dan utama para Rasul dalam menjalakan dakwah kepada seluruh umatnya
dan hal yang pertama kali Rasul ajarkan adalah tauhid, tercermin dalam hadis
berikut ini:
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman,
Rasulullah bersabda padanya: Sesungguhnya engkau akan mendatangi
sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka hendaknya yang engkau dakwahkan
pertama kali adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka
telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan mereka salat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka
mengerjakan itu (salat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga
telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka,
diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada
orang-orang faqir. Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah
zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki”
(HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19).

Para Rasul menanamkan tauhid kedalam jiwa umatnya mengajak mereka


supaya beriman kepada Allah, menyembah mengabdi dan berbakti kepada-Nya,

1
melarang mereka menyekutukan Allah dalam bentuk apapun baik Zat, Sifat
maupun Af’al-Nya (Asmuni, 1993, hal. 21) Hal tersebut sebagaimana firman
Allah dalam al-Quran surat an-Nahl ayat 36 sebagai berikut:

ٰ ْ َ ۡ ‫اًل َأ ۡ ُ ْ هَّلل‬
ۖ ‫ٱلطَّ ُغ‬
َ‫وت‬ ‫َولَقَ ۡد بَ َع ۡثنَا فِي ُك ِّل ُأ َّم ٖة َّر ُسو ِن ٱعبُدوا ٱ َ َوٱجتنِبُوا‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat untuk
menyerukan: Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu”

Selain itu dalam dalam surat lain dijelaskan bahwa:

‫يم‬ٞ ‫ك لَظُ ۡل ٌم َع ِظ‬


َ ‫ي اَل تُ ۡش ِر ۡك بِٱهَّلل ۖ ِ ِإ َّن ٱل ِّش ۡر‬ َ َ‫َوِإ ۡذ ق‬
ۡ ‫ال لُ ۡق ٰ َم ُن‬
َّ َ‫ٱِلبنِ ِهۦ َوهُ َو يَ ِعظُهۥُ ٰيَبُن‬
“Dan ingatlah Ketika Luqmna berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepada-Nya: Hai anakku, jangalah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedaliman yang
besar” (Q.S Luqman: 13)

Tauhid merupakan landasan utama dan pertama keyakinan Islam dan


implementasi ajaran-ajarnnya. Tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada akidah dan
tidak ada Islam berpangkal kepada keyakinan tauhid, yaitu keyakinan tentang
wujud Allah tidak ada yang menyekutukannya baik dalam zat, sifat maupun
perbuatan-Nya. Selain itu dalam Islam tauhid memiliki kedudukan yang sangat
esensial. Tauhid bukan saja sebagai sumber bermuaranya pola pikir, sikap dan
tingkah laku, tetapi merupakan syarat kunci diterima atau ditolaknya amal
seseorang (Hafidz A. , 2007, hal. 9) bahkan umum dikatakan bahwa ajaran tauhid
merupakan dasar dari segala kebenaran, serta merupakan akar tunggang dari
ajaran Islam (Yusuf, 1990, hal. 18).
Selain itu tahuid juga merupakan hal yang mesti ada dan landasan utama
bagi sorang muslim. Baik tidaknya identitas seorang muslim sangat dipengaruhi
dan ditentukan oleh baik tidaknya tauhidnya. Ketauhidan akan menjadikan
seorang muslim tunduk dan patuh hanya kepada Allah dan menafikan segala hal
yang lain-Nya. Jika tauhidnya telah kokoh maka akan tercermin pada keyakinan
yang teguh dalam hati, perbuatannya akan mencerminkan indahnya Islam karena
apa yang dia lakukan mencerminkan akhlak Rasulullah, maka lisan dan
perbuatannya akan selalu terjaga serta dia akan selalu tunduk dan patuh akan

2
semua perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Dan melakukan
hal itu tanpa ada rasa berat yang memunculkn berbagi alasan untuk menolaknya,
inilah sikap yang dilahirkan dai seorang muslim sejati (Rasyid, 2000, hal.16).
Ketauhidan merupakan kunci utama diterimanya amal ibadah. Karena
ibadah merupakan manifestasi dari keimanan (ketauhidan). Tingkatan dan
diterimanya ibadah seorang muslim sangat tergantung pada seberapa besar
kualitas tauhidnya kepada Allah. Oleh karena itu tauhid menjadi syarat utama
dalam melaksanakan ibadah yang sempurna. Selain itu realisasi syariah dalam
islam akan tergambar kualitas ketauhidan sesseorang (Nurfalah, 2014, hal. 383).
Ketauhidan merupakan kunci utama diterimanya amal ibadah. Karena
ibadah merupakan manifestasi dari keimanan (ketauhidan). Tingkatan dan
diterimanya ibadah seorang muslim sangat tergantung pada seberapa besar
kualitas tauhidnya kepada Allah. Oleh karena itu tauhid menjadi syarat utama
dalam melaksanakan ibadah yang sempurna. Selain itu realisasi syariah dalam
islam akan tergambar kualitas ketauhidan seseorang (Nurfalah, 2014, hal. 383).
Ketauhidan juga akan berdampak pada kualitas amal seseorang. Jika
tauhidnya baik maka akhlak dan sifatnya selalu mencerminkan sifat terpuji karena
dia akan selalu merasakan eksistensi Tuhan dalam segala akivitas dan
kehidupannya. Akan tetapi sebaliknya jika tauhidnya kurang baik maka sifat dan
akhlaknya juga akan mencerminkan sifat kurang terpuji. Demikian pula sikap
dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah-Nya (Darmansyah, 2017,
hal. 86). Serta Nabi Muhammad SAW diutus kebumi dengan sebuah misi “bu’istu
liutammima makarimal akhlak” yaitu sebagai penyempurna akhlak manusia.
Maka seluruh gerak dan langkah Rasulullah SAW adalah moral yang mulia bagi
segenap umat manusia. (Aisyah, 2019, hal. 2).
Seseorang yang memiliki tauhid yang baik maka dia akan mendapatkan
ketentraman batin dan selamat dari kesesatan serta kemusyrikan. Oleh karena itu
tauhid bukan hanya berfungsi sebagai akidah akan tetapi berfungsi juga sebagai
falsafah hidup. Sehingga sangat jelas bahwa tauhid itu sangat mempengaruhi
pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang (Asmuni, 1993, hal. 7).
Seseorang yang memiliki tauhid yang bagus dalam kehidupannya akan selalu
dilandasakan kepada Allah dan meyakini bahwa segala sesuatu berasal dari Allah

3
dan semunya akan kembali kepada Allah dan hanya Allah lah yang akan
memberikan jalan bagi kehidupannya. Ketika ada ujian ataupun masalah maka dia
akan selalu tenang serta tidak akan mudah prustasi karena sudah memiliki modal
dasar yakni kekuatan akan takdir Allah itu pasti terbaik buat kehidupannya.
Namun kenyataannya, masalah yang muncul mayoritas umat Islam saat ini
tidak menghayati tauhid dalam kehidupannya dengan bebagai fakta. Bahwa
penyimpangan yang terjadi sudah menggambarkan bobrokya akhlak yang
disebabkan lemah dan rendahnya kualitas tauhid yang dimiliki. Termasuk budaya
barat yang liberal dan bebas merasuki budaya ketimuran yang lebih cenderung
teratur dan terpelihara oleh nilai-nilai agama dan ini menjadi salah satu yang
memberikan pengaruh negatif terhadap budaya kita. Yang terlihat miris adalah
perubahan yang cenderung mengarah pada krisis moral, akhlak dan tauhid yang
lemah sehingga mengakibatkan kualitas umat islam semakin hari semakin buruk.
(Azhar, 2017).

4
1
Hal ini tercermin dari beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat. Salah
satu contohnya adalah kasus bunuh diri. WHO mengabarkan tingkat kematian
akibat bunuh diri didunia mencapai hampir 800 ribu jiwa setiap tahunnya, ini
belum termasuk angka yang tidak tercatat secara resmi. Selain itu mirisnya bunuh
diri merupakan penyebab kematian terbesar didunia untuk usia antara 15-19
tahun. Angka-angka yang tercatat ini juga semakin bertambah setiap tahunnya
Adapun penyebab kasus bunuh diri ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya adalah depresi seperti halnya di Korea Selatan banyak orang depresi
dalam hal pekerjaan pendidikan, karier, keluarga. Kemudian masalah ekonomi,
kesenjangan social, kriminalitas (Anggara, 2020)
Kemudian penyalahgunaan narkoba, berdasarkan laporan Telepon Sahabat
Anak (TEPSA) kepada Kementerian dalam penelitianya, Syafe’i menyebutkan
penyalahgunaan narkoba disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah
faktor remaja yang minim pengetahuannya terhadap agama. Syafe’i menuturkan
sebesar 54,75% remaja yang termotivasi utuk memakai narkoba berasal dari
faktor kurangnya melaksanakan ajaran agama. Sedangkkan 45,25% lainnya
berasal dari faktor tidak pernah melaksanakan ajaran agama (Syafii, 2009, hal.
89).
Selain itu sebagian masyarakat Indonesia terbiasa dengan ritual-ritual yang
mengarah kepada syirik Zaen menyebutkan contoh di antaranya adalah ritual yang
dilaksanakan oleh penduduk kota Cilacap Jawa Tengah dengan
mempersembahkan kepala kerbau bagi Nyai Roro Kidul. Sebagian orang
menyembelih sapi untuk dipersembahkan kepada penguasa laut selatan agar
berkenan membantu penyelesaian proyek pembangunan jembatan yang
menghubungkan antara kota Surabaya dan Madura. Kemudian Zaen (2013)
menambahkan contoh lain, yaitu sebagian penduduk sekitar Rawa Pening
Ambarawa Jawa Tengah melakukan ritual persembahan berupa ayam, nasi dan
lainnya kepada penguasa danau kecil ini yang mereka sebut Mbah Baru Klinting.
Agar mendapatkan kemudahan darinya dalam bekerja, sebagai bentuk syukur
kepada-Nya sekaligus harapan memperoleh keberkahan darinya. Ada juga Ritual
Patanti yaitu ritual ketika ada musibah atau kejadian yang menimpa warga

2
masyarakat Jairah Leihutu kabupaten Maluku Tengah memberikan sesajen yang
disajikan ditempat Pamali (yang diangap ada penghuninya/ Roh leluhur) dengan
tujuan untuk menangkal kejahatan, menghilangkan musibah dan untuk menjamin
kesejahteraan (Solissa, 2019, hal. 44). Seluruh fenomena tersebut merupakan
contoh persembahan sembelihan untuk selain Allah, maka dapat disimpulkan
bahwa sebagian masyarakat belum menghayati tauhid dalam kehidupan sehari-
hari.
Berdasarkan pemaparan diatas bahwa kebudayaan kebiasaan dan fenomena
yang terjdi dimayarakat sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan pada
hakikatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menajadi cerdas
dan pintar dan membantu mereka menjadi manusia yang baik. (Sudrajat, Mengapa
Penddikan Karakter, 2011, hal. 48) Menjadikan manusia cerdas dan pintar boleh
jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang
baik dan bijak tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit.
Pendidikan juga bukan sekadar transfer informasi ilmu pengetahuan,
melainkan suatu proses pembentukan karakter. Ada tiga misi utama pendidikan
yaitu menyampaikan pengetahuan (transfer of knowledge), penyampaian budaya
(transfer of culture), penyampaian nilai (transfer of value). Sebab itu, pendidikan
bisa dipahami sebagai suatu proses transformasi nilai-nilai dalam rangka
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. (Syahidin, hal.
2)
Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi. Seperti yang disampaikan oleh
Muhammad Natsir bahwa terdapat rumusan peranan dan fungsi pendidikan di
antaranya : (1) pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk memimpin dan
membimbing agar manusia dikenakan sasaran pendidikan tersebut dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani secara sempurna;
(2) pendidikan harus diarahkan untuk menjadikan anak didik memiliki sifat-sifat
kemanusiaan dan mencapai akhlakul karimah yang sempurna; (3) pendidikan
harus berperan sebagai sarana untuk menghasilkan manusia yang jujur dan
benar; (4) pendidikan harus berperan membawa manusia agar dapat mencapai
tujuan hidupnya yaitu menjadi hamba Allah SWT; (5) pendidikan harus dapat

3
menjadikan manusia yang dalam segala perilaku atau interaksi vertikal maupun
horizontal selalu menjadi rahmat bagi seluruh alam; (6) pendidikan harus benar-
benar mendorong sifat-sifat kesempurnaan bukan sebaliknya, yaitu
menghilangkan dan menyesatkan sifat-sifat kemanusiaan. (Nufus, 2018, hal. 40)
Program Santri Siap Guna adalah salah satu lembaga pendidikan
pembentukan karakter yang dilaksanakan oleh Yayasan Daarut Tauhiid Bandung.
Aa Gym selaku pendiri DT ingin membantu dan berperan dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi pada bangsa Indonesia pada awal reformasi. Fokus memberi
solusi dengan bukti dan karya nyata. Daarut tauhid berusaha memperbaiki dari
karakter pemuda sebagai kekuatan agen of change secara berkesinambungan
dengan diklat dan khidmat kepda umat. Oleh karena itu salah satu jalan untuk
mewujudkan hal itu adalah dengan diadakannya diklat SSG. Adapun
kurikulumnya yaitu mengkolaborasikan antara pendidikan dan pelatihan karakter
BAKU, militer dan nilai-nilai kepesantrenan dan penanaman tauhid dengan
konsep Manajemen Qolbu. dengan konsep “Manajemen Qolbu”. Konsep
managemen Qolbu berlandaskan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim bahwa “Ketauhilah di dalam jasad ada segumpal mudghah,
bila ia sehat maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia rusak maka rusaklah seluruh
tubuhnya ketauhilah bahwa itu adalah hati”. Selain itu sesuai dengan visi Daarut
Tauhiid yaitu menjadi ahli zikir, fikir dan ikhtiar. Adapun karakter BAKU yang
meliputi karakter baik (jujur, ikhlas, tawadhu) dan kuat (disiplin, berani, Tangguh)
adalah atas dasar ide dan pemikiran Aa Gym sendiri. Aa berpegang pada prinsip
hadis “Muslim yang kuat lebih Allah cintai dari pada muslim yang lemah
meskipun diantara keduanya ada keutamaan.” Kegiatan-kegiatan di dalamya
dapat menunjang para pemuda muslim untuk dapat bisa meningkatkan potensi,
membentuk karakter pribadi muslim yang lebih baik yang kuat secara lahiriyah
dan bathiniyah, memiliki tauhid yang bersih jauh dari keseyirikan dan tidak
mudah goyah dalam kondisi apapun. Diklat SSG ini dilaksanakan 12 pertemuan
selama 3 bulan dengan 3 tahaan yaitu Dobrak Diri, Bangun Diri dan Bangun Tim.
Sasaran utama dari diklat SSG in adalah para pemuda usia 17-45 tahun.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang proses pembinaan tauhid yang dilatih atau diajarkan melalui

4
pelatihan fisik dan pemberian materi keagamaan dalam membentuk karakter baik
dan kuat (BAKU) dengan mengikuti kegiatan SSG dan memformatnya dengan
judul “Pendidikan Karakter Berbasis Tauhid Program Santri Siap Guna Daarut
Tauhid Bandung”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah umum pada penelitian ini adalah bagaimana pembinaan tauhid dalam
membentuk karakter baik dan kuat pada santri program SSG di Pesantren Daarut
Tauhiid (DT). Dari masalah umum diatas kemudian dikembangkan menjadi
rumusan masalah khusus yang dideskripsikan dengan bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana profil SSG-DT ?
b. Bagaimana perencanaan progam SSG-DT?
c. Bagaimana proses penanaman tauhid pogram SSG-DT ?
d. Bagaimana hasil program SSG-DT?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pembinaan Tauhid Dalam Membentuk
Karakter Baik dan Kuat Pada Santri Program Santri Siap Guna (SSG) di Pesantren
Daarut Tauhid Bandung”.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan profil SSD-DT
b. Mendeskripsikan perencanaan progam SSG-DT
c. Mendeskripsikan proses penanaman tauhid pogram SSG-DT
d. Mendeskripsikan hasil program SSG-DT

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak, baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Dibawah ini

5
peneliti mejelaskan secara lebih rinci mengenai manfaat penelitian di antaranya
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
khasanah keilmuan Islam khususnya di bidang pendidikan karakter serta
menjadi bahan referensi.
b. Manfaat Praktis
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia
Pendidikan seperti:
1. Bagi SSG, Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi ataupun
bahan perbaikan dan pengembangan selanjutnya.
2. Bagi pembaca, penelitin ini bisa memberikan informasi dan gambaran
secara utuh tentang pembinaan tauhid dalam membentuk karakter
BAKU di SSG. Serta diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya atau meneliti lebih lanjut terhadap
aspek yang sama dengan kajian yang berbeda

1.5 Struktur Organisasi Skripsi


Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini peneliti membaginya
menjadi lima bab yang masing-masing saling berkaitan. Untuk penjelasannya
adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan pnelitian, manfaat penelitian dan struktur
organisasi skripsi. Latar belakang menjelaskan konteks penelitiaan yang
dilakukan, rumusan masalah memuat identifikasi spesifik mengenai permasalahan
penelitian yang berbentuk pertanyaan, tujuan penelitian mengidentifikasi dengan
jelas mengenai tujuan umum dan khusus dari penelitian sehingga terlihat jelas
cakupan yang akan diteliti, manfaat ini memeberikan gambaran mengenai nilai
lebih atau kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang dilaksanakan
dan struktur organisasi memuat sistematik penulisan mengenai gambaran
kandungan setiap bab, urutan penuliannya serta keterkaitan antara bab dengan bab
lainya dalam bentuk kerangka.

6
Bab II Kajian Teori. Dalam bab ini diuraikan mengenai konsep-konsep,
dalil, dalil, hukum-hukum, dan turunanya yang berkaitan dengan fokus penelitian
sehingga nanti dapat dijadikan acuan dalam temuan dan pembahasa. Lebih khusus
lagi dalam skripsi ini memuat mengenai pembinaan tauhid dan pembentukan
karakter.
Bab III. Metode penelitian, di antaranya desain penelitian, partisipan dan
tempat penelitian, pengumpulan data dan analisis data. Desain penelitian
menjelaskan jenis desain penelitian yang digunakan, partisipan dan tempat
penelitian dimunculkan untuk jenis penelitian yang melibatkan subjek manusia
sebagai sumber pengumpulan data serta tempat penelitian perlu dipaparkan secara
jelas. Pengumpulan data yang dijelaskan secara rinci jenis data yang diperlukan,
intrumen dan tahapan-tahapan teknis pengumpulan datanya. Analisis data pada
bagian ini menjelaskan secara rinci dan jelas Langkah Langkah yang ditempuh
setelah data berhasil dikumpulkan.
Bab IV Temuan dan Pembahasan, yang terdiri atas temuan peneliti yang
memparkan segala hal yang ditentukan peneliti dilapangan sesuai dengan rumusan
masalah penelitian, kemudian dipaparkan pula analisis data dari temuan peneliti
mengenai pembinaan tauhid dalam membentuk karakter BAKU program SSG di
pesantren Daarut Tauhid Bandung.
Bab V Kesimpulan, Implikasi dan rekomendasi. Kesimpulan menjawab
rumusan masalah, rekomendasi dapat ditulis setelah kesimpulan dpat ditujukan
kepada para pembuat kebijakan, pengguna hasil dan kepada peneliti selanjutnya
yang berminat dan rekomendasi berisi saran penelitian.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembinaan Tauhid
2.1.1 Konsep Pembinaan
Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu berasal dari kata
bina yang berarti bangun,bentuk. Sedangkan menurut KBBI kontemporer adalah
proses (1) membina; pembangunan, (2) penyempurnaan; perbaikan, (3) upaya
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Pembinaan juga dapat berarti suatu
kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai
dengan yang diharapkan (Rinjani, 2008, hal. 103-104).
Adapun dalam bahasa Arab pembinaan berasal dari kata bana, yabni,
bina’an yang berarti membangun, membina dan mendirikan (Munawwir, 2002,
hal. 111). Definisi pembinaan secara luasnya adalah suatu usaha yang dilakukan
secara sistematis terarah dan mempunyai tujuan yang jelas terhadap seseorang
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan akhir yang telah ditentukan
(Ulwan, 2001, hal. 35).
Sementara itu Guazaili Syadam (dalam Hendriani, 2008, hal. 157)
mengemukakan bahwa pembinaan adalah “pembaharuan atau usaha, tindakan atau
kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil memperoleh hasil
yang lebih baik”. Sama hal.nya yang diungkapkan oleh Azhari bahwa pembinaan
adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien, efektif
serta dilaksanakan secara rutin untuk memperoleh hasil yang lebih baik ( Rinjani,
2014, hal. 104-117).
Pembinaan merupakan upaya pendidikan baik formal maupun non formal
yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab
dalam memperkenalkan, menumbuhkan, menbimbing dan mengembangkan suatu
dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras dengan pengetahuan dan
bakat, kecenderungan, serta kemampuan-kemampuan sebagai bekal untuk
menjadi pribadi yang mandiri (Gafur, 1978, hal. 7).
Adapun pembinaan agama adalah suatu usaha untuk memelihara dan
meningkatkan pengetahuan agama, kecakapan sosial dan praktek keagamaan serta

10
11

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dan sejalan dengan


ajaran islam. Adapun Arifin (1982, hal. 25) megungkapkan bahwa pembinaan
keagamaan adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka
memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan
rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya
sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan
kebahagiaan hidup pada masa kini dan masa depannya.
Selain itu pembinaan keagamaan merupakan suatu upaya agar manusia
mendapatkan bekal dalam menjalani kehidupan didunia dimana agama islam ini
merupakan sumber nilai dan moral yang mengikat yang mempunyai dimensi
dalam kehidupan penganutnya dan mampu memberikan kekuatan dalam
menghadapi tantangan dan cobaan. (Hamruni, 2016, hal. 25). Adapun Sidi
Gazalba (1971, hal. 168) menuturkan bahwa pembinaan kegamaan ialah
mengarahkan, memberi pandangan, sikap dan tata cara hidup itu pada Islam untuk
suatu ketika nanti dalam tahap-tahap pembangunan selanjutnya sampai pada: a)
Sikap dan pandangan hidup taqwa, b) Tingkah laku dan akhlak islam, c) Laku
perbuatan berasasakan amal shaleh.
Sementara itu Djamaludin dan Fuat dalam bukunya (2001, hal. 77)
menjelaskan bahwa pembinaan keagamaan yaitu membimbing, mengarahkan,
atau membangun nlai-nilai yang sangat penting dan berguna bagi manusia yaitu
nilai-nilai keagamaan berupa ajaran-ajaran agama kepada orang lain, sehingga
menjadi pedoman bagi tingkah laku kegamaan bagi orang tersebut. Pembinaan
agama merupakan proses masukan seperangkat keyakinan atau keimanan yang
dipercayai kebenarannya menegenai segala sesuatu yang berakaitan dengan ajaran
atau paham agama terhadap orang lain.

A. Tujuan Umum Pembinaan


Menurut Sudjana (2006, hal. 9) tujuan pembinaan adalah untuk memelihara
dan menjamin bahwa pelaksanaan program dilakukan secara konsisten
sebagaimana yang telah direncanakan. Adapun tujuan umum pembinaan adalah
sebagai berikut:
12

a. Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerja dapat menyelesaikan


pekerjannya secara lebih cepat.
b. Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerja dapat
menyelesaikan pekerjaannnya secara rasional, dan
c. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan
kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen yang
baik.
Adapun tujuan dai pembinaan kegamaan ini tidak dapat terlepas dari tujuan
hidup manusia, yakni untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan diakhirat
sebagaimana firman Allah srat al-Qashash ayat 77 :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.

Beberapa tujuan dalam pembinaan keagamaan di antaranya adalah: (1)


Membantu individu atau kelompok individu mencegah timbulnya masalah-
masalah dalam kehidupan keagmaan; (2) Membantu individumemcahkan masalah
yang berkaitan dengan kehidupan keagamaannya; (3) Membantu individu
emelihara situasi dan kondisi kehidupan keagmaan dirinya yang telah baik agar
tetap baik dan atau menjadi lebih baik (Faqih, 2001, hal. 63)
Tangdilintin (2008, hal.61) mengungkapkan bahwa pembinaan akan
menjadi suatu “empowerment” atau pemberdayaan dengan maksud
(1)Menyadarkan dan membebaskan; (2)Memekarkan potensi dan membangun
keprcayaan diri; (3)Menumbuhkan kesadara kritis-kontruksi dan
bertanggungjawab; (4) Mendorong mereka berpran sosial aktif.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembinaan adalah
melatih atau mndidik individu maupun kelompok, dengan tindakan dan kegiatan-
kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan. Adapun tujuan
pembinaan keagamaan Islam adalah membantu individu menyelesakan masalah
dan mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat, selain itu aga
tercapainya kesempurnaan, artinya untuk mengadakan peningkatan dari yang
sebelumnya mungkin tidak baik menjadi baik atau dari baik menjadi lebih baik
13

lagi serta untuk mewujudkan manusia yag mempercayai dan menjalana ajaran
agama Islam dnegan sepenuhnya.
B. Fungsi Pembinaan
Fungsi pembinaan (conforming) adalah kegiatan untuk memelihara agar
sumber daya manusia dalam organisasi taat asas dan konsisten dalam melakukan
rangkaian kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Sehingga dapat
memelihara da menjamin bahwa pelaksanaan progam dilakukan secara konsisten
sebagaiamana yang telah direncanakan (2006, hal.9 )
Adapun fungsi pembinaan kegamaan islam adalah sebagai berikut:
a. Fungsi preventif, yakni membantu individu menaga aa mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi kuratif atau korektif yakni membantu individu memcahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialainya.
c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dankebaikan itu bertahan lama (in state of good).
d. Fungsi development atau pengembangan, yakni membantu individu
memlihara dan mengembangkan situasi kondisi yang telah baik agar tetap
baik atau menjadi lebih bai tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah baginya ( Faqih, 2001, hal. 37)
C. Ruang Lingkup Pembinaan
Ruang lingkup pembinaan menurut Derajat (2008, hal. 176-177) memuat
tiga aspek yaitu: a) aspek hubungan manusia dengan Allah SWT, b) aspek
hubungan manusia dengan sesamanya, c) aspek hubungan manusia dengan alam.
Adapun ruang lingkup pembinaan akhlak menurut Nurdin (2001, hal. 205)
mencakup pola hubungan manusia dengan Allah, pola hubungan manusia dengan
Rasulullah, pola hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan pola hubungan
dengan masyarakat.
Sedangkan Dr. Zakiah Daradjat (1995, hal. 63-114) menerangkan bahwa
ruang lingkup pembinaan kegamaan adalah sebagai berikut:
a. Keimanan, yaitu proses pembinaan tentang berbagai aspek
kepercayaan.
14

b. Akhlak, yaitu pembinaan tentang bentuk batin yang tertanam dalam iwa
seseorang yang mendorong seseorang bertigah laku.
c. Ibadat, yaitu segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah
semata yang diawali oleh niat.
d. Fiqih, yaitu ilmu yang menerangkan hukum-hukum syaria’at islam
yang diambil dari dalil-dalilnya yag terperinci.
e. Ushul fiqih, yaitu suatu ilmu yang membicarakan berbagai ketentuan
dan kaidah yang dapat digunakan dalam menggal dan merumuskan
hukum syari’at islam dari sumbernya.
f. Qiraat Qur’an, yaitu suatu ilmu yang mengandung seni membaca al-
Qur’an
g. Ilmu tafsir, yaitu uraian penjelasan terhadap arti teks al-Qur’an yang
berarti lebih luas dan lebih jelas dari alih bahasa.
h. Hadis, yaitu segala sesuatu yang bersumber dari nabi Muahmmad SAW
baik berupa perkataan, perbatan, ketetapan ataupun sifat fisik/
kepribadian
i. Ilmu hadis, yaitu terori ilmu yang dapat digunakan untuk memperlajari
hadis.
j. Tarikh islam atau disebut juga dengan sejarah islam.
k. Tarikh Tasyri’, yaitu sejaah pensyari’atan ajaran (hukum) islam, sejarah
resminya berlaku ajaran islam
Komponen-komponen pembinaan yang dijelaskan oleh Mangkunegara
(2005, hal.76) terdiri dari: (1)Tujuan dan sasaran pegembangan harus jelas dapat
diukur; (2)Para pembina yang profesional; (3)Materi pembinaan pengembangan
harus diesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai; (4)Peserta pembinaan dan
engembangan harus memneuhi persyaratan yang ditentukan.

D. Pendekatan Pembinaan
Menurut Mangunhardjana (1986, hal. 17) untuk melakukan pembinaan ada
beberapa pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang pembina antara lain:
a. Pendekatan informative, yaitu cara menjalankan program dengan
menyampaikan informasi kepada peserta didik. Peserta didik dalam
pendeketan ini dianggap belum tahu dan tidak punya pengalaman.
15

b. Pendekatan partisipatif, dimana dalam pendeatan ini pesera didik


dimanfatkan sehingga lebih ke situasi belajar bersama.
c. Pendekatan eksperiansial, dalam pendekatan ini menempatkan bahwa
peserta didik langsung terlibat di dalam pembinaan, ini disebut sebagai
belajar sejati, karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat dalam
situasi tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan secara umum
merupakan usaha atu tindakan yang terencana dan tersusun yang dilakukan secara
efisien terhadap individu atau kelompok untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas segala potensi yang ada dan menjadikan keadaan lebih baik lagi.
Adapun pembinaan keagamaan dalam proses pembinaanya sama saja, yang
sedikit membedakan adalah bahwa pembinaan keagamaan ini berlandaskan pada
norma-norma agama Islam dan membentuk jiwa seorang muslim yang bertaqwa
dan berakhlakul karimah serta untuk mempertahankan, mengembangkan atau
menyempurnakan dalam egi akidah ibadah, segi ibadah maupun segi akhlak.

2.1.2 Kedudukan Tauhid dalam Islam dan Urgensinya


Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan oleh
Allah. Kata tauhid sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu Masdar dari kata
wahhada-yuwahhidu yang berarti ke-Esaan. Kalau merujuk pada pendefinisian
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “tauhid” merupakan kata benda yang berarti
keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu (Darmana, 2012, hal.
71).
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Dari makna ini
sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal. yang dijadikan sesembahan oleh
manusia, bisa berupa malaikat, ppara abi orang-orang shaih, namun seorang yang
bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.
Selain itu tauhid sendiri bermakna meng-Esakan Allah, baik meyakini
bahwa hanya Allah sbagai pencipta, pemelihara dan pemberi rezeqi maupun baik
dalam hal. hanya Allah yang berhak disembah atau diibadahi, juga meyakini
nama-nama yang baik dan sifat mulia bagi Allah (Departemen Agama, 1989).
16

Risalah pertama dan utama para Rasul Allah dalam menjalankan dakwah
kepada seluruh umatnya adalah mengajarkan tentang pentingnya tauhid seperti
yang disampaikan oleh Ibn Khal.dun dalam (Muyidin, 2019, hal. 29) bahwa
aqidah yang kokoh dan ketauhidan sangatlah penting dan wajib ada pada diri
setiap muslim karena kewajiban manusia yang pertanma kali adalah mngenal
Allah dngan peuh keyakinan. Seperti dalam hadis juga disampaikan dalam
(Cahyono, 2008 hal.73) “Jadikanlah pertama kali kamu dakwahkan ialah agar
meeka mentauhidkan Allah (H.R Bukhari Muslim). Oleh karena itu para rasul
pertama kali mengajarkan kepada umatnya adalah menanamkan tauhid yang kuat,
mengajak mereka supaya beriman kepada Allah, menyembah, mengabdi, dan
berbakti kepada-Nya; melarang mereka menyekutukan Allah dalam bentuk
apapun,baik Zat, Sifat maupun Af’alNya (Asmuni, 1993,hal. 14).
Tauhid dan aqidah saling berkaitan atau tauhid adalah bagian dai aqidah,
menurut syeikh Fauzan (dalam Bakar, 2009, hal. 80) aqidah adalah apa yang
menjadi keyakinan kuat seseorang di hatinya dan ia beranggapan dengan aqidah
itu ia beragama dan menyembah Allah. Termasuk di dalam cakupan aqidah
adalah tauhid kepada Allah dan beriman bahwa Allah Paha Pencipta, Maha
Pemberi Rezeki dan Allah memiliki asmaul husna dan sifat yang tinggi.”
(Majmu’ Fatawa syaikh Bin Baz 6/277)
Akidah Islam tercermin dalam rukun Iman (iman kepada Allah, Malaikat,
Rasul, Kitab, hari akhir, qadha’ dan Qadar). Esensi akidah Islam adalah tauhid,
diformulasikan dalam dua kalimat syahadat: asyhadu an la ila illa Allah; wa
asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Akidah yang tidak sesuai dengan la
ilaha illa Allah berarti menyimpang dari akidah Islam.
Berikut ini dikutip beberapa dalil tentang pentingnya tauhid pada diri setiap
muslim adalah sebagai berikut:
Firman Allah dalam al-Quran surat al-Nahl ayat 36 :

ٰ ْ َ ۡ ‫اًل َأ ۡ ُ ْ هَّلل‬
ۖ ‫ٱلطَّ ُغـ‬
‫ـوتَ فَ ِم ۡنهُم َّم ۡن‬ ‫َّسـو ِن ٱعبُـدوا ٱ َ َوٱجتنِبُــوا‬ ُ ‫َولَقَـ ۡـد بَ َع ۡثنَــا فِي ُكــلِّ ُأ َّم ٖة ر‬
ْ ‫ض فَــٱنظُر‬ ۚ
ْ ‫ٱلضـ ٰلَلَةُ فَ ِسـير‬
َ‫ُوا َك ۡيـ ف‬ ِ ‫ُوا ِفي ٱَأۡل ۡر‬ َّ ‫هَدَى ٱهَّلل ُ َو ِم ۡنهُم َّم ۡن َحقَّ ۡت َعلَ ۡيـ ِه‬
َ‫َكانَ ٰ َعقِبَةُ ۡٱل ُم َك ِّذبِين‬
Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu, maka di antara umat itu
ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
17

orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu


dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul). (Q.S Al-Nahl: 36)

ٞ ‫ص ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ َويَتَ َع َّد ُح ُدو َد ۥهُ ي ُۡد ِخ ۡلهُ نَارًا ٰخَ لِ ٗدا ِفيهَا َولَهۥُ َع َذ‬
ٞ ‫اب ُّم ِه‬
‫ين‬ ِ ‫َو َمن يَ ۡع‬
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan akan
mengampuni dosa selain syirik bagi siapa saja yang dikehndaki-Nya. (Q.S
4:114)

َ ‫ت ۡٱل ِج َّن َوٱِإۡل‬


‫نس ِإاَّل لِيَ ۡعبُ ُدو ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ۡق‬
Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk
beribadahi/menymbah kepada-Nya. (Q.S 51:56)
Barang Siapa meninggal sedangkan di dalam keadaan bersaksi tidak ada
Tuhan selain Allah dengan ikhla dari hatinya maka sungguh Allah telah
mengharamkan baginya neraka.( H.R Muslim).
Dalam hadis lain juga desebutkan ketika Rasulullah SAW sedang naik unta
berdua bersama Muaz. Ketika itu Rasulullah bertanya tentang hak Allah atas
hamba dan hak hamba atas Allah, selanjutnya Rasulullah menyebutkan bahwa:
Hak Allah atas hamba adalah bahwa menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-
Nya sedangkan hak hamba atas Allah tidak diazab hamba yang tidak
menyekutukan-Nya. (H.R Bukhari).
Adapun dalam hal. Pengajaran disebutkan dalam hadis Anas bin Malik yang
diriwayatkan di dalam Bukhari-Muslim. Rasulullah ketika mengutus Muaz ke
Yaman beliau bersabda: Hendaknya hal. pertama yang yang engkau serukan
kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi
kecualai Allah saja, maka jika meka mentaatimu dalam hal. itu… dan seterusnya
sampau khir hadis”. (H.R Bukhari).
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hakikat tauhid adalah meng-
Esakan Allah SWT. Adapun bentuk ke-Esaannya dalam (Dharmana, 2012, hal.72)
terbagi menjadi tiga. Petama, Tauhid Rububiyah, yaitu tauhid mengesakan Allah
dengan pebuatan-Nya, seperti keyakinan hanya Allah yang menciptakna dan
memelihara langit dan bumi, yang memberi rezeki yang menghidupkan dan
mematikan, tauhid. Kedua, Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesakan Allah dengan
perbuatan-perbuatan ibadah, seperti salat, nazar, sedekah dan lain sebagainya.
Untuk tujuan tauhid uluhiyah ini para rasul diutus dan kitab-kitab yang
diturunkan. Ketiga, Tauhid asma’wa sifat, yaitu tauhid yang menetapkan apa yang
telah ditetapkan olh Allah dan Rasul-Nya berupa nama-nama yang baik, sifat yag
18

mulia bagi Allah tanpa tahrif (penyelewangan), ta’hil (penafian), takyif (bertanya
bagaimana) dan tamsil (penyerupaan). Adapun penjelasannya ada dibawah ini:
(Qomari, 2009, hal. 5-6)
a. Tauhid Rububiyyah, adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-
kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan
dengan tegas bahwa Allah SWT adalah Rabb, Raja, dan Pencipta
semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan
mereka.

َ‫ت َوٱلنُّو ۖ َر ثُ َّم ٱلَّ ِذين‬ ُّ ‫ـل‬


ِ ‫ٱلظلُ ٰ َم‬ َ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬
َ ‫ض َو َج َعـ‬ ِ ‫ٱلسـ ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫ق‬ َ ‫ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ ٱلَّ ِذي خَ لَـ‬
ْ ‫َكفَر‬
َ‫ُوا بِ َربِّ ِهمۡ يَ ۡع ِدلُون‬
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
Mengadakan gelap dan terang (QS. Al An’am: 1)
Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini
semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga
sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah.
Hal. ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:

َ‫َولَِئن َسَأ ۡلتَهُم َّم ۡن خَ لَقَهُمۡ لَيَقُولُ َّن ٱهَّلل ۖ ُ فََأنَّ ٰى ي ُۡؤفَ ُكون‬
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir
jahiliyah),Siapa yang telah menciptakan mereka? niscaya mereka
akan menjawab “Allah” (QS. Az Zukhruf: 87)

Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari


Rasulullah shal.lallahu’alaihi wasallam bernama Abdullah, yang
artinya hamba Allah. Padahal. ketika Abdullah diberi nama demikian,
Rasulullah SAW tentunya belum lahir. Adapun yang tidak mengimani
rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh Muhammad bin
Jamil Zainu berkata “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya
Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka
lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah”.
b. Tauhid Uluhiyyah, adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk
peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Dalilnya:
ُ ‫ِإيَّاكَ ن َۡعبُ ُد َوِإيَّاكَ ن َۡستَ ِع‬
‫ين‬
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
Kami meminta pertolongan (Al Fatihah: 5)
19

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal, yang dicintai oleh


Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan seperti shaat, puasa,
bersadaqah, menyembelih, termasuk ibadah juga berdoa, cinta,
bertawakal, istigotsah dan isti’anah . Maka seorang yang
bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah
semata, dan tidak kepada yang lain (Sabiq, 1982, hal. 16-17).
Syaikh Dr. Shal.ih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini
yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi
dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan
alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya
Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya
ditinggalkan”
c. Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah dalam
penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan
bagi-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shal.lallahu’alaihi
wasallam.
Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan
nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan
menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan
tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif.
Tauhid yang benar merupakan kunci kemenangan dan keberuntungn dalam
hidup di dunia dan akhirat.Tauhid yang bersih dan kuat itu sangatlah penting
dimiliki oleh seorang muslim. Menurut Su’ud (2005, hal. 70) dalam buku
terjemahan berjudul Tauhid karya syeikh Umar bin Su’ud bahwa pentingnya
tauhid dapat disimpulkan dalam beberapa poin berikut:
a. Sesungguhnya kemuliaan ilmu ini mengajarkannya kepada manusia
berdasarkan tuntunan al-Qurn dan Sunnah yang shahih terletak pada obyek
ilmunya yaitu Allah Swt.
b. Tauhid merupakan landaan dasar bagi segala sesuau (Q.S al-Anbiya: 25)
ۡ َ‫َو َمٓا َأ ۡر َس ۡلنَا ِمن قَ ۡبلِكَ ِمن َّرسُو ٍل ِإاَّل نُو ِح ٓي ِإلَ ۡي ِه َأنَّ ۥهُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإٓاَّل َأن َ۠ا ف‬
‫ٱعبُ ُدو ِن‬
c. Sesungguhnya tauhid merupakan kewajiban pertaa bagi setiap mukallaf.
20

d. Mengucakan kalimat tauhid adalah pintu pertama bagi seseorang untuk


masuk islam.
e. Tauhid merupakan asas diterimanya semua amal seorang hamba (Q.S az-
Zumar: 65)
f. Tauhid adalah suatu kenikmatan mengenal Rabbnya (Q.S al-Ana’am: 122)
g. Allah menyebut tauhid sebagai ruh dan cahaya (Q.S al-Mu’min: 15)
h. Tauhid adalah ibadah yang tidak dapa ditinggalkan oleh seorang hamba
walau hanya sekejap (Q.S al-A’raf: 158)
i. Tuahid merupakan perkara yang harus dibawa sorang muslim diakhir
kehidupanya didunia in. berdasarkan hadis Rasulullah yang diriwayatka
oleh Abu Daud “Siapa yang akhir ucapannya didunia: Laa Ilaaha Illallah,
dia masuk syurga”
Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid
yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh Muhammad bin
Shal.ih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang
paling mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib
mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu
tentang Allah SWT tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya
atas hamba-Nya”
Dari pemaparan diatas kita bisa melihat bahwa tauhid merupakan inti dari
ajaran islam. Tidaklah bermanfaat secara akhirat amalan apapun selagi pelakunya
syirik atau tauhidnya rusak. Tauhid merupakan kebutuhan, pangkal sekaligus
ujung atau tujuan dari seluruh kehidupan, artinya seluruh aktivitas kehidupannya
harus ada dan tetap dalam bingkai tauhid. Jadi, Oleh karena itu tauhid harus
dirawat, dipupuk, dikembangkan dan dioptimalkan agar tidak berkurang, defisit,
atau bahkan hilang sama sekali, caranya antara lain dengan
memperbanyak: istighfar, zikir, pikir, tadabbur, syukur, ibadah ritual dan
sosial, dan beramal shal.ih secara personal, sosial, maupun kultural dengan penuh
ketulusan, kesadaran, dan konsistensi.

2.1.3 Pembinaan Tauhid di SSG Daarut Tauhid


A. Dasar Pelakanaan Pembinaan Tauhid
21

Dasar Yuridis/Hukum yang pertama yaitu dalam perundang-undangan yang


secara tidak lansung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan Pendidikan
dan pembinaan agama suatu lembaga, di antaranya :
Dasar ideal, yaitu dasa falsafah Pancasila, sila pertama yang berbunyi
“Ketuhanan yang Maha Esa”. Dasar structural/konstitusional, yaitu UUD 45
dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan , yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan yang Maha Esa; (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama
dan kepercayaannya itu.
Dasar operasional, yaitu terdapat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
SISDIKNAS Pasal 30 No. 3 pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada
jalur Pendidikan formal, nonormal, dan informal. Dan terdapat pada pasal 12 No.
1 bahwa setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai
dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Selain
itu peraturan pemeritah Republik Indonesia nomor 55 tahun 2007 tentang
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan Bab II pasal 1 sampai 7. Dalam
pasal 2 disebutkaan bahwa “fungsi dari pendidikan agama Islam yaitu membentuk
manusia indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan
berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan antar
umat beragama.”
Selain itu dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 40 tahun
2011 Pasal 16 tentang hal. yang harus ada dalam kegiatan pembinaan paling
sedikit diantranya adalah : (a) Bimbingan keagamaan yang meliputi aspek
keimanan, sosoal kemasyarakatan dan akhlak, (3) pemberian motivasi untuk
memahami dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai keagmaan, (c) konseling
keagamaan.
Menimbang UU RI tentang pesantren dan Pendidikan keagamaan, salah satu
upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaaan serta akhlak mulia
dilakukan melalui pendidikan kagamaan dan penyelenggaraan pesantren yang
sudah tumbuh dan bekembang di masyarakat serta berkontribusi penting dalam
melahirkan insan beriman dan berkarakter, cinta tanah air dan berkemajuan, serta
22

tebukti berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indoneia, pergerakan kebangsaan


maupun Nasioal.
Bab 1 Pasal 1 poin pertama bahwa pesantren adalah subkultur atau lembaga
berbasis mayarakat yang didirikan dengan tujuan ntuk menanamkan keimanaan
dan ketakwaan kepada Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia, dan membentuk
karakter pribadi yang seantiasa memegang teguh ajaran agama, merawat nilai
luhur bangsa, dan memiliki orientasi menyelenggarakan penddikan untuk
mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan masyarakat dan
terutama peserta didik dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama atau menjadi ahli ilmu agama, menggerakan dan menyiarkan dakwah
Islam rahmatal lil a’lamin, serta sebagai lembaga pemberdayaan sosial ekonomi
masyarakat (Syafe'i, 2017, hal. 70).
Dasar Religius yaitu dasar yang besumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran
Islam Pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan
ibadah kepada-Nya. Sebagai kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW. (Rumayulis, 1994, hal. 13-14).
Dasar utama pembinaan tauhid ini adalah adalah al-quran dan Sunnah
Rasul, sebab keduanaya merupakan sumber dari segala sumber pedoman
kehidupan umat Islam. Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dapat diistilahkan sebagai
landasana ideal dan konseptual pembinaan agama Islam. Dari al-Qur’an dan
sunnah rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep-konsep pembinaan berupa
bimbingan dan penyuluhan agama Islam bersumber dan mejadikannya sebagai
pedoman hidup umat Islam (Rahmawati, 2008, hal. 14)
1. Al-Qur’an
Banyak sekali ayat dalam al-Qur’an yang menunjukan perintah tersebut di
antaranya: Q.S Al-Nahl: 125

‫ع ِإلَ ٰى َسبِي ِل َربِّكَ بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسـنَ ۖ ِة َو ٰ َجـ ِد ۡلهُم بِــٱلَّتِي ِه َي َأ ۡح َسـ ۚ ُن‬
ُ ‫ۡٱد‬
َ‫ض َّل عَن َسبِيلِ ِهۦ َوهُ َو َأ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِدين‬ َ ‫ِإ َّن َربَّكَ هُ َو َأ ۡعلَ ُم بِ َمن‬
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
23

Kemudian dalam QS Ali Imran ayat 104


ۡ ِ ‫ة يَ ۡد ُعونَ ِإلَى ۡٱلخ َۡي ِر َويَ ۡأ ُمرُونَ بِ ۡٱل َم ۡعر‬ٞ ‫َو ۡلتَ ُكٓن ِّمن ُكمۡ ُأ َّم‬
ِ ۚ ‫ُوف َويَ ۡنهَـ ۡـونَ َع ِن ٱل ُمن َكـ‬
‫ـر‬
َ‫َوُأوْ ٰلَِئكَ هُ ُم ۡٱل ُم ۡفلِحُون‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”.

Dan firman Allah surat an-Nisa ayat 36

‫وا بِ ِهۦ َش ٗۡ‍ٔي ۖا‬


ْ ‫وا ٱهَّلل َ َواَل تُ ۡش ِر ُك‬
ْ ‫ٱعبُ ُد‬
ۡ ‫۞و‬
َ
Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukannya dengan sesuatu
apapun.”

Selain itu fiman Allah dalam surat Lukman ayat 13

‫يم‬ٞ ‫ك لَظُ ۡل ٌم َع ِظ‬


َ ‫ي اَل تُ ۡش ِر ۡك بِٱهَّلل ۖ ِ ِإ َّن ٱل ِّش ۡر‬ َ َ‫َوِإ ۡذ ق‬
ۡ ‫ال لُ ۡق ٰ َم ُن‬
َّ َ‫ٱِلبنِ ِهۦ َوهُ َو يَ ِعظُ ۥهُ ٰيَبُن‬

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepada-Nya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kedzaliman yang nyata”

Ahsin Muhammad menuturkan dalam bukunya (2004, hal. 32)


bahwasannya ayat-ayat diatas menegaskan perintah Allah kepada manusia untuk
menyembah hanya kepada-Nya saja dan meninggalkan berhala dan kekafiran,
karena perilaku ini merupakan akar dari semua agenda islam. Tindakan
mengikuti gagasan tauhid, menyucikan jiwa, membersihkan niat, memperkuat
kehendak dan mengeratkan keputusan untuk melaksanakan yang benar dan
berguna dijalan Allah dan menjelaskan tentang akidah yang kokoh. Hal ini
menjadi dasar atau landasan konsep pembinaan akidah atau tauhid yang
ditanamkan kepada peserta SSG sebagai upaya memperkokoh rasa keimanan.
2. Al-Sunah
Secara hafiah al-Sunah adalah jalan hidup yang dijalan atau dibiaskaan,
apakah jalan hidup itu baik atau tidak. Sedangkan menurut istilah adalah
perkataan, perbuatan, sikap dan diam (tanda setujunya) Rasulullah saw (Ibrahim,
hal. 20). Adapun pengertian al-Sunah menurut para ahli hadis adalah sesuatu yang
didapatkan dari nabi Muhammad SAW yang terdiri dari ucapan, peratan,
24

persetujuan, sifat fisik atau budi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun
sesudahnya (Nata, 2010, hal. 75).
Sebagaimana hadis Rasulullah saw yang artinya “Bacalah kepada anak-anak
kamu kalimat pertama dengan laailahaillallah (tiada Tuhan selain Allah) dan
diktekan kepada mereka laailaahaillallah ketika menjelang mati.” (H.R Al-
Hakim)

Ada juga hadis Rasulullah SAW yang artinya “Jadikanlah perkara yang
pertama kali kamu dakwahkan ialah agar mereka mentauhidkan Allah.”  (H.R
Bukhari Muslim).
Hadis diatas menjelaskan bahwa tauhid itu sangatlah penting dan menjadi
hal utama dan pertama dalam mendakwahkan Islam serta perlunya kalimat tauhid
dan syiar islam masuk kedalam pendengaran anak (Jamaluddin, 2001, hal. 126),
makanya ada anjuran mengumandangkan adzan ditelinga kanan dan iqomah
ditelinga kirinya ketika dia baru lahir. Upaya ini mempunyai pengaruh terhadap
penanaman dasa-dasar akidah. Dan bila kita pahami hadis diatas secara sederhana,
bahwa pendidikan tauhid dilakukan dengan kata-kata dalam bentuk Nasihat,
peringatan, dan bimbingan dengan tujuan menanamkan akidah di dalam jiwa.
Karena dengan kauatnya iman maka tidak akan mudah terombang ambing oleh
perkembangan dan kemajuan teknologi yang sudah terkontaminasi oleh budaya-
budayaBarat.
Menurut M.sholeh tujuan Pendidikan ketauhidan adalah (1)Menanamkan
rasa cita kepada Allah; (2) Bersyukur kepada Allah; (3) Mengenal kebesaran dan
kekuasaan Allah; (4) Mencintai para Rasul-Nya; (5) Meyakini hal-hal yang ghaib.
Adapun Abdurrahman an-Nahlawi merumuskan tujuan Pendidikan
ketauhidan yaitu agar (1) Ikhlas beribadah kepada Allah; (2) Mengetahui makna
dan maksud beribadah kepada Allah; (3) Menjauhi yang dilarang Oleh Allah,
seperti syirik dan segala hal yang dapat mengalihkan keauhidan
Yusron (1993, hal. 2) menjelakan bahwa jika tauhid tertanam dengan kuat ia
akan menjadi sebuah kekuatan batin yang tangguh sehingga melahirka sikap
positif . optimisme akan lahir menyingkirkan rasa kekhawatiran dan ketakutan
kepada selain Alllah. Sikap yang positif dan perilaku positf akan bermanfaat
untuk diri sendiri dan orang lain
25

Dengan demikian ketauhidan yang kuat harus dimiliki oleh setiap muslim
dan harus terus ditanamkan kepada para generasi penerus, selain itu kita sebagai
umat islam harus bisa menyelamatkan diri kita dari kerusakan untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat dengan cara memberi bimbingan agar mereka
mempunyai tauhid yang kuat dan segala perbuatannya berpedoman pada ajaran
islam. karena tanpa tauhid yang kuat semuanya akan hancur baik masa depan
agama maupun bangsa.

B. Metode Pembinaan Tauhid


Metode dapat diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk
mengungkapkan cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu
(Pimay, 2005 hal. 56). Metode mempunyai peran yang sangat penting dalam
sebuah proses Pendidikan Islam, karena seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan
sebagai materi pengajaran dari pendidik kepada peserta didik adalah melalui
sebuah metode. Seperti yang yang disampaikan oleh Arif (2002) bahwa metode
itu lebih penting daripada materi. merupakan sebuah realita bahwa metode
penyampaian komunikatif akan lebih disenangi meskipn materi yang disampaikan
biasa-biasa saja, jika dibandiingkan dengan materi yang menarik tetapi metode
yang disampaikan dengan tidak menarik maka materi tersebut tidak dapat diterima
dengan baik pula oleh peserta didik, sehingga penggunaan metode yang tepat
sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses mendidik.
Dalam hubungannya dengan pembinaan keagamaan Islam, maka metode
pembinaan keagamaan berarti cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan
pembinaan kegamaan Islam. Mengenai metode pembinaan keagamaan tidak jauh
berbeda dengan metode dakwah, al-Qur’an telah memberikan petunjuk dalam
surat al-Nahl ayat 125

‫ك بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ۖ ِة َو ٰ َج ِد ۡلهُم بِٱلَّتِي ِه َي َأ ۡح َســ ۚ ُن ِإ َّن‬ ُ ‫ۡٱد‬
ِ ِ‫ع ِإلَ ٰى َسب‬
َ ِّ‫يل َرب‬
َ‫ض َّل عَن َسبِيلِ ِهۦ َوهُ َو َأ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِدين‬ َ ‫َربَّكَ هُ َو َأ ۡعلَ ُم بِ َمن‬
Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah oang-orang yang mendapat petunjuk.
26

Adapun menurut para pakar pendidikan Islam kontemporer, mereka


menyimpulkan bahwa metode yang dikategorikan sebagai metode paling penting
dalam Pendidikan Islam adalah (1) metode dialog atau ceramah (hiwar); (2)
metode kisah (qishah); (3) metode perumpamaan (darb matsal); (4) metode
keteladanan (qudwah); (5) metode pembiasaan atau habituasi (‘adah); (6) metode
pengambilan konklusi dan nasehat (‘ibrah dan ma’u’izhah); (7) metode motivasi
atraktif dan intimidatif (targhib wa tarhib); (8) metode pupujian; (9) metode
wirid; (10) metode diskusi (munaqasyah); (11) metode induktif (istiqra’iyh); (12)
metode deduktif ( istinbathiyah); (13) metode brainstorming (‘ashf dzihni); (14)
metode problem solving (hill al-musykilat); (15) metode kerja kelompok
(ta’awuni); (16) metode kotak maklumat (haqa’ib ta’limiyah); serta (17) metode
berbasis program/proyek (mubarmaj); dan (18) metode berbasis IT (hasib ali).
(Maya, 2017, hal. 2)
Sementara itu dalam pembinaan tauhid ada beberapa metode yag
disampaikan oleh para ulama dalam mengajarkan tauhid, al-Qur’an dan hadis
Rasulullah saw dijadikan dasar dalam metodenya dan harus diterima dengan yakin
dalam hati apa yang telah dinashkan ddi dalamnya. Menurut Imam al-Ghazali
dalam (Jaha, 2009, hal. 52-53) diantara metode tersebut adalah:
1. Metode Rasional (al-manhaj al-‘aqli)
Yaitu yang meganggap rasio sebagaai alat dominan, ehingga tek-eks wahyu
harus diterima secara rasional dan keyaknan orang terhadap kebenaran materi
akidah harus didasarkan atas penegtauan rasional. Untuk itu semua hsil pemikira
rasional uma manusia bisa dipergunakan untuk memperkuat kebenaran dn
menambah keyakinan.
2. Metode Tekstual (al-manhaj an-naqli)
Yaitu metode berpikir yag berpegang tegu kepada teks-tekks wahyu secara
harfiah, tanpa memberikan peranan akal da hasil pemikiran untuk menjamah
maalh-masalah akidah, ukecuali untuk sekedar sisematisai poko-pokok kaidah
tersebut. Dasar penggunaan metode ini alah anggapan bahwa teks-teks wahyu
sudah komplit menampung segala maalah akidah yang diperlukan dan mengikuti
tradisi para sahabat dan para pengikutnya.
27

Sedangkan Sudriman mengungkapka dalam (Nuryani, 2019, hal. 107) ada


beberapa metode dalam menanamkan nilai akidah di antaranya adalah (1)
Ceramah, (2) Tanya jawab, (3) Keteladanan, (4) Pembiasaan, (5) Konsultasi, (6)
Diskusi, (7) Becerita, (8) Suplemen, (9) Murabbi, (10) Muhasabah.
Adapun menurut Muhaimia dkk (2002, hal. 265-267) bahwa ada beberapa
metode dalam pencapaian akidah tauhid di antaranya adalah a) Doktriner yang
bersumber dari wahyu ilahi yang disampaikan melalui rasul-Nya dan pesan Tuhan
tersebut tela diabadikan dalam satu kitab yatitu alquran; b) Melalui hikmah; c)
Melaui metode ilmiah yakni dengan memperhatikan fenomena alam sebagai bukti
adanya Allah swt; d) Irfaniah, yakni metode yang menekanka pada intuisi dan
perasaan hati seseorang melalui upaya sulik atau perbuatan yang bisa dilakukan
untuk mencapai tujuan, contohnya melalui pembiasaan penanaman intuisi/ insting
bedasarkan pengalaman amal ibadahnya.
Selanjutnya menurut Agus Setiawan (2017, hal. 10-18) ada beberapa
metode yang digunakan dalam pendidikan tauhid di antaranya; (a) ,Kalimat
Tauhid, metode Pendidikan yang diajarkan Rasulullah SAW untuk
mengumandangkan adan da iqoah kepada bayi baru lahir. Adzan dan iqomah
merpkan panggilan bagi seorang muslim untuk hal.at sujud beribadah mengakui
keesaan Allah, bertauhid bahwa bersaksi Tidak ada Than selain Allah da
Muhammad adalah utusan Allah SWT. Ibn Qayyim mengatakan bahwa tidak
dapat dipungkiri adzan dan iqomah membawa pengaruh dan kesan dalam hati,
mendidiik anak dengan kalimat tauhid yang akan mengikat jiwanya dan akan
berpegaruh bagi perkembangan anak dimasa yang akan datang (Setiawan, 2017,
hal. 14) (b) Keteladanan, diera modern ini metode keteladanan sangatlah
diperlukan, dalam dunia pendidikan keteladanan akan memberikan banyak
kontribusi. Alquran sebagai sumber Pendidikan Isla telah memberikan statement
tentang keteladanan yaitu dalam surat al-mumtaanah ayat 4, surat al-Ahzab ayat
21. Ibrahim dan nabi Muhammad SAW dijadikan sebagai profil keteladanan
(Ulwan, 1992, hal. 24), (c)Pembiasaaan Ibadah, ibadah merupakan kebutuhan
setiap muslim, sehingga dengan ibadahpun kita dapa mendidik dan menanamkan
ketauhidan. Secra umum seluruh kegiatann yang bertujuan mencari ridha Allah itu
adalah Ibadah; (d) Nasihat; (e)Pengawasan.
28

C. Pentingnya Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani dalam Prespektif Islam


Islam sungguh sangat luar biasa dalam memberikan perhatian terhadap
segala sesuatu yang berkaitan dalam segala hal, contohnya dalam persoalan
Kesehatan, karena kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan bekerja serta aktivitasnya. Seperti
hal.nya yang disampaikan oleh Imam asy-syatibhi bahwa tujuan kehadiran agama
islam dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan.
Oleh karena tu dalam melaksanakan tujuan kehadiran agama Islam tersebut maka
Kesehatan memegang peranan penting atau sangat urgen.
Dalam UU No. 36 tahun 2009 Bab 1 Pasal 1, dinyatakan bahwa: kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Jadi,
manusia sehat menurut pendidikan kesehatan adalah sehat jasmaniah, rohaniah
dan sehat sosial.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun
1983 merumuskan kesehatan sebagai “ketahanan jasmani, rohaniah, dan sosial
yang dimiliki manusia, sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan
mengamalkan (tuntunan-Nya), dengan memelihara serta mengembangkannya
(Shihab, 2007, hal. 182). Oleh karena itu manusia yang mampu mnejalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan Allah adalah manusia yang sehat secara
jasmani dan rohani.
Muhajir (2015, hal. 108) berpendapat bahwa Jasmani dan rohani manusia
saling berintegrasi dan tidak dapat dipisah-pisah, kesatuan jasmani dan rohani
itulah yang disebut manusia hidup di dunia. Jasmani merupakan tempatnya ruh
dan akal dan tidak sekali-kali ruh dan akal itu sehat kecuali jasmaninya sehat.
Kuatnya jasmnai merupakan nikmat Allah yang besar, dengan kekuatan
jasmaninya itulah manusia dapat melaksanakan aktifias kesehariannya selain itu
bisa melakukan ibadah semaksimal mungkin.
Adapun definisi Kesehatan rohani adalah suatu kondisi yang berhubungan
dengan hati seseorang atau batin orang. Orang yang sehat secara rohani berarti
memiliki perasaan bahagia dan cenderung selalu melakukan segala sesuatu hal.
yang positif, baik dan berguna. Contohnya adalah seseorang yang sering
29

melakukan kegiatan ibadah secara rutin dan ikhlas mengerjakannya tanpa ada
beban sedikitpun maka orang tersebut bisa dikatakan sehat secara rohani.
Menurut Jalaludin (2015, hal. 156) bahwa orang yang sehat rohaninya
maka hatinya akan selalu merasa tenang, aman dan tenteram. Dalam (Nurrohim,
2016, hal. 278) menuturkan bahwa rohani dan mental memiliki makna yang sama
yaitu diatikan sebagai jiwa, atau dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan batin, tidak bersifat jasmani (dzahir).
Muhammad Thohir dalam bukunya (2006, hal. 26) merumuskan konsep
jiwa yang sehat dalam enam tanda positif yaitu: (a)Sikap diri positif;
(b)Aktualisasi diri yang terus berkemban; (c)Integritas pribadi; (d)Otonomi diri;
(e)Persepsi yang realistis; (f)Dapat mengatasi beradaptasi dengan lingkungan.
Pada intinya Kesehatan rohani adalah suatu kondisi batin yang senantiasa
berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram dan upaya untuk menemukan
ketenangan batin dapat dilakukan antara lain dengan penyesuaian diri secara
resignasi (penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan).
Konsep menjaga kesehatan rohani menurut Islam adalah sebagai berikut: a)
Perbanyak ibadah, artinya memeperbanyak melakukan hal.-hal. yang
diperintahkan oleh Allah SWT sebagai contoh mendirikan salat 5 waktu. Sebab
orang yang selalu meaksanakan perintah Allah batniahnya akan bahagia sebab
tidak akan merasa melangar perintahNya sehingga jiwanya akan tenang, tentram
dan damai. Adapun makna ibadah dalam interpretasi yang sangat luas adalah
semua perkara atau pekerjaan yang diniati untuk mencari ridha Allah SWT itu
adalah (a) Ibadah; (b)Perbanyak berzikir, artinya memperbanyak mengingat Allah
SWT; (c) Berkhusnudzon (berbaik sangka), artinya sebuah sikap yang
mewujudkan keadaan jiwa dengan berprasngka baik/ berpkiran positif; (d)Ikhlas,
menurut al-Qutubhi pada dasarnya ikhlas adalah memurnikan perbuatan dai
pengaruh-pengaruh makhluk; (e)Sabar; (f)Syukur; (g) Jaga hati artinya menjaga
kesucin diri dari egala tuduhan, fitnah dan perbuatan keji seperti hasud, riya,
sombong dan lain sebagainya.
Indikator kesehatan rohani menurut Muhajir (2015, hal. 117) yaitu: (1)
Bebas dari ketegangan dan kecemasan; (2) Menerima kekecewaan sebagai
pelajaran dikemudian hari; (3) Dapat berhubungan dengan orang lain dan dapat
30

tolong menolong yang memuaskan; (4) Merasa lebih puas memberi daipada
menerima; (5) Dapat merasakan kepuasan dari perjuangan hidupnya; (6) Dapat
mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif;
(7)Mempunyai rasa kasih sayanga dan butuh disayangi; (8) Mempunyai spiritual
atau agama.
Adapun konsep menjaga Kesehatan jasmani menurut islam yaitu:
a. Menjaga thaharah, atinya menjaga kesucian dan kebersihan dari semua
aspek mulai dari sekujur badan, makanan, pakaian, tempat tinggal
maupun lingkungan.
b. Menjaga makanan, islam menekankan agar umat islam memakan
makanan yang baik dan halal baik secara dzatnya maupun secara
mendapatkanya. Sebagimana firman Allah dalam Q.S al-Maidah ayat 88
yang artinya: Dan makanlah makanan yang hal.al lagi baik (thayib) dari
apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allahyang
kamu beriman kepada-Nya.
c. Perbanyak olahraga, karena dengan olahraga menjadikan manusia sehat
dan kuat. Dalam islam sehat dipandang sebagai nikmat kedua tebaik
setelah iman. Ada beberapa olahraga yang dianjurkan oleh Rasulullah di
antaranya adalah berenang, memanah berlari, bergulat, dan sebaginya.
Oleh karena itu kesehatan jasmani dan rohani harus senantiasa dijaga,
dipelihara dan dikembangkan oleh manusia sebagai karena sebagai salah satu
wujud rasa syukur kepada sang Pencipta yaitu Allah SWT.

2.2 Karakter Baik dan Kuat (BAKU)


2.2.1 Pembentukan karakter
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, Kharax”,
dalam bahasa inggris: character dan Indonesia”karakter”, Yunani Character, dari
charassein yang berarti membuat tajam (Andayani, 2012, hal. 11).
Menurut kamus umum bahasa Indonesia (Lapindus, 1982, hal. 445) karakter
diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seorang dengan yang lain. Sementara dalam kamus sosiologi
karakter diartikan sebagai ciri khusus dari struktur dari kepribadan seseeorang
yaitu karakter atau watak (Soekanto, 1993, hal. 74).
31

Adapun Kata “karakter” menurut Pusat Bahasa Depdiknas (Hastuti, 2008,


hal. 24) adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak” atau suatu sifat yang melekat dalam
diri seseorang yang direalisasikan lewat sikap yang spontan. Adapun dalam
(Kemdiknas, 2010) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seorang yang terbentuk dari internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang terdiri
atas sejumlah nilai, moral dan norma yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan cara pandang berpikir, bersikap dan bertindak.
Sementara itu Baedhowi (2010, hal. 32) berpendapat bahwa pada
hakekatnya karakter sama saja dengan akhlak. begitupun dalam islam karakter
dikenal dengan istilah akhlak yaitu kondisi lahir dan batin manusia.
Kata akhlak dalam islam berasal dari kata al-akhlaqu, bentuk jama’ dari al-
khuluqu atau khuluqun, yang berarti tabi’at, kelakuan, perangi, tingkah laku,
karakter, budi pekerti dan adat kebiasaan.
Adapun secara terminologi, pengertian akhlak sebagaimana dipaparkan oleh
beberapa ahli, di antaranya adalah Ibn Miskawih bahwa akhlak adalah sutau sifat
yang tertanam dalam jiwa yang memotivasinya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak baik dan akhlak buruk. Akhlak
baik atau mulia menurut Munawar Rahmat (2012, hal. 15) adalah yang harus kita
amalkan, sedangkan akhlak buruk atau tercela harus kita jauhi dan tingggalkan.
Contoh dari akhlak baik (akhlak mahmudah), seperti sabar, syukur, ikhlas,
qana’ah, rendah hati (tawadhu), jujur, dermawan, amanah dan yang lainnya.
(Rozak, 2017, hal. 175)

A. Ruang Lingkup Akhlak


Ruang lingkup Akhlak menurut Muhammad Dzar dalam Dustur Akhlak fi
Islam membaginya menjadi lima macam yaitu: (a) akhlak individual; (b) akhlak
berkeluarga); (c) akhlak bermasyarakat; (d) akhlak bernegara; (e) akhlak
beragama. (Sauri, 2011, hal. 27). Adpun Ilyas (2001, hal. 52) menggungkapkan
bahwa ruang lingkup akhlak ke lima yaitu akhlak beragama dibagi lagi menjadi
dua yaitu akhlak terhadap Allah dan Rasulullah.
32

Sedangkan ruang lingkup akhlak menurut Mukni’ah (2011, hal. 112)


meliputi: akhlak terhadap diri sendiri. akhlak dalam keluarga, akhlak dalam
masyarakat, akhlak dalam bernegara dan akhlak terhadap agama,Contoh dari
akhlak terhadap Allah swt, antara lain: taqwa, cinta dan ridho, ikhlas, khauf dan
roja’, tawakkal, syukur, muroqobah, taubat, khusnudzon dan lain-lain. Sofyan
Sauri (2011) menegaskan bahwa akhlak kepada Allah harus berdasarkan kepada
rukun agama yakni ihsan. Sedangkan contoh akhlak terhadap Rasulullah saw di
antaranya adalah mencintai, memuliakan, mentaati, bershal.awat dan meneladani
beliau dan menjadikan panutan kita dalam beramal dan melakukan aktivitas dalam
keseharin kita. Adapun contoh dari akhlak pribadi yang harus ada dalam diri kita
di antaranya adalah shiddiq (jujur), amanah, (dapat dipercaya), iffah (menjauhkan
diri dari hal.-hal. yang tidak baik), mujahaddah (mencurahkan segala kemampuan
untuk melepaskan diri dari segala hal. yang menghambat pendekatan diri terhadap
Allah SWT, baik hambatan yang bersifat internal maupun eksternal.
Bedasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter dapat
dimaknai sebagai ciri khas seseorang dalam berperilaku yang dapat membedakan
dirinya dengan orang lain. Karakter juga dapat disamakan maknanya dengan
akhlak. Selain itu ditegaskan juga bahwa karakter merupakan perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri sesama manusia,
yang terwujud dalam sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat istiadat. Abdul Majid
( hal. 12) menjelaskan bahwa dengan mengetahui adanya karakter (watak sifat,
tabi’at ataupun perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya
terhadap berbaga fenomena yang muncul dalam diri atau pun hubungannya
dengan orang lain, dalam berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya.

B. Proses Pembentukan Karakter


Pondasi awal terbentuknya sebuah karakter adalah dari sejak kita lahir saat
kita menerima informasi dan stimulus dari orang tua tanpa adanya penyeleksian.
Selanjutnya semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan dan bebagai
sumber lainnya menambah pengetahuan yang akan mengantarkan seseorang
memiliki kemampuan yang semakin besar untuk dapat menganalisis dan menalar
objek luar. Mulai dari sinilah peran pikiran sadar menjadi semakin dominan.
33

Semakin banyak informasi diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan
pola piker yang terbentuk, maka semakin jelas Tindakan, kebiasaan dan karakter
unik dari masing-masing individu dengan kata lain setiap indvidu akhirnya
memiliki system kepercayaan citra dii dan kebiasaan (habit) yang unik (Majid,
2011, hal.18 ).
Menurut Thomas (2012, hal. 50) bahwa sebuah karakter terbentuk dari
kebiasaan. Kebiasaan saat anak-anak biasanya betahan sampai remaja. Orangtua
bisa mempengaruhi baik atau buruk pembentukan kebiasaan anak-anak mereka.
Unsur terpenting dalam pemebntukan karakter adalah pikiran karena pikiran
yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman
hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk
system kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berfikir yang bisa
mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu pikiran harus mendapatka perhatia
serius
Masnur muslich (2011, hal. 96) menjelaskan bahwa karakter merupakan
kualitas moral dan mental seeorang yang pembentukanny dipengaruhi oleh faktor
bawaan ( fitrah, nature) dan ligkungan (sosilaisasi pendidikan, nurture). Potensi
kaakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi-potensi
tersebut harus dibina melalui sosialisasi dan Pendidikan sejak usia dini.
Karakter tidak terbentuk begitu saja, dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya yaitu faktor biologis dan faktor lingkungan.
a. Faktor biologis
Yaitu faktor yang beasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor in berasal
dari keturunan atau bawaan yang dibawa sejak lahir dan pegauh keturunan
dai salah satu sifat yang dmiliki orangtua.
b. Faktor lingkungan
Menurut kartini (1979, hal. 16) bahwa faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter tidak hanya dari faktor hereditas (faktor endogin)
yang relative kontan sifatnya, akan tetapi faktor eksogin yaitu Lingkungan
hidup, Pendidikan, kondisi dan situai hidup, kondisi mmasyarakat
semuanya juga berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter
seseorang.
34

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanyya karakter seeorang


tumbuh dan berkembang atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang
berupa faktor biologi dan kekuatan dari luar yaitu faktor lingkungan.

2.2.2 Karakter Baik dan Kuat (BAKU)


Karakter BAKU adalah singkatan dari Baik dan Kuat. Karakter baik disini
menurut Aa Gym adalah jujur, ikhlas dan tawadhu. Sedangkan Kuat
komponennya adalah disiplin berani dan Tangguh.
Karakter BAKU adalah karakter yang lahir karena proses pendidikan,
latihan yang terus menerus. (Gymnastiar, 2019, hal. 74) Pribadi yang
menanamkan dalam hatinya keyakinan kepada Allah kemudian dia amalkan
dalam ucapan dan perbuatan sehari-hari dan bermujahadah untuk konsisten/
istiqomah dalam ketaatan, maka Allah akan mengaruniakan kepada-Nya
kekuatan, keberanian , ketabahan, ketegaran dalam menempuh perjalanan hidup
ini.
Orang yang berkarakter baik dan kuat menurut Aa Gym (2019, hal. 72-73)
adalah orang yang memiliki kemampuan sekaligus kemauan untuk berbuat
kebaikan, Ibadah yang dilakukan berdasarkan kesadaran dan hanya mencari
keridhaan Alah, baginya penilaian makhluk tidaklah berarti. Jika pujian datang
dari makhluk, baginya hanyalah bonus yang tidak seberapa dibandingkan
kecintaan Allah.

A. Karakter Baik ( Jujur, Ikhlas, Tawadhu)


1. Jujur
Salah satu akhlak mulia yang paling terdepan atau nilai karakter yang sangat
penting dimiliki oleh seorang muslim adalah kejujuran atau dalam bahasa arabnya
adalah (Shidiq). Secara morfologi akar kata shidq adalah shadaqa, yasdhuqu,
shadqun, shidqun yang bermaka pembicaraanyaa diterima, menyampakan berita
dengan benar atau jujur. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata jujur
berarti: tidak bohong, lurus hati, dapat dipercaya kata-katanya, tidak khianat.
Sedangkan Albert Hendra Wijaya menuturkan (dalam Emosda, 2013) bahwa jujur
jika diartikan secara BAKU adalah mengakui, atau memberikan suatu informasi
yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Lain hal.nya menurut Imam al-
35

Laits dalam buku yang berjudul Mungkinkah Kita jujur (2004, hal. 16) bahwa
jujur adalah setiap orang membenarkan semua perintah Allah dengan tidak
disertai sedikitpun keraguan dan ia membenarkan Nabi Muhammad saw, maka ia
termasuk orang shiddiq .
Jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau
tidak mengakui suatu hal. sesuai dengan apa adanya, maka orang tersebut dapat
dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, munafik dan sebagainya. Hal. ini sesuai
dengan ayat Al-qur’an dalam surat 5 ayat 8 berkaitan dengan pengertian jujur.
ُ ََٔ‫وا قَ ٰ َّو ِمينَ هَّلِل ِ ُش ـهَدَٓا َء بِ ۡٱلقِ ۡس ـ ِۖط َواَل يَ ۡجـ ِر َمنَّ ُكمۡ َش ـ‍ن‬
‫ان قَـ ۡـو ٍم‬ ْ ُ‫وا ُكون‬ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا هُ َو َأ ۡق َربُ لِلتَّ ۡق َو ٰ ۖى َوٱتَّق‬
َ‫وا ٱهَّلل ۚ َ ِإ َّن ٱهَّلل َ َخبِي ۢ ُر بِ َما ت َۡع َملُون‬ ْ ُ‫ٱع ِدل‬ ْ ۚ ُ‫َعلَ ٰ ٓى َأاَّل ت َۡع ِدل‬
ۡ ‫وا‬
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ciri-ciri orang yang memiliki kejujuran (Batubara, 2015, hal. 1-6) adalah
seeorang yang senantiasa tidak berbohong, tidak mengingkari janji, tidak menipu
serta mengakui kesalahan merupakan dasar pegangan dalam berbuat jujur. Imam
al-ghazali (dalam fattah, hal. 17-24) membagi sikap jujur kedalam empat jenis,
yaitu : (a) jujur dalam lisan atau bertutur kata ketika menyampaikan berita; (b)
jujur dalam berniat dan berkehendak ada pada konsep ikhlas; (c) jujur dalam
berobsesi atau bercita-cita (azam); (d) jujur dalam menepati obsesi
Menurut sa’id hawwa (dalam batubara, 2015, hal. 5-6) bahwa tingkatan
jujur ada lima, yaitu:
a. Jujur dalam perkataan. Kejujuran dalam perkataan dapat diketahu ketika
seseorang memberikan suau berita.
b. Jujur dalam niat. Hal. Ini berkaitaan dengan keikhlasan. Kejujuraan dalam
niat dapat diketahui ketika seseorang melakukan sesuatu karena
keikhlasan, tanpa meminta imbalan.
c. Jujur dalam memenuhi keinginan. Bagi seseorang mudah mengungkapkan
keinginannya, akan tetapi untuk merealisasikannya cukup berat. Dalam
hal. Ini diperlukan kejujuran pada diri inidividu dalam merealisasikannya.
36

d. Jujur dalam perbuatan. Hal. Ini menunjukan kesungguh-sungguhan


seseorang dalam mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam
hatinya.
e. Jujur dalam beragama. Hal. Inilah yang merupakan kejujuran yang paling
tinggi dan mulia.
Uraian diatas senada dengan pendapat irwan rinaldi (2014) yang
mengatakan bahwa tingkat kejujuran terdiri dari lima yaitu: jujur dalam berbicara,
jujur dalam niat, jujur dalam merealisasikan, jujur dalam bertindak dan jujur
dalam beragama.
Menurut prayitno dan afriva khaidir (2011), dan tim penyusun p3n-kc nilai
karakter cerdas jujur adalah (a)berkata apa adanya; (b)berbuat atas dasar
kebenaran; (c)membela kebenaran; (d)bertanggung jawab; (e)memenui kewajiban
dan menerima hak; (f)lapang dada; (g) memegang janji.
Jujur adalah sifat yang harus dimiliki oleh semua orang khususnya adalah
umat islam karena jujur adalah sifat yang harus kita teladani dari Rasulullah. Jujur
memberikan dampak yang baik untuk kita selaku umat islam baik bagi kehidupan
dunia maupun akhirat . dalam surat al Ahzab ayat 70-71 dijelaskan tentang dari
buah kejujuran yaitu yang berbunyi:

ۡ‫ُصـلِ ۡح لَ ُكمۡ َأ ۡع ٰ َملَ ُكمۡ َويَ ۡغفِ ۡـر لَ ُكم‬ ْ ُ‫وا ٱهَّلل َ َوقُول‬
ۡ ‫وا قَ ۡواٗل َسـ ِد ٗيدا ي‬ ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
‫َظي ًما‬ ِ ‫ُذنُوبَ ُكمۡ ۗ َو َمن يُ ِط ِع ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ فَقَ ۡد فَا َز فَ ۡو ًزا ع‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
berkatalah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki
amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan mendapatkan
kemenangan yang besar.

Dari penggalan ayat diatas imam Baidhawi dalam tafsirnya menjelaskan


manfaat dari bekata jujur diantanya: (a) Memacu semnagat dalam dalam berbuta
kebaikan sehingga hidupnya dalam lindungan Allah; serta menjadikan amal
perbuatannya diterima Allah; (b) Allah akan mengampuni dosanya, disebabkan
karena ia selalu memegang teguh dalam ucapan maupun perbuatan.
Selain itu ada juga hadis dari Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh
bukhari dan muslim bahwa kejujuran itu akan mengarahkan kpada kebaiakn dan
37

kebaikan mngarahkan kita kepada syurga dan dicatat oleh Allah sebagai ahli
kejujuran (Djuharnedi, 2019, hal. 7)
2. Ikhlas

Secara umum ikhlas dimaknai sebagai sebuah ketulusan dalam memberi


pertolongan, kerelaan, penerimaan. (Hadjan, 2009, hal. 199) Sedangkan Ikhlas
secara Bahasa bermakna bersih, suci. Secara istilah ikhlas diartikan sebagai niat
yang murni semata-mata mengharap penerimaan dari Tuhan dalam melakukan
suatu perbuatan, tanpa menyekutukan Tuhan dengan yang lain (Hadjan L. l.,
2013).
Adapun jika dilihat dari akar katanya, ikhlas berasal dari kata Khal.asa yang
berarti murni. Ikhlas dalam konteks ini menurut Qalami (2003) dimaknai sebagai
niat yang murni semata-mata mengaharap penerimaan dari Tuhan dalam
melakukan suatu pebuatan, tanpa menyekutukan Tuhan dengan yang lain. Adapun
menurut Goddard dalam (Hadjan C. &., 2011, hal. 201) bahwa ikhlas dapat
diartikan sebagai bentuk perilaku menolong didasari niat yang baik, tanpa pamrih,
demi keuntungan orang lain.
Khasan Sandili dalam (Masduki, 2010) menuturkan bahwa ikhlas selain
sebagai dasar prinisp tauhid, ikhlas juga merupakan salah satu asepek utama
akhlak Qur’ani yang mempunyai pegaruh penting bagai amal perbuatan manusia
dalam kehidupa, baik diduni maupun di akhirat. Allah berfirmaan dalam salah
satu ayat-Nya yang artinya “Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan
demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. Dalam ayat tersebut Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk mengesakanNya dan tidak mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu apapun. Karena ikhlas adalah pilar pentig dalam keimanan
seorang muslim dan ikhlas juga merpakan syaat utama diterimanya ibadah oleh
Allah.
Menurut Aa Gym orang ikhlas adalah (a) orang yang paling bahagia didunia
karena telah putus harapan terhadap makhluk untuk dirinya; (b) orang yang jauh
dari kemusyrikan; (c) orang yag dicintai oleh Allah karena orang itu telah
melakukan amal kebaikan dengan penuh keikhlasan; (d) orang yang paling tenang
38

menjalani kehidupan di dunia dan selalu melakukan amal kebaikan dengan


kesungguhan dan keistiqomahan.
Orang yang ikhlas itu sudah tidak berharap apa-apa setiap kali melihat
makhluk, yang diharapkannya hanyalah satu yaitu ridha Allah, oleh karenanya
orang yang ikhlas tidaklah mencari ujian, penghargaan atau balas budi dari orang
lain, ia yakin sepenuhnya bahwa Allah maha membalas dengan sempurna atas
setiap amal hambaNya (Nashori, 2008, hal. 89).\
Menurut Aa Gym (2019, hal. 84- 105) bentuk-bentuk keikhlasan di
antaranya adalah: (a) ikhlas dalam beribadah, hanya dengan ikhlaslah suatu amal
ibadah sekecil apapun akan menjadi amat bernilai dihadapan Allah; (b) Ikhlas
dalam bekerja; (c) Ikhlas dalam menuntut ilmu; (d) Ikhlas dalam beramal kepada
sesama; (e) Ikhlas menjaga lingkungan.
3. Tawadhu
Tawadhu secara etimologi berasal dari wadha’a yang berarti merendahkan,
serta juga berasal dari kata “ittadha’a” dengan arti merendahkan diri. Sedangkan
secara istilah tawadhu adalah menampakan kerendahan hati kepada sesuatu yang
diagungkan. (Rozak, Indikator Tawadhu Dalam Keseharian, 2017). Sedangkan
secara terminologi (dalam Yunahar hal. 103) berarti rendah hati, lawan dari
sombong atau takabur.
Adapun tawadhu menurut Al-Ghazali (hal. 343) adalah mengeluarkan
kedudukan kita dan menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Sedangkan
menurut Ahmad Athoilah (2006, hal. 448) hakekat tawadhu itu adalah sesuatu
yang timbul karena melihat kebesaran Allah, dan terbukanya sifat-sifat Allah.
Sejalan dengan pendapat Yunahar Ilyas dalam (2017, hal. 178) bahwa tawadhu
yaitu orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain,
sedangkan orang sombong mengahargai dirinya secara berlebihan.
Di dalam al-Quran tidak ditemukan kata istilah yag menunjuk langsung
pada kata tawadhu. Akan tetapi yang disebutkan adalah beberapa kata yang
memiliki kesamaan arti dan maksud sama denga kata tawadhu itu sendiri, seperti
kata rendah diri, merendahkan atau merendahkan, atau rendahkanlah, tidak
sombong, lemah lembut dan seterusnya. Dibawah ini ( (Rozak, 2017, hal. 176-
39

178) yang merupakan firman Allah yang terdapat di dalam al-Quran tentang
perintah untuk tawadhu di antaranya:
a. Perintah untuk Bertawadhu ketika Berdoa ada dalam Q.S Al-An’am: 63

َ َ‫ت ۡٱلبَرِّ َو ۡٱلبَ ۡح ِر ت َۡد ُعونَ ۥهُ ت‬


‫ضرُّ ٗعا َو ُخ ۡفيَ ٗة لَِّئ ۡن َأن َج ٰىنَــا ِم ۡن‬ ِ ‫قُ ۡل َمن يُنَجِّي ُكم ِّمن ظُلُ ٰ َم‬
َ‫ٰهَ ِذ ِهۦ لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ٱل ٰ َّش ِك ِرين‬
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di
darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan
suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia
menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang
yang bersyukur".

b. Perintah untuk Bertawadhu kepada Orangtua ada dalam Q.S Al-Isra: 24

َ ‫ض لَهُ َما َجنَا َح ٱل ُّذلِّ ِمنَ ٱلر َّۡح َم ِة َوقُل رَّبِّ ۡٱر َحمۡ هُ َما َك َما َربَّيَانِي‬
ٗ ‫ص ِغ‬
‫يرا‬ ۡ ‫َو‬
ۡ ِ‫ٱخف‬
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.

c. Perintah untuk Bertawadhu kepada orang lain


Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-
orang yang beriman.

d. Perintah untuk Bertawadhu dalam memohon ada dalam Q.S Al-An’am:


42-43, terjemahannya adalah sebagai berikut:

َ‫َضـ َّر ُعون‬ َّ ‫َولَقَ ۡد َأ ۡر َس ۡلنَٓا ِإلَ ٰ ٓى ُأ َم ٖم ِّمن قَ ۡبلِكَ فََأخَـ ۡذ ٰنَهُم بِ ۡٱلبَ ۡأ َسـٓا ِء َو‬
َ ‫ٱلضـرَّٓا ِـء لَ َعلَّهُمۡ يَت‬
‫ٱلشـ ۡي ٰطَ ُن َمــا‬
َّ ‫وا َو ٰلَ ِكن قَ َسـ ۡت قُلُــوبُهُمۡ َو َزيَّنَ لَهُ ُم‬ َ ‫فَلَ ۡوٓاَل ِإ ۡذ َجـ ٓا َءهُم بَ ۡأ ُسـنَا ت‬
ْ ‫َضـ َّر ُع‬
َ‫وا يَ ۡع َملُون‬ ْ ُ‫َكان‬
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat
yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan)
kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah)
dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon
(kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami
kepada mereka,bahkan hati mereka telah menjadi keras,dan syaitanpun
menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.”

e. Perintah bertawadhu dalam Berzikir, ada dalam Q.S Al-A’raf 205.


Dalam tafsir al-Muyassar menjelasan perintah untuk berzikir kepada Allah,
baik itu dengan cara membaca Alquran, berdoa, bertasbih, bertahmid, bertahlil,
40

dan lain sebagainya. Mengngat Allah dalam hati dengan penuh ketundukan dan
ketakutan dan mengingat Allah dengan lisan tanpa meninggikan suara secara
berlebihan. Serta mengingat Allah dalam setiap waktu terlebih lagi pada pagi dan
petang hari, karena dua waktu ini adalah dua ujung siang dan barangsiapa yang
memulai dan menutup harinya dengan mengingat Allah maka dia layak mendapat
perlindungan-Nya.

B. Karakter Kuat ( Disiplin, Berani, Tangguh)


Jika kita melihat sejarah islam, maka kita akan menemukan bahwa islam
bertahan dan berkembang menjadi sedemikian besar karena adanya orang-orang
kuat. Kuat disini menurut Aa Gym (2019, hal. 146) yaitu kuat dalam jiwa, kuat
pada raga, kuat jasmani, kuat rohani dan kuat secara intelektual dan finansial.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah -shal.lallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla
daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.
Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu
dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta
janganlah sekali-kali engkau merasa lemah.

Nabi Muhammad adalah sosok yang kuat,baik jasmani maupun ruhani,


mental maupun intelektual. Abu Bakar adalah sosok yang kuat jiwanya. Adapun
Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang kuat secara fisik dan disegani.
Usman bin Affan adalah tokoh yang dihormati dan kuat secara finansial..
Begitupun dengan Ali bin Abi Thal.ib adalah pemuda yang kuat secara
intelektual. Serta sahabat lain dengan kekuatannya masing-masing.
1. Disiplin
Disiplin adalah salah satu yang sangat diharapkan oleh manusia ada dalam
dirinya, tidak mudah untuk mempunyai karakter disiplin, karena perlu adanya
keistiqomahan untuk melawan nafsu dan rasa malas. Disiplin sendiri berasal dari
kata yang sama dengan disciple yang artinya seorang yang belajar dari atau secara
sukarela mengikuti sorang pemimpin (Aulina, 2013, hal. 36-49). Sedangkan
menurut Rose (2011, hal.5) disiplin adalah proses bimbingan yang bertujuan
membenamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tetentu atau
membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu.
41

Disiplin dalam arti yang positif seperti yang dikemukakan oleh Hodges
(dalam Helmi,1996 hal. 32) bahwa disiplin dapat diartikan sebagai sikap
seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah
ditetapkan.Adapun menurut Rachman (1999) dalam (Anam, 2014, hal. 470)
disiplin adalah sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau
masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaataan terhadap peraturan
dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dalam hatinya.
Disiplin merupakan kualitas yang sulit diajarkan diraih dalam proses
pendidikan karakter/moral, karena siapapun orang yang telah mmiliki disiplin
berarti harus mempunyai kemampuan untuk mengontrol, mengendalikan dan
mampu mengoreksi.
Nikoley mengemukakan dalam (Abdullah, 2015, hal. 21) bahwa terdapat
delapan kunci dalam menanamkan dan menerapkan disiplin diri yakni (1)
Menaklukan apa yang menjadi Hasrat atau keinginan;(2) Ajarkan pada diri sendiri
untuk berkata tidak; (3) Jangan mematuhi suau peraturan atas dasar karena selera;
(4) Jangan melakukan atau mengajarkan seseatu karena atas permintaan
seseorang, tetapi harus atas dasar alas yang jelas; (5) Berpikir sebelum bertindak;
(6) Hukumlah diri sendiri, bila telah melanggar peraturan yang dibuat; (7)
Ketahuilah kelemahan anda dan wujudkan apa yang menjadi keekuatan anda; dan
(8) Hidup dengan falsafah bahwa bertindak benar itu merupakan pengahargaan
baginya.
Dalam islam kedisiplinaan memiliki nilai yang sangat luhur karena salah
satu ciri orang yang beriman kepada Allah adalah dia yang selalu disiplin. Shal.at
adalah salah satu bentuk ibadah yang telah mmengajarkan kita disiplin dalam
banyak hal. dianataranya adalah (a) disiplin waktu; (b) disiplin niat; (c) disiplin
bersih; (d) disiplin tertib dan teratur; (e) disiplin focus; (f) disiplin tumaninah; (g)
disiplin salam (Gymnasiar, 2019, hal. 149- 158). Orang islam yang disiplin
dalam ibadahnya maka ia akan semakin kuat imannya.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan itu akan
memberikan dampak positif terhadap diri kita dan semakin mendekatkan kita pada
jalan kesuksesan. Menjadi orang yang mempunyai karakter disiplin butuh
konsistensi, serta usaha yang keras untuk melawan diri sendiri dari nafsu dan rasa
42

malas. Displin memberikan manfaat yang luar biasa salahsatunya adalah


menjadikan dirikita lebih berkualitas.
2. Berani
Kata berani menurut KBBI adalah mempunyai hati yang mantap dan rasa
percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan dan sebagainya.
Adapun berani di dalam islam adalah berani mengambil keputusan untuk berada
dijalan yang Allah ridhai. Seperti Rasulullah yang ketika mendapatkan wahyu
beliau berani menyampaikan kepada umatnya walupun resiko yang dihadapinya
sangatlah besar.
Keberanian diartikan sebagai sifat yag berani menanggun g resiko dalam
pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu (Frinaldi dan Embi, 2011).
Menurut Aa Gym (2019, hal. 159-163) pemberani sejati adalah di yang berani
mengambil sikap yang Allah ridhai berani megakui kesalahan, berani meminta
maaf dan berani mengubah diri menuju jalan yang lebih baik.
Pemberani atau asy-Syaja’ah dalam bahasa arabnya adalah sedia
bertanggung jawab atas segala perbuatannya dengan pikiran yang jernih serta
harapan yag tidak putus. Syaja’ah bukan sifat yang tidak pernah takut, tetapi
syaja’ah adalah sifat yang dapat mengatasi rasa takut. Oleh karena itu yang
mempunyai sifat syaja’ah memiliki ketenangan hati dan kemampuan mengolah
sesuatu dengan pikiran tenang.
Menurut Ibnu Makawiah sifat syaja’ah mengandung keutamaan-keutamaan
di antaranya adalah (1)Jiwa besar, yaitu sadar atas kemampuan diri dan sanggup
melaksanakan pekerjaan bear yang sesuai dengan kemampuannya; (2)Tabah, yaitu
tidak segera goyah pendirian, bahkan setiap pendirian keyakinannya dipegangnya
dengan mantap; (3)Keras keamauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak
berputus asa serta tidak mudah dibelokan dengan tujuan yang diyakini;
(4)Ketahanan, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan keyakinannya;
(5)Tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan dan tidak lekas
marah; (6) Kebesaran, yaitu suka melakukan pekerjaan yang penting atau besar.
Adapun bentuk-bentuk sifat keberanian menurut pandangan Islam dalam
(Nazim, 2017, hal. 50)adalah sebagai berikut:
1. Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan (al-jihad fi Sabilillah)
43

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang


yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi
mereka [mundur].  Barangsiapa yang membelakangi mereka mundur di
waktu itu, kecuali berbelok untuk siasat perang atau hendak
menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang
itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah
neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya (al-Anfal:15-16)

2. Keberanian mengatakan kebenaran sekalipun didepan penguasa yang


dzalim
3. Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia bisa
melampiaskannya.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa, [yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya
dan mema’afkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. (Ali-Imran:133-134)
3. Tangguh
Tangguh dalam KBBI diartikan tabah menderita kukuh. Pribadi Tangguh
dalam istilah agama merupakan pribadi yang memiliki kemampuan untuk
bersyukkur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan,
kesuksesan, mendapat rezeki, sebaliknya jika ia mendapati sesuau yang tidak
diharapkannya baik berupa kesedihan, kegagalan dan lain-lain makai a memiliki
ketahanan untuk selalu bersabar. Pribadi seperti ini memposisikan setiap kejadian
yang menimpanya adala atas izin dan kehendak Allah SWT (Mayasari, 2014, hal.
266). Dalam islam tangguh itu ditunjukan dengan sikap tidak putus asa dan
berprasangka baik kepada Allah.

2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian ini merupakan penelitian yang sudah banyak dilakukan oleh
beberapa peneliti yang menyangkut pada penelitian program santri siap guna
(SSG). Pembedanya terletak pada focus ranah yang dituju. Hasil penelitian ini
akan melengkapi penelitian-penelitian terdahulu yang masih relevan dengan
penelitia yang akan penulis lakukan. Oleh karena itu peneliti akan menyajikan
penelitian terdahulu yang relevan.
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Penelitian
44

Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan & Perbedaan


Septana Pengelolaan Persamaan:
Apriani pendidikan dan Sama-sama membahas
- Perencanaan diklatsar SSG
pelatihan dasar manajemen program SSG
- Pengorganisasian diklatsar
Tahun (diklatsar) santri siap Perbedaan:
SSG
Pelaksanaan guna (SSG) dalam Penelitian saya hanya sedikit
- Evaluasi diklatsar SSG
2014 menumbuhkan membahas tentang
- Faktor pendukung dan
karakter BAKU manajemen program SSG
penghambat dalam
Universitas (baik dan kuat) bagi sedangkan penelitian septana
pelaksanaan diklatsr.
Pendidikan pemuda di Daarut membahas manajemen
Indonesia Tauhid Bandung program secara detail.
Persamaan:
-Sama sama membahas
tentang hasil pembinaan SSG
terutama dalam pembentukan
karakter BAKU
Nurjanah
Perbedaan:
Tiara
- Ada perubahan kebiasaan -Penelitian di waktu yang
Pembentukan
beragama dan social berbeda dengan Angkatan ssg
Tahun karakter baik dan
peserta sebelum dan yang berbeda
Pelaksanaan kuat dan perubahan
sesudah mengikuti SSG, Penelitian saya melihat hasil
2017 perilaku social santri
wujud konkritnya dari pembinaan ssg adalah
melalui program
perubahan cara berpakaian lebih terfokus kepada tauhid
UIN Sunan santri siap guna
santri yang lebih syar’i. dan karakter BAKU
Gunung
sedangkan penelitian yang
Djati
dilakukan oleh nurjanah
adalah hasil dari pembinaan
dilihat dari semua dari
Perubahan dari aspek secara
keseluruhan.
Kikin Persamaan:
Sakinah, Sama-sama membahas
Fisher manajemen program SSG
- Manajemen program diklat
Zulkarnaaen Sama-sama membahas hasil
SSG
, Manajemen dari diklat SSG
- Keberhasilan dalam
Dewi Sadiah pendidikan dan Perbedaan:
membentuk karakter
pelatihan santi siap Penelitian saya hasil
BAKU terlihat dari
Tahun guna dalam pembinaan lebih focus
perubahan peserta setlah
Pelaksanaan membentuk karakter kepada tauhid dan karakter
mengikuti program dan
2016 santri BAKU BAKU sedangkan penelitian
adanya program diklat
Kikin hasil pembinaan dilihat
lanjutan
UIN Sunan dari perubahan prilaku
Gunung peserta dan ikut serta dalam
Djati mengIkuti diklat lanjutan.
Atik Penanaman nilai - Karakter BAKU terbentuk Persamaan:
Purwasih karakter baik dan melalui proses pelatihan Proses dalam pembentukan
kuat pada santri siap dengan metode pelatihan karakter BAKU
45

Perbedaan:
Penelitian saya lebih
menitikberatkan kepada
Tahun
proses pembinaan ssg melalui
Pelaksanaan
penanaman nilai-tauhid
2019 guna pondok
dalam membentuk karakter
pesantren Daarut semi militer.
BAKU sedangkan penelitian
Universitas Tauhiid
yang dilakukan oleh Atik
Pendidikan
proses pembinaan tauhid
Indonesia
secara prosedur kegiatan SSG
atau menjelaskan kegitan-
kegiatan pembinaan.
Persamaan:
Rima Azhar - pelaksanaan program
Upaya pengelola Proses pembentukan karakter
Amirawati diklatsar SSG sesuai
dalam BAKU melalui pembinaan
dengan tujuan
menumbuhkan SSG
Tahun pembelajaran
karakter BAKU Perbedaan:
Pelaksanaan - penyampain setiap materi
(baik dan kuat) bagi Penelitian saya dalam proses
2018 menggunakan strategi dan
peserta pada pembinaannya lebih terfokus
metode yang berbeda.
program Pendidikan kepada penanaman tauid nya
Universitas - Implementasi karakter
dan pelatihan dasar sedangkan penelitian oleh
Pendidikan BAKU dilakukan melalui
(diklatsar) santri siap Rima adalah Proses
Indonesia penyampaia materi dan
guna pelaksanaan pembinaan
contoh.
secara keseluruhan
Andi
Persamaan:
Kumaini
Pendidikan Karakter Proses pelaksanaan diklat
Berbasis Nilai-Nilai - Muatan Kurikulum SSG SSG
Tahun
Ketuhanan Yang - Proses Pendidikan karakter Perbedaan:
pelaksanaan
Maha Esa dalam dalam Pendidikan Penelitian Andi lebih terfokus
2016
Pendidikan kewarnegaraan di kepada dampak Pendidikan
Kewarnegaraan di pesantren. karakter khususnya bagi
Universitas
Pesantren peserta sebagai warga negara
Pendidikan
Indonesia.
Indonesia

Dari tabel perbandingan penelitian terdahulu dengna penlitian ini tergambar


bahwa telah ada beberapa penelitian yang membahasa mengenai SSG akan tetapi
belum ditemukan penelitian yang terfokus kepada pembinaan tauhidnya. Disnilah
perbedaan ranah masing-masing dan penulis sangat berharap pada penelitian ini
agar mendapakan hal yang baru yang dapat melengkapi penelitian terdahulu.
46

BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang alur penelitian yang peneliti
gunakan, di antaranya: (1) desain penelitian yaitu memaparkan tentang
pendekatan penelitian dan metode penelitian; (2) partisipan dan lokasi penelitian;
(3) Definisi Operasional; (4) pengumpulan data yaitu memaparkan tentnag
instrument penelitian serta teknik dan tahapan pengumpulan data dalam
melakukan penelitian; (5) Keabsahan data; (6) analisis data yang memaparkan
tentang reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

3.1 Desain Penelitian


Dalam sebuah penelitian, langkah utama yang penulis lakukan adalah
menentukan desain penelitian. Desain penelitian maksudnya adalah sebuah
gambaran keseluruhan penelitian yang dilakukan, di antaranya adalah tahap
perencanan, tahap pelaksanaan dengan cara memilih, megumpulkan menganalisis
data. Diperkuat oleh pendapat Nasution (2009, hal. 23) bahwa “Desain penelitian
merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat
dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian”.
Langkah untuk menentukan desain penelitian sangat penting agar penelitian
bisa terarah dengan baik serta memudahkan penulis dalam pembuatannya untuk
mencapai tujuan penelitian tersebut. Seperti halnya pendapat dari Nasution dalam
(2003, hal. 70) bahwa tujuan dari desai penelitian di antaranya adalah: a)
memberikan pegangan tentang cara pelaksanaan penelitian, b) menentukan batas-
batas penelitian, c) memberi gambaran tentang apa yang dilakukan serta kesulitan
yang akan dihadapi.
Penelitian ini menekankan pada proses suatu pembinaan maka sangat tepat
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode dekriptif. Alasan peneliti
menggunakan pendekatan ini adalah agar hasil yang didapatkan di lapangan
sesuai dengan apa yang terjadi tanpa adanya rekayasa dan manipulasi. Penelitian
kualitatif menurut Sukmadinata (2017, hal. 60) adalah penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
presepsi dan pemikiran individu maupun kelompok yang bertujuan untuk
menggambarkan dan mengungkap kemudian untuk menggambarkan dan

46
47

menjelaskan. Sedangkan Menurut Bogdan dan Tylor dalam Moleong


mendifinisikan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati. (Margono, 2014, hal. 36).
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Syaodih (2017
hal. 60) bahwa metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena yang ada atau kondisi yang apa adanya dengan
mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaannya dengan fenomena yang lain. Deskripsi tersebut dituangkan dalam
bentuk tulisna yang bersifat naratif yang berisi kutipan-kutipan dari data/fakta
yang diperoleh dilapangan (Satori, 2014, hal. 28) Sehingga penelitian ini berupaya
untuk mendeskripsikan realita tentang proses pembinaan tauhid dalam mebentuk
karakter BAKU (Baik dan Kuat) pada program santri siap guna (SSG) di
Pesantren Daarut Tauhid Bandung.
Secara garis besar penelitian ini melalui beberapa tahapan yang tergambar
pada bagan 3.1 di antaranya : pra-penelitian, proses penelitian, dan pasca
penelitian. Secara lebih rincinya akan dijelaskan pada pemaparan berikut:

1. Tahap pra-penelitian
Pada tahap ini peneliti merencanakan awal penelitian dengan menyusun
rancangan gambaran awal penelitian, berupa menentukan permasalahan,
merumuskan objek yang akan diteliti, menyusun rencana, rancangan penelitian,
dan mendalami teori yang mendukung penelitian. kemudian merumuskan masalah
tersebut dan mendiskusikannya dengan dosen pembimbing akademik. Kemudian
proses selanjutnya adalah seminar proposal dilanjutkan dengan turunnya SK
(Surat Keputusan) yang di dalamnya terdapat dosen pembimbing skripsi.
Kemudian membuat surat izin dan menyerahkannya kepada pihak SSG untuk
mendapatkan izin melakukan penelitian Supaya tujuan dari penelitian tercapai,
penulis melaksanakan pemilihan dan interaksi dengan subjek informan serta
menyiapkan alat pembantu atau instrumen untuk kegiatan lapangan
2. Tahap proses penelitian
Peneliti memasuki lapangan dan memulai penelitian dengan melakukan
pengumpulan data lapangan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di
48

antaranya wawancara, studi dokumentasi dan observasi sekaligus menjadi


partisipan dalam pelaksanaan penelitian.
3. Tahap pasca-penelitian
Tahap ini adalah tahap akhir dari penelitian. Data yang diperoleh selama
proses penelitian kemudian dianalisis dengan melakukan reduksi data untuk
memfokuskan data yang penting dari hasil pengumpulan data, berikutnya adalah
penyajian data, menganalisis data, melakukan penarikan kesimpulan, dan
verifikasi. Setelah itu, melaksanakan validitas dan reliabilitas, melakukan uji
kredibilitas data dengan melakukan triangulasi menggunakan bahan referensi.

Bagan 3.1 Tahapan-Tahapan Penelitiaan

Pra-Penelitian Proses Penelitian Pasca-Penelitian

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian


3.2.1 Partisipan

Beberapa pihak yang terlibat menjadi partisipan dalam penelitian ini di


antaranya adalah:
a. Kepala Bagian Diklat dan Pembinaan Pemberdayaan SSG. Melalui
wawancara ini daiharapakn peneliti dapat mampu memperoleh data
mengenai profil SSG-DT , Proses Pembinaan dari mulai tahapan
perencannan (Muatan kurikulum), dan hasil dari diklat SSG-DT.
b. Pelatih diharapkan mendapatkan informasi mengenai proses pelaksanaan
diklat dalam membentuk karakter BAKU
c. Peserta diklat SSG Angkatan 39, untuk mengetahui hasil dari diklat SSG-
DT.
3.2.1 Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah Program Santri Siap
Guna (SSG) di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung yang beralamat di Jalan
Gegerkalong Girang No. 67, (40154) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Telp. (022) 2007950.
49

Gambar 3.1 Tempat Penelitian

Diklat Santri siap guna (SSG) ini adalah salah satu program pendidikan
yang didirikan oleh Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Pesantren Daarut
Tauhiid dalam setiap akativitasnya baik dalam bidang Pendidikan, dakwah dan
sosial didasari oleh konsep tata nilai yaitu Manajemen Qolbu (MQ) untuk
mengembangkan karakter santri baik secara formal atau non formal. Khusus
untuk Direktorat Pedidikan konssep tata nilai itu menjadi jalan untuk mencetak
generasi ahli zikir, fikir, ikhtiar. Adapun SSG ini salah satu Lembaga pedidikan
dan pembinan karakter yang kurikulumnya itu memadukan antara
mengkolaborasikan antara Pendidikan dan pelatihan karakter BAKU, militer dan
nilai-nilai kepesantrenan dan penanaman tauhid.memperlajari wawasan dasar
keislama disertai pembentukan karakter BAKU ( Baik dan Kuat) sehingga
diharapkan mampu mencetak generasi ikhlas, jujur, tawadhu sebgai karakte baik
dan berani, disiplin, Tangguh sebagai karakter kuat serta mampu mengenali Rabb-
nya. Selain itu Diklat SSG bertujuan untuk pengkaderan dan pembinaan generasi
muda yang mandiri, mampu menjadi motivator, stabilisator dan integrator bagi
lingkungan dan masyarakat luas.
Adapun pelaksanaannya diklat ini dilaksanakan di beberapa tempat
menyesuaikan dengan agenda kegiatan SSG, diantara tempat tersebut adalah:
a. Pesantren Daarut Tauhiid yang berlokasikan di Jl. GegerKalong Girang
no 67, Bandung.
50

b. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang berlokasikan di Jl, Dr. Setia


Budi No.229, Isola, Kec. Sukasari, Kota Bandung.
c. Curug Sigai yang berlokasikan di Kel. Isola, Kec. Sukasari, Bandung.
d. Eco Pesantren Daarut Tauhiid Jl Cigugur Girang No.33, Cigugur Girang,
Kec. Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
e. Pusat Pendidikan Jasmani (Pusdikjas) TNI AD yang belokasikan di Jl.
Pasir Kumeli No.65, Baros, Cimahi Tengah, Baros, Kec. Cimahi Tengah,
Kota Cimahi.
f. Pemkot Cimahi yang berlokasikan di Jl Rd. Demang Hardjakusumah
Blok Jati, Cihanjuang, Cibabat, Kec. Cimahi Utara, Kota Cimahi.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian di SSG Darrut Tauhid Bandung


No Tanggal Kegiatan Penelitian
1 14 Jauari 2020 Izin melakukan penelitian dan studi
pendahuluan
2 18 januari- 15 maret 2020 Kegiatan Diklat SSG (Santri Siap Guna)
3 20 maret 2020 Memberikan surat izin penelitian
4 03- 10 Juli 2020 Wawancara peserta SSG Angkatan 39
5 26 Juli 2020 Wawancara pelatih SSG
6 26-30 Juli 2020 Wawancara Kepala program SSG

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah sebuah konsep yang mendefinisikan suatu
variabel yang dapat diukur yang berupa sikap, aspek dan konsep (Juliansyah,
2017, hal. 76). Pada bagian ini menjelaskan sebuah pengertian supaya memiliki
satu persepsi yang sama. Berdasarkan judul penelitian, maka dapat diambil sebuah
ruang lingkup permasalah yang akan dijelaskan. Kemudian dapat diambil empat
istilah agar memiliki satu tujuan atau satu persepsi. Pada penelitian ini diambil
dua istilah tersebut adalah:
1. Pembinaan
Menurut KBBI kontemporer bahwa pembinaan adalah proses (1) membina;
pembangunan, (2) penyempurnaan; perbaikan, (3) upaya untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang
mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang
51

diharapkan (D.P, 2008, hal. 103-104). Definisi pembinaan secara luasnya adalah
suatu usaha yang dilakukan secara sistematis terarah dan mempunyai tujuan yang
jelas terhadap seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan akhir
yang telah ditentukan (Ulwan, 2001, hal. 35). Pembinaan yang dibahas dalam
penelitian ini adalah pembinaan di SSG.
2. Karakter BAKU (Baik dan Kuat)
Dalam terminologi Islam, karakter disamakan dengan akhlak. Akhlak dalam
Islam adalah perilaku dalam kehidupan sehari-hari yaitu akhlak terhadap Allah,
akhlak terhadap manusia, dan akhlak terhadap lingkungan (Aminah, 2014, hal.
69). Untuk bisa bersikap baik kepada Allah, manusia, dan lingkungan maka harus
dibentuk sebuah karakter. Maka dari itu, karakter yang akan diteliti dalam
penelitian ini yaitu karakter BAKU melalui diklat SSG. Adapun Karakter BAKU
adalah singkatan dari Baik dan Kuat. Karakter baik disini menurut Aa Gym adalah
jujur, ikhlas dan tawadhu. Sedangkan Kuat komponennya adalah disiplin berani
dan Tangguh.

3.4 Pengumpulan Data


Dalam memperoleh data pada penelitian ini maka perlu pengumpulan data
ynag dapat memudahkan penelitia. Proses pengumpulan data dapat diperoleh dari
beberapa metode atau cara sesuai dengan kebutuhan pada pengumpulan data.
Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
Jenis data penelitian yang digunakan berupa data kualitatif yaitu
menggunakan kata-kata sebagai hasil dari wawancara dan observasi. Data
kualitatif adalah tangkapan atas perkataan subjek penelitian dalam bahasanya
sendiri, data ini berbentuk deskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang
tingkah laku manusia yang dapat diamati. Data kulitatif bersifat mendalam dan
terperinci (Sutopo & Arief, 2010).
Ada beberapa tahapan dalam penelitian kualitatif Menurut Sugiono dalam
Gunawan (2014, hal. 107-108) di antaranya adalah (1) tahap deskripsi atau tahap
orientasi, pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dan
dirasakan, kemudian peneliti mendapat sepintas tentang informasi yang
diperolehnya, (2) tahap reduksi, pada tahap ini peneliti mereduksi segala
informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah
52

tertentu, dan (3) tahap seleksi, pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang
telah ditetapkan menjadi lebih rinci selanjutnya melakukan analisis secara
mendalam tentang fokus masalah, hasilnya adalah tema yang dikontruks
berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan
teori baru. Menurut sudjana dalam Gunawan (2014, hal. 108) ketiga tahap di atas
dapat dijabarkan dalam tujuh langkah penelitian kualitatif, yaitu identifikasi
masalah, pembatasan masalah, menetapkan fokus penelitian, pengumpulan data,
pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori/hipotesis, dan pelaporan
penelitian. Keterkaitan antara tiga tahapan proses dan tujuh langkah penelitian
kualitatif diilustrasikan seperti gambar di bawah ini:

Bagan 3.2 Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif


(Gunawan, 2014, hal. 108)
53

Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan dari penelitian kualitatif adalah


tidak dimulai dari teori yang telah dipersiapkan sebelumnya, akan tetapi dimulai
dan ditemukan dari lapangan berdasarkan lingkungan alami.

3.4.1 Instrumen Penelitian


Pada penelitian kualitatif ini peneliti menjadi instrument kunci atau human
instrument dalam melakukan penelitian diklat SSG alasannya karena sesuatu yang
dicari objek penelitian belum begitu jelas, baik itu dari segi masalahnya, prosedur
penelitiannya ataupun hasil yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti terjun
langsung ke lapangan untuk menggali informasi melalui (wawancara, observasi,
studi dokumentasi) serta menemukan data penelitian (Sugiyono, 2012, hal. 60)..
Selain itu Peneliti membuat seperangkat pedoman untuk wawancara,
observasi, dan dokumentasi yang dijadikan panduan umum dalam proses
pencatatan.
Tabel 3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan Data


Teknik wawancara Daftar wawancara
Teknik Pengamatan/observasi Pedoman pengamatan/observasi
Teknik studi dokumentasi Pedoman penelusuran dokumen
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan yang belum jelas maka yang
menjadi instrumen kunci penelitian tersebut adalah peneliti sendiri. Setelah
permasalahannya menjadi jelas maka instrumen kunci itu dapat dikembangkan
menjadi sebuah pedoman instrumen penelitian

3.4.2 Teknik dan Tahapan Pengumpula Data


Dalam sebuah penelitian teknik pengumpulan data adalah salah satu hal
yang penting. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mengumpulkan
data (Sugiyono, 2016, hal. 308). Proses pengumpulan data dapat diperoleh dari
beberapa metode atau cara sesuai dengan kebutuhan pada pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik, di antaranya adalah
wawancara, observasi dokumentasi dan triangulasi.
54

1. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara langsung
dan terstuktur. Oleh karena itu peneliti mengetahui dengan pasti apa informasi
yang akan digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat
secara sistematis.Akan tetapi ketika pelaksanaan wawancara ada beberapa
pertanyaan baru yang mucul sehingga bisa dikatakan bahwa peneliti juga
menggunakan tipe wawancara semi terstruktur.
Adapun tahapan dalam melakukan wawancara diawali dari peneliti
membuat pedoman wawancara, menentukan format kepada peserta, pelatih dan
ketua SSG yang akan menjadi narasumber, melaksanakan kegiatan wawancara
dan menuliskan hasil wawancara. Pedoman wawancara secara garis besar yang
berisi tentang profil SSG, Proses pelaksanaan diklat SSG yang termuat dalam
perencanaan muatan kurikulum dan pelaksanaan dilapanga serta hasil pembinaan
SSG terhadap peserta. Selain itu peneliti juga menggunakan alat bantu tape
recorder, kamera photo dan material lain yang dapat membantu kelancaan
wawancara. Dengan begitu wawancara dapat terlaksana dengan baik sesuai
dengan porsinya masing-masing.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada Kepala
Bagian Diklat dan Pembinaan Pemberdayaan, Pelatih SSG dan Peserta SSG
Angkatan 39. Adapun pedoman instrument penelitian dapat dilihat dilampiran.
Sesuai dengan data dan permasalahan yang dibutuhkan.

2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan disertai
pencatatan-pencatatan terhadap keadaan dan perilaku objek dan sasaran. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bugin (2016, hal 118) bahwa observasi adalah
pegumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan pengindraan. Kegiatan observasi digolongkan sebagai kegiatan
pengumpulan data apabila: pengamatan dalam penelitian telah direncanakan,
harus berkaitan antara tujuan penelitian dan pengamatan dicatat secara sistematik.
Peneliti menggunakan teknik observasi untuk memperoleh data tentang
bagaimana pembinaan tauhid pada program SSG di pesantren Daarut Tauhid.
Peneliti terlibat secaara langsung dalam kegiatan SSG ini dengan cara melihat,
55

mengamati, memperhatikan secrta mencatat apa saja yang terjadi selama kegiatan
berlangsung. Observasi langsung terjadi Ketika peneliti hadir secara fisik dan
memonitor secara persoala yang terjadi (Indrawan 2014 hal. 135)
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observai partisipasi lengkap.
Sebelum melaksanakan observasi peneliti terlebih dahulu menyusun pedoman
observasi agar pengamatan dilapangan bisa lebih terarah dengan baik dan apa
yang diinginkan oleh peneliti bisa didapatkan secara baik. Peneliti menjadikan
pedoman observasi sebagai acuan dalam mengamati keadaan dilapangan. Peneliti
melakukan observasi selama kegiatan SSG berlangung yaitu 9 pertemuan atau
kurang lebih sekitar 2 bulan selama observasi peneliti lebih focus untuk mengikuti
semua rangkaian kegiatan SSG sambil mencatat hasil observasi yang didapatkan
dan mengidentifikasi tindak lanjut hasil observasi yang telah diperoleh.

3. Studi Dokumen
Menurut Zed (2008, hal. 2) studi dokumen merupakan rangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka berupa buku-buku,
jurnal serta bahan pustaka lainnya yang memiliki keterkaitan dengan objek
penelitian. Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Kautsary (2016, hal. 90)
yang menyatakan bahwa studi dokumen dapat diartikan sebagai suatu langkah
yang digunakan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian berupa
buku-buku yang relevan, peraturan, kegiatan, bentuk foto-foto kegiatan dan
catatan peristiwa yang relevan.
Selain itu studi dokument dalam teknik pengumpulan data merupakan
pelengkap dari wawancara dan observasi. Peneliti mengumpulkan data dengan
cara menggabungkan dan menganalisis data yang bersumber dari berbagai
dokumen, diperjelas oleh Sukamadinata (2017, hal. 19) bahwa studi document
merupakan suatu teknik dengan menghimpun dan mengaalisis dokumen-dokumen
baik berupa dokumen tertulis, gambar maupun eletronik..
Sebelum melakukan studi dokumen peneliti telah menyusun pedoman
dokumen setelah itu melakukan perizinan kepada pihak SSG mengenai kebutuhan
dokumen yang akan diperoleh. Setelah diizinkan peneliti mendapatkan data
berupa hard file. Data dokumen tersebut kemudia peneliti analisis sesuia dengan
56

kebutuhan. Adapun dokumen yang peneliti dapatkan adalah berupa Muatan


kurikulum, profil sejarah, Visi, Misi SSG dan dokumentasi lainnya.

3.5 Keabsahan Data


Menurut Moleong (2010, hal. 320) pemeriksaan terhadap keabsahan data
digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif
yang mengatakan tidak ilmiah dan digunakan sebagai unsur yang tidak
terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Jadi, uji keabsahan data
dilakukan untuk membuktikan penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan
penelitian ilmiah dan untuk menguji data yang diperoleh.
Dalam penelitian kualitatif, data atau temuan dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang
terjadi langsung di lapangan atau objek penelitian. Agar data penelitian kualitatif
dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji
keabsahan data yang meliputi credibility (uji kepercayaan), transfererability
(keteralihan), dependability (kebergantungan), dan confirmability (kepastian)
(Sugiono, 2013, hal. 270)
Namun yang lebih utama adalah uji kepercayaan data dalam penelitian
kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, menggunakan
bahan referensi dan member check. Salah satu cara yang digunakan untuk
menguji keabsahan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan triangulasi.
Teknik triangulasi pada penelitian ini yang bemaksud suatu cara
mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumen dengan
cara memabandingkan , mencari persamaan dan perbedaan sehingga mendapatkan
inti yang memiliki makna (Pandelaki, 2016, hal. 66).
Adapun tujuan triangulasi menurut Susan Stainback dalam (Bachri, 2010,
hal. 55) adalah untuk mengecek kebenaran data tertentu dengan
membandingkannya dengan data-data yang diperoleh dari sumber lain. Oleh
kaarena itu penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan cara triangulasi
agar mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
Dalam pelaksanaannya Triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah
triangulasi sumber dan triangulasi teknik dengan menggabungkan hasil-hasil data
57

dari wawancara, observasi dan dokumentasi sehingga data yang diperoleh


memiliki validitas yang baik. Data-data hasil gabungan dari wawancara, observasi
dan dokumentasi kemudian dipaparkan sesuai dengann yang diperoleh dari
sumber data
1) Triangulasi sumber: mencari sumber-sumber lain di samping sumber yang
telah didapatkan. Maka pada penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana
proses pembinaan tauhid dalam membentuk karakter BAKU santri SSG, data
yang diperlukan ialah bersumber dari para pelatih, peserta SSG, serta Kabag
Diklat SSG. Dari sumber-sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan, melainkan
dideskripsikan. Pandangan mana yang sama dan berbeda dan pandangan mana
yang spesifik dari sumber data tersebut.
2) Triangulasi teknik: menunjuk pada penggunaan teknik yang berbeda untuk
melakukan pemeriksaan kembali. Seperti untuk mengetahui proses pembinaan
tauhid dalam diklat SSG tidak cukup dengan Teknik wawancara saja, tetapi
juga dapat dicek dengan Teknik observasi untuk menggambarkan kondisi
langsung di lapangan. Hal ini dilakukan supaya dapat menentukan mana yang
dianggap benar atau semuanya benar.
Adapun triangulasi dari teknik wawancara ditujukan kepada keadaan
narasumber pada saat diwawancara. Kemudian triangulasi dari teknik observasi
ditujukan pada kondisi dan waktu saat observasi. Terakhir, triangulasi dari Teknik
studi dokumen ditujukan pada sumber data yang selanjutkan bisa dipastikan
kebenarannya dari hasil wawancara dan juga observasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data dengan cara
mewawancara informan yang berbeda dengan pertanyaan yang sama. Selain itu,
peneliti pun memeriksa kesesuaian antara hasil di lapangan, hasil wawancara
dengan dokumen yang ada. Dengan demikian, data yang dikumpulkan dapat
memenuhi keabsahan sebagai data yang valid dan kredibel.
Selanjutnya pengecekan keabsahan data juga dilakukan dengan uji
transferability. Transferability dalam penelitian kualitatif adalah nilai transfer
yang bergantung pada si pemakai. Oleh sebab itu supaya orang lain dapat
memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk
menerapkan hasil penelitian tersebut. Maka peneliti dalam membuat laporannya
58

harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
Sehingga pembaca menjadi jelas atas penelitian tersebut sehingga dapat
memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut
di tempat lain.
Uji keabsahan data selanjutnya yaitu uji dependability yaitu audit yang
dilakukan oleh pembimbing, yaitu Dr. Edi Suresman, S.Pd.I.,M.Ag. dam Prof. H.
Abas Asyafah, M.Pd dalam hal ini pembimbing skripsi peneliti untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
Pengecekan keabsahan data terakhir adalah konfirmability, yaitu menguji hasil
penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bisa hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitin tersebut
telah memenuhi standar konfirmability (Anggito & Setiawan, 2018, p. 213)

3.6 Analisis Data


Setelah melakukan proses pengumpulan data, langkah terakhir ialah proses
analisis data secara menyeluruh. Analisis adalah suatu proses memberikan kode-
kode tertentu, mengklasifikasi, mengolah dan menafsirkan data hasil penelitian,
sehingga data hasil penelitian menjadi bermakna dan mudah dipahami oleh
peneliti maupun orang lain (Darwis, 2014, hal. 57). Oleh karena itu analisis data
merupakan langkah penting dalam penelitian karena dapat memberikan makna
terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data tersebut diperoleh dari hasil
studi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi di lapangan untuk
selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.
Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga kegiatan
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:

3.6.1 Reduksi Data


Reduksi data adalah proses analisis data, penyederhanaan hasil-hasil
penelitian, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis dilapangan secara berkesinambungan selama penelitian
berlangsung (Milles, 2014, hal. 16). Reduksi data bertujuan untuk mempermudah
59

pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi
dapat memberikan gambaran lebih rinci.
Dalam proses kegiatan reduksi data, perlu penelitain yang berupa analisis
data, memberi kode data yang telah terkumpul dengan baik, membuat ringkasan,
memberikan kode pada data, melakukan data pilihan-pilihan data yang akan
dibuang, dan ditelurusi kembali dan yang di kembangkan. Pada penelitian ini
proses reduksi data yang dilakukan peneliti yaitu dengan menggumpulkan
beberapa data dari hasil kegiatan, pengumpulan data seperti observasi, wawancara
dan studi dokumen. Setelah dikumpulkan, lalu data dipilah, dirangkum dan
dikategorikan sesuai dengan fokus pada penelitian yang menjelaskan proses
pelaksanaan pembinaan tauhid pada program SSG di Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung.

3.6.2 Penyajian Data


Setelah data direduksi, langkah selanjutnya yaitu penyajian data. Penyajian
data merupakan data-data hasil penelitian yang berisi sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan (Milles, 2014, hal. 17). Penyajian yang paling sering
digunakan pada penelitian kualitatif adalah bentuk uraian singkat, tabel, bagan,
flowchat, hubungan antar kategori, dan sejenisnya (Sugiono, 2013, hal. 249).
Langkah-langkah dalam penyajian data/display data pada penelitian ini
berbentuk sebuah deskriptif, gagasan narasi, dan ringkasan dari pengumpulan
data yang menggambarkan fakta-fakta yang terjadi pada kegiatan yang diteliti.
selanjutnya data yang diperoleh dalam penyajian data ini dikelompokan sesuai
gagasan pada permasalahan peneliti dengan hasil informasi lapangan,
pengelompokan atau pengkodean tersebut sering disebut dengan koding
berdasarkan pengumpulan data.
Kegiatan memberikan kode atau kategori data dalam analisis data, sering
kita sebut dengan koding. Koding merupakan sebuah proses awal dalam analisis
data dalam memberikan pengkodeaan pada data yang diambil dari membaca
proses dan membaca catatan lapang. Dengan demikian penelitian ini
menggunakan langkah penkodingan dalam pengumpulan data di lapangan yang
berdasarkan kategori dari instrumen pengumupulan data yaitu observasi,
60

wawancara dan dokumentasi. Selain itu juga dapat dilakukan saat analisis data
agar dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis data.
Peneliti membagi koding ke dalam dua bagian, yakni: pengkodean dalam
proses reduksi data dan pengkodean dalam proses penyajian data. Pada proses
reduksi data, peneliti melakukan pengkodean berdasarkan rumusan masalah.
Sedangkan pada proses penyajian data, peneliti melakukan pengkodean
berdasarkan sumber dan teknik pengumpulan data. Berikut pengkodean data yang
peneliti susun:
A. Kode pada Proses Reduksi Data
Tabel 3.3 Pengkodean Proses Reduksi Data (Rumusan Masalah )
No Aspek Kode Data
1 Profil SSG-DT RM1
2 Perencanaan diklat SSG-DT RM2
3 Proses pelasksanaan pembinaan tauhid dalam RM3
membentuk karakter BAKU di SSG
4 Hasil pembinaan tauhid dalam membentuk karakter RM4
BAKU di SSG

B. Kode Proses Penyajian data


1. Kode wawancara Responden dan Informan
Tabel 3.4 Proses Penyajian Data (Wawancara)
No Nama Jabatan Kode Data
1 Nurhadi Subroto Ketua SSG KS
2 Dilla Septiani Pelatih 1 SSG PS1
3 Shintya Annisa Ainayah Pelatih 2 SSG PS2
4 Fitrianisa Pebriani Catur Ananda Pelatih 3 SSG PS3
5 Dadi Kurniadi Pelatih 4 SSG PS4
6 Dini Nuhayati Santri 1 SSG SS1
7 Eli Sumarni Santri 2 SSG SS2
8 Lina Nurla Santri 3 SSG SS3
9 Neni Anngraeni Santri 4 SSG SS4
10 Rina Marlina Santri 5 SSG SS5
11 Riri Nurhijriai Santri 6 SSG SS6
12 Yani Suryani Santri 7 SSG SS7
61

2. Kode Observasi
Tabel 3.5 Proses Penyajian Data (Obervasi)
No Jenis Kegiatan Kode Data
1 Observasi Kegiatan (Pekan-1 -Tahap Dobrak Diri) OB1
2 Observasi Kegiatan (Pekan-2 -Tahap Dobrak Diri) OB2
3 Observasi Kegiatan (Pekan-3 -Tahap Dobrak Diri) OB3
4 Observasi Kegiatan (Pekan-4 -Tahap Bangun Diri) OB4
5 Observasi Kegiatan (Pekan-5 -Tahap Bangun Diri) OB5
6 Observasi Kegiatan (Pekan-6 -Tahap Bangun Diri) OB6

3. Kode Studi Dokumentasi


Tabel 3.6 Proses Penyajian Data (Dokumentasi)
No Jenis Dokumen Kode Data
1 Dokumentasi pertama Profil SSG-DT (Visi, Misi, Dok.1
Tujuan, Sejarah)
2 Dokumentasi kedua Muatan Kurikulum Dok.2
3 Dokumentasi ketiga Laporan Kegiatan Diklat SSG Dok.3

3.6.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


Setelah menyajikan data yang telah dikelompokan, selanjutnya langkah
dalam analisis data adalah hasil dari reduksi data dan penyajian data di verifikasi
sehingga peneliti data menarik kessimpulan setetlah data yang diperoleh telah
terbukti kredibilitas. Peneliti menarik kesimpulan sesuai dengan hasil temuan
yang didapat dilapanga. Kesimpulan yang didapat berasal dari peneliti berupa
pemikiran dari temuan kegiatan dilapangan. Kegiatan mendapatkan kesimpulan
juga merupakan mencari makna dari penjelasna data-data yang telah dianalisis
dari dtaa yang diperoleh saat penelitian. Baik kesimpulan sementara maupun
kesimpulan akhir.
Penarikan kesimpulan data atau verifikasi pada penelitian ini menggunakan
langkah reduksi data dan display data yang saling timbal baik. Maka kesimpulan
yang didapat akan selalu berkembang di SSG Daarut Taauhiid. Dengan
62

demikian, penarikan kesimpulan dan verifikasi data-data didukung oleh bukti-


bukti yang valid yang sesuai dengan temuan lapangan.
Oleh karena itu, rumusan masalah yang dikemukakan di awal penelitian
akan terus berkembang sesuai lapangan yang diteliti. Maka, kesimpulan yang
didapat merupakan kesimpulan kredibel. Kesimpulan juga didapat dari awal
proses analisis data sebelumnya yaitu reduksi data dan penyjian data
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memiliki dua pokok bahasan, yaitu (1) temuan memaparkan
seluruh hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh peneliti selama
melakukan penelitian ke lapangan yang disesuaikan dengan rumusan masalah
penelitian; (2) pembahasan memaparkan analisa temuan dengan teori yang
terdapat pada bab kajian Pustaka.

4.1 Temuan Penelitian


Secara garis besar bagian temuan membahas tiga rumusan masalah penelitian
yaitu tentang Profil SSG, Proses pelaksanaan pembinaan tauhid dan hasil dari
pembinaan tauhid di SSG dalam membentuk karakter BAKU.

4.1.1 Profil Santri Siap Guna (SSG) Daarut Tauhiid Bandung

Gambar 4.1 Logo SSG


Sumber : Dokumen SSG Daarut Tauhiid Bandung)
Sejarah awal berdirinya Santri Siap Guna adalah tidak terlepas dari sejarah
awal berdirinya Yayasan Daarut Tauhiid. Eyang Nurhadi selaku kabag diklat SSG
menjelaskan bahwa awal berdirinya daarut tauhid adalah tidak terlepas dari zaman
era reformasi. Pada saat itu keadaan akhlak Indonesia sedang kacau dan amuradul
semua orang saling menyalahkan. Aa Gym berupaya ingin membantu dan
berperan dalam menyelesaikan masalah negara ini, karena kekuatan agen of
change ada pada seorang pemuda. Idealnya kekuatan perubahan ada pemuda
karena tenaganya masih kuat seperti yang disampaikan oleh Bung Karno beri aku
10 pemuda maka akan kuguncang dunia, serta pemuda adalah harapan bangsa.
Oleh karena itu salah satu jalan untuk mewujudkan hal itu adalah dengan
diadakannya Pendidikan diklat SSG dengan konsep mendidik dan melatih ala
militer karena tidak terlepas dari latar belakang seorang Abdullah Gymnastiar

63
64

yang dulunya adalah seorang menwa, ayahnya seorang Letnal Kolonel Angkatan
darat. Aa Gym ingin mendidik generasi pemuda supaya menjadi seorang muslim
yag berkarakter, fisiknya kuat, disiplinnya bagus, keberaniaannya luar biasa dan
akhlaknya sesuai dengan Rasul yang nantinya menjadi perubahan bagi
masyarakat. Selain itu alasan diidirikannya diklat SSG adalah karena semakin
berkembangnya Pesantren Daarut Tauhiid dari bidang perekonomian maupun
pendidikan. (KS)
Untuk memfasilitasi hal itu maka secara resmi Yayasan Daarut Tauhiid
(DT) didirikan dengan akta notaris Nomor: 8 tanggal 04 September tahun 1990,
dibuat oleh Wiratni Ahmadi, SH. Notaris di Bandung, dan telah diubah akta
notaris Nomor: 17, tanggal 22 April 2004. Resmi didirikan oleh seorang pemuda
yang bernama Yan Gymanastiar (Aa Gym) yang kemudian hari berganti nama
menjadi Abdullah Gymnastiar nama tersebut diberikan oleh salah seorang imam
di mekkah. Pesantren Daarut Tauhiid ini beralamat di Jalan Gegerkalong Girang
No 38 (KS).
Pesantren Daarut Tauhid sebagai Miniatur Realita Kehidupan lebih
menekankan aktivitasnya untuk mewujudkan ajaran Islam yang membumi yang
tidak sekedar bahas teori namun justru lebih ditekankan pada bukti dan karya
nyata, sehingga ummat bisa langsung merasakan manfaatnya. Adapun Pesantren
Daarut Tauhiid memiliki visi yaitu menjadi pesantren virtual berlandaskan tauhiid
untuk melahirkan generasi ahli zikir, ahli fikir dan ahli ikhtiar. Visi tersebut
hendak diwujudkan dengan beberapa misi, di antaranya adalah menyelenggarakan
Pendidikan dan pelatihan, dakwah dan pengabdian pada masyarakat serta usaha-
usaha kemandirian yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Sedangkan tujuannya
adalah untuk membina insan professional yang ahli zikir, ahli fikir dan ahli ikhtiar
Selain itu Daarut Tauhiid ingin menjadikan konsep manajemen qolbu sebagai
konsep perubahan sikap, penyejuk hati, penggelora semangat, mengarahkan
aktivitas organisasi menuju pesantren kota lingkungan barokah, Bandung
bermartabat, memajukan perekonomian Daarut Tauhid dengan menumbuh
kembangkan jiwa entrepreneurship, produk dan jasa dan mencetak SDM yang
siap berkarya dengan etos kerja yang optimal. (Dok.1, KS).
65

Adapun penjabaran makna dari ahli zikir adalah menjadikan Allah sebagai
tumpuan kerinduan, harapan, pertolongan dan tujuan dalam beramal shaleh,
sehingga apapun yang terjadi tidak akan mengurangi keyakinan dan selalu ridha
pada ketentuan-Nya. Sedangkan makna dari ahli fikir adalah mengoptimalkan
kemampuan berfikir, bertafakur dan bertadabbur dalam menggali hakekat
kebenaran, mengungkap hikmah yang tersembunyi, potensi diri dan lingkungan
sehingga diharapkan muncul sikap yang arif, efektif dan tepat dalam mengatasi
berbagai tantangan dan masalah. Selanjutnya makna dari ahli ikhtiar adalah
mengoptimalkan daya upaya dan ikhtiar yang diridhai Allah, sehingga diharapkan
akan muncul manusia-manusia unggul yang selalu berkarya dengan diiringi amar
ma’ruf nahi mungkar (KS).
Konsep Managemen Qolbu (MQ) menurut eyang Nurhadi sebenarnya tidak
ada perbedaan dengan ajaran Islam. Hanya pembahasannya lebih diperdalam,dan
dijelaskan dengan cara yang actual dengan inovasi dan kreatifitas dakwah
menyeseuaikan dengan kebutuhan zaman. Konsep managemen Qolbu
berlandaskan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
bahwa “Ketauhilah di dalam jasad ada segumpal mudghah, bila ia sehat maka
sehatlah seluruhnya, dan bila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya
ketauhilah bahwa itu adalah hati”. Adapun inti dari pelajarannya adalah
dikiaskan bahwa tubuh manusia itu ibarat sebuah kerajaan. Dan sekujur tubuhnya
adalah bala tentararanya sedangkan rajanya adalah sang hati. Jadi, di dalam tubuh
kita ini ada rajanya, lantas bagaimana yang lain bisa diurus jika rajanya tidak.
Seperti apa yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali bahwa otak, tubuh adalah
bala tentaranya (KS)
Menurut Eyang Nurhadi selaku ketua bagian diklat SSG bahwa salah satu
harapan didirikannya DT dengan konsep Managemen Qolbu adalah dapat
memberikan pandangan baru dalam mengisi hati setiap individu muslim untuk
bisa meraih hidup yang lebih baik dan menjadi lebih positif. Selain itu, DT juga
lebih memprioritaskan dakwah dikalangan pemuda harapannya agar bisa muncul
sebagai generasi Winner karena pemuda sebagai tunas-tunas bangsa perlu untuk
dibekali kekuatan ruhiyah agar bisa lebih survive, fight dan dat menjadi changer
keimanan bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam
66

mengahadapi ini DT pun mecoba untuk membuat aneka pembinaan di antaranya


adalah Santri Siap Guna (SSG), keluarga Mahasiswa Daarut Tauhiid
(GAMADA), Sanlat Remaja dan lain sebagainya.(KS)(Dok.1)
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Santri Siap Guna (SSG) berada dalam
Yayasan Daarut Tauhid sebagai bagian dari unit lembaga strategis semi otonom
yang beralamat di jalan Gegerkalong Girang No 67. Sebelum Angkatan pertama,
awal mulanya Aa mengutus orang lama dari daarut tauhid untuk di didik kopasus
di gembleng secara fisik. Perpaduan antara Pendidikan kopasus dengan nilai
tauhid dari pesantren. Barulah secara resmi SSG DT berdiri tanggal 25 April 1999
yang dicetuskan oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dengan visi
menyiapkan kader-kader pelayan masyarakat baik dibidang dakwah, Pendidikan,
ekonomi maupun social. Kader-kader pelayan masyarakat ini adalah generasi
muda yang terbina, yang mampu menjadi motivator, stabilisator dan integrator
bagi masyarakat dengan kekuatan karakter BAKU (Baik dan Kuat), serta berjiwa
di antaranya adalah (1)Pelopor yaitu peka, inisiatif, berani aksi; (2) Mandiri yaitu
pantang menjadi beban, qonaah, 3m: mulai dari diri sendiri, mulai dari yang
terkecil, mulai saat ini juga; (3)Khidmat yaitu senang menolong,
menyempurnakan dan tulus. Selain itu salah satu target programnya adalah untuk
menjadikan kota Bandung sebagai Pilot Project untuk mewujudkan kota santri
yang bermartabat dan menuju Indonesia bertauhiid 2022. Oleh karena itu untuk
mewujudkan hal ini maka SSG bekerjasama dengan aparat pemerintahan, Ormas-
ormas dan masyarakat. (KS) (Dok.1)
Karakter BAKU terdiri dari dua karakter yaitu karakter baik dan kuat.
Karakter baik meliputi karakter jujur, ikhlas dan tawadhu. Sedangkan karakter
kuat meliputi disiplin berani dan tangguh. Eyang Nurhadi selaku kabag diklat
SSG menjelaskan bahwa setiap muslim hendaklah memiliki dua karakter ini. Jika
seseorang hanya memiliki karakter baik saja dan tidak kuat, maka kebaikannya
hanya untuk dirinya sendiri tanpa mampu melindungi orang lain. Jika sebaliknya
hanya berkarakter kuat saja tanpa punya karakter baik maka biasanya orang
tersebut cendrung untuk berbuat kerusakan. Jika tidak punya karakter baik dan
kuat maka akan lebih buruk lagi dan yang akan terjadi kemungkinan seseorang
cendrung untuk berbuat keburukan dan lemah dalam fisik. Menurut eyang
67

analoginya seperti orang yang mencuri ayam, ayamnya tidak berhasil dicuri
namun sudah dikeroyok warga duluan. Maka setiap orang khususnya oraang
muslim hendaklah memiliki karakter baik dan kuat dengan nilai-nilai ketauhiidan.
(KS)
Adapun Visi SSG Daarut Tauhiid adalah menjadi lembaga pembinaan dan
pemberdayaan generasi muda untuk mewujudkan masyarakat bertauhiid. Untuk
mewujudkan visi tersebut maka ada beberapa misi di antaranya adalah;
Menyelenggarakan diklat dan diklat Lanjutan SSG, Menyelenggarakan diklat
Pelatih dan Kaderisasi, Melaksanakan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Kewilayahan, Menjalankan misi sosial kemanusiaan, Melakukan aksi-aksi
kepedulian terhadap Lingkungan (Dok.1)
Diklat SSG terdiri dari dua program yaitu program regular dan nonregular.
Program regular diperuntukkan bagi masyarakat umum khususnya pemuda usia
17-40 tahun diselenggarakan selama 3-4 bulan, dilaksanakan setiap hari Sabtu-
Ahad. Sedangkan program nonregular diperuntukkan bagi lembaga atau instansi
yang meminta untuk diadakan diklat SSG dalam waktu 3-4 hari dengan sistem
blok dan dikelola secara professional (Dok.1)
SSG DT sudah mengeluarkan 39 angkatan dan alumni SSG sudah tersebar
hamper di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu untuk mencapai kondisi
yang optimal dalam pembinaan dan pemberdayaan berkelanjutan, maka
dibentuklah sebuah sistem struktural yang mengacu kepada sistem pembagian
wilayah, di mana wilayah ini merupakan tempat pembinaan dan pengaplikasian
ilmu, tata nilai, berupa pengabdian kepada masyarakat oleh santri yang telah lulus
mengikuti diklat SSG. Saat ini sudah terbentuk wilayah wilayah dakwah SSG di
antaranya adalah Wilayah Pajajaran, Pasir Impun, Jajaway, Ranca Kalong (Kab
Bandung), Tegalega, Ujung berung, Gedebage, Cibeunying, Karees, Bojonagara,
Cimahi, Kab. Bandung Barat, Astana Anyar, Andir, Ciumbuleuit, Citepus,
Jabobeka dan wilayah Luar Bandung. (KS,Dok.1)
Adapun fasilitas SSG di antaranya ada rungan kelas yang digunakan saat
diklat. Untuk kelas indoor antara lain ada Aula Daarul Hajj, Aula Daarul Hidayah,
Masjid DT, Masjid Rahmatalil’Alamin dll. Untuk kelas Outdoor di antaranya
adalah Central 5, Area Kampus UPI, Curuq Sigay, Area Pondok Hijau, Pusat
68

Pendidikan Jasmani (pusdikjas) Cimahi, dan Bumi Perkemahan (Camping


Ground). Akan tetapi untuk Ruangan sebenarnya bersifat tidak tetap/kondisional
suatu saat bisa berpindah-pindah. Sedangkan prasarana yang perlu dipersiapkan
antara lain untuk peserta di antaranya adalah alat-alat kesehatan dan P3K, alat
tulis, Flip chart dan kertasnya, Sound Sistem, Wireless, Proyektor, alat
mountaineering, peralatan Games, dll. Untuk penyelenggara di antaranya adalah
alat tulis kantor, tansportasi untuk kegiatan administrative, kaset, sertifikat dan
lain sebaginya. (Dok.3, KS)

Pada penjabaran diatas dapat peneliti simpulkan bahwa latar Belakang


didirikannya diklat SSG ini bahwa Aa Gym selaku pendiri DT ingin membantu
dan berperan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada bangsa Indonesia
pada awal reformasi. Fokus memberi solusi dengan bukti dan karya nyata. Daarut
tauhid berusaha memperbaiki dari karakter pemuda sebagai kekuatan agen of
change secara berkesinambungan dengan diklat dan khidmat kepda umat. Oleh
karena itu salah satu jalan untuk mewujudkan hal itu adalah dengan diadakannya
diklat SSG dengan konsep manajemen Qolbu. Konsep managemen Qolbu
berlandaskan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
bahwa “Ketauhilah di dalam jasad ada segumpal mudghah, bila ia sehat maka
sehatlah seluruhnya, dan bila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya
ketauhilah bahwa itu adalah hati” Diklat SSG adalah Lembaga pendidikan non
formal serta Lembaga Pendidikan pembinaan karakter yang dilaksanakan selama
3 bulan dengan 12 kali pertemuan. Adapun Sasarannya adalah para pemuda usia
17-40. Dengan visi menjadi Lembaga pembinaan dan pemberdayaan generasi
muda untuk mewujudkan masyarakat bertauhiid. Selain itu dengan misi di
antaranya adalah (a)Menjadi Lembaga pembinaan dan pemberdayaan generasi
muda untuk mewujudkan masyarakat bertauhiid, (b)Menjalankan misi social
kemanusiaan, (c) Menyelenggarakan Diklat dan pelatihan Kaderisasi,
(d)Melaksanakan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan (e)Melakukan
aksi-aksi terhadap lingkungan. Selain itu (f)Menyiapkan kader kader-kader
pelayan masyarakat baik dibidang dakwah, Pendidikan, ekonomi maupun social.
Kader-kader pelayan masyarakat ini adalah generasi muda yang terbina, yang
mampu menjadi motivator, stabilisator dan integrator bagi masyarakat dengan
69

kekuatan karakter BAKU (Baik dan Kuat), serta berjiwa di antaranya adalah
(1)Pelopor yaitu peka, inisiatif, berani aksi; (2) Mandiri yaitu pantang menjadi
beban, qonaah, 3m: mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, mulai saat ini
juga; (3)Khidmat yaitu senang menolong, menyempurnakan dan tulus. Selain itu
salah satu target programnya adalah untuk menjadikan kota Bandung sebagai
Pilot Project untuk mewujudkan kota santri yang bermartabat dan menuju
Indonesia bertauhiid 2022.

4.1.2 Perencanaan diklat SSG-DT


Judul dari penelitian ini adalah Pembinaan Tauhid dalam Membentuk
karakter BAKU pada program Santri Siap Guna di Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung. Peneliti melakukan studi pendahuluan sejak awal tahun 2018 dengan
ikutnya peneliti sebagai peserta diklat SSG Angkatan 35. Setelah itu peneliti
melakukan studi pendahuluan lagi secara resmi pada awal bulan januari tahun
2020 sekaligus mendaftar sebagai peserta SSG Angkatan 39. Peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian SSG ini karena dari semua progam yang
diberikan oleh Daarut Tauhiid yang paling beda dari segi pembinaannya adalah
program Santri Siap Guna. Karena SSG sendiri menggabungkan antara
pembinaan semi militer dengan nilai-nilai ketauhiidan. Sehingga dalam segala
aktivitas ataupun kegiatannya selalu melibatkan Allah. Selain itu kurikulum yang
sedikit membedakan dengan yang lainnya adalah kurikulum yang
mengkolaborasikan antara Pendidikan dan pelatihan karakter BAKU, militer dan
nilai-nilai kepesantrenan dan penanaman tauhid.
Adapun karakter BAKU yang meliputi karakter baik (Jujur, Ikhlas,
Tawadhu) dan Kuat (disiplin, berani, Tangguh) adalah atas dasar ide dan
pemikiran Aa Gym sendiri. Aa berpegang pada prinsip hadis “Muslim yang kuat
lebih Allah cintai dari pada muslim yang lemah meskipun diantara keduanya ada
keutamaan.” Selain itu Aa sangat begitu mengharapkan sekali seorang muslim
bisa menjadi sosok pribadi muslim yang tidak hanya baik akhlaknya akan tetapi
juga kuat fisiknya sehingga bisa melindungi bukan hanya diri sendiri akan tetapi
bisa melindungi orang disekitar dan orang yang lemah. Sehingga bisa menjadi
muslim yang berkarakter, kemudian membentuk keluarga yang berkarakter,
70

masyarakat yang berkaraker sehingga dengan begitu Aa bisa mewujudkan


harapannya yaitu menjadikan Indonesia betauhiid 2022. (KS).
4.1.2.1 Muatan Kurikulum Pada Diklat SSG
Diklat SSG termasuk pada ranah Pendidikan non formal yang bertujuan
mendidik dan melatih karakter BAKU (baik dan kuat). Secara umum muatan
kurikulum terdiri dari 5 komponen yaitu tujuan, materi, strategi pembelajaran,
organisasi kurikulum dan Evaluasi. Data yang dikumpulka terkait muatan
kurikulum adalah melalui Pengumpulan data terkait muatan kurikulum peneliti
kumpulkan dari hasil studi dokumentasi, wawancara, dan observasi.
Dari hasil wawancaa (KS) menjelaskan bahwa dulunya SSG tidak punya
bagian kurikulum khusus, hanya ada bagian operasional yang merancang dan
menskenariokan semua kegiatan SSG baik yang tataran garis besar, tema,
termasuk hal tekhnis di lapangan apa yang akan disampaikan, bagaimana
caranya dan siapa yang duluan berbuat apa. Intinya kurukulumnya belum
tematik seperti yang sekarang, yang terpenting visinya bagus dan sesuai dengan
kondisi yang ada. Tujuan karakternya belum jelas, pelatihan nya benar-benar
seperti pelatihan tentara, kegiatan fisiknya sangat luarbiasa. Contoh kegiatan di
sungai, saat dulu yang penting masuk sungai belum dikaitkan secara mendetail
tujuan untuk apa masih belum jelas. Tapi untuk sekarang mulai ditata dengan
rapi kurikulumnya dan itu didapatkan dari hasil evaluasi diklat. Ssg pertama
sampai ssg yang ke angkatan Sembilan memang pelatihan fisiknya luar biasa
istilahnya menderita tidak jauh berbeda dengan pelatihan militer. Akan tetapi
setelah itu baru banyak perubahan diantara perubahnnya adalah tidak kontak
fisik secara langsung dan ssg semakin kesini semakin lebih baik karena
memang terus di evaluasi. Salah satu peatih ssg Angkatan pertama bercerita
bahwa ssg dulu sangatlah menderita sangat jauh berbeda dengan yang sekarang
tapi disini saya menegaskan bahwa kita tidak bisa menyamakan ssg yang dulu
dengan yang sekarang karena kurikulum ssg dibuat sesuai dengan zamannya.
Karena jikalau ssg yang sekarang memakai kurikulum yang dulu maka pada
akhirnya akan menimbulkan masalah bagi ssg. Aa mengamanahi saya untuk
melatih tanpa adanya kontak fisik atau dalam artian pukul memukul walaupun
aa tahu bahwa saya adalah seorang pelatih infantry. (KS)
71

Pada intinya bahwa awal-awal SSG kurikulumnya sudah ada dan


terstruktur namun belum bagus administrasinya dan tidak tertulis, tapi
diturunkan secara turun temurun secara budaya. Baru ketika angkatan 26 ke
atas mulai dirapikan, kurikulum diBAKUkan, ditulis jumlah jam pelajarannya
(JP), pemateri, recomended tujuan, dan indikator keberhasilan. Pada masa awal
penyusunan kurikulum belum mengacu pada karakter BAKU (baik dan Kuat)
namun produk awalnya “khoirunnas Anfa um linnas”, kepribadian ahli zikir,
fikir, ikhtiar, jadi lebih kepada nilai keDT-an. Adapun konsep karakter BAKU
sendiri adalah rumusan tebaru dari Aa sehingga kurikum yang dulu
disempurnakan bukan dihilangkan Selama ini kegiatan dirancang berdasarkan
apa yang sudah ada dilakukan diangkatan sebelumnya. Dievaluasi apa yang
masih relevan dengan karakter BAKU, dimasukkan kembali dan sedikit
dilakukan modifikasi.
Diklat SSG memiliki kurikulum tersendiri, kegiatan yang terjadwal,
kepengurusan yang terstruktur sehingga termasuk pada pendidikan nonformal
Adapun kurikulum dibuat berdasarkan visi dan misi Daarut Tauhiid, pemikiran
K.H. Abdullah Gymnastiar, pengurus SSG terdahulu, dan hasil pemikiran dan
pengalaman pengembang kurikulum. Dari hasil kaloborasi pemikiran tersebut
maka tersusunlah kurikulum SSG.

A. Tujuan Kurikulum SSG


Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumen bahwa tujuan
kurikulum diklat SSG di antaranya adalah (a)menumbuhkan kesadaran kepada
peerta untuk memperbaiki diri, (b) menjadi manusia yang ahli zikir fikir dan
ikhiar sesuai denga Visi Daarut Tauhiid, selain itu (c) menjadi pribadi yang
melandaskan segala fikiran dan usahanya kepada Allah sebagai penguasa
segalanya. (KS) menyampaikan bahwa fikir tanpa zikir berarti sombong, ikhtiar
tanpa zikir adalah sebuah kesia-siaan. Oleh karena itu tiga rangkaian tersebut
merupakan rangkain ketauhidan dalam hidup. Sehingga dia akan terus
mendekatkan diri kepada Allah dan sadar bahwa tujuan Allah menciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, oleh karena itu dia terus berusaha
memberikan yang terbaik dalam Hablumminallah wa hablumminannas.
72

Selain itu output dari diklat ini adalah (d) menjadikan para pemuda yang
bisa menjadi pelopor, mandiri dan ahli khidmat. Pelopor minimal untuk
kebaikan diri sendiri, kemudian untuk keluarga, masyarakat, negara bahkan
dunia. Mandiri tidak membebani orang lain bahkan lebih baik lagi jika
memandirikan orang lain. Khidmat kepada masyarakat dengan prinsip “kepada
Allah menghamba dan kepada umat berkhidmat”. (KS)
Dalam pembuatan kurikulum SSG menggunakan (a) system
kepesantrenan dan (b) system kepanduan. Krikulum keagamaan dengan
memasukan nilai-nilai kegamaan, kebersihan hati (tauhid yang bersih maupun
qolbun salim) , biirul walidaini, intinya Pendidikan untuk meningkatkan
kualitas keimananan terkait hablumminallah dan hablumminannas. Kurikulum
kepanduan lebih mirip kepada semi militer untuk membentuk karakter BAKU.
Gambar 4.2 Kuadran Karakter BAKU

Sumber : dokumen SSG DT


Tujuan dibuatkannya kurikulum berdasarkan hasil dokumentasi secara
umum adalah agar terbentuk pribadi berkarakter BAKU, yaitu Baik (Ikhlas,
jujur, Tawadhu), Kuat (Disiplin, berani, tangguh) dimana nantinya akan
melahirkan generasi: (a) Memiliki jiwa : Pelopor, Mandiri, Khidmat; (b)
Mampu menjadi agen perubahan sebagai ragi di masyarakat; (c) Memiliki jiwa
korsa yaitu tiada kesetiaan tanpa kesetiaan; (d) Mampu memimpin dan siap
dipimpin (Dok.2)
Adapun yang didapatkan oleh peneliti berdasarka hasil observasi bahwa
peserta didik dilatih untuk memiliki tauhid yang kuat sesuai dengan visi DT
menjadikan ahli zikir dimana dalam segala aktivitasnyaa harus selalu
melibatkan Allah. Selain itu dalam segala aktivitas harus diniatkan karena
Allah dan untuk Allah. Dan dalam aktivitas atau keadaan apapun jangan penah
melepaskan zikir. Zikir menjadi kunci utama dalam melaksanakan diklat ini.
Kemudian peserta didik juga dilatih untuk menjadi pribadi yang berkarakter
BAKU denga berbagai treatment yang diberikan. Beberapa treatment yang
73

diberikan di antaranya orientasi medan, longmarch, materi keislaman, motivasi,


budaya SSG, dan manajemen konflik. Untuk membentuk sifat tawadhu pelatih
memberikan perlakuan yang sama terhadap semua peserta karena semua
penilaian dikembalikan kepada Allah. Sedangkan untuk melatih jiwa pelopor
adalah dengan diterunkannya secara langsung dimasyarakat dengan membuat
agenda bakti social. Sedangkan mandiri adalah dengan diajarkan untuk
berwirausaha dan prinsip pantang menjadi beban. Adapun pembentukan
menjadi ahli khidmat yaitu dengan diberiakn pemahaman dan praktek menjadi
pemimpin sebagai pelaya umat. (OB2,OB4, OB6). Dengan berbagai treatment
diatas menjadikan peserta sadar bahwa banyak sekali kesalahan yang telah
mereka perbuat selama ini, banyaknya maksiat yang telah dilakukan, selalu
menganggap remeh akan keberadaan, kekuatan Allah. Kemudian mereka
berusaha untuk memperbaiki diri sepeti jargon SSG yaitu PDLT (perbaiki diri
lakukan terbaik) dengan cara bertobat, banyak beristigfar, zikir, muhasabah
berusha untuk melibatkan Allah dalam segala aktivitasnya agar mendapatkan
keberkahan, ketenangan dan selalu jeli mengambil hikmah dari segala kejadian.

Tabel 4.1 Triangulasi Tujuan Kurikulum Diklat SSG


Teknik Pengumpulan Data
Dokumentasi Wawancara Observasi
Tujuan dibuatnya Menanamkan tauhid yang Peserta diklat diberikan
Kurikulum diklat bersih, lurus dan kuat, materi untuk menambah
SSG adalah agar Qalbun salim, memiliki wawasan keislaman dan
terbentuknya hati yang bersih. Latihan fisik dan
pribadi muslim Mendidik agar selalu lapangan untuk
yang berkarakter melibatkan Allah dalam membentuk karakter
BAKU yaitu baik segala aktivitas (karena BAKU yaitu baik
dan kuat. Karakter Allah dan untuk Allah) meliputi jujur, ikhlas,
baik meliputi ikhlas, selain itu menjadi hli tawadhu dan kuat
jujur dan tawadhu zikir, ahli fikir, ahli meliputi disiplin, berani
Dan karakter kuat ikhtiar, pelopor, mandiri, tangguh. Selain itu
meliputi disiplin, ahli khidmat, dan menumbuhkan kesadaran
berani dan tangguh. peningkatan keimanan atas siapa dirinya dan
Sehingga dapat terkait hablumminallah Tuhannya. Dan
melahirkan generasi wa hablumminannas. membentuk pribadi yang
pemuda yang Selain itu menumbuhkan berjiwa pelopor, mandiri,
berjiwa pelopor, kesadaran atas ahli khidmat, jiwa korsa,
mandiri, ahli kekurangan dan siap memimpin dan
khidmat, agen kesalahan sehingga terus dipimpin. Dan
perubahan, berjiwa memperbaiki diri dan menanamkan tauhid
74

korsa, mampu melakukan yang terbaik yang kuat.


memimpin, dan siap agar bisa lebih baik lagi
dipimpin.

Sumber: diolah oleh peneliti


B. Materi Kurikulum SSG
Materi kurikulum SSG mengacu pada pembentukan karakter BAKU.
Untuk penyusunan materi kurikulum pembentukan karakter baik lebih banyak
materi di dalam kelas, sedangkan karakter kuat dibentuk dalam kegiatan
lapangan. Untuk diklat SSG regular ada 40 materi yang akan disampaikan baik
materi kelals maupun lapangan. (KS)

Tabel 4.2 Materi Kurikulum Diklat SSG Hasil Dokumentasi


No Materi No
Karakter Baik Karakter Kuat
1 Pengantar Diklat Samapta 33
2 Fiqh praktis Orientasi Medan Curug 34
Sigay
3 Muhasabah PBB Tauhiid 35
4 Ta’lim muta’alim Berkuda 36
5 Aqidah 1 Memanah 37
6 Fiqih sholat Longmarch 38
7 Tata nilai Budaya DT Rappling 39
8 Hakikat perjalanan hidup manusia Halang rintang 40
9 Unlocking Potensial Power Badar Games 41
10 Qiyadah wal Jundiyah Wirausaha 42
11 Mewaspadai aliran sesat Bela diri praktis 43
12 Tahsin 1, 2, 3,dan 4 Manajemne konflik 44
13 Pribadi taat penuh manfaat Bakti Sosial 45
14 Fiqih janaiz Camp craf 46
15 Public speaking Penyeberangan basah 47
16 Birul walidain Bivouac beregu 48
17 Fiqh khutbah Jurit malam 49
18 Fiqh wanita Solo bivouc 50
19 Pranikah Olaharga Kebersamaan 51
20 Sirah nabawiyah Aksi peduli lingkungan 52
21 Camp manjamen
22 Efektif team building
23 Upacara pembukaan
75

24 Karakter BAKU
25 Urgensi Niat
26 Dahsyatnya Sedekah
27 Al-quran sebagai pedoman hidup
28 Adab pergaulan
29 Kajian Tauhiid (Manajemen
Qolbu)
30 Mentoring
31 Fiqih Muamalah
32 Rikhlatul Khulud
Sumber : Dokumen SSG Daarut Tauhiid Bandung

Materi yang direncanakan berjumlah 52 materi akan tetapi bisa saja


berubah sewaktu-waktu dengan pertimbangan dan hasil evaluasi kondisi
peserta maupun kesiapan pengisi materi, selain itu ada permintaan dari guru
besar Aa Gym untuk menyesuaikan dengan jadwal beliau.(KS)
Berdasarkan hasil observasi dan partisipasi dilapangan, peneliti mencatat
materi yang diberikan kepada peserta tidak jauh beda dengan apa yang
direncanakan. Adapaun materi yang diberikan pada diklat SSG Angkatan 39 ini
adalah :
Tabel 4.3 Materi Kurikulum Diklat SSG Hasil Observasi
No Materi No
Karakter Baik Karakter Kuat
1 Pengantar Diklat Samapta 21
2 Upacara pembukaan Olahraga kebersamaan 22
3 Ta’lim Muta’allim Orientasi medan 23
4 Karakter BAKU Longmarch 24
5 Urgensi niat PBB Tauhid 25
6 Dahsyatnya sedekah Snapling 26
7 Fikih praktis Halang Rintang 27
8 Muhasabah Aksi peduli lingkungan 28
9 Tata nilai budaya DT Badar games 29
10 Keempurnaan Salat Praktek Wirausaha 30
11 The power of dreams Bakti Sosial 31
12 Biirul walidain
13 Alquran sebagai pedoman hidup
14 Qiyadah wal jundiyah
76

15 Adab prgaulan
16 Fikih janaiz
17 Kajian tauhiid (Managemen Qolbu)
18 Mentoring
19 Fiqih muamalah
20 Rikhlatul Khulud
Sumber : diolah oleh peneliti.
Hasil dari wawancara dengan KS bahwa terkait materi dan treatment
yang diberikan pada peserta setiap angkatannya tidak bisa disamakan. Karena
ada beberapa pertimbangan di antaranya adalah (a) kondisi psikologis peserta
setiap angkatan yang berbeda, (b) latar belakang yang beragam, (c) respon
terhadap setiap instruksi yang diberikan, dan (d) kesediaan pemateri yang perlu
selalu dikonfirmasi dan berbagai peertimbanagan lainnya. Walaupun materinya
berbeda, tetapi tetap mengacu pada kurikulum.
Tabel 4.4 Triangulasi Materi Kurikulum Diklat SSG
Tehnik Pengumpulan Data
Dokumentasi Wawancara Observasi
Dari hasil dokumentasi Materi kurikulum terbagi atas Observasi lapangan
bahwa diklat SSG dua bagian yaiut materi untuk seharusnya 3 bulan
memiliki dua bagian pembentukan karakter baik akan tetapi karena
materi kurukulum yang yang diberikan di dalam kelas berbagai pertimbangan
terdiri dari matari karakter dan pembentukan karakter kuat khususnya covid-19,
baik diberikan di dalam yang dilaksanakan diluar kelas diklat ssg secara
kelas dna materi karakter pada kegiatan dilapangan. terpaksa dihentikan dan
kuat pada kegiatan Selain itu materi juga dapat diklat ssg Angkatan 39
lapangan tercakup dalam menyesuaikan dengan kondisi hanya melaksanakan
52 materi. peserta, tempat, pemateri, diklat selama 2 bulan.
waktu dan pertimbangan Oleh karena itu materi
lainnya namun hal tersebut yang termuat dalam
tetap mengacu pada kurikulum kurikulum, tidak semua
yang telah dibuat. terlaksana.
Sumber : diolah oleh peneliti

C. Strategi Pembelajaran dalam Diklat SSG


Dari hasil wawancara bahwa strategi yang digunakan dalam diklat SSG
adalah berupa ceramah, diskusi, tanya jawab, studi kasus, praktek lapangan,
pengalaman langsung, discovery learning, pembiasaan, metode pembelajaran
Experiental Learning learning by doing (pembiasaan dengan langsung
melakukan/ mengerjakan), simulasi serta Accelerated learning
77

(percepatan).Waktu yang singkat dalam diklat maka membutuhkan metode


yang tepat agar tujuan diklat dapat tercapai secara maksimal (KS, Dok.2).
Metode pembelajaran eksperiental learning (belajar dari pengalaman).
bahwa dalam satu kejadian yang sama Peserta mengalami atau mendapatkan
hikmah yang berbeda. Dengan begitu setiap orang mendapatkan pelajaran yang
berbeda dan jika digabungkan maka pelajaran yang didapat akan lebih banyak.
Pelatih disini hanya mengajak dan membangun kesadaran peserta Adapun
pelajaran maupun hikmah mereka dapatkan dari hasil pegalaman mereka
sendiri. Metode ini mengajarkan kepada peserta untuk menggali hikmah dalam
setiap kejadian. Prinsipnya tidak ada kejadian yang sia-sia, pasti ada pelajaran.
Selalu beprasangka baik kepada Allah. Dan diklat SSG ini diatur untuk
memunculkan kesadaan peseta dan ketajaman hati untuk mengambil hikmah.
(KS, P1,P2,P3,P4)
Adapun Learning by doing (pembiasaan dengan langsung melakukan/
mengerjakan) peserta atau santri belajar dengan langsung merasakan dan
mempraktikan materi seperti orientasi medan, rappling, haling rintang,
longmarch, PBB Tauhid, perang badar, bersih-bersih lingkunga, wirausaha,
berkuda, berkuda, memanah. semua kegiatan yang dilaksanakan, maka peserta
dilatih untuk jeli dalam menggali hikmah terdalam sehingga aktivitas bukan
hanya sekedar menarik, menguatkan fisik akan tetapi akan menjadika nilai
ibadah dan perbaikan diri (KS, P1, P2,P3,P4)
Sedangkan metode pembelajaran Accelerated learning (percepatan).
Membentuk karakter BAKU dalam waktu 3 bulan, 12 kali pertemuan. Oleh
karena itu kegiatannya adalah praktek langsung dilapangan dengan merasakan
langsung seperti, penyebrangan basah, rappling, haling rintang. Longmarch,
Latihan berganda, solo bivouac. Dalam kegiatan peserta harus selalu diiringi
dzikihr agar kegiatannya dapat menilai ibada serta mengambil hikmah dari
setiap kejadian. (KS, P1, P2,P3, P4, )
Berdasarkan observasi peneliti melihat strategi yang digunakan dalam
diklat SSG adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, studi kasus, praktek
lapangan, pengalaman langsung, problem selving, cooverative learning,
discovery learning. Adapun metode pembelara yang digunakan adalah metode
78

pembelajaran experiental learning, learning by doig dan Accelerated learning


(OB1, OB2 OB3, OB4, OB5,OB6).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi metode


pembelajaran yang digunakan oleh SSG adalah ceramah, diskusi, tanya jawab,
studi kasus, praktek lapangan, pengalaman langsung, discovery learning,
pembiasaan, metode pembelajaran Experiental Learning learning by doing
(pembiasaan dengan langsung melakukan/ mengerjakan), problem selving,
cooverative learning, discovery learning simulasi serta Accelerated learning
(percepatan). Adapun metode pembelara yang digunakan adalah metode
pembelajaran experiental learning, learning by doig dan Accelerated learning.

D. Organisasi Kurikulum SSG


Organisasi kurikulum dalam diklat SSG terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Tahapan Dobrak Diri (masa orientasi)
2. Tahapan Bangun Diri (masa aktif belajar mengajar)
3. Tahapan Bangun Tim &Organisasi (team Building & aktif di
masyarakat)
Dobrak diri merupakan tahap pertama dalam diklat SSG yang dimulai
dengan tahap kegiatan masa orientasi dan tahapan awal. Diklat tahap ini
bertujuan untuk mengosongkan mindset, paradigma, ego peserta untuk siap
masuk di program/ lingkungan pelatihan SSG. Dalam tahapan awal untuk
mengosongkan mindset, paradigma, dan ego peseta juga diberikan materi
pegana diklat oleh kepala SSG DT dengan tujuan agar mendapat pemaaman
yang utuh tentang Diklat SSG ini. Selain itu, peserta diaajak untuk mendobrak,
mengalahkan atau mnegatasi hambaan-hambatan psikologi peseta yang dapat
mengambat kemajua, phobia, trauma atapun malasa, denga diberikan kegiatan-
kegiatan fisik serta membiasakan diri untuk salat berjamaah, melaksanakan
salat sunah dhuha dan tahajud. (KS, Dok.2 )
Bangun Diri adalah tahapan untuk mengisis diri dengan wawasan ilmu,
keterampilan pegalaman, serta tata nilai positif yang menjadi bekal bagi setiap
individu untuk menjadi lebih mandiri, baik ilmu maupu sikap hidup dan
keterampilan.(KS, Dok.2)
79

Bangun Tim adalah untuk melatih mengasah, membiasakan individu


untuk dapat berinteraksi dengan pihak lain dalam membangun kerjsama dalam
team/kelompok. Dirancang untuk tebangunnya kepekaan, empati, sikap bijak,
saling mmebantu dalam Kerjasama tim/ kelompok. (KS, Dok.2)
Table 4.5 Organisasi Kurikulum SSG
Tahap Alokasi waktu Mata pelatihan Rekomendari pemateri JPI

Dobrak 4 Pengantar Diklat Ka. SSG 2


Diri Samapta Kabag Diklat 4
Perte muan Fiqih praktis Ust. Fakhrudin 2
Orientasi Medan Danlat SSG 6
Muhasabah Ka SSG & Ust. Hendra 4
Ta’lim muta’allim Ust. M. Rofqul & Ust. 4
Mulyana
Aqidah Ust. Roni & Ust. 4
Rofiqul
PBB Tauhid Kabag Diklat &Pelatih 5
SGG
Fiqih salat Ust. Fakhruddin & Ust. 2
Rafiqul
Tata Nilai Danlat ssg & pelatih 2
Pesantren DT
Berkuda Daarus Sunnah 2
Memanah Daarus Sunnah 2
Hakikat Ust. Mulyadi &Ust. 2
Perjalanan hidup Mumuh
Manusia

Unlocking Masrukhul Amri 2


Potential Power
Longmarch Danlat SSG 8
Rappeling Pusdikjas 2
Halang Rintang Pusikjas 2
Dahsyanya Ust. Mumuh 2
Sedekah
Fiqih Muamalah Ust. Hendra 2

Tahap Alokasi waktu Mata pelatihan Rekomendari pemateri JPI

Bangun 4 pertemuan Qiyadah wal Ustd. Hendra & Ust. 2


Diri jundiyah Rizal
Mewaspadai Ust. Roni &Ust. Rizal 2
aliran sesat
Tahsin Ust. Yusuf &Ust. 6
Ahmad
80

Badar Games Ka SSG & Danlat SSG 2


Konsilidasi Kabag diklat & Danlat 2
Baksos SSG
Pribadi Taat Adeda &Ustad 2
Penuh Manfaat Komarudin
Janaiz Ust. Jamal 8
Public Speaking Mas Igun 4
Wirausaha Danlat SSG 8
PBB Tauhid Pelatih SSG 4
Bela Diri Kang Iskandar 8
Birul Walidain Ust. Rofiq 2
Fikih khutbah dan Ust. Roni, Ustadah 2
fikih wanit Erika
Rikhlatul Khulud Ustad Roni 2

Tahap Alokasi Mata pelatihan Rekomendari pemateri JPI


waktu
Bangun 4 Manajeman konflik Ketua Yayasan DT 2
Tim pertemuan Tahsin Ustad Yusuf 4
Pranikah Ustad Hanan 2
Presentasi Baksos Pelatih SSG 2
Baksos Pelatih SSG 2
PBB Pelatih SSG 4
Camp Management Danlat SSG 2
Bela Diri Santri Kang Iskandar 4
Sirah Nabawi Ust. Roni 12
Longmarch Pelatih SSG 20
Camp craft Pelatih SSG 6
Penyebrangan basah Pelatih SSG 4
Jurit malam Pelatih SSG 4
Solo Bivouch Pelatih SSG 18
Muhasabah Pelatih SSG 2

Berdasarkan observasi dilapangan bahwa tidak seluruh materi dan


rangkain diklat yang telah dirancang dalam kurikulum terlaksana semuanya
menyesaikan dengan pemateri, faktor cuaca, kondisi peserta, dan kesiaan tempat
pelatihan (OB1, OB2, OB3, OB4, OB4, OB5, OB6)
Tabel 4.6 Triangulasi Organisasi Kurikulum SSG

Tehnik Pengumpulan Data


Dokumentasi Wawancara Observasi
Organisasi kurikukulum diklat Oganisasi kurikulum ssg Peserta diberikan materi
sssg dibagi menjadi 3 tahapan dibagi menjadi tiga tahapan sesuai dengan tahapan yaitu
yaitu tahap dobrak diri,bangun yaitu tahap dobrak diri, tahapan dobrak diri, bangun
81

diri, bangun tim.. tahap bangun diri, tahap diri dan bangun tim. Setiap
Dibuat dalam 12 kali angun tim. Jumlah tahapan memilikii 4 kali
pertemuan selama 3 bulan. petemuan adalah 12 kali pertemuan jumlah
Setiap tahapan memiliki 4 selama 3 bulan, dan setiap keseluruhan adalah 12
pertemuan. Puncak diklat ssg tahapan memiliki 4 pertemuan. Akan tetapi
adalah Latihan berganda di pertemuan. Selain itu Kembali lag kepada keadaan
cikole. puncak diklat SSG adalah tidak semua materi dan
Latihan berganda dimana tahapan bisa
semua tahapan terealisasikan.seperti diklat
dikaloborasikan dalam satu ssg 39 karena harus
rangkaian di hutan cikole. diberhentkan secara terpaksa
Peserta dkuatkan dengan karena covid-19 tidak
Latihan yang ektra fisik semua materi dan tahapan
dan mental terealiasi. Jumlah pertemuan
hanya 9 dan waktu
pembinaan hanya 2 bulan
tahaan bangun tim hanya
didapatkan dalam 1
pertemuan.
Sumber: diolah peneliti
E. Evaluasi pada Diklat SSG
Pak Nurhadi memaparkan bahwa evaluasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu
evaluasi besar dan evaluasi kecil. Evaluasi besar dilaksanaka pada akhir diklat
SSG, sedangkan evaluasi kecil dilakukan setiap pekan setelah kegiatan
berlangsung (KS) Adapun dalam cakupan luasanya bahwa evaluasi Dalam diklat
SSG di antaranya adalah (a)evaluasi kegiatan sebelumnya, (b)evaluasi pemateri,
(c)evaluasi perpekan, (d)evaluasi perbulan, dan (e) evaluasi perkegiatan (Dok.2,
KS, P1,P2,P3,P4)
Bedasarkan Hasil wawancara dengan (KS) bahwa evaluasi diklat pada
Angkatan sebelumnya dapat menjadikan masuka agar dklaat selanjutnya bisa
lebh baik lagi. Jika ada kesalahan dan kekurangan pada diklat sebelumnya
maka akan diperbaiki dan dhilangkan kesalahan itu. Selain itu menyesuakan
juga situasi yang ada. Akan tetapi tetapi tetap tidak merubah esensi dari
kurkulum karakter BAKU. (Dok.2, KS)
Adapun evaluasi permateri dilakukan setelah selesai pematerian dengan
cara melihat respon dan antusias peserta terhadap materi tersebut, dengan
metode hikmah.(KS). Setiap Pelatih memiliki catatan tersendri terkait kegiatan
sesuai dengan amanahnya masing-masing. Tujuanya agar mengetahui
82

pekembangan kegiatan, kendala dan lain-lain agar bisa menjadi bahan


evaluasian (Dok.2, KS).
Sedangkan evaluasi bulanan dilakukan perbulan sekali atau pertahapan
diklat terkait apakah peserta telah memenuhi tujuan dan targetan diklat sesuai
tahapan yaitu dobrak diri, bangun diri, dan bangun tim. Jika ternyata ada yang
kurang, maka akan diberikan tambahan treatment khusus diwaktu yang ada
(Dok.2, KS).
Selanjutnya evaluasi perseluruh rangkaian kegiatan berupa pengisian
questioner terkait kepuasan peserta terhadap kegiatan secara menyeluruh baik
pertahapan kegiatan diklat dobrak diri, bangun diri, dan bangun tim, juga
terkait kualitas pelatih, sarana dan prasarana, materi, dan kegiatan lapangan
Adapun pada pelaksanaannya dilaksanakan sesuai kebtuhan dan dilaksanakaan
secara berjenjang dengan menggunakan media baik secara formal ataupun non
formal lisaan aaupun tulisan seperti laporan keterlaksanan atau proses kegiata
diklat dari pelatih pendamping setiap elompok kepada komandan diklat,
observasi langsung kelapanga oleh komandan diklat. Adapun evaluasi akhir
terhadap kegiatan diklat berupa kuesione untu menjaring tingkat kepuasan
peserta (KS)
Berdasarkan hasil dokumentasi kurikulum bahwa dalam menentukan
kelulusan peserta dan untuk mendapatkan sertifikat maka dilakukan dengan
pertimbangan: (1) Beban belajar 3 bulan, intensitas minimal 11 kali pertemuan
dai total 13 pertemuan: (2) Ketuntasan belajar, 80% peserta harus mengkuti
rangkain kegiatan dan mengikuti minimal 32 mata pelatihan ; (3) Kelulusan,
dililhat dari evaluasi akhir (Dok.2, KS)
Tabel 4.7 Triangulasi Evaluasi Diklat SSG

Tehnik Pengumpulan Data


Dokumentasi Wawancara Observasi
Evaluasi Dalam diklat SSG di Evaluasi terbagi menjadi Evaluasi kegiatan
antaranya adalah (a)evaluasi dua bagian, yaitu evaluasi dilakukan diakhir
kegiatan sebelumnya, besar dan evaluasi kecil. pertemuan setiap
(b)evaluasi pemateri, Evaluasi besar dilaksanaka pekannya.
(c)evaluasi perpekan, pada akhir diklat SSG, Peserta yang mengikuti
(d)evaluasi perbulan, dan (e) sedangkan evaluasi kecil diklat kurang 80% tidak
evaluasi perkegiatan. dilakukan setiap pekan berhak mendapatkan
83

Dalam menentukan kelulusan setelah kegiatan sertifikat.


peserta dan untuk berlangsung. Pelatih mencatat setiap
mendapatkan sertifikat maka Selain itu (a)diklat kegiatan sebagai naham
dilakukan dengan sebelumnya dijadikan laoran pelatih dalam
pertimbangan: (1) Beban masukan ,(b) evaluasi membimbing peserta.
belajar 3 bulan, intensitas permateri dilakukan setelah
minimal 11 kali pertemuan selesai pematerian dengan
dai total 13 pertemuan: (2) cara melihat respon dan
Ketuntasan belajar, 80% antusias peserta terhadap
peserta harus mengkuti materi tersebut, dengan
rangkain kegiatan dan metode hikmah, (c) evaluasi
mengikuti minimal 32 mata bulanan dilakukan perbulan
pelatihan ; (3) Kelulusan, sekali atau pertahapan diklat
dililhat dari evaluasi akhir terkait apakah peserta telah
selama program pelatihan memenuhi tujuan dan
berjaan dan peserta juga targetan diklat sesuai
dinyatakan lulus apabila tahapan Jika ternyata ada
mengikuti pelantikan. yang kurang, maka akan
diberikan tambahan
treatment khusus diwaktu
yang ada, (d)evaluasi
perseluruh rangkaian
kegiatan berupa pengisian
questioner terkait kepuasan
peserta terhadap kegiatan
secara menyeluruh baik
pertahapan juga terkait
kualitas pelatih, sarana dan
prasarana, materi, dan
kegiatan lapangan
Sumber: diolah oleh peneliti

4.1.3 Proses pelaksanaan pembinaan tauhid pada Diklat SSG Angkatan 39


Saat pembukaan SSG Angkatan 39 pada hari sabtu tanggal 18 januari
2020. Ustad Fakhruddin selaku ustad di Pesantren Daarut Tauhiid mengenalkan
tentang sejarah awal berdirinya Daarut Tauhiid dan pentingnya memiliki Tauhiid
yang lurus di zaman globalisasi ini. Beliau menjelaskan bahwa Tauhiid ini adalah
pangkal dari segalanya, Ilmu ma’rifatullah atau ilmu megenal Allah adalah
puncak dai segala ilmu. Selain itu bahwa ma’rifat adalah asas ilmu hamba tentag
kebahagiaan, kesempurnaan dan kemaslahatan dunia akhirat. Tidak adanya
pengetahuan tentang Allah mengakibatkan ketidakahuan tentang dirinya sendiri
seta apa yang mmbersihkan daan mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya didunia
84

dan diakhirat kelak, beliau menyimpulkan bahwa pengetahua tentang Allah adalah
pangkal kebahagiaan sedangkan ketidaktahuan tentang Allah merupakan pangkal
penderitaan. Saat wawancara (KS) juga menjelaskan bahwa wajib sekali seorang
muslim memiliki tauhiid yang lurus, tauhid merupakan cabang keimanan yang
paling tinggi. Ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali dengan tahuid
memurnikah ibadah semata-mata karena dan hanya untuk Allah. Tidak boleh
adanya kesyirikan dalam melakukan ibadah. Dalam melakukan ibadah syaratnya
adalah ikhlas dan tidak menyekutukan-Nya. Apabila terdapat satu saja dari ibdah
tersebut yang dicaampuri denga kesyirikan maka selurh ibadah yang pernah dia
lakukan akan batal dan hilangya pahala. Oleh karena ituUstad Fakhruddin
mengajak dan mengharuskan santri untuk memperbaiki biat dalam melaksanakan
diklat ini, niatkanlah untuk ibadah,amal shaleh dan laksanakanlah dengan Lillah
karena hal tersebut akan memberikan dampak positif terhadap kita dan kita akan
bisa menemukan banyak hikmah diantarnya adalah semakin yakinnya kita akan
kekuasaan dan keberadaan Allah. (OB1)
Selain itu saat acara pembukaan diklat SSG Pak Nurhadi selaku Kabag
Diklat SSG juga menjelasakan bahwa latar belakang dan tujuan didirikannya ssg
adalah untuk membentuk santri sebagai pelayan masyarakat baik di bidang
dakwah, pendidikan, ekonomi maupun sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai
ketauhiidan. Selain itu disiapkan sebagai pengkaderan dan pembinaan generasi
muda yang mandiri dan mampu menjadi motivator, stabilisator dan integrator
bagi masyarakat. Pak Nurhadi bercerita bahwa ssg ini diharapkan santrinya
memiliki karakter BAKU (Baik dan Kuat) dan berjiwa Pelopor (Peka, Inisiatif,
Berani Aksi), Mandiri (Pantang Jadi Beban, Qonaah, 3M: Mulai dari Diri Sendiri,
Mulai dari yang terkecil, Mulai Saat ini juga) dan Khidmat (Senang Menolong,
Menyempurnakan, Tulus) selain itu sebagai salah satu bentuk dalam
mempersiapkan calon pemimpin yang dapat memeberi manfaat yang banyak bagi
umat.(OB1).
Dalam wawancaranya juga (KS) menjelaskan awal mula berdirinya SSG ini
adalah saat zaman era reformasi, saat akhlak orang Indonesia sedang hancur.. Saat
kekacauan umat semakin menjadi-jadi. Pembunuhan, pencuriaan, perjudian dan
kemaksiatan terjadi dimana-mana. Saat itulah muncul kekhawatian Aa Gym
85

terhadap kondisi bangsa Indonesia yang sedang dilanda banyak masalah.


Kemudian tahun 1999 saat Aa melaksanakan Ibadah Haji tercetuslah sebuah Ide
dan keinginan untuk berkontribusi dan membantu menyelesaikan masalah yang
sedang melanda bangsa ini. Aa menyampaikan bahwa bangsa ini memiliki sumber
daya pemuda yang luar biasa namun tidak produktif dan kurang manfaat.
sementara situasi global menuntut untuk dapat bersaing dengan negara lain secara
cepat, Bangsa ini sejatinya mempunyai banyak orang cerdas akan tetapi mayoritas
berkarakter buruk dan merusak. Ada orang soleh namun lemah dalam bertindak
sehingga minim perubahan. Lebih parah yang berkarakter lemah dan buruk, maka
orang seperti ini hanyalah menjadi beban masyarakat.
Aa tidak ingin terus menerus sibuk membicarakan masalah tanpa adanya
gerak nyata, focus terhadap solusi bukan masalah. Oleh karena itu aa ingin focus
menjadi bagian dari solusi atas permasalahan yang ada. Kemudian berangkat dari
kondisi itulah Aa berinisisiaif membuat sebuah pelatihan yang diharapkan dengan
pelatihan tersebut dapat memberikan solusi atas permasalahan yang sedang
terjadi. Karena latar belakang Aa adalah seorang menwa dan ayahnya adalah
seorang TNI maka Aa ingin sekali menerapkan kedisiplinan TNI itu ke pelataihan
yang Aa rencakan. Akirnya lahirlah diklat SSG yang dimana diklat ini adalah
diklat yang menggabungkan pelatihan semi militer, Nilai-nilai kepesantrenan dan
karakter BAKU. (KS)
Pak Nurhadi menjelaskan bahwa aktivitas apapun yang kita lakukan, maka
lakukanlah dengan cara yang terbaik dan niatkanlah hanya untuk mengharap ridha
Allah semata dan libatkanlah Allah dalam segala aktivitas yang kita lakukan. Agar
aktivitas apapun yang kita lakukan selalu mendapatka keberkahan. Selain itu jika
kita bersungguh-sungguh dalam melakuka suatu hal dan selalu melibatkan Allah
maka insyAllah Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk kita. oleh karena
itu SSG sendiri mempunyai prinsip PDLT yaitu perbaiki diri lakukan yang terbaik
(KS, P1, P2, P3, P4).
Daarut Tauhiid berusaha memperbaiki karakter pemuda secara
berkesinambungan dengan kerja nyata dalam bentuk karya maka diklat dan
khidmat kepada umat adalah sebagai solusi. DT sendiri mempunyai prinsip bahwa
kepada Allah menghamba kepada umat berkhidmat (OB1). Salah satu program
86

pendidikan karakter yang dibuat oleh DT adalah program diklat SSG. Diklat SSG
ini diperuntukan bagi pemuda rentan usia 17-40. Tapi pada pelaksanaanya ada
beberapa peserta yang usianya dibawah 17 tahun maupun diatas 40 tahun. Akan
tetapi dengan syarat membuat surat pernyataan sanggup untuk mnegikuti seluruh
rangkaian diklat. Latar belakang peserta diklat SSG Angkatan 39 ini berasal
berbagai macam profesi di antaranya ada serang pelajar, ibu rumah tagga, kepala
sekolah, Guru karyawan, wirausaha dan lain sebagainya, selain itu dengan
masalah yang beragam dan dengan niat yang beragam. (OB1) Dalam Hal ini Pak
Nurhadi menjelaskan bahwa kita tidak mempermasalahkan niat awal peserta
mengikuti diklat SSG, karena jika dilihat dari berbagai macam niat tidak
semuanya niat murni karena Allah. Ada yang niat mencari jodoh, ada yang
sekedar hanya ingin mengisi atas kekosongan waktunya ada juga yang dalam
proses memperbaiki diri, ada juga yang hanya ingin mencoba, selain itu ada yang
karena diajak teman atau disuruh orangtua. Karena dengan sendirinya mereka
akan menyadari dengan berbagai hikmah yang akan mereka dapatkan Ketika
melaksanakan pembinaan bahwa niat karena Allah itu lebih utama dan sangatlah
penting. Dan melibatkan Allah dalam segala aktivitas itu akan membawa
keberkahan, ketenangan dalam hidup dan menempaskan rasa kekecewaan yang
akan datang (KS). Dibawah ini beberapa alasan dan motivasi peserta mengikuti
kegiatan diklat ssg di antaranya adalah
1. Ibu DN seorang kepala sekolah berusia 36 tahun menceritakan bahwa
ketertarikannya untuk mengikuti diklat SSG adalah saat dulu beliau
merasakan ujian rumah tangga yang sangat luar biasa dan puncaknya saat
beliau ingin melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat
menghadapi ujian yang menimpa beliau tapi akhirnya di cegah oleh
orangtua. Saat itu beliau menikah dijodohkan oleh teman dengan seorang
laki-laki yang semua orang menganggapnya itu sholeh, seorang penghapal
quran. Akan tetapi saat rumah tangga tabiat aslinya keluar beliau
mendapatkan penderitaan yang luar biasa, sering disiksa sampai berdarah,
tidak dinafkahi, berkata kotor dan kasar ,sering ditinggal seenaknya. Saat
itu beliau hanya bisa diam, marah dan menyalahkan Allah atas kondisi
yang terjadi. Beberapa kali saya tidak melaksanakan ibadah, saya frustasi,
87

saya merasa bahwa Allah itu tidak adil, saya benci dengan Allah, dengan
laki-laki , benci dengan semua orang, benci dengan para penghafal Quran.
Akan tetapi Allah menyelamatkan saya dengan mengirimkan seorang
sahabat yang begitu tulus membimbing saya untuk Kembali kepada Allah
dan mengambil hikmah dengan apa yang terjadi dan mengantarkan saya
sampai ke diklat SSG.
2. NA seorang Guru TK berusia 21 tahun mempunyai cerita yang berbeda
beliau dari kecil selalu diperlakukan tidak terhormat oleh orang-orang
disekitarnya dari kecil beliau selalu siksa, diejek dan di bully dan teman-
temannya seolah-olah jijik melihat beliau karena memiliki fisik dan wajah
yang tak sesuai dengan standar teman-temannya. dari situ juga saya
sempat prustasi selama 2 tahun lebih saya mengurung diri dikamar. Saya
sama sekali tidak ingin berinteraksi dengan banyak orang. Saya selalu
menyalahkan Allah dan menyalahkan orangtua atas keadaan fisik saya.
Tapi alhamdulillah berkat kesabaran orangtua saya dan doa yang selalu
dipanjatkan oleh orangtua saya dengan wasilahnya lewat seorang teman
saya Kembali lagi beraktivitas dan sampai mengikuti diklat SSG.
3. Ibu Halimah peserta paling senior di peleton saya berusia 49 tahun
menceritakan bahwa ketertarikannya untuk mengikuti diklat SSG ini
adalah diawali dengan keinginannya untuk merubah keluarga agar lebih
islami dan lebih dekat dengan Allah dan ingin menjadikan wasilah agar
cucu saya menjadi seorang penghafal al-Quran awalnya saya menyuruh
anak saya untuk mengikuti diklat SSG akan tetapi anak saya tidak mau
untuk mengikuti diklat ini. Dan akhirnya sayapun memutuskan untuk
mengikuti diklat ini walaupun banyak yang menghalangi karena usia yang
sudah tidak muda lagi. Selain itu karena jarak yang sangat jauh yaitu
Purwakarta- Bandung.
4. LM usia 25 tahun seorang karyawati swasta mengaku selama ini ibadah
saya masih belum disiplin. Hanya wajibnya saja yang saya kerjakan selain
itu ibadah saya hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja. Saya ingin
memeprbaiki semua itu agar ibadah saya lebih disiplin dengan mengikuti
diklat SSG.
88

5. YS usia 25 tahun seorang karyawati dan seorang ibu rumah tangga


menceritakan alasan beliau mengikuti diklat SSG adalah karena diajak
suami selain itu beliau dan suaminya sama-sama ingin memperbaiki diri
dan ingin membentuk keluarga yang islami dan Qurani.
Dan masih banyak lagi alasan dan motivasi yang beragam serta berbagai
macam profesi peserta dalam mengikuti kegitan diklat SSG ini. Dan kemudian
terkumpul dalam pelatihan selama 2 bulan. Seharusnya diklat SSG ini diadakan
selama 3 bulan akan tetapi karena terhalang adanya pandemic covid-19 maka
diklat ini diberhentikan secara terpaksa mengikuti aturan dari pemerintah. Dalam
hal ini pak Nurhadi menanggapi bahwa jargon SSG adalah menjadi muslim yang
mempunyai pribadi Tangguh pantang mengeluh, seharusnya SSG Angkatan 39
bersyukur karena dihadapkan lansung dengan kondisi seperti ini dimana Allah
langsung menguji agar bisa bertahan dan untuk tetap bisa ikhlas dan tangguh
dalam kondisi seperti ini. Selain itu meyakini bahwa ujian yang Allah berikan
kepada kita semua semata-mata Allah ingin kita lebih dekat dengan Nya, Allah
ingin mengangkat derajat hambaNya, dan Allah ingin menguji seberapa besar
keyakinan kita akan ketetapan Allah maka dalam kondisi yang seperti ini kita
diharuskan untuk meperbanyak zikir, memaksimalkan ibadah dan berusaha untuk
mengambil hikmah sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu keberhasilan diklat ini
bisa kita langsung ukur dengan cara kita mennaggapi ujian yang Allah berikan ini
dan beliau bependapat bahwa SSG angakatn 39 ini alah SSG berkah dan SSG
penuh hikmah (KS).
Diklat SSG Angkatan 39 ini dimulai pada tanggal 18 Januari sampai 15
Maret 2020. Seharusnya diklat SSG ini belum selesai karena seharusnya ada 12
pertemuan dan masih ada 3 pertemuan lagi. Akan tetapi Qadarullah semuanya
diluar rencana SSG. Untuk pendaftarannya sendiri dimulai pada 16 Desember
2019- 16 Januari 2020. Karena kondisi, akhirnya diklat SSG ini dilaksanakan
dalam 9 kali pertemuan setiap hari Sabtu-Ahad kecuali pada kegiatan baksos
dilaksnakan selama 3 hari yaitu Jum’at, Sabtu dan Ahad (OB1, OB2, OB3, OB4,
OB5,OB6).
Pengumpulan data dalam penelitia ini menggunakan sstudi dokumetasi,
observasi, wawacara, dan partisipasi. Studi dokumentasi dilakukan untuk
89

megumpulkan dokumen terkait pnelitia baik dalam bentuk tulisan maupu gambar.
Observasi dilakukan dengan terjun langsug menjadi peserta dan observer
dilapangan. Observasi dilakukan dengan memotret dan merekam kejadian secara
utuh dan langsung. Kemudian peneliti juga sebagai partisisan dalam penelitian ini
dengan tujuan agar informmasi yang dapatkan secara utuh merasakan sendiri
bagimana pembinaan tauhid ssg dalam membentuk karakter BAKU.

4.1.3.1 Proses Pelaksanan Pembinaan Tauhid pada Diklat SSG Angkatan 39

Diklat SSG dilaksanakan dalam waktu 3 bulan dan diselenggarakan oleh


Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Program ini telah dimulai sejak 25
Maret 1999 sampai sekarang angkatan ke 39. Rangkaian kegiatan SSG dimulai
dari pendaftaran, Pelaksanaan, sampai dengan pelantikan. Untuk pendaftaran
SSG angkatan 39 dibuka mulai tanggal 16 Desember 2019- 16 Jabuari 2020.
Pelaksanan diklat dari tanggal 18 Januari- 15 Maret. Seharusnya diklat SSG
angkatan 39 berakhir pada tanggal 05 April 2020. Akan tetapi diberhentikan
secara terpaksa pada akhir pekan ke-9 yaitu pada tanggal 15 maret dikarenakan
kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilanjutkan dan keputusan dari
pemerintah agar menutup semua aktifias Pendidikan dikarenakan pandemic
covid-19 yang sedang menyebar. Selain itu pelantikan pun tidak dilaksanakan.
Kegiatan diklat ssg Angkatan 39 ditutup secara tidak resmi hanya mealui social
media. Adapun kegiatannya dimulai setiap hari Sabtu pukul 15.00 sampai
dengan Ahad pukul 17.00 WIB.
Diklat SSG ini bertujuan untuk membentuk pribadi mulim yang memiliki
tauhid yang kuat sesuai dengan Visi DT menjadi ahli zikir, selain itu diberikan
materi tentang wawasan keislaman seperti aqidah, fiqih praktis, fiqih salat,
fiqih muamalah, ta’lim mutaaallim, sellain materi tentang motivasi dan lain lain
serta pembentukan karakter menuju pribadi berkarakter Baik dan Kuat (BAKU)
yaitu ikhlas, jujur, tawadhu, berani, disiplin, tangguh, dimana karakter BAKU
itu adalah sebaga jalan untuk lebih dapat mengenal Rabbnya. dan menanamkan
tauhid yang lurus kuat dan bersih karena menurut Aa Tauhiid adalah puncak
dari segalanya (KS).
90

Tidak ada biaya dalam pelaksanaan diklat. Akan tetapi panitia


memberikan pemahaman kepada santri untuk memberikan infaq sebesar rasa
syukur dan untuk membiasakan dan membentuk menjadi pribadi ahli sedekah
(KS).
Diklat SSG Angkatan 39 dilaksanakan selama 2 bulan dengan 9 kali
pertemuan dari hari Sabtu pukul 16.00 - Ahad pukul 16.300. Ada tiga tahapan
yang dilalui oleh peserta selama proses diklat Angkatan 39 ini yaitu tahap
dobrak diri dari pekan pertama sampai pekan keempat, tahap bangun diri dari
pekan kelima sampai pekan kedelapan, dan tahap bangun tim dan organisasi
hanya bisa dilaksanakan pekan ke-9 saja
Peneliti akan menyajikan proses diklat SSG ini berdasarkan hasil
observasi, wawancara dan partisipasi di lapangan.

A. Tahap Dobrak Diri (Pekan ke-1 sampai ke-4)


Tahap dobrak diri ini dilaksanakan selama 4 pertemuan yaitu pekan ke 1
sampai pekan ke 4. Tahap dobrak ini merupakan tahap awal dari proses diklat.
Tahapan dobrak diri ini bertujuan untuk mengosongkan mindset, paradigma ego
peserta. Selain itu peserta diajak untuk mendobrak, mengalahkan atau mengatasi
hambatan-hambatan psikologi peserta yang dapat menghambat kemajuan, phobia,
trauma ataupun malas dengan diberikan kegiatan fisik serta membiasakan diri
untuk salat brjamaahh melaksanakan ibadah sunah seperti salat duha, salat
tahajud, membiasakan tadarus dan lain sebagainya
Peneliti akan memaparkan taha dobrak diri ini dari hasil obsrvasi yang
peneliti dapatkan selama mengikuti kegiatan diklat, di antaranya adalah sebagai
berikut:

Pada pekan-1 dilaksanakan pada tanggal 18-19 januari (OB1)


Kegiatan dan Materi : Upacara Pembukaan, Pengantar Diklat, Ta’limul
Muta’allim dan Karakter BAKU
SABTU : 16.00 Setelah salat ahar semua santri kumpul di Domee untuk
melaksanakan upacara pembukaan. Sebelum kegiatan di mulai seluruh santri
diarahkan untuk mengikuti intrukis pelatih merapihkan barisannya. Sebelum
kepada sambutan seluruh satri dibelajarkan terlebih dahulu bagaimana cara baris
91

berbaris yang benar. Sambutan dimulai dengan beberapa petinggi SSG. Diberikan
beberapa motivasi dan gambara awal tentang kegiatan diklat ssg. Diakhir upacara
pembukaan santri dibeikan jargon yaitu ketika pelatih mengataka “SSG” maka
santri menjawab“Santri siap guna” bersama Gerakan yang menggebu , ada juga
“pribadi Tangguh pantang mengeluh”. Kegiataan selanjutnya adalah sesi
pematerian tentang SSG sampai sekitar jam setengah 6 sore. 15 menit sebelum
adzan magrib seuruh saantri diarahkan untuk persiapan wudhu. Santri dibariskan
terlebih dahulu setelah itu baru diizinkan untuk berwudhu.
Pukul 18.00 melaksanakan salat berjamaah. Untuk akhwat yang tidak
salat, maka diarahkan untuk duduk dibelakang dengan rapi dan diberika tugas
untuk membaca almatsurat dan berzikir selain itu diarahkan untuk tidak berbicara
selain perkataan zikir.
Kegiatan selanjutnya adalah makan Bersama, sebelum makan santri
diarahkan untuk membereskan dan merapihan dulu barisannya. Sebelum barisan
rapi dan sebelum semuaya mendapatkan makanan maka kegiatan makan tidak
akan bisa dimulai. Cara makan di SSG Seperti halnya para prajurit TNI yaitu
harus disiplin maka untuk makan pun ada prosesnya sebelum makan dimulai
maka santri harus membawa tempat minum terlebih dahulu, snatri diberikan
waktu untuk megambil botol minum hanya beberapa detik saja, jikalau lebih dari
waktu itu maka snatri akan diberikan hukuman yaitu berupa teguran, setiap santri
harus duduk berhadapan antar santri dan berbaris dengan rapi , badan harus tegak
da raut wajah harus serius dalam artian tidak boleh cengangas cengenges dan
pandanga harus lurus kedepan. Selain itu tidak boleh ada obrolan selain zikir.
Setelah semuanya rapi tidak langsung makan akanpelatih menugaskan kepada
salah satu santri untuk mempimpin makan dan memberikan laporan kepada
pelatih. Setelah meminta laporan dan diberikan izin maka salah satu santri
mengintruksikan kepada seluruh santri merapikan terlebih dahulu barisannya yaitu
badan harus tegak, lutut dengan lutut harus beertemu. baru membaca doa , setlah
ada abaaba “istirahat ditempat gerak” maka santri mengucapkan “ahamdulilah” itu
jalannya makan sambil mengingatkan untuk tidak boleh menyisakan nasi satu
buirpun dan memberikan beberapa nasihat untuk selalu bersyukur, bermuhasabah
diri dan beberapa patuah di antaranya adalah “Bayangkan yang diluaran sana
92

belum tentu mereka bisa makan sepeti kalian, ada orang yang beberapa hari
tidak makan, ada orang meninggal karena kelaparan , ada orang yang sengaja
saum karena tidak punya makanan sama sekali sehigga dia hanya minum air
putih ketika makan da sahur, bayangkan teman-teman” dan nasihat lainnya. saat
kita sudah selesai makan, dan temen kita belum selesai makan, maka kita harus
membantu mereka untuk menghabiskan makanan tersebut, karena tidak boleh ada
makanan yang tersisa sediktpun.
Gambar 4.3 Melatih kedisiplinan makan

Sumber: Dokmentasi SSG


Pukul 19.15 melaksanakan salat isya berjamaahh Santri yang berhalangan
langsung memposisikan diri duduk dibelakang dengan rapi sambi berzikir.
Kegiatan selanjutnya adalah pematerian, sebelum pematerian maka santri
dibereskan terlebih dahulu tempat duduknya. Materi yang diberikan adalah
tentang pengenalan SSG, Budaya DT da Kitab Ta’lim Muta’allim.
Setelah pematerian selesai sekitar jam 21.30 maka untuk santri di akhwat
diarahkan untuk ke daarul Hajj sedangkan Ikhwan tetap berada di Dome. Semua
santri akwat menuju daarul hajj, sebelum masuk ke daaul hajj pelatih
mengarahkan santri untuk merapikan sepatunya dan sepatunya disimpan dengan
BRRT (bersih, rapi, tetib, teratur). Saat masuk santrri dirapihkan dan dibariskan
terlebih dahulu. Setelah rapi memberikan beberapa poin berkaitan dengan ssg
diataraya adalah perlengkapan dan persyaaratan saat diklat yang harus memenuhi
kriteria standar dt di antaranya memakai kerudung lebih dari sikut dan lain-lain.
Pelatih megajak santri untuk merenungi kesalahan yang telah mereka perbuat,
setelah santri sadar akan kesalahan yang telah diperbuatnya maka pelatih
memberikan hukuman kepada seluruh santri dengan memberikan push up 20 kali.
Walalupun yang bebruat salah itu satu orang tapi yang diberikan hukuman itu
93

adalah seluruh santri karena jargo SSG disini adalah “Tiada kesetiaa tanpa
kesetiaan”.
Banyak santri yang mengeluh karena diberika hukuman push up saat
mereka sudah dalam keadaan mengantuk tapi disisi lain yang Saya lihat dibalik
hukuman itu adalalah pembentukan karakter kepada santri yaitu menjadi pribadi
kuat, dilatih dan terus dilatih karena hal baik yang mneghalangi kita utuk berbuat
sesuatu itu bisa kita tebas dengan cara dipaksakan. seperti ibadah tahajud
mungkin bagi
Hikmah dan pembelajaran
-Sebagian orang itu adalah suatu ibadah yang butuh perjuangan untuk
melaksankaannya karena alasannya ngantuk, sebenarnya rasa kantuk itu bisa kita
lawan asal ada dorongan dalam diri sendiri.
- Bagaimana pelatih menididik santri untuk tetap sami’na wa atha’na apapu tugas
yang diberikan kepada santri, disitu juga hikmah yang bisa kita ambil, apapapun
yang kita suka atau tidak suka selama itu perintah Allah dan RasulNya kita harus
tetap sami’na waa’ta’na melaksanakan perintahNya menjauhi larangaNya, karena
ketika kita melaksanakan dengan ikhlas apa yang Allah perintahkan sejatinya
Allah sedang melatih hambaNya untuk menjadi insan yang lebih baik di mata
Allah , insan yang beriman dan bertakwa.
Selanjutya sekitar jam 22.30 santri daiarahkan untuk secepatnya tidur,
pukul 02.30 pelatih membangunkan para santri untuk melaksanakan salat tahajud
berjamaah sampai adzan salat subuh, diimami oleh imam masjid DT. Bacaan salat
tahajud sekita 1-2 juz alQuran.
Selajutnya setelah salat subuh santri diarahkan untuk mendengarkan kajian
MQ sampai sekitar jam 05.30, kemudian melaksanakan olahraga. Selama kegiatan
diklat santri dilarang untuk berbicara kecuali berzikir dan hal penting lainya.
Olahraga pagi ini dipimpin oleh pelatih Ikhwan. Alasan dibalik olaharaga pagi ini
juga adalah agar ketika nanti kegiatan dilapangan tidak banyak santri yang cedera
karena sudah melakukan pemanasan. Pukul 06.30 santri melakasanakan sarapan.
Kemudian diarahkan untuk melaksanakan shala dhuha sebagai suatu bentuk
pembiasaan.
94

Pukul 07.15 santri diarahkan menuju lap. Studion UPI untuk melaksanakan
SAMAPTA. Selama perjaaan menuju UPI santri diharuskan untuk selalau
berzikir, sesekali diberikan jargon-jargon dan lagu penyemangat SSG. Setelah
sampai UPI santri melaksanakan stretching dan lari 20 kali putaran mengelilingi
studion tanpa diizinkan untuk minum. Selama 20 kali putaran santri dilarang
untuk mengeluh da pelatih selalu menyuarakan jargon “Pribadi Tanngguh
pantang mengeluh” santri diarahkan untuk selalu berzikir dan memimta
pertolongan kepada Allah. Setelah selesai lari barulah santri diarahka untuk
istirahat tapi sebeum istirahat santri ditugaskan untuk melakukan push up
beberapa kali. Setelah itu diberikan nasihat-nasihat dan patuah renungan
mengkorelasikan dengan panasnya api neraka bahwa apa yang dirasakan itu
belum ada apa-apanya dibanding panasnya api neraka da lain sebagainya. Baru
setelah itu boleh istirahat menengadah ke langit atau tiduran sambil sejenak
melepas kelelahan dan baru diizinkan untuk minum.
Gambar 4.4 Kegiatan Samapta

Sumber: Dokumentasi SSG


Selanjutnya kembali ke DT untuk meaksanakan salat dzuhur berjamaah.
Sebelum melaksnaakan salat biasanya santri dibiaskaan dulu untuk tilawah aquran
sambil menunggu waktu salat berjamaah. selesai salat kegiatan selanjutnya adalah
makan siang. Seperti biasa santri di indtruksikan utuk membwa botol minum
sebelum kegiatan makan. Diberikan sekitar waktu bebeapa detik untuk mengambil
minum yaitu sekitar 10-20 detik, kalau lebih dari waktu yang ditentukan maka
nantinya diakhir akan ada hukuman yang menanti. Disini saya mendapat poin
yaitu pemebntukan karakte disiplin kepada santri. Dari sebelum makan. saat
makan dan setelah maka “semua harus disiplin, segala sesuatu memang perlu
95

ditarget diwaktu agar bisa menjdi pribadi santri yag disiplin, cekatan dan tidak
lemah”.
Kegiatan selanjutnya sekitar jam 13.00 adalah pematerian di daarul Hajj
materinya adalah tentang pengenalan karakter BAKU. Untuk mendisiplinkan diri
yaitu sebelum masuk ke ruangan daarul Hajj para santri untuk menyimpan
sepatunya denga BRTT, setelah itu membariskan para santri dan merapihkan
tempat duduknya. Kemudian sambil menunggu salat berjamah, maka santri
dibiasakan untuk zikir dan tilawah walaupun cuman beberapa ayat maupun
halaman sebagai suatu pembiasaan. Selesai salat berjamaah..
Kegiatan bada ashar di hari minggu biasanya adalah sesi hikmah. Disini
santri diajarkan untuk bisa lebih cerdas dalam mengambil hikmah disetiap
kegiatan sekeci apapun itu harus bisa dijadikan hikmah, agar bisa mengambil
pelajaran dan untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi khususnya dimata
Allah SWT, dan para peserta diajarkan untuk berani menyampaikan kesan pesan
dan hikmah yang didapat selama kegiatan belangsung, berbagai macam hikmah
didapatkan sesuai dengan pengalamannya masing-masing. Ada yang sampai
menangis, ada yang teharu ada yang sangat bersyukur, dengan berbagai macam
hikmah sesuai dengan kondisi dan pengalamannya masing-masing. Dan sebelum
kepulangan santri diberikan beberapa amanah dan tugas di antaranya adalah untuk
bisa mengamalkan amalan yaumiyah yang sudah diberikan di antaranya adalah
tilawah, salat sunah duha, tahajud, zikir pagi da petang, olahraga dan ain
sebagainya dan bisa melaksanakan nya semaksimal mungkin. Tugas amaln
yaumiah salah satu tujuannya adalah melatih kedisiplinan, kejujuran dan
keikhlasan peserta dalam menjalankan tugas tersebu selain itu melatih fisik agar
menjadi kuat. Dan dilatih untuk tetap sami’na wa’atha’na. Setelah acara
penutupan maka sebelum kepulangan maka para snatri dan para pelatih dibiasakan
untuk bermushafahah saling islah saling memaafkan, saling mendoakan, saling
meguatkan dan saling menyemangati satu sama lain. Barulah sekitar pukul 17.00
santri diizinkan pulang kerumahnya masing-masing. (OB1)
Tabel 4.8 Rundown Kegiatan Diklat SSG
Tangga Tempat Pelatihan Hikmah
lWaktu Lapanga Materi &
n Pemateri
96

Pesantre - Budaya DT & - Bersyukur karena bisa berkenalan


18-19 n Daarut Pengenalan dari berbagai kalangan dan usia.
Januari Tauhiid SSG (Ustad - Semangat Lillah yang luar biasa dari
2020 Nurhadi teman seperjuangan SSG
(Jl.
Subroto) - Mempergunakan waktu dengan
Geger - Kitab Ta’lim sebaik semaksimal mungkin,
Kalong Muta’alim melakukan kegiatan yang
16.00- Girang) bermanfaat, damtidak menyia-
07.00 nyiakan waktu yang ada.
07.00- Lapanga Lari 10 x - Dimanapun, kapanpun selalu
12.00 n putaran dzikrullah.
Stadion - Melatih sabar dan focus
UPI - Memotivasi diri supaya selalu
melibatkan Allah dalam hal apapun.
12.00- Pesantre - Membentuk
- Selalu berprasangka bai katas segala
17.00 n Daarut Karakter BAKU
kondisi.
Tauhiid (Abi Dadan)
- Jika yang kita lakukan lillah maka
Allah yang jadi penolong kita.
- Yakin terus bahwa setiap scenario
Allah adalah yang terbaik untuk kita.

Pada pekan-2 dilaksanakan pada tanggal 25-26 januari (0B2)


Kegiatan di mulai hari sabtu pada pukul 16.00, santri dibiasakan untuk
disiplim dalam segala hal apapun, cekatan dan tidak malas-malasan. Pukul 20.00
pematerian tentang dahsyatnya sedekah. Pematerian ini berkaitan dengan
pembiasaan yang di bentuk ssg agar peseta ssg menjadi ahli sedekah. Dan sebagai
bentuk penguatan bahwa banyak sekali hikmah dan pahala dari sedekah selain itu
setiap peserta diberikan wadah seperti kencleng tujuannya adalah pembentukan
agar peserta ssg menjadi ahli sedekah.
Setelah pematerian selesai sekitar pukul 22.00 di cek mutabaah
yaumiyahnya, cek tugas-tugas lainnya jikalau ada santri yang masih melanggar
aturan maka semuanya akan mendapat hukuman. Hukuman yang diberikan adalah
degan oaharga push up, shett up dan lain sebagainya (ini juga salah satu tujuannya
adalah agar membentuk santri agar kuat fisiknya, dan membentuk santri agar tetap
samina wa atha’na selain itu adalah pembentukan karakter ikhlas agar mereka bisa
ikhlas dalam melakukan amal apapun yag diperintahkan oleh pelatih karena
tujuannya adalah suatu kebaikan yang akan kembali kepada peserta sendiri, selain
itu agar melatih kedisipinan para santri, agar tidak teledor dan bisa teliti terhadap
97

tugas-tugas yang dibeikan) hikmah dibalik hukuman ini juga bahwa apapun yang
Allah takdirkan untuk kita, tugas apapun yang Allah kasih buat kita (mentaati
peintahnya dan menjauhi larangannya) bahwa dibalik semua itu dampaknya akan
kembali lagi kepada kita, seperti firman Allah daam Q.S al-Baqarah ayat 216
bahwa “Bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan bisa
jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui
sedang kamu tidak mengetahui”. Jika kita jeli dalam mengambil hikmah maka
kita akan mendpatkan pelajaran dan bukti darinya bahwa selalu ada hikmah
disetiap apa yang Allah takdirkan untuk hamba-hambaNyaPelatih kemudian
mengkondisikan santri untuk secapatnya segera istirahat, karena besok pagi akan
melaksanakan salat tahajud bejamaah.
Sekitar pukul 03.00 Tahajud ini salah satu bentuk pembiasaan kepada
santri agar mereka senantiasa melaksanakan salat tahajud walupun hanya salat
sunnah dan untuk menepa mindset santri bahwa salat tahajud adalah salat yang
susah untuk dilaksanakan padahal jikalau dipaksakan maka semua mindset itu
bisa ditepis, percayalah bahwa rasa kantuk dan susah atau malas bangun itu adalah
godaan syeitan.
Sekitar jam 06.30 pematerian dimulai. Isi dari pematerian ini adalah
tentang fiqih praktis (isi materinya dibawah). Materi ini berkoreasi dengan
kegiatan dilapangan pada hari itu. Tujuan dari materi ini adalah selain untuk
menambah wawasan, yaitu agar memudahkan para peserta saat kegiatan
dilapangan. Ilmu yang didapatkan saat itu langsung dipraktekan dilapangan.
Sebelum berangkat ke curug sigay peserta diarahkan dulu untuk melaksnakan
salat duha, setelah itu melaksanakan oaharga dan PBB, kemudian pelatih
mengkondisikan para peserta untuk bersiap- siap menuju ke curug sigay.
Setiap peleton diamanahi untuk membawa satu tas perpeleton yang
berisikan dua botol air minum untuk 20 orang. Saat kegiatan di curug sigay atau
saat kegiatan orietasi medan, para peserta diamanahi untuk tidak minum sela
belum ada intruksi dari pelatih. Peserta berjalan dari dome ke tempat curug sigay
dengan baris rapih yaitu membuat barisan 2 banjar kebelakang serta diawasi oleh
para pelatih. Sebelum berangkat semua peserta diinstruksikan untuk mengecek
seluruh barang yang tugaskan untuk membawanya saat kegiatan.
98

Di perjalanan peserta diberikan beberapa tugas untuk menghafalkan


beberapa jargon dan lagu penyemanagat saat kegiatan, diantaanya adalah
menghafalkan jargon “5 pantangan Daarut Tauhid dan Tekad Kehormatan Daraut
Tauhiid” selama perjalanan juga santri diamanahi untuk tidak berbicara selain
perktaan zikir. Sesekali saat perjalanan pelatih menyuruh santri untuk maju
kedepan dan membacakan pantangan daarrut tauhiid dan tekad kehormatan Daarut
Tauhid. Disini santri diajarkan untuk berani berani berbicara, mau belajar selama
itu benar. akhwat yang juamlahnya sekitar 300 lebih maka dibagi ke menjadi
beberapa kelompok.
Setelah sampai di curug sigay, peserta diarahkan untuk memasuki sungai
disitulah kegiatan yang menurut saya sangt berkesan dan banyak sekali hikmah
yang didapatkan karena menurut saya dan beberapa teman saya puncak nya
kegiatan di pekan ke2 ini ya orientasi medan. Pertama peserta menyelami sungai ,
disitu peserta diminta untuk menenggalamkan dirinya ke sungai. Kebetulan saat
saya disana airnya sanget begitu deras dan airnya sangat begitu dingin, disitu pula
santri diamanahi agar tas yang dibawa oleh peserta “jangan sampai basah,
bagaimanapun caranya”. Penanaman tauhid nya saya rasakan saat orientasi medan
ini. Ada beberapa santri yang merasa tidak sanggup untuk memasuki sungai
karena sungainya yang begitu deras dan airnya yang sangat dingi dan banaknya
sampah berserakan disungai tersebut karena sungai tersebut diatasnya adalah
pemukiman warga setempat.
Curug sigay menjadi tempat ormed pertama, suasana curug pas untuk
tempat berlatih dan muhasabah diri serta menguji sbeerapa peduli lita selama ini
denga alam maupu lngkungan masyaakat. Lingkungan curug sangta kotor,
sampah berserkan diana-manaa air curug berwana coklat da menjadi tempat
sauran limbah air rumah tangga warga sekitar. Peserta diperintahkan untk turun ke
curug sambil peerbanayak zikir dan muhasabah diri peatih mengintruksikan
untuk :
a. Dengarkan perintah dnegan baik
b. Jalankan perintah dengan baik
c. Samina wa athai\’na
d. Temukan Alah dalam perjalanan curug ini
99

e. Perbanayak zikir dan istigfar


f. Gali hikmah sebanyak-banyaknya
Ada beberapa tahapan yang saya dapatkan saat orientasi medan ini, yang
pertama, saat peserta suruh menyelami air untuk beberapa menit, sehingga semua
badan dari atas sampai bawah basah kuyup semuanya. Para peserta kedinginan
akan tetapii tidak ada satupun pelatih yang memberi pertolongan hanya
memberikan semangat dan motivasi agar tetap kuat dalam menjalaninya selain itu
pelatih meminta kepada peserta agar terus berzikir, meminta pertolongan hanya
kepada Allah. Disinilah penanaman tauhid yang say adapatkan jikalau kita merasa
lemah, takut,merasa tidak mampu dan kekhawatiran yang berlebihan, maka harus
semaki diperkuat zikirnya pelatih menanamkan tauhid kepada peseta agar mereka
hanya bergantung kepada Allah, karena Allah maha segalnya, Allah maha
menolong hambaNya. Karena peletih hanyalah sebgai perantara saja. Disini kita
dilatih dalam kondisi apapun kita harus terus melibatkan Allah dalam segala
aktivitas kita.
Pelatih memberikan beberapa nasihat , renungan dan petuah kepada para
peserta. Sehingga saya lihat banyak santri yang menangis mengingat akan
dosanya dan mengingat bahwa Maha baiknya Allah yang selalu menutupi aibb
hambanya walaupun hambanya sering berbuat maksiat. Saah satu isi nasihat dan
renungan pelatih adalah “ Coba kalian bayangkan jikalau dosa kita terlihat dna
Nampak, mungkin dosa itu terlihat sangat menjijikan seperti kalian melihat sungai
ini, Maha Baik Allah yang selalu menutupi aib hambaNya”.
Yang kedua saat melewati tanjakan menuju sungai bagian atas, disitu
arusnya sangat begitu deras, dan memang legokan sungainya sangat dalam. Sya
juga merasakan ketakutan yang sangat luar biasa karena saya tidak bisa renang
saya takut saya meninggal saat itu juga karena tenggelam. Tapi pelatih selalu
meyakinkan kita bahwa kita bisa melewati itu semua dengan cara memperkuat
zikir dan hanya meminta dan memohon pertolongan kepada Allah “the semakin
teteth takut semakin perkuat zikirnya, perkuat zikirnya, jangan sampai lepas
zikirnya” dan alhamdulilah saya bisa melewati tahap kedua itu.
Tahap ke 3 barulah puncaknya yaitu santri melewati air terjun yang sangat
deras dan kedalamannya sangat luar biasa yaitu sekitar 15 meter. Santri melewati
100

air terjun dari ujung ke ujung memakai tali, saat itu hamper semua ketakakutan
karena mayoritas santri tidak bisa renang dan yang sangat khawatirnya itu karena
kedalamnya sangat begitu dalam. Sebelum masuk kedalam air terjunnya santri di
diberikan arahan dan treatment terlebih dahulu oleh para pelatih. Pelatih memberi
tahu bahwa santri melewati air terjun itu sendiri tidak ada yang bisa menolong,
pelatih gak bisa berbuat apa-apa. Hanya Allah lah yang bisa menolong. Disini
santri diyakinkan oleh pelatih bahwa santri bisa melewati tahapan itu, santri
diminta memperbanyak zikir dan menggantungkan dirinya hanya kepada Allah
swt. Dan memang suatu hal yang mustahil bagi saya dan teman-teman untuk
melewatinya ternyata kita bisa melewatinya atas berkat pertolongan Allah swt.
Disitu saya sangat-sangat banyak mengambil hikmah. Jujur ketika diprtengahan
saya hanya pasrah karena saya merasa didepan kematian, tapi ternyata pas sampai
ujung saya nangis. Wow gak nyangka sama sekali saya bisa melewati tahap ke
tiga ini. masyaAllah kekuatan yakin kepada Allah swt. Saya semakin yakin akan
pertolongan Allah.
Gambar 4.5 Ormed Curuq Sigay Melatih Kepedulian dan Ketauhiidan

Sumber: Dokumentasi SSG


Gambar 4.6 Latihan Fisik dan mental berani

Sumber: Dokumentasi SSG


Setelah dari curug sigay kami melanjutkan perjalanan ke UPI untuk
istirahat sejenak dan untuk melaksanakan salat dzuhur berjamaah. sesaimpainya di
101

Lap. berdebu kami istrihatka sejenak oleh pelatih sambil menunnggu peserta yang
lainnya. kami ditanya oleh para pelatih tentang pengalamandan hikmah yang bisa
diambil tadi di sungai ada beberapa dari kami menyampaikan pengalamannya ada
hikmah yang diadapatkan.
Gambar 4.7 Latihan Fisik dan ambil konsekuesi Bersama

Sumber: Dokumentasi SSG


Kegiatan ditas merupakan Sebagian dari latihan fisik dan mental untuk
menumbuhkan jiwa kepemimpinan, kepedulian, keberanian, tangguh, ikhlas,
jujur, tawadhu, disiplin, kebersamaan, ketaatan, pelopor, dan sadar posisi. Diterik
panasnya matahari kami duduk dilapangan berdebu sambil istirahat. Pukul 12.00
waktunya salat dzuhur, kami wudhu dengan air yang seadanya, tapi disinilah
pematerian tadi pagi yaitu tentang fiqih praktis langsung dipraktekan. Kami salat
dzuhur dijamak dengan salat ashar berjamaah dilapangan tanpa memakai alas,
ditengah terik panasnya matahari kami juga diajarkan untuk tidak mengeluh selalu
Tangguh dalam keadaan dan ujian apapun. Selalu berkhusnudon terhadap apa
yang terjadi ikhlas dalam mengamalkan apa yang diperintahkan.
Setelah makan belangsung, barulah sesi muhasabah, disini peserta diminta
pengalaman kesan pesan selama orientasi medan dan diminta untuk menceritakan
hikmah yang mereka dapatkan selama kegiatan orientasi medan. Setelah beberapa
orang dari peserta mnceritakan pengalaman dan hikmah yang mereka dapatkan.
Selan itu di pekan ini jga peserta diberikan syal sebagai amanah yang
harus dijaga baik baik. Sebeum pemberian pita merah putih kami diguling-
gulingkan dulu dilapangan, pelatih menyuruh kami utnuk melakukan push up,
selain itu jiaklau ada yang tidak melakukan maka kami dimarahi dan ditegur
karena motto ssg adalah tiada kesetiaan tanpa kesetiaan, siapaun yang salah maka
semuanya juga harus melaksanakan hukuman yang sama.
102

Hikmah yang bisa kita pelajari, pahit manis nya perjuangan dalam dakwah
harus dirasakan oleh Bersama, harus setia kawan saling bahu membahu untuk
membantu saling menguatkan dan lain sbeagainya, setelah kami diberikan
hukuman kami dikasih kain merah putih sebagai hadiah atas perjuanagn yang sdah
kita lalui selain itu sebagai bentuk apresiasi dan tak lupa bahwa kain ini adalah
amanah dari ssg yang harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang. Sekita pukul
15.30 kami kembali ke pesantren daarut tauhid. Sesampainya disana kami
diistirahatkan sebentar dan dilanjut dengan sesi muhasabah, dan mereview
kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan selain itu beberapa hal penting
disampaikan oleh Eyang nurhadi terkait ssg selain itu nasihat-nasihat yang
diberikan. Banyak sekali ilmu yang disampaikan khusunya tentang pesantren
Daarut Tauhid. Menceritakan gambaran ssg yan dulu dengan yang sekarang.
Selain itu kai juga diberikan ukuman kembali yaitu meaksanakan push up sampai
berpuhpuluh kali. Secara tidak langsung kami diajarkan untuk menjadi muslim
yang kuat secara fisik.
Selain itu para pelatih selalu mengingatkan kami untuk senantiasa berzikir
dimanapun, kapanpun dan Bersama siapapun. Sebelum acara kegiata ditutup .
Pelath mengingakan beberpa tugas untuk dikerjaka saling memperbaikai diri,
lakukan yang terbaik, berusaha untuk memberikan yang terbaik berusaha untuk
semaksimalka karena sejatinya tugas yang diberikan juga hasilnya akan kembali
lagi kepada para peserta ssg. Sebelum pulaang kami dibiasakan bermusafahah
terlebh dahulu anatara para pelatih dengan para santri. Pelatih meminta maaf
jikalau ada kesalahaan ketika membina dan melatih. Selain itu kia saling
ebrmaafmaafan saling memotivasi, saling menguatkan dan saling mendoakan satu
sama lain, dan pelatih juga meningatkan untuk mengerjakan tugas yang telah
diberikan. Dan alhamdulillah setelah bermushafahah kami bisa kembali kerumah
masing-masing tapi sebelum pulang kami dianjurkan untuk memberikan infak
syukur sebagaia ssalah satu pembiasaan sedekah. (OB2)
Hikmah dari Kegiatan pekan ke-2
Ketika berada di sungai, pelatih menyampaikan bahwa apa yang kita miliki
saat ini sangat mudah diambil oleh Allah, tidak ada gunanya untuk
menyombongkan diri, Sangat mudah bagi Allah mengambil apa yang kita
103

sombongkan Selama ini. Apa yang kita miliki saat ini adalah amanah untuk
ditunaikan dengan sebaik-baiknya dan kelak akan dimintai pertaggungjawaban
akan amanah tersebut. Semakin yakin bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat.
Saat melewati sungai, semakin takut semakin kuat zikirnya. Memperbanyak
istighhfar, karena Allah yang akan menolong. Dalam keadaan apapun harus selalu
berkhusnudzon kepada Allah. Persahabatan karena Allah yang saling
menggenggam erat satu sama lain saling menguatkan dalam perjuangan saling
berpegangan tangan akan menjadi saksi diakhira kelak dan memasukan ke
surgaNya. Jangan pernah berhenti berharap kepada Allah karena Allah akan
memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita jika kita terus meminta kepada-
Nya. Tali yang digunakan untuk menyebrang arus bagai pertolongan Allah. Yang
mana ka kita terus menggengganya dengan erat maka kita akan pada tujuan yang
telah ditetapkanNya dan tidak hanyu terbawa arus dunia. Allah memberikan ujian
sesuai kemampuan hambaNya. Solusi dari ujian dan kesulitan-kesulitan yang kita
hadapi ini adalah selalu ingat kepada Allah bahwa hanya Allah yang akan
meolong kita. Jika kita hanya bersandar kepada Allah, sesulit apapun masalah
pasti bisa melewatinya dan semuanya diperkuat dengan zikir. The power of zikir.
Jangan menuhankan ikhtiar Pertolongan Allah akan dating kepada orang-orang
yang yakin bahwa pertolongan itu ada. Penting dan butuhnya berjunag untuk
menguatkan akidah. Mencari ilmu butuh pengrobanan, waktu, pikiran Pentingnya
ukhuwah Islamiyah saling menguatkan. Apapun ujiannya tetap berpegang teguh
kepada Allah. Mendobrak diri dan melatih ketangguhanSetiap ujian yang Allah
kash sudah terukur tidak mungkin Allah berbuat dzalim (OB2)
Adapun beberapa hikmah diatas peneliti simpulkan berdasarkan hasil
observasi dan berdasarkan hasil wawancara dari para peserta selain itu hikmah
bedasarkan hasil peneliti rasakan saat mengikuti kegiatan.

Pada pekan-3 dilaksanakan pada tanggal 08-09 februari (OB3)


Materi yang diberikan adalah tentang Pribadi Tangguh pantang megeluh.
Bagaimana menjadi seorang muslim yang Tangguh, tanggung jawab, cara agar
kita bisa mencapai tujuan kita. Menjadi seorang yang tidak merugikan orang lain.
Selain itu dalam pematerian ini ada sesi muhasabah renungan kematian
bahwa kita harus mempunyai tujuan akhirat karena kehidupan akhiratlah yang
104

paling kekal. Kemudian pematerian dai Aa Gym dengan memberikan banyak


nasihat dan semangat untuk kami. Aa mengingatkan kami agar meluruskan niat,
agar sennatiasa istiqomah agar sennatiasa bisa ikhlas dengan apapun ikhlas dalam
melaksanakan tugas, selain itu Aa titip agar selau menjaga Kesehatan dan agar
tetap mnegikuti instruksi pelatih, karena apa yang ditugaskan oleh pelatih sudah
sesuai dengan prosedur keamanan. Dilanjut oleh ustad fakhrudin dengan materi
‘kesempurnaan Salat’.
Pukul 07.30 melaksanakan longmarch dari Eco Pesantren DT- ke
Parompong sekitar 3km pelatih selalu mengingatkan Makin capek makin perkuat
zikirnya. Yang bisa menolong disaat kita keluslitn hanyalah Allah swt. Salah satu
teman kelompok saya ibu Halimah yang berusia 45 tahun dari purwakarta, beliau
sering bercerita kepada saya, bahwa beliau merasakan kekuatan. Entah darimana
padahal Selama ini belaiu merasa snagat lemah sekali tapi beliau merasa kekuatan
ibu seperti anak muda. Kuat dan mampu melewati kegiatan ini semua. Allah maha
baik.
Kegiatan PBB dipandu oleh Eyang Nurhadi. Ditengah teriknya panas
matahari kami diatih bagaiman cara baris berbaris. Disini dibelajarkan untuk tetap
terus berikhiar deegan semaksimal mungkin menguarkan kemampuan yang ada.
Dibelajarka untuk melibatkan Allah dalam aktivitas kia. Di saat PBB pelaih
sellau mengingatkan kita agar sennatiasa bezikir, agar tidak pernah lepas zikir.
Agar apapun yang kita lakukan itu tidaklah sia-sia agar yang kita dapatkan bukan
lelahnya saja akan tetapi kita bisa mengambil hikmah disetiap apa yang terjadi
dan mnimpa hidup kita.
Tabel 4.8 Kegiatan Diklat SSG
Tanggl Tempat Pelatihan Hikmah
Waktu
Lapangan Materi &
Pemateri

8- 9 Pesantre - Manajemen - Dalam kehidupan ini akan selalu


Februar n Daarut Qolbu (Ustad ditemukan tajakan, pudunan dan
i Tauhiid Abdurrahman) jalan datar. Saat menemukan
- Tips tanjakan harus disabari ssat
menghadapi menemukan jalan datar dan
persoalan hidup pudunan harus disyukuri.
( Aa Gym) - Tidka ada waktu berleha-leha
105

16.00 dalam kehidupan ini, karena


02.30 terkadang kita harus berlari megejar
ketertinggalan, terkadang kita harus
02.30- Pusdikja Longmarc berjalan santai sekedar
08.00 sCimahi hDari mengumpulkan tenaga tapi
Pesantren sungguh tak pernah ada pilihan
utuk mundur dan berhenti, jia kita
Daarut
ingn jadi pemenang dalam
Tauhiid keidupan ini segalanya berubah
sampai dengan cepat tanpa memberi ruanag
Pusdikjas utuk bernafas, mau tidak mau suka
(Cimahi) tidak suka , diri ini harus siap
dengan segala perubahan yang
08.00- Snappling serba mendadak itu
17.00 - Jangan melemahkan diri
Halang - Saat dihadapkan suau masalah, hal
Lintang yang pertama harus kita lakukan
adalah meminta prtolongan kepada
Allah swt
- Apapun ujiannya selalu libatkan
Allah
- Bahwa segalanya bersifat sesaat.
Lelahnya sesaat, ujiannya sesaat.
Jadi tak perlu menghindai
segalanya. Belajar menghadapi,
menghayati, menikmati segalanya.
- apa yang sudah bisa kita raih
sejatinya bukan karena hebatnya
kita akan tetapi Allah yang telah
memampukan kita.
- Menaklukan ujian halangan dan
rintangan dalam kehidupan ini
dengan izin Allah. Dihadapkan
dalam posisi sulit ingat Allah
dihadapkan dengan rasa takut ingat
Allah.
Sumber : diolah oleh peneliti

Pada pekan-4 dilaksanakan pada tanggal 15-16 Februari (OB2)


Pekan ke-4 adalah puncak dari tahapan dobrak diri. Kegiatannya adalah
Longmarch Daarut Tauhiid menuju pusdikjas (pusat pendidikan jasmani)
Cimahi. Perjalanan lebih kurang 5 KM, dini hari di Pusdikjas. Selma perjalanan
kamu diberikna tugas untuk berzikir minimal 1000 kali berisitigfar, 1000 kai
berhaukalah dan bertasbih betahmid. Selama perjalanan kami berpegagan
tangan erat saling menguatkan satu sama lain, kami Kekuatan fisik dan mental
106

sangat mempengaruhi. Kuat fisik saja belum cukup karena harus dibarengi
dengan ketawadhuan. Selalu berlatih dan memaksimalkan kekuatan diri adalah
kunci bisa dan tidak bisa itu wilayah persepsi. Jangan memperlemah diri,
pantang menjadi beban, tangguh pantang mengeluh, melatih sugesti positif,
pengendalian diri dari rasa takut.
Latihan halang rintang dan rapplling mengajarkan tentang keberanian.
Jangan terlalu berani dan jangan terlalu takut. Menghilangkan rasa takut
ketinggian dan menggantungkan diri dengan Allah. Jika orang lain bisa kenapa
kita tidak. Alhamdulillah semua peserta melaksanakan kegiatan ini dengan
selamat, tentunya harus mengikuti prosedur keamanan. Kegiatan di pekan
keempat ini menjadi puncak latihan dobrak diri. Dari sini peserta diharapkan
telah memiliki karakter disiplin, berani, tangguh, jujur, ikhlas, dan tawadhu
pada diri masing-masing.
Table 4.8 Kegiatan Diklat SSG
Tangga Tempat Pelatihan Hikmah
lWaktu
Lapangan Materi &
Pemateri

15-16 Pesantr - Hikmah (Ustad - Berikan yang terbaik untuk


Februar en Nurhadi) keduaorangua, berusahalah utuk
i Daarut - Berbakti kepada tidak menyakiti hati keduanya.
Tauhiid kedua Orangtua - Berushaalah memberikan contoh dan
- BRTT tauladan yang baik untuk keluarga
16.00- masyarakat
09.00 - Memberikan semangat dan contoh
yang baik untuk lingkungan sektr
09.00- Khidmat - Jadikanlah alquran sebagai pedoman
11.00 BRTT di hidup kita dan lakukan apa yang
masyaraka Allah peritahkan dan meninggalkan
t apa yang Allah larang.

11.00- - Al-Quran
17.00 Pedoman Hidup
Umat Islam

Gambar 4.8 Melatih keberanian (Snapling)


107

Sumber: dokumentasi SSG-DT

Gambar 4.9 Latihan Fisik Melatih keikhlasan & Ketawadhuan


(Longmarch DT- Pusdikjas 5km)

Sumber Dokemetasi SSG-DT

Gambar 4.10 Latihan Fisik (Halang Rintang)

Sumber Dokumentasi SSG-DT

B. Tahap Bangun Diri (Pekan ke-5 sampai ke-8)


Tahapan bangun diri ini adalah tahapan kedua yang dilalui setelah tahapan
dobrak diiri. Pada tahapan ini adalah untuk mengisi diri dengan wawasan ilmu,
keterampila, pengalaman, serta tatanilai positif yang nantinya bisa menjadi bekal
untuk menjadi lebih mandiri, baik ilmu maupun sikap hidup dan keterampilan.
Selain itu memberikn wawasan dan pengetahuan bidang sosial agama dan
kepemimpinan, meningkatkan rasa kepercayaan diri (seperti pada kegiatan
wirausaha), menumbuhkan keinginan atau motivasi berbat baik kepada orang lain
serta tumbuh nilai-nilai baru yang positif, displin berani, empati dan laiinya (KS)
108

Pada pekan-5 dilaksanakan pada tanggal 22-23 Februari (OB5)

Pekan ke 5 diklat SSG ini merupakan bagian pertama dari tahap bangun diri
tahap kedua setelah tahapan dobrak diri. Tahapan bangun diri akan dilali selama 4
pekan. Kegiatan awal dari tahap bangun diri ini adalah bagaimana cara kita
membangun kepeduliaan terhadap lingkungan sekitar.
Gambar 4.11 BRTT

Sumber Dokumentasi SSG-DT

HIKMAH
- Harus menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih berani mengambil keputusan, sportif,
jujur amanah dan menyadari pentingnya kepemimpinan
-
- Dengan fisik yang kuat semga Allah membimbing kita agar lebih kuat untuk beribadah
kepada-Nya
- Lebih berhati-hati dalam bertindak dan selalu lbatkan Allah dalam kegiatan appaun.
- Berpkir sebelum bertindak
- Otak harus bisa menganalisa kondisi dengan cepat
- Focus pada target yang jadi sasaran.
- Kuasa Allah yang mencipatkan setiap nsan dengan karakter berbeda-beda.
- Amanah harus dipertahankan dajaga sebak mungkin.
- Saat hendak melakukan sesuatu kita harus mempunyai strategi yang matang. Jika tidak pasi
ambyar gak jelas apa yang harus dipertahankannya.
- Pentingnya pengendalian diri dalam situasi apapun harus siap. Karena plihannya
menggantikan atau tergantikan. Looser atau winner. Pun dalam kehidupan ini plihananya
cuman ada dua mewarnai atau diwarnai, gak bisa abu-abu. Gak bisa cari aman.
- Melatih ketegasan bersikap . berbuat sesuai dengan pemikiran yang matang. Berani
mempertahankan haknya.
- Jangan terlalu percaya pada manusia 100% karena kawanmu hari ini bisa jadi lawanmu
esok hari.maka dari itu butuh terus berinfung kepada Allah swt agar iajuhkan dari kawan
munafik.
- Pertolongan Allah begitu sangat cepat bagi hamba yang sangat membutuhknanya diwaktu
109

yang tepat.
- Kita harus siap menghadpi situasi apapun yang tak pernh terbayngkan sebelumnya. Bahkan
tak terpikirkan. Pertemuan tak terduga perpisahan tak terduga.
- Belajar menikhlaskan sesuatu yang sudah terlepas dar kita dan menguatkan keyakinan
bahwa pengganti dar yang hilang itu adalah yang terbaik dariNya.
- riyadoh terus agar bisa merasakan nikmatnya ihsan.

Pada pekan-6 dilaksanakan pada tanggal 29 Februari- 1 januari (OB6)


Diberikan materi Qiyadah wal Jundiyah oleh ustadz Hendra Sudrajah
yaitu tentang pemimpin dan yang dipimpin. materi ini diberikan untuk dapat
menumbuhkan pribadi yang siap memimpin dan siap dipimpin. Hakikat
pemimpin adalah pelayan bagi umat. Kepada Allah menyembah dan kepada
manusia berkhidmat. Taat pada saat menjadi orang yang dipimpin dan bijak
saat menjadi pemimpin. Menjadi pemimpin adalah sebuah amanah yang akan
dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Buruknya kepemimpinan akan
merugikan banyak orang, begitu juga sebagai orang yang dipimpin harus taat
selama tidak diperintahkan taat dalam rangka maksiat. Prinsipnya berdasarkan
Alqur‟an yaitu taatilah Allah, Rosul, dan Ulil amri diantara kamu. Malam
harinya diberikan materi tentang adab pegaulan dalam islam. adab-adab cara
bergaul sesuai denga syariat dan ajaran islam.
Gambar 4.12 Badar Games Melatih jiwa kepemimpinan

Sumber: Dokumentasi- SSG


Pagi harinya peserta melakukan pemanasan dan peserta jalan santai
menikmati suasana alam perumahan Pondok Hijau yang asri menuju lapangan
berdebu UPI. Peristiwa tersebut merupakan suasana simulasi perang badar
yang dirancang oleh SSG. Salah satu tujuannya adalah untuk melatih jiwa
kepemimpinan dan jiwa prajurit. Peserta diberikan kesempatan untuk
bertanding antar kelompok dan memilih 3orang terbaik untuk dijadikan
prajurit. Kegiatan tersebut mencerminkan perang badar yang terjadi di jaman
110

Rosulullah. Adu tanding adalah saah satu dari taktik perang untuk mengetahui
kekuatan lawan diawal perang serta bertujuan untuk menggetarkan musuh.
Peserta yang lain memberikan semangat kemenangan. Saah satu kelompok
berhasil menaklukkan musuh dengan menarik syal yang ada di tangaan. Badar
games sebagai simulasi dari materi qiyadah wal jundiyah. Siap memimpin dan
dipimpin, perhitungan dalam setiap pergerakan, berhati-hati, jiwa pahlawan,
menyerang untuk kebaikan, niat karena Allah, gunakan etika perang strategi
dan taktik yang matang, kenali lawan dan kenali kawan. Badar games juga
mengajarkan bagaimana membentuk tim yang solid dan terstruktur dalam
setiap pergerakan. Kenali kawan dan kenali lawan sebagai modal merebut
kemenangan. Bendera/panji sebagai lambang kehormatan harus tetap dijaga,
jangan sampai jatuh ke tanah, apalagi jatuh ke tangan musuh.
Badar games sebagai simulasi dari materi qiyadah wal jundiyah. Siap
memimpin dan dipimpin, perhitungan dalam setiap pergerakan, berhati-hati,
jiwa pahlawan, menyerang untuk kebaikan, niat karena Allah, gunakan etika
perang strategi dan taktik yang matang, kenali lawan dan kenali kawan. Badar
games juga mengajarkan bagaimana membentuk tim yang solid dan terstruktur
dalam setiap pergerakan. Kenali kawan dan kenali lawan sebagai modal
merebut kemenangan. Bendera/panji sebagai lambang kehormatan harus tetap
dijaga, jangan sampai jatuh ke tanah, apalagi jatuh ke tangan musuh. Meski
diselingi dengan canda, peserta menikmati dan serius dalam setiap tahapan
perang yang dirancang pelatih.

HIKMAH dai beberapa peserta


- Harus menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih berani mengambil keputusan, sportif,
jujur amanah dan menyadari pentingnya kepemimpinan
- Dengan fisik yang kuat semga Allah membimbing kita agar lebih kuat untuk beribadah
kepada-Nya
- Lebih berhati-hati daalam bertindak dan selalu lbatkan Allah dalam kegiatan appaun.
- Berpkir sebelum bertindak
- Otak harus bisa menganalisa kondisi dengan cepat
- Focus pada target yang jadi sasaran.
- Kuasa Allah yang mencipatkan setiap nsan dengan karakter berbeda-beda.
- Amanah harus dipertahankan dajaga sebak mungkin.
- Saat hendak melakukan sesuatu kita harus mempunyai strategi yang matang. Jika tidak
111

pasi ambyar gak jelas apa yang harus dipertahankannya.


- Pentingnya pengendalian diri dalam situasi apapun harus siap. Karena plihannya
menggantikan atau tergantikan. Looser atau winner. Pun dalam kehidupan ini plihananya
cuman ada dua mewarnai atau diwarnai, gak bisa abu-abu. Gak bisa cari aman.
- Melatih ketegasan bersikap . berbuat sesuai dengan pemikiran yang matang. Berani
mempertahankan haknya.
- Jangan terlalu percaya pada manusia 100% karena kawanmu hari ini bisa jadi lawanmu
esok hari.maka dari itu butuh terus berinfung kepada Allah swt agar iajuhkan dari kawan
munafik.
- Pertolongan Allah begitu sangat cepat bagi hamba yang sangat membutuhknanya diwaktu
yang tepat.
- Kita harus siap menghadpi situasi apapun yang tak pernh terbayngkan sebelumnya.
Bahkan tak terpikirkan. Pertemuan tak terduga perpisahan tak terduga.
- Belajar menikhlaskan sesuatu yang sudah terlepas dar kita dan menguatkan keyakinan
bahwa pengganti dar yang hilang itu adalah yang terbaik dariNya.
- riyadoh terus agar bisa merasakan nikmatnya ihsan.

Pada pekan-7 dilaksanakan pada tanggal 07-08 Maret


Gambar 4.13 Praktek Fiqih Janaiz

Sumber: Dokumentasi SSG


Materi Fiqih Janaiz dan praktik janaiz. skill dasar ini harus dimiliki oleh
semua orang terutama santri SSG dalam kehidupan sehari-hari. Karena mau tidak
mau kita akan dihadapkan pada kematian. Ada pun jika ada orang yang meninggal
dunia maka fardu kifayah hukumnya bagi muslim untuk menunaikan hak mayit,
di antaranya memandikan, mengafani, menyolatkan, dan menguburkan.
Kemampuan memandikan jenazah termasuk pada kemampuan sosial (kepedulian,
persaudaraan, muhasabah diri, relijius, tawadhu, dan berani).
Hikmah dari Kegiatan Pekan ke-7
- Semua orang akan merasakan kematian
- Perbanyaklahh perbekalan amal
- Mulai bersemangat berhijrah menuju jalan yang Allah Ridhai
- Selalu berzikir dimanapun, kapanpun karena sesungguhnya umur hanya Allah yang tau
112

- Selalu jadikan aktivitas kita sebagai dikrullah tiada henti


- Mulailah mempersipakan kematian yang akan dating dan eningkatkan ketauhdidan
- Materi fiqih janaiz merupakan mater kemasyarakatan yang pasti dilakukan

Pada pekan-8 dilaksanakan pada tanggal 14-15 Maret


Selain wirausaha sebagai tugas, juga sebagai konsep ikhtiar menjemput
rejeki yang telah ditentukan Allah dengan senantiasa berzikir. Mempraktekkan 3
pilar Daarut Tauhiid “Zikir, Fikir, Ikhtiar”. Belajar berani untuk maju bergelut
dalam masyarakat, tangguh menghadapi kesulitan, tetap konsisten dalam
kebaikan meski sesulit apapun.
Peserta dilatih untuk memaksimalkan ikhtiar. Ada pun rejeki yang didapat
tidak saja dalam bentuk uang tetapi bisa berupa kemudahan, kekompakan,
keselamatan, silaturahim, kebersamaan, dan lain-lain. Selain berjualan peserta
juga dipersilahkan mengumpulkan donasi untuk kepentingan Baksos pekan
kesembilan.
Yang menjadi catatan adalah ini sebagai latihan, buka menonjolkan
kelebihan masing-masing. Berlatih bagaimana hidup di mayarakat, berkhidmat,
menjadi pelopor kebaikan, mandiri dalam ikhtiar, berani menghadapi segala
kesulitan dan menghadapi warga yang beragam, tangguh pantang mengeluh apa
pun kondisi dan potensi yang ada dalam tim. HI menekankan bahwa nanti selama
baksos di masyarakat tolong jaga kehormatan Islam, jangan meningggalkan
masalah selesai baksos sekecil apa pun harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum
meninggalkan lokasi.
Gambar 4.14 Melatih Kemandirian

Sumber: dokumen SSG-DT

Hikmah yang didapat dari Kegiatan pekan ke-8


- Belajar untuk mengendalikan diri
- Belajar ikhlas ketika menerima respon yang berbeda-beda dari setap orang (saat
113

menawarkan dagangan ada yang merespon dan menolak dengan halua ada juga yang
menolak secara ketus)
- Melatih kejujuran
- Dlatih keluar dari zona nyaman
- Dilatih untuk mendobrak diri
- Dilatih melawan segala rasa, gengsi malu dan sifat lainnya.
- Apapun yang terjadi tantangan rintangan harus dihadapi hayati nikmati
- Luruskan niat saat mulai kegiatan
- Ikhiar sambal berdoa
- Belajar ikhlas dari penolaka, berlepas dai hati berharap makhluk
- Belajar berkhunudon terhadap setiap orang
- Naik turunnya rasa syukur ssat ada yang membeli dan yang menolak
- Belajar jujur

C. Tahap Bangu Tim (Pekan ke-9)


Tahapan bangun tim ini adalah tahapan untuk melatih mengasah ,
membiaskaan individu untuk dapat berinteraksi dengan pihak lain dalam
membangun Kerjasama dalam team. Dan tahap bangun tim ini dirancang untk
membangun kepekaan, empati sikap, bjak saling membantu bekerjasama serta
saling mempermudah urusan oranglain.
Membangun tim dalam organisasi baksos perwilayah tanggung jawabnya.
Membangun kesolidan tim untuk mencapai tujuan bersama. Pemetaan potensi
kelompok agar terjadi pemerataan tugas berdasarkan kemampuan. Belajar
memimpin dan dipimpin, belajar berkontribusi walau hanya sebatas ide atau pun
hadir saja. Ada pembagian kerja yang jelas dan tanggung jawab terhadap
tugasnya. Kegiatan ini sangat memacu motivasi untuk berkontribusi kepada
masyarakat. Peserta diberikan kesempatan untuk lebih mendalami bagaimana
permasalahan yang ada di masyarakat dan berusaha untuk mencari solusi yang
tepat.
Pada pekan-9 dilaksanakan pada tanggal 21-22 Maret

KEGIATAN HIKMAH
Bakti Sosial, diantara kegiatannya adalah - Kerjasama tim saling merangkul, tidak saling
- Pelatihan fiqih Janaiz untuk warga egos, saling bah membahu, tolong menolong
- Bazar pakaian yang harus diperkuat
- Lomba-lomba (mewarnai, kaligrafi, - Menjadi seorang pemimpin harus jujur, adil
adzan, Mhq dan bertanggungjawab.
114

- Mengajar alquran - Pegangan seorang teman sangatlah bermakna


- Cek kesehatan karena itulah yang akan mengantarka kita
- Sosialisasi: cuci tangan untuk anak-anak, sampai tujuan.
materi bank - Kebahagiaan bisa kita rasakan ketika kita bisa
- BRTT curug Sigau melihat orang Bahagia karena kita.

Saat wawancara (KS) juga menjelaskan bahwa wajib sekali seorang muslim
memiliki tauhiid yang lurus, tauhid merupakan cabang keimanan yang paling
tinggi. Ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali dengan tahuid memurnikah
ibadah semata-mata karena dan hanya untuk Allah. Tidak boleh adanya kesyirikan
dalam melakukan ibadah. Dalam melakukan ibadah syaratnya adalah ikhlas dan
tidak menyekutukan-Nya. Apabila terdapat satu saja dari ibdah tersebut yang
dicaampuri denga kesyirikan maka selurh ibadah yang pernah dia lakukan akan
batal dan hilangya pahala.
Pak Nurhadi menjelaskan bahwa aktivitas apapun yang kita lakukan, maka
lakukanlah dengan cara yang terbaik dan niatkanlah hanya untuk mengharap ridha
Allah semata dan libatkanlah Allah dalam segala aktivitas yang kita lakukan. Agar
aktivitas apapun yang kita lakukan selalu mendapatka keberkahan. Selain itu jika
kita bersungguh-sungguh dalam melakuka suatu hal dan selalu melibatkan Allah
maka insyAllah Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk kita. oleh karena
itu SSG sendiri mempunyai prinsip PDLT yaitu perbaiki diri lakukan yang terbaik
(KS, P1, P2, P3, P4).
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan sekaligus sebagai partisipan
bahwa proses dalam menanamkan tauhid pada sanntri di antaranya dengan cara, di
antaranya adalah sebagai berikut : Pelatih selalu mengingatkan peserta dalam
setiap pergerakan dan aktivitas untuk selalu zikir, pantang sia-sia, minta
pertolongan Allah., selalu melibatkan Allah dalam segala aktivitas & bergantung
hanya kepada Allah, Pelatih selalu mengingatkan kita agar sennatiasa bezikir, agar
tidak pernah lepas zikir. Agar apapun yang kita lakukan itu tidaklah sia-sia agar
yang kita dapatkan bukan lelahnya saja akan tetapi kita bisa mengambil hikmah
disetiap apa yang terjadi dan mnimpa hidup kita. ketika ada masalah (snapling,
orientasi medan, longmarch, Halang rintang dll) mintalah pertolongan hanya
115

kepada Allah, karena pelatih hanya sebagai perantara, Semakin Lelah semakin
perkua zikirnya

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tiga tahapan diklat SSG
dirancang untu memberikan kesadaran akan kesalahan yang telah dibuat, tujuan
hidup, hanya bergantung kepada Allah semata, kesadaran bahwa Allah telah
memberikan banyak nikmat yang tak terhitung, sadar untuk selalu bersyukur
tanpa henti. Selain itu persepsi yang dibangun selama ini membuat hidup menjadi
begitu sempit dan tidak sadar akan potensi besar yang terpendam dalam diri
menjadi pribadi muslim yang bukan hanya baik saja akan tetapi kuat juga seperti
para Rasul dan sahabat. Kemudian Jujur dalam berucap dan dalm hal apapun,
ikhlas dalam bertindak baik ibadah muamalah ataupun kegiatan yang Allah
ridhai,, serta tawadhu dalam bersikap. Selanjutnya disiplin waktu, berani
memutuskan apa yang Allah sukai dan tangguh dalam setiap kondisi apapum ,
pantang mengeluh karena masalah itu harus diselesaikan dan bukan dihindari.
pada intinya banyak sekali nilai yang dapat digali dari diklat SSG. Setiap
kegiatannya selalu mengandung hikmah yang lua biasa. Selain karakter BAKU
banyak nilai lain yang didapatkan diantaranta selalu mengambil hikmah apapaun
yang terjadi, solidaritas yang tinggi, nilai religious, persaudaraan karena Allah,
toleransi tanpa menyakiti, sadar diri sebagai seorang hamba, peka, empati, peduli
terhdap keadaan sekitar, lebih berakhlakul karimah dari (sopan santun tatakrama),
ada jiwa ingin selalu mempermudah rusan orang lain, ketaatan kepada Allah dan
ibadah semakin lebih baik. Disiplin dalam segala hal seperti jargonya (Tiada
prestasi tanpa disiplin) selain itu lebih percaya diri. Lebih semangat dalam
melakukan suatu kebaikan selalu berpikir positif terhadap Allah maupun mahluk
dan lain sebagainya. Selain itu selalu melibatkan Allah dalam segala aktivitas
apapun, zikir dimanapun dan kapanpun, semakin diuji semakin memperkuat
zikirnya kepada Allah. Dan hikmah yang didapat banyak atau tidak balik lagi
kepada niat para peserta. Karena niat peserta sangat mempengarhu kejelian
daalam mengambi hikmah pada setuap kejadian.
116

4.1.3.2 Proses Pembentukan Karakter BAKU

Menurut (KS) Melatih karakter dalam sebuah diklat singkat tidaklah mudah.
Butuh treatment yang tepat agar tidak melenceng dari tujuan diklat karakter
tersebut.tujuan dari karakter BAKU adalah supaya hatinya bersih atau bisa
diartikan dengan qolbun salim puncaknya adalah mempunyai tauhid yang kuat
dan mantap. Karena tauhid yang bersih dan kuat adalah puncak dari segala-
galanya. Tauhid itu ibarat kausa prima karena muara apapun tidak ada lagi selain
mengesakan Allah laailaahaillallah (tauhid uluhiyah) Muhammadurrasulillah
Tauhid Rububiyah) Tauhid menjadi sempurna tahapannya adalah dengan ikhtiar
dengan syariat Rasuullah
Diantara kita kemungkinan tauhidnya belum bagus untuk menuju tauhid
yang murni maka digembleng dengan pola pengembangan karakter dengan cara
diperkuat niatnya. Selain itu karakter juga adalah jalan ikhtiar atau cara menuju
tauhid yang kuat karena Daarut tauhid sendiri kan diartikan rumahnya tauhid jadi
Pendidikan yang ada di daarut tauhid ujungnya adalah agar hati menjadi bersih
untuk menuju kepada tauhid yang lurus uuhiyah dan rubbubiyah, yaitu
penghambaan total kepada Allah dan lailaahaillallah pengesaannya benar benar
murni kepada Allah (KS).
Karakter BAKU adalah karakter baik dan kuat. Karakter baik adalah jujur,
ikhas, tawadhu, sedangkan karakter kuat adalah disiplin, berani, Tangguh. (KS)
menjelaskan bahwa alasan mengambil karakter ikhlas adalah karena amalan yang
diterima oleh Allah swt adalah yang melakukan amalan dengan ikhlas.
Adapun aplikasi dari karakte ikhlas (KS) menjelaskan bahwa Peserta ssg
datang dan mengikuti diklat ssg dipastikan datang dengan niat yang berbeda-beda
ada yang karena keinginan sendiri, ada yang karena hijrah, ada yang diajak teman,
ada yang disuruh orangtua dll. Kita tidak mempermasalahkan dan menyalahkan
input mereka akan tetapi ssg ini berusaha untuk meluruskan niat para peserta ssg
agar mereka bisa ikhlas dalam menjalankan kegiatan ssg karena suatu amal akan
diterima oleh Allah jikalau dengan niat lurus dan ikhlas dalam menjalankannya.
Niat yang lurus untuk mencari ridha Allah. Intinya luruskan niat benarkan caranya
(KS, OB1)
117

Sedangkan aplikasi jujur misalnya adalah peserta ditugaskan utuk mengisi


lembaran muthabaah yaumiyah tugas muthabaah yaumiyah itu di antaranya adalah
amalan wajib dan amalan sunnah. Semisal puasa sunnah senin kamis, tilawah
aquran, sedekah salat sunah duha dan tahajud, mendengarkan kajian dan lain
sebagainya. Setiap pekannya melatih selalu menanyakan perihal mutabaah
tersebut dikumpulkan dan diperiksa oleh pelatih ssg. Disini peserta dilatih akan
kejujurannya. Kami tidak telalu melihat akan kuantitas ibadah itu karena kami
tahu tidak mudah melakukan ibadah sunnah jikalau belum terbiasa karena
memang Sebagian yang megikuti diklat ssg adalah mereka yang ada keinginan
untuk hijrah. Akan tetapi yang kami lihat adalah kejujuran mereka (KS, OB1,
OB2, OB3, OB4, OB5, OB6).
Kemdian Tawadhu humble rendah hati diajarkan untuk tidak sombong.
(KS) menjelaskan kemungkinan selama ini kita merasa lebih baik karena jabatan
kita, tapi disini diajarkan untuk tawadhu bahwa kita semua itu sama makhluk
Allah yang membedakan itu adalah ketakwaan. Aplikasi dari sifat tawadhu ini
adaah semua peserta ssg datang dari berbagai kalangan dan jabataan ada yang
mahasiswa ada yang pengusaha ada juga seorang pembantu rumah tangga akan
tetapi disini mereka sama sebagai peserta ssg dimana mereka harus taat dan patuh
dan menghormati pelatih walaupun pelatihnya lebih muda dengan peserta ssg nya
sendiri (KS)
Selnjutnya karakter berani (KS) menjelaskan berani disini bukan berani
berkelahi, akan tetapi berani mengambil keputusan yang Allah sukai. Aplikasinya
adalah semisal diklat ssg ini kan diadakan setiap sabtu minggu, dimana waktu ini
adalah waktu untuk beristirahat dari pekerjaan selama seminggu dan waktunya
liburan dari kepenatan Selama kegiatan seminggu. Rasa malas untuk datang ke
diklat itu pasti ada, disinilah dilatih untuk tegas dalam memilih hal yang baik dan
yang Allah sukai dan Allah ridha. Berani melawan kemalasan. Jikalau sudah
diibiasakan maka kedepannya juga akan berani dan tegas dalam memilih apa yang
Allah sukai.(KS)
Menurut aa disiplin bukan perkara punya tentara, tapi kemampuan atau
kemauan melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan semisal di ssg ini dilatih
untuk mendisiplian diri dengan tahajud sepertiga malam bukan pas subuh baru
118

bangun, salat disiplin tepat waktu berjamaah dimasjid, makan harus lurus dan lain
sebagainya (KS)
Selanjutnya Tangguh jargonnya adalah pribadi Tangguh pantang mengeluh.
Contoh pengaplikasianya adalah ssg Angkatan 39 belum selesai dipaksa
selesaikan langsung dihadapkan pada situasi dimana temen-temen menerapkan
pribadi Tangguh pantang mengeluh. Keadaan dan kondisi karena covid ini
terkadang membuat terpuruk Sebagian orang dan mengeluh secara berebihan,
seharusnya covid ini adalah jadi jalan agar kita menjadi pribadi Tangguh pantang
mengeluh, lebih baik banyak zikir, lebih baik mendekat kepada Allah (KS)
Adapun menurut Pelatih (P1, P2, P3, P4) bahwa proses pemebentukan
karakter BAKU diberikan treatment kepada peserta di antaranya : (a) Jujur dilatih
dengan pengecekan barisan kepada pemimpin barisan dan peserta apakah sudah
lurus atau belum. Jika belum lurus maka siapsiap untuk membenahi atau diberi
konsekuensi oleh pelatih prinsipnya PDLT (Perbaiki Diri dan Lakukan yang
Terbaik) selain itu hanya meminta penilaian Allah, (b)Ikhlas ditreatment dengan
diberi konsekuensi walau tidak bersalah atau karena kesalahan orang lain. Dalam
keadaan ini maka hatinya akan bermain, dalam kondisi ini pelatih mengarahkan
peserta untuk menggali hikmah dan perbanyak zikir agar bisa jadi ibadah dan
sarana penggugur dosa, (c)Tawadhu dengan diberikan pemahaman bahwa semua
peserta jika ingin berlatih secara maksimal maka harus membawa gelas kosong
tanpa membawa umur, gelar, jabatan, pangkat, dan status sosial. Semua peserta
selama diklat SSG akan diperlakukan sama, (d) Disiplin,yaitu dengan dibiasakan
mengefektifkan waktu, pantang sia-sia, saat longmarch dilatih untuk hanya
berzikir saja tanpa banyak protes, mngikuti aturan budaya SSG dengan perbanyak
zikir dan doa, (e)Berani, dengan penekanan mental, manajemen konflik, pelatih
masingmasing memberikan intruksi yang berbeda agar peserta cerdas mengambil
keputusan dan tidak ragu-ragu. (f)Tangguh, tidak mengeluh dengan amanah yang
banyak, Maka disanalah akan muncul doa untuk minta dikuatkan sama Allah.
Adapun saat observsi peneliti menyimpulkan bahwa Proses melatih karakter
baik dan kuat pada diklat SSG ini dilakukan dengan berbagai treatment yaitu
dipersulit segala aktivitas dengan tekanan fisik, mental, dan spiritual, orientasi
medan, studi kasus, praktek lapangan, simulasi, merasakan langsung, pembiasaan,
119

dan kerja dalam tim untuk khidmat di masyarakat, pemberian materi keislaman
terkait aqidah,, fiqh, ibadah dan lain-lain.
Diharapkan karakter BAKU dapat memurnikan tauhid murni dalam 2 sisi
yaitu Sisi kemurnian keyakinannya dan sisi jalan menujunya. Karena menurut aa
ibadah itu ada dua yaitu niat yang baik dan dengan cara yang benar. Niat itu
mengesakan Allah taala caranya yaitu dengan apa yang Rasulullah ajarkan. Serta
ketahidan dalam islam itu adalah bahwa dunia itu di genggam akhirat itu dicari,
bahkan dunia ini adalah jalan untuk menuju kehidupan akhirat yang sempurna.
Pendidikan karakater iniah diharapkan menghasilkan tauhid yang paripurna tauhid
yang sempurna Selain itu menurut peneliti bahwa diklat SSG berusaha untuk
melatih hidup dalam kepahitan, kesulitan, keletihan. Agar muncul sebuah rasa
syukur. (KS).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan
karakter BAKU berdasarkan hasil wawancara dan observasi dihasilkan dengan
cara di antaranya adalah sebgai berikut:
a. Karakter Jujur (Meminta Penlaian Allah)
Setiap pekannya melatih selalu menanyakan perihal mutabaah yaumiyah
dikumpulkan dan diperiksa oleh pelatih ssg, Dilatih dengan pengecekan barisan
kepada pemimpin barisan dan peserta apakah sudah lurus atau belum, Jujur jika
melakukan kesalaha, Karakter Ikhlas (niat karena Allah dan untu Allah),
Meluruskan niat dan menjalankan kegiatan dengan ikhlas hanya karena Allah,
karena amalan yang diterima Allah adalah amalan yang ikhlas, Ditreatment
dengan diberi konsekuensi walau tidak bersalah atau karena kesalahan orang lain
kemudian pelatih mengarahkan peserta untuk menggali hikmah dan perbanyak
zikir
b. Karakter Tawadhu
Semua peserta diperlakukan sama oleh pelatih tidak ada perbedaan jabatan,
Pendidikan, Peserta diharuskan sami’na wa atha’na kepada pelatih walaupun
pelatihnya lebih muda, Diberikan pemahaman bahwa semua peserta jika ingin
berlatih secara maksimal maka harus membawa gelas kosong tanpa membawa
umur, gelar, jabatan, pangkat, dan status sosial.
c. Karakter Disiplin
120

Dilatih membiasakan salat tahajud di sepertiga malam, Membiasakan tilawah 1


halaman setlah salat magrib, Salat wajib berjamaah tepat waktu, Dibiasakan
mengefektifkan waktu, pantang sia-sia, saat longmarch dilatih untuk hanya
berzikir saja tanpa banyak protes, mngikuti aturan budaya SSG dengan perbanyak
zikir dan doa, Dating tepat waktu (sebagai tolak ukur kemaksimalah ikkhtiar) ,
sadar diri sadar posisi, ikuti sesuai prosedur
d. Karakter Berani
Berani mengambil keputusan yang Allah sukai dengan mengikuti diklat disaat
weekend (berani melawan kemalasan), Dengan penekanan mental, manajemen
konflik, pelatih masingmasing memberikan intruksi yang berbeda agar peserta
cerdas mengambil keputusan dan tidak ragu-ragu, Berani turun ke sungai yang
kotor, berani mengambil tantangan
e. Karakter Tangguh (Jargon pribadi tangguh pantang mengeluh)
Pengaplikasian SSG angkatn 39 dipaksakan berhenti sebelum waktunya), Tidak
mengeluh dengan amanah yang banyak, Maka disanalah akan muncul doa untuk
minta dikuatkan sama Allah, Membawa tugas setiap pekan ,Latihan fisik

4.1.4 Hasil Pembinaan Tauhid Pada Diklat SSG Angkatan 39


Setelah pelaksanaan diklat SSG selama 2 bulan lebih, maka dharapkan
hasilnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh SSG sendiri. Seperti apa
yang disampaikan oleh KS bahwa diklat SSG ini selain untuk membentuk santri
(a) sebagai pelayan masyarakat baik di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi
maupun sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai ketauhiidan. Selain itu disiapkan
(b) sebagai pengkaderan dan pembinaan generasi muda yang mandiri dan mampu
menjadi motivator, stabilisator dan integrator bagi masyarakat.dan (c) santrinya
memiliki karakter BAKU (Baik dan Kuat) dan berjiwa Pelopor (Peka, Inisiatif,
Berani Aksi), Mandiri (Pantang Jadi Beban, Qonaah, 3M: Mulai dari Diri Sendiri,
Mulai dari yang terkecil, Mulai Saat ini juga) dan Khidmat (Senang Menolong,
Menyempurnakan, Tulus) (d) dalam mempersiapkan calon pemimpin yang dapat
memeberi manfaat yang banyak bagi umat. Lebih dari itu bahwa tujuan yang
paling agungnya adalah membentuk pribadi yang memiliki tauhid yang kuat,
bersih karena tauhid sendiri adalah puncak dari segala-galanya. Adapun karakter
121

BAKU sendiri hanyalah suatu jalan untuk menuju pribadi yang bertauhid kuat
bersih karena tanpa tauhid yang bersih amal kita tidak akan diterima.(KS)
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara bahwa hasil pembinaan
tauhid ini, peneliti bagi menjadi 2 aspek, yaitu aspek terhadap perubahan pada
peserta SSG dan aspek atas tindak lajut dari SSG nya sendiri. Adapun
penjelasannya akan peneliti paparkan dibawah ini:
A. Hasil Pembinaan Tauhid Terhadap Peserta
Hasil ini peneliti dapatkan dari pengamatan peneliti selama melakukan
observasi. Selain itu peneliti mengikuti perubahan beberapa informan di lapangan
dari memperhatikan sikap tingkah laku, diskusi kecil saat waktu luang, dan
melihat perkembangan keaktifan informan setelah diklat SSG, serta terlibat dalam
interaksi selama kegiatan dan di luar kegiatan. Dan berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa peserta SSG Angkatan 39. Diawali dengan latar belakang yang
berbeda-beda dengan niat, motivasi dan tujuan yang berbeda-beda dan hasil
perubahan sebelum dan sesudah masuk SSG bisa dilihat melalui komunikasi.
Interaksi dan dilihat dari istiqomah nya megerjakan amalan yaumiyah yang
diberikan oleh pihak SSG. Amalan yaumiyah sendiri berisikan tentang amalan-
amalan ibadah di antaranya adalah 7 cinta yaitu cinta salat (wajib dan sunah),
cinta al-quran, cinta saum, cinta shadaqh, cinta zikir (zikir almatsurat pagi dan
petang, istigfar 100x , shalaqat 10x), cinta ilmu dan cinta kebugaran.

Gambar 4.15 Tugas Amalan Yaumiyah


1. Perubahan Terhadap Akhlak (Karakter BAKU)
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan pengamatan peneliti selama
dilapangan, bahwa peneliti menemukan ada perubahan akhlak dari peserta
sebelum dan sesudah masuk SSG. Tapi perubahan itu kembali lagi kepada niat
peserta. Karena niatpun sangat mempengaruhi perubahan terhadap peserta
khusunya pada mindset, akhlak, pembiasaan ibadah dan keyakinan kepada Allah
122

swt (KS, OB, P1) (P2) pun menambahkan bahwa niat awal yang baik, sudah
adanya pemahaman tentang diklat, fasilitas memadai, pelatih yang cakap dan
terampil, keinginan santri untuk belajar, berubah menjadi lebih baik besar, sami'na
wa atho'na maka itu akan sangat mempegaruhi peserta mendaapatkan hal yang
positif, berubah menjadi lebih baik dan memiliki karakter BAKU yang kuat pada
diri peserta. Berdasarkan hasil wawancara peneliti akan memaparkan lebih
jelasnya sebagai berikut:
(S1) dengan latar belakang seorang guru memaparkan bahwa sebelum
masuk SSG sudah menjalankan karakter BAKU. Sebagian sudah melekat pada
dirinya seperti jujur ikhlas, tawadhu, disiplin dan Tangguh sudah ada padanya.
Akan tetapi untuk karaktetr BAKU baru tumbuh dalam dirinya setelah masuk
SSG. Selain itu hablumminallah juga lebih meningkat dari sebelumnya, untuk
hablumminannas masih tetap sama.
Selanjutnya (S2) seorang mahasiswa beliau semakin dikuatkan dan
terkuatkan khususnya jujur, ikhlas, tawadhu, disiplin, berani, Tangguh, semakin
terkuatkan kita sebagai muslim harus berprilaku demikian sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasul saw Belum sepeNuhnya melekat,tapi semakin terdorong
lebih dan makin semangat untuk menerpakan karakter BAKU dnegan tagline
PDLT dan ketika kita bisa menerpakan karakter BAKU manfaat kebaikan untuk
diri dan sekitar. Serta untuk hablumminallah minannas semakin baik karena
selama ssg dibentuk menjadi pribadi yang bermanfaat. Selain itu lebih baik dari
yang sebelumnya ada perubahan terutama dalam besikap, memperlakukan
keluarga lebih hormat dan khidmat kepada masyarakat. Serta akhlak kepada Allah
dan manusia semakin baik semakin menguatkan ketauhidan dan terdorong untuk
menjadi muslim yang berkarakter BAKU baik dan kuat dan lebih belajar lagi
untuk displin sebagai seorang muslim
Kemudian (S4) seorang guru TK sangat merasa bersyukur sekali bisa
mengikuti SSG. Banyak perubahan drastis yang terjadi pada dirinya. Ke2
orangtua dan orang yang berada dilingkugannya sangat merasakan perubahan
karena perubahan dari sikapnya, keluarga semakin Bahagia dan menghormati
akan keberadaannya. Selain itu hablumminanasnya semakin lebih baik beliau
semakin lebih berbaur dengan masyarakat dengan akhak dan adab yang lebih
123

baik. Akan tetapi dibalik itu beliau juga masih perlu mujahadah yang kuat agar
bisa istiqomah. Untuk karakter BAKU sendiri khususnya jujur ikhlas, tawadhu
semakin hari semkin diterpakan dalam kehidupannya, karena dulu pelatih selalu
mengingatkan untuk senantiasa berzikir istighfar, untuk karakter kuat beliau
mencoba menerapkannya di TK tempat beliau ngajar. Sert semakin berakhlak dan
beradab ketika bergaul dengan masyarakat
Selanjutnya (S5) seorang karyawati pabrik Sebelum masuk ssg S5 sangat
banyak menyia-nyiakan waktu dan selalu merasa lebih baik dari orang lain,masih
ada kesombongan dalam diri tapi setalah masuk SSG mendapatkan ilmu untuk
bisa memiliki karakte BAKU saya tekankan dalam diri agar bisa mengamalkan
karakter BAKU dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun (S7) seorang Ibu rumah tangga dan pegawai swasta bahwa banyak
perubahan dalam diri beliau khusunya karakter BAKU yaitu kedisiplinan
semakin meningka. Selain itu saat kegiatan simulasi badar games. Dari kegiatan
tersebut belai sangat sadar bahwa beliau memiliki karakter yang lemah, penakut,
menunjukkan karakter Balem, tapi setelah kegiatan itu banyak sekali hikmah
sehingga dalam akhlak akan semakin lebih baik.
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan akhlak peserta
SSG semakin lebih baik dibanding sebelum masuk SSG. Selain itu untuk karakter
BAKU sendiri (Jujur, ikhlas, tawadhu, berani, disiplin tangguh) dapat meeka
rasakan setelah mengikuti diklat ssg, khususnya kedisiplinan dan mereka mencoba
untuk menepakan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun akhlak semakin beradab
dan lebih baik lagi dari pada sebelum masuk ssg, khususnya kepada ke2 orangtua
semakin lebih menghormati.
2. Perubahan Terhadap Ibadah
Untuk ibadah amalan yaumiyah (S1) ada penigkatan dibanding sebelum
masuk ssg dan lebih menguatkan untuk lebih istiqomah dalam melaksanakannya
lebih terkontrol karena ada format ssg yang menyediakan sehingga bisa lebih
terkontrol, dan bisa jadi bahan evaluasi agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Selanjutnya (S2) seorang mahasiswa menceritakan bahwa setelah masuk
SSG amalan yaumiyah yang di berikan oleh pihak ssg sangat sangat
membantunya dalam melakukan ibadah dan beliau sangat lebih displin dalam
124

melakukan ibadah semakin terdorong untuk melakukan yang terbaik PDLT


(perbaiki diri dan lakukan tebaik) untuk Allah semata. Walaupun secara
keseluruhan belum istiqomah, yang masih dilakasanakan adalah dikir almatr\surat,
zikir sehari-hari, ebih semagat beribadah mengaplikasikan apa yang sudah
didapatkan di ssg.Kemudian
(S3) seorang ibu rumah tangga bahwa setelah masuk ssg semakin terpacu
untuk mengejar amal terbiasa mengerjakan amalan yaumiyah, jadi seperti
kewajiban yg sehari tertinggal saja rasanya ada yg kurang.
Adapun (S4) menyampaikan bahwa untuk ibadah sendiri ada peningkatan
yang sangat luar biasa, dulu dalam masalah ibadah beliau selalu mengakhirkan
salat wajib, akan tetapi sekarang berusaha untuk tepat waktu dan berjamaah selain
itu salat sunnah tahajud dan duha beliau mencoba untuk mendawamkannya karena
sebelum masuk ssg beliau tidak pernah melaksanakan salat sunah dan ibadah
sunnah lainnya.
Selanjutnya (S7) menyampaikan bahwa setelah melaksanakn diklat ssg
Bersama suami. S7 dan suami banyak sekali merasakan perubahan. Selain itu
meningkatnya ibadah dan kedepannya semakin lebih jelas arah tujuan dalam
rumah tangga. S7 dan suami sama-sama akan berjuang agar bisa istiqomah. Selain
itu diantara perubahan itu adalah sebelum SSG Salat masih belum tepat waktu
apalagi salat isya sering ditunda-tunda sampai tertidur dan mepet waktu ke subuh
setelah SSG ada peningkatan bisa diawal waktu. Jika belum mengerjakan diawal
waktu maka hati akan merasa gelisah. Salat sunah juga mulai dikerjakan secara
rutin.. Untuk Alquran biasanya hanya dibaca saat subuh, itupun kalau tidak
tergesa-gesa dengan kegiatan lain dipagi hari. Setelah SSG jam baca Alquran
ditambah dengan sehabis magrib. Selanjutnya Sebelum SSG saya belum tau
tentang sedekah diawal pagi, semenjak SSG mulai rutin untuk bersedekah diawal
pagi karena ternyata pahalanya sangat luar biasa. Adapun tentang Zikir pagi dan
petang sebelum ssg masih jarang diterapkan, paling sambil mengerjakan kerjaan
rumah itupun sambil mendengarkan murotalnya saja. Semenjak SSG mencoba
merutinkan membacanya setiap pagi dan petang. Membiasakan membaca zikir
tasbih, tahmid, takbir dan tahlil 33x setelah selesai solat fardu. Dulu sering
melamunkan hal-hal yang kurang penting, semenjak SSG jadi terngiang-ngiang
125

pelatih untuk senantiasa berzikir, istigfar. Untuk saum sebelum SSG sudah
menerapkan puasa Senin Kamis, tapi kedepannya ingin mencoba Ayyamul bidh
namun terkadang jadwalnya bentrok dengan datang bulan. Jadi sepertinya untuk
ibadah saum belum ada perkembangan. Walaupun ada peningkatan dalam hal
ibadah akan tetapi Sejauh ini baru kuantitasnya saja yang bertambah, untuk
kualitasnya belum optimal.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulka bahwa hamper Sebagian
peserta SSG ada peningkatan terhadap ibadah khususnya ibadah sunnah seperti
salah sunah duha , tahajud , selain itu pembiasaan membaca alquran dan sedekah.
Dan untuk melaksanakan salat wajibpun lebih disiplin tepat waktu.

3. Hal yang didapatkan secara Keseluruhan


Setelah mengikuti rangkaia diklat SSG (S1) sangat bersyukur karena bisa
masuk SSG, banyak sekali manfaat yang beliau dapatkan setelah mengikuti diklat
SSG di antaranya adalah Rohani lebih meningkat jasmani lebih sehat, Jadi lebih
dan semakin mengingat akan kebesaran Allah, selain itu yang dirasakan saat
kegiatan adalah mindset banyak berubah dan lebih baik terutama saat segala hal
dikaitkan pada Allah. Beliau selalu mengambil hikmah karena memag banyak
hikmah yang didapatkan serta menjadi lebih berani menghadapi apapun dan
menjadi manusia yang lebih bisa menyederhanakan setiap kejadian, lebih bisa
belajar ikhlas menerima takdir apapun. Manfaat terbesar yang dirasakan adalah
lebih mencintai dan menghargai diri seniri dengan menahan diri untuk tidak
berbuat atau berperilaku buruk. Selain itu bertambah ilmu dan
pengimplementasian tehadap ilmu itu lebih meningkat dibanding sebelum masuk
SSG.
Kemudian (S2) menuturkan bahwa beliau Sangat berysukur bisa mengikuti
diklat SSG, karena sudah berkeinginginan mengikuti ssg dari semester awal
qadarullah bisa ikut di tingkat akhir. Setelah masuk ssg. Banyak hikmah yang
beliau dapatkan di antaranya adalah bahwa Allah benar-benar dimakanai oleh diri
sendiri, AllahMaha baik benar menjaga aib manusia, soalnya sebagai manusia
mustahil untuk bisa menutup aib, merasa bahwa Allah sangat begitu dekat dan
semakin yakin akan adanya Allah swt. Selain itu semakin baik, terutama
ketauhidan, memaknai Allah, dari segi jasmani tersadarkan juga bahwa kita harus
126

menjaga jasmani kita harus kuat, kaarena muslim yang kuat disayangi Allah
meksipun yang lemah juga disayang oleh Allah, tapi Allah khususkan untuk yang
kuat lebih Allah sayangi. Seeorang muslim harus kuat dalam menghaadapi
tantangan zaman. Kemudian banyak ilmu yang didapat diantranya ilmu fiqih
khusunya cara menyikapi jenazah karena ilmu tersebut pasti akan terpakai di
masyarakat. Selain itu selalu mengambil hikmah karena dari awal sudah
disampaikan di ssg dibelajarkan untuk selalu memaknai kegiatan dan memaknai
lebih dalam tentang Allah contohnya saat kegiatan di curug sigay, hikmah yang
saya dapatkan adalah bahwa hanya Allahlah satu-satunya tempat bergantung dan
Allahlah satu-satunya yang bisa menolong hambaNya dalam keadaan apapun.
Selain itu pengalaman beliau Ketika di curug sigai karena sempat 3 kali berputar
di air sambal memegang tali merasakan bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa
selain meminta pertolongan kepada Alah dan kita berzikir saat di dalam air dan
hebatnya Allah sangat menjaga aib-aib kita yang masih memberikan kita
karuniaAllah yang Ia berikan kepada hambaNya padahal gak terhitung kesalahan
dan kemaksiatan yang sudah kita lakukan selama hidup ini lebih menjaga rohani
jasmani.
Kemudian (S3) seorang ibu rumah tangga bahwa setelah masuk ssg semakin
takut kepada Allah karna apapun yg dilakukan tak luput dari pandangan Allah
dan sekecil apapun amal dan dosa akan tercatat. Selain itu banyak bekal ilmu yg
didapat dari ssg, salah satunya jadi tahu bagaimana kewajiban seorang muslim
terhadap jenazah, sebelumnya tidak tau sama sekali apalagi cari memandikan dan
mengafani jenazah, untuk lingkungan pun dibekali ilmu bagaimana mengolah
sampah yg memang sehari2 ada dilingkungan kita, dan banyak ilmu yg lainnya
juga. Semakin terpupuk dalam hati untuk menjadi seorang muslim yg mempunyai
pribadi yg harus lebih baik lagi. Selain itu yang didapatkan adalah sahabat yang
sama tujuan hidupnya Allah. Memperbaiki diri di ssg, bukti cinta Allah adalah
dgn tidak meninggalkan kita namun mengarahkan kita dan mendekatkan kita dgn
orang yang shalih shaliha, itu adalah nikmat yg luar biasa. Serta kesadaran dalam
diri yg tumbuh. Kesadaran untuk beramal baik lebih banyak, dan menjauhi
kemudhorotan. Dan semakin dewasa dalam menyikapi suatu masalah, pun harus
127

disikapi sesuai syariat. Manfaatnya banyak, namun yg paling dirasakan adalah


keinginan diri sendiri untuk menjadi lebih baik
Sedangkan (S4) berlatar belakang seorag guru TK sangat bersyukur bisa
masuk ssg, mempunyai teman yang bisa saling mengingatkan tentang akhirat,
tentang kematian hal apapun tidak pernah melibatkan Allah, tapi setelah masuk
ssg selalu melibatkan Allah dalam hal apapun disetiap langkah dan aktivitasnya.
Beliua merasakan Allah itu sangat dekat, semakin percaya akan kekuasaanNya
dan beliau baru sadar bahwa selama ini mata mulut tubuh kaki semua kan
dipertnaggungjawabkan. Selain itu dulu tauhidnya sangat begitu kacau. Ketika
beliau sudah lelah dengan dunia dan ingin hijrah memperbaiki diri. Allah
langsung kasih jalan buatnya Allah menbimbingnya. Allah maha baik. Kemudian
beliau bersyukur karena lebih tau banyak hal tentang agama dan berusaha untuk
menpraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Dulu setiap ada masalah selalu
kepikiran walaupun itu bukan masalah besar menjadi beban tapi setelah diklat
SSG mengetahui bahwa segala sesuatu itu tidak usah dibawa beban. Selain itu
beliau menambahkan bahwa banyak hikmah disetiap pekan, ketika dipudikjas saat
snapling, curug sigay, beliau merasa tidak berdaya, merasa bahwa kematian akan
dating. Takut, banyak kekhawatiran dalam pikiraan ketika di air terjun beliau
hanya berdoa dan minta pertolongan kepada Allah dan akhirnya beliau selamat.
hikmah yang paling beliau rasakan adalah ketika kita semakin kuat berzikir maka
petolongan Allah semakin dekat Ketika Lelah semakin diperkuat zikirnya banyak
berisitigfar, keyakinan bahwa bagi Allah kun fayakun tidak ada yang mustahil
bagi Allah. Sebesar apapun masalah kita bisa melewatinya selama kita
menggantungkan diri hanya kepada Allah. Selanjutnya (S4) bercerita bahwa dulu
sangat menderita dihina, dicaci oleh temannya karena masalah fisik, sampai sering
menyalahkan Allah kenapa menciptakannya seperti ini. Akhinya ketika masuk ssg
semua terjawab sudah, beliau sangat bersyukur ternyata Allah mengirimkan
seorang teman yang sangat mensupportnya yang saling menyanyangi karena
semua tujuannya Allah, (S4) sangat bersyukur mempunYai teman yang bisa
menerimanya apa adanya. Karena di ssg (S4) jadi mengerti bahwa kemuliaan
seorang hamba tidak dilihat dari fisik melainkan dilihat dari keimanan dan
akhlaknya.
128

Adapun (S5) seorang karyawan swasta menceritakan bahwa beliau sangat


bersyukur bisa menjadi bagian dri keluarga SSG pengalaman yang sangat
berharga dan peubahan terbesar dalam hidupnya. Sebelum masuk ssg
hubungannya dengan Allah sangat kurang. Tapi setelah masuk ssg banyak hal
yang dipelajari dan didapatkan di antaranya adalah . Ilmu teman, pengalaman
yang berharga Lebih bisa menghargai waktu, lebih sayang kepada orangtua,
semakin memuliakan dan menghormati keluarga.. serta Semakin yakin bahwa
Allah itu dekat bahwa Allah itu maha memberi pertolongan, apapun itu
masalahnya yang kita hadapi, kesulitan apapun ingat sama Allah bahwa Allah itu
segala-galanya selalu mensertai Allah selalu ingat sama Allah dimanapun dan
kapanpun.
Kemudian (S7) berlatar belakang seorang guru beliau bercerita bahwa
setelah mengikuti rangkain diklat selama 2 bulan, S7 bahwa keyakinan S7 kepada
Allah sangat meningkat dan sadar bahwa pertolongan Allah itu sangat nyata dan
Allah itu adalah pengobat segala penyakit, tempat kembali paling nyata, gak
pernah mengecewakan hambanya. Selain itu hidup lebih teratur, pembiasaan
hidup rapi dan teratur. Kemudian semenjak kegiatan di curug sigay sudah tidak
terlalu memikirkan masalah di dunia, karena dunia bukanlah tujua hidup yang
mulia. Untuk skrang belaiu hanya ingin mempersiapka bekal untuk akhirat. Serta
lebih pasrah dengan takdir. Banyak sekali ilmu yang didapat pengalaman, teman
baru, ilmu yang bermanfaat, hikmah dari berbagai peristiwa, harapannya jadi
wasilah penolong diakhirat kelak., selain itu lebih peduli terhadap kebersihan
lingkungan, berani menghadapi tanggapan orang lain terhadap apa yang dipilih,
serta bagi diri sendiri lebih bertanggung jawab, lebih produktif.

Dari pemaparan diatas, peneliti simpulkan bahwa hasil diklat SSG ini
membawa perubahan kepada yang lebih baik bagi mayoritas peserta. Perubahan
yang didapatkan dari peserta selain karakter BAKU sendiri adalah Keyakinan
terhadap Allah semakin kuat, Ibadah lebih meningkat, Semakin berakhakul
karimah, Melibatkan Allah dalam segala aktivitasnya dalam ranga ibadah dan
pantang sia-sia, Jeli dalam mengambil hikmah pada setiap apa yang terjadi,,
Memanfaatkan watu luang selalu berzikir, Menyegerakan kebaikan dan
menghindai kesalahan, Berani mengambil keputusan dan lebih tenang menjalan
129

kehidupan, Menghamba kepada Allah, berkhidmat kepada umat, Tauhidnya


menjadi benar, Semangat menuntut ilmu, Semangat berkarya, Lebih mengenal
persaudaraan yang sesungguhnya Dan masih banyak lainnya. Jika dilihat dari
pemapaan diatas bhawa diklat SSG angat memberikan perubahan dan dampak
positif terhadap peseta. Akan tetapi agar bisa lebih istiqomah ialah dengan
mencari lingkungan yang positif dan Latihan terus menerus.
B. Tindak Lanjut SSG
Setelah melalui tahapan diklat regular selama 3 bulan maka SSG sendiri
menfasilitasi para alumni untuk berkhidmat di SSG dengan mengikuti diklat
lanjutan selain itu sebagai sarana agar bisa memberikan keistiqomahan dan
menguatkan dalam menjalankan ibadah dan hasil pembentukan SSG kemarin .
Diklat lanjutan ini sifatnnya tidak wajib. Siapa saja yang ingin berkhidmat dan
ingin menjadi pelatih maka harus mengikuti serangkain diklat lanjutan ini.
Pembinaan lanjutan ini lebih focus terarah dan spesifik karena dipembinaan ini
peserta memiih salah satu dari 7 keunitan di antaranya adalah Korps Pelatih,
Salih, IT, Syifa 556, Muslimah dan Niaga. Penjelasannya akan dipaparkan sebagai
berikut:
1. Korps Pelatih
Korps Pelatih SSG DT adalah salah satu unit di SSG untuk membina dan
mengkader pelatih yang mempunyai semangat berkhidmat dan menempa
diri dan menjadi fasilitator membentuk umat agar senantiasa menjadi ahli
dikir, fikir dan ikhtiar. Serta menjadi pelatih yang membina dan melatih
pembentukan karakter BAKU pada santri saat pelaksanaan diklat. Adapun
kegiatannya adalah diklat regular SSG, diklat non regular eksternal, diklat
orientasi internal DT dan kegiatan aksi/ event tentatif/ Yayasan. (Dok.4
P1, P2, P3, P4)

Gambar 4.16 Logo Korps Pelatih


2. Santri Lingkungan Hidup (Salih DT)
130

Salih adalah singkatan dari santri lingkungan hidup yakni mereka yang
mempunyai talent dilingkungan hidup. Dibentuk sebagai penggerak,
penginspirasi serta pember edukasi dalam bidang ligkungan. Menghimpun
santri berkhidmat melalui lingkungan dengan berusaha peduli terhadap
masalah-masalah dilingkungan sekitar. Selain itu untuk menularkan
semagat positif kepada masyarakat untuk Kembali peduli terhadap
lingkungan hidup. Diantara kegiatannya adalah diklat anggota salih, Urban
Farming di masyarakat, pembibitan tanaman, penyuluhan lingkugan sehat,
mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah, edukasi
pemeliharaan ligkungan, penanaman tanama (Dok.4 P1, P2,P3,P4)

Gambar 4.17 Logo Salih DT


3. Santri Teknologi
Unit SSG IT dibentuk untuk mewadahi kegiatan yang berlangsung di SSG,
sesuai dengan slogan SSG IT adalah berkhidmat dengan teknologi serta
memiliki peranan memperluas dakwah melalui teknologi. Dalam unit ini
terdapat beberapa divisi di antaranya programmer, Pendidikan,
photographer, video editor, writer, desainer dan movie. Adapun
kegiatannya adalah up grading internal, dakwah media social, system data
base, dakwah komunikasi visual (konten publikasi SSG)

Gambar: 4.18 Logo Santri Teknologi


4. Santri Niaga
Unit SSG Niaga dibentuk untuk mewadahi kegiatan pembelajaran &
pengkaderan Wirausaha. SSG Niaga bekhidmat untuk menggapai 4 pilar
kemandirian, kemandirian anggota, kemandirian SSG, kemandirian unit,
kemandirian wilayah. Adapun visi dan misinya adalah bersinergi melalui
131

muamalah dan entrepreneurship guna menyokong dakwah. Selai itu


diantara tugasnya mengurusi koperasi dan mengurusi makan peserta ssg
saat pelaksanaan kegiatan, sharing online. Mentoring pekanan perlevel,
pelatihan bisnis berdasar minat, kopi darat Bersama pengusaha, Kerjasama
dengan panti daarul Adkar dalam pembinaan asuh, penjualan souvenir &
atribut SSG (Dok.4, KS, P1,P2,P3,P4).

Gambar : 4.19 Logo Santri Niaga


5. Muslimah SSG-DT
Unit Muslimah SSG-DT adalah sebuah wadah untuk bertukar pikiran
sesama Muslimah yang telah lulus diklat SSG DT, untuk tetap
mendapatkan ilmu dan lingkungan yang kondusif, serta untuk menjaga
silaturahmi alumni diklat SSG-DT lintas Angkatan. Muslimah ini awal
pencetusnya adalah the Ninih Mutmainnah, berawal dari perhatian the
ninih terhadap ssg bahwa akhwat alumni ssg itu sangat banyak dan tercerai
berai dan menyayangkan hal itu maka kemudia lahirlah Muslimah. Salah
satu kegiatannya adalah kajian Muslimah rutin diadakan satu bulan sekali,
halaqah Muslimah, tabur mukena diwilayah khidmay tiap 3 bulan sekali,
supporting kegiatan pembinaan baca tulis quran diwilayah khidmat

Gambar : 4.20 Logo Muslimah SSG-DT


6. Syifa 556
132

Syifa 556 adalah dibentuk untuk mewadahi mereka yang mempunyai latar
belakang Kesehatan baik para dokter maupun para medis. Syifa medis 556
juga sangat membantu pada saat kegiatan diklat berlansgung.
7. Kader atau SSG wilayah
Sebagai sarana dakwah kepada masyarakat. Yang memiliki visi dan misi
pemberdaayaan umat dibidang Pendidikan, ekonomi, social dan agama.
Kegiatannya adalah kewirausahaan, penyuluhan Kesehatan, belajar
mengajar, tabligh akbar, olaharga sunnah dan magrib mengaji.
Di diklat ini pelatihannya lebih spesifik, mengundang para ahli sesuai
dengan unitnya masing-masing. Di Latganda atau Latihan berganda terakhir.
Setiap unit membawa bendera masing-masing dan membaca ikrar. Kalau lagi off
diklat kegiatan ssg adalah diskusi dan upgrading. Setiap unit ada kepengurusan
sendiri. Sama halnya seperti peserta bahwa Pelatih juga mempunyai tugas untuk
megisi mutabaah yaumiyah, tetapi sifatnya hanyalah himbauan. Volunterr
jumlahnya lebih dari 100. Pada pembinaan lanjutan diberikan .Kompetensi
pedagogic ada Jmi dan bimsuh. Pembelajarannya adalah bagaimana menjadi
pelatih tampil meyakinkan di depan peserta. Contoh memberikan intruksi, ada
senam suara, salah satu tekniknya adalah dengan beteriak teriak di upi supaya
mantap. Karena mendapat ilmunya. Bagaimana cara bertanya, menjawab
pertanyaan di apresiasi dulu dan lain sebagainya. Bimsuh tujuannya harus menjadi
pelopor mandiri khidmat, tentu harus adanya pendekatan-pendekatan ada yg
pesuasif edukatif, ujungnya bersifat intrukstif. Pada intinya diklat keunitan ini
adalah diklat lanjutan dari ssg yang goalnya adalah menjadi pelatih. (KS,
P1,P2,P3,P4, Dok.4)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari pembinaan SSG
peneliti bagi menjadi 2 bagian: (1) Hasil pembinaan tauhid pada peserta; (2)
Tindak Lanjut SSG. Hasil pembinaan tauhid terhadap peserta di antaranya adalah
adanya perubahan tehadap peserta setelah mengikuti diklat diantara perubahan itu
adalah Keyakinan kepada Allah semakin kuat, Ibadah semakin meningkat
khususnya amalan yaumiyah di antaranya adalah 7 cinta (salat, alquran, saum,
sedekah, zikir, ilmu dan masjid), Berakhlakul Karimah, Melibatkan Allah dalam
segala aktivitas, Karakter BAKU (jujur, ikhlas, tawadhu, disiplin, berani,
133

tangguh) yang semakin melekat dalam diri peserta.Adapun tindak lanjut dari SSG
nya adalah adanya pembinaan lanjutan atau keunitan yang dimana hasil dari
pembinaan keunitan tersebut adalah menjadi pelatih SSG, Adapun keunitan
tersebut adalah : (a)Korps Pelatih, (b)Santri lingkungan hidup, (c) Santri
Teknologi, (d)Santri Niaga, (e)Santri Muslimah SSG-DT, (f) Syifa 556 serta
kader SSG wilayah.

4.2 Pembahasan Penelitian


Pada bagian ini, berisi analisa menggunakan teori-teori yang telah ditulis
pada BAB II. Pembahasan pada bagian ini mencangkup tiga sub pokok yaitu
menganalisis temuan tentang profil SSG, Proses Pembinaan Tauhid SSG dalam
membentuk karakter BAKU (Perencanaan, Pelaksaan), Hasil Diklat SSG-DT.
Secara spesifik pada kajian pembahasan ini diuraikain kembali melalui sub-
pokok sebagai beriku.

4.2.1 Profil Santri Siap Guna (SSG) Daarut Tauhiid Bandung


Latar Belakang didirikannya diklat SSG ini bahwa Aa Gym selaku pendiri
DT ingin membantu dan berperan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi
pada bangsa Indonesia pada awal reformasi. Fokus memberi solusi dengan bukti
dan karya nyata. Daarut tauhid berusaha memperbaiki dari karakter pemuda
sebagai kekuatan agen of change secara berkesinambungan dengan diklat dan
khidmat kepada umat. Oleh karena itu salah satu jalan untuk mewujudkan hal itu
adalah dengan diadakannya diklat SSG. Adapun diklat SSG sasarannya adalah
pemuda usia 17-40 tahun.
Selaras dengan yang disampaikan oleh Hasan Al-bana dalam bukunya yang
berujudul Pemuda Militan (1992, hal. 42) bahwa “Para pemuda Islam adalah yang
di harapkan dapat mengendalikan masa depan. oleh karena itu menjadi tugas dan
tagging jwab untuk memprogram pemuda Islam mampu tampil sebagai generasi
yang kokoh untuk memikul tanggung jawab masa depan”. Selain itu pemuda
menurut Wahyu Ishardino Satries dalam (Wani, 2019, hal. 75) bahwa pemuda
memiliki Struggle yang sangat luar biasa demi mewujudkan segala cita-citanya.
Selain itu memiliki daya tubuh yang fit dan sehat, akalpun masih sangat jernih,
memikirkan masa depan bangsa Indonesia yang lebih maju dan bermartabat.
134

Kemudian Yusuf Al-Qardhawi seorang ulama besar Mesir kontemporer berkata,”


Apabila ingin melihat suau negara di masa depan maka lihatlah pemudanya hari
ini”. Hal ini menunujukan bahwa generasi muda memiliki pernanan besar dang
penting bagi suatu agama dan bangsa. Terlebih dimasa yang akan dating , karena
generasi mudalah yang akan menerukan estafet kepemimpinan di masa yang
akan dating untuk menggantikan para pemimpin yang sekarag (A-Qardhawi,
1990, hal. 30). Selain itu Rasulullah SAW juga seantiasa memberikan pengarahan
kepada kaum muda untuk untuk mengikuti jalan kebajikan dalam sebuah hadis
beliau menegaskan: “Saya wasiatkan paa pemuda kepadamu dengan baik , sebab
mereka berhati halus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama
yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya ,
sedangkan kaum tua menantangnya”
Oleh karena itu dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran
diklat SSG kepada para pemuda sangatlah tepat sesuai dengan yang diharapkan
serta Islam juga sangat mempehatikan pembentukan kepribadian pemuda, selagi
masih ada pemuda diarahkan agar memiliki budi pekerti yang luhur. Selain itu
masa muda hendaknya dimanfaatkan untuk melakukan perbuatan yang baik sebab
kesempatan itu hanya dating satu kali dalam rentang kehidupan manusia didunia
(Al-Banna, 1992, hal. 64). Tenaga yang masih segar, ditambah semanagat yang
masih menyala merupakan modal untuk mengejar kesempatan emas
menyongsong masa depan yang gemilang melalui ilmu pengetahuan Pendidikan.
Pada saat usia menua nanti. Kesempatan itu tidak banyak diharapkan . karena
sejalan dengan bertambhanya umur Kesehatan semakin menurun dan semnagat
hidup juga melemah. Itulah sebabnya selagi menunjukan ketegaran diusia muda ,
kesempatan menunaikan kewajiban membela agama Allah hendaknya
dimanfaatkan baik-baiknya.

Diklat SSG mempunyai Konsep managemen Qolbu sebagai konsep


perubahan sikap, penyejuk hati, penggelora semangat. Adapun konsep manajemen
qolbu berlandaskan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
bahwa “Ketauhilah di dalam jasad ada segumpal mudghah, bila ia sehat maka
sehatlah seluruhnya, dan bila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya
ketauhilah bahwa itu adalah hati” Adapun inti dari pelajarannya adalah dikiaskan
135

bahwa tubuh manusia itu ibarat sebuah kerajaan. Dan sekujur tubuhnya adalah
bala tentararanya sedangkan rajanya adalah sang hati. Jadi, di dalam tubuh kita ini
ada rajanya, lantas bagaimana yang lain bisa diurus jika rajanya tidak. Seperti apa
yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali bahwa otak, tubuh adalah bala
tentaranya (KS).
Selaras dengan hal itu Aa Gym dalam bukunya (2006, hal. 24)
menyampaikan bahwa Qalbu adalah hati Nurani atau lubuk hati yang paling
dalam yang merupakan sarana terpenting yang telah dikaruniakan Allah oleh
kepada manusia. Qalbun adalah tempat bersemayamnya niat yakni yang
menetukan nilai perbuatan seseorang berharga atau sia-sia. Mulia atau nista.
Dalam islam manjemen Qolbu (Tazkiyatun Nafs) sangatlah penting trmaktub
dalam firman Allah Q.S Al-A’la ayat 14-15 “Sungguh beruntung orang yang
membersihkan diridengan beriman dan dia ingat dengan nama Tuhannya lalu dia
sembahyang” (Al-Hilali, 2005, hal. 29). Adapun prinsip manajemen qolbu adalah
bagaimana mengelola qalbu supaya supaya potensi positifnya bisa berkembang
maksimal mengiringi kemampuan berpikir dan bertindak sehingga sekujur
sikapnya menjadi positif dan potensi negatifnya segera terdeteksi dan
terkendalikan sehingga tidak berbuah menjadi Tindakan negative (2007, hal. 150).
Selain itu bahwa manusia yang bisa menata qalbunya akan hidup efektif,
produktif dan penuh inovasi. Sebagai seorang pendidik guru tidak hanya dilihat
dari dan dipertanggungjawabkan dari profesionalisme mendidik akan tetapi
dilihat juga dari sudut moral etis, kepmimpinan dalam hal kependidikan dan
kematangan emoisonal. Dengan mendengarkan suara hati para guru para guru
akan menjadi baik karena sura hati adalah pantulan dari fitrah jiwanya. Oleh
karena itu pada hakikatnya manajemen qolbu sangat berpran bagi guru dalam
meningkatkan intelektualitas dan religiusitas (Faizin, 2013, hal. 139)
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa konsep manajeman qolbu
(Tazkiyatun Nafus) sangatlah penting dalam proses Pendidikan. Sebab Ketika
seorang guru dapat mengelola hatinya akan dapat menjadi sosok guru yang
digugu da ditiru” . dan managemen qolbu sangat signifikan perannya dalam
meningatkan intelektualitas dan religiusitas bagi guru.
136

Diklat SSG adalah Lembaga pendidikan non formal serta Lembaga


Pendidikan pembinaan karakter yang dilaksanakan selama 3 bulan dengan 12 kali
pertemuan. Hal ini selaras dengan ungkapan Azhari bahwa pembinaan adalah
suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien, efektif serta
dilaksanakan secara rutin untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Dini Rinjani,
2014, hal. 104-117). Oleh karena itu diklat SSG ini dilaksanakan secara rutin
setiap akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu selama 3 bulan agar dapat
memperoleh hasil yang baik dan tujuan dari diklat SSG sendiripun bisa terealisasi.
Visi SSG yaitu menjadi Lembaga pembinaan dan pemberdayaan generasi
muda untuk mewujudkan masyarakat bertauhiid. Selaras dengn tujuan pesantren
daarut tauhid yaitu adalah untuk membina insan professional yang ahli zikir, ahli
fikir dan ahli ikhtiar (KS). Adapun misi diklat SSG itu sendiri di antaranya adalah
(a)Menjadi Lembaga pembinaan dan pemberdayaan generasi muda untuk
mewujudkan masyarakat bertauhiid, (b)Menjalankan misi social kemanusiaan, (c)
Menyelenggarakan Diklat dan pelatihan Kaderisasi, (d)Melaksanakan
pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan (e)Melakukan aksi-aksi terhadap
lingkungan. Selain itu (f)Menyiapkan kader kader-kader pelayan masyarakat baik
dibidang dakwah, Pendidikan, ekonomi maupun social. Kader-kader pelayan
masyarakat ini adalah generasi muda yang terbina, yang mampu menjadi
motivator, stabilisator dan integrator bagi masyarakat dengan kekuatan karakter
BAKU (Baik dan Kuat), serta berjiwa di antaranya adalah (1)Pelopor yaitu peka,
inisiatif, berani aksi; (2) Mandiri yaitu pantang menjadi beban, qonaah, 3m: mulai
dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, mulai saat ini juga; (3)Khidmat yaitu
senang menolong, menyempurnakan dan tulus. Selain itu salah satu target
programnya adalah untuk menjadikan kota Bandung sebagai Pilot Project untuk
mewujudkan kota santri yang bermartabat dan menuju Indonesia bertauhiid 2022.
Selaras dengan tujuan Pendidikan yang diungkapkan oleh Ahmad D.
Marimba dalam bukunya yang berjudul Pengantar Filsafat Pendidikan Islam
(1964, hal. 43) bahwa tujuan akhir Pendidikan itu adalah terbentuknya
“Kepribadian Muslim”. Selanjutnya selaras dengan pendapat Abdul Fatah Jalal
(1997 , hal. 123-124) bahwa tujuan Pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia
sebagai hamba Allah atau beribadah kepada Allah. Selain itu adalah untuk
137

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, dalam alquran dijelaskan surat Al-
Qashash: 77 “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari
kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah
berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimukabumi
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan
dibumi”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa visi, msisi dan tujuan diklat
SSG selaras dengn tujuan Pendidikan keagamaan yaitu tercapainya kesempurnaan
serta mewujudkan manusia yang mempercayai dan menjalankan ajaran agama
Islam dengan sepenuhnya. Seperti jargon SSG “ Kepada Allah menghamba
kepada umat berkhidmat”

4.2.2 Perencanaan (Muatan Kurikulum) Pada Diklat SSG-DT


Kurikulum Diklat SSG yaitu kurikulum yang mengkolaborasikan antara
Pendidikan dan pelatihan karakter BAKU, militer dan nilai-nilai kepesantrenan
dan penanaman tauhid. Adapun karakter BAKU yang meliputi karakter baik
(Jujur, Ikhlas, Tawadhu) dan Kuat (disiplin, berani, Tangguh) adalah atas dasar
ide dan pemikiran Aa Gym sendiri. Aa berpegang pada prinsip hadis “Muslim
yang kuat lebih Allah cintai dari pada muslim yang lemah meskipun diantara
keduanya ada keutamaan.” Selain itu Aa sangat begitu mengharapkan sekali
seorang muslim bisa menjadi sosok pribadi muslim yang tidak hanya baik
akhlaknya akan tetapi juga kuat fisiknya sehingga bisa melindungi bukan hanya
diri sendiri akan tetapi bisa melindungi orang disekitar dan orang yang lemah.
Sehingga bisa menjadi muslim yang berkarakter, kemudian membentuk keluarga
yang berkarakter, masyarakat yang berkaraker sehingga dengan begitu Aa bisa
mewujudkan harapannya yaitu menjadikan Indonesia betauhiid 2022. Hal ini
selaras dengan yang dungkapkan oleh Zubaedi (2012, hal. 29)bahwa nilai pada
Pendidikan karakter di antaranya adalah religious, juju, toleransi, disiplin, kerja
keras, kraetif mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan.
Selanjutnya bahwa kurikulum Pendidikan islam bertyujuan menanamkan
kepercayan dalam pemikiran dan hati generasi muda, pemulihan akhlak dan
membangun jiwa rohani. Ia juga bertujuan untuk mempeoleh pengetahuan secaara
138

kontinu gabungan kepercayaan dan akhlak serta amalan teori dalam hidup
(Noorzanah, 2017, hal. 68) Menurut Syaibani dalam Muhaimin dan Abd. Mujib
(1993), menempatkan empat dasar pokok karakteristik dalam kurikulum
pendidikan Islam, yaitu dasar religi, dasar falsafah, dasar psikologis dan dasar
sosiologis, dapat pula ditambah dasar organisatoris (Mujtahid 2011)
Secara umum muatan kurikulum terdiri dari 5 komponen yaitu tujuan,
materi, strategi pembelajaran, organisasi kurikulum dan Evaluasi. Selaras dengan
yang dingkapkan oleh Mangkunegara (2005, hal.76) bahwa dalam proses
pembinaan harus mencakup antara lain : (1)Tujuan dan sasaran pegembangan
harus jelas dapat diukur; (2)Para pembina yang profesional; (3)Materi pembinaan
pengembangan harus diesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai; (4)Peserta
pembinaan dan Pengembangan harus memneuhi persyaratan yang ditentukan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa komponen dalam diklat SSG
selaras dengan proses pembinaan yang dungkapkan oleh Mangkunegara bahwa
SSG juga memiliki tujuan dalam diklat itu sendiri, kemudian para pembina yang
profesional yaitu para pelatih yang telah dibina dan didik terlebih dahulu selama
hampir 3 bulan pada program diklat lanjutan dan memabaginya pada beberapa
Unit atau bidang agar bisa lebih fokus pada unit nya masing-masing karena materi
yang diberikan pada diklat lanjutan itu sesuai dengan unitnya masing-masing.
Selain materi yang diberikan pun sesuai dengan tujuan, visi dan misi diklat itu
sedniri yaitu beberapa materi yang diberikan adalah materi keagamaan, Skill. Dan
untuk pesertanya juga harus memnuhi syrat yang ditentukan agar bisa mengikuti
diklat di antaranya adalah pemuda usia 17-40 dan tidak ada riwayat penyakit yang
sangat membahayakan buat kesehatan peserta.

Materi yang digunakan dalam diklat SSG-DT di antaranya adalah Samapta,


Olahraga kebersamaan, Ta’lim Muta’allimOrientasi medan, Karakter BAKU,
Longmarch, Urgensi niat, PBB Tauhid, Dahsyatnya sedekah, Snapling , Fikih
praktis, Halang, Rintang, Muhasabah , Aksi peduli lingkungan , Tata nilai budaya
DT, Badar games, Keempurnaan Salat, Praktek Wirausaha, The power of dreams,
Bakti Sosial , Biirul walidain, Alquran sebagai pedoman hidup, Qiyadah wal
jundiyah, Adab prgaulan, Fikih janaiz, Kajian tauhiid (Managemen Qolbu),
Mentoring , Fiqih muamalah , Rikhlatul Khulud..
139

Hal ini seelaras dengan Dr. Zakiah Daradjat (1995, hal. 63-114) yang
menerangkan ruang lingkup materi pembinaan kegamaan di antaranya adalah
sebagai berikut: (a) Keimanan, yaitu proses pembinaan tentang berbagai aspek
kepercayaan. (b) Akhlak, yaitu pembinaan tentang bentuk batin yang tertanam
dalam iwa seseorang yang mendorong seseorang bertigah laku. (c) Ibadah, yaitu
segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh
niat, (d) Fiqih, yaitu ilmu yang menerangkan hukum-hukum syaria’at islam yang
diambil dari dalil-dalilnya yag terperinci, (e)Ushul fiqih, yaitu suatu ilmu yang
membicarakan berbagai ketentuan da kaidan yang dapat digunakan dalam
menggal dan merumuskan hukum syari’at islam dari sumbernya, (f) Qiraat qur’an,
yaitu suau ilmu yan g mengandung sei membaca al-Qur’an, (g) Ilmu tafsir, yaitu
uraian penjelasan terhadap arti teks al-Qur’an yang berarti lebih luas dan lebih
jelas dari alih Bahasa, (Hadis, yaitu segala sesuatu yang bersumber dari nabi
Muahmmad SAW baik berupa perkataan, perbatan, ketetapan ataupun sifat fisik/
kepribadian, (f) Tarikh islam atau disebut juga dengan sejarah islam.
Adapun menurut al-Abrasyi, dalam Ahmad Tafsir (1994, hal. 39),
mengemukakan bahwa dalam merumuskan kurikulum atau materi pendidikan
Islam harus mempertimbangkan 5 (lima) prinsip. Pertama, mata pelajaran
ditujukan untuk mendidik rohani atau hati, artinya, materi itu berhubungan dengan
kesadaran ketuhanan yang mampu diterjemahkan ke dalam setiap gerak dan
langkah manusia. Manusia adalah makhluk yang senantiasa melibatkan sandaran
kepada yang Maha Kuasa, yaitu Allah Swt. Kedua, mata pelajaran yang diberikan
berisi tentang tuntunan cara hidup. Pelajaran ini tidak saja ilmu fiqh dan akhlak
tetapi ilmu yang menuntun manusia untuk meraih kehidupan yang unggul dalam
segala dimensinya. Ketiga, mata pelajaran yang disampaikan hendaknya
mengandung ilmiah, yaitu sesuatu ilmu yang mendorong rasa ingin tahu manusia
terhadap segala sesuatu yang perlu diketahui. Ilmu yang dibutuhkan untuk
mencari karunia Allah melalui cara-cara yang mulia dan penuh perhitungan.
Keempat, mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi
kehidupan, intinya bahwa materi mengajarkan suatu pengalaman, keterampilan,
serta cara pandang hidup yang luas. Kelima, mata pelajaran yang disampaikan
140

harus membingkai terhadap materi lainnya. Jadi, ilmu yang dipelajari berguna
untuk ilmu lainnya (2017, hal. 69)
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa materi yang ada pada diklat SSG
selaras dengan ruang linngup dalam pembinaan keagamaan yaitu adanya materi-
materi keagamaan yang menunjang peserta untuk memahami dasar-dasar dalam
memahami ilmu agama Islam selain itu mataeri juga mempertimbangan 5 pinsip
yang diungkapkan leh Ahmad tafsir yaitu materi ditujukan untuk mendidik rohani
atau hati, , materi yang diberikan berisi tentang tuntunan cara hidup, materi yang
disampaikan mengandung ilmiah

Tujuan kurikulum diklat SSG di antaranya adalah (a)menumbuhkan


kesadaran kepada peerta untuk memperbaiki diri, (b) menjadi manusia yang ahli
zikir fikir dan ikhiar sesuai denga Visi Daarut Tauhiid, selain itu (c) menjadi
pribadi yang melandaskan segala fikiran dan usahanya kepada Allah sebagai
penguasa segalanya.menyampaikan bahwa fikir tanpa zikir berarti sombong,
ikhtiar tanpa zikir adalah sebuah kesia-siaan. Oleh karena itu tiga rangkaian
tersebut merupakan rangkain ketauhidan dalam hidup. Sehingga dia akan terus
mendekatkan diri kepada Allah dan sadar bahwa tujuan Allah menciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, oleh karena itu dia terus berusaha
memberikan yang terbaik dalam Hablumminallah wa hablumminannas. Selaras
dengan tujuan Pendidikan Islam yang diungkapkan oleh beberapa pakar
Pendidikan Islam di antaranya ‘Atiyah Al-Abrasy dalam Daulay (2012, hal.
8)mengemukakan bahwa tujuan Pendidikan islam yaitu untuk membantu
pembentukan akhlak mulia, persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat,
menumbuhkan roh ilmiah, menyiapkan peserta ddik dari segi professional dan
persiapan untuk mencari rezeki. Selain itu Hafidz (2009, hal. 34) juga
mengemukakan bahwa tujuan Pendidikan Islam yang agung senantiasa selaras
dengan tujuan agama itu sendiri, yatitu mewujudkan seorang mukmin yang takut
kepada Allah swt dan bertaqwa kepada-Nya, memperbaiki ibadahnya untuk
mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat sebagaimnana Allah mengutus para
Rasul sebagai pendidik dan pegajar dan melengkapinya dengan berbagai kitab
samawi.
141

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan kurikulum diklat SSG
sama halnya dengan tujuan Pendidikan Islam yaitu untuk mewujudkan seorang
mukmin tauhidnya kuat, bersih, takut kepada Allah swt dan bertaqwa kepada-
Nya.

Selanjutnya strategi metode pembelajaran yang digunakan oleh SSG adalah


ceramah, hikmah, motivasi, pembiasaan diskusi, tanya jawab, keteladanan, kerja
kelompok studi kasus, praktek lapangan, pengalaman langsung, discovery
learning, pembiasaan, metode pembelajaran Experiental Learning learning by
doing (pembiasaan dengan langsung melakukan/ mengerjakan), simulasi serta
Accelerated learning (percepatan). Hal ini selaras dengan metode yang
disimpulkan oleh para pakar Pendidikan islam kontemporer bahwa metode yang
dikategorikan sebagai metode paling penting dalam Pendidikan Islam adalah (1)
metode dialog atau ceramah (hiwar); (2) metode kisah (qishah); (3) metode
perumpamaan (darb matsal); (4) metode keteladanan (qudwah); (5) metode
pembiasaan atau habituasi (‘adah); (6) metode pengambilan konklusi dan nasehat
(‘ibrah dan ma’u’izhah); (7) metode motivasi atraktif dan intimidatif (targhib wa
tarhib); (8) metode pupujian; (9) metode wirid; (10) metode diskusi
(munaqasyah); (11) metode induktif (istiqra’iyh); (12) metode deduktif (
istinbathiyah); (13) metode brainstorming (‘ashf dzihni); (14) metode problem
solving (hill al-musykilat); (15) metode kerja kelompok (ta’awuni); (16) metode
kotak maklumat (haqa’ib ta’limiyah); serta (17) metode berbasis program/proyek
(mubarmaj); dan (18) metode berbasis IT (hasib ali). (Maya, 2017, hal. 2). Sama
halnya dengan ungkapan Sudriman dalam (Nuryani, 2019, hal. 107) bahwa ada
beberapa metode dalam menanamkan nilai akidah di antaranya adalah (1)
Ceramah, (2) Tanya jawab, (3) Keteladanan, (4) Pembiasaan, (5) Konsultasi, (6)
Diskusi, (7) Becerita, (8) Suplemen, (9) Murabbi, (10) Muhasabah. Serta dengan
pendapat Muhaimia dkk (2002, hal. 265-267) bahwa beberapa metode dalam
pencapaian akidah tauhid di antaranya adalah a) Doktriner yang bersumber dari
wahyu ilahi yang disampaikan melalui rasul-Nya dan pesan Tuhan tersebut tela
diabadikan dalam satu kitab yatitu alquran; b) Melalui hikmah; c) Melaui metode
ilmiah yakni dengan memperhatikan fenomena alam sebagai bukti adanya Allah
swt; d) Irfaniah, yakni metode yang menekanka pada intuisi dan perasaan hati
142

seseorang melalui upaya sulik atau perbuatan yang bisa dilakukan untuk mencapai
tujuan, contohnya melalui pembiasaan penanaman intuisi/ insting bedasarkan
pengalaman amal ibadahnya. Selain itu alquran juga sebagai sumber Pendidikan
Islam telah memberikan statement tentang keteladanan yaitu dalam surat al-
mumtaanah ayat 4, surat al-Ahzab ayat 21. Ibrahim dan nabi Muhammad SAW
dijadikan sebagai profil keteladanan (Ulwan, 1992, hal. 24), (c)Pembiasaaan
Ibadah, ibadah merupakan kebutuhan setiap muslim, sehingga dengan ibadahpun
kita dapa mendidik dan menanamkan ketauhidan. Secra umum seluruh kegiatann
yang bertujuan mencari ridha Allah itu adalah Ibadah; (d) Nasihat;
(e)Pengawasan.
Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa metode dan stategi yang
digunakan dalam Diklat SSG-DT adalah selaras dengan metode yang digunakan
dalam proses Pendidikan Islam.

Evaluasi Dalam diklat SSG di antaranya adalah (a)evaluasi kegiatan


sebelumnya, (b)evaluasi pemateri, (c)evaluasi perpekan, (d)evaluasi perbulan,
dan (e) evaluasi perkegiatan (KS) Adapun pada pelaksanaannya Evaluasi diklat
SSG ini dilaksanakan sesuai kebtuhan dan dilaksanakaan secara berjenjang
dengan menggunakan media baik secara formal ataupun non formal lisaan
aaupun tulisan seperti laporan keterlaksanan atau proses kegiata diklat dari
pelatih pendamping setiap kelompok kepada komandan diklat, observasi
langsung kelapanga oleh komandan diklat. Selanjutnya evaluasi perseluruh
rangkaian kegiatan berupa pengisian questioner terkait kepuasan peserta
terhadap kegiatan secara menyeluruh baik pertahapan kegiatan diklat dobrak
diri, bangun diri, dan bangun tim, juga terkait kualitas pelatih, sarana dan
prasarana, materi, dan kegiatan lapangan. Berdasarkan hasil dokumentasi
kurikulum bahwa dalam menentukan kelulusan peserta dan untuk mendapatkan
sertifikat maka dilakukan dengan pertimbangan: (1) Beban belajar 3 bulan,
intensitas minimal 11 kali pertemuan dai total 13 pertemuan: (2) Ketuntasan
belajar, 80% peserta harus mengkuti rangkain kegiatan dan mengikuti minimal
32 mata pelatihan ; (3) Kelulusan, dililhat dari evaluasi akhir (Dok.2, KS)
(Dok.1, KS, P1,P2).
143

Selaras dengan yang diungkapkan oleh ayan Nurkancana & Sumartana


Invalid source specified., evaluasi ialah suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai segala sesuatu dalam aktivitas pendidikan, baik menyangkut
materi, guru, siswa, serta aspek pendukung lainnya Evaluasi digunakan untuk
mengukur sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai. Oleh karena
itu diklat SSG sendiri selalu melakukan evaluasi pada semua tahapan baik
materi, pemateri, masalah teknis dan lain sebagainya. Selanjutnya menurut
Sumartana (1986) bahwa evaluasi berfungsi sebagai berikut: (1) Untuk
mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh suatu pendidikan,
artinya apakah seorang peserta didik sudah siap untuk diberikan pendidikan
tertentu atau tidak; (2) Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai
dalam proses pendidikan yang telah dilaksanakan. Apakah hasil yang dicapai
sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Kalau belum, maka perlu
dicari faktor apakah kiranya yang menghambat tercapainya tujuan tersebut.
Dan selanjutnya dapat dicari jalan atau solusi untuk mengatasinya; (3) Untuk
mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang diajarkan dapat dilanjutkan
dengan bahan yang baru atau harus mengulangi kembali bahan-bahan pelajaran
yang sebelumnya. Dari hal-hal evaluasi yang dilakukan dapat mengetahui
apakah peserta didik telah cukup menguasai, baik menguasai bahan pelajaran
yang lalu atau belum. Kalau peserta didik secara keseluruhan telah mencapai
nilai yang cukup baik dalam evaluasi yang telah dilakukan, maka itu berarti
mereka telah menguasai pelajaran; (4) Untuk mendapatkan bahan-bahan
informasi dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan atau jenis
jabatan yang cocok untuk peserta didik tersebut; (5) Untuk mendapatkan
bahan-bahan informasi guna menentukan apakah peserta didik dapat dinaikkan
kelas atau tidak. Apabila berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah bahan
pelajaran yang diberikan sudah tercerna dengan bagus oleh peserta didik,
mereka bisa dinaikkan ke tingkat berikutnya (6) Untuk membandingkan apakah
prestasi yang dicapai peserta didik sudah sesuai dengan kapasitasnya atau
belum, (7) Untuk menafsirkan apakah peserta didik telah cukup matang untuk
dilepaskan ke masyarakat atau untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggi (Nurkancana, 1986).
144

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa evaluasi diklat SSG ini sesuai
dengan evaluasi kurikulum dalam Islam bahawa evaluasi pada setiap
jenjangnya menentukan langkah serta kebijakan yang akan direncanakan
berikutnya. Evaluasi kurikulum pendidikan agama Islam tidak hanya diukur
dengan alat atau instrumen test tulis, melainkan dapat dilihat dari segi
performance akhlak dan tindakannya.

4.2.3 Pelaksanaan Pembinaan Tauhid diklat SSG-DT


Peserta didik dilatih untuk memiliki tauhid yang kuat sesuai dengan visi DT
menjadikan ahli zikir dimana dalam segala aktivitasnyaa harus selalu melibatkan
Allah. Selain itu dalam segala aktivitas harus diniatkan karena Allah dan untuk
Allah. Dan dalam aktivitas atau keadaan apapun jangan penah melepaskan zikir.
Zikir menjadi kunci utama dalam melaksanakan diklat ini (KS, P1,P2, P3, P4)
Selaras dengan apa yang disampaikan oleh Ibn Khaldun bahwa Risalah
pertama dan utama para Rasul Allah dalam menjalankan dakwah kepada seluruh
umatnya adalah mengajarkan tentang pentingnya tauhid (Muyidin, 2019, hal. 29).
bahwa aqidah yang kokoh dan ketauhidan sangatlah penting dan wajib ada pada
diri setiap muslim karena kewajiban manusia yang pertanma kali adalah mngenal
Allah dngan penuh keyakinan. Seperti dalam hadis juga disampaikan dalam
(Cahyono, 2008 hal.73) “Jadikanlah pertama kali kamu dakwahkan ialah agar
meeka mentauhidkan Allah (H.R Bukhari Muslim). Oleh karena itu para rasul
pertama kali mengajarkan kepada umatnya adalah menanamkan tauhid yang kuat,
mengajak mereka supaya beriman kepada Allah, menyembah, mengabdi, dan
berbakti kepada-Nya; melarang mereka menyekutukan Allah dalam bentuk
apapun,baik Zat, Sifat maupun Af’alNya (Asmuni, 1993,hal. 14). Dalam hadis
juga desebutkan ketika Rasulullah SAW sedang naik unta berdua bersama Muaz.
Ketika itu Rasulullah bertanya tentang hak Allah atas hamba dan hak hamba atas
Allah, selanjutnya Rasulullah menyebutkan bahwa: Hak Allah atas hamba adalah
bahwa menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya sedangkan hak hamba atas
Allah tidak diazab hamba yang tidak menyekutukan-Nya. (H.R Bukhari).

Dari pemaparan diatas kita bisa simpulkan bahwa tauhid merupakan inti
dari ajaran islam. Tidaklah bermanfaat secara akhirat amalan apapun selagi
145

pelakunya syirik atau tauhidnya rusak. Tauhid merupakan kebutuhan, pangkal


sekaligus ujung atau tujuan dari seluruh kehidupan, artinya seluruh aktivitas
kehidupannya harus ada dan tetap dalam bingkai tauhid. Oleh karena diklat SSG
ini dalam pelaksanaannya selalu menanamkan nilai-nilai tauhid. Di antaranya
adalah dengan memberikan pandangan nasihat kepada paa peserta agar sellau
melibatkan Allah dalam aktivitas dengan kegiatanya selain itu dengan
memperbanyak: istighfar, zikir. Pelatih selalu bilang “Diamnya santri adalah
zikir” dan ini mejadi pegangan kuat oleh para santri dalam melaksanakan
kegiatan. Selain itu dengan merenunfi setiap kejadian dengan mengambil hikmah
pada setiap kejadian. selain itu hanya meminta pertolongan kepada Allah. Pelatih
selalu bilang “Semakin kamu lemah, semakin perkuat zikirnya”

4.2.3.1 Pembentukan karakter BAKU


Pak Nurhadi menjelaskan bahwa melatih karakter dalam sebuah diklat
singkat tidaklah mudah. Butuh treatment yang tepat agar tidak melenceng dari
tujuan diklat karakter tersebut.tujuan dari karakter BAKU adalah supaya hatinya
bersih atau bisa diartikan dengan qolbun salim puncaknya adalah mempunyai
tauhid yang kuat dan mantap. Karena tauhid yang bersih dan kuat adalah puncak
dari segala-galanya. Tauhid itu ibarat kausa prima karena muara apapun tidak ada
lagi selain mengesakan Allah laailaahaillallah (tauhid uluhiyah)
Muhammadurrasulillah Tauhid Rububiyah) Tauhid menjadi sempurna tahapannya
adalah dengan ikhtiar dengan syariat Rasuullah. Diantara kita kemungkinan
tauhidnya belum bagus untuk menuju tauhid yang murni maka digembleng
dengan pola pengembangan karakter dengan cara diperkuat niatnya. Selain itu
karakter juga adalah jalan ikhtiar atau cara menuju tauhid yang kuat karena Daarut
tauhid sendiri kan diartikan rumahnya tauhid jadi Pendidikan yang ada di daarut
tauhid ujungnya adalah agar hati menjadi bersih untuk menuju kepada tauhid yang
lurus uuhiyah dan rubbubiyah, yaitu penghambaan total kepada Allah dan
lailaahaillallah pengesaannya benar benar murni kepada Allah (KS).
Karakter BAKU adalah singkatan dari Baik dan Kuat. Karakter baik disini
menurut Aa Gym adalah jujur, ikhlas dan tawadhu. Sedangkan Kuat
komponennya adalah disiplin berani dan Tangguh. Karakter BAKU adalah
karakter yang lahir karena proses pendidikan, latihan yang terus menerus.
146

(Gymnastiar, 2019, hal. 74) Pribadi yang menanamkan dalam hatinya keyakinan
kepada Allah kemudian dia amalkan dalam ucapan dan perbuatan sehari-hari dan
bermujahadah untuk konsisten/ istiqomah dalam ketaatan, maka Allah akan
mengaruniakan kepada-Nya kekuatan, keberanian , ketabahan, ketegaran dalam
menempuh perjalanan hidup ini.
Selaras dengan hal itu bahwa ruang lingkup akhlak menurut Mukni’ah
(2011, hal. 112) meliputi: akhlak terhadap diri sendiri. akhlak dalam keluarga,
akhlak dalam masyarakat, akhlak dalam bernegara dan akhlak terhadap
agama,Contoh dari akhlak terhadap Allah swt, antara lain: taqwa, cinta dan ridho,
ikhlas, khauf dan roja’, tawakkal, syukur, muroqobah, taubat, khusnudzon dan
lain-lain. Sofyan Sauri (2011) menegaskan bahwa akhlak kepada Allah harus
berdasarkan kepada rukun agama yakni ihsan. Sedangkan contoh akhlak terhadap
Rasulullah saw di antaranya adalah mencintai, memuliakan, mentaati,
bershal.awat dan meneladani beliau dan menjadikan panutan kita dalam beramal
dan melakukan aktivitas dalam keseharin kita. Adapun contoh dari akhlak pribadi
yang harus ada dalam diri kita di antaranya adalah shiddiq (jujur), amanah, (dapat
dipercaya), iffah (menjauhkan diri dari hal.-hal. yang tidak baik), mujahaddah
(mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal. yang
menghambat pendekatan diri terhadap Allah SWT, baik hambatan yang bersifat
internal maupun eksternal. Selain itu dalam interpretasi yang sangat luas adalah
semua perkara atau pekerjaan yang diniati untuk mencari ridha Allah SWT itu
adalah (a) Ibadah; (b)Perbanyak berzikir, artinya memperbanyak mengingat Allah
SWT; (c) Berkhusnudzon (berbaik sangka), artinya sebuah sikap yang
mewujudkan keadaan jiwa dengan berprasngka baik/ berpkiran positif; (d)Ikhlas,
Menurut al-Qutubhi pada dasarnya ikhlas adalah memurnikan perbuatan dai
pengaruh-pengaruh makhluk; (e)Sabar; (f)Syukur; (g) Jaga hati artinya menjaga
kesucin diri dari egala tuduhan, fitnah dan perbuatan keji seperti hasud, riya,
sombong dan lain sebagainya.
Jika kita melihat sejarah islam, maka kita akan menemukan bahwa islam
bertahan dan berkembang menjadi sedemikian besar karena adanya orang-orang
kuat. Kuat disini menurut Aa Gym (2019, hal. 146) yaitu kuat dalam jiwa, kuat
pada raga, kuat jasmani, kuat rohani dan kuat secara intelektual dan finansial.
147

Dari Abu Hurairah, Rasulullah -shal.lallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:


Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla
daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.
Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu
dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta
janganlah sekali-kali engkau merasa lemah.

Orang yang berkarakter baik dan kuat menurut Aa Gym (2019, hal. 72-73)
adalah orang yang memiliki kemampuan sekaligus kemauan untuk berbuat
kebaikan, Ibadah yang dilakukan berdasarkan kesadaran dan hanya mencari
keridhaan Alah, baginya penilaian makhluk tidaklah berarti. Jika pujian datang
dari makhluk, baginya hanyalah bonus yang tidak seberapa dibandingkan
kecintaan Allah (KS, OB1, OB2)
A. Karakter Jujur (Meminta Penlaian Allah)
Proses pemebentukan karakter BAKU diberikan treatment kepada peserta di
antaranya : (a) Jujur dilatih dengan pengecekan barisan kepada pemimpin barisan
dan peserta apakah sudah lurus atau belum. Jika belum lurus maka siapsiap untuk
membenahi atau diberi konsekuensi oleh pelatih prinsipnya PDLT (Perbaiki Diri
dan Lakukan yang Terbaik) selain itu hanya meminta penilaian Allah,Setiap
pekannya melatih selalu menanyakan perihal mutabaah yaumiyah dikumpulkan
dan diperiksa oleh pelatih ssg.Selain itu juur dalam melaukan kesalahan.
Selars dengan hal itu bahwa Salah satu akhlak mulia yang paling terdepan
atau nilai karakter yang sangat penting dimiliki oleh seorang muslim adalah
kejujuran. Imam al-Laits mengungkapkan dalam buku yang berjudul
Mungkinkah Kita jujur (2004, hal. 16) bahwa jujur adalah “ setiap orang
membenarkan semua perintah Allah dengan tidak disertai sedikitpun keraguan dan
ia membenarkan Nabi Muhammad saw, maka ia termasuk orang shiddiq.
Menurut Sa’id Hawwa (dalam Batubara, 2015, hal. 5-6) bahwa tingkatan
jujur ada lima, yaitu: (a)Jujur dalam perkataan. Kejujuran dalam perkataan dapat
diketahu ketika seseorang memberikan suau berita; (b) Jujur dalam niat. Hal. ini
berkaitaan dengan keikhlasan. Kejujuraan dalam niat dapat diketahui ketika
seseorang melakukan sesuatu karena keikhlasan, tanpa meminta imbalan’ (c) jujur
dalam memenuhi keinginan. Bagi seseorang mudah mengungkapkan
keinginannya, akan tetapi untuk merealisasikannya cukup berat. Dalam hal. ini
148

diperlukan kejujuran pada diri inidividu dalam merealisasikannya; (d) Jujur dalam
perbuatan. Hal. ini menunjukan kesungguh-sungguhan seseorang dalam
mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya; (e) Jujur dalam
beragama. Hal. inilah yang merupakan kejujuran yang paling tinggi dan mulia.
Senada dengan pendapat Irwan Rinaldi (2014) yang mengatakan bahwa tingkat
kejujuran terdiri dari lima yaitu: jujur dalam berbicara, jujur dalam niat, jujur
dalam merealisasikan, jujur dalam bertindak dan jujur dalam beragama.
Selanjutnya Ciri-ciri orang yang memiliki kejujuran (Batubara, 2015, hal. 1-
6) adalah seeorang yang senantiasa tidak berbohong, tidak mengingkari janji,
tidak menipu serta mengakui kesalahan merupakan dasar pegangan dalam berbuat
jujur. Diperkuat oleh Menurut Prayitno dan Afriva Khaidir (2011), dan Tim
Penyusun P3N-KC nilai karakter cerdas jujur adalah (a)Berkata apa adanya;
(b)Berbuat atas dasar kebenaran; (c)Membela kebenaran; (d)Bertanggung jawab;
(e)Memenui kewajiban dan menerima hak; (f)Lapang dada; (g) Memegang janji.
Jujur adalah sifat yang harus dimiliki oleh semua orang khususnya adalah
umat islam karena jujur adalah sifat yang harus kita teladani dari Rasulullah. Jujur
memberikan dampak yang baik untuk kita selaku umat islam baik bagi kehidupan
dunia maupun akhirat . dalam surat al Ahzab ayat 70-71 dijelaskan tentang dari
buah kejujuran yaitu yang berbunyi:

ۡ‫ُصـلِ ۡح لَ ُكمۡ َأ ۡع ٰ َملَ ُكمۡ َويَ ۡغفِ ۡـر لَ ُكم‬ ْ ُ‫وا ٱهَّلل َ َوقُول‬
ۡ ‫وا قَ ۡواٗل َسـ ِد ٗيدا ي‬ ْ ُ‫وا ٱتَّق‬ ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬

ِ ‫ُذنُوبَ ُكمۡ ۗ َو َمن يُ ِط ِع ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ فَقَ ۡد فَا َز فَ ۡو ًزا ع‬


‫َظي ًما‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
berkatalah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki
amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan mendapatkan
kemenangan yang besar.

Dari penggalan ayat diatas imam Baidhawi dalam tafsirnya menjelaskan


manfaat dari bekata jujur diantanya: (a) Memacu semnagat dalam dalam berbuta
kebaikan sehingga hidupnya dalam lindungan Allah; serta menjadikan amal
perbuatannya diterima Allah; (b) Allah akan mengampuni dosanya, disebabkan
karena ia selalu memegang teguh dalam ucapan maupun perbuatan.
Selain itu ada juga hadis dari Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh bukhari dan
muslim bahwa kejujuran itu akan mengarahkan kpada kebaiakn dan kebaikan
149

mngarahkan kita kepada syurga dan dicatat oleh Allah sebagai ahli kejujuran
(Djuharnedi, 2019, hal. 7)
B. Karakter Ikhlas (niat karena Allah dan untu Allahh)
Diklat ssg ini berusaha untuk meluruskan niat para peserta ssg agar mereka
bisa ikhlas dalam menjalankan kegiatan ssg karena suatu amal akan diterima oleh
Allah jikalau dengan niat lurus dan ikhlas dalam menjalankannya. Niat yang lurus
untuk mencari ridha Allah. Intinya luruskan niat benarkan caranya khlas
ditreatment dengan diberi konsekuensi walau tidak bersalah atau karena kesalahan
orang lain. Dalam keadaan ini maka hatinya akan bermain, dalam kondisi ini
pelatih mengarahkan peserta untuk menggali hikmah dan perbanyak zikir agar
bisa jadi ibadah dan sarana penggugur dosa, (KS, OB1, P1)

Selaras dengan hal itu bahwa ikhlas diartikan sebagai niat yang murni
semata-mata mengharap penerimaan dari Tuhan dalam melakukan suatu
perbuatan, tanpa menyekutukan Tuhan dengan yang lain (Hadjan L. l., 2013).
Dalam alquran banyak dijelaskan tentang ikhlas diantranya dalh Q.s Az-

Zumar 11-14 yang bebunyi :

َ‫ت َأِل ۡن َأ ُكونَ َأ َّو َل ۡٱل ُم ۡس ـلِ ِمين‬ُ ‫صا لَّهُ ٱل ِّدينَ َوُأ ِم ۡر‬
ٗ ِ‫ت َأ ۡن َأ ۡعبُ َد ٱهَّلل َ ُم ۡخل‬ُ ‫قُ ۡل ِإنِّ ٓي ُأ ِم ۡر‬
ُ‫صـا لَّ ۥه‬ ٗ ِ‫َظ ٖيم قُـ ِل ٱهَّلل َ َأ ۡعبُـ ُد ُم ۡخل‬
ِ ‫اب يَـ ۡـو ٍم ع‬َ ‫ت َربِّي َعـ َذ‬ ُ ‫َصـ ۡي‬َ ‫اف ِإ ۡن ع‬ ُ ‫قُ ۡل ِإنِّ ٓي َأخَـ‬
‫ِدينِي‬
Khasan Sandili dalam (Masduki, 2010) menuturkan bahwa ikhlas selain
sebagai dasar prinisp tauhid, ikhlas juga merupakan salah satu asepek utama
akhlak Qur’ani yang mempunyai pegaruh penting bagai amal perbuatan manusia
dalam kehidupa, baik diduni maupun di akhirat. Allah berfirmaan dalam salah
satu ayat-Nya yang artinya “Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan
demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. Dalam ayat tersebut Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk mengesakanNya dan tidak mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu apapun. Karena ikhlas adalah pilar pentig dalam keimanan
seorang muslim dan ikhlas juga merpakan syaat utama diterimanya ibadah oleh
150

Allah. Selanjutnya Menurut Aa Gym (2019, hal. 84- 105) bentuk-bentuk


keikhlasan di antaranya adalah: (a) ikhlas dalam beribadah, hanya dengan
ikhlaslah suatu amal ibadah sekecil apapun akan menjadi amat bernilai dihadapan
Allah; (b) Ikhlas dalam bekerja; (c) Ikhlas dalam menuntut ilmu; (d) Ikhlas dalam
beramal kepada sesama; (e) Ikhlas menjaga lingkungan. Kemdian Menurut Aa
Gym orang ikhlas adalah (a) orang yang paling bahagia didunia karena telah putus
harapan terhadap makhluk untuk dirinya; (b) orang yang jauh dari kemusyrikan;
(c) orang yag dicintai oleh Allah karena orang itu telah melakukan amal kebaikan
dengan penuh keikhlasan; (d) orang yang paling tenang menjalani kehidupan di
dunia dan selalu melakukan amal kebaikan dengan kesungguhan dan
keistiqomahan. Oleh karena itu Orang yang ikhlas itu sudah tidak berharap apa-
apa setiap kali melihat makhluk, yang diharapkannya hanyalah satu yaitu ridha
Allah, oleh karenanya orang yang ikhlas tidaklah mencari ujian, penghargaan atau
balas budi dari orang lain, ia yakin sepenuhnya bahwa Allah maha membalas
dengan sempurna atas setiap amal hambaNya (Nashori, 2008, hal. 89).
C. Karakter Tawadhu
Salah satu pembentukan karakter tawadhu dianataranya adalah Semua
peserta diperlakukan sama oleh pelatih tidak ada perbedaan jabatan, Pendidikan,
Peserta diharuskan sami’na wa atha’na kepada pelatih walaupun pelatihnya lebih
muda, Diberikan pemahaman bahwa semua peserta jika ingin berlatih secara
maksimal maka harus membawa gelas kosong tanpa membawa umur, gelar,
jabatan, pangkat, dan status social. (KS)
Selaras dengan ungkapan Al-Ghazali bahwa tawadhu (hal. 343) adalah
mengeluarkan kedudukan kita dan menganggap orang lain lebih utama dari pada
kita. Sedangkan menurut Ahmad Athoilah (2006, hal. 448) hakekat tawadhu itu
adalah sesuatu yang timbul karena melihat kebesaran Allah, dan terbukanya sifat-
sifat Allah. Sejalan dengan pendapat Yunahar Ilyas dalam (2017, hal. 178) bahwa
tawadhu yaitu orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang
lain, sedangkan orang sombong mengahargai dirinya secara berlebihan.
Selanjutnya tawadhu menampakan kerendahan hati kepada sesuatu yang
diagungkan. (Rozak, Indikator Tawadhu Dalam Keseharian, 2017) . Adapun di
dalam al-quran Di dalam al-Quran tidak ditemukan kata istilah yag menunjuk
151

langsung pada kata tawadhu. Akan tetapi yang disebutkan adalah beberapa kata
yang memiliki kesamaan arti dan maksud sama denga kata tawadhu itu sendiri,
seperti kata rendah diri, merendahkan atau merendahkan, atau rendahkanlah, tidak
sombong, lemah lembut dan seterusnya. Dibawah ini ( (Rozak, 2017, hal. 176-
178) yang merupakan firman Allah yang terdapat di dalam al-Quran tentang
perintah untuk tawadhu di antaranya

َ‫َاحكَ لِ َم ِن ٱتَّبَ َعكَ ِمنَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِين‬ ۡ ‫يرتَكَ ٱَأۡل ۡق َربِينَ َو‬
ۡ ِ‫ٱخف‬
َ ‫ض َجن‬ َ ‫َوَأن ِذ ۡر ع َِش‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-
orang yang beriman.

Selain itu dalam Q.S Al-An’am: 42-43,

َ‫َضـ َّر ُعون‬ َّ ‫َولَقَ ۡد َأ ۡر َس ۡلنَٓا ِإلَ ٰ ٓى ُأ َم ٖم ِّمن قَ ۡبلِكَ فََأخَـ ۡذ ٰنَهُم بِ ۡٱلبَ ۡأ َسـٓا ِء َو‬
َ ‫ٱلضـرَّٓا ِـء لَ َعلَّهُمۡ يَت‬
‫ٱلشـ ۡي ٰطَ ُن َمــا‬
َّ ‫وا َو ٰلَ ِكن قَ َسـ ۡت قُلُــوبُهُمۡ َوزَ يَّنَ لَهُ ُم‬ َ ‫فَلَ ۡوٓاَل ِإ ۡذ َجـ ٓا َءهُم بَ ۡأ ُسـنَا ت‬
ْ ‫َضـ َّر ُع‬
َ‫وا يَ ۡع َملُون‬ ْ ُ‫َكان‬
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat
yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan)
kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah)
dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon
(kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami
kepada mereka,bahkan hati mereka telah menjadi keras,dan syaitanpun
menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.

Selanjutnya Perintah bertawadhu dalam Berzikir, ada dalam Q.S Al-A’raf


205. Dalam tafsir al-Muyassar menjelasan perintah untuk berzikir kepada Allah,
baik itu dengan cara membaca Alquran, berdoa, bertasbih, bertahmid, bertahlil,
dan lain sebagainya. Mengngat Allah dalam hati dengan penuh ketundukan dan
ketakutan dan mengingat Allah dengan lisan tanpa meninggikan suara secara
berlebihan. Serta mengingat Allah dalam setiap waktu terlebih lagi pada pagi dan
petang hari, karena dua waktu ini adalah dua ujung siang dan barangsiapa yang
memulai dan menutup harinya dengan mengingat Allah maka dia layak mendapat
perlindungan-Nya.
D. Karakter Disiplin
Menurut Aa Gym (2019, hal. 159-163) pemberani sejati adalah di yang
berani mengambil sikap yang Allah ridhai berani megakui kesalahan, berani
152

meminta maaf dan berani mengubah diri menuju jalan yang lebih baik. Adapun
pembentukan karakter disiplin di antaranya adalah Dilatih membiasakan salat
tahajud di sepertiga malam, Membiasakan tilawah 1 halaman setlah salat magrib,
Salat wajib berjamaah tepat waktu, Dibiasakan mengefektifkan waktu, pantang
sia-sia, saat longmarch dilatih untuk hanya berzikir saja tanpa banyak protes,
mngikuti aturan budaya SSG dengan perbanyak zikir dan doa, Dating tepat waktu
(sebagai tolak ukur kemaksimalah ikkhtiar) , sadar diri sadar posisi, ikuti sesuai
prosedur (KS, OB) Disiplin adalah salah satu yang sangat diharapkan oleh
manusia ada dalam dirinya, tidak mudah untuk mempunyai karakter disiplin,
karena perlu adanya keistiqomahan untuk melawan nafsu dan rasa malas. Disiplin
merupakan kualitas yang sulit diajarkan diraih dalam proses pendidikan
karakter/moral, karena siapapun orang yang telah mmiliki disiplin berarti harus
mempunyai kemampuan untuk mengontrol, mengendalikan dan mampu
mengoreksi. (KS)

ِ ‫ٱسـ َع ۡو ْا ِإلَ ٰى ِذ ۡكـ ِر ٱهَّلل‬ۡ َ‫لصـلَ ٰو ِـة ِمن يَـ ۡـو ِم ۡٱل ُج ُم َعـ ِة ف‬ ٓ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُـ‬
َ ‫ـو ْا ِإ َذا نُــو ِد‬
َّ ِ‫ي ل‬
‫ُوا فِي‬ ْ ‫صلَ ٰوةُ فَٱنت َِشــر‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ َ‫ضي‬ ِ ُ‫ر لَّ ُكمۡ ِإن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمونَ فَِإ َذا ق‬ٞ ‫ُوا ۡٱلبَ ۡي ۚ َع ٰ َذلِ ُكمۡ خ َۡي‬
ْ ‫َو َذر‬
َ‫يرا لَّ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِحُون‬ ْ ‫ض ِل ٱهَّلل ِ َو ۡٱذ ُكر‬
ٗ ِ‫ُوا ٱهَّلل َ َكث‬ ْ ‫ض َو ۡٱبتَ ُغ‬
ۡ َ‫وا ِمن ف‬ ِ ‫ٱَأۡل ۡر‬
Pemaparan diatas selaras dengan yang dikemulakakan Nikoley dalam
(Abdullah, 2015, hal. 21) bahwa terdapat delapan kunci dalam menanamkan dan
menerapkan disiplin diri yakni (1) Menaklukan apa yang menjadi Hasrat atau
keinginan;(2) Ajarkan pada diri sendiri untuk berkata tidak; (3) Jangan mematuhi
suau peraturan atas dasar karena selera; (4) Jangan melakukan atau mengajarkan
seseatu karena atas permintaan seseorang, tetapi harus atas dasar alas yang jelas;
(5) Berpikir sebelum bertindak; (6) Hukumlah diri sendiri, bila telah melanggar
peraturan yang dibuat; (7) Ketahuilah kelemahan anda dan wujudkan apa yang
menjadi keekuatan anda; dan (8) Hidup dengan falsafah bahwa bertindak benar itu
merupakan pengahargaan baginya. Dalam islam kedisiplinaan memiliki nilai yang
sangat luhur karena salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah adalah dia
yang selalu disiplin. Shal.at adalah salah satu bentuk ibadah yang telah
mmengajarkan kita disiplin dalam banyak hal. dianataranya adalah (a) disiplin
waktu; (b) disiplin niat; (c) disiplin bersih; (d) disiplin tertib dan teratur; (e)
153

disiplin focus; (f) disiplin tumaninah; (g) disiplin salam (Gymnasiar, 2019, hal.
149- 158). Orang islam yang disiplin dalam ibadahnya maka ia akan semakin
kuat imannya.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan itu akan
memberikan dampak positif terhadap diri kita dan semakin mendekatkan kita pada
jalan kesuksesan. Menjadi orang yang mempunyai karakter disiplin butuh
konsistensi, serta usaha yang keras untuk melawan diri sendiri dari nafsu dan rasa
malas. Displin memberikan manfaat yang luar biasa salahsatunya adalah
menjadikan dirikita lebih berkualitas.
E. Karakter Berani
Berani mengambil keputusan yang Allah sukai dengan mengikuti diklat
disaat weekend (berani melawan kemalasan), dengan penekanan mental,
manajemen konflik, pelatih masingmasing memberikan intruksi yang berbeda
agar peserta cerdas mengambil keputusan dan tidak ragu-ragu, Berani turun ke
sungai yang kotor, berani mengambil tantangan , Aplikasinya adalah semisal
diklat ssg ini kan diadakan setiap sabtu minggu, dimana waktu ini adalah waktu
untuk beristirahat dari pekerjaan selama seminggu dan waktunya liburan dari
kepenatan Selama kegiatan seminggu. Rasa malas untuk datang ke diklat itu pasti
ada, disinilah dilatih untuk tegas dalam memilih hal yang baik dan yang Allah
sukai dan Allah ridha. Berani melawan kemalasan. Jikalau sudah diibiasakan
maka kedepannya juga akan berani dan tegas dalam memilih apa yang Allah
sukai.(KS (KS)
Selaras dengan berani di dalam islam adalah berani mengambil keputusan
untuk berada dijalan yang Allah ridhai. Seperti Rasulullah yang ketika
mendapatkan wahyu beliau berani menyampaikan kepada umatnya walupun
resiko yang dihadapinya sangatlah besar.Keberanian diartikan sebagai sifat yag
berani menanggun yg resiko dalam pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat
waktu (Frinaldi dan Embi, 2011). Adapun Pemberani atau asy-Syaja’ah dalam
bahasa arabnya adalah sedia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dengan
pikiran yang jernih serta harapan yag tidak putus. Syaja’ah bukan sifat yang tidak
pernah takut, tetapi syaja’ah adalah sifat yang dapat mengatasi rasa takut. Oleh
karena itu yang mempunyai sifat syaja’ah memiliki ketenangan hati dan
154

kemampuan mengolah sesuatu dengan pikiran tenang. Menurut Ibnu Makawiah


sifat syaja’ah mengandung keutamaan-keutamaan di antaranya adalah (1)Jiwa
besar, yaitu sadar atas kemampuan diri dan sanggup melaksanakan pekerjaan bear
yang sesuai dengan kemampuannya; (2)Tabah, yaitu tidak segera goyah pendirian,
bahkan setiap pendirian keyakinannya dipegangnya dengan mantap; (3)Keras
keamauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak berputus asa serta tidak
mudah dibelokan dengan tujuan yang diyakini; (4)Ketahanan, yaitu tahan
menderita akibat perbuatan dan keyakinannya; (5)Tenang, yaitu berhati tenang,
tidak selalu menuruti perasaan dan tidak lekas marah; (6) Kebesaran, yaitu suka
melakukan pekerjaan yang penting atau besar.
F. Karakter Tangguh (Jargon pribadi tangguh pantang mengeluh)
Tangguh jargonnya adalah pribadi Tangguh pantang mengeluh. Contoh
pengaplikasianya adalah ssg Angkatan 39 belum selesai dipaksa selesaikan
langsung dihadapkan pada situasi dimana temen-temen menerapkan pribadi
Tangguh pantang mengeluh. Keadaan dan kondisi karena covid ini terkadang
membuat terpuruk Sebagian orang dan mengeluh secara berebihan, seharusnya
covid ini adalah jadi jalan agar kita menjadi pribadi Tangguh pantang mengeluh,
lebih baik banyak zikir, lebih baik mendekat kepada Allah (KS)
Selaras dengan Pribadi Tangguh dalam istilah agama bahwa pribadi yang
memiliki kemampuan untuk bersyukkur apabila ia mendapat sesuatu yang
berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan, mendapat rezeki, sebaliknya jika ia
mendapati sesuau yang tidak diharapkannya baik berupa kesedihan, kegagalan
dan lain-lain makai a memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Pribadi seperti ini
memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adala atas izin dan kehendak
Allah SWT (Mayasari, 2014, hal. 266). Dalam islam tangguh itu ditunjukan
dengan sikap tidak putus asa dan berprasangka baik kepada Allah.
Diharapkan karakter BAKU dapat memurnikan tauhid murni dalam 2 sisi
yaitu Sisi kemurnian keyakinannya dan sisi jalan menujunya. Karena menurut aa
ibadah itu ada dua yaitu niat yang baik dan dengan cara yang benar. Niat itu
mengesakan Allah taala caranya yaitu dengan apa yang Rasulullah ajarkan. Serta
ketahidan dalam islam itu adalah bahwa dunia itu di genggam akhirat itu dicari,
bahkan dunia ini adalah jalan untuk menuju kehidupan akhirat yang sempurna.
155

Pendidikan karakater iniah diharapkan menghasilkan tauhid yang paripurna tauhid


yang sempurna Selain itu menurut peneliti bahwa diklat SSG berusaha untuk
melatih hidup dalam kepahitan, kesulitan, keletihan. Agar muncul sebuah rasa
syukur.

4.2.4 Hasil Pembinaan Tauhid Pada Diklat SSG Angkatan 39


Setelah pelaksanaan diklat SSG selama 2 bulan lebih, maka dharapkan
hasilnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh SSG sendiri. Seperti apa
yang disampaikan oleh KS bahwa diklat SSG ini selain untuk membentuk santri
(a) sebagai pelayan masyarakat baik di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi
maupun sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai ketauhiidan. Selain itu disiapkan
(b) sebagai pengkaderan dan pembinaan generasi muda yang mandiri dan mampu
menjadi motivator, stabilisator dan integrator bagi masyarakat.dan (c) santrinya
memiliki karakter BAKU (Baik dan Kuat) dan berjiwa Pelopor (Peka, Inisiatif,
Berani Aksi), Mandiri (Pantang Jadi Beban, Qonaah, 3M: Mulai dari Diri Sendiri,
Mulai dari yang terkecil, Mulai Saat ini juga) dan Khidmat (Senang Menolong,
Menyempurnakan, Tulus) (d) dalam mempersiapkan calon pemimpin yang dapat
memeberi manfaat yang banyak bagi umat. Lebih dari itu bahwa tujuan yang
paling agungnya adalah membentuk pribadi yang memiliki tauhid yang kuat,
bersih karena tauhid sendiri adalah puncak dari segala-galanya. Adapun karakter
BAKU sendiri hanyalah suatu jalan untuk menuju pribadi yang bertauhid kuat
bersih karena tanpa tauhid yang bersih amal kita tidak akan diterima.(KS) Selain
itu Pendidikan karakter SSG-DT tujuan akhirnya adalah untuk menghasilkan
tauhid yang paripurna. Adapun penggemblengan karakter BAKU adalah jalan
ikhtiar atau cara menuju tauhid yang kuat karena Daarut tauhid sendiri diartikan
rumahnya tauhid jadi Pendidikan yang ada di daarut tauhid ujungnya adalah agar
hati menjadi bersih (Qalbun Salim) untuk menuju kepada tauhid yang lurus
uuhiyah dan rubbubiyah, yaitu penghambaan total kepada Allah dan
lailaahaillallah pengesaannya benar benar murni kepada Allah.
Hasil dari pembinaan Tauhid pada diklat SSG cukup berhasil dalam
membentuk karater yang diharapkan. Karena banyak sekali peserta yang
mengalami preubahan akan dirinya kepada yang lebih baik dan banyak
memberikan dampak fositif tehadap kehidupan peserta sedniri. Selain itu tujuan
156

dan harapan SSG yang terelisasi, adanya perubahan yang dirasakan oleh peserta
utamanya adalah karakter Baik (Jujur, Ikhlas, Tawadhu) dan Kuat (Disiplin,
Berani, Tangguh) yang semakin melekat dalam diri dan berusaha untuk
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu Keyakinan terhadap
Allah semakin kuat, Ibadah lebih meningkat khususnya 7 cinta (salat, alquran,
saum, sedekah, zikir, ilmu dan masjid), semakin berakhakul karimah selalu
melibatkan Allah dalam segala aktivitasnya, Jeli dalam mengambil hikmah pada
setiap apa yang terjadi dan nilai kebaikan lainnya. Hal ini selaras dengan
ungkapan Ajat Sudajat (2011, hal. 48) bahwa Indikator keberhasilan dalam sebuah
Pendidikan karakter adalah jika seseorang telah mengetahui sesuatu yang baik
(knowing the good) (bersifat kognitif), kemudian mencinai yang baik (loving the
good) (bersifat afektif dan selanjutnya melakukan yang baik (acting the good)
(bersifat psikomotorik). Akan tetapi semua hasil itu bisa saja dalam jangka waktu
yang Panjang bisa berubah karena Kembali lagi kepada individu peserta masing-
masing. Oleh karena itu agar bisa lebih istiqomah salah satu jalannya adalah
dengan mencari lingkungan yang positif, semnagta terus dalam mendalami ilmu
agama, Latihan secara terus menerus khususnya amaln yaumiyah, meminta
pertolongan kepada Allah. Selain itu SSG sendiri menfasilitasi hal itu dengan
mengadakan diklat lanjutan atau keunitan. Hal ini selaras dengan ungkapan
Ainiyah (2013, hal. 27) bahwa evaluasi dari keberhasilan Pendidikan karakter ini
tentunya tidak dapat dinilai dengan tes formtif atau sumatif yan dinyatakan adalah
skor. Akan tetapi tolak ukur dari kebehasilan Pendidikan adalah terbentuknya
peserta didik yang berkarakter, berakhlak, berbudaya santun, religious, kreatif,
inovatif yang teraplikasi dalam kehidupan sepanjang haytnya. Oleh karena itu
tentu tidak ada alat evaluasi yang tepat dan serta merta data menunjukan
keberhasilan Pendidikan karakter.

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Bab ini memaparkan tentang dua ub pokok bahasan: (1) simpulan, (2) implikasi
dan rekomendasi. Simpulan memaaarkan ringkasan dari analisis terhadap hasil
penelitian berdasarkan rumusan masalah. Implikasi dan rekomendasi memaparkan
tulisan yang ditujukan kepada
157

4.3 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembinaan tauhid dalam membenuk
karakter BAKU pada diklat SSG secara umum terlaksana dengan baik dan hasil
dari pembinaannya pun cukup berhasil sesuai dengan yang diharapkan dengan
visi, misi dan tujuan SSG DT. Dilihat dai profil SSG, perencanaan , pelaksanaan
serta hasil dari pembinaan terhaadap peserta Adapun simpulan secara khusus
dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Profil SSG-DT
Latar Belakang didirikannya diklat SSG ini bahwa Aa Gym selaku pendiri
DT ingin membantu dan berperan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi
pada bangsa Indonesia pada awal reformasi. Fokus memberi solusi dengan bukti
dan karya nyata. Daarut tauhid berusaha memperbaiki dari karakter pemuda
sebagai kekuatan agen of change secara berkesinambungan dengan diklat dan
khidmat kepda umat. Oleh karena itu salah satu jalan untuk mewujudkan hal itu
adalah dengan diadakannya diklat SSG dengan konsep manajemen Qolbu. Konsep
managemen Qolbu berlandaskan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim bahwa “Ketauhilah di dalam jasad ada segumpal mudghah,
bila ia sehat maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia rusak maka rusaklah seluruh
tubuhnya ketauhilah bahwa itu adalah hati”
Dilat ini dilaksanakan selama 3 bulan dengan 12 kali pertemuan. Adapun
sasarannya adalah para pemuda usia 17-40. Dengan visi menjadi Lembaga
pembinaan dan pemberdayaan generasi muda untuk mewujudkan masyarakat
bertauhiid. Selain itu dengan misi di antaranya adalah (a)Menjadi Lembaga
pembinaan dan pemberdayaan generasi muda untuk mewujudkan masyarakat
bertauhiid, (b)Menjalankan misi sosial kemanusiaan, (c) Menyelenggarakan
Diklat dan pelatihan Kaderisasi, (d)Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
berbasis kewilayahan (e)Melakukan aksi-aksi terhadap lingkungan. Selain itu
(f)Menyiapkan kader kader-kader pelayan masyarakat baik dibidang dakwah,
Pendidikan, ekonomi maupun social. Kader-kader pelayan masyarakat ini adalah
generasi muda yang terbina, yang mampu menjadi motivator, stabilisator dan
integrator bagi masyarakat dengan kekuatan karakter BAKU (Baik dan Kuat),
serta berjiwa di antaranya adalah (1)Pelopor yaitu peka, inisiatif, berani aksi; (2)
158

Mandiri yaitu pantang menjadi beban, qonaah, 3m: mulai dari diri sendiri, mulai
dari yang terkecil, mulai saat ini juga; (3)Khidmat yaitu senang menolong,
menyempurnakan dan tulus. Selain itu salah satu target programnya adalah untuk
menjadikan kota Bandung sebagai Pilot Project untuk mewujudkan kota santri
yang bermartabat dan menuju Indonesia bertauhid 2022.

2. Perencanaan diklat SSG-DT


Perencanaan yang telah dirancang oleh SSG-DT itu dibuat dalam sebuah
kurikulum. Adapun Kurikulumnya yaitu mengkolaborasikan antara Pendidikan
dan pelatihan karakter BAKU, militer dan nilai-nilai kepesantrenan dan
penanaman tauhid. Adapun karakter BAKU yang meliputi karakter baik (jujur,
ikhlas, tawadhu) dan Kuat (disiplin, berani, tangguh) adalah atas dasar ide dan
pemikiran Aa Gym sendiri. Aa berpegang pada prinsip hadis “Muslim yang kuat
lebih Allah cintai dari pada muslim yang lemah meskipun diantara keduanya ada
keutamaan.” Secara umum muatan kurikulum terdiri dari lima komponen yaitu
tujuan, materi, strategi pembelajaran, organisasi kurikulum dan Evaluasi.
Tujuan kurikulum diklat SSG di antaranya adalah (a)menumbuhkan
kesadaran kepada peerta untuk memperbaiki diri, (b) menjadi manusia yang ahli
zikir fikir dan ikhiar sesuai denga Visi Daarut Tauhiid, selain itu (c) menjadi
pribadi yang melandaskan segala fikiran dan usahanya kepada Allah sebagai
penguasa segalanya. Fikir tanpa zikir berarti sombong, ikhtiar tanpa zikir adalah
sebuah kesia-siaan. Oleh karena itu tiga rangkaian tersebut merupakan rangkain
ketauhidan dalam hidup. Sehingga dia akan terus mendekatkan diri kepada Allah
dan sadar bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah
kepada-Nya, oleh karena itu dia terus berusaha memberikan yang terbaik dalam
Hablumminallah wa hablumminannas
Organisasi kurikulum dalam diklat SSG terdiri dari tiga tahap yaitu: (a)
Tahapan Dobrak Diri (masa orientasi), (b) Tahapan Bangun Diri (masa aktif
belajar mengajar) (c) Tahapan Bangun Tim &Organisasi (team Building & aktif di
masyarakat). Tahapan dobrak diri ini bertujuan untuk mengosongkan mindset,
paradigma ego peserta. Selain itu peserta diajak untuk mendobrak, mengalahkan
atau mengatasi hambatan-hambatan psikologi peserta yang dapat menghambat
kemajuan, phobia, trauma ataupun malas dengan diberikan kegiatan fisik serta
159

membiasakan diri untuk salat brjamaahh melaksanakan ibadah sunah seperti salat
duha, salat tahajud, membiasakan tadarus dan lain sebagainya. Adapun tahapan
Dobrak Diri ini adalah untuk mengisi diri dengan wawasan ilmu, keterampilan,
pengalaman, serta tatanilai positif yang nantinya bisa menjadi bekal untuk
menjadi lebih mandiri, baik ilmu maupun sikap hidup dan keterampilan.
Selanjutnya tahapan Bangun Tim ini adalah tahapan untuk melatih mengasah ,
membiaskaan individu untuk dapat berinteraksi dengan pihak lain dalam
membangun kerjasama dalam team. Dan tahap bangun tim ini dirancang untk
membangun kepekaan, empati sikap, bjak saling membantu bekerjasama serta
saling mempermudah urusan oranglain.
Kemudian Materi kurikulum SSG mengacu pada pembentukan karakter
BAKU. Untuk penyusunan materi kurikulum pembentukan karakter baik lebih
banyak materi di dalam kelas, sedangkan karakter kuat dibentuk dalam kegiatan
lapangan. Materi yang diberikan adalah materi agama Islam (Tauhid, Fiqih,
Akhlak), Motivasi, Lingkungan, Pemberdayaan Masyarakat, materi pelatihan
kepemimpinan, Wirausaha dan lain sebagaainya.
Selanjutnya strategi metode pembelajaran yang digunakan oleh SSG adalah
ceramah, diskusi, tanya jawab, studi kasus, praktek lapangan, pengalaman
langsung, discovery learning, pembiasaan, metode pembelajaran Experiental
Learning, learning by doing (pembiasaan dengan langsung melakukan/
mengerjakan), simulasi serta Accelerated learning (percepatan), problem solving,
cooverative learning
Sementara itu Evaluasi Dalam diklat SSG di antaranya adalah (a) evaluasi
kegiatan sebelumnya, (b) evaluasi pemateri, (c) evaluasi perpekan, (d) evaluasi
perbulan, dan (e) evaluasi perkegiatan. Adapun evaluasi akhir bedasarkan hasil
dokumen bahwa untuk menentukan keluluan peserta ada beberapa pertimbangan
di antaranya adalah beban belajar peserta mengikuti dilat SSG selama tiga bulan
dengan intensitas pertemuan minimal 11 kali pertemuan dari total 13 pertemuan
dan mengikuti minimal sebanyak 32 Materi dari 40 materi diklat yang telah
ditentukan. Ketuntasan belajar bagi peserta yaitu peserta dinyatakan lulus jika
mengiuti 80% dari total materi dalam kegiatan dan mengikuti pelantikan (saat
kegiatan latganda) serta diberikan sertifikat. Selain itu diklat sebelumnya
160

dijadikan masukan evaluasi permateri dilakukan setelah selesai pematerian


dengan cara melihat respon dan antusias peserta terhadap materi tersebut, dengan
metode hikmah, evaluasi bulanan dilakukan perbulan sekali atau pertahapan diklat
terkait apakah peserta telah memenuhi tujuan dan targetan diklat sesuai tahapan
Jika ternyata ada yang kurang, maka akan diberikan tambahan treatment khusus
diwaktu yang ada, evaluasi perseluruh rangkaian kegiatan berupa pengisian
questioner terkait kepuasan peserta terhadap kegiatan secara menyeluruh baik
pertahapan juga terkait kualitas pelatih, sarana dan prasarana, materi, dan kegiatan
lapangan
3. Pelaksanaan pembinaan tauhid pada diklat SSG-DT dalam membentuk
karakter BAKU
Pada Pelaksanaannya tiga tahapan diklat SSG dirancang untuk memberikan
kesadaran akan kesalahan yang telah dibuat, tujuan hidup, hanya bergantung
kepada Allah semata, kesadaran bahwa Allah telah memberikan banyak nikmat
yang tak terhitung, sadar untuk selalu bersyukur tanpa henti. Selain itu persepsi
yang dibangun menjadi pribadi muslim yang bukan hanya baik saja akan tetapi
kuat juga seperti para Rasul dan sahabat. Kemudian jujur dalam berucap dan
dalm hal apapun, ikhlas dalam bertindak baik ibadah muamalah ataupun kegiatan
yang Allah ridhai, serta tawadhu dalam bersikap. disiplin waktu disiplin dalam
segala hal seperti jargonya (tiada prestasi tanpa disiplin) selain itu lebih percaya
diri., berani memutuskan apa yang Allah sukai dan tangguh dalam setiap kondisi
apapum, pantang mengeluh karena masalah itu harus diselesaikan dan bukan
dihindari. pada intinya banyak sekali nilai yang dapat digali dari diklat SSG.
Setiap kegiatannya selalu mengandung hikmah yang lua biasa. Selain karakter
BAKU banyak nilai lain yang didapatkan diantaranta selalu mengambil hikmah
apapaun yang terjadi, solidaritas yang tinggi, nilai religious, persaudaraan karena
Allah, toleransi tanpa menyakiti, sadar diri sebagai seorang hamba, peka, empati,
peduli terhdap keadaan sekitar, lebih berakhlakul karimah dari (sopan santun
tatakrama), ada jiwa ingin selalu mempermudah rusan orang lain, ketaatan kepada
Allah dan ibadah semakin lebih baik Lebih semangat dalam melakukan suatu
kebaikan selalu berpikir positif terhadap Allah maupun mahluk dan lain
sebagainya. Selain itu selalu melibatkan Allah dalam segala aktivitas apapun, zikir
161

dimanapun dan kapanpun, semakin diuji semakin memperkuat zikirnya kepada


Allah.

4. Hasil pembinaan tauhid pada diklat SSG-DT


Pendidikan karakter SSG-DT tujuan akhirnya adalah untuk menghasilkan
tauhid yang paripurna. Adapun penggemblengan karakter BAKU adalah jalan
ikhtiar atau cara menuju tauhid yang kuat karena Daarut tauhid sendiri diartikan
rumahnya tauhid jadi Pendidikan yang ada di daarut tauhid ujungnya adalah agar
hati menjadi bersih (Qalbun Salim) untuk menuju kepada tauhid yang lurus
uuhiyah dan rubbubiyah, yaitu penghambaan total kepada Allah dan
lailaahaillallah pengesaannya benar benar murni kepada Allah.
Hasil dari pembinaan Tauhid pada diklat SSG cukup berhasil dalam
membentuk karater yang diharapkan. Karena banyak sekali peserta yang
mengalami preubahan akan dirinya kepada yang lebih baik. Selain itu tujuan dan
harapan SSG yang terelisasi, adanya perubahan yang dirasakan oleh peserta
utamanya adalah karakter Baik (jujur, ikhlas, tawadhu) dan Kuat (disiplin, berani,
tangguh) yang semakin melekat dalam diri dan berusaha untuk mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, selain itu keyakinan terhadap Allah semakin kuat,
ibadah lebih meningkat khususnya 7 cinta (salat, alquran, saum, sedekah, zikir,
ilmu dan masjid), semakin berakhakul karimah selalu melibatkan Allah dalam
segala aktivitasnya, jeli dalam mengambil hikmah pada setiap apa yang terjadi
dan nilai kebaikan lainnya. Akan tetapi semua hasil itu bisa saja dalam jangka
waktu yang Panjang bisa berubah karena kembali lagi kepada individu peserta
masing-masing. Dan hikmah yang didapat banyak atau tidak balik lagi kepada niat
para peserta. Karena niat peserta sangat mempengarhu kejelian daalam mengambi
hikmah pada setuap kejadian. Oleh karena itu agar bisa lebih istiqomah salah satu
jalannya adalah dengan mencari lingkungan yang positif, semnagta terus dalam
mendalami ilmu agama, latihan secara terus menerus khususnya amaln yaumiyah,
meminta pertolongan kepada Allah. Selain itu SSG sendiri menfasilitasi hal itu
dengan mengadakan diklat lanjutan atau keunitan.
162

4.4 Implikasi
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan simpulan dalam penelitian ini,
maka ada beberapa implikasi yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
Implikasi berhubungan dengan keilmuan dalam pembinaan tauhid dalam
membentuk karakter BAKU pada diklat SSG dapat meginspirasi Lembaga
Pendidikan lain untuk menanamkan nilai tauhid dalam proses berlangsungnya
pembinaan karakter. Serta bagi peneliti sendiri adalah hasil dari penelitian yang
telah dilakukan peneliti memiliki implikasi yakni memahami konsep
pembentukan karakter dengan menanamkan nilai tauhid pada setiap kegatannya.

4.5 Rekomendasi
Sesuai dengan simpulan diatas peneliti memberi rekomendasi ini sebagai
berikut:
1. Diklat SSG ini bisa dijadikan rujukan dalam konsep pembentukan karakter
dalam suatu Lembaga Pendidikan khususnya Lembaga Pendidikan Islam.
2. Bagi peneliti selanjutnya peneliti hanya mendeskripsikan mengenai
pembinaan tauhid dalam mebentuk karakter BAKU. Diharapkan dapat
meneliti lebih lanjut lagi diklat SSG dengan kajian atau ranah yang
berbeda.
3. Bagi SSG, Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi ataupun
bahan perbaikan dan pengembangan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

(t.thn.).

Abdullah, R. (2015). Urgensi Disiplin dalam Pembelajaran. Lantanida Journal, 3.

Agama, D. (1989). Al-qur,an dan terjmahannya. Jakarta: Departemen Agama RI.

Ainiyah, N. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam . Jurnal Al-
Ulum (Jurnal Studi-Studi Islam.

Aisyah, S. (2019). Peran Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Dalam
Keluarga. Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.

Al-Banna, H. (1992). Pemuda Militan. Solo: Pustaka Mantiq.

Al-Hilali, S. S. (2005). Manajemen Qolbu Menurut Al-Quran dan As-Suah . Jakarta:


Pustaka Imam Syafii.

Aminah, N. (2014). Studi Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Kedokteran dan
Kesehatan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anam, C. (2014). Model Pembinaan Disiplin Pondok Pesantren Daarul Fiqhi. Jurnal Kajian
Moral dan Kewarnegaraan, Vol. 2, 470.

Anggara, D. (2020, Februari 21). Diambil kembali dari IDN TIMES:


https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/dahli-anggara/negara-dengan-angka-
bunuh-diri-tertinggi-di-dunia-c1c2

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak.

A-Qardhawi, D. Y. (1990). Generasi Idaman. Jakarta: Media Dakwah.

Arief, A. H. (2010 ). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan Nvivo. Jakarta: Kencana
Preanada Media Group.

Arif. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Arifin, M. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:


Golden Terayon.

Arikuto, P. D. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmuni. (1993). Ilmu Tauhid. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Atha'ilah, S. A. (2006). Al-Hikam: Menyelam ke Samudera Ma'rifat dan Hakekat.


Surabaya: Amelia.

Aulina, C. N. (2013, Februari). Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini. Pedagogia, 2.

Azhar. (2017, Juli). Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Vol. VI.
Bachri, B. S. (2010, April). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif . Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 10 , 56.

Bachri, B. S. (2010, April). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pda Penelitian
Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 1, 55.

Baedhowi. (2010). Pembinaan Akhlak dan Karakter Bangsa di Lingkungan Sekolah. 32.

Batubara, J. (2015). Pengembangan Karakter Jujur Melalaui Pembiasaan . Konseling dan


Pendidikan, 1-6.

Batubara, J. (2015, February). Pengembangan Karakter Jujur Melalui Pembiasaan. Jurnal


Konseling dan Pendidikan, Vo. 3, hal. 1-6.

Bungin, B. (2016). Penelitian Data Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Bungin, B. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

D.P, N. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Darmana, A. (2012). Internalisasi Nilai Tauhid dalam Pembelajaran Sains. 71.

Darmansyah. (2017). Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid. 86.

Darwis, A. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Daulay, H. P. (2012). Pendidikan Islam dalam Mencerdasakan Bangsa. Jakarta: PT Rinek


Cipta.

Derajat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Dharmana, A. (2012). Internalisasi Tauhi dalam Pelajaran Sain. 72.

Dini Rinjani, E. F. (2014). Model Pembinaan Akhlak Mulia Dalam Menjaga dan
Meningkatkan Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren AL-Basyariyah Bandung.
Tarbawy, Vol 1, 104-117.

Djam'an. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Djuharnedi. (2019). Pendidikan Kejujuran dalam Perspeektif Hadist dalam Kitab Shahih
Muslim. Kependidikan dan Keislaman, 7, 8.

Ekamia, G. L. (2019). Pengaruh Pendidikan dan Latihan Santri Siap Guna Terhadap
Religiusitas Pada Santri Daarut Tauhid. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Emosda. (2013). Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Dalam Menyiapkan Karakter Bangsa.

Faizin, M. (2013). Peran Manajemen Qolbu bagi Pendidik. Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 139.

Farihah, D. W. (2017). Pendekatan Kualitatif. Jurnal Analisis Pencatatan Dan Pelaporan


Keuangan Pada Bagian Pemerintahan DesaKedawung Kabupaten Lumajang, 15.
Fathoni. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Fattah, S. A. (2004). Mungkinkah Kita Jujur. Jakarta: Gema Insani.

Gafur. (1978). Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda. Jakarta:
Sekretariat Menteri Muda Urusan Pemuda Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Ghozali, I. (1995). Ihya Ulumudin. Semarangg: CV. As-Syifa.

Gunawan, I. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Gymnastiar, A. (2006). Jagalah Hati: Step by Step Manajemen Qolbu. Bandung: Khas
MQ.

Gymnastiar, A. (2007). Aa Gym Apa Adanya: Sebuah Qalbugrafi. Bandung: Khas MQ.

Hadjan, C. &. (2011). Validitas Konstruk Ikhlas: Analisis Faktor Eksploratori terhadap
Instrumen Skala Ikhlas. Jurnal Psikologi, hal. 201.

Hadjan, L. C. (2009). Validitas Konstruk Ikhlas: Analisis Faktor Eksploratori terhadap


Instrumen Skala Ikhlas. Jurnal Psikologi, hal. 199.

Hadjan, L. l. (2013). Penyusunan Instrumen Pengukuran Ikhlas. Psikologika, Vol. 18, 40.

Hafidz, A. (2007). Risalah Aqidah. Ciputat: Aulia Press.

Hafidz, M. d. (2009). Pendidikan Islam antara Tradisi dan Modernita. Salatiga: STAIN
Salatiga Press.

Hamruni. (2016). Pembinaan Agama Islam di Pesantren Muntasirul Ulum MAN


Yogyakarta III. Jurnal Pendidikan Agama Islam, hal. 25.

Hasanah, N. (2015, Juni 24). Budaya Hedonisme Dalam Masyarakat Era Global. Diambil
kembali dari www.kompasiana.com:
http://www.kompasiana.com/nasir01/hedonisme-di-kalangan-masyarakat-
indonesia_5529c4986ea8341011552d2e

Hastuti, M. &. (2008). Pendidikan Karakter: Paradigma Baru dalam Pembentukan


Manusia Bekualitas.

Helmi, A. F. (1996). Disiplin Kerja. Buletin Psikologi, 32.

Hendriani. (2008). Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan. Jurnal Kependudukan


Padjajaran, hal. 157.

Hoesin, H. (2017, April 27). Editing, Koding, dan Tabulasi. Dipetik Maret 17, 2019, dari
wordpress.com: https://lizenhs.wordpress.com/2017/04/27/editing-koding-dan-
tabulasi/

Ilyas, Y. (2001). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.


Ilyas, Y. (2007). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indrawan, R., & Yaniawai, P. (2014). Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Jalal, A. F. (1997 ). Azas- Azas Pendidikan iSLAM . Bandung: CV Diponegoro.

Juliansyah. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.

Kautsary, J. (2016). Teknik Studi Dokumentasi. Jurnal Memahami Makna dan Konsep
Ruang Kawasan Wisata Pengembangan Budaya , 90.

Kemdiknas. (2010). Bahan Pelatihan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Khaidir, P. d. (2011). Model Pendidikan Karakter Cerdas. Padang: UNP Press.

Khulaisise, R. N. (2016, Januari). Hakikat Kepribadian Muslim, Seri Pemahaman Jiwa


Terhadap Konsep Insan Kamil. Jurnal Replektika, Vol. 11.

Margono. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Marimba, A. D. (1964). Pengantar Filsaat Pendidikan Islam. PT Al-Ma'arif Bandung.

Masduki, K. (2010). Makna Qolbun Salim Dalam Al-Quran. hal. 16.

Milles, M. B. (2014). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode


Baru. Jakarta: UI-Press.

Moleong, L. J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimia, d. (2002). Kawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana.

Muhyidin. (2019 ).

Muhyidin. (2019). Pentingnya Memperkuat Tauhid Umat Islam.

Mukni'ah. (2011). Materi Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Mediaa.

Munawwir. (2002). Kamus Arab- Indonesia. Yogyakarta: PP. Al-Munawwir.

Nashori, F. (2008). Keikhlasan Survivor Bencana Tsunami dan Gempa Aceh. Ilmu-Ilmu
Sosial, 89.

Nasution, R. D. (2016). Pengaruh Modernisasi dan Globalisasi Trhadap Perubahan Sosial


Budaya di Indonesia.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noorzanah. (2017). Konsep Kuirkulum dalam Pendidikan Islam. Ittihad Jurnal Kopertais.

Noorzanah. (2017). Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam. Ittihad Jurnal Kaportais.

Nufus, A. d. (2018, Mei). Pendidikan dan Politikus : Analsisi Pemikiran M. Natsir Tentang
Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Al-Iltizam, Vol. 3, 40.

Nurdin, M. (2001). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.


Nurfalah, Y. (2014). Urgensi Pendidikan Tauhid dalam Keluarga. Tribakti, 383.

Pandelaki, m. L. (2016). Teknik Triangulasi. Jurnal Motifa yang Melandasi Pegawai


menerapkan Oraganizational Citixerhip Berhavior pada Pelaksanaan Behavior ,
66.

Prof. Dr. S. Nasution, M. (2003). Metode Research. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Qalami. (2003). Ribgkasan Ihya' Ulumuddin. Surabaya: Gitamedia Press.

Raharjo, S. B. (2010, Mei). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak


Mulis. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, 231.

Rahmat, M. (2012). Filsafat Akhlak. Bandung: Celtics Press.

Rahmawati, A. (2008). Pembinaan Agama Islam Terhadap Lansia di Panti Wreda "Wiloso
Wredho" Purworejo. Skripi.

Ramedan. (2014). Pendidikan Karakter Berdasarkan Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW


Dalam Shahih Bukhari Muslim. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Rinaldi, I. (2014). Kiat Menanamkan Karakter Pada Anak.

Rosana, E. (2011, Januari- Juli). Modernisasi dan Perubahan Sosial. Jurnal TAPIs, Vol.7,
32.

Rozak, P. (2017). Indikato Tawadhu dalam Keseharian. Jurnal Madaniyah, hal. 178.

Rozak, P. (2017). Indikator Tawadhu dalam Keseharian. Jurnal Madaniyah.

Rozak, P. (2017). Indikator Tawadhu Dalam Keseharian. Jurnal Madaniyah, 176.

Rozak, P. (2017, Januari). Indikator Tawadhu Dalam Keseharian. Jural Madaniyah, Vol. 1.

Said. (2004). Ma'rifatullah. Bandung: Makrifat Publisher.

Sandjaja, B. &. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi.

Sanjana, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta : PT Indeks.

Satori. (2014). Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sauri, S. (2011). Urgensi Pendidikan Nilai dan Karakter dalam Grand Desain Pendidikan
Nasional.

Septana Apriani, M. K. (t.thn.). Pengelolaan Program dan Pelatihan Dasar ( Diklatsar)


Santri Siap Guna (SSG) dalam Menumbuhkan Karakter BAKU (Baik dan Kuat) Bagi
Pemuda di Daarut Tauhiid Bandung. 9.

Sidi Gazalba dkk. (1971). Majid Pusat Pembinaan Umat. Jakarta: Pustaka.

Solissa, M. N. (2019). Ritual Patanti (Studi Budaya Masyarakat di Jazirah Leihitu


Kabupaten Maluku Tengah. Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial .
Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sudrajat, A. (2011, Oktober). Mengapa Penddikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter.

Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakte.

Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahmi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, P. D. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta Bandung.

Sukmadinata, N. S. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2017). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Suroso, D. A. (2001). Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutopo, A. H., & Arief, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO.
Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Swarjana, K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Syafii, A. (2009). Pengaruh Narkoba Terhadap Kenakalan Emaja di Sullawesi Tengah.


Media Litbang Sulteng.

Syahidin. (2009). Moral dan Kognisi Islam. Alfabeta.

Tafsir, A. (1994). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda karya.

Tauhid, P. D. (2008). Buku Panduan Santri Mukim . Bandung: Daarut Tauhid.

Tauhiid, Y. P. (t.thn.). Bandung: Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Diambil kembali dari
http://www.daaruttauhiid.org/about/

Ulwan, N. A. (2001). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Semarang: Asyi-Syifa.

Usia, D. P. (2011). Disiplin Pada Anak Dini. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Wani, M. (2019, Juni). Pemuda dalam Al-Quran dan As-Sunnah. AL-Dikra, 75.

Yudiana, D. (2018). Pasrtisipasi Penelitian. Jurnal Studi Korelasi Antara Pengerahuan


Pencemaran Lingkungan dan Kecerdasan Naturalis dengan Partisipasi Ibu
Rumah Tangga dalam Melindungi Lingkungan, 8.

Yusuf, M. Y. (1990). Corak Pemikiran Tafsir Al-Azhar Sebuah Telaah atas Pemikiran
Hamka data Teologi Islam. Jakarta: Paramadina.

Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai