Anda di halaman 1dari 162

Bimbingan Ibadah i

ii Universitas Islam Bandung


Bimbingan Ibadah iii

Seri Penerbitan Lembaga Studi Islam


Dan Pengembangan Kepribadian (LSIPK)

BIMBINGAN IBADAH
DALAM NAUNGAN SUNNAH RASUL
(EDISI REVISI)

Universitas Islam Bandung

LSIPK-UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


1440 H / 2019 M
iv Universitas Islam Bandung
Bimbingan Ibadah v

BIMBINGAN IBADAH
DALAM NAUNGAN SUNNAH RASUL

Universitas Islam Bandung


@ Panitia Penyusun Kurikulum Pesantren Mahasiswa dan Calon Sarjana
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved

Cetakan IV, Maret 2016


Cetakan V, Februari 2018
Cetakan VI, Februari 2019

Diterbitkan oleh

Penerbit Lembaga Studi Islam Universitas Islam Bandung (LSI Unisba)


Jl. Tamansari No. 20
Bandung 40116
e-mail : lsipk@gmail.co.id

Editor : Dr. H. Tamyiez Dery,Drs, M.Ag.

Lay Out/Arab: Hendriyana Jatnika, S.S.T


Desain Sampul: Hikmat Taofiq, S.Ag.

LSI UNISBA
Bimbingan Ibadah Dalam Naungan Sunnah Rasul
Bandung; LSI Unisba, 2012

Diterbitkan LSI Unisba


Angota IKAPI Nomor : 219/JBA/2012

ISBN : 978-602-9148-23-7
I. Pedoman 1 Judul
II. Seri.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Pasal 72


(1) : Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
(2) : Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
vi Universitas Islam Bandung

PANITIA PENYUSUN KURIKULUM PESANTREN MAHASISWA


DAN CALON SARJANA
Penanggungjawab : Rektor Universitas Islam Bandung
Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H
(Ex Officio).
Anggota : Wakil Rektor I (Ex Officio).
Wakil Rektor II (Ex Officio).
Wakil Rektor III (Ex Officio).
Ketua : Dr. HM. Wildan Yahya, M.Pd.
Sekretaris : H. Asep Ahmad Siddiq, Drs., M.Si.
Bendahara : Ayip Saiful Bahri, S.Kom.I.
Tim Perumus
Dr. H. Tata Fathurrohman, SH. MH.
Dr. H. Tamyiez Dery, M.Ag.
Dr. Nan Rahminawati, M.Pd.
H. Agus Halimi, Drs. M.Ag.
H. Asep Ahmad Siddiq, Drs., M.Si.
Hikmat Taofiq, S.Ag.

Komisi I: Bidang Penyusunan Buku Pedoman


dan Kurikulum Pesantren Mahasiswa
Koordinator : H. Agus Halimi, Drs. M.Ag.
Anggota Dr. Nan Rahminawati, M.Pd.
H. Ayi Sobarna, Drs. M.Pd.
Hj. Nia Kurniati, Dra. M.Si.
Ir. Aris Widiarso
Komisi II: Bidang Penyusunan Buku Pedoman
dan Kurikulum Pesantren Calon Sarjana
Koordinator : Dr. HM Wildan Yahya, M.Pd.
Anggota : H. Asep Ramdan Hidayat, Drs. M.Si.
H. Asep Ahmad Siddiq, Drs., M.Si.
H. Dedih Surana, Drs. M.Ag.
Yani Krisnamurti, Drs. M.Si.
Bimbingan Ibadah vii

Komisi III: Bidang Revisi Buku Bimbingan Ibadah Praktis dan


Penyusunan Tajwid Praktis dan Tafaqquh Fiddin
Koordinator : Dr. H. Tamyiez Dery, M.Ag.
Anggota : Dr.H.Bambang S. Ma’arif, Drs., M.Si.
HM. Roji Iskandar, Drs. MH.
Mahmud Thohir, Drs., M.Si.
AM. Mujahid Rasyid, Drs., M.Ag.
Nandang HMZ., Drs.
H. Eko Surbiantoro, Drs.
Ikin Asikin, Drs., M.Ag.
M. Zaini, S.Ag. M.Ag.

Tim Revisi
Buku Bimbingan Ibadah Dalam Naungan Sunnah Rasul
Edisi 2019

Ketua : Dr. H.M. Wildan Yahya, Drs., M.Pd


Koordinator : H. Asep Ahmad Siddiq, Drs., M.Si.
Anggota : 1. H. Aep Saepudin, Drs., M.Ag.
2. H. Agus Halimi, Drs., M.Ag
3. Parihat, Dra., M.Si

Sekretariat : 1. Ayip Saiful Bahri, S.Kom.I


2. H. Endang Kadarusman
3. Rahmadi Huda, A.Md
4. Hendriyana Jatnika, S.S.T
5. Muhammad Zakaria, A.Md.
viii Universitas Islam Bandung

KATA PENGANTAR

PENGANTAR

Bismillâhirrahmânirrahîm

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah


menganugerahkan hidayah akal dan agama kepada hamba-hamba-
Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Rasulullah Saw yang telah menuntun dan memberi teladan kepada
ummatnya cara ibadah yang benar dan diridhai Allah Swt.

Atas inayah Allah dan tuntunan Rasulnya, penyusunan buku


Bimbingan Ibadah dalam Naungan Sunnah Rasul ini dapat
diselesaikan. Karena buku ini bersifat tuntunan praktis, kemungkinan
masih terdapat kekurangan di dalamnya.

Buku Bimbingan Ibadah dalam Naungan Sunnah Rasul ini berisi


thaharah (bersuci) baik dari najis maupun hadats, shalat, zakat,
shaum, hajji, dan pengurusan jenazah yang diupayakan secara
optimal merujuk kepada sunnah Rasulullah Saw disamping pendapat
ulama yang dipandang kuat (rajih).
Tujuan penyusunan buku ini untuk dijadikan buku ajar pesantren
mahasiswa Universitas Islam Bandung khususnya dan masyarakat
Bimbingan Ibadah ix

Islam pada umumnya. Disajikan secara praktis dengan bahasa yang


lugas sehingga mudah difahami.

Buku ini sebenarnya merupakan pengembangan dan pendalaman


dari buku ajar pesantren mahasiswa Unisba yang disusun oleh para
dosen PAI di bawah kordinasi LPPKID Unisba. Oleh karena itu kami
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Drs.
H. Abdurrahman yang ketika itu sebagai Ketua lembaga tersebut
serta para dosen yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku
ajar tersebut, khususnya Dra. Hj. Lathifah Dahlan yang telah
berkontribusi membuat panduan praktis dalam pengurusan jenazah.

Di samping itu, kami juga sampaikan ucapan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada seluruh panitia dan team yang telah
berupaya secara optimal dalam menyelesaikan buku ini.

Semoga jerih payah mereka menjadi ilmu yang bermanfaat dan


mendapat imbalan pahala yang besar dari Allah Swt. Amîn

Wassalâmu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, April 2019

Penerbit
x Universitas Islam Bandung

SAMBUTAN REKTOR

Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Allah Swt., atas


limpahan nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita semua.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw., para keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang
setia sampai akhir zaman.

Dalam mengemban visi dan misinya, Universitas Islam Bandung


telah menyelenggarakan pesantren mahasiswa, disamping
pengajaran PAI dalam tujuh semester.

Sepanjang yang kami ketahui, sejak awal penyelenggaraannya pada


tahun 1987, buku ajar pesantren mahasiswa mengalami korekasi
dan penyempurnaan. Hal itu dilakukan untuk mencapai hasil yang
lebik baik dari tahun ke tahun.
Bimbingan Ibadah xi

Atas nama rektorat, kami menyambut kehadiran Buku Bimbingan


Ibadah edisi baru yang merupakan hasil koreksi dan
penyempurnaan konten dari buku ajar yang selama ini
dipergunakan.

Akhir kata, semoga dengan munculnya buku tuntunan ibadah edisi


baru ini dapat dijadikan sarana optimalisasi penyelenggaraan
pesantren mahasiswa Universitas Islam Bandung khususnya, dan
dapat bermanfaat pula bagi kaum muslimin yang selalu berupaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya. Semoga Allah Swt.
senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada kita semua
dalam berupaya membina mahasiswa Unisba.

Wassalâmu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Februari 2019


Rektor,

Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H.


xii Universitas Islam Bandung

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................. viii


Sambutan Rektor ............................................................... x
Daftar Isi ............................................................................ xii
THAHARAH ........................................................................ 1
Pengertian Thaharah ......................................................... 1
Klasifikasi Najis dan Cara Menyucikannya ........................... 3
A. Wudhu .......................................................................... 5
B. Mandi Janabat .............................................................. 12
C. Mandi Sunat .................................................................. 18
D. Tayamum ..................................................................... 19
E. Haid, Nifas dan Istihadah ............................................... 22
Hikmah Thaharah (Bersuci) ................................................ 31
SALAT ................................................................................ 33
Pengertian Salat ................................................................. 33
Dasar Hukum Salat ............................................................ 33
Kedudukan Salat ................................................................ 35
Syarat Sah Salat ................................................................. 37
Rukun Salat ........................................................................ 43
Tata Cara Salat (Wajib dan Sunnah) ................................... 47
Salat Berjamaah ................................................................. 47
Salat Jumat ........................................................................ 67
Salat dalam Keadaan Sakit dan dalam Kendaraan .............. 76
Salat-Salat Sunat ................................................................ 77
Hikmah yang Terkandung dalam Salat ............................... 85
ZAKAT ................................................................................ 87
Pengertian dan Macam-Macam Zakat ................................. 87
Hukum Mengeluarkan Zakat .............................................. 88
Nisab Zakat dan Besar (kadar) Zakatnya ............................ 89
Orang yang Berhak Menerima Zakat (Mustahiq) ................. 90
Bimbingan Ibadah xiii

Cara Menentukan dan Menghitung Zakat Al-Mal ................. 91


Hikmah Zakat ..................................................................... 95
SAUM (PUASA) ................................................................... 97
Pengertian Saum ................................................................ 97
Macam-Macam Saum ......................................................... 97
Dasar Hukum Saum ........................................................... 98
Tata Cara Saum ................................................................. 98
Dispensasi Saum ................................................................ 100
Keutamaan Saum ............................................................... 101
Hikmah Saum Ramadhan ................................................... 104
HAJI DAN UMRAH .............................................................. 107
Pengertian Haji ................................................................... 107
Dasar Hukum Perintah Haji ................................................ 107
Rukun Haji ......................................................................... 108
Wajib Haji .......................................................................... 109
Umrah ................................................................................ 109
Pengertian Umrah .............................................................. 109
Rukun Umrah ..................................................................... 110
Miqat .................................................................................. 110
Tata Cara Haji Tamattu ...................................................... 115
Macam-Macam Kifarat ........................................................ 122
Hikmah Disyariatkan Haji ................................................... 122
PENGURUSAN JENAZAH .................................................... 125
Hak Sesama Muslim ........................................................... 126
Menjenguk Orang Sakit ...................................................... 127
Mengurus Orang Meninggal (Jenazah) ............................... 129
Memandikan Jenazah ......................................................... 130
Mengafani Jenazah ............................................................ 132
Menyalatkan Jenazah ......................................................... 134
Akhlak Menguburkan Jenazah ............................................ 138
CONTOH DZIKIR SETELAH SALAT WAJIB ......................... 141
Daftar Pustaka ................................................................... 147
xiv Universitas Islam Bandung
Thaharah 1

THAHARAH

Pengertian
Pengertian thaharah ditinjau dari segi bahasa adalah:

‫َالنَّ َظافَ ُة َوا َّ َلَّناى َُة َغ ِن ْا َأل ْك َذ ِار َوا َأل ْو َسا ِخ َس َوا ٌء ََك ْنت ِح ِ ّس َّي ًة َا ْو َم ْؼنَ ِوي َّ ًة‬
Membersihkan segala sesuatu yang kotor baik yang berwujud (seperti darah,
kencing, dan sebagainya) maupun yang bersifat maknawi/tak terlihat (seperti
hadats dan dosa).
Golongan Hanafiyah menjelaskan pengertian thaharah sebagai
berikut:

ٍ ‫ا النَّ َظااا فَ ا ُة َغا ْان َْا‬


ٍ ‫اَُج َا ْو ُد ُُا‬
َ ‫ار َ َ ْ ا َ ُ َْا‬
‫اَُج‬ َ ِ ‫ْػًااا‬ ْ َ ‫َا َّلطي ا َا َر ُت‬
‫ْا َأل ْصـَ ِر َو ْاألَ ْن َ ِب‬
Thaharah menurut syarak membersihkan hadats dan hubuts yang meliputi
hadats kecil dan hadats besar. (Al-Jaziri dalam kitabnya Al-Fiqhu „Alâ Al-
Madzâhib Al-Arba„ah, I: 1).
2 Universitas Islam Bandung

Golongan Hanabilah memberikan pengertian thaharah sebagai upaya


untuk mengangkat hadats dan menghilangkan najis yang menghalangi sahnya
salat. Pengertian tersebut senada dengan pendapat Syafi‟iyyah yakni:

‫َش ٍء ج ُ ْسد َ َُ ُاح ِب ِو ا َّلص َال ُت ِم ْن ُوضُ ْو ٍء َو ُؾ ْس ٍ َوثَ َي ُّ ٍم َوا َز َ ِاَل‬


ْ َ ُ ‫ِف ْؼ‬
ّ ‫النَّ َج َاس ِة‬
Thaharah adalah mengerjakan sesuatu yang dengan pekerjaan tersebut
dibolehkan melakukan salat, pekerjaan tersebut berupa wudhu, mandi,
tayamum, dan menghilangkan najis. (Al-Jaziri dalam kitabnya Al-Fiqhu „Alâ Al-
Madzâhib Al-Arba„ah, I: 4).
Lawan dari thaharah adalah najasah (najis yang menempel pada satu
tempat). Sedangkan pengertian najis adalah kotoran pada tubuh, pakaian,
atau alat yang disebabkan oleh menempelnya benda-benda tertentu yang
ditetapkan syariat.
Adapun pengertian hadats ialah keadaan yang terkena kotor pada diri
manusia yang disebabkan oleh perbuatan tertentu yang ditetapkan syariat.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa thaharah
adalah membersihkan hadats besar dan kecil yaitu dengan wudhu, mandi,
tayamum, serta menghilangkan najis.

Dasar Hukum
Islam merupakan agama yang sempurna. Syariat thaharah, misalnya
menunjukkan betapa hebatnya Islam dalam menuntun dan menata kehidupan
umat manusia, hingga hal-hal yang sekecil thaharah pun disyariatkannya
dengan lengkap.
Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang mengisyaratkan
keharusan melakukan ibadah thaharah disertai dengan penjelasan tentang
media yang bisa dijadikan sebagai alat bersuci tersebut. Allah berfirman:

      ...


…Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat, dan mencintai
orang-orang yang membersihkan (mensucikan) diri. (QS Al-Baqarah [2]: 222)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. sangat mencintai orang-
orang yang selalu bersih baik fisik maupun rohaninya. Jika Allah Swt. sudah
menyatakan cinta kasih-Nya berarti orang tersebut ada dalam keridaan-Nya.
Allah berfirman:
Thaharah 3

.…       


Dan (Allah) menurunkan air dari langit agar dapat membersihkan kamu
sekalian.... (QS Al-Anfâl [8]: 11)
Ayat ini menjelaskan bahwa air adalah alat yang paling utama dalam
bersuci dari najis maupun hadats.

Klasifikasi Najis dan Cara Menyucikannya


Najis dapat diklasifikasikan menjadi tiga: najis mughallazhah, najis
mutawâsithah, dan najis mukhaffafah.
1. Najis mughallazhah adalah najis yang harus disucikan tujuh kali dan diawali
dengan debu tanah. Contoh: Jilatan Anjing. Hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dari sumber Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasul Saw.
bersabda dari Abu Hurairah:

‫ َب ْن‬،‫ َطي ُُور اَنَ ِء َب َْ ُِ ُ ُْك ا َذا َول َ َؽ ِفي ِو ا ْل َ َْك ُب‬ : ‫هللا‬ ِ ‫كَا َل َر ُس ُول‬
ّ ّ
‫ي َ ْـ ِس َ َُل َس ْب َع َم َّر ٍاث ُبو َالى َُّن ِِب ُّ َلُّت ِاة‬
Sucinya bejana kalian apabila dijilat anjing dengan dicuci tujuh kali dan
diawali dengan debu. (HR Muslim)
2. Najis mukhaffafah yang disucikan dengan percikan air. Contoh: adalah
najis air seni bayi laki-laki yang belum mengonsumsi makanan selain ASI.
Hadis riwayat Bukhari dari Aisyah r.a.:

‫ فَأُ ِ َِت ب َِص ِ ٍِّب فَ َُا َل ػَ ََل‬،‫ يُ ْؤ ََت ِِب ّ ِلص ْب َي ِان فَ َي ُْ ُغو لَي ُْم‬ ‫ََك َن النَّ ِ ُِّب‬
‫ َول َ ْم ي َ ْـ ِس ْ َُل‬،‫ فََُ ػَا ِب َ ا ٍء فَأَ ْث َب َؼ ُو ا ََّّي ُه‬،‫زَ ْوِب ِو‬
ّ
Nabi Saw. dititipi anak-anak lalu beliau mendoakan mereka, kemudian
salah seorang dari mereka duduk dipangkuannya dan kencing. Lalu Nabi
meminta dibawakan air kemudian dipercikan pada pakaian yang terkena
air seni, tanpa mencucinya.
3. Najis mutawâsithah adalah selain dua najis di atas. Cara menyucikan najis
mutawâsithah adalah membasuhnya dengan air sampai bersih.
4 Universitas Islam Bandung

Sayyid Sabiq, dalam bukunya Fiqhu Al-Sunnah (I, 1987: 23-29)


menyebutkan berbagai macam najis yang antara lain ada yang termasuk najis
mughallazhah dan mutawâsithah; bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang),
darah, babi (yang menurut Al-Syafi‟i identik dengan najisnya anjing), air seni
(manusia maupun binatang), kotoran (manusia maupun binatang), muntahan
(manusia maupun binatang), wadi, madzi, mani (menurut sebagian ulama),
khamr, dan anjing, namun dia tidak mencantumkan najis air seni anak laki-laki
yang belum mengonsumsi makanan selain ASI sebagaimana tersebut di atas.

Adab Buang Air Besar dan Kecil (BAB/BAK)


Adab BAB atau BAK, menurut Sayyid Sabiq (I, 1987: 32-35) sebagai
berikut:
1. Tidak membawa benda yang bertuliskan asma Allah. Nabi menyimpan
cincin yang bertuliskan Muhammad Rasulullah apabila buang hajat.
2. Jangan membaca isti‟âdzah dan basmalah dengan suara keras ketika
masuk kamar kecil.
3. Menjauhi dan di tempat yang tersembunyi dari pandangan orang.
4. Mengagungkan kiblat, tidak menghadap atau membelakangi kecuali pada
tempat yang tertutup.
5. Tidak bercakap-cakap (diam).
6. Tidak di tempat yang biasa dipergunakan orang untuk beristirahat atau
berkumpul, seperti tempat pemberhentian mobil (halte).
7. Menghindari lobang untuk menghindari gigitan serangga/hewan yang
membahayakan.
8. Tidak di air yang biasa dipergunakan untuk bersuci.
9. Tidak di tempat yang keras untuk menghindari percikan air seni ke tubuh
atau pakaian.
10. Tidak BAK sambil berdiri, kecuali laki-laki diperbolehkan BAK sambil
berdiri. “Nabi mendatangi suatu tempat, lalu beliau kencing sambil
berdiri kemudian meminta air, lalu aku membawakan air
kepadanya dan beliau pun berwudhu” (HR Bukhari dari Abu
Hudzaifah ra)
11. Setelah BAB atau BAK harus bersuci dengan air atau batu dan benda suci
lainnya yang dapat menghilangkan najis.
12. Dalam bersuci, hendaknya mempergunakan tangan kiri.
13. Mendahulukan kaki kiri ketika memasuki kamar kecil.
14. Mencuci tangan yang dipergunakan untuk bersuci dari BAK dan BAB.
15. Mengucek pakaian yang basah setelah buang air untuk menghindari
percikan air yang najis.
Thaharah 5

Macam-Macam Thaharah dari Hadats


A. Wudhu
1. Pengertian Wudhu
Dilihat dari segi bahasa wudhu berarti: al-hasanu wa al-
nazhâfatu yaitu baik, indah, dan bersih. Wudhu berasal dari akar kata
wudhu`a – wadhâ`atun berarti: baik, indah dan bersih (hasanun wa
nizhâfun).
Menurut istilah syarak wudhu berarti:

ُ ‫ِا ْس ِخ ْؼ َ ُال الْ َ ا ِء ِف َاغْضَ ا ٍء َم‬


ُ ‫رْص ْو ِص ٍة ِب َك ْي ِفيَّ ٍة َم‬
‫رْص ْو َصـ ٍة‬
Menggunakan air pada anggota tubuh tertentu dengan cara-cara
yang ditentukan.

2. Dalil Diperintahkan Wudhu


Wudhu disyariatkan berdasarkan Al-Quran dan hadis, yang
berasal dari Al-Quran terdapat dalam Surah Al-Mâ`idah (5): 6,

       

     

....   


Hai orang-orang yang beriman jika kalian hendak menunaikan salat,
maka basuhlah muka kalian dan kedua tangan kalian hingga sampai
dengan bagian siku dan sapulah kepala kalian serta basuhlah kedua
kaki kalian hingga mata kakimu….
Dasar kedua ialah dari Sunnah, di antaranya hadis yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda:

َ ْْ ‫هللا َص َال َت َا َْ ُِ ُ ُْك ا َذا َب‬


َ‫َُج َح َّّت يَخَ َوضَّ أ‬ ُ ُ َُ ‫َال ي َ ْل‬
ّ
Allah tidak akan menerima amalan salat salah seorang di antara
kalian bila ia ber-hadats kecil sampai ia melakukan wudhu. (HR
Bukhari dan Muslim, Abu Daud, dan Al-Tirmidzi)
6 Universitas Islam Bandung

3. Rukun Wudhu
Pertama-tama yang dilakukan dalam wudhu adalah niat
untuk melaksanakannya. Artinya memusatkan seluruh perhatian dan
fikiran, agar hati benar-benar siap untuk melaksanakan wudhu guna
menghilangkan hadats kecil karena Allah. Hadis riwayat Al-Bukhari
dari sumber Umar Ibnu Al-Khaththab menegaskan:

ِّ ُ ‫ َوان َّ َ ا ِل‬،‫ان َّ َ ا ا َأل ْ َْع ُال ِِبل ِنّ َّي ِاث‬


.... ‫ك ا ْم ِرئٍ َما ن ََوى‬
ّ
Sesungguhnya sah atau tidaknya suatu amal itu tergantung pada
ّ
niatnya. Hasil perbuatan seseorang itu sesuai dengan niatnya….
Anggota badan yang wajib dibasuh atau diusap adalah
muka, dua tangan sampai sikut, kepala, kaki sampai dengan mata
kaki. Ketentuan ini terdapat di dalam QS Al-Mâ‟idah ayat 6.

        

      

.... 
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki ….
Adapun bilangan membasuh dan mengusap dapat
dilakukan satu kali, dua kali, ataupun tiga kali.
Hadis Rasulullah yang menerangkan wudhu satu kali-satu
kali adalah:

‫ َب َّن فَ ْر َض ْا ُلوضُ ْو ِء َم َّر ًت َم َّر ًت‬: ‫ َوب َ َّ ََّي النَّ ِ ُِّب‬:‫هللا‬


ِ ُُ‫كَا َل َببُ ْو َغ ْب‬
Berkata Abu Abdillah: Rasulullah Saw. menerangkan fardhu (wajib)
wudhu satu kali, satu kali. (HR Al-Bukhari)
Sunat berwudhu dua kali-dua kali seperti diterangkan dalam
hadis:
Thaharah 7

‫ ث ََوضَّ أَ َم َّ ثر ْ ََِّي َم َّ ثر ْ ََِّي‬:‫ َب َّن النَّ ِ ُِّب‬:ٍُ ْ‫كَا َل َغ ْبُُ هللا َ ِب ْن َزي‬
Telah berkata Abdullah Ibnu Zaid: Sesungguhnya Nabi Saw. pernah
berwudhu dua kali dua kali. (HR Al-Bukhari)
Sunat wudhu tiga kali-tiga kali berdasarkan contoh
Rasulullah Saw.:

‫ َ َْسأَ ُ ُُل َغ ِن ْا ُلوضُ ْو ِء فَأَ َرا ُه‬: ‫هللا‬


ِ ‫َج َاء َاغ َْر ِ ٌِّب ا َل َر ُس ْو ُل‬
ّ
‫ فَ َ ْن َزا َد ػَ ََل ى ََذا فَلَ ُْ َب َس َاء‬،‫ ىََُا ْا ُلوضُ ْو ُء‬:‫ كَا َل‬،‫زَ َال ًًث زَ َال ًًث‬
.‫َوثَ َؼَُّى َو َظ َ َل‬
Seorang A„rabi datang menemui Rasulullah Saw. menanyakan perihal
wudhu, kemudian Nabi memperlihatkannya tiga kali - tiga kali. Dan
Rasulullah bersabda: Beginilah berwudhu! Barang siapa melebihi ini
(dari tiga kali) berarti ia menyeleweng dan melampaui batas serta
berbuat aniaya. (HR Ahmad, Al-Nasa`i dan Ibnu Majah)
Orang yang berwudhu wajib melaksanakan wudhunya
secara tertib dan sempurna dengan mendahulukan yang harus
didahulukan, dan mengakhirkan yang harus diakhirkan, seperti tidak
boleh mendahulukan membasuh kaki kemudian muka dan
sebagainya. Kemudian melaksanakannya benar-benar meratakan air
ke setiap bagian badan yang wajib dibasuh/diusapi, seperti
menyilang-nyilang jari tangan kanan dan kiri atau menggerak-
gerakkan cincin apabila memakainya.
Hadis Rasulullah Saw.

ُ ‫ ابَُْ ُب ْوا ِب َ ابََُ َب‬: ‫هللا‬


.‫هللا ِب ِو‬ ِ ‫كَا َل َر ُس ْو ُل‬
ّ
Telah bersabda Rasulullah Saw.: Mulailah dengan apa yang Allah
telah memulainya. (HR Al-Nasa`i)

… ‫ا َذا كُ ْ َت ا َل ا َّلص َال ِت فَ َا ْس ِبؽ ِ ْا ُلوضُ ْو َء‬


Apabila kamu akan melakukan salat sempurnakanlah wudhu. (HR
ّ ّ
Muslim)
8 Universitas Islam Bandung

Dengan demikian yang wajib dalam berwudhu adalah (1)


niat dalam hati, (2) membasuh muka, (3) membasuh dua tangan
sampai dengan siku, (4) mengusap kepala, (5) membasuh dua kaki
sampai dengan kedua mata kaki, (6) tertib, dan (7)
menyempurnakan wudhu, membersihkan dan meratakan air ke
seluruh anggota wudhu.

4. Sunat Wudhu
Selain yang wajib, Rasulullah pun mencontohkan perbuatan
sunat di dalam wudhu, yaitu menggosok gigi atau siwak,
sebagaimana sabda Nabi Saw. yang diterima dari Abu Hurairah r.a.:

‫ لَ ْو َال َب ْن‬:‫ َبن َّ ُو كَا َل‬ ‫هللا‬


ِ ِ‫ َغ ْن َر ُسول‬ ‫َغ ْن َب ِِب ى َ ُْري َر َت‬
.‫ك ُوضُ و ٍء‬ِّ ُ ‫َب ُش َّق ػَ ََل ُب َّم ِِت َ َأل َم ْرُتُ ُ ْم ِِب ِ ّلس َو ِاك َم َع‬
Kalau sekiranya tidak akan memberatkan umatku, tentulah kusuruh
mereka untuk menggosok gigi setiap berwudhu. (HR Malik, Hakim,
Ahmad, dan Al-Nasa`i)
Hadis lain yang menerangkan sunat wudhu adalah sebagai
berikut:

‫ فَاأَفْ َر ََ ػَ َاَل َنفَّ ْيا ِو زَا َال َج‬،‫ َدػَا ِِبَٕنَ ٍء‬ ‫َغ ْن ُغثْ َ َان ْب َن َغفَّ َان‬
، َ َ ‫ ُ َّخ َب ْد َذاااا َ ي َ ِ ينَاااا ُو ِف االَنَ ِء فَ َضْ اااا‬،‫ااار ٍار فَـ ََساااا َيُ َ ا‬ َ ‫ِما‬
ّ
‫ َويََُ يْ ِو ا َل الْ ِ ْرفَلَ ْ َِّي زَا َال َج‬،‫ ُ َّخ ؾَ َس َ َو ْ َْج ُو زَ َال ًًث‬،‫َوا ْسخَن ْ َ َق‬
َ‫ ُ َّخ ؾَ َس ا َ ِر ْج َ ْي ا ّ ِو زَا َال َج ِما َار ٍار ال‬،‫ ُ َّخ َم َسا َاِ ِب َرِب ِس ا ِو‬،‫ِما َار ٍار‬
ّْ َ َ
‫ َما ْان ث ََوضَّ اأ ْا َاو‬  ِ َّ ‫اول ا‬ ُ ‫ كَااا َل َر ُسا‬:‫ ُ َّخ كَااا َل‬،‫اَّي‬ ِ ْ ‫ا ْل َك ْؼ َبا‬
‫ ؾُ ِف َار‬،ُ‫ َال ُ َُي ُِّ ُج ِف ِهي َ اا ن َ ْف َساو‬،‫ ُ َّخ َص ََّل َر ْن َؼخَ ْ َِّي‬،‫ُوضُ ِوِئ ى ََذا‬
‫َ ُُل َما ثَلََُّ َم ِم ْن َذنْ ِب ِو‬
Thaharah 9

Dari Utsman Ibnu Affan r.a. bahwa ia pernah meminta bejana lalu ia
menuangkannya di atas kedua tapak tangannya tiga kali kemudian,
membasuhnya, lalu memasukan tangannya yang sebelah kanan ke
dalam bejana, kemudian berkumur-kumur dan menghisap air ke
hidung dan mengeluarkannya kemudian membasuh mukanya tiga
kali, dan membasuh tangan sampai siku tiga kali, kemudian
mengusap kepalanya, lalu membasuh kedua kakinya tiga kali sampai
kedua mata kakinya kemudian Ia berkata: “Aku melihat Rasulullah
Saw. berwudhu seperti wudhuku ini“, kemudian salat dua rakaat, lalu
hatinya tidak membisikan sesuatu (khusyu) dalam dua rakaat itu,
maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. (HR Al-Bukhari)
Disunatkan membaca doa sebelum berwudhu dengan
Bismillah dan setelah wudhu dengan,

‫ َما‬ :‫ كَ َال‬، ‫ َغ ِن النَّ ِ ِ ِّب‬، ‫َو َغ ْن ُ َْع َر ْب ِن الْر ََطاة‬


:‫ ُ َّخ ي َ ُل ْو ُل‬،‫ ا ُلوضُ َوء‬- ‫ َب ْو فَيُ ْس ِب ُؽ‬- ‫ِمنْ ُ ِْك ِم ْن ٔب َْ ٍُ ي َ َخ َوضَّ أُ فَ ُي ْب ُؽ‬
‫ َو َب ْشيَُُ َب َّن‬،ُ‫ْيْ َم َُل‬ ِ َ ‫هللا َو َُْْ ُه َال‬ ُ َّ‫َب ْشيَُُ َب ْن الَّ ا َُل اال‬
ّ ّ
‫ُم َح َُّ ًا َغ ْبُُ ُه َو َر ُس ُوُلُ؛ االَّ فُ ِذ َح ْت َ ُُل َببْ َو ُاة اجلَنَّ ِة الثَّ َ ا ِن َي ُة‬
ّ
‫ي َ ُْ ُذ ُ ِم ْن َب ِ ّّيَا َش َاء‬
Dari Umar Ibnu Khaththab r.a. Nabi Saw. bersabda: Apabila salah
seorang dari kalian berwudhu maka sempurnakan wudhu itu,
kemudian ucapkanlah Asyhadu an lâ ilâha illa Allâh wahdahu lâ
syarîkalah, wa asyhadu anna muhammadan „abduhû wa rasûluhu,
(Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain
Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya) niscaya Allah akan
membukakan delapan pintu surga dan bisa masuk dari pintu
manapun. (HR Muslim)
Membaca atau doa

‫ َو ْاج َؼ ْ ِِن ِم َن الْ ُ َخ َط ّي ِ ْيِر َن‬،‫ال َّ ُي َّم ْاج َؼ ْ ِِن ِم َن الخَّ َّواب ْ ََِّي‬
10 Universitas Islam Bandung

Ya Allah jadikanlah aku orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah


aku termasuk orang-orang yang, mensucikan diri. (HR Al-Tirmidzi)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sunat wudhu
adalah mencuci tangan sampai dengan pergelangan 3 kali,
berkumur, menggosok gigi menghisap air ke hidung, dan membaca
doa.
Sayyid Sabiq (I, 1987: 42-27) menambahkan bahwa sunat
wudhu itu ada 17: memulai dengan membaca basmalah, siwak,
membasuh telapak tangan tiga kali, berkumur, istinsyâq dan istintsâr
(membersihkan lubang hidung), menyelah selahi jambang dan
jenggot, menyelah selahi jari-jari tangan tiga kali basuhan,
mendahulukan anggota wudhu yang kanan, menggosok, berurutan,
membasuh telinga, menyempurnakan basuhan, tidak boros
menggunakan air, berdoa sambil berwudhu, dan salat syukur wudhu.

5. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu


Hal-hal yang bisa membatalkan wudhu adalah:
a. Setiap benda yang keluar dari salah satu lubang dua (qubul dan
dubur). Yang termasuk kategori ini adalah: a. Kencing; b. buang
air besar, hal ini berdasarkan pada firman Allah Swt. QS. Al-
Nisâ`(4): 43.

. ...       ...

... atau jika salah seorang di antaramu keluar dari kakus....


(maksudnya setelah buang air besar atau kecil)
b. Keluar angin atau kentut, berdasar pada sabda Nabi:

ِ ‫اول‬
‫هللا‬ ُ ‫ كَاا َل َر ُس‬:‫َغ ْن ََهَّا ِم ْب ِن ُمنَ ِ ّب ٍو َبن َّ ُو َ َِس َع َب َِب ى َ ْيُر َر َت ي َ ُل ُول‬
‫ كَاا َل‬. َ‫اَُج َح َّاّت ي َ َخ َوضَّ اأ‬ َ ْْ ‫ َال ثُ ْل َُ ُ َص َال ُت َم ْن َب‬ 
ُ ‫ْض َم ْو َث َماالْ َحا‬
‫ فُ َساا ٌء‬:‫ كَاا َل‬،َ‫َُج ََّي َب َِب ى َ ْيُر َارت‬ َ ْ ‫َر ُج ٌ ِم ْن َح‬
‫ُض ٌاط‬ َ ُ ‫َب ْو‬
Thaharah 11

Dari Hammam Ibnu Munabbih, ia mendengar Abu Hurairah


berkata: Rasulullah Saw. bersabda: ”Allah tidak akan menerima
salat seseorang di antaramu bila ia ber-hadats hingga ia
berwudhu. Maka seorang laki-laki yang berasal dari Hadramaut
bertanya. Apa yang dimaksud ber-hadats wahai Abu Hurairah?
Abu Hurairah menjawab: Buang angin baik yang tidak
terdengar/berbunyi atau yang terdengar/berbunyi”. (HR Bukhari
dan Muslim)
c. Keluar mani, wadi 1 dan madzi 2. Sabda Rasulullah:

ُّ ِ َ ْ‫ َب َّماا ال‬،‫ الْ َ ِ ُِّن َوالْ َ ْذ ُى َوالْ َاود ُْى‬: ‫َغ ِن ا ْب ِن َغ َّب ٍاس ي َ ُل ُول‬
‫اِن‬
: ‫ َو َب َّمااا الْا َاود ُْى َوالْ َ ا ْاذ ُى فَلَااا َل‬، ُ ‫فَيُا َاو َّ ِاّى ِمنْ ا ُو الْ ُـ ْس ا‬
‫ا ْؾ ِس ْ َذ َن َركَ َب ْو َم َذا ِن ْ َْيكَ َوث ََوضَّ أِ ُوضُ َوءكَ ِل َّص َال ِت‬
Ibnu Abbas r.a. berkata: Adapun karena keluar mani diwajibkan
mandi, dan karena keluar mazi dan wadi maka hendaklah kau
basuh kemaluanmu atau sekitarnya, kemudian berwudhulah
yakni wudhu untuk salat. (HR Al-Baihaqi)
d. Tidur pulas, kecuali dalam posisi duduk dengan tegak (pantat
tetap tegak pada tempat duduk). Hadis riwayat Muslim, Abu
Daud, dan Al-Tirmidzi dari sumber sahabat Anas menerangkan;
Para sahabat Rasulullah Saw. menunggu salat Isya yang
diakhirkan sampai kepala mereka terkantuk-kantuk (terangguk-
angguk) kemudian langsung salat tanpa berwudhu.
Menurut Al-Tirmidzi, teks Hadis itu berbunyi “Aku
melihat para sahabat Rasulullah Saw. menunggu waktu salat
Isya sambil tidur sehingga ngorok, kemudian bangun langsung
salat”
Menurut Ibnu Mubarak, sebagaimana dikutip Sayyid
Sabiq (I, 1987: 49), tidur mereka itu sambil duduk dengan tegak.
e. Hilang akal karena gila, pingsan, maupun mabuk. Ulama sepakat
tentang itu. Hadis dari Yusrah Binti Shafwan menerangkan
bahwa Nabi Saw. bersabda tentang hal itu, karena kondisi yang

1
Wadi : cairan putih kental yang keluar mengiringi kencing.
2
Madzi : cairan putih kental yang keluar karena adanya rangsangan seksual.
12 Universitas Islam Bandung

demikian itu melebihi ketidaksadaran orang yang sedang tidur


sambil berbaring.
f. Menyentuh alat kelamin secara langsung tanpa penghalang.
Hadis riwayat Imam Khamsah yang dipandang shahih oleh
Imam Al-Tirmidzi dan Al-Bukhari yang bersumber dari Yusrah
binti Shafwan menerangkan bahwa Nabi Saw. bersabda:
Barang siapa menyentuh alat kelaminnya, hendaklah jangan
salat sebelum ia berwudhu.
Ulama Hanafiah tidak memandang hal itu membatalkan
wudhu berdasarkan hadis yang menerangkan bahwa seorang
laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw. Tentang hal itu. Beliau
menjawab “Tidak membatalkan wudhu karena merupakan
bagian dari tubuhmu”.
Adapun persentuhan kulit antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim, menurut Al-Syafi‟i
membatalkan wudhu, menurut Maliki membatalkan jika disertai
sahwat, sedangkan menurut Imam lainnya, seperti Hambali dan
Hanafi, tidak membatalkan wudhu.
Hadis Muttafaq ‟Alaih dari sumber Aisah menerangkan;
“Saya tidur di hadapan Nabi Saw. dan posisi kedua kaki saya di
arah kiblat salat beliau. Jika akan bersujud, beliau menyentuh
kaki saya (agar menyingkir) lalu saya tekuk kedua kaki saya”.
Hadis riwayat Ishaq Ibnu Rahawaih yang bersumber
dari Aisah menerangkan bahwa Rasulullah Saw. mencium
dirinya, sedangkan beliau dalam keadaan shaum, lalu beliau
bersabda: ”Mencium istri itu tidak membatalkan wudhu dan
shaum“.

B. Mandi Janabat
1. Pengertian Mandi Janabat
Mandi menurut bahasa adalah:

‫ َالْ ِف ْؼ ُ َّ ِاّ ْي يَلَ ُع ِم َن ْاالن ْ َس ِان ِم ْن ا َراكَ ِة ْاملَا ِء ػَ ََل بَاَُ ِنا ِو‬: ُ ‫َالْ ُـ ْس‬
ّ ّ
‫َود َ َََل بََُ نَـ ُو‬
Thaharah 13

Mandi atau al-guslu berarti perbuatan yang dikerjakan oleh seseorang


dengan cara mengguyurkan/menyiramkan air ke seluruh badannya
disertai dengan menggosoknya.
Adapun alat pembersih yang berupa sabun. atau sampo jika
dihubungkan dengan mandi dalam istilah fikih disebut al-ghislu.
Sedangkan media yang digunakan seperti air dalam kaitan ini disebut
al-ghaslu.
Menurut istilah syarak mandi berarti:

‫َُن ػَ ََل َو ْج ٍو َمر ُْص ْو ٍص‬


ِ ‫ى َ ُِوا ْس ِخ ْؼ َ ُال ْاملَا ِء ا َّلطي ُْو ِر ِ ْف َ َِج ْيع ِ ْال َب‬
Menggunakan air yang mensucikan pada sekujur badan dengan cara-
cara yang ditentukan pula. (Abdul Rahman Al-Jaziri 1: 105)

2. Dasar Hukum Diwajibkan Mandi Janabat


Kewajiban mandi janabat berdasarkan perintah Allah Swt.
yang tertera pada QS Al-Mâi‟dah (5): 6;

.…     …


… dan jika kamu sekalian junub maka mandilah….
Juga firman Allah dalam Surah Al-Baqarah (2): 222

       

         

         

   


Mereka bertanya kepadamu tentang haid, jawablah bahwa itu adalah
kotoran, oleh karena itu maka jauhilah mereka diwaktu haid dan
jangan dekati mereka, hingga suci. Maka jika mereka telah suci,
kamu boleh mencampurinya sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat
dan orang-orang yang suci.
14 Universitas Islam Bandung

3. Hal-hal Yang Mewajibkan Mandi Janabat


Mandi janabat diwajibkan karena 5 hal:
a. Keluar mani baik laki-laki maupun perempuan waktu tidur
ataupun terjaga. Hal ini berdasarkan pada sabda Nabi Saw.
riwayat Muslim:

‫ َالْ َ ا ُء ِم َن ْاملَا ِء‬: ‫هللا‬


َ ‫كَا َل َر ُس ْو ُل‬
Rasulullah Saw. bersabda: Mandi besar itu diwajibkan kerena
mengeluarkan air mani. (Hadis dari Ummu Salamah r.a.)

َ ‫ ِا َّن‬:‫اات‬
‫هللا‬ ْ َ ‫ فَلَال‬، ‫هللا‬ ِ ِ‫دذ اات ُا ُّم ُساا َ ْ ٍٍ ا َل َر ُسا ْاول‬
ّ ِ
ُ ‫اااَل الْ َ ا ْااارَب ِت ؾُ ْساااا‬
َ ‫ ىَااا ْ ػَا‬،‫اااق‬ ِّ ‫ااان ْاهَا‬ ْ َ‫َال‬
َ ‫َسااا َخ ْح ِم ما‬
‫ااحذَ َ َ ْت؟ كَا َل ن َ َؼ ْم ا َذ َارَب ِث الْ َ َاء‬
ْ ‫ا َذ‬
ّ ّ
Ummu Salamah bertanya: “Ya Rasulullah sesungguhnya Allah
tidak merasa malu tentang kebenaran, maka wajibkah wanita itu
mandi jika ia bermimpi?“. Nabi menjawab: Ya jika ia basah”.
(HR Abu Ya‟la)
Hadis lain diterima dari Ali r.a.

ْ ‫ فَا َذا فَضَ ر َِت الْ َ ا ُء فَا ْؿد َ ِس‬:ُ‫ كَا َل َُل‬: ‫هللا‬
ِ ‫َب َّن َر ُس ْو ُل‬
ّ
Rasululullah Saw. bersabda: Jika air sperma itu terpancar maka
mandilah. (HR Abu Daud)
b. Bersenggama: memasukkan kelamin pria pada kelamin wanita
sekalipun tidak mencapai ejakulasi. Hal ini berdasar pada hadis
Nabi melalui Abu Hurairah r.a.

‫اَّي ُش ا َؼِْ َاا َأل ْ برَع ِ ُ َّخ‬


َ ْ ‫ ا َذا َج َا َاَ بَا‬:‫ كَااا َل‬، ‫هللا‬ ِ ‫َا َّن َر ُسا ْاو َل‬
ْ‫ ّ َب ْن َز َل َب ْم ل َ ْم يُنْا ِزل‬، ُ ‫َ َْجَُ ىَا فَلَ ُْ َو َج َب ْال ُـ ْس‬
Rasulullah telah bersabda: “Jika seseorang telah berada di antara
anggota tubuh yang empat (kedua tangan dan kaki istri) lalu
Thaharah 15

mencampurinya, maka mereka wajib mandi baik keluar atau


tidak. (HR Ahmad dan Muslim)
c. Terhentinya darah haid dan nifas, berdasar pada firman Allah QS
Al-Baqarah (2): 222. Termasuk dalam hal ini adalah wiladah atau
melahirkan tanpa mengeluarkan darah.
Catatan:
Orang muslim yang meninggal (selain sahid) wajib dimandikan.

4. Tata Cara Mandi Janabat


Kaifiat (cara-cara) mandi janabat yang dicontohkan atau
selalu dilakukan oleh Rasulullah, sebagai berikut:

‫ا َذا ا ْؿد َ َس َ ِم َن‬ ‫هللا‬ ِ ‫ ََك َن َر ُس ُول‬ :‫ كَالَ ْت‬،‫َغ ْن ػَائِ َ َة‬
ّ
ُ ‫ ُ َّخ يُ ْف ِر َُ ِب َي ِ ي ِن ِو ػَ ََل ِ َِش ِ ِاُل فَ َي ْـ ِس‬.‫الْ َجنَاب َ ِة ي َ ْبَُ ُب فَ َي ْـ ِس ُ يََُ يْ ِو‬
ُ ‫ ُ َّخ يَأِذ ُُذ الْ َ َاء فَ ُي ُْ ِذ‬.‫ ُ َّخ يَخَ َوضَّ أُ ُوضُ َوء ُه ِل َّص َال ِت‬.ُ‫فَ ْر َجو‬
‫ َح َّّت ا َذا َرَبى َب ْن كَ ُِ ْاس َخ ْ َبَب َح َف َن‬.‫َب َصا ِب َؼ ُو ِِف ُب ُصولِ ال َّ ْؼ ِر‬
ُ‫ َّخ‬.‫ ُ َّخ َبفَّ َاض ػَ ََل َسائِ ِر َج َس ُِ ِه‬.‫ػَ ََل َرِب ِس ِو زَ َال َج َح َفنَ ٍاث‬
‫ؾَ َس َ ِر ْج َ ْي ِو‬
Aisyah mengatakan Nabi Saw. bila mandi disebabkan janabat mulai
dengan mencuci kedua tangan, lalu menuangkan air dengan tangan
yang kanan ke tangan yang kirinya dan mencuci farajnya, lalu
berwudhu seperti (berwudhu) ketika mau salat, lalu menuangkan air
dan dimasuk-masukkan jari-jarinya ke dalam urat rambut hingga
terasa air itu telah membasahi kulit. Lalu menyiram kepala sebanyak
tiga kali, kemudian dituangkannya ke seluruh tubuhnya kemudian
mencuci kedua kakinya. (HR Muslim)

ََ ‫ فَاأَفْ َر‬،‫ َم ًاء ي َ ْـد َ ِس ُ بِا ِو‬ ‫هللا‬ ِ ِ‫كَال َ ْت َم ْي ُ ون َ ُة َوضَ ْؼ ُت ِل َر ُسول‬
‫ ُ َّخ َبفْ َار ََ ِب َي ِ ي ِنا ِو‬،‫ فَـ ََسا َيُ َ ا َم َّ ثار ْ ََِّي َم َّ ثار ْ ََِّي َب ْو زَا َال ًًث‬،‫ػَ َاَل يََُ يْا ِو‬
16 Universitas Islam Bandung

‫ ُ َّخ‬،‫ ُ َّخ د َ َََل يَاااَُ ُه ِِب َأل ْر ِض‬،‫ فَـ ََسااا َ َما َااذا ِن َْي ُه‬،‫اااُل‬ ِ ِ ‫ػَا َااَل ِ َِشا‬
‫ ُ َّخ ؾَ َس َ َو ْ َْج ُو َويََُ يْا ِو ُ َّخ ؾَ َسا َ َرِب َسا ُو‬،‫َمضْ َ َ َوا ْسخَن ْ َ َق‬
َ ‫ ُ َّخ ثَنَ َّحااَ ِما ْان َملَا ِم ا ِو فَـ ََس ا‬،‫ ُ َّخ َبفْا َار ََ ػَا َاَل َج َس ا ُِ ِه‬،‫زَا َال ًًث‬
‫ فَ َج َؼ َ ي َ ْن ُف ُ ِب َي ُِ ِه‬،‫ فَ َ ْل ُي ِر ْدىَا‬،‫ كَال َ ْت فَأَثَيْ ُذ ُو ِ ِِب ْركَ ٍة‬.‫كََُ َم ْي ِو‬
Maimunah berkata: Saya sediakan bagi Nabi Saw. air untuk bersuci,
air itu dituangkannya pada kedua tangannya dan dibasuhnya dua
atau tiga kali. Setelah itu dituangkannya air dengan tangan kanan ke
tangan kirinya lalu membasuh farajnya dan menggosokkan
tangannya dengan tangan lalu berkumur-kumur dan memasukan air
ke hidung dan mengeluarkannya. Setelah itu dibasuh kepalanya tiga
kali, diratakannya air ke seluruh tubuhnya. Lalu ia melangkah ke
belakang dari tempat berdirinya dan membasuh kedua telapak
kakinya. Maimunah berkata: Maka kubawakan untuknya guntingan
kain tetapi tidak diperlukannya, dan ditimbakan air dengan
tangannya. (HR Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas, maka pada mandi wajib
disunatkan untuk mulai dengan: (1) mencuci kedua belah tangan, (2)
membasuh alat kelamin, (3) berwudhu secara sempurna, (4)
menuangkan air ke atas kepala tiga kali disertai menggosok-gosokkan
jari di sela-sela rambut sampai menembus kulit kepala, (5)
mengalirkan air ke seluruh tubuh.
Sedangkan untuk wanita ada cara lain berdasarkan pada
hadis yang diterima dari Aisah r.a.

ِ ‫ َغ ْان ُؾ ْسا ِ الْ َ ِحاي‬ ‫َغ ْن ػَائِ َ َة َب َّن َب ْ ََس َاء َسأل َ ِت النَّ ِ َِّب‬
َ ‫ثَأِذ ُُذ ّا َُْْا ُن َّن َم َاءىَا ِوس ُْ َرُتَ َا فَذَ َطي َُّر فَ ُذ ْح ِس ُان ا ُّلطي‬ ‫كَا َل‬
‫ُاور‬
َ ُ ‫ُ َّخ ث َُص ُّب ػَ ََل َرِب ِسيَا فَذَ ُْلُ ُك ُو د َْلاًً َشا ُِيُ ًا َح َّاّت ي َ ْب ُا َؽ ُشا‬
‫ون‬
‫اب ػَ َ ْهيَاا الْ َ ااا َء ُ َّخ ثَأِ ُذا ُاذ ِف ْر َصا ًة ُم َ َّسا َك ًة فَذَ َطيَّا ُار‬
ُّ ‫َرِب ِسايَا ُ َّخ ث َُصا‬
Thaharah 17

ِ َّ ‫ ُس ا ْب َح َان ا‬ ‫ كَالَا ْات َب ْ ََسااا ُء َو َن ْيا َاَ ث ََطيَّا ُار ِبِ َااا كَااا َل‬.‫ِبِ َااا‬
.‫ فَلَال َ ْت ػَائِ َ ُة َ ََكَّنَّ َا ُ ُْت ِفَ َذ ِ ََل ثَبْذَ ِـاَ َبَ ََار امَّ ِم‬.‫ث ََطيَّ ِر ْى ِبِ َا‬
‫ ثَأِذُا ِذ َين َم َااء ِك فَذَ َطيَّا ِر َين‬ ‫َوسأَل َ ْخ ُو َغ ْن ؾُ ْسا ِ الْ َجنَابَا ِة كَاا َل‬
‫اب ػَا َاَل َرِب ِس ايَا‬ ُّ ‫اور ُ َّخ ث َُصا‬ َ ‫اور َب ْو َببْ ِ ِـااَ ا ُّلطيُا‬ َ ‫فَ ُذ ْح ِس ا ِن ََّي ا ُّلطيُا‬
. ‫ون َرِب ِسايَا ُ َّخ ثُ ِفااي َ ػَ َ ْهيَااا الْ َ ا َااء‬ َ ُ ‫فَذَ ُْلُ ُكا ُو َحا َّاّت ثَ ْب ُا َؽ ُش ا‬
‫فَلَالَا ْات ػَائِ َ ا ُاة ِن ْؼا َام ال ِن ّ َسااا ُء ِن َسااا ُء ا َألنْ َصا ِاار لَا ْام يَ ُكا ْان ي َ ْ انَ ُؼي َُّن‬
‫الْ َح َيا ُء َب ْن يَخَ َفلَّي َْن ِف ّ ِام ِين‬
Dari Aisah r.a., bahwa Asma binti Yazid menanyakan kepada Nabi
Saw. tentang cara mandi wanita haid. Rasul bersabda: Hendaklah ia
mengambil air dengan daun bidara. Lalu bersuci dengannya dan
berwudhu dengan sebaik-baiknya. Kemudian hendaklah ia
menyiramkan air ke atas kepala dan menggosok-gosoknya hingga
terasa sampai ke urat-urat rambut. Lalu menuangkan air ke atasnya.
Setelah itu, hendaklah mengambil secarik kain yang diberi minyak
wangi lalu bersuci dengan itu.
Asma bertanya lagi: Lalu bagaimana caranya bersuci? Subhânallâh!
Bersucilah dengan itu, kata Rasul. Maka Aisah berkata dengan bisikan
oleskan kepada bekas darah. Kemudian ditanyakan pada Nabi
tentang mandi janabah, maka Nabi menjawab: Ambil air lalu
berwudhu dengan baik atau hingga selesai kemudian hendaklah
tuangkan air ke atas kepala dan gosok hingga sampai ke urat-urat
lalu tuangkan lagi dengan air ke atasnya. Berkata Aisah: Sebaik-baik
wanita adalah wanita Anshar! Mereka tidak malu-malu untuk
memperdalam agama. (HR Ahmad)
Sayyid Sabiq (I, 1987: 67) menegaskan, cara mandi janabah
perempuan sama dengan laki-laki, namun perempuan boleh tidak
melepas gelungnya atau kepangannya, jika air diperkirakan dapat
membasahi kulit kepalanya. Di dalam Hadis riwayat Imam Muslim
diterangkan:
18 Universitas Islam Bandung

‫َغ ْن ُب ِّم َس َ َ َة كَالَ ْت ُك ْ ُت ََّي َر ُسو َل ا َّ ِ ا ِ ّّن ا ْم َرَب ٌت َب ُش ُُّ ضَ ْف َر‬


‫يم َب ْن َ َْت ِِث‬ ِ ‫َرِب ِِس فَأَنْ ُلضُ ُو ِل ُـ ْس ِ الْ َج َناب َ ِة؟ كَا َل َال ان َّّ َ ا يَ ْك ِف‬
ّ
‫ػَ ََل َرِب ِس ِم زَ َال َج َحثَ َي ٍاث ُ َّخ ثُ ِف ِيض ََّي ػَ َ ْي ِم الْ َ َاء فَذَ ْط ُي ِر َين‬
Diriwayatkan dari Ummu Salamah dia berkata, "Saya bertanya, wahai
Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku,
lalu aku membukanya untuk mandi junub." Beliau bersabda, "Jangan
(kamu buka), cukuplah kamu menumpahkan air pada kepalamu tiga
kali, kemudian kamu mencurahkan air pada seluruh tubuhmu, maka
kamu telah suci.

C. Mandi Sunat
1. Mandi pada hari Jumat.
Alasan yang dijadikan dasar atas hukum mandi Jumat adalah hadis
yang diterima dari Abu Hurairah r.a.:

َ‫ َم ْاان ث ََوضَّ ااأ‬  ‫هللا‬ ِ ‫ااول‬ ُ ‫ كَااا َل َر ُس‬:‫َغ ْاان َب ِِب ى َ ْيُر َاار َت كَااا َل‬
َ ‫اوء ُ َّخ َب ََت الْ ُج ُ َؼا َة فَ ْاساخَ َ َع َو َبن َْص‬
‫ات ؾُ ِف َار َ ُُل َماا‬ َ ُ‫فَأَ ْح َس َن الْ ُوض‬
‫بَيْنَ ُو َوب َ ْ ََّي الْ ُج ُ َؼ ِة َو ِز ََّي َد ُت زَ َالزَ ِة َب ََّّي ٍم‬
Barang siapa yang berwudhu kemudian menyempurnakan
wudhunya itu kemudian ia datang menghadiri salat Jumat dan diam
mendengarkan (khutbah). Diampuni kesalahannya dari Jumat yang
lalu sampai Jumat itu dengan tambahan tiga hari. (HR Muslim)
2. Mandi pada dua Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha).
3. Mandi bagi orang yang memandikan mayat.
4. Mandi ihram, mandi ketika mau berihram (niat haji dan umrah).
5. Mandi ketika hendak wukuf di Arafah. (Sayyid Sabiq, I , 1987: 67).
Thaharah 19

D. Tayamum
1. Pengertian Tayamum
Arti tayamum menurut Muhammad bin Ali bin Muhammad
Al- Syaukani menjelaskan:

ُ‫ َبلْلَ ْصااُُ ا َل ا َّلصاا ِؼ ْي‬:‫لِ ا ِل‬ ‫ َو ِف ا َّ ْا‬.ُُ‫ َالْلَ ْصاا‬:‫َبلخَّاا َي ُ ُم ِ ْف ال ُّـَاا ِة‬
ّ
.‫ِل َ ْس ِِ ْا َلو ْج ِو َوالْ َيَُ ْي ْن ِب ِنيَّ ٍة ِال ْس ِد َُا َْ ِة ا َّلص َال ِت َو َ ْْ ِو ِه‬
Tayamum menurut arti bahasa ialah bermaksud (menyengaja).
Sementara arti tayamum menurut syara ialah bermaksud
menggunakan tanah (debu) untuk mengusap muka dan kedua
telapak tangan dengan niat untuk melaksanakan salat dan selainnya.
(Nailul Authar I: 32)

2. Dasar Hukum Disyariatkan Tayamum


Firman Allah dalam QS Al-Nisâ` (4): 43:

          …

        

.…     


… dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah
yang baik (suci); yakni sapulah mukamu dan kedua tanganmu….
Sabda Rasulullah Saw. diterima dari Hudzaifah:

ِ ‫فُ ِّض ْنَا ػَ ََل النَّ ِاس ِبثَ َال ٍج ُج ِؼ َ ْت ُص ُفوفُنَا َن ُصا ُف‬
‫وِ الْ َ َالئِ َكا ِة‬
ً ‫َو ُج ِؼ َ ْت لَنَا ا َأل ْر ُض ُُكُّيَاا َم ْساجًُِا َو ُج ِؼ َ ْات ُح ْ بَراُ َاا لَنَاا َطي‬
‫ُاورا‬
.‫ا َذا ل َ ْم َ َِن ُِ الْ َ َاء‬
Kita (kaum muslimin) diberi tiga keistimewaan; shaf (barisan dalam
ّ
salat) kita seperti barisan malaikat, seluruh bumi bagi kita berfungsi
20 Universitas Islam Bandung

sebagai masjid, dan debunya sebagai alat bersuci, apabila tidak


mendapatkan air. (HR Muslim)

3. Sebab-sebab Dibolehkan Tayamum


Allah Swt. tidak membebani manusia dengan beban yang
berat tetapi Allah memberi kemudahan-kemudahan bagi manusia
untuk menjalankan ibadah kepada-Nya. Tayamum dibolehkan
sebagai pengganti wudhu dan mandi bagi orang yang ber-hadats
kecil dan besar.
Yang menyebabkan orang boleh tayamum adalah:
a. Bila seseorang tidak memeroleh air, atau air itu ada tetapi tidak
mencukupi untuk bersuci. Ini berdasar pada sabda Nabi dari
Imran Ibnu Husen r.a.:

‫ فَا َذا ى َُو‬،‫ ِ ْف َس َف ٍر فَ َص ََّل ِِبلنَّ ِاس‬ ‫هللا‬ ِ ِ‫ُننَّا َم َع َر ُس ْول‬


ّ
‫ َب َصابَدْ ِ ِْن‬:‫ َما َمنَ َؼ َم َب ْن ث َُص َّ ََل؟ كَا َل‬:‫ِب َر ُج ٍ ُم ْؼ َ َِتلٍ فَلَا َل‬
‫ ػَ َ ْي َم ِِب َّلص ِؼ ْي ُِ فَان ّ َـ ُو يَ ْك ِف ْي َم‬:‫َجنَاب َ ٌة َو َال َم َاء كَا َل‬
ّ
Ketika itu kami sedang ada dalam perjalanan bersama Rasulullah
Saw. Ia salat bersama banyak orang, katika itu, ada seorang laki-
laki yang menyendiri (tidak ikut salat). Nabi bertanya: Mengapa
Anda tidak salat? Ia menjawab: Saya sedang dalam keadaan
janabat sedangkan air tidak ada. Maka Nabi berkata:
Pergunakanlah tanah karena itu sudah mencukupkanmu. (HR
Bukhari dan Muslim)
Hadis senada diriwayatkan oleh Abu Daud
b. Bila ada luka atau sakit dan merasa khawatir akan semakin berat
resikonya apabila terkena air, maka dibolehkan tayamum.
Rasulullah Saw. bersabda:

‫اب ػَا َاَل َج ْر ِْا ِو‬ َ ِ ‫…ان َّ َ َااَك َن يَ ْك ِف ْيا ِو َب ْن يَد َا َي َّ َم َوي َ ْؼ‬
َ ‫وَب ْويُ ْؼ ِصا‬
ّ
‫ِد ْركَ ًة ُ َّخ ي َ ْ َس َع ػَ َ ْي ِو َوي َ ْـ ِس َ َسائِ َر َج َس ُِ ِه‬
Thaharah 21

… cukuplah bagi orang itu bertayamum dan mengeringkan


lukanya atau membalut lukanya dengan kain lalu menyapu
bagian atasnya kemudian membasuh. (HR Abu Daud & Ibnu
Majah)
c. Bila air itu sangat dingin dan akan membahayakannya jika
dipakai, dengan syarat ia tidak sanggup.
d. Bila ia khawatir akan keselamatan diri, kehormatan atau harta
karena air itu berada di dekat musuh.
e. Bila air itu sangat dibutuhkan oleh orang atau binatang untuk
minum.
f. Bila dalam Safar (bepergian).

4. Syarat Tanah yang Digunakan untuk Tayamum


Al-Quran telah mengisyaratkan bahwa tayamum itu dengan
sha„îd (debu) bisa berupa tanah, batu, pasir, dan sebagainya.
Disyaratkan harus suci dan mensucikan (al-thuhûru). Jika tanahnya
kotor maka tidak sah.

5. Kewajiban Tayamum
Yang termasuk fardhu tayamum adalah:
a. Niat melaksanakan tayamum di dalam hati.
b. Menepukkan/menempelkan kedua telapak tangan ke tempat
yang berdebu (suci).
c. Mengusap seluruh wajah termasuk janggut.
d. Mengusap dua tangan sampai ke pergelangan. Ha ini berdasar
pada Hadis Nabi Saw.:

‫ فَذَ َ َؼ ْك ُات‬،‫َب ْجنَ ْب ُت فَ َ ْال ُب ِص ِاب ْالَ َ َااء‬


‫ فَا َاذ َن ْر ُث َذ ِ ََل‬،‫ِف ا َّلصا ِؼ ْي ُِ َو َصا َّ ْي ُت‬
‫ان َّ َ ايَ ْك ِف ْيا َام َى َكا َاذا‬: ‫ فَ َلااا َل‬: ‫اِب‬ َّ ِ ‫لِ نَّا‬
ّ
‫ ِب َكفَّ ْياا ِو ْا َأل ْر َض‬:  ‫ااِب‬ ُّ ِ َّ‫ُض َة الن‬ َ َ ‫َو‬
‫اخ َم َس َِ ِبِ ِ َ َاو ْ َْج ُو َو َنفَّ ْي ِو‬ َّ ُ َ ‫َوثَ َنفَّخَ ِف ْ ِهي‬
22 Universitas Islam Bandung

Aku (Amar bin Yasir) junub dan tidak mendapat air, maka aku
berguling-guling di tanah lalu salat”. Kemudian kuceritakan hal ini
kepada Nabi Saw., maka Rasul bersabda, “Cukup bila anda
lakukan seperti ini, beliau lalu menempelkan kedua telapak
tangannya ke tanah lalu ditiupnya, kemudian mengusap wajah
dan kedua telapak tangannya. (HR Al-Bukhari & Muslim)

E. Haîdh, Nifâs, dan Istihâdhah


Haid menurut bahasa yaitu cairan. Sedangkan menurut syarak
yaitu darah yang berasal dari rahim, seseorang wanita dengan sifat-sifat
tertentu yang keluar melalui vagina dalam waktu-waktu tertentu dan
bukan disebabkan melahirkan, keguguran, atau penyakit, tetapi karena
tidak terjadinya pembuahan pada sel telur (ovum) yang sudah matang.

1. Waktu Haid
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa haid itu takkan
terjadi sebelum anak perempuan mencapai umur 9 tahun. Jadi kalau
dia melihat dari farjinya ke luar darah, padahal umurnya belum
mencapai 9 tahun, itu bukan darah haid, tapi darah penyakit.
Keluarnya darah ini biasanya berlangsung tiap bulan sekali
sampai masa monopause. Dalam hal ini tak ada dalil yang
menunjukkan adanya batas umur tertentu bagi berhentinya darah
haid. Jadi sekalipun sudah tua, apabila masih melihat keluarnya darah
dari farjinya, itupun masih tergolong darah haid. Dalam masalah ini,
ulama telah berbeda pendapat.

a. Mazhab Maliki
Para ulama dalam madzhab Maliki mengatakan, bila seorang
gadis remaja antara 9-13 tahun telah mengeluarkan darah, maka
hendaklah ia menanyakan hal itu kepada kakak-kakaknya yang telah
dewasa dan lebih berpengalaman, apakah itu haid atau bukan. Kalau
mereka memastikan itu haid atau ragu-ragu, maka anggaplah itu
darah haid. Tapi kalau mereka memastikan itu bukan haid, maka
pendapat mereka patut diikuti, jadi itu cuma darah penyakit. Dan
boleh juga menanyakan kepada seorang dokter yang berpengalaman
dan terpercaya.
Adapun darah yang keluar dari mereka yang berumur lebih
dari 13 sampai dengan 50 tahun, itu sudah pasti darah haid.
Thaharah 23

Kemudian darah yang keluar dari mereka yang berumur


lebih dari 50 tahun sampai 70 tahun, patut ditanyakan kepada kaum
wanita yang lain, dan pendapat mereka harus diikuti. Sedang yang
keluar dari wanita yang melebihi umur 70 tahun, dapat dipastikan itu
bukan haid lagi, tapi darah istihadah. Dan begitu pula darah yang
keluar dari gadis kecil yang belum mencapai umur 9 tahun.
b. Mazhab Hanafi
Darah yang keluar dari anak perempuan umur 9 tahun,
adalah darah haid, demikian pendapat yang patut dipilih dari
kalangan ulama madzhab Hanafi. Jadi Ia wajib meninggalkan puasa
dan salat. Demikian seterusnya tiap bulan sampai tua, yaitu jika telah
mencapai umur 55 tahun menurut pendapat yang terpilih dalam
madzhab ini. Artinya bagi wanita yang umurnya lebih dari 55 tahun
tapi masih juga mengeluarkan darah, maka darah itu bukanlah darah
haid, kecuali jika ternyata darah itu warnanya kuat, yakni hitam atau
merah tua, barulah dapat dianggap darah haid.
c. Mazhab Hanbali
Batas umumnya iyas (menopause) adalah umur 50 tahun.
Jadi kalau sesudah itu ia masih juga melihat darah yang keluar dari
farjinya, itu tidak dianggap darah haid, sekalipun nampak darah yang
kuat warnanya.
d. Mazhab Syafi’i
Tak ada batas akhir bagi umur haid wanita. Jadi haid itu
kapan saja bisa datang selagi wanita itu masih hidup, sekalipun pada
umumnya ia akan terhenti pada usia 62 tahun, yaitu yang umum
disebut masa menopause (masa putus dari haid).
2. Sifat Darah Haid
Di antara sifat-sifat yang dapat dijadikan patokan bagi darah
haid adalah, bahwa darah itu nampak hangus hampir berwama
kehitaman dan berbau busuk.
3. Warna Darah Haid
Namun demikian ada warna-warna lain bagi darah haid,
selain sifat umum yang dijadikan patokan tersebut di atas, war na-
warna mana bisa disaksikan oleh wanita yang bersangkutan selama
dalam masa haidnya, yang umumnya ada 5 macam, yaitu hitam,
merah, kuning, keruh, dan kelabu.
24 Universitas Islam Bandung

Darah yang berwarna hitam atau merah, para ulama


sepakat bahwa itu adalah darah haid, berdasarkan hadis sebagai
berikut:

‫ات َب ِِب ُح َُايْ ٍأ َبَّنَّ َاا ََكن َ ْات‬ِ ْ ‫َغ ْن ُغ ْر َو َت ْب ِن ا ُّبلز َ ْ ِْي َغ ْن فَا ِط َ ا َة ِبن‬
‫ ا َذا ََك َن َد ُم الْ َحا ْي ِ فَان َّا ُو‬  ‫اِب‬ ُّ ِ ‫ج ُ ْساخَ َح ُاض فَلَااا َل لَيَااا النَّا‬
َ‫َد ٌم َب ْسا َاو ُد يُ ْؼا َار ُِ فَااا َذا ََك َن َذ ِ ََل فَأَ ْم ّ ِس ا ِ ْ َغا ِان ا َّلصا َال ِت فَاّااذا‬
ّ ّ َ ٓ َ
‫َك َن األد َُر فذَ َوضَّ ِ ِْئ َو َص ِ ّْل فان َ ا ى َُو غ ْر ٌق‬
ِ َّ َ ّ
ّ
Dari Urwah, dari Fatimah Binti Abu Hubaisy, bahwa Ia mengeluarkan
darah. Maka bersabda Nabi Saw. kepadanya: “Kalau itu darah haid,
maka warnanya kelihatan hitam berbau. Bila demikian halnya, maka
berhentilah kamu salat. Tapi kalau tidak demikian, maka
berwudhulah lalu salat. Karena hanyalah gangguan otot. (HR Abu
Daud)
Menurut Al-Syaukani Hadis di atas merupakan dalil bahwa
warna hitam itu bisa dijadikan patokan dalam meneliti sifat darah.
Artinya kalau darah itu berwarna hitam, itu darah haid. Sedangkan
kalau berwarna lain, berarti istihadah (Nailul Authar, I : 406).
Adapun yang berwarna kuning itu memang darah. dan yang
nampak seperti nanah campur darah yang lebih kuat kuningnya.
Sedangkan yang keruh itu memang darah. Dan yang
dimaksud ialah warnanya seperti air keruh. Kemudian yang kelabu,
itupun darah juga yang warnanya seperti warna debu tanah. Dan
mengenai kedua jenis darah ini pendapat ulama berbeda-beda.
Menurut ulama Hanafi dan Syafi‟i, keduanya adalah darah
haid bila keluar masih dalam masa haid, yaitu 10 hari menurut Hanafi
atau 15 hari menurut Syafi‟i.
Lain halnya pendapat Abu Yusuf ia mengatakan bahwa yang
keruh itu bukan haid. Kecuali keluar sesudah keluarnya darah.
Sementara itu Ibnu Hazm Al-Tsauri dan Al-Auza‟i berpendapat, baik
yang keruh maupun yang kuning keduanya sama sekali bukan haid
(Al-Dîn Al-Khaish I : 437).
Adapun yang warna hijau, bila wanita itu biasa haid, maka
yang benar itupun haid juga. Barangkali karena kekeliruan makanan.
Thaharah 25

Tapi kalau yang dilihat hanya yang warna hijau itu saja. Sedang ia tak
pernah melihat warna yang lain, maka itu bukan haid.

4. Lama Haid
Darah haid keluar paling sedikit tiga hari tiga malam,
sebanyak banyaknya 15 hari. Al-Jaziri (I, 1987: 128) berpendapat,
masa haid yang terpendek sehari semalam dan yang terpanjang 15
hari. Dalam hal ini bukan berarti harus keluar terus menerus tanpa
ada hentinya selama masa-masa tersebut. Tapi Bila darah terasa
mulai keluar, sesudah itu reda, kemudian keluar lagi, maka semuanya
dianggap haid.
Ada riwayat Hadis yang menjadi dasar dari ketentuan lama
masa haid tersebut di atas antara lain ialah:

ُ ‫ َاليَ ُك ْاو ُن ْاهَا ْي‬: ‫َغ ِن ا ّ ِبلر ْيع ِ ا ْب ِان َصا ِب ْي ٍِ َبنَّا ُو َ َِسا َع َبن َ ًساـاي َ ُل ْو ُل‬
َ َ ‫َب ْن َ ََث ِم ْن غ‬
‫ٍَِت‬
Dari Al-Rabi Ibnu Shabih bahwa dia pernah mendengar Anas
(sahabat Nabi Saw.) mengatakan: “Haid tak lebih dari 10 hari”

Kemudian dari Utsman Ibnu Abu Al-Ash r.a. bahwa dia mengatakan:

‫َِاا َت َب ََّّي ٍم فَيِ ا ََ ب َ ِ ا ْ ِاَّن َ َِل الْ ُ ْس َخ َحاضَ ا ِة‬


َ َ ‫اه َااضِ ُ ّا َذا َجا َااو َز ْث غ‬
‫ثَ ْـ ِس ُ َوث َُص ِ ّ َْل‬
Bila wanita mengeluarkan haid lebih dari sepuluh hari, maka
kedudukannya seperti wanita yang istihadah. Dia wajib mandi lalu
salat.
Dalam pada itu Syaikh Mahmud Khittab Al-Subki
mengatakan: Tidak diragukan lagi, bahwa masa haid yang tiga atau
sepuluh hari itu tidak dipersyaratkan keluarnya darah terus menerus
selama itu tanpa ada hentinya. Tapi yang penting darah itu keluar
pada awal dan akhir masa haid. Bahkan kalau seorang wanita melihat
dirinya mengeluarkan darah pada saat terbit fajar dihari Sabtu
umpamanya, dan darah itu terus menerus keluar dan baru berhenti
ketika terbenam matahari pada hari Senin, itu bukanlah darah haid
(Al-Dîn Al-Khalish 1: 440).
26 Universitas Islam Bandung

5. Nifas
Sehabis melahirkan, wanita biasanya masih mengeluarkan
darah. Darah yang keluar dari wanita sehabis melahirkan anak,
ataupun darah yang keluar sesudah keluarnya sebagian besar anak.
sekalipun hanya berupa anak guguran asal sudah nyata sebagian
bentuknya, itu disebut darah nifas.
a. Lama Nifas
Masa nifas paling lama adalah 40 hari. Dan tidak ada
ketentuan berapa lamakah masa nifas yang paling singkat. Karena
untuk mengetahui nifas memang tidak diperlukan tanda lain selain
melahirkan anak.
Dalam pada itu ada pendapat lain mengenai masa nifas ini,
Menurut Madzhab Syafi‟i, masa nifas yang paling lama adalah 60 hari.
Sedang 40 hari adalah yang dialami oleh umumnya kaum wanita.
Dan begitu pula madzhab Maliki berpendapat bahwa masa nifas yang
terpanjang adalah 60 hari. (lihat Al-Jaziri, I, 1987: 131 – 132).
b. Masa Nifas dari Anak Kembar
Bila ada seorang ibu yang melahirkan anak kembar, maka
nifas dihitung sejak kelahiran anak yang pertama, bukan dan yang
kedua. Artinya, sekalipun antara anak yang pertama dengan yang
kedua ada beda waktu beberapa saat, maka masa nifas itu tetap
dihitung sejak kelahiran anak pertama, walaupun beda waktu itu
umpamanya sampai mencapai sepanjang masa nifas yang paling
lama.
Jadi andaikata ada seorang ibu melahirkan seorang anak,
dan sesudah 40 hari lahir lagi anak yang kedua, maka darah yang ke
luar sesudah melahirkan anak yang kedua ini, adalah darah penyakit
tidak dianggap darah nifas. Tapi baiklah kita lihat bagaimana
pendapat para ulama pada masing-masing madzhab:
Dalam madzhab Syafi‟i, bila seseorang itu melahirkan anak
kembar, maka nifasnya dihitung dari kelahiran anak yang kedua.
Sedang darah yang keluar sehabis melahirkan anak yang pertama,
tidak dianggap darah nifas, tapi darah haid bila bertepatan dengan
saat datangnya haid seperti biasanya setiap bulan. Sedang kalau
tidak demikian, maka dianggap darah penyakit.
Adapun menurut madzhab Maliki, dalam kasus kelahiran
kembar. bila beda waktu antara dua kelahiran itu sampai 60 hari
masa nifas terpanjang menurut madzhab Maliki, maka nifasnya
sendiri-sendiri. Tapi kalau beda waktu itu kurang dari 60 hari, masa
Thaharah 27

nifasnya terpanjang menurut mazhab Maliki, maka nifasnya hanya


satu dan dihitung dari kelahiran anak yang pertama.

c. Terhentinya Darah Selama Masa Nifas


Keluarnya darah selama masa nifas, bagi beberapa wanita
kadang kadang tidak lancar. Umpamanya sehari keluar sehari tidak.
Menanggapi masalah ini, pendapat para ulama bisa kita lihat sebagai
berikut:
Dalam madzhab Hanafi, terhentinya darah yang menyela-
nyela keluarnya yang tidak teratur selama masa nifas, masih
terhitung nifas, sekalipun terhentinya itu sampai melebihi 15 hari.
Dan demikian pula madzhab Syafi‟i, masih mengganggap
nifas, jika terhentinya hanya 15 hari, yakni menurut pendapat yang
lebih kuat dalam madzhab ini. Tapi kalau sesudah melahirkan sama
sekali tidak ke luar darah, dan sesudah itu ditunggu sampai 15 hari
juga tidak ke luar darah sama sekali, maka hari-hari itu semua
dianggap suci. Dengan demikian, seluruh kewajiban yang tertinggal
selama itu wajib di qadha. Adapun kalau sesudah itu kemudian ke
luar darah, maka darah itu darah haid. Jadi dalam kasus seperti ini
wanita itu tidak bernifas sama sekali.
Sedang menurut madzhab Maliki, kalau terhentinya darah
itu mencapai setengah bulan, itu dianggap suci. Dan darah yang ke
luar sesudah itu adalah darah haid. Tapi kalau terhentinya itu kurang
dari setengah bulan, maka darah yang ke luar selanjutnya terhitung
darah nifas. Kemudian diadakan perhitungan, berapa harikah hari-
hari yang mengeluarkan darah. Bila hari-hari yang mengeluarkan
darah itu telah sampai 60 hari - masa nifas terpanjang dalam
madzhab Maliki itu berarti masa nifas telah habis.
Adapun menurut Madzhab Maliki, dalam kasus kelahiran
kembar, bila beda waktu antara dua kelahiran itu sampai 60 han
masa nifas terpanjang menurut madzhab Maliki, maka nifasnya
sendiri-sendiri. Tapi kalau beda waktu itu kurang dari 60 haul, maka
nifasnya hanya satu dan dihitung dari kelahiran anak yang pertama.
(lihat Al-Jaziri, I, 1987: 131 – 132).
6. Istihâzhah
lstihadhah ialah darah yang ke luar dari bagian bawah rahim
pada selain waktu haid atau nifas.
Jadi darah yang ke luar melebihi masa haid atau nifas
terpanjang, atau kurang dari masa haid atau nifas terpendek. itulah
28 Universitas Islam Bandung

darah istihadah. Dan juga darah yang ke luar dari perempuan


sebelum mencapai umur dewasa (9 tahun).
Penderita istihadah (mustahâzhah) adalah termasuk mereka
yang kena udzur, seperti penderita mimisan, beser dan lain-lain.
a. Macam-macam Istihâzhah
Darah istihadah ada 6 macam:
1) Darah yang keluar kurang dan ukuran masa haid yang
terpendek.
2) Yang ke luar dari ukuran masa haid terpanjang.
3) Yang kurang dari ukuran masa nifas terpendek.
4) Yang melebihi ukuran masa nifas terpanjang.
5) Yang melebihi kebiasaan haid dan nifas yang sudah-sudah,
yakni melebihi kebiasaan keduanya yang terpanjang; yang
kalau tidak terjadi demikian maka disebut haid atau nifas.
6) Menurut Ahmad dan para ulama Hanafi, termasuk juga
darah yang keluar dari wanita hamil karena tersumbatnya
mulut rahim. (lihat Al-Jaziri, I, 1987: 129 – 130)
b. Hukum Darah Istihâzhah
Istihadah adalah yang keluar dari farj perempuan selain haid
dan nifas yang tidak menentu kesudahannya. Oleh karena itu bukan
merupakan penghalang (mânî‟) bagi salat, puasa, dan ibadat-ibadat
lain yang tidak boleh dilaksanakan ketika haid atau nifas.
Dalilnya ialah Hadis berikut:

 ‫ َجاا َء ْث فَا ِط َ ا ُة ِبن ْ ُات َب ِِب ُح َُايْ ٍأ ا َل‬:‫َغ ْن ػَائِ َ َة كَال َ ْات‬
ّ ِ ‫ ََّي َر ُس او َل‬:‫فَلَالَا ْات‬
،‫ فَ ا َال َب ْطيُا ُار‬،‫ ا ِ ّّن ا ْما َارَب ٌت ُب ْس اخَ َح ُاض‬،‫هللا‬
ّ
،‫ ان َّ َ ا َذ ِ َِل ِغ ْار ٌق َولَايْ ََ ِِبلْ َح ْيضَ ا ِة‬،‫ َال‬ :‫َبفَأَ َد ُل ا َّلص َالتَ؟ كَا َل‬
ّ
ِّ ُ ‫ َوث ََوضَّ ِال ِلا‬،‫ ُ َّخ ا ْؿد َ ِسا ِاّل‬،‫ا ْجذَ ِن ِاِب ا َّلصا َال َت َب ََّّي َم َم ِح ِيض ِام‬
‫اك‬
‫ َوا ْن كَ َط َر امَّ ُم ػَ ََل الْ َح ِص ِْي‬،‫َص َال ٍت‬
Dari Aisyah r.a. dia berkata “Fatimah Binti Abu Hubaisy ّ pernah
datang kepada Rasulullah Saw. lalu bertanya: Sesungguhnya saya ini
menderita istihadah hingga aku tak kunjung bersih haruskah aku
meninggalkan salat?
Thaharah 29

Maka sabda Rasulullah kepadanya: “Jangan tinggalkanlah salat


(hanya) pada hari-hari (yang biasanya) kau haid saja. Kemudian
mandilah dan berwudhu tiap kali hendak salat. Kemudian tetaplah
salat, sekalipun darah menetes pada tikar”. (HR Ibnu Majah)
Menurut Al-Syaukani (I, 1982: 348), hadis di atas hanya
menunjukkan wudhu untuk tiap salat, sedang mandi hanyalah wajib
dilakukan satu kali saja setelah masa haid berakhir, sekalipun darah
masih mengalir.
c. Hukum Melakukan Hubungan dengan Wanita
Istihâzhah

ْ َ ‫ ََكن‬: ‫َغا ْاان ِغ ْك ِر َماااـ َة كَاااا َل‬


ْ َ ‫ااات ُب ُّم َح ُِ ْي َبااا َة ج‬
‫ساااخَ َح ُاض َو ََك َن‬
‫َز ْو ُ َْجاي َ ْـ َ اىَا‬
Dari Ikrimah r.a. berkata: Ummu Habibah menderita istihadah
sedang suaminya tetap menggaulinya.
Hadis tersebut menunjukkan bolehnya berhubungan suami-
istri dengan wanita mustahadhah, sekalipun darah masih mengalir.
Demikian pendapat Jumhur, yang diriwayatkan pula oleh Ibnu Al-
Mundzir dari lbnu Abbas, Ibnu Al-Musayyab, Hasan Al-Bashri, Atha
Said Ibnu Jabir dan lain-lain.
Akan tetapi ada juga yang mengharamkan perbuatan
tersebut di atas, berdasarkan riwayat Al-Khallal dengan sanad yang
sampai ke Aisyah r.a. kata beliau:
‫امل ُ ْس َخ َحاضَ ُة َالي َ ْـ َ اىَا َز ْو ُ َْجا‬
Wanita mustahâzhah tak boleh digauli (disetubuhi) suaminya.
Mereka memandang bahwa dalam darah istihadah itu ada
penyakit, maka haram pula menyetubuhi wanita mustahadhah
seperti halnya wanita haid. Bukankah larangan Allah terhadap
persetubuhan diwaktu haid menimbulkan penyakit? Sedang penyakit
itu terdapat juga dalam darah istihadah. Maka dapat ditetapkan,
wanita mustahadhah pun haram disetubuhi.
Hanya menurut yang zhahir (tersurat) dari hadis di atas,
memang tak ada halangan untuk menyetubuhi wanita mustahdhah.
Namun demikian menghindarinya tentu lebih utama kalau dapat.
karena penyakit yang ada pada darah haid juga terdapat pada darah
30 Universitas Islam Bandung

istihadah, sekalipun hanya sebentar saja. Jadi baiklah menghindari


persetubuhan selama masa yang sebentar itu demi keselamatan
bersama, dan sesudah itu bolehlah bersetubuh karena penyakit telah
pergi. Dan tentu Allah juga Yang Maha Tahu. (Lihat Al-Syaukani, I,
1982: 356) dan (Sayyid Sabiq, I, 1987: 80).
7. Darah yang Keluar Waktu Hamil
Para ahli fikih berbeda pendapat mengenai darah yang
keluar dari wanita hamil, apakah termasuk haid ataukah istihadah.
Menurut ulama Hanafi, wanita hamil takkan pernah
mengalami haid. Dan bila suatu saat mengeluarkan darah, maka
darah itu darah rusak; kecuali bersama itu dia merasakan sakit
sebagaimana orang yang melahirkan anak. Darah yang keluar dalam
kondisi demikian, barulah mereka itu anggap darah haid. Sedang
menurut yang lain itu darah nifas. Imam Malik berkata, “Darah yang
keluar dari wanita hamil adalah darah haid. Bila umur kandungan
telah lebih dari dua bulan sampai enam bulan, maka masa haid yang
terpanjang ialah 30 hari. Bila umumya telah melebihi 6 bulan, maka
haid terpanjang adalah 30 hari”.
Lebih dari itu semua, bila masih keluar juga maka itu tak lain
adalah darah istihadah. Bagi yang mengalaminya ia wajib melakukan
salat, berpuasa dan boleh disetubuhi, sekalipun darah mengalir terus.
Dan hal ini adalah dalam kaitannya dengan soal ibadah. Adapun
dalam masalah „iddah maka yang menjadi pedoman ialah lahirnya
anak.
Sedang dalam madzhab Syafi‟i, darah yang keluar sewaktu
hamil termasuk haid juga, asal tidak kurang dan sehari-semalam dan
tidak lebih dari 15 hari. Karena haid adalah darah yang tidak bisa
dicegah oleh meneteknya anak, maka demikian pula tak bisa
dihalangi oleh mengandung anak. Hal ini yang dimaksud, dalam
kaitannya dengan selain iddah. Sedang mengenai „iddah maka
patokannya ialah lahirnya anak.
8. Penundaan Haid
Allah yang menciptakan manusia, baik laki-laki maupun
perempuan, dengan kodratnya masing-masing. Allah menciptakan
segala ciptaannya tidak dengan coba-coba atau main-main.
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tanpa ada pilih
kasih. Allah telah menciptakan wanita, dan wanita itu menurut
ketentuannya harus haid, Allah Maha Mengetahui, faedah dan
manfaatnya haid itu, Allah tidak mungkin berbuat aniaya.
Thaharah 31

Melakukan penundaan haid, khawatir ada terjadi bahaya


bagi wanita itu sendiri karena merobah sistem yang ditetapkan oleh
Yang Maha Tahu. Akan tetapi hukum Islam tidak kaku, dalam setiap
ketentuan Allah itu selalu ada jalan keluarnya tatkala dihadapkan
kepada kesulitan. Di dalam hukum Islam di kenal ada yang disebut
Ruhshah. Dalam pada itu Allah telah menetapkan bahwa:
a. Haid itu adza.
b. Haid dapat menimbulkan perubahan hukum.
c. Dalam keadaan terpaksa boleh melakukan yang terlarang.
d. Tidak boleh menjatuhkan diri ke arah kebinasaan.
Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut:
a. menunda haid, tanpa ada alasan yang kuat/tidak dalam keadaan
darurat, tidak boleh.
b. menunda haid, untuk kepentingan ibadah kepada Allah seperti
salat dan shaum, tentu tidak dibolehkan, karena tidak terlihat
daruratnya.
c. menunda haid, bagi jamaah haji, agar dapat melaksanakan
thawaf sebagai rukun haji dapat dibenarkan, sebab pada saat itu
kelihatan daruratnya.

Hikmah Thaharah (bersuci)


Dalam kajiannya tentang hikmah bersuci, Ali Ahmad Al-Jurjawi (1997:
60-61) mengklasifikasikan thaharah menjadi dua; thaharah/bersuci lahiriyah
dan batiniyah. Thaharah lahiriyah dikelompokkan juga menjadi dua; thahârah
haqîqiyyah (yang bersifat fisik) dan thaharah hukmiyyah (secara hukum).
Thahârah haqîqiyyah meliputi menyucikan badan, pakaian, dan
tempat salat dari najis. Thahârah hukmiyyah menyucikan anggota wudhu dari
hadats kecil dan menyucikan seluruh badan dari hadats besar (junub).
Sedangkan thahârah bâthiniyyah adalah menyucikan hati dari kotoran sifat
sombong, dengki, iri, pamer, dan sifat buruk lainnya.
Adapun hikmah yang terkandung dalam syariat thaharah/bersuci
antara lain:
1. Manusia apabila badan dan pakaiannya kotor akan merasa risi dan kurang
percaya diri, bahkan rendah diri terutama bila ia akan menghadap orang
besar dan terhormat. Jika menghadap sesama manusia harus dalam
kondisi bersih dan baik, apalagi ketika menghadap Sang Khaliq Yang
Maha Mulia tentu kondisi suci, bersih dan indah itu lebih layak dan utama.
Ibadah adalah salah satu bentuk pengagungan terhadap Allah.
32 Universitas Islam Bandung

2. Diperintahkannya berwudhu dan mandi janabah itu agar manusia


terhindar dari kotoran dan najis ketika melaksanakan kewajiban.
3. Malaikat merasa tidak senang menyaksikan orang salat yang berbau tidak
sedap dan berpakaian kotor.
4. Orang lain akan merasa terganggu bila teman yang berjama‟ah salat
disebelahnya berpakaian kotor dan berbau tidak sedap.
5. Bersuci dari najis dan hadats dengan berwudhu dan mandi janabah akan
mmbuat badan terasa segar dan menimbulkan semangat untuk bekerja.
6. Orang yang sedang mentruasi atau nifas akan kurang percaya diri karena
bau badannya. Setelah suci dan mandi janabah, dia akan merasa percaya
diri dan timbul semangat kerjanya.
7. Orang yang sedang dalam keadaan junub, secara ruhaniah, merasa agak
terkucil dari Tuhannya. Setelah mandi janabah, dia akan merasa dekat
dengan Tuhannya karena bisa beribadah secara leluasa. Al-Jurjani bahkan
mengatakan bahwa orang yang sedang junub itu jiwa bahimiyah-nya
yang dominan pada dirinya dan setelah mandi janabah jiwa malakut-nya
(jiwa yang suci) akan merasa lebih nyaman.
8. Bersuci dari najis dan hadats itu salah satu bentuk rasa syukur kepada
Allah sebelum salat.
9. mensucikan anggota badan itu sebagai penghapus dosa yang telah
dilakukan anggota badan itu.
10. Suci lahiriyah itu sebagai simbol kesucian ruhaniayah bagi orang-orang
yang beriman.

---ooOoo---
Salat 33

SALAT

Arti Salat
Pengertian salat ditinjau dari segi bahasa (lughawi) berarti al-du'â‟u
bikhairin (doa untuk kebaikan), seperti yang tercantum dalam salah satu ayat Al-
Quran shalli 'alaihim, yakni „ud'u lahum yakni berarti doakan mereka.
Sementara pengertian salat menurut istilah syara‟ adalah:

َ َ ‫َب ْك َوا ٌل َو َب ْف َـا ٌل ُم ْفذَ َخ َح ٌة ِِبم َّخ ْكد ْ ِِْي َو ُمخْ َخ َخ َم ٌة ِِبمد َّ ْس ِل ْ ِْي ًُ َخ َـ َّحدُ ِبِ َا ث‬
َ ‫َِشا ِئ‬
‫ط‬
.‫خْص ْو َص ٍة‬ ُ ‫َم‬
Ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam,
sebagai bentuk ibadah kepada Allah, dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
(Al-Jaziri, 1987, I, 175)

Dasar Hukum Salat


Ibadah salat disyariatkan kepada umat Islam sebagai suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh setiap individu Muslim/Muslimah yang mukallaf berdasar
kepada Al-Quran dan Al-Sunnah.
Dasar hukum yang bersumber dari Al-Quran tentang perintah salat itu
banyak sekali, di antaranya:
34 Universitas Islam Bandung

1. Perintah salat yang beriringan dengan perintah zakat:

….    


Tegakkanlah salat dan keluarkanlah zakat.... (terdapat pada QS Al-Baqarah [2]:
43, 83, dan 110; Al-Nisâ` [4]: 77; Al-Anbiyâ‟ [21]: 73; Al-Hajj [22]: 78; Al-Nûr
[24]: 56; Al-Rûm [30]: 31; dan QS Al-Mujâdilah [58]: 13)
2. Perintah yang berhubungan dengan sabar dalam QS Al-Baqarah (2): 43.

….    


Dan bermohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan shabar dan Salat....
3. Perintah mendirikan salat untuk mengingat Allah dalam QS Al-`A‟lâ (87): 15.

    


Dan ingat kepada Allah kemudian menunaikan salat.
4. Perintah salat yang dirangkai dengan perintah kurban dalam QS Al-Kautsar
(108): 2.

   


Dan salatlah untuk Tuhanmu kemudian berkurbanlah.
Dasar hukum yang bersumber dari Al-Sunah tentang perintah salat itu
banyak sekali, di antaranya:

ٍ ‫تُ ِ َػي اِ ْلػ َم ُم ؿَ َػَخ َ ْسػ‬ ‫ق‬ ِ ‫ػول‬ ُ ‫َؾ ِن ا ْج ِن ُ َُع َػر كَػا َلق كَػا َل َُ ُل‬
ِ ‫ػول ِ َو ّاكَػػا ِم ا َّمص ػ َم ِت َواًخَػػا‬
ُ ‫َش ػَِا َة ِت َب ْن َِ ا َ ََل اَِّ ُ َو َب َّن ُم َح َّمػػدًا َُ ُلػ‬
ّ ّ ّ ّ
‫ا َّمز ََك ِت َو َص ْو ِم َُ َمضَ َان َو َح ّ ِج ام َحُْ ِت‬
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Islam itu ditegakkan diatas lima
dasar, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah,
mendirikan salat, membayar zakat, melaksnakan shaum ramadhan, dan ibadah haji
ke Baitullah. (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Al-Tirmidzi)
Salat 35

Hadis yang diterima dari Abdullah Ibnu Qurth r.a.:

‫اُي َال ُة ؿَلَ َْ َِ امْ َـ ْحدُ ً َ ْو َم امْ ِل َِا َمـ ِة ا َّمص َم ُت فَا ْن َصلُ َح ْت َصلُ َح َلا ِئ ُر‬
َ ُ ‫َب َّو ُل َم‬
ّ
.‫دَث فَ َسدَ َلا ِئ ُر َ َُع ِ ِِل‬ ْ ‫َ َُع ِ ِِل َوا ْن فَ َس‬
Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salat.
ّ
Jika ia baik, maka baik pula seluruh amalannya dan jika jelek, maka jelek pula
semua amalannya. (HR Al-Thabrani)

Kedudukan salat
Salat diwajibkan saat Nabi Saw isra mi‟raj. Artinya salat diperintahkan
langsung oleh Allah Swt. kenyataan ini menandakan bahwa salat memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam Islam sehingga setiap Muslim
seharusnya memiliki perhatian besar dan kesadaran yang sangat tinggi
terhadap salat. Rasulullah Saw sering menunjukan pentingnya arti salat
dalam agama, yaitu:
1. Salat sebagai tiang agama
Rasulullah Saw bersabda,...Pokok segala urusan adalah Islam.
Barangsiapa yang masuk Islam, dia akan selamat; tiangnya adalah salat
dan puncaknya adalah jihad … (HR. Tirmidzi)
2. Salat sebagai benteng terakhir
Benteng adalah alat pertahanan dan simbol dari sebuah kekuatan.
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya akan terlepas ikatan Islam
satu per satu. Setiap kali ikatan lepas, manusia akan bergantung pada
ikatan berikut; ikatan yang paling awal terlepas adalah hukum, dan
yang terakhir adalah salat. (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Hibban)
3. Salat sebagai Identitas Keislaman
Identitas sangat penting bagi semua orang karena identitas akan
menjadi bukti atas pengakuan resmi seseorang.
Rasulullah Saw menilai bahwa garis pemisah antara Muslim dan kafir
adalah meninggalkan salat. Ciri yang membedakan seseorang dengan
kekufuran adalah meninggalkan salat. (HR. Muslim)
4. Salat sebagai Amalan pertama yang akan Dihisab
Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah
salat. Apabila salatnya beres, akan beres juga seluruh perilakunya, dan
36 Universitas Islam Bandung

apabila salatnya rusak,akan rusak pula segala perilakunya. (HR.


Thabrani)
5. Salat sebagai Sarana Merawat Fitrah
Manusia lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah artinya kecenderungan baik
dan beragama Islam

           

              

  


Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang
belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu
tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,".
(QS Al-A‟raf [7]: : 172)

         

        


(44) Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat.
Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk;
(45) (yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al-
Baqarah [2]: 45 - 46)

6. Salat sebagai Obat Penyakit Hati

          

          

 
Salat 37

(19) Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh; (20) Apabila


dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah; (21) dan apabila mendapat
kebaikan (harta) dia jadi kikir; (22) kecuali orang-orang yang
melaksanakan salat; (23) mereka yang tetap setia melaksanakan
salatnya. (QS. Al-Ma‟arij [70] : 19-23).
7. Salat sebagai Sarana Pencuci Dosa
Rasulullah Saw bersabda,”Bagaimana pendapat kalian andaikata sebuah
sungai berada di rumah salah seorang diantaramu dan kamu mandi
disana lima kali dalam sehari, apakah masih tertinggal kotoran pada
badannya?” Mereka berkata,”tidak ada kotoran yang tertinggal pada
badannya.” Beliau bersabda,”Maka demikianlah perumpamaan salat
lima kali, Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. Muttafaq „alaih)
8. Salat sebagai Pencegah Maksiat
Semua manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan
berbuat salah. Dengan salat, bisa menjadi energi untuk mencegah
seseorang terjerumus pada perbuatan nista.

          

           

 
Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah)
mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut [29] :
45)

Syarat Sah Salat


1. Suci dari hadas dan najis badan, pakaian dan tempat. Allah berfirman dalam QS
Al-Mâ‟idah (5): 6.

          …

     


38 Universitas Islam Bandung

… Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan


kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
2. Menutup aurat merupakan syarat syah salat. Allah berfirman dalam QS Al-A‟râf
(7): 3I.

....       


Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid....
3. Menghadap kiblat merupakan syarat sah salat sebagaimana ditunjukkan oleh
Allah Swt. dalam QS Al-Baqarah (2): 144.

          ....
....   
… Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya (kiblat).
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu
adalah benar dari Tuhannya ....
4. Muslim, berakal dan balig merupakan syarat sahnya salat.
5. Telah masuk waktu salat yang telah ditentukan, sebagaimana dinyatakan dalam
Al-Quran:

        …


... Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman”. (QS Al-Nisâ [3]: 103)

Waktu-waktu Salat
Al-Quran dan Al-Hadis menerangkan waktu-waktu salat. Ayat Al-Quran
yang menerangkan waktu salat antara lain:
a. QS Hûd (11): 11
Salat 39

          
     
Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Kata tharafayi al-nahâr, menurut Hasan Al-Bashri (Wahbah Al-Zuhaili, II, 1991:
170), berarti salat Subuh, Zhuhur, dan Ashar, sedangkan zulafan min al-laili
berarti salat Maghrib dan salat „Isya.

b. QS Al-Isrâ‟ (17): 78

           

   


Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).
Ayat ini menerangkan waktu-waktu salat yang lima waktu. Dulûk al-
syams (tergelincir matahari) menunjukkan waktu salat Zhuhur dan Ashar.
Ghasak al-laîl (gelap malam) menunjukkan waktu Magrib dan Isya, dan
Quranul Fajri menunjukkan waktu subuh (Wahbah Al-Zuhaili, XV, 1991: 140)
c. QS Thâhâ (20): 130

         

           
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan
bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di
siang hari, supaya kamu merasa senang.
Sayyid Sabiq (I, 1987: 87-88) menerangkan bahwa perintah bertasbih
sebelum terbit matahari berarti salat Subuh, perintah bertasbih sebelum
40 Universitas Islam Bandung

matahari terbenam berarti salat Ashar, perintah bertasbih pada malam hari
berarti salat Maghrib dan Isya‟, sedangkan perintah bertasbih pada siang hari
berarti salat Zhuhur.
Imam Muslim meriwayatkan hadis dari sumber Abdullah Ibnu Amr
yang menerangkan bahwa Rasulullah bersabda; Waktu Zhuhur apabila
matahari mulai tergelincir/condong ke Barat, jika tinggi bayang-bayang sama
dengan panjang bendanya belum masuk waktu Ashar. Waktu Ashar setelah
panjang bayang-bayang melebihi tinggi bendanya sampai matahari menguning
(tenggelamnya matahari), waktu Maghrib mulai dari tenggelamnya matahari
sampai hilangnya syafaq (awan kuning kemerahan), waktu Isya‟ dimulai
hilangnya awan kuning kemerahan sampai tengah malam, dan waktu Shubuh
dimulai dari terbit fajar dan akan berakhir dengan terbitnya matahari.
Berdasarkan hadis ini, Sayyid Sabiq (I, 1987: 77-93) merinci waktu-
waktu salat sebagai berikut;
1. Waktu Zhuhur dimulai dari tergelincirnya matahari sampai dengan panjang
bayang-bayang sama dengan tinggi bendannya.
2. Waktu Ashar dimulai setelah habis waktu Zhuhur (panjang bayang-bayang
lebih panjang dari pada bendanya) sampai tenggelamnya matahari.
3. Waktu Maghrib dimulai dari tenggelamnya matahari sampai dengan
hilangnya syafaq (awan kuning kemerahan).
4. Waktu Isya‟ dimulai dengan habisnya waktu Maghrib (hilangnya awan
kuning kemerahan) sampai dengan tengah malam.
5. Hadis yang menerangkan bahwa waktu Isya‟ sampai tengah malam atau
sepertiga malam itu menunjukkan waktu yang afdhal. Sedangkan waktu
jawaz, demikian Sayyid Sabiq, sampai terbitnya fajar sesuai dengan hadis
terdahulu yang menerangkan bahwa berakhirnya waktu salat itu dengan
masuknya waktu salat berikutnya, kecuali salat Shubuh.
6. Salat Shubuh dimulai terbitnya fajar shadiq dan akan berakhir dengan
terbitnya matahari.
Waktu salat bagi orang yang ketiduran atau lupa adalah waktu dia bangun
tidur atau ingat dan menyadari bahwa dirinya belum mengerjakan salat. Hadis
riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sumber Anas menerangkan bahwa Rasulullah
bersabda:
Barang siapa terlupa mengerjakan salat, maka kerjakan salat itu ketika ia ingat
(menyadari belum melakukan salat).
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Nasa`i dan Al-Tirmidzi diterangkan,
Qatadah mengatakan bahwa para sahabat mengadu kepada Nabi tentang
bagaimana salat mereka apabila ketiduran. Nabi bersabda: ”Meninggalkan salat
karena ketiduran itu bukan pelanggaran, yang disebut pelanggaran itu orang yang
Salat 41

tidak tidur tapi sengaja mengabaikan salat. Apabila salah seorang dari kalian terlupa
atau tertidur maka lakukan salat pada saat bangun tidur atau ingat”.

Waktu-Waktu Dilarang Salat


Salat dilarang dilakukan pada waktu-waktu tertentu; setelah salat shubuh
sampai matahari terbit, ketika matahari terbit sampai setinggi tumbak/ lembing,
ketika matahari ada di tengah cakrawala sampai bergeser ke barat, dan setelah salat
ashar sampai matahari tenggelam.
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari sumber Abu Said
yang menerangkan bahwa Nabi Saw. bersabda: ”Tidak ada salat setelah salat Ashar
sampai matahari terbenam dan tidak ada salat setelah salat Shubuh sampai
matahari terbit“
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan Muslim, Amr Ibnu Abasah
bertanya: ”Hai Nabi Allah, terangkan kepadaku tentang salat! Beliau bersabda,
lakukan salat Shubuh kemudian jangan salat lagi sampai matahari terbit dan tinggi di
atas ufuk. Matahari itu terbit di antara tanduk syetan, ketika itu orang-orang kafir
bersujud kepadanya. Setelah matahari setinggi tumbak/lembing salatlah karena
salat (Dhuha) itu dihadiri dan disaksikan malaikat sampai matahari tepat ditengah
cakrawala. Ketika itu janganlah salat sampai matahari bergeser ke barat, kemudian
salatlah sampai tiba waktu Ashar. Setelah salat Ashar janganlah salat sampai
matahatri terbenam, dan waktu matahari terbenam janganlah salat karena waktu itu
matahari berada di antara tanduk syetan, yaitu waktu orang-orang kafir bersujud
kepadanya.
Menanggapi hadis-hadis ini para ulama berbeda pendapat. Menurut
mayoritas ulama, salat setelah salat Shubuh dan Ashar dibolehkan bagi orang yang
melaksanakan salat lain yang tertinggal belum dilaksanakan karena ketiduran atau
terlupa. Adapun salat sunat, menurut para sahabat, seperti Ali, Ibnu Mas‟ud, Zaid
Ibnu Tsabit, dan Abu Hurairah hukumnya makruh, demikian pula pendapat para
para tabi‟in, Said Ibnu Musayyab, Abu Hanifah dan Imam Malik. Imam al-Syafi‟i
memperbolehkan salat setelah salat Shubuh dan Ashar asal ada sebab, seperti salat
tahiyyat masjid, syukrul-wudhu‟, dan salat-salat sunat thawaf, namun ulama
Hanabilah hanya memperbolehkan salat sunat thawaf.
Sayyid Sabiq (I, 1987: 95) berpendapat bahwa pendapat Imam Al-Syafi‟i
yang mendekati kebenaran. Di masjid Nabawi, biasa dilakukan salat janazah setelah
salat Ashar maupun Shubuh, dan orang yang datang ke masjid pada dua waktu di
atas biasanya langsung melakukan salat sunat tahiyyat masjid, dan orang yang
thawaf setelah salat Ashar juga melaksanakan salat sunat thawaf karena merupakan
rangkaian dari ibadah thawaf.
42 Universitas Islam Bandung

Adapun salat pada waktu matahari terbit, terbenam, maupun ditengah


cakrawala, menurut Hanafiah adalah tidak sah, baik salat fardhu maupun sunnah.
Sedangkan Hanabilah memilki pendapat yang sejalan dengan Hanafiah, namun
memperbolehkan salat tahiyyat masjid ketika matahari di tengah cakrawala pada
hari Jumat.

Azan dan Iqamah


Azan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu salat dengan lafazh-
lafazh tertentu, dan berfungsi untuk mengajak salat berjama‟ah dan syi‟ar agama
Islam baik hukumnya wajib maupun sunnah.
Adapun cara azan itu ada tiga macam (Sayyid Sabiq, I, 1987: 101);
1. Menurut hadis riwayat Ahmad, Abu Daud, Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu
Huzaimah dalam hadis hasan shahih adalah 4 kali takbir awal dan selanjutnya 2
kali.
2. Menurut hadis riwayat Muslim 2 kali takbir, 2 kali syahadatain, 2 kali hayya „ala
al-shalâh, 2 kali hayya ala al-falâh, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, lâ ilâha illâ Allâh.
3. Menurut riwayat imam Khamsah, 4 kali takbir pertama, dan sisanya dua kali-
dua kali.
Adapun cara iqamat juga ada tiga macam;
1. Empat kali takbir yang pertama, sedangkan lafazh berikutnya dibaca dua kali-
dua kali kecuali lafzh qad qâmat al-shalâh. (HR Khamsah dan dipandang sahih
oleh Al-Tirmidzi)
2. Takbir awal dan akhir serta qad qâmat al-shalâh dibaca dua kali, sedangkan
yang lainnya di baca satu kali.
3. Seperti cara nomor dua, hanya saja lafazh qad qâmat al-shalâh dibaca satu kali.
(Sayyid Sabiq, I, 1987: 102)
Orang yang mendengar azan hendaknya menirukan bacaan azan kecuali
lafazh hayya „ala al-shalâh dan hayya „ala al-falâh membaca lâ haula walâ quwwata
illâ billâhi. Orang yang menirukan azan sedemikian itu akan dimasukkan ke dalam
surga. (HR Muslim dari sumber Umar)
Setelah azan selesai dikumandangkan hendaklah berdoa karena antara
azan dan iqamah itu waktu mustajab. Imam Al-Bukhari dari sumber Jabir
menerangkan bahwa Nabi mengajarkan doa setelah azan; Allâhumma rabba
hâdzihid da‟wati at-tâmmah wa al-shalâti al-qãimati âti muhammadan al-wasîlata wa
al-fadhîlata wab atsu maqâman mahmûdan al-ladzî wa‟adtah.
Setelah azan maghrib membaca; Allahumma inna hâdza iqbâlu lailika wa
idbâru nahârika wa ashwãtu du‟âika faghfir lî.
Adapun doa setelah iqamat aqâmahâ wa adâmahâ. (Sayyid Sabiq,I, 1987: 104)
Salat 43

Rukun Salat
Secara garis besar rukun salat itu ialah:
1. Niat
Hal ini berdasar pada firman Allah dalam QS Al-Bayyinah (98): 5;

....        


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama ....
Juga sabda Nabi Saw. dari lbnu Mas‟ud r.a.:

....‫ك ا ْم ِر ٍ َماه ََوى‬ ِ ّ‫اه َّ َما ْا َأل ْ َُع ُال ِِبم ِي‬
ٍّ ُ ‫َاث َواه َّ َما ِم‬
Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung kepada ّ niatnya dan setiapّ
manusia akan mendapat seukuran dengan apa yang diniatkannya. (HR Al-
Bukhari)
2. Takbiratul Ihram;
Berdasarkan pada hadis-hadis berikut:

‫ق ِم ْفذَػ ُػاخ ا َّمص ػ َم ِت ا َّمعُِػ ْػو ُُ َو َ ْ ػػػ ِر ًْ ُمَِػػا امخَّ ْك ِدػ ْ ُػْي‬ ‫كَػػا َل َُ ُل ػ ْػو ُل‬
‫َو َ ْ ِل َْلَُِـاامد َّ ْس ِل ْ ُْي‬
Bahwa Nabi Saw. bersabda: Kunci salat itu ialah thaharah pembukanya
membaca takbir dan penutupnya memberi salam. (HR Abu Daud dan Ahmad)
Takbiratul Ihram itu disyariatkan hanya dengan mengucapkan lafazh
Allahu Akbar.

‫ ََك َن ا َذا كَػا َم ا َ ا َّمصػ َم ِت ِا ْؾخَػدَ َل كَائِ ًم َػاو َُفَ َؽ ًَدَ ًْػ َِ ُ َّق كَػا َلق‬ ‫َب َّن اميَّ ِ َِّب‬
ّ ّ
‫ُ َب ْن َ ُب‬
Bahwa Nabi Saw. apabila berdiri hendak mengerjakan salat, ia tegak lurus dan
mengangkat kedua belah tangannya lalu mengucapkan “Allâhu Akbar”. (HR
Ibnu Majah dan Ahmad)

‫ ٍَ ْرفَ ُؽ ًَدَ ًْ َِ َم َؽ امخَّ ْكد َِْيِت‬ ِ ‫َؾن َوائِ ِل ْج ِن ُح ْج ٍر َبه َّ َُ ََُبى َُ ُلو َل‬
44 Universitas Islam Bandung

Dari Wail Ibnu Hujr, sesungguhnya ia pernah melihat Rasulullah Saw.


mengangkat kedua belah tangannya bersamaan dengan bertakbir. (HR Abu
Daud)

َِ ًْ َ‫ ق ا َذا كَا َم ِن َّلص َم ِت َُفَ َؽ ًَد‬ ِ ‫َؾ ِن ا ْج َن ُ َُع َر كَ َالق ََك َن َُ ُل ُول‬
ّ
‫َح ََّّت حَ ُكوَنَ َح ْذ َو َم ٌْ ِك َد َْ َِ ُ َّق َن َّ َب‬
Dari Ibnu Umar berkata: Bahwa Rasulullah Saw. apabila berdiri untuk salat
mengangkat kedua tangannya hingga bertepatan dengan kedua bahunya,
kemudian “takbir”. (HR Muslim)

 ِ ِ‫َؾ ْػن َوائِػ ِػل ْجػ ِػن ُح ْجػ ٍر كَػا َل كُلْػ ُػت َ َأله ُْؼػ َػر َّن ا َ َصػ َم ِت َُ ُلػػول‬
ّ
َِ ‫ فَا ْل َخ ْل َد َل امْ ِل ْد َ ََل فَ َك َّ َب فَ َرفَػ َؽ ًَدَ ًْػ‬ ِ ‫َن َْ َف ًُ َص ََّخ كَا َل فَلَا َم َُ ُل ُول‬
َِ َْ َ ‫َح ََّّت َحا َذَتَ ُب ُذه‬
Dari Wail Ibnu Hujr berkata: Sungguh-sungguh aku melihat bagaimana
Rasulullah Saw. salat. Ujarnya: “Rasulullah Saw berdiri menghadap kiblat, lalu
bertakbir kemudian mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua
telinganya”. (HR Al-Nasa`i dan Abu Daud)
3. Berdiri pada Salat Fardhu
Hal ini berdasar pada Al-Quran, dan Al-Sunnah.

        


Peliharalah salat itu, begitu pula salat Ashar dan berdirilah di hadapan Allah
dengan khusuk dan merendahkan diri. (QS Al-Baqarah [2]: 238)

‫ كَػا َلق ََكه َ ْػت ِ ت َ َو ِال ُػْي فَ َسػبَمْ ُت اميَّػ ِ َِّب‬ ‫ػن‬ ٍ ْ ‫َؾ ْن ِ ُْع َر َان ْج ِن ُح َص‬
‫ َص ِ ّل كَائِ ًما فَا ْن م َ ْم ج َ ْس َخ ِع ْؽ فَلَا ِؿػدًا فَػا ْن م َ ْػم‬ ‫ َؾ ِن ا َّمص َم ِت فَلَا َلق‬
ّ ّ
 ‫ج َ ْس َخ ِع ْؽ فَ َـ ََخ َحٌْ ٍة‬
Dari Imran Ibnu Husain berkata: Saya sakit bawasir, maka saya tanyakan pada
Nabi Saw. mengenai salat maka Nabi menjawab: “Salatlah dengan berdiri, jika
Salat 45

tidak kuat maka duduklah, dan jika tidak mampu maka dengan berbaring”.
(HR Al-Bukhari)
4. Membaca Surah Al-Fâtihah
Dalil yang menjadi dasar fardhunya membaca Surah Al-Fâtihah dalam
salat adalah:

‫ َِ َصػ َم َت ِم َم ْػن م َ ْػم‬ ‫ كَػا َلق‬ ِ ‫َؾ ْن ُؾ َحا َة َت ْج ِن ا َّمصا ِم ِتق َب َّن َُ ُلو َل‬
‫ً َ ْل َرِب ِت َفا ِ َ ِة ام ِكذَ ِاة‬
Dari Ubadah Ibnu Tsamit r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda: “tidak ada
salat bagi orang yang tidak membaca Surah Al-Fâtihah”. (HR Al-
Bukhari)

‫ َم ْػن َص َّػَخ َصػ َم ًت م َ ْػم‬ ‫ ق‬ ِ ‫ػول‬ ُ ‫ػولق كَػا َل َُ ُل‬


ُ ‫َؾ ْن َا ِ ْب ُ َ ٍُْر َر َت ً َ ُل‬
‫دَاح كَ ْ ُْي ثَ َما ٍم‬
ٌ ‫ِه ِخ‬ ٌ ‫ً َ ْل َرِب ِف ْْيَا ِتبُ ِّم امْ ُل ْرب ٓ ِن فَِِ َيي ِخ‬
َ ِ ‫دَاح‬
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda: Barang siapa yang
mengerjakan salat tanpa membaca Ummul-Quran (Al-Fâtihah) di dalamnya,
maka salat itu bagaikan kebohongan, tidak sempurna. (HR Al-Bukhari, Muslim,
dan Ahmad)
Dan masih banyak lagi hadis-hadis lainnya yang mengharuskan
membaca Surah Al-Fâtihah dalam melakukan salat.
5. Rukuk
Rukuk merupakan salah satu rukun salat yang telah diakui secara
Ijma, hal itu berdasar pada firman Allah:

ِ َّ َ ‫ًَبَُّيه‬
…‫ااَّل ٍْ َن ب ٓ َمٌُ ْوا َا ُْ َن ُـ ْوا َو ْْسُدُ ْوا‬
Hai orang-orang yang beriman, rukuk dan sujudlah kamu … (QS Al-Hajj [22]:
77)
Pelaksanaan rukuk ialah dengan cara membungkukkan tubuh dengan
kedua tangan bertelekan pada lutut disertai tumaninahnya.
Juga berdasar pada hadis Nabi Saw.
46 Universitas Islam Bandung

‫ َِ ُ ُْت ِز ُئ َص َم ٌت َِ ًُ ِل ْ ُْي‬ ‫ق‬ ِ ‫َؾ ْن َب ِ َم ْس ُـو ٍة كَ َالق كَ َال َُ ُل ُول‬


 ‫ا َّمر ُخ ُل ِف ْْيَا ُصلْ َح َُ ِِف ا همر ُن ْو ِع َوا همس ُج ِوة‬
Tidak dinilai memadai suatu salat seseorang apabila tidak meluruskan
punggungnya diwaktu rukuk dan sujud. (HR Abu Daud dan Al-Tirmidzi)
6. I‟tidal (bangkit dari rukuk dan berdiri lurus dengan tumaninah)
Praktek i‟tidal di atas telah dicontohkan oleh Nabi Saw. sebagaimana
diterangkan dalam beberapa hadis, di antaranya, berdasarkan cerita Aisyah r.a.
tentang salat Nabi Saw.:

َُ ‫ … َو ََك َن ا َذا َُفَ َؽ َُِب َل‬ ِ ‫ ََك َن َُ ُل ُول‬ ‫َؾ ْن ؿَائِ َش َة كَامَ ْتق‬
ّ
…. ‫ِم َن ا همر ُنو ِع مَ ْم ٌ َْس ُج ْد َح ََّّت ٌ َْس خَ ِو َي كَا ِئ ًما‬
Dari Aisyah berkata: Adalah Rasulullah Saw. … apabila mengangkatkan
kepalanya dari rukuk, beliau tidak langsung sujud sebelum berdiri lurus terlebih
dulu…. (HR Abu Daud)
7. Sujud serta Tumaninah
Yang termasuk anggota sujud adalah muka, kedua telapak tangan,
kedua lutut, dan kedua telapak kaki. Dasarnya adalah:

ٍ ‫ق َب ْن ٌ َْسػ ُجدَ ؿَ َػَخ َلػ ْح َـ ِة َبؾْضَ ػا‬ ‫ػِب‬ ‫ ُب ِم َػر اميَّ ِ ه‬ ٍ‫َؾ ِن ا ْج ِن َؾ َّح ٍػا‬
.‫َو َِ ٍَ ُك َّف َش ْـ ًرا َو َِ زَ ْو ًِبق اجل َ ْْبَ ِة َوام ََدَ ٍْ ِن َوا همر ْن َحخَ ْ ِن َوا ّ ِمر ْخلَ ْ ِن‬
Dari Ibnu Abbas r.a. Nabi Saw. telah menyuruh untuk melakukan sujud pada
tujuh macam anggauta dan supaya seseorang tidak merapatkan rambutnya
atau kainnya sewaktu sujud, yaitu: kening, kedua tangan, kedua lutut, dan
kedua kaki. (HR Al-Bukhari)
8. Duduk di antara dua sujud (iftirasy).
9. Duduk Akhir Sambil Membaca Tasyahud.
10. Membaca Salam.
Salat 47

Hal-hal Yang Membatalkan Salat


Perbuatan-perbuatan yang membatalkan salat menurut Sayyid Sabiq (I,
1987: 239-240) sebagai berikut:
1) Makan dengan sengaja.
2) Minum dengan sengaja.
3) Berbicara dengan sengaja yang bukan untuk keperluan salat, ini berdasarkan
pada sabda Nabi Saw. yang artinya sebagai berikut: Dari Zaid bin Arqam r.a.
berkata: Dahulu kami bicara dalam salat, seorang mengajak bicara teman yang
disampingnya hingga turunlah ayat: ”Dan tegaklah kamu menyembah Allah
dengan khusyuk” maka sejak itu kami diperintahkan untuk diam dan dilarang
untuk bicara.
4) Bergerak banyak bergerak dengan sengaja yang tidak ada kaitannya dengan
salat.
5) Meninggalkan sesuatu rukun dengan sengaja.
6) Meninggalkan syarat salat dengan sengaja.
7) Meniup-niup dan meludah dengan sengaja.

Tata Cara Salat (Wajib dan Sunat)


1. Persiapan Salat
Ketika memulai salat berdiri tegak menghadap
kiblat, sebagaimana dijelaskan hadis:

َ ‫ ََك َن ا َذا كَا َم ا َ ا َّمص َم ِت ِا ْؾ َخ‬ ‫َب َّن اميَّ ِ َِّب‬


‫دَل‬
ّ ّ
....‫كَا ِئ ًما‬
Bahwa Nabi Saw. bila berdiri hendak mengerjakan salat, ia
tegak lurus…. (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

‫ا َذا كُ ْم َت ا َ ا َّمص َم ِت فَبَ ْل ِحف ِ امْ ُوضُ و َ ُ َّق ا ْل خَ ْلد ِِل امْ ِل ْد َ ََل فَ َك ِ ّ ْب‬
ّ ّ
Apabila kamu hendak melaksanakan salat sempurnakanlah wudhumu,
kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah. (HR Al-Bukhari, Muslim,
dan Ibnu Majah)
48 Universitas Islam Bandung

2. N i a t
Niat itu di dalam hati dengan cara
memusatkan seluruh perhatian kepada Allah
sengaja akan menunaikan salat bersamaan
membaca takbiratul ihram.
3. Takbiratul Ihrâm
Yaitu mengangkat kedua tangan ibu
jari sejajar dengan daun telinga, sambil
mengucapkan takbir “Allâhu Akbar”, Allah Maha
Besar.
Setelah takbiratul ihram letakkan
tangan kiri pada ulu hati (tempat antara perut dan dada) sedangkan tangan
kanan ada di bagian luar.
Dalam diam antara takbiratul ihrâm dengan Al-Fâtihah, disunatkan
membaca doa iftitâh. Dalam doa iftitâh Nabi Saw. mengucapkan permohonan,
pujian, sanjungan, dan kalimat keagungan untuk Allah.
Beliau pernah memerintahkan hal ini kepada orang yang salah melakukan
salatnya, dengan sabdanya, antara lain:

‫اه َّ َُ َِ ث ِ هَِت َص َم ٌت ِ َأل َح ٍد ِم َػن اميَّ ِػاٍ َح َّػَّت ًَخَ َوضَّ ػبَ فَ َِضَ ػ َؽ‬
ْ َ ّ َ ُ ِ ْ ّ
ً َّ َ‫د‬ ْ
‫ام ُو ْو َ َم َوض َـ َُ َّق ٍُك ِ َب َوُي َم َ َخػل َو َؾ َّػز َو ُ َ ِ َػي‬ ُ‫ض‬
.‫َّس ِم َن امْ ُل ْرب ٓ ِن‬
َ َّ ََُ‫ؿَلَ َْ َِ َوً َ ْل َرَب ِت َما ث‬
Sesungguhnya tidak sempurna salat seseorang sehingga dia
berwudhu dan melakukan wudhu sesuai dengan
ketentuannya, kemudian ia bertakbir, mengucapkan pujian, mengucapkan
kalimat keagungan kepada Allah (doa iftitah), dan membaca ayat-ayat Al-Quran
yang dihafalnya…. (HR Abu Daud)
Doa-doa iftitâh yang dibaca oleh Nabi Saw. bermacam-macam, terkadang
membaca doa iftitâh ini dan itu, atau yang lainnya, antara lain:
Salat 49

ِ ْ ‫ػن امْ َم‬


‫َشػ ِ َوامْ َملْػ ِر ِة َانلُِّػ َّم‬ َ ْ َ ‫َانلُِّ َّم َِب ِؿ ْد تَُْ ِ ْي َوت َ ْ َن خ ََع َاَي َي َ َمَك َِبؿَ ْد َث ت‬
‫ه َ ِلّ ِ ْي ِم ْن خ ََع َاَي َي َ َمَك ًُيَلَّى امث َّ ْػو ُة ْا َألتْػ ََ ُ ِم َػن اََّ وَػ ِ َانلُِّػ َّم ا ْق ِسػلْ ِ ْي‬
‫ِم ْن خ ََع َاَي َي ِِبمثَّلْ ِج َوامْ َما ِ َوامْ َ َب ِة‬
Ya Allah, Tuhanku, jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-kesalahanku
sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara masyriq (tempat terbit
matahari) dengan maghrib (tempat terbenam mata-hari). Ya Tuhanku,
bersihkanlah aku dari segala kesalahan, sebagaimana orang membersihkan kain
putih dari kotoran. Ya Tuhanku, basuhkanlah/cucilah dari kesalahan-
kesalahanku dengan salju, air dan air es. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

‫َو َّ َّْج ُت َو ْ َِّج َيى ِن َّ َِّل ْى فَ َع َر ا َّمس َْلو ِاث َو ْا َِ ُْ َض َح ٌِ َْ ًفا ُم ْس ِل ًم َاو َما َاَنَ ِم َن‬
َِ ‫ِك َو َم ْح ََ َاي َو َم َم ِ ْاِت ِِهلل َُ ِ ّة امْ َـامَ ِم ْ َن‬ ْ ِ ‫َش ِن ْ َن ا َّن َص َم ِ ِْت َوو ُ ُس‬ ِ ْ ‫امْ ُم‬
ِ‫ِل َِ ا ََل‬ ُ ِ ‫ َانلّ ُِ َّم َبه َْت امْ َم‬.‫َشًْ َم َ َُل ّ َوت َِذ ِ َِل ُب ِم ْر ُث َو َبَنَ َب َّو ُل امْ ُم ْس ِل ِم ْ َن‬
َِ
ِ ‫ِاَِّ َبه َْت َبه َْت َُ ِ ّب َو َبَنَ َؾ ْحدُ كَ َػلَ ْم ُت ه َ ْف ِِس َوا ْؿ َ ََت ْف ُت ت َِذه ِِْب فَا ْق ِف ْر‬
ِ ‫ُذه ُْو ِب َ َِج َْ ًـا فَاه َّ َُ ًَِ َ ْل ِف ُر هاَّله ُْو َة اَِّ َبه َْت َوا ُْ ِد ِِن ِ َأل ْح َس ِن ْا َأل ْخ َم‬
ّ
َ‫ مَـ َّح َْم‬.‫اْص ْف َؾ ِ ّن َل ِ ِّـََ َااَِّ َبه َْت‬ ِْ ‫َُِّيَ ْ ِد ْى ِ َأل ْح َس ِّنِ َا اَِّ َبه َْت َو‬
َ‫مَش م َ ُْ َ امَ َْ ّ َم َبَنَ ت َِم َوام َ َْم‬ ّ
َّ‫َو َل ْـدَ ًْ َم َوامْخ ْ َُْي ُُكه َُ ِِف ًَدَ ًْ َم َوا ه‬
ّ ّ
.‫ َب ْل َخ ْل ِف ُركَ َو َبث ُْو ُة ام َ َْ َم‬.‫ثَح َا َُ ْن َت َوثَ َـامَ َْ َت‬
ّ
Kuhadapkan jiwaku kepada Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi,
dalam keadaanku condong kepada kebenaran lagi seorang yang menyerahkan
diri, tunduk dan patuh dan sekali-kali aku bukan orang yang mempersekutukan
Allah. Bahwasanya salatku, ibadatku, hidup dan matiku hanya untuk Allah
Tuhan yang memelihara alam. Tak ada sekutu bagi-Nya dan demikianlah aku
diperintahkan oleh Allah untuk tidak menyekutukan-Nya. Demikianlah aku
diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya
50 Universitas Islam Bandung

Tuhanku, Engkaulah raja yang memerintah, yang berkuasa, tak ada Tuhan
selain Engkau. Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah menzalimi
diriku, aku mengakui dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya tak
ada yang dapat (sanggup) mengampuni dosa-dosaku melainkan Engkau. Dan
tunjukilah akan aku kepada sebaik-baik perangai, tak ada yang dapat (sanggup)
menunjuki akan aku sebaik-baiknya perangai selain Engkau sendiri.
Palingkanlah daripadaku pekerti-pekerti yang buruk, tak ada yang dapat
(sanggup) memalingkan aku dari pekerti-pekerti yang buruk itu selain Engkau
sendiri. Aku penuhi seruan Engkau. Aku tunduk patuh di bawah perintah
Engkau, segala rupa kebajikan di tangan Engkau, segala rupa kejahatan tak ada
pada Engkau. Aku berada dalam kekuasaan Engkau dan akan kembali kepada
Engkau. Maha Besar Engkau dan Tinggi. Aku memohon ampun kepada
Engkau, dan aku bertaubat kepada Engkau. (HR Muslim)

ُ ْ َ‫ُل ْح َحاه ََم َانلُِّ َّم َو ِ َِب ْم ِدكَ َوثَ َح َاُك‬


. َ‫اْس َم َوثَ َـا َ َخده كَ َو َِ ا ََل كَ ْ ُْيك‬
ّ
Mahasuci Engkau wahai Tuhanku dan segala puji untuk Engkau, Maha Besar
Nama Engkau. Maha Tinggi Kebesaran Engkau dan aku mengaku benar-benar
bahwa tak ada Tuhan selain dari Engkau. (HR Muslim, Al-Tirmidzi)

.‫ُ اَ ْن َ ُب َنح ْ ًِْيا َوامْ َح ْمدُ ِِهلل َن ِث ْ ًْيا َو ُل ْح َح َان ِ ُج ْك َر ًت َو َب ِص َْ ًم‬


Allah itu Maha Besar, besarkanlah Tuhan Yang Besar. Segala puji kepunyaan
Allah puji yang banyak dan Maha Suci Allah (saya akui kesucian Allah) pada
tiap-tiap pagi dan petang. (HR Muslim)1

.َِ ِ‫امْ َح ْمدُ ِِهلل َ َْحدًا َن ِث ًْيا َظ ِ َّ ًحا ُم َد َاُ ًَك ِف‬
Segala puji milik Allah dengan pujian yang sangat banyak, baik, dan penuh
berkah”. (HR Muslim, Al-Tirmidzi, Al-Nasa`i, Ibnu Majah, Abu Daud)2

1
Iftitâh ini berasal dari iftitah seorang shahabat. Seorang lelaki dari suatu kaum
membaca takbir tersebut sebagai iftitâh saat salat berjama‟ah dengan Nabi Saw.
sesudah salat Nabi Saw. berbicara kepadanya: “Saya tertarik dengan takbirmu,
karena dibuka untuknya segala pintu langit”. Berkata Ibnu Umar: Sesudah saya
mendengar keterangan Nabi itu, sayapun tetap membacanya. Hadis ini juga
diriwayatkan Al-Tirmidzi; Al-Nasa`i; dan Ahmad.
2
Doa ini berasal dari doa seorang shahabat yang ikut berjamaah di belakang Nabi
Saw. ia takbiratul ihrâm lalu membaca iftitâh dengan doa itu. Setelah selesai salat
Salat 51

4. Membaca Isti'âdzah
Dianjurkan bagi orang yang salat, isti‟âdzah (membaca ta‟awwudz)
setelah doa iftitâh sebelum membaca Surah Al-Fâtihah, berdasar firman Allah:

‫فَا َذا كَ َرِب َث امْ ُل ْرب ٓ َن فَ ْال َخ ِـ ْذ ِِب ِهلل ِم َن ا َّمش َْ َع ِان ا َّمر ِح ْ ِْي‬
Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan
ّ
kepada Allah dari syaithan yang terkutuk. 3
Lafadz-lafadz Isti‟âdzah, antara lain :
.‫َب ُؾ ْو ُذ ِِب ِهلل ِم َن ا َّمش َْ َع ِان ا َّمر ِح ْ ِْي‬
Aku berlindung diri kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.

.‫َب ُؾ ْو ُذ ِِب ِهلل ا َّمس ِم َْؽ ِ امْ َـ ِل ْ ِْي ِم َن ا َّمش َْ َع ِان ا َّمر ِح ْ ِْي‬
Aku berlindung diri kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
dari syaithan yang terkutuk. (HR At-Tirmidzi dan Abu Daud)

.ٍِ‫َب ُؾ ْو ُذ ِِب ِهلل ِم َن ا َّمش َْ َع ِان ا َّمر ِح ْ ِْي ِم ْن ه َ ْف ِخ َِ َوه َ َف ِث َِ َو َ َْه ِز‬
Aku berlindung diri kepada Allah dari syaithan yang terkutuk, dari tipuan-
tipuannya, dari hembusan-hembusannya dan dari gurisan-gurisannya. (HR Abu
Daud, Ibnu Majah, Ahmad, dan Al-Darimi)

5. Bacaan Al-Fâtihah
Salat tidak sempurna tanpa bacaan Fatihah. Sebaliknya salat adalah
sah apabila sudah membaca Al-Fâtihah. Sebelum membaca Al-Fâtihah
disunatkan membaca ta‟awwudz terlebih dahulu, sekali di dalam salat.

Rasul Saw. bertanya, siapa yang iftitâh dengan doa tadi. Salah seorang laki-laki
mengacungkan tangannya, bahwa dia yang membaca doa itu. Lalu Rasul Saw.
bersabda: “Aku melihat 12 malaikat berebut mencatat doa ini untuk
menyampaikannya kepada Allah”.
3
QS Al-Nahl, 98 di atas menunjukkan suruhan membaca ta‟awwudz sebelum
membaca Al-Quran secara umum baik di luar maupun di dalam salat. Berdasar
ayat tersebut ada sebagian ulama yang memahami bahwa membaca ta‟awwudz
pada setiap rakaat salat. Adapula ulama yang berpendapat bahwa membaca
ta‟awwudz cukup pada rakaat pertama saja. karena dalam satu salat walaupun
beberapa kali membaca Al-Quran tetapi tetap dalam satu ibadah saja. Alasan
lainnya hadis-hadis mengenai ta‟awwudz itu semua menunjukkan pada rakaat
pertama.
52 Universitas Islam Bandung

         

         

   

    

    

 
(1) Dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (2)
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
(3) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(4) yang menguasai di hari Pembalasan. (5)
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan
hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (6) Tunjukilah kami jalan
yang lurus, (7) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.

6. Bacaan Surah-surah Al-Quran


Sebagai contoh, Surah Al-Mâ‟ûn.

         

          

        

 
Salat 53

(1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (2) Itulah orang yang
menghardik anak yatim, (3) dan tidak menganjurkan memberi Makan orang
miskin. (4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (5) (yaitu) orang-
orang yang lalai dari salatnya, (6) orang-orang yang berbuat riya [1603], (7)
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
7. Rukuk
Apabila sudah selesai membaca surat, rukuklah dengan tumaninah.
Caranya kita angkat kedua tangan seperti takbiratul ihram dengan membaca
takbir. Kedua belah telapak tangan diletakkan/memegang pada lutut. Posisi
punggung dengan kepala rata.
Dalam rukun ini (rukuk), Rasulullah Saw. banyak memberikan contoh
doa/dzikir/tasbih dalam rukuk, antara lain:
ِ ‫ُل ْح َحاه ََم َانلُِّ َّم َتُ َّ َي َاو ِ َِب ْم ِدكَ َانلّ ُِ َّم ا ْقـ ِف ْر‬
Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhan kami beserta dengan memuji-Mu ya Allah
ampunilah segala dosaku. (Muttafaq „Alaih)

)‫ُل ْح َح َان َُ ِ ّ َب ْام َـ ِؼ ْ ِْي (زَ َم َج َم َّر ٍاث‬


Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung. (3 kali) (HR Muslim)

)‫ُل هح ْو ُخ كُ ْدهو ٌٍ َُ هة امْ َم َم ئِ َكـ ِة َوا همر ْو ِخ (زَ َم َج َم َّر ٍاث‬


Maha Suci, Maha Kudus, Allah Tuhan seluruh Malaikat dan ruh (Jibril) (3 kali).
(HR Muslim)

8. l’tidâl
Bangun dari rukuk, tangan
diangkat seperti waktu takbiratul ihram lalu
berdiri tegak dengan tumaninah.
Bacalah doa ini!

ٍُ َ‫َ ِْس َؽ ُ ِم َم ْن َ َِحد‬


Allah mendengar orang yang memuji-Nya.
(HR Al-Bukhari)
54 Universitas Islam Bandung

Kalimat di atas dibaca ketika bangkit dari rukuk. Setelah berdiri tegak,
antara lain dapat dibaca doa:
ُ‫َتَُّيَا َو َ َِل امْ َح ْمد‬
Ya Tuhan kami bagi Engkaulah puji-pujian. (HR Al-Bukhari)
Sedangkan menurut riwayat Muslim ada tambahan bacaan.
Tambahan bacaannya sebagai berikut;

ٍ ‫اِل امْ َح ْمدُ ِم ْل ُ ا َّمسػ َم َو ِاث و َا َأل ُْ ِض َو ِم ْػل ُ َم ِاشػْْ َت ِم ْػن َشػ‬
َ َ َ‫انلَِّ َُم َتُ َّي‬
ُ‫ت َ ْـد‬
Ya Allah Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji sepenuh langit dan bumi dan
sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki dan selain dari itu. (HR Muslim)
9. Sujud
Setelah rukuk dan i‟tidal diteruskan dengan sujud. Menurut sahabat
Ibnu Abbas bahwa yang berperan dalam sujud adalah anggota badan yang
disebut Sab'atu a‟dhumin artinya 7 tulang yaitu:

 wajah, yang paling berperan adalah


hidung.
 dua tangan (tapak tangan).
 dua lutut.
 ujung-ujung jari kedua telapak kaki.
Bacaan yang dibaca, antara lain:
Menurut keterangan dari „Aisyah bacaannya
sebagai berikut:

ْ ِ ‫ُل ْح َحاه ََم انلَُِّ َم َتَُّيَا َو ِ َِب ْم ِدكَ انلَُِّ َم ا ْق ِف ْر‬


Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhan kami beserta
dengan memuji-Mu ya Allah ampunilah segala dosaku. (HR Muttafaq Alaih)
Menurut riwayat Muslim. Doa di bawah ini:

)‫ُل ْح َح َان َُ ِ ّ َب ْاألٓ ْؿ َ َْخ (زَ َم َج َم َّر ٍاث‬


Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi [tiga kali]. (HR Muslim)
Salat 55

)‫ُل هح ْو ُخ كُ ْدهو ٌٍ َُ هة امْ َم َم ئِ َكـ ِة َوا همر ْو ِخ (زَ َم َج َم َّر ٍاث‬


Maha Suci, Maha Kudus, Allah Tuhan seluruh Malaikat dan ruh (Jibril) [tiga kali].
(HR Muslim)
10. Duduk antara Dua Sujud
Duduk antara dua sujud sama dengan duduk untuk tasyahud awal
(perhatikan posisi duduk pada gambar). Duduk ini sering disebut duduk iftirasy.
Dalam duduk di antara dua sujud, Nabi Saw. mengajarkan/membaca doa,
antara lain:

. ِ ‫َُ ِ ّة ا ْق ِف ْر ِ َُ ِ ّة ا ْق ِف ْر‬
Tuhanku, ampunilah aku, Tuhanku
ampunilah aku. (HR Al-Nasa`i, Abu Daud,
Ibnu Majah, dan Ahmad)

‫َانلُِّ ػ َّم ا ْق ِفػ ْػر ِ َو ْاُ َ َْحػ ِػن َوا ْخػ ُ ْػب ِِن‬
.‫َوا ُْ ِد ِِن َو ْاُ ُز ْك ِن‬
Ya Allah, semoga Engkau mengampuni aku, mengasihi aku, mencukupkan aku,
memimpin aku (ke jalan yang lurus), dan mengaruniai aku rezeki. (HR Al-
Tirmidzi)
.‫َانلُِّ َّم ا ْق ِف ْر ِِل َو ْاُ َ َْح ِي َوؿَا ِف ِي َوا ُْ ِد ِِن َو ْاُ ُز ْك ِي‬
Ya Allah (Tuhanku), semoga Engkau mengampuni aku, mengasihi aku,
mengafiatkan aku, menunjuki aku (ke jalan yang lurus), dan mengaruniai aku
rezeki. (HR Abu Daud)

‫َُ ِ ّة ا ْق ِف ْر ِِل َو ْاُ َ َْح ِي َوا ْخ ُ ْب ِِن َو ْاُ ُز ْك ِي َو ْاُفَ ْـ ِي‬


Ya Tuhan, semoga Engkau mengampuni aku, mengasihi aku, mencukupkan
aku, mengaruniai aku rezeki, dan mengangkat derajatku. (HR Ibnu Majah)
Kemudian sujud kedua, ketiga. atau keempat sama ketentuannya dan
bacaanya ataupun caranya.
56 Universitas Islam Bandung

11. Tasyahhud Awwal


Untuk salat yang rakaatnya dua, yaitu salat Shubuh tidak ada tasyahud
awal. Tetapi salat selain Shubuh, ada tasyahud awal, yaitu pada rakaat kedua.
Dari Abdullah Ibnu Mas‟ud r.a. dia
berkata: Ketika kami bermakmum di
belakang Rasulullah Saw. kami
membaca: “Keselamatan tetap kepada
Allah, keselamatan tetap kepada si
fulan.” Suatu hari Rasulullah Saw.
bersabda kepada kami: Sesungguhnya
Allah adalah keselamatan itu sendiri.
Jadi apabila salah seorang di antara
engkau duduk (membaca tasyahud) hendaknya membaca:

‫َامخَّ ِح ََّ ُاث ِ ِهلل َوا َّمصلَ َو ُاث َوا َّمعـ ِ َّ َح ُاث َا َّمس َم ُم ؿَلَ َْ َػم َاُّيه َػا اميَّ ِ ه‬
‫ػِب َو َُ ْ ََحػ ُة‬
‫ِ َوجَ َر ََكثُ َُ ا َّمس َم ُم ؿَلَ َْيَػا َوؿَ َػَخ ِؾ َحػا ِة ِ ا َّمصػا ِم ِح ْ َن َب ْشػَِدُ َب ْن َِ ا ََل‬
ّ
.ُ‫اَِّ ُ َو َب ْشَِدُ َب َّن ُم َح َّمدًا َؾ ْحدُ ٍُ َو َُ ُل ْو َُل‬
Segala kehormatan itu milik Allah juga kebaktian dan segala yang baik-baik.ّ
Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas engkau wahai Nabi,
demikian pulalah rahmat Allah dan berkat-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan
itu dicurahkan pula atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih. Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad
itu hamba-Nya dan utusan-Nya. (Mutafaq `Alaih)
Doa tasyahud lain ialah:

‫َامخَّ ِح ََّ ُاث امْ ُم َح َاُ ََك ُث ا َّمصلَ َو ُاث ا َمعـ ِ َّ َح ُاث ِ ِهلل ا َّمسػ َم ُم ؿَلَ َْ َػم َاُّيه َػا اميَّ ِ ه‬
‫ػِب‬
‫َو َُ ْ ََح ُة ِ َوجَ َر ََكثُ َُ ا َّمس َم ُم ؿَلَ َْيَا َوؿَ َػَخ ِؾ َحػا ِة ِ ا َّمصػا ِم ِح ْ َن َب ْشػَِدُ َب ْن‬
ِ. ‫َِ ا ََل اَِّ ُ َو َب ْشَِدُ َب َّن ُم َح َّمدًا َُ ُل ْو ُل‬
ّ ّ
Segala kehormatan yang berkat dan kebaktian yang baik itu milik Allah. Selamat
bahagia, kiranya terlimpah padamu, wahai Nabi, begitupun rahmat Allah serta
berkat-Nya. Selamat bahagia, kiranya terlimpah pula atas kami dan kepada
hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu Rasul Allah. (HR Muslim)
Salat 57

Kemudian dilanjutkan dengan membaca shalawat kepada Nabi Saw.


Dalam suatu riwayat diceritakan, Rasulullah Saw. mendengar seseorang
memanjatkan doa dalam salatnya, tetapi tanpa mengucapkan pujian kepada
Allah dan shalawat kepada Nabi Saw. lalu beliau bersabda:

َ ‫َ َِع َل‬
‫ ُ َّق َةؿَػا ٍُ فَلَػا َل َ َُل َب ْو ِمل ْ َِػْيٍِق ا َذا َص َّػَخ َب َحػدُ ُ ْْ فَلْ ََ ْحػدَ ِب ِت َخ ْح ِمَػ ِد‬.‫ُػذا‬
ّ
.َ ‫ َّق ََدع ت َ ْـ ِت َما شا‬ ‫ِ َوامثَّيَا ِ ؿَلَ َْ َِ ُ َّق مْ َُ َص ِ ّل ؿَ ََخ اميَّ ِ ِ ِّب‬
َ ُ‫د‬ ُ ْ ْ ‫م‬ ُ
Orang ini tergesa-gesa. Kemudian beliau memanggil orang itu, dan bersabda
padanya dan kepada yang lainnya: Bila seseorang melakukan salat, hendaklah
ia mulai dengan bacaan tahmid kepada Allah dan pujian kepada-Nya, kemudian
hendaklah ia mengucapkan shalawat kepada Nabi Saw. lalu memanjatkan doa
sesuai dengan yang diinginkannya. (HR Al-Tirmidzi)
Dalam hadis lain diungkapkan, apabila seorang di antara kamu
bertasyahud dalam salat hendaklah ia ucapkan: “Allahumma shalli „alâ
Muhammad…… wa „alâ âli Muhammad warham Muhammad …. dan
seterusnya. (Al-Mustadrak „alâ Al-Shahîhaîn dari Ibnu Mas‟ud)4
Beliau menganjurkan umatnya berbuat demikian sebagaimana beliau
memerintahkan untuk mengucapkan shalawat setelah mengucap salam
kepadanya. Rasulullah Saw. mengajarkan kepada para shahabat berbagai
macam bentuk lafadz shalawat5. Lafadz-lafadz shalawat tersebut antara lain:

‫َانلُِّ َّم َص ِ ّل ؿَ ََخ ُم َح َّم ٍد َوؿَ ََخ بٓلِ ُم َح َّم ٍد َ َمَك َصل َّ َْ َت ؿَ ََخ بٓلِ ا ْج َػرا ُِ ْ َْي اه َّ َػم‬
َ‫ػت ّؿَػَخ‬ ّ ََ ٍ
َ ‫ َانلُِّ َّم َِب ُِكْ ؿَ َػَخ ُم َح َّمػ ٍد َوؿَ َػَخ بٓلِ ُم َح َّمػد مَك َِب َُن‬.‫َ َِح َْ ٌد َمجِ َْ ٌد‬
ْ
‫بٓلِ ا ْج َرا ُِ ْ َْي اه ََّم َ َِح َْ ٌد َمجِ َْ ٌد‬
ّ ّ
4
Dalam Dewan Hisbah Persis, Risalah Sahalat, Bandung: Pustaka Umat, 2002:131.
Mengenai hadis tersebut, A. Hassan dalam bukunya Pengajaran Salat
mengomentari: “Sungguhpun hadis lemah, tetapi kita pakai sebagai menentukan
tempat saja dan juga beberapa keterangan yang lain-lain menunjukkan bahwa
shalawat itu ialah di akhir tahiyyat.
5
Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami sudah tahu bagaimana
mengucapkan salam kepadamu pada tasyahhud, tetapi bagaimana kami
mengucapkan shalawat kepadamu? Sabdanya: “Ucapkanlah oleh kalian:
„Allâhumma shalli ‟alâ Muhammad wa ‟alâ âli Muhammad….dst‟”.
58 Universitas Islam Bandung

Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Muhammad dan kepada keluarga


Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga
Ibrahim. Bahwa sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya
Tuhan, berilah karunia kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberi karunia kepada keluarga Ibrahim. Bahwa
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. (HR Al-Bukhari, Muslim,
Al-Nasa`i, dan Ahmad)

‫َانلُِّػ َّم َصػ ِ ّػل ؿَػ َػَخ ُم َح َّمػ ٍد َوؿَ ََخ بٓلِ ُم َح َّمػ ٍد َ َمَك َص ػل َّ َْ َت ؿَػ َػَخ بٓلِ ا ْجػ َػرا ُِ َْي‬
ّ
ِ‫ػت ؿَػ َػَخ بٓلِ ا ْجػ َػرا ُِ َْي ِف‬ َ ‫َو َِب ُِكْ ؿَػ َػَخ ُم َح َّم ػ ٍد َوؿَػ َػَخ بٓلِ ُم َح َّم ػ ٍد َ َمَك َِب َُ ْنػ‬
ّ
‫امْ َـام َ ِم ْ َن اه ََّم َ َِح َْ ٌد َمجِ َْ ٌد‬
ّ
Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Muhammad dan kepada keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga
Ibrahim dan berilah karunia kepada Muhammad dan kepada keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi karunia kepada keluarga
Ibrahim. dalam seluruh alam ini. Bahwa sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Maha Agung. (HR Muslim, Al-Nasa`i, dan Ahmad)

12. Memberi Isyarat dengan Telunjuk


Dalam tasyahud, baik pada tasyahud awal maupun
pada tasyahud akhir Rasulullah Saw. memberi isyarat
(menggerakan) telunjuknya. Hal ini sebagaimana
diterangkan dalam salah satu hadis riwayat Muslim dari
Ibnu Zubair, sebagai berikut:

ٍِ ‫ ا َذا كَ َـػػدَ ًَػ ْػد ُؾو َوضَ ػ َؽ ًَػػدَ ٍُ امْ َُ ْمػ َػن ؿَػ َػَخ فَ ِخ ػ ِذ‬ ِ ‫ػول‬ ُ ‫ََك َن َُ ُلػ‬
ّ ْ
َْ ُُْ‫َّسى ؿَ ََخ فَ ِخ ِذ ٍِ ام‬
.‫َّسى َو َب َش َاُ ِِب ْص َح ِـ َِ ا َّمس َّحات َ ِة‬ َ ْ ُُ‫امْ َُ ْم َن َوًَدَ ٍُ ام‬
ّ
Rasulullah Saw. apabila duduk berdoa (tahiyyat) meletakkan tangan kanannya
di atas paha kanannya dan tangan kirinya diletakkan di atas paha kirinya, dan
beliau berisyarat dengan telunjuknya. (HR Muslim)
Salat 59

13. Tasyahhud Akhir


Cara duduk tasyahud akhir bukan seperti
duduk iftirâsy. Duduknya disebut
tawarruk. Bacaannya ialah tasyahud awal
di atas. Setelah membaca shalawat
kepada Nabi Saw. membaca doa
mengenai kebaikan dunia dan akhirat,
sebagaimana sabda Nabi Saw. antara lain:

‫ا َذا ج َ َشَِّدَ َب َحدُ ُ ْْ فَلَُْ ْس َخ ِـ ْذ ِِب ِهلل ِم ْن َب ْ تَُؽ ٍ ً َ ُل ُولق انلَُِّ َّم ا ِ ِّن َب ُؾو ُذ ت َِم ِم ْن‬
ّ ّ
َِ ّ ‫ؿَ َذ ِاة َ ََّج َّ ََّن َو ِم ْن ؿَ َذ ِاة امْلَ ْ ِب َو ِم ْن ِف ْذ َي ِة امْ َم ْح ََا َوامْ َم َم ِاث َو ِم ْن‬
‫َش‬
. ِ‫َح اََّ َّخال‬ ِ ‫ِف ْذيَ ِة امْ َم ِس‬
Apabila seseorang selesai membaca tasyahhud (akhir) hendaklah ia memohon
perlindungan kepada Allah dari 4 (empat) perkara, yaitu: (Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari
bencana kehidupan dan kematian, juga dari kejahatan bencana [gangguan] al-
Masih al-Dajjal 6 si penipu). (HR Muslim dan Ahmad)
Di bawah ini dikutipkan beberapa contoh di antara doa-doa ma`tsûr:

ِ‫َانلّ ُِ َّم ا ِ ِّن َب ُؾ ْو ُذت َِم ِم ْن ؿَ َذ ِاة امْلَ ْ ِب َو َب ُؾ ْو ُذت َِم ِم ْن ِف ْذ َي ِة اََّ َّخال‬
ّ
‫ َانلّ ُِ َّم ا ِ ِّن َب ُؾ ْو ُذت َِم ِم َن امْ َمبِ َ ِق‬.‫َو َب ُؾ ْو ُذت َِم ِم ْن ِف ْذ َي ِة امْ َم ْح ََ َاوامْ َم َم ِاث‬
ّ
.‫َوامْ َمل َْر ِم‬
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung dari
kejahatan bencana dajjal si penipu, serta aku berlindung dari bencana

6
Salah satu arti Dajjal yaitu orang yang banyak menipu, banyak berbohong dan
banyak membaguskan yang buruk atau menggambarkan sesuatu yang tidak baik
dengan gambaran yang memikat hati. Sebagian ulama muhaqiqin berpendapat
bahwa yang diamaksud dengan Dajjal di sini adalah kaum perusak dan pengacau
kebenaran, bukan pribadi tertentu. (Dewan Hisbah PP. Persis, Risalah Salat,
Bandung: Pustaka Umat, 2002:138)
60 Universitas Islam Bandung

kehidupan dan kematian. Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari perbuatan


dosa dan dari berutang. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

‫ َو‬.‫ْس ُْ ُث َو َما َب ْؿلَ ْي ُت‬ َ ْ ‫َانلّ ُِ َّم ا ْق ِف ْر ِ َما كَدَّ ْم ُت َو َما َبخ َّْر ُث َو َما َا‬
‫ْس ْف ُت َو َما َبه َْت َب ْؿ َ َُل ِت َِ ِم ِ ّن َبه َْت امْ ُملَ ّد ُم َو َبه َْت امْ ُم َؤ ِخ ُّر َِا ََل‬
َ ْ ‫َما َب‬
ّ
.‫ِاَِّ َبه َْت‬
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang terdahulu maupun yang kemudian, apa-
apa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, apa-apa yang terlanjur dan
dan apa-apa yang Engkau sendiri lebih mengetahuinya daripadaku. Engkaulah
yang memajukan dan Engkaulah yang mengakhirkan. Tiada Tuhan selain
Engkau. (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas)

ِ ‫َانلّ ُِ َّم ا ِ ِّن َػلَ ْم ُت ه َ ْف ِِس ُػ ْل ًما َن ِث ْ ًْيا َو َِ ً َ ْل ِف ُر هاَّله ُْو َة ِاَِّ َبه َْت فَا ْق ِف ْر‬
ّ
.‫َم ْل ِف َر ًت ِم ْن ِؾ ْي ِدكَ َو ْاُ َ َْح ِن اه ََّم َبه َْت امْلَ ُف ْو ُُ ا َّمر ِح ْ ُْي‬
ّ
Ya Allah, aku telah banyak berbuat aniaya terhadap diriku sendiri, sedang
tiadalah yang dapat mengampuni dosa itu kecuali hanya Engkau, maka berilah
aku keampunan dari sisi-Mu, dan beri rahmatlah aku. Sungguh Engkau Maha
Pengampun dan Maha Pemberi Rahmat. (HR Bukhary, Muslim, dan Al-Tirmidzi)

‫ا َّمص َمدُ َّ ِاَّل ْي م َ ْم ً َ ِ ِْل َومَ ْم ًُ ْو َ َْ َومَ ْم ٍَ ُك ْن‬ ُ‫َانلّ ُِ َّم ا ِ ِّن َب ْلبَ ُ َِل ََي ُ ْا َأل َحد‬
ُُّ َ
.‫اه ََّم َبه َْت امْلَ ُف ْو ُُ ا َّمر ِح ْ ُْي‬ ُ ِ َ ٌ َ
ْ ِ ‫َُل نف ًوا ب َحد ب ْن ثَ ْلف َر ِ ِْل ذه ُْو‬
ّ
Ya Allah Tuhanku, aku memohon kepada-Mu, ya Allah Tuhan yang Maha
Tunggal, tempat segenap makhluq bergantung, tiada beranak dan tiada
diperanakkan, dan tiada suatupun yang menyamai-Nya. Ampunilah segala
dosaku, karena Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (HR Al-Nasa`i,
Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)
Salat 61

14. Ucapan Salam


Telah diwajibkannya mengucap salam sebagai akhir dari salat, sebagaimana
sabda Rasulullah Saw.

.‫ِم ْفذَ ُاخ ا َّمص َم ِت ا َّمعِ ُْو ُُ َو َ ْ ِرًْ ُمَِاامخَّ ْكد ْ ُِْي َو َ ْ ِل َْلَُِاا َّمس َم ُم‬
Kunci salat itu ialah bersuci, pembukaannya membaca takbir dan penutupnya
ialah memberi salam. (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Al-Tirmidzi dari
Ali r.a.)
Hadis lain mengungkapkan:

‫ ٌ َْس َخ ْف ِذ ُح‬ ِ ‫كَامَ ْت ؿَائِ َش ُة َقَك َن َُ ُل ْو ُل‬


‫ َو ََك َن َ َْيـخَ ِ ُِت ا َّمص َم َت‬... ‫ا َّمص َم َت ِِبمخَّ ْكد ْ ِِْي‬
‫ِِبمد َّ ْس ِل ْ ِْي‬
Aisyah r.a. berkata, Rasulullah Saw. memulai salatnya dengan takbir … dan
menutupnya dengan salam. (HR Muslim)

‫ ٌ َُس ِ ّ َُل ؿَ ََخ ً َ ِم َْ ِي َِ َو َؾ ْن ٌ ََس ِاٍُِ َح ََّّت ٍُ َرى ت َ ََ ُاض‬ ‫ُن ْي ُت َب َُى اميَّ ِ هِب‬
.ٍِ ّ‫خُد‬
Saya lihat Nabi Saw. memberi salam ke sebelah kanan dan ke sebelah kirinya,
hingga kelihatan putih pipinya. (HR Muslim, Al-Nasa`i, Ahmad, dan Ibnu Majah
dari Amir Ibnu Sa'ad)

‫ َا َّمس َم ُم ؿَلَ َْ ُ ُْك‬. ِ ‫ٌ َُس ِ ّ َُل َؾ ْن ً َ ِم َْ ِي َِ َو َؾ ْن ٌ ََس ِاٍُِق َا َّمس َم ُم ؿَلَ َْ ُ ُْك َو َُ ْ ََح ُة‬
.ٍِ ‫ َح ََّّت ٍُ َرى ت َ ََ ُاض َخ ِّد‬... ِ ‫َو َُ ْ ََح ُة‬
Ibnu Mas‟ud r.a. berkata: Nabi memberi salam ke kanan dan ke kiri “Assalâmu
'alaikum wa Rahmatullâhi. “Assalâmu `alaikum wa Rahmatullâhi….” dan
seterusnya, hingga kelihatan putih pipinya. (HR Al-Tirmidzi, Abu Daud, Al-
Nasa`i, dan Ahmad)
62 Universitas Islam Bandung

15. Wirid atau Doa setelah salat:

٣x ‫اَّلل امْ َـ ِؼ َْي‬


َ َّ ‫َب ْل َخ ْل ِف ُر‬
Aku mohon Ampun kepada Allah yang Maha Agung

ِّ ُ ‫ِل َو َ َُل امْ َح ْمدُ َوُ َُو ؿَ ََخ‬


‫ك‬ ُ ْ ‫َشًْ َم َ َُل َ َُل امْ ُم‬
ِ َ َِ ٍُ َ‫َِ امَـ ََ ا َِّ ُ َو ْحد‬
ّ َّ
.‫َش ٍ كَ ِد ٍْ ُر‬
ْ
Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia
pemilik seluruh kerajaan dan puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

‫انلَّ ُِ َّم َبه َْت ا َّمس َم ُم َو ِمٌْ َم ا َّمس َم ُم ثَ َح َاُ ْن َت ََي َذا امْ َج َملِ َواِ ْن َرا ِم‬
ّ
Ya Allah Engkau Maha Penyelamat, dan dari-Mu segala keselamatan, Maha
Mulia Engkau ya Tuhan kami wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan
kemuliaan (HR. Muslim)
‫انلَّ ُِ َّم َِ َما ِه َؽ ِم َما َبؾ َْع َْ َت َو َِ ُم ْـ ِع َي ِم َما َمٌَ ْـ َت َو َِ ً َ ْي َف ُؽ َذا اجل َِّد‬
» ‫ِم ٌْ َم اجل َده‬
Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada
yang memberi apa yang Eng-kau cegah. Tidak berguna kekayaan dan
kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya). Hanya dari-Mu
kekayaan dan kemuliaan.

‫انلّ ُِ َّم َب ِؾ ِ ّي ؿَ ََخ ِذ ْن ِركَ َو ُش ْك ِركَ َو ُح ْس ِن ِؾ َحا َة ِث َم‬


Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu ingat, bersyukur, dan beribadah dengan
baik kepada-Mu.

٣٣ x ِ ‫ُل ْح َح َان‬
Maha Suci Allah
Salat 63

٣٣ x ‫َبمْ َح ْمدُ ِهلل‬


Segala puji bagi Allah

٣٣ x ‫ُ َب ْن َ ُب‬
Allah Maha Besar

ِّ ُ ‫ِل َو َ َُل امْ َح ْمدُ َوُ َُو ؿَ ََخ‬


‫ك‬ ُ ْ ‫َشًْ َم َ َُل َ َُل امْ ُم‬
ِ َ َِ ٍُ َ‫َِ امَـ ََ اَِّ ُ َو ْحد‬
ِ َّ ٍ ّ َ
.‫َش كد ٍْ ُر‬ ْ
“Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak
ada sekutu bagiNya. BagiNya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.

Keterangan:
Setelah membaca doa dan wirid di atas, pembaca dipersilakan menambahnya
dengan doa-doa lain, seperti doa untuk kedua orang tua, dan lain-lain (lihat Bab
7).

Masalah Sujud Sahwi


Makna sujud menurut bahasa adalah al-khudhû‟ yakni tunduk baik dengan
meletakkan kening di bumi atau berupa tanda yang lain atau dengan tanda-tanda
dari ketundukan seperti taat.
Yang dimaksud dengan sahwun menurut bahasa adalah meninggalkan
sesuatu dengan tidak sengaja (tidak diketahui) karena lupa. Sujud sahwi,
sebagaimana diterangkan Sayyid Sabiq (I, 1987: 199) adalah dua kali sujud yang
dilakukan orang yang salat sebelum atau sesudah salam.
Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya sujud sahwi adalah:

‫ػم َب َحػدُ ُ ْْ ِِف‬ َّ ‫ا َذا َش‬ ‫ق‬ ِ ‫َؾ ْن َب ِ َل ِـَ ٍد امْخ ُْد ُِ ِ ّي كَا َلق كَا َل َُ ُل ُول‬
ّ
َ
‫ػَل ؿَػَخ َمػا‬ ِ ََ ‫َص َم ِث َِ فَ َ َْل ً َ ْد ُِ َ ْْ َص َّػَخ زَ َػم ً َب ْم َب ْ تُ َ ًـػا فَلْ ََ ْع َػر ِخ ا َّمشػم َو‬
ْ ْ ‫م‬ َّ
…. ‫ْسدَ ث ْ َِن كَ ْد َل َب ْن ٌ َُس ِ ّ ََل‬ ْ َ ُ‫ْالد َ ِْلَ َن ُ َّق ٌ َْس ُجد‬
64 Universitas Islam Bandung

Dari Sa„id Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Jika seseorang di
antaramu ragu dalam salatnya, hingga tak mengetahui berapa rakaat yang telah
dikerjakannya, tiga atau empat rakaat, maka sebaiknyalah ia menghilangkan apa
yang diragukannya dan menetapkan apa yang diyakininya, lalu sujud dua kali
sebelum salam. (HR Muslim)
Pada riwayat lain (dalam Shahîh Al-Bukhari-Muslim) diterangkan bahwa
Nabi pun pernah melakukan sujud sesudah salam. Yang lebih utama adalah dengan
cara mengikuti sebab-sebab yang mengharuskan sujud sahwi, jika diketahui
sebelum salam maka dilakukan sebelumnya dan jika diketahui sesudahnya maka
dilakukan sesudah salam.
Cara dan bacaan sujud sahwi sama dengan sujud salat pada umumnya.
Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Saw sebagai berikut:

... ‫اَّلل َؾ ْي َُ كَا َلق َص ََّخ اميَّ ِ هِب َص َّػَخ ُ ؿَلَ َْػ َِ َو َل َّ َػَل‬ َ ِ َُ ‫َؾ ْن َب ِ ُ َ ٍُْر َر َت‬
ُ َّ ‫ِض‬
‫ػِب َصػ َّػَخ ُ ؿَلَ َْػ َِ َو َلػ َّ َػَل ُذو ام ََػػدَ ٍْ ِن فَلَػػا َلق‬ ‫َو ِِف امْلَػ ْػو ِم َ َُ ُخػ ٌل ًَػ ْػد ُؾو ٍُ اميَّػ ِ ه‬
َ ‫ُصػ كَػا َلق «ت َ َػَخ كَ ْػد و َ ِس‬
‫ػُت‬ ْ َ ‫ُص ْث؟ فَلَا َلق م َ ْم َبوْػ َ َوم َ ْػم ثُ ْل‬ َ ُ َ‫ُت َب ْم ك‬ َ ‫َبو َ ِس‬
‫ْسػو ِة ٍِ َب ْو َب ْظ َػو َل ُ َّق َُفَػ َؽ‬
ُ ُ ‫فَ َص ََّخ َُ ْن َـ َخ ْ ِن ُ َّق َل َّ ََل ُ َّق َن َّ َػب فَ َسػ َجدَ ِمثْػ َل‬
‫ْسػو ِة ٍِ َب ْو َب ْظ َػو َل ُ َّق‬
ُ ُ ‫َُِب َل َُ فَ َك َّ َب ُ َّق َوضَ ػ َؽ َُِب َلػ َُ فَ َك َّ َػب فَ َسػ َجدَ ِمثْػ َل‬
)‫َُفَ َؽ َُِب َل َُ َو َن َّ َب» (مفذق ؿلََ وانلفغ امحخاُى‬
Dari Abu Hurairah ra, berkata, ... Dan di antara orang-orang tersebut terdapat
seseorang yang diberi nama oleh Rasulullah Saw Dzul Yadain, maka ia
bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah engkau lupa atau salat telah diqashar?, Beliau
menjawab, “Saya tidak lupa dan salat tidak diqashar”, orang tersebut berkata,
”Engkau telah menguranginya, engkau lupa”. Maka Beliau salat dua rakaat,
kemudian mengucapkan salam, kemudian membaca takbir, kemudian bersujud
sebagaimana sujud biasa, atau mungkin lebih panjang, kemudian Beliau
mengangkat kepalanya lalu membaca takbir, kemudian meletakkan kepalanya lalu
membaca takbir, kemudian bersujud sebagaimana biasa lebih panjang, kemudian
Beliau mengangkat kepalanya dan membaca takbir” (Muttafaq Alaih, Lafazh Al-
Bukhari)
Salat 65

Hal-hal yang menjadi sebab harus Sujud Sahwi


1) Bila kelebihan rakaat dalam salat, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis:

‫ َص ََّخ ا همؼِ َْر َ ْس ًسا فَ ِل ِْ َل َ َُل‬ ‫ كَا َل َب َّن اميَّ ِ َِّب‬. ‫َؾ ِن ْج ِن َم ْس ُـ ْو ٍة‬
َ‫َب ِزًْدَ ِِف ا َّمص َم ِت؟ فَلَ َال ق َو َما َذ ِ َِل؟ فَ َلامُ ْو َاصل َّ َْ َت َ ْس ًسا فَ َس َجد‬
‫ْسدَ ث ْ َِن ت َ ْـدَ َب ْن َل َّ ََل‬
َْ
Dari Ibnu Mas„ud r.a. berkata: Bahwa Nabi saw. pada suatu saat menunaikan
salat Zhuhur lima rakaat. Lalu ditanyakan kepada beliau: Apakah rakaat salat itu
ditambah? Lalu Rasul bertanya, mengapa kalian bertanya demikian? Para
sahabat berkata: Engkau melakukan salat lima rakaat. Maka Rasulullah pun
sujud dua kali (setelah salam). (HR Al-Bukhari-Muslim)

2) Bila kekurangan rakaat dalam salat, sebagaimana diterangkan hadis berikut:

ِ ْ َ‫كَا َل َل ْـ ٌدق َو َُ َبًْ ُت ُؾ ْر َو َت ْج َن ا هتمز َ ْ ِْي َص َّػَخ ِم َػن اغَلْػ ِر ِة َُ ْن َـخ‬


‫ػن فَ َس َّ َػَل‬
‫ َُ َك َػذا فَ َـػ َل اميَّ ِ ه‬ ‫ْسػدَ ث ْ َِن َوكَػا َلق‬
‫ػِب‬ ْ َ َ‫َوحَ ََكَّ َم ُ َّق َص ََّخ َما ت َ ِل َي َو َْسَػد‬
‫َص ََّخ ُ ؿَلَ َْ َِ َو َل َّ ََل‬
Sa‟ad berkata: Saya melihat Urwah Ibnu Al-Zubair salat Maghrib dua rakaat
kemudian salam dan berbicara, kemudian salat (menyempurnakan)
kekurangannya lalu sujud dua kali. Demikianlah yang dicontohkan Rasulullah
Saw. kata Urwah. (HR Al-Bukhari)
3) Jika lupa atau ketinggalan melakukan tasyahud awal. Hal ini berdasarkan pada
sabda Nabi:

‫ َص ََّخ فَلَا َم ِِف ا َّمػر ْن َـخَ ْ ِن فَ َسػ َّح ُحوا‬ ‫ َب َّن اميَّ ِ َِّب‬  ‫َؾ ْن ا ْج ِن ُ َِب َْيَ َة‬
.‫ْسدَ ث ْ َِن ُ َّق َل َّ ََل‬
ْ َ َ‫فَ َم ََض فَلَ َّما فَ َر َغ ِم ْن َص َم ِث َِ َْسَد‬
Dari Ibnu Buhainah r.a. bahwa Nabi Saw. menunaikan (mengimami) salat,
setelah dua rakaat salat, beliau terus berdiri. Maka orang-orang bersama-sama
66 Universitas Islam Bandung

mengucapkan tasbih, tetapi Nabi meneruskan salatnya. Setelah selesai, Rasul


bersujud dua kali lalu memberi salam. (HR Al-Nasa`i)

‫ا َذا كَا َم َب َحػدُ ُ ْْ ِم َػن‬ ‫ق‬ ِ ‫َؾ ِن امْ ُم ِل َْيِت ْج ِن ُش ْـ َح َة كَا َلق كَا َل َُ ُل ُول‬
ِْ ‫امػ َّػر ْن َـخَ ْ ِن فَػ َ ْػَل ٌ َْس ػد َ ِ َِّت كَائِ ًمػػا فَلْ ػ ََ ْج ِل ْ فَػػا َذا ْال ػد َ َ َِّت ّكَائِ ًمػػا فَػ َم َ ِْل ػ‬
ّ
‫دَِت ا َّمسِْ ِو‬ ِ َ ‫ْس‬ ْ َ ‫َوٌ َْس ُج ْد‬
Dari Al-Mughirah Ibnu Syu‟bah berkata, bersabda Rasulullah Saw.: “Apabila
salah seorang di antara kalian berdiri pada rakaat kedua (tidak tasyahud awal)
dan belum sempurna berdirinya, maka hendaklah ia duduk kembali. Akan
tetapi, bila sudah sempurna berdirinya, janganlah duduk kembali. Dan sujud
sahwilah dua kali (sebelum salam). (HR Ibnu Majah)

4) Jika ragu dalam bilangan rakaat salat. Berdasar pada sabda Nabi Saw.

‫َؾ ْحدُ ا َّمر ْ ََح ِن ْج ُن َؾ ْو ٍف فَلَا َل ِف َْي َبهْ ُخ َمػا فَلَػا َل ُ َُع ُػر َلػبَمْ ُت ُ ََػذا امْلُػ َم َم‬
‫ْصا ِت َِ ا َذا َش َّم ا َّمر ُخ ُل‬ َ ْ ‫ َب ْو َب َح ٍد ِم ْن َب‬ ِ ِ‫ُ َْل َ ِْس ْـ َت ِم ْن َُ ُلول‬
ّ َِ
 ِ ‫ػت َُ ُلػػو َل‬ ُ ‫ِِف َصػ َم ِث َِ َمػػا َذا ً َ ْصػيَ ُؽ فَلَػػا َل َؾ ْحػدُ امػ َّػر ْ ََح ِن ْس ْـػ‬
‫ػن‬ِ ْ َ ‫ ا َذا َش َّم َب َحدُ ُ ْْ ِِف َص َم ِث َِ فَ َ َْل ً َ ْد ُِ َب َوا ِحدَ ًت َص َّػَخ َب ْم ِز ْيد‬ ‫ول‬ ُ ‫ً َ ُل‬
ّ
‫ػن َوا َذا‬ ِ ْ َ ‫فَلْ ََ ْج َـلَِْا َوا ِحدَ ًت َوا َذا م َ ْم ً َ ْد ُِ ِز ْيد َ ْ ِن َص ََّخ َب ْم زَ َم ً فَلْ ََ ْج َـلَِْا ِز ْيد‬
‫م َ ْم ً َ ْد ُِ َب زَ َم ً َص ّ ََّخ َب ْم َب ْ تَُـػ ًا فَلْ ََ ْج َـلَِْػا زَػ َم ً ُ َّق ٌ َْسػ ُج ْد ا َذا فَ َػر َغ ِم ّ ْػن‬
ّ
 ‫ْسدَ ث ْ َِن‬ ْ َ ‫َص َم ِث َِ َوُ َُو َخا ِم ٌ كَ ْد َل َب ْن ٌ َُس ِ ّ ََل‬
Abdulrrahman Ibnu Auf berkata: Bagaimana sikap kalian berdua? Maka
berkatalah Umar, Saya dengar Rasulullah bersabda, Jika seseorang di antaramu
ragu dalam salatnya sehingga ia tidak tahu apakah baru satu rakaat atau sudah
dua rakaat, maka tetapkanlah satu rakaat. Jika ia tidak tahu apakah dua atau
sudah tiga rakaat, maka tetapkanlah dua rakaat saja dan jika tidak tahu apakah
Salat 67

sudah tiga atau empat tetapkanlah tiga rakaat saja. Lalu hendaklah ia sujud dua
kali sebelum membaca salam. (HR Ahmad)

Salat Berjama’ah
Salat berjama‟ah adalah Salat yang dilaksanakan lebih dari satu orang
secara bersama-sama dengan seorang imam. Berjama‟ah paling sedikit dua orang.
Kewajiban makmum mengikuti sepenuhnya gerak-gerik imam, tidak boleh
mendahuluinya.
1. Keutamaan Salat Berjama‟ah
Hukum salat berjama‟ah adalah sunat muakkad. Banyak hadis yang
menguraikan keutamaannya, di antaranya:

‫ َصػ َم ُت اجل َ َماؿَػ ِة‬ ‫ كَػػا َلق‬ ِ ‫َؾ ْػن َؾ ْحػ ِد ِ ْجػ ِػن ُ َُع َػرق َب َّن َُ ُلػػو َل‬
‫َش ٍَن ة ََُ َخ ًة‬
ِ ْ ‫ثَ ْفضُ ُل َص َم َت ام َف ِّذ ث َِس ْحؽ ٍ َو ِؾ‬
Dari Abdillah Ibnu Umar, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Salat
berjama„ah itu lebih utama daripada salat sendirian sebanyak dua puluh tujuh
derajat. (HR Al-Bukhari-Muslim)
Dalam hadis lain dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

ٍِ ‫ َو َّ ِاَّلي ه َ ْف ِِسػ ِت ََػ ِد‬ ‫ كَػا َلق‬ ِ ‫ َب َّن َُ ُلو َل‬ ‫َؾ ْن َب ِ ُ َ ٍُْر َر َت‬
‫مَلَ ْد َ ََه ْم ُت َب ْن ب ٓ ُم َر ِ َِب َع ٍة فَ َِ ْحخَ َع ُة ُ َّق ب ٓ ُم َػر ِِب َّمصػ َم ِت فَ ُِػ َؤ َّذ َن ِبِ َػا ُ َّق‬
.‫ب ٓ ُم َر َُ ُخ ًم فَ َِ ُؤ َّم اميَّ َاٍ ُ َّق ُب َخا ِم َف ا َ ُِ َخالٍ فَبُ َح ّ ِر َ ؿَلَ ْ ِْي ْم تُ َُوَتَ ُ ْم‬
ّ
Demi Allah yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya. Aku bermaksud hendak
menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu bakar. Kemudian menyuruh
seseorang menyerukan azan salat, lalu menyuruh seseorang untuk menjadi
imam bagi orang banyak, maka akan aku datangi orang-orang yang tidak ikut
berjama„ah, lalu aku bakar rumah-rumah mereka. (Musnad Al-Syâfi'î)
2. Bacaan Salat Imam
Imam disunatkan menyesuaikan bacaan surat dengan kondisi
makmumnya. Rasulullah Saw. bersabda:
68 Universitas Islam Bandung

‫ا َذا َص ََّخ َب َحدُ ُ ْْ ِنليَّ ِػاٍ فَلْ َُ َخ ِّف ْػف‬ ‫ كَا َلق‬ ‫َؾ ْن َب ِ ُ َ ٍُْر َر َت َب َّن اميَّ ِ َِّب‬
ّ
‫فَػا َّن ِفػ ِْي ُم امضَّ ػ ِـ ََف َوا َّمسػ ِل َْي َوا ْم َكد َِػْي َوا َذا َصػ َّػَخ ِميَ ْف ِسػ َِ فَلْ َُ َعػ ِّػو ْل َمػػا‬
ّ ّ
 َ ‫َشا‬
Jika salah seorang di antaramu salat dengan orang banyak maka hendaklah
diringankan (bacaan)-nya, karena di antara mereka ada yang lemah, sakit atau
tua. Adapun jika ia sendirian, boleh dipanjangkan sehendak hatinya. (HR Al-
Bukhari dan Muslim)
3. Makmum Wajib Mengikuti Imam
Makmum wajib mengikuti gerakan imam dan haram mendahuluinya.
Beberapa hadis yang mengungkapkan kewajiban makmum mengikuti imam:

َِ ‫ اه َّ َما ُح ِـػ َل اِ َمػا ُم ِم َُ ْػؤ َ َّ تِػ‬ ‫ َبه َّ َُ كَا َلق‬ ‫َؾ ْن َب ِ ُ َ ٍُْر َر َت َؾ ِن اميَّ ِ ِ ِّب‬
ّ ّ
‫فَ َم َ َْتخَ ِل ُفوا ؿَلَ َْ َِ فَا َذا َن َّ َب فَ َك ِ ّ ُبوا فَا َذا َُ َنػ َؽ فَ ْػاُ َن ُـوا َوا َذا كَػا َلق َ ِْسػ َؽ‬
‫اْسػػدُ وا َوا َذا‬ َ َ ‫ُ ِم َمػ ْػن َ َِحػػدَ ٍُ فَّ ُلومُ ػواق َتَُّيَػػا َ َِل ا ّو َ ْمػػدُ َوا َذا‬
ُ ْ ّ َ‫ْسػػدَ ف‬
ّ ّ  ‫ون‬ َ ‫َص ََّخ َخا ِم ًسا فَ َصلهوا ُخلُ ًولا َب ْ ََج ُـ‬
Dari Abi Hurairah, dari Nabi Saw.: Imam itu diangkat agar diikuti, maka
janganlah sekali-kali kamu menyalahinya. Jika ia takbir, maka takbirlah kamu,
jika ia rukuk maka rukuklah kamu, dan bila ia mengucapkan: sami „allâhuliman
hamidah, katakanlah “Allâhumma lakal-hamdu“. Jika ia sujud, sujudlah pula
kamu, bahkan jika ia salat duduk, salatlah kamu dengan duduk pula semuanya.
(HR Al-Bukhari-Muslim)

َُ ‫ َب َما َ َْي ََش َّ ِاَّلي ٍَ ْرفَ ُؽ َُِب َل‬ ‫ق‬ ‫َؾ ْن َب ِ ُُ َ ْرٍ َر َت كَا َلق كَا َل ُم َح َّم ٌد‬
‫كَ ْد َل ْاِ َما ِم َب ْن ُ َُي ِّو َل ُ َُِب َل َُ َُِب ٍَ ِ ََح ٍاُ؟‬
ّ
Dari Abu Hurairah berkata, Nabi Saw. bersabada: Tidakkah kamu takut
seandainya mengangkat kepala terdahulu dari imam, bahwa Allah akan
Salat 69

mengubah kepalamu menjadi kepala keledai, dan Allah akan mengubah


rupamu seperti rupa keledai. (HR Muslim)
4. Mendapatkan Imam (Makmum Masbûq)
Barang siapa yang mendapatkan imam dalam suatu keadaan
hendahklah terus melakukan takbiratul ihram sambil berdiri, lalu mengikuti
keadaan apa saja yang dilakukan imam pada waktu itu. Rasulullah Saw.
bersabda:

‫ا َذا ِح ْئػ ُ ْػِت ا َ ا َّمص ػ َم ِت‬ ‫ق‬ ِ ‫ػول‬ ُ ‫َؾػ ْػن َب ِ ُُ َ ٍْرػ َػر َت كَػػا َلق كَػػا َل َُ ُلػ‬
ّ ّ
‫اْسػػدُ وا َو َِ ثَ ُـػػدهوَُا َش ػُْئًا َو َمػ ْػن َبة َُْكَ ا َّمر ْن َـ ػ َة فَلَػ ْػد‬
ُ ْ َ‫ْسػ ْػو ٌة ف‬ ُ ُ ‫َو َ َْنػ ُػن‬
‫َبة َُْكَ ا َّمص َم َت‬
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Jikalau kamu datang
untuk salat dan kami sedang sujud, maka sujudlah, tapi jangan dimasukan
hitungan. Tetapi barang siapa yang mendapatkan rukuk berarti ia mendapatkan
salat. (HR Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah, juga oleh Hakim)
5. Yang Lebih Berhak Menjadi Imam
Orang yang lebih berhak menjadi imam ialah orang yang terpandai
dalam membaca Al-Quran. Kalau kemampuan membaca Al-Qurannya sama,
maka yang terpandai dalam hadis, kalau kepandaian dalam hadis sama, maka
yang terdahulu hijrah, sedang kalau masih sama waktu hijrahnya, maka yang
tertua usianya. Rasulullah Saw. bersabda:

‫ًَػ ُػؤ هم امْلَػ ْػو َم‬ ‫ق‬ ِ ‫ػول‬ ُ ‫ػولق كَػػا َل مَيَػػا َُ ُلػ‬ ُ ‫َ ِْس ْـػ ُػت َب َِب َم ْس ػ ُـو ٍة ً َ ُلػ‬
‫َب ْك َر ُؤ ُ ُْه ِم ِكذَ ِاة ِ َو َب ْكدَ ُمِ ُْم ِك َرا َ ًت فَا ْن ََكه َْت ِك َرا ََتُ ُ ْم َل َػوا ً فَلْ ََػ ُؤ َّمِ ُْم‬
ّ
َِ ‫َب ْكدَ ُمِ ُْم ِِه َْػر ًت فَػا ْن ََكهُػوا ِِف امِِْ ْج َػرِت َل َػوا ً فَلْ ََػ ُؤ َّمِ ُْم َب ْن َ ُػب ُ ُْه ِلػيا َو‬
ّ
‫ثَػ ُؤ َّم َّن ا َّمر ُخػ َل ِِف َب ُْػ ِ ِػِل َو َِ ِِف ُلػلْ َعا ِه َِ َو َِ َ ُْت ِلػ ْ ؿَػ َػَخ حَ ْك ِر َم ِذػ َِ ِِف‬
‫ َو ِ ِْف م َ ْفػغٍ ق ًَِ َ ُػؤ َّم َّن ا َّمر ُخػ ُل ا َّمر ُخػ َل‬ َِ ‫تَُْ ِذػ َِ اَِّ َب ْن ًَػبِ َذ َن َ َِل َب ْو ِِب ْذ ِهػ‬
ّ ِ ِ َ ْ َ ِ ِّ َ ْ ِ
َ‫ِف ب ُْلـَ َوِ ُللعاه‬
70 Universitas Islam Bandung

Aku telah mendengar Abu Mas‟ud r.a., berkata: Rasulullah Saw., bersabda
kepada kami: Yang lebih berhak menjadi imam bagi suatu kaum ialah yang
terpandai dalam membaca Kitabullah; kalau dalam membaca ini mereka sama,
maka yang terpandai dalam hadis Nabi Saw., dan kalau dalam hal ini mereka
sama pula, maka yang terdahulu hijrah dan kalau dalam hijrah mereka masih
sama, maka yang tertua usianya Dan Janganlah seseorang itu menjadi imam
bagi orang lain di lingkungan kekuasaannya, dan jangan pula ia duduk di
hamparan rumah orang lain kecuali dengan idzinnya. “Menurut satu riwayat,
lafadz berbunyi sebagai berikut: “Janganlah seseorang menjadi imam bagi
orang lain di lingkungan keluarga atau kekuasaannya”. (HR Ahmad dan Muslim)

6. Tempat Berdiri Imam dan Makmum


Bila makmum sendirian, disunatkan berdiri di sebelah kanan imam,
sedang kalau dua orang atau lebih, disunatkan berdiri di belakangnya.
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ َذ َاث مَػ َْ َ ٍَل فَ ُل ْم ُػت َؾ ْػن‬ ‫ كَا َلق َصل َّ َْ ُت َم َؽ اميّ ِ ِ ِّب‬ ٍ‫َؾ ِن ا ْج ِن َؾ َّح ٍا‬
.َِ ‫ ِج َرِب ِِس ِم ْن َو َُ ِاِئ فَ َج َـلَ ِ ْي َؾ ْن ً َ ِم َْ ِي‬ ِ ‫ٌ ََس ِاٍُِ فَبَ َخ َذ َُ ُل ْو ُل‬
Ibn Abbas r.a. berkata, “Aku pernah salat bersama Nabi Saw. di suatu malam,
lalu aku berdiri sebelah kiri beliau, maka beliau memegang kepalaku dari
belakangku, dan menjadikan aku berada di sebelah kanan beliau. (HR Al-
Bukhari)

ٍُِ‫ ِم َُ َص ِ ّ ََخ فَجِ ْئ ُت فَ ُل ْم ُت ؿَ َػَخ ٌ ََس ِػا‬ ِ ‫َؾ ْن َُ ُخ ٍل كَا َلق كَا َم َُ ُل ْو ُل‬
‫فَبَ َخ َذ ِت ََ ِدى فَبَة ََاُ ِ ِْن َح َّػَّت َبكَػا َم ِن َؾ ْػن ً َ ِم َْ ِيػ َِ ُ َّق َخػا َ َخػا ِج ُر ْج ُػن َ ْ ػ ٍر‬
‫ فَبَخ ََذ ِتبًَْ ِدًْيَا َ َِج َْ ًـػا فَػدَ فَ ْـيَا َح َّػَّت َبكَا َمٌَػا‬ ِ ِ‫فَلَا َم َؾ ْن ٌ ََس ِاُ َُ ُل ْول‬
َُ ‫َخلْ َف‬
Seorang laki-laki berkata: Rasulullah Saw. berdiri untuk salat, maka saya datang
lalu berdiri di sebelah kirinya. Beliau menarik tanganku dan dibawanya berputar
hingga saya berada di sebelah kanannya. Kemudian datang Jabir Ibnu Shakhar
Salat 71

dan berdiri di sebelah kiri Rasulullah Saw. maka tangan kamipun ditarik oleh
beliau, hingga kami berdiri tepat di belakangnya. (HR Muslim)

‫ َص َّػَخ تِػ َِ َوِتبُ ِ ّمػ َِ َب ْو َخام َ ِخػ َِ كَػا َل‬ ِ ‫اِل َب َّن َُ ُل ْػو َل‬ ٍ ِ ‫َؾ ْن َبو َ ِ ْج ِن َم‬
‫فَبَكَا َم ِ ْي َؾ ْن ً َ ِم َْ ِي َِ َو َبكَا َم امْ َم ْرَب َت َخلْ َفٌَا‬
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw. malakukan salat dengan diri dan
ibunya (bibiknya), lalu beliau menempatkan aku di sebelah kanan beliau, dan
menempatkan perempuan di belakang kami. (HR Muslim)

‫ ق خ ْ َُْي ُص ُف ْو ِف ا ّ ِمر َخالِ َب َّومَُِا‬ ‫ كَ َال َُ ُل ْو ُل‬ ‫َؾ ْن َب ِ ُ َ ُْرٍ َر َت‬


‫َشَُا َب َّومَُِا‬
‫َشَُا ب ٓ ِخ ُرَُا َوخ ْ َُْي ُص ُف ْو ِف ام ًِ ّ َسا ِ ب ٓ ِخ ُرَُا َو َ ه‬
‫َو َ ه‬
Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah Saw. bersabda: “Sebaik-baik shaf kaum laki-laki
adalah yang paling awal dan seburuk-buruknya adalah yang paling akhir.
Sebaik-baik shaf kaum perempuan adalah yang paling akhir, sedangkan yang
paling buruk adalah yang pertama. (HR Muslim)

Salat Jumat
Salat Jumat adalah salat dua rakaat yang dikerjakan pada di hari Jumat
secara berjamaah dan dilaksanakan pada waktu Zhuhur dan setelah dua khutbah
dari khatib.
Dasar Hukum Salat Jumat adalah firman Allah Swt. dalam QS Al-Jumu‟ah
(62): 9;

           

          
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu telah diseru untuk salat pada hari
Jumat maka bergegaslah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah segala macam
transaksi, hal itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Salat Jumat wajib dilakukan oleh setiap Muslim mukallaf, kecuali hamba
sahaya, wanita, anak kecil atau orang yang sedang sakit.
72 Universitas Islam Bandung

Rasulullah bersabda:

ِّ ُ ‫ كَ َالق امْ ُج ُم َـ ُة َح ٌّق َو ِاح ٌة ؿَ ََخ‬ ‫َؾ ْن َظ ِاُ ِ ْج ِن ِشِ ٍَاة َؾ ِن اميَّ ِ ِ ِّب‬
‫ك‬
ٌ ً‫ُم ْس ِ ٍَل ِِف َ ََجاؿَ ٍة اَِّ َب ْ تُ َ َـ ًةق َؾ ْح ٌد َم ْملُوكٌ َب ِو ا ْم َرَب ٌت َب ْو َص ِ ٌِّب َب ْو َم ِر‬
Dari Thariq Ibnu Syihab, dari Nabi Saw. bersabda: (Salat) Jumat itu wajib atas setiap ّ
muslim dengan secara berjama‟ah, kecuali empat golongan, yaitu, hamba sahaya,
wanita, anak-anak dan orang sakit. (HR Abu Daud)
Adapun yang termasuk rukun dua khutbah sebagai berkut:
 Membaca hamdallah
 Membaca shalawat
 Membaca syahadat
 Membaca ayat-ayat suci Al-Quran
 Memberi nasehat takwa
 Berdoa
Tata tertib khutbah dalam perspektif mazdhab fiqh.

Maz. Maliki Maz. Syafi’i Maz. Hanbali Maz. Hanafi


Rukun Khutbah Rukun khutbah ada 5: Rukun khutbah ada 4: Rukun khutbah
hanya 1 (satu), yang 1. Baca Hamdalah; 1. Hamdalah; hanya 1 (satu):
isinya adalah 2. Shalawat kepada 2. Shalawat kepada Pemberian
peringatan atau Nabi Saw.; Rasul, peringatan kepada
3. Wasiat takwa; 3. Membaca satu
pemberian khabar jama‟ah secara
4. Membaca Al-Quran; ayat/lebih dari Al-
gembira 5. Doa untuk Quran; mutlak. Intinya di
Mukminin/Mukminat 4. Wasiat Takwa permulaan adalah
tahmid.

(Al-Jaziri, I, 1987: 330-345).


Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan salat Jumat:
1) Dianjurkan mandi, memakai wangi wangian, mengosok gigi dan berpakaian
yang indah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

‫ك ُم ْس ِ ٍػَل‬ ِّ ُ ‫ «ؿَ َػَخ‬-- ِ ‫ػول‬ ُ ‫َؾ ْن َب ِب َل ِـَ ٍد امْخ ُْد ُِ ِّى كَا َل كَػا َل َُ ُل‬
ٌ ‫امْ ُل ْس ُل ً َ ْو َم امْ ُج ُم َـ ِة َوًَلْػخَ ُ ِم ْػن َصػا ِم ِح ِز ََاتِػ َِ َوا ْن ََك َن َ َُل ِظ‬
َّ ‫َػة َمػ‬
ّ »َُ ٌْ‫ِم‬
Salat 73

Dari Sa‟id Al-Khudri berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Setiap muslim


dianjurkan mandi pada hari Jumat dan memakai pakaian yang pantas (indah)
dan jika memiliki wangi-wangian hendaklah memakainya. (HR Ahmad)
2) Ketika masuk masjid tidak menempati barisan (shaf) kosong belakang selama
shaf di depan masih terdapat yang masih kosong seahingga tidak terjadi sibak-
menyibak bahu dan/atau melangkahi bahu orang lain. Hal ini dilarang oleh Nabi
Saw.

َ ‫ كَػػا َل « ا َّن َّ ِاَّلى ً َ َخخ ََّعػػى ُِكَػ‬-- ‫ػِب‬


‫ػاة اميَّػ ِػاٍ ًَػ ْػو َم امْ ُج ُم َـ ػ ِة‬ َّ ِ ‫َب َّن اميَّػ‬
ّ
.»ُ‫َوًُ َف ّ ِر ُ ت َ ْ َن ا ِِزْيَ ْ ِن ت َ ْـدَ خ ُُرو ِح اِ َما ِم ََكمْ َج ِّاُ كُ ْص َح َُ ِِف اميَّ ِا‬
ّ
Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya orang yang melangkahi pundak orang lain
pada waktu Jumat dan menyibak antara dua orang setelah imam keluar (naik
mimbar), seolah-olah dia menarik ususnya di neraka. (HR Ahmad)
3) Meluruskan shaf, mengisi tempat di depan dan merapatkan shaf yang masih
kosong agar setan tidak dapat masuk menggoda di antara Jama‟ah. Sesuai
dengan sabda Rasul Saw. dari Anas Ibnu Malik:

‫ُُ هصوا ُص ُفوفَ ُ ُْك َوكَ ِتاُُوا ت َ ُِْنَ َا َو َحا ُذوا ِِب َأل ْؾيَا ِ فَ َو َّ ِاَّلى ه َ ْف ِِس ِت ََ ِد ٍِ ا ِ ِّن‬
ّ
.‫َ َأل َُى ا َّمش َْ َع َان ً َ ْدخ ُُل ِم ْن َخلَ ِل ا َّمص ِّف َ ََكَّنَّ َا امْ َح َذ ُف‬
Rapatkanlah shaf-shaf kalian dan berdekatanlah dengan orang lain (di samping
kalin). Ratakanlah pundak-pundak kalian. Demi diriku yang ada dalam
genggaman-Nya, sesungguhnya aku melihat setan-setan masuk dari sela-sela
shaf seolah-olah mereka itu anak kambing kecil yang hitam. (HR Abu Daud)
4) Melakukan salat tahiyatul masjid. Bagi yang datang terlambat diperbolehkan
melakukan salat ini walaupun khatib sedang khutbah. Sesuai hadis riwayat Al-
Bukhari berikut dari Jabir:

.َِ ‫ َ َْي ُع ُة فَ َلالقَ َب َصلَّ َْ َت؟ كَا َلق‬ ‫َة َخ َل َُ ُخ ٌل ً َ ْو َم امْ ُج ُم َـ ِة َواميَّ ِ هِب‬
!‫كَا َلق فَ َص ِ ّل َُ ْن َـخَ ْ ِن‬
Jabir berkata: Seorang laki-laki masuk pada waktu Jumat ketika Nabi Saw.
sedang berkhutbah. Maka beliau bersabda, “Apakah engkau sudah salat?” Ia
menjawab, “Belum”. Rasul Saw. bersabda, “Hendaklah engkau salat dua
rakaat.
74 Universitas Islam Bandung

5) Salat Intizhâr dua rakaat-dua rakaat. Salat ini dilakukan berulang kali sebelum
khatib naik mimbar, mulai berkhutbah.

‫ كَا َل « َم ِن ا ْكد َ َسػ َل ُ َّق َب َى امْ ُج ُم َـػ َة فَ َص َّػَخ‬ ‫َؾ ْن َب ِب ُ َ ٍُْر َر َت َؾ ِن اميَّ ِ ِ ِّب‬
َ ّ ِ ‫َما كُ ِّد َُ َ َُل ُ َّق َبه َْص َت َح ََّّت ً َ ْف ُر َغ ِم ْن خ ُْع َح ِخػ َِ ُ َّق ًُ َص‬
‫ػَخ َم َـػ َُ قُ ِف َػر َ َُل َمػا‬
.» ‫ت َ ٌَُْ َُ َوت َ ْ َن امْ ُج ُم َـ ِة ا ُألخ َْرى َوفَضْ َل زَ َمزَ ِة َب ََّي ٍم‬
Dari Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah Saw.: Barang siapa mandi
Jumat kemudian menghadiri ibadah Jumat, lalu salat semampunya, kemudian
diam sehingga imam selesai dari khutbahnya, lalu ia salat (berjam‟ah)
bersamanya, maka akan diampuni dosanya antara Jumat itu dan Jumat lain
ditambah lagi tiga hari. (HR Muslim)

Salat Jamak dan Salat Qashar


1. Salat Jamak
Salat jamak yaitu mengumpulkan atau melaksanakan dua waktu salat
dalam satu waktu. Salat yang bisa dijamak yaitu salat Zhuhur dengan Ashar dan
Salat Maghrib dengan Isya‟.
 Bila salat Zhuhur dengan Ashar dilaksanakan pada waktu Dzuhur, atau
salat Maghrib dengan Isya‟ dilaksanakan pada waktu Maghrib, dinamakan
“Jamak Takdim”.
 Bila salat Dzuhur dengan Ashar dilaksanakan pada waktu Ashar atau salat
Maghrib dengan Isya‟ dilaksanakan pada waktu salat Isya‟ dinamakan
“Jamak Ta‟khir‟.
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ ا َذا ْاُ َ َػ َل كَ ْدػ َل َب ْن‬ ‫ػِب‬ ‫ه‬ ِ َّ‫ كَػا َلق « ََك َن امي‬ ‫ػاِل‬ ٍ ِ ‫َؾ ْػن َبوَػ ِ ْج ِػن َم‬
ّ
‫ُص ػ ُ َّق َ ِْ َم ػ ُؽ تَُِْنَ ُ َمػػا َوا َذا‬
ِ ْ ‫ػت ام َـ‬ ِ ‫حَ ِزً ػ َف ا َّمش ػ ْم ُ َب َّخػ َػر ا همؼِْػ َػر ا َ َو ْكػ‬
ّ ّ
»‫َزاقَ ْت َص ََّخ ا همؼِ َْر ُ َّق َُ ِن َة‬
Dari Anas Ibnu Malik r.a. bahwa Rasulullah Saw. apabila bepergian sebelum
matahari tergelincir, beliau mengakhirkan salat Zhuhur ke waktu Ashar, lalu (di
waktu Ashar) beliau mengerjakan kedua salat itu. Maka apabila beliau
Salat 75

bepergian setelah matahari tergelincir, beliau salat Zhuhur terlebih dahulu lalu
menaiki kendaraan. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Seseorang boleh menjamak salat apabila dalam keadaan:
1) Karena sedang berada di ‟Arafah dan Muzdalifah.
2) Karena sedang dalam safar (perjalanan).
3) Karena sedang sakit/udzur.
4) Karena ada keperluan yang sangat mendesak dan hajat. (Sayyid Sabiq, I,
1987: 253-255)
2. Salat Qashar
Salat Qashar yaitu salat yang diringkas rakaatnya dari empat rakaat
menjadi dua rakaat. Salat yang boleh diringkas adalah salat Zhuhur, salat Ashar
dan salat Isya‟.
Seseorang boleh mengqoshor salat apabila sedang dalam perjalanan
saja, sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Nisâ (4): 101.

….           
Dan apabila kamu bersafar, maka tidak ada dosa atas kamu mengqashar
salat ....
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ ؿَ َػَخ‬ ‫اَّلل فَ َر َض ا َّمص َم َت ؿَ َػَخ ِم َس ِػان ه َ ِخػِّ ُ ُِْك‬ َ َّ ‫َؾ ِن ا ْج ِن َؾ َّح ٍاٍ كَا َل ا َّن‬
ً.‫امْ ُم َسا ِف ِر َُ ْن َـخَ ْ ِن َوؿَ َ َّخ امْ ُم ِل ِْي َب ْ تُ َ ًـا َو ِِف امْخ َْو ِف َُ ْن َـة‬
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Sesungguhnya Allah mewajibkan salat melalui
Nabi-Nya bagi orang yang dalam bepergian (musafir) dua rakaat dan bagi yang
mukim (tidak bepergian) empat rakaat dan dalam keadaan takut satu rakaat.
(HR Muslim)
Hadis riwayat Ahmad, Al-Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah –
para rawinya dapat dipercaya – bersumber dari Aisyah yang menerangkan
bahwa salat lima waktu itu pertama kali diwajibkan dua rakaat-dua rakaat di
Mekah. Setelah Rasul hijrah ke Madinah, masing-masing ditambah dua rakaat,
kecuali salat Maghrib (tiga rakaat sebagai witirnya siang hari) dan salat Subuh.
Apabila berpergian, Rasulullah salat seperti periode Mekah (salat yang empat
rakaat di-qashar menjadi dua rakaat) (Sayyid Sabiq, I, 1987: 248).
76 Universitas Islam Bandung

Salat Dalam Keadaan Sedang Sakit & Dalam Kendaraan


1. Salat dalam keadaan sedang sakit
Diberitakan oleh Imran Ibnu Hushain:

‫ َؾ ِن ا َّمص َم ِت فَلَا َلق « َصػ ِ ّل كَائِ ًمػا‬ ‫ََكه َْت ِ ت َ َو ِال ُْي فَ َسبَمْ ُت اميَّ ِ َِّب‬
‫فَا ْن م َ ْم ج َ ْس َخ ِع ْؽ فَلَا ِؿدًا فَا ْن م َ ْم ج َ ْس َخ ِع ْؽ فَ َـ ََخ َح ٌْ ٍة‬
Aku ditimpa penyakit wasir, maka aku bertanya kepada Nabi tentang cara
ّ ّ
salatku. Maka Rasulullah bersabda “Salatlah sambil berdiri, jika engkau tidak
sanggup berdiri maka sambil duduk, jika tak sanggup, maka sambil berbaring
dengan posisi miring. (HR Al-Bukhari)
Dalam riwayat lain dari Jabir r.a. mengatakan:

‫ ؿَا َة َم ِرًضً ا فَ َرب ٓ ٍُ ًُ َص ِ ّّل ؿَ ََخ ِو َلا َة ٍت فَبَخ ََذَُا فَ َر َمى‬ ‫اَّلل‬ ِ َّ ‫َب َّن َُ ُلو َل‬
‫ِبِ َا فَبَخ ََذ ُؾوةًا ِم َُ َص ِ ّ َّل ؿَلَ َْ َِ فَبَخ ََذ ٍُ فَ َر َمى ِت َِ فَ َل َالق « َص ِ ّل ؿَ ََخ ْا َأل ُْ ِض‬
»‫ْسوةَكَ َب ْخ َف َ ِم ْن ُُ ُنو ِؿ َم‬ ُ ُ ‫ا ِن ْال َخ َع ْـ َت َواَِّ فَبَ ْو ِم اميَا ً َو ْاح َـ ْل‬
Nabi Saw. mengunjungi seseorang yang sedang sakit, lalu Nabi
ّ ّ melihatnya salatّ
di atas bantal, maka Nabi pun menarik bantal itu seraya berkata: “Salatlah
engkau di atas lantai jika engkau sanggup, jika engkau tidak sanggup maka
kerjakanlah dengan isyarat dan jadikanlah sujudmu itu lebih rendah dari
rukukmu. (HR Al-Baihaqi)
Dalam riwayat lainnya Aisyah r.a. menyebutkan:

‫ ًُ َص ِ ّّل ُم َ َ ِتَت ّ ًـا‬ ‫ََُبًْ ُت اميَّ ِ َِّب‬


Aku lihat Nabi Saw. melakukan salat sambil duduk bersila. (HR Al-Nasai)
Memperhatikan keterangan-keterangan dari hadis di atas berarti salat
bagi orang yang sedang sakit boleh dilakukan sesuai dengan kemampuannya.
Jika mampu berdiri lakukan dengan berdiri jika tidak mampu boleh dilakukan
dengan cara duduk, berbaring bahkan dengan isyarat sekalipun.
Salat 77

2. Salat dalam Kendaraan


Bagi seseorang yang sedang dalam perjalanan dengan kendaraan
(umum) dibolehkan untuk melakukan salat dalam kendaraan selama dalam
perjalanannya baik secara jamak dan/atau qashar bagi salat-salat yang bisa
dijamak dan di-qashar, namun bagi salat-salat yang tidak boleh dijamak dan di-
qashar dilaksanakan sesuai dengan jumlah rakaatnya dan pada waktunya,
seperti salat Shubuh yang tidak boleh dijamak dan di-qashar, atau salat Maghrib
yang tidak boleh di-qashar (namun boleh dijamak).
Di bawah ini riwayat yang menerangkan bagaimana Nabi Saw. salat
dalam safar (dalam kendaraan)

َِ ‫ ًُ َص ِ ّّل ِِف ا َّمسػ َف ِر ؿَ َػَخ َُا ِحلَ ِخػ‬ ‫ كَا َلق ََك َن اميَّ ِ هِب‬‫َؾ ِن ا ْج ِن ُ َُع َر‬
َِ ‫َح ِْ ُر ث ََو َّ ََّج ْت ِت‬
Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi Saw. salat dalam safar di atas kendaraannya,
menghadap ke arah sesuai dengan arah kendaraannya itu. (HR Al-Bukhari)

Salat-salat Sunat
1. Sunat Sebelum dan Sesudah Salat Fardhu (Rawatib)
Salat sunat muakkad (rawatib) adalah salat sunat yang sangat
dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Jumlah salat rawatib diterangkan oleh hadis
dari Ibnu Umar berjumlah sepuluh kali, yakni dua rakaat sebelum Dzuhur, dua
rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah „Isya,
dan dua rakaat sebelum Shubuh. Rasulullah Saw. bersabda:

‫ػن كَ ْد ػ َل ا همؼِْ ػ ِر َو‬ ِ ْ ‫ػاث ق َُ ْن َـخَػ‬ٍ ‫ََش ػ َُ َن َـػ‬َ ْ ‫ ؾ‬. ‫ػِب‬ ّ ِ ِ ‫َح ِف ْؼػ ُػت ِمػ َػن اميَّػ‬
ِ ْ َ‫َُ ْن َـخَ ْ ِن ت َ ْـدَ َُا َو َُ ْن َـخَ ْ ِن ت َ ْـدَ امْ َم ْل ِر ْة ِ ِْف تَُْ ِذػ َِ َو َُ ْن َـخ‬
‫ػن ت َ ْـدَ ام ِـ َشػا ِ ِِف‬
‫تَُْ ِذ َِ َو َُ ْن َـخَ ْ ِن كَ ْد َل َص َم ِت ا همص ْح ِح‬
Saya ingat dari perbuatan Nabi Saw. ada 10 rakaat sunat rawatib yakni dua
rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib
dilakukan di rumah, dua rakaat sesudah Isya` dilakukan di rumah, dan dua
rakaat sebelum salat Shubuh. (HR Al-Bukhari dan Ahmad)
78 Universitas Islam Bandung

Hadis riwayat Ahmad dan Muslim dari sumber Abdullah Ibnu Syaqiq
yang bertanya kepada Aisyah tentang salat sunat yang dilakukan Rasul). Dia
menjawab:
‫ََك َن ًُ َص ِ ّّل كَ ْد َل ه‬
‫امؼِْ ِر َب ُْت َ ًـا َوازْيَد َ ْ ِن ت َ ْـدَ َُا‬
Dia (Rasul) salat empat rakaat sebelum salat zhuhur dan salat dua rakaat
setelahnya.
Al-Tirmidzi dan Muslim meriwayatkan hadis dari sumber Ummu
Habibah Binti Abu Sufyan yang menerangkan bahwa Rasul bersabda:

َ ْ ‫َم ْن َص ََّخ ِِف ً َ ْو ٍم َوم َ َْ َ ٍَل ِزًْ َ َْت ؾ‬


‫ََش َت َُ ْن َـ ًة تُ ِ َي َ َُل ت َ ُْ ٌت ِِف اجلَيَّ ِةق‬
‫امؼِْ ِر َو َُ ْن َـخَ ْ ِن ت َ ْـدَ َُا َو َُ ْن َـخَ ْ ِن ت َ ْـدَ اغ َ ْل ِر ِة‬ ‫َب ُْت َ ًـا كَ ْد َل ه‬
‫َو َُ ْن َـ َخ ْ ِن ت َ ْـدَ ام ِـ َشا ِ َو َُ ْن َـ َخ ْ ِن كَ ْد َل َص َم ِت امْ هص ْح ِح‬
Barang siapa melakukan salat sunat sebanyak dua belas rakaat dalam satu hari
satu malam, baginya akan disediakan rumah dalam surga, yakni empat rakaat
sebelum salat zhuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah salat
Maghrib, dua rakaat setelah salat Isya`, dan dua rakaat sebelum salat subuh.

2. Salat Sunat Malam (Ghairu Muakkad)


Allah Swt. sangat memberikan keutamaan bagi orang yang
mengerjakan salat malam. Allah Swt. berfirman:

           
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ke tempat yang Terpujii. (QS Al-Isra‟ [17]: 79)
Salat malam itu dikerjakan setelah tidur, di permulaan dipertengahan
atau dipenghabisan malam, asalkan sesudah menunaikan salat Isya‟. Jumlah
rakaatnya boleh berapa saja, paling banyak 11 rakaat. Jama‟ah meriwayatkan
dari Aisyah r.a.:
Salat 79

َ ْ ‫ َما ََك َن ٍَ ِزًْدُ ِ ِْف َُ َمضَ َان َو َِ ِِف كَ ْ ِْيٍِ ؿَ َػَخ ِا ْحػدَى ؾ‬. ‫َب َّن اميَّ ِ َِّب‬
‫ََشػ َت‬
)‫ (ُواٍ امجلاؾـة‬. ‫َُ ْن َـ ًة‬
Bahwa Nabi Saw. tidak pernah menambah salat sunatnya pada waktu malam,
baik dalam Ramadhan maupun lainnya, lebih dari sebelas rakaat.
3. Salat Dhuha
Salat Dhuha adalah ibadah yang disunatkan, dikerjakan pada waktu
pagi hari kira-kira matahari sudah naik sepenggalah dan berakhir diwaktu
matahari lingsir, tetapi disunatkan mengundurkannya sampai matahari agak
tinggi dan panas agak terik.
Bilangan rakaatnya dua rakaat atau lebih sampai delapan rakaat.
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ك ُل َػم َمى ِم ْػن‬ ِّ ُ ‫ َبه َّ َُ كَػا َلق «ًُ ْصػح ُِح ؿَ َػَخ‬ ‫َؾ ْن َب ِ َذ ٍُّ َؾ ِن اميَّ ِ ِ ِّب‬
‫ك َ ْ ِمَدَ ٍت َصػدَ كَ ٌة َو ُ ه‬
ٍ َ ‫ك َتَ ْ ِلػ‬
‫ََل‬ ‫ك ج َ ْس ِخِ َح ٍة َصدَ كَ ٌة َو ُ ه‬ ‫َب َح ِد ُ ْْ َصدَ كَ ٌة فَ ُ ه‬
‫وف َصػػدَ كَ ٌة َوَّنَ ْ ػ ٌيي َؾػ ِػن‬ِ ‫ك حَ ْك ِدػ َػْيٍت َصػػدَ كَ ٌة َو َب ْمػ ٌػر ِِبمْ َم ْـػ ُػر‬
‫َصػػدَ كَ ٌة َو ُ ه‬
»‫امْ ُم ْي َك ِر َصدَ كَ ٌة َو ُ ِْ ِز ُئ ِم ْن َذ ِ َِل َُ ْن َـ َخ ِان ٍَ ْر َن ُـُِ َما ِم َن امضه َحى‬
Abu Darr berkata: “Rasulullah Saw. bersabda: “Hendaklah masing-masingmu
setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka setiap kali
bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah. Setiap tahlil
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah
sedekah, melarang keburukan adalah sedekah, dan sebagai ganti dari semua
itu. Cukuplah mengerjakan dua rakaat salat Dhuha”. (HR Ahmad, Muslim dan
Abu Daud)
4. Salat Istikharah
Apabila seseorang menghadapi suatu pilihan, sedang ia sendiri masih
ragu-ragu mana yang dipilihnya, maka disunatkan mengerjakan dua rakaat
salat sunat (istikharah). Waktu mengerjakan salat istikharah boleh disiang hari
maupun malam hari. Selesai mengerjakan salat hendaknya membaca tahmid
serta shalawat kepada Nabi Saw. setelah itu membacakan doa sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Jabir Ibnu Abdullah r.a.:
80 Universitas Islam Bandung

‫ػػوُ ُ ُِكَِّػػػا َ َمَك ًُ َـ ِل ّ ُميَػػػا‬ ِ ‫ ًُ َـ ِل ّ ُميَػػػا ْا ِِل ْػػػ ِخخ ََاُ َت ِِف ا ُأل ُمػ‬ ‫اَّلل‬ِ َّ ‫ػػول‬ ُ ‫ََك َن َُ ُلػ‬
‫ػن ِم ْػن‬ ِ ْ َ‫ػولق ا َذا َ َُّه َب َحػدُ ُ ْْ ِِب َأل ْمػ ِر فَلْ َ ْْي َنػ ْؽ َُ ْن َـخ‬ُ ‫ا همس َوُ َت ِم َػن ام ُل ْػرب ٓ ِن ً َ ُل‬
ِ ْ َ َ ِ ْ ِ ِ َ ّ َّ ّ ْ ُِ ُ ِ َ َْ
َ‫ػػْي امف ِرًضَ ػػػة َّق م ََلػػػلق انلُِػػػ َّم ا ِِن ب ْ خَخ ُْيكَ ِتـلمػػػم َوب ْ خَلد ُُك‬
‫ػػ‬
‫ػ‬ ‫ل‬ ‫ػػ‬‫ػ‬ ‫ل‬ ِ ‫كػ‬
ّ َ ِ ْ‫ِت ُل ْد َ ِثُ َم َو َب ْلبَ ُ َِل ِم ْػن فَض‬
‫ػِل ام َـ ِؼ ِػْي فَاه َّ َػم ثَ ْلػ ِد ُُ َو َِ َب ْكػ ِد ُُ َوثَ ْـ َ ُػَل‬
‫وة انلَُِّ َّم ا ْن ُن ْي ّ َت ثَ ْـ َ َُل َب َّن ُ ََػذا ا َأل ْم َػر خ ْ ٌَػْي‬ ِ َُ ‫َو َِ َب ْؿ َ َُل َو َبه َْت ؿَ َّم ُم ام ُل‬
ّ
- ‫ َب ْو كَػػا َل ؿَ ِاخػ ِػل َب ْمػ ِري َوب ٓ ِخػ ِ ِػِل‬- ‫ِِل ِِف ِةًػ ِػي َو َم َـػ ِػاَش َوؿَا ِك َدػ ِة َب ْمػ ِري‬
‫ػت ثَ ْـ َ ُػَل َب َّن ُ ََػذا ا َأل ْم َػر‬ َ ‫ََّس ٍُ ِِل ُ َّق َِب ُِكْ ِِل ِفِ َِ َوا ْن ُن ْي‬ ْ ّ ِ ٌ‫فَا ْكدُ ُْ ٍُ ِِل َو‬
‫ َب ْو كَػػا َل ِِف ؿَ ِاخػ ِػل َب ْم ػ ِري‬- ‫َش ِِل ِِف ِةًػ ِػي َو َم َـػ ِػاَش َوؿَا ِك َد ػ ِة َب ْم ػ ِر ّي‬ ٌّ َ
‫ػر ََك َن ُ َّق‬ ُ ِْ ‫اْصفْ ِي َؾ ْيػ َُ َوا ْكػدُ ُْ ِِل اَ َ ْ َػْي َح‬ ِ ْ ‫اْصفْ َُ َؾ ِ ّي َو‬ ِ ْ َ‫ ف‬- ‫َوب ٓ ِخ ِ ِِل‬
»َُ َ‫َب ُْ ِض ِي كَا َلق « َوٌ َُس ِّمي َحا َحذ‬
Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kami cara salat istikharah dalam segala
hal seperti juga beliau mengajarkan surat Al-Quran. Beliau bersabda: “Jika salah
seorang diantaramu hendak melakukan sesuatu, maka hendaklah salat dua
raka „at yang bukan wajib dan setelah selesai, hendaklah mengucapkan Ya Allah
saya mohonkan pilihan menurut pengetahuan-Mu, juga saya memohon
karunia-Mu yang besar, sebab sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa dan
saya tidak berkusa Engkaulah yang Maha Tahu dan saya tidak mengetahui apa-
apa. Engkau Maha Mengetahui segala yang ghaib, Ya Allah, jika Engkau
mengetahui bahwa urusanku ini, baik untukku dan agamaku, kehidupanku
serta akibat urusanku, atau sabdanya dalam waktu dekat atau masa
belakangan, maka takdirkanlah untukku dan mudahkanlah serta berikanlah
berkah kepadaku didalamnya.
Sebaliknya jika Engkau mengetahui urusanku ini, jelek untukku, dalam
agamaku, kehidupanku serta akibat urusanku, atau sabdanya dalam waktu
dekat atau belakangan, maka jauhkanlah hal itu daripadaku dan jauhkanlah aku
dari padanya serta takdirkanlah untukku yang baik-baik saja dimana saja
Salat 81

adanya kemudian puaskanlah hatiku dengan takdir-Mu”. Kemudian ungkapkan


yang menjadi hajat (keinginan). (HR Al-Bukhari)
5. Salat ‘Idain (dua hari Raya)
Salat hari raya ada dua, yaitu „Iedul Fitri dan „Iedul Adha. Waktu salat
„Ied dimulai dari terbit matahari sampai tenggelamnya. Kedua salat hari raya
tersebut, hukumnya sunat mu‟akkad bagi laki-laki dan perempuan.

‫ َب ْن ُ ُْنػ ِر َ َُّج َّن ِِف امْ ِف ْعػ ِر‬ ِ ‫ػول‬ ُ ‫َُ ُل‬ َ‫َؾ ْن ُب ِّم َؾ ِع ََّػ َة كَام َ ْػتق َب َم َػرَن‬
ْ‫َو َذ َو ِاث امْ ُخدُ ِوُ فَبَ َّما امْ ُحػ ََّ ُ فَ َِ ْـ َ ِم‬
‫ػِ َن‬ َ ََّ ‫ْضى امْ َـ َوا ِث َق َوامْ ُح‬ َ ْ ‫َو ْا َأل‬
.َ‫ا َّمص َمت‬
Dari Ummu Athiyah berkata, Rasulullah Saw. memerintah kami membawa serta
anak-anak perempuan yang hampir balig, perempuan yang haid, dan anak-
anak perempuan yang masih gadis pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Namun perempuan-perempuan yang haid tidak ikut salat. (HR Muslim)
Salat „Id dilaksanakan dua rakaat secara berjama‟ah dengan tata cara
sebagai berikut:
a. Niat, diniatkan dalam hati untuk melaksanakan salat „Ied.
b. Takbiratul ihram, kemudian membaca doa iftitah.
c. Takbir 7 kali pada rakaat pertama dan 5 kali pada rakaat kedua. Setiap
setelah takbir disunatkan membaca tasbih.
d. Membaca surat Al-Fâtihah, diteruskan dengan bacaan surat Al-Quran yang
dikehendaki.
e. Rukuk I‟tidal - Sujud - Duduk Iftirasy; seperti pelaksanaan salat fardhu
demikian juga bacaan-bacaannya.
f. Pada rakaat kedua sesudah berdiri, membaca takbir 5 kali, setiap takbir
disunatkan membaca tasbih seperti pada rakaat pertama.
g. Kemudian dilanjutkan dengan rukun-rukunnya, seperti melaksanakan salat
fardhu sampai dengan salam.
h. Mendengarkan khutbah „Ied.
82 Universitas Islam Bandung

‫ َن َّ َػب‬ ‫ػِب‬ َّ ِ َّ‫َؾ ْن َن ِث ِْي ْج ِن َؾ ْح ِد ِ َؾ ْن َبتَِ َِ َؾ ْػن َخ ِّػد ٍِ « َب َّن امي‬


‫ِِف ام ِـَدَ ٍْ ِن ِِف ا ُألو َ َل ْح ًـا كَ ْد َل ام ِل َػرا َ ِت َو ِِف األٓ ِخ َػرِت َ ْس ًسػا كَ ْدػ َل‬
»‫ام ِل َرا َ ِت‬
Dari Katsir Ibnu Abdillah berkata: Nabi Saw. bertakbir pada dua salat hari
raya (Idul Fithri dan Idul Adha) sebelum membaca surah Al-Fâtihah, tujuh
kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua. (HR Al-Tirmidzi)

 ِ ‫ػِب‬
ّ ِ ِ ‫كَػا َلق َشػِ ِْد ُث َصػ َم َت امْ ِف ْعػ ِر َمػ َؽ هَػ‬ ٍ‫َؾ ِػن ا ْج ِػن َؾ َّحػ ٍػا‬
‫َو ُؾثْ َم َان فَ َُكهِ ُْم ًُ َص ِل ّْيَا كَ ْد َل امْخ ُْع َح ِة‬ ‫َو َب ِ جَ ْك ٍر َو ُ َُع َر‬
Ibnu Abbas ia berkata; "Saya pernah menghadiri salat Idul Fithri bersama
Rasulullah Saw., Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua salat
terlebih dahulu sebelum khutbah". (HR Muslim)

‫ ا َّمصػ َم َت‬ ِ ِ‫َؾ ْن َخا ِج ِر ْج ِن َؾ ْح ِد ِ كَا َلق َشػِ ِْد ُث َمػ َؽ َُ ُلػول‬
‫ً َ ْو َم امْ ِـَػ ِد فَ َدػدَ َب ِِب َّمصػ َم ِت كَ ْدػ َل امْخ ُْع َحػ ِة ِتل ْ َِػْي َب َذ ٍان َو َِ اكَا َمػ ٍة ُ َّق‬
ّ َّ
َِ ‫ػر ؿَػ َػَخ َظا َؾ ِخػ‬ ‫كَػػا َم ُمذَ َو ِنّئًػػا ؿَػ َػَخ ِتػ َملٍ فَػبَ َم َر ِت َخ ْلػ َػوى ِ َو َحػ‬
‫َو َو َؾ ػغَ اميَّػ َػاٍ َو َذنَّػ َػر ُ ُْه ُ َّق َم ََض ػ َحػ َّػَّت َب َى ام ًِ ّ َسػػا َ فَػ َػو َؾ َؼِ َُّن‬
.‫َو َذنَّ َرُ َُّن‬
Jabir Ibnu Abdullah berkata, “Saya hadir bersama Rasulullah Saw. pada
hari raya, kemudian beliau memulai salat sebelum khutbah, tanpa azan
ataupun iqamat. Selanjutnya berdiri dan berpegang kepada Bilal, kemudian
memerintah kepada manusia agar takwa kepada Allah dan taat. Beliau
juga menasihati orang-orang dan mengingatkan mereka. Setelah selesai,
beliau turun dan menuju tempat perempuan kemudian mengingatkan
mereka. (HR Muslim)
Salat 83

6. Salat Gerhana
Salat Gerhana ialah salat yang dilakukan sehubungan dengan
terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari. Salat gerhana bulan
dinamakan salat Khusuf dan salat gerhana matahari dinamakan salat Kusuf.
Salat gerhana hukumnya sunat.
Waktu melakukan salat gerhana matahari yaitu dari timbulnya gerhana
sampai matahari cerah kembali secara normal. Sedangkan salat gerhana bulan
waktunya dimulai dari terjadinya gerhana sampai bulan terbit kembali (nampak
utuh).
Cara mengerjakannya:
1. Salat dua rakaat, sebagaimana salat biasa. Boleh dilakukan sendiri-sendiri,
tetapi lebih utama dilakukan berjama‟ah.
2. Salat dua rakaat tersebut dengan 4 kali rukuk dan empat kali sujud.
Pada rakaat yang pertama sesudah ruku dan i„tidal membaca Surah Al-
Fâtihah lagi, kemudian rukuk dan i‟tidal lagi, terus sujud sebagaimana biasa.
Pada rakaat kedua juga dilakukan seperti pada rakaat pertama.

 ِ ِ‫ َب َّن ا َّمشػ ْم َ خ ََسػ َف ْت ؿَ َػَخ َؾِْػ ِد َُ ُلػول‬ ‫َؾ ْن ؿَائِ َش َة‬


‫فَ َد َـ َر ُمٌَا ِة ًَيق «ا َّمص َم ُت َخا ِم َـ ٌة» فَا ْحذَ َم ُـوا َوثَلَػ َّد َم فَ َك َّ َػب َو َص َّػَخ َب ْ تَُػ َؽ‬
ٍ ‫َُ َن َـ ٍاث ِِف َُ ْن َـخَ ْ ِن َو َب ْ تُ َ َؽ َْس‬
.‫َدَاث‬
Dari Aisyah r.a. berkata, bahwa telah terjadi gerhana matahari pada zaman
Rasulullah Saw. Beliau lalu menyuruh seorang penyeru (munadi)
mengumandangkan ”Al-Shalâtu Jami‟ah”, kemudian orang-orang berkumpul
dan bertakbir. Beliau salat empat kali rukuk pada dua rakaat dan empat kali
sujud. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
7. Salat Istisqa’ (Memohon Hujan)
Salat Istisqa‟ adalah salat sunat untuk memohon hujan baik bagi
mukmin atau musafir. Dilaksanakan dikala sangat membutuhkan air karena
tidak ada hujan atau terputusnya air dari sumbernya.
Cara Pelaksanaannya:
a. Dianjurkan (disunatkan) tiga hari sebelum melakukan salat istisqa‟
berpuasa (tiga hari lamanya) dan beramal shaleh.
84 Universitas Islam Bandung

b. Dianjurkan (disunatkan) tatkala hendak melaksanakan salat ke tanah


lapang, memakai pakaian yang sederhana dan tidak memakai wangi-
wangian, supaya memperbanyak membaca istighfar.
c. Melaksanakan salat dua rakaat, seperti salat biasa.
d. Melaksanakan dua khutbah (seperti khutbah Jumat), pada setiap khutbah
dimulai dengan bacaan Istighfar.
e. Doa lstisqa‟.
Dari Aisyah r.a. berkata, "Orang-orang mengadu kepada Rasulullah
Saw. tentang musim kemarau yang panjang, maka beliau memerintahkan
untuk meletakkan mimbar di tempat salat (tanah lapang), lalu beliau berjanji
kepada orang-orang untuk bertemu pada suatu hari yang telah ditentukan."
Selanjutnya, menurut Aisyah (suatu hari yang telah ditentukan),
"Rasulullah Saw. keluar ketika matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di
mimbar dan bertakbir, serta memuji Allah Azza Wa Jalla, lalu bersabda:
"Sesungguhnya kalian mengadu kepadaku tentang kegersangan negeri kalian
dan keterlambatan turunnya hujan dari musimnya, padahal Allah Azza Wa Jalla
telah memerintahkan kalian agar kalian memohon kepada-Nya, dan berjanji
akan mengabulkan doa kalian, kemudian beliau mengucapkan:

ُ َِّ‫ َِ ا َ ََل ا‬.‫ٍػن‬ ِ ِ ‫امْ َح ْمدُ ِ ِهلل َُ ِ ّة امْ َـام َ ِم َن ا َّمر ْ ََح ِن ا َّمػر ِح ِْي َم‬
ِ َ‫ػِل ً َ ْػو ِم ّ ِا‬
ّ ّ
‫ انلَُِّ َّم َبه َْػت ُ َِ ا َ ََل اَِّ َبه َْػت امْل ِ هَػي َو َ َْن ُػن امْ ُفلَ َػرا ُ َب ْىػ ِز ْل‬.ُ‫ً َ ْف َـ ُل َما ٍُ ِرًْد‬
ّ ّ
.‫ؿَلَ َْيَا امْلَ َْ َر َوا ْح َـ ْل َما َب ْى َمْز َت مَيَا كُ َّو ًت َوت َ َمكًا ا َ ِح ٍن‬
ّ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Dzat yang menguasai hari Pembalasan. (AlFatihah: 2-4). Tidak ada
ilah yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang
dikehendaki.
Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada tuhan ilah yang berhak disembah
kecuali Engkau, Maha Kaya sementara kami yang membutuhkan, maka
turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan
kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang ditetapkan.
Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan senantiasa
mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih ketiak beliau, kemudian
beliau membalikkan punggungnya membelakangi orang-orang dan mengubah
posisi selendangnya, sedangkan beliau masih mengangkat kedua tangannya.
Kemudian beliau menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar dan
salat dua rakaat. Seketika itu Allah mendatangkan awan yang disertai dengan
Salat 85

gemuruh dan kilat, maka turunlah hujan dengan izin Allah, beliau tidak kembali
menuju masjid sampai air bah mengalir (di sekitarnya), ketika beliau melihat
orang-orang berdesak-desakan mencari tempat berteduh, beliau tersenyum
hingga terlihat gigi gerahamnya, lalu bersabda:

ُ ُ ‫َش ٍ كَ ِد ٌٍر َو َب ِ ِّن َؾ ْحدُ ِ َو َُ ُل‬


‫وَل‬ ِّ ُ ‫فَلَا َل َب ْشَِدُ َب َّن َ ؿَ ََخ‬
َْ ‫ك‬
(Aku bersaksi bahwa Allah adalah Maha kuasa atas segala sesuatu dan aku
adalah hamba dan rasul-Nya). (HR Abu Daud)

Hikmah Yang Terkandung Dalam Salat


Hikmah disyariatkannya salat kepada manusia di antaranya adalah:
1. Ibadah salat mendidik manusia agar tetap bersih dan rapi. Hal ini dikarenakan
orang yang melakukan salat harus bersih dari najis hadas besar dan kecil. Tidak
sah jika orang salat tetapi tidak bersih.
2. lbadah salat mendidik manusia agar menghargai dan memanfaatkan waktu. Hal
ini dikarenakan salat ditentukan waktunya mulai salat dzuhur sampai salat
subuh.
3. Salat melatih kerja hati, juga membersihkan hati dan segala penyakitnya. Hal ini
karena salat pada hakikatnya merupakan ibadah yang menghadirkan qalbu
untuk mengagungkan Allah pencipta alam semesta dan lebih mendekatkan diri
kepada-Nya dengan penuh khusyu dan tawadhu. Selain itu hati akan selalu
bersih karena selalu husnudzan kepada-Nya.
4. Salat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Bila salat dilakukan dengan
khusyu, maka hatinya akan selalu hadir menghadap kepada Allah Swt. Jiwanya
akan selalu takut melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan bila melakukan
dosa maka akan cepat bertaubat. Senantiasa memohon ampun kepada-Nya,
sehingga menjauhi perbuatan keji dan munkar.
5. Salat merupakan ibadah yang berdampak sangat positif, bisa mendidik jiwa
agar berani, percaya diri (optimis), dan membimbing manusia agar berakhlak
mulia.
6. Setiap gerakan yang ada dalam salat mengandung makna-makna pada
keutamaan akhlak dan mengembangkan sifat mahmudah (terpuji).
Betapa besarnya hikmah ibadah salat, sehingga apabila dilaksanakan
dengan baik akan mencegah segala bentuk kejahatan.

---ooOoo---
86 Universitas Islam Bandung
Zakat 87

ZAKAT

Pengertian dan Macam-macam Zakat

1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa zakat mempunyai beberapa arti yaitu
keberkahan, kesucian, pertumbuhan, dan perkembangan (barakatun,
thahâratun, dan namâ`un)
Sedangkan zakat menurut Syarak adalah pemberian yang wajib
diberikan dari harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada
golongan tertentu. Jadi zakat itu adalah sebagian kekayaan yang diambil dari
milik seseorang yang punya dan diberikan sesuai dengan ketentuannya kepada
yang berhak menerimanya.

2. Macam-macam Zakat
Secara garis besar, Zakat dibagi kepada dua macam:
a. Zakât Al-Mâl (Zakat Harta), seperti: emas, perak, binatang ternak, hasil dari
pertanian, barang perniagaan, hasil tambang, harta terpendam (Rikâz), dan
zakat profesi/jasa.
b. Zakât Al-Nafs (diri/fithrah), yaitu zakat yang dikeluarkan berkenaan dengan
telah selesai mengerjakan ibadah Saum pada akhir bulan Ramadan.
88 Universitas Islam Bandung

Hukum Mengeluarkan Zakat


Zakat wajib dikeluarkan bagi seseorang yang sudah memenuhi batas
minimal untuk mengeluarkan zakat (nisab).

           

      


Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka sesungguhnya doa kamu itu
menjadi ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS Al-Taubah [9]: 103)

          

....   


Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebahagiaan dan hasil
usahamu yang baik-baik dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu.... (QS Al-Baqarah [2]: 267)
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ ق «بم ِ َري اِ ْلر َم م َلَ َرَخ َ ْسر‬ ِ :‫ َُ ملر مهللا‬:َ َ‫ق ََر‬:َ َ‫َع ِن ا ْب ِن م َُع َرَ ََر‬
ِ َ‫ ِ َ ساََررَ ِ ا هللاور َم ِ َ ا َرر‬:‫َشراََ َة ِ ْن ْ َِ ا َ ََ اِهللا م َ ْن هللا مح َم هللادرررَا َُ ملر مهللا‬
‫س‬ ‫س‬ ‫س س‬
»‫ا هللاز ََك ِ َ َص ْهللا ِ َُ َحضَ َ َ َ َح ِج ا َبيْ ِت‬
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Islam itu ditegakkan di atas lima
dasar, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah,
mendirikan salat, membayar zakat, melaksnakan saum Ramadan, dan ibadah haji
ke Baitullah. (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Al-Tirmidzi)

‫ق َحَ ِح ْن َص َِح ِب َك ْْن َِ م َؤ ِةي‬ ِ :‫ َُ مل مهللا‬:َ َََ ‫ق‬:ََ ََ َ ََ ‫َع ْن ْن ِِب ه َ ْمَي‬
....‫َز ََكثَ مه اِهللا ُن ْ ِْح َي َلَلَ ْي ِه ِِف َنَ ُِ َ ََج هللا ََّن‬
‫س‬
Zakat 89

Dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah Saw.: ”Seseorang yang menyimpan
hartanya, tidak dikeluarkan zakatnya, akan dibakar dalam neraka Jahanam. (HR
Ahmad dan Muslim)

Nisab Zakat dan Besar (kadar) Zakatnya


1. Zakât Al-Mâl (zakat harta)
Nisab adalah batas minimal kepemilikan harta yang wajib dizakati, dan
kadar adalah besar atau batas minimal harta yang dikeluarkan.
a. Emas nisabnya sebanyak 85 gr (20 Mitsqâl) zakatnya 2,5%, perak nisabnya 624
gr zakatnya 2,5%.
b. Hasil pertanian nisabnya 653 kg (5 wasaq) kadar zakatnya 10% bagi yang diairi
dengan air sungai/hujan dan 5% bagi yang diairi dengan sistem irigasi yang
memerlukan modal besar.
c. Hewan ternak nisab dan kadar zakatnya adalah sebagai berikut:
1) Unta. Nisabnya 5 ekor dan (kadar) zakatnya 1 kambing umur 2 tahun.
2) Sapi dan kerbau. Nisabnya 30 ekor dan kadar zakatnya 1 ekor anak
sapi/kerbau umur 1 tahun lebih.
3) Kambing. Nisabnya 40 ekor dan Kadar zakatnya 1 ekor kambing betina
umur 2 tahun lebih.
d. Harta Terpendam (Rikâz).
Untuk harta terpendam tidak ditentukan nisabnya hanya kadar zakatnya
sebesar 20%.
e. Zakat Profesi/ Jasa.
Zakat Profesi adalah zakat yang dikeluarkan karena mendapatkan penghasilan
atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang
dilakukannya secara sendiri maupun secara bersama-sama. Yang dilakukan
secara sendiri seperti: profesi Dokter, Arsitek, Ahli Hukum, Penjahit, Pelukis,
Da’i/Mubaligh dan lain sebagainya. Sedangkan yang dilakukan secara bersama-
sama, umpamanya; CV, PT, musyârakah, mudhârabah, dan lain-lain. Adapun
rincian ketentuan zakatnya sebagai berikut:
1) Usaha yang dilakukan secara bersama-sama baik yang dilakukan dengan
prinsip Mudhârabah atau Musyârakah1 seperti, CV, PT dan penanaman
surat berharga (Saham berserta derivasinya dan Sukuk) kadar zakatnya
2,5% dari kekayaan (modal dan keuntungan), zakat dikeluarkan jika sudah
sampai nisab senilai dengan 85 gram emas dan sudah mencapai satu
tahun (haûl).

1
Mudhârabah : Kerjasama, satu pihak tenaga, satu pihak investor.
Musyârakah : Kerjasama, Kedua belah pihak berlaku sebagai investor.
90 Universitas Islam Bandung

2) Penghasilan yang diperoleh melalui profesi seperti dokter, pengacara,


arsitektur, konsultan, akuntan, kontraktor, dosen, karyawan, dan
penceramah kadar zakatnya 2,5 %, zakat dikeluarkan jika sudah mencapai
nisab yakni senilai 85 gram emas dan sudah mencapai satu tahun (haûl).
Atau dikiaskan pada zakat pertanian yang nisabnya senilai dengan 653 kg
padi atau gandum, kadar zakatnya 5% dan dikeluarkan satu bulan sekali.
3) Karyawan perusahaan yang mendapat bonus dari perusahaan itu, kadar
zakatnya 10% pada waktu penerimaan bonus itu jika sudah mencapai
nisab yang dikiaskan nisabnya dengan zakat pertanian yaitu senilai dengan
653 kg padi atau gandum.
4) Zakat perdagangan mata uang, artinya perusahaan yang bergerak di
bidang pertukaran mata uang asing atau yang disebut dengan money
changer. Nisabnya senilai denga 85 gram emas, dan zakat yang
dikeluarkannya 2,5% dikeluarkannya satu tahun sekali (haûl).
5) Keuntungan dari tempat yang disewakan seperti, hotel, padang golf,
rumah, alat-alat angkutan dan alat-alat lainnya, Nisabnya senilai dengan 85
gram emas dan kadar zakatnya 2,5% serta sudah satu tahun (haûl).
f. Hasil Perniagaan/Perdagangan Nisabnya diukur dengan nisab emas, yaitu
senilai dengan 85 gram emas, dan zakatnya sebesar 2,5% dan dikeluarkan satu
tahun sekali (haûl).

2. Zakat Diri/Nafs (Zakât Al-Fithrah)


Nisabnya adalah mempunyai kelebihan harta daripada keperluan bagi
dirinya dan keluarganya (yang wajib dinafkahinya) pada malam hari raya dan siang
harinya; adapun banyaknya zakat fitrah adalah satu Shâ’, yaitu kurang lebih 2,5 kg
atau 3,1 liter dari makanan pokok di suatu daerah tertentu.

Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat (Mustahiq)


Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah
ditentukan Allah dalam QS Al-Taubah (9): 60.

       

           

    


Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, miskin, pengurus
zakat (âmilîn), orang-orang yang dibujuk hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan)
Zakat 91

hamba sahaya, orang-orang yang berhutang, untuk berjuang di jalan Allah, dan
untuk ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan) sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah.
Sabda Rasulullah Saw. riwayat Abu Daud dari Ibnu Abbas menyebutkan
fungsi zakat fitrah bagi yang saum dan orang yang berhak menerimanya.

‫َ ا هللاَفَ ِث َ مط ْع َد َة‬ ‫ َز ََك َ ا ْ ِف ْط َِ مطا ََْ َ ِل هللالو ِ َِِئ ِح َن اللهللا ْغ ِهللا‬ ِ :‫فَ ََ َض َُ مل مهللا‬
َ‫َ َح ْن ْنةهللااهََ ب َ ْعر‬ ٌ َ ‫ِللْ َد َسَ ِكنيِ َح ْن ْنةهللااهََ ََ ْب َل ا هللاو َم ِ فَاِ َيي َز ََك ٌ َح ْق مب‬
‫هللاَل‬
‫ا هللاو َم ِ فَاِ َيي َصرَ ََ ٌة ِح َن ا هللاورَ َََ ِت‬
Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah Saw. mewajibkan zakat fitrah untuk
menyucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga
untuk memberi makan orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya
sebelum salat maka zakatnya diterima dan barang siapa yang menunaikannya
setelah salat maka itu hanya sedekah di antara berbagai sedekah. (HR Abu Daud)

Cara Menentukan dan Menghitung Zakât Al-Mâl


Dalam mngeluarkan Zakât Al-Mâl ada beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan terutama yang berkaitan dengan harta kekayaan yang wajib dizakati,
yaitu:
1. Bahwa harta yang akan dikeluarkan zakatnya adalah harta yang dimiliki secara
sempurna, artinya bahwa asset kekayaan tersebut harus berada di bawah
kekuasaan seseorang secara total tanpa ada hak orang lain di dalamnya.
Dengan demikian, secara hukum, pemiliknya dapat membelanjakan kekayaan
tersebut sesuai dengan keinginannya, dan yang dihasilkan dari pemanpaatan
kekayaan tersebut akan menjadi miliknya.
2. Bahwa harta yang akan dikeluarkan adalah harta berupa Asset Produktif atau
berpotensi untuk produktif, artinya dalam proses pemutarannya dapat
mendatangkan hasil atau pendapatan tertentu sehingga tidak terjadi
pengurangan nilai atas capital asset.
3. Bahwa harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus mencapai nisab, artinya
harta kekayaan yang akan dikeluarkan harus sampai batas minimal.
4. Bahwa harta yang akan dikeluarkan zakatnya adalah harta berupa Aset Surplus
Non Kebutuhan Primer, artinya asset kepemilikan yang melebihi pemenuhan
kebutuhan primer (sandang, pangan, papan).
92 Universitas Islam Bandung

5. Bahwa harta yang akan dikeluarkan zakatnya adalah Tidak ada tanggungan
utang, artinya asset wajib zakat yang sudah dikurangi utang.
6. Bahwa harta yang akan dikeluarkan zakatnya sudah Haûl artinya harta asset
wajib zakat sudah dimiliki selama satu tahun penuh menurut perhitungan
kalender Hijriyah atau Milâdiyah. Dalam pemikiran Islam Haûl dijadikan standar
minimum untuk pertumbuhan nilai asset, atau merupakan titik awal dari suatu
pertumbuhan. Oleh karena itu seorang muzaki harus melakukan penilaian atas
harta yang dimiliki sesuai dengan nilai pasar setelah kepemilikannya melewati
haûl.
Cara menghitung Zakât Al-Mâl dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Z = Aset Total – Total Pengeluaran x 2,5%

Contoh Perhitungan Zakat Perniagaan


Pak Sani., SE. setelah lulus sarjana menjadi seorang pedagang besar beras.
Pak Sani berkeluarga dengan dua orang putera. Sampai dengan akhir tahun 2007,
Pak Sani mencatat usahanya selama satu tahun sebagai berikut :

Uang Kas yang ada di tangan Rp 8.000.000


Simpanan di Bank Rp 15.000.000
Beras yang belum sempat dijual Rp 500.000
Pak Sani menyisihkan uang hasil labanya untuk:
 Membangun gudang Rp 1.500.000
 Berinvestasi di Reksa Dana Saham Rp 5.000.000
 Utang kepada supplier Rp 1.500.000
Pak Sani setiap bulannya harus mengeluarkan biaya
operasional usahanya dengan rincian perbulan:
 Gaji seluruh pembantunya Rp 2.000.000
 Biaya sewa tempat dagang/kios Rp 1.000.000
 Biaya listrik dan telepon Rp 500.000
 Biaya iuran dan Pajak Rp 100.000
 Biaya transportasi Rp 500.000
Untuk membiayai keluarganya sendiri setidaknya Pak Sani
harus mengeluarkan uang senilai Rp 3.500.000
Laba yang Pak Sani peroleh setiap bulannya tidak menentu, tetapi
setidaknya dia memperoleh pendapatan kotor usahanya senilai Rp. 10.000.000
Harga Pasar 1 gram emas pada akhir tahun 2007 senilai Rp. 100.000,- Berapa zakat
yang harus dikeluarkan Pak Sani?
Zakat 93

Berdasarkan keterangan tersebut dapat ditentukan model perhitungan


kewajiban zakat komoditas perdagangan Pak Sani, SE., sebagai berikut:

Sub Jumlah Sub Jumlah Tarif


Aktiva Lancar (000)
I II Zakat
Uang Kas 8.000
Bank 15.000
Investasi 5.000
Barang dagangan 500
Total Aktiva Lancar 28.500
Utang Lancar
Utang Dagang 1.500
Total Utang Lancar (1.500)
Subtotal Modal Bersih 27.000
Laba 10.000
Penadapatan Non Dagang
Membangun Gudang 1.500
Subtotal pandapatan non dagang 1.500 1.500
Total Aset Komoditas Dagang 38.500
Item-item pengurangan sumber
asset wajib zakat
Biaya Operasional (4.100)
Kebutuhan Rumah Tangga (3.500)
Subtotal Pengeluaran (7.600)
Jumlah dikenai wajib zakat 30.900
Jumlah wajib zakat x 2,5% 772

Jadi Pak Sani SE. wajib zakat karena harga 85 gram emas Rp. 8.500.000,-
sedangkan jumlah asset wajib zakat lebih besar dari jumlah tersebut.

Contoh Perhitungan Zakat Pertanian


Pak Samsudin adalah seorang Petani yang memiliki 100 hektar kebun
kelapa sawit. Hasil panen yang didapat Pak Samsudin cukup besar, hingga
mencapai (dalam nilai rupiah) Rp 100.000.000,- Panen berlaku tiga kali dalam
setahun. Pak Samsudin setiap bulannya harus mengeluarkan biaya operasional
usahanya dengan rincian per bulan:
Sewa Pekerja Rp 5.000.000,-
Obat Tanaman anti Hama Rp 1.000.000,-
Penjaga Lahan Rp 500.000,-
Pupuk Rp 450.000,-
Pengairan Rp 100.000,-
Pajak Rp 1.000.000,-
94 Universitas Islam Bandung

Untuk membiayai keluarganya sendiri setidaknya Pak Samsudin selama


masa Panen harus mengeluarkan uang senilai Rp 8.500.000,-. Berapa zakat yang
harus dibayar oleh Pak Samsudin, jika harga pasar 1 liter beras pada akhir tahun
2007 senilai Rp 5.000,-.
Pak Samsudin wajib membayar zakat pada kategori zakat pertanian dan
perkebunan, untuk itu kategori zakat ini tidak mengenal masa haûl, zakat yang
dibayarkan pada setiap hasil panen. Sebagaimana informasi di atas, Pak Samsudin
mengeluarkan dana untuk biaya pengelolahan dan irigasinya dengan demikian,
tarifnya adalah 10%. Karena biaya pengelolaan pada soal adalah per bulan, dan
masa panennya 3 bulan, maka untuk menghitung biaya pengelolaannya, biaya-
biaya di atas dikali tiga. Nisab adalah sebesar Rp 5.000 x 1.440 = 7.200.000,-
Bedasarkan keterangan di atas dapat ditentukan model perhitungan
kewajiban zakat pertanian dan perkebunan Pak Samsudin sebagi berikut:

No Asset Wajib Zakat Nilai (000) Sub Jumlah II Tarif Zakat


1 Hasil Panen (dikonversi dlm bentuk 100.000 100.000
jumlah uang
(item-item pengurangan sumber
zakat
a. Biaya Produksi/pengelolaan
1) Pupuk 1.300
2) Obat-obatan anti hama 3.000
3) Irigasi 300
4) Penjaga Lahan 1.500
5) Sewa Pekerja 15.000
b. Hasil Panen yang Dikonsumsi
1) Kebutuhan Pokok 8.500
2) Pajak 1.000
3) Hutang
2 Total Pengeluaran (30.650)
Sumber (hasil Panen-Total 69.350
Pengeluaran)
Hasil Panen – Total Pengeluaran x
10%
6.935

Jadi Pak Samsudin wajib zakat karena harga 1.440 liter beras adalah Rp
7.200.000,- sedangkan jumlah asset wajib zakat lebih besar dari jumlah tersebut
(Mufraini, 2006).
Zakat 95

Hikmah Zakat
Zakat adalah ibadah dalam harta yang mempunyai hikmah dan manfaat,
baik bagi orang yang berzakat (muzaki) maupun penerima zakat (mustahik).

Hikmah zakat bagi Muzaki diantaranya:


(1) Mengeluarkan zakat sebagai perwujudan keimanan Kepada Allah Swt. yakni
menuruti perintah Allah dan mencari ridha-Nya.
(2) Membersihkan diri dari segala kotoran dosa secara umum terutama kotornya
dari sifat tamak, bakhil, dan kikir.
(3) Zakat memberi pendidikan agar si Muslim mempunyai sifat dermawan.
(4) Sebagai ungkapan syukur atas nikmat kekayaan yang diberikan kepadanya.
Zakat akan membangkitkan bagi orang yang mengeluarkannya makna
syukur kepada Allah Swt. pengakuan akan keutamaan dan kebaikan-Nya,
karena sesungguhnya Allah Swt. memberikan nikmat kepada hamba-Nya,
baik yang berhubungan dengan diri maupun harta.
(5) Zakat mengobati hati dari cinta dunia, karena merupakan suatu peringatan
terhadap hati akan kewajibannya kepada Tuhannya dan kepada akhirat serta
merupakan obat, agar hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta
dan kepada dunia secara berlebihan.
(6) Zakat akan menumbuhkan dan mengembangkan kekayaan batin dan
perasaan optimis.
(7) Zakat menarik rasa simpati dan cinta, yaitu mengikat antara Muzaki dengan
Mustahik dengan ikatan yang kuat, penuh dengan kecintaan, persaudaraan,
tolong menolong.
Hikmah bagi Penerima Zakat (Mustahik) di antaranya:
(1) Zakat membebaskan si Penerima dari beban hidup yang berat, menuju
kehidupan yang lebih baik, sejahtera dan layak, sehingga hati serta
perasaannya merasa tenag dan nyaman dengan nikmat Allah yang
memenuhi diri dari kehidupannya melalui pemberian Muzaki.
(2) Zakat bagi Mustahik akan membersihkannya dari sifat dengki dan benci yang
kemungkinan akan menimbulkan kejahatan-kejahatan darinya.
(3) Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai antar si
miskin dengan si kaya, serta memperkecil jurang pemisah antara si miskin
dan si kaya

---ooOoo---
96 Universitas Islam Bandung
Saum 97

SAUM (PUASA)

Pengertian Saum
Saum menurut bahasa berarti menahan diri dari berbagai aktifitas, baik
makan, berbicara, berjalan, atau lainnya. Sedangkan menurut istilah, saum berarti
“menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seksual dimulai dari terbit fajar
(subuh) sampai dengan tenggelamnya matahari (maghrib) dengan niat karena Allah
Swt.”

Macam-macam Saum
Dalam ajaran Islam, saum dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
saum wajib dan saum sunat. Saum Ramadan adalah saum wajib bagi setiap
Mukmin dan Muslim. Saum tersebut mulai disyariatkan oleh Allah pada tanggal 28
Sya‟ban tahun kedua hijrah. Kalau dilihat dari rukun Islam, Saum Ramadan adalah
rukun Islam yang ke empat, setelah syahadat, salat, zakat, dan diiringi oleh ibadah
haji sebagai rukun Islam yang kelima. Di antara saum sunat, sebagaimana
diterangkan oleh hadis Nabi, adalah Saum 6 hari di bulan Syawal, Saum Arafah,
tanggal 9 Dzulhihijah, bagi Muslim yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, Saum
„Asyura (10 Muharram), Saum Sya‟ban, Saum tengah bulan (tanggal 13, 14, 15),
Saum Senin dan Kamis dan lain-lain.
98 Universitas Islam Bandung

Berbeda dengan saum sunat, kewajiban Saum Ramadan didasarkan


kepada perintah Allah dalam Al-Quran di samping juga ditegaskan kembali dalam Al-
Hadis.

Dasar Hukum Saum Ramadan


Ayat Al-Quran yang menerangkan kewajiban Saum Ramadan adalah Surah
Al-Baqarah (2): 183-184

          

….       


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu sekalian Saum (Ramadan)
sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelummu, agar kamu sekalian
bertakwa/taat!. Pada hari-hari yang telah ditentukan (pada bulan itu, 30 hari atau 29
hari)….
Adapun hadis Nabi yang menerangkan wajibnya Saum Ramadan adalah:

ٍ ‫ ق «بُ ِ َري اِ ْلر َم ُ ػَ َرَخ َ ْسر‬ ِ :‫ َُ ُلر ُهللا‬:َ َ‫ق كَر‬:َ َ‫َغ ِن ا ْب ِن ُ َُع َرَ كَر‬
ِ َ‫ ِ َ ساكَررَ ِ ا هللامةر َم ِ َ ا َرر‬:‫َشريََ َة ِ ْن ْ َِ ا َ ََ اِهللا ُ َ ْن هللا ُح َم هللا ردًا َُ ُلر ُهللا‬
‫س‬ ‫س‬ ِ»‫ا هللامز ََك ِ َ َص ْهللا ِ س َُ َح سضَ َ َ َ َح ّ ِج ام َبيْت‬
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Islam itu ditegakkan di atas lima
dasar, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah,
mendirikan salat, membayar zakat, melaksnakan Saum Ramadan, dan ibadah haji
ke Baitullah. (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Al-Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan bahwa Saum Ramadan merupakan dasar, fondasi
(rukun) tegaknya Islam. Karena itu, meninggalkan Saum Ramadan berarti pula
meruntuhkan Islam.

Tata Cara Saum


Sebagaimana telah ditegaskan dalam definisi tersebut di atas, berpuasa
berarti menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual mulai dari terbit
fajar sampai dengan tenggelamnya matahari dengan niat karena Allah.
Kemudian, Saum yang demikian itu disempurnakan dengan menjauhi hal-
hal yang dilarang oleh Allah, seperti bertengkar, ghibah, berbuat maksiat, dan
Saum 99

perbuatan-perbuatan buruk lainnya. Jika saum telah dilakukan secara syar‟i,


walaupun orang yang saum itu melakukan maksiat atau hal-hal yang dilarang
agama, saum itu tetap sah, namun pahalanya menjadi gugur akibat perbuatan
maksiat itu. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Al-Nasa`i, Ibnu Majah dan Al-
Hakim, bersumber dari Abu Hurairah, menyatakan:

ِ ‫ُُ هللاب َص‬


. ُ ‫َِئ م َ ْي َ َ َُ ِح ْن ِص َيَ ِح ِو اِهللا امْ ُجهللا ِع َ امْ َؼ َط‬
ٍ
Banyak orang yang saum hanya merasakan lapar dan dahaga saja, tanpa
‫س‬
memperoleh pahala saumnya.
Adapun batasan waktu saum dalam sehari, sebagaimana telah tercakup
dalam definisi di atas, sebenarnya didasarkan pada QS Al-Baqarah (2): 187.

           

          

            

            

           

          

 
Dihalalkan bagimu bersenggama dengan isteri-isterimu pada malam hari puasa:
mereka adalah pakaianmu. Sebaliknya kamu adalah pakaian untuk mereka Allah
Maha Mengetahui bahwa kamu telah menyiksa terhadap diri karena menahan
nafsumu. Karena itu, Allah mengampuni dan memberi keringanan kepadamu.
Sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu.
Makan minumlah hingga terang bagimu perbedaan antara putih terangnya siang
dengan hitam gelapnya malam yaitu terbitnya fajar lalu sempurnakanlah puasamu
sampai malam: Tetapi janganlah kamu campuri isteri-isterimu sewaktu kamu
melakukan itikaf di dalam mesjid. Itulah batas-batas hukum Allah, janganlah kamu
melanggarnya. Demikianlah Allah telah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, semoga mereka bertakwa.
100 Universitas Islam Bandung

Setelah tiba waktu Maghrib orang yang saum disunatkan segera berbuka
dan disunatkan pula baginya untuk mengakhirkan sahur.

Dispensasi Saum
Pada dasarnya, setiap Mukmin yang sudah balig dan sehat akalnya
diwajibkan Saum Ramadan. Namun, salah satu ciri dari ajaran Islam adalah tidak
mempersulit dalam menjalankan syariat Mukmin/Mukminat dalam kondisi tertentu
ada yang dilarang saum dan ada pula yang diberi kemudahan (rukhshah) dalam
saum.
Orang-orang yang dilarang saum adalah kaum wanita yang sedang
menstruasi dan nifas (sehabis melahirkan dan belum suci). Larangan perempuan
haid dan nifas untuk melaksanakan Saum didasarkan kepada hadis berikut:

‫ق « ْن مَ ْي َ ا َذا َحَضَ ْت مَ ْم ث َُة ِ ّل َ مَ ْم‬ ‫ امنهللا ِ يب‬:َ ََ‫ ك‬ ‫َغ ْن ْن ِب َل ِؼي ٍد‬
‫س‬
»….‫ث َُة ْم‬
Dari Sa‟id r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Bukankah
perempuan itu apabila haid tidak salat dan tidak saum…. (HR Bukhari)

 ِ:‫َغ ْن ُن ِّ َللَ َ َة كََم َ ْتق « ََكن َْت امني َف َسَ ُ َ َْت ِل ُ ػَ ََخ َغ ْي ِد َُ ُلهللا‬
»….َ‫ْن ْ بُ َ ِؼ َي َ ْهللا ًح‬
Dari Ummu Salamah berkata: Pada masa Rasulullah Saw. keadaan wanita-wanita
yang nifas duduk (tidak salat dan tidak saum) selama empat puluh hari. (HR Al-
Tirmidzi)
Berdasarkan kedua hadis di atas, perempuan-perempuan yang nifas haram
salat dan saum. Apabila datang bulan Ramadan, keduanya tidak dibenarkan Saum
dan wajib meng-qadha-nya pada hari-hari lain, bukan dengan fidyah. Hal tersebut
didasarkan atas hadis yang diriwayatkan oleh Abu „Awânah, bersumber dari „Aisyah
yang menegaskan:

ِ ‫ُكنهللاَ ن ُْؤ َح َُ ِبلَضَ َ ِ ا هللامة ْهللا ِ َ َِ ن ُْؤ َح َُ ِب َلضَ َ ِ ا هللامةم‬


Kami (kaum wanita yang menstruasi dan nifas) diperintah mengqadha (mengganti
saum) dan tidak diperintah mengqadha salat.
Saum 101

Adapun Mukmin dan Mukminat yang mendapat dispensasi (rukhshah)


untuk tidak saum adalah:
1. Musafir/orang bepergian.
2. Orang sakit.
Mereka boleh tidak saum, namun wajib meng-qadha/mengganti saum yang
ditinggalkannya pada hari-hari lain di bulan selain Ramadan. Firman Allah Surah
Al-Baqarah (2): 185 menyatakan

....             

Barang siapa dalam keadaan sakit atau bepergian maka (gantilah bilangan hari
saum yang ditinggalkan itu) pada hari-hari lain (di luar bulan Ramadan)….
3. Orang jompo, hamil, menyusui, pekerja berat. Mereka boleh tidak saum jika
merasa berat untuk saum. Kewajibannya adalah membayar fidyah, memberi
makan orang miskin berdasarkan bilangan hari puasa yang ditinggalkannya.

Keutamaan Saum
Banyak keutamaan saum yang diungkapkan oleh Rasulullah Saw. dalam
hadis-hadisnya, antara lain adalah:
(1) Nilai ibadah saum sangat istimewa dihadapan Allah Swt. Kelipatan ibadah
lainnya mungkin hanya bisa sepuluh kali lipat dan tujuh ratus kali lipat,
namun kelipatan nilai pahala ibadah saum menjadi otoritas Allah. Hadis Abu
Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari menerangkan:

َ َ‫ُك َ َُع ِل ا ْب ِن ن ٓ َة َ َ َُ اِهللا ا ّ ِمة َي‬ ‫ ُ ق ُ ي‬:َ ََ‫ق ك‬ ِ :‫ َُ ُل ُهللا‬:َ ََ‫ك‬
‫س‬
‫فََن هللا ُو ِِل َ ْنَنَ ْن ْح ِزي ِب ِو َ ا ّ ِمة َيَ ُ ُحنهللا ٌة َ ا َذا ََك َ َ ْهللا ُ َص ْهللا ِ ْن َح ِد ُ ُْك فَ َم‬
.‫يَ ْ سَفُ ْث َ َِ َ ْةخ َْب فََ ْ َلَب هللا ُو ْن َح ٌد ْن ْ سكََث َ ََُل فَ ْل َي ُل ْل ا ِ ّّن ا ْح َُ ٌؤ َص ِ ٌَِئ‬
‫س‬ ‫س‬
.‫ِن هللالة ِ َِِئ فَ َْ َحتََ ِ َ ْف ََ ُ ُُح َ َق ا َذا ْن ْف َط ََ فَ َِ َح َ ا َذا م َ ِل َي َبُ هللا ُو فَ َِ َح ب َِة ْهللا ِح ِو‬
‫س‬
Rasul Allah Saw., bersabda: Allah „azza wajalla berfirman, nilai amal manusia
‫س‬
ini adalah sesuai dengan usahanya, kecuali saum. Nilai pahala saum adalah
urusan-Ku, Aku-lah yang akan memberi pahala saum secara langsung. Saum
adalah perisai bagi pelakunya. Karena itu, jika salah seorang dari kalian
102 Universitas Islam Bandung

sedang saum, janganlah berkata kotor/porno dan marah-marah. Jika ada


seseorang yang menghina atau mengajak bertengkar, ucapkanlah: Saya
sedang saum. Orang yang saum mempunyai dua kebahagiaan; kebahagiaan
ketika sedang berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu Tuhannya.
(2) Dari hadis ini, saum berfungsi sebagai perisai bagi pelakunya dari perbuatan-
perbuatan maksiat, dan
(3) Orang yang saum akan mendapat dua kebahagiaan sekaligus, kebahagiaan
ketika berbuka dan kebahagiaan di akhirat.
Hadis lain yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah
menyatakan:

َ ‫ُك َ َُع ِل ا ْب ِن ن ٓ َة‬ ‫ق ُ ي‬ ِ :‫ َُ ُل ُهللا‬:َ ََ‫ق ك‬:َ ََ‫ ك‬ َ ََ ‫َغ ْن ْن ِب ى َ َُْي‬
‫ ُ َغ هللاز‬:َ ََ‫َش ْن ْحثََ ِميََ ا َل َل ْبؼ ِ َئَة ِض ْؼ ٍف ك‬ ُ ْ ‫ُضَ َ َغ ُف امْ َم َس نَ ُة غ‬
‫س‬
‫َ َخ هللالق اِهللا ا هللامة ْهللا َ فََن هللا ُو ِِل َ ْنَنَ ْن ْح ِزي ِب ِو َدَ ُع َشيْ َهللاثَ ُو َ َط َؼَ َح ُو ِح ْن‬
ِ.‫ ِنس هللالة ِ َِِئ فَ َْ َحتََ س ِ ق فَ َْ َح ٌة ِغ ْندَ ِف ْط َِِه َ فَ َْ َح ٌة ِغ ْندَ ِم َلَ ِ َ ِبُ ّو‬.‫ْن ْخ ِل‬
Setiap amal baik anak Adam/manusia pahalanya bisa sepuluh kali lipat
sampai dengan tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: Kecuali saum, kelipatan
pahalanya menjadi kewenanganku dan Aku-lah yang secara langsung
memberi pahala, karena ia tinggalkan hawa nafsunya dan makanannya
semata-mata karena Aku. Orang yang saum memiliki dua kebahagiaan
kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu Tuhannya.
(4) Orang yang saum dengan didasari iman dan keikhlasan mendapat jaminan
ampunan Allah atas dosa-dosa yang telah lalu. Hadis Abu Hurairah yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim menyatakan:

.‫َح ْن َصَ َ َُ َحضَ َ َ ا ْ َ ََنً َ ا ْح ِت َس ًًَب ُغ ِف ََ َ َُ َحَ ثَ َلدهللا َ ِح ْن َذنْ ِب ِو‬


Barang siapa Saum Ramadan dengan dasar iman dan ikhlas. Allah akan
‫س‬
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Hadis lain yang bersumber dari Abu Hurairah, diriwayatkan oleh
Imam Muslim menyatakan sebagai berikut:
Saum 103

َ َ َ‫ا هللامةلَ َهللا ُات امْ َخ ْ ُ َ امْ ُج ْ َؼ ُة ا َل امْ ُج ْ َؼ ِة َ َُ َحضَ َ ُ ا َل َُ َحض‬


‫س‬ ‫س‬
ََ ‫ُح َك ِّف ََ ٌات َحَ بَيَْنَ ُ هللان ا َذا ا ْحتَ َن َب ا ْم َك َبَ ِئ‬
Antara waktu-waktu salat lima waktu antara Jumat dengan Jumat lainnya,
‫س‬
dan antara bulan Ramadan dengan bulan Ramadan adalah pengampunan
dosa jika dosa-dosa besar dapat dihindari.
Mengenai keutamaan-keutamaan bulan Ramadan, Rasul Saw.
menjelaskan:

ُ َ َ‫ق ا َذا َخَ َ َُ َحض‬:ََ َ‫ ك‬ ِ :َ ‫ْن هللا َُ ُلهللا‬  َ ََ َُ‫َغ ْن ْن ِب ى َ ْي‬
‫ِّ ِ س‬
.‫دَت ا هللامش َيَ ِط ُي‬ ‫َ ُغ ِل ّ َل ْت ْنبْ َهللا ُاب امنهللا َُِ َ ُصف‬ ‫فُ ِتّ َم ْت ْنبْ َهللا ُاب امْ َجنهللا ِة‬
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah Saw.
bersabda: “Jika datang Ramadan, pintu-pintu surga di buka, pintu-pintu
Neraka ditutup dan syetan-syetan dirantai. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis Riwayat Ibnu Huzaimah dari Salman mengatakan:

‫ق « ْنُّيي ََ امنهللا َُس‬:َ ََ‫ ِف ن ٓ ِخ َِ َ ْهللا ٍ ِح ْن َش ْؼ َبَ َ فَل‬ ِ :‫خ ََط َب َنَ َُ ُل ُهللا‬
‫كَ ْد ْن َظل هللا ُ ْك َشي ٌَْ َغ ِظ ٌمي َشي ٌَْ ُح َب ََُكٌ َشي ٌَْ ِفي ِو م َ ْي َ ٌل خ ْ ٌَي ِح ْن نمْ ِف‬
‫َشيْ ٍَ… َ ى َُهللا َشي ٌَْ ْن هللا ُ َُ َُ ْ َْح ٌة َ ْن ْ َل ُط ُو َح ْغ ِف ََ ٌ َ ن ٓ ِخ َُ ُه ِغ ْ ٌق ِح َن‬
….َُِ ‫امنهللا‬
Rasulullah Saw. berkhutbah di hadapan kami pada hari terakhir bulan
Sya‟ban, beliau bersabda: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan
yang agung, bulan yang pernuh barkah, dan bulan yang di dalamnya ada
satu malam yang memiliki keutamaan lebih dari seribu bulan. … yaitu bulan
Ramadan. Bulan yang awalnya rahmat, tengah bulannya maghfirah, dan
akhir bulannya adalah pembebasan dari neraka…. (HR Ibnu Khuzaimah dan
Al-Baihaqi)
104 Universitas Islam Bandung

Hikmah Saum Ramadan


Hikmah Saum yang tertinggi, sebagaimana diterangkan oleh Allah pada
Surah Al-Baqarah ayat 183, adalah untuk membina kualitas ketakwaan orang yang
melaksanakannya, la‟allakum tattaqûn. Hal itu akan diwujudkan dalam praktek
peribadatan Saum itu sendiri. Imam Al-Maraghi, dalam tafsirnya menyatakan bahwa
Saum sebagai sarana dalam membina ketakwaan dapat dilihat dari beberapa segi,
antara lain;
(1) Saum itu mendidik manusia untuk senantiasa menyadari eksistensi Tuhannya
dalam segala aktifitasnya, baik dalam keadaan menyendiri ataupun di
tengah-tengah orang banyak. Seperti dapat diketahui, bahwa orang yang
saum itu pada hakikatnya adalah hanya dalam pengawasan Tuhan, bukan
sesama manusia. Ketika ia dihadapkan kepada lezatnya makanan, segarnya
minuman, dan kecantikan istrinya, yang dapat mengendalikan dirinya dari
dorongan-dorongan biologis itu adalah Allah. Dia menahan diri dari semua itu
karena semata-mata karena ketaatannya terhadap perintah Allah, bukan
karena yang lain, karena pengawasan manusia atau lainnya akan dapat
dihindari oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu, latihan pengendalian diri
selama satu bulan setiap tahunnya sangat memadai untuk mendidik dan
membina kebiasaan rasa malu kepada Tuhannya sehingga ia senantiasa
menaati perintah dan larangan-Nya.
(2) Mengurangi ketajaman nafsu seksual dan sekaligus dapat menuntun
seksualitas itu sesuai dengan aturan syara‟. Rasul Saw. bersabda:

‫ش ا هللامش َب َِب َح ِن ْال َ َطَ َع ِحنْ ُ ُك ام َبَ َ َ فَ ْل َي َ ََت هللا ْج فََن هللا ُو ْنغَ يض‬ َ َ ‫َي َح ْؼ‬
.ٌ َ‫ص َ ْن ْح َة ُن ِنلْ َف َْ ِج َ َح ْن م َ ْم ي َْس َ ِط ْع فَ َؼلَ ْي ِو ًِب هللامة ْهللا ِ فََن هللا ُو سَ َُ ِ َخ‬ ِ َ ‫ِن ْل َب‬
‫س‬
Hai para pemuda, jika salah seorang dari kalian sudah mampu memberi
nafkah menikahlah karena perkawinan itu akan mengurangi liarnya
pandangan mata kepada lawan jenis dan lebih dapat memelihara
kehormatan. Bagi yang belum mampu, hendaknya ia saum karena saum itu
dapat berfungsi sebagai penawar seksualitas”.
(3) Saum dapat mendidik kebiasaan kasih sayang kepada yang lemah. Kasih
sayang itu sendiri yang dapat mendorong seseorang untuk menyisihkan
sebagian hartanya untuk memberikan pertolongan kepada yang
membutuhkan, baik berupa zakat ataupun sedekah. Ketika merasakan
penderitaan rasa lapar dan dahaga karena saum itu, ia akan segera
menyadari penderitaan orang-orang fakir dan miskin, dalam masalah yang
sama yang berkepanjangan. Dari penderitaan sementara yang ia rasakan itu,
Saum 105

hatinya akan terketuk untuk menyantuni yang lemah. Jika situasi kehidupan
sudah tercipta sedemikian rupa, maka akan terwujudlah solidaritas sosial
sesama umat dan rasa ukhuwah diniyyah.
(4) Dalam ibadah saum terkandung kesamaan derajat kemanusiaan, antara
yang kaya dengan yang miskin, antara pemimpin dengan rakyat dalam
melaksanakan kewajiban keagamaan yang sama. Karena status sosial tidak
dapat menjadi alasan adanya dispensasi dalam menjalankan kewajiban
keagamaan.
(5) Saum juga dapat membina kebiasaan berdisiplin dalam kehidupan. Hal itu
dapat terlihat bahwa mereka berbuka dan saum pada waktu yang telah
ditentukan. Seseorang tidak diperkenankan mendahului yang lain dalam
berbuka saum jika dalam daerah yang sama.
(6) Saum juga dapat memelihara kesehatan, dalam hal-hal tertentu. Dalam hal
ini, tentu saja memerlukan kajian-kajian ilmu kesehatan yang lebih
rinci/detail. Pihak-pihak yang lebih berkompeten lebih berhak mengungkap
sisi hikmah ini.
(7) Saum dapat memelihara lidah kita untuk tidak berbicara yang kotor,
menggunjing orang, mencaci maki, menghujat dan lain sebagainya. Dengan
saum kita harus berbicara yang bermanfaat, mampu untuk mendengar
dengan baik.
(8) Orang yang menjalankan ibadah saum melatih jiwanya agar senantiasa
merasa diawasi oleh Allah (murâqabatullâh) sehingga dia meninggalkan
kemauan hawa nafsunya meskipun mampu menurutinya, sebab dia
mengetahui adanya pengawasan Allah terhadap dirinya, sehingga akan
menumbuhkan sifat kejujuran. Saat menjalankan ibadah puasa, kejujuran
kita diuji oleh Allah, meskipun ada peluang untuk membatalkan puasa, kita
tetap menjaga puasa kita, karena merasa selalu ada yang mengawasi.
(9) Mendorong seseorang untuk bersyukur kepada Allah dan mengingat
berbagai nikmat-Nya.
(10) Saum dapat melatih kesabaran. Saat menjalankan ibadah saum, kesabaran
kita diuji. Kita dituntut untuk bersabar, baik sabar menahan rasa lapar (fisik)
ataupun sabar menahan hawa nafsu.
(11) Menghapus dosa-dosa kecil. Manusia merupakan tempatnya salah dan lupa.
Tidak ada satu orang pun yang luput dari dosa, kecuali para nabi yang
ma‟sum (terpelihara dari perbuatan dosa). Saum Ramadan ini merupakan
sarana untuk menghapus dosa-dosa kecil selama setahun ke belakang,
sebagaimana sabda Rasulullah Saw., … Ramadan ke Ramadan berikutnya
menghapuskan kesalahan-kesalahan di antara keduanya selama dosa-dosa
besar dijauhi. (HR Muslim)

---ooOoo---
106 Universitas Islam Bandung
Haji dan Umrah 107

HAJI DAN UMRAH

Haji
1. Pengertian Haji
Menurut bahasa haji artinya al-qashdu, menyengaja menuju tempat suci.
Sedang menurut istilah, haji adalah seorang Muslim bermaksud berziarah ke Baitul
Haram (Kabah) untuk melaksanakan manasik haji dengan maksud mendekatkan diri
kepada Allah Swt. dengan melakukan wukuf di padang Arafah, thawaf di Masjidil
Haram, dan Sa‟i antara bukit Shafa dan Marwah dengan cara tertentu dalam waktu
dan niat tertentu.

2. Dasar Hukum Perintah Haji

Firman Allah Swt.:

          

Mengerjakan haji itu kewajiban terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS Al-Imran [3]: 97)
108 Universitas Islam Bandung

Sabda Rasulullah Saw. dari Abu Hurairah:

‫ فَ ُح هجوا‬،‫هللا ػَلَ ْي ُ ُُك امْ َح َّج‬


ُ ‫َأُّيه َا امنَّ ُاس كَ ْد فَ َر َض‬
Wahai manusia sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji atas kamu, karena itu
pergilah kamu berhaji. (HR. Muslim dan Nasa‟i)

، ٍ ‫ «بُ ِ َني اِ ْون َُ ُم ػَ َنم َ ٍْن‬: ‫هللا‬ ِ ‫نول‬ ُ ‫ كَننا َل َس ُو‬:‫ كَنا َل‬،‫َغ ِنِ اْ ِنِ ُ ََن َنر‬
ِ ‫ َأا َننا‬، ِ َُ ‫ َأ ساكَننا ِم ا َّمو ن‬،‫هللا‬
ِ ‫نول‬ ِ َِّ‫َش نيَا َة ِ َأ ْن َِ ا َ ََ ا‬
ُ ‫هللا َأ َأ َّن ُح َح َّدنندًا َس ُون‬
‫س‬ ‫س‬ ِ»‫ َأ َح ّ ِج ام َبيْت‬،‫ َأ َص ْو ِم س َس َح سضَ َان‬، ِ ‫ا َّمز ََك‬
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Islam itu ditegakkan di atas lima
dasar, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah,
mendirikan salat, membayar zakat, melaksnakan Saum Ramadan, dan ibadah haji
ke Baitullah. (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Al-Tirmidzi)
Hukum melaksanakan ibadah haji adalah fardhu „ain, yang diwajibkan
sekali sumur hidup atas setiap muslim pria maupun wanita yang telah memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Merdeka
e. Mampu
Mampu (Istithâ‟ah) di sini maksudnya dapat menunaikan haji dengan
mudah, tidak mengalami kesulitan yang tak mungkin teratasi; yang perinciannya
adalah sebagai berikut:
1) Berbadan sehat, tidak mempunyai cacat tubuh yang tidak memungkinkan
untuk melakukan suatu perjalanan jauh.
2) Tidak ada gangguan perasaan yang menghalangi perjalan, seperti rasa
terkepung oleh musuh dan takut terhadap bahaya.
3) Perjalanan aman pulang pergi.
4) Ada bekal yang cukup untuk ongkos perjalanan dengan segala belanjanya dan
belanja untuk keluarga yang ditinggalkan selama dalam perjalanan sampai
dengan kembalinya dari tanah suci, menurut ukuran yang telah umum berlaku.

3. Rukun Haji
Rukun haji ada enam:
Haji dan Umrah 109

a. Ihrâm, ialah niat menunaikan ibadah haji (dengan membaca labbaîk Allahumma
hajjan dari miqât) dan meninggalkan segala larangan yang berkaitan
dengannya (berihrâm), setelah memakai pakaian ihrâm.
b. Wukûf, yakni diam di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.
c. Thawâf, yaitu mengelilingi Kabah sebanyak tujuh putaran, thawâf al-hajji ini
disebut thawâf ifâdhah.
d. Sa‟i, yaitu berjalan atau berlari kecil antara bukit Shafa dan Marwah.
e. Tahallul, artinya mengakhiri ihrâm dengan menggunting rambut kepala.
f. Tertib, yaitu berurutan dalam menunaikan rukun-rukun tersebut di atas.
Rukun-rukun tersebut di atas sama sekali tak boleh ditinggalkan. Apabila
ada yang ditinggalkan, maka hajinya tidak sah, dan tidak dapat diganti dengan dam.
Lain dari itu, ketika melaksanakan rukun-rukun tersebut ada kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban-kewajiban ini apabila salah satunya ada
yang tertinggal/tidak dilaksanakan, maka hajinya tetap sah, hanya dia berkewajiban
membayar dam.

4. Wajib Haji
Wajib haji ada lima:
a. Keharusan mulai melaksanakan Ihrâm dari Mîqât (batas-batas tempat dan
waktu yang telah ditentukan).
b. Bermalam di Muzdalifah, setelah keluar dari Arafah menuju ke Mina.
c. Bermalam di Mina dua atau tiga malam pada hari-hari Tasyrîq.
d. Melempar jumrah „aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, dan ketiga jumrah; ûlâ,
wushthâ, dan ‟aqabah pada hari-hari Tasyrîq.
e. Meninggalkan segala larangan Ihrâm.

Umrah
1. Pengertian Umrah
Umrah menurut arti bahasa adalah ziarah. Sedangkan menurut istilah,
adalah menziarahi Kabah untuk melaksanakan ibadah umrah dengan syarat-syarat
yang sudah ditentukan.
Firman Allah Swt.:

....     

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.... (QS Al-Baqarah [2]:
196)
110 Universitas Islam Bandung

Sabda Rasulullah Saw. dari Abu Hurairah r.a.:


.‫ َأاحل هَج امل َ ْ ُْب ُأس م َ ْي َ َ َُ َج َزا ٌ اَِّ اجلَنَّ ُة‬،‫ام ُؼ ْد َر ُ ا ََل ام ُؼ ْد َرِ َن َّف َاس ٌ ِم َدا ب َ ْيَنَ ُ َدا‬
‫س‬
Dari umrah ke umrah berikutnya merupakan penghapusan dosa dan haji yang
‫س‬
mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga. (HR Bukhari Muslim)
Pelaksanaan ibadah umrah dapat dilaksanakan kapan saja, berbeda
dengan pelaksanaan ibadah haji yang harus dilaksanakan pada bulan-bulan haji
yaitu Bulan Syawwal, Dzulqa‟dah dan sepuluh hari pertama dari Bulan Dzulhijjah.

2. Rukun Umrah
Rukun Umrah adalah:
a. Ihrâm dari Mîqât (batas-batas tempat yang telah ditentukan)
b. Thawâf yaitu mengelilingi Kabah tujuh putaran;
c. Sa‟i yaitu berjalan atau berlari kecil bagi pria, antara bukit Shafa dan Marwa.
d. Tahallul, yaitu mengakhiri ihrâm dengan menggunting rambut kepala.
e. Tertib, yaitu berurutan dalam menunaikan rukun-rukun tersebu di atas.
Adapun wajib umrah adalah ber-ihrâm dari Mîqât dan menjauhkan diri dari
semua larangan-larangan ihrâm.

3. Mîqât
Mîqât artinya batas waktu atau tempat tertentu, untuk memulai ihrâm, baik
ihrâm untuk haji maupun ihrâm untuk umrah atau untuk keduanya.
Batas-batas atau Mîqât itu ada dua macam, yaitu batas waktu, yang
disebut Mîqât Zamânî dan batas tempat, yang disebut Mîqât Makânî
a. Mîqât Zamânî
Mîqât Zamânî artinya batas waktu untuk memulai ihrâm haji, yaitu dari
tanggal 1 (satu) bulan Syawwal sampai tanggal 8 (delapan) bulan Dzulhijjah. Jumlah
keseluruhannya 68 hari. Ihrâm yang dilakukan di luar waktu tersebut, menjadi ihrâm
umrah, bukan ihrâm haji.
Adapun untuk ihrâm umrah tidak ada batas waktunya. Karena itu ibadah
haji hanya dapat dikerjakan setahun sekali, sementara ibadah umrah dapat
dikerjakan beberapa kali dalam setahun.
b. Mîqât Makânî
Mîqât Makânî artinya tempat-tempat tertentu di mana pada tempat
tersebut dapat dimulai ihrâm, baik ihrâm untuk umrah maupun ihrâm untuk haji,
barang siapa yang melewati tempat-tempat tersebut dan bermaksud menunaikan
umrah atau haji, dia wajib ber-ihrâm dari tempat tersebut.
Batas tempat untuk ihrâm, tergantung dari mana orang yang akan
berihrâm itu datang.
Haji dan Umrah 111

Bagi orang yang sudah berada di tanah haram (Mekah), bila hendak ber-
ihrâm untuk umrah, dia harus keluar dulu dari tanah haram menuju ke tanah halal,
tanah halal yang biasa untuk memulai ihrâm umrah ialah Jiranah dan Tan‟im.
Sedang untuk ihrâm hajinya, dapat dimulai dari rumah (pondokan/hotel) masing-
masing.
Adapun bagi mereka yang datang dari luar tanah haram, ada lima tempat
yang ditentukan sebagai batas untuk memulai ihrâm, baik ihrâm umrah maupun
ihrâm haji yaitu:

1)
Dzul Hulaifah, yang sekarang
disebut Bir Ali atau Abyar Ali.
Tempat ini adalah Mîqât bagi
jamaah haji atau umrah yang
datang dari jurusan Madinah. Dari
tempat inilah dahulu Rasulullah
Saw. beserta para pengikutnya
mulai melakukan ihrâm. Barang
siapa yang datang dari arah
Madinah dan bermaksud
menunaikan haji atau umrah,
walaupun dia bukan penduduk
Madinah, maka dia harus mulai
ihrâm dari tempat ini (Dzul
Hulaifah/Abyar Ali).
2) Juhfah (dekat Rabigh sekarang). Tempat ini diperuntukkan bagi mereka yang
datang dari jurusan Mesir, Syam dan Maghribi.
3) Qarnun (Qarnul Manazil), ialah Mîqât bagi jema‟ah yang datang dari Najed;
termasuk dari Indonesia yang memakai jalan darat.
4) Dzatu „Irqin bagi mereka yang datang dari Irak.
5) Sedang bagi jamaah haji yang datang dari jurusan Yaman, India termasuk
Indonesia dan yang sejurusan dengannya, Mîqât mereka untuk memulai ihrâm
dari Yalamlam, atau hadwanya.
6) Bagi orang yang telah terlanjur melampaui Mîqât-Mîqât tersebut di atas, sedang
dia belum memulai ihrâm, maka dia wajib kembali ke Mîqât atau tempat yang
sejajar dengannya. Kalau tidak, maka diwajibkan baginya membayar dam.
Ibnu Abbas berkata:

،‫ َأ ِ َِلى ِْل ا َّمشا ِم اجلُ ْح َف َة‬،‫ َأكَّ َت ِ َِلى ِْل امل َ ِد َن ِة َذا احلُلَ ْي َف ِة‬ ‫ا َّن امنَّ ِ َِّب‬
‫س‬
‫ َأِم َد ِْ َأ ََت‬،َُِّ ‫ ى َُِّ مَي‬،‫ َأ ِ َِلى ِْل ام َي َد ِِ َلَ ْد َ ََل‬، ِ‫َأ ِ َِلى ِْل َ َْن ٍد كَ ْر َن امل َ َن ِازل‬
112 Universitas Islam Bandung

َ ‫ َأ َح ِْ ََك َن ة‬،َ ‫ػَلَ ْ ِْي َِّ ِح ِْ غَ ْ ِْي ِى َِّ ِح َّد ِْ َأ َسا َة احل ََّج َأام ُؼ ْد َر‬
ِْ ‫ فَ ِد‬،‫ُأن َذ ِ َِل‬
‫َح ْي ُث َأن ْ َشأَ َح ََّّت َأى ُْل َح َّك َة ِح ِْ َح َّك َة‬
Sesungguhnya Nabi Saw. telah menentukan batas bagi orang untuk memulai
ihrâm, untuk penduduk Madinah, Dzul Huliaifah, untuk penduduk Syam,
Juhfah, untuk penduduk Nejed, Qarnul Manazil dan untuk penduduk Yaman
Yalamlam. Semua tempat-tempat tersebut adalah tempat ihrâm bagi
penduduk setempat dan bagi penduduk lain yang datang ke tempat-tempat itu
dan bermaksud mengerjakan ibadah haji dan umrah. Selain dari orang-orang
yang telah disebutkan itu maka tempat ihrâmnya dari mana ia berada sehingga
penduduk Mekah ihrâmnya dari Mekah. (HR Al-Bukhari)

‫ كَ َال م َ َّدا فُ ِت َح ى ََذ ِان‬ ‫هللا َغ ِْ َنَ ِفع ٍ َغ ِْ اْ ِِ ُ ََ َر‬ ِ ُ‫َحدَّ جَنَا ُغ َب ْيد‬
‫ َحدَّ ِ َِلى ِْل‬‫هللا‬ ِ ‫ْص ِان َأث َْوا ُ ََ َر فَ َلامُوا ََي َأ ِح َْي امْ ُد ْؤ ِح ِن َني ا َّن َس ُوو َل‬
َ ْ ‫امْ ِد‬
‫س‬
‫َ َْن ٍد كَ ْرَنً َأى َُو َج ْو ٌس َغ ِْ َط ِر ِلنَا َأاَنَّ ا ْن َأ َسةَْنَ كَ ْرَنً َش َّق ػَلَ ْينَا كَا َل‬
ِ ‫ْ ِ َ ِ ُْ َ َ س َ س‬
‫فَان ُْظ ُرأا َحذ َأىَا ح ِْ ط ِرلُك ف َحدَّ مي ُْم ذ َات غ ْر ٍق‬
Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar r.a.
berkata: Ketika negeri dua kota telah ditaklukan, penduduknya datang
menghadap Umar lalu mereka berkata: "Wahai Amirul Mukminin, Rasulullah
Saw. telah menetapkan batas Mîqât bagi penduduk Nejd di Qarnul Manazil, dan
itu sangat jauh bila dilihat dari jalan kami, dan bila kami ingin menempuh ke
sana sangat memberatkan kami". Maka dia ('Umar) berkata: "Perhatikanlah
batas sejajarnya dari jalan kalian". Lalu dia menetapkan Mîqât mereka di Dzatu
'Irqi. (HR Al-Bukhari)

Beberapa hal yang dianjurkan sebelum Ihrâm


1. Membersihkan diri (al-Tanazhzhuf).
Apabila seorang muslim hendak melakukan ihrâm, dianjurkan kepadanya,
sebelum ihrâm, membersihkan diri dengan mandi (seperti janabat), kotoran
yang mungkin melekat pada badannya akibat perjalanan yang jauh, sebab tidak
layak bagi seorang muslim memasuki rangkaian ihrâm dengan badan dan
pakaian yang kotor.
Haji dan Umrah 113

2. Menghilangkan kotoran dari badan (izâlat al-adzâ „an jismih).


Apabila seorang muslim memiliki kuku yang panjang, kumis, bulu ketiak, yang
akan menyebabkan/mengganggu kenyamanan pelaksanaan ibadah, hendaklah
dia memotong dan membersihkan hal-hal yang disebut.
3. Memakai wangi-wangian (al-tathayyub)
Apabila telah selesai mandi, memotong kuku, kumis dan mencukur bulu-buluan,
dianjurkan pula untuk memakai wangi-wangian ke seluruh badannya (tidak
boleh mengenai pakaian ihrâm).
4. Memakai pakaian ihrâm (irtidâ malabis al-ihrâm).
Bagi kaum pria, dewasa atau anak-anak, diharuskan memakai pakaian ihrâm
berupa dua helai kain (disunatkan berwarna putih) yang tidak berjahit, satu
helai dipakai sebagai sarung, satu helai yang lain sebagai selendang.
Sedang kaum wanita, mereka diperbolehkan memakai pakaian sehari-hari
(menutup seluruh tubuh, kecuali penutup telapak tangan, cadar, dan sarung
tangan).
Mereka yang sedang nifas atau haid juga dianjurkan untuk mandi sebelum
ihrâm, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berkenaan dengan Asma
binti Umais r.a. yang melahirkan di tempat Miqat (tempat mulai ihrâm).
Termasuk ke dalam kategori ini, wanita-wanita yang haid, baik haidnya sebelum
tiba di Miqat, seperti di Madinah misalnya, mereka tetap harus berihrâm
bersama-sama yang lainnya, dan melakukan hal-hal yang dianjurkan sebelum
berihrâm.
5. Memasuki ihrâm (al-dukhuul fi al-ihrâm)
Setelah setiap orang, pria dan wanita, selesai melakukan persiapan ihrâm,
seperti yang dijelaskan di atas, mereka lalu berniat untuk ihrâm (muhrim).
Setelah itu berlakulah hal-hal yang diharamkan bagi mereka seperti yang akan
dijelaskan di bawah ini.

Hal-hal yang dilarang bagi yang sedang Ihrâm


Apabila seorang muslim telah berihrâm, haramlah baginya hal-hal yang
tadinya halal/boleh dilakukan sebelum ihrâm, hal-hal tersebut adalah:
1. Diharamkan bagi kaum pria yang sedang berihrâm memakai pakain berjahit
atau kain yang dibentuk menyerupai anggota badan seperti baju, celana
panjang atau pendek, kaos kaki, sarung tangan, pakaian dalam, sepatu dan
topi/penutup kepala.
2. Diharamkan bagi pria maupun wanita memakai wangi-wangian baik pada
badan maupun pakaian.
Kedua hal tersebut (memakai wangi-wangian, pakaian dan penutup kepala)
tetap tidak diperbolehkan walaupun dia meninggal dunia dalam keadaan
sedang ihrâm.
114 Universitas Islam Bandung

Diriwayatkan ada seorang pria sedang wukuf di Arafah bersama-sama


Rasulullah Saw. kemudian dia terjatuh dari tunggangannya lalu meninggal
dunia dalam keadaan sedang ihrâm, Rasulullah Saw. bersabda,” Kaffinûhu fî
tsaubihi wa lâ tukhammirû ra‟sahu wa lâ tumissuhû thayyiban” (Kafani dia
dengan kain ihrâmnya dan jangan kalian tutup kepalanya dan jangan pula
diberi wangi-wangian”. (HR. Bukhari)
3. Kaum pria dan wanita dilarang membunuh binatang ternak dan binatang
buruan seperti burung, kambing, ayam, unta dan lain-lain.
4. Kaum pria dan wanita dilarang melakuan hubungan suami istri dan hal-hal yang
mengundang kearah itu, seperti melamar atau dilamar, melaksanakan akad
nikah, menghadiri akad nikah, dan hal-hal yang menjurus dan menimbulkan
birahi. QS Al-Baqarah (2): 197
Melakukan hubungan suami istri dalam keadaan sedang ihrâm, termasuk
larangan yang paling keras, yang mengakibatkan hajinya batal dan rusak.
5. Kaum pria dan wanita dilarang memotong/mencabut dan merusak tumbuh-
tumbuhan/pepohonan.
6. Kaum wanita dilarang membuka kerudung, membuka/menggulung lengan baju
dan celana di luar kamar mandi, dan
7. Kaum pria dan wanita yang sedang ihrâm dilarang mengambil/memungut
barang temuan, kecuali apabila bermaksud untuk mengumumkannya.

Macam-macam dan Cara Pelaksanaan Haji


Terdapat tiga macam cara melaksanakan ibadah haji, yaitu Tamattu, Ifrad,
dan Qiran.
Haji Tamattu adalah haji yang mendahulukan ibadah Umrah dari pada
ibadah haji. Haji Tamattu dilakukan oleh orang yang tidak membawa binatang
hadyu (sembelihan) dari tempat asalnya, oleh karenanya kepadanya dikenakan dam
tamattu; yaitu menyembelih seekor domba atau puasa tiga hari selagi di Mekah dan
tujuh hari setelah berada di kampung halamannya.
Haji Ifrad adalah haji yang mendahulukan ibadah haji dari pada ibadah
Umrah, umumnya haji ifrad ini dilaksanakan oleh penduduk Mekah.
Haji Qiran adalah melakukan ibadah haji dan Umrah secara sekaligus. Haji
qiron ini sama halnya dengan haji tamattu yaitu dikenakan dam qiron. Niat yang
diucapkan ketika berada di Miqat makani untuk haji qiron ini adalah

ً ‫م َ َب ْي َم َانلّ ُي َّم َح ًّجا َأ ُ َْ َر‬


Labaika hajjan wa umratan atau labaika Allahumma hajjan wa umrotan, artinya: “Ya
Allah aku penuhi panggilan-Mu untuk melakukan ibadah haji dan Umrah”.
Haji dan Umrah 115

Para ulama sepakat bahwa masing-masing dari tiga cara haji di atas boleh
dilakukan berdasarkan hadis di bawah ini:

‫ ػَا َم َح َّج ِة‬ ‫هللا‬ ِ ِ‫ خ ََر ْجنَا َح َع َس ُوول‬:‫ َأَّنَّ َا كَام َ ْت‬، ‫َغ ِْ ػَائِ َش َة‬
‫ َأ ِحنَّا َح ِْ َأ َى َّل‬، ٍ‫ َأ ِحنَّا َح ِْ َأ َى َّل ِ َِب َّج ٍة َأ ُ َْ َر‬، ٍ‫ فَ ِدنَّا َح ِْ َأ َى َّل ِب ُؼ ْد َر‬،‫ا َموةَا ِع‬
‫ َأ ْأ َ ََج َع احل ََّج‬،‫ ِِبحل ّ َِج» فَأَ َّحا َح ِْ َأ َى َّل ِِبحل ّ َِج‬ ‫هللا‬ ِ ‫ِِبحل ّ َِج « َأ َأ َى َّل َس ُو ُول‬
‫ مَ ْم َ َِيلّوا َح ََّّت ََك َن َ ْو ُم امنَّ ْح ِر‬،َ ‫َأام ُؼ ْد َر‬
Dari „Aisyah r.a. ia berkata: Pada perisitiwa Haji Wada‟ saya ikut keluar bersama
Rasulullah Saw., waktu itu di antara kami ada yang berihrâm untuk umrah, ada
yang berihrâm untuk haji dan umrah, dan ada pula yang berihrâm untuk haji saja.
Sedang Rasulullah Saw. sendiri berihrâm untuk haji. Adapun orang yang telah
berihrâm untuk umrah, ia melakukan tahallul, begitu sampai di Mekah (setelah
melakukan tawaf dan sa„i) sedang orang-orang yang berihrâm haji atau berihrâm
haji dan umrah sekaligus. Ia baru bertahallul nanti pada hari nahar yaitu tanggal 10
Dzulhijjah”. (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, dan Malik)

Tata Cara Haji Tamattu


1) Berangkat Dari Rumah:
Saat berangkat dari rumah, sebaiknya lakukanlah salat sunnat dua rakaat
(sebagaimana lazimnya orang yang akan bepergian), setelah itu keluarlah dari
rumah seraya mengucapkan Bismillâhi tawakkaltu „alallâh walâ haula walâ
quwwata illâ billâhi al-„aliyyi al-azhîm dan setelah berada di dalam kendaraan
ucapkanlah: Bismillâhi majrâhâ wa mursâhâ inna rabbi laghafûrrurrahîm.
Setelah keadaan mulai berjalan bacalah doa:

َُ َ ‫ ُو ْب َح َان َّ ِاَّلي ََس ََّر مَنَا ى ََذا َأ َحا ُننَّا‬،‫هللا َأ ْن َ ُْب‬ُ ،‫هللا َأ ْن َ ُْب‬ ُ ،‫هللا َأ ْن َ ُْب‬
ُ
‫ون انلَّ ُي َّم اَنَّ ن َ ْسأَ ُ َِل ِِف َو َف ِرَنَ َى َذا امْ ِ َّْب‬َ ‫ُح ْل ِنر َني َأاَنَّ ا ََل َ ِسب ّنَا مَ ُد ْن َل ِل ُب‬
‫س‬ ‫س‬
‫َأام َّ ْل َوى س َأ ِح ِْ امْ َؼ َد ِل َحا تَ ْر ََض انلَّ ُي َّم ى َِّو ْن ػَلَ ْينَا َو َف َرَنَ َى َذا َأ ْاط ِو َغنَّا‬
116 Universitas Islam Bandung

‫بُ ْؼدَ ُه انلَّ ُي َّم َأن َْت ا َّمو ِاح ُب ِِف ا َّمس َف ِر َأامْ َخ ِلي َف ُة ِِف ْ َاِلى ِْل انلَّ ُي َّم ا ِ ّّن َأ ُغو ُذ‬
‫ِ ْ ََ ِ ْ س‬
‫ب َِم ِح ِْ َأ ْغثَا ِ ا َّمس َف ِر َأ َكٓب َ ِة امْ َد ْن َظ ِر َأ ُوو ام ُد ْنلل ِب ِف ام َدالِ َأاِلى ِْل‬
َ ْ
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Maha Suci Tuhan yang
telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak
mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan
kami. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam
perjalanan ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridai. Ya Allah,
permudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya
Allah, Engkaulah pendampingku dalam bepergian dan mengurusi keluarga. Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian,
pemandangan yang menyedihkan dan kepulangan yang buruk dalam harta dan
keluarga.
2) Ihrâm dari Miqat
Apabila telah tiba di Miqat makani, umpamanya di Bandara King Abdul Azis
(Hadwa antara Juhfah dan Ya‟lamlam) atau di Bir Ali bagi mereka yang datang
dari arah Madinah, maka segeralah mandi, memakai wangi-wangian dan
memakai pakaian ihrâm dengan membuka penutup kepala (bagi pria),
kemudian salat dua rakaat, dan setelah itu ucapkanlah “labbaika „umratan” atau
labbaika Allahumma „umrotan (apabila tamattu) dengan niat ikhlas karena Allah.
Dengan demikian, dia sudah berada dalam keadaan berihrâm dan berlaku
baginya segala larangan ihrâm, yaitu tidak boleh memotong rambut, memakai
wangi-wangian, memakai pakaian yang berjahit (bagi pria), berbuat dosa,
berkata cabul, memakai kaos kaki, tutup kepala (bagi pria), dan larangan-
larangan lain dalam berihrâm. Kemudian perbanyaklah membaca talbiyah
dengan suara keras bagi laki-laki.

‫ْ ْ َنم َ َِل م َ َّب ْي َنم ا َّن امْ َح ْدندَ َأام ِنّ ْؼ َدن َة َ َِل‬
ِ َ َِ ‫م َ َّب ْي َنم انلَّيُن َّم م َ َّب ْي َنمَ م َ َّب ْي َنم‬
‫س‬ َ ْ ‫َأامْ ُد‬
‫ْ ْ َم َ َِل‬ ِ َ َِ ‫ْل‬
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagi-
Mu sesungguhnya segala puji, segala nikmat adalah bagi-Mu, dan kerajaan
kepunyaan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”.
Bacaan talbiyah ini terus diucapkan sepanjang perjalanan di dalam
kendaraan menuju kota Mekah, dan ucapan ini dihentikan pada saat hendak
memasuki masjid menjelang ibadah Thawaf.
Haji dan Umrah 117

3) Tiba di Mekah
Setelah sampai di Mekah, terus menuju ke pondokan menyimpan barang-
barang bawaan, dan beristirahat. Setelah itu, dalam keadaan suci dari hadats
dan najis, pergi menuju Kabah. Masuklah ke Mesjid lewat pintu mana saja (bila
memungkinkan sebaiknya melalui pintu bani Syaibah atau Babbussalam) seraya
mengucapkan dengan khusu‟ dan tunduk.
‫مشن ْي ََ ِان‬ َّ ‫ ِح َنِ ا‬،ِ ْ ‫ َأ ُونلْ ََا ِن ِو امْلَن ِد‬،ِ ْ ‫َأ ُغ ْنوذ ِِب ِِ امْ َؼ ِظ ْ ِنِ َأب َِو ْ ِ نِهـ ِو ا ْم َكن ِر‬
‫ انلَّيُن َّم ا ْى ِف ْنر َِل‬،‫هللا انلَّيُن َّم َصن ِ ّل ػَ َنم ُح َح ّدن ٍد َأ أ ٓ ِ َِ َأ َو َّ َنَل‬
ِ ‫ ب ِْسن ِم‬،ِِ ْ ‫ا َّمر ِج‬
‫ُذن ُْو ِِب َأافْتَ ْح َِل َأبْ َو َاب َس ْ َْح ِ َم‬
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dan kepada zat-Nya yang Maha
Mulia dan kekuasaan-Nya yang Maha Lama, dari godaan syaitan yang terkutuk.
Dengan menyebut asma Allah ya Allah tambahlah rahmat dan salam atas Nabi
Muhammad, Ya Allah ampunilah aku dari dosa-dosa dan bukakanlah pintu-pintu
rahmat-Mu.

4) Thawaf
Setelah membaca doa tersebut, terus masuk ke dalam masjid dan tatkala
melihat Baitullah (Kabah) ucapkanlah doa:

َّ َ ِ‫انلَّيُ َّم ِز ْة ى َذا امْ َبيْ َت تَ ْشر يِْر اً َأثَ ْؼ ِظ ْي ًدنا َأتَ ْك ِر ْ ًدنا َأ َحيَابَن ًة َأ ِز ْة َح ْن‬
‫ْفَن ُو‬
‫ انلَّيُن َّم َأن َْنت‬،‫َأ َن َّر َح ُو ِح َّد ِْ َح َّج ُو َأ ِأ ْغ َ َد َر ُه تَش يِْر اً َأتَ ْك ِر ْ ًدا َأثَ ْؼ ِظ ْي ًدنا َأ ِْ ًّنرا‬
‫ا َّمس َُ ُم َأ ِح ْن َم ا َّمس َُ ُم فَ َح ِ ّينَا َبسَِّهـنَا ِِب َّمس َُ ِم‬
Ya Allah jadikanlah Kabah ini semakin (terhormat dan agung, mulia dan
berwibawa. Dan jadikanlah orang yang berhaji dan berumrah padanya dengan
menghormati dan memuliakannya, semakin terhormat, mulia, agung dan baik,
Ya Allah Engkaulah zat yang damai dan Engkaulah kedamaian maka
hidupkanlah kami dengan penuh kedamaian.
Setelah membaca doa tersebut, terus menuju Baitullah (Kabah) untuk
melaksanakan ibadah Thawaf. Mulailah thawaf itu dari Hajar Aswad dengan
menjadikan Baitullah di sebelah kiri badan kita. Kecup atau usaplah hajar aswad
jika memungkinkan, jika tidak, istilam-lah dengan mengangkat kedua tangan ke
118 Universitas Islam Bandung

arahnya sambil mengucapkan bismillâhi allâhu akbar, lalu kecuplah kedua


telapak tangan.
Mulailah berlari-lari kecil dalam tiga putaran pertama (bagi pria) dan
berjalan biasa pada empat putaran berikutnya sambil membaca doa dan dzikir
(apa saja yang hapal dan diperlukan), seperti :

‫ َأ َأفَا ً ِب َؼ ْي ِدكَ َأا ِث ّ َباػًا ِم ُسنَّ ِة ن َ ِب ِيّ َم‬،‫ َأث َْو ِد ْلًا ِْ ِكتَاب َِم‬،‫َانلَّيُ َّم ا ْ َداَنً ب َِم‬
Ya Allah aku berthawaf karena iman kepada-Mu, dan sebagai pembenaran atas
‫س‬
kitab-Mu, menunaikan janji-Mu dan mengikuti sunnah Nabi–Mu.

َ ‫ َأ َِ َحن ْنو َل َأ َِكُن َّنو‬،‫هللا ا ْنن َ ُنْب‬ ُ َِّ‫هللا َأامْ َح ْدنندُ ِِ َأ َِ ا َ ََ ا‬


ُ ‫هللا َأ‬ ِ ‫ُون ْب َح َان‬
‫س س‬
ِِ ْ ‫اَِّ ِِب ِِ امْ َؼ ِ ِ ّل امْ َؼ ِظ‬
Maha suci Allah. Segala puji bagi Allah, dan tiada tuhan selain Allah, dan Maha
‫س‬
Besar, tak ada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah yang Maha
Tinggi dan Maha Agung.

‫انلَّيُ َّم ا ْج َؼ ْ ُْل َح ًّجا َح ْ ُْب ْأ ًسا َأ َذنْ ًبا َح ْغ ُف ْو ًسا‬


Ya Allah jadikanlah haji ini haji yang mabrur dari dosa yang terampuni
Dan setiap sampai di Rukun Yamani, maka usaplah Kabah atau beristilam
(berisyarat) kepadanya sambil membaca takbir dengan tidak usah
mengecupnya.
Dan setiap perjalanan dari rukun Yamani menuju Hajar Aswad, bacalah:

‫َبسَّنَا أ ٓ ِثنَا ِِف ادله نْ َيا َح َسنَ ًة َأ ِِف ْاِلٓ ِخ َرِ َح َسنَ ًة َأ ِكنَا ػَ َذ َاب امنَّ ِاس‬
Ya Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan, dan juga di akhirat, dan
peliharalah kami dari siksa neraka.
Apabila telah sampai di Hajar Aswad, maka lakukanlah sebagaimana yang
dilakukan pada putaran pertama. Demikian selanjutnya sampai dikerjakan tujuh
kali putaran, pergilah kearah belakang Maqam Ibrahim dengan membaca:

‫َأ َّ ِاّت ُذ ْأا ِح ِْ ِح َلا ِم ِاْ َرا ِى ْ َِ ُح َو َّل‬


Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu sebagai tempat salat. (HR. Muslim)
Haji dan Umrah 119

Lakukanlah salat dua rakaat di tempat itu. Pada rakaat pertama membaca
Surah Al-Kafirun sesudah Al-Fatihah pada rakaat yang pertama dan Surah Al-
Ikhlas setelah Al-Fatihah pada rakaat yang kedua. Kemudian setelah berdoa
hampirilah Hajar Aswad dan usaplah dia kalau memungkinkan.

5) Sa’i
Setelah selesai mengerjakan thawaf tujuh putaran, terus menuju ke Shafa,
sesampainya di kaki bukit Shafa membaca:

ِ ‫ا َّن ام َّو َفا َأامْ َد ْر َأ َ ِح ِْ َش َؼائِ ِر‬


ُ ‫هللا َأبْدَ ُأ ِب َدابَدَ َأ‬
‫هللا‬
Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu dari Syiar Allah, aku memulai dengan apa
‫س‬
yang dimulai Allah.
Setalah itu dilanjutkan dengan melakukan Sa‟i yang dimulai dari bukit
Shafa lalu mendaki ke atasnya hingga terlihat Kabah lalu menghadap kearahnya
sambil mengucapkan:

َُ َ ،ََُ ‫ْْن َنم‬ِ َ َِ ‫هللا َأ ْحنندَ ُه‬ُ َِّ‫ َِا َ ََ ا‬،‫هللا َأ ْنن َ ُنْب‬
ُ ،‫هللا َأ ْنن َ ُنْب‬
ُ ،‫هللا َأ ْنن َ ُنْب‬
ُ
‫س‬ ‫س‬
ُ َِّ‫ق ٍ كَننن ِد ِْ ٌر َِا َ ََ ا‬
‫هللا َأ ْحننندَ ُه‬ ْ َ‫ي‬ ِّ ُ ‫ننْل َأ َ َُ امْ َح ْدننندُ َأ ُىن َننو ػَن َننم‬
ُ ْ ‫امْ ُدن‬
‫س س‬
َ َ ‫َأ ْ ََن َز َأ ْػدَ ُه َأن‬
‫َْص َغ ْبدَ ُه َأى ََز َم ْا َِل َح َز َاب َأ ْحدَ ُه‬
Allah Maha Besar tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa. tiada sekutu bagi-
Nya. Seluruh kerajaan langit dan bumi milik-Nya pula segala puji bagi-Nya dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, tiada Tuhan melainkan Allah yang Esa.
yang telah memenuhi janji-Nya dan telah menolong hamba-Nya dan telah
menghancurkan musuh dengan kekuasaan-Nya.
Kemudian turunlah dari bukit Shafa menuju bukit Marwah sambil berlari-
lari kecil untuk pria di antara masil dan bait bani aqii (di antara dua tanda lampu
hijau). Setelah sampai di kaki bukit Marwah baca pula:

ِ ‫ا َّن ا َّمو َفا َأامْ َد ْر َأ َ ِح ِْ َش َؼائِ ِر‬


ُ ‫هللا َأبْدَ ُأ ِب َدابَدَ َأ‬
‫هللا‬
Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu dari Syiar Allah, aku memulai dengan apa
‫س‬
yang dimulai Allah.
Mendakilah ke atasnya lalu menghadaplah ke Kabah sambil membaca
takbir dan tahlil sebagaimana yang telah dilakukan di bukit Shafa kemudian
120 Universitas Islam Bandung

turunlah dari bukit Marwah kembali ke bukit Shafa, dari bukit Shafa ke bukit
Marwah hingga terlaksana tujuh kali dan berhenti di bukit Marwah.

6) Tahallul
Setelah selesai melaksanakan ibadah Sa‟i, laksanakanlah tahallul dengan
cara bercukur atau memotong rambut kepala dengan demikian selesailah
ibadah umrah. Dengan selesainya rangkain ibadah Umrah ini berakhirlah semua
larangan-larangan ihrâm.
Semua jamaah haji tetap berada di Mekah menunggu tanggal 8 Dzul-
Hijjah, yaitu saat permulaan ihrâm untuk haji. Selama menunggu ihrâm haji ini,
usahakan dapat melaksanakan salat berjama‟ah di Masjidil Haram dan
melaksanakan ibadah-ibadah lainnya seperti membaca Al-Quran dan lain-lain.

7) Pergi ke Arafah
Pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah), maka bersiap-siaplah berihrâm
untuk haji dari Mekah, lakukan persiapan ihrâm seperti yang dilakukan ketika
hendak ihrâm Umrah (mandi, memakai wangi-wangian, dan berpakaian ihrâm).
Kemudian berniatlah ihrâm haji dengan mengucapkan labbaika Allâhumma
hajjan, dilanjutkan dengan bacaan talbiyah seperti ketika umrah. Kemudian
pergi ke Mina, (sebagaian ada yang langsung menuju ke Arafah). Di Mina, akan
melaksanakan salat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya‟, dan Shubuh, dengan
menqashar setiap salat yang empat rakaat tetapi tidak menjamaknya. Apabila
matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah) telah terbit, pergilah seluruh
jamaah haji menuju Padang Arafah sambil membaca talbiyah, (karena situasi
amat padat umumnya jamaah langsung menuju ke kemah yang telah
ditentukan untuk wuquf) dan setelah matahari condong (Zhuhur) lakukanlah
salat jamak dan qashar Zhuhur dengan Ashar secara berjamaah setelah
mendengarkan khutbah wuquf. Kemudian dilanjutkan dengan ibadah wuquf
sampai Maghrib. Ibadah wukuf boleh diisi dengan zikir, membaca Al-Quran, dan
berdoa kepada Allah. Doa orang yang wukuf akan dikabulkan oleh Allah Swt.

8) Keluar dari Arafah menuju Muzdalifah dan Mina


Setelah terbenam matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah, umumnya setelah
waktu Maghrib, jamaah haji meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah. Di sana,
melaksanakan salat Maghrib dan Isya dengan jamak ta`khir, setelah itu lalu
mabît/bermalam, tetapi bagi orang yang lemah dan perempuan diperbolehkan
pergi dari Muzdalifah menuju Mina setelah lewat tengah malam. Setelah
melaksanakan salat shubuh di Muzdalifah, seluruh jamaah haji pergi menuju ke
Mina dan berdoalah kepada Allah setelah sampai di Masy‟aril Haram dengan
menghadap kiblat serta bertakbir dan bertahlil; kemudian melanjutkan
perjalanan sebelum terbit matahari sehingga sampailah di lembah Muhassir dan
Haji dan Umrah 121

ambillah batu untuk melempar jumrah dan percepatlah perjalanan di situ


(apabila memungkinkan). Apabila telah sampai di Mina, lemparlah Jumrah
„Aqabah dengan tujuh butir kerikil (dilemparkan satu-persatu), setiap melempar
membaca Allâhu akbar (Allah Maha Besar)
Kemudian sembelihlah binatang hadyu (bagi yang akan menyembelih
langsung) dan tahallul dengan mencukur atau memotong rambut kepala.
Dengan tahallul awal ini maka halallah segala hal yang dilarang sebelumnya
ketika berihrâm, kecuali melakukan hubungan suami isteri.
Kemudian pergilah ke Mekah dan lakukan thawâf ifâdhah (thawaf haji) di
Baitullah tujuh kali putaran seperti ketika tawaf Umrah. Kemudian salat sunnat
thawaf dua rakaat. Dan minumlah air zam-zam dilanjutkan sa‟i di antara Shafa
dan Marwah. (Thawaf Ifadhah ini dapat pula dilaksanakan setelah
menyelesaikan segala kewajiban di Mina).
Thawaf Ifadhah juga dapat dilakukan setelah mabit dan melempar Jumrah
di Mina baik bagi yang nafar awwalmaupun nafar tsani.
Kemudian kembali lagi ke Mina dan bermalam di sana dua atau tiga
malam, untuk melempar ketiga jamarat, (Jumrah „Ula, Wastha‟ dan „Aqabah)
dimulai sesudah tergekincir matahari pada tanggal, 11, 12, dan 13 dengan cara
seperti melempar jumrah „aqabah, bedanya setelah selesai melempar jumrah
ula dan wustha membaca doa sambil menghadap kiblat:
‫انلَّ ُي َّم ْاج َؼ ْ ُْل َح ًّجا َح ْ ُْب ًأسا َأ َذنْ ًبا َح ْغ ُف ًوسا‬
Ya Allah, jadikanlah itu haji mabrur dan dosa yang diampuni
Bagi mereka yang tergesa-gesa ingin cepat pergi ke Mekah setelah
tanggal, 12, hal itu diperbolehkan, ini disebut nafar awal. Dengan demikian
selesailah amal-amalan haji itu.

9) Thawaf Wada’
Setelah rangkaian ibadah haji selesai dan tiba saatnya pulang ke tanah air,
maka kerjakanlah thawaf Wada‟ atau tawaf perpisahan. Tetapi bagi wanita
yang sedang haid, diperbolehkan meninggalkan Mekah tanpa harus
melaksanakan thawaf Wada‟.
Cara thawaf wada seperti thawaf lainnya, thawaf umrah maupun thawaf
haji. Setelah thawaf lakukan salat dua rakaat di Maqam Ibrahim. Pada rakaat
pertama setelah fatihah membaca Surah Al-Kafirun dan pada rakaat kedua,
setelah al-fatihah membaca Surah Al-Ikhlash, dilanjutkan doa, kemudian
tinggalkanlah Masjidil Haram untuk bersiap-siap pulang atau pergi ke Madinah,
bagi yang belum berziarah ke sana.
122 Universitas Islam Bandung

Macam-macam Kifarat
Apabila menghilangkan rambut di waktu ihrâm disebabkan sakit atau
lainnya, maka wajiblah membayar fidyah dengan puasa tiga hari & memberi makan
enam orang miskin, tiap seorangnya setengah sha‟ (± 1,25 liter beras atau makanan
pokok lainnya) atau menyembelih seekor kambing.
Apabila membunuh binatang yang ada persamaannya selain burung
gagak, ular, kalajengking, tikus, anjing buas, maka sembelih binatang yang sama
dengan yang dibunuh, sedekahkan kepada orang-orang miskin di Mekah dengan
memberi makan seharga binatang tersebut, atau shaum untuk gantinya tiap-tiap
satu mud makanan diganti shaum sehari.
Apabila sebelum tahallul awal ada yang melakukan hubungan suami istri,
maka ibadah hajinya menjadi batal dan harus membayar kifarat dengan
menyembelih seekor unta atau sapi; dan seluruh amalan-amalan haji yang belum
dilaksanakan tetap harus dilaksanakan hingga sempurna dan diwajibkan untuk
mengqada‟ (mengulangi) hajinya pada tahun berikutnya.
Bagi yang melangsungkan aqad nikah di waktu ihrâm, nikahnya tidak sah
tetapi tidak diwajibkan membayar kifarat.
Apabila ketinggalan wukuf di Arafah (tidak menjalankan wukuf), maka
lakukanlah tahallul dengan mengubah niat haji menjadi umrah, dan sembelihlah
seekor kambing. Ibadah hajinya diqadla tahun depan.
Apabila terhalang menyelesaikan haji atau umrah, disebabkan sakit atau
karena musuh, maka sembelihlah kambing di tempat terhalang itu, lalu bertahallul
dengan mencukur atau memotong rambut.
Apabila menjalankan haji tamattu (menjalankan Umrah di dalam bulan-
bulan haji), maka sembelihlah kambing atau shaum sepuluh hari, tiga hari sewaktu
di tanah suci, tujuh hari setelah berada di tanah air.

Hikmah Disyariatkan Haji


Sebagaimana diketahui bersama, bahwa semua titah dan larangan Allah
dalam ajaran Islam (syariat Islam), seperti salat, puasa, zakat mengandung hikmah
yang tak terhingga, demikian pula halnya syariat ibadah haji. Di antara hikmahnya
adalah sebagai berikut:
(1) Ibadah haji adalah satu rangkaian ibadah yang hanya dapat dilakukan di satu
tempat, yaitu di kota Mekah dan sekitarnya. Karena itu ibadah haji
merupakan sarana untuk berkumpulnya semua muslim di dunia yang sedang
melaksanakannya.
(2) Ibadah haji merupakan sarana untuk saling mengenal (ta‟âruf) antar bangsa
yang ada di dunia yang berbeda jenis, warna kulit, adat kebiasaan, bahasa.
Orang Arab jadi mengenal orang India, orang Turki mengenal orang China,
orang Mesir mengenal orang Syaami, Maghribi, Indonesia, dan lain-lain.
Haji dan Umrah 123

(3) Musim haji merupakan sarana transaksi bisnis yang besar berupa hasil
pertanian, industri manufaktur, dan industri-industri lainnya yang menunjang
kebutuhan manusia.
(4) Ibadah haji merupakan refleksi syukur seorang hamba atas nikmat yang
dianugerahkan Allah kepada mereka.
(5) Ibadah haji merupakan sarana bagi setiap muslim untuk bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah Swt. dari berbagai kemaksiatan dan
kesalahan yang pernah dilakukan.
(6) Baitulllah merupakan tempat pertama bagi manusia untuk mengagungkan
syi‟ar-syi‟ar agama Allah dan keesaan-Nya.
(7) Ibadah haji merupakan sarana untuk menyadarkan diri bahwa manusia di
hadapan Allah adalah sama derajatnya, tidak ada perbedaan antara raja
dengan rakyatnya, yang kaya dengan yang miskin, penguasa (tuan, majikan)
dengan karyawan dan bawahannya, dan lain-lain.
(8) Mabit (menginap) di Mina merupakan cara untuk mengubah kesombongan
keturunan, pangkat, status sosial dengan dzikir kepada Allah, tasbih dan
tahmid.
(9) Hikmah Sa‟i antara bukit Shafa dan bukit Marwah merupakan gambaran
kerja keras dan tanggung jawab seorang ibu terhadap anaknya, seperti yang
dilakukan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim a.s. ketika kehabisan bekal makanan
dan minuman.
(10) Hikmah Melempar Jamarat sebagai simbol perlawanan terhadap syetan yang
dilaknat Allah.
(11) Mencukur rambut (tahallul) adalah tanda berakhirnya ihrâm. Hikmahnya
adalah, bahwa setiap orang yang hendak meninggalkan Bait Allah harus
dalam keadaan bersih.
(12) Hajar Aswad adalah tangan Allah sebelah kanan di dunia, Allah menyalami
makhluknya dengan tangan tersebut sebagaimana seorang manusia
menyalami tangan saudaranya. Sabda Rasulullah Saw. dalam sebuah
hadisnya, ”Hajar Aswad adalah tangan Allah sebelah kanan di muka bumi,
dengannya Dia menyalami makhluk-Nya sebagaimana seseorang menyalami
tangan saudaranya”. Jadi, mencium, menyentuh, atau isyarat kepada Hajar
Aswad seolah-olah mencium atau menyentuh tangan Alah Swt.
(13) Hikmah memakai pakain tak berjahit dan melepas tutup kepala
mengisyaratkan ketundukan dan kerendahan manusia di hadapan Allah yang
Maha Tinggi. Keadaan seperti ini juga untuk mengingat keadaan manusia
kelak ketika dibangkitkan kembali dari kuburnya di alam Makhsyar.
(14) Hikmah memakai pakaian ihrâm dengan warna putih adalah, bahwa warna
putih merupakan syi‟ar (lambang) kesucian dan kebersihan. Pakaian putih tak
berjahit ini merupakan tanda/isyarat bahwa manusia keluar dari dunia dan
segala keindahannya menuju ke tempat yang lebih baik seraya bermunajat
124 Universitas Islam Bandung

kepada Tuhannya tanpa ada perbedaan antara seorang raja dengan


rakyatnya, seorang pejabat dengan bawahannya, seorang miskin dan kaya.
(15) Hikmah memakai kain ihrâm dalam keadaan setengan telanjang (bagian atas
terbuka), adalah agar manusia membiasakan diri/ badannya untuk menerima
udara/hawa dari alam sekitarnya beberapa saat, dan agar badan manusia
beristirahat dan dapat mengumpulkan kembali kekuatannya dan
mempersiapkan dan membiasakan dirinya lebih semangat lagi untuk
mengahadapi berbagai cuaca.
(16) Penyembelihan hewan kurban adalah refleksi ketaatan dan pengurbanan
seorang hamba terhadap titah Tuhannya dan merupakan ungkapan rasa
syukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya.
(17) Hikmah lari-lari kecil, baik ketika thawaf maupun ketika sa‟i adalah untuk
memperlihatkan kekuatan kaum muslimin sehingga musuh-musuh Islam
merara gentar.
(18) Hikmah berdiam di Masy‟ar Al-Haram adalah untuk mengingatkan manusia
bahwa dalam keadaan bersama-sama dapat dihasilkan suatu kekuatan yang
luar biasa untuk menegakkan kalimat Allah.
(19) Hikmah Thawaf wada‟ adalah untuk menghormati, mengagungkan bait Allah
dan memperlihatkan rasa kecintaan seorang hamba kepada rumah suci dan
Pemiliknya ini.
(20) Hikmah berziarah ke makam Rasulullah Saw. adalah untuk mendoakan
Beliau sebagai seorang perantara yang mengantarkan dan menyelamatkan
umat manusia dari kehancuran kepada jalan yang lurus dan nikmat yang
besar. Rasulullah Saw. bersabda, ”Barang siapa yang menziarahiku setelah
aku wafat seperti telah menziarahiku ketika aku masih hidup, dan sabdanya
yang lain, ”Barang siapa menziarahiku dengan keikhlasan, maka Allah berhak
menjadikan aku sebagai pemberi syafa‟at baginya kelak di hari kiamat.

---ooOoo---
Pengurusan Jenazah 125

PENGURUSAN JENAZAH

Pengantar
Kematian merupakan masalah yang tidak bisa ditolak oleh siapapun,
manusia pasti akan mengalami mati, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Quran
Al-Karim:

….     

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…. (QS Ali Imran [3]: 185)
Kematian akan datang kepada seseorang dengan berbagai cara karena
sakit, tabrakan, jatuh, karena gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan lain-lain.
Kematian juga tidak mengenal situasi dan kondisi, dalam keadaan senang
maupun keadaan susah, dalam keadaan senggang atau sibuk, baik di daratan, di
udara, maupun di lautan. Dalam keadaan apapun, apabila datang ajal maka tidak
ada seorang pun yang mampu memajukan atau memundurkannya, sebagaimana
firman Allah Swt. dalam Al-Quran:

          …


126 Universitas Islam Bandung

… Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka
dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.
(QS. Al-Nahl [16]: 61)
Firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:

            
Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya
telah datang, dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Munâfiqûn [63]: 11)

Hak Sesama Muslim


Beberapa hak yang perlu dipenuhi oleh seorang muslim terhadap muslim
yang lain.

َ ‫ي َ ُق ر ُ « َح ر ا لمْ ُس ْل ر ِ ِ ػَ ر‬ّ‫ل‬ ِ َّ َ ‫قَررَ َ َ ِِ ْؼر ُرَ َو َُ ر‬َ ‫َأ َّن َأ ََب ه َ ْيُرر َرر‬
ُ ‫لمْ ُس ْل ر ِ ِ َ ْْر ٌرَ َو ال ل َّمل ر َو ِعي َا ِغ َُررَ َل ُ لمْ َس ر ِر ِيبي َال ِل ّ ََررَ ُِ لمْ َََِررََِ ُِي َال َ َ َ ر‬
»َِ ‫َُ لمْ َؼَ ِط‬ ُ ‫لدلَّ ْغ َ ِ ي َات َ ْش ِس‬
Sesungguhnya Abu Hurairah r.a. berkata, telah kudengar Rasulullah Saw. bersabda:
Hak seorang muslim terhadap muslim yang lainnya ada lima: (1) menjawab salam,
(2) menjenguk yang sakit, (3) mengantar jenazah, (4) mendatangi undangan, dan
(5) mendoakan yang bersin. (HR. Al-Bukhari)
Sabda Rasulullah Saw. yang lain:

.»َ‫ قََ َ « َح ا لمْ ُس ْل ِ ِ ػَر َ لمْ ُس ْلر ِ ِ َِر‬‫للا‬ ِ َ َُ ‫َغ ْن َأ ِِب ه َ ْيُر َر َ َأ َّن َو‬
‫لّ قََ َ «ل َذل م َ ِقيتَ ُه فَ َل ِ ّ ْ ػَلَ ُْر ِه َال َذل َلػَرَ َ فَجَ ِب ْهر ُه َال َذل‬
ِ َّ َ َُ ‫ِقي َل َمَ ه َُّن ََي َو‬
َ َ‫ْلَتَنْ َصر َك َ فََن َْصر ْ َ ُُ َال َذل َغ َسر َرَ فَ َد ِسررف‬
ُ ‫للا فَ َلر ِّس ْت ُه َال َذل َمر ِر َُ فَ ُؼر ْرف‬
»‫َال َذل َم ََت فََل َّ َِ ْؼ ُه‬
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: Hak
seorang muslim terhadap muslim yang lainnya ada enam. Ditanyakan kepada
Rasulullah: Apa saja wahai Rasul? Rasul menjawab: (1) apabila berjumpa sesama
Pengurusan Jenazah 127

muslim mengucap salam, (2) apabila diundang datangi, (3) apabila dimintai nasehat
maka berilah nasehat, (4) apabila bersin memuji Allah dan jawablah pujiannya, (5)
apabila sakit jenguklah, dan (6) apabila meninggal hantarkanlah. (HR. Muslim)
Dalam pembahasan selanjutnya, hak-hak muslim di atas tidak dibahas
secara keseluruhan, tetapi pembahasan hanya akan dikhususkan mengenai dua
perkara saja, yaitu hak seorang muslim terhadap muslim yang sakit dan haknya
terhadap muslim yang meninggal dunia (jenazah).

Menjenguk Orang Sakit


Islam menganjurkan kaum muslimin untuk saling mengasihi, mencintai,
dan menyayangi dimana saja dan dalam situasi dan kondisi bagaimanapun.
Terhadap orang yang sedang ditimpa musibah dianjurkan untuk menggembirakan
dan meringankan bebannya sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

: َ ََ‫للا؟ ق‬ِ ‫للا َأ اي لمْ ِؼ َََ ِل َأ َح اب ل ََل‬


ِ َ َُ ‫ ََي َو‬:‫ ِقي َل‬: َ ََ‫َغ ِن ل ْب ِن ُ َُع َري ق‬
ُ ‫ «ل ْلخََ ُ ل ا‬: َ ََ‫ فَجَ اي لمْ َؼ َس ِل َأ ْفضَ ُل؟ ق‬:‫« َأنْ َف ُع لمَِّ َِس ِنلَِّ َِس» ِقي َل‬
َ َ‫مُّس ِاو ػ‬
»‫قَ ْل ِب لمْ ُس ْؤ ِم ِن‬
Dari Ibnu Umar berkata, ditanyakan kepada Rasulullah siapa hamba yang paling
dicintai Allah? Rasul Saw. menjawab, “Manusia yang satu memberi manfaat kepada
manusia lain. Ditanyakan kepada Rasulullah Saw. amal apa yang paling afdhal?
Jawab Rasul, “Menggembirakan hati orang-orang mukmin”. (Hilyat Al-Auliyâ’ wa
Thabaqât Al-Ashfiyâ’)

Berkenaan dengan itu pula orang muslim dianjurkan untuk mendoakan


kesembuhan saudaranya yang sakit, dan mengingatkan supaya dia banyak
beristighfar kepada Allah Swt., agar kesalahan dan dosa yang pernah diperbuat
mendapat ampunan dari-Nya. Rasulullah Saw. telah memberi contoh tauladan
kepada umatnya, apabila menjenguk orang sakit beliau senantiasa berdoa kepada
Allah Swt. dan di antara doanya adalah:
ِ ِ ‫ ََك َن يُ َؼ ِّ ُذ َ ْؼ َب َأه‬‫ َأ َّن لمَِّ ِ َّب‬: َ ‫َغ ْن ػََئِ َش‬
َ ‫ْرهي ي َ ْس َلر ُ ِ َُر ِف ِ لم ُُ ْسر‬ 

َّ‫ «لنلَّهُ َّم َو َّب لمَِّ َِس َأ ْذ ِه ِب لم ََ ََسي ِل ْش ِف ِه َا َأن ََْ ل َّمش ِرَيي َل ِشر َفَ َ لل‬: ُ ‫َاي َ ُق‬
»َ‫ِش َفَ ُؤ َ ي ِش َفَ ً َل يُغََ ِل ُو ََقَ ًس‬
128 Universitas Islam Bandung

Ya Allah. Rabb (pengurus) manusia, lenyapkanlah penderitaan dan sembuhkanlah,


karena Engkaulah yang dapat menyembuhkan, tak ada yang dapat menyembuhkan
dia kecuali penyembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bagi seseorang yang mengalami sakit parah, yang diperkirakan mendekati
ajalnya, hendaklah;
1. Dihadapkan ke arah kiblat.
2. Diajarkan/dibimbing (ditalqinkan) dengan bacaan kalimat tauhid lâ ilâha illallâh
sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

َُ َ ‫ «م َ ِقّنُ ل َم ْ تَ ُ ْك َل ل‬ ‫للا‬


ِ ُ َُ ‫ قََ َ َو‬: ُ ‫َغ ْن ََ ِؼُ ٍف لمْخ ُْف ِو َّيي ي َ ُق‬
»‫للا‬ُ َّ‫لل‬
Dari Sa’id Al-Khudri berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Talqinkanlah (ajarkan)
bagi orang yang akan meninggal (sakit payah) kalimat lâ ilâha illallâh. (HR.
Muslim dan Imam Empat)
Dalam keadaan demikian, bimbingan kepadanya dengan kalimat tauhid lâ
ilâha illâ allâh tersebut, dimaksudkan agar pada akhir hayatnya (apabila Allah Swt.
menghendaki telah sampai ajalnya), dia mampu mengucapkan kalimat tersebut
yang akhirnya akan masuk surga sebagaimana sabda Rasulullah Saw.;

َ َ ‫ « َم ْن ََك َن أ ٓ ِخ ُر‬ ‫للا‬


َُ َ ‫لَك ِم ِه َل ل‬ ِ ُ َُ ‫ قََ َ َو‬: َ ََ‫َغ ْن ُم َؼَ ِذ ْب ِن َب َه ٍلي ق‬
» َ َََِّ ْ‫للا َل َخ َل لم‬
ُ َّ‫لل‬
Dari Mu’adz Ibnu Jabal, berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang pada
akhir hayatnya mengucapkan kalimat “lâ ilâha illâllâh” maka ia akan masuk surga.
(HR. Abu Dawud)
Ummu Salamah r.a. menceritakan bahwa: “Ketika Abu Salamah
meninggal, Rasulullah Saw. datang ke rumah kami menengok jenazahnya.
Kebetulan matanya (Abu Salamah) terbelalak, lalu ditutupkan (kelopak matanya)
oleh beliau.” Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya ruh itu bila dicabut maka
pandangan (orang yang dicabut ruhnya) mengikuti ruh itu (pergi), dan keluarganya
menangis histeris.” Lalu Rasul Saw. bersabda (lagi): "Sekali-kali jangan mendoakan
jenazah (saudara)-mu, kecuali doakanlah dengan doa yang baik, karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan doa yang kamu panjatkan.” Kemudian
Rasulullah Saw. berdoa:
Pengurusan Jenazah 129

‫«لنل ُه َّم ل ْغ ِف ْر ِ َِل ِب ََلَ َس َ َا ْلوفَ ْع ل ََو َبتَ ُه ِي لمْ َسهْ ِف ِي ّ َنيي َال ْخلُ ْف ُه ِي َغ ِق ِه ِه ِي‬
»‫لمْ َغَ ِب ِر َيني َال ْغ ِف ْر مَََِ َا َ ُُ ََي َو َّب لمْ َؼَم َ ِس َنيي َال ْف َل ْ َ ُُ ِي قَ ْ ِْبِ ي َان َ ِّ ْو َ ُُ ِفي ِه‬
Ya Allah, berilah ampunan kepada Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya seperti
orang-orang yang terpimpin dengan petunjuk-Mu, gantilah dia (dengan yang lebih
baik) bagi keluarga yang ditinggalkannya. Ampunilah kami dan ampunilah dia, ya
Tuhan seru sekalian alam. Lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalamnya.
(HR. Muslim)

Mengurus Orang Meninggal (Jenazah)


Jenazah berasal dari bahasa Arab (janâzah) artinya 1) usungan, 2) mayat,
dan 3) upacara yang diadakan oleh keluarga orang meninggal sejak kematiannya
sampai pemakamannya. Arti ketiga inilah yang biasa digunakan dalam fiqih Islam
dengan istilah pengurusan jenazah (tajhîz al-janâzah) karena menyangkut perkara-
perkara ibadah (Ensiklopedi Islam II, 2001: 312).
Apabila diketahui seorang muslim benar-benar telah meninggal dunia,
maka di antara hal yang diperintahkan dan dianjurkan untuk dilakukan adalah:
1. Menutupkan kedua matanya.
2. Menutup mulutnya dengan diikat dagu ke arah kepalanya (jika mulutnya
terbuka/menganga).
3. Menghadapkan jenazah ke arah kiblat.
4. Senamkan sendi-sendi tubuhnya dengan perlahan-lahan jika memungkinkan.
5. Menanggalkan pakaiannya dan diselimuti dengan kain yang ringan yang
menutupi seluruh tubuhnya.
6. Letakkan kedua tangannya di atas dadanya, tangan yang kiri di bawah tangan
yang kanan (seperti sedang salat).
7. Menempatkan jenazah pada tempat yang layak.
8. Memberitahukan kematiannya terutama kepada famili, tetangga dan sahabat-
sahabatnya.
9. Boleh menangisi jenazah dengan wajar, jangan sampai meratapinya.
10. Mempercepat memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkannya.
Memandikan, mengafani, menyalatkan dan menguburkannya hukumnya
adalah fardu kifayah bagi mukallaf (orang yang telah dikenai kewajiban menjalankan
hukum Islam). Fardu kifayah (kewajiban kolektif), artinya apabila kewajiban itu telah
dilakukan oleh sebagian mukallaf, maka sebagian yang lain bebas dari kewajiban itu
atau tidak berdosa. (Ensiklopedi Islam II, 2001: 312)
130 Universitas Islam Bandung

1. Memandikan jenazah.
Memandikan jenazah hukumnya fardu kifayah. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memandikan jenazah.
a. Jenazah yang wajib dimandikan adalah:
1) Jenazah seorang muslim.
2) Bukan bayi yang lahir karena keguguran serta bukan lahir dalam keadaan
meninggal.
3) Ada bagian dari tubuh jenazah yang dapat dimandikan.
4) Bukan jenazah yang meninggal disebabkan oleh terbunuh di dalam perang
melawan orang kafir (mati syahid).
b. Tata cara bagi yang memandikan jenazah:
1) Muslim, balig, dan berakal.
2) Niat memandikan jenazah.
3) Orang yang memandikan jenazah adalah orang yang dapat dipercaya dan
amanah, terutama menyembunyikan/tidak menceritakan keburukan
lahiriyah (badan) jenazah.
4) Mengetahui hukum dan kaifiyah (tata cara) memandikannya.
c. Yang lebih utama memandikan jenazah:
1) Orang yang dibri wasiat untuk memandikannya.
2) Untuk jenazah laki-laki adalah bapaknya, anak laki-laki dan kakek, baru
keluarga terdekat dan muhrim dari pihak laki-laki, dan istrinya.
3) Untuk jenazah perempuan adalah ibunya, anak perempuan dan nenek,
baru keluarga terdekat dan muhrim dari pihak perempuan, dan suaminya.
4) Jika jenazah anak laki-laki, yang memandikan boleh perempuan, dan jika
anak perempuan yang memandikannya boleh laki-laki.
d. Tata cara untuk jenazah yang dimandikan:
1) Jenazah berada pada tempat yang telah disediakan bagian kepala di
sebelah utara dan kaki di sebelah selatan, di kamar mandi atau ruangan
yang telah disediakan dalam keadaan tertutup.
2) Letak bagian kepala sebaiknya lebih tinggi dari bagian kaki, agar siraman
air mengalir turun dari bagian atas (kepala) ke bagian bawah (kaki).
3) Buka seluruh pakaian atau kain yang menempel pada tubuh jenazah,
kemudian tutup aurat (pusar sampai lutut) dengan handuk kecil atau kain
batis yang tembus air.
4) Dalam memandikan jenazah, diwajibkan sekurang-kurangnya meratakan
air sekali ke seluruh tubuh.
Pengurusan Jenazah 131

e. Perlengkapan memandikan jenazah:


1) Tersedianya air untuk memandikan jenazah dengan cukup, yang terdiri dari
air sabun, air bersih dan air yang sudah dicampur dengan kapur barus.
2) Kapas secukupnya.
3) Sarung tangan yang terbuat dari karet
4) Sarung tangan yang terbuat dari handuk (washlap).
5) Shampo
6) Gunting Kuku
7) Sisir
8) Minyak Wangi
9) Peniti
10) Catton bood (korek api yang dililit kapas).
f. Pelaksanaan memandikan jenazah:
1) Diawali dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim.
2) Dahulukan mencuci/menyiram anggota wudhu’ yang sebelah kanan dan
disusul yang sebelah kiri.
3) Mengeluarkan kotoran terlebih dahulu dengan mengurut (tekan perlahan-
lahan) perut jenazah yang mungkin terdapat di dalam perut, daerah
kemaluan/vagina, dan membersihkan najis dari badan jenazah dengan air
sabun, lakukan beberapa kali sehingga bersih.
4) Apabila jenazah sedang hamil, jangan ditekan apalagi dipiit-pijit atau
digoyang-goyangkan perutnya, tetapi cukup digosok bagian perutnya
dengan air sabun hingga bersih.
5) Dahulukan anggota tubuh jenazah bagian kanan dalam keadaan miring,
kemudian disusul anggota tubuh sebelah kiri dengan air sabun beberapa
kali (3 sampai 5 kali) hingga bersih.
6) Uraikan rambut jenazah, bersihkan dengan air sampo, siram dengan air
beberapa kali hingga bersih.
7) Bersihkan tubuh bagian atas; wajah, leher, ketiak, lengan dengan air sabun
dan siram dengan air bersih beberapa kali.
8) Bersihkan kedua lubang hidung, dan lubang telinga dengan catton bood
(korek api yang dililit kapas) hingga bersih kemudian tutup dengan bola
kapas pada lubang hidung maupun telinga, termasuk kuku-kuku jenazah
jangan lupa untuk dibersihkan pula.
9) Bersihkan rongga mulut dan gigi jenazah menggunakan catton bood
hingga bersih.
10) Bersihkan bagian aurat (pusar sampai lutut) terutama daerah kemaluan
dan vagina (bagi perempuan), dan dubur dengan air sabun dan bilas
dengan air bersih beberapa kali sehingga bersih, kemudian vagina dan
132 Universitas Islam Bandung

dubur ditutup/masukkan bola kapas (sebesar bola pingpong atau lebih


besar sedikit) yang telah disediakan.
11) Bersihkan paha, lutut sampai ke ujung kaki termasuk kuku-kuku dengan air
sabun dan siram dengan air bersih beberapa kali.
12) Bersihkan seluruh tubuh bagian depan dan belakang dengan air bersih dan
periksa jangan sampai ada yang terlewat atau ada bagian tubuh yang
masih terkena air sabun, hingga jenazah benar-benar telah bersih
dimandikan.
13) Untuk jenazah perempuan, uraikan rambutnya dan kepang menjadi tiga
bagian. Vagina dan dubur ditutup dengan kapas yang telah dilebarkan dan
satukan dengan cawat.
14) Terakhir siram dengan air kapur barus (setelah disaring dengan kain tipis)
ke seluruh tubuh jenazah, dan keringkan dengan handuk.
15) Tutup seluruh tubuh jenazah dengan kain kering, dan angkat jenazah dan
dianjurkan oleh anggota keluarga (anak, bapak, paman, dan dari anggota
yang masih muhrim) ke tempat yang telah disiapkan untuk dikafani.

2. Mengafani Jenazah
Mengafani jenazah dengan kain yang menutupinya, meskipun hanya satu
lapis/helai kain kafan, adalah fardu kifayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
tentang bagaimana mengkafani jenazah:
a. Kain kafan jenazah:
1) Kain kafan jenazah laki-laki terdiri dari 3 lembar kain putih, tidak pakai baju,
sarung, dan penutup kepala, namun seandainya tidak ada boleh juga
dengan hanya satu lembar saja.
2) Kain kafan untuk jenazah perempuan juga terdiri dari 2 lapis kain putih,
dan 1 lapis (baju, kerudung dan sarung), namun kalau tidak ada boleh juga
dengan hanya satu lembar saja.
3) Kain kafan untuk anak-anak (baik laki-laki maupun perempuan) cukup
dengan satu lembar, namun apabila ada 3 lembar lebih baik.
4) Kain kafan hendaknya tidak mahal harganya. Meskipun demikian wanita
boleh dikafani dengan kain sutra.
5) Apabila mayat meninggalkan harta, maka biaya pengafanannya (kain kafan
dan peralatan serta keperluan lainnya) boleh diambilkan dari harta
peninggalannya.
b. Menata kain kafan:
1) Letakkan 2 tali di bagian ujung kepala dan ujung kaki jenazah.
2) Letakkan tikar di atas 2 tali tersebut.
Pengurusan Jenazah 133

3) Letakkan 5 tali di atas tikar (dengan posisi ujung kepala, bagian tangan dan
dada, bagian pinggul, bagian lutut, dan ujung kaki)
4) Untuk jenazah laki-laki letakkan 3 lapis kain kafan, ukuran panjang ± 2,5 m
dan lebar ± 1,8 m.
5) Untuk jenazah perempuan letakkan di atas 2 kain kafan ukuran seperti di
atas, ditambah kerudung, baju kurung hingga mata kaki, dan kain penutup
atau potongan kain untuk penutup aurat (sarung). Kerudung, baju kurung
dan sarung (dihitung 1 lapis/helai kain kafan).
6) Kapas 2 bungkus = 1 kg.
7) Kapur barus/kamper 2 bungkus/150 gram yang telah dihaluskan.
8) Minyak wangi secukupnya.
9) Peniti 1 lusin/secukupnya.
c. Tata cara mengafani jenazah:
Tata cara mengkafani jenazah antara laki-laki dan perempuan maupun anak-
anak adalah sama yaitu membungkuskan kain kafan diseluruh tubuh jenazah,
sehingga tidak ada bagian tubuh yang terbuka (tidak terbungkus). Tata cara
secara berurutan adalah sebagai berikut:
1) Jenazah perempuan:
a) Jenazah diletakkan di atas kain kafan yang telah disiapkan, dengan
posisi kepala di arah utara dan kaki di arah selatan.
b) Tutup kaki dan lututnya dengan kapas yang telah dilebarkan di tempat
yang biasanya bergesekan, juga diantara dua paha sampai daerah
dubur dan vagina dengan rapi, kemudian lilitkan kain sarungnya
sebelah kanan ke kiri dan sebelah kiri ke kanan sambil percikkan
minyak wangi, dan kencangkan supaya rapi.
c) Letakkan tangan kiri di atas dada bagian bawah, sisipkan kapas
dilipatan tangan, kemudian letakkan tangan kanan di atas tangan kiri
seperti sedakep dalam salat, dan sisipkan kapas dilipatan antara kedua
tangan dan dada.
d) Letakkan kapas di kedua bahu, kedua ketiak, muka dan lehernya.
e) Kerudung untuk tutup kepala, baju ditutupkan ke dada ke bawah
sambil percikkan minyak wangi. Kerudung, baju dan sarung
merupakan lapisan pertama kain kafan jenazah.
f) Kain kafan lapis kedua tutupkan ke tubuh jenazah mulai dari ujung
kaki sampai ujung kepala, kencangkan kain kafan sebelah kanan ke kiri
dan sebelah kiri ke kanan dengan rapi.
g) Kain kafan lapis ketiga tutupkan ke tubuh jenazah sama seperti kain
kafan lapis kedua.
134 Universitas Islam Bandung

h) Tarik ujung kain kafan atas kepala dan ujung bawah kaki, putar dan
kerutkan serta ikatkan semua tali yang ada di bawah kain kafan.
Sebaiknya tali diujung kepala tidak diikatkan terlebih dahulu, termasuk
kapas tidak ditempelkan dahulu ke wajah, memberi kesempatan
keluarga melihat wajah jenazah.
i) Letakkan jenazah yang telah dikafani pada tempat yang aman dan
posisinya tetap, bagian kepala di sebelah utara dan kaki di sebelah
selatan, ditutup dengan kain batik atau yang sejenis.
2) Jenazah laki-laki:
a) Jenazah diletakkan di atas kain kafan yang telah disiapkan, dengan
posisi kepala di arah utara dan kaki di arah selatan.
b) Tutup kaki dan lututnya dengan kapas yang telah dilebarkan di tempat
yang biasanya bergesekan, juga diantara dua paha sampai daerah
dubur dan kemaluan dengan rapi.
c) Letakkan tangan kiri di atas dada bagian bawah, sisipkan kapas
dilipatan tangan, kemudian letakkan tangan kanan di atas tangan kiri
seperti sedakep dalam salat, dan sisipkan kapas dilipatan antara kedua
tangan dan dada, di kedua bahu, kedua ketiak, muka dan lehernya.
d) Kain kafan lapis pertama tutupkan ke tubuh jenazah mulai dari ujung
kaki sampai ujung kepala, kencangkan kain kafan sebelah kanan ke kiri
dan sebelah kiri ke kanan, sambil percikkan minyak wangi.
e) Kain kafan lapis kedua tutupkan ke tubuh jenazah mulai dari ujung
kaki sampai ujung kepala, kencangkan kain kafan sebelah kanan ke kiri
dan sebelah kiri ke kanan dengan rapi.
f) Kain kafan lapis ketiga tutupkan ke tubuh jenazah sama seperti kain
kafan lapis kedua.
g) Tarik ujung kain kafan atas kepala dan ujung bawah kaki, putar dan
kerutkan serta ikatkan semua tali yang ada di bawah kain kafan.
Sebaiknya tali diujung kepala tidak diikatkan terlebih dahulu, termasuk
kapas tidak ditempelkan dahulu ke wajah, untuk memberi kesempatan
keluarga melihat wajah jenazah.
h) Letakkan jenazah yang telah dikafani pada tempat yang aman dan
posisinya tetap, bagian kepala di sebelah utara dan kaki di sebelah
selatan, ditutup dengan kain batik atau yang sejenis.

3. Menyalatkan jenazah
Dalam hadis Nabi Saw. terdapat keterangan bahwa menyalati jenazah
hendaknya dilakukan dengan ikhlas, sebagaimana hadis yang bersumber dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
Pengurusan Jenazah 135

َ ََ‫ل َذل َصلَّ ُْ ُ ُْت ػَ َ لمْ َس ُّ َِِ فَجَ ْخ ِل ُص ل َ ُُ لدلا ػ‬


Nabi saw bersabda: "Bila kalian salat atas mayit, maka ikhlaskan doa untuknya".
(HR. Abu Dawud dan dipandang sahih oleh Ibnu Hibban)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan salat jenazah.
a. Syarat Salat Jenazah
Adapun syarat dalam salat jenazah sebagaimana dalam salat fardu dan sunat,
yaitu:
1) Suci dari hadats besar dan kecil,
2) Menghadap kiblat, dan
3) Menutup aurat.
b. Rukun Salat Jenazah
Adapun rukun dalam salat jenazah adalah sebagai berikut:
1) Niat, yang dimaksud adalah niat untuk salat jenazah,
2) Berdiri bagi orang yang mampu untuk berdiri,
3) Takbir 4 (empat) kali (termasuk takbiratul ihram),
4) Membaca al-fatihah, shalawat atas Rasul Saw.,
5) Berdoa untuk mayat,
6) Salam.
c. Tata cara salat jenazah
1) Salat jenazah dapat dilakukan dengan cara munfarid (sendiri-sendiri) dan
dapat pula dilakukan secara berjamaah.
2) Jika dilakukan dengan berjamaah, tempat berdiri imam bagi jenazah laki-
laki berada didekat kepala jenazah, sedangkan untuk jenazah perempuan
berdiri imam berada didekat pusar/perut jenazah.
3) Saf makmum laki-laki berada di belakang imam, hendaklah dibuat 3 baris,
namun apabila lebih banyak disesuaikan dengan keadaan tempat salat,
karena banyak yang menyalatkan itu lebih baik.
4) Perempuan diperbolehkan menyalatkan, dan dalam pengaturan safnya
sama dengan saf dalam salat berjamaah fardu.
5) Salat jenazah dilaksanakan dengan 4 takbir (berikut takbiratul ihram) tanpa
rukuk dan sujud.
6) Jika jenazah lebih dari satu, yang terdiri atas jenazah laki-laki dan
perempuan, maka jenazah-jenazah itu dibariskan sejajar antara imam dan
qiblat dan disalati semua dengan satu salat.
7) Keluarga dekat lebih dianjurkan untuk ikut salat jenazah.
d. Praktik salat Jenazah
1) Niat dalam hati untuk salat jenazah sambil membaca takbir yang
pertama/takbiratul ihram Allâhu Akbar sambil mengangkat kedua tangan.
136 Universitas Islam Bandung

Lalu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri sebagaimana dalam salat
fardu kemudian membaca Surah Al-Fatihah.
2) Membaca takbir yang kedua Allâhu Akbar kemudian membaca shalawat
Rasulullah Saw. (sebagaimana membaca shalawat dalam tasyahud).
3) Membaca takbir yang ketiga Allâhu Akbar kemudian membaca doa untuk
jenazah. Bacaan doa jenazah di antaranya adalah sebagai berikut:

‫«لنل ُه َّمي ل ْغ ِف ْر َ ُُ َا ْلو َ ْحهُي َالغ ُْف َغ ِْ ُه َاػََ ِف ِهي َا َأ ْك ِر ْع ُن ُُ َُُي َا َا َِّ ْع‬
‫ُم ْفخ ََهُي َال ْغ ِل ْ ُه ِ َسَ ٍ َاثَ ْل ٍج َابَ َر ٍلي َان َ ِقّ ِه ِم َن لمْخ ََس َََي َ ََك يُ َِقَّى لمث َّ ْ ُب‬
‫ْل َِل ْ َُ ُب ِم َن لدلَّ ن َ َِي َا َأ ْ ِف ْ ُُ ل ًَلول خ ْ ًَْيل ِم ْن ل َِلوِ ي َا َأ ْه ًو خ ْ ًَْيل ِم ْن‬
»‫َأه ِ ِْهي َا َز ْا ً َ خ ْ ًَْيل ِم ْن َز ْا ِ ِهي َا ِق ِه ِف ْتَِ َ لمْ َق ْ ِْب َاػَ َذ َلب لمَِّ َِو‬
Wahai Tuhanku, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, mulikanlah
kedatangan dia, dan luaskanlah tempat masuknya. Basuhlah dia dengan air
salju dan embun dari segala kotoran. Bersihkanlah dia dari segala
kesalahan sebagaimana dibersihkan kain putih dari kotoran. Berikanlah
ganti rumahnya yang lebih baik dari rumahnya di dunia, berikanlah
keluarga yang lebih baik dari keluarganya di dunia, berilah pasangan yang
lebih baik dari pasangannya di dunia, masukanlah dia ke dalam surga dan
lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka”. (HR. Muslim)
4) Membaca takbir yang keempat Allâhu Akbar dengan membaca doa untuk
kita semua. Bacaan doa diantaranya adalah sebagai berikut:

‫«لنلَّهُر َّم ل ْغ ِفر ْرر ِم َد ِ َُِّررَي َا َم ِيّ ِتَِررَي َا َصر ِغ ِْيريَ ي َا َك َِر ِرْيريَ ي َا َذ َكر ِرريَ َاأنْثَررَريَ ي‬
‫َا َشَ ِه ِفريَ َاغََئِبنََي لنلَّهُ َّم َم ْن أ َْح َي ُْ َتر ُه ِمنَّرَ فَجَ ْحيِر ِه ػَر َ ْلليْ َس ِرَني َا َم ْرن‬
َََِّ‫لَ َ ف َّ ْي َت ُه ِمنََّ فَتَ َ فَّر ُه ػَر َ ْلل َْر َو ِعي لنلَّهُر َّم َل َ ِْ ِرْمنَرَ َأ ْب َرر ُي َا َل ل ُِضرل‬
»ُ َ‫َ ْؼف‬
Ya Allah, ampunilah yang masih hidup di antara kami, yang telah
meninggal, yang masih kecil, yang telah dewasa, laki-laki, perempuan,
yang hadir dan yang tidak hadir di antara kami. Ya Allah, siapa yang
Pengurusan Jenazah 137

Engkau hidupkan di antara kami, hidupkanlah dalam keadaan iman. Dan


siapa yang Engkau wafatkan di antara kami, maka wafatkanlah dalam
keadaan Islam. Ya Allah, janganlah Engkau haramkan atas kami pahalanya
dan janganlah kami disesatkan setelah itu. (HR. Abu Daud)
Atau dengan doa lain seperti:

َ‫رَ َوها َرَي َا َأن َْرَ َخلَ ْقاَ َرَي َا َأن َْرَ َهرفَ ْياَ ََ ِمو َْر َو ِعي َا َأن َْر‬ َ ْ‫«لنلَّهُ َّم َأن‬
ِ ّ ِ ‫اَحَي َا َأن ََْ َأ ْػ َ ُ ب‬
‫ُِّسهََ َاػَ َو ِنيَاِ ََي ِب ْنَِرَ َ ُشر َف َؼَ َ فَرَ ْغ ِف ْر‬ َ َ ‫قَ َهضْ ََ ُو‬
»ُُ َ
Ya Allah, Engkaulah Tuhan jenazah ini, Engkaulah yang menciptakannya,
Engkaulah yang telah memberinya hidayah, kepada agama Islam, dan
Engkau telah menggenggam ruhnya. Engkau Maha Mengetahui rahasia
dan lahirnya. Kami datang sebagai pemohon, karena itu ampunilah dia.
(HR. Abu Daud)

ُُ َ ‫لنلَّهُ َّم َل َ ِْ ِرْمنََ َأ ْب َر ُي َا َل لَ ْف ِتََِّ َ ْؼفَ ُ َال ْغ ِف ْر مَََِ َا‬


Ya Allah, janganlah Engkau haramkan untuk kami pahalanya, janganlah
Engkau jadikan fitnah bagi kami kematiannya. Ampunilah kami dan dia.
Untuk jenazah anak-anak, ada doa tambahan yaitu:

‫ لنلَّهُ َّم ْلب َؼ ْ ُه‬: ُ ‫َِ ِ لم ِك َت َِب َاي َ ُق‬


َ ِ ‫ ي َ ْق َرأ ػَ َ ل ِّمس ْف ِل ِ َف‬:‫َاقََ َ لحل ََل ُن‬
‫مَََِ فَ َر ًطَ َا ََلَ ًفَ َا َأ ْب ًرل‬
Berkata Al-Hasan, Bacalah atas anak-anak Al-Fatihah Al-Kitab, dan bacalah
doa, Ya Allah, jadikanlah dia bagi kami sebagai kebaikan, simpanan, serta
pahala. (HR. Al-Bukhari)
Atau, doa di bawah ini:

َ‫َلنلَّهُ َّم ْلب َؼ ْ ُره فَ َر ًطرَ ِ َِل َ َ يْر ِه َا ََرلَ ًفَ َا ُلخ ًْررل َا َا ِغ ُْ َظر ً َا ْغ ِت ََ ًرَول َا َشر ِف ْي ًؼ‬
ُ َ‫َاثَ ِقّر ْرل َم َ ِلزَُ ُ َسررَ َا َلفْ ر ِر ِ ل َّمصر ْ َرْب ػَ ر َ قُلُ ْ هِ ِ َسررَ َا َللَ ْف ِت ْ ُْن َسررَ َ ْؼررف‬
.ُ ‫َا َل َ َْت ِرْمهُ َسَ َل ْب َر‬
138 Universitas Islam Bandung

Ya Allah jadikanlah ia sebagai pembuka jalan ibu bapaknya dan sebagai


kebaikan serta simpanan dan menjadi pelajaran (i’tibar), membawa
kebaikan serta berkahilah karena wafatnya membawa kebaikan kedua
orang tuanya dan limpahkanlah atas kesabaran hati keduanya, jangan
biarkan keduanya terkena godaan fitnah sepeninggalnya dan jangan pula
Engkau hentikan pemberian pahala kepada kedua orang tuanya. (HR. Al-
Hâwi Al-Kubrâ)
5) Membaca salam “Assalamu’alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh” sambil
memalingkan muka ke sebelah kanan dan baca salam sekali lagi sambil
memalingkan muka ke sebelah kiri sebagaimana dalam salat fardu.

4. Akhlak Menguburkan jenazah1


Disunatkan jenazah disegerakan penguburannya. Dan yang lebih baik
adalah oleh keluarga dekatnya. Rasulullah Saw. bersabda:

ُ َ‫ْس ُغ ل َِبمَِْ َِ ََزِ ي فََ ْن ل‬ ِ ْ ‫ « َأ‬: َ ََ‫ق‬ ‫ي َغ ِن لمَِّ ِ ِ ّب‬ َ ‫َغ ْن َأ ِب ه َ ُْري َر‬
»‫َصَ ِم َك ً فَخ ْ ٌَْي لُقَ ِّف ُم َنَ ََي َال ْن ي َ ُ َِ َ ى َذ ِ َِلي فَ َش لَضَ ُؼ ن َ ُه َغ ْن ِوقََ ِب ُ ْك‬
Cepatlah kamu membawa jenazah jika ia orang yang saleh (baik), maka hendaklah
segera engkau pertemukan ia dengan kebaikan. Jika ia orang jahat, maka kejahatan
itu segera engkau lepaskan dari pundakmu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ulama sepakat melarang menguburkan jenazah pada 3 (tiga) waktu, yakni
ketika matahari terbit, ketika matahari berada di tengah-tengah (tepat di atas ufuk),
dan ketika matahari terbenam.2 Demikian, hadis Rasulullah Saw. bersumber dari
'Uqbah Ibnu Amir Al-Juhani:

‫ يَ ْْنََريَ َأ ْن ن َُص ِ ّ َّل ِف ِهي َّني َأ ْا َأ ْن ن َ ْق ُ َْب‬ ‫للا‬


ِ ُ َُ ‫ثَ َو ُث َََػَ ٍَت ََك َن َو‬
‫ « ِح ْ َني ل َْسلُ ُع ل َّمش ْس َُ ََب ِزغَ ً َح ََّّت تَ ْ لرَ ِف َعي َا ِح َني ي َ ُق ُع قَ ِ َُِئ‬: َ‫ِف ِهي َّن َم ْ تَ ري‬

1
Menguburkan jenazah hukumnya adalah fardu kifayah. Jumhur ulama berpendapat bahwa
penguburan jenazah pada waktu malam sama dengan penguburan pada waktu siang.
Dibolehkan penguburan pada waktu malam jika memang dapat dipastikan bahwa hak-hak
jenazah tidak ada yang tertinggal. Akan tetapi, jika ada yang tertinggal, maka Syâri’ (Allah)
melarang penguburan itu. (Ensiklopedi Islam 2, Jakarta (PT. Karya Suskes Sejahtera,
2001), h.312.
2
Akan tetapi jika jenazah dikhawatirkan akan berubah (seperti membusuk), penguburan pada
waktu-waktu tersebut menjadi tidak terlarang (Ensiklopedi Islam 2, Jakarta (PT. Karya
Suskes Sejahtera, 2001), h.312
Pengurusan Jenazah 139

ِ ‫ل َّمظه ْ َِْيِ َح ََّّت لَ ِس ُْ َل ل َّمش ْس َُي َا ِح ْ َني لَضَ َُّ ُف ل َّمش ْس َُ ِن ْلغ ُُر‬
‫اب َح ََّّت‬
»‫لَغ ُْر َب‬
Rasulullah Saw. melarang salat dan menguburkan jenazah pada tiga waktu, yaitu
ketika matahari terbit sampai sepenggalan, ketika matahari tegak lurus sampai
tergelincir, dan ketika matahari hampir tenggelam sampai benar-benar tenggelam.
(HR. Muslim)
a. Kuburan untuk jenazah
1) Bagi jenazah dewasa
a) Panjang 2 meter, lebar 1 meter, dan kedalaman 1,5 meter (sekurang-
kurangnya hingga dada manusia berdiri).
b) Disunatkan ada lobang kubur, dengan posisi menempel di dinding
sebelah barat (lahat).
2) Bagi jenazah anak, maka galian kuburnya disesuaikan.

b. Menguburkan jenazah
1) Bagi mereka yang mengantarkan jenazah hendaknya khusyu’, serta
banyak-banyak untuk mengingat Allah dan berdoa untuk jenazah dalam
hati.
2) Para pengantar hendaknya tidak duduk sampai menjelang jenazah
dimasukkan dalam kubur.
3) Jenazah sebaiknya diusung, kecuali dalam keadaan darurat, misalnya
karena tempat penguburan jaraknya cukup jauh, sehingga menggunakan
kendaraan/mobil jenazah.
4) Memasukkan jenazah dalam kubur bisa kaki jenazah terlebih dahulu (dari
arah utara), atau arah barat dengan posisi kepala jenazah tetap di sebelah
utara.
5) Ketika menurunkan dan meletakkan jenazah hendaklah membaca:
ِ َُ ‫للا َاػَ َّل ِم ّ ِل َو‬
‫للا‬ ِ ‫ب ِْل ِم‬
Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah.

: َ ََ‫ي ََك َن ل َذل َاضَ َع لمْ َس ُّ ََِ ِي لمْقَ ْ ِْب ق‬ ‫َغ ِن ل ْب ِن ُ َُع َري َأ َّن لمَِّ ِ َّب‬
» ‫للا‬ ِ ِ َُ ‫لّ َاػَ َ َُ َِّ ِ َو‬ ِ َّ ‫« ِب ْل ِم‬
140 Universitas Islam Bandung

Dari Ibnu Umar berkata, adalah Nabi Saw. apabila meletakkan mayit dalam
kuburnya berdoa, “Dengan nama Allah dan atas sunnah Rasulullah Saw.”.
6) Letakkan jenazah di liang lahat dalam posisi miring ke kanan (bagian tubuh
sebelah kanan di bawah), wajah menghadap qiblat dan rapatkan ke
dinding, beri bantalan bola tanah (5 sampai 7 biji) bagian belakang jenazah
agar tidak berubah posisi.
7) Lepaskan semua ikatan tali kain kafan pada tubuh jenazah.
8) Buka kain kafan bagian wajah jenazah sehingga pipi menempel tanah.
9) Setelah jenazah berada di liang lahat, tutup terlebih dahulu dengan papan
(padung), selanjutnya ditimbun dengan tanah galian kubur.
10) Tinggikan tanah kubur 20 cm. sebagai tanda kuburan, dan atau kadang-
kadang diberi papan nama jenazah bersangkutan.
11) Selesai penguburan, adalah mendoakan jenazah, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw.

‫ي ل َذل فَ َر َ ِم ْن َل ْف ِن‬ ‫ ََك َن لمَِّ ِ اب‬: َ ََ‫َغ ْن ُغ ْث َس ََن ْب ِن َغ َّف ََني ق‬


ُُ َ ‫يكي َا ََلُ ل‬ ْ ُ ‫ « ْلَ َت ْغ ِف ُرال ِ َِل ِخ‬: َ ََ‫لمْ َس ُّ َِِ َاقَ َف ػَلَ ُْ ِهي فَق‬
» ُ َ‫يَي فََن َّ ُه ْلِلٓ َن ي ُْلج‬
ِ ‫َِبم َّتثْ ِب‬
Dari Utsman Ibnu Affan berkata, adalah Nabi Saw. jika telah selesai
menguburkan mayat, ia berdiri di dekat kuburan dan bersabda:
“Mohonkanlah keampunan untuk saudaramu, dan ketetapan baginya,
karena sekarang ia akan ditanya. (HR. Abu Dawud, Hakim, dan Al-Bazzar)

---ooOoo---
Contoh Zikir 141

CONTOH DZIKIR
SETELAH SALAT WAJIB

Sayyid Sabiq, dalam Fikih Sunnah (I, 1987: 160) menerangkan zikir dan
doa setelah salat fardhu/wajib sebagai berikut:

٣x ‫اَّلل امْ َؼ ِظ َي‬


َ ‫َأ ْس َت ْغ ِف ُر ه‬
1. Hadis riwayat Jama’ah kecuali Al-Bukhari, dari Tsauban yang menerangkan
bahwa Rasulullah Saw. apabila telah selesai salat memohon ampun kepada Allah
Swt.
Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung (3x)
lalu membaca:

‫انله ُي هم َأه َْت ا همس َال ُم َو ِمنْ َك ا همس َال ُم ثَ َب َار ْل َت َي َذا امْ َج َاللِ َواإل ْل َرا ِم‬
ِ
Ya Allah Engkau Maha Penyelamat, dan dari-Mu segala keselamatan, Maha
Mulia Engkau ya Tuhan kami wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan
kemuliaan (HR. Muslim)
2. Hadis riwayat Imam Ahmad, Abu Daud, Al-Nasa`i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban,
dan Al-Hakim dari sumber Muadz Ibnu Jabal yang menerangkan bahwa Nabi
Saw. pada suatu hari menggandeng tangannya dan bersabda: “Hai Muadz, aku
142 Universitas Islam Bandung

mencintaimu”. Muadz menjawab: “Demi Allah, aku pun mencintaimu”. Rasul


kemudian bersabda lagi: “Aku berwasiat kepadamu hai Muadz, jangan sekali-kali
meninggalkan doa ini setelah selesai salat:

‫انلّ ُي هم َأ ِغ ِ ّّن ػَ ََل ِذ ْل ِركَ َو ُش ْك ِركَ َو ُح ْس ِن ِغ َبا َد ِث َك‬


Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu ingat, bersyukur, dan beribadah dengan
baik kepada-Mu.

‫ " َم ْن َس هب َح‬:‫اَّلل ػَلَ ْي ِو َو َس ه ََّل‬ ُ ‫اَّلل َص هَل ه‬ ِ ‫َغ ْن َأ ِِب ى َ ْيُر َر َة قَا َل قَا َل َر ُس ُول ه‬
‫اَّلل ثَ َال اًث َوثَ َال ِث َني ُد ُب َر َص َال ِث ِو َو َ َِحدَ ُه ثَ َال اًث َوثَ َال ِث َني َو َل ه ََّب ُه ثَ َال اًث‬
َ‫ه‬
‫ْل َو َ ُهل‬ُ ْ ‫ًك َ ُهل َ ُهل امْ ُم‬ َ ‫َش‬ ِ َ ‫َوثَ َال ِث َني وخمت املئة بال اهل اإل هللا َو ْحدَ ُه َإل‬
‫َش ٍء قَ ِد ٌير غُ ِف َر ْت َ ُهل ُذهُوبُ ُو َوم َ ْو ََكه َْت ِمثْ َل َبز َ ِد‬ َْ ‫ك‬ ِّ ُ ‫امْ َح ْمدُ َوى َُو ػَ ََل‬
 ‫ حمققا‬- ‫امْ َب ْح ِر" حصيح ابن حبان‬
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda,”Barangsiapa bertasbih kepada Allah (baca : Subhanallah)
tiga puluh tiga kali setelah salah; memuji-Nya (baca : Alhamdulillah)
sebanyak 33 kali; dan bertakbir (baca : Allahu Akbar) sebanyak 33 kali;
dan ditutup dengan yang keseratus, yaitu Laa ilaha illah wahdahu la
syarikalahu, Lahu al-mulku waa lah l’hamdu wa huwa ‘ala kulli syain
Qadir, maka dia diampuni dosa-dosanya meskipun dosa tersebut
seperti banyaknya buih lautan.” (Ibnu Hibban)
Menurut sumber Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: “Maukah
kalian, bersungguh-sungguh dalam berdoa? Mereka menjawab dengan
membaca doa di atas.” (HR. Ahmad)
3. Hadis riwayat Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Al-Nasa`i, dari sumber Abdullah
Ibnu Al-Zubair mengatakan bahwa Rasulullah Saw. setelah mengakhiri salatnya
dengan salam, membaca:

‫ك‬ ِّ ُ ‫ْل َو َ ُهل امْ َح ْمدُ َوى َُو ػَ ََل‬ ُ ْ ‫ َ ُهل امْ ُم‬،ُ‫َشًْ َك َهل‬
ِ َ ‫هللا َو ْحدَ ُه َإل‬ُ ‫َإل امَـ َو اإله‬
ِ َِ
‫ َأى ُْل ام ِنّ ْؼ َم ِة‬،‫ َو َإل ه َ ْؼ ُبدُ اإله ا هي ُه‬،‫ َإل َح ْو َل َو َإل قُ هو َة اإله ِِب ِهلل‬.‫َش ٍء قَ ِد ْي ُر‬
ْ
ِ ِ ِ
Contoh Zikir 143

ُ ‫ َإل امَـ َو اإله‬،‫َو امْ َفضْ ِل َو امثهنَا ِء امْ َح َس ِن‬


‫هللا ُمخْ ِل ِص ْ َني َ ُهل ّ ِال ْي َن َوم َ ْو َل ِر َه‬
ِ ِ
.‫ا ْم ََك ِف ُر ْو َن‬
Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia
pemilik seluruh kerajaan dan puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak
ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Kami tidak
menyembah kecuali kepada-Nya. Dia Tuhan pemilik nikmat, anugerah dan
pujian yang baik. Tiada ada Tuhan (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan
memurnikan ibadah kepadaNya, walaupun orang-orang kafir membenci.
4. Hadis riwayat Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari sumber Al-Mughirah Ibnu
Syu’bah menerangkan bahwa Rasulullah Saw. setelah salat fardhu membaca:

‫ك‬ ِّ ُ ‫ْل َو َ ُهل امْ َح ْمدُ َوى َُو ػَ ََل‬


ُ ْ ‫ َ ُهل امْ ُم‬،ُ‫َشًْ َك َهل‬ ُ ‫َإل امَـ َو اإله‬
ِ َ ‫هللا َو ْحدَ ُه َإل‬
ِ َِ
‫ َو َإل‬، ‫ َو َإل ُم ْؼ ِط َى ِم َما َمنَ ْؼ َت‬، ‫انله ُي هم َإل َما ِه َع ِم َما َأغ َْط ْي َت‬.‫َش ٍء قَ ِد ْي ُر‬
ْ
‫ً َ ْن َف ُع َذا امْ َج ِّد ِمنْ َك امْ َجد‬
Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia
pemilik seluruh kerajaan dan puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah,
tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang
memberi apa yang Eng-kau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu
bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya). Hanya dari-Mu kekayaan dan
kemuliaan. (HR. Al-Bukhari)

5. Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sumber Uqbah Ibnu Amir yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. memerintah untuk membaca Surah Al-
Falaq dan Al-Nâs setelah selesai salat fardhu.
6. Hadis riwayat Al-Thabrani dari sumber Umamah bahwa Nabi Saw. bersabda:
“Barang siapa membaca ayat kursi setelah salat fardhu, tidak akan ada yang
menghalanginya masuk ke dalam surga”. Sedangkan hadis riwayat Al-Thabrani
menerangkan: “Barang siapa membaca ayat kursi setelah salat fardhu, maka
orang itu di dalam tanggung jawab Allah Swt. sampai tiba salat berikutnya”.
7. Hadis riwayat Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Daud dari sumber Abu
Hurairah menerangkan bahwa Nabi bersabda: “Barang siapa bertasbih 33 kali,
tahmid 33 kali, dan takbir 33 kali, kemudian dilengkapi:
144 Universitas Islam Bandung

ِّ ُ ‫ْل َو َ ُهل امْ َح ْمدُ َوى َُو ػَ ََل‬


‫ك‬ ُ ْ ‫ َ ُهل امْ ُم‬،ُ‫َشًْ َك َهل‬ ُ ‫َإل امَـ َو اإله‬
ِ َ ‫هللا َو ْحدَ ُه َإل‬
ِ َِ ٍ ِ َ
.‫َشء قد ْي ُر‬ ْ
Maka kesalahan dan dosanya diampuni Allah walaupun jumlahnya bagaikan
buih lautan.
8. Hadis riwayat Muslim dari sumber Ka’ab Ibnu Ujrahmenerangkan bahwa Rasul
mengajarkan membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali setelah
selesai salat fardhu.
9. Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sumber Sumayya, dari Abu Hurairah
yang menerangkan bahwa orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin datang
menghadap Rasulullah Saw. dan berkata: “Kaum hartawan dapat memperoleh
derajat yang tinggi dan kenikmatan abadi di sisi Allah melalui hartanya”. Rasul
bersabda: “Apa maksud kalian?” Mereka menjawab: “Mereka salat seperti
kami, berpuasa seperti kami, bedanya mereka bisa bersedekah, sedangkan
kami tidak bisa”. Rasulullah Saw. bersabda: “Maukah aku ajarkan sesuatu yang
dapat mengungguli orang-orang sebelum dan sesudah generasi kalian. Tidak
ada yang bisa mengungguli, kecuali orang-orang yang melakukan apa yang
kalian lakukan”. Mereka menjawab: “Mau, ya Rasulullah”. Rasul kemudian
bersabda: “Engkau bertasbih, bertahmid, dan bertakbir 33 kali setelah salat
fardhu”. Orang-orang itu kemudian berkata kepada Rasulullah Saw. “Kawan-
kawan (para aghniya) akan mendengar apa yang kami bacakan, dan akan
meniru apa yang kami lakukan”. Rasulullah Saw. bersabda: “Itu anugerah Allah
yang akan diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya”.
10. Hadis riwayat Al-Bukhari dan Al-Tirmidzi menerangkan bahwa Nabi Saw.
setelah selesai salat membaca:
‫انلهيُ هم َأ ْص ِل ْح ِِل ِد ًِّن ه ِاَّلي ى َُو ِغ ْص َم ُة َأ ْم ِري َو َأ ْص ِل ْح ُدهْ َي َاي ام ه ِِت‬
‫َج َؼلْ َت ِفهيَا َم َؼ ِاَش انلهيُ هم ا ِ ّّن َأ ُغو ُذ ِب ِرضَ اكَ ِم ْن ََس َِط َك َو َأ ُغو ُذ‬
َ‫ِب َؼ ْف ِوكَ ِم ْن ِه ْق َم ِت َك َو َأ ُغو ُذ ِ ب َِك ِمنْ َك َإل َما ِه َع ِم َما َأغ َْط ْي َت َوإل‬
‫ُم ْؼ ِط َي ِم َما َمنَ ْؼ َت َو َإل ً َ ْن َف ُع َذا امْ َج ِّد ِم ْن َك امْ َجد‬
Ya Allah kokohkanlah agamaku yang berfungsi sebagai pengayom/pelindung
segala urusanku, perbaikilah duniaku yang Engkau jadikan sebagai sarana
kehidupanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu untuk
Contoh Zikir 145

menuju rida-Mu, dan aku berlindung di bawah ampunan-Mu dari siksa-siksa-


Mu, aku berlindung kepada-Mu dari murka dan azab-Mu. Tidak ada yang bisa
mencegah apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi jika
Engkau menghalang, dan tidak ada bermanfaat bagi-Mu pemberian orang.
11. Hadis riwayat Al-Bukhari dan Al-Tirmidzi menerangkan bahwa Sa’ad Ibnu Abu
Waqqash mengajarkan kepada anaknya suatu doa, seperti halnya seorang
guru mengajari menulis muridnya. Dia mengajarkan:

‫ َو َأ ُغ ْو ُذ ِب َك ِم َن‬،‫ َو َأ ُغ ْو ُذ ب َِك ِم َن امْ ُج ْ ِْب‬،‫َانله ُي هم ا ِ ّ ّْن َأ ُغ ْو ُذ ب َِك ِم َن امْ ُبخ ِْل‬


ِ
.‫ َو َأ ُغ ْو ُذ ب َِك ِم َن ِف ْتنَ ِة الهْ َيا َوػَ َذ ِاب امْقَ ْ َِّب‬،‫َأ ْن ُأ َر هد ا ََل َأ ْر َذلِ امْ ُؼ ْم ِر‬
ِ
Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung
kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia
yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.

12. Hadis riwayat Abu Daud dan Al-Hakim menerangkan bahwa Nabi setelah
selesai salat membaca doa:
‫ انليُ هم ػَا ِف ِّن ِِف‬،‫ انل ُي هم ػَا ِف ِّن ِِف َ َْس ِؼي‬،‫انل ُي هم ػَا ِف ِّن ِِف ب َ ِدَّن‬
‫ انل ُي هم ا ِ ّّن َأ ُغو ُذ ب َِك ِم ْن‬،‫انل ُي هم ا ِ ّّن َأ ُغو ُذ ب َِك ِم َن ا ْم ُك ْف ِر َوامْ َف ْق ِر‬،‫َصي‬ ِ َ َ‫ب‬
ِ ِ
‫ َإل ا َ َهل ا هإل َأه َْت‬،‫ػَ َذ ِاب امْقَ ْ َِّب‬
Ya Allah, sehatkan badanku, pendengaranku, dan penglihatanku. Aku
ِ ِ
berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran, serta dari azab kubur.
Tidak ada Tuhan selain Engkau.

---ooOoo---
146 Universitas Islam Bandung
Daftar Pustaka 147

Daftar Pustaka

Buku:

Al-Qur’ân Al-Karîm
Abdulbaqi, Muhammad Fu’ad. 1987. Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfâdz Al-
Qurân, Beirut: Dar Al-Fikr.
Depag RI. 1984/1985. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an.
Sabiq, Sayyid, 1982. Fiqh Al-Sunnah, Beirut Lubnan: Dar Al-Fikr.

Al-Maktabah Al-Syâmilah

Abu Daud. Sunan Abî Dawûd. Al-Maktabah Al-Syâmilah. v. 2.09.


Ahmad, Imam. Musnad Ahmad bin Hanbal, Al-Maktabah Al-Syâmilah. v.
2.09.
Al-Bukhari. Shahîh Al-Bukhârî, Al-Maktabah Al-Syâmilah. v. 3.04.
Al-Jaziri. Al-Fiqhu ‘Alâ Al-Madzâhib Al-Arba‘ah, Al-Maktabah Al-Syâmilah. v. 3.04.
Al-Nasa`i. Sunan Al-Nasâ‘i. Al-Maktabah Al-Syâmilah. v. 2.09.
Al-Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidî, Al-Maktabah Al-Syâmilah. v. 3.04.
Ibnu Majah. Sunan Ibnu Mâjah. Al-Maktabah Al-Syâmilah. v. 3.04.
Muslim. Shahîh Muslim. Al-Maktabah Al-Syâmilah v. 3.04.

Anda mungkin juga menyukai