Anda di halaman 1dari 109

PENGENDALIAN EMOSI DALAM AL-QUR’AN

(ANALISIS KISAH MARYAM BINTI ‘IMRĀN)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:
Ririn Febrianty Salka
NIM. 11180340000022

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M/1444 H
PENGENDALIAN EMOSI DALAM AL-QUR’AN
(ANALISIS KISAH MARYAM BINTI ‘IMRĀN)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:
Ririn Febrianty Salka
NIM. 11180340000022

Pembimbing

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A.


NIP: 196908221997031002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M/1444 H
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul PENGENDALIAN EMOSI DALAM AL-


QUR’AN (ANALISIS KISAH MARYAM BINTI ‘IMRĀN) telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Desember
2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir.
Jakarta, 18 Januari 2023
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH


NIP. 19710217 199803 1 002dc NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,
Penguji I, Penguji II,

Dr. Faizah Ali Syibromalisi, M.A Fasjud Syukroni, S.Th.I, M.Ag


NIP. 19550725 200012 2 001 NIP. -

Pembimbing,

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A


NIP. 19690822 199703 1 002
ABSTRAK

Ririn Febrianty Salka, 11180340000022.


Pengendalian Emosi dalam Al-Qur’an (Analisis Kisah Maryam binti
‘Imrān)
Penelitian ini mengkaji cara pengendalian emosi yang dilakukan oleh
Maryam binti ‘Imrān dalam menghadapi berbagai ujian hidup sebagaimana
yang termuat dalam tafsir Qs. Maryam/19:16-33. Hal itu dilatarbelakangi
oleh penelitian Alim Sofiyan dan Dinda Aulia Putri yang membahas tentang
pengendalian emosi dalam al-Qur’an. Keduanya membahas kisah Nabi
Yusuf As. Sedangkan kisah Maryam dibahas oleh Uswatun Hasanah,
Sulaiman, Mizan Adiliah binti Masrom dan Fatimah dari aspek
keteladanan, keistimewaan dan kepribadian. Dari penelitian terdahulu
itulah ditemukan ruang kosong pada kisah Maryam binti ‘Imrān yang belum
diteliti yaitu dari aspek pengendalian emosinya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menjelaskan cara-cara pengendalian emosi yang dilakukan
oleh Maryam sebagaimana yang termuat dalam tafsir Qs. Maryam ayat 16-
33.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi
kepustakaan serta menggunakan pendekatan ilmu tafsir dan ilmu psikologi.
Pengumpulan data menggunakan ayat dan tafsir Qs. Maryam/19:16-33
sebagai sumber primer serta kitab-kitab, buku-buku, artikel-jurnal, skripsi
dan tesis sebagai sumber sekunder. Seluruh data dari sumber tersebut diolah
dengan teknik analisis isi (content analysis) yang bersifat deskriptif analisis.
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan tujuh gejolak emosi yang
dirasakan oleh Maryam, yaitu emosi kaget, takut, heran, malu, cemas,
gelisah, dan sedih. Adapun cara pengendalian emosi yang dilakukan oleh
Maryam atas emosi-emosi tersebut ialah mengalihkan (displacement) rasa
kaget dan takut kepada Allah Swt. dalam bentuk żikrullāh, mengendalikan
emosi heran dengan cara menyesuaikan kognisi (cognitive adjustment)
dalam bentuk ḥusnuẓan (berpikir positif) atas takdir yang didapatkan serta
melakukan coping (menerima) takdir tersebut dan menjalaninya dengan
sabar dan syukur. Selain itu, untuk menanggulangi emosi malu, cemas,
gelisah, dan sedih Maryam melakukan regresi (pergi meninggalkan sumber
konflik selama beberapa waktu) untuk mencegah konflik yang lebih besar
serta melakukan relaksasi dengan mendatangi bentangan alam dan
menguatkan (reinforcement) diri untuk terus bertahan menghadapi ujian
hidup.

Kata kunci: Pengendalian Emosi, Emosi, Kisah, dan Maryam.


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Swt. atas izin dan karunia-Nya
penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Ṣalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muḥammad
Saw. yang telah mendobrak pintu kejahilan dan kezaliman menuju pintu
ilmu pengetahuan dan kemajuan.
Adapun judul skripsi ini “Pengendalian Emosi dalam al-Qur’an
(Analisis Kisah Maryam binti ‘Imrān)” Maka penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar
Sarjana Agama di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penelitian ini, penulis mendapatkan banyak dukungan
dan kontribusi dari beberapa pihak, baik moril maupun materiil, penulis
merasa berhutang budi dan tidak mampu membalasnya. Maka dari itu
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memimpin dan mengelola
penyelenggaraan pendidikan sebagaimana mestinya.
2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf pembantu
dekan, yang telah mengoordinasikan penyelenggaraan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat di fakultas.
3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag., Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, dan Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH, Sekretaris Program Studi
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, yang selalu mendukung, memfasilitasi,
membantu dengan ikhlas, memberikan contoh yang baik dan tak
pernah lelah memotivasi penulis. Semoga Allah Swt. membalas
kebaikan beliau dan memberikan keberkahan.

xi
xii

4. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A., Dosen pembimbing akademik yang


telah memberikan dukungan dan arahan selama penulis duduk di
bangku perkuliahan.
5. Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah Swt. memberikan keberkahan dan melancarkan segala
urusannya.
6. Segenap jajaran dosen dan pihak akademik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu tanpa mengurangi rasa hormat, khususnya Program Studi Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir yang dengan ikhlas dan sabar dalam mendidik
kami agar menjadi manusia yang berakhlak baik dan berintelektual.
7. Teman-teman Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas
Ushuluddin angkatan 2018, yang telah berjuang bersama-sama
dengan penulis dari awal perkuliahan hingga akhir. Dalam hal ini
penulis ucapkan terima kasih sudah menerima penulis sebagai teman
untuk saling membantu dalam segala hal. Semoga pertemanan ini
diridai oleh Allah Swt..
8. Terima kasih kepada keluarga besar Pesmadai, terkhusus Ustaz dan
Ustazah serta teman-teman yang telah membersamai penulis selama
perkuliahan. Semoga kebaikan senantiasa meliputi kita dan Pesmadai
semakin luas dalam menebar kebermanfaatan.
9. Terima kasih juga kepada sahabat karib yang telah memberikan saran
dan masukan selama perkuliahan Ana Azzahra, dan Afni Mulyani
Harefa.
10. Terima kasih kepada Kakak perempuan penulis Ica Nur Azizah Lubis
yang telah memberikan perhatian, dukungan, dan cinta kasih selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
xiii

Terakhir dan yang paling utama teruntuk kedua orang tua tercinta
ayah Salihin dan ibu Kusa Asia yang menjadi alasan terbesar penulis untuk
menimba ilmu dan menyelesaikan pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih atas dukungan yang sangat besar serta ketulusan dan doa yang
tiada henti. Penulis tidak mampu membalas segala kebaikan yang telah
diberikan, hanya mampu berdoa semoga Allah Swt. senantiasa mencintai
dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Jakarta, 26 Oktober 2022

Ririn Febrianty Salka


NIM. 11180340000022
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987.
Adapun perinciannya sebagai berikut:
A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Arab Latin Keterangan


‫ا‬ Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
‫ب‬ b be
‫ت‬ t te
‫ث‬ ṡ es (dengan titik di atas)
‫ج‬ j je
‫ح‬ ḥ ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ kh ka dan ha
‫د‬ d de
‫ذ‬ ż zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ r er
‫ز‬ z zet
‫س‬ s es
‫ش‬ sy es dan ya
‫ص‬ ṣ es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ ḍ de (dengan titik di bawah)
‫ط‬ ṭ te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ ẓ zet (dengan titik di bawah)

xv
xvi

‫ع‬ ‘ apostrof terbalik


‫غ‬ g ge
‫ف‬ f ef
‫ق‬ q qi
‫ك‬ k ka
‫ل‬ l el
‫م‬ m em
‫ن‬ n en
‫و‬ w we
‫ه‬ h ha
‫ء‬ ’ apostrof
‫ي‬ y ya

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa


diberi tanda apa pun, jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (’).

B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau disebut dengan diftong. Vokal tunggal
sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Fatḥah a A

‫ا‬ Kasrah i I

‫ا‬ Ḍammah u U
xvii

Adapun vokal rangkap sebagai berikut:


Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
‫ﹷ ي‬ ai a dan i

‫ﹷو‬ au a dan u

C. Vokal Panjang
Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


‫اى‬ ā a dengan topi di atas
‫ىي‬ ī i dengan topi di atas
‫ىو‬ ū u dengan topi di atas

D. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan (al-) yang diikuti huruf:
syamsiyah dan qamariyah.
ِ
al-Qamariyah ُ‫املُن ُْي‬ al-Munīr

al-Syamsiyah ُ‫ال‬
ُ ‫الر َج‬ ِ al-Rijāl

E. Syaddah (Tasydīd)
Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydid ketika dialihkan ke bahasa
Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf
yang diberi tanda syaddah, akan tetapi, itu tidak berlaku jika huruf yang
menerima tanda syaddah terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiyah.
al-Qamariyah
ُ‫الْ ُق َّوة‬ al-Quwwah
xviii

al-Syamsiyah ُ‫الض َُّرْوَرة‬ al-Ḍarūrah

F. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang
hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasi
adalah (t), sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah (h), kalau pada kata yang berakhir dengan ta
marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta
bacaan yang kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah ditransliterasikan
dengan ha (h) contoh:
No. Kata Arab Alih Aksara
1 ‫الطَّ ِريْ َق ُة‬ al-Ṭarīqah

2 ُ‫ُاْل ْس ََل ِميَّة‬ِْ ُ‫ا ْْلَ ِام َعة‬ al-Jāmi’ah al-Islāmiyyah

3 ُ‫َو ْح َدةُُالْ ُو ُج ْوِد‬ Waḥdah al-Wujūd

G. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini mengikuti Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal
nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Jika nama diri didahului
oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal
nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
Contoh: Abū Hamīd, al-Gazālī, al-Kindī.
Berkaitan dengan penulisan nama untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun
akar katanya berasal dari bahasa Arab, misalnya ditulis Nuruddin al-Raniri,
tidak ditulis Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
xix

H. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa


Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan
bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia,
tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata al-Qur’an
(dari al-Qur’ān), Sunah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut
menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus
ditransliterasi secara utuh.
Contoh: Fī Ẓilāl al-Qur’ān, Al-‘Ibrah bi ‘Umūm al-Lafẓi Lā bi Khusūs al-
Sabab.
xx
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... xv
DAFTAR ISI ......................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Batasan Masalah ......................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
F. Tinjauan Kajian Pustaka ............................................................. 8
G. Metodologi Penelitian ................................................................ 11
H. Sistematika Penulisan ................................................................. 13
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG EMOSI ............................ 15
A. Emosi secara Umum ................................................................... 15
B. Penggambaran Emosi dalam Al-Qur'an ..................................... 19
C. Bentuk-Bentuk Pengendalian Emosi dalam Perspektif Psikolog i
.................................................................................................... 25
BAB III PROFIL MARYAM ............................................................. 33
A. Profil Maryam binti Imran.......................................................... 33
B. Maryam Wanita Pilihan Allah .................................................... 34
C. Persepsi Tentang Maryam .......................................................... 40
D. Kisah Maryam Sejak Lahir hingga Melahirkan Nabi Isa As...... 40
BAB IV ANALISIS PENGENDALIAN EMOSI OLEH MARYAM
................................................................................................................ 57
A. Penafsiran Ayat .......................................................................... 57
B. Analisis Pengendalian Emosi ..................................................... 71
BAB V PENUTUP ................................................................................ 81

xxi
xxii

A. Kesimpulan..................................................................................81
B. Saran ............................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengendalian emosi dalam al-Qur’an termuat pada ayat-ayat yang
membicarakan tingkah laku manusia. Tidak diketahui berapa jumlah pasti
atas ayat-ayat yang membicarakan perilaku manusia. Namun, dari
banyaknya ayat yang berbicara tentang perilaku manusia, ayat-ayat tentang
kisah nabi dan rasul serta orang-orang saleh-lah yang banyak memberikan
pelajaran berharga bagi setiap muslim. Pada penelitian terdahulu, kisah-
kisah dalam al-Qur’an telah banyak dikaji dari aspek pendidikan, sejarah,
dan keteladanan. Pada aspek keteladanan, kajian terdahulu banyak meneliti
akhlak dan kepribadian. Dari segi akhlak dan kepribadian tersebut terdapat
penelitian kisah yang fokus pada pengendalian emosi. Setidaknya
ditemukan 2 penelitian yang mengkaji kisah dari aspek tersebut, yaitu
skripsi karya Alim Sofiyan, “Manajemen Emosi dalam al-Qur’an (Kajian
Surah Yusuf)” tahun 2017 dan skripsi karya Dinda Aulia Putri,
“Pengendalian Emosi Sedih Menurut al-Qur’an (Kajian Tafsir Surah Yūsuf
Ayat 86 dengan Pendekatan Psikologi) tahun 2021. Pengendalian emosi
adalah hal penting yang perlu dilakukan oleh setiap orang. Hal ini karena
emosi yang tidak dikendalikan akan memberikan dampak buruk bagi diri
sendiri dan orang lain.
Kehidupan dunia tidak terlepas dari berbagai konflik atau ujian.
Setiap manusia diberikan ujian oleh Allah Swt. dengan jenis dan berat yang
berbeda-beda.1 Dapat dikatakan bahwa hidup sama dengan ujian. Siapa pun
yang Allah Swt. berikan kesempatan hidup maka dia pasti akan diberikan
ujian atau masalah yang tidak akan pernah berhenti sampai seseorang itu

1
Lilik Ummi Kaltsum, “Cobaan Hidup dalam al-Qur'an (Studi Ayat-Ayat Fitnah
dengan Aplikasi Metode Tafsir Tematik).” Jurnal Ilmu Ushuluddin. vol. 5, no. 2 (Juli
2018): 107-138.

1
2

wafat. Ujian atau masalah tersebut akan selalu memberikan rasa emosi
dalam diri manusia. Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi.2 Itu
artinya secara fitrah setiap hari manusia akan merasakan emosi di dalam
dirinya. Emosi hadir atas stimulus atau rangsangan terhadap sesuatu.
Emosi ditinjau dari dampak yang ditimbulkan terdiri dari emosi
positif dan emosi negatif. Emosi positif memberikan dampak yang
menyenangkan dan menenangkan sedangkan emosi negatif justru
memberikan dampak yang tidak menyenangkan dan menyusahkan.3 Jika
emosi itu disadari dan dikendalikan maka dapat memberikan kebaikan bagi
diri sendiri dan orang di sekitarnya. Namun, jika emosi itu terekspresikan
secara berlebihan maka dampak buruk yang akan didapatkan, baik secara
jasmani maupun rohani.
Dampak positif dari emosi yang terkendali ialah berupa perasaan
bahagia, tubuh yang sehat, pikiran yang tenang, pengambilan keputusan
yang tepat, bersemangat dalam beraktivitas, dan lain sebagainya.
Sedangkan emosi yang tidak terkendali akan memberikan dampak buruk
seperti berkurangnya rasa percaya diri, berkurangnya rasa harga diri, stres,
depresi, melukai diri sendiri dan orang lain. Siapa pun tidak menginginkan
hal tersebut, oleh karenanya manusia sangat butuh dengan pengendalian
emosi untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Umat Islam memiliki sumber hukum utama berupa al-Qur'an dan
Hadis4, di dalam keduanya terdapat petunjuk bagi manusia untuk
menjalankan hidup. Salah satu petunjuk yang terdapat di dalamnya adalah

2
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah Panduan
Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda, cet. I (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), 11.
3
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 13.
4
Septi Aji Fitra Jaya, “Al-Qur’an dan Hadis sebagai Sumber Hukum Islam”. Jurnal
Indo-Islamika.” vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2019): 204-216.
3

tentang emosi dan pengendaliannya. Pada sebagian ayat dibicarakan emosi


dan ekspresinya sedangkan pada sebagian ayat yang lain dibicarakan emosi
dan pengendaliannya. Berikut beberapa ayat yang berbicara tentang emosi
dan ekspresinya:
1. Qs. al-Muṭaffifīn/83:22-24
َ
ْ‫ َت ْعر ُف ف ْي ُو ُج ْوههم‬٢٣ ‫ َع َلى ْال َا َراۤىِٕك َي ْن ُظ ُر ْو َن‬٢٢ ‫اَّن ْال َا ْب َر َار لف ْي َنع ْيم‬
ِ ِ ِ ِ ٍۙ ِ ٍۙ ِ ِ ِ
َّ َ ْ َ
٢٤ ِۚ‫نض َرة الن ِع ْي ِم‬

“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar


berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan. Mereka
(duduk) di atas dipan-dipan (sambil) melepas pandangan.
Engkau dapat mengetahui pada wajah mereka gemerlapnya
kenikmatan.”
Pada ayat ini emosi yang digambarkan adalah emosi senang.
Penggambaran emosi dituangkan dalam bentuk ekspresi wajah yang
senang karena mendapatkan kenikmatan. Secara psikologi manusia
memang cenderung senang jika mendapatkan suatu kenikmatan.
2. Qs. 'Abasa/80:38-39
ٌ َ ْ َ ْ ُّ ٌ َ َ ٌ ْ ُّ َ ْ َّ ٌ ْ ُ ُ
٣٩ ِۚ‫احكة مستب ِشرة‬ ِ ‫ ض‬٣٨ ٍۙ‫وجوه يومىِٕذ مس ِف َرة‬

“Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa


lagi gembira ria.”
Pada ayat di atas, emosi ditampakkan dengan ekspresi wajah
dan tingkah laku. Terlihat emosi senang dari wajah yang berseri-seri
dan tertawa. Sebagaimana umumnya seseorang dapat dengan
mudah diketahui kondisi emosionalnya berdasarkan ekspresi wajah
dan perilaku.
4

3. Qs. al-Zukhruf/43:17

َ‫لر ْح ٰمن َم َث ًلا َظَّل َو ْج ُه ٗه ُم ْس َو ًّدا َّو ُهو‬ َ َ ْ ُ ُ ََ َ ُ َ َ


َّ ‫ض َر َب ِل‬
ِ ‫واِ ذا ب ِشر احدهم ِبما‬
َ
ٌ ْ
١٧ ‫ك ِظيم‬

“Apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar


gembira tentang sesuatu (kelahiran anak perempuan) yang
dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha
Pengasih, jadilah wajahnya merah padam karena menahan
sedih (dan marah).”
Ayat ini berbicara tentang emosi negatif berupa marah dan
sedih. Ketika sesuatu tidak sesuai harapan, manusia cenderung
kepada emosi negatif. Sebagaimana pada ayat di atas emosi
ditampakkan melalui ekspresi wajah.
4. Qs. al-Baqarah/2:19

َ َ َ َ ُ َ َْ ٌ ٌ ْ ٌ ُ ُ َ َّ َ َ َ َ
‫السما ِۤء ِف ْي ِه ظل ٰمت َّو َرعد َّو َب ْرقِۚ يجعل ْون اص ِابع ُه ْم ِف ْ ْٓي‬ ‫ا ْو كص ِيب ِمن‬
ٰ ْ ٌ ُ ‫ه‬ ْ َٰ
١٩ ‫ط ِبالك ِف ِر ْي َن‬
ٌۢ ‫مح ْي‬ ُ ‫الص َواعق َح َذ َر ال َم ْوت َو‬
ِ ‫اّٰلل‬
َّ َ ْ
‫ن‬ ‫م‬
ِِۗ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ا‬
‫م‬ ‫ه‬ ‫ان‬‫ذ‬

“Atau, seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit


yang disertai berbagai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka
menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari)
suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang
yang kafir.”
Ayat di atas memperlihatkan emosi takut dalam bentuk
tingkah laku. Di mana orang-orang kafir ketika melihat hujan lebat
dari langit disertai kegelapan, petir, dan kilat mereka langsung
menyumbat telinga dengan jari-jarinya karena takut mati.
Demikian contoh ayat-ayat al-Qur’an yang di dalamnya terdapat unsur
emosi dan ekspresinya. Dalam ayat lain terdapat unsur emosi dan
5

pengendaliannya yang dituangkan dalam kisah-kisah sebagaimana salah


satu contoh berikut:

َ ْ َُ َْ َ َ ‫َ ه ََ َْ ُ َ ه‬ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َّ َ َ
٨٦ ‫اّٰلل ما لا تعلمون‬
ِ ‫اّٰلل واعلم ِمن‬ ْ
ِ ‫زن ْٓي ِالى‬ِ ‫قال ِانمآْ اشكوا ب ِثي وح‬
“Dia (Ya‘qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan
kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari Allah apa yang
tidak kamu ketahui.” (Qs. Yūsuf/12:86)

Pada ayat ini digambarkan emosi sedih dan pengendaliannya.


Dikisahkan Nabi Ya’qub As. yang sedang merasa sedih dan kesusahan. Ia
melakukan pengendalian emosi dengan cara mengalihkan (displacement)
emosi yang sedang dirasakan dalam bentuk pengaduan serta menyandarkan
perasaan sedih tersebut kepada Allah Swt. Hal itu beliau lakukan agar emosi
negatif (sedih) tidak menguasai dirinya dan tidak menyebabkan dampak
buruk bagi kesehatan. Selain itu, mengendalikan emosi dengan cara
pengalihan mampu meredakan ketegangan emosi dan membuat emosi naik
ke level lebih tinggi.5
Apa yang dikatakan oleh al-Qur'an adalah kebenaran. Betapa
banyaknya pengajaran dari ayat-ayat al-Qur'an yang jika dipandang dari
berbagai sudut akan terus memberikan hikmah yang luar biasa. Demikian
pula kisah-kisah dalam al-Qur’an yang dapat memberikan pengaruh besar
bagi hati manusia. Sifat alamiah manusia yang menyukai hal-hal yang
bernuansa cerita membuat pesan dakwah lewat kisah lebih membekas
dibanding pesan dakwah lainnya.6 Hal itu karena kisah memberikan
pengalaman emosional bagi penerimanya.

5
Model atau cara-cara pengendalian emosi akan dijelaskan lebih detail di BAB II
dan pengaplikasian teori pengendalian emosi akan dipaparkan di BAB IV.
6
Muh Anshori, “Pengaruh Kisah-Kisah al-Qur'an dalam Aktivitas Pendidikan.”
Jurnal Dirasah, vol. 3, no. 2 (Agustus 2020): 155-167.
6

Dari banyaknya kisah di dalam al-Qur’an yang memberikan


gambaran tentang emosi dan pengendaliannya, kisah Maryam menjadi
salah satu kisah yang diceritakan cukup banyak dibandingkan dengan kisah-
kisah lainnya. Selain itu kisah Maryam pada kajian-kajian terdahulu hanya
mengkaji aspek keteladanan, kemuliaan dan kepribadiannya saja seperti
yang telah dijelaskan oleh Uswatun Hasanah dalam tesisnya, Sulaiman
dalam skripsinya, Mizan Adiliah binti Masrom dan Fatimah dalam
artikelnya. Dari kajian tersebut belum didapati penelitian yang membahas
kisah Maryam dari aspek pengendalian emosinya. Oleh karena itu penulis
menemukan ruang kosong penelitian kisah Maryam yang kemudian penulis
berikan judul, “Pengendalian Emosi dalam al-Qur’an (Analisis Kisah
Maryam binti ‘Imrān).
B. Identifikasi Masalah
1) Perbedaan ujian hidup yang dialami oleh tokoh pada kisah Nabi
Yusuf dan Maryam.
2) Perbedaan ketegangan emosi yang muncul pada kisah Nabi Yusuf
dan Maryam.
3) Ujian hidup yang berbeda pada seorang tokoh dapat menyebabkan
perbedaan emosi yang muncul sehingga cara pengendalian emosi
yang digunakan akan berbeda pula.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan menghindari
pembahasan yang terlalu luas maka penulis membatasi masalah penelitian
ini pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33 dan teori pengendalian emosi menurut
M. Darwis Hude. Pada ayat tersebut kisah Maryam yang akan dianalisis
adalah kisah kedatangan Malaikat Jibril ke dalam mihrabnya hingga
kelahiran Nabi Isa As.
7

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini ialah: Bagaimana cara
pengendalian emosi yang dilakukan oleh Maryam dalam menghadapi
permasalahan hidup seperti yang termuat dalam tafsir Qs. Maryam/19: 16-
33?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian adalah untuk menjawab rumusan masalah.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan emosi apa saja yang di alami oleh Maryam pada
tafsir Qs. Maryam/19: 16-33.
2) Menjelaskan cara-cara pengendalian emosi yang dilakukan oleh
Maryam pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33 dengan pendekatan
psikologi.
2. Manfaat
Manfaat penelitian adalah kegunaan, keuntungan atau kebaikan
yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Setidaknya pada
penelitian ini didapatkan 2 manfaat, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis sebagai berikut:
1) Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk melengkapi
penelitian terdahulu seperti penelitian yang ditulis oleh Uswatun
Hasanah, Sulaiman, dan Fatimah. Mereka membahas tentang
kisah keteladanan Maryam dalam al-Qur’an. Keteladanan itu
akan penulis lengkapi dengan temuan keteladanan lain yang
dilihat dari aspek psikologi.
2) Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber bacaan
tambahan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji tentang kisah
Maryam dalam al-Qur’an.
8

F. Tinjauan Kajian Pustaka


Penulis telah melakukan tinjauan atas kajian-kajian terdahulu yang
memiliki tema relevan dengan tema yang penulis pilih. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui persamaan serta perbedaan dari referensi-
referensi tersebut. Sehingga penulis dapat melanjutkan penelitian pada
persoalan-persoalan yang belum dibahas pada tema itu. Di antara kajian
terdahulunya adalah sebagai berikut:
Pertama, buku yang berjudul Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis
tentang Emosi Manusia di dalam al-Qur’an karya M. Darwis Hude (2006).
Buku itu menjadi salah satu sumber primer dalam penelitian ini. Di
dalamnya M. Darwis Hude membahas tentang emosi perspektif psikologi
dan al-Qur’an serta model-model pengendalian emosi. Dari buku tersebut
penulis mengadopsi model-model pengendalian emosi yang akan dianalisis
dalam kisah Maryam pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33.
Kedua, tesis yang ditulis oleh Uswatun Hasanah (2012) dengan judul
“Kisah Maryam sebagai Tauladan Wanita Muslimah (Analisis Kisah
Maryam dalam al-Qur’an)”.7 Dalam tesis ini, Uswatun Hasanah membahas
secara keseluruhan kisah Maryam untuk menggali hikmah yang dapat
diteladani. Adapun penulis membatasi kisah Maryam hanya pada tafsir Qs.
Maryam/19:16-33 sehingga berbeda dengan tesis ini. Penulis juga
menggunakan pendekatan ilmu psikologi untuk memahami pengendalian
emosi yang dilakukan Maryam. Hal itu berbeda dengan tesis ini yang tidak
menggunakan pendekatan ilmu psikologi.
Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Sulaiman (2014) berjudul
“Syakhṣiyyah Maryam fī Sūrah Maryam min al-Qur’ān al-Karīm: Dirāsah

7
Uswatun Hasanah, “Kisah Maryam sebagai Tauladan Wanita Muslimah (Analisis
Kisah Maryam dalam al-Qur’an)” (Tesis S2., Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2012).
9

Sīkūlūjiyyah Adabiyyah”.8 Dalam skripsi ini persamaan penelitiannya


adalah pada kajian kisah Maryam. Namun pada penelitian ini, penulis
skripsi meneliti kisah Maryam untuk mengetahui kepribadian Maryam
dengan pendekatan psikologi sastra sedangkan penulis memilih aspek
psikologi emosi untuk mengetahui cara Maryam mengatasi gejolak emosi
pada permasalahan hidup.
Keempat, skripsi karya Alim Sofiyan (2017) yang berjudul
“Manajemen Emosi dalam al-Qur’an (Kajian Surat Yūsuf)”.9 Persamaan
dengan skripsi ini adalah pada kajian manajemen emosi atau pengendalian
emosi. Adapun yang menjadi perbedaannya terletak pada kisah yang
diangkat. Skripsi karya Alim Sofiyan mengangkat kisah Nabi Ya’qub As
dan Nabi Yusuf As pada surah Yūsuf sedangkan penulis sendiri akan
mengangkat kisah Maryam binti ‘Imrān pada surah Maryam. Menurut
penulis, akan didapatkan kesimpulan yang berbeda. Sebab karakteristik
masalah dan karakteristik tokohnya berbeda.
Kelima, artikel karya Mizan Adiliah binti Masrom dalam Jurnal At-
Tibyan edisi Juni 2019, “Sosok Maryam dalam al-Qur’an (Studi Komparatif
antara Tafsir Ibnu Kaṡīr dan Tafsir al-Misbah)”.10 Pada artikel ini kajian
tokoh Maryam dibatasi pada keistimewaan Maryam, pengasuhan Maryam
dan rezeki yang Maryam dapatkan. Hal itu berbeda dengan apa yang akan
penulis kaji yakni kisah Maryam sejak ditemui Malaikat Jibril hingga kisah
kelahiran Nabi Isa As. Kajian ini menggunakan metode muqaran atau

8
Sulaiman, “Syakhṣiyyah Maryam fī Sūrah Maryam min al-Qur’ān al-Karīm:
Dirāsah Sīkūlūjiyyah Adabiyyah” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, 2014).
9
Alim Sofiyan, “Manajemen Emosi dalam al-Qur'an (Kajian Surat Yusuf)” (Skripsi
S1., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017).
10
Mizan Adiliah binti Masrom, “Sosok Maryam dalam al-Qur'an (Studi Komparatif
Antara Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Misbah.” Al-Tibyan Journal Of Qur'an and Hadis
Studies, vol. 2, no. 1 (Juni 2019): 1-18.
10

perbandingan sedangkan penulis menggunakan metode analisis-isi dan


pendekatan psikologis.
Keenam, skripsi Dinda Aulia Putri (2021) berjudul “Pengendalian
Emosi Sedih Menurut al-Qur’an (Kajian Tafsir Surah Yūsuf Ayat 86
dengan Pendekatan Psikologi)”.11 Pada skripsi ini yang menjadi
persamaannya adalah landasan teori yang digunakan yakni teori
pengendalian emosi M. Darwis Hude sedangkan kisah yang diangkat
berbeda. Oleh karena itu, akan didapati hasil penelitian yang berbeda pula.
Ketujuh, artikel karya Fatimah dalam Jurnal El-Thawalib edisi
Desember 2021 berjudul “Psikologi Maryam dalam Al-Qur’an”.12 Dalam
karyanya beliau menggunakan kajian tafsir tahlilī pada Qs. Āli ‘Imrān/3:42-
48. Pada penelitian ini kajian psikologi yang diangkat adalah psikologi
kepribadian. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan adalah kepribadian
Maryam pada Qs. Āli ‘Imrān/3:42-48. Sedangkan penulis menganalisis
psikologi Maryam dari aspek pengendalian emosi pada Qs. Maryam/19: 16-
33. Oleh karena itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang penulis
teliti.
Berdasarkan beberapa kajian terdahulu di atas, penulis menemukan
ruang kosong yang belum pernah diteliti sebelumnya. Ruang kosong
tersebut terletak pada kisah Maryam yang belum dikaji dengan pendekatan
psikologi emosi. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian
terhadap tafsir Qs. Maryam/19:16-33 dengan pendekatan psikologi emosi.

Dinda Aulia Putri, “Pengendalian Emosi Sedih Menurut al-Qur’an (Kajian Tafsir
11

Surah Yūsuf Ayat 86 dengan Pendekatan Psikologi)” (Skripsi S1., Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta, 2021).
12
Fatimah, “Psikologi Maryam dalam al-Qur'an.” Jurnal el-Thawalib, vol. 2, no. 6
(Desember 2021): 757-768.
11

G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi
pustaka (library research). Yakni jenis penelitian yang tidak
menggunakan angka-angka dalam mengelola datanya.13 Sedangkan
studi pustaka adalah jenis penelitian yang menjadikan tulisan
kepustakaan sebagai sumber referensinya yang bisa didapatkan dari
buku-buku, artikel-jurnal, makalah seminar, serta sumber-sumber
tertulis lainnya.14
2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Berikut sumber data primer dalam penelitian ini
1) Al-Qur’an dan Terjemah Kemenag 201915
2) Tafsīr al-Munīr karya Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015
M)
3) Tafsīr al-Sya’rāwī karya Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī
(w. 1418 H/1998 M)
4) Tafsīr Ibnu Kaṡīr karya Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M)
5) Tafsīr Fī Ẓilāl al-Qur'ān karya Syahid Sayyid Quṭb (w. 1386
H/1966 M)
6) Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab
7) Buku Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang
Emosi Manusia di dalam al-Qur'an karya M. Darwis Hude

13
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, ed. 1, cet. 3 (Jakarta: Rajawali Press,
2016), 15.
14
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, 122.
15
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Qur’an Kemenag in Microsoft Word versi
2.0 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2019).
12

b. Sumber data sekunder


Sumber data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah
buku-buku, artikel-jurnal, skripsi, tesis, dan website berbasis
digital yang pembahasannya linier dengan kajian penulis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan teknik dokumentasi yaitu menghimpun, membaca dan
mempelajari dokumen-dokumen pendukung penelitian. Data-data
tersebut didapatkan dari sumber-sumber kepustakaan. Dalam
mengumpulkan data penulis merujuk pada penafsiran Qs.
Maryam/19:16-33 dari berbagai kitab tafsir. Setelah tafsir ayat
didapatkan penulis menganalisis emosi yang terdapat di dalamnya.
Lalu menentukan bentuk-bentuk pengendalian emosi yang dilakukan
oleh Maryam berdasarkan teori yang telah dipilih sebelumnya.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis-isi (content analysis). Yaitu salah satu teknik analisis data
yang menganalisis suatu konten secara mendalam.16 Penulis akan
fokus menganalisis isi dari tafsir Qs. Maryam/19:16-33 dengan teori
pengendalian emosi yang dikemukakan oleh M. Darwis Hude.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi yang penulis gunakan antara lain
merujuk pada SK Rektor No. 507 Tahun 2017 tentang penulisan karya
ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Transliterasi Arab Latin SKB 2 Menteri No. 158 tahun 1987 serta
Penulisan Catatan Kaki dan Daftar Pustaka model Turabian (Chicago

16
Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, ed. 1, cet. 1 (Jakarta:
Rajawali Press, 2010), 283.
13

2). Adapun dalam pengutipan ayat-ayat al-Qur’an penulis


menggunakan Aplikasi Qur’an Kemenag in word versi terbaru 2021
dan terjemahan Qur’an Kemenag versi 2019.
H. Sistematika Penulisan
Penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika yang tersusun dalam
tiga bagian. Yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Masing-
masing bagian akan lebih dirincikan sebagaimana pemaparan di bawah ini.
Bagian awal terdiri dari Lembar Sampul, Lembar Judul, Lembar
Persetujuan Pembimbing, Lembar Pengesahan, Lembar Pernyataan
Keaslian Karya, Abstrak, Kata Pengantar, Lembar Pedoman Transliterasi,
dan Daftar Isi.
Bagian tengah terdiri dari 5 BAB yang dirincikan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini bertujuan memberikan gambaran umum dari
penelitian, dengan sub bab sebagai berikut: Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Teoritis Tentang Emosi. Bab ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang emosi menurut psikologi dan al-Qur’an
kemudian teori pengendalian emosi yang dijelaskan pada Bab ini akan
penulis gunakan di Bab IV nanti. Di dalamnya berisi penjelasan emosi
secara umum, penggambaran emosi di dalam al-Qur’an dan teori
pengendalian emosi.
BAB III Profil Maryam. Bab ini bertujuan memberikan penjelasan
tentang kisah Maryam binti ‘Imrān dalam tafsir al-Qur’an yang nantinya
akan penulis analisis di Bab IV. Di dalamnya berisi profil Maryam binti
‘Imrān, Maryam sebagai wanita pilihan Allah, persepsi tentang Maryam
dan kisah Maryam sejak lahir hingga kelahiran Nabi Isa As.
14

BAB IV Analisis Pengendalian Emosi oleh Maryam. Bab ini


bertujuan menganalisis kisah Maryam dengan mengaplikasikan teori
pengendalian emosi menurut M. Darwis Hude pada tafsir Qs.
Maryam/19:16-33. Di dalamnya berisi tafsir Qs. Maryam/19:16-33 dan
analisis penulis tentang emosi yang terdapat di dalam tafsir serta bentuk-
bentuk pengendalian emosi yang Maryam lakukan atas ujian-ujian hidup
yang menimpa dirinya.
BAB V Penutup. Bab ini bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian
pada Bab I. Di dalamnya terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan
bertujuan untuk menjawab rumusan masalah pada Bab I dan saran bertujuan
untuk memberikan rekomendasi bagi pembaca yang kemudian dapat
dijadikan pertimbangan kajian berikutnya.
Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka. Daftar pustaka bertujuan
untuk melampirkan daftar buku, skripsi, tesis, artikel-jurnal serta website
yang penulis jadikan rujukan dalam penelitian ini.
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG EMOSI
A. Emosi secara Umum
Pemakaian kata emosi di masyarakat berbeda pemahamannya dengan
pemakaian kata emosi dalam psikologi. Dalam kehidupan bermasyarakat,
kata emosi lekat dengan kondisi marah. Sebagai contohnya adalah ketika
seseorang sedang mengendarai mobil kemudian tiba-tiba ia ditabrak oleh
motor dari arah yang berlawanan. Seketika pemilik mobil itu marah-marah
kepada pengendara motor tersebut. Orang-orang yang berada di sekitar itu
tentu akan mengatakan kepada pemilik mobil tersebut agar jangan emosi.
Contoh lainnya, seorang teman memarahi teman lainnya karena merusak
barang pribadinya. Lantas temannya yang lain segera berkata, “Sudahlah
jangan emosi”. Di sisi lain jika seseorang baru saja lolos dari kejaran anjing
buas maka tidak dikatakan kepadanya jangan emosi melainkan jangan takut.
Emosi digunakan untuk mengekspresikan perasaan marah padahal ternyata
dalam psikologi emosi tidak hanya berarti kondisi marah melainkan
maknanya lebih luas dari itu.
Emosi menurut Oxford English Dictionary, adalah strong feeling
deriving from one's circumstances mood.1 Yaitu suatu perasaan yang kuat,
yang berasal dari keadaan jiwa seseorang. Sedangkan dalam (KBBI) Kamus
Besar Bahasa Indonesia emosi ialah luapan perasaan yang berkembang dan
surut dalam waktu singkat.2 Kata emosi berasal dari gabungan dua kata,
yaitu e dan movere dalam bahasa Latin3 atau motion dalam bahasa Inggris.4

1
Angus Stevenson, Oxford English Dictionary (Oxford University Press: 2010),
574.
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 201.
3
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), 12.
4
M. Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia
di dalam al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), 16.

15
16

Kata e berarti energi dan movere “menggerakkan, bergerak”5 serta motion


berarti getaran.6 Dengan demikian emosi dapat diartikan sebagai suatu
energi yang bergerak dan bergetar. Adapun beberapa pengertian emosi
menurut para ahli ialah:
Caplin, (dalam Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra),
Manajemen Emosi 2009, emosi ialah suatu keadaan manusia yang
terangsang dari makhluk hidup mencakup perubahan-perubahan dasar,
sifatnya mendalam, dan bentuk perubahan perilaku.7
Daniel Goleman menyatakan bahwa,
“Emosi merupakan pergulatan pikiran, perasaan, nafsu, dan keadaan
mental yang meluap-luap. Emosi juga merupakan keadaan biologis
dan psikologis serta serangkaian kecenderungan yang ada pada setiap
diri manusia dalam hampir dan setiap tindakan manusia didorong oleh
adanya emosi tersebut. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah
ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi.”8

Zikri Neni Iska mengatakan dalam bukunya Psikologi Pengantar


Pemahaman Diri dan Lingkungan, emosi adalah setiap keadaan diri
seseorang yang diiringi dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah
maupun pada tingkat yang kuat.9
Dengan demikian dapat dipahami bahwa emosi adalah bentuk
ekspresi diri berupa perasaan maupun tindakan yang disebabkan oleh suatu
rangsangan di keadaan tertentu.
Menurut M. Darwis Hude dalam bukunya Emosi: Penjelajahan
Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam al-Qur’an, penyebab

5
M. Darwis Hude, Emosi, 16.
6
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 12.
7
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 12.
8
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997), 7.
9
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta:
Kizi Brother’s, 2006), 104.
17

emosi bersifat sangat kompleks dan objek-objeknya bersifat relatif. Objek-


objek tertentu dapat membangkitkan emosi pada sebagian orang dan tidak
membangkitkan emosi pada sebagian orang lainnya atau pada waktu
tertentu dapat memunculkan emosi pada seseorang sedangkan tidak muncul
di waktu lainnya. Berikut beberapa contoh objek yang dapat mendatangkan
emosi seperti makhluk biologis, materi dan energi, peristiwa alam, sikap
dan tingkah laku, simbol dan grafis, suara dan getaran, fantasi dan ilusi dan
lain sebagainya.10 Pendapat ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh
Akhmad Fajar Prasetya dan I Made Sonny Gunawan dalam bukunya,
menurut keduanya penyebab emosi adalah interaksi dari manusia itu sendiri
terhadap dirinya, orang lain dan lingkungannya. Timbulnya emosi juga
berkaitan erat dengan kondisi tubuh, denyut jantung, sirkulasi darah dan
pernafasan.11
Menurut Rena Latifa, terdapat dua tipe cara individu dalam
mengekspresikan perasaan dan emosinya yakni ekspresi positif dan negatif.
Ekspresi positif ialah kemampuan individu dalam mengutarakan
perasaannya serta membiarkan orang lain mengetahui apa yang ada dalam
hati dan pikirannya. Sedangkan emosi negatif ialah kebalikannya. Individu
yang berekspresi secara negatif ialah yang menyembunyikan perasaannya
dan tidak ingin orang lain mengetahui perasaan dan pikirannya.12
Sedangkan menurut M. Darwis Hude, emosi manusia dapat dipahami
melalui ekspresi. Ekspresi emosi itu tergambar pada wajah, suara, sikap,
tingkah laku dan lain-lain. Contoh ekspresi emosi pada wajah adalah pucat,
merah, berseri-seri dan murung. Pada suara contoh ekspresinya adalah
berteriak, tertawa, dan mencaci maki. Adapun ekspresi emosi pada sikap

10
M. Darwis Hude, Emosi, 29-33.
11
Akhmad Fajar Prasetya dan I Made Sonny Gunawan, Mengelola Emosi
(Yogyakarta: K-Media, 2018), 42.
12
Rena Latifa, Psikologi Emosi (Depok: Rajawali Press, 2018), 39.
18

dan tingkah laku cakupannya sangat luas. Semua bentuk sikap dan tingkah
laku dapat memberikan gambaran emosi yang sedang dirasakan oleh
seseorang seperti menangis, berbagi makanan, menolong orang lain dan
sebagainya. Pada kasus-kasus emosi berat dapat dijumpai orang-orang yang
syok berat bahkan pingsan. Hal itu tidak lain adalah bentuk ekspresi emosi
yang sedang dirasakan.13
Emosi manusia jika ditinjau dari dampak yang ditimbulkan terbagi
menjadi dua kategori umum, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi
positif adalah emosi yang mampu memberikan efek pada jiwa berupa
ketenangan dan rasa menyenangkan. Seperti rasa tenang, gembira, santai,
rileks, lucu, haru dan senang. Ketika jiwa kita merasakan seperti rasa
tersebut maka itulah yang disebut dengan emosi positif. Emosi negatif
menghadirkan kebalikan dari emosi positif yaitu perasaan yang tidak
menyenangkan dan menyusahkan seperti sedih, marah, kecewa, putus asa,
depresi, dendam dan lainnya.14
Menurut Rena Latifa dalam bukunya Psikologi Emosi terdapat tiga
fungsi dari emosi yaitu survival, energizer dan messenger. Survival dalam
emosi berfungsi sebagai sarana untuk mempertahankan hidup, energizer
berfungsi sebagai pembangkit energi dan messenger berfungsi sebagai
pembawa pesan.15 Sedangkan menurut Dayakisni dan Yuniardi dalam buku
Mengelola Emosi secara ringkas dikatakan bahwa fungsi emosi ialah
sebagai berikut: 1) Membantu seseorang mempersiapkan tindakan, seperti
rasa takut yang dirasakan oleh seseorang terhadap anjing yang sedang
menggonggong membuat orang tersebut adalah berlari menghindar, rasa
takut memberikan informasi kepada diri untuk mengambil tindakan, 2)

13
M. Darwis Hude, Emosi, 46-53.
14
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 13.
15
Rena Latifa, Psikologi Emosi, 7.
19

Membentuk perilaku yang akan datang, seperti pengalaman seseorang yang


pernah dikejar oleh anjing, ia akan ingat kejadian tersebut sehingga
dikemudian hari ia akan menghindari tempat dan kejadian yang serupa, dan
3) Membantu untuk mengatur interaksi sosial, seperti seseorang yang
diketahui sedang sedih dari ekspresi wajahnya. Ekspresi itu membuat orang
lain tahu bahwa tidak saatnya ia mengajak orang tersebut bergurau.16
B. Penggambaran Emosi dalam Al-Qur'an

Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kosa kata khusus yang memiliki arti

emosi namun menurut Rāgib al-Aṣfahāhī dalam bukunya Mufrodāt al-Fāẓ

al-Qur’ān dengan kata kunci ‫فعل‬, beliau menjelaskan bahwa dari sisi fā’il

(subyek atau pelaku) perbuatan terdiri dari maf’ul dan munfa’il. Maf’ul

ialah tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sadar oleh pelaku.

Sedangkan munfa’il ialah tindakan atau perbuatan pelaku yang terjadi tanpa

disadari atau diniatkan oleh pelaku, seperti memerahnya pipi karena rasa

malu akibat mendapat pujian, rasa gembira atas nyanyian, dan bergetar

orang yang jatuh cinta ketika melihat orang yang dicintai. Sehingga dapat

dikatakan bahwa segala bentuk perbuatan manusia disebut dengan emosi

atau perasaan.17 Hal ini semakna dengan pendapat M. Darwis Hude dalam

bukunya Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia


di dalam al-Qur’an. M. Darwis Hude menjelaskan bahwa di dalam al-

Qur’an tidak dijumpai kosa kata yang berdenotasi dengan kata emosi, tetapi

ditemukan banyak ayat yang berbicara tentang perilaku manusia yang

16
Akhmad Fajar Prasetya dan I Made Sonny Gunawan, Mengelola Emosi, 45-46.
17
Rāgib al-Aṣfahāhī, Mufradāt al-Fāẓ al-Qur’ān, cet. 2 (Damaskus: Dār al-Qalam,
1997), 641
20

mengandung emosi dalam kehidupan sehari-hari18 seperti emosi marah,

gembira, sedih, takut dan lain sebagainya. Pada sebagian ayat bentuk emosi

digambarkan dengan nama emosi seperti emosi marah dituliskan dengan

kata ‫كظيم‬, emosi sedih dituliskan dengan ‫حز ُن‬, emosi senang dituliskan

dengan ‫سرورا‬ dan lain sebagainya. Pada sebagian ayat yang lain emosi

digambarkan langsung dengan perilaku manusia seperti ayat berikut:


َ ْ ُّ َ ْ ْ َ َ ٰ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ ْ َّ َّ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ٰ ْ ُ
‫قل ا ِمنوا ِب ْٓه او لا تؤ ِ نواِۗ ِان ال ِذين اوتوا ال ِعلم ِمن قب ِل ْٓه ِاذا يتلى علي ِهم يِخرون‬
‫م‬
َ ْ ُّ َ َ ً ْ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ٰ ْ ُ َ ْ ُ ْ ُ َ َّ ً َّ ُ َ َْ ْ
َ
‫ويِخرون‬١٠٨ ‫ ويقولون سبحن ر ِبنآْ ِان كان وعد ر ِبنا لمفعولا‬١٠٧ٍۙ‫ان سجدا‬ ِ ‫ِللاذق‬
ً ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َْ ْ
١٠٩ ۩ ‫ان يبكون وي ِزيدهم خشوعا‬ ِ ‫ِللاذق‬
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Berimanlah kamu kepadanya (al-
Qur’an) atau tidak usah beriman (itu sama saja bagi Allah)!
Sesungguhnya orang-orang yang telah diberi pengetahuan
sebelumnya, apabila (al-Qur’an) dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkurkan wajah (dengan) bersujud.” Mereka berkata,
“Mahasuci Tuhan kami. Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti
terlaksana.” Mereka menyungkurkan wajah seraya menangis dan ia
(al-Qur’an) menambah kekhusyukan mereka.” (Qs. al-Isrā/17: 107-
109)
ْ َ ٌ ْ َ ٌ ْ َ َ ً ْ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ
ً ْ َ ْ ْ َ َّ ْ َ ُ ‫ه‬ َ
ِۗ‫قال بل سولت لكم انفسكم امراِۗفصبر ج ِميلِۗعسى اّٰلل ان يأ ِتي ِني ِب ِهم ج ِميعا‬
ُ ٰ ْ َ ْ َّ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ٰ َ ٰ َ َ ٰٓ َ َ َ ْ ُ ْ َ ‫َ َ َ ه‬ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ ٗ َّ
‫وتولى عنهم وقال ياسفى على يوسف وابيضت عينه‬٨٣ ‫ِانه هو الع ِليم الح ِكيم‬
َ َ ُْْ َ
ٌ ْ َ ُ
٨٤ ‫ِمن الحز ِن فهو ك ِظيم‬
“Dia (Ya‘qub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang
memandang baik urusan (yang buruk) itu. (Kesabaranku) adalah
kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka
semua kepadaku. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.” Dia (Ya‘qub) berpaling dari
mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Alangkah kasihan Yusuf,”

18
M. Darwis Hude, Emosi, 19.
21

dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia adalah orang
yang sungguh-sungguh menahan (amarah dan kepedihan).” (Qs.
Yūsuf/12: 83-84)
Pada ayat di atas, emosi manusia terlihat dari tindakan manusia itu
sendiri. Seperti pada Qs. al-Isrā/17: 107-109, emosi sedih orang-orang
beriman terlihat dari sikap sujudnya mereka sambil menangis ketika
dibacakan al-Qur’an.19 Kemudian pada Qs. Yūsuf/12: 83-84, emosi sedih
dan marah Nabi Ya’qub As. terlihat dengan sikap berpaling dari anak-
anaknya (selain Nabi Yusuf As. dan Benyamin). Ia merasa sedih sebab
Kakak-kakaknya Yusuf As. tidak bisa menjaga Yusuf As. ketika kecil dan
menjaga Benyamin ketika pergi ke Mesir.20
Emosi yang dialami manusia sangat beragam dan cakupannya sangat
luas. Namun menurut M. Darwis Hude perlu dibedakan terlebih dahulu
mana emosi dasar dan mana emosi campuran.21 Para ahli psikologi berbeda
pendapat dalam mengelompokkan emosi dasar dan emosi campuran.
Menurut Daniel Goleman, emosi dasar terdiri dari kemarahan, kesedihan,
takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.22 Sedangkan R.
Plutchik (dalam M. Darwis Hude), Emosi 2006, ia mengatakan bahwa
terdapat beberapa emosi dasar dan empat di antaranya selalu disebut para
ahli yaitu kegembiraan (joy), ketakutan (fear), kesedihan (sadness) dan
kemarahan (anger).23 Kemudian dikatakan oleh M. Darwis Hude, selain
keempat emosi dasar yang disepakati masih ada emosi yang ditandai
sebagai emosi dasar namun belum disepakati oleh para ahli psikologi yaitu

19
Ibnu Kaṡīr, Tafsir Ibnu Kasīr, jilid 5, cet. 1, terj. M. Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 223.
20
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 6, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 509-510.
21
M. Darwis Hude, Emosi, 22.
22
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya, 409-410.
23
M. Darwis Hude, Emosi, 22.
22

emosi benci dan heran.24 M. Darwis Hude dalam bukunya mengambil


pendapat enam emosi dasar tersebut yaitu senang, marah, sedih, takut, benci
dan heran. Ia memberikan beberapa contoh ayat-ayat al-Qur’an yang
mengandung unsur-unsur emosi dasar manusia antara lain sebagai berikut:
1. Emosi Senang
Qs. al-Insān/76:8-9
ُ َ
ْ‫ اَّن َما ُن ْطع ُمكم‬٨ ‫ام َع ٰلى ُحبه م ْسك ْي ًنا َّو َيت ْي ًما َّواس ْي ًرا‬ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ
َ ‫الط َع‬ ‫ويط ِعمون‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ْ ُْ ُ َ ‫ه‬ ْ َ
ً َّ ً
٩ ‫اّٰلل لا ن ِريد ِمنكم جزاۤء ولا شكورا‬ ِ ‫ِلوج ِه‬

“8. Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada


orang miskin, anak yatim, dan tawanan. 9. (Mereka berkata,)
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya demi
rida Allah. Kami tidak mengharap balasan dan terima kasih
darimu.”
Pada ayat ini digambarkan ekspresi emosi senang dalam bentuk
perbuatan. Di mana orang-orang beriman senang memberi hartanya
kepada orang lain. Ia tidak mengharapkan apa pun kecuali rida dari
Allah Swt. Sebagaimana diketahui jika seseorang memberi dengan
ikhlas maka hatinya pasti akan senang atau bahagia.25
2. Emosi Marah
Qs. Āli ‘Imrān/3:119
ُ ْ
ْ‫ولاۤء ُتح ُّب ْو َن ُه ْم َو َلا ُيح ُّب ْونَ ُك ْم َو ُت ْؤم ُن ْو َن بالك ٰتب ُكلهِۚ َو َذا َل ُق ْوك ْم َق ُالوْٓا‬
َ ُ ُ ْ َ ٰٓ
ِ‫ِ ِ ِ ِ ا‬ ِ ِ ِ ِ ‫هانت ْم ا‬
َّ ُ َ ُ ْ ُ َْ َ َ َ ْ ُ َ َ ُّ َ َ َ َ َّ ٰ
‫ا َمناۖ َواِ ذا خل ْوا عض ْوا عل ْيك ُم الان ِامل ِم َن الغ ْي ِظِۗ قل ُم ْوت ْوا ِبغ ْي ِظك ْمِۗ ِان‬
ُ ُّ َ ٌ ْ َ َ‫ه‬
١١٩ ‫ات الصد ْو ِر‬ ِ ‫اّٰلل ع ِليم ٌِۢبذ‬

24
M. Darwis Hude, Emosi, 24.
25
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 14, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 651.
23

“Begitulah kamu. Kamu menyukai mereka, padahal mereka


tidak menyukaimu, dan kamu beriman pada semua kitab.
Apabila mereka berjumpa denganmu, mereka berkata, “Kami
beriman.” Apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung
jari karena murka kepadamu. Katakanlah, “Matilah kamu karena
kemurkaanmu itu!” Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala isi hati.”
Pada ayat ini bentuk emosi dipaparkan dengan sikap dan tingkah
laku. Di mana orang-orang kafir tampak berpura-pura baik di hadapan
kaum muslimin. Ketika mereka telah berpisah dari kaum muslimin
sesungguhnya mereka tidak menyukai kaum muslimin.26 Mereka
marah dengan marah yang sangat besar (murka) dibuktikan dengan
menggigit jari mereka.
3. Emosi Sedih
Qs. Yūsuf/12:13

ْ
ُ ْ َ ْ ُ َْ َ ُ ْ ُ َ ُ َّ ْ َ ُ َ َ َ ْ ‫َق َال ان ْي َل َي ْح ُز ُنن ْي َا ْن َت ْذ َه ُب‬
‫الذئب وانتم عنه‬ ِ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫اف‬ ‫خ‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ب‬ِ ‫ا‬‫و‬ ْٓ ِ ِِ
َ ُ ٰ
١٣ ‫غ ِفل ْون‬

“Dia (Ya‘qub) berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu


bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir
serigala akan memangsanya, sedangkan kamu lengah darinya.”
Pada ayat ini ekspresi sedih disampaikan langsung oleh
seseorang yang mengalami gejolak emosi. Ada kalanya emosi hanya
tergambar dari ekspresi wajah dan tingkah laku saja tanpa pengakuan
langsung namun ada kalanya pula seseorang yang bergejolak emosi
mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan.

26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 2, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 189.
24

4. Emosi Takut
Qs. Ṭāhā/20:67-68

ٰ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َ َ ْ ُ ٰ ْ ُّ ً َ ْ َْ َ َ ََْ
ْ
٦٨ ‫ قلنا لا تخف ِانك انت الاعلى‬٦٧ ‫فاوجس ِفي نف ِسه ِخيفة موسى‬

“Maka, terlintaslah dalam hati Musa (perasaan) takut. Kami


berfirman, “Jangan takut! Sesungguhnya engkaulah yang paling
unggul.”
Pada ayat ini ekspresi emosi takut digambarkan lewat nama
emosi itu sendiri. Allah Swt. menceritakan bahwa Nabi Musa As.
menyimpan rasa takut di hatinya saat ditantang oleh Fir’aūn dan
tukang sihirnya. Oleh karena itu, Allah Swt. firmankan kepada Nabi
Musa As. agar jangan takut sebab kamulah yang paling unggul di
antara mereka.27
5. Emosi Benci
Qs. al-Syu’arā/26:168-169

َ ْ ُ َ ْ َ َّ ْ َ َ ْ َ َ َْ َْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ
ْ
١٦٩ ‫ ر ِب ِنج ِني واه ِلي ِِما يعملون‬١٦٨ ِۗ‫قال ِاِني ِلعم ِلكم ِمن القالِ ين‬

“Dia (Lut) berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang


yang sangat benci terhadap perbuatanmu.” (Lut berdoa,)
“Wahai Tuhanku, selamatkanlah aku dan keluargaku dari apa
yang mereka perbuat.””
Pada ayat ini emosi yang muncul adalah rasa benci yang
disampaikan melalui kata-kata. Sehingga lawan bicara dapat
mengetahui secara langsung kondisi emosi lawan bicaranya. Di mana
Nabi Lut As. menyampaikan secara langsung bahwa ia benci kepada
kaumnya yang berbuat homo seks.

27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 8, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 328.
25

6. Emosi Heran dan Kaget


Qs. al-Insyiqāq/84:10-13

ٰ ْ َ َّ ً ْ ُ ُ ْ ُ َْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ٗ َ ٰ َ ْ ُ ْ َ ََّ َ
‫ ويصلى‬١١ ٍۙ‫ فسوف يدعوا ثبورا‬١٠ ٍۙ‫واما من ا ِوتي ِكتبه وراۤء ظه ِره‬
ْ َْ َ َ ٗ َّ
١٣ ِۗ‫ ِانه كان ِف ْ ْٓي اه ِله َمس ُر ْو ًرا‬١٢ ِۗ‫َس ِع ْي ًرا‬
“10. Adapun orang yang catatannya diberikan dari belakang
punggungnya, 11. dia akan berteriak, “Celakalah aku!” 12. Dia
akan memasuki (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala). 13.
Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan
keluarganya (yang sama-sama kafir).
Pada ayat ini ekspresi emosi digambarkan lewat tingkah laku.
Di mana ketika seseorang mendapatkan suatu kabar baik atau buruk
atau sedang berada di kondisi tertentu maka muncul reaksi spontan
seperti yang tergambar pada ayat ini.
C. Bentuk-Bentuk Pengendalian Emosi dalam Perspektif Psikologi
Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia
khususnya untuk mengurangi ketegangan yang timbul akibat emosi yang
memuncak dan mencegah timbulnya dampak buruk dari emosi yang tak
terkendali atau terekspresikan secara berlebihan. Menurut Hurlock,
“Pengendalian emosi adalah merupakan suatu bentuk usaha yang
menitikberatkan pada penekanan reaksi yang tampak terhadap suatu
rangsangan yang menimbulkan emosi dan mengarahkan energi emosi
tersebut ke suatu bentuk ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima
oleh lingkungan.”28
Dalam psikologi terdapat banyak cara untuk mengendalikan emosi,
seperti yang termuat dalam buku Mengelola Emosi yang ditulis oleh
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, dikatakan bahwa cara-cara
mengendalikan emosi ialah dengan teknik please master, terapi

28
Elizabeth Bergner Hurlock, Personality Development (New Delhi: Tata McGraw-
Hill, 1974), 231.
26

restrukturisasi kognitif, terapi relaksasi, terapi humor, terapi musik, terapi


bermain, teknik pernafasan, latihan olahraga dan lainnya.29 Namun dalam
penelitian ini penulis memilih teori pengendalian emosi yang dikemukakan
oleh M. Darwis Hude yang terdapat dalam bukunya Emosi: Penjelajahan
Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam al-Qur’an. Adapun
pemilihan teori ini adalah karena di dalam bukunya pembahasan tentang
emosi dijelaskan dari sudut pandang al-Qur’an dan Psikologi. M. Darwis
Hude membagi model pengendalian emosi ke dalam beberapa model, yaitu
model pengalihan, penyesuaian kognisi, coping dan model-model lainya
seperti regresi, relaksasi dan penguatan (reinforcement). Berikut adalah
model-model pengendalian emosi yang dikemukakan oleh M. Darwis
Hude:
1. Model Pengalihan (Displacement)
Interaksi sosial adalah hal yang pasti dilakukan oleh setiap
manusia. Suatu keniscayaan jika manusia tidak melakukan interaksi
karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang
lain. Proses interaksi tak selalu berjalan damai, ada kalanya interaksi
memunculkan konflik yang dapat memicu timbulnya emosi. Jika kadar
emosinya tinggi maka dapat memicu ketegangan dan menimbulkan
masalah kesehatan. Oleh karena itu, dibutuhkan cara-cara untuk
mengurangi kemungkinan masalah yang umum terjadi seperti stres dan
depresi. Salah satu cara mengendalikan emosi adalah dengan melakukan
pengalihan emosi kepada objek yang lain atau displacement.30 Bentuk-
bentuk pengalihan emosi ini dapat berupa katarsis, manajemen ‘anggur
asam’ (rasionalisasi) dan żikrullāh.

29
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, 115.
30
M. Darwis Hude, Emosi, 264.
27

Katarsis adalah bentuk melampiaskan emosi kepada benda lain,


misalnya seorang karyawan yang dimutasi oleh atasannya ke posisi yang
tidak diinginkan karena itu ia tampak sangat kesal. Namun kesal tersebut
tidak dapat ia lampiaskan pada atasannya. Ketika pulang ke rumah
seekor kucing mendekatinya. Sontak ia menendang kucing tersebut
sebagai bentuk pelampiasan marahnya. Bentuk pelampiasan marah pada
objek lain (bukan pada atasan yang menjadi sumber marah utama) ini
disebut dengan displacement dalam bentuk katarsis.
Manajemen ‘Anggur Asam’ atau Rasionalisasi adalah proses
pengalihan dari satu tujuan yang tidak tercapai kepada bentuk yang
diciptakan dalam bentuk persepsi. Istilah ‘anggur asam’ diadopsi dari
sebuah cerita dongeng Aesop: Di sebuah perkebunan yang dipenuhi
anggur-anggur manis yang siap panen, tiba-tiba muncul seekor rubah
yang berusaha keras untuk menggapai anggur-anggur itu, namun sayang
sekali, usaha itu tidak berhasil. Karena itu ia pergi meninggalkan kebun
itu dengan kesal seraya mengatakan: “Ah, anggur itu asam.” Anggapan
bahwa anggur itu asam adalah bentuk pengalihan terhadap
ketidakmampuannya menggapai anggur yang sebenarnya terasa manis.
Hal itu dilakukan untuk menenangkan hatinya. Dalam berbagai literatur
istilah ini disebut dengan rasionalisasi. Ada dua tujuan dari rasionalisasi,
yaitu mengurangi kekecewaan dan memberikan motif alasan yang baik
sehingga tidak menyalahkan kegagalan itu sendiri. Sejalan dengan hal
ini al-Qur’an memberikan petunjuk untuk melakukan rasionalisasi, yaitu
dengan beranggapan bahwa kebaikan datangnya dari Allah dan
keburukan datangnya dari manusia itu sendiri.
Żikrullāh (mengingat Allah) merupakan salah satu model
pengalihan dari masalah yang dihadapi. Dengan mengingat Allah (baik
dalam bentuk kalimat ṭoyyibah, wirid, doa dan tilawah al-Qur’an) hati
28

akan merasa tentram dalam menghadapi masalah. Emosi positif yang


memancar dalam bentuk żikrullāh mampu menghadang emosi-emosi
negatif. Żikrullāh berfungsi mengalihkan emosi negatif ke emosi positif.
2. Model Penyesuaian Kognisi (Cognitive Adjustment)
Peristiwa-peristiwa emosional di lingkungan sekitar memberikan
sumbangsih pengalaman hidup. Pada posisi itu manusia dapat memilih
cara pandang yang ingin digunakan seperti cara pandang positif atau
negatif. Cara pandang itu dapat disebut dengan kognisi. Kognisi
memiliki pengaruh terhadap sikap dan perilaku manusia, misalnya uang
dua puluh ribu rupiah terasa kecil dibawa ke supermarket dan terasa
besar jika dibawa ke kotak amal. Pertandingan sepakbola sembilan puluh
menit terasa cepat berlalu sedangkan lima belas menit membaca al-
Qur’an atau berzikir terasa lama. Hal itu terjadi karena kognisi manusia
terbalik atau berputar. Jika cara pandang tersebut diubah maka hasilnya
akan berbeda. Demikian kognisi berperan meredakan emosi negatif
sesuai cara pandang mana yang dipilih. Penyesuaian kognisi (cognitive
adjustment) ialah cara yang dipakai untuk menilai suatu berdasarkan cara
pandang yang dapat disesuaikan dengan keinginan subjek seperti
ḥusnuẓan, empati dan altruisme.31
Ḥusnuẓan atau atribusi positif adalah suatu mekanisme yang
menempatkan persepsi dalam wacana positif. Setiap masalah selalu
dilihat aspek positifnya dan disingkirkan aspek negatifnya. Empati
adalah sikap memahami keadaan orang lain sesuai dengan cara pandang
orang tersebut. Kesadaran berempati dapat menambah pengalaman
tentang bagaimana cara menurunkan gejolak emosi ketika peristiwa
yang sama menimpa diri sendiri. Altruisme ialah sikap memperhatikan
dan mengutamakan kepentingan serta kebaikan orang lain. Membantu

31
M. Darwis Hude, Emosi, 270-271.
29

urusan atau memenuhi kebutuhan orang lain dapat membuat seseorang


merasa senang.32 Dengan demikian hal itu dapat memperbaiki kondisi
emosi negatif menjadi positif.
3. Model Coping
Model lain dalam pengendalian emosi ialah coping. Coping
bermakna menanggulangi, menerima, atau menguasai33 sehingga segala
sesuatu yang terjadi pada diri dapat diterima, ditanggulangi/diatasi, dan
dikuasai semampunya. Coping sering dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, pengalaman dalam menghadapi masalah, faktor lingkungan,
kepribadian, konsep diri, faktor sosial dan lain-lain sangat berpengaruh
pada kemampuan individu dalam menyelesaikan masalahnya.34
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada banyak
persoalan-persoalan yang tidak mudah untuk mengatasinya. Ada kalanya
takdir jauh dari harapan maka cara pengendalian emosinya adalah
dengan melakukan coping. Bentuk-bentuk coping antara lain adalah
sabar-syukur, memberikan maaf dan adaptasi-adjustment.35 Dengan
bersabar dan bersyukur seseorang akan mampu menahan emosi negatif
yang menekan. Lalu dengan syukur manusia akan merasa bahwa segala
kenikmatan berasal dari Allah Swt. dan akan kembali pada Allah Swt.
Sabar-syukur menjadi dua sisi kehidupan yang harus diisi oleh manusia.
Jika mendapat kenikmatan maka harus disyukuri dan jika mendapat
sesuatu yang tidak diinginkan maka disikapi dengan sabar. Atas setiap

32
Irawan Sapto Adhi, “11 Cara Meningkatkan Hormon Endorfin Pereda Rasa Sakit
dan Stres,” Diakses, 10 Oktober, 2022
https://health.kompas.com/read/2021/06/22/210200568/11-cara-meningkatkan-hormon-
endorfin-pereda-rasa-sakit-dan-stres?page=all
33
M. Darwis Hude, Emosi, 278.
34
Siti Maryam, “Strategi Coping: Teori dan Sumberdayanya”. Jurnal Konseling
Andi Matappa, vol. 1, no. 2 (Agustus 2017): 102.
35
M. Darwis Hude, Emosi, 283.
30

kejadian dalam hidup manusia perlu memberikan maaf pada diri sendiri
dan orang lain serta beradaptasi-adjusment atas segala kondisi yang ada.
Coping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa
menekan, menantang, membebani dan melebihi sumber daya (resources)
yang dimiliki.36 Jika takdir yang terjadi tidak sesuai dengan harapan
kemudian manusia menolaknya maka akan terjadi tekanan yang dapat
mengakibatkan stres. Oleh karena itu manusia perlu mengendalikan
emosi dengan cara coping (sabar-syukur, memberikan maaf dan
beradaptasi-adjusment) agar tidak terjadi stres yang dapat berakibat
buruk terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Model-model lain
1) Regresi
Regresi adalah suatu bentuk mekanisme pertahanan diri dengan
cara mundur dari perkembangan lebih tinggi ke lebih rendah.37
Maksudnya adalah menjauh atau meninggalkan suatu masalah agar
masalah tersebut tidak menjadi lebih besar. Dalam konteks al-Qur’an
yang menjadi salah satu bentuk regresi ialah bertaubat yakni kembali
ke jalan Allah Swt. dari pelanggaran-pelanggaran maksiat dan pergi
menjauh dari konflik yang sedang terjadi.
2) Relaksasi
Jika seseorang lelah secara fisik maka ia membutuhkan
relaksasi atas ketegangan otot-otot tubuhnya. Begitu juga seseorang
yang telah mengalami ketegangan emosional maka ia perlu
melakukan relaksasi atas emosi tersebut. Bahkan sebelum ketegangan
memuncak sebaiknya relaksasi telah dilakukan. Relaksasi dapat
berbentuk menarik napas dalam-dalam, melemaskan otot, melihat

36
Siti Maryam, “Strategi Coping”, 102.
37
M. Darwis Hude, Emosi, 286-287.
31

pemandangan di luar, dan sebagainya. Adapun relaksasi yang


diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. ialah mengubah posisi saat
emosi dan berwudu.
3) Penguatan (Reinforcement)
Seseorang yang mengalami emosi takut, sedih dan cemas dalam
kehidupan sehari-hari sangat butuh penguatan atau reinforcement.
Sesuai dengan makna kata dasarnya “kuat”, penguatan
(reinforcement) mengandung makna menambahkan kekuatan pada
sesuatu yang dianggap belum begitu kuat. Makna tersebut ditujukan
kepada tingkah laku individu yang perlu diperkuat.38 Penguatan yang
dimaksud adalah berupa sugesti dari diri sendiri atau dari orang lain.
Sugesti tersebut dapat berupa bacaan ataupun penguatan perasaan.
Misalnya seseorang yang sedang takut karena hampir tertabrak motor
maka sugesti yang bisa dilakukan oleh diri sendiri adalah
mengucapkan syukur atau kalimat-kalimat ṭoyyibah lainnya.
Sedangkan sugesti yang bisa dilakukan oleh orang di sekitarnya
adalah menyampaikan kata-kata yang mampu memberikan
ketenangan bagi orang tersebut.

38
Amala Zain Intan Jadidah, “Strategi Penguatan (Reinforcement) Guru dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IV MI Miftahul Ulum Plosorejo Blitar
Tahun Ajaran 2018/2019” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Satu Tulungagung,
2019), 15.
32
BAB III
PROFIL MARYAM
A. Profil Maryam binti ‘Imrān
Maryam adalah satu-satunya wanita yang namanya diabadikan secara
jelas dalam al-Qur’an. Kata Maryam terulang sebanyak 34 kali1 dalam al-
Qur’an (redaksinya berbentuk Maryam, Maryam binti ‘Imrān atau Isā bin
Maryam) dan dijadikan nama surah ke-19. Ia juga merupakan ibu dari Nabi
Isa As. Nasabnya sampai kepada Nabi Daud As sebagaimana yang
diberitakan oleh Muhammad bin Iṣḥāq. Yakni Maryam binti ‘Imrān bin
Basyim bin Amun bin Misya bin Ḥizqiya bin Aḥriq bin Mauṡim bin
Azaziya bin Amṣiya bin Yawusy bin Ahrihu bin Yazim bin Yaḥfazyaṭ bin
‘Isya bin Aban bin Raḥba’am bin Dawud As.2 Adapun nasabnya menurut
al-Ṭabarī ialah Maryam binti ‘Imrān bin Yashum bin Amun bin Mansya bin
Hazqiya bin Ahziq bin Yauṡan bin Azaraya bin Amṣaya bin Yawisy bin
Ahziha bin Yarim bin Yahfasyaṭa bin Asabir bin Abaya bin Rahba'am bin
Sulaiman bin Dawud bin Ayyasy.3 Maryam lahir di daerah Naṣirah (Arab)
atau Nazareth (Ibrani), Palestina.4 Ayahnya bernama ‘Imrān5 yang
merupakan orang saleh dari kalangan Bani Israil.6 Ayahnya telah meninggal
saat ia masih di dalam kandungan. Sedangkan Ibunya bernama Ḥannah binti

1
Muḥammad Fu’ād ‘Abdul Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Fāẓi al-Qur’āni al-
Karīm (Kairo: Maktabah Dār al-Kutub), 665.
2
Ibnu Kaṡīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā, terj: Saefullah MS (Jakarta: Qisthi Press, 2015), 734.
3
Abū Ja’far Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 5, cet. 17, terj.
Beni Sarbeni (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 230.
4
Halimi Zuhdy, “Perempuan Suci, Pengabdi, Menjejak Langit Ilahi (Membincang;
Biografi, Hikmah dan Keteladanan Maryam binti ‘Imrān), Makalah disampaikan dalam
Seminar “Maria Menurut Pandangan Katolik dan Islam” (Aula Bruderan Budi Mulia
Lawang Malang: 21 Mei 2017), 2.
5
Namanya disebutkan dalam al-Qur’an serta ia dan keluarganya dijadikan salah
satu nama surah dalam al-Qur’an yakni surah Āli ‘Imrān (keluarga ‘Imrān).
6
Ainul Millah, Potret Wanita yang Diabadikan dalam al-Qur’an (Solo: Tiga
Serangkai, 2015), 117.

33
34

Faquẓ bin Qatil yang juga merupakan adik dari istri Nabi Zakaria As.7
Ḥannah mengandung Maryam di usia 50 tahun dan dalam riwayat lain ia
telah menopause.8
Masa kecil hingga dewasa (usia 13 tahun)9 Maryam mengabdikan diri
di Bait al-Maqdis10 sebagaimana nazar ibunya ketika ia masih dalam
kandungan. Selama berada di sana ia di bawah pemeliharaan Nabi Zakaria
As.11 Ia tumbuh sebagai anak perempuan yang taat beribadah. Hari-harinya
dihabiskan untuk beribadah dan berzikir serta membantu melayani orang-
orang di Bait al-Maqdis. Ia juga memiliki beberapa julukan di antaranya al-
‘Ażra’ (perawan), al-Ṭāhirah (yang suci), al-Qānitah (terus menerus
beribadah), al-Buṭūl (memutuskan diri selalu beribadah), al-Ṣiddīqah
(membenarkan kalimatullāh), dan al-‘Abidah (rajin melakukan
peribadatan).12 Ketika ia menginjak usia dewasa Malaikat Jibril
mendatanginya untuk memberikan kabar gembira tentang kehamilannya.
Awalnya ia kaget sebab bagaimana mungkin ia hamil tanpa menikah namun
setelah mendapatkan penjelasan dari Malaikat Jibril ia dapat menerima hal
tersebut.
Terdapat perbedaan kisah kehamilan Maryam dalam al-Qur’an dan
Bibel. Di dalam al-Qur’an sebagaimana telah diceritakan di atas sedangkan
dalam Bibel dijelaskan bahwa Malaikat Jibril datang ketika Maryam telah

7
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 5, cet. 17, 230.
8
Nor Faridatunnisa, “Intelektualitas Kisah Isa dan Maryam dalam al-Qur’an dan
Al-Kitab”. Jurnal Al-Risalah, vol. 16, no. 1 (Januari – Juni 2020): 92.
9
Nor Faridatunnisa, “Intelektualitas”, 94.
10
Bait al-Maqdis adalah suatu kawasan yang meliputi Masjid al-Aqsa dan daerah
di sekelilingnya yang terletak di Palestina. Ia merupakan tempat suci bagi agama Islam,
Nasrani dan Yahudi.
11
Nabi Zakaria As adalah pamannya Maryam. Jalur nasab itu ia dapatkan dari
Ibunya yakni Ḥannah (ibunya Maryam) adalah adik dari istri Nabi Zakaria As.
12
Halimi Zuhdy, “Perempuan Suci”, 3.
35

bertunangan dengan seseorang yang bernama Yusuf, sebagaimana yang


tertuang dalam Lukas. 1:26-27,

“Dalam bulan yang keenam Allah memerintahkan malaikat Gabriel


pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret”. “kepada seorang
perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari
keluarga Daud; nama perawan itu Maria”.13
Setelah Maryam mengetahui dirinya telah hamil, ia pergi sendiri
untuk mengasingkan diri hingga melahirkan. Setelah melahirkan ia kembali
kepada kaumnya dengan membawa Nabi Isa As. Setibanya di Bait al-
Maqdis Maryam mendapat cacian dan makian dari Bani Israil. Tak sepatah
pun perkataan Bani Israil yang ditanggapi oleh Maryam, ia hanya
memberikan isyarat untuk berbicara pada bayinya. Nabi Isa As. pun
berbicara dalam buaian dan menjelaskan kepada kaumnya tentang fakta
sebenarnya.
Tidak terdapat riwayat yang menjelaskan tentang Maryam setelah
lahirnya Nabi Isa As. hingga dewasa. Adapun dalam versi Kaum Nasrani
Nabi Isa As. dibesarkan oleh Maria (Maryam) di Mesir bersama dengan
Yusuf suaminya. Mereka pergi meninggalkan Nazareth, Palestina untuk lari
dari pembunuhan bayi yang dilakukan oleh raja yang sedang berkuasa.
Bertahun-tahun mereka tinggal di Mesir hingga sampai kabar bahwa sang
raja telah wafat maka mereka kembali ke Nazareth. Maryam masih hidup
beberapa tahun setelah Nabi Isa As. diangkat ke langit. Ia wafat di usia 56
tahun dan dimakamkan di Gereja Jasmaniyah (Gethsemane) atau di gunung
Ṭūr di luar pintu Asbat.14

13
Beko Hendro, “Studi Komparatif Karakteristik Maryam dan Isa dalam al-Quran
dan Bibel”. Jurnal Studi Agama 3, vol. 3, no. 2 (Desember 2019): 76.
14
Halimi Zuhdy, “Perempuan Suci”, 3.
36

B. Maryam Wanita Pilihan Allah


Maryam adalah wanita pilihan Allah Swt. Allah Swt. memilihnya
menjadi wanita mulia di antara seluruh wanita yang pernah ada. Kemuliaan
tersebut dapat diketahui melalui ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis-hadis
berikut:

َ ٰ َ ٰ َ ْ َ َ َّ َ َ ٰ َ ْ َ ‫ْ َ ٰۤ َ ُ ٰ َ ْ َ ُ َّ ه‬ َ َ ْ
َ
‫ىك على ِنسا ِۤء‬
ِ ‫ىك وطهر ِك واصطف‬ ِ ‫واِ ذ قال ِت الملىِٕكة يمريم ِان اّٰلل اصطف‬
َْ َ ْٰ
٤٢ ‫العل ِمين‬
“(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan
melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam (pada
masa itu).” (Qs. Āli ‘Imrān/3:42)

Menurut Ibnu Kaṡīr, Qs. Āli ‘Imrān/3:42 ini merupakan pemberitaan


Allah Swt. kepada Maryam melalui perantara Malaikat Jibril. Allah Swt.
telah memilih Maryam di antara seluruh wanita karena ibadahnya yang
banyak, kezuhudan, kemuliaan dan kesuciannya dari dosa dan bisikan
setan.15 Selain itu terdapat pula kemuliaan Maryam yang Allah Swt.
abadikan dalam ayat-ayat berikut:

ْ‫تح َت َع ْب َد ْين من‬َْ ََ َ ْ ُ َ َ ْ


َ َّ ْ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ َّ ً َ َ ُ ‫َ َ َ ه‬
ِ ِ ‫ضرب اّٰلل مثلا ِلل ِذين كفروا امرات نوح وامرات لوطِۗكانتا‬
َ‫الن َار َمع‬َّ َ ُ ْ َ ْ َّ ًٔ ْ َ ‫َ َ َ َ ْ َ َ َ ٰ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ َ ه‬
‫اّٰلل شيـا و ِقيل ادخلا‬ ِ ‫ادنا ص ِالحي ِن فخانتهما فلم يغ ِنيا عنهما ِمن‬ ِ ‫ِعب‬
َ َ َ َ ٰ َّ ً ُ ‫َ َ َ ه‬
ْ‫اّٰلل َم َثلا ِلل ِذيْ َن ا َم ُنوا ْام َرا َت ِف ْر َع ْونَۘ ِا ْذ قال ْت َر ِب ْابن ِلي‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ِ
‫ه‬
َ ‫ وض‬١٠ ‫الد ِخل ْي َن‬
ِ
َْ ‫ه‬ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َ ََّ ْ ًْ َ َ ْ
١١ ٍۙ‫ِعندك َبيتا ِفى الجن ِة و ِنج ِني ِمن ِفرعون وعم ِله و ِنج ِني ِمن القو ِم الظ ِل ِمين‬
ْ

ْ َ َّ َ َ َ ْ ََ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ َ
‫َو َم ْر َي َم ْابنت ِع ْم ٰرن ال ِت ْ ْٓي احصنت ف ْرج َها فنفخنا ِف ْي ِه ِم ْن ُّر ْو ِحنا َوصدقت‬
َ ْٰ ْ َ َ ُُ َ
١٢ ‫ِبك ِل ٰم ِت َر ِب َها َوكت ِبه َوكانت ِم َن الق ِن ِت ْين ࣖ۔‬

15
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 46.
37

“10. Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur,


yaitu istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah (tanggung
jawab) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami,
lalu keduanya berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka
(kedua suami itu) tidak dapat membantunya sedikit pun dari
(siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah
kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).”
11. Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang
beriman, yaitu istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku,
bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga,
selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, serta
selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” 12. Demikian pula
Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, lalu Kami
meniupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami,
dan yang membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-
Nya, serta yang termasuk orang-orang taat.” (Qs. al-Taḥrim/66:10-
12)

Pada serangkaian ayat di atas, Allah Swt. memberikan perumpamaan


bagi orang-orang kafir dan orang-orang beriman. Pada ayat ke-10
perumpamaan ditujukan kepada orang-orang kafir. Perumpamaan itu
berupa istri Nabi Nuh As. dan istri Nabi Lut As. Keduanya durhaka kepada
suaminya, sehingga Allah Sw. memasukkannya ke dalam neraka. Lalu pada
ayat ke-11 dan 12 perumpamaan itu ditujukan kepada Āsiyah istri Fir’aūn
dan Maryam binti ‘Imrān. Karena ketaatan keduanya kepada Allah Swt.
Allah membangunkan mereka rumah di surga.16
Selain ayat-ayat di atas, terdapat pula hadis-hadis Nabi Saw. yang
berbicara tentang kemuliaan Maryam, hadis-hadis tersebut ialah:
1. Maryam adalah sebaik-baik wanita, sebagaimana diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhārī dalam Kitāb Ahādīṡ al-Anbiyā’ (60) Bab Wa iżqālat
al-Malāikatu ya Maryamu Inna Allāhastafāki... Qs. Āli ‘Imrān/3:42-
44) (45) berikut:

16
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
vol. 14, cet. v (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 339.
38

ُُ‫ت‬ ِ َُ َ‫ُُُق‬،‫ب‬
ُ ‫ُُ َسُ ُْع‬:‫ال‬ ُ َِ‫نُُُأ‬ َُ َ‫ُُ َُع ْنُُ ُِه َشُامُُُق‬،‫ض ُُر‬
ْ ‫ُُأَُ ُْخ ََُب‬:‫ال‬ ُْ َّ‫ُ َحُ َُّدثَُُنَاُالُن‬،ُ‫َُح َُّدُثَِنُُأَُ ْحَُ ُُدُُبْ ُُنُأَُِبَُُُر َجُاء‬
ُُُ‫ُُ َخ ْي‬:‫تُُالنَِّبُُصلىُُللا ُعليهُوسلمُُيَ ُق ْو ُل‬ ِ ِ َ َ‫ُُق‬،‫للاُِب ِنُ ُجع َفر‬
ُ ‫ُُ َس ْع‬:‫ُُ َعليًّا يَ ُق ْو ُل‬:‫ال‬ ْ َ ْ ُ ُ‫َُعُْبد‬
ُ)‫سائِ َهاُ َخ ِد ْْيَةُُ(رواهُالبخاري‬ َُ ِ‫سائِ َهاُ َم ْرَُيُُابُُْنَُةُعِ ْمَُرا َُنُ َو َخ ْيُُُن‬ َُ ِ‫ن‬
Aḥmad bin Abī Raja’ telah menceritakan kepadaku, al-Naḍr
telah menceritakan kepada kami, dari Hisyām ia berkata,
Ayahku telah mengabarkan kepadaku, beliau berkata, aku
mendengar ‘Abdullāh bin Ja’far, ia berkata Alī mengatakan, aku
mendengar Nabi Saw. bersabda: "Sebaik-baik wanita pada
zamannya adalah Maryam binti ‘Imrān, dan sebaik-baik wanita
pada zamannya adalah Khadījah." (HR. Bukhārī no. 3432)17

2. Maryam termasuk wanita yang sempurna. Sebagaimana yang


diriwayatkan dalam hadis Imam al-Bukhārī Kitāb Aḥādīṡ al-Anbiyā’
(60) Bab Qauluhu Ta’āla: Wa Iżqālat al-Malāikatu yā Maryamu Inna
Allāha Yubasysyiruki... (Qs. Āli ‘Imrān/3:45-47) (46)

ُ‫ثُُ َع ُْن‬ ُ ‫تُُ ُمَّرُةَُا ْْلَْم َد ِانَُُّ ُُيَ ِد‬ ِ َ َ‫ُُق‬،َ‫ ُعنُُعم ِروُب ِنُُمَّرة‬،ُ‫ُُحدَّثَنَاُ ُشعبة‬،‫حدَّثَنَاُُآدم‬
ُ ‫ ُ َس ْع‬:‫ال‬ ُ ْ ْ َ ْ َ َْ َ َُ َ
َُ‫ض ُُلُ َُعائِ َش ُة‬
ْ َ‫ُف‬:‫َّبُُصلىُُللاُعليهُوسلم‬ ‫الُُالنِ ي‬
َ َ‫ُق‬:‫ال‬ ُ ُُ‫أَِبُُ ُم ْو َسىُُ ْاْلَ ْش َع ِر ِيَُُر ِض َي‬
َ َ‫للاُُ َعْن ُهُُق‬
ُ‫ْم ْلُُ ِم َُن‬ ِ ُِ ‫ َك ُملُُ ِمنُُال ِر‬،‫يدُعلَىُُ ُسائِِرُُالطَّعُ ُِام‬
ُ ‫ُُوَلُُْيَك‬،ٌ‫جالُُ َكثي‬ َ ََ َ َ ُِ ‫ض ِلُُالثَّ ِر‬ ُِ ‫س‬
ْ ‫اءُُ َك َف‬ َُ ِ‫َُعلَىُالن‬
)‫وآسيَُةُ ْامَرأَةُُفِْر َع ْو َُنُ(رواهُالبخاري‬
ِ ُ،‫ُ َّإَلُُمرَُيُُبِْنتُُعِمُرا َن‬:‫اء‬ ِ ُ ِ‫الن‬
َ ْ ُ ُ َْ ُ ‫س‬ َ
Ādam telah menceritakan kepada kami, Syu’bah telah
menceritakan kepada kami, dari ‘Amr bin Murrah, ia berkata:
Aku mendengar Murrah al-Hamdānī menyampaikan kepadaku
dari Abī Mūsa al-Asy’arī ra ia berkata: Nabi Saw. bersabda:
“Keutamaan ‘Āisyah dibandingkan wanita lainnya,
sebagaimana keutamaan aṡ-Ṡarīd18 dibandingkan makanan
lainnya, lelaki yang sempurna jumlahnya banyak, dan tidak ada

17
Abū ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mugīrah bin Bardizbah
al-Bukhārī al-Ju’fī, Sahih al-Bukhari, juz 2 (Kairo: Dār al-Hadīs, 2004), 446.
18
Ṡarīd adalah sebutan untuk bubur daging. Di dalamnya terdiri dari roti (yang telah
diremukkan), daging dan kuah daging. Ia merupakan makanan paling istimewa bagi orang
Arab. Sebab roti adalah makanan pokok terbaik dan daging adalah lauk terbaik.
39

wanita yang sempurna selain Maryam binti 'Imrān dan Āsiyah


istri Fir'aūn." (HR. Bukhārī no. 3433)19

Dalil yang serupa juga terdapat dalam riwayat Imam al-Tirmiżī dalam
Kitab Manāqib (46) Bab Min Faḍli Khadījah ra. (62)

َُّ ‫ ُ َع ُْن ُأَنَسُ ُأ‬،َ‫ ُ َع ُْن ُقَتَ َادة‬،‫َخ َبََُن ُ َم ْع َمٌر‬


ُ‫َن‬ ِ َّ ُ‫ ُحدَّثَنَا ُعب ُُد‬،‫حدَّثَنَا ُأَبو ُب ْك ُِر ُب ُن ُ َزْْنوي ِه‬
ْ ‫ ُأ‬،‫الرزَّاق‬ َْ َ ْ َُ ُ ْ َ ُ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ‫للاُُ َعلَْي ُه ُ َو َسلَّم ُق‬
ُ ُ ‫صلَّى‬
ُُ‫ُ ُ َم ْرَُيُُابُُْنَُة ُع ْمَُرا َُن ُ َو َخد ْْيَة‬،‫ْي‬
َ ْ ‫ساءُ ُالَُْعالَم‬
َُ ‫ك ُم ُْن ُن‬
َُ ُ‫ ُ َح ْسب‬:‫ال‬ َّ ِ‫الن‬
َ ُ ُ‫َّب‬
ُ)‫آسيَُةُ ْامَرأَةُُفِْر َع ْو َُنُ(رواهُالرتمذى‬ ِ ‫ُو‬،‫اطم ُةُبُِْنتُُ ُُم َّمد‬
َ َ ُ َ َ‫تُ ُخ َويْل ُدُ َوف‬
ِ ِ ُ ‫بِْن‬
ُ
Abū Bakar bin Zanjuwaih telah menceritakan kepada kami,
‘Abdurrazzāq telah menceritakan kepada kami, Ma’mar telah
mengabarkan kepada kami, dari Qatādah, dari Anas
bahwasannya Nabi Saw. bersabda: Cukuplah bagimu dari
wanita di dunia; Maryam binti 'Imrān, Khadījah binti Khuwailid,
Fāṭimah binti Muḥammad, dan Āsiyah istri Fir'aūn.” (HR.
Tirmīżī no. 3878)20

3. Maryam adalah salah satu wanita yang paling utama sebagai


penduduk surga. Hal ini sebagaimana yang termuat dalam Musnad
Aḥmad Kitab Musnad ‘Abdullāh bin ‘Abbās bin ‘Abdul Muṭallib (24)

ُ،‫ ُ َع ُْن ُعِلُْباء‬،‫ُ ُ َحدَّثَنَا ُ َد ُاوُِد ُبنُ ُأَِبُ ُالْ ُفَراد‬،‫ ُ َحدَّثَنَا ُيُ ْونُس‬،‫ن ُأَِب‬ُ َِ‫ ُ َح َّدث‬،‫َحدَّثَنَا ُ َعْب ُُد ُللا‬
ُ،‫ضُ ُأ َْربَ َعة ُخطُْوط‬ ِ ‫خطُ ُ َر ُس ْولُ ُللاُ ُصلعم ُِفُ ُاْل َْر‬ َّ ُ :‫ال‬ َ َ‫ُ ُ َع ْنُ ُابْ ُِن ُ َعبَّاسُ ُق‬،‫َع ُْن ُعِ ْك ِرَمة‬
ُُ:‫َُر ُس ْولُللاُصلىُللاُعُليهُوسلم‬:‫ال‬ َ ‫ُفَ َق‬،‫ُللاَُوَر ُس ْولهُأ َْعلم‬:‫ُتَ ْد ُرْو َُنُ َماُُ َه َذا؟ُفَ َقالُْوا‬:‫ال‬َ َ‫ق‬
ِ ‫ت ُمز‬ ِ ِ ِ ُ ‫اء ُأَهلُ ُا ْْلن َُِّة ُخ ِدْيةُ ُبِْن‬ ِ ِ ْ‫أَف‬
ُُ‫احم‬ َ ُ ُُ ‫تُ ُ ُُمَ َّم ُد ُ َوآسيَُة ُبِْن‬
ُ ‫ت ُ ُخ َويْل ُد ُ َوفَاط َمة ُبِْن‬
ُ َ َ َ ْ ُ ‫ض ُُل ُن َس‬ َ
ُ)‫ْامَرأَُةُفِْر َع ْو َُنُ َوَم ْرَُيُُابْنَُةُعِ ْمَرا َُنُرضيُللاُعنهمُ(رواهُأحد‬
‘Abdullāh telah menceritakan kepada kami, Ayahku telah
menceritakan kepadaku, Yūnus telah menceritakan kepadaku,
Dāwud bin Abī al-Furād telah menceritakan kepada kami, dari
‘Ilbā’, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbās, ia berkata: Rasulullah

Abū ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mugīrah bin
19

Bardizbah al-Bukhārī al-Ju’fī, Sahih al-Bukhari, juz 2, 446.


20
al-Tirmiżī, al-Jāmi’ al-Ṣaḥīḥ wahuwa Sunan al-Tirmiżī, juz 5 (Kairo: Dār al
Hadiṡ, 2005), 515.
40

Saw. menulis empat baris di tanah, kemudian ia berkata,


“Tahukah kalian apa ini?”, para sahabat menjawab, “Allah dan
Rasulnya lebih tahu.” Maka Rasulullah Saw. bersabda:
“Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga
adalah Khadījah binti Khuwailid, Fāṭimah binti Muḥammad,
Āsiyah binti Muzāḥim istri Fir’aūn dan Maryam binti 'Imrān
raḍiyallahu ‘anhum.” (HR. Ahmad no. 2668)21

C. Persepsi Tentang Maryam


Uswatun Hasanah dalam tesisnya menjelaskan bahwa sebagian ulama
berpendapat Maryam binti 'Imrān adalah nabi sedangkan sebagian ulama
yang lain berpendapat bahwa ia bukan nabi dan tidak ada nabi perempuan.
Di antara ulama yang berpendapat bahwa Maryam nabi adalah Ibnu
Hazmīn, al-Andalusī, Abū Ḥasan al-Asy’arī dan al-Suhailī. Sedangkan
Imam al-Qurṭubi berpendapat bahwa Maryam adalah nabi karena Malaikat
Jibril telah menyampaikan wahyu kepadanya.22 Adapun ulama yang
berpendapat Maryam bukan nabi adalah al-Rāzī dan al-Marāgī. Keduanya
berpendapat bahwa percakapan Maryam dengan Jibril ialah ilham bukan
wahyu seperti ilham yang Allah Swt. berikan kepada ibu Musa.23
D. Kisah Maryam Sejak Lahir hingga Melahirkan Nabi Isa As
Kisah Maryam dalam al-Qur’an bermula pada nazar Hannah (Ibunya
Maryam) kepada Allah Swt. Ia telah lama menikah dengan ‘Imrān (ayahnya
Maryam)24 namun hingga usia tua keduanya belum juga dikaruniai seorang
anak. Suatu hari Hannah sedang berada di bawah pohon zaitun di dekat
rumahnya, ia melihat seekor burung yang sedang memberi makan anak-

21
Ahmad, al-Musnad Li al-Imām Ahmad bin Hambal, juz 1 (Dār al-Fikr, 1994),
628.
22
Uswatun Hasanah, “Kisah Maryam Sebagai Tauladan Wanita Muslimah
(Analisis Kisah Maryam dalam al-Qur’an)” (Tesis S2., Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,
2012), 99.
23
Uswatun Hasanah, “Kisah Maryam”, 100.
24
Merupakan orang saleh pada zamannya yang dikisahkan dalam al-Qur’an dan
keluarganya dijadikan salah satu nama surah dalam al-Qur’an yakni surah Āli ‘Imrān
(keluarga ‘Imrān).
41

anaknya. Seketika muncul keinginan pada dirinya untuk kembali memiliki


anak. Hannah segera berdoa kepada Allah Swt. agar ia dan suaminya
dikaruniai seorang anak. Tak lama sejak kejadian itu Allah Swt.
mengabulkan doanya, ia pun hamil. Pada masa kehamilan itulah Hannah
bernazar kepada Allah Swt. bahwa anak yang ada dalam kandungannya
nanti akan ia jadikan sebagai anak saleh yang hanya beribadah di dalam
tempat peribadatan (Bait al-Maqdis).25 Hal ini sebagaimana termuat dalam
firman-Nya:

َ َّ ْ ْ ََّ َ َ ً َ ُ
َّ ْ َْ ْ َ َ َ ُ ْ ََ ْ َ َ ٰ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ
‫ِاذ قال ِت امرات ِعمرن ر ِب ِاِني نذرت لك ما ِفي بط ِني محررا فتقبل ِم ِنيِۚ ِانك‬
ُ ْ َ ْ ُ ْ َّ َ ْ َ
٣٥ ‫انت الس ِميع الع ِليم‬

“(Ingatlah) ketika istri Imran) berkata, “Wahai Tuhanku,


sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam
kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di Bait al-Maqdis). Maka,
terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Āli ‘Imrān/3:35)
Setelah cukup masa mengandung tibalah waktunya Hannah
melahirkan. Awalnya ia mengira dan berharap anak yang terdapat dalam
kandungannya adalah laki-laki namun ternyata anak yang lahir adalah
perempuan. Pada tradisi Bani Israil, bayi atau anak yang dinazarkan untuk
mengabdi di rumah ibadah adalah laki-laki dan memutuskan diri untuk
hidup membujang.26 Setelah mengetahui bahwa anak yang lahir adalah
perempuan, Hannah berkata dengan nada sedih, “Wahai Tuhanku, aku telah
melahirkan anak perempuan.” Seolah-olah ia hendak minta maaf bahwa ia
tidak melahirkan anak laki-laki untuk menunaikan nazar itu. Padahal Allah
Swt. lebih tahu atas apa yang ia lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan

25
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, 38.
26
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān di Bawah Naungan al-Qur’an,
jilid 2, cet. 1, terj. As’ad Yasin, ddk (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 65.
42

perempuan” maksudnya adalah anak perempuan menurut tradisi Bani Israil


tidak dapat bertugas di rumah suci karena itu, aku (Hannah) tidak dapat
memenuhi nazarku. Namun demikian, aku harap anakku ini menjadi
seorang perempuan yang taat kepada-Mu, maka karena itu sesungguhnya
aku telah menamai dia Maryam (artinya hamba), harapannya Maryam akan
menjadi sebenar-benarnya hamba yang menghambakan diri kepada Tuhan-
Nya.27 Setelah diberikan nama maka istri ‘Imran berdoa kepada Allah Swt.
dengan doa yang tulus memohon perlindungan untuk Maryam dan anak
cucunya dari godaan setan yang terkutuk. Sebagaimana firman-Nya:

َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ ‫ْ َ َ ْ ُ َ ُْ ٰ َ ه‬ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ
‫فلما وضعتها قالت ر ِب ِاِني وضعتهآْ انثىِۗ واّٰلل اعلم ِبما وضعتِۗ وليس‬
ٰ ْ َّ َ َ َ َّ ُ َ َ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َّ َ ْ َ ٰ ْ ُ ْ َ ُ َ َّ
‫الذكر كالانثىِۚ واِ ِني سميتها مريم واِ ِن ْٓي ا ِعيذها ِبك وذ ِريتها ِمن الشيط ِن‬

٣٦ ‫الر ِج ْي ِم‬
َّ

“Ketika melahirkannya, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah


melahirkan anak perempuan.” Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia
(istri Imran) lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Aku
memberinya nama Maryam serta memohon perlindungan-Mu
untuknya dan anak cucunya dari setan yang terkutuk.” (Qs. Āli
‘Imrān/3:36)
Allah Swt. lebih tahu apa yang Hannah lahirkan. Oleh karenanya,
Allah Swt. menerima Maryam sebagai nazar dari ibunya dengan
penerimaan yang baik, menumbuhkannya (sebagaimana umumnya
pertumbuhan dan perkembangan manusia) dengan diberi rezeki yang baik
hingga ia sempurna menjadi wanita dewasa. Lalu menyerahkan
pengasuhannya kepada Nabi Zakaria As.28 Selama masa pertumbuhan

27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
jilid 2, cet. IV (Tangerang: Lentera Hati, 2002), 78.
28
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 5, cet. 17, 251-
252.
43

Maryam, ia tidak lagi diasuh oleh ibunya melainkan diasuh oleh pamannya
yakni Nabi Zakaria As.

َ َ َ ََّ ً َ ً َ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ُّ َ َ َ ََّ َ َ
َّ َ َّ َ َ ٌۢ َّ َ
٣٧...... ِۗ‫فتقبلها ربها ِبقبول حسن وانبتها نباتا حسناۖ وكفلها زك ِريا‬

“Dia (Allah) menerimanya (Maryam) dengan penerimaan yang baik,


membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan
pemeliharaannya kepada Zakariyyā. ....” (Qs. Āli ‘Imrān/3:37)
Maryam kecil mulai tinggal di Bait al-Maqdis. Hak asuhnya telah
berpindah dari Ibunya ke Nabi Zakaria As. Setelah beberapa waktu semakin
terlihat keutamaan dan kemuliaan Maryam. Suatu hari para pemimpin dan
pengasuh Bait al-Maqdis berebut untuk mendapatkan hak asuh Maryam.
Padahal Nabi Zakaria As. lah yang paling berhak mengasuh Maryam karena
ia adalah pamannya namun mereka tetap ingin mengasuhnya karena
kemuliaannya. Oleh karena itu, untuk membuat keputusan mereka semua
sepakat untuk melakukan undian anak panah (Qs. Āli ‘Imrān/3:44)
sebagaimana yang disampaikan oleh al-Ṭabarī (w. 310 H/923 M) dalam
tafsirnya, “Telah sampai kepada kami riwayat yang menjelaskan tentang
Zakaria As. dan para pesaingnya dalam hal mengurus Maryam, manakala
mereka berselisih pendapat tentang sosok yang berhak mengasuhnya.
Mereka semua akhirnya mengadakan undian dengan cara melemparkan
anak panah mereka ke sungai Urdun. Sebagian ulama berpendapat, anak
panah milik Zakaria tidak bergerak, sementara anak panah yang lain hanyut
oleh aliran sungai. Allah Swt. menjadikan hal itu sebagai ciri bahwa Zakaria
lah yang berhak mengurus Maryam. Sebagian ulama lainnya berpendapat,
anak panah milik Zakaria mengapung di atas sungai, sementara yang lain
tenggelam dan terbawa arus air. Hal itulah yang menjadi ciri bahwa dia yang
paling berhak mengurus Maryam.”29 Sejak saat itulah akhirnya Nabi

29
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 5, cet. 17, 253.
44

Zakaria As. secara penuh mengurus Maryam. Imam Ibnu Kaṡīr dalam
tafsirnya berpendapat bahwa ditetapkan Nabi Zakaria As. sebagai
penanggung jawab Maryam adalah untuk kebahagiaannya supaya ia
(Maryam) dapat mengambil ilmu yang banyak dan bermanfaat serta amal
saleh dari Nabi Zakaria As.30
Selama menetap di Bait al-Maqdis Maryam memiliki suatu tempat
yang disebut dengan mihrab. Tempat itu tinggi dan hanya bisa dijangkau
dengan menggunakan tangga. Setiap kali Nabi Zakaria As. datang
menjenguk Maryam di mihrabnya, ia dapati makanan berupa buah-buahan.
Namun yang membingungkan adalah buah yang ada tersebut bertolak
dengan kondisi musim pada saat itu. Ketika musim panas, buah-buahan
yang ada di mihrabnya ialah buah musim dingin dan ketika musim dingin,
buah yang ada di dalam mihrabnya adalah buah musim panas. Karena
keheranan itulah Nabi Zakaria As. akhirnya bertanya pada Maryam, “Wahai
Maryam dari mana rezeki ini?” Maryam pun menjawab bahwa itu semua
dari Allah Swt.31 Hal ini Allah Swt. abadikan dalam firman-Nya:
َ ‫ْ ً َ َ ٰ َ ُ َه‬
ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َُّ
‫ك‬
ِ ‫ِۗ كلما دخل عليها زك ِريا ال ِمحرابٍۙ وجد ِعندها ِرزقاِۚ قال يمريم انى ل‬....
َ َ َّ ُ ُ َ ‫ه َّ ه‬ ْ ْ َ ُ ْ َ َ َ ٰ
‫اّٰلل َي ْرزق َم ْن يشا ُۤء ِبغ ْي ِر ِح َساب‬ ‫اّٰللِۗ ِان‬
ِ ‫د‬
ِ ‫هذاِۗ قالت هو ِمن ِع‬
‫ن‬

“....Setiap
kali Zakaria masuk menemui di mihrabnya, dia mendapati
makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam, dari mana ini
engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.”
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan.” (Qs. Āli ‘Imrān/3:37)
Selama di mihrab, Maryam diberikan kabar dan perintah oleh Allah
Swt. Kabar itu tentang dipilihnya ia sebagai wanita yang lebih utama

30
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, 40.
31
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, 41.
45

dibandingkan wanita lainnya di muka bumi dan ia diperintahkan untuk taat


beribadah kepada Allah Swt. sebagaimana firman-Nya:

َ ٰ َ ٰ َ ْ َ َ َّ َ َ ٰ َ ْ َ ‫ْ َ ٰۤ َ ُ ٰ َ ْ َ ُ َّ ه‬ َ َ ْ
َ
‫ىك على ِنسا ِۤء‬ ِ ‫ىك وطهر ِك واصطف‬ ِ ‫واِ ذ قال ِت الملىِٕكة يمريم ِان اّٰلل اصطف‬
َ ْ
َ ٰ َ
‫ ذ ِلك ِم ْن‬٤٣ ‫الر ِك ِع ْين‬ ‫اس ُج ِد ْي َو ْاركع ْي َم َع ه‬ ْ ‫ ٰي َم ْر َي ُم ْاق ُنت ْي ل َربك َو‬٤٢ ‫ال ٰع َلم ْي َن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ َ َ ُ َ َْ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ َْ
‫م‬َ ‫ِۗو َما ك ْن َت ل َد ْيه ْم ا ْذ ُي ْل ُق ْو َن ا ْق َل َام ُه ْم ا ُّي ُه ْم َيك ُف ُل َم ْر َي‬
َ ‫ك‬ ‫انٌۢبا ِۤء الغي ِب نو ِحي ِه ِالي‬
ۖ ِ ِ
َ َْ َ ْ َ ُ
ْ َ َ ْ
٤٤ ‫َو َما كنت لدي ِه ْم ِاذ يخت ِص ُم ْون‬

“(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam,


sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan
melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam (pada masa
itu). Wahai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujudlah, dan rukuklah
bersama orang-orang yang rukuk.” (Qs. Āli ‘Imrān/3:42-43)
Demikianlah kisah Maryam yang Allah Swt. abadikan dalam Qs. Āli
‘Imrān. Kemudian kisah Maryam berlanjut pada Qs. Maryam. Pada surah
ini dikisahkan Maryam yang mengasingkan diri dari keluarganya ke sebelah
timur Bait al-Maqdis. Ia membuat tabir agar terlindungi dan tidak diketahui
oleh siapa pun. Lalu Allah Swt. mengutus Malaikat Jibril menemuinya
dalam bentuk manusia yang sempurna, tampan, gagah, dan penuh
wibawa.32 Sebagaimana firman-Nya:

ْ َ َ َّ َ َ ً َ َْ ْ َ َْ ٰ ْ ُ ْ
‫ فاتخذت ِم ْن‬١٦ ٍۙ‫َواذك ْر ِفى ال ِكت ِب َم ْر َي َمَۘ ِا ِذ انت َبذت ِم ْن اه ِل َها َمكانا ش ْر ِق ًّيا‬
َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َْ ََ َ ُ
١٧ ‫د ْو ِن ِه ْم ِحج ًاباِۗ فا ْر َسلنآْ ِال ْي َها ُر ْوحنا فت َمثل ل َها بش ًرا َس ِو ًّيا‬

“16. Ceritakanlah (Nabi Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab


(al-Qur’an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke
suatu tempat di sebelah timur (Bait al-Maqdis). 17. Dia (Maryam)

32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
jilid. 7, cet. v (Tangerang: Lentera Hati, 2002), 424.
46

memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka. Lalu, Kami


mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, kemudian dia menampakkan
diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.” (Qs.
Maryam/19:16-17)
Ketika melihat sosok laki-laki yang tidak ia kenali, Maryam sangat
kaget dan takut. Ia langsung memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari
laki-laki tersebut dengan mengucapkan “inni ‘audzuburrahmani minka in
kunta taqiyya”. Di akhir perkataan ia mengucapkan, “in kunta taqiyya”
yang berarti “jika kamu seorang yang bertakwa”. Ucapan itu menurut
Sayyid Quṭb (w. 1386 H/1966 M) ialah untuk menggugah hati siapa saja
yang memiliki benih ketakwaan dalam dirinya. Agar ketika hendak berbuat
jahat atas dorongan nafsu dan godaan setan maka diharapkan seseorang
akan sadar dengan kalimat tersebut.33 Lalu Malaikat Jibril menjawab,
“Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan
anugerah seorang anak laki-laki yang suci kepadamu.” Setelah mendengar
jawaban itu Maryam merasa lebih tenang, bahwa laki-laki yang ada di
hadapannya adalah utusan Allah Swt. dan juga memberikan kabar gembira
tentang kelahiran anak yang suci.34 Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.
berikut:

۠ َ ُ ُ ْ َُ ْ ْ َ َ
َ َ
‫كۖ ِلاه َب‬ ‫ب‬ ‫ر‬َ ‫ َق َال اَّن َمآْ ا َنا َر ُس ْو ُل‬١٨ ‫ك ا ْن ك ْن َت َتق ًّيا‬َ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ن‬ ٰ ‫الر ْح‬
‫م‬ َّ ‫ب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫قالت ِاِن ْٓي اعو‬
‫ذ‬
َ ً ُٰ َ
١٩ ‫ك غلما ز ِك ًّيا‬ ِ ‫ل‬

“18. Dia (Maryam) berkata (kepadanya), “Sesungguhnya aku


berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih darimu (untuk
berbuat jahat kepadaku) jika kamu seorang yang bertakwa.” 19. Dia
(Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk

33
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān di Bawah Naungan al-Qur’an,
jilid. 7, cet. 1, 361.
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 427.
47

memberikan anugerah seorang anak laki-laki yang suci kepadamu.”


(Qs. Maryam/19:18-19)
Lalu disampaikan dalam firman-Nya:

ُّ َ َ َ ٰ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ
ًّ ‫َقال ْت انهى َيك ْو ُن ل ْي ُغ ٰل ٌم َّول ْم َي ْم َس ْسن ْي َب َش ٌر َّول ْم ا ُك َبغ‬
‫ك‬
ِ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ِۚ
‫ك‬ ِ ‫ل‬
ِ ‫ذ‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ٢٠ ‫ا‬ ‫ي‬ ِ ِ ِ
ْ َ َ َ َّ ً ْ َّ ً َ ٰ ٗ َ َ ْ َ َ ٌ َ ََّ َ َ ُ
٢١ ‫اس َو َرح َمة ِمناِۚ َوكان ا ْم ًرا َّمق ِض ًّيا‬ ِ ‫هو علي ه ِينِۚ ولِ نجعل ْٓه اية ِل‬
‫لن‬

“20. Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana (mungkin) aku mempunyai


anak laki-laki, padahal tidak pernah ada seorang (laki-laki) pun yang
menyentuhku dan aku bukan seorang pelacur?” 21. Dia (Jibril)
berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu sangat mudah
bagi-Ku dan agar Kami menjadikannya sebagai tanda (kebesaran-Ku)
bagi manusia dan rahmat dari Kami. Hal itu adalah suatu urusan yang
(sudah) diputuskan.” (Qs. Maryam/19:20-21)
Yakni meskipun telah cukup tenang karena yang mendatanginya
adalah utusan Allah Swt. Maryam masih merasa heran dan kaget.
Bagaimana mungkin perawan seperti dirinya dapat mempunyai anak tanpa
melakukan hubungan suami-istri. Ia tak pernah disentuh oleh laki-laki mana
pun dan sangat jelas bahwa ia bukanlah seorang yang berbuat zina. Malaikat
Jibril segera menjawab keheranan Maryam, “Demikianlah”, bahwa
memang benar engkau tidak pernah disentuh oleh siapa pun dan benar
bahwa seorang anak akan lahir dari hubungan biologis perempuan dan laki-
laki. Namun “Tuhanmu berfirman, “Hal itu sangat mudah bagi-Ku” artinya
sangat mudah bagi Allah Swt. menjadikan seorang anak lahir tanpa
hubungan biologis “dan agar Kami menjadikannya sebagai tanda
kesempurnaan (kebesaran-Ku)” sehingga menjadi tanda “bagi manusia dan
rahmat dari Kami” untuk seluruh manusia. “Hal itu” kelahiran anak tanpa
ayah “adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan”, maka itu pasti akan
terjadi.35 Hal ini juga Allah sampaikan dalam Qs. Āli ‘Imrān/3:45-47.

35
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 428.
48

ُ‫اس ُم ُه ْال َمس ْي ُح ع ْي َس ْابن‬


ْ ُ ْ َ َ ُ َ ُ َ ‫ْ َ ٰۤ َ ُ ٰ َ ْ َ ُ َّ ه‬ َ َ ْ
‫ِ ى‬ ِ ۖ‫ِاذ قال ِت الملىِٕكة يمريم ِان اّٰلل يب ِشر ِك ِبك ِلمة ِمنه‬
ً ْ َ َ ْ ْ َّ ُ َ ُ َ َ ْ َّ َ ُ ْ َ َ َ ٰ ْ َ َ ْ ُّ
‫ ويك ِلم الناس ِفى المه ِد وكهلا‬٤٥ٍۙ‫َم ْر َي َم َو ِج ْي ًها ِفى الدنيا والا ِخر ِة و ِمن المقر ِبين‬
َ َ
ٰ َ َ َ ٌ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َّ ٌ َ َ ُ ْ ُ َ ‫َه‬ َ ْ َ َ َْ ‫ه‬ َ َّ
‫ك‬ ْ
ِ ‫ قالت ر ِب انى يكون ِلي ولد ولم يمسس ِني بشرِۗ قال كذ ِل‬٤٦ ‫و ِمن الص ِل ِحين‬
ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ٗ َ ُ ْ ُ َ َ َّ َ ً ْ َ ٰٓ َ َ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ ُ ‫ه‬
٤٧ ‫ِۗاذا قضى امرا ف ِانما يقول له كن فيكون‬ ِ ‫اّٰلل يخلق ما يشاۤء‬

“45. (Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam,


sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu
tentang (kelahiran anak yang diciptakan) dengan kalimat dari-Nya,
namanya Isa Almasih putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan
di akhirat serta termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah). 46. Dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam buaian dan
ketika sudah dewasa serta termasuk orang-orang saleh.” 47. Dia
(Maryam) berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan
mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang
menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah
menciptakan apa yang Dia kehendaki.” Apabila Dia hendak
menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata padanya, “Jadilah!” Maka,
jadilah sesuatu itu.”
Di Qs. Āli ‘Imrān/3:45-47 ini Allah Swt. menceritakan bahwa Ia
menyampaikan kabar gembira kepada Maryam melalui perantara Malaikat
Jibril tentang kelahiran anak yang lahir tanpa ayah dari rahimnya. Anak itu
diberi nama Isa Almasih, seseorang yang akan terkemuka di dunia dan
akhirat serta termasuk orang-orang yang saleh dan dekat dengan Allah Swt.
dan salah satu keutamaannya ialah ia (anak Maryam) dapat berbicara sejak
masih dalam buaian. Setelah mengetahui hal itu Maryam heran dan
bertanya, “Bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak
ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku”. Malaikat Jibril menjawab
bahwa hal itu adalah kehendak Allah Swt. jika Allah Swt. berkehendak
maka mudah saja bagi Allah Swt. Allah Swt. hanya cukup berkata ‘kun’
maka jadilah sesuatu itu. Kemudian Malaikat Jibril meniup lengan bajunya
49

yang kemudian ruh itu turun ke farjinya lalu mengandung anak dengan izin
Allah Swt.36 Sebagaimana tentang tiupan ruh itu juga dijelaskan pada Qs.
al-Nisā’/4:171 dan Qs. al-Tahrīm/66:12.

ٌ ْ ُ َ َ َ ْ َ ٰ َ ٰ َْ ٗ ُ َ َ َ ‫ُْ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ ه‬ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َّ
‫اّٰلل وك ِلمتهِۚ القىهآْ ِالى مريم وروح‬
ِ ‫ ِانما الم ِسيح ِعيسى ابن مريم رسول‬....
‫ه‬
١٧١ ...... ِۗ‫اّٰلل َو ُر ُس ِله‬ ُْ َٰ ُ ْ
ِ ‫ِمنهۖفا ِمنوا ِب‬

“......Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam, hanyalah utusan


Allah dan (makhluk yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang Dia
sampaikan kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka,
berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya ....” (Qs. al-
Nisā’/4:171)

ْ َ َّ َ َ َ ْ ُّ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َّ َ ٰ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ
‫ومريم ابنت ِعمرن ال ِت ْٓي احصنت فرجها فنفخنا ِفي ِه ِمن رو ِحنا وصدقت‬
َْ ْٰ َ ْ َ ََ ُُ َ َ َ َ
١٢ ‫ِبك ِل ٰم ِت ر ِبها وكت ِبه وكانت ِمن الق ِن ِتين ࣖ۔‬

“Demikian pula Maryam putri ‘Imrān yang memelihara


kehormatannya, lalu Kami meniupkan ke dalam rahimnya sebagian
dari roh (ciptaan) Kami, dan yang membenarkan kalimat-kalimat
Tuhannya dan kitab-kitab-Nya, serta yang termasuk orang-orang
taat.” (Qs. al-Tahrīm/66:12)
Mayoritas ulama berpendapat bahwa masa kehamilan Maryam adalah
sama seperti kehamilan wanita pada umumnya yakni selama sembilan
bulan.37

ْ َ َ َ ْ َّ ْ ٰ ُ َ ْ َ َََ َ ً َ ْ َ َْ َ ُ ْ َ َ َ
‫ فاجا َۤءها ال َمخاض ِالى ِجذ ِع النخل ِةِۚ قالت‬٢٢ ‫فح َملته فانت َبذت ِبه َمكانا ق ِص ًّيا‬
ًّ ْ َّ ً ْ َ ُ ْ ُ َ َ ٰ َ ْ َ ُّ ْ َ ْ َ ٰ
٢٣ ‫يليت ِني ِمت قبل هذا وكنت نسيا من ِسيا‬

36
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 321.
37
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. V, 430.
50

“22. Maka, dia (Maryam) mengandungnya, lalu mengasingkan diri


bersamanya ke tempat yang jauh. 23. Rasa sakit akan melahirkan
memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia (Maryam)
berkata, “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang
yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).” (Qs.
Maryam/19:22-23)
Ketika Maryam telah hamil, ia merasa kesulitan dan kebingungan
tentang apa yang harus ia katakan kepada orang-orang tentang
kehamilannya. Tentu orang-orang akan sulit percaya dengan apa yang ia
katakan. Oleh karenanya, Maryam memilih menghindar dari orang-orang
dengan pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian.38 Pendapat yang
masyhur mengatakan bahwa tempat yang dimaksud adalah Baitullahmi
(Betlehem)39, yaitu suatu daerah di sebelah selatan al-Quds (Yerussalem)
Palestina, dan di sanalah Nabi Isa As. dilahirkan.40
Rasa sakit hendak melahirkan membuat Maryam bersandar pada
pangkal pohon kurma. Dalam keadaan seorang diri dapat digambarkan
kebingungan seorang perawan pada detik-detik hendak melahirkan. Tidak
tahu harus berbuat apa dan tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya.
Hingga rasa sakit yang semakin memuncak membuatnya berucap, “Oh,
seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak
diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).” Al-Ṭabarī (w. 310 H/923
M) berpendapat, maksudnya ialah Maryam mengatakan demikian ketika
sedang mengandung karena merasa malu kepada orang-orang. Ia juga
berkata seandainya aku mati sebelum menanggung beban cobaan yang berat
ini, dan menjadi barang yang tidak berharga, lagi dilupakan.41 Dapat

38
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 17, cet. 17, terj.
Beni Sarbeni (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 505.
39
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 5, cet. 1, 323.
40
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. V, 430.
41
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 514.
51

dibayangkan bagaimana raut mukanya, perasaan panik pikirannya dan


kesedihannya di posisi itu.42
ْ ْ َ ْ ُ َ ًّ َ َ ْ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ََّ َ ْ َ ْ َ ٰ َ َ
‫ك ِ ِبجذ ِع‬
ِ ‫ي ِالي‬
ْٓ ‫ وه ِز‬٢٤ ‫ك س ِريا‬ِ ‫ك تح ت‬
ِ ‫زني قد جعل رب‬ ِ ‫فنادىها ِمن تح ِتهآْ الا تح‬
َ َ
٢٥ ۖ‫ك ُرط ًبا ج ِن ًّيا‬ ْ ‫الن ْخلَة تُ ٰسق ْط َع َل‬
‫ي‬
َّ
ِ ِ ِ

“24. Dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah,


“Janganlah engkau bersedih. Sungguh, Tuhanmu telah menjadikan
anak sungai di bawahmu. 25. Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang
masak kepadamu.” (Qs. Maryam/19:24-25)
Ulama berbeda pendapat tentang siapa yang menyeru Maryam setelah
anaknya lahir. Ada yang berpendapat bahwa yang menyeru adalah Malaikat
Jibril dan ada pula yang berpendapat bahwa yang menyeru itu Nabi Isa As.43
Malaikat Jibril atau Nabi Isa As. “berseru kepadanya dari tempat yang
rendah,” Wahai Maryam, “Janganlah engkau bersedih”, karena kondisi ini,
sendirian, tidak ada makanan dan minuman serta khawatir atas cemoohan
orang-orang. “Sungguh, Tuhanmu” (Allah Swt. yang Maha Pembimbing
dan Maha Pemelihara) “telah menjadikan anak sungai di bawahmu” (untuk
keperluanmu). “Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya
(pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu.”

ْ َّ ُ ْ َ َ ْ ْ ْ ُ َ ً َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ ً ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ
‫لرح ٰم ِن‬ ‫فك ِلي واشر ِبي وق ِري عيناِۚف ِاما تر ِين ِمن البش ِر احداٍۙ فقوِل ْٓي ِ ِاني نذرت ِل‬
ْ ْ َ ُ ََ َ
٢٦ ِۚ‫ص ْو ًما فل ْن اك ِل َم ال َي ْو َم ِان ِس ًّيا‬

“26. Makan, minum, dan bersukacitalah engkau. Jika engkau melihat


seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa

42
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al- Qur’ān, jilid. 7, cet. 1, 363.
43
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 431.
52

(bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak
akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.’” (Qs. Maryam/19:26)
Malaikat Jibril atau Nabi Isa As. melanjutkan ucapannya untuk
memberikan ketenangan kepada Maryam. “Makan, minum, dan
bersukacitalah engkau.” Makanlah dari kurma yang berguguran atasmu,
minumlah dari air sungai yang mengalir di bawahmu, jangan takut lapar dan
dahaga, bergembiralah dengan kelahiran anakmu, dan janganlah engkau
bersedih.44 “Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku
telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh
karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” Yakni
jika ada orang yang mengajakmu berbicara atau mempertanyakan tentang
kelahiran anakmu maka katakanlah bahwa sesungguhnya aku sedang
bernazar kepada Allah Swt. untuk tutup mulut dan tidak berbicara kepada
siapa pun.45 Al-Ṭabarī (w. 310 H/923 M) berkata, para ahli tafsir berselisih
pendapat tentang sebab Maryam diperintahkan puasa menahan bicara.
Sebagian berpendapat bahwa Allah memerintahkannya demikian karena
Maryam tidak punya dalih nyata di hadapan orang-orang, ia masih perawan
tetapi datang dengan membawa anak. Oleh karena itu ia diperintahkan tidak
bicara, dan yang bicara adalah anaknya tersebut.46

ًّ َ ْ َ ْ ْ ََ ُ َْ َٰ ُْ َ ُٗ َْ َ َْ َ ْ ََ َ
٢٧ ‫فاتت ِبه قومها تح ِملهِۗقالوا يمريم لقد ِجئ ِت شي ًٔـا ف ِريا‬

“27. Dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan
menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam,
sungguh, engkau benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat
mungkar.” (Qs. Maryam/19:27)

44
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 537.
45
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 539.
46
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 541.
53

Ketika Maryam mendatangi kaumnya dengan membawa bayinya. Ia


datang tanpa rasa malu bahkan dengan percaya diri.47 Sontak kaumnya
langsung mencaci makinya. Mereka menuduh Maryam melakukan
perbuatan keji.

ً َ ً َ ٰ َ َ
١٥٦ ٍۙ‫ َوق ْو ِل ِه ْم على َم ْر َي َم ُب ْهتانا ع ِظ ْيما‬.....

“......Dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan tuduhan palsu


lagi sangat keji.” (Qs. al-Nisā’/4:156)
Mereka tak henti-hentinya melempar kata-kata yang merendahkan Maryam.

َ ُّ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ ٰ َ ْ ُ ٰٓ
ًّ
٢٨ ۖ‫ك ب ِغيا‬ َّ َ َ ْ ُ
ِ ‫ياخت هرون ما كان ابو ِك امرا سوء وما كانت ام‬

“28. Wahai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu bukan


seorang yang berperangai buruk dan ibumu bukan seorang perempuan
pezina.” (Qs. Maryam/19:28)
Maryam sedang berpuasa bicara. Itu adalah salah satu cara ibadah
yang dikenal pada masa itu.48 Karenanya Maryam memberi isyarat dengan
menunjuk bayinya. Namun Bani Israil justru semakin mengolok-oloknya.
“Ayahmu bukan seorang yang berperangai buruk dan ibumu bukan seorang
perempuan pezina.” Yaitu engkau lahir dari keluarga baik dan suci yang
dikenal kesalehannya, ibadah dan zuhudnya. Maka, bagaimana ini bisa
terjadi?49

ًّ َ ْ َْ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َْ ْ َ َ َ َ
٢٩ ‫فاشارت ِالي ِهِۗ قالوا كيف نك ِلم من كان ِفى المه ِد ص ِبيا‬
“29. Dia (Maryam) menunjuk kepada (bayi)-nya (agar mereka
bertanya kepadanya). Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami
akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”” (Qs.
Maryam/19:29)

47
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 435.
48
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 434.
49
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 327.
54

Mereka berbicara dengan penuh murka kepadanya karena menyangka


Maryam mengejek dan bermain-main dengan mereka. “Bagaimana
mungkin kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan?” Yaitu, anak yang ada dalam gendongan dalam keadaan bayi dan
kecil, bagaimana ia dapat berbicara?50 Lalu dengan izin Allah Swt. Nabi Isa
As. berbicara dan membantah segala tuduhan keji mereka terhadap
Maryam.

ُ ْ ُ َ َ ْ َ ً َ ٰ ُ ْ َ َ َ َّ ْ ٰ ‫َ ُ ه‬
‫ت‬ ‫ن‬‫ك‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ك‬‫ر‬‫ب‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫و‬ ٣٠ ٍۙ‫ا‬‫ي‬ًّ ‫اّٰللِۗا ٰتن َي الك ٰت َب َو َج َع َلن ْي َنب‬ ‫د‬ ْ
‫ب‬ ‫ع‬ ‫ي‬ْ ‫ن‬
َ َ
ۖ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ‫ق‬
‫ا‬ ‫ال‬
ْ َ َْ َ ٰ َّ ْ ٰ ْ َ َ
َ
‫دت ْي َول ْم يجعل ِن ْي جَّب ًارا‬
َ َ ًّ َ َّ
‫ل‬‫ا‬‫و‬‫ب‬ ‫ا‬
ٌۢ ‫ر‬‫ب‬ ‫و‬ ٣١ ۖ‫ا‬ ‫ي‬ًّ ‫الزكوة َما ُد ْم ُت َح‬ َّ ‫الص ٰلوة َو‬ ‫واوص ِني ِب‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ
٣٢ ‫ش ِق ًّيا‬

“30. Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan)
memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi. 31. Dia
menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan
memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta
(menunaikan) zakat sepanjang hayatku, 32. dan berbakti kepada
ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi
celaka.” (Qs. Maryam/19:30-32)
Menurut Quraish Shihab, setidaknya ada tiga hal yang dikatakan oleh Nabi
Isa As.
Pertama, Nabi Isa As. adalah hamba Allah Swt. ia diberi kitab Injil
dan kelak akan menjadi nabi. Hal itu menjelaskan dan membantah
pernyataan tentang Nabi Isa As. adalah anak Tuhan karena lahir tanpa ayah.
Ia juga menjelaskan bahwa ia akan diberikan kitab Injil dan dijadikan nabi
sebagaimana para nabi menerima wahyu.
Kedua, Allah Swt. menjadikan Nabi Isa As. menjadi seorang yang
diberkahi dan diperintahkan untuk taat kepada Allah Swt. Yakni berarti

50
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet.1, 328.
55

keberkahan yang diperoleh manusia dari kehadiran beliau seperti dapat


menyembuhkan berbagai penyakit atas izin Allah Swt. dan juga dari
tuntunan dan ajaran beliau.51 Al-Ṭabarī (w. 310 H/923 M) mengatakan
bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud
keberkahan. Sebagian ahli tafsir berpendapat keberkahan yang dimaksud
ialah menjadikan Nabi Isa As. sebagai orang yang berguna, sebagian lain
berpendapat amar ma’ruf nahi munkar, dan sebagian lainya berpendapat
keberkahan itu yakni menjadikan Nabi Isa As. sebagai guru bagi
kaumnya.52
Ketiga, Nabi Isa As. diperintahkan untuk berbakti kepada Ibunya
(Maryam) dan tidak dijadikan orang yang sombong. Maksudnya ialah
berbakti kepada orang tua setelah taat kepada Allah Swt. Dia (Allah) tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi takabur (enggan) beribadah dan
taat kepada-Nya, serta enggan berbakti kepada ibuku, hingga menyebabkan
aku celaka karenanya.53
َ ُ َ ُ ُ َ ُّ ْ َ َ ٰ َّ َ
٣٣ ‫السل ُم علَّي َي ْو َم ُولِدت َو َي ْو َم ا ُم ْوت َو َي ْو َم ا ْبعث ح ًّيا‬‫و‬

“33. Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari


kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup
(kembali).” (Qs. Maryam/19:33)
Menurut Quraish Shihab, bayi itu (Nabi Isa As) menutup
keterangannya dengan berkata dan berdoa, “Salam”, yakni keselamatan
besar dan kesejahteraan sempurna, “semoga dilimpahkan kepadaku” serta
terhindar dari segala bencana dan aib serta kekurangan “pada hari

51
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. V, 442.
52
Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, jilid. 17, cet. 17, 558-
560.
53
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet.1, 329.
56

kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali)” di


Padang Mahsyar kelak.54

54
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 442-443.
BAB IV
ANALISIS PENGENDALIAN EMOSI OLEH MARYAM

Sebagaimana yang telah penulis sampaikan di Bab I, penelitian ini


akan menganalisis pengendalian emosi yang dilakukan oleh Maryam binti
‘Imrān pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33. Dalam rangkaian ayat ini penulis
membagi konflik ke dalam tiga bagian, yaitu informasi kehamilan, masa
mengandung dan melahirkan serta menghadapi cercaan manusia. Penulis
akan menyajikan tafsir kemudian menganalisis emosi yang dirasakan serta
cara pengendaliannya berdasarkan teori yang dikemukakan oleh M. Darwis
Hude.
A. Penafsiran Ayat
1. Informasi Kehamilan
ْ َ َ َّ َ َ ً َ َْ ْ َ َْ ٰ ْ ُ ْ
‫ فاتخذت ِم ْن‬١٦ ٍۙ‫َواذك ْر ِفى ال ِكت ِب َم ْر َي َمَۘ ِا ِذ انت َبذت ِم ْن اه ِل َها َمكانا ش ْر ِق ًّيا‬
ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َْ ََ َ ُ
‫ قالت ِ ِان ْ ْٓي‬١٧ ‫د ْو ِن ِه ْم ِحج ًاباِۗ فا ْر َسلنآْ ِال ْي َها ُر ْوحنا فت َمثل ل َها بش ًرا َس ِو ًّيا‬
َ َ َ َ ۠ َ ُ ُ ْ َُ
‫ك‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ۖ
‫ك‬ ‫ب‬ ‫ر‬َ ‫ َق َال اَّن َمآْ ا َنا َر ُس ْو ُل‬١٨ ‫ك ا ْن ك ْن َت َتق ًّيا‬ َ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ن‬ ٰ ‫الر ْح‬
‫م‬ َّ ‫ب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اعو‬
‫ذ‬
ُ َ َ ََ َ ُٰ ُ ُ ‫َ َ ْ َه‬ َ ً ُٰ
٢٠ ‫ قالت انى َيك ْون ِل ْي غل ٌم َّول ْم َي ْم َس ْس ِن ْي بش ٌر َّول ْم اك َب ِغ ًّيا‬١٩ ‫غلما ز ِك ًّيا‬
َ َ َ َّ ً َ ْ َ َ َّ ً َ ٰ ٗ َ َ ْ َ َ ٌ َ ََّ َ َ ُ ُّ َ َ َ ٰ َ َ َ
‫اس ورحمة ِمناِۚ وكان‬ ِ ‫ك هو علي ه ِينِۚ ولِ نجعلهْٓ اية ِللن‬ ِ ‫كِۚ قال رب‬ ِ ‫قال كذ ِل‬
ْ َ
٢١ ‫ا ْم ًرا َّمق ِض ًّيا‬

“16. Ceritakanlah (Nabi Muhammad) kisah Maryam di dalam


Kitab (al-Qur’an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari
keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Bait al-Maqdis).
17. Dia (Maryam) memasang tabir (yang melindunginya) dari
mereka. Lalu, Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya,
kemudian dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk
manusia yang sempurna. 18. Dia (Maryam) berkata
(kepadanya), “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan
Yang Maha Pengasih darimu (untuk berbuat jahat kepadaku)

57
58

jika kamu seorang yang bertakwa.” 19. Dia (Jibril) berkata,


“Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk
memberikan anugerah seorang anak laki-laki yang suci
kepadamu.” 20. Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana (mungkin)
aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada
seorang (laki-laki) pun yang menyentuhku dan aku bukan
seorang pelacur?” 21. Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.”
Tuhanmu berfirman, “Hal itu sangat mudah bagi-Ku dan agar
Kami menjadikannya sebagai tanda (kebesaran-Ku) bagi
manusia dan rahmat dari Kami. Hal itu adalah suatu urusan
yang (sudah) diputuskan.” (Qs. Maryam/19:16-21)
Pada bagian pertama ini, Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015 M)
mengatakan bahwa terdapat munasabah antara kisah Maryam dengan ayat-
ayat sebelumnya. Di mana sebelum kisah Maryam ini, Allah Swt. telah
lebih dulu menceritakan kisah Nabi Zakaria As. yang dikaruniai anak pada
usia tua dan istrinya dalam keadaan mandul. Lalu Allah Swt. paparkan kisah
Maryam yang melahirkan anak tanpa suami. Keduanya juga disebutkan
secara bersamaan pada Qs. Āli ‘Imrān, Qs. Maryam dan Qs. al-Anbiyā’.
Antara kedua kisah ini terdapat korelasi, kemiripan yang jelas dan
kandungan makna yang dekat yaitu menunjukkan agungnya kekuasaan
Allah Swt. terhadap hamba-Nya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Selain itu menurut Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015 M), terdapat prinsip
tentang mengajarkan hal yang mudah terlebih dahulu lalu kemudian
menjelaskan hal yang sulit. Sebagaimana Allah Swt. kisahkan terlebih
dahulu tentang Nabi Yahya As. yang lahir dari dua orang tua berusia lanjut
dan mandul. Peristiwa itu masih dekat dengan kebiasaan umum sehingga
lebih mudah untuk diterima. Kemudian Allah Swt. kisahkan kelahiran Nabi
Isa As. tanpa ayah yang lebih tidak umum dan sangat sulit dipercaya.1

1
Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 8, cet. 1, terj. Abdul Hayyi Al-Kattani,
ddk (Jakarta: Gema Insani, 2013), 350.
59

ُ ْ
ْ
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, kalimat ( ‫واذكر ِفى‬
َ
ْ
َ ‫ )الك ٰتب َم ْر َي‬ialah perintah Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.
‫م‬
َۘ ِ ِ
untuk membacakan tentang kisah dan keutamaan Maryam putri ‘Imrān

yang terdapat di dalam al-Qur’an kepada kaum muslimin.2 Sedangkan


َ َْ ْ ْ َ َ َْ
kalimat (‫ ) ِا ِذ انتبذت ِمن اه ِلها‬bermakna menjauhkan diri dari keluarganya
ًّ َ ً َ َ
bahkan seluruh manusia.3 Adapun (‫ )مكانا ش ْر ِقيا‬mengesankan bahwa

tempat itu sengaja dipilih sebagai isyarat terbitnya cahaya Ilahi karena timur

adalah arah terbitnya cahaya matahari. Demikian al-Biqā’i dan Ibnu Abbās

ra. berpendapat bahwa, itu adalah isyarat tentang kiblatnya orang-orang

Nasrani karena mereka menjadikan arah timur sebagai arah kiblat ketika

salat.4
ْ ْ َ َ َْ
Menurut al-Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M) kalimat ( ‫ِا ِذ انتبذت ِمن‬
َْ
‫ )اه ِل َها‬bermakna Maryam yang mengasingkan diri dari keluarganya.5
ًّ َ ً َ َ
Selanjutnya, adapun (‫ )مكانا ش ْر ِقيا‬berarti tempat di sebelah timur Bait al-

Maqdis. Sedangkan alasan pemilihan sebelah timur ialah selain karena

tempat terbitnya matahari juga sebagai isyarat bahwa cahaya matahari

memberikan penerang/petunjuk bagi kehidupan manusia. Manusia

memiliki dua cahaya, yaitu cahaya materi (matahari, bulan, bintang, dan

lampu) dan cahaya dari Allah Swt. yang menjadi petunjuk bagi persoalan

suatu kaum sehingga tidak tersesat dari jalan-Nya.6

2
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
jilid 7, cet. v (Tangerang: Lentera Hati, 2002), 424.
3
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 424.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 425.
5
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15 (Kairo: Al-Azhar
Islamic Research Academy, 1991), 9050.
6
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9051.
60

َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َْ ََ َ ُ ْ َ َ َّ َ
١٧‫فاتخذت ِم ْن د ْو ِن ِه ْم ِحج ًاباِۗ فا ْر َسلنآْ ِال ْي َها ُر ْوحنا فت َمثل ل َها بش ًرا َس ِو ًّيا‬
Menurut Quraish Shihab, di sebelah timur Bait al-Maqdis Maryam

memasang tabir yang berfungsi melindungi dirinya dari pandangan orang-

orang di sekitarnya. Pada saat itulah Allah Swt. mengutus Malaikat Jibril

untuk menemuinya. Dalam keadaan sendiri tiba-tiba muncul di hadapannya

seorang laki-laki yang sempurna secara fisik dan auranya. Laki-laki itu

tampak gagah, penuh wibawa dan sangat simpatik.7 Betapa kaget dan

takutnya Maryam. Ia bahkan menduga bahwa laki-laki itu (malaikat) akan

menodai dirinya. Atas dasar rasa takut itu ia bersegera memohon

perlindungan kepada Allah Swt. Ia berkata,


ُ ْ َّ ُ ْ ُ َ ْ
ًّ‫ك ا ْن ك ْن َت َتقيا‬َ ْ ٰ
ِ ِ ‫ِاِن ْٓي اعوذ ِبالرحم ِن ِمن‬
“Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih darimu (untuk berbuat jahat kepadaku) jika kamu
seorang yang bertakwa.” (Qs. Maryam/19:18)

Menurut al-Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M), ayat 18 tersebut


mengandung makna bahwa Maryam adalah perawan suci hal itu dibuktikan
ketika Maryam melihat laki-laki tampan, ia tidak mengungkapkan
kekaguman padanya, tidak ramah dalam ucapannya juga tidak
mengucapkan sepatah kata pun yang menunjukkan kecenderungan kepada
laki-laki itu. Ini menjadi bukti kesuciannya. Pada saat itu pula, Maryam
merasa takut akan dibunuh dan diserang sedangkan Maryam dalam keadaan
lemah dan tidak memiliki daya atau kekuatan kecuali dari Allah Swt. Maka
aku (Maryam) berlindung kepada-Nya darimu. Selanjutnya menurut al-

7
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: jilid 7, cet. v, 424.
61

Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M), orang beriman adalah yang mengagungkan
Allah Swt. dan mencari perlindungan-Nya.8
Menurut Quraish Shihab, ucapan Maryam di atas menggabungkan
antara permohonan perlindungan kepada Allah Swt. dan peringatan kepada
laki-laki di depannya.9 Sayyid Quṭb (w. 1386 H/1966 M) berpendapat
bahwa ucapan Maryam tersebut adalah memohon perlindungan kepada
Allah Swt. dan menularkan perasaan takwa kepada jiwa sang laki-laki itu.
Maryam menasihatinya untuk takut kepada Allah Swt. dan merasa diawasi
oleh-Nya di tempat yang sepi itu. Sebab orang yang bertakwa pasti akan
bergetar jiwanya ketika mengingat Yang Maha Rahman (Allah Swt) serta
sadar akan dorongan nafsu syahwat dan bisikan setan.10 Sedangkan menurut
Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015 M), ucapan Maryam tersebut
menunjukkan dia sangat menjaga harga diri dan kehormatannya.11
َ ً ُٰ َ َ َ َ ۠ َ
١٩ ‫ك غلما ز ِك ًّيا‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫ه‬‫ا‬‫ل‬ ۖ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ر‬َ ‫َق َال اَّن َمآْ ا َنا َر ُس ْو ُل‬
ِ ِ ِ ِ ِ

َ َ
Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M) menafsirkan maksud firman-Nya ( ‫قال‬
۠ َ
ۖ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ر‬َ ‫ )اَّن َمآْ ا َنا َر ُس ْو ُل‬adalah jawaban dari Malaikat Jibril, tujuan ucapan itu
ِ ِ ِ
adalah untuk menghilangkan perasaan takut Maryam terhadap dirinya:

"Aku bukanlah orang seperti yang kamu duga. Akan tetapi aku hanyalah

utusan Rabb-mu", yaitu Allah-lah yang mengutusku padamu. Malaikat itu

kemudian melanjutkan, (‫كيا‬


ًّ َ ً ٰ ُ َ َ َ َ
ِ ‫ك غلما ز‬
ِ ‫“ ) ِلاهب ل‬Aku hendak memberikan

8
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9055.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid. 7, cet. v, 427.
10
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān di Bawah Naungan al-Qur’an,
jilid 7, cet. 1, terj. As’ad Yasin, ddk (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 361.
11
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, 351.
62

kabar bahwa akan diberikan anugerah seorang anak laki-laki yang suci

kepadamu”.12

Mendengar jawaban tersebut Maryam menjadi lebih tenang. Itu

artinya laki-laki yang bersamanya tidak akan menodainya dan jelas ia

adalah utusan Allah Swt. Namun ternyata ia justru datang memberikan

kabar bahwa Maryam akan punya anak. Sebagai seorang perempuan suci

(perawan) yang tidak pernah disentuh oleh laki-laki mana pun dan bukan

pula seorang pelacur, Maryam secara serta merta bertanya, “Bagaimana

(mungkin) aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada seorang

(laki-laki) pun yang menyentuhku dan aku bukan seorang pelacur?” Lantas

Malaikat Jibril menjawab keheranan itu, “Demikianlah.” Tuhanmu

berfirman, “Hal itu sangat mudah bagi-Ku dan agar Kami menjadikannya

sebagai tanda (kebesaran-Ku) bagi manusia dan rahmat dari Kami. Hal itu

adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”13


َ َ
Menurut Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M), maksud firman-Nya ( ‫قال‬
ٌ َ ََّ َ َ ُ ُّ َ َ َ ٰ َ
ِۚ‫ك هو علي ه ِين‬ِ ‫كِۚ قال رب‬
ِ ‫ )كذ ِل‬ialah “Sesungguhnya Allah Swt. berfirman
bahwa Dia akan menjadikan seorang anak laki-laki darimu. Sekalipun

engkau tidak mempunyai suami dan tidak pernah berbuat zina karena Allah
ً َٰ ٗ َ َ ْ َ َ
ْٓ ‫ولِ نجعل‬
Maha Kuasa, atas apa yang dikehendaki-Nya”.14 Adapun ( ‫ه اية‬
َّ
‫اس‬
ِ ‫ ) ِللن‬maksudnya ialah hal itu pula akan menjadi petunjuk dan tanda bagi
manusia tentang kekuasaan Pembuat dan Pencipta mereka, di mana hal

12
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, terj. M. Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 320.
13
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. V, 428.
14
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 320.
63

tersebut merupakan salah satu bentuk cara menciptakan mereka. Allah Swt.

telah menciptakan nenek moyang mereka, yaitu Adam as tanpa ayah dan

ibu, Ia ciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita, dan Ia ciptakan seluruh

keturunannya dari laki-laki dan wanita, kecuali Isa As. yang diciptakan dari

wanita tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah empat bagian yang

menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan keagungan wewenang-

Nya. Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah Swt. dan tidak ada

Rabb selain-Nya.15 Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M) melanjutkan firman-Nya,


َّ ً َ ْ َ َ
(ِۚ‫ )ورحمة ِمنا‬ia menafsirkan bahwa maksudnya ialah Allah Swt. menjadikan

anak laki-laki ini rahmat dan menjadikannya seorang Nabi yang

menyerukan ibadah dan hanya mengesakan Allah Swt. Lalu ( ‫وكان امرا‬
ً َْ َ َ َ
ْ
‫ )َّمق ِض ًّيا‬menurut Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M), kemungkinan, kalimat ini
adalah pelengkap pembicaraan Malaikat Jibril kepada Maryam yang

mengabarkan bahwa hal tersebut adalah perkara yang telah ditakdirkan

dalam ilmu Allah Swt. dan kehendak-Nya. Kemungkinan lain, bahwa

kalimat tersebut adalah berita dari Allah Swt. kepada Rasul-Nya,

Muhammad Saw..16
Ketetapan itu adalah suatu yang telah Allah Swt. rencanakan. Ketika
Jibril berkata kepada Maryam tentang apa yang difirmankan oleh Allah
Swt. ia pun berserah diri kepada qada Allah Swt. Jibril kemudian
menghembuskan angin ke lubang bajunya, lalu embusan tersebut turun ke
bawah hingga masuk ke dalam kemaluannya. Lalu ia pun mengandung
seorang anak atas izin Allah Swt.17

15
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 320.
16
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 321.
17
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr Al-Munīr, jilid. 8, cet. 1, 352.
64

2. Masa Mengandung dan Melahirkan

َ ْ َّ ْ ٰ ُ َ ْ َ َََ َ ً َ ْ َ َْ َ ُ ْ َ َ َ
ِۚ‫ فاجا َۤءها ال َمخاض ِالى ِجذ ِع النخل ِة‬٢٢ ‫فح َملته فانت َبذت ِبه َمكانا ق ِص ًّيا‬
ََّ َْ ْ َ ٰ َ َ ْ َّ ً ْ َ ُ ْ ُ َ َ ٰ َ ْ َ ُّ ْ َ ْ َ ٰ ْ َ َ
َ ًّ
‫ فنادىها ِمن تح ِتهآْ الا‬٢٣ ‫قالت يليت ِني ِمت قبل هذا وكنت نسيا من ِسيا‬
ْ ٰ ُ َ ْ َّ ْ ْ َ ْ ُ َ ًّ َ َ ْ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ
‫ك ِ ِبجذ ِع النخل ِة تس ِقط‬
ِ ‫ي ِالي‬ ْٓ ‫ وه ِز‬٢٤ ‫ك س ِريا‬ ِ ‫ك تحت‬ ِ ‫زني قد جعل رب‬ ِ ‫تح‬
ًّ َ ً َ ُ ََْ
٢٥ ۖ‫ك رطبا ج ِنيا‬ ِ ‫علي‬

“22. Maka, dia (Maryam) mengandungnya, lalu mengasingkan


diri bersamanya ke tempat yang jauh. 23. Rasa sakit akan
melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon
kurma. Dia (Maryam) berkata, “Oh, seandainya aku mati
sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan
dilupakan (selama-lamanya).” 24. Dia (Jibril) berseru
kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau
bersedih. Sungguh, Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu. 25. Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak
kepadamu.” (Qs. Maryam/19:22-25)
Menurut Quraish Shihab, tafsir dari ayat 22 ialah tak lama sejak
kejadian itu (Kedatangan Malaikat Jibril di mihrabnya) Maryam pun hamil.
Meskipun dalam ayat di atas tidak disebutkan masa kehamilannya. Namun,
menurut mayoritas ulama usia kehamilannya adalah sembilan bulan,
sebagaimana proses kehamilan pada umumnya. Ketika tanda-tanda
kehamilan itu semakin sulit disembunyikan maka ia pergi menjauh dari
keluarganya.18 Wahbah al-Zuhailī (w. 1436 H/2015 M), berpendapat
Maryam mengambil tempat yang jauh bukan untuk melahirkan, melainkan
karena malu kepada kaumnya dan untuk menghindari tuduhan fitnah
terhadap dirinya.19 Kemudian menurut Ibnu Kaṡīr dan Quraish Shihab,

18
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 430.
19
Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr, jilid. 8, cet. 1, 353.
65

mayoritas ulama berpendapat bahwa tempat lahirnya Nabi Isa As. adalah di
Baitullahmi (Bethlehem),20 sebelah selatan al-Quds (Yerussalem),
Palestina.21
َ ْ َّ ْ ٰ ُ َ ْ َ َََ
Pada ayat ke 23, (ِۚ‫ )فاجا َۤءها ال َمخاض ِالى ِجذ ِع النخل ِة‬ketika tiba rasa

sakit hendak melahirkan (kontraksi), Maryam terpaksa menyandarkan diri

ke pangkal pohon kurma kering yang ada di dekatnya. Menurut al-Sya’rāwī


(w. 1418 H/1998 M), ketika waktu melahirkannya tiba wanita

membutuhkan sesuatu untuk bersandar dan berpegangan dengan kuat untuk

melepaskan rasa sakit saat melahirkan.22


ْ َ ُ ْ ُ َ ٰ َ َ ُّ ََْ ْ َ َ
٢٣ ‫قالت ٰيليت ِن ْي ِمت ق ْبل هذا َوكنت ن ْس ًيا َّمن ِس ًّيا‬
Rasa sakit yang teramat besar dicampur fitnah yang akan
didapatkannya membuatnya berkata, “Oh, seandainya aku mati sebelum ini
dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-
lamanya).” Maksudnya seandainya aku (Maryam) mati sebelum
menanggung beban cobaan yang berat ini, maka aku akan menjadi barang
yang tidak berharga, lagi dilupakan. Dapat dibayangkan bagaimana raut
mukanya, perasaan panik pikirannya dan kesedihannya di posisi itu.23 Rasa
sakit hendak melahirkan adalah rasa sakit yang luar biasa. Bahkan seperti
perjuangan hidup dan mati, maka tak heran jika dalam kondisi pikiran yang
sangat berkecamuk atau kacau ditambah rasa sedih dan sakit secara fisik,
Maryam akhirnya melontarkan kata-kata demikian. Tidak tahu bagaimana
ia akan menjelaskan pada kaumnya tentang anak yang lahir tanpa ayah.

20
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 323.
21
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. v, 430.
22
Muhammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9063.
23
Syahid Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān, jilid 7, cet. 1, 363.
66

Menurut Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015 M), pada ayat 23


berangan-angan untuk mati dibolehkan ketika dalam kondisi seperti
Maryam. Ketika itu Maryam berangan-angan untuk mati terkait masalah
agama karena dua sebab. Pertama, ia khawatir orang-orang akan berburuk
sangka dan melecehkan agamanya, sehingga membuatnya tertimpa fitnah.
Kedua, agar orang-orang tidak terjatuh dalam fitnah dan menuduh orang
yang tidak bersalah berbuat zina karena hal itu perbuatan celaka. Maryam
sangat takut karena menjaga agamanya dan agama orang lain agar tidak
terperosok dalam perbuatan dosa.24
َ َْ ْ َ ٰ َ َ
Menurut Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015 M), (ْٓ‫)فنادىها ِمن تح ِتها‬

setelah anak itu lahir, ada yang menyeru Maryam dari tempat yang rendah.

Ulama berbeda pendapat tentang siapa yang menyeru Maryam setelah

anaknya lahir. Ada yang berpendapat bahwa yang menyeru itu Malaikat

Jibril dan ada yang berpendapat yang menyeru itu adalah Nabi Isa As.

Maksudnya ialah Malaikat Jibril atau Nabi Isa As. “berseru kepadanya dari

tempat yang rendah,” Wahai Maryam, “Janganlah engkau bersedih.”

Karena kondisi ini, sendirian, tidak ada makanan dan minuman serta

khawatir atas cemoohan orang-orang. “Sungguh, Tuhanmu” (Allah yang

Maha Pembimbing dan Maha Pemelihara) “telah menjadikan anak sungai

di bawahmu” (untuk keperluanmu). “Goyanglah pangkal pohon kurma itu

ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak

kepadamu.”25
ْ َ ْ َ ََّ
(‫زني‬ِ ‫ )الا تح‬menurut al-Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M), sedihnya
Maryam ialah karena ia terputus hubungan dengan manusia, ia dalam

24
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, cet. V, 358.
25
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 7, cet. v, 431.
67

keadaan melahirkan, tidak memiliki siapa pun untuk membantunya dan

tidak pula ada yang dapat membawakan perbekalan untuknya. Maka karena

itu, Allah Swt. yang merawatnya, menyediakan makanan dan minuman

yang dia butuhkan.26 Selanjutnya pada ayat ke 25, Maryam melakukan apa

yang Allah Swt. perintahkan yaitu menggoyangkan pohon kurma yang

besar dan keras. Menurut al-Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M) itu adalah

bentuk kepatuhannya terhadap perintah Allah Swt.27


Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015 M), mengatakan bahwa para
ulama juga menggunakan ayat 25 ini sebagai dalil yakni meskipun rezeki
setiap makhluk telah Allah Swt. tetapkan, namun setiap makhluknya tetap
diperintahkan untuk berusaha. Dalam ayat di atas Allah Swt.
memerintahkan Maryam untuk menggoyang pohon kurma kering yang
batangnya keras dan kokoh. Sesungguhnya tidak akan berpengaruh apa-apa
goyangan pohon yang kokoh dan besar itu oleh tangan lemah Maryam yang
baru saja melahirkan. Namun atas izin Allah Swt. pohon yang tidak
bergerak itu tetap memberikan buah yang matang kepada Maryam. Hal itu
terjadi sebab Allah Swt. hendak memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-
Nya.28 Manusia hanya diperintahkan untuk berikhtiar adapun urusan rezeki
Allah Swt-lah yang menentukannya. Hal yang menurut manusia tidak
mungkin akan menjadi mungkin bagi Allah Swt. dan segala sesuatu dapat
terjadi sesuai kehendak-Nya.
Menurut Wahbah al-Zuḥailī (w. 1436 H/2015 M), perintah untuk
berusaha mencari rezeki merupakan sunnatullah pada hamba-hamba-Nya.
Hal itu tidak bertentangan dengan tawakal karena tawakal kepada Allah

26
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9066.
27
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9068.
28
Wahbah al-Zuḥailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 7, cet. v, 359.
68

Swt. adalah setelah berusaha. Sebelum melahirkan, Maryam diberi rezeki


oleh Allah Swt. tanpa usaha sebagai sebuah pemuliaan khusus terhadapnya.
Ketika Maryam melahirkan, ia diperintahkan untuk menggoyang pohon
kurma. Dahulu sebelum melahirkan, ia selalu menggunakan seluruh
waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. dan sama sekali tidak
sibuk dengan lelahnya mencari rezeki. Ketika Maryam telah melahirkan
Nabi Isa As. rasa cinta dan peduli pada anaknya muncul sehingga hatinya
senantiasa sibuk dengan urusan anaknya, ia pun Allah Swt. perintahkan
untuk bekerja. Maryam dikembalikan lagi oleh Allah Swt. kepada
kebiasaan yang berlaku, yaitu mengambil sebab, seperti para hamba pada
umumnya.29
3. Menghadapi Cercaan Manusia
ُ ْ َ َ ْ ْ ْ ُ َ ً َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ ً ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ
‫فك ِلي واشر ِبي وق ِري عيناِۚف ِاما تر ِين ِمن البش ِر احداٍۙ فقوِل ْٓي ِ ِاني نذرت‬
ُ َ ُٗ َْ َ َْ َ ْ ََ َ ْ َ ْ َْ َ َ ُ ََْ ًْ َ ٰ ْ
ُ‫ِۗقال ْوا ٰي َم ْر َيم‬ ًّ
‫ فاتت ِبه قومها تح ِمله‬٢٦ ِۚ‫لرحم ِن صوما فلن اك ِلم اليوم ِان ِسيا‬ َّ ‫ِل‬
ْ َ َ َ َّ ْ َ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ
ْ ُ ٰ َ ْ ُ ٰٓ ًّ َ ْ َ ْ ْ ََ
‫ ياخت هرون ما كان ابو ِك امرا سوء وما كانت‬٢٧ ‫لقد ِجئ ِت شيـا ف ِريا‬ ًٔ
ًّ َ ْ َْ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َْ ْ َ َ َ َ ًّ َ ُّ ُ
٢٩ ‫ فاشارت ِالي ِهِۗ قالوا كيف نك ِلم من كان ِفى المه ِد ص ِبيا‬٢٨ ۖ‫ك ب ِغيا‬ ِ ‫ام‬
ُ ْ ُ َ َ ْ َ ً َ ٰ ُ ْ َ َ َ َّ ًّ َ ْ َ َ َ َ َ ٰ ْ َ ٰٰ ‫َ َ ْ َ ْ ُ ه‬
ۖ‫ وجعل ِني مبركا اين ما كنت‬٣٠ ٍۙ‫اّٰللِۗات ِني ال ِكتب وجعل ِني ن ِبيا‬ ِ ‫قال ِاِني عبد‬
ْ َ َْ َ ٰ َّ ْ ٰ ْ َ َ
َ
‫دت ْي َول ْم يجعل ِن ْي جَّب ًارا‬
َ َ ًّ َ َّ
‫ل‬‫ا‬‫و‬ ‫ب‬ ‫ا‬
ٌۢ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫و‬ ٣١ ۖ‫ا‬ ‫ي‬ َّ ‫الص ٰلوة َو‬
ًّ ‫الزكوة َما ُد ْم ُت َح‬ ‫واوص ِني ِب‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ ُ ُ َ ُّ ْ َ َ ٰ َّ َ َ
٣٣ ‫السل ُم علَّي َي ْو َم ُو ِلدت َو َي ْو َم ا ُم ْوت َو َي ْو َم ا ْبعث ح ًّيا‬ ‫ و‬٣٢ ‫ش ِق ًّيا‬

“26. Makan, minum, dan bersukacitalah engkau. Jika


engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku
telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha
Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan
siapa pun pada hari ini.’” 27. Dia (Maryam) membawa dia (bayi

29
Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr, jilid 7, cet. v, 359.
69

itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka


(kaumnya) berkata, “Wahai Maryam, sungguh, engkau benar-
benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. 28. Wahai
saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu bukan seorang
yang berperangai buruk dan ibumu bukan seorang perempuan
pezina.” 29. Dia (Maryam) menunjuk kepada (bayi)-nya (agar
mereka bertanya kepadanya). Mereka berkata, “Bagaimana
mungkin kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih
dalam ayunan?” 30. Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku
hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan
menjadikan aku seorang nabi. 31. Dia menjadikan aku seorang
yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan
kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat
sepanjang hayatku, 32. dan berbakti kepada ibuku serta Dia
tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka. 33.
Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari
kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup
(kembali).” (Qs. Maryam/19:26-33)
Malaikat Jibril atau Nabi Isa As. melanjutkan ucapannya untuk
memberikan ketenangan kepada Maryam. “Makan, minum, dan
bersukacitalah engkau”. Makanlah dari kurma yang berguguran atasmu,
minumlah dari air sungai yang mengalir di bawahmu jangan takut lapar dan
dahaga, bergembiralah dengan kelahiran anakmu, dan janganlah engkau
bersedih. “Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, pada mereka,
‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha
Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada
hari ini.” Yakni jika ada orang yang mengajakmu berbicara atau
mempertanyakan tentang kelahiran anakmu maka katakanlah bahwa
sesungguhnya aku sedang bernazar kepada Allah untuk tutup mulut dan
tidak berbicara kepada siapa pun. Menurut al-Sya’rāwī dan Quraish Shihab,
ketika Maryam mendatangi kaumnya dengan membawa bayinya. Ia datang
70

dengan rasa percaya diri tanpa malu sedikit pun dan yakin akan dukungan
dari Allah Swt. yang Maha Suci.30
Menurut para ulama, Maryam pergi mendatangi kaumnya setelah
empat puluh hari dari kelahiran Nabi Isa As.31 Ketika fisiknya sudah pulih
dengan sempurna ia kembali ke Bait al-Maqdis. Mengetahui hal tersebut
kaumnya langsung mencaci maki Maryam. Mereka menuduh Maryam telah
melakukan perbuatan keji. Adapun Maryam, ia telah bernazar untuk puasa
bicara. Maka tak satu pun kata ia ucapan untuk menjawab tuduhan-tuduhan
kaumnya.
Ibnu Kaṡīr (w. 774 H/1374 M) menafsirkan ayat 28 dengan menunjuk
kepada bayi yang sedang ia gendong. Sebuah isyarat yang berarti tanyakan
saja semua pertanyaan kalian kepada bayi ini. Dia akan menjelaskan
semuanya. Melihat hal itu, Bani Israil langsung berbicara dengan penuh
murka kepada Maryam. Mereka menyangka Maryam mengejek dan
bermain-main dengan mereka. “Bagaimana mungkin kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Yaitu, anak yang berada
dalam gendonganmu, ia masih bayi, bagaimana mungkin ia bisa berbicara
dengan kami?32 Secara sederhana hal itu mustahil dilakukan. Anak bayi
yang masih dalam buaian tentu tidak bisa bicara. Hal yang lumrah
dilakukannya adalah hanya menangis. Maka itulah yang menjadikan Bani
Israil murka kepada Maryam.
Dengan izin Allah Swt. bayi yang dalam gendongan Maryam (Nabi
Isa As) tiba-tiba dapat berbicara dan membantah segala tuduhan keji Bani
Israil terhadap Maryam. Ia berkata,
“Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil)
dan menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang
diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku
30
Muḥammad Mutawallī Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9073.
31
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7, cet. V, 435.
32
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Kaṡīr, jilid. 5, cet. 1, 328.
71

(untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang


hayatku, dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku
orang yang sombong lagi celaka. “Kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari
aku dibangkitkan hidup (kembali).” (Qs. Maryam/19: 30-33)
Setelah Nabi Isa As berbicara, terjawab semua tuduhan-tuduhan yang
dilemparkan oleh Bani Israil kepada Maryam. Semua dugaan-dugaan buruk
itu terbantahkan. Lewat jawaban itu Allah membersihkan nama Maryam.
Memuliakannya dan mengangkat derajatnya di sisi makhluk-Nya.
Demikianlah tanda-tanda kebesaran Allah Swt. yang Ia tampakkan pada
manusia di hari itu dan menjadi pelajaran yang berharga hingga hari ini.
B. Analisis Pengendalian Emosi
Pada Bab II penulis telah memaparkan tentang teori-teori
pengendalian emosi yang dikemukakan oleh M. Darwis Hude. Berdasarkan
tafsir ayat pada Qs. Maryam/19:16-33 penulis melakukan analisis dan
menemukan tujuh emosi serta enam bentuk pengendalian emosi yang
dilakukan oleh Maryam. Berikut emosi yang dirasakan oleh Maryam dan
bentuk-bentuk pengendalian emosi yang dilakukannya sesuai dengan teori
pengendalian emosi yang dikemukakan oleh M. Darwis Hude:
1. Emosi Kaget dan Takut
Emosi kaget dan takut pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33
tergambarkan pada saat Maryam didatangi oleh seorang laki-laki
yang tampan di mihrabnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh al-
Sya’rāwī (w. 1418 H/1998 M) dan Quraish Shihab, Maryam kaget
dan takut pada saat seorang laki-laki33 mendatanginya di mihrab
sedangkan ia dalam keadaan seorang diri.34 Adapun ekspresi emosi
Maryam digambarkan dalam bentuk sikap dan tingkah laku. Saat itu

33
Malaikat Jibril yang datang dalam keadaan seperti manusia.
34
Lihat tafsir Qs. Maryam/19:17 pada M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 7,
424 dan Muḥammad Mutawallī al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15, 9055.
72

Maryam secara spontan mengucapkan kalimat permohonan


perlindungan kepada Allah Swt. Hal itu menggambarkan kemuliaan
akhlak yang dimiliki oleh Maryam. Sebagaimana menurut Ibn
Miskawaih35 (W. 421 H/1030 M), akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.36 Kemudian secara
psikologi bentuk sikap dan tingkah laku atau respons seseorang atas
suatu kejadian disebut dengan pengendalian emosi. Berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh M. Darwis Hude, bentuk pengendalian emosi
yang dilakukan oleh Maryam atas emosi kaget dan takutnya adalah
sebagai berikut:
a. Pengalihan (displacement) dalam bentuk żikrullāh.
Menurut M. Darwis Hude, salah satu cara mengendalikan emosi
adalah dengan model pengalihan. Pengalihan (displacement) ialah
melakukan pengalihan emosi dari objek perangsang emosi kepada
objek yang lain sehingga emosi yang muncul tidak membesar tetapi
justru mereda.37 Selanjutnya M. Darwis Hude menjelaskan bahwa
model pengalihan terdiri dari tiga jenis yaitu katarsis, manajemen
‘anggur asam’ dan żikrullāh. Katarsis adalah bentuk melampiaskan
emosi kepada benda, manajemen ‘anggur asam’ adalah bentuk
melampiaskan emosi pada persepsi lain dan żikrullāh adalah bentuk
mengembalikan sebagian emosi kepada Allah Swt.
Berdasarkan teori itu dapat dikatakan bahwa tingkah laku
Maryam yang mengucapkan kata “auzubirrahmani minka inkunta
taqiya” adalah bentuk pengalihan emosi kepada Allah Swt. atau

35
Seorang filsuf akhlak pada masa Dinasti Abbasyiyah.
36
Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Taṭhir al-A’raq, cet. 1 (Mesir: al-Maṭba’ah
al-Miṣriyah, 1934), 40.
37
M Darwis Hude, Emosi, 264.
73

żikrullāh. Dalam hal ini Maryam mengalihkan rasa takutnya kepada


Allah Swt. yang Maha Melindungi. Hal itu ia lakukan untuk
menurunkan rasa takutnya dan mendatangkan ketenangan.
Sebagaimana hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.38
Maryam memohon perlindungan kepada Allah Swt. atas rasa takutnya
serta berupaya menegur lawan bicaranya dengan mengingatkannya
pada Allah Swt.
2. Emosi Heran
Emosi heran pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33 digambarkan
pada saat Maryam mendapatkan kabar bahwa ia akan hamil dan
memiliki anak yang suci. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Quraish Shihab, Maryam terheran-heran dengan kabar itu. Ia
kemudian merespons dengan mempertanyakan kabar itu. Hal itu
wajar sebab kabar itu mengejutkannya. Ia seorang perawan suci yang
tidak pernah disentuh laki-laki lantas bagaimana mungkin ia akan
mendapatkan anak yang suci. Bentuk herannya tergambarkan dalam
bentuk pertanyaan kepada Malaikat Jibril. Setelah Maryam bertanya,
Jibril memberikan penjelasan bahwa hal itu sudah ditakdirkan oleh
Allah Swt. Secara psikologi tindakan Maryam yang tidak
mempertanyakan lebih lanjut adalah bentuk penerimaan. Secara lebih
jelas bentuk pengendalian emosi atas rasa heran tersebut ialah sebagai
berikut:
a. Penyesuaian Kognisi (Cognitive Adjustment) dalam bentuk
ḥusnuẓan
Menurut M. Darwis Hude, salah satu cara mengendalikan emosi
adalah dengan menyesuaikan kognisi. Menyesuaikan kognisi adalah

38
Ibnu Kaṡīr, Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 4, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001), 500.
74

menilai suatu berdasarkan cara pandang yang disesuaikan dengan


keinginan subjek.39 Sehingga suatu emosi tidak menekan seseorang
dalam kurun waktu yang lama. Selanjutnya M. Darwis Hude
menjelaskan bahwa terdapat tiga bentuk penyesuaian kognisi yaitu
ḥusnuẓan, empati dan altruisme. Ḥusnuẓan ialah sikap seseorang yang
menempatkan persepsinya pada wacana positif, empati berarti
berusaha memahami orang lain seraya mencoba memosisikan diri di
posisi itu dan altruisme adalah mendahulukan kepentingan orang lain.
Berdasarkan teori tersebut, penulis memahami bahwa perilaku
Maryam yang merasa heran tentang kabar kehamilan tanpa suami lalu
mempertanyakan berita itu dan diam setelah mendapatkan penjelasan,
secara psikologi termasuk pada model pengendalian emosi
penyesuaian kognisi (cognitive adjustment) dalam bentuk ḥusnuẓan
(berpikir positif). Hal ini didasari pada tidak terdapatnya sikap
mempertanyakan lebih jauh dan menolak takdir tersebut. Maryam
memilih menyerahkan semua takdir itu kepada Allah Swt. Ia
menerimanya dan tidak menolaknya sekalipun hal itu tampak tidak
masuk akal sebab ia tahu dan yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
b. Coping dalam bentuk sabar-syukur
Menurut M. Darwis Hude, salah satu cara untuk mengendalikan
emosi adalah dengan coping. Coping ialah sikap menanggulangi,
menerima dan menguasai segala hal yang telah terjadi pada diri
sendiri.40 Selanjutnya M. Darwis Hude menjelaskan, terdapat tiga
bentuk coping yaitu sabar-syukur, memberikan maaf dan adaptasi-
adjustment. Sikap Maryam yang diam setelah mengetahui bahwa

39
M Darwis Hude, Emosi, 270-271.
40
M Darwis Hude, Emosi, 278.
75

kehamilannya telah diputuskan oleh Allah Swt. menurut penulis


termasuk model pengendalian emosi coping dalam bentuk sabar-
syukur. Hal itu didasarkan pada tidak terdapatnya sikap menentang
takdir yang dilakukan oleh Maryam. Jika menentang takdir maka jelas
itu berarti Maryam tidak bersyukur dan jika tidak bersyukur maka
lebih tidak mungkin Maryam akan sabar atas kehamilan itu.
Kemudian sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir bahwa
Maryam akan diberikan anugerah anak yang suci. Anugerah anak
adalah karunia dari Allah Swt. sehingga tentu seorang hamba yang
beriman akan bersyukur atas karunia itu dan bersabar dalam proses
kehamilannya.
3. Emosi Malu, Cemas dan Gelisah
Emosi malu, cemas dan gelisah pada tafsir Qs. Maryam/19:16-
33 digambarkan pada saat usia kandungan Maryam yang semakin tua.
Ia tidak bisa menutupi lagi kehamilannya dan orang-orang pasti akan
mempertanyakan kehamilannya tanpa suami. Karena itulah ia merasa
malu, cemas dan gelisah. Menurut Dini A.P. Prapto, H. Fuad Nashori
dan Rumiani, rasa gelisah dan cemas adalah suatu hal lumrah semasa
hamil karena wanita yang hamil mengalami suatu proses penyesuaian
terhadap perubahan fisik dan psikologi. Perubahan ini terjadi akibat
perubahan hormon pada proses tumbuh dan berkembangnya janin
hingga ia lahir. Demikian juga masa menghadapi proses bersalin,
wanita mudah mengalami tekanan dan ketakutan terutama pada
kehamilan dan persalinan pertama.41 Dalam kondisi demikian
Maryam memilih pergi meninggalkan kotanya ke tempat yang jauh.

41
Dini A.P. Prapto, H. Fuad Nashori dan Rumiani. “Terapi Tadabbur Al-Qur’an
untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama”. Jurnal Intervensi
Psikologi, vol. 7, no. 2 (Desember, 2015): 131-142.
76

Pada keputusan itu terkandung nilai-nilai pengendalian emosi sebagai


berikut:
a. Regresi
Berdasarkan teori pengendalian emosi yang dikemukakan oleh
M. Darwis Hude, perginya Maryam ke tempat yang jauh saat usia
kandungannya semakin tua disebut dengan regresi. Regresi adalah
bentuk pengendalian emosi berupa pergi menenangkan diri dari
kemungkinan gejolak emosi yang lebih besar kepada yang lebih
rendah.42 Maryam dengan rasa malu karena kehamilan tanpa suami,
rasa cemas akan kelahiran anak dan gelisah akan apa yang terjadi di
kemudian hari memutuskan untuk pergi. Ia menjauhi konflik agar
konflik tersebut tidak semakin besar. Menurut penulis, dengan
kondisi seperti itu, keputusan yang Maryam ambil telah tepat. Sebab
jika Maryam tidak pergi lalu kemudian diketahui oleh Bani Israil ia
hamil tanpa suami maka kemungkinan yang akan terjadi adalah
penyiksaan secara fisik dan mental kepada Maryam. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Wahbah al-Zuhailī (w. 1436 H/2015 M), bahwa
Maryam mengambil tempat yang jauh bukan untuk melahirkan,
melainkan karena malu kepada kaumnya dan untuk menghindari
tuduhan fitnah terhadap dirinya. Fitnah itu akan menimpa Maryam
dan agamanya. Ia khawatir agamanya akan dihinakan karena sesuatu
yang terjadi padanya.43 Maryam tidak ingin hal itu terjadi maka ia
memutuskan pergi atau dalam psikologi disebut dengan regresi.
b. Relaksasi
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para mufasir,
Maryam pergi meninggalkan Bait al-Maqdis ke Betlehem, sebelah

42
M Darwis Hude, Emosi, 286-287.
43
Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr, jilid. 8, cet. 1, 353.
77

selatan al-Quds.44 Ia menempuh perjalanan yang melewati bentangan


alam berupa pepohonan, rerumputan, dan lainnya. Perginya Maryam
ke bentangan alam tersebut berdasarkan teori pengendalian emosi M.
Darwis Hude termasuk bentuk pengendalian emosi jenis relaksasi.
Relaksasi ialah menjadikan tubuh terasa lebih nyaman atau tidak
tegang dan tidak terasa sakit. Menurut M. Darwis Hude relaksasi
dapat berbentuk menarik napas dalam-dalam, melemaskan otot-otot,
melihat pemandangan di luar, dan sebagainya.45 Sebagaimana secara
psikologi, melihat keindahan alam adalah salah satu cara untuk
meredakan ketegangan emosi. Dengan merasakan kesejukan alam,
tekanan darah menjadi lebih stabil, pernafasan terasa lebih ringan,

tekanan pada otot, tubuh serta stres berkurang.46


4. Emosi Sedih
Emosi sedih pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33 digambarkan
pada saat detik-detik melahirkan. Di mana emosi malu, cemas dan
gelisah yang tergambarkan pada ayat ke 23 mencapai puncaknya
berupa kesedihan dan keinginan untuk mati. Ketika di puncak emosi
itulah Malaikat Jibril ataupun Nabi Isa As. yang menyerunya dari
tempat yang rendah untuk memberikan penguatan (reinforcement)
kepada Maryam. Penguatan itu berupa pesan bahwa Maryam tidak
perlu sedih dengan kondisinya. Sebab Allah Swt. selalu bersamanya,
memenuhi kebutuhannya dan tidak meninggalkannya. Maryam
diperintahkan untuk menggoyang pohon kurma dan menjadikan buah
kurma sebagai makanan serta telah menyediakan baginya air sungai
untuk keperluannya dan tak lupa anaknya sebagai penenang hatinya.

44
Lihat tafsir Qs. Maryam/19:22 pada Tafsir Ibnu Kaṡīr dan Tafsir al-Misbah
45
M Darwis Hude, Emosi, 288.
46
Mirza Iqbal, “Alam Juga Bisa Menyebuhkan”, diakses 7 Oktober, 2022,
https://pijarpsikologi.org/blog/alam-juga-bisa-menyembuhkan.
78

Segala kebutuhannya telah Allah Swt. siapkan maka ia tidak perlu


khawatir. Demikianlah cara Allah Swt. menguatkan hati Maryam.
Lalu Maryam pun menerima penguatan itu sebagai bentuk
pengendalian emosinya. Secara lebih lengkap pengendalian emosi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penguatan (Reinforcement)
Berdasarkan teori pengendalian emosi yang dikemukakan oleh
M. Darwis Hude, penguatan (reinforcement) mengandung makna
menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu
kuat.47 Dalam hal ini emosi Maryam sedang berada di posisi yang
lemah. Oleh karena itu, Malaikat Jibril ataupun Nabi Isa As. yang
menyeru Maryam dari tempat yang lebih rendah agar Maryam tidak
bersedih, melainkan makan dan minum serta bersuka cita berperan
memberikan penguatan (reinforcement). Yakni memberikan
penguatan atas kesedihan yang dirasakan oleh Maryam. Penguatan
(reinforcement) itu diharapkan dapat mempengaruhi Maryam
menjadi lebih kuat emosinya atau naik tangga emosinya ke level
emosi yang lebih tinggi. Sehingga Maryam tidak berputus asa atas
kondisinya saat itu dan tetap senantiasa ingat akan pertolongan Allah
Swt.
b. Coping dalam bentuk adaptasi-adjustment
Ketika Allah Swt. memerintahkan Maryam untuk makan,
minum, bersukacita atas kelahiran anaknya dan puasa bicara ketika
bertemu dengan manusia maka Maryam melakukannya. Tindakan
Maryam yang melakukan perintah tersebut berdasarkan teori
pengendalian emosi M. Darwis Hude masuk pada coping dalam
bentuk adaptasi-adjustment. Di mana Maryam menerima perintah

47
M Darwis Hude, Emosi, 286-287.
79

tersebut dan segera beradaptasi dengan kondisi yang akan menyerang


emosinya. Sebagaimana coping bermakna menerima, menanggulangi
atau menguasai maka Maryam telah menerima perintah itu dengan
baik, ia kuasai emosi dirinya dengan beradaptasi mengambil peran
sebagai ibu untuk anaknya. Selain itu, secara psikologi salah satu
hikmah dari perintah puasa adalah untuk memberikan kekuatan
emosional pada Maryam. Hal itu didasari sebagaimana dalam
psikologi, puasa dapat memberikan pengaruh positif bagi emosi.
Orang yang berpuasa akan lebih mudah mengendalikan nafsu pada
dirinya.48 Jiwa terasa lebih tenang dan ketakwaan meningkat.49
Demikian bentuk-bentuk pengendalian emosi yang dilakukan oleh
Maryam pada tafsir Qs. Maryam/19:16-33. Dalam kisah tersebut terdapat
banyak hikmah yang dapat diteladani dari seorang wanita terbaik yang
pernah ada di muka bumi. Di antara hikmahnya adalah kemuliaan akhlak
dan hidayah dari Allah Swt. Maryam yang dikenal sebagai ahli ibadah
mampu membuahkan hasil akhlak yang mulia serta ketaatannya
mengantarkan ia kepada dekatnya pertolongan Allah Swt. Oleh karena itu,
hendaknya setiap manusia senantiasa memperbaiki serta menyempurnakan
ibadahnya kepada Allah Swt. dan membiasakan akhlak yang terpuji agar
hidupnya penuh dengan kemuliaan dan senantiasa dalam petunjuk Allah
Swt.

48
Harianto, “Teologi “Puasa” dalam Perspektif Kesehatan, Psikologis dan Spiritual
untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Hidup”, Jurnal Excelsis Deo, vol. 5, no. 2
(Desember 2021): 160.
49
Santina, “Hubungan antara Intensitas Puasa Senin Kamis dengan Pengendalian
Diri pada Manusia,” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019),
28-29.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengaplikasian teori pengendalian emosi oleh M. Darwis
Hude pada Qs. Maryam/19:16-33 ditemukan hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Emosi kaget, takut, dan heran dikendalikan oleh Maryam dengan tiga
cara, yaitu: pertama, mengalihkan (displacement) ketegangan emosi
pada objek lain yaitu Allah Swt. Pengalihan yang dilakukan adalah
dalam bentuk żikrullāh yakni berupa permohonan perlindungan dari
objek yang membuat kaget dan takut. Kedua, ketika heran Maryam
menyesuaikan kognisinya (cognitive adjustment) dalam bentuk
atribusi positif (ḥusnuẓan) atas takdir dari Allah Swt. Meskipun heran
atas kehamilan tanpa suami ia tetap berpikir positif bahwa rencana-
Nya pasti yang terbaik. Ketiga, melakukan coping (menerima) takdir
yang sangat mengguncang emosinya dengan sabar dan syukur.
2. Emosi malu, cemas, gelisah dan sedih dikendalikan oleh Maryam
dengan cara regresi, relaksasi dan penguatan (reinforcement). Ketika
ia merasa malu, cemas, gelisah atas kehamilan tanpa suami. Maryam
memilih pergi (regresi) meninggalkan sumber konflik untuk
menenangkan diri dan guna mencegah konflik semakin membesar.
Perginya Maryam ke bentangan alam menjadi cara pengendalian
emosi jenis relaksasi untuk mendamaikan diri dari gejolak emosi.
Terakhir, saat seluruh emosi itu bercampur dalam kesedihan maka
Maryam mendapatkan penguatan dan berusaha menguatkan diri
sendiri untuk tetap bertahan atas ujian tersebut.
3. Saat mengetahui kemungkinan terjadi serangan terhadap emosi,
Maryam telah menguatkan diri (reinforcement) dengan cara puasa

81
82

bicara dan tawakal kepada Allah. Sedangkan saat serangan terhadap


emosi itu (berupa caci maki dari Bani Israil) terjadi, Maryam telah
melakukan coping (menerima) sehingga ia hanya diam, tidak
menjawab sepatah kata pun dan bersabar serta bersyukur atas takdir
tersebut.
B. Saran
Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Atas dasar itulah, penulis
menyarankan kepada pembaca, agar:
1. Melakukan penelitian lebih luas lagi dengan memilih ayat-ayat al-
Qur’an yang lainnya sebab penelitian ini terbatas hanya pada kisah
Maryam dalam Qs. Maryam/19:16-33. Tentunya masih banyak kisah-
kisah dan ayat-ayat al-Qur’an lainnya yang mengandung unsur-unsur
psikologi yang menarik untuk dikaji.
2. Model pengendalian emosi yang penulis pilih adalah teori yang
dikemukakan oleh M. Darwis Hude. Dengan demikian penelitian ini
dapat dilanjutkan dengan menggunakan teori pengendalian emosi
yang lain. Agar didapatkan hikmah yang lebih banyak atas kisah
Maryam tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Qur’an Kemenag in Microsoft Word
versi 2.0. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2021.
Buku/Kitab
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, ed.
1, cet. 3. Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Ahmad. al-Musnad Lil Imām Ahmad bin Hambal. juz 1. Dār al-Fikr, 1994

al-Aṣfahāhī, Rāgib. Mufradāt al-Fāẓ al-Qur’ān, cet. 2. Damaskus: Dār al-


Qalam, 1997.

Bāqī, Muhammad Fu’ād ‘Abdul. al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Faẓi al-


Qur’āni al-Karīm. Kairo: Maktabah Dār al-Kutub.

al-Bukhārī al-Ju’fī, Abū ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin
al-Mugīrah bin Bardizbah. Sahih al-Bukhari, juz 2. Kairo: Dār al-
Hadīs, 2004

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, ed. 1, cet. 1.


Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Goleman, Daniel. Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Hude, M Darwis. Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi


Manusia di dalam al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.

Hurlock, Elizabeth Bergner. Personality Development. New Delhi: Tata


McGraw-Hill, 1974.

Ibn Miskawaih. Taḥzib al-Akhlaq wa Taṭhir al-A’raq. cet. 1. Mesir: al-


Maṭba’ah al-Miṣriyah, 1934.

83
84

Ibnu Jarīr al-Ṭabarī, Abū Ja’far Muhammad. Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 17, cet.
17, terj. Beni Sarbeni. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

_________. Tafsīr al-Ṭabarī, jilid 17, cet. 17, terj. Beni Sarbeni. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.

Ibnu Kaṡīr. Qaṣaṣ al-Anbiyā, terj: Saefullah MS. Jakarta: Qisthi Press,
2015.

_________. Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 2, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar. Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001.

_________. Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 4, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar. Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001.

_________. Tafsīr Ibnu Kaṡīr, jilid 5, cet. 1, terj. M Abdul Ghoffar. Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2001.

Iska, Zikri Neni. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan.


Jakarta: Kizi Brother’s, 2006.

Latifa, Rena. Psikologi Emosi. Depok: Rajawali Press, 2018.

Millah, Ainul. Potret Wanita yang Diabadikan dalam al-Qur’an. Solo: Tiga
Serangkai, 2015.

Mutawallī Sya’rāwī, Muḥammad. Tafsīr al-Sya’rāwī, jilid 15. Kairo: Al-


Azhar Islamic Research Academy, 1991.

Prasetya, Akhmad Fajar dan I Made Sonny Gunawan. Mengelola Emosi.


Yogyakarta: K-Media, 2018.

al-Qurṭubi, Abū 'Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abū Bakr al-Anṣārī.
Tafsīr al-Qurṭubi. terj. Fathurrahman. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Quṭb, Syahid Sayyid. Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān di Bawah Naungan al-


Qur’an, jilid 2, cet. 1, terj. As’ad Yasin, ddk, Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.

_________. Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur’ān di Bawah Naungan al-Qur’an, jilid


7, cet. 1, terj. As’ad Yasin, ddk. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
85

Safaria, Triantoro dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah


Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup
Anda, cet. I. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-


Qur’an, jilid 2, cet. IV. Tangerang: Lentera Hati, 2002.

_________. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,


vol. 2, cet. v. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

_________. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,


vol. 6, cet. v. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

_________. Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, jilid


7, cet. v. Tangerang: Lentera Hati, 2002.

_________. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,


vol. 8, cet. v. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

_________. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,


vol. 14, cet. v. Jakarta: Lentera Hati, 2002

Stevenson, Angus. Oxford English Dictionary. Oxford University Press:


2010.

al-Tirmiżī. al-Jāmi’ al-Ṣaḥīḥ wahuwa Sunan al-Tirmiżī. Juz 5. Kairo: Dār


al-Hadiṡ, 2005.

al-Zuḥailī, Wahbah. Tafsīr al-Munīr, terj. Abdul Hayyi Al-Kattani, ddk,


jilid 8, cet. 1. Jakarta: Gema Insani, 2013.

Jurnal/Artikel
Anshori, Muh. “Pengaruh Kisah-Kisah al-Qur'an dalam Aktivitas
Pendidikan”. Jurnal Dirasah, vol. 3, no. 2 (Agustus 2020): 155-167.

Binti Masrom, Mizan Adiliah. “Sosok Maryam dalm al-Qur'an (Studi


Komparatif Antara Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir al-Misbah”. At-
Tibyan Journal Of Qur'an and Hadis Studies, vol. 2, no. 1 (Juni 2019):
1-18.

Faridatunnisa, Nor. “Intelektualitas Kisah Isa dan Maryam dalam al-Qur’an


dan al-Kitab”. Jurnal al-Risalah, vol. 16, no. 1 (Januari – Juni 2020):
83-116.
86

Fatimah. “Psikologi Maryam dalam al-Qur'an”. Jurnal El-Thawalib, vol. 2,


no. 6 (Desember 2021): 757-768.

Harianto. “Teologi “Puasa” dalam Perspektif Kesehatan, Psikologis dan


Spiritual untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Hidup”, Jurnal
Excelsis Deo, vol. 5, no. 2 (Desember 2021): 155-170.

Hendro, Beko. “Studi Komparatif Karakteristik Maryam dan Isa dalam l-


Quran dan Bible”. Jurnal Studi Agama 3, vol. 3, no. 2 (Desember
2019): 74-84.

Jaya, Septi Aji Fitra. “Al-Qur'an dan Hadis sebagai Sumber Hukum Islam”.
Jurnal Indo-Islamika”. vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2019): 204-216.

Kaltsum, Lilik Ummi. “Cobaan Hidup dalam al-Qur'an (Studi Ayat-Ayat


Fitnah dengan Aplikasi Metode Tafsir Tematik)”. Jurnal Ilmu
Ushuluddin. vol. 5, no. 2 (Juli 2018): 107-138.

Maryam, Siti. “Strategi Coping: Teori dan Sumberdayanya”. Jurnal


Konseling Andi Matappa, vol. 1, no. 2 (Agustus 2017): 102.

Prapto, Dini A.P. H. Fuad Nashori dan Rumiani. “Terapi Tadabbur al-
Qur’an untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Persalinan
Pertama”. Jurnal Intervensi Psikologi. vol. 7, no. 2, Desember, 2015:
131-142.

Zuhdy, Halimi. “Perempuan Suci, Pengabdi, Menjejak Langit Ilahi


(Membincang; Biografi, Hikmah dan Keteladanan Maryam binti
‘Imrān), Makalah dIsāmpaikan dalam Seminar “Maria Menurut
Pandangan Katolik dan Islam”. Aula Bruderan Budi Mulia Lawang
Malang: 21 Mei 2017.

Skripsi/Tesis/Disertasi
Faruq, Ahmad. “Pandangan Gereja Katolik dan Protestan Terhadap Bunda
Maria”. Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel,
Surabaya, 1998.

Hasanah, Uswatun. “Kisah Maryam sebagai Tauladan Wanita Muslimah


(Analisis Kisah Maryam dalam al-Qur’an)”. Tesis S2., Institut Ilmu
Al-Qur’an Jakarta, 2012.

Jadidah, Amala Zain Intan. “Strategi Penguatan (Reinforcement) Guru


dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IV MI
87

Miftahul Ulum Plosorejo Blitar Tahun Ajaran 2018/2019”. Skripsi


S1., Universitas Islam Negeri Satu Tulungagung, 2019.

Putri, Dinda Aulia. “Pengendalian Emosi Sedih Menurut al-Qur’an (Kajian


Tafsir Surah Yusuf Ayat 86 dengan Pendekatan Psikologi)”. Skripsi
S1., Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2021.

Santina. “Hubungan antara Intensitas Puasa Senin Kamis dengan


Pengendalian Diri pada Manusia”. Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung, 2019.

Sofiyan, Alim. “Manajemen Emosi dalam al-Qur'an (Kajian Surat Yusuf)”.


Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017.

Sulaiman, “Syakhṣiyyah Maryam fī Sūrah Maryam min al-Qur’ān al-


Karīm: Dirāsah Sīkūlūjiyyah Adabiyyah”. Skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2014.

Website
Adhi, Irawan Sapto. “11 Cara Meningkatkan Hormon Endorfin Pereda Rasa
Sakit dan Stres,” Diakses, 10 Oktober, 2022
https://health.kompas.com/read/2021/06/22/210200568/11-cara-
meningkatkan-hormon-endorfin-pereda-rasa-sakit-dan-
stres?page=all

Florencia, Gabreilla. “Kurang Populer, Ini Manfaat Kurma bagi Ibu Usai
Melahirkan”, diakses 11 Oktober, 2022,
https://www.halodoc.com/artikel/kurang-populer-ini-manfaat-
kurma-bagi-ibu-usai-melahirkan

Iqbal, Mirza. “Alam Juga Bisa Menyebuhkan”, diakses 7 Oktober, 2022,


https://pijarpsikologi.org/blog/alam-juga-bisa-menyembuhkan

Maulana, Ilham Fariq. “Mudah Kaget? Ternyata Ini Pemicu dan Ciri-
Cirinya”, diakses, 7 Oktober, 2022,
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/kenapa-suara-
kencang-bikin-anda-kaget/

Widyaastuti, Dea. “Good Food, Good Mood-Penjelasan Ilmiah Hubungan


Makanan dan Mood” diakses, 19 Oktober, 2022,
https://warstek.com/good-food-good-mood-penjelasan-ilmiah-
hubungan-makanan-dan-mood/

Anda mungkin juga menyukai