Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
SKRIPSI
Oleh :
Hamidah Ayu Ningsih
Nomor Pokok : 1001099004
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2004 M
PENGESAHAN
tanggal 02 Oktober 2004, dan telah diterima sebagai salah satu syarat guna
Ketua Sekretaris
(H.M. Zainuddin, Drs. Lc., Dipl.,MH.) (H.A. Rifa’i Hasbi, Drs. M.Ag.)
Tim Penguji
i
PERSETUJUAN
Disetujui Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan
Ahwal Al- Dekan Fakultas Syari’ah
Syakhsiyyah Universitas Islam Bandung
Universitas Islam Bandung
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala akan segala rahmat dan karunia yang telah
Skripsi ini dibuat dan diajukan sebagai syarat kelengkapan masa perkuliahan di
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang
penulis sehingga masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun pembahasan
walaupun penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya untuk
dan pikiran dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
1. Ibundaku dan Ayahanda (Alm) tercinta yang telah mendidik penulis dari
kecil hingga dewasa dengan penuh ketulusan dan kasih sayang, dalam
iii
mendorong dan memberi motivasi kepada penulis baik berupa moril dan
materil.
2. Mertuaku Mama Oya dan Papa Asep, yang telah memberikan semangat
3. Bapak HC. Najmuddin, Drs., MH dan Ibu N. Eva Fauziah, Dra., M.Ag. yang
semoga amal baiknya yang diberikan mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT.
4. Bapak H.M. Zainuddin, Lc., Dipl., MH. selaku dekan Fakultas Syari’ah
5. Ibu Neneng Nurhasanah, Dra. selaku dosen wali yang selalu memberi
6. Para bapak dan ibu dosen serta asisten dosen yang telah mendidik dan
Bandung.
Bandung.
tulus dan ikhlas pada penulis serta anakku “Muhammad Leviansyah” (U’re
my everything....).
iv
9. Mang Nunu dan Bi wati, makasih ya.............
10. Rekan-rekan angkatan ’99 yang telah memberikan motivasi kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini, antara lain: Dina, Neneng, Aliyah, Noey, Astri,
Irma, Lies, Risti, Lia, Nur, Ela dan rekan-rekan angkatan ’99 yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, dan satu teman seperjuanganku Mia
(2000).
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
12. Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangatlah jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
perbaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT. segala kebaikan
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah hasanah
Alhamdulillahirabbil’alamin
Wassalam,
Penulis
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
ABSTRAK vi
BAB I PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah 11
C. Tujuan Penelitian 11
D. Kerangka Pemikiran 12
F. Sistematika Pembahasan 16
vii
C. Unsur-Unsur Perbuatan Eksploitasi Seksual Pada Anak 26
1. Menurut UU Perlindungan Anak 26
Anak 37
HUKUM ISLAM
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 73
B. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terkecil yaitu keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat, di mana
anak tumbuh dan kembang secara wajar menuju generasi muda yang potensial
untuk pembangunan nasional. Pada dasarnya anak adalah titipan Illahi yang harus
kita pelihara sejak dalam kandungan sampai dewasa. Anak adalah tunas harapan
bangsa yang akan melanjutkan eksistensi nusa dan bangsa Indonesia. Pada
merekalah terletak masa depan kita. Anakpun menjadi dambaan keluarga yang
keharmonisan. Anak sebagai seorang makhluk yang butuh perhatian dan kasih
sayang. Anak adalah golongan rawan karena lemah tak berdaya sebab belum
Oleh sebab itu, anak perlu disiapkan dalam pembinaan, pengembangan jasmani
dan mental.
1
2
dan lembaga sosial agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
Hukum Islam juga memberikan hak-hak anak yang mutlak, antara lain
seperti:
rahim ibunya. Secara umum ada dalam Al Quran surat Al-Israa: 31 yang
tersebut adalah:
b. Hak untuk disusui selama dua tahun terdapat dalam surat Al Baqarah: 233
yaitu:
3
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang
ma`ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak
ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Depag, 1997: 57).
Selain surat Al-Baqarah: 233 ada pula surat Al-Ahqaaf ayat 15, yaitu:
Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia
4
C. Hak untuk mendapatkan nafkah dari orang tua, terdapat dalam hadist yang
D. Hak untuk diberikan pendidikan, ajaran, pembinaan, tuntutan dan akhlak yang
benar. Dalam hadist berikut ini, orang tua adalah sebagai pendidik utama.
Adapun contoh pendidikan yang benar telah dilakukan oleh Luqman, seperti
yang tidak seorang pun, kelompok atau bangsa manapun yang bisa membatasi
1. Hak hidup;
2. Hak milik;
harus dipenuhi. Dalam suatu hadist lebih dirinci hak-hak anak dari orang tuanya,
yakni:
3. Mengkhitankannya;
5. Memberi nafkah (biaya hidup dan biaya pendidikan serta lain sebagainya);
)ﻖ اﻟَﻮ اِﻟﺪ َﻋ َﻠْﻲ َو َﻟِﺪ ﻩ َأْن ُﻳَﺤ ﺴﱢَﻦ اْﺳ ُﻤ ﻪ َو َأْن ُﻳَﻌ ﻠﱢَﻤ ُﻪ اﻟِﻜَﺘَﺒﺔ َو أْن ُﻳَﺰ وﱢَﺟ ُﻪ ِإَذ ا َﺑَﻠﻎ (رواﻩ اﺑﻦ اﻟﻨﺠﺎري
ِإنﱠ ِﻣ ْﻦ َﺣ ﱢ
ﻖ اﻟَﻮ اِﻟﺪ َﻋ َﻠْﻲ َو َﻟِﺪ ﻩ َأْن ُﻳَﺤ ﺴﱢَﻦ اْﺳ ُﻤ ﻪ َو َأ ﱠدَﺑُﻪ َو َأْن ُﻳَﻌ ﻠﱢَﻤ ُﻪ اﻟِﻜَﺘَﺒﺔ َو اﻟ ﱢﺴَﺒﺎَﺣ ُﺔ َو اﻟﺮﱢ َﻣ َﻴُﺔ َو أْن َﻻ ﻳﺮزُﻗﻪ ِإﻻﱠ َﻃْﻴًﺒﺎ َو أْن ُﻳَﺰ ﱢوَﺟ ُﻪ إَذ ا َأْد َر ك
َﺣ ﱢ
)(رواﻩ اﻟﺤﺎآﻢ
Artinya: “Kewajiban bapak kepada anaknya ialah memberikan dia nama yang
,baik, mengajarkan dia kesopanan yang baik, mengajarkan dia menulis
berenang dan memanah, jangan beri makan kecuali barang yang baik
.dan kawinkan dia apabila telah dewasa”. (H.R. Al-Hakim)
,tercerabut dari hak dasarnya masuk ke dalam situasi yang eksploitatif dan kejam
berjumlah 18% di Asia dan 2,4 juta anak berusia 10-14 tahun aktif secra
ekonomi”. (Joni, 1993 : 3). Keadaan itu ditunjang dengan situasi krisis yang tak
situasi dan rawan serta diperlakukan dengan tidak manusiawi. Hal ini dibuktikan
dengan jaringan pekerja seks anak di beberapa negara Asia sebagaimana yang
9
dikutip Himah Sholihah (2003: 100-101) dari ESCPAT dalam Koran Tempo
yaitu:
1. Negara Indonesia telah mencapai sekitar 30% (sekitar 40-70 ribu anak) anak-
anak yang terjerumus pada pekerja seks berusia di bawah 18 tahun. Mereka
tersebar di beberapa daerah, seperti: Batam, Bali serta beberapa kota lain yang
seks.
menyeberang ke Riau (Indonesia) untuk belanja seks dari pekerja seks berusia
di bawah 18 tahun.
sekitar 3.607 pekerja seks yang datang dari luar Malaysia dan pada tahun
2002, mereka berhasil membongkar kasus pekerja seks yang melibatkan 372
kesukarelaan, melainkan atas dasar paksaan dan jebakan. Ini sangat pas atau
bawah umur 18 tahun tidak dalam kapasitas untuk memutuskan sesuatu, apalagi
mereka berumur di bawah 18 tahun, usia 10-12 tahun yang sebelumnya sama
sekali tidak mengenal seks karena memang usianya yang masih belia dipaksa
komersial.
tindakan eksploitasi seksual pada anak yang sering terjadi di masyarakat adalah:
pencaharian;
dengan imbalan baik berupa uang atau balas jasa. Imbalan ini dapat diterima
langsung oleh orang yang dapat keuntungan komersial dari seksualitas anak.
kaji yang berkaitan dengan masalah pengeksploitasian seksual pada anak yang
11
B. Identifikasi Masalah
Agar lingkup pembahasan lebih terarah dan tidak melampaui batas apa
berikut:
C. Tujuan Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
mata persoalan medis, namun juga menyangkut banyak segi, antara lain: agama,
psikis dan hukum. Namun yang akan dikaji dalam penelitian ini hanya yang
Perlindungan Anak.
kemanusiaan yang paling keji dan sangat melukai perasaan. Anak yang berada
dalam situasi darurat, salah satunya dalam keadaan tereksploitasi secara ekonomi
secara ekonomi dan atau seksual merupakan kewajiban dan tanggung jawab
perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai
mata pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama
satu tahun empat bulan atau denda paling banyak seribu rupiah”. (Moeljatno,
1999: 108).
Melihat isinya, pasal di atas memang tidak membahas atau menulis kata
nampaknya pasal ini dapat dikategorikan sebagai pasal yang membahas masalah
eksploitasi seksual. Hal ini dapat dilihat pada kalimat “Barangsiapa dengan
dengan orang lain dan menjadikannya sebagai mata pencaharian atau kebiasaan”.
pasal ini berbicara tentang pekerjaan mucikari yang menyediakan tempat untuk
paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan atau denda seribu rupiah.
Pasal 78: Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak
dalam situasi darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60,
anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok
minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi secara ekonomi
dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi
korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya, anak korban penculikan, anak korban
perdagangan, atau anak korban kekerasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59, padahal anak tersebut memerlukan
pertolongan dan harus dibantu, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan atau paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 82: Setiap orang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah).
Pasal 88: Setiap orang yang mengeksploitasikan ekonomi dan atau seksual
anak dengan maksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau
orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
14
anak terutama Pasal 88 yang secara tegas menyatakan akan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau denda sebesar
orang lain.
yang terkenal dalam hukum Islam adalah tindak pidana zina yang diancam dengan
hukuman had, baik dicambuk 100 kali bagi pezina yang masih lajang (ghairu
muhshan) atau dirajam hingga meninggal bagi pezina yang sudah menikah
jika dalam ikatan nikah yang sah, nampaknya tidak akan ada eksploitasi seksual,
sebab melakukan hubungan seks merupakan kewajiban bersama antara suami dan
bukan hanya “pengguna” saja tetapi orang yang mengambil keuntungan untuk diri
seksual maka perlu ada hukuman bagi mereka karena dampak negatif dari
15
sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain bertujuan untuk memperoleh
informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-
variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui “book
F. Sistematika Penulisan
Bab II, Tinjauan Umum Tentang Eksploitasi Seksual Pada Anak. Bab ini
Seksual, Aspek Hukum Tindak Pidana Eksploitasi Seksual pada Anak, Sanksi
Bab III, Analisis Eksploitasi Seksual pada Anak ditinjau dari UU Perlindungan
Bab IV, Penutup. Dalam bab akhir dari skripsi ini, memuat tentang kesimpulan
dan saran.
B A B II
Pengertian dari kata eksploitasi seksual pada anak terbagi menjadi tiga
bagian yaitu eksploitasi, seksual dan anak. Ketiga bagian itu akan dibahas secara
ada pada seseorang untuk menggunakan pribadi lain demi pemuasan kebutuhan
180).
gamet yang dihasilkan induk jantan dan betina, sehingga menghasilkan zigot yang
akan tumbuh dan berdiferensi menjadi individu baru”. (Idris, 1988: 474).
17
18
adalah peninjauan dari segi kejiwaan tentang cara–cara seseorang memenuhi dan
dan memperoleh kepuasan dengan jenis kelamin berlawanan dan dengan cara-cara
kenikmatan saraf-saraf di tubuh dan acapkali terlampau terpaku pada organ tubuh
yang dipahami sebagai alat kelamin tetapi juga melibatkan organ lain seperti
tangan, dada, sela paha, mulut dan dubur. (Oetomo, 2003: 1).
yang dilakukan oleh dua individu yang berbeda yang melibatkan kenikmatan pada
saraf-saraf di tubuh.
yang multidimensional mencakup hampir seluruh aspek dalam diri manusia, baik
19
itu aspek biologis, psikologis, sosial, behavioral, klinis maupun aspek sosio-
manusia. Identitas seksual mempunyai dasar yang paling nyata dan lengkap yaitu
Pengertian anak secara bahasa adalah manusia yang masih kecil (belum
dewasa) (Ali, 1994: 35). Sedangkan pengertian anak secara terminologi adalah
referensinya. Istilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kelahiran dan
Selain itu ada pula yang mendefinisikan bahwa anak adalah kelompok
manusia muda yang batasan usianya tidak selalu sama di berbagai negara. Di
Indonesia, sering dipakai batasan umur anak dari 0 – 21 tahun. Dengan demikian,
dalam kelompok anak akan termasuk bayi, anak balita dan anak usia sekolah.
Dalam berbagai perbedaan penentuan batasan umur anak ini, umumnya disepakati
oleh masa anak karena merupakan masa yang dilalui oleh setiap orang untuk
Masa anak ditandai oleh proses tumbuh kembang, yang meliputi aspek
fisik, biologis serta mental, emosional dan psikososial. (Nugroho, 1988: 4).
belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Artinya,
anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan
20
perkawinan, berada di bawah kekuasaan orang tua selama mereka tidak dicabut
kekuasaannya.
khusus, hanya saja jika melihat dari berbagai pengertian yang telah diungkapkan
secara berlebihan untuk keuntungan diri sendiri baik yang bersifat materiil atau
non materiil.
357). Dan pengertian anak dalam hukum Islam sangat beragam definisinya,
telah mencapai umur 18 tahun, atau sudah menikah meskipun di bawah umur 18
tahun.
mewajibkan orang tua untuk melakukan pemeliharaan yakni pada Pasal 98 ayat
(1) yang menentukan batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa
adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau
Batasan umur anak yang terdapat dalam KHI tidak ada perbedaan dengan
bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu)
Dalam hukum Islam, batasan umur anak yang dikatakan dewasa adalah
apabila telah berumur 15 tahun atau telah bermimpi dan keluar air mani bagi anak
laki-laki dan bagi wanita telah datangnya haid, maka yang demikian telah sampai
Artinya: ”Dari Ibnu Umar r.a ia meminta kepada Rasulullah saw. untuk menjadi
tentara pada waktu perang uhud, sedang dia ketika itu berusia 14
tahun. Beliau tidak membolehkan. Kemudian dia kemukakan pula
permohonan pada peperangan. Khandak dan dia telah berusia 15
tahun. Beliau mengabulkan permohonannya”. (Bukhari, t.t: 73).
Berdasarkan uraian di atas bahwa batasan umur anak yang dianggap telah
dewasa adalah sejak ada tanda-tanda perubahan badaniah baik bagi anak pria
Berbeda dengan hukum adat bahwa tidak ada ketentuan yang pasti kapan
4. Telah menikah;
22
5. Berusia 21 tahun.
orang itu masih menjadi anak dan baru menjadi dewasa bila proses perkembangan
dan pertumbuhan itu selesai. Jadi, batasan umur anak-anak adalah sama dengan
permulaan menjadi dewasa, yaitu 18 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk laki-
laki.
Seperti telah dijelaskan di atas, hukum adat tidak mengenal ukuran umur.
Apabila seorang anak telah matang pikirannya, atau telah cukup kuat tenaga
badannya untuk mencari nafkah sendiri, atau sudah matang untuk dapat hidup
bersama dengan anggota jenis kelamin lain, maka ia dianggap telah dewasa.
330 bahwa anak adalah mereka yang belum berumur 21 tahun dan belum kawin.
maksimal umur anak sehingga ada kesan terjadi pengelompokan pengertian anak.
memiliki aspek yang sangat luas. Karena dapat diterjemahkan untuk mendekati
eksploitasi seksual pada anak secara benar menurut sistem kepentingan agama,
ilmu akan berbeda-beda secara substansial, fungsi, makna dan tujuannya maka
seksual pada anak menurut sistem kepentingan hukum dan agama yang tertuang
23
dalam UU Perlindungan Anak, KHI dan hukum Islam yaitu maksimal berumur 21
tahun.
seks.
a. Prostitusi anak.
yaitu daya tarik seksual yang dirasakan oleh seorang dewasa terhadap seorang
anak. Selain itu menurut Suyanto, bahwa di daerah Semarang ada juga bentuk
melayani laki-laki dalam jumlah banyak dalam 1 (satu) kali booking ( 4-7 orang)
24
atau tindikhan, yaitu melayani laki-laki yang alat kelaminnya memakai anting-
anting.
terselubung.
Prostitusi pada anak usia di bawah umur yang bekerja di tempat atau
tempat di mana tamu atau pembeli dapat melihat dan memilih mereka.
Kondisi kerja mereka menunjukan ciri-ciri “bonded”, yaitu disekap dan tidak
penjaja seks selama 6 bulan. Kontrak dapat diperpanjang di tempat kerja atau
Dari ketiga uraian tadi, biasanya tempat yang dijadikan transaksi anak
yang dijadikan sebagai Pekerja Seks Komersial adalah panti pijat, bar, karaoke,
pelayanan seks konvensional, oral dan anal. Anak laki-laki harus bisa berprofesi
sebagai homo dan hetero karena ada layanan-layanan khusus, dan hal ini memiliki
resiko yang tinggi bagi kesehatan mereka. Tidak hanya itu, korban pun pernah
Kasus sodomi yang dilakukan oleh penderita pedhofilia juga telah terjadi,
bahkan dalam hitungan per hari kasus ini banyak/sering diberitakan melalui media
massa, umumnya terjadi pada anak laki-laki berusia 9-12 tahun. Ancaman yang
ringan pada anak-anak dengan sedikit iming-iming yang sudah cukup efektif
liwath. Istilah ini diambil dari kisah pada zaman Nabi Luth yang kaumnya suka
dalam anus teman kencannya. Islam dengan tegas melarang perbuatan tersebut
anus.
Akhirnya dia tidak bisa berfikir dengan jernih dan aktivitasnya lebih banyak
membedakan yang baik dan yang buruk. Akal sehatnya sebagai orang normal
sudah tidak ada lagi. Pikirannya lebih diisi oleh pemuasan nafsu melalui
kesalahan yang mengenai tata tertib tingkah laku sopan santun di dalam
adalah semua kesalahan yang menyangkut watak budi pekerti pribadi seseorang
1. Pandangan cabul pada anak dengan melihat dari atas ke bawah pada bagian-
bagian tertentu;
Kejahatan kesusilaan yang diatur dalam KUH Pidana terdapat pada bab 10
buku KUHP. Bila dilihat bab XIV buku II tersebut memuat 2 (dua) macam tindak
Dalam kejahatan kesusilaan yang diatur dalam Pasal 281 sampai dengan
pasal 299 KUHP dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
28
a. Kejahatan kesusilaan yang bersifat non sexual coxion (Pasal 281-283 KUHP).
wanita dalam keadaan tidak sadarkan diri atau dalam keadaan lemah, penyerangan
dalam keadaan tidak sadarkan diri atau keadaan lemah, perdagangan wanita,
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 281, 284, 285 sampai dengan Pasal 290,
Pasal 292 sampai dengan Pasal 297 merupakan kejahatan terhadap kesusilaan atau
tampak sebagai akibat nafsu seksuil, tampak sifat seksuilnya berkembang secara
Pidana, yaitu:
1. Merusak kesusilaan dihadapan umum, (Pasal 281 sampai dengan Pasal 303
KUHP);
2. Pornografi, (Pasal 282 KUHP). Berisi tentang tulisan, gambar atau patung atau
barang yang berisi atau menggambarkan sesuatu hal yang menyinggung rasa
3. Membujuk orang yang belum dewasa untuk bersetubuh dengan orang lain,
5. Membujuk orang yang belum berumur 15 tahun untuk dicabuli, (Pasal 291
KUHP);
(Pasal 293 KUHP). Pada pasal ini dijelaskan untuk melakukan atau
c. Menipu.
Unsur kedua yang termasuk eksploitasi seksual pada anak adalah adanya
suatu perbuatan keji. Perbuatan keji menurut R.Susilo adalah “perbuatan dengan
perempuan yang bukan isterinya”. Sehingga, perbuatan keji terjadi apabila adanya
perempuan yang dipaksa dengan keadaan sedemikian rupa pada akhirnya tidak
(Susilo, 1983: 20). Dengan demikian menurut Susilo seseorang diperkosa bila
dalam keadaan dipaksa, tidak dapat melawan dan ada keterpaksaan dalam
melakukannya.
4. Bersetubuh dengan seseorang yang masih di bawah umur, (Pasal 287 KUHP).
Untuk melakukan persetubuhan dengan anak yang di bawah umur dengan cara
5. Membujuk orang yang belum dewasa untuk bersetubuh dengan orang lain
7. Bersetubuh dengan anak di bawah umur dari jenis kelamin yang sama (Pasal
292 KUHP);
8. Perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dilakukan orang tua atau
9. Memudahkan anak di bawah umur untuk berbuat cabul (Pasal 295 KUHP);
10. Mata pencaharian mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul (Pasal 296
KUHP).
2. Memperdagangkan wanita dan anak laki-laki yang belum cukup umur, (Pasal
297 KUHP);
Dalam ayat di atas bahwa Allah SWT telah melarang perempuan dan
juga laki-laki melihat pada apa yang telah diharamkan. Allah juga telah
alaminya kecuali dari pandangan sanak saudara mereka yang telah disebutkan di
Adapun bentuk konkrit dari tindak kesusilaan menurut hukum Islam, diantaranya:
dan sebagainya tulisan gambar, benda dan rekaman yang merusak atau
hukum Islam:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (Depag,
1997: 429).
4. Rasulullah bersabda:
(ﺪﻤﺣأ )ﻩارو ًﺎَﺛَﻼﺛ َﺎهﱠَدر َو ٍْطُﻮ ﻟ ْمَﻮ ﻗ ِﻞَﻤ ﻋ َﻦ ْﻣ ﷲُا َﻦ ََﻌﻟ
5. Khusus perbuatan cabul yang dilakukan dengan sesama pria (male homosex).
6. Perkosaan
Peristiwa ini pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab yaitu
Ubaidullah atau Abu Syamhah. Pada saat Ubaidullah dalam keadaan mabuk,
dia melihat wanita yang sedang tidur lalu menzinainya sampai wanita ini
hamil. Peristiwa ini termasuk dalam tindakan perkosaan. (Doi, 2002: 314)
35
7.
Artinya: “Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-
orang yang melampaui batas”. (Al-mu’minun, 23: 7).
yang haram.
Maksud dari ayat ini adalah orang-orang supaya memelihara farjinya dari
perbuatan haram seperti berzina atau sodomi, dan mereka hanya mendekati
isterinya atau suaminya. Barang siapa yang menerima apa yang telah dihalalkan
Allah kepadanya maka tidak ada celaan dan dosa atasnya. Barang siapa yang
memilih selain isteri atau suaminya dan budak sahaya maka mereka itulah orang-
a. Kisah Ibnu Abbas yang melirik 2 (dua) kali terhadap wanita yang bukan
mahramnya.
36
dikatakan yaitu:
dengan bentuk pandangan dan atau perbuatan cabul sampai melakukan bentuk
seksual pada anak termasuk ke dalam masalah tindakan yang berkenaan dengan
kesusilaan.
seks seorang manusia dengan cara memandangi anak dengan pandangan cabul,
vagina atau dubur, memaksa anak untuk melakukan oral seks. Dengan demikian
38
menurut M. Sudrajat Bassar bahwa suatu pergaulan akan menjadi tindak pidana
1. Melawan hukum;
2. Merugikan masyarakat;
aturan pidana dilarang dan diancam dengan pidana, barangsiapa yang melanggar
Hal ini terbukti dengan anak yang di bawah umur 18 (delapan belas) tahun
yang dipekerjakan sebagai pekerja seksual dengan cara ditipu, disekap, dipaksa
dan kemudian dijual pada germo untuk dijadikan pekerja seksual secara
Perlindungan Anak dan hukum Islam, karena anak yang dibawah umur masih
Selain merugikan masyarakat juga merugikan jiwa dan mental anak tersebut.
39
eksploitasi seksual pada anak dilarang dan diancam dengan pidana, yang terdapat
a. Unsur subyektif
b. Unsur Obyektif.
Unsur subyektif adalah unsur yang melekat pada pelaku tindak pidana
dalam hal ini termasuk juga suatu terkandung dalam hatinya. Adapun unsur-unsur
4. Perasaan takut.
melakukan:
5. Penganiayaan hewan;
yang berarti perbuatan dosa kejahatan atau pelanggaran. Kitab Al-Jinayah dalam
yang diberikan oleh Allah, yang pelanggarannya membawa kepada hukuman yang
kejahatan adalah perbuatan yang hanya dilarang oleh syariat. Dengan kata lain,
membawa kepada hukuman yang telah ditentukan oleh syariat adalah kejahatan.
perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain atau masyarakat baik
jasad (anggota badan atau jiwa), harta benda, keamanan, tata aturan masyarakat,
nama baik, perasaan ataupun hal-hal lain yang harus dipelihara dan dijunjung
sama;
jarimah;
4. Orang yang memberi bantuan atau kesempatan jarimah dengan berbagai cara,
itu. Sebab hukuman itu sendiri bukan suatu kebaikan bahkan suatu pengrusakan
sebab bisa membawa keuntungan yang konkret bagi masyarakat agar perbuatan
jarimah, antara hukum Islam dan hukum positif, bertemu dalam suatu pendirian,
Jarimah dapat dibagi menjadi beberapa macam dan jenis dengan aspek
yang ditonjolkan. Pada umumnya para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek
berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh Al Qur’an atau
al-Hadist. Atas dasar inilah jarimah terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Jarimah Hudud
adalah suatu jarimah yang bentuknya telah ditentukan syara sehingga terbatas
Quran dan As-Sunnah. Jarimah ini termasuk dalam jarimah yang menjadi hak
Allah. Adapun jarimah yang termasuk dalam kelompok hudud menurut, para
ulama, ada tujuh macam jarimah, yaitu perzinaan, qadzaf atau (menuduh
43
al-baghyu atau pemberontakan, dan riddah atau keluar dari agama Islam.
2. Jarimah Qishash/Diyat
Jarimah ini adalah suatu perbuatan tindak pidana yang diancam hukuman
tertinggi. Jenis-jenis jarimah qishash terdiri atas lima macam. Dua jarimah
3. Jarimah Ta’zir
Yaitu orang yang melakukan tindak pidana tetapi tidak mencukupi syarat-
syarat untuk dihadd (dihukum) atau kaffarat diyat (denda). Jadi hukum Ta’zir
ini dalam Islam diserahkan sepenuhnya kepada hakim. Jarimah ta’zir yang
perbuatan pidana atau tindak pidana atau straafbaat feit atau delik.
44
Jika suatu atau karakter ketiga jenis jarimah tersebut dikaji secara
mendalam, maka dapat dikatakan, bahwa hanya jarimah ta’zir yang dapat
dianggap sepadan dengan delik dalam hukum pidana. Sementara itu, jarimah
hudud dan jarimah qishash lebih dogmatis dan telah menjadi hak Allah yang tidak
mungkin diubah atau dikurangi oleh manusia. Hal ini berbeda dengan delik
Adapun aspek tindak pidana dari eksploitasi seksual pada anak dalam
hukum Islam terlihat dalam jarimah hudud, zina. Zina adalah “Memasukkan penis
(zakar, bahasa Arab) kedalam vagina (farj, bahasa Arab) bukan miliknya (bukan
isterinya) dan tidak ada unsur syubhat (Keserupaan atau kekeliruan).” (Al-
Jurjani, 1938: 101). Kesamaan unsur pada kedua perbuatan tersebut ada pada
yang berhubungan dengan nafsu birahi dan kelamin diantaranya adalah berupa
pandangan cabul pada anak dengan melihat dari atas ke bawah, mendekap anak
dengan penuh gairah, meraba bagian anggota tubuh tertentu untuk kepuasan seks
dalam vagina dan atau dubur, memaksa anak untuk melakukan oral seks, dan
pada anak serupa dengan jarimah zina. Hal ini terbukti dengan Q.S 17: 32, yaitu:
45
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (Depag,
1997: 429).
Sekalipun dalam jarimah zina bersifat umum dan tidak mengkhususkan pada
Dalam hukum pidana Indonesia bentuk hukum yang akan diterima pelaku
1. Pidana mati;
2. Pidana penjara;
4. Pidana denda.
telah dijelaskan di atas secara sengaja maka di penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
kejahatan seksual pada anak secara langsung. Namun, pemberian sanksi hukum
itu tidak hanya menimpa pelaku kejahatan seksual saja tapi orang yang
mengambil keuntungan untuk diri sendiri atau untuk orang lain serta orang yang
akan diberikan sanksi berupa pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sebagaimana
Dalam pasal ini pelaku akan dikenakan sanksi dengan maksud untuk
seksual pada anak maka sanksinya berupa pidana penjara selama 10 (sepuluh)
Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak dalam situasi
darurat, anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 (anak yang menjadi
pengungsi, anak korban kerusuhan, anak korban bencana alam dan anak
dalam situasi konflik bersenjata), anak yang berhadapan dengan hukum,
anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi
secara ekonomi atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang
menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, anak korban
perdagangan, anak korban kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59, padahal anak tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda
paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak
Rp.100.000.000,00. (seratus juta rupiah) apabila orang itu mengetahui dan secara
sanksi-sanksi hukum yang berkaitan dengan kesusilaan. Ada pun sanksi hukum
a. Perkosaan yang dikenakan sanksi pidana penjara selama dua belas tahun,
d. Membujuk orang yang belum dewasa untuk bersetubuh dengan orang lain
mengakibatkan mati maka dijatuhkan pidana penjara selama dua belas tahun,
f. Bersetubuh dengan anak di bawah umur dari jenis kelamin yang sama
g. Perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dilakukan orang tua atau
yang mempunyai hubungan dikenakan sanksi tujuh tahun, (Pasal 294 KUHP);
i. Bersetubuh dengan anak di bawah umur dari jenis kelamin yang sama
j. Perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dilakukan orang tua atau
yang mempunyai hubungan dikenakan sanksi tujuh tahun, (Pasal 294 KUHP);
pada anak dan bagi mucikari hanya mencakup pada pidana pokok saja, yaitu
pidana penjara dan pidana denda. Sanksi hukumnya baik itu sanksi pidana denda
49
atau pidana penjara sangat beragam tergantung dari pelanggaran yang dilakukan
oleh pelaku.
pada anak dikategorikan atau diserupakan dengan perbuatan zina, karena unsur-
unsur yang terdapat pada eksploitasi seksual serupa atau hampir serupa dengan
zina sehingga sanksi hukumannya pun disesuaikan dengan sanksi hukum yang
Menurut Hukum Pidana Islam, sanksi hukum yang akan diterima si pelaku
1. Sanksi hukum had, bisa berbentuk hukuman cambuk (dera atau jilid), rajam,
2. Sanksi hukum qishash berbentuk hukum balas kematian atau pelukaan; dan
3. Sanksi hukum ta’zir yang tidak ditentukan jenis dan bentuk hukumannya
Adapun sanksi hukum bagi pelaku zina baik pria maupun wanita diancam
dengan hukuman had berupa hukum cambuk atau rajam tergantung status
pelakunya apakah masih lajang (perawan atau jejaka) atau sudah menikah (dalam
Zina muhshan yaitu orang yang sudah baligh, berakal, merdeka, sudah
pernah campur dengan jalan yang sah. Hukumannya terhadap muhshan rajam
50
(dilontar dengan batu yang sederhana sampai mati). Hukuman ini disandarkan
ًْﻼِﻴَﺒﺳ ﱠُﻦ َﻬﻟ ﷲُا َﻞَﻌ ﺟ َﺪ ْﻗ ﱢﻲَﻨﻋ ْاُو ُﺬ ﺧ ﱢﻲَﻨﻋ ْاُو ُﺬ ﺧ ﱢﻲَﻨﻋ ْاُو ُﺬ ﺧ. َةْﺪَﻠُﺟ ْﺮ ِﻜْﺒِﺎﻟ ﺑ ْﺮ ِﻜﺒﻟُا
َةرَﺎِﺠ ﺤِﺎﻟ ﺑ ْﻢ ﺟﱠﺮﻟَاُو َﺔﺋِﺎٍﻣ َُةْﺪَﻠﺟ ِﺐﻴﱠﺜِﺎﻟ ﺑ ِﺐﻴﱠﺜﻟَاُو َﺔَﻨٍﺳ ْﻲ َﻔُﻧ َو ٍَﺔﺋِﺎﻣ
gadis dengan bujang, hukumannya terhadap mereka dipukul seratus kali dan di
buang keluar negeri satu tahun lamanya. Hukuman ini didasarkan pada Al Qur’an
Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah
belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (Depag, 1997: 543).
51
pada anak diserupakan dengan perbuatan zina namun harus dilihat per kasus,
karena orang yang mengeksploitasi seksual pada anak bisa menggunakan berbagai
memeluk dan meraba-raba saja atau hanya mencicipi uang hasil pelacuran anak
tersebut.
diancam dengan hukum rajam atau cambuk sebanyak 100 (seratus) kali karena hal
ini sama dengan zina seperti yang dikemukakan Al-Jurjani (1938; 101) dalam
bukunya yang berjudul Masail Fiqhiyah yakni “memasukkan penis (zakar, bahasa
Arab) kedalam vagina (farj, bahasa Arab) bukan miliknya (bukan isterinya) dan
tidak ada unsur syubhat (keserupaan atau kekeliruan)”. Untuk kasus sodomi,
dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Maliki dan Ahmad menyatakan bahwa
hukuman bagi pelaku sodomi adalah rajam sampai mati baik pelakunya muhshan
hukuman untuk zina, yaitu kalau ia muhshan dihukum rajam dan jika ghairu
muhshan dihukum dera 100 (seratus) kali (Santoso, 2003: 25). Sedangkan untuk
kasus lainnya seperti memeluk, meraba atau mengambil uang hasil pelacuran anak
tersebut (mucikari) dalam aturan hukum Islam perbuatan tersebut dilarang, hal
tersebut sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Aun bin Hujaiz, yaitu:
52
Artinya: “Telah diriwayatkan dari Rafi’i bin Hujaiz: ia berkata, aku telah
mendengar Nabi SAW bersabda. Seburuk-buruknya usaha adalah
mengambil upah dari hasil perzinaan dan penjualan anjing dan
mengambil upah dari pembekaman”.
mengambil keuntungan dari hasil perzinaan (mucikari), hanya saja sanksi hukum
bagi seorang mucikari tidak dibahas dalam hadis tersebut, maka sanksi hukuman
yang tidak ada ketentuannya dalam Alqur’an dan Hadist dikenakan sanksi hukum
tertentu yang dirumuskan oleh hakim (Negara), sanksi hukumnya jatuh kepada
Susilo bahwa eksploitasi seksual akan menyangkut adanya suatu perbuatan yang
tindakan eksploitasi seksual pada anak yang sering terjadi di masyarakat adalah:
53
54
Teraniaya ( 1998: 3,10 ) tindakan eksploitasi seksual pada anak yang sering terjadi
di masyarakat adalah:
2. Kekerasan seksual;
perbuatan cabul dikategorikan sebagai tindak pidana. Jika melihat pasal di atas,
akan dipekerjakan sebagai pekerja seksual termasuk melakukan tipu muslihat atau
kebohongan terhadap orang lain, dalam hal ini anak perempuan, sehingga orang
perbuatan itu termasuk kepada tindakan kriminal. Begitu pula dengan perbuatan
pertama), kekerasan seksual baik dalam bentuk perkosaan atau sodomi (kelompok
kedua dan ketiga) tidak hanya melanggar UU Perlindungan Anak Pasal 82 saja
yang dimaksud dalam Pasal 81 ayat (2) yaitu “setiap orang yang dengan sengaja
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
dan denda”.
pacar dengan melakukan hubungan seksual dan kemudian dijual kepada germo
telah melanggar Pasal 81 ayat (1) yang dijelaskan dalam Pasal 81 ayat (2) dan
Pasal 82 yang telah dijelaskan sebelumnya, juga melanggar Pasal 83 dan Pasal 88
anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana penjara dan
denda”. atau “Setiap orang yang mengeksploitasi seksual anak dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara
dan denda”. Sementara untuk kasus kelompok kelima yaitu membujuk anak untuk
Perlindungan Anak Pasal 81 ayat (1) sebagaimana yang diterangkan pada pasal di
atas.
Sedangkan menurut KUH Pidana Pasal 293 ayat (1) dijelaskan bahwa
penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum cukup umur dan baik tingkah
dia, padahal tentang belum cukup umurnya itu diketahui atau selayaknya harus
diduga, maka diancam dengan pidana penjara. Melihat pasal di atas, nampaknya
yang melakukan kebohongan atau tipu muslihat pada anak perempuan dengan
menjanjikan berupa uang. Maka orang yang melakukan tindakan ini akan
kriminal.
kedua) juga telah melanggar Pasal 285, 289 KUH Pidana yakni, “barang siapa
diancam dengan pidana penjara” atau “barang siapa dengan kekerasan atau
pasal tersebut dikatakan bahwa apabila memaksa wanita dengan kekerasan untuk
akhirnya tidak dapat melawan lagi dan menyerah untuk disetubuhi termasuk
sebagaimana diterangkan dalam Pasal 292 KUH Pidana yaitu “orang yang cukup
umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama kelamin yang
diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belum cukup umur, maka diancam
dengan pidana penjara, dikategorikan sebagai tindakan kriminal pula karena telah
pacar dengan melakukan hubungan seksual lalu dijual ke germo, telah melanggar
Pasal 287 ayat (1). Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa “barangsiapa
sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau
umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidana
penjara”. Tindakan tersebut juga melanggar Pasal 289 yang telah dijelaskan
sebelumnya serta Pasal 290 ayat (2) dan (3) yaitu “barangsiapa melakukan
perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga,
bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa
belum mampu dikawin dan barangsiapa membujuk seseorang yang diketahui atau
sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau
umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau
dengan orang lain” atau melanggar Pasal 296 dan Pasal 297 yaitu “barangsiapa
lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebiasaan,
58
anak laki-laki yang belum cukup umur diancam dengan pidana penjara”.
melakukan hubungan seksual telah melanggar Pasal 290 ayat (3) KUH Pidana dan
Pasal 293 ayat (1) KUH Pidana sebagaimana yang telah dijelaskan di muka.
mendapatkan sanksi.
kepada tindakan kriminal seperti melakukan hubungan seksual di luar nikah dan
imingi gaji besar padahal akan dipekerjakan sebagai pekerja seksual merupakan
perbuatan yang dilarang dalam syariat Islam, karena termasuk pada penipuan.
Dalam Q.S al-Maidah, 5: 1 dinyatakan bahwa setiap akad harus ditunaikan oleh
tunaikanlah aqad-aqad. Kalimat ini terdiri dari dua kata yakni kata
dan kata . Isim masdar dari kata adalah al-wafa. Sementara kata
sudah termasuk isim masdar tapi dalam bentuk jama; adapun bentuk
dan arti al- aqdu adalah janji yang dilihat, yang diserupakan dengan ikatan tali
Apabila dilihat dari kaidah ushul fiqih, memenuhi janji yang diperintahkan
dalam ayat tersebut adalah wajib, karena ada kaidah yang menyatakan
(pokok dalam perintah adalah wajib). Oleh sebab itu, ucapan akad harus
ucapan janjinya.
رﺎﱠﻨﻟا ِﺞْﻟُﻮ ﻳ َﻲ َﻠ ﱠﻋ ِبَﺬْﻜ ﻟا ﱠِن َﺈﻓ َﻲ َﻠ ﱠﻋ ْاُﻮ ِﺑْﺬ َﻜﺗ َﻻ
60
perbuatan dosa yang diancam dengan siksa neraka. Hadis di atas memang tidak
akan merugikan pihak orang lain, dalam hal ini anak perempuan atau masyarakat
tindakan berbohong dan menipu tersebut harus diancam dengan hukuman tertentu
supaya jera dan tidak mengulangi perbuatan tersebut. Kalau melihat jenis-jenis
tindakan pidana Islam yang telah dibahas pada bab sebelumnya, baik perbuatan
menyebabkan timbulnya sanksi pidana had atau qishash. Namun kalau melihat
peluang yang diisyaratkan dalam hukum pidana Islam seperti adanya jarimah
tindakan pada kelompok pertama di atas dapat dimasukan kepada tindak pidana
ta’zir.
kepada dua macam tindak pidana. Dalam hukum pidana Islam, tindak kekerasan
termasuk kepada jarimah qishash al-jarh al-amd (tindak pelukaan secara sengaja),
keperawanannya hilang dan kesuciannya ternoda serta merusak jiwa dan masa
depannya sehingga perbuatan ini termasuk pada tindakan kriminal yang patut
perkosaan, maka sanksi qishashnya bukan dengan melakukan hukum balas yang
sama dengan perbuatan yang diterima oleh korban sebab kekerasan yang
ditegaskan bahwa mendekati perbuatan zina sangat dilarang. Oleh karena itu,
hukumannya bisa diganti dengan hukuman lain yakni membayar sejumlah diyat
yang ditentukan oleh hakim besar atau kecilnya sebagai pembayar ganti rugi yang
diderita korban.
dengan sesama jenis untuk memuaskan nafsu birahi dengan memasukkan alat
kelamin melalui dubur. Dalam hukum Islam, sodomi merupakan perbuatan dosa
Artinya: Telah bersabda Nabi SAW: “Barangsiapa yang mencium seorang anak
lelaki dengan bersyahwat, niscaya Allah yang Maha Agung akan
62
Adapula hadis Nabi riwayat khamsah (lima ahli hadis kecuali Al-Nasa’i) dari Ibnu
ِﻪﺑ ْل ُﻮ ْﻌ َﻔﻤﻟَاو ِﻞ ﻋَﺎﻔﻟا اُﻮ ُﻠْﺘﻗَﺎﻓ ْطُﻮٍﻟ ِْمَﻮ ﻗ َﻞ َﻤ ﻋ َُﻞْﻤَﻌ ﻳ ْﻩُﻮُﻤ ْﺗَﺪَﺟ و َﻦ ْﻣ
kaum Luth (sodomi) harus dihukum baik dengan sanksi hukum di dunia seperti
dibunuh atau sanksi hukum di akhirat seperti disiksa di neraka selama seribu
kepada tindak kriminal, khususnya tindak pidana had karena hukumannya sudah
ditentukan oleh Allah SWT. yakni membunuh pelaku sodomi baik yang berperan
sebagai laki-laki ataupun sebagai wanita. Hanya dalam kasus sodomi di atas,
berhubung ada salah satu pihak yang menjadi korban yaitu anak-anak kecil yang
dipaksa melayani perbuatan tersebut, nampaknya yang diberi sanksi hanya orang
yang memaksa orang lain untuk berbuat sodomi baik sudah menikah atau masih
perjaka.
perempuan atau pacar dengan melakukan hubungan seksual dan kemudian dijual
kepada germo dalam hukum pidana Islam bisa dikategorikan menjadi tiga bentuk
atau pacar; Kedua adalah melakukan hubungan seksual; Ketiga adalah menjual
sesuatu agar anak mau melakukan hubungan seksual. Maka perbuatan ini
hukum pidana Islam, bahwa seseorang yang memasukkan penis ke dalam vagina
yang bukan miliknya serta tidak ada unsur syubhat dinamakan telah melakukan
jarimah zina. Adapun bentuk yang ketiga yaitu menjual anak untuk kepentingan
belikan atau dimiliki sendiri sebagaimana yang diriwayatkan Bukhari berikut ini:
لَﺎﻗ َﺔْﻔَﻴُﺤﺟ ِﻲ َﺑأِ ْﻦ ﺑ ْن َﻮ ِﻋ َﻦ ْﻋ: لَﺎَﻘﻓُ ﻪْﺘَﺄَﻟَﺴ ُﻓ ًﺎﻣَﺎَﺠ ﺣ ًاْﺪ َﺒﻋ َيَﺮ ْﺘِﺷ إ: َﻲ َﻬﻧ
و َﺔِﻤ ﺷَاﻮﻟاِ َﻦ ﻋ َﻲ َﻬﻧَ و ﱢ ﱠمﺪﻟاِ َﻦ َﻤ ﺛَ وِ ْﺐ َﻠْﻜ ﻟاِ َﻦ َﻤ ﺛ َﻦ ْﻋ ﱠﻢَﻠَﺳَو ِ ْﻪَﻴَﻠﻋ ﷲُا َﻞ ﺻ ِﻲ ﺒﱠﻨﻟاَﱡ
ﱠرَﻮ ُﺼﻤﻟُا َﻦ َﻌ ﻟ َو ِﻪِﻠْآُﻮ ﻣ َو َﺎﺑﱢﺮﻟا ِﻞ َآو َﺔْﺻ ُﻮ ْﺷ َﻮ ﻤﻟِا
Artinya: “Telah diriwayatkan dari Aun bin Abi Juhaifah, ia berkata: Aku
telah melihat bapakku membeli seorang budak tukang bekam, lalu
aku menanyakan hal itu kepada bapakku dan ia menjawab: Nabi
saw. telah melarang menjual anjing, dan darah dan Nabi saw.
melarang mentato dan orang yang ditato, memakan riba dan orang
yang memberi makan dari hasil riba dan Nabi saw. melaknat
seorang pelukis”. (Abdullah Muhammad bin Ismail, t.t: 126).
64
membudaya di masyarakat saat itu. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kasus
antara lain sanksi hukum yang ditimpakan kepada pelanggar syar’i, ada berupa
hukuman membebaskan hamba sahaya; atau jika hamba sahaya hamil oleh
tuannya maka anaknya secara otomatis menjadi orang merdeka. Oleh karena itu,
sekalipun istilah perbudakan dikenal dalam ajaran Islam akan tetapi bukan berarti
orang merdeka (bukan hamba sahaya) yang mempunyai hak yang sama dengan
kepada tindak kriminal apalagi kalau dilihat dari tujuannya yang dimaksudkan
kriminal ditentukan oleh keputusan hakim. Dengan demikian, tindak penjualan ini
seksual. Perbuatan membujuk anak agar anak mau melakukan hubungan seksual,
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Dalam isi ayat tersebut ditegaskan bahwa kita harus menjadi umat yang
bisa mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang munkar bukan
menjadi umat sebaliknya yang mengajak kepada perbuatan munkar serta melarang
berbuat baik. Apabila perbuatan tersebut akan menganggu hak Allah dan hak si
zina, yang hukumannya tidak dalam bentuk sanksi had karena belum melakukan
perbuatan zina. Namun, jika berhasil membujuk anak untuk melakukan hubungan
seks maka berdasarkan ayat tersebut harus diberi sanksi had, yakni dicambuk dan
Artinya: “Perawan dan bujang dijilid seratus kali dan diasingkan selama satu
tahun, sedangkan tsayyib (mereka yang sedang atau telah menikah)
dijilid seratus kali dan dirajam”.
Perlindungan Anak atau hukum Islam. Menurut Bassar (1986; 2) dalam Hukum
Positif , “Suatu perbuatan akan menjadi tindak pidana bila melawan hukum,
66
sanksi pidana” dengan kata lain “Sesuatu yang dianggap melawan hukum apabila
perbuatan yang oleh aturan pidana dilarang dan diancam dengan pidana, barang
siapa yang melanggar aturan-aturan “tersebut” (Bassar, 1986; 20) atau apabila
perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain atau masyarakat baik
jasad (anggota badan atau jiwa), harta benda, keamanan, tata aturan masyarakat,
nama baik, perasaan atau hal-hal lain yang harus dipelihara dan dijunjung tinggi
pekerjaan dengan gaji besar padahal akan dipekerjakan sebagai pekerja seksual
terdapat Pasal 82 yaitu dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah). Ancaman pidana penjara ini berlaku pula bagi orang yang
pertama), kekerasan seksual baik dalam bentuk perkosaan atau sodomi (kelompok
kedua dan ketiga) ini tidak hanya melanggar UU Perlindungan Anak pasal 82 saja
tetapi melanggar UU Perlindungan Anak Pasal 81 ayat (1) dan (2) yang dikenakan
sanksi pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan
pacar dengan melakukan hubungan seksual dan kemudian dijual ke germo, maka
perbuatan tersebut telah melanggar Pasal 81 ayat (1) yang dijelaskan dalam Pasal
81 ayat (2); Pasal 82 yang telah diuraikan sebelumnya serta melanggar Pasal 83
dan Pasal 88 yang akan dipidana dengan “pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah)” atau dipidana dengan “pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah)”.
diterangkan pada Pasal 81 ayat (2) yaitu dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
Selain itu pula dalam KUH Pidana dikenakan sanksi bagi orang yang
pada anak perempuan maka dikenakan sanksi pidana penjara paling lama lima
tahun sebagaimana telah melanggar Pasal 293 ayat (1) KUH Pidana. Sedangkan
melanggar Pasal 285 KUH Pidana dan 289 KUH Pidana yaitu dipidana dengan
68
pidana penjara paling lama dua belas tahun atau dengan pidana penjara paling
sodomi diancam pidana penjara paling lama lima tahun, sebagaimana yang
terdapat pada Pasal 292. Sedangkan kasus kelompok keempat, memperdayai anak
perempuan atau pacar dengan melakukan hubungan seksual lalu dijual ke germo
melanggar Pasal 287 ayat (1) KUH Pidana diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun; Pasal 289 KUH Pidana dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun; Pasal 290 ayat (2) dan (3) KUH Pidana diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun; Pasal 296 KUH Pidana diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak seribu
rupiah; serta Pasal 297 KUH Pidana diancam dengan pidana penjara paling lama
enam tahun.
hubungan seksual telah melanggar Pasal 290 ayat (3) dan Pasal 293 ayat (1) KUH
Pidana yaitu diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun dan diancam
Sanksi hukum menurut ajaran Islam, sebagaimana yang telah dibahas pada
bab terdahulu ada yang berbentuk sanksi had, qishash dan ta’zir. Pada sub judul
sebelumnya, kasus pada kelompok pertama tidak termasuk kepada tindakan yang
diancam hukuman had atau qishash tapi ditekankan supaya dimasukkan kepada
tindak pidana ta’zir karena dikhawatirkan akan merugikan pihak orang lain baik si
69
korban atau masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu, bentuk sanksinya
Bentuk sanksi hukum yang ditetapkan oleh hakim bisa ringan, sedang atau
berat tergantung kepada jenis tindak pidananya, yang jelas tujuan utama
2000: 64)
pidana yakni jarimah qishash al-jarh al-amd (tindak pelukaan secara sengaja) dan
jarimah zina. Sanksi hukum pada kategori pertama, biasanya dalam hukum pidana
Islam akan dibalas dengan tindakan serupa sesuai dengan jenis kekerasan yang
kasus ini mengarah pada tindak pidana (jarimah) zina, namun nampaknya sanksi
hukum yang berbentuk hukum balas tersebut tidak tepat dilaksanakan sebab akan
merugikan si korban. Selain itu, tindak balasan ini bertentangan dengan salah satu
Dengan demikian, hukuman yang pantas bagi pelaku bisa diganti dengan ganti
rugi yang bersifat materil yakni membayar sejumlah diyat dan atau ditambah
si pelaku dapat diancam dengan hukuman had cambuk 100 kali atau hukum rajam
70
tergantung status pelakunya apakah masih lajang (ghairu muhshan) atau sudah
namun karena dilakukan atas dasar paksaan orang lain dan dia sendiri menjadi
korban hawa nafsu orang lain maka dia tidak diancam sanksi had cambuk atau
dua sanksi hukum yang berbeda. Dua macam atau lebih sanksi hukum untuk satu
orang dan perbuatan yang sama diperbolehkan dalam Islam sebagaimana riwayat
hadis:
Artinya: Dari Anas bin Malik r.a. katanya: “Bahwa sekumpulan orang dari suku
Urainah datang kepada Rasulullah s.a.w. di Madinah, tetapi udara di
Madinah tidak sesuai dengan mereka. Rasulullah s.a.w. mengatakan
kepada mereka: “Kalau kamu mau, kamu boleh pergi kepada onta
sedekah, supaya kamu dapat meminum susunya dan kencingnya.” Lalu
mereka lakukan, dan mereka menjadi sehat. Kemudian mereka
menghadapkan serangan kepada pengembala onta, mereka bunuh dan
mereka keluar (murtad) dari agama Islam dan mereka halau (membawa
lari) onta Rasulullah s.a.w. Peristiwa yang demikian sampai beritanya
kepada Nabi s.a.w. lalu Nabi menyuruh supaya mereka dikejar dan
dibawa kepada beliau. Hukumannya tangan dan kaki mereka dipotong,
mata mereka dicukil dan mereka dibiarkan di panas terik sampai mati”.
(Fachruddin, 1979: 90).
71
Pada kasus kelompok ketiga, sanksi hukum perbuatan sodomi sudah jelas
ِﻪﺑ ْل ُﻮ ْﻌ َﻔﻤﻟَاو ِﻞ ﻋَﺎﻔﻟا اُﻮ ُﻠْﺘﻗَﺎﻓ ْطُﻮٍﻟ ِْمَﻮ ﻗ َﻞ َﻤ ﻋ َُﻞْﻤَﻌ ﻳ ْﻩُﻮُﻤ ْﺗَﺪَﺟ و َﻦ ْﻣ
perbuatan yang dikerjakan kaum Luth (yaitu sodomi), maka bunuhlah dia yang di
Berdasarkan hadis di atas, baik orang yang berada di atas atau orang yang
dibunuh. Namun, pada kasus kelompok ketiga ini sebagaimana pada kasus
kelompok kedua salah seorangnya ada yang menjadi korban sehingga sanksi
hukum mati ini harus dipilah lagi menurut niatnya. Bagi si korban tentu tidak ada
niat untuk melakukan perbuatan sodomi sehingga dia bisa lepas dari jerat hukum
sanksi mati ini, tapi bagi si pelaku karena perbuatan sodomi dilakukan secara
sengaja maka sanksi mati berlaku baginya sesuai dengan perintah hadis di atas.
Melihat jenis sanksi tindak kriminal pada kasus kelompok keempat, sanksi
hukum pada kasus kelompok keempat ada dua macam yaitu sanksi ta’zir dan
sanksi had. Pada bentuk tindak pidana pertama dan ketiga dikenai sanksi hukum
ta’zir karena pada kedua bentuk tindak pidana tersebut tidak ditemukan secara
tegas pelarangan dan penyebutan sanksinya. Sementara pada bentuk tindak pidana
yang kedua dikenai sanksi pidana had karena melanggar larangan syara perzinaan
72
sehingga sanksi hukumnya bisa dera 100 kali atau rajam tergantung status
membujuk anak kandung dapat diberi sanksi hukum ta’zir yang bentuk dan
jenisnya diserahkan kepada hakim, sehingga orang tua anak tersebut menjadi jera
dapat ditambah dengan sanksi hukum had yakni dirajam sampai meninggal seperti
Artinya: “Perawan dan bujang dijilid seratus kali dan diasingkan selama satu
tahun, sedangkan tsayyib (mereka yang sedang atau telah menikah) dijilid seratus
PENUTUP
A. Kesimpulan
hukum Islam tidak ada pengertian secara khusus, namun kalau melihat unsur-
73
74
melanggar UU Perlindungan Anak Pasal 81 ayat (1) dan (2), Pasal 82, Pasal
83 serta Pasal 88. Sementara menurut Hukum Islam tindak eksploitasi seksual
ada yang termasuk tindak kriminal dan ada juga yang tidak termasuk tindak
merayu kepada anak di bawah umur untuk melakukan hubungan seksual dan
kriminal karena telah melanggar Q.S. Al-Israa, 17: 32; Q.S. Al-Mu’minun: 5-
7; Q.S. Al-Israa: 31, 33; Al-A’raaf: 81 dan hadis riwayat al-Tirmidzi dari Abu-
Hurairah tentang larangan mencium anak lelaki yang dilakukan oleh sesama
maka tindakan tersebut tidak dapat dikatakan tindak kriminal. Hanya untuk
menjadi jera.
hukuman penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat adalah
3 (tiga) tahun. Begitu pula dengan hukuman denda besar kecilnya denda
tindak pidana bagi mucikari dapat diancam dengan hukuman ta’zir dan pelaku
eksploitasi seksual pada anak di bawah umur dapat diancam dengan hukuman
had yakni jilid dan pengasingan berlaku bagi pelaku pezina ghairu muhshan,
sedangkan hukuman bagi pelaku pezina muhshan berlaku hukum rajam dan
hukuman sesuai dengan apa yang diterima korban tidak boleh melebihi apa
yang dilakukan pelaku terhadap korban, seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-
hukuman pokok (qishash) yang dimaafkan atau karena suatu sebab tidak dapat
dilaksanakan; dan sanksi hukum ta’zir yang tergantung kepada jenis tindakan
tindak pidana.
B. Saran
“tidak” terhadap berbagai ajakan orang lain baik yang dikenal dan tidak
dikenal.
76
akhlak dan pengawasan terhadap anak-anak di bawah umur akan bahaya seks
bebas.
4. Lembaga hukum khususnya jaksa dan hakim menuntut dan memutus hukuman
yang seberat-beratnya kepada pelaku eksploitasi seksual pada anak supaya jera
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Afif Abdul Fattah Thabbarah, Dosa dalam Pandangan Islam, Risalah, Bandung, 1980.
Adriana Venny, Jurnal Perempuan 29, SMKG Desa Putera, Jakarta, 2003.
Semarang, 1970.
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1992.
Budi Handrianti, Nana Mintarti, Seks Dalam Islam, Jakarta, Puspa Swara, 1997.
Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, 1990.
Juraidi, Jerat Perbudakan Masa Kini, Bina Purna Pariwara, Jakarta, 2003.
Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Mu’ammal Hamaidy, Imron Am, Umar Fanany, Terjemah Nailul Authar, PT. Bina Ilmu,
Surabaya, 1993.
Rudi Gunawan, Mendobrak Tabu Sex, Kebudayaan dan Kebejatan Manusia, Galang
Rahman I. Doi, Penjelasan lengkap hukum-hukum Allah, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2000.
Jakarta, 1983.
1985.
Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Dalam KUHP, C.V Ramadja Karya,
Bandung, 1986.
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Bina Ilmu,
Surabaya, 1990.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahas Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.