Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Ririn Febrianty Salka
NIM. 11180340000022
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Ririn Febrianty Salka
NIM. 11180340000022
Pembimbing
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Pembimbing,
Segala puji dan syukur kepada Allah Swt. atas izin dan karunia-Nya
penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Ṣalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muḥammad
Saw. yang telah mendobrak pintu kejahilan dan kezaliman menuju pintu
ilmu pengetahuan dan kemajuan.
Adapun judul skripsi ini “Pengendalian Emosi dalam al-Qur’an
(Analisis Kisah Maryam binti ‘Imrān)” Maka penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar
Sarjana Agama di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penelitian ini, penulis mendapatkan banyak dukungan
dan kontribusi dari beberapa pihak, baik moril maupun materiil, penulis
merasa berhutang budi dan tidak mampu membalasnya. Maka dari itu
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memimpin dan mengelola
penyelenggaraan pendidikan sebagaimana mestinya.
2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf pembantu
dekan, yang telah mengoordinasikan penyelenggaraan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat di fakultas.
3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag., Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, dan Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH, Sekretaris Program Studi
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, yang selalu mendukung, memfasilitasi,
membantu dengan ikhlas, memberikan contoh yang baik dan tak
pernah lelah memotivasi penulis. Semoga Allah Swt. membalas
kebaikan beliau dan memberikan keberkahan.
xi
xii
Terakhir dan yang paling utama teruntuk kedua orang tua tercinta
ayah Salihin dan ibu Kusa Asia yang menjadi alasan terbesar penulis untuk
menimba ilmu dan menyelesaikan pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih atas dukungan yang sangat besar serta ketulusan dan doa yang
tiada henti. Penulis tidak mampu membalas segala kebaikan yang telah
diberikan, hanya mampu berdoa semoga Allah Swt. senantiasa mencintai
dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
xv
xvi
B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau disebut dengan diftong. Vokal tunggal
sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ا Fatḥah a A
ا Kasrah i I
ا Ḍammah u U
xvii
ﹷو au a dan u
C. Vokal Panjang
Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
D. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan (al-) yang diikuti huruf:
syamsiyah dan qamariyah.
ِ
al-Qamariyah ُاملُن ُْي al-Munīr
al-Syamsiyah ُال
ُ الر َج ِ al-Rijāl
E. Syaddah (Tasydīd)
Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydid ketika dialihkan ke bahasa
Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf
yang diberi tanda syaddah, akan tetapi, itu tidak berlaku jika huruf yang
menerima tanda syaddah terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiyah.
al-Qamariyah
ُالْ ُق َّوة al-Quwwah
xviii
F. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang
hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasi
adalah (t), sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah (h), kalau pada kata yang berakhir dengan ta
marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta
bacaan yang kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah ditransliterasikan
dengan ha (h) contoh:
No. Kata Arab Alih Aksara
1 الطَّ ِريْ َق ُة al-Ṭarīqah
G. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini mengikuti Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal
nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Jika nama diri didahului
oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal
nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
Contoh: Abū Hamīd, al-Gazālī, al-Kindī.
Berkaitan dengan penulisan nama untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun
akar katanya berasal dari bahasa Arab, misalnya ditulis Nuruddin al-Raniri,
tidak ditulis Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
xix
xxi
xxii
A. Kesimpulan..................................................................................81
B. Saran ............................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengendalian emosi dalam al-Qur’an termuat pada ayat-ayat yang
membicarakan tingkah laku manusia. Tidak diketahui berapa jumlah pasti
atas ayat-ayat yang membicarakan perilaku manusia. Namun, dari
banyaknya ayat yang berbicara tentang perilaku manusia, ayat-ayat tentang
kisah nabi dan rasul serta orang-orang saleh-lah yang banyak memberikan
pelajaran berharga bagi setiap muslim. Pada penelitian terdahulu, kisah-
kisah dalam al-Qur’an telah banyak dikaji dari aspek pendidikan, sejarah,
dan keteladanan. Pada aspek keteladanan, kajian terdahulu banyak meneliti
akhlak dan kepribadian. Dari segi akhlak dan kepribadian tersebut terdapat
penelitian kisah yang fokus pada pengendalian emosi. Setidaknya
ditemukan 2 penelitian yang mengkaji kisah dari aspek tersebut, yaitu
skripsi karya Alim Sofiyan, “Manajemen Emosi dalam al-Qur’an (Kajian
Surah Yusuf)” tahun 2017 dan skripsi karya Dinda Aulia Putri,
“Pengendalian Emosi Sedih Menurut al-Qur’an (Kajian Tafsir Surah Yūsuf
Ayat 86 dengan Pendekatan Psikologi) tahun 2021. Pengendalian emosi
adalah hal penting yang perlu dilakukan oleh setiap orang. Hal ini karena
emosi yang tidak dikendalikan akan memberikan dampak buruk bagi diri
sendiri dan orang lain.
Kehidupan dunia tidak terlepas dari berbagai konflik atau ujian.
Setiap manusia diberikan ujian oleh Allah Swt. dengan jenis dan berat yang
berbeda-beda.1 Dapat dikatakan bahwa hidup sama dengan ujian. Siapa pun
yang Allah Swt. berikan kesempatan hidup maka dia pasti akan diberikan
ujian atau masalah yang tidak akan pernah berhenti sampai seseorang itu
1
Lilik Ummi Kaltsum, “Cobaan Hidup dalam al-Qur'an (Studi Ayat-Ayat Fitnah
dengan Aplikasi Metode Tafsir Tematik).” Jurnal Ilmu Ushuluddin. vol. 5, no. 2 (Juli
2018): 107-138.
1
2
wafat. Ujian atau masalah tersebut akan selalu memberikan rasa emosi
dalam diri manusia. Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi.2 Itu
artinya secara fitrah setiap hari manusia akan merasakan emosi di dalam
dirinya. Emosi hadir atas stimulus atau rangsangan terhadap sesuatu.
Emosi ditinjau dari dampak yang ditimbulkan terdiri dari emosi
positif dan emosi negatif. Emosi positif memberikan dampak yang
menyenangkan dan menenangkan sedangkan emosi negatif justru
memberikan dampak yang tidak menyenangkan dan menyusahkan.3 Jika
emosi itu disadari dan dikendalikan maka dapat memberikan kebaikan bagi
diri sendiri dan orang di sekitarnya. Namun, jika emosi itu terekspresikan
secara berlebihan maka dampak buruk yang akan didapatkan, baik secara
jasmani maupun rohani.
Dampak positif dari emosi yang terkendali ialah berupa perasaan
bahagia, tubuh yang sehat, pikiran yang tenang, pengambilan keputusan
yang tepat, bersemangat dalam beraktivitas, dan lain sebagainya.
Sedangkan emosi yang tidak terkendali akan memberikan dampak buruk
seperti berkurangnya rasa percaya diri, berkurangnya rasa harga diri, stres,
depresi, melukai diri sendiri dan orang lain. Siapa pun tidak menginginkan
hal tersebut, oleh karenanya manusia sangat butuh dengan pengendalian
emosi untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Umat Islam memiliki sumber hukum utama berupa al-Qur'an dan
Hadis4, di dalam keduanya terdapat petunjuk bagi manusia untuk
menjalankan hidup. Salah satu petunjuk yang terdapat di dalamnya adalah
2
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah Panduan
Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda, cet. I (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), 11.
3
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 13.
4
Septi Aji Fitra Jaya, “Al-Qur’an dan Hadis sebagai Sumber Hukum Islam”. Jurnal
Indo-Islamika.” vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2019): 204-216.
3
3. Qs. al-Zukhruf/43:17
َ َ َ َ ُ َ َْ ٌ ٌ ْ ٌ ُ ُ َ َّ َ َ َ َ
السما ِۤء ِف ْي ِه ظل ٰمت َّو َرعد َّو َب ْرقِۚ يجعل ْون اص ِابع ُه ْم ِف ْ ْٓي ا ْو كص ِيب ِمن
ٰ ْ ٌ ُ ه ْ َٰ
١٩ ط ِبالك ِف ِر ْي َن
ٌۢ مح ْي ُ الص َواعق َح َذ َر ال َم ْوت َو
ِ اّٰلل
َّ َ ْ
ن م
ِِۗ ِ ِ ِ ِ ِ ا
م ه انذ
َ ْ َُ َْ َ َ َ ه ََ َْ ُ َ ه ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َّ َ َ
٨٦ اّٰلل ما لا تعلمون
ِ اّٰلل واعلم ِمن ْ
ِ زن ْٓي ِالىِ قال ِانمآْ اشكوا ب ِثي وح
“Dia (Ya‘qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan
kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari Allah apa yang
tidak kamu ketahui.” (Qs. Yūsuf/12:86)
5
Model atau cara-cara pengendalian emosi akan dijelaskan lebih detail di BAB II
dan pengaplikasian teori pengendalian emosi akan dipaparkan di BAB IV.
6
Muh Anshori, “Pengaruh Kisah-Kisah al-Qur'an dalam Aktivitas Pendidikan.”
Jurnal Dirasah, vol. 3, no. 2 (Agustus 2020): 155-167.
6
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini ialah: Bagaimana cara
pengendalian emosi yang dilakukan oleh Maryam dalam menghadapi
permasalahan hidup seperti yang termuat dalam tafsir Qs. Maryam/19: 16-
33?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian adalah untuk menjawab rumusan masalah.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan emosi apa saja yang di alami oleh Maryam pada
tafsir Qs. Maryam/19: 16-33.
2) Menjelaskan cara-cara pengendalian emosi yang dilakukan oleh
Maryam pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33 dengan pendekatan
psikologi.
2. Manfaat
Manfaat penelitian adalah kegunaan, keuntungan atau kebaikan
yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Setidaknya pada
penelitian ini didapatkan 2 manfaat, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis sebagai berikut:
1) Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk melengkapi
penelitian terdahulu seperti penelitian yang ditulis oleh Uswatun
Hasanah, Sulaiman, dan Fatimah. Mereka membahas tentang
kisah keteladanan Maryam dalam al-Qur’an. Keteladanan itu
akan penulis lengkapi dengan temuan keteladanan lain yang
dilihat dari aspek psikologi.
2) Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber bacaan
tambahan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji tentang kisah
Maryam dalam al-Qur’an.
8
7
Uswatun Hasanah, “Kisah Maryam sebagai Tauladan Wanita Muslimah (Analisis
Kisah Maryam dalam al-Qur’an)” (Tesis S2., Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2012).
9
8
Sulaiman, “Syakhṣiyyah Maryam fī Sūrah Maryam min al-Qur’ān al-Karīm:
Dirāsah Sīkūlūjiyyah Adabiyyah” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, 2014).
9
Alim Sofiyan, “Manajemen Emosi dalam al-Qur'an (Kajian Surat Yusuf)” (Skripsi
S1., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017).
10
Mizan Adiliah binti Masrom, “Sosok Maryam dalam al-Qur'an (Studi Komparatif
Antara Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Misbah.” Al-Tibyan Journal Of Qur'an and Hadis
Studies, vol. 2, no. 1 (Juni 2019): 1-18.
10
Dinda Aulia Putri, “Pengendalian Emosi Sedih Menurut al-Qur’an (Kajian Tafsir
11
Surah Yūsuf Ayat 86 dengan Pendekatan Psikologi)” (Skripsi S1., Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta, 2021).
12
Fatimah, “Psikologi Maryam dalam al-Qur'an.” Jurnal el-Thawalib, vol. 2, no. 6
(Desember 2021): 757-768.
11
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi
pustaka (library research). Yakni jenis penelitian yang tidak
menggunakan angka-angka dalam mengelola datanya.13 Sedangkan
studi pustaka adalah jenis penelitian yang menjadikan tulisan
kepustakaan sebagai sumber referensinya yang bisa didapatkan dari
buku-buku, artikel-jurnal, makalah seminar, serta sumber-sumber
tertulis lainnya.14
2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Berikut sumber data primer dalam penelitian ini
1) Al-Qur’an dan Terjemah Kemenag 201915
2) Tafsīr al-Munīr karya Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015
M)
3) Tafsīr al-Sya’rāwī karya Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī
(w. 1418 H/1998 M)
4) Tafsīr Ibnu Kaṡīr karya Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M)
5) Tafsīr Fī Ẓilāl al-Qur'ān karya Syahid Sayyid Quṭb (w. 1386
H/1966 M)
6) Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab
7) Buku Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang
Emosi Manusia di dalam al-Qur'an karya M. Darwis Hude
13
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, ed. 1, cet. 3 (Jakarta: Rajawali Press,
2016), 15.
14
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, 122.
15
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Qur’an Kemenag in Microsoft Word versi
2.0 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2019).
12
16
Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, ed. 1, cet. 1 (Jakarta:
Rajawali Press, 2010), 283.
13
1
Angus Stevenson, Oxford English Dictionary (Oxford University Press: 2010),
574.
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 201.
3
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), 12.
4
M. Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia
di dalam al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), 16.
15
16
5
M. Darwis Hude, Emosi, 16.
6
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 12.
7
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 12.
8
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997), 7.
9
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta:
Kizi Brother’s, 2006), 104.
17
10
M. Darwis Hude, Emosi, 29-33.
11
Akhmad Fajar Prasetya dan I Made Sonny Gunawan, Mengelola Emosi
(Yogyakarta: K-Media, 2018), 42.
12
Rena Latifa, Psikologi Emosi (Depok: Rajawali Press, 2018), 39.
18
dan tingkah laku cakupannya sangat luas. Semua bentuk sikap dan tingkah
laku dapat memberikan gambaran emosi yang sedang dirasakan oleh
seseorang seperti menangis, berbagi makanan, menolong orang lain dan
sebagainya. Pada kasus-kasus emosi berat dapat dijumpai orang-orang yang
syok berat bahkan pingsan. Hal itu tidak lain adalah bentuk ekspresi emosi
yang sedang dirasakan.13
Emosi manusia jika ditinjau dari dampak yang ditimbulkan terbagi
menjadi dua kategori umum, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi
positif adalah emosi yang mampu memberikan efek pada jiwa berupa
ketenangan dan rasa menyenangkan. Seperti rasa tenang, gembira, santai,
rileks, lucu, haru dan senang. Ketika jiwa kita merasakan seperti rasa
tersebut maka itulah yang disebut dengan emosi positif. Emosi negatif
menghadirkan kebalikan dari emosi positif yaitu perasaan yang tidak
menyenangkan dan menyusahkan seperti sedih, marah, kecewa, putus asa,
depresi, dendam dan lainnya.14
Menurut Rena Latifa dalam bukunya Psikologi Emosi terdapat tiga
fungsi dari emosi yaitu survival, energizer dan messenger. Survival dalam
emosi berfungsi sebagai sarana untuk mempertahankan hidup, energizer
berfungsi sebagai pembangkit energi dan messenger berfungsi sebagai
pembawa pesan.15 Sedangkan menurut Dayakisni dan Yuniardi dalam buku
Mengelola Emosi secara ringkas dikatakan bahwa fungsi emosi ialah
sebagai berikut: 1) Membantu seseorang mempersiapkan tindakan, seperti
rasa takut yang dirasakan oleh seseorang terhadap anjing yang sedang
menggonggong membuat orang tersebut adalah berlari menghindar, rasa
takut memberikan informasi kepada diri untuk mengambil tindakan, 2)
13
M. Darwis Hude, Emosi, 46-53.
14
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 13.
15
Rena Latifa, Psikologi Emosi, 7.
19
Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kosa kata khusus yang memiliki arti
al-Qur’ān dengan kata kunci فعل, beliau menjelaskan bahwa dari sisi fā’il
(subyek atau pelaku) perbuatan terdiri dari maf’ul dan munfa’il. Maf’ul
ialah tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sadar oleh pelaku.
Sedangkan munfa’il ialah tindakan atau perbuatan pelaku yang terjadi tanpa
disadari atau diniatkan oleh pelaku, seperti memerahnya pipi karena rasa
malu akibat mendapat pujian, rasa gembira atas nyanyian, dan bergetar
orang yang jatuh cinta ketika melihat orang yang dicintai. Sehingga dapat
atau perasaan.17 Hal ini semakna dengan pendapat M. Darwis Hude dalam
Qur’an tidak dijumpai kosa kata yang berdenotasi dengan kata emosi, tetapi
16
Akhmad Fajar Prasetya dan I Made Sonny Gunawan, Mengelola Emosi, 45-46.
17
Rāgib al-Aṣfahāhī, Mufradāt al-Fāẓ al-Qur’ān, cet. 2 (Damaskus: Dār al-Qalam,
1997), 641
20
gembira, sedih, takut dan lain sebagainya. Pada sebagian ayat bentuk emosi
kata كظيم, emosi sedih dituliskan dengan حز ُن, emosi senang dituliskan
dengan سرورا dan lain sebagainya. Pada sebagian ayat yang lain emosi
18
M. Darwis Hude, Emosi, 19.
21
dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia adalah orang
yang sungguh-sungguh menahan (amarah dan kepedihan).” (Qs.
Yūsuf/12: 83-84)
Pada ayat di atas, emosi manusia terlihat dari tindakan manusia itu
sendiri. Seperti pada Qs. al-Isrā/17: 107-109, emosi sedih orang-orang
beriman terlihat dari sikap sujudnya mereka sambil menangis ketika
dibacakan al-Qur’an.19 Kemudian pada Qs. Yūsuf/12: 83-84, emosi sedih
dan marah Nabi Ya’qub As. terlihat dengan sikap berpaling dari anak-
anaknya (selain Nabi Yusuf As. dan Benyamin). Ia merasa sedih sebab
Kakak-kakaknya Yusuf As. tidak bisa menjaga Yusuf As. ketika kecil dan
menjaga Benyamin ketika pergi ke Mesir.20
Emosi yang dialami manusia sangat beragam dan cakupannya sangat
luas. Namun menurut M. Darwis Hude perlu dibedakan terlebih dahulu
mana emosi dasar dan mana emosi campuran.21 Para ahli psikologi berbeda
pendapat dalam mengelompokkan emosi dasar dan emosi campuran.
Menurut Daniel Goleman, emosi dasar terdiri dari kemarahan, kesedihan,
takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.22 Sedangkan R.
Plutchik (dalam M. Darwis Hude), Emosi 2006, ia mengatakan bahwa
terdapat beberapa emosi dasar dan empat di antaranya selalu disebut para
ahli yaitu kegembiraan (joy), ketakutan (fear), kesedihan (sadness) dan
kemarahan (anger).23 Kemudian dikatakan oleh M. Darwis Hude, selain
keempat emosi dasar yang disepakati masih ada emosi yang ditandai
sebagai emosi dasar namun belum disepakati oleh para ahli psikologi yaitu
19
Ibnu Kaṡīr, Tafsir Ibnu Kasīr, jilid 5, cet. 1, terj. M. Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 223.
20
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 6, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 509-510.
21
M. Darwis Hude, Emosi, 22.
22
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya, 409-410.
23
M. Darwis Hude, Emosi, 22.
22
24
M. Darwis Hude, Emosi, 24.
25
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 14, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 651.
23
ْ
ُ ْ َ ْ ُ َْ َ ُ ْ ُ َ ُ َّ ْ َ ُ َ َ َ ْ َق َال ان ْي َل َي ْح ُز ُنن ْي َا ْن َت ْذ َه ُب
الذئب وانتم عنه ِ ه ل ك أ ي نا اف خ او ه بِ او ْٓ ِ ِِ
َ ُ ٰ
١٣ غ ِفل ْون
26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 2, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 189.
24
4. Emosi Takut
Qs. Ṭāhā/20:67-68
ٰ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َ َ ْ ُ ٰ ْ ُّ ً َ ْ َْ َ َ ََْ
ْ
٦٨ قلنا لا تخف ِانك انت الاعلى٦٧ فاوجس ِفي نف ِسه ِخيفة موسى
َ ْ ُ َ ْ َ َّ ْ َ َ ْ َ َ َْ َْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ
ْ
١٦٩ ر ِب ِنج ِني واه ِلي ِِما يعملون١٦٨ ِۗقال ِاِني ِلعم ِلكم ِمن القالِ ين
27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 8, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 328.
25
ٰ ْ َ َّ ً ْ ُ ُ ْ ُ َْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ٗ َ ٰ َ ْ ُ ْ َ ََّ َ
ويصلى١١ ٍۙ فسوف يدعوا ثبورا١٠ ٍۙواما من ا ِوتي ِكتبه وراۤء ظه ِره
ْ َْ َ َ ٗ َّ
١٣ ِۗ ِانه كان ِف ْ ْٓي اه ِله َمس ُر ْو ًرا١٢ َِۗس ِع ْي ًرا
“10. Adapun orang yang catatannya diberikan dari belakang
punggungnya, 11. dia akan berteriak, “Celakalah aku!” 12. Dia
akan memasuki (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala). 13.
Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan
keluarganya (yang sama-sama kafir).
Pada ayat ini ekspresi emosi digambarkan lewat tingkah laku.
Di mana ketika seseorang mendapatkan suatu kabar baik atau buruk
atau sedang berada di kondisi tertentu maka muncul reaksi spontan
seperti yang tergambar pada ayat ini.
C. Bentuk-Bentuk Pengendalian Emosi dalam Perspektif Psikologi
Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia
khususnya untuk mengurangi ketegangan yang timbul akibat emosi yang
memuncak dan mencegah timbulnya dampak buruk dari emosi yang tak
terkendali atau terekspresikan secara berlebihan. Menurut Hurlock,
“Pengendalian emosi adalah merupakan suatu bentuk usaha yang
menitikberatkan pada penekanan reaksi yang tampak terhadap suatu
rangsangan yang menimbulkan emosi dan mengarahkan energi emosi
tersebut ke suatu bentuk ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima
oleh lingkungan.”28
Dalam psikologi terdapat banyak cara untuk mengendalikan emosi,
seperti yang termuat dalam buku Mengelola Emosi yang ditulis oleh
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, dikatakan bahwa cara-cara
mengendalikan emosi ialah dengan teknik please master, terapi
28
Elizabeth Bergner Hurlock, Personality Development (New Delhi: Tata McGraw-
Hill, 1974), 231.
26
29
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 115.
30
M. Darwis Hude, Emosi, 264.
27
31
M. Darwis Hude, Emosi, 270-271.
29
32
Irawan Sapto Adhi, “11 Cara Meningkatkan Hormon Endorfin Pereda Rasa Sakit
dan Stres,” Diakses, 10 Oktober, 2022
https://health.kompas.com/read/2021/06/22/210200568/11-cara-meningkatkan-hormon-
endorfin-pereda-rasa-sakit-dan-stres?page=all
33
M. Darwis Hude, Emosi, 278.
34
Siti Maryam, “Strategi Coping: Teori dan Sumberdayanya”. Jurnal Konseling
Andi Matappa, vol. 1, no. 2 (Agustus 2017): 102.
35
M. Darwis Hude, Emosi, 283.
30
kejadian dalam hidup manusia perlu memberikan maaf pada diri sendiri
dan orang lain serta beradaptasi-adjusment atas segala kondisi yang ada.
Coping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa
menekan, menantang, membebani dan melebihi sumber daya (resources)
yang dimiliki.36 Jika takdir yang terjadi tidak sesuai dengan harapan
kemudian manusia menolaknya maka akan terjadi tekanan yang dapat
mengakibatkan stres. Oleh karena itu manusia perlu mengendalikan
emosi dengan cara coping (sabar-syukur, memberikan maaf dan
beradaptasi-adjusment) agar tidak terjadi stres yang dapat berakibat
buruk terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Model-model lain
1) Regresi
Regresi adalah suatu bentuk mekanisme pertahanan diri dengan
cara mundur dari perkembangan lebih tinggi ke lebih rendah.37
Maksudnya adalah menjauh atau meninggalkan suatu masalah agar
masalah tersebut tidak menjadi lebih besar. Dalam konteks al-Qur’an
yang menjadi salah satu bentuk regresi ialah bertaubat yakni kembali
ke jalan Allah Swt. dari pelanggaran-pelanggaran maksiat dan pergi
menjauh dari konflik yang sedang terjadi.
2) Relaksasi
Jika seseorang lelah secara fisik maka ia membutuhkan
relaksasi atas ketegangan otot-otot tubuhnya. Begitu juga seseorang
yang telah mengalami ketegangan emosional maka ia perlu
melakukan relaksasi atas emosi tersebut. Bahkan sebelum ketegangan
memuncak sebaiknya relaksasi telah dilakukan. Relaksasi dapat
berbentuk menarik napas dalam-dalam, melemaskan otot, melihat
36
Siti Maryam, “Strategi Coping”, 102.
37
M. Darwis Hude, Emosi, 286-287.
31
38
Amala Zain Intan Jadidah, “Strategi Penguatan (Reinforcement) Guru dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IV MI Miftahul Ulum Plosorejo Blitar
Tahun Ajaran 2018/2019” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Satu Tulungagung,
2019), 15.
32
BAB III
PROFIL MARYAM
A. Profil Maryam binti ‘Imrān
Maryam adalah satu-satunya wanita yang namanya diabadikan secara
jelas dalam al-Qur’an. Kata Maryam terulang sebanyak 34 kali1 dalam al-
Qur’an (redaksinya berbentuk Maryam, Maryam binti ‘Imrān atau Isā bin
Maryam) dan dijadikan nama surah ke-19. Ia juga merupakan ibu dari Nabi
Isa As. Nasabnya sampai kepada Nabi Daud As sebagaimana yang
diberitakan oleh Muhammad bin Iṣḥāq. Yakni Maryam binti ‘Imrān bin
Basyim bin Amun bin Misya bin Ḥizqiya bin Aḥriq bin Mauṡim bin
Azaziya bin Amṣiya bin Yawusy bin Ahrihu bin Yazim bin Yaḥfazyaṭ bin
‘Isya bin Aban bin Raḥba’am bin Dawud As.2 Adapun nasabnya menurut
al-Ṭabarī ialah Maryam binti ‘Imrān bin Yashum bin Amun bin Mansya bin
Hazqiya bin Ahziq bin Yauṡan bin Azaraya bin Amṣaya bin Yawisy bin
Ahziha bin Yarim bin Yahfasyaṭa bin Asabir bin Abaya bin Rahba'am bin
Sulaiman bin Dawud bin Ayyasy.3 Maryam lahir di daerah Naṣirah (Arab)
atau Nazareth (Ibrani), Palestina.4 Ayahnya bernama ‘Imrān5 yang
merupakan orang saleh dari kalangan Bani Israil.6 Ayahnya telah meninggal
saat ia masih di dalam kandungan. Sedangkan Ibunya bernama Ḥannah binti
1
Muḥammad Fu’ād ‘Abdul Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Fāẓi al-Qur’āni al-
Karīm (Kairo: Maktabah Dār al-Kutub), 665.
2
Ibnu Kaṡīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā, terj: Saefullah MS (Jakarta: Qisthi Press, 2015), 734.
3
Abū Ja’far Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 5, cet. 17, terj.
Beni Sarbeni (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 230.
4
Halimi Zuhdy, “Perempuan Suci, Pengabdi, Menjejak Langit Ilahi (Membincang;
Biografi, Hikmah dan Keteladanan Maryam binti ‘Imrān), Makalah disampaikan dalam
Seminar “Maria Menurut Pandangan Katolik dan Islam” (Aula Bruderan Budi Mulia
Lawang Malang: 21 Mei 2017), 2.
5
Namanya disebutkan dalam al-Qur’an serta ia dan keluarganya dijadikan salah
satu nama surah dalam al-Qur’an yakni surah Āli ‘Imrān (keluarga ‘Imrān).
6
Ainul Millah, Potret Wanita yang Diabadikan dalam al-Qur’an (Solo: Tiga
Serangkai, 2015), 117.
33
34
Faquẓ bin Qatil yang juga merupakan adik dari istri Nabi Zakaria As.7
Ḥannah mengandung Maryam di usia 50 tahun dan dalam riwayat lain ia
telah menopause.8
Masa kecil hingga dewasa (usia 13 tahun)9 Maryam mengabdikan diri
di Bait al-Maqdis10 sebagaimana nazar ibunya ketika ia masih dalam
kandungan. Selama berada di sana ia di bawah pemeliharaan Nabi Zakaria
As.11 Ia tumbuh sebagai anak perempuan yang taat beribadah. Hari-harinya
dihabiskan untuk beribadah dan berzikir serta membantu melayani orang-
orang di Bait al-Maqdis. Ia juga memiliki beberapa julukan di antaranya al-
‘Ażra’ (perawan), al-Ṭāhirah (yang suci), al-Qānitah (terus menerus
beribadah), al-Buṭūl (memutuskan diri selalu beribadah), al-Ṣiddīqah
(membenarkan kalimatullāh), dan al-‘Abidah (rajin melakukan
peribadatan).12 Ketika ia menginjak usia dewasa Malaikat Jibril
mendatanginya untuk memberikan kabar gembira tentang kehamilannya.
Awalnya ia kaget sebab bagaimana mungkin ia hamil tanpa menikah namun
setelah mendapatkan penjelasan dari Malaikat Jibril ia dapat menerima hal
tersebut.
Terdapat perbedaan kisah kehamilan Maryam dalam al-Qur’an dan
Bibel. Di dalam al-Qur’an sebagaimana telah diceritakan di atas sedangkan
dalam Bibel dijelaskan bahwa Malaikat Jibril datang ketika Maryam telah
7
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 5, cet. 17, 230.
8
Nor Faridatunnisa, “Intelektualitas Kisah Isa dan Maryam dalam al-Qur’an dan
Al-Kitab”. Jurnal Al-Risalah, vol. 16, no. 1 (Januari – Juni 2020): 92.
9
Nor Faridatunnisa, “Intelektualitas”, 94.
10
Bait al-Maqdis adalah suatu kawasan yang meliputi Masjid al-Aqsa dan daerah
di sekelilingnya yang terletak di Palestina. Ia merupakan tempat suci bagi agama Islam,
Nasrani dan Yahudi.
11
Nabi Zakaria As adalah pamannya Maryam. Jalur nasab itu ia dapatkan dari
Ibunya yakni Ḥannah (ibunya Maryam) adalah adik dari istri Nabi Zakaria As.
12
Halimi Zuhdy, “Perempuan Suci”, 3.
35
13
Beko Hendro, “Studi Komparatif Karakteristik Maryam dan Isa dalam al-Quran
dan Bibel”. Jurnal Studi Agama 3, vol. 3, no. 2 (Desember 2019): 76.
14
Halimi Zuhdy, “Perempuan Suci”, 3.
36
َ ٰ َ ٰ َ ْ َ َ َّ َ َ ٰ َ ْ َ ْ َ ٰۤ َ ُ ٰ َ ْ َ ُ َّ ه َ َ ْ
َ
ىك على ِنسا ِۤء
ِ ىك وطهر ِك واصطف ِ واِ ذ قال ِت الملىِٕكة يمريم ِان اّٰلل اصطف
َْ َ ْٰ
٤٢ العل ِمين
“(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan
melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam (pada
masa itu).” (Qs. Āli ‘Imrān/3:42)
ْ َ َّ َ َ َ ْ ََ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ َ
َو َم ْر َي َم ْابنت ِع ْم ٰرن ال ِت ْ ْٓي احصنت ف ْرج َها فنفخنا ِف ْي ِه ِم ْن ُّر ْو ِحنا َوصدقت
َ ْٰ ْ َ َ ُُ َ
١٢ ِبك ِل ٰم ِت َر ِب َها َوكت ِبه َوكانت ِم َن الق ِن ِت ْين ࣖ۔
15
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 46.
37
16
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 14, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 339.
38
ُُت ِ َُ َُُُق،ب
ُ ُُ َسُ ُْع:ال ُ َِنُُُأ َُ َُُ َُع ْنُُ ُِه َشُامُُُق،ض ُُر
ْ ُُأَُ ُْخ ََُب:ال ُْ َُّ َحُ َُّدثَُُنَاُالُن،َُُح َُّدُثَِنُُأَُ ْحَُ ُُدُُبْ ُُنُأَُِبَُُُر َجُاء
ُُُُُ َخ ْي:تُُالنَِّبُُصلىُُللا ُعليهُوسلمُُيَ ُق ْو ُل ِ ِ َ َُُق،للاُِب ِنُ ُجع َفر
ُ ُُ َس ْع:ُُ َعليًّا يَ ُق ْو ُل:ال ْ َ ْ ُ َُُعُْبد
ُ)سائِ َهاُ َخ ِد ْْيَةُُ(رواهُالبخاري َُ ِسائِ َهاُ َم ْرَُيُُابُُْنَُةُعِ ْمَُرا َُنُ َو َخ ْيُُُن َُ ِن
Aḥmad bin Abī Raja’ telah menceritakan kepadaku, al-Naḍr
telah menceritakan kepada kami, dari Hisyām ia berkata,
Ayahku telah mengabarkan kepadaku, beliau berkata, aku
mendengar ‘Abdullāh bin Ja’far, ia berkata Alī mengatakan, aku
mendengar Nabi Saw. bersabda: "Sebaik-baik wanita pada
zamannya adalah Maryam binti ‘Imrān, dan sebaik-baik wanita
pada zamannya adalah Khadījah." (HR. Bukhārī no. 3432)17
ُثُُ َع ُْن ُ تُُ ُمَّرُةَُا ْْلَْم َد ِانَُُّ ُُيَ ِد ِ َ َُُق،َ ُعنُُعم ِروُب ِنُُمَّرة،ُُُحدَّثَنَاُ ُشعبة،حدَّثَنَاُُآدم
ُ ُ َس ْع:ال ُ ْ ْ َ ْ َ َْ َ َُ َ
َُض ُُلُ َُعائِ َش ُة
ْ َُف:َّبُُصلىُُللاُعليهُوسلم الُُالنِ ي
َ َُق:ال ُ ُُأَِبُُ ُم ْو َسىُُ ْاْلَ ْش َع ِر ِيَُُر ِض َي
َ َللاُُ َعْن ُهُُق
ُْم ْلُُ ِم َُن ِ ُِ َك ُملُُ ِمنُُال ِر،يدُعلَىُُ ُسائِِرُُالطَّعُ ُِام
ُ ُُوَلُُْيَك،ٌجالُُ َكثي َ ََ َ َ ُِ ض ِلُُالثَّ ِر ُِ س
ْ اءُُ َك َف َُ َُِعلَىُالن
)وآسيَُةُ ْامَرأَةُُفِْر َع ْو َُنُ(رواهُالبخاري
ِ ُ،ُ َّإَلُُمرَُيُُبِْنتُُعِمُرا َن:اء ِ ُ ِالن
َ ْ ُ ُ َْ ُ س َ
Ādam telah menceritakan kepada kami, Syu’bah telah
menceritakan kepada kami, dari ‘Amr bin Murrah, ia berkata:
Aku mendengar Murrah al-Hamdānī menyampaikan kepadaku
dari Abī Mūsa al-Asy’arī ra ia berkata: Nabi Saw. bersabda:
“Keutamaan ‘Āisyah dibandingkan wanita lainnya,
sebagaimana keutamaan aṡ-Ṡarīd18 dibandingkan makanan
lainnya, lelaki yang sempurna jumlahnya banyak, dan tidak ada
17
Abū ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mugīrah bin Bardizbah
al-Bukhārī al-Ju’fī, Sahih al-Bukhari, juz 2 (Kairo: Dār al-Hadīs, 2004), 446.
18
Ṡarīd adalah sebutan untuk bubur daging. Di dalamnya terdiri dari roti (yang telah
diremukkan), daging dan kuah daging. Ia merupakan makanan paling istimewa bagi orang
Arab. Sebab roti adalah makanan pokok terbaik dan daging adalah lauk terbaik.
39
Dalil yang serupa juga terdapat dalam riwayat Imam al-Tirmiżī dalam
Kitab Manāqib (46) Bab Min Faḍli Khadījah ra. (62)
ُ، ُ َع ُْن ُعِلُْباء،ُ ُ َحدَّثَنَا ُ َد ُاوُِد ُبنُ ُأَِبُ ُالْ ُفَراد، ُ َحدَّثَنَا ُيُ ْونُس،ن ُأَِبُ َِ ُ َح َّدث،َحدَّثَنَا ُ َعْب ُُد ُللا
ُ،ضُ ُأ َْربَ َعة ُخطُْوط ِ خطُ ُ َر ُس ْولُ ُللاُ ُصلعم ُِفُ ُاْل َْر َّ ُ :ال َ َُ ُ َع ْنُ ُابْ ُِن ُ َعبَّاسُ ُق،َع ُْن ُعِ ْك ِرَمة
ُُ:َُر ُس ْولُللاُصلىُللاُعُليهُوسلم:ال َ ُفَ َق،ُللاَُوَر ُس ْولهُأ َْعلم:ُتَ ْد ُرْو َُنُ َماُُ َه َذا؟ُفَ َقالُْوا:الَ َق
ِ ت ُمز ِ ِ ِ ُ اء ُأَهلُ ُا ْْلن َُِّة ُخ ِدْيةُ ُبِْن ِ ِ ْأَف
ُُاحم َ ُ ُُ تُ ُ ُُمَ َّم ُد ُ َوآسيَُة ُبِْن
ُ ت ُ ُخ َويْل ُد ُ َوفَاط َمة ُبِْن
ُ َ َ َ ْ ُ ض ُُل ُن َس َ
ُ)ْامَرأَُةُفِْر َع ْو َُنُ َوَم ْرَُيُُابْنَُةُعِ ْمَرا َُنُرضيُللاُعنهمُ(رواهُأحد
‘Abdullāh telah menceritakan kepada kami, Ayahku telah
menceritakan kepadaku, Yūnus telah menceritakan kepadaku,
Dāwud bin Abī al-Furād telah menceritakan kepada kami, dari
‘Ilbā’, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbās, ia berkata: Rasulullah
Abū ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mugīrah bin
19
21
Ahmad, al-Musnad Li al-Imām Ahmad bin Hambal, juz 1 (Dār al-Fikr, 1994),
628.
22
Uswatun Hasanah, “Kisah Maryam Sebagai Tauladan Wanita Muslimah
(Analisis Kisah Maryam dalam al-Qur’an)” (Tesis S2., Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,
2012), 99.
23
Uswatun Hasanah, “Kisah Maryam”, 100.
24
Merupakan orang saleh pada zamannya yang dikisahkan dalam al-Qur’an dan
keluarganya dijadikan salah satu nama surah dalam al-Qur’an yakni surah Āli ‘Imrān
(keluarga ‘Imrān).
41
َ َّ ْ ْ ََّ َ َ ً َ ُ
َّ ْ َْ ْ َ َ َ ُ ْ ََ ْ َ َ ٰ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ
ِاذ قال ِت امرات ِعمرن ر ِب ِاِني نذرت لك ما ِفي بط ِني محررا فتقبل ِم ِنيِۚ ِانك
ُ ْ َ ْ ُ ْ َّ َ ْ َ
٣٥ انت الس ِميع الع ِليم
25
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, 38.
26
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān di Bawah Naungan al-Qur’an,
jilid 2, cet. 1, terj. As’ad Yasin, ddk (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 65.
42
َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ُْ ٰ َ ه َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ
فلما وضعتها قالت ر ِب ِاِني وضعتهآْ انثىِۗ واّٰلل اعلم ِبما وضعتِۗ وليس
ٰ ْ َّ َ َ َ َّ ُ َ َ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َّ َ ْ َ ٰ ْ ُ ْ َ ُ َ َّ
الذكر كالانثىِۚ واِ ِني سميتها مريم واِ ِن ْٓي ا ِعيذها ِبك وذ ِريتها ِمن الشيط ِن
٣٦ الر ِج ْي ِم
َّ
27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
jilid 2, cet. IV (Tangerang: Lentera Hati, 2002), 78.
28
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 5, cet. 17, 251-
252.
43
Maryam, ia tidak lagi diasuh oleh ibunya melainkan diasuh oleh pamannya
yakni Nabi Zakaria As.
َ َ َ ََّ ً َ ً َ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ُّ َ َ َ ََّ َ َ
َّ َ َّ َ َ ٌۢ َّ َ
٣٧...... ِۗفتقبلها ربها ِبقبول حسن وانبتها نباتا حسناۖ وكفلها زك ِريا
29
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 5, cet. 17, 253.
44
Zakaria As. secara penuh mengurus Maryam. Imam Ibnu Kaṡīr dalam
tafsirnya berpendapat bahwa ditetapkan Nabi Zakaria As. sebagai
penanggung jawab Maryam adalah untuk kebahagiaannya supaya ia
(Maryam) dapat mengambil ilmu yang banyak dan bermanfaat serta amal
saleh dari Nabi Zakaria As.30
Selama menetap di Bait al-Maqdis Maryam memiliki suatu tempat
yang disebut dengan mihrab. Tempat itu tinggi dan hanya bisa dijangkau
dengan menggunakan tangga. Setiap kali Nabi Zakaria As. datang
menjenguk Maryam di mihrabnya, ia dapati makanan berupa buah-buahan.
Namun yang membingungkan adalah buah yang ada tersebut bertolak
dengan kondisi musim pada saat itu. Ketika musim panas, buah-buahan
yang ada di mihrabnya ialah buah musim dingin dan ketika musim dingin,
buah yang ada di dalam mihrabnya adalah buah musim panas. Karena
keheranan itulah Nabi Zakaria As. akhirnya bertanya pada Maryam, “Wahai
Maryam dari mana rezeki ini?” Maryam pun menjawab bahwa itu semua
dari Allah Swt.31 Hal ini Allah Swt. abadikan dalam firman-Nya:
َ ْ ً َ َ ٰ َ ُ َه
ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َُّ
ك
ِ ِۗ كلما دخل عليها زك ِريا ال ِمحرابٍۙ وجد ِعندها ِرزقاِۚ قال يمريم انى ل....
َ َ َّ ُ ُ َ ه َّ ه ْ ْ َ ُ ْ َ َ َ ٰ
اّٰلل َي ْرزق َم ْن يشا ُۤء ِبغ ْي ِر ِح َساب اّٰللِۗ ِان
ِ د
ِ هذاِۗ قالت هو ِمن ِع
ن
“....Setiap
kali Zakaria masuk menemui di mihrabnya, dia mendapati
makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam, dari mana ini
engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.”
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan.” (Qs. Āli ‘Imrān/3:37)
Selama di mihrab, Maryam diberikan kabar dan perintah oleh Allah
Swt. Kabar itu tentang dipilihnya ia sebagai wanita yang lebih utama
30
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, 40.
31
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, 41.
45
َ ٰ َ ٰ َ ْ َ َ َّ َ َ ٰ َ ْ َ ْ َ ٰۤ َ ُ ٰ َ ْ َ ُ َّ ه َ َ ْ
َ
ىك على ِنسا ِۤء ِ ىك وطهر ِك واصطف ِ واِ ذ قال ِت الملىِٕكة يمريم ِان اّٰلل اصطف
َ ْ
َ ٰ َ
ذ ِلك ِم ْن٤٣ الر ِك ِع ْين اس ُج ِد ْي َو ْاركع ْي َم َع ه ْ ٰي َم ْر َي ُم ْاق ُنت ْي ل َربك َو٤٢ ال ٰع َلم ْي َن
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ َ َ ُ َ َْ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ َْ
مَ ِۗو َما ك ْن َت ل َد ْيه ْم ا ْذ ُي ْل ُق ْو َن ا ْق َل َام ُه ْم ا ُّي ُه ْم َيك ُف ُل َم ْر َي
َ ك انٌۢبا ِۤء الغي ِب نو ِحي ِه ِالي
ۖ ِ ِ
َ َْ َ ْ َ ُ
ْ َ َ ْ
٤٤ َو َما كنت لدي ِه ْم ِاذ يخت ِص ُم ْون
ْ َ َ َّ َ َ ً َ َْ ْ َ َْ ٰ ْ ُ ْ
فاتخذت ِم ْن١٦ ٍَۙواذك ْر ِفى ال ِكت ِب َم ْر َي َمَۘ ِا ِذ انت َبذت ِم ْن اه ِل َها َمكانا ش ْر ِق ًّيا
َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َْ ََ َ ُ
١٧ د ْو ِن ِه ْم ِحج ًاباِۗ فا ْر َسلنآْ ِال ْي َها ُر ْوحنا فت َمثل ل َها بش ًرا َس ِو ًّيا
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
jilid. 7, cet. v (Tangerang: Lentera Hati, 2002), 424.
46
۠ َ ُ ُ ْ َُ ْ ْ َ َ
َ َ
كۖ ِلاه َب ب رَ َق َال اَّن َمآْ ا َنا َر ُس ْو ُل١٨ ك ا ْن ك ْن َت َتق ًّياَ ْ
ن م ن ٰ الر ْح
م َّ ب
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ قالت ِاِن ْٓي اعو
ذ
َ ً ُٰ َ
١٩ ك غلما ز ِك ًّيا ِ ل
33
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān di Bawah Naungan al-Qur’an,
jilid. 7, cet. 1, 361.
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 427.
47
ُّ َ َ َ ٰ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ
ًّ َقال ْت انهى َيك ْو ُن ل ْي ُغ ٰل ٌم َّول ْم َي ْم َس ْسن ْي َب َش ٌر َّول ْم ا ُك َبغ
ك
ِ ب ر ال ق ِۚ
ك ِ ل
ِ ذ ك ال ق ٢٠ ا ي ِ ِ ِ
ْ َ َ َ َّ ً ْ َّ ً َ ٰ ٗ َ َ ْ َ َ ٌ َ ََّ َ َ ُ
٢١ اس َو َرح َمة ِمناِۚ َوكان ا ْم ًرا َّمق ِض ًّيا ِ هو علي ه ِينِۚ ولِ نجعل ْٓه اية ِل
لن
35
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 428.
48
yang kemudian ruh itu turun ke farjinya lalu mengandung anak dengan izin
Allah Swt.36 Sebagaimana tentang tiupan ruh itu juga dijelaskan pada Qs.
al-Nisā’/4:171 dan Qs. al-Tahrīm/66:12.
ٌ ْ ُ َ َ َ ْ َ ٰ َ ٰ َْ ٗ ُ َ َ َ ُْ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ ه َ ْ ُ ْ َ ْ َ َّ
اّٰلل وك ِلمتهِۚ القىهآْ ِالى مريم وروح
ِ ِانما الم ِسيح ِعيسى ابن مريم رسول....
ه
١٧١ ...... ِۗاّٰلل َو ُر ُس ِله ُْ َٰ ُ ْ
ِ ِمنهۖفا ِمنوا ِب
ْ َ َّ َ َ َ ْ ُّ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َّ َ ٰ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ
ومريم ابنت ِعمرن ال ِت ْٓي احصنت فرجها فنفخنا ِفي ِه ِمن رو ِحنا وصدقت
َْ ْٰ َ ْ َ ََ ُُ َ َ َ َ
١٢ ِبك ِل ٰم ِت ر ِبها وكت ِبه وكانت ِمن الق ِن ِتين ࣖ۔
ْ َ َ َ ْ َّ ْ ٰ ُ َ ْ َ َََ َ ً َ ْ َ َْ َ ُ ْ َ َ َ
فاجا َۤءها ال َمخاض ِالى ِجذ ِع النخل ِةِۚ قالت٢٢ فح َملته فانت َبذت ِبه َمكانا ق ِص ًّيا
ًّ ْ َّ ً ْ َ ُ ْ ُ َ َ ٰ َ ْ َ ُّ ْ َ ْ َ ٰ
٢٣ يليت ِني ِمت قبل هذا وكنت نسيا من ِسيا
36
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 321.
37
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. V, 430.
50
38
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 17, cet. 17, terj.
Beni Sarbeni (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 505.
39
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 5, cet. 1, 323.
40
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. V, 430.
41
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 514.
51
ْ َّ ُ ْ َ َ ْ ْ ْ ُ َ ً َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ ً ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ
لرح ٰم ِن فك ِلي واشر ِبي وق ِري عيناِۚف ِاما تر ِين ِمن البش ِر احداٍۙ فقوِل ْٓي ِ ِاني نذرت ِل
ْ ْ َ ُ ََ َ
٢٦ ِۚص ْو ًما فل ْن اك ِل َم ال َي ْو َم ِان ِس ًّيا
42
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al- Qur’ān, jilid. 7, cet. 1, 363.
43
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 431.
52
(bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak
akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.’” (Qs. Maryam/19:26)
Malaikat Jibril atau Nabi Isa As. melanjutkan ucapannya untuk
memberikan ketenangan kepada Maryam. “Makan, minum, dan
bersukacitalah engkau.” Makanlah dari kurma yang berguguran atasmu,
minumlah dari air sungai yang mengalir di bawahmu, jangan takut lapar dan
dahaga, bergembiralah dengan kelahiran anakmu, dan janganlah engkau
bersedih.44 “Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku
telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh
karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” Yakni
jika ada orang yang mengajakmu berbicara atau mempertanyakan tentang
kelahiran anakmu maka katakanlah bahwa sesungguhnya aku sedang
bernazar kepada Allah Swt. untuk tutup mulut dan tidak berbicara kepada
siapa pun.45 Al-Ṭabarī (w. 310 H/923 M) berkata, para ahli tafsir berselisih
pendapat tentang sebab Maryam diperintahkan puasa menahan bicara.
Sebagian berpendapat bahwa Allah memerintahkannya demikian karena
Maryam tidak punya dalih nyata di hadapan orang-orang, ia masih perawan
tetapi datang dengan membawa anak. Oleh karena itu ia diperintahkan tidak
bicara, dan yang bicara adalah anaknya tersebut.46
ًّ َ ْ َ ْ ْ ََ ُ َْ َٰ ُْ َ ُٗ َْ َ َْ َ ْ ََ َ
٢٧ فاتت ِبه قومها تح ِملهِۗقالوا يمريم لقد ِجئ ِت شي ًٔـا ف ِريا
“27. Dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan
menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam,
sungguh, engkau benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat
mungkar.” (Qs. Maryam/19:27)
44
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 537.
45
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 539.
46
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 541.
53
ً َ ً َ ٰ َ َ
١٥٦ ٍۙ َوق ْو ِل ِه ْم على َم ْر َي َم ُب ْهتانا ع ِظ ْيما.....
َ ُّ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ ٰ َ ْ ُ ٰٓ
ًّ
٢٨ ۖك ب ِغيا َّ َ َ ْ ُ
ِ ياخت هرون ما كان ابو ِك امرا سوء وما كانت ام
ًّ َ ْ َْ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َْ ْ َ َ َ َ
٢٩ فاشارت ِالي ِهِۗ قالوا كيف نك ِلم من كان ِفى المه ِد ص ِبيا
“29. Dia (Maryam) menunjuk kepada (bayi)-nya (agar mereka
bertanya kepadanya). Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami
akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”” (Qs.
Maryam/19:29)
47
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 435.
48
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 434.
49
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 327.
54
ُ ْ ُ َ َ ْ َ ً َ ٰ ُ ْ َ َ َ َّ ْ ٰ َ ُ ه
ت نك ا م ن ي ا اكرب م ي ن ل ع ج و ٣٠ ٍۙايًّ اّٰللِۗا ٰتن َي الك ٰت َب َو َج َع َلن ْي َنب د ْ
ب ع يْ ن
َ َ
ۖ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ق
ا ال
ْ َ َْ َ ٰ َّ ْ ٰ ْ َ َ
َ
دت ْي َول ْم يجعل ِن ْي جَّب ًارا
َ َ ًّ َ َّ
لاوب ا
ٌۢ رب و ٣١ ۖا يًّ الزكوة َما ُد ْم ُت َح َّ الص ٰلوة َو واوص ِني ِب
ِ ِ ِ ِ ِ
َ
٣٢ ش ِق ًّيا
“30. Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan)
memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi. 31. Dia
menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan
memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta
(menunaikan) zakat sepanjang hayatku, 32. dan berbakti kepada
ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi
celaka.” (Qs. Maryam/19:30-32)
Menurut Quraish Shihab, setidaknya ada tiga hal yang dikatakan oleh Nabi
Isa As.
Pertama, Nabi Isa As. adalah hamba Allah Swt. ia diberi kitab Injil
dan kelak akan menjadi nabi. Hal itu menjelaskan dan membantah
pernyataan tentang Nabi Isa As. adalah anak Tuhan karena lahir tanpa ayah.
Ia juga menjelaskan bahwa ia akan diberikan kitab Injil dan dijadikan nabi
sebagaimana para nabi menerima wahyu.
Kedua, Allah Swt. menjadikan Nabi Isa As. menjadi seorang yang
diberkahi dan diperintahkan untuk taat kepada Allah Swt. Yakni berarti
50
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet.1, 328.
55
51
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. V, 442.
52
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 558-
560.
53
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet.1, 329.
56
54
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 442-443.
BAB IV
ANALISIS PENGENDALIAN EMOSI OLEH MARYAM
57
58
1
Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 8, cet. 1, terj. Abdul Hayyi Al-Kattani,
ddk (Jakarta: Gema Insani, 2013), 350.
59
ُ ْ
ْ
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, kalimat ( واذكر ِفى
َ
ْ
َ )الك ٰتب َم ْر َيialah perintah Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.
م
َۘ ِ ِ
untuk membacakan tentang kisah dan keutamaan Maryam putri ‘Imrān
tempat itu sengaja dipilih sebagai isyarat terbitnya cahaya Ilahi karena timur
adalah arah terbitnya cahaya matahari. Demikian al-Biqā’i dan Ibnu Abbās
Nasrani karena mereka menjadikan arah timur sebagai arah kiblat ketika
salat.4
ْ ْ َ َ َْ
Menurut al-Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M) kalimat ( ِا ِذ انتبذت ِمن
َْ
)اه ِل َهاbermakna Maryam yang mengasingkan diri dari keluarganya.5
ًّ َ ً َ َ
Selanjutnya, adapun ( )مكانا ش ْر ِقياberarti tempat di sebelah timur Bait al-
memiliki dua cahaya, yaitu cahaya materi (matahari, bulan, bintang, dan
lampu) dan cahaya dari Allah Swt. yang menjadi petunjuk bagi persoalan
2
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
jilid 7, cet. v (Tangerang: Lentera Hati, 2002), 424.
3
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 424.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 425.
5
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15 (Kairo: Al-Azhar
Islamic Research Academy, 1991), 9050.
6
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9051.
60
َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َْ ََ َ ُ ْ َ َ َّ َ
١٧فاتخذت ِم ْن د ْو ِن ِه ْم ِحج ًاباِۗ فا ْر َسلنآْ ِال ْي َها ُر ْوحنا فت َمثل ل َها بش ًرا َس ِو ًّيا
Menurut Quraish Shihab, di sebelah timur Bait al-Maqdis Maryam
orang di sekitarnya. Pada saat itulah Allah Swt. mengutus Malaikat Jibril
seorang laki-laki yang sempurna secara fisik dan auranya. Laki-laki itu
tampak gagah, penuh wibawa dan sangat simpatik.7 Betapa kaget dan
7
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: jilid 7, cet. v, 424.
61
Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M), orang beriman adalah yang mengagungkan
Allah Swt. dan mencari perlindungan-Nya.8
Menurut Quraish Shihab, ucapan Maryam di atas menggabungkan
antara permohonan perlindungan kepada Allah Swt. dan peringatan kepada
laki-laki di depannya.9 Sayyid Quṭb (w. 1386 H/1966 M) berpendapat
bahwa ucapan Maryam tersebut adalah memohon perlindungan kepada
Allah Swt. dan menularkan perasaan takwa kepada jiwa sang laki-laki itu.
Maryam menasihatinya untuk takut kepada Allah Swt. dan merasa diawasi
oleh-Nya di tempat yang sepi itu. Sebab orang yang bertakwa pasti akan
bergetar jiwanya ketika mengingat Yang Maha Rahman (Allah Swt) serta
sadar akan dorongan nafsu syahwat dan bisikan setan.10 Sedangkan menurut
Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015 M), ucapan Maryam tersebut
menunjukkan dia sangat menjaga harga diri dan kehormatannya.11
َ ً ُٰ َ َ َ َ ۠ َ
١٩ ك غلما ز ِك ًّيا ل ب هال ۖك ب رَ َق َال اَّن َمآْ ا َنا َر ُس ْو ُل
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ
Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M) menafsirkan maksud firman-Nya ( قال
۠ َ
ۖك ب رَ )اَّن َمآْ ا َنا َر ُس ْو ُلadalah jawaban dari Malaikat Jibril, tujuan ucapan itu
ِ ِ ِ
adalah untuk menghilangkan perasaan takut Maryam terhadap dirinya:
"Aku bukanlah orang seperti yang kamu duga. Akan tetapi aku hanyalah
8
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9055.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 427.
10
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān di Bawah Naungan al-Qur’an,
jilid 7, cet. 1, terj. As’ad Yasin, ddk (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 361.
11
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, 351.
62
kabar bahwa akan diberikan anugerah seorang anak laki-laki yang suci
kepadamu”.12
kabar bahwa Maryam akan punya anak. Sebagai seorang perempuan suci
(perawan) yang tidak pernah disentuh oleh laki-laki mana pun dan bukan
(mungkin) aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada seorang
(laki-laki) pun yang menyentuhku dan aku bukan seorang pelacur?” Lantas
berfirman, “Hal itu sangat mudah bagi-Ku dan agar Kami menjadikannya
sebagai tanda (kebesaran-Ku) bagi manusia dan rahmat dari Kami. Hal itu
engkau tidak mempunyai suami dan tidak pernah berbuat zina karena Allah
ً َٰ ٗ َ َ ْ َ َ
ْٓ ولِ نجعل
Maha Kuasa, atas apa yang dikehendaki-Nya”.14 Adapun ( ه اية
َّ
اس
ِ ) ِللنmaksudnya ialah hal itu pula akan menjadi petunjuk dan tanda bagi
manusia tentang kekuasaan Pembuat dan Pencipta mereka, di mana hal
12
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, terj. M. Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 320.
13
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. V, 428.
14
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 320.
63
tersebut merupakan salah satu bentuk cara menciptakan mereka. Allah Swt.
telah menciptakan nenek moyang mereka, yaitu Adam as tanpa ayah dan
ibu, Ia ciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita, dan Ia ciptakan seluruh
keturunannya dari laki-laki dan wanita, kecuali Isa As. yang diciptakan dari
Nya. Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah Swt. dan tidak ada
menyerukan ibadah dan hanya mengesakan Allah Swt. Lalu ( وكان امرا
ً َْ َ َ َ
ْ
)َّمق ِض ًّياmenurut Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M), kemungkinan, kalimat ini
adalah pelengkap pembicaraan Malaikat Jibril kepada Maryam yang
Muhammad Saw..16
Ketetapan itu adalah suatu yang telah Allah Swt. rencanakan. Ketika
Jibril berkata kepada Maryam tentang apa yang difirmankan oleh Allah
Swt. ia pun berserah diri kepada qada Allah Swt. Jibril kemudian
menghembuskan angin ke lubang bajunya, lalu embusan tersebut turun ke
bawah hingga masuk ke dalam kemaluannya. Lalu ia pun mengandung
seorang anak atas izin Allah Swt.17
15
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 320.
16
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 321.
17
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr Al-Munīr, jilid. 8, cet. 1, 352.
64
َ ْ َّ ْ ٰ ُ َ ْ َ َََ َ ً َ ْ َ َْ َ ُ ْ َ َ َ
ِۚ فاجا َۤءها ال َمخاض ِالى ِجذ ِع النخل ِة٢٢ فح َملته فانت َبذت ِبه َمكانا ق ِص ًّيا
ََّ َْ ْ َ ٰ َ َ ْ َّ ً ْ َ ُ ْ ُ َ َ ٰ َ ْ َ ُّ ْ َ ْ َ ٰ ْ َ َ
َ ًّ
فنادىها ِمن تح ِتهآْ الا٢٣ قالت يليت ِني ِمت قبل هذا وكنت نسيا من ِسيا
ْ ٰ ُ َ ْ َّ ْ ْ َ ْ ُ َ ًّ َ َ ْ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ
ك ِ ِبجذ ِع النخل ِة تس ِقط
ِ ي ِالي ْٓ وه ِز٢٤ ك س ِريا ِ ك تحت ِ زني قد جعل رب ِ تح
ًّ َ ً َ ُ ََْ
٢٥ ۖك رطبا ج ِنيا ِ علي
18
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 430.
19
Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr, jilid. 8, cet. 1, 353.
65
mayoritas ulama berpendapat bahwa tempat lahirnya Nabi Isa As. adalah di
Baitullahmi (Bethlehem),20 sebelah selatan al-Quds (Yerussalem),
Palestina.21
َ ْ َّ ْ ٰ ُ َ ْ َ َََ
Pada ayat ke 23, (ِۚ )فاجا َۤءها ال َمخاض ِالى ِجذ ِع النخل ِةketika tiba rasa
20
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 323.
21
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 430.
22
Muhammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9063.
23
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān, jilid 7, cet. 1, 363.
66
setelah anak itu lahir, ada yang menyeru Maryam dari tempat yang rendah.
anaknya lahir. Ada yang berpendapat bahwa yang menyeru itu Malaikat
Jibril dan ada yang berpendapat yang menyeru itu adalah Nabi Isa As.
Maksudnya ialah Malaikat Jibril atau Nabi Isa As. “berseru kepadanya dari
Karena kondisi ini, sendirian, tidak ada makanan dan minuman serta
ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak
kepadamu.”25
ْ َ ْ َ ََّ
(زنيِ )الا تحmenurut al-Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M), sedihnya
Maryam ialah karena ia terputus hubungan dengan manusia, ia dalam
24
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, cet. V, 358.
25
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 7, cet. v, 431.
67
tidak pula ada yang dapat membawakan perbekalan untuknya. Maka karena
yang dia butuhkan.26 Selanjutnya pada ayat ke 25, Maryam melakukan apa
besar dan keras. Menurut al-Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M) itu adalah
26
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9066.
27
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9068.
28
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 7, cet. v, 359.
68
29
Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 7, cet. v, 359.
69
dengan rasa percaya diri tanpa malu sedikit pun dan yakin akan dukungan
dari Allah Swt. yang Maha Suci.30
Menurut para ulama, Maryam pergi mendatangi kaumnya setelah
empat puluh hari dari kelahiran Nabi Isa As.31 Ketika fisiknya sudah pulih
dengan sempurna ia kembali ke Bait al-Maqdis. Mengetahui hal tersebut
kaumnya langsung mencaci maki Maryam. Mereka menuduh Maryam telah
melakukan perbuatan keji. Adapun Maryam, ia telah bernazar untuk puasa
bicara. Maka tak satu pun kata ia ucapan untuk menjawab tuduhan-tuduhan
kaumnya.
Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M) menafsirkan ayat 28 dengan menunjuk
kepada bayi yang sedang ia gendong. Sebuah isyarat yang berarti tanyakan
saja semua pertanyaan kalian kepada bayi ini. Dia akan menjelaskan
semuanya. Melihat hal itu, Bani Israil langsung berbicara dengan penuh
murka kepada Maryam. Mereka menyangka Maryam mengejek dan
bermain-main dengan mereka. “Bagaimana mungkin kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Yaitu, anak yang berada
dalam gendonganmu, ia masih bayi, bagaimana mungkin ia bisa berbicara
dengan kami?32 Secara sederhana hal itu mustahil dilakukan. Anak bayi
yang masih dalam buaian tentu tidak bisa bicara. Hal yang lumrah
dilakukannya adalah hanya menangis. Maka itulah yang menjadikan Bani
Israil murka kepada Maryam.
Dengan izin Allah Swt. bayi yang dalam gendongan Maryam (Nabi
Isa As) tiba-tiba dapat berbicara dan membantah segala tuduhan keji Bani
Israil terhadap Maryam. Ia berkata,
“Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil)
dan menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang
diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku
30
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9073.
31
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. V, 435.
32
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 328.
71
33
Malaikat Jibril yang datang dalam keadaan seperti manusia.
34
Lihat tafsir Qs. Maryam/19:17 pada M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7,
424 dan Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9055.
72
35
Seorang filsuf akhlak pada masa Dinasti Abbasyiyah.
36
Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Taṭhir al-A’raq, cet. 1 (Mesir: al-Maṭba’ah
al-Miṣriyah, 1934), 40.
37
M Darwis Hude, Emosi, 264.
73
38
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 4, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 500.
74
39
M Darwis Hude, Emosi, 270-271.
40
M Darwis Hude, Emosi, 278.
75
41
Dini A.P. Prapto, H. Fuad Nashori dan Rumiani. “Terapi Tadabbur Al-Qur’an
untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama”. Jurnal Intervensi
Psikologi, vol. 7, no. 2 (Desember, 2015): 131-142.
76
42
M Darwis Hude, Emosi, 286-287.
43
Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr, jilid. 8, cet. 1, 353.
77
44
Lihat tafsir Qs. Maryam/19:22 pada Tafsir Ibnu Kaṡīr dan Tafsir al-Misbah
45
M Darwis Hude, Emosi, 288.
46
Mirza Iqbal, “Alam Juga Bisa Menyebuhkan”, diakses 7 Oktober, 2022,
https://pijarpsikologi.org/blog/alam-juga-bisa-menyembuhkan.
78
47
M Darwis Hude, Emosi, 286-287.
79
48
Harianto, “Teologi “Puasa” dalam Perspektif Kesehatan, Psikologis dan Spiritual
untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Hidup”, Jurnal Excelsis Deo, vol. 5, no. 2
(Desember 2021): 160.
49
Santina, “Hubungan antara Intensitas Puasa Senin Kamis dengan Pengendalian
Diri pada Manusia,” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019),
28-29.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengaplikasian teori pengendalian emosi oleh M. Darwis
Hude pada Qs. Maryam/19:16-33 ditemukan hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Emosi kaget, takut, dan heran dikendalikan oleh Maryam dengan tiga
cara, yaitu: pertama, mengalihkan (displacement) ketegangan emosi
pada objek lain yaitu Allah Swt. Pengalihan yang dilakukan adalah
dalam bentuk żikrullāh yakni berupa permohonan perlindungan dari
objek yang membuat kaget dan takut. Kedua, ketika heran Maryam
menyesuaikan kognisinya (cognitive adjustment) dalam bentuk
atribusi positif (ḥusnuẓan) atas takdir dari Allah Swt. Meskipun heran
atas kehamilan tanpa suami ia tetap berpikir positif bahwa rencana-
Nya pasti yang terbaik. Ketiga, melakukan coping (menerima) takdir
yang sangat mengguncang emosinya dengan sabar dan syukur.
2. Emosi malu, cemas, gelisah dan sedih dikendalikan oleh Maryam
dengan cara regresi, relaksasi dan penguatan (reinforcement). Ketika
ia merasa malu, cemas, gelisah atas kehamilan tanpa suami. Maryam
memilih pergi (regresi) meninggalkan sumber konflik untuk
menenangkan diri dan guna mencegah konflik semakin membesar.
Perginya Maryam ke bentangan alam menjadi cara pengendalian
emosi jenis relaksasi untuk mendamaikan diri dari gejolak emosi.
Terakhir, saat seluruh emosi itu bercampur dalam kesedihan maka
Maryam mendapatkan penguatan dan berusaha menguatkan diri
sendiri untuk tetap bertahan atas ujian tersebut.
3. Saat mengetahui kemungkinan terjadi serangan terhadap emosi,
Maryam telah menguatkan diri (reinforcement) dengan cara puasa
81
82
Al-Qur’an
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Qur’an Kemenag in Microsoft Word
versi 2.0. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2021.
Buku/Kitab
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, ed.
1, cet. 3. Jakarta: Rajawali Press, 2016.
Ahmad. al-Musnad Lil Imām Ahmad bin Hambal. juz 1. Dār al-Fikr, 1994
al-Bukhārī al-Ju’fī, Abū ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin
al-Mugīrah bin Bardizbah. Sahih al-Bukhari, juz 2. Kairo: Dār al-
Hadīs, 2004
83
84
Ibnu Jarīr al-Ṭabarī, Abū Ja’far Muhammad. Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 17, cet.
17, terj. Beni Sarbeni. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
_________. Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 17, cet. 17, terj. Beni Sarbeni. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.
Ibnu Kaṡīr. Qaṣaṣ al-Anbiyā, terj: Saefullah MS. Jakarta: Qisthi Press,
2015.
_________. Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar. Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001.
_________. Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 4, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar. Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001.
_________. Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 5, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar. Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001.
Millah, Ainul. Potret Wanita yang Diabadikan dalam al-Qur’an. Solo: Tiga
Serangkai, 2015.
al-Qurṭubi, Abū 'Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abū Bakr al-Anṣārī.
Tafsīr al-Qurṭubi. terj. Fathurrahman. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
Jurnal/Artikel
Anshori, Muh. “Pengaruh Kisah-Kisah al-Qur'an dalam Aktivitas
Pendidikan”. Jurnal Dirasah, vol. 3, no. 2 (Agustus 2020): 155-167.
Jaya, Septi Aji Fitra. “Al-Qur'an dan Hadis sebagai Sumber Hukum Islam”.
Jurnal Indo-Islamika”. vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2019): 204-216.
Prapto, Dini A.P. H. Fuad Nashori dan Rumiani. “Terapi Tadabbur al-
Qur’an untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Persalinan
Pertama”. Jurnal Intervensi Psikologi. vol. 7, no. 2, Desember, 2015:
131-142.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Faruq, Ahmad. “Pandangan Gereja Katolik dan Protestan Terhadap Bunda
Maria”. Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel,
Surabaya, 1998.
Website
Adhi, Irawan Sapto. “11 Cara Meningkatkan Hormon Endorfin Pereda Rasa
Sakit dan Stres,” Diakses, 10 Oktober, 2022
https://health.kompas.com/read/2021/06/22/210200568/11-cara-
meningkatkan-hormon-endorfin-pereda-rasa-sakit-dan-
stres?page=all
Florencia, Gabreilla. “Kurang Populer, Ini Manfaat Kurma bagi Ibu Usai
Melahirkan”, diakses 11 Oktober, 2022,
https://www.halodoc.com/artikel/kurang-populer-ini-manfaat-
kurma-bagi-ibu-usai-melahirkan
Maulana, Ilham Fariq. “Mudah Kaget? Ternyata Ini Pemicu dan Ciri-
Cirinya”, diakses, 7 Oktober, 2022,
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/kenapa-suara-
kencang-bikin-anda-kaget/